hubungan tingkat pendidikan formal kepala … filehubungan tingkat pendidikan formal kepala keluarga...

81
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Nadhira Puspita Ayuningtyas G0009145 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: doanduong

Post on 08-Jun-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Nadhira Puspita Ayuningtyas G0009145

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga

dengan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes

Nadhira Puspita Ayuningtyas, NIM: G0009145, Tahun: 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Rabu, Tanggal 26 Desember 2012

Pembimbing Utama

Nama : Rustam Siregar, dr., Sp. A ……………………….. NIP : 19490116 198012 1 001 Pembimbing Pendamping

Nama : Arif Suryawan, dr. ……………………….. NIP : 19580327 198601 1 001 Penguji Utama

Nama : Ismiranti Andarini, dr., Sp. A., M.Kes ……………………….. NIP : 19510421 198011 1 002 Anggota Penguji

Nama : Prasetyadi M, dr., Sp. KK ……………………….. NIP : 19611210 199003 1 005

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Mutmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM

NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 12 Desember 2012

Nadhira Puspita Ayuningtyas NIM G0009145

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

iv

ABSTRAK Nadhira Puspita Ayuningtyas, G0009145, 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga dengan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia dan merupakan penyakit endemis yang ada hampir di seluruh propinsi. Jumlah kasus DBD semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karenanya pemerintah menggalakkan upaya pencegahan DBD melalui pengendalian vektornya yaitu nyamuk Aedes dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Namun, tampaknya hingga saat ini upaya tersebut belum memberikan hasil yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan September - Desember 2012 di Surakarta. Subyek penelitian adalah kepala keluarga yang bertempat tinggal di Surakarta. Perilaku subyek diukur dengan menggunakan kuesioner yang meliputi kuesioner perilaku masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk Aedes yang terdiri atas 20 item pertanyaan. Diperoleh data sebanyak 50 dan analisis data menggunakan uji Annova satu jalan melalui program SPSS 17.00 for Windows. Hasil Penelitian : Hasil penelitian dari total 50 sampel didapatkan skor rata-rata perilaku 25 dari skor 40. Penelitian ini menunjukkan nilai F hitung sebesar 11,64 sedangkan nilai F 1) = 3 dan (df2) = 46 didapatkan nilai sebesar 2,81. Hal ini berarti bahwa nilai F hitung > nilai F tabel. Sementara itu = 0,000 yang berarti bahwa p < 0,05. Kedua hasil analisis tersebut memiliki simpulan yang sama, yaitu menolak Ho. Simpulan Penelitian : Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga, semakin baik pula perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes. Kata Kunci : Tingkat pendidikan formal kepala keluarga, perilaku pemberantasan

sarang nyamuk Aedes.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

v

ABSTRACT Nadhira Puspita Ayuningtyas, G0009145, 2012. Correlation between Patriarch Formal Education Degree and Behaviour in Eradication of Aedes Mosquitoes Nest. Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta Background: Dengue Hemoragic Fever (DHF) is a serious health problem in Indonesia and it is an endemic diesase in almost every province in Indonesia. The number of DHF cases increased each year. That’s why, the government promote a way to prevent DHF through controlling the vector, Aedes mosquitoes, with the eradication of mosquitoes nest. However, it seems that until today it hasn’t give the desired result. This study aims to determine the relationship between patriarch formal education degree with the behaviour in eradication of aedes mosquitoes nest. Methods: This was an observational analytic study with cross-sectional approach that was conducted on September-December 2012 in Surakarta. The subject were partiarch residing in Surakarta. Subject’s behaviour was measured through a questionnaire which included questionnaires of behaviour towards eradication of Aedes mosquitoes nest which consist 20 items of questions. The obtained data were 50 and the data analysis used One Way Anova test with SPSS 17.00 for Windows program. Results: The results of a total of 50 samples abtained an average score of their behaviour 25 out of 40. This study demonstrates the value of F count equal to 11.64, while the value of F table with = 0.05 and degrees of freedom (df1) = 3 and (df2) = 46 obtained a value of 2.81. It means that the value of F count > value of F table. Meanwhile, with = 0.05 shows p = 0.000, which means that p < 0.05. Thus, the two analyzes are the same conclusions that reject Ho. Conclusion: There is a statistically significant relationship between patriarch formal education degree and behaviour in eradication of Aedes mosquitoes nest. The higher the education degree, the better the behaviour in eradiction of Aedes mosquitoes nest. Keywords: Patriarch formal education degree, behaviour in eradication of Aedes

mosquitoes nest.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

vi

PRAKATA

Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puji kehadirat Allah SWT, atas segala karunia, rahmat, izin, dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga dengan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu rasa hormat dan ucapan terima kasih yang dalam penulis berikan kepada : 1. Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. H. Rustam Siregar, dr. Sp. A selaku Pembimbing Utama atas semua bimbingan,

saran, nasihat, dan masukannya selama penyusunan hingga selesainya skripsi ini. 3. Arif Suryawan, dr. selaku Pembimbing Pendamping atas semua bimbingan,

saran, dan masukannya selama penyusunan hingga selesainya skripsi ini. 4. Ismiranti Andarini, dr. Sp. A, M.Kes selaku Penguji Utama yang telah

memberikan banyak kritik, saran, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Prasetyadi Mawardi, dr. Sp. KK selaku Penguji Pendamping yang telah

memberikan banyak kritik, saran, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Annang Giri Moelyo, dr. Sp. A, M.Kes, Mutmainah, dr.,M.Kes, Bu Enny, SH.,

MH dan Mas Sunardi selaku TIM Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini

7. Yang tercinta dan amat saya sayangi kedua orang tua saya, Dra. Fathia, Apt. dan Hery Indyanto, drh. yang senantiasa mendoakan dengan tiada henti serta memberikan dukungan, semangat, dan motivasi sehingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Kakak saya yang tercinta Imania Mustika Purwitaningtyas, S.T. yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat sehingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Novia Damara, Namira Octaviyati, Pratiwi Prasetya Primisawitri, dan teman-teman lainnya atas segala bantuan dan waktu yang selalu tersedia.

10. Mbak Daryanti yang sangat membantu saya dalam terselesaikannya skripsi ini. 11. Seluruh warga dan pihak kelurahan atas segala waktu dan bantuan selama proses

pengambilan data sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses

penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih jauh dari sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 21 Desember 2012

Nadhira Puspita Ayuningtyas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka........................................ ............................................ 7

1. Pendidikan ............................................................. ........................... 7

2. Tingkat Pendidikan Formal ....................................................... ...... 8

3. Nyamuk Aedes ....................................................... .......................... 10

a. Taksonomi ..................................................................................... 10

b. Morfologi ...................................................................................... 11

c. Siklus Hidup ................................................................................. 12

d. Kebiasaan Hidup Nyamuk ............................................................ 13

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

viii

4. Infeksi Virus Dengue ....................................................... ................ 15

a. Etiologi .......................................................................................... 15

b. Patofisio logi .................................................................................. 15

c. Patogenesis .................................................................................... 20

d. Manifestasi Klinis .......................................................................... 25

e. Diagnosis ........................................................................................ 31

f. Klasifikasi ..................................................................................... 34

g. Penularan ........................................................................................ 35

h. Pencegahan Penyakit Dengue .................................................... 35

5. Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes ................................. ....... ... 38

6. Perilaku ............................................................................................. 40

a. Pengertian Perilaku ............................................................ ......... 40

b. Bentuk Perilaku ....................................................... .................... 41

c. Determinan Perilaku .............................................. ...................... 42

d. Proses Adopsi Perilaku ................................................................ 43

7. Hubungan Pendidikan Formal Kepala Keluarga dengan

Perilaku terhadap PSN Aedes .......................................................... 44

B. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 48

C. Hipotesis ................................................................................................. 49

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................................. 50

A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 50

B. Lokasi Penelitian .................................................................................... 50

C. Subjek Penelitian .................................................................................... 50

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

ix

D. Teknik Sampling ..................................................................................... 51

E. Alat dan Bahan ....................................................................................... 52

F. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 52

G. Defin isi Operasional Penelitian .............................................................. 52

H. Desain Penelitian .................................................................................... 54

I. Cara Penelitian ........................................................................................ 54

J. Teknik Analisis Data .............................................................................. 55

BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................................... 56

BABV. PEMBAHASAN ........................................................................................... 61

BABVI. PENUTUP ...................................................................................................... 67

A. Simpulan ................................................................................................. 67

B. Saran ........................................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 68

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Expanded Dengue Syndrome (Manifestasi Klinis yang Tidak Umum

pada Infeksi Dengue) ................................................................................. 30

Tabel 2.2. Klasifikasi Infeksi Dengue dan Derajat Keparahan DBD ........................ 34

Tabel 4.1. Umur, Pekerjaan, dan Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga

...................................................................................................................... 56

Tabel 4.2. Distribusi Penyuluhan PSN ......................................................................... 58

Tabel 4.3. Hasil Analisis Anova Satu Jalan tentang Hubungan Pendidikan Formal

Kepala Keluarga Dengan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk

Aedes ............................................................................................................ 58

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran .................................................................. 48

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian ................................................................ 54

Gambar 4.1. Perbedaan Rata-Rata Skor Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk

Menurut Tingkat Pendidikan ................................................................ 60

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Kuesioner Penelitian

Lampiran B. Data Penelitian

Lampiran C. Hasil Uji Anova Satu Jalan

Lampiran D.

Lampiran E. Surat Izin Penelitian

Lampiran F. Surat Telah Melakukan Penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demam Berdarah Dengue menjadi masalah kesehatan utama di

Indonesia dan merupakan penyakit endemis hampir di seluruh propinsi serta

sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa/KLB (Depkes RI, 2008). Indonesia

sendiri menurut WHO termasuk ke dalam negara endemik DBD bersama

dengan Thailand, Sri Langka, dan Timor Leste dalam peta ASEAN (WHO,

2007). Selain itu, berdasarkan jumlah kasus yang terdata di WHO, Indonesia

memiliki jumlah kasus terbanyak di Asia Tenggara sejak tahun 2003 hingga

tahun 2009 dengan jumlah kasus yaitu, 51934 kasus pada tahun 2003, 79462

kasus pada tahun 2004, 95279 kasus pada tahun 2005, 106425 kasus pada

tahun 2006, 157442 kasus pada tahun 2007, 155607 kasus pada tahun 2008,

dan 156052 kasus pada tahun 2009 (WHO, 2010).

Demam Berdaah Dengue pertama kali ditemukan di Indonesia pada

tahun 1968 di Surabaya. Namun, konfirmasi virologis baru didapat pada

tahun 1972. Sejak saat itu hingga kini DBD telah tersebar ke seluruh propinsi

di Indonesia dan terus terjadi peningkatan jumlah kasus dari tahun ke tahun

(Zulkoni, 2011).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

2

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI didapatkan pada

tahun 2002 jumlah kasus sebanyak 40.377 ( IR : 19,24/100.000 penduduk

dengan 533 kematian (CFR : 1,3 %), tahun 2003 jumlah kasus sebanyak

52.566 (IR : 24,34/100.000 penduduk) dengan 814 kematian (CFR : 1,5 %),

tahun 2004 jumlah kasus sebanyak 79.462 (IR : 37,01/100.000 penduduk)

dengan 957 kematian (IR : 1,20 %), tahun 2005 jumlah kasus sebanyak

95.279 (IR : 43,31/100.000 penduduk) dengan 1.298 kematian (CFR : 1,36

%) tahun 2006 jumlah kasus sebanyak 114.656 (IR : 52,48/100.000

penduduk) dengan 1.196 kematian (CFR : 1,04 %), tahun 2007 jumlah kasus

124.811 (IR: 57,52/100.000 penduduk) dengan 1.277 kematian (CFR:

1,02%), tahun 2008 jumlah kasus 137.469 (IR = 59,02 per 100.000

penduduk) dengan 1.187 kematian (CFR = 0.86%), dan jumlah kasus pada

tahun 2009 sebanyak 154.855 dengan 1.384 kematian (CFR = 0.89%).

Berdasarkan Grafik Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Per

Propinsi di Indonesia Tahun 2011, Propinsi Jawa Tengah menduduki

peringkat kedua terbanyak jumlah kasus Demam Berdarah Dengue dengan

jumlah kasus sebanyak 2.345 setelah Propinsi Jawa Timur dengan jumlah

kasus sebanyak 3.152.

Upaya pengendalian penyakit DBD yang telah dilakukan sampai saat

ini adalah memberantas nyamuk penularnya, yaitu Aedes aegypti dan Aedes

albopictus baik nyamuk dewasa ataupun jentiknya karena obat dan

vaksinnya untuk membasmi virusnya belum ada hingga saat ini. Departemen

Kesehatan telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

3

pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan

mengobati sesuai protap, memutuskan mata rantai penularan dengan

pemberantasan vektor (nyamuk dewasa dan jentik-jentiknya), kemitraan

dalam wadah POKJANAL DBD (Kelompok Kerja Operasional DBD),

pemberdayaan masyarakat dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN 3M Plus) dan Peningkatan profesionalisme pelaksana program (Depkes

RI, 2008).

Salah satu upaya pencegahan yang paling utama adalah pemberdayaan

masyarakat dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Kampanye

PSN sudah digalakkan Departemen Kesehatan dengan semboyan 3M, yaitu

menguras tempat penampungan air secara teratur, menutup tempat-tempat

penampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi

sarang nyamuk. Kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan pada

tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus yaitu dengan cara menggunakan

larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan kelambu pada

waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan

lotion anti nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi

setempat.

Pemberantasan Sarang Nyamuk berperan sangat penting dalam

mencegah terjadinya penularan penyakit demam berdarah dengue, karena

dengan dilakukannya PSN dapat memutus siklus hidup vektor penyakit DBD

yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Institute for Medical

Research, Kuala Lumpur, Malaysia dan Department of Health, Cebu City,

Philippines ditemukan bahwa salah satu virus penyebab penyakit demam

berdarah dengue, dengue virus type 2 (DEN-2), dapat ditransmisikan secara

transovarial pada nyamuk Aedes aegypti sampai generasi kelima. Penelitian

tersebut dilakukan dengan cara memberi makan 200 nyamuk Aedes aegypti

betina berumur 4-5 hari dengan darah yang terinfeksi oleh dengue virus type

2, kemudian nyamuk tersebut dibiakkan hingga sampai terdapat 7 generasi;

setiap generasi diuji dengan menggunakan metode immunological staining

untuk mengetahui keberadaan virus. Virus ternyata terdeteksi sampai pada

generasi kelima tetapi pada generasi keenam dan ketujuh sudah tidak

terdeteksi (Rohani et al., 2008)

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan nyamuk Aedes aegypti

masih dapat menularkan virus demam berdarah dengue tipe 2 walaupun

keturunan dari nyamuk tersebut, sampai dengan generasi kelima, tanpa perlu

menghisap terlebih dahulu darah dari penderita DBD. Oleh karena itu, sangat

penting untuk memutus siklus hidup nyamuk dalam usaha pencegahan dan

penanggulangan penyakit demam berdarah dengue.

Sampai saat ini, upaya PSN dengan 3M plus yang dilakukan baik

masyarakat maupun pemerintah belum memberikan hasil yang diinginkan

karena setiap tahun masih terjadi peningkatan jumlah kasus DBD. Berbagai

upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam PSN sudah banyak dilakukan

tetapi hasilnya belum optimal dapat merubah perilaku masyarakat untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

5

secara terus-menerus melakukan PSN di tatanan dan lingkungan masing-

masing (Depkes RI, 2008).

Dalam setiap persoalan kesehatan, termasuk dalam upaya

penanggulangan DBD, faktor perilaku senantiasa berperan penting. Perhatian

terhadap faktor perilaku sama pentingnya dengan perhatian terhadap faktor

lingkungan, khususnya dalam hal upaya pencegahan penyakit. Perilaku

kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah latar

belakang seseorang. Latar belakang di sini mencakup pendidikan seseorang

(Liana, 1996).

Seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan rendah atau buta

huruf, pada umumnya akan mengalami kesulitan untuk menyerap ide-ide baru

dan membuat seseorang tersebut bersifat konservatif, karena tidak mengenal

alternatif yang lebih baik (Kasnodiharjo, 1998).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, tiap tahunnya masih

terjadi peningkatan kasus demam berdarah dan hal ini merupakan masalah

yang cukup serius dan perlu diwaspadai. Walaupun pemerintah telah

mengajak masyarakat berperan dalam pencegahan demam berdarah melalui

program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), namun hal tersebut belum

memberikan hasil yang diinginkan hingga saat ini. Beberapa faktor dapat

mempengaruhi perilaku seseorang terhadap PSN yang merupakan perilaku

kesehatan dan salah satunya adalah tingkat pendidikan, maka peneliti ingin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

6

mengetahui lebih lanjut adakah hubungan antara tingkat pendidikan formal

kepala keluarga dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan tingkat pendidikan formal kepala keluarga

dengan perilaku terhadap pemberantasan sarang nyamuk Aedes?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal kepala

keluarga dengan perilaku terhadap pemberantasan sarang nyamuk Aedes.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Dinas Kesehatan Surakarta untuk merumuskan langkah strategis yang

dapat dilakukan dalam menurunkan angka kejadian DBD.

2. Masyarakat, sebagai informasi untuk lebih menggalakkan kegiatan

pemberantasan sarang nyamuk Aedes.

3. Orang lain, untuk menambah wawasan dan sumber pustaka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah: “usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara”.

Pengertian kata “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2001) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan dalam pengertian yang agak luas dapat diartikan sebagai

sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan

kebutuhan. Karena di dalam pendidikan tercakup proses perkembangan

seseorang menuju kedewasaan maka pendidikan mempunyai tujuan untuk

mengubah dan membentuk sikap, watak serta perilaku manusia ke arah

yang lebih baik (Syah, 2011).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

8

2. Tingkat Pendidikan Formal

Berdasarkan lingkungan terselenggaranya, pendidikan dapat

diklasifikasikan menjadi: pendidikan informal, pendidikan non formal dan

pendidikan formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh

dari pengalaman sehari-hari secara sadar atau tidak sepanjang hayat

seseorang. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, pergaulan

sehari-hari, pekerjaan, masyarakat, keluarga dan organisasi. Pendidikan

non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu, dengan

sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan

formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan

mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung

di sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal karena

diadakan di tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan

kurun waktu tertentu, serta berlangsung mulai dari Taman Kanak-kanak

hingga Perguruan tinggi berdasarkan aturan resmi yang sudah ditetapkan

(Ahmadi dan Uhbiyati, 1991).

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa

pendidikan formal terbagi atas tiga jenjang pendidikan yaitu:

a. Pendidikan dasar

Pada prinsipnya, pendidikan dasar memberikan bekal dasar bagi

perkembangan kehidupan serta mempersiapkan peserta didik untuk

mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

9

Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang

sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Jenjang waktu

yang ditempuh untuk pendidikan dasar adalah sembilan tahun, enam

tahun Sekolah Dasar atau bentuk lain yang sederajat dan tiga tahun

Sekolah Menengah Pertama atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar,

yang dipersiapkan menjadi anggota masyarakat yang mempunyai

kemampuan hubungan timbal balik dalam lingkungan dan dapat

mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Jenjang waktu yang ditempuh untuk pendidikan menengah adalah tiga

tahun.

c. Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah

yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang

dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kesenian. Pendidikan tinggi mencakup

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

10

program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor

yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan Tinggi

diselenggarakan dengan sistem terbuka, dan jenjang waktu yang

ditempuh untuk pendidikan tinggi bervariasi sesuai dengan gelar

akademik, profesi, atau vokasi yang ditempuh seseorang.

3. Nyamuk Aedes

a. Taksonomi

Secara taksonomi, nyamuk Aedes dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Hexapoda

Ordo : Diptera

Subordo : Nematocera

Famili : Culicidae

Subfamili : Culicinae

Tribus : Culicini

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Sucipto, 2011).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

11

b. Morfologi

1) Aedes aegypti

Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri atas kepala, dada (toraks)

dan perut (abdomen). Tanda khas Aedes aegypti berupa gambaran

lyre pada bagian dorsal toraks (mesonotum) yaitu sepasang garis

putih yang sejajar di tengah dan garis lengkung putih yang lebih

tebal pada tiap sisinya. Probosis berwarna hitam, skutelum trilobi,

bersisik lebar berwarna putih. Pada betina palpus lebih pendek dari

probocis. dan abdomen berpita putih pada bagian basal. Ruas tarsus

kaki belakang berpita putih. Sisik sayap sempit panjang dengan

ujung runcing.

Telur Aedes aegypti berwarna putih saat pertama kali

dikeluarkan, lalu menjadi coklat kehitaman. Telur berbentuk oval,

dan memiliki garis-garis yang menyerupai sarang lebah dengan

panjang 0,5 mm. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan dalam

suhu 2-24°C, namun akan menetas dalam waktu 1-2 hari pada

kelembaban rendah. Setelah telur menetas kemudian akan menjadi

larva. Larva Aedes aegypti memiliki sifon yang pendek dan

mempunyai sisir pada ruas ke-8 abdomen yang terdiri dari gigi-gigi

bergerigi. Umur larva sekitar 7-9 hari kemudian menjadi pupa.

Bentuk pada stadium pupa seperti bentuk terompet panjang dan

ramping. Stadium pupa biasanya berlangsung selama 2 hari. Setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

12

itu, pupa akan membuka dan melepaskan kulitnya, dan akan keluar

stadium imago atau nyamuk dewasa (Sucipto, 2011).

2) Aedes albopictus

Nyamuk Aedes albopictus mempunyai ciri morfologi yang

mirip dengan nyamuk Aedes aegypti, namun memiliki beberapa

perbedaan. Aedes albopictus dewasa mempunyai ciri-ciri fisik

mempunyai gambaran sebuah pita putih longitudinal pada bagian

mesotonum. Selain itu, larva Aedes albopictus mempunyai sisir pada

ruas ke-8 abdomen dan mempunyai gigi-gigi sederhana tanpa duri

lateral. Stadium telur dan pupa pada nyamuk Aedes albopictus

memiliki ciri morfologis yang sama dengan nyamuk Aedes aegypti

(Sucipto, 2011).

c. Siklus Hidup

Telur nyamuk Aedes akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2

hari, kemudian larva akan berubah menjadi pupa dalam waktu 5-15

hari. Stadium pupa biasanya berlangsung selama 2 hari. Dalam suasana

optimum, perkembanga dari telur sampai dewasa memerlukan waktu

sekurang-kurangnya 9 hari.

Setelah nyamuk berkembang dan keluar dari pupa, nyamuk akan

beristirahat terlebih dahulu di kulit pupa untuk sementara waktu hingga

sayap menjadi kaku dan kuat untuk terbang. Pupa jantan menetas lebih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

13

dahulu dari pupa betina. Setelah 1-2 hari keluar dari pupa, nyamuk

betina dewasa siap untuk kawin dan menghisap darah manusia.

Nyamuk jantan tidak pergi jauh dari tempat perindukan karena

menunggu nyamuk betina menetas dan siap berkopulasi. Sesudah

kopulasi, nyamuk betina akan menghisap darah manusia yang

diperlukannya untuk pembentukan telur. Waktu dari mulai nyamuk

menghisap darah hingga telur dikeluarkan berlangsung sekitar 3-4 hari.

Kemudian nyamuk betina akan meletakkan telurnya pada dinding

tempat air di mana telur akan berkembang dan menetas. Jumlah telur

yang dikeluarkan nyamuk betina rata-rata berjumlah 150 butir telur

(Sungkar, 2005).

d. Kebiasaan Hidup Nyamuk

Aedes aegypti berkembangbiak di dalam tempat penampungan air

yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, tempayan, drum, vas

bunga, dan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.

Aedes albopticus juga demikian tetapi lebih banyak terdapat di luar

rumah, seperti dahan pohon atau daun yang menampung air.

Nyamuk Aedes aegypti aktif menghisap darah pada siang hari

dengan 2 puncak aktivitas, yaitu pada pukul 08.00-12.00 dan 15.00-

17.00. nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik, nyamuk betina lebih

suka menghisap darah manusia darpada darah binatang dan mempunyai

kebiasaan menggigit berulang sampai lambung penuh berisi darah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

14

Nyamuk betina menghisap darah umumnya 3 hari setelah melakukan

kopulasi. Setelah menghisap darah, nyamuk Aedes aegypti hinggap

untuk beristirahat dalam rumah yang berdekatan dengan tempat

berkembangbiaknya. Tempat hinggap yang disenangi adalah tempat

yang gelap dan lembab, dan nyamuk senang hinggap di benda yang

menggantung seperti pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan. Setelah

beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan

meletakkan telurnya di dinding tempat berkembangbiaknya, sedikit di

atas permukaan air. Jumlah telur yang dikeluarkan adalah sekitar 100-

400 butir.

Nyamuk Aedes aegypti biasa menempatkan telurnya di air jernih

terutama bak air WC, bak mandi, dan gentong air minum, sedangkan

nyamuk Aedes albopticus lebih senang bertelur di luar rumah, seperti

pekarangan, atau di kaleng sampah yang dibuang (Sucipto, 2011).

Jarak terbang nyamuk Aedes sekitar 30-50 meter per hari, tetapi

jarak terbang ini juga bergantung dari tempat bertelur. Apabila tempat

bertelur terdapat di dalam rumah atau di sekitar rumah maka nyamuk

tidak akan terbang jauh. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata

40 meter, maksimal 100 meter. Namun, nyamuk dapat berpindah lebih

jauh secara pasif karena terbawa angin atau kendaraan (Sungkar, 2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

15

4. Infeksi Virus Dengue

Infeksi virus dengue adalah penyakit yang sistemik dan dinamis.

penyakit ini memiliki spektrum klinis yang luas yang meliputi baik

manifestasi klinis berat dan ringan (WHO, 2009).

a. Etiologi

Virus dengue termasuk group B arthropod bone virus dan sekarang

lebih dikenal sebagai genus flavivirus, famili Flaviviridae yang

mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup

terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan

terhadap serotipe yang lain (Merdjani et al, .2008).

b. Patofisiologi

1) Volume Plasma

Patofisio logi utama yang membedakan antara Demam Dengue

dengan Demam Berdarah Dengue adalah peningkatan permeabilitas

dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma, hipotensi,

trombositopenia, serta diatesis hemorrhagik. Penyelid ikan volume

plasma pada kasus DBD dengan menggunakan 131 Iodine labelled

human albumin sebagai indikator membuktikan bahwa plasma

merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa

demam dan mencapai puncak pada masa syok. Pada kasus berat,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

16

syok terjadi secara akut, nilai hematokrit meningkat secara

bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding

pembuluh darah. Meningkatnya nilai hematokrit pada kasus syok

mengarahkan kepada dugaan bahwa syok terjadi akibat kebocoran

plasma ke daerah ekstra vaskular melalui kapiler yang rusak. Bukti

yang mendukung adalah ditemukannya cairan dalam rongga serosa

seperti rongga peritoneum, pleura, dan perikardium yang pada

autopsi yang ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus,

dan terdapatnya edema (Merdjani et al, .2008).

2) Trombositopenia

Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang sering

ditemukan pada kasus DBD. Nilai trombosit menurun pada masa

demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok.

Trombositopenia dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit

muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit

akibat peningkatan destruksi trombosit. Fungsi trombosit pada DBD

terbukti menurun yang kemungkinan disebabkan oleh proses

imunologis. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit

dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD

(Merdjani et al, .2008).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

17

3) Sistem Koagulasi dan Fibrinolisis

Kelainan sistem koagulasi juga berperan sebagai penyebab

perdarahan pada DBD. Masa perdarahan memanjang, masa

pembekuan normal atau memanjang, masa tromboplastin parsial

yang teraktivasi memanjang. Beberapa faktor pembekuan menurun,

yaitu faktor II, V, VII, VIII, X dan fibrinogen. Pada kasus berat

terjadi peningkatan Fibrinogen Degradation Products (FDP).

Penelitian lebih lanjut membuktikan adanya penurunan

aktivitas antitrombin III. Selain itu juga dibuktikan bahwa

menurunnya aktivitas faktor VII, faktor II dan antitrombin III tidak

sebanyak fibrinogen dan faktor VIII. Hal tersebut menimbulkan

dugaan bahwa menurunnya kadar fibrinogen dan faktor VIII tidak

hanya diakibatkan oleh konsumsi sistem koagulasi, tetapi juga oleh

konsumsi sistem fibrinolisis. Kelainan fibrinolisis pada DBD

dibuktikan dengan adanya penurunan aktivit -2 plasmin inhibitor

dan penurunan aktivitas plasminogen (Merdjani, et al., .2008).

Selain itu, pada penderita DBD terjadi disfungsi endotel, hal

ini dibuktikan dengan terdapatnya peningkatan kadar sVCAM-1,

faktor von Willebrand (vWF) dan D dimer. Namun tidak ada

hubungan antara sVCAM-1 dengan beratnya penyakit, hanya ada

hubungan yang lemah antara vWF dengan D dimer maupun beratnya

penyakit (Dharma, et al., 2006).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

18

4) Sistem Komplemen

Terdapat penurunan kadar C3, C3 proaktivator, C4, dan C5

baik pada kasus yang disertai syok atau tidak. Terdapat hubungan

positif antara kadar serum komplemen dengan derajat penyakit.

Penurunan menimbulkan perkiraan bahwa pada dengue, aktivasi

komplemen terjadi baik melalui jalur klasik maupun alternatif. Hasil

penelitian radioisotop mendukung pendapat bahwa penurunan kadar

komplemen disebabkan oleh aktivasi sistem komplemen bukan

karena produksi yang menurun. Aktivasi sistem komplemen

menghasilkan anafilatoksin C3a dan C5a yang mempunyai

kemampuan menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamin dan

merupakan mediator kuat untuk menimbulkan peningkatan

permeabilitas kapiler, pengurangan volume plasma, dan syok

hipovolemik. Komplemen juga bereaksi dengan epitop virus pada sel

endotel, permukaan trombosit dan limfosit T, yang mengakibatkan

waktu paruh trombosit memendek, kebocoran plasma, syok, dan

perdarahan. Selain itu, komplemen juga merangsang monosit untuk

memproduksi sitokin seperti Tumor Necrosis Factor (TNF),

interfeon gamma, dan interleukin (IL-2 dan IL-1) (Merdjani et al,

.2008).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

19

5) Respon Leukosit

Pada perjalanan penyakit DBD, sejak demam hari ketiga

terlihat peningkatan limfosit atipik yang berlangsung sampai hari

kedelapan. Dilaporkan juga bahwa pada sediaan hapus buffy coat

kasus DBD dijumpai transformed lymphocytes dalam presentase

tinggi (20-50%). Hal tersebut khas untuk DBD karena pada infeksi

virus lain hanya terdapat sekitar 0-10%. Penelitian lebih lanjut yang

dilakukan oleh Sutaryo pada tahun 1978, yang kemudian

menyebutnya sebagai Limfosit Plasma Biru (LPB). Pemeriksaan

LPB secara seri memperlihatkan bahwa LPB pada infeksi dengue

mencapai puncak pada hari keenam. Dari penelitian imunologi

disimpulkan bahwa LPB merupakan campuran antara limfosit-B dan

limfosit T. LPB adalah limfosit dengan sitoplasma biru tua,

ukurannya lebih besar atau sama dengan limfosit besar, sitoplasma

lebar dengan vakuolisasi halus sampai sangat nyata, dengan daerah

perinuklear yang jernih. Inti terletak pada salah satu tepi sel

berbentuk bulat oval. Kromosom inti kasar dan terkadang dalam inti

terdapat nukleoli. Pada sitoplasma tidak ada granula azurofilik.

Daerah yang berdekatan dengan eritrosit tidak melekuk dan tidak

bertambah biru (Merdjani, et al., .2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

20

c. Patogenesis

Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopticus sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai

diagnosis banding. Demam Berdarah Dengue dapat terjadi apabila

seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi

berulang virus dengue lainnya (Hendrawanto, 2002).

Organ sasaran dari virus dengue ini adalah organ Reticulo

Endotelial System (RES) yang meliputi sel kuffer hepar, endotel

pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum tulang serta paru-paru.

Setelah masuk dalam aliran darah, virus akan difagosit oleh sel-sel

monosit perifer. Namun, virus tersebut ternyata mampu bertahan hidup

dan dapat melakukan multiplikasi di dalam sel monosit. Virus akan

melakukan hal tersebut dengan cara memasukkan genomnya masuk ke

dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, kemudian genom akan

virus membentuk komponen-komponennya, baik komponen perantara

maupun komponen struktural virus. Setelah komponen struktural

dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses perkembangbiakan virus

DEN ini terjadi dalam sitoplasma sel.

Secara In Vitro antibodi terhadap virus DEN mempunyai empat

fungsi biologis yaitu: netralisasi virus, sitolisis komplemen, Antibody

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

21

Dependent Cell-mediated Cytotoxity (ADCC) dan Antibody Dependent

Enhancement (ADE).

Antibodi terhadap virus DEN secara In Vivo dapat berperan pada

dua hal yang berbeda, yaitu : Antibodi netralisasi atau neutralizing

antibodies yang memiliki serotip spesifik yang dapat mencegah infeksi

virus dan antibody non neutralising yang memiliki peran cross-reactive

dan dapat meningkatkan infeksi yang berperan dalam patogenesis DBD

dan DSS.

Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini

masih diperdebatkan. Namun, berdasarkan data yang ada, terdapat bukti

yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya

DBD dan DSS. Dua teori yang sering digunakan untuk menjelaskan

perubahan patogenesis pada DBD dan DSS yaitu hipotesis infeksi

sekunder (Secondary heterologous infection theory) dan hipotesis

Antibody Dependent Enhancement (ADE).

Teori infeksi sekunder menyebutkan bahwa apabila seseorang

mendapatkan infeksi primer dengan satu jenis serotipe virus, maka akan

terjadi proses kekebalan terhadap virus jenis tersebut untuk jangka

waktu yang lama, tetapi apabila orang tersebut mendapatkan infeksi

sekunder dari jenis serotipe virus yang berbeda, maka akan terjadi

infeksi yang berat. Antibodi yang telah terbentuk dari infeksi primer

akan membentuk kompleks dengan infeksi virus dengue dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

22

serotipe yang berbeda, tetapi antibodi tersebut tidak dapat menetralisir

virus, bahkan akan membentuk suatu kompleks yang infeksius.

Karena adanya non neutralizing antibody, maka partikel virus DEN

dan molekul antibodi IgG akan membentuk suatu kompleks virus-

antibodi. Kompleks tersebut akan berikatan dengan reseptor Fc gama

pada sel, yang akan menimbulkan peningkatan infeksi virus DEN.

Kompleks virus antibodi juga akan meliputi sel makrofag yang beredar,

antibodi tersebut akan bersifat opsonisasi dan internalisasi sehingga

makrofag mudah terinfeksi dan akan teraktivasi, yang selanjutnya akan

memproduksi IL-1, IL-6 dan TNF- Platelet Activating Faktor

(PAF). TNF- akan berperan dalam menyebabkan kebocoran dinding

pembuluh darah, merembesnya cairan plasma ke jaringan tubuh yang

disebabkan kerusakan endothel pembuluh darah, dimana hal-hal

tersebut dapat mengakibatkan syok.

Pada teori yang lain, yaitu teori Antibody Dependent Enhancement

(ADE), menyebutkan tiga hal, yaitu: antibodies enhance infection, T-

cells enhance infection serta limfosit T dan monosit yang akan

melepaskan sitokin yang berkontribusi terhadap terjad inya DBD dan

DSS.

Teori ADE dapat dijelaskan sebagai berikut, bahwa jika terdapat

antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka antibodi tersebut

dapat mencegah timbulnya penyakit, akan tetapi apabila antibodi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

23

terdapat dalam tubuh merupakan antibodi yang tidak dapat

menetralisasi virus, justru dapat menimbulkan penyakit yang berat

(Soegijanto, 2006).

Dalam teori ADE diperkirakan bahwa proses terjadinya

peningkatan replikasi virus pada infeksi sekunder adalah akibat antibodi

yang berkadar rendah dan bersifat subnetral yang sudah terbentuk pada

saat terjadi infeksi primer tidak mampu membunuh virus, sehingga

kompleks imun melekat pada reseptor Fc sel mononuklear fagosit,

terutama makrofag, yang kemudian akan mempermudah virus masuk ke

sel dan meningkatkan kemampuan multiplikasi virus tersebut (Sutaryo,

2004).

Imunoglobulin spesifik terhadap virus dengue di dalam serum

pasien DD, DBD dan DSS didominasi o leh IgM, IgG1 dan IgG3,

sedangkan IgA dijumpai paling banyak pada fase akut dari DSS.

Sehingga banyak juga yang mengatakan bahwa IgA, IgG1 dan IgG4

dapat digunakan sebagai marker dari risiko berkembangnya DBD dan

DSS.

Di samping kedua teori tersebut masih ada teori-teori lain tentang

patogenesis dari DBD, di antaranya adalah teori virulensi virus, teori ini

didasarkan pada perbedaan serotipe virus dengue DEN-1, DEN-2,

DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat ditemukan pada kasus-kasus

yang fatal, tetapi berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

24

Selain itu juga ada teori antigen-antibodi, teori ini berdasarkan bukti

bahwa pada penderita DBD terjadi penurunan aktivitas sistem

komplemen yang ditandai dengan penurunan dari kadar C3, C4 dan C5.

Selain itu, pada 48-72% penderita DBD terbentuk kompleks imun

antara IgG dengan virus Dengue yang dapat menempel pada trombosit,

sel B, dan sel-sel dalam organ tubuh lain. Terbentuknya kompleks imun

tersebut juga akan mempengaruhi aktivitas komponen sistem imun

yang lain. Juga ada teori mediator, yang menjelaskan bahwa makrofag

yang terinfeksi virus Dengue akan melepas berbagai mediator seperti

interferon, IL-1, IL-6, IL-12, TNF, dan lain lain. Diperkirakan mediator

dan endotoksin yang bertanggungjawab atas terjadinya syok septik,

demam dan peningkatan permeabilitas kapiler.

Pada infeksi virus dengue, viremia terjadi sangat cepat, akan tetapi

derajat kerusakan jaringan yang ditimbulkan tidak cukup untuk

menyebabkan kematian dari infeksi virus tersebut, kematian lebih

disebabkan oleh gangguan metabolik dan juga keadaan shock.

Diketahui juga bahwa akibat dari replikasi virus di dalam sel akan

menimbulkan stres pada sel sampai dapat menyebabkan kematian sel

(apoptotik). Mekanisme pertahanan tubuh melalu i apoptosis dan

aktivasi sel-sel fagosit dapat menimbulkan jejas jaringan lokal juga

ketidakseimbangan homeostasis.

Pada infeksi fase akut virus dengue terjadi penurunan dari populasi

limfosit CD2+ dan berbagai subsetnya CD4+ dan CD8+. Juga terjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

25

penurunan respon proliferatif dari sel-sel mononuklear, sebaliknya pada

fase konvalesen respon proliferatif kembali normal. Terjad i

peningkatan konsentrasi IFN-g, TNF-a, IL-10 dan reseptor TNF terlarut

di dalam plasma pasien DBD/DSS. Peningkatan TNF-a berhubungan

dengan manifestasi hemoragik, sedangkan kenaikan IL-10 berhubungan

dengan fungsi trombosit.

Sehingga, pada infeksi virus Dengue fase akut akan terjadi

penurunan jumlah maupun fungsi dari limfosit T, sedangkan sitokin

proinflamasi TNF-a akan meningkat dan berperan penting dalam

derajat keparahan dan patogenesis DBD/DSS. Juga terjadi peningkatan

IL-10 yang akan menurunkan fungsi limfosit T dan fungsi trombosit.

Penyebab utama dari kebocoran plasma yang khas terjadi pada pasien

DBD dan DSS disebabkan oleh kerjasama aktivasi komplemen, induksi

kemokin dan kematian sel apoptotik (Soegijanto, 2006).

d. Manifestasi Klinis

Infeksi virus dengue mungkin bersifat asimtomatik atau dapat

menyebabkan demam tidak terdiferensiasi (undifferentiated fever),

Demam Dengue (Dengue Fever), atau Demam Berdarah Dengue

(Dengue Haemorrhagic Fever) termasuk Sindrom Syok Dengue

(Dengue Shock Syndrome) dan Expanded Dengue Syndrome. Infeksi

salah satu serotipe dengue akan memberikan kekebalan seumur hidup

terhadap serotipe tersebut, tetapi hanya ada proteksi-silang jangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

26

pendek untuk serotipe lainnya. Manifestasi klinis infeksi virus dengue

tergantung pada faktor-faktor strain virus dan host seperti usia, status

kekebalan, dan lain lain (WHO, 2011).

1) Demam tidak terdiferensiasi

Pada bayi, anak dan orang dewasa yang terinfeksi virus

dengue, terutama untuk pertama kalinya (infeksi dengue primer),

dapat terjadi demam sederhana yang tidak dapat dibedakan dari

infeksi virus lainnya. Ruam makulopapular dapat menyertai demam

atau mungkin muncul selama penurunan suhu badan sampai normal.

Gejala saluran pernapasan atas dan saluran pencernaan juga umum

terjadi (WHO, 2011).

2) Demam Dengue

Pada masa awal penyakit b iasanya mendadak, disertai gejala

prodromal seperti nyeri kepala, nyeri di berbagai bagian tubuh,

anoreksia, menggigil, dan malaise. Akan dijumpai trias sindrom,

yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan, dan ruam. Ruam

timbul pada 6-12 jam sebelum suhu naik pertama kali, pada hari

sakit ke 3-5 dan berlangsung selama 3-4 hari. Ruam bersifat

makulopapular yang menghilang pada penekanan. Ruam biasanya

terdapat di dada, abdomen, anggota gerak dan wajah.

Anoreksia dan obstipasi sering dilaporkan, selain itu rasa tidak

nyaman di daerah epigastrium disertai nyeri kolik dan perut lembek

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

27

sering ditemukan. Pada stadium dini sering timbul perubahan pada

indra pengecap. Gejala klinis lain yaitu fotofobia, keringat

bercucuran, serak, batuk, epistaksis, dan disuria. Demam akan

menghilang secara lisis disertai keringat yang banyak.

Kelenjar limfa servikal d ilaporkan membesar pada 67-77%

kasus. Kelainan darah tepi demam dengue adalah leukopenia selama

periode pra-demam dan demam, neutrofilia relatif dan limfopenia,

disusul oleh neutropenia relatif dan limfositosis pada periode puncak

penyakit dan masa kovalesens. Eosinofil menurun atau menghilang

pada permulaan dan puncak penyakit, hitung jenis neutrofil bergeser

ke kiri selama periode demam, sel plasma meningkat pada periode

memuncaknya penyakit dengan terdapatnya trombositopenia. Darah

tepi akan menjadi normal kembali dalam waktu 1 minggu.

Komplikasi demam dengue jarang dilaporkan, antara lain

orkhitis atau ovaritis, keratitis, dan retinitis. Berbagai kelainan

neurologis juga dilaporkan, di antaranya menurunnya kesadaran,

paralisis sensorium yang sementara, meningismus, dan ensefalopati

(Merdjani, et al., 2008).

3) Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis,

yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan

peredaran darah (circulatory failure).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

28

Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji torniquet positif,

memar, dan perdarahan pada tempat pengambilan darah vena.

Petekia halus yang tersebar di anggota gerak, wajah, aksila sering

ditemukan pada masa dini demam. Perdarahan dapat juga terjadi di

setiap organ tubuh. Pada masa kovalesens sering ditemukan eritema

pada telapak tangan dan kaki.

Pada DBD yang disertai syok, setelah demam berlangsung

selama beberapa hari keadaan umum tiba-tiba memburuk. Hal

tersebut biasa terjadi pada saat atau setelah demam menurun, yaitu

antara hari sakit ke 3-7. Pada sebagian kasus ditemukan tanda

kegagalan peredaran darah, kulit terasa lembab dan dingin, sianosis

di sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lembut. Anak akan tampak

lesu dan gelisah kemudian secara cepat masuk dalam fase syok.

Pasien sering mengeluh nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok.

Syok yang terjadi selama periode demam biasanya mempunyai

prognosis buruk.

Selain kegagalan sirkulasi, saat syok tekanan nadi menurun

menjadi 20 mm Hg atau kurang dan tekanan sistolik menurun

sampai 80 mm Hg atau lebih rendah. Pada pemeriksaan laboratorium

ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi. Jumlah trombosit

<100.000/µl ditemukan antara hari sakit ke 3-7. Peningkatan kadar

hematokrit merupakan sebuah bukti adanya kebocoran plasma. Hasil

laboratorium lain yang sering ditemukan adalah hipoproteinemia,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

29

hiponatremia, kadar transaminase serum dan urea nitrogen darah

meningkat. Pada beberapa kasus ditemukan asidosis metabolik.

Jumlah lekosit bervariasi antara leukopenia dan leukositosis.

Terkadang ditemukan albuminuria ringan yang bersifat sementara

(Merdjani, et al., 2008).

4) Expanded Dengue Syndrome

Merupakan manifestasi klinis yang tidak biasa pada pasien

dengan keterlibatan organ-organ penting seperti hati, otak ginjal,

atau jantung yang terkait dengan infeksi dengue yang tidak terdapat

kebocoran plasma. Manifestasi yang tidak biasa ini, mungkin terkait

dengan co-infeksi, komorbiditas atau komplikasi syok yang

berkepanjangan. Investigasi lengkap harus dilakukan dalam kasus

ini. Kebanyakan pasien DBD yang memiliki manifestasi yang tidak

biasa adalah hasil dari syok berkepanjangan dengan kegagalan organ

atau pasien dengan penyakit penyerta atau koinfeksi (WHO, 2011).

Manifestasi Klinis ini mungkin tidak dilaporkan, tidak

terdeteksi, atau tidak terkait dengan infeksi dengue. Namun,

penilaian klinis yang tepat sangat penting dilakukan agar selanjutnya

dapat diberikan manajemen dan penatalaksanaan yang sesuai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

30

Tabel 2.1. Expanded Dengue Syndrome (Manifestasi Klinis yang

Tidak Umum pada Infeksi Dengue)

Sistem Manifestasi Klinis yang Tidak Umum Neurologis Kejang demam pada anak-anak Ensefalopati Ensefalitis/meningitis aseptik Perdarahan intrakranial Efusi subdural Mononeuropati/polineuropati Guillane-Barre Syndrome Transverse myelitis Gastrointestinal Hepatitis Acalculous cholecystitis Pankreatitis akut Parotitis akut Hiperplasia Peyer’s patch Renal Gagal ginjal akut Hemolytic Uremic Syndrome Kardiovaskular Abnormalitas konduksi Myokarditis Perikarditis Respirasi Acute Respiratory Distress Syndrome Perdarahan pulmonal Muskuloskeletal Myostitis dengan peningkatan creatinine phosphokinase Rhabdomyolisis Lymphoreticular Infeksi terkait Haemophagocytic Syndrome Lymphohistiocytosis Haemophagocytic Idiophatic Thrombocytopenic Purpura (ITP) Ruptur limpa spontan Infark kelenjar getah bening Mata Perdarahan macular Gangguan ketajaman visual Neuritis optik Lainnya Post-infectious Fatigue Syndrome Depresi Halusinasi Psikosis Alopecia

(WHO, 2011).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

31

e. Diagnosis

1) Demam Dengue

Demam akut dengan dua atau lebih dari kriteria berikut:

a) sakit kepala

b) Nyeri retro-orbital

c) mialgia

d) arthralgia

e) ruam

f) manifestasi perdarahan

g) leukopenia (lekosit

h) trombositopenia (jumlah trombosit <150 000 sel/mm3)

i) kenaikan hematokrit (5 - 10%);

dan setidaknya salah satu dari kriteria berikut:

a) Hasil tes serologi yang mendukung: titer test

Penghambatan Hemaglutinasi, titer IgG yang comparable dengan

enzyme-linked immunosorbent assay, atau tasting positive pada

test antibodi IgM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

32

b) Terjadinya di lokasi dan waktu yang sama dengan kasus demam

dengue yang sudah terkonfirmasi.

Untuk mengkonfirmasi diagnosis harus memenuhi kriteria yang telah

disebutkan di atas, dengan setidaknya salah satu dari berikut:

a) isolasi virus dengue dari serum, CSF atau sampel otopsi.

b) peningkatan empat kali lipat atau lebih kenaikan serum IgG

(dengan uji inhibisi Hemaglutinasi) atau peningkatan IgM

antibodi spesifik untuk virus dengue.

c) deteksi virus dengue atau antigen dalam jaringan, serum atau

cairan serebrospinal dengan uji imunohistokimia,

imunofluoresensi atau enzyme-linked immunosorbent assay.

d) deteksi urutan genom virus dengue dengan reverse transcription-

polymerase chain reaction (WHO, 2011).

2) Demam Berdarah Dengue

Terdapat semua dari kriteria berikut:

a) Onset akut demam 2-7 hari.

b) Manifestasi perdarahan, yang ditunjukkan oleh salah satu dari

berikut: tourniquet tes positif, petechiae, ekimosis atau purpura,

atau perdarahan dari mukosa, saluran pencernaan, situs injeksi,

atau lokasi lainnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

33

c) Trombosit

d) Bukti objektif kebocoran plasma karena peningkatan

permeabilitas pembuluh darah yang ditunjukkan oleh salah satu

kriteria berikut: Meningkatnya hematokrit

asites atau hipoproteinemia/hipoalbuminemia (WHO, 2011).

3) Dengue Shock Syndrome

Memenuhi kriteria untuk demam berdarah dengue seperti yang

tercantum sebelumnya, dengan tanda-tanda shock berikut:

a) Takikardia, ekstremitas dingin, waktu pengisian kapiler

melambat, nadi lemah, lesu atau gelisah, yang mungkin

merupakan tanda perfusi otak berkurang.

b) Tekanan nadi Hg dengan tekanan diastolik yang

meningkat.

c) Hipotensi berdasarkan usia, yang didefinisikan sebagai tekanan

sistolik < 80 mm Hg bagi anak berusia <5 tahun, dan 80-90 mm

Hg untuk anak yang lebih tua dan orang dewasa (WHO, 2011).

Konfirmasi laboratorium lain yang dapat dlakukan untuk

infeksi dengue adalah dengan melalui isolasi virus, deteksi asam

nukleat virus, deteksi antigen virus, test imunologis (IgM dan IgG),

dan analisis parameter hematologis (Mandal, et al., 2008)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

34

f. Klasifikasi

Klasifikasi infeksi dengue menurut WHO tahun 2011 terbagi dalam

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD), di mana

Demam Berdarah Dengue terbagi dalam empat derajat menurut tigkat

keparahannya. DBD derajat III dan IV sudah masuk ke dalam keadaan

Dengue Shock Syndrome (DSS).

Tabel 2.2. Klasifikasi Infeksi Dengue dan Derajat Keparahan DBD

DD/DBD Derajat Tanda dan Gejala Laboratorium DD Demam dengan dua Leukopenia (leukosit dari gejala berikut: 5000 sel/mm3) Sakit kepala Trombositopenia Nyeri retro-orbital Meningkatnya Mialgia hematokrit (5% - 10%) Arthtralgia Tidak ada bukti Ruam kehilangan plasma Manifestasi perdarahan Tidak ada bukti kebocoran plasma DBD I Demam Trombositopenia Manifestasi perdarahan (<100000 sel/mm3) (test torniquet positif) Kenaikan hematokrit Adanya bukti kebocoran plasma DBD II Seperti derajat I Trombositopenia ditambah perdarahan (<100000 sel/mm3) spontan Kenaikan hematokrit DBD III Seperti derajat I atau II Trombositopenia ditambah kegagalan (<100000 sel/mm3) peredarah darah (nadi Kenaikan hematokrit lemah, tekanan nadi gelisah) DBD IV Seperti derajat III Trombositopenia ditambah syok berat (<100000 sel/mm3) dengan tekanan darah Kenaikan hematokrit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

35

dan nadi yang tidak terdeteksi

(WHO, 2011).

g. Penularan

Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau

Aedes albopticus betina. Nyamuk tersebut dapat secara langsung

menularkan virus dengue kepada manusia, yaitu setelah menggigit

orang yang mengalami viremia, atau secara tidak langsung setelah

mengalami masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari.

Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari sebelum menjadi sakit

setelah virus masuk ke dalam tubuhnya. Pada nyamuk, sekali virus

masuk ke dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut dapat menularkan

virus seumur hidupnya. Penularan dari manusia ke nyamuk hanya dapat

terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami

viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai lima hari setelah demam

timbul (Depkes RI, 2001).

h. Pencegahan Penyakit Dengue

Pencegahan penyakit dengue yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu:

1) Pencegahan Primer

Pada tahap ini dilakukan upaya menghilangkan kemungkinan

terjadinya penyakit yang akan terjadi. Tingkatan ini terdiri dari:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

36

a) Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan dilakukan dengan cara penyuluhan

kesehatan yaitu memberikan penyuluhan kesehatan kepada

masyarakat mengenai apa itu DBD, apa tanda-tandanya, apa

penyebabnya, dan bagaimana cara penularannya; bila terjadi

serangan apa yang harus dilakukan.

b) Perlindungan khusus

Karena penyakit ini tidak terdapat vaksinnya, dan penularan

terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes yang mengandung virus

dengue, masyarakat diminta untuk menghindari gigitan nyamuk

(Farouk, 2004)

2) Pencegahan Sekunder

Pada tahap ini dilakukan upaya untuk menghambat perjalanan

penyakit dan mencegah komplikasi. Upaya ini meliputi melakukan

diagnosis seawal mungkin terhadap kasus penyakit dengue dan

memberikan pengobatan yang tepat. Begitu didapatkan kasus dengan

gejala panas segera dilakukan pemeriksaan fisik dengan cermat

untuk menetapkan apakah kasus dengue atau bukan dan bila telah

didiagnosis dilakukan pengobatan yang tepat terutama untuk

mencegah terjadinya perdarahan dan syok (Farouk, 2004)

3) Pencegahan Tersier

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

37

Upaya yang dilakukan pada tahap ini bertujuan agar penderita

sembuh seperti sedia kala dan tanpa cacat. Upaya ini meliputi:

a) Menghindakan dari kecacatan. Bila kasus menjadi berat dilakukan

perawatan rumah sakit untuk menghindari perdarahan hebat dan

kematian.

b) Rehabilitasi. Bila ada tanda-tanda penyembuhan, dilakukan

pemulihan kesehatan dengan cara pemberian makanan yang

bergizi serta vitamin. (Farouk, 2004)

Langkah pencegahan DBD yang paling baik adalah dengan

mengeliminasi nyamuk Aedes dengan cara mengeliminasi tempat

berbiaknya (Wijaya, 2007). Pemberantasan vektor tersebut dapat

dilakukan dengan beberapa metode yaitu:

1) Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk trsebut antara lain

dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah

padat, menyingkirkan tempat perkembangbiakan nyamuk, dan

perbaikan desain rumah

2) Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan

pemakan jentik (ikan cupang), tanaman pencegah nyamuk, dan

bakteri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

38

3) Kimiawi

Pengendalian kimiawi antara lain dengan pengasapan/fogging

dengan menggunakan malathion dan fenthion, berguna untuk

mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

Dapat juga dilakukan dengan memberikan bubuk abate (temephos)

pada tempat-tempat penampungan air, seperti gentong air, vas

bunga, kolam, dan lain-lain. Bubuk abate 1% diberikan dengan dosis

1ppm (part per-million) yaitu 10 gram untuk 100 liter air diulangi

dalam jangka waktu 2-3 bulan (Wijaya, 2007)

5. Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes

Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah upaya untuk

memberantas nyamuk Aedes, dilakukan dengan cara:

a. Menguras dengan menggosok tempat-tempat penampungan air

sekurang-kurangnya seminggu sekali yang bertujuan untuk merusak

telur nyamuk, sehingga jentik-jentik tidak bisa menjadi nyamuk atau

menutupnya rapat-rapat agar nyamuk tidak bisa bertelur di tempat

penampungan air tersebut.

b. Mengganti air vas bunga, perangkap semut, air tempat minum burung

seminggu sekali dengan tujuan untuk merusak telur maupun jentik

nyamuk.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

39

c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dan sampah-

sampah lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak

menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

d. Mencegah barang-barang/pakaian-pakaian yang bergelantungan di

kamar ruang yang remang-remang atau gelap yang berpotensi untuk

menjadi tempat hinggap nyamuk. (Depkes RI, 1996).

Gerakan PSN biasa disebut dengan 3M Plus, yaitu menguras, menutup,

dan menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus yang bertujuan

untuk mencegah gigitan nyamuk, seperti memelihara ikan pemakan jentik,

menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang

kawat kasa pada ventilasi, menyemprot insektisida, menggunakan lotion

anti nyamuk, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, tidak

menggantung pakaian di ruang gelap, menutup pintu dan jendela saat

senja, dan lain-lain sesuai dengan kondisi setempat (Wahono, 2004).

Dengan melakukan kegiatan PSN secara rutin dan dilakukan oleh

semua masyarakat, maka perkembangan penyakit akibat infeksi virus

dengue di suatu wilayah tertentu dapat dicegah dan dibatasi

penyebarannya, sehingga dapat menurunkan angka kejadian penyakit yang

disebabkan oleh infeksi virus dengue.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

40

6. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis,

semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai

dengan manusia memiliki perilaku karena semua itu mempunyai

aktifitas masing-masing.

Perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas

manusia yang mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain:

berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan

sebagainya. Maka, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas seseorang, baik yang

dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar

(Notoatmodjo, 2003).

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar). Oleh karena perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon. Teori

skiner disebut teori Stimulus-Organisme-Respon atau S-O-R. Skiner

membedakan adanya dua respon, yaitu:

1) Respondent response atau reflexsive response, yakni respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

41

Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena

menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya : makanan

yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang

menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent response

ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita

musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan

kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2) Operant response atau instrumental response, yakni respon yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation,

karena perangsangan tersebut bersifat memperkuat respon yang

telah dilakukan. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan

melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh

penghargaan dari atasannya, maka petugas kesehatan tersebut akan

lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo, 2003).

b. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Perilaku tertutup. Merupakan respon seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

42

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati

secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka. Merupakan respon seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dan dapat diamati dalam

bentuk tindakan ataupun praktek (Notoatmodjo, 2007a).

c. Determinan Perilaku

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, perilaku merupakan

bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Akan tetapi,

walaupun bentuk stimulusnya sama, bentuk respon akan berbeda pada

setiap setiap orang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu :

1) Faktor internal. Yaitu karakteristik seseorang yang bersangkutan

yang bersifat bawaan. Misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat

emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2) Faktor eksternal. Yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik,

ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

sering menjadi faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang

(Notoatmodjo, 2007a).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

43

d. Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni:

1) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus terlebih dahulu.

2) Interest (tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut dan sikap

terhadap objek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menilai) menimbang terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4) Trial (Mencoba) subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dihendaki oleh stimulus.

5) Adoption (menerima) di mana subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila adopsi perilaku terjadi melalui proses yang didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut

akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu

tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut

tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007a).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

44

7. Hubungan Pendidikan Formal Kepala Keluarga dengan Perilaku

terhadap PSN Aedes

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga dengan perilaku terhadap

PSN Aedes. Pendidikan mempunyai tujuan untuk mengubah dan

membentuk sikap, watak serta perilaku manusia ke arah yang lebih baik

(Syah, 2011). Maka, diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan orang tersebut tentang suatu

hal, sehingga diharapkan berperilaku dengan mengambil tindakan yang

baik, dalam hal ini termasuk juga pemberantasan sarang nyamuk yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya wabah penyakit demam berdarah.

Pendidikan yang relatif rendah melatarbelakangi sulitnya penduduk

untuk mengetahui konsep kejadian penyakit demam berdarah serta

pencegahannya. Pendidikan akan mempengaruhi pemahaman terhadap

demam berdarah dengue dan cara-cara penanggulangannya. Sedangkan

kepala keluarga sendiri memiliki peran yang penting dalam sebuah

keluarga. Kepala keluarga berperan sebagai role model dalam sebuah

keluarga, apabila kepala keluarga berperilaku baik dan aktif dalam

melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk maka dapat juga memberikan

manfaat positif dan mencontohkan keluarganya untuk melakukan hal yang

sama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

45

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia hakikatnya

adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2007b).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respons atau reaksi

manusia, dapat bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, sikap) maupun

tindakan nyata atau praktik. Sedangkan stimulus di sini terdiri dari empat

unsur pokok yanki sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan

lingkungan. Para ahli pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain,

ketiga domain dukur dalam:

a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

b. Sikap atau persepsi peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan

c. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan

dengan materi pendidikan yang diberikan (Notoatmodjo, 2007b).

Perilaku kesehatan dapat diklassifikasikan menjadi 3:

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana terjadi

sakit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

46

b. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas kesehatan atau pencarian

pengobatan (health seeking behavioral)

Upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit. Tindakan

atau perilaku ini dimulai dari mengobati diri sendiri sampai mencari

pengobatan keluar negeri

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang maupun lingkungan, baik fisik maupun social

budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi derajat

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Machfoedz, 2003).

Dapat disimpulkan bahwa perilaku tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan dari orang atau masyarakat yang

bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku

petugas yang akan mendukung terbentuknya perilaku. Tiga kategori yang

memberi kontribusi atas perilaku kesehatan merupakan hasil tahu, ini akan

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu, terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, dan rasa, paling besar dipengaruhi penglihatan

dan pendengaran (Notoatmodjo, 2003).

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang di bidang

kesehatan, yaitu:

a. Latar belakang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

47

Di sini dibedakan atas pendidikan, penghasilan, norma-norma yang

dimiliki, kebiasaan serta keadaan sosial budaya yang berlaku.

Pendidikan itu sendiri dapat diperoleh dari pendidikan formal,

pendidikan informal, maupun pendidikan nonformal. Bila faktor-faktor

ini bersifat menguntungkan terhadap kesehatan, maka akan timbul

perilaku yang baik.

b. Kepercayaan dan kesiapan mental

Perilaku seseorang dalam bidang kesehatan juga dipengaruhi oleh

kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan serta kesiapan mental

yang dimilikinya, terutama tentang manfaat yang akan diperoleh,

kerugian yang akan didapatkan, kepercayaan bahwa dirinya dapat

diserang penyakit, dan lain-lain.

c. Sarana

Tersedia atau tidaknya sarana kesehatan yang dapat dimanfaatkan.

Sebab betapapun positifnya latar belakang serta sikap mental yang

dimiliki tetapi jika sarana kesehatan yang akan dimanfaatkan tidak

tersedia, tentunya orang tersebut tidak akan bisa berbuat banyak,

sehingga perilaku kesehatan tidak akan muncul.

d. Cetusan

Faktor pencetus seperti pengaruh media masa, tenaga kesehatan, dan

lain-lain, dalam bidang kesehatan mempunyai peran yang cukup besar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

48

yang harus diperhatikan jika ingin memunculkan perilaku kesehatan

yang diinginkan (Liana, 1996).

B. Kerangka Pemikiran

C.

Keterangan:

: Faktor yang diteliti

: Faktor yang tidak diteliti (Variabel luar)

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran

Tingkat pendidikan formal

Pengetahuan tentang

kesehatan

Perilaku kesehatan

Perilaku Pemberantasan

Sarang Nyamuk Aedes

penyuluhan dari petugas kesehatan, informasi

dari media massa maupun elektronik, lingkungan, sosial budaya, kondisi

ekonomi, sarana dan prasarana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

49

D. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga

dengan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross

sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini d ilakukan di Surakarta, dengan memilih sampel secara acak

dari beberapa kelurahan, yang juga akan dipilih secara random, yang tersebar

di lima kecamatan di Surakarta.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Surakarta

dengan kriteria inklusi dan ekslusi, antara lain:

1. Kriteria Inklusi:

a. Pria

b. Berusia lebih dari 20 tahun

c. Sudah berkeluarga dan memiliki anak

d. Tinggal di rumah milik pribadi

e. Bisa membaca dan menulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

51

f. Antara subyek yang satu dengan subyek yang lain tidak tinggal dalam

satu rumah

g. Bersedia menjadi subyek penelitian

2. Kriteria ekslusi:

a. Tidak lulus SD

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel akan dilakukan secara multi stage random sampling.

Pertama Kota Surakarta akan dibagi ke dalam lima Kecamatan (Pasar

Kliwon, Jebres, Banjarsari, Laweyan, Serengan). Kemudian dari tiap

kecamatan akan saya jabarkan lagi pada tingkat kelurahan. Kemudian, ambil

secara random kelurahan dari tiap kecamatan dengan menggunakan teknik

randomisasi, sehingga akan terpilih kelurahan yang akan dijadikan lokasi

penelitian untuk mendapatkan sampel (Nasir, et.al, 2011).

Setelah itu, sampel akan dipilih berdasarkan ketentuan inklusi dan ekslusi

di atas. Individu yang memenuhi kriteria dalam populasi diberi kesempatan

yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Besar sampel dihitung menurut hukum rule of thumbs dimana jumlah

sampel minimal adalah 30, jumlah tersebut telah memenuhi syarat

pengambilan sampel penelitian (Murti, 2010).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

52

E. Alat dan Bahan

1. Lembar informed consent

2. Lembar kuesioner

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah tingkat pendidikan formal kepala keluarga.

2. Variabel terikat adalah perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes.

3. Variabel perancu adalah penyuluhan dari petugas kesehatan sebagai faktor

yang dikendalikan sedangkan lingkungan, pola hidup, kebiasaan,

pekerjaan, serta sosial ekonomi sebagai faktor yang tidak d ikendalikan.

G. Definisi Operasional Penelitian

1. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga.

a. Defin isi : Tingkat pendidikan formal subyek penelitian mulai dari

SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi. Yang dikategorikan

menjadi skala angka untuk memudahkan dalam pengolahan data,

dimana lulusan SD memilki nilai 1, Lulusan SMP bernilai 2, lulusan

SMA bernilai 3, lulusan Perguruan Tinggi (D III, D IV, S1, S2, S3)

bernilai 4.

b. Alat ukur : Kuesioner.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

53

c. Skala : Ordinal.

2. Perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes

a. Definisi : aktivitas manusia dalam upaya melakukan pemberantasan

sarang nyamuk Aedes untuk mencegah penyakit infeksi virus dengue

dengan kegiatan 3M plus. Untuk memperoleh informasi dari subyek

penelitian, peneliti menggunakan lembaran kuesioner yang disusun

secara terstruktur dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab subyek

penelitian. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu data demografi,

dan kuesioner untuk perilaku upaya pemberantasan sarang nyamuk

Aedes. Instrumen tentang data demografi meliputi kode atau in isial,

umur, dan pendidikan. Bagian kedua berupa kuesioner dalam bentuk

pertanyaan tertutup yang berisi 20 pertanyaan penilaian dengan

menggunakan skala Likert yaitu dengan pilihan jawaban “selalu”

(skor 2), “kadang-kadang” (skor 1), dan “tidak pernah” (skor 0). Total

skor diperoleh terendah 0 dan tertinggi 40. Semakin tinggi skor maka

semakin baik perilaku kepala keluarga terhadap upaya pemberantasan

sarang nyamuk Aedes.

b. Alat ukur : Kuesioner.

c. Skala : Rasio.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

54

H. Desain Penelitian

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian

I. Cara Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Memilih Kelurahan yang akan dijadikan lokasi pengambilan sampel

dengan teknik randomisasi.

Populasi

Seluruh Kepala Keluarga yang tinggal di Surakarta

Sampel

Informed Consent

Kuesioner

SD Perguruan Tinggi

SMA SMP

Perilaku PSN Aedes

Perilaku PSN Aedes

Analisis Data

Perilaku PSN Aedes

Perilaku PSN Aedes

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

55

2. Menyiapkan surat-surat perijinan dan birokrasi untuk mengadakan

penelitian di lokasi yang sudah ditentukan.

3. Memilah sampel berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi di lokasi

penelitian.

4. Menyebarkan kuesioner penelitian kepada sampel

5. Melakukan analisis data yang diperoleh dari penelitian.

6. Menyusun laporan hasil penelitian.

J. Teknik Analisis Data

Hubungan antara pendidikan formal kepala keluarga dengan perilaku

pemberantasan sarang nyamuk Aedes ditunjukkan dengan Analisis Anova 1

Jalan. Data akan diolah dengan SPSS 17 for Windows.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner, terlebih dahulu dilakukan uji

untuk melihat validitas jawaban kuesioner dengan memberikannya kepada 10

responden secara acak dan dilakukan wawancara untuk mengetahui apakah

responden dapat memahami pertanyaan pada kuesioner, kemudian juga

dilakukan wawancara dengan pertanyaan yang identik dengan isi kuesioner

yang telah diisinya (Nasir, 2011).

Dari hasil penelitian ini, didapatkan jumlah sampel yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi yaitu berjumlah 50 subyek penelitian, yang

kemudian didapatkan skor perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes.

Skor ini kemudian akan dihubungkan dengan tingkat pendidikan formal

subyek. Berikut adalah gambaran distribusi subyek penelitian.

Tabel 4.1. Umur, Pekerjaan, dan Tingkat Pendidikan Formal Kepala

Keluarga

No Karakterisik Jumlah Presentase 1. Umur 20-30 8 16% 31-40 15 30% 41-50 15 30% >50 12 24%

2. Pekerjaan Swasta 25 50%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

57

Wiraswasta 9 18% PNS 5 10% Buruh 9 18% Tidak Bekerja 2 4%

3. Tingkat Pendidikan Formal SD 15 30% SMP 13 26% SMA 15 30% Perguruan Tinggi 7 14% Sumber: Data primer, 2012

Jumlah subyek penelitian ditinjau dari tingkat pendidikan formal, yang

terbanyak adalah SD dan SMA, yaitu sebanyak 30%, disusul oleh SMP

sebanyak 26% dan yang terkecil adalah perguruan tinggi yaitu hanya 14%.

Distribusi subyek berdasarkan umur, paling banyak subjek berumur 31-40

dan 41-50 tahun yaitu sebanyak 30%, kemudian disusul umur >50 tahun

sebanyak 24% dan paling sedikit adalah subyek dengan umur 20-30 tahun,

yaitu hanya 16%. Sedangkan apabila ditinjau dari pekerjaannya, paling

banyak adalah subyek dengan pekerjaan swasta sebanyak 50%, kemudian

disusul wiraswasta dan buruh sebanyak 18%, kemudian PNS sebanyak 10%,

dan subyek yang tidak bekerja berjumlah paling sedikit yaitu 4%.

Selain kriteria di atas, subyek juga dilihat apakah subek pernah

mendapatkan penyuluhan mengenai PSN atau tidak. Berikut adalah gambaran

distribusi subyek penelitian dalam hal apakah subyek pernah atau tidak

mendapatkan penyuluhan mengenai PSN.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

58

Tabel 4.2. Distribusi penyuluhan PSN

No Penyuluhan PSN Jumlah Presentase 1. Pernah 42 84% 2. Tidak Pernah 8 16%

Sumber: Data primer, 2012

Sebagian besar subyek penelitian pernah mendapatkan penyuluhan

mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), yaitu sebanyak 84%

subyek, sedangkan subyek yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan hanya

berjumalah 16%.

Skor perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes diperoleh melalui

kuesioner yang berjumlah 20 pertanyaan. Dari data yang diperoleh,

didapatkan rata-rata skor perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes total

adalah 25 dari skor sempurna 40.

B. Analisis Data Penelitian

Data yang didapat kemudian diolah menggunakan SPSS 17 for windows

untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan

formal kepala keluarga dengan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk

Aedes.

Tabel 4.3. Hasil Analisis Anova Satu Jalan tentang hubungan pendidikan

formal kepala keluarga dengan perilaku Pemberantasan Sarang

Nyamuk Aedes

Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes df F p Tingkat Pendidikan Formal Between Groups 3 11,643 0,000 Within Groups 46

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

59

Total 49 Penyuluhan Between Groups 1 5,316 0,025 Within Groups 48 Total 49

Tabel 4.3 menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

formal kepala keluarga dengan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk

Aedes. Dari hasil analisis didapatkan nilai probabilitas (p) yaitu 0,000. Nilai p

yang didapatkan kurang dari tingkat signifikan ( o

ditolak. Dari hasil analisis juga didapatkan nilai F hitung 11,64 untuk df1 3

dan df2 46, sedangkan bila dibandingkan dengan nilai F tabel untuk df1 3 dan

df2 46 bernilai 2,81, maka nilai F hitung lebih besar dari F tabel, sehingga Ho

ditolak. Dari penjelasan di atas, maka terdapat hubungan yang signifikan

secara statistik antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga dengan

perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes.

Sedangkan untuk variabel luar yang dikendalikan, dalam hal ini yaitu

penyuluhan, ternyata juga memiliki hubungan yang signifikan secara statistik

dengan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes. Penyuluhan memiliki

nilai p 0,025 yang juga di

hitung 5,316 yang lebih besar dari pada F tabel untuk df1 1 dan df2 48 yaitu

4,05.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

60

Gambar 4.1. Perbedaan Rata-Rata Skor Perilaku Pemberantasan Sarang

Nyamuk Menurut Tingkat Pendidikan

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan formal kepala keluarga dengan skor perilaku Pemberantasan

Sarang Nyamuk Aedes. Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan, semakin tinggi skor perilaku Pemberantasan Sarang

Nyamuk Aedes.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

61

BAB V

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan didapatkan hasil bahwa tingkat

pendidikan formal berhubungan dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk

Aedes, hal ini dibuktikan dengan hasil analisis data dimana nilai probabilitas yang

didapatkan kurang dari 0,05 dan nilai F hitung melebihi nilai F tabel. Dengan

demikian, maka Ho dapat ditolak dan juga berarti bahwa hasil ini mendukung

hipotesis yang diajukan yaitu, ada hubungan antara tingkat pendidikan formal

kepala keluarga dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes.

Pemberantasan sarang nyamuk adalah upaya untuk memberantas sarang

nyamuk Aedes dalam rangka pencegahan penyakit degue. Gerakan pemberantasan

sarang nyamuk ini, biasa disebut dalam masyarakat dengan 3M Plus yaitu,

Menguras, Menutup, Menimbun, serta upaya lain yang mencegah timbulnya

gigitan nyamuk Aedes (Wahono, 2004). Pemberantasan sarang nyamuk ini

merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan sendiri

merupakan suatu respon seseorang terhadap sakit, atau penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang di bidang kesehatan (Liana, 1996). Pendidikan

juga memiliki tujuan untuk mengubah dan membentuk sikap, watak serta perilaku

manusia menuju ke arah yang lebih baik (Syah, 2011). Faktor pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

62

memang merupakan salah satu unsur yang penting, karena dengan pendidikan,

seseorang dapat menerima banyak informasi dan pengetahuan, termasuk dalam

upaya menjaga kesehatan, serta memperluas pandangan berpikir seseorang

sehingga lebih mudah mengembangkan diri dalam mencegah terjangkitnya suatu

penyakit (Ebrahim, 1996). Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat juga

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula

perilaku seseorang.

Hal tersebut juga ditunjukkan dalam hasil penelitian ini, dimana

berdasarkan gambar 3.1, dimana rata-rata skor perilaku pada subyek dengan

tingkat pendidikan SD menempati posisi paling rendah yaitu 20,33, kemudian

disusul dengan subyek berpendidikan SMP dengan rata-rata skor 22,5, lagu

subyek berpendidikan SMA dengan rata-rata skor 24,1, dan rata-rata skor tertinggi

adalah pada subyek dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu 32,5. Maka,

dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka semakin baik pula perilaku orang tersebut, dalam hal ini

khususnya perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Sari

(2010), dimana juga didapatkan hasil tingkat pendidikan formal ibu berhubungan

dengan perilaku pencegahan demam berdarah dengue. Penelitian tersebut juga

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal subyek, semakin

tinggi pula perilaku subyek tersebut. Namun, pada penelitian Sari (2010)

dinyatakan bahwa penyuluhan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap

perilaku subyek. Sedangkan pada penelitian ini, didapatkan hubungan yang juga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

63

signifikan antara penyuluhan dengan perilaku subyek. Walaupun, pada penelitian

ini juga didapatkan subyek yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan, namun

merupakan salah satu subyek yang memiliki skor perilaku tertinggi yaitu 38.

Namun, subyek tersebut merupakan subyek dengan tingkat pendidikan formal

perguruan tinggi, sehingga faktor yang berpengaruh kepada skor perilakunya

adalah tingkat pendidikannya. Terdapat juga subyek dengan skor perilaku terkecil,

yaitu 12, walaupun subyek pernah mendapat penyuluhan. Hal ini menunjukkan

bahwa penyuluhan tidak menjamin secara pasti perubahan perilaku seseorang.

Penyuluhan merupakan salah satu cara untuk menambah pengetahuan

seseorang terhadap suatu hal. Penyuluhan ini juga merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh kepada perilaku seseorang. Melalui penyuluhan maka

pengetahuan seseorang akan bertambah, maka perilaku seseorang juga diharapkan

berubah menuju ke arah yang lebih baik setelah orang tersebut mendapatkan

penyuluhan. Namun, memang perubahan perilaku seseorang selain didasari oleh

pengetahuan, juga didasari oleh kesadaran dan sikap yang positif, apabila perilaku

tersebut tidak didasari oleh kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku

tersebut tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

Namun, pendidikan yang tinggi juga tidak menjamin terbentuknya suatu

perilaku kesehatan yang baik pula. Selain pendidikan banyak faktor lain yang

mempengaruhi perilaku seseorang di b idang kesehatan, di antaranya kebiasaan,

ekonomi, sosial, budaya, sarana prasarana, kepercayaan seseorang, media masa,

dan tenaga kesehatan (Liana, 1996).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

64

Tingkat ekonomi juga merupakan salah satu faktor yang penting. Tingkat

ekonomi yang baik, maka akan juga mendukung perilaku kesehatan yang baik.

Karena ekonomi juga berpengaruh pada faktor lain seperti tersedianya sarana dan

prasarana, lingkungan, juga tingkat pendidikan. Orang dengan tingkat ekonomi

rendah, cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah pula. Skor perilaku

terendah pada data penelitian ini adalah 12, dan didapatkan pada subyek dengan

pekerjaan sebagai buruh. Walaupun subyek merupakan lulusan SMA, namun

subyek memiliki skor perilaku paling kecil di antara subyek yang lain. Selain itu,

salah satu subyek dengan skor perilaku tertinggi, yaitu 38, adalah subyek yang

hanya lulusan SD, namun subyek bekerja sebagai pegawai swasta. Hal ini

menunjukkan juga bahwa tidak hanya pendidikan yang berpengaruh pada perilaku

seseorang, tetapi keadaan ekonomi seseorang juga memiliki pengaruh yang cukup

besar dalam pembentukan perilaku seseorang.

Lingkungan juga berperan penting dalam pembentukan perilaku kesehatan

yang baik. Lingkungan yang baik dan sehat akan juga mempengaruhi perilaku

seseorang untuk leb ih berperilaku bersih dan sehat, sebaliknya lingkungan yang

padat dan kotor akan juga mempengaruhi perilaku seseorang ke arah yang lebih

buruk. Lingkungan yang kotor juga berdampak pada banyaknya angka kejadian

suatu penyakit dan kecepatan penularan suatu penyakit d i daerah tersebut.

Selain hal yang sudah disebutkan tadi, faktor agama dan kepercayaan

seseorang juga termasuk salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi

perilaku seseorang. Perilaku pemberantasan sarang nyamuk di sini juga

merupakan perilaku hidup bersih dan sehat, dimana juga diketahui bahwa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

65

kebersihan adalah sebagian dari iman, maka seseorang dengan kepercayaan dan

keimanan yang baik maka orang tersebut akan berperilaku bersih dan sehat. Selain

itu juga, hati yang bersih, niat yang baik, juga akan mempengaruhi seseorang

dalam berperilaku. Seorang yang memiliki niat yang baik dan hati yang bersih

cenderung akan berperilaku baik pula. Namun, semua hal itu juga perlu didukung

dengan keteladanan, apabila seseorang itu teladan dalam menjalani suatu perilaku,

maka perubahan perilaku yang terjadi pada orang tersebut akan berlangsung lama

dan akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-harinya.

Data perilaku yang didapatkan dari kuesioner menunjukkan subyek

mendapatkan skor rata-rata 25 dari total 40. Perilaku in i sesungguhnya dapat

ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan perilaku seseorang menuju ke arah yang

lebih baik, d ibutuhkan juga peningkatan kesadaran seseorang terhadap masalah

kesehatan. Dalam hal ini, masyarakat masih perlu ditingkatkan kesadarannya

mengenai penyakit infeksi dengue, sehingga masyarakat akan lebih aktif

melakukan pencegahan penyakit ini yaitu dengan cara melakukan pemberantasan

sarang nyamuk Aedes. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang di b idang kesehatan, seperti

meningkatkan sarana dan prasarana, memperbanyak dan meningkatkan kualitas

tenaga kesehatan, terus digalakkan penyuluhan mengenai pemberantasan sarang

nyamuk, meningkatkan kebersihan lingkungan, dan juga meningkatkan informasi

dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan melalui media masa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

66

Keterbatasan pada penelitian ini adalah pada jumlah sampelnya yang

tidak terlalu banyak, dikarenakan adanya kesulitan dan keterbatasan saat

pengambilan sampel di lapangan. Sehingga, hasil yang didapat akan lebih

merepresentasikan populasi apabila jumlah sampel yang didapat lebih banyak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA … fileHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

67

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga

dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes, yang dibuktikan

dengan penolakan Ho.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih

besar dengan variabel yang tidak terkendali lebih sedikit agar didapatkan

data yang mempresentasikan keadaan populasi yang sesungguhnya

dengan lebih akurat.

2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain

yang juga mempengaruhi perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes.

3. Perlunya peningkatan penyuluhan dan penyebaran informasi mengenai

penyakit infeksi virus dengue dan cara pencegahannya, yaitu gerakan

pemberantasan sarang nyamuk oleh petugas kesehatan dan dinas terkait.

4. Warga, khususnya kepala keluarga diharapkan mampu meningkatkan

pendidikan dan pengetahuan agar dapat berperan lebih aktif dan baik

dalam melakukan pencegahan penyakit infeksi dengue, melalui gerakan

pemberantasan sarang nyamuk, agar dapat mengurangi angka kejadian

infeksi dengue.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user