811_makalah prakiraan dampak lingkungan.docx
TRANSCRIPT
Makalah Prakiraan Dampak Lingkungan oleh PenambanganBatu Gamping di daerah tanjung Saoka, Kota Sorong
Disusun oleh :Nama : Sigit Januar S. H.
NPM : 112.14.0150Kelas : O (Selasa 15.45 – 17.30)
Program Studi Teknik PertambanganFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta
2015/2016
BAB IRONA AWAL
1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Citra satelit daerah secara umum skala grafis
Citra satelit daerah penambangan skala grafis
Peta topografi daerah penambangan skala grafis
Sketsa daerah penambangan
1.2 Abiotik
Suhu udara disekitar daerah penambangan mencapai sekitar 31oC.
Daerah sekitar penambangan memiliki curah hujan rata – rata 2911mm
pertahun. Dengan setiap bulannya terjadi hujan. Tanah disekitar lokasi bukan
merupakan tanah yang subur sehingga kurang menunjang untuk dijadikan
lahan pertanian. Keadaan topografi sekitar lokasi umumnya adalah dataran
rendah dengan bentang alam umum berupa pantai dan bukit.
1.3 Biotik
Daerah sekitar lokasi penambangan berupa pantai dan perbukitan
dimana didaerah pantai. Didaerah pantai tersebut terdapat terumbu – terumbu
karang. Juga dengan sengaja ditanami pohon Bakau untuk mencegah abrasi
dan sebagai rumah dari ikan dan biota – biota laut. Daerah perbukitan
umumnya ditumbuhi semak dan pohon berukuran sedang dan kecil. Didaerah
perbukitan tersebut juga merupakan rumah untuk beberapa jenis satwa liat
seperti ular, biawak, dan lain sebagainya. Didaerah perbukitan tersebut tidak
ada satwa yang dilindungin atau kawasan konservasi hutan.
1.4 Sosbudkesmas
Lokasi daerah penambangan berada disekitar tanjung Saoka, sekitar 12
km dari pusat kota Sorong. Lokasi daerah penambangan berada dekat dengan
pantai dimana disekitar pantai terdapat dermaga dermaga local yang biasanya
digunakan sebagai tempat merapatnya kapal – kapal pengangkut kayu
berukuran sedang dan kecil. Disekitar lokasi daerah penambangan terdapat
rumah – rumah warga, pantai, dan gudang – gudang penyimpanan dan
pengolahan kayu. Selebihnya daerah disekitar lokasi penambangan adalah
hutan yang ditumbuhi semak dan pohon berukuran kecil dan sedang. Disekitar
lokasi daerah penambangan umumnya penduduk bermata pencaharian sebagai
nelayan ( 80%), buruh kayu (15%) dan lain – lain (5%). Kepadatan penduduk
disekitar lokasi adalah 80 jiwa/km2. Disekitar lokasi daerah penambangan
terdapat jalan aspal antar-kota kelas III C dengan lebar jalan sekitar 6 meter.
BAB IIDESKRIPSI RENCANA PENAMBANGAN
2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam operasi pertambangan batu gamping di
daerah tanjung Saoka adalah:
1. Alat tambang :
Back hoe = 5 unit
Bulldozer = 3 unit
2. Alat pengolahan :
Crusher = 1 unit
3. Alat angkut :
Dump truck = 5 unit.
Belt conveyor
4. Menyerap tenaga kerja 150 orang.
2.2 Konstruksi
Pada kegiatan penambangan batu gamping di daerah tanjung Saoka diperlukan
konstuksi sebagai berikut :
1) 1 bangunan untuk tempat crusher
2) 1 bangunan untuk kantor
3) 1 bangunan untuk pabrik semen
4) Jalan untuk dilalui dump truck
5) Penghubung dari tempat crusher ke pabrik semen dengan belt
conveyor
2.3 Metode
Penanganan lahan pasca tambang dilakukan melalui cara – cara berikut :
1) Penyiapan Lahan
2) Konstruksi yang sesuai untuk lahan sesuai berdasarkan hasil desain
yang dibuat :
Penimbunan top soil
Perataan tanah
Pengolahan tanah
Pembuatan lubang kolam (Untuk kolam budidaya bandeng).
3) Penanaman pohon dilakukan setelah selesai pekerjaan penyiapan
lahan.
4) Pengendalian erosi.
5) Pembangunan sarana dan prasaran pendukung (Untuk pembibitan
udang).
BAB IIIPRAKIRAAN DAMPAK
Tabel Prakiraan Dampak Lingkungan
TahapanPre-
konsturksi Konstruksi OperasiPasca
Operasi
Komponen lingkungan
Pembebasan lahan
Pembersihan lahan
Mobilitas A
lat
Pembangunan jalan dan
jembatan
Pembangunan kantor
Rekrutm
en
Penggalian, pembongkaran
Pengangkutan
Pengolahan
Reklam
asi
Pembongkaran
Reklam
asi
Mobilitas alat
AbiotikDebu - x x x x - x x - - x - xTanah - x - - - - - - - x - x -Udara - x x x x - x x - - x - xAir - x - - - - - - - x - x -Bentang Alam - - - - - - x - - - - - -
BiotikFlora - x - - - - - - - x x -Fauna - - - - - - - - - - - -
Sosbudkesmas
Kesempatan kerja - x - - x x x x x x - - -
Kesempatan berusaha - - - - - - x x x x - - -
Keresahan masyarakat X x x - - x - x - x - x
Penjelasan mengenai prakiraan dampak lingkungan pada daerah penambangan batu
gamping di Tanjung Saoka, Kota Sorong, Papua Barat.
Pre-konstruksi :
Pembebasan lahan : Pada kegiatan pembebasan lahan akan memberikan dampak
pada sosial masyarakat. Karena penduduk masih sangat jarang, tanah lokasi
penambangan umumnya adalah tanah adat yang dimiliki oleh tuan tanah
setempat. Kegiatan pembebasan lahan bisa mengakibatkan keributan kecil
pada para tuan tanah dan mungkin pembebasan lahan bisa sedikit terhambat
apabila tanah tersebut diklaim oleh beberapa tuan tanah. Solusinya sebaiknya
diadakan musyawarah untuk menentukan biaya pembebasan lahan agar tidak
menimbulkan kecemasan masyarakat yang berkepanjangan
Pembersihan lahan : Lahan pada umumnya berupa hutan yang ditumbuhi pohon
berukuran kecil sampai sedang. Pada kegiatan pembersihan lahan ini
memberikan dampak lingkungan abiotik, biotik serta sosbudkesmas. Dimana
kegiatan pembebasan lahan menimbulkan debu serta udara tercemar akibat
asap dari kendaraan pembersih serta debu. Akibat pembersihan daerah hutan
menyebabkan tanah sekitar daerah jadi lebih mudah tererosi dan
menyebabkan kesuburan daerah jadi mudah hilang. Kemudia aliran erosi tanah
menyebabkan aliran air disekitar daerah penambangan tercemar akibat
terlarutnya tanah pada air. Untungnya daerah penambangan relatif landai jadi
dengan penghilangan hutan tidak meningkatkan kemungkinan longsor secara
signifikan. Hanya saja dengan penghilangan hutan dapat menyebabkan
keresahan penduduk sekitar karena daerah tersebut cukup sering digunakan
untuk tempat mencari kayu bakar. Namun disisi lain, kegiatan pembersihan
lahan dapat membuka lowongan pekerjaan bagi warga sekitar khususnya
warga yang tidak terdidik dan tidak terlatih.
Mobilitas alat : Mobilitas alat pada pre-konstruksi memiliki pengararuh negatif
untuk daerah disekitar lokasi penambangan karena menyebab meningkatnya
debu serta meningkatkan pencemaran udara didaerah sekitar. Untungnya
pada sekitar area penambangan sudah tersedia jalan untuk mobilitas alat.
Namun, jalan yang tersedia hanya jalan aspal kelas III C dimana hanya alat
berat berukuran kecil yang dapat melewatinya.
Konstruksi :
Pembangunan jalan dan jembatan : Pada pembangunan jalan dan jembatan
berpengaruh pada peningkatan polusi debu dan polusi udara. Selain itu karena
kondisi jalan sipil yang dilewati relatif kecil menyebabkan alat berat yang dapat
masuk dan dapat digunakan untuk pembangunan jalan lebih terbatas. Namun,
hal ini dapat diatasi karena kondisi area penambangan dekat dengan laut yang
memiliki kedalaman yang cukup dalam (terlihat adanya dermaga didekat area
penambangan) sehingga masalah transportasi darat dan polusi yang tercipta
bisa lebih ditekan.
Pembangunan kantor : Pada pembangunan kantor, pengaruhnya hampir mirip
dengan pengaruh pada tahap pembangunan jalan dan jembatan. Jika
pembangunan kantor menggunakan kontainer kontainer baja, maka
dampaknya adalah ditekannya polusi akibat transportasi bahan bangunan
karena pengangkutan kontainer bisa dilakukan lewat laut atau diangkut
melalui darat. Tetapi jika menggunakan bangunan biasa, polusi akibat
kendaraan pembawa material meningkat dalam hal ini polusi debu dan polusi
udara. Namun sisi positif menggunakan bangunan biasa, dapat membuka
lowongan pekerjaan bagi warga sekitar yang tidak terdidik dan tidak terlatih
untuk dijadikan pekerja.
Rekrutmen : Pada tahap ini, kesempatan kerja terbuka untuk warga sekitar area
penambangan baik warga tidak terlatih dan tidak terdidik, warga terlatih atau
warga terdidik. Namun, jika antusias warga sekitar penambangan terlalu tinggi
juga berakibat pada keresahan masyarakat apalagi jika banyak warga asli
sekitar area penambangan yang kemudian ditolak lamaran kerjanya. Kemudian
berpengaruh pada masyarakat sekitar yang umumnya berprofesi sebagai
nelayan karena sebagian masyarakat mungkin berpikir kalau bekerja
ditambang akan lebih menguntungkan dibanding bekerja sebagai nelayan.
Operasi :
Penggalian, pembongkaran : Pada tahap ini, dampak lingkungan sangat terasa
karena kegiatan penambangan semuanya berjalan. Dampaknya pada udara
yang semakin meingkat suhunya, jumlah debu yang makin banyak dan
kemudian perubahan bentuk bentang alam akibat kegiatan penambangan.
Karena kegiatan penambangan sudah berjalan, kesempatan untuk berusaha
dapat terlihat jelas dan semakin pasti. Membuka usaha warung makan, dan
kios kecil atau menawarkan jasa catering untuk karyawan tambang makin
menjanjikan.
Pengangkutan : Pada kegiatan pengangkutan, dampak lingkungan yang diberikan
kurang lebih sama dengan kegiatan penggalian pembongkaran. Pada kegiatan
pengankutan digunakan 5 unit dump truck untuk pengangkutan dari area
penggalian ke pabrik crusher. Sedangkan untuk pengangkutan dari pabrik
crusher ke pabrik semen digunakan belt conveyor.
Pengolahan : Pada tahap ini, dampak lingkungan yang diberikan nyaris tidak terasa
karena pengolahan batu gamping hanya dilakukan reduksi ukuran dengan
menggunakan crusher. Dampak penggunaan crusher adalah suara dari mesin
crusher yang berisik.
Reklamasi : Tahap reklamasi yang berbarengan dengan proses produksi adalah
penanaman pohon – pohon berukuran sedang sampai kecil yang berfungsi
mengurangi erosi sehingga, pengotoran air area di sekitar area penambangan
akibat erosi dapat makin ditekan. Dengan reklamasi tahap ini, tanaman yang
dipangkas dapat kembali sehingga memulihkan kondisi flora area
penambangan.
Pasca Operasi :
Pembongkaran : Tahap pembongkaran memberikan dampak lingkungan pada
peningkatan debu dan pencemaran udara akibat pembakaran bahan bakar.
Dampak yang terlihat adalah pada masyarakat karena ketika pembongkaran
menandakan tambang segera tutup dan mengakibatkan kepanikan baik untuk
karyawan, pedagang sekitar area tambang ataupun untuk tuan tanah, karena
dengan tutupnya tambang maka tertutup juga keran pendapatan mereka.
Reklamasi : Reklamasi pada tahap pasca tambang akan difokuskan untuk
pengembalian fungsi tanah area penambangan. Kemudian untuk
dikembangkan menjadi area tambak ikan bandeng dan pembibitan udang
bekerja sama dengan warga yang berada di area penambangan agar warga
kemudian dapat terus melanjutkan hidup tanpa ketergantungan pada
tambang.
Mobilitas alat : Pada tahap ini kembali dirasakan dampak lingkungan berupa
pencemaran udara akibat pembakaran bahan bakar pada kendaraan dan juga
peningkatan debu. Juga dengan mobilitas alat keluar dari area tambang juga
mengakibatkan keresahan masyarakat sekitar karena menguatkan pernyataan
tambang akan tutup.