identifikasi jamur aspergillus sp pada kacang hijau ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/263/1/kti aqli...

72
IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus Sp PADA KACANG HIJAU(Phaseolus radiatus L.) YANG DI JUAL DI PASAR BASAH MANDONGA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Oleh : AQLI MUH NASIR R P00341014004 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2017

Upload: dangphuc

Post on 26-Apr-2019

350 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus Sp PADA

KACANG HIJAU(Phaseolus radiatus L.) YANG DI JUAL DI

PASAR BASAH MANDONGA KOTA KENDARI

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk menyelesaikan Pendidikan

Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Oleh :

AQLI MUH NASIR R

P00341014004

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2017

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Aqli Muh Nasir R

Nim : P00341014004

TTL : Waworope, 24 Oktober 1996

Suku/Bangsa : Wawonii/Indonesia

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

B. Pendidikan

1. SD Negeri 2 Waworope, Tamat tahun 2008

2. SMP Negeri 1 Wawonii Utara, Tamat tahun 2011

3. SMA Negeri 1 Wawonii, Tamat tahun 2014

Tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Jurusan Analis Kesehatan sampai sekarang.

MOTTO

Kesuksesan hanya dapat di raih

Dengan segala upaya dan usaha yang disertai

dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia

tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.

Kupersembahkan untuk Almamaterku

Ayah dan Ibunda tercinta

Keluargaku Tersayang

Doa Dan Nasehat Untuk Menunjang Keberhasilan

ABSTRAK

Aqli muh Nasir R (P00341014004). Identifikasi Jamur Aspergillus

Sp Pada Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L) Yang Di Jual Di Pasar

Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, dibimbing

oleh Anita Rosanty dan Reni Yunus. (XiV + 41 halaman + 2 Gambar + 5

Tabel 8 Lampiran). Penelitian ini Bertujuan untuk mengetahui adanya

Jamur Aspergillus Sp Pada Kacang Hijau. Pariabel Penelitian ini adalah

Kacang Hijau Berdasarkan variasi lama penyimpanan yang di jual di Pasar

basah Mandonga. Jenis Penelitian yang di gunakan adalah Penelitian

deskriptif, yang dilakukan pada tanggal 22-25 Juli 2017. Jumlah sampel yang

diteliti adalah 3 sampel kacang Hijau yang berbeda, dengan teknik

pengambilan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa

terdapat koloni jamur Aspergillus Sp pada semua sampel kacang Hijau.

Jumlah Koloni yang ditemukan pada sampel A,B, dan C dianggap melewati

batas cemaran. Batas cemaran jamur Pada bahan makanan ≤ 1 x 104

CFU/mL. Jenis Jamur yang di temukan adalah Jenis jamur Aspergillus niger

dan Aspergillus flavus. Secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat

jamur Aspergillus Sp pada semua Kacang Hijau yang diteliti. Oleh karena itu

Konsumen harus lebih teliti dan hati-hati dalam memilih bahan pangan yang

akan dikonsumsi Khususnya Kacang Hijau. (BPOM) setempat hendaknya

meninjau penjualan Kacang Hijau di pasar agar menjual kacang Hijau yang

lama penyimpananya tidak terlalu lama. Peneliti selanjutnya dapat melakukan

penelitian tentang Jamur yang mengontaminasi bahan Makanan berbahan

dasar Kacang Hijau

Kata Kunci : Jamur dan Kacang Hijau

Daftar Pustaka : 26 buah (1992-2016)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’ alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul „‟Identifikasi Jamur Aspergillus Sp Pada Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L)

yang di Jual di Pasar Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan program Diploma III (D III) Analis Kesehatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari.Rasa hormat yang tak terhingga dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada ayah H. Muh Nasir R, dan Ibu Hj. Harpiah tercinta serta

pada kaka dan adikku tersayang Nur Bayani M. Nasir Amd. Keb, Qifra M Nasir dan

Nur Zikri M Nasir, terima kasih atas semua bantuan moril maupun materil, motivasi,

dukungan dan cintak kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang

penulis jalani selama menuntun ilmu sampai selesainya karya tulisi ini. Proses

penulisan karya tulis ini telah melewati perjalanan panjang, dan penulis banyak

mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terimakasih kepada Ibu Anita

Rosanti,ST,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Reni Yunus, S.Si.,M.Sc selaku

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing

dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini.

Ucapan terimakasih penulis juga tunjukan kepada :

1. Direktur Poltekes Kemenkes Kendari Bapak Petrus,SKM.,M.Kes..

2. Kepala Kantor Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah

memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan Analis Kesehatan Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.M.Pd..

4. Ibu Hj. St Nurhayani, S.Kp.,Ners.,M.Kep, Ibu Tuty Yuniar, S.Si.,M.Kes dan

Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc Terimakasih atas masukan, saran

dan kritik selama menguji.

5. Bapak dan Ibu dosen Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan

serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik

yang diberikan selama penulis menuntun ilmu.

6. Buat kedua orang tuaku, yang telah mengasuh mendidik, membesarkan,

memotivasi, dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini, serta saudaraku Siti Salfia yang telah membantu memberikan support,

taklupa pula untuk adik-adik ku Jami, Indah, Alu, Lia, Ita dan Risi terimakasih

telah memberikan tawa dan candanya kepada penulis.

7. Buat seluruh teman-teman seangkatanku Arya, Nur Janah, Ichsan, Yaqub, serta

teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutka namanya satu persatu dan

sahabat terbaikku yang selalu mensuportq Iis Ria Febriyanti. S.KM terimakasih

atas suportnya selama ini.

8. Kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terselesainya karya

tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan

yang ada penulis, sehingga bentuk dan isi karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih terdapat kekeliriuan, dan kekurangan. Oleh karena itu

dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.

Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Kendari, Juli 2017

Peneliti

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Instrumen Penelitian di Lapangan ............................................................... 27

Tabel 2. Instrumen Penelitian di Laboratorium ........................................................ 27

Tabel 3. Bahan Penelitian ........................................................................................... 29

Tabel 4.Pertumbuhan Koloni Jamur Pada Media Sabouraud Dextrose Agar

(SDA). ............................................................................................................ 37

Tabel 5. Jumlah koloni jamur yang tumbuh Berdasarkan Pengenceran pada media

Sabouraud Dextrose Agar (SDA) .................................................................... 38

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Morfologi Aspergillus niger secara makroskopik ..................................... 9

Gambar 2. Morfologi Aspergillus nigersecara mikroskopik ..................................... 10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Keterangan Bebas Pustaka.

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Dari Jurusan Analis Kesehatan.

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Dari Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Kendari.

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian dan Pengembangan.

Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.

Lampiran 6. Proses Identifikasi Jamur Pada Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L)

Lampiran 7. Lembar Hasil Penelitian

Lampiran 8. Tabulasi Data

Lampiran 9. Master Tabel

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan pangan karbohidrat merupakan bahan pangan pokok yang

disimpan digudang maupun dijual di pasar tradisional atau swalayan dalam

jumlah besar antaralain beras, kacang tanah, kacang hijau, dan jagung, bahan

pangan ini ditumbuhi oleh jamur. Faktor yang sangat mendukung pertumbuhan

jamur pada bahan pangan di Indonesia adalah kondisi iklim seperti curah hujan,

cuaca dan kelembaban (Indrawati dkk, 2006).

Jamur dapat menyebapkan berbagai tingkat dekomposisi bahan

pangan. Selain itu jamur dapat tumbuh pada hasil pertanian sebelum dipanen,

hasil panen yang sedang disimpan, bahan pangan yang telah diolah maupun yang

dijual dipasar. Bahan pangan yang mengalami dekomposisi oleh jamur dapat

membusuk dan bernoda dengan warna tertentu (Tournads dkk, 2001). Spesies

utama jamur yang dapat mengontaminasi bahan pangan antaralain Asperigilus sp

yang mampu memproduksi zat racun yaitu mikotoksin yang menyebapkan

kerusakan pada makanan (Indrawati dkk, 2006).

Aspergillosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh sejumlah spesies

Aspergillus. Spesies Aspergillus adalah saprofit yang dapat ditemukan di tanah,

air, dan tumbuhan yang mengalami pembusukan. Spesies Aspergillus yang

patogen dan dapat menyebabkan infeksi pada manusia adalah Aspergillus

fumigatus, Aspergillus flavus, Aspergillus niger, dan Aspergillus terreus (Jawetz,

2005). Adanya infeksi ini menyebabkan timbulnya berbagai penyakit yang

menyerang saluran pernapasan, salah satu diantaranya adalah Tuberculosis Paru.

Infeksi Aspergillus pada manusia pertama kali ditemukan pada pertengahan

tahun 1800 dan pada tahun 1729 Micheli di Florence menemukan genus

Aspergillus untuk pertama kali. Kemudian pada tahun 1856 Virchow

menggambarkan secara rinci gambaran mikroskopis Aspergillus dan melaporkan

bahwa Aspergillus dapat menyebabkan penyakit pada manusia (Ramona, 2008).

Jamur dapat menghasilkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.

Toksin yang di hasilkan dapat menyebabkan gangguan pernafasan, kerusakan

sistem saraf, gangguan pada ginjal, kanker hati dan bahkan dapat menyebabkan

kematian. (Ahmad, 2009: 17)

Kanker hati yang sebabkan toksin jamur secara umum diderita 500.000

orang tiap tahunya di dunia. Di Indonesia di perkirakan jumlah kematian karena

kanker hati yang di sebabkan toksin jamur di Indonesia lebih dari 20.000 orang

pertahun. Pada tahun 2004 di Kenya terdapat 400 kasus kematian akibat

keracunan toksin yang di hasilkan jamur pada makanan. Di India bagian barat

pada tahun 1974, wabah ini menyerang 397 orang dan menyebabkan 106

kematian. (Dewi.2016: 3)

Pemeriksaan jamur terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik. Dalam pemeriksaan makroskopik jamur bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya pertumbuhan jamur pada media yang dilakukan dengan

inokulasi jamur pada media. Dan pemeriksaan mikroskopik jamur bertujuan

untuk mengetahui jenis jamur yang mengontaminasi suatu sampel yang

dilakukan dengan melihat ciri-ciri jamur dibawa mikroskop (Yulliawati, 2016).

Pemeriksaan jenis jamur dilakukan dengan mengambil koloni jamur yang telah

ditumbuhkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA), kemudian diletakan

diatas obyek glass dan ditetesi dengan larutan KOH 10%. Pemberian KOH 10%

bertujuan untuk menghilangkan berkas lemak yang terkandung sehingga

memperjelas bentuk spora, hifa dan miselium jamur dibawa mikroskop (Kumala,

2016: 32).

Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap.

Kandungan gizi dalam 100 g kacang hijau adalah kalori energi; 345,protein; 22,2

g, lemak; 1,2 g, karbohidrat; 62,9 g, Serat; 4,1 g, Kalsium;125 mg, Fosfor; 320

mg, Zat Besi; 6,7 mg, Vitamin A; 157 IU, Vitamin B1; 0,64 mg, Vitamin C; 6

mg, Air; 10 mg. (M. Mustakim, 2014 :62)

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widarti

(2016) yang melakukan Identifikasi Jamur Asperigiluss sp Pada Kacang hijau

yang diperjual belikan di beberapa pasar di kota makasar di dapatkan dari 10

sampel yang diperiksa ditemukan adanya jamur Asperigiluss niger .

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang tersebut, maka peneliti

ingin melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Jamur Asperigillus Sp

pada kacang hijau (Phaseolus ragiatus L.) yang di jual di pasar Basah Mandonga

Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggar‟‟.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui adanya jamur Aspergilus Sp pada kacang hijau

(Phaseolus radiatus L) yang dijual di Pasar Basah Mandonga Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Aspergillus Sp pada kacang hijau (Phaseolus radiatus

L) di pasar Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara..

Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pertumbuhan koloni Aspergillus Sp pada media SDA

(Sabouraud Dextrose Agar).

b. Mengidentifikasi jumlah koloni Aspergillus Sp yang tumbuh pada media

SDA (Sabouraud Dextrose Agar).

D. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan ilmiah terhadap Poltekes Program Studi D3

Analais Kesehatan Politeknik Kesehatan kendari tentang Identifikasi Jamur

Aspergilus Sp pada kacangHijau (Phaseolus radiatus L) yang dijual di Pasar

Basah, Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dan sumber Pustaka sekaligus sekaligus menambah Koleksi

Perpustakaan Jurusan Analis Kesehatan untuk menjadi bahan bacaan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukkan kepustakaan bagi Analis Kesehatan Politeknik

Kesehatan Kendari

b. Menambah wawasan dan informasi bagi masyarakat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Jamur

Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan

karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan

spora, tetapi tidak mempunyai klorofil (Waluyo, 2007). Jamur tidak mempunyai

akar, batang, daun dan sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat

tinggi. Umumnya jamur berbentuk benang, bersel banyak, dan semua bagian

jamur tersebut memiliki potensi untuk tumbuh. Setiap lembar benang

disebut hifa, dan kumpulan hifa dinamakan miselium. Diameter hifa berkisar

antara 0,5 – 100 mikron atau lebih (Pratiwi, 2008).

Umumnya jamur merupakan organisme bersel banyak (multiseluler),

tetapi ada juga pada jamur multiseluler yang hifanya tidak bersekat (asepta), inti

selnya tersebar di dalam sitoplasma dan berinti banyak.Jamur jenis ini disebut

jamur senositik (coenocytic), sedangkan yang bersekat umumnya berinti satu dan

disebut sebagai jamur monositik (monocytic).yang bersel tunggal (uniseluler),

contohnya jamur ragi tape (Saccharomyces sp) (Fried, 2005).Jamur ada yang

hidup sebagai parasit, ada pula yang bersifat saprofit. Selain itu, ada pula yang

bersimbiosis dengan organisme lain secara mutualisme. Sebagai parasit, jamur

mengambil makanan langsung dari inangnya.Jamur jenis ini memiliki

haustorium, yaitu hifa khusus untuk menyerap makanan langsung dari inangnya.

Sebagai saprofit, jamur mengambil makanan dari sisa-sisa organisme lain yang

telah mati. Jamur yang bersimbiosis, mengambil nutrisi berupa zat organik dari

organisme lain dan organisme itu mendapatkan zat tertentu yang bermanfaat dari

jamur tersebut (Waluyo, 2007).

Jamur bereproduksi baik secara aseksual dengan pembelahan,

pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual dengan peleburan inti dari

kedua induknya. Jamur diklasifikasikan menjadi empat kelas utama yaitu

Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes

1. Phycomycetes

Berdasarkan ciri-ciri spora seksual dan aseksual, habitat, struktur garis

besar morfologi dan sifat nutrisinya, kelas Phycomycetes dibagi lagi menjadi

enam subkelas yaitu Cytridiomycetes, Hypocytridiomycetes, Oomycetes,

Plasmodiophormycetes, Trichomycetes, dan Zygomycetes. Keenam subkelas

ini umumnya tidak mempunyai septa (dinding penyekat) yang teratur pada

benang hifanya, sehingga mengakibatkan terdapat banyak nukleus disetiap

sel benang hifa.

2. Ascomycetes

Disebut juga fungi berkantung, membentuk satu atau lebih (umumnya

delapan) spora seksualnya (askospora) dalam sel berbentuk kantung yang

disebut askus. Spora aseksual yang diproduksi oleh Ascomycetesakan

membentuk konidium Konidium ini dapat berupa kumpulan spora tunggal

atau berantai. Konidium merupakan hifa khusus yang terdapat pada bagian

ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor.

3. Basidiomycetes

Basidiomycetes membentuk spora seksual (basidiospora) secara

eksternal pada sel berbentuk gada (basidia). Reproduksi seksual terjadi

melalui pertunasan, mikrokonidia, ataupun dengan fragmentasi benang hifa.

Umumnya hifa basidiomycetesbersepta. Basidiomycetes membentuk tubuh

buah yang disebut dengan basidiokarp, yang mengandung basidia dan

basidiospora. Basidiomycetes yang banyak dikenal meliputi cendawan papan

pada pepohonan, cendawan karat dan cendawan gosong yang menghancurkan

serealia.

4. Deuteromycetes

Deuteromycetes atau fungi imperfecti, adalah fungi yang status

seksualnya belum diketahui secara pasti. Sebagian besar fungi patogen

termasuk ke dalam kelas deuteromycetes, dan memiliki sifat dimorfisme yang

khas. Penyakit yang disebabkan oleh fungi deuteromycetes meliputi infeksi

permukaan, yaitu infeksi kulit yang terbatas pada jaringan keratin yaitu kuku

dan rambut serta infeksi sistemik di bawah kulit maupun lebih dalam lagi

yang dapat menginfeksi organ dalam dan menimbulkan kerusakan fatal

(Pratiwi, 2008).

B. Tinjauan Tentang Aspergillus sp.

Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes

yang dapat ditemukan dimana–mana khususnya di alam.Aspergillus tumbuh

sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula pada

tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan yang lazim ditemukan

di rumah sakit dan laboratorium.]

Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-filamen panjang

bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia dan

konidiospora.Aspergillus berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas

dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di

udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui

saluran pernapasan ke dalam paru.

Aspergillus sp. dapat tumbuh dengan cepat, memproduksi hifa aerial

yang membawa struktur konidia yang khas yaitu konidiofora yang panjang

dengan vesikel-vesikel terminal dimana phialid menghasilkan rantai konidia

basipetal.Spesies ini diidentifikasi menurut perbedaan morfologis dalam struktur

ini, yang meliputi ukuran, bentuk, tekstur dan warna konidia (Jawetz, 2012).

Aspergillus sp merupakan organisme saprofit yang hidup bebas, diketahui

terdapat dimana-mana dan dapat tumbuh pada semua substrat. Pertumbuhanya

akan terhambat bila bahan dalam koloninya berkelompok dan berkembang

dengan konidiospora, konidiospora terbentuk secara bebas dan ujungnya

menggembung, konidia berangkai-rangkai dan bentuknya bulat, serta termasuk

dalam divisi deuteromycota. (Irianto, 2013 : 34 dan 78).

Jamur Aspergillus sp tersebar di seluruh dunia. Konidianya dapat hidup di

tanah dan di udara. Sehingga spora Jamur selalu dapat terhirup oleh Manusia.

Terjadi infeksi Aspergillus sp pada manusia lebih berperan pada faktor daya

imunitas penderita dibandingkan virulensi jamurnya sendiri. Saluran nafas atas

merupakan organ yang paling sering terkena infeksi Jamur Aspergillus sp.

(Kumala W, 2006: 22)

Aspergillus sp merupakan Jamur yang bersifat berbahaya, dapat

menghasilkan mitotoksin yang dapat menyerang sistem saraf pusat

mempengaruhi hati, dan ginjal, dapat menyebabkan gangguan pernafasan bahkan

dapat menyebabkan kematian. (Irianto, 2013 : 34 dan 78).

1. Morfologi

a) Makroskopis Aspergillus sp.

Pada media SDA, Aspergillus sp. dapat tumbuh cepat pada suhu

ruang membentuk koloni yang granular, berserabut dengan beberapa warna

sebagai salah satu ciri identifikasi.Aspergillus fumigatus koloni berwarna

hijau, Aspergillus nigerberwarna hitam dan Aspergillus flavus koloni

berwarna putih atau kuning (Jawetz, 2005)

b) Mikroskopis Aspergillus sp.

Aspergillus sp. mempunyai hifa bersekat dan bercabang, pada

bagian ujung hifa terutama pada bagian yang tegak membesar merupakan

konidiofornya.Konidiofora pada bagian ujungnya membulat menjadi

fesikel. Pada fesikel terdapat batang pendek yang disebut sterigmata

Sterigmata atau filadia biasanya sederhana berwarna atau tidak berwarna.

Pada sterigmata tumbuh konidia yang membentuk rantai yang berwarna

hijau, cokelat atau hitam (Fardiaz,1992).

c) Ciri-ciri dan sifat Aspergillus Flavus

Aspergillus Flavus merupakan Jamur yang memiliki koloni pada

saat muda berwarna putih, dan akan berubah menjadi berwarna hijau

kekuningan setelah membentuk Konidia. Kepala Konidia berwarna hijau

kekuningan hingga hingga hijau tua kekuningan, berbentuk bulat,

Konidiofor berdiding kasar, hialin. (Noverita, 2009 : 17). Jamur ini dapat

menghasilkan toksin alfatoksin B1 dan B2 yang dapat menyebabkan

hepatotoksin, karsinogenik, mutagenik. (Ahmad, 2009 : 17)

d) Morfologi dan sifat-sifat Aspergillus niger

Aspergillus niger merupakan mikroba jenis kapang mesofilik yang

tumbuh pada suhu 35ºC-37ºC (optimum), 6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-

47ºC (maksimum), pH 2,2-8,8, kelembaban 80-90%, dan memerlukan

oksigen yang cukup (aerobik) (Fardiaz, 1992).

Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning

dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.

Hifa bersekat dan memiliki banyak inti (multiseluler), kepala konidia

bulat, berwarna hitam, cenderung memisah menjadi bagian-bagian

yang lebih longgar dengan bertambahnya umur. Konidiospora memiliki

dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat. Habitat spesies ini

kosmopolit didaerah tropis dan subtropis, dan mudah diisolasi dari tanah,

udara, air, rempah-rempah, kapas, buah-buahan, gandum, beras, jagung,

tebu, ketimun, kopi, teh, coklat serta serasah dedaunan. Morfologi dari

Aspergillus niger dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Morfologi Aspergillus niger secara makroskopik

Gambar 2.2 Morfologi Aspergillus nigersecara mikroskopik

(De Hoog G.S. and J Guarro, 1995)

Dalam metabolismenya Aspergillus niger dapat menghasilkan asam

sitrat sehingga fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi

karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak

membahayakan. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh karena

itu Aspergillus niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi

asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase,

pektinase, amiloglukosidase, dan selulase.Selain itu, Aspergillus niger juga

menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa fenolik yang biasa

digunakan dalam industrifarmasi dan juga dapat menjadi substrat untuk

memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan.Aspergillus

niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan

yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling

hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus

dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan

beberapa enzim ekstra seluler seperti protease, amilase, mananase, dan α-

galaktosidase. Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus

niger untuk aktivitas transportmolekul, pemeliharaan struktur sel, dan

mobilitas sel (Wikipedia).

2. Patogenitas Aspergillus sp.

Spesies dari Aspergillus sp. diketahui terdapat di mana-mana dan

hampir tumbuh pada semua substrat. Beberapa jenis spesies ini termasuk

jamur patogen, misalnya yang disebabkan Aspergillus sp. disebut

Aspergillosis, beberapa diantaranya bersifat saprofit sebagaimana banyak

ditemukan pada bahan pangan (Fardiaz,1992).

Toksin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp. berupa mikotoksin.

Mikotoksin adalah senyawa hasil sekunder metabolisme jamur. Mikotoksin

yang dihasilkan oleh Aspergillus sp. lebih dikenal dengan aflatoxin, dapat

menyerang sistem saraf pusat, beberapa diantaranya bersifat karsinogenik

menyebabkan kanker pada hati, ginjal, dan perut (Buckle, K.A,2007).

3. Epidemiologi Aspergillus sp.

Aspergillus sp. terdapat di alam sebagai saprofit, hampir semua bahan

dapat ditumbuhi jamur tersebut , terutama daerah tropik dengan kelembaban

yang tinggi dan dengan adanya faktor predisposisi memudahkan jamur

tersebut menimbulkan penyakit (Ramona, 2008).

Masuknya spora jamur Aspergillus sp. pada manusia umumnya

melalui inhalasi dan masa inkubasinya tidak diketahui, Aspergillosis dapat

mengenai semua ras dan semua usia.Dari laporan diketaui bahwa lingkungan

rumah sakit sering terkontaminsi dengan spora Aspergillus sp, kontaminasi ini

dapat dijumpai pada konstruksi rumah sakit dimana dijumpai peningkatan

jumlah spora Aspergillus sp, pada sistem ventilasi, daerah sekitar kateter

intravena juga merupakan jalan masuknya Aspergillus sp, penggunaan plester

serta penutupan luka yang terlalu lama(Ramona, 2008).

C. Tinjauan Tentang Media Pertumbuhan

Media adalah bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi)

baik bahan alami maupun buatan, yang diperlukan mikroorganisme untuk

perkembangbiakan di Laboratorium secara invitro. Mikroorganisme

memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk

menyusun komponen sel. Syarat media yang baik harus mengandung nutrient

yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam

air, nutrient dalam media memenuhi kebutuhan dasar mikroorganisme yang

meliputi air, karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh, tidak mengandung zat-

zat penghambat dan media harus steril.

Tujuan menggunakan media yaitu dengan media pertumbuhan dapat

dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni, dapat menginokulasi

mikroorganisme dari sampel pemeriksaan, dan digunakan sebagai tempat untuk

menyimpan stok mikroorganisme. Mikroorganisme untuk kehidupannya

membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-

bahan tersebut disebut nutrien (zat gizi) sedang proses penyerapannya disebut

nutrisi. Peran utama nutrien adalah :

1. Sumber energi

2. Bahan pembangun sel

3. Sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi menghasilkan

energi)

Bahan makanan yang terkandung dalam nutrien adalah :

1. Air

Bahan dasar pertumbuhan adalah air (H2O), air merupakan komponen

utama sel mikroba dan medium. Fungsi air adalah membantu reaksi kimia

dalam sel dan menjaga kelembaban, sebagai sumber oksigen untuk bahan

organik sel pada respirasi, sebagai pelarut dan sebagai alat pengangkut dalam

metabolisme.Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari tersedianya air

dan bahan-bahan yang terlarut dalam air, yang digunakan oleh

mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi.

2. Sumber karbon

Mikroorganisme membutuhkan sumber karbon sebagai pembentukan

konsituen sel dalam pertumbuhannya.Organisme heterotrof membutuhkan

karbon organik tersebut yang dapat diasimilasi, sumber yang paling banyak

digunakan adalah glukosa dan protein yang diperlukan adalah peptone.

3. Sumber nitrogen

Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam nukleat,

banyak mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat

(NO3-) dan nitrit (NO2

-) secara reduksi dengan mengubahnya menjasi amoniak

(NH3).Sebagian besar mikroorganisme dapat menggunakan NH4+ sebagai

satu-satunya sumber nitrogen. Nitrogen juga dapat diperoleh dari zat gizi

organik misalnya hasil penguraian protein yang lebih kompleks seperti

pepton.

4. Sumber sulfur

Sulfur adalah komponen dari banyak subtansi organik sel. Sulfur

membentuk bagian struktur beberapa koenzim. Sulfur dalam bentuk dasar

tidak dapat digunakan oleh tanaman dan hewan namun beberapa bakteri

autotropik dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO42-

). Kebanyakan

mikroorganisme dapat menggunakan sulfat sebagai sumber sulfur, mereduksi

sulfat, mereduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida (H2S).beberapa

mikroorganisme dapat mengasimilasi H2S secara langsung dari medium

pertumbuhan.

5. Sumber Logam dan Mineral

Logam dan mineral yang terkandung dalam peptone, buffer dan agar

seringkali tidak tercantum didalam komposisi media.Sejumlah besar mineral

dibutuhkan untuk fungsi enzim, dalam memformulasikan suatu medium untuk

pembiakan mikroorganisme harus memberikan sumber kalium, magnesium,

kalsium, dan besi. Biasanya dalam bentuk ion-ion K+, Mg

+, Ca

+, dan Fe

2+,

selain berfungsi sebagai penyusun sel unsure mineral juga berfungsi untuk

mengatur tekanan osmosis, keasaman, pH, dan potensial oksidasi reduksi

(redox potential) medium.

6. Sumber Fosfor

Fosfat (PO43-

) dibutuhkan sebagai komponen Adenosin Trifosfat

(ATP), asam nukleat, dan sejumlah koenzim seperti Nicotinamide Adenine

Dinucleutide (NAD), Nicotinamide Adenine Dinucleutide Phosphate NADP,

dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A), komponen

dinding sel (teichoic acid), beberapa polisakarida kapsul dan beberapa protein

adalah bergugus fosfat (Jawets, 2001).

Selain nutrisi dalam medium pertumbuhan juga memerlukan faktor

lingkungan seperti pH, temperatur, dan aerasi.Sebagian besar organisme

memiliki kisaran pH optimal yang cukup sempit, pH optimal harus ditentukan

secara empiris untuk masing-masing spesies.Demikian pula dengan

temperatur, setiap mikroorganisme membutuhkan suhu optimal yang amat

beragam untuk pertumbuhannya, diluar pengaruhnya terhadap kecepatan

pertumbuhan temperatur yang tinggi dapat membunuh mikroorganisme dan

dingin yang berlebihan dapat membunuh sel mikroba. Selain itu peran

oksigen sebagai akseptor hidrogen pada beberapa mikorganisme sangat

dibutuhkan, jamur adalah salah satu mikroorganisme yang menggunakan

oksigen bebas (O2) sebagai satu satunya aseptor hidrogen yang terakhir dalam

proses respirasinya (Yuniarti, 2011).

D. Tinjauan Tentang Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)

Sabouraud (diucapkan sah-bu-Ro ') medium agar dikembangkan oleh

dokter kulit Perancis, Raymond JA Sabouraud pada akhir 1800 untuk

mendukung pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi kulit, rambut, atau

kuku, secara kolektif disebut sebagai dermatofit. Investigasi medis Sabouraud

berfokus pada bakteri dan jamur yang menyebabkan lesi kulit, dan ia

mengembangkan banyak agar dan teknik untuk cetakan patogen budaya dan ragi,

seperti dermatofita dan Malassezia. Media ini sangat diharapkan bahwa semua

mycologists detil formulasi mereka tepat media, suhu dan waktu inkubasi

spesimen, dalam rangka standarisasi observasi lapangan dan dengan demikian

mengurangi perbedaan dalam penampilan sebagai kemungkinan sumber

kesalahan dalam identifikasi. Secara historis, Sabouraud agar dikembangkan

untuk mendukung studi dermatofit, yang membutuhkan masa inkubasi yang lama

(minggu). Ada dua kekuatan pendorong di belakang pengembangan Sabouraud

tentang media ini: kebutuhan untuk menghindari kontaminasi bakteri sementara

dermatofit kultur dan jamur lainnya, dan kebutuhan untuk menyediakan media

yang akan menghasilkan hasil yang dapat diandalkan untuk identifikasi jamur di

laboratorium.

1. Jenis Media

a) Menurut konsistensinya: media Sabouraud Dextrose Agar merupakan

media berbentuk padat (solid).

b) Menurut fungsinya: media Sabouraud Dextrose Agar merupakan media

selektif untuk pertumbuhan jamur dan menghambat pertumbuhan

bakteri.

c) Menurut bahan penyusunnya: media Sabouraud Dextrose Agar tersusun

dari bahan sintetis.

d) Menurut wadahnya: media Sabouraud Dextrose Agar merupakan media

yang disimpan dalam plate (cawan petri).

2. Fungsi Media

Adapun fungsi media secara umum yaitu:

a) Isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni,

b) Memanipulasi komposisi media pertumbuhannya,

c) Menumbuhkan mikroorganisne,

d) Memperbanyak jumlah,

e) Menguji sifat-sifat fisiologisnya

f) Menghitung jumlah mikroba.

g) Media SDA banyak di gunakan untuk media jamur khususnya banyak ke

jamur Aspargilus, di media ini pertumbuhan jamur akan optimal di suhu

25 - 30 derajat celcius Selama 3x24 jam (72 jam).

3. Komposisi Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)

a) Mycological peptone 10 g

b) Glucose 40 g

c) Agar 15 g

4. Fungsi Dari Komponen Dalam SDA

a) Mycological peptone: menyediakan nitrogen dan sumber vitamin yang

diperlukan untuk pertumbuhan organisme dalam Sabouraud Dextrose

Agar.

b) Glucose: dalam konsentrasi yang tinggi dimasukkan sebagai sumber

energi

c) Agar: berperan sebagai bahan pemadat

Media ini merupakan salah satu media pertumbuhan Aspergillus sp.

Pada medium Sabouraud Dextrose Agar jamur Aspergillus sp. membentuk

koloni filamen dengan pembentukkan spora yang khas. Koloni mula-mula

berwarna putih setelah 2-3 hari berubah warna menjadi kuning atau biru atau

hijau kekuning-kuningan makin lama warnanya semakin gelap menjadi

kebiru-biruan atau kehitaman .

5. Digunakan Pada Mikrobiologi

a) Untuk budidaya jamur patogen & komensal dan ragi

b) Baik untuk isolasi terutama dermatofit

c) Digunakan untuk menentukan kandungan mikroba dalam kosmetik

d) Digunakan dalam evaluasi mikologi makanan, dan secara klinis membantu

dalam diagnosis ragi dan jamur penyebab infeksi.

6. Prosedur Pembuatan Media

a) Semua APD digunakan dengan baik, benar dan lengkap.

b) Disiapkan semua alat- alat dan bahan- bahan yang akan digunakan.

c) Dipastikan semua alat dan bahan dalam keadaan siap digunakan.

d) Ditimbang serbuk media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) sebanyak 1,560

gram.

e) Dipindahkan serbuk media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) ke beaker

glass, lalu ditambahkan aquades sebanyak 24 ml, dipindahkan ke dalam

erlenmeyer.

f) Dihomogenkan larutan dengan bantuan pemanasan dan pengadukan.

g) Pelarutan tidak boleh sampai mendidih(pelarutan harus sempurna sehingga

tidak ada kristal yang tersisa).

h) Dicek pH larutan sesuai petunjuk media (pH = 5,6 ±0,2) pada suhu 25°C

i) Diperhatikan pengecekan suhu larutan saat pengecekan pH media.

j) Ditambahkan NaOH 0,01N jika pH larutan kurang basa dan ditambahkan

HCl 0,01N jika pH larutan kurang asam.

k) Disterilisasi ±121°C (1 atm) selama ±15 menit.

l) Dikeluarkan larutan dari autoklaf , saat suhu rendah (200C) dan tekanan

telah turun (dilihat indikator autoklaf).

m) Dibiarkan larutan hingga suhu ±500C lalu ditambahkan antibiotik

amoxicilyne 500 mg (sebelumnya antibiotik amoxicilyne 500 mg telah

dilarutkan dengan 10 ml aquades, dan tiap 100 ml SDA = 1 ml suspensi

amoxicilyne).

n) Dihomogenkan larutan yang telah ditambahkan antibiotik amoxicilyne(dapat

dibantu pemanasan, suhu ≤ 70°C).

o) Dituangkan ke petri disk steril yang telah disediakan.

p) Dibiarkan media pada petri disk membeku dengan sempurna.

q) Dimasukkan media ke inkubator (± 37°C) ,selama ± 24 jam untuk uji

kualitas media, dengan posisi petri disk terbalik.

r) Disimpan pada suhu 4°C- 8°C untuk menyimpan media.

7. Uji Kualitas Media

Agar media mempunyai kualitas seperti yang diharapkan perlu

dilakukan uji kualitas,seperti uji sterilitas dan uji spesifitas. Uji sterilisasi

dilakukan untuk mengetahui apakah bahan atau sediaan yang harus steril,

sudah memenuhi syarat atau tidak. Uji isterilitas dapat dilakukan dengan

menginkubasi media selama sehari dalam inkubator. Pada media idealnya tidak

boleh ditemukan pertumbuhan bakteri. Akan tetapi koloni yang tumbuh kurang

dari 2 dapat diterima. Sedangkan uji spesifitas dilakukan dengan menggunakan

bakteri kontrol yang sesuai dengan jenis dan fungsi media yang dibuat. Hal ini

bermanfaat untuk membantu mengetahui kelompok dan jenis serta fungsi

media yang dibutuhkan. Uji kualitas media mencakup aspek yang luas, baik

media buatan sendiri maupun media jadi. Oleh karena itu, penyiapan media

harus mendapat perhatian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan

media.

Ada bermacam-macam cara untuk menguji mutu media yang telah

dibuat, yaitu:

a) Secara Visual

Yaitu dengan memperhatikan atau melihat warna, kekeruhan dan

lain-lain. Bila warna media tidak sesuai dengan warna standar maka harus

dicurigai adanya perbedaan pH, untuk dapat diperiksa dengan kertas pH

atau pH meter. Bila pH media berbeda ± 0,2 satuan, dapat ditambahkan

asam atau basa atau membuat media yang baru. Warna media SDA adalah

kuning sedikit kecoklatan.

b) Uji Sterilitas

Uji sterilitas merupakan suatu keharusan terutama pada media yang

diperkaya dengan bahan-bahan tertentu seperti agar darah atau agar coklat.

Cara untuk menguji sterilitas media adalah dengan:

a. Mengambil sejumlah 5 %volume dari tiap wadah media yang dibuat.

b. Media diinkubasi selama 1-2 hari pada suhu 35° C.

c. Apabila terdapat pertumbuhan lebih dari 2 koloni

mikroorganisme/cawan petri atau lebih, hal itu menandakan seluruh

media dari wadah tersebut tidak dapat digunakan.

c) Uji Spesifitas

Uji spesifitas dengan penanaman mikroorganisme kontrol positif

dan control negatif. Mikroorganisme kontrol kualitas (strain kuman) adalah

mikroorganisme spesifik yang seharusnya tumbuh pada media tertentu.

Mikroorganisme tersebut memiliki ciri morfologi, biokimia, serologi yang

dapat diuji dan mampu menunjukkan stabilitas reproduksi yang tetap ketika

ditempatkan pada kondisi yang sesuai.

E. Tinjauan Umum tentang Kacang hijau (Phaseolus radiatus L)

1. Pengertian

Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah di kenal luas oleh

masyrakat. Tanaman yang termasuk dalam keluarga Kacang-Kacangan ini

sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia, tanaman kacang hijau

merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga yang banyak dibudidayakan

setelah kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari kesesuaian iklim dan

kondisi lahan yang di miliki, Indonesia termasuk salah satu Negara yang

memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau (Hartono,

2005:5).

2. Klasifikasi dan morfologi

Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur

pendek kurang lebih 60 hari. Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram

atau golden gram. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang tumbuh

hampir di seluruh tempat di Indonesia , baik di dataran rendah hingga daerah

dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut (Astawan, 2005). Tanaman

ini diklasifikasikan sebagai berikut:

kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

subdivisi : Angiospermae

class : Dicotyledoneae

Subclass : Rosidae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Phaseolus

Species : Phaseolus radiatus Linn(Plantamor. 2008).

Kacang hijau adalah tanaman pendek bercabang tegak. Bagian dari

tanaman kacang hijau antara lain akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Adapun deskripsi masing-masing bagian tanaman tersebut dijelaskan sebagai

berikut (Hartono,2005:14) .

a. Akar

Tanaman kacang hijau berakar tunggag. Sistem perakarannya dibagi

menjadi dua, yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai

banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya

menyebar. Sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan

memanjang kearah bawah.

b. Batang

Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran

batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan.

Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun

pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing daun

berupa daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan

ketinggian mencapai 1m. cabangnya menyebar ke semua arah.

3. Kandungan Gizi kacang Hijau

Kandungan Kacang Hijau berdasarkan DKBM ( Daftar Komposisi

Bahan Makanan), dalam 100 gram Kacang hijau mengandung energi 345

kkal, Protein 22,2 gr, Karbohidrat 62,9 gr, lemak total 1,2 gr, Vitamin A total

157 RE (retinol ekuivalen), thiamin 0,64 mg, Vitamin C 6 mg, Vitamin B1

0,64 mg, Kalsium 125 mg, Zat besi (Fe) 6,7 mg dan Fosfor 320 mg. selain itu

juga banyak mengandung asam amino esensial dan asam amino nonesensial.

Kandungan Gizi pada Kacang hijau sangat kompleks dan kaya gizi sehingga

dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Gandjar, et al (2006).

Karbohidrat dan derivatnya merupakan subsrat utama untuk

metabolisme karbon pada jamur. Metabolism karbohidrat memiliki dua peran

penting, yaitu karbohidrat dapat dioksidasi menjadi energi kimia yang tersedia

didalam sel dalam bentuk ATP dan nukleotida Phosphopyridine tereduksi.

Selain itu karbohidrat menyediakan hampir semua karbon yang diperlukan

untuk asimilasi kostituen sel jamur yang mengandung karbohirat, lipid,

protein, dan asam nukleat (Bilgrami & Verma, 1994).

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. DASAR PEMIKIRAN

Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah di kenal luas oleh

masyrakat. Tanaman yang termasuk dalam keluarga Kacang-Kacangan ini sudah

lama dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia, tanaman kacang hijau

merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga yang banyak dibudidayakan setelah

kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari kesesuaian iklim dan kondisi lahan

yang di miliki, Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki kesempatan

untuk melakukan ekspor kacang hijau (Hartono, 2005:5). Kandungan gizi kacang

hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Kandungan gizi dalam 100 g

kacang hijau adalah kalori energi; 345,protein; 22,2 g, lemak; 1,2 g, karbohidrat;

62,9 g, Serat; 4,1 g, Kalsium;125 mg, Fosfor; 320 mg, Zat Besi; 6,7 mg, Vitamin

A; 157 IU, Vitamin B1; 0,64 mg, Vitamin C; 6 mg, Air; 10 mg. (M. Mustakim,

2014 :62)

Pemeriksaan jamur terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik. Dalam pemeriksaan makroskopik jamur bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya pertumbuhan jamur pada media yang dilakukan

dengan inokulasi jamur pada media. Dan pemeriksaan mikroskopik jamur

bertujuan untuk mengetahui jenis jamur yang mengontaminasi suatu sampel

yang dilakukan dengan melihat ciri-ciri jamur dibawa mikroskop (Yulliawati,

2016). Pemeriksaan jenis jamur dilakukan dengan mengambil koloni jamur

yang telah ditumbuhkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA),

kemudian diletakan diatas obyek glass dan ditetesi dengan larutan KOH 10%.

Pemberian KOH 10% bertujuan untuk menghilangkan berkas lemak yang

terkandung sehingga memperjelas bentuk spora, hifa dan miselium jamur

dibawa mikroskop (Kumala, 2016: 32).

B. Kerangka Pikir

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Varibel yang tidak diteliti

C. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini yaitu Kacang hijau Berdasarkan Variasi

lama penyimpanan (1 minggu, 1 bulan, dan 2 bulan) di Pasar Basah

Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kacang

Hijau

Mengidentifikasi

pertumbuhan koloni

Aspergillus Sp pada media

SDA

Mengidentifikasi jumlah

koloni Aspergillus Sp yang

tumbuh pada media SDA

Ada Tidak ada Tidak melewati

Batas cemaran

Jamur : jika

koloni ≤ 1x 104

CFU/mL

Melewati Batas

Cemaran Jamur :

jika Koloni >

1x104 CFU/ml

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyek

1. Untuk mengidentifikasi pertumbuhan koloni jamur maka di lakukan

pemeriksaan Makrokopis yang di lakukan dengan cara inokulasi sampel

pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar), dengan Kriteria Obyektif :

a. Ada : ditandai dengan koloni berbentuk seperti beludru atau

berbentuk bulat atau semi bulat, dan berwarna putih atau hijau tua

atau kuning atau hijau kekuningan atau hitam dan abu-abu.

b. Tidak Ada : ditandai dengan tidak terlihat ada koloni Jamur pada

media.

2. Untuk mengetahui jumlah koloni Jamur maka dilakukan perhitungan

koloni secara makrokopis, dengan criteria Obyektif :

a. Tidak melewati batas cemaran Jamur : jika koloni ≤ 1x104 CFU/mL.

b. Melewati batas cemaran jamur : jika koloni > 1x104 CFU/mL.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dimaksud adalah penelitian deksriptif untuk

mengidentifikasi adanya jamur pada Kacang hijau yang dijual di Pasar Basah

Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Analis

Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 Juli 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti (Nasir, 2011 : 188).

Populasi dalam penelitian ini adalah Kacang Hijau yang dijual di Pasar

Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti,

dimana sampel yang diteliti adalah Kacang Hijau yang dijual di Pasar

Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.Teknik

penerikan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling, dimana

pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja (Nasir, 2011: 211).

Kriteria sampel

Inklusi :

1. Kacang Hijau yang dijual di Pasar Basah Mandonga Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara

2. Kacang Hijau yang disimpan selama 1 minggu, 1 bulan dan 2 bulan.

Eksklusi :

1. Kacang Hijau yang tidak dijual di Pasar Basah Mandonga Kota

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Kacang Hijau yang tidak di simpan lama.

D. Instrument Penelitian

1. Instrumen penelitian yang dibawa ke lokasi pengambilan sampel

Tabel I. Instrumen Penelitian di Lapangan

No Nama alat Kegunaannya

1 Kantong plastik sebagai wadah sampel

2 Pulpen untuk menandai identitas sampel yang

terdiri dari nama, nama pasar

menggunakan kode.

3 Kertas label Sebagai tempat untuk menulis identitas

sampel

2. Instrumen penelitian di Laboratorium

Instrument penelitian yang digunakan di Laboratorium terdiri atas alat dan

bahan yang dapat dilihat pada tebel berikut :

a. Alat Penelitian

Tabel 2. Instrumen Penelitian di Laboratorium

No Nama alat Kegunaannya

1 Autoclave Sebagai alat untuk sterilisasi alat dan

madia

2 Cawan petri Sebagai wadah media untuk pertumbuhan

jamur

3 Mikroskop Sebagai alat untuk mengamati koloni

jamur untuk mengetahui jenis jamur

4 Kaca obyek Untuk meletakan obyek yang akan

diamati

5 Cover glass Untuk menutupi koloni yang ditetesi

KOH agar lensa obyektif tidak kotor pada

saat pemeriksaan dibawa mikroskop

6 Lampu spiritus Untuk pemanasan media SDA yang telah

dilarutkan, menjaga kontaminasi jamur

pada saat diambil dari media

7 Lembar Observasi Digunakan sebagai lembar pengisian

hasil pemeriksaan yang merupakan alat

ukur hasil penelitian

8 Inkubator Sebagai alat untuk menginkubasi media

9 Tabung reaksi Sebagai wadah untuk pengenceran

sampel

10 Rak tabung Sebagai tempat tabung reaksi

11 Gelas ukur Untuk mengukur aquadest yang di

gunakan untuk melarutkan media SDA.

12 Spoit 3 mL Untuk pemipetan sampel yang telah

dilarutkan pada proses pengenceran dan

inokulasi.

13 Pipet ukur dan

karet penghisap

Untuk memipet Nacl 0,9 % sebanyak 9

mL ke dalam tabung reaksi untuk

disterilkan.

14 Labu erlenmeyer Sebagai wadah media yang telah

dilarutkan dengan Aquadest untuk di

panaskan.

15 Ose Untuk mengambil koloni fungi yang akan

di amati dibawah mikroskop.

16 Timbangan analitik Untuk menimbang serbuk media SDA.

17 Batang pengaduk Untuk mengaduk media saat dilarutkan.

18 Pipet tetes Untuk memipet KOH 10 %.

19 Sendok tanduk Untuk mengambil serbuk media.

20 Kaki tiga Untuk penyangga asbes pada saat

pembuatan media.

21 Asbes Untuk penyangga Erlenmeyer pada saat

pembuatan media.

22 Cover glass Untuk menutupi koloni yang di tetesi

KOH agar lensa obyektif tidak kotor pada

saat pemeriksaan di bawah mikroskop.

23 Beacker glass Untuk wadah aquadest.

24 Cawan poselin Untuk wadah sampel pada saat

penimbangan.

25 Pulpen Sebagai alat untuk menulis kode sampel

dan hasil pemeriksaan.

b. Bahan Penelitian

Tabel 3. Bahan Penelitian

No Nama Bahan Kegunaannya

1 Sampel kacang hijau Sebagai sampel penelitian

2 Media Sabouraud

Dextrose Agar (SDA)

Medium umum untuk pertumbuhan

jamur

3 KOH 10% Untuk pemeriksaan jenis jamur

dibawa mikroskop (untuk

memperlihatkan hifa dan spora jamur)

4 Aquades Digunakan untuk bahan pembuataan

media.

5 Kertas pH Untuk memeriksan pH aquades pada

saat pembuatan media.

6 Kapas Untuk menutup erlenmeyer pada saat

pembuatan media.

E. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium

1. Sterilisasi alat dan bahan

Alat yang digunakan terlebih dahulu disterilkan kedalam autoclave

untuk membebaskan tiap benda atau subtansi dari semua kehidupan dalam

bentuk apapun. Alat dan bahan yang deigunakan seperti cawan petri,

erlenmeyer, kapas lidi dan media SDA dimasukan kedalam Autoclave

dengan suhu 121 º c selama 15 menit.

2. Pembuatan media inokulasi jamur

Media yang digunakan untuk inokulasi jamur yaitu Sabouraud

Dextrose Agar (SDA). Pembuatan dilakukan dengan menimbang media

Sabouraud Dextrose Agar (SDA)sebanyak 11,1 gram kemudian dilarutkan

dalam 170 ml aquadest, periksa pH aquadest terlebih dahulu (pH 5,6)

kemudian larutan tersebut dipanaskan sampai mendidih kemudian dibuat

perbanyakan sebagai tempat penanaman inokulum. Perbanyakan masal

dilakukan pada cawan petri. Setelah media dituangkan pada cawan

petri selanjutnya disterilkan dalam autoklave selama 15 menit pada

tempertatur 121 º c. Setelah media dalam cawan petri dingin, dilakukan

inokulasi dari sumber isolat pada permukaan agar.

3. Pemeriksaan Makroskopik

a. Pra analitik

1) Persiapan sampel

Sampel kacang hijau diambil dari Pasar Basah Mandonga Kota

kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, sampel yang di ambil adalah

3 sampel yang dijual di pasar.

2) Metode

Agar sebar

3) Prinsip

Sampel diambil dengan kapas lidih steril kemudian langsung

ditanam pada media dengan cara pulasan.

4) Persiapan alat dan bahan

Alat

a) Autoclave

b) Cawan petri

c) Mikroskop

d) Kaca obyek

e) Cover glass

f) Lampu spiritus

g) Lembar observasi

h) Incubator

i) Tabung reaksi

j) Rak tabung

k) Gelas ukur

l) Spooit 3 mL

m) Pipet ukur dan karet penghisap

n) Labu Erlenmeyer

o) Ose

p) Timbangan analitik

q) Batang pengaduk

r) Pipet tetes

s) Sendok tanduk

t) Kaki tiga

u) Asbes

v) Cover glass

w) Beacker glass

x) Cawan porselin

y) Pulpen

Bahan

a) Sampel kacang hijau

b) Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)

c) KOH 10 %

d) NaCL 0,9 %

e) Aquadest

f) Kertas ph

g) kapas

b. Analitik

1) Inokulasi Kacang Hijau yang diduga terkontaminasi Jamur pada

media SDA.

Inolulasi Jamur di lakukan dengan metode agar sebar. Cara

kerja yang dilakukan ialah sebagai berikut :

a) Peralatan yang dipakai disiapkan dalam keadaan steril dan

semua pekerjaan dilakukan secara aseptis.

b) Specimen atau sampel yang diterima dimasukkan 1 gram

bahan tersebut ke dalam 9 mL NaCl 0,9 % yang telah

disterilkan.

c) Kocok kurang lebih 25 kali hingga homogen. Hasil dari

homogenisasi sampel merupakan pengenceran 10-1

.

d) Dari larutan 10-1

dipipet 1 mL dan dimasukkan dalam tabung

NaCl 0,9 % kedua, kocok sampai homogen hingga diperoleh

pengenceran 10-2

dibuat pengenceran selanjutnya sampai

pengenceran 10-5

.

e) Dari masing-masing pengenceran 10-2

– 10-5

dipipet 1 mL

secara aseptis, diteteskan pada permukaan SDA. Dilakukan

penyebaran samapi merata.

f) Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 37o

C (suhu ruang)

selama 72 jam.

2) Mengamati adanya koloni fungi yang tumbuh pada media SDA

(Sabouraud Dextrose Agar). Jika terlihat adanya koloni Jamur

Aspergilus Sp pada permukaan media SDA maka dilanjutkan ke

penghitungan jumlah koloni.

3) Hitung jumlah koloni pada media SDA

Penghitungan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukan

jumlah koloni antara 10-150.

b) Jumlah koloni di cawan petri dari tingkat pengenceran yang

berurutan menunjukan jumlah antara 10-150, maka dihitung

jumlah koloni Jamur dan dikalikan dengan faktor pengenceran.

c) Hasil dinyatakan sebagai angka Jamur dalam mL sampel.

c. Pasca Analitik

1) Pembacaan hasil

Hasil isolasi Jamur pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar).

2) Jumlah koloni Jamur

F. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan di

Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan maupun pihak

terkait yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Coding, yaitu memberikan kode pada sampel pakaian bekas yang diteliti

untuk memudahkan dalam memasukan ke program computer.

2. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah diperoleh.

3. Skoring adalah perhitungan secara manual dengan menggunakan kakulator

untuk presentase setiap variabel yang diteliti.

4. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk kemudian dirangkap dan

disusun dalam bentuk tabel agar dapat dibaca dengan mudah.

H. Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

Analisis data deskriptif merupakan analisis yang dipakai untuk menganalisis

data dengan mengambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya

tanpa ada maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian. Dimana analisis

deskpritif dilakukan dengan melihat ada tidaknya koloni jamur, kemudian

menentukan jenis koloni jamur yang tumbuh pada media.

Untuk jumlah koloni Jamur dihitung dalam satuan CFU/mL, dengan

rumus :

Pb = JK x

Keterangan :

Pb = jumlah koloni jamur (CFU/mL)

JK = jumlah koloni Jamur

FP = faktor pengenceran (Asrul, 2009 : 261)

Untuk presentase hasil penelitian digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

X : Presentase

F : rekuensi kategori variabel yang diamati

n : Jumlah sampel penelitian

K : Konstanta (100%) (Nasir, 2011:275).

I. Penyajian Data

Data yang tersedia disajikan dalam bentuk tebel kemudian dinarasikan.

J. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek. Dalam

penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi antara lain :

1. Anoniminiti (tanpa nama)

Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada

lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

2. Condfidentiality (kerahasian)

Dilakukan dengan menjamin kerahasian hasil penelitian baik

informasi maupun masalah-masalah lainya. Informasi yang dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya ole peneliti.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pasar Basah Mandonga

Pasar Basah adalah pasar tradisional yang berada di jantung Kota. Pasar ini

terletak di jalan Lasandara, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga,

Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Letak Pasar Basah pada

sebelah utara pasar merupakan jalan poros Lasandara, pada bagian timur pasar

terdapat sungai Lahundape, di bagian barat pasar merupakan mall mandonga,

sedangkan pada bagian selatan pasar merupakan pasar Korem.

Bangunan pasar Basah terdiri dari tiga lantai, dimana terdapat Kios, serta

Lodz didalamnya. Pada lantai 1 gedung digunakn sebagai tempat penjualan

sayur-sayuran, buah-buahan, dan juga ikan, untuk lantai 2 digunakan sebagai

tempat penjualan sembako, obat-obatan asesoris jalan-jalanan, dan juga ikan,

sedangkan dilantai 3 digunakan sebagai tempat penjualan pakaian, sepatu dan

juga sendal.

Kondisi Pasar yang kurang memiliki pentilasi Udara, serta pada tempat

penjualan memiliki kondisi yang lembab.

B. Hasil Penelitian

Sampel pemeriksaan diperoleh dari pasar Basah Mandonga. Pengambilan

sampel dilakukan pada tanggal 22 Juli 2016, pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik purposive sampling, dimana sampel Kacang Hijau yang diambil

adalah Kacang Hijau yang lama penyimpanannya berpariasi 1 minggu, 1 bulan

dan 2 bulan. Pemberian identitas pada sampel yang akan diteliti dilakukan

dengan pemberian kode, adapun kode yang di berikan yaitu sebagai berikut :

A : sampel Kacang Hijau dengan lama penyimpanan 1 minggu.

B : sampel Kacang Hijau dengan lama penyimpanan 1 bulan.

C : sampel Kacang Hijau dengan lama penyimpanan 2 bulan.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan di Laboratorium Jurusan

Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Kendari tentang Identifikasi Jamur

Aspergillus Sp Pada Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L) yang di Jual di Pasar

Basah Mandonga Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Menggunakan Metode

Agar Sebar, maka diperoleh Hasil Jumlah Koloni Jamur (CFU/mL) dan Juga

Pertumbuhan Koloni Jamur Pada Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang

dapat dilihat pada table di bawah ini.

Gambar pertumbuhan koloni Jamur Aspergillus sp

Tabel 4. Pertumbuhan Koloni Jamur Pada Media Sabouraud Dextrose Agar

(SDA).

No Kode Sampel

Hasil Isolasi Jamur Pada Media Sabouraud Dextrose Agar

(SDA)

Aspergillus Niger Aspergillus Flavus

1

A

Koloni Filamen Berwarna

Hitam

Koloni Filamen Berwarna

Hijau

2

B

Koloni Filamen Berwarna

hitam

Koloni Filamen Berwarna

Hijau

3 C

Koloni Filamen Berwarna

Hitam

Koloni Filamen Berwarna

Hijau

Keterangan :

Sampel A : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 1 Minggu

Sampel B : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 1 Bulan

Sampel C : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 2 Bulan

Tabel diatas menunjukan bahwa, semua sampel Kacang Hijau yang diteliti telah

ditumbuhi Jamur Aspergillus niger dan Aspergillus flavus.

Tabel 5. Jumlah Koloni Jamur yang Tumbuh Berdasarkan Pengenceran

Pada Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA).

No Kode

Sampel 1

Pengenceran

Jumlah

Koloni

Jamur

(CFU/mL)

Keterangan

(Batas Cemaran ≤ 1x

104

CFU/ mL)

10-1

10-2

10-3

10-4

Tidak

melewati melewati

1 A 14

5 3 1 14x10

3

2 B 18

9 5 3 18x10

3

3

C 22 12 8 3 17x10

3

Jumlah 3

Persentase (100 %) 100%

Keterangan :

Sampel A : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 1 Minggu

Sampel B : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 1 Bulan

Sampel C : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 2 Bulan

Table diatas menunjukan bahwa jumlah koloni berdasarkan

pengenceran pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) di dapatkan semua

sampel jumlah koloninya melewati batas cemaran.

C. Pembahasan

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 22-25 juli

2016 di Laboratorium Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari tentang

Identifikasi Jamur Aspergillus Sp pada Kacang Hijau yang di (Phaseolus

radiatus L) yang di jual di pasar Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara yang bertujuan untuk mengetahui adanya Koloni jamur,

jumlah Koloni Jamur yang mengontaminasi Kacang Hijau, diperoleh hasil

sebagai berikut :

1. Pengamatan Koloni Jamur

Berdasarkan hasil pengamatan Koloni Jamur pada media Sabouraud

Dextrose Agar (SDA) menunjukkan bahwa berdasarkan dari cirri-ciri Koloninya

berwarna hijau, hitam dan dan koloni berwarna putih atau kuning maka semua

sampel Kacang Hijau yang diteliti ternyata telah ditumbuhi Jamur Aspergillus Sp.

Dengan penambahan Antibiotik Cloramfenikol dapat menghambat pertumbuhan

Jamur lainya sehingga jamur yang akan tumbuh hanya Jamur jenis Aspergillus

Sp. Teori mengatakan bahwa Kandungan Kacang Hijau berdasarkan DKBM (

Daftar Komposisi Bahan Makanan), dalam 100 gram Kacang hijau mengandung

energi 345 kkal, Protein 22,2 gr, Karbohidrat 62,9 gr, lemak total 1,2 gr, Vitamin

A total 157 RE (retinol ekuivalen), thiamin 0,64 mg, Vitamin C 6 mg, Vitamin

B1 0,64 mg, Kalsium 125 mg, Zat besi (Fe) 6,7 mg dan Fosfor 320 mg. selain itu

juga banyak mengandung asam amino esensial dan asam amino nonesensial.

Kandungan Gizi pada Kacang hijau sangat kompleks dan kaya gizi sehingga

dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Gandjar, et al (2006).

Ciri-ciri Fisik Kacang Hijau yang sudah di tumbuhi Jamur adalah bagian

luar dari kacang Hijau sudah ada seperti serbuk-serbuk halus berwarna putih

serta pada biji kacang hijau sudah mengalami kerusakan, seperti biji kacang

Hijau sudah mengempes serta sudah berlubang-lubang. Jenis Jamur yang

mengontaminasi Kacang hijau yang telah diteliti berdasarkan cirri-cirinya

terdapat dua jenis Jamur yaitu aspergillus niger dengan cirri-ciri memiliki bulu

dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna

coklat gelap sampai hitam dan Aspergillus Flavus yang memiliki koloni pada

saat muda berwarna Putih, dan akan berubah menjadi berwarna hijau kekuningan

setelah membentuk konidia. Kepala Konidia berwarna hijau kekuningan hingga

hingga hijau tua kekuningan, berbentuk bulat, Konidiofor berdiding kasar, hialin.

(Noverita, 2009 : 17).

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widarti (2016) yang

melakukan Identifikasi Jamur Asperigiluss sp Pada Kacang hijau yang diperjual

belikan di beberapa pasar di kota makassar di dapatkan dari 10 sampel yang

diperiksa ditemukan adanya jamur Asperigiluss niger. Jamur Aspergillus sp

tersebar di seluruh dunia. Konidianya dapat hidup di tanah dan di udara.

Sehingga spora Jamur selalu dapat terhirup oleh Manusia. Terjadi infeksi

Aspergillus sp pada manusia lebih berperan pada faktor daya imunitas penderita

dibandingkan virulensi jamurnya sendiri. Saluran nafas atas merupakan organ

yang paling sering terkena infeksi Jamur Aspergillus sp. (Kumala W, 2006: 22).

Aspergillus sp merupakan Jamur yang bersifat berbahaya, dapat menghasilkan

mitotoksin yang dapat menyerang sistem saraf pusat mempengaruhi hati, dan

ginjal, dapat menyebabkan gangguan pernafasan bahkan dapat menyebabkan

kematian. (Irianto, 2013 : 34 dan 78).

2. Jumlah Koloni Jamur

Berdasarkan penghitungan jumlah Koloni Jamur yang tumbuh pada

berdasarkan pengenceran pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA),

dimana jumlah Koloni dapat dihitung jika Koloninya mencapai 10-150

dibawah dari jumlah ini maka koloni tidak dihitung. Jumlah Koloni yang

dihitung kemudian dikalikan dengan faktor pengenceran untuk mendapatkan

jumlah Koloni dalam satuan CFU/mL. Dari penghitungan yang telah

dilakukan didapatkan jumlah Koloni tertinggi yaitu pada sampel B sebesar 18

x 103 CFU/mL, pada sampel C sebesar 17 x 10

3 CFU/mL dan pada sampel A

sebesar 14 x 10 3 CFU/mL. dalam aturan badan pengawasan Obat dan

Makanan (BPOM) Republik Indonesia tentang batas maksimum cemaran

Jamur pada Makanan tidak boleh lebih dari 1 x 104 CFU/mL, melewati batas

ini maka makanan tersebut ataw Kacang Hijau tidak layak di konsumsi karena

dapat mengganggu kesehatan. Berdasarkan aturan tersebut dapat di katakan

bahwa ketiga kacang Hijau tersebut telah melewati batas cemaran.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa Kacang Hijau dengan lama

penyimpanan 1 minggu sudah terkontaminasi jamur Aspergillus Sp.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Identifikasi Jamur Aspergillus Sp

Pada Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L) Yang di Jual di Pasar Basah

Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara dapat diketahui bahwa

terdapat Jamur pada 3 Kacang Hijau yang diteliti. Yang dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Terdapat adanya Koloni Jamur pada semua sampel Kacang Hijau yang

diperoleh dari Pasar Basah Mandonga, Jenis jamur yang di temukan pada

semua kacang Hijau yang diteliti adalah Jamur Aspergillus Sp, di mana pada

Kacang Hijau ditemukan Jamur Aspergillus niger dan Aspergillus flavus

2. Jumlah Koloni Jamur yang mengontaminasi Kacang Hijau pada semua

sampel dapat dinyatakan telah melewati batas cemaran jamur pada bahan

makanan, dan dianggap tidak layak dikonsumsi.

B. Saran

1. Konsumen harus lebih teliti dan hati-hati dalam memilih bahan pangan yang

akan dikonsumsi Khususnya Kacang Hijau agar terhindar dari berbagai

macam penyakit yang dapat ditimbulkan oleh Jamur yang telah

mengontaminasi Kacang Hijau. Sebaiknya pada saat membersihkan kacang

hijau yang akan di masak tidak di tapis karna spora akan berterbangan yang

akan langsung dihirup dan masuk melalui saluran pernafasan yang

mengakibatkan berbagai macam penyakit yang diakibatkan oleh jamur.

2. Kepada Badan Pengawas Obat-Obatan (BPOM) setempat hendaknya

meninjau penjualan Kacang Hijau di pasar agar menjual kacang Hijau yang

lama penyimpananya tidak terlalu lama.

3. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang Jamur yang

mengontaminasi bahan Makanan berbahan dasar Kacang Hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Asrul. 2009. “Populasi Jamur Mikotoksigenik dan Kandungan Aflotoksin Pada

Beberapa Contoh Biji Kakao (Theobroma Cacao L) Asal Sulawesi Tengah”.

Sulawesi Tengah. Vol.16. hal. 258-267.

Bilgrima, K. S. & R.N. Verma. 1994. Physiologi of fungi. 2nd

ed. Vikas Publishing

House PVT Ltd., Delhi. Pp 507.

Dewi, N.D. 2016. Identifikasi Fungi pada jamu Bubuk Yang dijual di Pasar

Tradisional Kota Kendari. Analis Kesehatan poltekes Kendari : Kendari

Elliott, Tom, dkk. (2002). Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi Edisi 4. Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 110.

Fardiaz, Srikandi. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:

185, 186, 188.

Gandjar, I., Sjamsuridjal, W & Oeteri, A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta.

Yayasan Obor Indonesia.

Hartono, R., Purwono. 2005. Teknik Budidaya . Kacang Hijau di berbagai kondisi

lahan dan Musim. Penebar Swadaya: Bogor.

http://id.wikipedia.org/wiki/Aspergillus_niger diakses 19 Mei 2015.

Indrawati, Gandjar. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia.

Irianto, Koes. 2013. “Parasitologi Medis”. Bandung : Alfabeta.

Jawetz, M & Adelberg‟s. (2005). Mikrobiologi Kedokteran Jilid 2 (Edisi 2). Jakarta :

Salemba Medika: 318, 348.

Jawetz, M & Adelberg‟s. (2013). Mikrobiologi Kedokteran (Edisi 25). Jakarta: Buku

Kedokteran EGC: 655.

Kumala W. 2006. “Mikologi dasar Kedokteran”. Jakarta : Universitas Trisakti. Link :

http:// repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/3432/1/08E00886.pdf.

Diakses 5 April 2016.

Lubis, Ramona Dumasari. (2008). Aspergillosis. (Online) http://repository.

usu.ac.id/bitstream/123456789/3432/1/08e00886.pdf diakses 18 Mei 2015: 3-

4.

Mustakim, M. 2012. Budidaya Kacang Hijau Secara Intensif. Pustaka Baru Press.

Yogyakarta. 140 hal.

Nasir abdul, dk. 2011. ”Metodologi Penelitian Kesehatan”. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Noverita. (2009). Identifikasi Kapang dan Khamir Penyebab Penyakit Manusia Pada

Sumber Air Minum Penduduk Pada Sungai Ciliwung dan Sumber Air

Sekitarnya. (Online) http://biologi.unas.ac.id:8080/publikasi/kapang

%2520pd%2520air%2520minum.pdf diakses 18 Mei 2015: 17.s

Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta: 56-

57, 156-157

Pratiwi, Sylvia T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga: 38-42.

Safitri, Ratu, Novel, Sinta Sasika. (2010). Medium Analisis Mikroorganisme (Isolasi

dan Kultur). Penerbit: Trans Info Media, Jakarta: 93.

Sasongkowati, Retno. (2012). 13 Terapi Buah Sakti Penghancur Penyakit.

Yogyakarta: Penerbit Indoliterasi: 117-118.

Widarti. 2016. Identifikasi Jamur Aspergillus sp Pada putu Kacang Hijau yang

diperjual belikan dibeberapa Pasar di kota Makassar. Politeknik Kesehatan

Makassar: Makassar

Waluyo, Lud. (2007). Mikrobiologi Umum Edisi Revisi. Malang: UMM Press: 249.

Yuniarti, Tuty. (2012). Media dan Reagensia. Kendari: Akademi Analis Kesehatan

(Tidak untuk dipublikasikan): 2-5.

Yuliawati, T. 2016. Pasti untung dari budi daya Jamur. Agromedia : Jakarta

Lampiran 6. Proses Penelitian Identifikasi Jamur Pada Kacang Hijau

Pembelian sampel Sampel kacang hijau

Sampel setelah penimbangan Media yang telah jadi

Proses penanaman sampel Hasil pertumbuhan jamur selama 3 x 24

ke media

Hasil pertumbuhan jamur pada sampel A (1 minggu) selama 3 x 24 jam

Hasil pertumbuhan jamur pada sampel B (1 bulan) selama 3 x 24 jam

Hasil pertumbuhan jamur pada sampel C (2 bulan) selama 3 x 24 jam

Perhitungan Jumlah Koloni Jamur Dalam Satuan CFU/mL

a) Sampel Kacang Hijau dengan Kode A

Diketahui :

Pengenceran 10-2

: 14 Koloni dengan Faktor pengenceran 0,001

Perhitungan :

Rumus : Pb = JK x

Pengenceran 10-2

Pb = 14 x

=

=14.000 CFU/mL

Maka jumlah koloni Jamur dalam satuan CFU/mL untuk sampel A

yaitu :

Pb A =

=

= 14.000

= 14.000 atau 14 x 103 CFU/mL

b) Sampel Kacang Hijau dengan Kode B

Diketahui :

Pengenceran 10-2

: 18 Koloni dengan Faktor pengenceran 0,001

Perhitungan :

Rumus : Pb = JK x

Pengenceran 10-2

Pb = 18 x

=

=18.000 CFU/mL

Maka jumlah koloni Jamur dalam satuan CFU/mL untuk sampel A

yaitu :

Pb A =

=

= 18.000

= 18.000 atau 14 x 103

CFU/mL

c) Sampel Kacang Hijau dengan Kode C

Diketahui :

Pengenceran 10-2

: 22 Koloni dengan Faktor pengenceran 0,001

Pengenceran 10-3

: 12 Koloni dengan Faktor pengenceran 0,001

Perhitungan :

Rumus : Pb = JK x

Pengenceran 10-2

Pb = 22 x

=

=22.000 CFU/mL

Pengenceran 10-3

Pb = 12 x

=

=12.000 CFU/mL

Maka jumlah koloni Jamur dalam satuan CFU/mL untuk sampel A

yaitu :

Pb A =

=

=

= 17.000 atau 17 x 103 CFU/mL

TABULASI DATA

IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus Sp PADA KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L) YANG DI JUAL DI PASAR BASAH

MANDONGA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

No Kode

Sampel

Tgl

Pembelian

Penanaman

Jamur

Hasil Isolasi

Jamur Pada

Media SDA

Pengamatan

Hasil pemeriksaan

Nama Jamur

pengenceran Jumlah

Koloni

(CFU/mL)

Batas

Cemaran ≤

1 x 104

CFU/mL

Aspergillus

Niger

Aspergillus

Flavus 10-2

10-3

10-4

10-5

1 A 22 juli Media

SDA

Ada

Pertumbuhan 3 x 24 Jam 14 5 3 1 14 x 10

3 Melewati

2 B 22 juli Media

SDA

Ada

Pertumbuhan 3 x 24 Jam 18 9 5 3 18 x 10

3 Melewati

3 C 22 juli Media

SDA

Ada

Pertumbuhan 3 x 24 Jam 22 12 8 3 17 x 10

3 Melewati

MASTER TABEL

IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus Sp PADA KACANG HIJAU (Phaseolus Radiatus L) YANG DI JUAL DI PASAR BASAH

MANDONGA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2017

No Kode

Sampel

Tgl

pembelian

sampel Penanaman

Jamur

Hasil Isolasi

Jamur pada

Media SDA Pengamatan

Hasil Pemeriksaan

Nama

Jamur

Pengenceran Jumlah

koloni

Jamur

(CFU/mL)

Batas Cemaran ≤

1 x 104

CFU/mL

A B C 10-2

10-3

10-4

10-5

Ada

Tidak

Ada Tidak

melewati

Mele

wati

1 A

22

jul

22

jul 22

jul

Media SDA - 3 x 24 Jam 14 5 3 1 14 x 103

-

Aspergillus

Niger dan

Aspergillus

Flavus

2 B Media SDA - 3 x 24 Jam 18 9 5 3 18 x 103 -

Aspergillus

Niger dan

Aspergillus

Flavus

3 C Media SDA - 3 x 24 Jam 22 12 8 3 17 x 103 -

Aspergillus

Niger dan

Aspergillus

Flavus

Jumlah 3 -

Presentase (100%) 100 0