hukum kesehatan.ppt

22
By: Kelompok V By: Kelompok V

Upload: melda-amalia-sikumbang

Post on 05-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

  • By: Kelompok V

  • Perbuatan adalah wujud konkret sebagai bagian dari perlakuan atau pelayanan medis. Semua perbuatan dalam pelayanan medis tersebut dapat mengalami kesalahan (sengaja atau lalai) yang pada ujungnya menimbulkan malpraktik kedokteran, apabila dilakukan secara menyimpang. Dapat diartikan umumnya menimbulkan mal praktik dan tidak selalu berakibat terjadinya mal praktik kedokteran menurut hukum.Perlakuan Salah dalam Malpraktik Kedokteran

  • Sikap batin yang diarahkan pada perbuatan umumnya berupa kesengajaan artinya mewujudkan perbuatan atau menjalankan terapi memang dikehendaki. Akan tetapi bisa juga sikap batin pada perbuatan (aktif dan pasif) merupakan sikat batin kelalaian.Dari sudut pandang masyarakat, sikap batin dalam malpraktik kedokteran disamakan dengan tidak mengkehendaki akibat buruk bagi pasien, namun menghendaki wujud perbuatan dalam perlakuan medis yang tidak disadari telah menyimpang dari standar perlakuan medis yang berlaku.Sikap Batin dalam Malpraktik Kedokteran

  • Sikap batin culpos dalam hubungannya dengan wujud dan cara perbuatan adalah sikap batin yang tidak atau kurang mengindahkan atau kurang bersikap hati-hati mengenai wujud dan cara perbuatan atau alat yang digunakan dalam perbuatan. Perbuatan yang dimaksud disini tidak semata-mata perbuatan saja, melainkan dalam segala unsur atau keadaan sekitar perbuatan.Sikap batin dalam hubungan dengan objek perbuatan dan hal-hal sekitar objek perbuatan adalah sikap batin yang tidak mengindahkan segala sesuatu mengenai ojek yang akan dilakukan perbuatan. Ajaran Culpa subjektif

  • Pandangan objektif yang meletakkan syarat lalai atas suatu perbuatan ialah pada kewajaran dan kebiasaan yang berlaku secara umum. Jadi pandangan culpa objektif dalam menilai sikap batin lalai pada diri seseorang dengan membandingkan antara perbuatan pelaku pada perbuatan yang dilakukan orang lain yang berkualitas sama dalam keadaan-keadaan yang sama pula. Dalam hal pelayanan medis dokter, padangan culpa objektif terdapat kelalaian apabila dokter melakukan perbuatan yang lain-tidak sama dengan dokter lain dalam menghadapi kondisi yang sama dengan dokter tersebut.

    Ajaran Culpa Objektif

  • Culpa pada pasien sebagai objek perbuatan adalah berupa apa yang patut diketahui tentang segala yang terdapat pada diri pasien tersebut terutama mengenai penyakitnya. Culpa mengenai sifat melawan hukumnya perbuatan harus diartikan bahwa tiadanya kesadaran atau pengetahuan bahwa wujud perlakuan medis hendak diperbuat dokter adalah menyalahi prosedur atau standar profesi kedokteran.

  • Sikap batin culpa yang ditunjukan pada akibatnya mengandung tiga arti sebagai berikut: Dokter tidak menyadari bahwa dari perbuatan yang hendak dilakukannya dapat menimbulkan akibat yang terlarang dalam hukum (kelalaian yang tidak disadari)Akibat itu disadari bisa timbul namun karena berdasarkan peikiran tentang kepintarannya, pengalamannya, kepopulerannya, atau kondisi pasien prima, peralatan yang digunakan, pengalaman yang berlaku dalam kasus serupa dan lain-lain, dokter meyakini akibat tidak akan timbul, namun setelah perbutaan diwujudkan ternyata akibat terlarang itu benar-benar timbul. Culpa ini disebut culpa yang disadari (bewuste culpa)Akibat disadari dapat saja timbul. Namun diyakini ia memiliki kemampuan untuk menertralisasi gejal-gejala menuju akibat sehingga akibat tidak terjadi.

  • Pada lapangan malpraktik kedokteran harus akibat yang merugikan pihak yang ada hubungan hukum dengan dokter. Sifat akibat dan letak hukum pengaturannya menentukan kategori malpraktik kedokteran, akibat yang merugikan masuk dalam lapangan pidana. Unsur tindak pidana akibat kematian atau luka merupakan unsur kejahatan pasal 359 dan 360 maka bila kelalaian/ culpa perlakuan medis terjadi dan mengakibatkan kematian atau luka sesuai jenis yang ditentukan dalam pasal ini maka perlakuan medis masuk kategori malpraktik pidana.ADANYA AKIBAT KERUGIAN PASIEN

  • Ada perbedaan akibat kerugian oleh malpraktik. Akibat malpraktik perdata khususnya termasuk perbuatan melawan hukum terdiri atas kerugian materiil dan iidil. Akibat malpraktik kedokteran yang menjadi tindak pidana (malpraktik kedokteran pidana) harus berupa akibat malpraktik kedokteran hanya terjadi pada tindak pidana materiil. Kematian, luka berat, rasa sakit, atau luka yang mendatangkan penyakit, atau luka yang menghambat tugas dan mata pencarian sebagai unsur malpraktik pidana dokter.D. PENERAPAN PASAL 351, 359, 360, 344, 346, 347, DAN 348 KUHP PADA MALPRAKTIK KEDOKTERAN

  • Malpraktik kedokteran dapat menjadi penganiayaan jika ada kesengajaan. Pada umumnya, pembedahan tanpa informed consent termasuk penganiayaan. Informed consent merupakan dasar peniadaan pidana, sebagai alas an pembenarArrest HR (10-2-1992) dalam pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa jika menimbulkan luka atau sakit pada tubuh bukan menjadi tujuan melainkan sarana belaka untuk mencapai suatu tujuan yang patut maka tidak ada penganiayaan. Penganiayaan (Mishandeling)

  • KUHP membedakan lima macam penganiayaan, yakni penganiayaan bentuk standar, atau sering disebut bentuk pokok (Pasal 351) atau biasa (gewone mishandeling); penganiayaan ringan (Pasal 352); penganiayaan berencana (Pasal 353); penganiayaan berat (Pasal 354); dan penganiayaan berat berencana (Pasal 355).Mengenai unsur-unsurnya atau isinya penganiayaan diserahkan pada doktrin dan praktik, meliputi :adanya kesenjangan;adanya wujud perbuatan;adanya akibat perbuatan;adanya causal verband antara wujud perbuatan dan timbulnya akibat yang terlarang

  • Hampir pasti pasal 359 KUHP selalu didakwakan terhadap kematian yang diduga disebabkan karena kesalahan dokter. Pasal 359 KUHP dapat menampung semua perbuatan yang dilakukan yang mengakibatkan kematian, dimana kematian bukanlah dituju atau dikehendaki. Jadi disamping adanya sikap batin culpa harus ada tiga unsur lagi yang merupakan rincian dari kalimat menyebabkan orang lain mati yakni:Harus ada wujud perbuatanAdanya akibat berupa kematianAdanya causaal verband antara wujud perbuatan dngan akibat kematian

    Kealpaan yang menyebabkan kematian

  • Selain pasal 359 KUHP, pasal 360 KUHP juga sudah sangat lazim digunakan jaksa untuk menuntut dokter atas dugaan mal praktik kedokteran, pasal 359 jika ada kematian dan pasal 360 jika ada luka.Ada dua macam tindak pidana menurut pasal 360. Masing-masing dirumuskan pada ayat (1) dan ayat (2). III. Kealpaan yang menyebabkan luka-luka

  • Istilah popular lainnya ialah menggugurkan kandungan. Walaupun dari sudut hukum mengugurkan kandungan tidak sama persis artinya dengan praktik aborsi karena dari sudut hukum (pidana) pada praktik aborsi terdapat dua bentuk perbuatan. Pertama, perbuatan menggugurkan (afdrijven) kandungan. Kedua, perbuatan mematikan (dooddoen) kandungan

    IV. ABORSI

  • Hukum (pidana) dalam memandang praktik aborsi dapat disimak dari tiga pasal, yakni Pasal 346, 347 dan 348 KUHP. Jika praktik aborsi dilakukan dokter atau tenaga kesehatan yang lain, seperti bifan maka pertanggungjawaban pidana diberberat dan dapat ditambah sepertiga dari ancaman pidana yang terdapat pada masing-masing pasal yang terbukti. Serta dapat dicabut hak menjalankan pencarian, in casu SIP atau STR dokter sebagai jantungnya praktik dokter

  • Menurut KUHP, setiap tindakan aborsi dengan motif apapun, dengan indikasi apapun, dan dengan cara apa pun dalam usia kehamilan berapa pun adalah kejahatan. Namun, dalam kesehatan, ketentuan itu dapat disimpangi. Pasal 15 memuat norma demi menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya boleh dilakukan tindakan medis tertentu yang dapat saja berupa menggugurkan atau mematikan kandungan sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 346, 347 atau 348 KUHP. Dalam pasal in disebut kata dapat, jadi tidak harus. Wajar karena masih harus memenuhi berbagai syarat untuk dapat melakukan tindakan medis tertentu, misalnya tindakan aborsi.

  • Euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu kata eu (baik) dan thanatos (mati). Dengan demikian Euthanasia dari sudut harfiah artinya kematian yang baik atau kematian yang menyenangkan.Euthanasia menjadi suatu persoalan karena disatu pihak menyangkut hak dasar manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu hak untuk berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri. Sementara dipihak lain bagi setiap manusia merupakan kewajiban untuk melindungi kepentingan hidup atau nyawa manusia, orang lain termasuk dirinya sendiri. V. Euthanasia

  • Lebih khusus pada profesional kedokteran menjadi kewajiban hukum dan kewajiban moral serta etika untuk mempertahankan kehidupan manusia. Sejak dikenalnya dunia pengobatan kedokteran kewajiban tersebut telah ditumbuhkan dan dipertahankan. Hal ini sesuai dengan salah satu lafal sumpah jabatan dokter yaitu saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.Norma-norma moral dan etika tersebut adalah tentang kewajiban dokter untuk tidak melakukan penghilangan nyawa orang lain walaupun atas permintaan si pemilik nyawa sendiri. Kewajiban moral dan etika ini sesuai kewajiban hukum yang berhubungan dengan masalah bunuh diri melalui tangan orang lain ini, yakni pasal 344 KUHP.

  • Dari sudut kedokteran menimbulkan persoalan karena ternyata ada beberapa kategori kematian dalam dunia kedokteran. Kajian hukum terhadap kategori-kategori kematian tersebut menghasikan pendapat yang tidak sama. Misalnya, profesor Leenen mengemukakan pada kasus-kasus yang disebut pseudo euthanasia yang oleh Chrisdiono disebut Euthanasia semu tidak dapat dimasukan pada larangan hukum pidana.

  • Dalam hukum Indonesia tentu tidak mengenal dan tidak dapat membenarkan alasan atau motivasi euthanasia yang dikemukakan oleh Leenen tersebut. UU Indonesia tidak memberikan tempat untuk menoleransi salah satu alasan pengakhiran hidup manusia tersebut.Pasal 344 KUHP yang melarang segala bentuk pengakhiran hidup manusia walaupun atas permintaannya sendiri merumuskan sbb : Barangsiapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan. Kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

  • Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuktikan adanya permintaan korban untuk dihilangkan nyawanya dengan kesungguhan hati tersebut.Inisiatif bunuh diri harus terbukti berasal dari korban itu sendiriPermintaan harus ditujukan pada si pembuat, bukan pada orang lain.Isi pernyataannya harus jelasWalaupun pasal 344 tidak mencantumkan unsur kesengajaan (opzettleijk) tidak berarti dalam tindak pidana ini tidak diperlukan unsur kesengajaan. Unsur kesengajaan terdapat secara terselubung dan melekat pada unsur perbuatan merampas nyawa (orang lain).