hukum melakukan sogok menyogok untuk …

88
HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK MEMPERTAHANKAN HAK (STUDI KOMPARATIF ANTARA MAZHAB HANAFI DAN MAZHAB SYAFI’I) Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Perbandingan Mazhab Oleh: MULIAMIN NIM: SPM.152140 PEMBIMBING: H. M. ZAKI, M.Ag DIAN MUSTIKA, S.HI.,M. PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK

UNTUK MEMPERTAHANKAN HAK

(STUDI KOMPARATIF ANTARA MAZHAB HANAFI

DAN MAZHAB SYAFI’I)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Perbandingan Mazhab

Oleh:

MULIAMIN

NIM: SPM.152140

PEMBIMBING:

H. M. ZAKI, M.Ag

DIAN MUSTIKA, S.HI.,M.

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

1440 H/2019 M

Page 2: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

ii

Page 3: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

iii

Page 4: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

iv

Page 5: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

v

MOTTO

حمن الره حيمبسم الله الره

اشى والمرتشى -صلى الله عليه وسلم- الره بن عمرو قال لعن رسول الله عن عبد الله

Artinya: Rasulullah SAW melaknat orang yang memberi dan menerima

suap(HR Bukhri Muslim).1

1 (HR: Bukhori-Muslim)

Page 6: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

vi

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan tugas akhir ini untuk orang tercinta dan tersayang atas

kasihnya yang berlimpah.

Teristimewa Ayahanda (Ambok Tang) dan Ibunda (Siti Sahria)..

Kupersembahkan sebuah tulisan dari didikan kalian yang ku aplikasikan

dengan ketikan hingga menjadi barisan tulisan dengan beribu kesatuan,

berjuta makna kehidupan, tidak bermaksud yang lain hanya ucapan

TERIMA KASIH yang setulusnya tersirat dihati yang ingin ku sampaikan

atas segala usaha dan jerih payah pengorbanan untuk anakmu selama ini.

Hanya sebuah kado kecil yang dapat ku berikan dari bangku kuliahku yang

memiliki sejuta makna, sejuta cerita, sejuta kenangan, pengorbanan, dan

perjalanan untuk dapatkan masa depan yang ku inginkan atas restu dan

dukungan yang kalian berikan. Tak lupa permohonan maaf ananda yang

sebesar-besarnya, sedalam-dalamnya atas segala tingkah laku yang tak

selayaknya diperlihatkan yang membuat hati dan perasaan ayah dan ibu

terluka, bahkan teriris perih.

Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian

impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’ insyallah atas dukungan doa dan

restu semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan nanti.

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat

kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terimakasih

kuucapkan. Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,

kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf

tercurah. Skripsi ini kupersembahkan.

Page 7: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

vii

ABSTRAK

Sekripsi ini berjudul Hukum Melakukan Sogok Menyogok Untuk

Mempertahankan Hak (Studi Komparatif Antara Mazhab Hanafi dan Mazhab

Syafi’i), bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode istimbath hukum Imam

Hanafi dan Syafi’i tentang sogok menyogok dalam mempertahankan hak.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan mengunakan pendekatan

normatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan pertama Metode

istimbath Hukum Imam Hanafi dengan pedoman pada Al-Qur’an, Sunnah, Qiyas,

Ihtisan, dan Ijma’ sedangkan dan Imam Syafi’i berpedoman pada Al-Qur’an

Sunnah, Ijma’ dan Qiyas, kedua pandangan Imam Hanafi dan Syafi’i tentang

sogok menyogok dalam Memprtahankan Hak, Imam Hanafi berpendapat boleh

dan tidak haram sedangkan Imam Syafi’i bolrh bagi yang meberi dan haram bagi

yang menerima.

Kata Kunci: Sogok Menyogok, Hak

ABSTRACT

This thesis, entitled The Law of Conducting a Bribe to Defend Rights

(Comparative Study Between the Hanafi School and the Shafi'i School), aims to

find out how the method of istimbath Imam Hanafi and Shafi'i law on bribery in

defending rights. This research is a qualitative research and uses a normative

approach. Based on the research that was found, the first is the method of

istimbath of Imam Hanafi Law with guidelines on Al-Qur'an, Sunnah, Qiyas,

Ihtisan, and Ijma 'whereas Imam Shafi'i and guided by Al-Qur'an Sunnah, Ijma'

and Qiyas, secondly Imam Hanafi and Shafi'i's views on bribery in defending their

rights, Imam Hanafi argues that it is permissible if in a state of being threatened

like being killed and forbidden if for the sake of property while Imam Shafi'i

forbids conformity with the hadith of the Prophet Muhammad SAW who cursed

those who bribe bribes.

Keywords: Bribe, Bribe, Rights

Page 8: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

viii

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بســــــــــــــــــم الله الر

Alhamdulillah wa syukurillah, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya,

sehingga sampai saat ini kita masih mendapatkan ketetapan iman dan Islam.

Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang

banyak memberikan keteladanan dalam berfikir dan bertindak.

Skripsi ini berjudul “Hukum Melakukan Sogog Menyogog Untuk

Mempertahankan Hak (Stud Komparatif Antara Mazhab Hanafi dan

Mazhab Syafi’i)” dapat terselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S.1) Program Studi

Perbandingan Mazhab pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

Semoga apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini merupakan rangkaian

ikhtiar penulis yang ditujukan kepada kita semua sebagai muslim terutama kepada

masyarakat Desa Sungai Baung Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangung

dalam rangka menjalankan perintah maupun aturan didalam tata cara pembagian

waris secara islam.

Diharapkan dengan tersusunya skripsi ini menjadi bagian yang

terintegrasikan dalam menemukan kebenaran dan solusi didalam sistem

pembagian waris secara Islami yang secara ideal berorientasi pada keadilan dan

kesejahteraan bersama sebagai bukti bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi

Muhammad SAW membawa rahmat bagi seluruh alam semesta.

Patut kiranya penulis menyampaikan ucapkan terimakasih kepada semua

pihak dalam memberikan bantuan sehingga tersusunnya skripsi ini seperti yang

dihadapan pembaca, terutama sekali kepada yang terhormat:

Page 9: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

ix

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M.HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan I bidang

Akademik Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayanti, M.HI, selaku Wakil Dekan II bidang Administrasi

Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

5. Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan III bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

6. Bapak Al-Husni, S.Ag., M.HI dan Bapak Yudi Armansyah, M.Hum selaku

Ketua dan Sekertaris Jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak H. M. Zaki, M.Ag, dan Ibuk Dian Mustika, S.HI.,M.A selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

maupun tidak langsung.

Namun disamping itu, penulis berkeyakinan bahwa tak ada gading yang

tak retak. Begitu juga dengan skripsi ini niscaya masih ada kekurangan dan masih

dirasa belum sempurna. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk

dapat memberikan kontribusi pemikiran maupun saran demi kesempurnaan skripsi

ini.

Jambi, Oktober 2019

Penulis

Page 10: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Batasan Masalah ....................................................................... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 6

E. Kerangka Teori ......................................................................... 7

F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 14

G. Metode Penelitian ..................................................................... 16

H. Jadwal Penelitian ...................................................................... 19

BAB II SEJARAH MAZHAB HANAFI DAN MAZHAB SYAFI’I

A. Sejarah Singkat Mazhab Hanafi ............................................... 20

B. Sejarah Singkat Mazhab Syafi’I ............................................... 33

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SOGOk

A. Sogok Menurut Imam Hanafi ................................................... 43

B. Sogok Menurut Imam Syafi’it .................................................. 46

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Metode Istimbath Hukum

Imam Hanafi dan Syafi’i ......................................................... 50

B. Pandangan Imam Hanafi

dan Syafi’i Tentang Sogog Menyogog

Page 11: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

xi

dalam Mempertahankan Hak .................................................... 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 72

B. Saran ......................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75

CURRICULUM VITAE

Page 12: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel.01. Jadwal Penelitian.............................................................................. 19

Tabel.02. Pendapat Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi’i ................................. 70

Page 13: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah khilafiah merupakan persoalan yang terjadi dalam realitas

kehidupan manusia. Diantara masalah khilafiah tersebut ada yang

menyelesaikannya dengan cara yang sederhana dan mudah, karena ada saling

pengertian berdasarkan akal sehat. Tetapi dibalik itu masalah khilafiah dapat

menjadi ganjalan untuk menjalin keharmonisan di kalangan umat Islam

karena sikap ta‟asub (fanatik) yang berlebihan, tidak berdasarkan

pertimbangan akal sehat dan sebagainya.1

Perbedaan pendapat dalam lapangan hukum sebagai hasil penelitian

(ijtihad), tidak perlu dipandang sebagai faktor yang melemahkan kedudukan

hukum Islam, bahkan sebaliknya bisa memberikan kelonggaran kepada orang

banyak. Hal ini berarti, bahwa orang bebas memilih salah satu pendapat dari

pendapat yang banyak itu, dan tidak terpaku hanya kepada satu pendapat saja.

Kelahiran madzhab-madzhah hukum dengan pola dan karekteristik

tersendiri ini, tak pulak lagi menimbulkan berbagai perbedaan pendapat dan

beragamnya produk hukum yang dihasilkan. Para tokoh atau imam Madzhab

seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi‟i, Imam Ahmad dan lainnya,

masing-masing menawarkan kerangka metodologi, teori dan kaidah-kaidah

1MusthafaMuhammadSyak‟ah ,IslamTanpaMazhab,Cet.I (Solo:PT.TigaSerangkai Pustaka

Mandiri, 2008), hlm,.10

Page 14: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

2

ijtihad yang menjadi pijakan mereka dalam menetapkan hukum. Metodologi,

teori dan kaidah-kaidah yang dirumuskan oleh para tokoh dan para Imam

Madzhab ini, pada awalnya hanya bertujuan untuk memberikan jalan dan

merupakan langkah-langkah atau upaya dalam memecahkan berbagai

persoalan hukum yang dihadapi baik dalam memahami nash Al-Quran dan al-

Hadits maupun kasus-kasus hukum yang tidak ditemukan jawabannya

dalamnash.

Metodologi, teori dan kaidah-kaidah yang dirumuskan oleh para imam

Madzhab tersebut terus berkembang dan diikuti oleh generasi selanjutnya dan

ia tanpa disadari- menjelma menjadi doktrin (anutan) untuk menggali hukum

dari sumbernya. Dengan semakin mengakarnya dan melembaganya doktrin

pemikiran hukum di mana antara satu dengan lainnya terdapat perbedaan

yang khas, maka kemudian ia muncul sebagai aliran atau Madzhab yang

akhirnya menjadi pijakan oleh masing-masing pengikut Madzhab dalam

melakukan istinbath hukum.2

Teori-teori pemikiran yang telah dirumuskan oleh masing-masing

Madzhab tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting artinya, karena ia

menyangkut penciptaan pola kerja dan kerangka metodologi yang sistematis

dalam usaha melakukan istinbat hukum. Penciptaan pola kerja dan kerangka

2M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),

h l m, 13

Page 15: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

3

Metodologi tersebut inilah dalam pemikiran hukum Islam disebut dengan

ushulfiqh.3

Sampai saat ini Fiqih ikhtilaf terus berlangsung, mereka tetap

berselisih paham dalam masalah furu‟iyyah, sebagai akibat dari

keanekaragaman sumber dan aliran dalam memahami nash dan

mengistinbatkan hukum yang tidak ada nashnya. Perselisihan itu terjadi

antara pihak yang memperluas dan mempersempit, antara yang memperketat

dan yang memperlonggar, antara yang cenderung rasional dan yang

cenderung berpegang pada zahir nash, antara yang mewajibkan Madzhab dan

yang melarangnya.

Adanya Madzhab dan perselisihan beberapa kelompok membawa

dampak yang buruk dan berbahaya bagi Islam dan kaum muslimin, padahal,

Islam ditandai dengan toleransi. Islam menyeru kepada keselamatan. Para

generasi islam diwarnai dengan darah-darah dari sebagian yang lain akibat

perselisihan madzhab dan sempitnya kesadaran yang terjadi kepada mereka

yang fanatik terhadap Madzhab mereka.4

Seiring berjalannya waktu, bahaya bertebaran dari tempatnya dan

pertikaian yang terjadi antar Madzhab-Madzhab yang berselisih menempati

tempat yang jelas pada kehidupan muslimin, sedangkan kemenangan dimiliki

oleh yang kuat, Yaitu pemilik kekuasaan.Dalam menghasilkan produk

hukum, para Imam Madzhab melihat dari sumber-sumber hukum terlebih

3Amir Syarifuddin, Ushul fiqih 2, Cet. VI (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm. 19

4MusthafaMuhammadSyak‟ah,IslamTanpaMazhab,hlm,670

Page 16: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

4

dahulu. Sumber-sumber hukum tersebut adalah:Al-quran, As-sunnah, Ijmak

dan Qiyas.

Lebih lanjut perintah untuk mengembalikan segala permasalahan yang

diperselisihkan kepada Allah dan Rasul-Nya, berarti perintah menggunakan

qiyas, bilamana tidak menjumpai nash (Al quran dan As-sunnah) atau ijmak.

Dalam keadaan seperti ini akal harus berperan untuk memahami jiwa nash

tersebut dengan cara membandingkan sesuatu yang sudah ada hukumnya.

Kemudian masih ada lagi sumber-sumber hukum yang dipergunakan oleh

sebagi mana ulama dan tidak dipergunakan oleh ulama lainnya. Seperti:

maslahah mursalah,istishab,urf,mazhab shahaby dan syar‟uman qablana

(Syariat orang-orang yang sebelum kita).5

Dengan adanya metodologi pengambilan sumber-sumber hukum yang

berbeda inilah terjadi perbedaan jalan pemikiran dalam menetapkan suatu

hukum. Sehingga menjadi khilafiyyah dikalangan umat Islam.Seiring dengan

bertambahnya jumlah dan persebaran manusia dimuka bumi ini dengan segala

kepentingan-kepentingannya, maka manusia terpecah belah menjadi

kelompok-kelompok dalam sosial kemasyarakatan yang saling bekerjasama

antara satu dengan yang lainnya, yang dikumpulkan oleh suatu model tetap

dari berbagai perhubungan, yang bekerja untuk mewujudkan tujuan- tujuan

secara bersama-sama baik tujuan Agama, politik maupun ekonomi.6

5M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),

h l m 8 . 6Murad Mahmud Haidar, Pembentukan Jama‟ah dan Partai Politik Dalam Perspektif

Fikih, (Jakarta: LTQ Al Taqwa, 2014), hlm.29

Page 17: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

5

Dalam hal mengatur masyarakat dengan segala pertumbuhannya,

keberadaannya dan perubahannya memerlukan studi teratur mengenai

tatacara mengatur, memimpin dan memutuskan sehingga diperlukan

pemimpin-pemimpin yang cerdas dan lihai serta handal dalam menyelesaikan

segala bentuk fenomena sosial yang ada.7

Didalam kehidupan banyak permasalahan dan perbedaan yang terjadi,

dan berbagai cara orang/kelompok untuk mendapatkan serta memiliki serta

mempertahankan apa yang diinginkan. Untuk memperoleh sesuatu, didalam

kehidupan berbgai macam sogok menyogok yang telah banyak dilakukan

oleh orang/kelompok, seperti; jabatan, politik, tindak pidana, serta untuk

mempertahankan hak.

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan diatas, sehingga

penulis tertarik untuk menulis proposal skripsi ini dengan judul “Hukum

Melakukan Sogok -Menyogok Untuk Mepertahankan Hak (Studi

Komparatif Antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi‟i)”.

B. Rumusan Masalah

Berdsarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana metode istinbath hukum Imam Hanafi dan Syafi‟i?

2. Bagaimana padangan Imam Hanafi dan SyafiI tentang sogok menyogok

dalam mempertahankan hak ?

7Roy C. Macridis dan Bernard E. Brown, Perbandingan Politik, (Jakarta: Erlangga,

1996), hlm. 35

Page 18: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

6

C. Batasan Masalah

Penelitian masalah yang berhubungan dengan barangkali sudah

melimpah dan dengan berbagai pendekatan yang dilakukan. Oleh karena itu

supaya penelitian ini menjadi fokus terhadap persoalan yang dikaji maka

dipandang perlu membentuk suatu batasan masalah sehingga kajian tidak

melebar dan dalam rangka agar penelitian menjadi sebuah penelitian yang

utuh dan komprehensif tentang persoalan yang dibahas, penelitian

membicarakan tentang hukum melakukan sogok untuk mempertahankan hak.

D. Tujuan dan kegunaan penelitian

a. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak

dicapai oleh peneliti. Sedangkan tujuannya sendiri merupakan sejumlah

keadaan yang ingin dicapai. Adapun tujuan peneliian yang dilakukan dalam

rangka penulisan proposal skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui metode istimbath hukum Hanafi dan Syafi‟i

2. Untuk mengetahui Padangan Imam Hanafi Dan Syafi‟I Tentang Sogok

Menyogok Dalam Mempertahankan Hak

b. Kegunaan penelitian

1. Secara Teoritis

Memberikan sumbangsih atau kontribusi bagi dunia akademik

khususnya pada Jurusan perbandingan mazhab fakultas Syri`ah tentang

Page 19: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

7

bagaimana Bagaimana hukum melakukan sogok menyogok untuk

mempertahankan hak (studi komperatif antara mazhab hanafi dan syafi‟i)

2. Secara Akademik

Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi strata satu (S1)

pada jurusan Perbandingan Mazhab UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

E. KerangkaTeori

Kerangka teori sebagai pedoman bagi penulis dalam melakukan

penelitian guna untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam judul

Proposal dan menghindari penafsiran yang berbeda sehingga penulisan ini

terarah dan lebih baik maka Skripsi ini sangat perlu untuk diperhatikan

pengertian beberapa konsep dibawah ini:

a. Hukum

Secara etimologi islam berasal dari kata salama yang artinya selamat

atau juga bisa bearti menyerahkan diri. sedangkan kata hukum secara

etimologi berasal dari akar kata Arab, yaitu hukm/ alhukm yang mengandung

makna mencegah, atau menolak, yaitu mencegah ketidakadilan, mencegah

kezaliman, mencegah penganiyaan, dan menolak bentuk kemafsadatan

lainnya. Istilah hukum dalam islam mempunyai dua pengertian, yaitu syariat

dan fikih, syariat terdiri dari wahyu Allah dan sunnah Nabi Muhammad,

sedangkan fikih adalah pemahaman dan hasil pemahaman tentamh syariat.

Page 20: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

8

Adapun syariat adalah Al-Quran, dan Sunnah, dan Ra‟yu.8

Istilah “Hukum Islam” merupakan istilah khas Indonesia, sebagai

terjemahan al-fiqh al-islami atau dalam konteks tertentu dari al-syri‟ah al

islami .istilah ini dalam wacana hukum barat digunakan Islamic law. Dalam

Al-Qur‟an maupun Al-Sunnah, istilah al-hukm al-islam tidak dijumpai.Yang

digunakan adalah kata syari‟ah yang kemudian penjabarannya lahirlah istilah

Fiqh. Fiqih itu ialah suatu ilmu yang menerangkan segala hukum yang dipetik

dari dalil-dalil yang tafshili (Ayat, sunnah- ijma‟ dan qiyas).9

Pengertian hukum Islam merupakan istilah khas di Indonesia, sebagai

terjemahan dari al-fiqh al-Islamy atau dalam keadaan konteks tertentu dari as-

syar‟ah al-Islamy. Istilah ini dalam wacana ahli hukum Barat disebut Islamic

Law. Dalam perkembangan ilmu fiqh/ ushul fiqh yang demikian pesat, para

ulama ushul fiqh telah menetapkan defenisi hukum Islam secara terminology

diantaranya yang dikemukakan oleh Al-Baidhawi dan Abu Zahra sebagai

berikut.

ع خطا ب ال له ز ل لهلي تا تلاا ل لوي لوق ت علن له له

8Abdul ghofur Ansori, Hukum islam, (Yogyakarta: Kreasi total media, Tahun 2008), hlm

1 9Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqih Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Islam, Tahun 1960), hlm 1

Page 21: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

9

Artinya: Firman Allah yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, baik

berupa tuntutan, pilihan, maupun bersifat wadl‟iy (Al-Baidawi,

1982:47).10

علاخطا ب ال ز ل تي طوثا ل لوي لوق ت علن له له

Artinya : Khithab (titah) Allah yang berhubungan dengan perbuatan yang

mukallaf yang memerintahkan terwujudnya kemasalahatan dan

mencegah terjadinya kejahatan, baik titah itu mengandung tuntutan

(perintahdan laraangan) atau semata-mata menerangkan pilihan

(kebolehan memilih) atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat

atau penghalang terhadap sesuatu hukum.11

Uraian diatas memberi asumsi bahwa hukum dimaksud adalah

hukum Islam. Sebab, kajiannya dalam persfektif hukum Islam, maka yang

dimaksudkan pula adalah hukum syara‟ yang bertalian dengan perbuatan

manusia dalam fiqh, hukum yang bertalian dengan akidah akhlak.

Penyebutan hukum Islam sering dipakai sebagai terjemahan dari

syariat islam atau fiqih Islam. Apabila syariat Islam diterjemahkan sebagai

hukum islam (hukum in abstracto), maka berarti syariat islam yang dipahami

dalam makna yang sempit. Kajian syariat Islam meliputi aspek i‟tiqadiyah,

khuluqiyah dan amal syariah. Sebaliknya bila hukum Islam merupakan

terjemahan dari fiqih Islam, maka hukum islam termasuk bidang kajian

ijtihad yang bersifat dzanni.

10

Hadist riwayat Al Baidawi, No. 1982:47 11

Ibid hlm, 48

Page 22: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

10

Pada dimensi lain penyebutan hukum Islam selalu dihubungankan

dengan legalitas formal suatu negara, baik yang telah terdapat di dalam kitab-

kitab fiqih maupun yang belum. Jika demikian adanya, kedudukan fiqih Islam

bukan lagi sebagai hukum islam in abstracto (pada tataran fatwa atau doktrin)

melainkan sudah menjadi hukum Islam in concreto (pada tataran aplikasi atau

pembumian). Hukum Islam secara formal sudah dinyatakan berlaku sebagai

hukum positif, yang berarti bahwa aturan yang mengikat dalam suatu

negara.12

b. Sogok

Secara etimologis berasal dari bahasa Arab “رشا–زش” yang masdar

yaitu upah, hadiah, komisi atau suap. IbnuManzhur لهجلن yang berarti رشج

mengemukakan tentang makna risywah, dari kalimat “ لهيزخزشا “ anak burung

merengek-rengek ketika mengangkat kepalanya kepada induk untuk di

suapi.13

Sedangkan didalam “Mu ‟ jam al-Wasith” mengemukanrasya al-

farakhu, artinya anak puyuh itu menjulurkan kepalanya kepada induknya.

Adapun secara terminologi, Para fuqaha bervariasi memberikan

definisi tentang sogok, diantaranya :

1. Al-„Asqalani, sogok adalah:

12Zainuddin Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. (Jakarta

:Penerbit Sinar Grafika, 2008), hlm 2.

13Ahmad bin Ali Ibn Hajar al-Asqalanị, Fath al-Bari syarh Sahih al-Bukhari, (Riyad:

Dar al-Salam, 2001 M/ 1421 H ), jilid ke- 5, hlm. 311

Page 23: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

11

Artinya:“Setiap uang yang diberikan kepada pejabat sebagaik

ompensasiatas pertolongan yang batil.

2. Yusuf al-Qardhawi mengatakan, sogok adalah “uang yang diberikan

menjatuhkan hukuman yang menguntungkannya”.14

3. Abdullah Ibn Abd. Muhsin mengatakan sogok dalah sesuatu yang

diberikan kepada seseorang dengan syarat orang yang diberi tersebut

dapat menolak orang yang memberi.15

4. Sayyid Abu Bakr mendefinisikan sogok sebagai “Memberikan sesuatu

agar hukum diputuskan secara tidak benar/ tidak adil, atau untuk

mencegah putusan yang benar atau adil”.16

5. Menurut Abd al-AzhimSyam al-Haq adalah “Sebuah perantara untuk

dapat memudahkan urusan dengan pemberian sesuatu atau pemberian

untuk membatalkan yang benar atau untuk membenarkan yang batil”.

Penyuapan adalah dilakukan demi mengharapkan kemenangan dalam

perkara yang diinginkan seseorang, atau ingin memudahkan seseorang

dalam menguasai hak atas sesuatu.17

6. Sedangkan Ahmad Mukhtar dalam Mu‟jam al-Lugah al-„Arabiyah al Mu

‟asirah, sogok adalah “Pemberian yang tidak benar untuk kepentingan

14

Yusuf al-Qardawị, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, (Beirut: al-Maktabah al-

Islamiyah, 1980), hlm. 320. 15

Abdullah bin Abd. Muhsin, Suap Dalam Pandangan Islam, trjmh. Muchotob Hamzah

dan Subakir Saerozi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 9. 16

SayyidAbuBakr,I‟anatuthThalibin,(Semarang:TohaPutra,2000),jilidke-4,hlm.261. 17

Tim Penulis Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1980), hlm.720.

Page 24: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

12

tertentu, atau untuk membenarkan yang salah ( لهثاطن ) dan menyalahkan

yang benar( لهح)”.18

7. Al-Gharyani berpendapat, sogok adalah upaya untukmendapatkan

sesuatu dengan rekayasa dan membayarkan sejumlah uang.19

8. Sedangkan Nurul Irfan menyebutkan, sogok adalah sesuatu yang

diberikan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan atau sesuatu yan

diberikan dalam rangka membenarkan yang salah atau menyalahkan

yang benar.

c. Menurut Imam Hanafi sogok adalah sebagai berikut:

Dalam fatwa Qadi‟ Khan (tokoh mazhab hanafi) disebutkan kalau

seorang anak hakim, atau notulenya, atau salah satu pegawainya menerima

suap, dalam kasusnya diserahkan keputusan hakim tersebut untuk diputuskan

hukumnya, maka keputusan hakim diterima kalau dia tidak mengetahui

transaksi suap yang terjadi. Tapi jika hakim mengetahui praktek kolusi yang

terjadi dengan kerabatnya, maka keputusanya ditolak. Jika peraktek suap suda

menjadi kebiasaan, maka posisi hakim tidak akan diakui lagi.

Praktek sogok adalah sesuatu yang diharamkan, bagi bagi yang

memberi maupn yang menerima.

Ada empat macam bentuk peraktek sogok yaitu:

1. Haram dari kedua belah pihak

18

AhmadMukhtarUmar,Mu‟jamal-Lugahal-„Arabiyahal-Mu‟asirah,(Kairo:„Alamal-

Kutub,2008),jilid 1, hlm. 897.

19

Al-Shadiq Abdurrahman al-Gharyani, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer, (

Surabaya : Pustaka Progresif, 2004), hlm. 123

Page 25: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

13

2. Kalau seorang memberi suap pada hakim untuk diringankan hukumnya,

maka baik keputusanya benar maupun tidak dihukum dari kedua belah

pihak

3. Kalau seorang membayar atas dasar khawatir pada dirinya atau pada

hartanya, maka haram bagi yang menerima dan tidak bagi yang pemberi.

Begitu pula hanya dengan orang yang menebus dan yang memnerima

uang suap untuk menjaga kekayaanya.

4. Seorang di benarkan membayar pada abdi demi kelancaran usahanya,

tapi tidak dibenarkan untuk orang yang menerimnaya.

d. Menurut Imam Syafi‟i sogok adalah sebagai berikut:

Para pemuka dan toko Mazhab Syafi‟i di antaranya Ibnu Rif‟ah dalam

Kifayat An Nabawiyah Fi Syarh At Tanbiyah berkata, „‟tidak dibenarkan

seorang hakim menerima suap, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Bakar

bin Mundzir dari Abu Hurairah, ia berkata,

م هل رس صنق الق سوقي عو زتش ش لهزق له

Artinya, Rasulullah SAW melaknat orang yang memberi dan menerima

suap.20

Diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah Tsaubah dan mengatakan bahwa

Rasulullah SAW berkata

هل ش الق زتش لهزق له لهش ش لهقذ لهزق ا ت

20

HR Ahmad,123

Page 26: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

14

Artinya, Allah SAW melaknat orang yang memberi suap, menerima suap, dan

orang yang menghubungkan keduanya.

Begitu juga diriwayatkan dari anas

Penyebab yang mendasar adalah jika sang hakim menerima suap

untuk melenceng dari kebenaran yang akan diputuskan, sehingga hukumnya

,haram.

Jika menerima suap dengan maksud tidak memberi keputusan hukum

secara objektif, sementara dia berwenang untuk memutuskan kepada pihak

yang bersengketa, maka menghindar untuk memberi keputusan hukum

diharamkan baginya.

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah hasil-hasil penelitian terdahulu (penelitian-

penelitian lain) yang terkait dengan penelitian ini pada aspek fokus atau tema

yang diteliti. Penulis menemukan beberapa penelitian yang ada hubungannya

dengan masalah yang akan diteliti, seperti judul berikut:

Skripsi yang berjudul “Studi Komparasi Antara Hibah dan Risywah

(Menurut Pandangan Pemuka Agama Islam di Kecamatan Rejotangan

Kabupaten Tulung Agung)”. Yang mana penelitian ini berfokus kepada

perbedaan hibah dan risywah menurut prmuka Islam di Rejotangan Kab.

Tulun Agung dan hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pandangan pemuka

agam islam dalam memberikan riswah maka tidak diperbolehkan baik yang

Page 27: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

15

memberi maupun yang menerimanya dan sementara hibah itu di

perbolehkan.21

Skripsi “Risywah Dalam Prespektif Hadits Nabi” yang mana

penelitian ini berfokus kepada hadits nabi tentang risywah dari hasil

penelitian dan pembahasan yang dilakukan bahawasanya sogok itu teaplah

haram bahwasanya nabi melaknat orang yang menerima dan yang memberi

sogok .22

Skripsi dengan judul “Pilkades dan Risywah Dalam Prespektif

Syar‟iyyah (Studi di Desa Ngadimulyo Kec. Selomerto Kab. Wonosobo”,

pada skripsi ini membahas tentang praktek sogok atau risywah yang terjadi

didalam pemilihan kepala desa menurut hukum islam hasil pembahasan dan

penelitian ini di simpulkan bahwah pemberian riswah yang dimaksudkan

untuk kepentingan peribadi dan mezolimi atau tidak sesuai dan tidak sesuai

mengikuti aturan sebagai mana yang di tetapkan maka riswah tersebut hkunya

haram.23

Adapun persamaan penelitian sebelumnya dan penelitian ini adalah

sama-sama membahas sogok dan adapun perbedaaan dengan penelitian yang

saya lakukan, dalam penelitian ini saya bertujuan mengetahui tentang Hukum

21

Sulhan Wahib, Studi Komparasi Antara Hibah Dan Risywah, (Mahasiswa Fak. Syariah

Dan Ilmu Hukum IAIN Tulung Agung Tahun 2014) 22

Ahmad Jurin Harahap, Risyawah Dalam Prespektif Hadits Nabi, (Mahasiswa Fak.

Ushuluddin UIN SUSKA Riau, Tahun 2016) 23

Muhammad Ulul Azmi, Pilkades Dan Risywah Prespektif Siyasah Syar‟iyyah,

(Mahasiswa Fak. Syariah Dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2006).

Page 28: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

16

Sogok Menyogok Dalam Mempertahankan Hak (Studi Komparatif Antara

Mazhab Hanfi dan Mazhab Syafi‟i)

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan riset pustaka (library research) pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif. Penelitian

hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian

hukum jenis ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis atau

hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan

berprilaku manusia yang dianggap pantas.24

Kaitannya dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan hukum yaitu

hukum Islam (fiqih) yang bersumber dari al-Quran dan as- Sunnah yang

kemudian diinterpretasikan oleh para Ulama sehingga muncul beberapa

pendapat dengan berbagai persamaan dan perbedaan. Yang menjadi objek

penelitian pustaka ini adalah Hukum Melakukan Ssogok Menyogok Untuk

Mempertahanakan Hak Studi konparatif Antara Mazhab Hanafi dan Mazhab

Sya-fi‟i.

2. Jenis dan Sumber Data

Data yang terhimpun dalam penelitian ini terdiri menjadi (3) tiga,

yaitu sumber data primer, sumber data skunder dan sumber data tersier.

24

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2014), hlm. 118

Page 29: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

17

a. Data primer, yaitu Al-Qur‟an dan Hadits, dan data yang berhubungan

langsung dengan objek penelitian dalam kerangka perspektif para ulama

yang telah menjelaskan sogok hak, dan sumbernya dari Kitab-kitab klasik

para Ulama khususnya Ulama-ulama Hanafiyyah dan Syafi‟iyyah,

b. Data sekunder ialah data- data yang diambil dari sumber-sumber yang

ada relevansinya dengan pembahasan yang berupa buku-buku, majalah,

jurnal, makalah, internet ,Ensiklopedia Islam dan lain sebagainya.

c. Data tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan lebih lanjut

terhadap bahan-bahan primer dan bahan sekunder.yaitu berupa kamus

hukum, kamus bahasa indonesia, kamus bahasa arab, kamus bahasa

inggris dan kamus-kamus yang lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan faktual, teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan studi pustaka data-data kualitatif.

Yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan (referensi) yang terkait serta

mempunyai relevansi dengan penelitian.25

Adapun tehnik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah

dokumentasi, yaitu bahan-bahan yang telah tersusun baik berupa Kitab-kitab

Ulama, buku maupun Jurnal yang memiliki kaitan dengan pembahasan judul.

4. Teknik Analisis data

25

Iskandar, Metodologi penelitian kualitatif. (Jakarta: GP Press, 2009), hlm. 11

Page 30: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

18

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu

menganalisis data yang telah dikumpulkan yang berisi informasi, pendapat

dan konsep para ulama, serta analisis hukum yang bersifat komprehensif

yaitu menggambarkan tentang pandangan-pandangan dan metode istinbath

dalam menetapkan hukum seputar sogok. Serta melihat dan membandingkan

argumentasi mereka seputar dalil-dalil yang mereka gunakan dalam

menyikapi permasalahan ini.

5 . Sistematika penulisan

Penyusun skripsi ini terbagi dalam lima bab, antara babnya ada yang

terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan

tersendiri, tetapi tetap saling berkaitan antara sub bab dengan bab yang

berikutnya. Untuk meberikan gambaran secara mudah agar lebih terarah dan

jelas mengenai pembahsan skripsi ini penyusun menggunakan sistematika

dengan membagi pembahsan sebagai berikut:

Bab I, Merupakan pendahuluan yang menguaikan latar belakang maslah,

rumusan masalah, batsan maslah, tujuan dan kegunaan penelitian,

kerangka teori, tinjauan pustaka serta metode penelitian.

Bab II. Pada bab ini memaparkan tentang biografi Imam Hanafi dan Imam

Syafi‟i.

Bab III. Membahas tentang tinjauan umum mengenai hukum, sogok, serta

pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi‟I tentang sogok.

Page 31: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

19

Bab IV. Merupakan inti pembahsan dan hasil penelian tentang hukum

melakukan sogok menyogok untuk mempertahankan hak (studi

komparatif anatar Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi‟i).

Bab V.Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran.

H. Jadwal Penelitian.

Penelitian ini dilakukan selama delapan bulan, dengan pembuatan

proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar skripsi,

setelah pengesahan judul dan izin riset, maka penulis mengadakan

pengumpulan data pembuatan skripsi, sidang dan perbaikan.

Table 1: Jadwal Penelitian

No

Jenis Kegiatan

Penelitia

Bulan 2019

Maret

Apr

Mei

Juni

Juli

Ag

t

Spt

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Maret

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

1 Pengajuan

Judul X

2 Penunjukkan Dosen

Pembimbing x

3 Pembuatan Proposal x x x

4 Seminar Proposal dan

Perbaikan Hasil

Seminar

X x

5 Surat Izin Riset X

6 Pengumpulan dan

Penyusunan Data X

7 Pembuatan Skripsi x x

8 Bimbingan dan

Perbaikan

9 Agenda dan Ujian

Skripsi

10 Perbaikan dan

Penjilidan

Page 32: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

20

BAB II

SEJARAH MAZHAB HANAFI DAN MAZHAB SYAFI‟I

A. Sejarah Singkat Mazhab Hanafi

Berbicara tentang Mazhab Hanafi kita tidak akan bisa lepas dari nama

imam Abu Hanifah, karena pemikiran beliau yang jenius dan cerdas

dalam ilmu fiqh menjadi cikal bakal lahir dan berdirinya Mazhab Hanafi.

Bahkan sampai Imam Syafi‟i berkata “ tidak ada seorang wanita dan laki-laki

yang mengungguli akal Abu Hanifah”.26

1. Riwayat Hidup

Imam Abu Hanafi adalah seorang imam yang empat dalam Islam ia

lahir dan lebih dulu dari pada imam yang lain imam Abu Hanafiyah seorang

yang berjiwah besar dalam arti kata seorang yang berhasil dalam hidupnya,

dia seorang yang bijak dalam bidang ilmu pengetahuan tepat dalam

memnberikan dalam memberikan suatu keputusan bagi suatu masalah atau

peristiwa yang dihadapi.27

Abu Hanifah hidup di zaman pemerintahan kerajaan Ummwiyah dan

pemerintahan Abbasiyah, ia lahir di sebuah desa di wilayah pemerintahan

Abdullah bin Marwan dan beliau meninggal dunia pada masa khalifah Abu

Ja‟far AI-Mansyur,ketika pemerintahan Abbasiyah dan pro Ummawiyah.28

26

Ali Fikri, Kisah kisah para imam Mazhab, (Yogyakarta, Mitra pustaka, t.th), hlm.45 27

Ahmad As-Syuibasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, ( Jakarta : Bumi

Aksara , 1993), hlm. 13 28

Ibid, hlm. 13

Page 33: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

21

Imam Abu Hanifah pendiri Mazhab Hanafiyah, nama lengkapnya

adalah Abu Hanafiah An Nu‟man bin Zuta Al-kufi Ia adalah keturunan

persia yang merdeka (bukan keturunan hambah sahayaha)29

Di lahirkan di

kuffah pada tahun 80 H, pada masa pemerintahan Abdul Malikbin Marwan ,

Abu Hanifah selanjutanya masa kecil dan tumbuh menjadi dewasa di sana,

sejak masi kanak- kanak ia telah mengkaji dan menghafal Al-Qur‟an ia tekun

senantiasa mengulang ulang bacanya, sehingga ayat ayat suci tersebut tetap

terjaga dengan baik dalam ingatanya.30

Menurut suatu riwayat, dia di panggil dengan sebutan abu hanifah

karena ia seorang putra bernama Hanifah. Menurut kebiasaan, nama anak

menjadi nama panggilan bagi ayahnya dengan memakai kata Abu (bapak atau

ayah), sehingga ia dikenal dengan Abu Hanafi, dan menurut riwayat lain

sebabnya ia mendapat gelar Abu Hanifah karnah dia adalah seorang yang

rajin melakukan ibadah kepadah Allah dan sungguh-sungguh mengerjakan

kewajibanya dalam agama, karena perkataan „‟Hanif‟‟ dalam bahasa arab

artinya „‟cenderung dan condong‟‟ kepada agama yang benar. Ada pula yang

meriwayatkan bahwah sebabnya dia mendapat gelar Abu Hanifah karana dia

selalu berteman dengan „‟Tinta‟‟ yang menurut iughat irak yaitu (Dawat) Abu

29

Wahbah Az-zuhaili, Al-Fiqh al-islami wat ahlahruhu, cet x, ( Demaskus: Dar al-Fikr,

2017), 1:40 30

Muhammad jawad Mughiyah, al- Fiqh Ala Mazahib Al-Khamzah, Penerjemah Maskur

A.B.,Afif Muhammad Idrus Al-Kaff, cet, XXVII. (Jakarta lentera .2011), hlm. 27

Page 34: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

22

Hanifah senantiasa membawa tinta guna menulis dan mencatat ilmu

pengetahuan yang di proleh dari gurunya.31

Bapak Abu Hanifah dilahirkan dalam Islam. Ada beberapa pendapat

ahli sejarah tentang bapaknya. Diantaranya mengatakan bahwah dia berasal

dari anbal dan pernah tinggal di tarmuz dan nisa. Bapak Abu Hanifah seorang

pedagang beliau satu keturunan dengan bapak saudara Rasulullah. Mana

kalah neneknya Zuta adalah hamba kepala suku (bani) Tamim.32

Kakek Abu Hanifah adalah Zautha yang berasal dari kabul

(afganistan) yaitu tawanan perang karena dia berperang melawan Utsman bin

Affan sewaktu menaklukan persia. Penakluakn tersebut bukan hanya di persia

tetapi sampai ke khurasan dan afganistan Zutha termasuk salah satu pembesar

negara yang di taklukan oleh tentara Utsman dan beliau menjadi tawanan

perang akhirnya di serahkan kepada tentara Islam yang menang dalam

peprangan tersebut. Setelah menjadi tawanan perang ia djadikan budak dan

akhirnya bebas dari budak karenah telah masuk Islam. Setelah di bebaskan

dari perbudakan ia menetap di kuffah dan selanjutnya ia berdagang sutra di

kota kuffa dan lahir anaknya di beri nama Tasabit yaituh ayah Abu Hanifa.33

Setiap orang dapat menjadi terhormat dan hambah Allah yang taat,

tidak terikat dengan asal keturunan, misalnya budak atau bukan budak, tetapi

31

Muhammad Chalid, Biografi Empat Serangkai Imama Mazhab.Hanifah Maliki Syafi‟ih

dan Hambali, cet IX, ( jakarta Bulan Bintang. 1994 ), hlm19. 32

Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah Biografi Empat Imam Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i,

Hambai, (Jakarta, Bumi Aksara: 1993), h. 15 33

M. Bahari Ghazali dan Djumadris,Perbandingan Maszhab (Jakarta, Pedoman Ilmu

Jaya: 1992), hlm 49

Page 35: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

23

di tetapkan oleh uahanya sendiri atau ilmu yang dimilikinya, maka Abu

Hanifah sejak kecil sudah menunjukan menuntut ilmu agama Islam.34

Selain memperdalam Al Qur‟an, imam Abu Hanifah juga aktif

mempelajari ilmu fikih. Ia juga mendalami ilmu hadist dari kalangan

sahabat Rosul, di antaranya kepada Annas bin Malik, Abdullah bin Aufah dan

Abu Taufail Amir, dan lain sebagainya, keluarga Abu Hanifa sebernya adalah

keluarga pedagang, ia sendiri sempat terlibat dalam usaha perdangangan,

namun hanya sebentar sebab ia memutuskan pada soal-soal keilmuan.35

Abu Hanifah adalah pangilan dari Nu‟man, maka Abu Hanifah Ibnu

Tassbit bin Zutha dalam hal ini terjadi bebrapa riwayat tentang pangilan Abu

Hanifah, antaranya yaitu.

a. Karna salah satu anaknya bernama Hanifah, maka Abu Hanifah berarti

bapak dari Hanifah

b. Dia adalah salah seorang yang sangat taqwa Allah dan perinsipnya tidak

dapat digoyangkan, dia tetap berprinsip atau berpegang teguh dengan

agama islam. Dia tidak akan tergoyahkan dengan bujukan apapun yang

diajukan kepadanya, baik itu menguntungakan terlebih lagi yang dapat

merugikan dirinya, misalnya dia diangkat jadi pembesar dengan syarat

Abu Hanifah lebi baim dia di penjara dari pada dia akan meninggalkan

perinsipnya. Demikian kuat perinsip Abu Hanifah .

34

Ibid, hlm. 50 35

Muhammad Jadwal Mughniyah,Al-Fiqh‟ Ala Mazhab Al-Khamzah, hlm. XXVI

Page 36: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

24

Dengan demikian Abu Hanifah yang berati berasal dari kata Abu

artinya hambah dan Hanifah artinya cenderung taat kepada Allah.

c. Karanah paling cinta kepada tinta untuk menulis, sehingga beliau

dipanggil oleh guru dan teman temannya dengan pangilan Abu Hanifah

karnah Hanifah dalam bahasa arab berarti tinta, jadi Abu Hanifah berarti

bapak tinta.36

Abu Hanifah ini semenjak kecil sampai meninggalia berada di kota

kuffah atau liraq sejak kecil ia belajar membaca Al-Qur‟an serta

menghafalkannya. Ia hidup dan dibesarkan ditengah-tengah kluarga

pedagangkain sutra dan keluarga yang taat melaksanakan ajaran islam.37

Ada empat sahabat Rasulullah yang sangat berkesan bagi Abu Hanifah

dan ikut mempengaruhi pokok-pokok pemikiranya dan Abu Hanifah,

keempat sahabat itu adalah

a. Umar Bin Khatab, Abu Hanifah tertarik kepada metode Umar dalam

menetapkan hukum dengan menggunakan „‟kemasalahatan umat‟‟

kepentingan umat sebagai dasarnya.

b. Ali Bin Abi Thalib, Abu Hanifah terkesan kepada ali dalam memahami

hakekat Islam dan pengalaman-pengalamannya secara bersungguh-

sungguh.

36

M. Bahri Ghazah dan Djumadris, Perbandingan Mazhab, hlm. 50 37

Ibid, hlm.51

Page 37: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

25

c. Abdullah Bin Ma‟ud Abu Hanifah bekesan dengan ketekunan dalam

memplelajari dan memahami Islam.

d. Abdullah Ibnu Abbas, Abu Hanifah atas metodenya memplajari ayat-ayat

Al-Qur‟an dan dari Abdullah Ibnu Abbas inilah Abu Hanifah mendapat

ilmu pengetahuan Al-Qur‟an dan cara-cara menafsirkannya38

.

Imam Abu Hanifah meniggal di kuffah pada tahun 150 H bertepatan

767 M bersama dengan tahun kelahiran calon ulama besar yaitu imam

Syafi‟i.39

Menurut imam An Nawawi berpendapat: beliau meningga dunia

ketika dalam tahanan. Dicertiakan bahwa sebelum Abu Hanifah

meghembuskan nafas yang terakhir, ia berpesan ( wasiat ) supayah mayatnya

dikembumikan ditanah perkebunan yang baik beliau maksutnya degan tanah

yang yaitu yang tidak dirampas oleh seorang raja atau ketua negri. Al- Hasan

bin Ammarah dan rekan-rekannya memandikan mayat Abu Hanifah,beliau

mendapatlkan pujian ibadah, puasah, tahajjud di waktu malam dan membaca

Al Qur‟an.40

Sunggu banyak dari orang awam yang mengiringi jenazah Abu

Hanifah di perkiraka lebih kurang sekitar lima pulu ribu orang yang

mengiringi jenazahnya. Suatu peristiwa yang aneh yaitu Abu Ja‟far A-

38

Ibid, hlm.52-53 3939

Ibid, hlm. 49 40

Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah Perbandingan Empat Mazhab (Jakarta, Bumi Aksar:

1993). hlm,69

Page 38: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

26

Mansyur penguasa negri masa itu yang telah menahan Abu Hanifah semasa

hidupnya, turut pula sholat atas jenazahnya. Jenazah Abu Hanifah

dikembumikan dimakam perkuburan „Al-Khaizain‟ di timur kota baqdad 41

Semasa hidupnya di kenal sebagai seorang yang sangat dalam

ilmunya, ahli zuhud, tawadu‟ dan sangat teguih memegang ajaran agama.

kepandainya dapat di ketahui melaui pengakuan para ilmuan di antaranya:42

a. Imam Ibnu Mubarrak berkata „‟aku belum pernah melihat seorang laki

laki secerdik dari pada Abu Hanifah

b. Imam Ali bin Asim berkata „‟jika sekitarnya di timbang akal Abu

Hanifah dengan akal penduduk kota ini tentu akal mereka ini

dikalahkannya‟‟

c. Harun Ar-Rasyid berkata „‟ Abu Hanifah adalah seorang yang dapat

melihat dengan aklanya pada barang yang tidak dapat ia lihat dengan

mata kepalanya „‟

d. Imam Abu Yusup berkata “aku belum pernah bersahabat dengan seorang

yang cerdas dan cerdik melebihi Abu Hanifa”.

41

Ibid, hlm.67 42

Muhammad Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, cet, II, (Jakarta :PT Rahaja Grafindo

Persada, 1996, hlm.184

Page 39: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

27

2. Guru dan murid Abu Hanifah

a. Guru Imam Abu Hanifah

Abu Hanifah terkenal sebagai seorang alim dalam ilmu fiqhi dan

tauhid. Menurut sebagian parah ahlisejarah bahwah beliau mempelajari ilmu

fiqhi dari Umar, Ali bin Abi Thalib, Abdullah Bin Mas‟ud, Abdullah Bin

Abbas.

Diantara parah gurunya ialah Hamid bin Abu Sulaiman Al-Asy‟ari.

Beliau banyak sekali memberi pelajaran dalam ilmu fiqhi dan juga tauhid dari

guru gurunya43

. Pelajaran ilmu tajwid juga beliau pelajari dari Idris bin „Asir

seorang yang alim dalam ilmu tajwid. Beliau amat terpengaruh pada gurunya

Ibrahim An-Nakha‟ii.

Abu Hanifah terkenal sebagain seorang yang baik dalam mengikuti

kaidah (Al-Qiyas). Kaidah ini berkembang salah satu dasar hukum islam.

Sepeniggal gurunya ia pernah mengajar sebagai penganti di masa itu, banyak

pertanyaan-pertanyaan yang telah di kemukakan kepadanya. Ia telah

menjawab semua pertanyan-pertsnyaan itu. Ketika gurunya pulang dari

musafir ia mintak gurunya supayah semua jawaban-jawabannya. Gurunya

hanya menyutujui 40 dari 60 jawaban saja dari jawaban-jawaban yang telah

diberinya. Sejak itu ia berjanji tidak akan berpisah dari gurunya sampai akhir

hayatnya.

43

Ahmad Asy-Syurbasi dan Biografi Empat Imam Mazhab, hlm. 17

Page 40: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

28

Setelah gurunya meninggal dunia, ia menggantikan kedudukan

gurunya, maka banyaklah parah murid-murid gurunya belajar padanya.

b. Murid Abu Hanifah

Diantara beberapa murid Abu Hanifah yang terkenal ialah abu

Yusufya‟kub Al-Ansari dengan pengarahan dan bimbingan dari gurunya ia

terkenal sebagai seorang yang sangat alim dalam ilmu fiqhi dan diangkat

menjadi kadhi semasa khalifah Al-Mahdi dan Al-Hadi,dan juga al-rasyid

pada masa pemerintahan Abbasiyah, Al-Hazali, Al-Hasan bin zaid al-lu‟lu44

Diantara muridnya yang lain adalah Al-Hazzal, mereka tidak banyak

mengarang buku beliau banyak memberikan pelajaran dengan mengajar cara

lisan saja. Begitu juga muridnya Al-Hasan bin Zaid Al-Lu‟lu, mereka juga

termasuk di antara muridnya juga, mereka menjadi kadhi di kota kuffa,

diantara lain kitab karangan beliau al-kadhi,dan al-khaisal

Abu Hanifah meninggalkan beberapa nasehat untuk pegangan hidup,

sebagai nasehat atau pesan-pesan dari seorangh guru kepada anak didiknya

atau murid-muridnya

3. Karya-Karya Imam Abu Hanifah

Dalam buku yang berjudul „‟sejarah dan bigrafi empat mazhab‟‟

dikatakn bahwa walaupun Imam Hanafi tidak menulis kitab, namun murid-

44

Ibid , hlm. 18

Page 41: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

29

murid beliau tetap berusaha mengumpulkan dan membukukan fatwa-

fatwa beliau, murid-murid tersebut mengarang kitab yang telah diajarkan

kepada mereka, imam Abu Yusuf umpanya mengarang kitab antara lain; Al-

Kharaj, Al-Athar, dan juga Arras Alai Sairi A-Auzali. Begitu juga dengan Al

hasan bin Ziyad Al lu-lu mengarang kitab al-Qhadi, Al-khaisal Ma‟aini Al-

Imam An-Nufaqat, Al-Kharaj, Al-Fara‟ih, Wisayah,Al-Amani.45

Walaupun Abu Hanifah tidak banyak mengarang kitab untuk

Mazhabnya namun Mazhabnya tetap terkenal di sebaban murid-muridnya

atau anak didiknya banyak menulis mitab-kitab untuk Mazhabnya terutama

muridnya yang bermana Abu Yusuf Muhammad.

4. Perkembangan Mazhab Hanafi

Sepanjang riwayat, bahwa para sahabat Imam Hanafi yang

membukukan Mazhab beliau ada 40 orang, di antara mereka adalah Imam

Abu Yusuf dan Imam Zafar. Dan permulaan yang menulis kitab-

kitabnya ialah Asad bin „Amar.46

Kemudian dikala Harun Ar-Rasyid menjabat selaku kepala negara

bagi dunia Islam, beliau menyerahkan urusan kehakiman

kepemerintahannya kepada Imam Abu Yusuf, muridnya Imam Hanafi yang

terkenal sesudah tahun 170 H. Dengan demikian urusan kehakiman dalam

45

Ibid ,hlm. 19 46

Munawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan

Hambali, (Jakarta: Bulan Bintang,1994) cet ke-9, hlm 180

Page 42: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

30

kerajaan Ar-Rasyid ada ditangan kekuasaannya. Oleh sebab itu, beliau

bertindak tidak menyerahkan urusan kehakiman ke tiap-tiap kota melainkan

kepada orang yang ditunjuk.47

Selanjutnya, Mazhab Imam Hanafi baru dikenal orang Mesir

sesudah tahun 164 H, karena pada waktu itu telah diangkat oleh kepala

negara Al- Mahdy seorang Qadhi yang bermazhab Hanafi mula-mula

menyiarkan Mazhab Hanafi di Mesir, terutama selama pemerintahan Islam

ada di tangan kekuasaan kepala negara keturunan Abbasiyah, makin

berkembangnya Mazhab ini di Mesir, sampai tahun 358 H.48

Tatkala negeri Mesir di tangan kekuasaan para raja

keturunan Fathimiyah, dibawa pula kesana aliran Mazhab mereka, yaitu

Mazhab Syi‟ah Ismailiyah, tidak saja Mazhab ini tersebar disana karenanya,

akan tetapi kedudukan Qadhi juga dipengaruhi oleh Mazhab itu, bahkan

Mazhab Syi‟ah pernah menjadi Mazhab pemerintah dengan resmi. Yakni

hukum yang dilakukan oleh pihak pemerintahan di Mesir menurut Mazhab

Syi‟ah, kecuali dalam masalah yang mengenai ibadat, orang masih

diberikan kemerdekaan melakukan menurut aliran Mazhabnya masing-

masing, melainkan Mazhab Hanafi yang dilarang.49

47

Ibid., h. 181 48

Ibid,hlm182 49

Ahmad Asy Syurbasyi, Al-Aimmah al-Arba'ah, Terj. Futuhal Arifin, "Biografi Empat

Imam Mazhab", (Jakarta: Pustaka Qalami, 2003), hlm 25.

Page 43: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

31

Kemudian ketika pemerintahan di Mesir jatuh ketangan Al-

Ayyuby, lalu mereka menindas dan memangkas habis Mazhab Syi‟ah dan

aliran yang berbau Syi‟ah, dalam waktu itu kerajaan Al-Ayyuby

mendirikan banyak sekolah untuk mencetak ulama yang mengikuti Mazhab

Syafi‟i dan Mazhab Maliki. Dan Sulthan Shalahudin Al Ayyubi mendirikan

sekolah untuk memberikan pengajaran Mazhab Hanafi, dan dinamakan

Mazhab Ash Shuyufiyah. Semenjak itu Mazhab Hanafi mendapat kekuatan

kembali untuk berkembang di tengah-tengah Mesir. Kemudian pada tahun

641 H, oleh Sultan Shalih Najmuddin mendirikan madrasah yang dinamakan

madrasah Ash Shalihiyah, dalam madrasah ini diberikan pengajaran-

pengajaran Mazhab empat yang masyhur, Hanafi , Maliki, Syafi‟i, dan

Hambali, sebagai balasan untuk membasmi aliran Mazhab-mazhab yang lain.

Keluarga raja di Tunisia adalah pengikut Mazhab Hanafi. Maka

disana urusan kehakiman ada dua Qadhi yaitu dari golongan Hanafi dan

golongan Maliki karena penduduknya banyak mengikuti Mazhab Maliki,

demikian pula Mufti disana ada dua yaitu bermazhab Hanafi dan

Maliki tetapi yang bertanggung jawab keseluruhannya adalah Mazhab

Hanafi.

Setelah Mesir jatuh ketangan kekuasaan bangsa Turki, maka

kedudukan kehakiman diserahkan kepada ulama yang bermazhab Hanafi,

karena Mazhab Hanafi menjadi Mazhab resmi bagi pihak kerajaan

Usmaniyah dan bagi segenap pembesar negara. Dengan demikian sebagian

Page 44: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

32

besar Mesir dipengaruhi oleh Mazhab Hanafi, dengan tujuan agar

mendapatkan kedudukan Qadhi dan hakim. Sekalipun demikian nama

Mazhab Hanafi tidaklah begitu tersiar ke hulu-hulu Mesir, tetapi terbatas

ke kotanya saja, kebanyakan penduduk hulu Mesir tetap bermazhab Syafi‟i.

Selanjutnya Mazhab Hanafi tersiar dan berkembang ke negeri-negeri

Syam, Iraq, India, Afganistan, Kaukasus, Turki dan Balkan. Sebagian besar

penduduk di Turky Usmani dan Al-Bania, adalah pengikut Mazhab Hanafi,

di India di taksir sekitar 48 juta pengikut Mazhab Hanafi, dan di Brazilia

terdapat 25.000 muslim yang bermazhab Hanafi. Tersiarnya Mazhab Hanafi

itu adalah dengan perantaraan pihak kekuasaan para raja.

5. Negara-negara yang menganut Mazhab Hanafi.

Hanafi. Didirikan oleh Imam Abu Hanifah, Mazhab Hanafi adalah

yang paling dominan di dunia Islam (sekitar 45%), penganutnya banyak

terdapat di Asia Selatan (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka, dan

Maladewa), Mesir bagian Utara, separuh Irak, Syria, Libanon danPalestina

(campuran Syafi‟i dan Hanafi), Kaukasia (Chechnya, Dagestan).50

50

http//Mazhab.Perkembangan.empat.mazhab

Page 45: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

33

B. Sejarah Singkat Mazhab Syafi‟i

1. Riwayat Hidup

Imam Syafi‟i di lahirkan di gaza bagian selatan dari palestina,

padatahun 150 H. Pertengahan abad yang kedua Hijriyah.51

Pada penghujung

Rajab 150 H. Yang kebetulan bersamaan dengan tahun kelahiran imam Ali

Ar-Ridha , imam kedelapan kaum syiah, pada tahun itu pula imam Abu

Hanifah wafat.52

Dalam riwayat Ali Harim Rahimahullah, dari Amir bin Sawah, ia

berkata „‟imam Asy Syafi‟i berkata kepada ku; aku dilahirkann di negri

asqlan ketika akau berusia dua tahun, ibuku membawaku ke makkah „‟

kemudia Al-Hafidzibnu hajar berkata „‟tidak ada pertentangan anatara satu

riwayat yang lain karena asqalan adalah kota yang sejak dulu telah dikenal

sedangkan ghazzah berdekatan dengannya, jadi bila imam Syafi‟i mengatakan

ia dilahirkan di asqalan, maksutnya adalah kotanya, sedangkan ghazzah

adalah kampungnya.53

dalam riwayat lain dikatakan dari kota asqlan dan kota

ghazzah berjarak tiga kilo meter.

Nama imam Asy-Syafi‟ih adalah Muhammad bin Idris bin Al Abbas

bin Usman bin Syafiih bin As-Saib bin Ubaid bin Abu Yazid bin Hasyim bin

51

Sirajuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi‟i, (Jakarta: CV.Pustaka

Tarbiyah, 2014), hlm.19 52

Wahbah Az-zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wat Ahlahruhu, cet x, ( Demaskus: Dar al-Fikr,

2017), hlm..6 53

Nabbani Idris Manhaj Al-Imam Asy-Syafi‟i Rahimakumullah Taalah Fiisbat Al-

Agidah, (Bogor: Pustaka Imam As-Syafi‟i, 2002 ), hlm. 16

Page 46: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

34

al-mutahlib bin Abdi Manaf bin Qushay bin kilab bin Murrah bin ka‟ab bin

luay bin Galib. Abu Abdillah Al-Quraisyi Asy-Syafi‟i Al- Makki keluarga

dekat Rasulullah dan putra pamanya. Al Mutahlib adalah saudara Hasyim

yang merupakan ayah dari abdul muthalib kakek Rasulullah pada Abdi Manaf

bin Qushaiy, kakeknya Rasulullah yang ketiga.54

Adapun dari pihak ibu yang Fatimah binti Abdullah, bin Hasan,bin

Husein, bin Ali, bin Abi Thalib, menantu dan sahabat nabi dan khalifah ke

empat yang terkenal. Jadi baik di pandang dari segi keturunan darah maupun

di pandang dari keturunan ilmu maka imam Syafi‟ih yang kita bicarakan ini

adalah karib kerabat dari Nabi Muhammad SAW. Gelaran „‟SYAFI‟I‟‟ dari

imam Syafi‟ih diambil dari nenek moyangnya yang kempat yaitu, Syfi‟i bin

Saib.55

Imam Asy-Syafi‟i begitu tekun dalam belajar sehingga ia hafal Al-

Qur‟an dalam usia tuju tahun dan hafal kitab al-muwatha (karangan imam

Malik) dalam usia sepulu tahun pada saat usia 15 tahun imam Syafi‟ih

berfatwa setelah mendapat izin syikhnya yang bernama Muslim bin Khalid

Az-Zanji. Imam Syafi‟i menaru perhatian besar kepada syair dan bahasa,

sehingga ia hafal syair dari suku hudzail.56

54

Ibid, hlm. 13 55

Sirajuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi‟i…hlm. 21 56

Sirajuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi‟i, hlm. 17

Page 47: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

35

Dari mekkah imam Syafi‟i mulai mencari pekerjaan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan atas bantuaan Mush‟ab bin Abdullah yang menjadi

hakim di yaman, imam Syafi‟i akhirnya diankat menjadi hakim di najran dan

berhasil menjlankan tugasnya dengan baik. Pada tahun 184 H, imam Syafi‟i

di fitnah oleh seorang penguasah yang mengadukannya kepada Harun Ar-

Rasyid, pada tahun itu juga ia langsung di mintak untuk menghadap Harun

Ar-Rasyid di irak bersma dengan tujuh ulama lain dan akhirnya dijatuhkan

hukuman mati, tapi pada peristiwa tersebut, imam Syafiih berhasil selamat

dari kematian berkat kekuatan argumentasi yang dia miliki dan berkat

kesaksian Muahammad bin Al Hasan serta Pembelaan yang dilakukan oleh

Al Fadhal bin Rabbi yang berhasil meyakinkan bahwa imam Syafi‟i sama

sekali tidak bersalah.57

Setelah 6 tahun tinggal di mesir mengembangkan Mazhabnya dengan

lisan dan tulisan, dan beliau mengarang kitab banyak sekali diantara kitab

yang dikarang oleh imam Syafi‟i adalah kitab Ar-Risalah (ushul fiqhi) dan

sesudah mengarangkan kitab-kitab beliaupun meninggal dunia

Rabi‟ bin Sulaiman (Murid Imam Syafi‟ih) berkata: imam Syafi‟i

berpulang kerahmatullah sesudah sembahyang maqrib, pada kamis malam

jum‟at akhir hari bulan rajab dan kami makamkan beliau pada hari jum‟at.

57

Wahab Zhaili, Fiqh Imam Syafi‟i …hlm 8

Page 48: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

36

Sorenya kami lihat hilal bulan sya‟ban 204 H „‟, didalam tarekh masehi

bertepatan dengan 28 juni 819 M.58

2. Guru dsn Murid Imam Syafi‟i

a. Guru imam Syafi‟i

Imam Syafi‟i mengambil banyak ilmu dri para ualama di berbagai

tempat pada zamannya, di antaranya di mekka, madina, kuffa, bashrah,

yaman,syam, dan mesir hal ini tela di sebutkan oleh Al-Baihaqi, Ibnu

Kasir,Al-Mizzy, dan Al-Hafiz Ibnu Hajar.

Guru Imam Syafi‟i yang pertama ialah Muslim Khalid Az-Zinji dan

lain-lainnya dari imam mekka ketika umur beliau tiga belas tahun beliau

mengembara ke madina di mekka beliau belajar dengan abdul malik samapai

abdul malik meninggal dunia. Dan masi banyak lagi guru-gurunya yang lain

dari kampung-kampung atau kota-kota yang pernah dikunjunginya, antara

lain:

1) Guru beliau ketika di mekka yaitu Muslim Khalid Az-Zinji, imam

Sofwan bin Uyaina , Said bin Al-Kudah, Daud bin Abdurahman, Al-

Attar, Abdul Hamid bin Abdul Aziz bin Abu Daud, Abdurahman Binabu

Bakar bin Abdullah bin Abu Mulaika, Isma‟il bin Abdullah bin

Qishintihin Al-Muqri Muslim bin Khalid Az-Anji

58

,Wahab Zhaili, Fiqh Imam Syafi‟i hlm 45-46

Page 49: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

37

2) Guru beliau di madina yaitu Malik bin Anas, Ibrahim bin Yahya Al-

Usmani, Muhammad Said bin Abi Fudaik, dan Abdullah bin Nafi As-

Saiqh.

3) Guru beliau diyaman yaitu Matraf bin Mazin, Hisyam bin yusuf kadhi

bagi kota San‟a, Umar bin Abi Muslamah dan Al-Laith bin Saad

4) Guru beliau di irak yaitu Muhammad bin Hasan, waki‟ bin Al-Jarnah Al-

Kufih, Abu Usman Hamad Al-Kufi, Ismail bin Attiah Al-Basri dan

Abdul Wahab bin Abdul Majid Al-Basri.59

Sebagaimana yang kita ketahui,bahwa guru Imam Syafi‟i sangat

banyak. Diantara mereka ada yang lebih mengutamakan hadist dan ada juga

yang menggunkan tentang fikiran (ar-ra‟yi). Di antaranya ada dari orang

mu‟tazilah bahkan ada juga darfi orang syi‟ah dan setengah dari mereka

adalah mazhab imam Syafi‟i dan sterusnya.

Keadaan gurunya yang berlainan dapat membantu beliau dalam

meluaskan bidang ilmu fiqhi, juga menambah banyak ilmu-ilmu yang di

plajarinya serta meninggikan ilmu pengetahuanya. Di baqdad Imam Syafi‟i

mempelajari ilmu hadist dan ilmu akan yaitu dari gurunya Muhammad bin

Hasan. Beliau menulis ilmu yang diterima dari gurunya pada keseluruhannya.

Beliau sangat menghormati gurunya, dan begitu juga dengan guru-gurunya

sangat menghoramatinya. Imam Syafi‟i lebih menghoramti majlis-majlis

guru-gurunya dari pada majlis-majlis raja-rajanya. Beliau tidak pernah

59

Wahab Zhaili, Fiqh Imam Syafi‟i hlm. 35-35

Page 50: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

38

meninggalkan majlis pelajaran yang diadakan oleh guru-gurunya, oleh karena

itu membesarkan dan menghoramati gurunya beliau tidak pernah berbincang-

bincang dengan gurunya kecuali setelah mendapat izin dari gurunya.

Apabilah gurunya meninggalkan majlis pelajaran beliau terus

mempertahankan kedudukan ilmu fiqhi orang-orang madina.

b. Murid Imam Syafi‟i

Imam Al-Bahaiqi telah menyebutkan sebaian dari murid-murid Imam

Syafi‟i sebagaimana telah disebutkan oleh Al-Hafiz Al-Mizzy dan Al-Hafizh

Ibnu Hajar Al-Asqalani. murid Imam Syafi‟ih yang terkenal yaitu

1) Ar-Rabi‟ bin Sulaiman bin Abdul Jabbar bin Kamil

2) Imam Al- Muhaddist Al-Fqih Al-Kabir Abu Muhammad Al-Muradi Al-

Mishri Al-Muadzdzin

3) Abu Ibrahim bin Yahya bin Ismail bin Amar bin Uslim Al-Muzanin Al-

Miashri

4) Al-Imam Al-Allamah

5) Abu Bakar Al-Humaid

6) Ibrahim bin Muhammad Al-Abbas

7) Abu Bakar Muhammad bin Idris

8) Musa bin Abi Al-Jurad

9) Al-Hasan As-Sabah Az-Zafarani

10) Al-Husain bin Ali Al-Karabisi

Page 51: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

39

11) Abu Tahur Al-Kulbi

12) Ahmad bin Muhammad Al-Asy‟ari Al-Basari

13) Hurmalah bin Yahya

14) Yusuf bin Yahya Al-Buaiti

15) Ismail bin Yahya Al-Mizani

16) Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakim

17) Ar-Rabi bin Sulaiman Al-jizi

18) Abu Abdillah Muhammad Abdillah bin Abdul Hakim bin A‟yam bin

Laits Al-Imam Syaikhul Islam Abu Abdiilah Al-Mishri Al-Faqih

19) Abu Ya‟kub Yusuf bin Yahya Al-Mishri Al-Buwathi Al-Imam Al-

allamah.60

Diantara parah muridnya yang termasyhur sekali adalah Ahmad bin

Hmbal yang mana beliau telah memberi jawaban kepada pertanyaan tentang

Imam Syafi‟i dengan kata „‟ allah telah memberikan kesenagan dengan

kemudahan kepada kami melalui Imam Syafi‟i kami telah mempelajari

hukum-hukum dan kami telah menyalin kitab-kitab merekah apabialah Imam

Syafi‟i datang kami belajar kepadanya, kami dapat bahwa Imam Syafi‟i lebi

alim dari orang-orang lain, kami senantiasa mengikuti Imam Syafi‟i malam

dan siang apa yang kami dapati darinya adalah kesemuanya baik, mudah-

mudahan Allah melimpahkan rahmat bagi beliau.

60

Ibid,hlm. 38-39

Page 52: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

40

Imam Ahmad bin Hambal adalah diantar mereka yang paling banyak

menghadiri majlis pelajaran Imam Syafi‟i sehingga Az-Az‟farani berkata

pada tiap-tiap kali aku menghadiri majlis Imam Syafi‟i maka aku dapati

Ahmad bin Hambal selau bersama di majlis tersebut. Ahmad bin Hambal

sangat menghormati serta membesarkan gurunya Imam Syafi‟i. Pada suatu

hari Imam Syafi‟i menunggang sekor keledai. Ahmad bin Hambal turut

berjalan disampingnya untuk bertanya kepada gurunya ketika Yahya bin

Mu‟in mengetahui hal ini terus beliau mencelah Ahmad bin Hambal. Ahmad

bin Hambal bertanya kepadanya jika engkau berada di sebelah yang satu lagi

tentulah lebi baik bagimu. Ahmad bin Hambal bertanya lagi apabila Imam

Syafi‟i kembali dari kota san‟a kami menyambutnya dengan harapan putih.

3. Karya-karya Imam Syafi‟i

Parah ulama telah menyebutkan karya-karya Imam Syafi‟i diantarnya

yaitu: kitab Al-Umm,Kitab Ar-Risalah, Al-Jadidah, kitab ijma Al-Ilmi, kitab

Ibthal Al-Istihsan, kitab perbedaan antara imam malik dan Imam Syafi‟i,

kitab Ar-Radd‟a Muhammad bin Al-Hasan.61

dalam buku yang brjudul

„‟sejarah dan biografi empat imam mazhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan

Hambali‟‟ terdapat bebrapa kitab karangan Imam Syafi‟i di antaranya yaitu:

Al-Wasayah Al-Kabirah Iktikaf Ahli irak, Wisyyatus Syafi‟i jami‟Al-Ilm,

61

Ibid hlm 40-41

Page 53: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

41

Ibtal Al-Ihtisan Jami‟ Al-Mizani Al-Kabir, jami‟ As-Sighir, Al-Amali

Muktasar Ar-Rabi‟ Walbuuwaiti, Al-Ilma dan lain-lain.62

4. Perkembangan mazhab Syafi‟i:

Mazhab Syafi‟i tumbuh melalui 5 masa:

a. Fase Pembentukan. Fase ini dimulai sejak tahun 179 H, dan berlangsung

cukup lama hingga sekitar 16 tahun, yaitu hingga imam Syafi‟i datang ke

Baghdad untuk kedua kalinya pada tahun 195 H.

b. Fase Kemunculan Mazhab Qadīm (Klasik). Fase ini dimulai sejak tahun

195 H hingga saat beliau pergi ke Mesir tahun 199 H.

c. Fase Kematangan Mazhab Jadīd (Baru). Fase ini dimulai sejak tahun 199

hingga wafatnya beliau tahun 204 H.

d. Fase Pengembangan dan Penyempurnaan. Fase ini dimulai oleh para

murid imam Syafi‟i, sejak wafatnya beliau hingga pertengahan abad ke-5

H.

Selama fase ini para Ashāb (ulama mazhab) terus dengan giat

melakukan Takhrīj, melahirkan hukum permasalah baru melalui teks

imam Syafi‟i.

e. Fase Kestabilan. Yaitu masa stabilnya mazhab dengan matangnya

pengumpulan riwayat, tarjīh (mengunggulkan pendapat yang kuat),

membuat kitab ringkasan yang hanya menyebutkan pendapat yang kuat

saja, kemudian ringkasan ini dijelaskan melalui kitab syarh.

62

Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Mazhab (Jakarta,Bumi Aksara:

1993), hlm 161-162

Page 54: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

42

5. Negara-negara yang menganut Mazhab Syafi‟i

Mazhab Syafi‟i. Dinisbatkan kepada Imam Syafi‟i memiliki penganut

sekitar 28% muslim di dunia. Pengikutnya tersebar di berbagai

negaradiantaranya: Indonesia, Turki, Irak, Syria, Iran, Mesir, Somalia,

Yaman, Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, Filipina, Sri Lanka ,

Malaysia dan Brunei.

Page 55: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

43

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG SOGOK

A. Sogok Menurut Imam Hanafi

Dalam fatwa Qadi‟ Khan (tokoh mazhab hanafi) disebutkan kalau

seorang anak hakim, atau notulenya, atau salah satu pegawainya

menerima sogok, dalam kasusnya diserahkan keputusan hakim tersebut

untuk diputuskan hukumnya, maka keputusan hakim diterima kalau dia

tidak mengetahui transaksi suap yang terjadi. Tapi jika hakim mengetahui

praktek kolusi yang terjadi dengan kerabatnya, maka keputusanya ditolak.

Jika peraktek sogok suda menjadi kebiasaan, maka posisi hakim tidak akan

diakui lagi.63

Praktek suap adalah sesuatu yang diharamkan, bagi bagi yang

memberi maupn yang menerima.

Ada empat macam bentuk peraktek suap yaitu:

Pertama, haram dari kedua belah pihak.

Kedua, kalau seorang memberi suap pada hakim untuk diringankan

hukumnya, maka baik keputusanya benar maupun tidak dihukum dari

kedua belah pihak

63

Abdul Gani Bin Ismail, Hukum Suap dan Hadiah, (Jakarta: Cendekia, 2003), hlm 122

Page 56: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

44

Ketiga, kalau seorang membayar atas dasar khawatir pada dirinya

atau pada hartanya, maka haram bagi yang menerima dan tidak bagi yang

pemberi. Begitu pula hanya dengan orang yang menebus dan yang

memnerima unag suapuntuk menjaga kekayaanya.

Empat, Seorang di benarkan membayar pada abdi demi kelancaran

usahanya, tapi tidak dibenarkan untuk orang yang menerimnaya.

Bentuk yang dibenarkan ketika mendapati kondisi demikian

adalah: orang yang menerima suap mengabdikan dirinya sehari semalam,

sesuai dengan pembayaran yang telah diberikan. Dengan transaksi seperti

itu maka hukumnya sah.

Jika dia memberikan suap terlebi dahulu demi kelancara urusanya,

maka orang yang memberi suap punya wawenang untuk menyeruhkan

bekerja sesuai dengan dengan transaksi kedua belah pihak bekerja pada

orang lain.

Jika sesorang memintak bantuan untuk memperlancar urusan

birokrasinya tampah didahului dengan uang pelican (diberikan setelah

urusanya berakhir) maka para ulama berbeda pendapat: sebagian ulama

tidak membenarkan bagi orang yang menerimanya dan sebagian lagi

membenarkan (sah), karna hal tersebut adlah sifat balas budi (seperti

Page 57: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

45

sesorang yang bertindak sebagai imam sekaligus muadzin tampah diseratai

dengan syarat tertentu).64

Dalam fatwa Al Bazaziyah disebutkan: seorang hakim tidak boleh

menerimah hadia dari orang lain dan dari kerabatnya kecuali jika ia

diberikan sebelumnya dan kalau ada tambahan maka selebihnya ditolak.

Kalau ada permusuhan di antara mereka, maka tidak ,boleh diterima; jika

telah diberikan sebelumnya tetapi masi dapat dikembalikan, maka

kembalikanlah. Tapi jika tidak dapat dikembalikan maka masukanlah ke

baitul maal.

Hal tersebut berlaku pada semua bidang; tidak sah menerimanya.

Kalau hakim tersebut melarat, maka dia boleh menerimnya, tetapi

setelah itu dikembalikan .

Seorang hakim yang telah memutuskan suatu perkara kemudian

menerima suapatau sebaliknya, maka keputusanny tidak diterima. Kalau

dia menyadari kesalahanya dan mengembalikan uang suap yang telah

diambilnya, maka keputusanya sah, karnah sifat fasik tidak menghapus

segalanya.

a. Hakim Yang Menerima Suap Tidak Diterima Keputusannya

Dalam Syrah AlAin‟ atas buku Al Khanz Al Asrussyani

menyebutkan dalam kitab Al-Fushul „‟jika seorang hakim menerima suap,

64

ibid, hlm. 123

Page 58: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

46

mka keputusanya (pada perkara tersebut) ditolak, sedangkan keputusan

perkara yang tidak disertai dengan uang suap dapat diterima.

Imam Al Bazdawi berakat, „‟Diterima juga dalam perkara perkara

yang diselipi dengan uang sogokan.‟‟

Sementara sebagian ualama lain berpendapat, „‟perkara yang

didlamnya ada suap ataupun tidak ada bati.‟

As Sarkhasi (imam yang terkemuka) lebi cenderung pada pendapat

yang pertama, sebagaimana pendapat Al Khashaf.65

Kalau seorang anak hakim, notolen, atau parah pegaweainya

menerima uang suap, dan hal ini diketahui serta diridhai oleh sang hakim,

maka keputusan tertolak. Tapi kalau hakim tidak mengetahuinya, maka

keputusanya diterima

B. Sogok Menurut Imam Syafi‟i

a. Hukum Memberi dan Menerima Sogok dalam Mengambil

Keputusan

Para pemuka dan toko mazhab Syafi‟i di antaranya Ibnu Rif‟ah

dalam Kifayat An Nabawiyah Fi Syarh At Tanbiyah berkata, „‟tidak

dibenarkan seorang hakim menerima suap, sebagaimana diriwayatkan oleh

Abu Bakar bin Mundzir dari Abu Hurairah, ia berkata,

65

Ibid, hlm.126

Page 59: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

47

زتش له سوقي لهزق ش صنق عو م الق رس هل

Artiny: Rasulullah SAW melaknat orang yang memberi dan menerima

suap.66

Diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah Tsaubah dan mengatakan

bahwa Rasulullah SAW berkata

ا ش ت لهش لهقذ زتش لهزق له ش لهزق الق ع

Artinya: Allah SAW melaknat orang yang memberi suap, menerima suap,

dan orang yang menghubungkan keduanya.

Begitu juga diriwayatkan dari anas

Penyebab yang mendasar adalah jiaka sang hakim menerima suap

untuk melenceng dari kebenaran yang akan diputuskan, sehingga

hukumnya ,haram.

Jika menerima suap dengan maksud tidak memberi keputusan

hkum secara objektif, sementara dia berwenang untuk memutuskan kepada

pihak yang bersengketa, maka menghindar untuk memberi keputusan

hukum duharamkan baginya.

66

Hadist Shahih bukhari (surabaya Al-ikhlas, 1980) hlm 85

Page 60: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

48

Jika hakim ingin memutuskan perkara secara benar, maka

seharusnya dia tidak menerima upah dari pemimpin (orang yang

dihormati).

Al Ghazali rahimahullahu dalam Ihya‟ Ulumuddin sejalan dengan

pendapat kyang pertama, ia berkata, „‟Harta pemberian yang dikeluarkan

belakangan adalah tanda kekerabatan dan sedekah. Pemberian yang

dikeluarkan lebih awal dengan maksud ada balasan harta adalah pemberian

yang mungkin masi mendapatkan pahalah. Tapi kalau dimaksutkan untuk

pekerjaan yang benar atau mewajibkan suatu syarat tertentu, maka hal

tersebut adalah bentuk suap. Jika diperbolehkan, maka berbentuk

persewaan atau upah. Atau dengan maksud memberi sebagai tanda

kekerabatan dan kasih saying. Pemberian tampah tendesi apa apa adlah

hadiah, meskipun akhirnya terbrntuk niat dengan maksud lain, diantaranya:

jika bertujuan mendapat tambahan ilmu, sesuatu yang bermampaat, atau

keturunan. Sedangkan kalau bermaksud mempegaruhi keputusan hukum

atau sesuatutugas maka itu suap.

Qadi‟ AbuThayib dan Abu Hamid rahimahullahu dalam

komentarnya berkata, „‟seorang hakim diharamkan menerima suap jika dia

mendapat gaji dari baaitul mal. Tapi jika dia tidak mendapatkan suatu dari

baitul maal, maka dia boleh menerima sesuatu yang bernilai pantas.

Seperti perkataan seorang hakim kepada dua orang yang bersengketa,

„Aku akan memutuskan perkara kalian bedua jika ada upah untukku.‟

Page 61: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

49

Dalam konteks demikian sang hakim boleh (hukumnya halal) menerima

pemberian tersebut.‟‟

Begitu pula pendapat Jurani rahimahullahu dalam At Taharir Ibnu

Shibagh berkata, „‟hal seperti itu diperbolehkan, karna tidak disyaratkan

atau diminta dari satu orang. Seandainya hanya diminta dari satu orang

untuk memutuskan hukum secara benar maka dinamakan hadiah.‟‟

Al Badaniji berkata,‟‟ Booleh seperti demikin, yang penting hakim

hanya mendapatkan biaya penghidupan fari profesi itu, karna juka dia

tidak menerimanya maka akan terputus biaya hidupnya (sebagaimana

ditulis dalam Al Hawi). Akan tetapi kalau dia tidak merasa hidupnya susah

dwngan tidak adanya upah dari orang yang bersengketa (baik

penghasilannya mencukupi maupun tidak mencukupi), maka dia tidak

diperbolehkan mendapatkan upah dari orang orang yang bersengketa.67

67

Ibid, hlm. 136

Page 62: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

50

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Metode Istinbat Hukum Imam Abu Hanifah Dan Imam Asy-Syafi‟i

1. Metode Istinbath Hukum Imam Abu Hanifah

Pola pemikiran Imam Abu Hanifah dalam menetapkan hukum,

sudah tentu sangat dipengaruhi latar belakang kehidupan serta pendidikannya,

juga tidak terlepas dari sumber hukum yang ada. Abu Hanifah dikenal

sebagai Ulama al-Ra‟yi. Dalam menetapkan hukum Islam, baik yang di

istinbathkan dari al- Quran ataupun hadits, beliau banyak menggunakan

nalar.68

Dari keterangan diatas, nampak bahwa Imam Abu Hanifah dalam

menetapkan hukum syara„ yang tidak ditetapkan dalalahny secara qath‟iy

menggunakan ra‟yu. Dalam menetapkan hukum, Abu Hanifah dipengaruhi

oleh perkembangan hukum di Kufah, yang terletak jauh dari Madinah sebagai

kota tempat tinggal RasulullahSAW.69

Sebagaimana telah dikemukakan diatas, Imam Abu Hanifah

berijtihad untuk mengistinbathkan hukum, apabila sebuah masalah tidak

68

Huzaimah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Logos Lacana Ilmu,

1997), hlm.9 69

Ibid, hlm. 99

Page 63: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

51

terdapat hukumyang qath‟iy (tetap dan jelas hukumnya dalam al-Quran dan

Hadits), atau masih bersifat zhanny dengan menggunakan beberapa cara atau

metode yang Imam Abu Hanifah gunakan dalam mengistinbathkan hukum

adalah dengan berpedoman pada:70

a. Al-Quran

Al-Quran al-Karim adalah sumber hukum yang paling utama. Yang

dimaksud dengan al-Quran adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW tertulis dalam mushaf bahasa arab, yang sampai kepada

kita dengan jalan mutawatir, dan membacanya mengandung nilai ibadah,

dimula dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.71

Imam

Abu Hanifah berpendapat bahwa al-Quran merupakan sendi al-Syariah dan

tali Allah yang kokoh, ia adalah yang umum yang kembali kepadanya seluruh

hukum-hukumnya, dan tidak ada satu sumber hukum melainkan harus tunduk

padanya.

b. Al-Sunnah

Kata سح berasal dari kata سح–س–س72

secara etimologi berarti cara

yang biasa dilakukan, apakah cara adalah sesuatu yang baik, atau yang buruk.

Sunnah dalam istilah ulama ushul adalah segala yang diriwayatkan dari Nabi

70

Moenawir Chalil, Biografi Imam Empat Serangkai, (Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1995),

hlm.79 71

A. Djazuli, Ilmu Fiqh Penggalian , Pengembangan dan Penerapan Hukum

Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. ke-7, hlm. 62. 72

Sairuddin, Kamus Arab Indonesia al-Azhar, (Jombang: Lintas Media, tt), Cet. ke-2,

hlm.213.

Page 64: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

52

Muhammad SAW, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, maupun pengakuan

dan suatu perbuatan yang dituntut melakukannya dalam bentuk tuntutan yang

tidak pasti dengan pengertian diberi pahala orang yang melakukannya dan

tidak berdosa orang yang tidak melakukannya.

Menurut Imam Abu Hanifah al-Sunnah berfungsi sebagai penjelas dan

perinci kandungan al-Kitab yang mujmal sebagaimana fungsi Nabi SAW

menyampaikan wahyu yang diturunkan padanya, menjelaskan dan

mengajarkan.

c. Fatwa-fatwa (Aqwal) Sahabat dengan pendapatnya.

Fatwa-fatwa sahabat dijadikan Imam Abu Hanifah sebagai sumber

pengambilan atau penetapan hukum dan ia tidak mengambil fatwa dari

kalangan tabi„in. Hal ini disebabkan adanya dugaan terhadap pendapat ulama

tabi„in atau masuk dalam pendapat sahabat, sedangkan pendapat para sahabat

diperoleh dari talaqqy dengan Rasulullah SAW, bukan hanya dengan

berdasarkan ijtihad semata, tetapi diduga para sahabat tidak mengatakan itu

sebagai sabda Nabi, khawatir salah berarti berdusta atas Nabi.7

Perlu ditambahkan bahwa dalam kitab-kitab Mazhab Imam Hanafi

terdapat beberapa perkataan (aqwal), yakni qaul Imam Abu Hanifah sendiri,

Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad bin Hasan dan Imam Zafar bin Hudzail.

KarenaImam Abu Hanifah melarang para muridnya untuk taqlid meskipun

bertentangan dengan pendapatnya

Page 65: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

53

d. Qiyas

Secara etimologi, kata qiyas berarti artinya mengukur,

membandingkan sesuatu dengan semisalnya. Sedangkan tentang arti qiyas

menurut terminologi terdapat beberapa definisi berbeda yang saling

berdekatan maknanya. Salah satunya adalah pendapat Abu Zahrah yakni:

ح ع ح للاسل ق للا جلحد لتقي له ز سوقي عن ل ر تلدلهقث صو الله لهلص عصز

وح ق رلهل للا

Artinya : Menghubungkan (menyamakan) hukum perkara yang tidak ada

ketentuan nashnya dengan hukum perkara yang sudah ada ketentuan

nashnya berdasarkan persamaan illat hukum keduanya Dari definisi

di atas, maka para ulama ushul menetapkan rukun qiyas yang terdiri

dari 4 macam,yaitu:73

1. Ashal, yaitu sesuatu yang dinashkan hukumnya yang menjadi tempat

mengqiyaskan. Ashal ini harus berupa ayat al-Quran atau sunnah,

serta mengandung illathukum.

2. Far‟u, yaitu cabang atau sesuatu yang tidak dinashkan hukumnya yaitu

yang diqiyaskan, yang disyaratkan tidak memiliki hukum sendiri,

73

A. Djazuli, Ilmu Fiqh Penggalian, Pengembangan dan Penerapan Hukum Islam,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. ke-7, hlm. 77

Page 66: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

54

memiliki illat hukum sama dengan illat hukum yang ada pada ashal,

tidal lebih dahulu dari ashal, dan memiliki hukum yang sama dengan

ashal.

3. Hukum ashal, yaitu hukum syara„yang dinashkan pada ashal

kemudian menjadi hukum pula pada far‟u (cabang). Yang disyaratkan

bersifat hukum amaliyah, pensyariatkannya rasional (dapat dipahami),

bukan hukum yang khusus (seperti khusus untuk Nabi), dan hukum

ashal masih berlaku.

4. Illat hukum, yang sifat nyata dan tertentu yang berkaitan dengan ada

dan tidak adanya hukum. Illat hukum disyaratkan dapat diketahui

dengan jelas adanya illat, dapat dipastikan terdapatnya illat tersebut

padafar„u, illat merupakan penerapan hukum untuk mendapat Maqasid

al-Syari„iyyah dan illat tidak berlawanan dengannash

e. Istihsan

Dari segi bahasa kata istihsan adalah bentuk mashdarnya artinya

menganggap sesuatu lebih baik, adanya sesuatu itu lebih baik untuk diikuti.

Sedangkan menurut istilah syara„ adalah penetapan hukum dari seorang

mujahid terhadap suatu masalah yang menyimpang dari ketetapan hukum

Page 67: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

55

yang diterapkan pada masalah-masalah yang serupa, karena alasan yang lebih

kuat yang menghendaki dilakukan penyimpangan itu.74

f. Ijma„

Secara bahasa ijma„ berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk

mashdarnya secara bahasa memiliki beberapa arti, diantaranya: pertama,

ketetapan hati atau keputusan untuk melakukan sesuatu. Kedua,sepakat.

Sedangkan secara istilah syara„ adalah kesepakatan para mujtahid dalam

suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW terhadap hukum syara„ yang

bersifat praktis (amaly). Para ulama telah sepakat tidak terkecuali Imam

Abu Hanifah bahwa ijma„ dapat dijadikan argumentasi (hujjah) untuk

menetapkan hukum syara„.

g. Urf (adat yang berlaku didalam masyarakat umat Islam)

Dilihat dari segi bahasa kata urf berasal dari bahasa arab mashdarnya

sering diartikan dengan sesuatu yang dikenal. Contohnya dalam kalimat

Ahmad lebih dikenal dari yang lainnya. Menurut istilah syara„ adalah

sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan manusia dalam pergaulannya dan

sudah mantap dan melekat dalam urusan- urusan mereka. Para ulama sepakat

apabila urf bertolak belakang atau bertentangan dengan al-Quran dan sunnah

74

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, alih bahasa: Saefullah Maa„sum, Slamet Bayir,

Mujib Rahmat, Hamid Ahmad, Hamdan Rasyid, Ali Zawawi Fuad Falahuddin, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2008), Cet. ke-11, hlm. 401

Page 68: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

56

maka urf tersebut bertolak (tidak bisa diterima).75

2. Metode Istinbath Hukum Imam SyaFi‟i

Imam Syafi'i adalah seorang imam madzhab yang terkenal dalam

sejarah Islam, seorang pakar ilmu pengetahuan agama yang luas dan

memiliki kepandaian yang luar biasa, sehingga ia mampu merumuskan

kaidah-kaidah yang dapat dipakai sebagai metode istimbath,

sebagaimana yang termaktub dalam karyanya yang terkenal yaitu

“Ar-Risalah”. Kitab Ar-Risalah merupakan sumbangan Imam Syafi'i

yang sangat besar dalam dunia intelektual muslim. Dengan kitab Al-

Qur'an, As-Sunah serta teori Imam Syafi'i tentang prinsip- prinsip.

Jurisprudensi (ushul fiqh) penjabaran hukum Islam dapat diawasi

keotentikannya secara obyektif sekaligus kreatif dikembangkan dengan

suatu penalaran yang rasional.

Imam Syafi'i apabila hendak memutuskan suatu hukum, beliau

pertama mendahulukan tingkatan yang lebih tinggi sebagaimana

diterangkan dalam kitab Ar-Risalah, bahwa dasar Imam Syafi'i dalam

menetapkan hukum adalah:.

a. Kitab Allah

b. Sunnah Rasul

75

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, alih bahasa: Saefullah Maa‟sum, Slamet Bayir,

Mujib Rahmat, Hamid Ahmad, Hamdan Rasyid, Ali Zawawi Fuad Falahuddin, Cet. ke-11, hlm.

402

Page 69: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

57

c. Ijma„

d. Qiyas.76

Imam Syafi'i sangat mengutamakan dan menyatukan Al-Hadits

sebagai pemberi penjelasan terhadap Al-Qur'an yang sifatnya masih dzanni.

Oleh karena itu jumhur membolehkan mentahsis Al-Qur'an dengan Khabar

Ahad. Adapun yang dimaksud dengan Hadits Ahad adalah hadits yang

diriwayatkan oleh satu orang dari satu orang dan demikian seterusnya

sampai ke sumbernya, yakni Nabi atau sahabat. Hadits seperti ini tidak dapat

menjadi hujjah, kecuali jika orang yang meriwayatkan terpercaya dalam

agamanya,dikenal jujur dalam periwayatan, memahami apa yang

diriwayatkan, menyadari sesuatu lafadz yang mungkin mengubah arti hadits,

dan hendaknya cakap meriwayatkan hadits kata demi kata sebagaimana

yang ia dengar dan bukan hanya mungkin dapat mengubah artinya, tidak

diketahui jelas, mungkin sebaliknya.77

Disamping itu, jumhur mengemukakan alasan bahwa perintah Allah

untuk mengikuti Nabi tidak terbatas karena itu apabila Nabi mengeluarkan

suatu ketentuan, umat Islam wajib menaantinya andaikata ketentuan itu dari

Nabi SAW itu menurut lahirnya berlawanan dengan umumnya Al-Qur'an

hendaknya diusahakan untuk mengompromikannya, ialah mentahsiskan

keumumannya, dan mereka konsekuen dengan pendapat bahwa dalalah lafadz

76

Muhammad Abu Zarah, UshulFiqh, AlihbahasaSaepullahMaa‟sumSlametBasyir,

MujibRahmat, Hamid Ahmad, HamdanRasyid, Ali ZawawiFuadFalahuddin, cet. Ke 11 hlm 7. 77

Muhammad bin Idris, Asy-Syafi‟IAr-Risalah,(Beirut Dar Al-Fikr, 19976), hlm.160

Page 70: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

58

amm sebagian satunya adalah dzanni. Oleh karena itu tidak ada halangan

mentahsiskan keumumannya Al Qur'an dengan khabar Ahad yang berdalalah

dzanni itu.78

Selanjutnya Imam Syafi'i mempergunakan Ijma„ jika tidak terdapat

ketentuan hukum sesuatu, baik dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah.

Mengenai apa yang disepakati (ijma„) dan dikatakan ada landasan riwayat

dari Rasulullah. Mengenai ijma„ yang tidak terkait dengan riwayat dan Nabi,

Imam Syafi'i tidak dapat menjelaskan sebagai sumber dari riwayat itu, sebab

seorang hanya dapat meriwayatkan apa yang ia dengar. Tidak dapat seseorang

meriwayatkan sesuatu berdasarkan dugaan di mana ada kemungkinan bahwa

Nabi sendiri tidak pernah mengatakan atau melakukannya. Maka kami

menerima kesepakatan umat dan mengikuti otoriter mereka dengan

keyakinan bahwa setiap sunnah Nabipasti diketahui oleh sebagian lainnya.

Kami yakin bahwa umat tidak akan bersepakat atas sesuatu kesalahan.79

Menurut Imam Syafi'i, Ijma merupakan hujjah syar„iyah karena ketika

Umar bin Khattab berkunjung ke Al-Jabiyah, dia berpidato di muka para

sahabat, pada kesempatan itu beliau mengemukakan:

ز ت ع زج تام: ل زجا تز لت س وك لت ع حدثا عثد الله حدقث لت حدثا جاتزع عثد له

عقام: لهيطقاب رع الله ع خطوة تالهجاتقح عقن: تاى عل قا ا رسم الله صو الله عو سلى ع

جن هثلد تاهثشادج ق لهزق لهلشب حلق ل حي ثيق يش ز ثيق و ح ل ت صحات ص لرد لسل ا ع تثن ل تسو

78

Muhammad KhuzairiBeik,UshulFiqh, (Beirut Dar Al-Fikr,1994), hlm. 186-187. 79

ibit, hlm. 204

Page 71: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

59

لي تحثحح لهجقح ل ع )رل حسح س ت سق ا سزق ت ثا هث ق لهشطا اعح عا عاشى لهي

.لحد(

Artinya : “Diceritakan dari Abdullah berkata: Bapak saya menceritakan

padaku,diceritakan Jabir dari Abdul Malik ibn Umar, dari Jabir ibn

Samurah berkata Umar bin Khattab telah berkhutbah dihadapan

kaum muslimin di Jabiyah dengan perkataan; Sesungguhnya

Rasulullah SAW berdiri seperti berdirinya aku di sini dan bersabda:

―berbuat baiklah kepada sahabat-sabahatku kemudian penerus-

penerusnya dan penerus yang selanjutnya, kemudian datang seorang

sahabat yang bersumpah sebelum dimintai sumpah dan memberi

kesaksian sebelum dimintai kesaksiannya. Barang siapa yang ingin

memperoleh kelapangan di surga, maka ia harus mengikuti mayoritas

umat, maka sesungguhnya syaitan besera orang yang menyendiri jika

seorang bergabung dengan yang lainnya sehingga menjadi berdua

dan seterusnya maka syaitan semakin menjauh. Janganlah seorang

laki-laki menyendiri dengan seorang wanita, sebab syaitan akan

menjadi teman ketiga bagi mereka, dan barang siapa merasa bahagia

dengan amal baiknya dan merasa susah dengan amal buruknya, maka

dia adalah mukmin yang sesungguhnya. (HR. Ahmad).80

Yang dimaksud dengan Ijma„ menurut Imam Syafi'i adalah :

سوقي عن ر تلدلهقث صو الله لهلص ح ع عصز ح للاسل ق للا جلحد لتقي له ز ل

وح ق رلهل للا

Artinya: Kesepakatan para imam mujtahid diantara umat Islam pada

satu masa setelah Nabi SAW terhadap suatu persoalan‖.81

Kemudian jika tidak terdapat pula dalam ijma„ (kesepakatan para

ulama), maka Imam Syafi'i mempergunakan istimbath qiyas (analogi).

80

Muhammad Abdul As-Salam Abdul As-Sani, Musnad Imam Ahmad Bin Hambal, Juz I, (

Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah), hlm 24

81

HasbiAsy-Shiedieqy, PokokPokokPegangan Imam Mazhab, (Jakarta:BulanBintang,

1981), hlm 152

Page 72: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

60

Dalam kitab Ar-Risalah Imam Syafi'i, disebutkan bahwa semua

persoalan yang terjadi dalam kehidupan seorang muslim tentu ada hukum

yang jelas dan mengikat sekurang-kurangnya ada ketentuan umum yang

menunjukkan kepadanya. Jika tidak, maka ketentuan hukum itu tidak lain

adalah qiyas.82

Qiyas itu ada dua macam:

Pertama, yaitu kasus yang dipersoalkan tercakup dalam arti dasar

yang terdapat dalam ketentuan pokok. Dalam qiyas semacam ini, insya

Allah tidak akan terjadi perbedaan.

Kedua, yaitu kasus yang dipersoalkan tercakup dalam ketentuan

yang lebih mendekati kemiripannya. Dalam qiyas semacam ini perbedaan

memang sering terjadi.83

Diantara firman Allah yang mendasari qiyas adalah (Q.S. Al

Baqarah: 255). :

تش لا حط ا شا ۦ إلاق عو ت

Artinya:Mereka tiada tahu tentang ilmu-Nya kecual iyang ia kehendaki”.

84

B. Pendapat Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi‟i Tentang Sogok Menyogok

82

Muhammad bin IdrisAsy-Syafi‟IAr-Risalah hlm. 206 83

Ibid, 207

84

Depertemen Agama Ri, Al-Qura’an dan Terjemahannya hlm 2006

Page 73: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

61

Dalam Mempertahankan Hak

1. Pendapat Mazhab Hanafi

Madzhab Hanafiyyah menyebutkan bahwa sogok memiliki berbagai

macam bentuk diantaranya, apabila pemberian ditujukan untuk menarik

simpati dan timbulnya rasa kasih sayang maka hal ini halal baik bagi pemberi

maupun penerima

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

ل ادتحا ت تن رسم الله سوي: ت

Artinya: Saling memberilah, niscaya kalian akan saling mencintai.85

Dalam hal ini, menurut penulis jika ada seseorang yang memberi

hadiah kepada orang lain dengan menarik simpati baik itu karena tujuan

supaya dapat mempertahankan haknya, maka hal ini boleh sepanjang tidak

menghalalkan segala cara dalam pemutusan hukum oleh pengadilan.

Selanjutnya Madzhab Hanafiyyah berpendapat bahwa apabila

pemberian penguasa maka tidak diperbolehkan untuk menerimanya.

Sementara untuk memberi pemberian kepadanya adalah boleh, hal ini

dikarenakan si pemberi menjadikan hartanya sebagai alat penyelamat bagi

dirinya atau sebagian hartanya. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Mas„ud

r.a:

ج يس تاهحثشح ارت سلد رع الله ع: لق رشد لت ع

Artinya: Dari Ibnu Mas„ud r.a.: Bahwasannya ia memberi risywah dua dinar

85

Iman Burhani, Al-Muhithal- Burhani, Juz 12, hlm.191

Page 74: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

62

kepada raja habsyah dan hal itu menyelamatkan dirinya.86

Juga riwayat dari jabir r.a:

شا ي ها لهزق ل ق أ ت س تام هي هجد ع ع جاتز رع الله ع لق

Artinya: Dari jabir r.a berkata: Kami tidak menemukan dizaman bani

umayyah sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kami dari pada risywah.

Menurut madzhab ini, menerima pemberian itu adalah haram dan

tindakan memberi adalah penyebab dari perbuatan menerima, sementara

dalam ushul fiqih dikatakan:

لهحزلى حزلى ل لهل

Artinya: Menyebabkan sesuatu yang haram adalah haram.87

Maka dari itu, pemberian tersebut harus dengan tujuan mencegah

kedholiman dari dirinya dan tidak untuk menyebabkan adanya perbuatan

haram. Jenis yang lain adalah pemberian hadiah dengan tujuan

mempertahankan urusan antara dirinya dengan penguasa serta dengan tujuan

agar dibantu oleh penguasa dalam urusan tersebut. Hal ini ada dua pendapat

Jika urusan tersebut adalah urusan yang haram, maka tidak boleh

memberi ataupun menerimanya.

Jika urusannya adalah urusan yang diperbolehkan, maka ada dua

pendapat. Pertama, jika pemberian itu dengan syarat meminta tolong kepada

penguasa. Maka, tidak boleh menerimanya sebab membela urusan orang

muslim adalah wajib bagi penguasa tanpa di iming-imingi harta.

Sementara memberi adalah menurut sebagian pendapat tidak boleh

86

Ibid, hlm. 93 87

Ibid,93

Page 75: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

63

menjadi penyebab dari perbuatan menerima dimana menerima adalah sesuatu

yang haram. Dan pendapat yang lain membolehkan karena bertujuan untuk

mencegah kedholiman pada dirinya. Hal ini diqiyaskan pada kewajiban

memberi sesuatu kepada hal yang memiliki harapan yang jelas dalam sebuah

pekerjaan dan menolak kerusakan pada pekerjaan itu, dimana hal ini

dimaksudkan sebagai upah sewa.

Sementara upah adalah hak bagi orang yang dipekerjakan. Dan iapun

juga diberikan pilihan untuk mengambil pekerjaan itu ataukah tidak. Kedua,

adalah makruh menurut qiyas dalam masalah mu„adzin dan imam. Jenis

sogok selanjutnya menurut Hanafiyyah adalah pemberian yang diberikan

karena memiliki urusan yang sama dengan penguasa, hal ini boleh. Karena

berbagi rizki (kenikmatan) untuk menyelamatkan diri dari kedholiman.

ا ح عوشلز ل سلهت إه لهصقلج لهسقلى: تد تام عو

Artinya: Dan sungguh Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang

diberi nikmat oleh Allah, maka bersyukurlah.”88

Sementara mengambilnya tidak boleh, karena memiliki urusan dan

kewajiban yang sama.

أعا جليز لهق عثدال ت تد جا ع ي أهف در دقحق تثوغ أرتل د إه أ وي لهظ خوص ا ظو

ا إقا لاا كن تد ال أعثد عقام

Artinya: Dan sungguh telah datang berita bahwa Abdullah bin ja„far

menolong orang yang terdholimi, membersihkan dirinya dari

kedholiman dan diberikan kepadanya hadiah sampai 40 dirham, maka

88

Hadits Shahi Bukhari (Surabaya al-ikhlas 1980) hlm. 175

Page 76: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

64

ia berkata: sesungguhnya kami tidak memakan dengan agama kami.

Dan sebagian ulama„ Hanafiyyah berpendapat boleh menerimanya,

karena hal ini termasuk menjalin hubungan silaturrahmi. Sementara

silaturrahmi adalah sesuatu yang wajib dan baik.89

Selanjutnya madzhab Hanafiyyah pemberian yang diberikan kepada

orang yang ditangani urusannya, jika diantara keduanya terdapat hadiah

sebelum dijatuhkan putusan dengan sebab kedekatan atau sedekah, maka

tidak pantas untuk diterima karena hal itu dimaksudkan mempengaruhi

jatuhnya putusan dan hal demikian menyerupai suap atau sogok. Jika

pemberian itu diberikan sebelum jatuhnya putusan, maka boleh menerimanya.

Jika pemberian itu sudah menjadi sebuah kebiasaan diantara keduanya, maka

boleh diterima baik sebelum dan sesudah jatuhnya putusan.90

Tidak diperbolehkan hibah dan shodaqah kecuali harus diterima

dengan lapang dada. Sebab pemberian itu akan mempererat hubungan

kekeluargaan (silaturrahmi).91

2. Pendapat Mazhab Syafi„i

Sementara menurut madzhab Syafi„iyyah, Sogok-menyogok itu haram

secara mutlaq. Jika pemberian karena kedekatan dan shadaqah maka

dikatakan pemberian dengan berharap pahala. Jika untuk pekerjaan yang

diharamkan dan kewajiban yang ditentukan maka termasuk sogok. Jika

89

Ibid, hlm.192 90

Ibid, hlm.187-188 91

Syeikh Mahmud Abu Daqiqah, Al – Ikhtiyar li Ta‟lilil Mukhtar, Juz 3 (Beirut: Dar al-

kitab al-ilmiah,1995), hlm.48

Page 77: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

65

pemberian karena popularitas dalam hal ilmu dan nasab, maka dikatakan

hadiah. Jika karena urusan yang ditangani dalam sebuah pekerjaan dan

putusan hukum, maka termasuk sogok.

Para pemuka dan tokoh masyarakat Syafi‟i daiantaranya Ibnu Rif‟ah

dalam Kifayat An-Nabawiyah Fi Syarh At-Tanbiyah-berkata, “Tidak

dibenarkan seorang hakim menerima suap, sebagaimana diriwayatkan oleh

Abu Bakar Bin Mundzir dari Abu Hurairah Ra, ia berkata:

رسم الله صوق الق زتشهل له ل ش سوقي لهزق عو

Artinya: Rasulullah SAW Melaknat orang yang memberi dan meenerima

suap.92

Madzhab Syafi„iyyah mengemukakan sebuah hadits berikut:

ز ع لهذ ع ا د: حدقثا سي ق ح حدتا عثدالله ت الله ع د لهسقا عد رع ح لت زع ست ج ت عز

للا تثقح عن لهصق للاسد قام ه إت سوي رجل لله عو صلق ن لقث ذ تام: لسلل ا تدى تام: ق دتح عو

ه د ذ أ لا حذ لحد هلي لهذ يس تد ده لى لا ظز ع ت أ ت ت ل ل جوس ع ت لي شئا تام ع

ا تقزج ه تلزله رغا ل كا ل و عو رتثل ح ح ى لهقا حلقللاقجا ت لز.ثيق رع تد لرلشاجت ق خ

ن جلغت ثلثا)ظزع ع يق ن لهق يق :لهق يا علزج إتط ( 529رل

Artinya: Dikabarkan kepada kami oleh Ar-Rabi„ yang mengatakan:

dikabarkan kepada kami oleh Asy-Syafi„i r.a. yang mengatakan:

dikabarkan kepada kami oleh Sufyan, dari Az-Zuhri, dari Urwah bin

Az-Zubair, dari Abi Humaid As-Sa„idiy mengatakan: Nabi saw.

menugasi seorang laki-laki dari suku Azdi yang bernama Ibnu

Utbiyyah untuk menarik zakat. Ketika ia datang kepada Nabi, ia

berkata, Ini untuk Anda (harta zakat) sedangkan yang ini hadiah

untukku, Lalu nabi berdiri diatas mimbar dan berkata,Kenapa ia

tidak duduk saja di rumah bapaknya atau di rumah ibunya kemudian

92

Abdul Ghani bin Ismail An-Nablusi, Hukum Suap & Hadiah, (Jakarta: Cendikia,

2003), hlm.132

Page 78: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

66

ia menunggu apakah ada orang yang akan memberikan hadiah

kepadanya atau tidak? Demi Dzat yang jiwaku berada

dikekuasaannya, tidak ada orang yang mengambil hadiah tersebut

sedikitpun kecuali nanti pada hari kiamat ia akan datang membawa

hadiah tersebut di atas tengkuknya. Kalau ia berupa sapi, maka ia

akan bersuara seperti sapi, kalau ia berupa unta, maka ia akan

bersuara seperti unta, kalau ia berupa kambing, maka ia akan

bersuara seperti kambing. Kemudian Nabi mengangkat tangannya

sampai kami melihat putihnya ketiak beliau dan bersabda, Ya Allah,

Ya Tuhan, Bukankah telah aku sampaikan? Ya Allah Ya Tuhan

bukankah telah aku sampaikan‖. (HR.Bukhari).93

Hadits tersebut memberi qarinah (petunjuk) bahwa sesungguhnya

Nabi SAW mencela perbuatan Ibnu Utbiyyah yang menerima hadiah yang

diberikan kepadanya, karena kedudukannya sebagai seorang pegawai

pemerintah. Kemudian kalimat “Mengapa dia tidak duduk dirumah bapaknya

atau ibunya” memberi faidah bahwa sekiranya dia diberi hadiah dalam

kondisi seperti itu, niscaya hukumnya tidak makruh, karena tidak ada

faktor yang menimbulkan kecurigaan.

Juga riwayat perkataan Khalifah umar bin Abdul aziz

ى رش لم الله صن الله عو سلى دح له رس ا دقح ع س شكات له عثد لهلش زإت تاهل ج

Artinya: Umar ibn Abdul aziz berkata: Pemberian pada zaman

Rasulullah adalah Hadiah, dan pada saat ini adalah Risywah”

Hadits lain dalam riwayat Abu Humaid as-Sa„idiy juga diterangkan

bahwa:

ام غ ق دلالهل ل رسم الله صن الله عوى سوي تام: د لهسقا عد ح لت م ع و

93

Ibid, hlm. 2642

Page 79: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

67

Artinya: Dari Abu Humaid al-Sa„idy, sesungguhnya Rasulullah saw

bersabda: Pemberian hadiah-hadiah pada pejabat adalah ghulul

(pengkhianatan). (HR.Ahmad).94

Yang diberikan kepada pejabat atau petugas pemerintah yang

disebabkan karena kedudukannya adalah haram. Terlebih lagi dalam

pendapatnya Imam Asy-Syafi„i lebih memerinci jika hadiah tersebut dari

sesorang yang sedang ditangani urusannya untuk mendapatkan sesuatu yang

hak atau batil, untuk mempermudah suatu perkara yang sebenarnya telah

ditetapkan bagi si pemberi namun tidak disukainya maka haram bagi

petugas pemerintah mengambil hadiah tersebut. Karena upaya pemberian

hadiah tersebut dapat dimasukkan dalam kategori sogok atau suap. Yaitu

suatu upaya menyerahkan harta kepada seseorang yang memiliki kedudukan

demi memuluskan persoalan yang tidak halal.

Dalam kaidah fiqih juga disebutkan:

Artinya: Sesuatu yang haram pengambilannya haram pula memberikannya.

Selanjutnya pada pendapat Madzhab Syafi„iyyah yang menyatakan

bahwa jika hadiah tersebut bukan dari orang yang sedang ditangani

oleh petugas pemerintah atau berasal dari orang yang berada di luar

daerah kekuasaannya dan sebagai rasa terima kasih kepada petugas

pemerintah, maka ulama„ Syafi„iyyah lebih cenderung menyukai jika

hadiah tersebut diberikan kepada para petugas pemerintah di wilayah

orang yang memberi hadiah dan lebih baik jika petugas pemerintah

tadi tidak menerimanya. Tetapi jika petugas pemerintah menerima

juga diperbolehkan.95

Artinya: Dikabarkan kepada kami dari Ar-Rabi„ berkata dikabarkan dari

Imam Asy-Syafi„i berkata: telah dikabarkan dari Mutharrif binMazin

dari seorang syaikh terpercaya yang disebut namanya, yang tidak

94

Abu Abdillah ibn Hanbal, Musnad Ahmad, (Mesir:Muassahah Qurtubah) hlm.424 95

Ibid, hlm 283

Page 80: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

68

lagi saya ingat namanya, bahwa sesungguhnya seorang laki-laki

penguasa Adn berbuat baik kepada rakyatnya. Kemudian sebagian

orang Ajm (non Arab) mengirimkan hadiah kepada penguasa Adn

karena memuji kepadanya atas kebaikannya. Kemudian penguasa

tersebut memastikan hadiah itu kepada Umar bin Abdul Aziz maka

beliau menelitinya dengan berkata dengan perkataan yang bermakna:

bahwa letakkan hadiah itu ke dalam Baitul Mal.

Pada petikan qaul shahabi di atas menunjukkan bahwa jika seorang

pejabat atau petugas pemerintah yang mendapatkan hadiah dari seseorang

diluar daerah kekuasaannya sebaliknya menyerahkan hadiah itu kepada baitul

mal. Pada era sekrang ini dapat diserahkan dalam harta Negara khususnya

yang menunjang pada kepentingan islam, karena hadiah yang diterima ileh

seorang pejabat dalam kondisi tersebut adalah hadiah yang dikhawatirkan

dalam rangka suap

Dalam masalah ta‟abbudi Imam Asy-Syafi‟I memang tidak

memandang qaul shahabi sebagai hujjah baik terhadap sahabat maupun

generasi kemudian. Sehingga pada masalah muamalah qaul shahabi dapat

digunakan oleh Imam Asy-Syafi‟i pendapat imam Asy-Syafi‟i tentang qaul

shahabi sebagai berikut:

Dalam hal kesepakatan maka qaul shahabi itu menjelma sebagai ijma‟

dan karena itu harus diterima sebagai dalil.

Jika di antara mereka terjadi perbedaan pendapat, maka qaul shahabi

itu tidak dapat dijadikan sebagai hujjah.

Bila hanya ada qaul shahabi yang tidak tersiar luas, tanpa persetujuan

atau bantahan dari sahabat lain, maka jika menyangkut masalah non ijtihadi,

qaul shahabi itu adalah hujjah. Inilah pendapatnya dalam qaul qadim maupun

Page 81: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

69

qaul jadid. Akan tetapi mengenai qaul shahabi yang menyangkut masalah

ijtihadi terjadi perubahan pendapat beliau pada qaul qadim, ia menganggap

sebagai hujjah sedangkan qaul jadid tidak.31

Dalam perspektif Imam Asy-Syafi„i, hadiah dapat menjadi haram bagi

pejabat jika maksud dan tujuan dari hadiah tersebut:

Untuk memperoleh sesuatu yang hak atau yang batil (karena

diharamkan bagi petugas pemerintahan untuk menyegerakan mengambil hak

terhadap orang-orang yang ditangani urusannya).

Untuk menolak perbuatan yang dibenci bagi pemberi hadiah jika

sudah ditetapkan hak baginya.

Keharaman pemberian hadiah seperti di atas karena dinyatakan

menurut analisis penulis bahwa pendapat Imam Asy-Syafi„i di atas tidak

bertentangan dengan dalil naqli bahwa adanya larangan mengambil hadiah

maupun memberikan hadiah kepada pejabat karena termasuk memakan harta

benda secara batil. Sebab hal ini dapat menjurus kepada risywah (suap).

Dalam pendapat hal ini Imam Asy-Syafi„i tidak secara tegas mengatakan

kategori hadiah kepada pejabat masuk ke dalam suap. Akan tetapi, beliau

lebih memerinci sebab-sebab keharamannya. Seperti yang dikatakan oleh

Ibnu AlArabi bahwa suap adalah semua harta yang diserahkan kepada

seseorang yang memiliki kedudukan demi memuluskan persoalan yang tidak

halal. Dalam sebuah hadits shahih:

Page 82: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

70

ز تش ع ع ل ش له سوقي لهزق م الله صو الله عو لهقزس تام: هل زج رع الله ع ز أت

لهحلي. رل لهيسح حسح لهلز ذ صحح لت حثا

Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah SAW

melaknat penyuap dan orang yang disuap dalam perkara peradilan.

(HR. Lima Imam, serta dihasankan oleh At-Tirmidzi dan dishahihkan

oleh Ibnu Hibban)96

Sangat jelasa sekali, bahwa menerima suap hukumnya haram, jika

menerima suap dengan maksud tidak memberi keputusan hukum secara

objektif, sementara dia berwewenang untuk memtuskan kepada pihak yang

bersengketa, maka menghindar untukuntuk memberi keputusan hukum

diharamkan baginya.

Jika hakim ingin memutuskan perkara secara benar, maka seharusnya

dia tidak menerima upah dari pemimpin (orang yang dihormati). Mayoritas

pemuka ulama Syafi‟i- Abu Tayib, Mawardi, dan Ibnu Sibagh berkata: “Jika

seseorang memberi suap untuk memutuskan hukum secara tidak benar atau

menahan supaya tidak memberi suap agar hak-haknya tercapai, maka tidak

diharamkan baginya, meskipun haram buat orang yang menerimanya,

sebagaimna tidak aada salahnya buat dia jika ingin membebaskan taawanan

dengan tebusan hartanya.97

96

Lahmuddin Nasution, Pembaharuan Hukum Islam dalam Mazhab Syafi‟i, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008) hlm. 76 97

Abdul Ghani bin Ismail An-Nablusi, Hukum Suap & Hadiah, (Jakarta: Cendikia,

2003), hlm.134

Page 83: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

71

Tabel.02 Dalil Pendapat dan Alasan Mazhab Hanafi dan Syafi‟i tentang Sogok

No Pendapat Alasan

Mazhab Hanafi Mazhab Syafi‟i Mazhab Hanafi Mazhab Syafi‟i

1 ارت رشد سلد رع الله ع: لق لت ع

ج يس تاهحثشح

Dari Ibnu Masud ra. Ia

berkata: bahwasanya ia

memberi sogok dua dinar

kepada raja habsyah dan hal

ini menyelamatkan dirinya.

ل ش سوقي لهزق رسم الله صوق الق عو هل

زتش له

Rasulullah SAW Melaknat orang

yang memberi dan meenerima

suap

Apabila sogok yang diberikan itu

untuk menyelamatkan diri maka itu

diperbolehkan, nyawa merupakan

bagian dari harta.

Sogok yang diberikan kepada seseorang untuk

kebatilan maka itu haram.

أعان مظلوما وقد جاء عن عبدالل بن جعفر النه 2

لم وأهدى إليه هدية تبلغ أربعين وخلصه من الظ

إنا لانا كل بديننا ألف درهم فقال وأعبدي الل

Dan sungguh telah datang berita

bahwa Abdullah bin ja„far

menolong orang yang terdholimi,

membersihkan dirinya dari

kedholiman dan diberikan

kepadanya hadiah sampai 40

dirham, maka ia berkata:

sesungguhnya kami tidak

memakan dengan agama kami.

م الله لهقزس تام: هل زج رع الله ع ز أت ع

ل ش سوقي لهزق ز تش عصو الله عو له

لهحلي. رل لهيسح حسح لهلز ذ صحح لت

حثا

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu

Anhu berkata, Rasulullah SAW

melaknat penyuap dan orang yang

disuap dalam perkara peradilan.

(HR. Lima Imam, serta dihasankan

oleh At-Tirmidzi dan dishahihkan

oleh Ibnu Hibban)

Pemberian tersebut harus dengan

tujuan mencegah kedholiman dari

dirinya dan tidak untuk menyebabkan

adanya perbuatan haram. Jenis yang

lain adalah pemberian hadiah dengan

tujuan mempertahankan urusan antara

dirinya dengan penguasa serta dengan

tujuan agar dibantu oleh penguasa

dalam urusan tersebut.

Sangat jelasa sekali, bahwa menerima

suap hukumnya haram, jika menerima

suap dengan maksud tidak memberi

keputusan hukum secara objektif,

sementara dia berwewenang untuk

memtuskan kepada pihak yang

bersengketa, maka menghindar

untukuntuk memberi keputusan hukum

diharamkan baginya.

Mayoritas pemuka ulama Syafi‟i- Abu Tayib,

Mawardi, dan Ibnu Sibagh berkata: “Jika

seseorang memberi suap untuk memutuskan

hukum secara tidak benar atau menahan

supaya tidak memberi suap agar hak-haknya

tercapai, maka tidak diharamkan baginya,

meskipun haram buat orang yang

menerimanya.

Page 84: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas hal-hal yang berhubungan dengan Hukum

Melakukan Sogok -menyogok Untuk Mepertahankan Hak (Studi Komparatif

Antara Mazhab Hanafi dan Syafi‟i)”, terdapat lah beberapa kesimpulan

diantaranya yaitu:

1. Metode Istinbath Hukum Imam Hanafi dan Syafi‟i. Imam Hanafi dengan

pedoman istinbath pada Al-Qura‟an, Sunnah, Qiyas, Ihtihsan, dan Ijma‟

sedangkan imam Syafi‟i berpedoman dengan Al-Qur‟an, Sunnah Ijma‟

dan Qiyas.

2. Pandangan Mazhab Hanafi dan Syafi‟i Tentang Sogok Menyogok dalam

Mempertahankan Hak, pertama mazhab Hanafi berpendapat bahwa

apabila seorang yang terpaksa dalam kondisi mau dibunuh dan ia akan

selamat jika memberikan imbalan/tebusan maka itu diperbolehkan. Namun

jika sogok untuk harta benda tidak mengancam nyawa maka sogok tetap

diharamkan. Mzahab Syafi‟i mengharmakan perbuatan sogok dalam

konteks apapun dikernakan sesuai dengan hadist Rasulullah yang melaknat

orang yang melakukan sogok .

B. Saran

Bagi penegak hukum agar dapat menegakkan keadilan yang setegak-

Page 85: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

73

tegaknya tanpa pandang bulu, pertahankanlah hak seseorang yang benar-

benar membutuhkan haknya. Hilangkanlah budaya sogok yang sangat marak

terjadi di kehidupan zaman saat ini. Keadilan yang didapatkan sangat

berpengaruh bagi kehidupan.

Page 86: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

74

DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahannya, (Jakarta;Grafindo, 2016)

Abdul Ghani bin Ismail An-Nablusi, Hukum Suap & Hadiah, (Jakarta: Cendikia,

2003),

Abdullah Bin Abd. Muhsin, Suap Dalam Pandangan Islam, trjmh. Muchotob

Hamzah dan Subakir Saerozi, (Jakarta)

Abdul ghofur ansori, S.H.,M.H, Hukum Islam, (Yogyakarta: Kreasi total media,

Tahun 2008)

A. Djazuli, Ilmu Fiqh Penggalian , Pengembangan dan Penerapan Hukum

Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)

Ahmad bin „Ali Ibn Hajar al- „Asqalanị, Fath al-Bari syarh Sahih al-Bukhari,

(Riyad: Dar al-Salam, 2001 M/ 1421 H )

Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah Perbandingan Empat Mazhab (Jakarta, Bumi

Aksar: 1993)

Ahmad Jurin Harahap, Risyawah Dalam Prespektif Hadits Nabi, (Mahasiswa Fak.

Ushuluddin UIN SUSKA Ria, Tahun 2016)

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2014)

Al-Shadiq Abdurrahman al-Gharyani, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer,

(Surabaya : Pustaka Progresif, 2004),

Huzaimah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Logos Lacana

Ilmu, 1997)

Page 87: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

75

HasbiAsy-Shiedieqy, Pokok Pokok Pegangan Imam Mazhab (Jakarta: Bulan

Bintang, 1981),

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: GP Press, 2009)

Lahmuddin Nasution, Pembaharuan Hukum Islam dalam Mazhab Syafi‟i,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008)

Musthafa Muhammad Syak‟ah, Islam Tanpa Mazhab,Cet.I (Solo:PT. Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri, 2008),

Muhammad hasbi ash shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam, (Yogyakar

ta: Pustaka Islam, Tahun 1960),

Muhammad Ulul Azmi, Pilkades Dan Risywah Prespektif Siyasah Syar‟iyyah,

(Mahasiswa Fak. Syariah Dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Tahun 2006).

Page 88: HUKUM MELAKUKAN SOGOK MENYOGOK UNTUK …

CURICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Muliamin

Tempat Tanggal Lahir : Bekawan, 25 September 1996

Jenis kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Tinggi Badan : 180 M

Berat Badan : 65 Kg

No. Hp : 0823-8839-5619

Alamat : Parit. V Sei. Sabar Ds. Bekawan kec. Mandah

Kab. Indragiri Hilir Prov. Riau

Status : Mahasiswa

Email : [email protected]

Data Pendidikan

SD : MIS Sei. Sabar Tahun 2009

SMP : MTs Al-Baqiyatush Shalihat Tahun 2012

SMA : MAS Al-Baqiyatush Shalihat Tahun 2015

Kemampuan

Akademisi : Qiro’atul Qutub

Pengalaman Organisasi

Anggota : Kader Aktif ISBATH Kuala Tungkal