i aktivitas antituberkulosis ekstrak etanol akar...

97
AKTIVITAS ANTITUBERKULOSIS EKSTRAK ETANOL AKAR PARANG ROMANG (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) TERHADAP Mycobacterium tuberculosis Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Jurusan Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Oleh: REZKY RAMADANI NIM: 70100114048 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    AKTIVITAS ANTITUBERKULOSIS EKSTRAK ETANOL AKAR PARANG ROMANG (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) TERHADAP Mycobacterium

    tuberculosis

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Jurusan Farmasi

    pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

    Oleh:

    REZKY RAMADANI NIM: 70100114048

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UIN ALAUDDIN MAKASSAR

    2018

  • ii

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Rezky Ramadani

    NIM : 70100114048

    Tempat Tanggal Lahir : Lagading, 24 Januari 1996

    Jurusan : Farmasi

    Alamat : BTN Makkiobaji Blok C10/12A, Antang, Makassar

    Judul Skripsi : Aktivitas Antituberkulosis Ekstrak Etanol Akar Parang Romang

    (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) Terhadap Mycobacterium

    Tuberculosis

    Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar

    adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat,

    tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar

    yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

    Samata-Gowa, Agustus 2018

    Penyusun

    Rezky Ramadani NIM. 70100114048

  • iii

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

    Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah yang telah memberikan segala

    nikmat keimanan, nikmat islam, nikmat kesehatan, dan kesempatan sehingga penulis dapat

    menyelesaikan proposal ini. Shalawat dan salam untuk tuntunan dan suri tauladan senantiasa

    tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi Wa Sallam beserta keluarga, sahabat,

    tabi‟in, tabi‟ut dan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan dinul islam hingga yaumul

    akhir.

    Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

    Skripsi ini merupakan penelitian fito mikro yang membahas tentang “Aktivitas

    Antituberkulosis Ekstrak Etanol Akar Parang Romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill)

    Terhadap Mycobacterium Tuberculosis”. Harapan Penulis, semoga penelitian ini dapat

    diterima sehingga penelitian dapat dilaksanakan dan dapat dipergunakan sebaik-baiknya

    dalam pemilihan terapi antituberkulosis sebagai obat herbal.

    Terkhusus ucapan terima kasih penulis haturkan sebesar-besarnya kepada orang tua

    tercinta, Ayahanda (Alm) Bulan dan Ibunda Nadira dengan seluruh kasih sayang dan

    pengorbanan serta dukungan penuhnya, baik berupa materi, nasehat, dan doa tulus, saudara-

    saudaraku, serta keluarga yang senantiasa memberikan restu dan do‟anya. Tak lupa pula

    penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu:

    1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si. selaku Rektor Universitas Islam Negeri

    Alauddin Makassar yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan studi di

    UIN Alauddin Makassar

    2. Dr. dr. H. Andi Armyn Nurdin, M.Sc. selaku Dekan Fakulas Ilmu Kesehatan

    UIN Alauddin Makassar

    3. Dr. Nur Hidayah, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Wakil Dekan I Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

  • v

    4. Dr. Andi Susilawaty, S.Si., M.Kes., selaku Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran

    dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

    5. Prof. Dr. Mukhtar Lutfi, M.Pd. selaku Wakil Dekan III Fakulas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

    6. Haeria, S.Si.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Farmasi UIN Alauddin Makassar

    Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

    7. Mukhriani, S.Si., M.Si., Apt selaku pembimbing pertama yang telah meluangkan

    waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini

    8. M. Rusdi, S.Si., M.Si., Apt selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan

    waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

    9. Alifia Putri Febriyanti, S.Farm., M.Farm.Klin., Apt selaku penguji kompetensi

    yang telah memberi banyak masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

    10. Drs. H. Syamsul Bahri, M.Si selaku penguji agama yang telah banyak

    memberikan tuntunan dan pengarahan dalam mengoreksi seluruh kekurangan

    pada skripsi ini

    11. Dosen, serta seluruh Staf Program Studi Farmasi atas curahan ilmu pengetahuan

    dan segala bantuan yang diberikaan pada penulis sejak menempuh pendidikan

    farmasi hingga saat ini.

    12. Seluruh petugas dan staf Laboratorium HUM-RC RSUP Dr. Wahidin

    Sudirohusodo yang telah banyak membantu penulis menyediakan dan

    menerangkan berbagai macam hal yang penulis butuhkan demi terselesaikannya

    skripsi ini

    13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 (Galenica) yang telah memberikan

    dukungan, semangat, doa, dan rasa nyaman, terima kasih atas kebersamaan

    kalian selama ini.

  • vi

    Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada penyusunan skripsi

    ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi

    penyempurnaan skripsi ini kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

    bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Aamiin

    Wassalam wr.wb

    Samata-Gowa, Agustus 2018

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL. ...................................................................................................... i

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................................... ii

    PENGESAHAN ............................................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv

    DAFTAR ISI ................................................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xi

    ABSTRAK ...................................................................................................................... xii

    ABSTRACT ..................................................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1-9

    A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

    B. Rumusan masalah ..................................................................................... 4

    C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup ................................................. 4

    D. Kajian Pustaka ........................................................................................... 6

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 8

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10-50

    A. Uraian Tanaman Akar Parang Romang (Boehmeria virgata (Forst.)

    Guill) ...................................................................................................... 10

    B. Uraian Mikroba Uji ............................................................................................. 20

    C. Ekstraksi Simplisia .................................................................................... 22

    D. Maserasi .................................................................................................... 28

  • viii

    E. Antimikroba ............................................................................................... 29

    F. Penyakit Tuberkulosis Paru ....................................................................... 34

    G. Tanaman yang Berpotensi untuk Tuberkulosis ......................................... 42

    H. Metode Pengujian ..................................................................................... 43

    H. Tinjauan Islam Tentang Obat .................................................................... 45

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................51-54

    A. Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 51

    B. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 51

    C. Alat dan Bahan ........................................................................................ 51

    D. Prosedur Kerja ........................................................................................ 52

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......... .........................................................55-63

    A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 55

    B. Pembahasan ............................................................................................ 56

    BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 64

    A. Kesimpulan ............................................................................................ 64

    B. Saran ...................................................................................................... 64

    KEPUSTAKAAN............................................................................................................ 65

    LAMPIRAN – LAMPIRAN.......... ................................................................................ 70

    RIWAYAT HDUP .......................................................................................................... 85

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Flavanoid ...................................................................................12

    2. Tanin ..........................................................................................14

    3. Steroid ........................................................................................16

    4. Alkaloid yang mempunyai lingkar fenentren ............................18

    5. Alkaloid yang mempunyai lingkar kuinolin ..............................18

    6. Fenol ..........................................................................................19

    7. Koloni Mycobacterium sp ..........................................................22

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Alur penelitian ...........................................................................70

    2. Skema Proses Preparasi Sampel ................................................71

    3. Prosedur Pengujian Antituberkulosis ........................................73

    4. Gambar ......................................................................................76

    5. Perhitungan ...............................................................................82

    6. Hasil Penelitian dari Laboratorium HUM-RC RS UNHAS .....84

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Lampiran Halaman

    1. Hasil Ekstraksi Akar Parang Romang ........................................55

    2. Hasil Uji Penghambatan Pertumbuhan Mycobacterium

    tuberculosis strain H37RV sensitif ..............................................56

  • xii

    ABSTRAK

    Nama : Rezky Ramadani

    NIM : 70100114048

    Judul : Aktivitas Antituberkulosis Ekstrak Etanol Akar Parang Romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) Terhadap Mycobacterium Tuberculosis

    Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

    (Mycobacterium tuberculosis). Dibutuhkan obat antituberkulosis untuk mengatasi penyakit tersebut, salah satu obat herbal yang memiliki aktivitas antibakteri adalah akar parang romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antituberkulosis akar parang romang terhadap Mycobacterium Tuberculosis serta konsentrasi minimum ekstrak akar parang romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) yang dapat menghambat Mycobacterium tuberculosis. Sampel di ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%, kemudian dibuat deret konsentrasi yaitu 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, dan 1000 ppm. Uji penghambatan pertumuhan Mycobacterium tuberculosis menggunakan metode MODS pada bakteri Mycobacterium tuberculosis strain H37RV. Hasil uji penghambatan pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis menunjukkan bahwa konsentrasi terkecil yang mampu menghambat Mycobacterium tuberculosis strain H37RV adalah 250 ppm.

    Kata Kunci : Akar Parang Romang, Ekstrak, Mycobacterium tuberculosis

  • xiii

    ABSTRACT

    Name : Rezky Ramadani

    NIM : 70100114048

    Title : Antutuberculosis Activity Extract Root of Parang Romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) Against Mycobacterium Tuberculosis

    Tuberculosis is a direct infectious disease caused by TB germs (Mycobacterium tuberculosis). Antituberculosis drugs are needed to overcome these diseases, one of the herbal medicines that has antibacterial activity is the root of parang romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill). This study aims to determine the antituberculosis activity the root of parang romang against Mycobacterium tuberculosis and the minimum concentration extract root of parang romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) which can inhibit Mycobacterium tuberculosis. The sample was extracted using 96% ethanol solvent, then the concentration series was 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, and 1000 ppm. Test of inhibition of Mycobacterium tuberculosis growth using MODS method in the bacterium Mycobacterium tuberculosis strain H37RV. The results of the growth inhibition test of Mycobacterium tuberculosis showed that the smallest concentration that could inhibit the Mycobacterium tuberculosis strain H37RV was 250 ppm.

    Keywords : Root of Parang Romang, Extract, Mycobacterium tuberculosis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Salah satu penyakit infeksi adalah tuberkulosis (TB). Penyakit ini merupakan

    penyakit infeksi menular yang menjadi masalah di dunia. Tuberkulosis menjadi

    penyebab kematian ke-9 di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama dari agen

    infeksi. Pada tahun 2016 diperkirakan 10,4 juta orang menderita tuberkulosis, 90%

    orang dewasa, 65% laki-laki, dan 10% yang disertai dengan HIV (WHO, 2017).

    Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri

    Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-

    paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat

    menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes, 2015).

    Menurut WHO sepuluh negara yang dilaporkan mengalami kasus tuberkulosis

    terbesar adalah India, Indonesia, Nigeria, Filipina, Afrika Selatan, Pakistan,

    Bangladesh, Republik Demokratik Kongo, Cina, dan Republik Tanzania. Indonesia

    berada di urutan kedua dengan beban tuberkulosis 16% setelah India 25% (WHO,

    2017).

    Indonesia adalah salah satu negara tropis. Sepanjang sejarah, wilayah tropis

    lebih mudah terjangkit penyakit menular dibandingkan dengan wilayah beriklim

    sedang. Penyebab utamanya adalah faktor lingkungan dimana wilayah tropis

    memiliki kelembaban cukup tinggi dan pertumbuhan biologis sebagai pendukung

    keanekaragaman hayati yang tinggi termasuk patogen, vektor, dan hospes. Hal ini

  • 2

    diperparah oleh faktor kesadaran masyarakat dan pengendalian penyakit menular atau

    penyakit tropis yang kurang optimal. Salah satu contoh penyakit tropis yaitu

    tuberkulosis (Irianti dkk, 2016).

    Maka dari itu diperlukan pencarian dan penemuan obat antituberkulosis

    dengan tingkat keamanan dan keefektifan optimal. Mengingat meningkatnya kasus

    tuberkulosis, penelitian obat antituberkulosis baru berdasarkan perawatan yang

    terjangkau dan lebih efektif telah dimulai. Studi tentang ekstrak tanaman alternatif

    yang inovatif dari nilai obat perlu ditekankan, karena tanaman merupakan sumber

    penting agen antimikroba baru, dengan sedikit toksisitas dapat mengganti obat yang

    telah terjadi resistensi. Salah satunya dengan pemanfaatan bahan kimiawi tumbuhan.

    Adanya keragaman tanaman di Indonesia mulai dikembangkan sebagai obat herbal.

    Di mana pengembangan tersebut memiliki potensi untuk ditemukannya senyawa aktif

    yang berperan sebagai antimikroba.

    Salah satu obat tradisional Indonesia adalah parang romang (Boehmeria

    virgata (Forst.) Guill). Tumbuhan ini tumbuh di daerah-daerah pegunungan seperti

    Sinjai, Gowa, Malino, Maros, dan Enrekang (Rusdi, 2014). Tumbuhan ini terkenal

    memiliki banyak manfaat sebagai obat diantaranya, untuk mengobati bisul, patah

    tulang, disentri, hematemesis, juga dapat digunakan sebagai bahan campuran untuk

    memijat kulit (Cambie & Ash, 1994). Selain itu, ekstrak n-heksan, etil asetat dan n-

    butanol memiliki aktifitas antiproliferasi terhadap sel kanker HeLa (Manggau M. et

    al, 2018).

  • 3

    Tumbuhan Parang romang merupakan tumbuhan yang termasuk dalam suku

    Urticaceae dan merupakan anggota dari genus Boehmeria. Genus Boehmeria

    merupakan kelompok genus yang memiliki anggota yang cukup besar. Jumlah

    spesies yang ada dalam genus ini mencapai 65 spesies (Chen et al, 2003). Adanya

    jumlah spesies yang cukup besar memungkinkan kemiripan yang tinggi antar karakter

    yang ada terutama morfologi, anatomi dan habitusnya. Dari hubungan yang erat

    tersebut dimungkinkan adanya persamaan zat kandungan (konstituen). Namun, antara

    tumbuhan yang satu dengan yang lainnya tidak akan memiliki kandungan kimia yang

    semuanya sama persis, terdapat salah satu atau beberapa zat kimia yang khas untuk

    masing-masing tumbuhan tersebut (Hariyani, 2013).

    Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap Boehmeria virgata (Forst.) Guill

    diantaranya pengujian aktivitas antibakteri. Hasil pengujian menunjukkan aktivitas

    antibakteri dari ekstrak metanol larut n-heksan dapat menghambat beberapa bakteri

    diantaranya E. coli, V. cholerae dan S. thyposa (Ibrahim, 2011).

    Penelitian sebelumnya oleh Muhammad Rusdi (2014) menunjukkan bahwa

    hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak akar parang romang (Boehmeria virgata

    (Forst.) Guill) mengandung golongan alkaloid, terpenoid, fenolik, dan flavanoid.

    Penelitian yang juga dilakukan oleh Kumar et al (2010) dalam ulasannya menyatakan

    bahwa beberapa metabolit sekunder yang dapat berpotensi sebagai antimikobakterial

    adalah alkaoid, terpenoid, steroid dan saponin.

    Beberapa senyawa yang berpotensi sebagai inhibitor Mycobacterium

    tuberculosis adalah dehydroandrographolide, curcumin, mangiferin, quercetin, dan

  • 4

    chalcone (Zheng et al, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Semwal et al, (2009)

    menyatakan bahwa Boehmeria rugulosa mengandung senyawa quercetin, yang

    dapat menghambat Mycobacterium tuberculosis. Selain itu terdapat pula senyawa

    chalcone dalam Boehmeria regulosa (Jash & Brahmachari 2013).

    Berdasarkan uraian diatas, maka hal ini yang mendasari perlunya dilakukan

    penelitian pengujian aktivitas antibakteri akar parang romang (Boehmeria virgata

    (Forst.) Guill) terhadap Mycobacterium tuberculosis.

    Berdasarkan hal tersebut penelitian ilmiah harus dilakukan untuk

    membuktikan aktivitas antibakteri akar parang romang (Boehmeria virgata (Forst.)

    Guill) terhadap Mycobacterium tuberculosis, sehingga penggunaannya dalam

    masyarakat dapat lebih dipertanggungjawabkan.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apakah ekstrak akar parang romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill)

    memiliki aktivitas antituberkulosis ?

    2. Berapakah nilai konsentrasi minimum ekstrak akar parang romang

    (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) yang dapat menghambat Mycobacterium

    tuberculosis?

    C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup

    1. Definisi Operasional

    Terdapat berbagai istilah pada judul skripsi ini, diantaranya :

  • 5

    a. Antituberkulosis

    Merupakan obat-obat atau kombinasi obat yang diberikan dalam jangka waktu

    tertentu untuk mengobati penderita tuberkulosis

    b. Ekstrak

    Merupakan suatu hasil dari proses ekstraksi yang mengandung senyawa-

    senyawa kimia aktif baik dari tumbuhan, hewan dan mineral.

    c. Etanol

    Merupakan pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi sampel akar parang

    romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill)

    d. Parang Romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill)

    Parang Romang (Boehmeria virgata (Fors.t) Guill) merupakan tumbuhan

    yang banyak tumbuh di sulawesi selatan khususnya di daerah-daerah pegunungan

    seperti Sinjai, Gowa, Malino, Maros, dan Enrekang. Secara tradisional di Makassar

    tumbuhan ini digunakan sebagai obat kanker. Tumbuhan ini terkenal memiliki

    banyak manfaat sebagai obat diantaranya, untuk mengobati bisul, patah tulang,

    disentri, hematemesis, juga dapat digunakan sebagai bahan campuran untuk memijat

    kulit

    e. Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv

    Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv adalah bakteri penyebab penyakit

    tuberkulosis yang sensitif

  • 6

    2. Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini termasuk dalam laboratorium yang mengkaji

    bagaimana ekstrak etanol akar parang romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill)

    sebagai inhibitor pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis

    D. Kajian Pustaka

    1. Berdasarkan jurnal ibrahim (2011) yang berjudul Aktivitas Antimikroba

    Ekstrak Dan Fraksi Ekstrak Daun Rami (Boehmeria virgata (Forst.) Guill

    Terhadap Beberapa Mikroba Organisme. Penelitian ini bertujuan untuk

    menguji aktivitas antimikroba ekstrak daun B. virgata, dan menentukan nilai

    Kadar Hambat Minimum dengan metode dilusi padat terhadap beberapa

    mikroba uji. Bahan uji diperoleh dengan maserasi 500 gram daun dengan

    metanol yang dilanjutkan dipartisi dengan n-heksan dengan metode partisi

    padat cair, diperoleh ekstrak metanol larut n-heksan dan ekstrak metanol tidak

    larut n-heksan, kedua ekstrak ini dimonitoring komponen kimianya dengan

    metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), kemudian diuji aktivitasnya dengan

    metode dilusi padat. Hasil uji aktivitas antimikroba dari kedua jenis ekstrak

    yang diuji, fraksi ekstrak metanol larut n-heksan menunjukkan aktivitas yang

    lebih baik dibandingkan dengan fraksi ekstrak metanol tidak larut n-heksan,

    karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, V. cholerae dan S.

    thyposa, sedangkan ekstrak metanol tidak larut n-heksan hanya mampu

    menghambat bakteri V. cholerae, Fraksi ekstrak metanol larut n-heksan

  • 7

    sebagai ekstrak aktif yang dapat membunuh/menghambat pertumbuhan

    mikroba 1000 μg/mL medium.

    2. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Muhammad Rusdi (2014) telah

    melakukan penelitian tentang skrining fitokimia dan uji toksisitas akar parang

    romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) terhadap larva udang Artemia

    salina L. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui golongan senyawa yang

    terkandung dalam ekstrak etanol akar parang romang (Boehmeria virgata

    (Forst.) Guill) dan mengetahui potensi toksisitas akut pada ekstrak akar

    parang romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) menurut metode Brine

    Shrimp Letallity Test. Serbuk akar parang romang (Boehmeria virgata (Forst.)

    Guill) diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak akar parang romang (Boehmeria

    virgata (Forst.) Guill) mengandung golongan alkaloid, terpenoid, fenolik,

    flavanoid dan memberikan LC50 sebesar 13,095 μg/ml. Dari hasil tersebut

    dapat dinyatakan bahwa ekstrak etanol akar parang romang (Boehmeria

    virgata (Forst.) Guill) memiliki toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

    L.

    3. Berdasarkan jurnal Kumar et al, (2010) yang berjudul Use of Secondary

    Metabolite in Tuberculosis: A Review. Dalam kajiannya meliputi laporan

    terbaru dari senyawa alami yang terdapat dari tumbuhan dan organisme laut

    yang menunjukkan aktivitas anti mikobakteri. 17.500 spesies tanaman yang

    terdapat di India, hanya sekitar 365 spesies telah diverifikasi sejauh ini untuk

  • 8

    aktivitas antimikobakteri dan 255 (70% dari 365) spesies tanaman dari

    berbagai keluarga yang berbeda metabolit telah menunjukkan aktivitas

    antimikobakteri. Metabolit sekunder yang dapat berpotensi sebagai

    antimikobakterial adalah alkaoid, terpenoid, steroid dan saponin.

    4. Berdasarkan jurnal Zheng et al, (2014) yang berjudul Identification Of Plant-

    Derived Natural Products As Potential Inhibitors Of The Mycobacterium

    tuberculosis Proteasome. Dalam penelitiannya, telah dilakukan identifikasi

    100 produk alami yang berasal dari tumbuhan sebagai penghambat

    Mycobacterium tuberculosis dengan konsentrasi akhir masing-masing 200 μM

    yang dideteksi dengan metode menggunakan MG132 sebagai kontrol positif.

    Hasil menunjukkan bahwa flavanoid menghambat aktivitas Mycobacterium

    tuberculosis hingga 65%, termasuk didalamnya adalah senyawa quercetin.

    5. Berdasarkan jurnal Semwal et al, (2009) yang berjudul Chemical Constituents

    From The Leaves Of Boehmeria Rugulosa With Antidiabetic And

    Antimicrobial Activities. Dalam penelitiannya, telah dilakukan isolasi

    konstituen kimia daun Boehmeria regulosa dan di dapatkan beberapa senyawa

    diantaranya adalah quercetin. Struktur senyawa terisolasi ditentukan dengan

    menggunakan data kimia dan spektral eksperimen NMR 2D. Ekstrak etanol

    daun menunjukkan aktivitas hipoglikemik yang signifikan pada tikus diabetes

    yang diinduksikan aloksan.

  • 9

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :

    a. Untuk mengetahui aktivitas antituberkulosis ekstrak akar parang romang

    (Boehmeria virgata (Forst.) Guill)

    b. Untuk mengetahui nilai konsentrasi minimum ekstrak akar parang romang

    (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) yang dapat menghambat Mycobacterium

    tuberculosis.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan obat baru berbahan dasar alam

    sebagai anti-Mycobacterium tuberculosis menggunakan akar parang romang

    (Boehmeria virgata (Forst.) Guill)

    b. Menambah informasi bagi masyarakat tentang pemanfaatan dan pengolahan

    khasiat penggunaan akar parang romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill)

    sebagai antituberkulosis.

    c. Memperkaya khazanah ilmiah tanaman Indonesia yang bermanfaat dalam Islam

    untuk menunjang kesehatan

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Uraian Tanaman Akar Parang Romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill)

    1. Klasifikasi Tanaman

    a. Nama Indonesia : Parang Romang

    b. Nama Lokal : Parang Romang

    c. Klasifikasi (Waluyo, 2005)

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Sub Kelas : Monochlamydeae

    Ordo : Urticales

    Famili : Urticaceae

    Genus : Boehmeria

    Spesies : Boehmeria virgata (Forst.) Guill

    2. Morfologi Tanaman

    Daun berbentuk menyerupai jantung (cordotus) dan bagian sisinya bergerigi

    halus (serratus), panjang 10-20 cm dan lebar 5-15 cm. Daun berwarna hijau muda

    hingga tua, berkilap pada bagian atasnya dan berwarna putih keperak-perakan dan

    berbulu halus pada bagian punggungnya. Bunganya tergolong majemuk dengan biji

    sangat kecil. Bunga pada beberapa varietas berwarna putih kehijau-hijauan di

  • 11

    samping ada yang berwarna hijau kekuning-kuningan dan berubah menjadi coklat

    jika sudah tua. Bunganya terikat mengelompok di sela-sela daun pada bagian bawah

    buku-buku batang (Brands, 2007).

    3. Kandungan Kimia

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar parang romang mengandung

    senyawa golongan alkaloid, terpenoid, fenolik dan flavonoid (Rusdi, 2014)

    a. Flavanoid

    Flavanoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa

    kompleks terhadap protein di luar sel yang mengganggu kekuatan membran sel

    bakteri. Kandungan flavanoid dapat menekan sitokin, yakni penyebab peradangan

    dalam saluran pencernaan serta bertindak sebagai antioksidan dan antikarsinogenik

    (Utami dan Desti, 2013)

    Flavanoid adalah senyawa polifenol yang secara umum mempunyai struktur

    phenylbenzopyrone (C6-C3-C6). Flavanoid dan derivatnya terbukti memiliki aktivitas

    biologi yang cukup tingi sebagai cancer prevention. Berbagai data dari studi

    laboratorium, investigasi epidemiologi, dan uji klinik kepada manusia telah

    menunjukkan bahwa flavanoid memberikan efek signifikan sebagai cancer

    chemoprevention dan pada kemoterapi (Suryo, 2010).

    Flavanoid terdiri atas dasar 2-feni-benso--piran atau inti flavon dimana dua

    cincin benzen dihubungkan oleh cincin piran yang mengandung oksigen. Flavonid

    dibagi atas flavanol, flavon, flavan, dan isoflavon. Beberapa contoh yang terdapat

  • 12

    dalam pangan adalah mirisetin, quersetin, luteolin, apieginin, genistein, dan krisin

    (Silalahi, 2006).

    Flavanoid memiliki sifat antioksidan. Senyawa ini berperan sebagai

    penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil. Karena bersifat

    sebagai reduktor, flavanoid dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal

    bebas (Silalahi, 2006).

    Flavanoid dapat membentuk kompleks (kelat) dengan ion logam transisi,

    misalnya besi, sehingga tidak lagi bertindak sebagai prooksidan. Dengan demikian,

    oksidasi vitamin C dapat dicegah (Silalahi, 2006).

    Senyawa flavanoid seperti quersetin, mortin, mirisetin, kaempferol, asam

    tanat, dan asam elagat merupakan antioksidan kuat yang dapat melindungi makanan

    dari kerusakan oksidatif (Silalahi, 2006).

    Flavanoid banyak terdapat di dalam tumbuhan, terutama daun teh, bawang,

    apel, dan anggur merah. Konsumsi banyak sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya

    akan flavanoid akan menurunkan resiko kanker dan PJK (Silalahi, 2006).

    (a) Struktur dasar flavonoid (b) Struktur flavonoid

    Gambar 1: Flavanoid

    Sumber: Silalahi (2006)

  • 13

    b. Tanin

    Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse

    transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk

    (Robinson, 1995). Tanin memiliki aktifitas antibakteri yang berhubungan dengan

    kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel mikroba juga menginaktifkan

    enzim, dan mengganggu transport protein pada pada lapisan dalam sel (Cowan,

    1994). Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

    pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini menyebabkan sel bakteri

    menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri akan mati

    (Sari, 2011).

    Tanin adalah senyawa polifenol dari kelompok flavanoid yang berfungsi

    sebagai antioksidan kuat, antiperadangan dan antikanker (anticarcinogenik). Tanin

    dikenal juga sebagai zat semak untuk pengawetan kulit (Yuliarti, 2009).

    Tanin merupakan senyawa organik polifenol dengan rasa pahit yang kuat dan

    efek adstringen. Umumnya asam galat adalah penyusun banyak tanin. Tanin bisa

    mengubah bentuk pori-pori kulit, pengendapan protein dan pembentukan senyawa

    tidak larut dengan nya. Pada konsentrasi rendah senyawa tani bisa digunakan lokal

    menyebabkan penurunan signifikan pada permeabilitas vascular. Jika diberikan dalam

    dosis tinggi tanin bisa menyebabkan kaustik yang menyebabkan perubahan yang

    mendalam pada struktur protein. Dalam terapi tanin yang digunakan sebagai obat luar

    (produk pencuci mulut dan kumur) sebagai adstringen dan hemostatik. Tanin juga

    digunakan sebagai adstringen pada pembuluh darah rektal, seperti yang dipakai dalam

  • 14

    pengobatan hemoroid. Pada jaman dulu tanin digunakan sebagai antiseptik yang

    sekarang kadang digunakan sebagai lotion anti ketombe. Tumbuhan yang banyak

    mengandung tanin diantaranya daun Aesculus hippocastanum, daun Hamanelis

    virginiana, akar Krameria triandra, dan rimpang Potentilla erecta. Pada tumbuhan

    tanin ditemukan dalam bentuk kompleks tannoids dan kadang berikatan dengan gula

    (tannosides). Tanin dibagi menjadi 2 kelompok: hidrosilable tanin yang membentuk

    molekul yang sederhana pada pengobatan dengan asam atau enizm. Dan kondensasi

    tanin (catekin tanin disebut juga proantosianidin) yang memberikan produk kompleks

    yang tidak larut dan mirip dengan pengobatan. Prosianidin merupakan senyawa yang

    bisa terbentuk pada perlakuan asam pada suhu tinggi, disebut juga dimetrik

    proantosianidin (Supriyanto dkk, 2014).

    (a) Galic acid (b) Ellagic acid

    (b) Catechin (d) Chlorogenic acid

    Gambar 2: Tanin

    Sumber: Supriyanto dkk (2014)

  • 15

    c. Steroid/terpenoid

    Mekanisme kerja steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membran

    lipid dan sensitivitas terhadap komponen steroid yang menyebabkan kebocoran pada

    liposom bakteri (Madduluri dkk, 2011). Steroid dapat berinteraksi dengan membran

    fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga

    menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi membran sel berubah

    menyebabkan sel rapuh dan lisis.

    Saat ini ditemukan 118 terpenoid yang berasal dari tanaman sintesis dan alami

    yang memiliki tingkat sedang hingga tinggi akivitas antimikobakteri Mycobacterium

    tuberculosis (Kumar et al, 2010).

    Steroid adalah salah satu kelas utama dari lipid yang memiliki struktur yang

    sama sekali berbeda dari kelas-kelas lipid yang lain. Fitur utama dari steroid adalah

    tiga sistem cincin sikloheksan dan satu siklopentana dalam sistem cincin yang

    menyatu. Pada steroid ada berbagai gugus fungsional yang mungkin menempel. Fitur

    utama, seperti dalam semua lipid, yakni sejumlah besar karbon-hidrogen yang

    membuat senyawa non-polar. Steroid paling dikenal dan paling banyak dalam tubuh

    adalah kolesterol. Kolesterol ini adalah senyawa utama yang ditemukan di batu

    empedu dan garam empedu. Kolesterol juga berkontribusi terhadap pembentukan

    deposit pada dinding dalam pembuluh darah. Deposit tersebut akan mengeras dan

    menghambat aliran darah. Kondisi ini, yang dikenal sebagai aterosklerosis yang

    menyebabkan berbagai penyakit jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi (Sumbono,

    2016).

  • 16

    Definisi lengkap dari steroid adalah senyawa yang memiliki kerangka

    siklopentana fenantrena atau kerangka yang berasal satu atau lebih ikatan sciccions

    atau ekspansi cincin atau kontraksi. Gugus metil biasanya berada di atom C-17. Sterol

    adalah steroid membawa kelompok hidroksil pada atom C-3 dan sebagian besar

    kerangka kolestan. Atom karbon tambahan mungkin berada pada posisi rantai

    samping (Sumbono, 2016).

    Steroid adalah keluarga lipid yang mencakup kolesterol, hormon steroid, dan

    garam empedu. Steroid merupakan molekul amphipathik (mengandung daerah baik

    hidrofobik dan hidrofilik). Steroid dasar terdiri dari tiga cincin beranggotakan enam

    atom C (sikloheksana) dan satu cincin beranggota lima atom C. Cincin sikloheksana

    masing-masing memiliki konformasi kursi. Beberapa jenis lipid yang berbentuk

    steroid yakni : kolesterol, estradiol, testosteron, vitamin D, ergosterol, progesteron

    dan etrogen (Sumbono, 2016).

    Gambar 3: Steroid

    Sumber: Sumbono (2016)

    d. Alkaloid

    Alkaloid berfungsi sebagai antibakteri dengan mengganggu komponenn

    pembentuk dinding sel bakteri sehingga lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk

  • 17

    secara utuh (Utami dan Desti, 2013). Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang

    terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai

    sistem lingker heterosiklik dengan nitrogen sebagai hetero atomnya (Sumardjo,

    2009).

    Alkaloid murni mengandung aktivitas antimikobakteri. Ditemukan 23

    senyawa murni alkaloid yang memiliki aktivitas antimikobakteri. Semua alkaloid

    diekstraksi dari berbagai bagian tanaman seperti akar, rimpang dan semuanya berasal

    dari karbazol dan alkaloid indol. Salah satu alkaloid yang ditemukan adalah

    indoloquinoline yang memiliki aktivitas yang signifikan terhadap M. fortuitum.

    Selain itu, alkaloid benzoksazol yang merupakan metabolit laut juga memiliki

    aktivitas yang kuat terhadap Micobacterium tuberculosis (Kumar et al, 2010).

    Unsur-unsur penyusun alkaloid adalah karbon, hidrogen, nitrogen, dan

    oksigen. Alkaloid yang struktur kimianya tidak mengandung oksigen hanya ada

    beberapa saja. Ada pula alkaloid yang mengandung undur lain selain keempat unsur

    yang telah disebutkan. Adanya nitrogen dalam lingkar pada struktur kimia alkaloid

    menyebabkan alkaloid tersebut bersifat alkali. Oleh karena itu, golongan senyawa-

    senyawa ini disebut alkaloid (Sumardjo, 2009).

    Tumbuhan dikotil adalah sumber utama alkaloid. Cara ekstraksi digunakan

    untuk mendapatkan alkaloid dari tumbuh-tumbuhan. Kini beberapa alkaloid dengan

    struktur kimia yang sederhana telah dapat dibuat secara sintesis di dalam

    laboratorium (Sumardjo, 2009).

  • 18

    Beberapa cara telah digunakan untuk mengidentifikasi alkaloid, misalnya

    mikroskopik kristal, kelarutan dalam berbagai jenis pelarut, spektrum absorpsi dan

    perputaran optis atau sifat farmakologis. Reaksi warna juga sering digunakan

    walaupun tidak spesifik (Sumardjo, 2009).

    Alkaloid yang sampai saat ini telah dikenal digolongkan atau diklasifikasikan

    atas beberapa cara. Cara-cara yang umum dipakai ialah membagi alkaloid

    berdasarkan struktur kimia, sumber-sumber tumbuhan yang diperoleh, atau aktivitas

    farmakologis (Sumardjo, 2009).

    (a) Morfin (b) Kodein

    Sumber: Sumardjo (2009)

    Gambar 4: Alkaloid yang mempunyai lingkar fenentren

    (b) Kuinin

    Gambar 5: Alkaloid yang mempunyai lingkar kuinolin

    Sumber : Sumardjo (2009)

  • 19

    e. Fenol

    Senyawa seperti fenol yang merupakan senyawa semipolar diketahui mampu

    melisiskan sel dengan berinteraksi lewat dinding sel bakteri dan melalui proses

    adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen (Bruneton, 1993). Fenol akan bekerja

    efektif ketika bakteri dalam tahap pembelahan dimana lapisan fosfolipid di sekeliling

    sel dalam kondisi yang sangat tipis sehingga fenol dapat dengan mudah merusak isi

    sel (Volk and Wheller, 1984).

    Fenol adalah suatu senyawa aromatik, yang struktur kimianya diturunkan dari

    benzena jika satu atau lebih atom hidrogen yang terikat pada inti benzena diganti

    dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Jadi pada fenol, gugus hidroksil terikat

    langsung pada inti benzena dan disebut gugus hidroksil fenolik (Sumardjo, 2009).

    (a) Fenol (b) o-kresol (c) Metil o-kresol

    Gambar 6: Fenol

    Sumber: Sumardjo (2009)

    f. Saponin

    Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan

    permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan

    mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Senyawa ini berdifusi melalui

    membran luar dan dinding sel yang rentan, lalu mengikat membran sitoplasma dan

  • 20

    mengganggu dan mengurangi kestabilan itu. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor

    keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel. Agen antimikroba yang

    mengganggu membran sitoplasma bersifat bakterisida (Cavalieri et al, 2005).

    4. Manfaat Parang Romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill)

    Secara tradisional di Makassar tanaman ini digunakan sebagai obat kanker

    (Manggau, 2013). Tumbuhan ini terkenal memiliki banyak manfaat sebagai obat

    diantaranya, untuk mengobati bisul, patah tulang, disentri, hematemesis, juga dapat

    digunakan sebagai bahan campuran untuk memijat kulit (Cambie & Ash, 1994).

    Selain itu, ekstrak n-heksan, etil asetat dan n-butanol memiliki aktifitas antiproliferasi

    terhadap sel kanker HeLa (Manggau M. et al, 2007).

    B. Uraian Mikroba Uji

    1. Klasifikasi (Murwani, 2017)

    Kingdom : Bacteria

    Filum : Actinobacteria

    Ordo : Actinomycetales

    Kelas : Actinomycetes

    Family : Mycobactericeae

    Genus : Mycobacterium

    Spesies : Mycobacterium tuberculosis

  • 21

    2. Sifat dan Morfologi

    Mycobacterium merupakan bakteri yang mempunyai sifat unik. Di dalam

    dinding sel mengandung mycolic acid (asam mikolad) seperti lilin. Asam mikolat

    dapat mengganggu pengambilan nutrisi masuk ke dalam sel dan menyebabkan

    doubling time (generation time) mycobacterium lama (Murwani, 2017).

    Mycobacteria tidak dapat tumbuh dan multiplikasi di luar sel hospes, kecuali

    pada media pertumbuhan. Laju pertumbuhannya rendah pada media buatan, satu

    siklus pertumbuhan kira-kira 16-20 jam (Murwani, 2017).

    Mycobacterium berbentuk batang langsing, aerobik, dan tidak membentuk

    spora. Karena kandungan asam mikolat yang menyerupai lilin tersebut, menyebabkan

    bakteri sulit untuk diwarnai dan sangat sulit dilunturkan (decololizer) meskipun

    menggunakan alkohol asam. Karena sifat tersebut Mycobacterium disebut tahan asam

    (acid fast bacilli) (Murwani, 2017).

    Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang

    berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen

    M.tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap

    asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini

    adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu,

    M.tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan

    oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit

    tuberkulosis (Somantri, 2007).

  • 22

    (a) Produksi pigmen kuning (b) Produksi pigmen putih

    Gambar 5: Koloni Mycobacterium sp

    Sumber: Murwani (2017)

    Strain Mycobacterium tuberculosis H37RV adalah strain tuberkulosis yang

    paling banyak dipelajari di laboratorium penelitian. pertama kali diisolasi oleh Dr.

    Edward R. Baldwin pada tahun 1905. Seiring waktu, bakteri ini memiliki virulensi

    yang bervariasi pada hewan coba berdasarkan media yang ditumbuhkan. Koch

    pertama kali menemukan Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab tuberkulosis

    pada tahun 1892 namun strain yang diteliti tidak diawetkan dan merupakan genom

    pertama yang diterbitkan pada tahun 1998.

    C. Ekstraksi Simplisia

    Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang

    digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Kecuali dinyatakan

    lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60% (Kemenkes, 2009).

    Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian

    tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara

  • 23

    spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau

    zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya (Kemenkes,

    2009).

    Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

    dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

    kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

    tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

    (Depkes RI, 1995).

    Proses untuk mendapatkan ekstrak disebut ekstraksi. Ekstraksi merupakan

    teknik pemisahan kimia untuk memisahkan atau menarik satu atau lebih komponen

    atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut

    tertentu yang sesuai. Ekstraksi padat-cair atau leaching merupakan proses transfer

    secara difusi analit dari sampel yang berwujud padat kedalam pelarutnya. Ekstraksi

    dari sampel padatan dapat dilakukan jika analit yang diinginkan dapat larut dalam

    pelarut pengekstraksi (Leba, 2017).

    Pada ekstraksi ini prinsip pemisahan didasarkan pada kemampuan atau daya

    larut analit dalam pelarut tertentu. Dengan demikian pelarut yang digunakan harus

    mampu menarik komponen analit dari sampel secara maksimal. prinsip dari metode

    ini adalah penyarian komponen zat aktif dari simplisia, dengan cara merendam serbuk

    simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan masuk ke rongga sel menembus

    dinding sel dan melarutkan zat aktif yang ada dalam sel. Karena perbedaan

    konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel menyebabkan terjadinya difusi zat aktif

  • 24

    yang ada dalam sel akan keluar sel. Demikian seterusnya sampai terjadi

    kesetimbangan antara cairan intra sel dan cairan ekstra sel. (Leba, 2017).

    1. Tujuan Ekstraksi

    Tujuan ekstraksi adalah memisahkan bahan padat dan bahan cair suatu zat

    dengan bantuan pelarut. Ekstraksi dapat memisahkan campuran senyawa dengan

    berbagai sifat kimia yang berbeda. Ekstraksi bahan alam umumnya dilakukan untuk

    menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan

    pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan

    mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

    (Depkes RI, 1995).

    2. Mekanisme Ekstraksi

    Mekanisme ekstraksi ini dimulai dengan adsorpsi pelarut oleh permukaan

    sampel, diikuti difusi pelarut ke dalam sampel dan pelarutan analit oleh pelarut

    (interaksi analit dengan pelarut). Selanjutnya terjajdi difusi analit-pelarut ke

    permukaan sampel dan desorpsi analit-analit dari permukaan sampel ke dalam

    pelarut. Perpindahan analit-analit ke permukaan sampel berlangsung sangat cepat

    ketika terjadi kontak antara sampel dengan pelarut. Kecepatan difusi analit-pelarut ke

    permukaan sampel merupakan tahapan yang mengontrol keseluruhan proses ekstraksi

    (Leba, 2017).

  • 25

    3. Jenis-Jenis Ekstraksi

    Proses ekstraksi dapat dilakukan secara panas dan secara dingin. Ekstraksi

    secara panas yaitu dengan metode refluks dan destilasi uap air, sedangkan ekstraksi

    dingin yaitu dengan maserasi, perkolasi dan sokletasi.

    a. Metode Dingin

    Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total, yaitu

    memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil yang

    terdapat pada sampel. Sebagian besar senyawa dapat terekstraksi dengan ekstraksi

    cara dingin, walaupun ada beberapa senyawa yang memiliki keterbatasan kelarutan

    pelarut pada suhu ruangan.

    Terdapat sejumlah metode ekstraksi, yang paling sederhana adalah ekstraksi

    dingin. Keuntungan cara ini merupakan metode ekstraksi yang mudah karena tidak

    dipanaskan sehingga kemungkinan kecil bahan alam menjadi terurai.

    Penggunaan pelarut dengan peningkatan kepolaran bahan alam secara

    berurutan memungkinkan pemisahan bahan-bahan alam berdasarkan kelarutannya

    (dan polaritasnya) dalam pelarut ekstraksi. Hal ini sangat mempermudah proses

    isolasi. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa yang terekstraksi. (Heinrich

    et al, 2004).

    1) Maserasi

    Maserasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat cair yang paling

    sederhana. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara merendam sampel pada suhu

    kamar menggunakan pelarut yang sesuai sehingga dapat melarutkan analit dalam

  • 26

    sampel. Sampel biasanya direndam 3-5 hari sambil diaduk sesekali untuk

    mempercepat proses pelarutan analit. Ekstraksi dilakukan berulang kali sehingga

    analit terekstraksi secara sempurna. Indikasi bahwa pelarut yang digunakan tidak

    warna (Leba, 2017).

    Kelebihan ekstraksi ini adalah alat dan cara yang digunakan sangat sederhana,

    dapat digunakan untuk analit baik yang tahan terhadap pemanasan maupun yang tidak

    tahan terhadap pemanasan. Kelemahannya adalah menggunakan banyak pelarut

    (Leba, 2017).

    2) Perkolasi

    Perkolasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat cair yang dilakukan

    dengan jalan mengalirkan pelarut secara perlahan pada sampel dalam satu perlokator.

    Pada ekstraksi jenis ini, pelarut ditambahkan secara terus menerus, sehingga proses

    ekstraksi selalu dilakukan dengan pelarut baru. Pola penambahan pelarut yang

    dilakukan adalah menggunakan pola penetesan pelarut dari bejana terpisah

    disesuaikan dengan jumlah pelarut yang keluar atau dilakukan dengan penambahan

    pelarut dalam jumlah besar secara berkala (Leba, 2017).

    Proses ekstraksi dilakukan hingga analit dalam sampel terekstraksi secara

    sempurna. Indikasi bahwa semua analit terekstraksi secara sempurna adalah pelarut

    yang digunakan tidak warna. Untuk memastikan bahwa semua analit telah

    terekstraksi dengan sempurna dapat dilakukan uji dengan kromatografi lapis tipis

    (KLT) atau spektrofotometri UV. Apabila menggunakan KLT, indikasi bahwa semua

    analit telah terekstrak ditandai dengan tidak ada noda/spot pada pelat KLT.

  • 27

    Sedangkan dengan spektrofotometri UV ditandai dengan tidak adanya puncak/peak

    pada kromatogram (Leba, 2017).

    3) Sokletasi

    Sokletasi merupakan salah satu jenis ekstraksi menggunakan alat soklet. Pada

    ekstraksi ini pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah. Prinsipnya adalah ekstraksi

    dilakukan secara terus menerus menggunakan pelarut yang relatif sedikit. Bila ektraksi telah

    selesai maka pelarut dapat diuapkan sehingga akan diperoleh ekstrak. Biasanya pelarut yang

    digunakan adalah pelarut-pelarut yang mudah menguap atau mempunyai titik didih yang

    rendah (Leba, 2017).

    Sokletasi dilakukan dengan pemanasan pelarut. Uap pelarut yang dihasilkan

    mengalami pendinginan dalam kondensor dan secara kontinyu akan membasahi sampel dan

    secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali ke dalam labu dengan membawa analit.

    Proses ini berlangsung secara kontinyu. Pelarut yang digunakan dapat diuapkan kembali dan

    dipisahkan dari analit. Sokletasi dapat dihentikan dengan cara menghentikan pemanasan

    (Leba, 2017).

    Peralatan yang digunakan dalam sokletasi terdiri atas kondensor, soklet, labu dasar

    bulat dan pemanas. Soklet terdiri dari timbal, pipa F dan sifon. Kondensor berfungsi sebagai

    pendingin untuk mempercepat proses pengembunan, timbal berfungsi sebagai wadah untuk

    menyimpan sampel, pipa F berfungsi sebagai saluran bagi uap pelarut yang dipanaskan pada

    labu bulat ke kondensor, sifon berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila larutan pada sifon

    penuh dan jatuh ke dalam labu dasar bulat maka dihitung sebagai satu siklus. Labu dasar

    bulat berfungsi sebagai wadah pelarut, sedangkan pemanas berfungsi untuk memanaskan

    pelarut (Leba, 2017).

  • 28

    b. Metode Panas

    1) Reflux

    Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

    selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

    pendingin balik (Dirjen POM, 2000).

    2) Digesti

    Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) 
pada

    temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu 
secara umum dilakukan

    pada temperatur 40-50oC (Dirjen POM, 2000).

    3) Infudasi

    Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk menyari

    zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan- bahan nabati. Proses ini

    dilakukan pada suhu 90oC selama 15 menit. Dekok adalah infus pada waktu yang

    lebih lama dan temperatur sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100oC

    (Dirjen POM, 2000).

    D. Maserasi

    Maserasi merupakan salah satu jenis ekstrak padat cair yang paling sederhana. Proses

    ekstraksi dilakukan dengan cara merendam sampel pada suhu kamar menggunakan pelarut

    yang sesuai sehingga dapat melarutkan analit dalam sampel. Sampel biasanya direndam

    selama 3-5 hari sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan analit

    terekstraksi secara sempurna. Indikasi bahwa semua analit telah terekstraksi secara sempurna

    adalah pelarut yang digunakan tidak berwarna (Leba, 2017).

  • 29

    Kelebihan ekstraksi ini adalah alat dan cara yang digunakan sangat sederhana, dapat

    digunakan untuk analit baik yang tahan terhadap pemanasan maupun tidak tahan terhadap

    pemanasan. Kelemahannya adalah menggunakan banyak pelarut (Leba, 2017).

    E. Antimikroba

    1. Pengertian Antimikroba

    Mikroba merupakan organisme berukuran mikroskopis yang terdiri atas

    bakteri, fungi, dan virus. Selain berinteraksi dengan spesies yang sama, mikroba juga

    dapat berinteraksi secara interspesies dengan manusia, hewan, dan tumbuhan. Dalam

    interaksinya dengan manusia, mikroba tersebut ada yang bersifat menguntungkan dan

    ada juga yang merugikan. Mikroba yang merugikan atau sering kali disebut mikroba

    patogen dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Untuk menghambat atau

    mengurangi aktivitas mikroba tersebut, diperlukan zat antimikroba (Hermanto, 2012).

    Antimikroba adalah substansi yang menghambat pertumbuhan atau

    membunuh bakteria atau mikroorganisme lain (organisme mikroskopik termasuk

    bakteria, virus, jamur, protozoa, dan riketsia. Secara teknik, istilah antibiotik

    mengacu pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam mikroorganisme yang

    menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yang lain (Joyce dan

    Evelyn, 1996).

    Beberapa obat, termasuk agen-agen antiinfeksi dan kemoterapi, mempunyai

    kerja yang serupa dengan agen-agen antibakterial dan antimikroba. Obat-obat

    antibakterial tidak bekerja sendirian dalam menghancurkan bakteri. Pertahanan tubuh

  • 30

    alami, prosedur pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi, dan

    penggantian pembalut luka mungkin diperlukan seiring dengan pemakaian obat-obat

    antibakterial untuk melenyapkan bakteri yang menginfeksi (Joyce dan Evelyn, 1996).

    Obat-obat antibakterial kini dikelompokkan ke dalam sembilan kelompok:

    penisilin, sefalosporin, makrolid, tetrasiklin, linkosamid, aminoglikosida,

    kloramfenikol, peptida, dan ankomisin (Joyce dan Evelyn, 1996).

    2. Sifat Antimikroba

    a. Bakteriostatik

    Yaitu zat atau bahan yang dapat menghambat atau menghentikan

    pertumbuhan mikroba (bakteri). Dalam keadaan seperti ini jumlah mikroorganisme

    menjadi stasioner, tidak dapat lagi multiplikasi atau berkembang biak. Beberapa obat

    antibakterial, seperti tetrasiklin dan sulfonamid, mempunyai efek bakteriostatik

    (Joyce dan Evelyn, 1996).

    b. Bakteriosida

    Yaitu zat atau bahan yang dapat membunuh mikroorganisme (bakteri). Dalam

    hal ini jumlah mikroorganisme (bakteri) akan berkurang atau bahkan habis, tidak

    dapat lagi melakukan multiplikasi atau berkembang biak. Beberapa obat antibakterial,

    seperti penisilin dan sefalosporin, mempunyai efek bakterisidal (Joyce dan Evelyn,

    1996).

    3. Prinsip Kerja Antimikroba

    Suatu antimikroba memperlihatkan toksisitas yang selektif, dimana obatnya

    lebih toksis terhadap mikroorganisme dibandingkan pada sel hospes. Hal ini dapat

  • 31

    terjadi karena pengaruh obat yang selektif terhadap mikroorganisme atau karena obat

    pada reaksi-reaksi biokimia penting dalam sel parasit lebih unggul daripada

    pengaruhnya terhadap sel hospes. Disamping itu juga struktur sel mikroorganisme

    berbeda dengan struktur sel manusia (hospes, inang) (Joyce dan Evelyn, 1996).

    4. Mekanisme Kerja Antimikroba

    Mekanisme kerja agen antimikroba adalah sebagai berikut (Murwani, 2015) :

    a. Merubah permeabilitas membran mikroba atau dinding sel

    Sitoplasma sel diselubungi oleh membran sitoplasma (membran plasma).

    Membran plasma berada di sebelah dalam dari dinding sel, dan merupakan target dari

    beberapa agen antimikroba.

    Membran plasma merupakan salah satu pelindung sel, dan sebagai barier

    selektif yang berfungsi untuk meregulasi masuknya nutrisi. Selain itu mempunyai

    fungsi dalam transpor aktif, beberapa komponen secara aktif ditransfer melalui

    membran, dan terkonsentrasi di dalam sel. Membran plasma dapat mengendalikan

    komposisi komponen sel. Di dalam membran terdapat enzim yang diperlukan dalam

    biosintesis komponen-komponen selubung sel. Bahan-bahan yang terkonsentrasi pada

    permukaan sel mikroba dan dapat merubah sifat fisik dan kimiawi membran, dan

    menyebabkan matinya atau hambatan pertumbuhan sel. Rusaknya lipid atau protein

    membran plasma oleh gen antimikroba, menyebabkan kandungan seluler keluar sel

    dan dapat mengganggu pertumbuhan sel.

    Dinding sel berperan dalam mempertahankan struktur sel dan mencegah sel

    dari lisis karena perbedaan tekanan osmotik. Lisozim merupakan salah satu agen

  • 32

    yang dapat merusak dinding sel dan penisilin dapat mencegah proses sintesis dinding

    sel. Kedua agen tersebut dapat menyebabkan lisisnya mikroba.

    b. Merusak protein (denaturahsi protein) mikroa

    Enzim secara alami dan fungsional berbentuk suatu lipatan dan membentuk

    tiga dimensi dengan ikatan kovalen intramolekuler disulfida dan melalui beberapa

    ikatan non-kovalen seperti ionik, hidrofobik, dan ikatan hidrogen. Bentuk tersebut

    merupakan struktur tersier dari protein. Struktur protein dapat dirusak secara sepat

    oleh agen-agen fisik dan kimiawi, yang menyebabkan protein menjadi tidak

    berfungsi. Proses rusaknya struktur tersier protein disebut denaturasi.

    Enzim merupakan protein yang memegang peran sangat penting pada semua

    aktivitas seluler. Gangguan produksi protein dalam jumlah maupun jenis enzim, dapat

    mengganggu proses metabolisme sel, yang dapat berakibat terganggunya proses

    pertumbuhan, kematian sel atau terjadinya mutilasi sel.

    c. Merusak asam nukleat (DNA) mikroba

    Asam nukleat DNA merupakan pembawa informasi genetik sel, dan sangat

    berperan dalam pembentukan protein dan replikasi sel. Kerusakan asam nukleat oleh

    panas, radiasi ionisasi, radiasi UV, bahan-bahan yang berinteraksi dengan DNA,

    antara lain agen alkilasi dan bahan yang dapat berikatan secara kovalen dengan basa

    purin dan pirimidin membentuk DNA adduct atau terjadi ikatan antara pita tunggal

    atau kedua pita DNA. Radiasi mauoun bahan kimia dapat menyebabkan kematian sel

    bakteri melalui terbentuknya lesi DNA, sehingga mengganggu replikasi DNA.

    d. Melepas grup sulfhidril bebas

  • 33

    Enzim yang mengandung sistein mempunyai rantai samping yang diakhiri

    dengan grup sulfhidril. Pada enzim tersebut ditambahkan koenzim, seperti koenxim A

    dan dihidrolipoat yang mengandung grup sulfhidril bebas. Enzim dan koenzim

    tersebut tidak berfungsi tanpa adanya grup sulfhidril yang tetap bebas. Agen yang

    dapat menyebabkan oksidasi (oksidator), mengikat sulfhidril di dekatnya pada

    jembatan disulfida, sehingga dapat menyebabkan metabolisme sel. Di dalam sel

    bakteri terdapat beberapa enzim sulfhidril, sehingga dengan adanya reduktor dan

    logam berat dapat menyebabkan kerusakan sel mikroba secara luas.

    e. Bahan kimiawi antagonis

    Bahan kimiawi antagonis merupakan agen bahan kimia yang ditujukan untuk

    mengganggu reaksi normal. Mekanisme kerja bahan kimiawi antagonis, yaitu pada

    reaksi antara enzim spesifik dengan substratnya.

    Antagonis sevara kompetitif berikatan dengan beberapa tempat holoenzim

    (protein apoenzim atau aktivator mineral, atau koenzim), sehingga substrat tidak

    dapat berikatan pada bagian-bagian penting enzim.

    F. Penyakit Tuberkulosis Paru

    1. Definisi

    Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

    kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

    paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Suryo, 2010).

    Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap

    asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut pula sebagai Basil Tahan Asam

  • 34

    (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan

    hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembap. Dalam jaringan, tubuh kuman

    ini dapat dorman atau tertidur lama selama beberapa tahun (Suryo, 2010).

    2. Penularan Mycobacterium tuberculosis

    Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau

    bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan

    dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar

    selama beberapa jam. Orang terinfeksi jika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran

    pernapasan. Selama kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan,

    kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui

    sistem peredaran darah, sistem saluran limpa, saluran napas, atau penyebaran

    langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Suryo, 2010).

    Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh bayaknya kuman yang

    dikeluarkan dari paru-parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,

    makin menular penyakit penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif

    (tidak terlihat kuman), penderita tersebut di anggap tidak menularkan penyakit

    (Suryo, 2010).

    Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet

    dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Suryo, 2010).

    Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau

    bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet

    nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya

  • 35

    penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang

    lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari

    langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam

    dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan

    oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat

    kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang

    memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan

    dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Kemenkes, 2014).

    3. Faktor Risiko

    Beberapa faktor risiko yang menyebabkan penyakit TB adalah sebagai

    berikut (Suryo, 2010) :

    a. Faktor Umur

    Beberapa faktor risiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu

    umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil penelitian

    yang dilaksanakan di New York pada panti penampungan orang-orang gelandangan,

    menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat

    secara bermakna sesuai dengan umur.

    Insiden tertinggi tuberkulosis paru-paru biasanya mengenai usia dewasa

    muda. Di indonesia diperkirakan 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif

    yaitu 15-50 tahun.

    b. Faktor Jenis Kelamin

    Dibenua Afrika banyak tuberkulosis, terutama menyerang lak-laki. Pada 1996

  • 36

    jumlah penderita TB paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah

    penderita TB paru pada wanita yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9% pada wanita.

    Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru sebanyak 2,5% sedangkan penderita TB

    paru pada wanita menurun 0,7%.

    TB paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita

    karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga

    memudahkan terjangkit TB paru.

    c. Tingkat Pendidikan

    Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan

    seseorang, di antaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan

    pengetahuan yang cukup, maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku

    hidup bersih dan sehat. Selain itu, tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh

    terhadap jenis pekerjaannya.

    d. Pekerjaan

    Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap

    individu. Bila pekerja bekerja dilingkungan yang berdebu, paparan partikel debu di

    daerah terpapar akan memengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernapasan.

    Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, tertama

    terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan dan umumnya TB paru.

    Jenis pekerjaan seseorang juga memengaruhi pendapatan keluarga yang akan

    mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari di antaranya konsumsi makanan,

    pemeliharaan kesehatan. Selain itu, akan memengaruhi kepemilikan rumah

  • 37

    (konstruksi rumah).

    Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan di bawah UMR akan

    mengonsumsi makanan dengan kadar gizi yang yang tidak sesuai dengan kebutuhan

    setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan

    memudahkan untuk terkena penyakit infeksi. Diantaranya TB paru. Dalam hal jenis

    konstruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang, maka konstruksi

    rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah

    terjadinya penularan penyakit TB paru.

    e. Kebiasaan Merokok

    Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan risiko untuk

    mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronkitis kronis, dan

    kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan risiko untuk terkena TB

    paru sebanyak 2,2 kali.

    Pada 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per tahun adalah

    230/batang, relatif lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480

    batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan. Prevalensi

    merokok pada hampir semua negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki

    dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan

    merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB paru.

    f. Kepadatan Kamat Tidur

    Luas lantai bangunan rumah sakit sehat harus cukup untuk penghuni di

    dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan

  • 38

    jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat karena di

    samping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota

    keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga lain.

    g. Pencahayaan

    Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang harim diperlukan luas jendela

    kaca minimum 20% luas lantai. Jika pelekatan jendela kurang baik atau kurang

    leluasa, dapat dipasang genting kaca. Cahaya ini sangat penting dipasang karena

    dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB. Oleh

    karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.

    h. Ventilasi

    Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga

    agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan

    oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya

    ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah. Di samping itu,

    kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembapan udara di dalam ruangan naik

    karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembapan ini

    akan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/bakteri

    penyebab penyakit, misalnya kuman TB.

    i. Kondisi Rumah

    Kondisi rumah menjadi salah satu faktor risiko penularan penyakit TB. Atap,

    dinding, dan lantai dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman. Lantai dan

    dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan media yang baik bagi

  • 39

    berkembangnya kuman Mycobacterium tuberculosis.

    j. Kelembapan Udara

    Kelembapan udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, di mana

    kelembapan yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22o -30oC.

    Kuman TB paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat

    bertahan hidup selama beberapa jadi tempat yang gelap dan lembap.

    k. Status Gizi

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang

    mempunyai risiko 3,7 kali untuk menderita TB paru berat dibandingkan dengan orang

    yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan

    berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap

    penyakit.

    l. Keadaan Sosial Ekonomi

    Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanisitas

    lingkungan, gizi, dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan

    dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi

    makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk,

    akan menyebabkan kekebalan tubuh menurun sehingga memudahkan terkena infeksi

    TB paru.

    m. Perilaku

    Perilaku dapat terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan

    penderita TB paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya, dan cara pengobatan

  • 40

    akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya

    berakibat menjadi sumber penular bagi orang di sekelilingnya.

    4. Epidemiologi

    Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

    Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB

    baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan

    98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian

    juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,

    persalinan dan nifas (Kemenkes, 2014).

    Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara

    ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan

    rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan

    pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB,

    maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara

    ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan

    dikucilkan oleh masyarakat. Pada tahun 1990-an, situasi TB didunia semakin

    memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil

    disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan

    masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993,

    WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency) (Kemenkes,

    2014).

  • 41

    Menurut WHO tuberkulosis menjadi penyebab kematian ke-9 di seluruh dunia

    dan penyebab utama dari agen infeksi. Pada tahun 2016 diperkirakan 10,4 juta orang

    menderita tuberkulosis, 90% orang dewasa, 65% laki-laki, dan 10% yang disertai

    dengan HIV. Secara global angka kematian turun 3% setiap tahunnya. Penderita

    tuberkulosis turun sekitar 2% per tahun dan 16% meninggal akibat tuberkulosis.

    Sebagian besar kematian akibat tuberkulosis dapat dicegah dengan diagnosis dini dan

    penanganan yang tepat. Jutaan orang didiagnosis dan berhasil diobati setiap tahun (53

    juta, 2000 – 2016), namun masih banyak kesenjangan dalam deteksi dan pengobatan

    (WHO, 2017).

    Sebagian besar jumlah kasus tuberkulosis pada tahun 2016 terjadi di wilayah

    Asia Tenggara yaitu 45%. Pada tahun yang sama Indonesia masuk dalam negara

    dengan beban tinggi tuberkulosis dengan menduduki peringkat ke-5 sebagai negara

    penyumbang penyakit tuberkulosis sebanyak 25% setelah Asia Tenggara, India,

    Afrika, dan Pasifik Barat (WHO, 2017).

    G. Tanaman yang Berpotensi untuk Tuberkulosis

    Berikut beberapa tanaman yang memiliki aktivitas dalam menghambat

    Mycobacterium tuberculosis :

    1. Lantana camara

    Dilaporkan bahwa ekstrak metanol dan kloroform daun Lantana camara

    menunjukkan aktivitas melawan ketiga strain Mycobacterium tuberculosis (Zheng,

    2014).

  • 42

    2. Morinda citrifolia

    Dilaporkan bahwa ekstrak daun sMorinda citrifolia memiliki aktivitas

    melawan tuberkulosis (Zheng, 2014).

    3. Acacia sinegal

    Dilaporkan bahwa Acacia sinegal digunakan untuk mengobati pendarahan,

    bronkiis, diare, dan kencing nanah (Zheng, 2014).

    4. Adathoda vasica

    Dilaporkan bahwa Adathoda vasica digunakan sebagai obat batuk,

    bronkhitis kronis. Minyak yang diperoleh dari daun, bunga, dan akar memiliki

    aktivitas yang sangat tinggi terhadap Mycobacterium tuberculosis (Zheng, 2014).

    5. Chromolaena odorata Linn

    Dilaporkan bahwa ekstrak metanol daun botto-botto (Chromolaena odorata

    Linn) memiliki aktivitas sebagai terhadap Mycobacterium tuberculosis (Hamzah dkk,

    2017).

    6. Lannea coromandelica (Houtt.) Merr

    Dilaporkan bahwa fraksi tidak larut heksan dari ekstrak metanol kulit batang

    kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr) memiliki aktivitas sebagai terhadap

    Mycobacterium tuberculosis (Hamzah, 2017).

    H. Metode Pengujian

    Metode kultur cair MODS (Microscopic-observed drug susceptibility assay) akhir-

    akhir ini diketahui bisa untuk diagnosis TB secara lebih cepat dibanding metode kultur lain

    dengan harga yang lebih murah. Metode kultur cair yang disebut dengan MODS ini

  • 43

    ditemukan oleh Luz Caviedes saat melakukan eksperimen di laboratorium di Lima, Peru.

    MODS ini dikembangkan berdasarkan atas tiga prinsip utama, yaitu:

    1. M. Tuberculosis tumbuuh lebih cepat pada media cair daripada media padat.

    2. Pada media cair, M.Tuberculosis tumbuh dengan karakteristik tangles and

    cording, yaitu membentuk cord factor, yang dapat terlihat di bawah

    mikroskop.

    3. Penambahan obat-obat anti-TB dalam media kultur sejak awal dapat

    digunakan sebagai tes sensitivitas sampel sputum sekaligus bersamaan

    (Caviedes & Moore, 2007)

    Setelah ditemukan, metode ini diteliti lebih lanjut sebagai penelitian operasional di

    Peru dengan melibatkan 3760 sampel sputum dari pasien TB, suspek TB dan TB-HIV dan

    membandingkan tiga metode kultur yaitu MODS, automated technique dan kultur L-J.

    Hasilnya didapatkan sensitivitas untuk ketiga metode tersebut, secara berurutan 97,8%, 89%

    dan 84%. Waktu yang diperlukan untuk sampai konfirmasi hasil adalah 7 hari (MODS), 13

    hari (autmomated technique) dan 26 hari (kultur L-J). Waktu untuk hasil sensitivitas obat

    adalah 7 hari (MODS), 22 hari (automated technique) dan 68 hari (kultur L-J) (Caviedes &

    Moore, 2007).

    Metode MODS merupakan metode biakan untuk kuman M. tuberculosis dengan

    media Middlebrook 7H9 yang sekaligus dapat mendeteksi kepekaan obat TB secara

    mikroskopik. Uji kepekaan tersebut difasilitasi dengan Middlebrook 7H9 ditambah obat anti-

    TB. Metode MODS mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode

    biakan yang lain dan dapat mendeteksi lebih cepat pertumbuhan M. tuberculosis dengan

  • 44

    biaya yang relatif lebih murah serta cara yang mudah (Dewi, 2011). Metode MODS dapat

    digunakan untuk mendiagnosis yang sensitif (DST), monoresisten dan multidrug resisten

    MDR) dengan cepat dibandingkan dengan pengujian konversional. Metode MODS telah

    dilaporkan memiliki kepekaan 97,8%, dan spesifitas 99,6% (Hardy Diagnostics 2012).

    Selain itu terdapat pula metode proporsi agar, metode ini menggunakan media

    Lowenstein Jensen (LJ) yang merupakan gold standard yang sensitif tetapi membutuhkan

    waktu lama untuk pertumbuhan bakteri umumnya 21 hari semenjak awal uji (Rukminiati,

    2012).

    Terdapat pula metode lain yang menggunakan medium padat yaitu metode Ogawa.

    Metode ini merupakan metode biakan yang banyak digunakan saat ini sebagai baku emas.

    Metode Ogawa lebih banyak digunakan di negara berkembang karena lebih ekonomis dan

    bahan yang dibutuhkan lebih sedikit, sehingga lebih murah dan lebih mudah dibuat

    dibandingkan dengan metode LJ. Kekurangan metode Ogawa adalah waktu yang diperlukan

    cukup lama untuk mendapatkan hasil yang positif (Dewi dkk. 2011).

    I. Tinjauan Islam Tentang Obat

    Kehidupan manusia yang begitu kompleks akan terasa mudah dan ringan bila

    umat manusia berpegang teguh pada ajaran agama Islam. Peradaban Islam dikenal

    sebagai perintis dalam bidang farmasi. Para ilmuwan Muslim pada kejayaan Islam

    sudah berhasil menguasai riset ilmiah mengenai komposisi, dosis, penggunaan, dan

    efek dari obat-obat sederhana dan campuran. Selain menguasai bidang farmasi,

    masyarakat muslim pun tercatat sebagai peradaban pertama yang memiliki apotek

    atau toko obat (Masood, 2009).

  • 45

    Dewasa ini beragam cara yang digunakan masyarakat untuk berobat, dan

    salah satunya adalah dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan karena selain murah

    juga efek samping yang ditimbulkan juga sangat jarang. Oleh karena itu, para peneliti

    mulai bermunculan untuk melakukan penelitian pada tumbuhan-tumbuhan yang

    berkhasiat obat. Apalagi mengingat negara Indonesia kaya akan tumbuh- tumbuhan

    yang berkhasiat obat.

    Tumbuhan sebagai bahan obat tradisional telah banyak digunakan untuk

    pemeliharaan kesehatan, pengobatan maupun kecantikan. Dunia kedokteran juga

    banyak mengkaji obat tradisional dan hasil-hasilnya yang mendukung bahwa

    tumbuhan obat memiliki kandungan zat-zat yang secara klinis yang bermanfaat bagi

    kesehatan.

    Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia, demikian sabda Nabi

    SAW. Dewasa ini beragam cara yang digunakan masyarakat untuk berobat, dan salah satunya

    adalah dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan, karena selain murah efek samping yang

    ditimbulkan juga sangat jarang. Oleh karena itu, para peneliti mulai bermunculan untuk

    melakukan penelitian pada tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat obat. Apalagi mengingat

    Negara Indonesia kaya akan tumbuh tumbuhan yang berkhasiat obat. Tumbuhan sebagai

    bahan obat tradisional telah banyak digunakan untuk pemeliharaan kesehatan, pengobatan

    maupun kecantikan. Dunia kedokteran juga banyak mengkaji obat tradisional dan hasil-

    hasilnya yang mendukung bahwa tumbuhan obat memiliki kandungan zat-zat yang secara

    klinis yang bermanfaat bagi kesehatan.

  • 46

    Sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S Asy-Syu‟ara‟/ 26; 7

    ٧أََو لَۡم ٌََرۡواْ إِلَى ٱۡۡلَۡرِض َكۡم أَۢنَبۡتنَا فٍَِها ِمن ُكّلِ َزۡوٖج َكِرٌٍم

    Terjemahnya :

    “Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di bumi

    itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik ?”

    Menurut Quraisy shihab (2009) dalam tafsir al-misbah volume 10, ayat ini

    membuktikan melalui uraian-uraiannya keniscayaan keesaan Allah swt. karena aneka

    tumbuhan yang terhampar di persada bumi sedemikian banyak dan bermanfaat lagi berbeda-

    beda jenis rasa dan warna, namun keadaannya konstan. Itu semua tidak mungkin tercipta

    dengan sendirinya, pasti ada penciptanya yang Maha Esa lagi Maha kuasa. Di sisi lain tanah

    yang gersang melalui hujan yang diturunkan-Nya menghidupkan yang mati. Demikian juga

    manusia yang mati dan telah terkubur di bumi. Kuasa Allah menghidupkan mereka kembali.

    Serupa dengan menghidupkan pepohonan yang tumbuh di tanah yang gersang itu.

    Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di

    bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik.

    Melihat ayat ini Allah swt. sudah menjelaskan begitu banyak nikmat yang Allah

    berikan kepada kita umat manusia salah satunya dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan

    yang ada di atas muka bumi untuk di gunakan sebagai mestinya, Al-Quran menjelaskan

    bahwa tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas muka bumi ini mempunyai kegunaan dan fungsi

    masing-masing agar manusia bisa mempergunakannya dengan sebaik-baiknya.

  • 47

    Sebagaimana Rasulullah Saw juga memerintahkan kita untuk berobat bila terkena

    penyakit, sebagaimana dari Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bahwa Rasulullah Saw.

    bersabda:

    ٍِْريُّ َحدَّثَنَا ُعَمُر ْبُن َسِعٍِد ْبِن أَِبً ُحسَ َب دُ ْبُن اْلُمثَنَّى َحدَّثَنَا أَبُى أَْحَمدَ السُّ ٍٍْن َحدَّثَنَا ُمَحمَّ

    ُ ِ َصلَّى َّللاَّ ًّ ُ َعْنهُ َعْن النَّبِ ًَ َّللاَّ ٌَْرةَ َرِض قَاَل َحدَّثَنًِ َعَطاُء ْبُن أَِبً َربَاحٍ َعْن أَبًِ ُهَر

    ٍْهِ ُ دَاًء إَِّلَّ أَْنَسَل لَهُ ِشفَاءً َعلَ َوَسلََّم قَاَل َما أَْنَسَل َّللاَّ

    Artinya:

    “Muhammad bin al-Mutsanna menceritakan kepada kami, Abu Ahmad alZubairiy menceritakan kepada kami, „Umar bin Sa‟id bin Abi Husain menceritakan kepada kami, dia

    berkata: „Atha‟ bin Abi Rabah menceritakan kepadaku, dari Abi Hurairah r.a., dari Nabi

    saw. dia bersabda: Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan Allah menurunkan obatnya pula” (H.R. Al-Bukhari: 5678).

    Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, jenis, dan klasifikasi penyakit akan

    semakin banyak ditemukan dan penemuan obat baru juga akan semakin bertambah. Allah

    swt. yang menurunkan penyakit dan Allah pula yang yang menurunkan obatnya. Oleh karena

    itu, banyaknya tumbuhan yang dapat dimanfaatkan terutama digunakan sebagai obat maka

    Rasulullah memerintahkan kita untuk berobat bila mengidap suatu penyakit. Tumbuhan yang

    baik dalam hal ini adalah tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi makhluk hidup, termasuk

    tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pengobatan. Kesembuhan seseorang dari penyakit

    yang diderita memang Allah yang memberi kesembuhan. Akan tetapi, Allah swt.

    menghendaki agar pengobatan itu dipelajari oleh ahlinya sehingga mendorong kesembuhan

    bagi yang mengidap penyakit.

    Hadis di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa semua penyakit yang

    menimpa manusia maka Allah turunkan obatnya. Terkadang ada orang yang menemukan

    obatnya, ada juga yang belum menemukan obatnya. Oleh karena itu, seseorang harus

  • 48

    bersabar untuk selalu berobat dan terus berusaha untuk mencari obat ketika sakit sedang

    menimpanya.

    Islam sangat menghargai bentuk-bentuk pengobatan yang didasari oleh ilmu

    pengetahuan melalui penelitian dan eksperimen ilmiah. Oleh karena itu, setiap pengobatan

    hendaklah ditangani oleh para ahlinya.

    Dengan demikian, khususnya bagi orang – orang yang berkecimpung di bidang

    kesehatan hendaknya senantiasa terus menggali dan berbagi ilmu, salah satunya yaitu dengan

    cara melakukan penelitian agar diperoleh penemuan-penemuan obat baru, baik itu berasal

    dari tumbuhan, hewan dan lain sebagainya.

    Dalam penelitian ini, maka ditemukan spesies tanaman akar parang romang

    (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) sebagai antimikroba yang nantinya dapat dimanfaatkan

    oleh manusia.

    Islam mengenalkan beberapa cara pengobatan dalam menyembuhkan

    penyakit. Di antaranya, penyembuhan dengan air, bekam, doa, dan obat-obat

    tradisional. Manusia dapat hidup tanpa obat-obatan. Akan tetapi, tidak seorang pun

    yang bisa hidup tanpa air, karena lebih dari setengah (57%) tubuh manusia berupa air.

    Apabila semua orang dapat menggunakan air dengan sebaik-baiknya, maka jumlah

    penyakit dan kematian dapat dihindari.

    Di samping itu, bahan-bahan tradisional juga bisa digunakan sebagai obat,

    karena memang sudah turun-temurun digunakan oleh masyarakat dan biasa

    dimanfaatkan dalam kehidupan rumah tangga. Misalnya kunyit, temulawak, daun

  • 49

    sirih, kayu manis, cengkeh, buah mengkudu dan lain sebagainya. Bahan-bahan seperti

    ini mudah ditanam sebagai tanaman obat keluarga yang memang dipersiapkan untuk

    anggota keluarga.

    Semua yang diciptakan Allah Swt memiliki manfaat, termasuk tumbuh-

    tumbuhan. Untuk pemanfaatan tumbuhan tersebut, diperlukan ilmu dan pengalaman

    (teoritis dan empiris) dengan penelitian dan eksperimen. Salah satunya dalam

    pemanfaatannya sebagai obat.

    Bila ditinjau kembali tentang hukum mempelajari ilmu pengobatan tradisional

    bahwa para ahli pengobatan tradisional dari masa ke masa telah bereksperimen

    terhadap obat-obatan. Mereka merujuk dari berbagai buku medis yang disusun para

    pakar pengobatan. Ini termasuk satu cabang ilmu di antara berbagai ilmu lainnya.

    Mereka mengetahui sediaan obat dan penggunaannya. Diiringi keyakinan

    bahwa obat hanya penyebab perantara kesembuhan saja, sebab Allah lah yang

    menjadikan semua itu. Oleh karena itu, mempelajari ilmu pengobatan tradisional dan

    berobat dengannya hukumnya mubah.

    Dengan demikian, bagi yang berkecimpung di bidang keseha