ibuprofen 1

12
PENDAHULUAN Ibuprofen merupakan golongan obat anti-inflamasi nonsteroid, bersifat asam dan mempunyai sifat kohesif yang lebih besar daripada sifat adhesif, sehingga sulit kontak dengan zat lain terutama air dan mengakibatkan ibuprofen tidak mudah dibuat dalam bentuk sediaan tertentu. Disamping itu, salah satu efek samping ibuprofen dalam sediaan oral adalah menyebabkan iritasi pada lambung. Ibuprofen diserap dengan mudah dari dinding saluran pencernaan. Kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh eliminasi selama dua jam. Waktu paruhnya yang pendek menyebabkan pemberian dilakukan tiga kali sehari untuk mendapatkan efek terapi yang optimum. Berdasarkan masalah tersebut, maka pengembangan sediaan oral konvensional memiliki banyak keterbatasan. Salah satu cara pendekatan penyelesaian masalah tersebut adalah pengembangan sediaan lepas lambat yang diharapkan dapat meningkatkan efikasi dan menurunkan efek samping yang ditimbulkan. Pengembangan formulasi ibuprofen untuk penggunaan oral yang aman dan efektif masih terus dilakukan sampai sekarang (Gilman, 1996 ; Swarbrick, 1990). Teknik mikroenkapsulasi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memodifikasi pelepasan zat aktif sehingga dapat mengurangi atau mengeliminasi efek samping yang merugikan. Disamping memodifikasi pelepasan zat aktif, tujuan penggunaan mikroenkapsulasi juga untuk melindungi zat aktif terhadap lingkungan seperti lembab, cahaya, panas, dan sebagainya, mengubah bentuk zat aktif dari cair menjadi padat, menutup bau yang tidak sedap, memisahkan zat aktif yang tidak tercampurkan agar dapat disatukan dalam suatu sediaan, dan menutup rasa yang tidak enak. Polimer baik alam maupun sintetis merupakan salah satu bahan pembentuk mikrokapsul (Lim, 1984). Teknik pembentukan mikrokapsul dari polimer yang banyak digunakan dalam bidang farmasi adalah emulsifikasi-evaporasi pelarut organik. Akan tetapi karena toksisitas dan keterbatasan pemilihan pelarut organik mendorong dikembangkannya teknik lain. Reaksi pautan silang polimer merupakan fenomena unik yang dapat dimanfaatkan dalam proses mikroenkapsulasi baik zat yang bersifat hidrofil maupun lipofil. Paut silang (crosslink) 1

Upload: hartotok-vipnet

Post on 31-Jan-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

antiinflamasi

TRANSCRIPT

Page 1: Ibuprofen 1

PENDAHULUAN

Ibuprofen merupakan golongan obat anti-inflamasi nonsteroid, bersifat asam dan

mempunyai sifat kohesif yang lebih besar daripada sifat adhesif, sehingga sulit kontak

dengan zat lain terutama air dan mengakibatkan ibuprofen tidak mudah dibuat dalam

bentuk sediaan tertentu. Disamping itu, salah satu efek samping ibuprofen dalam sediaan

oral adalah menyebabkan iritasi pada lambung. Ibuprofen diserap dengan mudah dari

dinding saluran pencernaan. Kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1-2 jam

setelah pemberian oral, dengan waktu paruh eliminasi selama dua jam. Waktu paruhnya

yang pendek menyebabkan pemberian dilakukan tiga kali sehari untuk mendapatkan efek

terapi yang optimum. Berdasarkan masalah tersebut, maka pengembangan sediaan oral

konvensional memiliki banyak keterbatasan. Salah satu cara pendekatan penyelesaian

masalah tersebut adalah pengembangan sediaan lepas lambat yang diharapkan dapat

meningkatkan efikasi dan menurunkan efek samping yang ditimbulkan. Pengembangan

formulasi ibuprofen untuk penggunaan oral yang aman dan efektif masih terus dilakukan

sampai sekarang (Gilman, 1996 ; Swarbrick, 1990).

Teknik mikroenkapsulasi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memodifikasi

pelepasan zat aktif sehingga dapat mengurangi atau mengeliminasi efek samping yang

merugikan. Disamping memodifikasi pelepasan zat aktif, tujuan penggunaan

mikroenkapsulasi juga untuk melindungi zat aktif terhadap lingkungan seperti lembab,

cahaya, panas, dan sebagainya, mengubah bentuk zat aktif dari cair menjadi padat,

menutup bau yang tidak sedap, memisahkan zat aktif yang tidak tercampurkan agar dapat

disatukan dalam suatu sediaan, dan menutup rasa yang tidak enak. Polimer baik alam

maupun sintetis merupakan salah satu bahan pembentuk mikrokapsul (Lim, 1984).

Teknik pembentukan mikrokapsul dari polimer yang banyak digunakan dalam bidang

farmasi adalah emulsifikasi-evaporasi pelarut organik. Akan tetapi karena toksisitas dan

keterbatasan pemilihan pelarut organik mendorong dikembangkannya teknik lain. Reaksi

pautan silang polimer merupakan fenomena unik yang dapat dimanfaatkan dalam proses

mikroenkapsulasi baik zat yang bersifat hidrofil maupun lipofil. Paut silang (crosslink)

1

Page 2: Ibuprofen 1

2

merupakan ikatan (kimia/fisika) antara rantai polimer yang membentuk struktur tiga

dimensi jaringan polimer. Reaksi paut silang dapat terjadi pada monomer, oligomer, atau

polimer yang memiliki lebih dari dua gugus reaktif dan dapat dipaut silang oleh suatu zat

pemaut silang (crosslinker) yang memiliki dua atau lebih gugus fungsi (Kroscwitz, 1990).

Pada penelitian ini akan dikembangkan mikroenkapsulasi ibuprofen menggunakan gelatin

sebagai polimer alam dengan teknik pautan silang. Faktor-faktor yang mempengaruhi

karakteristik mikrokapsul meliputi variasi proses dan formula akan diteliti.

Page 3: Ibuprofen 1

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Ibuprofen

Ibuprofen merupakan turunan asam fenilasetat dengan nama kimia asam 2-(4-isobutilfenil)

propionat. Rumus kimia C13H18O2 dan berat molekul 206,3 (The Council of Pharm.

Society of Great Britain, 2001).

Gambar 1.1 Struktur molekul ibuprofen.

1.1.1 Sifat Fisika dan Kimia

Identifikasi ibuprofen berdasarkan Farmakope Indonesia edisi 4 adalah menggunakan

spektrofotometri ultraviolet, spektrofotometri inframerah, kromatografi cair kinerja tinggi,

dengan menggunakan baku pembanding ibuprofen BPFI. Ibuprofen berupa serbuk hablur,

putih hingga hampir putih, berbau khas lemah, dan mempunyai jarak lebur 75ºC sampai

78ºC. Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol (1:1,5),

dalam metanol, dalam aseton (1:1,5), dalam eter (1:2), dan dalam kloroform (1:1,5), sangat

mudah larut dalam larutan basa alkali hidroksida, karbonat, dan dalam diklorometan, sukar

larut dalam etil asetat (Depkes RI, 1995; The Council of Pharm. Society of Great Britain,

2001; Lund, 1994).

1.1.2 Tinjauan Farmakologi

Ibuprofen merupakan obat golongan antiinflamasi non steroid yang memberikan efek

analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Ibuprofen terutama digunakan untuk mengobati

artritis rematik yang bekerja dengan cara memasuki ruang sinovial secara lambat dan

terakumulasi dalam konsentrasi tinggi. Untuk mengatasi rasa nyeri seperti ”dysmenorrhea”

dan antipiretik diberikan dalam dosis 400 mg setiap 4-6 jam. Pengobatan artritis rematik

dan artritis tulang dapat mencapai 2400 mg walaupun dosis lazim sehari hanya

3

Page 4: Ibuprofen 1

4

1200-1600 mg. Ibuprofen menyebabkan efek samping gastritis, konstipasi, nausea, dan

pusing (Gilman, 1996).

1.1.3 Farmakokinetik

Ibuprofen diserap dengan mudah dari dinding saluran pencernaan. Kadar puncak dalam

darah dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh eliminasi

selama dua jam. Ekskresi ibuprofen terjadi dengan cepat dan sempurna. Lebih dari 90%

dari dosis yang diberikan diekskresi melalui urin sebagai metabolit asam konjugatnya

(Gilman, 1996).

1. 2 Gelatin

Gelatin merupakan campuran dari fraksi protein yang dimurnikan sebagian dengan

hidrolisis asam (untuk tipe A) dan hidrolisis basa (untuk tipe B) dari kolagen hewan.

Gelatin dapat juga merupakan campuran dari kedua tipe. Berat molekul gelatin berkisar

antara 15.000 – 250.000 (Rowe, 2006).

Gambar 1.2 Struktur molekul gelatin.

1.2.1 Fungsi Gelatin

Gelatin digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasetik antara lain berfungsi

sebagai senyawa penyalut, pembentuk film, pembentuk gel, pembentuk suspensi, pengikat

tablet, dan bahan peningkat kekentalan. Umumnya digunakan untuk membentuk kapsul

lunak atau kapsul keras. Gelatin dimanfaatkan sebagai bahan matriks biodegradable dalam

sistem penghantaran implan. Gelatin digunakan juga dalam mikroenkapsulasi obat.

Prinsipnya adalah zat aktif dijerat dalam kapsul berukuran mikro, kemudian diperlakukan

sebagai serbuk (Rowe, 2006).

Page 5: Ibuprofen 1

5

1.2.2 Sifat Fisika dan Kimia

Gelatin berupa granul atau serbuk transparan, berwarna kuning bercahaya hingga kuning

pucat, padatan yang mudah patah, tidak berbau, dan tidak berasa. Gelatin praktis tidak larut

dalam aseton, kloroform, etanol (95%), eter, dan metanol. Larut dalam gliserin, asam dan

basa, tetapi asam atau basa kuat dapat mengendapkan gelatin. Dalam air, gelatin

mengembang dan melunak, sedikit demi sedikit menyerap air sebanyak 5-10x bobotnya.

Gelatin larut dalam air panas, membentuk gel pada pendinginan 35-40ºC. Pada suhu lebih

besar dari 40ºC sistem berada dalam keadaan sol. Sistem gel-sol ini bersifat reversibel

terhadap pemanasan (Rowe, 2006).

1. 2 Mikroenkapsulasi

Mikroenkapsulasi adalah proses enkapsulasi (penjeratan) partikel berbentuk padat, tetesan

zat cair, dispersi zat cair atau gas dalam suatu sistem pembawa berukuran mikrometer

sehingga dihasilkan partikel bahan dengan karakteristik fisika dan kimia yang dikehendaki.

Hasil yang didapatkan adalah mikrokapsul, memiliki dinding berupa polimer dalam bentuk

selaput tipis yang menyelimuti obat. Keistimewaan yang unik dari mikrokapsul adalah

ukuran yang kecil dari partikel tersalut dan penggunaan serta aplikasi pada berbagai bentuk

sediaan (Luzzy, 1970; Swarbrick and Boyland, 1995).

Dua bahan yang terlibat dalam mikroenkapsulasi yaitu bahan inti dan bahan penyalut.

Bahan inti adalah bahan yang akan disalut, dapat berbentuk bahan cair, padat, atau gas.

Komposisi bahan inti berbentuk cair dapat terdiri dari zat-zat yang terdispersi dan atau

terlarut. Bahan inti berbentuk padat dapat berupa zat tunggal atau zat aktif dan bahan

tambahan seperti penstabil, pengencer, penahan atau pemercepat pelepasan zat aktif, dan

lainnya. Sedangkan bahan penyalut adalah bahan yang digunakan untuk penyalut bahan

inti dengan tujuan tertentu. Penyalut yang digunakan dapat berupa polimer alam, semi

sintetik, atau sintetik. Pemilihan bahan penyalut bergantung pada tujuan penyalutan. Syarat

bahan penyalut antara lain dapat bercampur secara kimia dengan bahan inti, tetapi inert

terhadap bahan inti, harus dapat membentuk lapisan di sekitar obat dengan pembentukan

selaput tipis, fleksibel, impermeabel, kuat selama proses sehingga tidak terjadi kerusakan,

memiliki sifat yang sesuai dengan tujuan penyalutan, dan menghasilkan lapisan salut yang

relatif tipis (Deasy, 1984).

Page 6: Ibuprofen 1

6

Selain kedua bahan tersebut, pada mikroenkapsulasi diperlukan pula medium untuk

melarutkan atau mendispersikan bahan inti dan penyalut. Medium yang digunakan sangat

bervariasi tergantung dari teknik mikroenkapsulasi yang diterapkan. Pemilihan medium

didasarkan pada kelarutan zat aktif atau bahan inti dan bahan penyalut (Deasy, 1984).

Persyaratan umum untuk bahan yang digunakan dalam mikroenkapsulasi, yaitu tidak

toksik, dapat diuraikan dalam sistem biologis, cepat dieliminasi oleh tubuh, tidak iritan,

tidak berbau, tidak membentuk kompleks dengan bahan aktif (bahan inti) yang digunakan

(Lim, 1984).

Ketebalan dinding penyalut dan kandungan bahan inti dalam mikrokapsul dipengaruhi oleh

luas permukaan partikel bahan inti dan perbandingan jumlah bahan inti dan bahan penyalut

yang ditambahkan ke dalam fase pembawa pada tahap awal proses (Swarbrick and

Boyland, 1995).

Teknik mikroenkapsulasi dalam bidang farmasi memiliki banyak aplikasi, diantaranya

yaitu mengubah bentuk zat cair menjadi padat, menutupi bau atau rasa yang tidak

menyenangkan dari zat aktif, melindungi obat dari lembab, panas, cahaya, oksidasi, dan

sebagainya, mengatur kelarutan suatu obat, menghambat penguapan misalnya untuk

minyak atsiri, mencegah inkompatibilitas (ketidaktercampuran), menangani bahan-bahan

toksik, memperbaiki sifat aliran serbuk dari zat aktif, dan memodifikasi pelepasan zat aktif

(Swarbrick and Boyland, 1995).

Keuntungan utama dari mikroenkapsulasi antara lain dapat digunakan untuk stabilisasi

bahan inti contohnya yaitu mikroenkapsulasi beberapa vitamin untuk mencegah

penguraian, kontrol pelepasan bahan inti, serta pemisahan bahan-bahan yang reaktif dalam

tablet atau campuran serbuk agar tidak terjadi reaksi yang tidak diharapkan jika akan

dibuat dalam suatu sediaan (Lachman and Lieberman, 1970).

Bentuk atau tipe mikrokapsul yang dihasilkan dapat bermacam-macam tergantung dari

proses pembuatannya, antara lain mikrokapsul dengan inti tunggal sferis (bentuk bulat),

matriks yang terdiri dari mikrokapsul yang berinti tunggal dan aglomerat berinti banyak,

dan yang berdinding halus yang disebut film. Mikrokapsul berinti padat umumnya

memiliki bentuk hampir sama dengan bentuk inti sedangkan untuk inti berbentuk cairan

atau gas memiliki bentuk bulat.

Page 7: Ibuprofen 1

7

Mikrokapsul yang dihasilkan biasanya berukuran 1-2000 µm, bervariasi antara lain sesuai

dengan metode yang digunakan, jenis bahan inti, dan bahan penyalut yang digunakan.

Kekurangan dan keterbatasan proses mikroenkapsulasi antara lain adanya sisa dinding

mikrokapsul yang tidak larut, tidak efektif untuk kerja obat bentuk cair yang diperlama

karena zat aktif dapat terbebas dari mikrokapsul sebelum sediaan digunakan, kemungkinan

ada mikrokapsul yang pecah ketika proses pencetakan tablet karena gaya kempa yang

cukup besar, adanya kemungkinan penyalutan yang tidak sempurna oleh polimer sehingga

akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dari mikrokapsul, pada umumnya produk hasil

mikroenkapsulasi lebih mahal, beberapa metode mikroenkapsulasi tidak dapat digunakan

untuk skala industri, serta adanya penggumpalan mikrokapsul selama proses

mikroenkapsulasi (Deasy, 1984).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perancangan dan keberhasilan proses mikroenkapsulasi

antara lain sifat fisikokimia bahan inti yang akan disalut, bahan penyalut yang digunakan,

medium mikroenkapsulasi (air, pelarut organik, atau gas), metode mikroenkapsulasi yang

digunakan, tahap mikroenkapsulasi (tunggal atau bertingkat), sifat dan struktur dinding

mikrokapsul, dan kondisi penggunaan (basah atau kering).

1. 3 Metode Mikroenkapsulasi

Metode mikroenkapsulasi yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu dapat berupa

metode kimia, metode fisikokimia, dan metode mekanik.

1.3.1 Metode Kimia

Metode yang termasuk ke dalam metode kimia yaitu polimerisasi antar permukaan,

polimerisasi in situ, dan teknik pengerasan dalam cairan

a. Polimerisasi Antar Permukaan (Interfasial)

Digunakan untuk bahan inti berupa zat cair. Cara ini menggunakan dua jenis polimer yaitu

yang larut dalam air dan yang larut dalam pelarut organik. Polimer yang umumnya

digunakan adalah poliuretan, poliester, dan poliamida. Bahan inti dapat berperan sebagai

pelarut salah satu polimer. Prinsipnya yaitu mendispersikan salah satu fase ke dalam fase

lain dengan bantuan emulgator sehingga terbentuk emulsi, penambahan reaktan yang tidak

larut dalam air untuk mengawali terbentuknya dinding polimer pada tetesan cairan, dan

pemisahan mikrokapsul yang terbentuk dari fase kontinu (Deasy, 1984).

Page 8: Ibuprofen 1

8

b. Polimerisasi In Situ

Pada metode ini hanya digunakan satu jenis polimer yang dapat berada dalam fase inti atau

fase kontinu (medium). Ke dalamnya dapat ditambahkan suatu katalis. Prinsipnya hampir

sama dengan polimerisasi antar permukaan. Polimerisasi terjadi pada permukaan tetesan

inti sehingga polimer akan membentuk lapisan yang menyelubungi permukaan inti

tersebut. Polimer penyalut yang digunakan tidak boleh larut dalam medium yang

digunakan (Deasy, 1984).

c. Teknik Pengerasan dalam Cairan

Digunakan polimer dalam bentuk larutan, yang dengan penambahan suatu bahan pengeras

dapat mengeras dan membentuk lapisan tipis di permukaan inti. Proses pengerasan dapat

dilakukan dengan modifikasi termal, netralisasi ke titik isoelektrik, dan ikatan antara dua

polimer yang memiliki muatan yang berlawanan (dapat digunakan polimer yang larut

dalam air atau dalam pelarut organik). Mikrokapsul yang dihasilkan cenderung memiliki

ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan metode lain. Menggunakan alat penetes

berbentuk pipet berlubang, tipe alat yang dapat digunakan yaitu alat sederhana berupa

tabung dan satu lubang, alat berupa pipa berlubang dua yang berasal dari dua tabung yang

berpusat sama, dan alat dengan dua tabung berpusat sama yang memiliki dua lubang yang

terpisah (Deasy, 1984).

Metode mikroenkapsulasi dengan teknik Paut silang (crosslink) termasuk ke dalam salah

satu metode kimia. Paut silang (crosslink) merupakan ikatan (kimia/fisika) antara rantai

polimer yang membentuk struktur tiga dimensi jaringan polimer yang akan membentuk

polimer yang tidak larut. Reaksi paut silang dapat terjadi pada monomer, oligomer, atau

polimer yang memiliki lebih dari dua gugus reaktif dan dapat dipaut silang oleh suatu zat

pemaut silang (crosslinker) yang memiliki dua atau lebih gugus fungsi (Kroscwitz, 1990).

Salah satu polimer yang dapat digunakan adalah gelatin. Gelatin dapat bereaksi dengan

golongan aldehid membentuk pautan silang. Golongan aldehid yang biasa digunakan

antara lain formaldehid, glutaraldehid, dan gliseraldehid.

1.3.2 Metode Fisikokimia

Metode yang termasuk ke dalam metode fisikokimia antara lain koaservasi pemisahan fase,

teknik pengeringan dalam cairan (penguapan pelarut), dispersi secara leburan, dan teknik

powder beds.

Page 9: Ibuprofen 1

9

a. Koaservasi Pemisahan Fase

Merupakan teknik pertama yang digunakan untuk proses enkapsulasi. Proses yang terjadi

adalah adanya interaksi dua muatan elektrolit yang berbeda dalam satu medium sehingga

akan terbentuk bagian yang kaya akan polimer membentuk koloid yang disebut koaservat.

Proses koaservasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan pembawa yang mengandung

air atau pembawa non air. Untuk koaservasi dengan pembawa non air, pemisahan fase

polimer dapat diinduksi dengan cara perubahan suhu sistem, penambahan polimer tak

tercampurkan, penambahan pelarut lain selain pelarut yang digunakan, penambahan garam,

perubahan pH sistem, atau interaksi polimer-polimer. Polimer yang digunakan harus tak

larut air, sehingga pelepasan obat diatur oleh difusi obat melalui penyalut, bukan dengan

disolusi atau erosi (Deasy, 1984).

b. Teknik Pengeringan dalam Cairan (Penguapan Pelarut)

Digunakan untuk bahan inti berupa senyawa yang sukar larut atau kelarutannya kecil

dalam air, tidak larut dalam pelarut non polar, senyawa reaktif (seperti enzim), atau emulsi

fotografi. Prosesnya dilakukan dengan melarutkan atau mendispersikan bahan inti dalam

larutan polimer dengan pelarut organik tunggal atau campuran yang memiliki titik didih

yang rendah. Fase ini kemudian diemulsikan dalam fase kontinu berair yang mengandung

koloid hidrofilik atau surfaktan dalam konsentrasi rendah untuk menstabilkan emulsi

minyak dalam air yang terbentuk. Pelarut kemudian diuapkan dan mikrosfer dikumpulkan

melalui filtrasi atau sentrifugasi (Bennita, 1996).

c. Dispersi secara Leburan

Bahan penyalut yang digunakan dalam teknik ini adalah malam atau lemak yang akan

melebur saat proses pemanasan. Prosesnya yaitu pendispersian bahan inti ke dalam bahan

penyalut yang telah dilelehkan yang dilanjutkan dengan proses pendinginan untuk

membentuk mikrokapsul yang padat.

d. Teknik Powder Beds

Teknik mikroenkapsulasi ini menggunakan zat padat halus dan inert yang dapat

mengadsorpsi pelarut dan mempercepat proses pengeringan tetesan larutan polimer

penyalut. Zat padat halus yang digunakan harus tidak larut dalam pelarut polimer. Contoh

zat padat halus yang dapat digunakan antara lain silika, talk, natrium aluminium silikat.

Page 10: Ibuprofen 1

10

Contoh bahan penyalut yang dapat digunakan yaitu selulosa asetat ftalat, gelatin, dekstrin,

kasein, dan sebagainya.

1.3.3 Metode Mekanik

Metode yang termasuk metode mekanik yaitu suspensi udara, semprot kering dan semprot

beku, penyalutan dengan panci penyalut, dan deposisi elektrostatik.

a. Suspensi Udara

Prinsip teknik ini adalah dispersi bahan inti yang padat dalam udara mengalir sebagai fase

pendukung kemudian disemprot dengan larutan penyalut. Bahan inti yang tersalut

diresirkulasikan melewati materi penyalut dan proses ini terus berlanjut tergantung dari

tujuan mikroenkapsulasi. Aliran udara berperan untuk sirkulasi dan pengeringan

mikrokapsul dengan volume dan udara yang mengalir dengan suhu tertentu. Faktor

penentu keberhasilan teknik ini adalah penyesuaian aliran udara, suhu, dan kecepatan

aliran larutan bahan penyalut. Kinetika pengeringan dipengaruhi oleh kecepatan dan suhu

aliran udara. Pada proses pengeringan terjadi pula pendinginan sehingga suhu permukaan

partikel lebih rendah daripada suhu udara di dalam maupun di luar partikel (Deasy, 1984).

b. Semprot Kering dan Semprot Beku

Kedua teknik ini digunakan untuk menyalut bahan inti yang peka terhadap panas.

Melibatkan proses dispersi bahan inti ke dalam larutan penyalut yang biasanya berupa

polimer lalu campuran tersebut disemprotkan pada suatu lingkungan dengan kondisi

tertentu sehingga pembentukan dan pengerasan mikrokapsul serta pengerasan penyalut

terjadi lebih cepat. Perbedaan kedua teknik ini terletak pada alat untuk pemadatan

penyalut. Pada semprot kering, pemadatan penyalut dilakukan dengan penguapan pelarut

secara cepat, sedangkan pada semprot beku dilakukan secara termal yaitu dengan

pembekuan bahan penyalut atau dengan penambahan non pelarut pada campuran bahan inti

dan penyalut. Penghilangan non pelarut dilakukan dengan penyerapan, ekstraksi, atau

penguapan (Deasy, 1984).

c. Penyalutan dengan Panci Penyalut

Teknik ini banyak digunakan dalam bidang farmasi, hal ini karena banyak industri farmasi

yang memiliki panci-panci penyalut yang digunakan untuk memproduksi tablet salut gula

atau salut selaput. Partikel bahan inti yang akan disalut berukuran lebih dari 50 μm, harus

sferis agar dapat bergerak bebas dalam panci, cukup keras, dan memiliki friabilitas yang

Page 11: Ibuprofen 1

11

rendah agar tidak mudah rusak selama proses berlangsung. Penyalut dalam bentuk larutan

atau dispersi bentuk halus disemprotkan pada bahan inti yang ada dalam panci penyalut.

Penghilangan pelarut dari penyalut terjadi karena adanya aliran udara panas ke dalam panci

atau dengan pengerasan dalam oven. Waktu yang diperlukan teknik ini untuk

mikroenkapsulasi lebih lama dibandingkan proses penyalutan tablet, hal ini karena

pengeringan yang tidak efisien dan membutuhkan jumlah penyalut lebih banyak (Deasy,

1984).

d. Deposisi Elektrostatik

Teknik ini digunakan untuk bahan inti dan penyalut yang berupa aerosol dan memiliki

muatan yang berlawanan. Prosesnya melibatkan alat atomizer yang akan mengatomisasi

bahan penyalut sehingga terbentuk kabut yang akan memberikan muatan listrik saat

meninggalkan atomizer dan mengalami deposisi akibat adanya gaya tarik elektrostatik

pada bahan inti. Kabut cairan penyalut diberi muatan listrik dengan menempatkannya pada

medan elektrostatik yang mengandung ion tidak bermuatan. Muatan-muatan listrik tersebut

kemudian diberikan pada partikel inti dan penyalut dengan adanya tegangan tinggi, yaitu

sekitar 10.000 volt. Proses selanjutnya yaitu pendinginan sistem lalu mikrokapsul yang

terbentuk dikumpulkan dengan sistem aerosol yang sesuai.

1. 4 Karakterisasi Mikrokapsul

Karakterisasi mikrokapsul yang dilakukan meliputi pemeriksaan morfologi mikrokapsul,

ukuran dan distribusi ukuran mikrokapsul, kandungan zat aktif dalam mikrokapsul, dan uji

pelepasan zat aktif dari mikrokapsul.

1.4.1 Morfologi Mikrokapsul

Pemeriksaan terhadap mikrokapsul bertujuan untuk mengetahui sifat pelepasan obat,

karakteristik permukaan, dan adanya pori-pori pada permukaan mikrokapsul. Pemeriksaan

dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik atau mikroskop elektron.

1.4.2 Ukuran dan Distribusi Ukuran Partikel

Pemeriksaan ukuran dan distribusi ukuran mikrokapsul digunakan untuk memperkirakan

secara kuantitatif ukuran dan distribusi ukuran mikrokapsul. Dapat dilakukan dengan

metode konvensional seperti menggunakan beberapa pengayak dengan rentang ukuran

tertentu atau dengan alat yang lebih modern seperti pengayak otomatis.

Page 12: Ibuprofen 1

12

1.4.3 Kandungan Zat Aktif dalam Mikrokapsul

Pemeriksaan kandungan zat aktif dalam mikrokapsul dilakukan untuk mengetahui kondisi

optimum metode yang digunakan untuk meminimalkan kehilangan bahan penyalut.

Terdapat dua macam metode, tergantung dari kelarutan bahan inti dan bahan penyalut yang

digunakan. Mikrokapsul dengan bahan inti dan bahan penyalut yang larut dalam pelarut

bukan air, pemeriksaan dilakukan dengan melarutkan mikrokapsul dalam pelarut organik

yang sesuai kemudian ditentukan dengan metode analisis yang sesuai. Sedangkan untuk

mikrokapsul dengan bahan inti larut air dan bahan penyalut tidak larut dalam air,

pemeriksaan dilakukan dengan cara disintegrasi mikrokapsul menggunakan pengadukan

berkecepatan tinggi atau dengan teknik penggerusan mikrokapsul sehingga bahan inti

dapat larut dalam pelarut yang sesuai kemudian kadar ditentukan dengan metode analisis

yang sesuai.

1.4.4 Uji Pelepasan Zat Aktif dari Mikrokapsul

Disolusi adalah proses masuknya zat padat ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan.

Disolusi ini sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan besarnya ketersediaan hayati zat

aktif dan selanjutnya akan mempengaruhi respon klinis yang akan dihasilkan oleh suatu

sediaan. Dari hasil uji disolusi dapat diketahui keseragaman produksi dari tiap batch dan

dapat dilihat reprodusibilitas dari mikroenkapsulasi.

Persamaan yang menggambarkan kecepatan disolusi zat padat telah dikembangkan oleh

Noyes dan Whitney, yaitu (Deasy, 1984):

))(( CCshDS

dtdC

−=

dengan dtdC : kecepatan disolusi zat padat, S : luas permukan zat padat, D : koefisien difusi

zat padat, Cs : kelarutan zat padat, C : konsentrasi zat padat dalam larutan pada waktu t, h :

tebal lapisan difusi (cm).

Faktor yang mempengaruhi disolusi suatu zat padat antara lain faktor yang berhubungan

dengan sifat fisikokimia zat padat (kelarutan, ukuran partikel, koefisien partisi bentuk

kristal), faktor yang berhubungan dengan bentuk sediaan zat padat (formulasi, proses

pembuatan, pewadahan, penyimpanan), serta faktor yang berhubungan dengan alat disolusi

dan parameter pengujian (desain alat, kecepatan pengadukan, komposisi, volume medium

disolusi, suhu, cara pengambilan sampel, dan metode penentuan kadar yang digunakan).