i. pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.unila.ac.id/19797/3/skripsi ican jadi sikap abis...

124
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara demokratis, dengan mengutamakan peran serta masyarakat menjadikan negara ini menjadi salah satu negara demokratis terbesar di dunia. Dimana peran serta masyarakat sangat penting dalam mewujudkan demokrasi yang berkeadilan sosial. Salah satu ciri dari negara demokratis adalah diselenggarakannya pemilihan umum. Pemilihan umum bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk di kursi parlemen dengan mandat dari konstituennya yang mempunyai tujuan yang mulia, yaitu mensejahterakan dan memanusiakan rakyat Indonesia. Seperti amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4, “.....yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa...... Di era otonomi daerah seperti yang berkembang saat ini, pemilihan kepala daerah banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Selatan. Provinsi ini merupakan Provinsi terkaya ke-5 di Indonesia setelah otonomi daerah. Dimana banyak sekali terdapat berbagai macam jenis sumber daya alam yang melimpah, sehingga untuk me-

Upload: dangdung

Post on 29-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara demokratis, dengan mengutamakan peran

serta masyarakat menjadikan negara ini menjadi salah satu negara

demokratis terbesar di dunia. Dimana peran serta masyarakat sangat

penting dalam mewujudkan demokrasi yang berkeadilan sosial. Salah satu

ciri dari negara demokratis adalah diselenggarakannya pemilihan umum.

Pemilihan umum bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk

di kursi parlemen dengan mandat dari konstituennya yang mempunyai

tujuan yang mulia, yaitu mensejahterakan dan memanusiakan rakyat

Indonesia. Seperti amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4, “.....yang melindungi segenap

bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.....”.

Di era otonomi daerah seperti yang berkembang saat ini, pemilihan kepala

daerah banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di

Sumatera Selatan. Provinsi ini merupakan Provinsi terkaya ke-5 di

Indonesia setelah otonomi daerah. Dimana banyak sekali terdapat berbagai

macam jenis sumber daya alam yang melimpah, sehingga untuk me-

2

manage semua hal ini dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai

kredibilitas yang tinggi untuk memajukan dan mensejahterakan seluruh

rakyatnya. Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 11 (sebelas) kabupaten

dan 4 (empat) kota, dengan Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi.

Kota Palembang merupakan suatu daerah yang merupakan suatu kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,

berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai Undang

Undang Nomor 5 Tahun 1974.

Kota Palembang seperti halnya kota-kota besar lainnya yang berada di

Indonesia memiliki banyak permasalahan yang kompleks. Salah satunya

adalah masalah pasar dan pedagang kaki lima. Pasar mempunyai fungsi

yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat yaitu sebagai pemenuhan

kebutuhan, dengan adanya pasar semua kebutuhan dapat terpenuhi.

Kondisi pasar yang sehat dan bersih merupakan tolak ukur dari

keberhasilan suatu daerah dalam menjalankan roda pemerintahannya.

Pasar dan pedagang kaki lima merupakan suatu rangkaian yang mungkin

sulit untuk dipisahkan dengan keadaan umum pasar-pasar yang ada di

Indonesia.

Kota Palembang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Selatan secara umum

memiliki banyak pasar diantaranya Pasar Cinde, Pasar 7 Ulu, Pasar Gubah,

Pasar Kuto, Pasar 16 Ilir dan masih banyak pasar-pasar lain yang tersebar

di sudut Kota Palembang. Keberadaan pasar dirasakan semakin memenuhi

3

sudut Kota Palembang sehingga dirasa perlu adanya penataan kembali

pasar-pasar yang ada di kota ini, terutama mengenai pedagang kaki lima

yang berjualan tidak ditempat yang telah disediakan oleh pemerintah kota.

Hal tersebut bertujuan untuk memperindah dan menata kota peninggalan

Kerajaan Sriwijaya ini. Salah satunya yang paling mencolok adalah

keberadaan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir yang berada di pinggiran

Sungai Musi. Pasar ini merupakan salah satu pasar terbesar yang berada di

Kota Palembang. Letaknya yang strategis antara dua daratan yang

terpisahkan oleh sungai menjadikan tempat ini sebagai tempat yang

menjanjikan untuk lahan mencari nafkah. Nampak dengan banyaknya

pedagang kaki lima (PK-5) yang ada di daerah tersebut.

Pemerintah Kota Palembang sebenarnya telah menyediakan tempat untuk

pedagang kaki lima, yaitu dengan dibangunnya sebuah gedung plaza yang

diberi nama Plaza 16 Ilir. Plaza ini berfungsi untuk menampung pedagang

kaki lima yang hendak berjualan di daerah tersebut, namun banyaknya

pedagang yang ingin berjualan di plaza tersebut tidak diimbangi dengan

daya tampung plaza, sehingga para pedagang yang tidak kebagian lapak

menggelar dagangannya di luar bagunan plaza. Tentu saja hal ini dapat

menyebabkan perubahan tatanan Kota Palembang. Pemerintah hanya

bertujuan untuk menertibkan dan menata kawasan perdagangan di Kota

Palembang agar menjadi nyaman dan tertib, sehingga akan tercipta

kenyamanan, kebersihan, dan keindahan lingkungan kota yang akan

menjadi kota bertaraf internasional ini.

4

Keberadaan pedagang yang membuka lapak dagangannya di luar gedung

plaza dirasa cukup mengganggu. Terbukti dengan kondisi yang diciptakan

oleh keberadaan pasar tersebut. Kesan kumuh dan kotor merupakan

pemandangan yang lazim di daerah ini, sehingga dirasa perlu untuk

memindahkan pedagang-pedagang yang memenuhi kolong Jembatan

Ampera yang membelah Sungai Musi. Pemerintah Kota Palembang yang

dipimpin oleh Eddy Santana Putra sebagai walikota telah menyiapkan

tempat atau pasar pengganti, yaitu Pasar Retail Jakabaring. Pemerintah

Kota Palembang memilih Jakabaring sebagai tempat relokasi pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir. Pasar ini disiapkan untuk menampung pedagang-

pedagang dari Pasar 16 Ilir. Secara bertahap pedagang-pedagang tersebut

dipindahkan ke lokasi baru yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota

Palembang.

Daerah yang dahulu merupakan pasar yang kumuh dan kotor dirubah oleh

Pemerintah Kota Palembang menjadi satu taman kota yang indah. Taman

kota ini diperuntukkan sebagai tujuan wisata bersaing dengan Kepulauan

Riau. Wisatawan banyak yang berkunjung ke daerah ini setelah dibenahi,

baik wisatan lokal maupun wisatawan asing. Tujuan lain dari

dipindahkannya pedagang dari daerah 16 Ilir ini yaitu daerah ini dijadikan

sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City yang

ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini disebabkan

karena hampir semua aset wisata sejarah yang ada di kota ini berada di

pinggiran sungai, sehingga membuat Pemerintah Kota Palembang terus

5

berbenah untuk mewujudkan Kota Palembang sebagai Legendary City

sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia.

Hasilnya pada tahun 2007, 2008 dan 2009 Kota Palembang mendapatkan

piala Adipura tiga tahun berturut-turut, padahal pada tahun 2005 kota ini

mendapat predikat kota terkotor. Kota yang pada 17 Juni 2009 berulang

tahun ke-1326 ini diikutkan pada penilaian Adipura tingkat ASEAN untuk

kategori clean land yaitu kategori kota bersih dan teduh. Adipura tingkat

ASEAN ini diikuti oleh seluruh negara ASEAN kecuali Singapura. Pada

Oktober 2008 Walikota Palembang mewakili Indonesia untuk menerima

penghargaan kategori kota bersih di negara-negara ASEAN. Ditunjuknya

Palembang sebagai kota yang mewakili Indonesia ke Hanoi Vietnam untuk

menerima penghargaan bidang lingkungan katagori clean land didasari

atas prestasi Palembang dalam bidang lingkungan dan air bersih. Khusus

persoalan air bersih, target 2008 yang mematok 80 persen masyarakat kota

dialiri air bersih sudah menjadi kenyataan dan kini target dipeluas hingga

ke angka 90 persen warga Palembang dapat menikmati air bersih. Belum

lagi keberhasilan dalam penataan lokasi pemukiman kumuh dan

kebersihan kota yang sudah mendapat tiga kali piala Adipura dan

Palembang dinyatakan sebagai kota terbersih oleh kementerian lingkungan

hidup. Begitu pun dengan sistem pengairan, drainase dan penataan lokasi

pemukiman kumuh, Departemen Pekerjaan Umum juga menempatkan

Palembang sebagai kota urutan teratas yang berhak mendapat

penghargaan. (http://palembang.go.id diakses pada 10 Juni 2009 pukul

00.08 wib)

6

Kebijakan relokasi pedagang kaki lima di daerah 16 Ilir ini banyak menuai

pro dan kontra dari berbagai kalangan yang ada di Kota Palembang. Salah

satunya adalah kelompok pro demokrasi.

Hasil yang didapat peneliti pada saat pra-riset mengenai masalah

kependudukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, jumlah

penduduk di Kota Palembang pada pertengahan tahun 2006 adalah sebesar

1.369.529 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2007

adalah sebesar 1.394.954 jiwa atau meningkat 1,88 persen dari tahun 2006.

Kota Palembang memiliki 16 Kecamatan, diantaranya sebagai berikut :

1. Ilir Barat II

2. Gandus

3. Seberang Ulu I

4. Kertapati

5. Seberang Ulu II

6. Plaju

7. Ilir Barat I

8. Bukit Kecil

9. Ilir Timur I

10. Kemuning

11. Ilir Timur II

12. Kalidoni

13. Sako

14. Sukarami

15. Sematang Borang

16. Alang-alang Lebar

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Hasil yang didapatkan penulis pada pra-riset tanggal 14-17 April 2009 di

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan menyebutkan

bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Tahun 2007,

wilayah administrasi Kota Palembang mengalami pemekaran wilayah, saat

ini jumlah kecamatan di Kota Palembang menjadi 16 kecamatan dan 107

7

kelurahan yang sebelumnya hanya 14 kecamatan dan 103 kelurahan. Dua

kecamatan baru tersebut adalah Kecamatan Alang-alang Lebar yang

merupakan pecahan dari Kecamatan Sukarami kemudian Kecamatan

Sematang Borang yang merupakan pecahan dari Kecamatan Sako.

Sementara 4 kelurahan yang baru adalah Kelurahan Talang Jambe yang

merupakan pecahan Kelurahan Talang Betutu, Kelurahan Sukodadi yang

merupakan pecahan Kelurahan Alang-alang Lebar dan Sako Baru pecahan

dari Kelurahan Sako, yang terakhir adalah Kelurahan Karya Mulya

pecahan dari Kelurahan Sukamulya. Perubahan ini tertuang dalam

Peraturan Daerah Nomor 19 dan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007

yang diundangkan tanggal 23 Juli 2007 dalam Lembaran Daerah Kota

Palembang Nomor 20 Tahun 2007.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ bagaimana sikap masyarakat

Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail Jakabaring”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat Kota

Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar

Retail Jakabaring.

8

D. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan bagi

perkembangan ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan salah satu kajian

manajemen pemerintahan khususnya mengenai kebijakan pemerintah

dalam hal ini pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring, serta sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang

akan atau sedang melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Sedangkan secara praktis

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah

Kota Palembang untuk dapat lebih meningkatkan kualitas dan mutu

pelayanan terhadap warga masyarakat Palembang.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap dalam buku karangan Abu Ahmadi yang dalam bahasa inggris

disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer pada 1862

untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Menurut L.L. Thurstone

dalam Abu Ahmadi (2002 : 163) mengatakan bahwa sikap sebagai

tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang

berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi tersebut meliputi

simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Menurut

Gerungan (2004 : 161)

“Attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek

tertentu yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan,

tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai

dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih

diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu

hal.”

Beberapa ahli dalam Abu Ahmadi (2002 : 163) mengemukakan pendapat

mengenai sikap antara lain :

a. Zimbardo dan Ebbesen

Sikap adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap

seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen

kognitif, afektif, dan behavior.

10

b. David Krench dan RS. Crutchfield

Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi,

persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.

c. John Harvey dan Wiliam P. Smith

Sikap merupakan kesiapan secara konsisten dalam bentuk positif

atau negatif terhadap objek atau situasi.

G.W. Allport dalam David O.Sears (1985 : 137) mengemukakan bahwa

sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap

respon individu pada semua objek dan situasi berkaitan dengannya.

Berdasarkan beberapa konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap objek

tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif. Pada

penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian yaitu kebijakan

Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

2. Ciri-ciri Sikap

Menurut Bimo Walgito (1983 : 54) ciri-ciri sikap antara lain :

a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa individu atau

manusia pada waktu lahir belumlah membawa sesuatu sikap tertentu.

Karena sikap tidak dibawa sejak individu itu dilahirkan, maka sikap itu

terbentuk dalam perkembangan individu tersebut.

b. Selalu adanya hubungan antara individu dengan objek. Oleh karena itu

sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan

objek. Melalui proses pengenalan atau persepsi terhadap objek

tersebut. Hubungan yang bersifat positif atau negatif antara individu

dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari

individu terhadap objek yang bersangkutan. Jadi sifat hubungan ini

akan menimbulkan sikap yang tertentu pula.

c. Sikap dapat tertuju kepada satu objek saja, tetapi juga dapat kepada

sekumpulan objek-objek.

11

d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar. Jika suatu sikap telah

terbentuk dan merupakan salah satu nilai dalam kehidupan seseorang,

maka secara relative sikap itu akan sulit mengalami perubahan dan jika

berubah maka prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama.

e. Sikap mengandung faktor perasaan dan faktor motif. Ini berarti bahwa

sikap terhadap suatu objek akan selalu diikuti adanya perasaan yang

tertentu pula, apakah perasaan yang bersifat positif (senang) atau

negatif (tidak senang) terhadap objek tersebut.

3. Fungsi Sikap

Fungsi sikap menurut Abu Ahmadi (2002 : 179) antara lain :

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap

adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang

mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru

karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan dan

pengalaman bersama biasanya ditandai adanya sikap anggota yang

sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan demikian sikap bisa

menjadi rantai penghubung antar orang dengan kelompoknya atau

dengan anggota kelompoknya yang lain. Oleh karena itu anggota-

anggota kelompok yang mengambil sikap sama terhadap objek tertentu

dapat meramalkan tingkah laku terhadap anggota-anggota lainnya.

b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa

tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-

aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi

tak ada pertimbangan, tetapi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut

usianya perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara

spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai

perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terdapat

sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-

pertimbangan/penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya

bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang erat

hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-

peraturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan

pada orang itu dan sebagainya.

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Bahwa

manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar

sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua

pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani

oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan

mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalamn ini diberi

penilaian, lalu dipilih. Tentu saja pemilihan itu ditentukan atas tinjauan

apakah pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti baginya atau

tidak. Jadi manusia setiap saat mengadakan pemilihan-pemilihan, dan

semua perangsang tidak semuanya dapat dilayani. Sebab kalau tidak

12

demikian akan mengganggu manusia. Tanpa pengalaman tak ada

keputusan dan tak dapat melakukan perbuatan.

d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering

mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak

pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu

dengan melihat sikap-sikap pada objek-obek tertentu, sedikit banyak

orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai

pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, kita

harus mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari pada sikap orang

tersebut dan dengan mengetahui sikap itu kita akan mengetahui pula

mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubah

sikap-sikap tersebut.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan dan Pengubahan

Sikap

Pada dasarnya sikap terbentuk dari individu dari setia orang dan

berkembang dalam dirinya, faktor pengalaman sangatlah penting dalam

proses pembentukan sikap. Namun demikian, faktor dari luar diakui dapat

juga mempengaruhi sikap individu tersebut. Beberapa ahli mengemukakan

pendapatnya mengenai pengaruh tersebut, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

a. Faktor Internal

Menurut Abu Ahmadi (2002 : 171) faktor intern merupakan faktor

yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa

selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah

pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

Hal yang sama yang diungkapkan oleh Gerungan (2004 : 168) yaitu

selektivitas dalam pengamatan senantiasa berlangsung karena individu

13

manusia tidak dapat memperhatikan semua rangsangan yang datang

dari lingkungannya dengan taraf perhatian yang sama.

b. Faktor Eksternal

Menurut Abu Ahmadi (2002 : 171) faktor eksternal merupakan faktor

yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial

diluar kelompok.

Menurut M.Sherif dalam Gerungan (2004 : 168) garis besar sikap

mengenai faktor eksternal mencakup dua hal

1. Dalam interaksi kelompok, di mana terdapat hubungan timbal-balik

yang langsung antara manusia

2. Karena komunikasi, di mana terdapat pengaruh-pengaruh

(hubungan) langsung dari satu pihak saja.

5. Metode Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung

dan secara tidak langsung. Menurut Abu Ahmadi (2002 : 182)

a. Pengukuran sikap secara langsung yaitu peneliti meminta pendapat

suatu individu mengenai bagaimana sikapnya terhadap suatu

masalah. Dalam pengukuran ini dapat menggunakan beberapa

skala, misalnya Skala Thurstone, Skala Likert, Skala Bogardus, dan

Skala Perbedaan Semantik (The Semantic Different Scale).

b. Pengukuran sikap secara tidak langsung yaitu metode pengukuran

sikap yang bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan

kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan atau verbal.

14

6. Aspek-Aspek Sikap

Menurut Abu Ahmadi (2002 : 162) tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek

yaitu :

a. Aspek Kognitif

Aspek kognitif yaitu aspek yang berhubungan dengan gejala

mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman

dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau

kelompok objek tertentu.

b. Aspek Afektif

Aspek afektif yaitu aspek yang berwujud proses yang menyangkut

perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati,

antipati dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek

tertentu.

c. Aspek Konatif

Aspek konatif yaitu aspek yang berwujud proses tendensi atau

kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek, misalnya

kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan

sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap dalam

penelitian ini yaitu kesiapan untuk memberikan sikap atau respon terhadap

objek yang dihadapinya. Sikap atau tanggapan tersebut merupakan suatu

hal untuk mendukung atau tidak mendukung terhadap objek tersebut,

dalam hal ini adalah pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, yang berhubungan dengan

beberapa aspek sikap. Aspek tersebut terdiri dari aspek kognitif yang

berkaitan dengan pandangan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang

mengenai suatu hal yang dalam penelitian ini yaitu terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Aspek afektif yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang

terhadap suatu objek tertentu yang menimbulkan perasaan pro, netral atau

15

kontra terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang

ke Pasar Retail Jakabaring dan aspek konatif yaitu aspek yang berkaitan

dengan prilaku dengan kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi

terhadap sesuatu hal dengan cara-cara tertentu dengan menanggapi

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring.

B. Tinjauan Tentang Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Masyarakat dalam buku Ilmu Sosial Dasar (1998 : 63) karangan

Munandar Soelaeman berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, yang artinya

bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk

aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai

perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam

lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.

Menurut WJS. Poerwodarminto dalam Hartomo dan Arnicun Aziz (2004

: 88) masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang

yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara

aturan yang tertentu. Sedangkan menurut Linton yang dikutip oleh

Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 88), mengemukakan bahwa

masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama

hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan

16

dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan

batas-batas tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan

manusia yang telah cukup lama hidup bersama dan bekerja sama,

sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan

dan batas-batas tertentu.

2. Unsur Masyarakat

Menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 90) yang menjadi unsur

dari masyarakat yaitu :

a. Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia, dan harus banyak

jumlahnya, dan bukan mengumpulkan barang.

b. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal

dalam daerah yang tertentu.

c. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka

bersama, untuk maju kepada satu cita-cita yang sama.

3. Ciri-ciri masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip oleh Abdulsyani (2002 : 32),

menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk

kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri

pokok, yaitu :

a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada

ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan

berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara

teoritis, angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.

17

b. Bersama untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia

tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti

umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan

berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia

baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan

mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk

menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai

akibat hidup bersama itu, timbulah sistem komunikasi dan

timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar

manusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem

kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena

setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang

lainnya.

4. Masyarakat Kota

Kota menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 228) adalah sebagai

pusat pendomisian bertingkat-tingkat sesuai dengan sistem administrasi

Negara yang bersangkutan.

Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kota yang dikutip oleh

P.J.M Nas (1979 : 29) antara lain :

1. Wirth

Ia merumuskan kota sebagai pemukiman yang relatif besar,

padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen

kedudukan sosialnya.

2. Max Weber

Ia menganggap suatu tempat adalah kota apabila penghuni

setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan

ekonominya di pasar lokal.

3. Marx dan Engels

Mereka memandang kota sebagai “perserikatan” yang dibentuk

guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat

produksi dan alat-alat yang diperlukan agar supaya anggota-

anggota dapat mempertahankan diri.

18

Jika melihat pendapat dari Max Weber, ia menitik beratkan kota pada

pasar sebagai ciri kota, di samping sifatnya sebagai benteng dan sebagai

sistem hukum tersendiri. Jadi dapat disimpulkan kota adalah suatu

pemukiman yang relatif padat yang berisi orang-orang yang heterogen

dalam kedudukan sosial yang digunakan untuk mempertahankan diri.

Sedangkan masyarakat kota adalah masyarakat yang hidup di suatu

tempat yang merupakan pemukiman yang relatif padat dan bersifat

heterogen.

Dari pengertian di atas, maka ciri-ciri masyarakat kota menurut

Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 233-235) antara lain :

1. Hiterogenitas Sosial

Kota merupakan tempat bagi aneka suku maupun ras, sehingga

masing-masing kelompok berusaha di atas kelompok yang lain.

Maka dari itu sering terjadi usaha untuk memperkuat

kelompoknya untuk melebihi kelompok yang lain. Misalnya,

mengumpulkan dan mengorganisir anggota kelompoknya

secara rapi, memelihara jumlah anak yang banyak bagi

kelompok minoritas dan sebagainya. Di samping itu kepadatan

penduduk memang mendorong terjadinya persaingan dalam

pemanfaatan ruang.

2. Hubungan Sekunder

Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota

(orang lain) serba terbatas pada bidang hidup tertentu.

3. Toleransi Sosial

Pada masyarakat kota orang tidak memperdulikan tingkah laku

sesamanya secara mendasar dan pribadi, sebab masing-msaing

anggota mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga kontrol sosial

pada masyarakat kota dapat dikatakan lemah sekali. Walaupun

ada control sosial tetapi sifatnya non pribadi. Selama tingkah

laku dari orang yang bersangkutan tidak merugikan umum atau

tidak bertentangan dengan norma yang ada, masih dapat

diterima dan ditolerir.

4. Kontrol Sekunder

Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi

secara pribadi atau sosial berjauhan.

19

5. Mobilitas Sosial

Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun

perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal.

6. Individual

Akibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka

kehidupan masyarakat di kota menjadi individual. Apakah yang

mereka inginkan dan rasakan, harus mereka rencana dan

laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota

masyarakat yang lain sulit untuk diharapkan.

7. Ikatan Sukarela

Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam

organisasi tertentu yang mereka sukai secara sukarela ia

menggabungkan diri dan berkorban.

8. Segresi Keruangan

Akibat dari hiterogenitas sosial dan kompetisi ruang, terjadi

pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama,

suku bangsa dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya terjadi

pemisahan tempat tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu.

C. Tinjauan Tentang Sikap Masyarakat

Abu Ahmadi (2002 : 166) menyatakan bahwa sikap masyarakat atau sikap

sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-

orang sekelompoknya terhadap objek sosial dan dinyatakan berulang-ulang.

Selanjutnya Gerungan (2004 : 161) merumuskan sikap sosial sebagai

berikut:

“Suatu sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan

berulang-ulang terhadap suatu objek sosial. Sikap sosial menyebabkan

terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang

terhadap suatu objek sosial, dan biasanya sikap sosial itu dinyatakan

tidak oleh seorang saja tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok

atau masyarakat.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

sikap masyarakat atau sikap sosial merupakan suatu sikap terhadap suatu

20

objek yang terjadi berulang-ulang yang dimiliki oleh banyak orang atau

sekelompok orang.

D. Tinjauan Tentang Pasar

1. Pasar 16 Ilir Palembang

Menurut Max Weber dalam P.J.M. Nas (1979 : 29) suatu daerah dapat

dikatakan sebagai kota yaitu apabila masyarakat setempatnya dapat

memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.

Pendapat Max Weber ini menyatakan bahwa pentingnya peranan suatu

pasar dalam kehidupan dan tata masyarakat perkotaan. Menurutnya pasar

merupakan ciri dari kota disamping sifatnya sebagai benteng dan sebagai

sistem hukum tersendiri. Kota Palembang yang memiliki banyak pasar

yang dapat memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri telah dapat

dikatakan sebagai kota jika merujuk dari pendapat Max Weber yang

menekankan kota pada pasar sebagai ciri utamanya.

Salah satu pasar yang dimiliki di Kota Palembang yaitu Pasar 16 Ilir.

Daerah Pasar 16 Ilir terdapat di tepian Sungai Musi dan telah ada sejak

awal abad ke-20, yang dahulu merupakan daerah pemukiman.

Sebagaimana sifat orang Melayu Palembang, kawasan tepian sungai

terutama tepian Sungai Musi merupakan pilihan tepat karena pada saat

itu jalur transportasi hanya melalui jalur air yang menggunakan perahu

sebagai alat transportasinya. Sejalan dengan perkembangannya daerah

21

yang dulunya pemukiman berubah fungsi menjadi lahan pencari nafkah

masyarakat sekitar. Tempat tersebut berubah menjadi Pasar yang

kemudian diberi nama Pasar 16 Ilir, ini dikarenakan pasar tersebut

terletak di daerah 16 Ilir. Nama 16 Ilir sendiri merupakan sisa-sisa dari

jaman penjajahan Belanda yang dahulu menduduki Kota Palembang.

Pemberian nama 16 Ilir tersebut merupakan salah satu strategi perang

Belanda untuk mengecoh gerilyawan perang.

2. Pasar Retail Jakabaring

Jakabaring merupakan daerah yang terdapat di Kecamatan Seberang Ulu

yang merupakan daerah pengembangan pembangunan. Sebelum tahun

2004 daerah ini masih merupakan daerah yang terdiri dari rawa-rawa dan

belum banyak penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Akhirnya pada

saat Kota Palembang dijadikan tuan rumah pada Pekan Olahraga

Nasional (PON) XIV pada 2004, daerah ini banyak mengalami

perubahan dengan berbagai macam pembangunan di berbagai sektor.

Mulai dari pembangunan sarana dan prasarana olah raga sampai

pembangunan perkampungan atlit. Kantor-kantor dinas pun banyak yang

dipindahkan ke daerah ini sehingga perekonomian di daerah ini semakin

meningkat.

Di Jakabaring masih banyak terdapat lahan kosong yang belum diolah

sehingga oleh Walikota Palembang saat itu Eddy Santana Putra dibuat

sebuah pasar. Pasar inilah yang menjadi tempat tujuan setelah pedagang

22

kaki lima Pasar 16 Ilir direlokasi. Tidak hanya pedagang kaki lima Pasar

16 Ilir saja yang pindah ke Pasar Jakabaring ini, namun banyak pedagang

pasar yang ada di Kota Palembang dipindahkan ke pasar ini, kemudian

pasar ini disebut Pasar Retail Jakabaring.

E. Kerangka Pikir

Menurut Widayat dan Amirullah dalam Masyhuri dan Zainuddin (2008 :

113) kerangka berpikir atau juga disebut kerangka konseptual merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai

faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Sedangkan

menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 34) kerangka berpikir

ialah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi obyek

permasalahan kita.

Di Indonesia banyak terdapat daerah setingkat kota atau kabupaten yang

menoreh prestasi yang telah diraihnya, baik di tingkat nasional maupun di

tingkat internasional. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran serta

masyarakat yang ikut menyukseskan program-program atau kebijakan yang

telah digulirkan oleh pemerintah.

Permasalahan pun menjadi semakin kompleks seiring dengan

perkembangan zaman. Salah satunya mengenai pengelolaan pasar. Di Kota

Palembang banyak terdapat pasar-pasar tradisional yang berfungsi sebagai

pusat pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pasar 16 Ilir menjadi pasar yang

sangat sentral di kota ini karena letaknya yang terdapat di pinggiran Sungai

23

Musi dan luasnya yang mencapai 1.283 m2. Berdasarkan data yang

diperoleh dari BPS Sumatera Selatan, Pasar 16 Ilir memiliki 1.148 pedagang

kaki lima yang setiap tahun jumlahnya semakin bertambah. Pemerintah

Kota Palembang memberikan tempat yang layak bagi para pedagang untuk

berjualan berbagai macam kebutuhan. Mengingat lokasinya yang strategis

maka makin banyak pedagang yang ingin membuka usahanya di Plaza 16

Ilir, sehingga menyebabkan tidak dapat ditampungnya semua pedagang di

tempat tersebut. Jadi para pedagang yang tidak kebagian tempat membuka

usahanya di luar tempat, sehingga menyebabkan para pedagang berjualan di

luar plaza dan menyebabkan ketidakteraturan di sekitar daerah plaza

tersebut.

Mempertimbangankan hal tersebut Pemerintah Kota Palembang

memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke pasar baru yaitu Pasar

Retail Jakabaring. Pemindahan ini bertujuan untuk menata ulang kembali

tatanan Kota Palembang. Daerah yang ditinggalkan Pasar 16 Ilir dijadikan

taman wisata sejalan dengan penetapan daerah 16 Ilir sebagai sentra wisata

Sungai Musi atau Palembang Legendary City. Selain itu pemindahan lokasi

pasar ini juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di daerah

Jakabaring, karena Jakabaring masih merupakan daerah yang harus

dikembangkan mengingat potensi lahannya yang sangat luas.

Partisipasi, sikap, dan dukungan dari masyarkat sangatlah penting dalam hal

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Ketika pemindahan tersebut menghadapi kendala, karena ada sebagian

24

masyarakat ataupun pedagang yang kontra terhadap kebijakan Pemerintah

Kota Palembang tersebut. Jadi masyarakat mempunyai peran yang sentral

dalam mewujudkan terlaksananya dengan tepat kebijakan yang digulirkan

oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih

mendalam bagaimana sikap masyarakat Kota Palembang terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring. Untuk memperoleh gambaran mengenai sikap seperti yang

dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2002 : 162) yaitu aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek konatif.

1. Aspek kognitif (aspek perseptual), yaitu aspek yang berkaitan dengan

pengetahuan, pandangan, pengalaman, yaitu hal-hal yang berkaitan

dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

2. Aspek afektif (aspek emosional), yaitu aspek yang berkaitan dengan rasa

senang atau tidak senang terhadap pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

3. Aspek konatif (aspek perilaku), yaitu aspek yang berkaitan dengan

kecenderungan orang untuk bertindak terhadap pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

25

Gambar kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 1. Bagan kerangka pikir sikap masyarakat Kota Palembang

terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

Sikap Masyarakat

Pemindahan Pedagang Kaki Lima

Pasar 16 Ilir Palembang

ke Pasar Retail Jakabaring

Aspek Kognitif

Aspek Afektif

Aspek Konatif

26

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sikap masyarakat

Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Tipe penelitian ini menggunakan tipe

penelitian deskriptif yang berdasarkan pada data kuantitatif. Penelitian

deskriftif menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 4)

bermaksud membuat pemeriaan (penyandraan) secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.

Ciri-ciri penelitian deskriftif menurut Masyhuri dan M. Zainuddin (2008 : 34)

adalah :

a. Memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena

b. Menerangkan hubungan (korelasi)

c. Menguji hipotesis yang diajukan

d. Membuat prediksi (forcase) kejadian

e. Memberikan arti atau makna atau implikasi pada suatu masalah

yang diteliti. Jadi penelitian deskripsi mempunyai cakupan yang

lebih luas.

Kuantitatif menurut Jonathan Sarwono adalah mementingkan adanya

variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut

harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing.

(www.geocities.com/jsarwono_bbrc diakses pada 30 Mei 2009 pukul 14.16)

27

B. Definisi Konseptual

Konsep menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 33) adalah

istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak :

kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu

sosial. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Sikap

Sikap adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap

objek tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif.

Pada penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian yaitu kebijakan

Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Sikap masyarakat tersebut diukur

dengan menggunakan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan konatif,

yang merupakan aspek pengetahuan, emosional atau perasaan dan

tindakan. Sikap tersebut nantinya akan memberikan pernyataan terhadap

objek tersebut yang akan menimbulkan pernyataan setuju atau tidak setuju,

mendukung atau tidak mendukung terhadap pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

2. Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan manusia yang telah

cukup lama hidup bersama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat

mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan dan batas-batas tertentu.

Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Palembang.

28

3. Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring

Pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

adalah solusi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Palembang untuk

mewujudkan keindahan tata kota yang teratur dan bersih. Pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat

meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, baik

masyarakat daerah yang ditinggal maupun daerah yang dituju. Daerah

Pasar 16 yang ditinggalkan dibagun menjadi taman-taman kota yang

menjadi tempat tujuan wisata sesuai dengan ketetapan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono untuk menjadikan daerah ini sebagai sentra wisata

Sungai Musi atau Palembang Legendary City.

C. Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 46) definisi

operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya

mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah

semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Aspek Kognitif (Pengetahuan)

Merupakan pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meliputi :

29

a. Pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

b. Pengetahuan masyarakat tentang lokasi pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

c. Pengetahuan masyarakat tentang alasan pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

d. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

e. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

2. Aspek Afektif (Perasaan)

Merupakan perasaan maupun sikap masyarakat terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring,

yaitu meliputi :

a. Perasaan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar

16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

b. Perasaan masyarakat terhadap lokasi pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

c. Perasaan masyarakat terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

d. Perasaan masyarakat terhadap tujuan pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

e. Perasaan masyarakat terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

30

3. Aspek Konatif (Tindakan)

Merupakan pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meliputi :

a. Kecenderungan bertindak yang dilakukan masyarakat terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring.

b. Ketertarikan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

c. Keoptimisan masyarakat terhadap keberhasilan pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

d. Keoptimisan masyarakat terhadap keberhasilan tujuan pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

e. Keoptimisan masyarakat terhadap manfaat yang dicapai dari

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar

Retail Jakabaring

D. Sumber Data

Data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini

dilihat dari karakteristik sumbernya terbagi menjadi :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama

di lokasi penelitian atau objek penelitian, dengan cara menggali secara

31

langsung dari responden yang merupakan hasil dari teknik pengumpulan

data melalui kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder dari data yang dibutuhkan. Data sekunder ini digunakan sebagai

pendukung. Sumber data sekunder antara lain berupa wawancara untuk

mendukung data utama yang diperoleh dari kuisioner, literatur, berita surat

kabar, website, serta dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang

terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring. Untuk itu dirasa perlu untuk mengetahui pendapat masyarakat

Kota Palembang yang memiliki populasi satu juta lebih penduduk. Lokasi

penelitian ini adalah di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam buku karangan Burhan Bungin (2008 : 99) adalah berasal

dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk.

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 42) populasi adalah

semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran daripada

karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas.

32

Berdasarkan pernyataan tersebut maka populasi dalam penelitian ini

adalah masyarakat Kota Palembang yang berjumlah 1.394.954 jiwa yang

diwakili oleh 301.401 kepala keluarga (KK). Kota Palembang terbagi

dalam enam belas kecamatan , yaitu Kecamatan Ilir Barat II, Kecamatan

Gandus, Kecamatan Seberang Ulu I, Kecamatan Kertapati, Kecamatan

Seberang Ulu II, Kecamatan Plaju, Kecamatan Ilir Barat I, Kecamatan

Bukit Kecil, Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan Kemuning, Kecamatan

Ilir Timur II, Kecamatan Kalidoni, Kecamatan Sako, Kecamatan

Sukarami, Kecamatan Sematang Borang, dan Kecamatan Alang-alang

Lebar. Data yang diperoleh pada pra-riset tanggal 14-17 April 2009,

jumlah kepala keluarga per kecamatan di Kota Palembang pada tahun

2007 adalah sebagai berikut :

a. Ilir Barat II : 13.154 kepala keluarga

b. Gandus : 11.439 kepala keluarga

c. Seberang Ulu I : 33.131 kepala keluarga

d. Kertapati : 17.618 kepala keluarga

e. Seberang Ulu II : 20.597 kepala keluarga

f. Plaju : 17.706 kepala keluarga

g. Ilir Barat I : 26.603 kepala keluarga

h. Kemuning : 20.952 kepala keluarga

i. Ilir Timur II : 32.818 kepala keluarga

j. Kalidoni : 22.579 kepala keluarga

k. Sako : 19.911 kepala keluarga

l. Sukarami : 37.978 kepala keluarga

33

m. Sematang Borang : -

n. Alang-alang Lebar : -

Total jumlah kepala keluarga yang berada di Kota Palembang adalah

301.401 kepala keluarga. Kecamatan Sematang Borang dan Kecamatan

Alang-alang Lebar belum memiliki angka kepala keluarga yang pasti

karena data-data tersebut masih tergabung dengan Kecamatan Sako dan

Kecamatan Sukarami. Data Kecamatan Sematang Borang masih tergabung

dengan Kecamatan Sako sedangkan data Kecamatan Alang-alang Lebar

masih tergabung dengan Kecamatan Sukarami.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Masyhuri dan Zainuddin ( 2008 : 155) sampel adalah suatu

contoh yang diambil dari populasi. Adapun yang menjadi populasi pada

penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di Kota Palembang yang

jumlahnya sebanyak 301.401 kepala keluarga.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

proporsionan sampling. Menurut Burhan Bungin (2008 : 114)

proporsional sampling merupakan teknik sampling yang agak lebih

leluasa dalam penggunaannya, yaitu teknik ini dapat digunakan pada

populasi berstrata, populasi area maupun populasi cluster.

Maka penelitian ini sampel yang akan diambil menggunakan rumus presisi

yakni rata-rata sampel dari rumus T. Yamane yang dikutip oleh Burhan

Bungin (2008 : 105).

34

Rumus yang digunakan :

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dicari

N = Jumlah populasi

d = Nilai presisi (0,1)

1 = Nilai Konstanta

Berdasarkan rumus pengambilan sampel di atas maka sampel dalam

penelitian ini adalah

301.401

n =

301.401 (0,1)2 + 1

301.401

n =

3014,01 + 1

301.401

n =

3015,01

n = 99,97 dibulatkan menjadi 100

Berdasarkan rumus penentuan sampel di atas maka sampel dalam penelitian

ini berjumlah 100 orang. Setelah didapat sampel yang dibutuhkan, menurut

Jalalludin Rahmat (1997 : 82) langkah yang kedua adalah menentukan

sampel perkelompok atau perkecamatan dari 100 sampel yang telah didapat,

35

yaitu dengan menggunakan rumus penentuan sampel agar sampel lebih

proporsional.

Rumus yang digunakan :

Keterangan :

Ni = Jumlah populasi dari masing-masing kelompok

N = Jumlah keseluruhan populasi

n = Jumlah sampel yang diambil

(Jalalludin Rahmat, 1997 : 82)

Berdasarkan rumus pengambilan sampel kelompok di atas maka sampel

kelompok dalam penelitian ini adalah :

a. Kecamatan Ilir Barat II

13154

ni = x 100

301401

ni = 4, 36 dibulatkan menjadi 4

b. Kecamatan Gandus

11439

ni = x 100

301401

ni = 3, 79 dibulatkan menjadi 4

36

c. Kecamatan Seberang Ulu I

33131

ni = x 100

301401

ni = 10, 99 dibulatkan menjadi 11

d. Kecamatan Kertapati

17618

ni = x 100

301401

ni = 5, 84 dibulatkan menjadi 6

e. Kecamatan Seberang Ulu II

20597

ni = x 100

301401

ni = 6, 83 dibulatkan menjadi 7

f. Kecamatan Plaju

17706

ni = x 100

301401

ni = 5, 87 dibulatkan menjadi 6

g. Kecamatan Ilir Barat I

26603

ni = x 100

301401

ni = 8, 82 dibulatkan menjadi 9

37

h. Kecamatan Bukit Kecil

9967

ni = x 100

301401

ni = 3, 30 dibulatkan menjadi 3

i. Kecamatan Ilir Timur I

16946

ni = x 100

301401

ni = 5, 62 dibulatkan menjadi 6

j. Kecamatan Kemuning

20952

ni = x 100

301401

ni = 6, 95 dibulatkan menjadi 7

k. Kecamatan Ilir Timur II

32818

ni = x 100

301401

ni = 10, 88 dibulatkan menjadi 11

l. Kecamatan Kalidoni

22579

ni = x 100

301401

ni = 7, 49 dibulatkan menjadi 7

38

m. Kecamatan Sako

19911

ni = x 100

301401

ni = 6, 60 dibulatkan menjadi 7

n. Kecamatan Sukarami

37978

ni = x 100

301401

ni = 12, 60 dibulatkan menjadi 12

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden dengan rincian

sebagai berikut :

Tabel 1. Rincian Jumlah Sampel

No Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga Sampel

1 Ilir Barat II 13.154 4

2 Gandus 11.439 4

3 Seberang Ulu I 33.131 11

4 Kertapati 17.618 6

5 Seberang Ulu II 20.597 7

6 Plaju 17.706 6

7 Ilir Barat I 26.603 9

8 Bukit Kecil 9.967 3

9 Ilir Timur I 16.946 6

10 Kemuning 20.952 7

11 Ilir Timur II 32.818 11

12 Kalidoni 22.579 7

13 Sako 19.911 7

14 Sukarami 37.978 12

Jumlah 301.401 100

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

39

Proses penyebaran sampel menggunakan Purposive Sampling. Menurut Joko

Subagio (1997 : 31) Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti. Sebagai sampel harus

memenuhi persyaratan yang dibuat sebagai kriteria.

Kriteria dan pertimbangan yang dilakukan dalam memilih sampel agar lebih

terbukti perolehan informasinya, yaitu sebagai berikut :

a. Masyarakat Kota Palembang yang minimal telah berdomisili selama ± 5

tahun di Palembang;

b. Masyarakat dapat membaca dan menulis;

c. Masyarakat Kota Palembang yang telah terdaftar di kecamatan yang ada di

Kota Palembang sebagai penduduk Kota Palembang yang memiliki Kartu

Tanda Penduduk (KTP)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data secara kuisioner, wawancara dan dokumentasi yang

bertujuan untuk mendapatkan data pada penelitian ini.

1. Teknik Kuesioner

Menurut Burhan Bungin (2008 : 123) metode angket atau kuesioner

merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara

sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi,

kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

40

Kuesioner ditujukan kepada sampel yang telah diambil dari jumlah

populasi kepala keluarga yang berada di Kota Palembang.

2. Teknik Wawancara

Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan

berkaitan dengan topik penelitian. Menurut Moh. Nazir dalam Burhan

Bungin (2008 : 126) wawancara adalah sebuah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai.

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menunjang data utama

yang didapatkan dari kuisioner. Informan dalam hal ini adalah Suparman

Kasup, Direktur Administrasi dan Keuangan Perusahaan Daerah Pasar

Palembang Jaya, Sekretaris Koperasi Serba Usaha Tunas Baru Djunaida

Handayani sebagai pengelola Pasar Retail Jakabaring, H.Hasan selaku

pengelola harian Pasar Retail Jakabaring dan beberapa pedagang yang

terkena relokasi.

3. Teknik Dokumentasi

Menurut Sartono Kartodirdjo dalam Burhan Bungin (2008 : 144) teknik

dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk menelusuri data historis.

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang berupa

artikel, arsip, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan subjek dan objek

penelitian. Dokumentasi dalam hal ini diperoleh dari data yang terdapat di

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan mengenai data jumlah

41

penduduk. Dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh data sekunder dan dapat membantu dalam mengumpulkan

data yang dibutuhkan dalam penelitian.

H. Teknik Penentuan Skor

Untuk mengolah data yang berbentuk kuisioner yang dituangkan dalam

pernyataan-pernyataan, masing-masing pernyataan diberikan alternatif

jawaban berdasarkan Metode Likert. Alternatif jawaban berdasarkan Metode

Likert dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Alternatif jawaban dengan menggunakan Metode Likert

Pernyataan Dengan Memilih Jawaban Skor

Sangat tahu/sangat setuju/sangat mendukung/sangat optimis 5

Tahu/setuju/mendukung/optimis 4

Cukup tahu/cukup setuju/cukup mendukung/cukup optimis 3

Tidak tahu/tidak setuju/tidak mendukung/tidak optimis 2

Sangat tidak tahu/sangat tidak setuju/sangat tidak

mendukung/sangat tidak yakin 1

Sumber : Data diolah 2009

I. Teknik Pengolahan Data

Data penelitian yang telah didapat akan diolah menggunakan langkah-

langkah berikut :

1. Tahap Editing

Menurut Burhan Bungin (2008 : 165) editing adalah kegiatan yang

dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan.

Tahap editing adalah tahap memeriksa kembali data yang berhasil

42

diperoleh dalam rangka menjamin keabsahannya (validitas) untuk

kemudian dipersiapkan ketahap selanjutnya yaitu memeriksa hasil

kuesioner yang telah diisi oleh responden.

2. Tahap Koding

Tahap koding adalah tahap dimana jawaban dari responden

diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan untuk kemudian diberi kode

dan dipindahkan dalam tabel kode atau buku kode.

3. Tahap Tabulasi

Tahap tabulasi adalah tahap mengelompokan jawaban-jawaban yang

serupa secara teratur dan sistematis. Tahap ini dilakukan dengan cara

mengelompokkan jawaban-jawaban responden yang serupa. Melalui

tabulasi data akan tampak ringkas dan bersifat merangkum. Pada

penelitian ini data-data yang telah diperoleh dari lapangan kemudian

disusun kedalam bentuk tabel, sehingga pembaca dapat melihat dan

memahaminya dengan mudah.

4. Tahap Interpretasi Data

Tahap interpretaasi data yaitu tahap untuk memberikan penafsiran atau

penjabaran dari data yang ada pada tabel untuk dicari maknanya yang

lebih luas dengan menghubungkan jawaban dari responden dengan hasil

yang lain, serta dari dokumentasi yang ada.

43

J. Teknik Analisis Data

Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning dalam Masri Singarimbun dan

Sofian Effendi (1995 : 263) analisis data adalah proses penyederhanaan data

ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif,

dengan penggunaan tabel tunggal, yaitu metode yang dilakukan dengan

memasukkan data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung

frekuensi dan membuat persentase sebagai uraian mengenai hasil akhir

penelitian.

Tabel tunggal dipergunakan untuk menggambarkan jawaban responden

terhadap sikap masyarakat Kota Palembang mengenai pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Sedangkan

skala pengukuran yang digunakan ialah skala likert. Menurut Sulisyanto

(2005 : 23) skala likert digunakan untuk mengukur persepsi, pendapat, sikap

serta penilaian seseorang tentang fenomena sosial.

Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan menentukan skor

jawaban, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data menggunakan

penghitungan rumus interval. Analisis data dengan menggunakan analisis

kuantitatif kemudian dijelaskan secara kualitatif.

44

Perhitungan menggunakan rumus interval menggunakan rumus sebagai

berikut :

NT - NR

I =

K

Keterangan :

I = Interval nilai skor

Nt = Nilai tertinggi

Nr = Nilai terendah

K = Kategori jawaban

Sutrisno Hadi (1998 : 421)

Selanjutnya untuk mengetahui persentase dari jawaban responden

menggunakan rumus persentase berikut ini :

Keterangan :

P : Presentase

F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan

N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi/kategori

Soerjono Soekanto (1986 : 268)

Setelah dihitung dan didapatkan persentasenya dari data yang ada, maka hasil

dari data tersebut akan diinterpretasikan untuk mendapatkan jawaban

penelitian mengenai sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

45

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kota Palembang

Kota Palembang merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera

Selatan yang saat ini memiliki 11 (sebelas) kabupaten dan 4 (empat) kota

yang sekaligus merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Palembang

adalah kota terbesar di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu merupakan

pusat Kerajaan Sriwijaya sebelum dihancurkan oleh Majapahit. Hingga

sekarang bekas area Kerajaan Sriwijaya masih terdapat di Bukit Siguntang,

sebelah barat Kota Palembang.

Setelah dihancurkan oleh berbagai peristiwa mulai dari penyerbuan pasukan

maritim barbar dan isolasi dari majapahit, kota ini lalu sangat terpengaruh

budaya Jawa dan Melayu. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam

budaya yang berkembang di Palembang. Salah satunya adalah bahasa. Kata-

kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya.

Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas dan Raden

Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan

coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.

Kota Palembang memiliki komunitas Tionghoa yang cukup besar. Makanan

khas daerah ini adalah pempek Palembang, tekwan, model, celimpungan, kue

46

maksuba, kue 8 jam, kue engkak, laksan, burgo, dll. Makanan seperti pempek

atau tekwan mengesankan Chinese Taste masyarakat Palembang.

Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada

prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat

Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang

ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada

tanggal 16 Juni 683 Masehi, sehingga tanggal tersebut dijadikan patokan hari

lahir Kota Palembang.

Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah

leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu

pertama yaitu Parameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian

Parameswa meninggalkan Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke

Tumasik dan diberikannya nama Singapura kepada Tumasik. Sewaktu

pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang Singapura, Parameswara

bersama pengikutnya pindah ke Malaka di Semenanjung Malaysia dan

mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri

baru di daerah Pattani dan Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian

selatan). Setelah terjadinya kontak dengan para pedagang dan orang-orang

Gujarat dan Persia di Malaka, maka Parameswara masuk agama Islam dan

mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah.

Sebelum masa NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pertumbuhan

Kota Palembang dapat dibagi menjadi 5 fase utama, antara lain :

47

1) Fase sebelum Kerajaan Sriwijaya merupakan zaman kegelapan, karena

mengingat Palembang telah ada jauh sebelum bala tentara sriwijaya

membangun sebuah kota dan penduduk asli daerah ini seperti yang

tertulis pada manuskrip lama di hulu sungai musi merupakan penduduk

dari daerah hulu sungai komering.

2) Fase Sriwijaya Raya, Palembang menjadi pusat dari kerajaan yang

membentang mulai dari barat pulau jawa, sepanjang pulau sumatera,

semenanjung malaka, bagian barat kalimantan sampai ke indochina.

Runtuhnya Sriwijaya sendiri utamanya karena penyerbuan bangsa-bangsa

pelaut „yang tidak terdefinisikan‟, sebagian sejarahwan mengatakan

bahwa mereka adalah pasukan barbar laut dari Srilanka (Ceylon). Akibat

hancurnya kekuatan maritim mereka, Sriwijaya menjadi lemah dan

persekutuan daerah-daerah kekuasaanya terlepas dan ketika datangnya

Ekspedisi Pamalayu dari Jawa (majapahit) ke Jambi dalam melakukan

isolasi kepada Palembang, untuk mencegah Sriwijaya bangkit kembali.

3) Fase Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, Disekitar Palembang dan sekitarnya

kemudian bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti Panglima Bagus

Kuning dihilir Sungai Musi, Si Gentar Alam didaerah Perbukitan, Tuan

Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai Komering, Panglima

Gumay disepanjang Bukit Barisan dan sebagainya. Pada fase inilah

Parameswara yang mendirikan Tumasik (Singapura) dan kerajaan Malaka

hidup, dan pada fase inilah juga terjadi kontak fisik secara langsung

dengan para pengembara dari Arab dan Gujarat.

48

4) Fase Kesultanan Palembang Darussalam, Hancurnya Majapahit di Jawa

secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari

Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting dibalik

hancurnya majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar) dan

Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang.

Setelah Kesultanan Demak yang merupakan „pengganti‟ dari majapahit di

Jawa berdiri, di Palembang tak lama kemudian berdiri pula „Kesultanan

Palembang Darussalam‟ dengan raja pertamanya adalah „Susuhunan

Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman‟. Kerajaan ini

mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan

agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar

di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu Raja yang paling

terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat

menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan

Inggris).

5) Fase Kolonialisme, Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam

pasca kalahnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada pertempuran yang

keempat melawan Belanda yang pada saat ini turun dengan kekuatan

besar pimpinan Jendral De Kock, maka Palembang nyaris menjadi

kerajaan bawahan. Beberapa Sultan setelah Sultan Mahmud Badaruddin II

yang menyatakan menyerah kepada Belanda berusaha untuk

memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan pembumi

hangusan bangunan kesultanan untuk menghilangkan simbol-simbol

49

kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar,

dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.

Hingga saat ini yaitu pada zaman reformasi daerah pemukiman di Palembang

tetap dipertahankan sepeti dulu, yaitu daerah Ilir dan Ulu. Sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, Kota Palembang merupakan suatu

daerah Tingkat II yang merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Pada tanggal 27 September 2005 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono

mencanangkan Kota Palembang sebagai “Kota Wisata Air”. Presiden

mengungkapkan bahwa Kota Palembang dapat dijadikan kota wisata air

seperti Bangkok, Thailand dan Pnomh Phenh, Kamboja.

Wilayah Kota Palembang dibagi dalam 16 kecamatan dan 107 kelurahan

setelah sebelumnya mengalami pemekaran wilayah yang hanya terdapat 14

kecamatan dan 103 kelurahan. Dua kecamatan baru tersebut adalah

Kecamatan Alang-alang Lebar dan Kecamatan Sematang Borang.

50

B. Keadaan Geografis

1. Letak Administratif

Letak administratif suatu daerah merupakan letak berdasarkan pembagian

wilayah adminsitrasi pemerintahan. Luas Kota Palembang adalah 400,61

Km2, dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Banyuasin

b. Sebelah Timur : Kabupaten Banyuasin

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Ilir

d. Sebelah Barat : Kabupaten Banyuasin

2. Luas Wilayah

Luas wilayah Kota Palembang yaitu ± 400,61 Km2

dengan rincian sebagai

berikut :

Tabel 3. Luas Kota Palembang Dirinci Perkecamatan

No. Kecamatan Luas (Km2)

1 Ilir Barat II 6,220

2 Gandus 68,780

3 Seberang Ulu I 17,440

4 Kertapati 42,560

5 Seberang Ulu II 10,690

6 Plaju 15,170

7 Ilir Barat I 19,770

8 Bukit Kecil 9,920

9 Ilir Timur I 6,500

10 Kemuning 9,000

11 Ilir Timur II 25,580

12 Kalidoni 27,920

13 Sako 18,040

14 Sukarami 36,980

15 Sematang Borang 51,459

16 Alang-alang Lebar 34,581

Jumlah 400,610 Sumber : BPS Provinsi Sumsel, September 2009

51

3. Karakteristik Fisik

a. Klimatologi

Musim yang terdapat di Kota Palembang sama seperti umumnya yang

terjadi di Indonesia. Di Indonesia hanya dikenal dua musim, yaitu

musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai September,

arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap

air, sehingga mengakibatkan musim kemarau.

Sebaliknya pada bulan Desember hingga Maret arus angin banyak

mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudra Pasifik

sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu terjadi setiap

setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei

dan Oktober-November.

b. Curah Hujan

Curan hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan

iklim, keadaan topografi dan perputaran arus udara, oleh karena itu

jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun

pengamatan. Rata-rata curah hujan selama tahun 2007 berkisar antara

3,3 mm (Agustus) sampai 503,1 mm (Januari).

Palembang mempunyai kelembapan udara relatif tinggi dimana pada

tahun 2007 berkisar antara 78 persen (September) sampai 88 persen

(Januari).

52

c. Geologi dan Jenis Tanah

Kota Palembang memiliki jenis tanah berlapis alluvial, liat dan

berpasir, terletak pada lapisan yang masih muda, banyak mengandung

minyak bumi yang juga dikenal dengan Lembah Palembang-Jambi.

Tanah relatif datar dan rendah, tempat-tempat yang agak tinggi terletak

di bagian utara kota. Sebagian Kota Palembang digenangi air terlebih

lagi bila terjadi hujan terus menerus.

4. Kondisi dan Potensi Ekonomi

a. Perdagangan

Wilayah Palembang memiliki banyak pusat perdagangan yang

tersebar di beberapa tempat. Potensi tersebut menunjang kegiatan

perdagangan di kota ini. Peranan sektor perdagangan terhadap struktur

perekonomian cukup dapat diperhitungkan.

Lalu lintas perdagangan aneka komoditas umumnya dilakukan melalui

beberapa pelabuhan muat tersebut tidak terlepas dari keadaan

geografis dan topografis wilayah ini yang dilalui Sungai Musi beserta

anak sungainya. Disamping itu, bedasarkan sejarah, Sumatera Selatan

memanfaatkan laut sebagai gerbang perniagaan sejak dahulu.

Selama tahun 2007 jumlah perusahaan-perusahaan perdagangan yang

berbadan hukum yag terdaftar pada Dinas Perindustrian, Perdagangan

dan Koperasi di Palembang sebanyak 3.933 buah perusahaan.

53

Perusahaan tersebut terdiri atas 695 buah PT, 72 buah koperasi, 2.174

buah CV, 991 buah PD dan satu buah firma.

Di Kota Palembang banyak terdapat pusat perdagangan yang tersebar

di beberapa sudut kota, salah satunya keberadaan pasar sebagai suatu

bentuk pemenuhan kebutuhan pokok. Pasar merupakan hal yang

banyak dijumpai di kota-kota besar di Indonesia termasuk di

Palembang. Jumlah pasar yang terdapat di Kota Palembang pada

tahun 2007 tidak mengalami perubahan dibanding tahun-tahun

sebelumnya yaitu sebanyak 22 pasar.

Tabel 4. Banyaknya Sarana Perdagangan di Kota Palembang

No. Kecamatan Sarana Perdagangan

Pasar Petak Los Pedagang PKL

1 Ilir Barat II 1 204 42 311 5

2 Gandus 2 119 140 288 35

3 Seberang Ulu I 3 1136 352 1562 134

4 Kertapati 1 211 38 300 500

5 Seberang Ulu II 0 0 0 0 0

6 Plaju 1 412 401 838 25

7 Ilir Barat I 1 24 73 97 0

8 Bukit Kecil 4 1057 368 1455 30

9 Ilir Timur I 3 1666 1151 4118 1279

10 Kemuning 3 829 313 1146 10

11 Ilir Timur II 2 684 594 1388 110

12 Kalidoni 0 0 0 0 0

13 Sako 1 585 292 1101 854

14 Sukarami 0 0 0 0 0

15 Sematang Borang 0 0 0 0 0

16 Alang-alang Lebar 0 150 34 502 408

Jumlah 22 7077 3798 13106 3390 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, Oktober 2009

54

b. Industri dan Pertambangan

Salah satu industri besar yang ada di Kota Palembang adalah PT

Pupuk Sriwijaya (Pusri). PT Pusri merupakan salah satu perusahaan

yang menghasilkan pupuk. Perusahaan ini tidak saja merupakan salah

satu aset di Kota Palembang, tapi juga merupakan salah satu aset

negara yang memegang peranan penting. Produksi pupuk PT Pusri

pada tahun 2007 sebesar 2.020.760 ton, produksi pupuk selama

periode Januari hingga Desember 2007 merupakan produksi terbesar

dibandingkan produksi lainnya.

Industri besar lainnya yang terdapat di Kota Palembang antara lain :

1) Kecamatan Kertapati, Seberang Ulu II, Ilir Barat I, Ilir Timur I, Ilir

Timur II, Kalidoni, Sako, dan Sukarami terdapat industri logam,

mesin, kimia, dan industri aneka.

2) Kecamatan Ilir Barat I, Kalidoni, dan Sukarami terdapat industri

hasil pertanian dan perikanan.

Sedangkan di sektor pertambangan terdapat Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yaitu PT Perusahaan Tambang dan Minyak Negara

(Pertamina). Kilang minyak Pertamina tersebut terdapat di Kecamatan

Plaju.

c. Pertanian

Peranan sektor pertanian untuk Kota Palembang sangat kecil, hal ini

dapat dipahami karena sebagai daerah perkotaan yang menjadi ciri

khas adalah banyaknya pertumbuhan disektor perdagangan, industri

55

dan jasa yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Luas panen tanaman padi pada tahun 2007 naik 5,11 persen atau

sebesar 317 hektar dari 6.209 hektar pada tahun 2006. Hal ini diikuti

juga oleh hasil produksi tanaman padi yang naik 8,74 persen atau

sebesar 1.951 ton dari 22.325,95 ton pada tahun 2006 menjadi 24.277

ton pada tahun 2007.

C. Keadaan Demografi

1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk di Kota Palembang lebih banyak

penduduk laki-laki daripada jumlah penduduk perempuan. Untuk lebih

jelas melihat komposisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di

Kota Palembang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota

Palembang

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 695.095 49,83%

2 Perempuan 699.859 50,17%

Jumlah 1.394.954 100%

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

2. Komposisi Penduduk Menurut Usia

Jumlah penduduk Kota Palembang jika dilihat berdasarkan usia, mayoritas

penduduknya berusia muda. Persentase tertinggi adalah penduduk yang

berusia 15 s.d 19 tahun yaitu sebesar 10,50%. Sedangkan jumlah

56

penduduk paling sedikit yaitu kelompok usia 75 tahun keatas yaitu sebesar

1,12%. Untuk lebih jelas melihat komposisi penduduk berdasarkan usia di

Kota Palembang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Usia di Kota Palembang

No Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase

1 0 – 4 61.334 66.672 120.006 8,60%

2 5 – 9 58.726 57.896 116.622 8,40%

3 10 – 14 63.566 66.714 130.280 9,34%

4 15 – 19 79.092 66.847 145.939 10,50%

5 20 – 24 78.958 80.052 159.010 11,40%

6 25 – 29 72.058 67.377 139.435 10,00%

7 30 – 34 51.283 50.190 101.473 7,30%

8 35 – 39 56.233 53.760 109.993 8,00%

9 40 – 44 39.337 47.999 87.336 6,30%

10 45 – 49 39.478 43.645 82.523 6,00%

11 50 – 54 37.132 34.659 71.791 5,20%

12 55 – 59 21.177 18.975 40.152 3,00%

13 60 – 64 13.611 12.927 26.538 2,00%

14 65 – 69 9.355 13.215 22.570 1,62%

15 70 – 74 8.393 9.217 17.610 1,22%

16 75 + 5.362 10.314 15.676 1,12%

Jumlah 695.095 699.859 1.394.954 100% Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, Oktober 2009

57

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Responden

Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 100 orang yang

terbagi dalam 14 kecamatan yang ada di Kota Palembang. Identitas responden

dalam penelitian ini dibagi dalam 4 karakteristik, yaitu usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan dan pekerjaan.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia responden pada saat

penyebaran kuisioner. Responden dalam penelitian ini berusia antara 17-

57 tahun. Gambaran mengenai distribusi responden berdasarkan usia dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Frekuensi (F) Persentase (%)

1 15 – 19 22 22,00

2 20 – 24 32 32,00

3 25 – 29 11 11,00

4 30 – 34 6 6,00

5 35 – 39 5 5,00

6 40 – 44 5 5,00

7 45 – 49 8 8,00

8 50 – 54 6 6,00

9 55 – 59 5 5,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

58

Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui bahwa responden yang berpartisipasi

dalam kuisioner ini yang menanggapi pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring terdiri dari 22 orang (22%) adalah

responden berusia 15-19 tahun, 32 orang (32%) responden berusia 20-24

tahun, 11 orang (11%) responden berusia 25-29 tahun, dan 6 orang (6%)

berusia 30-34 tahun sedangkan responden yang berusia 35-39 tahun dan

40-44 tahun masing-masing 5 orang (5%) responden, 8 orang (8%)

responden berusia 45-49 tahun, 6 orang (6%) responden berusia 50-54

tahun dan 5 orang (5%) responden berusia 55-59 tahun.

Pembagian kuisioner ini dapat dikatakan cukup merata karena klasifikasi

umur mulai dari rentang 17 hingga 57 tahun artinya kuisioner ini telah

diterima oleh berbagai kalangan usia untuk menanggapi pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan

perempuan. Distribusi jenis kelamin responden dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Laki – Laki 41 41,00

2 Perempuan 59 59,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

59

Berdasarkan tabel 8 di atas diketahui bahwa responden pada penelitian ini

terdiri dari 41 orang (41%) adalah responden laki-laki dan 59 orang (59%)

adalah responden perempuan. Jumlah dari responden laki-laki dan

perempuan cukup seimbang walaupun terlihat lebih banyak responden

perempuan yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan di

Kota Palembang lebih banyak terdapat penduduk perempuan dibandingkan

penduduk laki-laki. Jumlah respoden ini dimaksudkan dapat mewakili

sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

Kehidupan di Kota Palembang sangat kompleks, sama seperti kota-kota

besar yang ada di kota lain sehingga banyak keragaman dari setiap

masyarakat, diantaranya adalah tingkat pendidikan yang bervariasi pada

penelitian ini dan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Formal

No Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)

1 SD 5 5,00

2 SMP 11 11,00

3 SMA 63 63,00

4 Diploma/Sarjana 21 21,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui bahwa mayoritas responden yang

terdapat dalam penelitian ini merupakan tamatan SMA, yakni 63 orang

(63%) responden, untuk tamatan SD sebanyak 5 orang (5%) responden, 11

orang (11%) responden berpendidikan SMP dan sisanya sebanyak 21

60

orang (21%) responden yang berpendidikan Diploma atau Sarjana.

Pendidikan mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan sikap dan

sifat seseorang dalam menginterpretasikan apa yang dirasakannya,

sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin kritis

pula daya nalar dan sensitivitas seseorang.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Mata pencaharian seseorang dapat juga mempengaruhi pembentukan sikap

dan perilakunya. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Swasta 20 20,00

2 PNS/TNI/POLRI 10 10,00

3 Wiraswasta 12 12,00

4 Tani/Buruh 1 1,00

5 Ibu Rumah Tangga 24 24,00

6 Pelajar/Mahasiswa 33 33,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden

berdasarkan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 20 orang (20%)

responden, 10 orang (10%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil

(PNS)/Anggota TNI/Anggota POLRI. Sebanyak 12 orang (12%)

responden bekerja sebagai wiraswastawan yang membuka usaha di bidang

perdagangan, dan hanya 1 orang (1%) responden yang merupakan buruh.

Sebanyak 24 orang (24%) responden merupakan ibu rumah tangga dan 33

orang (33%) responden adalah pelajar/mahasiswa.

61

B. Sikap Masyarakat Kota Palembang terhadap Pemindahan Pedagang

Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

Hasil yang didapatkan dari kuisioner yang disebarkan sebanyak 100 buah

kepada masyarakat Kota Palembang tentang pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, dilihat dari tiga aspek sikap antara

lain aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif dapat dilihat sebagai

berikut :

1. Aspek Kognitif

Salah satu aspek untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang

terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring adalah dengan aspek kognitif. Aspek kognitif dapat

memberikan gambaran sikap masyarakat berdasarkan pengetahuan yang

dimiliki. Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan kepada responden

mengetahui pengetahuan yang meliputi pemindahan, lokasi, alasan, tujuan,

manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring.

Jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada responden dibagi dalam

lima tingkatan pengetahuan masyarakat, yaitu sangat tahu, tahu, cukup

tahu, tidak tahu dan sangat tidak tahu. Jawaban sangat tahu dipilih oleh

responden jika responden merasa amat mengetahui dengan jelas mengenai

hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tahu

dipilih responden apabila responden mengetahui mengenai hal yang

diajukan dari masing-masing pertanyaan. Jawaban cukup tahu dipilih

responden apabila responden hanya sekedar mengetahui atau lebih kurang

62

mengetahui, tidak mengetahui secara mendalam mengenai hal yang

diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tidak tahu dipilih

responden apabila responden tidak mengetahui mengenai hal yang

diajukan dari masing-masing pertanyaan, sedangkan untuk jawaban sangat

tidak tahu dipilih oleh responden apabila responden sama sekali tidak

mengetahui dan tidak pernah ada pengetahuan sedikitpun dari pertanyaan

yang diajukan.

a. Pengetahuan Masyarakat Tentang Pemindahan Pedagang Kaki

Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

Pertanyaan yang diajukan pertama kali kepada responden adalah

mengenai pengetahuan responden mengenai pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk

melihat distribusi jawaban dari responden dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 11. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap

Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Tahu 11 11,00

2 Tahu 63 63,00

3 Cukup Tahu 10 10,00

4 Tidak Tahu 14 14,00

5 Sangat Tidak Tahu 2 2,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat dikatakan bahwa mayoritas

responden mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

ke Pasar Retail Jakabaring. Hal ini dibuktikan dengan 63 orang (63%)

63

responden menyatakan tahu atau lebih dari setengah dari jumlah

seluruh responden dan 11 orang (11%) responden menyatakan sangat

tahu yang mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, sedangkan sisanya 10 orang

(10%) responden menyatakan cukup tahu, 14 orang (14%) responden

menyatakan tidak tahu dan 2 orang (2%) responden menyatakan

sangat tidak tahu.

Pemerintah Kota Palembang sebelum melakukan pemindahan

pedagang kaki lima yang berada di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang,

tepatnya pedagang kaki lima yang berada di bawah Jembatan Ampera

telah memberikan sosialisasi dan pengertian kepada para pedagang

yang memenuhi tempat tersebut dan juga kepada masyarakat umum.

Secara umum masyarakat telah banyak mengetahui rencana

pemindahan pedagang tersebut dan akhirnya pemindahan pedagang

kaki lima tersebut terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian pada sampel ternyata pengetahuan

masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring sangat bervariasi dari

yang sangat tahu, tahu, cukup tahu, tidak tahu hingga sangat tidak

tahu. Responden yang menjawab sangat tahu adalah responden yang

berdomisili di dekat lokasi pemindahan tersebut yaitu Kecamatan Ilir

Timur I (IT I). Responden yang menyatakan tahu adalah responden

yang sering bepergian atau melakukan transaksi jual-beli di lokasi

64

Pasar 16 Ilir Palembang. Responden yang menyatakan cukup tahu

atau hanya sekedar mengetahui mengenai pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring merupakan responden

yang berada jauh dari lokasi pasar tersebut, namun hanya sebagian

kecil responden yang tidak tahu atau bahkan sangat tidak tahu

terhadap pemindahan pedagang kaki lima tersebut.

Penulis menilai kurangnya pengetahuan dari para responden mengenai

pemindahan ini dan adanya sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan,

karena kondisi pasar ini dahulu merupakan pasar yang kumuh dan

tidak tertata rapi. Selain itu juga kurangnya sosialisasi yang dilakukan

oleh Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

b. Pengetahuan Masyarakat Tentang Lokasi Pemindahan Pedagang

Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring

Hal lain yang diajukan kepada responden adalah mengenai lokasi

tempat tujuan baru bagi pedagang kaki lima yang direlokasi. Pedagang

kaki lima ini yang semula berada di bawah Jembatan Ampera di

wilayah Ilir Timur I (IT I) dipindahkan ke Kecamatan Seberang Ulu I

(SU I) yang merupakan lokasi Pasar Retail Jakabaring, tepatnya

dibangun di tanah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang

telah diberikan wewenang pengelolaannya kepada Pemerintah Kota

Palembang. Daerah ini dahulunya merupakan lahan tidur yang terdiri

dari rawa-rawa, sedangkan untuk sumber pendanaan pembangunan

65

pasar tersebut berasal dari Kementrian Koperasi dan APBD

(Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Pemerintah Kota Palembang.

Pernyataan responden terhadap lokasi pemindahan atau lokasi tujuan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap

Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16

Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Tahu 17 17,00

2 Tahu 56 56,00

3 Cukup Tahu 2 2,00

4 Tidak Tahu 22 22,00

5 Sangat Tidak Tahu 3 3,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas

responden mengetahui lokasi yang baru dari pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir dengan 17 orang (17%) responden menyatakan

sangat tahu, 56 orang (56%) responden menyatakan tahu, 2 orang

(2%) responden menyatakan cukup tahu, sisanya 22 orang (22 %)

responden menyatakan tidak tahu dan 3 orang (3%) responden

menyatakan sangat tidak tahu mengenai lokasi yang baru dari

pemindahan tersebut.

Kebanyakan masyarakat mengetahui lokasi pedagang kaki lima yang

baru yaitu di Pasar Retail Jakabaring, namun banyak pula yang

menyatakan tidak mengetahui lokasi baru tersebut. Ini dikarenakan

66

responden yang berada jauh dari lokasi baru dan kurang mengikuti

perkembangan baru mengenai lokasi baru pedagang kaki lima.

Hasil wawancara dengan Ibu Djunaida Handayani selaku Sekretaris

Koperasi Serba Usaha Tunas Baru sebagai berikut :

“Pemerintah Kota Palembang tidak sekadar memindahkan atau

menggusur para pedagang yang berada di sekitar Pasar 16 Ilir, tapi

menyediakan tempat yang baru bagi para pedagang. Pada awalnya

Pasar Retail Jakabaring diperuntukan bagi pedagang kaki lima

yang terkena relokasi, namun hanya 80% pedagang yang pindah

dan 20% merupakan pedagang yang berasal bukan dari Pasar 16

Ilir dan ada juga pedagang baru.” (15 Januari 2010 pukul 08.30

wib)

Hal yang sama juga diutarakan oleh Hasan selaku pengelola harian

Pasar Retail Jakabaring yaitu sebagai berikut :

“Pasar Retail ini didirikan untuk menampung pedagang kaki lima

yang berasal dari Pasar 16 Ilir Palembang, namun sejalan

perkembangannya pasar ini dihuni 80% dari pedagang yang

terkena relokasi dan sisanya 20% dihuni oleh pedagang pasar lain

dan pedagang baru. Untuk biaya sewa yaitu sebesar Rp 100.000,-

per bulan dan jika dibandingkan dengan Pasar 16 Ilir lebih berat,

selain membayar biaya sewa ada juga pungutan liar.” (16 Januari

2010 pukul 09.00 wib)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pada awalnya tempat

relokasi yaitu Pasar Retail Jakabaring hanya untuk pedagang yang

terkena relokasi, namun melihat perkembangan yang pesat dari pasar

tersebut menajadikan pedagang yang bukan berasal dari Pasar 16 Ilir

pindah ketempat tersebut bahkan ada pedagang baru yang memulai

usahanya di Pasar Retail Jakabaring. Pemerintah Kota Palembang

tidak hanya memindahkan pedagang atau hanya menggusur, namun

pemerintah memberikan lokasi baru yang lebih strategis dan lebih

menguntungkan bagi para pedagang. Hal inilah juga merupakan salah

67

satu prestasi bagi Pemerintah Kota Palembang yang telah berhasil

mengatasi problematika pedagang kaki lima.

c. Pengetahuan Masyarakat Tentang Alasan Pemindahan Pedagang

Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring

Alasan Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah salah

satunya karena keberadaan pasar yang semakin menjamur dan

memenuhi sudut Kota Palembang sehingga perlu adanya penataan

kembali.

Beberapa data mengenai hal ini adalah jumlah pasar yang ada di Kota

Palembang mencapai 22 buah pasar yang tersebar di Kota Palembang.

Pasar 16 Ilir merupakan pasar terluas yang ada di Kota Palembang

yang dibuktikan dengan terdapatnya 1.1634 buah petak/kios, 1.108

buah los, 3.890 pedagang, dan 1.148 PKL yang berada di tanah seluas

1.283 m2.

Semakin banyaknya pedagang yang ingin berjualan di Pasar ini

menyebabkan tidak tertampungnya semua pedagang dalam satu lahan

sehingga para pedagang yang tidak kebagian tempat menggelar

dagangannya di bawah Jembatan Ampera yang masih berada di lokasi

Pasar 16 Ilir. Pedagang inilah yang dipindahkan atau direlokasi ke

Pasar Retail Jakabaring. Tanggapan responden mengenai alasan

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :

68

Tabel 13. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap

Alasan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16

Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Tahu 6 6,00

2 Tahu 59 59,00

3 Cukup Tahu 10 10,00

4 Tidak Tahu 22 22,00

5 Sangat Tidak Tahu 3 3,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 13 di atas menunjukan tanggapan responden dari hasil kuisioner

terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring. Sebanyak 59 orang (59%) responden menyatakan

mengetahui alasan dipindahkannya pedagang kaki lima dari Pasar 16

Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Selebihnya 6 orang (6%) responden

menyatakan tahu, 10 orang (10%) responden menyatakan cukup tahu,

22 orang (22%) responden menyatakan tidak tahu, dan hanya 3 orang

(3%) responden yang menyatakan sangat tidak tahu alasan mengapa

Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar

16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Data tersebut

menyatakan bahwa mayoritas responden menyatakan mengetahui

alasan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang

ke Pasar Retail Jakabaring.

Berdasarkan beberapa wawancara singkat dengan beberapa responden

yang menyatakan tidak tahu terhadap alasan Pemerintah Kota

Palembang, maka dapat diambil kesimpulan bahwa responden kurang

69

memahami atau bahkan tidak tahu sama sekali alasan dilakukannya

pemindahan pedagang kaki lima tersebut, karena Pemerintah Kota

Palembang terkesan kurang mensosialisasikan mengenai alasan

pemindahan tersebut.

d. Pengetahuan Masyarakat Tentang Tujuan Pemindahan Pedagang

Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring

Hasil wawancara dengan pimpinan di Perusahaan Daerah Pasar

Palembang Jaya (PD-PPJ) pada tanggal 1 Desember 2009 yang

merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah Kota Palembang

dalam hal pengelolaan seluruh pasar yang ada di Kota Palembang.

Beliau menyatakan bahwa tujuan dari pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah untuk

keindahan kota yang berjuluk Kota BARI (Bersih, Aman, Rapi,

Indah). Selain itu tujuan lain adalah untuk mewujudkan visi dan misi

Kota Palembang yang bersiap untuk menjadi kota internasional

bersaing dengan Singapura dan Hongkong. Alasan lain adalah untuk

menata ulang kawasan 16 Ilir yang telah diresmikan oleh Presiden

Susilo Bambang Yudhoyhono sebagai sentra wisata Sunagi Musi atau

Palembang Legendary City dan daerah yang dulunya menjadi lapak

pedagang kaki lima telah berubah menjadi taman wisata yang diberi

nama Taman Nusa Indah. Tanggapan responden terhadap tujuan

pemindahan pedagang kaki lima ke Pasar Retail Jakabaring dapat

dilihat pada tabel berikut :

70

Tabel 14. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap

Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16

Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Tahu 9 9,00

2 Tahu 44 44,00

3 Cukup Tahu 14 14,00

4 Tidak Tahu 30 30,00

5 Sangat Tidak Tahu 3 3,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 14 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tujuan

Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Hasil yang

didapat dari penelitian adalah sebanyak 9 orang (9%) responden

menyatakan sangat tahu, 44 orang (44%) responden menyatakan tahu,

14 orang (14%) responden menyatakan cukup tahu, 30 orang (30%)

responden menyatakan tidak tahu dan hanya 3 orang (3%) responden

yang menyatakan sangat tidak tahu terhadap pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Pemindahan pedagang kaki lima tersebut dimaksudkan untuk

memberikan kenyaman kepada masyarakat untuk bertransaksi jual-

beli dan berwisata. Sebanyak 44% responden mengetahui tujuan dari

pemindahan tersebut, namun tak sedikit responden yang menyatakan

tidak mengetahui tujuan dari pemindahan tersebut yaitu sebanyak

30%. Penulis menilai adanya tujuan lain yang hendak dicapai oleh

Pemerintah Kota Palembang, sehingga tujuan yang sebenarnya

menjadi cukup bias atau samar-samar di masyarakat. Kurangnya

71

sosialisai menyebabkan msaih ada masyarakat Kota Palembang yang

tidak mengetahui tujuan dari pemindahan tersebut.

e. Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Pemindahan

Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar

Retail Jakabaring

Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar

16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring membawa manfaat untuk Pasar 16

Ilir dan Jakabaring salah satunya adalah untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat di lokasi tujuan. Lokasi tujuan adalah daerah

Jakabaring yang merupakan daerah yang sebagian besar lokasinya

merupakan daerah rawa-rawa. Untuk sebagian investor daerah

Jakabaring merupakan daerah yang tidak terlalu diperhitungkan untuk

memajukan roda perekonomian, sehingga untuk menarik para investor

menanamkan modalnya di daerah ini Pemerintah Kota Palembang

membangun kawasan Jakabaring, salah satunya membangun Pasar

Retail Jakabaring yang merupakan tempat tujuan dari relokasi

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir. Selain meningkatkan perekonomian

di daerah Jakabaring dan sekitarnya, daerah yang ditinggalkan pun

menjadi sasaran pembangunan pemerintah kota, yaitu dengan

membuat taman wisata air yang dapat menjadi salah satu pendapatan

asli daerah. Tanggapan responden terhadap pengetahuan manfaat yang

dihasilkan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar

Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :

72

Tabel 15. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap

Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar

16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Tahu 8 8,00

2 Tahu 41 41,00

3 Cukup Tahu 21 21,00

4 Tidak Tahu 28 28,00

5 Sangat Tidak Tahu 2 2,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 15 di atas menunjukan tanggapan reponden terhadap manfaat

dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring yang dapat memperbaiki ekonomi di daerah Jakabaring

dan sekitarnya. Tampak bahwa sebagian besar responden mengetahui

mengenai pemindahan tersebut, yakni sebanyak 41 orang (41%)

responden dan 8 orang (8%) responden menyatakan sangat tahu, dan

21 orang (21%) responden menyatakan cukup tahu, sedangkan sisanya

yakni 28 orang (28%) menyatakan tidak tahu dan 2 orang (2%)

menyatakan sangat tidak tahu mengenai manfaat dari pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Jawaban responden yang menyatakan cukup tahu, tidak tahu dan

sangat tidak tahu merupakan kurangnya pmberitahuan yang mendalam

kepada masyarakat Kota Palembang, ini dibuktikan dengan masih

banyaknya masyarakat Kota Palembang yang tidak tahu pedagang

tersebut telah dipindahkan ke pasar yang baru dengan masih

mendatangi lokasi pedagang yang lama, walaupun Pemerintah Kota

Palembang menyiapkan transportasi umum gratis berupa bus yang

73

berfungsi untuk mengangkut penumpang yang hendak berbelanja di

Pasar 16 Ilir ke pasar yang baru yakni Pasar Retail Jakabaring.

Kebijakan pemindahan pedagang kaki lima ini pada dasarnya hanya

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan dan untuk

menghasilkan sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang.

Hendaknya dalam setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah,

termasuk pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke

Pasar Retail Jakabaring, penyampaian informasi mencakup alasan

pemindahan, tujuan pemindahan, dan manfaat dari pemindahan

tersebut harus dapat diterima dengan baik agar tidak terjadi banyak

penolakan dari masyarakat. Pemerintah sebagai pemegang kendali

dalam hal pembangunan dan penataan harus dapat menyampaikan

informasi yang dibutuhkan masyarakat secara transparan dan tidak

memihak beberapa kelompok saja sehingga pembangunan dan

penataan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

74

Untuk mengetahui aspek kognitif masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 16. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Kognitif

No Pertanyaan ST % T % CT % TT % STT % ∑

1 Pengetahuan

responden tentang

pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail

Jakabaring

11 11,00 63 63,00 10 10,00 14 14,00 2 2,00 100

2 Pengetahuan

responden tentang

lokasi baru

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail

Jakabaring

17 17,00 56 56,00 2 2,00 22 22,00 3 3,00 100

3 Pengetahuan

responden tentang

alasan pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail

Jakabaring

6 6,00 59 59,00 10 10,00 22 22,00 3 3,00 100

4 Pengetahuan

responden tentang

tujuan pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail

Jakabaring

9 9,00 44 44,00 14 14,00 30 30,00 3 3,00 100

5 Pengetahuan

responden tentang

manfaat

pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail

Jakabaring

8 8,00 41 41,00 21 21,00 28 28,00 2 2,00 100

Total 51 263 57 116 13 500

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

75

Keterangan :

ST = Sangat Tahu TT = Tidak Tahu

T = Tahu STT = Sangat Tidak Tahu

CT = Cukup Tahu

Selanjutnya untuk mengetahui besar persentase sikap responden dari aspek

kognitif digunakan rumus persentase sebagai berikut :

Keterangan :

P : Presentase

F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan

N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi/kategori

Berdasarkan tabel 16 di atas diperoleh persentase sebagai berikut :

Sangat Tahu (ST) = 51/500 x 100% = 10,2%

Tahu (T) = 263/500 x 100% = 52,6%

Cukup Tahu (CT) = 57/500 x 100% = 11,4%

Tidak Tahu (TT) = 116/500 x 100% = 23,2%

Sangat Tidak Tahu (STT)= 13/500 x 100% = 2,6%

Berdasarkan hasil perhitungan persentase di atas dapat diketahui bahwa

tingkat pengetahuan responden mengenai pemindahan, lokasi, alasan, tujuan

dan manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima ke Pasar Retail Jakabaring

10,2% responden menjawab sangat tahu, 52,6% responden menjawab tahu,

76

11,4% responden menjawab cukup tahu dan 23,2% responden menjawab

tidak tahu serta 2,6% responden menjawab sangat tidak tahu.

Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek

kognitif dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Gambar 2. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Kognitif

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden

berpengetahuan baik menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan hanya sebagian kecil yang

memiliki pengetahuan kurang baik terhadap pemindahan tersebut. Hasil yang

didapat peneliti di lapangan adalah yang menjadi faktor ketidaktahuan

responden mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang

ke Pasar Retail Jakabaring antara lain adalah kurangnya perhatian masyarakat

itu sendiri dalam mencari informasi mengenai pemindahan pasar tersebut dan

kurangnya sosialisasi pemerintah kota untuk memberikan informasi yang

77

transparan mengenai pemindahan pedagang kaki lima tersebut sehingga tidak

terkesan terdapat tujuan lain yang mengiringi pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Selanjutnya untuk menganalisa indikator kognitif responden terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut :

NT - NR

I =

K

Keterangan :

I = Interval nilai skor

NT = Nilai tertinggi

NR = Nilai terendah

K = Kategori jawaban

Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel

rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini

merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100

orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek kognitif

NT= 24, NR= 5 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis

tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas

dapat diketahui sebagai berikut :

78

NT - NR

I =

K

24 - 5

I =

5

I = 3,8 dibulatkan 4, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :

Sangat Baik = 21-24

Baik = 17-20

Cukup = 13-16

Kurang = 9-12

Sangat Kurang = 5-8

Tabel 17. Kategori Sikap Responden dari Aspek Kognitif

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Baik 14 14,00

2 Baik 45 45,00

3 Cukup 25 25,00

4 Kurang 14 14,00

5 Sangat Kurang 2 2,00

Jumlah 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Analisis indikator ini mengklasifikasikan pengetahuan responden ke dalam

lima kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang.

Kategori sangat baik yaitu untuk responden yang memiliki pengetahuan

sangat baik mengenai hal-hal yang menyangkut pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori baik adalah

untuk responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai hal-hal yang

menyangkut pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke

Pasar Retail Jakabaring.

79

Untuk kategori cukup adalah untuk respoden yang memiliki pengetahuan

cukup atau sedang mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, sedangkan untuk kategori kurang

adalah untuk responden yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai

pemindahan tersebut. Kategori sangat kurang adalah untuk responden yang

tidak memiliki pengetahuan mengenai pemidahan pedagang kaki lima Pasar

16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil

perhitungan aspek kognitif masyarakat Kota Palembang secara keseluruhan

dapat dilihat pada gambar 3 berikut :

14% 14%

25% 45%

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Gambar 3. Kategori Sikap Responden dari Aspek Kognitif

Dari gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa aspek kognitif (pengetahuan)

dari 100 responden yang memiliki pengetahuan sangat baik terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring sebanyak 14% responden. Responden memiliki pengetahuan yang

baik terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke

Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 45% responden. Responden yang

2%

80

kurang memiliki pengetahuan terhadap pemindahan tersebut sebanyak 14%

responden dan sebanyak 2% responden memiliki pengetahuan sangat kurang

terhadap pemindahan ini. Sisanya sebanyak 25% responden memiliki

pengetahuan yang cukup terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16

Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa hampir

sebagian masyarakat yaitu 45% memiliki pengetahuan yang baik dan 14%

dari masyarakat berpengetahuan sangat baik terhadap pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Adapun

masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini mengetahui

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

melalui media massa dan ada pula yang pernah berinteraksi langsung ke pasar

tersebut artinya dalam hal ini masyarakat mengetahui mengenai pemindahan,

lokasi, alasan, tujuan dan manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar

16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Masyarakat yang kurang mengetahui mengenai pemindahan ini menilai

Pemerintah Kota Palembang kurang memberikan sosialisasi yang menyeluruh

kepada masyarakat Palembang sehingga masih ada masyarakat yang belum

atau bahkan tidak mengetahui adanya pemindahan tersebut. Selain itu,

sebagian masyarakat yang tidak mengetahui pemindahan tersebut bersikap

acuh tak acuh terhadap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota

Palembang yang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang

ke Pasar Retail Jakabaring.

81

Melihat kondisi Kota Palembang yang semakin padat dengan banyaknya

pedagang kaki lima menuntut adanya inovasi pemerintah untuk menata

kembali kawasan kumuh yang diciptakan oleh pedagang kaki lima khususnya

yang berada di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang. Peran masyarakat dalam

suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah cukuplah penting mengingat

masyarakat merupakan objek utama dari tujuan bangsa yang sesuai dengan

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Artinya antara pemerintah dengan masyarakat harus terjalin suatu komunikasi

yang baik agar tidak terjadi bias of information antara yang dimaksud

pemerintah dan yang diterima oleh masyarakat.

2. Aspek Afektif

Aspek afektif yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang

terhadap suatu objek tertentu yang menimbulkan perasaan mendukung atau

tidak mendukung terhadap suatu objek, dalam hal ini adalah sikap masyarakat

Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada responden dibagi dalam lima

tingkatan persetujuan masyarakat, yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju,

tidak setuju dan sangat tidak setuju. Jawaban sangat setuju dipilih oleh

responden jika responden merasa amat menyetujui dengan jelas mengenai hal

yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban setuju dipilih

responden apabila responden menyetujui mengenai hal yang diajukan dari

masing-masing pertanyaan. Jawaban cukup setuju dipilih responden apabila

82

responden hanya sekedar menyetujui atau lebih kurang menyetujui mengenai

hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tidak

setuju dipilih responden apabila responden tidak menyetujui mengenai hal

yang diajukan dari masing-masing pertanyaan, sedangkan untuk jawaban

sangat tidak setuju dipilih oleh responden apabila responden sama sekali tidak

menyetujui dan tidak pernah akan setuju sedikitpun dari pertanyaan yang

diajukan.

a. Perasaan Masyarakat Tentang Pemindahan Pedagang Kaki Lima

(PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

Tahap selanjutnya setelah mengetahui mengenai pengetahuan yang

dimiliki oleh masyarakat Kota Palembang tentang pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah

mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang dari aspek afektif atau

aspek perasaan masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ini. Tanggapan responden terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 18. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Pemindahan

Pedagang Kaki Lima Pasar (PKL) 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Setuju 15 15,00

2 Setuju 66 66,00

3 Cukup Setuju 8 8,00

4 Tidak Setuju 9 9,00

5 Sangat Tidak Setuju 2 2,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

83

Tabel 18 di atas menunjukan perasaan responden terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring,

tampak bahwa mayoritas masyarakat Kota Palembang setuju dengan

pemindahan tersebut dengan 15 orang (15%) responden menyatakan

sangat setuju, 66 orang (66%) responden menyatakan setuju, 8 orang (8%)

responden menyatakan cukup setuju, 9 orang (9%) responden menyatakan

tidak setuju dan hanya 2 orang (2%) responden yang menyatakan sikap

sangat tidak setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa sebenarnya masyarakat

setuju dengan kebijakan pemerintah memindahkan pedagang kaki lima

tersebut, ini menunjukan bahwa masyarakat mendukung perubahan-

perubahan yang dilakukan untuk lebih memperbaiki keadaan dan

kesejahteraan masyarakat. Banyak manfaat yang dirasakan dari

pemindahan tersebut, salah satunya adalah membaiknya roda

perekonomian yang terdapat di daerah Jakabaring dan sekitarnya yang

dahulunya merupakan lahan tidur yang didominasi oleh rawa-rawa,

dengan banyaknya sektor perekonomian yang ada di kawasan ini

menjadikan kawasan ini lebih maju dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya. Tidak hanya itu masyarakat merasakan sendiri manfaat dari

pasar tersebut, karena pedagang yang dahulunya berada di bawah

Jembatan Ampera kini telah pindah ke tempat yang lebih layak yaitu di

Pasar Retail Jakabaring. Penulis menilai pasar yang baru lebih baik

dibandingkan di tempat yang lama, karena pasar yang baru tidak jauh

84

berbeda dengan pasar-pasar modern yang ada di negara-negara tetangga

ASEAN seperti Pasar yang ada di Negeri Gajah Putih Thailand.

Hasil wawancara dengan Bapak Suparman Kasup selaku Direktur

Administrasi dan Keuangan Perusahaan Daerah Pasar Palembang Jaya

sebagai berikut :

“Pemerintah Kota Palembang dan pihak pengelola serta tokoh

masyarakat dipertemukan dan dimusyawarahkan untuk

pemindahan pasar ini, pada awalnya terdapat perlawanan terhadap

kebijakan pemkot tersebut, ini merupakan reaksi yang wajar

terhadap suatu kebijakan, namun pada akhirnya semua pedagang

pindah ke Pasar Retail Jakabaring.” (1 Desember 2009 pukul 11.00

wib)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pada awalnya kebijakan

tersebut dicetuskan telah terjadi pro dan kontra dari masyarakat termasuk

dikalangan pedagang kaki lima yang akan terkena pemindahan, namun

Pemerintah Kota Palembang meyakinkan para pedagang dan masyarakat

akan keberhasilan tujuan dari pemindahan tersebut.

b. Perasaan Masyarakat Tentang Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki

Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

Aspek afektif yang selanjutnya adalah mengetahui perasaan responden

mengenai lokasi baru yang disediakan Pemerintah Kota Palembang untuk

menampung pedagang kaki lima yang direlokasi. Untuk melihat tanggapan

responden tentang perasaan masyarakat terhadap lokasi baru pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir dapat dilihat pada tabel berikut :

85

Tabel 19. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Lokasi

Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Setuju 2 2,00

2 Setuju 70 70,00

3 Cukup Setuju 16 16,00

4 Tidak Setuju 11 11,00

5 Sangat Tidak Setuju 1 1,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 19 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap lokasi baru

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Sangat jelas bahwa sebagian besar masyarakat setuju dengan lokasi baru

dari relokasi pedagang tersebut, yakni sebanyak 70 orang (70%) responden

menyatakan setuju dengan lokasi tersebut yaitu di lahan milik Pemerintah

Provinsi Sumatera Selatan yang hak pengelolaannya diberikan kepada

Pemerintah Kota Palembang. Sisanya 2 orang (2%) responden menyatakan

sangat setuju, 16 orang (16%) responden menyatakan cukup setuju, 11

orang (11%) responden menyatakan tidak setuju dan hanya 1 orang (1%)

responden yang menyatakan sangat tidak setuju dengan lokasi tersebut.

Mayoritas responden yang menyatakan setuju dikarenakan daerah

Seberang Ulu merupakan daerah yang sedikit dilupakan, karena

pembangunan fisik lebih diutamakan di daerah Seberang Ilir yang

merupakan pusat pemerintahan baik Pemerintah Kota Palembang maupun

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, sehingga dengan adanya

pembangunan pasar di daerah ini dapat memajukan keadaan ekonomi dan

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

86

Lain hal dengan responden yang menjawab tidak setuju hingga sangat

tidak setuju, hal ini dikarenakan lokasi semula yaitu yang berada di bawah

Jembatan Ampera merupakan lokasi yang sangat mudah di jangkau hanya

dengan menggunakan satu kali angkutan kota. Tidak demikian dengan

lokasi baru yaitu Pasar Retail Jakabaring yang harus menggunakan dua

kali angkutan umum dan tentunya akan mengeluarkan biaya transport

tambahan. Masyarakat yang mempertimbangkan kedua aspek tersebut,

aspek postif dan negatif dari lokasi tersebut adalah masyarakat yang

menjawab cukup tahu.

c. Perasaan Masyarakat Tentang Alasan Pemindahan Pedagang Kaki

Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

Pada aspek sikap sebelumnya yaitu aspek kognitif yang mengukur tingkat

pengetahuan masyarakat terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang

yang mengeluarkan kebijakan pemindahan atau relokasi pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, didapat jumlah yang

mayoritas responden mengetahui alasan pemindahan tersebut dengan 59

orang (59%) responden menyatakan tahu dengan alasan pemindahan

tersebut. Setelah mendapatkan hasil tersebut selanjutnya mengukur

perasaan masyarakat terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk melihat aspek afektif

masyarakat mengenai alasan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar

16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :

87

Tabel 20. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Alasan

Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Setuju 10 10,00

2 Setuju 65 65,00

3 Cukup Setuju 14 14,00

4 Tidak Setuju 9 9,00

5 Sangat Tidak Setuju 2 2,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 20 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap alasan

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Terlihat bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dengan alasan

pemindahan tersebut, yakni 10 orang (10%) responden menyatakan sangat

setuju, 65 orang (65%) responden menyatakan setuju, 14 orang (14%)

responden menyatakan cukup setuju, 9 orang (9%) responden menyatakan

tidak setuju dan sisanya 2 orang (2%) responden menyatakan sangat tidak

setuju dengan alasan pemindahan tersebut.

Sebagian besar responden setuju dengan alasan pemindahan pedagang kaki

lima tersebut karena melihat kondisi Kota Palembang yang semakin padat

terutama di tempat transaksi jual-beli sehingga perlu adanya penataan

ulang terhadap keadaan pasar yang kian memenuhi sudut kota. Sebagian

kecil reponden yang menyatakan cukup setuju, tidak setuju dan bahkan

sangat tidak setuju dengan alasan pemindahan ini adalah karena responden

mempunyai pandangan bahwa pemindahan pedagang kaki lima setidaknya

memangkas hak-hak pedagang kaki lima yang merupakan warga Negara

Indonesia untuk mendapatkan penghasilan.

88

d. Perasaan Masyarakat Tentang Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki

Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

Pada aspek sikap sebelumnya yaitu aspek kognitif yang telah diketahui

tujuan dari pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring,

terdapat 44 orang (44%) responden menyatakan mengetahui tujuan

pemindahan tersebut. Untuk mengetahui perasaan masyarakat Kota

Palembang mengenai pemindahan pedagang kaki lima tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 21. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Tujuan

Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Setuju 11 11,00

2 Setuju 68 68,00

3 Cukup Setuju 15 15,00

4 Tidak Setuju 5 5,00

5 Sangat Tidak Setuju 1 1,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 21 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tujuan

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Terdapat 11 orang (11%) responden yang menyatakan sangat setuju, 68

orang (68%) responden menyatakan setuju, 15 orang (15%) menyatakan

cukup setuju, 5 orang (5%) menyatakan tidak setuju, dan 1 orang (1%)

responden yang menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan hasil tersebut, mayoritas responden setuju dengan tujuan yang

hendak dicapai oleh Pemerintah Kota Palembang. Masyarakat menilai

tujuan pemindahan tersebut dapat memajukan keadaan ekonomi waraga

masyarakat Palembang. Pemindahan tersebut juga merupakan salah satu

89

wujud dari program Pemerintah Kota Palembang untuk menjadikan kota

ini menjadi kota internasional dengan mengedepankan ciri khas Kota

Palembang, yaitu dengan menjadikan Kota Palembang sebagai kota wisata

air, sehingga lokasi yang dahulunya tempat pedagang kaki lima telah

berubah menjadi taman-taman yang indah yang diberi nama Taman Nusa

Indah.

e. Perasaan Masyarakat Tentang Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki

Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

Jika dilihat dari aspek kognitif atau aspek pengetahuan maka sebagian

besar masyarakat berpengetahuan baik mengenai manfaat pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Selanjutnya

untuk melihat aspek afektif atau aspek perasaan mengenai manfaat

pemindahan pedagang kaki lima tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 22. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Manfaat

Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Setuju 3 3,00

2 Setuju 80 80,00

3 Cukup Setuju 10 10,00

4 Tidak Setuju 6 6,00

5 Sangat Tidak Setuju 1 1,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 22 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap manfaat dari

pemindahan pedagang kaki lima tersebut. Manfaat dari pemindahan

tersebut diantaranya adalah untuk meningkatkan perekonomian di daerah

Jakabaring dan sekitarnya. Mayoritas responden setuju dengan manfaat

90

dari pemindahan tersebut dengan 80 orang (80%) responden menyatakan

setuju dan 3 orang (3%) responden menyatakan sangat setuju. Responden

yang menyatakan cukup setuju dengan pemindan tersebut sebanyak 10

orang (10%) responden dan sisanya sebanyak 6 orang (6%) responden

menyatakan tidak setuju dan 1 orang (1%) responden menyatakan sangat

tidak setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima tersebut.

Responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju dengan manfaat

pemindahan tersebut akan dapat menghasilakan suatu hal positif untuk

masyarakat Kota Palembang. Terutama lahan-lahan yang dahulu

merupakan lahan tidur yang belum bisa dimanfaatkan secara maksimal

kini telah dapat digunakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Kota Palembang khususnya masyarakat yang berada di sekitar lokasi Pasar

Retail Jakabaring. Sedangkan bagi masyarakat yang menyatakan cukup

setuju dan atau bahkan sangat tidak setuju dengan pemindahan tersebut

menilai manfaat tersebut tidak serta merta dapat meningkatkan tarah hidup

masyarakat yang berada di Kota Palembang karena tidak semua

masyarakat Kota Palembang yang berurusan dengan Pasar Retail

Jakabaring.

91

Untuk mengetahui aspek kognitif masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 23. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Afektif

No Pertanyaan SS % S % CS % TS % STS % ∑

1 Perasaan responden

tentang pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar

Retail Jakabaring

15 15,00 66 66,00 8 8,00 9 9,00 2 2,00 100

2 Perasaan responden

tentang lokasi baru

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar

Retail Jakabaring

2 2,00 70 70,00 16 16,00 11 11,00 1 1,00 100

3 Perasaan responden

tentang alasan

pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar

Retail Jakabaring

10 10,00 65 65,00 14 14,00 9 9,00 2 2,00 100

4 Perasaan responden

tentang tujuan

pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar

Retail Jakabaring

11 11,00 68 68,00 15 15,00 5 5,00 1 1,00 100

5 Perasaan responden

tentang manfaat

pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar

Retail Jakabaring

3 3,00 80 80,00 10 10,00 6 6,00 1 1,00 100

Total 41 349 63 40 7 500

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Keterangan :

ST = Sangat Tahu TT = Tidak Tahu

T = Tahu STT = Sangat Tidak Tahu

CT = Cukup Tahu

92

Berdasarkan tabel 23 di atas diperoleh persentase sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) = 41/500 x 100% = 8,2%

Setuju (S) = 349/500 x 100% = 69,8%

Cukup Setuju (CS) = 63/500 x 100% = 12,6%

Tidak Setuju (TS) = 40/500 x 100% = 8%

Sangat Tidak Setuju (STS) = 7/500 x 100% = 1,4%

Berdasarkan perhitungan persentase di atas dapat diketahui secara umum

bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju dengan pemindahan,

lokasi, alasan, tujuan, serta manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 69,8% responden dan

8,2% responden yang menyatakan sangat setuju. Sisanya 12,6% responden

menyatakan cukup setuju, 8% responden menyatakan tidak setuju dan 1,4%

responden yang menyatakan sangat tidak setuju, sehingga dapat diketahui

bahwa perasaan masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring cukup bervariasi.

93

Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek afektif

dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Gambar 4. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Afektif

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden

menyatakan setuju menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir

Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan hanya sebagian kecil yang tidak

setuju terhadap pemindahan tersebut. Masyarakat menyatakan setuju dengan

pemindahan pedagang kaki lima tersebut karena dengan pemindahan tersebut

tercipta suasana yang dahulunya sangat tidak teratur menjadi lebih baik

setelah pedagang direlokasi sehingga merupakan suatu kebanggaan dan

merupakan prestasi Pemerintah Kota Palembang dalam menata kota ini dan

dengan upayanya tersebut membuahkan tiga kali Piala Adipura berturut-turut

bagi Kota Palembang. Berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti di lapangan

adalah masyarakat khususnya yang berada di sekitar daerah Pasar Retail yang

merupakan pasar tujuan relokasi menyatakan setuju dengan pemindahan

94

tersebut dan membuat pasar baru di daerah tersebut, ini dikarenakan banyak

fasilitas yang dirasakan oleh masyarakat sekitar setelah adanya pasar tersebut

antara lain fasilitas lampu jalan dan angkutan kota yang sebelumnya daerah

ini belum tersentuh oleh fasilitas-fasilitas tersebut.

Selanjutnya untuk menganalisa indikator afektif responden terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut :

NT - NR

I =

K

Keterangan :

I = Interval nilai skor

NT = Nilai tertinggi

NR = Nilai terendah

K = Kategori jawaban

Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel

rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini

merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100

orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek afektif

NT= 25, NR= 5 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis

tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas

dapat diketahui sebagai berikut :

95

NT - NR

I =

K

25 - 5

I =

5

I = 4, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :

Sangat Baik ≥ 21

Baik = 17-20

Cukup = 13-16

Kurang = 9-12

Sangat Kurang = 5-8

Tabel 24. Kategori Sikap Responden dari Aspek Afektif

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Pro 15 15,00

2 Pro 68 68,00

3 Netral 13 13,00

4 Kontra 2 2,00

5 Sangat Kontra 2 2,00

Jumlah 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Aspek afektif dalam penelitian ini meliputi perasaan atau emosional dari

responden yang dapat menimbulkan tanggapan terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Analisis indikator ini mengklasifikasikan perasaan responden ke dalam lima

kategori yaitu sangat pro, pro, netral, kontra dan sangat kontra. Kategori

sangat pro yaitu untuk responden yang sangat setuju terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Kategori pro adalah untuk responden yang setuju terhadap pemindahan

96

Afektif

Sangat Pro (15%)

Pro (68%)

Netral (13%)

Kontra (2%)

Sangat Kontra (2%)

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Kategori netral artinya responden atau masyarakat cukup setuju dengan

pemindahan tersebut. Untuk kategori kontra artinya responden atau

masyarakat tidak setuju dan sangat kontra berarti masyarakat sangat tidak

setuju atas rencana, lokasi, alasan, tujuan, dan manfaat dari pemidahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Untuk mengetahui hasil perhitungan aspek afektif masyarakat Kota

Palembang secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 5 berikut :

2% 15%

13%

68%

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Gambar 5. Kategori Sikap Responden dari Aspek Afektif

Dari gambar 5 di atas dapat diketahui bahwa aspek afektif (perasaan) dari 100

responden yang memiliki perasaan sangat pro terhadap pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring sebanyak 15%

responden. Responden yang memiliki perasaan pro terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu

sebanyak 68% responden. Responden yang netral dalam menyikapi

2%

97

pemindahan tersebut sebanyak 13% responden dan sebanyak 2% responden

memiliki perasaan kontra terhadap pemindahan tersebut. Sisanya sebanyak

2% responden memiliki perasaan yang sangat kontra terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Menurut hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas

masyarakat memilih pro dalam menyikapi pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 68%.

Masyarakat menyatakan setuju terhadap pemindahan pedagang tersebut

karena kebijakan ini telah dapat membawa perubahan yang cukup baik bagi

masyarakat Kota Palembang, karena daerah yang dahulunya lapak pedagang

kaki lima yang kumuh dan kotor telah diubah menjadi taman wisata yang

indah jauh dari kesan kumuh dan kotor. Hal inilah yang merupakan salah satu

prestasi Pemerintah Kota Palembang dalam manajemen pemerintahan yaitu

menata daerah yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik dan menjadikan

tempat tujuan relokasi pedagang sebagai sentra perdagangan yang dapat

meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama melakukan

penelitian adalah masyarakat Kota Palembang lebih banyak menerima apapun

kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang karena mereka

beranggapan bahwa apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah itu

adalah yang terbaik untuk masyarakat meskipun mereka belum mengatahui

secara pasti bentuk seperti apa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Salah satunya menyangkut kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap

98

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring. Masyarakat Kota Palembang mayoritas setuju dengan

pemindahan tersebut dikarenakan masyarakat merasa setiap kebijakan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang merupakan kebijakan yang

bertujuan baik untuk masyarakat, meskipun ada beberapa dari masyarakat

yang sebenarnya tidak mengetahui secara pasti seperti apa kebijakan tersebut.

Penulis menilai hal ini muncul akibat dari reaksi masyarakat Kota Palembang

yang acuh tak acuh terhadap kebijakan tersebut padahal kebijakan-kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah untuk masyarakat itu sendiri.

3. Aspek Konatif

Aspek selanjutnya yang digunakan dalam pengukuran sikap masyarakat Kota

Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang

ke Pasar Retail Jakabaring adalah aspek konatif. Aspek konatif merupakan

aspek yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat

sesuatu terhadap suatu objek.

a. Tindakan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima

(PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

Setelah mendapatkan pernyataan masyarakat dari aspek kognitif dan aspek

afektif, selanjutnya adalah ditanggapi oleh tindakan masyarakat. Untuk

melihat aspek konatif masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki

lima dapat dilihat pada tabel berikut :

99

Tabel 25. Distribusi Jawaban Tindakan Masyarakat Terhadap

Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Mendukung 8 8,00

2 Mendukung 66 66,00

3 Cukup Mendukung 16 16,00

4 Tidak Mendukung 9 9,00

5 Sangat Tidak Mendukung 1 1,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 25 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tindakan atas

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Dapat diketahui bahwa 66 orang (66%) responden menyatakan

mendukung, 8 orang (8%) responden menyatakan sangat mendukung, 16

orang (16%) responden menyatakan cukup mendukung, 9 orang (9%)

responden menyatakan tidak mendukung dan hanya 1 orang (1%)

responden yang menyatakan sangat tidak setuju.

Peranan dari setiap kalangan sangat diperlukan dalam membangun suatu

kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak terkecuali peran serta dan

dukungan dari segenap masyarakat Kota Palembang dalam pembangunan

sektor ekonomi rakyat. Berdasarkan hasil pengamatan penulis adalah

masyarakat Kota Palembang mendukung kebijakan yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Kota Palembang dengan merelokasi pedagang kaki lima Pasar

16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring karena pemindahan tersebut berdampak

cukup positif bagi kehidupan masyarakat Kota Palembang, bukti nyatanya

100

adalah kebutuhan akan tempat transaksi jual-beli yang nyaman dan aman

pun terpenuhi.

b. Tindakan Masyarakat Untuk Mengikuti Perkembangan Pemindahan

Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring

Sebagai masyarakat Kota Palembang tentunya sudah menjadi keputusan

mutlak mengenai hal apa saja yang menyangkut pembangunan yang

melibatkan masyarakat, terutama mengenai perkembangan pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Banyak sikap

yang timbul pada saat kebijakan ini muncul pertama kali ke permukaan,

ada yang bersikap pro dan ada juga yang kontra dengan kebijakan ini,

dalam hal ini masyarakat mempunyai kecenderungan untuk mengikuti

perkembangan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui apakah responden tertarik

untuk mengikuti perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16

Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 26. Distribusi Jawaban Tindakan Masyarakat Terhadap

Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Tertarik 6 6,00

2 Tertarik 43 43,00

3 Cukup Tertarik 25 25,00

4 Tidak Tertarik 25 25,00

5 Sangat Tidak Tertarik 1 1,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 26 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap ketertarikan

mengikuti perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke

101

Pasar Retail Jakabaring. Tampak bahwa 6 orang (6%) responden

menyatakan sangat setuju, 43 orang (43%) responden menyatakan setuju,

sedangkan untuk responden yang menyatakan cukup tertarik dan tidak

tertarik masing-masing 25 orang (25%) responden. Hanya 1 orang (1%)

responden saja yang menyatakan sangat tidak tertarik dengan

perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar

Retail Jakabaring.

Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam perbaikan di sektor-sektor

pembangunan kedepannya, peran masyarakat inilah yang nantinya dapat

memberikan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah. Termasuk kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa mayoritas responden menyatakan

ketertarikannya terhadap perkembangan terhadap pemindahan tersebut.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyrakat untuk mengakses

informasi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perkembagan

pemindahan tersebut. Pemeritah Kota Palembang telah menyediakan portal

internet untuk memudahkan siapa saja untuk mengakses dan mendapatkan

informasi seputar pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar

Retail Jakabaring. Ketertarikan responden tersebut merupakan suatu ciri

aktif dari seorang warga negara yang berpartisipasi dalam pembangunan.

Hal ini yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan yang hendak dicapai

dari suatu kebijakan tersebut.

102

c. Keyakinan Masyarakat terhadap Keberhasilan Pemindahan

Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring

Setelah responden mengetahui adanya pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring selanjutnya adalah

mengukur aspek konatif yang merupakan tingkat keoptimisan atau

keyakinan masyarakat terhadap keberhasilan pemindahan tersebut. Untuk

melihat jawaban responden mengenai keyakinan terhadap keberhasilan

pemindahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 27. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap

Keberhasilan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir

ke Pasar Retail Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Yakin 3 3,00

2 Yakin 40 40,00

3 Cukup Yakin 38 38,00

4 Tidak Yakin 16 16,00

5 Sangat Tidak Yakin 3 3,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 27 di atas menunjukan keyakinan responden mengenai keberhasilan

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Tampak 3 orang (3%) responden menyatakan sangat yakin, 40 orang

(40%) responden menyatakan yakin, 38 orang (38%) responden

menyatakan cukup yakin, 16 orang (16%) responden menyatakan tidak

yakin dan 3 orang (3%) responden sangat tidak yakin.

103

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut sebagian besar masyarakat yakin

dengan keberhasilan pemindahan pedagang kaki lima tersebut, namun

masih ada beberapa jumlah pedagang kaki lima yang bersikeras tidak ingin

meninggalkan lokasi yang lama dah pindah ke lokasi yang baru. Ini

dikarenakan beberapa faktor penyebab, salah satunya adalah bahwa

pedagang kaki lima yang berada di lokasi terbut telah berjualan secara

turun-menurun, mulai dari orang tuanya hingga sekarang, sehingga

menumbuhkan kecintaan terhadap lokasi tersebut. Ada juga yang

beranggapan bahwa lokasi yang baru tidak memiliki prospek yang cerah

bagi para pedagang mengingat lokasinya yang cukup jauh dan ongkos

sewa counter yang tidak bisa dijangkau oleh pedagang kecil meyebabkan

mereka memilih tetap tinggal diloksai yang lama. Pemerintah kota dalam

hal ini telah berulang kali mengingatkan kepada para pedagang yang

belum mematuhi peraturan untuk pindah ke lokasi baru, namun meskipun

demikian sebagian besar lokasi tersebut telah dibangun taman wisata yang

menyebabkan para pedagang tidak bisa berjualan lagi di tempat biasanya.

Sebagian besar responden berkeyakinan bahwa pemindahan ini dapat

terlaksana dengan baik sehingga para pedagang yang tadinya belum

pindah akan segera pindah ke lokasi yang baru yaitu Pasar Retail

Jakabaring.

d. Keyakinan Masyarakat terhadap Keberhasilan Tujuan Pemindahan

Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring

Pengetahuan responden mengenai tujuan pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring cukup baik, setelah itu untuk

104

mengetahui keyakinan responden terhadap keberhasilan tujuan tersebut

dapat diukur dengan menggunakan aspek konatif dan hasilnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 28. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap

Keberhasilan Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar

16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Yakin 3 3,00

2 Yakin 43 43,00

3 Cukup Yakin 34 34,00

4 Tidak Yakin 18 18,00

5 Sangat Tidak Yakin 2 2,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Tabel 28 di atas menunjukan keyakinan masyarakat terhadap keberhasilan

tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring. Dapat diketahui bahwa 3 orang (3%) responden menyatakan

sangat yakin, 43 orang (43%) menyatakan yakin, dan 34 orang (34%)

responden menyatakan cukup yakin. Sisanya adalah sebanyak 18 orang

(18%) responden menyatakan tidak yakin dan 2 orang (2%) responden

menyatakan sangat tidak yakin terhdap keberhasilan atau pencapaian

tujuan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring.

Tujuan dipindahkannya pedagang kaki lima dari Pasar 16 Ilir yang

tepatnya di bawah Jembatan Ampera secara umum adalah untuk menata

ulang kawasan 16 Ilir terutama yang selama ini dihuni oleh pedagang kaki

lima untuk dijadikan suatu taman yang bersih dan nyaman. Hal ini juga

105

dikarenakan peresmian dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang

Yudhoyono untuk menjadikan daerah tersebut sentra wisata Sungai Musi

atau Palembang Legendary City. Tujuan inilah yang dirasakan masyarakat

Kota Palembang, dengan dipindahkannya pedagang kaki lima tersebut

masyarakat Kota Palembang memiliki taman wisata dan wisata air yang

terdapat di dekat Jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi. Hal

tersebut tidak lepas dari peran serta dari berbagai kalangan mulai

masyarakat, LSM, pedagang kaki lima, pemerintah untuk bersama-sama

mewujudkan suatu tatanan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik yang

lebih baik di masa yang akan datang.

e. Keyakinan Masyarakat terhadap Manfaat Pemindahan Pedagang

Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

Pengetahuan responden mengenai manfaat pemindahan pedagang kaki

lima ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan aspek kognitif

mendapatkan pernyataan sebesar 41%. Pengetahuan responden tersebut

dapat berpengaruh terhadap keyakinan manfaat yang ditimbulkan dari

pemindahan tersebut dan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 29. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap Manfaat

Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Yakin 3 3,00

2 Yakin 52 52,00

3 Cukup Yakin 30 30,00

4 Tidak Yakin 14 14,00

5 Sangat Tidak Yakin 1 1,00

Total 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

106

Tabel 29 di atas menyatakan keyakinan masyarakat terhadap manfaat

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Hasil yang diperoleh menyatakan 3 orang (3%) responden menyatakan

sangat yakin, lebih dari lima puluh persen yaitu sebesar 52 orang (52%)

responden menyatakan yakin terhadap pemindahan tersebut. Responden

yang menyatakan cukup yakin sebanyak 30 orang (30%) responden, 14

orang (14%) responden menyatakan tidak yakin dan hanya 1 orang (1%)

responden yang menyatakan sangat tidak yakin terhadap manfaat

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dipahami bahwa sebagian besar

responden menyatakan yakin terhadap manfaat dari pemindahan tersebut.

Manfaat dari pemindahan pedagang tersebut secara umum adalah untuk

memajukan dan memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat Kota

Palembang khususnya yang berada di daerah Jakabaring. Responden

menyatakan yakin dengan manfaat ini dikarenakan pembangunan pasar

tertutama pasar modern dapat memberikan peluang usaha, lapangan

pekerjaan bagi masyarakat sekitar, dan dapat menumbuhkan sektor

perekonomian merupakan nilai lebih dari pemindahan tersebut. Lain hal

dengan responden yang menyatakan tidak yakin atau bahkan sangat tidak

yakin dikarenakan masyarakat ragu jika pemindahan tersebut dapat

membawa manfaat baik bagi perekonomian melihat kondisi daerah

Jakabaring yang cukup luas dan masih sedikitnya kegiatan ekonomi yang

berada disana. Hal ini menimbulakan kekhawatiran masyarakat terhadap

107

manfaat dari pemindahan dan pembangunan tersebut. Untuk responden

yang menyatakan cukup tahu yakni masyarakat yang mempertimbangkan

kedua hal tersebut.

Untuk mengetahui aspek konatif responden secara keseluruhan dapat

dilihat pada tabel berikut :

108

Tabel 30. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Konatif

No Pertanyaan SM % M % CM % TM % STM % ∑

1 Tindakan

responden terhadap

pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail

Jakabaring

8 8,00 66 66,00 16 16,00 9 9,00 1 1,00 100

STr % Tr % CTr % TTr % STTr % ∑

2 Ketertarikan

responden terhadap

perkembangan

pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail

Jakabaring

6 6,00 43 43,00 25 25,00 25 25,00 1 1,00 100

SY % Y % CY % TY % STY % ∑

3 Keyakinan

responden terhadap

keberhasilan

pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail

Jakabaring

3 3,00 40 40,00 38 38,00 16 16,00 3 3,00 100

4 Keyakinan

responden terhadap

keberhasilan tujuan

pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail

Jakabaring

3 3,00 43 43,00 34 34,00 18 18,00 2 2,00 100

5 Keyakinan

responden terhadap

manfaat

pemindahan

pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail

Jakabaring

3 3,00 52 52,00 30 30,00 14 14,00 1 1,00 100

Total 23 244 143 82 8 500

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Keterangan :

(1)

SM = Sangat Mendukung TM = Tidak Mendukung

M = Mendukung STM = Sangat Tidak Mendukung

109

CM = Cukup Mendukung

(2)

ST r = Sangat Tertarik TTr = Tidak Tertarik

Tr = Tertarik STTr = Sangat Tidak Tertarik

CTr = Cukup Tertarik

(3)

SY = Sangat Yakin TY = Tidak Yakin

Y = Yakin STY = Sangat Tidak Yakin

CY = Cukup Yakin

Berdasarkan tabel 30 di atas diperoleh persentase sebagai berikut :

Sangat Positif = 23/500 x 100% = 4,6%

Positif = 244/500 x 100% = 48,8%

Cukup Positif = 143/500 x 100% = 28,6%

Negatif = 82/500 x 100% = 16,4%

Sangat Negatif = 8/500 x 100% = 1,6%

Berdasarkan hasil persentase tersebut didapat aspek konatif berupa tingkah

laku atau tindakan secara umum sebagian besar responden memiliki tindakan

positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring yaitu sebanyak 48,8% responden dan 4,6% responden yang

memiliki tindakan sangat positif. Responden yang memiliki tindakan cukup

positif sebanyak 28,6% responden, sedangkan responden yang memiliki

110

tindakan negatif sebanyak 16,4% dan sebanyak 1,6% responden yang

memiliki tindakan sangat negatif.

Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek konatif

dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Gambar 6. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Konatif

Berdasarkan grafik tersebut, maka dapat diketahui bahwa tindakan

masyarakat Kota Palembang dalam menyikapi kebijakan ini sangat bervariasi.

Namun, mayoritas masyarakat Kota Palembang mendukung kebijakan

pemerintah terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang

ke Pasar Retail Jakabaring. Grafik tersebut menunjukan bahwa sebagian besar

masyarakat Kota Palembang bertindak positif mengenai pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meskipun

terdapat kecenderungan masyarakat bersikap tidak perduli dengan

pemindahan tersebut. Selanjutnya pemindahan pedagang kai lima tersebut

111

harus dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Palembang dengan tidak

meninggalkan peran masyarakat di dalamnya.

Selanjutnya untuk menganalisa indikator konatif responden terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut :

NT - NR

I =

K

Keterangan :

I = Interval nilai skor

NT = Nilai tertinggi

NR = Nilai terendah

K = Kategori jawaban

Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel

rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini

merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100

orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek afektif

NT= 22, NR= 6 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis

tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas

dapat diketahui sebagai berikut :

112

NT - NR

I =

K

22 - 6

I =

5

I = 3,2 dibulatkan 3, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :

Sangat Positif ≥ 18

Positif = 15-17

Netral = 12-14

Negatif = 9-11

Sangat Negatif = 6-8

Tabel 31. Kategori Sikap Responden dari Aspek Konatif

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Positif 47 47,00

2 Positif 32 32,00

3 Netral 11 11,00

4 Negatif 8 8,00

5 Sangat Negatif 2 2,00

Jumlah 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Aspek konatif dalam penelitian ini meliputi tindakan atau kecenderungan dari

responden yang dapat menimbulkan tanggapan terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

Analisis indikator ini mengklasifikasikan perasaan responden ke dalam lima

kategori yaitu sangat positif, positif, netral, negatif dan sangat negatif.

Kategori sangat positif berarti masyarakat betingkah laku sangat mendukung

kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori positif

113

Konatif

Sangat Positif (47%)

Positif (32%)

Netral (11%)

Negatif (8%)

Sangat Negatif (2%)

berarti masyarakat bertingkah laku mendukung terhadap pemindahan

tersebut. Kategori netral artinya masyarakat lebih cenderung bertingkah laku

biasa-biasa saja dalam menyikapi pemindahan tersebut, sedangkan kategori

negatif berarti masyarakat bertingkah laku menolak kebijakan pemindahan

tersebut dan untuk kategori sangat negatif berarti masyarakat bertingkah laku

sangat menolak atau tidak mendukung terhadap pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui

hasil perhitungan aspek konatif masyarakat Kota Palembang secara

keseluruhan dapat dilihat pada gambar 7 berikut :

8% 2%

11% 47%

32%

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Gambar 7. Kategori Sikap Responden dari Aspek Konatif

Gambar tersebut menunjukan aspek konatif (tindakan) dari 100 responden.

Responden yang memilih bertindak sangat positif terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

sebanyak 47% responden. Responden yang memilih bertindak positif

terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar

114

Retail Jakabaring yaitu sebanyak 32% responden. Responden yang netral

dalam menyikapi pemindahan tersebut sebanyak 11% responden dan

sebanyak 8% responden memilih bertindak negatif terhadap pemindahan

tersebut. Sisanya sebanyak 2% responden memilih bertindak sangat negatif

terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar

Retail Jakabaring.

Menurut hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas

masyarakat memilih bertindak sangat positif dalam menyikapi pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu

sebanyak 47%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring telah mendapat dukungan penuh dari masyarakat Kota Palembang.

Masyarakat menilai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Kota Palembang tersebut telah cukup berhasil, karena melihat kondisi pasar

yang teratur dan terkendali menimbulkan dampak yang cukup baik pula bagi

kehidupan masyarakat. Sebelumnya pemindahan ini menimbulkan berbagai

reaksi dari berbagai kalangan masyarakat yang ada di Kota Palembang, mulai

dari reaksi pro hingga kontra, namun dengan seiring berjalannya waktu

kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Palembang dapat menunjukkan

suatu keberhasilan dan keberhasilan tersebut kurang lebih telah dirasakan

oleh masyarakat. Tuntutan akan tatanan kota yang BARI (Bersih, Aman,

Rapi, Indah) sesuai dengan julukan Kota Palembang akhirnya dapat terpenuhi

dengan adanya kebijakan relokasi pedagang ini. Keberhasilan dari kebijakan

ini tidak terlepas dari dukungan penuh dari masyarakat kepada pemerintah

115

dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dukungan inilah

yang menjadi feed-back bagi masyarakat Kota Palembang sendiri, dengan

merasakan berbagai hal yang menjadi prioritas Pemerintah Kota Palembang.

Kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring ini diharapkan dapat

lebih meningkatkan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tujuan awal dari

kebijakan tersebut. Akhirnya kebijakan-kebijakan yang nantinya akan

dikeluarkan oleh pemerintah akan mendapat dukungan dari masyarakat yang

merupakan bagian atau elemen penting dari suatu kebijakan dan nantinya

kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat memperkuat rasa

persatuan dan kesatuan di dalam masyarakat khususnya hubungan antara

yang memerintah dengan yang diperintah.

Selanjutnya untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang secara

keseluruhan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar

Retail Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut :

NT - NR

I =

K

Keterangan :

I = Interval nilai skor

NT = Nilai tertinggi

NR = Nilai terendah

K = Kategori jawaban

116

Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel

rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini

merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100

orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari keseluruhan

aspek NT= 66, NR= 16 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K)

penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing

kelas dapat diketahui sebagai berikut :

NT - NR

I =

K

66 - 16

I =

5

I = 10, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :

Sangat Positif ≥ 56

Positif = 46-55

Netral = 36-45

Negatif = 26-35

Sangat Negatif = 16-25

Tabel 32. Kategori Sikap Responden Secara Keseluruhan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Positif 41 41,00

2 Positif 40 40,00

3 Netral 16 16,00

4 Negatif 1 1,00

5 Sangat Negatif 2 2,00

Jumlah 100 100,00

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

117

Sangat Positif (41%)

Positif (40%)

Netral (16%)

Negatif (1%)

Sangat Negatif (2%)

Analisis ini mengklasifikasikan sikap responden secara keseluruhan dalam

lima kategori yaitu sangat positif, positif, netral, negatif, dan sangat negatif.

Kategori sangat positif berarti masyarakat sangat setuju, sangat mendukung

dan sangat tertarik dengan kebijakan Pemerintah Kota Palembang yang

memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

Kategori positif berarti masyarakat setuju, mendukung, dan tertarik terhadap

kebijakan tersebut. Kategori netral berarti masyarakat bersikap biasa saja

terhadap pemindahan pedagang kaki lima tersebut, sedangkan kategori

negatif berarti masyarakat bertingkah laku sangat menolak kebijakan tersebut

dan untuk kategori sangat negatif berarti masyarakat sangat menolak, sangat

tidak mendukung dan sangat tidak tertarik terhadap kebijakan Pemerintah

Kota Palembang yang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil perhitungan secara

keseluruhan dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini :

1% 2%

16% 41%

40%

Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

Gambar 8. Kategori Sikap Responden Secara Keseluruhan

118

Gambar tersebut menunjukan sikap responden secara keseluruhan dari 100

responden. Responden yang memilih bertindak sangat positif terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring sebanyak 41% responden. Responden yang memilih bertindak

positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke

Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 40% responden. Responden yang

netral dalam menyikapi pemindahan tersebut sebanyak 16% responden dan

sebanyak 1% responden memilih bertindak negatif terhadap pemindahan

tersebut. Sisanya sebanyak 2% responden memilih bertindak sangat negatif

terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar

Retail Jakabaring.

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas

masyarakat bertindak sangat positif secara keseluruhan dalam meyikapi

kebijakan Pemerintah Kota Palembang dalam pemindahan pedagang kaki

lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebesar 41%. Kebijakan

yang pada awalnya sempat menimbulkan reaksi dari berbagai pihak akhirnya

dapat menjadi salah satu pencapaian yang baik bagi Pemerintah Kota

Palembang, karena tidak hanya para pedagang yang diuntungkan dari

pemindahan ini dari bersih dan terjaminnya lahan atau lapak dagangan namun

masyarakat luas pun dapat merasakan manfaat dari kebijakan ini. Daerah

yang dahulu menjadi sentra perdagangan pedagang kaki lima yang kumuh

dan kotor diubah menjadi taman wisata yang indah dan nyaman, serta lahan

yang menjadi tujuan relokasi pedagang yaitu di Jakabaring menjadi lebih

berkembang dari sebelumnya. Hal inilah yang menurut penulis yang menjadi

119

pertimbangan masyarakat bersikap sangat positif terhadap kebijakan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang yaitu memindahkan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Hal ini juga merupakan

credit point bagi Pemerintah Kota Palembang dalam menata tata ruang kota

dan upaya mewujudkan Kota Palembang sebagai kota internasional. Grand

desain ini dapat menjadi tolak ukur dan contoh bagi kota-kota yang ada di

Indonesia yang sedang mengalami permasalahan yang sama seperti Kota

Palembang dalam penanganan pedagang kaki lima.

120

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis di Kota Palembang

untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Sikap masyarakat yang berhubungan dengan pengetahuan (kognitif)

terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail

Jakabaring menunjukan bahwa masyarakat berpengetahuan baik.

Sebanyak 45% responden yang mewakili masyarakat Kota Palembang

menyatakan mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke

Pasar Retail Jakabaring, lokasi yang merupakan tempat baru dari pedagang

kaki lima, alasan dilaksanakannya pemindahan ke Pasar Retail Jakabaring,

tujuan serta manfaat yang dihasilkan dari pemindahan pedagang kaki lima

Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

2. Sikap masyarakat yang berhubungan dengan perasaan (afektif) terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

menunjukan bahwa masyarakat setuju dengan pemindahan tersebut, ini

dibuktikan dengan 68% responden yang mewakili masyarakat Kota

121

Palembang menjawab setuju dan tidak menolak atas pemindahan pedagang

kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

3. Sikap masyarakat yang berhubungan dengan tindakan (konatif) terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring

cenderung bertindak sangat positif yakni sebanyak 47% responden

menyatakan dukungannya terhadap pemindahan ini.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat memberikan saran

sebagai berikut :

1. Pemerintah Kota Palembang bersama dinas terkait untuk dapat

memberikan sosialisasi dan pengertian yang lebih kepada masyarakat Kota

Palembang dengan cara mengoperasikan kembali bis gratis yang dulu

sempat dioperasikan pada saat pertama kali kebijakan tersebut dikeluarkan

dengan tujuan dapat lebih mendekatkan lagi hubungan pemerintah dengan

masyarakatnya, selain itu Pemerintah Kota Palembang dapat melakukan

sosialisasi dengan cara menginformasikan pemindahan tersebut secara

berkala melalui media cetak maupun media elektronik ataupun melalui

Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Palembang sehingga dapat

memangkas jumlah masyarakat yang berpengetahuan kurang terhadap

pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail

Jakabaring.

2. Pemerintah Kota Palembang dalam hal ini harus lebih peka terhadap

berbagai aspirasi yang ada di masyarakat yaitu dengan melibatkan elemen-

122

elemen masyarakat untuk menentukan arah suatu kebiajakan, sehingga apa

yang diinginkan masyarakat dan apa yang hendak dicapai oleh pemerintah

dapat berjalan berdampingan tanpa ada yang merasa dirugikan dari suatu

kebijakan tersebut.

3. Masyarakat Kota Palembang yang selama ini bersikap tidak perduli atau

acuh tak acuh, harus lebih berperan aktif dalam setiap kebijakan yang

dikeluarkan Pemerintah Kota Palembang termasuk kebijakan pemindahan

pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

terutama dalam hal controlling atau proses pengawasan.

123

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdulsyani. 2006. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. PT Bumi

Aksara. Jakarta

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta

Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,

Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya.

Pranada Media Grup. Jakarta

Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Refika Aditama. Bandung

Hadi, Sutrisno. 1998. Metodelogi Research. Fakultas Psikologi UGM.

Yogyakarta

Hartomo dan Aziz, Arnicun.2004. Ilmu Sosial Dasar. PT Bumi Aksara.

Jakarta

Masyhuri dan Zainuddin, M. 2008. Metode Penelitian. PT Refika Aditama.

Bandung

Nas, P.J.M. 1979. Kota di Dunia Ketiga. Bhrata Karya Aksara. Jakarta

Rakhmat, Jalalludin. 1994. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rusko Karya.

Jakarta

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1995. Metode Penelitian Sosial.

LP3ES. Jakarta

Sears, David O. 1985. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta

Soelaeman, Munandar. 1998. Ilmu Sosial Dasar. PT Refika Aditama.

Bandung

124

Sulisyanto, 2005. Analisis Data. Ghalia Indonesia. Bogor

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metode Penelitian

Sosial. PT Bumi Aksara. Jakarta

Walgito, Bimo. 1983. Psikologi Sosial. Fakultas Psikologi UGM.

Yogyakarta

Website

www.palembang.go.id

www.geocities.com/jsarwono_bbrc