hubungan sanitasi dasar dengan diare

12
ABSTRAK Alfa Fitrani Padang, Mahmuda. 2015. Hubungan Kepemilikan Fasilitas Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Anak Usia 1-5 Tahun Di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya. Tugas Akhir. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Pembimbing : Prof. H. Didik Sarudji, M.Sc Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali sehari atau lebih) dalam satu hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kepemilikan fasilitas sanitasi dasar sebagai faktor resiko terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita yang tinggal setidak – tidaknya selama satu tahun di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo yang tercatat pada bulan April 2015 yaitu sebanyak 156 anak dengan sampel kasus 21 anak dan sampel kontrol 42 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan fasilitas sanitasi dasar dengan kejadian diare anak usia 1-5 tahun. Dimana kepemilikan kakus menjadi faktor risiko, dengan risiko 5,846 kali lebih besar untuk terjadi diare, kepemilikan tempat sampah memiliki risiko 5,000 kali lebih besar terhadap kejadian diare serta kepemilikan tempat pembuangan air limbah yang memiliki resiko 1,100 kali lebih besar terhadap kejadian diare. Kata Kunci : Diare, Sanitasi Dasar, Kelurahan Wonokromo, Kecamatan Wonokromo PENDAHULUAN

Upload: faricha

Post on 02-Feb-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

HUBUNGAN KEPEMILIKAN FASILITAS SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA 1-5 TAHUN DI KELURAHAN WONOKROMO KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Diare

ABSTRAK

Alfa Fitrani Padang, Mahmuda. 2015. Hubungan Kepemilikan Fasilitas Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Anak Usia 1-5 Tahun Di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya. Tugas Akhir. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Pembimbing : Prof. H. Didik Sarudji, M.Sc

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali sehari atau lebih) dalam satu hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kepemilikan fasilitas sanitasi dasar sebagai faktor resiko terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita yang tinggal setidak – tidaknya selama satu tahun di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo yang tercatat pada bulan April 2015 yaitu sebanyak 156 anak dengan sampel kasus 21 anak dan sampel kontrol 42 anak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan fasilitas sanitasi dasar dengan kejadian diare anak usia 1-5 tahun. Dimana kepemilikan kakus menjadi faktor risiko, dengan risiko 5,846 kali lebih besar untuk terjadi diare, kepemilikan tempat sampah memiliki risiko 5,000 kali lebih besar terhadap kejadian diare serta kepemilikan tempat pembuangan air limbah yang memiliki resiko 1,100 kali lebih besar terhadap kejadian diare.

Kata Kunci : Diare, Sanitasi Dasar, Kelurahan Wonokromo, Kecamatan Wonokromo

PENDAHULUAN

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali sehari atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011)

Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak diatasi dengan baik. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri (self limiting disease) asalkan dehidrasi dapat dicegah karena merupakan penyebab kematian (Yusuf M, 2011).

Hasil penelitian Adisasmito (2007) menunjukkan bahwa faktor risiko penyebab penyakit diare yang paling banyak diteliti oleh mahasiswa adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini berkaitan dengan sanitasi meliputi sarana air bersih (SAB), jamban, kualitas bakterologis air, saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan kondisi rumah. Faktor lingkungan yang paling banyak diteliti adalah aspek sarana air bersih dan jamban. Untuk sarana air bersih, rata-rata odd ratio (OR) jenis SAB sebesar 3,19 dan rata-rata OR pencemaran SAB sebesar 7,89 sedangkan untuk

Page 2: Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Diare

jamban rata-rata OR kepemilikan jamban sebesar 3,32.

Dari hasil observasi sekitar 14% di Kelurahan Wonokromo masih belum memiliki fasilitas sanitasi dasar (pembuangan tinja, pembuangan sampah dan pembuangan air limbah)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dalam bentuk case-control study yang merupakan penelitian epidemiologi analitik observasional yang akan menelaah hubungan kepemilikan fasilitas sanitasi dasar dengan kejadian diare anak usia 1-5 tahun di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita yang tinggal setidak – tidaknya selama satu tahun di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo yang tercatat pada bulan April 2015 yaitu sebanyak 156 anak dengan sampel kasus sebanyak 21 orang dan sampel kontrol 42 anak balita

Waktu dan Tempat penelitianPenelitian di Kelurahan

Wonokromo Kecamatan Wonokromo antara bulan Juli – September 2015

HASIL PENELITIANPengaruh kepemilikan kakus terhadap kejadian diare

Kepemilikan Kakus

DiareTotal Odds

ratioYa Tidak

Tidak memiliki 8 (66,7%) 4 (33,3%) 12 (100%)5,846Memiliki 13 (25,5%) 38 (74,5%) 51 (100%)

Total 21 (33,3%) 42 (66,7%) 63 (100%)

Hasil perhitungan odds ratio untuk kepemilikan kakus dengan confidence interval 95% diperoleh nilai 5,846 (>1) berarti H0 ditolak atau kepemilikan kakus menjadi faktor risiko pada kasus diare di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya, dengan risiko 5,846 kali lebih besar untuk terjadi diare pada keluarga yang tidak memiliki kakus dibandingkan keluarga yang memiliki

Pengaruh kepemilikan tempat sampah terhadap kejadian diare

Kepemilikan tempat sampah

DiareTotal Odds

ratioYa Tidak

Tidak memiliki 14 (53,8%) 12 (46,2%) 26 (100%)5,000Memiliki 7 (29,0%) 30 (81,1%) 37 (100%)

Total 21 (33,3%) 42 (66,7%) 63 (100%)

Hasil perhitungan odds ratio untuk kepemilikan tempat sampah dengan confidence interval 95% diperoleh nilai 5,000 (>1) berarti H0

ditolak atau kepemilikan tempat sampah menjadi faktor risiko pada kasus diare di Kelurahan WonokromoKecamatan Wonokromo Surabaya, dengan risiko 5,000 kali lebih besar untuk terjadi diare pada keluarga yang tidak memiliki tempat sampah dibandingkan keluarga yang memiliki

Page 3: Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Diare

Pengaruh kepemilikan tempat pembuangan air limbah terhadap kejadian diare

Kepemilikan Tempat

Pembuangan Air Limbah

Diare

Total Odds ratio

Ya Tidak

Tidak Memiliki 10 (34,5%) 19 (65,5%) 29 (100%)1,100Memiliki 11 (32,4%) 23 (67,6%) 34 (100%)

Total 21 (33,3%) 42 (66,7%) 63 (100%)

Hasil perhitungan odds ratio untuk kepemilikan tempat pembuangan air limbah dengan confidence interval 95% diperoleh nilai 1,100 (>1) berarti H0 ditolak atau kepemilikan tempat pembuangan air limbah menjadi faktor risiko pada kasus diare di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya, dengan risiko 1,100 kali lebih besar untuk terjadi diare pada keluarga yang tidak memiliki tempat pembuangan air limbah dibandingkan keluarga yang memiliki

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kakus yaitu sebanyak 81,0%, memiliki tempat sampah yaitu sebanyak 58,7%, memiliki tempat pembuangan air limbah yaitu sebanyak 54,0% dan yang tidak mengalami diare yaitu sebanyak 66,7%.

A. Hubungan antara Kepemilikan Kakus dengan Kejadian Diare Di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya

Dari hasil penelitian pada uji odds ratio menunjukkan

bahwa responden yang tidak memiliki kakus mempunyai risiko 5,846 kali lebih besar untuk mengalami kejadian Diare dari pada responden yang memiliki kakus.

Tabel V.11 menunjukkan responden yang tidak memiliki kakus sebanyak 66,7% mengalami Diare, sementara responden memiliki kakus hanya 25,5% yang mengalami kejadian Diare. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepemilikan kakus dengan kejadian Diare.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Fajriana, 2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita di Desa Jatisobo Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dengan nilai p=0,000<0,05 yang dianalisis dengan menggunakan uji chi square.

Tabel V.2 menunjukkan bahwa masih terdapat 20,6% responden yang berasal dari Tamatan SMP bahkan 1,6% berasal dari tidak sekolah/tamat SD. Dengan penghasilan < Rp. 2.700.000 (lihat tabel V.4). dengan latar belakang tersebut maka dapat diasumsikan bahwa kesadaran untuk memiliki jamban masih perlu ditingkatkan karena kemungkinan belum paham tentang pengaruhnya terhadap terjadinya diare. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya penyuluhan tentang pentingnya kepemilikan kakus dalam mencegah terjadinya

Page 4: Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Diare

diare. Selain itu untuk meningkatkan kualitas sarana pembuangan tinja, pemerintah setempat dapat membuat tempat pembuangan tinja umum yang nantinya bisa digunakan oleh masyarakat yang tidak memiliki kakus.

B. Hubungan Kepemilikan Tempat Sampah dengan Kejadian Diare Di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya

Hasil penelitian dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang tidak memiliki tempat sampah mempunyai risiko 5,000 kali lebih besar untuk mengalami kejadian diare dari pada responden yang memiliki tempat sampah.

Tabel V.12 menunjukkan responden yang tidak memiliki tempat sampah 53,8% mengalami Diare, sementara responden yang memiliki tempat sampah hanya 18,9% yang mengalami kejadian Diare. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepemilikan tempat sampah dengan kejadian Diare.

Hal ini sesuai dengan penelitian (Mafazah, 2013), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Purwoharjo Kabupaten Pemalang dengan nilai hasil uji chi square p=0,001<0,05. Tempat sampah harus memenuhi syarat-syarat

kesehatan dengan tujuan agar tempat sampah tidak menjadi sarang atau berkembang biaknya serangga ataupun binatang penular penyakit (vector).

Untuk meningkatkan kualitas sarana pembuangan sampah dapat di lakukan dengan membuat tempat penyimpanan yang baik. Tabel V.6 menunjukkan bahwa 41,3% responden tidak memiliki tempat penyimpanan sampah. Dengan membuat tempat penyimpanan sampah dengan kondisi yang baik akan memperbaiki kesehatan lingkungan.

.Upaya yang dapat dilakukan masyarakat agar tempat pembuangan sampah tidak menjadi sarang vektor penyakit adalah dengan menyediakan dan menutup tempat sampah rapat-rapat. Sedangkan bagi masyarakat yang membuang sampah di kebun, disarankan untuk membakar atau menimbun tumpukan sampah dan menutup dengan tanah agar tidak dihinggapi lalat. (Mafazah, 2013)

C. Hubungan Kepemilikan Tempat Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare Di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya

Hasil penelitian dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang tidak memiliki tempat pembuangan air limbah mempunyai risiko 1,100 kali lebih besar untuk mengalami kejadian diare dari pada

Page 5: Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Diare

responden yang memiliki tempat pembuangan air limbah.

Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang tergenang di sekitar rumah, sehingga tidak menjadi tempat perindukan serangga atau dapat mencemari lingkungan maupun sumber air. Hal ini diperkuat dengan teori oleh Slamet (2002: 128), bahwa air limbah domestik termasuk air bekas mandi, bekas cuci pakaian, maupun perabot dan bahan makanan, dan lain-lain. Air ini mengandung banyak sabun atau detergen dan mikroorganisme. Selain itu, ada juga air limbah yang mengandung tinja dan urin manusia.

Tabel V.13 menunjukkan responden yang tidak memiliki tempat pembuangan air limbah 34,5% mengalami Diare, sementara responden yang memiliki tempat pembuangan air limbah hanya 32,4% yang mengalami kejadian Diare. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepemilikan tempat pembuangan air limbah dengan kejadian Diare.

Hasil ini diperkuat dengan penelitian (Mafazah, 2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Purwoharjo Kabupaten Pemalang. Dengan hasil uji chi square p=0,001<0,05.

Upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah penularan diare adalah sebaiknya dengan membuat SPAL yang tertutup dan selalu menjaga sanitasi saluran pembuangan air limbah (SPAL) agar tidak ada genangan air dan menjadi media penularan penyakit diare.

PENUTUPKesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, simpulan dari penelitian ini yaitu variabel yang berhubungan dengan kejadian diare anak balita di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya adalah :1. Dengan confidence interval 95%

diperoleh nilai 5,846 (>1) berarti H0 ditolak atau responden yang tidak memiliki kakus mempunyai risiko 5,846 kali lebih besar untuk mengalami kejadian Diare dari pada responden yang memiliki kakus di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya.

2. Dengan confidence interval 95% diperoleh nilai 5,000 (>1) berarti H0 ditolak atau responden yang tidak memiliki tempat sampah mempunyai risiko 5,000 kali lebih besar untuk mengalami kejadian diare dari pada responden yang memiliki tempat sampah di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya.

3. Dengan confidence interval 95% diperoleh nilai 1,100 (>1) berarti H0 ditolak atau responden yang tidak memiliki tempat pembuangan air limbah mempunyai risiko 1,100 kali lebih besar untuk mengalami

Page 6: Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Diare

kejadian diare dari pada responden yang memiliki tempat pembuangan air limbah di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya.

Saran1. Berdasarkan hasil penelitian

diharapkan perlu adanya sosialisasi dan penyuluhan yang intensif tentang perilaku hidup bersih (PHBS) dan pentingnya kesehatan lingkungan kepada masyarakat. Demikian juga perlu kerjasama lintas sektor baik masyarakat, pemerintah dan swasta dalam menciptakan lingkungan hidup yang bersih, terutama untuk masalah air bersih, pembuangan sampah dan air limbah sosialiasi tempat pembuangan tinja yang baik dan benar.

2. Upaya yang dapat dilakukan masyarakat agar tempat pembuangan sampah tidak menjadi sarang vektor penyakit adalah dengan menyediakan dan menutup tempat sampah rapat-rapat. Sedangkan bagi masyarakat yang membuang sampah di kebun, disarankan untuk membakar atau menimbun tumpukan sampah dan menutup dengan tanah agar tidak dihinggapi lalat.

3. Upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah penularan diare adalah sebaiknya dengan membuat SPAL yang tertutup dan selalu menjaga sanitasi saluran pembuangan air limbah (SPAL) agar tidak ada genangan air dan menjadi media penularan penyakit diare.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W. 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia. Systemic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.Jakarta

Amiruddin R. 2007. Current Issue Kematian Anak karena Penyakit Diare (Skripsi). Universitas Hasanuddin Makasar. Diakses: 23 Mei 2009.http://ridwanamiruddin.wordpress. com/2007/10/17/current-issue-matian-anak-karena-penyakit-diare/.

Budiarto E. 2001. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Depkes RI. 2000.

_________. 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes RI.

Daud Anwar, 2005. Dasar-dasar kesehatan lingkungan. Fakultas kesehatan masyarakat universitas hasanuddin. Makassar.

Departemen Kesehatan RI.2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Page 7: Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Diare

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2009). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2008. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya

Fajriana Ayu Rahmawati. 2012. Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Jatisobo Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hiswani, 2003, Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat yang Kejadiannya Sangat Erat dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan, USU, Medan.

Juli Soemirat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Junais,dkk. Hubungan antara Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Penduduk di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Medika 2008; 3 (2): 23-36

Kementrian Kesehatan RI.2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Machfoedz I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Mafazah, Lailatul. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu dan Kejadian Diare. Jurnal Kemas 8 (2) (2013) 176-182

Madhi, Shabir A. 2010. Effect of Human Rotavirus Vaccine on Severe Diarrhea in African Infants. N Engl J Med,362: 289-298

Mendrofa K. 2006. Karakteristik balita penderita diare yang berobat di Puskesmas Tetehosi Foa Kecamatan Gido Kabupaten Niasa tahun 2005. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sarudji, Didik. Kesehatan Lingkungan. Cetakan ketiga. Media Ilmu. Sidoarjo. 2006

Sinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita. (Tesis). Universitas Diponegoro, Semarang.

Suraatmaja S. 2007. Kapita Selekta Gastroentrologi. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Widjaja MC. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.

Page 8: Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Diare

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.

World Health Organization. The treatment of diarrhea: a manual for physicians and other senior health workers. Geneva: WHO Press 2005

Yusuf, Mangunjaya. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri. Jakarta.

.