hukum lingkungan.docx

Upload: ahmad-nurhuda

Post on 09-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

A. SEJARAH1. Sejarah UU No.4 Tahun 1982Titik tolak pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia sebagai manifestasi konkrit dari upaya-upaya sadar, bijaksana dan berencana dimulai pada tahun 1982 dengan dikeluarkannya UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebelum lahirnya undang-undang ini, berbagai peraturan perundangan yang berkaitan dengan lingkungan hidup masih bersifat parsial-sektoral dimana masing-masing materi ketentuannya mengacu kepada pengaturan masalah tertentu secara khusus. Dengan demikian, beberapa ketentuan acapkali dirasakan tumpang tindih satu sama lain sehingga membawa implikasi yang luas di bidang kelembagaan dan kewenangan pengaturannya. (Soetaryono:2000:1)Sebelum lahirnya Undang-undang No. 4 tahun 1982 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya Pemerintah Indonesia sejak persiapan dan berakhirnya Konferensi Stockhlom 1972 atau Konferensi PBB mengenai Lingkungan Hidup Manusia (UNCHE) telah berupaya untuk menginventrisasikan berbagai peraturan perundang-undangan. Hal ini dilakukan dalam rangka penyusunan initial draft suatu undang-undang lingkungan hidup. Namun ada beberapa kenyataan yang dihadapi yaitu bahwa :a. Berbagai segi atau aspek lingkungan hidup telah secara sporadis diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang telah berlaku.b. Peraturan perundang-undangan tersebut umumnya berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya alam.c. Peraturan perundang-undangan tersebut bersifat parsial sektoral.Dengan demikian rintisan usaha penyusunan konsep rancangan Undang-undang (RUU) tentang lingkungan hidup pada waktu itu menghadapi masalah, yaitu bagaimana memasukan wawasan lingkungan hidup secara komprehensif kedalam suatu peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup. Ada dua alternatif yang dapat ditempuh pada waktu itu yaitu :a. Memperbaharui setiap undang-undang dengan memasukkan wawasan lingkungan ke dalamnya. Alternatif ini berarti bahwa banyak undang-undang yang harus diubah, dan berdasarkan undang-undang yang telah diperbaiki itu kemudian disusun pelaksanaan yang diperlukan. Alternatif ini berarti diperlukan waktu yang lama.b. Disusun satu undang-undang baru yang berwawasan lingkungan yang akan menjadi dasar bagi perbaikan dan penyempurnaan perundang-undangan yang berlaku, sekaligus sebagai dasar penetapan peraturan pelaksanaan baru untuk masing-masing bidang.Alternatif kedua inilah yang kemudian dipilih. Mengingat bahwa pokok materi yang harus diatur cakupannya demikian luas maka tidaklah mungkin mengaturnya secara terinci dalam satu undang-undang. Oleh karena itu ditempuh cara pengaturan ketentuan pokok yang hanya memuat asas dan prinsip-prinsipnya. Dengan cara pengaturan demikian undang-undang tentang lingkungan hidup merupakan ketentuan payung (umbrella provision).Selain daripada itu UULH ini menjadi landasan untuk menilai dan menyesuaikan semua peraturan perundang-undangan yang memuat ketentuan tentang segi-segi lingkungaan hidup yang telah berlaku. (Soetaryono:2000:3-6).2. Sejarah UU No.23 Tahun 1997Pada tahun 1992 diadakanlah KTT Bumi di Rio de Janerio. Setelah diadakannya KTT Bumi tersebut, beberapa pemikiran untuk meyempurnakan UU No. 4 tahun 1982 mulai berkembang. Saat itu Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (KLH) telah mendeteksi beberapa permasalahan yang mendorong perlunya penyempurnaan UU No. 4 tahun 1982. Selain itu, sejak pengundangan UULH 1982 kualitas lingkungan hidup di Indonesia ternyata tidak semakin baik dan banyak kasus hukum lingkungan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perubahan terhadap UULH 1982, setelah selama dua tahun dipersiapkan, yaitu dari sejak naskah akademis hingga RUU, maka pada tanggal 19 September 1997 pemerintah mengundangkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH 1997).Namun demikian sebenarnya UU No. 23 tahun 1997 bukanlah merupakan penyempurnaan dari UU No. 4 tahun 1982. Hal ini dikarenakan substansi materi UU No. 23 tahun 1997 sudah mengatur hal-hal yang bersifat teknis (Soetaryono:2000:16). Dengan demikian Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 bukanlah Undang-undang payung (umbrella provisions) seperti halnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982.3. Sejarah UU No.32 Tahun 2009Dengan lahirnya Undang-undang nomor 23 tahun 1997 ini nampaknya tidak juga menyelesaikan persoalan-persoalan yang bersifat laten seperti pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Setelah 12 tahun berlakunya UU ini kemudian dievaluasi melalui tim yang ditugaskan membentuk Undang-undang baru. Adapun hasilnya adalah sbb :Hasil evaluasi ini menjadi sangat penting. Hal ini mendorong Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2004-2009 yang kemudian menggunakan hak inisiatif terutama dalam hal penyusunan Undang-undang Lingkungan Hidup yang baru. Hasilnya adalah terbitnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.B. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN1. UU No.4 Tahun 1982a. Kekurangan1) Mainstreaminglingkungan hidup belum dicapai.2) Kebijakan pro lingkungan hidup masih merupakan harapan.3) Masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan hidup.4) Putusan perkara lingkungan hidup belum memuaskan.5) Keterbatasan kewenangan kelembagaan lingkungn hidup.6) Amdal hanya sekedar dokumen kajian.7) Keterbatasan kewenangan penyidik pegawai negeri sipil (ppns) dan pejabat pengawas lingkungan hidup (pplh).8) Kasus lingkungan hidup di daerah sulit dilakukan penegakan hukumnya.9) Isu lingkungan hidup di tataran internasional terus berkembang.

b. Kelebihan1) Sederhana tetapi dapat mencakup kemungkinan perkembangan di masa depan sesuai dengan tuntutan keadaan, waktu dan tempat.2) Mengandung ketentuan-ketentuan pokok sebagai dasar bagi peraturan pelaksanaannya lebih lanjut.3) Mencakup semua bidang di bidang lingkungan hidup agar dapat menjadi dasar bagi pengaturan lebih lanjut bagi masing-masing bidang tsb, yang rencananya akan dituangkan dalam bentuk peraturan tersendiri2. UU No.23 Tahun 1997a. Kekurangan1) Dilihat dari pendayagunaan instrument hukumPendayagunaan instrument hukum lingkungan dalam pengelolaan lingkungan terutama yang bersifat preventif belum diatur dengan baik. Dari keseluruhan materi muatannya, ternyata UUPLH (UU no.23 th 1997) memberikan pengaturan yang sangat besar kepada tindak pidana lingkungan, sehingga UUPLH cenderung dinilai sebagai UU yang mengedepankan aspek represif, bukan pengelolaan lingkungan yang mengandung konotasi preventif. 2) Pemberlakuan hukum peninggalan kolonialMasih berlakunya hukum peninggalan kolonial seperti HO.STB 1926 No. 226 yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan penerapannya seperti dipaksakan. Pengetahuan aparat penegak hukum masih sangat kurang memahami aslinya HO sehingga lebih menerapkan terjemahan, secara yuridis interpretasi terhadap terjemahan tersebut menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda dan tidak menjamin kepastian hukum.3) Adanya konflik normaDalam pasal 34 s.d pasal 38 UUPLH terdapat ketentuan mengenai strict diability, class action, dan legal standing yang merupakan sistem hukum Anglo Saxon, sedangkan ketentuan pasal 39 UUPLH (tata cara pengajuan gugatan dalam masalah lingkungan hidup oleh orang, masyarakat, dan/atau organisasi lingkungan hidup mengacu pada Hukum Acara Perdata yang berlaku) menganut system hukum Eropa Continental.4) Penerapan UUPLH dalam iklim investasiUndang-Undang No.23 tahun 1997 ini secara substansi begitu multi tafsir sehingga mempengaruhi upaya penegakan hukum lingkungan. Selain itu secara struktural UUPLH ini memang kalah dibandingkan dengan kebijakan investasi yang lebih pro kepada kepentingan pemilik modal besar, sehingga menimbulkan konflik yang tinggi dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam. 5) Proses hukumSalah satu kelemahan pokok Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 (UUPLH) adalah dalam hal proses hukum pencemaran dan perusakan lingkungan. UUPLH beserta turunannya, terlalu prosedural dalam menjerat pelaku pencemaran. Sehingga, secara hukum, seseorang yang melakukan pencemaran, sangat mudah membuktikan bahwa ia tidak terbukti secara hukum melakukan kesalahan. Prosedur pembuktian pencemaran lingkungan terlalu kompleks dan rumit.6) Ditinjau dari KUHPDengan adanya kelemahan pengaturan dan penegakan hukum dalam KUHP yang berkaitan dengan lingkungan hidup sudah tidak sesuai dengan perkembangan kejahatan lingkungan yang semakin kompleks dimana KUHP tidak mengatur korporasi sebagai subjek hukum sehingga menimbulkan celah hukum (loopholes) dalam pemberantasan tindak pidana lingkungan. Selain itu ancaman pidana dalam KUHP terkait dengan tindak pidana lingkungan tidak menganut double track system (sanksi pidana yang dijatuhkan selain memberikan efek jera juga harus sebagai sarana rehabilitasi).b. Kelebihan1) Penyempurnaan dari pada UU No. 4 Tahun 19822) Mengatur pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian3) Menjelaskan tentang Audit Lingkungan Hidup4) Menjelaskan tentang bahan B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun )5) Mengikutsertakan peran Masyarakat dan Pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup3. UU No.32 Tahun 2009a. Kekurangan1) Masih memiliki celah bagi para pelanggar hukum dalam hal pencemaran lingkungan hidup.2) Masih mengatur hal-hal yang abstrak dan multitafsir.b. Kelebihan1) Keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;2) Kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah;3) Penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;4) Penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis risiko lingkungan hidup, dan instrumen lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;5) Pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian;6) Pendayagunaan pendekatan ekosistem;7) Kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan global;8) Penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;9) Penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;10) Penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih efektif dan responsif; dan11) Penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup.C. PENYEBAB REVISI1. UU No.4 Tahun 1982a. Berkembangnya perhatian masyarakat dunia tentang lingkungan hidup seperti berlangsungnya KTT Bumi di Rio de Janerio 1992.b. Masih banyaknya peraturan pelaksanaan yang belum ditindaklanjuti sehingga sering menjadi hambatan dalam penerapan UULH.c. Meningkatnya peran masyarakat yang menuntut keterbukaan dalam pengelolaan lingkungan hidup.d. Penerapan audit lingkungan yang dirasakan sangat bermanfaat dan belum mendapatkan tempat memadai dalam peraturan perundang-undangan.e. Analisis mengenai dampak lingkungan masih dilihat sebagai formalitas dalam pengelolaan lingkungan, sehingga terjadi kecenderungan meskipun studi analisis mengenai dampak lingkungan telah dibuat namun dalam kenyataan masih banyak usaha dan/atau kegiatan yang mencemarkan lingkungan.f. Kesulitan pembuktian kasus lingkungan sehingga sukar untuk dapat menerapkan ketentuan pidana ex pasal 22 UULH no. 4 tahun 1982 dan belum diaturnya tindak pidana korporasi.2. UU No. 23 Tahun 1997a) Penguatan kewenangan kelembagaan lingkungan hidup.b) Selama ini terjdi materi yang multi tafsir seperti :1) pasal 1 angka 12 defenisi pencemaran2) pasal 18 (1) usaha/kegiatan berdampak besar dan pentingc) Penguatan atas kewenangan pplh dan ppnsd) Instrumen atur dan awasi serta atur diri sendiri kurang efektif sehingga perlu peningkatan kemampuan atas instrumen inie) Amdal masih belum optimal dan diperlukan penguatan salah satu diantaranya melalui sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi.f) Rumusan sanksi administrasi lemah sehingga perlu diperkuat.g) Dibuatkannya pidana mnimumh) Prinsip desentralisasi dan demokrasi perlu ditingkatkani) Perkembangan penyesuaian atas dinamika dan issu internationalj) Asas subsidiaritas perlu disempurnakan.D. HAL YANG DIATUR DALAM UNDANG UNDANG1. UU No.4 Tahun 1982a. Asas b. Tujuan c. Tentang hak, kewajiban dan wewenang d. Tentang perlindungan lingkungan hidup e. Tentang kelembagaan f. Tentang ganti rugi dan biaya pemulihan g. Ketentuan Pidana h. Perlindungan Lingkungan hidup 2. UU No.23 Tahun 1997a. Asasb. Tujuanc. Sasarand. Tidak mengatur inventarisasi lingkungan hidupe. Mengatur Pelestarian Fungsi Lingkungan hidup f. Mengatur tentang audit lingkungang. Tidak mengatur wilayah ekoregionh. Mengatur mengenai Penyidikan dalam 1 Pasali. Ketentuan Pidana diatur dalam 8 Pasal3. UU No.32 Tahun 2009a. Asas b. Tujuan c. Adanya pengaturan inventarisasi lingkungan hidupd. Mengatur tentang audit lingkungane. Adanya pengaturan penetapan wilayah ekoregionf. Pengendalian g. Ruang lingkuph. Mengatur tentang penyidikan dan pembuktian i. Ketentuan pidana diatur lebih lengkap.