hukum acara pidana oktober 20111

187
HUKUM ACARA PIDANA (Diacu dari berbagai sumber) Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si. Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si. Staf Pengajar Fakultas Hukum UI/ Staf Pengajar Fakultas Hukum UI/ Ketua Dewan Pengurus/ Advokat pada PAHAM Ketua Dewan Pengurus/ Advokat pada PAHAM Indonesia Indonesia

Upload: muliana87

Post on 24-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

HUKUM ACARA PIDANA

(Diacu dari berbagai sumber)Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si.Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si.

Staf Pengajar Fakultas Hukum UI/Staf Pengajar Fakultas Hukum UI/Ketua Dewan Pengurus/ Advokat pada PAHAM IndonesiaKetua Dewan Pengurus/ Advokat pada PAHAM Indonesia

Page 2: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

HUKUM ACARA

By : Iskandar Zulkarnain, SH. MH.

Page 3: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Hukum Pidana > Formil Materiil

• hukum yang berisikan materi hukuman • hukum yang mengatur tentang tata cara

bagaimana melaksanakan hukum materiel

Page 4: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Hukum Pidana Materiel

• KUHP dan delik delik yang tersebar di luar KUHP, seperti Tindak Pidana Subversi, Tindak Pidana Ekonomi, Tindak Pidana Narkotik, dan lain-lain

Page 5: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Sumber Hukum Pidana Formil

• HIR dan KUHAP

Page 6: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

R Soesilo

• Hukum acara pidana adalah : Hukum yang mengatur tentang tata cara

bagaimana mempertahankan atau menyelenggarakan Hukum Pidana Materil, sehingga memperoleh keputusan hakim dan cara bagaimana isi keputusan itu harus dilakukan

Page 7: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

J.C. T Simorangkir

• Hukum acara pidana adalah • Hukum acara yang melaksanakan dan

mempertahankan hukum pidana materil.

Page 8: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hukum Formil (hukum acara), adalah hukum yang mengatur tata cara melaksanakan Hukum Materil. Dan Hukum Acara Pidana (Hukum Pidana Formil adalah hukum yang mengatur tata cara melaksanakan / mempertahankan Hukum pidana materil

Page 9: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

ASAS-ASAS KUHAP

• Asas atau prinsip legalitas dengan tegas disebut dalam konsideran KUHAP seperti yang dapat dibaca pada huruf a, yang berbunyi:

• "Bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya

Page 10: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Dari konsideren tersebut dapat kita simak:

• Negara Republik Indonesia adalah "Negara Hukum", berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;

• negara menjamin setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan;

• setiap warga negara "tanpa kecuali", wajib menjunjung hukum dan pemerintahan

Page 11: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Semua tindakan penegakan hukum harus:

• berdasarkan ketentuan hukum dan Undang-undang

• menempatkan kepentingan hukum dan perundang-undangan di atas segala-galanya, sehingga terwujud suatu kehidupan masyarakat bangsa yang takluk di bawah "supremasi hukum" yang selaras dengan ketentuan-ketentuan perundang-undangan dan perasaan keadilan bangsa Indonesia.

Page 12: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Dengan asas legalitas, aparat penegak hukum tidak dibenarkan

• bertindak di luar ketentuan hukum• bertindak sewenang-wenang, atau

abuse of power.

Page 13: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Setiap orang, baik dia tersangka atau terdakwa mempunyai kedudukan:

• sama sederajat di hadapan hukum (equal before the law)

• mempunyai kedudukan "perlindungan" yang sama oleh hukum, (equal protec on the law)

• mendapat "perlakuan keadilan" yang sama di bawah hukum, (equal justice lo the law)

Page 14: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

B. ASAS KESEIMBANGAN

• Asas ini dijumpai dalam konsideran huruf c yang menegaskan bahwa dalam penegakan hukum harus bcrlandaskan prinsip keseimbangan yang serasi antara:

• 1.perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dengan,

• 2. perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban masyarakat.

Page 15: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• Aparat penegak hukum dalam melaksanakan fungsi dan wewenang penegakan hukum, tidak boleh berorientasi kepada kekuasaan semata-mata

• Aparat penegak hukum harus menghindari tindakan-tindakan penegakan hukum dan ketertiban yang dapat menimbulkan pelanggaran hak-hak asasi manusia dan cara perlakuan yang tidak manusiawi.

Page 16: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• dengan asas keseimbangan yang terjalin antara perlindungan harkat martabat manusia dengan perlindungan kepentingan ketertiban masyarakat, KUHAP telah menonjolkan tema human dignity (martabat kemanusiaan), dalam pelaksanaan tindakan penegakan hukum di bumi Indonesia.

Page 17: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• titik sentral penegakan hukum di Indonesia menurut KUHAP harus berorientasi pada pola asas keseimbangan.

• Pada satu sisi aparat Penegak hukum wajib melindungi martabat dan hak-hak asasi kemanusiaan seorang tersangka/terdakwa, sedang pada sisi lain berkewajiban melindungi dan mempertahankan kepentingan ketertiban umum.

Page 18: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

3 PRADUGA TAK BERSALAH

• Asas "praduga tak bersalah" atau presumption of innocent dijumpai dalam penjelasan butir 3 huruf c. Dengan dicantumkan asas praduga tak bersalah dalam Penjelasan KUHAP, dapat disimpulkan, pembuat undang-undang telah menetapkannya sebabagai asas hukum yang melandasi KUHAP dan penegakan hukum (law enforcement).

Page 19: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• asas praduga tak bersalah, telah dirumuskan dalam Pasal 8 Undang undang Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970, yang berbunyi: "Setiap orang yang sudah disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap".

Page 20: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• Prinsip akusatur menempatkan kedudukan tersangka/terdakwa dalam setiap pemeriksaan:

• adalah subjek; bukan sebagai objek pemeriksaan, karena itu tersangka atau terdakwa harus didudukkan dan diperlakukan dalam kedudukan inanusia yang men harkat martabat harga diri,

• yang menjadi objek pemeriksaan dalam prinsip akusator adalah "kesalahan” (tindakan pidana), yang dilakukan tersangka/terdakwa. Ke arah itulah pemeriksaan ditujukan.

Page 21: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• Untuk menopang asas praduga tak bersalah dan prinsip akusatur dalam penegakan hukum, KUHAP telah memberi perisai kepada tersangka/terdakwa berupa seperangkat hak-hak kemanusiaan yang wajib dihormati dan dilindungi pihak aparat penegak hukum. Dengan perisai hak-hak yang diakui hukum, secara teoretis sejak semula tahap pemeriksaan, tersangka/terdakwa sudah mempunyai "posisi yang setaraf ' dengan pejabat pemeriksa dalam kedudukan hukum, berhak menuntut perlakuan yang digariskan dalam KUHAP

Page 22: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

4. PRINSIP PEMBATASAN PENAHANAN

• Masalah penahanan, merupakan persoalan yang paling esensial dalamsejarah kehidupan manusia. Setiap yang namanya penahanan, dengan sendirinya menyangkut nilai dan makna, antara lain:

• perampasan kebebasan dan kemerdekaan orang yang ditahan,

• menyangkut nilai-nilai perikemanusiaan dan harkat martabat kemanusiaan,

• menyangkut nama baik dan pencemaran atas kehormatan diri pribadi.

• Setiap penahan dengan sendirinya menyangkut pembatsan dan pencbutan smeentara sebagian hak-hak aasi manusia

Page 23: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• PERPANJANGAN PENAHANAN ISTIMEWA

• Kekecualian dari jangka penahanan sebagaimana tersebut dalam Pasal 24, 25, 26, 27 dan 28 KUHAP, guna kepentingan pemerik saan, penahanan terhadap tersangka/terdakwa dapat diper panjang dengan alasan yang patut dan tidak dapat dihindarkan karena:

• a. Tersangka atau Terdakwa menderita gangguan fisik atau men tal yang berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter;

• b. Perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana pen jara sembilan (9) tahun atau lebih (Pasal 29 (1) KUHAP). Perpanjangan tersebut paling lama untuk 30 hari, dan dalam hal penahanan itu masih diperlukan, maka dapat diperpanjang untuk 30 hari lagi. Perpanjangan penahanan tersebut atas dasar permintaan dan laporan sesuai dengan tingkat peme riksaan.

Page 24: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• Pasal 29 • (1)Dikecualikan dari jangka waktu penahanan sebagaimana tersebut

pada Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28, guna kepentingan pemeriksaan, penahanan terhadap tersangka atau terdakwa dapat diperpanjang berdasar alasan yang patut dan tidak dapat dihindarkan karena: *5047

• a.tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, atau

• b.perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara sembilan tahun atau lebih.

• (2)Perpanjangan tersebut pada ayat (1) diberikan untuk paling lama tiga puluh hari dan dalam hal penahanan tersebut masih diperlukan, dapat diperpanjang lagi untuk paling lama tiga puluh hari.

Page 25: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• (3)Perpanjangan penahanan tersebut atas dasar permintaan dan laporan pemeriksaan dalam tingkat :

• a.penyidikan dan penuntutan diberikan oleh ketua pengadilan negeri;

• b.pemeriksaan di pengadilan negari diberikan oleh ketua pengadilan tinggi;

• c.pemeriksaan banding-diberikan oleh Mahkamah Agung;

• d.pemeriksaan kasasi diberikan oleh Ketua Mahkamah Agung.

• (4)Penggunaan kewenangan perpanjangan penahanan oleh pejabat tersebut pada ayat (3) dilakukan secara bertahap dan dengan penuh tanggung jawab.

Page 26: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

• (5)Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (2) tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka atau terdakwa dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah dipenuhi.

• (6)Setelah waktu enam puluh hari, walaupun perkara tersebut belum selesai diperiksa atau belum diputus, tersangka atau terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

• (7)Terhadap perpanjangan penahanan tersebut pada ayat (2) tersangka atau terdakwa dapat mengajukan keberatan dalam tingkat :

• a.penyidikan dan penuntutan kepada ketua pengadilan tinggi;

• b.pemeriksaan pengadilan negeri dan pemeriksaan banding kepada Ketua Mahkamah Agung

Page 27: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pasal 22 (1)Jenis penahanan dapat berupa : a.penahanan rumah tahanan negara;

b.penahanan rumah; c.penahanan kota.

(2)Penahanan rumah dilaksanakan di rumah tempat tinggal atau rumah kediaman tersangka atau terdakwa dengan mengadakan pengawasan terhadapnya untuk menghindarkan segala sesuatu yang dapat menimbulkan kesulitan dalam penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.

(3)Penahanan kota dilaksanakan di kota tempat tinggal atau tempat kediaman tersangka atau terdakwa, dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa melapor diri pada waktu yang ditentukan.

(4)Masa penangkapan dan atau penahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

(5)Untuk penahanan kota pengurangan tersebut seperlima dari jumlah lamanya waktu penahanan sedangkan untuk penahanan rumah sepertiga dari jumlah lamanya waktu penahanan.

Page 28: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

HUKUM ACARA PIDANABy. GOUSTA FERIZA, SH, MH *

• DASAR HUKUM : 1. Undang-undang RI No.8 Tahun 1981, Tentang Hukum Acara Pidana, LN.RI No.76. TLN. No.3309 2. Undang-undang RI No.4 Tahun 2004, Tentang Kekuasaan Kehakiman, LN.RI No.8/ 2004 3. Undang-undang RI No.5 Tahun 1991, Tentang Kejaksaan RI, LN.RI.No.59/ 1991 4. Undang-undang RI No.2 Tahun 2002, Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, LN.RI No.2/ 2002 5. Undang-undang RI No.18 Tahun 2003, Tentang Advokat, LN.RI No.49/ 2003, TLN No.4282 6. Undang-undang RI No.5 Tahun 2004, Tentang Perubahan atas UU No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, LN.RI No.9/ 2004 7. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya, seperti SEMA dan PERMA.

* - Dosen FH – UIEU - Advokat di Jakarta - Disampaikan sebagai bahan ajar pada Pendidikan Khusus Provesi Advokat (PKPA) Jumat, 05 Agustus 2005

Page 29: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

TAHAPAN ACARA PIDANA PENYELIDIKAN : “Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya (Vide Pasal 1 ayat 2 KUHAP)”.

PRA PENYIDIKAN LAPORAN : “Pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena Hak atau Kewajiban berdasarkan Undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadi peristiwa pidana (Vide Pasal 1 ayat 24 KUHAP)”. PENGADUAN : “Pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya (Vide Pasal 1 ayat 25 KUHAP)”.

Page 30: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PEMANGGILAN & PEMERIKSAAN :

1. Saksi-saksi

2. Tersangka

PENYIDIKAN TINDAKAN KEPOLISIAN :

1. Penangkapan (Vide Pasal 16 s/d Pasal 19 KUHAP)

2. Penahanan (Vide Pasal 20 s/d Pasal 31 KUHAP)

3. Penggeledahan (Vide Pasal 32 s/d Pasal 37 KUHAP)

4. Penyitaan (Vide Pasal 38 s/d Pasal 46 KUHAP)

5. Pemeriksaan Surat (Vide Pasal 47 s/d Pasal 49 KUHAP)

PEMBERKASAN :

- Tahap Awal SPDP Vide Pasal 109 ayat (1) KUHAP

Lengkap Penyerahan TSK BB

- Tahap Lanjutan

(Vide Pasal 110 KUHAP) Tidak Lengkap P.18 + P.19

Page 31: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Penerimaan BerkasPRA PENUNTUTAN(Vide Pasal 14 ayat (b) KUHAP Penelitian (Vide Pasal 138 KUHAP)Jo Pasal 110 ayat (3), ayat (4) KUHAP) Penerimaan TSK + BB

PENUNTUTAN

Pembuatan Surat Dakwaan (Vide Pasal 140 ayat (1) KUHAP)

PEMBERKASAN Pelimpahan Perkara (Vide Pasal 143 ayat (1) KUHAP)

Page 32: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pemanggilan Terdakwa(Vide Pasal 145 KUHAP)

PRA PERSIDANGAN Penelitian Berkas

(Vide Pasal 147)

Penunjukan Majelis Hakim(Vide Pasal 152 ayat 1

KUHAP)

TAHAP PERSIDANGAN

Pembacaan DakwaanEksepsi PHPutusan Sela

ACARA PEMERIKSAAN BIASA Pemeriksaan SaksiKeterangan AhliPemeriksaan TerdakwaPembacaan TuntutanPembelaanJawaban Atas PembelaanPutusan

Page 33: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT :“Perkara kejahatan atau Pelanggaran yang tidak termasuk

ketentuan Pasal 205 dan menurut Penuntut Umum Pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifat nya sederhana” (Vide Pasal 203 ayat (1) KUHAP).

ACARA Dalam Acara Pemeriksaan Singkat :PEMERIKSAAN SIDANG - Pada umumnya berpedoman pada Acara Biasa

- Pelimpahan Acara Singkat tanpa Surat Dakwaan- Pemberitahuan lisan Tindak Pidana yang didakwakan- Pemberitahuan Dakwaan dicatat dalam Berita acara Sidang- Putusan tidak dibuat secara khusus, tetapi dicatat dalam

Berita Acara Sidang

ACARA PEMERIKSAAN CEPAT :Terbagi atas :1. Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan (Vide Pasal 205 ayat (1) KUHAP)2. Acara Pemeriksaan Pelanggaran Lalin. (Vide Pasal 211 KUHAP)

Page 34: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

HAK-HAK TERSANGKA/ TERDAKWA

DALAM PENYIDIKAN/ PENUNTUTAN DALAM PERSIDANGAN

1. Mendapat Pemeriksaan segera dari Penyidik

2. Pelimpahan segera berkas perkara oleh Penyidik kepad PU

3. Pelimpahan segera Berkas perkara ke Pengadilan

4. Berhak atas Juru Bahasa

5. Mendapatkan Bantuan Hukum

6. Pemberitahuan segera atas Penangkapan/ Penahanan]

7. Hak mendapatkan Turunan Berita acara

1. Pemeriksaan segera di pengadilan

2. Bebas memberikan keterangan

3. Berhak atas Juru Bahasa

4. Mendapatkan Bantuan Hukum

5. Pemberitahuan segera atas penahanan

6. Diadili dalam sidang terbuka untuk umum

7. Menunjukkan saksi at de charge

8. Mengajukan Uapya Hukum Banding, Kasasi, atau PK

9. Menuntut ganti kerugian dan Rehabilitasi

10.Mendapatkan turunan Surat Pelimpahan Berkas Perkara

dan Surat Dakwaan

Page 35: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

TENTANG SURAT DAKWAAN

DASAR HUKUM :

-Pasal 140 ayat (1) KUHAP :

“Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan dalam waktu secepatkan membuat Surat Dakwaan”.

-Pasal 143 ayat (1) KUHAP :

“Penuntut Umum melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut disertai dengan Surat Dakwaan”.

SYARAT SAHNYA SURAT

DAKWAAN :

1. SYARAT FORMAL :

“Penuntut Umum membuat Surat Dakwaan yang diberi tanggal dan ditanda tangani dengan menyebutkan nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka

2. SYARAT MATERIIL :

“ Penuntut Umum dalam membuat Surat Dakwaan harus di uraikan secara cermat, jelas dan lengkap, mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

BENTUK DAKWAAN :

Page 36: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

DAKWAAN TUNGGAL :“Dakwaan yang bersifat sederhana yang memuat hanya satu tindak pidana.

DAKWAAN ALTERNATIF :“Dakwaan yang disusun secara alternatif yang didalmnya hanya memuat dua dakwaan yang dapat dipilih salah satunya untuk dibuktikan kebenaran perbuatan pidananya. Ciri khas dakwaan alternatif diantara dua dakwaan yang disusun didalamnya menggunakan kata “ATAU”.

BENTUK SURAT DAKWAANDAKWAAN SUBSIDERITAS (BERLAPIS) :“Dakwaan yang disusun secara berlapis, yaitu dimulai dari Dakwaan Terberat sampai yang Ringan, dengan susunan Primair, Subsider, Lebih Subside, Lebih-lebih Subsider

DAKWAAN KUMULATIF :“Dakwaan yang disusun atas beberapa Tindak Pidana dimana seorang atau lebih terdakwa melakukan lebih dari satu tindak pidana dimana perbuatan itu harus dianggap berdiri sendiri atau juga dapat dikatakan tidak ada kaitan satu dengan lainnya”. Ciri khas Dakwaan ini mempergunakan istilah “Dakwaan Kesatu, Kedua, Ketiga, dan seterusnya.”

Page 37: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

TENTANG EKSEPSI(KEBERATAN)

DASAR HUKUM :

-Pasal 156 ayat (1) KUHAP :

“Dalam hal terdakwa atau PH mengajukan kebertatan bahwa Pengadilan tidak berwenang atau Dakwaan tidak dapat diterima atau Surat Dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada PU untuk menyatakan pendapatnya, hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan

JENIS/ MACAM KEBERATAN :

- Berdasarkan ketentuan Pasal 116 ayat (1) KUHAP dan menurut “Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku I” ada 3 (tiga) macam keberatan yang dapat diajukan oleh Terdakwa atau Phnya, yaitu :

1. Keberatan Tidak Berwenang mengadili;

2. Keberatan Dakwaan tidak dapat diterima, dan

3. Keberatan Dakwaan harus di batalkan.

Page 38: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

KEBERATAN TIDAK BERWENANG MENGADILI (Exceptie On bevoegheid van de rehter)1. Kompetensi Absolut (Absolute Competentie)2. Kompetensi Relatitive (Relative Competentie) - Keberatan terhadap Kompetensi Relative hanya dapat diajukan dalam Judex Factie dan tidak dapat diajukan pada tingkat Kasasi (Vide Putusan MARI No.1275 K/Pid/1985, tanggal 30 Juli 1987) - KUHAP tidak menganut Azas Locus Delicty Mutlak (Vide Pasl 84 ayat (2) KUHAP)

JENIS/ MACAM KEBERATAN DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA :KEBERATAN - Putusan dapat dikabulkannya Eksepsi atau Keberatan Dakwaan tidak dapat

diterima dalam kondisi :1. Karena dituntutnya seseorang pada hal tidak ada pengaduan dari korban

dalam Tindak Pidana Aduan (krach delicter)2. Adanya Daluwarsa Hak Menuntut sebagaimana ketentuan Pasal 78 KUHP3. Adanya unsur Ne Bis In Idem, sebagaimana ketentuan Pasal 76 KUHP4. Adanya Exceptio litis Pendentie (Keberatan terhadap apa yang didakwakan kepada Terdakwa sedang diperiksa oleh Pengadilan lain)

KEBERATAN SURAT DAKWAAN HARUS DIBATALKAN :- Terkait dengan Syarat Formal dan Material sesuai ketentuan Pasal 143 ayat (2) KUHAP- Kelalaian terhadap hal tersebut menyebabkan Dakwaan “Nul and Void”.

Page 39: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

BEBERAPA YURISPRUDENSI YANG BERKAITAN DENGAN ACARA PIDANA

1. Putusan MA-RI No: 163K/Kr/1997 tanggal 11 Juni 1979“Karena unsur-unsur tindak pidana yang juga dinyatakan dalam surat tuduhan, tidaklah terbukti terdakwa seharusnya dibebeaskan dari segala tuduhan dan tidak dilepaskan dari tuntutan hukum”.

2. Putusan MA-RI No: 186K/Kr/1979 tanggal 13 Agustus 1979“ Dalam hal terdakwa telah meninggalkan (pada taraf pemeriksaan banding), PT cukup mengeluarkan penetapan yang menyatakan tuntutan hukum gugur atau tuntutan Jaksa tidak dapat diterima karena terdakwa meninggal dunia”.

3. Putusan MA-RI No: 129K/Kr/1979 tanggal 09 April 1980“Karena pemeriksaan persidangan di Pengadilan Negeri telah lanjut, kemudian terbentur pada “praejudiciel geschil tentang hak milik atas tanah termasuk, maka tidak dapat digunakan lembaga “Afwijzende Besiking” menurut pasal 250 (3) RIB yang seharusnya diberikan sebelum perkara diperiksa”

Page 40: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

4. Putusan MA-RI No: 192K/Kr/1979 tanggal 27 Desember 1979“PT salah menerapkan hukum dengan menyatakan perbuatan tertuduh bukan merupakan tindak pidana melainkan suatu hubungan keperdataan, memutuskan membebaskan tertuduh dari segala tuduhan, seharusnya tertuduh dileppaskan dari segala tuntutan hukum.Dengan tidak memperhatikan alat-alat bukti dan kekuatan pembuktian yang telah diperoleh dalam persidangan PN, PT telah salah menerapkan hukum pembuktian.”

5. Putusan MA-RI No: 492K/Kr/1981 tanggal 8 Januari 1983“Pt telah tepat dengan mempertimbangkan, bahwa tuduhan yang samar-samar kabar dinyatakan batal demi hukum”.

6. Putusan MA-RI No: 119K/Kr/1982 tanggal 17 Mare 1983“Terhadap putusan pembebasan tidak dapat dimintakan banding oleh jaksa, kecuali dapat dibuktikan bahwa pembebasan tersebut sebenarnya adalah pembebasan tidak murni hal mana harus diuraikan oleh Jaksa dalam Memori Banding”.

7. Putusan MA-RI No: 592K/Pid/1984 tanggal 30 Maret 1985“Terdakwa dibebaskan dari dakwaan karena unsur melawan hukum tidak terbukti”.

8. Putusan MA-RI No: 808K/Pid/1984 tanggal 26 Juni 1985“Dakwaan tidak cermat, jelas dan lengkap sehingga harus dinyatakan batal demi hukum”.

Page 41: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

9. Putusan MA-RI No: 33K/Mil/1985 tanggal 15 Februari 1986“Karena surat dakwaan tidak dirumuskan secara cermat dan lengkap, dakwaan dinyatakan batal demi hukum”.

10. Putusan MA-RI No: 606K/Pid/1984 tanggal 30 Maret 1985“Isi dakwaan bersifat alternatif meskipun yang tertulis adalah Kesatu dan Kedua, karena kejahatan yang didakwakan adalah sama”.

11. Putusan MA-RI No: 464K/Pid/1984 tanggal 13 September 1985“Pengadilan Tinggi telah salah menerapkan hukum bahwa uang pengganti yang dapat diwajibkan kepada terdakwa dalam tindak pidana korupsi untuk dibayar tidak boleh melebihi harta benda yang diperoleh dari ahsil korupsi tersebut”.

Page 42: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Bahan KuliahBahan Kuliah

Hukum Acara perdataHukum Acara perdata

Created by [email protected]

Page 43: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PendahuluanPendahuluanPengertian Hukum Acara PerdataPengertian Hukum Acara Perdata

Hukum Acara adalah kumpulan ketentuan-ketentuan dengan tujuan memberikan pedoman dalam usaha mencari kebenaran dan keadilan bila terjadi perkosaan atas suatu ketentuan hukum dalam hukum materiil yang berarti memberikan kepada hukum dalam hukum acara suatu hunbungan yang mengabdi kepada hukum materiil.

Hukum Acara Perdata adalah Hukum Perdata Formil, yaitu kaidah hukum Hukum Acara Perdata adalah Hukum Perdata Formil, yaitu kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara bagaimana hak-hak dan kewajiban-yang menentukan dan mengatur cara bagaimana hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagimana yang diatur dalam hukum perdata materil kewajiban perdata sebagimana yang diatur dalam hukum perdata materil (Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeriepkartaprawira, hal 1)(Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeriepkartaprawira, hal 1)

Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap pihak orang lain di muka cara bagaimana orang harus bertindak terhadap pihak orang lain di muka pengadilan itu harus bertindak untuk melaksanakan berjalannya pengadilan itu harus bertindak untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata (wirjono Prodjodikoro)peraturan-peraturan hukum perdata (wirjono Prodjodikoro)

Page 44: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pengertian Hukum Acara Perdata Pengertian Hukum Acara Perdata (sambungan)(sambungan)

• Kaidah hukum yang mengatur cara dan prosedur hukum dalam mengajukan, memeriksa, memutuskan, dan melaksanakan putusan tentang tuntutan hak dan kewajiban tertentu sehingga menjamin tegaknya hukum perdata materiil melalui lembaga peradilan

Page 45: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Sifat / Karakteristik Hukum Acara Sifat / Karakteristik Hukum Acara PerdataPerdata

Dalam Hukum acara perdata, orang yang merasa Dalam Hukum acara perdata, orang yang merasa haknya dilanggar disebut sebagai Penggugat, haknya dilanggar disebut sebagai Penggugat, sedangkan orang yang ditarik ke muka pengadilan sedangkan orang yang ditarik ke muka pengadilan karena dirasa telah melanggar hak penggugat disebut karena dirasa telah melanggar hak penggugat disebut sebagai tergugat.sebagai tergugat.

Turut tergugat dipergunakan bagi orang-orang yang Turut tergugat dipergunakan bagi orang-orang yang tidak menguasai barang sengketa atau tidak tidak menguasai barang sengketa atau tidak berkewajiban untuk melakukan sesuatu, namun demi berkewajiban untuk melakukan sesuatu, namun demi lengkapnya suatu gugatan, mereka harus lengkapnya suatu gugatan, mereka harus diikutsertakandiikutsertakan

Page 46: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Sifat Hukum Acara PerdataSifat Hukum Acara PerdataInisiatif ada tidak ada perkara ada pada orang/ Inisiatif ada tidak ada perkara ada pada orang/

beberapa orang yang merasa haknya dilanggar beberapa orang yang merasa haknya dilanggar (penggugat/ para penggugat)(penggugat/ para penggugat)

Berbeda dengan Hukum Acara Pidana yang tidak Berbeda dengan Hukum Acara Pidana yang tidak tergantung ada/ tidak adanya inisiatiftergantung ada/ tidak adanya inisiatif

Ada Hukum acara pidana yang mirip dengan Hukum Ada Hukum acara pidana yang mirip dengan Hukum acara perdata, yaitu Tindak Pidana Aduanacara perdata, yaitu Tindak Pidana Aduan

Page 47: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Tahapan Hukum Acara Perdata (menurut Sudikno Mertokusumo)

• Tahap Pendahuluan : tahap persiapan menuju tahap penentuan dan pelaksanaan, yaitu ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan seperti membuat gugatan,mendaftarkan gugatan, membayar biaya perkara dll.

• Tahap Penentuan : Tahap pemeriksaan peristiwa, pembuktian dan penjatuhan putusan.

• Tahap Pelaksanaan : Tahap dilakukannya tindakan pelaksanaan putusan (eksekusi) yang telah dijatuhkan oleh hakim.

Page 48: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Sifat Hukum Acara PerdataSifat Hukum Acara Perdata

Pencabutan gugatan oleh penggugat/ para Pencabutan gugatan oleh penggugat/ para penggugat tidak dapat dilakukan sesuka hati, penggugat tidak dapat dilakukan sesuka hati, Pencabutan gugatan dapat dilakukan apabila Pencabutan gugatan dapat dilakukan apabila tergugat menyetujui pencabutan gugatan, tergugat menyetujui pencabutan gugatan, namun kadangkala persetujuan itu tidak namun kadangkala persetujuan itu tidak dipenuhi, bahkan malah menggugat balik dipenuhi, bahkan malah menggugat balik (rekonpensi)(rekonpensi)

Page 49: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Hukum Acara Perdata PositifHukum Acara Perdata PositifHukum acara perdata nasional hingga saat ini belum Hukum acara perdata nasional hingga saat ini belum

diatur dalam undang-undang, sampai saat ini diatur dalam undang-undang, sampai saat ini ketentuan yang masih dipakai sebagai rujukan adalah ketentuan yang masih dipakai sebagai rujukan adalah het Herziene Indonesich Reglement (HIR) yang dulu het Herziene Indonesich Reglement (HIR) yang dulu diberlakukan untuk wilayah Jawa-Madura, sedangkan diberlakukan untuk wilayah Jawa-Madura, sedangkan diluar itu berlaku RechtsReglement Buitengewestem diluar itu berlaku RechtsReglement Buitengewestem (RBg)(RBg)

Sejarah Hukum Acara Perdata/ terbentuknya HIR Sejarah Hukum Acara Perdata/ terbentuknya HIR dapat dibaca pada buku Retnowulan Sutantiodapat dibaca pada buku Retnowulan Sutantio

Page 50: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Sumber Hukum Acara Perdata (Hukum Positif) Berdasarkan Pasal 5 Ayat 1 dan Pasal 6 UU No. 1 Drt Tahun 1951 Tentang Tindakan-tindakan sementara untuk menyelenggarakan Kesatuan Susunan Kekuasaan dan Acara Pengadilan Sipil

• HIR, Het Herziene Indonesisch Reglement (Bab IX, 7 Bagian)• RBg (Reglemen Buitengewesten, S. 1927 Nomor 227)• RV (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering) disebut juga Hukum Acara

Perdata untuk Gol. Eropa, namun menurut Prof. Soepomo, sudah tidak berlaku sejak Raad van Justitie dan Residentiegerecht dihapus.

• RO (Reglement op de Rechterlijke Organisatie in Het Beleid der Justitie in Indonesie)

• Undang-undang yang telah dikodifikasi (KUHPerdata dan KUHDagang)• Undang-undang yang belum dikodifikasi ( UU No. 20 Tahun 1947, tentang acara

banding, UU No. 14 Tahun 1970 Jo UU No. 35 Tahun 1999 Jo UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.dll

• Yurisprudensi• Perjanjian Internasional• Doktrin

Page 51: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Asas-asas Hukum Acara Perdata

• Hakim Bersifat Menunggu (iudex no procedat ex officio) diatur dalam Pasal 118 HIR dan 142 RBg, artinya bila tidak tuntutan dari pihak, maka tidak ada hakim (Wo Kein klager ist, ist kein rechter ; nemo judex sine actor)

• Ada konsekuensi bagi seorang hakim, yaitu harus mengadili semua perkara, karena hakim dianggap tahu semua (ius curia novit)

Page 52: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Asas-asas Hukum Acara Perdata (sambungan)

• Hakim Bersifat Pasif (Lijdelijkeheid van Rechter), artinya hakim hanya bertitik tolak pada peristiwa yang diajukan oleh para pihak saja (secundum allegat iudicare)

• Perdailan Terbuka untuk umum (Openbaarheid van rechtspraak), konsekuensi yang terjadi apabila asas ini tidak dilaksanakan adalah putusan dapat menjadi tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum.

• Hakim mengadili kedua belah pihak (Horen van beide partijen)

Page 53: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Asas-asas Hukum Acara Perdata (sambungan)

• Pemeriksaan dalam dua tingkat (Onderzoek in twee instanties), hanya PN dan PT judex factie dilaksanakan

• Pengawasan Putusan Pengadilan melalui Kasasi (Toezicht op de rechtspraak door van cassatie)

• Mahkamah Agung adalah Puncak Peradilan di Indonesia (Pasal 10 Ayat 2 UU No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 2 UU No. 4 tahun 2004)

Page 54: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Asas-asas Hukum Acara Perdata (sambungan)

• Putusan Hakim harus disertai alasan (Pasal 23 UU No. 14 tahun 1970 jo Pasal 25 UU No. 4 Tahun 2004, Pasal 184 Ayat 1 , dan 319 HIR)

• Berperkara dikenakan biaya (Niet-kosteloze rechtspraak) Pasal 4, 5 UU No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 4 dan Pasal 5 UU No. 4 Tahun 2004)

Page 55: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Asas-asas Hukum Acara Perdata (sambungan)

• Tidak ada keharusan mewakilkan dalam Beracara

• Majelis hakim di Persidangan (Pasal 15 UU No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 17 UU NO. 4 Tahun 2004)

• Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 4 UU No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 4 UU No. 4 Tahun 2004)

Page 56: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Asas-asas Hukum Acara Perdata (sambungan)

• Proses Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Pasal 4 Ayat 2 UU No. 4 Tahun 2004

• Hak menguji Materiil UU hanya ada pada MK dan dibawah UU oleh MA (Pasal 11, 12 UU No. 4 Tahun 2004)

• Asas Obyektifitas, Pasal 5 UU No. 4 Tahun 2004

Page 57: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Perihal Kekuasaan Mutlak dan Perihal Kekuasaan Mutlak dan Kekuasaan relatifKekuasaan relatif

Kewenangan Mutlak/ absolute compententie Kewenangan Mutlak/ absolute compententie menyangkut pembagian kekuasaan antar badan-menyangkut pembagian kekuasaan antar badan-badan peradilan, berdasarkan macamnya pengadilan badan peradilan, berdasarkan macamnya pengadilan yang memberikan kekuasaan untuk mengadiliyang memberikan kekuasaan untuk mengadili

Kewenangan Relatif/ relative compententie Kewenangan Relatif/ relative compententie mengatur pembagian kekuasaan mengadili antara mengatur pembagian kekuasaan mengadili antara pengadilan yang serupapengadilan yang serupa

Asas yang berlaku dalam kewenangan relatif adalah Asas yang berlaku dalam kewenangan relatif adalah Actor sequitur forum reiActor sequitur forum rei

Page 58: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Lingkup PeradilanMacam-Macam Pengadilan• Di samping Pengadilan Sipil seperti tersebut diatas lazimnya disebut

Pengadilan Umum di Indonesia terdapat pula :• Pengadilan Militer yang hanya berwenang untuk mengadili perkara yang

terdakwanya berstatus anggota ABRI.• Pengadilan Agama yang kewenangannya mengadili perkara-perkara

perdata yang kedua pihaknya baragama Islam dan menurut hukum yang dikuasai Hukum Islam.

• Pengadilan Administrasi yang termasuk wewenang Pengadilan Administrasi adalah perkara yang tergugatnya pemerintah dan penggugatnya perorangan pemerintah itu digugat dengan alsan kesalahan dalam menjalankan administrasi.

Page 59: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Lingkup Peradilan (sambungan)Susunan Badan-Badan Pengadilan Umum • Di Indonesia kita kenal susunan Pengadilan dalam :

– Pengadilan Negeri sebagai pengadilan tingkat pertama yang berwenang mengadili semua perkara baik perdata maupun pidana.

– Pengadilan Tinggi atau Pengadilan tingkat banding yang juga merupakan Pengadilan tingkat kedua. dinamakan Pengadilan tingkat kedua karena cara pemeriksaannya sama seperti pemeriksaan di Pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Tinggi).

– Mahkamah Agung yang merupakan Pengadilan tingkat akhir dan bukan Pengadilan tingkat ketiga. Mahkamah Agung memeriksa perkara-perkara yang dimintakan Kasasi, karena tidak puas dengan dengan putusan banding dari Pengadilan Tinggi. Pada tingkat kasasi yang diperiksa adalah penerapan hukumnya saja.

Page 60: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Lingkup Peradilan (sambungan)Kewenangan Pengadilan• Mengenai kewenangan mengadili dapat dibagi menjadi dua dalam Kekuasaan Kehakiman,

yaitu Kekuasaan Kehakiman atribusi (atributie van rechtsmacht) dan Kekuasaan Kehakiman distribusi (distributie van rechtsmacht), bahwa :

– Kekuasaan Kehakiman Atribusi disebut juga kewenangan mutlak atau kompetensi absolute. Kewenangan Mutlak atau Kompetensi absolute adalah kewenangan badan pengadilan di dalam memeriksa jenis perkara tertentu dan secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain, misalnya Pengadilan Negeri pada umumnya berwenang memeriksa jenis perkara tertentu yang diajukan dan bukan Pengadilan Tinggi atau Pengadilan Agama biasanya kompentensi absolute ini tergantung pada isi gugatan dan nilai daripada gugatan (lihat Pasal 6 UU No. 29 Tahun 1947).

– Kekuasaan Kehakiman Distribusi disebut juga kewenangan nisbi atau kompetensi relative . Kewenangan nisbi atau Kompetensi relative adalah bahwa Pengadilan Negeri di tempat tinggal (domisili) yang berwenang memeriksa gugatan atau tuntutan hak. jadi gugatan harus diajukan kepada Pengadilan Negeri tempat tergugat tinggal. apabila tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya atau tempat tinggalnya yang nyata tidak dikenali, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat sebenarnya.

• Dikenali, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat sebenarnya ( Pasal 18 HIR, Pasal 141 Ayat 1 Rbg)

Page 61: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Lingkup Peradilan (sambungan)

Tempat Kedudukan Pengadilan• Tempat kedudukan Pengadilan Negeri pada prinsipnya berada

di tiap Kabupaten, namun di luar Pulau Jawa masih terdapat banyak Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lebih dari satu Kabupaten.

• Kedudukan Pengadilan Negeri ada sebuah Kejaksaan Negeri dan disamping tiap Pengadilan Tinggi ada Kejaksaan Tinggi. Khusus di Ibukota Jakarta ada 5 instansi Pengadilan Negeri yakni di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara demikan pula dengan Kejaksaannya Negerinya.

Page 62: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Lingkup Peradilan (sambungan)Susunan Pejabat Pada Suatu Pengadilan• Di tiap pengadilan terdapat beberapa hakim. diantaranya menjabat sebagai ketua pengadilan dan

wakil ketua.• Para hakim bertugas untuk memeriksa dan mengadili perkara di persidangan.• disamping itu ada panitera yang bertugas memimpin bagian administrasi atau tata usaha dibantu

oleh wakil panitera, beberapa panitera pengganti dan karyawan-karyawan lainnya.• tugas dari pada panitera ialah menyelenggarakan administrasi perkara serta mengikuti semua

sidang serta musyawarah-musyawarah pengadilan dengan mencatat secara teliti semua hal yang dibicarakan (Pasal 58,59 UU no. 2 Tahun 1986, Pasal 63 RO). ia harus membuat Berita Acara (proses verbal) sidang pemeriksaan dan menandatanganinya bersama-sama dengan ketua sidang (Pasal 186 HIR, Pasal 197 Rbg). karena ia tidak mungkin mengikuti semua sidang-sidang pemeriksaan perkara, maka di dalam praktik, tugas tersebut dilakukan oleh panitera pengganti.

• Di samping hakim dan panitera masih ada petugas yang dinamakan jurusita (deurwaarder) dan jurusita pengganti (Pasal 38 UU No.21 Tahun 1986). adapun tugas dari pada jurusita dalai melaksanakan perintah dari ketua sidang dan menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran, pemberitahuan putusan pengadilan, panggilan-panggilan resmi para Tergugat dan Penggugat dalam perkara perdata dan para saksi, dan juga melakukan penyitaan-penyitaan atas perintah hakim.

Page 63: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Cara Mengajukan GugatanCara Mengajukan GugatanPengertian Permohonan dan GugatanPengertian Permohonan dan Gugatan

Perbedaan Gugatan dengan Permohonan ada pada ada atau tidak adanya Perbedaan Gugatan dengan Permohonan ada pada ada atau tidak adanya konflik.konflik.

Tuntutan dalam hal ini adalah tindakan yang bertujuan memperoleh Tuntutan dalam hal ini adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hukum yang diberikan lembaga peradilan untuk mencegah perlindungan hukum yang diberikan lembaga peradilan untuk mencegah pemaksaan kehendak pihak lain atau main hakim sendiri (pemaksaan kehendak pihak lain atau main hakim sendiri (eigeneigenrrichtingichting))

Dalam gugatan syarat utama adalah adanya orang/ sekelompok orang Dalam gugatan syarat utama adalah adanya orang/ sekelompok orang yang yang merasamerasa haknya dilanggar, dan orang yang haknya dilanggar, dan orang yang dirasadirasa melanggar hak melanggar hak tersebut tidak mau secara sukarela melakukan sesuatu yang diminta itutersebut tidak mau secara sukarela melakukan sesuatu yang diminta itu

Dalam Perkara permohonan tidak ada sengketa, permohonan yang Dalam Perkara permohonan tidak ada sengketa, permohonan yang umunya diajukan adalah pengangkatan anak, wali, pengampuumunya diajukan adalah pengangkatan anak, wali, pengampu

Page 64: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pengajuan Gugatan,Tempat Pengajuan Gugatan,Tempat Tinggal, dan domisiliTinggal, dan domisili

Pengajuan gugatan diajukan di tempat tinggal Pengajuan gugatan diajukan di tempat tinggal tergugat (Pasal 118 Ayat 1 HIR)tergugat (Pasal 118 Ayat 1 HIR)

Tempat tinggal adalah tempat dimana seorang Tempat tinggal adalah tempat dimana seorang menempatkan pusat kediamannya (Pasal 17 menempatkan pusat kediamannya (Pasal 17 KUHPerd) atau dengan kata lain dimana seorang KUHPerd) atau dengan kata lain dimana seorang berdiam dan tercatat sebagai pendudukberdiam dan tercatat sebagai penduduk

Domisili/ kediaman adalah tempat seseorang Domisili/ kediaman adalah tempat seseorang berdiamberdiam

Page 65: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pengecualian terhadap Asas Actor Sequitur Forum Rei Pengecualian terhadap Asas Actor Sequitur Forum Rei (berdasarkan Pasal 118 HIR)(berdasarkan Pasal 118 HIR)

Gugat dapat diajukan di PN ditempat kediaman Gugat dapat diajukan di PN ditempat kediaman tergugat apabila tempat tinggal tergugat tidak tergugat apabila tempat tinggal tergugat tidak diketahuidiketahui

Apabila tergugat lebih dari 2, maka penggugat dapat Apabila tergugat lebih dari 2, maka penggugat dapat mengajukan gugatan dapat diajukan disalah satu mengajukan gugatan dapat diajukan disalah satu tempat tinggal tergugat.tempat tinggal tergugat.

Apabila tergugat ada 2, dan salah satunya adalah Apabila tergugat ada 2, dan salah satunya adalah penjamin dari yang berhutang, maka penggugat penjamin dari yang berhutang, maka penggugat mengajukan gugatan ke PN di wilayah tempat tinggal mengajukan gugatan ke PN di wilayah tempat tinggal tergugat yang berhutangtergugat yang berhutang

Page 66: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pengecualian terhadap Asas Actor Sequitur Forum Rei Pengecualian terhadap Asas Actor Sequitur Forum Rei (berdasarkan Pasal 118 HIR)(berdasarkan Pasal 118 HIR)

Apabila tempat tinggal atau kediaman tergugat tidak Apabila tempat tinggal atau kediaman tergugat tidak dikenal, maka guguatan dapat diajukan di tempat dikenal, maka guguatan dapat diajukan di tempat tinggal penggugat atau salah satu penggugat.tinggal penggugat atau salah satu penggugat.

Apabila gugatan mengenai objek benda tetap, maka Apabila gugatan mengenai objek benda tetap, maka gugatan diajukan di PN di wilayah benda itu ada/ gugatan diajukan di PN di wilayah benda itu ada/ terletak.terletak.

Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dalam suatu Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dalam suatu akta, maka gugatan diajukan di tempat yang telah akta, maka gugatan diajukan di tempat yang telah dipilih dalam akta.dipilih dalam akta.

Page 67: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pengecualian lain terhadap Asas Actor Pengecualian lain terhadap Asas Actor Sequitur Forum ReiSequitur Forum Rei

Apabila tergugat tidak cakap, amak gugatan diajukan di PN dimana orang tua, wali, Apabila tergugat tidak cakap, amak gugatan diajukan di PN dimana orang tua, wali, pengampu tinggal.pengampu tinggal.

Apabila PNS, maka pengadilan yang berwenang adalah PN di tempat ia bekerjaApabila PNS, maka pengadilan yang berwenang adalah PN di tempat ia bekerja Apabila buruh, maka PN yang berwenang adalah PN tempat tinggal majikanApabila buruh, maka PN yang berwenang adalah PN tempat tinggal majikan Apabila ini berkenaan dengan masalah kepailitan, maka PN yang berwenang adalah Apabila ini berkenaan dengan masalah kepailitan, maka PN yang berwenang adalah

yang memutus pailit.yang memutus pailit. Bila ini tentang penjaminan, maka yang berwenang untuk mengadili adalah PN Bila ini tentang penjaminan, maka yang berwenang untuk mengadili adalah PN

yang pertama dimana pemeriksaan pertama dilakukan.yang pertama dimana pemeriksaan pertama dilakukan. Bila masalahnya adalah pembatalan perkawinan, maka PN yang berwenang adalah Bila masalahnya adalah pembatalan perkawinan, maka PN yang berwenang adalah

tempat pertama kali perkawinan dilangsungkan atau di tempat tinggal kedua suami tempat pertama kali perkawinan dilangsungkan atau di tempat tinggal kedua suami isteri atau salah satu tempat istri/ suami.isteri atau salah satu tempat istri/ suami.

Gugatan perceraian dapat diajukan ke PN di kediaman penggugatGugatan perceraian dapat diajukan ke PN di kediaman penggugat

Page 68: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Gugat Lisan dan TertulisGugat Lisan dan TertulisBerdasarkan Pasal 118 HIR, gugat diajukan dengan surat Berdasarkan Pasal 118 HIR, gugat diajukan dengan surat

permintaan dan ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya.permintaan dan ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya.Gugat lisan dapat juga dilakukan, dan berdasarkan Pasal 120 HIR, Gugat lisan dapat juga dilakukan, dan berdasarkan Pasal 120 HIR,

Ketua PN akan membuat atau menyuruh untuk membuat Ketua PN akan membuat atau menyuruh untuk membuat gugatan tersebut.gugatan tersebut.

Berdasarkan yurisprudensi, surat gugat yang bercap jempol Berdasarkan yurisprudensi, surat gugat yang bercap jempol harus dilegalisasiharus dilegalisasi

Surat gugatan harus ditandatangani oleh penggugat atau Surat gugatan harus ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya.kuasanya.

Page 69: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Gugat Lisan dan TertulisGugat Lisan dan TertulisGugatan sebaiknya ditik, tidak perlu memakai Materai (Gugatan sebaiknya ditik, tidak perlu memakai Materai (Meski dalam

praktek diperlukan, karena bila tidak dilakukan, surat gugatan akan dikembalikan )

Dalam gugatan harus memuat gambaran yang jelas mengenai duduk Dalam gugatan harus memuat gambaran yang jelas mengenai duduk perkara, dengan kata lain dasar gugatan harus dijelaskan dengan jelas. perkara, dengan kata lain dasar gugatan harus dijelaskan dengan jelas. Bagian ini disebut sebagai fundamentum petendti atau PositaBagian ini disebut sebagai fundamentum petendti atau Posita

Dalam posita ada dua gugatan, yaitu alasan berdasarkan keadaan dan Dalam posita ada dua gugatan, yaitu alasan berdasarkan keadaan dan alasan berdasarkan hukumalasan berdasarkan hukum

Dalam gugatan harus dilengkapi dengan petitum, yaitu hal-hal yang Dalam gugatan harus dilengkapi dengan petitum, yaitu hal-hal yang diinginkan/ diminta oleh penggugat agar diputuskan, ditetapkan dan diinginkan/ diminta oleh penggugat agar diputuskan, ditetapkan dan atau diperintahkan oleh hakimatau diperintahkan oleh hakim

Page 70: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Substansi Surat Gugatan• Identitas Para Pihak• Adanya Posita atau Fundamentum Petendi (Didasarkan pada

alasan hukum seperti piramida terbalik, Rentetan peristiwa hukum yang terjadi dan atau dialami sampai terjadinya suatu fakta hukum, Fakta hukum yang terjadi dan dialami Penggugat, dan Fakta hukum terjadinya benturan kepentingan)

• Adanya Petitum atau Tuntutan , yaitu Permohonan berupa :– Mengabulkan seluruh isi gugatan dan lain

sebagainya.– Putusan dilaksanakan terlebih dahulu

(uitvooerbaar bij vorrad)– Didasarkan pada Posita

Page 71: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Syarat Formal Surat Gugatan yang lazim dalam praktek

• Tempat dan waktu surat gugatan yang dibuat oleh penggugat atau kuasa hukumnya

• Harus menyebut identitas para pihak secara lengkap dan jelas

• Surat Gugatan memakai materai (UU No: 13/1985 (psl.2).PP No: 7/1995 PP No: 24/2000)

• Surat Gugatan harus ditandatangani• Ex Aequa Et Bono

Page 72: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Bentuk dan Format Surat Gugatan

• Bentuk dan format pengetikan surat gugatan tidak ada yang baku, namun selaku kuasa hukum harus dapat menyiapkan surat gugatan dengan memperhatikan bentuk, format, etika dan nilai-nilai keindahan atau kebersihan (tanpa coretan)

• Surat Gugatan yang baik adalah Surat Gugatan yang dapat menimbulkan opini dan perasaan hakim bahwa penggugat adalah orang yang benar-benar mendambakan keadilan atau keinginan menegakkan keadilan

Page 73: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

TEKHNIK MENYUSUN GUGATAN• Hal-hal penting yang harus diingat :

– Tiap orang yang merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang dianggap merugikan lewat pengadilan

– Gugatan dapat diajukan secara lisan (Pasal 118 Ayat 1 HIR, Pasal 142 Ayat 1 Rbg) atau tertulis (Pasal 120 HIR Pasal 144 Ayat 1 Rbg) dan bila perlu dapat minta bantuan kepada Ketua Pengadilan Negeri

– Gugatan itu harus diajukan oleh yang berkepentingan– Tuntutan hak di dalam gugatan merupakan tuntutan hak yang ada

kepentingan hukumnya, yang dapat dikabulkan apabila kebenarannya dapat dibuktikan dalam sidang pemeriksaan

• Identitas Para Pihak

Page 74: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

TEKHNIK MENYUSUN GUGATAN (Sambungan)

• Fundamentum Petendi, terdiri dari dua bagian :– Bagian yang menguraikan tentang kejadian atau peristiwanya (fetelijkegronden)– Bagian yang menguraikan tentang dasar hukumnya (rechtsgronden)

• Uraian tentang kejadian merupakan penjelasan duduknya perkara tentang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis daripada tuntutan.

• Mengenai uraian yuridis tersebut tidak berarti harus menyebutkan peraturan -peraturan hukum yang dijadikan dasar tuntutan, melainkan cukup hak atau peristiwa yang harus dibuktikan di dalam persidangan nanti sebagai dasar dari tuntutan, yang memberi gambaran tentang kejadian materiil yang merupakan dasar tuntutan itu.

• Mengenai seberapa jauh harus dicantumkannya perincian tentang peristiwa yang dijadikan dasar tuntutan ada beberapa pendapat :

– Menurut substantieringstheori, tidak cukup disebutkan hukum yang menjadi dasar tuntutan saja, tetapi harus disebutkan pula kejadian itu kejadian yang nyata yang mendahului peristiwa hukum yang menjadi dasar gugatan itu, dan menjadi sebab timbulnya peristiwa hukum tersebut misalnya : Penggugat yang menuntut hak miliknya selain menyebutkan bahwa sebagai pemilik ia juga harus menyebutkan asal-usul pemilikan tersebut.

– Menurut indvidualiseringstheorie, sudah cukup dengan disebutkannya kejadian-kejadiannya yang dicantumkan dalam gugatan yang sudah dapat menunjukkan adanya hubungan hukum yang menjadi dasar tuntutan. Dasar atau sejarah terjadinya hubungan tersebut tidak perlu dijelaskan, karena hal tersebut tidak perlu dikemukakan dalam sidang yang akan datang pada acara pembuktian

Page 75: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

TEKHNIK MENYUSUN GUGATAN (Sambungan)

• Petitum atau Tuntutan, apa yang diminta atau diharapkan Penggugat agar diputuskan oleh hakim. jadi tuntutan itu akan terjawab didalam amar atau dictum putusan. oleh karenanya petitum harus dirumuskan secara jelas dan tegas (ps 8 Rv).

• Tuntutan yang jelas atau tidak sempurna dapat berakibat tidak diterimanya tuntutan tersebut. demikian pula gugatan yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan satu sama lain atau disebut obscuur libel (gugatan yang tidak jelas dan tidak dapat dijawab dengan mudah oleh pihak Tergugat sehingga menyebabkan ditolaknya gugatan) berakibat tidak diterimanya gugatan tersebut. Sebuah tuntutan dapat dibagi 3 (tiga) ialah :

– Tuntutan primer atau tuntutan pokok yang langsung berhubungan dengan pokok perkara

– Tuntutan tambahan, bukan tuntutan pokok yang langsung berhubungan dengan pokok perkara

– Tuntutan subsideir atau pengganti

Page 76: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

TEKHNIK MENYUSUN GUGATAN (Sambungan)

• Biasanya sebagai tuntutan tambahan berwujud :– Tuntutan agar Tergugat dihukum untuk membayar biaya perkara.– Tuntutan “uitvoebaar bij voorraad” yaitu tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan lebih dulu

meskipun ada perlawanan, banding atau kasasi. di dalam praktik permohonan uitvoebaar bij voorraad sering dikabulkan. namun demikian Mahkamah Agung menginstruksikan agar hakim jangan secara mudah memberi putusan uitvoerbaar bij voorraad (Intruksi MA tanggal 13 Februari 1958).

– Tuntutan agar Tergugat dihukum untuk membayar bunga (moratair) apabila tuntutan yang dimintakan oleh Penggugat berupa sejumlah uang tertentu.

– Tuntutan agar Tergugat dihukum untuk membayar uang paksa (dwangsom), apabila hukuman itu tidak berupa pembayaran sejumlah uang selama ia tidak memenuhi isi putusan.

– Dalam hal gugat cerai sering disebut juga dengan tuntutan nafkah bagi istri (Pasal 59 Ayat 2, 62, 65 HOCI, Pasal 213, 229 BW) atau pembagian harta (Pasal 66 HOCI, Pasal 232 BW).

• Mengenai tuntutan subsideir selalu diajukan sebagai pengganti apabila hakim berpendapat lain. biasanya tuntutan subsidiary itu berbunyi “agar hakim mengadili menurut keadilan yang benar” atau “mohon putusan yang seadil-adilnya” (aequo et bono).

Page 77: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

TEKHNIK MENYUSUN GUGATAN (Sambungan)

• Kesimpulan agar gugatan tidak ditolak atau dinyatakan tidak diterima ialah :– Gugatan supaya diajukan kepada Pengadilan yang berwenang.– Identitas seperti nama, pekerjaan, alamat dan sebagainya dari Penggugat dan

Tergugat harus jelas.– Pihak Penggugat maupun Tergugat harus ada hubungan hukum dengan pokok

permasalahan.– Pihak Penggugat maupun Tergugat mempunyai kemampuan untuk melakukan

perbuatan hukum (handelingsbekwaamheid).– Dalil-dalil atau posita gugatan harus mempunyai dasar peristiwa dan dasar

hukum (fundamentum petendi) yang cukup kuat.– Peristiwa atau permasalahan dalam gugatan belum lampau waktu.– Peristiwa belum pernah diajukan dan diputuskan oleh pengadilan

Page 78: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

NO. _______________ Jakarta, ___________Kepada Yth,Bapak Ketua Pengadilan Negeri Jakarta PusatJl. Gajah Mada No. 17JAKARTA PUSATPerihal : GugatanDengan Hormat,Yang bertandatangan di bawah ini, Dhoni Yusra, S.H., pengacara/ penasihat hukum pada Yusra & Yudi Law Firm “Y&Y”, berkedudukan hukum di

Jl_____________________, Jakarta, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa : HAJI GANI ABDUL SALAM, Usia 45 Tahun, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl. ______________, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal ______________selanjutnya disebut PENGGUGAT.

Dengan ini hendak mengajukan gugatan perdata terhadap SUTIYONO, Usia 42 Tahun, Pekerjaan Wiraswasta, ALamat _______________, selajutnya disebut sebagai TERGUGAT.

Adapun duduk perkaranya adalah sebagai berikut :(Posita/ Fundamentum Petendi)1. Bahwa _____2. Bahwa _____3. Bahwa _____4.5. Bahwa akibat perbuatan melawan hukum a). Kerugian Material b). Kerugian Moril / material, berupa :6. Dwaangsom7. Sita jaminan terhadap A. B. C.8. Permohonan serta mertaMaka Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Penggugat mohon sudilah kiranya Pengadilan berkenan memutuskan sebagai berikut : (PETITUM)Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya ;Menyatakan sah berharga sita jaminan tersebut ;Menyatakan demi hukum para tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan penggugat ;---Dan seterusnyaEx Aequo Et BonoMohon putusan seadil-adilnya

Hormat Kami,Kuasa PenggugatDhoni Yusra, SHYudi Syaifullah, SH

Page 79: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pihak-Pihak yang berperkara, perwakilan orang, badan Pihak-Pihak yang berperkara, perwakilan orang, badan hukum, dan negarahukum, dan negara

Setiap orang boleh berpekara di depan pengadilan, Setiap orang boleh berpekara di depan pengadilan, namun ada pengecualiannya yaitu orang sakit namun ada pengecualiannya yaitu orang sakit ingatan, belum dewasa.ingatan, belum dewasa.

Bila badan hukum, maka orang yang mewakili adalah Bila badan hukum, maka orang yang mewakili adalah wenang mewakili badan hukum, itu dapat dilihat di wenang mewakili badan hukum, itu dapat dilihat di ADRTADRT

Surat kuasa yang dipakai adalah surat kuasa khususSurat kuasa yang dipakai adalah surat kuasa khusus

Page 80: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

JAWABAN TERGUGAT• Eksepsi, Bentuk jawaban dalam eksepsi ialah suatu tangkisan bahwa

syarat-syarat prosessuil gugatan tidak benar atau eksepsi berdasarkan ketentuan materiil (eksepsi dilatoir dan eksepsi paremptoir), sehingga gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard). Dasar-dasar daripada eksepsi antara lain sebagai berikut :– Gugatan diajukan kepada pengadilan yang tidak berwenang– Gugatan salah alamat (tergugat tak ada hubungan hukum)– Penggugat tak berkualitas (penggugat tidak mempunyai hubungan hukum)– Tergugat tidak lengkap– Penggugat telah memberi penundaan pembayaran (eksepsi)

Page 81: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

JAWABAN TERGUGAT (sambungan)

• Dalam Pokok Perkara Jawaban dalam pokok perkara ini merupakan bantahan terhadap dalil-dalil atau fundamentum petendi yang diajukan penggugat.

• Misalnya : A (Penggugat) menuntut B (Tergugat) agar meninggalkan tanah yang dikerjakan B dengan dalih :

– Tanah tersebut adalah milik A sebagai ahli waris bapaknya C pemilik tanah asal yang sudah meninggal dunia.

– Adanya petok D dan letter C yang masih atas nama C.– A tidak pernah melihat atau mengetahui adanya transaksi antara B dan C atas tanah

tersebut.• Dalam contoh tersebut, B dapat membantah dalih A dengan alasan :

– A diragukan sebagai ahli waris karena tidak fatwa waris.– Petok D dan letter C bukan bukti kepemilikan.– B mempunyai akte jual beli.

• Berdasarkan bantahan atau tangkisan tersebut B dapat meminta kepada hakim agar gugatan ditolak

Page 82: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

JAWABAN TERGUGAT (sambungan)

• Permohonan atau Petitum:– Sifat permohonan sudah barang tentu harus menguntungkan tergugat

sendiri, misalnya :• Primair :

– Agar gugatan ditolak secara keseluruhan– Agar hakim menerima sluruh jawaban tergugat

• Subsidair :– Apabila hakim berpendapat lain, maka tergugat mohon agar hakim

memberikan putusan seadil-adilnya– Jawaban tergugat pada prinsipnya menolak gugatan penggugat

dengan jalan menangkis dan membantah apa yang didalihkan oleh penggugat. Untuk itu tergugat harus jeli, menguasai permasalahan serta hukum-hukum yang terkait. semua jawaban juga cukup beralasan artinya berdasarkan peristiwa yang didukung oleh hukum.

Page 83: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pemeriksaan dalam persidangan

• Wajibnya hakim untuk mengupayakan perdamaian dalam persidangan sesuai dengan Pasal 130 Ayat 1 HIR

• Perdamaian dalam persidangan, memiliki kekuatan hukum yang pasti

Page 84: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

• Jawaban diajukan setelah upaya perdamaian, tidak berhasil.

• Jawaban pada dasarnya dapat dilakukan secara lisan.

• Jawaban tergugat akan ditanggapi oleh penggugat dalam replik

• Tanggapan atas replik dijawab tergugat dalam duplik

• Setelah itu apabila dikehendaki, maka para pihak dapat membuat kesimpulan sebelum memohon putusan dengan penawaran bukti

Page 85: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

• Jawab tergugat dapat dikategorikan 2 macam :– Jawaban tidak langsung mengenai pokok perkara atau

disebut sebagi tangkisan/ eksepsi– Jawaban mengenai pokok perkara

• Eksepsi yang dikenal HIR adalah berkenaan dengan tidak berkuasanya hakim dalam mengadili apakah itu kekuasan absolut atau relatif

• Eksepsi ini berkenaan dengan hukum acara/ prosesuil

Page 86: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

• Eksepsi berdasarkan hukum materil ada 2 macam:– Eksepsi dilatoir, eksepsi yang menyatakan gugatan penggugat belum

dapat dikabulkan, misalnya karena penundaan pembayaran– Eksepsi peremptoir, eksepsi yang menghalangi dikabulkannya

gugatan, misalnya gugatan yang diajukan daluarsa• Pengajuan eksepsi, umumnya dilakukan pada awal

persidangan, yaitu sebelum tergugat mengajukan jawaban• Terlambat memberikan eksepsi, mengakibatkan sia-sia

Page 87: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

• Jawaban tergugat hendaknya singkat, padat, dan pada pokok persoalan dengan mengemukakan alasan-alasan yang berdasar

• Gugat balik/ gugat dalam rekonpensi adalah hak dari tergugat

• Gugat balasan diajukan bersama-sama dengan jawaban atas gugatan

Page 88: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

• Gugat balasan dapat diajukan dalam setiap perkara kecuali seperti yang diatur dalam pasal 132 a HIR, yaitu :– Jika penggugat dalam gugat asal mengenai sifat, sedangkan gugat

balasan mengenai dirinya sendiri dan sebaliknya– Jika PN kepada siapa gugat asal itu dimasukkan, tidak berhak, oleh

karenanya berhubung dengan pokok perselisihan, memeriksa gugat balasan

– Dalam perkara perselisihan tentang menjalankan putusan– Jika dalam pemeriksaan tingkat pertama tidak dimasukkan gugat

balasan, maka dalam tingkat banding tidak ole memajukan gugat balasan

Page 89: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

• Manfaat gugat balasan :– Menghemat ongkos perkara– Mempermudah pemeriksaan– Mempercepat penyelesaian sengketa– Menghindarkan putusan yang saling bertentangan

• Diperkenankan untuk menambah atau mengurangi gugatan selama tidak merugikan

• Perubahan tuntutan tidak bertentangan dengan azas-azas hukum perdata, selama tidak merubah/ menyimpang dari kejadian materil

• Perubahan dan penambahan gugatan diperkenankan kepada pihak tergugat

Page 90: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

• Perubahan gugatan dilarang apabila berdasar atas keadaan hukum yang sama dimohon suatu pelaksanaan hak yang baru sehingga dengan demikian memohon putusan hakim tentang suatu hubungan hukum antara kedua-belah pihak yang lain dari yang semula, contoh :– Mohon ganti rugi atas dasar ingkar janji, kemudian dirubah menjadi

tergugat harus memenuhi janji– Semula dasar gugatan perceraian adalah perzinahan, kemudian

dirubah menjadi keretakan rumah tangga yang tidak dapat diperbaiki

Page 91: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pemeriksaan dalam persidanganJawaban, gugat-ginugat, dan eksepsi

• Penambahan gugatan diperboleh selama tidak merugikan pihak tergugat, seperti semula tidak semua ahli waris diikutsertakan, kemudian ditambah menjadi turut tergugat atau permohonan sita jaminan tetapi lupa memohon menyatakan sah dan berharganya sita jaminan tersebut.

• Perubahan atau penambahan gugatan yang diajukan setelah jawaban, harus mendapat persetujuan dari pihak tergugat

• Pengurangan gugatan selalu akan diterima dan senantiasa diperkenankan

Page 92: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pembuktian• Adalah tugas hakim untuk menyelidiki adanya suatu hubungan hukum

yang menjadi dasar gugatan, sehingga hubungan hukum itu harus dapat dibuktikan jika salah satu pihak (khususnya penggugat) menginginkan kemenangan.

• Tidak semua dalil dapat dibuktikan atau perlu dibuktikan, misalnya hal-hal yang diakui / tidak disangkal oleh Tergugat, tidak perlu lagi dibuktikan, atau hal-hal yang sudah diketahui umum (facta notoir)

• Hukum Pembuktian adalah suatu rangkaian peraturan tata tertib yang harus diindahkan dalam melangsungkan pencarian kebenaran dan keadilan di hadapan hakim.

Page 93: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pembuktian• Kebenaran atas suatu fakta adalah hal yang harus dibuktikan

oleh hakim.• Kebenaran yang dicari adalah kebenaran formil• Menurut ajaran individualiserings-theorie, bahwa penggugat

dapat diterima gugatannya bila ia mampu mendalilkan hal-hal yang pokok, dan pihak tergugat dapat mengerti apa yang dimaksudkan dalam tuntutan penggugat.

• Sedangkan menurut ajaran subtansierings-theorie meminta penjelasan riwayat secara rinci tentang apa yang menjadi dasar gugatan dan apa yang dijadikan tuntutan berdasarkan fakta yang dikemukakan.

Page 94: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pembuktian• Para pihak yang berperkara diwajibkan untuk membuktikan

tentang duduk perkara• Oleh karenanya mereka harus mengajukan alat-alat bukti dan

sekaligus membuktikan kebenaran alat bukti yang kemudian oleh Hakim dicari kebenarannya dan dikonstantir peristiwa tersebut.

• Upaya hakim untuk memeriksa kebenaran dari bukti-bukti tersebut, hakim berkonsultasi kepada ahli-ahli hukum tertentu untuk menambah wacana keilmuan dan pemahaman tentang hukum.

Page 95: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pembuktian• Hakim terikat oleh alat bukti dalam suatu proses pembuktian,

namun demikian hakim juga diberi kebebasan untuk menilai alat bukti dan pembuktian tersebut (Pasal 172 HIR, 309 RBg, dan 1908 KUHPerd)

• Hakim melakukan penilaian terhadap bukti, dan dapat dikatakan pembuktian merupakanpenilaian terhadap kenyataan yang ada (judex factie)

• Suatu Bukti dikatakan sempurna jika bukti yang diajukan tersebut dinilai hakim telah memadai untuk memberikan kepastian tentang peristiwa yang disengketakan

Page 96: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pembuktian• 3 Teori yang lazim digunakan untuk menentukan keterikatan

hakim dan para pihak, yaitu :– Teori pembuktian bebas, yaitu memberikan kebebasan pada hakim,

tanpa ada ketentuan-ketentuan tertentu yang mengikat hakim, dan itu tergantung terhadap banyakanya alat bukti yang diserahkan oleh hakim dalam persidangan

– Teori Pembuktian Negatif, ini memberikan pembatasan pada larangan hakim untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pembuktian

– Teori Pembuktian Positif, disini ditekankan perlunya perintah terhadap hakim disamping ada larangan

• Namun dalam Praktek teori pembuktian yang dipakai adalah Teori Pembuktian bebas

Page 97: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Beban Pembuktian• Pasal 553 BW :orang yang menguasai barang tidak

perlu membuktikan itikad baiknya. Siapa yang mengemukakan itikad buruk harus membuktikannya

• Pasal 535 BW : bila seseorang telah mulai menguasai sesuatu untuk orang lain, maka selalu dianggap meneruskan penguasaan tersebut, kecuali apabila terbukti sebaliknya

• Pasal 1244 BW : Kreditur dibebaskan dari pembuktian kesalahan debitur dalam hal adanya wanprestasi

Page 98: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Beban Pembuktian• Ada 5 teori pembebanan pembuktian yang dapat dijadikan pedoman bagi

hakim (Menurut Prof. Sudikno Mertokusumo):– Teori Pembuktian yang hanya bersifat menguatkan, siapa yang

mengemukakan harus membuktikan– Teori Hukum subyektif, barang siapa yang mengaku atau mengemukakan

suatu hak, maka ia harus membuktikan– Teori hukum obyektif, penggugat yang mengajukan sutau gugatan berarti ia

telah meminta hakim untuk menerapkan ketentuan hukum obyektif terhadap suatu peristiwa yang diajukan tersebut.

– Teori Hukum Publik, upaya mencari keadilan dan kebenaran suautu peristiwa di pengadilan merupakan kepentingan publik.

– Teori hukum acara, hakim harus membagikan beban pembuktian berdasakan kesamaan kedudukan para pihak (asas audi et alteram partem)

Page 99: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti

• Ada lima alat bukti yang dapat diajukan dalam sidang perdata (Pasal 164 HIR, 284 RBg, dan 1866 BW) :– Bukti Surat– Bukti Saksi– Persangkaan– Pengakuan, dan– Sumpah

Page 100: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• Alat bukti tertulis selanjutnya disebut juga dengan surat yang

memuat tanda-tanda bacan yang dimaksudkan untuk mencurahkan pikiran dan isi hati seseorang yang ditujukan untuk dirinya dan atau orang lain yang dapat digunakan untuk alat pembuktian, macamnya :– Surat yang bukan akta (Kekuatannya diserahkan pada penilaian

hakim)– Surat yang berupa akta, yaitu surat yang diberi tanda tangan yang

memuat suatu informasi tentang adanya suatu peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, terbagi macamnya:

• Akta Otentik• Akta dibawah tangan

Page 101: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang

untuk itu oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Kekuatan akta otentik :– Kekuatan pembuktian lahir akta otentik, artinya terlihat secara lahiriah telah

memenuhi syarat yang telah ditentukan (Pasal 138 HIR, Pasal 164 RBg, Pasal 148 RV)

– Kekuatan pembuktian formil akta otentik, suatu otentik membuktikan kebenaran dan kepastian terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dilakukan oleh pejabat yang berwenang dalam pembuktian akta. Disini yang dipatikan adalah tanggal, tempat, dan keaslian tanda tangan dari akat itu sendiri.

– Kekuatam pembuktian materil akta otentik, umumnya akta pejabat tidak memiliki kekuatan pembuktian materil kecuali akta yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan SIpil. Yang dimaksud adalah petikan atau salinan dari daftar aslinya, sepanjang isinya sesuai dengan daftar aslinya sampai dapat dibuktikan sebaliknya.

Page 102: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• Akta dibawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian para pihak tanpa

bantuan dari pejabat berwenang dan hanya untuk kepentingan para pihak yang membuatnya.

• Pengaturan Akta dibawah tangan diatur dalam S. 1874 No. 29 untuk Jawa-Madura, sedangkan diluar Jawa-Madura diatur dalam Pasal 286 -305 RBg.

• Akta dibawah tangan meliputi surat-surat daftar (register), catatan mengenai rumah tangga, atau surat-surat lainnya yang dibuat tanpa bantuan seorang pejabat yang berwenang.

• Ada istilah bon pour cent florings, yaitu akta di bawah tangan yang memuat utang sepihak, membayar sejumlah uang tunai atau menyerahkan suatu benda, harus ditulis seluruhnya dengan tangan sendiri oleh orang yang menandatangani atau setidak-tidaknya harus ditulis dibawah dengan tanda tangan sendiri

• Pasal 1902 BW mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi bilamana terdapat permulaan bukti tertulis adalah sebagai berikut :

– Harus ada akta– Akta tersebut dibuat oleh orang terhadap siapa dilakukan tuntutan atau dari orang yang diwakilinya– Akta tersebut harus memungkinkan kebenaran peristiwa yang bersangkutan

Page 103: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• Alat Bukti Saksi atau selanjutnya disebut dengan kesaksian diatur dalam Pasal 139-

152, 168-172 HIR, Pasal 165-179 RBg, dan Pasal 1902-1912 BW.• Kesaksian adalah wujud kepastian yang diberikan kepada hakim di muka sidang

tentang peristiwa yang disengketakan dengan cara memberitahu secar lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam sengketa, yang dipanggil secara patut oleh pengadilan

• Alat bukti saksi memiliki arti penting dalam perjanjian-perjanjian hukum adat yang umumnya tidak menggunakan alat bukti tertulis.

• Keterangan yang diberikan oleh saksi haruslah tentang peristiwa atau kejadian yang dilihat, didengar atau dialami sendiri. Kekecualian adalah testimonium de auditu, yaitu kesaksian/ keterangan yang diperoleh dari orang lain, ia tidak mendengarkan atau mengalami, namun demikian dapat diterima setidak-tidaknya sebagai petunjuk dan bahakan sebagai sumber persangkaan

• Prinsip yang berlaku adalah unus testis nullus testis

Page 104: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti

• Seorang saksi dilarang untuk mengambil suatu kesimpulan karena itu adalah tugas hakim.

• Saksi dalam memberikan keterangannya, harus disumpah menurut agama atau berjanji bahwa ia akan menerangkan yang sebenarnya.

• Penilaian terhadap saksi yang memberikan kesaksian sepenuhnya merupakan hak hakim untuk menilai.

Page 105: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• serta ipar, hal ini diatur dalam Pasal 146 HIR, 174 RBg, 1909 BW Orang

yang tidak menjadi saksi/ tidak boleh menjadi saksi dibagi menjadi 2 macam :– Golongan yang tidak mampu menjadi saksi

• Tidak mampu secara mutlak, seperti keluarga sedarah, semenda (Pasal 145 HIR, 172 RBg, 1910 BW), termasuk suami istri meskipun sudah bercerai

• Tidak mampu secara relatif, golongan ini boleh didengar keterangannya, tetapi tidak dianggap sebagai saksi, seprti anak-anak, orang yang sakit ingatan, dan orang yang berada dibawah pengampuan

– Golongan yang dibebaskan dari kewajiban sebagai saksi, ini adalah kelompok yang atas permintaannya sendiri dibebaskan kewajiban untuk menjadi saksi seperti saudara laki-laki dan perempuan

Page 106: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti

• Kewajiban Saksi :– Saksi wajib datang menghadap ke muka sidang– Wajib untuk bersumpah– Wajib memberi keterangan

Page 107: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• Persangkaan, diatur sebagai alat bukti berdasarkan Pasal 173

HIR, 310 RBg, dan Pasal 1915-1922 BW• Persangkaan adalah kesimpulan yang diambil dari suatu

peristiwa yang telah terbukti ke arah suatu peristiwa yang belum terbukti

• Yang memiliki hak mengambil kesimpulan adalah hakim atau undang-undang sehingga dikenal persangkaan hakim dan persangkaan undang-undang

• Pada hakikatnya persangkaan adalah alat bukti tidak langsung

Page 108: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• Pengakuan sebagai alat bukti diatur dalam Pasal 174-176 HIR, Pasal 311-313 RBg,

dan Pasal 1923-1928 BW.• Pengakuan adalah keterangan keterangan sepihak, baik tertulis maupun lisan yang

secara tegas dan nyata diterangkan oleh salah satu pihak atau lebih dalam penyelesaian perkara di persidangan yang berisi pembenaran sebagian atau seluruhnya terhadap suatu peristiwa, hak atau hubungan hukum yang diajukan oleh pihak lawan yang mengakibatkan tidak perlu lagi dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

• Pengakuan yang dilakukan secar diam-diam tidak memberikan kepastian kepada hakim tentang kebenaran suatu peristiwa

• Pengakuan juga merupakan keterangan yang membenarkan suatu peristiwa, hak atau hubungan hukum yang diajukan oleh pihak lawan

• Pengakuan merupakan bukti yang sempurna terhadap yang melakukannya baik secara pribadi maupun diwakilkan secara khusus, juga sebagai alat bukti yang bersifat menentukan yang tidak memungkinkan adanya pembuktian di pihak lawan.

Page 109: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• Persangkaan dibedakan sebagai berikut :

– Persangkaan atas dasar kenyataan, yaitu upaya membuktikan apakah suatu peristiwa y memiliki hubungan yang cukup erat dengan peristiwa x yang sedang diajukan

– Persangkaan atas dasr hukum, disini undang-undang menetapkan hubungan antara peristiwa yang diajukan dengan peristiwa yang tidak diajukan. Ini dibedakan dalam 2 jenis :

• Praesumptiones juris tantum, yaitu persangkaan berdasarkan hukum yang memungkinkan adanya pembuktian lawan

• Praesumptiones juris et de jure, persangkaan berdasarkan hukum yang tidak memungkinkan pembuktian lawan.

Page 110: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti

• Bentuk pengakuan menurut Pasal 1923 BW :– Pengakuan yang diberikan di depan hakim, ini tidak dapat

ditarik kembali– Pengakuan yang diberikan di luar pengadilan

• Bentuk pengakuan menurut teori (Sudikno Mertokusumo) :– Pengakuan murni– Pengakuan dengan kualifikasi– Pengakuan dengan klausula

Page 111: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• Sumpah adalah pernyataan yang dibuat seseorang secara

khidmat dan bersahaja yang diucapkan pada saat memberikan janji atau keterangan dengan mengkaitkan dengan sifat Tuhan Yang aha Kuasa dengan menyakini akan ada kutukan-NYA bila ternyata memberikan keterangan yang tidak benar

• Pengaturan tentang sumpah diatur dalam Pasal 155-158, 177 HIR, 182-185, 314 RBg, dan Pasal 1929-1945 BW

• Macam sumpahan yang dikenal dunia peradilan :– Sumpah pelengkap (suppletoir)– Sumpah pemutus (decisoir)– Sumpah penaksir (aestimatoir)

Page 112: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• Sumpah pelengkap adalah sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena

jabatannya kepada salah satu pihak dalam rangka melengkapi pembuktian peristiwa yag menjadi sengketa untuk dijadikan dasar putusan.

• Sumpah ini dapat dilakukan bila bukti yang ada tidak memadai, hal ini terjadi karena dalam praktek, hanya ada 1 orang saksi saja.

• Sumpah penaksir adalah sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada pihak penggugat untuk menentuka bentuk dan jumlah ganti rugi

• Sumpah Pemutus adalah sumpah yangn dibebankan atas permintaan salah satu pihak kepada lawannya.

• Pihak yang meminta lawannya untuk mengucapkan sumpah disebut deferent, sedangkan pihak yang bersumpah disebut delaat

Page 113: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti

• Sumpah decisoir dapat menimbulkan akibat yaitu kebenaran peristiwa yang diminta untuk bersumpah menjadi pasti dan pihak lawan tidak diperkenankan membuktikan bahwa sumpah tersebut adalah palsu

• Dalam praktek sumpah decisoir dikenal sebagai sumpah pocong di mesjid, sumpah mimbar, bagi umat nasrani, dan sumpah klenteng bagi ummat budha

Page 114: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Alat Bukti• Keterangan ahli adalah keterangan pihak ketiga yang bersifat

obyektif dan bertujuan untuk membantu hakim dalam pemeriksaan dalam rangka menambah pengetahuan hakim sendiri, hal ini diatur dalam Pasal 154 HIR, Pasal 181 RBg, dan 215 RV

• Pemeriksaan Setempat (Descente), yaitu suatu pemeriksaan mengenai perkara oleh hakim karena jabatannya yang dilakukan di luar gedung atau tempat kedudukan pengadilan

• Tujuan dari pemeriksaan setempat agar hakim dapat melihat dan mengamati sendiri secara nyata sehingga mendapatkan kepastian tentang duduk persoalan persitiwa yang menjadi sengketa

Page 115: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Sita (Beslag)• Pada hakikat tujuan seseorang beracara perdata di pengadilan adalah

untuk mendapatkan penjaminan hak atau adanya jaminan bahwa putusan dapat dilaksanakan.

• Agar terjamin hak penggugat, sekiranya dikabulkan hakim, undang-undang menyediakan upaya penjaminan hak tersebut yaitu melalui penyitaan (beslag)

• Penyitaan diartikan sebagai tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan hakim dalam perkara perdata

• Barang-barang yang disita untuk kepentingan penggugat itu disimpan dan dibekukan untuk jaminan agar barang tersebut tidak dapat dialihkan atau dijual oleh pihak tergugat (Pasal 197 Ayat 9, Pasal 199 HIR, Pasal 212, 214 RBg)

• Penyitaan demikian selanjutnya disebut sebagai sita jaminan atau conservatoir beslag

Page 116: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Sita (Beslag)• Akibat adanya sita jaminan ini, tergugat kehilangan hak dan

wewenangnya untuk menguasai benda.• Bila tergugat secara sadar melakukan tindakan pengalihan atas benda

yang telah disita, maka tindakan tersebut adalah tindakan tidak sah, dan melawan hukum dan dapat dipidana (Pasal 231, 232 KUHP)

• Yang berwenang untuk melaksanakan penyitaan adalah panitera pengadilan.

• Dalam praktek permohonan ini diajukan kepada Ketua PN, dan umumnya diajukan dalam petitum, meskipun dapat diakukan kemudian

• Bila permohonan diterima dan dikabulkan, maka hakim menyatakan sah sah dan berharga (van waarde verklard)

Page 117: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Sita (Beslag)• Sita jamian dapat diberi makna sebagai upaya untuk menjamin pelaksanaan suatu

putusan hakim di kemudian hari atas barang-barang milik tergugat baik benda bergerak maupun benda tetap selama proses perkara berlangsung terlebih dahulu disita. Dengan demikian barang yang sudah disita tidak dapat dialihkan.

• Tidak hanya barang milik tergugat saja, namun barang bergerak milik penggugat yang ada dalam kekuasaan tergugat dapat pula diletakan sita jaminan, yang disebut juga sebagai sita revindikatoir (revindicatoir beslag)

• Sita revindikatoir adalah sita yang dimohonkan, baik secara lisan atau tertulis oleh pemilik suatu benda bergerak yang sedang dikukasai tergugat atau pihak lain, melalui pengadilan negeri di tempat orang yang menguasai benda itu tinggal

• Lebaga sita jaminan ini sangat bermanfaat mengingat pada masa kini lembaga pelaksanaan putusan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij vorrad) sudah kurang difungsikan.

Page 118: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Sita (Beslag)• Barang yang dapat disita secara revindikatoir adalah barang bergerak milik

pemohon• Sita Marital adalah sita yang ditujukan untuk menjamin agar barang yang disita

tidak dialihkan atau diasingkan oleh pihak lawan, dan bukan ditujukan untuk menjamin tagihan utang atau penyerahan barang.

• Pemohon sita dapat dilakukan oleh suami atau istri untuk melindungi kepentingan hak yang dimilikinya dari kemungkinan gangguan pihak lain.

• SIta Marital ini dapat dimohonkan kepada Pengadilan Negeri oleh seorang istri yang tunduk kepada BW, selama sengketa perceraiannya diperiksa di pengadilan.

• Kesimpulannya adalah yang dapat mengajukan sita marital adalah pihak istri, karena menurut KUHPerd seorang istri dianggap tidak cakap melakukan perbuatan hukum.

• Untuk melindungi si istri terhadap kekuasaan maritaal suaminya, maka sita maritaal ini disediakan bagi isteri.

Page 119: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Sita (Beslag)

• Sita gadai atau pandbeslag, adalah sita jaminan yang dimohonkan oleh orang yang menyewakan rumah atau tanah, agar supaya diletakkan suatu sitaan terhadap perabot rumah tangga pihak penyewa/ tergugat guna menjamin pembayaran uang sewa yang harus dibayar

Page 120: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

JALANNYA PERSIDANGAN• Susunan Persidangan, Hakim tunggal atau Hakim Majelis terdiri dari satu ketua dan dua hakim anggota,

yang dilengkapi oleh Panitera sebagai pencatat jalannya persidangan.Pihak Penggugat dan Tergugat duduk berhadapan dengan hakim dan posisi Tergugat disebelah kanan dan Penggugat disebelah kiri Hakim. Apabila persidangan berjalan lancar maka jumlah persidangan lebih kurang 8 kali yang terdiri dari sidang pertama sampai dengan putusan hakim

• Sidang Pertama, Setelah hakim ketua membuka sidang dengan menyatakan “sidang dibuka untuk umum” dengan mengetuk palu. hakim memulai dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan kepada Penggugat dan Tergugat :

– Identitas Penggugat– Identitas Tergugat– Apa sudah mengerti maksud didatangkannya para pihak, di muka sidang pengadilan. – Hakim menghimbau agar dilakukan perdamaian. dalam hal ini meskipun para pihak menjawab

bahwa tidak mungkin damai Karen usaha penyelesaian perdamaian sudah dilakukan berkali – kali, hakim meminta agar dicoba lagi. Jadi pada sidang pertama ini sifatnya merupakan checking identitas para pihak dan apakah para pihak sudah mengerti mengapa mereka dipanggil untuk menghadiri

– sidang. sebagai bukti identitasnya, para pihak menunjukkan KTP masing – masing. apabila tidak ditemukan kekurangan atau cacat maka sidang dilanjutkan. setelah para pihak dianggap sudah mengerti maka hakim menghimbau agar kedua belah pihak mengadakan perdamaian, kemudian sidang ditangguhkan

Page 121: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)

• Sidang Kedua (Jawaban Tergugat), Apabila para pihak dapat berdamai maka ada dua kemungkinan:

– Gugatan dicabut– Mereka mengadakan perdamaian di luar atau di muka sidang– Apabila perdamaian dilakukan di luar sidang, maka hakim tidak ikut campur. belah

pihak berdamai sendiri. ciri daripada perdamaian diluar pengadilan ialah:• Dilakukan para pihaknya sendiri tanpa ikut campurnya hakim.• Apabila salah satu pihak ingkar janji permasalahannya dapat diajukan lagi kepada Pengadilan

Negeri– Apabila perdamaian dilakukan di muka hakim, maka ciri-cirinya adalah :

• Kekuatan perdamaian sama dengan putusan pengadilan.• Apabila salah satu pihak melakukan ingkar janji, perkara tak dapat diajukan kembali. (bentuk

perdamaian dimuka pengadilan dapat dilihat dalam lampiran)– Apabila tidak tercapai suatu perdamaian, maka sidang dilanjutkan dengan penyerahan

jawaban dari pihak tergugat. jawaban ini dibuat rangkap tiga, lembar pertama untuk penggugat , lembar kedua untuk hakim dan lembar ketiga untuk arsip tergugat sendiri

Page 122: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)

• Sidang Ketiga (Replik), Pada sidang ini penggugat atau kuasa hukumnya menyerahkan replik, satu untuk hakim, satu untuk tergugat dan satunya untuk penggugat sendiri. replik sendiri merupakan tanggapan penggugat terhadap jawaban tergugat

• Sidang Keempat (Duplik), Dalam sidang,tergugat menyerahkan duplik yaitu tanggapan tergugat terhadap replik penggugat

Page 123: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)

• Sidang Kelima (Pembuktian dari Penggugat) :– Sidang kelima dapat disebut sidang pembuktian oleh penggugat. di sini penggugat

mengajukan bukti-bukti yang memperkuat dalil-dalil penggugat sendiri dan yang melemahkan dalil-dalil tergugat. Alat pembuktian melalui surat (fotocopy)harus di nazagelen terlebih dahulu dan pada waktu sidang dicocokkan dengan aslinya oleh hakim maupun pihak tergugat. hakim mempuyai kewenagan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dilanjutkan oleh tergugat sedangkan pihak penggugat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. teradap saksi-saksi hakim mempersilahkan penggugat mengajukan pertanyaan terlebih dahulu, kemudian hakim sendiri juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka memperoleh keyakinan. perdebatan-perdebatan di bawah pimpinan hakim.

– Apabila pembuktian ini belum selesai maka akan dilanjutkan pada sidang berikutnya. sidang pembuktian ini dapat dapat cukup sehari, tetapi biasanya bisa dua tiga kali atau lebih tergantung kepada kelancaran pembuktian. perlu dicatat disini ba sebelum ditanyakan serta memberikan keterangan saksi harus disumpah lebih dahulu dan tidak boleh masuk dalam ruang sidang belum dipanggil

Page 124: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)

• Sidang Keenam (Pembuktian dari Tergugat) :– Kalau sidang kelima merupakan sidang pembuktian penggugat, maka

sidang keenam ini adalah sidang pembuktian dari pihak tergugat. Adapun jalannya sidang sama dengan sidang kelima dengan catatan bahwa yang mengajukan bukti-bukti dan saksi-saksi adalah tergugat, sedang Tanya jawabnya kebalikan daripada sidang kelima

• Sidang Ketujuh, adalah sidang penyerahan kesimpulan. disini kedua belah pihak membuat kesimpulan dari hasil-hasil sidang tersebut. isi pokok kesimpulan sudah barang tentu yang menguntungkan para pihak sendiri

Page 125: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)

• Sidang Kedelapan :– Sidang ini dinamakan sidang putusan hakim. dalam sidang

kedelapan ini hakim membaca putusan yang seharusnya dihadiri olehpara pihak. setelah selesai membaca putusan maka hakim menetukkan hakim palu tiga kali dan para pihak diberi kesempatan untuk mengajukan banding apabila tidak puas dengan putusan hakim. pertanyaan banding ini harus dilakukan dalam jangka waktu 14 hari terhitung ketika putusan dijatuhkan

Page 126: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PUTUSAN HAKIM• Setelah melakukan segala pemeriksaan terhadap berkas-berkas dari

penggugat dan tergugat serta alat pembuktian yang dihadirkan dalam persidangan acara perdata, maka hakim akan mengambil suatu putusan terhadap perkara yang ia periksa. putusan itu di harapkan menghasilkan suatu keadilan bagi para pihak atas kepentingannya yang diminta untuk diperiksa dan diputus oleh hakim tersebut. Jadi bagi hakim dalam mengadili suatu perkara yang dipentingkan adalah fakta atau peristiwanya dan bukan hukumnya. peraturan hukumnya dalai suatu alat sedangkan yang bersifat menentukan adalah peristiwanya

• Dalam putusan hakim yang perlu diperhatikan dalam pertimbangan hukumnya, sehingga siapapun dapat menilai apakah putusan yang dijatuhkan cukup mempunyai alasan yang obyektif atau tidak. Disamping itu pertimbangan hakim adalah penting dalam pembuatan memori banding dan memori kasasi

Page 127: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PUTUSAN HAKIM (sambungan)

• Susunan dan isi putusan hakim adalah berdasarkan Pasal 183,184,187 HIR, Pasal 194,195,198 Rbg, Pasal 4 Ayat 1, 23 UU No. 14 Tahun 1970 Jo UU No. 35 Tahun 1999 Jo UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 27 R.O dan 61 Rv, yang terdiri dari :

Page 128: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

ISI PUTUSAN HAKIM (sambungan)

• Kepala Putusan, Nomor register perkara, nama pengadilan yang memutus perkara

• Identitas Para Pihak• Tentang duduk perkara• Pertimbangan hukum atau Considerans• Amar atau Dictum• Penandatanganan

Page 129: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Perihal acara IstimewaPerihal acara IstimewaPengertian gugur dan PerstekPengertian gugur dan Perstek

Gugur terjadi apabila semua penggugat, meskipun Gugur terjadi apabila semua penggugat, meskipun sudah dipanggil secara patut, tidak hadir ke sudah dipanggil secara patut, tidak hadir ke pengadilan negeri pada hari yang ditentukan, namun pengadilan negeri pada hari yang ditentukan, namun demikian si penggugat dapat mengajukan gugatdemikian si penggugat dapat mengajukan gugat

Perstek adalah kebalikannya, yaitu bila semua Perstek adalah kebalikannya, yaitu bila semua tergugat meskipun sudah dipanggil secara patut tidak tergugat meskipun sudah dipanggil secara patut tidak hadir, dengan demikian gugat diputus secara perstek, hadir, dengan demikian gugat diputus secara perstek, yaitu tanpa hadirnya tergugatyaitu tanpa hadirnya tergugat

Page 130: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Perihal acara IstimewaPerihal acara IstimewaPenggugat Tidak hadirPenggugat Tidak hadir

Bila penggugat sebelum dipanggil telah wafat, maka terserah Bila penggugat sebelum dipanggil telah wafat, maka terserah ahli waris untuk meneruskan gugatan atau tidakahli waris untuk meneruskan gugatan atau tidak

Bila penggugat sudah dipanggil secara patut, tetapi tidak Bila penggugat sudah dipanggil secara patut, tetapi tidak datang dalam persidangan, maka gugatannya digugurkan, dan datang dalam persidangan, maka gugatannya digugurkan, dan dihukum untuk membayar biaya perkara, namun demikian ybs dihukum untuk membayar biaya perkara, namun demikian ybs dapat mengajukan gugatan sekali lagi, dengan membayar dapat mengajukan gugatan sekali lagi, dengan membayar persekotpersekot

Apabila perkara yang digugurkan pokok persoalannya sama Apabila perkara yang digugurkan pokok persoalannya sama sekali belum diperiksa, karena tidak diperkenankan atau salah, sekali belum diperiksa, karena tidak diperkenankan atau salah, maka perkara tersebut tidak hanya digugurkan tetapi juga maka perkara tersebut tidak hanya digugurkan tetapi juga ditolakditolak

Page 131: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Perihal acara IstimewaPerihal acara IstimewaTergugat Tidak hadirTergugat Tidak hadir

• Pengaturan tentang Perstek diatur dalam pasal 125 HIR• Bila tergugat tidak hadir meski telah dipanggil secara patut, dan tidak

mengirimkan wakilnya/ kuasanya.• Hakim akan memutus perkara secara perstek, artinya tanpa hadirnya

tergugat.• Upaya hukum yang dapat dilakukan adalah Verzet• Lain halnya jika tergugat/ para tergugat hadir pada sidang pertama,

namun pada sidang-sidang berikutnya tidak hadir, maka perkara diproses dengan acara biasa namun diputus dengan secara contradictoir

Page 132: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Perihal acara IstimewaPerihal acara IstimewaTergugat Tidak hadirTergugat Tidak hadir

• Syarat putusan diputus secara perstek :– Tergugat/ para tergugat pada hari pertama sidang

semuanya tidak hadir, dan juga tidak mengirimkanwakilnya

– Mereka kesemuanya itu telah dipanggil secara patut

– Petitum beralasan dan tidak melawan hak• Jika syarat 1 dan 2 dipenuhi tetapi syarat 3 tidak terpenuhi,

maka perkara diputus perstek, gugatan ditolak• Jika syarat 1 dan 2 dipenuhi tetapi ada kesalahan formal, yaitu

surat kuasa penggugat tidak ditandatangani, atau bukan surat kuasa khusus, maka, gugatan tidak dapat diterima

Page 133: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Perihal acara IstimewaPerihal acara IstimewaTergugat Tidak hadirTergugat Tidak hadir

• Namun jika tergugat tidak hadir namun memberika eksepsi (tangkisan) berkenaan tentang kekuasaan absolut/ realtif, maka hakim tidak boleh memutus perkara secara perstek, melainkan harus memberikan putusan terlebih dahulu tentang eksepsi tersebut.

• Apabila eksepsi diterima, tidak perduli apakah tergugat tidak hadir, maka persidangan diputus bahwa pengadilan tidak berhak

• Apabila eksepsi ditolak, hakim akan memeriksa pokok perkara dan jika gugatan beralasan, maka gugatan akan dikabulkan dan perkara diputus secara perstek

• Namun demikian bukan berarti putusan perstek menguntungkan penggugat

Page 134: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Perihal acara IstimewaPerihal acara IstimewaCara pemberitahuan perstekCara pemberitahuan perstek

• Putusan perstek harus diberitahukan kepada tergugat (apabila dikalahkan), serta diterangkan kepadanya bahwa ia berhak mengajukan perlawanan (verzet) terhadap putusan perstek tersebut di pengadilan negeri yang sama dalam jangka waktu dan dengan cara yang telah ditentukan dalam pasal 129 HIR

Page 135: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Wajibnya Hakim mengundurkan sidang

• Hakim memiliki kewajiban seperti yang diatur dalam pasal 126 HIR untuk memundurkan persidangan jika diperlukan.

• Hal itu dipertegas pula dalam pasal 127 HIR, keharusan memundurkan/ menangguhkan persidangan jika tergugat/ salah satu tergugat tidak hadir pada sidang pertama.

• Apabila salah satu penggugat tidak hadir, sidang dapat diteruskan.

Page 136: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Cara mengajukan perlawanan terhadap putusan Perstek

• Upaya perlawanan terhadap putusan perstek diatur pada pasal 129 HIR

• Perlawanan tersebutr dapat dilakyukan oleh tergugat atau para tergugat yang dihukum dengan putusan tidak hadir.

• Perlawanan terhadap putusan perstek diajukan seperti mengajukan surat gugat biasa, artinya surat perlawanan harus ditik beberapa rangkap, tidak perlu memakai materai

Page 137: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Cara mengajukan perlawanan terhadap putusan Perstek

• Tenggang waktu untuk mengupayakan perlawanan :– Dalam waktu 14 hr setelah putusan perstek diberitahukan– Sampai dengan hari kedelapan setelah teguran seperti yang dimaksud dalam

pasal 196 HIR, apabila yang ditegur datang menghadap– Kalau ia tidak datang waktu dutegur, sampai hari kedelapan setelah sita

eksekutorial• Pemeriksaan perkara perlawana seperti halnya perkara biasa,

maksudnya adalah pelawan seperti halnya tergugat, jadi beban pembuktian tetap ada pada terlawan alias penggugat.

• Perlawanan menangguhkan eksekusi, kecuali bila putusan perstek tersebut dijatuhkan dengan ketentuan Pasal 180 HIR, yaitu putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu.

Page 138: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Cara mengajukan perlawanan terhadap putusan Perstek

• Perlawanan terhadap perstek cukup sekali saja, artinya cukup pada putusan perstek yang pertama, sedangkan jika keduakalinya diputus perstek, maka ia hanya diperkenankan banding

• Jika perlawanan telah diajukan, terlawan tidak hadir, maka hakim akan memanggil ulang terlawan, dan jika pada panggilan berikutnya tidak hadir, maka terlawan/ penggugat masih juag tidak hadir atau diasumsikan tidak hendak melawan, maka perlawanan tersebut diputus secara contradictoir, dengan membatalkan putusan perstek, akibatnya gugatan ditolak. Adapun upaya hukum yang dapat dilakukan si terlawan/ pengugat adalah mengajukan upaya hukum banding.

Page 139: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Cara mengajukan perlawanan terhadap putusan Perstek

• Bila penggugat mengajukan banding, (pengadilan tingkat kedua)), maka tergugat pun harus juga mempersiapkan jawaban atas memori banding, namun demikian ia harus mempersipakan perlawanan juga (pada pengadilan tingkat pertama) sebagai antisipasi jika penggugat mencabut bandingnya tersebut, ia masih ada upaya hukum

Page 140: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pengikut sertaan pihak ketiga dalam proses

• Vrijwaring/ penjaminan, terjadi apabila di dalam suatu perkara yang sedang diperiksa oleh pengadilan, di luar kedua belah pihak yang berperkara, ada pihak ketiga yang ditarik masuk ke dalam perkara yang sedang berlangsung

• Cara mengajukan :– Ajukan permohonan oleh tergugat pada saat mengajukan

jawaban,agar diperkenankan untuk memanggil seorang sebagai pihak yang turut berperkara untuk melindungi tergugat

Page 141: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pengikut sertaan pihak ketiga dalam proses (sambungan vrijwaring)

• Permohonan tersebut, dapat disebut juga sebagai gugat insidentil, yang akan diputus melalui putusan sela (dengan kata lain apabila ada gugat insidentil pasti ada gugatan pokok, sehingga 2 gugatan tersebut dapat diputus secara sekaligus)

• Sedangkan bagi penggugat, permohonan vrijwaring diajukan sebelum memberikan replik

• Debat yang terjadi menjadi debat segitiga

Page 142: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pengikut sertaan pihak ketiga dalam proses (sambungan)

• Tussenkomst, bentuk intervensi yang dilakukan oleh pihak ketiga dengan mencampuri sengketa antara penggugat dan tergugat di sidang pengadilan dengan bersikap tidak memihak salah satu pihak (penggugat/ tergugat) melainkan bersikap memperjuangkan kepentingan hukumnya sendiri

• Kepentingan pihak ketiga harus ada hubungannya dengan perkara yang sedang disidangkan

Page 143: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Pengikut sertaan pihak ketiga dalam proses (sambungan)

• Voeging (Penyertaan), adalah bentuk intervensi yang dilakukan oleh pihak ketiga dengan mencampuri sengketa antara penggugat dengan tergugat dengan bersikap memihak dengan kepada salah satu pihak.

• Hal ini dilakukan untuk membela kepentingan hukumnya sendiri dengan jalan membela salah satu pihak yang bersengketa

Page 144: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Upaya Hukum• Mengenai Hukum Acara Perdata dalam praktek di pengadilan pada saat

para pihak penggugat dan tergugat menerima putusan. pastinya salah satu pihak maupun pihak lainnya akan merasa tidak puas atas putusan yang dijatuhkan oleh hakim tersebut. Untuk itu bagi para pihak yang tidak puas akan putusan yang dijatuhkan, dalam hukum acara perdata telah diberikan suatu hak untuk mengajukan upaya hukum atas ketidakpuasan putusan tersebut. Upaya hukum dalam hukum acara perdata terdiri dari :– Banding– Kasasi– Peninjauan Kembali– Perlawanan Pihak Ketiga (Derdenverzet)

Page 145: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Upaya HukumBanding• Upaya Banding merupakan suatu Upaya Hukum yang diajukan oleh para pihak yang tidak puas atas

putusan yang dijatuhkan oleh hakim atas perkara yang diperiksa. Lazimnya yang mengajukan banding adalah pihak yang kalah. Dalam perkara banding ini ditimbul istilah pembanding bagi yang mengajukan banding sedang lawannya dinamakan terbanding. pernyataan banding ini harus dilakukan dalam waktu 14 hari terhitung mulai sehari sesudah tanggal putusan hakim. (Pasal 7 UU No. 20/1947, 199 Rbg) atau diberitahukan putusan kepada pihak yang bersangkutan. Pihak yang mengajukan banding (pembanding) harus mengajukan memori banding yang kemudian ditanggapi oleh pihak lawan (terbanding) dengan mengirimkan kontra memori banding. pengiriman memori banding dan kontra memori banding yang ditunjukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi dikirimkan lewat Pengadilan Negeri yang dulu memutuskan perkara yang bersangkutan. Perlu diketahui pula, bahwa dalm memori dan kontra memori banding misalnya pihak penggugat yang mengajukan banding, maka ia menyebut dirinya sebagai “pembanding semula tergugat” dan lawannya disebut “terbanding semula tergugat”, bila yang mengajukan banding pihak tergugat, maka ia menyebut dirinya sebagai pembanding semula tergugat” dan lawannya disebut “terbanding semula penggugat”.

• Dengan adanya banding tersebut, Pengadilan Tinggi mengadakan sidang yang dilakukan oleh majelis hakim. Sidang tingkat bandingjuga disebut sidang tingkat kedua, karena cara pemeriksaannya sama dengan pada sidang pemeriksaan tingkat pertama di Pengadilan Negeri. Di sini yang diperiksa adalah pokok perkaranya. Hasil sidang banding tersebut merupakan putusan Pengadilan Tinggi. Putusan Pengadilan Tinggi dapat berupa memperkuat Putusan Pengadilan Negeri, membatalkan, menjatuhkan putusannya sendiri

Page 146: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Upaya HukumKasasi• Kasasi adalah pembatalan oleh Mahkamah Agung atas Putusan Pengadilan Negeri dan Putusan Pengadilan

Tinggi (Judex Factie) yang dianggap bertentangan dengan hukum yang berlaku atau salah menerapkan hukum. pemeriksaan kasasi meliputi seluruh putusan hakim yang mengenai hukum, baik yang meliputi bagian daripada putusan yang merugikan maupun yang menguntungkan pemohon kasasi. jadi pada tingkat kasasi tidak dilakukan pemeriksaan ulang mengenai duduk perkara atau penskorannya dan oleh karenanya pemeriksaan tingkat kasasi tidak dianggap sebagai pemeriksaan tingkat ke 3.

• Dari hal-hal tersebut, jelaslah seperti apa yang dikatakan oleh Prof. Subekti dalam Buku Hukum Acara Perdata, BPHN 1977, bahwa tugas Pengadilan Kasasi dalai menguji atau meneliti Putusan Pengadilan di bawahnya (Judex Factie). Dasar daripada pembatalan suatu putusan adalah “kesalahan penerapan hukum” yang dilakukan oleh Pengadilan di bawahnya (judex Factie). Putusan dan Penetapan Pengadilan yang lebih rendah dapat dibatalkan oleh Putusan Kasasi Mahkamah Agung, dikarenakan :

– Karena lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh Peraturan Perundang-Undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan tersebut, misalnya apabila dalam putusan tidak memuat kalimat kepala putusan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

• Melampaui batas wewenangnya apabila yang dilanggar wewenang pengadilan secara absolute. Salah menerapkan atau melanggar peraturan-peraturan hukum yang berlaku. hal ini yang sering terjadi dalam praktek. Pengertian salah menerapkan hukum banyak terjadi karena perkembangan hukum meningkat sedangkan buku-buku terutama buku yurisprudensi masih jarang diterbitkan

Page 147: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Upaya HukumKasasi• Sebagai gambaran yang jelas mengenai putusan yang bertentangan dengan hukum apabila peraturan

hukum tidak dilaksanakan atau ada kesalahan pada pelaksanaannya dan pemeriksaan pekara tidak dilaksanakan menurut hukum acara yang berlaku

• Selanjutnya menurut UU No. 13 Tahun 1965 menyebutkan bahwa permohonan kasasi oleh pihak yang bersangkutan atau oleh pihak ketiga yang dirugikan hanya dapat diterima apabila upaya-upaya hukum biasa telah dipergunakan sebagaimana mestinya. Tenggang waktu pengajuan permohonan kasasi adalah 3 minggu bagi daerah Jawa dan Madura dan 6 minggu bagi daerah luar Jawa dan Madura. Mengenai permohonan pencabutan kembali kasasi dalai beda dengan tata cara pencabutan dalam tingkat banding. Dalam pemeriksaan banding dapat sewaktu-waktu dicabut kembali selama perkara belum diputus oleh Pengadilan Tinggi, sedangkan pencabutan dalam kasasi hanya diperkenankan untuk dicabut apabila berkas tersebut masih ada pada Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

• Berbeda dengan alasan dalam tingkat pemeriksaan banding, maka permohonan kasasi mutlak disertai memori kasasi ini merupakan syarat formal sedangkan pihak lawan dapat mengajukan kontra memori kasasi. Tenggang waktu diajukan memori kasasi adalah 14 hari terhitung mulai hari diterimanya permohonan kasasi

Page 148: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Upaya HukumPeninjauan Kembali• Peninjauan Kembali menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH, merupakan

upaya hukum terhadap putusan tingkat terakhir dan putusan yang dijatuhkan diluar hadir tergugat (verstek) dan yang tidak lagi terbuka kemungkinan untuk mengajukan perlawanan. Istilah peninjuan kembali ini dapat dijumpai dalam UU No. 14 Tahun 1970 Jo UU No. 35 Tahun 1999 Jo UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan dalam Rv yang disebut Request Civil (Pasal 385-401). Dalam UU Mahkamah Agung sendiri mengatur tentang peninjauan kembali diatur dalam Pasal 66 s/d 77

• Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan secara lisan maupun tertulis (Pasal 71) oleh para pihak sendiri (Pasal 68 Ayat 1) kepada Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama. yang berhak mengajukan peninjauan kembali adalah pihak yang berperkara, pihak yang berkepentingan misalnya pihak yang kalah perkaranya atau ahli warisnya atau seseorang wakilnya yang dikuasakan secara khusus. (PERMA No. 1 Tahun 1980) yang disempurnakan

Page 149: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Upaya Hukum• Berdasarkan Pasal 67 alasan-alasan peninjuan kembali adalah :

– Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dianggap palsu;

– Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan;

– Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut;– Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab–

sebabnya;– Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar yang sama oleh

Pengadilan yang sama atau sama tingkatannya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lainnya;

– Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata• Ternyata bahwa alasan-alasan tersebut diatas sama dengan yang tersebut dalam PERMA I

Tahun 1982. Mahkamah Agung dengan putusannya tanggal 2 Oktober 1984 telah mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali berdasarkan adanya novum (surat bukti baru) dan membatalkan putusan MA yang dimohonkan Peninjauan Kembali

Page 150: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Upaya Hukum

Perlawanan Pihak Ketiga (Derdenverzet)• Derdenverzet atau perlawanan pihak ketiga dapat

diajukan apabila putusan merugikan pihak ketiga tersebut (Pasal 378 Rv). Perlawanan ini diajukan kepada hakim yang memutuskan perkara dengan menggugat para pihak yang bersangkutan (Pasal 379 Rv). Apabila perlawanan dikabulkan maka putusan yang dilawan diperbaiki sepanjang merugikan pihak ke tiga (Pasal 382 Rv).

Page 151: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Eksekusi Atas Putusan• Pelaksanaan putusan hakim dalam sengketa perdata disebut eksekusi yang pada hakikatnya

merupakan penyelesaian perkara bagi para pihak yang bersengketa. putusan hakim tanpa perintah eksekusi sangat tidak berarti bagi keadilan pihak yang dimenangkan dalam perkara tersebut. Eksekusi itu dapat dilaksanakan setelah putusan hakim mempunyai kekuataan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Pelaksanaannya dapat dilakukan secara sukarela namun seringkali pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakannya, sehingga diperlukan bantuan dari pengadilan untuk melaksanakan secara paksa. Dalam hal ini pihak yang dimenangkanlah yang mengajukan permohonan tersebut.

• Berdasarkan permohonan tersebut, Ketua Pengadilan Negeri memanggil pihak yang dikalahkan untuk ditegur agar memenuhi keputusan dalam jangka waktu 8 hari setelah teguran tersebut diberitahukan oleh Juru Sita Pengadilan Negeri (Pasal 196 HIR, 207 Rbg). Jika dalam jangka waktu tersebut sudah lewat putusan pengadilan tetap belum dilaksanakan maka Ketua Pengadilan Negeri karena jabatannya memberi perintah agar putusan hakim dilaksanakan dengan paksa dan bila perlu dengan bantuan alat Negara.

Page 152: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

1. HIR – Jawa Madura2. RBG – Indonesia Lainnya 3. 14/1970 Jo 35/1999 Jo 4/2004– UU Kekuasaan Kehakiman4. 14/1985 Jo 5/2004 – Mahkamah Agung5. 2/1986 – Peradilan Umum 6. 7/1989 Peradilan Agama7. 1/1974 – Perkawinan8. PP. 9/19975 – Perkawinan9. 20/1947 – Pengadilan Peradilan Umum (Jawa Madura)10. Jurisprudensi – 20/1945 berlaku L.J.M11. R.V – Penggabungan – (Vaoeging)

Penjaminan – (Vrijwaring) Intervensi – (Interventie)

Rekes Sipil (Request Civiel)12. Surat Edaran MA yang ditunjukan Pengadilan

bawahannya → petunjuk bagi hakim dalam menghadapi perkara perdata → sema 02/1964.

13. Pengahapusan Sandera (Gijzeling) → sema 02/2000 penghidupan

HUKUM ACARA PERDATA POSITIFKaedah-kaedah Hukum Acara

Perdata HIR/RBG

NB. IR = Inlands Reglement

HIR = Het Heir Ziene Indrusisch Reglement

RIB = Reglement Indonesia Diperbaharui

Belum disyahkan BP.LPHN,Ke 13 tanggal 12 Juni 1967______________________

Konsep RUU Hukum Acara Perdata dalam LingkunganPeradilan Umum

Page 153: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

TEORI : HUKUM ACARA PERDATAGUGATAN HUKUM

Permohonan Hak

GugatanPermohonanPenetapan

Satu Pihak danTanpa Sengketa

Gugat PLN = Bergerlijk VORTertulis dering, Civil Suit

Orangnya = Eischer, Plaintif

Yang digugat = Gedangde Dependant

Gugat Tak Tertulis = Schriftelijk Vondering Written Suit

=Yang penting = . 1. Identitas 2. A. Dasar Gugatan

(fundamental patendi) B. Uraian Kejadian

(Faitelijkegranden Factual grounds)C. Isi Tuntutan (Petitum Petition)

______________________- Tuntutan Primer- Tuntutan Subsidair

_________________TEORI PenyusunanGugatan1. Substantierings thecrie Mis : p, pemilik barang p, pemilik barang Karena telah membeli (Bid – Ru) tertulis2. Individualiserings theorieCukup disebutkan mempunyai hubungan Hukum dengan barang(Indonesia) - lisan

Pasal : 199HIR/143 RBGHakim dapat memberi Petunjuk untukMemperbaikiGugatan

Pasal 120 HIR/144 RBGGugatan Lisan, dapat- Dibantu hakim- memenuhi bea materai

I

II

III

IV

Page 154: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

KepentinganSubyek Hukum

Pengadilan

Hukum Acara Positive

Gugatan

Psl : 118 HIR/124 RBG1. Dengan surat permohonan ditandatangani oelh: penggugat/kuasanya.2. Psl 1233. Psl. 6 (2) RO.4. Tempat tinggal tidak dikenal →dimana benda.5. Dengan akte tidak dipilih tempat tinggal pilihan

Identitas

a. Penggugat, tempat kedudukannya dan alamat yang selanjutnya Menyebut dirinyab. Tergugat, satu dua dst, tempat Kedudukannya, dan alamat yang selanjutnya sebagai tergugat

Page 155: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

TEORI MENYUSUN GUGATAN

K HU UA KS UA M

Setiap orang yang Merasa dirugikan.

Pengadilan

Permohonan hak-Penetapan-Gugatan

Lisan Psl 14 (1) RbgPsl 118 (1) HIR

Tertulis Psl 120 HIRPsl 114 (1) RBG

1. Punya landasan Hukum (kode etik) advokat

2. Dimungkinkan dapat dikabulkan (proses acara)

Persyaratan gugatan Tdk Ketentuan : RUPS 8 no 3Ada keharusan :1. Identitas para pihak.2. Dalil kongret tentang

adanya hubungan hukum yangMerupakan dasarserta alasan-alasandari pada tuntutan,dalil-dalil fundamentum Petendi.

3. Tuntutan harus jelas/tegas HIR/RBG,hanya mengatur cara mengajukan gugatan

A.

Page 156: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

B. Identitas Para Pihak

PENGGUGAT

TERGUGAT

Nama

Pekerjaan

Tempat Tinggal

- KTP- SIM- Identitas lain

Page 157: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

THEORY PENYUSUNAN GUGATAN

Fundamental Petendi

A. Menguraikan ttg Kejadian atauperistiwa

Penjelasan dudukPerkara ttg adanya Hak & peristiwa

Contoh kasus

B. Menguraikan ttg dasar hukumnya

Dasar hukum untukTuntutan material

Contoh kasus

adalah dalil-dalil posita kongkrit tentang adanya hubungan yang merupakan dasar sertaulasan daripada tuntutan

Page 158: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

=TUNTUTAN PROVISIONAL=

Tuntutan yang diajukan oleh penggugat untuk mengatur sesuatu yang mendesak dan perlu seketika diatasi karena sifatnya tidak dapat menunggu sampai pada putusan akhir Contoh : menghentikan produksi

=PERUBAHAN GUGATAN==PERUBAHAN GUGATAN=

Pasal 127 BRVPenggugat boleh mengubah atau mengurangi tuntutan sepanjang pemeriksaan Perkara, asal saja tidak merubah atau menambah het onder werp van den eischItu, juga dasar tuntutan (soepomo)

Page 159: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Isi Gugatan

Alasan Gugatan ( Posita )- Didasarkan pada alasan hukum

seperti piramida terbalik- Rentetan peristiwa hukum yang

terjadi dan atau dialami sampai terjadinya suatu fakta hukum.

a. Fakta hukum yang terjadi dan dialami P.b. Fakta hukum terjadinya benturan

kepentingan.

Permintaan dalam Gugatan (Petitum)A. - Mengabulkan seluruh isi gugatan

dan lain sebagainya. - Didasarkan pada Posita.B. Aequa et Bono

Penutup Jakarta, 26 April 2000

Bea Materai -UU No: 13/1985 (psl.2).-PP No: 7/1995-PP No: 24/2000

Lampiran-lampiran Gugatan

Page 160: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PermohonanHak di PN

Gugatan Penggugat (Eiser/Planatif)Tuntutan, dakwaan atau eis__________________1. Sifat Condemnatoir2. Eksekusi

PermohonanPemohon sifatnyaDeklatoir_________________Seseorang atau lebih

Tertulis

DibuatkanKetua PN(388 HIR)(321 RBG)

Syarat Mengajukan Gugatan secara teori 1. Adanya kepentingan langsung yang cukup layak mempunyai dasarhukum.A. Yurisprudensi MARI No :294K/SIP/1971 tgl 7 Juli 1971.Mensyaratkan : Gugatan harus mempunyaiHubungan hukum.B. UU 4/1982, tentang lingkungan hidup LSM →Kerusakan lingkungan. Gugatan Wahli lawan PT.IIU No.820/PDT/1988/PN.JKTPUS tgl 30 Des 1988.

Isi Gugatan1. Tanggal Suratan Gugatan2. Nama dan alamat Penggugat (kuasa). Tergugat (kuasa) → Identitas3. Posita Gugatan4. Petitum Gugatan yang diminta Untuk dikabulkan oleh PN.5. Bermaterai cukup6. Ditandatangani

Bagi Orang Buta Huruf dibuatAtau dimintakan oleh ketua Pengadilan Negri(Psl : 388 HIR/Psl : 321 RBG)

Page 161: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

B. Tergugat B. Tergugat

TERGUGAT(GEDAGDE/DEPENDENT)

-Apabila Tergugat Meninggal dunia-Melalui Penggugat kedudukannya digantikan oleh para ahli warisnya.-Penggugat → Mengajukan Permohonan ke Pengadilan (majelis yang memeriksa perkara) -Tentang penggantian kedudukan___________________________Tergugat tersebut oleh ahli warisnyaAlasan : (nama, umur, pekerjaan, Alamat) masing-masing ahli waris.

NNoo

TERGUGATTERGUGAT GUGATAN DITUJUKAN GUGATAN DITUJUKAN KEPADAKEPADA

DASAR DASAR HUKUMHUKUM

11 Orang Perorangan Orang Perorangan Orang Perorangan ituOrang Perorangan itu

22 Badan Hukum Badan Hukum PublikPublik

Badan Hukum Publik itu Badan Hukum Publik itu diwakili pemimpinnyadiwakili pemimpinnya

Pasal 6 No.3 Pasal 6 No.3 RVRV

33 Badan Hukum Badan Hukum KeperdataanKeperdataan

Badan hukum itu diwakili Badan hukum itu diwakili pengurusnya, bila telah pengurusnya, bila telah dibubarkan kepada salah satu dibubarkan kepada salah satu seorang pemberesnya.seorang pemberesnya.

44 FirmaFirma Seluruh Persero/ Salah Seluruh Persero/ Salah seorang Perseroseorang Persero

Pasal 6 No.5 Pasal 6 No.5 RVRV

55 CVCV CV itu, Diwakili Persero CV itu, Diwakili Persero pengurus pengurus

Pasal 6 No.5 Pasal 6 No.5 RVRV

66 BUMNBUMNA.A. PerseroPerseroB.B. PerumPerumC.C. PerjanPerjan

Pemerintah RI, cq. Departemen Pemerintah RI, cq. Departemen yang membawahi BUMN cq. yang membawahi BUMN cq. BUMN itu, diwakili pimpinannyaBUMN itu, diwakili pimpinannya

77 BUMDBUMD Pemerintah RI cq. Departemen Pemerintah RI cq. Departemen yang membawahinya, cq. yang membawahinya, cq. Pemda yang membawahinya, Pemda yang membawahinya, cq. BUMD itusendiri diwakili cq. BUMD itusendiri diwakili oleh pimpinannyaoleh pimpinannya

Page 162: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

C. Kuasa (LASTHEBBER)

Kuasa Umum perbuatanPsl : 1796.BW

Kuasa / wewenang untuk mewakili kepentingannyaPasal : 1792. BW

- Kewajiban Sikuasa- Kewajiban pemberi Kuasa- Isi Surat Kuasa- Berakhirnya Surat Kuasa- Yang Berhak menerima Kuasa- Memperbaiki Surat Kuasa- ACTION ENDESELVEU

Secara khusus / Secara khusus / umum umum Psl : 1792.BWPsl : 1792.BW

Kompetensi AbsolutKompetensi Absolut

D.D. KompetensiKompetensi PengadilanPengadilan

1. Peradilan Umum1. Peradilan Umum2. Peradilan Agama2. Peradilan Agama3. Peradilan Militer3. Peradilan Militer4. Peradilan TUN4. Peradilan TUN

Diperiksa oleh Majelis Hakim Diperiksa oleh Majelis Hakim diminta oleh pihak atau tidak ;diminta oleh pihak atau tidak ;Diputus sebelum Diputus sebelum pemeriksaanpemeriksaanPokok perkara.Pokok perkara.

1.1.

2.2. Kompetensi RelatifKompetensi Relatif

1.1. Actor Sequitur Forum rei (domisili)Actor Sequitur Forum rei (domisili)2.2. Tempat tinggal salah seorang dari Tempat tinggal salah seorang dari

tergugattergugat3.3. Tempat tinggal siberhutang utamaTempat tinggal siberhutang utama4.4. Tempat tinggal penggugat / salah seorang Tempat tinggal penggugat / salah seorang

dari penggugatdari penggugat5.5. Daerah hukum yang terletakDaerah hukum yang terletak6.6. Pilihan HukumPilihan Hukum7.7. Pembatalan PerkawinanPembatalan Perkawinan8.8. Tergugat tidak cakap hukumTergugat tidak cakap hukum9.9. Penggabungan perkara gugatanPenggabungan perkara gugatan10.10. Tergugat berada diluar negeriTergugat berada diluar negeri11.11. Tergugat Pegawai NegeriTergugat Pegawai Negeri

12. Gugatan terhadap 12. Gugatan terhadap buruhburuh13. Dalam hal failit13. Dalam hal failit14. Gugat Cerai14. Gugat Cerai

Page 163: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

E. Class Action

- Gugatan perwakilan dengan cara Class Representatif (mengajukan) Class Members (orang yang diwakili).

- Dasar, Psl 37 UU25 / 1997 UULH Psl 71 ayat (1) b. UU 41 / 1999 Kehutanan Psl 46 UU No. 8 / 1999 Konsumen.

- Tanpa Surat Kuasa, atas kepentingan yang sama (dari orang yang diwakili). - Gugatan secara Perdata

Class Action di Amerika - US Federal Rule of Civil Prosedure ( 1983 ), kemudian - Pasal 23 Federal Rule ( 1966 ) - Class Action berupa Gugatan Perdata diajukan sejumlah orang (C.R) – mewakili kepentingan mereka dan orang lain sebagai korban (CM) - Dengan Syarat-syarat 1. Numerosity ( jml penggugat banyak) 2. Commonality (kesamaan hukum) 3. Typicacity (Tuntutan) 4. Adequacy of Representation (kelayakan perwakilan) - Gugatan Reg. No : 445/pdt.G/Pn Tgl 14 Oktober 2000 = Gugat class action GUG/DPRD-SV

Page 164: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

F. Legal StandingF. Legal Standing

1.1. Hak Gugat LSM \Hak Gugat LSM \(Bidang lingkungan (Bidang lingkungan hidup – kehutanan hidup – kehutanan konsumen)konsumen)

Penguasa Sumber Daya AlamPenguasa Sumber Daya Alamsekitar yang berdimensi Publicsekitar yang berdimensi PublicAgar terjaga, APBN, APBB,Agar terjaga, APBN, APBB,Keamanan.Keamanan.

Macam ada 3 ( Tiga )Macam ada 3 ( Tiga )1.1. Hak gugat pribadiHak gugat pribadi

(Private Procecution)(Private Procecution)2.2. Hak gugat warga NegaraHak gugat warga Negara

(Citizen standing)(Citizen standing)3.3. Gugatan perwakilanGugatan perwakilan

(Representative Standing)(Representative Standing)

2. Hak gugat Pemerintah 2. Hak gugat Pemerintah Dasar Psl 46 ayat (2), UU 8 / 1999 tenteng konsumenDasar Psl 46 ayat (2), UU 8 / 1999 tenteng konsumen

Pemerintah dan / atau instansi terkait apabila barangPemerintah dan / atau instansi terkait apabila barang dana atau jasa yang dikonsumsi atau dimasyarakatkandana atau jasa yang dikonsumsi atau dimasyarakatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar dan / atau mengakibatkan kerugian materi yang besar dan / atau korban yang tidak sedikit dapat mengajukan gugatankorban yang tidak sedikit dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan.ke Pengadilan.

Page 165: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

UPAYA PELUNASAN HUTANGGEJZELING (Paksa Badan)

209-224 HIR242-258 RBG

Gajeling

Pembekuan1. Sema 2/19642. Sema 4/1975

Prosedur .Putusan yang Mempunyai Kekuatan

Hukum pasti

Debitur tidak MampuDebitur tidak Beritikad baik

Ahli WarisPsl 1083-1084KUH Perdata

Kewajiban sesuaiDengan porsi

1. UU Kepailitan2. UU 19/97

Penagihan Pajak3. KUHP Psl 161Menyandra Saksi/Saksi ahli bersumpah

Waktu-Psl 6 Bulan + 6Bulan → max3 tahun

Batas Utang- Psl 4 Rp. 1 Milyar- HIR, tidak dibatasi

Bukan HukumAcara semata tapi menjadi Hukum publik

Batas UsiaPER I/2002-Psl 3 (1) 75 tahun-RV. Psl 583- 65 Tahun

Page 166: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

HUKUM ACARA PENGADILAN HAM

(UU No. 26 tahun 2000)

Page 167: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

JENIS PENGADILAN HAM

(Munarman, 2005)

AD HOC

SETELAH UU NO 26 TAHUN 2000

SEBELUM UU NO 26 TAHUN 2000

(24 NOV 2000)

REGULER

Page 168: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PERTANGGUNGJAWABAN PELANGGARAN HAM (Munarman, 2005)

PERISTIWA PELANGGARAN

HAM

TINDAKAN PENGHUKUMAN

THD PELAKU

STATERESPONSIBILITY

INDIVIDUAL RESPONSIBILITY

Page 169: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

LINGKUP KEWENANGAN PERADILAN HAM

BAB III PSL. 4 – 6 (Munarman, 2005)

PELANGGARAN HAM BERAT(GROSS VIOLATION OF HUMAN RIGHTS)

GENOCIDE CRIMES AGAINST HUMANITY

TERITORIALTERITORIAL

NASIONALITAS AKTIFNASIONALITAS AKTIF

TIDAK BERLAKU BAGI PELAKU YG BERUMUR DIBAWAH 18 TAHUN

Page 170: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

GENOCIDE

CRIMES AGAINST HUMANITY

GENOCIDE

CRIMES AGAINST HUMANITY

BY COMMISSION

BY OMMISSSION

Page 171: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

DELIK-DELIK PELANGGARAN HAM BERAT (Munarman,

2005)

DELICT BY COMMISSION(PASAL 8 DAN 9 UU NO 26 TAHUN 2000)

DELICT BY OMMISSION(PASAL 42 UU NO 26 TAHUN 2000)

Page 172: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

DELICT BY OMMISSION

Unsur Pasal 42 UU No. 26 tahun 2000:• Command responsibility• Aware/ should aware• Failure to act • Ignoring the information

Page 173: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

DELICT BY OMMISSION(PEMBIARAN)

Komandan militer atau seseorang yang secara efektif bertindak sebagai komandan militer dapat dipertanggungjawabkan terhadap tindak pidana yang berada di dalam yurisdiksi Pengadilan HAM, yang dilakukan oleh pasukan yang berada di bawah komando dan pengendaliannya yang efektif, atau dibawah kekuasaan dan pengendaliannya yang efektif dan tindak pidana tersebut merupakan akibat dari tidak dilakukan pengendalian pasukan secara patut, yaitu:

a. komandan militer atau seseorang tersebut mengetahui atau atas dasar keadaan saat itu seharusnya mengetahui bahwa pasukan tersebut sedang melakukan atau baru saja melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat; dan

b. komandan militer atau seseorang tersebut tidak melakukan tindakan yang layak dan diperlukan dalam ruang lingkup kekuasaannya untuk mencegah atau menghentikan perbuatan tersebut atau menyerahkan pelakunya kepada pejabat yang berwenang untuk dilakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan.

Page 174: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Seorang atasan, baik polisi maupun sipil lainnya, bertanggung jawab secara pidana terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh bawahannya yang berada di bawah kekuasaan dan pengendaliannya yang efektif, karena atasan tersebut tidak melakukan pengendalian terhadap bawahannya secara patut dan benar, yakni:

a. atasan tersebut mengetahui atau secara sadar mengabaikan informasi yang secara jelas menunjukkan bahwa bawahan sedang melakukan atau baru saja melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat;dan

b. atasan tersebut tidak mengambil tindakan yang layak dan diperlukan dalam ruang lingkup kewenangannya untuk mencegah atau menghentikan perbuatan tersebut atau menyerahkan pelakunya kepada pejabat yang berwenang untuk dilakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan.

Page 175: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Peristiwa Pelanggaran

HAM Berat:

- Genosida

- Kejahatan Terhadap

Kemanusiaan

Sidang Pleno untukMembantu KPP HAMAtau kasus didrop

Korban berhakPra-peradilan

Sidang memutuskanPelaku bersalah

Banding Bebas

Peraturan PemerintahNo.2/2003

Tim penyidikmemutuskan

Page 176: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PENANGKAPAN

• KEWENANGAN PENANGKAPAN HANYA PADA JAKSA AGUNG

• JANGKA WAKTU PENANGKAPAN HANYA UNTUK PALING LAMA 1 HARI

Page 177: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PENAHANAN(610 HARI)

• TINGKAT PENYIDIKAN

90 HARI 90 HARI60 HARI

Ka. Pengdl. HAMJAKSA AGUNGKa. Pengdl. HAM

Page 178: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PENAHANAN

• TINGKAT PENUNTUTAN

30 HARI

JAKSA AGUNG Ka.Pengdl.HAM Ka.Pengdl.HAM

20 HARI 20 HARI

Page 179: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PENAHANAN

• TINGKAT PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN TK.PERTAMA

90 HARI

Ka.Pengdl.HAM Ka.Pengdl.HAM

30 HARI

Page 180: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PENAHANAN

• TINGKAT PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN TK. BANDING & KASASI

60 HARI

Ka.M.AKa.M.AKa.P.TKa.P.T

30 HARI 60 HARI 30 HARI

Page 181: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Hukum Acara

• Berlaku KUHAP• Utk penyidikan Jaksa Agung menangkap & menahan • Penahanan utk:

– penyidikan 90 hr– penuntutan 30 hr– pemeriksaan di pengad 90 hr– Pemeriksaan tk banding 60 hr– Pemeriksaan tk kasasi 60 hr

Page 182: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

PENYELIDIKAN

• PENYELIDIK ADALAH KOMNAS HAM• KOMNAS DAPAT MEMBENTUK TIM AD HOC• PENYELIDIK MEMBERITAHUKAN KEPADA PENYIDIK

DIMULAINYA PENYELIDIKAN• KESIMPULAN PENYELIDIKAN DISAMPAIKAN KEPADA

PENYIDIK, 7 HARI SETELAHNYA MENYERAHKAN SELURUH HASIL PENYELIDIKAN

• APABILA DIKEMBALIKAN OLEH PENYIDIK, DALAM 30 HARI SEJAK DIKEMBALIKAN PENYELIDIK WAJIB MELENGKAPI KEKURANGAN TERSEBUT

Page 183: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Penyidikan & Penuntutan

• Dilakukan JA • JA dpt. membentuk tim ad hoc utk

penyidikan• Max 90 hr & dpt diperpanjang 90 hr + 60

hr

Page 184: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Proses Pengadilan

Hakim:• Majelis Hakim 5 Orang:

– 2 hakim karir– 3 hakim non-karir

• Diangkat & diberhentikan oleh Presiden atas usulan Ketua MA

• Masa jabatan 5 th & dpt diangkat kembali

Page 185: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Acara Pemeriksaan

• Maximum 180 hr• Banding di PT 90 hr oleh majelis hkm 5 org (2

karir & 3 non-karir)• Kasasi di MA 90 hr majelis hkm 5 org (2 karir

& 3 non-karir)

Page 186: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Perlindungan Korban & Saksi

• Korban & Saksi berhak atas perlindungan fisik & mental dr ancaman, gangguan, teror, kekerasan dr pihak manapun

• Oleh aparat penegak hk & keamanan• Tata Cara: PP No. 2 /2002

Page 187: Hukum Acara Pidana Oktober 20111

Kompensasi, Restitusi & Rehabilitasi

• Korban / ahli warisnya berhak atas KRR• Dicantumkan dalam amar putusan• Tata cara: PP No. 3/2002