hubungan perilaku tenaga teknisi elektronik ...repository.utu.ac.id/775/1/bab i_v.pdfkonjungtivitas...

41
HUBUNGAN PERILAKU TENAGA TEKNISI ELEKTRONIK DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) TERHADAP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA(K3) DI KECAMATAN KUALA BATEE ACEH BARAT DAYA SKRIPSI DENY GUSMADY 11C10104265 PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2014

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN PERILAKU TENAGA TEKNISI ELEKTRONIK DENGAN

    PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) TERHADAP

    KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA(K3)

    DI KECAMATAN KUALA BATEE

    ACEH BARAT DAYA

    SKRIPSI

    DENY GUSMADY

    11C10104265

    PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH

    2014

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Akhir-akhir ini, banyak kita lihat alat elektronik yang beredar di pasar

    global maupun lokal yang didesain sesuai dengan perkembangan teknologi yang

    semakin canggih. Hal ini membuat suatu sistem peredaran ekonomi di suatu

    negara semakin maju dan bahkan persaingan di segala bidang pun semakin

    meningkat sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh masing-

    masing manusia.

    Menurut Ennanoza (2008), para pemuda tertarik dan melirik profesi bisnis

    karena cukup menjanjikan masa depan yang cerah. Untuk mengantisipasi

    pekerjaan bisnis, mereka harus mempersiapkan bekal berupa sikap dan mental

    serta menguasai beberapa keterampilan, salah satunya keterampilan di bidang

    Elektronika. Akan tetapi, keterampilan ini dapat memberi peluang terhadap resiko

    terjadinya penyakit atau kecelakaan kerja pada tenaga teknisi elektronik yang

    disebabkan oleh unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor

    lingkungan). Hal ini juga dikatakan oleh Anizar (2012), yang mengutip catatan

    International Labor Organization (ILO) di mana setiap tahunnya terjadi 1,1 juta

    kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan kerja, dengan 300.000

    kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena

    penyakit akibat kerja, dimana diperkirakan terjadi sekitar 160 juta penyakit karena

    pekerjaan setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat ratusan juta

    penduduk dunia bekerja dalam kondisi yang tidak sehat dan tidak selamat.

    1

  • 2

    Indonesia merupakan negara berkembang didunia dengan angka penyakit

    dan kecelakaan kerja yang masih sangat besar setiap tahunnya. Hal ini juga

    diungkapkan oleh Anizar (2012), yang menutip data Biro Pusat Statistik dimana

    jumlah tenaga kerja Indonesia pada tahun 1997 sebanya 89 juta dan pada tahun

    2000 sudah mencapai lebih dari 95 juta orang, Oleh karena itu setiap pekerja di

    Indonesia harus diberikan pengetahuan lebih dalam tentang penyakit akibat kerja,

    penyebabnya dan cara penanggulangannya.

    Menurut penelitian, 80-85% kecelakaan kerja tersebut disebabkan oleh

    unsafe action. Oleh karena itu pencegahan harus berdasarkan pengetahuan tentang

    sebab-sebab kecelakaan. Hal ini dapat diketahui dengan mengadakan analisa

    tentang kecelakaan. Oleh karena itu, kebijakan perusahaan memegang peranan

    penting dalam mengatasinya dan tentu saja pihak pekerja memegang peranan

    penting untuk meminimalisasi kecelakaan tersebut (Anizar, 2012).

    Upaya yang dilakukan pemerintah dalam kesehatan kerja sesuai dengan

    Undang-Undang No.1 tahun 1970 yang mengatur tentang penyediaan dan

    penggunaan APD ditempat kerja, baik bagi pengusaha maupun tenaga kerja

    (Keusuma, T.A, 2008)

    Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Kuala Batee periode

    Januari sampai dengan Juni 2014 tercatat 405 tindakan UGD (Unit Gawat

    Darurat) yang mana 6 diantaranya berprofesi sebagai tenaga teknisi elektronik,

    675 kasus penyakit ISPA dan 27 kasus menimpa tenaga teknisi elektronik secara

    ganda.

  • 3

    Dari hasil pengamatan tahap awal yang dilakukan pada teknisi elektronik

    di delapan tempat service yang ada di Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh

    Barat Daya (ABDYA) Tahun 2014, diketahui bahwa tenaga teknisi elektronik

    tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap dan benar seperti

    masker, goggles, penutup muka khusus, sepatu mengkonduktor, sarung tangan

    10.000 volt/3 menit dan pakaian pengaman sesuai fungsinya. Padahal alat dan

    bahan yang digunakan dapat mengancam kesehatan pekerja dan usaha itu sendiri

    seperti penggunaan solder, solder uap/Hot air, timah, cairan rosin, pasta

    solder/lowpet, cairan IPA dan cairan songka sehingga terjadi gangguan kesehatan

    seperti batuk, sesak, kesetrum/tersengat listrik, mata perih, mudah lelah, luka pada

    jari dan stres.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, penulis ingin mengetahui Hubungan

    Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Tenaga Teknisi Elektronik Dengan Penggunaan

    APD Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Di Kecamatan Kuala

    Batee ABDYA Tahun 2014.

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui Hubungan Perilaku Tenaga Teknisi Elektronik Dengan

    Penggunaan APD Terhadap K3 Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014.

  • 4

    1.3.2. Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Tenaga Teknisi

    Elektronik Dengan Penggunaan APD Terhadap K3 Di Kecamatan

    Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    2. Untuk mengetahui hubungan Sikap Tenaga Teknisi Elektronik Dengan

    Penggunaan APD Terhadap K3 Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA

    Tahun 2014

    3. Untuk mengetahui Hubungan Tindakan yang dilakukan Tenaga

    Teknisi Elektronik Dengan Penggunaan APD Terhadap K3 Di

    Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014.

    1.4. Hipotesis Penelitian

    1. Ada hubungan tingkat Pengetahuan Tenaga Teknisi dengan Penggunaan

    APD Terhadap K3 Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    2. Ada hubungan Sikap Tenaga Teknisi dengan Penggunaan APD Terhadap

    K3 Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    3. Ada hubungan Tindakan yang dilakukan Tenaga Teknisi dengan

    Penggunaan APD Terhadap K3 Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA

    Tahun 2014.

    1.5. Manfaat Penelitian

    1.3.3. Manfaat Teoritis

    1. Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai Hubungan Perilaku

    Tenaga Teknisi Elektronik Dengan Penggunaan APD

  • 5

    2. Sebagai masukan dan bahan bacaan Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Teuku Umar (FKM-UTU)

    3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan para teknisi elektronik

    tentang pentingnya penggunaan APD pada saat bekerja

    4. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam

    penggunaan APD.

    1.3.4. Manfaat Praktis

    1. Memberi informasi tentang penggunaan APD kepada para teknisi

    elektronik

    2. Sebagai bahan pertimbangan dinas kesehatan dan tenaga kerja dalam

    upaya promosi kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan

    masyarakat mengenai K3 dan penggunaan APD secara benar.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Teknisi Elektronik

    Kata teknisi tidak asing lagi kita dengar dari masyarakat karena

    keberadaan teknisi sekarang sangat mudah dijumpai, teknisi merupakan julukan

    atau istilah yang disandang oleh seseorang yang bisa menyelesaikan sesuatu

    permasaalahan pada teknologi dengan dilandasi keahlian dan profesi yang

    dimiliki dalam dunia wirausaha.

    Teknisi umumnya adalah seseorang yang menguasai bidang teknologi

    tertentu yang lebih banyak memahami teori bidang tersebut, seperti insinyur.

    Umumnya mereka lebih menguasai teknik dibandingkan layperson rata-rata, atau

    malah profesional dalam bidang itu. Pemahaman tingkat menengah atas teori dan

    teknik tingkat tinggi umumnya dikuasai oleh teknisi untuk menjadi ahli dalam hal

    peralatan tertentu dan Elektronika Secara Umum adalah ilmu yang mempelajari

    tentang listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran

    elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu alat. Pengendalian elektron ini

    terjadi dalam ruangan hampa atau ruang yang berisi gas bertekanan rendah seperti

    tabung gas dan bahan semikonduktor. Seperti komputer, peralatan elektronik,

    termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. sementara pengertian elektronik

    adalah kata sifat yang dapat kita hubungkan dengan piranti-piranti kekal atau

    sistem yang mengunakan piranti-piranti electron. (Mahdinursyah, 2009).

    Menurut Ennanoza (2008) dalam dunia wirausaha ada beberapa

    karakteristik yang perlu dimiliki dan perlu dikembangkan yaitu berwatak luhur,

    6

    http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Insinyurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Profesionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Teorihttp://id.wikipedia.org/wiki/Ahlihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bidang_studihttp://id.wikipedia.org/wiki/Peralatan

  • 7

    kerja keras dan disiplin, mandiri dan realitis, prestatif dan komitmen tinggi,

    berfikir positif dan bertanggung jawab, dapat mengendalikan emosi, tidak ingkar

    janji dan tepat waktu, belajar dari pengalaman, memperhitungkan resiko, merasa

    kebutuhan orang lain, bekerja sama dengan orang lain, menghasilkan sesuatu

    untuk orang lain, memberi semangat orang lain, mencari jalan keluar bagi setiap

    permasaalahan, merencanakan sesuatu sebelum bertindak.

    2.2. Alat dan Bahan Teknisi Elektronik

    Dalam bekerja tentu saja harus ada alat dan bahan yang digunakan sesuai

    dengan pekerjaan yang dilakukan, begitu juga halnya dengan alat dan bahan yang

    digunakan oleh teknisi elektronik seperti yang dikatakan oleh Daniswara dan

    Riyan, (2007) yang mana alat dan bahan yang digunakan oleh tenaga teknisi

    adalah sebagai berikut ;

    1. Obeng dengan berbagai jenis, untuk membuka dan memasang baut,

    2. Pinset, untuk mengambil dan memegang komponen IC atau baut dengan cara

    menjepit,

    3. Multitester, (Avo Meter), untuk mengecek ada tidaknya hubungan arus antar

    komponen,

    4. Solder, untuk mematri kaki-kaki komponen ke PCB (Print Circuit Boar)

    dengan menggunakan timah,

    5. Solder uap (Hot Air), untuk mencairkan timah sehingga memudahkan

    pencabutan IC atau komponen lainnya dari PCB,

    6. Power Supply, merupakan alat pengantar dan pembagi arus listrik keseluruh

    komponen sesuai kebutuhan,

  • 8

    7. Desktop multi, untuk pengisian arus pada baterai dalam tahap awal,

    8. Blower, untuk pelengkap pada saat menyolder komponen yang akan

    menghisap asap hasil dari solderan,

    9. Lampu duduk, untuk alat bantu penerang,

    10. Penjepit PCB, untuk menjepit PCB agar tidak lari-lari,

    11. Bahan untuk servis ;

    - Timah, untuk menyolder,

    - Flug/cairan Rosin, untuk mengangkat IC,

    - Kabel jumper, untuk menghubungkan satu komponen dengan komponen

    lainnya,

    - Pasta solder (lowpet), untuk membersihkan mata solder,

    - Cairan IPA, untuk membersihkan karat atau bekas cairan songka (arpus),

    - Cairan songka, untuk mendinginkan dan mempermudah pencairan timah.

    2.3. Penyakit Akibat Kerja di Tempat Servis Elektronik

    Penyakkit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,

    alat, bahan, dan proses yang terjadi ditempat kerja (Anizar, 2012).

    Penyakit akibat kerja di tempat servis elektronik dapat digolongkan

    kedalam golongan fisik (infrared), kimiawi (timah, cairan IPA), biologis (debu),

    fisiologis (ergonomis), fisikososial (beban kerja).

    2.1.1. Golongan Fisik

    Ruangan kerja di tempat servis elektronik dapat menimbulkan

    konjungtivitas foto elektrika pada mata yang di sebabkan oleh radiasi infra merah

    yang ada pada sebahagian elektronik.

  • 9

    Pencegahan :

    - Mengurangi lamanya paparan,

    - Pengukuran dosis,

    - Mempertahankan jarak aman,

    - Memakai APD kobalt biru,

    - Sheilding (mengurangi waktu kerja).

    2.1.2. Golongan Kimiawi

    Bahan yang digunakan dapat menimbulkan rasa nyeri kepala dan iritasi

    pada saluran napas yang disebabkan oleh cairan IPA.

    Pencegahan :

    - Pengawasan Hygiene yang baik ditempat kerja,

    - Memakai masker.

    2.1.3. Golongan Biologis

    Ruangan kerja di tempat servis elektronik dapat menimbulkan leptopirosis

    dan tuberkulosis yang disebabkan oleh Bakteri.

    Pencegahan :

    - Mengurangi hewan reservior atau serangga vektornya,

    - Pembatasan peredaran hewan vektor.

    2.1.4. Golongan Fisiologis

    Tempat kerja yang kurang ergonomis tidak sesuai dengan fisiologi dan

    anatomi manusia dapat berakibat cacat pada tubuh.

    Pencegahan :

    - Memperbaiki kondisi tempat kerja yang tidak ergonomis,

  • 10

    - Mengajarkan kepada para pekerja postur kerja yang benar sesuai profesi

    masing-masing.

    2.1.5. Golongan Fisikososial

    Penyakit akibat kerja pada golongan ini diakibatkan karena beban kerja

    yang terlalu berat dan melebihi kapasitas kerja manusia.

    Pencegahan :

    - Kerjasama yang baik antar pekerja,

    - Waktu untuk refreshing,

    - Bagi para pemimpin agar menghindari pemaksaan hasil kerja maksimal yang

    terlalu berlebihan dari para pekerja.

    2.4. Kecelakaan Kerja di Tempat Servis Elektronik

    Seperti yang kita ketahui, setiap kegiatan pasti ada dampak baik dan

    buruknya begitu juga dengan kegiatan yang dikerjakan oleh teknisi elektronik,

    berikut ini kegiatan yang berdampak buruk terhadap pekerja diruangan service;

    1. Aktivitas didepan komputer, resiko iritasi mata,

    2. Perbaikan Liquid Colour Display (LCD)/layar, beresiko jari/tangan terluka,

    tergores pecahan kaca,

    3. Pencucian PCB dan komponen-komponen, beresiko terhirup/tertelan cairan

    IPA,

    4. Pensolderan, pencabutan dan penjamperan komponen-komponen, beresiko

    terhirup dan iritasi mata yang disebabkan oleh Asap dan uap hasil pemanasan

    serta tersengat anggota tubuh oleh solder dan gordak,

  • 11

    5. Pengecasan baterai dengan Power Supply/desktop multi, beresiko cidera

    anggota tubuh jika baterai meledak karena kelebihan arus,

    6. Tersengat arus listrik pada saat pemeriksaan jalur pada PCB.

    2.5. Alat Pelindung Diri (APD)

    Akhir-akhir ini banyak kita temui teknisi ditempat-tempat service baik

    usaha besar maupu kecil yang sangat minim dalam penggunaan Alat Pelindung

    Diri (APD), padahal penggunaannya sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan

    dan keselamatan teknisi itu sendiri karena tanpa disadari bahan dan alat yang

    digunakan bisa saja mengancam teknisi tersebut, meskipun APD tidak bisa

    dengan sempurna menjadi benteng yang kokoh setidaknya bisa menjadi

    penyangga dalam arti kata bisa mencegah atau meminimalisasikan resiko

    terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan.

    Berdasarkan pendapat Anizar (2012) dalam bukunya cetakan ke 2 tahun

    2012 yang berjudul “Teknik Keselamatan dan Kesehatan kerja di Industri” APD

    adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebahagian

    atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Hal ini

    bukanlah berarti secara sempurna dapat melindungi tubuh si pekerja, tetapi akan

    dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Menurut Anizar APD

    adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh bangunan yang

    bekerja disebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan

    menggunakannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui

    Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus

    memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan

  • 12

    efektif terhadap jenis bahaya.

    Anizar juga menyebutkan syarat-syarat yang harus diperhatikan dan APD

    yang digunakan oleh tenaga teknisi yaitu sebagai berikut;

    1. Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam APD;

    a. Enak dan nyaman dipakai,

    b. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak

    pekerja,

    c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis

    bahaya/potensi bahaya,

    d. Memenuhhi syarat estetika,

    e. Memperhatikan efek samping dari APD,

    f. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga

    terjangkau.

    2. APD yang digunakan oleh teknisi adalah sebagai berikut;

    a. Masker, perlindungan ini untuk mengatasi partikel debu, uap timah dan

    asap hasil pemanasan,

    b. Goggles, merupakan pelindung pada mata untuk mengatasi asap dari hasil

    pemanasan yang dapat menyebabkan keperihan,

    c. Penutup muka khusus,

    d. Sepatu pengaman, pekerja harus memakai sepatu mengkonduktor, yaitu

    sepatu tanpa paku/logam,

    e. Sarung Tangan, sarung tangan terbuat dari karet tahan sampai 10.000 volt

    selama 3 menit,

  • 13

    f. Pakaian pengaman, pakaian yang mampu melindungi tubuh pekerja dari

    bahaya yang timbul ditempat kerja.

    2.6. Asas Pencegahan Kecelakaan Kerja

    Kecelakaan kerja adalah sesuatu hal yang tidak dikehendaki dan diluar

    dugaan yang tidak kita ketahui kapan akan terjadinya, Setiap akibat pasti ada

    sebabnya begitu juga denga kecelakaan pasti ada sebabnya.

    Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan

    hubungan kerja pada perusahaan, hubungan kerja disini dapat berarti bahwa

    kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan

    pekerjaan (Anizar, 2012).

    Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat

    kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat

    mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada

    akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja

    tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan

    pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh.

    Secara umum penyebab kecelakaan ada 2 yaitu ;

    1. Unsafe Action, yang disebabkan oleh hal-hal berikut ;

    1) Ketidak seimbangan fisik tenaga kerja seperti ;

    a. Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah,

    b. Cacat fisik,

    c. Cacat sementara,

    d. Kepekaan panca indra terhadap sesuatu.

  • 14

    2) Kurang pendidikan seperti ;

    a. Kurang pengalaman,

    b. Salah pengertian terhadap suatu perintah,

    c. Kurang terampil,

    d. Salah mengartikan SOP (Standard Operational Procedure) sehingga

    mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja.

    3) Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan

    4) Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian

    5) Pemakaian APD hanya berpura-pura

    6) Mengangkut beban yang berlebihan

    7) Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja.

    2. Unsafe Condition, yang disebabkan oleh hal berikut ;

    1) Peralatan yang sudah tidak layak pakai,

    2) Ada api di tempat bahaya,

    3) Pengamanan gedung yang kurang standar,

    4) Terpapar bising,

    5) Terpapar radiasi,

    6) Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan,

    7) Kondisi suhu yang membahayakan,

    8) Dalam pengadaan pengamanan yang berlebihan,

    9) Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya.

    Asas pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan oleh pihak manajemen

    perusahaan maupun oleh pihak pekerja atau tenaga kerja.

  • 15

    2.7. Undang-Undang K3

    Dilihat dari dampak buruk yang menjadi suatu masalah kesehatan dan

    keselamatan kerja terhadap seluruh tenaga kerja, pemerintah juga mengambil

    suatu kebijakan yang dibubuhkan dalam undang-undang dan keputusan presiden

    sebagai berikut;

    1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

    2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,

    3. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

    4. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul

    Akibat Hubungan Kerja.

    2.8. Perilaku

    Perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap

    rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi

    organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang

    diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti

    rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku

    manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta

    dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

    Berdasarkan batasan perilaku yang dikutip oleh notoatmodjo, (2012) dari

    Skinner, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

    terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

    pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan.

  • 16

    2.9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

    Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus

    atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons

    sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

    bersangkutan seperti yang dikatakan oleh notoatmodjo, (2012) dalam bukunya

    yang berjudul “Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan” perilaku merupakan

    totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau

    resultant antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

    Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai

    bentangan yang sangat luas. Notoatmodjo juga memodisifikasi teori bloom (1908)

    untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni;

    1. Pengetahuan (Knowledge)

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

    melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa dan raba. Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh

    melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

    Pengetahuan yang dicakup dalam domain kongnitif mempunyai enam tingkat,

    yaitu ;

    a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya.

  • 17

    b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

    menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

    c. Aplikasi (Aplication), adalah suatu kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

    d. Analisis (Analysis), adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

    suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

    struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    e. Sintesis (Synthesis), kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

    formulasi-formulasi yang ada.

    f. Evaluasi (Evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

    yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

    atau responden notoatmodjo, (2012).

    2. Sikap (attitude)

    Sikap merupakan reaksi suatu respons seseorang yang masih tertutup dari

    seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat

    langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

    yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

    reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan

    reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus-stimulus sosial.

    Notoatmodjo, (2012).

  • 18

    Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan.

    a. Menerima (receiving)

    Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

    diberikan (objek).

    b. Merespons (responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

    tugas yang diberikanadalah suatu indikasi dari sikap.

    c. Menghargai (valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

    masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

    d. Bertanggung jawab (responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

    segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

    Pengukuran sikap dapat diukur secara langsung dan tidak lansung. Secara

    langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

    terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

    pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden

    notoatmodjo, (2012).

    3. Praktik atau Tindakan (Practice)

    Menurut notoatmodjo, (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

    suatu tindakan (overt behavoir). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

    perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

    memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga

  • 19

    diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain. Praktik ini mempunyai

    beberapa tingkatan.

    a. Respon terpimpin (Guided Response), dapat melakukan sesuatu sesuai

    dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator

    praktik tingkat pertama.

    b. Mekanisme (Mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

    dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

    kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat kedua.

    c. Adopsi (Adopsion), suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

    dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

    mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

    Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

    wawancara dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,

    hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara

    lansung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

    Pengukuran praktik (overt behavoir) juga dapat diukur dari hasil perilaku

    tersebut notoatmodjo, (2012).

  • 20

    2.10. Landasan Teori

    Gambar 2.1 Landasan Teori

    2.11. Kerangka Konsep

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 2.1 kerangka konsep

    Perilaku

    Teori

    Notoatmodjo, 2012

    Alat Pelindung

    Diri (APD)

    Teori

    Anizar, 2012

    Teknisi Elektronik

    Teori

    Mahdinursyah, (2009)

    Alat dan Bahan Tenaga

    Teknisi

    Teori

    Daniswara, Riyan, (2012)

    Penyakit Akibat Kerja

    ditempat Servis elektronik

    Teori

    Anizar, (2012)

    Alat Pelindung Diri (APD)

    Teori

    Anizar, (2012)

    Undang-Undang (UU) K3 - UU No.1 Tahun 1970 - UU No.23 Tahun 1992 - UU No.13 Tahun 2003 - Kepres No.22 Tahun

    1993

    Asas Pencegahan

    Kecelakaan Kerja

    Teori

    Anizar, (2012)

    Pengetahuan

    Sikap

    Tindakan

    Penggunaan Alat

    Pelindung Diri (APD)

  • 21

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini bersifat Analitik dengan desain Cross Sectional, dimana

    peneliti di sini ingin melihat Hubungan Perilaku Tenaga Teknisi Elektronik

    Dengan Penggunaan APD Terhadap K3 Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA

    Tahun 2014 dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010)

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian berlokasi di tempat-tempat service elektronik yang akan

    dilakukan pada tenaga teknisi elektronik yang ada di Kecamatan Kuala Batee

    ABDYA Tahun 2014.

    3.2.2. Waktu Penelitian

    Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 08 s/d 15 Mei 2014.

    3.3. Populasi dan Sampel

    3.3.1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga teknisi elektronik yang

    menyediakan jasa service di Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014 yaitu

    sebanyak 34 jiwa.

    3.3.2. Sampel

    Sampel penelitian ini adalah total dari populasi tenaga teknisi elektronik

    yang menyediakan jasa service di Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    sebanyak jumlah populasi yaitu 34 jiwa. Menurut Arikunto apabila subjek kurang

    21

  • 22

    dari 100, lebih baik semua subjek dijadikan sampel sehingga penelitian tersebut

    merupakan penelitian populasi (Arikunto, 1998).

    3.4. Metode Pengumpulan Data

    3.4.1. Data Primer

    Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

    pengumpulan secara langsung oleh peneliti pada subjek dan objek penelitian

    dengan melakukan observasi, wawancara dengan menggunakan kuisioner dan

    angket terhadap tenaga teknisi elektronik yang menyediakan jasa service di

    Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014 yang termasuk dalam sampel

    penelitian ini.

    3.4.2. Data Sekunder

    Data skunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara tidak

    langsung oleh peneliti dari kantor camat, serta literatur-literatur lainnya tentang

    tenaga teknisi elektronik yang menyediakan jasa service di Kecamatan Kuala

    Batee ABDYA Tahun 2014 yang berhubungan dengan penelitian ini.

    3.5. Definisi Operasional

    Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

    Variabel Bebas (Independen)

    NO Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    1 Pengetahuan Kemampuan

    responden dalam

    hal pemahaman

    terhadap

    penggunaan APD

    Terhadap K3

    Wawancara Kuisioner 1. Baik 2. Kurang

    Baik

    Ordinal

  • 23

    2 Sikap Reaksi/respon

    responden untuk

    berperilaku yang

    mempunyai

    motivasi dalam

    kesiapan

    bertindak

    terhadap

    penggunaan APD

    Terhadap K3

    Wawancara Kuisioner 1. Setuju 2. Tidak

    Setuju

    Ordinal

    3 Tindakan Perlakuan yang

    ditimbulkan dari

    pengetahuan dan

    sikap responden

    terhadap

    penggunaan APD

    Terhadap K3

    Wawancara Kuisioner 1. Baik 2. Kurang

    Baik

    Ordinal

    Variabel Terikat (Dependen)

    4 Penggunaan

    APD

    Kelengkapan

    APD yang

    digunakan

    responden pada

    saat bekerja

    Wawancara Kuisioner 1. Lengkap 2. Tidak

    Lengkap

    Ordinal

    3.6. Aspek Pengukuran

    3.6.1. Variabel Independen

    Aspek pengukuran variabel independen adalah faktor yang mempengaruhi

    perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.

    1. Variabel Pengetahuan

    Untuk mengetahui pengatahuan responden tentang Penggunaan APD

    diajukan 5 butir pertanyaan berbentuk kuisioner. Setiap butir pertanyaan yang

    benar di beri skor 2, maka interval skor adalah 2x5=10, maka kelompok rentang

    skor variabel pengetahuan dibagi 2 kelompok sama besar yaitu;

    a. Baik : apabila total skor >5

    b. Kurang baik : apabila total skor ≤5

  • 24

    2. Variabel Sikap

    Untuk mengetahui sikap rasponden diajukan 5 butir pertanyaan berbentuk

    kuisioner. Setiap butir pertanyaan yang benar di beri skor 2, maka interval skor

    adalah 2x5=10, maka pengelompokan skor variabel sikap dibagi menjadi 2

    kelompok yaitu;

    a. Setuju : apabila total skor >5

    b. Tidak setuju : apabila total skor ≤5

    3. Variabel Tindakan

    Untuk mengetahui tindakan responden tentang Penggunaan APD diajukan

    5 butir pertanyaan berbentuk kuisioner. Setiap butir pertanyaan yang benar di beri

    skor 2, maka interval skor adalah 2x5=10, maka kelompok rentang skor variabel

    tindakan dibagi 2 kelompok sama besar yaitu;

    a. Baik : apabila total skor >5

    b. Kurang baik : apabila total skor ≤5

    3.6.2. Variabel Dependen

    Untuk mengetahui responden yang tidak menggunakan APD diajukan 2

    butir pertanyaan berbentuk kuisioner. Setiap butir pertanyaan yang benar di beri

    skor 2, maka interval skor untuk variabel penggunaan APD adalah 2x2=4,

    pengelompokan skor variabel penggunaan APD dibagi 2 kelompok yaitu;

    a. Lengkap : apabila total skor >2

    b. Tidak lengkap : apabila total skor ≤2

  • 25

    3.7.1. Cara Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

    1. Editing ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat di olah

    dengan baik sehingga mendapat informasi yang benar dengan

    mengoperasikan kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau

    pengolahan data

    2. Coding, adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban

    yang ada menurut macamnya dengan cara menanda masing-masing

    jawaban dengan kode-kode tertentu

    3. Tabulating adalah data yang diperoleh dikelompokkan dan ditampilkan

    dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

    3.8. Teknik Analisa Data

    3.8.1. Univariat

    Analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara deskritif distribusi

    frekuensi variabel-variabel yang diteliti baik variabel terikat maupun bebas. Untuk

    analisa ini semua variabel disajikan dalam bentuk proporsi skala ordinal.

    3.8.2. Bivariat

    Analisa yang yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

    berhubungan atau korelasi. Dalam penelitian ini data akan disajikan dalam bentuk

    tabel narasi tabulasi silang (tabel cross sectional) dengan menggunakan uji Chi-

    Square (X2) pada tingkat kemaknaan 95% (0,05) dengan menggunakan rumus ;

    X2=∑ (fo-fe)

    2

    fe

  • 26

    Keterangan ;

    X2

    = Nilai Chi-Square

    𝑓0 = Nilai Observasi

    𝑓e = Nilai Ekspektasi

    Jika nilai p-value < nilai α 0.05 maka HO diterima yang berarti ada

    hubungan dan jika nilai p-value > nilai α 0.05 maka HO ditolak yang

    berarti tidak ada hubungan.

  • 27

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum

    4.1.1. Keadaan Geografis

    Kecamatan Kuala Batee terletak di Kabupaten Aceh Barat Daya

    (ABDYA) dengan luas tanah ± 652.00 KM2 yang berjarak ± 20,60 KM dari

    ibukota kabupaten dan terdiri dari 21 desa, 3 mukim. Adapun batas-batas wilayah

    Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya (ABDYA) sebagai berikut ;

    - Sebelah Utara = Kabupaten Gayo Lues

    - Sebelah Selatan = Samudera Indonesia

    - Sebelah Barat = Kecamatan Babahrot

    - Sebelah Timur = Kecamatan Jeumpa.

    4.1.2. Keadaan Demografis

    Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kecamatan dan hasil

    pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, Jumlah tempat service elektronik

    sebanyak 8 tempat dengan jumlah teknisi sebanyak 34 0rang. Untuk lebih jelasnya

    dapat di lihat pada tabel berikut.

    Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Tempat Dan Tenaga Teknisi Elektronik Di

    Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    No Tempat Jumlah Teknisi %

    1. Amier Service 3 8.82

    2. Andy Service 2 5.88

    3. Burhan Service 2 5.88

    4. Elecktro Service 4 11.76

    5. JALEO Celluller 6 17.65

    6. RJ Celluller 6 17.65

    27

  • 28

    7. SUNY Celluller 3 8.82

    8. SUNY LOVE Celluller 8 23.53

    Jumlah 34 100 Sumber: Data Primer (Diolah 2014)

    Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di

    Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    No Pendidikan Frekuensi %

    1. Tamatan SD/Sederajat 0 0

    2. Tamatan SLTP/Sederajat 8 23.53

    3. Tamatan SMA/Sederajat 16 47.06

    4. Tamatan PT/Sederajat 10 29.41

    5. Kursus Elektronik 0 0

    Jumlah 34 100 Sumber: Data Primer (Diolah 2014)

    Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 34 responden, yang paling banyak

    berpendidikan tamatan SMA/Sederajat dengan 16 responden (47.06%) dan yang

    tidak ada sama sekali tamatan SD/Sederajat dan Kursus Elektronik.

    Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Kecamatan Kuala

    Batee ABDYA Tahun 2014

    No Umur Frekuensi %

    1. 31 Tahun 4 11.76

    Jumlah 34 100 Sumber: Data Primer (Diolah 2014)

    Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 34 responden, yang paling banyak

    terdapat pada umur 21-25 tahun dengan 14 responden (41.18%) sedangkan yang

    paling sedikit umur >31 tahun dengan 4 responden (11.76%).

  • 29

    Tabel 4.4 Distribusi Sarana Umum Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA

    Tahun 2014

    No Desa

    SD

    /MI

    SL

    TP

    /MT

    sN

    SM

    U/M

    A

    Pu

    skes

    mas

    Pra

    kte

    k d

    ok

    ter

    Po

    s p

    ersa

    lin

    an/p

    oli

    nd

    es/

    po

    skes

    des

    Do

    kte

    r

    Bid

    an

    Per

    awat

    /man

    tri

    Kes

    ehat

    an

    Mes

    jid

    Su

    rau

    1. Lama Tuha 1 - - 1 - 1 - 1 - 1 2

    2. Keude Baro - 1 - 2 - 1 - 1 2 2 2

    3. Ie Mameh 1 - - 1 - - - 1 2 1 2

    4. Alue Pisang 1 - - 1 - - 2 1 11 1 2

    5. Krung Batee - - - - - 1 - 1 1 1 2

    6. Lhok Gajah 1 - - - - 1 - 1 - 1 2

    7. Muka Blang - - - 1 - - - 1 - 1 2

    8. Padang Sikabu 1 1 1 - 1 - - 1 1 1 3

    9. Lhung Gelumpang - - - - - 1 - 1 - 1 1

    10. Alue Padee 2 - 1 1 - 1 - 1 2 1 2

    11. Blang Panyang - - - 1 - 1 - 1 1 1 -

    12. Kampung Tengah 1 - - 1 - 1 - 1 - 1 2

    13. Blang Makmur 1 - - 1 - 1 2 1 12 3 3

    14. Kuala Tereubu 1 - - 1 - 1 - 1 2 1 3

    15. Pasar Kota Bahagia 2 1 1 - 1 1 - 1 - 2 4

    16. Panto Cut 1 - - - - 1 - 1 - 1 3

    17. Kota Bahagia 1 - - - - 1 - 1 - 1 2

    18. Geulanggang Gajah 1 - - - - 1 - 1 - 1 2

    19. Krung Panto 1 - - - - 1 - 1 - 1 3

    20. Drien Beurumbang 1 1 - - - 1 - 1 - - 1

    21. Rumah Panjang 1 - - - - 1 - 1 - 1 -

    Jumlah 18 4 3 11 2 17 4 21 34 24 43 Sumber: Data Skunder (Kantor Kecamatan 2014)

  • 30

    4.2. Hasil Penelitian

    4.2.1. Analisa Univariat

    4.2.1.1. Pengetahuan

    Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Kecamatan

    Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    No Pengetahuan Frekuensi %

    1. Baik 14 41.2

    2. Kurang baik 20 58.8

    Jumlah 34 100 Sumber: Data Primer (Diolah 2014)

    Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 34 responden, yang paling banyak adalah

    responden dengan pengetahuan kurang baik sebanyak 20 responden (58.8%) dan

    yang paling sedikit adalah dengan pengetahuan baik sebanyak 14 responden

    (41.2%).

    4.2.1.2. Sikap

    Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Di Kecamatan Kuala

    Batee ABDYA Tahun 2014

    No Sikap Frekuensi %

    1. Setuju 16 47.1

    2. Tidak setuju 18 52.9

    Jumlah 34 100 Sumber: Data Primer (Diolah 2014)

    Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 34 responden, yang paling banyak adalah

    responden dengan sikap tidak setuju sebanyak 18 responden (52.9%) dan yang

    paling sedikit adalah dengan sikap setuju sebanyak 16 responden (47.1%).

    Tindakan.

  • 31

    Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Di Kecamatan Kuala

    Batee ABDYA Tahun 2014

    No Tindakan Frekuensi %

    1. Baik 9 26.5

    2. Kurang baik 25 73.5

    Jumlah 34 100 Sumber: Data Primer (Diolah 2014)

    Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 34 responden, yang paling banyak adalah

    responden dengan tindakan kurang baik sebanyak 25 responden (73.5%) dan yang

    paling sedikit adalah dengan tindakan baik sebanyak 9 responden (26.5%).

    Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

    Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan APD Teknisi

    Elektronik Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    No Penggunaan APD Frekuensi %

    1. Lengkap 12 35.3

    2. Tidak lengkap 22 64.7

    Jumlah 34 100 Sumber: Data Primer (Diolah 2014)

    Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 34 responden, yang paling banyak adalah

    responden dengan penggunaan APD tidak lengkap sebanyak 22 responden

    (64.7%) dan yang paling sedikit adalah dengan penggunaan APD lengkap

    sebanyak 12 responden (35.3%).

    4.2.2. Analisa Bivariat

    Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan

    APD Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    No Pengetahuan

    Penggunaan APD Jumlah

    Responden p-value OR Lengkap Tidak

    Lengkap

    N % N % N %

    1 Baik 9 26.47 5 14.70 14 41.17

    0.009 10.200 2 Kurang Baik 3 8.82 17 50 20 58.82

    Jumlah 12 35.29 22 64.7 34 100 Sumber: Data Primer (Diolah 2014)

  • 32

    Dari tabel 4.9 diketahui bahwa dari 34 responden, yang paling banyak adalah

    responden yang berpengetahuan kurang baik dengan menggunakan APD tidak

    lengkap sebanyak 17 responden (50%), yang berpengetahuan baik dengan

    menggunakan APD lengkap sebanyak 9 responden (26.47%), yang

    berpengetahuan baik dengan menggunakan APD tidak lengkap sebanyak 5

    responden (14.70%), dan yang berpengetahuan kurang baik dengan menggunakan

    APD lengkap sebanyak 3 responden (8.82%).

    Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

    tingkat keyakinan 95% dan konsentrasi kesalahan 5%, maka diperoleh nilai p-

    value 0.009 < α (0.05) maka HO diterima, yang berarti ada hubungan antara

    Pengatahuan Tenaga Teknisi dengan Penggunaan APD Terhadap K3 Di

    Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014.

    Tabel 4.10 Distribusi Sikap Responden Terhadap Penggunaan APD Di

    Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    No Sikap

    Penggunaan APD Jumlah

    Responden p-value OR Lengkap Tidak

    Lengkap

    n % N % N %

    1 Setuju 10 29.41 6 17.64 16 47.05

    0.006 13.333 2 Tidak Setuju 2 5.88 16 47.05 18 52.93

    Jumlah 12 35.29 22 64.69 34 100 Sumber: Data Primer (Diolah 2014)

    Dari tabel 4.10 diketahui bahwa dari 34 responden, yang paling banyak adalah

    responden yang bersikap tidak setuju dengan penggunaan APD tidak lengkap

    sebanyak 16 responden (47.05), yang bersikap setuju dengan menggunakan APD

    lengkap sebanyak 10 responden (29.41%), yang bersikap setuju dengan

    menggunakan APD tidak lengkap sebanyak 6 responden (17.64%), dan yang

  • 33

    paling sedikit yang bersikap tidak setuju dengan menggunakan APD lengkap

    sebanyak 2 responden (5.88%).

    Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

    tingkat keyakinan 95% dan konsentrasi kesalahan 5%, maka diperoleh nilai p-

    value 0.006 < α (0.05) maka HO diterima, yang berarti ada hubungan antara Sikap

    Tenaga Teknisi dengan Penggunaan APD Terhadap K3 Di Kecamatan Kuala

    Batee ABDYA Tahun 2014.

    Tabel 4.11 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Penggunaan APD Di

    Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014

    No Tindakan

    Penggunaan APD Jumlah

    Responden p-value OR Lengkap Tidak

    Lengkap

    n % N % N %

    1 Baik 7 20.59 2 5.88 9 26.47

    0.007 14.000 2 Kurang Baik 5 14.70 20 58.82 25 73.52

    Jumlah 12 35.29 22 64.7 34 100 Sumber: Data Primer (Diolah 2014)

    Dari tabel 4.11 diketahui bahwa dari 34 responden, yang paling banyak adalah

    responden yang tindakannya kurang baik dengan penggunaan APD tidak lengkap

    sebanyak 20 responden (58.82%), yang tindakannya baik dengan menggunakan

    APD lengkap sebanyak 7 responden (20.59%), yang tindakannya kurang baik

    dengan menggunakan APD lengkap sebanyak 5 responden (14.70%), dan yang

    paling sedikit yang berpengetahuan baik dengan penggunaan APD tidak lengkap

    sebanyak 2 responden (58.8%).

    Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

    tingkat keyakinan 95% dan konsentrasi kesalahan 5%, maka diperoleh nilai p-

    value 0.007 < α (0.05) maka HO diterima, yang berarti ada hubungan antara

  • 34

    Tindakan Tenaga Teknisi dengan Penggunaan APD Terhadap K3 Di Kecamatan

    Kuala Batee ABDYA Tahun 2014.

    4.3. Pembahasan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dari 34

    sampel di delapan tempat service elektronik, maka diketahui bahwa ada

    Hubungan Perilaku Tenaga Teknisi Elektronik Dengan Penggunaan APD

    Terhadap K3 di Kecamatan Kuala Batee ABDYA Tahun 2014.

    4.3.1. Pengetahuan

    Dari hasil penelitian yang dilakukan, kita bisa melihat bahwa ada

    hubungan antara pengetahuan tenaga teknisi elektronik dengan penggunaan APD

    dimana dari 34 responden sebahagian besar responden yakni sebanyak 14 orang

    (100%) yang pengetahuannya dikatagorikan baik terdapat 9 orang (26.47%) yang

    menggunakan APD secara lengkap bila dibandingkan dengan katagori

    pengetahuan yang kurang baik dimana dari 20 orang ternyata terdapat 17 orang

    (50%) yang tidak menggunakan APD secara lengkap. Tahu didevinisikan dari

    pengetahuan yang bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri

    seseorang terjadi proses yang berurutan (Notoatmodjo, 2012).

    Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan dan tidak

    adanya sosialisasi oleh pihak terkait mengenai APD. Hasil dari penelitian ini

    sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Teuku AdrianKeusuma

    (2008) yang mana ia menyebutkan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan

    dengan Penggunaan APD.

  • 35

    4.3.2. Sikap

    Dari hasil penelitian yang dilakukan, kita bisa melihat bahwa ada

    hubungan antara sikap tenaga teknisi elektronik dengan penggunaan APD dimana

    dari 34 responden sebahagian besar responden yakni sebanyak 16 orang yang

    sikapnya dikatagorikan setuju terdapat 10 orang (29.41%) yang menggunakan

    APD secara lengkap bila dibandingkan dengan katagori sikap yang tidak setuju

    dimana dari 18 orang ternyata terdapat 16 orang (47.05%) yang tidak

    menggunakan APD secara lengkap. Hal ini disebabkan karena reaksi atau respon

    yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek, sikap itu

    tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku

    yang tertutup (Notoatmodjo, 2012).

    Sikap timbul dari pengetahuan dan sikap dapat diperoleh dan diubah maka

    dari itu sikap tenaga teknisi elektronik yang kurang setuju dapat diubah dengan

    cara mencari pengalaman-pengalaman atau ilmu-ilmu yang dapat dipelajari, ilmu

    yang dipelajari tidak hanya dari satu orang tetapi dari semua orang dengan berbagi

    ilmu dan pengalaman-pengalaman yang ada. Penelitian ini tidak sejalan dengan

    penelitian yang telah dilakukan oleh Teuku AdrianKeusuma (2008) yang mana ia

    menyebutkan bahwa ada hubungan antara Sikap dengan Penggunaan APD.

    4.3.3. Tindakan

    Dari hasil penelitian yang dilakukan, kita bisa melihat bahwa ada

    hubungan antara tindakan tenaga teknisi elektronik dengan penggunaan APD

    dimana dari 34 responden sebahagian besar responden yakni sebanyak 9 orang,

    yang tindakannya dikatagorikan baik terdapat 7 orang (20.59%) yang

  • 36

    menggunakan APD secara lengkap bila dibandingkan dengan katagori tindakan

    yang kurang baik dimana dari 25 orang ternyata terdapat 20 orang (58.82%) yang

    tidak menggunakan APD secara lengkap. Hal ini disebabkan karena tenaga teknisi

    elektronik kurang memahami bagaimana tindakan yang harus dilakukan dalam

    penggunaan APD.

    Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

    pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas

    (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah

    dilakukan oleh Tendra Saputra (2013) yang mana ia menyebutkan bahwa ada

    hubungan antara Tindakan dengan penggunaan APD.

  • 37

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang telah di lakukan di delapan tempat service

    elektronik yang ada di kecamatan Kuala Batee ABDYA, tentang Hubungan

    Perilaku Tenaga Teknisi Elektronik Dengan Penggunaan APD Terhadap K3,

    maka penulis mengambil kesimpulan bahwa ;

    1. Hubungan tingkat Pengetahuan Tenaga Teknisi dengan Penggunaan APD

    Terhadap K3 Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA masih sangat erat karena

    masih kurangnya tingkat pengetahuan tenaga teknisi Elektronik. Hal ini dapat

    dilihat dari hasil penelitian yang telah diperoleh dengan nilai p-value = 0.009

    < α (0.05),

    2. Ada hubungan Sikap Tenaga Teknisi dengan Penggunaan APD Terhadap K3

    Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA masih sangat erat karena masih

    banyaknya sikap yang tidak setuju dari tenaga teknisi Elektronik. Hal ini dapat

    dilihat dari hasil penelitian yang telah diperoleh dengan nilai p-value = 0.006

    < α (0.05),

    3. Ada hubungan Tindakan yang dilakukan Tenaga Teknisi dengan Penggunaan

    APD Terhadap K3 Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA masih sangat erat

    karena masih banyaknya tindakan yang kurang baik dari tenaga teknisi

    Elektronik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah diperoleh

    dengan nilai p-value = 0.007 < α (0.05).

    37

  • 38

    5.2. Saran

    1. Sebagaimana hasil observasi, peneliti menemukan bahwa ada hubungan

    Perilaku Tenaga Teknisi Elektronik Dengan Penggunaan APD Terhadap K3

    Di Kecamatan Kuala Batee ABDYA, sehingga diharapkan kepada tenaga

    teknisi elektronik dan pihak pengelola usaha agar menyediakan dan

    menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap dan benar sesuai

    dengan fungsi dan keperluannya, guna menjaga Kesehatan dan Keselamatan

    Kerja K3 teknisi sendiri dan perusahaan,

    2. Diharapkan kepada petugas di kantor kecamatan kuala batee kabupaten Aceh

    Barat Daya (ABDYA) yang membidangi bagian kesehatan agar dapat bekerja

    sama dengan pihak-pihak terkait,

    3. Diharapkan kepada petugas bidang promosi kesehatan (promkes) di dinas

    kabupaten Aceh Barat Daya (ABDYA) agar dapat melaksanakan tugasnya di

    bidang promotif dan preventif, terutama terhadap Kesehatan dan Keselamatan

    Kerja (K3), sehingga tenaga teknisi elektronik dapat bekerja dengan optimal

    dan hasil yang memuaskan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anizar, 2012, Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. 2(1): 3-4

    dan 85-103, Yogyakarta, Graha Ilmu.

    Daniswara, S ; Riyan, 2007, Mencari & Memperbaiki Kerusakan Pada Hand

    Phone. Jilid pertama, terbitan ke sembilan, Jakarta Selatan, PT.Kawan

    Pustaka.

    Ennanoza, 2008, KEWIRAUSAHAWAN, 1, 1, 1-20, Banda Aceh, Poltekkes

    Depkes Nad.

    Gusmady, D, 2009, Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Tenaga Kesehatan

    Lingkungan Dalam Menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

    di Gampoeng Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh

    Besar, 1, 1, Banda Aceh, Poltekkes Depkes Nad.

    Keusuma, T.A, 2008, Perilaku tenaga Laboratorium Terhadap

    Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada UPTD Laboratorium

    Kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam Kota Banda Aceh, 1, 1, Banda

    Aceh, Poltekkes Depkes Nad.

    Mahdinursyah, 2009, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Elektronik, 1, 1, Banda

    Aceh, Poltekkes Depkes Nad.

    Marniati, 2014, Pedoman Penulisan Proposal dan Penelitian Skripsi Program

    Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Meulaboh, Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Universitas Teuku Umar.

    Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, 1, 1, Jakarta, Renika

    Cipta.

    Notoatmodjo, S, 2012, Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan, 1, 1,

    Jakarta, 137-144, PT.Rineka Cipta.

  • Saputra, T, 2013, Gambaran Perilaku Pemakaian APD Pada Kecelakaan

    Pekerja di PT SOCFIDO Perkebunan Seunagan Kabupaten Nagan

    Raya, 1, 1, 45-52, Meulaboh, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

    Teuku Umar.

    Sudjana, 2002, Metoda Statistika,1, 1, 492, Bandung, PT. Tarsito

    Sunyoto, D, 2010, Uji KHIKuadrat dan Regresi untuk Penelitian, 1, 1, 2-7,

    Yogyakarta, Graha Ilmu

    -Unlicensed-1 Caver luar-Unlicensed-11 BAB I-Unlicensed-12 BAB II-Unlicensed-13 BAB III-Unlicensed-14 BAB IV-Unlicensed-15 BAB V-Unlicensed-16 DAFTAR PUSTAKA