hukum adat

Download Hukum ADAT

If you can't read please download the document

Upload: ajir-baijan-idris

Post on 05-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

29USULAN RANCANGAN PENELITIAN UNTUK PENULISAN SKRIPSI PADA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MALIKUSSALEHJudul :Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Oleh Ketua kerapatan Adat Nagari (Studi Penelitian di Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat)Pelaksana Penelitian :Nama : Reza AgustianNim: 090510074Angkatan: 2009Program Srudi: Hukum PerdataFakultas: Ilmu HukumJumlah SKS : 148 Latar Belakang MasalahIndonesia merupkan suatu negara yang memiliki suku bangsa yang besar dimana setiap daerah memiliki ciri khas budaya masing-masing. Di dalam Undang-Undang dasar 1945 memberikan kebebasan masyarakat untuk dapat mengunakan hukum adat. Pasal 18 B Amandemen Kedua UUD 1945 telah menyatakan adanya pengakuan terhadap masyarakat adat. Demikian pula dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria(UUPA), UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, adalah sejumlah UU yang telah mencantumkan masyarakat adat (atau dengan istilah masyarakat hukum adat). Hukum adat merupakan suatu sistem hukum yang sudah sangat lama berkembang di dalam masyarakat. Bagi masyarakat Indonesia hukum adat memberikan suatu kepastian hukum dalam suatu keputusan yang diambil terhadap suatu permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat adat. Sumatera Barat merupaka suatu provinsi yang terletak di kawasan pulau Sumatera. Di Sumatera Barat mayoritas penduduknya adalah orang minagkabau yang merupakan penduduk asli Sumatera Barat. Kata Minangkabau berasal dari kemenangan orang Minangkabau di bawah pimpinan Datuk Parpatih Nan Sebatang dan Datuk Katumanggungan dalam adu kerbau dengan orang-orang kerajaan Majapahit. Konon, anak kerbau orang Minangkabau berhasil membunuh kerbau besar Majapahit karena pada moncongnya diikatkan sebuah taji (minang) yang tajam. Kini, kerbau merupakan figur yang sangat kuat melekat pada mitos, budaya dan arsitektur suku Minangkabau (atap rumah tradisional Minang bergonjong seperti tanduk kerbau). Kumpualan Sejarag,Sejarah Awal Adanya Suku Minangkabau, http://pandri-16.blogspot.com/2012/11/sejarah-awal-adanya-suku-minangkabau.html, di akses pada tanggal 11 April 2013 pukul 21.51. Di Sumatera Barat adat istiadat sangat kental melekat pada masyarakat. Karena bagi masyarakat sumatera barat adat merupakan hal yang harus tetap dilestarikan dan dijaga. hal ini yang menyebabkan adat pada masyarakat sumatera barat tidak pudar sampai sekarang. Dalam menyelesaikan sengketa di sumatera barat, masyarakat lebih memilih mengunakan peranan lembaga adat yang di namakan lembaga adat Karapatan Adat Nageri. Karapatan Adat Nageri (KAN) merupakan suatu lembaga adat yang dimana lembaga ini berfungsi menyelesaikan sengketa yang terjadi di dalam masyarakat adat, seperti permasalahan tanah adat atau yang di sebut hak tanah ulayat, pemukulan, dan lain-lain. Dikehidupan masyarakat adat Minangkabau banyak berdasarkan ketentuan-ketentuan dan nilai-nilai yang terdapat pada alam yang nyata, maka nilai-nilai adat itupun didasarkan atas falsafah yang nyata. Ini bisa dilihat dan buktikan dalam falsafah adat minangkabau, yaitu berdasarkan pada alam yang mempunyai kedudukan dan pengaruh yang penting dalam adat minangkabau.IsSikumbag, Urgensinya Hak Ulayat Di Minangkabau, http://palantaminang.wordpress.com, di akses dapa tanggal 26 Febuari 2013. Yang tertuang fatwa adat menyatakan bahwa alam dijadikan guru itu benar-benar dihayati oleh anak kamanakan/masyarakat adat minangkabau yang berbunyi, panakik pisau siraui, ambiak galah batang lintabung, salodang ambiak ka nyiru, nan satitiek jadikan lauik, nan sakapa jadikan gunung, alam takambang jadikan guru (masyarakat adat menjalankan kehidupan yang berdasarkan kebenaran dan ketentuan-ketentuan yang objektif, maka adat menentukan terlebih dahulu beberapa ketentuan alam terhadap adat itu sendiri, jadi masyarakat adat berjalan pada falsafah atau norma-norma yang berkaitan dengan alam/lingkungan).Lock.cip, IsSikumbag, Urgensinya Hak Ulayat Di Minangkabau, http://palantaminang.wordpress.com, di akses dapa tanggal 26 tanggal 26 febuari 2013 Pasal 3 UUPA : Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya. masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi Undang-Undang Pokok Argaria sebagai hukum positif hukum tanah nasional mengakui keberadaan tanah hak ulayat, yang ketentuan pengakuanya dituangkan dalam Pasal 3 dengan syarat-syarat tertentu.. Pasal 3 UUPA : Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya. masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi. Dua persyaratan yang memberikan dasar pengakuan hak ulayat dalam pasal 3 tersebut, yakni persyaratan mengenai keberadaan / eksentensinya dan pelaksanaanya. Berpegang pada konsepsi yang bersumber pada hukum adat, Maria Sumardjono memberikan kriteria penentu eksentensi hak ulayat yang di dasarkan pada adanya 2 (dua) unsur yang harus di penuhi secara stimulant yakni: Maria. S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan, Antara Regulasi dan Implementasi, Jakarta : Kompas, 2005), Hal 65Subjek hak ulayat, yaitu masyarakat hukum adat dengan karateristik tertentu;Objek hak ulayat, yaitu tanah yang telah dalam suatu wilayah dan merupakan pendukung utama penghidupan dan kehidupan masyarkat sepanjang masa (Lebensraum). Lebensraum adalah hak suatu bangsa atas ruang hidup untuk dapat menjamin kesejahteraan dan keamanannya. Berdasarkan kaum geopolitik Jerman negara besar berhak berkembang dan memakan negara yang kecil yang dari dulu telah ditakdirkan untuk mati.Perda Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari mengatakan Kerapatan Adat Nagari yang selanjutnya disingkat KAN adalah Lembaga Kerapatan dari ninik mamak yang telah ada diwariskan secara turun temurun sepanjang adat dan berfungsi memelihara kelestarian adat serta menyelesaikan perselisihan sako jo pusako. Kalimat menyelesaikan perselisihan sako jo pusako apabila dicermati maknanya adalah sebagai fungsi mengadili, dengan adanya tugas dan fungsi mengadili, maka KAN jauh sebelumnya sudah merupakan sebagai lembaga peradilan di nagari, sekalipun hanya sebatas masalah sako jo pusako dan adat istiadat. Sako jo pusako ini bisa berbentuk fisik (material) seperti ulayat dan gelar adat, pusako bersifat material adalah yang jelas wujudnya dan dapat dilihat dengan kasat mata, sedangkan sako berbentuk abstrak seperti gelar penghulu/gelar adat dari suatu kaum di Minangkabau. KAN sebagai lembaga peradilan di nageri, http://harianhaluan.com. Di akses pada tanggal 26 febuari 2013, pukul 23.10Untuk menindaklanjuti hal tersebut dikeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 05 Tahun 2009 tentang Pemerintah Nageri, Pasal 1 ayat (11) Nageri adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batasan-batasan wilayah tertentu dan berwenang untuk mengatur dan mengurusi kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul adat minangkabau (Adat Basanding Syarak, Syarak Bersangding Kitabullah) Adat Basanding Syarak, Syarak Bersangding Kitabullah memiliki arti Hukum adat berdasarkan hukum agama, hukum agama berdasarkan Alquran dan atau berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman dan ayat (20) Karapatan Adat Nagari yang selanjutnya di sebut dengan KAN adalah lembaga Karapatan dari Ninik Mamak yang telah ada dan secara turun tumurun sepanjang adat berfungsi memelihara kelestarian adat serta menyelesaikan perselisihan sako Sako adalah warisan yang tidak bersifat benda seperti gelar pusako. sako juga berarti asal, atau tua. dan pusako Pusako adalah segala kekayaan materi dan harta benda dalam Nageri. Marluna Tenny, Tesisi dengan judul Peranan Karapatan Adat Nagari ( KAN) Dalam Menyelesaikan sengketa Tanah Ulayat ( setudi kasus pada KAN Sungai Baluah, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang pariaman) Univerisitas Gajah Mada, 2011 Berdasarkan uraian di atas yang banyak membahas tentang Ketua Kerapatan Adat Nageri dalam menyelesaikan sengketa saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai judul Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Oleh Ketua Kerapatan Adat Nagari (Studi Penelitian di Kecamatan Sungai Limau. Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat).Rumusan MasalahDari uraian latar belakang masalah yang telah saya ungkapan maka saya akan mengangkat beberapa rumusan masalah yaitu:Bagaimana proses penyelesaian sengketa tanah ulayat oleh Ketua Kerapatan Adat Nagari di Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat?Apakah hambatan Ketua Kerapatan Adat Nagari dalam menyelesaikan sengketa tanah ulayat?Upaya apa yang di tempuh Ketua Karapatan Adat Nagari untuk mengatasi hambatan dalam penyeleaian sengketa tanah ulayat?Tujuan Dan Manfaat PenelitianAda pun yang menjadi tujuan dilakukanya penelitian ini oleh penulis adalah sebagai berikut:Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa sengketa tanah ulayatUntuk mengetahui hambatan yang di dapatkan oleh Ketua Karapatan Adat Nageri dalam menyelesaikan sengketa tanah ulayatUntuk mengetahui bagaimana cara Ketua Krapatan Adat Nagari dalam mengatasi hambatan untuk penyelesaian sengketa tanah ulayat.Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini akan memberikan dua bentuk manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis:Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan konsep ilmu hukum terutama dalam bidang hukum adatSecara praktis penelitian ini akan bermanfaat bagi para mahasiswa dan masyarakat mengenai hukum adat tentang penyelesaian sengketa melalui lembaga adatKajian KepustakaanHukum AdatMenurut Pasal 75 RR (Regering Reglement) Hukum adat adalah peraturan-peraturan hukum yang berhubungan dengan agama-agama dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Nico Ngani, Perkembangan Hukum Adat Indonesia, Pustaka Yustisia,Yongyakarta,2012, hlm. 3. Ada tiga hal yang perlu dikatakan tentang definisi dalam RR tersebut: Definisi tersebut menimbulkan kesan seakanakan hukum adat sebagian besar merupakan aturan agama, sehingga apabila peraturan agama maka berubah pula hukum adat.Termasuk dalam difinisi itu semua peraturan yang berlaku dalam masyarakat, seperti tata susila, adat sopan satun, kebiasaan-kebiasaan, dan sebagianyaNamun ada perbedaan antara kebiasaan dan hukum adat. Apa perbedaanya? Hukum kebiasaan tidak tertulis sedangkan hukum adat memang ada yang tidak tertulis namun juga adat yang tertulis ( pada daun lotar dan sebagaianya)Definisi hukum adat menurut beberapa para ahli hukum: Snouk HugronjeProf. Dr. Snouck Hurgronje adalah orang pertama kalinya memakai istilah hukum adat dalam bukunya Adatrechbundel I. Secara etimologis (asal usul kata), menurut Snouck Hugronje, kata adat berasal dari bahasa Arab kemudian lazim di pergunakan di Indonesia. Snouck Hugronje secara singkat mendefinisikan hukum adat sebagai hukum rakyat Indonesia yang tak dikodifikasikan. Pada awalnya, adat di artikan sebagai kebiasaan, yaitu semua tingkah laku orang Indonesia. Akan tetapi, menurut Pasal 15 A.B, kebiasaan adalah bukan hukum, kecuali apabila Undang-Undang menjukkan kepadanya (Van Dijk/Soehardi, 1964: 4). A.B. merupakan singkatan dari Algemene Bepalingen Van Wetgeving (Ketentuan Umum Tentang Pembentukan Undang-Undang ). Ibid, hlm. 3. Van VollenhovenProf. Dr. Mr. Cornelis Van Vollenhoven, selanjutnya disebut Van Vollenhoven mengakui bahwa pada zamannya, di Indonesia (Hindia Belanda waktu itu) siapa pun amat sulit memisahkan hukum adat dengan adat, begitu pula hukum adat, adat dan kesusialaan. Terkesan campur baur. Namun, menurut Van Vollenhoven, hukum adat adalah adat yang mempunyai akibat hukum. Ibid, hlm, 4Tar Haar BznHukum adat adalah hasil putusan kepala-kepala adat (Beslissngenleer). Ibid, hlm, 6Sejarah Hukum Adat Di IndonesiaAdat merupakan suatu kebiasaan yang turun menurun yang di lakukan seseorang yang memiliki nilai positif sehingga di ikuti oleh orang lain dan kebiasan itu di lakukan berulang-ulang dan menjadi sebuah kebiasaan masyarakat. Di Indonesia hukum adat sudah sangat berkembang sebelum datangnya Agama Hindu dan agama-agama lainya serta budaya-budaya asing lainya kedalam tatanan pola kehidupan masyarakat kita yang masih utuh. Adat istiadat yang dimaksud adalah adat Melayu Polinesia. Tolib setiady, Intisari Hukum Adat Indonesia ( dalam kajian kepustakaan), Alfabeta, 2009, Bandung. Setelah berkembangnya berbagai agama dan mulai masuknya ke Indonesia membuat perubahan terhadap kultur atau dasar hukum adat di Indonesia. Berbagai daerah menjatukan hukum adat dengan agama dan menciptakan hukum adat baru. Faktor-faktor perkembangan hukum adat di IndonesiaDi Indonesia banyak factor yang mempengaruhnya perkembangan hukum adat di Indonesia. Tidak hanya melihat letak wilayah ataupun watak-watak masyarakat itu sendiri. Berikut ini factor-faktor yang mempengaruhnya hukum perkembangan hukum adat di Indonesia:Faktor magis dan AnimesmeDi Indonesia factor magis dan animisme itu pengaruhnya begitu besar sehingga tidak dapat atau belum dapat hilang meskipun didesak oleh agama yang datang kemudian. Ini terlihat dalam upacara adat yang bersumber dari kepecayaan, kepada kekuasan-kekuasaan yang dapat dimohon bantuan. Ibid, hlm 49.Faktor AgamaAgama ini kurang lebih pada Abad ke VIII dibawah oleh orang-orang india, arab dan Eropa masuk ke Indonesia. Mereka membawa dan mulai meyebarkan agama mereka di Indonesia membuat kepecayaan bangsa Indonesia berubah dari animesme ke agama. Tetapi hal ini tidak terlau berpengaruh terhdapa hukum adat. Ibid, hlm 50Faktor kekuasaan yang lebih tinggi dari pada persekutuan hukum adat.Kekuasaan yang lebih tinggi dari pada persekutuan hukum adat adalah kekuasaan-kekuasaan yang meliputi daerah-daerah yang lebih luas dari dari pada wilayah suatu persekutuan hukum seperti halnya kekuasaan raja-raja, kepala kuri nagari dan lainya. Ibid,hlm 51Hukum adat merupakan suatu hukum yang tudak tertulis yang bersumber dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat adat itu sendiri. Kebiasaan-kebiasaan yang dijadikan hukum adat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang positif atau kata lain kebiasaan yang memiliki nilai kebaikan bagi suku adat itu sendiri. Hukum Adat Minangkabau Adat di Minangkabau adalah adat yang tidak lekang dipanas, tidak lapuk dihujan yaitu suatu keadaan yang tidak pernah berubah, seperi aturan atau hukum yang terdapat pada agama. Anwar, Chairul, 1997, Hukum Adat ndonesia Meninjau Hukum Adat Minangkabau, Rineka Cipta, Jakarta sebagaimana yang dikatakan oleh pepatah adat minangkabu ikan adatnya berair, air adatnya membasahi, pisau adatnya melukai artinya adat yang dimaksud disini adalah perilaku alamiah yang hidup di tengah-tengah masyarakat sehingga menjadi ketetapan yang tidak berubah.Didalam masyarakat adat minangkabau dikenal dengan adat nan ampek. Adat nan ampek adalah suatu sumber hukum adat yang dipegang tenguh oleh masyarakat adat minangkabau sebagai sumber hukum adat masyarakat.Adat nan Sabana Adat, adat yang paling stabil dan umum, dan sebenarnya berlaku bukan hanya di Minangkabau saja, melainkan di seluruh alam semesta ini. Disepakati bahwa adat yang sebenarnya adat adalah Hukum Alam atau Sunnatullah, dan Hukum Allah yang tertuang di dalam ajaran Islam. Dengan mengambil Alam takambang menjadi guru (konsep universal dari budaya alam Minangkabau) adat Minang dapat menjamin kompatibilitasnya untuk segala zaman dan dengan demikian menjaga kelangsungannya di hadapan budaya asing yang melanda. Masuknya agama Islam ke Minangkabau, juga telah melengkapi Adat Minang itu menjadi kesatuan yang mencakup unsur duniawi dan unsur transedental ( hubungan Tuhan dengan manusia).Adat Istiadat Minagkabau, http://minang.wikia.com/wiki/Adat, di akses pada tanggal 2 Maret 2013, Pukul 15.30 wibadat nan teradat adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh penghulu-penghulu Adat dalam suatu nagari, peraturan guna untuk melaksanakan pokok-pokok hukum yang telah dituangkan oleh nenek moyang (Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Ketumanggungan) Lock.cip, Adat Istiadat Minagkabau, http://minang.wikia.com/wiki/Adat , di akses pada tanggal 2 Maret 2013, pukul 15. 33 wib Lock.cip, Adat Istiadat Minagkabau, Di Indonesia, http://minang.wikia.com/wiki/Adat, di akses pada tanggal 2 Maret 2013, Pukul 15.35 wibAdat nan Diadatkan adalah karena suatu identitas dengan kesatuan etnis dan wilayah. adat Minang adalah adat yang diadatkan oleh Orang Minang, di Minangkabau. Jadi adat Minang itu sama di seluruh Minangkabau, dan setiap orang Minang berhak dan leluasa membuat penyesuaian-penyesuaian, maka adat itu akan bertahan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya akan sense of order (perintah). Tidak ada unsur paksaan yang akan terasa jika adat itu monolitik dan seragam di seluruh wilayah. Lock.cip, Adat Istiadat Minagkabau,, http://minang.wikia.com/wiki/Adat, di akses pada tanggal 2 Maret 2013, Pukul 15.38 wib Adat Istiadat. Ialah adat yang terjadi dengan sendirinya karena interaksi antar anggota masyarakat dengan dunia luar. Dinamakan juga adat sepanjang jalan yang datang dan pergi, dan ditolerir selama tidak melanggar adat yang tiga di atas. Pengakuan akan adanya adat-sitiadat ini menjadikan adat Minang lebih komplit dan memberi ruang bagi anggota masyarakat untuk bereksperimen dengan hal-hal baru dan memperkaya budayanya. Lock.cip, Adat Istiadat Minagkabau,, http://minang.wikia.com/wiki/Adat, di akses pada tanggal 2 Maret 2013, Pukul 15.40 wib Jadi adat minangkabau berpegang pada empat jenis adat diatas. Dimana keempat jenis adat tersebut menjadi pedoman bagi masyarakat adat minangkabau dalam menjalankan hukum adat di masyarakat.Implementasi Adat Minangkabau Dikatakan dalam pepatah adat: Partamo sambah manyambah, kaduo siriah jo pinang, katigo baso jo basi. Banamo adat sopan santun. Partamo sambah manyambah, kaduo siriah jo pinang, katigo baso jo basi. Banamo adat sopan bermkna Adat mengatur interaksi dan hubungan antar sesama anggota masyarakat Minangkabau, baik dalam hubungan yang formal maupun yang tidak formalKerapatan Adat NagariKerapatan Adat Nageri (KAN) adalah suatu lembaga tinggi didalam adat nageri Minangkabu, diajukan atau tidak diajukan oleh masyarakat atau nagarinya yang mana penghulu sebagai pemimpin di dalam kaumnya. Indrus Hakimi, Pengangan Penghulu, Bundo Kandung dan Pidato Alua pasembahan Adat di Minangkabau, Remaja Karya Bandung, 1988, hlm. 59Lembaga Kerapatan Adat Nageri (KAN) ini merupakan himpunan dari pada ninik mamak atau penghulu yang mewakili atau kaumnya yang di bentuk berdasarkan atas hukum adat nageri setempat. Dimana lembaga Karapatan Adat Nageri (KAN) ini merupakan lembaga tertinggi dalam hal urusan adat serta hukum adat dalam suatu nagari Nagari adalah wilayah atauperkumpulan kampung yang dipimpin oleh seorang penghulu (kamus besar bahasa Indonesia 2005 :771). Ninik mamak atau penghulu yang terhimpun dalam suatu lembaga ini mempunyai hak yang sama untuk menentukan hidup perkembangan hukum adat. Semua hasil mufakat yang di dapat melalui Karapatan Adat Nageri (KAN) disampaikan kepada anggota sukunya.Penghulu didalam adat adalah pemimpin yang bertanggung jawab kepada masyarakat. Pada pribadinya seorang penghulu melekat lima macam kepemimpinan yakni : Eka Periaman Zai, Fungsi dan Peranan Penghulu Dalam Kepemimpinan Adat MInangkabau, http://ekazai.wordpress.com/makalahartikel-hukum/hukum-tata-negara/hukum-adat-minangkabau/, di akses pada tanggal 27 Maret 2013 pada pukul 20.55Sebagai anggota masyarakatSebagai seorang bapak dalam keluarga sendiri Sebagai seorang pemimpi dalam kaumnyaSebagai seorang sumando diatas rumah istrinyaSebagai seorang ninik mamak dalam nagerinyaFungsi Karapatan Adat NagariSebagai suatu organisasi, penghulu dalam suatu nagari, kerapatan adat nagari (KAN) mempunyai fungsi sebagai berikut. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari Membantu pemerintah dalam mengusahakan kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan di segala bidang, terutama kemasyarakatan dan budayaMengurus urusan hukum adat dan istiadat dalam nagariMemberi kedudukan hukum terhadap hal-hal yang menyeangkut harta kekayaan masyarakat nagari guna kepentingan hubungan keperdataan adat juga dalam adanya persengketaan atau perkara-perkara adatMenyelengara pembinaan dan pengembangan nilai-nilai adat Minagkabau, dalam rangka memperkaya, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional pada umumnya dan kebudayaan Minangkabau pada kususnyaMenjaga, memelihara dan memanfaatkan kekayaan nagari untuk kesejahteraan nagari.Di dalam suatu kenagarian keputusan-keputusan KAN dijadikan pedoman oleh Wali Nagari dalam menjalankan pemerintahannya dan wajib di taati oleh seluruh masyarakat kenagarian tersebut sepanjang tidak melanggar peraturan dan perundangan yang berlaku. Selain mengurus adat dan melestarika nya, KAN juga merupakan lembaga Peradilan Adat dalam suatu kenagarian.KAN sebagai lembaga peradilan adat dalam nagari berfungsi menyelesaikan masalah sengketa sako, pusako, pelanggaran adat dan pelanggaran syarak. Kendati demikian, tidak semua perkara yang muncul dalam masyrakat dapat diselesaikan langsung dalam peradilan adat.Perselisihan soal hak milik kaum,baik sako maupun pusako yang terjadi dalam suatu kaum harus diselesaikan oleh ninik mamak kaum yang bersangkutan terlebih dahulu, bila perlu boleh dimintai bantuan niniak mamak terdekat menurut adat. Jika terjadi dalam pesukuan, maka harus terlebih dahulu di selesaikan oleh datuak Datuk yang dalam dialek Minang dilafalkan "Datuak", adalah gelar adat yang diberikan kepada seseorang melalui kesepakatan suatu kaum atau suku yang ada di wilayah Minangkabau (provinsi Sumatra Barat sekarang) dan selanjutnya disetujui sampai ke tingkat rapat adat oleh para tokoh pemuka adat setempat (Kerapatan Adat Nagari biasa disingkat dengan KAN). suku. Jika antara suku,diselesaikan dulu oleh datuak suku kedua belah pihak. Bila tidak juga bisa di selesaikan, maka harus melalui upaya pemerintahan nagari. Kalau tidak bisa juga,barulah perkaranya dibawa ke KAN. Sejak disahkan dan diberlakukannya Peraturan Nagari (PERNA) Nomor 2 Tahun 2005 tentang pelaksanaan dan pemakain adat istiadat serta memiliki Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) diharapkan posisi KAN dalam nagari bisa lebih kuat.Ox Bextah, Fungsi KAN Sebagai Peradilan Adat, http://nagaritabekpatah.blogspot.com/2012/07/fungsi-kan-sebagai-peradilan-adat.html, di akses pada tanggal 6 Maret 2013, pada pukul . 22.33.Dengan posisi KAN yang kuat kita berharap tidak ada lagi anak nagari yang berperkara hingga bermuara ke polisian dan aparat penegak hukum lainnya, terutama dalam kaitannya dengan sengketa sako, pusako dan perkara perdata lainnya. Loc.cit, Ox Bextah, Fungsi KAN Sebagai Peradilan Adat, http://nagaritabekpatah.blogspot.com/2012/07/fungsi-kan-sebagai-peradilan-adat.html, di akses pada tanggal 6 Maret 2013, pada pukul . 22.37.Oleh karna itu Kerapatan Adat Nagari (KAN) memiliki kedudukuan hukum yang kuat dalam hukum dalam menyelesaikan sengketa adat yang terjadi di masyarakat. Terutama tentang permasalahan tanah ulayat yang di sengketakan.Hukum Adat Tanah (Tanah Ulayat)Pengertian Tanah UlayatTanah ulayat merupakan suatu hak atas tanah yang di berikan atau yang dipergunakan oleh suatu adat dalam suatu daerah. Tanah ulayat ini dapat dipergunakan oleh seluruh masyarakat adat yang ada atau tergabung dalam masyarakat adat tersebut. Hak ulayat adalah kewenangan, yang menuruthukum adat, dimiliki olehmasyarakat hukum adatatas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan warganya, dimana kewenangan ini memperbolehkan masyarakat untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut bagi kelangsungan hidupnya. Masyarakat dan sumber daya yang dimaksud memiliki hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan. Pengertian Tanah Ulayat, http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_ulayat, di akses pada tanggal 10 Maret 2013, pada pukul 16.08.Adapun beberapa penegertian tanah ulayat menurut para ahli:Hilman HadikusumaTanah adat/kerabatan merupakan milik bersama (kerabat-sanak keluarga) mempunyai hak pakai dalam arti boleh memakai, boleh mengusahakan, boleh menikmati hasil tapi tidak boleh memiliki secara pribadi perseorangan. Hilman Hadikusumo, Hukum Perjanjian Adat. Alumni Bandung, 1982, hlm. 119Helman SihombingHerman Sihombing dalam saranya pada symposium tanah adat/Ulayat dalam pembangunan, tanggal 7 sampai 11 september 1971 di padang menyatakan. Secara teoritis tanah ulayat adalah tanah seluruh tanah yang berada dalam kekuasaan suku baik yang sedang dikerjakan, digarap atau dipakai. Secara rill tanah ulayat adalah tanah cadangan kaum/paruik yang dikuasai oleh penghulu. Herman Sihombing, Perasaranaya pada simposisum yanah ulayat dalam pembangunan, Tanggal 7-11 september 1971 di padangH.Nurullah Dt. Pepatih Nan TuoTanah ulayat adalah segala sesuatu yang terdapat atau yang ada di atas tanah termasuk ruang angkasa maupun segala hasil perut bumi diwarisi. Hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat hukum adat, didefinisikan sebagai kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan. Hak Ulayat, http://amirsyampa.blogspot.com/2012/01/makalah-hak-ulayat.html. di akses pada tanggal 10 Maret 2013, pukul 16.40 WIB.Kedudukan Tanah Ulayat Dalam Hukum Adat Ada dua hal yang menyebabkan tanah itu memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam hukum yaitu di sebabkan : Setiady Tolib, Intisari Hukum Adat Indonesia ( dalam Kajian Kepustakaan ), Alfabeta, Bandung, 2009. Hlm 311Karena sifatnya Yakni merupakan satu-satunya benda kekayaan yang meskipun masih bersifat tetap dalam keadaannya bahkan kadang-kadang malah lebih menguntungkanKarena FaktanyaYaitu kenyataan bahwa tanah itu adalah : Merupakan tempat tinggal persekutuan (masyarakat) Memberikan penghimpuan kepada persekutuan (masyarakat)Merupakan tempat dimana para warga persekutuan (masyarakat) yang meninggal dunia di kuburkanMerupakan pula tempat tinggal bagi danyang-dayang perlindung persekutuan (masyarakat) dan rohor para leluhur persekutuan (masyarakat).Macam-macam Tanah Ulayat di MinangkabuMenurut ajaran adat minangkabau tanah ulayat dibagi atas empat macam: Defto Yuzastra, Peranan Kerapatan Adat Nagari ( KAN) Dalam Meyelesaikan Sengketa Tahah Ulayat di Kecamatan Kuranji Kota Padang, Tesis, 2010, Universitas Diponogoror.Tanah Ulayat Rajo, ialah tanah ulayat yang penguasanya penghulu dan letaknya jauh dari kampung dalam bentuk hutan rimba. Bukit dan gunung, padang dan belukar, rawat dan paya, sungai dan danau serta laut dan telaga.Tanah ulayat nageri, ialah tanah yang letaknya dekat dari kampung. Tanah ini penguasanya penghulu-penghulu dalam nagari. Tanah tersebut dapat berbentuk padang ilalang, semak belukar atau padang rumput, sungai, danau dan sebagainya. Batas tanah ulayat Rajo maupun tanah ulayat nagari ditentukan oleh batas alam.Tanah ulayat suku ialah tanah yang dipunyai secara bersama oleh seluruh anggota suku yang di wariskan secara turun menurun dalam keadaan utuh. Penguasaya adalah penghulu nagariTanah ulayat kaum ialah yang dimiliki secara bersama dalam garis matrilineal yang diwarisi turun temurun dalam keadaan utuh yang tidak terbagi-bagi. Penguasaan adalah penghulu kaum atau mamak kepala waris.Metode Penelitian Metode penelitian adalah uraian terhadap seluruh rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka menjawab pokok permasalahan dengan berlandasan pada hasil penelitian. Metode penelitian merupakan pendekatan tentang apa dan bagaimana yang akan diterapkan dalam penelitian.Jenis Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan berupaya untuk mencari makna atau versterhen (pemahaman). Buku Pedoman Penulisan Tugas Ahkir, Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh, Tahun 2011, hlm. .8Pendekatan PenelitianPenelitian ini disebut juga dengan penelitian hukum yuridis sosiologis atau penelitian lapangan, yakni bertitik tolak pada data primer, yaitu data yang langsung didapatkan di dalam dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui kegiatan penelitian lapangan. Data primer didapatkan melalui kegiatan observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati, wawancara dan ataupun penyebaran kuisioner. Buku Pedoman Penulisan Tugas Ahkir, Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh, Tahun 2010, hlm 11 Metode pendekatan yuridis sosiologis ini bertujuan untuk menunjukkan keakuratan data dan mengetahui bagaimana peroses penyelesaiaan sengketa tanah ulayat oleh Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN). Adapun data sekunder sebagai sember/ bahan informasi berupa :Bahan hukum primer, misalnya UUD 1945 d an Undang-undang, ataupun peraturan perundang-undangan lainya serta putusan pengadilanBahan hukum sekunder, misalnya karya-karya ilmiah, rancangan undang-undang (RUU), hasil penelitian sebelumya, literlatur, dan buku-buku yang di tulis oleh para ahliBahan hukum tersier, misalnya bibliografi, kamus dan sebagainyaSifat PenelitianPenelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) Ibid, hlm 10 adalah penelitian yang bertujuan untuk mengambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau penyebab suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat.Lokasi PenelitianAdapun yang menjadi lokasi dalam melakukan penelitian oleh penulisan adalah Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Dimana daerah tersebut sering terjadi permasalahan tanah ulayat yang di selesaikan melalui Ketua Karapatan Adat Nagari.Teknik Pengumpulan DataWawancara Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang di lakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan orang yang di wawancara (interviewee). Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif ( aktualisasi Metodologis Kearah Ragaman Varian Kontempoler, PT raja Granfindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 143.ObservasiObsevarsi yang di lakukan yaitu melihat peranan Ketua Karapatan Adat Nagari dalam melakukan penyelesaian sengketa tanah ulayat yang terjadi di masyarakat kecamatan Sungai Liamau kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat.Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi penelitian ini merupakan segala hal yang ada hubungannya dengan bagaimana peran Ketua Karapat Adat Nagari dalam menyelsaikan sengketa tanah ulayat yang terjadi di kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat. Untuk memperoleh data lengkap dan akurat pengambilan sempel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu seluruh populasi yang akan diambil dipekirakan dapat memberikan data dan informasi yang jelas tentang masalah yang diteliti. Populasi yang ada sebagai sempelnya yang disebut dengan informan dan responden antara lain :Informan , yaitu orang yang menguasai permasalahan , memiliki informasi dan bersedia memberikan informasi , Buku Pedoman Penulisan Tugas Ahkir, Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh, Tahun 2010, hlm 12 terdiri dari :Ketua Kerapatan Adat Nagari Kabupaten Padang Pariaman, Kecamatan Sungai Limau, Sumatera Barat.2. Responden, yaitu orang yang terlibat langsung dengan permasalahan atau yang mengetahui kejadiaan yang sebenarnya, Ibid, hlm 13 terdiri dari :Masyarakat adat yang terlibat dalam penyelesaian sengketa tanah ulayat.Sumber DataStudi lapangan ini merupakan data primer dengan melihat penerapan hukum positif yang ada dengan kondisi yang terjadi di lapangan Studi Lapangan (Field Research).Studi Kepustakaan (Libarary Research) pendukung studi lapangan Melalui setudi kepustakaan, peneliti akan mengumpulkan, meanalisis, dan mempelajari beberapa buku, peraturan menteri, keputusan menteri dan undang-undnag yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti dengan penelitiann ini. Data lain berasal dari literatur-literatur yang diakses melalui internet sebagai data yang membantu pengumpulan data untuk penelitian ini.Jadwal Penelitian Adapun target waku yang di butuhkan penelitian dalam melakukan penelitian ini adalah:Persiapan Penelitian : 15 HariPengumpulan Data : 30 HariPengolahan Data : 30 Hari Analisis Data : 20 Hari Penulisan Skripsi : 30 HariJumlah : 125 HariAnalisis Data Dalam penelitian hukum non doktrinal, penelitian pada umumnya akan menganalisis fakta-fakta atau kejadian yang relevan dengan norma-norma hukum di masyarakat. Oleh karna itu, langkah awalnya dalam analisis ini adalah identifikasii fakta-fakta hukum. Fakta-fakta hkum bisa perbuatan, peristiwa atau keadaan. M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, PT Raja Granfindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 143Sistematis PenelitianPenelitian skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang satu dengan lainya saling berhubungan dan berkaitan, sistematis tesis ini di susun sebagai berikut: Bab I Pendahluan, Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang isinya terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkung penelitian, tujuan dan mamfaat penelitian, serta sistematis penelitian.Bab II Tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini akan menjelelaskan tentang hukum adat Minangkabau secara umum, peranan Karapatan Adat Nagari, tanah ulayat, penyelesaian sengketa adat, dan kedudukan hukum adat di dalam masyarakat minangkabau. Bab III Metode Penelitian, akan memaparkan metode yang menjadi landasan penulisan, yaitu jenis penelitian, pendekatan penelitian, sifat penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sempel penelitian, sumber penelitian, sumber data, jadwal penelitian dan analisis penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini akan di uraikan hasil penelitian yang relevan dengan pembahasan dan permasalahan. Bab V Penutup, Bab ini merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang Peranan Ketuan ( Mamak) Kerapatan Adat Nagari Dalam Menyelesaikan Sengketa Tanah Ulayat ( studi Penelitian di Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman provinsi Sumatera Barat).DAFTAR PUSTAKABuku :Anwar, Chairul, Hukum Adat ndonesia Meninjau Hukum Adat Minangkabau, Rineka Cipta, Jakarta, 1997. Buku Pedoman Penulisan Tugas Ahkir, Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh, Tahun 2011.Indrus Hakimi, Pengangan Penghulu, Bundo Kandung dan Pidato Alua pasembahan Adat di Minangkabau, Remaja Karya Bandung, 1988. Maria. S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan, Antara Regulasi dan Implementasi, Jakarta ,Kompas, 2005.M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, PT Raja Granfindo Persada, Jakarta, 2007. Nico Ngani, perkembangan Hukum Adat Indonesia, Pustaka Yustisia, Yongyakarta, 2012.Setiady Tolib, Intisari Hukum Adat Indonesia (dalam Kajian Kepustakaan), Alfabeta, Bandung, 2009. Perundang-undangan:Undang-undnag dasar 1945Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria(UUPA)Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan NagariTesis :Defto Yuzastra, Peranan Kerapatan Adat Nagari ( KAN) Dalam Meyelesaikan Sengketa Tahah Ulayat di Kecamatan Kuranji Kota Padang, Tesis, 2010, Universitas DiponogoroMarluna Tenny, Tesisi dengan judul Peranan Karapatan Adat Nagari ( KAN) Dalam Menyelesaikan sengketa Tanah Ulayat (setudi kasus pada KAN Sungai Baluah, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang pariaman) Univerisitas Gajah Mada, 2011Website:Adat Minagkabu. http://minang.wikia.comFungsi KAN Sebagai Peradilan Adat, http://nagaritabekpatah.blogspot.com/2012/07/fungsi-kan-sebagai-peradilan adat.htmlHukum Adat Dan Perkembanganya Di Indonesia, http://salatigapmii.blogspot.comKAN sebagai lembaga peradilan di nageri, http://harianhaluan.comKumpualan Sejarag,Sejah Awal Adanya Suku Minangkabau, http://pandri-16.blogspot.com/2012/11/sejarah-awal-adanya-suku-minangkabau.htmUrgensinya Hak Ulayat Di Minangkabau, http://palantaminang.wordpress.com