hukum konstruksi

19
Pasal-pasal dalam hukum konstruksi yang berhubungan dengan kontrak. Pasal 31 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kontrak Internasional, bahwa perjanjian yang dibuat yang salahsatu pihaknyaadalahpihak Indonesia, wajib menggunakan bahasa Indonesia Ketentuan perjanjian kerja dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perda Burgerlijke Wetbook), bahwa pengertian perjanjian kerja (arbeidsovereenkomst) dalam Pasal 1601a yaitu suatu perjajian dimana pihak yang satu -bur diri untuk bekerja pada pihakyang lain – majikan, selamawaktu tertentu dengan menerima upah. UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Perjanjian kerja dapat di buat secara tertulis dan dapat di buat secara lisan (1) UUK). Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu (PKWT) dipersyaratk secara tertulis dan menggunakan bahasa Indonesia dengan huruf latin, dengan k apabila dibuat tidak tertulis, maka perjanjanjian kerja tersebut dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (Pasal 57 ayat (1) dan (2) UUK) Pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (PASAL 52 ayat (1) U Pengaturan hubungan kerja berdasarkan hukum harus dituangkan dalam ko konstruksi. Hubungan kerja dalam kontrak kerja konstruksi menurut KUHPerdata dikategorikan sebagai pemborongan pekerjaan. Pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong (penyedia jasa dirinya untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, memborongkan (pengguna jasa) dengan menerima suatu harga yang ditetap 1601 huruf (b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 1338 PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Syarat-syarat Umum (AV) 41 selengkapnya bernama : “Algemene voorwarden voor de uitvoering bij aanneming van openbare werken” atau dalam bahasa Indonesia: “Syarat -

Upload: melldull

Post on 09-Jul-2015

169 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Pasal-pasal dalam hukum konstruksi yang berhubungan dengan kontrak. Pasal 31 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kontrak Internasional, bahwa semua perjanjian yang dibuat yang salah satu pihaknya adalah pihak Indonesia, wajib menggunakan bahasa Indonesia Ketentuan perjanjian kerja dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata, Burgerlijke Wetbook), bahwa pengertian perjanjian kerja (arbeidsovereenkomst) terdapat dalam Pasal 1601a yaitu suatu perjajian dimana pihak yang satu -buruh-, mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak yang lain majikan, selama waktu tertentu dengan menerima upah. UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Perjanjian kerja dapat di buat secara tertulis dan dapat di buat secara lisan (Pasal 51 ayat (1) UUK). Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu (PKWT) dipersyaratkan harus dibuat secara tertulis dan menggunakan bahasa Indonesia dengan huruf latin, dengan ketentuan apabila dibuat tidak tertulis, maka perjanjanjian kerja tersebut dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (Pasal 57 ayat (1) dan (2) UUK) Pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (PASAL 52 ayat (1) UUK) Pengaturan hubungan kerja berdasarkan hukum harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Hubungan kerja dalam kontrak kerja konstruksi menurut KUHPerdata dikategorikan sebagai pemborongan pekerjaan. Pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong (penyedia jasa), mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan (pengguna jasa) dengan menerima suatu harga yang ditetapkan. (Pasal 1601 huruf (b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 1338 PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Syarat-syarat Umum (AV) 41 selengkapnya bernama : Algemene voorwarden voor de uitvoering bij aanneming van openbare werken atau dalam bahasa Indonesia: Syarat-

syarat Umum untuk pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan. Syarat-syarat Umum ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, tanggal 28 Mei 1941, No.4. Pertimbangan untuk menetapkan SU (AV)41 ini adalah keperluan untuk mengatur hak-hak dan kewajiban yang seimbang antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi.

Kandungan Isi Yang Penting: A. Direksi (Pasal 3). 1. Yang dimaksud dengan Direksi : Pegawai atau pejabat sipil/militer yang ditunjuk Kepala Departemen/dinas/perusahaan/pemerintah daerah atau pejabat yang disebut dalam bestek. Pejabat tersebut.atas nama kepala yang bersangkutan mengawasi terpenuhinya Syarat-Syarat yang telah ditetapkan untuk Penyedia Jasa (ayat 1). 2. Bila dalam bestek Direksi belum ditunjuk, maka penunjukan selanjutnya disampaikan secara tertulis kepada Penyedia Jasa (ayat 2). 3. Direksi boleh/bisa menugaskan seseorang atau lebih bawahannya, menjalankan pengawasan sehari-hari terhadap pekerjaan/bagian pekerjaan dengan

memberitahukan hal tersebut kepada Penyedia Jasa (ayat 3). 4. Petunjuk-petunjuk orang tersebut ayat (3) dianggap seperti diberikan Direksi sendiri sepanjang sesuai bestek (ayat 4). 5. Bila terjadi perselisihan dengan bawahan Direksi termaksud, Penyedia Jasa dapat mengajukan keberatan kepada Direksi (ayat 5)

Penjelasan: 1. Yang dimaksud dengan Kepala Departemen, dinas, perusahaan atau Pemerintah Daerah adalah pejabat kepada siapa Pemerintah mengamanatkan biaya pekerjaan, jadi termasuk Kepala Proyek. Karena tugasnya maka Direksi harus seorang ahli dalam teknik dan bidang yang sama dengan pekerjaan yang dilaksanakan. Untuk pekerjaan-pekerjaan dilingkungan PU biasanya pejabat PU, walaupun dapat juga

terjadi untuk pekerjaan khusus, direksi ditugaskan kepada seorang ahli swasta atau konsultan swasta (ayat 1). 2. Pengawas sehari-hari bukan Direksi tapi petugas dari Direksi (ayat 3). 3. Di tegaskan lagi bahwa bestek mempunyai kedudukan yang kuat (ayat 4)

B. Jaminan (Pasal 4). 1. Jika disyaratkan adanya jaminan, maka jaminan ini harus diberikan oleh Penyedia Jasa dalam waktu satu bulan sesudah tanggal penetapan pelaksana konstruksi (ayat 1). 2. Jaminan diserahkan kepada Kepala Departemen/divisi/perusahaan/pemerintah daerah atau kepada pejabat yang ditunjuk. Sesudah pekerjaan/sebagian pekerjaan diserahkan dan diterima baik untuk mana diberi jaminan, atas permintaan Penyedia Jasa, jaminan tersebut dikembalikan asalkan jaminan tersebut tidak diperlukan utnuk melindungi denda, ganti rugi, yang harus ditanggung Penyedia Jasa (ayat 3)

C. Pertanggungan (Asuransi) (Pasal 5). 1. Penyedia Jasa diwajibkan meng-asuransikan pekerjaan dan bahan-bahan dalam persediaan atas biaya Penyedia Jasa untuk kepentingan Pengguna Jasa dengan jumlah yang semakin meningkat (Polis Terbuka) sesuai kemajuan pekerjaan sampai serah terima akhir kecuali bestek menentukan lain (ayat 1). 2. Asuransi harus termasuk semua yang disediakan Pengguna Jasa dipekerjaan termasuk Gambar-Gambar dan Barang-Barang untuk Direksi (ayat 2). 3. Polis dibuat atas nama Pengguna Jasa dan bukti-bukti pembayaran premi diserahkan kepada Direksi (ayat 3). 4. Penyedia Jasa wajib memperbaiki/mengganti kerusakan/kerugian akibat

kebakaran yang diasuransikan. Setelah diperbaiki Penyedia Jasa akan menerima dana dari Pengguna Jasa (ayat 4). 5. Jika Penyedia Jasa tidak melaksanakan perbaikan (penggantian

kerusakan/kerugian dan pekerjaan tersebut dilaksanakan Pengguna Jasa dengan biaya Penyedia Jasa, kemungkinan sisa dana asuransi setelah dipotong biaya

perbaikan/penggantian diserahkan kepada Pengguna Jasa sedangkan bila terjadi kekurangan akan diambil/dipotong dari jumlah pembayaran atau diselesaikan dengan cara lain (ayat 5).

6. Jika Penyedia Jasa lalai membayar premi asuransi maka akan dibayar Pengguna Jasa atas tanggungan Penyedia Jasa (ayat 6). 7. Direksi berhak mensyaratkan bahan/alat/mesin untuk Penyedia Jasa yang ada di lapangan diasuransikan terhadap kebakaran/kerugian lain untuk kepentingan Direksi pada perusahaan asuransi yang ber-reputasi baik (ayat 7)

Penjelasan: 1. Tujuan pokok dari ketentuan-ketentuan dalam Pasal ini adalah menjamin keamanan Pengguna Jasa agar tidak menderita rugi dengan mengeluarkan 2 kali biaya untuk pekerjaan yang sama atau pengeluaran dilakukan begitu saja. Oleh karena itu asuransi harus dilakukan terhadap : a. Pekerjaan/bagian pekerjaan yang telah dikerjakan/diserahkan Penyedia Jasa yang berarti pekerjaan/bagian pekerjaan tersebut telah dibayar Pengguna Jasa dengan nilai pertanggunggan disesuaikan dengan nilai pekerjaan yang diselesaikan sehingga tidak terlalu memberatkan Penyedia Jasa; b. Barang-barang/alat-alat/bahan milik Pengguna Jasa yang diserahkan untuk pekerjaan. 2. Agar tidak disalahgunakan, polis asuransi harus atas nama Pengguna Jasa. Bila terjadi kebakaran, klaim asuransi diberikan kepada Pengguna Jasa dan kemudian baru diserahkan kepada Penyedia Jasa setelah pekerjaan diperbaiki. 3. Karena premi merupakan syarat mutlak berlangsungnya asuransi maka hal ini harus diawasi Pengguna Jasa sehingga bila terjadi kelalaian Penyedia Jasa membayar premi, maka Pengguna Jasa harus membayarkannya terlebih dahulu kemudian memotong pembayaran kepada Penyedia Jasa. 4. Untuk pekerjaan yang bersifat khusus dan Direksi menganggap perlu maka Direksi berwenang memerintahkan Penyedia Jasa untuk meng-asuransikan barang/bahan milik Penyedia Jasa yang akan dipakai untuk pekerjaan

D. Rencana Kerja (Pasal 10) 1. Penyedia Jasa selekasnya setelah penunjukan, wajib menyampaikan suatu rencana kerja berisi data selengkap mungkin tentang metode kerja, rencana penggunaan peralatan, urut-urutan pekerjaan dan perkiraan waktu pelaksanaan macam pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi (ayat 1) 2. Persetujuan Pengguna Jasa atas rencana kerja tidak membebaskan Penyedia Jasa untuk menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan sesuai bestek dan juga tak berarti memberi peluang Penyedia Jasa minta ganti rugi jika ternyata metode pelaksanaan penggunaan peralatan atau urut-urutan pekerjaan tidak mengenai sasaran (ayat 2) 3. Jika karena perobahan keadaan atau pandangan atau kelambatan pelaksanaan rencana kerja tidak diikuti, metode rencana kerja akan dirubah dengan persetujuan Pengguna Jasa (ayat 4) 4. Penyedia Jasa wajib sebelumnya memberitahukan secara tertulis kepada Direksi mengenai tanggal pekerjaan secara nyata dimulai dan pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum jaminan tersebut Pasal 4 ayat 1 dilaksanakan (ayat 5 dan 6)

Penjelasan: 1. Dalam melaksanakan pekerjaan yang terdiri dari banyak bagian, satu sama lain harus saling berhubungan sehingga tidak saling mengganggu/menghalangi tapi membuat roda pelaksanaan berputar lancar dan teratur. Untuk mencapai hal tersebut, jumlah bahan, tenaga, peralatan, waktu mulai/akhir masing-masing bagian pekerjaan harus dianalisis, diatur dengan teliti dalam bentuk grafis/bentuk lain yang mudah dibaca sebagai pedoman pelaksanaan bagi Penyedia Jasa yang dinamakan rencana pekerjaan (work program). 2. Selain sebagai prasarana pelaksanaan, rencana kerja merupakan alat kontrol bagi Direksi mengenai ketepatan/kecepatan kerja dan dapat diketahui sumber kelambatan. 3. Ketidak cocokan antara pelaksanaan dan rencana kerja bisa terjadi karena : a. Salah taksir/analisis b. Kesalahan teknis/pengurusan tanggungan Penyedia Jasa

c. Keadaan diluar kemampuan Penyedia Jasa, walaupun diluar tanggungan Penyedia Jasa, dengan diketahuinya gangguan ini, rencana kerja diperbaiki sehingga pekerjaan tidak terlalu terlambat. 4. Walaupun rencana kerja dibuat Penyedia Jasa dan disetujui Pengguna Jasa, ditekankan bahwa bila rencana kerja tidak cocok Penyedia Jasa tidak boleh minta ganti rugi. Hal ini berarti Penyedia jasa harus membuat rencana kerja dengan teliti dan dapat dipertanggungjawabkan

E. Pengujian Bahan (Pasal 23) 1. Bahan-bahan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Syarat-Syarat Umum ini. Jika syarat-syarat untuk suatu jenis bahan tertentu tidak ada dalam Syarat-Syarat Umum, maka bahan tersebut harus memenuhi Syarat-Syarat yang lain untuk bahan sejenis. 2. Bahan-bahan sebelum dikerjakan/diserahkan harus dinilai/diuji mutunya disuatu Laboratorium Pemeriksaan Bahan. Bila Pengguna Jasa adalah Pemerintah maka Direksi berhak memutuskan bahan-bahan diuji di Laboratorium Negara (ayat 2 dan 9) 3. Jika Direksi menolak bahan-bahan, Penyedia Jasa berwenang minta bahan tersebut diuji pada Laboratorium Negara. Jika ternyata hasil pengujian memenuhi syarat maka bahan-bahan tersebut disahkan sebagai memenuhi syarat (ayat 15) 4. Bila terjadi keadaan seperti tersebut butir 5.3, hasil pengujian menyatakan bahanbahan memenuhi syarat, maka biaya pengujian menjadi beban Pengguna Jasa (ayat 16)

F. Penyediaan/Pemberian Gambar-Gambar (Pasal 30). 1. Gambar bestek dan Gambar Detail harus diberi tanda oleh Direksi (ayat 1) 2. Jika Gambar Detail disediakan Penyedia Jasa, sesudah diadakan perubahan bila diperlukan, disetujui Pengguna Jasa (ayat 3) Penjelasan : Gambar bestek/detail dianggap sah setelah ditandatangani Direksi

G. Pendetailan dan pengerjaannya (pasal 37) Jika gambar detail yang diberikan kepada Penyedia Jasa tidak sesuai dengan gambaran yang secara wajar dapat dibentuk dari kesatuan bestek dengan gambar-gambarnya (dipandang dari sudut ilmu bangunan, termasuk gambar detail pokok) maka jikalau hal ini mengakibatkan pekerjaan lebih, dapat diperhitungkan. Penjelasan : Misalnya pada waktu tender diberikan gambar bestek untuk portal yang dibuat dari konstruksi besi biasa sebagai dasar penawaran, kemudian pada waktu penunjukan Penyedia Jasa baru diberikan gambar detail.

H. Hubungan dengan pekerjaan lain (Pasal 40) 1. Penyedia Jasa harus mengizinkan pihak lain yang diperintahkan Direksi melakukan pekerjaan masing-masing secara bersama ditempat yang sama (ayat 1). 2. Jika pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan satu sama lain tersebut saling bersinggungan maka para Penyedia Jasa yang terkait harus bermusyarawah sebelum pekerjaan-pekerjaan tersebut bersinggungan dan kalau perlu

mengusulkan pengaturan kepada Direksi (ayat 2). 3. Jika para Penyedia Jasa tidak segera mendapat persesuaian atau usulannya ditolak Direksi, maka Direksi akan menetapkan bagaimana pelaksanaan oleh masingmasing Penyedia Jasa harus dilakukan (ayat 3) Penjelasan : Rumah dikerjakan Penyedia Jasa A; Instalasi Listrik Penyedia Jasa B.

I. Penyerahan Pekerjaan (Pasal 47) 1. Penyedia Jasa harus menyerahkan pekerjaan pada tanggal tercantum dalam bestek atau dalam jumlah hari almanak, yang diijinkan dalam bestek terhitung sejak penunjukan Penyedia Jasa secara tertulis (ayat 1). 2. Jika bestek menetapkan bahwa pekerjaan diserahkan dalam bagian-bagian, maka Penyedia Jasa harus menyerahkan tiap bagian tersebut pada tanggal-tanggal tersebut dalam bestek atau dalam jumlah hari almanak yang ditentukan (ayat 2).

3. Penyerahan pekerjaan/bagian pekerjaan dilaksanakan berdasarkan pemeriksaan (penilaian) sesudah Penyedia Jasa mengajukan permintaan tertulis yang mencantumkan tanggal rencana penyerahan (ayat 3).

Penjelasan : 1. Jika jangka waktu pelaksanaan dalam hari almanak, hari-hari libur tidak dapat dipakai sebagai alasan minta perpanjangan waktu. 2. Penyerahan pekerjaan berdasarkan hasil optimal yang disahkan dengan Berita Acara yang menyatakan pekerjaan telah dilaksanakan sesuai bestek, baik dan lengkap. 3. Bila syarat-syarat belum terpenuhi, Penyedia Jasa harus memperbaiki. Bila melampaui batas tanggal penyerahan bisa kena denda.

J. Perpanjangan waktu penyerahan (Pasal 48) 1. Jangka waktu penyerahan pekerjaan/bagian pekerjaan atas permintaan Penyedia Jasa dapat diperpanjang dalam keadaan-keadaan berikut :o

Penyedia Jasa harus mengerjakan pekerjaan tambah atau pekerjaan lain selain tersebut dalam bestek, jika karena itu pekerjaan terpaksa diperlambat.

o

Pekerjaan tidak dapat dimulai pada waktu ditetapkan atau pekerjaan harus dihentikan atau mengalami kelambatan karena Direksi atau pada waktu yang ditetapkan tidak memenuhi kewajibannya.

o

Pelaksanaan pekerjaan mengalami kelambatan karena angin topan, gempa bumi, air pasang/surut luar biasa, kebakaran, pemberontakan, sabotase atau keadaan luar biasa, terlepas dari kehendak dan diluar kesalahan Penyedia Jasa. (ayat 1).

2. Permohonan perpanjangan waktu harus diajukan melalui Direksi dengan menentukan saat mulai pekerjaan, lamanya peristiwa terjadi yang mengakibatkan kelambatan (ayat 2). 3. Kelambatan-kelambatan karena pemasok tidak memenuhi kewajiban tidak bisa menjadi penyebab perpanjangan waktu kecuali keadaan diluar kekuasaan (ayat 3).

Penjelasan: Barang impor dengan kapal laut, kapal tenggelam merupakan pengecualian ayat 3.

K . Denda kelambatan (Pasal 49). Jika dalam bestek ditetapkan denda kelambatan dalam satuan waktu/hari tanpa menetapkan batas maksimum maka denda maksimum tidak boleh melebihi 10% x harga borongan. Penjelasan : Denda tidak melebihi jumlah perkiraan keuntungan yang akan diperoleh (10%)

L. Pekerjaan tambah dan kurang (Pasal 50). 1. Penyimpangan rencana tak boleh terjadi tanpa izin Pengguna Jasa kecuali Direksi diberi kuasa yang harus diberitahukan secara tertulis kepada Penyedia Jasa. (ayat 1). 2. Penyedia Jasa wajib mengizinkan setiap perubahan yang diperintahkan (ayat 2). 3. Jika pengetrapan ayat-ayat dalam Pasal ini mengakibatkan pekerjaan kurang, Penyedia Jasa harus menerima jika pekerjaan kurang ini diperhitungkan menurut Pasal 51 (ayat 3). 4. Jika pengetrapan ayat-ayat dalam Pasal ini mengakibatkan pekerjaan lebih dan dalam hal Direksi menghendakinya maka Penyedia Jasa harus mengerjakannya kecuali setelah diperhitungkan dengan pekerjaan kurang mengakibatkan biaya lebih dari 10% dari harga borongan (ayat 4). 5. Jika terjadi pekerjaan tambah melebihi 10% (setelah diperhitungkan dengan pekerjaan kurang) dan Direksi menghendaki tetap dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang sama, maka Penyedia Jasa tersebut harus memberikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu tertentu apakah dia bersedia untuk mengerjakan pekerjaan tambah yang melebihi 10% tersebut disertai syarat-syarat yang diminta (ayat 5). 6. Jika Penyedia Jasa dalam hal tersebut ayat 5 tidak bersedia melaksanakan pekerjaan tambah yang melebihi 10% tersebut atau tidak memberikan pernyataan

tertulis dalam waktu yang ditentukan tentang hal tersebut, maka Pengguna Jasa berwenang untuk melengkapi pekerjaan tersebut (ayat 6). 7. Jika Penyedia Jasa membuktikan bahwa karena pengetrapan ayat-ayat ini timbul kerugian baginya, maka kerugian ini akan diganti sejumlah yang ditetapkan Pengguna Jasa menurut norma keadilan.

Penjelasan : 1. Ayat 1 :o o

Perencanaan hanya boleh dirubah Pengguna Jasa (yang melelangkan); Direksi pun tanpa izin Pengguna Jasa tidak boleh mengadakan penyimpangan;

o o

Penyimpangan rencana dapat mengakibatkan tambahan biaya; Penyedia Jasa wajib melakukan perubahan walaupun kadang-kadang berarti pengurangan penerimaan.

o

Kewajaran yang dapat disimpulkan : selisih lebih dari pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang, Penyedia Jasa memperoleh 10% keuntungan

o

Kewajiban mutlak Penyedia Jasa adalah pekerjaan tambah (setelah dikurangi pekerjaan kurang) tidak melebihi 10%.

2. Ayat 7 : Unsur keadilan dan kewajaran diperhatikan.

M. Perhitungan Pekerjaan Tambah/Kurang (Pasal 51). 1. Perhitungan pekerjaan tambah/kurang dilaksanakan berdasarkan harga satuan tersebut dalam kontrak (bestek) dan pembayarannya dilakukan pada pembayaran angsuran berikutnya tanpa keuntungan yang akan dibayarkan pada waktu pembayaran akhir (Penyerahan) (ayat 2 dan Pasal 58 ayat 4). 2. Jika perhitungan akhir (setelah diperhitungkan dengan pekerjaan kurang menghasilkan pekerjaan tambah maka Penyedia Jasa memperoleh keuntungan 10% dari harga borongan. Dalam hal terjadi kebalikannya tidak dipotong 10% (ayat 3). 3. Harga satuan yang tidak ada dalam bestek/surat penawaran ditetapkan berdasarkan musyawarah antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa (ayat 4).

4. Jika sifat dari suatu perubahan menyebabkannya, maka penyimpangan dari harga satuan dalam ayat terdahulu dapat ditentukan suatu jumlah harga yang menyebabkan harga borongan naik atau turun. Penetapan berdasarkan hasil musyawarah antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa (ayat 5).

N. Pos-pos yang diperhitungkan (Pasal 52). 1. Untuk bagian-bagian pekerjaan yang harga pembeliannya tidak menentu satu dan lain hal karena syarat yang ditentukan tentang baik tidaknya penyelesaiannya, maka dalam bestek boleh dicantumkan pos-pos yang diperhitungkan, pos-pos mana harus cukup menggambarkan biaya yang berhubungan dengan bagian yang harus dibeli (ayat 1). 2. Perhitungan pengeluaran Penyedia Jasa untuk pembelian-pembelian dimaksud dilakukan sedemikian rupa, sehingga dia menerima selisih antara harga pembelian (sesuai bukti) dan harga tercantum dalam pos yang diperhitungkan dalam bestek. Jika terjadi harga pembelian kurang dari pos yang diperhitungkan maka kelebihannya akan dipotong dari harga borongan (ayat 2). Penjelasan : Maksud pasal ini agar dalam hal harga-harga bahan tidak stabil, Penyedia Jasa tidak dirugikan dan juga Pengguna Jasa tidak harus membayar harga yang lebih tinggi

O. Tanggung Jawab Penyedia Jasa (Pasal 54). 1. Penyedia Jasa bertanggung jawab selama 5 (lima) tahun sejak hari penyerahan jika:o

Dia sendiri yang membuat perencanaan (sebagian atau seluruhnya) atas segala kerugian atau ketidak sempurnaan pekerjaan/bagian

pekerjaan/menimbulkan kerusakan pada bagian lain/berdekatan sebagai akibat langsung dari rencananya yang tidak layak/kualitas bahan yang buruk kecuali ketidak sempurnaan merupakan akibat dari keadaan yang sewaktu dikerjakan tidak diketahui sebelumnya (ayat 1).o

Rencana dibuat Pengguna Jasa, terjadi kerusakan dan ketidak sempurnaan akibat kualitas bahan/pelaksanaan yang buruk (ayat 2).

o

Rencana dibuat Pengguna Jasa dan seharusnya Penyedia Jasa secara wajar mengetahui sebelumnya bahwa rencana tersebut kurang sempurna sehingga perlu dirubah namun Penyedia Jasa tidak memberitahukan kepada Pengguna Jasa dan terus melaksanakannya (ayat 3).

2. Dengan ketentuan tersebut ayat 1 Pasal 1609 KUHPer tidak berlaku lagi (ayat 2). 3. Setelah dinyatakan adanya kerusakan/ketidak sempurnaan tersebut ayat 1, Penyedia Jasa harus diberi kesempatan memperbaiki kerusakan/ketidak

sempurnaan dan bila perlu mengambil tindakan pencegahan meluasnya kerusakan/ketidak sempurnaan.

Penjelasan : 1. Ketentuan tanggung jawab Penyedia Jasa selama 5 tahun sejak tanggal penyerahan sebenarnya cukup panjang dengan maksud untuk lebih mendorong Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan dengan baik dan seksama (cara, teknik, pemakaian bahan) sehingga terjamin mutu pekerjaan. 2. Dalam pasal ini ditekankan pula, bahwa selain menjaga kebaikan mutu pelaksanaan, Penyedia Jasa juga harus memperhatikan kewajaran gambar/bestek dan rencana pada waktu pelaksanaan. Dia tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap kemungkinan terdapatnya kenyataan yang tidak sesuai dengan rencana atau hal yang tidak diduga semula, yang akan berpengaruh buruk pada hasil pekerjaan dimana dia dapat disalahkan, bila tidak memberitahu pada Direksi

P. Kewajiban Penyedia Jasa dalam jangka waktu pemeliharaan (Pasal 55). Tanpa mengurangi maksud Pasal 63 ayat 1 terhitung sejak penyerahan pekerjaan selama jangka waktu tersebut dalam bestek atas perintah pertama Direksi, Penyedia Jasa wajib memperbaiki sampai memuaskan Direksi, semua kekurangan yang nyata akibat pelaksanaan kurang sempurna dan yang diakibatkan pemakaian bahan yang buruk.

Q. Pemutusan Perjanjian (Pasal 62). 1. Jika Penyedia Jasa tidak melaksanakan bestek/perjanjian atau tidak menurut instruksi Direksi, maka Direksi memberi waktu yang wajar secara tertulis bagi Penyedia Jasa untuk memenuhi kewajibannya (ayat 1). 2. Jika Penyedia Jasa tidak mengindahkan teguran tersebut ayat 1 atau selanjutnya terus melakukan kesalahan yang sama, perjanjian dapat diputuskan tanpa perantaraan pengadilan. Perjanjian tetap berlaku sampai hari pemberitahuan dan akibat-akibat pemutusan baru mulai sesudah hari itu (ayat 2). 3. Pengguna Jasa selanjutnya berwenang memutuskan perjanjian tanpa adanya kelalaian Penyedia Jasa terlebih dulu : a. Setelah denda kelambatan penyerahan mencapai maksimum seperti tersebut dalam Pasal 49. b. Penyedia Jasa ternyata melakukan tindakan dengan pihak ketiga pada waktu tender sehingga persaingan bebas tersingkirkan dan dalam hal mana Penyedia Jasa juga dikenakan denda sebesar 10% dari harga barang. c. Menurut penilaian Pengguna Jasa, Penyedia Jasa telah dikenakan denda f. 1.000 (gulden) karena memasukkan orang ke lapangan tanpa ijin. (ayat 3). 4. Jika terjadi pemutusan perjanjian sesuai pasal ini, tanpa mengurangi hak Penyedia Jasa atas pembayaran pekerjaan yang telah diserahkan maka Penyedia Jasa harus membayar denda-denda yang terhutang, denda yang telah dijatuhkan, ganti rugi atas biaya, kerugian dan bunga yang diderita dan akan diderita Pengguna Jasa. Selanjutnya Pengguna Jasa berhak meneruskan pekerjaan itu sendiri (swakelola) atau menyuruh pihak ketiga atas biaya Penyedia Jasa dengan harga pekerjaan sesuai Pasal 61 ayat 6. Akan tetapi Penyedia Jasa tidak punya hak sedikitpun atas pembayaran yang belum dilakukan sebelum pekerjaan selesai sama sekali. Jika pekerjaan diselesaikan dengan harga lebih rendah dari harga borongan maka Penyedia Jasa tidak bisa menuntut selisihnya (ayat 4). 5. Dalam hal terjadi pemutusan perjanjian berdasarkan pasal ini, Pengguna Jasa berwenang menggunakan alat-alat untuk Penyedia Jasa untuk pelaksanaan termasuk bahan-bahan yang sudah didatangkan di atau dekat pekerjaan. Pengguna Jasa memelihara alat-alat/bahan tersebut tapi tidak harus membayar ganti rugi

untuk penggunaannya. Pengguna Jasa tidak menanggung resiko apapun, kecuali timbul kerusakan karena kesalahan pemakaian (ayat 5). 6. Alat-alat dimaksud dianggap sebagai digadaikan sebagai tambahan jaminan atas segala tagihan yang mungkin akan dilakukan Pengguna Jasa akibat perjanjian dan pemutusannya (ayat 6). 7. Untuk semua pemberitahuan, penyitaan, gugatan dan tuntutan terhadapnya, sesudah pemutusan perjanjian, Penyedia Jasa tetap memiliki domisili yang telah dipilih (ayat 7). 8. Untuk kejadian-kejadian yang sudah diatur dalam Pasal ini, Penyedia Jasa lebihlebih dianggap telah mengesampingkan berlakunya Pasal-Pasal 1265 sampai dengan Pasal 1267 KUHPer (ayat 8).

Penjelasan : 1. Pasal ini pertama-tama melindungi Pengguna Jasa (pihak yang melelangkan) terhadap kemungkinan Penyedia Jasa bertindak sewenang-wenang dalam pelaksanaan pekerjaan. 2. Pemutusan perjanjian adalah tindakan terjauh yang dapat diambil Pengguna Jasa jika Penyedia Jasa sudah keterlaluan. 3. Dalam hal ini Direksi harus mempunyai bukti nyata mengenai kelalaian Penyedia Jasa dalam hal mana buku harian dan rencana kerja berperan penting dalam memutuskan perjanjian

KUH Per Pasal 1609 Jika suatu gedung yang telah diborongkan dibuat untuk suatu harga tertentu, seluruhnya atau sebagian musnah disebabkan karena suatu cacad dalam penyusunannya, atau bahkan karena tidak sanggupnya tanah, maka para ahli pembangunannya serta para pemborongnya adalah bertanggung jawab untuk itu selama sepuluh tahun.

Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi Sesuai Pasal 22 Peraturan Pemerintah 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa

Konstruksi, Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-kurangnya memuat dokumen-dokumen yang meliputi : a. Surat Perjanjian; b. Dokumen Lelang; c. Usulan atau Penawaran; d. Berita Acara berisi kesepakatan antar pengguna jasa dan penyedia jasa selama proses evaluasi oleh pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan; e. Surat Perjanjian dari pengguna jasa menyatakan menerima atau menyetujui usulan penawaran dari penyedia jasa; dan f. Surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan.

Dokumen kontrak untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan dengan dengan sistem Pelelangan Nasional (National/Local Competitive Bidding) dalam urutan prioritas terdiri dari : a. Surat Perjanjian termasuk Adendum Kontrak (bila ada); b. Surat Penunjukan Pemenang Lelang;

c. Surat Penawaran; d. e. Adendum Dokumen Lelang; Data Kontrak;

f. Syarat-syarat Kontrak; g. Spesifikasi; h. Gambar-gambar;

i. Daftar Kuantitas dan harga yang telah diisi harga penawarannya; j. Dokumen lain yang tercantum dalam Data Kontrak pembentuk bagian dari kontrak.

Kontrak-kontrak dengan sistem Pelelangan Internasional (International Competitive Bidding), dokumen kontrak tersebut secara urutan prioritas meliputi : a. the Contract Agreement; b. the Letter of Acceptance;

c. the Bid and the Appendix to Bid; d. the Conditions of Contract, Part II;

e. the Conditions of Contract, Part I; f. the Specifications; g. the Drawings; h. the priced Bill of Quantities; and i. other documents, as listed in the Appendix to Bid.

Sesuai ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, mengenai: a. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak; b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, batasan waktu pelaksanaan; c. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa; d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi; e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi; f. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi; g. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan; h. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan; i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus memuat uraian

j. Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak; k. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan; l. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan tenaga kerja; m. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan.

Syarat-syarat Kontrak untuk Kontrak Harga Satuan Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan) sesuai Keputusan Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi: tersebut terdiri dari A. Syarat-syarat Umum Kontrak Syarat-syarat Umum Kontrak memuat ketentuan mengenai: Ketentuan Umum 1. Definisi 2. Penerapan 3. Asal Jasa 4. Penggunaan Dokumen Kontrak Dan Informasi 5. Hak Paten, Hak Cipta, Dan Merek 6. Jaminan 7. Asuransi 8. Keselamatan Kerja 9. Pembayaran 10. Harga Dan Sumber Dana 11. Wewenang Dan Keputusan Pengguna Jasa 12. Direksi Teknis Dan Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak 13. Delegasi 14. Penyerahan Lapangan 15. Surat Perintah Mulai Kerja (Spmk) 16. Persiapan Pelaksanaan Kontrak 17. Program Mutu 18. Perkiraan Arus Uang 19. Pemeriksaan Bersama 20. Perubahan Kegiatan Pekerjaan 21. Pembayaran Untuk Perubahan 22. Perubahan Kuantitas Dan Harga 23. Amandemen Kontrak 24. Hak Dan Kewajiban Para Pihak

25. Resiko Pengguna Jasa Dan Penyedia Jasa 26. Laporan Hasil Pekerjaan 27. Cacat Mutu 28. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan 29. Penyedia Jasa Lainnya 30. Wakil Penyedia Jasa 31. Pengawasan 32. Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 33. Kontrak Kritis 35. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan 36. Kerjasama Antara Penyedia Jasa Dan Sub Penyedia Jasa 37. Penggunaan Penyedia Jasa Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil 38. Keadaan Kahar

39. Peringatan Dini 40. Rapat Pelaksanaan 41. Itikad Baik 42. Penghentian Dan Pemutusan Kontrak 43. Pemanfaatan Milik Penyedia Jasa 44. Penyelesaian Perselisihan 45. Bahasa Dan Hukum 46. Perpajakan 47. Korespondensi 48. Penyesuaian Harga 49. Denda Dan Ganti Rugi 50. Serah Terima Pekerjaan 51. Gambar Pelaksanaan 52. Perhitungan Akhir 53. Kegagalan Bangunan

Ketentuan Khusus 1. Personil 2. Penilaian Pekerjaan 3. Percepatan 4. Penemuan-Penemuan 5. Kompensasi 6. Penangguhan Pembayaran 7. Hari Kerja 8. Pengambilalih-An 9. Pedoman Pengoperasian Dan Pemeliharaan 10. Penyesuaian Biaya 11. Penundaan Atas Perintah Pengguna Jasa 12. Instruksi

B. Syarat-syarat Khusus Kontrak Syarat-syarat Khusus Kontrak ini memuat ketentuan khusus yang dibutuhkan oleh paket pekerjaan. Syarat-syarat khusus kontrak adalah ketentuan-ketentuan yang merupakan perubahan, penambahan dan/atau penjelasan dari ketentuan-ketentuan yang ada pada syarat-syarat umum kontrak. Apabila terjadi perbedaan antara syarat-syarat umum kontrak dengan syarat-syarat khusus kontrak, maka yang berlaku adalah syarat-syarat khusus kontrak.

Syarat-syarat khusus kontrak terdiri atas: A. Ketentuan Umum 1. Definisi 2. Jaminan 3. Asuransi 4. Keselamatan Kerja 5. Pembayaran 6. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan 7. Penggunaan Penyedia Jasa Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil 8. Penyelesaian Perselisihan 9. Penyesuaian Harga 10. Denda Dan Ganti Rugi 11. Gambar Pelaksanaan 12. Kegagalan Bangunan B. Ketentuan Khusus 13. Kompensasi 14. Pedoman Pengoperasian Dan Pemeliharaan