proposal tugas akhir hydraulic fracturing

Upload: raden-mohammad-yogie-wahyudien

Post on 14-Oct-2015

585 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

Jika copy filenya tolong masukin ke Daftar Pustakanya ya teman, Thanksbest regardsyogie mohammad

TRANSCRIPT

  • PROSES PEREKAHAN HIDROLIK BATUAN (HYDRAULIC FRACTURING)

    PADA SUMUR X LAPANGAN Y

    PT. BUKIT APIT BUMI PERSADA INDONESIA

    PROPOSAL TUGAS AKHIR

    OLEH

    RADEN MOHAMMAD YOGIE WAHYUDIEN

    NIM : 101101026

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

    AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

    INDRAMAYU

    2014

  • ii

    PROSES PEREKAHAN HIDROLIK BATUAN (HYDRAULIC FRACTURING)

    PADA SUMUR X LAPANGAN Y

    PT. BUKIT APIT BUMI PERSADA INDONESIA

    PROPOSAL TUGAS AKHIR

    OLEH

    RADEN MOHAMMAD YOGIE WAHYUDIEN

    NIM : 101101026

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

    AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

    INDRAMAYU

    2014

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    PROSES PEREKAHAN HIDROLIK BATUAN (HYDRAULIC FRACTURING)

    PADA SUMUR X LAPANGAN Y

    PT. BUKIT APIT BUMI PERSADA INDONESIA

    Oleh

    Raden Mohammad Yogie Wahyudien

    NIM : 101101026

    Disahkan,

    Indramayu, 27 Maret 2014

    Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

    Guntur Setiawan, S.T, M.T Winarto, S.T

  • iv

    RIWAYAT HIDUP

    PERSONAL

    Nama : Raden Mohammad Yogie Wahyudien

    Tempat/Tgl Lahir : Karawang, 21 Mei 1993

    Jenis kelamin : Laki-Laki

    Tinggi dan Berat Badan : 165 cm dan 62 kg

    Status : Belum Menikah

    Agama : Islam

    Alamat : 1. Dusun Babakan Hoe RT/RW 003/006 Desa

    Lemahmakmur Kec. Tempuran Kab. Karawang

    41385

    2. Jl. Jend. Sudirman no 23 Indramayu 45212

    E-mail : [email protected]

    Hobby : Bermain Musik, Futsal, Nonton Film

    Telepon : (0267) 7000169

    No Handphone : 085718828897

    LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

    PENDIDIKAN FORMAL

    SD Negeri Lemahmakmur 1 1999-2005

    SMP Negeri 2 Telagasari 2005-2008

    SMA Negeri 1 Telagasari 2008- 2011

    Diploma III Akademi Minyak dan Gas Balongan 2011-Sekarang

    Program Studi Teknik Perminyakan

  • v

    PENDIDIKAN NON FORMAL

    Pengurus OSIS Seksi Bidang Pendahuluan Bela Negara 2005 - 2008

    SMPN 2 TELAGASARI

    Pemain Terompet (Horn Line) Drum Band GITA 2006 - 2008

    PESONA TANJUNG SMPN 2 TELAGASARI

    Pengurus Gerakan Pramuka Penegak Gugus Depan 2009 - 2011

    SMAN 1 TELAGASARI Ambalan SI JALAK HARUPAT-

    RD DEWI SARTIKA Bagian Kegiatan Operasional

    (GIATOP)

    Pendekar Pencak Silat Persatuan Setia Hati Terate 2009 2011

    (PSHT) Sabuk Merah Muda Tingkatan kedua.

    Backing Vocal Ekskul Nasyid Al-Ikhwan SMAN 1 2009 2011

    TELAGASARI.

    Ketua Gerakan Pramuka Dewan Kerja Ranting 2011 Sekarang

    Telagasari Ambalan (Syekh Quro)

    Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan 2012 - Sekarang

    Teknik Perminyakan (IMHATEP) Akamigas Balongan

    Indramayu

    Pengurus Organisasi Seni dan Musik Akamigas 2012 - Sekarang

    Balongan Indramayu

    PENGALAMAN KERJA / PRAKTIKUM / PRAKTEK KERJA LAPANGAN /

    SEMINAR

    1. Praktikum Geologi Dasar I

    Tanggal : 10 Oktober 2011 sampai dengan 16 Oktober 2011

    Tempat : Gedung Serba Guna Akamigas Balongan Indramayu.

    2. Praktikum Kimia Dasar I

    Tanggal : 4 Desember 2011 sampai dengan 12 Desember 2011

    Tempat : Laboratorium Kimia Akamigas Balongan Indramayu

    3. Praktikum Fisika Dasar I

    Tanggal : 8 Januari 2012 sampai dengan 17 januari 2012

    Tempat : Laboratorium Fisika Akademi Balongan Indramayu

  • vi

    4. Praktikum Kimia Dasar II

    Tanggal : 8 April 2012 sampai dengan 17 April 2012

    Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Balongan Indramayu

    5. Tim Independent PEMILUKADA Jawa Barat 2013

    Tanggal : 24 Februari 2013

    Tempat : Telagasari Kabupaten Karawang

    6. Praktikum Analisa Fluida Reservoir

    Tanggal : 26 Mei s/d 4 Juni 2013

    Tempat : Laboratorium Analisa Fluida Reservoir

    7. Introducing Of PDSI Drilling Equipment

    Tanggal : 26 Mei 2012

    Tempat : Hotel Wiwi Perkasa Indramayu

    8. How To Make A Curriculum Vitae

    Tanggal : 26 Mei 2012

    Tempat : Hotel Wiwi Perkasa Indramayu

    9. Energy Sustainability For National Glory, OGIP 2012

    Tanggal : 16 Februari 2013

    Tempat : Sheraton Hotel ballroom Yogyakarta

    10. State And Condition Of Hydrocarbons Exploration In Eastern Indonesian

    Tanggal : 23 24 November 2012

    Tempat : Universitas Padjadjaran, Jatinangor

    11. Increasing Oil Production to Montain National Energy Growth, Petrogas Day

    2012

    Tanggal : 16 Maret 2012

    Tempat : Universitas Indonesia, Depok

    12. Coalbed Methane And Geothermal energy

    Tanggal : 30 November 2013

    Tempat : Gedung Serbaguna PGRI Indramayu

    13. Kerja Praktek Proses Pemboran dan Pengolahan Sumur Coalbed Methane

    (CBM) PT. Dart Energy

    Tanggal : 2 November s.d 1 Oktober 2013

    Tempat : Kantor PT. Dart Energy, Jakarta

  • vii

    Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar

    benarnya.

    Hormat Saya

    Rd Moch Yogie Wahyudien

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan

    segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

    tugas akhir ini dengan judul PROSES PEREKAHAN HIDROLIK BATUAN

    (HYDRAULIC FRACTURING) PADA SUMUR X LAPANGAN Y PT. BUKIT APIT

    BUMI PERSADA INDONESIA, Laporan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi

    syarat untuk menyelesaikan tugas akhir. Saya selaku penulis berterima kasih

    kepada :

    1. Ayah serta Ibuku yang telah memberikan dukungan dalam bentuk

    apapun, baik dukungan moral, rohani & materi

    2. Bapak Drs. H. Nahdudin Islamy selaku Direktur Akamigas Balongan,

    Indramayu

    3. Bapak Guntur Setiawan, S.T, M.T selaku dosen pembimbing pada

    tugas akhir

    4. Bapak Winarto S.T selaku dosen pembimbing pada tugas akhir

    5. Teman-teman satu almamater Teknik Perminyakan Akamigas

    Balongan, Indramayu yang telah membantu & memberi dukungan

  • ix

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat

    kekurangan baik dilihat dari segi menyajikan data maupun penulisannya. Kritik

    dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penulisan

    selanjutnya yang lebih baik.

    Indramayu, Maret 2014

    Penulis

    Rd. Moch Yogie W

    101101026

  • x

    DAFTAR ISI

    Cover .......................................................................................................... ii

    Lembar Pengesahan .................................................................................. iii

    Riwayat Hidup ............................................................................................ iv

    Kata Pengantar .......................................................................................... ix

    Daftar Isi ..................................................................................................... x

    Daftar Gambar ............................................................................................ xii

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    1.1 Pendahuluan ................................................................................ 1

    1.2 Tema Tugas Akhir ........................................................................ 2

    1.3 Tujuan Tugas Akhir ....................................................................... 3

    1.3.1 Tujuan Yang Bersifat Umum .......................................... 3

    1.3.2 Tujuan Yang Bersifat Khusus ........................................ 3

    1.4 Manfaat Tugas Akhir .................................................................... 4

    1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ............................................... 4

    1.4.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan ................................ 4

    1.4.3 Manfaat Bagi Perusahaan .............................................. 4

    1.5 Batasan Masalah .......................................................................... 5

    BAB II DASAR TEORI ................................................................................ 6

    2.1 Prinsip Dasar ............................................................................... 6

  • xi

    2.2 Mekanisme Perekahan Batuan ................................................... 8

    2.2.1 Penentuan Harga PF, Pf, Ppf, Ph ..................................... 12

    2.3 Fluida Perekah ............................................................................ 13

    2.3.1 Pemilihan Fluida Perekah .............................................. 14

    2.3.2 Jenis Fluida Perekah ...................................................... 14

    2.3.3 Pengontrolan Sifat Sifat Fisik Fluida Perekah ............ 18

    2.4 Propping Agent (Proppant) ........................................................ 21

    2.4.1 Fungsi Propping Agent .................................................. 21

    2.4.2 Pengendapan Propping Agent ...................................... 22

    2.4.3 Propping Agent Spacer .................................................. 26

    2.4.4 Pemilihan Jenis, Ukuran & Konsentrasi Propping

    Agent ............................................................................... 27

    2.5 Pemilihan Sumur Untuk Distimulasi Hydraulic Fracturing ...... 30

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 33

    3.1 Metode Observasi ....................................................................... 33

    3.2 Metode Wawancara ..................................................................... 33

    3.3 Metode Studi Kepustakaan ........................................................ 33

    WAKTU PELAKSANAAN

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Grafik Fungsi Rekah Batuan ................................................. 10

    Gambar 2.2 Jenis Arah Rekahan Batuan ................................................. 11

    Gambar 2.3 Arah Rekahan Batuan Terhadap Gaya Yang Diderita ......... 11

    Gambar 2.4 Grafik Korelasi Proppant Vs Kapasitas Alir ......................... 24

    Gambar 2.5 Partial MonoLayer System .................................................... 25

    Gambar 2.6 Multilayer System .................................................................. 25

    Gambar 2.7 Grafik Penentuan Ukuran Sand Proppant ............................ 28

    Gambar 2.8 Grafik Jenis Sand Proppant .................................................. 29

    Gambar 2.9 Grafik Ketahanan Sand Proppant ......................................... 30

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam suatu sumur produksi, lazimnya sangat banyak ditemukan

    permasalahan yang dapat menghambat proses pengangkatan fluida dari

    dalam sumur ke permukaan (proses produksi minyak) yang di karenakan

    masalah teknis (alat) maupun non teknis (reservoir). Dalam hal ini,

    diperlukan suatu pengerjaan stimulasi atau perangsangan pada sumur

    tersebut agar tetap dapat memproduksikan fluida terus menerus.

    Adapun tujuan dari stimulasi ini ialah tidak lain untuk meningkatkan

    produktivitas sumur itu sendiri. Ada beberapa jenis stimulasi yang dapat

    dilakukan, namun pada kali ini jenis stimulasi yang dipilih ialah dengan cara

    peretakan batuan secara hidrolik (hydraulic fracturing) dengan tujuan untuk

    memperbesar permeabilitas batuan, sehingga diharapkan fluida dari

    reservoir dapat masuk ke dalam lubang bor dengan akumulasi yang relatif

    stabil seperti sebelum dilakukan proses stimualsi.

    Adapun faktor-faktor yang mendasari pemilihan stimulasi jenis

    perekahan hidrolik batuan (hydraulic fracturing) adalah :

    Cadangan reservoir tersebut masih relatif ekonomis

    Kondisi permeabilitas batuannya relatif rendah

    Tekanan yang terakumulasi di dalam lapisan formasi masih relatif

    besar

  • 2

    Faktor-faktor tersebut merupakan faktor utama dipilihnya perekahan

    hidrolik batuan untuk merangsang produktivitas sumur produksi. Adapun

    keadaan sumur tersebut setelah dilakukan stimulasi jenis perekahan hidrolik

    (hydraulic fracturing) batuan ini ialah :

    Meningkatkan permeabilitas sumur (fluida relatif mudah untuk

    mengalir ke dalam lubang sumur).

    Memperbaiki zona damage akibat proses produksi sebelumnya.

    Mengurangi fines atau produksi pasir yang dapat merusak

    peralatan produksi.

    Proses pengerjaan perekahan hidrolik batuan ini di harapkan untuk

    dapat mendongkrak produktivitas sumur itu kembali. Sehingga sumur

    tersebut masih dapat diproduksikan dan tidak meninggalkannya.

    1.2 Tema Tugas Akhir

    Tema laporan tugas akhir ini adalah mengenai proses perekahan

    batuan hidrolik untuk meningkatkan tingkat produksi suatu sumur dengan

    cara memperbesar permeabilitas batuannya . Adapun judul spesifik yang

    diambil ialah PROSES PEREKAHAN HIDROLIK BATUAN (HYDRAULIC

    FRACTURING) PADA SUMUR X LAPANGAN Y PT. BUKIT APIT BUMI

    PERSADA INDONESIA

    1.3 Tujuan Tugas Akhir

    Adapun tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan

    pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

  • 3

    1.3.1 Tujuan Yang Bersifat Umum

    Diketahuinya gambaran mengenai pelaksanaan pekerjaan di

    perusahaan atau di industri tempat tugas akhir berlangsung.

    Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menjalani

    perkuliahan.

    Untuk meningkatkan keahlian dan daya kreativitas mahasiswa.

    Melatih kemampuan dan kepekaan mahasiswa untuk mencari

    solusi masalah yang dihadapi didalam dunia industri atau dunia

    kerja.

    1.3.2 Tujuan Yang Bersifat Khusus

    Menambah wawasan tentang proses stimulasi pada sumur.

    Menambah pengetahuan tentang proses perekahan hidrolik batuan

    (hydraulic fracturing) dan membandingkan secara teoritis dengan

    faktanya di lapangan.

    Mengetahui peralatan serta fungsinya yang digunakan pada proses

    perekahan hidrolik batuan (hydraulic fracturing) secara langsung.

    1.4 Manfaat Tugas Akhir

    1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

    Dapat mengetahui berbagai permasalahan di lapangan.

    Mendapat pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif

    dalam bidang yang diminati.

    Bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah

  • 4

    1.4.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan

    Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi tempat tugas

    akhir dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan

    antara substansi akademik dengan kegiatan manajemen maupun

    operasional institusi tempat tugas akhir.

    Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan

    melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan tugas

    akhir

    Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di

    lapangan.

    1.4.3 Manfaat Bagi Perusahaan

    Dapat memanfatkan tenaga mahasiswa untuk membantu kegiatan

    operasional.

    Dapat memanfaatkan tenaga pembimbing akademik untuk

    memberikan masukan yang relevan dengan kegiatan manajemen

    maupun operasional tempat tugas akhir.

    Dapat mengembangkan kemitraan dengan Akamigas Balongan

    dan institusi lain yang terlibat dalam kegiatan tugas akhir, baik

    untuk kegiatan penelitian maupun pengembangan.

    1.5 Batasan Masalah

    Dengan mengingat dan mempertimbangkan keterbatasan penyusun,

    maka penyusun membatasi permasalahan yang dibahas pada proses

    perekahan hidrolik batuan (hydraulic fracturing). Adapun meliputi tentang :

  • 5

    Proses pengambilan data yang bersangkutan saat proses

    perekahan hidrolik (hydraulic fracturing).

    Dapat mengetahui Standard Operation Procedure (SOP) dari

    proses perekahan hidrolik batuan (hydraulic fracturing) secara

    langsung dengan cara pengamatan.

  • 6

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1 Prinsip Dasar

    Hydraulic fracturing ialah cabang dari proses stimulasi sumur dengan

    tujuan memperbesar pemeabilitas batuan dan mulai populer sekitar tahun

    1948 dan sejak tahun 1980 keatas mulai meningkat kembali karena

    penggunaan pada formasi yang permeabilitas yang besar. Pada saat ini

    hydraulic fracturing bukan saja digunakan untuk meningkatkan produksi

    dengan menembus zona damage dan meningkatkan permeabilitas namun

    juga digunakan untuk menahan fines atau produksi pasir pada formasi yang

    berpermeabilitas besar.

    Hydarulic fracturing didefinisikan sebagai suatu cara untuk

    meningkatkan produktivitas lapisan penghasil hidrokarbon dengan cara

    perekahan lapisan tersebut secara hidrolik. Untuk melakukan perekahan

    digunakan cairan perekah yang dipompakan ke permukaan reservoir hingga

    melampaui batas kekuatan batuan maksimum dengan pemompaan fluida

    dengan tekanan yang sangat tinggi. Setelah terjadi rekahan, pemompaan

    cairan hidrolik masih dilanjutkan agar rekahan yang terjadi bertambah lebar

    dan memanjang jauh kedalam batuan.

    Untuk menghindari tertutupnya kembali rekahan tersebut, sebagai

    tahap terakhir pada cairan perekah yang di injeksikan ditambahkan material

    pengganjal atau biasa disebut proppant (propping agent). Propping agent ini

    akan terbawa masuk kedalam rekahan dan akan mengisi seluruh bagian

  • 7

    rekahan. Bila semua proppant telah dipompakan kedalam sumur, maka

    pemompaan dihentikan. Meskipun pemompaan dihentikan, proppant akan

    tetap berada pada rekahan. Dengan demikian didalam rekahan batuan terisi

    proppant yang permeabilitasnya lebih baik dari permeabilitas batuan formasi.

    Sebagai pemilihan sumur untuk di lakukan hydraulic fracturing ialah sumur

    dengan karakteristik Damage Ratio yang kecil.

    Damage Ratio adalah perbandingan antara permeabilitas nyata

    terhadap permeabilitas semula. Permeabilitas absolut asli diperoleh dari data

    re, sedangkan permeabilitas nyata diperoleh dari dari uji tekanan dalam

    bentuk permeabilitas efektif.

    Rekahan yang dihasilkan dapat menembus zona yang rusak

    (damage zone) dan mungkin pula dapat menghubungkan daerah yang

    porous permeabel dengan lubang sumur yang semula terhalang oleh suatu

    penghalang (barrier). Karena permeabilitas rekahan lebih besar daripada

    permeabilitas formasi, maka aliran fluida dari reservoir menuju lubang sumur

    akan lebih lancar. Perbaikan permeabilitas ini juga akan memperbesar

    daerah penyerapan sumur (drainage area).

    Hasil stimulasi dengan cara hydraulic fracturing tergantung dari

    karakteristik batuan, cara penyelesaian sumur dan keberhasilan dari proses

    hydraulic fracturing itu sendiri. Adapun keberhasilan operasi hydraulic

    fracturing itu sendiri sangat bergantung pada penentuan parameter perekah,

    yaitu : tekanan hidrolik yang diberikan, pemilihan jenis fluida perekah dan

    pemilihan jenis maupun ukuran proppant sebagai material pengganjalnya.

  • 8

    2.2 Mekanisme Perekahan Batuan

    Untuk dapat merekahan batuan reservoir, batuan tersebut harus

    diberi tekanan hidrolik sampai melebihi kekuatan dan gaya - gaya yang

    mempertahankan keutuhan dari batuan itu. Ada dua gaya utama yang

    mempertahankan keutuhan batuan untuk tidak rekah, yaitu gaya vertikal dan

    horizontal.

    Apabila gaya horizontal yang mempertahankan keutuhan batuan

    lebih kecil dari gaya vertikalnya, maka batuan tersebut akan dapat direkahan

    dengan arah vertikal. Besar tekanan hidrolik untuk memecahkan batuan

    pada umumnya berkisar antara 600 psi 1000 psi untuk setiap 1000 ft

    kedalaman. Besar tekanan rekah batuan formasi tergantung dari :

    1. Kekuatan batuan pembentuk formasi. Semakin besar tensil strength dan

    compressional strength batuan, semakin besar pula tekanan rekah yang

    dibutuhkan.

    2. Tekanan overborden. Semakin dalam lapisan, maka semakin besar pula

    tekanan formasi dan semakin besar pula tekanan rekah yang

    dibutuhkan.

    3. Permeabilitas batuan formasi. Penetrasi fluida perekah ke dalam formasi

    semakin efektif bila permeabilitas batuan semakin besar. Hal ini akan

    mempermudah proses batuan tersebut.

  • 9

    4. Keseragaman lapisan. Lapisan lapisan yang terbentuk dari batuan

    yang mempunyai sifat sifat fisik yang seragam akan semakin mudah

    untuk direkahkan.

    5. Diameter lubang sumur. Sumur dengan diameter besar akan

    memperbesar proses perekahan batuan. Hal ini karena lapisan batuan

    sudah mengalami damage yang cukup besar.

    Untuk merekahan batuan reservoir, disamping harus melawan gaya -

    gaya yang mempertahankan keutuhan batuan juga harus melawan tekanan

    formasi, sehingga tekanan minimal yang diperlukan untuk meratakan batuan

    reservoir adalah sbb :

    Untuk rekahan horizontal :

    PF = Go . D + Pr ........................................................................ (2.1)

    Untuk rekahan vertikal :

    PF =

    (Go .D) + St + Pr .......................................................... (2.2)

    Dimana :

    PF = Tekanan perekahan (Psi)

    Go = Gradient tekanan overborden (Psi/ft)

    D = Kedalaman lapisan (ft)

    Pr = Tekanan reservoir statik (Psi)

  • 10

    V = Poissons ratio (tanpa dimensi)

    St = Tensile strength batuan (Psi)

    Besarnya tekanan di permukaan yang diperlukan untuk perekahan

    formasi adalah tekanan rekah batuan ditambah dengan tekanan hilang

    karena gesekan pipa dan tekanan hidrostatik fluida itu sendiri. Secara

    matematis, hubungan tersebut dapat dituliskan dalam persamaan sbb :

    Pwh = PF + Pf + Ppf - Ph ............................................................ (2.3)

    Dimana :

    Pwh = Tekanan injeksi di kepala sumur (Psi)

    PF = Tekanan perekahan (Psi)

    Pf = Kehilangan tekanan karena gesekan antara fluida perekah dengan

    lubang perforasi (Psi)

    Ppf = Kehilangan tekanan karena gesekan antara fluida perekah dengan

    lubang perforasi (Psi)

    Ph = Tekanan hidrostatik fluida perekah(Psi)

  • 11

    Bentuk kurva tekanan di permukaan selama dilakukan perekahan

    hidrolik adalah seperti pada gambar berikut ini

    Gambar 2.1 Grafik Fungsi Rekah Batuan

    Rekahan batuan yang terjadi sebagai akibat penekanan secara

    hidrolik dapat berarah horizontal maupun vertikal seperti pada gambar 2.2

    berikut ini dan bergantung dari arah gaya dominan yang mempertahankan

    ketahanan batuan.

    Gambar 2.2 Jenis Arah Rekahan Batuan

  • 12

    Pada umumnya ketahanan terhadap gaya vertikal lebih kecil daripada

    gaya horizontal sehingga rekahan yang terjadi umumnya berarah vertikal.

    Gambar 2.3 Arah Rekahan Batuan Terhadap Gaya Yang Diderita

    2.2.1 Penentuan Harga PF , Pf , Ppf , Ph

    Selain dapat diperkirakan oleh rumus empiris (persamaan

    (2.1) dan (2.2)), harga tekanan rekah suatu batuan formasi (Pf) dapat

    juga diperkirakan dengan grafik gradien tekanan tekanan rekah

    batuan sebagai fungsi kedalaman pada lapangan tersebut.

    Penentuan harga Pf = Pf x D ................................................ (2.4)

    Dimana :

    Pf = Kehilangan tekanan karena gesekan fluida perekah dengan

    dinding pipa (Psi)

  • 13

    Pf = Gradien kehilangan tekanan karena adanya gesekan

    (Psi/1000 ft)

    D = Panjang pipa alir (ft)

    Harga Pf dapat ditentukan dengan bantuan chart hubungan

    antara gradien kehilangan tekanan karena gesekan terhadap

    kapasitas alir. Data yang diperlukan untuk pembacaan gradien

    kehilangan tekanan karena gesekan adalah diameter pipa, kapasitas

    alir, jenis fluida perekah maupun viskositasnya.

    Penentuan harga Ppf =

    ................... (2.5)

    Dimana :

    Ppf = Kehilangan tekanan karena gesekan cairan perekah dengan

    perforasi (Psi)

    Qpf = Kapasitas alir per lubang perforasi (bbl/m)

    N = Diameter lubang perforasi (inch)

    = Massa jenis fluida perekah (ppg)

    = Coefficient of discharge factor (0,82)

  • 14

    Pada umumnya, harga Ppf ini relatif kecil, sehingga terkadang

    dapat diabaikan perhitungannya. Adapun perhitungan untuk tekanan

    hidrostatik ialah sbb :

    Penentuan harga Ph = 0,052 x x h ......................................... (2.6)

    Dimana :

    Ph = Tekanan hidrostatik kolom fluida perekah (Psi)

    h = Ketinggian kolom fluida (ft)

    = Massa jenis fluida perekah (ppg)

    2.3 Fluida Perekah

    Fluida perekah pada umumnya ialah suatu cairan yang digunakan

    untuk menghantarkan daya pompa ke batuan formasi, dan juga befungsi

    sebagai pembawa material pengganjal (proppant) ke dalam hasil rekahan.

    2.3.1 Pemilihan Jenis Fluida Perekah

    Pemilihan fluida perekah yang tepat untuk pengerjaan ini

    adalah syarat mutlak. Fluida yang digunakan harus memenuhi

    syaratsyarat sebagai berikut :

    1. Stabil pada temperatur formasi

    2. Tidak menyebabkan kerusakan terhadap formasi

    3. Tingkat kehilangan cairan (Filtrationloss) kecil

  • 15

    4. Kehilangan tekanan karena gesekan dengan pipa

    (casing,tubing) rendah

    5. Mempunyai kemampuan yang efektif untuk membawa proppant

    (material pengganjal) ke dalam batuan

    6. Dapat dikeluarkan dengan mudah setelah operasi perekahan

    selesai

    7. Tidak membentuk emulsi yang stabil dengan fluida sumur

    8. Mudah didapat, ekonomis dan relatif mudah dipompakan

    2.3.2 Jenis Fluida Perekah

    Fluida Perekah Berbahan Dasar Air

    Dapat digunakan pada reservoir minyak maupun gas dengan

    kapasitas pemompaan tinggi. Adapun keuntungan fluida berbahan

    dasar air yaitu :

    a. Tidak ada bahaya kebakaran yang ditimbulkan

    b. Murah dan mudah didapat

    c. Mempunyai friction loss rendah

    d. Mudah dan sangat efektif untuk di treat dengan friction loss

    additive

    e. Mempunyai viskositas rendah, sehingga mudah untuk dipompakan

    (hal ini sangat menguntungkan terutama pada kapasitas injeksi

    yang tinggi dan kondisi aliran turbulen)

    f. Mempuntai spesific gravity (Sg) tinggi, sehingga relatif terhadap

    minyak. Dengan demikian tekanan hidrostatiknya besar dan

    mengurangi tekanan pompa yang diperlukan untuk perekahan

  • 16

    g. Mempunyai daya pengangkutan yang baik terhadap proppant ke

    dalam rekahan

    Adapun kerugiannya ialah sbb :

    a. Kurang efektif tehadap formasi bertekanan rendah

    b. Kurang efektif untuk batuan formasi yang bersifat dibasahi

    minyak (water wet formation)

    Fluida Perekah Berbahan Dasar Minyak

    Fluida perekah jenis ini tidak dapat digunakan untuk reservoir

    gas, karena sangat berpotensi terjadi kebakaran. Ada beberapa jenis

    fluida perekah berbahan dasar minyak yaitu :

    a. Napalm Gel : bahan dasar yang digunakan ialah kerosen atau

    minyak diesel atau crude oil, yang dipadatkan dengan

    penambahan napalm (allumunium fatty acid salt). Gel ini

    mempunyai viskositas tinggi dan mampu membawa proppant

    dan fluid loss-nya rendah

    b. Viscous Refined Oil : mudah didapatkan (dari refinery) dan dapat

    dihasilkan kembali sebagai hasil produksi. Viskositasnya akan

    berkurang apabila bercampur dengan fluida formasi, sehingga

    mudah dikeluarkan kembali setelah operasi perekahan selesai.

    c. Crude Oil : minyak mentah yang pekat dan kental dapat

    digunakan sebagai fluida perekah setelah ditambah fluid loss

    agent. Additive yang digunakan biasanya ialah Adormite Mark II

    (sulfonated Alkylbenzene)

  • 17

    d. Gelled Oil : fluida perekah ini merupakan hasil campuran minyak

    air dengan sedikit fatty acid soap dan caustik sehingga dapat

    berbentuk gel.

    Adapun jenisnya yang paling sering digunakan ialah gelled oil,

    karena selain mudah didapat, koefisien geseknya terhadap dinding

    pipa realtif kecil. Namun jenis fluida ini tidak dapat digunakan untuk

    temperatur tinggi dan sistem gel-nya sangat dipengaruhi oleh kadar

    air serta sifat dasar alamiah dari minyaknya.

    Fluida Perekah Berbahan Dasar Emulsi

    Biasanya jenis fluida ini digunakan hanya untuk lapisan

    karbonat. Emulsi asam HCl digunakan sebagai fluida perekahpada

    formasi bertekanan tinggi (diatas 2500F). Untuk temperatur di bawah

    2500F,digunakan asam HCl dengan konsentrasi tinggi ( 28%).

    Konsentrasi HCl yang diperlukan, bergantung pada jenis batuan

    karbonat yang akan direkahkan.

    Untuk bisa memilih jenis fluida perekah yang tepat,harus

    dilakukan uji coba laboratorium dengan cara memompakan berbagai

    jenis fluida yang mungkin. Dalam pemilihan jenis cairan perekah, hal-

    hal yang harus dipertimbangkan adalah sbb :

    1. Sifat sifat alamiah dari batuan yang akan direkahkan, contohnya

    ialah :

    a. Sifat kimiawi batuan : batuan pasir dan batuan karbonat

    b. Sifat fisik batuan : tekanan rekah batuan, sifat fisik kebasahan,

    temperatur, tekanan overborden, dll

  • 18

    2. Jenis fluida yang terkandung dalam batuan. Jenis kandungan

    fluida dalam batuan cenderung mempengaruhi sifat fluida perekah

    3. Ekonomis, efektif dan aman.

    Temperatur dan tekanan formasi harus ddijadikan sebagai

    bahan pertimbangan dalam menentukan jenis proppant, jenis fluida

    perekah, konsentrasi bahan kimia (additive) pengontrol sifat fisik

    fluida perekah. Untuk jenis fluida perekah berbahan dasar minyak,

    konsentrasi fluid loss serta fluid friction additive yang diperlukan akan

    semakin banyak dengan makin bertambahnya temperatur.

    Sedangkan untuk fluida perekah berbahan dasar asam, pada

    temperatur tinggi perlu ditambahkan thickening additive karena

    kontur acid gel akan pecah pada temperatur yang tinggi.

    Hal yang sama juga akan terjadi pada fluida perekah dengan

    bahan dasar air, tetapi pengaruh temperatur tersebut tidak sebesar

    pada bahan dasar asam atau minyak. Viskositas dan spesific gravity

    (Sg) fluida perekah akan bertambah dengan bertambahnya tekanan.

    Keadaan ini harus diperhitungkan pada waktu penentuan viskositas

    dan spesific gravity (Sg) fluida perekah di permukaan. Bila tekanan

    formasi rendah, yang perlu diperhatikan ialah, fluida perekah harus

    mudah dikeluarkan kembali setelah operasi selesai dilakukan.

    Apabila formasi mengandung minyak berat (aspal dan

    parafin), jangan digunakan fluida perekah berbahan dasar minyak

    yang mempunyai 0API yang tinggi, karena dapat menyebabkan

    pengendapan aspal dan parafin. Oleh karena itu fluida perekah

    berbahan dasar air sangat lazim dan bagus digunakan untuk

  • 19

    berbagai jenis minyak, karena mempunyai sifat fluid disperse yang

    tinggi.

    Untuk batuan formasi yang bersifat dibasahi minyak (oil wet

    formation), sebaiknya digunakan minyak sebagai fluida perekah

    karena untuk mencegah terjadinya penurunan permeabilitas realatif

    minyak serta kemungkinan terjadinya water blocking. Hal lain yang

    harus diperhatikan adalah efek pencampuran antara fluida perekah

    dengan fluida formasi. Apakah tidak akan terjadi emulsi stabil atau

    pengendapan bahan kimia (scale). Untuk itu diperlukan penelitian di

    laboratorium terlebih dahulu.

    2.3.3 Pengontrolan Sifat Sifat Fisik Fluida Perekah

    Dalam penggunaan fluida perekah, ada 3 hal utama yang

    harus dikontrol, yaitu :

    1. Kehilangan cairan pada formasi (fluid loss)

    2. Kekentalan (viscositas)

    3. Kehilangan tekanan akibat gesekan dengan dindind pipa (friction

    loss)

    Fluid loss yang kecil akan menghasilkan efisiensi yang baik

    untuk penekanan terhadap formasi, sehingga dapat dicapai luas

    daerah perekahan yang besar karena fluida yang masuk ke formasi

    sedikit. Untuk mengontrol kehilangan fluida dapat dilakukan dengan

    menambahkan bahan pengontrol kehilangan fluida (fluid loss control

    additive), dengan konsentrasi yang sesuai dengan sifat sifat batuan

    formasi, temperatur dan tekanan dasar sumur. Adapun sifat dari

    additive ini ialah :

  • 20

    1. Sangat efektif pada konsentrasi rendah

    2. Tidak reaktif padakonsentrasi rendah

    3. Dapat dialirkan melalui pipa saluran mudah dikeluarkan dari

    formasi

    Pada umumnya fluid loss control additive yang biasa

    digunakan adalah :

    1. Silica Flour

    2. Silica Flour dan Polymer

    3. Oil Solube Resin

    4. Oil Solube Resin dan Natural Polymer

    5. Emulsions

    6. Insoluble Gases

    Daya penetrasifluida rekah dipengaruhi oleh viskositas fluida

    rekah dan densitasnya, selain itu, viskositas juga mempengaruhi

    kapasitas pembawaan proppant ke dalam rekahan. Adapun

    viskositas dari fluida perekah harus diperbesar karena :

    1. Untuk menambah daya rekahan

    2. Memperkecil fluid loss

    3. Menambah kapasitas pembawaan proppant ke dalam rekahan

    Cairan dengan viskositas tinggi mempunyai kemampuan

    penetrasi yang baik, sehingga dapat menghasilkan lebar rekahan

    yang besar. Kapasitas pembawaan proppant juga semakin baik bila

    viskositas fluida perekah tinggi, sehingga dapat menghasilkan

    pendorong proppant ke dalam rekahan yang baik.

  • 21

    Viskositas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kehilangan

    tekanan yang besar dan memperberat kerja pompa. Apabila terlalu

    rendah dan mengakibatkan terjadinya akumulasi proppant didalam

    lubang bor. Untuk itu, harus ditentukan viskositas yang paling efektif

    untuk perekahan. Untuk mengontrol viskositas fluida perekah dapat

    dilakukan dengan menambah Gelling Agent. Beberapa Gelling

    Agent yang biasa digunakan untuk fluida perekah bahan dasar air

    ialah :

    1. Guar Gum

    2. Hydroxyethyl Cellulose

    3. Polyacrylamide

    Untuk mengefektifkan daya pompa atau mengurangi daya

    pompa yang diperlukan untuk perekahan, besar gesekan yang terjadi

    antara fluida perekah harus sekecil mungkin. Untuk itu dapat

    dilakukan dengan menambahkan material friction reducing. Berikut ini

    ialah jenis friction reducing yang sering digunakan :

    1. Untuk fluida berbahan dasar minyak : Fatty Acid Soap Oil Gel

    dan Linier High Molecular Weight Hydrocarbon Polymer

    2. Untuk fluida berbahan dasar air : Guar Gum, Essentially

    Polyacrylamide, Partially Hydrolized Polyacrylamide, dan

    Cellulose

    Apabila fluida perekah yang digunakan adalah jenis fluida

    perekah berbahan dasar air, maka additive yang perlu ditambahkan

    lagi ialah :

  • 22

    1. Bactericide : berperan untuk melindungi polimer dari perusakan

    bakteri formasi. Hanya perlu ditambahkan ke dalam fluida

    perekah jika ditambahkan polimer

    2. Surfactant : berperan untuk merekahan tegangan permukaan

    dan tekanan kapiler di dalam ruang ruang berpori. Pada fluida

    perekah berbahan dasar air ditambahkan additive ini

    3. Scale Removal Additive : berperan sebagai pencegah tejadinya

    scale (pengendaan calcium carboate dan calcium sulfate) pada

    tubing maupun peralatan lain.

    2.4 Propping agent (Proppant)

    Propping agent (Proppant) ialah suatu material pengganjal celah hasil

    perekahan yang dihantarkan ke dalam rekahan oleh fluida perekah. Fungsi

    utama dari proppant ini ialah mengisi celah celah setelah proses

    perekahan dilakukan agar celah tersebut tidak kembali pada bentuk semula.

    2.4.1 Fungsi Propping agent

    Salah satu yang dianggap paling penting dalam berhasil

    tidaknya pekerjaan perekahan hidrolik ialah pemilihan jenis dan

    ukuran proppant yang harus digunakan. Berdasarkan fungsi

    utamanya, proppant harus memiliki sifat sbb :

    1. Berbentuk bulat dan simetris

    2. Mempunyai specific gravity antara 0,8 s/d 3.0

    3. Berdiameter cukup besar

    4. Mempunyai compressive strength tinggi

    5. Memiliki ukuran butiran yang seragam

  • 23

    6. Inert atau mudah bercampur terhadap semua jenis fluida formasi

    dan treating chemicals

    7. Mudah didapat dan relatif murah

    Jenis proppant yang biasa dipakai dalam operasi hydraulic

    fracturing antara lain sbb :

    1. Pasir Kwarsa, Sg : 2,7

    2. Wall Nutshells, Sg : 1,4

    3. Glass Beads, Sg : 2,7

    4. Allumunium Pallet,Sg : 2,7

    5. Most Plastics, Sg : 1,1

    2.4.2 Pengendapan Propping agent

    Berhasil tidaknya pelaksanaan proses hydraulic fracturing,

    banyak ditentukan oleh kapasitas aliran dari proppant dan

    kemampuan distribusinya dalam rekahan. Pada mulanya kita

    menganggap bahwa proppant terdistribusi merata di dalam fluida

    perekah kemudian mengisi seluruh hasil rekahan. Anggapan ini tidak

    realistis karena fluida perekah ialah fluida yang berviskositas tinggi,

    sehingga menyulitkan proppant untuk tercampur secara merata.

    Hal ini akan mempersulit penempatan proppant ke dalam

    semua celah rekahan, sehingga tidak semua celah hasil rekahan

    akan akan terisi proppant. Celah rekahan yang tidak terisi proppant

    akan tertutup kembali. Masalah tersebut dapat juga terjadi karena

    tidak cukupnya jumlah proppant yang berfungsi di dalam celah

    rekahan serta sulitnya menempatkan proppant pada semua posisi.

  • 24

    Kejadian ini pada umumnya disebut sand out dan diakibatkan

    beberapa hal yaitu :

    1. Viskositas fluida perekah terlalu rendah

    2. Konsentrasi Proppant dalam fluida perekah terlalu tinggi

    3. Pengendapan proppant terlalu cepat

    Ketiga faktor tersebut akan mengurangi kemampuan

    pembawaan proppant dan fluida perekah untuk masuk ke dalam

    celah rekahan, sehingga proppant akan terakumulasi pada dasar

    sumur maupun tubing. Konsentrasi proppant yang terlalu tinggi akan

    mengakibatkan tersumbatnya celah rekahan oleh pada daerah yang

    dekat dengan lubang sumur, sehingga daerah daerah yang jauh

    dari lubang sumur tidak terisi oleh proppant.

    Untuk menempatkan proppant pada lokasi yang cukup jauh

    dari lubang sumur, kadang kadang perlu dilakukan operasi

    perekahan ulang dengan arah vertikal. Pengaruh besar butir proppant

    (mesh) dengan kapasitas alir (md - ft) dapat dilihat pada gambar 2.4.

    Dalam beberapa hal, dapat disimpulkan dari gambar tersbut bahwa

    semakin besar partikel proppant (8 12 sand) akan semakin besar

    kapasitas alirnya dengan konsentrasi pasir dan clossure stress yang

    sama.

  • 25

    Gambar 2.4 Grafik Korelasi Proppant Vs Kapasitas Alir

    Sedangkan untuk clossure stress diatas 4.500 Psi dan

    konsentrasi pasir diatas 1.000 lbs /1.000 Sq ft, pasir dengan ukuran

    20 40 mesh mempunyai kapasitas alir lebih besar dari pasir ukuran

    yang lebih kecil (8 12 mesh). Kecepatan pengendapan proppant

    dipengaruhi oleh diameter proppant dan viskositas cairan. Semakin

    besar diameternya, kecepatan pengendapanya semakin besar

    namun apabila semakin besar viskositas fluida maka akan semakin

    kecil kecepatan alirannya.

    Pengendapan proppant di dalam celah reatakan dapat terjadi

    dalam pola :

  • 26

    a. Partial Monolayer System (sand proppant terakumulasi sejajar

    pada 1 lapisan dan terdapat celah atau jarak)

    Gambar 2.5 Partial Mono Layer System

    b. Multilayer System (sand proppant terakumulasi bertumpuk dan

    rapat)

    Gambar 2.6 Multilayer System

    Penempatan proppant di dalam celah rekahan mempunyai

    kecendrungan untuk mengendap pada dasar celah rekahan. Bagian

    dasar celah rekahan menjadi dipadati beberapa lapis proppant,

  • 27

    sedangkan bagian atasnya terdiri dari beberapa atau tanpa proppant.

    Jumlah lapisan partikel proppant bergantung pada ukuran, bentuk,

    konsentrasi partikel dalam fluida, lebar celah rekahan dan kapasitas

    penginjeksian.

    Embedment dari proppant (penumpukan) pada celah

    rekahan terjadi karena adanya kecenderungan rekahan untuk

    menutup kembali akibat adanya rekahan overborden. Konsentrasi

    optimal proppant monolayer adalah 0,2 s/d 0,5. Hal bergantung pula

    dari jenis dan ukuran proppant yang digunakan, formasinya, dan

    kedalaman sumur.

    2.4.3 Propping agent Spacer

    Agar diperolehnya distribusi proppant optimal, proppant

    sendiri harus dicampur dengan bahan lain yang mempunyai

    kesamaan dalam hal ukuran, bentuk, densitas, dan bahan tersebut

    tidak larut dalam cairan perekah. Bahan pencampur tersebut

    menempati ruang rekahan dan menekan proppant untuk mengendap,

    sehingga endapan proppant dalam bentuk monolayer dapat dicegah.

    Bahan yang di gunakan sebagai bahan pencampur disebut proppant

    spacer. Sesuai dengan sebutannya, maka spacer harus bersifat :

    1. Mudah di transport

    2. Tidak mudah larut di dalam fluida perekah yang digunakan

    3. Mudah dikeluarkan atau dihilangkan dari rekahan, baik dengan

    cara menginjeksikan pelarut atau dapat larut di dalam fluida

    reservoir.

    4. Tahap terhadap tekanan pemompaan

  • 28

    Bahan bahan yang digunakan sebagai proppant spacer ialah sbb :

    1. Urea (NH2COONH2) : digunakan untuk fluida perekah berbahan

    dasar minyak. Urea memiliki Sg : 1,3 dan dapat larut dalam air

    formasi atau dapat dilarutkan dengan air yang diinjeksikan

    kedalam rekahan

    2. Hydrocarbon Resin : digunakan sebagai fluida perekah berbahan

    dasar air. Spacer jenis ini memiliki Sg : 2,7 dan dapat larut dalam

    minyak

    3. Sodium Bisulfate : digunakan untuk fluida perekah berbahan

    dasar minyak dengan Sg : 2,7 dan dapat larut di dalam air

    formasi atau dapat dilarutkan dengan air yang diinjeksikan ke

    dalam rekahan. Spacer jenis ini tidak dapat digunakan untuk

    reservoir karbonat karena mengakibatkan scale.

    2.4.4 Pemilihan Jenis, Ukuran dan Konsentrasi Propping agent

    Produktivitas sumur setelah perekahan sangat dipengaruhi

    oleh kapasitas rekahan dan distribusi proppant. Sedangkan kapasitas

    rekahan sangat dipengaruhi oleh :

    1. Karakteristik formasi, terutama tekanan embedment

    2. Jenis dan ukuran proppant yang digunakan

    3. Distribusi proppant di dalam celah rekahan

  • 29

    Pemilihan jenis proppant dapat dilakukan dengan bantuan

    chart hubungan antara fracture capacity dengan embedment

    pressure.

    Gambar 2.7 Grafik Penentuan Ukuran Sand Proppant

    Adapun langkah langkah yang harus dilakukan untuk

    memilih jenis ukuran dan konsentrasi proppant adalah sbb :

    1. Tentukan fracture capacity yang diinginkan untuk mendapatkan

    produktivitas sumur yang dimaksud

    2. Tentukan embedment pressure dari formasi di laboratorium

  • 30

    3. Dari data yang diperoleh diatas, tentukan jenis proppant yang

    ingin digunakan.

    Gambar 2.8 Grafik Jenis Sand Proppant

    4. Tentukan ukuran dan konsentrasi dari proppant sesuai dengan

    jenis danukuran yang akan digunakan dengan bantuan grafik

    berikut.

  • 31

    Gambar 2.9 Grafik Ketahanan Sand Proppant

    2.5 Pemilihan Sumur Untuk Distimulasi Dengan Hydraulic fracturing

    Ada beberapa kriteria untuk menentukan pemilihan suatu sumur yang

    cocok untuk dilakukan stimulasi dengan cara hydraulic fracturing. Adapun

    kriteria sumur sumur tersebut ialah sbb :

    1. Karena tujuannya untuk menaikan produksi, maka tentunya sebelum

    dilakukan pekerjaan hydraulic fracturing, pada sumur tesebut harus

    diketahui lebih dahulu apakah volume hidrokarbon (minyak atau gas)

    dalam lapisan tersebut apakah masih cukup ekonomis untuk dilakukan

    pekerjaan stimulasi hydraulic fracturing.

    2. Apakah sumur tersebut masih mempunyai tekanan yang cukup untuk

    mengalirkan fluida dari reservoir ke dalam rekahan kemudian masuk ke

  • 32

    dalam lubang bor. Keterangan ini dapat diambil berdasarkan hasil uji

    produksi seperti Drill Stem Test (DST) atau Pressure Build Up Test

    (PBU Test). Hal ini dilakukan untuk mengetahui tenaga pendorong yang

    masih tersedia, permeabilitas zona produksi dan permeabilitas sekitar

    lubang bor.

    3. Sumur yang diproduksi dari lapisan yang mempunyai permeabilitas

    rendah ialah sumur yang tepat untuk pengerjaan hydraulic fracturing.

    Karena pada lapisan yang memiliki permeabilitas rendah tidak akan

    memberikan produksi yang cukup ekonomis, karena aliran fluidanya

    terhambat sehingga kehilangan tekanan sebelum minyak masuk ke

    dalam lubang bor sangat besar. Hasil perekahan akan memperbesar

    zona produksi sehingga minyak dapat lebih mudah mengalir ke dalam

    lubang bor.

    4. Hydraulic fracturing juga baik untuk sumur yang diproduksi dari lapisan

    dengan kadar lempung yang tinggi atau lapisan yang tercemar filtrat

    lumpur pemboran meskipun lapisan tersebut sebetulnya memiliki

    permeabilitas yang cukup besar. Jika kerusakan yang terjadi cukup

    parah dan masuk kedalam lapisan jauh dari lubang bor, stimulasi

    dengan asam atau surfactant untuk membersihkan lapisan tidak akan

    memperoleh hasil yang baik. Oleh karena itu perekahan dilakukan untuk

    lapisan yang mengalami kerusakan tersebut.

    5. Sumur yang diproduksi dari lapisan yang telah memiliki rekahan

    rekahan alamiah akan bisa memberikan tambahan jumlah perolehan

    hidrokarbon bila dilakukan operasi hydraulic fracturing. Adapun yang

    diharapkan ialah akan menghubungkan rekahan rekahan alamiah

  • 33

    dengan yang baru, sehingga ada tambahan kapasitas aliran dari formasi

    menuju ke lubang sumur. Dengan demikian produksi yang diharapkan

    akan semakin bertambah.

    6. Hydraulic fracturing tidak hanya dilakukan pada sumur produksi, tetapi

    juga dilakukan pada sumur injeksi atau sumur pembuangan (dissposal

    well).

  • 34

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Metode Observasi

    Metode ini dilakukan dengan cara praktikan melakukan pengamatan

    dan pencatatan tentang proses uji tekanan statis pada lapangan produksi

    secara langsung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data serta

    pemahaman tentang proses secara langsung di lapangan produksi.

    3.2 Metode Wawancara

    Metode ini dilakukan dengan cara praktikan memberikan pertanyaan

    dan meminta penjelasan kepada Pembimbing Akademik dan Pembimbing

    Lapangan tentang proses uji tekanan statis sumur produksi.

    3.3 Metode Studi Kepustakaan

    Metode ini dilakukan dengan cara praktikan mengumpulkan informasi

    dan data dari bukubuku ataupun melalui website internet yang

    berhubungan dengan proses uji tekanan statis sumur produksi.

  • 35

    WAKTU PENYELESAIAN

    Tempat dan Waktu Pelaksanaan

    Tugas Akhir ini akan dilaksanakan di PT. BUKIT APIT BUMI

    PERSADA. Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik, pemohon

    mengajukan rencana Tugas Akhir selama 1 Bulan, terhitung mulai tanggal 5

    Mei 2014 sampai dengan 5 Juni 2014.

    RencanaKerja Praktek yang Diusulkan

    No. Rincian Kegiatan

    Minggu

    I II III IV V VI VII VII

    1 Pengenalan Lingkungan

    Kerja

    2 Pengenalan Alat

    3 Mengamati Cara Kerja

    Alat

    4 Penyusunan Laporan

  • 36

    DAFTAR PUSTAKA

    Abou Sayed, Ahmed, Reservoir Stimulation, copyrighted 2000 Gulf

    Publishing Company, Houston, Texas

    Herawan, Heru 2003. Diktat Kuliah Operasi Produksi. Indramayu :

    Akamigas Balongan

    Wida, Dani.Catatan Materi Completion Well. Indramayu : Pertamina

    EP Region Jawa

    Limbong, Hizar, Fracturing Treatment Report, copyrighted 2008.

    Indramayu : Pertamina EP Region Jawa.

  • 37

    LAMPIRAN

  • 38

  • 39

  • 40

  • 41

  • 42

  • 43

  • 44