hubungan pengendalian diri dengan kecenderungan...

37
HUBUNGAN PENGENDALIAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU KOMPULSIF PEMBELIAN PRODUK FASHION PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH JENNY MAHARDHIKA 802012712 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: docong

Post on 27-Aug-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

HUBUNGAN PENGENDALIAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU KOMPULSIF PEMBELIAN PRODUK FASHION

PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

OLEH

JENNY MAHARDHIKA

802012712

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan
Page 3: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan
Page 4: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Jenny Mahardhika

NIM : 802012712

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

UKSW hak bebas royalty non-ekslusif (non-exclusive royalty free right) atas

karya saya yang berjudul:

HUBUNGAN PENGENDALIAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU KOMPULSIF PEMBELIAN PRODUIK FASHION

PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Dengan hak bebas royalti non-ekslusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih

media/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap dalam mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal : 27 Oktober 2015

Yang menyatakan,

Jenny Mahardhika

Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA Dr. Chr. Hari Soetjiningsih., MS

Page 5: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini.

Nama : Jenny Mahardhika

Nim : 802012712

Program studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir dengan judul:

HUBUNGAN PENGENDALIAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU KOMPULSIF PEMBELIAN PRODUK FASHION

PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Yang dibimbing oleh:

1. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA

2. Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS

Adalah benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian gagasan

orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai

karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber

aslinya.

Salatiga, 27 Oktober 2015

Yang memberi pernyataan,

Jenny Mahardhika

Page 6: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PENGENDALIAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU KOMPULSIF PEMBELIAN PRODUK FASHION

PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Oleh

Jenny Mahardhika

802012712

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi guna memenuhi

sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal: 27 Oktober 2015

Oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing

Pendamping

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA Dr. Chr. Hari Soetjiningsih., MS

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi, Dekan,

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 7: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

HUBUNGAN PENGENDALIAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU KOMPULSIF PEMBELIAN PRODUK FASHION

PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Jenny Mahardhika

Sutarto Wijono

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan yang signifikan

antara pengendalian diri dengan perilaku kompulsif pada mahasiswa fakultas

psikologi. Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

dengan sampel penelitian sebanyak 87 mahasiswa tahun 2011-2014. Pemilihan

responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data

diungkap dengan metode skala-skala pengendalian diri yang dikemukakan oleh

Averill (1973) dan perilaku kompulsif yang dikemukakan oleh Valance et al

(1988). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara pengendalian diri dengan kecenderungan perilaku

kompulsif dalam pembelian pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga,

ditunjukkan dengan nilai korelasi Pearson (r) sebesar -0,221 dengan p 0,02 <0,05.

Kata kunci: pengendalian diri, perilaku kompulsif

Page 9: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

ii

Abstract

This research is using quantitative method. The purpose of this research is to

prove any significant relationship between self control and compulsive buying

behavior for psychology students. This research taken place at Satya Wacana

Christian University, followed by 87 participants of college students of 2011-2014

grades. Participants were chosen using purposive sampling method. Data were

collected using two scales of self control by Averill (1973) and compulsive buying

behavior by Valance et al (1988). According to the research, there is significant

negative relation between self control and preference compulsive buying behavior

for Faculty of Psychology students in Satya Wacana Christian University. It

shown from the Pearson correlation value around -0,221 with p 0,02 < 0,05.

Keywords: self control, compulsive buying behavior

Page 10: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

1

PENDAHULUAN

Globalisasi dan kemajuan teknologi telah melanda segala penjuru bumi.

Oleh sebab itu, perkembangan dan persaingan dalam segala bidang pun tidak

dapat dihindarkan, salah satunya adalah persaingan di industri ritel (Sinaga, 2011).

Pasar industri ritel di Indonesia merupakan pasar persaingan sempurna yang

sangat kompetitif di mana terdapat banyak pemain dan menyediakan produk/jasa

yang relatif sama, dan tidak jelasnya batas kategori ritel itu sendiri, sehingga tidak

jarang ritel dalam skala besar berhadap-hadapan dengan ritel skala kecil atau

bahkan dengan pengecer tradisional (Mawardi, 2011).

Semakin bertumbuhnya industri ritel khususnya ritel modern tentunya

akan semakin memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi

keinginan maupun kebutuhannya. Ada berbagai macam penawaran produk yang

beredar, mendorong masyarakat untuk melakukan pembelian yang hanya

memenuhi kepuasan semata secara berlebihan. Perilaku masyarakat yang seperti

ini bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata, tetapi untuk memenuhi

keinginan yang sifatnya untuk menaikkan prestise, menjaga gengsi, mengikuti

mode, kepuasan diri dan berbagai alasan yang kurang penting (Parma, 2007).

Perilaku demikian di atas lebih dikenal dengan sebutan perilaku kompulsif.

Perilaku kompulsif dapat terjadi pada setiap orang namun, remaja adalah

kelompok masyarakat yang lebih cenderung memperlihatkan perilaku tersebut.

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Susila (2003) bahwa saat ini kelompok

kaum muda dianggap sebagai pasar yang potensial dalam pemasaran produk,

karena mereka adalah kelompok yang sangat memperhatikan penampilan serta

berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan. Sementara itu,

Loudon & Bitta (1993) berpendapat bahwa remaja adalah kelompok yang

berorientasi kompulsif karena remaja suka mencoba hal-hal yang baru, tidak

realistik dan cenderung boros.Selain itu, Tambunan (2001) menjelaskan bahwa

biasanya remaja mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak

realistis dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat inilah yang

dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.

Page 11: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

2

Fenomena yang umumnya terjadi pada remaja di antaranya adalah

cenderung memiliki keinginan untuk memuaskan diri melalui penampilan diri

yang menarik. Hal tersebut dilakukan remaja dengan menggunakan fashion

(busana dan aksesoris) seperti sepatu, tas, jam tangan, dan sebagainya yang dapat

menunjang penampilan mereka. Para remaja juga tidak segan-segan untuk

membeli barang yang menarik dan mengikuti trend yang sedang berkembang,

karena jika tidak mereka akan dianggap kuno, kurang “gaul” dan tidak trendi.

Akibatnya, para remaja tidak memperhatikan kebutuhannya ketika membeli

barang. Mereka cenderung membeli barang yang mereka inginkan untuk

memenuhi kepuasan diri dan bukan yang mereka butuhkan secara berlebihan dan

tidak wajar (Wardhani, 2009). Selain itu, umumnya remaja mempunyai keinginan

membeli yang tinggi karena mereka mempunyai ciri khas dalam berpakaian,

berdandan, gaya rambut, tingkah laku, berpesta. Mereka selalu ingin

berpenampilan menarik di hadapan orang lain terutama teman sebaya (Monks,

2001).

Mahasiswa termasuk dalam rentang usia remaja akhir yang juga seringkali

memperlihatkan perilaku pembelian untuk memenuhi kepuasan semata secara

berlebihan dan bukannya untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun demikian,

tentunya tidak semua mahasiswa mempunyai perilaku yang demikian. Sebagai

contoh dari hasil prasurvei terhadap beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi pada

tanggal 20 November 2011, menunjukkan bahwa ada mahasiswa yang

memperlihatkan ciri-ciri perilaku kompulsif seperti membeli pakaian yang

sebetulnya telah ia miliki sebelumnya dan masih layak digunakan. Selain itu, jika

di toko atau mall yang dikunjungi sedang ada diskon, maka tanpa berpikir panjang

ia akan membeli produk tersebut meskipun sebetulnya produk tersebut tidak

sedang dibutuhkannya. Ia juga bahkan membeli sebuah produk yang disukainya

(meski tidak dibutuhkan) tanpa memandang berapapun harga dari produk tersebut.

Namun, ada juga mahasiswa yang tidak memperlihatkan ciri-ciri perilaku

kompulsif di mana ia sangat selektif dalam membelanjakan uangnya. Biasanya

mahasiswa seperti ini hanya berbelanja suatu produk yang benar-benar

Page 12: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

3

dibutuhkannya atau membeli karena produk serupa yang dipunyainya sudah

rusak/tidak bisa dipergunakan lagi/sudah habis dipergunakan, sehingga harus

membeli ulang.

Atas dasar pentingnya meneliti variabel tersebut, maka dapat dijelaskan

adanya dampak perilaku pembelian kompulsif. Menurut O’Guinn & Faber (1989)

yang menjelaskan bahwa pentingnya meneliti perilaku kompulsif karena perilaku

pembelian yang bilamana tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah

ekonomi dan juga masalah emosional bagi diri mereka sendiri dan juga

keluarganya. Dengan demikian, pemahaman akan masalah ini serta membantu

memberikan solusi bagi mereka yang memiliki perilaku kompulsif tersebut, bukan

saja baik individu yang bersangkutan tetapi juga bagi masyarakat pada umumnya.

Menurut Gwin et al (2005) bahwa perilaku kompulsif membawa dampak

positif dan negatif. Dampak positif dari perilaku kompulsif dalam jangka pendek

adalah kepuasan dan kesenangan yang langsung dapat dirasakan dari aktivitas

pembelian tersebut. Contoh yang dapat diambil dari fenomena di atas adalah

seseorang membeli sesuatu tanpa berpikir dahulu (spontanitas/tanpa perencanaan).

Perlu diperhatikan bahwa perilaku kompulsif tidak melakukan pembelian semata-

mata hanya untuk mendapatkan suatu produk tertentu, tetapi lebih dititikberatkan

pada hasrat untuk mencapai kepuasan dan kesenangan melalui proses pembelian

yang dilakukan oleh individu. Dalam jangka panjang, perilaku kompulsif dapat

menimbulkan dampak negatif, yaitu: kebangkrutan, hutang yang menumpuk,

keretakan rumah tangga dan sebagainya.

Sementara itu, menurut Fransisca & Suyasa (2005) bahwa adanya perilaku

kompulsif tersebut dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif seperti

menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya. Pemborosan terjadi disebabkan

perilaku membeli tidak lagi menempati fungsi yang sesungguhnya yaitu

memenuhi kebutuhan tetapi untuk memenuhi kesenangan sesaat. Dampak negatif

dari perilaku kompulsif tentu sangat mengkhawatirkan orang tua pada umumnya,

dan bagi para pendidik pada khususnya. Bagi akademisi, fenomena perilaku

kompulsif tersebut patut dicermati dan dikaji lebih mendalam, sehingga nantinya

Page 13: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

4

dapat memberikan masukan mengenai upaya-upaya menekan perilaku kompulsif

pada remaja.

Perilaku kompulsif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kotler (2000)

menyebutkan bahwa munculnya perilaku kompulsif disebabkan oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi perilaku

kompulsif individu adalah motivasi, persepsi, sikap, pendirian dan kepercayaan,

usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, jenis kelamin dan kepribadian. Unsur

pengendalian diri merupakan bagian dari salah satu tipe kepribadian yaitu

neuroticism yang menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi. Individu yang

memiliki level neuroticism tinggi berarti individu tersebut memiliki emosi yang

tidak stabil dan hal ini dapat menyebabkan individu tersebut tidak bisa

mengendalikan dirinya. Sementara itu, faktor eksternal yang berpengaruh

terhadap perilaku kompulsif adalah kebudayaan, kelas sosial dan keluarga. Sejalan

dengan ungkapan tersebut, Utami & Sumaryono (2008) mengungkapkan bahwa

pengendalian diri mempunyai hubungan dengan perilaku pembelian impulsif atau

pembelian tidak terencana yang mencerminkan perilaku kompulsif remaja. Pada

kesempatan berbeda, Bayu (dalam Prianggoro, 2011) menyebutkan bahwa

perilaku kompulsif disebabkan oleh individu tersebut tidak bisa mengendalikan

dorongan tersebut dan bahkan membiarkan dirinya untuk berbelanja.

Dari beberapa penjelasan di atas, faktor pengendalian diri dianggap dapat

mempunyai peran penting dalam upaya menekan perilaku kompulsif seseorang.

Selain itu, pemilihan faktor pengendalian diri ini guna memahami perilaku

kompulsif dengan menggunakan pendekatan psikologis. Pendekatan psikologi

berkaitan dengan pemahaman emosi, sikap yang dimiliki oleh konsumen.

Pendekatan ini juga berkaitan dengan segi mental seseorang yang salah satu

unsurnya adalah pengendalian diri.

Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu

mengatur dan mengarahkan perilaku yang disebut pengendalian diri. Chaplin

(2002) dalam suatu kesempatan mengungkapan bahwa pengendalian diri adalah

kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan

Page 14: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

5

seseorang untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku

impulsif.

Adanya pengendalian diri menjadikan individu dapat memandu,

mengarahkan, dan mengatur perilakunya dengan kuat yang pada akhirnya menuju

pada konsekuensi positif (Lazarus, dalam Utami & Sumaryono, 2008). Proses

kerjanya adalah pengendalian diri menolak pola respon yang terbentuk dan

menggantikannya dengan yang lain. Respon penggantinya terdiri dari penggunaan

pemikiran, pengubahan emosi, pengaturan dorongan dan pengubahan tingkah laku

(Baumeister, 2002).

Sebagai salah satu sifat kepribadian, pengendalian diri individu yang satu

dengan yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki pengendalian diri

yang tinggi dan ada individu yang memiliki pengendalian diri yang rendah.

Individu dengan pengendalian diri yang tinggi mampu mengatur kejadian dan

menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku ke arah

konsekuensi positif. Sementara itu, individu yang memiliki pengendalian diri

rendah tidak mampu mengontrol, mengarahkan, dan mengatur perilaku (Muhid,

2009).

Keterkaitan di antara pengendalian diri dan perilaku kompulsif telah dikaji

oleh beberapa peneliti sebelumnya. Sari (2011) menemukan bahwa ada hubungan

negatif antara pengendalian diri dan kecenderungan perilaku kompulsif pada

remaja akhir putri. Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rahayuningsih (2011), yang mengemukakan bahwa ada hubungan negatif antara

pengendalian diri dan perilaku kompulsif pada mahasiswa S1 Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Muharsih (2008) menemukan bahwa ada hubungan

negatif antara pengendalian diri dan perilaku kompulsif. Naomi & Mayasari

(2008) juga menemukan bahwa pengendalian diri memiliki pengaruh negatif

terhadap perilaku kompulsif. Sultan et al (2011) dalam penelitiannya menemukan

bahwa adanya pengendalian diri akan menekan perilaku kompulsif. Berdasarkan

temuan penelitian tersebut di atas tampak bahwa pengendalian diri berbanding

terbalik dengan perilaku kompulsif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

Page 15: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

6

pengendalian diri seseorang maka semakin rendah perilaku kompulsifnya,

sebaliknya semakin rendah pengendalian diri seseorang maka semakin tinggi

perilaku kompulsifnya.

Adapun penelitian yang bertolak belakang dengan hasil-hasil penelitian

diatas, seperti yang dilakukan oleh Alex and Raveendran (2007), menemukan

bahwa tidak terdapat hubungan antara pengendalian diri dengan perilaku

kompulsif pemegang kartu kredit di India. Hal ini dapat dipahami bahwa

seseorang yang tingkat pengendalian dirinya tergolong tinggi tidak menjamin

bahwa dirinya tidak memiliki kecenderungan untuk berperilaku kompulsif,

demikian juga sebaliknya seseorang yang tingkat pengendalian dirinya tergolong

rendah tidak menjamin bahwa dirinya pasti cenderung berperilaku kompulsif.

Berdasarkan pemahaman di atas maka dapat dikatakan bahwa antara

pengendalian diri dan perilaku kompulsif terdapat hubungan yang negatif. Hal ini

berarti, semakin tinggi pengendalian diri yang dimiliki oleh konsumen, maka

perilaku kompulsifnya akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah

pengendalian diri yang dimiliki oleh konsumen, maka perilaku kompulsifnya akan

semakin tinggi. Adanya hubungan negatif tersebut mengingat perilaku kompulsif

dapat ditekan atau dikendalikan hanya jika konsumen memiliki pengendalian diri

yang baik. Produsen dan pemasar produk sangat jeli membidik emosional

konsumen untuk mendatangkan keuntungan. Mulai dari kemasan, penataan

produk, diskon hingga tagline iklan yang bersifat personal, semua itu dapat

mempengaruhi konsumen untuk berperilaku kompulsif. Disinilah pengendalian

diri diperlukan untuk melawan stimulus eksternal yang diberikan oleh produsen

dan pemasar produk tersebut. Konsumen dengan pengendalian diri yang baik

tentu akan mampu memutuskan apakah belanja suatu produk itu merupakan

sesuatu yang perlu atau tidak, konsumen mampu memilah produk yang

dianggapnya penting untuk dibeli, sehingga dengan demikian maka kecil

kemungkinan bagi konsumen tersebut untuk berperilaku kompulsif.

Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian di atas dengan

subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

Page 16: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

7

Salatiga. Pertimbangan memilih subyek tersebut di atas karena: (1) adanya

fenomena awal terkait dengan perilaku kompulsif yang peneliti temukan dari hasil

prasurvei mendorong untuk dilakukannya kajian yang lebih mendalam, (2) belum

ada kajian sebelumnya yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

mengenai hubungan pengendalian diri dan perilaku kompulsif pada mahasiswa

Fakultas Psikologi UKSW, (3) kemudahan dalam pengumpulan data mengingat

peneliti juga merupakan mahasiswa dari fakultas yang sama, (4) selain itu dari

penelitian sebelumnya ternyata terdapat inkonsistensi temuan hasil penelitian

terkait dengan hubungan antara pengendalian diri dan perilaku kompulsif. Oleh

karena itu maka adapun penelitian ini mengangkat judul: “Hubungan

Pengendalian Diri dan Kecenderungan Perilaku Kompulsif Pembelian Produk

Fashion pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara

pengendalian diri dan kecenderungan perilaku kompulsif pembelian produk

fashion pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga.

Perilaku Kompulsif

Terdapat sejumlah pengertian perilaku kompulsif. Ada pernyataan yang

menyatakan bahwa perilaku kompulsif adalah kepercayaan, sikap dan keinginan

yang tidak terkontrol dan terbentuk dalam diri konsumen. Hal tersebut didukung

oleh Peter and Olson (1995, h.115) yang memberikan pengertian sebagai berikut:

“compulsive behavior is beliefs, attitude and desire uncontrolled and formed in a

self-referred consumers”. Lubis (dalam Lina & Rosyid, 1997) mengatakan bahwa

perilaku kompulsif adalah suatu perilaku membeli yang tidak lagi didasarkan pada

pertimbangan yang rasional melainkan karena adanya keinginan yang sudah

mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Dalam kesempatan berbeda, Suyasa

& Fransisca (2005) mendefinisikan perilaku kompulsif sebagai tindakan membeli

barang bukan untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan,

yang dilakukan secara berlebihan sehingga menimbulkan pemborosan dan

inefisiensi biaya. Lebih lanjut, Sumartono (2002) mengatakan bahwa perilaku

Page 17: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

8

kompulsif merupakan suatu tindakan menggunakan suatu produk secara tidak

tuntas. Artinya belum habis suatu produk dipakai, seseorang telah menggunakan

produk jenis yang sama dari merek lain atau membeli barang karena adanya

hadiah yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang yang

menggunakan produk tersebut.

Menurut pendapat Sudarsono (1997) dalam kamus konseling yang

dimaksud dengan kecenderungan adalah hasrat yang selalu timbul secara

berulang-ulang. Jadi, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecenderungan

perilaku kompulsif adalah kepercayaan, sikap dan keinginan yang tidak terkontrol

dan selalu dilakukan secara berulang-ulang.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka diambil kesimpulan

bahwa kecenderungan perilaku kompulsif adalah kepercayaan, sikap dan

keinginan yang tidak terkontrol dari dalam diri konsumen untuk membeli dan

mengkonsumsi barang-barang tanpa batas, tidak tuntas ataupun secara berlebihan

dan dilakukan secara berulang-ulang maka akan dapat menimbulkan pemborosan

dan inefisiensi biaya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan perilaku

kompulsif adalah perilaku kompulsif dalam pembelian produk fashion (tas,

sepatu, make up, pakaian, dan perlengkapannya).

Aspek Perilaku Kompulsif

Penelitian ini menggunakan aspek perilaku kompulsif menurut Valence et

al (1988), karena dirasa cukup representatif dalam menjabarkan perilaku

kompulsif jika dilihat dari fenomena-fenomena di atas. Adapun aspek-aspek yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Kecenderungan untuk menghabiskan (tendency to spend).

Dimana seorang pembeli kompulsif harus menunjukkan sebuah

kecenderungan yang lebih tinggi untuk menghabiskan daripada seorang

pembeli non kompulsif.

Page 18: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

9

2) Aspek reaktif/dorongan untuk membeli (reactive aspect).

Ditandai dengan individu menanggapi desakan yang kuat untuk melakukan

pembelian. Dengan demikian pembeli yang kompulsif merasakan adanya

motivasi atau dorongan untuk membeli yang tak tertahankan atau di luar

kontrol.

3) Perasaan bersalah setelah pembelian (post purchase guilt).

Ditunjukkan dengan ada tidaknya perasaan bersalah setelah melakukan

tindakan pembelian tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Kompulsif

Perilaku kompulsif dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Stanton (1996)

mengatakan bahwa ada kekuatan-kekuatan psikologis yang mempengaruhi

perilaku kompulsif:

1) Pengalaman belajar (Learning Experience)

Kunci untuk memahami perilaku membeli pada konsumen terletak pada

kemampuan menginterpretasikan dan meramalkan proses belajar konsumen,

dimana belajar adalah perubahan-perubahan perilaku yang disebabkan oleh

pengalaman-pengalaman masa lalu.

2) Kepribadian (Personality)

Kepribadian didefinisikan sebagai pola ciri-ciri seseorang yang menjadi faktor

penentu dalam perilaku responnya. Secara umum, ciri-ciri kepribadian

konsumen mempengaruhi persepsi dan perilaku membeli. Menurut McCrae &

Costa (1997) bahwa self control merupakan bagian dari salah satu tipe

kepribadian yaitu neuroticism yang menilai kestabilan dan ketidakstabilan

emosi.

3) Sikap dan keyakinan

Sikap dan keyakinan merupakan daya yang kuat dan langsung mempengaruhi

persepsi serta perilaku membeli konsumen.

Page 19: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

10

4) Konsep diri atau citra diri (Self Concept)

Konsep diri adalah cara seseorang memandang dirinya sendiri. Pada waktu

yang bersamaan, ia juga menganggap orang lain mempunyai gambaran yang

sama tentang dirinya. Biasanya orang memilih suatu produk dan merek sesuai

dengan konsep dirinya.

Pengendalian Diri (Self Control)

Ada pernyataan yang menjelaskan bahwa pengendalian diri merupakan

pengaruh atau regulasi seseorang terhadap fisik, perilaku, dan proses-proses

psikologisnya. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Calhoun & Acocella (1990,

h.72) mendefinisikan pengendalian diri sebagai berikut: “Self control is the

influence or regulation or a person against the physical, behavioral, and

psychological processes”. Baumeister (2002) mendefinisikan pengendalian diri

sebagai suatu kapasitas untuk memberikan alternatif kondisi dan respon tertentu.

Pada kesempatan berbeda, Chaplin (2002) mendefinisikan pengendalian diri

adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk

menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Menurut

Skinner (dalam Alwisol, 2009) pengertian pengendalian diri bukan mengontrol

kekuatan dari dalam “self”, tetapi bagaimana “self” mengontrol variabel-variabel

luar yang menentukan perilaku.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pengendalian diri, maka

dapat disimpulkan bahwa pengendalian diri merupakan kapasitas untuk

memberikan alternatif kondisi dan respon tertentu serta kemampuan seseorang

untuk mengolah dan mengatur sikap, perilaku serta keinginannya dari tekanan

atau rintangan impuls-impuls.

Aspek-aspek Pengendalian Diri

Seiring dengan penjelasan dan definisi mengenai konsep pengendalian diri

di atas, tampaknya selaras dengan aspek-aspek pengendalian diri dari Averill

(1973), yaitu:

Page 20: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

11

1) Pengendalian perilaku (behavior control)

Dalam banyak situasi sehari-hari, seseorang tidak memiliki pilihan lain

selain bertahan dari stimulus yang berpotensi berbahaya. Namun dalam kasus

lain, stimulus dapat dicegah seluruhnya, dihentikan sebelum waktunya, atau

dimodifikasi oleh beberapa bentuk tindakan langsung. Pengendalian perilaku

merupakan kesiapan atau tersedianya suatu respon yang dapat secara

langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak

menyenangkan. Kemampuan mengendalikan perilaku ini diperinci menjadi

dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan

kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan

mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan

siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau sesuatu

diluar dirinya. Individu yang kemampuan mengendalikan dirinya baik akan

mampu mengatur perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila

tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan

mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan

kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa cara

yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan

tenggang waktu di antara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung,

menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi

intensitasnya.

2) Pengendalian kognitif (cognitive control)

Sementara pengendalian perilaku melibatkan tindakan langsung terhadap

lingkungan, pengendalian kognitif mengacu pada cara penafsiran peristiwa

yang berpotensi membahayakan. Pengendalian kognitif merupakan

kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan

dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menggabungkan suatu kejadian

dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk

mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh

informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan

Page 21: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

12

informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak

menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan

berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha

menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara

memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.

3) Pengendalian keputusan (decisional control)

Merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu

tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol

diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu

kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih

berbagai kemungkinan tindakan.

Hubungan antara Pengendalian Diri (Self Control) dengan Kecenderungan

Perilaku Kompulsif

Perilaku konsumen yang rasional adalah konsumen yang mampu

menggunakan logika rasional dalam keputusan pembeliannya. Ini artinya

konsumen melakukan pembelian bukan karena menginginkan produk tersebut,

tetapi karena memerlukan produk tersebut. Namun pada kenyataanya yang umum

terjadi adalah konsumen tidak menggunakan logika rasional dalam keputusan

pembeliannya sehingga mengakibatkan apa yang disebut perilaku kompulsif.

Sebenarnya, perilaku kompulsif yang salah satunya ditunjukkan dari

adanya pembelian impulsif dapat ditekan dan bahkan dihindari apabila konsumen

memiliki sistem pengendalian internal pada dirinya atau singkatnya pengendalian

diri. Pengendalian diri yang mana merupakan cerminan kepribadian itu lebih

lanjut oleh Mowen & Spears (1999) disebutkan bisa menjelaskan kecenderungan

seseorang untuk melakukan perilaku kompulsif. Oleh karena itu maka untuk

memahami perilaku kompulsif konsumen dapatlah menggunakan pendekatan

psikologis. Pendekatan ini berkaitan dengan segi kejiwaan seseorang yang salah

satunya meliputi pengendalian diri (Naomi & Mayasari, 2008).

Page 22: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

13

Rodin (dalam Sarafino, 1990) menyebutkan bahwa pengendalian diri

menjadikan seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan yang

efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang

tidak diinginkan.

Berdasarkan pemahaman di atas maka dapat dikatakan bahwa antara

pengendalian diri dan perilaku kompulsif terdapat hubungan yang negatif. Hal ini

berarti, semakin tinggi pengendalian diri yang dimiliki oleh konsumen, maka

perilaku kompulsifnya akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah

pengendalian diri yang dimiliki oleh konsumen, maka perilaku kompulsifnya akan

semakin tinggi. Adanya hubungan negatif tersebut mengingat perilaku kompulsif

dapat ditekan atau dikendalikan hanya jika konsumen memiliki pengendalian diri

yang baik. Produsen dan pemasar produk sangat jeli membidik emosional

konsumen untuk mendatangkan keuntungan. Mulai dari kemasan, penataan

produk, diskon hingga tagline iklan yang bersifat personal, semua itu dapat

mempengaruhi konsumen untuk berperilaku kompulsif. Disinilah pengendalian

diri diperlukan untuk melawan stimulus eksternal yang diberikan oleh produsen

dan pemasar produk tersebut. Konsumen dengan pengendalian diri yang baik

tentu akan mampu memutuskan apakah belanja suatu produk itu merupakan

sesuatu yang perlu atau tidak, konsumen mampu memilah produk yang

dianggapnya penting untuk dibeli, sehingga dengan demikian maka kecil

kemungkinan bagi konsumen tersebut untuk berperilaku kompulsif.

Keterkaitan diantara pengendalian diri dan perilaku kompulsif telah

dilakukan beberapa penelitian sebelumnya. Trihapsari (2007) menemukan bahwa

terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pengendalian diri dengan

kecenderungan berperilaku kompulsif pada mahasiswi Fakultas Ekonomi

Brawijaya Malang. Mayasari (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan

negatif yang signifikan antara pengendalian diri dengan perilaku kompulsif pada

mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia. Dengan adanya hubungan negatif yang signifikan

sebagaimana ditemukan pada dua penelitian di atas menunjukkan bahwa

Page 23: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

14

mahasiswa yang mampu mengendalikan dirinya secara baik tentunya dalam

berbelanja/membeli sebuah produk akan lebih mengutamakan kebutuhan

dibandingkan keinginannya. Sehingga dengan demikian mahasiswa tersebut akan

memiliki kecenderungan perilaku kompulsif yang rendah. Sementara itu dilain

kesempatan, hasil berbeda ditunjukkan oleh Alex & Raveendran (2007) yang

menemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengendalian diri dengan

perilaku kompulsif pemegang kartu kredit di India. Hal ini menunjukkan bahwa

seseorang yang memiliki perilaku kompulsif yang tinggi bukan disebabkan karena

ia mempunyai pengendalian diri yang kurang atau tidak baik, dan sebaliknya

seseorang yang memiliki perilaku kompulsif yang rendah bukan berarti karena ia

mempunyai pengendalian diri yang baik. Tinggi rendahnya perilaku kompulsif

bisa jadi disebabkan oleh faktor lainnya selain pengendalian diri.

Berdasarkan beberapa temuan penelitian sebelumnya di atas, tampak

bahwa masih terdapat inkonsistensi terkait hubungan antara pengendalian diri dan

perilaku kompulsif. Hal ini menjadi penting dan menarik untuk kembali dilihat

keterkaitan diantara pengendalian diri dan kecenderungan perilaku kompulsif.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai

berikut:

“Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pengendalian diri dan

kecenderungan perilaku kompulsif pembelian produk fashion pada mahasiswa

Fakultas Psikologi UKSW Salatiga.”

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah 663 mahasiswa Fakultas Psikologi

UKSW Salatiga yang diambil dari angkatan 2011-2014. Pengambilan sampel

menggunakan tehnik purposive sampling dan penetapan jumlah sampel

menggunakan rumus Yamane (1973). Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan

87 mahasiswa yang terdiri dari 49 mahasiswi dan 38 mahasiswa. Pengumpulan

Page 24: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

15

data menggunakan skala kecenderungan perilaku kompulsif dan skala

pengendalian diri. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diuji validitas dan

reliabilitas.

Analisis data untuk menyatakan menyatakan hubungan antara

pengendalian diri dan kecenderungan perilaku kompulsif pembelian produk

fashion pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga adalah dengan

menggunakan analisis korelasi. Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji

linearitas, dimana jika data hasil penelitian memenuhi asumsi normalitas dan

asumsi linearitas maka pengujian korelasi menggunakan uji parametrik berupa uji

korelasi pearson. Namun apabila data variabel penelitian tidak terdistribusi normal

dan tidak linear maka pengujian korelasi menggunakan uji non-parametrik berupa

korelasi spearman (Jogiyanto, 2004).

Alat Ukur

Angket Pengendalian Diri

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket pengendalian

diriyang terdiri dari tiga aspek menurut menurut Averill (1973) yaitu:

pengendalian perilaku (behavior control), pengendalian kognitif (cognitive

control) dan pengendalian keputusan (decisional control). Jumlah item yang

diujicobakan sebanyak 33 item dimana penyusunan item-item dari alat ukur yang

akan diuji coba tersebut dilakukan berdasarkan pada bentuk favourable dan

unfavourable. Selanjutnya item-item tersebut kemudian diukur tingkat validitas

dan reliabilitasnya.

Bentuk favourable dan unfavourable dari angket pengendalian

dirimemberikan 4 kemungkinan jawaban bagi subjek yaitu : Sangat Sesuai (SS),

Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor tertinggi untuk

pernyataan favourable adalah 4 yaitu pada pilihan Sangat Sesuai, 3 pada pilihan

Sesuai, 2 pada pilihan Tidak Sesuai sedangkan skor terendah adalah 1 untuk

pilihan Sangat Tidak Sesuai. Skor tertinggi pada pernyataan unfavourable adalah

Page 25: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

16

4 pada pilihan Sangat Tidak Sesuai, 3 pada pilihan Tidak Sesuai, 2 pada pilihan

Sesuai dan skor 1 pada pilihan Sangat Sesuai.

Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat pengendalian diri, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh

menunjukkan bahwa semakin rendah pula tingkat pengendalian diri.

Angket Perilaku Kompulsif Pembelian Produk Fashion

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket perilaku

kompulsif yang terdiri dari tiga aspek menurut Valence et al (1988) yaitu:

kecenderungan untuk menghabiskan (tendency to spend), aspek reaktif atau

dorongan untuk membeli (reactive aspect) dan perasaan bersalah setelah

pembelian (post purchase guilt). Jumlah item yang diujicobakan sebanyak 18

item. Selanjutnya item-item tersebut kemudian diukur tingkat validitas dan

reliabilitasnya.

Angket perilaku kompulsif memberikan 4 kemungkinan jawaban bagi

subjek yaitu: 4 pada pilihan Sangat Sesuai, 3 pada pilihan Sesuai, 2 pada pilihan

Tidak Sesuai sedangkan skor terendah adalah 1 untuk pilihan Sangat Tidak

Sesuai.

Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi

perilaku kompulsif, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan

bahwa semakin rendah perilaku kompulsif.

HASIL PENELITIAN

Uji Asumsi

Uji coba alat ukur dilakukan bertujuan untuk menguji validitas dan

reliabilitas angket sehingga pengukuran yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai. Data yang

digunakan untuk uji coba terpakai juga digunakan dalam analisis data. Uji coba

ini dilakukan pada tanggal 15 September 2015. Hadi (2000) menyatakan bahwa

Page 26: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

17

uji coba terpakai adalah data yang digunakan untuk uji coba sekaligus digunakan

untuk data penelitian, guna lebih menghemat waktu, tenaga dan biaya.

Uji Validitas

Pengujian validitas alat ukur dengan menggunakan program komputer SPSS

versi 16.00. Uji validitas menggunakan teknik corrected item-total correlation.

Dasar pengambilan keputusan item yang valid didasarkan pada ketentuan bahwa,

apabila nilai r hitung > 0,30 maka item dikatakan valid (Azwar, 2005).

a. Uji Validitas Angket Pengendalian Diri

Angket pengendalian diri terdiri dari 33 item. Dari uji validitas

menunjukkan bahwa pada pengujian tahap pertama diperoleh nilai corrected

item-total correlation antara -0,053 s/d 0,578 dan ternyata terdapat tiga item

gugur karena nilai corrected item-total correlation-nya < 0,30. Karena ada

item yang gugur maka pengujian validitas dilakukan kembali pada tahap

kedua dengan tidak mengikutsertakan item yang gugur. Setelah diuji

kembali, nilai corrected item-total correlation bergerak antara 0,307 s/d

0,577 dan semua item dinyatakan valid karena nilai corrected item-total

correlation-nya > 0,30.

b. Uji Validitas Angket Perilaku Kompulsif

Angket perilaku kompulsif terdiri dari 18 item yang diujikan. Dari uji

validitas menunjukkan bahwa pada pengujian tahap pertama diperoleh nilai

corrected item-total correlation antara 0,036 s/d 0,641 dan ternyata terdapat 1

item gugur karena nilai corrected item-total correlation-nya > 0,30. Karena

ada item yang gugur maka pengujian validitas dilakukan kembali pada tahap

kedua dengan tidak mengikutsertakan item yang gugur. Setelah diuji kembali,

nilai corrected item-total correlation bergerak antara 0,327 s/d 0,664 dan

semua item dinyatakan valid karena nilai corrected item-total correlation-nya

> 0,30.

Page 27: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

18

Uji Reliabilitas

a. Uji Reliabilitas Angket Pengendalian Diri

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan teknik Cronbach's Alpha. Pada

angket pengendalian diri diperoleh koefisien alpha sebesar 0,881. Nilai

koefisien alpha tersebut > 0,60 sebagaimana dikemukakan oleh Ghozali (2005)

sehingga angket pengendalian diri tersebut dikatakan reliabel.

b. Uji Reliabilitas Angket Perilaku Kompulsif

Dari uji reliabilitas pada angket perilaku kompulsif diperoleh koefisien

alpha sebesar 0,856. Nilai koefisien alpha tersebut > 0,60 sebagaimana

dikemukakan oleh Ghozali (2005) sehingga angket perilaku kompulsif tersebut

dikatakan reliabel.

c. Uji Normalitas

Apabila angka signifikansi < 0,05 maka distribusi datanya adalah tidak

normal, sebaliknya apabila angka signifikansi > 0,05 maka distribusi datanya

adalah normal. Variabel pengendalian diri berdistribusi normal ditunjukkan

dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 0,677 dengan angka

signifikansi 0,750 > 0,05. Variabel perilaku kompulsif juga berdistribusi

normal ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 1,045

dengan angka signifikansi 0,224 > 0,05.

d. Uji Linieritas

Berdasarkan hasil uji linieritas tampak bahwa pada baris Deviation from

Linearity diperoleh angka sig sebesar 0,635 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan linear yang signifikan antara pengendalian diridan

perilaku kompulsif.

Page 28: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

19

Analisis Deskriptif

Pengendalian Diri

Berdasarkan 30 data aitem yang valid, maka selanjutnya akan dibuat

kategorisasi untuk menentukan tinggi rendahnya pengendalian diri. Dalam

penelitian ini akan dibuat 4 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat

rendah. Perhitungan dilakukan berdasarkan item yang valid yaitu sebanyak 30

item. Dengan demikian skor tertinggi adalah 4 X 30 = 120dan skor terendah 1 X

30 = 30. Perhitungan lebar interval adalah sebagai berikut:

skor tertinggi – skor terendah

i =

Banyaknya kategori

= 120 – 30 / 4

= 22,5

Dengan demikian, kategori variabel pengendalian diri adalah sebagai

berikut:

Tabel 1

Pengukuran Variabel Pengendalian Diri

Interval Skor Kategori f % Mean Std.

Deviasi

97,6< x 120,0 Sangat Tinggi 23 26,4

75,1< x 97,5 Tinggi 60 69,0 91,0 9,8

52,6< x 75,0 Rendah 4 4,6

30,0 x 52,5 Sangat Rendah 0 0,0

Keterangan: x = total skor variabel pengendalian diri

Perilaku Kompulsif

Pengukuran variabel perilaku kompulsif menggunakan 4 kategori yaitu

sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Perhitungan dilakukan

berdasarkan item yang valid yaitu sebanyak 17 item. Dengan demikian skor

Page 29: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

20

tertinggi adalah 4 X 17 = 68dan skor terendah 1 X 17 = 17. Perhitungan lebar

interval adalah sebagai berikut:

skor tertinggi – skor terendah

i =

Banyaknya kategori

= 68 – 17 / 4

= 12,75

Dengan demikian, kategori variabel perilaku kompulsif adalah sebagai

berikut:

Tabel 2

Pengukuran Variabel Perilaku Kompulsif

Interval Skor Kategori f % Mean Std.

Deviasi

55,26< x 68,00 Sangat Tinggi 1 1,2

42,51< x 55,25 Tinggi 39 44,8

29,76< x 42,50 Rendah 47 54,0 41,6 7,0

17,00 x 29,75 Sangat rendah 0 0,0

Keterangan: x = total skor variabel Perilaku Kompulsif

Uji Korelasi

Berdasarkan hasil pengujian normalitas terhadap variabel pengendalian diri

dan perilaku kompulsif tampak bahwa data kedua variabel penelitian tersebut

terdistribusi normalitas. Oleh karena datanya terdistribusi normal maka untuk

pengujian hubungan antara pengendalian diri dengan kecenderungan perilaku

kompulsif pembelian produk fashion pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

Salatiga digunakan analisis korelasi Pearson. Dari hasil analisis tersebut

menunjukkan bahwa korelasi Pearson sebesar -0,221 dengan tingkat signifikan p

0,02 < 0,05 yang berarti antara pengendalian diri dengan kecenderungan perilaku

kompulsif pembelian produk fashion pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

Salatiga terdapat hubungan negatif yang signifikan.

Page 30: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

21

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara pengendalian diri dengan kecenderungan perilaku

kompulsif pembelian produk fashion pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

Salatiga, ditunjukkan dengan nilai korelasi Pearson (r) sebesar -0,221

denganp0,02 <0,05. Hal ini berarti semakin tinggi pengendalian diri maka

semakin rendah kecenderungan perilaku kompulsif pembelian produk fashion

pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga, sebaliknya semakin rendah

pengendalian diri maka semakin tinggi kecenderungan perilaku kompulsif

pembelian produk fashion pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga.

Dengan kata lain, variabel pengendalian diri memberi peran terhadap tinggi

rendahnya kecenderungan perilaku kompulsif seseorang. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Lazarus (dalam Utami & Sumaryono, 2008) bahwa adanya

pengendalian diri menjadikan individu dapat memandu, mengarahkan, dan

mengatur perilakunya dengan kuat yang pada akhirnya menuju pada konsekuensi

positif. Konsekuensi yang dimaksud adalah mampu menekan kecenderungan

perilaku kompulsif.

Adanya hubungan negatif yang signifikan antara pengendalian diri dengan

kecenderungan perilaku kompulsif pembelian produk fashion pada mahasiswa

Fakultas Psikologi UKSW Salatiga dapat disebabkan beberapa kemungkinan.

Pertama, sebagian mahasiswa tersebut memiliki pengendalian diri yang baik,

sehingga mereka dapat memutuskan apakah belanja suatu produk itu merupakan

sesuatu yang dibutuhkan untuk dibeli, sehingga dengan demikian maka kecil

kemungkinan bagi mahasiswa tersebut untuk berperilaku kompulsif. Adanya

hubungan negatif yang signifikan antara pengendalian diri dengan kecenderungan

perilaku kompulsif menguatkan pendapat Rodin (dalam Sarafino, 1990) bahwa

pengendalian diri menjadikan seseorang dapat membuat keputusan dan

mengambil tindakan yang efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan

menghindari akibat yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perilaku kompulsif

Page 31: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

22

dapat ditekan dan bahkan dihindari apabila konsumen memiliki sistem

pengendalian diri yang baik.

Hasil penelitian ini mendukung temuan sebelumnya yang dilakukan oleh

Trihapsari (2007) bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara

pengendalian diri dengan kecenderungan berperilaku kompulsif pada mahasiswi

Fakultas Ekonomi Brawijaya Malang. Penelitian lainnya yang mendukung temuan

penelitian ini adalah yang dikemukakan oleh Mayasari (2012) bahwa terdapat

hubungan negatif yang signifikan antara pengendalian diri dengan perilaku

kompulsif pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Kedua, pengendalian diri mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang

menjadi responden dalam penelitian ini tergolong tinggi pada semua aspeknya.

Ketiga, sebagian besar mahasiswa menganggap bahwa pengendalian diri adalah

penting untuk membuat kondisi emosi menjadi stabil sehingga ketika ada tawaran

yang menarik, mereka tetap dapat mengatasinya dan akhirnya keinginan

berperilaku kompulsif menjadi turun.

Sumbangan efektif dari variabel pengendalian diri terhadap perilaku

kompulsif dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi (r2) yang merupakan

kuadrat dari nilai koefisien korelasinya (r). Dengan demikian nilai koefisien

determinasi adalah sebesar (-0,221)2

= 0,05. Hal ini berarti sumbangan efektif

variabel pengendalian terhadap kecenderungan perilaku kompulsif dalam

pembelian adalah sebesar 5% sedangkan sisanya 95% disumbangkan oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Adapun beberapa faktor lainnya yang

dapat memberikan sumbangan terhadap kecenderungan perilaku kompulsif dalam

pembelian diantaranya adalah pengalaman yang dipelajari dari belanja

sebelumnya, sikap dan keyakinan, citra diri (Stanton, 1996).

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dengan

pengendalian diri yang baik, mahasiswa tentu akan mampu memutuskan apakah

Page 32: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

23

belanja suatu produk itu merupakan sesuatu yang perlu atau tidak, mahasiswa

mampu memilah produk yang dianggapnya penting untuk dibeli, sehingga dengan

demikian maka kecil kemungkinan bagi mahasiswa tersebut untuk berperilaku

kompulsif.

Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Adapun saran yang ingin disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Saran bagi orang tua

Setiap orang tua diharapkan memberi kesempatan kepada anak mereka untuk

dapat mengelola emosi ketika menghadapi pilihan-pilihan atau tawaran-

tawaran yang menarik untuk dikonsumsi. Misalnya, mengatur atau mengelola

emosi untuk membeli suatu produk dengan cara mengatur uang belanja

mereka dengan cara mencatat setiap pengeluaran untuk membeli barang-

barang yang dibutuhkan atau hanya sekedar diperlukan agar anak-anak

mereka lebih dapat bertanggungjawab dan mengurangi kemungkinan

berperilaku kompulsif.

b. Saran bagi mahasiswa

Setiap mahasiswa perlu memanfaatkan kesempatan untuk secara

berkelanjutan berusaha mengelola uang belanja dengan cara lebih selektif

ketika ada berbagai tawaran yang menarik disekitarnya sehingga dapat

mengurangi perilaku kompulsif mereka.

c. Saran bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk bisa semakin baik lagi dalam

melakukan penelitian di lingkungan UKSW, khususnya untuk mahasiswa

UKSW. Melihat penelitian ini ada variabel lain yang berkaitan dengan

pengendalian diri, dan tampaknya akan semakin menarik untuk diteliti lebih

lanjut, dan diharapkan penelitian selanjutnya bisa lebih baik lagi dan mampu

menjawab berbagai permasalahan yang ada.

Page 33: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

24

Daftar Pustaka

Alex, J., & Raveendran, P. T. (2007). Compulsive buying behavior in Indian

consumers and its impact on credit default, an emerging paradigm.

International Marketing Conference on Marketing & Society 8-10 April.

Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.

Arsy, M. (2006). Kebutuhan atau gaya hidup konsumtif. Sriwijaya Post.,

Averill, J. R. (1973). Personal control over aversive stimuli and it’s relationship to

stress. Psychological Bulletin, 80, 286-303.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baumeister, R. F.(2002). Yielding to tempation: self control failure, impulsive

purchasing, and consumer behavior reflections and reviews. Journal of

Consumer Research, 28.

Calhoun, J. F., & Acocella, J. R. (1990). Psychology of adjustment and human

relationship. New York: McGraw Hill, Inc.

Chaplin, J. S. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dittmar, H. (2005). Compulsive buying – a growing concern? an examination of

gender, age, and endorseement of materialistic values as predictors. British

Journal of Psychology, 96.

Drs. Sudarsono, S.H. (1997). Kamus konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Edwards, E. A. (1993). Development of a new scale for measuring compulsive

buying behavior. Financial Counseling and Planning, 4, 1.

Fransisca dan Tomy, Y.S. (2005). Perbandingan perilaku konsumtif berdasarkan

metode pembayaran. Jurnal Phrones, 10, 1.

Friese, S. (1992). Compulsive-addictive buying behavior: exploring effects of

childhood experiences and family types. Thesis (Publicated). United

States: Oregon State University.

Fromm, E. (1995). Masyarakat yang sehat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Ghozali, H. I. (2005). Aplikasi multivariate dengan program SPSS. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Page 34: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

25

Ghufron, N. M., & Rini, R. (2010). Teori-teori psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruz

Media.

Gwin, C.F., Roberts, J.A., Martinez, C.R. (2005). Nature vs nurture: the role of

family in compulsive buying. MarketingManagement Journal, Spring.

Jogiyanto, H.M. (2004). Metode penelitian bisnis, salah kaprah dan pengalaman-

pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Kaplan, R. M., & Saccuzzo. (2005). Psychological testing: principles,

application and issue. Belmont: Thomson Wadsworth.

Kotler, P. (2000). Manajemen pemasaran. Jakarta: Salemba Empat.

Krueger, D. W. (1988). On compulsive shopping and spending: a psychodynamic

inquiry. American Journal of Psychotherapy, 42.

Lina & Rosyid.(1997). Perilaku konsumtif berdasarkan locus of control pada

remaja putri. Jurnal Psikologika, 4, 2.

Logue, A. W. (1995) Self control waiting until tommorow for what you want

today. New Jersey: Prentice Hall.

Loudon & Bitta. (1993). Consumer behavior : concepts and applications. 4 th ed.

New York: McGraw-Hill Inc.

Magee, A. (1994). Compulsive buying tendency as a predictor of attitudes and

perceptions. Advances in Consumer Research 21.

Mangkunegara, A. (2005). Perilaku konsumen.Bandung: PT Refika Aditama.

Mawardi, M. K. (2011). Persaingan industri ritel di Indonesia dengan model “lima

kekuatan pesaing M Porter”. Iqtishoduna - Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Islam.

Mayasari, P. (2012). Hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan perilaku

konsumtif pada mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

McCrae, R. R., & Costa Jr., P. T. (1997). Personality trait structure as a human

universality. Americant Psychologist, 52, 5.

Page 35: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

26

Moningka, C. (2006). Konsumtif: antara gengsi dan kebutuhan.

http://www.suarapembaruan.com.

Monks, F. J. (2001). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai

bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muharsih, L. (2008). Hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan

perilaku konsumtif pada remaja di Jakarta Pusat. Skripsi (tidak

diterbitkan). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Muhid, A. (2009). Hubungan antara self control dan self efficacy dengan

kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas

Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Jurnal Ilmu Dakwah, 18, 1.

Naomi, P., & Mayasari, I. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa SMA

dalam perilaku pembelian kompulsif: Perspektif Psikologi. Telaah Bisnis,

9, 2.

Naomi, P., & Mayasari, I. (2008). Pengaruh kontrol diri terhadap perilaku

pembelian kompulsif. Telaah Bisnis, 9, 2.

O’Guinn, T. C., & Faber, R. J. (1989). Compulsive buying: a phenomenological

exploration. Journal of Consumer Research, 16, 2.

Parma, S. A. (2007). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif

remaja putri dalam pembelian kosmetik melalui katalog di SMA Negeri I

Semarang. Intisari (diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas

Diponegoro.

Pervin, L. A., & John, O. P. (2001). Personality: theory and reasearch. New

York: John Wiley & Sons, Inc.

Peter, J., & Olson, J. C. (1995). Consumer behavior and marketing strategy. New

York: John Willey & Son.

Prianggoro, H. (2011). Pasanganku gila belanja. http://www.tabloidnova.com

Rahayuningsih, Y. D. (2011). Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku

konsumtif pada mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Muhammadiyah.

Ramadhani, D. A. (2009). Hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan

kecanduan mengakses internet pada remaja di warung internet Oranje

Surabaya. Skripsi (diterbitkan). Surabaya: IAIN Sunan Ampel.

Page 36: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

27

Sarafino, E. P. (1990). Health psychology: biopsychosocial interactions.

Singapore: John Willey & Sons.

Sari, A. W. N. (2011). Hubungan pengendalian diri dan kecenderungan perilaku

konsumtif pada remaja akhir putri. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang:

Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang.

Sinaga, M. F. (2011). Pengaruh kehadiran PT. Carrefour Indonesia terhadap

perekonomian keluarga pedagang pasar Sembada kelurahan Titi Rantai

kecamatan Medan Baru kota Medan. Skripsi (diterbitkan). Medan:

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sultan, A.J., Joireman, J., & Sprott D.E. (2011). Building consumer self control:

the effect of self control exercises on impulse buying urges. Springer 22

February 2011.

Sumartono. (2002). Terperangkap dalam iklan: meneropong imbas pesan iklan

televisi. Bandung: Alfabeta.

Supramono & Sugiarto. (1993). Statistika. Yogyakarta: Andi Offset.

Susila, D. (2003). Studi gaya hidup sebagai upaya mengenali kebutuhan anak

muda. Jurnal Psikologi dan Masyarakat 14.

Suyasa, P., & Fransisca. (2005). Perbandingan perilaku konsumtif berdasarkan

metode pembayaran. Phronesis, 7, 2.

Tambunan, R. (2001). Remaja dan perilaku konsumtif, http://www.e-

psikologi.com.

Trihapsari, R. (2007). Hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan

perilaku konsumtif pada mahasiswi. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang:

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah.

Utami, R. D. (2011). Pengaruh family structure terhadap materialisme dan

pembelian kompulsif pada remaja. Jurnal Manajemen Teori & Terapan

I, 4, 3.

Utami, F. A., & Sumaryono.(2008). Pembelian impulsif ditinjau dari kontrol diri

dan jenis kelamin pada remaja. Jurnal Psikologi Proyeksi, 3, 1.

Page 37: Hubungan Pengendalian Diri dengan Kecenderungan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9268/2/T1_802012712_Full... · berada pada tahap mudah menerima pengaruh dari lingkungan

28

Valence, G., D’Astous, A., Fortier, L. (1988). Compulsive buying: concept and

measurement. Journal of Consumer Policy, 11.

Wardhani, M. D. (2009). Hubungan antara konformitas dan harga diri dengan

perilaku konsumtif pada remaja putri. Skripsi (diterbitkan). Surakarta:

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Yamane, T. (1973). Statictic an introductory analysis. Tokyo: Aoyama Gakuin

University.

Zulganef. (2006). Pemodelan persamaan struktur dan aplikasinya menggunakan

amos 5. Bandung: Penerbit Pustaka.

Zulkarnain, S.(2002). Hubungan kontrol diri dengan kreativitas pekerja. USU

Digital Library.