identifikasi dalam ilmu forensik meliputi

21
IDENTIFIKASI Dalam Ilmu FORENSIK meliputi: a. Pemeriksaan sidik jari Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem .Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.b. Metode Visual Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang- orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya.Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut. c. Pemeriksan Dokumen Dokumen seperti kartu identitas (KTP , SIM , Paspor ) dan sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan. d. Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus anggota ABRI , identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang dipakainya. e. Identifikasi Medik

Upload: den

Post on 30-Sep-2015

34 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI Dalam Ilmu FORENSIK meliputi:a. Pemeriksaan sidik jariMetode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem.Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang.Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.b. Metode VisualMetode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya.Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.c. Pemeriksan DokumenDokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.d. Pemeriksaan Pakaian dan PerhiasanDari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus anggota ABRI, identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang dipakainya.e. Identifikasi MedikMetode ini menggunakan data umum dan data khusus.Data umum meliputi tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.f. Pemeriksaan Pencatatan GigiPemeriksaan ini meliputi data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan rahang.Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya.Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding antemortem.g. Pemeriksaan SerologikPemeriksaan serologik betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi nya sangat tinggi.h. Metode Eksklusi untuk korban massal seperti bencana alam atau kecelakaan massali. Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)j. Identifikasi Kerangkak. Pemeriksaan Anatomikl. Penentuan RasCara penentuan jenis kelamin1. Melalui Identifikasi MedikMetode ini menggunakan data umum dan data khusus.Data umum meliputi tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.2. Melalui Pemeriksaan makroskopik dan harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopikUntuk kasus krimialitas yang sulit diidentifikasi seperti Korban mutilasi, maka Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemeriksaan makroskopik dan harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks wanita, seperti Drumstick pada leukosit dan badan Barr pada sel epitel serta jaringan otot.3. Pemeriksaan Tengkorak dan RasDengan pemeriksaan inijuga, jenis kelamin dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal.3. Tanda-Tanda KematianMerupakan tanda-tanda Perubahan pada tubuh setelah kematian. Perubahan pada tubuh mayat adalah dengan melihat Tanda Kematian pada tubuh tersebut. Perubahan dapat terjadi dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya:1) Kerja jantung dan peredaran darah terhenti,2) Pernapasan berhenti,3) Refleks cahaya dan kornea mata hilang,4) Kulit pucat,5) Terjadi relaksasi otot.Tanda pasti kematianSetelah beberapa waktu timbul perubahan paska mati yang jelas, sehingga memungkinkan diagnosa kematian menjadi lebih pasti.Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa:1) Lebam mayat / Livor Mortis(hipostatis/lividitas paska mati)2) Kaku mayat (rigor mortis)3) Penurunan suhu tubuh4) Pembusukan5) Mummifikasi6) Adiposera4. Jenis-Jenis kematianTanatologi Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu).Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.Beberapa istilah tentang Jenis-jenis kematian (Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah berikut): Mati somatis (MATI KLINIS) Mati suri Mati seluler (MOLEKULER) Mati serebral Mati otak (batang otak)A. Mati somatisTerjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan secara menetap (ireversibel)., yaitu1. susunan saraf pusat,2. sistem kardiovaskuler dan3. sistem pernapasan .4. Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks,5. EEG mendatar,6. nadi tidak teraba,7. denyut jantung tidak terdengar,8. tidak ada gerakan pernapasan dan9. suara pernapasan tidak terdengar pada auskultasi.B. Mati suriMati suri (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan oleh alat kedokteran sederhana.Dengan alat kedokteran yang canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.C. Mati seluler (mati molekuler)Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis.Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.Pengertian ini penting dalam transplantasi organ.Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami mati seluler dalam empat menit, otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai kira-kira dua jam paska mati dan mengalami mati seluler setelah empat jam, dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian adrenalin 0,1 persen atau penyuntikan sulfas atropin 1 persen kedalam kamera okuli anterior, pemberian pilokarpin 1 persen atau fisostigmin 0,5 persen akan mengakibatkan miosis hingga 20 jam paska mati.Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paska mati dengan cara menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 persen atau asetil kolin 20 persen, spermatozoa masih dapat bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis, kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai untuk transfusi sampai enam jam pasca-mati.D. Mati serebralAdalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel, kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.E. Mati otak (batang otak)Adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum.Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak), maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.5. Penyebab dan cara kematianCara kematian adalah macam kejadian yang bertanggung jawab terhadap kematianCara Kematian :1. Keamatian Wajar : karena penyakit2. Tidak wajar : pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, tenggelamPENYEBAB Kematian Penyebab kematian dapat disebabkan oleh penyakit atau cedera/luka yang bertanggung jawab terhadap timbulnya kematianSebab kematian :1.Penyakit : gangguan SCV, SSP, respirasi, GIT, urogenital2. Traumaa.Mekanik :- tajam : iris, tusuk, bacok- tumpul : memar, lecet, robek, patah- senjata api (balistik)- bahan peledak/bomb.kimiawi : asam basa intoksikasi (keracunan)Untuk kasus kriminal maka cara penentuan sebab dan cara kematian ditentukan dengan Pemeriksaan OTOPSI sesuai denganOtopsiOtopsi (juga dikenal pemeriksaan kematian atau nekropsi) adalah investigasi medis jenazah untuk memeriksa sebab kematian. Kata otopsi berasal dari bahasa Yunani yang berarti lihat dengan mata sendiri. Nekropsi berasal dari bahasa Yunani yang berarti melihat mayat.Ada 2 jenis otopsi: Forensik: Ini dilakukan untuk tujuan medis legal dan yang banyak dilihat dalam televisi atau berita. Klinikal: Cara ini biasanya dilakukan di rumah sakit untuk menentukan penyebab kematian untuk tujuan riset dan pelajaran.

6. Perkiraan Waktu kematian korbanPerkiraan waktu kematian korban tergantung kepada Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan saat terjadinya kematian, yaitu :1. Livor mortis (lebam jenazah)2. Rigor mortis (kaku jenazah)3. Body temperature (suhu badan)4. Degree of decomposition (derajat pembusukan)5. Stomach Content (isi lambung)6. Insect activity (aktivitas serangga)7. Scene markers (tanda-tanda yang ditemukan pada sekitar tempat kejadian)1. Livor mortis (lebam jenazah)Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah kematian akibat berhentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan menempati bagian terbawah badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan. Muncul pada menit ke-30 sampai dengan 2 jam. Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam.Lebam jenazah normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada keracunan sianaida (CN) dan karbon monoksida (CO) akan berwarna merah cerah (cherry red).2. Rigor mortis (kaku jenazah)Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh, volume otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.3. Body temperature (suhu badan)Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari badan ke benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan pakaian. Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan.Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah perrektal (Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI (Post Mortem Interval) berikut.Formula untuk suhu dalam o CelciusPMI = 37 o C-RT o C +3Formula untuk suhu dalam o FahrenheitPMI = 98,6 o F-RT o F1,54. Degree of decomposition (derajat pembusukan)Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.5. Stomach Content (isi lambung)Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat kematian. Karena makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna dan dikosongkan dari lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.6. Insect activity (aktivitas serangga)Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.7. Scene markers (tanda-tanda yang ditemukan pada sekitar tempat kejadian)Proses-Proses Spesifik Lainnya pada Jenazah Karena Kondisi Khusus MummifikasiMummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.AdipocereAdipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri.Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.8. Pemeriksaan korban kriminalitasUntuk kasus kriminal maka cara penentuan sebab dan cara kematian ditentukan dengan Pemeriksaan AUTOPSI .Pemeriksaan korban kriminalitas dilakukan sesuai tahapan identifikasi forensik pada korban umumnya. Setelah diduga indikasi sebab dan cara kematiannya, maka dilakukan dengan tahapan pemeriksaan uji Laboratorium Forensik dengan pengambilan Sampel sesuai yang dibutuhkan baik saat di TKP maupun saat AUTOPSI.Dengan kemajuan Sain di bidang ilmu kedokteran, maka pemeriksaan Sidik jari (fingerprint) dan DNA merupakan alat yang bisa menjadi alat pembuktian yang sangat valid dan dapat mengungkapan kasus sulit dan sudah lama belum dapat diungkapkan.9. Pengambilan SampelPengambilan Sample untuk pemeriksaan laboratorium forensik ditujukan untuk mengetahui PENYEBAB DAN CARA KEMATIANNYA baik untuk kasus kematian wajar atau kematian tdk wajar termasuk kriminalitas.Dari hasil pemeriksaan dan tahapan identifikasi forensik, maka dilakukan pengambilan sample untuk memperkuat dugaan penyebab dan cara kematian serta mekanisme kematian terhadap korban.Hampir semua kasus kematian tidak wajar dilakukan pemeriksaan laboratorium forensik sesuai aturan dan permohonan penyidik.Adapaun Kasus2 Kriminalitas yang sering dilakukan pengambilan sample untuk pemeriksaan laboratorium forensik nya meliputi :1. Kasus KeracunanSample: darah,jaringan,organ2. Kasus perkosaanSample :Cairan Semen.,Lendir vagina3. Kasus KECELAKAAN LALU LINTAS karena pengaruh Alkohol atau NARKOBASample: Darah,Urin4. Kasus TenggelamSample: organ Paru-Paru atau organ lain5. Kasus PembunuhanSample : hampir semua,termasuk bila akan dilakukan pemeriksaan DNA untuk kasus kriminalitas yg sulit dibuktikan.6. Dan lain sebagainya.PENGAMBILAN SAMPEL DILAKUKAN DI TKP dan ATAU SAAT AUTOPSI untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium Forensik.JENIS SAMPEL :a. SIDIK JARIb. CAIRAN TUBUH ARAH, AIR LIUR, CAIRAN LAMBUNG,VAGINA,SPERMA,DLLc. JARINGAN TUBUH :kuku,rambut, dsbd. Sample bagian ORGAN TUBUH : JANTUNG,OTAK,GINJAL,LIVER, PARU-PARUDari sample darah bisa dilakukan pemeriksaan DNA,Pemeriksaan Darah dan Gol darah.Bahan sample darah juga diperiksakan di laboratorium forensik untuk mengetahui penyebab dan jenis racun dalam kasus keracunan, juga dapat mengetahui penyebab kecelakaan lalu lintas karena pengaruh alkohol dan Obat NARKOBA Lainnya.Bahan/sample DNA diambil dari hampir seluruh tubuh terutama sample diatas.Contoh PEMERIKSAAN LABORATORIUM FORENSIK:1. Pemeriksaan Kasus Keracunan COSample: daraha. Uji Alkali Dilusi/Resistensi AlkaliTujuan: mengetahui kadar CO dalam darah secara semikuantitatif.Cara pemeriksaan:o Ambil 2 tabung reaksi.o Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam tabung pertama dan 1-2 tetes darah normal ke dalam tabung kedua (sebagai kontrol negatif).o Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna merah dapat diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang mengandung CO akan tampak merah jernih sedang darah kontrol berwarna merah keruh.o Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing tabung kemudian dikocok.Hasil. Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah hijau kecoklatan karena terbentuk hematin alkali. Sedangkan darah yang mengandung COHb tidak berubah segera (tergantung konsentrasi COHb) karena lebih resisten terhadap alkali. COHb dengan kadar saturasi 20% akan memberi warna merah muda selama beberapa detik kemudian menjadi coklat kehijauan setelah 1 menit. Sebagai kontrol jangan digunakan darah fetus karena darah fetus juga bersifat resisten terhadap alkali.b. Uji FormalinTujuan: mengetahui kadar COHb secara semikuantitatifCara pemeriksaan:Ambil beberapa tetes darah yang akan diperiksa, masukkan dalam tabung reaksi tambatikan beberapa tetes larutan formalin 40% sama banyaknyaHasil. Bila darah mengandung COHb 25% saturasi maka akan terbentuk koagulat berwarna merah yang mengendap pada dasar tabung reaksi. Semakin tinggi kadar COHb, semakin merah warna koagulatnya. Sedangkan pada darah normal akan terbentuk koagulat yang berwarna coklat.2. Pemeriksaan Cairan Mani (Semen)Sample: CAIRAN MANI (Semen) dan Lendir VaginaPemeriksaan cairan mani dapat digunakan untuk membuktikan:1. Adanya persetubuhan melalui penentuan adanya cairan mani dalam labia minor atau vagina yang diambil dari forniks posterior.2. Adanya ejakulasi pada persetubuhan atau perbuatan cabul melalui penentuan adanya cairan mani pada pakaian, seprai, kertas tissue, dsb.Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:1. Penentuan spermatozoa (mikroskopis)1. a. Tanpa pewarnaan untuk melihat motilitas spematozoa yang paling bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya persetubuhan.Cara pemeriksaan:o Letakkan satu tetes lendir vagina pada kaca obyeko Lihat dengan pembesaran 500 kali dengan kondensor diturunkano Perhatikan pergerakan spermatozoaUmumnya disepakati dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang waktu ini menjadi 3-4 jam. Berdasarkan beberapa penelitian, dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih dapat ditemukan 3 hari, kadang-kadang sampai 6 hari pascapersetubuhan. Pada orang mati, spermatozoa masih dapat ditemukan hingga 2 minggu pasca persetubuhan, bahkan mungkin lebih lama lagi.Bila spermatozoa tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ada ejakulat karena kemungkinan azoosperma atau pascavasektomi. Bila hal ini terjadi, maka perlu dilakukan penentuan cairan mani dalam cairan vagina.1. b. Dengan pewarnaanCara pemeriksaan:o Buat sediaan apuso Fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala apio Pulas dengan HE, biru metilen, atau hijau malakit.Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah pulasan dengan hijau malakit dengan prosedur sebagian berikut:o Warnai dengan larutan hijau malakit 1% selama 10 15 menito Cuci dengan air mengaliro Lakukan pulas ulang dengan larutan Eosin Yellowish 1% selama 1 menito Cuci lagi dengan airKeuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak terwamai. Kepala spermatozoa tampak merah dan lehernya merah muda, ekornya berwarna hijau.2. Penentuan cairan mani (kimiawi)a. Reaksi fosfatase asam merupakan tes penyaring adanya cairan mani sehingga harus selalu dilakukan pada setiap sampel yang diduga cairan mani sebelum dilakukan pemeriksaan lain.Dasar reaksi. Adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang dihasilkan oleh kelenjar prostat.Prinsip. Enzim fosfatase asam menghidrolisis natrium alfa naftil fosfat. Alfa naftil yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan brentamin menghasilkan zat warna azo yang berwarma biru ungu.Reagen:Larutan A:o Brentamin Fast Blue B 1 g ( 1 )o Natrium asetat trihidrat 20 g (2)o Asam asetat glasial 10 ml (3)o Akuades 100 ml (4)(2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga dengan pH 5, kemudian (1) dilarutkan dalam larutan penyangga tersebutLarutan B:Natrium alfa naftil fosfat 800 mg + Akuades 10 ml89 ml Larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu disaring cepat ke dalam botol yang berwarna gelap. Jika disimpan di lemari es, reagen ini dapat bertahan bermingguminggu dan adanya endapan tidak akan mengganggu reaksi.Cara pemeriksaan:o Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa menito Kertas saring diangkat dan disemprot/diteteskan dengan reageno Tentukan waktu reaksi dari saat penyemprotan sampai timbul warna unguTes ini tidak spesifik, hasil positif semu dapat terjadi pada feses, air teh, kontrasepsi, sari buah, dan tumbuh-tumbuhan.Hasil:o Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan warna serentak dengan intensitas tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim tersebut memberikan intensitas warna secara berangsur-angsuro Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan mani. Bila 30-65 detik, masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan elektroforesis. Waktu reaksi > 65 detik belum dapat menyatakan sepenuhnya tidak terdapat cairan mani karena pernah ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi spermatozoa positif.o Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan waktu reaksi rata-rata 90-100 detik.o Kehamilan, adanya bakteri-bakteri dan jamur, dapat mempercepat waktu reaksi.b. Reaksi Florence dilakukan dan memberi manfaat bila terdapat azoospermia atau cara lain untuk menentukan semen tidak dapat dilakukanDasar. Menentukan adanya kolin.Reagen (larutan lugol) yang dapat dibuat dari:o Kalium yodida 1,5 go Yodium 2,5 go Akuades 30 mlCara pemeriksaan:o Bercak diekstraksi dengan sedikit akuadeso Ekstrak diletakkan pada kaca obyek, biarkan mengeringo Tutup dengan kaca penutupo Reagen dialirkan dengan pipet di bawah kaca penutupHasil. Bila terdapat mani, tampak kristal kolin periodida coklat berbentukjarum dengan ujung sering terbelah.Tes ini tidak khas untuk cairan mani karena ekstrak jaringan berbagai organ, putih telur, dan ekstrak serangga akan memberikan kristal serupa. Sekret vagina kadang-kadang memberikan hasil positif. Sebaliknya, bila cairan mani belum cukup berdegradasi, maka hasilnya mungkin negatif.c. Reaksi BerberioDasar reaksi. Menentukan adanya spermin dalam semen.Reagen. Larutan asam pikrat jenuh.Cara pemeriksaan. Sama seperti pada reaksi Florence.Hasil positif. Adanya kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat garis refraksi yang tertetak longitudinal.Kristal mungkin pula berbentuk ovoid.Reaksi tersebut mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditentukan spermatozoa.3. Penentuan golongan darah ABO pada cairan maniPenentuan golongan darah ABO pada semen golongan sekretor dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi. Hanya golongan sekretor saja yang dapat ditentukan golongan darah dalam semen.Pada individu yang termasuk golongan sekretor (85% dari populasi), substansi golongan darah dapat dideteksi dalam cairan tubuhnya seperti air liur, sekret vagina, cairan mani, dan lain-lain. Substansi golongan darah dalam cairan mani jauh lebih banyak dari pada air liur (2-100 kali).Adanya substansi asing menunjukkan di dalam vagina wanita tersebut terdapat cairan mani.4. Pemeriksaan bercak mani pada pakaiana. Secara visualBercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap daripada sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna kekuningan. Pada bahan sutera/nilon, batas sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap daripada sekitarnya.Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak segar menunjukkan permukaan mengkilat dan translusen kemudian mengering. Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna kuning sampai coklat.Pada tekstil yang menyerap, bercak segar tidak berwarna atau bertepi kelabu yang berangsur menguning sampai coklat dalam waktu 1 bulan.Di bawah sinar ultraviolet, bercak semen menunjukan fluoresensi putih. Bercak pada sutera buatan atau nilon mungkin tidak berfluoresensi. Fluoresensi terlihat jelas pada bercak mani pada bahan yang terbuat dari serabut katun. Bahan makanan, urin, sekret vagina, dan serbuk deterjen yang tersisa pada pakaian sering berfluorensensi juga.b. Secara taktil (perabaan)Bercak mani teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap, bila tidak teraba kaku, masih dapat dikenali dari permukaan bercak yang teraba kasar.c. Skrining awal (dengan Reagen fosfatase asam)Cara pemeriksaan:o Sehelai kertas saring yang telah dibasahi akuades ditempelkan pada bercak yang dicurigai selama 5-10 menito Keringkan lalu semprot/teteskan dengan reageno Bila terlihat bercak ungu, kertas saring diletakkan kembali pada pakaian sesuai dengan letaknya semula untuk mengetahui letak bercak pada kaind. Uji pewarnaan BaecchiReagen: o Asam fukhsin 1% 1 mlo Biru Metilen 1% 1 mlo Asam klorida 1% 40 mlCara pemeriksaan: o Gunting bercak yang dicurigai sebesar 5 mm x 5 mm pada bagian pusat bercako Pulas dengan reagen Baecchi selama 2-5 menito Cuci dalam HCl 1%o Lakukan dehidrasi berturut-turut dalam alkohol 70%, 80%, dan 95-100% (absolut)o Jernihkan dalam xylol (2x)o Keringkan di antara kertas saringo Ambil 1-2 helai benang dengan jarumo Letakkan pada gelas obyek dan uraikan sampai serabut-serabut saling terpisaho Tutup dengan kaca penutup dan balsem Kanadao Periksa dengan mikroskop pembesaran 400x.Hasil. Serabut pakaian tidak berwarna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor berwarna merah muda terlihat banyak menempel pada serabut benang.