efek ibuprofen
TRANSCRIPT
Efek Ibuprofen, Diklofenak, Naproksen, Dan Piroksikam
Dalam Perjalanan Kehamilan Dan Outcome Kehamilan:
Suatu Studi Kohort Prospektif
Tujuan
Untuk menyelidiki efek individual dari ibuprofen, diklofenak, naproksen, dan
piroksikam pada outcome kehamilan.
Desain
Studi kohort.
Setting
Penduduk Norwegia.
Populasi
Sebanyak 90 417 pasangan wanita dan anak tunggalnya.
Metode
Menggunakan data set dari The Norwegian Mother and Child Cohort Study and
Medical Birth Registry of Norway
Ukuran outcome utama
Kelangsungan hidup bayi, malformasi kongenital, kelainan jantung struktural,
komplikasi neonatal, perdarahan selama kehamilan dan setelah melahirkan, asma
pada usia 18 bulan.
Hasil
Satu atau lebih dari empat obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) digunakan
oleh 6511 wanita hamil (7,2%). Tidak ada efek pada tingkat kelangsungan hidup
bayi, malformasi kongenital, atau cacat jantung struktural yang ditemukan.
Penggunaan ibuprofen pada trimester kedua secara bermakna berhubungan
dengan berat lahir rendah (OR 1,7, 95% CI 1,3-2,3), dan penggunaan ibuprofen
pada trimester kedua dan ketiga secara bermakna dikaitkan dengan asma pada
anak-anak berusia 18 bulan (OR yang disesuaikan 1,5, 95% CI 1,2-1,9; OR yang
disesuaikan 1,5, 95% CI 1,1-2,1). Penggunaan diklofenak pada trimester kedua
secara bermakna berhubungan dengan berat lahir rendah (OR yang disesuaikan
3,1, 95% CI 1,1-9,0), sedangkan penggunaan diklofenak pada trimester ketiga
secara bermakna dikaitkan dengan perdarahan pervaginam ibu (OR 1,8, 95% CI
1.1 -3.0). Tidak ditemukan hubungan dengan komplikasi neonatal lainnya.
Kesimpulan
Kurangnya hubungan dengan malformasi kongenital ini cukup meyakinkan.
Hubungan yang signifikan antara penggunaan diklofenak dan ibuprofen di akhir
kehamilan, dan perdarahan ibu dan asma pada anak, konsisten dengan efek
farmakologi mereka. Peningkatan risiko berat lahir rendah sebagian mungkin
disebabkan oleh kondisi inflamasi yang mendasari, dan sangat mirip dengan yang
resiko dasar yang diperkirakan untuk terjadinya berat lahir rendah.
Kata kunci
Asma, malformasi kongenital, diklofenak, perdarahan, ibuprofen, berat lahir
rendah, naproksen, piroksikam, persalinan prematur.
PENDAHULUAN
Frekuensi paparan in utero dari obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) berkisar
antara 5 dan 20%. NSAID sering dijadikan dasar dari terapi lini pertama untuk
berbagai kondisi yang juga bisa muncul selama kehamilan. Eksaserbasi sakit
kepala dan migrain sering terjadi selama beberapa minggu pertama kehamilan,
kondisi inflamasi yang mempengaruhi sistem muskuloskeletal biasanya muncul
kemudian dalam kehamilan. Pasien dengan gangguan rhematologi sering
melanjutkan atau memulai terapi NSAID selama kehamilan.
Studi tentang keamanan penggunaan NSAID selama kehamilan sejauh ini
terutama difokuskan pada: paparan dini, dan risiko keguguran dan cacat jantung;
dan paparan akhir, dan risiko penutupan dini ductus arteriosus dan penurunan
fungsi ginjal neonatal.
Walaupun sebagian besar penelitian ini telah mengevaluasi efek NSAID
sebagai suatu kelompok, data tentang dampak individual dari NSAID pada
outcome kehamilan tetap masih jarang ditemukan. Tidak ada studi yang telah
meneliti hubungan NSAID individual dengan ibu, janin, atau perdarahan bayi
baru lahir, berat lahir, atau usia kehamilan. Juga belum diteliti adalah
kemungkinan hubungan antara paparan in utero NSAID dengan gangguan
pernapasan neonatal, atau gejala asma pada bayi, meskipun fakta bahwa NSAID
dapat menyebabkan eksaserbasi pada pasien dengan asma.
Tujuan dari studi kami adalah untuk menganalisis pengaruh individual dari
empat jenis NSAID yang paling sering digunakan – ibuprofen, diklofenak,
naproksen, dan piroksikam – pada outcome kehamilan dan komplikasi selama dan
setelah melahirkan, dengan penekanan khusus pada perdarahan ibu, kelangsungan
hidup bayi , malformasi, berat lahir rendah, kelahiran prematur, dan gejala asma
pada anak.
METODE
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data set dengan kualitas
terjamin yaitu Norwegian Mother and Child Cohort Study (v6) yang dirilis pada
musim gugur 2011, dan dari catatan The Medical Birth Registry Norwegia
(MBRN). Norwegian Mother and Child Cohort Study merupakan studi nasional
kohort prospektif yang dilakukan oleh Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia,
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa paparan terhadap perjalanan
kehamilan dan outcome kehamilan, dan status kesehatan ibu dan anak selama dan
setelah kehamilan. Tingkat partisipasi setelah undangan awal adalah 38,5%.
MBRN mencakup semua kelahiran di Norwegia, dan data seluruh kelahiran
terkumpul secara prospektif sejak tahun 1967.
Informasi dari Norwegian Mother and Child Cohort Study diperoleh dari
empat kuesioner yang dijawab secara personal oleh ibu hamil yang berpartisipasi
dalam studi antara tahun 1999 dan 2006. Kuesioner meliputi karakteristik sosio-
demografi dan gaya hidup, riwayat kesehatan ibu, kesehatan ibu selama
kehamilan, penggunaan narkoba, dan kesehatan neonatal dan bayi selama 6 dan
18 bulan. Kuesioner pertama, dikirim bersama dengan surat undangan dengan
formulir informed consent sebelum pemeriksaan USG pertama, mencakup periode
waktu antara 6 bulan sebelum kehamilan dan minggu kehamilan ke-18. Kuesioner
kedua mencakup periode waktu antara kehamilan minggu 19 dan 29, kuesioner
ketiga mencakup periode waktu sampai dengan persalinan dan 6 bulan pertama
setelah melahirkan, dan kuesioner keempat mencakup periode waktu antara 6 dan
18 bulan setelah melahirkan. Tingkat respon adalah 95% untuk kuesioner
pertama, 92% untuk kuesioner kedua, 87% untuk kuesioner ketiga, dan 77%
untuk kuesioner keempat, di antara mereka yang setuju untuk berpartisipasi dalam
Norwegian Mother and Child Cohort Study.
MBRN berisi informasi medis yang rinci mengenai bayi yang baru lahir,
berasal dari formulir pemberitahuan yang wajib diisi oleh bidan, dokter
kandungan, dan/atau dokter anak pada saat persalinan, dan selama tinggal di
rumah sakit. Selain itu, MBRN berisi semua informasi yang dicatat selama
kehamilan dalam formulir bersalin wanita (formulir standar dengan informasi
medis dari setiap kunjungan kehamilan bagi semua ibu hamil di Norwegia).
Formulir mencakup karakteristik sosio-demografis dan gaya hidup ibu, kesehatan
ibu sebelum dan selama kehamilan, dan informasi mengenai proses persalinan,
dan komplikasi postpartum dan intervensi.
Data dari Norwegian Mother and Child Cohort Study dan MBRN
dihubungkan melalui nomor identifikasi personal dari wanita, dialokasikan
kepada semua orang yang menetap secara sah di Norwegia.
Populasi Studi
Sebanyak 94.290 wanita hamil yang memiliki catatan dari kuesioner pertama dan
kedua dari Norwegian Mother and Child Cohort Study dan dari MBRN memenuhi
syarat untuk dimasukkan dalam penelitian kami. Hal ini terkait dengan 86,6% dari
populasi dalam data file awal yang terdiri dari 108.863 subyek. Kehamilan
multipel (n = 3054) dikeluarkan. Kelompok paparan terdiri dari wanita hamil yang
melaporkan adanya asupan dari satu atau beberapa dari empat NSAID oral yang
paling sering digunakan: ibuprofen, diklofenak, naproksen, atau piroksikam.
Wanita yang menggunakan NSAID lainnya (yaitu asam asetilsalisilat,
indometasin, celecoxib, ketoprofen, asam tolfenamic, meloxicam, dan
nabumetone, n = 819) dikeluarkan dari penelitian. Populasi akhir studi terdiri dari
90 417 wanita: 6511 pada kelompok paparan dan 83.906 pada kelompok tidak
terpapar (Gambar 1).
Variabel penjelas
Informasi tentang jenis dan waktu penggunaan NSAID yang tersedia dari tiga
kuesioner studi pada minggu kehamilan ke-17 dan 30, dan 6 bulan setelah
melahirkan. Kuesioner dapat diakses melalui link berikut:
http://www.fhi.no/dokumenter/1f32a49514.pdf, http://www.fhi.no/dokumenter
/7b6b32b0cd.pdf, http://www.fhi. no/dokumenter/9ecca1c459.pdf dan http://
www.fhi.no/dokumenter/2640dd4bcc.pdf. Beberapa indikasi yang relevan untuk
penggunaan NSAID, seperti nyeri panggul, sakit punggung, leher dan nyeri bahu,
arthritis, sciatica, dan demam, secara khusus disebutkan untuk meningkatkan
pelaporan obat-obat ini. Satu atau beberapa obat bisa dilaporkan untuk setiap
indikasi. Responden bisa menentukan lima jendela eksposur untuk setiap indikasi:
dalam kuesioner pertama, jendela pada 6 bulan sebelum kehamilan, dan pada
minggu kehamilan 0-4, 5-8, 9-12, dan 13 + (sampai menyelesaikan kuesioner
pertama), pada kuesioner kedua, lima minggu paparan dapat ditentukan, pada
kehamilan minggu 13-16, 17-20, 21-24, 25-28, dan 29 + (sampai menyelesaikan
kuesioner kedua), dan kuesioner ketiga meliputi penggunaan NSAID menjelang
akhir kehamilan (dari kehamilan minggu ke-30 sampai kelahiran). Bila dua atau
lebih obat dilaporkan untuk salah satu indikasi, kami mengasumsikan bahwa obat
telah digunakan selama seluruh periode waktu yang ditentukan. Tidak ada data
mengenai dosis yang tersedia. Data masa pengobatan tidak lengkap, dan karena
itu tidak digunakan. Paparan obat diklasifikasikan menurut sistem Klasifikasi
Terapi Anatomis (ATC). Kami mendefinisikan paparan NSAID sebagai paparan
obat dengan kode ATC M01AE01 untuk ibuprofen, M01AB05 untuk
diklofenak,M01AE02 untuk naproksen, dan M01AC01 untuk piroksikam.
Pengaruh setiap empat NSAID individual pada proses kehamilan dan
outcome kehamilan dianalisis sesuai dengan waktu terapi:
1. ‘Digunakan selama kehamilan (total)’(ya / tidak);
2. ‘Penggunaan selama trimester pertama (minggu kehamilan 1-12)’ (ya /
tidak);
3. ‘Penggunaan selama trimester kedua (minggu kehamilan 13-28)’ (ya /
tidak),
4. ‘Penggunaan selama trimester ketiga (minggu kehamilan 29 sampai
melahirkan)' (ya / tidak).
Variabel Outcome
Pemilihan variabel outcome didasarkan pada pengetahuan dari sifat farmakologi
NSAID dan hasil dari penelitian sebelumnya. Informasi tentang variabel hasil
diperoleh terutama dari catatan MBRN. Semua diagnosis dari catatan MBRN
didasarkan pada Klasifikasi Penyakit Internasional, revisi ke-10 (ICD-10).
Outcome yang dipilih dari MBRN adalah bayi yang hidup (kelahiran hidup),
setiap malformasi kongenital, malformasi kongenital mayor, patent ductus
arteriosus, berat lahir <2500 g, usia kehamilan <37 minggu, skor Apgar <7 pada 5
menit, depresi pernafasan neonatal, perdarahan intrakranial, perdarahan
intraventrikular, perdarahan pervaginam selama kehamilan (termasuk perdarahan
selama trimester pertama, kedua, dan atau ketiga), dan perdarahan postpartum
>500 ml.
Dua outcome kehamilan, yaitu cacat jantung struktural dan gejala asma,
didasarkan pada catatan ibu dalam kuesioner keempat pada 18 bulan setelah
melahirkan, dengan pertanyaan secara khusus apakah anak telah didiagnosis
dengan cacat jantung bawaan atau telah dirujuk ke spesialis untuk penyelidikan
asma. Variabel outcome dibuat dikotomi menjadi kategori ‘ya atau tidak’.
Faktor pembaur
Faktor-faktor pembaur yang telah kami sesuaikan tercantum dalam Appendiks
S1, meliputi sosio-demografi, gaya hidup, dan karakteristik medis, penggunaan
obat secara bersamaan (informasi ini berasal dari kuesioner dari Norwegian
Mother and Child Cohort Study), faktor yang berhubungan dengan persalinan
(informasi ini berasal dari MBRN), dan faktor gaya hidup dan karakteristik medis
postpartum (informasi ini berasal dari kuesioner dari Norwegian Mother and
Child Cohort Study).
Analisis statistik
Hubungan yang signifikan antara keempat NSAID individual dan komplikasi
kehamilan dan outcomenya diukur dengan menggunakan regresi logistik.
Perkiraan rasio risiko diberikan sebagai rasio odds yang disesuaikan (OR) dengan
interval kepercayaan 95% (95% CI). OR signifikan pada tingkat 5%, 99% CI juga
disajikan karena sejumlah besar perbandingan yang dibuat. Strategi analisis
berikut ini digunakan.
1. Uji Chi-square digunakan untuk menilai hubungan antara variabel
penjelasan dan outcome (semua kategorikal), dan variabel dengan P <0,25
ditambah semua yang signifikan secara klinis yang dipilih untuk
dimasukkan dalam model awal.
2. Regresi logistik dilakukan pada semua variabel yang dipilih dalam
langkah 1, dan variabel dengan nilai P tinggi (P> 0,5) dihilangkan satu per
satu (perubahan koefisien dicek setelah setiap penghapusan sehingga tidak
melebihi 20%).
3. Bila hanya variabel dengan nilai P rendah (P < 0,05) dan variabel yang
menyebabkan perubahan koefisien signifikan (> 20%) disisakan dalam
model, semua variabel yang tidak dipilih dalam langkah 1 kemudian
dimasukkan ke dalam model, dan variabel yang signifikan tetap
dipertahankan.
4. Daftar interaksi klinis yang masuk akal antara variabel dalam model
setelah langkah 3 disiapkan.
5. Interaksi yang dimasukkan dalam model akhir yang terpilih mengikuti
langkah 1 dan 2, namun, nilai P yang diperlukan untuk interaksi untuk
dipertahankan dalam model adalah 0,05.
6. Nilai uji Hosmer dan Lemeshow goodness-of-fit >0,05 dianggap
memuaskan. Multikolinearitas potensial di antara variabel independen
diidentifikasi menggunakan analisis regresi multipel. Semua analisis
statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS 19.0.0 untuk WINDOWS
(SPSS Inc, Chicago, IL, USA).
HASIL
Dari 90.417 wanita hamil yang dimasukkan dalam studi ini (Gambar 1), 6511
(7,2%) melaporkan menggunakan salah satu dari empat NSAID – ibuprofen,
diklofenak, naproksen, piroksikam atau – atau kombinasi keduanya selama
kehamilan (kelompok paparan), sedangkan 83.906 (92,8%) tidak menggunakan
NSAID selama kehamilan (kelompok tidak terpapar). Tabel 1 menunjukkan
frekuensi penggunaan NSAID individu kapan saja dalam kehamilan dan selama
trimester tertentu.
Tabel 2 dan 3 menunjukkan karakteristik sosio-demografi dan medis ibu.
Pengguna NSAID sebagian besar kelebihan berat badan (indeks massa tubuh
>25,0 kg/m2) sebelum kehamilan, cuti sakit selama kehamilan, merokok selama
kehamilan, dan mengkonsumsi alkohol sekali seminggu atau lebih selama
kehamilan (Tabel 2). Tabel 3 menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan
NSAID juga lebih cenderung menderita berbagai kondisi dan komplikasi medis
sebelum dan selama kehamilan. Nyeri muskuloskeletal, sakit kepala atau migrain,
dan demam terutama sering terjadi pada kelompok paparan, dan mungkin sugestif
untuk indikasi penggunaan NSAID. Akibatnya, penggunaan narkoba bersamaan
juga lebih sering pada kelompok paparan. Misalnya, parasetamol digunakan oleh
masing-masing 75,1% pada kelompok NSAID, dibandingkan dengan 45,3% pada
kelompok tidak terpapar. Analgesik opioid digunakan oleh 7,1 vs 1,9%,
antidepresan digunakan oleh 2,4 vs 1,2%, ansiolitik digunakan oleh 1,4 vs 0,5%,
hipnotik digunakan oleh 1,0 vs 0,4%, dan kortikosteroid sistemik digunakan oleh
1,3 vs 0,6%.
Hubungan antara penggunaan empat NSAID dan malformasi kongenital
ditunjukkan pada Tabel 4. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
kelangsungan hidup, keseluruhan malformasi kongenital, malformasi kongenital
mayor, atau tingkat cacat jantung struktural yang ditemukan saat membandingkan
penggunaan pada trimester pertama dengan kelompok tidak terpapar. Terdapat
hubungan yang tipis antara penggunaan ibuprofen selama trimester pertama dan
cacat jantung struktural yang terdeteksi pada bayi selama 18 bulan pertama
kehidupan (OR yang disesuaikan 1,2, 95% CI 1,0-1,6).
Hubungan antara penggunaan empat NSAID dan perdarahan ibu
ditunjukkan pada Tabel 5. Sebuah peningkatan perdarahan vagina pada trimester
kedua dan/atau ketiga dan perdarahan postpartum ditemukan terkait dengan
penggunaan diklofenak menjelang akhir kehamilan. Dibandingkan dengan
kelompok tidak terpapar, ditemukan hubungan masing-masing sebesar13,1 vs
7,1% (OR yang disesuaikan 1,8, 95% CI 1,1-3,0) dan 27,8 vs 15,3% (OR yang
disesuaikan 1,9, 95% CI 1,2-2,9). Hubungan menjadi tidak signifikan pada tingkat
1% (OR yang disesuaikan masing-masing 1,8, 99% CI 0,9-3,6; disesuaikan OR
1,9, 99% CI 1,0-3,3).
Efek dari empat NSAID individual pada outcome kehamilan lainnya
ditunjukkan pada Tabel 6. Peningkatan risiko berat lahir rendah (<2500 g) setelah
paparan ibuprofen pada trimester kedua (4,1 vs 2,5%; OR yang disesuaikan 1,7,
95% CI 1,3-2,3) terdeteksi, namun masih dalam rentang risiko dasar normal.
Hubungan ini tetap signifikan pada tingkat 1% (adjusted OR OR yang disesuaikan
1,7, 99% CI 1,2-2,5). Penggunaan diklofenak selama trimester kedua juga terkait
dengan berat lahir rendah (6,5 vs 2,5%; OR yang disesuaikan 3,1, 95% CI 1,1-9,0)
namun hubungan ini tidak tetap signifikan pada tingkat 1% (OR yang disesuaikan
3,1, 99% CI 0.8 -12.5). Tidak ada hubungan yang signifikan dengan patent ductus
arteriosus atau perdarahan intraventrikular yang ditemukan ketika analisis regresi
logistik dilakukan. Namun, ada tiga kasus patent ductus arteriosus saat
menggunakan diklofenak selama trimester ketiga (1,3 vs 0,3%). Demikian pula,
ada satu kasus perdarahan intraventrikular saat menggunakan diklofenak selama
trimester ketiga (4,8 vs 0,0%).
Hubungan antara penggunaan ibuprofen selama trimester kedua dan ketiga
dan peningkatan risiko asma pada bayi yang terdeteksi pada usia 18 bulan
ditemukan [masing-masing 4,0 dan 4,5%, dibandingkan 1,2%, OR yang
disesuaikan masing-masing 1,5 (95% CI 1,2-1,9 ) dan 1,5 (95% CI 1,1-2,1),].
Hubungan dengan penggunaan pada trimester kedua tetap signifikan pada tingkat
1% (OR yang disesuaikan 1,5, 99% CI 1,2-2,0), tapi tidak dengan penggunaan
pada trimester ketiga (OR yang disesuaikan 1,5, 99% CI 1,0-2,3). Untuk
mengeksplorasi temuan ini lebih lanjut kami melakukan analisis bertingkat dan
tidak menemukan efek modifikasi dari kondisi medis yang paling sering dikaitkan
dengan penggunaan NSAID (nyeri otot, sakit kepala, dan/atau migrain, hasil tidak
ditampilkan).
PEMBAHASAN
Temuan pokok dalam penelitian ini adalah bahwa tidak ada hubungan antara
penggunaan salah satu dari empat NSAID dan malformasi kongenital. Ada
peningkatan risiko perdarahan pervaginam ibu terkait dengan penggunaan
diklofenak pada akhir kehamilan.Akirnya, terdapat hubungan yang signifikan
antara asma pada anak dan penggunaan ibuprofen pada akhir kehamilan.
Kekuatan Dan Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang harus dipertimbangkan. Tingkat
partisipasi di Norwegian Mother and Child Cohort Study adalah 38,5%, dan ini
mungkin telah menyebabkan bias seleksi, khususnya yang berkaitan dengan
perkiraan prevalensi (wanita di bawah usia 25 tahun, tanpa pasangan, multipara,
perokok, lahir mati, dan kematian neonatal seluruhnya kurang dilaporkan,
sedangkan asam folat dan pengguna multivitamin terwakili secara berlebih).
Namun, dua studi sebelumnya telah menyimpulkan bahwa hanya terdapat
perbedaan kecil yang ditemukan (di bawah 2% pada perbedaan mutlak dalam
variabel sosio-demografis) antara peserta Norwegian Mother and Child Cohort
Study dan populasi umum wanita hamil Norwegia, dan tidak ada perbedaan pada
perkiraan ukuran hubungan yang dilaporkan antara para peserta dan populasi
umum wanita hamil. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 1, 13% wanita
dikeluarkan dari penelitian karena mereka tidak melengkapi kuesioner Q1
dan/atau Q2. Kami tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa para wanita ini
berbeda dari wanita yang menyelesaikan kuesioner, tetapi meskipun demikian,
kami menganggap bahwa meskipun hal tersebut mungkin telah mempengaruhi
prevalensi penggunaan obat-obatan, sepertinya tidak mungkin bahwa faktor ini
mempengaruhi hubungan antara paparan NSAID dan luaran kehamilan. Meskipun
demikian, risiko kesalahan klasifikasi yang timbul dari kurangnya pelaporan
penggunaan NSAID selama kehamilan dapat membiaskan efek estimasi terhadap
1.0. Di sisi lain, beberapa kesalahan klasifikasi dalam arah yang berlawanan juga
mungkin terjadi karena cara memberi kode pada beberapa obat ketika digunakan
dalam beberapa periode waktu. Kita tidak bisa menilai dosis dan durasi
penggunaan NSAID secara rinci: data yang akan memberi kita informasi tentang
efek dosis-respon yang mungkin. Semakin tinggi frekuensi obat pendamping di
antara pengguna NSAID juga patut diperhatikan, namun obat pendamping dengan
potensi teratogenik dan obat lain dengan kemungkinan efek pada beberapa luaran
kehamilan tertentu, dan umumnya digunakan oleh wanita, telah dikendalikan
dalam analisis. Meskipun ukuran sampel yang besar, kami tidak memiliki
kekuatan dalam penelitian ini untuk mendeteksi kemungkinan peningkatan
kelainan kongenital tertentu (dan luaran kehamilan yang langka). Akhirnya,
karena jumlah besar analisis yang dilakukan kita tidak bisa mengesampingkan
kemungkinan bahwa hubungan yang kami temukan disebabkan oleh signifikansi
massal, meskipun beberapa hubungan yang signifikan berada pada tingkat 1%.
Hasil kami harus ditafsirkan dengan memikirkan keterbatasan ini.
Di sisi lain, fakta bahwa penelitian kami meliputi sejumlah besar peserta
memungkinkan untuk dilakukannya analisis pengaruh NSAID individu pada hasil
kehamilan, bukannya mengevaluasi dampak kelompok obat ini. Beberapa
penelitian telah mencapai hasil ini. Kami mengikutsertakan baik penggunaan
NSAID yang dibeli langsung di toko obat maupun melalui resep dalam penelitian
kami, dan kelompok kontrol terdiri dari wanita yang tidak menggunakan NSAID
selama kehamilan. Studi sebelumnya telah menggunakan data dari daftar
registrasi resep, sehingga hanya penggunaan NSAID yang diresepkan yang dapat
diperhitungkan. Selain itu, dalam kelompok kontrol mereka, wanita yang
menggunakan NSAID yang dibeli langsung di toko obat tidak dikeluarkan. Dalam
penelitian ini, kami mampu menghindari keterbatasan-keterbatasan potensial ini.
Karena jumlah besar data di Norwegian Mother and Child Cohort Study dan
MBRN, banyak faktor pembaur yang penting, dalam kondisi medis tertentu yang
mendasarinya, komplikasi kehamilan, dan gaya hidup dan karakteristik medis
bayi yang disesuaikan dalam penelitian kami.
Kontrol ketat terhadap faktor pembaur belum dicapai dalam penelitian
sebelumnya. Kekuatan lain dari studi kami adalah akurasi pendaftaran malformasi
kongenital mayor, yang dikonfirmasi tinggi. Akhirnya, recall bias dihindari
dengan cara pengumpulan mayoritas data secara prospektif.
Interpretasi Hasil
Penelitian ini, seperti yang sebelumnya, telah menunjukkan bahwa penggunaan
NSAID, dan penggunaan ibuprofen pada khususnya, adalah cukup umum selama
kehamilan. Kami menemukan bahwa sekitar satu dari 14 wanita melaporkan
penggunaan NSAID tersebut. Selain itu, proporsi pengguna NSAID yang relatih
tinggi sedang cuti sakit, menderita komplikasi medis selama kehamilan, dan
menggunakan analgesik lain secara bersamaan. Terlepas dari kenyataan bahwa
penggunaan NSAID dari usia kehamilan 28 minggu pada dasarnya merupakan
kontraindikasi, 1,3% menggunakan salah satu dari empat NSAID selama trimester
ketiga, dan lebih dari separuhnya mulai menggunakan terapi NSAID selama
periode ini. Adalah mungkin bahwa para wanita memerlukan terapi NSAID
diperlukan selama trimester ketiga karena eksaserbasi kondisi muskuloskeletal
dapat terjadi selama periode ini. Ini juga telah menunjukkan bahwa banyak wanita
masih belum cukup mendapat informasi tentang keamanan NSAID selama
kehamilan, dan ada kemungkinan bahwa setidaknya beberapa wanita terus
memakai obat ini selama trimester ketiga tanpa sepengetahuan dokter mereka.
Sehubungan dengan kelainan kongenital, hasil dari studi kohort prospektif
yang besar ini umumnya meyakinkan. Tidak ada hubungan yang signifikan yang
ditemukan antara penggunaan ibuprofen, diklofenak, naproxen, atau piroksikam
selama trimester pertama kehamilan dan peningkatan risiko secara keseluruhan
atau kelainan kongenital mayor. Hal ini sesuai dengan temuan penelitian lainnya.
Selain itu, dan bertentangan dengan hasil yang disajikan oleh dua penelitian
sebelumnya, tidak ada hubungan signifikan yang ditemukan antara penggunaan
salah satu dari empat NSAID pada trimester pertama dan peningkatan risiko defek
struktur jantung.
Sehubungan dengan perdarahan pervaginam dan perdarahan postpartum,
ada beberapa hubungan dengan penggunaan diklofenak menjelang akhir
kehamilan. Meskipun diklofenak memiliki selektivitas yang relatif tinggi untuk
enzim siklooksigenase-2 (COX-2), 70% dari COX-1, enzim yang terkait dengan
agregasi platelet, juga dihambat pada tingkat terapeutik obat. Selain itu,
diklofenak telah terbukti menurunkan kontraktilitas uterus in vitro, faktor yang
terlibat pada perdarahan postpartum. Perlu dicatat bahwa penggunaan diklofenak
pada trimester kedua saja, dan tidak pada trimester ketiga, dikaitkan dengan
perdarahan postpartum. Hubungan terakhir ini tampaknya tidak masuk akal secara
farmakologi, dan, menggunakan kriteria Hill untuk kausalitas sebagai
pertimbangan, mungkin menunjukkan bahwa hubungan tersebut bisa menjadi
kebetulan, dan mungkin tunduk pada sisa pembaur.
Kami menemukan peningkatan risiko yang signifikan pada berat lahir
rendah setelah paparan ibuprofen dan diklofenak pada trimester kedua, tapi tidak
setelah paparan naproxen atau piroksikam. Luaran kehamilan ini setidaknya bisa
menjadi bagian hasil dari penyakit yang mendasari: misalnya, penelitian yang
mengevaluasi pengaruh rheumatoid arthritis pada luaran kehamilan telah
menemukan hubungan dengan berat lahir rendah. Namun demikian, kami
menyesuaikan untuk penyakit muskuloskeletal ibu dalam analisis kami, sehingga
efek independen dari obat pada berat lahir rendah tidak dapat dikesampingkan.
Pada sisi lain, tidak mungkin untuk menyesuaikan tingkat keparahan penyakit,
sehingga efek pengganggu mungkin masih ada, dan karena hal ini kami tidak
dapat menyatakan dengan pasti bahwa terdapat efek kausatif langsung dari dua
obat tersebut.
Sebuah hubungan yang ditemukan antara penggunaan ibuprofen selama
trimester kedua dan ketiga dan asma bayi di usia 18 bulan. Hubungan ini tetap
signifikan bahkan setelah penyesuaian untuk beberapa faktor pembaur potensial
yang penting, termasuk: kelahiran prematur, merokok selama kehamilan, paparan
parasetamol in utero, ibu asma, menyusui, paparan bayi terhadap asap rokok, dan
paparan postpartum bayi terhadap ibuprofen dan parasetamol, baik secara
langsung maupun bersamaan dengan menyusui. Bronkiolus terminal tidak
berkembang sebelum usia kehamilan 28 minggu, dan seperti yang disebutkan
dalam salah satu penelitian tentang efek paparan parasetamol in utero pada
perkembangan asma pada anak, paru-paru janin lebih cenderung dipengaruhi oleh
faktor eksternal yang terjadi kemudian pada kehamilan, yaitu dari akhir trimester
kedua dan selanjutnya. Ini juga telah menunjukkan bahwa COX-1 l merupakan
isoform yang umum terdapat di saluran udara, dan penghambatannya
menyebabkan bronkokonstriksi. Ibuprofen menghambat 90% COX-1 pada
konsentrasi plasma maksimal. Selain itu, sifat hiperresponsif bronkial pada usia 4
minggu dikaitkan dengan asma pada anak usia 6 dan 11 tahun. Semua faktor ini
mendukung hubungan sebab-akibat yang mungkin antara penggunaan ibuprofen
pada akhir kehamilan dan asma pada anak usia 18 bulan. Berdasarkan pada
mekanisme umum aksi di antara semua NSAID, adalah menarik bahwa paparan
terhadap tiga obat lain tidak terkait dengan asma. Perbedaan ini bisa dijelaskan
oleh kurangnya kekuatan dalam penelitian untuk obat-obatan lainnya, karena
jumlah subyek terpapar yang jauh lebih rendah untuk ini. Penemuan ini
membutuhkan investigasi lebih lanjut.
KESIMPULAN
Kurangnya hubungan dengan malformasi kongenital pada penelitian ini sangat
meyakinkan, meskipun terdapat hubungan tipis yang ditemukan antara
penggunaan ibuprofen pada trimester pertama dan kelainan jantung kongenital.
Perdarahan pervaginam ibu selama kehamilan dan setelah melahirkan terkait
dengan penggunaan diklofenak. Selain itu, gejala asma pada anak usia 18 bulan
dikaitkan dengan penggunaan ibuprofen, dan ini bisa diakibatkan oleh mekanisme
aksi obat ini. Peningkatan risiko berat lahir rendah yang terkait dengan baik
ibuprofen dan diklofenak mungkin, setidaknya sebagian, bisa dihubungkan
dengan kondisi inflamasi yang mendasari, dan, dengan meyakinkan, dalam
jangkauan batas normal risiko untuk berat lahir rendah.