i. pendahuluan - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/bab i,ii,iii...

22
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan pada manfaatnya sebagai sumber protein nabati, vitamin, mineral, lemak, dan besi yang penting bagi manusia. Nilai gizi kedelai dalam 100 gram bahan makanan cukup tinggi sekitar 53 gram karbohirat, 35 gram protein, 18 gram lemak, 8 gram air, 227 miligram kalsium, 358 miligram fosfor, 8 miligram besi, serat, serta vitamin A dan vitamin B (Sumarno, 2007). Kebutuhan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk akan tetapi produksi kedelai masih rendah sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Produksi kedelai tahun 2014 sebanyak 955,00 ribu ton biji kering atau meningkat sebanyak 175,01 ribu ton (22,44 persen) dibandingkan tahun 2013. Produksi kedelai tahun 2015 diperkirakan sebanyak 998,87 ribu ton biji kering atau meningkat sebanyak 43,87 ribu ton (4,59 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan

Upload: lytu

Post on 09-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan

yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

pada manfaatnya sebagai sumber protein nabati, vitamin, mineral, lemak, dan besi

yang penting bagi manusia. Nilai gizi kedelai dalam 100 gram bahan makanan cukup

tinggi sekitar 53 gram karbohirat, 35 gram protein, 18 gram lemak, 8 gram air, 227

miligram kalsium, 358 miligram fosfor, 8 miligram besi, serat, serta vitamin A dan

vitamin B (Sumarno, 2007).

Kebutuhan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan

penduduk akan tetapi produksi kedelai masih rendah sehingga tidak mampu

mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik,

Produksi kedelai tahun 2014 sebanyak 955,00 ribu ton biji kering atau meningkat

sebanyak 175,01 ribu ton (22,44 persen) dibandingkan tahun 2013. Produksi kedelai

tahun 2015 diperkirakan sebanyak 998,87 ribu ton biji kering atau meningkat

sebanyak 43,87 ribu ton (4,59 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan

Page 2: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

2

produksi kedelai diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 24,67 ribu

hektar (4,01 persen) dan peningkatan produktivitas sebesar 0,09 kuintal/hektar (0,58

persen). Peluang peningkatan produksi kedelai didalam negeri masih terbuka lebar,

baik dalam peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam.

Menurut Sudaryono, dkk (2007), produksi kedelai belum meningkat karena petani

belum menggunakan varietas unggul kedelai seperti varietas yang responsif terhadap

pemupukan dan toleran terhadap hama dan penyakit. Selain itu, pengembangan

budidaya pada pra dan pasca panen (pengolahan tanah, pemupukan, pengairan,

pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, dan pasca panen) masih belum

optimal diterapkan oleh petani.

Upaya meningkatkan produktivitas tanaman kedelai dapat dilakukan dengan banyak

cara. Produksi tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya,

pengendalian hama dan pemupukan yang dapat dilakukan melalui akar dan daun.

Pemupukan melalui daun yang dikenal dengan pemupukan daun diberikan pada daun

tanaman dengan harapan dapat diatasi secara cepat dan dapat terlihat hasilnya secara

cepat pula. Menurut Lingga (1994), pemupukan melalui daun memiliki beberapa

keuntungan yaitu dapat memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman, penyerapan hara

pupuk yang diberikan berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang diberikan

melalui akar, kelarutan pupuk daun lebih baik dibandingkan pupuk akar,

pemberiannya dapat lebih merata, kepekatannya dapat diatur sesuai pertumbuhan

tanaman, dapat menghindari hilangnya unsur hara akibat pencucian dan penguapan

Page 3: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

3

sebelum dapat diserap oleh akar atau mengalami fiksasi dalam tanah yang berakibat

tidak dapat lagi diserap oleh tanaman, serta dapat menjaga struktur tanah tetap

remah/gembur.

Pemberian pupuk daun merupakan tindakan sangat menguntungkan untuk aplikasi

unsur hara mikro karena selain menyediakan unsur N, P, dan K dalam jumlah besar,

pupuk daun juga mengandung nutrisi mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit

termasuk ke dalamnya Fe, Mn, Br, Zn, dan Mo. Pemberian nutrisi melalui daun

merupakan aplikasi dalam bentuk cair. Aplikasi pemupukan melalui daun harus

memiliki tingkat kelarutan yang tinggi dan tidak meracuni daun. Penyediaan

kandungan hara tanaman pada pupuk daun yang dapat dikombinasikan dengan hara

makro dan mikro sehingga muncul berbagai merk dagang dipasaran sehingga

diperlukan dilakukan pengujian.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan peneletian ini adalah untuk mempelajari:

1. Pengaruh pemberian pupuk daun dengan konsentarsi yang berbeda terhadap

pertumbuhan dan hasil kedelai.

2. Pengaruh waktu penyemprotan pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil

kedelai.

3. Interaksi terhadap pemberian pupuk daun dengan konsentrasi dan waktu aplikasi

pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.

Page 4: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

4

1.3 Kerangka Pemikiran

Tanaman memerlukan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman didapat

dari alam maupun dari penambahan berupa pupuk kimia buatan. Unsur hara makro

meliputi unsur N, P, K, Ca, Mg, dan S sedangkan unsur hara mikro ialah unsur Fe,

Mn, Br, Zn, dan Mo. Pemberian nutrisi melalui daun merupakan aplikasi dalam

bentuk cair. Aplikasi pemupukan melalui daun harus memiliki tingkat kelarutan yang

tinggi dan tidak meracuni daun.

Pemupukan lewat daun bertujuan untuk memperbaiki ketersediaan unsur hara.

Pemupukan ini merupakan alternatif dari pemupukan konvensional (lewat tanah) dan

dimaksud untuk lebih menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman

melaksanakan metabolismenya. Penyerapan hara ini dapat dilakukan lebih cepat

dapat menembus kutikula dan stomata serta masuk kedalam sel (Sunartin N dan

Gunawan, 1991).

Pemupukan melalui daun dilakukan dengan menyemprotkan pupuk dalam bentuk cair

pada tanaman secara langsung. Metode ini merupakan metode yang efektif untuk

memberikan hara yang terkandung dalam pupuk, karena pupuk mudah masuk dan

terserap ke dalam stomata. Hasil penelitian Meirina (2006), terhadap ukuran

membuka celah stomata daun kedelai pada pagi, siang dan sore hari. Menunjukkan

Page 5: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

5

bahwa stomata membuka maksimal pada pagi hari. Siang hari stomata tetap

membuka tetapi tidak maksimal, untuk mengurangi terjadinya penguapan, sedangkan

pada sore hari terjadi pembukaan stomata lebih besar dari siang hari, ditambahkan

oleh Novizan (2002), Aplikasi pupuk melalui daun menggunakan pupuk cair yang

mengandung unsur hara utama N, P dan K pada tanaman jagung, gandum, buncis dan

kacang polong dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta

kandungan protein biji.

Hasil penelitian yang dilakukan Jumini dan Ainun Marliah (2009), menyimpulkan

bahwa pemberian konsentrasi pupuk daun Gandasil D pada tanaman terung

berpengaruh nyata terhadap panjang dan berat buah pertanaman. Namun, tidak

berpengaruh nyata terhadap perubah lainnya. Pertumbuhan dan hasil terbaik

diperoleh pada penggunaan pupuk daun Gandasil D 2 g/ l air. Biki Paris (2014), juga

menyimpulkan pada penelitianya terhadap kacang tanah menunjukkan bahwa

perlakuan konsentrasi pupuk daun berpengaruh pada parameter jumlah daun, jumlah

polong dan berat 100 biji sedangkan parameter tinggi tanaman tidak berpengaruh.

Perlakuan konsentrasi pupuk daun 20 g per liter air mempengaruhi peningkatan

jumlah polong sebesar 25,77 polong sedangkan perlakuan konsentrasi pupuk daun 25

g per liter air mempengaruhi peningkatan jumlah daun pada umur 4 dan 6 MST 20,63

dan 38,83 helai serta berat 100 biji sebesar 52,00 g. Perlakuan waktu aplikasi dan

interaksi tidak berpengaruh pada keseluruhan parameter pertumbuhan dan hasil

kacang tanah. Penggunaan pupuk daun dengan komposisi unsur hara dan konsentarsi

Page 6: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

6

yang tepat diharapkan akan mempengaruhi pertumbuhan serta meningkatkan

produksi hasil kedelai.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dirumuskan hipotesis:

1. Pemberian pupuk daun dengan konsentrasi berbeda akan diperoleh pertumbuhan

dan hasil tanaman kedelai yang berbeda.

2. Jumlah penyemprotan pupuk daun yang berbeda akan diperoleh pertumbuhan

dan hasil tanaman kedelai yang berbeda.

3. Terdapat pengaruh interaksi antara jumlah aplikasi pemupukan dan konsentrasi

pupuk daun pada pertumbuhan dan hasil kedelai.

Page 7: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedelai dan Syarat Tumbuhnya

Kedelai merupakan tanaman asli Cina yang telah dibudidayakan sejak 2500 tahun

SM. Sejalan dengan berkembangnya perdagangan antar negara, kedelai tersebar ke

berbagai negara tujuan perdagangan yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia

dan Amerika. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai di Indonesia yaitu

di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Irwan, 2006).

Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani Glycine soja dan Soja max.

Kedelai termasuk dalam Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Subdivisi

Angiospermae. Kelas Dicotyledonae. Famili Leguminosae, Genus Glycine, Species

Glycine max (L.) Merril (Adisarwanto, 2008).

Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, sejumlah akar sekunder, dan

cabang akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Panjang akar

tunggang ditentukan oleh berbagai faktor seperti kekerasan tanah, populasi tanaman,

dan varietas. Akar tunggang pada tanaman kedelai dapat mencapai kedalaman 200

Page 8: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

8

cm. Tanaman kedelai mempunyai kemampuan untuk membentuk bintil akar yang

mampu menambat nitrogen. Bintil akar yang telah matang akan berwarna merah

muda yang disebabkan oleh adanya leghemoglobin yang diduga aktif menambat

nitrogen, sebaliknya bintil akar yang sudah tidak aktif akan berwarna hijau (Sumarno

et al., 2007).

Tanaman kedelai dikenal dengan dua tipe pertumbuhan batang yaitu determinit dan

indeterminit. Jumlah buku pada batang akan bertambah sesuai pertambahan umur

tanaman, tetapi pada kondisi normal jumlah buku berkisar antara 15--20 buku dengan

jarak 2--9 cm. Batang tanaman kedelai ada yang bercabang dan ada pula yang tidak

bercabang tergantung dari karakter varietas kedelai (Adisarwanto, 2008).

Tanaman kedelai mempunyai 4 tipe daun, yaitu 1) kotiledon, 2) daun primer

sederhana yaitu daun pertama keluar dari buku sebelah atas kotiledon, 3) daun bertiga

yang terdiri dari tiga helai anak daun dengan bentuk oval atau segitiga tergantung dari

varietas, dan 4) profila yang terletak pada tiap pangkal cabang dan tidak bertangkai

(Yennita, 2002).

Kedelai berbunga sempurna, yaitu memiliki benang sari dan putik dalam satu bunga.

Mahkota bunga akan rontok sebelum membentuk polong (Rukmana dan Yuniarsih,

1996). Tanaman kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari rata-rata sekitar

12 jam dan suhu udara yang tinggi (>30° C), sebagian besar mulai berbunga pada

umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan

panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu-

Page 9: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

9

kupu, berwarna putih atau ungu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak daun.

Jumlah bunga pada setiap ketiak daun beragam antara 2--25 bunga bergantung pada

kondisi lingkungan tumbuh dan varietas. Bunga kedelai pertama

pada umumnya terbentuk pada buku ke lima, ke enam, atau pada buku yang lebih

tinggi. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk

daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik. Tanaman kedelai di Indonesia

mulai berbunga pada umur 30--50 hari setelah tanam. Warna bunga yang umum pada

berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu.

Polong kedelai terbentuk 7--10 hari setelah munculnya bunga mekar. Jumlah polong

yang terbentuk pada setiap ketiak daun beragam antara 1--10 polong.

Jumlah polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan ratusan.

Kulit polong kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning,

hijau sampai hitam. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah 1, 2 dan 3 biji,

polong kedelai berukuran 5,5-6,5 cm bahkan ada yang mencapai 8 cm. Biji

berdiameter antara 5--11 mm (Andrianto dan Indarto, 2004).

Tabel 1.Fase Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Kedelai.

Stadia Tingkatan Stadia

Uraian

VE Stadium pemunculan Kotiledon muncul dari dalam tanah

VC Stadium kotiledon Daun unifoliet berkembang, tepi daun tidak

menyentuh.

V1 Stadium buku pertama Daun terurai penuh pada buku unifoliet

V2 stadium buku kedua

Daun trifoliet yang terurai penuh pada buku

di atas buku unifoliet.

Page 10: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

10

Tabel 1. (lanjutan)

V3 Stadium buku ketiga Tiga buah buku pada batang utama dengan

daun terurai penuh, terhitung mulai buku

unifoliet.

Vn Stadium buku ke-n N buah buku pada batang utama dengan

daun terurai penuh terhitung mulai buku

unifoliet.

R1 Mulai berbunga Bunga terbuka pertama pada buku manapun

pada batang.

R2 Berbunga penuh Bunga terbuka pada satu dari dua buku

teratas pada batang dengan daun terbuka

penuh

R3 Mulai berpolong Polong sepanjang 5 mm pada salah satu

diantara 4 buku teratas pada batang dengan

daun terbuka penuh.

R4 Berpolong penuh Polong sepanjang 2 cm pada salah satu

diantara 4 buku teratas pada batang dengan

daun terbuka penuh.

R5 Mulai berbiji Biji sebesar 3 mm dalam polong pada salah

satu 4 buku teratas dengan dengan daun

terbuka penuh.

R6 Berbiji penuh Polong berisikan satu biji hijau yang mengisi

rongga polong pada salah satu dari 4 buku

teratas pada batang dengan daun terbuka

penuh.

R7 Mulai matang Satu polong pada batang utama telah

mencapai warna polong matang.

R8 Matang penuh 95% dari polong telah mencapai warna

polong matang.

Sumber :Adie dan Krisnawati (2007).

Berdasarkan ukuran bijinya, menurut (Chen et al, 1991)kedelai dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok:

a. Berbiji kecil, bobot biji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam bentuk biji

(grain soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan.

Page 11: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

11

b. Berbiji besar, dengan bobot biji 15-29 g/100 biji, ditanam di daerah tropik maupun

subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan sebagai

bahan baku minyak, susu dan makanan lain.

c. Berbiji sangat besar, bobot 30-50 g/100 biji, biasanya ditanam di daerah subtropik,

seperti Jepang, Taiwan dan Cina. Kedelai dipanen dalam bentuk polong segar

masih berwarna hijau, disebut juga kedelai sayur (vegetable soybean), dipanen

pada umur dua bulan.

Pertumbuhan tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh curah hujan, radiasi matahari

dan suhu (Baharsjah 1993). Tanaman kedelai cocok ditanam di lahan terbuka pada

suhu 24-30 °C. Suhu yang optimal dalam proses perkecambahan kedelai sekitar

30 °C, sedangkan untuk pembungaan 24-25 °C. Kedelai termasuk tanaman hari

pendek sehingga tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15

jam perhari. Jika varietas kedelai yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik

dengan panjang hari 14-16 jam, ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang

hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi, karena masa

bunganya menjadi pendek yaitu dari umur 50--60 hari menjadi 35--40 hari setelah

tanam (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah

sampai daerah dengan ketinggian 1200 m dari atas permukaan laut, tetapi umumnya

pertumbuhan tanaman kedelai akan baik pada pada ketinggian tidak lebih dari 500

meter di atas permukaan laut. Kedelai dapat tumbuh baik pada tanah-tanah Alluvial,

Page 12: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

12

Regosol, Grumosol, Latosol, dan Andosol. Selain itu kedelai menghendaki tanah

yang subur, gembur dan kaya bahan organik, dengan keasamaan tanah (pH) yang

cocok berkisar antara 5,8-7,0 (Nazarudin, 1993).

2.2 Pupuk Daun

Pupuk adalah suatu bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Pupuk biasanya

juga diberikan pada tanah, akan tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau batang

sebagai larutan. Pupuk diberikan melalui daun karena daun merupakan salah satu

organ tanaman yang dapat menyerap unsur hara pemupukan melalui daun dapat

dilakukan pada beberapa jenis pupuk yang larut dalam air. pupuk daun merupakan

pupuk pelengkap dari pupuk yang lazim diberikan melalui tanah (Sunarlin N dan

Gunawan, 1991).

Beberapa keuntungan yang diharapkan dengan pemupukan melalui daun adalah:

1. Mengatasi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman karena pengaruhnya yang

cepat dan langsung pada tanaman.

2. Lebih efisien karena jumlah yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan

melalui tanah.

3. Sering kali dapat menekan serangan hama dan penyakit.

Dibanding sejumlah keuntungan yang diharapkan pada pemupukan melalui daun, ada

beberapa kekurangan yaitu:

Page 13: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

13

1. Jumlah unsur yang diberikan terbatas.

2. Konsentrasi dan dosis yang tinggi dapat menyebabkan keracunana (fitotoksisitas)

3. Mudah tercuci oleh air terutama pada musim hujan.

Lingga (1994),mengatakan bahwa wujud pupuk daun ada 2 macam yaitu larutan atau

cairan dan kristal halus sampai berupa tepung. Sedangkan kadar hara yang

dikandung terdiri atas 2 kelompok yaitu unsur hara makro dan mikro. Gandasil

merupakan salah satu pupuk pelengkap cair yang bebentuk tepung berwarna putih

dan mudah larut dalam air. Gandasil terdiri atas Gandasil D yang diberikan pada fase

vegetatif dan Gandasil B diberikan pada fase generatif.

Pupuk Gandasil D merupakan pupuk daun lengkap dan sempurna berbentuk kristal,

buatan Jerman. Unsur hara makro yang terkandung adalah N=20 %, P=15% P2O5,

K=15 % K2O dan Mg = 3 % MgSO4, yang dilengkapi dengan unsur mikro Mn, B,

Cu, Co, Ze, vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Pada Gandasil D unsur N lebih

banyak yang berfungsi N yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan

kualitas tanaman penghasil daun-daunan, meningkatkan kadar protein dalam tubuh

tanaman serta dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan

warna yang lebih hijau. Jika kekurangan unsur ini maka akan menyebabkan klorosis

(pada daun muda berwarna kuning). Pupuk ini sebaiknya diberikan pada awal

pertumbuhan tanaman, jangan ketika mulai berbunga karena hal ini akan

menghambat proses pembungaan pada tanaman (Lingga, 1994).

Page 14: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

14

Pupuk Gandasil B berfungsi untuk merangsang pertumbuhan generatifnya. Hal ini

dapat dilihat dari komposisi yang terkandung pada Gandasil B yaitu N = 6 %, K = 3

%, P = 20 %, dan Mg = 3 %. Pada Gandasil B, unsur P dan K mempunyai dosis yang

tinggi. Fungsi P dan K itu sendiri diantaranya adalah untuk mempercepat

pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah, meningkatkan kualitas biji atau

buah dan pembentukkan protein serta karbohidrat.Pupuk ini sebaiknya diberikan

ketika tanaman akan berbunga (Lingga, 1994).

Kepekatan dari pupuk Gandasil D dan pupuk Gandasil B ini adalah 2-3 gram/liter air

dengan anjuran penggunaan dengan konsetrasi 10--30 gram yang dilarutkan kedalam

10 liter air. Dengan interval waktu pemberian 8-10 hari sekali. Kedua pupuk ini juga

dapat dicampur dengan berbagai jenis pestisida kecuali yang bersifat alkalis

(Lingga, 1994). Dosis pupuk anjuran pada tanaman kedelai secara umum adalah

Urea 50-85 kg, SP 3690-100 kg, KCI 25-50 kg per hektar (Rukmana R dan Yuniarsih

Y, 1996).

Page 15: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

15

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat, Waktu, Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

Lampung pada bulan Mei sampai Oktober 2015.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih kedelai varietas

Anjasmoro (deskripsi terlampir pada Tabel 1, Lampiran), pupuk daun Gandasil B, air,

pupuk NPK Phonska dan Decis.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari atas cangkul, meteran, hand

sprayer, label, kantong plastik, ember, meteran, pisau, dan alat tulis.

3.2 Metode Penelitian

Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Kelompok Teracak Lengkap

(RKTL) dengan 5 ulangan, terdapat 4 kombinasi sehingga terdapar 20 unit satuan

percobaan. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk daun (D) yaitu pupuk daun 25

gram/L ( ), dan pupuk daun 30 gram/L ( ). Faktor kedua adalah jumlah aplikasi

penyemprotan pupuk daun (W) yaitu ( ) 2 kali aplikasi pada umur 20 dan 30 HST,

dan ( ) 3 kali aplikasi pada umur 20, 30, dan 40 HST. Data hasil pengamatan diuji

Page 16: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

16

homogenitasnya dengan uji Bartlet dan kemenanbahan data diuji dengan uji Tuckey

kemudian dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

3.3.1 Penyiapan lahan

Pengolahan tanah dilakukan hingga tanah gembur, kemudian tanah diratakan dengan

menggunakan cangkul. Ukuran setiap plot satuan percobaan dibuat 3 m x 2 m dengan

jarak antarplot 30 cm, dan jarak antarulangan 30 cm. Tata letak percobaan dapat

dilihat pada Gambar 1, Lampiran.

3.3.2 Penanaman benih

Benih kedelai ditanam dengan cara ditugal sedalam 3 cm dengan jarak tanam 25 cm x

30 cm. Setiap lubang ditanam 2 benih kedelai setelah 2 MST dilakukan penjarangan

menyisakan satu tanaman yang paling baik. Penjarangan ini bertujuan untuk

menghindari adanya kompetisi antar tanaman. Pola tanam pada tanaman kedelai

dapat dilihat pada Gambar 2, Lampiran.

Page 17: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

17

3.3.3 Pemeliharan tanaman

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan,

penyiraman, pemupukan dan penyemprotan pestisida. Penyulaman dilakukan saat

tanaman berumur 7 hari setelah tanam (HST), penyulaman dilakukan bila ada benih

yang mati atau tidak tumbuh dan penyulaman harus dilakukan secepat mungkin

bertujuan untuk menyeragamkan pertumbuhan tanaman kedelai. Penyiangan

dilakukan pada saat tanaman berumur 9 HST dan penyiangan kedua saat tanaman

kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan cara gulma dicabut

menggunakan tangan dan menggunakan alat seperti koret atau cangkul. Penyiraman

tanaman dilakukan setiap sore hari dan tidak dilakukan penyiraman jika kondisi tanah

masih lembab dan cuaca hujan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan ember

atau hand spraying.

Pemberian pupuk yang dilakukan oleh petani, biasanya sebanyak tiga kali, yaitu pada

saat tanaman berumur 7-10 HST, 14-20 HST dan 35-40 HST. Pada penelitian

pemberian pupuk dasar NPK Phonska diberikan sebanyak satu kali yaitu pada dua

minggu setelah tanam dengan kebutuhan per petak tanaman 600 gram. Pupuk daun

diberikan saat tanaman berumur 20 dan 30 HST ( ), dan pada umur 20, 30, dan 40

HST ( ), dengan volume semprot 400 L/ha. Pengendalian hama dan penyakit

dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang terserang dan penyemprotkan

pestisida. Tanaman kedelai disemprotkan dengan pestisida Decis 25 g/l,

penyemprotan dengan pestisida dilakukan dimulai ketika tanaman berumur 1-3 MST

Page 18: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

18

sebanyak 2 kali setiap minggu. Penyemprotan pada umur 4-9 MST dilakukan hanya

1 kali perminggu. Penyemprotan menggunakan hand spraying dengan dosis 10 ml

air kedalam 1 liter air dan diaduk secara merata dan disemprotkan pada tanaman

kedelai.

3.3.4 Panen

Panen dilakukan sekali setelah polong terisi penuh dengan cara memotong 5 cm di

atas pangkal batang dengan menggunakan sabit. Panen kedelai dilakukan apabila

sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau

penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan

dan reta-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat

dan gundul. Panen dilakukan dengan cara memotong bagian bawah tanaman kedelai

dengan sabit yang tajam. Tanaman kedelai yang sudah dipanen, kemudian tanaman

kedelai dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Proses selanjutnya

dilakukan pembersihan biji kedelai dengan memisahkan polong kedelai dan biji

kedelai. Biji kedelai selanjutnya dijemur kembali selama 3 hari kemudian biji kedelai

tersebut ditimbang untuk mengetahui produksi bobot biji per tanaman kedelai

dengan menggunakan timbangan analitik.

Page 19: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

19

3.4 Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi:

1. Tinggi tanaman kedelai

Pengukuran tinggi tanaman dimulai saat tanaman berumur 14 HST, 21 HST, 28 HST,

sampai 35 HST. Tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh batang

utama yang dilakukan sampai dengan tanaman kedelai berbunga. Pengukuran

dilakukan dalam satuan sentimeter pada setiap minggu dengan menggunakan alat

pengukur panjang yaitu meteran.

2. Jumlah daun

Pengamatan jumlah daun diketahui dengan cara menghitung jumlah daun maksimum

dengan menghitung total daun yang terbentuk. Daun yang dihitung yaitu daun

triploid yang artinya dalam satu tangkai daun terdapat tiga helai daun. Penghitungan

daun dilakukan dalam satuan helai.

3. Indeks luas daun (ILD)

Indeks luas daun (ILD) yaitu nisbah antara luas daun (A) dengan luas jarak tanam (P),

menggambarkan kemampuan tanaman menyerap radiasi matahari untuk proses

fotosintesis, luas daun diukur dengan menggunakan millimeter block, waktu

pengamatan tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam, dihitung dengan rumus:

Page 20: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

20

ILD =

x

Keterangan

= luas daun pengamatan 1

= luas daun pengamatan 2

Pa = Jarak tanam

4. Laju tumbuh tanaman rata-rata (LTT )

Laju tumbuh tanaman rata-rata (LTT) merupakan laju pertambahan berat kering

biomass total tanaman per satuan luas tanah per satuan waktu rata-rata selama periode

tertentu. waktu pengamatan tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam, dihitung

dengan rumus:

LTT =

X

Keterangan

= bobot kering tanaman pada 20 hst

= bobot kering tanaman pada 40 hst

Pa = jarak tanam

- = selisih waktu pengamatan ke-2 dan ke-1

5. Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB )

Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB) yaitu laju penambahan bobot kering total

tanaman per satuan luas daun per satuan waktu, dengan interval 20 hari yang

menggambarkan laju fotosintesis bersih (kapasitas tanaman mengakumulasi bahan

Page 21: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

21

kering) per cm2 daun per hari rata-rata.waktu pengamatan tanaman berumur 20 dan

40 hari setelah tanam, dihitung dengan rumus:

LAB =

Keterangan

= bobot kering tanaman pada 20 hst

= bobot kering tanaman pada 40 hst

- = selisih waktu pengamatan ke-2 dan ke-1

= luas daun pada 20 hst

= luas daun pada 40 hst

6. Bobot Kering Per Sampel Tanaman Kedelai

Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan, pengeringan dilakukan

dengan cara penjemuran biji di bawah sinar matahari selama 3 hari, kemudian biji

per tanaman sampel ditimbang.

7. Jumlah Polong per Tanaman

Penghitungan jumlah polong total per tanaman yaitu semua polong yang terbentuk

pada tanaman kedelai. Pengukuran dilakukan dalam satuan polong per tanaman.

Page 22: I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/47/2/BAB I,II,III PENDAHULUAN.pdf1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine

22

8. Jumlah polong Isi

Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman sampel, dengan

menghitung jumlah polong berisi dan jumlah polong hampa. Pengukuran dilakukan

dalam satuan polong per tanaman. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

9. Berat Biji Kering per petak (g)

Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan, pengeringan dilakukan

dengan cara penjemuran biji di bawah sinar matahari selama 3 hari, kemudian biji

per petak tanaman ditimbang.

10. Bobot 100 Biji Kering Kedelai per Petak (kg)

Penimbangan dilakukan setelah biji dikeringkan, pengeringan dilakukan dengan cara

penjemuran biji di bawah sinar matahari selama 3 hari, kemudian dihitung 100 biji

lalu ditimbang