hydraulic

26
I. PENDAHULUAN Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kelakuan operasi pemboran. Salah satu dari faktor tersebut adalah hidrolika lumpur pemboran. Selama lumpur pemboran melalui peralatan-peralatan sirkulasi, maka akan terjadi gesekan-gesekan di sepanjang peralatan yang dilalui tersebut. Hal ini akan menyebabkan kehilangan tekanan aliran yang dikenal dengan pressure loss atau juga sering disebut dengan pressure drop. Rate sirkulasi ataupun rate pemompaan lumpur merupakan volume dari lumpur yang dipompakan atau disirkulasikan per satuan waktu. Rate pemompaan lumpur ini tergantung kepada diameter liner, panjang langkah, diameter piston dan stroke permenit dari pompa lumpur. Lumpur diisap pompa dari tangki isap dipompakan ke stand pipe, kemudian lumpur naik melalui rotary hose, masuk ke swivel. Dari swivel lumpur turun ke dasar lubang melalui kelly, drill pipe, drill collar, dan bit. Selanjutnya lumpur naik ke permukaan melalui annulus drill collar dan annulus drill pipe. Di permukaan lumpur terus ke tangki melalui flow line shale shaker. 1

Upload: era-devi-istihaji

Post on 01-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

hidraulic

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kelakuan operasi pemboran. Salah satu dari faktor tersebut adalah hidrolika lumpur pemboran.

Selama lumpur pemboran melalui peralatan-peralatan sirkulasi, maka akan terjadi gesekan-gesekan di sepanjang peralatan yang dilalui tersebut. Hal ini akan menyebabkan kehilangan tekanan aliran yang dikenal dengan pressure loss atau juga sering disebut dengan pressure drop.

Rate sirkulasi ataupun rate pemompaan lumpur merupakan volume dari lumpur yang dipompakan atau disirkulasikan per satuan waktu. Rate pemompaan lumpur ini tergantung kepada diameter liner, panjang langkah, diameter piston dan stroke permenit dari pompa lumpur.

Lumpur diisap pompa dari tangki isap dipompakan ke stand pipe, kemudian lumpur naik melalui rotary hose, masuk ke swivel. Dari swivel lumpur turun ke dasar lubang melalui kelly, drill pipe, drill collar, dan bit. Selanjutnya lumpur naik ke permukaan melalui annulus drill collar dan annulus drill pipe. Di permukaan lumpur terus ke tangki melalui flow line shale shaker.

Selama sirkulasi ini terjadi pressure loss. Pressure loss dikelompokkan menjadi :

pressure loss melalui peralatan permukaan

pressure loss melalui drill pipe

pressure loss melalui drill collar

pressure loss melalui bit

pressure loss melalui annulus drill collar

pressure loss melalui annulus drill pipe

II. RATE DAN KECEPATAN ALIRAN

Dalam operasi pemboran lumpur bersirkulasi melalui peralatan sirkulasi dengan rate dan kecepatan tertentu.

2.1. Rate Aliran

Rate aliran atau yang disebut juga dengan rate pemompaan atau kapasitas aliran lumpur adalah volume lumpur yang mengalir dalam waktu tertentu. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut :

Vol

Q = . (2-1)

t

Dimana :

Q : kapasitas aliran

Vol : volume lumpur

t : waktu

2.2. Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran lumpur adalah jarak yang ditempuh oleh lumpur dalam waktu tertentu. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut :

L

V = .. (2-2)

t

Dimana :

V : Kecepatan aliran

L : Jarak yang ditempuh lumpur

t : waktu

2.3. Hubungan Antara Rate Aliran Dengan Kecepatan Aliran

Hubungan kecepatan aliran fluida dengan kapasitas aliran adalah sebagai berikut :

Q = A x V . (2-3)

2.4. Kecepatan Aliran dalam Pipa

Kecepatan aliran di dalam pipa adalah :

Q

V = (2-4)

(

x ( ID )2

4

2.5. Kecepatan Aliran Dalam Annulus Pipa

Sehingga kecepatan aliran di annulus pipa adalah :

Q

Van = (2-5)

(

x ( dh2 OD2 )2

4

Dimana :

Van : kecepatan aliran di dalam annulus pipa

OD : outside diameter pipa

dh : diameter lubang tenbuka ( open hole )

Bila :

Kecepatan aliran lumpur dalam satuan ft/detik

Kapasitas aliran dalam gallon/menit

Diameter dalam inchi.

Maka persamaan kecepatan aliran fluida dalam pipa dapat digunakan :

Q

V = 0.4085 .. (2-6)

ID2

BilaKecepatan aliran lumpur dalam satuan ft/detik

Kapasitas aliran dalam cuft/menit

Diameter dalam inchi,

Maka persamaan kecepatan aliran fluida dalam pipa digunakan :

Q

V = 3.056 .. (2-7)

ID2

Konversi satuan yang perlu diketahui untuk penurunan persamaan diatas adalah :

1 cuft = 7.48 gal

1 ft = 12 inch

1 menit = 60 detik

1 bbl = 5.615 cuft

2.6. Persamaan Kontinuitas

Rate aliran dalam sistim sirkulasi lumpur dalam operasi pemboran adalah sama.

Untuk mencari kecepatan aliran dalam peralatan sirkulasi lumpur lebih gampang menggunakan persamaan kontinuitas.

Vdp x ( IDdp2 ) = Vdc x (IDdc2 )

= Vandp x (dh2 ODdp2 )

= Vandp x (IDc2 ODdp2 )

= Vandc x (dh2 ODdc2 )

= Vandc x (IDc2 ODdc2 ) . (2-8)

Dimana :

Vdp : kecepatan aliran di dalam drill pipe

Vdc : kecepatan aliran di dalam drill collar

Vandp : kecepatan aliran di dalam annulus drill pipe

Vandc : kecepatan aliran di dalam annulus drill collar

dh : diameter lubang

ODdp : diameter luar drill pipe

ODdc : diameter luar drill collar

( IDdp : diameter dalam drill pipe

(IDdc : diameter dalam drill collar

III. JENIS ALIRAN DAN JENIS FLUIDA

3.1. Jenis Aliran

Jenis aliran lumpur dalam operasi pemboran dibedakan menjadi dua, yaitu :

laminar flow

turbulent flow

3.1.1. Laminar Flow

Laminar flow adalah aliran yang berbentuk peluru. Kecepatan aliran terbesar adalah di tengah, makin ke dinding pipa mengecil. Aliran ini teratur, dimana lumpur yang mengalir sejajar dengan bentuk pipa yang dilalui.

Aliran yang seperti ini kita kehendaki adalah di annulus lubang terbuka.

3.1.2. Turbulent Flow

Turbulent flow merupakan aliran yang bergejolak. Aliran ini tidak teratur.

Aliran yang seperti ini tidak kita kehendaki adalah di annulus lubang terbuka karena dapat mengikis dinding lubang. Kalau hal ini terjadi akan menyebabkan pembesaran lubang sumur.

Pola atau jenis aliran tergantung sifat-sifat lumpur yang mengalir dan kecepatan alirannya, serta parameter dimana lumpur mengalir.

Untuk menentukan jenis aliran lumpur dapat dilihat dari harga :

Bilangan Reynold

Kecepatan aliran kritis

Bilangan Reynold (NR)

Bilangan reynold tergantung kepada :

berat jenis lumpur (BJ)

viskositas lumpur (Vis)

diameter dalam pipa (ID), untuk dalam pipa

diameter luar pipa (OD), untuk di annulus pipa

diameter lubang (dh), untuk di annulus pipa dengan lubang

diameter dalam dari casing yang sudah terpasang (IDc) untuk di annulus pipa dengan casing.

kecepatan aliran

Tabel 1. Penentuan Jenis Aliran Berdasarkan Bilangan Reynold

BilaJenis aliran

< 2000Laminar

> 2000 Turbulen

Bilangan Reynold Dalam Pipa

928 BJ V ID

NR = .. (3-1)

Vis

Bilangan Reynold Di Annulus Pipa

928 BJ Van (dh OD)

NR = .. (3-2)

Vis

Kecepatan Kritis

Untuk menentukan jenis aliran lumpur apakah aliran laminer atau turbulen, dapat juga ditentukan dahulu kecepatan kritisnya.

Apabila kecepatan kristis lumpur lebih kecil atau sama dengan kecepatan aliran rata-rata, maka alirannya adalah laminer. Bila kecepatan rata-rata aliran lebih besar dari kecepatan kritis, maka jenis aliran lumpur adalah turbulen.

Kecepatan kritis dipengaruhi oleh :

Viskositas plastik dan Lumpur

Yield point lumpur

Berat jenis Lumpur

Ukuran lubang dan pipa

Kecepatan Kritis Dalam Pipa

Kecepatan kritis dalam pipa adalah :

(3-3)

Dimana :

Vc : Kecepatan kritis aliran dalam pipa, fps

PV : Viskositas plastik dari lumpur, cp

YP : Yield point Lumpur, lb/100 ft2

BJ : Berat jenis Lumpur, ppg

ID : Inside diameter dari pipa, inch

Kecepatan Kritis Dalam Annulus

Kecepatan kritis dalam pipa adalah

. (3-4)

Dimana :

Vcan : Kecepatan kritis aliran di annulus, fps

PV : Viskositas plastik dari lumpur, cp

YP : Yield point lumpur, lb/100 ft2

BJ : Berat jenis lumpur, ppg

OD : Outide diameter dari pipa, inch

Dh : diameter lubang, inc. (Dalam casing diganti dengan Idc)

3.2. Jenis Fluida Pemboran

Lumpur pemboran termasuk fluida non Newtonian. Fluida non newtonian menunjukkan hubungan shearing stress dan shearing rate yang tidak konstan.

Fluida non newtonian kita dibedakan menjadi dua, yaitu :

Bingham Plastic fluid

Power Law Fluid

3.2.1. Bingham Plastic Fluid

Hubungan matematis antara shearing stress dan shearing rate untuk bingham plastic fluid adalah sebagai berikut :

SS = YP + (PV) SR . (3-5)

Dimana :

SS : shearing stress

SR : shearing rate

YP : Yield point

PV : Viskositas plastik

3.2.2. Power Flow Fluid

Lumpur pemboran termasuk power law fluid apabila mempunyai padatan yang rendah.

Hubungan matematis antara shearing stress dan shearing rate untuk fluida power law adalah sebagai berikut :

SS = K x (SR)n . (3-7)

Dimana :

K : Flow behavior index

n : Consistency factor

Consistency factor dapat dicari dengan persamaan berikut :

0 600

n = 3.32 log .. (3-8)

0 300

Bila harga K bertambah besar berarti padatan dalam lumpur bertambah. Bihavior index dapat dicari dengan persamaan berikut :

0 300

K = .. (3-9)

511n

Dalam bentuk log, persamaan (3-8) menjadi :

Log SS = Log K + n log SR ... (3-10)

IV. PRESSURE LOSS

Pressure loss dalam hidrolika lumpur dihitung pressure loss pada peralatan-peralatan yang dilalui lumpur saat bersirkulasi. Pressure loss ini dikelompokkan menjadi :

pressure loss di permukaan, ( Psc; yang terdiri dari pressure loss di

flow line

stand pipe

rotary hose

kelly

pressure loss di dalam drill pipe, ( Pdp

pressure loss di dalam drill collar, ( Pdc

pressure loss di bit, ( Pb

pressure loss di dalam annulus drill collar, ( P andc

pressure loss di dalam annulus drill pipe, ( P andp

4.1. Pressure Loss di dalam Drillpipe

Pressure loss aliran di dalam drillpipe tergantung kepada :

jenis aliran

viskositas lumpur,(PV),cp

panjang drillpipe, Ldp, ft

kecepatan lumpur di dalam drillpipe,Vdp, fps

inside diameter drillpipe, IDdp, inch yield point Lumpur,(YP), lb/100 ft2 berat jenis lumpur, BJ, ppg

Bila aliran adalah laminar maka pressure loss di dalam drillpipe adalah sebagai berikut :

(PV) x Ldp x Vdp (YP) x Ldp

(P dp = + .. (4-1)

1500 IDdp2 225 IDdp

Bila aliran adalah turbulent maka pressure loss di dalam drillpipe adalah sebagai berikut :

f x Ldp x BJ x Vdp2

(P dp = ... (4-2)

25.8 IDdp

f adalah faktor gesekan, yang mana dapat dicari dengan menggunakan grafik pada gambar berikut.

Untuk mencari harga ini maka tentukan terlebih dahulu bilangan Reynold (NRe).

4.2. Pressure Loss di dalam Drillcollar

Pressure loss aliran di dalam drillcollar tergantung kepada :

jenis aliran

viskositas lumpur,(PV),cp

panjang drillcollar, Ldc,ft

Bila aliran adalah laminar maka pressure loss di dalam drill collar adalah sebagai berikut :

(PV) x Ldc x Vdc (YP) x Ldc

(P dc = + .. (4-3)

1500 (Iddc)2 225 IDdc

Dimana :

Ldc : Panjang drill collar yang dilalui, dalam ft

Vdc : Kecepatan aliran di dalam drill coolar, dalam ft/detik

(Pdc : Pressure loss di dalam collar pipe, psi

IDdc : Diameter dalam dari drill collar, dalam inch

Bila aliran di dalam drill collar turbulen maka pressure loss adalah sebagai berikut :

f x Ldc x BJ x Vdc2

(P dc = ... (4-4)

25.8 IDdc

4.3. Pressure Loss di Annulus Drill Pipe

Bila aliran adalah laminar maka pressure loss di dalam annulus drillpipe adalah sebagai berikut :

(PV) x L andp x Vandp (YP) x L andp

(P andp = + .. (4-5)

1000 (dh - ODdp)2 200 (dh - ODdp)

4.4. Pressure Loss di Annulus Drill Collar

Bila aliran adalah laminar maka pressure loss di dalam annulus drillpipe adalah sebagai berikut :

(PV) x L andc x V andc (YP) x L andc

(P andc = + .. (4-6)

1000 (dh - ODdc)2 200 (dh - ODdc)

4.5. Pressure Loss di Bit

Pressure loss di bit tergantung kepada :

kapasitas aliran

berat jenis Lumpur

ukuran nozzle

coefficien of discharge

Secara matematik pressure loss di bit dapat dinyatakan sebagai berikut :

Q2 x BJ

(P b = .. (4-7)

12032 Cd2 An2

Dimana :

Q : Kapasitas aliran, dalam satuan gpm

(Pb : Pressure loss di bit, dalam psi

An : Luas Nozzle, dalam inch kodrat

Cd : Coefficien of discharge, tanpa satuan

4.6. Pressure Loss Diperalatan Permukaan

Pressure loss pada peralatan permukaan tergantung kepada :

kombinasi peralatan permukaan

OD drill pipe yang digunakan

Pressure loss pada peralatan permukaan persamaan ditentukan dengan

L ekivalen x pressure loss di DP

Pressure loss = . (4-8)

Ldp

Table 1. : Panjang Ekivalent Peralatan Permukaan

Komponen

Peralatan

PermukaanKomb. No.1Komb. No.2Komb. No.3Komb. No.4

ID, inL, ftID, inL, ftID, inL, ftID, inL, ft

Standpipe 2403.540445445

Rot. Hose2452.555355355

Swivel, Cs242.552.5535

Kelly 2.25403.25403.2540440

Outside Diameter Panjang Ekivalen Peralatan permukaan terhadap Drillpipe, ft

3.5 in437161

761479

816340

579

4.25 in

4 in

DAFTAR PUSTAKA

1. Azar, J. J. : Drilling Fluid, The University of Tulsa, Oklahoma.

2. Adam, Neal, J. : Drilling Engineering, Complete Well Planing Approach, Penn Well Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, 1985.

3. Anon : A Guide to Oil Well Cement and Cementing Additives, Petroleum Equipment and Services, 1968.

4. Bakerline Service Product / Service Catalog, A Baker Toll Co., San Antonio, 1981.

5. Bambang I. : Teknik Pemboran II, PATRA, ITB, Bandung, 1970.

6. Brantly J. E. Rotary Drilling Handbook, Palmer Publ., New York, 1961.

7. Barid Division : Flow Characteristics And Gelstrength, NL Industries, Houston. Texas 77001.

8. Craft and Holden : Well Design Drilling and Production, New Jersey, 1962.

9. Halliburton Services : Sale and Services Catalog, Number 41, Halliburton Company, Duncan, 1983.

10. Hall, H.N., Thomson, Howard and Nuss, Frank Ability of Drilling Mud to Lift Bit Cutting, Trans-AIME, Vol.189, 1950.

DAFTAR ISI

Hal

I. PENDAHULUAN

1

II. RATE DAN KECEPATAN ALIRAN

2

2.1. Rate Aliran

2

2.2. Kecepatan Aliran

2

2.3. Hubungan Antara Rate Aliran Dengan Kecepatan Aliran

3

2.4. Kecepatan Aliran Dalam Pipa

3

2.5. Kecepatan Aliran Dalam Annulus Pipa

3

2.6. Persamaan Kontinuitas

4

III. JENIS ALIRAN DAN JENIS FLUIDA

6

3.1. Jenis Aliran

6

3.2. Jenis Fluida Pemboran

9

IV. PRESSURE LOSS

11

4.1. Pressure Loss Di Dalam Drill Pipe

11

4.2. Pressure Loss Di Dalam Drill Collar

12

4.3. Pressure Loss Di Dalam Annulus Drill Pipe

13

4.4. Pressure Loss Di Dalam Annulus Drill Collar

13

4.5. Pressure Loss Di Bit

13

4.6. Pressure Loss Di Peralatan Permukaan

14

DAFTAR PUSTAKA

PAGE 16

_1057509637.unknown

_1057509998.unknown