hubungan pola asuh orang tua dengan citra...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN CITRA
TUBUH REMAJA PADA MASA PUBERTAS DI WILAYAH
KELURAHAN BINTARO JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
ANINDA
NIM: 1112104000002
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
iv
v
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESESA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Aninda, NIM: 1112104000002
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh Remaja Pada Masa
Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan
xviii + 76 halaman + 15 tabel + 2 bagan + 8 lampiran
ABSTRAK
Remaja pada masa pubertas akan mengalami perubahan fisik yang pesat,
untuk itu remaja perlu memahami dan menyadari kelebihan dan kekurangan
dirinya dari aspek citra tubuh agar tidak mengalami kesulitan dalam pembentukan
identitas diri. Pengembangan citra tubuh ke arah positif dan negatif dapat
diarahkan oleh orang tua melalui pola pengasuhan sehari-harinya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan
citra tubuh remaja pada masa pubertas. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan dengan besar sampel sebanyak 153 responden.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive dan snowball sampling. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional.
Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner pola asuh (PAQ) dan citra
tubuh (MBRSQ-AS). Teknik analisa data yang digunakan adalah Chi-Square
dengan menggunakan program aplikasi statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden sebesar (37,9%) memiliki kecenderungan
menggunakan pola asuh permisif dan mayoritas remaja sebesar (51%) memiliki
citra tubuh yang positif. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pola asuh orang tua dengan citra tubuh remaja pada masa
pubertas dengan p value sebesar 0,132 atau sig>0,05. Peneliti menyarankan agar
penelitian selanjutnya membahas mengenai faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi citra tubuh remaja pada masa pubertas.
Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Citra Tubuh, Pubertas
Daftar Bacaan : 73 (1991-2015)
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, Juny 2016
Aninda, NIM: 1112104000002
The Correlation between Parenting Styles with Adolescents Body Image in
Bintaro District, South Jakarta
xviii+ 76 pages + 15 tables + 2 charts + 8 appendixes
ABSTRACT
Adolescents during puberty will experience rapid physical changes,
therefore teens need to understand and realize their strength and weekness from
the aspect of body image in order not to experience difficulties in identity
establishment. The development of body image to the positive and negative
directions can be lead by parents through their daily parenting. This study aims to
determine the relationship between parenting styles with adolescents body image
in puberty period. This study was done in Bintaro district, South Jakarta with 153
respondents. The sampling technique which used is purposive and snowball
sampling. The type of this study is quantitative with cross sectional design. The
data was collected by using two instruments, which is questionnaire of parenting
(PAQ) and body image (MBRSQ-AS). The data analysis technique which used is
the chi square statistics with the aid program in its processing application. The
result showed that the majority of respondents (37,9%) have a permissive
parenting types and the majority of adolescents have a possitive body image
(51%). Statistical test result showed that there was no relationship between
parenting styles with adolescents body image in puberty period with p value
0,132or sig>0,05. The further research will be able to discuss about other factors
that affect to adolescents body image in puberty period.
Keyword: Parenting, Body Image, Puberty
References: 73 (1991-2015)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Aninda
Tempat, Tgl lahir : Jakarta, 27 November 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mawar III Gg. Lebak Tanjung No. 45 A RT 005/05
Pesanggrahan Bintaro Jakarta Selatan 12330
No. Kontak : +628980513064
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. Sekolah Dasar Islam Manaratul
Islam
2000- 2006
2. MTS. Manaratul Islam 2006- 2009
3. MA. Manaratul Islam 2009- 2012
4. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2012- Sekarang
Riwayat Organisasi
1. OSIS
2009-2012
2. BEM FKIK
2013-2014
3. Jurnalistik HMPSIK
2015-2016
4. Life For Edu 2016-Sekarang
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur tak terhingga penulis hanturkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia serta ridha-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Citra Tubuh Remaja Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro.”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk melakukan sidang skripsi di
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini banyak hal yang telah
penulis peroleh terutama dalam hal pengetahuan tentang aplikasi mata kuliah.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari abntuan semua pihak, sehingga
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, MSc selaku Ketua Program Studi dan Ibu
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., Sp. Mat selaku pembimbing akademik dan
juga sebagai pembimbing 1 skripsi yang banyak memberikan masukan dan
dukungan untuk kelancaran perkuliahan sejak semester awal dan
kelancaran penyelesaian skripsi ini.
x
4. Ibu Eni Nur‟aini Agustini, S.Kep, MSc selaku pembimbing 1 yang sudah
membimbing dari tahap awal persiapan pembuatan skripsi sampai tahap
sidang proposal skripsi.
5. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing 2 skripsi yang
dengan sabar membimbing dan memberikan saran serta kritiknya untuk
skripsi ini.
6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmunya selama
perkuliahan .
7. Seluruh staff Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Kedua orang tua saya yang selalu mendo‟akan kelancaran dan kesuksesan
pembuatan skripsi ini, yang memberikan dukungan berupa do‟a, kasih
sayang, finansial yang tidak terhitung banyaknya, yang sudah bekerja
keras untuk kelancaran dan keberhasilan anaknya saat kuliah.
9. Teruntuk Nirwan Maulana yang sudah selama ini memberikan dukungan
dan do‟a demi kelancaran pembuatan skripsi ini.
10. Teman-teman ku PSIK angkatan 2012 yang tidak dapat di sebutkan satu
persatu, terima kasih atas keceriaan kalian semua, motivasi dan dukungan
nya selama ini.
11. Teman TIM SOLID BEM FKIK yang selama 4 tahun ini mewarnai
kehidupan organisasi ku, terima kasih atas bimbingan kakak-kakak dan
teman-teman selama ini
xi
12. Kakak-kakak dan Adik-adik ku seperjuangan di Ilmu Keperawatan yang
telah banyak memberikan semangatnya.
13. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini baik dalam
proses persiapan maupun pelaksanaan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan proposal skripsi ini ke arah yang lebih baik. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, Januari 2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ vi
LEMBAR PENGESESAHAN ............................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvii
LAMPIRAN ....................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7
C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 8
E. Manfaat penelitian ........................................................................................... 9
1. Penelitian Selanjutnya .............................................................................. 9
2. Masyarakat ............................................................................................... 9
3. Pelayanan Kesehatan .............................................................................. 10
4. Keperawatan ........................................................................................... 10
F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 11
A. Remaja ........................................................................................................... 11
1. Pengertian ............................................................................................... 11
2. Tahap Perkembangan Remaja ................................................................ 11
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja ....................................................... 13
xiii
B. Pubertas .......................................................................................................... 14
1. Pengertian ............................................................................................... 14
2. Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi wanita ........................ 16
3. Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi pria ............................ 17
4. Perubahan pada Masa Pubertas .............................................................. 17
5. Tahapan-tahapan Pubertas ...................................................................... 19
C. Citra Tubuh .................................................................................................... 21
1. Definisi ................................................................................................... 21
2. Aspek Citra Tubuh ................................................................................. 22
3. Faktor-faktor yang Membentuk Citra Tubuh ......................................... 23
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh ................................... 25
4. Penggolongan Citra Tubuh ..................................................................... 27
5. Gangguan Citra Tubuh ........................................................................... 29
D. Pola Asuh ....................................................................................................... 30
1. Pengertian ............................................................................................... 30
2. Jenis Pola Asuh ...................................................................................... 31
3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh .................................................. 33
E. Penelitian Terkait ........................................................................................... 34
F. Kerangka Teori .............................................................................................. 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 38
A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 38
B. Definisi Operasional ...................................................................................... 39
C. Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 43
A. Desain Penelitian ........................................................................................... 43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 43
1. Lokasi dan Waktu ................................................................................... 43
C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 44
1. Populasi .................................................................................................. 44
2. Sampel .................................................................................................... 44
C. Pengumpulan Data ......................................................................................... 47
E. Alat Pengumpulan Data ................................................................................. 49
xiv
1. Kuesioner Pola Asuh .............................................................................. 49
2. Kuesioner Citra Tubuh ........................................................................... 50
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................................... 52
A. Uji Validitas ........................................................................................... 52
B. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 54
G. Pengolahan Data ............................................................................................ 55
H. Analisis Data .................................................................................................. 57
I. Etika Penelitian .............................................................................................. 58
BAB V ................................................................................................................... 59
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 59
A. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Bintaro ...................................... 59
B. Analisa Univariat .................................................................................... 59
C. Analisa Bivariat ...................................................................................... 63
BAB VI ................................................................................................................. 65
PEMBAHASAN ................................................................................................... 65
A. Gambaran Karakteristik Responden ....................................................... 65
B. Gambaran Pola Asuh Orang Tua di wilayah Kelurahan Bintaro ........... 67
C. Gambaran Citra Tubuh Remaja Pada Masa Pubertas di wilayah
Kelurahan Bintaro .......................................................................................... 69
D. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh Remaja
Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro ...................................... 70
E. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 73
BAB VII ................................................................................................................ 74
KESIMPULAN ..................................................................................................... 74
A. Kesimpulan ............................................................................................. 74
B. Saran ....................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 39
Tabel 4.1 Blue Print Kuesioner Persepsi Pola Asuh Orang Tua(Tryout) ...... 50
Tabel 4.2 Blue Print Kuesioner Citra Tubuh (Tryout)................................... 52
Tabel 4.3 Skor Pada Skala Citra Tubuh ......................................................... 52
Tabel 4.4 Blueprint KuesionerPola Asuh (Pasca TryOut) ............................ 54
Tabel 4.5 BluePrint Kuesioner Citra Tubuh (Pasca TryOut) ........................ 54
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Berdasarkan
Jenis Kelamin ................................................................................................. 60
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Berdasarkan Usia ......... 60
Tabel 5.3 Gambaran Rata-Rata Usia Responden Remaja ............................. 60
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Orang Tua Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ........................................................................................ 61
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Pola Asuh Orang Tua ......................... 61
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Citra Tubuh Remaja Pada Masa Pubertas .... 62
Tabel 5.7 Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Jenis Kelamin Remaja
Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro ...................................... 62
Tabel 5.8 Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Usia Remaja Pada Masa
Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro ........................................................ 63
Tabel 5.9 Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh Remaja
Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro ...................................... 63
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Kerangka Teori ............................................................................... 37
Bagan 2. Kerangka Konsep ........................................................................... 38
xvii
DAFTAR SINGKATAN
ABP : Androgen Binding Protein
LH : Luetinizing Hormone
FSH : Follicle Stimulating Hormone
MBRSQ-AS :Multidimentional Body Related Scale Questionnaire-
Appearence Scale
PAQ : Parental Authority Questionnaire
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
PT : Perguruan Tinggi
xviii
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Lampiran Hasil Uji Normalitas dan Distibusi Data
Lampiran 3. Lampiran Hasil Univariat dan Bivariat
Lampiran 4. Lampiran Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data
Lampiran 6. Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Lampiran 7. Surat Rekomendasi Penelitian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Lampiran 8. Surat Rekomendasi Penelitian Kelurahan Bintaro
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja adalah periode
pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa
kanak-kanak dan sebelum dewasa, dari usia 10 sampai 19 (WHO, 2015).
Menurut WHO (2009) jumlah remaja di dunia mencapai angka 1,2 milyar.
Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus
Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk
(Depkes RI, 2015).
Pada masa transisi anak menuju remaja, mereka mengalami
berbagai perubahan seperti perubahan biologis, kognitif dan sosial
emosional (Santrock, 2007). Perubahan biologis adalah perubahan yang
paling pesat dialami seorang remaja, perubahan tersebut diantaranya
adalah pertambahan tinggi tubuh yang cepat, perubahan hormonal, dan
kematangan seksual yang muncul ketika seseorang memasuki masa
pubertas.
Pubertas adalah periode dimana ditandai terjadinya kematangan
dalam hal seksual dan fisik, hal ini terjadi karena perubahan hormon
(Kligman, 2007). Perubahan fisik tersebut diantaranya adalah penambahan
berat badan, pertambahan tinggi badan dan mulai tumbuhnya organ seks
2
2
primer dan sekunder pada remaja perempuan dan laki-laki. Terjadinya
kematangan seksual atau alat-alat reproduksi pada usia tersebut merupakan
bagian penting dalam kehidupan remaja yang membutuhkan perhatian
khusus (Yani, 2010 dalam Christina, 2014). Segala perubahan tersebut
berpengaruh terhadap keadaan psikologi remaja, dan perhatian remaja
terhadap penampilannya menjadi sangat besar, sehingga sering timbul
kecemasan (Soetjiningsih, 2007 dalam Primurasanti, 2013).
Kecemasan Interpersonal mengenai penampilan dapat berdampak
pada persepsi remaja pada tubuhnya (Cash, 2008). Persepsi atau
pandangan serta sikap remaja terhadap penampilan fisik disebut dengan
citra tubuh, baik dalam bentuk, struktur, fungsi, dan ukuran penampilan
tubuhnya (Santrock, 2007; Stuart&Sundeen, 2005).Hal yang sering terjadi
pada masa pubertas ketika remaja lebih tidak puas akan keadaan tubuhnya
(Santrock, 2007).Pemahaman yang kurang tersebut akan berdampak pada
kecenderungan citra tubuh ke arah negatif yaitu rentan mengalami harga
diri rendah, depresi, kecemasan sosial, menarik diri, dan mengalami
disfungsi seksual (Sari, 2006).
Penelitian yang dilakukan Elta (2002) yang dilakukan dengan
remaja usia 12-14 tahun sebanyak 42 responden di SLTP Muhammadiyah
III Jakarta Pusat. Peneliti mendapatkan hasil proporsi remaja pubertas
dengan citra tubuh positif sebanyak 43% dan proporsi citra tubuh negatif
sebanyak 57%. Sedangkan pada penelitian Sari (2007) yang dilakukan
3
3
kepada remaja usia >15 tahun di SMUN 4 Bekasi, didapatkan hasil
proporsi remaja dengan citra tubuh sedang sebesar 60,17%, dan citra tubuh
tinggi sebesar 39,83%.
Remaja yang mengalami perubahan fisikmembutuhkan dukungan
orang tua sebagai tempat untuk belajar bagaimana memahami perubahan
yang terjadi dan melakukan transisi dari kanak-kanak sampai dewasa
dengan berhasil serta memenuhi tugas perkembanganpada masa remaja
(Corah, 2011). Remaja juga harus memahami segala perubahan yang ada
pada tubuhnya pada masa pubertas, sehingga tidak mengalami kesulitan
dalam pencarian identitas (Soetjaningsih, 2007). Dukungan orang tua juga
sangat berarti dalam memberikan perhatian dan mengarahkan remaja pada
persepsi yang positif terhadap diri sendiri(Sam& Wahyuni, 2012 dalam
Sahban, 2014)
Menurut teori pembelajaran sosial, dijelaskan pula bahwa orang
tua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi atau
pengasuhan sehingga mempengaruhi citra tubuh anak-anaknya melalui
umpan balik dan instruksi (Cash & Pruzinsky, 2002 dalam Yundarini,
2015). Stuart & Sundeen (2005) mengungkapkan bahwa pola pengasuhan
orang tua merupakan salah satu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
konsep diri dan citra tubuh merupakan salah satu komponennya. Burns
dalam Ayu (2014) juga menyebutkan bahwa pola asuh juga merupakan
salah satu dari lima faktor yang juga mempengaruhi perkembangan citra
tubuh karena berpengaruh terhadap pembentukan identitas dan penalaran
remaja.
4
Pola asuh merupakan interaksi anak dengan orang tua yang
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindung anak untuk
mencapai kedewasaan yang sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat (Edwards, 2006 dalam Yulita, 2014). Pola asuh orang tua
menjadi faktor penting dalam pembentukan citra tubuh seseorang. Sikap
positif yang dilakukan orang tua akan menimbulkan konsep dan pemikiran
positif, sebaliknya sikap negatif orang tua akan menimbulkan pemikiran
negatif pada diri individu (Wildan, 2013). Pola asuh terbagi atas pola asuh
otoriter, permisif maupun demokratis dan ketiga nya memberikan dampak
yang berbeda-beda bagi remaja (Soetjaningsih, 2010; Corah, 2011).
Pola asuh otoriter, dimana orang tua memiliki pola asuh yang
berusaha membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku serta
sikap anak berdasarkan serangkaian standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan,
menghormati otoritas, kerja, tradisi, tidak saling memberi dan menerima
dalam komunikasi verbal (Widiyarini, 2009). Pola asuh autoritatif atau
demokratis berusaha mengarahkan anaknya secara rasional, berorientasi
pada masalah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling
memberi dan menerima, sedangkan pola asuh permisif menyimpulkan,
bahwa orang tua berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif
(Widiyarini, 2009).
Pola asuh orang tua membentuk dasar keperibadian seorang
remaja, apakah mereka menjadi seseorang yang memiliki kepribadian
yang kokoh ataupun rapuh sehingga mempengaruhi kerentanan seseorang
terhadap stresor (Suwanto, 2009). Arahan orang tua dan suasana psikologi
5
dan sosial yang mewarnai rumah tangga sangat mempengaruhi adaptasi
transisi dan perkembangan remaja. Realita menunjukan bahwa terdapat
perbedaan suasana rumah tangga yang remaja tempati, sehingga intensitas
pembinaannya pun berbeda pula (Al-Mighawar, 2006 dalam Saputri,
2012).
Hasil studi pendahuluan di Wilayah Kelurahan Bintaro pada
tanggal 7 Februari 2016 dengan 10 orang remaja (masing-masing 5 remaja
laki-laki dan 5 remaja perempuan) secara accidental didapatkan bahwa
80% remaja mengatakan perubahan yang terjadi pada saat remaja adalah
perubahan pada tubuh mereka, diantaranya mereka mengatakan tubuhnya
lebih tinggi, berat badan nya bertambah, pinggul nya melebar, suara nya
lebih nyaring untuk perempuan, tumbuh bulu ketiak, dan tumbuh jerawat,
sedangkan 20% lainnya mengatakan perubahan yang terasa antara lain,
mereka menjadi lebih suka dengan lawan jenis, sering emosi atau lebih
sensitif, kemudian remaja ditanyakan mengenai dampak perubahan fisik
tersebut, jawaban yang didapatkan yakni 30% mengatakan merasa malu
jika tampil di depan umum, 30% mengatakan tidak ada dampak, dan 40%
lainnya mengatakan hal yang berbeda beda seperti lebih percaya diri jika
tubuhnya tinggi, merasa senang jika ada yang memuji penampilannya.
Wawancara selanjutnya dilakukan pada orang tua remaja yang
bersangkutan. Orang tua ditanyakan mengenai kedekekatannya dengan
anak pada saat anak menginjak masa pubertas, hasil didapatkan bahwa
orang tua menjadi lebih over protectif dengan anak, ada juga yang
mengatakan tidak ada perubahan interaksi, orang tua membebaskan anak
6
dalam bertindak dan memberikan tanggung jawab ke anaknya karena
menganggap anaknya sudah mulai dewasa, namun ada pula yang tetap
memberikan bimbingan dan arahan kepada anaknya untuk memperhatikan
penampilannya saat remaja. Orang tua kemudian ditanyakan mengenai
“apakah yang orang tua lakukan saat terjadi perubahan-perubahan fisik
pada anaknya yang memasuki masa pubertas?”, hasil wawancara
didapatkan 50% mengatakan tidak memperhatikan perubahan pada
anaknya, 30% mengatakan hal yang bervariasi diantaranya orang tua
menganjurkan anak untuk berpakaian sesuai bentuk badannya, merawat
tubuhnya karena sudah beranjak dewasa, ada pula yang meminta anaknya
berpenampilan seperti yang dibayangkan orang tua dan 20% lainnya
memberikan kebebasan anak untuk berpenampilan sesuai keinginannya.
Berdasarkan hasil literatur dan studi pendahuluan yang telah
dijelaskan, bahwa seorang remaja akan mengalami perubahan fisik yang
pesat saat pubertas dan akan mempengaruhi pandangan dan sikap mereka
terhadap penampilan tubuhnya tersebut. Pandangan dan sikap tersebut
membentuk suatu citra tubuh. Citra tubuh yang negatif disebabkan
kurangnya pemahaman dan penerimaan, hal ini berdampak pada sulitnya
pencarian identitas dan mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap
harga diri rendah sampai ke perilaku menarik diri.
Dampak-dampak negatif tersebut dapat dicegah dan menjadi
tanggung jawab orang tua untuk mengarahkan pemahaman mengenai
perubahan fisik yang terjadi sehingga persepsi remaja berubah kearah
yang positif karena orang tua merupakan salah satu faktor yang dapat
7
mempengaruhi citra tubuh seseorang. Namun pada studi pendahuluan di
dapatkan 50% orang tua tidak menyadari perubahan fisik anaknya
sehingga tidak melakukan pengarahan apapun. Berdasarkan hal tersebut
peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan pola asuh orang
tua dengan citra tubuh remaja pada masa pubertas diWilayah Kelurahan
Bintaro Jakarta Selatan.
B. Rumusan Masalah
Remaja pada masa pubertas akan mengalami perubahan dalam segi
fisik dan seksual, hal ini terjadi pada saat periode pubertas, dimana akan
terjadi kematangan fisik yang cepat. Perubahan fisik selama masa pubertas
ini membuat remaja akan lebih fokus memperhatikan penampilan fisik.
Remaja akan merasa puas atau tidak puas dan menerima atau menolak
akan penampilan fisik tersebut. Persepsi tersebut dinamakan citra tubuh
dan dapat dikembangkan ke arah positif dan negatif sesuai dengan
pandangan remaja. Dampak dari citra tubuh negatif diantaranya
menganggu pencarian identitas diri karena kurangnya pemahaman dan
penerimaan terhadap diri, rentan mengalami harga diri rendah, kecemasan
sosial dan perilaku menarik diri. Sedangkan citra diri positif menyebabkan
seorang remaja akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik dan
dapat lebih mudah mencari identitas dirinya.
Pencarian identitas merupakan tugas perkembangan remaja dan
erat kaitannya dengan orang tua, dimana orang tua yang memberikan
bimbingan, pengarahan dan instruksi yang dapat mempengaruhi pemikiran
remaja mengenai dirinya. Hal ini dilakukan agar remaja dapat
8
menyesuaikan diri semasa periode pubertas. Didapatkan pula hasil studi
pendahuluan bahwa 50% orang tua tidak menyadari perubahan fisik pada
anaknya semasa periode pubertas. Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti ingin meneliti tentang hubungan pola asuh orang tua dengan citra
tubuh remaja pada masa pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta
Selatan.
C. Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas didapatkan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut ;
1. Bagaimana gambaran citra tubuh remaja dalam masa pubertas di Wilayah
Kelurahan Bintaro?
2. Bagaimana gambaran pola asuh yang diterapkan orang tua dengan remaja
pada masa pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro?
3. Apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan citra tubuh
remaja pada masa pubertas diWilayah Kelurahan Bintaro?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pola asuh orang tua dengan citra tubuh remaja pada masa
pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran citra tubuh remaja pada masa pubertas di
Wilayah Kelurahan Bintaro.
9
b. Mengetahui gambaran pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
terhadap remaja di Wilayah Kelurahan Bintaro.
c. Menganalisa adanya hubungan pola asuh orang tua terhadap citra tubuh
remaja pada masa pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro.
E. Manfaat penelitian
1. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi baik secara teoritis
maupun secara metodologis mengenai penelitian terkait citra tubuh remaja
pada masa pubertas dan hubungannya dengan pola asuh orang tua.
2. Masyarakat
Orang tua dapat mengetahui pola asuh yang ideal diterapkan pada
masa transisi anaknya dan dapat mengetahui gambaran citra tubuh anak
pada saat beranjak menuju masa remaja sehingga orang tua dapat
mempertimbangkan atau mengadaptasi pola asuh yang dapat membantu
adapatasi remaja di masa pubertas. Orang tua dapat memberikan
pengawasan dan bimbingan pada remaja agar dapat mengembangkan citra
tubuh seperti memberikan pandangan positif kepada remaja sehingga
remaja mampu mengembangkan citra tubuh ke arah yang positif.,
sedangkan remaja dapat mengetahui perubahan-perubahan fisik selama
pubertas dan bagaimana cara positif memandang perubahan tersebut.
10
3. Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk melakukan usaha
preventif dalam pemberian edukasi mengenai kesehatan mental yang
berkaitan dengan konsep diri remaja.
4. Keperawatan
Proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber dan
landasan pengembangan keilmuan keperawatan khususnya keperawatan
jiwa, keperawatan anak, dan keperawatan keluarga.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian cross-sectional. Pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner. Penelitian ini merupakan penelitian terkait
hubungan pola asuh orang tua dengan citra tubuh remaja pada masa
pubertas. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu variabel yang diteliti. Penelitian sebelumnya hanya
meneliti hubungan persepsi pola asuh dengan resiko perilaku bullying,
tetapi pada penelitian ini variabel yang diteliti yakni citra tubuh remaja
pada masa pubertas. Penelitian mengenai citra tubuh remaja juga banyak
diteliti untuk remaja putri karena citra tubuh berkaitan dengan body shape.
Populasi penelitian ini adalah remaja berusia > 12-15 tahun yang sudah
pubertas dan orang tua nya. Sampel penelitian ini sebanyak 153 responden
dan teknik yang digunakan dengan teknik purposive dan snowball
sampling. Analisa data yang digunakan adalah uji Chi- Square untuk
menguji korelasi antara dua variabel tersebut.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-
kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12
sampai 24 tahun. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin
adilescere (kata bendanya, adolecentia yang berarti remaja) yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Sedangkan dalam bahasa Inggris,
adolescence mengandung makna berangsur-angsur yang diartikan sebagai
berangsur-angsur menuju kematangan fisik, akal kejiwaan dan sosial serta
emosional (Al-Mighwar, 2006 dalam Saputri , 2012).
Beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja
merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa, dimana
terjadi perubahan fisik yang sangat signifikan disertai dengan mulai
berfungsinya organ reproduksi dan perubahan pada psikososialnya
(Sarwono, 2011 dalam Saputri, 2012).
2. Tahap Perkembangan Remaja
Ada 3 tahap perkembangan remaja (Sarwono, 2012), yaitu:
12
a. Remaja awal (early adolescence)
Remaja ini berada pada rentang usia 12 sampai 15 tahun. Remaja
awal ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada
dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan itu. Pada saat periode ini mereka mulai menyukai lawan
jenis dan menjadi lebih mudah terangsang. Mereka memiliki
kepekaan yang berlebihan terhadap lawan jenis.
b. Remaja madya (middle adolescence)
Remaja madya berada dalam rentang usia 16 sampai 18 tahun.
Remaja pada tahap ini membutuhkan banyak teman-teman
sehingga mereka akan merasa senang apabila memiliki banyak
teman dan diterima oleh teman sebayanya. Remaja pada periode
ini lebih menyukai diri sendiri atau bersifat narsistik.
c. Remaja akhir (late adolescence)
Remaja pada tahap ini berusia lebih dari 18 tahun. Tahap ini masa
konsolidasi menuju periode dewasa yaitu ditandai dengan
pencapaian lima hal, yaitu:
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
2) Egonya untuk mencari kesempatan bersatu dengan orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah
lagi.
4) Egosentrisme (memusatkan perhatian pada diri sendiri)
13
5) Tumbuhnya “dinding” yang menjadi pemisah diri
pribadinya dan masyarakat umum
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Setiap tahap perkembangan akan mendapat tantangan dan
kesulitan-kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk
mengatasinya. Pada masa remaja mereka dihadapkan kepada dua tugas
utama, yaitu :
1. Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua.
Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik
antara remaja dengan orang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional
menjadi lebih berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan
emosional dari orang tua, misalnya dalam hal memilih teman ataupun
melakukan aktifitas. Otonomi menekankan pada kebebasan dari
pengaruh orang tua. Otonomi adalah pengaturan diri (self regulation)
sedangkan kebebasan (independence) adalah kemampuan untuk
membuat keputusan dan mengatur perilakunya sendiri (Soetjaningsih,
2007).
Pada awal usia remaja, perjuangan kemandiriannya ditandai
dengan perubahan dari sifat tergantung kepada orang tua menjadi tidak
tergantung. Akhir masa remaja adalah tahap akhir perjuangan remaja
mencapai idenititas diri (Soetjaningsih, 2007).
14
2. Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan
pribadi.
Erikson menyatakan bahwa remaja yang berhasil mencapai
identitas diri yang stabil akan memperoleh pandangan yang jelas
tentang dirinya, memahami persamaan dan perbedaan dengan orang
lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh percaya diri,
dan mampu mempertahankan identitas dirinya walau terjadi perubahan
peran dalam masyarakat (Desmita, 2007).
Burns mengatakan bahwa pada masa remaja perkembangan fisik
berkembang dengan pesat sehingga menjadi suatu ketertarikan pada
diri remaja (Wahyuni, 2012). Remaja yang memiliki identitas diri
memiliki aspek:
1. Pemahaman terhadap diri yang utuh
2. Menilai diri seseuai dengan penilaian masyarakat
3. Mengakui jenis kelaminnya sendiri, memandang berbagai aspek di
dalam dirinya sebagai suatu keserasian, dan mempunyai tujuan
hidup (Wahyuni, 2012).
B. Pubertas
1. Pengertian
Pubertas pada umunya di definisikan sebagai saat dimana seorang
anak mengalami pematangan dalam hal fisik dan seksual (Perry, 2010;
Inayah, 2014). Menurut Santrock (2008) pubertas (puberty) adalah sebuah
periode dimana kematangan fisik berlangsung pesat, yang melibatkan
perubahan hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung di masa
15
remaja awal. Pada buku psikologi pendidikan Djiwandono (2007)
mengatakan, pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang
membuat organisme secara matang mampu berproduksi, dan hampir setiap
organ dan sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini. Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pubertas adalah periode
dimana terjadi kematangan seksual pada remaja.
Menurut Monks (2006) masa pubertas pada remaja putri usia 12-15
tahun. Sedangkan menurut Perry (2012) wanita pubertas terjadi antar usia
8-14 tahun sedangkan laki-laki terjadi pada usia antara 9-14 tahun.
Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh
hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh).
Berkat kerja hormon ini, remaja memasuki masa pubertas sehingga
mulaimuncul ciri-ciri kelamin sekunder yang dapat membedakan antara
laki-laki dan perempuan.
Pubertas terjadi karena tubuh mulai memproduksi hormon-hormon
seks sehingga alat reproduksi telah berfungsi dan tubuh mengalami
perubahan. Hormon seks yang mempengaruhi perempuan aalah estrogen
dan progesteron yang diproduksi di indung telur, sedangkan pada laki-laki
diproduksi oleh testis dan dinamakan testosteron. Hormon-hormon
tersebut ada di dalam darah dan mempengaruhi alat-alat dalam tubuh
sehingga terjadi beberapa pertumbuhan (Yulrina, 2015).
16
2. Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi wanita
Hipotalamus akan menyekresikan hormon gonadotropin. Hormon
gonadotropin merangsang kelenjar pituitary untuk menghasilakn hormon
FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hormon FSH merangsang
pertumbuhan dan pematangan folikel di dalam ovarium. Pematangan
folikel ini merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel di dalam
ovarium. Pematangan folikel ini merangsang kelenjar ovarium
mensekresikan hormon estrogen. Hormon estrogen berfungsi membantu
pembentukan kelamin sekunder seperti tumbuhnya payudara, panggul
membesar, dan ciri lainnya. Selain itu, estrogen juga membantu
pertumbuhan endometrium yang memberikan tanda pada kelenjar pituitary
agar menghentikan sekresi hormon FSH dan berganti dengan sekresi
hormon LH (Luetinizing Hormone). (Yulrina, 2015).
Terstimulasi hormon LH, folikel yang sudah matang kemudian
pecah menjadi korpus luteal. Saat seperti ini, ovum akan keluar dari folikel
dan ovarium menuju uterus (terjadi ovulasi). Korpus luteum yang
terbentuk akan segera mensekresi progesteron. Progesteron berfungsi
menjaga pertumbuhan endometrium seperti pembesaran pembuluh darah
dan pertumbuhan kelenjar endometrium yang menyekresikan cairan
bernutrisi. Apabila ovum pada uterus tidak dibuahi, hormon estrogen akan
berhenti. Berikutnya sekresi hormon LH oleh kelenjar pituitary juga
berhenti. Akibatnya korpus luteal tidak bisa melangsungkan sekresi
hormon progesteron. Oleh karena itu progesteron tidak ada dan dinding
17
rahim luruh bersama darah. Darah ini akan keluar dari tubuh dan
dinamakan menstruasi (Yulrina, 2015).
3. Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi pria
Ada sejumlah hormon yang berperan dalam sistem reproduksi laki-
laki terutama pada proses pembentukan sperma. Dibawah kontrol
hipotalamus, sebuah hormon dikeluarkan untuk merangsang hipofisis
anterior. Hormon ini adalah gonadotropin. Hormon ini merangsang
hipofisis anteroir untuk menghasilkan hormon LH dan hormon FSH.
Hormon LH menstimulasi sel-sel Leydig untuk menyekresikan hormon
testosteron. Testosteron berfungsi dalam spermatogenesis, pematangan
sperma dan pertumbuhan kelamin sekunder pada pria. Sementara itu,
hormon FSH berperan merangsang sel-sel sertoli untuk menghasilkan
ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium
untuk memulai proses spermatogenesis. Selain itu, estrogen dibentuk oleh
sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Kedua hormon ini tersedia
untuk pematangan sperma. Proses pemasakan spermatosit menjadi
spermatozoa disebut spermatogenesis. Sprematogenesis terjadi di dalam
epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari (Yulrina, 2015).
4. Perubahan pada Masa Pubertas
Pada masa pubertas terjadi perubahan biologis meliputi perubahan
primer dan perubahan sekunder disebut juga perubahan fisik.
18
a. Perubahan Primer
Perubahan ini dimulai dari berfungsinya organ genital yang
ada. Pada perempuan ditandai dengan menarche atau haid pertama
dan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah (Soetjaningsih,
2007). Hal ini diakibatkan perubahan hormonal yang terjadi pada
saat anak menuju masa remaja.
b. Perubahan Sekunder
1) Pertumbuhan pada remaja perempuan
Pertumbuhan remaja perempuan dimulai dengan kecepatan
5,5 cm/tahun (4-7,5 cm) (Soetjaningsih, 2007). Gambaran yang
paling dini dan terpenting dari pertumbuhan tulang pada remaja
perempuan adalah pertumbuhan pada lebar panggul selama
pubertas. Pertumbuhan pelvis dan panggul (diukur pada diameter
bi-ilical) secara kuantitatif hampir sama dengan remaja laki-laki.
Tetapi, karena pertumbuhan remaja perempuan lebih kecil pada
berbagai dimensi tubuhnya, maka lebar panggul tampak tidak
proporsional (tampak lebih besar) daripada remaja laki-laki
(Soetjaningsih, 2007).
2) Pertumbuhan pada remaja laki-laki
Pertambahan tinggi pada remaja laki-laki sekitar 5 cm/
tahun. Pertumbuhan ini berlangsung sekitar 2 tahun. Bahu yang
lebih lebar, pinggul yang lebih sempit, kaki yang lebih panjang,
dan relatif lebih panjang pada ekstremitas atas adalah dimorfisme
yang khas pada remaja laki-laki dibandingkan dengan pertumbuhan
19
skelet remaja perempuan. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh
hormon androgen (Soetjaningsih, 2007).
Menurut Wong (2009), perubahan bentuk tubuh terjadi umumnya
pada masa pubertas yaitu terjadi peningkatan pertumbuhan otot, rangka,
dan organ internal yang mencapai puncaknya rata-rata pada usia 12 tahun
untuk remaja putri dan 14 tahun untuk remaja putra. Pada remaja putri
terjadi puncak percepatan berat badan pada kira-kira 6 bulan setelah
pencapaian puncak berat badan sebesar 7-25 kg. Sementara remaja putra
akan mengalami penambahan berat badan sebesar 15-45 kg.
Wong (2009) juga mengatakan bahwa kematangan seksual pada
remaja putri dapat dilihat pada perubahan puting susu, aerola, dan
pertumbuhan mammae yang cepat. Kematangan seksual ini rata-rata
terjadi pada ussia 11-13,5 tahun. Pertumbuhannya akan sejalan dengan
pertumbuhan rambut pubis setelah 2-6 bulan. Kematangan seksual remaja
putra ditandai dengan perubahan ukuran testis, dan penipisan kulit testis,
serta terjadi pembesaran skrotum. Perubahan ini terjadi antara usia 9,5
tahun-14 tahun.
5. Tahapan-tahapan Pubertas
Al Mighwar (2006) dalam Inayah (2014) menjelaskan masa
pubertas terjadi secara bertahap, yaitu:
1) Tahap Prapubertas (9 - 10 tahun)
Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau
dua terakhir masa kanak –kanak, yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum
pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang
20
menandakan kematangan seksual. Pada masa ini anak dianggap
sebagai ”prapubertas”, sehingga tidak disebut seorang anak dan tidak
pula seorang remaja. Pada tahap ini, ciri - ciri seks sekunder mulai
tampak, namun organ-organ reproduksinya belum berkembang secara
sempurna.
2) Tahap Puber (12 – 15 tahun)
Tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis
antara masa kanak - kanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria
kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi
menarche dan pada anak laki - laki terjadi mimpi basah pertama kali.
Dan mulai berkembang ciri - ciri seks sekunder dan sel - sel diproduksi
dalam organ - organ seks.
3) Tahap Pasca Puber (>16 tahun)
Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua masa
remaja. Pada tahap ini ciri - ciri seks sekunder sudah berkembang
dengan baik dan organ-organ seks juga berfungsi secara matang.
Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika
pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk
dengan cukup baik.
Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama nampak
adalah pertumbuhan badan anak yang lebih cepat, terutama
ekstremitasnya, dan badan lambat laun mendapat bentuk sesuai jenis
kelaminnya. Walaupun ada pengaruh hormon somatropin, diduga
bahwa pada wanita kecepatan pertumbuhannya terutama disebabkan
21
oleh estrogen. Estrogen ini pula yang pada suatu waktu menyebabkan
penutupan garis epifisis tulang-tulang, sehingga pertumbuha badan
berhenti. Pengaruh estrogen yang lain ialah pertumbuhan genitalia
interna, genitalia eksterna dan ciri-ciri kelamin sekunder. Pada masa
pubertas, genitalia interna dan eksterna lambat laun tumbuh untuk
mencapai bentuk dan sifat seperti pada masa dewasa (Wiknjosastro,
2007 dalam Saputri, 2012)
Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada
remaja menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap
bentuk tubuhnya dan mencoba membandingkan dengan teman-teman
sebaya. Jika perubahan tidak berlangsung secara lancar maka akan
berpengaruh terhadap perkembangan psikologi dan emosional anak,
bahkan terkadang timbul ansietas (Steinberg, 2009 dalam Batubara,
2010).
C. Citra Tubuh
1. Definisi
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan
individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya baik ukuran,
bentuk, struktur, fungsi, dan keterbatasan (Stuart & Sundeen, 2005). Citra
tubuh merupakan salah satu komponen yang membentuk konsep diri.
Konsep diri merupakan pandangan dan sikap individu terhadap diri
sendiri, terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi
diri, dengan kata lain konsep diri adalah inti kepribadian individu
(Harskamp, 2006)
22
Citra tubuh mengacu pada gambaran seseorang tentang tubuhnya
yang dibentuk dalam pikirannya, yang lebih banyak dipengaruhi oleh self-
esteem orang itu sendiri daripada penilaian orang lain tentang kemenarikan
fisik yang sesungguhnya dimiliki orang tersebut (Meliana, 2006).
Sedangkan menurut Honigman & Castle (2007), citra tubuh merupakan
gambaran mental seseorang terhadap bentuk tubuhnya atau penilaian
pribadi maupun orang lain terhadap ukuran dan bentuk tubuh atau segala
hal yang berkenaan dengan tubuhnya. Citra tubuh mengacu pada harga diri
(self-esteem), kadang-kadang rendahnya citra tubuh akan menyebabkan
harga diri yang rendah (Cash, 2008)
2. Aspek Citra Tubuh
Cash (2002) menjelaskan mengenai aspek citra tubuh yang
meliputi:
a) Evaluasi Penampilan Fisik (Appearance Evaluation)
Pada subskala ini diukur derajat ketertarikan atau kepuasan dan
ketidakpuasan terhadap penampilan fisik.
b) Orientasi Penampilan Fisik (Appearance Orientation)
Pada subskala ini diukur tingkat perhatian terhadap penampilan
fisik.
c) Kepuasan Area Tubuh (Body Areas Satisfaction Scale/BASS)
Yaitu mengukur secara spesifik tingkat kepuasan individu terhadap
berbagai bagian tubuhnya.
23
d) Pengkategorian Ukuran Tubuh (Self Classified Weight)
Yaitu subskala yang menggambarkan persepsi seseorang terhadap
berat badannya.
e) Kecemasan Menjadi Gemuk (Overweight Preoccupation)
Yaitu subskala yang menggambarkan kecemasan akan kegemukan,
perhatian akan berat badannya, kecenderungan melakukan diet
penurunan berat badan dan membentuk pola makan yang dibatasi.
3. Faktor-faktor yang Membentuk Citra Tubuh
Citra tubuh yang merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan
dengan sifat fisik dibentuk oleh banyak faktor (Meliana, 2006), antara lain:
a. Penilaian atau komentar orang lain
Reaksi atau pandangan dari orang lain yang memiliki arti bagi
individu (significant other) misalnya orang tua, teman, dan lain-
lain, akan mempengaruhi citra tubuh yang dimiliki individu
tersebut. Hal ini seperti, pandangan teman-teman terhadap individu
sebagai seorang yang gemuk, langsing, cantik, seksi, dan
sebagainya.
b. Perbandingan dengan orang lain
Citra tubuh yang terbentuk sangat tergantung pada bagaimana cara
individu membandingkan dirinya dengan orang lain, biasanya pada
orang-orang yang hampir serupa dengan dirinya.
24
c. Peran seseorang
Setiap orang memainkan peran yang berbeda-beda. Pada setiap
peran tersebut, individu diharapkan akan bertindak sesuai dengan
tuntutan dari perannya masing-masing.
d. Identifikasi terhadap orang lain
Individu yang mengagumi satu tokoh yang dianggapnya ideal
seringkali menirunya seperti cara berdandan, cara berpakaian,
potongan rambut, dan lain-lain. Dengan bertindak demikian, ia
merasa telah memiliki beberapa ciri dari tokoh yang dikaguminya.
e. Nilai-nilai sosial yang berlaku
f. Perubahan fisik dalam perempuan selama masa pubertas,
kehamilan dan menopouse.
g. Sosialisasi
Proses sosialisasi yang dimulai sejak usia dini, sebagai contoh
bahwa bentuk tubuh yang langsing adalah yang diharapkan
lingkungan, akan membuat anak sejak dini mengalami
ketidakpuasan apabila tubuhnya tidak sesuai dengan yang
diharapkan lingkungan, terutama orang tua. Orang tua terpengaruh
oleh berbagai hal sehingga timbul kekhawatiran terhadap tubuh
anaknya ketika masa perkembangan. Dukungan orang tua
sangatlah berarti dalam memberikan perhatian dan mengarahkan
remaja pada persepsi yang positif terhadap diri sendiri (Sam&
Wahyuni, 2012 dalam Sahban, 2014).
h. Cara individu merasakan dirinya
25
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh,
antara lain :
a. Orang tua (Pola Pengasuhan)
Hardy dan Heyes (1999) dalam Wildan (2013)
mengungkapkan bahwa orang tua adalah kontak sosial yang paling
awal dialami oleh sesorang dan paling kuat, segala informasi yang
diberikan orang tua akan lebih diingat dibandingkan informasi
yang diberikan orang lain. Martin & Colbert dalam Yundarini
(2012) mengatakan pula dalam proses pengasuhan terjadi kontak
atau interaksi antara anak dan orang tua dalam membimbing anak
bertingkah laku sesuai harapan.
Stuart & Sundeen (2005) dalam Muhith (2015) mengatakan
bahwa pola asuh merupakan faktor yang signifikan dalam
mempengaruhi konsep diri yang terbentuk, dimanacitra tubuh
merupakan salah satu komponennya. Sikap yang ditimbulkan
orang tua berupa hal yang positif atau pun negatif akan
mempengaruhi pemikiran dan sikap seseorang, jika sikap orang tua
positif maka akan menimbulkan sikap dan pemikiran positif pada
anak dan sebaliknya jika orang tua bersikap negatif (Wildan,
2013).
Proses pengasuhan yang dimulai sejak usia dini, sebagai
contoh bahwa bentuk tubuh yang langsing adalah yang diharapkan
lingkungan, hal tersebut membuat anak sejak dini sudah
26
mengalami tekanan dan timbul ketidakpuasan apabila tubuhnya
tidak sesuai dengan yang diharapkan lingkungan, terutama orang
tua. Orang tua terpengaruh oleh berbagai hal sehingga timbul
kekhawatiran terhadap tubuh anaknya ketika masa perkembangan.
Dukungan orang tua sangat berarti dalam memberikan perhatian
dan mengarahkan remaja pada persepsi yang positif terhadap diri
sendiri (Sam& Wahyuni, 2012 dalam Sahban, 2014).
b. Peer Group(Teman Sebaya)
Peer group menjadi faktor kedua yang dapat
mempengaruhi citra diri (citra tubuh). Peer gorup atau teman
sebaya dapat mempengaruhi citra tubuh seseorang dalam dua cara,
yaitu citra tubuh remaja merupakan pandangan atau opini dari
teman-teman tentang dirinya dan yang kedua yaitu tekanan dari
teman–temannya di dalam suatu kelompok (Santrock, 2007;
Wildan 2013).
c. Usia
Citra tubuh menjadi aspek penting untuk diperhatikan pada
usia remaja. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan untuk
mengontrol berat badan. Umumnya hal ini terjadi pada remaja putri
daripada remaja putra. Ketidakpuasan tersebut meningkat pada
awal hingga pertengahan usia remaja (Santrock, 2007; Yundarini
dkk, 2015).
27
d. Media massa
Cash & Pruzinsky (2002) mengungkapkan bahwa media
massa berperan dimasyarakat, terutama majalah, majalah fashion,
dan televisi yang menyajikan gambar model-model yang berbadan
ideal sehingga menyebabkan ketidakpuasan terhadap tubuh. Tiga
proses yang dilalui remaja untuk mempengaruhi citra tubuhnya
yaitu persepsi, kognitif dan tingkah laku yang dikaitkan dengan
pembandingan sosial dimana wanita cenderung membandingkan
diri dengan model-model di media massa.
Giles & Maltby (2004) dalam Rahmaningsih (2014)
menyebutkan bahwa tokoh-tokoh pada media massa berpotensi
menjadi salah satu role model dari remaja saat ini. Pencarian role
model diluar orang tuanya adalah hal yang dilakukan semasa
periode remaja (Gunarsa, 2008).
4. Penggolongan Citra Tubuh
a. Citra Tubuh Positif
Ketika kita memiliki gambaran mental yang akurat dan
benar tentang tubuh kita, beserta perasaan, pengukuran, dan
hubungan kita dengan tubuh kita sendiri secara positif, percaya
diri, dan peduli pada tubuh, hal tersebut dimungkinkan sebagai
individu yang memiliki citra tubuh yang sehat dan konsep diri yang
positif (Meliana, 2006). Citra tubuh yang sehat lebih dari sekedar
ketiadaan perlawanan dengan makanan, berat tubuh atau
penampilan fisik.
28
Citra tubuh dikatakan positif apabila seseorang menerima
dan menyukai bagian tubuh akan memberikan rasa aman, terhindar
dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Persepsi dan
pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat merubah citra tubuh
secara dinamis. Persepsi orang lain di lingkungan seseorang
terhadap tubuhnya turut mempengaruhi penerimaan klien terhadap
dirinya (Keliat, 2006). Adapun hal-hal lain yang menjadi
komponen terbentuknya citra tubuh positif adalah kepedulian pada
tubuh sendiri, pengekspresian diri, pengembangan kepercayaan diri
dalam kapasitas dan kemampuan fisik seseorang, serta
pengembangan konsep diri yang positif.
b. Citra Tubuh Negatif
Berbagai permasalahan body image, yang paling umum
adalah masa ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body
dissatisfaction) dan distorsi citra tubuh. Ketidakpuasan berarti
ketidaksukaan individu terhadap tubuhnya atau bagian-bagian
tubuh tertentu. Besarnya kesenjangan antara citra tubuh ideal
dengan citra tubuh nyata merupakan indikator adanya
ketidakpuasan terhadap sosok tubuh. Seseorang bisa saja
mengatakan tubuhnya “jelek”, saat orang lain menganggapnya
cukup menarik. Body dissatisfation dan distorsi image umum
dialami oleh para gadis dan perempuan dewasa, yang akhirnya
menyebabkan mereka mengalami penghargaan diri yang rendah.
Suatu penelitian menunjukan bahwa perempuan yang melihat
29
gambar model yang bertubuh kurus menjadi merasa bersalah,
depresi, stress, malu, tidak aman dan tidak puas terhadap sosok
tubuhnya (Stice&Shaw dalam Meliana, 2006).
Hal-hal yang mempengaruhi citra tubuh negatif seseorang
adalah penerimaan terhadap bentuk tubuh pembandingan dengan
orang lain yang membuat seseorang gugup ketika orang lain
melakukan evaluasi terhadap dirinya, komentar atau penilaian
ngatif orang lain, ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh (body
dissatisfaction) sehingga seseorang akan melakukan segala hal
agar terjadi perubahan pada penampilannya (Meliana, 2006 dalam
Yundarini dkk, 2015).
5. Gangguan Citra Tubuh
Keliat (2006) mengatakan bahwa gangguan citra tubuh adalah
perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
bentuk, ukuran, fungsi, keterbatasan tubuh. Pandangan negatif tersebut
ditandai dengan mengkritik diri sendiri, mudah tersinggung, pesimis,
menarik diri, ideal diri tidak realistis, kurang menerima bentuk tubuh,
harga diri rendah, frustasi, malu dan asing terhadap diri.
Gangguan citra tubuh yang lain adalah distorsi citra tubuh, yakni
perbedaan antara bentuk tubuh dengan persepsi individu. Individu bersifat
overestimate yaitu meyakini tubuhnya lebih besar dari ukuran
sebenarnya, atau bersifat underestimate yakni meyakini bahwa ukuran
tubuhnya lebih kecil daripada ukuran sebenarnya (Sari, 2006). Gangguan
citra tubuh yang lain adalah ketidakpuasan terhadap tubuh (body
30
dissatisfaction), yaitu keyakinan individu bahwa penampilannya tidak
memenuhi standar pribadinya, sehingga menilai rendah tubuhnya (Sari,
2006). Citra tubuh negatif disebabkan oleh kecemasan interpersonal yang
timbul akibatkurangnya pemahaman yang adekuat mengenai diri, sehingga
kecemasan tersebut akan berdampak pada interaksi sosial remaja yang
dimanifestasikan dengan perilaku menarik diri (Cash, 2008).
D. Pola Asuh
1. Pengertian
Pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam
keluarga, yaitu bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi berikut
sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan
masyarakat. Pola asuh dalam masyarakat dapat dikatakan homogen bila
dapat diterima sebagai pola asuh oleh seluruh keluarga yang hidup dalam
masyarakat itu. Jadi merupakan pola asuh dari suatu etnik
(Hardywinoto&Setiabudhi, 2002).
Menurut Baumrind (1971) mengemukakan bahwa pola asuh orang
tua terdiri dari 2 dimensi yaitu parent warmth (dimensi kehangatan) dan
parent control (dimensi kendali) yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Dimensi kehangatan menunjukan bahwa
respon dan afeksi pada anak. Sedangkan dimensi kendali adalah aspek
dimana orangtua mengendalikan perilaku anak untuk memastikan bahwa
peraturan mereka dipatuhi (Apriany, 2006 dalam Yulita, 2014).
31
2. Jenis Pola Asuh
Ada beberapa jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yaitu
otoriter, permissive,dan demokratis (Hurlock, 2012).
a. Pola Asuh Authoritarian
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memperlihatkan
kehangatan tetapi keras, menjunjung tinggi kemandirian tetapi menuntut
tanggung jawab akan sikap anak. Pada pola asuh authoritarian (otoriter),
orang tua menjunjung tinggi kepatuhan, kenyamanan, dan disiplin yang
berlebih/ orang tua lebih menekankan pemberian hukuman kesalahan,
tanya jawab verbal dan penjelasan tidak diterapkan.
Pola asuh otoriter ini bersifat menghukum dan membatasi dimana
orang tua sangat memaksakan remaja mengikuti dan menghormati usaha-
usaha yang dilakukan oleh orang tuanya, serta komunikasi tertutup,
sehingga tidak memberikan kesempatan anaknya untuk berkomunikasi
secara verbal. Ciri khas pola asuh ini adalah kekuasaan orang tua lebih
dominan bahkan dapat dikatakan mutlak (Baumrind, 1971 dalam Fathi,
2011 dalam Husaini, 2013).
b. Pola Asuh Permissive
Pola asuh permissive, orang tua bersikap tidak perduli dan cenderung
memberi kesempatan anak untuk melakukan hal yang diinginkannya
secara bebas tanpa adanya norma-norma yang harus diikuti dalam keluarga
(Dariyo, 2011). Baumrind (1991) dalam Gullota & Blau (2008)
menyatakan bahwa orang tua dalam tipe ini mencakup tingginya level
32
penerimaan dan pengabulan permintaan serta rendah dalam kedisiplinan
dan kontrol perilaku. Anak yang diasuh dengan pola asuh ini akan merasa
berlebihan tanggung jawab tanpa dukungan dari orang tua dan lebih
berhubungan dengan teman sebaya, khususnya anak yang memasuki masa
remaja
c. Pola Asuh Authoriative (Demokratis)
Pola asuh demokratis merupakan bentuk pola asuh yang
memperlihatkan dan menghargai kebebasan anak, namun hal tersebut
tidak mutlak dan dilakukan dengan bimbingan yang penuh antara orang
(Gunarsa, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa orang tua memberikan
kebebasan kepada anak untuk berpendapat dan melakukan hal yang
diinginkan anak namun tetap membatasi anak dengan aturan yang telah
ditetapkan orang tua.
Pola asuh tersebut di dalam pelaksanaannya tidak diterapkan secara
kaku, artinya orang tua tidak menerapkan secara kaku, artinya orang tua
tidak menerapkan salah satu pola asuh tersebut. Ada kemungkinan orang
tua menerapkan secara fleksibel, luwes, dan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang berlangsung saat itu. Sehingga seringkali muncul, tipe
pola asuh situasional atau campuran. Orang yang menerapkan pola asuh
ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut
diterapkan secara luwes (Dariyo, 2011).
33
3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Ada beberapa hal yang mempengaruhi jenis pola asuh yang diterapkan
orang tua menurut Hurlock (2012) dalam Husaini (2013), yaitu:
a. Pola asuh yang diterima orang tua saat anak-anak
Orang tua memiliki kecenderungan yang besar menerapkan pola
asuh yang mereka terima dari orang tua mereka pada anaknya.
b. Pendidikan orang tua
Orang tua yang mendapatkan pendidikan baik, cenderung
menerapkan pola asuh demokratis ataupun permisif dibandingkan
dengan orang tua yang pendidikannya terbatas. Pendidikan
membantu orang tua untuk lebih memahami kebutuhan anak.
c. Kelas sosial
Perbedaan kelas soisal orang tua mempengaruhi pemilhan pola
asuh. Orang tua dari kelas sosial menengah cenderung lebih
permisif dibandingkan dari orang tua kelas soisal bawah.
d. Konsep tentang peran orang tua
Setiap orang tua memiliki konsep bagaimana seharusnya dia
berperan. Orang tua dengan konsep tradisional cenderung memilih
pola asuh yang ketat dibandingkan orang tua dengan konsep non-
tradisional.
e. Kepribadian orang tua
Kepribadian mempengaruhi interpretasi pola asuh yang mereka
terapkan. Orang tua yang berkepribadian tertutup dan konservatif
cenderung akan memperlakukan anaknya dengan ketat dan otoriter.
34
f. Kepribadian anak
Anak yang cenderung ekstrovert akan bersikap lebih terbuka
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang padanya
dibandingkan anak yang introvert.
g. Faktor nilai yang dianut orang tua
Seperti paham „equalitarian‟ dimana kedudukan anak sejajar
dengan orang tua. Namun kebanyakan di Negara Timur, orang tua
masih lebih cenderung menghargai kepatuhan anak.
h. Usia anak
Tingkah laku dan sikap orang tua terhadap anaknya di pengaruhi
oleh usia anak. Orang tua lebih memberikan dukungan dan dapat
menerima sikap ketergantungan anak usia pra sekolah daripada
remaja.
E. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan Saputri (2012) yang menghubungkan antara
pola asuh orang tua dengan kecemasan remaja yang menghadapi
menarche. Penlitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nayu 77 Surakarta
dengan 46 responden. Hasil didapatkan presentase kecemasan sebanyak
50% dimana hal ini sebanding dengan presentase ketidakcemasan.
Didapatkan pula jenis pola asuh permisif dan otoriter berpotensi
menimbulkan kecemasan pada remaja yang menghadapi menarche
karena kurangnya komunikasi verbal terhadap anak.
2. Penelitian Husaini (2013) mengenai hubungan antara persepsi pola asuh
dengan resiko perilaku bulliying siswa SMA Triguna Utama Ciputat
35
dengan jumlah sampel 71 . hasil didapatkan 43,7% memiliki persepsi
pola asuh demokratis dan memiliki resiko perilaku bullying rendah.
Sedangkan hasil uji korelasi didapatkan ada hubungan yang signifikan
antara persepsi jenis pola asuh orang tua terhadap resiko perilaku
bullying siswa di SMA Triguna Utama Ciputat.
3. Penelitian yang dilakukan Elta (2002) mengenai hubungan citra tubuh
dengan tingkat kecemasan remaja pada masa pubertas di SLTP
Muhammadiyah III Kramat Raya Jakarta Pusat. Responden pada
penelitian ini adalah remaja usia 12-14 tahun sebanyak 42 responden di
SLTP Muhammadiyah III Jakarta Pusat. Peneliti mendapatkan hasil
proporsi remaja pubertas dengan citra tubuh positif sebanyak 43% dan
proporsi citra tubuh negatif sebanyak 57% .
4. Penelitian yang dilakukan Arthanti (2007) mengenai hubungan antara
gambaran citra tubuh dengan tingkat kecemasan pada usia remaja
pertengahan (15-17 tahun) di SMUN 61 Jakarta Timur. Penelitian
dilakukan di SMUN 61 Jakarta Timur dengan jumlah responden 92
orang. Hasil penelitian didapatkan gambaran citra tubuh positif dan
negatif pada remaja yaitu seimbang, dengan nilai proporsi 50% untuk
citra tubuh negatif dan 50% untuk citra tubuh positif.
5. Penelitian yang dilakukan Sari (2006) mengenai hubungan kepuasan
citra tubuh dengan kepercayaan diri remaja. Penelitian ini dilakukan di
Fakultas Psikologi UIN Jakarta dengan responden remaja sebanyak 94
(terdiri atas laki-laki dan perempuan). Hasil penelitian ini didapatkan
36
bahwa ada korelasi antara kepuasan citra tubuh dengan kepercayaan diri
remaja.
6. Penelitian yang dilakukan Sari (2007) mengenai hubungan antara
syukur dengan kepuasan citra tubuh pada remaja. Penelitian dilakukan
pada siswa SMU Negeri 4 Bekasi sebanyak 113 responden dengan
spesifikasi usia antara 15 tahun sampai 18 tahun. Hasil penelitian ini
adalah ada hubungan antara syukur dengan citra tubuh remaja.
7. Penelitian yang dilakukan Saputri (2012) yang menghubungkan antara
pola asuh orang tua dengan kecemasan remaja yang menghadapi
menarche. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nayu 77 Surakarta
dengan 46 responden. Hasil didapatkan persentase kecemasan sebanyak
50% dimana hal ini sebanding dengan persentase ketidakcemasan.
Didapatkan pula jenis pola asuh permisif dan otoriter berpotensi
menimbulkan kecemasan pada remaja yang menghadapi menarche
karena kurangnya komunikasi verbal terhadap anak.
37
F. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Modifikasi Teori Transisi Meleis (2010), Cash & Pruzinsky (2002), Stuart &
Sundeen (2005), Meliana (2006), Santrock (2007)
Respon :
interpersonal anxiety
Transisition Event :
Kelahiran (melahirkan)
Kehamilan
Kehilangan
Masa Transisi
(Pubertas/maturation)
Anak
Faktor yang
mempengaruhi
kejadian transisi
: 1. Jenis
transisi(growth and
developmental,
suatu kejadian
situasional)
2. Waktu kejadian
(Tiba-tiba,
berangsur-angsur)
Citra tubuh
Positif Citra tubuh
Negatif
Change in Body
Appearance
1.Pandangan realistis mengenai
tubuh
2.Penerimaan diri yang positif
3.Kepedulian terhadap diri sendiri
4.Persepsi mengenai diri sendiri
5.Pandangan atau penilaian positif
orang lain
6.Pengembangan kepercayaan diri
(Melliana, 2006)
1. Ketidakpuasan terhadap
tubuh (body
dissatisfaction)
2. Komentar atau pandangan
negative orang lain
3. Tidak menerima perubahan
tubuh
4. Keinginan untuk merubah
tubuh
5. Evaluasi terhadap diri dari
orang lain (Melliana, 2006)
Factor yang mempengaruhi citra tubuh:
Usia(Santrock, 2007)
Media massa(Cash&Pruzinsky, 2002)
Peer group(Santrock, 2007)
Keluarga (orang tua) (Stuart&Sundeen, 2005)
Peran
orang tua
Aspek Citra Tubuh- Penampilan
Fisik (Cash,2002):
a) Evaluasi Penampilan Fisik
b) Orientasi Penampilan Fisik
c) Kepuasan Area Tubuh
d) PengkategorianUkuran Tubuh
e) Kecemasan Menjadi Gemuk
Pola asuh :
Demokratis,
permissif,otoriter
Body Image
Respon :good acceptence
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
BAB ini menjelaskan mengenai kerangka konsep penelitian dan
menjelaskan mengenai definisi operasional dari penelitian ini.
A. Kerangka Konsep
Seperti tujuan penelitian yang telah dijelaskan bahwa penelitian ini
menghubungkan dua variabel yang akan diteliti yaitu persepsi pola asuh
orang tua dengan citra tubuh remaja pada masa pubertas diWilayah
Keluraahn Bintaro Jakarta Selatan, maka kerangka konsep pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Variabel Independent Variabel Dependent
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Pola Asuh Orang Tua
(permisif, demokratis,
otoriter, campuran)
Citra Tubuh Remaja
(negatif dan positif)
39
B. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Independent :
pola asuh orang tua
Perlakuan orang
tua yang
diterapkan pada
remaja untuk
membentuk
karakternya.
Dalam hal ini ada
tiga jenis pola
asuh orang tua
yaitu: demokratis,
otoriter, permissif
dan campuran
Menghitung skor
persepsi pola asuh
sebagai berikut:
(4) Sangat Sesuai (SS)
(3) Sesuai (S)
(2) Tidak Sesuai (TS)
(1) Sangat Tidak Sesuai
Kuesioner yang digunakan adalah
parental authority questionnaire (PAQ)
yang dibuat oleh Buri (1991) kemudian di
revisi oleh Reitman (2002). Terdiri atas
30 pertanyaan. Setiap jenis pola asuh
terdiri dari 10 pertanyaan,sehingga skor
tertinggi adalah 30 dan terendah adalah
10.
1. Skor tertinggi pada
salah satu jenis
pola asuh
menunjukan
kecenderungan
jenis pola asuh
tersebut
(demokratis,
otoriter dan
permisif)
2. Jika skor sama
untuk kedua atau
Nominal
40
ke tiga jenis pola
asuh maka disebut
pola asuh campuran
Variabel dependen :
Citra Tubuh Remaja
Pada Masa Pubertas
Citra tubuh
adalah sikap,
persepsi,
keyakinan dan
pengetahuan
remaja terhadap
tubuhnya baik
ukuran, bentuk,
struktur, fungsi
dan keterbatasan
yang terjadi pada
saat usia pubertas
Menggunakan skala
Likert dengan alternatif
jawaban:
SS (Sangat Setuju), S
(Setuju), R (Ragu-ragu),
TS( Tidak Setuju), dan
STS (Sangat Tidak
Setuju)
Skor item favorable:
SS : nilai 4
S : nilai 3
Kuesioner yang diberi nama The
Multidimentional Body-Self Relations
Questionnaire – Apparance Scale
(MBSRQ-AS)dari Thomas Cash (2002)
dengan 32 item penyataan . Alat
MBSRQ-AS ini terbagi menjadi 5sub
skala, yaitu :
a) Evaluasi Penampilan Fisik
b) Orientasi Penampilan Fisik
c) Kepuasan Area Tubuh
d) Pengkategorian Area Tubuh
e) Kecemasan Menjadi Gemuk
1. Tinggi jika skor
>median (90)
2. Rendah jika skor
<median (90)
Ordinal
41
3.2 Tabel Definisi Operasional
TS : nilai 2
STS : nilai 1
Skor item unfavorable:
SS : nilai 1
S : nilai 2
TS : nilai 3
STS : nilai 4
Skala ini terdiri atas 32 pernyataan
dengan 5 kategori jawaban (skor 1-5)
dengan demikian rentang minimumnya
adalah 32 dan maksimumnya 4 X 32 =
128.
42
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013). Hipotesis yang digunakan
adalah hipotesis assosiatif. Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah assosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan
antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2013). Hipotesis pada penelitian
ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang
tua dengan citra tubuh remaja pada masa pubertas di Wilayah Kelurahan
Bintaro, Jakarta Selatan.
43
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
BAB ini menjelaskan metodologi penelitian yang digunakan oleh
peneliti, meliputi desain penelitian, waktu dan lokasi penelitian, sampel dan
teknik sampling, serta proses persiapan dan pengambilan data penelitian.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan rancangan penelitian cross
sectional. Pendekatan penelitian kuantitatif lebih memberikan makna
dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik, bukan makna
secara kebahasaan dan kulturnya (Siregar, 2013 dalam Aini, 2013).
Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu
kali pada satu saat (Nursalam, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah
menghubungkan antara pola asuh orang tua dengan citra tubuh remaja
pada masa pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kelurahan Bintaro,
Kecamatan Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan 12330. Kelurahan
Bintaro terdiri dari 15 RW dan 141 RT, sedangkan pada penelitian ini
hanya 10 dari 15 RW yang menjadi lokasi penelitian. Proses
44
pengambilan data penelitian dimulai pada awal bulan Maret 2016 dan
selesai pada akhir bulan Maret 2016
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi pada penelitian
ini yaituremaja berusia > 12 -15 tahun yang sudah pubertas beserta
orang tua nya baik ibu ataupun ayah. Jumlah remaja dengan kelompok
umur 10-14 sejumlah 5110 jiwa dan kelompok umur 15-19 sejumlah
4439 jiwa.
2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat dijangkau dan
dipergunakan sebagai subjek penelitian, sedangkan sampling adalah
proses penyeleksian porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi
yang ada (Nursalam, 2008). Metode sampling yang digunakan peneliti
yaitu teknik purposive sampling dengan melihat kriteria inklusi dan
ekslusi yang peneliti tentukan. Cara sampel diambil dengan
menggunakan tekhnik snowball.
Kriteria sampel dibagi dua yaitu inklusi dan ekslusi. Inklusi
adalah karakteristik umum subjek penelitian dari populasi target yang
terjangkau dan akan diteliti, sedangkan ekslusi adalah menghilangkan
atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
penelitian karena berbagai sebab misalnya subjek menolak
45
berpartisipasi (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dan ekslusi pada
penelitian ini adalah :
a) Kriteria Inklusi
1) Remaja yang masuk usia pubertas awal >12 -15 tahun
2) Orang tua masih hidup
3) Bersedia menjadi responden
b) Kriteria Ekslusi
1) Belum menarche untuk perempuan dan mimpi basah untuk
laki-laki
2) Pernah melahirkan
3) Hamil
4) Kehilangan anggota tubuh /cacat fisik
5) Setiap hari membaca atau melihat media massa (khusus
tabloid/ majalah wanita atau pria)
Pada penelitian ini menggunakan rumus perhitungan sampel
dengan uji hipotesis beda dua proporsi karena sebelumnya telah
diketahui proporsi variavel dependennya , rumusnya sebagai berikut:
n = [Z √ + Z1-β√ ]
2
[ (P1-P2)]2
Keterangan:
n = Ukuran sampel
Z = Derajat kemaknaan 95% : 1,96
46
Z1-β = Kekuatan uji sebesar 90% : 1,28
P1 = 0,33 = proporsi remaja dengan citra tubuh positif (Elta, 2002).
P2 = 0,54 = proporsi remaja yang beresiko mengalami citra tubuh
negatif (Elta, 2002).
P = (P1+P2)/2 = 0,87
Q = (1-P) = 1-0,87 = 0,13
Q1 = (1-P1) = 1- 0,33 = 0,67
Q2 = 1- 0,54 = 0,46
Maka :
n = [ √ +1,28√ ]2
[(0,33-0,54)]2
n = [ +0,8704]2
0,0441
n =
= 73 responden
Berdasarkan rumus yang tersebut, didapatkan jumlah responden
sebanyak 73. Hasil perhitungan dikalikan dua 73 x 2 = 146 responden.
Untuk mengatasi kemungkinan drop out, maka digunakan rumus
(Tampubolon, 2008 dalam Putri, 2015):
47
n‟ = [ 1/(1-f)] x n
n‟ = [1/(1-10%)] x 146
n‟ = 161 responden
Keterangan:
n‟ = jumlah sampel penelitian
f = estimasi dropout
Dari hasil perhitungan sampel diatas maka didapatkan 161 responden
pada penelitian ini.
C. Pengumpulan Data
Adapun tahapan pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahapan ini meliputi menentukan subjek penelitian, permasalahan,
tujuan dan manfaat penelitian serta tempat penelitian. Peneliti
mengajukan surat perizinan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
PEMPROV DKI Jakarta dan Kelurahan Bintaro yang kemudian
dibuatkan surat rekomendasi penelitian.
Setelah mendapat surat rekomendasi penelitian, peneliti melakukan
studi pendahuluan terhadap 10 remaja di Wilayah Kelurahan Bintaro
secara accidental pada tanggal 7 Februari 2016. Selanjutnya
dirumusakan masalah berdasarkan teori dan hasil studi pendahuluan
48
dan kemudian dilakukan perhitungan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian, hasil didapatkan 161 responden berdasarkan hasil
perhitungan sampel.
Langkah terakhir dari tahap persiapan yaitu melakukan pengujian
instrumen penelitian kepada 35 responden di Madrasah Tsanawiyah
Manaratul Islam. Karakteristik responden uji validitas sesuai dengan
karakteristik responden penelitian. Teknik pengambilan data mengikuti
teknik pengambilan data saat penelitian yaitu snowball dan purposive
sampling.
2. Tahap Pengambilan Data
Proses pengambilan data penelitian menggunakan teknik snowball
untuk mendapatkan sampel penelitian, setelah didapatkan responden
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi (purposive), maka
responden tersebut akan digunakan sebagai responden penelitian.
Teknik snowball akan digunakan sampai jumlah responden terpenuhi
sesuai dengan hasil perhitungan sampel. Jumlah responden dari hasil
perhitungan sebanyak 161 orang sedangkan 8 orang drop out, sehingga
jumlah responden menjadi 153 orang.
Peneliti melakukan inform consent terhadap responden remaja dan
orang tua, kedua nya diberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat
dan kerahasiaan data penelitian. Setelah mendapat persetujuan melalui
lembar inform consent dari kedua responden maka keduanya diberikan
penjelasan mengenai cara mengisi kuesioner dan anjuran untuk
bertanya apabila ada pertanyaan atau penyataan yang kurang dipahami.
49
Kuesioner citra tubuh di isi oleh responden remaja dan kuesioner
pola asuh di isi oleh orang tua remaja tersebut. Kuesioner pola asuh
dapat diisi oleh ibu atau bapak. Kuesioner di isi dalam waktu yang
bersamaan.Batasan waktu pengisian kuesioner pola asuh dan kuesioner
citra tubuh untuk masing-masing responden yaitu selama 20-25 menit.
Responden harus menjawab seluruh pertanyaan dalam kuesioner.
3. Tahap Pengolahan Data
Kuesioner yang telah diisi responden selanjutnya periksa kembali
oleh peneliti, tiap item pernyataan diberikan kode-kode untuk
mempermudah proses input data dan analisis. Proses entry data
dilakukan di aplikasi statistik, selanjutnya dilakukan pengecekan
kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
E. Alat Pengumpulan Data
1. Kuesioner Pola Asuh
Parental Authority Questionnaire (PAQ) dibuat oleh Buri (1991) yang
di revisi oleh Reitman dkk (2002), kuesioner ini diteliti di wilayah Afrika
dan Amerika. Kuesioner ini digunakan Husaini (2013) pada penelitiannya
yang bertujuan untuk mengetahui jenis pola asuh paling dominan
digunakan untuk orang tua responden. Pola asuh orang tua menurut
Baumrind dalam Husaini (2013) ada tiga jenis yaitu demokratis, otoriter,
dan permisif. Kuesioner ini terdiri dari 30 pertanyaan, setiap jenis pola
asuh digambarkan oleh 10 pertanyaan, yang akhirnya akan di menunjukan
dominan pola asuh yang diterapkan orang tua. Apabila ada 2 atau 3 jenis
50
pola asuh yang nilainya sama, maka dikategorikan sebagai pola asuh
campuran.
Tabel 4.1 Blue Print Kuesioner Persepsi Pola Asuh Orang Tua(Tryout)
No Pola Asuh Indikator No Pertanyaan
1. Authoritarian o Orang tua bersifat
membatasi, menghukum, dan
hanya sedikit melakukan
komunikasi verbal
o Mendesak anak untuk
mengikuti petunjuk dan
usaha orang tua
7,12,18,25
2,3,9,26,29,16
2. Authoriative o Mendorong anak untuk bebas
tetapi tetap memberikan
batasan dan mengendalikan
tindakan anak
o Pembuatan aturan dikeluarga
diterapkan berdasarkan
aturan bersama
8,22,27,15
11,20,23,30,4,5
3. Permissive o Orang tua bersifat serba
bebas (membolehkan)
o Tidak memberikan
pengawasan dan pengarahan
pada tingkah laku anak
6,14,19,24,1,10
13,17,21,28
2. Kuesioner Citra Tubuh
Kuesioner yang diberi nama The Multidimentional Body-Self
Relations Questionnaire – Appearance Scale (MBSRQ-AS) dari Thomas
F. Cash (2002) di U.S dengan responden anak usia remaja. Kuesioner ini
memiliki 34 item pernyataan. MBSRQ-AS merupakan kuesioner yang
terdiri dari pernyataan-pernyataan mengenai citra tubuh dan memiliki
cakupan yang menyeluruh, meliputi aspek kognitif, afektif dan
51
behavioral dari citra tubuh. Alat MBSRQ-AS ini terbagi menjadi
beberapasub skala, yaitu :
a) Evaluasi Penampilan Fisik (Appearance Evaluation)
Pada subskala ini diukur derajat ketertarikan atau kepuasan dan
ketidakpuasan terhadap penampilan fisik.
b) Orientasi Penampilan Fisik (Appearance Orientation)
Pada subskala ini diukur tingkat perhatian terhadap penampilan
fisik.
c) Kepuasan Area Tubuh (Body Areas Satisfaction Scale/BASS)
Yaitu mengukur secara spesifik tingkat kepuasan individu terhadap
berbagai bagian tubuhnya.
d) Pengkategorian Ukuran Tubuh (Self Classified Weight)
Yaitu subskala yang menggambarkan persepsi seseorang terhadap
berat badannya.
e) Kecemasan Menjadi Gemuk (Overweight Preoccupation)
Yaitu subskala yang menggambarkan kecemasan akan kegemukan,
perhatian akan berat badannya, kecenderungan melakukan diet
penurunan berat badan dan membentuk pola makan yang dibatasi.
52
Tabel 4.2 Blue Print Kuesioner Citra Tubuh (Tryout)
No Subskala Item
Positif Negatif
1 Evaluasi Penampilan Fisik 3,5,9,12,15 18,19
2 Orientasi Penampilan Fisik 1,2,6,7,10,
13,17,21
11,14,16,20
3 Kepuasan Area Tubuh 26,27,28,2
9,30,31,32,
33,34
4 Pengkategorian Ukuran Tubuh 24,25
5 Kecemasan Menjadi Gemuk 4,8,22,23
Total 28 6
Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan alternatif
jawaban: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS ( Tidak Setuju), dan STS
(Sangat Tidak Setuju). Pernyataan-pernyataan diatas mengandung sikap
favorabel dan unfavorabel yang skoring nya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Skor Pada Skala Citra Tubuh
Pilihan Jawaban Favorabel Unfavorabel
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
A. Uji Validitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur (Nursalam, 2008 dalam Husaini, 2013). Hasil
perhitungan tiap-tiap item akan dibandingkan dengan tabel nilai
53
product moment. Jika r hitung lebih besar dari table r pada taraf
signifikansi 5% maka instrumen yang diuji cobakan adalah valid.
Rumus Pearson Product Moment sebagai berikut:
r hitung =
√[ ] [ ]
Keterangan :
r hitung = koefisien korelasi
∑Xi = jumlah skor item
∑Yi = jumlah skor total (item)
n = jumlah responden
Hasil perhitungan tiap-tiap item akan dibandingkan dengan table
nilai product moment. Jika r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf
signifikan 5% maka instrumen yang diujicobakan dinyatakan valid.
Nilai r tabel product mommet dengan N 35 dan taraf signfikan 5%
adalah 0,334.
Penguji melakukan uji validitas untuk kedua instrumen di
Madrasah Tsanawiyah Manaratul Islam pada bulan Februari dengan
35 responden. Hasil uji validitas untuk kedua instrumen adalah
sebagai berikut:
54
Tabel 4.4 Blueprint KuesionerPola Asuh (Pasca TryOut)
No Pola Asuh Item Penyataan Valid Jumlah
1. Authoritarian 3,7,12,16,18,25,26,29 8
2. Authoriative 4,5,15,20,22,30 6
3. Permissive 1,6,10,13,14,17,19,21,24,28 10
Total 24
Tabel 4.5 BluePrint Kuesioner Citra Tubuh (Pasca TryOut)
No Subskala Item
Positif Negatif
1 Evaluasi Penampilan Fisik 3,5,9 18,19
2 Orientasi Penampilan Fisik 1,2,6,7,10,13,17,21 11,14,16,20
3 Kepuasan Area Tubuh 26,27,28,29,30,31,32,33,34
4 Pengkategorian Ukuran Tubuh 24,25
5 Kecemasan Menjadi Gemuk 4,8,22,23
Total 26 6
B. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan
bila fakta atau pernyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali
dalam waktu yang berlainan. Teknik pengujian pada penelitian ini
menggunakan teknik Alpha Croanbach, dalam uji reliabilitas r hasil
adalah alpha. Ketentuannya apabila nilai alpha> r maka reliabel dan
sebaliknya. Kuesioner citra tubuh dan pola asuh di uji dengan teknik
yang sama. Rumus nya adalah sebagai berikut:
r 11 = [
] [ 1-
]
55
Keterangan:
r 11= koefisien reliabilitas yang dicari
k= banyak butir pertanyaan atau banyak nya soal
= jumlah varian butir
= varian total
Hasil uji reliabilitas pada kuesioner pola asuh dan citra tubuh
dilakukan di MTS Manaratul Islam dengan jumlah 35 responden,
didapatkan nilai Alpha Croanbach untuk instrumen citra tubuh yaitu
0,740 dan kuesioner pola asuh orang tuasebesar 0,743. Hal ini
menunjukan bahwa nilai Alpha> r (0,6) maka, kedua instrumen ini
dinyatakan reliabel.
G. Pengolahan Data
Peneliti menggunakan langkah-langkah pengolahan data,
diantaranya :
1. Editing, yaitu proses pengecekan kembali lembar kuesioner yang telah
diisi, pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan tiap item
pertanyaan di kuesioner pola asuh maupun citra tubuh. Item pertanyaan
yang belum dilengkapi akan dikembalikan dan diisi kembali pada saat
itu juga.
2. Coding, merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
56
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya
dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat
lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable. Kode yang digunakan
pada kuesioner pola asuh dan citra tubuh yaitu angka 1 jika STS, 2 jika
TS, 3 jika S, dan 4 jika SS. Pada kuesioner citra tubuh terdapat item
unfavorable, dimana coding akan di balik seperti jika menjawab 1
bermakna SS, 2 bermakna S, 3 bermakna TS, dan 4 bermakna STS.
3. Entry data, adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master table(Ms. Excel) atau data yang telah dikumpulkan ke
dalam master table atau data base computer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana.
4. Processing data, yaitu proses pemasukan data kedalam program
komputer. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan
data dari kuesioner ke paket progran komputer pengolahan data statistik
(SPSS 21).
5. Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data-data yang telah
dimasukan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian
pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadi kesalahan, maka data
tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil
pengumpulan data yang dilakukan.
57
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah mendeskripsikan setiap variabel yang
akan diteliti, diagnosis asumsi statistik lanjut deteksi nilai
ekstrim/outliner (Amran, 2012). Analisis ini dilakukan terhadap tiap
variabel yang digunakan peneliti. Analisis univariat pada variabel
penelitian yang meliputi data demografi, item pertanyaan pada citra
tubuh remaja dan item pertanyaan pada persepsi pola asuh orang tua.
2. Analisis Bivariat
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis bivariat untuk
melihat adanya hubungan dua variabel. Variabel yang akan di analisis
adalah persepsi pola asuh orang tua dan citra tubuh remaja pada masa
pubertas dengan melihat karakteristik masing-masing responden.
Analisis bivariat yang dilakukan dengan ujiChi-Square yaitu uji
statistik yang ditujukan untuk menguji signifikansi data berskala
nominal (Hidayat, 2011), dengan menggunakan tingkat kepercayaan
95% dengan α 5%, sehingga nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil
perhitungan dianggap bermakna (signifikan) atau menunjukan adanya
hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel
dependen, dan apabila nilai p value> 0,05 maka hasil perhitungan
dianggap tidak signifikan atau tidak menunjukan adanya hubungan
antara 2 variabel tersebut (Notoatmodjo, 2010).
58
I. Etika Penelitian
Etika Penelitian (Research ethic) merupakan hal yang penting dalam
sebuah penelitian keperawatan karena berhubungan langsung dengan
manusia, maka etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008; Inayah,
2014). Masalah etik tersebut antara lain sebagai berikut:
2.1 Pernyataan Persetujuan (Informed Consent). Merupakan bentuk
persetujuan antara peneliti dengan responden dalam penelitian berupa
lembar persetujuan. Peneliti terlebuh dahulu menjelaskan gambaran
umum penelitian dan manfaatnya. Responden yang bersedia akan
menandatangani lembar persetujuan dan kemudian dijelaskan tata cara
pengisian kuesioner.
2.2 Tanpa Nama (Anonimity). Masalah etika keperawatan merupakan
masalah yang memberikan jaminan dalam menggunakan subjek
penlitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar kuesioner yang digunakan.
2.3 Kerahasiaan (Confidentiality). Informasi-informasi atau masalah-
masalah dalam penelitian akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti
sebagai salah satu etika dari sebuah penelitian. Etika penelitian ini
bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas dari responden,
melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan surat
persetujuan (informed consent). Sebelum menandatangani persetujuan,
peneliti menjelaskan bahwa data yang dikumpulkan akan digunakan
untuk kepentingan penelitian dan apabila telah selesai data tersebut
akan di hilangkan
59
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada BAB ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian berupa analisis
univariat dan bivariat serta gambaran umum wilayah penelitian.
A. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Bintaro
Wilayah Kelurahan Bintaro terletak di Kota Administrasi Jakarta Selatan
dengan Pesanggrahan sebagai Kecamatannya. Luas wilayah Kelurahan
Bintaro sekitar 455,5 Ha dengan jumlah RT (Rukun Tetangga) sebanyak 141
dan RW (Rukun Warga) sebanyak 15 RW. Lokasi penelitian hanya pada 10
RW dan 15 RW yang terdapat di Kelurahan Bintaro. Jumlah seluruh kepala
keluarga yang tercatat sampai tahun 2015 sebanyak 17.584 yang terdiri dari
14.748 kepala keluarga laki-laki dan 2.836 kepala keluarga perempuan.
B. Analisa Univariat
1. Gambaran Demografi Responden
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 dengan responden
sebanyak 153 orang remaja perempuan atau laki-laki berserta dengan
orang tua remaja tersebut yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi yang ditentukan sebelumnya. Teknik pengambilan data
menggunakan kuesioner data demografi, pola asuh orang tua dan citra
tubuh. Responden remaja mengisi kuesioner citra tubuh dan kuesioner
pola asuh diisi oleh orang tua yang dalam hal ini boleh diisi oleh Ayah
ataui Ibu remaja yang bersangkutan.
60
Karakteristik responden terdiri jadi jenis kelamin remaja, usia remaja,
dan pendidikan orang tua yang mana datanya sebagai berikut:
b. Jenis Kelamin Remaja
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-laki 71 47,1
Perempuan 81 52,9
Total 153 100%
Tabel 5.1 menunjukan distribusi frekuensi responden remaja
berdasarkan jenis kelamin. Hasil menunjukan bahwa responden berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 71 orang (47,1%) dan responden perempuan
sebanyak 81 (52,9%).
c. Usia Remaja
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Berdasarkan
Usia
Usia Frekuensi Persentase (%)
12 37 24,2
13 52 34,0
14 45 29,4
15 19 12,4
Total 153 100
Tabel 5.3 Gambaran Rata-Rata Usia Responden Remaja
Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden remaja
berusia13 tahun sebanyak 34% dan rata-rata berusia 13 tahun.
Usia
Remaja
Mean Median Standart
Deviasi
Min-Max
13,30 13 0,974 12-15
61
d. Pendidikan Orang Tua
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Orang Tua Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
SD 5 3,3
SMP 33 21,6
SMA 90 58,8
Perguruan Tinggi (PT) 25 16,3
Total 153 100%
Pada tabel 5.4 disajikan data tingkat pendidikan orang tua di
wilayah Kelurahan Bintaro. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
mayoritas orang tua di wilayah Kelurahan Bintaro berpendidikan SMA
dengan persentase 58,8% dan UU No. 20 tahun 2003 menyebutkan
tingkatan SMA termasuk dalam kategori pendidikan menengah.
2. Gambaran Jenis Pola Asuh Orang Tua
Variabel pola asuh orang tua merupakan variabel independen dari
penelitian ini, pola asuh merupakan perlakuan orang tua yang diterapkan
pada remaja, untuk membentuk karakter remaja dan mencapai
kedewasaan. Pola asuh dibagi menjadi 4, yaitu demokrasi, otoriter,
permisif, dan campuran. Tabel dibawah ini merupakan gambaran distribusi
pola asuh orang tua remaja di Kelurahan Bintaro.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Pola Asuh Orang Tua
di Kelurahan Bintaro Jenis Pola Asuh Frekuensi Persentase (%)
Demokrasi 46 30,1
Otoriter 34 22,2
Permisif 58 37,9
Campuran 15 9,8
Total 153 100%
62
Tabel 5.5 menunjukan distribusi frekuensi jenis pola asuh yang
dominan diterapkan di dalam keluarga, hasil nya menunjukan bahwa pola
asuh permisif sebesar 37,9% hampir menyamai persentase pola asuh
demokratis sebesar 30,1%.
2. Gambaran Citra Tubuh Remaja Pada Masa Pubertas
Citra tubuh remaja merupakan variabel dependen pada penelitian ini,
pada variabel ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu citra tubuh negatif dan
citra tubuh positif. Tabel 5.6 akan menggambarkan bagaimana gambaran
citra tubuh remaja pada masa pubertas di Kelurahan Bintaro.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Citra Tubuh Remaja Pada Masa
Pubertas di Kelurahan Bintaro
Jenis Citra Tubuh Frekuensi Persentase (%)
Citra Tubuh Positif 78 51
Citra Tubuh Negatif 75 49
Total 153 100%
Tabel 5.6 menunjukan bahwa citra tubuh positif sebanyak 78
responden (51%) , hasil tersebut hampir setara dengan citra tubuh negatif
sebanyak 75 responden (49%).
Tabel 5.7 Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Jenis Kelamin
Remaja Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro
Jenis
Kelamin
Kategori Citra
Tubuh
Total
Citra Tubuh
Positif
Citra Tubuh
Negatif
N % N % N %
Laki-Laki 36 50 36 50 72 100
Perempuan 42 51,9 39 48,1 81 100
Total 78 51 75 49 153 100
63
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa citra tubuh positif perempuan (51,9%)
dan negatif (48,1%) dan laki-laki bercitra tubuh positif (50%) dan negatif
(50%).
Tabel 5.8 Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Usia Remaja
Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa remaja awal yang berusia 12 tahun
dengan mayoritas citra tubuh negatif sebesar 62,2% dan kelompok remaja
awal yang berusia 15 tahun dengan mayoritas citra tubuh positif sebesar
84,2%.
C. Analisa Bivariat
1. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh Remaja
Pada Masa Pubertas.
Tabel 5.9 Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh
Remaja Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro
Usia remaja Kategori Citra Total
Positif Negatif
N % N % N %
12 14 37,8 23 62,2 37 100
13 21 40,4 31 59,6 52 100
14 27 60 18 40 45 100
15 16 84,2 3 15,8 19 100
Total 78 51 75 49 153 100
Pola Asuh
Orang Tua
Kategori Citra Total P Value
Positif Negatif
N % N % N %
0,132 Demokrasi 30 65,2 16 34,8 46 100
Otoriter 14 41,2 20 58,8 34 100
Permisif 27 46,6 31 53,4 58 100
Campuran 7 46,7 8 53,3 15 100
Total 78 51 75 49 153 100
64
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dan dependen. Pola asuh orang tua merupakan
variabel independen dan citra tubuh remaja merupakan variabel
dependen. Uji bivariat ini menggunakan uji Chi- Square dengan
tingkat kemaknaan 0,05 (α = 5%). Adapun hasil analisa bivariat adalah
sebagai berikut: hasil analisa menunjukan bahwa pola asuh permisif
dengan remaja bercitra tubuh negatif sebanyak 53,4% dan positif
46,6%, pola asuh demokratis dengan remaja bercitra tubuh positif
sebanyak 65,2% dan negatif 34,8%, pola asuh otoriter dengan citra
tubuh positif 41,2% dan negatif 58,8%, dan pola asuh campuran
dengan citra tubuh positif 46,7% dan negatif 53,3%.
Uji statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara pola
asuh orang tua dengan citra tubuh remaja adalah uji korelasi Chi-
Square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α = 5%). Dari hasil uji
tersebut didapatkan bahwa nilai p-value = 0,132>0,05, hal ini
menunjukan bahwa Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yangsignifikan antara pola asuh orang tua dengan
citra tubuh remaja pada masa pubertas di wilayah Kelurahan Bintaro,
Jakarta Selatan.
65
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara pola asuh
orang tua dengan citra tubuh remaja pada masa pubertas di wilayah Kelurahan
Bintaro, Jakarta Selatan. Responden pada penelitian ini berjumlah 153 responden
yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Penelitian ini dilakukan pada
10 RW di Kelurahan Bintaro dan dilaksanakan pada bulan Maret 2016.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner data demografi,
pola asuh orang tua dan citra tubuh. Berikut peneliti sajikan hasil pembahasan
penelitian ini yang terdiri dari analisa univariat, analisa bivariat, dan keterbatasan
penelitian.
A. Gambaran Karakteristik Responden
1. Usia Responden
Pada kategori usia dikelompokkan menjadi usia 12,13,14, dan 15
tahun. Pada penelitian ini mayoritas berusia 13 tahun (34%) dengan rata-
rata usia 13 tahun. Menurut penelitian Artahanti (2007) bahwa remaja
awal akan lebih beresiko mengalami citra tubuh negatif dibanding remaja
pertengahan, dimana remaja pada masa pertengahan sudah mampu
beradaptasi dan sudah memiliki citra tubuh yang tetap.
Semakin bertambahnya usia seorang remaja, akan mempengaruhi
pandangan mereka mengenai tubuhnya, perkembangan fisik yang pesat
pada usia remaja awal akan berdampak pada pandangan remaja mengenai
tubuhnya, mereka merasa tidak puas terhadap berubahan tersebut dan
66
akan mulai menerima secara realistis tubuhnya pada saat usia
pertengahan remaja.
2. Jenis Kelamin Remaja
Hasil penelitian ini menjukkan bahwa mayoritas responden remaja
berjenis kelamin perempuan (52,9%). Menurut penelitian Grace & Moore
(1991) menemukan bahwa satu pertiga dari remaja laki-laki tidak puas
terhadap tubuhnya dan dua per tiga remaja wanita mengalami
ketidakpuasan akan bentuk tubuhnya. Remaja putra dan putri pada
dasarnya menilai bentuk tubuh mereka sebagai dimensi yang paling
penting dari daya tarik, namun remaja perempuan lebih memperhatikan
bentuk tubuh, ukuran tubuh dibanding remaja laki-laki.
3. Pendidikan Orang Tua
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas orang
tua di wilayah Kelurahan Bintaro berpendidikan SMA dengan persentase
sebanyak 58,8%. Menurut penelitian Kharmina (2014), orang tua yang
berpendidikan SMA memiliki orientasi yang tinggi untuk masa depan
anak-anaknya. Hal yang dilakukan orang tua dapat berupa memberikan
secara materil hal yang butuhkan anak atau berorientasi pada
perkembangan psikologis anak, sehingga dapat mengarah ke pola
pengasuhan yang lebih permisif atau lebih demokratis. Hurlock (2012)
menambahkan bahwa orang tua yang berpendidikan baik akan lebih
mengadaptasi pola pengasuhan permisif atau demokratis.
Orang tua yang cenderung permisif, lebih berorientasi pada
pencarian pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan anak dan jarang
67
berinteraksi dengan anak, sedangkan orang tua yang demokratis lebih
berorientasi pada setiap perkembangan psikologis anak, seperti mereka
akan sering meluangkan waktu dengan anak. Keduanya dapat dilakukan
sesuai dengan orientasi masing-masing orang tua.
B. Gambaran Pola Asuh Orang Tua di wilayah Kelurahan Bintaro Jakarta
Selatan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 153 orang tua di
wilayah Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan didapatkan jenis pola asuh yang
dominan digunakan orang tua yaitu pola asuh permisif dengan persentase
37,9% dan hampir setara dengan persentase pola asuh demokratis sebesar
30,1%.
Hasil pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Husaini
(2013) yang dilakukan di SMA Triguna Utama Ciputat yang memiliki orang
tua remajanya memiliki kecenderungan pola asuh permisif yang rendah
sebesar 8,4%, dan mayoritas memiliki pola pengasuhan yang demokratis
(43,7%). Namun responden pada penelitian Husaini (2013) yaitu remaja
dengan usia pertengahan (15-18 tahun). Pola asuh demokratis dominan
karena memiliki banyak manfaat untuk remaja, seperti menghargai pendapat
orang lain, menghormati perbedaan pendapat, dapat membangun komunikasi
terbuka, menghormati kesetaraan peran dan dapat mengembangkan potensi
diri (Surbakti, 2009 dalam Husaini, 2013).
Hal ini berbeda dengan pola asuh permisif yang mempunyai ciri-ciri
yaitu orang tua memberikan kebebasan untuk berperilaku namun tidak
memberikan batasan atas sesuatu yang dilakukan anak, padahal anak
membutuhkan bimbingan orang tua pada saat masa remaja (Hurlock, 2013).
68
Habibi (2015) mengatakan bahwa pola asuh permisif berdampak pada
keadaan psikologis remaja seperti, mereka merasa bukan merupakan bagian
yang penting dari orang tuanya, berperilaku sesuai keinginannya sendiri atau
bebas berekspresi namun memiliki kontrol diri yang buruk karena tidak
mendapatkan arahan maupun bimbingan dari orang tua serta kurang percaya
diri.
Perbedaan literatur dan hasil penelitian dapat disebabkan karena
berdasarkan hasil studi pendahuluan orang tua di wilayah Kelurahan Bintaro
menganggap anak yang sudah memasuki masa remaja memiliki kewenangan
atau tanggung jawab penuh terhadap dirinya, termasuk dalam berpenampilan,
sehingga anak dibebaskan tanpa bimbingan untuk belajar memahami dan
menerima keadaan tubuhnya saat periode pubertas. Namun terdapat pula pada
hasil studi pendahuluan, orang tua yang tetap mengarahkan remaja nya untuk
memahami perubahan tubuhnya pada saat periode pubertas.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori, bahwa pola asuh demokratis
merupakan pola asuh yang ideal diterapkan orang tua kepada remaja karena
mengedepankan komunikasi terbuka sehingga dapat berdampak positif bagi
penerimaan remaja mengenai penampilan tubuhnya. Sedangkan pola asuh
permisif mengarahkan anak untuk bebas melakukan apa yang dikehendaki
remaja, tidak mengedepankan interaksi dan dampaknya dapat membuat
seorang remaja menjadi kurang percaya diri.
Setiap orang tua memiliki pola pengasuhan yang berbeda-beda,
namun dalam kehidupan sehari-hari mereka melakukan kombinasi diantara
jenis pola asuh tersebut, tetapi hanya terdapat satu pola asuh yang cenderung
69
digunakan orang tua kepada anaknya (Santrock, 2007). Faktor-faktor
mempengaruhi kecenderungan pola asuh tersebut yaitu: pendidikan orang tua,
kelas sosial yang dapat dilihat dari jenis pekerjaan, pola asuh yang diterima
orang tua, konsep tentang peran orang tua dan kepribadian orang tua
(Hurlock, 2012).
C. Gambaran Citra Tubuh Remaja Pada Masa Pubertas di wilayah
Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
persentase citra tubuh positif remaja pada masa pubertas sebesar 78 orang
(51%) hampir sebanding dengan frekuensi citra tubuh negatif sebanyak 75
orang (49%). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Elta (2002)
dengan 42 responden di SLTP Muhammadiyah III Kramat Jati Jakarta Pusat,
dimana persentase citra tubuh negatif (57%) dan citra tubuh (43%) yang
hampir setara, walaupun citra tubuh negatif mendominasi. Elta (2002)
mengungkapkan bahwa dominannya citra tubuh negatif disebabkan
kurangnya pengalaman seorang remaja untuk menghadapi konflik yang
terjadi pada saat memasuki masa remaja awal dan periode pubertas. Seorang
remaja awal belum memiliki banyak pengalaman untuk mengatasi konflik
interpersonal terkait perubahan tubuhnya, namun hal tersebut tidak terlepas
dari peran seseorang yang membantu menyelesaikan masalah tersebut.
Santrock (2007) mengungkapkan bahwa pengalaman remaja yang
dibimbing dan diarahkan oleh orang tua, dewasa ataupun teman sebaya dan
interaksi sosial membantu remaja untuk memahami penampilan tubuhnya.
Keliat (2006) mengatakan bahwa citra tubuh positif tercermin dalam beberapa
70
hal seperti kemampuan untuk mengekspresikan diri yang baik dan percaya
diri, sedangkan citra tubuh negatif timbul sebagai manifestasi dari kecemasan
interpersonal yang timbul akibat kurangnya penerimaan diri dan orang lain
terhadap penampilan tubuhnya, akibatnya remaja menjadi kurang percaya diri
pada lingkungan sosialnya di masyarakat.
Citra tubuh negatif akan membuat seseorang merasa malu,
menurunkan kepercayaan diri dan dapat menurunkan harga diri, sebaliknya
jika remaja bercitra tubuh positif maka akan meningkatkan nilai diri,
kepercayaan diri, serta mempertegas jati diri pada orang lain dan dirinya
sendiri. Penelitian yang dilakukan Arthanti (2007) juga menghasilkan
proporsi yang setara antara citra tubuh negatif 50% dan positif 50% pada
remaja, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi
remaja dalam menginterpretasikan citra tubuhnya. Story (2005) mengatakan
bahwa pada saat remaja, banyak faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuh,
salah satunya adalah kelompok peer group. Jumlah kelompok usia remaja
yang besar di wilayah Kelurahan Bintaro yaitu mencapai 14.000 jiwa
membuat remaja memiliki banyak teman sekelompok usianya.
D. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh Remaja
Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara variabel pola asuh orang tua (indpenden) dan variabel citra
tubuh remaja pada masa pubertas (dependen) karena nilai p value>
dibandingkan nilai alpha 0,05 (p = 0,132). Hasil penelitian Nasution & Yanti
(2012) mendukung hasil penelitian ini, disebutkan bahwa tidak ada hubungan
71
yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kepribadian anak di SMPN
7 Medan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa lingkungan sekitar tempat
penelitian menjadi faktor dominan dalam memberikan efek terhadap
kepribadian remaja, dimana remaja dalam perkembangannya lebih
meluangkan waktu untuk teman sebaya untuk pergi ke luar rumah.
Kerenggangan antara orang tua dan anak juga terjadi pada masa remaja.
Menurut Soetjaningsih (2007) kecenderungan berkumpul dengan teman
sebaya merupakan salah satu representasi dari status sosial yang ingin di akui
sebagai kelompok yang memiliki identitas diri. Remaja berusaha memahami
dan menerima perubahan penampilan fisik nya pada masa pubertas dari sudut
pandang dirinya maupun orang lain dan menginterpretasikan dalam sebuah
persepsi citra tubuh yang di harapkan berkembang ke arah yang positif.
Hasil penelitian dan literatur tersebut tidak sejalan dengan pendapat
Notosoedirjo (2005), bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua akan
memberikan suatu sikap serta perkembangan seorang remaja. Hal ini
diperkuat juga oleh pendapat Surbakti (2009) bahwa keluarga merupakan
faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap konsep diri seorang anak
karena keluarga adalah lingkungan sosial pertama seorang remaja, dimana
remaja tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang menerapkan
pola pengasuhan sesuai dengan orang tua masing-masing.
Penelitian Safa‟ah (2009) berbeda dengan hasil penelitian ini,
berdasarkan hasil tersebut bahwa adanya hubungan antara pola pengasuhan
orang tua dengan konsep diri remaja. Hal ini disebabkan karena remaja
memerlukan model dari orang tua untuk dijadikan pedoman. Orang tua
72
dijadikan tolak ukur oleh remaja untuk menguji diri dalam segi kemampuan
penerimaan diri.
Hasil penelitian ini menunjukkan hampir setara nya pola asuh
demokratis (30,1%) dan permisif (37,9%). Pola asuh demokratis memiliki
remaja dengan citra tubuh yang positif sebesar 65,2% dan negatif 34,8%,
sedangkan pola pengasuhan permisif dengan citra tubuh remaja positif
sebesar 46,5% dan negatif sebesar 53,4%. Pada penelitian Safa‟ah (2009)
didapatkan bahwa orang tua yang menerapkan pengasuhan demokrasi
(76,5%) dengan mayoritas konsep diri yang tinggi pada remaja (90,1%).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Fakhruddiana & Fatwati
(2011), didapatkan p value 0,022<0,05, menunjukkan bahwa semakin tinggi
kecenderungan pola asuh permisif, makin rendah pula motivasi pada anak dan
menurunkan rasa kepercayaan diri dilingkungan sosial.
Remaja yang diasuh oleh orang tua demokratis akan menerima
perlakuan berupa kasih sayang, perhatian besar, dan orang tua menerima serta
memperhatikan perkembangan remaja, sedangkan remaja yang diasuh dengan
pola asuh permisif akan lebih sulit bersosialisasi dengan baik, kontrol diri
buruk karena kurang perhatian dari orang tua nya (Santrock, 2007). Kesulitan
untuk bersosialisasi disebabkan karena remaja tidak dibiasakan berinteraksi
dengan orang tua nya, padahal orang tua merupakan tempat sosialiasi pertama
anak sebelum memasuki masa remaja, masa dimana anak sudah mulai
bersosialisasi dengan lingkungan sosial yang lain. Hal ini berdampak pada
perkembangan kognitif remaja yang akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi konflik karena kurangnya pengalaman yang diberikan orang
73
sekitar.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian, citra tubuh remaja pada masa
pubertas dapat dipengaruhi oleh banyak hal diluar pola pengasuhan orang
tuanya. Hasil yang tidak signifikan antara pola asuh dan citra tubuh, tidak
terlepas dari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi citra tubuh remaja
pada saat remaja ke arah negatif atau positif, seperti adanya kelompok teman
sebaya.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini masih terdapat keterbatasan peneliti
sehingga perlu disempurnakan lagi. Keterbatasan tersebut yaitu: peneliti
kurang menghomogenkan secara detail faktor media massa yang berkaitan
dengan citra tubuh, sehingga memungkinkan terdapat bias pada penelitian.
74
BAB VII
KESIMPULAN
Pada BAB ini, peneliti akan menguraikan kesimpulan dari penelitian
serta saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas
orang tua di wilayah kelurahan Bintaro menerapkan pola asuh permisif
sebesar 39,7% dan frekuensi citra tubuh remaja hampir setara antara citra
tubuh positif 51% dan negatif 49%. Hasil uji statistik diperoleh p value
sebesar 0,132 atau sig-2 tailed>0,05 maka Ho diterima, hal ini
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang
tua dengan citra tubuh remaja pada masa pubertas di wilayah Kelurahan
Bintaro, Jakarta Selatan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka
dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Remaja
a. Remaja pada masa pubertas dalam pemenuhan tugas
perkembangannya yaitu pencarian identitas diri memerlukan
pemahaman mengenai dirinya dalam aspek citra tubuh.
Pemahaman ini diperlukan agar remaja dapat mengidentifikasi
perubahan fisik dan menganggapi nya secara positif.
75
b. Remaja dapat melatih kemampuan verbal untuk meningkatkan
intensitas komunikasi dengan orang lain, sehingga kepercayaan
diri nya meningkat ketika berdikusi dan melatih diri dalam
menyampaikan pendapat.
c. Remaja dapat berkumpul dengan teman sebaya nya untuk
melatih tingkat keberanian dalam berkelompok, tetapi dengan
porsi waktu yang ideal.
2. Bagi Orang Tua
Orang tua dalam hal ini dapat mengaaptasi pola pengasuhan
demokratis yang ideal diterapkan pada remaja usia pubertas karena
bermanfaat dalam mengembangkan citra tubuh remaja ke arah positif.
3. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pendidikan keperawatan
anak dan jiwa untuk memperdalam instrumen pengkajian kesehatan
mental untuk remaja.
4. Bagi Pelayanan Kesehatan/Keperawatan
a. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai upaya-
upaya kesehatan mental pada remaja, mencakup bahasan mengenai
konsep diri pada saat masa pubertas.
b. Hal yang dapat dilakukan perawat keluarga yaitu melakukan
penyuluhan kepada orang tua mengenai jenis-jenis pola
pengasuhan yang mencakup kelebihan, kekurangan, dampak bagi
remaja dan bagaimana mengkombinasikan pola asuh tersebut agar
berdampak postif bagi remaja.
76
5. Bagi Forum Karang Taruna Remaja Kelurahan Bintaro
Karang Taruna Remaja dapat menjadi wadah remaja untuk
mengajak remaja untuk ikut serta dalam forum karang taruna remaja
tersebut dan membuat kegiatan yang tujuannya untuk meningkatkan
potensi remaja dan meningkatkan rasa percaya diri remaja.
6. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas judul
penelitian seperti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuh
remaja pada masa pubertas.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, A. Q. “Hubungan Koping dengan Kepercayaan Diri Siswa dalam
Menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri 5 Kota Tanggerang
Selatan”. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Al- Mighawar, M. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Amran, Yulia. Pengelolaan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, 2012.
Ayu, Delfirana. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Peer Group Terhadap
Konsep Diri Remaja Tentang Perilaku Seksual di SMA Dharma Bakti
Medan tahun 2014.”Tesis S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Sumatera Utara, Skripsi diakses pada 15 April 2016 dari
repository.usu.ac.id, 2014.
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. Statistik Indonesia. Jakarta: BPS, 2010.
Batubara, Jose, RL. “Adolescence Development (Perkembangan Remaja).”
Jurnal Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr Cipto Mangunkusumo
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia Vol.12 No. 1 (Juni 2010): h.
21-27.
Baumrind, Diana. “The Influence of Parenting Style on Adolescent Competence
and Substance Use.”Journal of Early Adolescents Vol. 11 No.1 (February
1991).
Bornstein, Marc. H. Handbook of Parenting. London: Lawrence Erlbaum
Associates Publishers, 2008.
Buri, JR. “Parental Authority Questionnaire.” Journal PubMed No. 57 Vol. 1
(Agustus 1991):h 110
Cash, Thomas F. Body Image: A Handbook of Theory, Research and Clinical.
New York: Guilford Publications, 2002.
Cash, Thomas F. The Body Image Workbook: an Eight Step program for Learning
to Like Your Looks 2nd ed. US: New Harbinger Publications, 2008.
Christina, Titin . “Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Kecemasan Remaja
Putri Pada Masa Pubertas dalam Menghadapi Perubahan Fisik diSMP
Betania Medan.”Skripsi Fakultas Keperawatan. Universitas Sumatera
Utara.Skripsi diakses pada 15 Desember 2015 di repository.usu.ac.id,
2014.
Dariyo, A. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). “Survey Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia”. Jurnal Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2015.
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Dwairy. “Parenting Style In Arab Societ: A first Cross-Regional Research Study.”
Journal of Cross Cultural Psychology Sage Publication. Vol 37 No 3
(May 2006): h.1-18 .
Edwards, Drew. C. Ketika Anak Sulit Diatur: Panduan Orang Tua Untuk
Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung: PT. Mizan Utama, 2006.
Fakhruddiana, Fuadah & Fatwati, A.M. “ Kecenderungan Pola Asuh Permisif dan
Kepercayaan Diri dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa”. Jurnal
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.Vol.11, 2011.
Fathi, Bunda. Mendidik Anak dengan Al-Quran Sejak Janin. Jakarta: Oasis,
2011.
Giles, D. C., dan Maltby, J. “The role of media figures in adolescent development:
relations between autonomy, attachment, and interest in celebrities.
Personality and Individual Differences.” Jurnal Pschcology Research
Gate. Jurnal diakses pada 16 Mei 2016
darihttps://www.researchgate.net,2004.
Grace, S.L., W.R, Moore. “Psychological Effect and Functional Properties of
Dietary Fiber Source”. Journal of Food Ingridients, 1991.
Grogan, Sarah. Body Image: Understanding body dissatisfaction in men, women,
and children 2th edition. New York: Routledge, 2008.
Gullota, Thomas P dan Blau, Gary M. Handbook of Childhood Behavioral Issues:
Evidence Based Approaches to Prevention and Treatment. New York:
Routledge, 2008.
Gunarsa, D. Singgih. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Gunung Mulia, 2008.
Habibi, M.A. Muazar. Analisis Anak Usia Dini. Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Hardy, Malcolm & Heyes, Steve. Beginning Psychology 5th Edition. United
Kingdom: Oxford University Press, 1999.
Harskamp, V. A. Konflik-Konflik dalam Ilmu Sosial. Yogyakarta: Kanisius,
2006.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Hidayat, Taufik dan Istiadah, Nina. Panduan Lengkap Menguasai SPSS-19.
Jakarta: Trans Media Pustaka.
Honigman dan Castle. Living With Your Looks. Asutralia: University of Western
Australia Press, 2007.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan anak. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan anak.Jakarta: Penerbit Erlangga, 2013.
Husaini, Ari. “Hubungan Antara Persepsi Jenis Pola AsuhTerhadap Risiko
Bullying Siswa di SMA Triguna Utama Ciputat.” Skripsi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Jakarta, 2013.
Inayah, Siti. “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri dalam
Menghadapi Perubahan Fisik Saat Pubertas di Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat.” Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Keliat, B.A. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit EGC. 2006.
Ketut, I. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET, 2012.
Kharmina, Niniek. “Hubungan Antara Pendidikan Orang Tua dengan Orientasi
Pola Asuh Anak Usia Dini”. Jurnal Universitas Negeri Semarang. 2014
Kligman, R.M. Nelson Esensi Pediatri Edisi 15. Jakarta: Penerbit EGC, 2007.
Marsiglia, et.al.“Impact of Parenting Styles and Locus of Control on Emerging
Adults' Psychosocial Success.”Journal of Human and DevelopmentVol. 1
Issue 1. 2007.
Meleis, Afaf I. Transitions Theory: Middle Range and Situation Specific Theories
in Nursing Research adn Practice. US: Springer Publishing Conmpany,
2010
Muhith, Abdul. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Jakarta: CV
Andi Offset, 2015.
Nasution, S.Z dan Yanti, Susi. “Pola Asuh Keluarga dan Tipe Kepribadian
Remaja di SMPN 7 Medan.”Jurnal Departemen Keperawatan Jiwa dan
Komunitas FIK USU. (2012): h. 47-50.
Notosoedirjo, Moeljono. Kesehatan Mental dan Penerapan. Malang: UMM Press,
2005.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika, 2009.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
SalembaMedika, 2009.
Perry, Margaret. “Development of Puberty in Adolescent Boys and Girls.” British
Journal of Nursing Vol. 7 No.6 (Juli/Agustus 2012): h. 275-276.
Persada Singgih, G. Psikologi Remaja. Jakarta: Libri, 2008.
Piaget, J. Piaget‟s Theory: Handbook of Child Psycology 4th Edition Vol.1. New
York: Wiley. 1969.
Putri, Dayang., A.W. “Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan
Minum Obat Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Timur.” Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Rahman, Istianah A. “Hubungan antara persepsi pola asuh demokratis ayah
dan ibu dengan perilaku disiplin remaja.”Tesis Fakultas Psikologi.
Universitas Gadjah Mada, 2008.
Rahmaningsih, Dwi dan Martani, Wisjnu. Dinamika Diri pada Remaja Perempuan
Pembaca Teenlit. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Diakses diwww.jurnal.ugm.ac.idpada 16/05/2016 09:50 WIB, 2014.
Saam, Z dan Wahyuni, S. Psikologi KeperawatanEdisi 1 Cetakan ke-1.
Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Sahban. “Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Citra Tubuh Pada Remaja
Obesitas di SMK Widyapraja Unggaran.” Skripsi STIKES Ngudi Waluyo,
2014
Santrock, John W. Remaja edisi 11. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007.
Sarwono, S.W. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV.
Sagung Seto, 2007.
Steinberg, L. “The Fundamental Changes of Adolescent: biological
transition.” Jurnal diakses pada 20 November 2015 dari
highered.mcgraw-hill.com, 2009
Story, M dan Stang, J. Guidelines for Adolescent Nutrition ServicesChap. 13. The
University of Minnesota, 2005.
Surbakti, E.B. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2009.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung: PT ImperialBhaktiUtama,
2007.
Vonderen, Kristen.E.V. Kinally, William. Media Effects on Body Image:
Examining Media Explosure ini the Broader Context of Internal and Other
Social Factors. Orlando: American Communication Journal Vol. 14, Issue
2, 2012
Widiyarini, M.M. Nilam. Seri Psikologi Popular. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2009.
Wong, L Donna. Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit EGC, 2009.
World Health Organization (WHO).WHO Statistical Information System
(WHOSIS). WHO,2007.
World Health Organization (WHO).WHO Statistical Information System
(WHOSIS).WHO,2009.
World Health Organization (WHO).WHO Statistical Information System
(WHOSIS).WHO,2015.
Yani, Widyastuti. Kesehatan Reproduksi Edisi 3. Yogyakarta: Fitramaya, 2010.
Yulita, Refi. “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak
Balita di Posyandu Sakura Ciputat Timur.” Skripsi FKIK. UIN Syarif
HidayatullahJakarta,2014.
Yulrina. Bahan Ajar AIDS Pada Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish,
2015.
Wiknjosastro. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,2007.
Wildan. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Peer Group Terhadap Konsep Diri
Remaja Tentang Perilaku Seksual di SMA Negeri 12 dan MAN 2 Medan
Tahun 2012.”Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera
Utara, 2013.
LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
LEMBAR INFORMED CONSENT
lamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi responden
penelitian yang dilakukan oleh:
Nama : Aninda
NIM : 1112104000002
Alamat : Jl. Mawar 3 No 45 A Pesanggrahan Bintaro Jakarta Selatan
Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian ini.
Saya mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua
berkas yang mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk terkait
penelitian.
Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi. Apabila ada
pertanyaan dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negative pada
saya, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti
memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa
resiko apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya tanda tangani tanpa suatu paksaan.
Saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.
Jakarta, Januari 2016
( )
KUESIONER HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN CITRA
TUBUH REMAJA PADA MASA PUBERTAS
No. Responden :
Tanggal Pengisian :
PETUNJUK UMUM PENGISIAN
Kamu diharapkan untuk tidak menuliskan nama pada lembar kuesioner ini.
Bacalah setiap pernyataan atau pertanyaan dengan teliti sebelum
menjawabnya.
Isilah seluruh pernyataan dibawah ini dengan menggunakan jawaban yang
sesuai dengan pemikiran kamu.
Cara pengisian jawaban disesuaikan dengan petunjuk yang telah diberikan
Kamu diharapkan untuk mengisi seluruh pernyataan yang ada dalam
kuesioner ini secara mandiri
Bila ada pertanyaan yang tidak di mengerti, kamu dapat langsung
menanyakannya kepada peneliti yang berada di sekitar responden
Bila ingin mengganti jawaban pada daftar pernyataan, kamu dapat
memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang ingin diganti, kemudian
memberikan tanda check list (v) kembali pada kolom yang tersedia
Tiap pernyataan akan bernilai bila diisi oleh satu jawaban
Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pernyataan-pernyataan ini.
Ini semata-mata hanya studi tentang persepsi remaja tentang pola asuh
orang tua dan citra tubuh remaja pada masa pubertas
Selamat mengisi
A. Data Demografi
Petunjuk : Jawablah pernyataan yang terdapat dibawah ini dengan jawaban
yang sesuai
1. Jenis Kelamin :
2. Pendidikan Orang Tua : SD SMP SMA PT (ceklis)
3. RW tempat tingal :
B. Data Kontrol
1. Usia : tahun
2. Status Pubertas : *untuk perempuan = sudah haid / belum
*untuk laki-laki = sudah mimpi basah/
belum
3. Orang Tua : *masih hidup / meninggal
4. Memiliki Catat Fisik : *ya/tidak
5. Apakah anda rutin membaca majalah/tabloid/koran/televisi/radio):
*rutin/ jarang
*CORET YANG TIDAK PERLU
C. Daftar Penyataan
1) Kuesioner Citra Tubuh Remaja Pubertas
Keterangan :
BERILAH TANDA SILANG (X) PADA KOLOM YANG ANDA PILIH
Kolom 1 : Sangat Setuju (SS)
Kolom 2 : Setuju (S)
Kolom 3 : Tidak Setuju (TS)
Kolom 4 : Sangat Tidak Setuju (STS)
No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Sebelum berada didepan umum, saya
selalu memperhatikan bagaimana
penampilan saya
2 Saya cermat dalam membeli pakaian yang
akan membuat saya terlihat dengan
penampilan terbaik.
3 Saya memiliki daya tarik fisik
4 Saya terus-menerus khawatir gemuk atau
menjadi gemuk
5 Saya menyukai tubuh saya apa adanya
6 Saya memeriksa penampilan saya di
cermin kapan pun setiap ada kesempatan
7 Sebelum keluar rumah atau berpergian,
saya biasanya memerlukan waktu untuk
bersiap-siap
SS S TS STS
8 Saya sangat sadar akan segala perubahan
berat badan saya, walau sekecil apapun
9 Kebanyakan orang (orang tua)
menganggap saya berpenampilan menarik
10 Penting bagi saya untuk selalu tampil
menarik
11 Saya jarang menggunakan produk
perawatan tubuh
12 Saya menyukai penampilan tubuh saya
13 Saya merasa risih bila penampilan saya
tidak sesuai dengan situasi dan kondisi
14 Saya biasanya memakai pakaian yang
paling mudah saya dapat tanpa
memperdulikan bagaimana penampilan
saya
15 Saya menyukai apabila baju yang saya
kenakan pas di tubuh saya
16 Saya tidak perduli dengan penilaian orang
lain (orang tua) terhadap penampilan saya
17 Saya melakukan perawatan khusus pada
rambut saya
18 Saya tidak menyukai penampilan fisik
saya
19 Menurut saya, tubuh saya tidak menarik
20 Saya tidak pernah memikirkan
penampilan fisik saya
21 Saya selalu berusaha mempercantik
penampilan fisik saya
22 Saya menjalani program diet untuk
menurunkan berat badan
23 Saya akan menurunkan berat badan
dengan berpuasa atau melakukan diet agar
mendapatkan tubuh yang ideal
24 Saya merasa ukuran tubuh saya ideal
25 Dengan melihat diri saya, orang lain
(orang tua) akan berfikir bahwa berat
badan saya ideal
26 Saya puas dengan bentuk wajah dan
warna kulit saya saat ini
27 Saya puas dengan warna rambut,
ketebalan, dan tekstur rambut saya saat ini
28 Saya puas dengan bagian pantat, pinggul,
paha dan kaki saya saat ini
29 Saya puas dengan bagian pinggang dan
perut saya saat ini
SS S TS STS
30 Saya puas dengan bagian dada (payudara
bagi wanita), bahu dan lengan saya saat
ini
31 Saya puas dengan penampilan otot saya
saat ini
32 Saya puas dengan berat badan saya saat
ini
33 Saya puas dengan tinggi badan saya saat
ini
34 Saya menyukai penampilan tubuh saya
secara keseluruhan
2) Kuesioner pola asuh
Keterangan Pengisian :
SS : Setuju Sekali
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya berpikir bahwa, didalam rumah seorang anak
harus punya caranya sendiri untuk tumbuh menjadi
dewasa
2 Meskipun anak tidak setuju dengan saya, saya
memaksa anak untuk mengikuti apa yang saya anggap
benar, karena saya menganggap itu untuk kebaikan
mereka.
3 Setiap kali saya mengatakan pada anak untuk
melakukan sesuatu, saya mengharapkan anak untuk
melakukannya segera tanpa mengajukan pertanyaan
4 Setelah kebijakan keluarga ditetapkan, saya membahas
bersama-sama mengapa kebijakan itu ditetapkan dalam
keluarga
SS S TS STS
5 Saya mengizinkan anak untuk bertanya ketika aturan
dalam keluarga tidak sesuai
6 Saya berfikir bahwa seorang anak bebas membuat
keputusan sendiri dan melakukan apa yang
diinginkannya, meskipun tidak sesuai dengan
keinginan orang tua.
7 Saya tidak mengijinkan anak untuk mempertanyakan
setiap keputusan yang orang tua buat
8. Anak ikut langsung dalam aktifitas dan pengambilan
keputusan untuk anak-anak melalui kedisiplinan
9 Saya merasa bahwa untuk mendidik anak-anak dalam
berperilaku adalah dengan cara yang orang tua
inginkan
10 Saya berpikir bahwa anak tidak perlu mematuhi aturan
dan kebiasaan karena sudah ada lembaga yang
mendidik anak
11 Anak mengerti apa yang orang tua inginkan, tapi anak
bebas untuk mendiskusikan keinginannya dengan
orang tua ketika anak merasa tidak sesuai
12 Menurut saya, bahwa orang tua yang bijak harus
mengajarkan anak-anaknya untuk menuruti aturan-
aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua
13 Saya jarang memberi contoh dan pedoman perilaku
untuk anak
14 Saya melakukan apa yang anak-anak inginkan di
dalam keluarga, ketika membuat keputusan
15 Saya selalu memberikan bimbingan dan arahan secara
rasional dan objektif
16 Saya akan marah jika anak tidak setuju dengan orang
tua
17 Saya berpikir bahwa sebagian besar masalah dalam
lingkungan sosial anak akan terselesaikan jika orang
tua tidak membatasi kegiatan, keinginan, dan
pengambilan keputusan anak, karena anak sudah
dewasa
SS S TS STS
18 Saya akan menghukum anak jika mereka tidak
mengkuti keinginan dan harapan orang tua
19 Saya membiarkan anak untuk memutuskan hal
terpenting dalam hidupnya tanpa harus meminta
persetujuan dari orang tua
20 Saya meminta pendapat anak-anak untuk dijadikan
pertimbangan ketika membuat keputusan keluarga,
tetapi orang tua tidak memutuskan sesuatu hanya karna
anak-anak menginginkannya
21 Meskipun anak tidak setuju dengan orang tua , orang
tua memaksa anak untuk mengikuti apa yang orang tua
anggap benar, karna orang tua menganggap itu untuk
kebaikan anak
22 Saya tidak beranggapan bahwa saya bertanggung
jawab langsung untuk membimbing perilaku anak
23 Saya memberikan arahan dalam perilaku dan kegiatan
anak, dan saya ingin anak mengikutinya, tapi orang tua
bersedia untuk mendengarkan kepentingan anak dan
mendiskusikannya
24 Saya membiarkan anak membangun pandangan sendiri
mengenai masalah keluarga, dan orang tua
mengizinkan anak untuk melakukan apa yang mereka
inginkan
25 Saya merasa bahwa masalah di masyarakat akan
terselesaikan jika orang tua memaksa anaknya untuk
mengikuti apa yang orang tua inginkan
26 Saya selalu mengatakan apa yang saya inginkan, dan
bagaimana saya mengharapkan anak untuk
melakukannya
SS S TS STS
27 Saya selalu memberi arahan dan perilaku yang jelas
untuk kegiatan anak, tapi saya juga mengerti ketika
anak tidak setuju dengan orang tua
28 Saya tidak mengarahkan perilaku, kegiatan, dan
keinginan dari anak-anak dalam keluarga
29 Anak tahu apa yang orang tua inginkan dan orang tua
menegaskan bahwa anak memenuhi harapan-harapan
itu hanya untuk menghormati orang tua
30 Jika saya membuat keputusan yang menyakiti anak,
orang tua bersedia mendiskusikan keputusan itu dan
mengakui jika orang tua melakukan kesalahan
2. Lampiran Hasil Uji Normalitas Data
Descriptives
Statistic Std. Error
skor total item citra tubuh
Mean 88,01 1,146
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 85,74
Upper Bound 90,27
5% Trimmed Mean 88,25
Median 90,00
Variance 200,980
Std. Deviation 14,177
Minimum 48
Maximum 122
Range 74
Interquartile Range 19
Skewness -,421 ,196
Kurtosis ,192 ,390
skor total item pola asuh
Mean 59,53 ,749
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 58,05
Upper Bound 61,01
5% Trimmed Mean 58,81
Median 58,00
Variance 85,764
Std. Deviation 9,261
Minimum 38
Maximum 97
Range 59
Interquartile Range 10
Skewness 1,290 ,196
Kurtosis 2,902 ,390
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skor total item citra tubuh .097 153 .001 .978 153 .015
skor total item pola asuh .110 153 .000 .915 153 .000
a. Lilliefors Significance Correction
3. Lampiran Hasil Penelitian (Univariat dan Bivariat)
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
b. Distribusi Frekuensi Usia Remaja
usiaremaja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
12 37 24,2 24,2 24,2
13 52 34,0 34,0 58,2
14 45 29,4 29,4 87,6
15 19 12,4 12,4 100,0
Total 153 100,0 100,0
c. Distribusi Frekuensi Responden (orang tua) Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
pendidikan orang tua
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
sd 5 3,3 3,3 3,3
smp 33 21,6 21,6 24,8
sma 90 58,8 58,8 83,7
PT 25 16,3 16,3 100,0
Total 153 100,0 100,0
jenis kelamin remaja
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
laki-laki 72 47,1 47,1 47,1
perempuan 81 52,9 52,9 100,0
Total 153 100,0 100,0
d. Distribusi Frekuensi Jenis Pola Asuh Orang Tua
kategoripolaasuh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
demokrasi 46 30,1 30,1 30,1
otoriter 34 22,2 22,2 52,3
permisif 58 37,9 37,9 90,2
campuran 15 9,8 9,8 100,0
Total 153 100,0 100,0
e. Distribusi Frekuensi Jenis Citra Tubuh Remaja
citra tubuh remaja pada masa pubertas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
citra tubuh positif 78 51,0 51,0 51,0
citra tubuh negatif 75 49,0 49,0 100,0
Total 153 100,0 100,0
f. Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Jenis Kelamin Remaja
jenis kelamin remaja * kategoricitra Crosstabulation
kategoricitra Total
positif negatif
jenis kelamin
remaja
laki-laki Count 36 36 72
Expected Count 36,7 35,3 72,0
perempuan Count 42 39 81
Expected Count 41,3 39,7 81,0
Total Count 78 75 153
Expected Count 78,0 75,0 153,0
g. Hubungan Usia Remaja dengan Citra Tubuh
usiaremaja * kategoricitra Crosstabulation
kategoricitra Total
positif negatif
usiaremaja
12
Count 14 23 37
Expected Count 18,9 18,1 37,0
% within usiaremaja 37,8% 62,2% 100,0%
% of Total 9,2% 15,0% 24,2%
13
Count 21 31 52
Expected Count 26,5 25,5 52,0
% within usiaremaja 40,4% 59,6% 100,0%
% of Total 13,7% 20,3% 34,0%
14
Count 27 18 45
Expected Count 22,9 22,1 45,0
% within usiaremaja 60,0% 40,0% 100,0%
% of Total 17,6% 11,8% 29,4%
15
Count 16 3 19
Expected Count 9,7 9,3 19,0
% within usiaremaja 84,2% 15,8% 100,0%
% of Total 10,5% 2,0% 12,4%
Total
Count 78 75 153
Expected Count 78,0 75,0 153,0
% within usiaremaja 51,0% 49,0% 100,0%
% of Total 51,0% 49,0% 100,0%
h. Hubugan Pola asuh Orang Tua dengan Remaja Pada Masa Pubertas
kategoripolaasuh * kategoricitra Crosstabulation
kategoricitra Total
positif negatif
kategoripolaasuh
demokrasi
Count 30 16 46
% within kategoripolaasuh 65,2% 34,8% 100,0%
% of Total 19,6% 10,5% 30,1%
otoriter
Count 14 20 34
% within kategoripolaasuh 41,2% 58,8% 100,0%
% of Total 9,2% 13,1% 22,2%
permisif
Count 27 31 58
% within kategoripolaasuh 46,6% 53,4% 100,0%
% of Total 17,6% 20,3% 37,9%
campuran
Count 7 8 15
% within kategoripolaasuh 46,7% 53,3% 100,0%
% of Total 4,6% 5,2% 9,8%
Total
Count 78 75 153
% within kategoripolaasuh 51,0% 49,0% 100,0%
% of Total 51,0% 49,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5,606a 3 ,132
Likelihood Ratio 5,678 3 ,128
Linear-by-Linear Association 2,826 1 ,093
N of Valid Cases 153
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 7,35.
4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Hasil Reliabilitas Instrumen Pola Asuh
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of
Items
.743 31
b. Hasil Reliabilitas Instrumen Citra Tubuh
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.740 35
c. Hasil Uji Validitas Instrumen Pola Asuh
No Item Nilai r item Nilai r tabel Keterangan
1 0,709 0,334 Valid
2 0,300 0,334 Tidak valid
3 0,560 0,334 Valid
4 0,478 0,334 Valid
5 0,437 0,334 Valid
6 0,636 0,334 Valid
7 0,402 0,334 Valid
8 0,227 0,334 Tidak valid
9 0,281 0,334 Tidak valid
10 0,710 0,334 Valid
11 -0,93 0,334 Tidak valid
12 0,361 0,334 Valid
13 0,699 0,334 Valid
14 0,538 0,334 Valid
15 0,462 0,334 Valid
16 0,578 0,334 Valid
17 0,555 0,334 Valid
18 0,655 0,334 Valid
19 0,618 0,334 Valid
20 0,701 0,334 Valid
21 0,485 0,334 Valid
22 0,426 0,334 Valid
23 0,217 0,334 Tidak valid
24 0,581 0,334 Valid
25 0,579 0,334 Valid
26 0,450 0,334 Valid
27 0,184 0,334 Tidak valid
28 0,765 0,334 Valid
29 0,627 0,334 Valid
30 0,595 0,334 Valid
d. Hasil Uji Validitas Instrumen Citra Tubuh
No Item Nilai r item Nilai r tabel Keterangan
1 0,696 0,334 Valid
2 0,643 0,334 Valid
3 0,611 0,334 Valid
4 0,378 0,334 Valid
5 0,358 0,334 Valid
6 0,655 0,334 Valid
7 0,464 0,334 Valid
8 0,396 0,334 Valid
9 0,394 0,334 Valid
10 0,506 0,334 Valid
11 0,468 0,334 Valid
12 0,169 0,334 Tidak Valid
13 0,407 0,334 Valid
14 0,684 0,334 Valid
15 0,162 0,334 Tidak Valid
16 0,475 0,334 Valid
17 0,764 0,334 Valid
18 0,578 0,334 Valid
19 0,674 0,334 Valid
20 0,518 0,334 Valid
21 0,452 0,334 Valid
22 0,546 0,334 Valid
23 0,436 0,334 Valid
24 0,400 0,334 Valid
25 0,612 0,334 Valid
26 0,409 0,334 Valid
27 0,689 0,334 Valid
28 0,395 0,334 Valid
29 0,550 0,334 Valid
30 0,401 0,334 Valid
31 0,558 0,334 Valid 32 0,451 0,334 Valid 33 0,409 0,334 Valid 34 0,679 0,334 Valid