i. pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.unila.ac.id/19797/3/skripsi ican jadi sikap abis...
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara demokratis, dengan mengutamakan peran
serta masyarakat menjadikan negara ini menjadi salah satu negara
demokratis terbesar di dunia. Dimana peran serta masyarakat sangat
penting dalam mewujudkan demokrasi yang berkeadilan sosial. Salah satu
ciri dari negara demokratis adalah diselenggarakannya pemilihan umum.
Pemilihan umum bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk
di kursi parlemen dengan mandat dari konstituennya yang mempunyai
tujuan yang mulia, yaitu mensejahterakan dan memanusiakan rakyat
Indonesia. Seperti amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4, “.....yang melindungi segenap
bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.....”.
Di era otonomi daerah seperti yang berkembang saat ini, pemilihan kepala
daerah banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di
Sumatera Selatan. Provinsi ini merupakan Provinsi terkaya ke-5 di
Indonesia setelah otonomi daerah. Dimana banyak sekali terdapat berbagai
macam jenis sumber daya alam yang melimpah, sehingga untuk me-
2
manage semua hal ini dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai
kredibilitas yang tinggi untuk memajukan dan mensejahterakan seluruh
rakyatnya. Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 11 (sebelas) kabupaten
dan 4 (empat) kota, dengan Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi.
Kota Palembang merupakan suatu daerah yang merupakan suatu kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,
berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai Undang
Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Kota Palembang seperti halnya kota-kota besar lainnya yang berada di
Indonesia memiliki banyak permasalahan yang kompleks. Salah satunya
adalah masalah pasar dan pedagang kaki lima. Pasar mempunyai fungsi
yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat yaitu sebagai pemenuhan
kebutuhan, dengan adanya pasar semua kebutuhan dapat terpenuhi.
Kondisi pasar yang sehat dan bersih merupakan tolak ukur dari
keberhasilan suatu daerah dalam menjalankan roda pemerintahannya.
Pasar dan pedagang kaki lima merupakan suatu rangkaian yang mungkin
sulit untuk dipisahkan dengan keadaan umum pasar-pasar yang ada di
Indonesia.
Kota Palembang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Selatan secara umum
memiliki banyak pasar diantaranya Pasar Cinde, Pasar 7 Ulu, Pasar Gubah,
Pasar Kuto, Pasar 16 Ilir dan masih banyak pasar-pasar lain yang tersebar
di sudut Kota Palembang. Keberadaan pasar dirasakan semakin memenuhi
3
sudut Kota Palembang sehingga dirasa perlu adanya penataan kembali
pasar-pasar yang ada di kota ini, terutama mengenai pedagang kaki lima
yang berjualan tidak ditempat yang telah disediakan oleh pemerintah kota.
Hal tersebut bertujuan untuk memperindah dan menata kota peninggalan
Kerajaan Sriwijaya ini. Salah satunya yang paling mencolok adalah
keberadaan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir yang berada di pinggiran
Sungai Musi. Pasar ini merupakan salah satu pasar terbesar yang berada di
Kota Palembang. Letaknya yang strategis antara dua daratan yang
terpisahkan oleh sungai menjadikan tempat ini sebagai tempat yang
menjanjikan untuk lahan mencari nafkah. Nampak dengan banyaknya
pedagang kaki lima (PK-5) yang ada di daerah tersebut.
Pemerintah Kota Palembang sebenarnya telah menyediakan tempat untuk
pedagang kaki lima, yaitu dengan dibangunnya sebuah gedung plaza yang
diberi nama Plaza 16 Ilir. Plaza ini berfungsi untuk menampung pedagang
kaki lima yang hendak berjualan di daerah tersebut, namun banyaknya
pedagang yang ingin berjualan di plaza tersebut tidak diimbangi dengan
daya tampung plaza, sehingga para pedagang yang tidak kebagian lapak
menggelar dagangannya di luar bagunan plaza. Tentu saja hal ini dapat
menyebabkan perubahan tatanan Kota Palembang. Pemerintah hanya
bertujuan untuk menertibkan dan menata kawasan perdagangan di Kota
Palembang agar menjadi nyaman dan tertib, sehingga akan tercipta
kenyamanan, kebersihan, dan keindahan lingkungan kota yang akan
menjadi kota bertaraf internasional ini.
4
Keberadaan pedagang yang membuka lapak dagangannya di luar gedung
plaza dirasa cukup mengganggu. Terbukti dengan kondisi yang diciptakan
oleh keberadaan pasar tersebut. Kesan kumuh dan kotor merupakan
pemandangan yang lazim di daerah ini, sehingga dirasa perlu untuk
memindahkan pedagang-pedagang yang memenuhi kolong Jembatan
Ampera yang membelah Sungai Musi. Pemerintah Kota Palembang yang
dipimpin oleh Eddy Santana Putra sebagai walikota telah menyiapkan
tempat atau pasar pengganti, yaitu Pasar Retail Jakabaring. Pemerintah
Kota Palembang memilih Jakabaring sebagai tempat relokasi pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir. Pasar ini disiapkan untuk menampung pedagang-
pedagang dari Pasar 16 Ilir. Secara bertahap pedagang-pedagang tersebut
dipindahkan ke lokasi baru yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota
Palembang.
Daerah yang dahulu merupakan pasar yang kumuh dan kotor dirubah oleh
Pemerintah Kota Palembang menjadi satu taman kota yang indah. Taman
kota ini diperuntukkan sebagai tujuan wisata bersaing dengan Kepulauan
Riau. Wisatawan banyak yang berkunjung ke daerah ini setelah dibenahi,
baik wisatan lokal maupun wisatawan asing. Tujuan lain dari
dipindahkannya pedagang dari daerah 16 Ilir ini yaitu daerah ini dijadikan
sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City yang
ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini disebabkan
karena hampir semua aset wisata sejarah yang ada di kota ini berada di
pinggiran sungai, sehingga membuat Pemerintah Kota Palembang terus
5
berbenah untuk mewujudkan Kota Palembang sebagai Legendary City
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia.
Hasilnya pada tahun 2007, 2008 dan 2009 Kota Palembang mendapatkan
piala Adipura tiga tahun berturut-turut, padahal pada tahun 2005 kota ini
mendapat predikat kota terkotor. Kota yang pada 17 Juni 2009 berulang
tahun ke-1326 ini diikutkan pada penilaian Adipura tingkat ASEAN untuk
kategori clean land yaitu kategori kota bersih dan teduh. Adipura tingkat
ASEAN ini diikuti oleh seluruh negara ASEAN kecuali Singapura. Pada
Oktober 2008 Walikota Palembang mewakili Indonesia untuk menerima
penghargaan kategori kota bersih di negara-negara ASEAN. Ditunjuknya
Palembang sebagai kota yang mewakili Indonesia ke Hanoi Vietnam untuk
menerima penghargaan bidang lingkungan katagori clean land didasari
atas prestasi Palembang dalam bidang lingkungan dan air bersih. Khusus
persoalan air bersih, target 2008 yang mematok 80 persen masyarakat kota
dialiri air bersih sudah menjadi kenyataan dan kini target dipeluas hingga
ke angka 90 persen warga Palembang dapat menikmati air bersih. Belum
lagi keberhasilan dalam penataan lokasi pemukiman kumuh dan
kebersihan kota yang sudah mendapat tiga kali piala Adipura dan
Palembang dinyatakan sebagai kota terbersih oleh kementerian lingkungan
hidup. Begitu pun dengan sistem pengairan, drainase dan penataan lokasi
pemukiman kumuh, Departemen Pekerjaan Umum juga menempatkan
Palembang sebagai kota urutan teratas yang berhak mendapat
penghargaan. (http://palembang.go.id diakses pada 10 Juni 2009 pukul
00.08 wib)
6
Kebijakan relokasi pedagang kaki lima di daerah 16 Ilir ini banyak menuai
pro dan kontra dari berbagai kalangan yang ada di Kota Palembang. Salah
satunya adalah kelompok pro demokrasi.
Hasil yang didapat peneliti pada saat pra-riset mengenai masalah
kependudukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, jumlah
penduduk di Kota Palembang pada pertengahan tahun 2006 adalah sebesar
1.369.529 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2007
adalah sebesar 1.394.954 jiwa atau meningkat 1,88 persen dari tahun 2006.
Kota Palembang memiliki 16 Kecamatan, diantaranya sebagai berikut :
1. Ilir Barat II
2. Gandus
3. Seberang Ulu I
4. Kertapati
5. Seberang Ulu II
6. Plaju
7. Ilir Barat I
8. Bukit Kecil
9. Ilir Timur I
10. Kemuning
11. Ilir Timur II
12. Kalidoni
13. Sako
14. Sukarami
15. Sematang Borang
16. Alang-alang Lebar
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
Hasil yang didapatkan penulis pada pra-riset tanggal 14-17 April 2009 di
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan menyebutkan
bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Tahun 2007,
wilayah administrasi Kota Palembang mengalami pemekaran wilayah, saat
ini jumlah kecamatan di Kota Palembang menjadi 16 kecamatan dan 107
7
kelurahan yang sebelumnya hanya 14 kecamatan dan 103 kelurahan. Dua
kecamatan baru tersebut adalah Kecamatan Alang-alang Lebar yang
merupakan pecahan dari Kecamatan Sukarami kemudian Kecamatan
Sematang Borang yang merupakan pecahan dari Kecamatan Sako.
Sementara 4 kelurahan yang baru adalah Kelurahan Talang Jambe yang
merupakan pecahan Kelurahan Talang Betutu, Kelurahan Sukodadi yang
merupakan pecahan Kelurahan Alang-alang Lebar dan Sako Baru pecahan
dari Kelurahan Sako, yang terakhir adalah Kelurahan Karya Mulya
pecahan dari Kelurahan Sukamulya. Perubahan ini tertuang dalam
Peraturan Daerah Nomor 19 dan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007
yang diundangkan tanggal 23 Juli 2007 dalam Lembaran Daerah Kota
Palembang Nomor 20 Tahun 2007.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ bagaimana sikap masyarakat
Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail Jakabaring”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat Kota
Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar
Retail Jakabaring.
8
D. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan bagi
perkembangan ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan salah satu kajian
manajemen pemerintahan khususnya mengenai kebijakan pemerintah
dalam hal ini pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring, serta sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang
akan atau sedang melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Sedangkan secara praktis
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah
Kota Palembang untuk dapat lebih meningkatkan kualitas dan mutu
pelayanan terhadap warga masyarakat Palembang.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap dalam buku karangan Abu Ahmadi yang dalam bahasa inggris
disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer pada 1862
untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Menurut L.L. Thurstone
dalam Abu Ahmadi (2002 : 163) mengatakan bahwa sikap sebagai
tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang
berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi tersebut meliputi
simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Menurut
Gerungan (2004 : 161)
“Attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek
tertentu yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan,
tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai
dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih
diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu
hal.”
Beberapa ahli dalam Abu Ahmadi (2002 : 163) mengemukakan pendapat
mengenai sikap antara lain :
a. Zimbardo dan Ebbesen
Sikap adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap
seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen
kognitif, afektif, dan behavior.
10
b. David Krench dan RS. Crutchfield
Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi,
persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.
c. John Harvey dan Wiliam P. Smith
Sikap merupakan kesiapan secara konsisten dalam bentuk positif
atau negatif terhadap objek atau situasi.
G.W. Allport dalam David O.Sears (1985 : 137) mengemukakan bahwa
sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada semua objek dan situasi berkaitan dengannya.
Berdasarkan beberapa konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap objek
tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif. Pada
penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian yaitu kebijakan
Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
2. Ciri-ciri Sikap
Menurut Bimo Walgito (1983 : 54) ciri-ciri sikap antara lain :
a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa individu atau
manusia pada waktu lahir belumlah membawa sesuatu sikap tertentu.
Karena sikap tidak dibawa sejak individu itu dilahirkan, maka sikap itu
terbentuk dalam perkembangan individu tersebut.
b. Selalu adanya hubungan antara individu dengan objek. Oleh karena itu
sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan
objek. Melalui proses pengenalan atau persepsi terhadap objek
tersebut. Hubungan yang bersifat positif atau negatif antara individu
dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari
individu terhadap objek yang bersangkutan. Jadi sifat hubungan ini
akan menimbulkan sikap yang tertentu pula.
c. Sikap dapat tertuju kepada satu objek saja, tetapi juga dapat kepada
sekumpulan objek-objek.
11
d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar. Jika suatu sikap telah
terbentuk dan merupakan salah satu nilai dalam kehidupan seseorang,
maka secara relative sikap itu akan sulit mengalami perubahan dan jika
berubah maka prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama.
e. Sikap mengandung faktor perasaan dan faktor motif. Ini berarti bahwa
sikap terhadap suatu objek akan selalu diikuti adanya perasaan yang
tertentu pula, apakah perasaan yang bersifat positif (senang) atau
negatif (tidak senang) terhadap objek tersebut.
3. Fungsi Sikap
Fungsi sikap menurut Abu Ahmadi (2002 : 179) antara lain :
a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap
adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang
mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru
karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan dan
pengalaman bersama biasanya ditandai adanya sikap anggota yang
sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan demikian sikap bisa
menjadi rantai penghubung antar orang dengan kelompoknya atau
dengan anggota kelompoknya yang lain. Oleh karena itu anggota-
anggota kelompok yang mengambil sikap sama terhadap objek tertentu
dapat meramalkan tingkah laku terhadap anggota-anggota lainnya.
b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa
tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-
aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi
tak ada pertimbangan, tetapi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut
usianya perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara
spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai
perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terdapat
sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-
pertimbangan/penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya
bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang erat
hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-
peraturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan
pada orang itu dan sebagainya.
c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Bahwa
manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar
sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua
pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani
oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan
mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalamn ini diberi
penilaian, lalu dipilih. Tentu saja pemilihan itu ditentukan atas tinjauan
apakah pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti baginya atau
tidak. Jadi manusia setiap saat mengadakan pemilihan-pemilihan, dan
semua perangsang tidak semuanya dapat dilayani. Sebab kalau tidak
12
demikian akan mengganggu manusia. Tanpa pengalaman tak ada
keputusan dan tak dapat melakukan perbuatan.
d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering
mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak
pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu
dengan melihat sikap-sikap pada objek-obek tertentu, sedikit banyak
orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai
pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, kita
harus mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari pada sikap orang
tersebut dan dengan mengetahui sikap itu kita akan mengetahui pula
mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubah
sikap-sikap tersebut.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan dan Pengubahan
Sikap
Pada dasarnya sikap terbentuk dari individu dari setia orang dan
berkembang dalam dirinya, faktor pengalaman sangatlah penting dalam
proses pembentukan sikap. Namun demikian, faktor dari luar diakui dapat
juga mempengaruhi sikap individu tersebut. Beberapa ahli mengemukakan
pendapatnya mengenai pengaruh tersebut, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Internal
Menurut Abu Ahmadi (2002 : 171) faktor intern merupakan faktor
yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa
selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
Hal yang sama yang diungkapkan oleh Gerungan (2004 : 168) yaitu
selektivitas dalam pengamatan senantiasa berlangsung karena individu
13
manusia tidak dapat memperhatikan semua rangsangan yang datang
dari lingkungannya dengan taraf perhatian yang sama.
b. Faktor Eksternal
Menurut Abu Ahmadi (2002 : 171) faktor eksternal merupakan faktor
yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial
diluar kelompok.
Menurut M.Sherif dalam Gerungan (2004 : 168) garis besar sikap
mengenai faktor eksternal mencakup dua hal
1. Dalam interaksi kelompok, di mana terdapat hubungan timbal-balik
yang langsung antara manusia
2. Karena komunikasi, di mana terdapat pengaruh-pengaruh
(hubungan) langsung dari satu pihak saja.
5. Metode Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung
dan secara tidak langsung. Menurut Abu Ahmadi (2002 : 182)
a. Pengukuran sikap secara langsung yaitu peneliti meminta pendapat
suatu individu mengenai bagaimana sikapnya terhadap suatu
masalah. Dalam pengukuran ini dapat menggunakan beberapa
skala, misalnya Skala Thurstone, Skala Likert, Skala Bogardus, dan
Skala Perbedaan Semantik (The Semantic Different Scale).
b. Pengukuran sikap secara tidak langsung yaitu metode pengukuran
sikap yang bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan
kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan atau verbal.
14
6. Aspek-Aspek Sikap
Menurut Abu Ahmadi (2002 : 162) tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek
yaitu :
a. Aspek Kognitif
Aspek kognitif yaitu aspek yang berhubungan dengan gejala
mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman
dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau
kelompok objek tertentu.
b. Aspek Afektif
Aspek afektif yaitu aspek yang berwujud proses yang menyangkut
perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati,
antipati dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek
tertentu.
c. Aspek Konatif
Aspek konatif yaitu aspek yang berwujud proses tendensi atau
kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek, misalnya
kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap dalam
penelitian ini yaitu kesiapan untuk memberikan sikap atau respon terhadap
objek yang dihadapinya. Sikap atau tanggapan tersebut merupakan suatu
hal untuk mendukung atau tidak mendukung terhadap objek tersebut,
dalam hal ini adalah pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir
Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, yang berhubungan dengan
beberapa aspek sikap. Aspek tersebut terdiri dari aspek kognitif yang
berkaitan dengan pandangan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang
mengenai suatu hal yang dalam penelitian ini yaitu terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Aspek afektif yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang
terhadap suatu objek tertentu yang menimbulkan perasaan pro, netral atau
15
kontra terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang
ke Pasar Retail Jakabaring dan aspek konatif yaitu aspek yang berkaitan
dengan prilaku dengan kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi
terhadap sesuatu hal dengan cara-cara tertentu dengan menanggapi
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring.
B. Tinjauan Tentang Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat dalam buku Ilmu Sosial Dasar (1998 : 63) karangan
Munandar Soelaeman berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, yang artinya
bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk
aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai
perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam
lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Menurut WJS. Poerwodarminto dalam Hartomo dan Arnicun Aziz (2004
: 88) masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang
yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara
aturan yang tertentu. Sedangkan menurut Linton yang dikutip oleh
Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 88), mengemukakan bahwa
masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama
hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan
16
dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan
batas-batas tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan
manusia yang telah cukup lama hidup bersama dan bekerja sama,
sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan
dan batas-batas tertentu.
2. Unsur Masyarakat
Menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 90) yang menjadi unsur
dari masyarakat yaitu :
a. Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia, dan harus banyak
jumlahnya, dan bukan mengumpulkan barang.
b. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal
dalam daerah yang tertentu.
c. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka
bersama, untuk maju kepada satu cita-cita yang sama.
3. Ciri-ciri masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip oleh Abdulsyani (2002 : 32),
menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk
kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri
pokok, yaitu :
a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada
ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan
berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara
teoritis, angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.
17
b. Bersama untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia
tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti
umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan
berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia
baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan
mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk
menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai
akibat hidup bersama itu, timbulah sistem komunikasi dan
timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar
manusia dalam kelompok tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem
kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena
setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang
lainnya.
4. Masyarakat Kota
Kota menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 228) adalah sebagai
pusat pendomisian bertingkat-tingkat sesuai dengan sistem administrasi
Negara yang bersangkutan.
Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kota yang dikutip oleh
P.J.M Nas (1979 : 29) antara lain :
1. Wirth
Ia merumuskan kota sebagai pemukiman yang relatif besar,
padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen
kedudukan sosialnya.
2. Max Weber
Ia menganggap suatu tempat adalah kota apabila penghuni
setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan
ekonominya di pasar lokal.
3. Marx dan Engels
Mereka memandang kota sebagai “perserikatan” yang dibentuk
guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat
produksi dan alat-alat yang diperlukan agar supaya anggota-
anggota dapat mempertahankan diri.
18
Jika melihat pendapat dari Max Weber, ia menitik beratkan kota pada
pasar sebagai ciri kota, di samping sifatnya sebagai benteng dan sebagai
sistem hukum tersendiri. Jadi dapat disimpulkan kota adalah suatu
pemukiman yang relatif padat yang berisi orang-orang yang heterogen
dalam kedudukan sosial yang digunakan untuk mempertahankan diri.
Sedangkan masyarakat kota adalah masyarakat yang hidup di suatu
tempat yang merupakan pemukiman yang relatif padat dan bersifat
heterogen.
Dari pengertian di atas, maka ciri-ciri masyarakat kota menurut
Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 233-235) antara lain :
1. Hiterogenitas Sosial
Kota merupakan tempat bagi aneka suku maupun ras, sehingga
masing-masing kelompok berusaha di atas kelompok yang lain.
Maka dari itu sering terjadi usaha untuk memperkuat
kelompoknya untuk melebihi kelompok yang lain. Misalnya,
mengumpulkan dan mengorganisir anggota kelompoknya
secara rapi, memelihara jumlah anak yang banyak bagi
kelompok minoritas dan sebagainya. Di samping itu kepadatan
penduduk memang mendorong terjadinya persaingan dalam
pemanfaatan ruang.
2. Hubungan Sekunder
Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota
(orang lain) serba terbatas pada bidang hidup tertentu.
3. Toleransi Sosial
Pada masyarakat kota orang tidak memperdulikan tingkah laku
sesamanya secara mendasar dan pribadi, sebab masing-msaing
anggota mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga kontrol sosial
pada masyarakat kota dapat dikatakan lemah sekali. Walaupun
ada control sosial tetapi sifatnya non pribadi. Selama tingkah
laku dari orang yang bersangkutan tidak merugikan umum atau
tidak bertentangan dengan norma yang ada, masih dapat
diterima dan ditolerir.
4. Kontrol Sekunder
Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi
secara pribadi atau sosial berjauhan.
19
5. Mobilitas Sosial
Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun
perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal.
6. Individual
Akibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka
kehidupan masyarakat di kota menjadi individual. Apakah yang
mereka inginkan dan rasakan, harus mereka rencana dan
laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota
masyarakat yang lain sulit untuk diharapkan.
7. Ikatan Sukarela
Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam
organisasi tertentu yang mereka sukai secara sukarela ia
menggabungkan diri dan berkorban.
8. Segresi Keruangan
Akibat dari hiterogenitas sosial dan kompetisi ruang, terjadi
pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama,
suku bangsa dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya terjadi
pemisahan tempat tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu.
C. Tinjauan Tentang Sikap Masyarakat
Abu Ahmadi (2002 : 166) menyatakan bahwa sikap masyarakat atau sikap
sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-
orang sekelompoknya terhadap objek sosial dan dinyatakan berulang-ulang.
Selanjutnya Gerungan (2004 : 161) merumuskan sikap sosial sebagai
berikut:
“Suatu sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan
berulang-ulang terhadap suatu objek sosial. Sikap sosial menyebabkan
terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang
terhadap suatu objek sosial, dan biasanya sikap sosial itu dinyatakan
tidak oleh seorang saja tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok
atau masyarakat.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
sikap masyarakat atau sikap sosial merupakan suatu sikap terhadap suatu
20
objek yang terjadi berulang-ulang yang dimiliki oleh banyak orang atau
sekelompok orang.
D. Tinjauan Tentang Pasar
1. Pasar 16 Ilir Palembang
Menurut Max Weber dalam P.J.M. Nas (1979 : 29) suatu daerah dapat
dikatakan sebagai kota yaitu apabila masyarakat setempatnya dapat
memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.
Pendapat Max Weber ini menyatakan bahwa pentingnya peranan suatu
pasar dalam kehidupan dan tata masyarakat perkotaan. Menurutnya pasar
merupakan ciri dari kota disamping sifatnya sebagai benteng dan sebagai
sistem hukum tersendiri. Kota Palembang yang memiliki banyak pasar
yang dapat memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri telah dapat
dikatakan sebagai kota jika merujuk dari pendapat Max Weber yang
menekankan kota pada pasar sebagai ciri utamanya.
Salah satu pasar yang dimiliki di Kota Palembang yaitu Pasar 16 Ilir.
Daerah Pasar 16 Ilir terdapat di tepian Sungai Musi dan telah ada sejak
awal abad ke-20, yang dahulu merupakan daerah pemukiman.
Sebagaimana sifat orang Melayu Palembang, kawasan tepian sungai
terutama tepian Sungai Musi merupakan pilihan tepat karena pada saat
itu jalur transportasi hanya melalui jalur air yang menggunakan perahu
sebagai alat transportasinya. Sejalan dengan perkembangannya daerah
21
yang dulunya pemukiman berubah fungsi menjadi lahan pencari nafkah
masyarakat sekitar. Tempat tersebut berubah menjadi Pasar yang
kemudian diberi nama Pasar 16 Ilir, ini dikarenakan pasar tersebut
terletak di daerah 16 Ilir. Nama 16 Ilir sendiri merupakan sisa-sisa dari
jaman penjajahan Belanda yang dahulu menduduki Kota Palembang.
Pemberian nama 16 Ilir tersebut merupakan salah satu strategi perang
Belanda untuk mengecoh gerilyawan perang.
2. Pasar Retail Jakabaring
Jakabaring merupakan daerah yang terdapat di Kecamatan Seberang Ulu
yang merupakan daerah pengembangan pembangunan. Sebelum tahun
2004 daerah ini masih merupakan daerah yang terdiri dari rawa-rawa dan
belum banyak penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Akhirnya pada
saat Kota Palembang dijadikan tuan rumah pada Pekan Olahraga
Nasional (PON) XIV pada 2004, daerah ini banyak mengalami
perubahan dengan berbagai macam pembangunan di berbagai sektor.
Mulai dari pembangunan sarana dan prasarana olah raga sampai
pembangunan perkampungan atlit. Kantor-kantor dinas pun banyak yang
dipindahkan ke daerah ini sehingga perekonomian di daerah ini semakin
meningkat.
Di Jakabaring masih banyak terdapat lahan kosong yang belum diolah
sehingga oleh Walikota Palembang saat itu Eddy Santana Putra dibuat
sebuah pasar. Pasar inilah yang menjadi tempat tujuan setelah pedagang
22
kaki lima Pasar 16 Ilir direlokasi. Tidak hanya pedagang kaki lima Pasar
16 Ilir saja yang pindah ke Pasar Jakabaring ini, namun banyak pedagang
pasar yang ada di Kota Palembang dipindahkan ke pasar ini, kemudian
pasar ini disebut Pasar Retail Jakabaring.
E. Kerangka Pikir
Menurut Widayat dan Amirullah dalam Masyhuri dan Zainuddin (2008 :
113) kerangka berpikir atau juga disebut kerangka konseptual merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Sedangkan
menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 34) kerangka berpikir
ialah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi obyek
permasalahan kita.
Di Indonesia banyak terdapat daerah setingkat kota atau kabupaten yang
menoreh prestasi yang telah diraihnya, baik di tingkat nasional maupun di
tingkat internasional. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran serta
masyarakat yang ikut menyukseskan program-program atau kebijakan yang
telah digulirkan oleh pemerintah.
Permasalahan pun menjadi semakin kompleks seiring dengan
perkembangan zaman. Salah satunya mengenai pengelolaan pasar. Di Kota
Palembang banyak terdapat pasar-pasar tradisional yang berfungsi sebagai
pusat pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pasar 16 Ilir menjadi pasar yang
sangat sentral di kota ini karena letaknya yang terdapat di pinggiran Sungai
23
Musi dan luasnya yang mencapai 1.283 m2. Berdasarkan data yang
diperoleh dari BPS Sumatera Selatan, Pasar 16 Ilir memiliki 1.148 pedagang
kaki lima yang setiap tahun jumlahnya semakin bertambah. Pemerintah
Kota Palembang memberikan tempat yang layak bagi para pedagang untuk
berjualan berbagai macam kebutuhan. Mengingat lokasinya yang strategis
maka makin banyak pedagang yang ingin membuka usahanya di Plaza 16
Ilir, sehingga menyebabkan tidak dapat ditampungnya semua pedagang di
tempat tersebut. Jadi para pedagang yang tidak kebagian tempat membuka
usahanya di luar tempat, sehingga menyebabkan para pedagang berjualan di
luar plaza dan menyebabkan ketidakteraturan di sekitar daerah plaza
tersebut.
Mempertimbangankan hal tersebut Pemerintah Kota Palembang
memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke pasar baru yaitu Pasar
Retail Jakabaring. Pemindahan ini bertujuan untuk menata ulang kembali
tatanan Kota Palembang. Daerah yang ditinggalkan Pasar 16 Ilir dijadikan
taman wisata sejalan dengan penetapan daerah 16 Ilir sebagai sentra wisata
Sungai Musi atau Palembang Legendary City. Selain itu pemindahan lokasi
pasar ini juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di daerah
Jakabaring, karena Jakabaring masih merupakan daerah yang harus
dikembangkan mengingat potensi lahannya yang sangat luas.
Partisipasi, sikap, dan dukungan dari masyarkat sangatlah penting dalam hal
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Ketika pemindahan tersebut menghadapi kendala, karena ada sebagian
24
masyarakat ataupun pedagang yang kontra terhadap kebijakan Pemerintah
Kota Palembang tersebut. Jadi masyarakat mempunyai peran yang sentral
dalam mewujudkan terlaksananya dengan tepat kebijakan yang digulirkan
oleh pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih
mendalam bagaimana sikap masyarakat Kota Palembang terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring. Untuk memperoleh gambaran mengenai sikap seperti yang
dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2002 : 162) yaitu aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek konatif.
1. Aspek kognitif (aspek perseptual), yaitu aspek yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, pengalaman, yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
2. Aspek afektif (aspek emosional), yaitu aspek yang berkaitan dengan rasa
senang atau tidak senang terhadap pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
3. Aspek konatif (aspek perilaku), yaitu aspek yang berkaitan dengan
kecenderungan orang untuk bertindak terhadap pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
25
Gambar kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut:
Gambar 1. Bagan kerangka pikir sikap masyarakat Kota Palembang
terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir
Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Sikap Masyarakat
Pemindahan Pedagang Kaki Lima
Pasar 16 Ilir Palembang
ke Pasar Retail Jakabaring
Aspek Kognitif
Aspek Afektif
Aspek Konatif
26
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sikap masyarakat
Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir
Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Tipe penelitian ini menggunakan tipe
penelitian deskriptif yang berdasarkan pada data kuantitatif. Penelitian
deskriftif menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 4)
bermaksud membuat pemeriaan (penyandraan) secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.
Ciri-ciri penelitian deskriftif menurut Masyhuri dan M. Zainuddin (2008 : 34)
adalah :
a. Memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena
b. Menerangkan hubungan (korelasi)
c. Menguji hipotesis yang diajukan
d. Membuat prediksi (forcase) kejadian
e. Memberikan arti atau makna atau implikasi pada suatu masalah
yang diteliti. Jadi penelitian deskripsi mempunyai cakupan yang
lebih luas.
Kuantitatif menurut Jonathan Sarwono adalah mementingkan adanya
variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut
harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing.
(www.geocities.com/jsarwono_bbrc diakses pada 30 Mei 2009 pukul 14.16)
27
B. Definisi Konseptual
Konsep menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 33) adalah
istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak :
kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu
sosial. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Sikap
Sikap adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap
objek tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif.
Pada penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian yaitu kebijakan
Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Sikap masyarakat tersebut diukur
dengan menggunakan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan konatif,
yang merupakan aspek pengetahuan, emosional atau perasaan dan
tindakan. Sikap tersebut nantinya akan memberikan pernyataan terhadap
objek tersebut yang akan menimbulkan pernyataan setuju atau tidak setuju,
mendukung atau tidak mendukung terhadap pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
2. Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan manusia yang telah
cukup lama hidup bersama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat
mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan dan batas-batas tertentu.
Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Palembang.
28
3. Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring
Pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
adalah solusi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Palembang untuk
mewujudkan keindahan tata kota yang teratur dan bersih. Pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, baik
masyarakat daerah yang ditinggal maupun daerah yang dituju. Daerah
Pasar 16 yang ditinggalkan dibagun menjadi taman-taman kota yang
menjadi tempat tujuan wisata sesuai dengan ketetapan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono untuk menjadikan daerah ini sebagai sentra wisata
Sungai Musi atau Palembang Legendary City.
C. Definisi Operasional
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 46) definisi
operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya
mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah
semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Aspek Kognitif (Pengetahuan)
Merupakan pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meliputi :
29
a. Pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
b. Pengetahuan masyarakat tentang lokasi pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
c. Pengetahuan masyarakat tentang alasan pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
d. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
e. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
2. Aspek Afektif (Perasaan)
Merupakan perasaan maupun sikap masyarakat terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring,
yaitu meliputi :
a. Perasaan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar
16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
b. Perasaan masyarakat terhadap lokasi pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
c. Perasaan masyarakat terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
d. Perasaan masyarakat terhadap tujuan pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
e. Perasaan masyarakat terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
30
3. Aspek Konatif (Tindakan)
Merupakan pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meliputi :
a. Kecenderungan bertindak yang dilakukan masyarakat terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring.
b. Ketertarikan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
c. Keoptimisan masyarakat terhadap keberhasilan pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
d. Keoptimisan masyarakat terhadap keberhasilan tujuan pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
e. Keoptimisan masyarakat terhadap manfaat yang dicapai dari
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar
Retail Jakabaring
D. Sumber Data
Data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini
dilihat dari karakteristik sumbernya terbagi menjadi :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama
di lokasi penelitian atau objek penelitian, dengan cara menggali secara
31
langsung dari responden yang merupakan hasil dari teknik pengumpulan
data melalui kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang dibutuhkan. Data sekunder ini digunakan sebagai
pendukung. Sumber data sekunder antara lain berupa wawancara untuk
mendukung data utama yang diperoleh dari kuisioner, literatur, berita surat
kabar, website, serta dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang
terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring. Untuk itu dirasa perlu untuk mengetahui pendapat masyarakat
Kota Palembang yang memiliki populasi satu juta lebih penduduk. Lokasi
penelitian ini adalah di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam buku karangan Burhan Bungin (2008 : 99) adalah berasal
dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk.
Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 42) populasi adalah
semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran daripada
karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas.
32
Berdasarkan pernyataan tersebut maka populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat Kota Palembang yang berjumlah 1.394.954 jiwa yang
diwakili oleh 301.401 kepala keluarga (KK). Kota Palembang terbagi
dalam enam belas kecamatan , yaitu Kecamatan Ilir Barat II, Kecamatan
Gandus, Kecamatan Seberang Ulu I, Kecamatan Kertapati, Kecamatan
Seberang Ulu II, Kecamatan Plaju, Kecamatan Ilir Barat I, Kecamatan
Bukit Kecil, Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan Kemuning, Kecamatan
Ilir Timur II, Kecamatan Kalidoni, Kecamatan Sako, Kecamatan
Sukarami, Kecamatan Sematang Borang, dan Kecamatan Alang-alang
Lebar. Data yang diperoleh pada pra-riset tanggal 14-17 April 2009,
jumlah kepala keluarga per kecamatan di Kota Palembang pada tahun
2007 adalah sebagai berikut :
a. Ilir Barat II : 13.154 kepala keluarga
b. Gandus : 11.439 kepala keluarga
c. Seberang Ulu I : 33.131 kepala keluarga
d. Kertapati : 17.618 kepala keluarga
e. Seberang Ulu II : 20.597 kepala keluarga
f. Plaju : 17.706 kepala keluarga
g. Ilir Barat I : 26.603 kepala keluarga
h. Kemuning : 20.952 kepala keluarga
i. Ilir Timur II : 32.818 kepala keluarga
j. Kalidoni : 22.579 kepala keluarga
k. Sako : 19.911 kepala keluarga
l. Sukarami : 37.978 kepala keluarga
33
m. Sematang Borang : -
n. Alang-alang Lebar : -
Total jumlah kepala keluarga yang berada di Kota Palembang adalah
301.401 kepala keluarga. Kecamatan Sematang Borang dan Kecamatan
Alang-alang Lebar belum memiliki angka kepala keluarga yang pasti
karena data-data tersebut masih tergabung dengan Kecamatan Sako dan
Kecamatan Sukarami. Data Kecamatan Sematang Borang masih tergabung
dengan Kecamatan Sako sedangkan data Kecamatan Alang-alang Lebar
masih tergabung dengan Kecamatan Sukarami.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Masyhuri dan Zainuddin ( 2008 : 155) sampel adalah suatu
contoh yang diambil dari populasi. Adapun yang menjadi populasi pada
penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di Kota Palembang yang
jumlahnya sebanyak 301.401 kepala keluarga.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
proporsionan sampling. Menurut Burhan Bungin (2008 : 114)
proporsional sampling merupakan teknik sampling yang agak lebih
leluasa dalam penggunaannya, yaitu teknik ini dapat digunakan pada
populasi berstrata, populasi area maupun populasi cluster.
Maka penelitian ini sampel yang akan diambil menggunakan rumus presisi
yakni rata-rata sampel dari rumus T. Yamane yang dikutip oleh Burhan
Bungin (2008 : 105).
34
Rumus yang digunakan :
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
d = Nilai presisi (0,1)
1 = Nilai Konstanta
Berdasarkan rumus pengambilan sampel di atas maka sampel dalam
penelitian ini adalah
301.401
n =
301.401 (0,1)2 + 1
301.401
n =
3014,01 + 1
301.401
n =
3015,01
n = 99,97 dibulatkan menjadi 100
Berdasarkan rumus penentuan sampel di atas maka sampel dalam penelitian
ini berjumlah 100 orang. Setelah didapat sampel yang dibutuhkan, menurut
Jalalludin Rahmat (1997 : 82) langkah yang kedua adalah menentukan
sampel perkelompok atau perkecamatan dari 100 sampel yang telah didapat,
35
yaitu dengan menggunakan rumus penentuan sampel agar sampel lebih
proporsional.
Rumus yang digunakan :
Keterangan :
Ni = Jumlah populasi dari masing-masing kelompok
N = Jumlah keseluruhan populasi
n = Jumlah sampel yang diambil
(Jalalludin Rahmat, 1997 : 82)
Berdasarkan rumus pengambilan sampel kelompok di atas maka sampel
kelompok dalam penelitian ini adalah :
a. Kecamatan Ilir Barat II
13154
ni = x 100
301401
ni = 4, 36 dibulatkan menjadi 4
b. Kecamatan Gandus
11439
ni = x 100
301401
ni = 3, 79 dibulatkan menjadi 4
36
c. Kecamatan Seberang Ulu I
33131
ni = x 100
301401
ni = 10, 99 dibulatkan menjadi 11
d. Kecamatan Kertapati
17618
ni = x 100
301401
ni = 5, 84 dibulatkan menjadi 6
e. Kecamatan Seberang Ulu II
20597
ni = x 100
301401
ni = 6, 83 dibulatkan menjadi 7
f. Kecamatan Plaju
17706
ni = x 100
301401
ni = 5, 87 dibulatkan menjadi 6
g. Kecamatan Ilir Barat I
26603
ni = x 100
301401
ni = 8, 82 dibulatkan menjadi 9
37
h. Kecamatan Bukit Kecil
9967
ni = x 100
301401
ni = 3, 30 dibulatkan menjadi 3
i. Kecamatan Ilir Timur I
16946
ni = x 100
301401
ni = 5, 62 dibulatkan menjadi 6
j. Kecamatan Kemuning
20952
ni = x 100
301401
ni = 6, 95 dibulatkan menjadi 7
k. Kecamatan Ilir Timur II
32818
ni = x 100
301401
ni = 10, 88 dibulatkan menjadi 11
l. Kecamatan Kalidoni
22579
ni = x 100
301401
ni = 7, 49 dibulatkan menjadi 7
38
m. Kecamatan Sako
19911
ni = x 100
301401
ni = 6, 60 dibulatkan menjadi 7
n. Kecamatan Sukarami
37978
ni = x 100
301401
ni = 12, 60 dibulatkan menjadi 12
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 1. Rincian Jumlah Sampel
No Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga Sampel
1 Ilir Barat II 13.154 4
2 Gandus 11.439 4
3 Seberang Ulu I 33.131 11
4 Kertapati 17.618 6
5 Seberang Ulu II 20.597 7
6 Plaju 17.706 6
7 Ilir Barat I 26.603 9
8 Bukit Kecil 9.967 3
9 Ilir Timur I 16.946 6
10 Kemuning 20.952 7
11 Ilir Timur II 32.818 11
12 Kalidoni 22.579 7
13 Sako 19.911 7
14 Sukarami 37.978 12
Jumlah 301.401 100
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
39
Proses penyebaran sampel menggunakan Purposive Sampling. Menurut Joko
Subagio (1997 : 31) Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti. Sebagai sampel harus
memenuhi persyaratan yang dibuat sebagai kriteria.
Kriteria dan pertimbangan yang dilakukan dalam memilih sampel agar lebih
terbukti perolehan informasinya, yaitu sebagai berikut :
a. Masyarakat Kota Palembang yang minimal telah berdomisili selama ± 5
tahun di Palembang;
b. Masyarakat dapat membaca dan menulis;
c. Masyarakat Kota Palembang yang telah terdaftar di kecamatan yang ada di
Kota Palembang sebagai penduduk Kota Palembang yang memiliki Kartu
Tanda Penduduk (KTP)
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data secara kuisioner, wawancara dan dokumentasi yang
bertujuan untuk mendapatkan data pada penelitian ini.
1. Teknik Kuesioner
Menurut Burhan Bungin (2008 : 123) metode angket atau kuesioner
merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara
sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi,
kuesioner dikembalikan kepada peneliti.
40
Kuesioner ditujukan kepada sampel yang telah diambil dari jumlah
populasi kepala keluarga yang berada di Kota Palembang.
2. Teknik Wawancara
Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
berkaitan dengan topik penelitian. Menurut Moh. Nazir dalam Burhan
Bungin (2008 : 126) wawancara adalah sebuah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang
diwawancarai.
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menunjang data utama
yang didapatkan dari kuisioner. Informan dalam hal ini adalah Suparman
Kasup, Direktur Administrasi dan Keuangan Perusahaan Daerah Pasar
Palembang Jaya, Sekretaris Koperasi Serba Usaha Tunas Baru Djunaida
Handayani sebagai pengelola Pasar Retail Jakabaring, H.Hasan selaku
pengelola harian Pasar Retail Jakabaring dan beberapa pedagang yang
terkena relokasi.
3. Teknik Dokumentasi
Menurut Sartono Kartodirdjo dalam Burhan Bungin (2008 : 144) teknik
dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk menelusuri data historis.
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang berupa
artikel, arsip, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan subjek dan objek
penelitian. Dokumentasi dalam hal ini diperoleh dari data yang terdapat di
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan mengenai data jumlah
41
penduduk. Dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh data sekunder dan dapat membantu dalam mengumpulkan
data yang dibutuhkan dalam penelitian.
H. Teknik Penentuan Skor
Untuk mengolah data yang berbentuk kuisioner yang dituangkan dalam
pernyataan-pernyataan, masing-masing pernyataan diberikan alternatif
jawaban berdasarkan Metode Likert. Alternatif jawaban berdasarkan Metode
Likert dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Alternatif jawaban dengan menggunakan Metode Likert
Pernyataan Dengan Memilih Jawaban Skor
Sangat tahu/sangat setuju/sangat mendukung/sangat optimis 5
Tahu/setuju/mendukung/optimis 4
Cukup tahu/cukup setuju/cukup mendukung/cukup optimis 3
Tidak tahu/tidak setuju/tidak mendukung/tidak optimis 2
Sangat tidak tahu/sangat tidak setuju/sangat tidak
mendukung/sangat tidak yakin 1
Sumber : Data diolah 2009
I. Teknik Pengolahan Data
Data penelitian yang telah didapat akan diolah menggunakan langkah-
langkah berikut :
1. Tahap Editing
Menurut Burhan Bungin (2008 : 165) editing adalah kegiatan yang
dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan.
Tahap editing adalah tahap memeriksa kembali data yang berhasil
42
diperoleh dalam rangka menjamin keabsahannya (validitas) untuk
kemudian dipersiapkan ketahap selanjutnya yaitu memeriksa hasil
kuesioner yang telah diisi oleh responden.
2. Tahap Koding
Tahap koding adalah tahap dimana jawaban dari responden
diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan untuk kemudian diberi kode
dan dipindahkan dalam tabel kode atau buku kode.
3. Tahap Tabulasi
Tahap tabulasi adalah tahap mengelompokan jawaban-jawaban yang
serupa secara teratur dan sistematis. Tahap ini dilakukan dengan cara
mengelompokkan jawaban-jawaban responden yang serupa. Melalui
tabulasi data akan tampak ringkas dan bersifat merangkum. Pada
penelitian ini data-data yang telah diperoleh dari lapangan kemudian
disusun kedalam bentuk tabel, sehingga pembaca dapat melihat dan
memahaminya dengan mudah.
4. Tahap Interpretasi Data
Tahap interpretaasi data yaitu tahap untuk memberikan penafsiran atau
penjabaran dari data yang ada pada tabel untuk dicari maknanya yang
lebih luas dengan menghubungkan jawaban dari responden dengan hasil
yang lain, serta dari dokumentasi yang ada.
43
J. Teknik Analisis Data
Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning dalam Masri Singarimbun dan
Sofian Effendi (1995 : 263) analisis data adalah proses penyederhanaan data
ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif,
dengan penggunaan tabel tunggal, yaitu metode yang dilakukan dengan
memasukkan data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung
frekuensi dan membuat persentase sebagai uraian mengenai hasil akhir
penelitian.
Tabel tunggal dipergunakan untuk menggambarkan jawaban responden
terhadap sikap masyarakat Kota Palembang mengenai pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Sedangkan
skala pengukuran yang digunakan ialah skala likert. Menurut Sulisyanto
(2005 : 23) skala likert digunakan untuk mengukur persepsi, pendapat, sikap
serta penilaian seseorang tentang fenomena sosial.
Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan menentukan skor
jawaban, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data menggunakan
penghitungan rumus interval. Analisis data dengan menggunakan analisis
kuantitatif kemudian dijelaskan secara kualitatif.
44
Perhitungan menggunakan rumus interval menggunakan rumus sebagai
berikut :
NT - NR
I =
K
Keterangan :
I = Interval nilai skor
Nt = Nilai tertinggi
Nr = Nilai terendah
K = Kategori jawaban
Sutrisno Hadi (1998 : 421)
Selanjutnya untuk mengetahui persentase dari jawaban responden
menggunakan rumus persentase berikut ini :
Keterangan :
P : Presentase
F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan
N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi/kategori
Soerjono Soekanto (1986 : 268)
Setelah dihitung dan didapatkan persentasenya dari data yang ada, maka hasil
dari data tersebut akan diinterpretasikan untuk mendapatkan jawaban
penelitian mengenai sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
45
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kota Palembang
Kota Palembang merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera
Selatan yang saat ini memiliki 11 (sebelas) kabupaten dan 4 (empat) kota
yang sekaligus merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Palembang
adalah kota terbesar di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu merupakan
pusat Kerajaan Sriwijaya sebelum dihancurkan oleh Majapahit. Hingga
sekarang bekas area Kerajaan Sriwijaya masih terdapat di Bukit Siguntang,
sebelah barat Kota Palembang.
Setelah dihancurkan oleh berbagai peristiwa mulai dari penyerbuan pasukan
maritim barbar dan isolasi dari majapahit, kota ini lalu sangat terpengaruh
budaya Jawa dan Melayu. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam
budaya yang berkembang di Palembang. Salah satunya adalah bahasa. Kata-
kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya.
Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas dan Raden
Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan
coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Kota Palembang memiliki komunitas Tionghoa yang cukup besar. Makanan
khas daerah ini adalah pempek Palembang, tekwan, model, celimpungan, kue
46
maksuba, kue 8 jam, kue engkak, laksan, burgo, dll. Makanan seperti pempek
atau tekwan mengesankan Chinese Taste masyarakat Palembang.
Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada
prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat
Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang
ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada
tanggal 16 Juni 683 Masehi, sehingga tanggal tersebut dijadikan patokan hari
lahir Kota Palembang.
Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah
leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu
pertama yaitu Parameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian
Parameswa meninggalkan Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke
Tumasik dan diberikannya nama Singapura kepada Tumasik. Sewaktu
pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang Singapura, Parameswara
bersama pengikutnya pindah ke Malaka di Semenanjung Malaysia dan
mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri
baru di daerah Pattani dan Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian
selatan). Setelah terjadinya kontak dengan para pedagang dan orang-orang
Gujarat dan Persia di Malaka, maka Parameswara masuk agama Islam dan
mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah.
Sebelum masa NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pertumbuhan
Kota Palembang dapat dibagi menjadi 5 fase utama, antara lain :
47
1) Fase sebelum Kerajaan Sriwijaya merupakan zaman kegelapan, karena
mengingat Palembang telah ada jauh sebelum bala tentara sriwijaya
membangun sebuah kota dan penduduk asli daerah ini seperti yang
tertulis pada manuskrip lama di hulu sungai musi merupakan penduduk
dari daerah hulu sungai komering.
2) Fase Sriwijaya Raya, Palembang menjadi pusat dari kerajaan yang
membentang mulai dari barat pulau jawa, sepanjang pulau sumatera,
semenanjung malaka, bagian barat kalimantan sampai ke indochina.
Runtuhnya Sriwijaya sendiri utamanya karena penyerbuan bangsa-bangsa
pelaut „yang tidak terdefinisikan‟, sebagian sejarahwan mengatakan
bahwa mereka adalah pasukan barbar laut dari Srilanka (Ceylon). Akibat
hancurnya kekuatan maritim mereka, Sriwijaya menjadi lemah dan
persekutuan daerah-daerah kekuasaanya terlepas dan ketika datangnya
Ekspedisi Pamalayu dari Jawa (majapahit) ke Jambi dalam melakukan
isolasi kepada Palembang, untuk mencegah Sriwijaya bangkit kembali.
3) Fase Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, Disekitar Palembang dan sekitarnya
kemudian bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti Panglima Bagus
Kuning dihilir Sungai Musi, Si Gentar Alam didaerah Perbukitan, Tuan
Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai Komering, Panglima
Gumay disepanjang Bukit Barisan dan sebagainya. Pada fase inilah
Parameswara yang mendirikan Tumasik (Singapura) dan kerajaan Malaka
hidup, dan pada fase inilah juga terjadi kontak fisik secara langsung
dengan para pengembara dari Arab dan Gujarat.
48
4) Fase Kesultanan Palembang Darussalam, Hancurnya Majapahit di Jawa
secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari
Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting dibalik
hancurnya majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar) dan
Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang.
Setelah Kesultanan Demak yang merupakan „pengganti‟ dari majapahit di
Jawa berdiri, di Palembang tak lama kemudian berdiri pula „Kesultanan
Palembang Darussalam‟ dengan raja pertamanya adalah „Susuhunan
Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman‟. Kerajaan ini
mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan
agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar
di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu Raja yang paling
terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat
menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan
Inggris).
5) Fase Kolonialisme, Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam
pasca kalahnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada pertempuran yang
keempat melawan Belanda yang pada saat ini turun dengan kekuatan
besar pimpinan Jendral De Kock, maka Palembang nyaris menjadi
kerajaan bawahan. Beberapa Sultan setelah Sultan Mahmud Badaruddin II
yang menyatakan menyerah kepada Belanda berusaha untuk
memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan pembumi
hangusan bangunan kesultanan untuk menghilangkan simbol-simbol
49
kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar,
dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.
Hingga saat ini yaitu pada zaman reformasi daerah pemukiman di Palembang
tetap dipertahankan sepeti dulu, yaitu daerah Ilir dan Ulu. Sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, Kota Palembang merupakan suatu
daerah Tingkat II yang merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 September 2005 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
mencanangkan Kota Palembang sebagai “Kota Wisata Air”. Presiden
mengungkapkan bahwa Kota Palembang dapat dijadikan kota wisata air
seperti Bangkok, Thailand dan Pnomh Phenh, Kamboja.
Wilayah Kota Palembang dibagi dalam 16 kecamatan dan 107 kelurahan
setelah sebelumnya mengalami pemekaran wilayah yang hanya terdapat 14
kecamatan dan 103 kelurahan. Dua kecamatan baru tersebut adalah
Kecamatan Alang-alang Lebar dan Kecamatan Sematang Borang.
50
B. Keadaan Geografis
1. Letak Administratif
Letak administratif suatu daerah merupakan letak berdasarkan pembagian
wilayah adminsitrasi pemerintahan. Luas Kota Palembang adalah 400,61
Km2, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kabupaten Banyuasin
b. Sebelah Timur : Kabupaten Banyuasin
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Ilir
d. Sebelah Barat : Kabupaten Banyuasin
2. Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Palembang yaitu ± 400,61 Km2
dengan rincian sebagai
berikut :
Tabel 3. Luas Kota Palembang Dirinci Perkecamatan
No. Kecamatan Luas (Km2)
1 Ilir Barat II 6,220
2 Gandus 68,780
3 Seberang Ulu I 17,440
4 Kertapati 42,560
5 Seberang Ulu II 10,690
6 Plaju 15,170
7 Ilir Barat I 19,770
8 Bukit Kecil 9,920
9 Ilir Timur I 6,500
10 Kemuning 9,000
11 Ilir Timur II 25,580
12 Kalidoni 27,920
13 Sako 18,040
14 Sukarami 36,980
15 Sematang Borang 51,459
16 Alang-alang Lebar 34,581
Jumlah 400,610 Sumber : BPS Provinsi Sumsel, September 2009
51
3. Karakteristik Fisik
a. Klimatologi
Musim yang terdapat di Kota Palembang sama seperti umumnya yang
terjadi di Indonesia. Di Indonesia hanya dikenal dua musim, yaitu
musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai September,
arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap
air, sehingga mengakibatkan musim kemarau.
Sebaliknya pada bulan Desember hingga Maret arus angin banyak
mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudra Pasifik
sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu terjadi setiap
setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei
dan Oktober-November.
b. Curah Hujan
Curan hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan
iklim, keadaan topografi dan perputaran arus udara, oleh karena itu
jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun
pengamatan. Rata-rata curah hujan selama tahun 2007 berkisar antara
3,3 mm (Agustus) sampai 503,1 mm (Januari).
Palembang mempunyai kelembapan udara relatif tinggi dimana pada
tahun 2007 berkisar antara 78 persen (September) sampai 88 persen
(Januari).
52
c. Geologi dan Jenis Tanah
Kota Palembang memiliki jenis tanah berlapis alluvial, liat dan
berpasir, terletak pada lapisan yang masih muda, banyak mengandung
minyak bumi yang juga dikenal dengan Lembah Palembang-Jambi.
Tanah relatif datar dan rendah, tempat-tempat yang agak tinggi terletak
di bagian utara kota. Sebagian Kota Palembang digenangi air terlebih
lagi bila terjadi hujan terus menerus.
4. Kondisi dan Potensi Ekonomi
a. Perdagangan
Wilayah Palembang memiliki banyak pusat perdagangan yang
tersebar di beberapa tempat. Potensi tersebut menunjang kegiatan
perdagangan di kota ini. Peranan sektor perdagangan terhadap struktur
perekonomian cukup dapat diperhitungkan.
Lalu lintas perdagangan aneka komoditas umumnya dilakukan melalui
beberapa pelabuhan muat tersebut tidak terlepas dari keadaan
geografis dan topografis wilayah ini yang dilalui Sungai Musi beserta
anak sungainya. Disamping itu, bedasarkan sejarah, Sumatera Selatan
memanfaatkan laut sebagai gerbang perniagaan sejak dahulu.
Selama tahun 2007 jumlah perusahaan-perusahaan perdagangan yang
berbadan hukum yag terdaftar pada Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Koperasi di Palembang sebanyak 3.933 buah perusahaan.
53
Perusahaan tersebut terdiri atas 695 buah PT, 72 buah koperasi, 2.174
buah CV, 991 buah PD dan satu buah firma.
Di Kota Palembang banyak terdapat pusat perdagangan yang tersebar
di beberapa sudut kota, salah satunya keberadaan pasar sebagai suatu
bentuk pemenuhan kebutuhan pokok. Pasar merupakan hal yang
banyak dijumpai di kota-kota besar di Indonesia termasuk di
Palembang. Jumlah pasar yang terdapat di Kota Palembang pada
tahun 2007 tidak mengalami perubahan dibanding tahun-tahun
sebelumnya yaitu sebanyak 22 pasar.
Tabel 4. Banyaknya Sarana Perdagangan di Kota Palembang
No. Kecamatan Sarana Perdagangan
Pasar Petak Los Pedagang PKL
1 Ilir Barat II 1 204 42 311 5
2 Gandus 2 119 140 288 35
3 Seberang Ulu I 3 1136 352 1562 134
4 Kertapati 1 211 38 300 500
5 Seberang Ulu II 0 0 0 0 0
6 Plaju 1 412 401 838 25
7 Ilir Barat I 1 24 73 97 0
8 Bukit Kecil 4 1057 368 1455 30
9 Ilir Timur I 3 1666 1151 4118 1279
10 Kemuning 3 829 313 1146 10
11 Ilir Timur II 2 684 594 1388 110
12 Kalidoni 0 0 0 0 0
13 Sako 1 585 292 1101 854
14 Sukarami 0 0 0 0 0
15 Sematang Borang 0 0 0 0 0
16 Alang-alang Lebar 0 150 34 502 408
Jumlah 22 7077 3798 13106 3390 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, Oktober 2009
54
b. Industri dan Pertambangan
Salah satu industri besar yang ada di Kota Palembang adalah PT
Pupuk Sriwijaya (Pusri). PT Pusri merupakan salah satu perusahaan
yang menghasilkan pupuk. Perusahaan ini tidak saja merupakan salah
satu aset di Kota Palembang, tapi juga merupakan salah satu aset
negara yang memegang peranan penting. Produksi pupuk PT Pusri
pada tahun 2007 sebesar 2.020.760 ton, produksi pupuk selama
periode Januari hingga Desember 2007 merupakan produksi terbesar
dibandingkan produksi lainnya.
Industri besar lainnya yang terdapat di Kota Palembang antara lain :
1) Kecamatan Kertapati, Seberang Ulu II, Ilir Barat I, Ilir Timur I, Ilir
Timur II, Kalidoni, Sako, dan Sukarami terdapat industri logam,
mesin, kimia, dan industri aneka.
2) Kecamatan Ilir Barat I, Kalidoni, dan Sukarami terdapat industri
hasil pertanian dan perikanan.
Sedangkan di sektor pertambangan terdapat Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yaitu PT Perusahaan Tambang dan Minyak Negara
(Pertamina). Kilang minyak Pertamina tersebut terdapat di Kecamatan
Plaju.
c. Pertanian
Peranan sektor pertanian untuk Kota Palembang sangat kecil, hal ini
dapat dipahami karena sebagai daerah perkotaan yang menjadi ciri
khas adalah banyaknya pertumbuhan disektor perdagangan, industri
55
dan jasa yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Luas panen tanaman padi pada tahun 2007 naik 5,11 persen atau
sebesar 317 hektar dari 6.209 hektar pada tahun 2006. Hal ini diikuti
juga oleh hasil produksi tanaman padi yang naik 8,74 persen atau
sebesar 1.951 ton dari 22.325,95 ton pada tahun 2006 menjadi 24.277
ton pada tahun 2007.
C. Keadaan Demografi
1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk di Kota Palembang lebih banyak
penduduk laki-laki daripada jumlah penduduk perempuan. Untuk lebih
jelas melihat komposisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di
Kota Palembang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota
Palembang
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 695.095 49,83%
2 Perempuan 699.859 50,17%
Jumlah 1.394.954 100%
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
2. Komposisi Penduduk Menurut Usia
Jumlah penduduk Kota Palembang jika dilihat berdasarkan usia, mayoritas
penduduknya berusia muda. Persentase tertinggi adalah penduduk yang
berusia 15 s.d 19 tahun yaitu sebesar 10,50%. Sedangkan jumlah
56
penduduk paling sedikit yaitu kelompok usia 75 tahun keatas yaitu sebesar
1,12%. Untuk lebih jelas melihat komposisi penduduk berdasarkan usia di
Kota Palembang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Usia di Kota Palembang
No Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase
1 0 – 4 61.334 66.672 120.006 8,60%
2 5 – 9 58.726 57.896 116.622 8,40%
3 10 – 14 63.566 66.714 130.280 9,34%
4 15 – 19 79.092 66.847 145.939 10,50%
5 20 – 24 78.958 80.052 159.010 11,40%
6 25 – 29 72.058 67.377 139.435 10,00%
7 30 – 34 51.283 50.190 101.473 7,30%
8 35 – 39 56.233 53.760 109.993 8,00%
9 40 – 44 39.337 47.999 87.336 6,30%
10 45 – 49 39.478 43.645 82.523 6,00%
11 50 – 54 37.132 34.659 71.791 5,20%
12 55 – 59 21.177 18.975 40.152 3,00%
13 60 – 64 13.611 12.927 26.538 2,00%
14 65 – 69 9.355 13.215 22.570 1,62%
15 70 – 74 8.393 9.217 17.610 1,22%
16 75 + 5.362 10.314 15.676 1,12%
Jumlah 695.095 699.859 1.394.954 100% Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, Oktober 2009
57
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Responden
Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 100 orang yang
terbagi dalam 14 kecamatan yang ada di Kota Palembang. Identitas responden
dalam penelitian ini dibagi dalam 4 karakteristik, yaitu usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan dan pekerjaan.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia responden pada saat
penyebaran kuisioner. Responden dalam penelitian ini berusia antara 17-
57 tahun. Gambaran mengenai distribusi responden berdasarkan usia dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Usia
No Usia (Tahun) Frekuensi (F) Persentase (%)
1 15 – 19 22 22,00
2 20 – 24 32 32,00
3 25 – 29 11 11,00
4 30 – 34 6 6,00
5 35 – 39 5 5,00
6 40 – 44 5 5,00
7 45 – 49 8 8,00
8 50 – 54 6 6,00
9 55 – 59 5 5,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
58
Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui bahwa responden yang berpartisipasi
dalam kuisioner ini yang menanggapi pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring terdiri dari 22 orang (22%) adalah
responden berusia 15-19 tahun, 32 orang (32%) responden berusia 20-24
tahun, 11 orang (11%) responden berusia 25-29 tahun, dan 6 orang (6%)
berusia 30-34 tahun sedangkan responden yang berusia 35-39 tahun dan
40-44 tahun masing-masing 5 orang (5%) responden, 8 orang (8%)
responden berusia 45-49 tahun, 6 orang (6%) responden berusia 50-54
tahun dan 5 orang (5%) responden berusia 55-59 tahun.
Pembagian kuisioner ini dapat dikatakan cukup merata karena klasifikasi
umur mulai dari rentang 17 hingga 57 tahun artinya kuisioner ini telah
diterima oleh berbagai kalangan usia untuk menanggapi pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Distribusi jenis kelamin responden dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Laki – Laki 41 41,00
2 Perempuan 59 59,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
59
Berdasarkan tabel 8 di atas diketahui bahwa responden pada penelitian ini
terdiri dari 41 orang (41%) adalah responden laki-laki dan 59 orang (59%)
adalah responden perempuan. Jumlah dari responden laki-laki dan
perempuan cukup seimbang walaupun terlihat lebih banyak responden
perempuan yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan di
Kota Palembang lebih banyak terdapat penduduk perempuan dibandingkan
penduduk laki-laki. Jumlah respoden ini dimaksudkan dapat mewakili
sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal
Kehidupan di Kota Palembang sangat kompleks, sama seperti kota-kota
besar yang ada di kota lain sehingga banyak keragaman dari setiap
masyarakat, diantaranya adalah tingkat pendidikan yang bervariasi pada
penelitian ini dan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Formal
No Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)
1 SD 5 5,00
2 SMP 11 11,00
3 SMA 63 63,00
4 Diploma/Sarjana 21 21,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui bahwa mayoritas responden yang
terdapat dalam penelitian ini merupakan tamatan SMA, yakni 63 orang
(63%) responden, untuk tamatan SD sebanyak 5 orang (5%) responden, 11
orang (11%) responden berpendidikan SMP dan sisanya sebanyak 21
60
orang (21%) responden yang berpendidikan Diploma atau Sarjana.
Pendidikan mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan sikap dan
sifat seseorang dalam menginterpretasikan apa yang dirasakannya,
sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin kritis
pula daya nalar dan sensitivitas seseorang.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Mata pencaharian seseorang dapat juga mempengaruhi pembentukan sikap
dan perilakunya. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Swasta 20 20,00
2 PNS/TNI/POLRI 10 10,00
3 Wiraswasta 12 12,00
4 Tani/Buruh 1 1,00
5 Ibu Rumah Tangga 24 24,00
6 Pelajar/Mahasiswa 33 33,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden
berdasarkan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 20 orang (20%)
responden, 10 orang (10%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS)/Anggota TNI/Anggota POLRI. Sebanyak 12 orang (12%)
responden bekerja sebagai wiraswastawan yang membuka usaha di bidang
perdagangan, dan hanya 1 orang (1%) responden yang merupakan buruh.
Sebanyak 24 orang (24%) responden merupakan ibu rumah tangga dan 33
orang (33%) responden adalah pelajar/mahasiswa.
61
B. Sikap Masyarakat Kota Palembang terhadap Pemindahan Pedagang
Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
Hasil yang didapatkan dari kuisioner yang disebarkan sebanyak 100 buah
kepada masyarakat Kota Palembang tentang pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, dilihat dari tiga aspek sikap antara
lain aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Aspek Kognitif
Salah satu aspek untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang
terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring adalah dengan aspek kognitif. Aspek kognitif dapat
memberikan gambaran sikap masyarakat berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki. Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan kepada responden
mengetahui pengetahuan yang meliputi pemindahan, lokasi, alasan, tujuan,
manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring.
Jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada responden dibagi dalam
lima tingkatan pengetahuan masyarakat, yaitu sangat tahu, tahu, cukup
tahu, tidak tahu dan sangat tidak tahu. Jawaban sangat tahu dipilih oleh
responden jika responden merasa amat mengetahui dengan jelas mengenai
hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tahu
dipilih responden apabila responden mengetahui mengenai hal yang
diajukan dari masing-masing pertanyaan. Jawaban cukup tahu dipilih
responden apabila responden hanya sekedar mengetahui atau lebih kurang
62
mengetahui, tidak mengetahui secara mendalam mengenai hal yang
diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tidak tahu dipilih
responden apabila responden tidak mengetahui mengenai hal yang
diajukan dari masing-masing pertanyaan, sedangkan untuk jawaban sangat
tidak tahu dipilih oleh responden apabila responden sama sekali tidak
mengetahui dan tidak pernah ada pengetahuan sedikitpun dari pertanyaan
yang diajukan.
a. Pengetahuan Masyarakat Tentang Pemindahan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Pertanyaan yang diajukan pertama kali kepada responden adalah
mengenai pengetahuan responden mengenai pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk
melihat distribusi jawaban dari responden dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 11. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap
Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Tahu 11 11,00
2 Tahu 63 63,00
3 Cukup Tahu 10 10,00
4 Tidak Tahu 14 14,00
5 Sangat Tidak Tahu 2 2,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat dikatakan bahwa mayoritas
responden mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir
ke Pasar Retail Jakabaring. Hal ini dibuktikan dengan 63 orang (63%)
63
responden menyatakan tahu atau lebih dari setengah dari jumlah
seluruh responden dan 11 orang (11%) responden menyatakan sangat
tahu yang mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir
Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, sedangkan sisanya 10 orang
(10%) responden menyatakan cukup tahu, 14 orang (14%) responden
menyatakan tidak tahu dan 2 orang (2%) responden menyatakan
sangat tidak tahu.
Pemerintah Kota Palembang sebelum melakukan pemindahan
pedagang kaki lima yang berada di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang,
tepatnya pedagang kaki lima yang berada di bawah Jembatan Ampera
telah memberikan sosialisasi dan pengertian kepada para pedagang
yang memenuhi tempat tersebut dan juga kepada masyarakat umum.
Secara umum masyarakat telah banyak mengetahui rencana
pemindahan pedagang tersebut dan akhirnya pemindahan pedagang
kaki lima tersebut terjadi.
Berdasarkan hasil penelitian pada sampel ternyata pengetahuan
masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring sangat bervariasi dari
yang sangat tahu, tahu, cukup tahu, tidak tahu hingga sangat tidak
tahu. Responden yang menjawab sangat tahu adalah responden yang
berdomisili di dekat lokasi pemindahan tersebut yaitu Kecamatan Ilir
Timur I (IT I). Responden yang menyatakan tahu adalah responden
yang sering bepergian atau melakukan transaksi jual-beli di lokasi
64
Pasar 16 Ilir Palembang. Responden yang menyatakan cukup tahu
atau hanya sekedar mengetahui mengenai pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring merupakan responden
yang berada jauh dari lokasi pasar tersebut, namun hanya sebagian
kecil responden yang tidak tahu atau bahkan sangat tidak tahu
terhadap pemindahan pedagang kaki lima tersebut.
Penulis menilai kurangnya pengetahuan dari para responden mengenai
pemindahan ini dan adanya sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan,
karena kondisi pasar ini dahulu merupakan pasar yang kumuh dan
tidak tertata rapi. Selain itu juga kurangnya sosialisasi yang dilakukan
oleh Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
b. Pengetahuan Masyarakat Tentang Lokasi Pemindahan Pedagang
Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring
Hal lain yang diajukan kepada responden adalah mengenai lokasi
tempat tujuan baru bagi pedagang kaki lima yang direlokasi. Pedagang
kaki lima ini yang semula berada di bawah Jembatan Ampera di
wilayah Ilir Timur I (IT I) dipindahkan ke Kecamatan Seberang Ulu I
(SU I) yang merupakan lokasi Pasar Retail Jakabaring, tepatnya
dibangun di tanah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang
telah diberikan wewenang pengelolaannya kepada Pemerintah Kota
Palembang. Daerah ini dahulunya merupakan lahan tidur yang terdiri
dari rawa-rawa, sedangkan untuk sumber pendanaan pembangunan
65
pasar tersebut berasal dari Kementrian Koperasi dan APBD
(Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Pemerintah Kota Palembang.
Pernyataan responden terhadap lokasi pemindahan atau lokasi tujuan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap
Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16
Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Tahu 17 17,00
2 Tahu 56 56,00
3 Cukup Tahu 2 2,00
4 Tidak Tahu 22 22,00
5 Sangat Tidak Tahu 3 3,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden mengetahui lokasi yang baru dari pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir dengan 17 orang (17%) responden menyatakan
sangat tahu, 56 orang (56%) responden menyatakan tahu, 2 orang
(2%) responden menyatakan cukup tahu, sisanya 22 orang (22 %)
responden menyatakan tidak tahu dan 3 orang (3%) responden
menyatakan sangat tidak tahu mengenai lokasi yang baru dari
pemindahan tersebut.
Kebanyakan masyarakat mengetahui lokasi pedagang kaki lima yang
baru yaitu di Pasar Retail Jakabaring, namun banyak pula yang
menyatakan tidak mengetahui lokasi baru tersebut. Ini dikarenakan
66
responden yang berada jauh dari lokasi baru dan kurang mengikuti
perkembangan baru mengenai lokasi baru pedagang kaki lima.
Hasil wawancara dengan Ibu Djunaida Handayani selaku Sekretaris
Koperasi Serba Usaha Tunas Baru sebagai berikut :
“Pemerintah Kota Palembang tidak sekadar memindahkan atau
menggusur para pedagang yang berada di sekitar Pasar 16 Ilir, tapi
menyediakan tempat yang baru bagi para pedagang. Pada awalnya
Pasar Retail Jakabaring diperuntukan bagi pedagang kaki lima
yang terkena relokasi, namun hanya 80% pedagang yang pindah
dan 20% merupakan pedagang yang berasal bukan dari Pasar 16
Ilir dan ada juga pedagang baru.” (15 Januari 2010 pukul 08.30
wib)
Hal yang sama juga diutarakan oleh Hasan selaku pengelola harian
Pasar Retail Jakabaring yaitu sebagai berikut :
“Pasar Retail ini didirikan untuk menampung pedagang kaki lima
yang berasal dari Pasar 16 Ilir Palembang, namun sejalan
perkembangannya pasar ini dihuni 80% dari pedagang yang
terkena relokasi dan sisanya 20% dihuni oleh pedagang pasar lain
dan pedagang baru. Untuk biaya sewa yaitu sebesar Rp 100.000,-
per bulan dan jika dibandingkan dengan Pasar 16 Ilir lebih berat,
selain membayar biaya sewa ada juga pungutan liar.” (16 Januari
2010 pukul 09.00 wib)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pada awalnya tempat
relokasi yaitu Pasar Retail Jakabaring hanya untuk pedagang yang
terkena relokasi, namun melihat perkembangan yang pesat dari pasar
tersebut menajadikan pedagang yang bukan berasal dari Pasar 16 Ilir
pindah ketempat tersebut bahkan ada pedagang baru yang memulai
usahanya di Pasar Retail Jakabaring. Pemerintah Kota Palembang
tidak hanya memindahkan pedagang atau hanya menggusur, namun
pemerintah memberikan lokasi baru yang lebih strategis dan lebih
menguntungkan bagi para pedagang. Hal inilah juga merupakan salah
67
satu prestasi bagi Pemerintah Kota Palembang yang telah berhasil
mengatasi problematika pedagang kaki lima.
c. Pengetahuan Masyarakat Tentang Alasan Pemindahan Pedagang
Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring
Alasan Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah salah
satunya karena keberadaan pasar yang semakin menjamur dan
memenuhi sudut Kota Palembang sehingga perlu adanya penataan
kembali.
Beberapa data mengenai hal ini adalah jumlah pasar yang ada di Kota
Palembang mencapai 22 buah pasar yang tersebar di Kota Palembang.
Pasar 16 Ilir merupakan pasar terluas yang ada di Kota Palembang
yang dibuktikan dengan terdapatnya 1.1634 buah petak/kios, 1.108
buah los, 3.890 pedagang, dan 1.148 PKL yang berada di tanah seluas
1.283 m2.
Semakin banyaknya pedagang yang ingin berjualan di Pasar ini
menyebabkan tidak tertampungnya semua pedagang dalam satu lahan
sehingga para pedagang yang tidak kebagian tempat menggelar
dagangannya di bawah Jembatan Ampera yang masih berada di lokasi
Pasar 16 Ilir. Pedagang inilah yang dipindahkan atau direlokasi ke
Pasar Retail Jakabaring. Tanggapan responden mengenai alasan
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
68
Tabel 13. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap
Alasan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16
Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Tahu 6 6,00
2 Tahu 59 59,00
3 Cukup Tahu 10 10,00
4 Tidak Tahu 22 22,00
5 Sangat Tidak Tahu 3 3,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 13 di atas menunjukan tanggapan responden dari hasil kuisioner
terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring. Sebanyak 59 orang (59%) responden menyatakan
mengetahui alasan dipindahkannya pedagang kaki lima dari Pasar 16
Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Selebihnya 6 orang (6%) responden
menyatakan tahu, 10 orang (10%) responden menyatakan cukup tahu,
22 orang (22%) responden menyatakan tidak tahu, dan hanya 3 orang
(3%) responden yang menyatakan sangat tidak tahu alasan mengapa
Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar
16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Data tersebut
menyatakan bahwa mayoritas responden menyatakan mengetahui
alasan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang
ke Pasar Retail Jakabaring.
Berdasarkan beberapa wawancara singkat dengan beberapa responden
yang menyatakan tidak tahu terhadap alasan Pemerintah Kota
Palembang, maka dapat diambil kesimpulan bahwa responden kurang
69
memahami atau bahkan tidak tahu sama sekali alasan dilakukannya
pemindahan pedagang kaki lima tersebut, karena Pemerintah Kota
Palembang terkesan kurang mensosialisasikan mengenai alasan
pemindahan tersebut.
d. Pengetahuan Masyarakat Tentang Tujuan Pemindahan Pedagang
Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring
Hasil wawancara dengan pimpinan di Perusahaan Daerah Pasar
Palembang Jaya (PD-PPJ) pada tanggal 1 Desember 2009 yang
merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah Kota Palembang
dalam hal pengelolaan seluruh pasar yang ada di Kota Palembang.
Beliau menyatakan bahwa tujuan dari pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah untuk
keindahan kota yang berjuluk Kota BARI (Bersih, Aman, Rapi,
Indah). Selain itu tujuan lain adalah untuk mewujudkan visi dan misi
Kota Palembang yang bersiap untuk menjadi kota internasional
bersaing dengan Singapura dan Hongkong. Alasan lain adalah untuk
menata ulang kawasan 16 Ilir yang telah diresmikan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyhono sebagai sentra wisata Sunagi Musi atau
Palembang Legendary City dan daerah yang dulunya menjadi lapak
pedagang kaki lima telah berubah menjadi taman wisata yang diberi
nama Taman Nusa Indah. Tanggapan responden terhadap tujuan
pemindahan pedagang kaki lima ke Pasar Retail Jakabaring dapat
dilihat pada tabel berikut :
70
Tabel 14. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap
Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16
Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Tahu 9 9,00
2 Tahu 44 44,00
3 Cukup Tahu 14 14,00
4 Tidak Tahu 30 30,00
5 Sangat Tidak Tahu 3 3,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 14 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tujuan
Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Hasil yang
didapat dari penelitian adalah sebanyak 9 orang (9%) responden
menyatakan sangat tahu, 44 orang (44%) responden menyatakan tahu,
14 orang (14%) responden menyatakan cukup tahu, 30 orang (30%)
responden menyatakan tidak tahu dan hanya 3 orang (3%) responden
yang menyatakan sangat tidak tahu terhadap pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Pemindahan pedagang kaki lima tersebut dimaksudkan untuk
memberikan kenyaman kepada masyarakat untuk bertransaksi jual-
beli dan berwisata. Sebanyak 44% responden mengetahui tujuan dari
pemindahan tersebut, namun tak sedikit responden yang menyatakan
tidak mengetahui tujuan dari pemindahan tersebut yaitu sebanyak
30%. Penulis menilai adanya tujuan lain yang hendak dicapai oleh
Pemerintah Kota Palembang, sehingga tujuan yang sebenarnya
menjadi cukup bias atau samar-samar di masyarakat. Kurangnya
71
sosialisai menyebabkan msaih ada masyarakat Kota Palembang yang
tidak mengetahui tujuan dari pemindahan tersebut.
e. Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Pemindahan
Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar
Retail Jakabaring
Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar
16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring membawa manfaat untuk Pasar 16
Ilir dan Jakabaring salah satunya adalah untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat di lokasi tujuan. Lokasi tujuan adalah daerah
Jakabaring yang merupakan daerah yang sebagian besar lokasinya
merupakan daerah rawa-rawa. Untuk sebagian investor daerah
Jakabaring merupakan daerah yang tidak terlalu diperhitungkan untuk
memajukan roda perekonomian, sehingga untuk menarik para investor
menanamkan modalnya di daerah ini Pemerintah Kota Palembang
membangun kawasan Jakabaring, salah satunya membangun Pasar
Retail Jakabaring yang merupakan tempat tujuan dari relokasi
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir. Selain meningkatkan perekonomian
di daerah Jakabaring dan sekitarnya, daerah yang ditinggalkan pun
menjadi sasaran pembangunan pemerintah kota, yaitu dengan
membuat taman wisata air yang dapat menjadi salah satu pendapatan
asli daerah. Tanggapan responden terhadap pengetahuan manfaat yang
dihasilkan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar
Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
72
Tabel 15. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap
Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar
16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Tahu 8 8,00
2 Tahu 41 41,00
3 Cukup Tahu 21 21,00
4 Tidak Tahu 28 28,00
5 Sangat Tidak Tahu 2 2,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 15 di atas menunjukan tanggapan reponden terhadap manfaat
dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring yang dapat memperbaiki ekonomi di daerah Jakabaring
dan sekitarnya. Tampak bahwa sebagian besar responden mengetahui
mengenai pemindahan tersebut, yakni sebanyak 41 orang (41%)
responden dan 8 orang (8%) responden menyatakan sangat tahu, dan
21 orang (21%) responden menyatakan cukup tahu, sedangkan sisanya
yakni 28 orang (28%) menyatakan tidak tahu dan 2 orang (2%)
menyatakan sangat tidak tahu mengenai manfaat dari pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Jawaban responden yang menyatakan cukup tahu, tidak tahu dan
sangat tidak tahu merupakan kurangnya pmberitahuan yang mendalam
kepada masyarakat Kota Palembang, ini dibuktikan dengan masih
banyaknya masyarakat Kota Palembang yang tidak tahu pedagang
tersebut telah dipindahkan ke pasar yang baru dengan masih
mendatangi lokasi pedagang yang lama, walaupun Pemerintah Kota
Palembang menyiapkan transportasi umum gratis berupa bus yang
73
berfungsi untuk mengangkut penumpang yang hendak berbelanja di
Pasar 16 Ilir ke pasar yang baru yakni Pasar Retail Jakabaring.
Kebijakan pemindahan pedagang kaki lima ini pada dasarnya hanya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan dan untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang.
Hendaknya dalam setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah,
termasuk pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke
Pasar Retail Jakabaring, penyampaian informasi mencakup alasan
pemindahan, tujuan pemindahan, dan manfaat dari pemindahan
tersebut harus dapat diterima dengan baik agar tidak terjadi banyak
penolakan dari masyarakat. Pemerintah sebagai pemegang kendali
dalam hal pembangunan dan penataan harus dapat menyampaikan
informasi yang dibutuhkan masyarakat secara transparan dan tidak
memihak beberapa kelompok saja sehingga pembangunan dan
penataan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
74
Untuk mengetahui aspek kognitif masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 16. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Kognitif
No Pertanyaan ST % T % CT % TT % STT % ∑
1 Pengetahuan
responden tentang
pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail
Jakabaring
11 11,00 63 63,00 10 10,00 14 14,00 2 2,00 100
2 Pengetahuan
responden tentang
lokasi baru
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail
Jakabaring
17 17,00 56 56,00 2 2,00 22 22,00 3 3,00 100
3 Pengetahuan
responden tentang
alasan pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail
Jakabaring
6 6,00 59 59,00 10 10,00 22 22,00 3 3,00 100
4 Pengetahuan
responden tentang
tujuan pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail
Jakabaring
9 9,00 44 44,00 14 14,00 30 30,00 3 3,00 100
5 Pengetahuan
responden tentang
manfaat
pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail
Jakabaring
8 8,00 41 41,00 21 21,00 28 28,00 2 2,00 100
Total 51 263 57 116 13 500
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
75
Keterangan :
ST = Sangat Tahu TT = Tidak Tahu
T = Tahu STT = Sangat Tidak Tahu
CT = Cukup Tahu
Selanjutnya untuk mengetahui besar persentase sikap responden dari aspek
kognitif digunakan rumus persentase sebagai berikut :
Keterangan :
P : Presentase
F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan
N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi/kategori
Berdasarkan tabel 16 di atas diperoleh persentase sebagai berikut :
Sangat Tahu (ST) = 51/500 x 100% = 10,2%
Tahu (T) = 263/500 x 100% = 52,6%
Cukup Tahu (CT) = 57/500 x 100% = 11,4%
Tidak Tahu (TT) = 116/500 x 100% = 23,2%
Sangat Tidak Tahu (STT)= 13/500 x 100% = 2,6%
Berdasarkan hasil perhitungan persentase di atas dapat diketahui bahwa
tingkat pengetahuan responden mengenai pemindahan, lokasi, alasan, tujuan
dan manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima ke Pasar Retail Jakabaring
10,2% responden menjawab sangat tahu, 52,6% responden menjawab tahu,
76
11,4% responden menjawab cukup tahu dan 23,2% responden menjawab
tidak tahu serta 2,6% responden menjawab sangat tidak tahu.
Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek
kognitif dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 2. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Kognitif
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden
berpengetahuan baik menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir
Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan hanya sebagian kecil yang
memiliki pengetahuan kurang baik terhadap pemindahan tersebut. Hasil yang
didapat peneliti di lapangan adalah yang menjadi faktor ketidaktahuan
responden mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang
ke Pasar Retail Jakabaring antara lain adalah kurangnya perhatian masyarakat
itu sendiri dalam mencari informasi mengenai pemindahan pasar tersebut dan
kurangnya sosialisasi pemerintah kota untuk memberikan informasi yang
77
transparan mengenai pemindahan pedagang kaki lima tersebut sehingga tidak
terkesan terdapat tujuan lain yang mengiringi pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Selanjutnya untuk menganalisa indikator kognitif responden terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut :
NT - NR
I =
K
Keterangan :
I = Interval nilai skor
NT = Nilai tertinggi
NR = Nilai terendah
K = Kategori jawaban
Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel
rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini
merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100
orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek kognitif
NT= 24, NR= 5 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis
tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas
dapat diketahui sebagai berikut :
78
NT - NR
I =
K
24 - 5
I =
5
I = 3,8 dibulatkan 4, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :
Sangat Baik = 21-24
Baik = 17-20
Cukup = 13-16
Kurang = 9-12
Sangat Kurang = 5-8
Tabel 17. Kategori Sikap Responden dari Aspek Kognitif
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Baik 14 14,00
2 Baik 45 45,00
3 Cukup 25 25,00
4 Kurang 14 14,00
5 Sangat Kurang 2 2,00
Jumlah 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Analisis indikator ini mengklasifikasikan pengetahuan responden ke dalam
lima kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang.
Kategori sangat baik yaitu untuk responden yang memiliki pengetahuan
sangat baik mengenai hal-hal yang menyangkut pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori baik adalah
untuk responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai hal-hal yang
menyangkut pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke
Pasar Retail Jakabaring.
79
Untuk kategori cukup adalah untuk respoden yang memiliki pengetahuan
cukup atau sedang mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir
Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, sedangkan untuk kategori kurang
adalah untuk responden yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai
pemindahan tersebut. Kategori sangat kurang adalah untuk responden yang
tidak memiliki pengetahuan mengenai pemidahan pedagang kaki lima Pasar
16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil
perhitungan aspek kognitif masyarakat Kota Palembang secara keseluruhan
dapat dilihat pada gambar 3 berikut :
14% 14%
25% 45%
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 3. Kategori Sikap Responden dari Aspek Kognitif
Dari gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa aspek kognitif (pengetahuan)
dari 100 responden yang memiliki pengetahuan sangat baik terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring sebanyak 14% responden. Responden memiliki pengetahuan yang
baik terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke
Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 45% responden. Responden yang
2%
80
kurang memiliki pengetahuan terhadap pemindahan tersebut sebanyak 14%
responden dan sebanyak 2% responden memiliki pengetahuan sangat kurang
terhadap pemindahan ini. Sisanya sebanyak 25% responden memiliki
pengetahuan yang cukup terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16
Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa hampir
sebagian masyarakat yaitu 45% memiliki pengetahuan yang baik dan 14%
dari masyarakat berpengetahuan sangat baik terhadap pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Adapun
masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini mengetahui
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
melalui media massa dan ada pula yang pernah berinteraksi langsung ke pasar
tersebut artinya dalam hal ini masyarakat mengetahui mengenai pemindahan,
lokasi, alasan, tujuan dan manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar
16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Masyarakat yang kurang mengetahui mengenai pemindahan ini menilai
Pemerintah Kota Palembang kurang memberikan sosialisasi yang menyeluruh
kepada masyarakat Palembang sehingga masih ada masyarakat yang belum
atau bahkan tidak mengetahui adanya pemindahan tersebut. Selain itu,
sebagian masyarakat yang tidak mengetahui pemindahan tersebut bersikap
acuh tak acuh terhadap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota
Palembang yang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang
ke Pasar Retail Jakabaring.
81
Melihat kondisi Kota Palembang yang semakin padat dengan banyaknya
pedagang kaki lima menuntut adanya inovasi pemerintah untuk menata
kembali kawasan kumuh yang diciptakan oleh pedagang kaki lima khususnya
yang berada di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang. Peran masyarakat dalam
suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah cukuplah penting mengingat
masyarakat merupakan objek utama dari tujuan bangsa yang sesuai dengan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Artinya antara pemerintah dengan masyarakat harus terjalin suatu komunikasi
yang baik agar tidak terjadi bias of information antara yang dimaksud
pemerintah dan yang diterima oleh masyarakat.
2. Aspek Afektif
Aspek afektif yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang
terhadap suatu objek tertentu yang menimbulkan perasaan mendukung atau
tidak mendukung terhadap suatu objek, dalam hal ini adalah sikap masyarakat
Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir
Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada responden dibagi dalam lima
tingkatan persetujuan masyarakat, yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju,
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Jawaban sangat setuju dipilih oleh
responden jika responden merasa amat menyetujui dengan jelas mengenai hal
yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban setuju dipilih
responden apabila responden menyetujui mengenai hal yang diajukan dari
masing-masing pertanyaan. Jawaban cukup setuju dipilih responden apabila
82
responden hanya sekedar menyetujui atau lebih kurang menyetujui mengenai
hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tidak
setuju dipilih responden apabila responden tidak menyetujui mengenai hal
yang diajukan dari masing-masing pertanyaan, sedangkan untuk jawaban
sangat tidak setuju dipilih oleh responden apabila responden sama sekali tidak
menyetujui dan tidak pernah akan setuju sedikitpun dari pertanyaan yang
diajukan.
a. Perasaan Masyarakat Tentang Pemindahan Pedagang Kaki Lima
(PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Tahap selanjutnya setelah mengetahui mengenai pengetahuan yang
dimiliki oleh masyarakat Kota Palembang tentang pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah
mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang dari aspek afektif atau
aspek perasaan masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ini. Tanggapan responden terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 18. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Pemindahan
Pedagang Kaki Lima Pasar (PKL) 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Setuju 15 15,00
2 Setuju 66 66,00
3 Cukup Setuju 8 8,00
4 Tidak Setuju 9 9,00
5 Sangat Tidak Setuju 2 2,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
83
Tabel 18 di atas menunjukan perasaan responden terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring,
tampak bahwa mayoritas masyarakat Kota Palembang setuju dengan
pemindahan tersebut dengan 15 orang (15%) responden menyatakan
sangat setuju, 66 orang (66%) responden menyatakan setuju, 8 orang (8%)
responden menyatakan cukup setuju, 9 orang (9%) responden menyatakan
tidak setuju dan hanya 2 orang (2%) responden yang menyatakan sikap
sangat tidak setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir
Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa sebenarnya masyarakat
setuju dengan kebijakan pemerintah memindahkan pedagang kaki lima
tersebut, ini menunjukan bahwa masyarakat mendukung perubahan-
perubahan yang dilakukan untuk lebih memperbaiki keadaan dan
kesejahteraan masyarakat. Banyak manfaat yang dirasakan dari
pemindahan tersebut, salah satunya adalah membaiknya roda
perekonomian yang terdapat di daerah Jakabaring dan sekitarnya yang
dahulunya merupakan lahan tidur yang didominasi oleh rawa-rawa,
dengan banyaknya sektor perekonomian yang ada di kawasan ini
menjadikan kawasan ini lebih maju dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Tidak hanya itu masyarakat merasakan sendiri manfaat dari
pasar tersebut, karena pedagang yang dahulunya berada di bawah
Jembatan Ampera kini telah pindah ke tempat yang lebih layak yaitu di
Pasar Retail Jakabaring. Penulis menilai pasar yang baru lebih baik
dibandingkan di tempat yang lama, karena pasar yang baru tidak jauh
84
berbeda dengan pasar-pasar modern yang ada di negara-negara tetangga
ASEAN seperti Pasar yang ada di Negeri Gajah Putih Thailand.
Hasil wawancara dengan Bapak Suparman Kasup selaku Direktur
Administrasi dan Keuangan Perusahaan Daerah Pasar Palembang Jaya
sebagai berikut :
“Pemerintah Kota Palembang dan pihak pengelola serta tokoh
masyarakat dipertemukan dan dimusyawarahkan untuk
pemindahan pasar ini, pada awalnya terdapat perlawanan terhadap
kebijakan pemkot tersebut, ini merupakan reaksi yang wajar
terhadap suatu kebijakan, namun pada akhirnya semua pedagang
pindah ke Pasar Retail Jakabaring.” (1 Desember 2009 pukul 11.00
wib)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pada awalnya kebijakan
tersebut dicetuskan telah terjadi pro dan kontra dari masyarakat termasuk
dikalangan pedagang kaki lima yang akan terkena pemindahan, namun
Pemerintah Kota Palembang meyakinkan para pedagang dan masyarakat
akan keberhasilan tujuan dari pemindahan tersebut.
b. Perasaan Masyarakat Tentang Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Aspek afektif yang selanjutnya adalah mengetahui perasaan responden
mengenai lokasi baru yang disediakan Pemerintah Kota Palembang untuk
menampung pedagang kaki lima yang direlokasi. Untuk melihat tanggapan
responden tentang perasaan masyarakat terhadap lokasi baru pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir dapat dilihat pada tabel berikut :
85
Tabel 19. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Lokasi
Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Setuju 2 2,00
2 Setuju 70 70,00
3 Cukup Setuju 16 16,00
4 Tidak Setuju 11 11,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 1,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 19 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap lokasi baru
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Sangat jelas bahwa sebagian besar masyarakat setuju dengan lokasi baru
dari relokasi pedagang tersebut, yakni sebanyak 70 orang (70%) responden
menyatakan setuju dengan lokasi tersebut yaitu di lahan milik Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan yang hak pengelolaannya diberikan kepada
Pemerintah Kota Palembang. Sisanya 2 orang (2%) responden menyatakan
sangat setuju, 16 orang (16%) responden menyatakan cukup setuju, 11
orang (11%) responden menyatakan tidak setuju dan hanya 1 orang (1%)
responden yang menyatakan sangat tidak setuju dengan lokasi tersebut.
Mayoritas responden yang menyatakan setuju dikarenakan daerah
Seberang Ulu merupakan daerah yang sedikit dilupakan, karena
pembangunan fisik lebih diutamakan di daerah Seberang Ilir yang
merupakan pusat pemerintahan baik Pemerintah Kota Palembang maupun
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, sehingga dengan adanya
pembangunan pasar di daerah ini dapat memajukan keadaan ekonomi dan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
86
Lain hal dengan responden yang menjawab tidak setuju hingga sangat
tidak setuju, hal ini dikarenakan lokasi semula yaitu yang berada di bawah
Jembatan Ampera merupakan lokasi yang sangat mudah di jangkau hanya
dengan menggunakan satu kali angkutan kota. Tidak demikian dengan
lokasi baru yaitu Pasar Retail Jakabaring yang harus menggunakan dua
kali angkutan umum dan tentunya akan mengeluarkan biaya transport
tambahan. Masyarakat yang mempertimbangkan kedua aspek tersebut,
aspek postif dan negatif dari lokasi tersebut adalah masyarakat yang
menjawab cukup tahu.
c. Perasaan Masyarakat Tentang Alasan Pemindahan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Pada aspek sikap sebelumnya yaitu aspek kognitif yang mengukur tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang
yang mengeluarkan kebijakan pemindahan atau relokasi pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, didapat jumlah yang
mayoritas responden mengetahui alasan pemindahan tersebut dengan 59
orang (59%) responden menyatakan tahu dengan alasan pemindahan
tersebut. Setelah mendapatkan hasil tersebut selanjutnya mengukur
perasaan masyarakat terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk melihat aspek afektif
masyarakat mengenai alasan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar
16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
87
Tabel 20. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Alasan
Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Setuju 10 10,00
2 Setuju 65 65,00
3 Cukup Setuju 14 14,00
4 Tidak Setuju 9 9,00
5 Sangat Tidak Setuju 2 2,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 20 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap alasan
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Terlihat bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dengan alasan
pemindahan tersebut, yakni 10 orang (10%) responden menyatakan sangat
setuju, 65 orang (65%) responden menyatakan setuju, 14 orang (14%)
responden menyatakan cukup setuju, 9 orang (9%) responden menyatakan
tidak setuju dan sisanya 2 orang (2%) responden menyatakan sangat tidak
setuju dengan alasan pemindahan tersebut.
Sebagian besar responden setuju dengan alasan pemindahan pedagang kaki
lima tersebut karena melihat kondisi Kota Palembang yang semakin padat
terutama di tempat transaksi jual-beli sehingga perlu adanya penataan
ulang terhadap keadaan pasar yang kian memenuhi sudut kota. Sebagian
kecil reponden yang menyatakan cukup setuju, tidak setuju dan bahkan
sangat tidak setuju dengan alasan pemindahan ini adalah karena responden
mempunyai pandangan bahwa pemindahan pedagang kaki lima setidaknya
memangkas hak-hak pedagang kaki lima yang merupakan warga Negara
Indonesia untuk mendapatkan penghasilan.
88
d. Perasaan Masyarakat Tentang Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Pada aspek sikap sebelumnya yaitu aspek kognitif yang telah diketahui
tujuan dari pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring,
terdapat 44 orang (44%) responden menyatakan mengetahui tujuan
pemindahan tersebut. Untuk mengetahui perasaan masyarakat Kota
Palembang mengenai pemindahan pedagang kaki lima tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 21. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Tujuan
Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Setuju 11 11,00
2 Setuju 68 68,00
3 Cukup Setuju 15 15,00
4 Tidak Setuju 5 5,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 1,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 21 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tujuan
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Terdapat 11 orang (11%) responden yang menyatakan sangat setuju, 68
orang (68%) responden menyatakan setuju, 15 orang (15%) menyatakan
cukup setuju, 5 orang (5%) menyatakan tidak setuju, dan 1 orang (1%)
responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil tersebut, mayoritas responden setuju dengan tujuan yang
hendak dicapai oleh Pemerintah Kota Palembang. Masyarakat menilai
tujuan pemindahan tersebut dapat memajukan keadaan ekonomi waraga
masyarakat Palembang. Pemindahan tersebut juga merupakan salah satu
89
wujud dari program Pemerintah Kota Palembang untuk menjadikan kota
ini menjadi kota internasional dengan mengedepankan ciri khas Kota
Palembang, yaitu dengan menjadikan Kota Palembang sebagai kota wisata
air, sehingga lokasi yang dahulunya tempat pedagang kaki lima telah
berubah menjadi taman-taman yang indah yang diberi nama Taman Nusa
Indah.
e. Perasaan Masyarakat Tentang Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Jika dilihat dari aspek kognitif atau aspek pengetahuan maka sebagian
besar masyarakat berpengetahuan baik mengenai manfaat pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Selanjutnya
untuk melihat aspek afektif atau aspek perasaan mengenai manfaat
pemindahan pedagang kaki lima tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 22. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Manfaat
Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Setuju 3 3,00
2 Setuju 80 80,00
3 Cukup Setuju 10 10,00
4 Tidak Setuju 6 6,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 1,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 22 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap manfaat dari
pemindahan pedagang kaki lima tersebut. Manfaat dari pemindahan
tersebut diantaranya adalah untuk meningkatkan perekonomian di daerah
Jakabaring dan sekitarnya. Mayoritas responden setuju dengan manfaat
90
dari pemindahan tersebut dengan 80 orang (80%) responden menyatakan
setuju dan 3 orang (3%) responden menyatakan sangat setuju. Responden
yang menyatakan cukup setuju dengan pemindan tersebut sebanyak 10
orang (10%) responden dan sisanya sebanyak 6 orang (6%) responden
menyatakan tidak setuju dan 1 orang (1%) responden menyatakan sangat
tidak setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima tersebut.
Responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju dengan manfaat
pemindahan tersebut akan dapat menghasilakan suatu hal positif untuk
masyarakat Kota Palembang. Terutama lahan-lahan yang dahulu
merupakan lahan tidur yang belum bisa dimanfaatkan secara maksimal
kini telah dapat digunakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
Kota Palembang khususnya masyarakat yang berada di sekitar lokasi Pasar
Retail Jakabaring. Sedangkan bagi masyarakat yang menyatakan cukup
setuju dan atau bahkan sangat tidak setuju dengan pemindahan tersebut
menilai manfaat tersebut tidak serta merta dapat meningkatkan tarah hidup
masyarakat yang berada di Kota Palembang karena tidak semua
masyarakat Kota Palembang yang berurusan dengan Pasar Retail
Jakabaring.
91
Untuk mengetahui aspek kognitif masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 23. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Afektif
No Pertanyaan SS % S % CS % TS % STS % ∑
1 Perasaan responden
tentang pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar
Retail Jakabaring
15 15,00 66 66,00 8 8,00 9 9,00 2 2,00 100
2 Perasaan responden
tentang lokasi baru
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar
Retail Jakabaring
2 2,00 70 70,00 16 16,00 11 11,00 1 1,00 100
3 Perasaan responden
tentang alasan
pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar
Retail Jakabaring
10 10,00 65 65,00 14 14,00 9 9,00 2 2,00 100
4 Perasaan responden
tentang tujuan
pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar
Retail Jakabaring
11 11,00 68 68,00 15 15,00 5 5,00 1 1,00 100
5 Perasaan responden
tentang manfaat
pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar
Retail Jakabaring
3 3,00 80 80,00 10 10,00 6 6,00 1 1,00 100
Total 41 349 63 40 7 500
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Keterangan :
ST = Sangat Tahu TT = Tidak Tahu
T = Tahu STT = Sangat Tidak Tahu
CT = Cukup Tahu
92
Berdasarkan tabel 23 di atas diperoleh persentase sebagai berikut :
Sangat Setuju (SS) = 41/500 x 100% = 8,2%
Setuju (S) = 349/500 x 100% = 69,8%
Cukup Setuju (CS) = 63/500 x 100% = 12,6%
Tidak Setuju (TS) = 40/500 x 100% = 8%
Sangat Tidak Setuju (STS) = 7/500 x 100% = 1,4%
Berdasarkan perhitungan persentase di atas dapat diketahui secara umum
bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju dengan pemindahan,
lokasi, alasan, tujuan, serta manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 69,8% responden dan
8,2% responden yang menyatakan sangat setuju. Sisanya 12,6% responden
menyatakan cukup setuju, 8% responden menyatakan tidak setuju dan 1,4%
responden yang menyatakan sangat tidak setuju, sehingga dapat diketahui
bahwa perasaan masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring cukup bervariasi.
93
Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek afektif
dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 4. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Afektif
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden
menyatakan setuju menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir
Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan hanya sebagian kecil yang tidak
setuju terhadap pemindahan tersebut. Masyarakat menyatakan setuju dengan
pemindahan pedagang kaki lima tersebut karena dengan pemindahan tersebut
tercipta suasana yang dahulunya sangat tidak teratur menjadi lebih baik
setelah pedagang direlokasi sehingga merupakan suatu kebanggaan dan
merupakan prestasi Pemerintah Kota Palembang dalam menata kota ini dan
dengan upayanya tersebut membuahkan tiga kali Piala Adipura berturut-turut
bagi Kota Palembang. Berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti di lapangan
adalah masyarakat khususnya yang berada di sekitar daerah Pasar Retail yang
merupakan pasar tujuan relokasi menyatakan setuju dengan pemindahan
94
tersebut dan membuat pasar baru di daerah tersebut, ini dikarenakan banyak
fasilitas yang dirasakan oleh masyarakat sekitar setelah adanya pasar tersebut
antara lain fasilitas lampu jalan dan angkutan kota yang sebelumnya daerah
ini belum tersentuh oleh fasilitas-fasilitas tersebut.
Selanjutnya untuk menganalisa indikator afektif responden terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut :
NT - NR
I =
K
Keterangan :
I = Interval nilai skor
NT = Nilai tertinggi
NR = Nilai terendah
K = Kategori jawaban
Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel
rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini
merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100
orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek afektif
NT= 25, NR= 5 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis
tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas
dapat diketahui sebagai berikut :
95
NT - NR
I =
K
25 - 5
I =
5
I = 4, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :
Sangat Baik ≥ 21
Baik = 17-20
Cukup = 13-16
Kurang = 9-12
Sangat Kurang = 5-8
Tabel 24. Kategori Sikap Responden dari Aspek Afektif
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Pro 15 15,00
2 Pro 68 68,00
3 Netral 13 13,00
4 Kontra 2 2,00
5 Sangat Kontra 2 2,00
Jumlah 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Aspek afektif dalam penelitian ini meliputi perasaan atau emosional dari
responden yang dapat menimbulkan tanggapan terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Analisis indikator ini mengklasifikasikan perasaan responden ke dalam lima
kategori yaitu sangat pro, pro, netral, kontra dan sangat kontra. Kategori
sangat pro yaitu untuk responden yang sangat setuju terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Kategori pro adalah untuk responden yang setuju terhadap pemindahan
96
Afektif
Sangat Pro (15%)
Pro (68%)
Netral (13%)
Kontra (2%)
Sangat Kontra (2%)
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Kategori netral artinya responden atau masyarakat cukup setuju dengan
pemindahan tersebut. Untuk kategori kontra artinya responden atau
masyarakat tidak setuju dan sangat kontra berarti masyarakat sangat tidak
setuju atas rencana, lokasi, alasan, tujuan, dan manfaat dari pemidahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Untuk mengetahui hasil perhitungan aspek afektif masyarakat Kota
Palembang secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 5 berikut :
2% 15%
13%
68%
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 5. Kategori Sikap Responden dari Aspek Afektif
Dari gambar 5 di atas dapat diketahui bahwa aspek afektif (perasaan) dari 100
responden yang memiliki perasaan sangat pro terhadap pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring sebanyak 15%
responden. Responden yang memiliki perasaan pro terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu
sebanyak 68% responden. Responden yang netral dalam menyikapi
2%
97
pemindahan tersebut sebanyak 13% responden dan sebanyak 2% responden
memiliki perasaan kontra terhadap pemindahan tersebut. Sisanya sebanyak
2% responden memiliki perasaan yang sangat kontra terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Menurut hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas
masyarakat memilih pro dalam menyikapi pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 68%.
Masyarakat menyatakan setuju terhadap pemindahan pedagang tersebut
karena kebijakan ini telah dapat membawa perubahan yang cukup baik bagi
masyarakat Kota Palembang, karena daerah yang dahulunya lapak pedagang
kaki lima yang kumuh dan kotor telah diubah menjadi taman wisata yang
indah jauh dari kesan kumuh dan kotor. Hal inilah yang merupakan salah satu
prestasi Pemerintah Kota Palembang dalam manajemen pemerintahan yaitu
menata daerah yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik dan menjadikan
tempat tujuan relokasi pedagang sebagai sentra perdagangan yang dapat
meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama melakukan
penelitian adalah masyarakat Kota Palembang lebih banyak menerima apapun
kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang karena mereka
beranggapan bahwa apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah itu
adalah yang terbaik untuk masyarakat meskipun mereka belum mengatahui
secara pasti bentuk seperti apa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Salah satunya menyangkut kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap
98
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring. Masyarakat Kota Palembang mayoritas setuju dengan
pemindahan tersebut dikarenakan masyarakat merasa setiap kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang merupakan kebijakan yang
bertujuan baik untuk masyarakat, meskipun ada beberapa dari masyarakat
yang sebenarnya tidak mengetahui secara pasti seperti apa kebijakan tersebut.
Penulis menilai hal ini muncul akibat dari reaksi masyarakat Kota Palembang
yang acuh tak acuh terhadap kebijakan tersebut padahal kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah untuk masyarakat itu sendiri.
3. Aspek Konatif
Aspek selanjutnya yang digunakan dalam pengukuran sikap masyarakat Kota
Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang
ke Pasar Retail Jakabaring adalah aspek konatif. Aspek konatif merupakan
aspek yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat
sesuatu terhadap suatu objek.
a. Tindakan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima
(PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Setelah mendapatkan pernyataan masyarakat dari aspek kognitif dan aspek
afektif, selanjutnya adalah ditanggapi oleh tindakan masyarakat. Untuk
melihat aspek konatif masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki
lima dapat dilihat pada tabel berikut :
99
Tabel 25. Distribusi Jawaban Tindakan Masyarakat Terhadap
Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Mendukung 8 8,00
2 Mendukung 66 66,00
3 Cukup Mendukung 16 16,00
4 Tidak Mendukung 9 9,00
5 Sangat Tidak Mendukung 1 1,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 25 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tindakan atas
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Dapat diketahui bahwa 66 orang (66%) responden menyatakan
mendukung, 8 orang (8%) responden menyatakan sangat mendukung, 16
orang (16%) responden menyatakan cukup mendukung, 9 orang (9%)
responden menyatakan tidak mendukung dan hanya 1 orang (1%)
responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Peranan dari setiap kalangan sangat diperlukan dalam membangun suatu
kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak terkecuali peran serta dan
dukungan dari segenap masyarakat Kota Palembang dalam pembangunan
sektor ekonomi rakyat. Berdasarkan hasil pengamatan penulis adalah
masyarakat Kota Palembang mendukung kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Kota Palembang dengan merelokasi pedagang kaki lima Pasar
16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring karena pemindahan tersebut berdampak
cukup positif bagi kehidupan masyarakat Kota Palembang, bukti nyatanya
100
adalah kebutuhan akan tempat transaksi jual-beli yang nyaman dan aman
pun terpenuhi.
b. Tindakan Masyarakat Untuk Mengikuti Perkembangan Pemindahan
Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring
Sebagai masyarakat Kota Palembang tentunya sudah menjadi keputusan
mutlak mengenai hal apa saja yang menyangkut pembangunan yang
melibatkan masyarakat, terutama mengenai perkembangan pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Banyak sikap
yang timbul pada saat kebijakan ini muncul pertama kali ke permukaan,
ada yang bersikap pro dan ada juga yang kontra dengan kebijakan ini,
dalam hal ini masyarakat mempunyai kecenderungan untuk mengikuti
perkembangan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui apakah responden tertarik
untuk mengikuti perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16
Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 26. Distribusi Jawaban Tindakan Masyarakat Terhadap
Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Tertarik 6 6,00
2 Tertarik 43 43,00
3 Cukup Tertarik 25 25,00
4 Tidak Tertarik 25 25,00
5 Sangat Tidak Tertarik 1 1,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 26 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap ketertarikan
mengikuti perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke
101
Pasar Retail Jakabaring. Tampak bahwa 6 orang (6%) responden
menyatakan sangat setuju, 43 orang (43%) responden menyatakan setuju,
sedangkan untuk responden yang menyatakan cukup tertarik dan tidak
tertarik masing-masing 25 orang (25%) responden. Hanya 1 orang (1%)
responden saja yang menyatakan sangat tidak tertarik dengan
perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar
Retail Jakabaring.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam perbaikan di sektor-sektor
pembangunan kedepannya, peran masyarakat inilah yang nantinya dapat
memberikan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah. Termasuk kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa mayoritas responden menyatakan
ketertarikannya terhadap perkembangan terhadap pemindahan tersebut.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyrakat untuk mengakses
informasi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perkembagan
pemindahan tersebut. Pemeritah Kota Palembang telah menyediakan portal
internet untuk memudahkan siapa saja untuk mengakses dan mendapatkan
informasi seputar pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar
Retail Jakabaring. Ketertarikan responden tersebut merupakan suatu ciri
aktif dari seorang warga negara yang berpartisipasi dalam pembangunan.
Hal ini yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan yang hendak dicapai
dari suatu kebijakan tersebut.
102
c. Keyakinan Masyarakat terhadap Keberhasilan Pemindahan
Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring
Setelah responden mengetahui adanya pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring selanjutnya adalah
mengukur aspek konatif yang merupakan tingkat keoptimisan atau
keyakinan masyarakat terhadap keberhasilan pemindahan tersebut. Untuk
melihat jawaban responden mengenai keyakinan terhadap keberhasilan
pemindahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 27. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap
Keberhasilan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir
ke Pasar Retail Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Yakin 3 3,00
2 Yakin 40 40,00
3 Cukup Yakin 38 38,00
4 Tidak Yakin 16 16,00
5 Sangat Tidak Yakin 3 3,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 27 di atas menunjukan keyakinan responden mengenai keberhasilan
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Tampak 3 orang (3%) responden menyatakan sangat yakin, 40 orang
(40%) responden menyatakan yakin, 38 orang (38%) responden
menyatakan cukup yakin, 16 orang (16%) responden menyatakan tidak
yakin dan 3 orang (3%) responden sangat tidak yakin.
103
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut sebagian besar masyarakat yakin
dengan keberhasilan pemindahan pedagang kaki lima tersebut, namun
masih ada beberapa jumlah pedagang kaki lima yang bersikeras tidak ingin
meninggalkan lokasi yang lama dah pindah ke lokasi yang baru. Ini
dikarenakan beberapa faktor penyebab, salah satunya adalah bahwa
pedagang kaki lima yang berada di lokasi terbut telah berjualan secara
turun-menurun, mulai dari orang tuanya hingga sekarang, sehingga
menumbuhkan kecintaan terhadap lokasi tersebut. Ada juga yang
beranggapan bahwa lokasi yang baru tidak memiliki prospek yang cerah
bagi para pedagang mengingat lokasinya yang cukup jauh dan ongkos
sewa counter yang tidak bisa dijangkau oleh pedagang kecil meyebabkan
mereka memilih tetap tinggal diloksai yang lama. Pemerintah kota dalam
hal ini telah berulang kali mengingatkan kepada para pedagang yang
belum mematuhi peraturan untuk pindah ke lokasi baru, namun meskipun
demikian sebagian besar lokasi tersebut telah dibangun taman wisata yang
menyebabkan para pedagang tidak bisa berjualan lagi di tempat biasanya.
Sebagian besar responden berkeyakinan bahwa pemindahan ini dapat
terlaksana dengan baik sehingga para pedagang yang tadinya belum
pindah akan segera pindah ke lokasi yang baru yaitu Pasar Retail
Jakabaring.
d. Keyakinan Masyarakat terhadap Keberhasilan Tujuan Pemindahan
Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring
Pengetahuan responden mengenai tujuan pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring cukup baik, setelah itu untuk
104
mengetahui keyakinan responden terhadap keberhasilan tujuan tersebut
dapat diukur dengan menggunakan aspek konatif dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 28. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap
Keberhasilan Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar
16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Yakin 3 3,00
2 Yakin 43 43,00
3 Cukup Yakin 34 34,00
4 Tidak Yakin 18 18,00
5 Sangat Tidak Yakin 2 2,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Tabel 28 di atas menunjukan keyakinan masyarakat terhadap keberhasilan
tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring. Dapat diketahui bahwa 3 orang (3%) responden menyatakan
sangat yakin, 43 orang (43%) menyatakan yakin, dan 34 orang (34%)
responden menyatakan cukup yakin. Sisanya adalah sebanyak 18 orang
(18%) responden menyatakan tidak yakin dan 2 orang (2%) responden
menyatakan sangat tidak yakin terhdap keberhasilan atau pencapaian
tujuan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring.
Tujuan dipindahkannya pedagang kaki lima dari Pasar 16 Ilir yang
tepatnya di bawah Jembatan Ampera secara umum adalah untuk menata
ulang kawasan 16 Ilir terutama yang selama ini dihuni oleh pedagang kaki
lima untuk dijadikan suatu taman yang bersih dan nyaman. Hal ini juga
105
dikarenakan peresmian dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono untuk menjadikan daerah tersebut sentra wisata Sungai Musi
atau Palembang Legendary City. Tujuan inilah yang dirasakan masyarakat
Kota Palembang, dengan dipindahkannya pedagang kaki lima tersebut
masyarakat Kota Palembang memiliki taman wisata dan wisata air yang
terdapat di dekat Jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi. Hal
tersebut tidak lepas dari peran serta dari berbagai kalangan mulai
masyarakat, LSM, pedagang kaki lima, pemerintah untuk bersama-sama
mewujudkan suatu tatanan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik yang
lebih baik di masa yang akan datang.
e. Keyakinan Masyarakat terhadap Manfaat Pemindahan Pedagang
Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Pengetahuan responden mengenai manfaat pemindahan pedagang kaki
lima ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan aspek kognitif
mendapatkan pernyataan sebesar 41%. Pengetahuan responden tersebut
dapat berpengaruh terhadap keyakinan manfaat yang ditimbulkan dari
pemindahan tersebut dan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 29. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap Manfaat
Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring
No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Yakin 3 3,00
2 Yakin 52 52,00
3 Cukup Yakin 30 30,00
4 Tidak Yakin 14 14,00
5 Sangat Tidak Yakin 1 1,00
Total 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
106
Tabel 29 di atas menyatakan keyakinan masyarakat terhadap manfaat
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Hasil yang diperoleh menyatakan 3 orang (3%) responden menyatakan
sangat yakin, lebih dari lima puluh persen yaitu sebesar 52 orang (52%)
responden menyatakan yakin terhadap pemindahan tersebut. Responden
yang menyatakan cukup yakin sebanyak 30 orang (30%) responden, 14
orang (14%) responden menyatakan tidak yakin dan hanya 1 orang (1%)
responden yang menyatakan sangat tidak yakin terhadap manfaat
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dipahami bahwa sebagian besar
responden menyatakan yakin terhadap manfaat dari pemindahan tersebut.
Manfaat dari pemindahan pedagang tersebut secara umum adalah untuk
memajukan dan memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat Kota
Palembang khususnya yang berada di daerah Jakabaring. Responden
menyatakan yakin dengan manfaat ini dikarenakan pembangunan pasar
tertutama pasar modern dapat memberikan peluang usaha, lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar, dan dapat menumbuhkan sektor
perekonomian merupakan nilai lebih dari pemindahan tersebut. Lain hal
dengan responden yang menyatakan tidak yakin atau bahkan sangat tidak
yakin dikarenakan masyarakat ragu jika pemindahan tersebut dapat
membawa manfaat baik bagi perekonomian melihat kondisi daerah
Jakabaring yang cukup luas dan masih sedikitnya kegiatan ekonomi yang
berada disana. Hal ini menimbulakan kekhawatiran masyarakat terhadap
107
manfaat dari pemindahan dan pembangunan tersebut. Untuk responden
yang menyatakan cukup tahu yakni masyarakat yang mempertimbangkan
kedua hal tersebut.
Untuk mengetahui aspek konatif responden secara keseluruhan dapat
dilihat pada tabel berikut :
108
Tabel 30. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Konatif
No Pertanyaan SM % M % CM % TM % STM % ∑
1 Tindakan
responden terhadap
pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail
Jakabaring
8 8,00 66 66,00 16 16,00 9 9,00 1 1,00 100
STr % Tr % CTr % TTr % STTr % ∑
2 Ketertarikan
responden terhadap
perkembangan
pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail
Jakabaring
6 6,00 43 43,00 25 25,00 25 25,00 1 1,00 100
SY % Y % CY % TY % STY % ∑
3 Keyakinan
responden terhadap
keberhasilan
pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail
Jakabaring
3 3,00 40 40,00 38 38,00 16 16,00 3 3,00 100
4 Keyakinan
responden terhadap
keberhasilan tujuan
pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail
Jakabaring
3 3,00 43 43,00 34 34,00 18 18,00 2 2,00 100
5 Keyakinan
responden terhadap
manfaat
pemindahan
pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail
Jakabaring
3 3,00 52 52,00 30 30,00 14 14,00 1 1,00 100
Total 23 244 143 82 8 500
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Keterangan :
(1)
SM = Sangat Mendukung TM = Tidak Mendukung
M = Mendukung STM = Sangat Tidak Mendukung
109
CM = Cukup Mendukung
(2)
ST r = Sangat Tertarik TTr = Tidak Tertarik
Tr = Tertarik STTr = Sangat Tidak Tertarik
CTr = Cukup Tertarik
(3)
SY = Sangat Yakin TY = Tidak Yakin
Y = Yakin STY = Sangat Tidak Yakin
CY = Cukup Yakin
Berdasarkan tabel 30 di atas diperoleh persentase sebagai berikut :
Sangat Positif = 23/500 x 100% = 4,6%
Positif = 244/500 x 100% = 48,8%
Cukup Positif = 143/500 x 100% = 28,6%
Negatif = 82/500 x 100% = 16,4%
Sangat Negatif = 8/500 x 100% = 1,6%
Berdasarkan hasil persentase tersebut didapat aspek konatif berupa tingkah
laku atau tindakan secara umum sebagian besar responden memiliki tindakan
positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring yaitu sebanyak 48,8% responden dan 4,6% responden yang
memiliki tindakan sangat positif. Responden yang memiliki tindakan cukup
positif sebanyak 28,6% responden, sedangkan responden yang memiliki
110
tindakan negatif sebanyak 16,4% dan sebanyak 1,6% responden yang
memiliki tindakan sangat negatif.
Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek konatif
dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 6. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Konatif
Berdasarkan grafik tersebut, maka dapat diketahui bahwa tindakan
masyarakat Kota Palembang dalam menyikapi kebijakan ini sangat bervariasi.
Namun, mayoritas masyarakat Kota Palembang mendukung kebijakan
pemerintah terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang
ke Pasar Retail Jakabaring. Grafik tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
masyarakat Kota Palembang bertindak positif mengenai pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meskipun
terdapat kecenderungan masyarakat bersikap tidak perduli dengan
pemindahan tersebut. Selanjutnya pemindahan pedagang kai lima tersebut
111
harus dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Palembang dengan tidak
meninggalkan peran masyarakat di dalamnya.
Selanjutnya untuk menganalisa indikator konatif responden terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut :
NT - NR
I =
K
Keterangan :
I = Interval nilai skor
NT = Nilai tertinggi
NR = Nilai terendah
K = Kategori jawaban
Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel
rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini
merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100
orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek afektif
NT= 22, NR= 6 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis
tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas
dapat diketahui sebagai berikut :
112
NT - NR
I =
K
22 - 6
I =
5
I = 3,2 dibulatkan 3, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :
Sangat Positif ≥ 18
Positif = 15-17
Netral = 12-14
Negatif = 9-11
Sangat Negatif = 6-8
Tabel 31. Kategori Sikap Responden dari Aspek Konatif
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Positif 47 47,00
2 Positif 32 32,00
3 Netral 11 11,00
4 Negatif 8 8,00
5 Sangat Negatif 2 2,00
Jumlah 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Aspek konatif dalam penelitian ini meliputi tindakan atau kecenderungan dari
responden yang dapat menimbulkan tanggapan terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Analisis indikator ini mengklasifikasikan perasaan responden ke dalam lima
kategori yaitu sangat positif, positif, netral, negatif dan sangat negatif.
Kategori sangat positif berarti masyarakat betingkah laku sangat mendukung
kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori positif
113
Konatif
Sangat Positif (47%)
Positif (32%)
Netral (11%)
Negatif (8%)
Sangat Negatif (2%)
berarti masyarakat bertingkah laku mendukung terhadap pemindahan
tersebut. Kategori netral artinya masyarakat lebih cenderung bertingkah laku
biasa-biasa saja dalam menyikapi pemindahan tersebut, sedangkan kategori
negatif berarti masyarakat bertingkah laku menolak kebijakan pemindahan
tersebut dan untuk kategori sangat negatif berarti masyarakat bertingkah laku
sangat menolak atau tidak mendukung terhadap pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui
hasil perhitungan aspek konatif masyarakat Kota Palembang secara
keseluruhan dapat dilihat pada gambar 7 berikut :
8% 2%
11% 47%
32%
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 7. Kategori Sikap Responden dari Aspek Konatif
Gambar tersebut menunjukan aspek konatif (tindakan) dari 100 responden.
Responden yang memilih bertindak sangat positif terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
sebanyak 47% responden. Responden yang memilih bertindak positif
terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar
114
Retail Jakabaring yaitu sebanyak 32% responden. Responden yang netral
dalam menyikapi pemindahan tersebut sebanyak 11% responden dan
sebanyak 8% responden memilih bertindak negatif terhadap pemindahan
tersebut. Sisanya sebanyak 2% responden memilih bertindak sangat negatif
terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar
Retail Jakabaring.
Menurut hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas
masyarakat memilih bertindak sangat positif dalam menyikapi pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu
sebanyak 47%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring telah mendapat dukungan penuh dari masyarakat Kota Palembang.
Masyarakat menilai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kota Palembang tersebut telah cukup berhasil, karena melihat kondisi pasar
yang teratur dan terkendali menimbulkan dampak yang cukup baik pula bagi
kehidupan masyarakat. Sebelumnya pemindahan ini menimbulkan berbagai
reaksi dari berbagai kalangan masyarakat yang ada di Kota Palembang, mulai
dari reaksi pro hingga kontra, namun dengan seiring berjalannya waktu
kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Palembang dapat menunjukkan
suatu keberhasilan dan keberhasilan tersebut kurang lebih telah dirasakan
oleh masyarakat. Tuntutan akan tatanan kota yang BARI (Bersih, Aman,
Rapi, Indah) sesuai dengan julukan Kota Palembang akhirnya dapat terpenuhi
dengan adanya kebijakan relokasi pedagang ini. Keberhasilan dari kebijakan
ini tidak terlepas dari dukungan penuh dari masyarakat kepada pemerintah
115
dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dukungan inilah
yang menjadi feed-back bagi masyarakat Kota Palembang sendiri, dengan
merasakan berbagai hal yang menjadi prioritas Pemerintah Kota Palembang.
Kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring ini diharapkan dapat
lebih meningkatkan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tujuan awal dari
kebijakan tersebut. Akhirnya kebijakan-kebijakan yang nantinya akan
dikeluarkan oleh pemerintah akan mendapat dukungan dari masyarakat yang
merupakan bagian atau elemen penting dari suatu kebijakan dan nantinya
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat memperkuat rasa
persatuan dan kesatuan di dalam masyarakat khususnya hubungan antara
yang memerintah dengan yang diperintah.
Selanjutnya untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang secara
keseluruhan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar
Retail Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut :
NT - NR
I =
K
Keterangan :
I = Interval nilai skor
NT = Nilai tertinggi
NR = Nilai terendah
K = Kategori jawaban
116
Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel
rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini
merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100
orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari keseluruhan
aspek NT= 66, NR= 16 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K)
penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing
kelas dapat diketahui sebagai berikut :
NT - NR
I =
K
66 - 16
I =
5
I = 10, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut :
Sangat Positif ≥ 56
Positif = 46-55
Netral = 36-45
Negatif = 26-35
Sangat Negatif = 16-25
Tabel 32. Kategori Sikap Responden Secara Keseluruhan
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Positif 41 41,00
2 Positif 40 40,00
3 Netral 16 16,00
4 Negatif 1 1,00
5 Sangat Negatif 2 2,00
Jumlah 100 100,00
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
117
Sangat Positif (41%)
Positif (40%)
Netral (16%)
Negatif (1%)
Sangat Negatif (2%)
Analisis ini mengklasifikasikan sikap responden secara keseluruhan dalam
lima kategori yaitu sangat positif, positif, netral, negatif, dan sangat negatif.
Kategori sangat positif berarti masyarakat sangat setuju, sangat mendukung
dan sangat tertarik dengan kebijakan Pemerintah Kota Palembang yang
memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Kategori positif berarti masyarakat setuju, mendukung, dan tertarik terhadap
kebijakan tersebut. Kategori netral berarti masyarakat bersikap biasa saja
terhadap pemindahan pedagang kaki lima tersebut, sedangkan kategori
negatif berarti masyarakat bertingkah laku sangat menolak kebijakan tersebut
dan untuk kategori sangat negatif berarti masyarakat sangat menolak, sangat
tidak mendukung dan sangat tidak tertarik terhadap kebijakan Pemerintah
Kota Palembang yang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil perhitungan secara
keseluruhan dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini :
1% 2%
16% 41%
40%
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009
Gambar 8. Kategori Sikap Responden Secara Keseluruhan
118
Gambar tersebut menunjukan sikap responden secara keseluruhan dari 100
responden. Responden yang memilih bertindak sangat positif terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring sebanyak 41% responden. Responden yang memilih bertindak
positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke
Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 40% responden. Responden yang
netral dalam menyikapi pemindahan tersebut sebanyak 16% responden dan
sebanyak 1% responden memilih bertindak negatif terhadap pemindahan
tersebut. Sisanya sebanyak 2% responden memilih bertindak sangat negatif
terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar
Retail Jakabaring.
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas
masyarakat bertindak sangat positif secara keseluruhan dalam meyikapi
kebijakan Pemerintah Kota Palembang dalam pemindahan pedagang kaki
lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebesar 41%. Kebijakan
yang pada awalnya sempat menimbulkan reaksi dari berbagai pihak akhirnya
dapat menjadi salah satu pencapaian yang baik bagi Pemerintah Kota
Palembang, karena tidak hanya para pedagang yang diuntungkan dari
pemindahan ini dari bersih dan terjaminnya lahan atau lapak dagangan namun
masyarakat luas pun dapat merasakan manfaat dari kebijakan ini. Daerah
yang dahulu menjadi sentra perdagangan pedagang kaki lima yang kumuh
dan kotor diubah menjadi taman wisata yang indah dan nyaman, serta lahan
yang menjadi tujuan relokasi pedagang yaitu di Jakabaring menjadi lebih
berkembang dari sebelumnya. Hal inilah yang menurut penulis yang menjadi
119
pertimbangan masyarakat bersikap sangat positif terhadap kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang yaitu memindahkan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Hal ini juga merupakan
credit point bagi Pemerintah Kota Palembang dalam menata tata ruang kota
dan upaya mewujudkan Kota Palembang sebagai kota internasional. Grand
desain ini dapat menjadi tolak ukur dan contoh bagi kota-kota yang ada di
Indonesia yang sedang mengalami permasalahan yang sama seperti Kota
Palembang dalam penanganan pedagang kaki lima.
120
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis di Kota Palembang
untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Sikap masyarakat yang berhubungan dengan pengetahuan (kognitif)
terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail
Jakabaring menunjukan bahwa masyarakat berpengetahuan baik.
Sebanyak 45% responden yang mewakili masyarakat Kota Palembang
menyatakan mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke
Pasar Retail Jakabaring, lokasi yang merupakan tempat baru dari pedagang
kaki lima, alasan dilaksanakannya pemindahan ke Pasar Retail Jakabaring,
tujuan serta manfaat yang dihasilkan dari pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
2. Sikap masyarakat yang berhubungan dengan perasaan (afektif) terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
menunjukan bahwa masyarakat setuju dengan pemindahan tersebut, ini
dibuktikan dengan 68% responden yang mewakili masyarakat Kota
121
Palembang menjawab setuju dan tidak menolak atas pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
3. Sikap masyarakat yang berhubungan dengan tindakan (konatif) terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring
cenderung bertindak sangat positif yakni sebanyak 47% responden
menyatakan dukungannya terhadap pemindahan ini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Palembang bersama dinas terkait untuk dapat
memberikan sosialisasi dan pengertian yang lebih kepada masyarakat Kota
Palembang dengan cara mengoperasikan kembali bis gratis yang dulu
sempat dioperasikan pada saat pertama kali kebijakan tersebut dikeluarkan
dengan tujuan dapat lebih mendekatkan lagi hubungan pemerintah dengan
masyarakatnya, selain itu Pemerintah Kota Palembang dapat melakukan
sosialisasi dengan cara menginformasikan pemindahan tersebut secara
berkala melalui media cetak maupun media elektronik ataupun melalui
Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Palembang sehingga dapat
memangkas jumlah masyarakat yang berpengetahuan kurang terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail
Jakabaring.
2. Pemerintah Kota Palembang dalam hal ini harus lebih peka terhadap
berbagai aspirasi yang ada di masyarakat yaitu dengan melibatkan elemen-
122
elemen masyarakat untuk menentukan arah suatu kebiajakan, sehingga apa
yang diinginkan masyarakat dan apa yang hendak dicapai oleh pemerintah
dapat berjalan berdampingan tanpa ada yang merasa dirugikan dari suatu
kebijakan tersebut.
3. Masyarakat Kota Palembang yang selama ini bersikap tidak perduli atau
acuh tak acuh, harus lebih berperan aktif dalam setiap kebijakan yang
dikeluarkan Pemerintah Kota Palembang termasuk kebijakan pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
terutama dalam hal controlling atau proses pengawasan.
123
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdulsyani. 2006. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. PT Bumi
Aksara. Jakarta
Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta
Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya.
Pranada Media Grup. Jakarta
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Refika Aditama. Bandung
Hadi, Sutrisno. 1998. Metodelogi Research. Fakultas Psikologi UGM.
Yogyakarta
Hartomo dan Aziz, Arnicun.2004. Ilmu Sosial Dasar. PT Bumi Aksara.
Jakarta
Masyhuri dan Zainuddin, M. 2008. Metode Penelitian. PT Refika Aditama.
Bandung
Nas, P.J.M. 1979. Kota di Dunia Ketiga. Bhrata Karya Aksara. Jakarta
Rakhmat, Jalalludin. 1994. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rusko Karya.
Jakarta
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1995. Metode Penelitian Sosial.
LP3ES. Jakarta
Sears, David O. 1985. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Soelaeman, Munandar. 1998. Ilmu Sosial Dasar. PT Refika Aditama.
Bandung
124
Sulisyanto, 2005. Analisis Data. Ghalia Indonesia. Bogor
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metode Penelitian
Sosial. PT Bumi Aksara. Jakarta
Walgito, Bimo. 1983. Psikologi Sosial. Fakultas Psikologi UGM.
Yogyakarta
Website
www.palembang.go.id
www.geocities.com/jsarwono_bbrc