i pendahuluan
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru merupakan salah satu organ setelah hepar yang bereaksi terhadap perusakan oleh
zat xenobiotik karena proses mengkatalisis reaksi biotransformasi dari zat xenobiotik
(Krishna and Klotz, 1994). Jumlah darah yang mengalir melalui paru-paru pada
dasarnya sama dengan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi sistemik
(Guyton, 2008). Kelebihan dosis zat xenobiotik dapat menyebabkan cedera paru
secara tak langsung (Robin, 2007).
Alveolus merupakan bagian dari paru-paru yang peka terhadap zat-zat xenobiotik
adalah alveolus. Pada dinding alveolus hanya terdapat sebuah membran basal tipis,
sedikit jaringan interstisium perikapiler, dan sitoplasma sel yang sangat gepeng,
endotel dan epitel alveolus, di antara udara dan darah. Struktur mikroanatomi dinding
alveolus yang tipis mempengaruhi rentannya terhadap cedera pada paru (Robin,
2007).
2
Gentamisin merupakan zat xenobiotik yang dapat berpengaruh terhadap organ ginjal
dan telinga bagian dalam. Gentamisin juga di duga dapat merusak alveolus pada paru-
paru secara tidak langsung. Difusi gentamisin ke cairan pleura lambat tetapi dapat
mencapai keseimbangan dengan kadar plasma setelah pemberian secara berulang
(Istiantoro, 2007). Konsekuensi akut kerusakan pada membran kapiler alveolus
adalah permeabilitas vaskular meningkat dan dibanjirinya alveolus, dan hilangnya
kapasitas difusi (Robin, 2007).
Adanya dampak akibat perusakan oleh zat xenobiotik terhadap organ menyebabkan
banyak penelitian yang dilakukan untuk mengatasi dampak tersebut. Salah satu
penelitian digunakan tumbuhan-tumbuhan herbal untuk mendapatkan efek
mengurangi dan menghambat perusakan tersebut. Andrographis paniculata
(Burm.f.) Nees atau sambiloto adalah tumbuhan herbal yang dikenal sebagai “king of
bitters” di dalam famili Acanthaceae dan dikembangkan secara luas di Asia Utara.
Pada umumnya daun dan akarnya telah digunakan secara tradisional di Asia dan
Eropa secara turun temurun untuk mengobati berbagai penyakit (Zhang, 2004).
Khasiat sambiloto antara lain sebagai analgetika, antipiretika, antiinflamasi,
antispermatogenik dan anti diabetes. Sambiloto juga dapat menurunkan kontraktilitas
usus, menambah nafsu makan, menurunkan tekanan darah, melindungi kerusakan hati
dan jantung yang bersifat reversibel, dan memiliki aktifitas imunodulator (Nuratmi
dkk, 1996).
3
Efek khasiat sambiloto tersebut tidak terlepas dari kandungan utama yang dikandung
oleh sambiloto. Kandungan utama sambiloto adalah diterpenoid
laktone(andrographolid), paniculidis, farresols, dan flavonoid. Selain itu, daun
sambiloto mengandung saponin, alkaloid dan fanin serta lakton panikulin.
Sedangkan rasa pahit yang terdapat pada sambiloto berasal dari kandungan kalmegia
dan hablur kuning (Dalimunthe, 2009). Pada penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Cui et al. (2004) pada komposisi sambiloto juga menunjukkan kaya
akan kandungan diterpenoid dan 2’-oxygenated flavonoid termasuk andrographolid,
neuroandrographolid, 14-deoxy-11,12-didehydroandrohrapholid, 14-
deoxyandrographolid 19 β-D-glucoside, homoandrographolid, andrographan,
andrographosterin, dan stigmasterol.
Kandungan sambiloto tersebut secara spesifik bekerja di dalam tubuh. Menurut De
Padua et al. (1999) senyawa alkaloid bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir
racun di dalam tubuh, sedangkan flavonoid memiliki aktivitas farmakologik sebagai
antiinflamasi, analgetik, antidiare, antitumor, antioksidan dan imunostimulan.
Distribusi yang luas di jaringan dan organ tubuh serta adanya khasiat yang mengatur
dan meningkatkan sistem imun menyebabkan sambiloto menjadi calon ideal untuk
mencegah dan mengobati berbagai penyakit (Trivedi, 2001).
Pemberian sambiloto menunjukkan efek terhadap aktivitas enzim superoxide
dismutase, catalase, glutathione peroxidase dan glutathione yang menurun dengan
pemberian hexachloro cyclohexane (BHC). Hasilnya menunjukkan adanya khasiat
4
antioksidan dan hepatoprotektif dari sambiloto (Trivedi, 2001). Namun demikian,
belum diketahui bagaimana efek sambiloto terhadap organ paru. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol
sambiloto terhadap alveolus paru-paru tikus yang diinduksi oleh gentamisin.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu :
1. Apakah pemberian ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
memiliki pengaruh terhadap kerusakan alveolus paru-paru yang diinduksi
gentamisin pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.
2. Apakah pemberian ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
memiliki pengaruh terhadap kerusakan bronkiolus respiratorius paru-paru yang
diinduksi gentamisin pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague
dawley.
3. Apakah pemberian ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
memiliki pengaruh terhadap kerusakan sakuss alveolaris paru-paru yang
diinduksi gentamisin pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague
dawley.
5
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) terhadap kerusakan bagian respiratorius paru-paru tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi gentamisin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata
Nees) memiliki pengaruh terhadap kerusakan alveolus paru-paru tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi gentamisin.
b. Mengetahui pengaruh ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata
Nees) memiliki pengaruh terhadap kerusakan bronkiolus respiratorius paru-
paru tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang
diinduksi gentamisin.
c. Mengetahui pengaruh ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata
Nees) memiliki pengaruh terhadap kerusakan sakus alveolaris paru-paru tikus
putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi
gentamisin.
6
D. Manfaat
1. Membuktikan bahwa ekstrak sambiloto memiliki pengaruh pada paru-paru yang
diinduksi gentamisin.
2. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan sehingga
memberikan sumbangan informasi bagi ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.
3. Mendukung upaya pemeliharaan tanaman sambiloto (Andrographis paniculata
Nees) sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat (apotek hidup) yang memiliki
zat aktif antioksidan dan antiinflamasi natural.
E. Kerangka Penelitian
1. Kerangka Teori
Kandungan utama sambiloto adalah diterpenoid lactone (andrographolid),
paniculidis, farresols, dan flavonoid. Disamping itu, daun sambiloto
mengandung saponin, flavonoid, alkaloid dan fanin (Dalimunthe, 2009).
Menurut Cui et al. (2004) sambiloto juga kaya akan kandungan diterpenoid dan
2’-oxygenated flavonoid termasuk andrographolid, neuroandrographolid, 14-
deoxy-11,12-didehydroandrohrapholid, 14-deoxyandrographolid 19 β-D-
glucoside, homoandrographolid, andrographan, andrographosterin, dan
stigmasterol.
7
Gentamisin merupakan zat xenobiotik yang dapat berpengaruh terhadap organ
ginjal dan telinga bagian dalam. Gentamisin juga di duga dapat merusak
alveolus pada paru-paru secara tidak langsung. Difusi gentamisin ke cairan
pleura lambat tetapi dapat mencapai keseimbangan dengan kadar plasma
setelah pemberian secara berulang (Istiantoro, 2007). Konsekuensi akut
kerusakan pada membran kapiler alveolus adalah permeabilitas vaskular
meningkat dan dibanjirinya alveolus, dan hilangnya kapasitas difusi (Robin,
2007).
Fungsi anti-inflamasi dari andrographolid melalui reduksi ekspresi sintesis
protein inducible nitrit oxide syntase (iNOS) dan menurunkan stabilitas protein
malalui jalur mekanisme post-transkripsi yang telah dipengaruhi. Selanjutnya,
andrographolid mengekskresi efek anti-inflamasi dengan menghambat nuclear
factor(NF)-кB berikatan dengan DNA, dan kemudian mereduksi ekspresi pro-
inflamasi seperti siklooksigenase-2 (COX-2).
Flavonoid, polifenol, dan tanin merupakan senyawa yang berfungsi sebagai
antioksidan karena ketiga senyawa tersebut adalah senyawa-senyawa fenol,
yaitu senyawa dengan gugus-OH yang terikat pada karbon cincin aromatik.
Senyawa tersebut berfungsi sebagai anti-oksidan yang efektif dan produk
radikal bebas senyawa-senyawa ini menstabilkan secara resonansi sehingga
tidak reaktif dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas lain (Fesenden dan
Fesenden, 2002).
8
2. Kerangka Konsep
F.
Gentamisin
Permeabilitas vaskular
Kapasitas difusi
Kerusakan bagian respiratorius paru
Ketidakseimbangan sitokin proinflamasi dan
antiinflamasi
Infiltrasi sel MN
Ekstrak etanol sambiloto
Andrographolid
Saponin
Flavonoid
Alkaloid
Anti-inflamasi
Anti-oksidan
Menghambat
Mengakibatkan
Gambar 1. Kerangka Teori Induksi Gentamisin Pada Bagian Respiratorius Paru yang Dipengaruhi oleh Ekstrak Sambiloto
Meningkatkan
9
F. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata
Nees) terhadap kerusakan alveolus paru-paru tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan galur Sprague dawley yang mendapat diinduksi gentamisin
2. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata
Nees) terhadap kerusakan bronkiolus respiratorius paru-paru tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang mendapat diinduksi gentamisin
3. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata
Nees) terhadap kerusakan sakus alveolaris paru-paru tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang mendapat diinduksi gentamisin