hubungan tahara dengan shalat 3

28

Click here to load reader

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 20-Nov-2014

835 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan tahara dengan shalat 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Thaharah

Dalam pembahasan fiqh, secara umum selalu diawali dengan uraian tentang thaharah. Secara

khusus, dalam semua kitab atau buku fiqh ibadah selalu diawali dengan thaharah. Hal ini

tidak lain karena thaharah ( bersuci ) mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat

dipisahkan dengan ibadah. Sebaliknya, ibadah juga berkaitan erat dengan thaharah. Artinya,

dalam melaksanakan suatu amalan ibadah, seseorang harus terlebih dahulu berada dalam

keadaan bersih lagi suci, baik dari hadas besar maupun hadas kecil, termasuk sarana dan

prasarana yang digunakan dalam beribadah, mulai dari pakaian, tempat ibadah dan lain

sebagainya. Dengan kata lain, thaharah dengan ibadah ibarat dua sisi mata uang, dimana

dimana antara satu sisi dengan sisi lainnya tidak dapat dipisahkan.

2. Shalat

Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk yang

paling sempurna yaitu sholat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti

terhadap apa yang dilakukaan. Selain itu juga bagi kaum fanatis yang tidak menghargai

tentang arti khilafiyah, dan menganggap yang berbeda itu yang salah. Oleh karena itu mari

kita kaji bersama tentang arti shalat, dan cara mengerjakannya serta beberapa unsur

didalamnya. Dalam pembahasan kali ini juga di paparkan sholat dan macamnya.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus

dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.

Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang)

salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat ,maka ia mendirikan

agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam).

Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat.

Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim

mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat – shalat sunah.

3. Puasa

Menurut bahasa puasa berarti imsak atau menahan, sedangkan puasa menurut syariat ialah

menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri dan semua hal-

hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga terbenam matahari.

Page 2: Hubungan tahara dengan shalat 3

B. Rumusan Masalah

1. Thaharah

Menurut tradisi kitab-kitab fiqih pembahasan thaharah selalu ditempatkan pada poin yang

pertama karena thaharah termasuk ibadah pokok yang diwajibkan sebagaimana halnya

ibadah-ibadah pokok lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.

Di antara bersuci yang diperintahkan ialah wudhu, mandi dan membersihkan najis dari badan

dan pakaian dan semua itu inti dari bersuci.

2. Shalat

Shalat dalam agama islam merupakan ibadah yang paling utama karena demikian utamanya,

maka shalat menjadi pembeda antara orang yang beriman dengan yang tidak beriman.

Rasulullah SAW menyatakan dalam hadistnya : barangsiapa yang meninggalkan shalat

fardhu dengan sengaja, maka ia telah kafir yang nyata (H.R Tabrani)

Kemudian Rasulullah SAW menegaskan bahwa shalat merupakan tiang agama.

3. Puasa

Puasa di bulan Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat. Hukumnya fardu ain atas setiap

muslim yang sudah baligh. Puasa diisyaratkan pada tahun kedua Hijriah sesudah turunnya

perintah shalat dan zakat.

Puasa sudah bermula sejak awal manusia diciptakan di tandai dengan peristiwa pelarangan

Allah SWT kepada nenek kita Adam dan Hawa pada saat memakan buah khuldi di surga.

Page 3: Hubungan tahara dengan shalat 3

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN IBADAH

Secara etimologi, kata ibadah berasal dari bahasa Arab, dari kata abdun   artinya hamba (abdi),

ibadah artinya pengabdian. Jadi, ibadah dimaksudkan sebagai sarana pengabdian atau

penyembahan kepada Allah.

Secara termonologi, pengertian ibadah banyak ragamnya sesuai dengan sudut pandang

masing-masing ulama, antara lain sebagai berikut :

A. Pengertian umum ibadah ialah : sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan

melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya

B. Menurut - ulama Tauhid, ibadah ialah : mengesakan Allah, membesarkan-Nya dengan

sepenuh-penuhnya, serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Ulama

tauhid menyamakan ibadah dengan Tauhid, sesuai dengan Q.S. al-Nisa (4) : 36.

C. Menurut ulama tasawwuf, ibadah ialah : perbuatan seorang mukallaf yang berlawanan

dengan kehendak hawa nafsunya dalam rangka mengagungkan Tuhannya. Menurut ulama

tasawwuf, ibadah itu mempunyai tiga bentuk, yaitu :

Mengharapkan pahala dan terhindar dari siksa-Nya.

Karena memandang bahwa Allah berhak untuk di sembah tanpa memperdulikan apakah

yang akan diperoleh daripada-Nya.

Karena Allah sangat dicintainya, sehingga senantiasa berusaha untuk dekat dengan-Nya.

Menurut ulama - fiqhi, ibadah ialah : segala yang dikerjakan untuk memperoleh ridha

Allah dan mengharapkan pahala di akhirat.

Menurut ulama akhlak, ibadah ialah : melaksanakan dengan ketaatan badaniya, dan

menyelenggarakan segala ketentuan syariat.

2. HUBUNGAN THAHARAH, SHALAT, DAN PUASA

A.      Pengertian serta Macam-macam Thaharah

1.    Pengertian Thaharah

Pengertian thaharah secara bahasa adalah ”bersuci dan bebersih dari kotoran material dan

immaterial”. Sedangkan maknanya secara syariat adalah “mengangkat hadats dan

menghilangkan najis”.

Mengangkat hadats itu terjadi dengan menggunakan air bersama niat. Yaitu di seluruh tubuh

juka ia adalah hadats besar atau si anggota tubuh yang empat jika ia adalah hadats kecil.

Bersuci bisa menggunakan apa yang menggantikan air ketika tidak ada air atau tidak mampu

menggunakannya, yaitu dengan cara tayamum.1

1

Page 4: Hubungan tahara dengan shalat 3

Kesucian dalam ajaran Islam dijadikan syarat sahnya sebuah ibadah, seperti shalat, thawaf,

dan sebagainya. Bahkan manusia sejak lahir hingga wafatnya juga tidak bisa lepas dari

masalah kesucian. Oleh karena itu para ulama bersepakat bahwa berthaharah adalah sebuah

kewajiban. Sehingga Allah sangat menyukai orang yang mensucikan diri sebagaimana firman

berikut ini:

�ن� �ط�ه�ر�ي �م�ت ال �ح�ب� و�ي �ن� �ي �و�اب الت �ح�ب� ي �ه� الل �ن� إ

“ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang

yang bersuci “ (QS. al-Baqarah/2: 222)

Dalam sebuah hadis dijelaskan pula:

�ن� �يم�ا �إل ا ط�ر� ش� الط�ه�و�ر�

“ Kesucian itu sebagian dari iman.”2

Secara umum ruang lingkup thaharah ada dua, yakni membersihkan najis ( istinja’ ) dan

membersihkan hadas. Dari masing-masing ruang lingkup akan diperinci lagi. Dalam istinja’

akan dibahas mengenai benda najis, bahan untuk membersihkan najis, dan cara

membersihkan najis.

2. Macam-macam Thaharah

a. Wudlu

Dalam perkembangannya, wudlu sebagai wahana mensuciakan diri dari hadas kecil, dapat

digantikan dengan praktek penyucian lainnya yaitu ketika tidak didapatkan air.

b. Tayamum

Menurut pengertian bahasa, tayammum berarti maksud atau tujuan. Sedang menurut

pengertian syariat, tayamum berarti menuju ke pasir untuk mengusap wajah dan sepasang

tangan dengan niat agar diperbolehkan melakukan shalat.

2. Faedah Shalat

A. Pengertian Sholat

Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah ( ), sholat menurut Bahasa (Etimologi) berarti

Do'a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki.

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan

diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat

yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88).

Adapun scara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang

mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan

kesempurnaan kekuasaan-

3. Nya”atau” mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan

perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.

(Hasbi Asy-Syidiqi, 59).

2

Page 5: Hubungan tahara dengan shalat 3

Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan

Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari

beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri

dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’

(Imam Bashari Assayuthi, 30).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah

kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri

dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan

penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon rido-

Nya.

B. Tujuan Shalat

Sholat dalam agama islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadat

manapun juga, ia merupakan tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu.

Adapun tujuan didirikannya shalat menurut Al-Qur’an dalam surah Al –Ankabut : 45

�ر� �ك �م�ن و�ال اء� �ف�ح�ش� ال ع�ن� �ه�ى �ن ت �وة� الص�ل �ن� ا �وة� الص�ل � �م �ق�ي و�ا

Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan

munkar.

Juga allah mengfirmankannya dalam surah An-Nuur: 56

ح�م�و�ن� �ر� ت �م� �ك �ع�ل ل و�ل� س� االر� �ع�و� �ط�ي و�ا �وة� ك الز� �و� و�آت �ة� الص�ال �م�و� �ق�ي و�ا

Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya kalian

semua diberi rahmat.

Dari dalil – dalil Al-Qur'an di atas tidak ada kata – kata perintah shalat dengan perkataan

“laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”. Dari unsur kata – kata

melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga banyak mereka yang Islam dan

melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat keji dan munkar. Sementara kata

mendirikan selain mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah sehingga apabila

shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan berbuat jahat.

C. Syarat-Syarat Shalat

• Syarat Wajib Shalat

1. Islam

2. Baligh

3. Berakal “Telah diangkat pena itu dari tiga perkara, yaitu dari anak-anak sehingga ia

dewasa (baligh), dari rang tidur sehingga ia bangun dan dari orang gila sehingga ia sehat

kembali.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

4. Ada pendengaran, artinya anak yang sejak lahir tuna rungu (tuli) tidak wajib mengerjakan

Page 6: Hubungan tahara dengan shalat 3

sholat.

5. Suci dari haid dan nifas.

6. Sampai dakwah Islam kepadanya.

• Syarat Sah Shalat

1. Suci dari dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar.

2. Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis.

3. Menutup aurat. Aurat laki-laki antara pusat sampai lutut dan aurat perempuan adalah

seluruh badannya kecuali muka dan tepak telangan.

4. Telah masuk waktu sholat, artinya tidak sah bila dikerjakan belum masuk waktu shalat atau

telah habis waktunya.

5. Menghadap kiblat.

3. Faedah Puasa

A. Pengertian

Puasa adalah meninggalkan makanan, minuman, pernikahan dan pembicaraan (Ibnu Manzur,

1968).

Pengertian menurut etimologi pada dasarnya menunjukkan bahwa puasa memiliki makna

menahan, meninggalkan dan menjauhkan.

B. Rukun Puasa

Ruku puasa ada dua yaitu :

1.Menahan segal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 187 (QS. 2 : 187).

Dalam puasa hal-hal yang harus ditahan atau dicegah tidak semata-mata makan, minum dan

hubungan seksual, tetapi juga perkataan kotor dan perbuatan tidak pantas.

2.   Niat

Niat adalah tekad kuat (`azam) untuk melakukan sesuatu pekerjaan.

Niat puasa cukup didalam hati tidak perlu diucapkan dengan lisan (Sayid Sabiq, 1992).

C.  Macam-macam Puasa   

1. Puasa Fardu

a. Fardu tertentu seperti puasa dibulan ramadhan.

b. Fardu tidak tertentu yaitu tidak memiliki waktu tertentu seperti pelunasan puasa kafarat

membunuh, puasa menyamakan istri dengan ibu kandungnya, dll.

2. Puasa Wajib

Puasa wajib terdiri dari :

a. Wajib tertentu, seperti puasa nazar yang telah ditentukan waktu pelaksanaanya.

Page 7: Hubungan tahara dengan shalat 3

b. Wajib tidak tertentu seperti puasa nazar yang hanya menyebut bilangan harinya tanpa

waktu yang telah ditentukan untuk melaksanakannya.

3.  Puasa Sunnah

a. Puasa enam hari dibulan syawal

b. Puasa disaat berjihad atau berjuang

c. Puasa hari arafah

d. Puasa bulan muharram

e.  Puasa asyura

4.Puasa yang Dilarang

a. Puasa pada hari raya

b. Puasa pada hari-hari tasyrik (pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijah)

c. Puasa pada hari yang diragukan

d. Puasa pada hari jum`at

e.  Puasa ad dahrYaitu puasa dilakukan sepanjang tahun tanpa memperhatikan apakah

hari-hari itu dilarang atau tidak.

f. Puasa wisall

g. Puasa paruh kedua bulan syakban

h. Puasa seorang istri tanpa seizin suami  

    

D. Tujuan Puasa

Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 183 menyebut tujuan puasa yaitu takwa.

Taqwa yang dalam Bahasa Indonesia berarti menjaga atau memelihara diri. Sedangkan

menurut termonologi taqwa berarti menjaga atau memelihara diri agar terbebas dari azab,

dari siksa, laknat dan murka dari kutukan Allah SWT.

E. Hikmah Puasa

Hikmah ibadah adalah manfaat atau nilai taubah diluar tujuan yang diperoleh dari

pengalaman beribadah.

Hikmah puasa ditinjau dari pendidikan :

1. Mendidik kejujuran

Berpuasa tidak seorangpun yang mengawalinya, kecuali barangkali dari pihak keluarga.

2.  Mendidik kedisiplinan

Kedisiplinan adalah sikap tunduk dan patuh pada peraturan yang berlaku.

3.  Mendidik kesadaran akan kemampuan dan batas kemampuan pribadi

Allah membolehkan orang sakit dan orang bepergian untuk berbuka puasa. (Qs. 2 : 184).

Page 8: Hubungan tahara dengan shalat 3

F.  Puasa Ramadhan          

1.  Hukum Puasa Ramadhan

Para ulama sepakat bahwa hukum puasa adalah fardu. Hukum ulama sepakat bahwa

apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan terkena siksa.

2. Landasan Hukum

a. Al-Qur`an

1)  Al-Baqarah ayat 183 (Qs. 2 : 183)

2)  Al-Baqarah ayat 185 (Qs. 2 : 185)

b.  As-Sunah

3.  Keutamaan bulan ramadhan

a.  Pembukaan pintu surga

b.  Penutupan pintui neraka dan pembelengguan syaitan-syaitan

c.   Pengampunan dosa-dosanya yang telah lalu

G. Batalnya Puasa  

Adapun hal-hal yang membatalkan puasa yaitu ada dua macam yaitu :

1. Batal puasa dan wajib mengqada

a. Makan Minum dengan sengaja

Seorang dalam keadaan berpuasa dengan sengaja makan atau minum, maka puasanya

batal dan harus mengqada.

b. Terpaksa dan tersalah

Seorang pembantu rumah tangga dipaksa dengan ancaman oleh majikan untuk berbuka.

c. Muntah sengaja

d. Sengaja mengeluarkan sperma

e. Haid dan nifas

Wanita yang sedang berpuasa kemudian melahirkan yang berarti dia melahirkan darah

nifas atau datang haid. Puasa wanita batal walaupun pada waktu sore menjelang

waktu magrib.

f. Murtad

g. Niat berbuka

H. Sunnah-Sunnah Puasa

Orang-orang yang berpuasa dusunnahkan antara lain :

1. Menyegarkan berbuka

2. Berbuka dengan kurma atau minum air

3.  Berdoa seusai berbuka

4.  Makan sahur

5.  Mengakhirkan makan sahur

Page 9: Hubungan tahara dengan shalat 3

I. Hal-Hal yang Dibolehkan Pada Saat Berpuasa         

1. Menggunakan celak dan parfum

2. Mencium wewangian

3. Injeksi dan infuse

4. Mandi dan untuk menghilangkan dahaga dan rasa panas

5. Mencicipi makanan (hanya sebatas menggunakan lidah, tidak boleh sampai ditelan)

6. Mengunyak makan untuk anak

7. Berbekam dan donor darah

8. Memasuki waktu subuh belum sempat mandi jinabat

9. Menggosok gigi

2. HUBUNGAN ANTARA SHALAT DENGAN PUASA

Dalam agama Islam, kita mengenal istilah Rukun Islam, yang terdiri dari lima perkara yaitu :

syahadat, shalat, puasa. zakat dan haji. Kelima perkara itu merupakan satu kesatuan yang

utuh dan tidak dapat dipisahkan, makanya perkara tersebut dinamakan rukun, yang artinya

satu kesatuan atau tidak terpisah. Sebenarnya kata “rukun” berasal dari serapan bahasa Arab,

yaitu ruku’ yang artinya sudut atau siku. Sedangkan Islam berarti damai. Berdasarkan arti ini,

dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai kedamaian (Islam) dapat ditempuh dengan lima

sudut jalan dimana kelima sudut tersebut saling berhubungan. Kelima sudut Islam tersebut,

dapat diumpamakan gambar segi empat : Berdasarkan gambar segiempat, terlihat bahwa

sudut puasa merupakan pusat dari empat sudut rukun Islam lainnya. Kalau dikaitkan dengan

jari tangan kita, rukun Islam dapat diumpamakan jari tengah adalah simbol puasa, sedangkan

jari jempol simbol dari syahadat, jari telunjuk simbol dari shalat, jari manis simbol dari zakat

dan jari kelingking simbol dari haji. Kelima jari tangan kita merupakan satu kesatuan yang

utuh dan sempurna. Mengapa ibadah puasa menjadi pusat dari rukun Islam ? Inilah misteri

yang akan kita bahas. Kita sudah mengetahui bahwa hanya ibadah puasalah yang bersifat

sangat rahasia kerena untuk mengetahui seseorang itu berpuasa atau tidak hanya dirinya dan

Allah-lah yang mengetahuinya. Sehingga ibadah puasa menjadi rahasia bagi seorang hamba

dengan Tuhannya. “Setiap amal anak Adam adalah untuk anak Adam itu sendiri, kecuali

puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan memberi ganjaran atas

puasanya itu”. (HR Bukhari)  Dari Hadits tersebut, ternyata hanya ibadah puasalah yang

amalnya diperuntukkan Allah. Kemudian hanya Allah yang berhak memberi ganjaran atas

puasanya itu. Apakah ganjaran bagi orang yang berpuasa itu ? terlihat dengan jelas bahwa

ganjaran bagi orang yang berpuasa adalah kegembiraan ketika berbuka dan bertemu dengan

Allah. Selama ini kita sudah berpuasa sekian tahun, akan tetapi, sudahkah kita mendapat

pengalaman spiritual yang sangat mengembirakan yaitu bertemu dengan Allah Yang Maha

Indah ? Kalau kita sudah berpuasa tapi belum pernah bertemu dengan Allah, lalu bagaimana

Page 10: Hubungan tahara dengan shalat 3

caranya agar puasa kita dapat mengantarkan diri kita mencapai pengalaman bertemu dengan

Allah ?  Intisari dari amal ibadah puasa adalah menahan, mengekang dan mengendalikan diri

kita dari makan dan minum serta dorongan hawa nafsu kita yang keluar dari sembilan lubang

kehidupan yang ada dikepala dan tubuh kita. Proses menahan aktivitas inderawi ini,

sebenarnya sudah pernah kita alami dan lakukan, tetapi sayangnya kita telah melupakan

peristiwa tersebut. Pengalaman berpuasa itu adalah ketika diri kita masih berupa janin bayi

yang berada dalam kandungan seorang ibu. Di dalam kandungan tersebut, kita sebagai bayi,

tidak melakukan aktivitas inderawi, karena kita sedang berendam dalam air ketuban yang

mengalir dan bersirkulasi. Dengan kata lain, saat itu kita tidak makan dan minum melalui

lubang mulut, kita juga tidak melakukan buang air besar dan kecil, tidak berbicara kotor,

tidak melihat dan mendengar hal-hal yang berbau maksiat. Singkatnya kita memang sedang

melakukan ibadah puasa secara kafah atau total selama sembilan bulan. Saat itulah kita

sedang menerima dan menikmati kegembiraan yang luar biasa, yaitu kita sedang mendapat

curahan kasih dan sayang dari Allah di alam rahim. Kita saat itu tidak merasakan bahagia

atau sedih, panas atau dingin, manis atau pahit dan sebagainya. Mengapa hal itu bisa kita

alami ? karena kita saat itu sedang bertatap muka (tawajuh) dengan Allah di alam rahim-Nya.

Sesuai dengan firman-Nya : “Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Wajah Allah,

yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kehanifan dan aku tidak termasuk orang

musyrik” (QS Al An’am 6 :179) Setelah lahir, pintu indera jasmani kita terbuka dan mulai

menikmati keindahan duniawi, disisi lain pintu-pintu indera batin kita perlahan mulai

tertutup, sehingga lambat laun kita melupakan pengalaman bertemu dengan Allah ketika

berpuasa di dalam kandungan tersebut. 

Untuk mendapatkan kembali pengalaman bertemu dengan Allah itu dengan berpuasa, di

utuslah para Nabi dan Rasul dengan membawa Kitab-Kitab Suci-Nya, yang isinya adalah

Peringatan (Adz Dzikra) yang mengingatkan kita, karena kita telah lupa ingatan terhadap asal

mula kejadian kita dalam kandungan. Para Juru Ingat tersebut menyeru dengan satu seruan

agar kita kembali menghadap dan menemui asal kita yaitu Allah dengan cara mengulang

kembali ke awal mula kejadian diri kita dahulu. Seruan itu di isyaratkan dalam Al Qur’an dan

Injil : “Katakanlah : “Sesungguhnya aku mengajarkan kepada kamu dengan satu ajaran saja,

yaitu bahwa kamu harus bangkit untuk menghadap Allah , berdua-dua atau sendiri-sendiri,

kemudian hendaklah kamu pikirkan , tiadalah sahabat kamu itu gila, dia tiada lain hanyalah

pemberi Peringatan kepada kamu, sebelum datang azab yang sangat keras”. ( QS Saba’ 34 :

46) “Sesungguhnya kamu akan datang kembali menemui Kami dengan sendiran seperti kamu

Kami ciptakan pada awal mula penciptaan, dan pada saat itu kamu akan meninggalkan

dibelakangmu semua apa yang dianugerahkan Allah kepadamu.........”. (QS Al An’am 6 : 94)

“Yesus berkata : Sesungguhnya aku berkata kepadamu, Jika kamu tidak kembali seperti bayi

dalamkandungan, sekali-kali kamu tidak dapat masuk ke dalam kerajan Allah”. (Injil, Matius

18 : 3) Jika kita ingin bertemu dengan Allah, kita harus menggingat dan mengulang kembali

Page 11: Hubungan tahara dengan shalat 3

perjalanan dan pengalaman diri kita, ketika diciptakan oleh Allah pada pertama kali, yaitu

ketika diri kita terendam dalam air ketuban dan ketika inderawi kita sedang tidak berfungsi. 

Untuk mengulang kembali peristiwa itu Allah memerintahkan kita untuk melakukan ibadah

puasa seperti yang pernah kita lakukan dahulu dalam kandungan seorang ibu. Inilah perintah

puasa yang diisyaratkan oleh Allah dalam Al Qur’an :

“Wahai orang-orang yang beriman, telah ditetapkan atas kamu berpuasa seperti telah

ditetapkan kepada orang-orang terdahulu dari kamu supaya kamu terpelihara”. (QS Al

Baqarah 2 : 183) Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan agar kita berpuasa kembali

seperti puasa yang per nah kita lakukan dahulu dalam kandungan seorang ibu. Mungkin

timbul pertanyaan dalam diri kita, bagaimana caranya kita kembali ke dalam kandungan atau

alam rahim ?

Kita sering tidak menyadari arti kata “kamaa”. Dalam ayat-ayat diatas. Dalam bahasa Arab,

kata “kamaa” artinya adalah “seperti, sebagaimana atau bagaikan”. Dari arti ini dapat

disimpulkan bahwa perintah untuk kembali ke awal kejadian adalah bukan dalam arti

sesungguhnya, tetapi mirip dengan kejadian awal. Jadi kita harus mengkondisikan diri kita

seperti kondisi yang mirip dengan suasana di dalam kandungan. Suasana dalam kandungan

adalah penuh kedamaian, karena indera kita sedang tidak berfungsi. Begitupula jika kita

melakukan ibadah puasa, kita bukan saja manahan diri dari makan dan minum saja tetapi juga

harus menahan diri dari mendengar, melihat, dan mencium aroma yang ada di luar diri kita.

Pada saat itu yang kita lakukan hanyalah berdzikrullah sampai kita bertemu dengan Allah,

yang dikiaskan dengan munculnya “Asy Syamsu”(matahari) atau “Asy Syahru” (bulan).

“....Barang siapa diantara kamu menyaksikan “syahra”, maka hendaklah ia berpuasa....”.(QS

Al Baqarah 2 : 185)

Kata “syahra” merupakan kata simbolis dari Nur Allah yang tajalli dalam diri orang yang

berpuasa. Pada saat Nur Allah tajalli dalam diri dan tersaksikan, maka orang tersebut harus

berpuasa dengan menahan diri untuk tidak makan, minum, mendengar, melihat, berbicara dan

berfikir yang negatif. Inilah yang dikatakan dalam bahasa agama, bahwa kita mengawali

berpuasa dengan sistem ru’yat. Apakah yang diru’yat oleh orang yang berpuasa ? tentunya

adalah Ru’yatullah (melihat Allah). 

Ada juga yang melakukan ibadah puasa dahulu baru kemudian nanti melihat “syahra”, inilah

yang disebut dengan mengawali puasa dengan sistem “hisab”. Artinya seseorang menahan

diri dulu dari aktifitas inderawi, baru kemudian secara perlahan dia akan melihat “syahra”

atau Nur Allah.

Berapa lama kita melakukan ibadah puasa, tergantung dari seberapa lama “Asy Syamsu”

tersaksikan oleh pelaku puasa. Dengan kata lain lamanya puasa kita tergantung dari seberapa

lama Nur Allah yang tajalli dan tersaksikan oleh mata batin kita. Inilah, yang dalam bahasa

syariat, bahwa orang berpuasa dimulai dari terbitnya sinar matahari sampai terbenamnya

sinar matahari. Peristiwa inilah yang diisyaratkan dalam Al Qur’an. 

Page 12: Hubungan tahara dengan shalat 3

“Apakah engkau mengira sesungguhnya penghuni gua dan raqim itu adalah termasuk tanda-

tanda Kami yang mengagumkan? Ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua, lalu

mereka berkata : “ Ya Tuhan kami, berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan siapkanlah petunjuk

dalam urusan kami”. Lalu Kami menutup telinga mereka di dalam gua itu bertahun-tahun

lamanya. Kemudian Kami bangunkan mereka untuk Kami buktikan siapa yang lebih dapat

menghitung masa mereka tinggal”. (QS Al Kahfi 18 : 9-12)

“Dan engkau mengira mereka bangun padahal mereka tidur. Kami balikkan mereka ke kanan

dan ke kiri sedang anjing mereka terbentang kedua lengannya di muka pintu gua...”. (QS Al

Kahfi 18 : 18) 

Secara simbolis, ayat tersebut diatas sebenarnya mengisahkan peristiwa seorang yang sedang

melakukan puasa dalam rangka bertemu dengan Allah, yang dilakukan oleh “ tujuh penghuni

gua”. 

Ash Habul Kahfi artinya penghuni gua yang berjumlah tujuh. Ini adalah simbol dari tujuh

rasa kesadaran yang menghuni tujuh lubang inderawi yang ada di kepala manusia. Sedang

raqim (batu tulis) adalah simbol dari petunjuk yang telah ditanamkan dengan kuat dalam

qalbu penghuni gua. Sedangkan anjing simbol dari struktur bangunan tubuh manusia. 

Ketika pengaruh kenikmatan duniawi yang tercerap oleh tujuh lubang inderawi kita, sudah

sedemikian kuat. Maka kita harus secepatnya melindungi diri kita dari pengaruh kenikmatan

duniawi tersebut dengan cara “berpuasa” menahan aliran kesadaran yang mengarah keluar

menjadi ke arah dalam diri dengan cara menutup “pintu gua inderawi”. Setelah pintu gua

inderawi tertutup, maka kita bermohon kepada Allah agar diberikan Rahmat dan Rahim serta

Nur Hidayah. Munculnya Rahmat dan Hidayah ini dikiaskan dengan terlihatnya sinar

matahari yang terbit dari kanan gua ke arah kiri gua. Dengan munculnya Nur Allah yang

dikiaskan dengan “Sinar matahari” yang tersaksikan oleh mata batin kita, maka lambat laun

kesadaran jasmani kita akan menghilang secara berangsur-angsur, sehingga kita tidak lagi

mengingat lintasan peristiwa yang terjadi diluar diri kita, sampai kita terbangun kembali

dengan kesadaran yang baru.

3. HUBUNGAN ANTARA TAHARA DENGAN SHALAT

Allah SWT adalah Dzat yang suci menciptakan manusia dari suatu zat yang suci. Dan sesuatu

yang berawal dari yang suci maka akan kembali dan diterima apabila dia telah suci. Didalam

diri manusia terdapat dzat yang suci yang berasal dari tuhan mu, Tapi apakah yang dapat

membedakan hamba dengan tuhannya?ternyata shalat lima waktulah yang dapat

menjawabnya

Shalat adalah media yang dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW, dan shalat pula

lah yang dapat membedakan antara hamba dan tuhannya. Dimana posisi hamba adalah

menyembah tuhannya. Shalat adalah wajib dikerjakan bagi hambanya.

Didalam tubuh manusia terdapat zat yang berasal dari tuhannya, namun tidak pulalah seorang

Page 13: Hubungan tahara dengan shalat 3

hamba mengangkat dirinya sebagai tuhan, karna berpatokan bahwa tuhan adalah aku dan aku

adalah tuhan dengan mengikut sertakan pemikiran bahwa dia berasal dari dzat yang suci

sama dengan tuhan.

Islam itu agama mudah untuk dipahami, tapi jangan untuk dimudah-mudahkan. Inti islam

adalah shalat serta Thaharah(kesucian). Shalat berguna untuk mendekatkan diri dengan

tuhanyna, serta membedakan antara hamba dengan tuhannya. Thaharah (kesucian) itu

terdapat pada tingkah laku mulai dari :

1. Kesucian Pikiran

2. Kesucian Hati

3. Kesucian Pandangan(penglihatan)

4. Kesucian Pendengaran

5. Kesucian Perkataan

6. Kesucian/Kebersihan tubuh dari nazis

7. Kesucian/Kebersihan pakaian dari najis

8. Kesucian makan dan minuman yang dikonsumsi

9. Kesucian harta yang dimiliki

Page 14: Hubungan tahara dengan shalat 3

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Thaharah adalah bersih dari kotoran atau mensucikan diri

2. Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang agama,

dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Sholat mempunyai dua

unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku

berdasar pada gerakan sholat itu sendiri, sedangkan unsur yang bersifat batiniyah adalah

sifatnya tersembunyi dalam hati karena hanya Allah-lah yang dapat menilainya.

Shalat banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga sholat fardhu yang telah di tentukan

waktunya.

Khilafiyyah kaum muslimin tentang shalat adalah hal yang biasa karena rujukan dan

pengkajiannya semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan hadis, hendaknya perbedaan tersebut

menjadi hikmah keberagaman umat islam.

3. Puasa adalah meninggalkan makan, minuman, pernikahan dan pembicaraan. Puasa adalah

rukun islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat islam, puasa memiliki

banyak hikmah yaitu :

1. Mendidik kejujuran

Berpuasa tidak seorangpun yang mengawasinya, kecuali barangkali dari pihak keluarganya.

2. Mendidik kedisiplinan

Sikap tunduk dan patuh pada peraturan yang berlaku.

3.  Mendidik kesadaran akan

B. SARAN

Agama Islam sangat memperhatikan masalah thararah karena dalam ilmu fiqih poin pertama

yang dijumpai adalah masalah thaharah. Shalat, adalah tiang agama karena tanpa shalat

berarti kita sama saja meruntuhkan agama. Ibarat rumah, kalau tidak ada tiangnya tentu akan

runtuh. Puasa adalah menahan nafsu. Islam mengajak kita berpuasa agar menahan nafsu.

Page 15: Hubungan tahara dengan shalat 3

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jazairi Abu Bakr Jabir. 2000. Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim. Darul Falah.

Jakarta.

Rifa’I Muh. 1976. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. PT. Karya Toha Putra.

Semarang

Sakka Ambo. 1996. Modul Pendidikan Agama Islam. MKU Universitas Hasanuddin.

Makassar

Sumaji Muh Anis. 2008. 125 Masalah Thaharah. Tiga Serangkai. Solo

www.google.com. Diakses 17 September 2009

www.imajinasipendidikan.blogspot.com. Diakses 17 September 2009

www.wikipedia.com. Diakses 17 September 2009

Page 16: Hubungan tahara dengan shalat 3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT 

yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan

sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga

selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,

kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku

umatnya.

makalah ini penulis membahas mengenai “HUBUNGAN TAHARA DENGAN SHALAT

DAN HUBUNGAN SHALAT DENGAN PUASA”, dengan makalah ini penulis

mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Raha, Juli 2013

Penyusun

Page 17: Hubungan tahara dengan shalat 3

DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................... i   

Daftar isi.................................................................................................................... ii            

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................... 2

BAB II  PEMBAHASAN........................................................................................ 2

1. Pengertian Ibadah ............................................................................................... 2

2. Hubungan Tahara, Shalat, dan Puasa.................................................................... 3

BAB III PENUTUP................................................................................................. 14

3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 14

3.2. Saran.................................................................................................................  14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 15

Page 18: Hubungan tahara dengan shalat 3

HUBUNGAN TAHARA DENGAN SHALAT DAN

HUBUNGAN SHALAT DENGAN PUASA

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITTI NURBAYA

JURUSAN : PAUD

SEMESTER : II

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

KELAS RAHA

2013