hukum laut illegal fishing

3
ABU GHIFAR B111 08 507 TUGAS PIP. HUKUM LAUT Kasus Illegal Fishing di Perairan Natuna Dari data yang diperoleh dari Dirjen Pengawasan Sumber Kelautan dan Perikanan, Ajis Sularso pada Tahun 2010 lalu, 50 % kasus illegal fishing yang terjadi di Indonesia terjadi di Kepulauan Natuna . Menurut Ajis hingga September 2010 ini,DKP sudah menangani 150 kasus illegal fishing, sedangkan pada 2009 terjadi 210 kasus. Sampai tahun 2010 sedikitnya sudah ada sekitar 140 kapal yang ditangkap, 40 persennya kini kondisinya rusak dan hanya 60 persen yang bagus. Sementara itu Direktorat Kepolisian Perairan Satuan Patroli Nusantara menangkap seratus lima puluh tujuh nelayan asing asal Vietnam di Perairan Natuna karena kedapatan mencuri ikan di perairan Indonesia. Selain menangkap nelayan, polisiair pun menahan enam belas kapal yang digunakan untuk menangkap ikan. Meskipun Komandan Kapal Polisi Bisma- 520 tengah melakukan patroli di perairan Natuna, namun angka kasus illegal fishing yang terjadi di Kepulauan ini terus mengalami peningkatan. Dikabarkan bahwa pada tanggal 12 Desember 2010 Direktorat Kepolisian Perairan Satuan Patroli Nusantara menerima laporan melalui radio yang mengabarkan ada kapal nelayan berbendera Vietnam melakukan penangkapan ikan di perairan Pulau Bungaran, berjarak 15 neutical mil dari Pulau Natuna. Setelah menerima laporan itu, tim patroli langsung menuju utara Pulau Matak. Dan ternyata Kapal-kapal nelayan berbendera Vietnam sedang melakukan kegiatan menangkap ikan. Polisi air mendekati kapal tersebut dan mengecek kelengkapan dokumen. Namun, nakhoda kapal tidak memiliki dokumen apapun, bahkan ada kapal yang bobot mati 50 GT hingga 100 GT itu menggunakan bendera Indonesia untuk mengelabui petugas. Kapal nelayan Vietnam itu telah menangkap 20,550 ton ikan dan 50 kg cumi-cumi. Akibat illegal fishing ini, ditaksir negara mengalami kerugian senilai Rp 11 miliar. Analisis Kasus Banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa Indonesia mengalami kerugian yang sangat besar dalam hal illegal fishing. Salah satu yang menjadi faktor pendorong maraknya kasus illegal fishing adalah peraturan perundang- undangan yang longgar di Indonesia. Hal ini memberikan peluang besar bagi

Upload: irvin-aditya

Post on 21-Jul-2015

320 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ABU GHIFAR B111 08 507 TUGAS PIP. HUKUM LAUT

Kasus Illegal Fishing di Perairan Natuna Dari data yang diperoleh dari Dirjen Pengawasan Sumber Kelautan dan Perikanan, Ajis Sularso pada Tahun 2010 lalu, 50 % kasus illegal fishing yang terjadi di Indonesia terjadi di Kepulauan Natuna . Menurut Ajis hingga September 2010 ini, DKP sudah menangani 150 kasus illegal fishing, sedangkan pada 2009 terjadi 210 kasus. Sampai tahun 2010 sedikitnya sudah ada sekitar 140 kapal yang ditangkap, 40 persennya kini kondisinya rusak dan hanya 60 persen yang bagus. Sementara itu Direktorat Kepolisian Perairan Satuan Patroli Nusantara menangkap seratus lima puluh tujuh nelayan asing asal Vietnam di Perairan Natuna karena kedapatan mencuri ikan di perairan Indonesia. Selain menangkap nelayan, polisi air pun menahan enam belas kapal yang digunakan untuk menangkap ikan. Meskipun Komandan Kapal Polisi Bisma520 tengah melakukan patroli di perairan Natuna, namun angka kasus illegal fishing yang terjadi di Kepulauan ini terus mengalami peningkatan. Dikabarkan bahwa pada tanggal 12 Desember 2010 Direktorat Kepolisian Perairan Satuan Patroli Nusantara menerima laporan melalui radio yang mengabarkan ada kapal nelayan berbendera Vietnam melakukan penangkapan ikan di perairan Pulau Bungaran, berjarak 15 neutical mil dari Pulau Natuna. Setelah menerima laporan itu, tim patroli langsung menuju utara Pulau Matak. Dan ternyata Kapal-kapal nelayan berbendera Vietnam sedang melakukan kegiatan menangkap ikan. Polisi air mendekati kapal tersebut dan mengecek kelengkapan dokumen. Namun, nakhoda kapal tidak memiliki dokumen apapun, bahkan ada kapal yang bobot mati 50 GT hingga 100 GT itu menggunakan bendera Indonesia untuk mengelabui petugas. Kapal nelayan Vietnam itu telah menangkap 20,550 ton ikan dan 50 kg cumi-cumi. Akibat illegal fishing ini, ditaksir negara mengalami kerugian senilai Rp 11 miliar. Analisis Kasus Banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa Indonesia mengalami kerugian yang sangat besar dalam hal illegal fishing. Salah satu yang menjadi faktor pendorong maraknya kasus illegal fishing adalah peraturan perundangundangan yang longgar di Indonesia. Hal ini memberikan peluang besar bagi

pelakunya. Hal ini bisa dilihat pada Undang-Undang Perikanan Nomor 31 Tahun 2004 yang memungkinkan nelayan asing mempunyai kesempatan luas untuk mengeksploitasi sumber daya perikanan Indonesia. Khususnya di Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE). Pada pasal 29 ayat (1), misalnya, dinyatakan bahwa usaha perikanan di wilayah pengelolaan perikanan, hanya boleh dilakukan oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. Namun, pada ayat (2), kecuali terdapat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada orang atau badan hukum asing yang melakukan penangkapan ikan di ZEE, sepanjang hal tersebut menyangkut kewajiban negara Indonesia berdasarkan persetujuan internasional atau ketentuan hukum intenasional. Selain itu, penanganan terhadap para pelaku illegal fishing kurang tegas oleh para aparat yang terkait, misalnya departemen kelautan atau petugas kelautan. Hal ini bisa dilihat pada banyak kasus illegal fishing. Namun, para pelakunya dihukum ringan. Padahal berdasarkan pasal 85 jo pasal 101 UU No 31 tahun 2004 tentang Perikanan dinyatakan secara tegas bahwa pelaku illegal fishing dapat dikenai ancaman hukuman penjara maksimal 5 tahun. Dan yang menjadi catatan penting mengapa kasus illegal fishing masih marak di negeri ini adalah karena aparat terkait kurang serius dalam penanganan pelaku illegal fishing. Misalnya pada tahun 2007 terdapat 103 kasus tindak pidana di bidang perikanan dengan berbagai bentuk pelanggaran. Ironisnya hanya 77 kasus yang telah diajukan ke proses pengadilan sehingga menimbulkan kesan kurang profesionalnya para aparat dalam penanganannya. Analisis Pemidanaan Berdasarkan hukum atau peraturan tentang perikanan jelas tindakan dari nelayan asing asal Vietnam ini melanggar pasal 104 ayat (2) Undangundang R.I. No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, dan pasal 53 Undangundang RI No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. Tuduhan ini karena nelayan asing tersebut tidask memiliki dokumen seperti yang disyaratkan antara lain Izin Penangkapan Ikan, Port Clearance (Surat Izin Berlayar), dan menggunakan bendera Indonesia. Sampai saat ini Direktorat Kepolisian Perairan Satuan Patroli Nusantara telah menangkap 40 nelayan asing selama tahun 2010 dengan tiga kali melakukan penangkapan. Sayangnya, nelayan Vietnam tidak bisa berbahasa Indonesia dan Inggeris sehingga menajdi salah satu kendala ketika mereka diinterogasi oleh petugas.

Daftar Pustaka

http://fleepzfloopz.blog.com/2011/06/01/kasus-illegal-logging-di-selat-natuna/

batam.tribunnews.com/.../50-persen-kasus-illegal-fishing-di-natuna