hubungan penerapan metode eksperimen …digilib.unila.ac.id/23796/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGANKEMAMPUAN MENGENAL KONSEP SAINS PADA ANAK
USIA DINI KELOMPOK B DI TK TUNAS HARAPANTEMPURAN LAMPUNG TENGAH
TAHUN AJARAN 2015/2016
(Skripsi)
Oleh
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2016
SYAFURA AUDINA
ii
ABSTRAK
HUBUNGAN PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGANKEMAMPUAN MENGENAL KONSEP SAINS PADA ANAK
USIA DINI KELOMPOK B DI TK TUNAS HARAPANTEMPURAN LAMPUNG TENGAH
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh:
SYAFURA AUDINA
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya perkembangan kemampuanmengenal konsep sains pada anak usia dini kelompok B di TK Tunas HarapanTempuran Lampung Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubunganantara penerapan metode eksperimen dengan kemampuan mengenal konsep sainspada anak usia dini kelompok B. Metode yang digunakan adalah metodeKorelasional. Populasinya adalah semua siswa kelompok B TK Tunas HarapanTempuran Lampung Tengah. Variabel bebas yaitu penerapan metode eksperimen(x) sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan mengenal konsep sains(y).Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan observasi dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan analisis uji sperman rank. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara penerapanmetode eksperimen dengan kemampuan mengenal konsep sains. Hal inidibuktikan dari hasil perhitungan korelasi spearman rank sebesar 0,702.
Kata Kunci: anak usia dini, metode eksperimen, kemampuan mengenal konsepsains
iii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF APPLICATION EXPERIMENTAL METHODWITH ABILITY TO RECOGNIZE THE SCIENCE CONCEPT OF
EARLY CHILDHOOD IN GROUP B AT TUNAS HARAPANTEMPURAN KINDERGARTEN LAMPUNG TENGAH
ACADEMIC YEARS 2015/2016
By
SYAFURA AUDINA
The problem in this research was lack of ability to recognize the science conceptof early childhood in group B at Tunas Harapan Tempuran kindergarten LampungTengah.. The objective of this research was to find out the relation of applicationexperimental method with the ability to recognize the science concept of earlychildhood group B. The method that used is correlational’s method. Thepopulation is all of students group B at Tunas Harapan Tempuran LampungTengah. The independent variabel is application experimental method (x), whilethe dependent variable is the ability to recognize the science concept (y). Thetechniques of data collection using observation and documentation. The analyzedof data collection using Spearman Rank test analysis. The result showed that thereis a relationship of experimental method application with with the ability torecognize the science concept. This evidenced from the calculation of theSpearman Rank correlation as much as 0,702.
Keyword : experimental method, the ability to recognize the science concept.
HUBUNGAN PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGANKEMAMPUAN MENGENAL KONSEP SAINS PADA ANAK
USIA DINI KELOMPOK B DI TK TUNAS HARAPANTEMPURAN LAMPUNG TENGAH
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
SYAFURA AUDINA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi S-1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia DiniJurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tempuran, Kecamatan Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 20 Oktober
1994, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara,
pasangan Bapak Amran dan Ibu Heri Purwantini S.Pd.
Pendidikan penulis dimulai dari TK Tunas Harapan
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah tahun 1999 dan selesai tahun
2000. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri 2 Tempuran
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah kemudian selesai pada tahun
2006, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6 Metro Utara
Kota Metro kemudian selesai pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 3 Metro dan selesai pada tahun 2012, selanjutnya pada
tahun 2012 penulis melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
(PGPAUD).
ix
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirrohim
Kupersembahkan karya tulis ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan
bentuk terima kasih kepada :
.
Almamaterku tercinta Universitas Lampung
x
MOTTO
“Keberanian fisik adalah naluri hewan tetapi keberanian moral adalah keberanian
yang lebih tinggi, lebih benar dan lebih mulia”
(Syafura Audina)
“Dan bertaubatlah kamu sekalian, wahai orang-orang yang beriman agar kamu
beruntung”.
(Q.S. An Nuur : 24).
xi
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Penerapan Metode Eksperimen Dengan Kemampuan
Mengenal Konsep Sains Pada Anak Usia Dini Kelompok B Di TK Tunas Harapan
Tempuran Lampung Tengah Tahun Ajaran 2015/2016”, sebagai syarat meraih
gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Dr. H. Muhammad Fuad, M,Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
3. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan bidang Akademik dan
Kerjasama.
4. Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan bidang Umum dan
Keuangan.
5. Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan dan
Alumni.
6. Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung sekaligus Pembahas, yang telah memberikan dukungan,
xii
saran, serta masukan yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi
ini.
7. Ari Sofia, S.Psi.,M.A.,Psi., selaku Ketua Program Studi PGPAUD
Universitas Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di
PGPAUD.
8. Dra. Sasmiati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik, serta Dosen
Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan ilmu yang dimiliki dengan sabar dan ikhlas, memberikan saran
serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
9. Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, memberikan ilmu, saran dan masukan yang baik
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
10. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku dosen pembahas yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan ilmu, saran dan
masukan yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar.
11. Bapak/ibu Dosen PG-PAUD dan seluruh staf FKIP Universitas Lampung
yang tidak tersebut yang telah membantu dalam penyelsaian skripsi ini.
12. Nia Fatmawati, M.Pd dan Devi Nawangsasi, M.Pd. selaku Dosen Validator
yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam pembuatan instrument
penelitian ini.
xiii
13. Praptiasih, S.Pd., selaku Kepala TK Tunas Harapan Tempuran yang telah
memberikan izin dan selalu memberikan semangat dalam pelaksanaan
penelitian.
14. Tuti Rahayu, S.Pd., selaku Guru Kelas B TK Tunas Harapan Tempuran yang
telah membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.
15. Kedua orang tua bapak Amran dan Ibu Heri Purwantini S.Pd yang telah
memberikan motivasi dan doa luar biasa demi keberhasilan proses pembuatan
skripsi.
16. Adikku Tafhasya Tsalatsa serta keluarga besarku yang senantiasa memberiku
semangat dan doa.
17. Teman-temanku tercinta Walisongo Hilma, Wiwik, Tyas, Noer, Milla, Anita,
Siti, dan Vinka yang selalu tulus mendoakan dan memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
18. Seluruh rekan-rekan PGPAUD angkatan 2012 kelas A dan B yang telah
menjadi keluarga dan memberikan dukungan serta semangat yang luar biasa
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini.
19. Rekan-rekan P4KA Maulida, Kiki, Lia dan Naning.
20. Teman-teman Obongers Wiwik, Obeng, Naldo, Andre, Delvin, Cani, Eneng,
dan Ikoh.
21. Seluruh rekan-rekan KKN Yocie, Ega, Dodo, Faqih, Indah, Tia, dan Dije
yang telah memberi dukungan serta semangat pada penulis.
22. Seluruh warga KKN Gunung Batu Desa Tanjung Kemala Kecamatan Pugung
Kabupaten Tanggamus.
23. Almamater tercinta Universitas Lampung.
xiv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
orang yang membacanya.
Bandar Lampung, Juli 2016
Penulis
Syafura Audina
xv
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL .......................................................................................... xviiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviiiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1B. Identifikasi Masalah........................................................................... 3C. Pembatasan Masalah.......................................................................... 4D. Rumusan Masalah.............................................................................. 4E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Anak Usia Dini ......................................................... 6B. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ........................................... 7
1. Tahap Perkembangan Kognitif...................................................... 82. Faktor yang Mempengaruhi Perkemabngan Kognitif ................... 9
C. Kemampuan Mengenal Konsep Sains .............................................. 121. Hakikat Sains................................................................................. 122. Prinsip Pembelajaran Sains ........................................................... 153. Tujuan Mengenal Konsep Sains.................................................... 184. Kemampuan Mengenal Konsep Sains........................................... 22
D. Metode Eksperimen ........................................................................... 251. Pengertian Metode Eksperimen .................................................. 252. Tujuan Metode Eksperimen......................................................... 263. Keunggulan Metode Eksperimen................................................. 284. Prosedur Pelaksanaan Metode Eksperimen ................................. 295. Penerapan Metode Eksperimen.................................................... 31
E. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................. 32F. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 34
III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 35
xvi
B. Prosedur Penelitian ........................................................................... 35C. Waktu dan Tempat............................................................................. 36D. Populasi ............................................................................................. 36E. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 37
1. Observasi ...................................................................................... 372. Dokumentasi ................................................................................. 37
F. Definisi Konseptual dan Oprasional .................................................. 381. Definisi Konseptual ..................................................................... 382. Definisi Oprasional ...................................................................... 38
G. Uji Validitas Instrumen...................................................................... 39H. Instrumen Penelitian .......................................................................... 40I. Teknik Analisis Data.......................................................................... 40
1. Analisis Uji Hubungan ................................................................ 42
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 43B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ....................................................... 44C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 50
V.SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 54B. Saran ................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 55
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kisi-kisi Instrumen Penerapan Metode Eksperimen.................................. 402. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Mengenal Konsep Sains ....................... 403. Tolak Ukur Kriteria Perkembangan Kemampuan Mengenal
Konsep Sains.............................................................................................. 414. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK Tunas Harapan .................. 445. Data Anak Kelompok B TK Tunas Harapan ............................................. 446. Distribusi Frekuensi Data Penerapan Metode Eksperimen berdasarkan
indikator ..................................................................................................... 467. Distribusi Frekuensi Data Penerapan Metode Eksperimen........................ 468. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mengenal Konsep Sains
berdasarkan indikator................................................................................. 479. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mengenal Konsep Sains ............. 4810. Tabel Silang Penerapan Metode Eksperimen dengan
Kemampuan Mengenal Konsep Sains ....................................................... 49
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian .......................................................................... 342. Rumus Interval........................................................................................... 413. Rumus Korelasi Spearman Rank ............................................................... 42
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lembar Observasi Variabel Metode Eksperimen ..................................... 582. Rubrik Penilaian Penerapan Metode Eksperimen ..................................... 593. Lembar Observasi Variabel Kemampuan Mengenal Konsep Sains .......... 604. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Sains ........................... 615. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian 1 ........................................... 626. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian 2 ........................................... 657. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian 3 ........................................... 688. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian 4 ........................................... 719. Penilaian Variabel X (Metode Eksperimen) .............................................. 7410. Penilaian Variabel Y (Kemampuan Mengenal Konsep Sains) .................. 7511. Rekapitulasi Hasil Penilaian Penerapan Metode Eksperimen (X)............. 7612. Rekapitulasi Hail Penilaian Kemampuan Mengenal
Konsep Sains (Y) ....................................................................................... 7713. Tabel Penolong Untuk Menghitung koefisien Korelasi
Spearman Rank ......................................................................................... 7814. Foto Kegiatan ............................................................................................ 79
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Berdasarkan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomer 20 Tahun 2003 Bab I pasal I Butir 14
menyatakan bahwa:
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yangditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun pembinaanyang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yangdilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantupertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memilikikesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini sangat penting dalam proses tumbuh kembang
anak, dengan pendidikan anak usia dini seluruh aspek perkembangan yang
ada dalam diri anak akan terstimulasi dengan optimal. Aspek-aspek
perkembangan anak usia dini yang tercantum dalam Permendiknas Nomor
137 Tahun 2014 meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik motorik,
kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. Hal ini sangat penting bagi anak
karena dengan mengembangkan aspek-aspek perkembangan tersebut akan
mempermudah anak untuk melanjutkan ketahap pendidikan selanjutnya.
2
Salah satu aspek yang harus dikembangkan oleh anak yaitu pada
perkembangan kognitif, agar anak mudah melangkah ketahap selanjutnya.
Seperti yang tercantum dalam Permendiknas Nomer 137 tahun 2014
perkembangan kognitif anak usia dini memiliki tiga lingkup perkembangan
yaitu : belajar dan pemecahan masalah, berfikir logis, berfikir simbolik.
Dalam hal ini kemampuan sains merupakan salah satu aspek yang harus
dikembangkan.
Proses pembelajaran anak usia dini sangat beragam karena pada dasarnya
anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu di
dukung oleh orang dewasa, termasuk orang tua dan guru yang berfungsi
sebagai pendidik anak. Di dalam belajar, anak usia dini diperbolehkan
mempelajari apa saja yang sesuai dengan perkembangan anak, termasuk
belajar tentang sains.
Kemampuan mengenal konsep sains dapat dikembangkan sejak dini dengan
memperkenalkan alam dan lingkungan sekitar anak. Hal ini akan
memperdalam pengalaman anak. Anak belajar bereksperimen, bereksplorasi,
dan menginvestasi lingkungan sekitanya. Hasilnya anak mampu membangun
suatu pengetahuan yang akan dikembangkan pada usia-usia selanjutnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Tunas Harapan Tempuran
pada kelompok B yang berjumlah 30 anak, nampak terdapat 24 anak yang
kemampuan mengenal konsep sains masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan
kurangnya pemahaman anak tentang konsep obyek yang ada di alam sekitar,
3
terlihat ketika anak diperintahkan untuk menjelaskan tentang konsep batu dan
daun kering, anak hanya menjelaskan perbedaan bentuk dan warnanya saja.
Kondisi tersebut disebabkan karena pembelajaran cenderung berpusat pada
guru, metode yang digunakan guru cenderung monoton hanya menggunakan
ceramah, dan pembelajaran anak jarang diberi kesempatan untuk
mengerjakan kegiatan yang bersifat sains.
Oleh sebab itu perlu diupayakan suatu kegiatan yang bersifat sains, anak akan
mengenal konsep sains dari kegiatan yang dilakukan, anak akan melibatkan
diri secara aktif dalam kegiatan tersebut. Hal ini tentu sangat baik bagi
perkembangan sebab dapat mengajarkan anak tentang konsep sains. Atas
dasar inilah peneliti ingin meneliti tentang Hubungan Penerapan Metode
Eskperimen dengan Kemampuan Mengenal Sains pada anak usia dini
Kelompok B di TK Tunas Harapan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pembelajaran cenderung berpusat pada guru.
2. Metode yang digunakan guru cenderung monoton hanya menggunakan
metode ceramah atau hanya bercerita saja.
3. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan jarang memberi kesempatan
kepada anak untuk mengerjakan kegiatan yang bersifat sains.
4
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini berjalan dengan efektif maka perlu adanya pembatasan
masalah sebagai berikut:
1. Pembatasan masalah pada penelitian ini yaitu hubungan penerapan
metode eksperimen dengan kemampuan mengenal konsep sains.
2. Subjek yang akan diteliti yaitu anak usia dini kelompok B di TK Tunas
Harapan Tempuran.
3. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut maka
permasalahan yang akan diteliti adalah “Apakah ada hubungan antara
penerapan metode eksperimen dengan kemampuan mengenal konsep sains
pada anak usia dini kelompok B di TK Tunas Harapan Tempuran?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
penerapan metode eksperimen dengan kemampuan mengenal konsep sains
pada anak usia dini kelompok B di TK Tunas Harapan Tempuran.
F. Manfaat Penelitian
Terdapat banyak manfaat dari penelitian ini, baik secara teoritis dan praktis.
Manfaat tersebut antara lain:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
menjadi masukan serta referensi bagi pembaca ataupun peneliti
selanjutnya tentang peningkatan dan pengembangan kemampuan
5
mengenal konsep sains pada anak usia dini secara khusus melalui metode
eksperimen.
2. Secara Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini, baik untuk pendidik, sekolah dan
peneliti adalah sebagai berikut:
a) Manfaat bagi pendidik
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pendidik untuk
mengembangkan kemampuan mengenal konsep sains pada anak usia
dini melalui metode eksperimen.
b) Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam
rangka mengembangkan kemampuan mengenal konsep sains anak
melalui metode eksperimen.
c) Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti
sebagai wahana penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapat saat
perkuliahan.
6
II KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan dan pertumbuhan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Perkembangan merupakan proses perubahan
secara berkesinambungan secara progresif. Pada masa usia dini, anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat baik dari segi
fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan aspek-aspek kepribadian
lainnya. Meskipun perkembangan setiap bidang dibahas secara terpisah
namun harus dipahami bahwa setiap bidang perkembangan merupakan bagian
dari keseluruhan perkembangan dan suatu unit kesatuan yang terdiri atas
banyak aspek perkemabangan. Menurut Hurlock dalam Purwati (2014:17)
“Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman”. Artinya perkembangan
terjadi ketika anak sudah memiliki kematangan serta pengalaman yang
diperolehnya dari lingkungan. Kemudian perkembangan anak usia dini yang
perlu dikembangan secara optimal salah satunya adalah perkembangan
kognitif karena anak belajar dan tumbuh melalui kemampuan mengingat,
mengenal dan memahami berbagai objek.
7
B. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Perkembangan kognitif merupakan salah satu dari 5 aspek perkembangan
pada anak usia dini. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan yang
berkaitan dengan kecerdasan anak yang diperlihatkan melalui kemampuan
mengingat, mengenal dan memahami berbagai objek. Kemudian Susanto
(2011:47) mengungkapkan bahwa
Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untukmenghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atauperistiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan(intelegensi) yang memadai sesorang dengan berbagai minat terutamasekali ditunjukan kepada ide ide dan belajar.
Artinya dalam perkembangan kognitif individu harus dapat menarik
kesimpulan sendiri dari suatu peristiwa yang terjadi. Selanjutnya menurut
Piaget dalam Gunarsa (2012:136) “perkembangan kognitif bukan hanya hasil
kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan saja, melainkan
interaksi antara keduanya”. Sehingga kematangan dalam proses berfikir pada
anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan telah diketahui bahwa mengenal
adalah ciri khas anak karena sesuai dengan dunia anak yang memiliki rasa
ingin tahu yang kuat terhadap segala sesuatu terutama yang menarik
minatnya. Melalui rasa ingin tahu anak memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya untuk meningkatkan
penalaran dan memahami keberadaannya dilingkungan.
Selanjutnya Piaget dalam Sujiono (2010:29) mengatakan bahwa
“Perkembangan kognitif terjadi ketika anak membangun pengetahuan melalui
ekplorasi aktif dan penyelidikan pada lingkungan fisik dan sosial di
8
lingkungan sekitar”. Teori ini menjelaskan bahwa perkembangan kognitif
yang dimiliki anak akan berkembang ketika anak melakukan eksplorasi atau
menyelidik di lingkungan sekitar anak. Sejalan dengan hal di atas Jean Piaget
dan Lev Vygotsky dalam Rahayu (2013:13) mengungkapkan bahwa
Anak bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk membangunpengetahuannya. Secara mental anak mengkontruksi pengetahuannyamelalui refleksi terhadap pengalamannya. Anak memperolehpengetahuan bukan dengan cara menerima secara pasif dari orang lain,melainkan dengan cara membangunnya sendiri secara aktif melaluilingkungannya.
Seorang anak akan lebih cepat belajar memahami dan mengetahui melalui
lingkungannya, karen ketika anak sudah mengetahui sesuatu yang hanya dari
orang lain kemudian dia akan mendapatkan pengetahuannya secara langsung
dan dengan sendirinya anak akan lebih menggali pengetahuannya tersebut.
Karena anak akan menggabungkan informasi lama dengan informasi yang
baru dia lihat dan temui.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan perkembangan kognitif
merupakan suatu kemampuan berfikir untuk membangun pengetahuannya
melalui eksplorasi aktif dengan lingkungannya melalui kemampuan
mengingat, mengenal dan memahami berbagai objek.
1. Tahap Perkembangan Kognitif
Tahap perkembangan kognitif anak menggambarkan tingkat kemampuan
anak dalam berpikir. Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dalam
Trianto, (2013: 71) membagi perkembangan kognitif kedalam empat tahap
atau fase. Ia percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut
9
tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Tahap-
tahap perkembangan kognitif menurut Piaget tersebut adalah :
a. Tahap sensorimotor 0 – 2 tahunTerbentuknya konsep “kepermanenan obyek” dan kemajuangradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepadatujuan.
b. Tahap pra-operasional 2 – 7 tahunPerkembangan kemampuan mengunakan simbol-simbol untukmenyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih egosentris dansentrasi.
c. Tahap operasional kongkrit 7 – 11 tahunPerbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis.Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-oprasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentarsi tetapidesentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi olehkeegosentrisan.
d. Tahap Operasional Formal 11 tahun sampai dewasaPemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan.Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaaneksperimentasi sistematis.
Dengan melihat pendapat diatas maka dapat disimpulkan anak usia dini
berada dalam tahap praoprasional yaitu usia 2–7 tahun. Tahap ini
merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangun kemampuan
berpikirnya dengan menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan
obyek-obyek tertentu.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkemabngan Kognitif
Perkembangan kognitif anak menunjukkan perkembangan dari cara
berpikir anak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif pada anak usia dini yang akan mempengaruhi proses
perkembangan anak tersebut. Kemudian Nurani, dkk (2007:25-27)
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
10
“a) Faktor hereditas/keturunan, b) faktor lingkungan, c) kematangan, d)
pembentukan, e) minat dan bakat, dan f) kebebasan”.
Pertama faktor hereditas/keturunan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Teori hereditas atau
nativisme pertama kali yang dipelopori seorang ahli filsafat Schoper
Haner, berpendapat bahwa setiap manusia sudah membawa potensi-
potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Semenjak dalam
kandungan, remaja telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja
intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan
apakah akan menjadi kemampuan berfikir setara normal, di atas normal
atau dibawah normal. Namun potensi ini tidak akan berkembang atau
terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan
untuk berkembang.
Kedua faktor lingkungan memiliki peranan yang sangat menentukan
perkembangan intelektual anak. Locke berpendapat bahwa manusi
dilahirkan sebenarnya suci tabularasa, amak perkembangan intellegensi
sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya
dari lingkungan. Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting
pernananya dalam mempengaruhi perkembangan intelek remaja, yaitu
keluarga dan sekolah
Ketiga yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak yaitu
kematangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah
matang jika ia telah di kesanggupan untuk menjalankan sesuai dengan
11
fungsinya masing-masing. Kematangan sistem syaraf menjadi penting
karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari
pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas
prestasi secara kognitif.
Keempat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu faktor
pembentukan. Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Pembentukan dapat
dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga manusia
berbuat inteligen karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam
bentuk penyesuaian diri.
Kelima yaitu faktor minat dan bakat. Minat mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan
lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan,
sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat
terwujud. Bakat seseorang akan memengaruhi tingkat kecerdasannya.
Artinya seseorang akan memiliki bakat tertentu, maka akan semakin
mudah dan cepat memepelajarinya.
Kelima faktor kebebasan yaitu kleluasaan manusia untuk berpikir divergen
(menyebar) yang berarti bahwa manusia memilih metode-metode tertentu
dalam menyelsaikan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih
masalah sesuai kebutuhannya.
12
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor utama
yang mempengaruhi perkembangan kognitif yakni kematangan dan
pengalaman yang berasal dari interaksi dan lingkungan sekitar anak, ketika
seseorang sudah memiliki faktor perkembangan kognitif yang baik, maka
seseorang tersebut dapat dikatakan memiliki intellegensi yang baik.
C. Kemampuan Mengenal Konsep Sains
1. Hakikat Sains
Sains merupakan istilah yang sering disebut dengan ilmu pengetahuan
yang mencakup Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu pengetahuan Alam.
Kemudian Amien, dkk (2008:232) mengemukakan bahwa “Sains
merupakan pengetahuan tentang fenomena-fenomena, proses yang
digunakan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi, dan sebagai bentuk
adaptasi manusia pada lingkungan”.
Campbell dalam Depdiknas (2007:35) mendefinisikan bahwa “Sains
sebagai pengetahuan yang bermanfaat dan cara bagaimana atau metoda
untuk memperolehnya”, sedang menurut Carin & Sund mendefinisikan
“Sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui
observasi dan eksperimen yang terkontrol”.
Selanjutnya Abruscato dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children
Science” mendefinisikan “Sains sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat
serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang
berkaitan dengan alam semesta”. Menurut Saprianti (2008:3.25)
mengatakankan bahwa
13
Sains adalah suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu darialam secara terorganisasi, sistematik dan melalui metode-metodesaintifik yang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada hal-halyang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran,rabaan, dan pengecapan).
Dari beberapa uraian pendapat di atas secara umum dapat dikatakan bahwa
sains adalah pengetahuan individu tentang alam yang diperoleh melalui
metoda atau cara yang terkontrol. Penjelasan ini berarti sains selain
sebagai produk yaitu pengetahuan individu, juga sebagai proses yaitu suatu
cara atau metoda untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
Dalam Depdiknas (2007:35) sains sebagai Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu
mencakup: 1) sains sebagai ilmu, 2) sains sebagai produk dan 3) sains
sebagai proses.
Pertama sains sebagai ilmu.Secara umum sains sebagai ilmu mencakup
tiga aspek yaitu aspek aktivitas, metode dan pengetahuan. Sains sebagai
aktivitas mengandung tiga dimensi yaitu a) Rasional artinya merupakan
proses pemikiran yang berpegangan dengan kaidah-kaidah, b) Kognitif
artinya merupakan proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan, c)
Teleologis artinya untuk mencapai kebenaran dan melakukan penerapan
dengan melalui peramalan atau pengendalian. Sains sebagai metode dapat
berbentuk pola prosedural dan tata langkah.Sains sebagai pengetahuan
yaitu pengetahuan yang sistematis terkait dengan obyek material atau
bidang permasalahan yang dikaji.
14
Kedua sains sebagai produk, Menurut Carin dan Sund dalam Nugraha
(2005:6) mengemukaan “sains sebagai produk terdiri dari berbagai fakta,
konsep prinsip, hukum dan teori”. Fakta adalah sesuatu yang telah atau
sedang terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa, sedangkan
konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai
peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau
simbol tertentu yang dapat diterima. Hukum adalah prinsip yang bersifat
spesifik. Sedang teori adalah generalisasi tentang berbagai prinsip yang
dapat menjelaskan dan meramalkan peristiwa alam.
Sains sebagai suatu produk terdiri atas fakta konsep prinsip, hukum, dan
teori.
Ketiga sains sebagai proses merupakan cara berpikir, cara kerjadan cara
untuk memecahkan suatu masalah dengan melakukan suatu kegiatan yakni
kegiatan bagaimana mengumpulkan data, menghubungkan fakta satu
dengan yang lain, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan. Untuk
melakukan proses sains, dibutuhkan berbagai macam keterampilan antara
lain keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur,
menggunakan hubungan ruang dan waktu, menggunakan hubunga antar
angka, mengkomunikasikan, memprediksi, menyimpulkan, merancang
penelitian dan melakukan eksperimen.
Dalam melaksanakan proses sains agar menghasilkan produk yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka perlu dilandasi dengan sikap
15
ilmiah. Beberapa sikap ilmiah utama dalam melakukan proses sains, yakni
obyektif, teliti, terbuka, kritis, dan tak mudah putus asa.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disumpulkan sains merupakan
suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu mengenai obyek-obyek
dari peristiwa yang ada di alam melalui pengamatan, penyelidikan dan
percobaan, yang diartikan juga sebagai suatu proses maupun hasil atau
produk dan sikap ilmiah .
2. Prinsip Pembelajaran Sains
Prinsip pembelajaran sains merupakan hal-hal yang harus diperhatikan
sebelum menyusun kegiatan pembelajaran di kelas. Nurani (2004:25)
memaparkan beberapa prinsip pembelajaran sains sebagai berikut
1) empat pilar pendidikan global, meliputi learning to know, learningto do, learning to be, learning to live together, 2) prinsip inkuiri, 3)prinsip konstruktivisme, 4) prinsip pemecahan masalah, 5) prinsippembelajaran bermuatan nilai, 6) prinsip pakem (pembelajaran aktif,kreatif, efektif dan menyenangkan).
Prinsip learning to know, artinya dengan meningkatkan interaksi anak
dengan lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan anak mampu
membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitarnya.
Learning to do, artinya pembelajaran sains tidak hanya menjadikan
anaksebagai pendengar melainkan anak diberdayakan agar mau dan
mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya
dari hasil interaksi dengan lingkungan anak diharapkan dapat membangun
rasa percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to
live together, artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi dengan
16
berbagai individu akan membangun pemahaman sikap positif dan toleransi
terhadap kemajemukan dalam kehidupanbersama.
Prinsip inkuiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran sains
karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang
alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang
siswa ingin tahu lebih banyak.
Prinsip konstruktivisme. Dalam pembelajaran sains sebaiknya guru dalam
mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada anak. Melainkan perlu
dibangun oleh anak dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang
mereka miliki dengan struktur kognitifnya.
Prinsip pemecahan masalah. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari
manusia selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah. Disisi lain,
salah satu alat ukur kecerdasan anak banyak ditentukan oleh
kemampuannya memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran
sains perlu menerapkan prinsip ini agar anak terlatih untuk menyelesaikan
suatu masalah.
Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Masyarakat dan lingkungan sekitar
memiliki nilai-nilai yang terpelihara dan perlu dihargai. Oleh karena itu,
pembelajaran sains perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak
buruk terhadap lingkungan dengan nilai-nilai yang telah dibuatoleh
masyarakat sekitar.
17
Prinsip pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).
Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang
berorientasi pada anak untuk aktif melakukan kegiatan, baik aktif berfikir
maupun kegiatan yang bersifat motorik.
Prinsip tersebut perlu dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini
bertujuan agar pengenalan konsep sains untuk anak usia dini akan lebih
bermakna dan menyenangkan, sehingga hasil belajar yang diperoleh anak
maksimal.
Berkaitan dengan prinsip pembelajaran sains, menurut Yulianti (2010:24)
bahwa,
Pendekatan pembelajaran dalam mengenalkan konsep sains pada anak usiadini hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip yang berorientasi padakebutuhan anak dengan memperhatikan hal-hal berikut, “a) berorientasipada kebutuhan dan perkembangan anak, b) belajar melalui bermain, c)selektif, kreatif, dan inovatif.
Berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak, dimaksudkan agar
anak memperoleh rasa aman, jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan
merasa aman secara psikologis, maka anak akan belajar dengan baik.
Belajar melalui bermain, dimaksudkan agar proses pembelajaran dalam
mengenalkan konsep sains sebaiknya dilakukan melalui kegiatan bermain,
ajak anak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan obyek-
obyek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Selektif, kreatif, dan inovatif, dimaksudkan agar proses pengenalan konsep
sains juga sebaiknya dilakukan melalui kegiatan yang menarik, yang
18
membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir
kritis dan menemukan hal-hal baru. Oleh karena itu dalam merancang
kegiatan pembelajaran yang menarik, dibutuhkan kreativitas dan inovasi
guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan konsep
sains.
Dalam pelaksanaan pengenalan konsep sains, guru hendaknya memahami
dan menguasai metode pembelajaran yang akan digunakan. Dengan
menguasai metode pembelajaran, diharapkan tujuan pendidikan anak usia
dini yaitu untuk mengembangkan konsep sains, prinsip, sikap ilmiah,
bahasa, nilai agama dan moral dapat tercapai secara terpadu dan optimal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, mengenalkan konsep
sains kepada anak usia dini sebaiknya dilakukan melalui kegiatan bermain
dengan berbagai benda hidup atau mati yang ada di sekitar anak, misalnya
air, batu, daun-daun yang didapat dari lingkungan sekitar sekolah.
Pendekatan bermain sambil belajar sangat tepat untuk dilakukan dalam
memberikan pembelajaran sains untuk anak usia dini.
3. Tujuan Mengenal Konsep Sains
Mengenalkan sains sejak dini bertujuan untuk meningkatkan
perkembangan anak terutama dalam perkembangan kognitif, salah satunya
yaitu dalam memahami konsep-konsep sains dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses dan belajar untuk
mengenal dan mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar. Dalam
memberikan pengenalan konsep sains untuk anak usia dini disarankan agar
19
dirancang melalui kegiatan bermain, karna dunia anak adalah bermain.
Permainan dalam pengenalan konsep sains anak usia dini bertujuan agar
anak mampu secara aktif mencari informasi tentang peristiwa apa yang ada
di lingkungan sekitarnya.
Adapun tujuan khusus permainan dalam mengenalkan konsep sains untuk
anak usia dini menurut Nurani (2011:12.3-12.4) bertujuan agar anak
memiliki kemampuan:
a) Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya,b) Melakukan percobaan-percobaan sederhana,c) Melakukan kegiatan membandingkan, memperkirakan,
mengklasifikasikan serta mengkomunikasikan tentang sesuatusebagai hasil sebuah pengamatan yang sudah dilakukannya
d) Meningkatkan kreativitas dan keinovasian.
Dalam merancang suatu kegiatan belajar untuk anak usia dini khususnya
dalam mengenalkan konsep sains harus dirancang melalui bermain,
sehingga dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak serta
dapat menumbuhkan kreativitas atau ide-ide yang pada akhirnya dapat
menambah pengetahuan anak secara alamiah. Menurut Nurani (2011:12.8-
12.10) berpendapat bahwa “Dengan permainan sains yang diberikan
kepada anak, dapat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan yang
dimiliki anak, meliputi perkembangan sosial, emosional, fisik, kognitif dan
kreativitas”. Kemudian Nugraha (2005:37) mengemukakan bahwa
“jika anak diharapkan menguasai konsep-konsep terkait dengan sains,fasilitasilah mereka dalam mengausainya melalui kegiatan yang bisamencakup dimensi isi maupun proses tersebut, misal: melaluiobservasi, membaca, diskusi, eksperimen atau media yang relevan”.
20
Pada perkembangan sosial, anak akan mendapat kesempatan untuk saling
berbagi, bertukar alat dan bahan, ide dan bekerja sama dalam melakukan
pengamatan. Sedang pada perkembangan emosional, akan menumbuhkan
rasa saling menghargai dengan teman-temannya. Pada perkembangan
fisik, dapat mengembangkan fisik motorik pada anak, khususnya motorik
halus anak ketika anak melakukan eksplorasi.Pada perkembangan kognitif,
dapat menstimulus kemampuan berpikirnya dalam memecahkan suatu
masalah yang sedang dihadapinya.Dan pada perkembangan kreativitas,
dapat melatih dan mendorong daya imajinasi anak ketika melakukan
penyelidikan.
Menurut Depdiknas (2007:53-56) dalam aspek perkembangan kognitif
untuk usia 5-6 tahun terdapat perkembangan dasar yang terbagi menjadi
sepuluh perkembangan dasar, yaitu,
1. Mengenal klasifikasi sederhana,2. Mengenal konsep-konsep sains sederhana,3. Mengenal bilangan dan memahami konsep-konsepmatematika
sederhana,4. Mengenal bentuk geometri,5. Memecahkan masalah sederhana,6. Mengenal konsep ruang dan posisi,7. Mengenal ukuran,8. Mengenal konsep waktu,
9. Mengenal berbagai pola,10. Mengenal konsep pengetahuan sosial sederhana.
Pengenalan konsep sains untuk anak usia dini menurut Suyanto (2005:159)
dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berikut:
a) Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati danmenyelidiki objek dan fenomena alam
21
b) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, sepertimelakukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, danmengkomunikasikan hasil pengamatan
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan maumelakukan kegiatan inkuiri dan penemuan
d) Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri,struktur, maupun fungsinya.
Seseorang dapat dikatakan menguasai sains apabila ia dapat
mengungkapkan segala sesuatu tentang alam dan permasalahan yang
terjadi di alam, dengan melewati berbagai proses yang dilalui seperti
melakukan pengamatan, mengukur, mengelompokkan, dan menjelaskan
hasil pengamatan. Dalam taksonomi Bloom dalam Trianto (2010:142)
dijelaskan bahwa
Tujuan pembelajaran dalam mengenalkan konsep sains diharapkandapat memberikan pengetahuan (kognitif) yaitu pengetahuan dasardari prinsip dan konsep yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.Selain itu juga pembelajaran sains diharapkan dapat memberikanketerampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif),pemahaman, kebiasaan dan apersiasi.
Keterampilan (psikomotorik) diarahkan pada tuntutan anak memiliki
kesanggupan untuk menggerakkan anggota tubuh dan bagian-bagiannya.
Kemampuan sikap ilmiah (afektif) diarahkan pada pembentukan karakter
yang diwujudkan dalam perbuatan.
Adapun komponen penilaian dalam kemampuan mengenal konsep sains
anak menurut Suyanto (2005:196) yakni,
1) Kemampuan observasi (pengindraan),2) Mengkomunikasikan hasil observasi dan ide,3) Kemampuan klasifikasi, mengelompokkan benda berdasarkan
ciri-cirinya,4) Menggunakan bilangan untuk menyatakan lebih banyak, lebih
besar,5) Menggunakan ruang dan waktu,
22
6) Menghubungkan sebab dan akibat langsung,7) Melakukan inferensi.
Pengenalan konsep sains untuk anak bukan hanya agar anak mengetahui
dan memahami konsep-konsep sains saja, tetapi juga sangat membantu
dalam menumbuhkan penguasaan anak terhadap proses sains meskipun
masih bersifat sederhana dan menumbuhkan jiwa ilmuwan, yang akhirnya
menjadi pembiasaan baik untuk anak dalam menjalani kehidupannya kelak
di lingkungan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa tujuan dari
pembelajaran sains dalam pendidikan anak usia dini ialah untuk
mengembangkan individu dalam menumbuhkan sikap ilmuwan dan
penguasaan proses sains, mengetahui dan memahami ruang lingkup sains
yang akhirnya meningkatkan perkembangan kognitif pada anak.
4. Kemampuan Mengenal Konsep Sains
Sejak usia dini anak sudah dapat dapat ditanamkan tentang mengenal
konsep sains, alasannya adalah karena sejak lahir, anak sudah mengenal
alam dengan caranya sendiri.
Kemampuan menurut KBBI (2004:546) berasal dari kata dasar mampu
yang berarti kuasa melakukan sesuatu, sanggup, dapat, sedangkan
kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu.
23
Mengenal menurut KBBI (2008:449) berasal dari kata dasar “kenal” yang
berarti tahu mempunyai pengetahuan tentang. Sedangkan mengenal berarti
mengetahui, kenal akan sesuatu, tahu akan sesuatu.
Sains sebagai suatu produk terdiri atas fakta konsep prinsip, hukum, dan
teori. Konsep sains adalah bagian dari sains sebagai produk. Nugraha
(2005:6) mengemukakan bahwa,
Konsep sains adalah suatu ide yang merupakan generalisasi danberbagai peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalamistilah atau simbol tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacukepada benda-benda (obyek), peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri,dan atribut yang melekatnya. Secara sederhana konsep adalah batasaatau pengertian dari sesuatu.
Depdiknas (2007:37) mendefinisikan bahwa “konsep dalam sains
dinyatakan sebagai abstraksi tentang benda atau peristiwa alam. Dalam
beberapa hal konsep diartikan sebagai suatu definisi atau penjelasan.”
Kemampuan mengenal tentang konsep alam sekitar (sains) telah dimiliki
anak sejak usia dini, dapat dilihat dari kemampuan anak dalam
menyebutkan benda-benda yang ada di sekitar, menjelaskan peristiwa
yang terjadi dan menduga tentang apa yang akan terjadi. Hanya saja anak
usia dini dalam memahami konsep sains membutuhkan hal yang bersifat
konkret atau real, karna anak usia dini baru bisa menggunakan panca
inderanya untuk mendapatkan suatu informasi dan belum dapat berpikir
abstrak. Pengenalan konsep sains pada anak usia dini dapat diartikan
sebagai hal-hal yang menstimulus rasa ingin tahu anak akan sesuatu, minat
dan pemecahan masalah, sehingga memunculkan perbuatan seperti
kemampuan anak untuk melakukan pengamatan, penyelidikan, dan
24
melakukan percobaan sederhana. Dari proses tersebut, anak akan
mendapatkan informasi sesuai dengan apa yang mereka amati atau mereka
lihat. Sejalan dengan pendapat Hasnida (2015:101) bahwa “kegaiatan sains
sangat diperlukan untuk anak usia dini, kegiatan sains meliputi observasi,
menggali pertanyaan, melakukan percobaan atau eksperimen, memprediksi
dan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah”.
Menurut Bronson dalam Musfiroh (2005:201) bahwa “Anak usia 5tahun
telah mampu mengenal sains”.Untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki anak tersebut, orang dewasa sangat memilki peran penting, baik
orangtua di rumah, maupun guru di sekolah. Dengan pemberian dukungan
dari orang-orang di sekitar, maka akan memicu rasa ingin tahunya akan
sesuatu dan membuat mereka tertarik untuk menyelidiki peristiwa alam
yang terjadi sekelilingnya. Anak menggunakan panca inderanya untuk
mencari dan menemukan informasi apa saja yang ada di lingkungan
sekitar. Apa yang anak lihat, itulah yang akan anak anggap sebagai suatu
jawaban akan rasa ingin tahunya. Jamaris dalam Hasnida (2015:103)
mengatakan bahwa,
Sejalan dengan perkembangan usia dan perkembangan kognitif, anakmulai melakukan eksplorasi yang lebih luas tentang alam, anak telahmampu menghadirkan atau merepresentasikan alam secara mental,walaupun kejadian yang berkaitan dengan alam tersebut tidak hadirsecara aktual, seperti hujan, angin, dingin, bulan, bintang dan lain-lain.
Pengenalan konsep sains pada anak usia dini berbeda dengan pembelajaran
sains pada tingkat Sekolah Dasar (SD) tingkat tinggi. Pengenalan konsep
sains pada anak usia dini masih bersifat sederhana. Dimana tertuang dalam
25
Permendikbud No.137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini, menyatakan bahwa pembelajaran sains pada anak usia
dini dilakukan sebagai proses pengenalan dan penguasaan pada taraf yang
masih sederhana.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
mengenal konsep sains adalah kesanggupan anak dalam mendefinisikan
dan menjelaskan terkait objek alam dan peristiwa alam yang terjadi di
lingkungan sekitar.
D. Metode Eksperimen
1. Pengertian Metode Eksperimen
Metode pembelajaran memegang peran penting dalam mencapai tujuan
belajar. Dalam menggunakan metode guru harus memilih metode yang
tepat dan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Kemudian
Roestiyah (2012 : 80) mengungkapkan “Metode ekperimen yaitu salah
satu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang
sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya,
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh
guru”. Artinya dengan adanya metode eksperimen anak dapat melakukan
percobaan kemudian anak dapat mengamati apa yang terjadi dari
percobaan tersebut. Selanjutnya Djamarah dalam Hamdayama (2014:95)
mengungkapkan
Metode eksperimen merupakan suatu hal yang melakukan percobaandengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam prosesbelajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi
26
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,mengikuti suatu proses, megamati suatu obyek, keadaan atau prosessesuatu.
Kemudian Palendeng dalam Hamdayama (2014:81) mengemukakan
bahwa “penggunaan metode pembelajaran eksperimen ini mampu
menyediakan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan
kognitif dan kreativitas secara optimal”. Dalam hal ini pembelajaran
menggunakan metode eksperimen dapat membantu anak dalam
mengembangkan kemampuan kognitif anak salah satunya pada
kemampuan sains, misalnya kemampuan sains anak akan berkembang
seiring berjalannya kegiatan eksperimen, dapat mengetahui terjadinya
sesuatu sehingga anak bisa mengalami sendiri proses terjadinya sesuatu.
Atas dasar tersebut metode ekperimen dapat dikatakan sebagai metode
yang tepat untuk anak karena dengan berekperimen anak dapat belajar
banyak dari pengalaman yang dirasakan anak secara langsung.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan suatu proses yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dimana anak melakukan
percobaan atau kegiatan secara langsung, mengikuti prosesnya kemudian
mengamati hasil dari percobaan yang dilakukan.
2. Tujuan Metode Pembelajaran Eksperimen
Pemakaian metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar tentu
memiliki tujuan yang harus dicapai. Roestiyah (2012 : 80) mengemukakan
tujuan dari metode eksperimen ini yaitu: “1) Anak mampu mencari dan
27
menemukan sendiri dari percobaan, 2) Melatih siswa dalam berpikir
ilmiah. 3) Siswa dapat menemukan bukti kebenaran dari teori”.
Pertama metode eksperimen sebagai metode mengajar yang memeberikan
kesempatan kepada anak didik untuk melatih melakukan suatu proses
secara langsung sehingga anak didik sepenuhnya terlibat untuk
menemukan sendiri dan memecahkan masalah yang dihadapainya secara
nyata. Kedua melalui metode eksperimen diharapkan anak dapat berpikir
kritis dan kreatif untuk mengembangkan daya nalarnya.Selanjutnya yang
ketiga dengan melalukan eksperimen anak dapat mengungkapkan fakta
untuk menemukan kebenaran dari fakta tersebut. Kemudian menurut
Roestiyah (2012 : 80) berpendapat agar penggunaan metode eksperimen
itu efisien dan efektif perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1) Alat dan bahan harus sesuai dengan jumlah anak, 2) Alat danbahan memiliki mutu yang baik, 3)Perlu waktu cukup lama dalammelakukan percobaan, 4) Perlu diberi petunjuk yang jelas, 5) Tidaksemua masalah bisa dieksperimenkan.
Pertama dalam ekperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan,
maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap
siswa. Kedua agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti
yang menyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka
kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan
bersih. Kemudian yang ketiga dalam eksperimen siswa perlu teliti dan
konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu
yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran
teori yang dipelajari itu. Keempat siswa dalam eksperimen adalah sedang
28
belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka
disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga
kematangan jiwa dan sikap perlu di perhitungkan oleh guru dalam memilih
objek eksperimen itu. Kemudian yang terakhir kelima perlu dimengerti
juga bahwa tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah
yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan
manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat,
sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
eksperimen ini bertujuan untuk membantu anak dalam membangun
pengetahuannya sendiri, dengan cara terlibat langsung dalam kegiatan
tersebut. Guru juga harus memperhatikan alat dan bahan serta objek yang
akan di eksperimenkan sehingga anak dapat melakukan percobaan dengan
baik.
3. Keunggulan Metode Eksperimen
Setiap metode pembelajaran memiliki keunggulan sendiri. Di mana kita
harus bisa mengerti apa saja keunggulan metode tersebut. Kemudian
Djamarah (2013:84-85) mengemukakan bahwa metode pembelajaran
eksperimen mempunyai keunggulan sebagai berikut: “1) Membuat siswa
lebih percaya dengan melakukan percobaan, 2) Membantu siswa untuk
membuat trobosan baru, dan 3) Hasil percobaan dapat dimanfaatkan”.
Kemudian berdasarkan pendapat diatas dapat diuraikan yaitu: pertama
membuat siswa lebih percaya serta yakin bahwa dengan melakukan
29
percobaan dapat mengetahui bagaimana kebenaran dari sesuatu yang
belum diketahuinya. Kedua membuat siswa terlibat aktif dalam
mengumpulkan fakta serta informasi sehingga dapat mengembangkan
sikap ilmiahnya dengan membuat terobosan-terobosan baru melalui
percobaan yang dilakukannya. Selanjutnya yang ketiga dengan adanya
percobaan diharapkan hasil percobaan dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran
disekolah memiliki kelebihan. Kelebihan tersebut berorintasi pada
optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara efektif.
4. Prosedur Pelaksanaan Metode Eksperimen
Dalam pelaksanaan penerapkan metode eksperimenp harus mengikuti
prosedur yang ada agar nantinya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Kemudian Roestiyah
(2012:80) mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan metode
pembelajaran eksperimen
1. Perlu penjelasan tentang tujuan eksperimen2. Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang :
- Alat dan bahan yang akan digunakan- Siswa perlu mengetahui variabel yang harus dikontrol- Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung- Hal-hal yang penting saja yang akan dicatat
3. Guru harus mengawasi pekerjaan siswa.4. Mengumpulkan, mendiskusikan dan mengevaluasi hasil
penelitian.
30
Pertama perlu penjelasan kepada siswa tentang tujuan ekperimen, mereka
harus memahami masalah-masalah yang akan dibuktikan melalui
eksperimen. Kedua siswa perlu dijelaskan tentang alat-alat serta bahan-
bahan yang akan digunakan dalam percobaan, agar tidak mengalami
kegagalan siswa perlu mengetahui variabel yang harus dikontrol ketat,
siswa juga perlu memperhatiakan urutan yang akan ditempuh sewaktu
ekperimen berlangsung. Ketiga selama proses ekperimen berlangsung,
guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau
pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya ekperimen. Keempat
setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian
siswa, mendiskusikannya dikelas dan mengevaluasi dengan tes atau
sekedar tanya jawab.
Berdasarkan penjelasan yang diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam metode eksperimen terdapat beberapa prosedur dalam
pelaksanaannya agar nantinya metode ini dapat diterapkan dengan baik
dalam proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan guru dan anak.
Ada banyak kegiatan dalam metode pembelajaran eksperimen yang dapat
dipakai untuk mengembangkan kemampuan bereksplorasi. Beberapa
kegiatan eksperimen yang akan digunakan dalam penelitian ini seperti:
membuat bubur koran, membuat gelembung sabun, mencampur warna,
terapung tenggelam, dan roket balon.
Anak usia dini belajar melalui apa yang dia lihat, temukan, dan mainkan.
Sehingga mereka perlu melakukan kegiatan eksperimen untuk membangun
pengetahuannya melalui bend-benda yang dilihat seperti: ketika kita
31
melakukan percobaan melalui benda-benda disekitar seperti batu dan daun
kering. Dengan menggunakan 2 benda tersebut kita bisa melakukan
percobaan untuk membuktikan benda mana yang akan tenggelam bila
dimasukkan kedalam air dan benda mana yang tidak tenggelam ketika
dimasukkan ke air. Batu adalah benda yang memiliki masa yang berat
sehingga akan tenggelam jika dimasukkan ke dalam air, sedangkan daun
kering akan terapung ketika dimasukkan kedalam air karena daun kering
tidak memiliki masa yang cukup berat.
Terkait dengan hal tersebut maka dapat di simpulkan bahwa kegiatan
pembelajaran eksperimen ini dapat menambah pengetahuan anak dalam
bereksplorasi secara aktif untuk mengembangkan kemampuannya.
5. Penerapan Metode Eksperimen
Proses pembelajaran untuk anak akan lebih bermakna apabila dalam
pelaksanaannya menggunakan metode yang tepat. Penerapan metode
pembelajaran akan memudahkan guru dalam melakukan proses belajar
mengajar.
Penerapan menurut KBBI (2008:80) yang berarti cara, pemasangan,
penggunaan, dan dapat dikatakan sebagai perihal mempraktekkan.
Sedangkan Menurut Djamarah (2013 : 46) mengungkapkan “Metode
merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan”. Sejalan dengan hal tersebut menurut Moeslichaton
(2004:7) mengungkapkan “Metode merupakan bagian dari strategi
kegiatan. Metode dipilih bedasarkan startegi kegiatan yang sedang dipilih
32
dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam berkerjanya
merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan”.
Anak belajar banyak melalui dirinya sendiri untuk itu guru atau pendidik
perlu memilih kegiatan yang terpusat pada anak serta memilih metode
yang tepat sehingga nantinya hal tersebut dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya. Dalam kegiatan pembelajaran anak diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati
suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu melalui metode
eksperimen.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode eksperimen adalah mempraktekkan suatu cara yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dimana anak melakukan percobaan atau
kegiatan secara langsung, mengikuti prosesnya kemudian mengamati hasil
dari percobaan yang dilakukan.
E. Kerangka Pikir Penelitian
Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang sangat kuat. Anak mampu
menyerap informasi dengan sangat cepat mengingat bahwa pada masa ini
anak mudah menstimulus respon yang anak terima dari lingkungan bermain,
sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Perkembangan yang baik dan
seimbang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Pada pelaksanaan pendidikan anak usia dini dituntut untuk mengembangkan
33
seluruh aspek perkembangan anak secara holistik melalui kegiatan yang
menyenangkan dan yang menarik bagi anak.
Aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada anak usia dini terbagi
menjadi 6 bagian, yaitu: nilai-nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, fisik
motorik, sosial-emosional dan seni. Salah satu aspek perkembangan yang
dibahas dalam penelitian ini ialah aspek kognitif bagian sains. Sains
merupakan satu kesatuan dari produk, proses, dan sikap ilmiah. Dimana
untuk menghasilkan sebuah produk yang ilmiah didapatkan melalui sebuah
proses, dan dari proses tersebut akan menumbuhkan sikap ilmiah pada anak.
Pentingnya menganal sains dari sejak dini yaitu agar nantinya anak memiliki
sikap ilmiah meliputi: teliti, objektif, kritis, dan tidak putus asa, kemudian
paham tentang alam/lingkungan sekitar, dan mengetahui sebab-akibat dari
peristiwa lingkungan alam secara sederhana.
Untuk menstimulus dan mengembangkan kemampuan mengenal konsep sains
pada anak usia dini, dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat
memenuhi kebutuhan anak akan rasa ingin tahunya yang besar terhadap
sesuatu. Metode pembelajaran yang dimaksud disini adalah metode yang
dapat mendorong anak melakukan penyelidikan agar rasa ingin tahu anak
terhadap sesuatu dapat terpenuhi dengan optimal.
Metode pembelajaran yang tepat dapat digunakan untuk mengenalkan konsep
sains pada anak usia dini. Metode eksperimen merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dapat memberikan pembelajaran kepada anak untuk dapat
mengenal konsep-konsep sains dengan benda yang ada di sekitar. Melalui
34
metode eksperimen diharapkan anak dapat melakukan suatu percobaan lalu
menemukan sendiri tentang konsep yang berkaitan dengan alam sekitar
melalui berbagai kegiatan, yaitu mengalami sendiri, mengikuti proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri mengenai suatu objek tersebut.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
Ada hubungan antara penerapan metode eksperimen dengan kemampuan
mengenal konsep sains pada anak usia dini kelompok B di TK Tunas Harapan
Tepuran Lampung Tengah Tahun Ajaran 2015/2016.
X
PenerapanMetode
Eksperimen
Y
KemampuanMengenal Sains
35
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang bersifat non
eksperimental dengan metode korelasional. Menurut Syaodih (2007:56)
“Penelitian ini ditunjukkan untuk mengetahui hubungan suatu variabel
dengan variabel lainnya”. Hubungan antara satu dengan variabel lain
dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian secara
statistik. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya
pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel
lainnya.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan tahap pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari setiap penelitian tersebut, adalah:
1. Penelitian Pendahuluan
Terdiri dari langkah-langkah berikut:
a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat dilakukannya
penelitian
36
b. Observasi ke sekolah tempat dilakukannya penelitian untuk
mengumpulkan informasi tentang keadaan tentang keadaan kelas yang
akan diteliti.
2. Tahap Perencanaan
a. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah disusun.
b. Membuat instrumen evaluasi yaitu berupa lembaran observasi.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan penelitian sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah disusun.
b. Mengevaluasi menggunakan lembar observasi
c. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data.
d. Membuat laporan hasil penelitian.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di TK Tunas Harapan Tempuran Trimurjo Lampung
Tengah pada semester genap Tahun Pelajaran 2015-2016.
D. Populasi
Menurut Sugiyono (2009:117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah anak kelompok B di TK Tunas Harapan Tempuran tahun ajaran
2016/2017. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 30 anak. Mengingat
37
jumlah populasi kurang dari 30 maka populasi ini sekaligus dijadikan sebagai
sampel penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian
karena seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar
mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
1. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Sugiyono (2009 : 203)
dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik obsevasi partisipatif
(observasi langsung). Observasi dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan langsung di TK Tunas Harapan Tempuran yang bertujuan
untuk memperoleh data penggunaan metode eksperimen sebagai variabel
X dan kemampuan mengenal konsep sains sebagai variabel Y. Observasi
dilakukan menggunakan lembar observasi berupa instrumen penilaian.
Observasi dilakukan terhadap suatu obyek secara langsung tanpa melalui
perantara dan langsung dilakukan pada saat kegiatan belajar berlangsung
di dalam kelas.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diproses melalui
dokumen-dokumen untuk memperkuat data yang diperoleh melalui
38
wawancara dan observasi. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian
ini berupa foto ketika kegiatan berlangsung yang berfungsi sebagai data
pelengkap dari data yang diperoleh selama penelitian.
F. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
1. Definisi Konseptual
Variabel bebas : Penerapan Metode eksperimen
Definisi Konseptual : Penerapan metode eksperimen adalah
mempraktekkan suatu cara yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dimana anak melakukan percobaan atau kegiatan secara langsung,
mengikuti prosesnya kemudian mengamati hasil dari percobaan yang
dilakukan.
Variabel terikat : Kemampuan mengenal konsep sains
Definisi Konseptual : Kemampuan mengenal konsep sains adalah
kesanggupan anak dalam mendefinisikan dan menjelaskan terkait objek
alam dan peristiwa alam yang terjadi di lingkungan sekitar.
2. Definisi Operasional
Variabel bebas : Penerapan metode eksperimen adalah cara yang
digunakan dalam pembelajaran dimana anak melakukan percobaan atau
kegiatan secara langsung, mengikuti prosesnya kemudian mengamati hasil
dari percobaan yang dilakukan.
Adapun yang menjadi indikator metode eksperimen yaitu:
39
1. Memilih alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menentukan alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Melakukan percobaan terhadap suatu objek
4. Menyimpulkan hasil percobaan.
Variabel terikat : Kemampuan mengenal konsep sains merupakan
kemampuan seorang anak dalam mendefinisikan menjelaskan terkait objek
alam dan peristiwa alam yang terjadi di lingkungan sekitar.
Adapun yang menjadi indikator kemampuan mengenal konsep sains yaitu:
1. Menyebutkan obyek yang diamati
2. Membedakan obyek yang diamati
3. Memberi informasi tentang obyek yang diamati berdasarkan
karakteristik
4. Menyimpulkan hasil pengamatan
G. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu validitas isi (content validity), validitas konstruk
(construk validity), validitas ukuran, validitas sejalan. Penelitian ini
menggunakan pengujian validitas yang dilakukan dengan cara pengujian
validitas konstruk (uji ahli). Instrumen dalam penelitian ini sudah diuji oleh
40
dua dosen PGPAUD yakni Devi Nawangsasi M.Pd., dan Nia Fatmawati
M.Pd.
H. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang peneliti buat berupa indikator-indikator yang
diturunkan berdasarkan variabel-variabel penelitian. Adapun kisi-kisi
instrumenya sebagai berikut:
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Metode Eksperimen (X)Variabel Indikator
Penerapan MetodeEksperimen
Memilih alat dan bahan yang akan digunakan
Menentukan alat dan bahan yang akandigunakanMelakukan percobaan terhadap suatu objek
Menyimpulkan hasil percobaan
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan mengenal konsep sains (Y)Variabel Indikator
Kemampuan MengenalKonsep Sains
Menyebutkan obyek yang diamati
Membedakan obyek yang diamati
Memberi informasi tentang obyek yangdiamati berdasarkan karakteristik
Menyimpulkan hasil pengamatan
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisi data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam
proses penelitian, karena disinilah hasil penelitian akan tampak. Analisis data
dalam penelitian ini mencakup seluruh kegiatan menganalisis dan menarik
41
kesimpulan dari semua data yang terkumpul menggunakan lembar observasi
diperoleh dari hasil checklist yang dilihat dari rubrik yang telah dibuat
peneliti.
Data yang diperoleh dibuat menjadi empat kategori untuk penerapan metode
eksperimen (X), dan 4 kategori untuk kemampuan mengenal konsep sains
(Y). Untuk menyajikan data penerapan metode eksperimen digolongkan
menjadi 4 kategori Sangat Aktif (SA), Aktif (A), Cukup Aktif (CA) dan
Tidak Aktif (TA) yang ditafsirkan menggunakan rumus interval.
Gambar 2. Rumus intervalKeterangan:I = Interval
NT = Nilai Tertinggi
NR = Nilai Terendah
K = Kategori
Selanjutnya pada kategori kemampuan mengenal konsep sains dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3. Kemampuan Mengenal Konsep Sains (Y)No Keterangan Kemampuan Konsep Sains Interval1. Jika lebih dari 3
indikator yangdicapai oleh anak
Berkembang sangat baik(BSB)
76,00 – 100,00
2. Jika 3 indikator yangdicapai oleh anak
Berkembang Sesuai Harapan(BSH)
51,00 – 75,00
3. Jika sudah 2indikator yangdicapai oleh anak
Mulai Berkembang(MB)
26.00 – 50,00
4. Jika hanya 1indikator yang dicapioleh anak
Belum Berkembang(BB)
0,00 – 25,00
Sumber. Depdiknas (2014:25)
i =( )
42
1. Analisis Uji Hubungan
Untuk menguji hipotesis antara penerapan metode eksperimen dengan
kemampuan mengenal konsep sains dapat dihitung dengan rumus korelasi.
Korelasi dapat dihitung dengan rumus Spearman Rank dalam Sugiyono
(2014:244) adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Rumus korelasi spearman rank
Keterangan:
P : Korelasi Spearman Rank
6 ∑ : Bilangan Konstan
bi : Difference
n : Number of cases
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Korelasi Spearman Rank, maka
dapat diketahui apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau tidak.
H0 : = 0 (tidak ada hubungan)
Ha : ≠ 0 (ada hubungan)
Selanjutnya dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilihat keeratannya
menggunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
54
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian
ini maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif antara
penerapan metode eksperimen dengan kemampuan mengenal konsep sains
anak usia dini. Hal ini terlihat dari hasil uji analisis data sebesar 0,702 selain itu
telihat adanya kontribusi yang nyata dan bernilai positif antara penerapan
metode eksperimen dengn kemampuan mengenal konsep sains. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa secara umum anak yang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen maka
kemampuan mengenal konsep sains akan berkembang lebih baik.
B. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti
mengemukakan sarana sebagai berikut :
1. Bagi guru, diharapkan metode eksperimen dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif metode dalam pembelajaran dalam upaya mengembangkan
kemampuan mengenal konsep sains pada anak usia dini. Kemudian guru
hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk terlibat langsung
55
dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, sehingga
dapat mengembangkan kemampuan mengenal konsep sains pada anak
2. Bagi Kepala sekolah, hendaknya memfasilitasi guru dalam penyediaan alat
dan bahan untuk kegiatan pembelajaran.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan bacaan
dalam melakukan penelitian tentang perkembangan kemampuan mengenal
konsep sains pada anak usia dini.
56
DAFTAR PUSTAKA
Amien, dkk.2008. Pembelajaran Sains Anak Usia Dini. Gramedia, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini.Depdiknas, Balibang.
Departemen Pendidikan Nasional , 2007. Kapita Slekta Pembelajaran. Depdiknas,Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zin Aswan. 2013. Strategi belajar mengajar. RinekaCipta, Jakarta.
Gunarsa, Singgih. 2012. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Libiri PT BKPGunung Mulia, Jakarta.
Hamdayama, Jumanta. 2014. Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif danberkarakter. Ghalia Indonesia, Bogor.
Hasnida, 2015. Media Pembelajaran Kreatif. PT Luxima Metro Media, Jakarta.
KBBI. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. CV. Ita. Surakarta
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Diva Press,Jakarta.
Musfiroh, T. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan.Depdiknas, Jakarta
Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.Depdiknas. Jakarta.
Nurani, Y. 2004. Konsep Dasar Pendidikan Anak usia Dini. Rineka Cipta,Jakarta.
, 2007. Metode Pengembangan Kognitif. Universitas Terbuka, Jakarta.
, 2011. Metode Pengembangan Kognitif. Universitas Terbuka, Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 137 Tahun2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
57
Purwati, 2014. Perkembangan Anak Usia Dini. Universitas MuhammadiyahMagelang, Magelang.
Rahayu, Yofita Aprianti. 2013. Menumbuhkan Kepercayaan Diri MelaluiKegiatan Bercerita. PT Indeks, Jakarta.
Roestiyah N.K, 2012. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
Sapriati, A. 2008. Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. UniversitasTerbuka, Jakarta
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja RosdaKarya. Bandung.
Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Sujiono & Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. PTIndeks, Jakarta.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Kencana Prenada MediaGroup. Jakarta
Suyanto, Slamet. 2005. Pembelajaran untuk anak. Depdiknas, Jakarta
Syaodih, Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. PT RemajaRosdakarya, Bandung
Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara, Jakarta.
. , 2013. Model Pembelajaran Terpadu. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Yulianti, D. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. PTIndeks, Jakarta.