hubungan pengetahuan metakognisi dengan...

61
1 HUBUNGAN PENGETAHUAN METAKOGNISI DENGAN KESADARAN METAKOGNISI PADA SISWA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Sebagai Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Bina Putri Paristu 1113016200045 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGIURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    HUBUNGAN PENGETAHUAN METAKOGNISI DENGAN KESADARAN

    METAKOGNISI PADA SISWA

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

    Sebagai Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh:

    Bina Putri Paristu

    1113016200045

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGIURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2020

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

    ABSTRAK

    Bina Putri Paristu (NIM : 1113016200045). Hubungan Pengetahuan

    Metakognitif dengan Kesadaran Metakognitif pada Siswa. Skripsi,

    Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Standar kelulusan kurikulum 2013 menuntut ketercapaian metakognitif.

    Pengetahuan dan kesadaran metakognitif yang selaras dapat membantu siswa

    dalam mencapai tujuan dari kurikulum 2013. Adapun tujuan dalam penelitian ini

    adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan

    metakognitif dengan kesadaran metakognitif pada siswa. Penelitian ini

    menggunakan metode korelasional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes dan

    angket. Tes terdiri dari 5 soal digunakan untuk mengukur pengetahuan

    metakognitif. Angket Metacognitif Awareness Inventory (MAI) dengan 52

    pernyataan digunakan untuk mengukur kesadaran metakognitif. Pengetahuan

    metakognitif dan kesadaran metakognitif dapat diukur korelasinya dengan

    menggunakan korelasi Product Moment. Temuan dari penelitian ini korelasi yang

    terjadi antara pengetahuan metakognitif dengan kesadaran metakognitif cukup

    kuat sebesar 0,58. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara

    pengetahuan metakognitif dengan kesadaran metakognitif.

    Kata kunci : kesadaran metakognitif, metakognitif, pengetahuan metakognitif

  • 6

    ABSTRACT

    Bina Putri Paristu (NIM: 1113016200045). Relationship of Metacognitive

    Knowledge with Metacognitive Awareness in Students. Thesis, Chemical

    Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif

    Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

    The 2013 curriculum graduation standard requires metacognitive achievement.

    Knowledge and metacognitive awareness that are aligned can help students

    achieve the objectives of the 2013 curriculum. The purpose of this study is to find

    out whether there is a relationship between metacognitive knowledge and

    metacognitive awareness in students. This research used the correlational method.

    The instrument used consisted of tests and questionnaires. The test consists of 5

    questions used to measure metacognitive knowledge. The Metacognitive

    Awareness Inventory (MAI) questionnaire with 52 statements was used to

    measure metacognitive awareness. Metacognitive knowledge and metacognitive

    awareness can be measured correlation using Product Moment Correlation. The

    findings from this study the correlation that occurs between metacognitive

    knowledge with metacognitive awareness is enough strong at 0.58. These results

    indicate that there is a positive correlation between metacognitive knowledge and

    metacognitive awareness.

    Keywords: metacognitive awareness, metacognitive, metacognitive knowledge,

  • 7

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmaanirrohim

    Alhamdulillahirabil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa

    Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan

    Pengetahuan Metakognitif dengan Kesadaran Metakognitif pada Siswa”.

    Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

    Sholallahu Alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya

    hingga akhir zaman.

    Ucapan terima kasih penulis capkan kepada semua pihak yang telah

    memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus,

    ikhlas, dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :

    1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

    2. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

    dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, ilmu serta bimbingan

    kepada penulis.

    3. Dila Fairusi, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

    waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran dengan penuh

    keihklasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.

    4. Dedi Irwandi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

    bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis selama

    perkuliahan berlangsung.

    5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi

    Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

    mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi

    mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    6. Guru-guru di SMA Negeri 87 Jakarta dan SMA Negeri 86 Jakarta yang telah

    membantu penulis dalam melakukan validasi dan penelitian di sekolah.

    7. Orang tua tersayang yaitu Bapak Tukiman dan Ibu Parsiyem yang selalu

    sabar memberi dukungan moril maupun materil.

  • 8

    8. Kakak perempuan penulis yang tercinta, Amalia Ika Paristu, S.E dan Deddy

    Susantho, S.Kom. yang selalu memberikan nasihat, masukan, motivasi dan

    dukungan baik moril maupun materil selama studi penulis, serta senantiasa

    menjadi panutan dan penyemangat bagi adik perempuannya.

    9. Ponakanku tersayang, Syawal Zaid Izdihar yang selalu menghibur, menjadi

    partner makan dan selalu merindukan penulis.

    10. Keluarga besar Bapak dan Ibu yang selalu memberikan do’a kepada penulis

    agar selalu sukses dan sehat selalu.

    11. Sahabat- sahabat penulis, Della, Duanti, Rachma, Leny, Harini, Sella, Dece,

    Kubil, Ghina, Anggi, Faaizah, Velda, Siti Fazriah, Lintang, Diana, Amal,

    Nurul dan Zahratul Jannah, serta Keluarga Alumni TK Wijaya Mekar II

    angkatan 1999-2000, SDN 04 Bintaro Pagi angkatan 2001-2007, SMPN 177

    Jakarta angkatan 2007-2010, dan SMA Negeri 86 Jakarta angkatan 2010-

    2013 yang selalu membantu dan memberikan semangat juga dukungan

    kepada penulis.

    12. Kepada keluarga besar OSIS MPK 86 dari pengurus alumni hingga pengurus

    sekarang yang telah mendoakan dan memberikan semangat.

    13. Kepada keluarga besar FSAR 86, teruntuk Ka Anja, Ka Febi, Ka Emil, Adisti,

    Aisyah, dan adik-adik yang lain, jazaakumullah khoiron katsir selalu

    memberikan doa yang terbaik untuk penyelesaian penulisan ini.

    14. Teman-teman BAJIGUR, Rama, Deni, Dede, Aldi, GM yang telah

    memberikan semangat agar segera menyelesaikan penulisan ini.

    15. Kepada keluarga Edelweis, Aisyah dan Khadijah yang tak luput untuk saling

    menguatkan dan mendoakan.

    16. Kepada grup ICON 5 Ka Aji, Ka Andre, Ka Imron, Ka Ulfa, Ka Izan yang

    selalu mengingatkan dan memberi semangat agar penulis dapat

    menyelesaikan penulisan ini.

    17. Keluarga besar LDK Syahid dan Forkat Al Anfaal yang saling mendoakan

    dan selalu memberikan semangat.

  • 9

    18. Teman-teman di Pendidikan Kimia 2013 yang tidak dapat disebutkan satu

    persatu. Terimakasih atas kebersamaannya semoga selalu dalam dekapan

    ukhuwah until jannah.

    19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses peyusunan laporan

    penelitian, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan

    masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan,

    kritik, dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

    Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal

    shaleh dan ketaatan kepada-Nya, untuk jasa dan bantuan kebaikan yang telah

    diberikan dari semua pihak kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat

    memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb

    Jakarta, Januari 2020

    Penulis

    Bina Putri Paristu

  • 10

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................ ii

    SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................ iii

    ABSTRAK .................................................................................................... iv

    ABSTRACT .................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

    DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

    A. Latar Belakang ....................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4

    C. Pembatasan Masalah .............................................................. 5

    D. Rumusan Masalah .................................................................. 5

    E. Tujuan Penelitian ................................................................... 5

    F. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

    BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 7

    A. Metakognitif……. ................................................................... 7

    B. Pengetahuan Metakognitif....................................................... 8

    C. Kesadaran Metakognitif........................................................... 11

    1. Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Metakognitif…… 13

    2. Strategi Meningkatkan Kesadaran Metakognitif………… 15

    D. Mata Pelajaran Kimia................................................................ 17

    E. Penelitian Relevan…….......................................................18

  • 11

    F. Kerangka Berpikir……............................................................ 20

    G. Hipotesis Penelitian ................................................................ 23

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 24

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 24

    B. Metode Penelitian .................................................................. 24

    C. Prosedur Penelitian .............................................................. 25

    D. Populasi dan Sampel ............................................................27

    E. Instrumen Penelitian………................................................... 27

    F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................31

    G. Uji Coba Instrumen ........................................................ 31

    1. Uji Validitas ..................................................................... 31

    2. Uji Reliabilitas .................................................................. 35

    H. Teknik Analisis Data .............................................................. 36

    1. Deskriptif Analisis Data……………………………….. 36

    2. Hasil Ketercapaian Pengetahuan Metakognitif dan

    Kesadaran Metakognitif ............................................ 36

    3. Uji Prasyarat Analisis Data.......................................... 36

    a. Uji Normalitas.......................................................... 37

    b. Uji Homogenitas...................................................... 37

    c. Uji Linieritas......................................................….. 37

    4. Uji Regresi....................................................................... 37

    5. Uji Hipotesis…………………………………………….. 38

    I. Hipotesis Statistik…………………………………………… 39

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 40

    A. Hasil Penelitian........................................................................ 40

    1. Data Pengetahuan Metakognitif dan Kesadaran

    Metakognitif……………………………………………… 40

    2. Data Hasil Ketercapaian Pengetahuan Metakognitif…..... 40

    3. Data Hasil Ketercapaian Kesadaran Metakognitif............. 41

    4. Uji Prasyarat…………………………………………… 42

  • 12

    a. Uji Normalitas………………………...................... 42

    b. Uji Homogenitas…………………………….…….. 43

    c. Uji Linieritas……………………………………….. 43

    5. Uji Regresi ...................................................................... 44

    6. Uji Korelasi.................................................................... 45

    7. Uji Koefisien Determinasi.............................................. 46

    B. Pembahasan…………………...............................................46

    1. Pengetahuan Metakognitif……………………………… 46

    2. Kesadaran Metakognitif………………………………… 50

    3. Hubungan Pengetahuan Metakogntif dengan

    Kesadaran Metakognitif pada Siswa …………..……….. 55

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 58

    A. Kesimpulan ............................................................................. 58

    B. Saran ....................................................................................... 58

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59

    LAMPIRAN .................................................................................................. 64

  • 13

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ................................................... 22

    Gambar 3.1 Desain Penelitian................................................................ 24

    Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian .............................................................. 26

    Gambar 4.1 Pengetahuan Deklaratif……………......................................... 47

    Gambar 4.2 Pengetahuan Prosedural……………......................................... 48

    Gambar 4.3 Pengetahuan Kondisional……………......................................... 50

    Gambar 4.4 Pengetahuan Kondisional dan Pengetahuan Prosedural……….. 52

    Gambar 4.5 Strategi Perbaikan dan Strategi Mengolah Informasi………….. 54

  • 14

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Penskoran Skala Likert................................................................ 28

    Tabel 3.2 Soal Pengetahuan Metakognitif................................................... 29

    Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Metacognitive Awareness Inventiry.…..... 30

    Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes setelah dilakukan uji validasi.................................. 33

    Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket setelah dilakukan uji validitas ......................... 34

    Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen.................................. 35

    Tabel 3.7 Koefisien Korelasi.................................................................. 38

    Tabel 4.1 Data Pengetahuan Metakognitif dan Kesadaran Metakognitif….. 40

    Tabel 4.2 Hasil Ketercapaian Pengetahuan Metakognitif………………… 41

    Tabel 4.3 Hasil Ketercapaian Kesadaran Metakognitif……………………. 41

    Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data........ .............................................. 42

    Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data........ ............................................43

    Tabel 4.6 Hasil Uji Linieritas Data............ ............................................. 44

    Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Data........ .................................................... 44

    Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Data........ ................................................... 45

    Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi................................................ 46

  • 15

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Lembar Validasi Instrumen Soal dan Angket oleh Validator

    Ahli…………………………………………………………. 65

    Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Soal dan Angket untuk Uji Validitas

    Siswa…………………………………………………….... 70

    Lampiran 3. Lembar Jawaban Soal dan Angket Uji Validitas……….…. 76

    Lampiran 4. Tabulasi Data Uji Validitas Pengetahuan Metakognitif ….. 82

    Lampiran 5. Tabulasi Data Uji Validitas Kesadaran Metakognitif …… 84

    Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Pengetahuan

    Metakognitif…..……...………...…………………………....87

    Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kesadaran

    Metakognitif……...………………………………………. 91

    Lampiran 8. Lembar Jawaban Soal Pengetahuan Metakognitif…...……. 94

    Lampiran 9. Lembar Jawaban Kesadaran Metakognitif………………… 104

    Lampiran 10. Tabulasi Data Penelitian Pengetahuan Metakognitif……… 106

    Lampiran 11. Tabulasi Data Penelitian Angket Kesadaran Metakognitif .. 107

    Lampiran 12. Hasil Analisis Deskriptif Data Pengetahuan Metakognitif dan

    Kesadaran Metakognitif …………………………..……… 110

    Lampiran 13. Data Ketercapaian Pengetahuan Metakognitif…………….. 111

    Lampiran 14. Data Ketercapaian Kesadaran Metakognitif……………….. 114

    Lampiran 15. Hasil Uji Normalitas……………………………………….. 120

    Lampiran 16. Hasil Uji Homogenitas…………………………………….. 121

    Lampiran 17. Hasil Uji Linieritas……………………………………….. 122

    Lampiran 18. Hasil Uji Regresi…………………………………………. 124

    Lampiran 19. Hasil Uji Korelasi…………………………………………. 125

    Lampiran 20. Hasil Uji Koefisien Determinasi………………………….. 126

  • 16

    Lampiran 21. Surat Permohonan Izin Validasi…………………………… 127

    Lampiran 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Validasi Instrumen

    di Sekolah………………………………………………. 128

    Lampiran 23. Surat Izin Penelitian Skripsi…………………………….. 129

    Lampiran 24. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

    di Sekolah………………………………………………… 130

    Lampiran 25. Dokumentasi Penelitian…………………………………. 131

    Lampiran 26. Lembar Uji Referensi……………………………………... 133

  • 17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kemampuan pengetahuan seorang peserta didik dalam mendapatkan

    pendidikan dan pengajaran yang layak merupakan hak sebagai warga negara,

    sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Dari

    dasar falsafah kehidupan di Indonesia tersebut, dapat dimaktubkan untuk

    merealisasikan adanya pendidikan dan pengajaran yang layak untuk warga

    negara Indonesia. Selanjutnya, sebagai negara yang mayoritas beragama

    Islam, dimana Al-Qur’an menjelaskan adanya pendidikan, pertama kali ayat

    yang turun adalah QS. Al-Alaq yang berarti “Bacalah!”, dengan demikian

    mengisyaratkan umat manusia untuk berpikir dan berpengetahuan.

    Undang-Undang Dasar Negara mengamanatkan bahwa pemerintah

    mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang

    meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-undang (UUD

    Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31). Atas dasar amanat tersebut

    telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional yang menjadi dasar hukum untuk membangun

    pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokratis dan berkeadilan

    serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai

    keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan negara.

    Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun

    kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.

    Mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap

    warga masyarakat. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui

    peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan

    pendidikan.

    Untuk melaksanakan pendidikan pada lembaga formal, ada kurikulum

    yang dilaksanakan. Kurikulum yang sedang dikembangkan di Indonesia saat

    ini adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurna

  • 18

    kurikulum sebelumnya berbasis kompetensi 2006, yang terumus pada empat

    standar perubahan. Salah satu standar yang berubah adalah standar kompetensi

    lulusan (SKL). Standar kompetensi lulusan (SKL) diatur oleh Peraturan

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 54 tahun 2013. Peraturan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan memiliki

    tiga dimensi yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

    Dimensi pengetahuan tingkat SMA mencakup pengetahuan faktual,

    konseptual, prosedural, dan metakognitif (Permendikbud No. 54 Tahun 2013).

    Tuntutan terhadap penguasaan metakognitif perlu diterapkan sesuai adanya

    Kompetensi Inti ke 3 yang berbunyi:

    Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

    prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

    pengetahuan, tekonologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

    kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab

    fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural.

    (Kemendikbud, 2013).

    Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses berpikir dua tingkat

    atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif. Karena

    itu metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir tentang berpikir.

    Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kognitif secara

    umum, kesadaran akan suatu hal dan pengetahuan mengenai kognitif diri

    sendiri. Pengetahuan jenis ini melingkupi pengetahuan strategis; pengetahuan

    tentang proses-proses kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan

    kondisional serta pengetahuan diri (Peirce, 2003).

    Kesadaran metakognitif siswa membantu siswa untuk merencanakan,

    mengurutkan, dan memantau proses pembelajaran siswa agar hasil belajar

    yang diperoleh lebih baik. Kesadaran metakognitif memiliki peran penting

    dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dengan cara meningkatkan

    efektifitas penggunaan strategi belajar.

    Pengetahuan metakognitif terkait kesadaran tentang kognitif diri sendiri,

    cara kognitif bekerja, serta cara mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting

    terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif siswa dalam

    menyelesaikan masalah. Apabila siswa memiliki kemampuan belajar yang

  • 19

    baik, maka siswa mengetahui bagaimana memonitor, mengatur, dan

    mengontrol proses berpikir diri sendiri. Ketika siswa mampu merancang,

    memantau, dan merefleksikan proses belajar siswa secara sadar, pada

    hakikatnya siswa lebih percaya diri dalam proses belajar. Proses pembelajaran

    bertujuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Pemerintah

    mengatur mengenai standar proses melalui Permendikbud nomor 65 tahun

    2013.

    Pelajaran kimia terdiri dari konsep-konsep konkrit dan abstrak yang

    memerlukan kecerdasan metakognitif. Kesadaran metakognitif membantu

    siswa menghubungkan konsep-konsep kimia dan memecahkan suatu masalah

    berdasarkan konsep tersebut. Kesadaran metakognitif juga diperlukan agar

    siswa mengetahui apa yang sudah atau belum dikuasainya, sehingga dengan

    pengetahuan tersebut siswa dapat mengatur dirinya dalam belajar. Menurut

    Milama, Nurjanah, & Fairusi (2017), soal kimia dapat dipecahkan dengan

    keterlibatan metakognitif. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan siswa yang

    memiliki kesadaran metakognitif yang baik akan dapat berpengetahuan yang

    baik pula, sehingga berimbas terhadap hasil belajarnya.

    Banyak guru mata pelajaran sains yang mengajar dengan metode ceramah,

    serta menekankan pada transfer ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang hanya

    berorientasi pada produk menyebabkan pelajaran cenderung verbal dan kurang

    memperhatikan kesadaran metakognitif siswa. Kurangnya kesadaran

    metakognitif dapat mengakibatkan siswa menjadi kurang dapat menggunakan

    strategi belajar yang sesuai sehingga siswa cenderung belajar dengan cara

    menghafal.

    Peningkatan kemampuan metakognitif secara signifikan merupakan efek

    yang dihasilkan dari pembelajaran, baik pada diri siswa, lembaga, maupun

    masyarakat. Dalam kurikulum 2013, pengetahuan metakognitif merupakan

    pengetahuan yang perlu dimiliki siswa untuk mencapai tingkat berpikir tinggi.

    Karena itu, strategi pembelajaran yang berpotensi mengungkap kemampuan

    metakognitif dan meningkatkan pengetahuan metakognitif siswa perlu

    dikembangkan.

  • 20

    Pengetahuan metakognitif berisikan tentang pengetahuan deklaratif yang

    dapat menyatakan keyakinan terhadap apa yang dipelajari, pengetahuan

    prosedural mengetahui bagaimana cara pengetahuan itu diolah dan dapat

    mempelajari tujuan-tujuan itu sendiri, sedangkan pengetahuan kondisional

    mengetahui kapan dan mengapa pegetahuan itu dapat digunakan. Kesadaran

    metakognitif terbagi dalam beberapa indikator yaitu: perencanaan, strategi

    mengolah informasi, pemantauan terhadap pemahaman, strategi perbaikan dan

    evaluasi perlu dilakukan, karena perlu adanya keselarasan antara pengetahuan

    yang dimilikinya dengan kesadaran metakognitif dari pengetahuan itu sendiri

    (Rinaldi, 2017).

    Oleh karena itu, siswa perlu memahami pengetahuan dan kesadaran yang

    selaras, sehingga dapat berdampak pada karakter siswa itu sendiri. Banyaknya

    permasalahan yang berkembang di Sekolah Menengah Atas, dari ilmu

    pengetahuan dan kesadaran, melatarbelakangi penelitian ini dilakukan dengan

    judul Hubungan Pengetahuan Metakognitif dengan Kesadaran

    Metakognitif Siswa.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

    peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan, diantaranya:

    1. Kesadaran metakognitif siswa masih kurang untuk menghubungkan

    konsep-konsep kimia.

    2. Selain pemahaman, faktor lain yang berpengaruh pada kontruksi

    pengetahuan siswa adalah metakognisi. Akan tetapi, metakognitif kurang

    mendapat perhatian dari guru. Sejauh ini guru lebih banyak terfokus pada

    kognisi siswa.

    3. Kurangnya kesadaran metakognitif siswa dapat mengakibatkan siswa

    menjadi pasif dan kurang dapat menggunakan strategi belajar yang sesuai

    sehingga siswa cenderung belajar dengan cara menghafal.

  • 21

    C. Pembatasan Masalah

    Agar penelitian ini lebih terarah maka ruang lingkup masalah dalam

    penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

    1. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan deklaratif, pengetahuan

    prosedural, dan pengetahuan kondisional.

    2. Kesadaran metakognitif meliputi pengetahuan kognisi dan regulasi

    kognisi.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas,

    maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan

    sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan metakognitif

    dan kesadaran metakognitif siswa?

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

    hubungan pengetahuan metakognitif dan kesadaran metakognitif pada siswa

    dalam pembelajaran kimia.

    F. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang bermanfaat bagi banyak

    pihak, antara lain:

    1. Bagi guru, memberikan informasi kepada guru mengenai hubungan

    pengetahuan metakognisi dengan kesadaran metakognisi siswa sebagai

    salah satu alternatif yang mampu mengatasi keterbatasan penerapan

    metakognisi pada kegiatan pembelajaran kimia.

    2. Bagi siswa, sebagai penggunaan kognitif siswa dalam menyelesaikan

    masalah. Apabila siswa memiliki kemampuan belajar yang baik, maka

    siswa mengetahui bagaimana memonitor, mengatur, dan mengontrol

    proses berpikir diri sendiri.

  • 22

    3. Bagi sekolah, apabila pengetahuan dan kesadaran metakognitif digunakan

    secara bersama-sama dapat berpengaruh kepada kemampuan berpikirnya

    dalam pembelajaran kimia.

    4. Bagi peneliti, menambah pengalaman dan wawasan mengenai

    pengembangan hubungan pengetahuan metakognitif dengan kesadaran

    metakognitif yang sangat berkaitan jika ditelisik lebih jauh dalam

    pembelajaran kimia.

    5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi untuk mengadakan penelitian

    lebih lanjut seperti efektifitas metakognitif dengan kesadaran pada

    pembelajaran kimia.

  • 23

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Metakognitif

    Metakognitif menurut Shetty (2014) berasal dari kata meta dan

    kognitif. Meta yang artinya sesudah atau di atas dan kognitif yang artinya

    untuk mengetahui. Jadi secara harfiah, metakognitif diartikan sebagai

    kognitif tentang kognitif, pengetahuan tentang pengetahuan atau berpikir

    tentang apa yang dipikirkannya. Meichenbaum, Burland, Gruson, &

    Camron dalam Yamin (2013) mengemukakan bahwa metakognitif sebagai

    kesadaran orang akan mesin pengetahuan sendiri dan bagaimana mesin itu

    bekerja.

    Metakognisi sebagai proses di mana seseorang berpikir tentang

    berpikir dalam rangka membangun strategi untuk memecahkan masalah.

    Metakognitif adalah pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap proses

    kognitif (Ismael, 2015). Sementara itu, menurut Ozsoy, Memis, & Temur

    (2009) metakognisi merujuk pada cara untuk meningkatkan kesadaran

    mengenai proses berpikir dan belajar yang dilakukan dan kesadaran ini

    akan terwujud apabila seseorang dapat mengawali berpikirnya dengan

    merencanakan, memantau, dan mengevaluasi dari aktivitas berpikirnya.

    Menurut Munir (2018), seseorang perlu menyadari kekurangan dan

    kelebihan yang dimilikinya. Metakognitif adalah suatu bentuk kemampuan

    untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat

    terkontrol secara optimal. Menurut Huitt (1997), metakognisi merupakan

    suatu kemampuan dimana seseorang mencoba memahami cara berpikir

    atau memahami proses kognisi yang dilakukan dengan melibatkan

    komponen-komponen perencanaan (funtional planning), pengontrolan

    (self-monitoring), dan evaluasi (self-evaluation) dalam rangka

    menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

    Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa metakognitif

    memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses kognitif

  • 24

    seseorang dalam belajar dan berpikir lebih efektif dan efisien. Dalam

    pembelajaran kimia khususnya dalam pemecahan masalah, metakognitif

    mempunyai peranan yang penting (Milama et al., 2017)

    Brown dalam Jayapraba & Kanmani (2013) mengemukakan bahwa

    metakognitif dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengetahuan tentang

    kognisi dan pengetahuan tentang kognisi. Pengetahuan tentang kognisi

    mengacu kepada kegiatan yang melibatkan kesadaran refleksi pada suatu

    kemampuan kognitif dan kegiatan. Sementara itu, pengaturan tentang

    kognisi mengacu pada kegiatan yang menyangkut tentang mekanisme

    pengaturan diri selama upaya berkelanjutan untuk belajar.

    B. Pengetahuan Metakognitif

    Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan mengenai

    kognisi seseorang tentang kemampuan, strategi kerja, dan pengaturan diri

    bagaimana menggunakan kemampuan dan startegi yang tepat dalam

    pembelajaran (Astikasari & Murti, 2011). Pengetahuan tentang proses

    berpikir menyangkut seberapa seseorang dalam menyatakan proses

    berpikirnya. Sedangkan kesadaran diri atau regulasi diri menyangkut

    keakuratan seseorang dalam menjaga dan mengatur apa yang harus

    dilakukannya ketika menyelesaikan masalah, dan seberapa akurat

    seseorang menggunakan input dari pengamatannya untuk mengarahkan

    aktivitas-aktivitas menyelesaikan masalah (Syaiful, 2011).

    Krathwohl (2002) menyatakan bahwa pengetahuan metakognisi

    adalah pengetahuan tentang kognisi, secara umum sama dengan kesadaran

    dan pengetahuan tentang kognisi diri seorang. Pengetahuan metakognitif

    mengacu pada bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan tentang

    proses kognitif, yaitu pengetahuan yang dapat digunakan untuk

    mengontrol proses kognitifnya, sedangkan pengalaman metakognitif

    adalah hasil langkah dan tahapan pikirnya selama ini dalam menyelesaikan

    masalah-masalah yang dihadapinya (regulation) (Fauzi, 2015).

  • 25

    Pengetahuan metakognitif menyadarkan siswa akan kelebihan dan

    kekurangannya dalam belajar. Ketika siswa mengetahui kesalahannya,

    mereka sadar untuk mengakui bahwa mereka salah, dan berusaha untuk

    memperbaikinya Muhali (2019).

    Menurut Yamin (2019:32) bahwa pengetahuan metakognitif

    melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran siswa sekarang.

    Pengetahuan ini termasuk ke dalam pengetahuan faktual, seperti

    pengetahuan tentang tugas, tujuan atau diri sendiri, dan pengetahuan

    strategis, seperti bagaimana dan kapan akan menggunakan prosedur

    spesifik untuk menyelesaikan soal.

    Pengetahuan Metakognitif menurut Rinaldi (2017) terdiri atas :

    1. Pengetahuan Deklaratif adalah pengetahuan tentang diri sendiri

    sebagai pembelajar serta strategi, keterampilan dan sumber-sumber

    belajar yang dibutuhkan.

    2. Pengetahuan Prosedural yaitu mengacu pada pengetahuan tentang

    melakukan sesuatu, jenis pengetahuan ditampilkan sebagai strategi.

    Sebuah pengetahuan prosedural; dapat memungkinkan individu dapat

    melakukan tugas-tugas yang lebih otomatis.

    3. Pengetahuan Kondisional merupakan kesadaran kondisi situasi belajar

    dan mengetahui alasan mengapa menggunakan atau memiliki suatu

    strategi tertentu.

    Pengetahuan deklaratif menurut Astikasari,et.al. (2011) pengetahuan

    yang dimiliki seseorang mengenai kognisi, isi pikiran dapat didasarkan

    secara personal dan impersonal. Pengetahuan deklaratif yang baik dapat

    dilihat dari memori jangka panjang siswa dalam menjawab soal.

    Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang dimiliki siswa untuk

    mengetahui apa dan bagaimana siswa dapat menggunakan pengetahuan

    tersebut. Siswa merasa lebih luas dan lebih memahami, apa dan bagaimana

    pengetahuan secara umum.

  • 26

    Faktor-faktor Pengetahuan Metakognitif

    Ada enam faktor dalam pengetahuan metakognitif menurut Yamin

    (2019 : 40-42) sebagai berikut :

    a. Sifat Proses Pembelajaran

    Materi yang kompleks akan sangat efektif jika dilakukan

    dengan menggunakan proses pengkonstruksian makna dari

    informasi dan pengalaman. Siswa dapat bertanggung jawab

    terhadap pembelajaran diri sendiri apabila siswa aktif,

    mempunyai tujuan, dan dapat mengatur disi sendiri.

    b. Tujuan proses pembelajaran

    Pada mulanya siswa perlu menciptakan tujuan

    pembelajaran jangka pendek. Seiring berjalannya waktu

    pemahaman siswa dapat menambah pengetahuan,

    memecahkan soal, memperdalam pemahaman sehingga

    mencapai tujuan jangka panjang.

    c. Konstruksi pengetahuan

    Siswa dapat menghubungkan informasi baru dengan

    pengetahuan yang sudah dimilikinya. Pengetahuan akan

    bertambah luas dan makin mendalam jika siswa terus

    membangun hubungan antara informasi baru dengan

    pengalaman pengetahuan siswa yang sudah ada.

    d. Pemikiran strategis

    Siswa mampu menciptakan dan menggunakan berbagai

    strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan

    pembelajaran. Siswa terus menerus mengembangkan

    keterampilan strategis dengan mendalami strategi yang baik,

    menerima petunjuk dan tanggapan, serta dengan

    mengobservasi untuk memperoleh strategi yang tepat.

  • 27

    e. Berpikir tingkat tinggi

    Siswa memiliki cara belajar dan berpikir, menentukan

    tujuan pembelajaran, memilih strategi yang tepat dan

    memantau kemajuan siswa menuju tujuan pembelajaran. Siswa

    mampu memberikan metode alternatif untuk mencapai tujuan

    atau menilai kembali ketepatan tujuan tersebut.

    f. Konteks Pembelajaran

    Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,

    seperti kultur, teknologi, dan praktik. Guru dapat memainkan

    peranan penting dalam pembelajaran siswa. Kultur

    mempengaruhi banyak aspek pembelajaran, seperti motivasi,

    proses belajar, dan cara berpikir. Teknologi dan lingkungan

    kelas turut andil dalam konteks pembelajaran, seperti tingkat

    pengetahuan, kemampuan, dan strategi pembelajaran siswa.

    C. Kesadaran Metakognitif

    Kesadaran metakognitif dapat membantu siswa dalam berpikir

    tentang berpikirnya sendiri, hal ini dikarenakan tiga jenis kesadaran

    metakognitif meliputi, kesadaran prosedural yakni tentang pengetahuan

    diri sendiri sebagi pelajar dan faktor yang mempengaruhi kinerja seorang,

    pengetahuan prosedural yakni pengetahuan tentang melakukan hal-hal

    yang sesuai dengan kehendak dan strategi, dan yang terakhir adalah

    pengetahuan kondisional yakni pengetahuan yang mengetahui kapan dan

    mengapa menggunakan pengetahuan deklaratif dan prosedural. Kesadaran

    metakognitif mampu mengenali dirinya mengenai kebiasaan baik dan

    tidak baik. Selain itu, kesadaran metakognitif juga mampu menyadari

    ketidaktahuannya sehingga terefleksi dalam proses belajar merupakan

    bagian penting yang harus dilatihkan kepada siswa agar mendapatkan

    pemahaman yang bermakna.

    Kesadaran metakognitif dapat diartikan dengan pengetahuan awal

    seseorang bagaimana pemikirannya sendiri. Kesadaran metakognitif dapat

  • 28

    diartikan dengan pengetahuan awal seseorang bagaimana pemikirannya

    sendiri. Siswa harus mampu menyadari perencanaan (planning),

    pengawasan (monitoring), dan pengaturan (regulating) pengetahuan,

    pembelajaran dan pemikirannya sendiri atau diisitilahkan dengan

    kesadaran metakognitif. Kesadaran metakogntif, mampu menggali dirinya

    dengan baik, mengetahui apa yang telah diketahui dan belum diketahui,

    tahu strategi yang tepat untuk dirinya, dan tahu kapan harus digunakan

    strategi tersebut. Kesadaran metakognitif yang tinggi menunjukkan

    kemampuan berpikir kritis yang tinggi pula Agustin & Widowati (2017)

    Bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisinya secara efektif,

    mekanisme pengaturan diri yang digunakan oleh individu yang aktif

    selama memecahkan masalah serta mengatur bagaimana individu belajar.

    Dalam hal ini terdapat beberapa komponen menurut Schraw & Dennison

    (1994) yaitu:

    1. Perencanaan : kemampuan siswa merencanakan aktivitas belajarnya

    2. Strategi mengelola informasi : strategi mengelola informasi berkenaan

    dengan proses belajar yang dilakukan.

    3. Pemantauan terhadap informasi : kemampuan dalam memonitor proses

    belajarnya dan hal-hal yang berhubungan dengan proses tersebut.

    4. Strategi perbaikan : kemampuan menggunakan strategi-strategi

    perbaikan yaitu strategi yang digunakan untuk memperbaiki tindakan-

    tindakan yang salah dalam belajar.

    5. Evaluasi : kemampuan mengevaluasi efektivitas strategi belajar,

    apakah akan mengubah strategi, menyerah pada keadaan atau

    mengakhiri kegiatan tersebut.

    Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

    kesadaran metakognitif adalah suatu bentuk kesadaran dalam berpikir

    untuk mengolah proses berpikirnya sendiri sehingga memunculkan suatu

    motivasi untuk memperbaiki kerangka berpikirnya dalam menghadapi

    suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan. Menurut Squier (2016)

    kesadaran metakognitif melibatkan refleksi diri pada proses pembelajaran

  • 29

    ini untuk memahami dan memperbaikinya. Fokus pada metakognisi ini

    berbeda dengan penekanan pada pengetahuan konten kognitif yang sampai

    saat ini telah mendominasi teori, kebijakan, dan praktik pendidikan.

    Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dan

    metakognitif sangat penting untuk pembelajaran dan pencapaian siswa.

    1. Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Metakognitif

    Menurut Winkel dalam Fasikhun (2008), faktor yang mempengaruhi

    kemampuan metakognitif yang berkaitan dengan fungsi kognitif seseorang

    yaitu:

    a. Taraf intelegensi

    Salah satu teori intelegensi yang erat kaitannya dengan

    metakognisi terbagi menjadi tiga komponen, yakni:

    1) Komponen pengatur dan pengontrol seperti mengidentifikasi

    suatu masalah yang dihadapi dan merepresentasikan dalam ingatan

    kerja, memilih strategi/siasat yang akan diterapkan, serta memonitor

    penerapan strategi tersebut.

    2) Komponen pelaksanaan yaitu melakukan apa yang telah

    diputuskan dan yang akan diperbuat.

    3) Komponen memperoleh informasi baru yaitu menambah

    pengetahuan deklaratif dan prosedural.

    b. Bakat Khusus

    Bakat khusus merupakan kemampuan yang menonjol untuk bidang

    tertentu, misalnya seseorang lebih menonjol dalam bidang matematika

    daripada bahasa asing, atau seseorang lebih menonjol dalam bidang

    aljabar daripada geometri. Kognisi dalam pikiran akan teroganisasi

    dengan cara merujuk pada tersimpan dalam memori ingatan dengan

    secara sistematis atau tidak.

  • 30

    c. Taraf Kemampuan Berbahasa

    Kemampuan berbahasa mencakup kemampuan untuk menangkap

    inti suatu bacaan dan merumuskan pengetahuan dan pemahaman yang

    diperoleh itu dalam bahasa yang baik, sekurang-kurangnya bahasa

    tertulis. Mengingat kaitan yang ada antara berpikir yang tepat dengan

    berbahasa yang benar, maka tidaklah mengherankan bahwa siswa yang

    kurang mampu berbahasa akan tertinggal dibandingkan dengan siswa

    yang mampu berbahasa dengan baik.

    d. Daya Fantasi

    Daya fantasi berupa aktivitas kognitif yang mengandung pikiran-

    pikiran dan tanggapan-tanggapan, yang bersama-sama menciptakan

    sesuatu dalam alam kesadaran. Dalam alam fantasi, orang tidak hanya

    menghadirkan kembali hal-hal yang pernah diamati, tetapi

    menciptakan sesuatu yang serba baru.

    Daya fantasi mempunyai kegunaan kreatif, antisipasi, rekreatif,

    dan sosial. Fantasi dapat berguna dalam menciptakan sesuatu yang

    baru (kreasi), dalam membayangkan kejadian mendatang dan

    mempersiapkan diri menghadapi kejadian itu (antisipatif), dalam

    melepaskan diri dari ketegangan hidup sehari-hari (rekreasi), dan

    dalam menempatkan diri dalam situasi hidup orang lain (sosial).

    e. Gaya Belajar

    Gaya belajar visual menitikberatkan pada ketajaman penglihatan,

    artinya bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar

    mereka paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau

    melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada

    beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai

    gaya belajar visual, yaitu kebutuhan melihat sesuatu

    (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau

    memahaminya, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah

    artistik, memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, terlalu

  • 31

    reaktif terhadap suara, sulit mengikuti anjuran secara lisan, seringkali

    salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

    Gaya belajar auditori mengandalkan pada pendengaran untuk bisa

    memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini

    benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap

    informasi. Mereka memiliki kesulitan untuk menyerap informasi

    dalam bentuk tulisan secara langsung, memiliki kesulitan menulis

    ataupun membaca. Sedangkan untuk audiovisual merupakan kebiasaan

    siswa yang mengandalkan pada melihat dan mendengar, sehingga

    karakter yang dimiliki adalah campuran antara karakter visual dan

    auditori.

    2. Strategi Meningkatkan Kesadaran Metakognitif

    Metakognisi merupakan suatu pengetahuan dan keterampilan yang

    tentunya dapat diajarkan, dilatihkan atau dikembangan. Huitt dalam

    Fasikhun (2008), mengemukanakan dua kriteria untuk mengklasifikasi

    strategi-strategi pelatihan metakognitif yaitu :

    a. Pendekatan Pelatihan

    Pada ahli menggambarkan strategi-strategi pelatihan metakognitif

    berdasasrkan pendekatannya, ada yang melekat atau tergabung

    dalam isi pelajaran dan ada yang diajarkan secara terpisah dari

    materi akademik.

    b. Hubungan dengan Isi Pelajaran

    Berdasarkan hubungannya dengan konten/isi pelajaran, strategi

    mungkin tergantung pada, atau bebas dari konten/isi pelajaran.

    Strategi content dependent terfokus secara eksplisit pada konsep-

    konsep yang dipelajari dari konten khusus. Sebaliknya strategi

    content independent adalah bebas dari konten, yaitu strategi umum

    yang tidak spesifik pada materi-materi akademik tertentu.

    Kemudian Blakey & Spence (1990) mengemukakan strategi atau

    langkah untuk meningkatkan keterampilan metakognitif yaitu :

  • 32

    a. Mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui

    Memulai aktivitas pengamatan, siswa perlu membuat keputusan

    yang disadari tentang pengetahuan mereka. Pertama-tama siswa

    menulis apa yang sudah saya ketahui dan apa yang ingin saya pelajari

    dengan menyelidiki suatu topik, siswa akan memverifikasi,

    mengklasifikasi dan mengembangkan atau mengubah pernyataan awal

    mereka dengan infromasi yang akurat.

    b. Berbicara tentang berpikir

    Selama membuat perencanan dan memecahkan masalah,

    pengajar/dosen boleh memberikan pemikiran (think about), sehingga

    seswa dapat ikut mendemonstrasikan proses berpikir. Pemecahan

    masalah berpasangan merupakan strategi lain yang berguna pada

    langkah ini. Seorang siswa membicarakan sebuah masalah,

    mendeskripsikan proses berpikirnya, sedangkan pasangannya

    mendengarkan dan bertanya untuk membantu mengklarifikasi proses

    berpikir.

    c. Membuat jurnal berpikir

    Cara lain untuk mengembangkan metakognisi adalah melalui

    penggunaan jurnal atau catatan belajar. Jurnal ini berupa buku harian

    dimana setiap siswa merefleksi berpikir mereka, membuat catatan

    tentang kesadaran mereka terhadap kegandaan arti dan

    ketidakkonsistenan dan komentar tentang bagaimana mereka

    berurusan/menghadapi kesulitan.

    d. Membuat perencanaan dan Self regulation

    Siswa harus mulai bekerja meningkatkan responbilitas untuk

    merencanakan dan meregulasi belajar mereka. Sulit bai pembelajar

    menjadi orang yang mamou mengatur dri sneidri ketika belajar

    direncanakan dan dimotori oleh orang lain.

    e. Melaporkan kembali proses berpikir

    Aktivitas terakhir adalah memfokuskan diskusi siswa pada proses

    berpikir untuk mengembangkan kesadaran tentang strategi-strategi

  • 33

    yang dapat diaplikasikan pada situasi belajar yang lain. Metode tiga

    langkah dapat digunakan :

    1. Pengajar/guru mengarahkan siswa untuk meriview aktivitas,

    mengumpulakan data tentang proses berpikir.

    2. Kelompok mengklasifikasikan ide-ide yang terkait,

    mengidentifikasi strategi yang digunakan

    3. Mereka mengevaluasi keberhasilan, membuang strategi-strategi

    yang tidak tepat, mengidentifikasi strategi yang dapat digunakan

    kemudian, dan mencari pendekataan alternatif yang menjanjikan.

    f. Evaluasi diri

    Mengarahkan pengalaman evaluasi diri dapat diawali melalui

    pertemuan individual dan hal-hal yang terfokus pada proses berpikir.

    Secara bertahap, evaluasi diri akan lebih banyak diaplikasikan secara

    independen.

    D. Mata Pelajaran Kimia

    Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,

    mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan

    kompetensi, struktur, dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat.

    Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat

    yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan

    energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Pembelajaran

    kimia dan penilaian hasil belajar kimia tidak dapat dipisahkan untuk

    memperhatikan karakteristiknya (Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen

    Pendidikan Menengah, 2014 : 2-3).

    Konsep kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    hidrolisis garam. Hidrolisis garam merupakan penguraian garam oleh air

    dimana ion garam tersebut mengalami reaksi dengan air menghasilkan

    asam lemah atau basa lemah. Komponen garam (kation atau anion) yang

    berasal dari asam lemah atau basa lemah beraksi dengan air (terhidrolisis).

    Hidrolisis garam menjelaskan tentang reaksi anion atau kation dari suatu

    garam dengan air. pH suatu larutan biasanya dipengaruhi oleh hidrolisis

  • 34

    garam (Chang, 2003:119). Hidrolisis hanya terjadi pada ion-ion yang

    merupakan asam konjugat dari basa lemah atau basa konjugat dari asam

    lemah.

    Sifat garam berdasarkan penyusunnya dibedakan menjadi empat,

    yaitu garam dari asam kuat dan basa kuat, garam dari asam kuat dan basa

    lemah, garam dari asam lemah dan basa kuat, dan garam dari asam leamh

    dan basa lemah. Hidrolisis terjadi pada garam yang mengandung

    komponen asam lemah atau basa lemah. Sifat garam menentukan nilai pH

    larutan hidrolisisnya. Dalam reaksi hidrolisis, tetapan hidrolisis merupakan

    hasil kali tetapan kesetimbangan dengan konsentrasi H2O. Tetapan

    hidrolisis dinyatakan dengan notasi Kh dan nilainya tergantung nilai Ka

    dan Kb. Reaksi hidrolisis berperan dalam kehidupan sehari-hari

    diantaranya dalam persitiwa penjernihan air minum, penggunaan pupuk

    dan pemutih pakaian.

    E. Penelitian Relevan

    Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, di

    antaranya adalah :

    1. Menurut Herlanti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Kesadaran

    Metakognitif dan Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik Sekolah

    Menengah Atas dalam Mempersiapkan Ketercapaian Standar

    Kelulusan Pada Kurikulum 2013 mengemukakan bahwa kesadaran

    metakognitif (zona potensial) peserta didik rata–rata berada pada

    kisaran 75-83 atau kategori baik, namun pengetahuan metakognitif

    (zona aktual) berada pada kisaran 10–15 atau kategori sangat buruk.

    Standar proses yang ditawarkan kurikulum 2013 belum dapat menarik

    peserta didik pada zona ideal yaitu pengetahuan metakognitif sama

    dengan kesadaran metakognitif.

    2. Hubungan kesadaran dan regulasi metakognitif terhadap kemampuan

    berpikir kritis mahasiswa pendidikan biologi oleh Agustin & Widowati

    (2017) mengemukakan bahwa tujuan dari penelitian ini untuk

    mengetahui hubungan antara kesadaran metakognitif dan regulasi

  • 35

    metakognitif terhadap kemampuan perpikir kritis mahasiswa

    Pendidikan biologi Universitas Muhamadiyah Metro. Jenis penelitian

    ini adalah penelitian korelasional untuk melihat hubungan sebab

    akibat. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat

    hubungan positif antara kesadaran dan regulasi metakognitif terhadap

    kemampuan berpikir kritis dengan nilai ry 1.2 sebesar 0,594.

    3. Penelitian Syaiful (2011) dengan judul Metakognisi Siswa dalam

    Pembelajaran Matematika Realistik di Sekolah Menengah Pertama

    mengemukakan bahwa metakognisi siswa melibatkan pengetahuan dan

    kesadaran siswa tentang aktivitas kognitifnya sendiri atau segala

    sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas kognitifnya. Pengetahuan

    berkaitan dengan pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional

    sedangkan aktivitas kognitif siswa berkaitan perencanaan, prediksi,

    monitoring dan mengevaluasi penyelesaikan suatu tugas tertentu.

    Metakognisi siswa memiliki peranan penting dalam menyelesaikan

    masalah, khususnya dalam mengatur dan mengontrol aktivitas kognitif

    siswa dalam menyelesaikan masalah, sehingga belajar dan berpikir

    yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah matematika

    lebih efektif dan efisien.

    4. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman, F.U., Jumani, N.B.,

    Chanudry, M.A., Chisti,S.U.H., & Abbasi,F. (2010) dengan judul

    Impact of Metacognitive Awareness on Performance of Students in

    Chemistry menjelaskan bahwa kesadaran metakognitif secara

    signifikan berkorelasi dengan pengetahuan siswa. Siswa yang mampu

    mengerjakan soal metakognitif dengan hasil yang tinggi maka sangat

    berhasil dalam ujian. Hasil lebih lanjut menunjukkan bahwa tidak ada

    perbedaan yang signifikan dalam kesadaran metakognitif siswa pria

    dan wanita.

  • 36

    F. Kerangka Berpikir

    Metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif diri sendiri,

    bagaimana kognitif bekerja, serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan

    metakognitif dapat dibentuk jika siswa secara sadar mengetahui bahwa

    siswa terlibat dalam pembelajaran. Kemampuan ini sangat penting

    terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif siswa dalam

    menyelesaikan soal. Jika siswa memiliki kemampuan belajar yang baik

    maka siswa mengetahui bagaimana memonitor, mengatur, dan mengontrol

    proses berpikir diri sendiri. Sementara itu, ketika siswa belum mampu

    memiliki kemampuan belajar yang baik, bahkan cenderung pasif di dalam

    kelas maka, akan berpengaruh pada pemahaman konsep siswa.

    Materi kimia yang berhubungan dengan metakognitif dan kehidupan

    sehari-hari salah satunya terdapat pada materi hidrolisis garam khususnya

    pada kompetensi dasar yang tercantum dalam Peraturan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan No.69 tahun 2013 yaitu (3.12) menganalisis

    garam-garam yang mengalami hidrolisis. Untuk mengetahui hubungan

    antara pengetahuan dan kesadaran metakognitif siswa diberikan soal tes

    dan non tes.

    Tes yang diberikan bentuk essai sedangkan non tes dalam bentuk

    angket. Pemberian soal tes dan non tes ini dapat menstimulus siswa agar

    dapat memberikan pemahaman tentang apa yang dipelajari dalam proses

    pembelajaran.

  • 37

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator pengetahuan tes

    berupa pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional. Sedangkan

    untuk non tes indikator berupa perencanaan, startegi pengolahan

    informasi, pemantauan terhadap pemahaman, strategi perbaikan, dan

    evaluasi. Hal ini dapat membuat siswa lebih aktif dan kreatif karena

    pembelajaran tidak hanya terpaku pada hafalan dan perhitungan di dalam

    percobaan serta dapat mengaitkannya ke kehidupan yang ada di sekitar

    dalam pengaplikasiannya. Kerangka berpikir penelitian ini terdapat pada

    Gambar 2.1.

  • 38

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Hubungan Pengetahuan dengan Kesadaran

    Metakognitif

    Siswa cenderung pasif di dalam kelas dan hal ini secara otomatis akan

    berpengaruh kepada pemahaman konsep siswa.

    Pengetahuan

    Metakognitif

    Kesadaran

    Metakognitif

    Pengetahuan

    Deklaratif

    Pengetahuan

    Prosedural

    Pengetahuan

    Kondisional

    Perencanaan

    Startegi Pengolahan

    Informasi

    Pemantauan Terhadap

    Pemahaman

    Strategi Perbaikan

    Evaluasi

    Pemberian soal berbasis pengetahuan metakognitif dan angket kesadaran

    metakognitif.

    Mengetahui hubungan pengetahuan metakognitif dengan kesadaran

    metakognitif pada siswa

    Pengetahuan

    Deklaratif

    Pengetahuan

    Prosedural

    Pengetahuan

    Prosedural

  • 39

    G. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, dapat dirumuskan

    hipotesis penelitian adalah pengetahuan metakognitif memiliki

    hubungan dengan kesadaran metakognitif pada siswa.

  • 40

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 86 Jakarta yang terletak

    di Jalan Bintaro Permai IV No.36, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Provinsi

    DKI Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan November sampai Januari

    2018.

    B. Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi, yaitu

    penelitian yang melihat hubungan dua variabel atau lebih. Penelitian ini

    terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan

    variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam hal ini adalah

    pengetahuan metakognitif dan variabel terikat adalah kesadaran

    metakognitif. Apabila dapat dibuktikan adanya hubungan positif yang

    signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka dapat dikatakan

    bahwa pengetahuan metakognitif mempunyai peranan yang bermakna

    dalam kesadaran metakognitif.

    Desain penelitian variabel bebas (X) dan terikat (Y) ini dijelaskan

    pada gambar 3.1.

    X = Pengetahuan Metakognitif Y = Kesadaran Metakognitif

    Gambar 3.1 Desain Penelitian

    X Y

  • 41

    C. Prosedur Penelitian

    Prosedur (langkah-langkah) yang dilakukan dalam penelitian ini

    antara lain sebagai berikut:

    1. Tahap persiapan sebelum penelitian

    Langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah:

    a. Melakukan kajian terhadap indikator pengetahuan dan kesadaran

    metakognitif.

    b. Menyusun instrumen penelitian.

    c. Melakukan validasi instrumen kepada validator ahli.

    d. Melakukan uji coba instrumen kepada siswa untuk pengetahuan

    validitas dan reliabilitas instrumen.

    2. Tahap pelaksanaan penelitian

    Tahap pelaksanaan penelitian meruapakan tahap kedua setelah tahap

    persiapan, tahap pelaksanaan meliputi:

    Menyebarkan instrumen penelitian berupa angket dan soal kepada

    sampel untuk mengambil data.

    3. Tahap penarikan kesimpulan

    Tahap penyelesaian penelitian merupakan tahap terakhir, tahap ini

    meliputi:

    a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.

    b. Menguji hipotesis penelitian.

    c. Menarik kesimpulan.

    Adapun skema alur penelitian dalam penelitian ini terdapat pada gambar

    3.2.

  • 42

    Gambar. 3.2 Skema Alur Penelitian

    Kajian Pengetahuan Metakognitif: Analisis Indikator

    Pengetahuan Metakognitif

    Kajian Kesadaran Metakognitif: Analisis Indikator

    Kesadaran Metakognitif

    Angket Kesadaran Metakoginitif dan Soal Pengetahuan

    Metakognitif

    Validasi Ahli

    Validasi Siswa

    Uji Validitas dan Reliabilitas Soal

    Pengumpulan data

    Analisis data

    Temuan dan Pembahasan

    Penarikan Kesimpulan

    Angket dan Soal

    Tah

    ap P

    ersiapan

    T

    ahap

    Pelak

    sanaan

    T

    ahap

    Pen

    arikan

    Kesim

    pulan

  • 43

    D. Populasi dan Sampel

    Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA

    Negeri 86 Jakarta. Sementara itu, populasi terjangkaunya adalah siswa

    kelas XII-IPA di SMA Negeri 86 Jakarta tahun ajaran 2017/2018.

    Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang akan diteliti (

    Sukardi, 2009:54). Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

    yaitu suatu cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada pertimbangan

    atau tujuan tertentu (Arikunto, 2016:97). Adapun pertimbangan yang

    dilakukan dalam pengambilan sampel ini berdasarkan nilai akademik

    antara kedua kelas yang hampir sama. Sampel pada penelitian ini

    menggunakan dua kelas XII- IPA 1 dan XII IPA 3.

    E. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk

    mengukur fenomena alam atau disebut dengan variabel penelitian yang

    diamati (Arikunto, 2016 :101). Instrumen yang akan digunakan dalam

    penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa

    soal. Sementara itu, instrument non tes berupa angket.

    Jenis-jenis dan definisi pengetahuan metakognitif telah

    dikembangkan oleh Rompayom, Tambunchong, Wongyounoi, & Dechsri

    (2010). Tes yang akan digunakan untuk mengukur pengetahuan

    metakognitif menggunakan 5 soal essay. Tiap soal terdiri dari soal

    pengetahuan deklaratif, prosedural, kondisional dan soal kimia itu sendiri

    dalam hal ini pada materi hidrolisis.

    Instrumen kesadaran metakognitif berupa angket telah

    dikembangkan oleh Schraw & Dennison (1994). Angket tersebut terdapat

    52 pernyataan dengan masing-masing 4 item jawaban, yaitu sangat sesuai,

    sesuai, kadang-kadang, dan tidak sesuai. Siswa diminta untuk memilih

  • 44

    salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan dirinya dengan

    cara memberikan tanda checklist (√) pada salah satu alternatif jawaban

    yang terdapat pada angket (Sukardi, 2016:146). Penskoran dalam angket

    dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini;

    Tabel 3.1 Penskoran Skala Likert

    No Alternatif Jawaban Pernyataan

    Positif

    Pernyataan

    Negatif

    1. Sangat Sesuai 4 1

    2. Sesuai 3 2

    3. Kadang-kadang 2 3

    4. Tidak Sesuai 1 4

    Adapun kisi-kisi instrumen pengetahuan dan kesadaran

    metakognitif terdapat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3.

  • 45

    Tabel 3.2 Soal Pengetahuan Metakognitif

    No.

    Jenis-jenis

    Pengetahuan

    Metakognitif

    Pengertian

    1 Deklaratif

    Mengacu pada pengetahuan bahwa peserta didik

    memiliki informasi atau sumber yang diperlukan

    untuk melakukan tugas-tugas yang diberikan

    misalnya pengetahuan tentang :

    a. tujuan dari tugas (apa tujuan dalam melakukan

    tugas yang diberikan?),

    b. tuntutan tugas (sumber dan langkah-langkah

    yang diperlukan untuk memecahkan masalah

    tersebut?),

    c. sifat tugas (apa tugas yang diberikan itu

    berhubungan?).

    2 Prosedural

    Mengacu pada pengetahuan atau keyakinan diri

    sendiri mengenai tugas yang diberikan. Sebuah

    persepsi diri individu tentang bagaimana melakukan

    sesuatu.

    3 Kondisional

    Mengacu pada pengetahuan tentang kapan dan

    mengapa menggunakan strategi untuk memecahkan

    masalah. Pengetahuan tentang situasi di mana siswa

    dapat menggunakan subject specific keterampilan,

    algoritma, teknik, dan metode.

  • 46

    Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Metacognitive Awareness Inventory

    No Indikator Kesadaran

    Metakognitif

    Nomor Pernyataan Jumlah

    A . Pengetahuan tentang Kognisi (Knowledge about Cognition)

    1 Pengetahuan Deklaratif

    (declarative knowledge)

    5, 10, 12, 16, 17, 20,

    32, 46

    8

    2 Pengetahuan Prosedural

    (procedural knowledge)

    3, 14, 27, 33 4

    3 Pengetahuan Kondisional

    (conditional knowledge)

    15, 18, 26, 29, 35 5

    B . Regulasi Kognisi (Regulation of Cognition)

    4 Perencanaan (planning) 4, 6, 8, 22, 23, 42, 45 7

    5 Strategi Mengelola Informasi

    (information management

    strategies)

    9, 13, 30, 31, 37, 39,

    41, 43, 47, 48

    10

    6 Pemantauan terhadap Pemahaman

    (comprehension monitoring)

    1, 2, 11, 21, 28, 34, 49 7

    7 Strategi perbaikan (debugging

    strategies)

    25, 40, 44, 51, 52 5

    8 Evaluasi (evaluation) 7, 19, 24, 36, 38, 50 6

    Jumlah 52

  • 47

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah

    sebagai berikut:

    a. Tes yang digunakan adalah soal pengetahuan metakognitif. Tes yang

    diberikan dalam bentuk soal essay, untuk mengukur hasil belajar

    metakognitif siswa. Tes kognitif memacu siswa dalam pengetahuan

    metakognitif yang terdiri dari pengetahuan deklaratif, kondisional dan

    prosedural.

    b. Angket menurut Arikunto (2010 : 194) adalah suatu daftar pernyataan

    yang biasa digunakan oleh seseorang apabila ingin melakukan suatu

    penelitian dan mengambil sejumlah data. Angket tersebut diberikan

    kepada siswa untuk memberikan respon (responden) sesuai dengan

    permintaan peneliti.

    G. Uji Coba Instrumen

    Dalam penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang

    memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh

    suatu instrumen penelitian minimal ada dua macam, yaitu validitas dan

    reliabilitas.

    1. Validitas (Ketepatan/Kesahihan)

    Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu

    pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur (Arikunto,

    2016:167). Dengan kata lain, validitas berarti suatu ukuran yang

    menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu

    instrumen yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi begitupula

    sebaliknya. Teknik uji validitas instrumen dalam penelitian ini

    menggunakan uji validitas isi dan validitas internal. Validitas isi

    berguna untuk mengetahui kesesuaian antara instrument dengan tujuan

  • 48

    dan deskripsi masalah yang akan diteliti dan ditentukan melalui

    pertimbangan oleh para ahli. (Sukardi, 2009 : 123). Sedangkan

    validitas internal instrumen yang berupa non-tes yang digunakan untuk

    mengukur sikap, gejala yang didefinisikan, cukup memenuhi validitas

    internal (Sukardi, 2009: 124). Pengujian validitas setiap butir

    instrumen menggunakan rumus korelasi Product Moment. Pada uji

    validitas ini, nilai rhitung dicari dengan menggunakan rumus Pearson

    Product Moment dan perhitungannya dilakukan dengan menggunakan

    progam IBM SPSS Statistic 22.

    Validitas instrumen penelitian ini diujikan pada kelas XII IPA 3

    SMAN 87 Jakarta yang berjumlah 80 siswa. Siswa diberi tes 8 soal

    dan angket yang terdiri dari 52 pernyataan. Hasil analisis instrumen tes

    menunjukan bahwa dari 8 soal terdapat 5 soal yang valid. Sedangkan

    hasil dari angket 52 pernyataan adalah valid. Menurut Riduwan

    (2013:234), jika N = 80 maka nilai r tabel pada taraf signifikan 5%

    adalah 0,220. Jika rhitung > rtabel maka instrumen yang diujicobakan

    bersifat valid dan sebaliknya. Kisi-kisi tes dan angket secara berturut-

    turut pada tabel 3.4 dan 3.5.

  • 49

    Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes setelah dilakukan uji validitas

    Indikator Pembelajaran No Soal

    3.12.1 Memahami prinsip kesetimbangan ion dalam larutan garam 1,2*,3

    3.12.2 Menentukan pH larutan garam berdaskaran sifat larutan garam

    yang terhidrolisis melalui perhitungan.

    4*,5

    3.12.3 Menghubungkan sifat asam atau basa larutan garam yang

    mengalami hidrolisis dengan reaksi kesetimbangan ion

    garamnya.

    6*,7

    3.12.4 Menghubungkan nilai pH yang di dapat dari perobaan dan

    perhitungan dengan kesetimbangan ion dalam larutan.

    8

    Jumlah 5

    KETERANGAN * = tidak valid

  • 50

    Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket setelah dilakukan uji validitas

    No Indikator Kesadaran

    Metakognitif

    Nomor Pernyataan Jumlah

    A . Pengetahuan tentang Kognisi (Knowledge about Cognition)

    1 Pengetahuan Deklaratif

    (declarative knowledge)

    5, 10, 12, 16, 17, 20,

    32, 46

    8

    2 Pengetahuan Prosedural

    (procedural knowledge)

    3, 14, 27, 33 4

    3 Pengetahuan Kondisional

    (conditional knowledge)

    15, 18, 26, 29, 35 5

    B . Regulasi Kognisi (Regulation of Cognition)

    4 Perencanaan (planning) 4, 6, 8, 22, 23, 42, 45 7

    5 Strategi Mengelola Informasi

    (information management

    strategies)

    9, 13, 30, 31, 37, 39,

    41, 43, 47, 48

    10

    6 Pemantauan terhadap Pemahaman

    (comprehension monitoring)

    1, 2, 11, 21, 28, 34, 49 7

    7 Strategi perbaikan (debugging

    strategies)

    25, 40, 44, 51, 52 5

    8 Evaluasi (evaluation) 7, 19, 24, 36, 38, 50 6

    Jumlah 52

  • 51

    2. Reliabilitas (Ketetapan/Keajegan)

    Setelah item-item tersebut diketahui validitasnya, maka kemudian

    dihitung reliabilitasnya. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes

    tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes

    kemudian dikenakan pada sejumlah objek yang berbeda maka hasilnya

    akan relatif sama (Sukardi,2009).:127-128). Teknik uji realibilitas

    dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha. Peneliti

    menggunakan rumus ini karena instrumen yang digunakan berbentuk

    angket dengan skor skala bertingkat. Menurut Sugiyono (2012:365)

    untuk mencari reliabilitas instrumen dalam angket atau soal bentuk

    uraian, dapat menggunakan rumus Alpha. Peneliti dalam menguji

    reliabilitas menggunakan bantuan SPSS 22. Rumus statistik yang

    digunakan untuk menguji reliabel adalah Alpha Cronbach dan

    perhitungannya menggunakan program IBM SPSS Statistc 22.

    Kriteria penafsiran indeks reliabilitas instrumen menurut Putra,

    Sholeh, & Widyastuti (2014) terdapat dalam tabel 3.6.

    Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen

    Interval Kelas Interpretasi

    ˃ 0,90 Reliabel sempurna

    0,70 – 0,90 Reliabel tinggi

    0,50 – 0,70 Reliabel

    < 0,50 Rendah (tidak reliabel)

    Instrumen pengetahuan metakognitif didapatkan nilai koefisien

    reliabilitas sebesar 0,5, berarti reliabel. Sementara itu, instrumen

    kesadaran metakonitif didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,95.

    Ini menunjukkan instrumen kesadaran metakognitif reliabel sempurna.

  • 52

    H. Teknik Analisis Data

    Setelah memperoleh data penelitian, selanjutnya diolah menggunakan

    statistik dengan tujuan agar hasilnya dapat menjawab rumusan masalah

    penelitian dan menguji hipotesis. Jika data yang didapatkan berdistribusi

    normal dan homogen maka teknik analisis data yang digunakan pada

    penelitian ini adalah uji parametik. Teknik analisis data dalam penelitian

    ini adalah sebagai berikut :

    1. Deskriptif Analisis Data

    Menurut Sugiyono (2012 : 29), statistik deskriptif berfungsi untuk

    melihat data dari sampel yang diteliti tanpa melakukan analisis dan

    menarik kesimpulan yang berlaku secara umum. Pada statistik

    deskriptif ini, peneliti menggunakan soal tes pengetahuan metakognitif

    dan angket kesadaran metakogntif secara umum terdiri dari rata-rata

    (Mean), nilai tertinggi (Max), nilai terendah (Min), standar deviasi,

    dan varian dalam bentuk tabel.

    2. Hasil Ketercapaian Pengetahuan Metakognitif dan Kesadaran

    Metakognitif

    Data dalam penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan

    dideskripsikan. Pendeskripsian data diperkuat dengan penyajian rata-

    rata yang dinotasikan dengan (Kadir, 2015:53 ) :

    Dimana ∑ X = total skor jawaban setiap indikator

    n = banyaknya siswa

    3. Uji Prasyarat Analisis Data

    Sebelum pada tahap pengujian hipotesis, untuk memenuhi

    persyaratan perlu adanya uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji

    homogenitas.

  • 53

    a. Uji Normalitas

    Kadir (2015:144) menjelaskan bahwa uji normalitas digunakan

    sebagai analisis pendahuluan dan menjadi prasyarat sebelum

    pengujian hipotesis. Uji normalitas menentukan jenis uji statistika

    yang akan digunakan. Jika data berdistribusi normal maka

    digunakan teknik analisis statistik parametik dan jika data tidak

    berdistribusi normal maka digunakan teknik analisis data non-

    parametik. Uji normalitas yang digunakan dengan menggunakan

    uji Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas ini dilakukan dengan

    menggunakan program IBM SPSS Statistic 22.

    b. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang

    digunakan homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan

    adalah uji homogenitas Levene Kadir (2015:167). Uji homogenitas

    ini dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistik

    22.

    c. Uji Linieritas

    Salah satu syarat melakukan uji hipotesis adalah garis

    persamaan regresi berbentuk linier dengan cara mencari persamaan

    garis regresi variabel bebas X terhadap variabel terikat Y (Kadir,

    2015:179). Pada penelitian ini dilakukan uji linieritas

    menggunakan SPSS 22.

    4. Uji Regresi

    Analisis regresi sederhana untuk melihat apakah antara variable X

    dan Y mempunyai hubungan atau tidak, mengukur kuat lemahnya

    hubungan tersebut. Pada analisis regresi data variabel X dan Y

    menyaratkan data sampel yang terpilih harus random, berdistribusi

    normal, dan homogen. (Kadir, 2015:176). Aplikasi yang digunakan

    pada penleitian ini adalah SPSS 22.0 (IBM SPSS Statistic).

  • 54

    5. Uji Hipotesis

    Setelah uji prasyarat telah terpenuhi, maka dapat dilakukan

    pengujian hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis yang telah

    dikemukakan, data yang telah diperoleh dalam penelitian selanjutnya

    diolah dengan menggunakan teknik analisis korelasi. Analisis

    digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan

    (variabel X) terhadap kesadaran metakognitif (variabel Y).

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis korelasi

    Product Moment. Budi (2018) mengatakan bahwa Product Moment

    adalah salah satu teknik yang digunakan untuk mencari hubungan

    antara dua variabel. Uji korelasi Product Moment ini dilakukan dengan

    menggunakan program IBM SPSS Statistic 22.

    Selanjutnya, dalam memberikan interpretasi secara sederhana

    terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy). Sugiono

    (2006:231) mengemukakan pedoman yang umum digunakan.

    Pedoman tersebut terdapat pada tabel 3.5

    Tabel 3.5 Koefisien Korelasi (Sugiyono, 2011: 231)

    Taraf koefisien Tingkat hubungan

    0,00 -0,199 Sangat Rendah

    0,20 – 0,399 Rendah

    0,40 – 0,599 Sedang

    0,60 – 0,799 Kuat

    0,80 – 1,00 Sangat Kuat

  • 55

    Selanjutnya, untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y,

    menurut Kadir (2015:182) digunakan perhitungan dengan rumus sebagai

    berikut :

    KD = r2 X 100%

    Keterangan :

    KD = kontribusi variabel X terhadap Y

    r = koefisien korelasi antara variabel X

    Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

    a. Jika KD mendekati nol (0), maka pengaruh variabel X terhadap Y

    lemah.

    b. Jika Kd mendekati satu (1), maka pengaruh variabel X tehadap Y kuat.

    I. Hipotesis Statistik

    Adapun yang menjadi hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

    Ha : r ≠ 0

    Ho : r = 0

    r : nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

    Keterangan :

    Ha : Terdapat korelasi positif dan signifikan antara pengetahuan

    metakognitif dan kesadaran metakognitif.

    Ho : Tidak terdapat korelasi positif dan signifikan pengetahuan

    metakognitif dan kesadaran metakognitif.

  • 56

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

    bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan metakognitif dengan kesadaran

    metakognitif. Temuan dari penelitian ini korelasi yang terjadi antara

    pengetahuan metakognitif dengan kesadaran metakognitif cukup kuat sebesar

    0,58. Hal ini berarti semakin tinggi pengetahuan metakognitif, maka semakin

    tinggi pula kesadaran metakognitif.

    B. SARAN

    Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas terdapat beberapa

    saran yaitu:

    1. Guru perlu memperhatikan faktor pengetahuan metakognitif dan

    kesadaran metakognitif siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

    2. Hasil penelitian ini belum digeneralisasi. Oleh karena itu, penelitian

    lain yang dapat mengungkap dari sisi gender, gaya belajar, atau faktor-

    faktor lain yang belum peneliti lakukan dalam penelitian ini dapat

    dilakukan selanjutnya.

  • 57

    DAFTAR PUSTAKA

    Agustin, D., & Widowati, H. (2017). Hubungan Kesadaran dan Regulasi

    Metakognitif terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan

    Biologi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan.ISSN : 978-602-70313-2-6,

    19–24.

    Arikunto, S. (2016). Manjemen Penelitian. Jakarta : Rineke Cipta.

    Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineke Cipta.

    Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineke Cipta.

    Astikasari, H., & Murti, S. (2011). Metakognisi dan Theory of Mind ( ToM ).

    Jurnal Psikologi Pitutur. I(2), 53–64.

    Blakey, E., & Spence, S. (1990). Developing Metacognition. ERIC Clearing on

    Information Resources Syrause NY.

    Budi, S. (2018). Modul Pelatihan SPSS. Lampung : Universitas Muhammadiyah

    Lampung.

    Chang, R. (2003). Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

    Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Menengah Atas. (2014).

    Kurikulum 2013 Panduan E-Rapor SMA. Jakarta : Kementerian Pendidikan

    dan Kebudayaan.

    Fasikhun. (2008). Implementasi Pembelajaran Kelompok dengan Pendekatan

    Metakognitif yang Berbasis Teknologi Dikemas dalam CD Interaktif Pada

    MateriI Geometri Di MAN BABAKAN TEGAL. Tesis : Universitas Negeri

    Semarang.

    Fauzi, M. A. (2015). The Enhancement of Student’s Mathematical Connection

    Ability and Self-Regulation Learning with Metacognitive Learning Approach

    in Junior High School. ICREM7 2015 - Proceedings of the 7th International

    Conference on Research and Education in Mathematics: Empowering

    Mathematical Sciences through Research and Education, 1-6.

    Gani, T., Auliah, A., & Faika, S. (2011). Pengetahuan Deklaratif, Berpikir

    Tingkat Tinggi, Ilmu Kimia. Jurnal Chemica, 12(2), 1–9.

    Hamdani, H. (2016). Meningkatkan Pengetahuan Konseptual dan Pengetahuan

    Prosedural Mahasiswa Melalui Pendekatan Diskursus Matematik. Jurnal

    Pendidikan Matematika dan IPA, 6(1), 13-25.

    Hayati, N. (2016). Peningkatan Kesadaran Metakognitif dan Hasil Belajar Melalui

    Penerapan Diagram Roundhouse Dipadu Model Pembelajaran CIRC. Ed-

    Humanistics, 01(01), 44–55.

  • 58

    Heriyansyah, R. T., Nunaki, J. H., & Damopolii, I. (2017). Pengaruh Kesadaran

    Metakognitif terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa Pengaruh Kesadaran

    Metakognitif terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan

    Biologi Universitas Papua. Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri

    Makassar, 212-215.

    Herlanti, Y. (2013). Senior High School Students ’ Metacognitive Awareness and

    Metacognitive Knowledge in Achieving the Graduate Standard. Cakrawala

    Pendidikan, 3(1), 357–367.

    Huitt, W. (1997). Metacogntion Educational Psychology Interactive. Valdosta :

    Valdosta State University.

    Ismael, H.A. (2015). The Role of Metacognitive Knowledge in Enhancing

    Learners Autonomy. International Journal of Language and Linguistics,

    2(4), 95–102.

    Jayapraba, G & Kanmani, M. (2013). Effect of Metacognitive Strategy on Jigsaw

    Cooperative Learning Method to Enchance Biology Achievemenet, The

    Online Journal of New Horizon in Education, 4(2)47–57.

    Jusman, M. J. M. (2018). Pengaruh Kemampuan Penalaran Formal, Motivasi

    Berprestasi, dan Kesadaran Metakognitif terhadap Prestasi Belajar

    Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Di Kota Parepare. Skripsi :

    Univeristas Negeri Makassar.

    Kadir. (2015). Statistika Terapan : Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan

    Program SPSS. Jakarta : Rajagrafindo.

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

    Kimia. (2013). Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

    Khamidah, L. (2017). Pemahaman Konseptual dan Pengetahuan Prosedural Siswa

    Kelas VIII dalam Penyelesaian Soal Matematika pada Materi Sistem

    Persamaan Linier Dua Variabel. Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional

    Integrasi Matematika Dan Nilai Islami), 1(1), 611–616.

    Krathwohl, D. R. (2002). A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview.

    Theory into Practice, 41 (4).

    Kusumaningrum, G. (2018). Metakognitif Siswa dalam Menyelesaikan Soal

    Matematika Berbasis PISA pada Konten Change and Relationship. Skripsi :

    Universitas Muhamadiyah Surakarta, 121.

    Lastriningsih. (2014). Teori Pemrosesan Informasi. Skripsi : Univeritas Negeri

    Yogyakarta.

    Lestari, H. N., Suganda, O., & Widiantie, R. (2017). Hubungan antara

    Pengetahuan Metakognitif dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui

  • 59

    Model Problem Based Learning (PBL) pada Konsep Pencemaran

    Lingkungan di Kelas X. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP

    Universitas Kuningan, 9(2), 28-37.

    Lukum, A., Laliyo, L. A. R., & Sukamto, K. (2015). Metakognisi Mahasiswa

    dalam Pembelajaran Kesetimbangan Kimia. Jurnal Ilmu Pendidikan, 21(1),

    9–18.

    Maonde, F., Bey, A., Anggo, M., Rahim, U., & Tiya, K. (2015). The Discrepancy

    of Students’ Mathematic Achievement through Cooperative Learning Model,

    and the ability in mastering Languages and Science. 3(1), 141–158.

    Milama, B., Nurjanah, A. I., & Fairusi, D. (2017). Students Metacognitive Level

    on Solving Chemistry Problems. TARBIYA: Journal of Education in Muslim

    Society, 4(1), 63-73.

    Muhali, M. (2019). Meningkatkan Kesadaran Metakognisi Melalui Strategi

    Pembelajaran Metakognisi pada Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah.

    Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains Tahun 2015, 1430-1435.

    Mulyati, Y. S. (2009). Tipe Tipe Pengetahuan. Universitas Pendidikan Indonesia,

    1–6.

    Munir, N. P. (2018). Pengaruh Kesadaran Metakognitif terhadap Motivasi Belajar

    dan Kaitannya dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA

    Negeri di Kota Pare-Pare. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika

    Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 4(2), 118-128.

    Nunung, N. (2014). Evaluasi Pembelajaran: Sebuah Kajian Teori. Jurnal

    Edueksos, 3(1), 73-86.

    Ozsoy, G., Memis, A., & Temur, T. (2009). Metacognition, Study Habits and

    Attitudes. International Electronic Journal of Elementary Education, 2(1),

    155-156.

    Paidi. (2010). Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA.

    Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. 1–10.

    Peirce, W. (2003). Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation.

    Amerika Serikat: Prince George's Community College.

    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 54 Tahun 2013 tentang

    Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 Tahun 2013 tentang

    Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 69 Tahun 2013 tentang

    Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum.

  • 60

    Permata, S.P., Suherman, & Rosha, M. (2012). Penerapan Strategi Metakognitif

    dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Padang.

    Putra, Z.F.S, Sholeh, M., & Widyastuti, N. (2014). Analisis Kualitas Layanan

    Website Btkp-Diy Menggunakan Metode Webqual 4.0. Jurnal JARKOM,

    1(2), 174–184.

    Rahman, F.U., Jumani, N.B., Chanudry, M.A., Chisti,S.U.H., & Abbasi,F.

    (2010). Impact of Metacogntive Awareness on Performance of Students in

    Chemistry. Contemporary Issues In Education Research, 3(10), 39-44.

    Rinaldi. (2017). Kesadaran Metakognitif. Jurnal RAP UNP.8(1), 79-83.

    Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti

    Pemula. Bandung : Alfabeta.

    Rompayom, P., Tambunchong, C., Wongyounoi, S., & Dechsri, P. (2010). The

    Development of Metacognitive Inventory to Measure Students’

    Metacognitive Knowledge Related to Chemical Bonding Conceptions. Paper

    presented at International Association for Educational Assessment (IAEA

    2010, 1-7.

    Schraw, G., & Dennison, R. S. (1994). Assessing Metacognitive Awareness.

    Contemporary Educational Psychology, 19, 460-475.

    Shetty, G. (2014). A Study of the Metacognition Levels of Student Teachers on

    The Basis of Their Learning Styles. IOSR Journal of Research & Method in

    Education (IOSR-JRME), 4(1), 43–51.

    Squier, K. L. (2016). Metacognitive Awareness. A Construct-Based Approach

    (CBA) to Implementing Comprehensive School Counseling Programs. 1–5.

    Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. J