hubungan motivasi belajar terhadap pemahaman konsep ipa pada siswa kelas viii smp negeri 21...

13
Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Pemahaman Konsep IPA HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 SURABAYA 1) Siti Zuli Roissatun Mutoharo 2) Elok Sudibyo 3) Mitarlis 1) Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan IPA, FMIPA, UNESA. Email : [email protected] 2) Dosen Program Studi S1 Pendidikan IPA, FMIPA, UNESA. Email : [email protected] 3) Dosen Jurusan Kimia, FMIPA, UNESA. Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA dan mendeskripsikan besar konstribusi motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berdasarkan tingkat eksplanasi dan penelitian ex-post facto berdasarkan metode yang digunakan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan korelasi Product Moment. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar angket, lembar pengamatan dan lembar soal. Dari keseluruhan data yang didapat melalui angket, lembar pengamatan dan lembar soal tersebut menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya dan termasuk dalam kategori hubungan kuat. Hasil tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang didapat yakni sebesar 0,602. Hubungan yang positif dalam hal ini dapat dipahami bahwa jika motivasi belajar IPA siswa semakin baik maka pemahaman konsep IPA siswa akan menjadi semakin baik pula. Motivasi belajar IPA siswa memiliki konstribusi yang signifikan terhadap pemahaman konsep IPA yang dimiliki oleh siswa yakni sebesar 36,24%. Hasil tersebut didapat dari perhitungan koefisien determinasi sebesar 0,3624. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dipahami bahwa besarnya konstribusi motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA dalam penelitian ini adalah 36,24 %. Sedangkan sisanya sebesar 63,76% dipengaruhi faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Kata kunci : motivasi, pemahaman konsep, IPA. Abstract This study aimed to describe the relationship between learning motivations towards the understanding of science concept and to describe the contribution of learning motivation to the understanding of science concept to the eight grade students of SMP Negeri 21 Surabaya. The types of this research is descriptive based of explanation level and ex- post facto based of method thad used. These study used descriptive and product moment correlation analysis. The sample of this study was the eight grade students of SMP Negeri 21 Surabaya. The instruments of this study were questionnaires, observation sheet and booklet. All of the data that was collected from The questionnaires, observation sheet and booklet showed that there was a positive relationship between the motivation towards the understanding of science concepts to the eight grade students of SMP Negeri 21 Surabaya and those were included in the strong category relationships. This was proven by the correlation coefficient which was 0,602. From the results, a 1

Upload: alim-sumarno

Post on 18-Dec-2015

82 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : SITI ZULI ROISSATUN MUTOHARO

TRANSCRIPT

Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Pemahaman Konsep IPA

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA

PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 SURABAYA

1)Siti Zuli Roissatun Mutoharo 2)Elok Sudibyo 3)Mitarlis1)Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan IPA, FMIPA, UNESA. Email : [email protected] 2)Dosen Program Studi S1 Pendidikan IPA, FMIPA, UNESA. Email : [email protected] 3)Dosen Jurusan Kimia, FMIPA, UNESA. Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA dan mendeskripsikan besar konstribusi motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berdasarkan tingkat eksplanasi dan penelitian ex-post facto berdasarkan metode yang digunakan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan korelasi Product Moment. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar angket, lembar pengamatan dan lembar soal. Dari keseluruhan data yang didapat melalui angket, lembar pengamatan dan lembar soal tersebut menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya dan termasuk dalam kategori hubungan kuat. Hasil tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang didapat yakni sebesar 0,602. Hubungan yang positif dalam hal ini dapat dipahami bahwa jika motivasi belajar IPA siswa semakin baik maka pemahaman konsep IPA siswa akan menjadi semakin baik pula. Motivasi belajar IPA siswa memiliki konstribusi yang signifikan terhadap pemahaman konsep IPA yang dimiliki oleh siswa yakni sebesar 36,24%. Hasil tersebut didapat dari perhitungan koefisien determinasi sebesar 0,3624. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dipahami bahwa besarnya konstribusi motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA dalam penelitian ini adalah 36,24 %. Sedangkan sisanya sebesar 63,76% dipengaruhi faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

Kata kunci : motivasi, pemahaman konsep, IPA.

Abstract

This study aimed to describe the relationship between learning motivations towards the understanding of science concept and to describe the contribution of learning motivation to the understanding of science concept to the eight grade students of SMP Negeri 21 Surabaya. The types of this research is descriptive based of explanation level and ex- post facto based of method thad used. These study used descriptive and product moment correlation analysis. The sample of this study was the eight grade students of SMP Negeri 21 Surabaya. The instruments of this study were questionnaires, observation sheet and booklet. All of the data that was collected from The questionnaires, observation sheet and booklet showed that there was a positive relationship between the motivation towards the understanding of science concepts to the eight grade students of SMP Negeri 21 Surabaya and those were included in the strong category relationships. This was proven by the correlation coefficient which was 0,602. From the results, a positive relationship, in this case, can be understood if the students motivation in learning science is better, the students undertsanding of science concept will be better. The students motivation in learning science had a significant contribution to the understanding of science concepts held by students which the amount was 36,24%. These results were gained from the coefficient calculation of determination, which was 0,3624. So it was known that the magnitude of the contribution to the understanding of motivation in learning science concepts in this study was 36,24% while the remaining was 63,76% influenced by other factors that are not revealed in this study.

Keywords: motivation, understanding concepts, sciencePENDAHULUAN Dunia pendidikan senantiasa berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. Interaksi belajar-mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar disatu pihak, dengan siswa yang sedang melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain. Dalam interaksi antara pengajar dan pebelajar tersebut diharapkan terdapat proses pemberian motivasi, yang mana dalam proses interaksi tersebut pengajar seharusnya mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta reinforcement kepada pebelajar agar dapat melakukan belajar secara optimal (Sardiman, A.M, 2007). Belajar menurut Hamalik, (2008: 27) Learning is defined as the modification or strengthening of behavior throught experiencing. Belajar didefinisikan sebagai suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.Siswa sebagai peserta didik dalam proses pendidikan adalah individu. Aktivitas, proses dan hasil perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh karakteristik siswa sebagai individu. Sebagai individu, siswa mempunyai dua karakteristik utama. Pertama, setiap individu memiliki keunikan sendiri-sendiri. Kedua, dia selalu berada dalam proses perkembangan yang bersifat dinamis (Rifki, 2008:1). Proses belajar yang dilakukan oleh siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satu hal yang mempengaruhi proses belajar tersebut adalah motivasi. Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya motivasi disebutkan mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar IPA di kelas VIII A di SMP N 21 Surabaya Surabaya (Mutoharo, 2014). Motivasi juga memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar geografi siswa kelas X dan XI IPS di SMA N 1 Minggir (Handayani, 2010). Motivasi dipahami sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dalam proses belajar (Sardiman, A.M, 2007). Dan untuk mempelajari motivasi salah satunya dapat digunakan pendekatan pertanyaan untuk mengetahui seseorang mengapa melakukan sesuatu (AnneMarie M. C and Stuart A. K, 2006).

Salah satu kajian mata pelajaran yang harus dipelajari siswa SMP adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam proses perkembangan dan kemajuan IPTEK. IPA merupakan pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta, fenomena, dan hasil penemuan. Tujuan pembelajaran IPA yakni peserta didik mempunyai kemampuan mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Depdiknas, 2006b).Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMPN 21 Surabaya, peneliti melakukan pengamatan pada pembelajaran salah satu materi IPA. Observasi yang dilakukan yaitu mengamati kegiatan belajar mengajar di kelas VIII, tepatnya kelas VIII A. Dari hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran siswa mempunyai karakteristik yang berbeda- beda dalam menanggapi pelajaran. Ada siswa yang bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru didepan kelas, meskipun belum ditunjuk dalam pembelajaran dan selalu bertanya ketika tidak paham materi yang dijelaskan oleh guru, tidak mengeluh saat pembelajaran, memperhatikan guru saat memberikan materi dan tidak menunjukkan ekspresi ingin cepat selesai. Namun ada siswa tidak bersemangat dalam pembelajaran dan mengabaikan guru saat menjelaskan materi, meskipun tidak membuat gaduh. Ada juga siswa yang tidak mau mengerjakan tugas sendiri dan suka mencontoh tugas temannya, membuat gaduh di kelas, bermain sendiri ketika guru menjelaskan materi, menunjukkan ekspresi bosan saat pembelajaran dan ingin pembelajaran cepat selesai. Dari hasil pengamatan tersebut terlihat terdapat perbedaan motivasi belajar pada masing-masing siswa selama pembelajaran, ditunjukkan dari perbedaan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran.Dengan adanya berbagai aktivitas siswa yang berbeda tersebut berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru yang mengajar dikelas tersebut memang motivasi belajar pada masing-masing siswa masih beragam sudah dilakukan berbagai usaha supaya dalam pembelajaran dapat berjalan kondusif dan seluruh siswa mau memperhatikan materi yang diajarkan. Namun setelah dilakukan berbagai cara tersebut masih belum semua siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar, motivasi belajar pada masing-masing siswa masih beragam, karena pada dasarnya memang banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, tidak hanya faktor dari luar tetapi faktor dari dalam diri siswa itu sendiri juga mempengaruhi. Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa tersebut akan berpengaruh juga terhadap tingkatan motivasi belajar pada masing-masing siswa dan karena adanya keberagaman motivasi belajar siswa maka perlu untuk dilihat hubungannya terhadap pemahaman konsep siswa sebagai hasil dari proses belajar yang dilakukan. Dalam hal ini pemahaman konsep yang diamati adalah pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA.

Setelah melakukan observasi awal kemudian dilakukan studi pendahuluan dan diperoleh data bahwa tingkat motivasi belajar siswa di kelas VIII A beragam, ada yang sangat tinggi, tinggi,dan sedang. 29,41 % berada dalam kategori sangat tinggi dengan jumlah frekuensi 10 siswa, 67,65 % berada dalam kategori tinggi dengan jumlah frekuensi 23 siswa, dan 2,94 % berada dalam kategori sedang dengan jumlah frekuensi 1 siswa, Berdasarkan observasi tersebut diketahui bahwa motivasi belajar siswa masih belum semuanya tinggi. Selain tingkat motivasi yang beragam, diperoleh pula data bahwa prestasi belajar siswa juga beragam, prestasi belajar yang didapat lebih tepatnya mengacu pada aspek kemampuan kognitif yakni pada pemahaman konsep. Data ini diperoleh dari hasil ulangan harian salah satu materi IPA yang telah diajarkan. Dan pemahaman konsep IPA yang diketahui dari nilai ulangan harian IPA pun masih beragam antara nilai 70 sampai 100. Berdasarkan data yang didapat mengenai adanya keberagaman motivasi belajar siswa maka perlu untuk dilihat hubungannya terhadap pemahaman konsep siswa sebagai hasil dari proses belajar yang dilakukan. Dalam hal ini pemahaman konsep yang diamati adalah pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA.Oleh karena itu berdasarkan hasil obesrvasi awal yang hanya dilakukan di kelas VIII A tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA pada siswa diseluruh kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA pada siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya dan mendeskripsikan besar pengaruh motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA pada siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya.METODEBerdasarkan tingkat eksplanasi pada penelitian ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Berdasarkan metode yang digunakan, jenis penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini tidak dibuat perlakuan atau manipulasi terhadap variabel-variabelnya. Salah satu jenis penelitian ex-post facto yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah penelitiankorelasikarena pada penelitian ini melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variable. Pada penelitian korelasi ini akan diungkap fakta berdasarkan gejala yang telah ada pada diri responden dan mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi (Gay dalam Soekardi, 2004). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karenadengan mengetahui tingkat hubungan yang ada akan dapat dikembangkan penelitian selanjutnya

Penelitian dan uji coba terbatas dilakukan di SMPN 21 Surabaya, pada tanggal 13 Febrari sampai 5 April 2014. Uji coba terbatas dilakukan pada 193 siswa kelas VIII di SMPN 21 Surabaya yang mempunyai tingkat kemampuan kognitif yang berbeda, yang ditunjukkan oleh data yang didapat dari pihak sekolah tentang nilai hasil ulangan harian IPA kelas VIII yang menunjukkan nilai yang beragam.

Perolehan data dalam penelitian ini menggunakan lembar angket, lembar soal dan lembar pengamatan. Angket dipersiapkan untuk mendapatkan data mengenai tingkat motivasi belajar siswa. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menggolongkan siswa dengan ketegori siswa yang mempunyai motivasi belajar sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yang artinya bahwa pernyataan-pernyataan yang disajikan disertai dengan jawaban yang telah ditentukan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah model-model skala likert yaitu responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang telah ditentukan. Dalam pembuatan angket motivasi belajar ini didasarkan pada empat aspek yaitu: choice of tasks, effort, persistence dan self- confidence, yang masing-masing aspek tersebut dijabarkan menjadi beberapa indikator masing-masing. Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, menggunakan kata-kata berikut ini yaitu sangat setuju; setuju; tidak setuju dan sangat tidak setuju (Sugiyono, 2013: 135). Skala likert merupakan suatu instrumen pengukuran sikap yang terdiri dari daftar pernyataan, seseorang yang merespon harus membuat pertimbangan terhadap setiap pernyataan dan memilih suatu respon dari tingkat setuju sampai tingkat tidak setuju (Hamalik, 2008: 150). Metode ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain dapat digunakan untuk mengumpulkan data dengan jumlah sampel yang besar, data yang didapat lebih objektif karena responden dapat memberi jawaban dengan leluasa tanpa dipengaruhi oleh peneliti, dapat memperoleh informasi tentang proses kognitif dan afektif yang tidak diperoleh dari metode observasi dan data lebih mudah dianalisis karena pertanyaan yang diajukan sama semua antara responden satu dengan responden lainnya (Sudibyo, dkk., 2013: 6). Lembar soal dipersiapkan untuk mendapatkan data mengenai pemahaman konsep IPA siswa dengan cara siswa diminta untuk mengerjakan soal yang telah disiapkan. Soal tersebut mewakili aspek kemampuan ranah kognitif pemahaman dan konsep yang digunakan pada lembar soal ini yakni konsep tentang sistem ekskresi.Setelah seluruh instrumen disiapkan kemudian pada instrumen tersebut dalam hal ini pada kisi-kisi soal dilakukan uji validitas kepada dosen ahli untuk memastikan bahwa instrumen siap digunakan. Lembar pengamatan dipersiapkan untuk mendapatkan data mengenai aktivitas siswa pada saat pembelajaran yang dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Dalam pembuatan lembar observasi motivasi belajar ini didasarkan pada empat aspek yaitu: choice of tasks, effort, persistence dan self- confidence, yang masing-masing aspek tersebut dijabarkan menjadi beberapa indikator masing-masing. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner , lembar pengamatan dan lembar observasi yang telah disiapkan untuk mendapatkan berbagai data tentang hubungan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas VIII A SMPN 21 Surabaya. HASIL DAN PEMBAHASANResponden dalam penelitian ini berjumlah 193 orang yang merupakan siswa kelas VIII SMPN 21 Surabaya. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu motivasi belajar (X) dan variabel terikat yaitu pemahaman konsep IPA (Y).

Berdasarkan data yang diperoleh melalui jawaban angket yang telah dikerjakan masing-masing siswa diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel distribusi frekuensi motivasi belajar IPA yang ditunjukkan pada tabel 1 sebagai berikut.Tabel 1. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar IPA Siswa Berdasarkan AngketNo.Kriteria MotivasiFrekuensiPersentase (%)

1Sangat tinggi

115,70

2Tinggi

13871,50

3Sedang

4422,80

4Rendah

00,00

Jumlah193100,00

Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa motivasi siswa dengan persentase paling besar yakni 71,50% termasuk dalam kriteria motivasi tinggi dengan jumlah siswa sebanyak 138 siswa. Kemudian motivasi siswa dengan kriteria sangat tinggi menunjukkan persentase 5,70% dengan jumlah siswa sebanyak 11 siswa, dan untuk motivasi siswa dengan kriteria sangat tinggi menunjukkan persentase 22,80% dengan jumlah siswa sebanyak 44 siswa.Selanjutnya untuk motivasi belajar yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajaran diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel distribusi frekuensi motivasi belajar IPA yang ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut.Tabel 2. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar IPA Siswa Berdasarkan PengamatanNo.Kriteria MotivasiFrekuensiPersentase (%)

1Sangat Baik3819,69

2Baik3015,54

3Cukup5126,43

4Kurang7438,34

Jumlah193100,00

Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat diketahui bahwa motivasi siswa dengan persentase paling besar yakni 38,34% termasuk dalam kriteria motivasi kurang dengan jumlah siswa sebanyak 74 siswa. Kemudian motivasi siswa dengan kriteria sangat baik menunjukkan persentase 19,69% dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa, untuk motivasi dengan kriteria baik menunjukkan persentase 15,54% dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa dan untuk motivasi dengan kriteria cukup menunjukkan persentase 26,43% dengan jumlah siswa sebanyak 51 siswa. Selanjutnya untuk persentase tiap aspek motivasi yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa berdasarkan angket dan pengamatan dari keempat aspek motivasi yaitu Choice of task, Effort, Persistence dan Self- confidence, aspek yang paling tinggi dimiliki oleh siswa dengan persentase sebesar 25,80% yaitu Persistence atau keuletan yag dimiliki oleh siswa dan aspek yang paling rendah dengan persentase 24,44% adalah Choice of task atau kecenderungan siswa untuk memilih tugas dari suatu mata pelajaran. Data lebih lengkap dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 1. Aspek motivasi belajar IPA.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui jawaban lembar soal yang telah dikerjakan masing-masing siswa diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel distribusi frekuensi pemahaman konsep IPA yang ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai berikut.Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPANoKriteria

(Motivasi Belajar)Jumlah Siswa (Motivasi Belajar)Kriteria

(Pemahaman Konsep)Jumlah Siswa (Pemahaman Konsep)

1Sangat tinggi11Sangat tinggi7

Tinggi2

Sedang2

Rendah-

2Tinggi138Sangat tinggi13

Tinggi83

Sedang42

Rendah-

3Sedang44Sangat tinggi5

Tinggi29

Sedang10

Rendah-

4Rendah0Sangat tinggi-

Tinggi-

Sedang-

Rendah-

Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa pemahaman konsep IPA siswa dengan persentase paling besar yakni 59,06% termasuk dalam kriteria tuntas dengan jumlah siswa sebanyak 114 siswa dan untuk pemahaman konsep IPA siswa dengan kriteria tidak tuntas sebesar 40,94% dengan jumlah siswa sebanyak 79 siswa. Dari keenam aspek pemahaman yaitu interpretasi, memberikan contoh, meringkas, menginferensi, membandingkan dan menjelaskan, aspek yang paling tinggi dimiliki oleh siswa dengan persentase sebesar 20,40% yaitu interpretasi atau kemampuan membaca dan mengubah data dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain dan aspek yang paling rendah dengan persentase sebesar 13,45% adalah menjelaskan. Data lebih lengkap dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 2. Aspek Pemahaman Konsep IPA.Berdasarkan data tentang motivasi belajar IPA yang diperoleh melalui lembar angket dan pengamatan, kemudian data tentang pemahaman konsep IPA yang diperoleh melalui jawaban lembar soal yang telah dikerjakan masing-masing siswa maka secara keseluruhan diperoleh data seperti tersaji pada tabel Hasil motivasi belajar dan pemahaman konsep IPA yang ditunjukkan pada Tabel 4. sebagai berikut.Tabel 4.Hasil motivasi belajar dan pemahaman konsep IPA siswaNo.KriteriaFrekuensiPersentase (%)

1Tuntas

11459,06

2Tidak Tuntas

7940,94

Untuk pengujian hipotesis peneliti menggunakan taraf signifikansi 5%, kemudian harga yang diperoleh dari perhitungan statistik dikonsultasikan dengan perhitungan tabel baik itu hipotesis yang menggunakan analisis korelasi dengan cara membandingkan rhitung dengan rtabel Apabila diketahui rhitung lebih besar dari r tabel maka koefisien korelasi dikatakan signifikan dan sebaliknya

Untuk menguji hipotesis, teknik analisis yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment. Rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara motivasi belajar dan pemahaman konsep IPA = Perkalian antara nilai motivasi belajar dan pemahaman konsep IPA = Jumlah kuadrat nilai motivasi belajar IPA

= Jumlah kuadrat nilai pemahaman konsep IPA (Sugiyono, 2013: 255)

Analisis korelasi antara motivasi belajar dan pemahaman konsep IPA ditunjukkan pada Tabel 5 sebagai berikut.Tabel 5. Ringkasan hasil analisis korelasi antara motivasi belajar dan pemahaman konsep IPAVariabelNilai rNilai r2

BebasTerikatr hitungr tabel

Motivasi belajar IPAPemahaman konsep

IPA0,6020,1410,362

Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA. Menunjukkan hubungan yang positif karena dari hasil analisis dengan menggunakan korelasi product moment diperoleh nilai koefisien rhitung bernilai positif yakni sebesar 0,602. Menurut Sugiono, (2013: 257) koefisien korelasi sebesar 0,602 termasuk dalam hubungan korelasi yang kuat. Kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel. Harga koefisien korelasi pada rtabel pada taraf kesalahan 5% dan jumlah responden, N = 193 adalah 0,141. Karena nilai rtabel lebih kecil dari rhitung maka koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan signifikan. Sehingga koefisien korelasi dapat digeneralisasikan. Selanjutnya analisis regresi dapat dilakukan untuk memperkirakan pengaruh nilai variabel terikat apabila variabel bebas dimanipulasi. Persamaan garis regresi dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam persamaan = a + b X, sehingga mendapatkan persamaan = 0,11 + 0,95 X dan untuk hasil koefisien determinasi didapat dari perhitungan Kd = r2 x 100% adalah 36,24 %.Dari keempat aspek motivasi tersebut aspek yang paling tinggi dimiliki oleh siswa yaitu Persistence atau ketahanan dan keuletan yang dimiliki oleh siswa selama belajar IPA. Siswa yang memiliki ketahanan dan keuletan tinggi pada saat proses belajar IPA akan tidak mudah putus asa pada saat menemukan kesulitan dalam proses belajar sehingga akan lebih mudahmemahami materi dengan lebih baik dari pada siswa yang mudah putus asa ketika menemukan kesulitan pada saat proses belajar dan akan selalu tertarik atau berminat serta bersemangat untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi serta akan cenderung menghabiskan waktu yang lama untuk belajar dan tidak ingin segera untuk selesai. Sardiman A.M, (2011: 76) menyatakan bahwa motivasi dapat dikaitkan dengan persoalan minat. Sehingga jika siswa selalu tertarik untuk belajar maka motivasi belajar yang dimiliki akan semakin tinggi. Kemudian aspek yang menunjukan persentase paling rendah adalah Choice of taskatau kecenderungan siswa untuk memilih tugas dari suatu mata pelajaran. Hal ini berkaitan dengan minat siswa untuk belajar mata pelajaran tertentu. Hamalik (2008: 32) meyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi belajar adalah minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Ketertarikan siswa terhadap pelajaran itu sendiri juga berkaitan dengan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran yang dipelajari saat itu.

Selanjutnya untuk hasil pemahaman konsep IPA siswa kelas VIII SMPN 21 Surabaya menunjukkan hasil dengan persentase paling besar yakni 61,66% termasuk dalam kriteria tinggi dengan jumlah siswa sebanyak 119 siswa, untuk pemahaman konsep IPA siswa dengan kriteria sangat tinggi sebesar 10,36% dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa dan untuk pemahaman konsep IPA siswa dengan kriteria sedang sebesar 29,98% dengan jumlah siswa sebanyak 54 siswa. Hasil ini diperoleh berdasarkan proses pembagian lembar soal kepada 193 siswa di seluruh kelas VIII, mulai dari kelas VIII A sampai kelas VIII J. Dalam hal ini siswa dikatakan mempunyai pemahaman konsep yang baik jika sebagian besar telah memenuhi 6 aspek pemahaman yakni interpretasi, memberikan contoh, meringkas, menginferensi, membandingkan, dan menjelaskan. Dari keenam aspek pemahaman tersebut aspek yang paling tinggi dimiliki oleh siswa yaitu interpretasiyang merupakan kemampuan mengubah data dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Siswa yang memiliki kemampuan interpretasi yang tinggi akan dapat memahami materi lebih baik meskipun data dinyatakan dalam berbagai bentuk. Kemudian aspek yang menunjukan persentase paling rendah adalah menjelaskan. Kemampuan menjelaskan memang termasuk dalam urutan paling tinggi dari keenam aspek untuk mengukur pemahaman siswa sesuai dengan pernyataan Anderson, et.al dalam Kustiono (2012) tentang kategori yang dapat dikembangkan dalam tingkatan proses kognitif pemahamanyaitu interpretasi, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menginferensi, membandingkan, dan menjelaskan. Dari semua aspek tersebut interpretasi merupakan aspek dengan keslitan paling rendah dan akan semakin meningkat kesulitannya pada aspek selanjutnya sampai pada aspek menjelaskan yang merupakan aspek dengan kesulitan paling tinggi.

Setelah mengetahui penjelasan kategori motivasi belajar dan pemahaman konsep IPA siswa, dari 193 sampel yang digunakan untuk motivasi belajar dan pemahaman konsep digunakan kategori yang sama yaitu sangat tinggi, timggi, sedang dan rendah menunjukkan hasil bahwa untuk motivasi belajar pada kategori sangat tinggi dimiliki oleh 11 siswa dan untuk pemahaman konsep IPA terdistribusi untuk beberapa kategori yaitu sangat tinggi 7 siswa, tinggi 2 siswa dan sedang 2 siswa. Dan untuk motivasi belajar pada kategori tinggi dimiliki oleh 138 siswa dan untuk pemahaman konsep IPA terdistribusi untuk beberapa kategori yaitu sangat tinggi 13 siswa, tinggi 83 siswa dan sedang 42 siswa. Kemudian untuk motivasi belajar pada kategori sedang dimiliki oleh 44 siswa dan untuk pemahaman konsep IPA terdistribusi untuk beberapa kategori yaitu sangat tinggi 5 siswa, tinggi 29 siswa dan sedang 10 siswa. Selanjutnya untuk motivasi belajar dan pemahaman konsep pada kategori rendah tidak ada siswa yang termasuk didalamnya. Sehingga dapat dipahami bahwa sebagian besar siswa yang mempunyai motivasi belajar yang sangat tinggi, mempunyai pemahaman konsep yang sangat tinggi pula, begitu pula untuk kategori yang lainnya.

Selanjutnya setelah data diperoleh dilakukan uji normalitas berdasarkan perhitungan SPSS yang menunjukkan data berdistribusi normal terlihat bahwa garis grafik uji normalitas menggambarkan keadaan ideal dari data yang mengikuti distribusi normal. Titik-titik tersebar di sekitar garis menggambarkan keadaan data yang kita uji. kebanyakan titik-titik berada sangat dekat dengan garis atau bahkan menempel pada garis, maka dapat kita simpulkan jika data berdistribusi normal. Kemudian akan dilakukan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dan pemahaman konsep IPA. Hasil dari perhitungan yang dilakukan menggunakan korelasi product moment menunjukkan hubungan yang positif karena nilai koefisien r yang didapat bernilai positif yaitu sebesar 0,602 yang termasuk dalam hubungan korelasi yang kuat. Hubungan yang positif menunjukkan bahwa jika motivasi belajar siswa baik maka akan memperoleh pemahaman konsep IPA yang baik pula begitu juga sebaliknya. Nilai korelasi yang kuat ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,602 dapat dipahami bahwa kurang lebih 60% dari data 193 siswa mempunyai motivasi belajar yang baik dan pemahaman konsep IPA yang baik pula kemudian sisanya masih ada siswa yang mempunyai motivasi belajar yang baik namun pemahaman konsep IPA yang dicapai masih belum bisa dikatakan baik atau juga sebaliknya. Selanjutnya hasil koefisien korelasi yang didapat tersebut dibandingkan dengan rtabel.. Nilai koefisien korelasi pada rtabel pada taraf kesalahan 5% dan jumlah responden, N = 193 adalah sebesar 0,141. Selanjutnya untuk menguji signifikansi korelasi product moment rhitung dibandingkan dengan harga rtabel dan hasilnya rhitung lebih besar dari rtabel sehingga koefisien korelasi dapat dikatakan signifikan artinya koefisien tersebut dapat digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi dimana sampel 193 siswa diambil. Selanjutnya Persamaan garis regresi dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam persamaan = 0,11 + 0,95 X.

Persamaan regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat bila nilai variabel bebas dimanipulasi dan dapat digunakan untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunnya variabel bebas dapat dilakukan melalui peningkatan variabel terikat. Persamaan yang didapat tersebut menunjukkan bahwa nilai X sebesar 0,95 yang berarti bila motivasi belajar meningkat 1 point maka nilai pemahaman konsep akan meningkat sebesar 0,95.

Selain itu koefisien determinasi (R) menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi bedasarkan data menunjukkan R sebesar 0,3624. Nilai tersebut berarti 36,24% perubahan pada variabel pemahaman konsep IPA (Y) dapat diterangkan oleh variabel motivasi belajar (X),dan selainnya terdapat variabel-variabel lain yang mempengaruhi motivasi belajar dan tidak diungkap dalam penelitian ini. Sehingga berdasarkan perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 21 Surabaya memiliki hubungan yang positif dan konstribusi yang signifikan terhadap pemahaman konsep IPA siswa. Hasil penelitian ini hanya dilakukan pada taraf kelas VIII SMP dan mengacu pada mata pelajaran IPA, namun secara garis besar hasil ini telah sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan bahwa motivasi belajar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan serta berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa (Schunk, 2010; Handayani, 2010; Setyowati, 2007). Radosevich et al. dalam Slavin (2011: 108) menyatakan bahwa siswa yang sangat termotivasi mempelajari sesuatu lebih cenderung dengan sadar merencanakan pembelajaran, melaksanankan rencana pembelajaran dan mengingat informasi yang diperoleh. Stipek dalam Nur, Mohammad (2001:28) juga menyatakan jika siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung berhasil dalam tugas-tugas sekolah. Dan Sardiman A.M, (2007:84) menjelaskan bahwa hasil belajar akan optimal jika ada motivasi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa jika motivasi belajar siswa semakin baik maka hasil pemahaman konsep siswa pun akan semakin baik pula. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru untuk senantiasa meningkatkan motivasi belajar siswa guna mendapatkan pemahaman konsep siswa yang semakin tinggi, karena motivasi belajar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap pemahaman konsep. Dalam penelitian ini pemahaman konsep mengacu pada pemahaman konsep mata pelajaran IPA kelas VIII di SMPN 21 Surabaya. Adapun kendala yag dihadapi pada saat proses pengambilan data adalah penyesuaian waktu pembagian angket dan pengamatan pembelajaran diseluruh kelas mulai kelas VIII A sampai kelas VIII J, karena harus menyesuaikan jadwal yang berbeda dari seluruh kelas tersebut dan pada saat penyebaran lembar soal harus menunggu seluruh kelas telah selesai mendapatkan materi yang diujikan sebelum tes tulis diberikan. Sehingga harus mengambil data satu per satu dengan kurun waktu yang berbeda dan relatif lebih lamaPENUTUP

Simpulan

1. Ada hubungan yang positif antara motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas VIII SMPN 21 Surabaya dan termasuk dalam kategori hubungan yang kuat dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,602. Dari hasil tersebut hubungan yang positif dalam hal ini dapat dipahami bahwa jika motivasi belajar IPA siswa semakin baik maka pemahaman konsep IPA siswa akan menjadi semakin baik pula.2. Motivasi belajar IPA siswa memiliki konstribusi yang signifikan terhadap pemahaman konsep IPA yang dimiliki oleh siswa dan konstribusi tersebut sebesar 36,24 %. Hasil ini didapat dari perhitungan koefisien determinasi sebesar 0,3624. Sehingga diketahui bahwa besarnya konstribusi motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA dalam penelitian ini adalah 36,24 %. Sedangkan sisanya sebesar 67,36 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.SaranBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya, diantaranya adalah pengamatan untuk mendapatkan data tentang motivasi belajar hendaknya menggunakan instrument yang sudah dapat digeneralisasi hasilnya oleh berbagai pihak yang menggunakan dan pengamatan dapat dilakukan lebih intensif supaya data yang dihasikan lebih optimal. Selain itu dalam proses pembelajaran guru hendaknya dapat mengoptimalkan upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa supaya siswa dapat memiliki motivasi belajar yang semakin baik sehingga pemahaman konsepyang dimiliki juga akan semakin baik.DAFTAR PUSTAKAAnneMarie M. C. and Stuart A. K. 2006.Construct Validity Issues in the Measurement of Motivation to Learn. University of Michigan, Ann Arbor.Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/ MTs). http://www.puskur.net. Diakses pada 25 Oktober 2014.. Hamalik, Oemar. 2008a. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Handayani, Rita.2010. Hubungan motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X Dan XI IPS SMA N 1 Minggir Sleman Tahun Ajaran 2009/2010. UNY [Pdf]. Diakses pada 30 Desember 2013.

Kistiono dan Suhandi A. 2012.Penyusunan dan Analisis Tes Pemahaman (Understanding) Konsep Fisika Dasar Mahasiswa Calon Guru. Makalahdisajikandalam Seminar Nasional MIPA UNY. Jogjakarta. .

Mutoharo, S.Z.R. 2014. Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 21 Surabaya.Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA-VI UNESApada tanggal 20 Desember 2014.Rifki, Mustofa.2008. Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Islam Al Maarif SingosariMalang. UIN Malang [pdf]. Diakses pada 30 Desember2013.Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Schunk, Dale.H. 2010. Motivation in Education, Theory, Research and Applications. New Jersey: Pearson Education, Upper Sadle River.

Setyowati, Sari . 2007. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang.UNNES [pdf]..Diakses pada 28 Desember 2013.

Slavin, Robert E. 2011Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Terjemahan Marianto Samosir. Jakarta: PT. Indeks

Sudibyo, E., Jatmiko, B. dan Widodo W. 2013. Aspect of CEPS as Basis the Development Instrument of Physics Learning Motivation. Makalah disajikan dalam International Seminar on Mathematics, Science and Computer Science Education FMIPA UPI. October 19th 2013

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Self- Confidence

(Kepercayaan Diri)

Persistence

(Keuletan)

Effort

(Usaha)

Choice of Task

(Kecenderungan memilih tugas)

Memberikan Contoh

9

1