identifikasi jamur aspergillus sp pada pakaian bekas...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus sp PADA PAKAIAN
BEKAS YANG DIJUAL DI PASAR PON JOMBANG
HALAMAN JUDUL KARYA TULIS ILMIAH
HUMBELINA MENEZES
171310024
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
ii
IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus sp PADA PAKAIAN
BEKAS YANG DIJUAL DI PASAR PON JOMBANG
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan
Menyelesaikan Studi di Progam Studi Diploma III Analis Kesehatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang
Disusun oleh :
HUMBELINA MENEZES
171310024
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
iii
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF FUNGUS Aspergillus Sp ON USED
CLOTHING SOLD IN THE PON JOMBANG MARKET
By;
Humbelina Menezes
Clothing is one of mankind’s needs, and every activity engaged in by man
surely requires clothing in order to cover and protect each body. Because in the
current era, it is the preferred to buy used clothing, which has become the most
affordable bran abroard. Examples of clothing of children’s (jackets), women’s
clothes (vest, dress, top, hot fit, shorts), mean’s clothes (jackets, trousers, shorts,
shirt, t-shirts, sweaters, boxers, panties). This test is done on mushrooms (mold or
yeast). The results pf the examination have been found mushroom Aspergillus Sp
and the Candida Sp. The purpose of this study is to find out the existence of the
same mold Aspergillus sp on used clothing sold in the Pon Jombang market.
This method is descriptive, where the research is conducted on Pon Jombang
and where the fungus Aspergillug Sp on old clothes sold on the Jombang market is
conducted in the Mycological Laboratory of the medical science academy medika
Jombang. Population is 3 used clothing sellers sold at the Jombang Pon market,
sampling techniques using a purposive sampling used number 10 used on Pon
Jombang market by the criteria of inclusions and exclusions. Research variable is
the Aspergillus Sp mold on secondhand clothes.
The study suggests that, there is the mold Aspergillus Sp with the type
Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus on 10 samples of used
clothing.
It may be concluded that the original Aspergillus Sp fungus was found on a
used clothing sold in the pon Jombang Market.
Key wards: Aspergillus Sp, used clothes.
iv
ABSTRAK
IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus Sp PADA PAKAIAN
BEKAS YANG DIJUAL DI PASAR PON JOMBANG
Oleh:
Humbelina Menezes
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan manusia, setiap aktifitas yang
dilakukan oleh manusia pasti memerlukan pakaian agar dapat menutupi dan
melindungi masing-masing tubuhnya. Karenadi era globalisasi saat ini lebih gemar
untuk membeli pakaian bekas impor, yang tergiur akan brand luar negeri dengan
harga yang terjangkau . Contoh pakaian yaitu pakaian anak (jaket), pakaian wanita
(vest, baju hangat, dress, rok, atasan, hot pants, celana pendek), pakaian pria (jaket,
celana panjang, celana pendek, kemeja, t-shirt, kaos, sweater, kemeja, boxer,celana
dalam). Pengujian ini dilakukan terhadap jamur (kapang atau khamir). Hasil
pengujinya ditemukan jamur Aspergillus Sp. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui adanya jamur Aspergillus Sp pada pakaian bekas yang dijual di pasar
Pon Jombang.
Metode Penelitianini bersifat deskriptif, tempat penelitian dilakukan di pasar
Pon Jombang dan tempat identifikasi jamur Asperggillus Sp pada pakaian bekas
yang dijual di pasar Pon Jombang dilakukan di Laboratorium Mikologi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Mendika Jombang. Populasi penelitian
ialah 3 orang penjual pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang, teknik
sampling menggunakan purposive sampling berjumlah 10 pakaian bekas yang
dijual di pasar Pon Jombang dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel
penelitian adalah jamur Aspergillus Sp pada pakaian bekas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, terdapat jamur Aspergillus Sp dengan
jenis Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus pada 10 sampel
pakaian bekas.
Dapat disimpulan bahwa telah ditemukan adanya jamur Aspergillus Sp pada
pakaian bekas yang dijul di pasar Pon Jombang.
Kata Kunci : Aspergillus Sp, Pakaian bekas.
v
vi
vii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
:
Nama : Humbelina Menezes
NIM : 171310024
Tempat, tanggal lahir : Timor-Leste, Uani uma,06 Oktober
1997 Institusi : STIKes ICMe Jombang
Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul Identifikasi Jamur Aspergilus
Sp Pada Pakaian Bekas yang dijual di pasar Pon Jombang, adalah bukan Karya Tulis
ilmiah milik orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumbernya.Demikian surat pernyataan ini saya buat
dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
mendapatkan sanksi.
Jombang, Juni 2020
Yang menyatakan
Humbelina Menezes
viii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Humbelina Menezes
NIM : 171310024
Jenjang : Diploma
Program Studi : Analis Kesehatan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyatakan bahwa karya tulis ilmiah
saya yang berjudul :
“Identifikasi Jamur Aspergillus Sp Pada Pakaian Bekas Yang Dijual Di Pasar
Pon Jombang“ Merupakan karya tulis ilmiah dan artikel yang secara
keseluruhan adalah hasil karya penelitian penulis, kecuali teori yang dirujuk dari
suber informasi aslinya.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya
Jombang 13 Agustus 2020
Saya yang menyatakan
Humbelina Menezes
NIM 171310024
ix
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Humbelina Menezes
NIM : 171310024
Jenjang : Diploma
Program Studi : Analis Kesehatan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyatakan bahwa karya tulis
ilmiah saya yang berjudul :
“Identifikasi Jamur Aspergillus Sp Pada Pakaian Bekas Yang Dijual Di
Pasar Pon Jombang “ Merupakan karya tulis ilmiah dan artikel yang secara
keseluruhan benar benar bebas dari plagiasi. Apabila di kemudian hari
terbukti melakukan proses plagiasi, maka saya siap di proses sesuai dengan
hukum dan undang-undang yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya
Jombang 13 Agustus 2020
Humbelina Menezes
NIM 171310024
Saya yang menyatakan
x
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Timor- Leste, Uato-Carbau, 06 Oktober 1997 dari pasangan
Ibu Terezinha Menezes dan Bapak Luis Guterres penulis merupakan putri ke enam
dari lima bersaudara.Tahun 2010 penulis lulus dari SD Kumo-Oli, tahun 2013
penulis lulus dari SMP EBC Uatu-Carbau, tahun 2016, penulis lulus dari SMA 12
De Novembro Becora Dili dan penulis masuk di STIKes “ Insan Cendekia Medika
Jombang” melalui jalur mandiri, pada tahun 2017. Penulis masuk sesuai
kompetensi sebelumnya, yaitu program studi DIII Analis Kesehatan.
Demikian Riwayat hidup dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, Juni 2020
Yang menyatakan
Humbelina Menezes
xi
MOTTO
ILMU ADALAH HARTA YANG TAK AKAN PERNAH HABIS
xii
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan yang Maha Esa, oleh karena
anugerah – Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Identifikasi
Jamur Aspergillus sp Pada Pakaian Bekas Yang Dijual di Pasar Pon Jombang”.
Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III Analis Kesehatan STIKes ICMe
Jombang. Rasa hormat, terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada Ayah dan Ibu tercinta atas semua bantuan moril maupun materi, motivasi,
dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang
penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini.
Proses penulisan karya tulis ini telah melewati perjalanan panjang dan
penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis juga menghaturkan rasa
terimakasih kepada
1. H. Imam Fathoni, S.KM., M.M selaku ketua STIKes ICMe Jombang,
2. Sri Sayekti, S.Si., M.Ked selaku kaprodi DIII Analis Kesehatan,
3. Lilis Majidah, S.Pd., M.Kes selaku pembimbing utama
4. Sri Lestari, S.KM yang telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam
membimbing atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun
karya tulis ilmiah ini.
5. Bapak & Ibu, kakak, keluarga, temam-teman serta semua pihak yang telah
memberikan saran dan masukan serta membantu penulis dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, karya
tulis ilmiah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran sangat
diharapkan oleh peneliti demi kesempurnaan ini dan semogga karya tulis ilmiah ini
dapat bermanfaat terutama bagi peneliti dan bagi kita semua.
Jombang, Juni 2020
Penulis,
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN.............................................................................. vii
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... viii
PERNYATAAN PLAGIASI ........................................................................ ix
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... x
MOTTO......................................................................................................... xi
KATA PENGATAR ..................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumus Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur .............................................................................................. 6
2.2 Aspergillus sp ................................................................................. 11
2.3 Metode Pemeriksaan Jamur ........................................................... 17
2.4 Inokulasi jamur............................................................................... 17
2.5 Pakaian ........................................................................................... 17
2.6 Pakaian Bekas ................................................................................ 18
xiv
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka konseptual ...................................................................... 21
3.2 Penjelasan Kerangka konseptual .................................................... 22
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 24
4.2 Waktu dan Tempat penelitian ........................................................ 24
4.3 Populasi Penelitian, Sampel dan Sampling .................................... 25
4.4 Kerangka kerja (Frame work) ........................................................ 26
4.5 Variabel dan definisi operasional variabel ..................................... 27
4.6 Pengumpulan data .......................................................................... 28
4.7 Teknik pengolahan dan Analisa Data ............................................ 31
4.8 Etika Penelitian .............................................................................. 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 34
5.3 Pembahasan .................................................................................... 40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 48
6.2 Saran .............................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 50
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi operasional variabel tentang Identifikasi jamur
Aspergillus sp Pada Pakaian bekas yang dijual di Pasar Pon
Jombang……............................................................................
...................................
27
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi pengambilan sampel pakaian bekas
berdasarkan penjualan di pasar Pon Jombang…………….…..
36
Tabel 5.2 Kondisi tempat penjual pakaian bekas, yang dijual di pasar
Pon Jombang pada tanggal 06 Juli 2020 ..…………………...
37
Tabel 5.3 Distribusi Kondisi Pakaian Bekas, yang dijual di pasar Pon
Jombang 06 Juli 2020 ……….………………………………
37
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan jamur Aspergillus sp
pada pakaian bekas, di Laboratrium Mikologi STIKes ICMe
Jombang 15 Juli 2020 ….…………………………………….
38
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan jamur Aspergillus Sp
dari 10 sampel pakaian bekas yang dijual di pasar Pon
Jombang ………....…………………………………………
38
Tabel 5.6 Hasil pertumbuhan koloni jamur pada media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA) (Makroskopis dan Mikroskopis) ……
39
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sel Khamir………………………………………………………... 7
Gambar 2.2 Jamur Rhizopus…………………………………………………… 8
Gambar 2.3 Jamur Aspergillus sp…………………………………………….. 13
Gambar 2.4 Jamur Aspergillus flavus………………………………………… 14
Gambar 2.5 Jamur Aspergillus niger…………………………………………. 15
Gambar 2.6 jamur Aspergillus fumigatus………………………………... 16
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual tentang Identifikasi jamur Aspergillus
sp pada pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang…..
21
Gambar 4.1 Kerangka kerja tentang Identikasi jamur Aspergillus sp pada
pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang ……..……..
26
xvii
DAFTAR SINGKATAN
SDA : Sabouraud Dextrose Agar
PDA : Potato Dextrose Agar
MEA : Malt Extract Agar
CDA : Czapek Dox Agar
CA : Carrot Agar
OMA : Oat Meal Agar
DRBC : Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar
TEA : TaogaExract6%SucroseAgar
ALT : Angka Lempeng Total
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran hasil penelitian
Lampiran 1 Pembelian sampel
Lampiran 2 Pembuatan Media SDA
Lampiran 3 Pengambilan sampel dan penanaman sampel
Lampiran 4 Pengamatan makroskopis dan mikroskopis
Lampiran 5 Hasil penelitian secara makroskopis
Lampiran 6 Hasil penelitian secara mikroskopis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baju ialah salah satu keperluan utama bagi manusia, tiap kegiatan yang
dicoba oleh manusia tentu membutuhkan baju buat dapat menutupi serta
melindungi tiap-tiap dirinya, sebab perilaku serta sikap warga. Di masa globalisasi
dikala ini lebih gemar buat membeli baju sisa impor, sebab tergiur hendak brand
luar negeri. Paling utama pada warga ekonomi kelas menengah, tidak hanya sebab
kebutuhan warga menyangka dengan menggunakan brand luar negeri hendak bisa
meningkatkan status sosial mereka oleh sebab itu membagikan kesempatan kepada
orang dengan menjual baju sisa dengan harga yang sangat terjangkau (Chandradewi
et al., 2018).
Di Indonesia penjualan baju sisa sangat banyak ada di kota-kota besar
semacam Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang serta kota-kota yang lain. Banyak
penjualan baju sisa ini disebabkan oleh begitu besarnya atensi konsumen terhadap
baju impor. Dari luar negeri sangatlah ditunggu-tunggu serta diincar banyak
konsumen, namun berbahaya dari produk benda sisa tersebut yang tidaknyaman
serta tidak higienis, hendak namun konsumen seolah tidak menghiraukan pada
kesehatan. Baju sisa tersebut teruji atensi belih terhadap baju sisa ini, sangat
banyak, tidak cuma konsumen kelas dasar saja, namun konsumen kelas menengah
serta kelas atas juga memiliki atensi belih terhadap baju sisa tersebut. Rata-rata
konsumen yang membelih baju sisa tersebut disebabkan mau nampak stylis dengan
budged sebab umumnya di toko-toko tersebut senantiasa menyediakan pakaian-
2
pakaian sisa yang memiliki brand-brand yang sangat bagus serta terbilang mahal
sehingga konsumen bisa membeli baju brand-brand dengan harga yang sangat
murah, dibandingkan dengan toko di mall yang sangat mahal (Janna, 2017).
Negeri Indonesia bagaikan negeri tropis serta jadi tempat yang produktif buat
perkembangan jamur, sehingga jamur banyak jadi peradangan pada kulit serta kuku
manusia sehingga menimbulkan suatu penyakit (Arta, 2016). Kementrian
Perdagangan sudah melaksanakan pengujian terhadap 25 contoh baju sisa yang
terletak di pasar Senen Jakarta terdiri atas sebagian contoh baju ialah baju anak
(jaket), baju perempuan (vest, pakaian hangat, dress, rok, atasan, hot pants, celana
pendek), baju laki-laki (jaket, celena panjang, celana pendek, kemeja, t- Shirt, kaos,
sweter, kemeja, boxer, celana dalam). Penguji ini dicoba terhadap jamur (kapang
ataupun khamir). Bersumber pada hasil pengujian yang dicoba ditemui beberapa
koloni jamur yang diarahkan oleh parameter pengujian angka lempeng total (ALT)
ialah jamur Aspergillus Sp serta Candida Sp.
Di dalam baju sisa diprediksi memiliki jamur Aspergillus Sp serta Candida Sp
yang beresiko buat kesehatan manusia yang bisa menimbulkan gatal-gatal, alergi,
apalagi peradangan pada saluran kencing, sebagian jamur tersebut hidup dalam
debu serta kondisi lembab kesimpulannya melekat pada baju sisa buat tumbuh biak.
Pada seluruh contoh baju sisa yang nilainya lumayan besar mempunyai isi jamur
sebesar 36. 000 koloni/gram (Kementrian perdagangan Republik Indonesia, 2015).
Penyakit kulit terus menjadi berkembang, perihal ini dibuktikan dari informasi
Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang menampilkan kalau penyakit kulit dan
subkutan jadi peringkatan ketiga dari 10 penyakit paling banyak pada penderita
rawat jalur di rumah sakit Indonesia bersumber pada jumlah kunjungan ialah
3
sebanyak 192.414 sedangkan dari informasi dinas Kesehatan kota Kediri
menyatakan penyakit kulit peradangan terletak di urutan ke-8 dengan prevalensi
4,32% serta pada tahun 2010 menampilkan kalau penyakit kulit peradangan dengan
jumlah pengidap 39.267 orang ataupun 5,90% menduduki urutan kelima sehabis
penyakit peradangan kronis lain pada saluran pernafasan atas, hipertensi, penyakit
pada sistem otot serta jaringan pengikat dan penyakit lain pada saluran pernafasan
atas (Hura, 2015 dalam Kemkes, 2011).
Baju sisa yang sudah digunakan oleh orang-orang tadinya yang tidak jelas
bagaimana kondisinya, apakah bersih ataupun terbebas dari berbagai penyakit.
Terlebih beberapa barang tersebut diharapkan dari luar negeri dimana yang kita
ketahui kalau pergaulan disitu sangat leluasa. Pada baju sisa tersebut dapat saja ada
bermacam bakteri ataupun jamur yang berisiko serta bila tidak hati-hati dapat saja
pengguna baju sisa hendak terserang bermacam berbagai penyakit kulit, spesialnya
penyakit kulit yang diakibatkan oleh jamur, sebab jamur yang melekat pada kulit
seorang dapat melekat pada baju yang dipakainya, sehingga apabila baju itu
digunakan orang lain, tidak menutup kemungkinan jamur tersebut hendak melekat
pada kulit orang lain yang menggunakan baju tersebut ( Arta, 2016).
Pencemaran mikroba pada baju sisa tersebut bisa memunculkan penyakit
yang berawal dari kontak langsung dengan kulit atau melalui tangan manusia. Dari
kontak dini ini setelah itu bawa peradangan yang masuk ke mulut, hidung serta
mata. Buat perkembangan jamur membutuhkan keadaan habitat yang memiliki
kelembaban besar tersedianya bahan organik serta tersedianya oksigen yang
lumayan buat kelangsungan hidupnya.
4
Pemeriksaan jamur Aspergillus Sp terdiri dari makroskopis serta mikroskopis
pada pengamatan makroskopis bertujuan untuk mengetahui adanya jamur
Aspergillus Sp pada media SDA yang dilakukan dengan inokulasi jamur dan
pengamatan mikroskopis jamur bertujuan untuk mengetahui adanya tipe jamur
yang mengontaminasi sesuatu ilustrasi yang dicoba dengan memandang identitas
jamur dibawah mikroskopis. Akibat yang biasa ditimbulkan dengan terdapatnya
jamur pada pakaian bekas bisa disebabkan oleh beberapa faktor misalnya, karena
membiarkan pakaian dalam kondisi lembab dan ditempat tertutup sehingga kulit
terasa gatal pada konsumen yang tidak perhatikan higienes pada pakaian bekas
Pencegahan jamur pada pakaian bekas yang dibeli dengan cara merendam pada
air rebusan dan juga tambahan deterjen atau zat pemutih oksidasi kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari dan pastikan prosses pencuciannya benar-
benar bersih dan kering baru bisa dipakai. Jauhi mengenakan baju yang tidak
melanda keringat sehabis terkenah air. Hendaknya lekas dikeringkan sebab jamur
senang dengan tempat yang lembab.
Dari penjelasan di atas sebaiknya masyarakat lebih berhati-hati dalam membeli
baju sisa yang dijual di tempat universal semacam di pasar. Bersumber dari
permasalahan latar belakang tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan berjudul “ Identifikasi jamur Aspergillus Sp pada pakaian bekas yang
dijual di pasar Pon Jombang”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat jamur Aspergillus sp pada pakaian bekas yang dijual di pasar Pon
Jombang?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya jamur Aspergillus sp pada pakaian bekas yang dijual
di pasar Pon Jombang.
1.4 .Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Sebagai wawasan ilmiah terhadap pembaca dan masyarakat tentang jamur
Aspergillus sp pada pakaian bekas.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat sebagai pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang
bahaya kesehatan pada pakaian bekas, khususnya bagi konsumen yang
terbiasa dengan pakaian bekas agar berhati-hati dalam membeli pakaian
bekas.
b. Bagi tenaga kesehatan sebagai informasi kepada tenaga kesehatan
tentang jamur Aspergillus sp pada pakaian bekas.
c. Bagi peneliti berikutnya untuk menambahkan dalam pengembangan
penelitian tentang jamur Aspergillus Sp pada pakaian bekas.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jamur
2.1.1 Pengertian umum tentang jamur
Jamur ialah organisme uniseluler ataupun multiseluler, biasanya berupa benang
yang disebut dengan hifa, bercabang- cabang membentuk bangunan semacam
anyaman yang disebut miselium, bilik sel memiliki kiti, eukariotik serta tidak
berklorofil, hidup secara heterotrof dengan jalur saprofit. Habitat jamur secara
universal ada di darat serta tempat yang lembab. Di alam ada dekat 200.000 spesies
jamur namun cuma dekat 100 spesies yang bertabiat pathogen pada manusia (Arta,
2016).
Hifa pada jamur yang bertabiat parasit umumnya mengalami modifikasi jadi
haustoria ialah organ penyerap santapan dari substrat, jamur tidak mempunyai
pangkal, batang, daun serta sistem pembuluh semacam pada tanaman tingkatan
besar tiap lembar benang/hifa serta kumpulan hifa dinamakan miselium. Diameter
hifa berkisar antara 0,5-100 ataupun lebih. Jamur hidup pada area yang bermacam-
macam tetapi sebagian besar jamur hidup di tempat yang lembab. Habitat jamur
terletak didarat (terestrial) serta di tempat lembab dengan temperatur maksimal
berkisar 290C hingga 350C, temperature maksimunya berkisar antara 270C hingga
290C serta temperature sedikit kurang lebih 500C. Jamur pula bisa hidup di area
yang asam (Hidayatullah et.al., 2018).
Jamur ialah salah satu mikroorganisme pemicu penyakit pada manusia.
Jamur ialah mahluk hidup kosmopolitan yang berkembang dimana saja dekat
7
dengan kehidupan manusia, baik dibawa tanah, air, baju, apalagi di badan manusia
sendiri. Jamur dapat menimbulkan penyakit yang lumayan parah untuk manusia
(Hasanah, 2017).
2.1.2 Morfologi jamur
Pada biasanya jamur memiliki sel banyak (multiseluler) misalnya jamur
merang serta jamur tempe, namun terdapat pula yang bersel tunggal (uniseluler )
semacam ragi ataupun yest saccharomyces. Jamur yang multiseluler tersusun atas
benang-benang yang diucap dengan hifa. Apabila dilihat dengan mikroskop
nampak wujud hifa ini bersekat-sekat (bersepta) serta tidak bersekat. Morfologi
jamur dipecah menjadi 2 ialah;
1. Yeast (khamir)
Khamir merupakan wujud sel tunggal dengan tumbuh biak secara bertunas,
khamir ini mempunyai wujud sel yang lebih besar daripada mayoritas kuman
namun mempunyai wujud sel sangat kecil tidak sebesar kuman terbanyak. Khamir
sangat bermacam-macam ukurannya berkisar antara 1-5 µm lebarnya serta
panjangnya dari 5-30 µm ataupun lebih, umumnya berbentuk telur, oval, slinder,
batang (Khoirunnisak, 2018).
Gambar 2.1 sel khamir
Sumber: https://kamriantiramli.files.wordpress.com/2011/06/6.jpg
8
2. Mold (Kapang)
Terdiri dari 2 bagian miselium serta spora (sel resisten, rehat ataupun dorman).
Miselium ialah kumpulan sebagian filament yang dinamakan hifa. Tiap hifa
lebarnya 5-10 µm dibandingkan sel kuman yang umumnya berdiameter 1 µm
(Khoirunnisak, 2018).
Gambar 2.2 jamur rhizopus
Sumber: https://usaha321.net/wp-content/uploads/2016/06/Rhizopus-stolonifer.png
2.1.3 Sifat umum jamur
Jamur hidup secara heterotrof dengan menguraikan bahan-bahan organik yang
terdapat di lingkungannya. Misalnya jamur hidup dari penguraian sampah-sampah
organik semacam bangkai, sisa-sisa tanaman, santapan. Terdapat pula jamur yang
hidup sebagai parasit dengan memperoleh bahan organik dari inangnya semacam
kulit manusia, hewan serta tumbuhan (Janna, 2017).
Pada biasanya jamur tumbuh biak dengan spora yang dihasilkan oleh
sporagium. Bersumber pada tempat pembuat spora jadi 3; ialah Ascomicetes; jamur
ini membentuk spora pada kanong yang diucap askus seperti Penicillium sp.
Basidiomycetes; jamur ini membentuk spora pada perlekatan botol, jamur ini
berdimensi besar semacam jamur telinga. Deuteromycetes; jamur ini berkembang
9
pada roti, sisa santapan, tongkol jagung, kotoran ternak serta manusia. Umumnya
tercantum kelompok jamur pemicu penyakit semacam panu serta Aspergillus
fumigatus pemicu penyakit saluran pernafasan bersumber pada gunanya dibedakan
2 berbagai hifa, ialah hifa fertil serta hifa vegetatif. Hifa fertil merupakan hifa yang
biasa membentuk sel-sel reproduksi ataupun spora-spora. Hifa vegetatif merupakan
hifa yang berperan buat meresap santapan dari substrat.
2.1.4 Ciri-ciri fungi jamur
Ciri-ciri umum fungi yaitu eukariotik, tidak dapat berfotosintese, bersifat
heterotrof, ada yang uniseluler namun umumnya multiseluler, struktur tubuh belum
memiliki akar, batang dan daun hanya berupa halus yang tersusun deretan sel yang
berbentuk benang, yaitu hifa benang-benang hifa membentuk anyaman disebut
misellium. Fungi ialah organismee eukariotik yang mempunyai identitas bagaikan
berikut:
a. Berbentuk benang tunggal / bercabang (hifa)
b. Memiliki spora serta memproduksi spora
c. Tidak mempunyai klorofil, sehingga tidak berfotosintesis
d. Tumbuh biak secara intim serta aseksual
e. Badan berfilamen serta bilik sel memilki khitin.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan jamur
Perkembangan jamur dipengaruhi beberapa faktor yang diuraikan sebagai
berikut:
a. Kelembaban
Pada biasanya jamur tingkatan rendah semacam Rhizopus ataupun Mucor
membutuhkan area dengan kelembaban 90%, sebaliknya kapang Aspergillus,
10
Penicilium, Fusarium serta banyak Hyphomycetes lainya bisa hidup pada
kelembaban yang lebih rendah, ialah 80%. Jamur yang tergolong Xerofilik tahan
hidup pada kelembaban 70%, misalnya Wallemia sebi, Aspergillus glaucus, banyak
strain Aspergillus tamari serta Aspergillus flavus.
b. Suhu
Bersumber pada kisaran temperature area yang baik buat perkembangan, jamur
bisa dikelmpokkan bagaikan jamur psikrofil, mesofil serta termofil. Mengenali
kisaran perkembangan sesuatu jamur sangat berarti paling utama apabila isolat-
isolat tersebut hendak digunakan di industri. Misalnya, jamur yang Termofil
ataupun termoteleran (Candida tropicalis, Paecilomyces varioti serta Mucor
miehei), bisa membagikan produk yang maksimal walaupun terjalin kenaikan
temperatur, sebab metabolisme jamurnya, sehingga industri tidak membutukan
akumulasi perlengkapan pendingin.
c. Derajat keasaman lingkungan
Biasanya jamur menyenangi pH dibawah 7,0. Jenis-jenis khamir tertentu
apalagi berkembang pada pH yang lumayan rendah, ialah pH 4,5-5,5.
d. Bahan kimia
Bahan kimia kerap digunakan untuk menghindari perkembangan jamur,
misalnya, natrium benzoate dimasukkan ke dalam bahan pangan sebagai pengawet
sebab senyawa tersebut tidak bersifat toksik untuk manusia. Senyawa formalin pula
disemprotkan pada tekstil yang hendak disimpan dalam waktu tertentu saat sebelum
dijual. Perihal ini paling utama untuk menghindari perkembangan kapang yang
bersifat selulotik, semacam Chaetomium globasum, Aspergillus niger serta
Cladosporium cladosporides yang bisa merapuhkan tekstil, ataupun meninggalkan
11
noda-noda gelap akibat sporulasi yang terjalin, sehingga merendahkan mutu bahan
tersebut (Janna, 2017 dalam Indrawati, 2016:44).
2.2 Aspergillus Sp
2.2.1. Pengertian Aspergillus Sp
Aspergillus Sp merupakan salah satu tipe mikroorganisme yang tercantum
jamur serta tercantum dalam mikroorganisme eukariotik. Fungi ini umumnya
berkembang berkoloni pada makanan, baju serta alat-alat rumah tangga. Biasa
berkembang di wilayah beriklim dingin ataupun wilayah tropis, reproduksi secara
vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin.
Aspergillus sp secara mikroskopis dicirikan bagaikan hifa bersepta serta
bercabang, konidiofora timbul dari foot cell (miselium yang bengkak serta
berdinding tebal) menandakan konidia yang membentuk rantai bercorak hijau,
gelap, ataupun coklat. Aspergillus merupakan suatu jamur yang tercantum dalam
kelas Ascomycetes yang bisa ditemui dimana-mana. Dia berkembang bagaikan
saprofit pada tumbuh-tumbuhn yang membusuk serta ada pula di tanah, debu
organik, santapan serta ialah kontaminan yang umum ditemui di rumah sakit serta
laboratorium. Aspergillus tumbuh berkembang biak dengan pembuatan hifa
ataupun tunas serta menciptakan konidiofora pembuatan spora. Sporanya tersebar
leluasa di hawa terbuka sehingga inhalasinya tidak bisa.
Aspergillus mempunyai tangkai-tangkai panjang (Conidiophores) yang
mendukung kepalanya yang besar (vesicle), di kepala ini terdapat spora yang
membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. Aspergillus sanggup
berkembang pada temperature 370C (Syaifuddin, 2017).
12
2.2.2 Klasifikasi Aspergillus sp
Bagi Hidayatullah (2018), klasifikasi dari Aspergillus sp bagaikan berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus Sp
2.2.3 Morfologi Aspergillus Sp
Aspergillus Sp mempunyai hifa 2,5-8µm, bercabang semacam tumbuhan
ataupun kipas serta misellium bercabang, sebaliknya hifa yang timbul di atas
permukaan ialah hifa fertile koloninya berkelompok, konidiofora bersepta ataupun
nonsepta yang timbul dari sel kaki, pada ujung hifa timbul suatu gelembung, pada
sterigma timbul konidium-konidium yang tersusun berentetan mirip wujud untaian
mutiara, konidium-konidium ini bercorak (gelap, coklat, kuning tuaa, hijau) yang
memberikan corak tertentu pada jamur secaraa universal.
Menurut Hidayatullah (2018), Aspergillus Sp memiliki konidio spora sebagai
alat perkembangan biakan, mempunyai hifa bersekat dan bercabang, mempunyai
konidiofor ialah hifa yang berkembang tegak pada permukaan substrat timbul dari
foot cell. Secara makroskopis pada media biakan, Aspergillus Sp hendak
berkembang membentuk koloni granula, berserabut dengan beberapa warna
bergantung pada jenisnya. Aspergillus fumigatus mempunyai koloni bercorak hijau,
Aspergillus niger bercorak gelap serta Aspergillus flavus bercorak putih ataupun
13
kuning. Secara mikroskopis Aspergillus Sp hendak nampak terdapatnya hifa
bersekatan serta bercabang, pada bagian ujung hifa hendak konidiofor yang
wujudnya semacam bunga. Konidiofor mempunyai bagian yang membengkak serta
bundar di ujungnya yang disebut fesikel. Aspergillus Sp bisa dilihat pada foto
berikut;
Gambar 2.3 Jamur Aspergillus sp
Sumber : http://artikelteknikkimia.blogspot.com/2011/12/jamur-fungi.html
2.2.4 Identifikasi Aspergillus Sp
Aspergillus Sp yang berkembang di pengembang biakan, menciptakan hifa
koloni mampu bercorak, coklat, hitam, hijau, kuning, putih atau bercorak lainnya
tergantung pada tiap-tiap jenisnya (Hura, 2015).
Aspergillus sp dapat digolongkan dalam 3 kelompok ialah : Aspergillus
flavus, Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus.
14
1. Aspergillus flavus
Sifat morfologinya yaitu bersepta, misellia bercabang, berwarna putih atau
kuning. Aspergillus flavus menyebabkan aflaktoksin (racun).
Gambar 2.4 Jamur Aspergillus flavus
Sumber: https://idabagusindra9.blogspot.com/2017/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Klasifikasi Aspergillus flavus;
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus flavus
Aspergillus flavus menghasilkan konidia yang bentuk dan ukurannya agak
bervariasi, memiliki dinding yang relatif tipis dan berkisar dari yang halus hingga
agak kasar.
15
2. Aspergillus niger
Ialah fungi bermula filum Ascomycetes yang berfilamen, memiliki hifa bersepta
serta mampu ditemukan melimpah di alam, fungi ini umumnya diisolasi melewati
tanah, sisa tumbuhan serta udara di dalam ruangan. Koloninya bercorak putih serta
berganti sebagai hitam selagi konidia dibentuk, kepala konidia bermula Aspergillus
niger bercorak hitam, bulat, mengarah.
Gambar 2.5 Jamur Aspergillus niger
Sumber: https://www.studyblue.com/notes/note/n/mycology/deck/3946253
Menurut Van Tieghem, 1867 klasifikasi Aspergillus niger sebagai berikut;
Domain : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Pezizomykotina
Kelass : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus niger
16
3. Aspergillus fumigatus
Ialah jenis fungi dalam genus Aspergillus serta ialah salah satu jenis Aspergillus
yang mengakibatkan penyakit di perseorangan beserta defisiensi imun. Aspergillus
fumigatus biasanya tersebar di belantara alam dan ditemukan dalam tanah dan
bahan organik.
Klasifikasi ilmiah Aspergillus fumigatus
Kingdom : Fungi
Divison : Ascomycot
Klass : Eurotiomycetes
Ordo : Eurtiales
Family : Trichocomaceas
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus fumigatus
Representasi Aspergillus fumigatus pada mikroskopis mempunyai tangkai-
tangkai panjang (chonidiophores) yang mendukung kepala yang besar (vesicle)
pada kepalanya terdapat spora yang menerbitkan sel haddil lewat rantai panjang
spora. Aspergillus fumigatus ini bisa berkembang di suhu 370C.
Gambar 2.6 jamur Aspergillus fumigatus
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Aspergillus_fumigatus
17
2.3. Metode pemeriksaan jamur
Pemeriksaan jamur terdiri oleh pemeriksaan makroskopis serta mikroskopis.
Dalam pemeriksaan makroskopis jamur bermaksud untuk melihat ada tidaknya
pertumbuhan jamur di media serta pemeriksaan mikroskopis jamur bermaksud
untuk melihat macam-macam jamur yang mengkontaminasi satu sampel yang
dilakukan dan memprediksi macam-macam jamur di bawah mikroskopis (Janna,
2017 dalam Yulliawati, 2017).
2.4. Inokulasi jamur
Inokulasi jamur adalah proses pemindahan jamur dengan memakai jarum ose
bulat agar hifa yang berupa semacam benang yang gampang diambil agar mudah
berkembang pada media.
Inokulasi jamur adalah suatu proses pemindahan jamur dari lingkungan alam
bebas untuk menumbuhkannya di suatu medium buatan, gunanya agar diperoleh
biakan murni di dalam medium buatan tersebut (Janna, 2027 dalam Waluyo, 2007).
2.4.1. Media inokulasi jamur
Biasanya memakai Potato Dextrose Agar (PDA), Malt Extract Agar (MEA),
Czapek Dox Agar (CDA), Oat MealAgar (OMA), Dichloran Rose Bengal
Chloramphenicol Agar (DRBC), Taoga Exact 6% Sucrose Agar (TEA) (Janna,
2017 dalam Indrawati, 2016).
2.5. Pakaian
2.5.1. Pengertian umum pakaian
Baju merupakan kebutuhan pokok manusia tidak hanya makanan serta tempat
berteduh ataupun tempat tinggal. Manusia memerlukan baju buat melindungi serta
menutupi dirinya, tetapi bersamaan dengan pertumbuhan kehidupan manusia, baju
18
pula digunakan sebagai symbol status, jabatan ataupun peran seorang yang
memanfaatkannya. Baju pula tingkatkan keamanan sepanjang aktivitas beresiko
semacam memasak dengan memberikan penghalang antara kulit serta area. Baju
pula membagikan penghalang higienes, melindungi racun dari tubuh serta
menghalangi penularan bakteri https: //Id.Wikipedia.Org/Wiki/Pakaian.
2.5.2. Fungsi pakaian
a. Untuk melindungi pemakaian merasa nyaman
b. Melindungi bagian yang tidak terlihat
c. Melindungi bagian badan yang tidak terlihat
d. Melindungi dari unsur-unsur yang mengganggu semacam hujan, salju,
panas dan matahari.
2.6. Pakaian bekas
2.6.1 Pengertian pakaian bekas
Baju ialah kebutuhan manusia yang mana dalam kamus besar bahasa
Indonesia, baju dimaksud bagaikan sesuatu benda yang digunakan (pakaian, celana
dsb). Penafsiran sisa itu sendiri merupakan sisa. Jadi baju sisa merupakan pakaian,
celana ataupun penutup badan manusia yang sempat digunakan oleh orang lain serta
digunakan kembali oleh orang yang baru mempunyai baju tersebut. Baju sisa
merupakan baju yang sudah dipakai oleh warga luar negeri kemudian diimpor buat
diperdagangkan dalam negeri (Wahyuningrum, 2017).
Baju sisa ialah baju yang dibeli serta dipakai dari konsumen awal setelah itu
dijual kembali pada konsumen yang kedua ataupun juga seterusnya. Baju ini
mempunyai energi tariknya tertentu untuk warga ialah tidak hanya mempunyai
mutu yang baik dan harga yang murah. Baju sisa di Kendari Bunda Kota provinsi
19
Sulawesi Tenggara ialah salah satu tempat yang sangat aman buat membelih baju
sisa imporr. Model sisa produk dari bermacam negeri seperti Australia, Jepang,
Cina, Singapore serta Malaysia. Nyaris seluruh pasar di kota Kendari sediakan
penjualan baju sisa impor tersebut (Janna, 2017).
Bersumber pada pesan dari Kementrian perdagangan tentang bahaya baju sisa
impor sangatlah membuat para konsumen takut hendak isi jamur serta kuman yang
ada pada tiap baju sisa impor tersebut serta yang lebih mencermati lagi merupakan
ketidak tahuan warga ataupun data yang didapat tentang bahaya yang ditimbulkan
oleh tiap baju sisa impor tersebut serta itu pula dengan penjualan baju sisa impor
yang tidak mengenali perihal tersebut, memanglah secara kasat mata tidak bisa
dikenal apakah baju tersebut memiliki jamur ataupun tidak, cuma bisa dikenal
dengan metode riset ialah melalui laboratorium (Salahuddin & S.H, 2015).
Jamur yang bisa hidup pada baju sisa adalah sebagai berikut;
a. Aspergillus Sp
Aspergillus Sp ada di alam bagaikan saprofit, berkembang di wilayah tropik
dengan kelembaban yang besar. Walaupun ada lebih dari 100 spesies, tipe yang bisa
memunculkan penyakit pada manusia yakni Aspergillus flavus, Aspergillus niger
yang seluruhnya meluas dengan transmisi inhalasi. Aspergillus niger pula sanggup
memproduksi mikotoksin, sebab mempunyai gen yang memproduksinya. Habitat
Aspergillus dalam tanah, keadaan yang menguntungkan meliputi kandungan air
yang besar serta temperature yang besar Aspergillus Sp bisa berkembang secara
kilat menciptakan hifa aerial ataupun hifa fertile dengan panjang karakteristik
struktur konidia yang khas.
20
b. Candida Sp
Candida albicans hidup bagaikan saprofit, ialah flora wajar pada mulut,
kerongkongan, saluran pencernaan, Miss V serta di alam ditemui di tanah, air,
serangga serta tumbuh-tumbuhan. Candida albicans gampang berkembang pada
temperature 20-370C, tahan terhadap suhu dingin namun sensitif terhadap
temperature panas 50-600C (Janna, 2017).
2.6.2. Penindakan jamur pada baju bekas
Baju sisa bisa jadi tempat berkembang biakan jamur. Jamur yang ada pada
baju sisa mungkin ialah jamur patogen yang bisa memunculkan penyakit kulit serta
saluran pernafasan pada konsumennya.
Terdapat sebagian penindakan yang pas saat sebelum baju sisa digunakan, antara
lain:
1. Memisahkan baju sisa dengan baju kotor yang lain
2. Cuci memakai sabun setelah itu dilanjutkan dengan cairan antiseptik semacam
cairan pemutih (bleaching).
3. Merebus ataupun merendam baju dengan air panas mendidih (1000C) sepanjang
5 menit.
4. Sehabis direbus ataupun merendam, dicuci dengan sabun, dijemur serta
disetrika dengan temperature yang disesuaikan dengan bahan (Hura, 2015).
21
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka konsep
Kerangka konsep ialah satu penjelasan atau perincian serta penggambaran atas
ikatan maupun relevansi masa ide dan variabel yang diamati dan diukur lewat
observasi yang nanti dilakukan.Kerangka pada penilitian ini seperti gambar 3.1
yang disajikan di bawah ini.
: Yang diteliti
: Tidak diteli
Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang indentifikasi jamur Aspergillus sp pada pakaian
bekas yang dijual di pasar Pon Jombang.
Aspergillus sp Candida sp Bahan makanan,roti
tawar,tempe,terigu,kacang hijau.
Pakaian Bekas
Kondisi pakaian Kondisi tempat jualan
Alergi,gatal-gatal, panu, pilek
Mikroskopis Makroskopis
Media SDA Koloni media SDA
KOH 10% Tidak positif
Aspergillus; Berarti
tidak tumbuh koloni
jamur.
Positif Aspergillus
tumbuh koloni
granula,berkelompok
dan koloni berwarna
hijau,putih, abu-abu
atau kuning, coklat
dan hitam.
Positif Aspergillu: spora,
Hifa bersekat, bercabang
bentuknya seperti pohon,
ujungnya seperti bunga.
Negatif Aspergillus:Tidak
ditemukan ciri-ciri
Aspergillus
22
3.2. Penjelasan kerangka konseptual
Dari kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan bahwa Aspergillus sp
berasal dari kata latin yang berarti “spargere “artinya kumpulan jamur. Aspergillus
sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur dan termasuk
dalam mikroorganisme eukariotik biasanya tumbuh pada bahan makanan, roti
tawar, tempe, terigu, kacang hijau, pakaian bekas dan alat-alat rumah tangga seperti
yang terterang di atas.
Pakaian bekas merupakan pakaian yang sudah dipakai oleh konsumen
pertama dan akhirnya dijual kembali pada konsumen yang kedua dan seterusnya.
Oleh karena hal ini akan dapat menyebabkan kontaminasi berbagai zat dari
konsumen pertama tersebut, seperti bekas partikel ragi, feses, bekas ludah dan
bakteri kulit seperti panu dan juga bakteri vagina yang melekat pada pakaian
tersebut. Jamur paling banyak ditemukan di daerah ketiak dan pangkal paha, jika
baju seperti di bagian leher, karena tempat-tepat tersebut menyebabkan hidupnya
jamur pada pakain bekas tersebut.
Tempat penjualan juga adalah faktor penyebab timbulnya jamur pada
pakaian bekas yaitu lingkungan tempat penjualan yang kotor, lembab serta
bencampur dengan penjual lainnya, tempat penimpanan pakaian yang tidak bersih
dan akhirnya menyebabkan penyakit pada konsumen seperti gejala munculnya
gata-gatal pada bagian tubuh, alergi, panu, pilek pada bagian luar tubuh dan dalam
tubuh.
Pada identifikasi jamur Aspergillus sp pada pakaian bekas yang dijual di
pasar Pon Jombang menggunakan pemeriksaan Swab pakaian, dengan
menggunakan metode makroskopis dan mikroskopis, untuk makroskopis
23
menggunakan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) agar mengetahui ada
tidaknya koloni jamur Aspergillus sp, untuk mikroskopis mengunakan reagen KOH
10% untuk melihat adanya ciri-ciri jamur Aspergillus sp seperti yang terterang pada
kerangka konseptual.
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan rancangan penelitian
4.1.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif. Peneliti
menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan hasil identifikasi jamur
Aspergillus Sp yang dijual di pasar Pon Jombang.
4.1.2. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ialah kerangka yang didesain oleh peneliti sebagai
agenda observasi (research plan). Rancangan observasi atau rencana peneliti mulai
dari merumuskan masalah, menentukan tujuan, mencari jurnal, yang berkaitan
dengan penelitian ini, membuat variabel yang diteliti.
4.2. Waktu dan tempat penelitian
4.2.1. Waktu penelitian
Waktu riset ini diawali dari perencanaan serta penataan proposal hingga dengan
laporan akhir semenjak bulan Maret hingga Agustus 2020.
4.2.2. Tempat penelitian
Tempat riset ini di pasar Pon Jombang kemudian tempat identifikasi jamur
Aspegillus Sp dilakukan di Laboratorium Mikologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang Jalan Halmahera nomor 33.
25
4.3 Populasi penelitian sampel dan sampling
4.3.1 Populasi penelitian
Menurut Margono (2010:118) kalau populasi merupakan segala informasi
yang menjadi atensi kita dalam sesuatu ruang lingkup serta waktu yang kita
tentukan. Populasi pada periset ini merupakan baju sisa yang dijual oleh penjual di
pasar Pon Jombang. Total populasi merupakan seluruh baju yang dijual oleh 3
penjual baju sisa.
4.3.2 Sampel penelitian
Bagi Notoatmojo (2003) sampel adalah sebagian objek yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti serta dikira mewakili segala populasi. Sampel yang
digunakan pada riset ini adalah sebagian ataupun mewakili populasi yang diteliti
ialah pada 10 baju sisa yang diambil dari populasi secara acak ataupun random yang
dijual di pasar Pon Jombang.
4.3.3. Sampling penelitian
Sampling merupakan metode pengambilan ilustrasi yang dicoba sedemikian
rupa sehingga diperoleh ilustrasi contoh (Pujiati, 2018). Dalam riset ini metode
yang digunakan merupakan metode purposive sampling ialaah tata cara penetapan
ilustrasi tertentu yang dinilai cocok dengan tujuan ataupun permasalahan riset
dalam suatu populasi (Pujiati, 2018 dalam Nursalam, 2008).
26
4.4. Kerangka kerja (frame work)
Gambar 4.1 Kerangka kerja tentang Identifikasi jamur Aspergillus sp pada pakaian bekas
yang dijual di pasar Pon Jombang
Populasi
Pakaian bekas yang dijual oleh 3 penjual dipasar Pon Jombang
Sampel
Sebagian Pakaian bekas
Pengumpulan Data
Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Pengolahan data
Editing, Coding, Tabulating
Analisa data
Sampling
Purposive sampling
Identifikasi masalah
Desain Penelitian
Penyusunan
27
4.5. Variabel dan definisi operasional variabel
4.5.1. Variabel penelitian
Variabel merupakan suatu yang digunakan bagaikan karakteristik, watak,
ataupun dimensi yang dipunyai serta dimensi yang didapatkan oleh satuan riset
tentang sesuatu konsep penafsiran tertentu ( Notoatmodjo, 2010, h. 103).Variabel
dalam riset ini merupakan jamur Aspergillus Sp.
4.5.2. Definisi operasional variabel
Definisi operasional pada riset ini dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 4.1. Definisi operasional variabel tentang Identifikasi jamur Aspergillus Sp pada
pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat ukur Skala
Kategori
Identifikasi
jamur
Aspergillus
sp pada
pakaian
bekas
ZSuatu analisa
untuk
mengetahui
adanya jamur
Aspergillus sp
Makroskopis
Koloni jamur
Warna koloni
jamur
Jenis koloni
jamur
Inokulasi pada
media SDA
(Sabouraud
Dextrose Agar)
dengan metode
swab ilustrasi
setelah itu
digoreskan pada
media SDA.
Nominal Positif: Koloni
granula,
berkelompok,
berwarna hitam,
coklat, putih, hijau
atau kunig tergantung
pada jenisnya.
Negatif: Tidak
tumbuhnya koloni
pada media
(Hidayatullah, 2018).
Mikroskopis
Ciri-ciri jamur
Jenis-jamur
Positif: Membentuk
adanya spora,Hifa
bersekat, bercabang
bentuknya seperti
pohon, ujungnya
seperti bunga.
Negatif: Tidak
ditemukan ciri-ciri
atau jenis
AspergillusSp
(Hidayatullah, 2018).
28
4.6 . Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data penelitian ini berdasarkan pada hasil pengamatan
dan identifikasi jamur Aspergillus sp pada baju bekas yang dijual di pasar Pon
Jombang. Serta menggunakan beberapa referensi internet, jurnal, karya tulis ilmiah,
maupun skripsi yang sebelumnya telah dibahas tentang pokok bahasan yang sama
dan juga mendekati oleh peneliti yang sekarang.
4.6.1. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ialah alat dan bahan yang digunakan di penelitian baik itu
observasi maupun wawancara. Pada penelitian tentang identifikasi jamur
Aspergillus Sp pada pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang dengan
menggunakan instrument sebagai berikut;
4.6.2 Alat serta bahan
1. Alat yang bakal digunakan
a. Rak tabung reaksi
b. Swab steril
c. Tabung reaksi
d. Cawan petri
e. Kapas putih
f. Kertas aluminium
g. Ose jarum/ose bulat
h. Mikroskop
i. Hot plate
j. Beaker glass 100 ml
k. Batang pengaduk
29
l. pH meter
m. Autoclave
n. Pipet tetes
o. Desikator
p. Koran
q. Handscun
r. Jas laboratorium
s. Lampu spirtus
t. Kertas label
2. Bahan yang digunakan pada riset ini
a. Media SDA (Sabouraoud Dextrose Agar)
b. Aquadest steril
c. Pakaian bekas
d. KOH 10%
e. HCl
f. NaoH
4.6.3 Prosedur penelitian
1. Pembuatan Median SDA (Saboraud Dextrose Agar)
a. Seluruh perlengkapan disterilkan terlebih dahulu
b. Diambil media SDA dari tempatnya
c. Ditimbang media SDA disesuaikan dengan kebutuhan
d. Dimasukkan dalam Beaker Glass
e. Diencerkan dengan Aquadest
f. Dipanaskan atas Hot plate
30
g. Diaduk hingga merata
h. Diukur pH pada media ialah 5,00C. Bila pH kurang dari 5,00C
ditambahkan 2-3 tetes NaoH. Bila pH lebih dari 5,00C ditambahkan
2-3 tetes larutan HCl
i. Dituangkan media dalam cangkir petri sebanyak 10cc hingga merata
j. Dibiarkan hingga mengeras
2. Pengambilan sampel pada baju bekas
a. Disiapkan perlengkapan serta bahan yang digunakan dalam
penelitian
b. Direntangkan baju sisa di tempat yang bersih serta kering
c. Diswab pada bagian yang lembab semacam bagian leher serta ketiak
d. Dimasukkan swab yang telah menggores pada baju bekas ke dalam
tabung reaksi yang berisi aquadest steril
3. Penanaman ilustrasi pada Media SDA
a. Diambil swab pada tabung reaksi
b. Didekatkan cangkir petri yang berisi media SDA pada lampu spiritus
c. Dibalurkan swab pada Media SDA dengan metode ziggy zagga
d. Ditutup dengan Koran
e. Disimpan dalam desikator
f. Di inkubasi sepanjang 2-5 hari
4. Pengamatan Makroskopis pada Media SDA
a. Diambil media dalam inkubasi
b. Dilihat terdapatnya koloni yang tumbuh pada media
c. Dengan tipe jamur khamir, bercorak koloni hijau, coklat serta hitam
31
5. Pengamatan Mikroskopis
a. Mengambil koloni dengan menggunakan ose jarum
b. Diletakkan di atas objek glass
c. Ditambahkan 1 tetes KOH 10%
d. Ditutup dengan cover glass
e. Ditilik di dasar mikroskopis dengan perbesaran 40x
f. Dilihat karakteristik hifa bersekat, spora, bercabang semacam
tumbuhan, wujud sporanya bundar terdapatnya miselium (Artha,
2016).
4.7. Teknik pengolahan serta Analisa Data
4.7.1 Pengolahan data
Sehabis seluruh informasi dikumpulkan hingga hendak dicoba pengolahan
informasi lewat tahap Editing, Coding serta Tabulating.
1. Editing
Editing merupakan sesuatu eksplorasi kembalikelengkapan informasi yang
sudah dikumpulkan cocok petunjuk pengisian kuesioner. Bisa pula bertujuan
supaya informasi yang dieksplorasikan bisa membagikan kejelasan, gampang
dibaca, tidak berubaah-ubah serta lenkap.
2. Coding
Coding adalah suatu kode atau tanda yang diberikan pada suatu sampel agar
muda mengetahuinya. Dalam Pakaian bekas yang diambil secara reandom agar
muda mengetahuinya Pada penelitian ini peneliti memberikan kode dengan
32
memberikan angka sebagai: A1, B1, C1 pada sebagian atau mewakili sampel. Jika
hasil positif atau negatif peneliti akan memberikan kode sebagai berikut:
Hasil
Negatif Kode N
Positif Kode P
3. Tabulating
Tabulating bagaikan penataan informasi ke dalam tabel-tabel supaya informasi
muda disusun serta gampang pembenahan informasi buat disajikan dan dianalisa.
Pada riset ini informasi disajikan dalam wujud tabel yang menggambarkan hasil
identifikasi jamur Aspergillus Sp pada pakaian bekas yang dijual di pasar Pon
Jombang.
4.7.2. Analisa data
Analisa informasi yang hendak diperoleh berikutnya dianalisis secara
deskriptif merupakan analisis yang dipakai dalam menganalisis informasi. Dimana
analisis dekriptif dicoba dengan memandang terdapat tidaknya koloni jamur,
setelah itu memastikan tipe koloni jamur yang bertumbuh pada media. Pada riset
ini yaitu hasil riset yang dikenal positif berkembang jamur serta hasil negatif tidak
tumbuhnya jamur yang hendak disajikan dalam tabulating.
4.8. Etika penelitian
Bagi Notoatmodjo (2012), etika riset merupakan sesuatu pedoman etika yang
berlaku buat tiap aktivitas riset yang mengaitkan antara pihak periset, pihak yang
diteliti (subjek riset) serta warga yang hendak mendapatkan akibat hasil riset
tersebut. Dalam riset ini menekankan permasalahan etika yang meliputi antara lain:
33
4.8.1. Anonimity (Tampa nama)
Dicoba dengan tidak membagikan nama responden pada lembar perlengkapan
ukur, cuma menuliskan kode pada lembar pengumpulan informasi.
4.8.2. Condfidentiality (kerahasian)
Dicoba dengan melindungi kerahasiaan hasil riset baik data ataupun masalah-
masalah yang lain. Data yang dikumpulkan dipastikan kerahasiaan oleh periset.
34
BAB V
HASIL DAN PEMBAHSAN
5.1. Hasil penelitian
5.1.1. Gambaran umum tempat observasi sampel
Tempat observasi sampel ini dilakukan di pasar Pon Jombang. Pasar Pon
Jombang merupakan pasar konvensional kuno yang berada di kecamatan Jombang
kabupaten Jombang berhadapan langsung dengan jalan raya Kaliwungu. Pasar ini
mengadakan berbagai jenis kebutuhan rumah tangga ialah makanan, daging sapi,
ikan, sayuran, buah-buahan, baju (pakaian), aksesoris, serta penjual pakaian bekas.
Kualitas kebersihan area pasar minim sportif, karena lagi banyak terlihat kotoran
yang berceceran pada setiap tempat dan keadaan lantai lagi terlihat tanah serta
tertutup sehingga kurangnya udara yang masuk, tetapi ada juga yang berjualan di
luar ruangan.
Penjual pakaian bekas di pasar Pon Jombang berjumlah 3 orang, dari masing-
masing penjual pakaian bekas diberi kode A1, B1, C1 secara acak atau random
dengan cara purposive sampling dengan kriteria inklusi bahwa pakaian tersebut
terlihat lembab dan kusam untuk dijadikan bahan penelitian.
5.1.2. Gambar umum pengamatan hasil penelitian
Tempat pengamatan hasil observasi ini melakukan di Laboratorium Mikologi
program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang. Laboratorium
mikologi ialah suatu fasilitas yang dimiliki oleh prodi DIII Analis Kesehatan
STIKes ICMe Jombang, yang berguna bagi tempat praktikum mahasiswa DIII
Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang dimana ada pengamatan di bidang
35
mikologi. Ruang laboratorium mikologi dilengkapi oleh AC, instrument, reagen,
yang layak serta mengetahui pengamatan dalam laboratorium bisa berhasil dengan
baik.
5.1.3.1. Data hasil observasi
Data hasil observasi ini dengan tujuan untuk mengetahui adanya jamur
Aspergillus Sp pada pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang. Di hari
pertama prosedur penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media SDA
(Saboraud Dextrose Agar) demi media perkembangan jamur Aspergillus Sp,
sebelum itu sterilisasi alat terlebih dahulu yang akan digunakan pada penelitian ini,
agar menghindari adanya kontaminasi jamur lain. Kemudian dilanjutkan dengan
sterlisasi aquadest yang nanti digunakan sebagai pengenceran sampel agar tidak
muda terkontaminasi dengan fungi yang lewat dari udarah atau lainnya. Di hari ke
dua melakukan pengambilan saampel di pakaian bekas yang dijual di pasar Pon
Jombang untuk ditanam pada media, disini peneliti menggunakan swab steril yang
sudah standart agar sampel dapat muda dihomogenkan, kemudian sampel yang
sudah diambil dari beberapa pakaian bekas dimasukkan di tabung reaksi yang telah
diisi aquadest agar kondisi kapas tetap bersteril oleh spora fungi yang telah erat
diswab kelak melakukan dengan penanaman sampel di media SDA (Saboroud
Dextrose Agar), kemudian dieramkan dalam desikator kurang lebih 2-5 hari.
Di hari ke lima sehabis dieramkan dalam desikator, dilakukan obserbasi
sebagai makroskopis serta mikroskopis untuk melihat adanya pertumbuhan koloni
jamur, warna koloni jamur, jenis koloni jamur, kemudian dilanjutkan dengan
pengamatan mikroskopis untuk melihat adanya ciri-ciri jamur dan jenis-jenis jamur
yang tumbuh dari koloni jamur.
36
Sampel yang diperoleh dari 3 penjual pakaian bekas yaitu di pasar Pon
Jombang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak atau random dengan cara
purposive sampling sesuai keinginan peneliti, dengan kriteria inklusi bahwa
pakaian tersebut terlihat kusam dan lembab agar bisa dijadikan sampel peneliti
dengan memberi kode A1, B1, C1. Kemudian tiap sampel yang diambil disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi pengambilan sampel pakaian bekas berdasarkan penjual di
pasar Pon Jombang
No Kode Sampel Jumlah sampel yang diambil
(Frekuensi)
Presentase
(%)
1 A1 1 10
2 A2 1 10
3 A3 1 10
4 A4 1 10
5 B1 1 10
6 B2 1 10
7 B3 1 10
8 C1 1 10
9 C2 1 10
10 C3 1 10
Total 10 100%
Sumber; data primer
Pada tabel 5.1 bahwa jumlah sampel yang diambil secara acak atu random
berjumlah 10 pakain bekas dengan menggunakan teknik purposive sampel sesuai
keinginan peneliti dengan kriteria inklusi bahwa pakaian bekas tersebut lembab dan
kusam.
Pada tabel 5.1 bahwa jumlah sampel yang diambil secara acak atu random
berjumlah 10 pakain bekas dengan menggunakan teknik purposive sampel sesuai
keinginan peneliti dengan kriteria inklusi bahwa pakaian bekas tersebut lembab dan
kusam.
37
5.1.3.2. Data umum
1) Karakter pakaian bekas pada keadaan tempat penjual
Tabel 5.2 Kondisi tempat penjual pakaian bekas, yang dijual di pasar Pon Jombang pada
tanggal 06 Juli
No Kode
Sampel
Kondisi Tempat Penjualan Pakaian
Bekas
1 A1 Tertutup
2 B1 Di atas tanah langsung
3 C1 Tertumpuk
Sumber; data primer, 2020
Pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa semua kondisi tempat penjual pakaian
bekas ada yang dijual di tempat tertutup dengan memberi kde A1, ada yang dijual
di atas tanah langsung dengan memberi kode B1 dan ada yang jualannya tertumpuk-
tumpuk dekat penjual ikan dengan memberi kode C1.
2) Karakteristik pakaian bekas berdasarkan kondisi pakaiannya
Tabel 5.3 Distribusi kondisi pakaian bekas, yang dijual di pasar Pon Jombang tanggal 06
Juli
No Kode
Sampel
Kondisi pakaian Bekas
(Inklusi)
1 A1 Ada kelembaban
2 B1 Ada kelembaban
3 C1 Kusam
Sumber; data primer, 2020
Pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa semua kondisi pakaian bekas yang dipilih
oleh peneliti ada kelembaban dan kusam dengan memberi kode A1,B1,C1.
38
5.1.3.3 Data khusus
Data khusus disini adalah data hasil observasi tentang identifikasi jamur
Aspergillus Sp pada pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang dilihat di tabel
seperti di bawah ini:
1. Data pengamatan jamur Aspergillus Sp di pakaian bekas
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi data pengamatan jamur Aspergillus Sp pada pakaian bekas ,
di laboratorium mikologi STIKes ICMe Jombang, 15 Juli 2020
No Ientifikasi Jamur
Spergillus Sp
Jumlah sampel yang diambil
(frekuensi)
Persentase
(%)
1 Positif (+) 10 100 %
2 Negatif (-) 0 0%
Total 10 100%
Sumber; data primer, 2020
Pada tabel 5.4 bahwa keseluruhan dari sampel pakaian bekas yang dijual di
pasar Pon Jombang positif terkontaminasi oleh fungi Aspergillus Sp sebanyak 10
sampel (100%).
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan jamur Apergillus Sp dari 10 sampel
pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang Juli, 2020
No Kode
Sampel
Jenis jamur Frekuensi positif Frekuensi negatif Persentase
(%)
1 A1 Aspergillus Sp 4 0 40
2 B1 Aspergillus Sp 3 0 30
3 C1 Aspergillus Sp 3 0 30
Total 10 100%
Sumber: Data primer, 2020
Berdasarkan tabel 5.5Hasil yang didapatkan pada identifikasi jamur
Aspergillus Sp pada 10 sampel pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang
39
bahwa dari keseluruhan pakaian bekas positif ditumbuhi oleh jamur Aspergillus
sp.
2. Hasil pertumbuhan jamur Aspergillus Sp pada media Sabouraud Dextrose Agar
(SDA) dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.6 Hasil pertumbuhan koloni jamur pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
(Makroskopis dan Mikroskopis)
No Kode
Sampel
Pengamatan
Makroskopis Mikroskopis
1 A1 Positif: koloni jamur berwarna hitam
dan putih kekuningan
Positif: Aspergillus niger dan Aspergillus
flavus
2 A2 Positif: koloni jamur berwarna hitam
dan putih kekuningan
Positif: Aspergillus niger dan Aspergillus
flavus
3 A3 Positif: koloni jamur berwarna hitam
dan hijau
Positif: Aspergillus niger dan Asprgillus
fumigatus
4 A4 Positif: koloni jamur berwarna hitam Positif: Aspergillus ninger
5 B1 Positif: koloni jamur berwarna hitam
dan putih
Positif: Aspergillus niger dan Aspergillus
flavus 6 B2 Positif: koloni jamur berwarna hitam Positif: Aspergillus ninger
7 B3 Positif: koloni jamur berwarna hitam Positif: Aspergillus ninger
8 C1 Positif: koloni jamur berwarna hitam Positif: Aspergillus ninger
9 C2 Positif: koloni jamur berwarna putih
kekuningan
Positif: Aspergillus flavus
10 C3 Positif; koloni jamur berwarna hitam Positif: Aspergillus ninger
Sumber; data primer, 2020
Pada tabel 5.6 membuktikan bahwa pengamatan makroskopis di media
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dinyatakan semua pakaian bekas yang berjumlah
10 sampel telah ditumbuhi koloni jamur dan warna jamur, untukpengamatan
mikroskopis menunjukkan bahwa semua pakaian bekas yang diperiksa ditemukan
keberadaan jenis Aspergillus Sp pada sampel A1-A4 ditemukan jamur Aspergillus
ninger, Aspergillus flavus dan Aspergillus fumigatus pada sampel B1-B3
ditemukan jenis jamur Aspergillus niger dan Aspergillus flavus, pada sampel C1-
40
C4 ditemukan jamur Aspergillus niger dan Aspergillus flavus dengan
menambahkan 1 tetes KOH 10% diamati dibawah mikroskopis dengan perbesaran
40x.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan di tanggal 06 Juli-15 Juli 2020 di
Laboratorium Mikologi STIKes ICMe Jombang tentang identifikasi jamur
Aspergillus Sp pada pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang yang
bertujuan untuk mengetahui adanya jamur Aspergillus Sp pada pakaian bekas hasil
terpandang dapat dilihat di tabel 5.4 serta tabel 5.5 serta tabel 5.6 yang
menunjukkan hasil persentase 100% terkontaminasi oleh jamur Aspergillus Sp,
jenis jamur Aspergillus Sp yang teridentifikasi yaitu jamur Aspergillus niger,
Aspergillus flavus serta Aspergillus fuigatus.
Jamur Aspergillus niger yang ditemukan pada sampel pakaian bekas di
pengamatan makroskopis yang mempunyai macam-macam koloni yang bercerabut,
berspora bercorak hitam, pengamatan mikroskopis tampak adanya konidia bulat
hifa tidak bersepta serta mempunyai konidiofor. Jamur Aspergillus niger dapat
menghasilkan reaksi alergi pada konsumen pakaian bekas. Saat terhisap dengan
Aspergillus niger mampu menghasilkan akibat alergi pada manusia serta juga
mampu menyebabkan reaksi hipersensitivitas sebagai asma serta aveolitas alergi.
Jamur Aspergillus niger mempunyai kelebihan pada halangan perkembangan fungi
patogen sebab menghasilkan enzim hidrolitik sebagai lipase, protease, selulase dan
pektinase, selain itu jamur Aspergillus niger dapat menghasilkan enzim
41
ekstraselular diantaranya enzim kitnase α-amilase, β-amilase, glukamilase,
katalase, lactase serta invertase (Pujiati, 2018).
Aspergillus fumigatus ditemukan dari sampel pakaian bekas diidentifikasi
dengan pemeriksaan makroskopis dengan ciri-ciri memiliki koloni bewarna hijau
muda, seperti pasir yang bergelombol dan mikroskopis kondia berbentuk
memanjang serta yang bergerombol dan mikroskopis konidia atas berbentuk
memanjang serta konidiofornya tak bersepta, berdinding halus. Jamur Aspergillus
fumigatus dapat menyebabkan Aspergillosis, Aspergillsis adalah suatu nama dari
berbagai macam penyakit yang diakibatkan bagi fungi lewat spesies Aspergillus.
Aspergillosis pada dasarnya menigkat dalam pribadi yang mempunyai imun rendah,
infeksi Aspergillus di paru-paru dapat mengakibatkan batuk, demam, sakit dada
serta kesulitan bernafas.
Aspergillus flavus ditemukan pada pakaian bekas yang diidentifikasi dengan
pemeriksaan makroskopis dengan ciri-ciri memiliki koloni bercorak puti
kekuningan, sebagai mikroskopis memiliki konidiofor bersepta,hifa bersepta.
Aspergillus flavus merupakan salah satu spesies jamur yang kerap dikontaminasi
oleh makanan, fungi ini mampu mengakibatkan infeksi Aspergillosis serta berbagai
gejala diantaranya yaitu gejala demam, menggigil, sakit kepala, batuk serta
penurunan berat badan dan penglihatan yang kurang (Pujiati, 2018).
Menurut peneliti bahwa Jamur Aspergillus Sp dapat tumbuh dipengaruhi bagi
faktor suhu. Karena suhu sebagai suatu faktor yang mengpengaruhi tumbuhnya
fungi, retang suhu untuk pertumbuhan jamur Aspergillus Sp mulai dari 200C dan
suhu optimunya 20-300C . Jamur yang tumbuh di sampel pakaian bekas dapat
dilihat sebagai berikut:
42
1. Hasil pemeriksaan jamur Aspergillus Sp pada pakaian bekas berdasarkan
kondisi tempat penjual di tabel 5.2 dapat diketahui bahwa semua kondisi tempat
penjual pakaian bekas ada yang berjualan di tempat tertutup dengan memberi
kode A1, ada yang berjualan diatas tanah langsung dan berdekatan dengan
kamar mandi dengan memberi kode B1 dan ada yang berjualan tertumpuk-
tumpuk atau tidak rapi, dekat penjual ikan dengan memberi kode C1. Dimana
tempat penjual A1 terletak di dalam pinto masuk utama dimana masyarakat
lewat untuk berbelanja, tempatnya kurang bersih, masih banyak debu udara
tidak dapat masuk, tempatnya juga terlalu bau serta kurangnya matahari yang
masuk sehingga gampang tumbuh oleh mikroorganisme serta jamur. Sedangkan
tempat penjual B1 di tengah jalan dalam pasar, semua pakaian bekas dijual
langsung diatas tanah dan berdekatan dengan kamar mandi sehingga gampang
terkontaminasi oleh mikroorganisme serta jamur. Sedangkan penjual pakaian
bekas C1 berdekatan dengan penjual ikan, sayur- sayuran dan pakaian yang
tidak teratur dengan rapi semuanya terlihat tertumpuk- tumpuk, banyaknya
debu, kurangnya matahari dan udara tidak dapat masuk sehingga gampang
untuk pertumbuhan oleh mikroorganisme serta jamur. Semua penjual 3 orang
pakaian bekas ini terletak di bagian timur.
2. Karakteristik pakaian bekas berdasarkan kondisi pakai di tabel 5.3 Dapat
diketahui bahwa semua kondisi pakaian bekas yang dimiliki oleh peneliti
terlihat ada kelembaban dan kusam untuk dijadikan sampel dengan memberi
kode A1, B1, C1. Karena Pakaian yang tidak kering dan tidak higienis jika tetap
mengenakannya bahaya untuk kesehatan masyarakat yang menggunakan
43
pakaian tersebut, karena memiliki banyak kuman dan bakteri, termasuk jamur
selain aromanya yang juga kurang sedap.
3. Hasil Pemeriksaan jamur Aspergillus Sp pada pakaian bekas, berdasarkan tabel
5.4 bahwa keseluruhan dari sampel pakaian bekas yang dijual di pasar Pon
Jombang terkontaminasi oleh fungi Aspergillus Sp sebanyak 10 sampel (100%)
pada pakaian bekas yang dilakukan di Laboratorium Mikologi STIKes ICMe
Jombang.
4. Berdasarkan tabel 5.5serta tabel 5.6. Hasil yang didapatkan pada identifikasi
jamur Aspergillus Sp pada 10 sampel pakaian bekas yang dijual di pasar Pon
Jombang bahwa dari keseluruhan pakaian bekas positif ditumbuhi oleh jamur
Aspergillus sp.
5. Pengamatan makroskopis untuk melihat adanya pertumbuhan koloni jamur
Aspergillus Spdi media SDA ( Saburaud Dextrose Agar), pengamatan jamur
sebagai makroskopis yaitu untuk mengamati pertumbuhan koloni jamur di
media SDA ( Saburaud Dextrose Agar), yang dilakukan dengan cara swab
pakaian bekas kemudian ditanam di media serta diinkubasi di suhu 370C selama
72 jam. Pada pertumbuhan hari pertama menunjukkan bahwa semua pakaian
bekas yang diteliti telah ditumbuhi jamur, dibuktikan dengan pertumbuhan
koloni pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) dengan ciri- ciri koloni
berwarna putih. Setelah hari kelima semua koloni jamur berubah warna, ada
yang berwarna hitam, hijau, abu–abu,putih kekuningan atau kuning dan ada
yang koloninya hampir memenuhi cawan petri dan mempunyai lapisan
menyerupai kapas.
44
Berdasarkan ciri-ciri pertumbuhan koloni jamur pada media SDA
(Sabouraud Dextrose Agar ) yang diamati bahwa koloni jamur yang tumbuh
menyerupai koloni jamur Aspergillus sp, dengan jenis Aspergillus niger,
Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus. Dimana koloni Aspergillus niger di
saat muda bercorak putih, serta akan berubah menjadi warna hitam dengan
pinggiran putih, setelah terbentuk konidiospora koloni Aspergillus flavus di saat
muda bercorak putih serta akan berganti dengan bercorak putih kekuningan
sehabis membentuk konidia dan Aspergillus fumigatus di saat muda bercorak
putih serta akan berganti bercorak hijau atau coklat sehabis membentuk konidia,
pada saat peneliti melakukan penelitian pada tanggal 08 Juli - 15 Juli 2020.
6. Pengamatan Mikroskopis untuk melihat Jenis jamur Aspergillus Sp yang
tumbuh dari koloni Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dengan penambahan 1
tetes reagen KOH 10%. Pemeriksaan jenis jamur Aspergillus Sp melakukan
dengan pengambilan koloni jamur yang sudah ditumbuhi di media SDA
(Sabouraud Dextrose Agar) dengan menggunakan ose bulat,kemudian
diletakkan di atas objek glass lalu diteteskan dengan 1 tetes reagen KOH 10%
dan ditutup dengan cover glass. Menggunakan KOH 10% tujuannya untuk
menghilangkan bekas vet minyak yang terkandung sehingga bisa memperjelas
bentuk spora hifa sertamiselium jamur dibawah mikroskopis dengan perbesaran
40X (Dewi, 2016).
Hasil pengamatan jenis jamur secara mikroskopis yang didapatkan oleh peneliti
dengan ciri-ciri jamur sebagai berikut, ditemukan hifa bersekat, ada
konidiospora seperti pohon, ujungnya seperti bunga berwarna hitam, coklat dan
bulat. Dari ciri- ciri yang ditemukan pada peneliti ini adalah jenis jamur
45
Aspergillus Sp seperti Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus
fumigatus. Aspergillus niger mempunyai bulu dasar bercorak putih atau kuning
dengan lapisan konidiospora tebal bercorak coklat sampai hitam. Kepala
konidia bercorak hitam, bulat, cenderung memisahkan sebagai bagian-bagian
yang bertambah longgar oleh umur. Konidiospora mempunyai dinding yang
halus. Aspergillus flavus memiliki ujung konidia bercorak hijau kekuningan
sampai hijau tua kekuningan, bentuknya bulat, konidiosporanya berdinding
kasar, Aspergillus fumigatus mempunyai tangkai-tangkai panjang
(chonidiophores) yang mendukung kepala yang bear (vesicle) di kepalanya ada
spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spra. Asprgillus
fumigatus ini sanggup berkembang pada temperature 370C (Dewi, 2016).
Berdasarkan hasil pemerikaan jamur yang dilakukan sebagai makroskopis serta
mikroskopis oleh peneliti bahwa semua pakaian bekas yang diteliti dibuktikan
dengan pertumbuhan koloni jamur di media SDA (Saboraud Dextrose Agar) .
Sesudah melakukan pengamatan mikroskopis diketahui bahwa jamur yang
tumbuh pada semua pakaian bekas adalah jenis jamur Aspergillus Sp. Dimana
di sampel A1 menemukan jamur Aspergillus ninger, Aspergillus flavus serta
Aspergillus fumigatus, sampel A1 merupakan pakaian bekas (kaos pria, celana
jeans, celana pendek, jaket), sampel B1 ditemukan jamur Aspergillus niger dan
Aspergillus flavus, sampel B1 merupakan pakaian bekas (kaos wanita, celana
dalam, baju dalam) dan sampel C1 ditemukan jamur Aspergillus niger dan
Aspergillus flavus, sampel C1 merupakan pakaian bekas ( celana wanita, kaos
wanita dan rok), yang diperoleh dari 3 orang penjual dimana kondisi tempat
penjualan pakaian bekas di pasar Pon Jombang ini sangat tidak bersih dan
46
dijual secara tertutup da nada yang terbuka cara letak pakaiannya juga tidak rapi
sehingga terlihat tertumpuk- tumpuk, penjual pakaian bekas ada yang berekatan
langsung dengan kamar mandi dan di tengga jalan dalam pasar, persamaan
dengan penjualan sayuran dan makanan, ikan sehingga pakaian bekas dapat
mudah terkontaminasi berbagai mikroorganisme termasuk jamur. Jamur
Aspergillus Sp ada dialam bagaikan saprofit, berkembang didaerah tropic
dengan kelembaban yang besar walaupun ada lebih dari 100 spesies. Tipe yang
bis memunculkan penyakit pada manusia yakni Aspergillus ninger, Aspergillus
flavus, Aspergillus fumigatus serta Aspergillus parasiticus yang seluruhnya
meluas dengan transmisi inhalasi. Aspergillus niger sanggup memproduksi
mikotoksin, sebab mempunyai gen yang mampu memproduksinya. Aspergillus
flavus ataupun Aspergillus parasiticus merupakan 2 tipe jamur yang
memproduksi bermacam tipe aflaktosin. Aflaktosin bisa menyebabkan
kehancuran hati, orgtan badn yang sangat berarti serta pula berfungsi dalam
detoksikasi aflaktosin itu sendiri (Janna, 2017).
Hasil riset ini sejalan dengan riset yang sudah docoba oleh Herna Monalis
Hura tentang Analisis keberadaan Candida Albicans serta Aspergillus Sp dan
keluhan kesehatan serta sikap penjual tentang bahaya kesehatan pada baju sisa
di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecematan Medan pada tahun
2015, dimana hasil penelitian didapatkan keberadaan jamur jenis Apergillus Sp,
Aspergillus niger Aspergillus flavus dan tidak ditemukan Candida Albikan.
Seperti yang diungkapkan Widodo, Direktur Jenderal Standardisasi dan
Perlindungan Konsumen. Jamur yang diduga hidup pada pakaian bekas yaitu
47
kapang Aspergillus Sp dan khamir Candida Sp (Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia, 2015).
48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ditemukan jamur Aspergillus Sp pada pakaian bekas yang
dijual di pasar Pon Jombang.
6.2.Saran
6.2.1. Bagi observasi selanjutnya
Bagi observasi selanjutnya agar bisa memahami bahwa pakaian bekas itu
didapatkan jamur Aspergillus sp yang dapat membahayakan kesehatan konsumen,
sehingga perlunya peneliti selanjutnya untuk meneliti ada tidaknya jamur lain pada
pakaian bekas dengan menggunakan media yang berbeda.
6.2.2. Bagi penjual pakaian bekas
Agar lebih meluaskan pengetahuan mereka tentang bahayanya kesehatan dan
penyakit pada pakaian bekas, seperti tempat hidup jamur, pertumbuhan jamur, ciri-
ciri pakain yang mengandung jamur, jamur termasuk penyakit yang disebabkan
pada tubuh manusia, serta pengetahuan tentang perilaku yang tepat sewaktu
berjualan dan memakai pakaian bekas.
6.2.3.Bagi masyarakat
Agar menggunakan masker dan sarung tangan pada saat membeli pakaian
bekas dan sebelum memakai pakaian bekas lebih baik dipisahkan dengan cucian
lainnya dan diberi cairan antiseptik seperti pemutih, serta merendam dengan air
49
panas selama 5 menit dan dikeringkan di bawah matahari agar pakaian yang
digunakan bebas dari jamur.
6.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Khususnya bagi jurusan DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang agar
lebih meningkatkan pengetahuan dan melakukan pengabdian masyarakat tentang
jamur pada pakaian bekas yang dijual di pasar Pon Jombang.
50
DAFTAR PUSTAKA
Artha, D. (2016). Identifikasi Jamur Pada Pakaian Bekas Yang Dijul Di Pasar
Toddopuli Kota Makasar. 3–6.
Chandradewi, R., Rahadjo, M., & Yitawati, K. (2018). Analisa Yuridis Tentang
Perdagangan Pakaian Bekas Tentang Perdagangan Dan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 4.
Dewi, N. K. (2016). Identifikasi Fungi Pada Jamu Bubuk Yang Dijual Di Pasar
Tradisional Kota Kendari. In IOSR Journal of Economics and Finance (Vol.
3, Issue 1). https://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz-b-000238666
Hasanah, U. (2017). Mengenal Aspergillosis, Infeksi Jamur Genus Aspergillus.
Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 15(2), 76–86.
https://doi.org/10.24114/jkss.v15i2.8777
Hidayatullah, T., Susanto, A., & Zuhroh, N. (2018). Identifikasi Jamur Rhizopus sp
dan Aspergillus sp Pada Roti Bakar Sebelum Dan Sesudah Dibakar Yang
Dijual Di Alun-Alun Jombang. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hura, H. M. (2015). Analisis Keberadaan Candida Albincans Dan Aspergillus sp .
Serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan
pada Pakaian bekas Di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan
Medan Tuntungan Kota Medan. 2–153.
Janna, N. (2017). Identifikasi Jamur Pada Pakaian Bekas Yang Dijual Di Beberapa
Pasar Di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Politeknik Kesehatan
Kendari, 01, 1–7. http://www.albayan.ae
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. (2015). Laporan Analisis Impor
Pakaian Bekas. 37.
Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Khoirunnisak, R. (2018). Identifikasi Jamur Malassezia furfur pada Handuk. Karya
Tulis Ilmiah, 5–95.
Pujiati, W. (2018). Identifikasi jamur Aspergillus sp pada tepung di Terigu (Studi
di Pasar Legi Jombang). 67.
Salahuddin, M., & S.H. (2015). Implementasi Peraturan Mentri Perdagangan.
Perdagangan Pakaian Bekas Dari Luar, 1–20
Wahyuningrum, T. Y. (2017). Perlindungan Hukum Konsumen Pakaian Bekas
Yang Diimpor Ke Indonesia. Digital Repository Universitas Jember, 1(3),
1–104.
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Soffa Marwa Lesmana, A.Md. AK
Jabatan : Staf Laboratorium Klinik DIII Analis Kesehatan
Menerangkan bahwa mahasiswa di bawah ini:
Nama : Humbelina Menezes
NIM : 17.131.00.24
Telah melaksanakan pemeriksaan Identifikasi jamur Aspergillus Sp pada
pakaian bekas yang di jual di pasar Pon Jombang di Laboratorium Mikologi
prodi DIII Analis Kesehatan mulai hari Rabu, 08 Juli- 15 Juli 2020, dengan hasil
sebagai berikut :
No Identifikasi
Jamur
Spergillus Sp
Jumlah sampel yang
diambil (frekuensi)
Persentase
(%)
1 Positif (+) 10 100 %
2 Negatif (-) 0 0%
Total 10 100%
Lampiran 1 Pembelian Sampel
No Kode Gambar Keterangan
1.1 A1
Penjual 1 tempat
jualannya di bagian
Timur pintu utama pasar
Pon Jombang
tempatnya juga sangat
tertutup Kurang bersih,
semua pakaiannya ada
yang terlihat lembab
2.1 B1
Penjual 2 tempat
jualannya diatas tanah
langsung dekat dengan
kamar mandi terletak di
bagian barat
3.1 C1
Penjual 3 berdekatan
dengan penjual ikan
dan sayuran – sayuran
Di ujung jalan masuk
pasar Pon Jombang,
pakaiannya terlihat
tertumpuk- tumpuk atau
tidak tersusun rapi
Lampiran 2 Pembuatan Media SDA
Hari ke- 1
No Gambar Keterangan
2.1
Alat yang sudah Sterilisasi:
Untuk terhindar dari
mikroorganisme yanglain
2.2
Penimbangan media SDA
(Sabouraud Dextrose Agar :
Untuk pembiakan sampel yang
digunakan pada peneliti
2.3
Pelarut media SDA dengan
aquadest
2.4
Sterilisasi Aquadest dan Media
yang digunakan untuk peneliti
2.5
Media dalam Erlenmeyer
Lampiran 3 Pengambilan sampel dan penanaman sampel
Hari ke- 2
No Gambar Keterangan
3.1
Tuangkan media dalam
capet
3.2
Media dalam capet siap
digunakan
3.3
Pengambilan sampel
3.4
Aquadest dalam tabung
reaksi
3.5
Sampel dalam tabung reaksi
bersisi aquades
3.6
Tanaman sampel pada
media SDA
3.7
Media pembiakan oleh
sampel
3.8
Inkubasi selama 2- 5 hari
Lampiran 4 Pengamatan Makroskopis Dan Mikroskopis
No Gambar Keterangan
4.1
Pengamatan
makroskopis
4.2
Pengamatan
mikroskopis
Lampiran 5
Hasil penelitian secara Makroskopis Identifikasi jamur Aspergillus Sp pada pakaian
bekas yang dijual di pasar Pon Jombang
No Gambar Keterangan
5.1
- Koloni khamir berwarna pink
dan putih
- Koloni Kapang granula
berwarna putih, abu-abu, hijau
dan hitam kekuningan
5.2
- Koloni kapang berwarna hijau,
putih, abu- abu dan hitam
5.3
- Koloni kapang berwarna hitam
kekuningan, coklat, dan putih
5.4
- Koloni kapang berwarna hijau,
abu-abu, hitam dan putih
kekuningan
5.5
- Koloni kapang berwarna hitam
bawahnyaputih, abu- abu , hijau
bawahnya putih
No Gambar Keterangan
5.6
- Koloni kapang berwarna putih,
hitam kekuningan dan abu-abu
5.7
- Koloni kapan berwarna putih,
dan hitam.
5.8
- Koloni kapang berwarna hitam
dan bawahnya putih agak abu-
abu
5.9
- Koloni Kapang berwarna abu-
abu dan hitam
5.10
- Koloni kapang berwarna putih
dan hitam
Lampiran 6
Hasil penelitian secara Mikroskopis Identifikasi jamur Aspergillus Sp pada pakaian
bekas yang dijual di pasar Pon Jombang
No Gambar Hasil Mikroskopis Keterangan
6.1
Positif Adanya
Spora, hifa
bersekat,
bentuknya
seperti pohon
dan ujungnya
seperi bunga Aspergillus niger Aspergillus flavus
6.2
Positif Adanya
Spora, hifa
bersekat,
bentuknya
seperti pohon
dan ujungnya
seperi bunga Aspergillus niger Aspergillus flavus
6.3
Positif Adanya
Spora, hifa
bersekat,
bentuknya
seperti pohon
dan ujungnya
seperi bunga Aspergillus niger Aspergillus fumigatus
6.4
Positif Adanya
Spora, hifa
bersekat,
bentuknya
seperti pohon
dan ujungnya
seperi bunga Aspergillus niger
6.5
Positif Adanya
Spora, hifa
bersekat,
bentuknya
seperti pohon
dan ujungnya
seperi bunga
Aspergillus niger Aspergillus flavus
No Gambar Hasil Mikroskopis Keterangan
6.6
Aspergillus niger
Positif Adanya
Spora, hifa
bersekat,
bentuknya
seperti pohon
dan ujungnya
seperi bunga
6.7
Aspergillus niger
Positif Adanya
Spora, hifa
bersekat,
bentuknya
seperti pohon
dan ujungnya
seperi bunga
6.8
Aspergillus niger
Positif Adanya
Spora, hifa
bersekat,
bentuknya
seperti pohon
dan ujungnya
seperi bunga
6.9
Aspergillus flavus
Positif Adanya
Spora, hifa
bersekat,
bentuknya
seperti pohon
dan ujungnya
seperi bunga
6.10
Aspergillus niger
Positif Adanya
Spora, hifa
bersekat,
bentuknya
seperti pohon
dan ujungnya
seperi bunga