hubungan spiritual quotient siswa dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN SPIRITUAL QUOTIENT SISWA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK
KESTABILAN UNSUR YANG TERINTEGRASI DENGAN NILAI-NILAI ISLAM DI KELAS X
SMA MUHAMMADIYAH 2 SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Dalam Ilmu Pendidikan Kimia
Oleh: FAJARWATI NIM: 3105156
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2010
ii
ABSTRAK PENELITIAN
Fajarwati (NIM: 3105156). Hubungan Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Kestabilan Unsur yang Terintegrasi dengan Nilai-nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Ilmu Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010.
Latar belakang penelitian ini ialah banyaknya siswa yang tergolong susuah memahami materi pelajaran tentang materi kimia, sehingga penulis berusaha member solusi agar bagi siswa tertentu yang memiliki tingkat spiritual quotient tinggi dengan mengintegrasikan materi-materi umum dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian pelajaran umum tidak lagi menjadi masalah bagi ke;ompok siswa tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Spiritual Quotient siswa (X) dengan hasil belajar Kimia materi pokok Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (Y). Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik analisis korelasional. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan subyek penelitian sebanyak 28 responden. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode angket untuk variabel spiritual quotient (X), dan metode test untuk menggali data variabel hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (Y).
Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk menguji hipotesis. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y (rxy = 0,540) baik dengan taraf signifikansi 5% = 0,374, maupun taraf signifikansi 1% = 0,478. Jadi analisis tersebut menyebutkan r0 lebih besar dari pada rt sehingga hipotesis diterima dan signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan menjadi bahan informasi dan masukan bagi SMA Muhammadiyah 2 Semarang, khususnya bagi kepala sekolah, guru, atau tenaga pengajar dan siswanya agar selalu meningkatkan potensi spiritual quotient siswa.
iii
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain,
kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Juni 2010
Deklarator
Fajarwati NIM 3105156
iv
v
vi
MOTTO
Pr& óO çFö6Å¡ ym br& (#qè=äz ô‰s? spYyf ø9$# $£Js9ur Nä3Ï?ù'tƒ ã@ sWB tûïÏ%©!$# (#öqn=yz `ÏB Nä3Î=ö6s% ( ãNåk÷J¡¡ B
âä!$y™ ù't7ø9$# âä!#§ŽœØ 9$#ur (#qä9Ì“ø9ã—ur 4Ó®Lym tA qà)tƒ ãA qß™ §�9$# tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä ¼çmyètB 4ÓtLtB çŽóÇ nS «! $# 3 Iw r&
bÎ) uŽóÇ nS «! $# Ò= ƒÌ�s%
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
(al Quran Surat al Baqarah: 214)
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini buat :
1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendo’akan, membimbing dalam
kehidupanku dengan curahan kasih sayangnya yang tulus.
2. Anak dan Suamiku tercinta
3. Kakak-kakakku beserta seluruh keponakanku yang senantiasa mendo’akan
dan memberi semangat kepadaku
4. Seluruh sahabatku di jalan Allah SWT. Semoga dalam perjalanan hidup
mereka selalu mendapat ridlo Allah SWT.
viii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha
Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Hubungan Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil
Belajar Kimia Materi Pokok Kestabilan Unsur yang Terintegrasi dengan Nilai-
nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang” ditulis untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Penulis yakin bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik berupa nasehat, saran,
arahan, semangat dan lain sebagainya.
Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalamdalamnya kepada yang terhormat.
1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA., Rektor IAIN Walisongo Semarang
2. DR. H. Ibnu Hajar, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
3. Drs. Ikhrom, M.Ag, Dosen wali studi yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis selama masa studi.
4. Atik Rahmawati, M.Si, dan Drs. H. Mat Shalikhin, M.Ag., Dosen
pembimbing I dan II yang senantiasa membimbing penulis selama
penyusunan skripsi.
5. Para dosen dan karyawan di lingkungan IAIN Walisongo Semarang
khususnya di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongi Semarang.
6. Bapak, Ibu dan kakak-kakakku beserta keponakan-keponakanku tercinta yang
dengan segalanya telah membantu kesuksesan dalam penyusuan skripsi ini.
7. Rekan dan rekanita di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang selalu
member dukungan serta berjuang bersama selama masa studi.
ix
8. Anakku Yaquth HS. Dan Suamiku Mas Fahmi yang selalu menemani
“ngetik” skripsi
Dengan kerendahan hati, penulis memohon kehadirat Allah SWT semoga
orang-orang yang telah berjasa memberikan bantuan kepada penulis, senantiasa
mendapat limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah dari Allah SWT, serta mendapat
pahala yang berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu tegur sapa, saran kritik selalu penulis harapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususya dan pembaca pada umumnya
Amin Ya Rabbal Alamin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Semarang, Juni 2010
Penulis
Fajarwati NIM. 3101031
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……........................................................................... i
ABSTRAK PENELITIAN .......................................................................... ii
DEKLARASI .............................................................................................. iii
NOTA PEMBIMBING ............................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN …................................................................ v
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... . x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ………………………………………….... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 3
E. Penegasan Istilah …………………………………….……… 4
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Spiritual Quotient ……………………………………….….. 6
1. Pengertian dan Strategi Pengembangan Spiritual Quotient 6
2. Spiritual Quotient dalam Al-Quran ……………………… 15
3. Spiritual Quotient dalam Hadits …………………………. 20
4. Spiritual Quotient dalam Pandangan Tokoh Muslim ……. 25
B. Hasil Belajar …….…………………………………………… 28
1. Pengertian belajar ………………………………………… 28
2. Hasil belajar ………………………………………………. 29
C. Materi Kimia Pokok Pembahasan Kestabilan Unsur ………..... 32
xi
1. Golongan gas mulia ……………………………………… 33
2. Teori Oktet dan Duplet …………………………………... 35
3. Rumus Lewis …………………………………………….. 36
D. Hubungan Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil Belajar
Materi Kimia Pokok Pembahasan Kestabilan Unsur yang
Terintegrasi dengan Nilai-nilai Islam ………………………. 38
E. Kajian Penelitian yang Relevan …………………………........ 39
F. Hipotesis ………………………………………………….…. 41
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………. 42
C. Variabel Penelitian ………………………………………….. 42
D. Metodologi Peneitian ………………………………………... 43
E. Populasi ……………………………………………………… 43
F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….. 44
G. Teknik Analisis Data ………………………………………... 50
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ……………………………… 55
a. Sejarah berdirinya SMA Muhammadiyah 2 Semarang …... 55
b. Visi dan Misi SMA Muhammadiyah 2 Semarang ………... 55
c. Sarana dan Prasarana Sekolah ………………………….... 56
B. Deskripsi Data Hubungan Antara Spiritual Quotient Siswa
dengan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Kestabilan Unsur
yang Terintegrasi dengan Nilai-Nilai Islam di SMA Muham-
madiyah 2 Semarang ………………………………………… 58
C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ……………………… 64
1. Analisis Pendahuluan …………………………………….. 65
2. Analisis Uji Hipotesis ……………………………………. 66
3. Analisis Lanjut …………………………………………… 69
D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………... 70
xii
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan …….................................................................... 71
B. Saran-saran ……………….………………………………... 71
C. Penutup …………………………………………………….. 72
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 73
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1. : beberapa sifat gas mulia ……………………………….. 33
2. Tabel 2.2. : Tabel struktur Lewis …………………………………… 37
3. Tabel 3.1. : Nilai koefisien korelasi dari guiford empirical rulesi …. 52
4. Tabel 4.1. : Hasil perhitungan validitas butir angket ……………….. 58
5. Tabel 4.2. : Hasil perhitungan validitas butir soal ………………….. 59
6. Tabel 4.3. : Hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal ………… 60
7. Tabel 4.4. : Hasil perhitungan daya pembeda butir soal ……………. 61
8. Tabel 4.5. : Jawaban angket tentang spiritual quetient siswa kelas x
jurusan IPA SMA Muhammadiyah 2 Semarang ……………………. 61
9. Tabel 4.5.1 : Distribusi jawaban angket tentang spiritual quotient
siswa indikator mengenal diri ……………………………………….. 62
10. Tabel 4.5.2 : Distribusi jawaban angket tentang spiritual quotient
siswa indikator mengenal dan kedekatan dengan Tuhan ……………. 63
11. Tabel 4.5.3 : Distribusi jawaban angket tentang spiritual quotient
siswa indikator kepedulian terhadap makhluk Tuhan ………………. 63
12. Tabel 4.6. : Rekapitulasi hasil belajar tentang materi pokok kestabilan
unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai islam ……………….…… 64
13. Tabel 4.7. : Hasil angket tentang tingkat spiritual quotient (x) dan
hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi
dengan nilai-nilai Islam (y) ………………………………………….. 65
14. Tabel 4.8. : Kerja koefisien korelasi antara variabel (x) dan (y) ……. 67
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus …………………………………………………… 76
Lampiran 2 : RPP ……………………………………………………… 77
Lampiran 3 : Daftar nama siswa kelas x jurusan IPA …………………. 82
Lampiran 4 : Indikator Spiritual Quotient …………………………….. 83
Lampiran 5 : Kisi-kisi lembaran indikator instrument angket SQ …….. 84
Lampiran 6 : Angket tingkat spiritual quotient siswa …………………. 85
Lampiran 7 : soal tes hasil belajar kimia ………………………………. 88
Lampiran 8 : uji angket (validitas dan realibilitas) ……………………. 94
Lampiran 9 : uji soal hasil belajar kimia (validitas, realibilitas, daya be-
da dan tingkat kesukaran soal) …………………………. 98
Lampiran 10 : Uji SPSS …………………………………………………. 108
Lampiran 11 : Surat penunjukkan pembimbing ………………………… 110
Lampiran 12 : Surat izin riset …………………………………………… 111
Lampiran 13 : Surat keterangan riset dari sekolah terkait ………………. 112
Lampiran 14 : Surat keterangan uji angket dan soal ……………………. 113
Lampiran 15 : ko kurikuler ……………………………………………… 114
Lampiran 16 : transkrip ko kurikuler …………………………………… 115
Lampiran 17 : Piagam PASSKA IAIN Walsongo ……………………… 116
Lampiran 18 : Piagam PASSKA Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo …. 117
Lampiran 19 : Piagam KKN …………………………………………….. 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk Allah yang membutuhkan pendidikan,
pendidikan agama, pendidikan siasah, pendidikan ekonomi, pendidikan sosial,
dan pendidikan yang lain yang berkaitan dengan misi hidupnya. Setiap
pendidikan bertujuan mencerdaskan peserta didiknya.
Terkait dengan hal tersebut di atas maka yang perlu menjadi
pembahasan khusus adalah masalah personal skill (kecakapan individu).
Setiap individu peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dalam
merespons pendidikan yang diterima. Perhatian terhadap kecakapan individu
inilah menjadi satu keharusan dalam proses pembelajaran.
Dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) telah dijelaskan
bahwa personal skill sebagai salah satu prinsip yang harus dipenuhi dalam
kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah. Salah satu pilat dari Personal
Skill adalah Spiritual Quotient yang lebih mengkhususkan pada kecakapan
seseorang dalam keberagamaan. Oleh karena itu penulis berupaya untuk
meneliti hubungan Spiritual Quetion dengan pembelajaran peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).
Salah satu kecerdasan yang menjadikan hati sebagai pusat kecerdasan
adalah kecerdasan spiritual. Ada beberapa pendapat tentang pengertian
kecerdasan spiritual. Menurut Marsha Sinetar, Kecerdasan Spiritual merupakan
ketajaman pemikiran atau kecerdasan yang terilhami yang sering menghasilkan
intuisi, petunjuk moral yang kokoh, kekuasaan atau otoritas batin sehingga timbul
kemampuan membedakan mana yang salah dan mana yang benar serta
kebijaksanaan.1
Menurut Ary Ginanjar Agustian, Kecerdasan Spiritual merupakan
kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan
1Marsha Sinetar, Spiritual Intelligensi, Kecerdasan Spiritual, terj. Soesanto Boedi darmo,
(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001), hlm. X.
2
melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia
yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran yang integralistik (tauhidi)
serta berprinsip hanya karena Allah.2
Merujuk beberapa pendapat tentang SQ di atas, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk memberikan makna atas
sesuatu serta untuk mengintegrasikan antara akal, pikiran (IQ) dan emosi (EQ)
dengan memandang segala sesuatu secara melingkar (dari berbagai sudut) serta
menjadikan hati sebagai pusat kecerdasan sehingga diharapkan dapat menjadi
manusia yang seutuhnya dengan pemikiran yang integral.
Dari sudut pandang seorang muslim, kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang berpusatkan pada cinta yang mendalam kepada Allah dan
seluruh ciptaan-Nya. SQ akan selalu aktual jika manusia hidup didasarkan visi
dasar dan misi keutamaannya, yakni sebagai ‘abid (hamba) dan sekaligus
khalifah Allah di bumi.3 Dihadapan Allah, manusia hanyalah seorang hamba
('abdullah), sedangkan dihadapan manusia, menampilkan sosok sebagai khalifah
fil ardhi dengan menunjukkan sikap keteladanannya yang memberikan pengaruh
dan inspirasinya serta ide-ide kreatif bagi sesama.
Salah satu indikator kecerdasan spiritual bagi orang Islam adalah terlihat
pada sisi religiusitasnya. Sedangkan religiusitas manusia dapat dilihat dari
aktifitas dan ritualitas dalam beragama. Bagi orang yang beragama Islam akhlak
baik merupakan bagian dari kewajibannya dalam bersosial, hal itu didasari atas
kesadaran seseorang atas hak-hak dirinya dan orang lain, selain itu juga merasa
diawasi oleh Allah sehingga semakin hati-hati dalam berperilaku. Proses kejadian
tersebut merupakan proses spiritualitas sehingga dapat dilihat tinggi rendahnya
spiritualitas seseorang.
Siswa satu kelas di sebuah sekolah memiliki tingkat kecerdasan spiritual
yang berbeda-beda walaupun beragama sama. Apakah kondisi seperti ini
2Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
ESQ: Emotional Spiritual Quotions Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), hlm. 57.
3Toto Tasmara, Kecerdasan Spiritual (Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian yang Bertanggung jawab, Profesional dan Berakhlak, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. XV.
3
berhubungan dan mempengaruhi hasil belajar suatu pelajaran yang diintegrasikan
dengan nilai-nilai Islam.
Bertolak dari latar belakang di atas, perlu adanya penelitian tentang
hubungan spiritual quotient dengan hasil belajar atau prestasi siswa pada mata
pelajaran yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian akan dapat
diketahui hasilnya seberapa signifikankah hubungan keduannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dijadikan
fokus penelitian ini ialah “Adakah hubungan Spiritual Quotient siswa dengan
hasil belajar Kimia materi pokok Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan
nilai-nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang kelas X ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan Spiritual Quotient siswa dengan hasil
belajar Kimia materi pokok Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilai-
nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang kelas X.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Diharapkan dapat memahami tentang peran Spiritual Quotient.
2. Diharapkan dapat memahami hubungan Spiritual Quotient siswa dengan
pembelajaran Kimia materi pokok Kestabilan Unsur yang terintegrasi
dengan nilai-nilai Islam.
3. Diharapkan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dapat menerapkan
hasil penelitian dalam proses belajar-mengajar, baik siswa, guru, maupun
pihak sekolah yang lain.
4
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah persepsi tentang arah judul yang dimaksud,
maka penulis akan menegaskan maksud istilah-istilah dari judul tersebut,
yaitu:
1. Spiritual Quotient (SQ)
SQ berasal dari kata spiritual dan quotient. Spiritual berarti bathin,
rohani, keagamaan,4 sedangkan quotient atau kecerdasan berarti
sempurnanya perkembangan akal budi, seperti akal budi, kepandaian,
ketajaman pikiran.5
SQ merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap
setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang
bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran
yang integralistik.6
2. Materi Pokok Kestabilan Unsur
Materi Kestabilan Unsur merupakan materi pokok pelajaran kimia
kelas X semester genap yang membahas tentang konfigurasi elektron gas
mulia, teori Oktet dan Duplet serta setruktur Lewis.
3. Integrasi
Integrasi merupakan upaya penyatuan menjadi satu kesatuan yang
utuh atau penggabungan dari beberapa komponen menjadi satu kesatuan.7
Demikian pula menurut WJS. Poerwadarminta Integrasi yaitu penyatuan
supaya menjadi suatu kebulatan yang utuh.8
4. Nilai-nilai Islam
Nilai (values) di dalam kamus pendidikan diartikan sebagai sesuatu
yang berharga dalam kehidupan manusia.9 Sedangkan dalam Kamus Besar
4Jhon, M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1996), Cet. XXIII, hlm. 546. 5Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 164. 6Ary Ginanjar Agustian, Lok. Cit 7Achmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Jogjakarta, Absolut , 2004), hlm. 173 8Wjs. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
hlm. 384. 9St. Vembriarto, Kamus Pendidikan, (Grasindo, 1994), hlm. 42.
5
Bahasa Indonesia, nilai adalah isi atau sesuatu yang termuat dalam suatu
pandangan yang berguna bagi kemanusiaan.10
Islam merupakan agama yang dibawa nabi Muhammad SAW dan
diajarkan kepada manusia untuk menyempurnakan ajaran nabi-nabi
sebelumnya. Ajaran Islam bersumber pada wahyu Allah yang
disampaikan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang
sekarang tertuang dalam kitab suci al-Quran. Sumber ajaran yang kedua
adalah diambil dari perkataan, perbuatan dan ketetapan nabi yang biasa
disebut dengan al-Hadits.
Nilai-nilai Islam yang dimaksud penulis adalah sesuatu yang
berharga yang melekat pada ajaran Islam yang bersumber dari al-Quran
dan hadits. Nilai-nilai Islam tersebut bisa bersifat implisit maupun
eksplisit yang mengikuti penjelasan sumber ajarannya.
Sebagai contoh adalah potongan hadits di bawah ini yang mendasari
salah satu nilai dalam Islam yaitu kejujuran:
علیكم بالصدق فإن الصدق یھدي إلى البر وإن البر یھدي ١١.إلى الجنة رواه مسلم
Orang Islam dituntut untuk selalu jujur dalam segala hal, baik
tentang ritual keagamaan maupun aktifitas keseharian yang tidak terkait
dengan ritual keagamaan. Nilai-nilai Islam dapat mendasari pendidikan
Islam dalam rangka mengubah tingkah laku individu peserta didik pada
kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya.12 Dengan demikian
kejujuran merupakan salah satu nilai Islam tetap tertanam dalam individu
yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi.
10Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),
hlm. 690. 11Imam Muslim, Shohih Muslim, hadits ke-6586 12Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1, hlm. 14.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Spiritual Quotient
1. Pengertian dan Strategi Pengembangan Spiritual Quotient
a. Pengertian dan Pentingnya SQ
Pada awal abad ke-20, kecerdasan intelektual atau IQ pernah
menjadi isu besar. IQ merupakan kecerdasan yang digunakan
memecahkan masalah logika maupun strategis. Para psikolog
menyusun berbagai tes untuk mengukurnya dan tes-tes ini menjadi
alat memilah manusia ke berbagai tingkatan kecerdasan.
Pada pertengahan 1990-an, Daniel Goleman mempopulerkan
penelitian dari banyak neurolog dan psikolog yang menunjukkan
bahwa kecerdasan emosional/EQ sama pentingnya dengan kecerdasan
intelektual. EQ memberikan kesadaran mengenai perasaan milik diri
sendiri dan juga perasaan orang lain. EQ memberikan rasa empati,
cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau
kegembiraan secara tepat. EQ merupakan persyaratan dasar untuk
menggunakan IQ secara efektif.13
Saat ini, serangkaian data ilmiah terbaru, yang sampai dewasa
ini belum banyak dibahas, menunjukkan adanya kecerdasan jenis
ketiga yaitu kecerdasan spiritual. Spiritual dalam bahasa Inggris
berasal dari kata “spirit” yang berarti bathin, ruhani, dan
keagamaan.14 Sedangkan dalam kamus psikologi, spiritual diartikan
“sebagai sesuatu mengenai nilai-nilai transcendental”.15 Makna
spiritual sendiri berhubungan erat dengan eksistensi manusia dan
spiritual itu sendiri pada dasarnya mengacu pada bentuk-bentuk ragam
13Taufiq Pasiak, Revolusi IQ / EQ /SQ Antara Neurosains dan Al-Quran, (Bandung:
Mizan Pustaka, 2002), hlm. 40. 14John M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia,
1992), Cet. XX, hlm. 546. 15M. Hafi Anshori, Kamus Psikologi, (Surabaya : Usaha Kanisius, 1995), hlm. 653.
7
seseorang yang dibangun dari pengalaman dan spiritual arti hidup,
Allah dan pandangan-pandangan hidup.
Danah Zohar dan Ian Marshall berpendapat, bahwa kecerdasan
spiritual (SQ) sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas
dan kaya. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ berupa
landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara
efektif.16 SQ secara harfiah untuk menumbuhkan otak manusia.
Menggunakan SQ manusia dapat menggali potensi yang
dimilikinya untuk tumbuh dan mengubah evolusi potensi yang
dimiliki. Manusia menggunakan SQ untuk menjadi kreatif,
berhadapan dengan masalah eksistensial, yaitu saat seseorang secara
pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan
masalah masa lalunya akibat penyakit dan kesedihan. SQ menjadikan
manusia sadar bahwa ia mempunyai masalah eksistensial dan
membuatnya mampu mengatasi masalah tersebut.
SQ memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang
bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani
kesenjangan antara diri dan orang lain. Daniel Goleman telah menulis
tentang emosi intrapersonal diri seseorang yang digunakan
berhubungan dengan orang lain. Namun EQ semata-mata tidak dapat
membantu seseorang memahami siapa dirinya, dan apa makna segala
sesuatu baginya.
Seseorang pada akhirnya dapat menggunakan SQ-nya
untuk berhadapan dengan masalah baik dan jahat, hidup dan mati,
dan asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusasaan manusia.
Adapun menurut Taufiq Pasiak, bahwa secara harfiah SQ
16Taufiq Pasiak, op.cit., hlm. 156.
8
beroperasi dari pusat otak yaitu dari fungsi dan penyatu otak. Lebih
lanjut dikatakan:
“SQ mengintegrasikan semua kecerdasan seseorang dan menjadikannya benar-benar dan utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Idealnya, ketiga kecerdasan dasar seseorang tersebut bekerja sama dan saling mendukung. Otak dirancang agar mampu melakukan hal itu. Meskipun demikian, mereka masing-masing IQ, EQ dan SQ memiliki wilayah kekuatan tersendiri dan bisa berfungsi secara terpisah.” “Kebutuhan ber-Tuhan atau memiliki spiritualitas merupakan kebutuhan tak terelakkan pada manusia. Ada kaitan langsung dan tegas antara kebutuhan itu dan tersedianya potensi ke-Tuhanan dalam otak manusia. Para peneliti otak antara lain Universitas California San Diego menemukan daerah temporal sebagai lokasi yang berperan penting dalam perasaan dan spiritual dan mistis. Dengan pantauan EEG (alat perekam gelombang otak) tampak jelas gelombang yang khas ketika seseorang mengalami perasaan mistis dan spiritual tersebut.”17
Berdasarkan uraian Taufiq Pasiak di atas, penulis sepakat
bahwa SQ beroperasi dari pusat otak, berfungsi mengintegrasikan
semua kecerdasan seseorang, baik IQ, EQ, maupun SQ masing-
masing memiliki wilayah tersendiri dan berfungsi secara terpisah.
Idealnya, ketiga kecerdasan dasar manusia tersebut bekerja sama
dan saling mendukung.
Berbagai penelitian menunjukkan adanya potensi
spiritualitas dalam otak manusia yaitu :
1) Osilasi 40 Hz
Otak manusia tidak sekedar massa sel saraf material,
karena seperti sel-sel jantung yang mengandung muatan listrik.
Sel-sel otak juga bermuatan listrik. Kenaikan antar sel saraf
elalui ujung-ujung selnya terjadi karena ada pelepasan muatan
17Taufiq Pasiak, Revolusi IQ / EQ /SQ Antara Neurosains dan Al-Quran, (Bandung:
Mizan Pustaka, 2002), hlm. 275.
9
listrik. Getaran sel saraf karena tersentuh muatan listrik dari
ujung sel saraf itu dapat direkam.
Ada dua jenis kegiatan yang berlangsung pada tingkat
40 Hz dan 200 Hz. Gelombang atau osilasi Hz terjadi ketika
otak tanpa pengaruh rangsangan indrawi sama sekali bereaksi
secara seragam. Reaksi itu dapat terjadi karena ada hubungan
langsung antara talamus dan kulit otak yang dipicu oleh
rangsangan indra. Talamus adalah bagian yang paling awal
berkembang dari otak depan yang berurusan dengan emosi
dan gerakan yang berfungsi meneruskan sinyal dari rangsang
indrawi luar ke korteks, untuk kemudian diproses seri atau
pararel.18 Artinya hubungan talamus dan kulit otak
berlangsung secara intrinsik di antara mereka sendiri,
rangkaian itu dapat terjadi tanpa informasi dan empiris.
Hubungan intrinsik ini menurut Zohar adalah basis dari
kesadaran manusia.
Rodolfo Linas yang meneliti osilasi ini menemukan
bukti bahwa osilasi itu tetap ada walaupun seseorang sedang
tidur atau bermimpi dan menghilang ketika mengalami koma /
pembiusan. Pada saat melamun, kesadaran intrinsik ini pun
masih tetap terdeteksi. Gejala ini dapat menerangkan pengaruh
imajinasi terhadap pekerjaan otak manusia.19
Menurut Danah Zohar yang dikutip oleh Taufik Pasiak
bahwa, “protokesadaran” itu tersimpan dalam sel-sel saraf otak.
Tatkala otak berisolasi pada ambang 40 Hz, proto kesadaran yang
masih kontak itu bergabung dan membentuk kesadaran. Dengan
kata lain, osilasi 40 Hz itu berfungsi seperti seseorang konduktor
dalam pagelaran orkestra. Konduktor ini menyatukan semua
ragam instrumen menjadi sebuah koor yang indah, dan karena
18 Ibid, hlm. 276-279. 19Ibid.
10
osilasi 40 Hz ini menghilang ketika seseorang dibius / koma,
maka pada diri mereka, kesadaran itu tidak akan muncul. Jadi
kesadaran itu lahir karena adanya kepaduan dan keutuhan dalam
otak manusia.20
Jadi dapat disimpulkan bahwa osilasi 40 Hz
merupakan argumen ilmu saraf tentang keberadaan Spiritual
Quotient (SQ). Osilasi tersebut merupakan basis kesadaran
manusia, proto kesadaran terletak pada sel-sel saraf otak
manusia, tatkala otak berisolasi pada ambang 40 HZz, proto
kesadaran yang masih kontak itu bergabung dan membentuk
kesadaran. SQ ini merupakan kecerdasan jenis ketiga yang
menempatkan tindakan dan pengalaman seseorang dalam
konteks makna dan nilai yang lebih besar.
2) Bawah Sadar Kognitif
Kesadaran intrinsik otak (yang menjadi dasar bagi
kecerdasan spiritual) bukanlah satu-satunya produk talamus.
Komponen ini juga memegang peranan kunci dari kegiatan
emosional manusia. Ahli saraf Joseph de Loux menemukan
bahwa informasi indrawi yang masuk ke otak lebih menuju
talamus yang berfungsi menilai setiap informasi indrawi yang
masuk. Talamus kemudian meneruskannya ke dua arah yaitu
ke kulit otak dan amigdala. Sinyal ke amigdala bereaksi
sangat cepat sehingga mendahului reaksi yang dilakukan oleh
kulit otak. Hasilnya reaksi emosional yang berlangsung sekian
detik sebelum analisis kulit otak datang. Kerja sistem limbik
lebih cepat 80.000 kali dari kerja kulit otak yang sadar. Jika
pikiran sadar hanya sanggup memproses 126 bit informasi
perdetik dan 40 bit informasi lisan, maka perasaan dapat
20Ibid.
11
menerima reaksi emosional dapat berlangsung tanpa pengaruh
pikiran rasional. Ini adalah bawah sadar kognitif manusia.21
Daniel Goleman menyatakan bahwa alam bawah sadar
itu, tempat ingatan-ingatan emosional yang direkam dan
disimpan menjadi suara hati bagi manusia. Beberapa peneliti
menyebutkan bahwa suara hati bersumber dari perasaan
terdalam manusia dan pusat manusia berada. Suara hati
bersumber dari kekuatan yang paling kuat dari diri manusia,
yaitu hati. Hati menjadi elemen penting dalam kecerdasan
spiritual, bahkan pekik kecerdasan spiritual justru terletak pada
suara hati nurani. Kebenaran sejati, sebenarnya lebih terletak
pada suara hati nurani yang menjadi pekik sejati SQ,
karenanya SQ menyingkap kebenaran sejati yang lebih seiring
tersembunyi di tengah hidup yang serba palsu.22
Ketika seseorang menjalani kehidupan ini dengan
ingenius, palsu dan suka menipu, maka mereka pun menjadi
diri yang palsu. Kecerdasan spiritual mengajak dan bahkan
membimbing seseorang menjadi diri yang geniune, yang asli
dan autentik yang karenanya selalu mengalami harmoni ilahi
kehadirat Rabbi. Pengalaman harmoni spiritual kehadirat
Tuhan dicapai dan sekaligus dirasakan dengan menggunakan
apa yang dalam mistik spiritual disebut sebagai mata hati.23
SQ menyelami semua itu sebagai mata hati, karena mata hati
dapat menyingkap kebenaran hakiki yang tak tampak oleh
mata.
3) God Spot
God Spot membuktikan banyak fenomena. Salah
satunya kuantitas gelombang yang sama antara fakta skizoid,
21Taufiq Pasiak, op.cit., hlm. 277. 22Sukidi, op.cit., hlm. 26. 23Ibid.
12
depresi, kegiatan, penderitaan dengan kesalahan atau
religiusitas. Sehingga sulit memisahkan antara aspek kegilaan
dan kebahagiaan kecuali melalui pendekatan kualitatif yang
subjektif. Aspek-aspek di atas inilah yang mempengaruhi
kesimpulan Danah Zohar dan Ian Marshall tentang SQ
bahwasanya tidak berkaitan dengan agama dan hanya
mengakui amalan-amalan agama yang dapat meningkatkan
kualitas SQ seseorang. Simpulan ini menunjukkan pentingnya
pendidikan agama bagi seseorang untuk meningkatkan rasa
beragamanya.24
Konsep God Spot menurut Danah Zohar tersebut
sebenarnya merupakan kritik bagi umat beragama, khususnya
Islam. Sebab, banyak manusia beragama namun tidak bisa
menemukan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Mereka
hanya menganggap agama sebagai identitas belaka (status
KTP), tanpa mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya.
Sehingga tujuan ideal agama menuju kebahagiaan hidup di
dunia maupun akhirat tidak dapat tercapai tanpa mengamalkan
ajaran-ajarannya. Konsep spiritualitas Islam menampakkan
bentuknya pada pengakuan akan keimanan, syahadat menjadi
syarat utama diakuinya kedudukan seseorang muslim,
sehingga apabila secara ilmiah ditetapkan adanya hard ward
dari spiritualitas adalah god spot, maka spiritualitas Islam
merupakan muatan dari god spot tersebut. Cahaya keiilahian
menjadi tujuan dan motivasi utama dalam setiap amalan umat
Islam.
Menurut hemat penulis, umat Islam seharusnya
mengamalkan ajaran Islam tersebut dengan sungguh-sungguh.
Jika rukun iman dan rukun Islam benar-benar diamalkan,
24Ibid., hlm. 81-82.
13
maka tercapailah tujuan keselamatan, baik di dunia maupun di
akhirat.
b. Strategi Pengembangan Kecerdasan Spiritual (SQ)
Strategi pengembangan SQ dapat dilakukan melalui beberapa
jalan dengan melihat definisi dan mainstream yang diikuti.
Mainstream-mainstream tersebut dipengaruhi oleh motivasi dan
tujuan yang ingin dicapainya. Tentu saja akan sangat berbeda antara
strategi pengembangan SQ yang dilakukan oleh seseorang sains
dengan strategi yang dilakukan agamawan atau para filosof dengan
golongan spesifik, salah satunya dengan ESQ (Emotional Spiritual
Quotient).
Konsep Zohar & Ian Marshall mengenai SQ masih menyisakan
pertanyaan lanjutan yang belum bisa dijawab. SQ adalah sesuatu yang
mempunyai makna dan nilai, maka makna dan nilai yang bagaimana
bentuknya? Agama seperti apa yang mampu meningkatkan kualitas
SQ?
Ary Ginanjar menawarkan jawaban tentang pertanyaan-
pertanyaan di atas, bahwa ESQ sebagai model pengembangan karakter
dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai rukun iman dan rukun Islam.
Tentu saja sebagai salah satu upaya mengeksplorasi dan
menginternalisasi kekayaan ruhiyah dan jasadiyah pada diri
seseorang.25
Ary Ginanjar memandang bahwa rukun Iman dan rukun Islam
disamping sebagai petunjuk ritual bagi umat Islam ternyata pokok
pikiran dalam keduanya juga memberikan bimbingan untuk mengenal
dan memaknai perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain. Dalam
pandangannya rukun Islam disamping berfungsi sebagai tatanan ritual
dalam beragama, juga merupakan metode pengasahan atau pelatihan
25Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta : Arga Wijaya Persada, 2001), hlm . xxi.
14
ESQ yang telah dipahami dalam rukun Iman, mulai dari Syahadat
yang berfungsi sebagai mission statement, shalat yang berfungsi
character building, puasa sebagai self controlling, serta zakat dan haji
yang berfungsi untuk meningkatkan sosial intelligence (kecerdasan
sosial).26
Konsep rukun Iman dan rukun Islam membaca EQ yang telah
ada dalam diri seseorang bisa dilatih dan dipertajam lagi melalui
aplikasi syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Pada kondisi ini, rukun
Islam merupakan transformasi dari rukun iman yang dilakukan secara
berulang dan terus menerus sehingga mampu menjawab persoalan
kegagalan beberapa metode training yang telah dilakukan.
Ary Ginanjar melihat tata urutan dalam rukun iman hingga
rukun Islam disusun berdasarkan suatu tingkatan anak tangga yang
sangat teratur dan sistematis, serta memiliki keterkaitan erat dan kuat
dalam satu kesatuan yang ada dimulai dari pembangunan prinsip
landasan ke prinsip kepercayaan, prinsip kepemimpinan, prinsip
pembelajaran. Prinsip masa depan hingga prinsip keteraturan. Setelah
mental terbentuk, maka dilanjutkan dengan langkah mission statement
atau syahadat kemudian pembangunan karakter dan pengendalian diri.
Ketiga hal ini akan membangun sebuah pribadi tangguh setelah
memiliki ketangguhan pribadi dilanjutkan dengan pengembangan
kecerdasan sosial melalui zakat dan haji. Kesemuanya menghasilkan
ketangguhan sosial.27
Ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial mempunyai kunci
utama yang dikatakan berupa asmaul husna dan menjadi barometer
suara hati, untuk menetralisir suara hati, langkah pertama dengan
melakukan reinforcement atau langkah penguatan hati melalui metode
repetitive magic power berupa dzikir. Keseluruhan konsep kecerdasan
spiritual dan kecerdasan emosi yang ditawarkan Ary Ginanjar
26Ibid., hlm. 286-287 27Ibid., hlm 46
15
berkiblat pada prinsip Laa Ilaha Illallah yang memandang hubungan
kepentingan dunia dan kepentingan akhirat menjadi sebuah jalur lurus
yang saling berkelanjutan dengan kendaraan utamanya prinsip
rahmatan lil ‘alamin.
Menurut penulis, strategi peningkatan SQ yang efektif yakni
dengan mengamalkan segala ajaran (perintah) Allah dan menjauhi
segala yang dilarang-Nya. Selanjutnya, ajaran berupa ibadah mahdhah
maupun muamalah harus difahami, diresapi dan diamalkan untuk
menjalin hubungan baik kepada Allah maupun sesama manusia dan
makhluk ciptaan Allah lainnya. Apabila strategi tersebut dapat
dilakukan, maka tidak mustahil akan tercipta kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Mampu menyelesaikan permasalahan hidup di
dunia dan meraih keselamatan di akhirat kelak.
2. Spiritual Quotient dalam Al-Quran
Kecerdasan intelektual (IQ) dapat dihubungkan dengan kecerdasan
akal pikiran (‘aql), sementara kecerdasan emosional (EQ) lebih
dihubungkan dengan emosi diri (nafs), dan kecerdasan spiritual mengacu
pada kecerdasan hati, jiwa atau disebut dengan qalb sebagaimana firman
Allah dalam QS. Ar- Rad ayat 27-28:
قل إن الله يضل من ويقول الذين كفروا لولا أنزل عليه آية من ربه﴿ ابأن نه مدي إليهياء وشم بذكر ٢٧يهقلوب ئنطمتوا ونآم الذين ﴾
﴾٢٨وب ﴿ألا بذكر الله تطمئن القل الله
Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki dan menunjukkan kepada orang yang kembali kepada- Nya (taat kepada Allah). (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Ra’d: 27- 28).28
28YPPA, Al-Quran & Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2003), hlm. 373.
16
Qalbu harus berani bertanggung jawab untuk menampilkan
wajahnya yang suci dan selalu berupaya untuk berpihak kepada Allah,
menghidupkan getaran jiwa melalui kesadaran yang hakiki. Kesadaran ini
pula yang dituntut dari proses zikir, karena zikir yang menghasilkan
getaran jiwa, getaran kesadaran, “Aku di hadapan Tuhanku,” dapat
menjadikan seseorang mencapai puncak keimanan.29 Sebagaimana firman
Allah sebagai berikut:
هاتآي همليع تليإذا تو مهقلوب جلتو الله إذا ذكر ون الذينمنؤا الممإن ﴾٢زادتهم إميانا وعلى ربهم يتوكلون ﴿
“Sesungguhnya, orang yang benar-benar beriman itu adalah apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (Al-Anfal: 2).30
Kesadaran atau dzikrullah sebagai salah satu pintu hati, merupakan
cahaya yang memberikan jalan terang, membuka kasyaf ‘tabir’ antara
manusia dan Allah. Orang yang sadar atau melakukan dzikrullah tersebut
membuat tipu muslihat setan tidak berdaya, sebagaimana firman Allah
sebagai berikut:
إن الذين اتقوا إذا مسهم طائف من الشيطان تذكروا فإذا هم مبصرون ﴿٢٠١﴾
“Sesungguhnya, orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa waswas (diajak maksiat) oleh kelompok setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Al-A’raaf: 201).31
Akan tetapi, kesadaran apakah yang dapat menyebabkan kesadaran
kasyaf? Tarekat seperti apa yang harus dilakukan agar manusia
mempunyai kemampuan untuk bisa melihat setan dan malaikat, jahat dan
29Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah : Transendental Intelligence, (Jakarta : Gema
Insani Press, 2001), hlm. 54. 30YPPA, op.cit., hlm. 141 31Ibid., 140
17
buruk? Tentunya dibutuhkan pembebasan diri dari segala belenggu nafsu
yang selalu ingin menyimpangkan qalbu dari cahaya Ilahi. Dibutuhkan
perjuangan dan kewaspadaan yang sangat tinggi agar qalbu menampakkan
wajah Ilahi yang sebenarnya. Kata kuncinya berada pada kerinduan dan
kecenderungan kita untuk selalu mengarah kepada Ilahi (al-hanif).32
Manusia sejak lahir telah memiliki jiwa spiritual atau naluri
keagamaan untuk mengenal Tuhan. Fitrah manusia yang dibawa sejak
lahir ini berupa fitrah ketauhidan. Sebagaimana firman Allah dalam QS.
Al-A’raaf ayat 172:
وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على بكمبر تألس لى أنفسهما قالوا بنهدا شا كنة إنامالقي موقولوا يأن ت﴿ ـذا غافلني ه ن١٧٢ع﴾
“Dan (ingatlah tatkala Allah mengambil perjanjian kesucian pada manusia secara keseluruhan) ketika Allah mengeluarkan keturunan Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seraya berfirman) bukankah Aku ini Rabbmu? (pencipta, pemelihara, pengatur dan pendidikmu) mereka menjawab: benar, Engkaulah Rabb kami (pencipta, pemelihara, pengatur dan pendidik kami), kami menjadi saksi (kami lakukan yang demikian itu agar disadari hari kiamat), kami tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah).” (QS. Al-A’raf: 172)33
Ayat di atas dapat dijelaskan bahwa manusia mempunyai
kecenderungan dekat dengan Tuhan. Manusia sadar akan kehadiran Tuhan
jauh di dasar hati sanubari mereka. Adapun segala keraguan dan
keingkaran kepada Tuhan sesungguhnya muncul ketika manusia
menyimpang dari jati diri mereka sendiri.
Menurut pandangan Islam, konsepsi tentang manusia yang
dirumuskan dalam Al-Quran terdiri dari materi (jasad) dan immateri (ruh,
jiwa, akal dan qalb) dalam bentuk berbeda manusia dalam penciptaannya
memiliki struktur nafsani yang terdiri dari tiga komponen yakni qalb, akal
32Toto Tasmara, op.cit., hlm. 54. 33YPPA, op.cit., hlm. 137
18
dan nafsu.34 Kalbu menjadi penguasa di dalam kerajaan bathin manusia,
untuk itu kalbu dituntut mampu mengendalikan syahwat dan ghadhab
yang memiliki sifat negatif menjadi sifat yang positif. Kalbu mampu
mengantarkan manusia pada tingkatan intuitif, moralitas, spiritualitas,
keagamaan atau ke-Tuhanan. Manusia dengan potensi kalbunya mampu
menerima dan membenarkan wahyu ilham dan firasat dari Allah.
Adapun terminologi dari kecerdasan qalb dapat dilihat dalam Al-
Quran surat al-Hajj ayat 46:
أفلم يسريوا في الأرض فتكون لهم قلوب يعقلون بها أو آذان يسمعون ـكن تعمى الق بها لوب التي في الصدور فإنها لا تعمى الأبصار ول﴿٤٦﴾
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah pengelihatan itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46).35
Ayat tersebut di atas menunjukkan kecerdasan qalb, juga
menunjukkan adanya potensi qalbiyah yang mampu melihat yang tidak
dapat dilihat oleh mata, sebab di dalamnya terdapat mata bathin. Mata
bathin ini mampu menembus dunia moral, spiritual dan agama yang
memuat rahasia dan kejadian alam semesta.
Spiritual intelligence adalah kemampuan seseorang untuk
mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-Ilahi
dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan,
berempati dan beradaptasi. Untuk itu kecerdasan spiritual sangat
ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan
qalbu sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan serta
caranya mengambil keputusan. Qalbu harus senantiasa berada pada posisi
34Yusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa & Psikologi Islami, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2001), hlm. 325. 35YPPA, op.cit., hlm. 270.
19
menerima curahan cahaya nur yang bemuatan kebenaran dan kecintaan
kepada Ilahi.36
Rasa ruhiyah merupakan rasa yang paling fitrah. Sebuah potensi
secara hakiki ditiupkan ke dalam tubuh manusia ruh kebenaran yang selalu
mengajak kepada kebenaran. Pada ruh tersebut terdapat potensi bertuhan,
nilai kehidupan yang hakiki tidak lain berada dalam nilai yang sangat
luhur tersebut. Apakah seseorang tetap setia pada hati nuraninya untuk
mendengarkan kebenaran yang melangit ataukah dia tersingkir menjadi
orang yang hina karena seluruh potensinya telah terkubur dalam
kegelapan?37 Al-Quran surat as-Sajdah ayat 9 menyatakan bahwa manusia
terlahir dengan dibekali kecerdasan.
وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة ثم سواه ونفخ فيه من روحه ﴾٩قليلا ما تشكرون ﴿
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan perasaan; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (As-Sajdah: 9).38
Menurut Toto Tasmara, ayat di atas memberikan isyarat bahwa
manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian
utama kecerdasan yang salah satunya adalah kecerdasan ruhaniah
(spiritual intelligence) yaitu kemampuan seseorang untuk mendengarkan
hati nuraninya, baik buruk dan rasa moral dalam caranya menempatkan
diri dalam pergaulan.39
Seluruh kecerdasan yang dimiliki manusia harus berdiri di atas
kecerdasan ruhaniah, sehingga potensi yang dimilikinya menghantarkan
diri kepada kemuliaan akhlak, empat kecerdasan yang dikendalikan oleh
hati nurani akan memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan dan
perdamaian manusia.
36Toto Tasmara, op.cit., hlm. 47 37Ibid., hlm. 48 38YPPA, op.cit., hlm. 661. 39Toto Tasmara, op.cit., hlm. 49
20
Pada qalbu manusia, selain memilih fungsi indrawi, di dalamnya
ada ruhani yaitu moral dan nilai-nilai etika, artinya dialah yang
menentukan tentang rasa bersalah, baik buruk serta mengambil keputusan
berdasarkan tanggung jawab moralnya tersebut. Itulah sebabnya penilaian
akhir dari sebuah perbuatan sangat ditentukan oleh fungsi qalbu.
Kecerdasan ruhaniah tidak hanya mampu mengetahui nilai-nilai, tata
susila, dan adat istiadat saja, melainkan kesetiannya pada suatu hati yang
paling sejati dari lubuk hatinya sendiri.40
Kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang paling sejati tentang
kearifan dan kebenaran serta pengetahuan Ilahi. Kecerdasan ini
membuahkan rasa yang sangat mendalam terhadap kebenaran, sehingga
seluruh tindakannya akan dibimbing oleh ilmu Ilahiah yang mengantarkan
kepada ma’rifatullah.41
Jadi, SQ menurut Al-Quran lebih berpusat pada qalb (hati).
Kesadaran atau dzikrullah sebagai salah satu pintu hati, merupakan cahaya
yang memberikan jalan terang, membuka kasyaf ‘tabir’ antara manusia
dan Allah. Jika manusia telah berbuat salah kepada Allah, maka ia harus
segera bertaubat dan memohon ampunan-Nya dengan istighfar. Begitu
halnya, jika manusia berbuat salah kepada sesama manusia, maka ia harus
memohon maaf, bertaubat, dan selalu berdzikir untuk mengingat Allah,
supaya selalu ingat bahwa manusia merupakan makhluk yang lemah, tidak
ada yang paling kaya, kuat, dan berkuasa, melainkan hanya Allah semata.
3. Spiritual Quotient dalam Hadits
Pikiran adalah tindakan mental, sehat pikiran berarti sehat pula
mental seseorang. Secara umum para psikolog mendefinisikan kesehatan
jiwa sebagai kematangan emosional dan sosial. Menurut mereka kesehatan
jiwa amat tergantung pada kemampuannya untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya, mampu mengemban tanggung jawab
40Ibid. 41Ibid., hlm. 50
21
kehidupan dan menghadapi semua permasalahan hidup secara realistis.
Kemampuan inilah yang menentukan tingkat kebahagiaan dan
kebermaknaan hidup.42 Terwujudnya keseimbangan antara fisik dan ruh
pada manusia merupakan syarat penting untuk mencapai kepribadian
harmonis yang menikmati kesehatan jiwa.
Untuk mendidik mental sahabatnya, Rasulullah SAW senantiasa
memperhatikan keseimbangan antara kesehatan mental dan fisik dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Mencerdaskan ruhani dengan cara Rasulullah
1) Dengan iman
Tidak pelak lagi bahwa iman dapat memperkuat sisi
ruhaniah manusia. Kekuatan memberikan energi ruhani yang
mencengangkan dan bahkan dapat terpengaruh kekuatan fisik.
Iman adalah sumber keterangan bathin dan keselamatan kehidupan.
Iman itu ada dalam hati.
بن النعمان مسعت : قال عامر عن ذكرياء حدثنا: قال ابونعيم حدثنا الا..… : يقول وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول سمعت : بشري يقول
وإذا فسدت كله الجسد صلح صلحت اذا مضغة الجسد فى واندفس دسالج الا .كله هىو ٤٣ومسلم البخارى رواه( القلب(
Abu Naim menceritakan kepada kami, ia berkata: Zakariya telah menceritakan pada kami dari Amir, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: …”Ketahuilah bahwa sesungguhnya di dalam tubuh itu terdapat segumpal darah. Apabila ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, apabila ia jelek maka jeleklah seluruh jasadnya. Ketahuilah ia itu adalah hati.” (HR. Bukhari & Muslim).
42M. Utsman Najati, Belajar EQ & SQ Dari Sunnah Nabi, (Jakarta : Hikmah, 2002), hlm.
1. 43Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn
Bardizabat, Al-Bukhari Al-Ja’fiyi, Shahih Al-Bukhari Juz I, (Semarang: Toha Putra, tth.), hlm. 23.
22
Iman, tauhid dan ibadah kepada Allah menimbulkan sikap
istiqomah dalam perilaku. Di dalamnya terdapat pencegahan &
terapi penyembuhan terhadap penyimpangan, penyelewengan &
penyakit. Substansi dari beriman adalah sikap ikhlas dan
mendefinisikan semua kebaikan sebagai ibadah sebagai bukti iman
selalu bergantung padanya, dan ridha terhadap qadha dan qadar
Allah.44
2) Dengan shalat
Shalat memiliki pengaruh besar dan efektif dalam
menyembuhkan manusia dari duka cita dan gelisah. Sikap berdiri
pada waktu shalat di hadapan Tuhannya dalam keadaan khusuk,
berserah diri dan pengosongan diri dari kesibukan dan
permasalahan hidup dapat mengatasi kegelisahan dan ketegangan
yang ditimbulkan oleh tekanan-tekanan jiwa dan masalah
kehidupan.
Ibnu Qayyim berpendapat bahwa shalat memiliki peranan
besar dalam menyenangkan, menguatkan, melapangkan dan
memuaskan hati. Melalui shalat orang dapat merasakan hubungan
dan kedekatan dengan Tuhan dan merasakan kenikmatan berdzikir
kepada-Nya, merasa senang bermunajahat kepada-Nya, berdiri
kokoh di hadapan-Nya serta menggunakan seluruh anggota badan
dan potensinya dalam menyembah-Nya, sesuatu yang
menyenangkan dan nutrisi yang hanya sesuai dengan hati yang
sehat. Untuk itu shalat menjadi penolong terbesar dalam mencapai
kemaslahatan dunia dan akhirat serta menolak kerusakan di dunia
dan di akhirat.45 Selain itu, orang yang mendirikan shalat
dijanjikan oleh Allah akan dimasukkan ke dalam surga.
Sebagaimana Sabda Nabi Saw., sebagai berikut:
44M. Utsman Najati, op.cit., hlm. 100. 45Ibid., hlm. 101.
23
نأبى ع ضية رريراهللا ه هنابيا أن عرى أعأت بيلى النليه اهللا صع و ل فقال سلملىدل ني عمإذا ع هلتمع لتخة دنقال الج دبعلا اهللا تو
ركشبه ت مقيتئا ويالة شة الصبوى املكتدؤتكاة وة الزضوفرالم موصتان وضم٤٦)رواه البخارى( ر
Dari Abu Hurairah ra. bahwa seorang kebangsaan Arab datang kepada Nabi Saw. dan berkata: Tunjukkan kepadaku amalan apa yang apabila aku lakukan bisa menjadikan masuk ke surga, Nabi Saw. bersabda: “Sembahlah Allah dan jangan mensekutukan-Nya dengan sesuatupun, dirikanlah shalat fardhu, tunaikanlah zakat (yang telah ditentukan), dan berpuasalah pada bulan Ramadhan .” (HR. Bukhari).
3) Dengan puasa
Manfaat utama puasa adalah menumbuhkan kemampuan
mengontrol syahwat dan hawa nafsu pada diri manusia. Puasa
merupakan latihan bagi manusia dalam menanggung kondisi
prihatin dan berupaya bersabar atasnya. Dengan puasa, ia bersiap
diri menangung beragam kondisi prihatin yang mungkin terjadi
dalam kehidupannya. Kondisi kondisi prihatin yang dirasakan
membuatnya dapat berempati terhadap penderitaan orang-orang
fakir dan miskin, mendorongnya untuk mengasihi mereka
menyalurkan bantuan dan berbuat baik kepada mereka serta
membantu orang-orang yang membutuhkan. Hubungannya dengan
manusia semakin kuat dan rasa solidaritas sosialnya semakin
bertambah.
Puasa merupakan cara yang efektif dalam mengatasi
kegelisahan melalui janji surga sebagai balasan bagi mereka yang
berpuasa. Rasulullah saw bersabda:
46Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn
Bardizabat, Al-Bukhari Al-Ja’fiyi, op.cit., hlm. 109.
24
نة ابى عريرل قال : قال هوسليه اهللا صلى اهللا رو ع سلم: نم امص رواه البخارى (ذنبه من له ماتقدم غفر اواحتساب ايمانا رمضان ٤٧)ومسلم
Dari Abi Hurairah ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan dengan iman dan penuh harap, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim).
4) Melalui Haji
Haji mengajarkan manusia untuk mampu menanggung
kesulitan dan melatihnya berjihad melawan nafsu dan mengontrol
syahwatnya. Karena orang yang haji tidak boleh berhubungan seks,
tidak bermusuhan, tidak mencari, menyakiti dan tidak melakukan
hal yang dibenci Allah. Haji juga menyembuhkan penyakit
takabur, ujub dan tinggi hati. Dalam situasi yang sarat dengan
nilai-nilai spiritual ini hubungan manusia dengan Tuhannya
menjadi bertambah kokoh. Manusia merasakan kejernihan hati
ketenangan jiwa. Curahan kondisi emosional dan limpahan
ruhaniah yang sarat dengan kebahagiaan dan kegembiraan.
Sebagaimana hadits Nabi Saw sebagai berikut:
نة عريرضي أبي هر هنقال اهللا ع تمعس بيلى اهللا النليه صع و لمسرواه (أمه ولدته كيوم رجع يفسق ومل يرفث حج هللا فلم منيقول
٤٨)البخارى
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Saya mendengar Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa melaksanakan haji karena Allah, sedangkan ia tidak rafats (menggauli isteri atau berkata keji), tidak fasiq (melanggar batas-batas syara’) maka ketika ia pulang seperti baru dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari).
47Ibid., hlm. 67. 48Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn
Bardizabat, Al-Bukhari Al-Ja’fiyi, op.cit., hlm. 141.
25
b. Mencerdaskan ruhani dengan dzikir dan doa
1) Melalui dzikir
Rasulullah menyatakan bahwa dengan mengingat Allah
(dzikrullah), maka dapat memberikan kedamaian dan ketenangan
jiwa. Dzikrullah dan bertasbih meningkatkan derajat hamba di sisi
Allah. Di antara bentuk dzikir yang paling utama adalah Al-Quran
karena dalam hal itu terdapat keutamaan yang besar dalam
membersihkan hati, menyembuhkan dan menerangkan jiwa.
2) Melalui doa
Doa merupakan dzikir dan ibadah. Ia memilih keutamaan
yang sama seperti dzikir dan ibadah. Sesungguhnya dalam doa
terdapat kelapangan bagi jiwa dan penyembuh kesulitan, duka cita
dan gelisah karena orang dengan berdoa selalu mengharap doanya
dikabulkan oleh Allah SWT dapat meringankan beban kesulitan
dan duka cita orang beriman. Doa akan lebih terkabul jika
dilakukan pada malam hari. Doa merupakan dzikir dan ibadah. Ia
memilih keutamaan yang sama seperti dzikir dan ibadah.
Sesungguhnya dalam doa terdapat kelapangan bagi jiwa
dan penyembuh kesulitan, duka cita dan gelisah karena orang
dengan berdoa selalu mengharap doanya dikabulkan oleh Allah
SWT dapat meringankan beban kesulitan dan duka cita orang
beriman. Doa akan lebih terkabul jika dilakukan pada malam
hari.49
4. Spiritual Quotient dalam Pandangan Tokoh Muslim
Al-Ghazali mendefinisikan hati dalam dua makna, pertama, bentuk
lahir, hati yaitu sepotong daging yang terletak di bagian kiri dada, di
dalamnya terdapat rongga berisi darah hitam. Kedua, hati adalah sebuah
lathifah (sesuatu yang amat halus dan lembut, tidak kasat mata, tak berupa
49Ibid., hlm. 145.
26
dan tak dapat diraba) bersifat bersifat rabbani ruhani dan merupakan inti
manusia.50
Dalam teks Islam, kata hati mencakup makna locus. Eksistensi hati
menjadi tempat pengetahuan disamping hati merupakan sesuatu yang
mendapat balasan dalam kaitannya dengan perbuatan baik maupun
perbuatan buruk. Hati pula yang menjadi arena transformasi seorang
hamba dengan Tuhannya. Ahmad Sirhindi menganalisa hati dengan
melihat bahwa manusia memiliki sepuluh dasar. Lima materi dan lima
nonmateri. Bagian paling rendah dari materi adalah jiwa yang rendah
(nafs) dan tiga element (api, bumi, air). Sedangkan bagian yang paling
tinggi meliputi qalb, ruh, misteri khafi dan akhafa.
Memahami kecerdasan spiritual dalam bingkai seperti ini membuat
seseorang dengan mudah menemukan nilai-nilai dan makna dari setiap
aktivitas yang dilakukannya salah satu ciri SQ berupa kemampuan
manusia untuk mengenali potensi, fitrah dalam dirinya. Fitrah sebagai akar
ilahiah yang Allah berikan sejak ditiupkan-Nya ruh ke dalam rahim ibu.
SQ merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Apabila seseorang mengenal Allah niscaya akan mengalami sukses
hidup bukan hanya di dunia saja tetapi juga di akhirat.
Ary Ginanjar misalnya, mengatakan bahwa ketangguhan pribadi
dan ketangguhan sosial mempunyai kunci utama yang dikatakan berupa
asmaul husna dan menjadi barometer suara hati, untuk menetralisir suara
hati, langkah pertama dengan melakukan reinforcement atau langkah
penguatan hati melalui metode repetitive magic power berupa dzikir.
Keseluruhan konsep kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosi yang
ditawarkan Ary Ginanjar berkiblat pada prinsip Laa Ilaha Illallah yang
memandang hubungan kepentingan dunia dan kepentingan akhirat menjadi
sebuah jalur lurus yang saling berkelanjutan dengan kendaraan utamanya
prinsip rahmatan lil ‘alamin.
50Al-Ghozali, Ihya Ulmu Al-Din, (Dar Al-Fikr, ttp., tth), juz III, hlm. 3.
27
Danah Zohar menjelaskan tentang tanda-tanda dari SQ yang telah
berkembang dengan baik di bawah ini, tentu tidak bertentangan dengan
konsep SQ dalam pandangan tokoh muslim, pendapat Zohar tersebut
mencakup hal-hal berikut:
a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(berpandangan “holistik”)
h. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa” ? atau “bagaimana”?
untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
i. Menjadi apa yang disebut oleh para spikolog sebagai “bidang mandiri” –
yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.51
Adapun menurut Toto Tasmara, bahwa orang yang memiliki
kecerdasan ruhaniah adalah mereka orang yang bertakwa. Adapun takwa
sebagai indikator kecerdasan ruhaniah meliputi:
a. Mereka memiliki visi
b. Mereka merasakan kehadiran Allah
c. Mereka berzikir dan berdoa
d. Mereka memiliki kualitas sabar
e. Mereka cenderung pada kebaikan
f. Mereka empati
g. Mereka berjiwa besar
h. Bahagia melayani.52
Berdasarkan pendapat kedua tokoh mengenai indikator SQ di atas,
sebenarnya memiliki kesamaan, hanya saja terdapat sedikit perbedaan pada
landasan, tujuan, dan visinya. Kalau menurut Zohar hanya kesadaran diri
51Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002), Cet.V, hlm. 14.
52 Toto Tasmara, op.cit., hlm. 1-38.
28
dalam memahami adanya kesadaran diri dan kemampuan menyelesaikan
permasalahan hidup di dunia tanpa harus disandarkan kepada Tuhan,
sedangkan Toto Tasmara sebaliknya. Kecerdasan spiritual adalah bagaimana
kita mengatur permasalahan dunia yang dilandasi dengan nilai ilahiyah
(Keagamaan) menuju kebahagian dunia maupun akhirat kelak.
Idealnya, konsep spiritual adalah kemampuan kita memahami
kesadaran diri melalui hati (qolb) dengan termotivasi untuk mencari
kebenaran yang hakiki (ruh ilahiyah) dan mengamalkan apa yang diajarkan
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita dapat mencapai kebahagian
baik di dunia maupun akhirat.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif subyek dengan lingkungan dan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman.53 Sedangkan
menurut Edward L Thondike (1983) Trial and Error, Inti belajar adalah
membentuk asosiasi-asosiasi antara perangsang (stimulus) yang mengenai
organisme melalui sistem syaraf dan reaksi (respon) yang diberikan oleh
organisme itu, tehadap rangsang tadi.54
Menurut Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam bukunya
At-Tarbiyah wa Thuruqud Tadris, mendefinisikan belajar adalah :
فيها فيحدث سابقة خبرة على يطرأ المتعلم ذهن فى تغيير هو التعليم إن ٥٥جديدا تغييرا
Artinya: “Belajar adalah perubahan pada hati (jiwa) si pelajar
berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru”
53WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : PT. Gramedia, 1993), cet. I, hlm. 13.
54Ibid., hlm. 1. 55Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, Al-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz.
I, (Mesir: Darul Ma’arif, t.th), hlm. 169.
29
Menurut Laster D Crow dan Lice Crow mendefinisikan belajar
adalah sebagai berikut : “The term learining can be interpreted as : 1) the
process by which changing are made or :2) the changes themselves that
result from engaging in the learning process.56 Artinya : “Pengertian
belajar dapat dinterprestasikan sebagai : 1) suatu perubahan yang terjadi
secara sengaja, atau 2) suatu perubahan yang terjadi dengan sendirinya
sebagai akibat dari bentuk proses belajar.”
Menurut Clifford T. Morgan belajar adalah “Learning is any
relatives permanent change in behavior which occurs as a result of
experience”. Artinya setiap perubahan yang relatif dalam tingkah laku
yang terjadi dari hasil test atau pengalaman.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
melalui proses belajar. Pengertian yang lain hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.57 Atau hasil belajar adalah suatu
aktifitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan yang
relatif konstan dan berbekas.58 Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa hasil belajar merupakan sasaran/tujuan dari adanya proses
interaksi belajar mengajar atau pengalaman belajar siswa.
Dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar yang telah
ditetapkan dalam interaksi / proses belajar mengajar diperlukan
penilaian/evaluasi.
Wayan Nur Kancana dan PPN Sunartana membedakan tes
hasil belajar dari beberapa sudut pandang, yaitu; 1). Jumlah peserta/
56Laster D Crow dan Alice Crow, General Psykhology, (New York : t.th), hlm 188 57Nana Sudjana, Penelitian Hasil Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 22 58Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, (Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan
Dirjendikdasmen Depdiknas, 2003), hlm 4.
30
pengikut tes, 2). Penyusunannya, 3). Jawaban atau bentuk respon, 4).
Bentuk pertanyaan yang diberikan59
Dengan kriteria sebagaimana tersebut di atas, seorang guru
dapat memilih/ menentukan hasil belajar apa yang akan dinilai.
Dengan demikian guru dapat menentukan teknik apa yang akan
digunakan dalam menilai hasil belajar tersebut.
b. Macam-Macam Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu sasaran penilaian yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah
menerima materi yang telah diajarkan oleh guru, ada
bermacammacam.
Menurut R.J Mazano dkk. Sebagaimana dikutip Safari,
membagi hasil belajar menjadi delapan, yaitu :
1) Ketrampilan memuat (focusing skills), seperti mendefinisikan,
merumuskan tujuan.
2) Keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati,
merumuskan pertanyaan.
3) Keterampilan mengingat, seperti : merekam, mengingat.
4) Keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan,
mengelompokkan, menata/mengurutkan dan menyajikan.
5) Keterampilan menganalisis seperti: menganalisis sifat dari
komponen hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan.
6) Keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti:
menyimpulkan, memprediksi, mengupas atau menguasai.
7) Keterampilan memadu (integrating skills), seperti: meringkas,
menyusun kembali.
8) Keterampilan menilai, seperti menetapkan kriteria membenarkan
pembuktian.60
59Wayan Nur Kancana dan PPN Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1986), hlm. 25-27 60Safari, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen
Didakmen Depdiknas, 2003), hlm.13-14
31
Dari berbagai ahli pendidikan di atas, yang paling populer dan
dikembangkan di dunia pendidikan Indonesia adalah klasifikasi hasil
belajar Benyamin S. Bloom yang lebih dikenal “Taxonomi Bloom”.
Beliau membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif,
ranah afektif dan ranah psikomotorik. :
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental atau otak. Menurut Bloom, segala upaya yang menyngkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari
jenjang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam
jenjang yang dimaksud adalah; Hafalan/ pengetahuan/ ingatan
(knowledge), pemahaman (komprehension), penerapan
(aplication), analisis, sintesis dan penilaian (evaluation).
b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta
didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
mata pelajaran agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti
pelajaran agama di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu
lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang diterimanya,
penghargaan atau rasa hormatnya guru pendidikan agama Islam
dan sebagainya.61 Ranah afektif berkenaan dengan tujuan-tujuan
pendidikan yang berkaitan dengan minat (interest), sikap
(attitude), penghargaan (appreciation), dan penyesuaian
(adjustment).
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan atau skill atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ada enam
61Ibid., hlm. 54
32
tingkat keterampilan dalam ranah psikomotorik, yaitu; gerakan
reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan
pada gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual, termasuk di
dalamnya membedakan fisual, membedakan ouditif, motorik, dan
lain-lain. Ranah psikomotorik berkenan dengan tujuan-tujuan
pendidikan yaitu berkaitan dengan gerak fisik yang manipulatif.62
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses tiga unsur yang
dapat dibedakan yakni tujuan pengajaran (intruksional) pengalaman
(proses) belajar mengajar, dan hasil belajar.63
Guru sebagai institusi pendidikan dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sudah pasti mengharapkan keberhasilan
dalam setiap interaksi belajarnya. Namun kenyataannya harapan
tersebut tidaklah seratus persen dapat tercapai , karena terdapat banyak
faktor yang turut mempengaruhinya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor guru, faktor siswa, faktor
kurikulum, faktor lingkungan,64
Dari uraian yang penulis paparkan di atas, dapat diketahui
bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat
kompleks, dan bisa dikatakan sistemik. Artinya kita tidak boleh
menganggap sepele salah satu faktor tersebut, karena antara satu
faktor dengan yang lainnya saling berhubungan. Dengan demikian
maka kita harus dapat menciptakan suasana yang paling kondusif agar
tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.
62Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran, (Semarang : FAI UNWAHAS, t.th), hlm. 17-
26 63Nana Sudjana, op.cit., hlm.2 64Baca: I.G.K.A. Wardana, Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar, (Jakarta
:Dirjen Dikti Depdiknas, 1996), hlm.78-79, Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002), hlm.132, Suprayekti, op.cit., hlm.11-19
33
C. Materi Kimia Pokok Pembahasan Kestabilan Unsur
Pada umumnya unsur-unsur tidak dalam keadaan stabil. Untuk
mencapai titik stabil maka unsur tersebut harus berikatan dengan unsur
lainnya. Yang dimaksud berikatan dengan lainnya adalah dengan melakukan
langkah melepas atau menangkap elektron yang dimiliki oleh unsur lain.
Berdasarkan hasil pengamatan ilmuwan Amerika Serikat, Gilbert N.
Lewis, suatu unsur akan bersifat stabil jika kulit terluarnya terisi penuh
elektron. Jadi kestabilan suatu atom bergantung kepada elektron valensinya.65
Atom-atom gas mulia bersifat stabil karena kulit terluarnya terisi penuh oleh
elektron.
Materi ini bertujuan agar siswa dapat membandingkan proses
pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam
serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Sedangkan
ruang lingkup materi ini antara lain:
a. Golongan gas mulia
Gas mulia merupakan unsur yang stabil. Kestabilan ini disebabkan
karena elektron valensinya telah penuh, sehingga energi ionisasinya sangat
tinggi. Di udara perbandingan gas mulia dalam bagian perjuta volumenya
(ppm) adalah He : Ne : Ar : Kr : Xe : Rn = 5,24 : 18,2 : 9340 : 1,14 : 0,08 :
6x10-14.66
Orang pertama yang menduga adanya gas mulia adalah Lord
Rayleigh dari Inggris. Pada tahun 1892 Rayleigh melakukan penelitian
terhadap gas nitrogen yang ada di udara dengan gas nitrogen yang
diperoleh dari penguraian amoniak. Ternyata kerapatan gas nitrogen yang
berasal dari udara selalu lebih beras dari pada gas nitrogen dari penguraian
amoniak. Ini berarti di udara selain terdapat nitrogen, oksigen, CO2, dan
uap air masih terdapat gas lain yang mempunyai kerapatan lebih besar
daripada nitrogen. Di bawah ini tabel 2.1. beberapa sifat gas mulia.
65Crys Fajar Partana, dkk, Kimia Dasar 2, (Jagjakarta: Jurusan Kimia F. MIPA UNY),
hlm. 100., Lihat juga Sudjadi, Penentuan Struktur Senyawa Organik, (Jogjakarta: Ghalia Indonesia, tt), hlm. 32-35.
66Crys Fajar Partana, dkk, lok.cit.
34
Tabel 2.1. Beberapa sifat gas mulia67 Helium Neon Argon Kripton Xenon
Nomor atom 2 10 18 36 54
Konfigurasi elektron terluar 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 4p6 5s2 5p6
Massa atom relatif 4,0026 20,179 39,948 83,80 131,30
Titik lelah (K) 0,9 24 84 116 161
Entalpi peleburan (kJ/mol 0,01 0,32 1,1 1,5 2,1
Titik didih (K) 4 27 87 120 166
Entalpi penguapan (kJ/mol) 0,08 1,8 6,3 5,5 13,6
Energi ionisasi I (kJ/mol) 2639 2079 1519 1349 1169
Jari-jari atom (x 10-12m) 93 112 154 169 190
Golongan gas mulia pada sistem periodik terdiri dari unsur-unsur
yang stabil dan tidak reaktif. Gas mulia mempunyai elektron pada kulit
terluar dua untuk He dan delapan untuk Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn.
2He = 2 ev = 2
10Ne = 2 . 8 ev = 8
18Ar = 2 . 8 . 8 ev = 8
36Kr = 2 . 8 . 18 . 8 ev = 8
54Xe = 2 . 8 . 18 . 18 . 8 ev = 8
86Rn = 2 . 8 . 18 . 32 . 18 . 8 ev = 8
a. Pembuatan gas mulia
Gas mulia diperoleh dengan cara destilasi bertingkat terhadap
udara cair, yaitu mula-mula udara dicairkan melalui pendinginan sampai
di bawah titik didihnya dengan tekanan yang besar. Setelah itu suhu
dinaikkan perlahan-lahan maka gas akan terdestilasi pada titik didihnya.
Dengan cara demikian gas-gas yang ada di udara dapat dipisahkan satu
per satu.68
67 Ibid. 68Ibid.
35
b. Kegunaan gas mulia
1) Gas mulia digunakan sebagai pengisi lampu tabung yang
memberikan warna beraneka ragam. Pada bolam biasanya diisikan
gas argon agar kawat filamen tidak mudah rusak.
2) Pada penyepuhan logam atau pembuatan kristal silikon dan
garmanium, gas helium atau argon digunakan untuk membentuk
atmosfer inert guna mencegah peristiwa oksidasi.
3) Gas helium digunakan untuk mengisi balon udara sebagai
pengganti hidrogen yang mudah meledak.
4) Gas helium atau neon cair digunakan untuk pendingin dalam
reaktor nuklir.
5) Campuran gas helium dan oksigen digunakan untuk pernafasan
bagi penyelam dan para penderita asma.
6) Gas radon bersifat radioaktif, digunakan untuk terapi radiasi
kanker.
7) Dalam teknologi nuklir, inti helium digunakan sebagai peluru
atomer untuk transmutasi inti (inti helium = sinar a ).69
c. Persenyawaan gas mulia
Telah dikenal clatherate gas mulia dengan atom gas mulia
yang terperangkap dengan gaya van der Waals dalam rongga kristal
senyawa. Misalnya: Kr(H2O)6 dan Xe(H2O)6. pada tahun 1962, Neil
Barlett dan Lohman berhasil mereaksikan PtF6 dengan molekul O2
dalam perbandingan yang sama menghasilkan zat padat berwarna
merah jingga. Dari sifat magnetik dan struktur kristalnya diketahui
bahwa rumus zat padat tersebut adalah O2+PtF6. oleh karena energi
ionisasi pertama O2 dan Xe hampir sama, Barlett menduga bahwa Xe
juga dapat direaksikan dengan PtF6. dugaan tersebut ternyata benar,
Barlett berhasil mensintesis senyawa XePtF6 yang berupa padatan
69Ibid., hlm. 101.
36
berwarna kuning. Tidak lama kemudian senyawa XeF2, XeF4, dan
XeF6 disintesis langsung dari unsur-unsurnya.70
b. Teori Oktet dan Duplet
Atom-atom dikelompokkan menjadi atom logam, nonlogam,
semilogam, dan gas mulia. Pada tahun 1916, Walter Konsel dan Gilbert N.
Lewis menemukan adanya hubungan antara kestabilan gas mulia dengan
cara atom-atom saling berkaitan. Kedua ilmuwan itu mengemukakan
bahwa jumlah elektron pada kulit terluar dari dua atom yang berkaitan
akan berubah sedemikian rupa sehingga konfigurasi elektron kedua atom
sama dengan konfigurasi elektron gas mulia (8 elektron pada kulit
terluarnya) yang disebut aturan Oktet. Sedangkan yang membentuk
konfigurasi elektron stabil dengan 2 elektron pada kulit terluarnya disebut
aturan Duplet.71
Contoh: )8.2()1.8.2(
-+ +® eNaNa
)8.8.2()7.8.2(
-- ®+ CleCl
Pengecualian teori Oktet adalah sebagai berikut:72
a. Senyawa atom yang atom pusatnya mempunyai elektron kurang dari 4,
sehingga tidak mencapai teori Oktet.
Contoh: BeCl2, BCl3, dan AlBr3.
b. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil
Contoh: NO2 (jumlah elektron valensi = 5 + 6 + 6 = 17).
c. Senyawa yang melampaui teori Oktet, dimana unsur periode 3 atau
lebih dapat menampung lebih dari 8 elektron pada kulit terluarnya
(kulit M maksimum 18 elektron).
Contoh: PCl5, SF6, ClF3, dan SbCl5.
Ketiga pengecualian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
70Ibid., hlm. 101-102. 71Sukmariah Maun, dkk, Dasar- dasar Kimia Organik, terj. (Tangerang: Binarupa
Aksara, 2010), hlm. 29 72Ibid., hlm., 28-29
37
c. Rumus Lewis
Rumus Lewis merupakan rumus yang memperlihatkan elektron
valensi saja dan mengabaikan elektron di kulit bagian dalamnya. Elektron
valensi merupakan elektron yang berada pada kulit terluar dari sebuah
atom yang dipakai untuk membentuk ikatan. Rumus ini dikembangkan
oleh G.N.Lewis (1875-1946), Profesor pada University of California,
Berkeley.73
Struktur Lewis berguna untuk memahami penggunaan elektron
bersama pada ikatan. Struktur ini merupakan lambang atom yang
dikelilingi sejumlah elektron valensinya yang digambarkan dengan
lingkaran kecil. Tabel 2.2. di bawah ini adalah tabel struktur Lewis untuk
beberapa atom.
Tabel. 2.2. Tabel struktur Lewis
Golongan
Periode IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA
2
Li .
Be . .
. B . .
. . C .
.
. . N :
. . O : . .
. : F : . .
. . : Ne :
. .
3
Ne .
Mg .
.
. Al .
.
. . Si .
.
. . P :
. . S : . .
. : Cl :
. .
. . : Ar :
. . Pada tahun 1916 G.N. Lewis dan peneliti lain mengatakan bahwa
atom mempunyai kecenderungan untuk kehilangan, mengambil, atau
memakai bersama elektron untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia.
Misalnya, apabila hidrogen dan litium membentuk ikatan kovalen dengan
unsur-unsur lain, mereka membentuk konfigurasi elektron yang
73Ibid., hlm. 27.
38
mengandung dua elektron valensi, sama seperti helium. Hampir semua
unsur, mencapai konfigurasi elektron yang stabil apabila kulit terluarnya
pempunyai delapan elektron konfigurasi yang sama dengan neon atau
argon. Secara konsekuen, rumus Lewis sering disebut hukum oktet dan
dapat dirumuskan sebagaimana gambar di bawah ini.
Gambar 2.1. ikatan HCL
Karbon mempunyai elektronegativitas pertengahan dan perbedaan
elektronegativitas antara karbon dan unsur-unsur lain yang umum ada
dalam senyawa organik relatif kecil. Misalnya perbedaan
elektronegativitas antara C dan H hanya 0,4, dan antara C dan O 0,1.
perbedaan elektronegativitas yang besar diperlukan untuk terjadinya
perpisahan elektron yang sempurna dan pembentukan ikatan ion tetapi
hampir selalu membentuk ikatan kovalen.
Sebuah atom karbon mempunyai empat elektron valensi dan untuk
menjadi oktet harus memakai bersama empat elektron tambahan dengan
atom-atom lain. Karbon membentuk empat ikatan kovalen sebagaimana
gambar di bawah ini.74
Gambar 2.2. ikatan kovalen
74 Ibid., hlm. 29-30
39
D. Hubungan Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil Belajar Materi Kimia
Pokok Pembahasan Kestabilan Unsur yang Terintegrasi dengan Nilai-
nilai Islam
Spiritual Quotient merupakan kesadaran setiap orang atas titik sentral
sebagai titik tujua dalam berfikir. Titik sentral tersebut merupakan titik
pengendali alam semesta yang semua berpusat kepadanya. Bagi manusia yang
beragama, titik sentral tersebut ialah Tuhan. Tuhanlah yang mengendalikan
alam semesta dan berkehendak tanpa ada instruksi dari manapun dan
siapapun.
Bagi umat muslim Tuhan Maha Esa sebagaimana dalam al-Quran
Surat al-Ikhlas ayat pertama :
قل ھو اهللا أحدKatakanlah bahwa Dia (Allah) itu Esa.75 Ke-Esaan Allah benar-benar menjadi teosentris yang merupakan titik
pusat pada alam fikiran manusia. Dengan demikian semua permasalahan yang
dihadapi manusia akan berkaitan dengan titik pusat tersebut. Semua ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia berasal dari ilmu Allah yang tersebar
di alam manusia. Keyakinan tersebut akan berpengaruh pada sikap manusia
terhadap semua ilmu pengetahuan manusia, dan sikap inilah yang
mempengaruhi tingkat spiritual quotient masing-masing manusia.
Spiritual quotient seorang muslim akan selalu bersentuhan dengan
nilai-nilai keberagamaan yaitu Islam. Apapun yang ada hubungannya dengan
Islam maka maka selalu berorientasi pada Allah swt sebagai Tuhan (God
Oriented).
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semua ilmu pengetahuan yang
diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam maka akan berhungungan dengan
tingkat spiritual quotient masing-masing siswa dalam memahaminya, tidak
terkcuali mata pelajaran kimia pokok pembahasan kestabilan unsur. Jika
kedua hal tersebut sudah saling berhubungan maka akan berpengaruh terhadap
hasil belajar yang diperoleh siswa tentang materi tersebut. Semakin tinggi
75YPPA, op.cit., hlm. 2341
40
tingkat spiritual quotient siswa maka relatif semakin cepat pemahamannya
terhadap materi kimia pokok pembahasan kestabilan unsur yang
terintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.
E. Kajian Penelitian yang Relevan
Berkaitan dengan topik permasalahan tersebut, peneliti hendak
mengkaji dan meneliti tentang hubungan spiritual quotient dengan hasil
belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Semarang materi Kimia pokok
pembahasan kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Akan
tetapi sangat disadari bahwa penulisan yang dilakukan bukan sesuatu yang
baru, melainkan telah ada sebelumnya penelitian dalam tentang spiritual
quotient.
Beberapa penelitian tentang spiritual quotient sebelumnya berbeda
dengan penelitian yang akan lakukan, baik dari segi, kajian,perspektif,
metodologi, maupun tujuan penelitian. Namun beberapa penelitian terdahulu
dijadikan sebagai bahan pertmbangan dan perbandingan.
Beberpa penelitian yang dimaksud antara lain:
Pertama Skripsi yang ditulis oleh Mukhroyi yang berjudul “Konsep
Spiritual Quotient dan Implementasinya Pada Pendidikan Islam”.76 Penelitian
ini mengangkat tema besar Spiritual Quotient, dengan demikian sangat
berkaitan dan sebagai pendukung penelitian yang akan dilakukan.
Dikatakan dalam skripsi tersebut bahwa Kecerdasan spiritual (SQ)
berarti kemampuan seseorang untuk dapat mengenal dan memahami dirinya
sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan
memiliki kecerdasan spiritual berarti seseorang dapat memahami makna dan
hakekat kehidupan yang dijalaninya serta ke manakah dia akan memilih jalan
hidupnya.
Kedua Skripsi yang ditulis oleh Uli Hidayati yang berjudul “Konsep
Pendidikan Anak dengan Spiritual Quotient Menurut Suharsono dalam
76Mukhroyi, “Konsep Spiritual Quotient dan Implementasinya Pada Pendidikan Islam”,
skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006), t.d.
41
Perspektif Pendidikan Islam”.77 Pada penelitian ini sudah mengarah kepada
pendekatan Spiritual Quotient dalam pendidikan anak sehingga sangat relevan
dan mendukung penulis untuk melakukan penelitian. Disamping anak
memiliki IQ dan EQ yang tinggi, juga harus menjalani kehidupan spiritual
yang dimulai dari kesiapan orang tua dalam mendidik anak dari pemilihan
jodoh, masa ibu mengandung dan proses setelah anak lahir dan pemilihan
lingkungan tempat tinggal serta menjalani metode pendidikan anak yaitu:
Ta’limul ayat (kauniyah), Ta’limul kitab wal hikmah, dan Tazkiyatun nafs
(penyucian diri).
F. Hipotesis
Secara definisi hipotesis menurut Winarno Surachmad adalah dugaan
sementara yang harus dibuktikan kebenarannya.45 Adapun hipotesis yang
penulis ajukan adalah “terdapat atau ada hubungan yang erat antara spiritual
quotient siswa dengan hasil belajar materi Kimia pokok pembahasan
Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam”.
77Uli Hidayati, “Konsep Pendidikan Anak dengan Spiritual Quotient Menurut Suharsono
dalam Perspektif Pendidikan Islam”, skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006), t.d.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian yang berjudul: “Hubungan
spiritual quatient siswa (variabel X), dengan hasil belajar kimia materi pokok
kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (variabel Y) di
SMA Muhammadiyah 2 Semarang” ialah untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan kedua variabel di atas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang penulis gunakan dalam penelitian yang berjudul
Hubungan spiritual quotient siswa dengan hasil belajar kimia materi pokok
kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam adalah di SMA
Muhammadiyah 2 Semarang. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai
tanggal 1 Maret 2010 s/d 31 Maret 2010.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi perhatian
suatu penelitian.78 Dalam penelitian ini ada dua variabel pokok yang
menjadi
objek penelitian, yaitu :
1. Spiritual quotient (X) sebagai variabel yang akan dikorelasikan dengan
satu variabel lain.
2. Hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi
dengan nilai-nilai Islam (Y) sebagai variabel partner dalam proses korelasi
dari variabel (X).
78Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, (Rineka Cipta, 2002) hal 94.
43
D. Metodologi Peneitian Metode adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses
penelitian. Sedangkan penelitian adalah usaha untuk mencari sesuatu yang
dilakukan dengan metode tertentu, secara hati-hati, sistematis dan sempurna
terhadap suatu permasalahan sehingga dapat terjawab. Jadi metode penelitian
adalah cara untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap permasalahan.79
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei dengan teknik analisis korelasi. Penelitian survey adalah penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner atau
angket sebagai alat pengumpulan data yang pokok.80 Sedangkan teknik
analisiskorelasi merupakan analisis yang memunculkan indeks korelasi.
Teknik analisis korelasi ini digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai ada dan tidaknya hubungan yang terjadi antara variabel X dengan
variabel Y, dan tingkat keeratan hubungan serta signifikansinya.81 Variabel X
adalah spiritual quotient siswa sedangkan variabel Y adalah hasil belajar
kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam
di SMA Muhammadiyah 2 Semarang
E. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto : “Apabila subjeknya kurang dari 100
maka lebih baiknya diambil semua untuk sampel, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi dan jika subjeknya besar dapat diambil 10-
15% atau 20-25% atau lebih.82
Oleh karena jumlah siswa yang diteliti hanya berjumlah 28 siswa,
maka penelitian ini tidak menggunakan sampel melainkan penelitian
populasi. Yang menjadi populasi adalah siswa kelas X jurusan IPA SMA
Muhammadiyah 2 Semarang.
79P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), hlm. 12. 80Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (ed.), Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,
1989), hlm. 3 81 Sambas Ali Muhidin, Maman Abdurahman, Analisis Korelasi,Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), hlm.105 82 Ibid., hlm. 107.
44
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperlukan
dalam penulisan penelitian ini yaitu:
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.83
Sutrisno Hadi menerangkan bahwa observasi adalah penelitian yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek secara
langsung maupun tidak langsung.84 Metode ini digunakan untuk
pengamatan terhadap obyek penelitian yaitu SMA Muhammadiyah 2
Semarang.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu pencarian data atau transkip, buku,
surat kabar, majalah, presensi notulen, rapat, agenda dan sebagainya.85
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tertulis yang meliputi
daftar demografi serta gambaran umum obyek penelitian dan data nilai
asli siswa.
c. Metode Test
Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat
dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.86 Metode ini digunakan
untuk mendapatkan data nilai hasil belajar kogintif peserta didik. Tes
pada materipokok kestabilan unsur merupakan tes akhir yang diadakan
secara terpisah terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam
bentuk tes yang sama. Data hasil tes ini digunakan untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian.
83Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada Press,
1990), hlm. 100. 84Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 136. 85Ibid., hlm. 51 86 Ibid., hlm. 170.
45
d. Metode Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang
pribadi atau hal-hal yang ia ketahui.87
Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa angket digunakan untuk
mengetahui tentang diri sendiri subyek.88 Maka dapat disimpulkan
bahwa angket adalah suatu alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberikan pertanyaan kepada responden secara tertulis untuk
dijawab secara tertulis pula berdasarkan keadaan diri responden atau
hal-hal lain yang dia ketahui.
Angket yang digunakan adalah langsung, karena angket
diberikan langsung kepada orang yang ingin dimintai pendapat,
keyakinannya atau diminta menceritakan tentang keadaan diri sendiri.89
Orang yang dimintai pendapat, keyakinannya, atau diminta
menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri dalam penelitian ini
adalah siswa.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat
tes dari mata pelajaran yang disajikan. Perangkat tes inilah yang digunakan
untuk mengungkapkan hasil belajar yang dicapai peserta didik pada
pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tes adalah
sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, yaitu tahap pembuatan tes.
Bentuk tes pada penelitian ini adalah tes obyektif pilihan ganda
dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban yang benar. Langkah-
langkah penyusunan tes obyektif menurut Suharsimi Arikunto adalah
sebagai berikut:
87Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 136. 88Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM, 1980), hlm. 137. 89Ibid.,hlm. 158.
46
1) Mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan diteskan
Materi yang diajarkan dalam penelitian ini yaitu materi
pokok kestabilan unsur.
2) Menentukan jumlah waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes
Dalam penelitian ini waktu yang disediakan untuk
mengerjakan soal adalah 90 menit.
3) Menentukan jumlah butir soal
4) Butir soal disusun sesuai dengan kisi-kisi. Soal yang dibuat sebanyak
40 butir.
5) Menentukan tipe tes
Dalam penelitian ini tipe soal yang digunakan adalah
obyektif dengan 5 pilihan jawaban pilihan soal obyektif ini dengan
pertimbangan sebagai berikut:
- Dapat mewakili isi dan keluasan materi.
- Dapat dinilai secara obyektif oleh siapapun.
- Kunci jawaban telah tersisa secara pasti sehingga mudah
dikoreksi.
6) Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal.90
Kisi-kisi soal disusun berdasarkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan sesuai dengan standar kompetensi, yang meliputi jenjang
ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), aplikasi (C4),
sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
b. Tahap uji coba
Setelah perangkat disusun, langkah selanjutnya adalah
mengujicobakan pada siswa di luar sampel. Pada penelitian ini uji coba
dilakukan pada siswa kelas X jurusan IPA, sebanyak 30 siswa dengan
alasan bahwa kelas ini telah mendapatkan materi kestabilan unsur.
Perangkat angket yang diujicobakan sebanyak 30 pertanyaan dan tes
yang diujicobakan sebanyak 50 soal. Hasil uji coba dianalisis untuk
90 Ibid, 153-154.
47
mengetahui apakah instrumen layak digunakan sebagai alat
pengambilan data atau tidak.
3. Teknik Analisis Instrumen
Sebelum diujikan kepada sampel, maka instrumen harus
memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya
pembeda soal.
a. Validitas
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui validitas
butir soal digunakan rumus korelasi biseral91, sebagai berikut:
qp
SMM
rt
tppbis
-=
Keterangan:
gpbi = Koefisien korelasi biseral
Mp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya
Mp = Rerata skor total
St = Standar deviasi dari skor total
P = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
Mencari signifikansi koefisien dengan menggunakan uji t :
Keterangan :
t : Harga signifikansi
rpbi : Koefisien korelasi biserial
91 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
hlm. 79.
212
rNrt-
-=
48
Dengan taraf signifikan 5%, apabila dari hasil perhitungan
didapat rhitung £ rtabel maka dikatakan butir soal nomor itu telah
signifikan atau telah valid.
b. Reliabilitas Soal
Reliabilitas soal adalah ketepatan alat evaluasi dalam
mengukur. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.92
Reliabilitas instrumen adalah ketepatan instrumen dalam
mengukur. Sebuah tes mungkin reabil tapi tidak valid, sebaliknya tes
yang valid biasanya reabil. Untuk menghitung reabilitas soal
menggunakan rumus K-R. 2193. sebagai berikut:
÷÷ø
öççè
æ --÷
øö
çèæ
-= 211
)(11 tkS
MnMn
nr
Keterangan:
r11 = Reabilitas
n = Banyak butir soal
M = Rata-rata skor total.
St2 = Varians total
Rumus varian (S2): 94
Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut:
r11 £ 0,20 = Sangat rendah
0,20 < r11£ 0,40 = Rendah
0,40 < r11£ 0,60 = Sedang
0,60 < r11£ 0,80 = Tinggi
92 Ibid., hlm. 86. 93 Ibid., hlm. 103 94 Ibid., hlm. 110.
( )
NNY
YS
22
2
åå=
49
0,80 < r11£ 1 = Sangat tinggi
c. Tingkat Kesukaran Soal
Rumus yang digunakan untuk mengetahui kesukaran soal95
adalah:
JSBP =
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyak peserta didik yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Klasifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
IK = 0.00 : Butir soal terlalu sukar
0,00 < IK £ 0,30 : Butir soal ssukar
0,30 < IK £ 0,70 : Butir soal sedang
0,70 < IK £ 1 : Butir soal mudah
IK = 1 : Butir soal terlalu mudah
d. Daya Pembeda Soal
Dalam penelitian ini untuk mencari daya pembeda digunakan
metode split half yaitu membagi kelompok yang dites menjadi dua
bagian, kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok kurang
pandai atau kelompok bawah. Angka yang menunjukkan daya
pembeda disebut indeks diskriminasi96, menggunakan rumus:
B
B
A
A
JB
JBD -=
Keterangan:
D = Daya beda soal
BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
95 Ibid., hlm.208. 96 Ibid., hlm.213.
50
JA = Jumlah kelompok atas
JB = Jumlah kelompok bawah
Klasifikasi indeks daya beda soal adalah sebagai berIkut:
D = 0.00 - 0,20 : Daya beda jelek
D = 0,02 - 0,40 : Daya beda cukup
D = 0,40 - 0,70 : Daya beda baik
D = 0,70 - 1,00 : Daya beda baik sekali
D = negatif, semuanya tidak baik.
G. Teknik Analisis Data
Setelah data penelitian terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis data, yaitu dengan menggunakan teknik analisis statistik
deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap harga rata-rata hitung, dan
standar deviasi dari setiap variabel penelitian.
Sedangkan analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian
hipotesis dan kepentingan generalisasi penelitian. Statistik deskriptif
berfungsi menggambarkan tentang suatu keadaan sedangkan statistik
inferensial berfungsi untuk membuat kesimpulan tentang keadaan populasi
berdasarkan penelitian terhadap sampel.97
Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, maka digunakan
beberapa tahapan analisis yaitu:
1. Analisis Pendahuluan
Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X)
dan variabel terikat (Y). Dan untuk menganalisis data yang terkumpul dari
hasil angket yang masih berupa data kualitatif untuk dijadikan data
kuantitatif, yakni dilakukan langkah-langkah yaitu uji normalitas dan
linieritas pertanyaan-pertanyaan pada angket, serta memberi nilai setiap
97Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1993), hlm.
180.
51
item jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk responden dengan
kriteria sebagai berikut:
Pernyataan yang bersifat positif
7) Untuk jawaban a dengan skor 4
8) Untuk jawaban b dengan skor 3
9) Untuk jawaban c dengan skor 2
10) Untuk jawaban d dengan skor 1
Langkah tersebut di atas bertujuan untuk mengukur variabel X
(spiritual quotient) dengan alat ukur Likert Attitudinal Items yang
memberikan nilai numerik dalam skala ordinal kepada populasi responden.
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis uji hipotesis ini dimaksudkan untuk mencari korelasi
antasa spiritual quotient dengan hasil belajar Kimia materi pokok kstabilan
unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dengan menggunakan
rumis korelasi product moment.
å å ååå å å
--
-=
])(
][)(
[
))((
22
22
NY
YNX
X
NYX
XYrxy
Keterangan :
Rxy : Koefisien korelasi X dengan Y
XY : Perkalian X dan Y
X : tingkat spiritual quotient siswa
Y : hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang
terintegrasi dengan nilai-nilai Islam
N : Jumlah sampel yang digunakan
3. Taraf Keeratan dan Signifikansi korelasi
a. Taraf keeratan korelasi
Analisis taraf keeratan dimaksudkan untuk menentukan kuat
lemahnya hubungan antara variabel X dan variabel Y, secara sederhana
52
dapat ditentukan berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi dari Guiford
Empirical Rulesi seperti pada tabel 3.2. berikut:98
Tabel 3.1. Nilai koefisien korelasi dari guiford empirical rulesi
Nilai Korelasi Keterangan
0,00 - < 0,20 > 0,20 - < 0,40 > 0,40 - < 0,70 > 0,70 - < 0,90 > 0,90 - < 1,00
Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada) Hubungan rendah Hubungan sedang / cukup Hubungan kuat / tinggi Hubungan sangat kuat / tinggi
Dari tabel di atas maka dapat dilihat seberapa kuat hubungan
antara variabel X dan variabel Y.
b. Signifikansi/Keberartian
Besar kecilnya koefisien serta kuat lemahnya tingkat keeratan
hubungan antara variabel X dan variabel Y, tidak memiliki arti apapun
apabila belum dilakukan pengujian terhadap hasil penghitungan
koefisien korelasi. Dengan demikian pengujian koefisien korelasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan antara dua
variabel yang diteliti hubungannya.99
Pengujian koefisien korelasi dapat dilakukan dengan
memperhatikan langkah-langkah pengujian hipotesis sebagai berikut:
1) Menentukan rumusan hipotesis statistik
H 0:0 =r , artinya tidak ada hubungan antara spiritual quotient
siswa dengan hasil belajar materi Kimia pokok
pembahasan Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan
nilai-nilai Islam.
H 0: ¹ra , artinya ada hubungan antara spiritual quotient siswa
dengan hasil belajar materi Kimia pokok pembahasan
98Sambas Ali Muhidin, Maman Abdurahman, Analisis Korelasi,Regresi, dan Jalur dalam
Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), hlm.127-128 99Sambas Ali Muhidin, Maman Abdurahman, Analisis Korelasi,Regresi, dan Jalur dalam
Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), hlm. 128
53
Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai
Islam.
2) Menentukan taraf kemaknaan/nyata a (level significance a )
dengan menggunakan tabel distribusi t dan menentukan a =5%.
Penentuan a ini digunakan sebagai pedoman untuk menentukan/
mencari nilai tabel yang sesuai dengan uji statistik yang digunakan.
3) Menentukan dan menhitung nilai uji statistik dengan rumus:
t = r 212
rN--
4) Menentukan nilai kritis dan daerah kritis dengan derajat kebebasan =
n – 2.
5) Membandingkan nilai uji t terhadap nilai tabel t dengan kriteria
pengujian: jika nilai uji t lebih besar atau sama dengan (=) nilai tabel
t, maka hipotesis nol (H 0 ) ditolak.
6) Membuat kesimpulan
4. Analisis Lanjut
Analisis ini digunakan untuk menginterpretasikan hasil analisis uji
hipotesis guna menjawab permasalahan pokok penelitian ini.
Dalam menginterpretasikan hasil analisis uji hipotesis ini terdapat
beberapa langkah; pertama, perlu diketahui terlebih dahulu hasil korelasi
antara X dan Y, yaitu besarnya nilai rxy. Kemudian nilai rxy tersebut
dikonsultasikan pada tabel r (product moment) baik pada taraf signifikansi
5% atau 1%. Apabila nilai rxy sama ataupun lebih besar dari nilai r dalam
tabel r, maka hipotesis yang penulis ajukan bahwa terdapat hubungan
(korelasi) antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar kimia materi
pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam diterima.
Tetapi bila hasilnya sebaliknya (rhit < rtabel) maka hipotesis tidak diterima
atau ditolak.
Kedua, mengetahui nilai hasil uji signifikansi (nilai thit). Kemudian
nilai t tersebut dikonsultasikan pada tabel t baik taraf signifikansi 5% atau
1%. Apabila nilai t0 sama ataupun lebih besar dari nilai t dalam tabel t,
54
maka hasilnya signifikan, yang berarti menerima hipotesis yang penulis
ajukan. Tetapi bila hasilnya sebaliknya (thit lebih kecil dari ttabel) maka
hipotesis tidak diterima atau ditolak.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Gambaran Umum SMA Muhammadiyah 2 Semarang
a. Sejarah berdirinya SMA Muhammadiyah 2 Semarang
Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Semarang yang berada
dalam naungan Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, didirikan
sebagai suatu upaya untuk mengatasi jumlah lulusan SMP yang berada di
wilayah kec. Mijen yang setiap tahunnya semakin bertambah sementara
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada baru satu, itupun daya
tampungnya terbatas.
Menyikapi kondisi tersebut di atas Pimpinan Cabang
Muhammadiyah bermaksud melayani dan menyediakan kebutuhan
masyarakat untuk mendirikan lembaga pendidikan formal setingkat SMA.
Dengan demikian pada tahun 1987 dibangun sebuah gedung yang
berhadapan dengan gedung SMP Muhammadiyah 8 Semarang. Sejak saat
itu berdirilah Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 2
Semarang berlokasi di Desa Jatisari Kec. Mijen Kota Semarang, Jl. Raya
Lemah mendak Mijen No. 33 dengan menerima murid satu kelas dibawah
bimbingan dan tanggungjawab Majelis Dikdasmen Kota Semarang yang
berkantor di Jl. Singosari Raya no. 33 Semarang.
b. Visi dan Misi SMA Muhammadiyah 2 Semarang
Dengan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional dan tujuan
pendidikan menengah maka pendidikan pada SMA Muhammadiyah 2
Semarang mempunyai visi besar “ikut berperan serta memberikan
pendidikan kepada generasi muda yang islami dengan berpegang teguh
pada ajaran Islam yang murni”
Visi diatas diterjemahkan melalui beberapa misi pendidikan antara
lain:
56
1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi,
2) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan teknologi dan kesenian yang dijiwai ajaran agama Islam.
3) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dalam lingkungan sosial budaya
dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran agama Islam
4) Mencetak siswa yang berakhlakul karimah.
5) Mendidik siswa – siswi agar dapat memahami dan mengamalkan
ajaran Islam yang sesungguhnya.
Tujuan inilah yang diharapkan dapat dicapai setelah peserta didik
berhasil menyelesaikan pendidikanya dari SMA Muhammadiyah 2
Semarang, tidak hanya mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi
melainkan juga pencapaian pada bidang nilai nilai keagamaan, etika dan
moral. Sehingga dapat mengarah kepada terbentuknya peserta didik yang
memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
c. Sarana dan Prasarana Sekolah
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam menunjang kesuksesan pendidikan. Apabila sarana tidak
terpenuhi atau kurang lengkap, maka proses belajar mengajar akan
terhambat. Demikian pula prasarana juga membantu memudahkan proses
pendidikan. Oleh karena itu Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2
Semarang meskipun sebagai sekolah swasta telah dilengkapi dengan
sarana-sarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar dan perlu
adanya perawatan serta pengaturan.
1) Sekolah menengah Atas Muhammadiyah 2 Semarang terdiri dari dua
unit gedung yang terletak di Desa Jatisari Kecamatan Mijen. Gedung
pertama terdiri dari tiga ruang dipakai sebagai sarana belajar atau
57
kelas. Sedangkan yang kedua, terdiri dari dua lantai. Lantai I
digunakan sebagai kantor yang didalamnya terdiri dari: ruang Kepala
Sekolah dan wakilnya, Ruang guru, Ruang tamu, Perpustakaan, Ruang
TU, Koperasi, dan Ruang BK. Adapun lantai II digunakan sebagai
Masjid yang digunakan secara bersama dengan pihak SMP
Muhammadiyah 8 Semarang, dan SD Muhammadiyah Unggulan.
Gedung berlantai dua inilah yang sekaligus menjadi gedung utama.
2) Demi terwujudnya lingkungan yang bersih, nyaman dan sehat perlu
adanya kedisiplinan bersama disamping sekolah juga mengangkat
karyawan yang bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan. Setiap
siswa masuk dalam jadual piket kebersihan harian yang dipantau oleh
wai kelas masing-masing.
3) Lapangan di antara gedung SMA Muhammadiyah 2 dan SD
Muhammadiyah terdapat halaman luas yang sekaligus dimanfaatkan
sebagai lapangan basket, voly, bulu tangkis, dll. Lapangan tersebut
secara rutin juga digunakan sebagai arena upacara mingguan atau
peringatan hari hari besar kebangsaan.
4) Pengaturan ruang kerja diperhatikan sedemikian rupa agar suasana
kerja tetap nyaman dan tidak membosankan karena tugas guru yang
kadang menumpuk. Demikian yang terjadi di SMA Muhammadiyah 2
Semarang, dari ruang Kepala Sekolah, ruang TU, Perpustakaan,
laboratorium, serta ruang guru menjadi satu gedung untuk
mempermudah koordinasi dan dilengkapi ruang meeting sederhana.
5) Sarana prasarana terdiri dari:
a) Perpustakaan
b) Laboratorium
c) Masjid
58
B. Deskripsi Data Hubungan Antara Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil
Belajar Kimia Materi Pokok Kestabilan Unsur yang Terintegrasi dengan
Nilai-nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang
Untuk mengetahui hubungan spiritual quotient siswa dengan hasil
belajar kimia yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, maka penulis
melakukan analisa data secara kuantitatif. Instrumen yang dijadikan evaluasi
atau hasil belajar dalam penelitian ini adalah instrument tes objektif dalam
bentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban, tetapi hanya satu pilihan
yang tepat dan benar.
1. Uji instrumen
a. Hasil analisis uji coba instrumen angket
Jumlah pertanyaan yang diuji cobakan sebanyak 30 soal, kemudian
hasilnya dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.
1) Analisis validitas angket
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya item-
item angket. Angket yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan.
Item angket yang valid berarti item angket tersebut dapat digunakan
dalam mengukur tingkat spiritual qoutient siswa pada populasi penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir angket, hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil perhitungan validitas butir angket
Kriteria Nomor Angket Jumlah Prosentase
Valid 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13,
14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
24, 26, 27, 28
24 80%
Tidak Valid
1, 11, 15, 25, 29, 30 6 20%
Perhitungan validitas butir soal selengkapnya dapat dilihat di lampiran 3.
59
2) Analisis realibilitas angket
Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya uji reliabilitas pada
instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat
konsistensi jawaban instrumen.
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas butir angket
diperoleh pada α = 5% dengan k = 50 diperoleh rtabel = 0,279. Karena r11
> rtabel, maka dapt disimpulkan bahwa instrument (angket) tersebut
reliabel. Perhitungan reabilitas tes selengkapnya dapat dilihat di lampiran
3.
b. Hasil analisis uji coba instrumen tes
Jumlah soal yang diuji cobakan sebanyak 50 soal, kemudian
hasilnya dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran
dan daya pembeda soal.
1) Analisis validitas tes
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya item-
item soal. Soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan. Item
soal yang valid berarti item soal tersebut dapat digunakan dalam
mengukur hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang
terintegrasi dengan nilai-nilai Islam pada populasi penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir soal, hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.2. Hasil perhitungan validitas butir soal
Kriteria Nomor Angket Jumlah Prosentase
Valid 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
39, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 50
44 88%
Tidak Valid
4, 13, 38, 40, 44, 49 6 12%
60
Perhitungan validitas butir soal selengkapnya dapat dilihat di lampiran 4.
2) Analisis reabilitas angket
Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya uji reliabilitas pada
instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat
konsistensi jawaban instrumen.
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas butir soal
diperoleh r11 = 0,986, pada α = 5% dengan k = 50 diperoleh rtabel =
0,279. Karena r11 > rtabel, maka dapt disimpulkan bahwa instrument
(angket) tersebut reliabel. Perhitungan reabilitas tes selengkapnya dapat
dilihat di lampiran 4.
3) Indeks kesukaran
Uji indeks kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal itu apakah sukar, sedang atau mudah. Berdasarkan hasil
perhitungan koefisien indeks kesukaran butir soal, data dapat dilihat pada
tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal
Kriteria Nomor Soal Jumlah Prosentase
Sangat sukar 0 0%
Sukar 7, 13, 15, 31, 38, 5 10%
Sedang 1, 3, 5, 8, 10, 14, 17, 18, 19,
23, 24, 25, 27, 28, 30, 32, 33,
34, 35, 36, 39, 41, 42, 43, 44,
45, 46, 47, 48, 50,
30 60%
Mudah 2, 4, 6, 9, 11, 12, 16, 20, 21,
22, 26, 29, 37, 40, 49
15 30%
Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal selengkapnya dapat dilihat
dilampiran 4.
61
4) Analisis Daya Pembeda Soal
Berdasarkan hasil perhitungan daya beda butir soal, hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.4. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal
Kriteria Nomor Soal Jumlah Prosentase
Sangat Jelek 13, 38, 49 3 6%
Jelek 4, 20, 29, 40 4 8%
Cukup 1, 2, 5, 6, 9, 11, 12, 15, 16,
21, 22, 26, 30, 32, 34, 35, 36,
37, 41, 42, 44, 45
22 44%
Baik 7, 10, 17, 24, 25, 27, 31, 39,
43, 46, 47, 48, 50
13 26%
Baik Sekali 3, 8, 14, 18, 19, 23, 28, 33, 8 16%
Perhitungan daya pembeda butir soal selengkapnya dapat dilihat di
lampiran 4.
2. Data Tentang Tingkat Spiritual Quotient Siswa
Dalam penelitian ini spiritual quotient merupakan variabel bebas
(X) dengan indikator; mengenal diri sendiri, mengenal Tuhannya, dan
peduli terhadap makhluk Tuhan lainnya. Sedangkan hasil belajar Kimia
materi Kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam adalah
variabel terikat (Y).
Untuk mengetahui data variabel (X) tentang tingkat spiritual
quotient siswa, penulis tampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5. Jawaban angket tentang spiritual quotient siswa kelas x jurusan IPA SMA Muhammadiyah 2 Semarang
Hasil Nilai No. Res A b c d a=4 b=3 c=2 d=1 Jumlah
1. 13 4 2 1 52 12 4 1 69 2. 15 3 2 - 60 12 4 - 79 3. 15 1 2 2 60 3 4 2 69
62
4. 14 3 3 - 36 9 6 - 71 5. 9 5 5 1 36 15 10 1 62 6. 16 2 1 1 64 6 2 1 73 7. 17 3 - - 68 9 - - 77 8. 12 4 2 2 48 12 4 2 66 9. 14 5 1 - 56 15 2 - 73 10. 12 5 3 - 48 15 6 - 69 11. 15 2 2 1 60 6 4 1 71 12. 14 4 2 - 56 12 4 - 72 13. 14 3 3 - 56 9 6 - 71 14. 13 3 4 - 52 9 8 - 69 15. 16 3 1 - 64 9 2 - 75 16. 15 5 - - 60 15 - - 75 17. 13 5 2 - 52 15 4 - 71 18. 14 4 2 - 56 12 4 - 72 19. 15 5 - - 60 15 - - 75 20. 16 4 - - 64 12 - - 76 21. 15 3 1 1 60 9 2 1 72 22. 15 3 2 - 60 9 4 - 73 23. 12 4 4 - 48 12 8 - 68 24. 15 4 1 - 60 12 2 - 74 25. 16 3 1 - 64 9 2 - 75 26. 15 2 2 1 60 6 4 1 71 27. 16 2 2 - 64 6 4 - 74 28. 13 5 2 - 52 15 4 - 71
Dari hasil angket tersebut diperoleh data tentang tingkat spiritual
quotient siswa yang tertera di atas, selanjutnya untuk mengetahui lebih
lanjut bagaimana distribusi tiap item pertanyaan dari angket spiritual
quotient siswa maka dapat dilihat pada Tabel 4.2.1. sebagai berikut:
a. Indikator mengenal diri
Tabel 4.5.1. Distribusi jawaban angket tentang spiritual quotient siswa indikator mengenal diri
Distribusi Jawaban Jumlah a b C d No.
Item F % F % F % F % f % 01 27 96 1 4 - 0 - 0 28 100 02 22 79 5 18 1 3 - 0 28 100 03 21 75 5 18 2 7 - 0 28 100 04 9 32 5 18 12 43 2 7 28 100 05 27 96 - 0 1 4 - 0 28 100 06 27 96 1 4 - 0 - 0 28 100 07 26 93 2 7 - 0 - 0 28 100
63
Jumlah 159 567 19 69 16 57 2 7 196 700 Mean 23 81 3 10 2 8 1 28 100
Pada tabel 4.5.1. di atas dapat diketahui bahwa tingkat
pengenalan diri masing-masing siswa tergolong baik mengingat dari
tujuh item yang disajikan kepada 28 responden paling banyak memilih
jawaban “a” terakumulasi 159 jawaban atau 81% dari keseluruhan
jawaban.
b. Indikator mengenal dan kedekatan dengan Tuhan
Tabel 4.5.2. Distribusi jawaban angket tentang spiritual quotient siswa indikator mengenal dan kedekatan dengan Tuhan
Distribusi Jawaban Jumlah a b C d No.
Item F % F % F % F % F % 08 7 25 13 47 4 14 4 14 28 100 09 1 4 17 60 9 32 1 4 28 100 10 3 11 18 64 7 25 - 0 28 100 11 17 60 8 29 3 11 - 0 28 100 12 11 39 12 43 4 14 1 4 28 100 13 25 89 2 7 1 4 - 0 28 100 14 28 100 - 0 - 0 - 0 28 100
Jumlah 92 328 70 250 28 100 6 22 196 700 Mean 13 47 10 36 4 14 1 3 28 100
Pada tabel 4.5.2. di atas dapat diketahui bahwa tingkat
pengenalan siswa terhadap Tuhan dan kedekatan kepadaNya tergolong
baik mengingat dari tujuh item yang disajikan kepada 28 responden
paling banyak memilih jawaban “a” terakumulasi 92 jawaban atau 47%
dari keseluruhan jawaban.
c. Indikator kepedulian terhadap makhluk Tuhan
Tabel 4.5.3. Distribusi jawaban angket tentang spiritual quotient siswa indikator kepedulian terhadap makhluk Tuhan
Distribusi Jawaban Jumlah a b c d No.
Item F % F % F % F % f % 15 28 100 - 0 - 0 - 0 28 100 16 22 79 4 14 2 7 - 0 28 100 17 24 86 2 6 1 4 1 4 28 100
64
18 11 39 8 29 6 21 3 11 28 100 19 22 79 2 6 3 11 1 4 28 100 20 25 88 1 4 1 4 1 4 28 100
Jumlah 132 471 17 59 13 47 6 23 168 600 Mean 22 78 3 10 2 8 1 4 28 100
Pada tabel 4.5.3. di atas dapat diketahui bahwa tingkat
kepedulian siswa terhadap makhluk Tuhan tergolong baik mengingat
dari tujuh item yang disajikan kepada 28 responden paling banyak
memilih jawaban “a” terakumulasi 132 jawaban atau 78% dari
keseluruhan jawaban.
Pada variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar Kimia materi
Kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dengan
responden sama dengan variabel bebas (X) dengan jumlah 28
responden. Di bawah ini adalah hasil skor dari test materi kimia materi
pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam kelas
X jurusan IPA SMA Muhammadiyah 2 Semarang.
Tabel 4.6. Rekapitulasi hasil belajar tentang materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai islam
No. Res Nilai No.
Res Nilai
1. 70 15. 85 2. 75 16. 80 3. 70 17. 65 4. 70 18. 75 5. 60 19. 80 6. 70 20. 85 7. 80 21. 75 8. 75 22. 70 9. 80 23. 70 10. 65 24. 65 11. 65 25. 85 12. 65 26. 55 13. 60 27. 80 14. 75
28. 55
65
C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui sejauh mana hubungan spiritual quotient siswa
dengan hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terinterasi
dengan nilai-nilai Islam pada siswa kelas X jurusan IPA SMA
Muhammadiyah 2 Semarang, maka akan diadakan analisis data dengan
menggunakan analisis kuantitatif, yaitu analisis korelasi product moment.
Agar analisis tersebut lebih mudah maka penulis menggunakan
pembagian langkah analisis, yaitu: pertama; Analisis pendahuluan, kedua;
Analisis uji hipotesis, ketiga; Analisis lanjutan.
1. Analisis Pendahuluan
Dalam analisis pendahuluan ini, peneliti akan menentukan
koefisien korelasi antara variabel X “spiritual quotient” sebagai variabel
pengaruh, sedangkan variabel Y “hasil belajar” sebagai variabel
terpengaruh. Kemudian dikuantitatifkan dengan cara memberi skor atau
nilai jawaban responden bagi variabel X, dan nilai murni hasil test untuk
variabel Y.
Dari data kuantitatif tersebut dapat dilihat peran spiritual quotient
siswa dengan hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang
terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Berikut tabel hasil angket variabel X
dan hasil test variabel Y.
Tabel 4.7. Hasil angket tentang tingkat spiritual quotient (x) dan hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (y).
No. Res X Y No.
Res X Y
1. 69 70 15. 75 85 2. 79 75 16. 75 80 3. 69 70 17. 71 65 4. 71 70 18. 72 75 5. 62 60 19. 75 80 6. 73 70 20. 76 85 7. 77 80 21. 72 75 8. 66 75 22. 73 70 9. 73 80 23. 68 70 10. 69 65
24. 74 65
66
11. 71 65 25. 75 85 12. 72 65 26. 71 55 13. 71 60 27. 74 80 14. 69 75 28. 71 55
Dari tabel 4.7. di atas tentang peran spiritual quotient yang
berpengaruh terhadap hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur
yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, maka langkah selanjutnya
adalah pengolahan data. Adapun yang digunakan dalam pengolahan data
tersebut adalah dengan rumus korelasi product moment, dengan alasan
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menemukan ada tidaknya
hubungan antara tingkat spiritual quotient dengan hasil belajar Kimia
materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam.
Salah satu cara analisis dengan menggunakan korelasi product moment
yang bertujuan menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada,
signifikan serta berarti tidakkah hubungan tersebut.
Untuk lebih jelasnya bagaimana rumus korelasi product moment
dan penghitungannya maka selanjutnya akan dijelaskan pada bagian
analisis uji hipotesis.
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis uji hipotesis ini dimaksudkan untuk mencari korelasi
antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar kimia materi pokok
kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dengan
menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu:
å å ååå å å
--
-=
])(
][)(
[
))((
22
22
NY
YNX
X
NYX
XYrxy
67
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi X dengan Y
XY : Perkalian X dan Y
X : tingkat spiritual quotient siswa
Y : hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang
terintegrasi dengan nilai-nilai Islam
N : Jumlah sampel yang digunakan
Berikut ini adalah tabel kerja koefisien korelasi antara spiritual
quotient dengan (X) hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur
yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (Y), yaitu:
Tabel 4.8. Kerja koefisien korelasi antara variabel (x) dan (y)
No. X Y X2 Y2 XY 1 2 3 4 5 6 1. 69 70 4761 4900 4830 2. 79 75 6241 5625 5925 3. 69 70 4761 4900 4830 4. 71 70 5041 4900 4970 5. 62 60 3844 3600 3720 6. 73 70 5329 4900 5110 7. 77 80 5929 6400 6160 8. 66 75 4356 5625 4950 9. 73 80 5329 6400 5840 10. 69 65 4761 4225 4485 11. 71 65 5041 4225 4615 12. 72 65 5184 4225 4680 13. 71 60 5041 3600 4260 14. 69 75 4761 5625 5175 15. 75 85 5625 7225 6375 16. 75 80 5625 6400 6000 17. 71 65 5041 4225 4615 18. 72 75 5184 5625 5400 19. 75 80 5625 6400 6000 20. 76 85 5776 7225 6460 21. 72 75 5184 5625 5400 22. 73 70 5329 4900 5110 23. 68 70 4624 4900 4760 24. 74 65 5476 4225 4810 25. 75 85 5625 7225 6375
68
26. 71 55 5041 3025 3905 27. 74 80 5476 6400 5920 28. 71 55 5041 3025 3905
∑X=2013 ∑Y=2005 ∑X2=145051 ∑Y2=145575 ∑XY=144585
Dari tabel 4.8. di atas maka diketahui jumlah sigma dari masing-
masing mulai di bawah ini:
∑X : 2013
∑Y : 2005
∑X2 : 145051
∑Y2 : 145575
∑XY : 144585
N : 28
Langkah selanjutnya, hasil tabel tersebut dimasukkan ke dalam
rumus korelasi product moment, sebagai berikut:
å å ååå å å
--
-=
])(
][)(
[
))((
22
22
NY
YNX
X
NYX
XYrxy
]28
)2005(145575][28
)2013(145051[
28)2005)(2013(144585
22
--
-=
)3214,143572145575)(321,144720145051(179,144145144585--
-=
)6786,2002)(679,330(821,439
=
783687,813821,439
=
)540,0(54046426,0=
Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh spiritual
quotient terhadap hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang
69
terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, maka dikonsultasikan dengan tabel
korelasi product moment dengan N=28, sedang pengujiannya adalah
sebagai berikut:
- Untuk taraf signifikansi 5 % adalah:
rt = 0,374
r0 = 0,540
- Untuk taraf signifikansi 1 % adalah:
rt = 0,478
r0 = 0,540
Dari perbandingan rxy dengan rt tersebut, maka untuk menguji taraf
signifikansi r yang diperoleh (r0) disarankan sebagai berikut:
a. Bila nilai r yang diperoleh (r0) ≥ r yang ada pada tabel (rt) baik pada
taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka nilai yang diperoleh adalah
signifikan. Hal ini berarti hipotesis kerja diterima.
b. Sebaliknya, bila nilai r yang diperoleh (r0) lebih < r yang ada pada tabel
(rt) baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka nilai yang
diperoleh adalah non signifikan dan ini berarti bahwa hipotesis ditolak.
Dengan melihat perhitungan di atas, nilai r0 (0,540) lebih besar dari
pada rt pada taraf signifikansi 1% (0,478) dan r0 (0,540) lebih besar dari
pada rt pada taraf signifikansi 5%(0,374). Dengan demikian rxy lebih besar
daripada rt apada taraf signifikansi 1% maupun 5% sehingga korelasi
tersebut menunjukkan korelasi positif dengan tingkat sedang.
3. Analisis Lanjut
Setelah mengetahui bahwa data dari hasil penelitian tersebut adalah
signifikan, maka bahasan selanjutnya adalah menganalisis bagaimana
hubungan spiritual quotient siswa dengan hasil belajar Kimia materi
pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam di SMA
Muhammadiyah 2 Semarang. Berikut ini adalah sebab-sebab yang
menjadikan kesignifikansian hal tersebut, yaitu;
70
- Spiritual quotient yang masing-masing individu akan mengolah jiwa
untuk berkomunikasi dengan titik God Spot atau teosentris keberadaan
Tuhan. Dengan demikian akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
religius dan meningkatkan pengetahuan tentang ke-Tuhanan.
- Spiritual quotient juga mendorong siswa untuk meningkatkan motivasi
belajar yang muncul dari dirinya karena kesadaran dan tanggung jawab
terhadap diri dan Tuhan atas karuaniaNya.
- Spiritual quotient sangat berpotensi meningkatkan aktifitas
religiusitasnya sehingga dapat meningkatkan nilai keberagamaan. Nilai
keberagamaan bukan hanya kepada Tuhan akan tetapi juga kebaikannya
kepada sesama makhluk.
D. Keterbatasan Penelitian
Meskipun penelitian ini sudah dikatakan seoptimal mungkin, akan
tetapi penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas adanya kesalahan
dan kekurangan, yang mana hal itu karena keterbatasan-keterbatasan tersebut
antara lain:
1. Keterbatasan waktu
Penelitian yang dilakukan oleh penulis terpancang oleh waktu,
karena waktu yang digunakan sangat terbatas. Maka penulis hanya
memiliki sesuai keperluan yang berhubungan dengan penelitian saja.
Walaupun waktu yang peneliti gunakan cukup singkat akan tetapi bisa
memenuhi syarat-syarat dalam penelitian ilmiah.
2. Keterbatasan Kemampuan
Penelitian tidak bisa lepas dari teori, oleh karena itu penulis
menyadari keterbatasan kemampuan khususnya pengetahuan ilmiah.
Tetapi penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan
penelitian sesuai dengan kemampuan keilmuan serta bimbingan dari
dosen pembimbing.
71
3. Keterbatasan Tempat
Lokasi penelitian adalah SMA Muhammadiyah 2 Semarang. Maka
penulis hanya membatasi populasi kelas X jurusan IPA. Namun populasi
yang diambil dalam penelitian ini sudah memenuhi prosedur penelitian.
72
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada bab
sebelumnya maka akan penulis simpulkan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar kimia materi pokok
kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Hal ini dapat
dibuktikan dengan r0 = 0,540 lebih besar dari pada rt baik dalam taraf
signifikansi 1% = 0, 478 maupun 5% = 0, 374.
B. Saran-saran
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, dengan mendasarkan
penelitian yang dilakukan tentang ”Hubungan spiritual quotien siswa dengan
hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan
nilai-nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang, maka peneliti ingin
memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak tertentu yang barkaitan
dengan hasil penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
a. Kepada para siswa, agar menyadari peran spiritual quotient dapat
mengendalikan individu untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dunia
dan kebutuhan akhirat. Intellectual Quotient (IQ) seseorang dapat dipompa
dengan dengan mengasah spiritual quotient (SQ), emosional quotient (EQ)
dapat dilatih dengan mengerahkan kekuatan SQ yang dapat menimbulkan
kesadaran terhadap sesama makhluk Tuhan.
b. Kepada para guru kususnya guru kimia agar menyadari tentang kekuatan
spiritual quotient yang dimiliki para siswa dapat memberikan motivasi
ekstra untuk semangat menuntut ilmu. Di samping itu spiritual quotient
juga mampu mengendalikan mereka berkaitan dengan aktifitas riligius.
73
c. Pihak Sekolah, hendanya memelihara dan menjaga suasana sekolah yang
nyaman, aman, tenang, sehingga dapat membuat para siswa dan guru
untuk memfungsikan peran spiritual quotient dengan lebih dominan
sehingga suasana belajar lebih mendukung dan siswa lebih siap menerima
materi pelajaran yang disampaikan guru.
C. Penutup
Dengan penuh kesadaran penulis menyatakan bahwa tidak ada
satupun yang dapat menandingi kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Rasa
syukur penulis sampaikan kepada Allah swt yang telah mengizinkan penulis
menyelesaikan penelitiannya dan mudah-mudahan meridhaiNya. Kritik dan
saran pembaca sangat diharapkan sebagai upaya memfungsikan spiritual
quotient penulis agar dapat meraih sesuatu yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz, Al-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz. I, (Mesir: Darul Ma’arif, t.th).
Abdullah, Shodiq, Evaluasi Pembelajaran, (Semarang : FAI UNWAHAS, t.th).
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ: Emotional Spiritual Quotions Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001).
Al-Bukhari Al-Ja’fiyi, Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizabat, Shahih Al-Bukhari Juz I, (Semarang: Toha Putra, tth.).
Al-Ghozali, Ihya Ulmu Al-Din, (Dar Al-Fikr, ttp., tth), juz III.
Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1993), hlm. 180.
Anshori, M. Hafi, Kamus Psikologi, (Surabaya : Usaha Kanisius, 1995).
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006).
_______, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000).
Crow, Laster D, dan Alice Crow, General Psykhology, (New York : t.th)
Departemen Agama RI, Al-Quran & Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2003).
Echols, John M. & Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1992), Cet. XX.
Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004).
_______, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1980).
_______, Metodologi Research, Jilid II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989).
Hidayati, Uli, “Konsep Pendidikan Anak dengan Spiritual Quotient Menurut Suharsono dalam Perspektif Pendidikan Islam”, skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006), t.d.
Jhon, M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), Cet. XXIII.
Kancana, Wayan Nur, dan PPN Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1986).
Maulana, Achmad, dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Jogjakarta, Absolut , 2004).
Maun, Sukmariah, dkk, Dasar- dasar Kimia Organik, terj. (Tangerang: Binarupa Aksara, 2010).
Mudzakir, Yusuf, Nuansa-Nuansa & Psikologi Islami, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001).
Muhidin, Sambas Ali, Maman Abdurahman, Analisis Korelasi,Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007).
Mukhroyi, “Konsep Spiritual Quotient dan Implementasinya Pada Pendidikan Islam”, skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006), t.d.
Najati, M. Utsman, Belajar EQ & SQ Dari Sunnah Nabi, (Jakarta : Hikmah, 2002).
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1990).
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1.
Partana, Crys Fajar, dkk, Kimia Dasar 2, (Jagjakarta: Jurusan Kimia F. MIPA UNY), hlm. 100., Lihat juga Sudjadi, Penentuan Struktur Senyawa Organik, (Jogjakarta: Ghalia Indonesia, tt).
Pasiak, Taufiq, Revolusi IQ / EQ /SQ Antara Neurosains dan Al-Quran, (Bandung: Mizan Pustaka, 2002).
Prijosaksosno, Ari Bowo, dan Arianti Erningpraja, Enerich Your Life Everyday;Renungan dan Kebiasaan menuju Kecerdasan Spiritual, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,2003).
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), cet.2.
Safari, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Didakmen Depdiknas, 2003).
Sinetar, Marshal, Spiritual Intelligensi, Kecerdasan Spiritual, terj. Soesanto Boedi darmo, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001).
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi (ed.), Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989).
Sudiyono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. I.
Sudjadi, Penentuan Struktur Senyawa Organik, (Jogjakarta: Ghalia Indonesia, tt).
Sudjana, Nana, Penelitian Hasil Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002)
Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, (Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjendikdasmen Depdiknas, 2003).
Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002).
Tasmara, Toto, Kecerdasan Spiritual (Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian yang Bertanggung jawab, Profesional dan Berakhlak, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995).
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).
Vembriarto, St., Kamus Pendidikan, (Grasindo, 1994).
Wardana, I.G.K.A., Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar, (Jakarta :Dirjen Dikti Depdiknas, 1996).
Winarsunu, Tulus, Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan pendidikan , (Malang: UMM press, 2007) , Cet. 4.
Winkel, WS., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : PT. Gramedia, 1993), cet. I.
Wjs. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976).
Zohar, Danah dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002), Cet.V.
Lampiran 2
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SMA Muhammadiyah 2 Semarang Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : X / Genap Standar Kompetensi : Memahami Struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan
ikatan kimia. Kompetensi Dasar : Membandingkan proses pembentukanikatan ion, ikatan
kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
Indikator : Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya.
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit A. Tujuan pembelajaran
Setelah pelajaran ini selesai, siswa diharapkan dapat menjelaskan secara singkat kecenderungan suatu unsur untuk menjadi stabil.
B. Materi pembelajaran
- Konfigurasi elektron gas mulia - Teori Octet dan Duplet - Struktur Lewis
C. Kegiatan belajar mengajar
1. Metode Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi.
2. Sumber belajar - Buku Kimia kelas X - LKS - Ringkasan materi
D. Skenario Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu
Kegiatan awal
· Guru mengucapkan salam kepada siswa
· Guru menggali potensi pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang materi kestabilan unsur yang telah ditugaskan sebelumnya untuk dibaca terlebih dahulu di rumah. 1. Bagaimanakah suatu unsur
bisa dikatakan stabil? 2. Bagaimanakah atom-atom
yang tidak stabil bias mencapai kestabilan?
· Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu: setelah pelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat mengetahui sifat-sifat unsur serta memahami bahwa Allah menciptakan sesuatu dari yang kecil hingga yang besar itu sesuai dengan fitrahnya.
· Guru menjelaskan proses belajar yang akan dilaksanakan yaitu dengan model pembelajaran ceramah.
Kegiatan Inti
· Guru menerangkan tentang konfigurasi elektron gas mulia. Pada dasarnya Allah menciptakan sesuatu sesuai dengan fitrahnya sebagaimana penciptaan manusia menurut hadits nabi.
كان انھ ھریرة ابى عن صلى اهللا اهللا رسول قال : یقولیولد اال من مولود ما : وسلم علیھ
یھودانھ فابواه على الفطرةرواه ( ویمجسانھ وینصرانھ
Siswa menjawab salam Siswa menyimak dan menjawab pertanyaan guru. Siswa memperhatikan Siswa memperhatikan Siswa memperhatikan
10 menit 20 menit
73
١٠٠)مسلم
“Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia telah berkata: Rasululah Saw bersabda: Tidaklah seorang anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Muslim).
Jika ditarik makna yang lebih luas, hadits ini menerangkan tidak hanya terbatas pada manuisa, namun alam semestapun dicipta sesuai dengan fitrah dan keseimbangannya masing-masing.
Dari sekian banyak manusia yang diciptaNya di muka bumi ini hanya beberapa yang menjadi manusia pilihan yang mempunyai keimanan stabil di sisi Allah. Begitu juga Allah menciptakan kurang lebih 116 unsur namun hanya 6 unsur saja yang memiliki kestabilan, yang kemudian 6 unsur tesebut tergolong sebagai gas mulia.
Gas mulia ini stabil karena memiliki elektron pada kulit terluarnya 2 untuk He dan 8 untuk yang lain.
Contoh: 2He = 2 ev = 2
10Ne = 2.8 ev = 8 18Ar = 2.8.8 ev = 8 36Kr = 2.8.18.8 ev = 8 54Xe = 2.8.18.18.8 ev = 8 86Rn = 2.8.18.32.18.8 ev = 8
· Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan pelajaran yang belum jelas.
· Guru memberikan beberapa contoh untuk pengisian konfigurasi elektron pada unsur yang lain. Misalnya:
14Si = 2.8.4
Siswa bertanya apabila belum jelas Siswa menjawab bersa-ma-sama contoh soal pengisisan konfigurasi elektron.
74
ev = 4
7N = 2.5 ev = 5
37Rb = 2.8.18.8.1 ev = 1
· Guru melanjutkan menerangkan tentang teori Oklet dan Duplet. - Teori Oklet: jumlah elektron
pada kulit terluar dari dua atom yang berikatan akan berubah sedemikian rupa hingga konfigurasi elektron kedua atom sama dengan konfigurasi elektron gas mulia (8 elektron pada kulit terluarnya)
- Sedangkan teori Duplet konfigurasi elektron stabil dengan 2 elektron pada kulit terluarnya.
Pada umumnya elektron terluar dari suatu atom kurang dari 8. Atom-atom tersebut membentuk konfigurasi elektron yang stabil dengan melepaskan atau menangkap elektron dari atom lain atau menggunakan elektron bersama-sama.
Contoh: Na → Na+ + e-
(2.8.1) (2.8)
Cl + e- → Cl- (2.8.7) (2.8.8) Hal di atas juga terjadi
pada manusia yang tidak terlepas dari fitrah manusia yang keimanannya naik turun dan tidak stabil,sehingga individu satu membutuhkan individu yang lain agar saling mengingatkan dalam beraktivitas sehingga keimanan menjadi stabil.
Siswa memperhatikan Siswa mendengarkan
10 menit
75
· Guru memotivasi siswa bahwa dengan memahami materi kestabilan unsur kita dapat belajar bahwa keimanan kita dapat stabil apabila kita memiliki keinginan yang keras untuk menuju kestabilan.
· Guru menerangkan Struktur Lewis dengan bantuan gambar yang sudah disiapkan sebelumnya. Hal ini bertujuan agar siswa lebih memahami dalam penggunaan elektron bersama pada ikatan.
· Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan yang belum jelas.
· Guru memberi tugas kepada siswa sebagai evaluasi belajar.
Penutup · Guru mengingatkan kepada siswa
untuk mempelajari kembali materi yang telah dibahas dan memotivasi mereka untuk belajar di rumah.
· Guru menutup pelajaran dengan salam.
Siswa memperhatikan Siswa bertanya jika belum jelas Siswa mengerjakan tugas Siswa memperhatikan Siswa mejawab salam
25 menit 5 menit
E. Sumber Belajar 1. Buku Kimia kelas X
2. Ringkasan materi & gambar
3. LKS
F. Penilaian - Tugas individu evaluasi akhir pembelajaran (materi)
Lampiran 3
Daftar Nama Siswa Kelas X Jurusan IPA
No Nama Siswa JK No Nama Siswa JK 1. Ade Nurhalimah P 15. Lidia Wati P 2. Agus Purwanto L 16. Lubis Santoso L 3. Agus Sucipto L 17. Milofi Rizkiyah P 4. Alfian L 18. Momon Romansyah L 5. Ayu Karlina P 19. Narima Utami P 6. Diana Rahmawati P 20. Nilla Ayu Safitri P 7. Dini Shomatunnisa P 21. Nunung Nurhayati P 8. Fazri Ubaidillah L 22. Rinah P 9. Lin Indrayani P 23. Santi Ramadhani P 10. Jumarih Irawan L 24. Sarifudin L 11. Khasan Nadi L 25. Siti Fajriyah P 12. Kusnita Sari P 26. Wira Fadly Setiadi L 13. Kusyanto L 27. Yani Lestari P 14. Lia Sudiarti P
28. Zainal Arifin L
Lampiran 4.
INDIKATOR SPIRITUAL QUOTIENT
Variabel Dimensi Indikator
1. Memahami kesadaran
diri
1. Memahami tugas dan kewajiban
2. Tidak sombong dan rendah hati
3. Merasa bagian dari alam semesta
4. Penyesalan atas hal-hal dosa
5. Kesadaran menjadi makhluk spiritual
2. Pendekatan kepada
Allah swt.
1. Dzikir dan tafakur
2. Ibadah sunnah (Shalat tahajud, Puasa, dll)
3. Disiplin dan jujur
4. Tidak mengambil hak orang lain
Spiritual
Quotient
3. Hubungan sesama
makhluk
1. Suka menolong
2. Ikhlas
3. bersyukur jika mendapat kemudahan
4. tabah dalam musibah
Lampiran 5.
KISI-KISI LEMBARAN INDIKATOR ISNTRUMEN ANGKET
SPIRITUAL QUOTIENT
No Pertanyaan No Dimensi No Indikator 1. 1,2 1. Memahami kesadaran diri Memahami tugas
dan kewajiban 2. 3, 4 “ Tidak sombong dan
rendah hati 3. 5 “ Merasa bagian dari
alam semesta 4. 6 “ Penyesalan atas
hal-hal dosa 5. 7 “ Kesadaran menjadi
makhluk spiritual 6. 8, 9 2. Pendekatan kepada Allah
swt. Dzikir dan tafakur
7. 10, 11 “ Ibadah sunnah (Shalat tahajud, Puasa, dll)
8. 12, 13 “ Disiplin dan jujur 9. 14 “ Tidak mengambil
hak orang lain 10. 15, 16, 17 3. Hubungan sesama
makhluk Suka menolong
11. 18 “ Ikhlas 12. 19 “ bersyukur jika
mendapat kemudahan
13. 20 “ tabah dalam musibah
Lampiran 6.
ANGKET SPIRITUAL QUOTIENT
SISWA JURUSAN IPA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SEMARANG
IDENTITAS SISWA Nama : ………………………………….. No. Induk : ………………………………….. Kelas : ………………………………….. Alamat : …………………………………..
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET 1. Pilihlah salah satu alternative jawaban dengan memberitanda silang ( X )
pada pilihan jawaban a, b, c, atau d sesuai keadaan Saudara. 2. Mengingat pentingnya informasi dari Saudara, maka peneliti mohon
kesediaannya untuk menjawab secara jujur dan sesungguhnya. 3. Jawaban Anda akan dijamin kerahasiaannya dan tidak akan berpengaruh
terhadap nilai atau prestasi Anda.
Pertanyaan:
1. Anda memahami tugas dan kewajiban Anda sebagai pelajar. a. sangat faham c. kurang faham b. faham d. tidak faham
2. Anda berdoa jika mau memulai pelajaran dan mengakhirinya.
a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
3. Anda pernah merasa paling pandai di sekolah. a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
4. Jika teman Anda sedang marah terhadap Anda padahal Anda tidak bersalah, apakah Anda dapat menjaga emosi? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
5. Anda berusaha memelihara hubungan baik dengan sesama murid dan
guru? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
6. Apakah Anda menyesali kesalahan-kesalahan yang pernah Anda lakukan dahulu? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
7. Apakah Anda melakukan salat 5 waktu secara lengkap?
a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
8. Apakah Anda melakukan dzikir di sela-sela waktu kosong dan setelah
shalat? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
9. Jika Anda melihat kejadian-kejadian alam, apakah Anda berfikir bagaimana penciptaannya dan untuk apa tujuannya? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
10. Apakah pad malam hari Anda melakukan shalat Tahajud? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
11. Apakah Anda melakukan puasa sunnah (Senin-Kamis atau yang lain)? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
12. Jika Anda mendengar Adzan Anda akan bergegas menuju tempat sholat. a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
13. Apakah Anda jujur ketika ujian (tidak mencontek)?
a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
14. Apakah Anda merasa enggan untuk mengambil hak orang lain? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
15. Jika ada teman meminjam sesuatu milik Anda, apakah Anda langsung meminjamkan? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
16. Jika Anda melihat orang lain membutuhkan sesuatu yang Anda miliki,
apakah Anda bergegas untuk memberi?
a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
17. Jika Anda melihat teman Anda yang lambat dalam memahami pelajaran, Apakah Anda membantu memahamkannya? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
18. Jika Anda memberi sesuatu kepada teman Anda namun di lain waktu teman Anda tersebut tidak mau berbagi sesuatu kepada Anda apakah Anda merasa tidak suka kepadanya? a. tidak pernah c. kadang-kadang b. jarang d. selalu
19. Jika Anda mempunyai uang saku lebih apakah Anda berfikir untuk berbagi
dengan teman Anda? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
20. Apakah Anda pernah mengadu kepada Allah jika sedang tertimpa masalah
besar? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
Lampiran 7.
LEMBAR SOAL KIMIA MATERI POKOK KESTABILAN UNSUR YANG TERINTEGRASI
DENGAN NILAI-NILAI ISLAM Nama : Kelas : Nomor : 1. Allah menciptakan banyak manusia akan tetapi hanya manusia pilihan saja
yang keimanannya stabil, begitu juga dengan unsur-unsur di dunia ini ada yang stabil dan ada yang tidak. Berapakah jumlah unsur yang bersifat stabil?
a. 4 c. 6 e. 8 b. 5 d. 7
2. Salah satu gas mulia (unsur yang stabil) yaitu Ar, bagaimanakah konfigurasi dari Ar?
a. 18Ar = 2.2.8.6 b. 18Ar = 2.8.6.2 c. 18Ar = 2.6.2.8 d. 18Ar = 2. 8.2.6 e. 18Ar = 2.8.8
3. Untuk menjaga kestabilan keimanan manusia membutuhkan orang lain untuk saling mengingatkan dan saling menasehati. Bagi unsur jika diketahui konfigurasi elektron 2.8.2, bagaimanakah caranya untuk menjadi stabil dalam ikatannya?
b. Melepas 1 elektron sehingga bermuatan +1 c. Melepas 2 elektron sehingga bermuatan +2 d. Menyerap 1 elektron sehingga bermuatan -1 e. Menyerap 2 elektron sehingga bermuatan -1 f. Menyerap 6 elektron sehingga bermuatan -6
4. Unsur N mempunyai nomor atom 7, maka struktur Lewis yang paling tepat
untuk molekul N2 adalah… a. c. e.
b. d.
5. Kestabilan keimanan manusia dijaga dengan cara berinteraksi dengan yang
lain dengan saling mengingatkan dan menasehati, lalu bagaimanakah cara atom-atom yang tidak stabil mencapai kestabilan?
a. Melepas elektron b. Menangkap elektron
c. Memakai elektron bersama-sama d. a, b, c benar semua e. a, b, c salah semua.
6. Dari kelima unsur di bawah ini, manakah yang dipilih Allah menjadi unsur
yang paling stabil ? a. 11V c. 18X e. 35Z b. 25W d. 53Y
7. Perhatikan konfigurasi elektron berikut!
P : 2.8.18.8 R: 2.8.18.8.2 Q : 2.8.18.5 S : 2.8.8.6
Atom yang cenderung untuk melepas elektron untuk menuju kestabilan unsur adalah….
a. R c. P e. Q dan S b. Q d. S
8. Pada soal No.7, atom manakah yang cenderung untuk menangkap elektron?
a. P dan Q c. Q dan R e. P dan R b. Q dan S d. S dan P
9. Unsur-unsur di bawah ini yang memiliki elektron valensi terbanyak adalah…..
a. 5B c. 13AI e. 9F b. 20Ca d. 19K
10. Rasululah Saw bersabda: Tidaklah seorang anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Potongan hadits tersebut tidak hanya berlaku pada penciptaan manusia melainkan penciptaan alam seisinya juga penuh dengan keseimbangan atau kestabilan termasuk Allah menciptakan atom dapat beraktifitas sesuai dengan fitrah atau kestabilannya. Atom-atom memiliki cara untuk mencapai kestabilan dengan cara melepas atau menangkap elektron. Sedangkan atom-atom yang melepas elektron akan berubah menjadi apa?
a. Anion c. Elektron bebas e. Semua benar b. Ion d. Kation
11. Kulit terluar konfigurasi elektron gas mulia yang tidak memenuhi aturan Oklet
adalah ….. a. Rn c Ar e. Ne b. Xe d. He
12. Unsur X mempunyai konfigurasi elektron 2.8.2 dan unsur Y mempunyai konfigurasi elektron 2.8.7. Jika unsur X dan Y saling berkaitan maka rumus Kimia dan jenis ikatannya adalah …..
a. XY, ikatan ion c. XY2, ikatan ion e. X2Y, ikatan kovalen b. X2Y, ikatan ion d. XY, ikatan kovalen
13. Allah menciptakan para malaikat dengan kadar kaimanan yang stabil, karena keimanan malaikat tidak mengalami penurunan dan peningkatan. Berkaitan dengan hal di atas Allah juga menciptakan unsur yang stabil. Di antara unsur-unsur berikut yang bersifat stabil adalah ……….
a. 13Al c. 20Ca e. 18Ar b. 16S d. 35Br Tabel digunakan untuk menjawab nomor 14 s/d 17
Atom Konfigurasi Elektron 2He 6C 8O 10Ne 11Na 13Al 16S 17Cl 18Ar 19K
2 2 4 2 6 2 8 2 8 1 2 8 3 2 8 6 2 8 7 2 8 8 2 8 8 1
14. Dalam tabel di atas kelompok unsur yang cenderung melepaskan elektron
adalah ……. a. He, Al dan O c. He, Ne dan Ar e. Ne, Na dan K b. Na, Al dan K d. C, O dan Cl
15. .
Dari tabel di atas unsur manakah yang terletak satu golongan dengan unsur yang mempunyai struktur elektron seperti gambar di atas adalah ….
a. Al c. O e. K b. He d. S
16. Dari sekian banyak manusia, Allah memilih beberapa manusia pilihan yang selalu dijagaNya dari kemaksiatan sehingga keimanannya cenderung stabil. Pada tabel di atas, unsur mana sajakah yang tergolong unsur gas mulia?
a. He, Cl dan k c. C, O dan Cl e. Ne, Na dan K b. He, Al dan O d. He, Ne dan Ar
17. Kelompok unsur manakah yang diciptakan Allah untuk cenderung menangkap elektron?
a. Ne, Cl dan k c. O, Cl dan S e. Na, Al dan K b. He, S dan Cl d. Ar, K dan He
18. Penggambaran symbol Lewis yang tepat untuk unsur 12Mg adalah …. a. c. e. b. d.
19. Manusia memiliki keimanan yang bersifat fluktuatif, kadang mengalami
penurunan kadang juga mengalami kenaikan kadar keimanan. Untuk meningkatkan dan menyetabilkan kadar keimanan manusia dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dan saling bergaul dengan manusia yang baik yang selalu mengingatkan dan saling menasehati. Sama halnya dengan unsur, jika suatu unsur mempunyai nomor atom 7, maka unsur tersebut mencapai kestabilan dengan cara …..
a. Melepas 1 elektron b. Melepas 2 elektronik c. melepas 3 elektron d. menangkap 1 elektron e. menangkap 2 elektron
20. Untuk mencapai kestabilannya, suatu unsur melepaskan 2 elektron. Unsur tersebut bersifat …………… dan mempunyai nomor atom ……….
a. logam, 12 c. logam, 8 e. non logam, 14 b. non logam, 6 d. non logam, 10
21. AtomX mempunyai konfigurasi elektron 2.8.2. Senyawa yang mungkin dibentuk oleh atom X adalah ….
a. HX2 c. X2(PO4)3 e. XCl2 b. X2SO4 d. CaX
22. Unsur X mempunyai nomor atom 13 dan unsur Y mempunyai nomor atom 9,
senyawa yang dapat dibentuk antara unsur X dan Y adalah ….. a. XY2 c. XY3 e. X2Y b. XY d. X3Y2
23. Muatan yang dimiliki oleh Proton, Elektron dan Neutron berturut-turut adalah
….. a. -1, 0, +1 c.0, +1, -1 e. +1, -1, 0 b. -1, +1, 0 d. +1, 0, -1
24. Pasangan partikel atom di bawah ini yang mempunyai masa hampir sama adalah ….
a. elektron dan positron b. proton dan neutron c. elektron dan proton d. elektron dan neutron e. proton dan positron
25. Jumlah proton, elektron dan neutron yang dimiliki atom S3216 secara berturut-
turut adalah…. a. 16, 32, 16 c. 16, 16, 15 e. 16, 16, 32 b. 16, 15, 15 d. 16, 16, 16
26. Banyaknya elektron yang dimikiki oleh ion +240
20 Ca adalah …… a. 19 c. 40 e. 22 b. 20 d. 18
27. Jika unsur diketahui konfigurasi elektron 2.8.7, bagaimanakah caranya untuk menjadi stabil dalam ikatannya?
a. Melepas 1 elektron sehingga bermuatan +1 b. Melepas 2 elektron sehingga bermuatan +2 c. Menyerap 1 elektron sehingga bermuatan -1 d. Menyerap 2 elektron sehingga bermuatan -1 e. Menyerap 6 elektron sehingga bermuatan -6
28. AtomX mempunyai jumlah Elektron 13 dan jumlah Neutron 14. Nomor atom
dan nomor massa atom tersebut adalah….. a. X13
13 c. X2713 e. X27
14 b. X14
14 d. X1314
29. Unsur-unsur berikut yang merupakan pasangan unsur Isoton adalah …..
a. Mg21612 dan Ca40
20 c. Pb21484 dan Ca40
20 e. Ca4020 dan K39
19 b. Pb214
82 dan Pb21484 d. Pb214
84 dan Bi21483
30. Unsur Isobar terdapat pada pasangan unsur …….
a. C136 dan C14
6 c. Ca4020 dan K39
19 e. P3115 dan S32
16 b. Cl35
17 dan Cl3717 d. Na24
11 dan Mg2412
31. Jika atom A mempunyai nomor atom 8 dan nomor masa18, maka jumlah
elektron, proton, dan neutron untuk ion A2- berturut-turut adalah ……. a. 10, 8, 8 c. 8, 8, 8 e. 8, 8, 18 b. 10, 8, 10 d. 8, 8, 10
32. Allah menciptakan unsur Xe termasuk salah satu dari gas mulia, bagaimanakah konfigurasinya?
a. 54Xe = 2.8.18.18.8 d. 54Xe = 2.8.32 b. 54Xe = 2.8.8.18.18 e. 54Xe = 2.32.8 c. 54Xe = 2.18.18.8.8
33. Untuk menjaga keimanan agar tetap stabil, manusia membutuhkan orang lain untuk saling menasehati dan mengingatkan. Bagi unsur, jika diketahui konfigurasi elektron 2.8.7, bagaimanakah caranya agar menjadi stabil dalam ikatannya?
a. melepas 5 elektron sehingga bermuatan +5 b. melepas 1 elektron sehingga bermuatan +1 c. melepas 5 elektron sehingga bermuatan -5 d. menangkap 5 elektron sehingga bermuatan -5 e. menangkap 1 elektron sehingga bermuatan -1
34. Perhatikan konfigurasi elektron berikut:
A: 2.8.18.3 C: 2.8.8.1 B: 2.8.18.5 D: 2.8.86
Dalam kehidupan manusia setelah menjalin hubungan dengan Allah, maka manusia juga menjalin hubungan dengan manusia, ada yang memberi dan ada yang menerima agar tercipta keharmonisan dalam bermasyarakat. Begitu juga pada aktivitas atom. Manakah atom yang cenderung untuk melepas elektron untuk menuju kestabilan unsur?
a. A dan B c. A dan D e. B dan D b. A dan C d. B dan C
35. Pada soal no 34 atom manakah yang cenderung untuk menangkap elektron untuk menuju kestabilan unsur?
a. A dan B c. A dan D e. B dan D b. A dan C d. B dan C
36. kelima unsur di bawah ini, manakah yang cenderung untuk melepas elektron?
a. 25P c. 11R e. 15T b. 18Q d. 12S
37. Di bawah ini unsur yang di ciptakan Allah memiliki elektron valensi
terbanyak adalah …. a. 11Na c. 18Ar e. 15P b. 25Mn d. 42Mo
38. Penggambaran simbol Lewis yang tepat untuk unsur 17Cl adalah ….
a. c. e. b. d.
39. Banyaknya elektron yang dimiliki oleh ion 221484
-Pb adalah ….. a. 214 c. 86 e. 82 b. 130 d. 84
40. Jumlah proton, elektron dan neutron yang dimiliki atom 213
6+C adalah ….
a. 6, 6, 6 c. 6, 8, 7 e. 4, 6, 7 b. 7, 8, 6 d. 6, 4, 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fajarwati
Tempat/ Tanggal Lahir : Semarang, 24 Mei 1984
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Warganegara : Indonesia
Alamat : Jl. Rorojonggran Selatan I/20 Semarang
Ayah : Trikoyo
Ibu : Sugiyarti
Suami : Rizki Fahmi Sofwan
Anak pertama : Yaquth Harikahauly Sofwan
Riwayat Pendidikan :
1. SD. Negeri Panjangan Semarang lulus tahun : 1997
2. SLTP Muhammadiyah 4 Semarang lulus tahun : 2000
3. SMA Kesatrian Semarang lulus tahun : 2003
4. IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah angkatan tahun 2005
Semarang, Juni 2010
Penulis
Fajarwati
NIM 3105156