skripsi ian roni rezky raja rio m. sigalingging ( i111 11 336 ) new

61
i KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN KLOROFIL DAUN RUMPUT Brachiaria brizantha YANG DIBERI PUPUK HIJAU CAIR YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh: IAN RONI REZKY RAJA RIO M. SIGALINGGING I 111 11 336 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Upload: i-r-saragih-sigalingging

Post on 18-Sep-2015

49 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Kandungan Protein Kasar dan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda

TRANSCRIPT

  • i

    KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN KLOROFIL

    DAUN RUMPUT Brachiaria brizantha YANG DIBERI

    PUPUK HIJAU CAIR YANG BERBEDA

    SKRIPSI

    Oleh:

    IAN RONI REZKY RAJA RIO M. SIGALINGGING

    I 111 11 336

    FAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2015

  • ii

    KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN KLOROFIL

    DAUN RUMPUT Brachiaria brizantha YANG DIBERI

    PUPUK HIJAU CAIR YANG BERBEDA

    SKRIPSI

    Oleh:

    IAN RONI REZKY RAJA RIO M. SIGALINGGING

    I 111 11 336

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

    pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

    FAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2015

  • iii

    PERNYATAAN KEASLIAN

    1. Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Ian Roni Rezky Raja Rio M. Sigalingging

    NIM : I 111 11 336

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

    a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

    b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab

    Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan

    dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

    2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan

    seperlunya.

    Makassar, 13 Mei 2015

    IAN RONI REZKY RAJA RIO M S

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    Judul Penelitian : Kandungan Protein Kasar dan Klorofil Daun Rumput

    Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang

    Berbeda

    Nama : Ian Roni Rezky Raja Rio M. Sigalingging

    Stambuk : I111 11 336

    Fakultas : Peternakan

    Skripsi ini telah Diperiksa dan Disetujui oleh :

    Tanggal Lulus : 13 Mei 2015

    Dr. Ir. Syamsuddin Nompo, MP

    Pembimbing Utama

    Dr. Ir. Budiman Nohong, MP

    Pembimbing Anggota

    Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc

    Dekan

    Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc

    Ketua Program Studi

  • v

    KATA PENGANTAR

    Segala puji penulis persembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

    karena dengan kasih karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penelitian yang berjudul Kandungan Protein Kasar dan Klorofil

    Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda

    dan telah menulis kripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada

    Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

    Penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Orang tua terkasih, Ayahanda Mestin Saragih dan Ibunda Rosdiana

    Limbong yang telah membesarkan, mendidik, serta mendoakan penulis

    dengan penuh cinta dan kasih yang tulus senantiasa hingga saat ini. Buat

    saudara terkasih Ros, Roy, Ice, Andi Hot, Andi Evi, Andi Eva, Janner, dan

    Solo yang masing-masing menjadi pribadi yang memotivasi penulis dalam

    proses penyelesaian kuliahya.

    2. Bapak Dr. Ir. Syamsuddin Nompo, MP. selaku Pembimbing Utama dan

    kepada Bapak Bapak Dr. Ir. Budiman Nohong, MP. selaku Pembimbing

    Anggota atas petunjuk, didikan, serta bimbingan kepada penulis sejak

    perencanaan penelitian sampai selesainya skripsi ini.

    3. Bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc selaku Penasehat

    Akademik yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan nasehat

    selama penulis menjalani perkuliahan.

    4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas

    Peternakan, Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua

    Program studi peternakan, serta seluruh Dosen dan Staf Fakultas

  • vi

    Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah memberikan sumbangsih

    ilmu, didikan, dan pelayanan akademik selama penulis berada di bangku

    kuliah.

    5. Rekan-rekan seperjuangan Solandeven 2011 yang telah menjadi keluarga

    kecil di Kampus Unversitas Hasanuddin, serta Sema selaku teman tim

    penelitian penulis.

    6. Semua pihak yang telah membantu penulis selama di bangku kuliah

    sampai menyelesaikan skripsi ini yang belum sempat penulis sebutkan

    satu persatu, trima kasih banyak.

    Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang

    diberikan. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi

    mahasiswa dan civitas akademika yang ingin belajar. Amin.

    Makassar, Mei 2015

    Ian Roni Rezky Raja Rio M S

  • vii

    IAN RONI REZKY RAJA RIO M. SIGALINGGING (I 111 11 336), Kandungan

    Protein Kasar dan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk

    Hijau Cair yang Berbeda, SYAMSUDDIN NOMPO (Pembimbing Utama),

    BUDIMAN NOHONG (Pembimbing Anggota)

    RINGKASAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hijau cair

    dari bahan daun gamal, daun jonga-jonga dan eceng gondok terhadap kandungan

    protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha. Penelitian ini

    menggunakan 1 pols rumput Brachiaria brizantha pada masing-masing pot, 3

    jenis pupuk hijau cair yang berbeda (dengan bahan daun gamal, daun jonga-jonga,

    dan daun eceng gondok), alat dan bahan analisis protein kasar metode kjaldahl,

    serta SPAD klorofil meter Konica Minolta. Rancangan yang digunakan pada

    penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gaspersz, 1991) yang

    terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

    pemberian pupuk hijau cair yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P < 0,01)

    terhadap kandungan protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha;

    Pupuk hijau cair dengan bahan daun eceng gondok memberikan pengaruh paling

    tinggi terhadap kandungan protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria

    brizantha dibandingkan pupuk hijau cair dengan bahan daun gamal maupun daun

    jonga-jonga.

    Kata Kunci : Kandungan Protein Kasar, Kandungan Klorofil Daun, Rumput

    Brachiaria brizantha, Pupuk Hijau Cair.

  • viii

    IAN RONI REZKY RAJA RIO M. SIGALINGGING (I 111 11 336), The

    Content of Crude Protein and Chlorophyll leaf of Brachiaria brizantha Grass

    Fertilized by The Different Liquid Green Manure, SYAMSUDDIN NOMPO

    (Supervisor), BUDIMAN NOHONG (as a Co-Supervisor)

    ABSTRACT

    This research aims to know the effect of application of Liquid Green Fertilizer

    made of gamal leaf, jonga-jonga leaf, and eceng gondok leaf on the content of

    crude protein and leaf chlorophyll of Brachiaria brzantha grass. This research

    used 1 seed Brachiaria brizantha grass at each pot, 3 kind of liquid green

    fertilizer (made of gamal leaf, jonga-jonga leaf, and eceng gondok leaf), a set of

    equipment and material of Kjeldahl protein crude analysis method, and SPAD

    Chlorophyll Meter of Konica Minolta. The design used was completely

    randomized design (CRD) (Gazper, 1991) which consists of 4 treatments and 4

    replications. Analysis of variance showed that fertilization of the different liquid

    green manure highly significant (P

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI .......................................................................................... ......... viii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

    PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

    Latar Belakang ...................................................................................... 1

    Rumusan Masalah ................................................................................. 3

    Hipotesis ............................................................................................... 3

    Tujuan dan Kegunaan ........................................................................... 3

    TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4

    Gambaran Umum Rumput Brachiaria brizantha ................................. 4

    Produksi Rumput Brachiaria brizantha .............................................. 6

    Kualitas Rumput Brachiaria brizantha ............................................... 7

    Klorofil Daun dalam Skala SPAD Meter ............................................. 8

    Hubungan Kandungan Protein dan Klorofil Daun .............................. 10

    Pemupukan ........................................................................................... 11

    Pupuk Hijau Cair ................................................................................. 12

    Pupuk Hijau Cair Daun Gamal (Gliricidia maculata) ......................... 13

    Pupuk Hijau Cair Jonga-jonga (Chromolaena odorata)...................... 14

    Pupuk Hijau Cair Eceng gondok (Eichhornia crassipes) .................... 16

    METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 19

    Waktu dan Tempat ................................................................................ 19

    Materi Penelitian ................................................................................... 19

    Metode Penelitian ................................................................................ 19

    Rancangan Percobaan .......................................................................... 19

    Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 20

    Pembuatan Pupuk Hijau Cair ............................................................... 20

    Penanaman ........................................................................................... 21

    Parameter yang Diamati ....................................................................... 22

    Analisis Statistik .................................................................................. 23

  • x

    HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 24

    Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaia brizantha yang Diberi

    Pupuk Hijau Cair yang Berbeda .......................................................... 24

    Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang

    Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda ............................................... 26

    KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 31

    Kesimpulan .......................................................................................... 31

    Saran .................................................................................................... 31

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 37

    RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 48

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Estimasi Kandungan Nitrogen Daun Di Akitakomachi, Jepang Menggunakan Minolta Chlorofil Meter. ......................................... 9

    2. Kandungan Nutrisi daun gamal ........................................................ 13

    3. Kandungan nutrisi dari daun jonga-jonga ........................................ 15

    4. Kandungan nutrisi dari eceng gondok.............................................. 16

    5. Denah Penempatan Perlakuan Penelitian ......................................... 22

    6. Rataan Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria brizantha.... 24

    7. Rataan Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha ... 26

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Grafik Rataan Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria brizantha yang Diberikan Pupuk Hijau Cair yang Berbeda ........... 25

    2. Grafik Rataan Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberikan Pupuk Hijau Cair yang Berbeda ............ 27

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Penerapan Kadar Pupuk Cair yang Digunakan dalam Perlakuan. .......... 37

    2. Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS versi 16. Kandungan Protein Kasar Rumput

    Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda ....... 39

    3. Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS versi 16. Kandungan Klorofil Daun Rumput

    Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda ....... 41

    4. Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian................................................... 47

    5. Hasil Analisis Bahan .............................................................................. 48

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Peningkatan produktivitas ternak ruminansia di Indonesia dapat dicapai

    melalui perbaikan penyedian hijauan pakan, baik dari segi kuantitas maupun dari

    segi kualitas secara berkesinambungan. Hijauan berupa rumput merupakan

    sumber pakan utama bagi ternak ruminansia, karena mengandung zat-zat makanan

    yang dibutuhkan oleh ternak.

    Hijauan makanan ternak di daerah tropis umumnya mempunyai kualitas

    yang relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan hijauan sub-tropis. Hal ini

    ditandai dengan tingginya kandungan serat kasar akibat intensitas penyinaran

    matahari dan temperatur yang tinggi. Pertumbuhan hijauan pakan di daerah tropis

    sering mengalami kekurangan unsur hara tertentu, walaupun di masing-masing

    daerah relatif berbeda (Darmono, 1993). Menurut Hermawan (2013), jika unsur

    hara esensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan, metabolisme tanaman akan

    terganggu yang secara visual dapat dilihat dari penyimpangan-penyimpangan

    pertumbuhannya. Gejala tersebut dapat berbeda tergantung spesies hijauan. Bisa

    terjadi tanaman dapat mengalami kekurangan dua unsur atau lebih pada saat

    bersamaan. Petani peternak tentunya dapat menentukan pupuk apa yang tepat

    diberikan terhadap gejala kekurangan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat

    tumbuh normal kembali.

    Pupuk Nitrogen merupakan pupuk yang sangat penting bagi semua

    tanaman, karena Nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein

    (Lindawati dkk., 2000) dan bagian dari molekul klorofil yang mengendalikan

    kemampuan tanaman dalam melakukan fotosintesis (Masud, 1993). Kecukupan

  • 2

    nitrogen akan memberi pembentukkan cadangan makanan yang cukup untuk

    pertumbuhan tanaman yang optimal.

    Korofil berkorelasi positif dengan kadar N daun. Karena dengan bantuan

    air, N yang diserap tanaman akan dilarutkan dan ditransportasikan melalui

    pembuluh xilem, sehingga dalam proses osmosis tersebut dengan bantuan cahaya

    matahari akan terbentuk klorofil. Pengukuran klorofil dapat dilakukan dengan

    menggunakan klorofil meter dengan SPAD (Soil Plant Analisis Development)

    (Argenta et al., 2004). Skala kritis SPAD beberapa tanaman pada musim kemarau

    adalah 35, yang berarti kandungan hara N pada daun sama dengan 2,90%.

    Pemberian pupuk N berdasarkan status klorofil daun dengan menggunakan SPAD

    meter dapat menghemat pupuk urea 30 40% (Wahid, 2003).

    Rumput Brachiaria brizantha merupakan jenis rumput unggul yang

    mempunyai produktivitas dan nilai gizi yang cukup tinggi serta disukai ternak

    ruminansia. Nilai gizi rumput ini dipengaruhi oleh tatalaksana pemeliharaan,

    antara lain umur pada saat pemotongan, unsur hara, terutama unsur hara makro

    seperti unsur nitrogen, di mana unsur nitrogen merupakan salah satu unsur yang

    sering kurang jumlahnya dalam tanah (Rukmana, 2005). Unsur hara makro,

    terutama N, P, K dan Ca mungkin banyak ditemukan dalam pupuk hijau cair

    daun gamal (Gliricidia maculata), jonga-jonga (Cromolaena odorata) dan eceng

    gondok (Eichhornia crassipes). Untuk mengetahui kandungan protein kasar dan

    klorofil suatu hijauan maka dilakukan metode pemberian pupuk hijau cair daun

    gamal, jonga-jonga dan eceng gondok terhadap rumput Brachiaria brizantha.

  • 3

    Perumusan Masalah

    Potensi pengembangan hijauan pakan yang sangat baik melalui

    pemupukan. Pemanfaatan pupuk hijau cair jarang digunakan oleh petani-peternak

    karena belum banyak diketahui level pemupukan pupuk hijau cair daun gamal,

    jonga-jonga dan eceng gondok yang tepat untuk meningkatkan kandungan protein

    kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha.

    Hipotesis

    Pemberian pupuk hijau cair dari daun gamal, jonga-jonga dan eceng

    gondok pada rumput Brachiaria brizantha diduga dapat meningkatkan kandungan

    protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha.

    Tujuan dan Kegunaan

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

    pupuk hijau cair dari bahan daun gamal, daun jonga-jonga dan eceng gondok

    terhadap kandungan protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha.

    Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi di lingkungan

    masyarakat tentang pemanfaat pupuk hijau cair daun gamal, daun jonga-jonga dan

    eceng gondok dalam peningkatan produksi dan kualitas hijauan pakan.

  • 4

    TINJAUAN PUSTAKA

    Gambaran Umum Rumput Brachiaria brizantha

    Rumput Brachiaria brizantha berasal dari Afrika, rumput ini memiliki

    karakteristik tumbuh tegak, pangkal batang banyak bercabang, tinggi hamparan

    kurang lebih satu meter dan pangkal daun berbulu lebat (Rukmana, 2005). Proses

    penanaman rumput ini menggunakan pols, hidup di tanah struktur ringan, sedang

    sampai berat. Pada proses penanaman rumput Brachiaria brizantha, juga harus

    memperhatikan faktor lingkungan antara lain adalah ketersediaan nutrien yang

    berdampak langsung pada pertumbuhan produksi dan persistensi tanaman

    (Sumarsono, 2007).

    Berikut ini klasifikasi dari rumput Brachiaria brizantha menurut

    Manullang (2012) :

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Liliopsida

    Ordo : Poales

    Famili : Poaceae

    Genus : Brachiaria

    Spesies : Brachiaria brizantha

    Menurut Reksohadiprodjo (1985), rumput ini dapat tumbuh pada curah

    hujan 1000 mm/tahun dengan toleransi pH tanah cukup luas mulai dari 6-7.

    Rumput ini juga tahan terhadap kekeringan selama 6 bulan, cuaca dingin dan

    penggembalaan. Rumput Brachiaria brizantha dapat dikembangkan dengan stek,

    pols atau pun biji (Lubis, 1963). Rumput ini dapat diperbanyak dengan pols

  • 5

    dengan jarak tanam 40 x 40 cm dengan baris-baris berjarak 60-150 cm

    (Reskohadiprodjo, 1983). Menurut Rismunandar (1986), perbanyakan rumput

    Brachiaria brizantha dengan mengggunakan stek jarang dilakukan karena

    pertumbuhannya tidak optimal. Rumput ini membentuk rizoma yang pendek-

    pendek dan akarnya dapat menembus ke dalam tanah 30 cm.

    Tumbuhnya rumput Brachiaria brizantha semi tegak sampai tegak

    (prostate/semierect-erect), merupakan rumput yang berumur panjang, tumbuh

    membentuk hamparan lebat, tinggi hamparan dapat mencapai 30 45 cm dan

    tangkai yang sedang berbunga dapat mencapi tinggi 1 m atau tanaman yang

    tumbuh creeping parennial (Humpreys, 1974). Memiliki rhizoma yang pendek

    dan tinggi batang sekitar 30-200 cm. Bentuk daun linear biasanya berukuran 10-

    100 cm x 3-20 mm, berambut atau berbulu dan berwarna hijau gelap. Infloresence

    (bunga) terdiri dari 2-16 tandan (racemes) dengan panjang 4-20 cm, spikelet

    dalam satu baris; luas rachis 1 mm, berwarna ungu, spikelet berbentuk elips

    panjang 4-6 mm, berbulu atau berbulu pada ujungnya, panjang glume sepertiga

    dari panjang spikelet (Schultze-Kraft, 1992).

    Pemotongan hijauan dapat dilakukan setelah tanaman mencapai 50 100

    cm atau tanaman telah berumur 60 sampai 90 hari, dengan menyisakan batang

    setinggi 10 sampai 15 cm di atas permukaan tanah (Rismunandar, 1986).

    Pemotongan pertama rumput Brachiaria brizantha dapat dilakukan pada umur

    60 hari musim hujan dan umur 70 hari musim kemarau, sedangkan untuk

    pemotongan selanjutnya dapat dilakukan pada umur 40 hari musim hujan atau

    60 hari musim kemarau. Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa rumput

  • 6

    Brachiaria brizantha yang dipotong tiap 4 minggu akan menghasilkan serat kasar

    18,45 % dan protein kasar 10 % lebih tinggi dari umur pemotongan lainnya.

    Produksi Rumput Brachiaria brizantha

    Produksi bahan segar rumput Brachiaria brizantha dapat mencapai

    270.000 kg/ha/tahun di daerah basah dengan irigasi yang baik dan penggembalaan

    ternak harus dilakukan secara rotasi. Rumput Brachiaria brizantha yang dipotong

    pada tiap 28 hari dapat menghasilkan bahan kering 9,6 ton/ha dengan kandungan

    protein kasar 11%, sedangkan yang dipotong pada umur 56 hari menghasilkan

    bahan kering 9,04 ton/ha dengan kandungan protein kasar 6,4%

    (Reksohadiprodjo, 1985).

    Produksi Brachiaria, selain dipengaruhi oleh pemupukan, juga

    dipengaruhi oleh tinggi pemotongan. Siregar (1996) melaporkan produksi

    Brachiaria pada berbagai tinggi pemotongan adalah 25,10; 82,22; 70,58; 88,38;

    94,78 g/rumpun untuk pemotongan 0, 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm dari

    permukaan tanah. Semakin tinggi tingkat pemotongan, produksi yang dihasilkan

    semakin tinggi. Sedangkan berbagai interval pemotongan yaitu 20, 30, 45 dan 60

    hari menghasilkan produksi sebanyak 186,42; 190,98; 170,98 dan 195,18

    ton/ha/tahun (Siregar dan Djajanegara, 1974).

    Siregar (1996) menyatakan produksi rumput ini pada lahan kering yaitu 40

    ton/ha/tahun dengan kandungan protein kasar 13,5%, lemak 3,4%, NDF 64,2%,

    abu 15,8%, kalsium 0,31% dan fosfor 0,37%. Lebih lanjut lagi disarankan agar

    sebelum diberikan kepada ternak, sebaiknya rumput ini dipotong-potong lebih

    dahulu (Lubis, 1963).

  • 7

    Kualitas Rumput Brachiaria brizantha

    Rumput Brachiaria brizantha mempunya produksi bahan kering 40

    sampai 63 ton/ha/tahun dengan rata-rata kandungan gizi-gizi yaitu : protein kasar

    9,66%, BETN 41,34%, serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, abu 15,96 dn TDN 51%

    (Susetyo, 1969).

    Pengamatan yang sama mengenai kualitas rumput Brachiaria brizantha

    oleh Lubis (1963) menyatakan bahwa rumput Brachiaria brizantha mempunyai

    nilai gizi yang berdasarkan bahan keringnya, yaitu protein kasar 9,72 %, serat

    kasar 21,54 % BETN 43,56 %, lemak 1,94 %, dan abu 18,43 %.

    Sebagai rumput budidaya yang banyak dipergunakan oleh peternak,

    Brachiaria memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Berbagai

    penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi pada rumput

    Brachiaria. Ginting dan Pond (1996) menganalisa khusus kandungan protein kasar

    rumput Brachiaria brizantha sebesar 10,8 %. Sementara itu Rukmana (2005)

    melaporkan kandungan protein kasar Brachiaria 9,9 % dengan pembagian pada

    morfologi daun atas 5,3 %, daun 2,5 %, dan batang 2,1 %, sehingga sesuai

    kandungan protein kasarnya, Brachiaria tergolongkan ke dalam rumput yang

    unggul.

    Menurut Minson dan Milford (1981) bahwa kadar protein kasar rumput

    Brachiaria brizantha di bawah 7-8% akan menyebabkan konsumsi hijauan

    menurun. Kandungan protein kasar dan serat kasar pada berbagai taraf

    pemotongan rumput Brachiaria dilaporkan oleh Rismunandar (1986) adalah,

    13,8% dan 29,69% pada pemotongan 20 hari, 8,86% dan 30,63% pada

    pemotongan 30 hari, 6,24 dan 33,27 pada pemotongan 45 hari serta 5,90 dan 34,1

  • 8

    pada pemotongan 60 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa protein kasar pada

    Brachiaria akan cenderung menurun dan serat kasar akan meningkat sesuai

    dengan bertambahnya umur potong rumput.

    Klorofil Daun dalam Skala SPAD Meter

    Klorofil memiliki fungsi utama dalam fotosintesis yaitu memanfaatkan

    energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan karbohidrat dan

    menyediakan energi. Karbohidrat yang dihasilkan dalam fotosintesis diubah

    menjadi bahan kering yang mengandung protein, lemak, asam nukleat dan

    molekul organik lainnya (Ai dan Banyo, 2011). Faktor-faktor yang berpengaruh

    terhadap pembentukan klorofil adalah faktor genetik, cahaya, oksigen,

    karbohidrat, air, unsur hara seperti Fe, Mg dan N (Dwidjoseputro, 1980).

    Mekanisme klorofil dalam meningkatkan kualitas dan produksi tanaman

    dimulai saat klorofil aktif dalam mengubah senyawa CO2 dan H2O menjadi

    karbohidrat (C6H12O6) dan Oksigen (O2) serta energi (ATP) dengan bantuan

    cahaya matahari. Energi yang dihasilkan digunakan tanaman dalam melakukan

    proses-proses pertumbuhan, dan karbohidrat yang dihasilkan menjadi kandungan

    bahan kering yang menyimpan zat makanan berupa protein dan zat lainnya pada

    tanaman. Semakin tinggi kandungan klorofil, maka laju fotosintesis akan

    meningkat sehingga kualitas dan produksi bahan kering tanaman juga akan ikut

    meningkat (Li et al., 2006).

    Rumput sebagai tanaman pakan sangat membutuhkan nitrogen untuk

    mendukung pertumbuhannya karena nitrogen merupakan unsur esensial pada

    berbagai senyawa penyusun tanaman termasuk unsur penyusun klorofil. Terdapat

    dua macam klorofil yaitu klorofil A (C55H72O5N4Mg) dan klorofil B

  • 9

    (C55H70O6N4Mg). Klorofil mengumpulkan cahaya serta mentransfer energi ke

    pusat reaksi pada proses fotosintesis. Klorofil A berperan secara langsung dalam

    reaksi pengubahan energi radiasi menjadi energi kimia serta menyerap dan

    mengangkut energi ke pusat reaksi molekul. Sementara itu, klorofil B berfungsi

    sebagai penyerap energi radiasi yang selanjutnya diteruskan ke klorofil A.

    Meningkatnya klorofil B berdampak positif terhadap efektivitas penyerapan

    energi radiasi pada kondisi yang ternaungi (Sirait, 2008).

    Pengukuran klorofil daun dapat dilakukan menggunakan klorofil meter

    SPAD (Soil Plant Analisis Development) 502 sebagai salah satu alternatif untuk

    mengetahui kecukupan hara N pada tanaman. Klorofil berkorelasi positif dengan

    kadar N daun (Argenta et al., 2004).

    Berikut ini estimasi kandungan nitrogen daun di akitakomachi, jepang

    menggunakan Minolta Chlorofil meter :

    Tabel 1. Estimasi Kandungan Nitrogen Daun Di Akitakomachi, Jepang

    Menggunakan Minolta Chlorofil Meter

    Nilai Klorofil Meter (SPAD)

    Skala 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

    % N 1,90 2 2,10 2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 2,80 2,90 3

    Sumber : Mutters (1999).

    Skala kritis SPAD beberapa tanaman pada musim kemarau adalah 35,

    berarti kandungan hara N pada daun sama dengan 2,90%. Pemberian pupuk N

    berdasarkan status klorofil daun dengan menggunakan SPAD meter dapat

    menghemat pupuk urea 30 40% (Wahid, 2003), karena dengan mengatahui status

    klorofil secara aktual, kita dapat memberi perlakuan pupuk yang optimal untuk

    tanaman sesuai kebutuhan.

  • 10

    Hubungan Kandungan Protein dan Klorofil Daun

    Pada proses fotosintesis, klorofil pada tanaman aktif dalam mengubah

    senyawa CO2 dan H2O menjadi C6H12O6 dan O2 serta energi (ATP) dengan

    bantuan cahaya matahari. Energi hasil fotosintesis tersebut akan digunakan

    tanaman dalam melakukan proses-proses pembentukan unsur nutrisi tanaman

    seperti penyerapan N dalam penyusunan protein untuk peningkatan kualitasnya

    (Li et al., 2006)

    Kaitan erat yang menghubungkan antara kandungan protein dan klorofil

    daun adalah pada proses pemanfaatan unsur N oleh tanaman. Nitrogen yang

    diserap tanaman aktif dalam proses fotosintesis yang mendorong penyusunan dari

    semua protein dan asma nukleit dan dengan demikian merupakan penyusun

    protoplasma secara keseluruhan (Syarief, 1985). Unsur hara nitrogen berfungsi

    sebagai pendorong pertumbuhan, menguatkan hijauan dan meningkatkan kadar

    protein serta pertumbuhan mikroorganisme yang penting bagi kesuburan tanaman

    (Rismunandar, 1986).

    Apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak daripada unsur lainnya,

    dapat dihasilkan protein lebih banyak dan daun dapat tumbuh lebih lebar. Oleh

    sebab itu, diduga lebarnya daun yang mengandung klorofil yang tersedia bagi

    fotosintesis secara kasar sebanding dengan jumlah nitrogen yang diberikan.

    Terdapat kecenderungan makin tingginya dosis N yang diberikan pada tanaman,

    maka produksi bahan kering yang dhasilkan akan semakin tinggi pula (Whiteman,

    1974).

    Pada beberapa proses penyusunan protein dari senyawa Nitrogen dimulai

    saat tanaman menyerap unsur hara dalam tanah dalam bentuk kation dan anion,

  • 11

    jadi dalam bentuk yang larut dalam air. Pada umumnya nitrogen diambil oleh

    tanaman dalam bentuk Amonium (NH4+) dan Nitrat (NO3

    -), tapi Nitrat yang

    terserap segera terreduksi menjadi ammonium melalui enzim yag mengandung

    molibdenium. Ion-ion Amonium dan beberapa karbohidrat mengalami sintesis

    dalam daun dan diubah menjadi asam amino yang akan membentuk protein,

    terutama terjadi dalam daun hijauan yang berklorofil (Syarief, 1985). Nitrogen

    yang berlimpah menaikkan pertumbuhan tanaman dengan cepat dengan

    perkembangan lebih besar pada batang dan daun-daun hijau gelap (Foth, 1988).

    Pemupukan

    Pupuk adalah suatu bahan yang diberikan untuk memperbaiki kesuburan

    tanah dan mengganti unsur-unsur hara yang hilang dari dalam tanah. Tiap tiap

    jenis pupuk mempunyai kandungan unsur hara, kelarutan dan kecepatan kerja

    yang berbeda sehingga dosis dan jenis pupuk yang diberikan berbeda untuk tiap

    jenis tanaman dan jenis tanah yang digunakan (Hardjowigeno, 1992).

    Untuk menjamin agar memperoleh produksi hijauan yang kontinu, maka

    salah satu jalan yang harus ditempuh adalah pemupukan, namun penentuan jenis

    pupuk pada tanaman harus sesuai dengan kondisi tanah dan tanaman

    (Reksohadiprodjo, 1985).

    Ada 3 unsur hara utama dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan,

    reproduksi, dan produksi, yaitu nitrogen, fosfat dan kalium. Pemberian pupuk

    nitrogen merupakan faktor penting dalam usaha peningkatan produksi dan

    kekurangan unsur hara tersebut akan menyebabkan tanaman menjad kerdil atau

    kecil, warna daun merah dan kekuning-kuningan (Susetyo, 1969). Penambahan

  • 12

    nitrogen kedalam padang rumput akan meningkatkan produksi bahan kering dan

    kualitas hijaun makanan ternak terutama kadar proteinnya (Humperys, 1974).

    Pemberian pupuk nitrogen pada tanaman mempunyai peranan dalam

    merangsang pertumbuhan jaringan tanaman, jumlah anakan (tiller) dan lebar

    daun. Tapi kelebihan unsur nitrogen akan memperlambat kematangan tanaman

    (terlalu banyak pertumbuhan vegetatif), batangnya lemah, mudah rebah dan

    mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Soepardi, 1983).

    Sutedjo (2004) menyatakan rumput Brachiaria brizantha apabila telah

    berumur 2 minggu bisa diberikan pupuk nitrogen berupa urea, 150 kg/ha yang

    dibenamkan 4 cm di setiap sisi deretan tanaman, karena tanaman pada umur 2

    minggu itu akarnya sudah mulai aktif.

    Pupuk Hijau Cair

    Peranan pupuk hijau cair yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman,

    menyehatkan pertumbuhan daun, daun lebih hijau dan meningkatkan

    perkembangan mikroorganisme dalam tanah (Sutedjo, 1995). Kekurangan dan

    kelebihan pupuk hijau cair akan berdampak terhadap kualitas dan produktivitas

    hijauan. Kekurangan pupuk dapat mengakibatkan pertumbuhan vegetatif

    terlambat dalam pemasakan buah dan biji, tanaman lemah dan mudah rebah dan

    menambah kepekaan terhadap penyakit. Sedangkan kelebihan dari pupuk hijau

    cair yaitu dapat mempercepat pertumbuhan vegetatif terutama daun, pengisian

    biji, akar, meningkatkan kandungan protein, merangsang pertunasan, menambah

    tinggi tanaman serta menjaga kondisi dan struktur tanah (Sabihana dkk., 1980).

    Yunus (1987) menyatakan bahwa semakin tua tanaman proporsi batang

    dengan daun semakin besar di mana batang akan kurang mengandung protein.

  • 13

    Makin besar perbandingan daun dengan batang, kualitas hijauan semakin tinggi

    sebab daun kualitasnya lebih tinggi dari pada batang. Hal ini menjadi

    pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman yang akan dijadikan pupuk hijau

    cair. Suntoro dkk. (2001) menyatakan bahwa suatau tanaman dapat digunakan

    sebagai pupuk hijau apabila (1) cepat tumbuh (2) bagian atas banyak dan lunak

    (succulent); dan (3) kesanggupannya tumbuh cepat pada tanah yang kurang subur,

    sehingga cocok dalam rotasi untuk penyediaan jangka panjangnya.

    Pupuk Hijau Cair Daun Gamal (Gliricidia maculata)

    Gamal merupakan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber

    hijauan pakan ternak ruminansia dan juga sebagai sumber pupuk hijau cair yang

    ketersediaannya melimpah. Gamal berbentuk pohon dengan ukuran sedang dan

    dikenal sebagai tanaman jenis kacang-kacangan (Mathius, 1984). Menurut Sugiri,

    (1980), kelebihan gamal sebagai pupuk hijau cair mempunyai kandungan unsur

    hara khususnya nitrogen yang cukup tinggi untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk

    hijau cair gamal lebih baik dibandingkan dengan daun lamtoro.

    Kandungan nutrisi pupuk cair daun gamal (Gliricidia maculata) dapat

    dilihat pada Tabel 2 berikut :

    Tabel 2. Kandungan Nutrisi daun gamal (%)

    Sumber : Havlin dkk. (2002)

    Komponen Persentase

    Bahan Kering 22,1

    Protein Kasar 23,5

    Kalsium (Ca) 1,35

    Fosfor (P) 0,07

    Nitrogen (N) 3,15

    Kalium (K) 2,12

    Abu 5,7

  • 14

    Berdasarkan tabel di atas, daun gamal yang dibuat pupuk cair memiliki

    potensi yang tinggi, sehingga penggunaan dari pupuk cair tersebut banyak

    digunakan pada tanaman pangan diantaranya tanaman jagung dan sawi. Hasil

    pemberian pupuk cair daun gamal pada tanaman jagung 3 ton ha -1

    /

    tahun dan

    tanaman sawi 2-6 ton ha-1.

    /tahun. Pupuk cair daun gamal itu diberikan pada

    tanaman dengan cara disemprotkan atau disiramkan 2 minggu setelah penanaman

    tanaman (Sunarjono, 2003).

    Pupuk Hijau Cair Jonga-jonga (Chromolaena odorata)

    Chromolaena odorata menyebar di kepulauan Indonesia sejak Perang

    Dunia II. Dengan penyebaran itu kini jonga-jonga dapat dijumpai di semua pulau-

    pulau besar di Indonesia dengan ketersediaan yang melimpah (Wilson dan

    Widayanto, 2004). Kelebihan gulma adalah ini dapat tumbuh baik pada berbagai

    jenis tanah dan tumbuh lebih baik lagi apabila mendapat cahaya matahari yang

    cukup (Vanderwoude et al., 2005).

    Soerohaldoko (1971) melaporkan mengenai kerugian dari Chromolaena

    odorata terhadap ternak mengenai keberadaannya yang merugikan karena invasi

    gulma berkayu ini dengan kandungan alelopati dapat menghambat pertumbuhan

    tanaman pakan di sekitarnya. Maka perlu dilakukan penanggulangan sekaligus

    pemanfaatannya sebagai pupuk hijau cair.

    Chromolaena odorata dapat diolah menjadi pupuk yang bermanfaat bagi

    pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kelebihan dari kompos jonga-jonga

    adalah memiliki nilai hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan hara pada

    pupuk kandang dari kotoran sapi (Vanderwoude et al., 2005), dengan komposisi

    2.42 % N, 0.26 % P, 50.40 % C, dan 20.82 C/N. Nilai C/N ini menunjukkan

  • 15

    proses dekomposisi yang lebih cepat dibandingkan dengan pupuk kandang (25-

    30). Selain itu, daun dan ranting hijaunya dapat dipakai untuk membuat pupuk

    cair (Fitri, 2013).

    Kandungan nutrisi pupuk cair daun jonga-jonga (Cromolaena odorata)

    dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

    Tabel 3. Kandungan nutrisi dari daun jonga-jonga (%)

    Sumber : Marthen (2007)

    Jonga-jonga memiliki kandungan protein yang sangat tinggi namun terikat

    dalam kandungan tannin. Proses fermentasi dalam pembuatan pupuk hijau cair

    ditujukan untuk mengurai tannin tersebut sehingga kandungan protein dapat

    terlepas. Hasil studi Luik (2005) pada jagung menunjukan bahwa pemberian

    pupuk organik cair jonga-jonga 30 ton/ha mampu meningkatkan kandungan NPK

    tanah maupun dalam jaringan tanaman dan mampu meningkatkan hasil tanaman

    jagung 4,83 kg/16 m2 dibandingkan tanpa pemberian jonga-jonga yaitu 4,09

    kg/16m2. Dengan demikian pemberian jonga-jonga mampu meningkatkan

    ketersediaan unsur hara dalam tanah.

    Pemberian jonga-jonga sebagai pupuk baik dalam bentuk padat maupun

    cair dapat meningkatkan hasil produksi tanaman sayur dan buah. Pupuk dalam

    bentuk cair lebih baik dari pada dalam bentuk padat, karena unsur hara di

    dalamnya akan lebih mudah dan cepat diserap oleh tanaman. Kandungan unsur N

    Kandungan Nutrisi Persentase

    Bahan Kering 12,4 Protein Kasar 20-30

    Kalsium (Ca) 0,14

    Fosfor (P) 0,42 Nitrogen (N) 2,65

    Energi (Kkal/kg) 3.583,5

  • 16

    dan K jonga-jonga sangat tinggi, sedangkan unsur P jonga-jonga tergolong

    sedang. Hasil penelitian Sutedjo (2004) mengenai peranan jonga-jonga terhadap

    sifat fisik tanah menunjukan bahwa tekstur tanah dipengaruhi secara nyata oleh

    kandungan nutrien dari jonga-jonga.

    Pupuk Hijau Cair Eceng gondok (Eichhornia crassipes)

    Eceng gondok merupakan gulma yang sangat cepat berkembang, apabila

    tidak dikendalikan akan mengakibatkan masalah lingkungan, selain memberikan

    dampak negatif, eceng gondok juga memberikan dampak positif antara lain

    sebagai bahan baku pupuk organik. Dari hasil analisis kimia, bahan organik eceng

    gondok mempunyai kandungan yaitu 1,30% N, 0,24 % P dan C/N ratio 12,25

    (Yulianti, 2001).

    Kandungan nutrisi pupuk cair daun eceng gondok (Eichhornia crassipes)

    dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

    Tabel 4. Kandungan nutrisi dari eceng gondok (%)

    Sumber : Suntoro dkk. (2001)

    Pemilihan eceng gondok sangat baik digunakan sebagai pupuk cair. Little

    (1968) menerangkan bahwa eceng gondok banyak mampu menyerap zat organik

    hingga logam-logam berat pada masa hidupnya, tetapi dapat dimanfaatkan salah

    satu diantaranya adalah sebagai bahan penutup tanah (mulsa) dan kompos dalam

    kegiatan pertanian perkebunan. Pupuk eceng gondok kaya asam humat. Itu

    Kandungan Nutrisi Persentase

    Bahan Kering 15

    Protein Kasar 12,99

    Kalsium (Ca) 0,14

    Fosfor (P) 0,6

    Nitrogen (N) 2,3

    Abu 4,2

  • 17

    lantaran eceng gondok kaya serat lignin dan selulosa. Hasil penguraian keduanya

    menghasilkan asam humat. Senyawa itu menghasilkan fitohormon yang mampu

    mempercepat pertumbuhan akar tanaman sehingga tanaman lebih optimal

    menyerap hara dan produktivitas pun meningkat.

    Yulianti (2001) melaporkan bahwa efek pemberian pupuk eceng gondok

    dengan berbagai dosis yaitu 10 ton/ha, 20 ton/ha, dan 30 ton/ha pada tanaman

    padi menunjukkan semakin banyak pemberian pupuk organik cair eceng gondok,

    makin tinggi produktivitas padi. Produksi tertinggi diperoleh setelah

    menambahkan 30 ton pupuk/ha. Hasil panen mencapai 6,8 ton/ha, lebih tinggi

    daripada rata-rata produksi padi nasional sekitar 34 ton/ha. Maka eceng gondok

    merupakan pupuk yang baik, bukan sebagai gulma yang dapat mengganggu

    pertumbuhan tanaman.

    Eceng gondok dapat menyerap zat organik dan logam berat melalui ujung

    akar. Zatzat organic dan logam berat yang terserap akan masuk ke dalam batang

    melalui pembuluh pengangkut kemudian menyebar ke seluruh bagian tanaman

    eceng gondok. Pada proses ini zat organik akan mengalami reaksi biologi dan

    terakumulasi di dalam batang tanaman, kemudian diteruskan ke daun (Sriyana,

    2006). Kemampuan menyerap logam persatuan berat kering eceng gondok lebih

    tinggi pada umur muda dari pada umur tua, dan sebagian besar berada pada

    bagian bawah (batang dan akar) (Ratnani et al., 2010).

    Kemampuan penyerapan eceng gondok juga karena pada akarnya terdapat

    mikrobia rhizosfera yang mengakumulasi logam berat. Mikrobia rhizosfera adalah

    bentuk simbiosis antara bakteri dengan jamur, yang mampu melakukan

  • 18

    penguraian terhadap bahan organik maupun anorganik yang terdapat dalam air

    serta menggunakannya sebagai sumber nutrisi (Ratnani et al., 2010).

  • 19

    METODE PENELITIAN

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu mulai tanggal 1 Januari

    sampai 27 Februari 2015 untuk proses pemeliharaan di Lahan Pastura Fakultas

    Peternakan Universitas Hasanuddin, dilanjutkan tanggal 27 Februari sampai 5

    Maret 2015 untuk pengujian kandungan protein kasar di Laboratorium Kimia

    Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

    Materi Penelitian

    Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, parang,

    ayakan tanah, meteran, gunting rumput, ember, selang plastik, gelas ukur,

    saringan teh, timbangan, pot dengan ukuran diameter atas 22 cm x diameter

    bawah 18 cm x tinggi 26 cm, klorofil meter Konica Minolta seri SPAD 502,

    mesin penggiling, neraca analitik, tabung reaksi, gelas ukur, gelas piala, rak

    tabung, lemari asam, labu ukur, pipet tetes, lab semprot, pipet ukur, labu destilasi,

    labu Erlenmeyer, alat destilasi, dan buret.

    Bahan-bahan yang digunakan adalah air, pupuk hijau cair berasal dari

    daun gamal, jonga-jonga, eceng gondok, EM4, tanah, sampel rumput Brachiaria

    brizantha, selenium mix, H2SO4, aquades, NaOH, indikator PP, dan H3BO4.

    Metode Penelitian

    A. Rancangan Percobaan

    Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari 4

    perlakuan dan 4 kali ulangan (Gaspersz, 1991). Perlakuan pemupukan yaitu :

    P0 = Rumput Brachiaria brizantha tanpa pupuk cair (kontrol)

    P1 = Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun gamal 70 ml/Pot

  • 20

    P2 = Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun jonga-jonga 84

    ml/Pot

    P3 = Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun eceng gondok 95

    ml/Pot

    Model matematikanya adalah sebagai berikut :

    Yij = + Ni + ijk

    Di mana :

    Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan ke- i dan kelompok ke j

    = Rata-rata pengamatan

    Ni = Pengaruh pemberian pupuk ke I

    ijk = Kesalahan eksprimen atau penelitian

    B. Pelaksanaan Penelitian

    1. Pembuatan Pupuk Hijau cair

    Pupuk yang digunakan berasal dari daun tanaman liar atau tanaman

    pengganggu dengan pertimbangan kandungan unsur hara yang cukup khususnya

    N, yaitu berupa daun gamal (N=3,15%), daun jonga-jonga (N=2,65%) dan daun

    eceng gondok (N=2,3%), masing-masing diperoleh dari sekitar lahan pastura

    tempat penelitian dilakukan. Mula-mula daun dipetik, kemudian dipisahkan dari

    batangnya. Masing-masing bahan (daun gamal, jonga-jonga dan eceng gondok)

    dimasukan kedalam ember. Setiap perlakuan berisi 10 kg daun segar yang telah

    dicincang menggunakan parang. Daun segar yang telah dicincang kemudian

    dimasukkan kedalam ember, kemudian diisi air yang telah dihomogenkan dengan

    EM4 5 % dari total bahan yang akan digunakan. Perbandingan antara berat daun

    segar yang telah dicincang dengan air adalah 2 kg daun segar dan 1 liter air.

  • 21

    Ember dikondisikan selalu tertutup, agar tidak ada unsur hara yang hilang akibat

    penguapan. Bagian atas tutup ember diberi lubang khusus untuk selang kecil,

    ujung selang dimasukkan kedalam botol yang telah berisi air guna untuk

    membuang gas yang berlebihan didalam ember. Hasilnya disaring dari dalam

    ember setelah 7-14 hari setelah isi ember itu tidak berbau dan kelihatan menyusut.

    Larutan dalam ember itulah yang disebut dengan pupuk cair dan siap untuk

    digunakan pada tanaman (Jusuf, 2006 ).

    2. Penanaman

    Tanah yang digunakan diperoleh dari Lahan Pastura Fakultas Peternakan

    Universitas Hasanuddin. Mula-mula tanah tersebut dihancurkan, kemudian diayak

    untuk mengeluarkan batu, sisa-sisa tanaman dan materil-materil lainnya, lalu

    dihomogenkan. Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur lempung liat

    berpasir (Tanah Litosol) dengan pH 6,28 dan kandungan N 0,18%. Tanah yang

    telah diayak kemudian dimasukkan dalam pot ukuran 22 x 18 x 26 cm dan

    ditanami anakan rumput Brachiaria brizantha dengan tinggi anakan 25 cm

    sebanyak 1 anakan setiap pot. Jarak antara pot yang satu dengan pot yang lain

    kurang lebih 40 cm. Setelah penanaman, dilakukan penyiraman setiap hari dengan

    jumlah air yang diberikan sama pada setiap pot menggunakan gelas ukur dan

    dibiarkan tumbuh selama 2 minggu. Setelah tumbuh, baru penerapan perlakuan

    mulai dilakukan dengan memberi pupuk cair dari daun gamal 70 ml/ pot, jonga-

    jonga 84 ml/ pot dan eceng gondok 95 ml/ pot (penerapan kadar pupuk hijau cair

    yang digunakan pada perlakuan terlampir). Pupuk cair disiramkan merata di

    sekitar tanaman sebanyak 1 kali pada awal pemeliharaan.

    Denah penempatan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

  • 22

    Tabel 5. Denah Penempatan Perlakuan Penelitian

    PERLAKUAN

    P33 P23 P02 P14

    P04 P12 P31 P21

    P22 P34 P13 P03

    P11 P01 P24 P32

    Keterangan : P0 : Rumput Brachiaria brizantha tanpa diberi pupuk cair

    (Kontrol).

    P1 : Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun

    Gamal.

    P2 : Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun

    Jonga-jonga

    P3 : Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun

    Eceng Gondok.

    Pemotongan rumput Brachiaria brizantha dilakukan sekitar 10 cm dari

    pangkal batang tanaman atau permukaan tanah, bagian yang sudah dipotong

    dimasukkan kedalam kantong lalu ditimbang untuk mengetahui berat segarnya.

    Bagian yang sudah ditimbang berat segarnya dimasukkan kedalam oven dengan

    suhu 70 0C selama 3 x 24 jam untuk mengetahui berat kering untuk kemudian

    dianalisis kandungan protein kasarnya dengan metode Kjeldahl. Pengukuran

    klorofil daun dilakukan sebelum pemotongan tanaman.

    C. Parameter yang diamati

    Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu kandungan protein dan

    klorofil daun kasar rumput Brachiaria brizantha.

    Kandungan protein kasar rumput Brachiaria brizantha dengan metode

    Kjeldahl (Sudarmaji dkk., 1989), dengan rumus sebagai berikut :

  • 23

    % Protein Kasar = .146,25

    . ( ) 100 %

    100

    Keterangan :

    V.T = Volume Titrasi Sampel;

    N = Normalitas H2SO4 sebagai Penitar;

    P = Faktor Pengencer (100/10)

    Kandungan Klorofil daun rumput Brachiaria brizantha diamati menggunakan

    alat klorofil meter Konica Minolta seri SPAD 502 (Phabiola dan Khamdan,

    2012). Pengukuran dilakukan setelah kalibrasi dalam kondisi kosong berhasil

    dengan tanda angka 0 akan tertera dan bunyi nada. Kemudian mulai mengukur

    pada beberapa bagian daun secara merata sebanyak 7 kali, lalu menentukan

    rerata hasil pengukuran dalam satuan unit.

    D. Analisis Statistik

    Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kali ulangan

    (Gaspersz, 1991) yang dilanjutkan uji BNT menggunakan software SPSS versi 16.

  • 24

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaia brizantha yang Diberi Pupuk Hijau

    Cair yang Berbeda

    Data yang diperoleh dari penelitian kandungan protein kasar rumput

    Brachiaria brizantha yang diberikan pupuk hijau cair yang berbeda disajikan pada

    Tabel 6 :

    Tabel 6. Rataan Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria brizantha

    Perlakuan Kandungan Protein Kasar

    (% Bahan Kering) Rata-rata

    1 2 3 4

    P0 (Kontrol) 6,8 7,6 7,3 7,1 7,2d

    P1 (PHC Daun Gamal) 8,8 9,3 8,8 9,6 9,1c

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga) 12,9 11,9 15,6 16,6 14,2b

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok) 17,9 17,9 19,1 18,7 18,4a

    Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

    perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01).

    Hasil Sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau

    cair yang berbeda pada rumput Brachiaria brizantha memberikan pengaruh yang

    sangat nyata (P < 0,01) terhadap kandungan protein kasar rumput Brachiaria

    brizantha. Rata-rata kandungan protein kasar tertinggi hingga terendah adalah P3

    (18,4), P2 (14,2), P1 (9,1), dan P0 (7,2). Tingginya kandungan protein kasar

    rumput Brachiaria brizantha pada perlakuan P3, P2 dan P1 mungkin disebabkan

    oleh adanya perbedaan kadar nitrogen dari pupuk hijau cair yang diberikan. Hal

    ini sependapat dengan Engelstad (1997) bahwa pemberian nitrogen yang optimal

    dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan meningkatkan sintesis protein.

    Pendapat ini diperjelas oleh Crespo dan Odurado (1986) bahwa efisiensi konversi

  • 25

    nitrogen meningkat dengan meningkatnya taraf nitrogen meningkatnya taraf

    pemupukan N menyebabkan kandungan protein kasar meningkat.

    Gambar 1. Grafik Rataan Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria

    brizantha yang Diberikan Pupuk Hijau Cair yang Berbeda.

    Rata-rata kandungan protein kasar tertinggi oleh perlakuan P3 juga

    disebabkan adanya kandungan asam giberelat yang berperan dalam penyusunan

    klorofil dan protein dalam daun. Menurut Taiz dan Zeiger (1998), asam giberelat

    mempunyai peranan dalam mendukung pembelahan sel, pembentangan sel,

    aktivitas kambium dan pembentukan RNA baru serta sintesis protein.

    Kandungan protein kasar yang telah diukur memiliki korelasi yang positif

    dengan kandungan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha. Hal ini

    dihubungkan dengan kaitannya yang erat sebagai hasil dari peran nitrogen dalam

    proses sintesis protein dan pembentukan klorofil daun. Pernyataan ini didukung

    oleh Dwidjoseputro (1978) bahwa peran N dalam pembentukan klorofil adalah

  • 26

    mendorong aktivitas fotosintesa. Asimilasi N merupakan langkah pertama dalam

    proses pembentukan protein, oleh sebab itu foto-sintesis pada tanaman merupakan

    kegiatan yang pokok. Abidin (1994) menambahkan bahwa sintesis protein akan

    mempengaruhi pembentukan klorofil. Karena salah satu komponen klorofil adalah

    protein.

    Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau

    Cair yang Berbeda

    Data yang diperoleh dari penelitian kandungan klorofil daun rumput

    Brachiaria brizantha yang diberi pupuk hijau cair yang berbeda disajikan pada

    Tabel 7 :

    Tabel 7. Rataan Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha.

    Perlakuan Kandungan Klorofil Daun (Unit) Rata-rata 1 2 3 4

    P0 (Kontrol) 32,20 33,60 24,60 29,70 30,02c

    P1 (PHC Daun Gamal) 48,80 28,00 44,30 48,80 42,47b

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga) 58,70 61,70 61,80 61,80 61,00a

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok) 70,60 69,50 62,70 66,50 67,32a

    Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

    perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01).

    Hasil Sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau

    cair yang berbeda pada rumput Brachiaria brizantha memberikan pengaruh yang

    sangat nyata (P < 0,01) terhadap kandungan klorofil daun rumput Brachiaria

    brizantha yang diukur menggunakan SPAD meter. Rata-rata kandungan klorofil

    daun yang tertinggi hingga terrendah adalah perlakuan P3 (67,32), P2 (61,00), P1

    (42,47), dan P0 (30,02). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan N pupuk hijau

    cair yang berbeda tersebut mencukupi bagi rumput Brachiaria brizantha untuk

    menghasilkan klorofil dalam daun, di mana menurut Wahid (2003), skala kritis

  • 27

    klorofil daun berdasarkan pembacaan alat SPAD meter adalah 35 unit. Menurut

    Singh et al. (2002), efisiensi pemberian nitrogen ditinjau dari sinkronnya

    pemupukan N dengan kebutuhan N tanaman. Upaya mensinkronkan waktu

    pemberian dan kesesuaian takaran N yang dibutuhkan tanaman adalah dengan

    pemantauan kecukupan hara N tanaman menggunakan klorofil meter dengan

    SPAD (Soil-Plant Analisis Development) 502.

    Gambar 2. Grafik Rataan Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria

    brizantha yang Diberikan Pupuk Hijau Cair yang Berbeda.

    Pada rumput Brachiaria brizantha dengan kandungan klorofil paling tinggi

    (P3), tanaman menangkap cahaya paling banyak menyebabkan laju fotosintesis

    meningkat sehingga kandungan protein dan produksi bahan kering meningkat. Hal

    ini sesuai dengan pendapat Li et al. (2006) bahwa Mekanisme klorofil dalam

    meningkatkan kualitas dan produksi tanaman dimulai saat klorofil aktif dalam

    mengubah senyawa CO2 dan H2O menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan Oksigen

  • 28

    (O2) serta energi (ATP) dengan bantuan cahaya matahari. Energi yang dihasilkan

    digunakan tanaman dalam melakukan proses-proses pertumbuhan, dan

    karbohidrat yang dihasilkan menjadi kandungan bahan kering yang menyimpan

    zat makanan berupa protein dan zat lainnya pada tanaman. Semakin tinggi

    kandungan klorofil, maka laju fotosintesis akan meningkat sehingga kualitas dan

    produksi bahan kering tanaman juga akan ikut meningkat.

    Rata-rata kandungan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha yang

    diberikan pupuk hijau cair sangat meningkat dibandingkan tanpa pupuk, dan rata-

    rata kandungan klorofil daun pada perlakuan P3 sangat nyata (P < 0,01) lebih

    tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P0. Hal ini mungkin disebabkan

    karena eceng gondok yang digunakan berasal dari perairan yang belum

    mengalami pencemaran yang tinggi, sehingga zat-zat anorganik yang diserap

    tidak mengandung logam berat yang dapat mempengaruhi kesuburan, tapi hanya

    berupa unsur hara yang baik sehingga pembentukan klorofil daun dapat

    berlangsung dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2003) bahwa

    beberapa unsur hara penting dalam pembentukan klorofil daun seperti Magnesium

    (Mg) yang menjadi faktor untuk pembentukan klorofil, Boron (B) mempunyai

    peran sebagai kofaktor dalam sintesis klorofil, berperan dalam transport

    karbohidrat dan sintesis asam nukleat, dan Mangan (Mn) yang berperan aktif

    dalam pembentukan klorofil, yaitu mengaktifkan beberapa enzim yang sangat

    diperlukan dalam tahapan pemutusan air pada proses fotosintesis. Hal ini

    sependapat dengan Fitri et al. (2007) yang menjelaskan bahwa pupuk organik cair

    eceng gondok mengandung hara makro dan mikro esensial yang dapat mendorong

    dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada

  • 29

    tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman

    dan penyerapan nitrogen dari udara.

    Kandungan klorofil yang tinggi pada sampel P3 diduga disebabkan karena di

    dalam eceng gondok terkandung asam giberelat yang membantu dalam

    pembentukan klorofil daun dan pertumbuhan vegetatif. Menurut Peni dkk. (2003),

    peranan asam giberelat dalam pembentukan klorofil adalah pada pengaktifan

    enzim, setelah asam giberelat mengikat enzim yang terdapat pada membran, maka

    enzim tersebut akan mengubah ATP menjadi AMP-siklik, yang selanjutnya

    menggerakkan berbagai rentetan reaksi-reaksi sekunder dan tersier termasuk

    pembentukan klorofil-karotenoid. Di samping itu reaksi respirasi juga akan

    menghasilkan energi NADH/NADPH yang berguna untuk reduksi unsur nitrat

    menjadi amonia dengan bantuan enzim nitrat reduktase. Bidwell (1979)

    menyatakan bahwa peningkatan aktivitas nitrat reduktase menyebabkan terjadinya

    peningkatan sintesis protein, produksi klorofil, asam nukleotida, asam amino dan

    unsur-unsur lain yang dibutuhkan tumbuhan untuk perkembangan vegetatif.

    Rataan kandungan klorofil daun P2 lebih tinggi dari pada P1 dan P0, mungkin

    disebabkan karena perlakuan pupuk hijau cair berasal dari daun jonga-jonga

    memiliki kandungan unsur hara yang jauh lebih baik dari pada daun gamal, serta

    mulai dapat berfungsi dan bereaksi di dalam tanah saat diberikan pada rumput

    sehingga menghasilkan klorofil daun yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Marthen (2007) bahwa jogna-jonga memiliki potensi selain sebagai

    pakan ternak juga berfungsi sebagai pupuk dimana palatabilitasnya jauh lebih baik

    daripada daun gamal serta memiliki kandungan unsur hara yang lebih baik bagi

    kualitas rumput Brachiaria brizantha. Ini dapat dibuktikan juga pada hasil

  • 30

    penelitian Luik (2005) pada tanaman jagung menunjukkan bahwa pemberian

    pupuk organik cair jonga-jonga 30 ton/ha mampu meningkatkan kandungan NPK

    tanah maupun klorofil pada jaringan tanaman. Dengan demikian, pemberian

    jonga-jonga mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah bila

    dibandingkan dengan pupuk cair daun gamal maupun tanpa pupuk.

  • 31

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa:

    1. Pemberian pupuk hijau cair yang berbeda pada rumput Brachiaria brizantha

    dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan klorofil daun.

    2. Pemberian pupuk hijaun cair daun eceng gondok pada rumput Brachiaria

    brizantha memberikan pengaruh yang lebih baik pada kandungan protein

    kasar dan klorofil daunnya dibandingkan pupuk hijau cair daun jonga-jonga,

    daun gamal, dan tanpa pupuk.

    Saran

    Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan mengenai dosis pemberian pupuk

    hijau cair eceng gondok pada beberapa jenis hijauan pakan sebelum digunakan

    dan dikembangkan di lingkungan masyarakat.

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Abidin, Z. 1994. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.

    Penerbit Angkasa. Bandung.

    Ai, N. S. dan Y. Banyo. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator

    kekurangan air pada tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. 11:166-171.

    Argenta, G., P. R. F. Silva, and L. Sangoi. 2004. Leaf relative chlorophyll content

    as an indicator parameter to predict nitrogen fertilization in maize.

    Cincia Rural. Santa Maria. Journal Vol.34, n.5, p.1379-1387.

    Bidwell, R. G.1979. Plant Physiology. Second Edition. New York: Macmillan

    Publishing. Milan.

    Campbell. 2003. Biologi. Edisi Keluima-Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

    Crampton, E. W. and L.E. Haris 1969. Applied Animal Nutrition 2nd

    ed W. N

    Freeman and New York.

    Crespo, G. and M. Odurado, 1986. The Influence of Bovine Faeces and Nitrogen

    Fertilizer on Forage Production of King Grass in Red Ferrallitic

    Soil. Cuban Journal Agric. Sci. 20: 277-283.

    Darmono, 1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta.

    Dwijoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta.

    . 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan ke-2, PT.

    Gramedia, Jakarta.

    Engelstad. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. UGM Press. Yogyakarta.

    Fitri, N. R., Erlina A., dan Nasih W. Y. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi

    Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil

    Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah

    dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007) p: 43-53.

    Fitri, Y. A. 2013. Kirinyuh (Chromolaena odorata), Gulma dengan banyak

    potensi manfaat. http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/

    berita-226-kirinyuh-chromolaena-odorata-gulma-dengan-banyak-

    potensi-manfaat.html (diakses pada tanggal 2 Februari 2015).

    Gaspersz, V. 1991. Metode Rancangan Percobaan. Arminco. Bandung.

    Ginting, S. P., and K. R. Pond. 1996. Effects of Grazing Systems on Pasture

    Production and Quality of Brachiaria Brizantha and Liveweight

    Gain of Lambs. Pasture Journal. p. 15-33.

    Hardjowigeno. 1992. Ilmu Tanah. PT. Mediyatma Sarana Perkasa. Jakarta.

  • 33

    Havlin, J.L, T. Suhartini dan E.Rahayu. 2002. Tanaman Sawi dan Selada, PT.

    Penebar Swadaya. Depok.

    Heddy, S. 2003. Pemberian Pupuk N dan Interval Defoliasi terhadap Produksi

    Bahan Kering Rumput Bebe (Brachiaria brizantha). Bagian

    Pertama. PT. Rajagraffindo. Jakarta.

    Hermawan, H. 2013. Makalah Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman : Fungsi

    dan Bentuk Unsur Unsur Hara Makro dan Mikro di dalam Tanah dan Tanaman serta Gejala Defisiensinya. Universitas Syiah Kuala.

    Darussalam - Banda Aceh.

    Humperys, L. R. 1974. Pastures Species, Nutritive Value and Manajement. A

    Course Manual in Tropical Pastures. A. A. U. C. S. Meulbourne.

    Australia.

    Jusuf, L. 2006. Potensi daun gamal sebagai bahan pupuk organik cair. Jurnal

    Agrisistem Vol.2. No 1.

    Kovacs, M. 1992. Biological Indicators in Environmental Protection. Market

    Cross House. England.

    Li, R., P. Guo, M. Baum, S. Grando, and S. Ceccarelli. 2006. Evaluation of

    Chlorophyll Content and Fluorescence Parameters as Indicators

    of Drought Tolerance in Barley. Agricultural Sciences in China 5

    (10): 751-757.

    Lindawati, N., Izhar dan H. Syafria. 2000. Pengaruh pemupukan nitrogen dan

    interval pemotongan terhadap produktivitas dan kualitas rumput

    lokal kumpai pada tanah podzolik merah kuning. Jurnal Penelitian

    Pertanian Tanaman Pangan 2(2): hal. 130-133.

    Little, L. C. 1968. Handbook of Utilization of Aquatic Plant, FAO Fisherie

    Technical Paper, No. 187. FAO. Roma.

    Lubis, D. A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta.

    Luik, P. 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Jonga-Jonga pada

    Tanaman Jagung. Penerbit Kanisus. Jakarta.

    Manullang, S. 2012. Hijauan Makanan Ternak. http://manullngs.blogspot.com/

    2012/12/hijauan-makaan-ternak_80 62.html. (diakses pada tanggal

    15 januari 2015).

    Marthen. 2007. Ki Rinyuh (Chromolaena odorata (L) R.M. King dan H.

    Robinson): Gulma padang rumput yang merugikan. Buletin Ilmu

    Peternakan Indonesia (Wartazoa), Volume 17 No. 1.

    Masud, P. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.

    Mathius, I. M. 1984. Hijauan Gliricidia maculata Sebagai Pakan Ternak

    Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

  • 34

    Minson, D.J. and Milford. 1981. Nutritional Diffrences Between Tropical and

    Temperete Pasture In Grazing Animal . Ed by F. W. H. Marley. Elsevier Scintifile Publshing Company. Amsterdam.

    Mutters, C. 1999. Nitrogen Management in Akitakomachi. Butte County Rice

    Industry. Japan.

    Peni, D. K., Solichatun dan Endang A. 2003. Pertumbuhan, Kadar Klorofil-

    Karotenoid, Saponin, Aktivitas Nitrat reduktase Anting-anting

    (Acalypha indica L.) pada Konsentrasi Asam Giberelat (GA3)

    yang Berbeda. Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    Phabiola T. A. dan Khamdan K. 2012. Pengaruh Aplikasi Formula Pantoea

    agglomerans Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Kandungan

    Klorofil Daun Tanaman Strowberi

    Ratnani R. D., I. Hartati, dan L. Kurniasari. 2010. Laporan Penelitian Terapan :

    Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) untuk

    Menurunkan Kandungan COD(Chemical Oxygen Demond), Ph,

    Bau, dan Warna Pada Limbah Cair Tahu. Fakultas Teknik.

    Universitas Wahid Hasyim Semarang.

    Reksohadiprojo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makana Ternak Tropik.

    BPFE. Yogyakarta.

    Rismunandar. 1986. Mendayagunakan Tanaman Rumput. Penerbit Sinar Baru.

    Bandung.

    Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius.

    Yogyakarta.

    Sabihana, S. G. Soepardi dan S. Djokosudarjo. 1980. Pupuk dan Pemupukan.

    Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Jakarta.

    Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3.

    (Diterjemahkan oleh : Diah R, Lukman dan Sumaryono). Penerbit

    ITB. Bandung.

    Sambara, M. W. 1995. Pengambilan and Efisiensi Pupuk N dan P pada Bagian

    Daun dan Batang Rumput Setaria (Setaria anceps). Fakultas

    Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

    Schultze-Kraft. 1992. Forages (Edi). Plant Resources of South-East Asia

    (PROSEA). No 4. Wageningen, Netherlands and Bogor. Indonesia.

    Singh, B., Y. Singh, and J. K. Ladha. 2002. Chlorophylmeter and leaf color chart-

    Based nitrogen management for rice and wheat in Northweatern

    India. Agron. J94:821-829.

  • 35

    Sirait, J. 2008. Luas Daun, Kandungan Klorofil dan Laju Pertumbuhan Rumput

    pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda. Loka Penelitian

    Kambing Potong. Galang Sumut.

    Siregar, M. E dan A. Djajanegara. 1974. Pengaruh tingkat pemupukan zwavelzuur

    kalium (zk) terhadap produksi segar 5 jenis rumput. Buletin L.P.P.

    Bogor No 12, hal. 1-8

    Siregar. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swaday. Jakarta.

    Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. PT. Melton Putra, Jakarta.

    Soerohaldoko, S. 1971. On the Occurrence of Eupatorium odoratum at the Game

    Reserve Pananjung. West Java. Weeds in Indonesia.

    Sriyana, H.Y. 2006. Kemampuan Eceng Gondok dalam Menurunkan Kadar Pb(II)

    dan Cr (VI) Pada Limbah dengan Sistem Air Mengalir dan Sistem

    Air Menggenang. Tesis S2. Fakultas Teknik. Jurusan Teknik

    Kimia UGM. Yogyakarta.

    Sudarmaji S., B. Haryono dan Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan

    Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

    Sugiri. 1980. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak Daerah Tropik.

    Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta.

    Sumarsono. 2007. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Fakultas Peternakan

    Universitas Diponegoro. Semarang.

    Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penerbit Penebar Swadaya.

    Jakarta.

    Suntoro, S., E. Handayanto dan Soemarno. 2001. Penggunaan Eceng gondok

    (Eichornia crassipes) untuk Meningkatkan Ketersediaan P, K, Ca,

    dan Mg Ilmu Pertanian Vol 12 No. 2 pada Oxic Dystrudepth di

    Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. Agrivita. XXIII (1): 20-26.

    Susetyo. 1969. Hjauan Makanan Ternak. Direktorat Peternakan Rakyat. Dirjen

    Peternakan. Deptan. Jakarta.

    Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

    .2004. Peranan Jonga-Jonga Terhadap Sifat Fisik Tanah, PT

    Rineka Cipta. Jakarta.

    Syarief, E. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.

    Bandung.

    Taiz, L and E. Zeiger. 1998. Plant Physiology. Massachusetts: Sinauer Associates,

    lnc.

  • 36

    Tillman, A. D., Hartadi. S., Reksohadiprojo S., Prawiro Kusumo, dan S.

    Lebdosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada

    University Press. Yogyakarta.

    Vanderwoude, C. S., J.C. Davis and B. Funkhouser. 2005. Plan for National

    Delimiting Survey for Siam weed. Natural Resources and Mines

    Land Protection Services. Queensland Government.

    Wahid, A. S. 2003. Peningkatan efisiensi pemupukan nitrogen pada padi sawah

    dengan metode bagan warna daun. Jurnal Litbang Pertanian 22 (4):

    156-161.

    Whiteman, P. C. 1974. The Enviroment and Pasture Growth. In A Course Manual in Tropical Pasture Science. A. V. C. Watson Fergusson and co, Ltd. Brisbane.

    Wilson, C. G. and E.B.Widayanto. 2004. Establishment and spread of

    Cecidochares connexa in eastern indonesia. in: chromolaena in the

    asia-pacific region. DAY, M. D. and R. E. Mc Fadyen (Eds.)

    ACIAR Technical Reports No. 55. pp. 39-44.

    Yulianti, W. 2001. Kemampuan eceng gondok sebagai biofilter zat tersuspensi pada konsentrasi efektif limbah cair tahu, Jurnal Habitat Universitas Brawijaya Malang, 23-25.

    Yunus. M. 1987. Hijauan Makanan Ternak. Universitas Brawijaya, Malang.

  • 37

    Lampiran 1. Penerapan Kadar Pupuk Cair yang Digunakan dalam Perlakuan

    Kandungan Nitrogen pupuk

    1. Pupuk urea = 46 % N

    2. Pupuk Daun Gamal ( Gliricidia maculata ) = 3,15 % N

    3. Pupuk Daun Jonga-Jonga (Cromolaena odorata) = 2, 65 % N

    4. Pupuk daun Eceng gondok ( Eichhornia crassipes ) = 2,3 % N

    Penggunaan Urea 200 Kg/ Ha

    1. Daun Gamal

    437,78 kg N urea / Ha = 0,0315 kg N daun gamal / Ha

    437,78 kg

    0,0315 kg = 13802,54 kg daun gamal / Ha

    2. Pupuk Jonga-jonga

    437,78 kg N urea / Ha = 0,0265 kg N pupuk jonga-jonga / Ha

    437,78 kg

    0,0265 kg = 16406,79 kg pupuk jonga-jonga / Ha

    3. Pupuk Eceng gondok

    437,78 kg N urea / Ha = 0,023 kg N pupuk eceng gondok / Ha

    437,78 kg

    0,023 kg = 18903,47 kg pupuk eceng gondok / Ha

  • 38

    Berat tanah = 10 kg / pot

    Berat tanah = 2 x 106 kg/ Ha

    Dosis pemberian pupuk cair ml/ pot

    1. Pupuk daun gamal

    10 kg

    2.000.000 kg =

    DG

    13802 ,54 kg

    DG = 1308025 ,4 kg

    2.000.000 kg

    = 0,070 kg / pot

    = 70 ml / pot

    2. Pupuk daun Jonga-jonga

    10 kg

    2.000.000 kg =

    DJ

    16406 ,79 kg

    DJ = 164067 ,9kg

    2.000.000 kg

    = 0,084 kg / pot

    = 84 ml / pot

    3. Pupuk Eceng gondok

    10 kg

    2.000.000 kg =

    DEg

    18903,47 kg

    DEg = 189034,7 kg

    2.000.000 kg

    = 0,095 kg / pot

    = 95 ml / pot

  • 39

    Lampiran 2. Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS

    versi 16. Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria brizantha

    yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda.

    Perlakuan Kandungan Protein

    (% Bahan Kering) Rata-rata

    1 2 3 4

    P0 (Kontrol) 6,8 7,6 7,3 7,1 7,200

    P1 (PHC Daun Gamal) 8,8 9,3 8,8 9,6 9,125

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga) 12,9 11,9 15,6 16,6 14,250

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok) 17,9 17,9 19,1 18,7 18,400

    Keterangan : Berbeda Sangat Nyata (P < 0,01).

    Descriptives

    kandungan_protein

    N Mean Std.

    Deviation Std. Error

    95% Confidence Interval for Mean

    Minimum Maximum Lower

    Bound Upper Bound

    P0 (Kontrol) 4 7.200 .3367 .1683 6.664 7.736 6.8 7.6

    P1 (PHC Daun Gamal)

    4 9.125 .3948 .1974 8.497 9.753 8.8 9.6

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    4 14.250 2.2128 1.1064 10.729 17.771 11.9 16.6

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    4 18.400 .6000 .3000 17.445 19.355 17.9 19.1

    Total 16 12.244 4.6543 1.1636 9.764 14.724 6.8 19.1

    Test of Homogeneity of Variances

    kandungan_protein

    Levene Statistic df1 df2 Sig.

    22.409 3 12 .000

    ANOVA

    kandungan_protein

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Between Groups 308.362 3 102.787 74.405 .000

    Within Groups 16.578 12 1.381

    Total 324.939 15

  • 40

    Means Plots

    Post Hoc Tests Multiple Comparisons

    Dependent Variable:kandungan_protein

    (I) perlakuan (J) perlakuan

    Mean Difference

    (I-J) Std. Error Sig.

    95% Confidence Interval

    Lower Bound

    Upper Bound

    LSD P0 (Kontrol) P1 (PHC Daun Gamal)

    -1.9250* .8311 .039 -3.736 -.114

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    -7.0500* .8311 .000 -8.861 -5.239

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    -11.2000* .8311 .000 -13.011 -9.389

    P1 (PHC Daun Gamal)

    P0 (Kontrol) 1.9250* .8311 .039 .114 3.736

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    -5.1250* .8311 .000 -6.936 -3.314

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    -9.2750* .8311 .000 -11.086 -7.464

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    P0 (Kontrol) 7.0500* .8311 .000 5.239 8.861

    P1 (PHC Daun Gamal)

    5.1250* .8311 .000 3.314 6.936

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    -4.1500* .8311 .000 -5.961 -2.339

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    P0 (Kontrol) 11.2000* .8311 .000 9.389 13.011

    P1 (PHC Daun Gamal)

    9.2750* .8311 .000 7.464 11.086

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    4.1500* .8311 .000 2.339 5.961

    *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

    Homogeneous Subsets

    kandungan_protein

    Perlakuan N

    Subset for alpha = 0.05

    1 2 3 4

    Duncana P0 (Kontrol) 4 7.200

    P1 (PHC Daun Gamal) 4 9.125

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    4 14.250

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    4 18.400

    Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

    a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

  • 41

    Lampiran 3. Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS

    versi 16. Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha

    yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda.

    Perlakuan Kandungan Klorofil Daun (Unit) Rata-rata 1 2 3 4

    P0 (Kontrol) 32,20 33,60 24,60 29,70 30,02

    P1 (PHC Daun Gamal) 48,80 28,00 44,30 48,80 42,47

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga) 58,70 61,70 61,80 61,80 61,00

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok) 70,60 69,50 62,70 66,50 67,32

    Keterangan : Berbeda Sangat Nyata (P < 0,01)

    Descriptives

    kandungan_klorofil

    N Mean Std.

    Deviation Std. Error

    95% Confidence Interval for Mean

    Minimum Maximum Lower

    Bound Upper Bound

    P0 (Kontrol) 4 30.025 3.9601 1.9801 23.724 36.326 24.6 33.6

    P1 (PHC Daun Gamal)

    4 42.475 9.8804 4.9402 26.753 58.197 28.0 48.8

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    4 61.000 1.5341 .7670 58.559 63.441 58.7 61.8

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    4 67.325 3.5368 1.7684 61.697 72.953 62.7 70.6

    Total 16 50.206 16.1058 4.0264 41.624 58.788 24.6 70.6

    Test of Homogeneity of Variances

    kandungan_klorofil

    Levene Statistic df1 df2 Sig.

    3.065 3 12 .069

    ANOVA

    kandungan_klorofil

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Between Groups 3506.447 3 1168.816 36.478 .000

    Within Groups 384.502 12 32.042

    Total 3890.949 15

  • 42

    Means Plots

    Post Hoc Tests Multiple Comparisons

    Dependent Variable:kandungan_klorofil

    (I) perlakuan (J) perlakuan

    Mean Difference

    (I-J) Std. Error Sig.

    95% Confidence Interval

    Lower Bound

    Upper Bound

    LSD P0 (Kontrol) P1 (PHC Daun Gamal)

    -12.4500* 4.0026 .009 -21.171 -3.729

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    -30.9750* 4.0026 .000 -39.696 -22.254

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    -37.3000* 4.0026 .000 -46.021 -28.579

    P1 (PHC Daun Gamal)

    P0 (Kontrol) 12.4500* 4.0026 .009 3.729 21.171

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    -18.5250* 4.0026 .001 -27.246 -9.804

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    -24.8500* 4.0026 .000 -33.571 -16.129

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    P0 (Kontrol) 30.9750* 4.0026 .000 22.254 39.696

    P1 (PHC Daun Gamal)

    18.5250* 4.0026 .001 9.804 27.246

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    -6.3250 4.0026 .140 -15.046 2.396

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok)

    P0 (Kontrol) 37.3000* 4.0026 .000 28.579 46.021

    P1 (PHC Daun Gamal)

    24.8500* 4.0026 .000 16.129 33.571

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga)

    6.3250 4.0026 .140 -2.396 15.046

    *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

    Homogeneous Subsets kandungan_klorofil

    Perlakuan N

    Subset for alpha = 0.05

    1 2 3

    Duncana P0 (Kontrol) 4 30.025

    P1 (PHC Daun Gamal) 4 42.475

    P2 (PHC Daun Jonga-jonga) 4 61.000

    P3 (PHC Daun Eceng Gondok) 4 67.325

    Sig. 1.000 1.000 .140

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

    a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

  • 43

    Lampiran 4. Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian

    Penanaman

    Pembuatan Pupuk Hijau Cair

  • 44

    Penerapan Perlakuan dan Penyiraman

    Pengukuran Klorofil Daun

    Pemanenan

    Penimbangan Sampel di Lapangan

  • 45

    Penggilingan Sampel

    Penimbangan Sampel untuk Bahan Kering dan Analisis Protein

    Penambahan H2SO4 Penambahan Selenium Mix

    Destruksi Pengenceran

  • 46

    Destilasi Indicator PP + H3BO4

    Penyiapan Volume Titrasi Titrasi

  • 47

    Lampiran 5. Hasil Analisis Bahan

  • 48

    RIWAYAT HIDUP

    Ian Roni Rezky Raja Rio M. Sigalingging lahir di Pare-pare

    pada tanggal 12 April 1993, anak Ketiga dari 6 bersaudara.

    Dibesarkan oleh orang tua Mestin Saragih (Ayah) dan

    Rosdiana Limbong (Ibu). Tingkat pendidikan dimulai di

    bangku TK Dharma Wanita SMKN 1 Watang Pulu pada

    tahun 1998, kemudian melanjutkan di SD Negeri 3 Carawali, Sidrap pada tahun

    2000. Setelah lulus SD, melanjutkan di SMPN 1 Watang Pulu Sidrap pada tahun

    2005, kemudian melanjutkan di SMK Negeri 1 Watang Pulu Sidrap pada tahun

    2008. Setelah menyelesaikan SMU, penulis kemudian diterima di PTN

    (Perguruan Tinggi Negeri) melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk

    Perguruan Tinggi Negeri) tertulis di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,

    Makassar. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi

    Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar pada Tahun

    2015.