enkapsulasi ibuprofen dengan natrium alginat-pektin … · 2019-07-28 · bahan dan alat...

38
ENKAPSULASI IBUPROFEN DENGAN NATRIUM ALGINAT-PEKTIN MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK YAYAT NURHIDAYAT SYAHRON DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: others

Post on 17-Jan-2020

18 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

ENKAPSULASI IBUPROFEN DENGAN NATRIUM

ALGINAT-PEKTIN MENGGUNAKAN METODE

GELASI IONIK

YAYAT NURHIDAYAT SYAHRON

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

PERNYATAAN MENGENAI SKIRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Enkapsulasi Ibuprofen

dengan Natrium Alginat-Pektin Menggunakan Metode Gelasi Ionik adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Yayat Nurhidayat Syahron

NIM G44110007

ABSTRAK

YAYAT NURHIDAYAT SYAHRON. Enkapsulasi Ibuprofen dengan Natrium

Alginat-Pektin Menggunakan Metode Gelasi Ionik. Dibimbing oleh TETTY

KEMALA dan NOVIYAN DARMAWAN.

Ibuprofen merupakan obat anti inflamasi non-steroid yang memiliki waktu

paruh pendek dan dapat mengiritasi lambung. Enkaspulasi adalah salah satu cara

yang dapat digunakan untuk memperkecil risiko tersebut. Dalam penelitian ini

dipelajari enkapsulasi ibuprofen menggunakan natrium-alginat pektin

menggunakan metode gelasi ionik. Komposisi natrium alginat-pektin dan

konsentrasi CaCl2 digunakan sebagai variabel utama yang ingin dievaluasi

pengaruhnya pada efisiensi enkapsulasi dan profil disolusi. Rentang efisiensi

enkapsulasi yang diperoleh antara 71% dan 90%. Efisiensi enkapsulasi tertinggi

diperoleh pada komposisi natrium alginat-pektin 2:1 (% b/v) pada konsentrasi

CaCl2 10%. Kapsul yang dihasilkan memiliki bentuk yang semakin mendekati

bulat dengan berkurangnya jumlah pektin. Pola pelepasan ibuprofen pada formula

A1, A2, dan C1 menunjukkan pola pelepasan yang bertahap.

Kata kunci: enkapsulasi, gelasi ionik, ibuprofen, natrium alginat, pektin

ABSTRACT

YAYAT NURHIDYAT SYAHRON. Encapsulation of Ibuprofen with Sodium

Alginat-Pectin Using Ionotropic Gelation Method. Supervised by TETTY

KEMALA and NOVIYAN DARMAWAN.

Ibuprofen is a non-steroid anti-inflamatory drugs that has a short half-life

and may irritate stomach. Encapsulation is one way that can be used to minimize

the risk. In this experiment, ibuprofen encapsulated with sodium alginat-pectin

using ionotropic gelation method was studied. The composition of sodium alginat-

pectin and the concentration of CaCl2 were used as the main variable that would

be determined for the encapsulation efficiency and the dissolution profile. The

encapsulation efficiency was between 90% and 71%. The highest encapsulation

efficiency was exhibited by 2:1 (% b/v) composition of sodium alginat-pectin

with 10% of CaCl2 concentration. The produced capsules have merely spherical

with a reduced pectin constituent. The release pattern of ibuprofen on the A1, A2,

and C1 formula showed a gradual release pattern.

Key words: encapsulation, ibuprofen, ionotropic gelation, pectin, sodium alginate

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

ENKAPSULASI IBUPROFEN DENGAN NATRIUM ALGINAT-

PEKTIN MENGGUNAKAN METODE

GELASI IONIK

YAYAT NURHIDAYAT SYAHRON

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dapat diselesaikan. Tema

yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini ialah

penyalutan ibuprofen, dengan judul Enkapsulasi Ibuprofen dengan Natrium

Alginat-Pektin Menggunakan Metode Gelasi Ionik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Tetty Kemala, MSi selaku

pembimbing I dan Dr rer nat Noviyan Darmawan, MSc selaku pembimbing II. Di

samping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh staf

Laboratorium Kimia Anorganik (Bapak Sawal, Bapak Sunarsa, Bapak Mulyadi,

dan Kakak Rohmat) serta staf di Laboratorium Biofisika Material Departemen

Fisika IPB dan Laboratorium Jasa Pengujian dan Penelitian Fakultas Farmasi

Universitas Pancasila yang telah banyak memberikan saran dan bantuan kepada

penulis selama penelitian. Selain itu ucapan terima kasih penulis sampaikan

kepada para murobbi luar biasa, Kakak Achmad Deni, Ustadz Syaefudin, dan

Ustadz Salahuddin El Ayyubi serta rekan-rekan dalam lingkaran tarbiyah

mubarokah, rekan-rekan satu bimbingan, keluarga Kimia Anorganik khususnya

Taufiq, Firdaus, Ahas, dan Erwa, keluarga besar Kimia angkatan 48, dan keluarga

satu perjuangan di IKMT 48, FSDMA 48, Serum-G Pelangi Inspirasi 1434H, dan

Serum-G Transformasi 1435H, serta para Ksatria Kujang PPSDMS NF Regional

V angkatan VI yang telah memberikan semangat, masukan, dan dukungan kepada

penulis. Ucapan terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada Ibu, Ayah,

dan segenap keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan.

Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

Yayat Nurhidayat Syahron

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2 Bahan dan Alat 2 Lingkup Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Kapsul Natrium Alginat-Pektin 4

Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Standar 6 Efisiensi Enkapsulasi 7 Pelepasan Ibuprofen 8

SIMPULAN DAN SARAN 10 Simpulan 10 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11 LAMPIRAN 13

RIWAYAT HIDUP 24

DAFTAR GAMBAR

1 Ilustrasi penetesan suspensi ibuprofen dalam larutan natrium

alginat- pektin ke dalam larutan CaCl2 2

2 (a) Kapsul natrium alginat-pektin basah, dan (b) kapsul natrium

alginat-pektin kering 5

3 Hasil pengamatan bentuk kapsul dengan mikroskop stereo 5

4 (a) Interaksi natrium alginat dengan Ca2+

, (b) model egg-box pada

natrium alginat, dan (c) hasil gelasi pada pektin dengan derajat

metoksil tinggi 6

5 Efisiensi enkapsulasi kapsul natrium alginat-pektin dengan

konsentrasi CaCl2 5%, 7.5%, dan 10% 8 6 Pelepasan ibuprofen dari kapsul formula A1 dengan komposisi

natrium alginat-pektin 2:1 (% b/v) dan A2 dengan komposisi

natrium alginat-pektin 2.25:0.75 (% b/v) pada konsentrasi CaCl2

5% 9 7 Pelepasan ibuprofen dari kapsul formula A1 dengan konsentrasi

CaCl2 5% dan C1 dengan konsentrasi CaCl2 10% 9 8 Sisa kapsul (a) A1, (A2), dan (c) C1 setelah uji disolusi 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian 13

2 Pembuatan larutan bufer fosfat pH 7.2 14

3 Absorbans larutan ibuprofena pada panjang gelombang maksimum 15

4 Konsentrasi dan absorbans larutan ibuprofen pada pembuatan

kurva standar ibuprofen (maks = 221.5 nm) 16 5 Efisiesnsi penyalutan ibuprofen dalam kapsul natrium alginat-

pektin 17 6 Persentase rerata pelepasan ibuprofen dalam uji disolusi medium

basa dari kapsul natrium alginat-pektin 18 7 Persentase pelepasan ibuprofen dalam kapsul pada waktu t 20

PENDAHULUAN

Rematik merupakan salah satu penyakit peradangan atau inflamasi yang

berasal dari luka. Gejala yang timbul pada rematik antara lain timbulnya rasa

nyeri di bagian lutut, siku, pergelangan, dan bagian sendi lainnya. Orang yang

mengalami inflamasi biasanya memilih cara yang sederhana untuk mengatasinya,

salah satunya dengan mengonsumsi obat. Ibuprofen merupakan salah satu jenis

obat anti-inflamasi non-steroid atau AINS yang banyak digunakan sebagai obat

untuk menghambat peradangan (Tang et al. 2014). Selain untuk peradangan,

ibuprofen banyak juga digunakan sebagi obat pereda demam, kram menstruasi,

dan rasa nyeri pada sendi.

Ibuprofen dapat menimbulkan efek samping pada penggunanya, antara lain

dispepsia ringan hingga pendarahan pada lambung (Arica et al. 2005). Hal ini

terjadi karena kerja ibuprofen yang tidak selektif terhadap penghambatan enzim

siklooksigenase (COX) 1 dan 2. Penghambatan pada COX 2 memberikan efek

anti peradangan dari ibuprofen, sedangkan penghambatan pada COX 1

meninmbulkan efek iritasi pada saluran pencernaan (Febrianti dan Wahyuningsih

2013). Waktu paruh ibuprofen dalam plasma yang cukup singkat, yaitu sekitar 1

sampai 3 jam menjadi salah satu penyebab konsumsi ibuprofen yang cukup tinggi

(Saravanan et al. 2003). Dengan waktu paruh yang cukup singkat, konsumsi

ibuprofen menjadi lebih tinggi karena efeknya yang cepat berkurang. Untuk

mengatasi masalah tersebut, dilakukan inovasi sistem penghantaran obat yang

dapat mengontrol pelepasan ibuprofen secara perlahan di dalam tubuh.

Sistem penghantaran obat memiliki beberapa keunggulan, yaitu mengurangi

efek samping dari obat, memperpanjang waktu paruh, bioaktivitas obat yang

terkontrol, dan meningkatkan efisisensi terapeutik obat (Yu et al. 2009). Pada

penelitian ini, sistem penghantaran obat dilakukan dengan metode enkapsulasi

atau pengungkungan obat. Enkapsulasi obat banyak dilakukan dengan

menggunakan polimer yang memiliki sifat biodegradasi dan biokompatibel,

beberapa polimer yang dijadikan bahan penyalut obat antara lain poli(asam laktat)

(PLA) dan poli(asam laktat ko-glikolat) (PLGA) (Felder et al. 2003),

polikaprolakton (PCL) (Kim et al. 2010), PLA-PCL (Kemala et al. 2010), kitosan

(Estevinho et al. 2013), pektin (Jung et al. 2013) dan beberapa polimer alam lain

seperti natrium alginat, guar gum, dan xanthan gum (Vajpayee et al. 2011).

Polimer alam seperti natrium alginat dan pektin digunakan sebagai bahan

penyalut obat karena sifatnya yang biokompatibel, biodegradabel dan tidak

beracun. Natrium alginat merupakan salah satu jenis polisakarida yang tersusun

dari ikatan residu asam 1,4 -D-mannuronat dan asam -D-guluronat. Madziva et

al. (2005) dan Goudanavar et al. (2010) menyatakan bahwa obat yang

dienkapsulasi dengan natrium alginat saja memiliki profil pelepasan obat yang

tidak terlalu baik, oleh karena itu digunakan polimer lain yang dapat

memperlambat pelepasan obat, salah satunya pektin. Pektin merupakan

polisakarida heterogen yang banyak ditemukan pada dinding sel tanaman yang

tersusun dari rantai lurus asam 1,4 -D-galakturonat. Pembentukan gel pada

pektin berjalan lebih lambat daripada natrium alginat sehingga dapat memperkuat

kapsul yang terbentuk (Madziva et al. 2010).

2

Metode enkapsulasi yang digunakan untuk penyalutan dengan polisakarida

seperti natrium alginat dan pektin adalah gelasi ionik. Metode ini didasarkan pada

kemampuan larutan polielektrolit untuk melakukan ikatan silang dengan

kehadiran ion yang memiliki muatan berlawanan untuk membentuk suatu hidrogel

(Patil et al. 2010). Tujuan dari penelitian ini adalah membuat kapsul dari

kombinasi natrium alginat-pektin yang memiliki waktu pelepasan yang lambat.

Kapsul yang terbentuk diuji efisiensi penyalutan dan waktu perilisannya dalam

simulan cairan usus.

METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibuprofen pro-

analis (PT Indofarma Tbk), natrium alginat (Setia Guna), pektin (HM USP Pectin

E440, Yantai Andre Pectin Co, Ltd. Jepang), CaCl2, akuades, dan larutan bufer

fosfat pH 7.2 (NaH2PO4-Na2HPO4). Alat-alat yang digunakan selama proses

penelitian antara lain alat gelas, neraca analitik, pengaduk magnetik, jarum suntik

21G, mikroskop, alat disolusi tipe dayung (Guoming RC-6) dan spektrofotometer

ultraviolet (Shimadzu UV-1601).

Lingkup Penelitian

Penelitian ini terdiri atas beberapa tahap (Lampiran 1), yaitu pembuatan

kapsul ibuprofen dengan natrium alginat dan pektin, kemudian kapsul yang

terbentuk diuji efisiensi penyalutan dan disolusinya dalam larutan bufer fosfat pH

7.2. Bentuk kapsul yang diperoleh diamati menggunakan mikroskop stereo.

Pembuatan Kapsul Ibuprofen dengan Metode Gelasi Ionik (Vajpayee et al.

2011 dengan modifikasi)

Sebanyak 10 mL larutan penyalut yang dibuat dari natrium alginat dan

pektin dengan total konsentrasi 3% (b/v) dicampurkan dengan bantuan

pengadukan menggunakan pengaduk magnetik selama 30 menit, ke dalam larutan

tersebut ditambahkan 100 mg ibuprofen dan terus diaduk sampai terdispersi.

Campuran yang telah terdipersi kemudian diteteskan ke dalam 30 mL larutan

CaCl2 menggunakan jarum suntik 21G (Gambar 1).

Gambar 1 Ilustrasi penetesan suspensi ibuprofen dalam larutan natrium alginat-

pektin ke dalam larutan CaCl2

3

Setelah terbentuk butiran-butiran kapsul, pengadukan menggunakan

pengaduk magnetik dilanjutkan selama 3 jam. Setelah pengadukan selesai, kapsul-

kapsul tersebut disaring dan ditempatkan dalam wadah terbuka, kemudian

dikeringudarakan selama 48 jam. Kapsul yang diperoleh kemudian ditimbang

bobotnya. Komposisi natrium alginat, pektin, dan variasi konsentrasi CaCl2 dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi pencampuran natrium alginat dan pektin

Formula

Kapsul

Natrium Alginat

(% b/v)

Pektin

(% b/v)

Kalsium Klorida

(% b/v)

A1 2.00 1.00 5

A2 2.25 0.75 5

A3 2.50 0.50 5

B1 2.00 1.00 7.5

B2 2.25 0.75 7.5

B3 2.50 0.50 7.5

C1 2.00 1.00 10

C2 2.25 0.75 10

C3 2.50 0.50 10

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Pembuatan Kurva Standar

(Prihatiningsih 2008 dengan modifikasi)

Larutan ibuprofen dalam bufer fosfat pH 7.2 (Lampiran 2) dengan

konsentrasi 10 ppm diukur absorbansnya pada panjang gelombang (λ) 210−240

nm menggunakan spekrofotometer UV. Panjang gelombang maksimum (λmaks)

yang diperoleh digunakan untuk analisis selanjutnya. Kurva standar dibuat dengan

mengukur absorbans larutan ibuprofen dengan konsentrasi 0.1, 0.5, 1, 2, 4, 6, 8,

10, 12, 14, 16, 18, dan 20 ppm pada panjang gelombang maksimum. Hasil yang

diperoleh merupakan hubungan konsentrasi ibuprofen dengan absorbans.

Penentuan Efisiensi Penyalutan (Jelvehgari et al. 2014 dengan modifikasi)

Sebanyak 25 mg hasil enkapsulasi ditimbang dan dilarutkan ke dalam 50

mL bufer fosfat pH 7.2. Campuran tersebut diaduk menggunakan pengaduk

magnetik selama 7 jam lalu disaring. Filtrat diencerkan sebanyak 5 kali dan

dibaca absorbansnya dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang

maksimum. Absorbans yang diperoleh digunakan untuk menentukan konsentrasi

ibuprofen dengan menggunakan kurva standar.

Uji Disolusi secara In Vitro (Joshi et al. 2012 dengan modifikasi)

Sebanyak 200 mg hasil enkapsulasi ditimbang dan dimasukkan ke dalam

chamber disolusi. Uji disolusi dilakukan dalam 500 mL medium simulasi cairan

usus (larutan bufer fosfat pH 7.2) selama 6 jam pada suhu (37 ± 0.5) °C dengan

kecepatan pengadukan 100 rpm. Pengambilan alikuot dilakukan setiap 20 menit

dengan volume setiap kali pengambilan adalah 5 mL lalu diencerkan 5 kali. Setiap

kali pengambilan alikuot, volume medium yang terambil digantikan dengan

larutan medium yang baru dengan volume dan suhu yang sama. Konsentrasi

4

ibuprofen dalam larutan alikuot diukur menggunakan spektrofotometer UV pada

λmaks. Data yang diperoleh dibuat kurva hubungan antara persen pelepasan

ibuprofen dan waktu disolusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kapsul Natrium Alginat-Pektin

Pembuatan kapsul natrium alginat-pektin pada penelitian ini dilakukan

dengan metode gelasi ionik. Prinsip dari metode ini adalah pembentukan hidrogel

dari bahan penyalut yang merupakan suatu polielektrolit. Metode ini sangat

bergantung pada kemampuan bahan penyalut untuk bertaut silang dengan muatan

ion yang berlawanan untuk membentuk hidrogel (Patil et al. 2012). Kapsul

hidrogel dapat terbentuk secara spontan dengan meneteskan bahan penyalut ke

dalam larutan yang mengandung ion dengan muatan berlawanan. Natrium alginat

dan pektin yang digunakan merupakan polielektrolit negatif, dengan gugus –COO-

pada rantai guluronat (natrium alginat) dan rantai galakturonat (pektin). Penaut

silang yang digunakan adalah Ca2+

dalam larutan CaCl2. Khazaeli et al. (2008)

sebelumnya telah melakukan enkapsulasi ibuprofen dengan metode yang sama

menggunakan beberapa jenis penaut silang, yaitu Mn, Co, Sn, Pb, Ba, dan Ca.

Kapsul yang diperoleh dari hasil taut silang dengan Mn, Co, dan Sn berbentuk

tipis dan rapuh. Sementara itu, kapsul yang dihasilkan dari taut silang dengan Pb,

Ba, dan Ca berbentuk bulat, tetapi Pb dan Ba tidak digunakan lebih lanjut karena

efek toksiknya terhadap tubuh.

Pencampuran natrium alginat dan pektin dilakukan melalui pencampuran

biasa menggunakan pengadukan dan dihasilkan larutan yang homogen. Ibuprofen

didisperikan ke dalam larutan natrium alginat-pektin sebelum dilakukan

penetesan. Dalam metode gelasi ionik, ada dua cara mencampurkan zat aktif

untuk dienkapsulasi. Mandal et al. (2010) menyebut kedua cara tersebut sebagai

cara berurutan dan cara simultan. Pada cara berurutan, zat aktif didispersikan pada

larutan yang mengandung bahan penyalut kemudian diteteskan ke dalam larutan

yang mengandung penaut silang. Sementara itu, pada cara simultan zat aktif

didispersikan pada larutan yang mengandung penaut silang, kemudian larutan

yang mengandung bahan penyalut diteteskan ke dalamnya. Mandal et al. (2010)

dan Khazaeli et al. (2008) yang melakukan kedua cara tersebut menemukan

bahwa cara simultan menghasilkan efisiensi enkapsulasi yang lebih kecil,

sehingga pada tahap selanjutnya digunakan cara berurutan untuk melakukan

enkapsulasi. Ketika penetesan berlangsung, dilakukan pengadukan dengan

pengaduk magnetik untuk menguatkan dan menambah stabilitas kapsul (Joshi et

al. 2012).

Selama proses pembentukan kapsul, ibuprofen terperangkap di dalam

hidrogel natrium alginat-pektin. Ibuprofen yang tidak terenkapsulasi akan terdapat

pada larutan CaCl2 dalam bentuk tidak larut (Wukirsari 2006). Kapsul yang

diperoleh berwarna putih dengan tekstur halus dan kenyal (Gambar 2a). Setelah

dikeringkan kapsul mengalami penyusutan massa dan pengerutan (Gambar 2b).

5

(a) (b)

Gambar 2 (a) Kapsul natrium alginat-pektin basah, dan (b) kapsul natrium

alginat-pektin kering

Hasil pengamatan menggunakan mikroskop stereo untuk masing-masing

formula (Gambar 3) menunjukkan bahwa semakin sedikit pektin yang digunakan,

kapsul yang terbentuk semakin mendekati bentuk bulat. Penggunaan pektin yang

semakin banyak menyebabkan kapsul yang dihasikan berbentuk lonjong dan

ukurannya relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kapsul yang menggunakan

sedikit pektin. Struktur alami pektin yang memiliki gula netral seperti xylosa,

galaktosa, dan arabinosa menjadi penyebab terjadinya elongasi pada kapsul yang

terbentuk (Jaya et al. 2010). Secara fisik, kapsul yang dibuat dengan konsentrasi

CaCl2 yang lebih tinggi bersifat lebih kaku dan lebih keras. Hal tersebut terjadi

karena semakin banyak ion Ca2+

yang tersedia, semakin banyak ikatan taut silang

yang terjadi dengan natrium alginat-pektin sehingga strukturnya menjadi lebih

kompak (Jelvehgari et al. 2004).

Gambar 3 Hasil pengamatan bentuk kapsul dengan mikroskop stereo

B3

C2 C3

B2

A1 A2

B1

C1

A3

6

Kapsul natrium alginat-pektin dapat terbentuk karena terjadinya pertukaran

ion antara Na+ dari rantai natrium alginat dan H

+ dari rantai pektin dengan Ca

2+

dari larutan kalsium klorida sehingga terbentuk hidrogel dengan model egg-box.

Egg-box pada natrium alginat terbentuk karena tautan silang ion kalsium dengan

unit asam guluronat pada rantai natrium alginat (Fang et al. 2007). Gambar 4a dan

4b masing-masing menunjukkan ikatan yang terbentuk antara ion Ca2+

dengan

unit asam guluronat dan model egg-box yang terbentuk pada hidrogel natrium

alginat. Sementara itu, egg-box pada pektin terbentuk pada unit galakturonat. Pada

pektin dengan derajat metoksil tinggi Fang et al. (2008) menyatakan bahwa

pengikatan Ca2+

didominasi oleh interaksi elektrostatik sehingga hampir tidak ada

egg-box yang terbentuk. Hasil gelasi yang terbentuk pada pektin dengan derajat

metoksil tinggi diilustrasikan Morris et al. (2010) pada Gambar 4c.

(a) (b)

(c)

Gambar 4 (a) Interaksi natrium alginat dengan Ca2+

, (b) model egg-box pada

natrium alginat (Fang et al. 2007), dan (c) hasil gelasi pada pektin

dengan derajat metoksil tinggi (Morris et al. 2010)

Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Standar

Pelarut yang digunakan dalam pembuatan larutan ibuprofen adalah bufer

fosfat pH 7.2. Nilai pH tersebut digunakan untuk menyesuaikan dengan pH usus

dan biasa digunakan sebagai medium disolusi tablet ibuprofen (Depkes 1995).

Penentuan panjang gelombang dilakukan pada daerah ultraviolet karena larutan

ibuprofen memiliki serapan sinar ultraviolet akibat adanya struktur ikatan

terkonjugasi (Fachrurazie 2012). Pengukuran sampel dilakukan pada maks karena

memiliki perubahan serapan untuk setiap satuan konsentrasi paling besar. Dengan

Ca2+

7

demikian akan didapatkan kepekaan dan sensitivitas pengukuran yang maksimum.

Pada penelitian ini diperoleh nilai maks sebesar 221.5 nm (Lampiran 3). Nilai

tersebut mendekati nilai dari literatur sebesar 222 nm (Depkes 1995).

Persamaan kurva standar yang diperoleh adalah y = 0.047x - 0.0019 dengan

nilai r sebesar 0.9997 (Lampiran 4). Persamaan kurva standar tersebut digunakan

dalam perhitungan efisiensi enkapsulasi dan persentase pelepasan ibuprofen dari

kapsul natrium alginat-pektin. Linearitas suatu metode analisis merupakan ukuran

yang menunjukkan tingkat kesesuaian atau korelasi antara kadar analit dan sinyal

detektor, dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r) (Depkes 2001). Dengan nilai r

sebesar 0.9997, kurva standar yang digunakan telah memenuhi syarat kurva

standar yang telah ditetapkan menurut AOAC (2002) yaitu 0.9900. Nilai

koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan hubungan linear antara sinyal

detektor terukur dengan jumlah ibuprofen dalam sampel, sehingga galat sistematik

selama pengukuran dapat diabaikan.

Efisiensi Enkapsulasi

Efisiensi enkapsulasi merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan

untuk menentukan keberhasilan suatu proses enkapsulasi. Parameter ini

menunjukkan persentase zat aktif (ibuprofen) yang berhasil dikungkung di dalam

kapsul yang dibuat. Hasil penentuan efisiensi enkapsulasi pada penelitian ini

(Lampiran 5) menunjukkan bahwa rentang efisiensi enkapsulasi yang diperoleh

berkisar antara 71% sampai 90%. Kapsul yang dibuat dengan komposisi natrium

alginat pektin 2:1 (% b/v) dan konsentrasi CaCl2 10% menghasilkan nilai efisiensi

sebesar 90.41%, sementara nilai efisiensi terkecil diperoleh pada kapsul dengan

komposisi natrium alginat pektin 2.5:0.5 (% b/v) dan konsentrasi CaCl2 5%.

Gambar 5 menunjukkan adanya kecenderungan efisiensi enkapsulasi yang

menurun seiring dengan penurunan jumlah pektin, tetapi meningkat dengan

kenaikan konsentrasi CaCl2.

Pada konsentrasi CaCl2 yang sama, efisiensi enkapsulasi menurun dengan

berkurangnya jumlah pektin. Ukuran kapsul yang terbentuk akibat pengaruh

jumlah pektin menjadi faktor yang mempengaruhi efisiensi enkapsulasi.

Jelvehgari et al. (2014) menyatakan bahwa butiran kapsul yang lebih besar dapat

mengungkung obat yang lebih banyak. Kapsul yang menggunakan lebih banyak

pektin menghasilkan ukuran yang lebih besar sehingga efisiensi enkapsulasinya

lebih besar. Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh Goudanavar et al. (2005)

dan Jelvehgari et al. (2014). Sementara itu, dengan konsentrasi CaCl2 yang

berbeda diperoleh efisiensi enkapsulasi yang meningkat dengan semakin

tingginya konsentrasi CaCl2 yang digunakan. Dengan ketersiediaan ion Ca2+

yang

lebih tinggi, jumlah ikatan taut silang dengan natrium alginat dan pektin pun

semakin banyak sehingga memungkinkan semakin banyaknya ibuprofen yang

terjerap ke dalam kapsul (Mandal et al. 2010; Jung et al. 2013). Dari hasil ini

diketahui bahwa penambahan pektin meningkatkan efisiensi enkapsulasi.

8

Gambar 5 Efisiensi enkapsulasi kapsul natrium alginat-pektin dengan konsentrasi

CaCl2 5% ( ), 7.5% ( ), dan 10% ( )

Pelepesan Ibuprofen

Disolusi merupakan proses masuknya zat padat ke dalam larutan. Menurut

Kemala (2010), disolusi merupakan proses melarutnya zat padat yang

dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Pengujian disolusi

yang dilakukan secara in vitro pada penelitian ini menggunakan medium disolusi

dengan pH 7.2 tanpa enzim selama 6 jam. Kapsul yang digunakan untuk uji

disolusi adalah kapsul dengan formula A1 (2:1, CaCl2 5%), A2 (2.25:0.75, CaCl2

5%), dan C1 (2:1, CaCl2 10%). Data hasil uji disolusi untuk ketiga kapsul tersebut

ditunjukkan pada Lampiran 6 dan 7.

Kapsul dengan formula A1 dan A2 digunakan untuk membandingkan

pengaruh komposisi natrium alginat-pektin terhadap pola pelepasan ibuprofen.

Kedua kapsul tersebut dibentuk pada konsentrasi CaCl2 yang sama, tetapi

menggunakan komposisi natrium alginat-pektin yang berbeda. Gambar 6

menunjukkan pola pelepasan ibuprofen pada kapsul dengan formula A1 dan A2.

Pola tersebut menunjukkan bahwa ibuprofen lepas secara bertahap pada kapsul

A1 dan A2. Dalam waktu 360 menit, kapsul formula A2 yang menggunakan

pektin lebih sedikit menunjukkan persentase pelepasan obat yang lebih tinggi

dibandingkan kapsul formula A1. Ukuran kapsul A2 yang lebih kecil

dibandingkan dengan A1 menjadi penyebab lebih besarnya persentase ibuprofen

yang keluar. Hal ini sesuai dengan penelitian Arica et al. (2005) yang menemukan

bahwa ukuran kapsul mempengaruhi persentase pelepasan obat. Ukuran kapsul

yang semakin besar membuat ibuprofen membutuhkan waktu lebih lama untuk

berdifusi ke dalam medium disolusi.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

Efi

sien

si E

nkap

sula

si (

%)

Formula kapsul natrium alginat-pektin

9

0.0

2.5

5.0

0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400

Per

senta

se p

elep

asan

ib

up

rofe

n

(%

b/b

)

Waktu (menit)

A2

A1

0.0

2.5

5.0

0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400

Per

senta

se p

elep

asan

ib

up

rofe

n

(% b

/b)

Waktu (menit)

C1

A1

Gambar 6 Pelepasan ibuprofen dari kapsul formula A1 dengan komposisi natrium

alginat-pektin 2:1 (% b/v) dan A2 dengan komposisi natrium alginat-

pektin 2.25:0.75 (% b/v) pada konsentrasi CaCl2 5%

Kapsul dengan formula A1 dan C1 digunakan untuk membandingkan

pengaruh konsentrasi CaCl2. Gambar 7 menunjukkan pola pelepasan ibuprofen

pada kapsul formula A1 dan C1. Kedua formula kapsul tersebut menggunakan

komposisi natrium alginat-pektin yang sama (2:1) tetapi dibentuk pada

konsentrasi CaCl2 yang berbeda. Dalam waktu yang sama, kapsul dengan formula

C1 yang dibentuk pada konesntrasi CaCl2 lebih tinggi daripada kapsul A1

menunjukkan persentase pelepasan ibuprofen yang lebih sedikit. Tingginya

konsentrasi Ca2+

menyebabkan banyaknya ikatan taut silang dengan natrium

alginat dan pektin, sehingga kapsul yang terbentuk menjadi kokoh dan kaku (Jung

et al. 2013; Jelvehgari et al. 2014). Hal tersebut menyebabkan ibuprofen lebih

sulit untuk keluar menuju media disolusi.

Gambar 7 Pelepasan ibuprofen dari kapsul formula A1 dengan konsentrasi CaCl2

5% dan C1 dengan konsentrasi CaCl2 10%

10

Rendahnya persentase pelepasan ibuprofen pada ketiga formula kapsul

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi CaCl2 yang

tinggi (Jung et al. 2013; Jelvehgari et al. 2014) dan lamanya waktu gelasi atau

waktu pengadukan (Joshi et al. 2012). Kedua faktor tersebut membuat kapsul

yang terbentuk menjadi kaku dan kokoh. Selain itu, waktu pengeringan juga dapat

membuat polimer menyusut dan rapat sehingga penetrasi medium disolusi lebih

sulit. Gambar 8b menunjukkan sisa kapsul A2 yang mengalami kerusakan lebih

banyak dibandingkan kapsul A1 (Gambar 8a). Sementara itu, Gambar 8c

menunjukkan bahwa kapsul C1 sebagian besar masih utuh dan hanya mengalami

pembenkakan setelah pengujian disolusi. Profil disolusi pada kapsul formula A1

dan A2 menunjukkan pola pelepasan yang bertahap pada menit ke 20 sampai

menit ke-360. Waktu eliminasi ibuprofen komersial pada umumnya sekitar 2 jam

(Sinuhaji 2012), sehingga hasil penelitian ini telah memperlambat pelepasan

ibuprofen.

(a) (b) (c)

Gambar 8 Sisa kapsul (a) A1, (b) A2, dan (c) C1 setelah uji disolusi

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Enkapsulasi ibuprofen dengan natrium alginat-pektin menggunakan metode

gelasi ionik berhasil dilakukan. Dengan berkurangnya komposisi pektin, kapsul

yang dihasilkan berbentuk bulat dan lebih. Efisiensi enkapsulasi yang diperoleh

berkisar antara 71.22% sampai 90.41% yang dipengaruhi oleh komposisi pektin

dan konsentrasi CaCl2. Profil disolusi menunjukkan pelepasan ibuprofen yang

berjalan lambat kapsul dan persentase pelepasannya dipengaruhi oleh komposisi

pektin dan konsentrasi CaCl2.

Saran

Waktu gelasi dan waktu pengeringan perlu dikaji lebih lanjut untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap persentase pelepasan ibuprofen pada uji

disolusi. Ukuran kapsul yang terbentuk perlu ditentukan secara tepat. Medium

disolusi pada pH yang sesuai dengan kondisi cairan lambung perlu dilakukan

untuk mendapatkan profil disolusi yang lebih lengkap.

11

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2002. AOAC International

methods committee guidelines for validation of qualitative and quantitative

food microbiological official methods of analysis. [terhubung berkala]. J

AOAC Int. 85:1-5

Arica B, Calis S, Atilla P, Durlu NT, Cakar N, Kas HS, Hincal AA. 2005. In vitro

and in vivo studies of ibuprofen-loaded biodegradable alginate beads. J

Microencapsulation. 22(2):153-165.doi:10.1080/02652040400026319.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Reppublik Indonesia. 1995. Farmakope

Indonesia. Ed ke-4. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Petunjuk

Operasional Penerapan CPOB. Ed ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Estevinho BN, Rocha F, Santos L, Alves A. 2013. Microencapsulation with

chitosan by spray drying for industry applications - a review. Trends Food

Sci Technol. 31:138-155.doi:10.1016/j.tifs.2013.04.001.

Fachrurazie. 2012. Mikroenkapsulasi ibuprofen tersalut poli(asamlaktat)-lilin

lebah dengan pengemulsi poli(vinil alkohol) [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Fang Y, Al-Assaf S, Phillips GO, Nishinari K, Funami T, Williams PA, Li L.

2007. Multiple steps and critical behaviors of the binding of calcium to

alginate. J Phys Chem. 111(10): 2456-2462.doi:10.1021/jp0689870.

Fang Y, Al-Assaf S, Phillips GO, Nishinari K, Funami T, Williams PA. 2008.

Binding behavior of calcium to polyuronates: comparison of pectin with

alginate. Carbohydr Polym. 72:334–341.doi:10.1016/j.carbpol.2007.08.021.

Febrianti RV, Wahyuningsih I. 2013. Efek ulcerogenic dispersi padat ibuprofen-

polivinilpirolidon (PVP) pada tikus putih jantan. Pharmaciana. 3(2):29-36.

Felder CHB, Blanco-Prieto MJ, Heizmann J, Merkle HP, Gander B. 2003.

Ultrasonic atomization and subsequent polymer desolvation for peptide and

protein microencapsulation into biodegradable polyesters. J

Microencapsulation. 20(5):553-567.doi:10.3109/02652040309178346.

Goudanavar PS, Bagali RS, Chandrashekhara S, Patil SM. 2010. Design and

characterization of diclofenac sodium microbeads by ionotropic gelation

technique. Int J Pharm Bio Sci. 1(2):1-10.

Jaya S, Durance TD, Wang R. 2010. Physical characterization of drug loaded

microcapsules and controlled in vitro release study. The Open Biomaterial

J. 2:9-17.doi:10.2174/1876502501002010009.

Jelvehgari M, Mobaraki V, Montazam SH. 2014. Preparation and evaluation of

mucoadhesive beads/discs of alginate and algino-pectinate of piroxicam for

colon-specific drug delivery via oral route. Jundishapur J Nat Pharm Prod.

9(4):1-10.doi:10.17795/jjnpp-16576.

Joshi S, Patel P, Lin S, Madan PL. 2012. Development of cross-linked alginate

spheres by ionotropic gelation technique for controlled release of naproxen

orally. Asian J Pharm Sci. 7(2):134-142.

12

Jung J, Arnold RD, Wicker L. 2013. Pectin and charge modified pectin hydrogel

beads as a colon-targeted drug delivery carrier. Colloids and Surf, B:

Biointerfaces. 104:116-121.doi:10.1016/j.colsurfb.2012.11.042.

Kemala T. 2010. Mikrosfer polipaduan poli(asam laktat) dengan poli(ɛ-

kaprolakton) sebagai pelepasan terkendali ibuprofen secara in vitro

[disertasi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Khazaeli P, Pardakhty A, Hassanzadeh F. 2008. Formulation of ibuprofen beads

by ionotropic gelation. Iranian J Pharm Research. 7(3):163-170.

Kim HJ, Kim TH, Kang KC, Pyo HB, Jeong HH. 2010. Microencapsulation of

rosmarinic acid using polycaprolactone and various surfactants. Int J

Cosmetic Sci. 32:185–191.doi:10.1111/j.1468-2494.2010.00526.x.

Madziva H, Kailasapathy K, Phillips M. 2005. Alginate–pectin microcapsules as a

potential for folic acid delivery in foods. J Microencapsulation. 22(4):343–

351.doi:10.1080/02652040500100931.

Mandal M, Kumar SS, Krishnamoorthy B, Basu SK. 2010. Development and

evaluation of calcium alginate beads prepared by sequential and

simultaneous methods. Brazilian J Pharm Sci. 46(4):785-

793.doi:10.1590/S1984-82502010000400021.

Morris GA, Kok MS, Harding SE, Adams GG. 2010. Polysaccharide drug

delivery system based on pectin and chitosan. Biotechnol Gen Eng review.

27:257-284.doi:10.1080/02648725.2010.10648153.

Patil P, Chavanke D, Wagh M. 2012. A review on ionotropic gelation method:

novel approach for controlled gastroretentive gelispheres. Int J Pharmacy

Pharmaceutical Sci. 4(4):27-32.

Saravanan M, Bhaskar K, Srinivasa RG, Dhanaraju D. 2003. Ibuprofen-loaded

ethylcellulose/polystyrene microspheres: an approach to get prolonged drug

release with reduced burst effect and low ethylcellulose content. J

Microencapsulatiion. 20(3):289-302.doi:10.1080/0265204031000093087.

Sinuhaji Putriana M. 2012. Pelepasan Ibuprofen dari Mikrokapsul Tersalut

Paduan Lilin Lebah dan Poli(Asam Laktat) Secara In Vitro [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Tang C, Guan YX, Yao SJ, Zhu ZQ. 2014. Preparation of ibuprofen-loaded

chitosan films for oral mucosal drug delivery using supercritical solution

impregnation. Int J Pharm. 473:434–441.doi:10.1016/j.ijpharm.2014.07.039.

Wukirsari T. 2006. Enkapsulasi ibuprofen dengan penyalut alginat-kitosan

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Vajpayee A, Fartyal S, Singh AP, Jha SK. 2011. Formulation and evaluation of

colon targeted curcumin microspheres using natural polymers. J Pharm

Research Opinion. 1(4):108-112.

Yu CY, Cao H, Zhang XC, Zhou FZ, Cheng SX, Zhang XZ, Zhuo RX. 2009.

Hybrid nanospheres and vesicles based on pectin as drug carriers.

Langmuir. 25(19):11720-11726.doi:10.1021/la901389v.

13

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Natrium alginat Pektin

Larutan penyalut

Pengadukan

Komposisi natrium

alginat:pektin (% b/v):

2:1, 2.25:0.75, 2.5:0.5

Ibuprofen

CaCl2 5% CaCl2 7.5% CaCl2 10%

Kapsul Natrium Alginat-Pektin

Penentuan panjang gelombang

maksimum dan pembuatan

kurva standar

Uji efisiensi penyalutan

Uji disolusi

Pengamatan bentuk kapsul

dengan mikroskop stereo

14

Lampiran 2 Pembuatan larutan bufer fosfat pH 7.2

Larutan bufer fosfat yang digunakan pada penelitian ini dibuat dari

campuran NaH2PO4.H2O dan Na2HPO4.7H2O dengan konsentrasi 0.2 M untuk

masing-masing larutan. Larutan NaH2PO4.H2O 0.2 M (larutan A) dibuat dengan

melarutkan 27.598 g kristal NaH2PO4.H2O dalam akuades, kemudian volumenya

ditepatkan dengan pelarut yang sama menjadi 1000 mL dalam labu takar. Larutan

Na2HPO4.7H2O 0.2 M (larutan B) dibuat dengan melarutkan 53.614 g kristal

Na2HPO4.7H2O dalam akuades, kemudian volumenya ditepatkan dengan pelarut

yang sama menjadi 1000 ml dalam labu takar. Larutan bufer fosfat pH 7.2 dengan

volume 1000 mL diperoleh dengan mencampurkan 280 mL larutan A dan 720 mL

larutan B.

15

Lampiran 3 Absorbans larutan ibuprofen* pada panjang gelombang maksimum

maks (nm) Absorbans

221.5 0.4560

Keterangan: * = larutan ibuprofen dengan konsentrasi 10 ppm

Ab

sorb

ans

Panjang gelombang (nm)

16

Lampiran 4 Konsentrasi dan absorbans larutan ibuprofen pada pembuatan kurva

standar ibuprofen (maks = 221.5 nm)

[Ibuprofen]

(ppm) Absorbans

0.1 0.0055

0.5 0.0271

1 0.0442

2 0.0906

4 0.1908

6 0.2770

8 0.3737

10 0.4639

12 0.5553

14 0.6477

16 0.7423

18 0.8477

20 0.9502

y = 0.047x - 0.0019

R² = 0.9997

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Ab

sorb

ans

[Ibuprofen] (ppm)

17

Lampiran 5 Efisiensi penyalutan ibuprofen dalam kapsul natrium alginat-pektin

Formula

kapsul

Bobot (g) C

[Ibuprofen]

(mg/L)

Efisiensi

penyalutan

(%) Ibuprofen A B

A1 0.1001 0.9306 0.0254 0.3760 8.0404 73.57

A2 0.1002 0.8098 0.0269 0.4510 9.6362 72.38

A3 0.1006 0.7399 0.0279 0.5060 10.8064 71.22

B1 0.1004 1.1753 0.0266 0.3640 7.7851 85.65

B2 0.1004 0.9433 0.0269 0.4470 9.5511 83.40

B3 0.1003 0.8994 0.0257 0.4440 9.4872 82.76

C1 0.1005 1.6559 0.0250 0.2560 5.4872 90.41

C2 0.1002 1.4455 0.0259 0.2960 6.3383 88.26

C3 0.1003 1.4430 0.0265 0.2960 6.3383 86.03

Keterangan:

A : bobot total kapsul yang diperoleh

B : bobot kapsul yang digunakan untuk penentuan efisiensi mikroenkapsulsi

C : absorbans filtrat hasil disolusi kapsul setelah diencerkan 5 kali

Contoh perhitungan (Sampel A1):

y = 0.047x-0.0019

0.3760 = 0.047x-0.0019

x = 8.0404

[ ]

= 73.57 %

18

Lampiran 6 Persentase rerata pelepasan ibuprofen dalam uji disolusi medium

basa dari kapsul natrium alginat-pektin

Kapsul formula A1

Waktu (menit) Persentase pelepasan ibuprofen (% b/b)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rerata

0 0.0000 0.0000 0.0000

20 1.3456 1.3574 1.3515

40 1.9361 1.6880 1.8120

60 1.5997 0.9838 1.2917

80 1.5617 0.9011 1.2314

100 1.9745 1.0042 1.4894

120 2.3487 1.2665 1.8076

140 2.2359 1.6355 1.9357

160 2.0382 1.2965 1.6674

180 2.6265 1.4224 2.0244

200 1.9465 1.4380 1.6922

220 2.1150 2.0339 2.0744

240 2.4180 1.3634 1.8907

260 2.2952 1.2329 1.7640

280 2.6012 1.2441 1.9226

300 2.5945 1.6322 2.1134

320 2.4695 1.4941 1.9818

340 2.6563 1.5946 2.1254

360 3.2839 1.6385 2.4612

Kapsul formula A2

Waktu (menit) Persentase pelepasan ibuprofen (% b/b)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rerata

0 0.0000 0.0000 0.0000

20 1.6321 0.9199 1.2760

40 1.3725 1.8957 1.6341

60 1.1234 2.7919 1.9576

80 1.2892 1.8288 1.5590

100 1.9365 2.1663 2.0514

120 1.9623 2.5887 2.2755

140 2.9843 3.4014 3.1928

160 2.3177 3.2736 2.7957

180 1.9254 3.5097 2.7175

200 1.7963 3.2586 2.5275

220 1.1774 3.9128 2.5451

240 2.2162 3.7228 2.9695

260 2.2619 3.6692 2.9656

280 2.3502 3.6235 2.9868

300 2.5754 4.0396 3.3075

320 2.9545 4.3879 3.6712

340 3.2168 3.9350 3.5759

360 3.0381 3.9601 3.4991

19

Lanjutan Lampiran 6

Kapsul formula C1

Waktu (menit) Persentase pelepasan ibuprofen (% b/b)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rerata

0 0.0000 0.0000 0.0000

20 0.5465 0.8228 0.6846

40 0.5493 0.5035 0.5264

60 1.5836 1.1840 1.3838

80 0.2161 1.1636 0.6898

100 0.6467 0.1566 0.4016

120 0.3938 0.5441 0.4689

140 0.0847 0.1262 0.1055

160 0.3737 0.2098 0.2918

180 0.3951 0.0831 0.2391

200 0.2216 0.1188 0.1702

220 0.4775 0.5392 0.5083

240 0.4889 0.2667 0.3778

260 0.6542 0.1019 0.3780

280 0.2104 0.1031 0.1567

300 0.2591 0.4968 0.3779

320 0.7491 0.4219 0.5855

340 0.4990 0.8037 0.6514

360 0.2429 0.0794 0.1612

20

Lampiran 7 Persentase pelepasan ibuprofen dalam kapsul pada waktu t

Kapsul formula A1 (Ulangan 1)

Bobot

kapsul (g)

Waktu

(menit) Absorbans

[Ibuprofen]

(ppm) FP media

Persentase pelepasan

Ibuprofen (% b/b)

0.2012

0 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000

20 0.0490 1.0830 1.0000 1.3456

40 0.0706 1.5426 1.0101 1.9361

60 0.0574 1.2617 1.0204 1.5997

80 0.0554 1.2191 1.0309 1.5617

100 0.0698 1.5255 1.0417 1.9745

120 0.0825 1.7957 1.0526 2.3487

140 0.0776 1.6915 1.0638 2.2359

160 0.0698 1.5255 1.0753 2.0382

180 0.0895 1.9447 1.0870 2.6265

200 0.0651 1.4255 1.0989 1.9465

220 0.0701 1.5319 1.1111 2.1150

240 0.0795 1.7319 1.1236 2.4180

260 0.0745 1.6255 1.1364 2.2952

280 0.0837 1.8213 1.1494 2.6012

300 0.0825 1.7957 1.1628 2.5945

320 0.0775 1.6894 1.1765 2.4695

340 0.0825 1.7957 1.1905 2.6563

360 0.1012 2.1936 1.2048 3.2839

Kapsul formula A1 (Ulangan 2) Bobot

kapsul (g)

Waktu

(menit) Absorbans

[Ibuprofen]

(ppm) FP media

Persentase pelepasan

Ibuprofen (% b/b)

0.2069

0 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000

20 0.0509 1.1234 1.0000 1.3574

40 0.0631 1.3830 1.0101 1.6880

60 0.0356 0.7979 1.0204 0.9838

80 0.0321 0.7234 1.0309 0.9011

100 0.0356 0.7979 1.0417 1.0042

120 0.0449 0.9957 1.0526 1.2665

140 0.0579 1.2723 1.0638 1.6355

160 0.0450 0.9979 1.0753 1.2965

180 0.0490 1.0830 1.0870 1.4224

200 0.0490 1.0830 1.0989 1.4380

220 0.0693 1.5149 1.1111 2.0339

240 0.0453 1.0043 1.1236 1.3634

260 0.0403 0.8979 1.1364 1.2329

280 0.0402 0.8957 1.1494 1.2441

300 0.0527 1.1617 1.1628 1.6322

320 0.0475 1.0511 1.1765 1.4941

340 0.0502 1.1085 1.1905 1.5946

360 0.0510 1.1255 1.2048 1.6385

21

Lanjutan Lampiran 7

Kapsul formula A2 (Ulangan 1) Bobot

kapsul (g)

Waktu

(menit) Absorbans

[Ibuprofen]

(ppm) FP media

Persentase pelepasan

Ibuprofen (% b/b)

0.2063

0 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000

20 0.0614 1.3468 1.0000 1.6321

40 0.0508 1.1213 1.0101 1.3725

60 0.0408 0.9085 1.0204 1.1234

80 0.0466 1.0319 1.0309 1.2892

100 0.0702 1.5340 1.0417 1.9365

120 0.0704 1.5383 1.0526 1.9623

140 0.1069 2.3149 1.0638 2.9843

160 0.0817 1.7787 1.0753 2.3177

180 0.0668 1.4617 1.0870 1.9254

200 0.0615 1.3489 1.0989 1.7963

220 0.0392 0.8745 1.1111 1.1774

240 0.0746 1.6277 1.1236 2.2162

260 0.0753 1.6426 1.1364 2.2619

280 0.0774 1.6872 1.1494 2.3502

300 0.0840 1.8277 1.1628 2.5754

320 0.0955 2.0723 1.1765 2.9545

340 0.1029 2.2298 1.1905 3.2168

360 0.0959 2.0809 1.2048 3.0381

Kapsul formula A2 (Ulangan 2) Bobot

kapsul (g)

Waktu

(menit) Absorbans

[Ibuprofen]

(ppm) FP media

Persentase pelepasan

Ibuprofen (% b/b)

0.2018

0 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000

20 0.0330 0.7426 1.0000 0.9199

40 0.0693 1.5149 1.0101 1.8957

60 0.1019 2.2085 1.0204 2.7919

80 0.0654 1.4319 1.0309 1.8288

100 0.0770 1.6787 1.0417 2.1663

120 0.0914 1.9851 1.0526 2.5887

140 0.1194 2.5809 1.0638 3.4014

160 0.1136 2.4574 1.0753 3.2736

180 0.1206 2.6064 1.0870 3.5097

200 0.1106 2.3936 1.0989 3.2586

220 0.1317 2.8426 1.1111 3.9128

240 0.1238 2.6745 1.1236 3.7228

260 0.1206 2.6064 1.1364 3.6692

280 0.1177 2.5447 1.1494 3.6235

300 0.1299 2.8043 1.1628 4.0396

320 0.1396 3.0106 1.1765 4.3879

340 0.1235 2.6681 1.1905 3.9350

360 0.1228 2.6532 1.2048 3.9601

22

Lanjutan Lampiran 7

Kapsul formula C1 (Ulangan 1) Bobot

kapsul (g)

Waktu

(menit) Absorbans

[Ibuprofen]

(ppm) FP media

Persentase pelepasan

Ibuprofen (% b/b)

0.2005

0 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000

20 0.0187 0.4383 1.0000 0.5465

40 0.0186 0.4362 1.0101 0.5493

60 0.0566 1.2447 1.0204 1.5836

80 0.0060 0.1681 1.0309 0.2161

100 0.0215 0.4979 1.0417 0.6467

120 0.0122 0.3000 1.0526 0.3938

140 0.0011 0.0638 1.0638 0.0847

160 0.0112 0.2787 1.0753 0.3737

180 0.0118 0.2915 1.0870 0.3951

200 0.0057 0.1617 1.0989 0.2216

220 0.0143 0.3447 1.1111 0.4775

240 0.0145 0.3489 1.1236 0.4889

260 0.0198 0.4617 1.1364 0.6542

280 0.0050 0.1468 1.1494 0.2104

300 0.0065 0.1787 1.1628 0.2591

320 0.0221 0.5106 1.1765 0.7491

340 0.0139 0.3362 1.1905 0.4990

360 0.0057 0.1617 1.2048 0.2429

Kapsul formula C1 (Ulangan 2) Bobot

kapsul (g)

Waktu

(menit) Absorbans

[Ibuprofen]

(ppm) FP media

Persentase pelepasan

Ibuprofen (% b/b)

0.2017

0 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000

20 0.0293 0.6638 1.0000 0.8228

40 0.0170 0.4021 1.0101 0.5035

60 0.0421 0.9362 1.0204 1.1840

80 0.0409 0.9106 1.0309 1.1636

100 0.0038 0.1213 1.0417 0.1566

120 0.0177 0.4170 1.0526 0.5441

140 0.0026 0.0957 1.0638 0.1262

160 0.0055 0.1574 1.0753 0.2098

180 0.0010 0.0617 1.0870 0.0831

200 0.0022 0.0872 1.0989 0.1188

220 0.0165 0.3915 1.1111 0.5392

240 0.0071 0.1915 1.1236 0.2667

260 0.0015 0.0723 1.1364 0.1019

280 0.0015 0.0723 1.1494 0.1031

300 0.0143 0.3447 1.1628 0.4968

320 0.0117 0.2894 1.1765 0.4219

340 0.0237 0.5447 1.1905 0.8037

360 0.0006 0.0532 1.2048 0.0794

23

Keterangan:

FP media : faktor pengenceran media bufer fosfat 7.2

Contoh perhitungan (Kapsul A1 ulangan 1, menit ke-20)

[ ]

= 1.3456 % b/b

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur, 26 September1992. Penulis merupakan putra

ke-7 dari 8 bersaudara dari ayah Oon Syahroni dan ibu Mimin. Tahun 2011

penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sukaresmi. Pada tahun tersebut pula, penulis

diterima sebagai mahasiswa Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan.

Selama perkuliahan, mahasiswa aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah

Pendidikan Agama Islam untuk Tingkat Persiapan Bersama (semester ganjil tahun

ajaran 2013-2014, semester ganjil tahun ajaran 2014-2015, dan semester genap

tahun ajaran 2014-2015), Kimia B (semester genap tahun ajaran 2014-2015),

Kimia Biologis (semester genap tahun ajaran 2014-2015), dan Teknik Sintesis

Bahan Anorganik (semester ganjil tahun ajaran 2015-2016). Penulis juga pernah

mengikuti kegiatan praktik lapang di Pusat Penelitian Biomaterial LIPI Cibinong

pada tahun 2004. Penulis juga aktif dalam beberapa organisasi, yaitu sebagai staf

syiar Forum Silaturahim Dewan Mushola Asrama (FSDMA) TPB IPB (2011-

2012), staf divisi Dakwah Kelas Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) IPB

(2011-2012), kepala divisi Public Relation Lembaga Dakwah Fakultas Serambi

Ruhiyah Mahasiswa FMIPA (Serum-G) kabinet Pelangi Inspirasi (2013),

koordinator wilayah III (DKI, Jawa Barat, Banten) Jaringan Rohis MIPA Nasional

(2013), ketua Lembaga Dakwah Fakultas Serum-G (2014), dan koordinator media

Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) IPB 2015.