hubungan tingkat pengetahuan tentang ...digilib.unila.ac.id/58507/3/skripsi tanpa bab...

67
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PESTISIDA DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENYEMPROTAN HAMA DENGAN ANGKA KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA AKUT PADA PETANI DI DESA BATANGHARJO LAMPUNG TIMUR (Skripsi) Oleh MARDIANSYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 10-Jun-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANGPESTISIDA DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

DALAM PENYEMPROTAN HAMA DENGANANGKA KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA AKUT

PADA PETANI DI DESA BATANGHARJOLAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh

MARDIANSYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANGPESTISIDA DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

DALAM PENYEMPROTAN HAMA DENGANANGKA KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA AKUT

PADA PETANI DI DESA BATANGHARJOLAMPUNG TIMUR

OlehMARDIANSYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh GelarSARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas KedokteranUniversitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF PESTICIDEKNOWLEDGE AND THE USE OF PERSONAL PROTECTIVEEQUIPMENT IN SPRAYING PESTS WITH THE INCIDENCE

OF ACUTE PESTICIDE POISONING AMONGFARMERS IN BATANGHARJO

LAMPUNG TIMUR

By

MARDIANSYAH

Pesticide comes from the words pest that has meaning plant disease, and cida that hasmeaning killing. Pesticide is defined as a substance which is used to keep, exterminate,refuse, and decrease the pest (insect, mouse, worm, fungus, and weed). The pesticide isused by the farmers as the pest exterminator or the plant pest organisms. The use ofpesticide which is not appropriate will cause the pest poisoning.The pest poisoning can be caused by the external and internal factors of human body. Oneof them is level of knowledge. One of the ways to measure the level of knowledge isquestioner. It is also done by the researcher in this research.In order to know whether there is the relationship between the farmers’ level ofknowledge about pesticide and the use of personal protective equipment to the amount ofacute pesticide poisoning to the farmers or not, so this research was done.This research used cross sectional method which the sample used is purposive sampling.It was done in seven days.The result of the research showed that 100 respondents who used uncompleted personalprotective equipment were 79 peoples (79%) and who used completed personal protectiveequipment were 21 peoples (39%). Whereas the respondents who had better backgroundknowledge were 39 peoples (21%), enough background knowledge were 37 peoples(37%) and who had less background knowledge were 24 peoples (24%). The p value<0,05, that was p=0,000.

Keywords: knowledge, pesticide, personal protective equipment, pest poisoning

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PESTISIDADAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM

PENYEMPROTAN HAMA DENGANANGKA KEJADIAN KERACUNAN AKUTPADA PETANI DI DESA BATANGHARJO

LAMPUNG TIMUR

Oleh

MARDIANSYAH

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida berarti membunuh. Pestisidadidefinisikan sebagai substansi untuk melindungi, membasmi, menolak dan mengurangisuatu hama (serangga, tikus, cacing, jamur, rumput liar). Pestisida digunakan oleh petanisebagai pembasmi dari hama atau organisme pengganggu tanaman. Penggunaan pestisidayang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya keracunan pestisida.Keracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktordalam tubuh. Salah satu yang termasuk faktor dari dalam tubuh adalah tingkatpengetahuan. Untuk mengukur tingkat pengetahuan terdapat salah satunya adalah denganmenggunakan kuisioner, sebagaimana yang dilakukan peneliti pada penelitian kali ini.Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan petani tentang pestisidadan penggunaan alat pelindung diri terhadap angka kejadian keracunan pestisida akutpada petani, maka dilakukanlah penelitian ini.Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dimana sampel yang digunakanadalah purposive sampling. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden, yang menggunakan alatpelindung diri tidak lengkap sebanyak 79 orang (79%) dan yang menggunakan alatpelindung diri lengkap sebanyak 21 orang (21%). Sedangkan yang memiliki tingkatpengetahuan baik sebanyak 39 orang (39%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 37orang (37%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 24 orang (24%).nilai p<0,05, yaitu p=0,000.

Kata kunci : alat pelindung diri, keracunan pestisida, pengetahuan, pestisida

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor
Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor
Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor
Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Sidorejo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten

Lampung Timur pada tanggal 3 Maret 1993, sebagai anak ke empat dari enam

bersaudara, dari Bapak (Alm.) Muslim dan Ibu Misrawati.

Pendidikan Taman Kanak – Kanak (TK) diselesaikan di Aisyiyah Bustanul Athfal

pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Sidorejo, Lampung

Timur pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Bandar

Sribhawono pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1

Bandar Sribawono pada tahun 2011.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Dokter FK

Unila melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa penulis Aktif di

Organisasi FSI Ibnusina dan PMPATD Pakis Rescue Team.

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

Karya ini kuhadirkan teruntuk :

Alm. Ayahanda Muslim Tandjung dan Emakkutersayang Misrawati Chaniago, Terimakasih atassegala doa yang tiada putus. Semoga segala bebanmenjadi limpahan pahala. Segala waktu berlalu,menjadi hikmah bermakna. Aamin…Kepada Kakak-kakakku, Aprizal, DesmaHariyanti, dan Sepma Linda Putri, yang selalumendukung serta menyemangatiku untuk terusbangkit dan mewujudkan cita, terimakasih danmaafkan kelalaianku.Kepada diriku sendiri, yang telah berani untukterus maju dan melanjutkan juang.

Bandarlampung, 2019

Dan Sesungguhnya, setelah kesulitan ada kemudahan.Sesungguhnya, setelah kesulitan ada kemudahan.

(Q.S Al Insyirah : 5-6)

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

SANWACANA

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan barokah-

NYA serta Rasulullah SAW, Sang Lentera yang menjadi teladan hingga akhir

zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Tentang Pestisida dan Penggunaan Alat pelindung Diri

dalam Penyemprotan Hama Dengan Angka Kejadian Keracunan Akut pada Petani

di Desa Batangharjo Lampung Timur”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan, bantuan,

dorongan, saran, bimbingan, dan kritik dari banyak pihak. Dengan segenap

kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Dr. Dyah Wulan S. R. Wardani, SKM, M.Kes., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung;

3. dr. Diana Mayasari, S.Ked., M.K.K., selaku Pembimbing Utama, atas

kesediaan untuk meluangkan banyak waktunya selama memberikan

bimbingan tanpa henti, saran, dan kritik, yang bermanfaat dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

4. dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing Kedua serta

Pembimbing Akademik, atas kesabaran dan kesediaannya meluangkan

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

waktu, nasihat, bimbingan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Dwita Oktaria M.Pd. Ked., selaku Pembahas yang telah meluangkan

waktunya dalam memberikan saran, dan kritik yang bermanfaat dalam

proses penyelesaian skripsi ini;

6. dr. Dian Isti Anggraini, S.Ked., M.P.H., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; Semoga

Allah memberikan kemudahan, sebagaimana Ibu memberikan kemudahan.

7. Dr. dr. Asep Sukohar, M.Kes., yang telah memberikan kesempatan

berkali-kali kepada saya untuk menyelesaikan studi ini;

8. dr. Oktafany, S.Ked., M.Pd. Ked., yang telah memberikan nasihat serta

bimbingannya dalam menempuh pendidikan ini;

9. Pak Ma’mun yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada

saya untuk menyelesaikan pendidikan ini;

10. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan selama

proses perkuliahan;

11. Kedua orangtuaku, kakak-kakakku yang sabar mau menunggu

kelulusanku: Mohon maaf untuk waktu yang tersia-siakan, dan

terimakasih untuk hikmah yang kuterima dari semua ini.

12. Teman-teman sejawat angkatan 2011: “Kita memiliki waktu yang sama

untuk memulai perkuliahan, banyak waktu untuk tempuh suka duka. Kita

memiliki waktu yang berbeda untuk menyelesaikan pendidikan, tapi kita

masih miliki banyak kenangan dalam kebersamaan yang singkat”.

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

13. Adik-adik angkatan yang masih menempuh pendidikan ini, semangat dan

teruslah berusaha;

14. Teman-teman KKN (Hafiz, Alif, Caca, Irma, Jihan, Eka) yang sudah

bersama berbagi canda tawa, semangat, kerjasama selama menjalankan

KKN;

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah

memberikan bantuan dan masukan, sehingga saya bisa menyelesaikan

skripsi ini;

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terimakasih.

Bandar Lampung

Penulis

Mardiansyah

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI........................................................................................................ i

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................11.2 Rumusan Masalah .....................................................................................41.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................41.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan ..............................................................................................62.1.1 Pengertian Pengetahuan ...................................................................62.1.2 Tingkat Pengetahuan ........................................................................82.1.3 Pengukuran Pengetahuan .................................................................11

2.2 Pestisida ....................................................................................................122.2.1 Pengertian Pestisida .........................................................................122.2.2 Jenis Pestisida ..................................................................................12

2.2.2.1 Berdasarkan jenis hama yang diserang................................122.2.2.2 Berdasarkan Jenis senyawa kimianya yang aktif.................122.2.2.3 Dosis, Konsentrasi dan Volume Semprot yang Tepat .........152.2.2.4 Cara dan Waktu Aplikasi yang Tepat ..................................16

2.3 Alat Pelindung Diri pada Bidang Pertanian ..............................................182.3.1 Pengertian Alat Pelindung Diri ........................................................182.3.2 Macam – Macam Alat Pelindung Diri .............................................19

2.4 Keracunan Pestisida ..................................................................................252.4.1 Cara Masuk Pestisida ke dalam Tubuh Manusia .............................25

2.5 Mekanisme Fisiologis Keracunan Pestisida..............................................262.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Keracunan Pestisida....28

2.6.1 Faktor dari Dalam Tubuh .................................................................282.6.2 Faktor dari Luar Tubuh ....................................................................30

2.7 Cara Menilai Keracunan Pestisida ............................................................342.7.1 Berdasarkan Gejala yang Dirasakan Petani .....................................34

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

ii

2.7.2 Berdasarkan Kadar Cholinesterase dalam Darah ............................352.8 Cara Pencegahan Pestisida........................................................................352.9 Kerangka Pemikiran..................................................................................37

2.9.1 Kerangka Teori.................................................................................372.9.2 Kerangka Konsep .............................................................................38

2.10 Hipotesis..................................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................393.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................393.3 Populasi dan Sampel .................................................................................393.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi.....................................................................413.5 Variabel Penelitian ....................................................................................413.6 Definisi Operasional..................................................................................423.7 Sumber Pengumpulan Data.......................................................................433.8 Instrumen Penelitian..................................................................................433.9 Pengolahan dan Analisis Data...................................................................433.10 Etika Penelitian .......................................................................................44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .........................................................................................454.1.1Hasil Analisis Univariat ...................................................................45

4.1.1.1 Gambaran Penggunaan APD pada Petani di DesaBatangharjo Bedeng 41 Polos ..............................................45

4.1.1.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Pestisidapada Petani di Desa Batangharjo Bedeng 41 Polos .............47

4.1.1.3 Gambaran Kejadian Keracunan Pestisida pada Petanidi Desa Batangharjo Bedeng 41 Polos.................................48

4.1.2 Hasil Analisis Bivariat .....................................................................524.1.2.1 Hubungan Penggunaan APD dengan Kejadian

Keracunan Pestisida pada Petani di Desa BatangharjoBedeng 41 Polos...................................................................52

4.1.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan KejadianKeracunan Pestisida pada Petani di Desa BatangharjoBedeng 41 Polos...................................................................53

4.2 Pembahasan...............................................................................................554.2.1 Penggunaan APD pada Petani di Desa Batangharjo Bedeng

41 Polos...........................................................................................554.2.2 Tingkat Pengetahuan tentang Pestisida pada Petani di Desa

Batangharjo Bedeng 41 Polos.........................................................574.2.3 Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani di Desa

Batangharjo Bedeng 41 Polos.........................................................584.2.3.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian

Keracunan Pestisida pada Petani di Desa BatangharjoBedeng 41 Polos...................................................................59

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

iii

4.2.3.2 Hubungan Penggunaan APD dengan KejadianKeracunan Pestisida pada Petani di Desa BatangharjoBedeng 41 Polos...................................................................59

4.3 Keterbatasan Penelitian.............................................................................61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan....................................................................................................635.2 Saran..........................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................65

LAMPIRAN

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi operasional ..................................................................................422. Distribusi frekuensi kejadian keracunan pestisida pada petani di

Desa Batangharjo Bedeng 41 Polos ..........................................................513. Distribusi frekuensi tingkat kejadian keracunan pestisida

berdasarkan penggunaan APD pada petani di Desa BatangharjoBedeng 41 Polos........................................................................................52

4. Hasil analisis statistik hubungan penggunaan APD dengan kejadiankeracunan pestisida pada petani di Desa Batangharjo Bedeng 41Polos..........................................................................................................53

5. Distribusi frekuensi tingkat kejadian keracunan pestisidaberdasarkan tingkat pengetahuan tentang pestisida pada petani diDesa Batangharjo Bedeng 41 Polos ..........................................................53

6. Hasil analisis statistik hubungan tingkat pengetahuan dengankejadian keracunan pestisida pada petani di Desa BatangharjoBedeng 41 Polos........................................................................................54

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori ...........................................................................................372. Kerangka konsep.......................................................................................383. Distribusi frekuensi penggunaan APD pada petani di Desa

Batangharjo Bedeng 41 Polos ...................................................................464. Distribusi frekuensi penggunaan APD pada petani di Desa

Batangharjo Bedeng 41 Polos berdasarkan jenisnya ................................475. Distribusi tingkat pengetahuan tentang pestisida pada petani di Desa

Batangharjo Bedeng 41 Polos ...................................................................486. Distribusi frekuensi kejadian keracunan pestisida pada petani di

Desa Batangharjo Bedeng 41 Polos ..........................................................49

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidang pertanian memiliki angkatan kerja terbesar di Indonesia. Badan

Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk Indonesia paling banyak bekerja

di sektor pertanian pada Februari 2017. Penduduk yang bekerja di sektor

pertanian sebanyak 39,68 juta orang, atau 31,86% dari jumlah penduduk

pekerja yang jumlahnya 124,54 juta orang (Badan Pusat Statistik, 2017).

Permasalahan yang sering dihadapi para petani salah satunya adalah

gangguan atau rusaknya tanaman pertanian mereka oleh organisme

pengganggu, yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme

pengganggu tanaman (OPT), adalah tumbuhan yang dikenal sebagai hama

tanaman, penyakit tanaman, dan gulma (tumbuhan pengganggu). Untuk

mencegah hal tersebut, telah dilakukan berbagai penelitian sampai

ditemukannya pestisida. Pestisida merupakan salah satu hasil teknologi

modern yang terbukti berperan penting dalam peningkatan hasil produksi

pertanian. Pada saat ini pestisida sintesis terutama golongan organofosfat

dan karbamat merupakan bahan kimia utama yang digunakan oleh para

petani. Dahulu pestisida golongan organoklorin (DDT dan Dielendrin)

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

2

telah lama ditinggalkan, mengingat sifatnya yang persisten di lingkungan

(Kusnindar, 2006).

Bagaimanapun pestisida adalah racun yang sangat berbahaya bagi manusia.

Sangat disayangkan, di Indonesia kesadaran akan keselamatan kerja bagi

pengguna pestisida masih sangat rendah. Lebih parah lagi, apabila

diingatkan untuk menggunakan alat pelindung pada saat menggunakan

pestisida adalah hal yang tidak praktis dan merepotkan (Novizan, 2008).

Salah satu masalah keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan pedesaan

di Indonesia dewasa ini adalah akibat penggunaan bahan kimia pestisida

yang dapat menimbulkan keracunan akut, sedang, dan ringan. Kelompok

pekerja yang kemungkinan mempunyai resiko tinggi terhadap paparan

pestisida antara lain : 1) Petani penyemprot, akibat kegiatan mencampur,

mengangkut, dan menyemprotkan pestisida. Faktor yang mempengaruhi

keracunan pestisida pada petani adalah tinggi rendahnya tanaman,

pengalaman petani, umur, luas lahan, anemia, faktor baju, jenis kelamin,

dan penyakit infeksi kronik (Achmadi, 1991). 2) Pekerja pabrik pembuat

formulasi pestisida. Walaupun sudah menggunakan sistem yang tertutup,

para pekerja industri masih memiliki kemungkinan terpapar, karena

adanya perbaikan proses produksi akibat pengembangan formulasi, adanya

kebocoran, gangguan proses produksi (Siwiendrayanti, 2016).

Desa Batangharjo yang merupakan sebagian besar wilayahnya adalah

persawahan, termasuk ke dalam wilayah kabupaten Lampung Timur.

Jaraknya tidak terlalu jauh dari kota Metro, namun tingkat pendidikan di

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

3

daerah ini masih kurang baik. Untuk anak – anak yang melanjutkan

pendidikan ke bangku perkuliahan masih sedikit, hanya berjumlah 14

orang. Dari penduduk desa yang berjumlah 658 orang, masyarakat yang

mengenyam pendidikan sampai SD berjumlah 315, untuk SMP berjumlah

224, dan untuk SMA berjumlah 119. Hal ini dikarenakan kurangnya

kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan. Dengan sebagian besar

wilayah merupakan persawahan membuat rata – rata mata pencaharian

masyarakatnya adalah petani. Sebanyak 250 orang berprofesi sebagai

petani, namun yang disayangkan adalah tingkat kesadaran para petani di

desa Batangharjo untuk menggunakan alat pelindung diri selama

beraktifitas sangat rendah. Bahkan ketika melakukan penyemprotan hama

dengan pestisida, mereka tidak pernah memakai sama sekali.

Berdasarkan pre-survey yang dilakukan pada tanggal 10 – 11 Agustus

2018 diperoleh data bahwa sebanyak 70%, para pekerja mengenakan alat

pelindung diri yang tidak lengkap. Bahkan ditemukan juga pekerja yang

ketika melakukan penyemprotan hama, sembari merokok. Melihat masih

rendahnya tingkat kesadaran penduduk sekitar, maka dari itu peneliti akan

melakukan penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pestisida

dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Penyemprotan Hama Dengan

Angka Kejadian Keracunan Pestisida Akut pada Petani di Desa

Batangharjo Lampung Timur”.

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

4

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang, maka diperoleh rumusan masalah penelitian, adalah

Bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan Petani Tentang Pestisida dan

Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Saat Penyemprotan Hama Dengan

Angka Kejadian Keracunan Pestisida Akut di Desa Batangharjo Lampung

Timur.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pestisida dan cara

kerja aman penggunaan alat pelindung diri pada saat penyemprotan hama

berhubungan angka kejadian keracunan pestisida akut para petani.

Tujuan khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang bahaya pestisida pada

petani di Desa Batangharjo.

2. Mengetahui gambaran penggunaan alat pelindung diri pada petani

di Desa Batangharjo terhadap penggunaan alat pelindung diri.

3. Mengetahui hubungan penggunaan alat pelindung diri dengan

angka kejadian keracunan pestisida petani pada saat melakukan

penyemprotan pestisida.

4. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan petani tentang bahaya

penyemprotan pestisida dengan angka kejadian keracunan pestisida

akut.

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi penulis

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam

penerapan teori – teori yang sudah diperoleh di bangku perkuliahan.

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi

Pendidikan Dokter di Universitas Lampung.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan dan menyadarkan para petani tentang

pentingnya penggunaan alat pelindung diri pada saat penyemprotan

pestisida.

1.4.3 Bagi Peneliti Lainnya

Sebagai referensi atau acuan untuk penelitian selanjutnya.

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan atau hasil tahu seseorang

terhadap objek, melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan

(Notoatmodjo, 2010).

Bila seorang dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan mengenai

suatu bidang tertentu dengan lancar, baik secara lisan, maupun

tertulis maka dikatakan mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan

jawaban verbal yang diberikan orang tersebut dinamakan

pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Kesadaran (awareness)

Keadaan saat orang tersebut menyadari atau mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

7

2. Merasa tertarik (interest)

Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut, dalam

hal ini sikap subjek sudah mulai terbentuk.

3. Menimbang – nimbang (evaluation)

Menimbang – nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4. Uji coba (trial)

Keadaan di mana saat subjek mulai mencoba melakukan

sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adopsi (adoption)

Di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Roger menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap – tahap

tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses seperti ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaran,

dan sikap yang positif, maka perilaku itu tidak disadari oleh

pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut tidak akan

berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010).

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

8

2.1.2 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang

berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat

pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif (Notoatmodjo,

2010), yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan

meramalkan objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

9

penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, dan prinsip

dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dari penggunaan kata-

kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu

suatu kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi –

formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu kriteria – kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang

telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

10

mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran, dapat

dikelompokkan menjadi (Notoatmodjo, 2010) :

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi :

1. Penyebab penyakit.

2. Gejala atau tanda – tanda penyakit.

3. Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari

pengobatan.

4. Bagaimana cara penularannya.

5. Bagaimana cara pencegahannya, termasuk imunisasi dan

sebagainya.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara

hidup sehat, meliputi :

1. Jenis – jenis makanan yang bergizi

2. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya

3. Pentingnya olahraga bagi kesehatan

4. Penyakit – penyakit atau bahaya merokok, minum –

minuman keras, narkoba, dan sebagainya

5. Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan

sebagainya bagi kesehatan

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi :

1. Manfaat air bersih

2. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk

pembuangan kotoran yang sehat dan sampah

3. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

11

4. Akibat polusi (air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2010)

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin

diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya. Adapun jenis

pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan

secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu (Arikunto, 2010) :

1. Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan

essay digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor

subjektif dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari

setiap penilai dari waktu ke waktu.

2. Pertanyaan objektif

Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple

choice), betul salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai

secara pasti oleh penilai.

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga

yaitu (Arikunto, 2010) :

a. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100%

dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

b. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75%

dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

12

c. Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari

total jawaban pertanyaan.

2.2 Pestisida

2.2.1 Pengertian pestisida

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida berarti

membunuh. Pestisida didefinisikan sebagai substansi untuk

melindungi, membasmi, menolak, dan mengurangi suatu hama

(serangga, tikus, cacing, jamur, dan rumput liar) (Siwiendrayanti,

2016).

2.2.2 Jenis Pestisida

2.2.2.1 Berdasarkan jenis hama yang diserang

a. Insektisida (membasmi serangga).

b. Herbisida (membasmi tanaman).

c. Fungisida (membasmi jamur).

d. Rodentisida (membasmi tikus/hewan pengerat).

e. Picidae (membasmi ikan) (Siwiendrayanti, 2016).

2.2.2.2 Berdasarkan jenis senyawa kimianya yang aktif

Pestisida yang beredar di pasaran, berdasarkan senyawa

aktifnya dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu :

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

13

a. Golongan Organochlorin

Contoh yang terkenal antara lain Dichloro Diphenyl

Trichloroethan (DDT), dieldrin, endrin. Golongan ini

yang paling terkenal adalah DDT yang diperkenalkan

oleh Othmar Zeildler ahli kimia Jerman tahun 1874 dan

Paul Mueller ilmuwan Switzerland 1939.

Golongan ini mempunyai sifat :

Racun yang universal.

Degradasinya di alam berlangsung lambat.

Larut dalam lemak.

Organochlorin dikenal sebagai golongan pestisida yang

menimbulkan banyak masalah, karena cenderung

persisten pada lingkungan, dapat mematikan organisme

bukan sasaran dan membuat serangga kebal.

Gangguan kesehatan yang ditimbulkan golongan ini

adalah :

Efek akut berupa gangguan sistem saraf pusat,

disorientasi dan tremor.

Efek kronik berupa kanker, anemi aplastik.

b. Golongan Organophosphat

Golongan organophosphat yang terkenal antara lain :

malathion, parathion. Golongan ini kurang bertahan di

alam sehingga lebih kecil kemungkinannya untuk

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

14

menyebar melalui rantai makanan. Tetapi kurang

selektif sehingga membunuh organisme bukan sasaran.

Pestida ini dapat menyebabkan keracunan pada manusia

karena kemampuannya menghambat aktivitas enzim

achetylcholinesterase (ACHe) sehingga mengakibatkan

akumulasi asetilkolin (Ach).

c. Golongan Carbamat

Contoh yang terkenal antara lain : Proxposur (baygon),

carbofuran (furadan), carbaryl (sevin). Carbamat

mempunyai sifat mudah larut dalam air sehingga

disarankan untuk digunakan dalam pertanian.

Gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh golongan

organophosphat dan carbamat antara lain :

Efek akut berupa penghambatan kerja enzim

acethylcolinesterase, hiperaktif pada saraf

parasimpati, paralysis, gangguan saraf pusat,

dermatitis, gangguan sel darah merah. Gejala utama

adalah pusing, mual dan nyeri abdomen.

Gejala keracunan carbamat biasanya kurang berat

dibandingkan organophosphat.

Efek kronik berupa gangguan yang menetap pada

susunan saraf pusat, fatigue, mudah marah,

gangguan daya ingat dan neuropathy

(Siwiendrayanti, 2016).

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

15

2.2.2.3 Dosis, Konsentrasi, dan Volume Semprot yang Tepat

Dosis, konsentrasi, dan volume semprot yang tepat

biasanya tertera pada label kemasan pestisida yang

merupakan hasil dari beberapa penelitian. Konsentrasi atau

kepekatan campuran pestisida adalah jumlah pestisida

(dalam satuan volume atau bobot) yang harus dicampurkan

ke dalam sejumlah air (dalam satuan volume).

Pengguna pestisida sebaiknya menggunakan gelas ukur

atau timbangan, terutama jika di dalam kemasan pestisida

tidak terdapat takaran untuk menentukan jumlah pestisida

yang harus dicampurkan ke dalam sejumlah air.

Dosis pestisida merupakan jumlah volume atau bobot

pestisida yang harus disemprotkan secara merata pada

luasan tertentu. Contohnya herbisida DMA menyarankan

dosis 1 – 1,5 untuk l DMA/ha.

Sedangkan volume semprot berarti, volume campuran air

dan pestisida yang harus disemprotkan secara merata pada

luas tertentu. Seperti fungisida Dithane M45 menyarankan

dosis 500 – 1000 liter larutan/hektar untuk mengendalikan

penyakit bercak daun Alternaria sp pada tanaman bawang.

Hal ini berarti 500 – 1000 liter larutan Dithane M45 yang

telah dicampurkan dengan air harus habis disemprotkan

secara merata pada areal seluas 1 hektar (Novizan, 2008).

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

16

2.2.2.4 Cara dan Waktu Aplikasi Pestisida yang Tepat

Cara pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)

untuk setiap jenis pestisida (fungisida, insektisida dan

herbisida) sangat bervariasi. Tanaman yang ditanam dengan

cara penanaman benih, seperti jagung, kacang tanah, dan

sebagainya, dapat menggunakan insektisida granular yang

ditempatkan bersama dengan benih tanaman. Tanaman di

tempat pembibitan (nursery) dan tanaman dewasa juga

berbeda dalam cara aplikasi pestisida.

Informasi yang tepat dan detail tentang cara dan waktu

aplikasi pestisida harus didapatkan pada saat membeli suatu

jenis pestisida.

Informasi ini dapat berasal dari label kemasan pestisida,

brosur yang diterbitkan oleh produsen pestisida, atau dari

penyuluh pertanian.

Penentuan waktu aplikasi yang tepat tergantung dari hal –

hal berikut :

a. Jenis Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Setiap jenis OPT memiliki puncak aktifitas pada waktu

tertentu. Contohnya beberapa jenis serangga pemakan

daun, pembuat lubang, atau penggerek dan siput

beraktifitas pada malam hari. Sehingga waktu yang

tepat untuk menyemprotkan insektisida atau

moluskisida adalah pada sore hari.

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

17

b. Kondisi Lingkungan (angin, hujan, suhu udara, dan

sebagainya)

Pestisida racun kontak atau racun lambung sebaiknya

tidak disemprotkan pada saat cuaca mendung (akan

hujan). Efektivitas pestisida jenis ini akan sangat

menurun jika sebelum 8 jam setelah penyemprotan

terguyur hujan. Berbeda halnya dengan pestisida racun

sistemik yang harus berada di daerah perakaran untuk

dapat diserap akar. Pada saat angin kencang, sebaiknya

penyemprotan dihentikan, karena banyak butiran

semprot akan terbang terbawa angin sehingga hasil

yang optimal sulit didapatkan.

Suhu udara yang terlalu tinggi akan menyebabkan

fitotoksisitas pestisida meningkat, sehingga dapat

merusak tanaman.

c. Waktu Penyemprotan

Secara umum, disarankan waktu yang baik untuk

penyemprotan pestisida adalah pagi hari (jam 07.00 –

10.00) dan sore hari (jam 15.00 – 18.00).

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

18

2.3 Alat Pelindung Diri pada Bidang Pertanian

2.3.1 Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan

oleh tenaga kerja untuk melindungi sebagaian atau seluruh

tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan, baik yang

berasal dari pekerjaan maupun dari lingkungan kerja. APD tidak

dapat melindungi tubuh secara sempurna, tetapi dapat mengurangi

tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Budiono, 2003). Menurut

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor Per. 08/Men/VII/2010 tentang alat pelindung diri,

Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat

yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang

fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi

bahaya di tempat kerja.

APD harus digunakan tidak hanya ketika menyemprot, tetapi sejak

mulai mencampur pestisida hingga selesai menyemprot. Menurut

WHO, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam

pemakaian APD, yaitu :

1. Setiap perlengkapan pelindung yang akan digunakan harus

terbuat dari bahan yang memenuhi kriteria teknis perlindungan

pestisida.

2. Setiap perlengkapan pelindung yang akan digunakan harus

dalam keadaan tidak rusak dan pas (sesuai ukuran individu).

3. Setiap perlengkapan pelindung harus diganti secara teratur.

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

19

4. Setiap perlengkapan pelindung yang akan digunakan minimal

sesuai dengan petunjuk yang tertera pada label atau brosur

pestisida.

2.3.2 Macam – Macam Alat Pelindung Diri

APD yang seharusnya dipakai, yaitu :

1. Pakaian pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi sebagian atau

seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin

yang ekstrem, pajanan api dan benda – benda panas, percikan

bahan – bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,

benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores,

radiasi, binatang mikroorganisme pathogen dari manusia,

binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan

jamur (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat

Pelindung Diri). Pakaian yang digunakan dalam bidang

pertanian sebaiknya sebanyak mungkin dan menutupi tubuh,

yang terdiri dari bahan yang cukup tebal dan rapat. Pakaian

kerja sebaiknya tidak berkantung karena adanya kantung

cenderung digunakan untuk menyimpan benda – benda seperti

rokok (Himmawan, 2006)

2. Celemek (Apron)

Celemek berfungsi melindungi bagian tubuh dari bahan kimia

berbahaya, antara lain pestisida. Celemek yang digunakan

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

20

dalam bidang pertanian terbuat dari bahan plastik atau kulit.

Celemek harus dipakai ketika menyemprot tanaman yang

tinggi (Himmawan, 2006).

3. Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau

terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau

meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan

bahan – bahan kimia, jasad renik (mikroorganisme) dan suhu

yang ekstrem (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per. 08/Men/VII/2010

tentang Alat Pelindung Diri). Penutup kepala yang diperlukan

petani biasanya berupa topi lebar atau helm khusus untuk

menyemprot, terutama ketika menyemprot tanaman yang tinggi

(Himmawan, 2006).

4. Alat Pelindung Pernapasan

Alat plindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat

pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan

dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau

menyaring cemaran bahan kimia, mikroorganisme, partikel

yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/fume, dan

sebagainya (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

21

Pelindung Diri). Alat pelindung pernapasan yang biasa ditemui

(Harrington, 2003), yaitu :

a. Masker (respirator) Sekali Pakai

Masker (respirator) sekali pakai dibuat dari bahan filter.

Beberapa cocok untuk debu berukuran pernapasan. Bagian

muka alat ini bertekanan negatif karena paru – paru menjadi

daya penggeraknya. Efisiensi perlindungan pernapasan

dalam membuang kontaminan sebesar 5. Masker

(respirator) sekali pakai sering dipakai oleh petani karena

harganya yang relatif murah.

b. Masker (respirator) Separuh Muka

Masker (respirator) separuh muka dibuat dari karet plastik

dan dirancang untuk menutupi mulut dan hidung. Alat ini

memiliki catridge filter yang dapat diganti. Dengan

catridge yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas, serta

uap. Bagian muka bertekanan negatif karena hisapan dari

paru – paru. Efisiensi perlindungan pernapasan dalam

membuang kontaminan sebesar 10.

c. Masker (respirator) Seluruh Muka

Masker (respirator) seluruh muka dibuat dari karet atau

plastik dan dirancang untuk menutupi mulut, hidung dan

mata. Medium filter dipasang di dalam canister yang

langsung disambung dengan sambungan lentur. Dengan

canister yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas, serta

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

22

uap. Bagian muka mempunyai tekanan negatif karena paru

– paru menghirup udara di sana. Efisiensi perlindungan

pernapasan dalam membuang kontaminan sebesar 50.

d. Masker (respirator) Berdaya

Masker (respirator) berdaya, dengan separuh masker atau

seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik yang

dipertahankan dalam tekanan positif, dengan jalan

mengalirkan udara melalui filter dengan bantuan kipas

baterai. Kipas, filter, dan baterai biasanya dipasang di

sabuk pinggang dengan pipa lentur yang disambung untuk

membersihkan udara sampai ke muka. Efisiensi

perlindungan pernapasan dalam membuang kontaminan

sebesar 500.

e. Masker (Respirator) Topeng Muka Berdaya

Masker (respirator) topeng muka berdaya mempunyai

kipas dan filter yang dipasang pada helm dengan udara

ditiupkan ke arah bawah, di atas muka pekerja, di dalam

topeng yang menggantung. Topeng dapat dipasang

bersama tameng – tameng pinggir yang dapat diukur untuk

mencocokkan dengan muka pekerja. Baterai biasanya

dipasang di sabuk. Serangkaian filter dan adsorbent

tersedia. Efisiensi perlindungan penapasan dalam

membuang kontaminan sebesar 1-20.

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

23

5. Alat Pelindung Mata dan Muka

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan

kimia berbahaya, paparan partikel – partikel yang melayang di

udara dan di badan air, percikan benda – benda kecil, panas

atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang

mengion ataupun yang tidak mengion, pancaran cahaya,

benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam (Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri).

Ada 3 bentuk alat pelindung mata dan muka yang biasa ditemui

dalam bidang pertanian, yaitu :

a. Spectacles

Untuk melindungi mata dari partikel – partikel kecil.

b. Googles

Untuk melindungi mata dari gas, uap dan percikan

larutan kimia.

c. Perisai Muka

Untuk melindungi mata atau muka, dapat dipasang pada

helm atau kepala langsung (Himmawan, 2006).

6. Alat Pelindung Tangan

Alat pelindung tangan (sarung tangan) berfungsi untuk

melindungi jari – jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu

dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik,

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

24

bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat

patogen (virus, bakteri) dan jasad renik (Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.

08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri). Pekerjaan

menyemprot selalu berhadapan dengan larutan pestisida

beracun. Untuk melindungi jari – jari dari larutan beracun dan

berbahaya, petani penyemprot harus menggunakan sarung

tangan yang tidak mudah menembus kulit (Djojosumarto,

2008).

Sarung tangan yang biasa ditemukan dalam bidang pertanian

terbuat dari karet dan tidak tembus air sehingga larutan

pestisida tidak mudah menembus sarung tangan dan mengenai

kulit tangan (Budiono, 2003).

7. Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari

tertimpa atau berbenturan dengan benda – benda berat, tertusuk

benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,

terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan

jasad renik (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat

Pelindung Diri).

Ketika menggunakan sepatu kerja, ujung celana panjang jangan

dimasukkan ke dalam sepatu, tetapi harus menutupi sepatu boot

(Himmawan, 2006).

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

25

2.4 Keracunan Pestisida

Menurut WHO, keracunan terjadi ketika seseorang minum, makan,

menghirup, menyuntikan, menyentuh bahan berbahaya (racun) yang

menyebabkan keadaan sakit atau kematian. Keracunan pestisida dapat

terjadi bila bahan pestisida mengenai tubuh atau masuk ke dalam tubuh

dalam jumlah tertentu.

2.4.1 Cara Masuk Pestisida ke dalam Tubuh Manusia

Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 tempat, yaitu :

a. Saluran Pencernaan

Peristiwa masuknya pestisida melalui mulut tidak sering terjadi,

biasanya melalui makanan dan minuman yang terkena pestisida

atau akibat perbuatan petani itu sendiri, yaitu tangan yang

dipakai untuk dimakan masih terkena pestisida atau kebiasaan

petani meniup ujung anak semprot (Mujoko, 2000)

b. Saluran Pernapasan

Pestisida dapat masuk melalui saluran pernapasan karena

partikel pestisida terhisap melalui hidung. Mekanisme ini

merupakan mekanisme yang terbanyak kedua setelah

kontaminasi melalui kulit. Dengan bantuan angin, partikel

pestisida dapat masuk melalui saluran pernapasan karena petani

tidak menggunakan APD. Manusia paling banyak terpapar

pestisida pada saat menyemprot di lapangan. Selain itu,

paparan pestisida dapat terjadi pada saat melakukan

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

26

pencampuran, mengisi peralatan, membersihkan peralatan dan

saat menangani kemasan yang kosong (Spiewak, 2001).

c. Kontaminasi Kulit

Kontaminasi pestisida melalui kulit merupakan kontaminasi

yang paling sering terjadi. Pestisida masuk ke kulit bisa lewat

luka yang terbuka atau pestisida tertahan lama di kulit dan tidak

segera dibersihkan (Djojosumarto, 2008).

2.5 Mekanisme Fisiologis Keracunan Pestisida

Organofosfat menghambat aksi pseudokolinesterase dalam plasma dan

kolinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsnya. Enzim tersebut

secara normal menghidrolisis acetlycholine menjadi asetat dan kholin.

Pada saat enzim dihambat, jumlah acetylcholine meningkat dan berikatan

dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada sistem saraf pusat dan

perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang

berpengaruh pada seluruh bagian tubuh (Sudarmo, 2007).

Pestisida organofosfat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami

perubahan secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan – jaringan lain

kemudian hasil perubahan ini, yang mempunyai toksisitas rendah, akan

dikeluarkan melalui urin. Gejala keracunan organofosfat berkembang

selama pemaparan atau 12 jam kontak dan bila muncul setelah 6 jam dari

paparan pestisida terakhir dapat dipastikan bukan akibat keracunan

golongan organofosfat (Djojosumarto, 2008).

Gejala keracunan pestisida organofosfat dan karbamat biasanya timbul

setelah 4 jam kontak, tetapi dapat timbul setelah 12 jam. Pajanan pada

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

27

dosis rendah, tanda, dan gejala umumnya dihubungkan dengan stimulasi

reseptor perifer muskarinik. Pada dosis lebih besar juga mempengaruhi

reseptor nikotinik dan reseptor sentral muskarinik (Prabu, 2008).

Aktivitas ini kemudian akan menurun dalam 2 – 4 minggu pada plasma

dan 4 minggu sampai beberapa bulan untuk eritosit (La dou, 1990).

Pemaparan pestisida golongan organofosfat dan karbamat dapat

menimbulkan keracunan yang bersifat akut, efek sistemik biasanya timbul

setelah 30 menit terpapar melalui inhalasi, 45 menit setelah tertelan

(ingested), 2 – 3 jam setelah kontak dengan kulit (Siswanto, 2001)

Gejala yang sering dijumpai pada keracunan pestisida kronis (Guven, et al.,

1999), yaitu :

Gejala pada sistem syaraf : Masalah ingatan yang gawat, sulit

berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, kehilangan

kesadaran, dan koma.

Gejala pada hati : Hepatitis.

Gejala pada sistem kekabalan : Alergi, kemampuan daya tahan

tubuh terhadap infeksi berkurang.

Gejala pada sistem hormonal : Beberapa pestisida mempengaruhi

hormone reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi

sperma pada pria dan pertumbuhan telur yang tidak normal pada

wanita serta pelebaran tiroid yang menyebabkan terjadinya kanker

tiroid.

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

28

Pestisida organofosfat dan karbamat dapat menimbulkan keracunan yang

bersifat akut dengan gejala, yaitu leher seperti tercekik, pusing – pusing,

badan terasa sangat lemah, sempoyongan, pupil atau celah iris mata

menyempit, pandangan kabur, tremor, terkadang kejang pada otot, gelisah

dan menurunnya kesadaran, mual, muntah, kejang pada perut, mencret,

mengeluarkan keringat berlebihan, sesak dan rasa penuh di dada, pilek,

batuk yang disertai dahak, mengeluarkan air liur berlebihan. Sebab baru

biasanya terjadi 12 jam setelah keracunan, denyut jantung menjadi lambat

dan ketidakmampuan mengendalikan buang air kecil maupun besar

(Sudarmo, 2007).

2.6 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Keracunan Pestisida

Keracunan pestisida dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dalam tubuh

maupun dari luar tubuh.

2.6.1 Faktor dari Dalam Tubuh

Usia

Semakin bertumbuh usia seseorang maka akan semakin lama

bekerja dengan pestisida sehingga banyak pula paparan yang

dialaminya. Selain itu, usia berhubungan dengan kekebalan tubuh

dalam mengatasi tingkat toksisitas suatu zat. Semakin tua usia

seseorang maka efektifitas sistem kekebalan di dalam tubuhnya

akan semakin berkurang (Arisman, 2004).

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

29

Status gizi

Semakin baik status gizi seseorang maka akan semakin sulit

mengalami keracunan karena mempunyai sistem kekebalan tubuh

yang baik. Tetapi, semakin buruk status gizi seseorang maka akan

semakin mudah mengalami keracunan karena mempunyai sistem

kekebalan tubuh yang kurang.

Pengetahuan, sikap, dan praktek (tindakan)

Bila seseorang telah setuju terhadap objek, akan terbentuk sikap

positif terhadap obyek tersebut. Bila sikap positif terhadap obyek

atau program telah terbentuk, diharapkan akan terbentuk niat untuk

melakukan program tersebut. Bila niat tersebut akan betul – betul

dilakukan, sangat bergantung terhadap beberapa aspek, seperti

tersedianya sarana dan prasarana serta pandangan orang lain di

sekitarnya. Misalnya seorang petani berniat menggunakan APD

secara baik dan benar pada saat menyemprot pestisida. Seharusnya,

APD sudah tersedia sehingga petani dapat menggunakannya. Hal

ini merupakan dorongan untuk melakukan tindakan secara tepat

sesuai aturan kesehatan sehingga resiko terjadinya keracunan

pestisida dapat dicegah atau dikurangi (Prijanto, 2009).

Tingkat pendidikan

Pendidikan formal yang diperoleh seseorang akan memberikan

tambahan pengetahuan bagi individu tersebut. Dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi, diharapkan pengetahuan seseorang

tentang pestisida dan bahayanya lebih baik jika dibandingkan

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

30

dengan individu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah

sehingga dalam pengelolaan pestisida, individu yang memiliki

tingkat pendidikan tinggi akan lebih baik (Prijanto, 2009)

Bentuk dan cara masuk pestisida

Racun dalam bentuk larutan akan bekerja lebih cepat dibandingkan

dengan bentuk padat. Sedangkan racun yang masuk ke dalam

tubuh secara intravena dan intramuskular akan memberikan efek

lebih kuat dibandingkan dengan melalui mulut (Sartono, 2001)

2.6.2 Faktor dari Luar Tubuh

Suhu lingkungan

Suhu lingkungan berhubungan dengan waktu menyemprot karena

semakin terik matahari atau semakin siang waktu menyemprot

maka suhu akan semakin panas. Suhu lingkungan yang tinggi akan

mempermudah penyerapan pestisida organofosfat ke dalam tubuh

melalui kulit dan atau ingesti. Temperatur yang aman yaitu 240C –

300C. Bila suhu melebihi yang ditentukan maka pekerja mudah

berkeringat sehingga pori – pori banyak terbuka dan pestisida akan

mudah masuk melalui kulit (Achmadi, 1991).

Penggunaan APD

Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak. Oleh karena itu,

penggunaan APD pada petani ketika bekerja menggunakan

pestisida sangat penting untuk menghindari kontak langsung

dengan pestisida. Peraturan Menteri Kesehatan No. Per.

258/Menkes/Per/III/1992 tentang Persyaratan Kesehatan

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

31

Pengelolaan Pestisia menyatakan bahwa jenis perlengkapan

minimal yang digunakan oleh pengguna pestisida yang melakukan

penyemprotan di luar lapangan, yaitu (1) pelindung kepala; (2)

pelindung mata; (3) pelindung pernafasan; (4) pelindung badan; (5)

pelindung tangan; dan (6) pelindung kaki.

Cara penanganan pestisida

Dalam menggunakan pestisida, perlu diperhatikan pemilihan jenis

pestisida, penyemprotan, pencucian alat, dan pembuangan sisa

pembungkus pestisida. Suma’mur (1995) menyatakan bahwa

penggunaan bahan kimia harus memenuhi prinsip dan cara kerja

yang sesuai dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Adapun

prinsip dan cara kerja tersebut, yaitu (1) saat mencampur, harus

menggunakan sarung tangan karet, alat takar, dan pengaduk khusus

sehingga terhindar dari kontak dengan kulit tangan; (2) saat

menyemprot, harus searah dengan arah angin, memakai baju

lengan panjang, celana panjang, serta perlengkapan pelindung

kepala, mata, dan hidung;

(3) Selesai menyemprot, bekas pestisida dibungkus dan dikubur,

air bekas cucian dibuang pada tempat yang tidak mencemari badan

air, mandi dengan sabun dan mengganti pakaian sebelum

melakukan pekerjaan lain, serta mencuci tangan sebelum

melakukan pekerjaan lain, serta mencuci tangan sebelum makan.

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

32

Dosis pestisida

Suma’mur (1995) menyatakan bahwa semakin besar dosis

pestisida, semakin mempermudah terjadinya keracunan pada petani

pengguna pestisida. Hal ini diperkuat oleh Mualim (2002) yang

menyatakan bahwa dosis pestisida yang semakin besar

kemungkinan terjadi keracunan. Bila dosis penggunaan pestisida

bertambah, efek dari pestisida pun akan bertambah. Dosis yang

tidak sesuai mempunyai resiko 4 kali untuk terjadi keracunan

dibandingkan penyemprotan yang dilakukan dengan menggunakan

dosis sesuai aturan. Untuk dosis penyemprotan di lapangan

khususnya golongan organofosfat, dosis yang dianjurkan 0,5 – 1,5

kg/ha (Djojosumarto, 2008).

Jumlah jenis pestisida

Masing – masing pestisida mempunyai efek fisiologis yang

berbeda – beda tergantung dari kandungan zat aktif dan sifat fisik

pestisida tersebut. Pada saat penyemprotan, penggunaan pestisida >

3 jenis dapat mengakibatkan keracunan pada petani. Banyaknya

jenis pestisida yang digunakan menyebabkan beragamnya paparan

pada tubuh petani yang mengakibatkan reaksi sinergik dalam tubuh.

Hal ini diperkuat oleh Suwarni (1997) yang menyatakan bahwa

penggunaan pestisida lebih dari satu jenis mempunyai resiko lebih

besar untuk terjadi keracunan bila dibandingkan dengan satu jenis

pestisida.

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

33

Toksisitas senyawa pestisida

Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam penggunaan

dengan kadar rendah menimbulkan gangguan sedikit bila

dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh rendah tetapi

dengan kadar tinggi.

Lama penyemprotan

Frekuensi dan lama penyemprotan akan menyebabkan semakin

sering terpapar pestisida sehingga kecenderungan untuk keracunan

semakin tinggi (Achmadi, 1993). Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan No. Per. 258/Menkes/Per/III/1992 tentang Persyaratan

Kesehatan Pengelolaan Pestisida, lamanya penanganan pestisida

per hari tidak boleh lebih dari 5 jam dan tidak lebih dari 5 hari per

minggu.

Frekuensi penyemprotan

Semakin sering menyemprot maka semakin tinggi pula resiko

keracunan. Penyemprotan sebaiknya dilakukan sesuai dengan

ketentuan. Tenaga kerja yang mengelola pestisida tidak boleh

mengalami pemaparan lebih dari 5 jam sehari aatau 30 jam dalam

seminggu (Direktorat Jenderal P2M dan PLP, 1992).

Tindakan penyemprotan pada arah angin

Penyemprotan yang baik searah dengan arah angin dan penyemprot

hendaklah mengubah posisi penyemprotan bila arah melebihi

kecepatan 750 m/menit. Petani pada saat menyemprot melawan

arah angin akan mempunyai resiko lebih besar bila disbanding

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

34

dengan petani yang saat menyemprot tanaman searah dengan arah

angin.

Masa kerja

Semakin lama petani menjadi penyemprot maka semakin lama pula

kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan terhadap

pestisida semakin tinggi.

2.7 Cara Menilai Keracunan Pestisida

Keracunan pestisida adalah gejala yang disebabkan oleh pestisida yang

dirasakan oleh petani pengguna pestisida penyemprot berdasarkan

pengakuan sendiri. Adapun penilaian tingkat keracunan tersebut dapat

dilihat berdasarkan gejala yang dirasakan oleh petani pestisida penyemprot

tersebut ataupun dengan melihat kadar cholinesterase dalam darah si

petani.

2.7.1 Berdasarkan Gejala yang Dirasakan Petani

Tingkat keracunan digolongkan menjadi gejala keracunan ringan,

sedang dan berat. Gejala keracunan ringan, meliputi sakit kepala,

penglihatan kabur, eneg dan mual – mual, keram perut, dan diare.

Gejala keracunan sedang, meliputi mudah lelah, mata suit dibuka

lebar – lebar, air liur berlebih, keringat berlebih, dada sering sesak

dan perasaa tidak nyaman, dan tangan bergetar. Sedangkan gejala

keracunan berat, meliputi tidak dapat berjalan, pingsan mendadak,

tiba – tiba terjadi serangan sakit pada bagian tubuh tertentu atau

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

35

seluruh tubuh, dan gejala lainnya yang tidak termasuk dalam gejala

ringan dan sedang (von, Osten, et al, 2004).

2.7.2 Berdasarkan Kadar Cholinesterase dalam Darah

Dari hasil pemeriksaan aktivitas cholinesterase dalam darah dapat

disimpulkan sebagai berikut (Soeprapto, 1999) :

1. Apabila ditemukan 100 – 75% dari normal, pekerja/orang

pemakai pestisida masih diperkenankan bekerja terus.

2. Bila aktivitas cholineterase berada dalam 75 – 50% dari

normal, pekerja tersebut mungkin mengalami keracunan dan

pemeriksaan diulangi. Kalau hasilnya tetap seperti semula,

sebaiknya istirahat selama 2 minggu, kemudian diulangi lagi.

Biasanya akan membaik bila dijauhkan dari pestisida.

3. Apabila aktivitas cholinesterase berada dalam 50 – 25% dari

normal, menunjukkan keracunan cukup gawat dan dilarang

terpapar pestisida macam apapun, selama 2 minggu diperiksa

lagi.

4. Bila cholinesterase hanya 25 – 0% dari normal, termasuk

keracunan berat dan terancam kematian.

2.8 Cara Pencegahan Keracunan Pestisida

Pengetahuan tentang pestisida yang disertai dengan praktek penyemprotan

akan dapat menghindari petani/penyemprota dari keracunan.

Ada beberapa cara untuk menghindari keracunan (Djojosumarto, 2008),

antara lain :

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

36

Pembelian pestisida

Dalam pembelian pestisida hendaknya selalu dalam kemasan yang

asli, masih utuh dan ada label petunjuknya.

Perlakuan sisa kemasan

Bekas kemasan sebaiknya dikubur atau dibakar yang jauh dari

sumber mata air untuk menghindari pencemaran ke badan air dan

juga jangan sekali – kali bekas kemasan pestisida untuk tempat

makanan dan minuman.

Penyimpanan

Setelah menggunakan pestisida, apabila berlebih, hendaknya

disimpan yang aman seperti jauh dari jangkuan anak – anak, tidak

bercampur dengan bahan makanan, dan sediakan tempat khusus

yang terkunci dan terhindar dari sinar matahari langsung.

Penatalaksanaan penyemprotan

Pada pelaksanaan penyemprotan, banyak terjadi keracunan oleh

sebab itu petani diwajibkan memakai APD yang lengkap setiap

menyemprot, tidak melawan arah angin atau tidak menyemprot

sewaktu angin kencang, hindari kebiasaan makan dan minum serta

merokok ketika sedang menyemprot, setiap selesai menyemprot

dianjurkan untuk mandi pakai sabun dan berganti pakaian, serta

pemakaian alat semprot yang baik akan menghindari terjadinya

keracunan.

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

37

2.9 Kerangka Pemikiran

2.9.1 Kerangka Teori

Berdasarkan hal yang telah dijelaskan, kerangka teori dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Teori(Achmadi, 1991; Arisman, 2004; Djojosumaro, 2008; Prijanto, 2009;

Sartono, 2001)

PestisidaPenyemprotan

Pestisida

Petani Terpapar

Keracunan AkibatPestisida

Faktor yang mempengaruhi

LUAR Suhu lingkungan Penggunaan APD Cara penanganan

pestisida Dosis pestisida Jumlah jenis pestisida Toksisitas senyawa

pestisida Lama penyemprotan Frekuensi

penyemprotan Tindakan

penyemprotan padaarah angin

KronisAkut

Ket :

: Masukdalam penelitian

: Tidak ikutditeliti

DALAM

Pengetahuan

Tindakan

Usia

Bentuk & cara masukpestisida

Status gizi

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

38

2.9.2 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.10 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang pestisida dengan

angka kejadian keracunan pestisida pada petani di Desa Batangharjo.

2. Terdapat hubungan penggunaan APD dengan angka keracunan

pestisida pada petani di Desa Batangharjo.

Tingkat PengetahuanPetani Tentang Pestisida

Penggunaan APD

KeracunanPestisida

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

39

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik, yaitu penelitian

yang mencoba mencari hubungan antar variabel. Sedangkan desain

penelitian yang digunakan adalah penelitian cross sectional, yaitu

observasi atau pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan

pada satu saat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Batangharjo bedeng 41 Polos Kecamatan

Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 1 – 7 Oktober 2018.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah petani sawah pengguna pestisida di Desa

Batangharjo bedeng 41 Polos Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung

Timur.

Sampel penelitian adalah sebagian populasi penelitian yang memenuhi

kriteria inklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik sampling

dengan satuan sampling dipilih berdasarkan kriteria tertentu agar

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

40

mendapatkan satuan sampling dengan karakteristik yang dikehendaki

(Setiawan, 2005).

Besar sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus :

n = Z2α p q = Z2α p (1-p)d2 d2

Keterangan :

n = Besar sampel

p = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak

diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50)

1-p = q, yaitu proporsi untuk terjadinya suatu kejadian. Jika

penelitian ini menggunakan q terbesar, maka q = 1-p = 0,5

Z = Nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α

(α = 0,05, interval kepercayaan 95%, jadi Z1-/2 = 1,96)

d = Besar penyimpanan (absolut) yang bisa diterima (10%)

(Sastroasmoro dan Ismael, 1995)

Jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut :

n = (1,96)2 0,50 (0,50)0,102

n = 96,04

= 96 responden

Jadi, besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah 96 responden.

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

41

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu :

1. Laki-laki/perempuan yang bermata pencaharian sebagai petani sawah

dan merupakan anggota kelompok anggota tani di Desa Batangharjo

bedeng 41 Polos Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

2. Bersedia mengikuti penelitian.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini tidak ada.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini, yaitu :

1. Variabel bebas (independent variable) adalah yang mempengaruhi,

yaitu tingkat pengetahuan mengenai pestisida dan penggunaan APD.

2. Variabel terikat (dependable variable) adalah variabel yang

dipengaruhi, yaitu tingkat keracunan pestisida.

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

42

3.6 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

VariabelPenelitian

Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuantentangpestisida

Merupakan segala sesuatu yangdiketahui responden tentanghal – hal yang berhubungandengan pestisida yang meliputijenis, fungsi, dosis, konsentrasidan volume semprot yangtepat.

Kuisioner 1. Baik bila skor total 76% -100% (20 – 24)

2. Cukup bila skor total 56% -75% (14 – 18)

3. Kurang bila skor total <56%(<14) (Arikunto,2010)

Ordinal

Alat PelindungDiri

Merupakan alat untukmelindungi diri petani agarterhindar dari kontak langsungterhadap pestisida. Alat yangdigunakan, antara lain alatpenutup kepala (topi), alatpelindung pernafasan (masker),baju lengan panjang, celanapanjang dan sepatu kerja(boot).

Kuisioner 1. Lengkap jika = 52. Tidak lengkap jika < 5

(Depkes RI, 2003)

Nominal

KeracunanPestisida

Gejala yang disebaban olehpestisida yang dirasakan olehpetani pengguna pestisida(penyemprot) berdasarkanpengakuaan sendiri

kuisioner 1. Ya, bila terkena gejalakeracunan akut, dimana, itudapat dibagi lagi menjadi :

Ringan bila sakit kepala,penglihatan kabur, enegdan mual – mual, keramperut, dan diare (bilaterdapat minimal 3gejala dari gejalatersebut)

Sedang bila mudahlelah, mata sulit dibukalebar – lebar, air liurberlebih, keringatberlebih, dada seringsesak dan perasaan tidaknyaman, dan tanganbergetar (bila terdapatgejala ringan danminimal 2 gejala darigejala sedang)

Berat bila tidak dapatberjalan, pingsanmendadak, tiba – tibaterjadi serangan sakitpada bagian tubuhtertentu atau seluruhtubuh, dan gejalalainnya yang tidaktermasuk gejalakeracunan ringan dangejala keracunan sedang(von Osten, et al., 2004,Safi, et al., 2005, danMarkmee, 2005)

2. Tidak, bila tidak terkenagejala keracunan akut yangsudah tersebut.

Ordinal

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

43

3.7 Sumber Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara, yaitu :

Data Primer

Jenis dan cara pengumpulan data primer dalam penelitian ini, yaitu data

tingkat pengetahuan tentang pestisida, penggunaan APD dan tingkat

kesehatan subjektif yang diperoleh melalui wawancara menggunakan

kuisioner.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

Kuisioner terstruktur digunakan untuk memperoleh data tingkat

pengetahuan pestisida, penggunaan APD dan gejala subjektif kesehatan.

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Tahap pengolahan data (Bachtiar, 2000), meliputi :

1. Pengecekan data kuisioner yang telah diisi (Editing).

2. Pengkodean jawaban responden (Coding).

3. Pembuatan tabel dan penentuan variabel yang akan dianalisis

(Tabulating).

4. Pemasukan data ke komputer (Entry) dengan menggunakan program.

Tahap analisis data (Bachtiar, 2000), meliputi :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan membahas setiap variabel secara

deskriptif yang dalam penyajiannya berbentuk tabel distribusi

frekuensi.

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

44

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang

digunakan yaitu uji Chi Square.

3.10 Etika Penelitian

Nomor persetujuan etik / ethical approval:

No:5202/UN26.18/PP.05.02.00/2018. Adapun prinsip etika penelitian

dalam penelitian ini adalah :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti perlu mempertimbangkan hak – hak responden untuk ;

Mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya

penelitian

Memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan

untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian oleh karena itu,

peneliti harus mempersiapkan formulir persetujuan responden

(informed consent).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian

Penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu,

termasuk informasi yang bersifat pribadi. Tidak semua orang

menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga

peneliti perlu memperhatikan privasi dan kebebasan individu tersebut.

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas

responden, baik nama maupun alamat dalam kuisioner/ alat ukur.

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

45

Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau nomor identitas

responden).

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas

Prinsip keadilan mempunyai makna keterbukaan dan adil. Penelitian

harus dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan factor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis, serta perasan religious

responden.

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian

membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut

kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat.

Misalnya dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan

aspek keadilan gender dan hak responden untukk mendapatkan

perlakuan yang sama, baik sebelum, selama, maupun sesudah

berpartisipasi dalam penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Peneliti harus melaksanakan penelitian sesuai dengan penelitian agar

hasilnya bermanfaat semaksimal mungkin bagi responden dan dapat

digeneralisasikan di tingkat populasi. Peneliti juga harus

meminimalisasi dampak yang merugikan responden.

Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau

stress tambahan, maka responden dikeluarkan dari kegiatan penelitian

untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stress, maupun kematian.

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

63

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpukan :

1. Distribusi frekuensi penggunaan alat pelindung diri pada petani di Desa

Batangharjo Bedeng 41 Polos menunjukkan bahwa responden yang

menggunakan APD tidak lengkap sebanyak 79 orang (79%) dan yang

menggunakan APD lengkap sebanyak 21 orang (21%).

2. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pada petani di Desa

Batangharjo Bedeng 41 Polos menunjukkan bahwa subjek penelitian

yang masuk ke dalam kategori baik sebanyak 39 orang (39%), kemudian

yang masuk ke dalam kategori cukup sebanyak 37 orang (37%), dan

yang masuk ke dalam kategori kurang sebanyak 24 orang (24%).

3. Terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian keracunan

pestisida pada petani di Desa Batangharjo Bedeng 41 Polos.

4. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan petani tentang pestisida

dengan kejadian keracunan pestisida pada petani di Desa Batangharjo

bedeng 41 Polos.

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

64

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penulis menyarankan bagi

peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian serupa sebaiknya :

1. Melakukan observasi terhadap APD yang digunakan untuk mengetahui

apakah APD yang digunakan masih sesuai standar dan masih layak

digunakan, dengan melakukan hal ini diharapkan akan didapatkan hasil

penelitian yang lebih akurat.

2. Membuat kuisioner yang lebih terperinci agar dapat memberikan standar

yang lebih tepat pada tingkat pengetahuan tentang pestisida oleh petani.

3. Melakukan pemeriksaan penunjang yang dapat menyingkirkan penyakit

– penyakit lain yang memiliki gejala subjektif mirip dengan gejala yang

diakibatkan oleh keracunan pestisida, sehingga diharapkan akan

didapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.

4. Mengawasi/membimbing subjek penelitian ketika mengisi kuisioner

penelitian, dengan melakukan hal ini diharapkan akan didapatkan hasil

penelitian yang lebih akurat.

5. Menggunakan metode lain yang lebih akurat untuk meneliti keracunan

pestisida yang dialami oleh petani, misalnya pemeriksaan kadar

cholinesterase dalam darah, sehingga diharapkan akan didapatkan hasil

penelitian yang lebih akurat.

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. 1991. Aspek Kesehatan Kerja Sektor Informal. DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Achmadi, U. F. 1993. Pengukuran Dampak Kesehatan (Penyakit) AkibatPerubahan Lingkungan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta.

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Budiono, S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Tri TunggalFajar, Jakarta.

Budiono, S. 2003. Hiperkes dan KK. Universitas Diponegoro, Semarang.Departemen Pertanian. Keputusan Menteri Pertanian Republik IndonesiaNomor : 517/Kpts/TP.270/9/2002 Tentang Pengawasan Pestisida.

Direktorat Jenderal P2M dan PLP. 1992. Pemeriksaan Cholinesterase Darahdengan Tintomete Kit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Direktorat Jenderal P2M dan PLP. 1992. Pengawasan Tempat PengelolaanPestisida. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius, Yogyakara.

Harington, J. M. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran,Jakarta.

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

Himmawan, L. S. 2006. Pengaruh pemakaian alat pelindung pernapasan terhadapkapasitas fungsi paru petani sayuran pengguna pestisida semprot, (Skripsi).Universitas Negeri Semarang, Semarang.

La Dou, J. 1990. Occupational Medicine. Prentice – Hall International Inc. USA.408 – 410.

Mujoko, J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Universitas AirlanggaPress, Surabaya.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Hal 27-32

Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Rineka cipta, Jakarta.Hal 50-60

Novizan. 2008. Petunjuk Pemakaian Pestisida. AgroMedia Pustaka, Jakarta.Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik IndonesiaNomor Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

Prijanto, T. B. 2009. Analisis faktor resiko keracunan pestisida organofosfat padakeluarga petani hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang(Tesis). Universitas Diponegoro, Semarang

Sartono. 2001. Racun dan Keracunan. Widya Medika, Jakarta.

Siwiendrayanti, A. 2016. Buku Ajar Toksikologi. Cipta Prima Nusantara,Semarang.

Spiewak, R. 2001. Pesticides as a Cause of Occupational Skin Disease in Farmers.Journal of Agricultre Safety and Health 7 (4) : 268.

Sudarmo, S. 2007. Pestisida. Kanisius, Yogyakarta.

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ...digilib.unila.ac.id/58507/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeracunan pestisida dapat disebabkan baik dari faktor luar tubuh maupun dari faktor

Suma’mur, P. K. 1995. Higiene Perubahan dan Kesehatan Kerja. P.T GunungAgung, Jakarta.

Suwarni, A. 1997. Pemaparan dan tingkat keracunan pestisida pada petani cabedan bawang merah di Kabupaten Brebes Jawa Tengah (Tesis). UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.

Von Osten, Tinoco – Ojanguren, Soares, Guilbermino, Effect of PesticideExposure on Acethylcholinesterase Activity in Subsistence Farmers fromCampeche,Mexico. Archives of Envionmental Health August 2004 [Vol.59 (No. 80)].