human relations

35
0

Upload: aksara

Post on 18-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Human Relations

TRANSCRIPT

  • 0

  • 1

    A. Mengenal Public Relations

    Public Relations atau yang dalam bahasa Indonesia kerap

    diterjemahkan sebagai Hubungan Masyarakat merupakan

    sebuah fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan

    saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan, serta

    kerjasama suatu organisasi/perusahaan dengan publiknya dan

    ikut terlibat dalam menangani masalah-masalah atau isu-isu

    manajemen.

    Definisi lain, seperti yang disebutkan oleh Cutlip, Center, dan

    Brown, menyebutkan bahwa Public Relations adalah sebuah

    fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya

    saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan

    dan kerja sama antara organisasi dengan publiknya.

    Menurut Ardianto, dalam pelaksanaannya PR menggunakan

    komunikasi untuk memberitahu, mempengaruhi, dan mengubah

    pengetahuan, sikap dan perilaku publik sasarannya. Hasil yang

    dicapai dari kegiatan PR pada intinya adalah good image (citra

    baik), goodwill (itikad baik), mutual understanding (saling

    pengertian), mutual confindece (saling mempercayai), mutual

    appreciation (saling menghargai), dan tolerance (toleransi).

  • 2

    J.C. Seidel, Public Relations Director Of Housing, State of New

    York (dalam Saoemirat dan Ardianto, II00II : 1II), mengemukakan

    bahwa Public Relations adalah proses yang terus menerus dari

    usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan

    pengertian dari para pelanggannya, para pekerjanya, dan

    masyarakat luas, ke dalam dengan mengadakan analisis dan

    perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, ke luar dengan

    mengadakan pernyataan-pernyataan.

    Adapun Sukatendel (1990) dalam Ardianto (2004) menyatakan,

    Suatu metode komunikasi untuk penciptaan citra positif dari mitra

    institusi atas dasar kesadaran untuk menghormati kepentingan

    bersama.

    Dalam definisi yang diungkapkan tersebut terdapat sejumlah butir

    penting yaitu:

    Public Relations (PR) adalah sebuah ilmu yang cabang

    keilmuannya berasal dari ilmu komunikasi. Sebagai suatu

    cabang keilmuan maka PR bukan sekadar isu semata

    tetapi mempunyai dasar berpikir yang dapat dijelaskan dan

    dipertanggung jawabkan melalui metode logika tertentu

    layaknya pengujian terhadap cabang keilmuan lainnya.

    Citra adalah obyek dari PR yang telah menjadi kebutuhan

    dari institusi layaknya sumber daya yang telah ada seperti

  • 3

    sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber

    daya peralatan bahkan sumber daya pengetahuan.

    Mitra adalah subyek dari PR disamping institusi itu sendiri.

    Mitra adalah bagian dari operasi sebuah institusi, tanpa

    mitra sebuah institusi tidak dapat berjalan.

    Kepentingan bersama adalah apa yang hendak dicari oleh

    II (dua) institusi dalam koneksi satu dengan yang lain.

    Contoh yang nyata pembeli dan penjual mempunyai tujuan

    bersama yaitu tercapai kesepakatan untuk melakukan

    transaksi jual beli.

    Salah satu komunikasi yang dibangun dalam kaitannya dengan

    fungsi Public Realtions adalah hubungan manusiawi atau human

    relations.

    B. Pengertian Human relations

    Tidaklah mudah untuk mencari sebuah kata dalam bahasa

    Indonesia yang benar-benar tepat sebagai terjemahan dari istilah

    human relations. Ada yang menerjemahkan menjadi hubungan

    manusia dan ada pula yang mengalih bahasakan menjadi

    hubungan antarmanusia. Memang, secara harfiah terjemahan

    human relations adalah hubungan antarmanusia. Kendati tidak

    salah, tetapi terjemahan ini tidak mengandung makna human

  • 4

    relations yang sebenarnya, sebab titik berat human relations

    adalah human-nya atau manusianya. Baik pada istilah hubungan

    manusia maupun hubungan antar manusia tidak terdapat ciri

    hakiki human relations.

    Ciri hakiki bukan dalam human relations bukan human (manusia)

    dalam pengertian wujud manusia (human being), melainkan dalam

    makna proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan,

    berdasarkan atas watak, sifat perangai, kepribadian sifat tingkah

    laku. dan berbagai aspek kejiwaan lainnya yang terdapat dalam

    diri manusia. Dengan kata lain, faktor manusia dalam relations ini

    bukan dalam wujudnya, melainkan sifat-sifat, watak, tingkah laku,

    atau aspek psikis lainnya pada diri manusia.

    Dengan demikian terjemahan yang paling mendekati makna dan

    maksud human relations adalah hubungan manusiawi atau

    hubungan insani.

    Sifat hubungan dalam human relations tidak seperti orang

    berkomunikasi biasa, bukan hanya merupakan penyampaian

    suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain, melainkan

    hubungan antara orang-orang yang berkomunikasi itu

    mengandung unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam.

  • 5

    Ditinjau dari ilmu komunikasi, hubungan manusiawi itu termasuk

    ke dalam komunikasi antarpersona (interpersonal communication)

    sebab berlangsung pada umumnya antara dua orang secara

    dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi

    karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk

    mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.

    Komunikasi antarpribadi yang manusiawi berarti komunikasi yang

    telah memasuki tahap psikologis yang komunikator dan

    komunikannya saling memahami pikiran, perasaan dan

    melakukan tindakan bersama. Ini juga berarti bahwa apabila kita

    hendak menciptakan suatu komunikasi yang penuh dengan

    keakraban yang didahului oleh pertukaran informasi tentang

    identitas dan masalah pribadi yang bersifat sosial.

    C. Ruang Lingkup Human relations

    Berdasarkan lingkupan human relations terdapat dua pengertian

    yakni human relations dalam arti luas dan human relations dalam

    arti sempit.

    1. Human relations dalam arti luas

    Human relations dalam arti luas adalah interaksi

    antarmanusia yang biasanya bersifat komunikasi persuasif

  • 6

    yang dilakukan oleh seorang kepada orang lain secara

    tatap muka, dalam semua situasi atau semua bidang

    kehidupan sehingga menimbulkan kebahagiaan dan

    kepuasaan hati. Dengan demikian, human relations dalam

    arti luas dapat terjadi di mana saja, seperti di rumah, di

    jalanan, dalam kendaraan, dan lain-lain di mana setiap

    dapat melakukannya dengan komunikasi yang baik

    sehingga saling memuaskan individu yang terlibat di

    dalamnya.

    2. Human relations dalam arti sempit

    Human relations dalam arti sempit adalah komunikasi

    persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain

    secara tatap muka dalam situasi kerja dan dalam

    organisasi kekaryaan atau dalam suatu kegiatan dengan

    tujuan untuk menggugah, menggairahkan, atau

    membangkitkan semangat kerja sama yang produktif

    dengan perasaan bahagia dan puas hati. Contohnya

    komunikasi kekaryaan antara orang perorangan dalam

    struktur organisasi formal, perusahaan, termasuk

    komunikasi antara mahasiswa dengan warga masyarakat

    dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata,

  • 7

    D. Kunci Aktivitas dan Tujuan Human relations

    Kunci aktivitas human relations adalah memotivasi. Dengan

    demikian, dalam kegiatan human relationss orang-orang yang

    berinteraksi di dalamnya harus mampu memotivasi agar dapat

    mencapai tujuan yang telah dirumuskan, dengan cara

    berkomunikasi yang bersifat manusiawi yang pada akhirya mereka

    mau bekerja, bergerak, atau melakukan seuatu sehingga

    menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak.

    Jadi, sebuah komunikasi yang terjadi baru bisa dikatakan sebagai

    sebuah Human relations apabila dalam komunikasi tersebut kedua

    belah pihak saling berinteraksi, berkomunikasi, dan memberikan

    kepuasan batin serta kebahagiaan bagi kedua belah pihak

    tersebut.

    Bertolak dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa kunci

    aktivitas human relationss adalah Hubungan antar insani di mana

    terjadi komunikasi yang persuasive-sugestif yang memberikan

    kepuasan batin kepada kedua belah pihak.

    Dalam suatu manajemen, suatu lingkungan kerja, atau suatu

    kegiatan, human relationss sangat diperlukan. Mengapa? Karena

    bertujuanuntuk mempererat rasa persaudaraan dan mendapatkan

  • 8

    suatu kepuasan dari apa yang telah mereka kerjakan. Selain itu,

    human relationss diperlukan, karena mempelajari bagaimana

    orang dapat berkerja atau berinteaksi dengan efektif dalam

    kelompoknya, sehingga menimbulkan suatu keputusan, dalam

    pencapaian tujuan bersama maupun pencapaian tujuan personal.

    E. Teknik-teknik Human relationss

    Menurut R.F. Maier dalam bukunya, Principle of Human relations,

    Hubungan manusiawi dapat dilakukan untuk menghilangkan

    hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian,

    dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia.

    Dalam kegiatan hubungan manusiawi ada cara untuk teknik yang

    bisa digunakan untuk membantu mengembangkan dimensi

    konstruktif seseorang, yakni dengan apa yang disebut counseling

    (karena tidak ada perkataan bahasa Indonesia yang tepat, istilah

    ini dapat di-Indonesia-kan menjadi konseling).

    Tujuan konseling ialah membantu konseli (counselee), yakni

    seseorang yang menghadapi masalah atau yang menderita

    frustasi, untuk memecahkan masalahnya sendiri atau

    mengusahakan terciptanya suasana yang menimbulkan

    keberanian untuk memecahkan masalahnya. Ini tidak berarti

  • 9

    bahwa konselor memberikan arah yang khusus untuk dituruti oleh

    konseli. Konselor hanya memberikan nasihat. Konseli sendiri yang

    harus mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan jalan

    yang dipilihnya sendiri. Jadi, konselor membantu konseli

    memperoleh pengertian tentang masalahnya. Selama masalahnya

    belum dimengerti dengan jelas untuk dihadapinya dengan jujur,

    tidak akan dapat diambil langkah-langkah pemecahannya. Aspek

    ini menyangkut perasaan. Konselor akan berhasil apabila ia

    memahami benar-benar frame of reference konseli, seperti

    pengalamannya, taraf pengetahuannya, agamanya, pandangan

    hidupnya, dan sebagainya.

    Ini pula yang harus dipahami oleh setiap mahasiswa yang sedang

    melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata, terutama bagi mereka

    yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Sebagai insane

    intelektual, seorang mahasiswa harus sudah mampu menunjukan

    kualitas intelektualitasnya dengan membantu masyarakat untuk

    memecahkan problem yang dihadapinya secara benar, tepat, dan

    akurat. Dalam kontrek itulah, seorang mahasiswa dapat betindak

    sebagai konselor, sedangkan masyarakat adalah konseli-nya.

    Dalam kegiatan human relations terdapat dua jenis konseling,

    bergantung pada pendekatan (approach) yang dilakukan. Kedua

  • 10

    jenis konseling tersebut ialah directive counseling, yakni konseling

    yang lansung terarah, dan non-directive counseling yakni

    konseling yang tidak langsung terarah.

    F. Hambatan Human relations

    Hambatan human relations pada umumnya mempunyai dua sifat,

    yaitu objektif dan subjektif. Hambatan yang sifatnya objektif adalah

    gangguan dan halangan terhadap jalannya human relations yang

    tidak disengaja dibuat oleh pihak lain, tetapi mungkin disebabkan

    oleh keadaan yang tidak menguntungkan. Misalnya, gangguan

    kebisingan lalu lintas terhadap ceramah di sebuah tempat tepi

    jalan raya merupakan rintangan yang berisfat objektif. Rintangan

    atau hambatan yang bersifat objektif ini mungkin pula disebabkan

    oleh kurangnya kemampuan berkomunikasi, misalnya seseorang

    memiliki field of experience yang tidak in tune antara

    komunikator dan komunikan, pendekatan penyajian yang kurang

    baik, waktu yang tidak tepat, penggunaan media yang keliru, dan

    sebagainya.

    Hambatan yang bersifat subjektif ialah yang sengaja dibuat oleh

    orang lain sehingga merupakan gangguan, penentangan terhadap

    suatu usaha komunikasi. Dasar gangguan dan penentangan ini

  • 11

    biasanya disebabkan karena adanya pertentangan kepentingan,

    prejudice, tamak, iri hati, apatisme dan sebagainya.

    Faktor kepentingan dan prasangka merupakan faktor yang paling

    berat karena usaha yang paling sulit bagi seorang komunikator

    ialah mengadakan komunikasi dengan orang-orang yang jelas

    tidak menyenangi komunikator atau menyajikan pesan komunikasi

    yang berlawanan dengan fakta atau isinya yang mengganggu

    suatu kepentingan.

    Apabila seseorang dikonfrontasikan dengan suatu bentuk

    komunikasi yang tidak disukainya karena mengganggu kedudukan

    pendidikan, atau kepentingannya maka orang tersebut biasanya

    mencemoohkan komunikasi tersebut atau mungkin pula

    mengelakkan dan secara acuh tak acuh mendiskreditkan pesan

    komunikasi sebagai hal yang sukar dimengerti.

    Gejala mencemoohkan dan mengelakkan suatu komunikasi untuk

    kemudian mendiskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi,

    dinamakan evasion of communication.

  • 12

    G. Persepsi Interpersonal Dalam Human relations

    Persepsi kita bukan sekadar rekaman peristiwa atau objek.

    Komputer hanya mengolah input yang dimasukkan pada waktu

    punching. Bila pada kolom 12 ditulis tujuh, komputer tidak akan

    mengubahnya menjadi delapan. Tidak begitu persepsi manusia.

    Pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan

    latar belakang budaya, menentukan interpretasi kita pada sensasi.

    Bila objek atau peristiwa di dunia luar kita sebut distal stimuli dan

    persepsi kita tentang stimuli itu kita sebut percept maka percept

    tidak selalu sama dengan distal stimuli. Proses subjektif yang

    secara aktif menafsirkan stimuli disebut Fritz Heider sebagai

    constructive process. Proses ini meliputi faktor biologis dan

    sosiopsikologis individu pelaku persepsi.

    Ada empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi

    interpersonal. Pertama, pada persepsi objek, stimuli ditangkap

    oleh alat indera kita melalui benda-benda fisik: gelombang,

    cahaya, gelombang suara, temperatur dan sebagainya; pada

    persepsi interpersonal, stimuli mungkin sampai kepada kita

    melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan

    pihak ketiga. Misalnya, kita mungkin belum pernah baru

    mengetahu kondisi suatu desa melalui layar televisi, membacanya

  • 13

    dari surat kabar, atau mendengar dari teman. Dalam hal ini,

    adanya pihak ketiga yang menjadi mediasi stimuli, mengurangi

    kecermatan persepsi kita.

    Kedua, bila kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-

    sifat luar objek itu; kita tidak meneliti sifat-sifat batiniah objek itu.

    Ketika kita melihat papan tulis, kita tidak pernah mempersoalkan

    bagaimana perasaannya ketika kita amati. Pada persepsi

    interpersonal, kita mencoba memahami apa yang tidak tampak

    pada alat indera kita. Kita tidak hanya melihat perilakunya, kita

    juga melihat mengapa ia berperilaku seperti itu. Kita mencoba

    memahami bukan saja tindakan tetapi juga motif tindakan itu.

    Dengan demikian, stimuli kita menjadi sangat kompleks. Kita tidak

    akan mampu menangkap seluruh sifat orang lain dan berbagai

    dimensi perilakunya. Kita cenderung memilih stimuli tertentu saja.

    Ini jelas membuat persepsi interpersonal lebih sulit, ketimbang

    persepsi objek.

    Ketiga, ketika kita mempersepsi objek, objek tidak bereaksi

    kepada kita; kita pun tidak memberikan reaksi emosional padanya.

    Perasaan anda dingin saja ketika anda memandang papan tulis;

    tetapi sedingin itu jugakah ketika anda memandang seorang artis

    misalnya? Apakah artis itu juga juga akan diam saja ketika Anda

  • 14

    memandangnya tidak berkedip? Dalam persepsi interpersonal

    faktor-faktor personal Anda, dan karakteristik orang yang

    ditanggapi serta hubungan anda dengan orang tersebut

    menyebabkan persepsi interpersonal sangat cenderung untuk

    keliru. Lagipula kita sukar menemukan kriteria yang dapat

    menentukan persepsi siapa yang keliru: persepsi anda atau

    persepsi saya.

    Keempat objek relatif tetap, manusia berubah-ubah. Papan tulis

    yang anda lihat minggu yang lalu tidak berbeda dengan papan

    tulis yang kita lihat hari ini. Mungkin tulisan pada papan tulis itu

    sudah berubah, mungkin sobekan kayu di sudut sudah hilang

    tetapi secara keseluruhan papan tulis itu tidak berubah. Manusia

    selalu berubah. Anda hari ini bukan anda yang kemarin, bukan

    anda esok hari. Kemarin anda ceria karena baru menerima kredit

    mahasiswa Indonesia. Hari ini sedih karena sepeda motor anda

    ditabrak becak. Esok anda gembira lagi karena ujian anda lulus.

    Anda di fakultas bukan anda di rumah bukan anda di masjid.

    Perubahan ini kalau tidak membingungkan kita, akan memberikan

    informasi yang salah tentang orang lain. Persepsi interpersonal

    menjadi mudah salah.

  • 15

    Anehnya betapapun sulitnya kita mempersepsi orang lain, kita toh

    berhasil juga memahami orang lain. Buktinya kita masih dapat

    bergaul dengan mereka, masih dapat berkomunikasi dengan

    mereka dan masih dapat menduga perilaku mereka. Dari mana

    kita memperoleh petunjuk tentang orang lain? Apa yang

    menyebabkan kesimpulan kita bahwa X bersifat Y? Kita menduga

    karakteristik orang lain dari petunjuk-petunjuk eksternal (external

    cues) yang dapat diamati. Petunjuk-petunjuk itu adalah deskripsi

    verbal dari pihak ketiga, petunjuk proksemik, kinesik, wajah,

    paralinguistik dan artifaktual. Selain yang pertama, yang lainnya

    boleh disebut sebagai petunjuk non verbal (non verbal cues).

    Semuanya kita sebut faktor-faktor situasional.

    H. Konsep Diri Dalam Human relations

    Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain; kita juga

    mempersepsi diri kita. Diri kita bukan lagi persona penanggap

    tetapi persona stimuli sekaligus.

    Menurut Charles Horton Cooley, kita bisa menjadi subjek dan

    objek persepsi sekaligus dengan membayangkan diri kita sebagai

    orang lain dalam benak kita. Cooley menyebut gejala ini looking

    glass self (diri cermin) seakan-akan kita menaruh cermin di depan

    kita. Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada

  • 16

    orang lain; kita melihat sekilas diri kita seperti dalam cermin.

    Misalnya kita merasa wajah kita jelek. Kedua, kita membayangkan

    bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Kita pikir mereka

    menganggap kita tidak menarik. Ketiga, kita mengalami perasaan

    bangga atau kecewa; orang mungkin merasa sedih atau malu

    (Vander Zanden, 1975: 79).

    Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan

    penilaian diri kita. Ini disebut konsep diri. Walaupun konsep diri

    merupakan tema utama psikologi Humanistik yang muncul

    belakangan ini, pembicaraan tentang konsep diri dapat dilacak

    sampai William James. James membedakan antara The I diri

    yang sadar dan aktif dan The Me diri yang menjadi objek

    renungan kita. Pada psikologi sosial yang berorientasi pada

    sosiologi, konsep diri dikembangkan oleh Charles Horton cooley

    (1864 1929), George herbert Mead (1863 1931) dan

    memuncak pada aliran interaksi simbolis yang tokoh

    terkemukanya adalah Herbert Blumer. Di kalangan Psikologi

    sosial yang berorientasi pada psikologi, konsep diri tenggelam

    ketika Behaviorisme berkuasa. Pada tahun 1943, gordon E. Allport

    menghidupkan kembali konsep diri. Pada teori motivasi Abraham

    Maslow (1967, 1970) dan Carl Rogers (1970) konsep diri muncul

    sebagai tema utama Psikologi Humanistik.

  • 17

    William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai those

    physical, social and psycological perceptions of ourselves that we

    have derived from experiences and our interactions of ourselves

    that we have derived from experiences and our interaction with

    others (1974: 40). Jadi konsep diri adalah pandangan dan

    perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh

    bersifat psikologi sosial dan fisis.

    I. Teori Self Disclosure dalam Humahn Relation

    Pencetus teori ini adalah Joseph Luft. Sering disebut teori Johari

    Window atau Jendela Johari. Para pakar psikologi kepribadian

    menganggap bahwa model teoritis yang dia ciptakan merupakan

    dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antarpribadi

    secara manusiawi. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat

    dilihat dalam gambar berikut ini.

    Saya Tahu Saya Tidak Tahu

    Orang Lain Tahu 1. TERBUKA 2. BUTA

    Orang Lain Tidak

    Tahu

    3. TERSEMBUNYI 4. TIDAK KENAL

  • 18

    Jendela Johari terdiri dari 4 bingkai. Masing-masing bingkai

    berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu bisa memahami

    diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah

    lakunya di saat berhubungan dengan orang lain.

    1. Bingkai 1, menunjukkan orang yang terbuka terhadap

    orang lain. Keterbukaan itu disebabkan dua pihak (saya

    dan orang lain) sama-sama mengetahui informasi, perilaku,

    sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan lain-

    lain. Johari menyebutnya bidang terbuka, suatu bingkai

    yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antar

    pribadi.

    2. Bingkai 2, adalah bidang buta. Orang Buta merupakan

    orang yang tidak mengetahui banyak hal tentang dirinya

    sendiri namun orang lain mengetahui banyak hal tentang

    dia.

    3. Bingkai 3, disebut bidang tersembunyi yang menunjukkan

    keadaan bahwa pelbagai hal diketahui diri sendiri namun

    tidak diketahui orang lain.

    4. Bingkai 4, disebut bidang tidak dikenal yang menunjukkan

    keadaan bahwa pelbagai hal tidak diketahui diri sendiri dan

    orang lain.

  • 19

    Model Jendela Johari dibangun berdasarkan 8 asumsi yang

    berhubungan dengan perilaku manusia. Asumsi-asumsi itu

    menjadi landasan berpikir para kaum humanistik.

    1. Asumsi pertama, pendekatan terhadap perilaku manusia

    harus dilakukan secara holistik. Artinya kalau kita hendak

    menganalisa perilaku manusia maka analisis itu harus

    menyeluruh sesuai konteks dan jangan terpenggal-penggal.

    2. Asumsi kedua, apa yang dialami seseorang atau

    sekelompok orang hendaklah dipahami melalui persepsi

    dan perasaan tertentu meskipun pandangan itu subjektif.

    3. Asumsi ketiga, perilaku manusia lebih sering emosional

    bukan rasional. Pendekatan humanistik terhadap perilaku

    sangat menekankan betapa pentingnya hubungan antara

    faktor emosi dengan perilaku.

    4. Asumsi keempat, setiap individu atau sekelompok orang

    sering tidak menyadari bahwa tindakan-tindakannya dapat

    menggambarkan perilaku individu atau kelompok tersebut.

    Oleh karena itu, para pakar aliran humanistik sering

    mengemukakan pendapat mereka bahwa setiap individu

    atau kelompok perlu meningkatkan kesadaran sehingga

    mereka dapat mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain.

  • 20

    J. Aplikasi Human relations dalam Menghadapi Masyarakat

    Desa

    Bagi para mahasiswa, khususnya peserta Kuliah Kerja Nyata

    (KKN) yang langsung diterjunkan ke desa-desa, konsep human

    relations sangat diperlukan. Hal ini karena salah satu tujuan dari

    diadakannya (KKN) adalah untuk mewujudkan transformasi

    pengetahuan dari mahasiswa sebagai kaum intelektual kepada

    masyarakat desa.

    Dalam hal ini, aspek utama yang perlu diperhatikan adalah

    dengan mengenal lebih dahulu cirri-ciri masyarakat pedesaaan.

    Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli

    Sosiologi Talcot Parsons menggambarkan masyarakat desa

    sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal

    ciri-ciri masarakat desa sebagai berikut :

    1. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih

    sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya

    dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan

    simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan

    menolongnya tanpa pamrih.

    2. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari

    Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan ,

  • 21

    tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang

    berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan

    keseragaman persamaan.

    3. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada

    hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu

    tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan

    kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk

    kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme).

    4. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus

    yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak

    disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah

    merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).

    5. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama

    dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang

    dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan

    bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari

    uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat

    pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa

    pengaruh dari luar.

    Sesuai dengan tujuan KKN untuk Community dan Personal

    Empowerment, maka hal-hal terkait bagaimana memahami

  • 22

    perilaku masyarakat desa menjadi penting bagi keberhasilan

    program KKN yang akan di buat.

    Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup

    bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian

    mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik

    dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di

    Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius

    dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang

    sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini

    disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait

    dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang

    selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah

    satu wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di

    lingkungan pedesaan.

    1. Sederhana

    Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan.

    Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal:

    a. Secara ekonomi memang tidak mampu

    b. Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

  • 23

    2. Mudah curiga

    Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:

    a. Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya

    b. Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap

    asing

    3. Menjunjung tinggi unggah-ungguh

    Sebagai orang Timur, orang desa sangat menjunjung tinggi

    kesopanan atau unggah-ungguh apabila:

    a. Bertemu dengan tetangga

    b. Berhadapan dengan pejabat

    c. Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan

    d. Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi

    e. Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya

    4. Guyub, kekeluargaan

    Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa

    suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah mendarah-

    daging dalam hati sanubari mereka.

    5. Lugas

    Berbicara apa adanya, itulah ciri khas lain yang dimiliki

    masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya

  • 24

    menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka

    tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang

    mereka miliki.

    6. Tertutup dalam hal keuangan

    Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada

    orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga.

    Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah,

    mahasiswa yang sedang melakukan tugas penelitian survei pasti

    akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah pendapatan dan

    pengeluaran mereka.

    7. Perasaan minder terhadap orang kota

    Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik

    secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul

    dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar.

    Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak omong.

    8. Menghargai (ngajeni) orang lain

    Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang

    lain yang pernah diterimanya sebagai patokan untuk membalas

    budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud

  • 25

    material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam

    bahasa Jawa biasa disebut dengan ngajeni.

    9. Jika diberi janji, akan selalu diingat

    Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan

    seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka

    terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh

    pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami,

    khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program

    pembangunan di daerahnya.

    Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi

    luka dalam yang begitu membekas di hati dan sulit

    menghapuskannya. Contoh kecil: mahasiswa menjanjikan

    pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu, mereka

    telah standby namun mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka

    akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.

    10. Suka gotong-royong

    Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir

    seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau

    dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan istilah sambatan.

    Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka

  • 26

    akan nyengkuyung atau bahu-membahu meringankan beban

    tetangganya yang sedang punya gawe atau hajatan. Mereka

    tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk

    membantu orang lain. Prinsip mereka: rugi sathak, bathi sanak.

    Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi tetapi

    mendapat keuntungan bertambah saudara.

    11. Demokratis

    Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa,

    pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan

    selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat.

    Dalam hal ini peran BPD (Badan Perwakilan Desa) sangat penting

    dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.

    12. Religius

    Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam

    keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara

    kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan

    budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan, rajaban,

    Jumat Kliwonan, dll.

    Kesebelas karakteristik tersebut, pada saat ini tidak bisa

    digeneralisasikan bagi seluruh warga masyarakat desa. Ini

  • 27

    disebabkan oleh adanya perubahan sosial religius yang begitu

    besar pengaruhnya dalam tata pranata kehidupan masyarakat

    pedesaan. Dampak yang terjadi meliputi aspek agama, ekonomi,

    sosial politik, budaya dan pertahanan keamanan. (ingat: kasus

    kerusuhan yang terjadi di beberapa pedesaan di pulau Jawa)

    Selanjutnya, tentu setelah mengetahui berbagai cirri dan

    karakteristik masyarakat desa tadi kita perlu belajar untuk

    menykapi dan beradaptasi. Berikut ini adalah beberapa cara

    menyikapi atau beradaptasi dengan masyarakat desa.

    1. Bersikap andhap asor

    Sebagai komunitas tamu yang berasal dari luar komunitas

    masyarakat desa seyogyanya kita mengambil posisi yang

    merendah atau minimal seimbang sekalipun secara

    materi dan intelektualitas lebih tinggi mereka.

    2. Bersahabat

    Sifat arogan harus dikikis habis, diganti dengan perilaku

    yang bersahabat dan sumedulur (bersaudara). Sebagai

    tamu sudah semestinya tidak bersikap arogan dan

    menunjukkan sifat dan perilaku kekotaan.

  • 28

    3. Menghargai

    Sebagai reaksi atas sikap kekeluargaan dari masyarakat

    desa, sepantasnya kita juga menghargai mereka. Sikap

    menghargai ini dapat diberikan dalam hal:

    Memahami pola pikir mereka yang berbeda kontra

    dengan pola pikir kita

    Menerima pemberian sesuatu sebagai bentuk tresno

    (kasih sayang) mereka kepada kita.

    Memahami pola hidup mereka yang jauh berbeda

    dengan pola hidup kita

    4. Sopan santun

    Dalam rangka mengikuti adat/istiadat/kebiasaan yang

    berlaku di desa maka sudah selayaknya kita menyesuaikan

    diri, diantaranya:

    Dalam hal berpakaian, sebaiknya tidak mengenakan

    pakaian ala kota.

    Dalam gaya hidup, sebaiknya tidak menunjukkan sikap

    yang menurut mereka pamer materi. Misalnya: ber-

    handphone ria ditengah-tengah mereka, ber-walkman

    ria sambil berbicara dengan mereka.

  • 29

    Dalam hal berbicara, sebaiknya tidak menggunakan

    kata-kata/kalimat yang hanya bisa dipahami oleh

    kalangan mahasiswa. Misalnya: bahasa Inggris/bahasa

    ngilmiah.

    5. Terbuka

    Sebagai reaksi positif atas keterbukaan yang ditunjukkan

    oleh masyarakat desa maka seyogyanya kita juga

    menunjukkan sikap terbuka kepada mereka, misalnya:

    Jika tuan rumah sudah berbicara apa adanya tentang

    menu makanan sehari-hari maka jika kita memang

    kurang suka sebaiknya ngomong. Contoh: Si A tidak

    suka makan mie. Sebaiknya ngomong ke tuan rumah

    daripada nggerundhel.

    Jika keluar dari rumah pondokan sebaiknya

    menjelaskan secara terbuka: mau kemana, dengan

    siapa dan kapan pulang. Hal ini penting, karena

    biasanya mahasiswa sudah dianggap sebagai anak

    sendiri.

  • 30

    6. Membantu tanpa pamrih

    Mengacu pada karakteristik gotong-royong yang dimiliki

    masyrakat desa, maka sudah semestinya kita

    menyesuaikan dan mengikuti kebiasaan itu. Bekerja dan

    membantu masyarakat desa tanpa pamrih. Dengan senang

    hati mengikuti setiap acara tradisional (misal: kenduri) yang

    diadakan di desa. Sekalipun tetap memperhitungkan waktu

    kerja program COP.

    7. Tepat waktu

    Demi menjaga kepercayaan masyarakat desa, sebaiknya

    perlu diperhatikan ketepatan waktu dalam setiap acara

    peretemuan yang melibatkan orang banyak. Hal ini sangat

    penting agar masyarakat desa juga menaruh kepercayaan

    kepada kita sehingga sosialisasi program dan keterlanjutan

    pelaksanaannya dapat terjaga.

    8. Silahturahmi

    Sebagai tamu asing sudah menjadi kebiasaan yang

    lumrah jika kita harus melakukan silaturahmi (=

    memperkenalkan diri) kepada warga masyarakat desa agar

    didalam melakukan sosialisasi dan pelaksanaan program

    tidak mengalami hambatan hanya dikarenakan belum

  • 31

    kenal. Silaturahmi ini dapat dilakukan secara formal

    maupun informal. Misal:

    Ketika melakukan sosialisasi ketemu warga desa,

    sebaiknya langsung memperkenalkan diri (informal)

    Perkenalan diri secara formal di Balai Desa (formal)

    9. Srawung

    Selama menjalankan program KKN sebaiknya kita tetap

    menjaga hubungan baik dengan masyarakat desa sehari-

    hari. Jangan sekali-kali kita mengucilkan diri dan seolah

    membentuk kelompok eksklusif orang kota.

    10. Gotong-royong

    Partisipatif, ini kata kuncinya ! Dalam menjalankan program

    kerja jangan sampai meninggalkan prinsip dasar, yaitu

    PARTISIPASI MASYARAKAT. Pada dasarnya program

    dapat berjalan karena ada partisipasi, baik dari seluruh

    anggota kelompok maupun masyarakat setempat.

    Memunculkan minat berpartisipasi tidaklah mudah, karena

    itu dibutuhkan komitmen yang tinggi yang diawali dari diri

    sendiri.

  • 32

    11. Demokratis

    Mencermati iklim demokrasi yang juga sudah merambah di

    desa, hendaknya kita bersedia mengikuti proses yang

    berlangsung. Karena itu, dalam merencanakan dan

    melaksanakan program kita harus melibatkan BPD (Badan

    Perwakilan Desa). Ini juga berarti kita menghargai proses

    demokrasi dalam sebuah lembaga yang namanya desa.

    12. Religius

    Menyikapi kenyataan ini, secara psikologis kita tidak perlu

    khawatir atau bahkan takut karena justru akan menyulitkan

    kita untuk bersosialisasi. Sikap menghargai, itulah yang

    mesti kita kembangkan ! Kita mesti tahu diri disaat

    masyarakat desa sedang menjalankan ibadah agamanya.

    Karena itu dalam menyusun suatu kegiatan, pertimbangan

    faktor lima waktu sangat penting untuk diperhatikan.

  • 33

    DAFTAR LITERATUR

    Efendy, Uchjana. Drs. Prof. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu

    Studi Komunikologis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

    Efendy, Uchjana. Drs. Prof. 1993 . Human Relations dan Public

    Relations. Bandung: CV. Mandar Maju.

    Ruslan, Rosady. 1997. Manajemen Humas dan Komunikasi. Konsepsi dan Aplikasi.

    Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Ruslan, Rosady. 1999. Praktik dan Solusi Public Relations Dalam

    Situasi Krisis dan Pemulihan Citra. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Ghalia

    Indonesia. Uchjana, Onong, Efendy. 1979. Human Relations dan Public

    Relation. Bandung: Penerbit CV. Mandar Maju.

  • 34