hubungan mekanisme corporate governance terhadap...
TRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu hal
penting yang harus dilakukan bagi sebuah organisasi, termasuk bagi lembaga keuangan seperti
perbankan syariah. Good Corporate Governance berkaitan dengan tanggung jawab organisasi
kepada masyarakat atas kegiatan operasional bank yang diharapkan telah benar-benar dikelola
dengan baik, profesional, dan telah mematuhi ketentuan-ketentuan dalam peraturan-peraturan
yang berlaku dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Karena dalam operasionalnya, pihak bankir dituntut
untuk selalu melaksanakan prinsip kehati-hatian bank dalam memberikan jasa dan layanan
keuangan kepada masyarakat. Secara yuridis bank syariah bertanggung jawab kepada banyak
pihak (stakeholders), yaitu nasabah penabung, pemegang saham, investor obligasi, bank
koresponden, regulator, pegawai, pemasok, masyarakat, dan lingkungan, sehingga penerapan
GCG menjadi suatu kebutuhan bagi bank syariah.
Seiring dengan tuntutan penerapan GCG pada sektor perbankan, maka pada tahun 2006
Bank Indonesia menggagas peraturan yang secara khusus mengatur mengenai ketentuan
pelaksanaan GCG di Bank Umum. Menurut Nuh (2012) peraturan yang dimaksud adalah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum yang kembali disempurnakan melalui PBI No.
8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan Atas PBI No. 8/4/PBI/2006, kemudian
disempurnakan lagi PBI Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbs tanggal 30 April 2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Peraturan ini menegaskan
bahwa pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada lima
prinsip dasar yakni keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness).
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah memiliki ruang lingkup sama dengan Bank Perkreditan
Rakyat konvensional yaitu melayani masyarakat menengah ke bawah dan pemilik Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah yang menginginkan proses mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah memiliki petugas yang berfungsi sebagai armada antar jemput
setoran dan penarikan tabungan/deposito termasuk setoran angsuran pembiayaan. Pelayanan ini
2
sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat UMK yang cenderung tidak bisa meninggalkan
usaha kesehariannya di pasar/toko/rumah.
Perbedaan antara BPR Konvensional dengan BPR Syariah terletak pada pengelolaannya
di mana pengelolaan BPR Syariah harus berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah dalam BPR
Syariah diberlakukan untuk transaksi pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan
(pinjaman). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah mengelola dana masyarakat dengan sistem bagi
hasil. Muhaimin (2013) menyatakan dengan sistem bagi hasil, masyarakat penyimpan dana akan
mendapatkan bagi hasil secara fluktuasi karena sangat bergantung kepada pendapatan yang
diperoleh BPR Syariah. Untuk itu, perlu disepakati nisbah (porsi) di awal transaksi.
Penelitian Sekaredi (2011) membuktikan mekanisme corporate governance berpengaruh
terhadap rasio Tobin’s Q dan Cash Flow Return on Asset (CFROA) di perusahaan yang terdaftar
di LQ45 Tahun 2005-2009. Hasil penelitian membuktikan bahwa kepemilikan institusional dan
dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dewan direksi
berpengaruh positif terhadap pasar sedangkan terhadap kinerja operasional berpengaruh negatif.
Sedangkan dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Penelitian Rusmaryati (2012) membuktikan mekanisme corporate governance
berpengaruh terhadap CAEL yaitu Capital, Assets, Earnings dan Likuidity di perbankan
konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Hasil penelitian
membuktikan bahwa ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi dan auditor eksternal
menunjukkan pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan. Sedangkan keberadaan
pemegang saham pengendali, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit
menunjukkan pengaruh yang negatif kinerja keuangan perbankan.
Andriyan dan Supatmi (2010) membuktikan mekanisme CG secara simultan berpengaruh
terhadap rasio NPL, KPMM, dan ROA di Bank Perkreditan Raktat (BPRS) swasta yang
beroperasi di Provinsi Jawa Tengah. Secara parsial, kepemilikan manajerial dan proporsi outside
directors menunjukkan pengaruh negatif terhadap rasio NPL dan ROA, sedangkan jumlah Board
of Directors (BOD) berpengaruh negatif terhadap rasio LDR.
Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai corporate governance di BPRS sebagai
objek penelitian masih sangat jarang dilakukan. Penelitian terdahulu menunjukkan hasil bahwa
3
corporate governance berhubungan terhadap kinerja keuangan di beberapa perusahaan selain
BPRS.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah memiliki dewan pengawas yang disebut Dewan
Pengawas Syariah (DPS). Dewan Pengawas Syariah yang terdapat dalam struktur
kepemimpinan BPRS memiliki fungsi yang sama dengan auditor internal, yakni melakukan
pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang berada di bawah
pengawasannya. Dengan adanya DPS di dalam struktur kepemimpinan BPRS, diharapkan akan
lebih memperkuat pengawasan di BPRS.
Berdasarkan penelitian mengenai corporate governance yang sebelumnya telah
dilakukan di beberapa perusahaan selain BPRS, peneliti mencoba melakukan penelitian
mengenai hubungan mekanisme corporate governance terhadap kinerja keuangan dengan BPRS
di Indonesia pada tahun 2011-2012 sebagai objek penelitiannya. Mekanisme corporate
governance akan dilihat dari aspek dewan direksi, dewan komisaris independen, kepemilikan
manajerial dan kepemiikan institusional. Sedangkan kinerja keuangan BPRS akan diukur dari
Return on Assets (ROA), Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Rasio Non Performing Financing (NPF) dan Return on Equity (ROE).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris mengenai hubungan
mekanisme corporate governance terhadap kinerja keuangan BPRS. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat bagi BPRS yaitu sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja
keuangan BPRS dengan menyadari perlunya menerapkan mekanisme corporate governance
dalam aktivitas pengelolaan perusahaan.
TELAAH TEORITIS
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Menurut Pasal 1 Angka 9 UU Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999
tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal
4
ini, secara teknis BPRS bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR
konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah terutama bagi hasil.
Sebagai lembaga keuangan syariah pada dasarnya Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa dengan bank-bank umum syariah.
Namun demikian, sesuai UU Perbankan No. 10 tahun 1998, BPRS hanya dapat melaksanakan
usaha-usaha sebagai berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka,
sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
Pembatasan usaha BPRS secara lebih tegas dijelaskan dalam pasal 27 SK Direktur BI No.
32/36/KEP/DIR/1999. Menurut surat keputusan ini, kegiatan operasional BPRS adalah:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:
a. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah
b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah
c. Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah
2. Melakukan penyaluran dana melalui:
a. Transaksi jual-beli berdasarkan prinsip:
1) Murabahah
2) Istishna
3) Ijarah
4) Salam
5) Jual beli kainnya.
b. Pembiayaan bagi hasil bedasarkan prinsip:
1) Mudharabah
2) Musyarakah
3) Bagi hasil lainnya.
c. Pembiayaan Prinsip berdasarkan prinsip:
5
1) Rahn
2) Qardh
3. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPR syariah sepanjang disetujui oleh Dewan
Syariah Nasional.
Kinerja Keuangan
Menurut Ni’mah (2012) kinerja keuangan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan
prestasi kerja dalam periode tertentu. Untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat
kita nilai dengan melihat laporan keuangannya dengan menggunakan analisis rasio.
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi
suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Kinerja keuangan merupakan kemampuan
kerja perusahaan dalam mencapai kinerjanya. Prinsip utama yang harus dikembangkan oleh
bank pembiayaan syariah dalam meningkatkan kinerja keuangan adalah kemampuan BPRS
dalam melakukan pengelolaan dana. Penilaian kinerja keuangan BPRS dapat dilakukan dengan
menganalisa laporan keuangan yang diterbitkan, yaitu dengan menganalisa tingkat profitabilitas
BPRS yang bersangkutan, dengan menggunakan rasio yaitu Non Performing Financing (NPF),
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return
On Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
1. Non Performing Financing (NPF)
Menurut Kamus Bank Indonesia, Non Performing loan (NPL) atau Non Performing
Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi
kurang lancar, diragukan dan macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum,
sedangkan NPF untuk bank syariah. Dengan kata lain NPF merupakan tingkat kredit macet
pada bank tersebut. Apabila semakin rendah NPF maka bank tersebut akan semakin
mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPF tinggi bank tersebut akan mengalami
kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.
Rumus perhitungan Non Performing Financing (NPF) menurut Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 adalah sebagai berikut:
6
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29 DpbS tentang Sistem Penilaian
Kesehatan BPRS, penilaian peringkat NPF diklasifikasikan menjadi 5 peringkat yaitu:
Tabel 1. Kriteria Penilaian Peringkat NPF
No. Kriteria Penilaian Peringkat Keterangan
1. Peringkat 1, NPF ≤ 7% Sangat Tinggi
2. Peringkat 2, 7% < NPF ≤ 10% Tinggi
3. Peringkat 3, 10% < NPF ≤ 13% Cukup Memadai
4. Peringkat 4, 13% < NPF ≤ 16% Rendah
5. Peringkat 5, NPF > 16% Sangat Rendah
2. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 3/15/PBI/2001 menyatakan bahwa KPMM adalah
perbandingan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko sebagaimana
diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Perkreditan Rakyat dan perubahannya. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut
dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar
bank.
Rumus perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) menurut Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 adalah sebagai
berikut:
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29 DpbS tentang Sistem Penilaian
Kesehatan BPRS, penilaian peringkat KPMM diklasifikasikan menjadi 5 peringkat yaitu:
7
Tabel 2. Kriteria Penilaian Peringkat KPMM
No. Kriteria Penilaian Peringkat Keterangan
1. Peringkat 1, KPMM ≥ 11% Sangat Kuat
2. Peringkat 2, 9,5% ≤ KPMM < 11% Memadai
3. Peringkat 3, 8% ≤ KPMM < 9,5% Cukup
4. Peringkat 4, 6,5% ≤ KPMM < 8% Kurang Memadai
5. Peringkat 5, KPMM < 6,5% Tidak Memadai
3. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Rumus perhitungan Financing Deposit Ratio (FDR) menurut Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 adalah sebagai berikut:
Karena tidak ada kredit dalam perbankan syariah, maka istilah kredit pada rasio FDR Bank
Pembiayaan Syariah disebut pembiayaan.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29 DpbS tentang Sistem Penilaian
Kesehatan BPRS, penilaian peringkat FDR diklasifikasikan menjadi 5 peringkat yaitu:
Tabel 3. Kriteria Penilaian Peringkat FDR
No. Kriteria Penilaian Peringkat Keterangan
1. Peringkat 1, FDR ≥ 93% Sangat Tinggi
2. Peringkat 2, 90% ≤ FDR < 93% Tinggi
3. Peringkat 3, 87% ≤ FDR < 90% Cukup Memadai
4. Peringkat 4, 84% ≤ FDR < 87% Rendah
5. Peringkat 5, FDR < 84% Sangat Rendah
4. Return On Asset (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan atau laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank maka semakin
besar pula tingkat keuntungannya yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi
bank tersebut dari segi kemanfaatan asset. Return On Asset (ROA) yang positif menunjukan
bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan
8
laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang
dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi.
Rumus perhitungan Return on Asset (ROA) menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 adalah sebagai berikut
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29 DpbS tentang Sistem Penilaian
Kesehatan BPRS, penilaian peringkat ROA diklasifikasikan menjadi 5 peringkat yaitu:
Tabel 4. Kriteria Penilaian Peringkat ROA
No. Kriteria Penilaian Peringkat Keterangan
1. Peringkat 1; ROA > 1,450% Sangat Tinggi
2. Peringkat 2; 1,215% < ROA ≤ 1,450% Tinggi
3. Peringkat 3; 0,999% < ROA ≤ 1,215% Cukup Memadai
4. Peringkat 4; 0,765% < ROA ≤ 0,999% Rendah
5. Peringkat 5; ROA ≤ 0,765% Sangat Rendah
5. Return on Equity (ROE)
Menurut Kamus Bank Indonesia, ROE merupakan rasio atau nisbah profitabilitas yang
mengukur tingkat kemampuan modal dalam menghasilkan laba bersih. Return on Equity
merupakan salah satu rasio digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.
Rumus perhitungan Return on Equity (ROE) menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 adalah sebagai berikut:
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29 DpbS tentang Sistem Penilaian
Kesehatan BPRS, penilaian peringkat ROE diklasifikasikan menjadi 5 peringkat yaitu:
Tabel 5. Kriteria Penilaian Peringkat ROE
No Kriteria Penilaian Peringkat Keterangan
1. Peringkat 1, ROE > 23% Sangat Tinggi
2. Peringkat 2, 18% < ROE ≤ 23% Tinggi
3. Peringkat 3, 13% < ROE ≤ 18% Cukup Memadai
4. Peringkat 4, 8% < ROE ≤ 13% Rendah
5. Peringkat 5, ROE ≤ 8% Sangat Rendah
9
Mekanisme Corporate Governance
Menurut Syakhroza (2002) mekanisme corporate governance dapat diartikan sebagai
suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan
dengan pihak yang akan melakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut. Menurut Daniri
(2005) mekanisme corporate governance adalah suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang
digunakan oleh organ perusahaan (direksi, dewan komisaris, RUPS) guna memberikan nilai
tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan dan perundangan dan
norma yang berlaku.
Banhart dan Rosenstein (1998) dalam Purwaningtyas (2011) mengatakan bahwa
mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, berupa internal
mechanisms (mekanisme internal), seperti komposisi dewan direksi atau komisaris, kepemilikan
manajerial, dan kompensasi eksekutif. Kedua, external mechanisms (mekanisme eksternal),
seperti pengendalian oleh pasar, dan level debt financing. Babic (2001) dalam Nuryaman (2009)
menyatakan mekanisme corporate governance dapat berupa mekanisme internal, yaitu struktur
kepemilikan yang salah satu aspeknya adalah konsentrasi kepemilikan saham, struktur dewan
komisaris yang salah satu aspeknya adalah komposisi dewan komisaris, dan mekanisme
eksternal yaitu pengendalian oleh pasar, kepemilikan institusional serta audit oleh auditor
eksternal. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan oleh tiga aspek
mekanisme internal, yaitu dewan komisaris independen, dewan direksi dan kepemilikan
manajerial dan satu mekansime eksternal yaitu kepemilikan institusional.
Perumusan Hipotesis
a) Hubungan Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan BPRS
Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan
keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota
dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan
dengan Perseroan, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator prosentase
anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota
dewan komisaris independen. Surat Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep-
10
399/BEJ/07-2001 butir C yang menyatakan bahwa jumlah komisaris independen yang harus
terdapat dalam perusahaan sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan.
Menurut Wardhani (2006) dalam Noorizkie (2013) peran dewan komisaris dalam suatu
perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi.
Peran komisaris ini diharapkan akan meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara
dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya dapat
mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan
kepentingan pemegang saham.
Semakin tingginya prosentase dewan komisaris independen dalam BPRS, diharapkan
laporan keuangan BPRS dapat disusun secara independen pula karena dewan pengawas
yang ada di BPRS tersebut tidak memiliki kepentingan pribadi. Semakin banyak jumlah
dewan komisaris yang independen, maka semakin terlepas pula penyusunan laporan
keuangan dari unsur kepentingan pribadi. Sehingga laporan keuangan dapat disusun
sedemikian rupa dan mewakili kenyataan yang sesungguhnya terjadi.
Hasil penelitian Dhanis (2012) membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif antara
proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Sebaliknya, hasil penelitian Sam’ani (2008)
menyatakan bahwa komisaris independen secara signifikan tidak mempengaruhi kinerja
keuangan. Penelitian Diandono (2012) membuktikan bahwa dewan komisaris independen
berepengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian Widiawati (2011)
membuktikan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan, hal ini berarti semakin banyak proporsi dewan komisaris independen semakin
baik kinerja keuangan.
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa dewan komisaris independen berpengaruh
positif terhadap kinerja keuagan perusahaan. Semakin besar jumlah komisaris independen
maka keputusan yang dibuat dewan komisaris lebih mengutamakan keapada kepentingan
perusahaan, sehingga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Santoso, 2012).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil hipotesis:
H1 a: Terdapat hubungan positif antara dewan komisaris independen dengan NPF
H1 b: Terdapat hubungan positif antara dewan komisaris independen dengan KPMM
H1 c: Terdapat hubungan positif antara dewan komisaris independen dengan FDR
11
H1 d: Terdapat hubungan positif antara dewan komisaris independen dengan ROA
H1 e: Terdapat hubungan positif antara dewan komisaris independen dengan ROE
b) Hubungan Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan BPRS
Menurut Yusrizal (2011), dewan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) 2006 menyatakan bahwa direksi sebagai organ perusahaan bertugas
dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Ukuran dewan direksi
adalah jumlah dewan direksi dalam suatu perusahaan. Menurut Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, jumlah anggota dewan
direksi dalam suatu perusahaan paling sedikit dua orang.
Menurut Andriyan dan Supatmi (2010) jika peran dan fungsi Board of Directions (BOD)
dalam BPR dijalankan dengan baik, maka diduga pihak manajemen akan lebih berhati-hati
dalam pelaksanaan kegiatan operasional BPR, karena jumlah BOD dinilai berkaitan dengan
kuat lemahnya pengawasan terhadap manajemen BPR. Hal ini dapat mengurangi potensi
kerugian akibat resiko operasional BPR sehingga dapat mempengaruhi kinerja BPR dari
waktu ke waktu. Semakin banyak dewan direksi dalam perusahaan akan memberikan suatu
bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin baik, dengan kinerja
perusahaan yang baik dan terkontrol, maka akan menghasilkan profitabilitas yang baik.
Pearce dan Zahra (1992) dalam Widyati (2013) mengatakan peningkatan ukuran dewan
direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya network dengan pihak
luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumber daya. Pernyataan ini didukung oleh hasil
penelitian Hutapea (2013) serta Rusmaryati (2012) yang menyatakan bahwa ukuran dewan
direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian di
atas maka dapat diambil hipotesis:
H2 a: Terdapat hubungan positif antara dewan direksi dengan NPF
H2 b: Terdapat hubungan positif antara dewan direksi dengan KPMM
H2 c: Terdapat hubungan positif antara dewan direksi dengan FDR
H2 d: Terdapat hubungan positif antara dewan direksi dengan ROA
H2 e: Terdapat hubungan positif antara dewan direksi dengan ROE
12
c) Hubungan Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan BPRS
Boediono (2005) dalam Wachyuni dan Nuryaman (2010) mendefinisikan kepemilikan
manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal
perusahaan yang dikelola. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu
perusahaan, maka manajemen akan berupaya lebih giat dalam memenuhi kepentingan
pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Kepemilikan manajerial dapat diukur
dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen
dari seluruh modal saham yang beredar.
Menurut Andriyan dan Supatmi (2010) semakin tinggi kepemilikan manajerial,
manajemen BPR akan memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba. Maka
dapat diduga bahwa manajemen BPR akan mempunyai dorongan untuk meningkatkan
kinerjanya dengan berupaya untuk mengelola kredit yang disalurkan secara lebih hati-hati.
Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen
cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah
dirinya sendiri. Dengan kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mempunyai hak suara
yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan,
hal ini dapat menimbulkan masalah pertahanan, dalam artian, adanya kesulitan bagi para
pemegang saham eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer.
Ardianingsih dan Ardiyani (2012) dalam penelitiannya membuktikan kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Melinda dan Sutejo (2008)
membuktikan bahwa pengaruh antara kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan
perusahaan adalah positif dan tidak signifikan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
diambil hipotesis:
H3 a: Terdapat hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan NPF
H3 b: Terdapat hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan KPMM
H3 c: Terdapat hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan FDR
H3 d: Terdapat hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan ROA
H3 e: Terdapat hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan ROE
d) Hubungan Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan BPRS
Menurut Sekaredi (2011) kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham
oleh pihak investor institusional dari berbagai bidang perusahaan dan lembaga keuangan.
13
Kepemilikan institusional menurut Wijayanti (2012) merupakan proporsi kepemilikan saham
oleh institusi seperti perusahaan asuransi, bank dan perusahaan-perusahaan investasi.
Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah lembar saham
yang dimiliki oleh institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang beredar secara
keseluruhan. Beiner et al, 2003 dalam Rahmayanti (2012) menyatakan kepemilikan
institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi. Prosentase
saham institusi ini diperoleh dari penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang
dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun di luar negeri serta saham
pemerintah dalam maupun luar negeri.
Arifani (2012) menyatakan bahwa adanya kepemilikan institusional dianggap sebagai
kontroler bagi perusahaan untuk menciptakan kinerja yang baik dan semakin meningkat.
Pernyataan ini didukung dengan hasil penelitian dari Sekaredi (2011) dan Widyati (2012)
yang membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Penelitian Sariningtyas (2011) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan yang diwakili oleh ROA.
Dengan tingkat kepemilikan institusional yang tinggi maka akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh institusi pemegang saham, sehingga diharapkan dapat
mengurangi tingkat penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Penyelewengan ini dikhawatirkan akan menurunkan nilai perusahaan. Semakin besar
kepemilikan institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari
institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan
dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja
perusahaan akan meningkat.
Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian
terhadap perusahaan, sehingga akan berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan.
Melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya
perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi
pasar atas pengumuman laba. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga
mengurangi tindakan manajemen yang dapat merugikan perusahaan. Berdasarkan uraian di
atas maka dapat diambil hipotesis:
14
H4 a: Terdapat hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan NPF
H4 b: Terdapat hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan KPMM
H4 c: Terdapat hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan FDR
H4 d: Terdapat hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan ROA
H4 e: Terdapat hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan ROE
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari BPRS di Indonesia yang beroperasi
selama tahun 2011-2012 yaitu sejumlah 160 BPRS. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini purposive sampling, yaitu sampel yang memiliki kriteria-kriteria
tertentu. Adapun kriteria yang menjadi sampel adalah:
a. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah terdaftar di Bank Indonesia dan laporan keuangannya
dipublikasikan di website resmi Bank Indonesia.
b. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian tersedia
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan
tahunan BPRS di Indonesia pada tahun 2011-2012 yang dipublikasikan di situs web Bank
Indonesia yang dapat diakses pada alamat website www.bi.go.id
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan BPRS yang diukur dari lima
rasio keuangan yaitu Non Performing Financing (NPF), Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM), Financing to Deposite Ratio (FDR), Return on Assets (ROA) dan Return on Equity
(ROE). Kelima rasio keuangan tersebut sudah tersaji dalam laporan keuangan BPRS yang
dipublikasikan di situs web Bank Indonesia yang dapat diakses pada alamat www.bi.go.id
Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah empat
komponen mekanisme corporate governance yaitu:
1. Dewan Komisaris Independen
Ukuran komisaris independen diukur berdasarkan prosentase komisaris independen yang
terdapat dalam perusahaan terhadap jumlah dewan komisaris.
2. Dewan Direksi
Dewan direksi diukur dengan menggunakan jumlah anggota direksi dalam suatu perusahaan.
3. Kepemilikan Manajerial
15
Kepemilikan manajerial adalah jumlah lembar saham yang dimiliki oleh manajemen.
Kepemilikan manajerial diukur dari prosentase saham yang dimiliki oleh manajemen
terhadap jumlah saham yang diterbitkan.
4. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan prosentase
kepemilikan saham oleh institusi di dalam perusahaan.
Teknik dan Langkah Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Menurut
Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Menurut Best (1982) penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai
dengan apa adanya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh
berupa angka-angka (score, nilai) dan dianalisis dengan analisis statistik. Di sisi lain, penelitian
ini juga merupakan penelitian kualitatif karena penelitian ini menguji dan membuktikan kinerja
keuangan BPRS yang merupakan penilaian kualitas dari BPRS.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
chi-square didukung dengan analisis tabulasi silang (crosstab) dengan menggunakan program
microsoft excel dan SPSS for Windows versi 16. Menurut Iyano (2010) chi-square adalah
pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi observasi atau yang benar-benar
terjadi atau aktual dengan frekuensi harapan. Yang dimaksud dengan frekuensi harapan adalah
frekuensi yang nilainya dapat di hitung secara teoritis (e). Sedangkan dengan frekuensi
observasi adalah frekuensi yang nilainya di dapat dari hasil percobaan (o). Chi-square digunakan
untuk menguji hubungan dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara
variabel mekanisme corporate governance dengan variabel kinerja keuangan. Menurut Indratno
dan Irwinsyah (1998) tabulasi silang merupakan metode yang mentabulasikan beberapa variabel
yang berbeda ke dalam suatu matriks yang hanya diisajikan dalam suatu tabel dengan variabel
yang tersusun dalam baris dan kolom. Crosstab digunakan untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai hubungan antara mekanisme corporate governance terhadap kinerja
keuangan.
16
Penghitungan nilai chi-square menggunakan formula:
Keterangan:
= Nilai chi-square
f0 = Frekuensi yang diharapkan
fe = Frekuensi yang diperoleh, dimana fe adalah hasil perhitungan dari
Selanjutnya, hipotesis diuji dengan cara membandingkan nilai chisquare (
dengan nilai x2
tabel dengan kriteria penerimaan hipotesis sebagai berikut:
1. Ho diterima jika: x2 hitung ≤ x
2 tabel
2. Ha diterima jika: x2 hitung > x
2 tabel
Nilai x2 tabel dapat ditemukan pada tabel x dengan α=0,05 dengan cara menghitung
terlebih dahulu nilai degree of freedom (df) dengan rumus:
df=(k-1)(b-1)
Keterangan:
df = degree of freedom (derajat kebebasan)
k = jumlah kolom
b = jumlah baris
HASIL DAN ANALISIS PENGUJIAN
Penentuan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
di Indonesia yang beroperasi pada tahun 2011-2012. Berdasarkan teknik purposive sampling
diperoleh sampel sebanyak 97 BPRS.
17
Tabel 6. Penentuan Sampel Penelitian
No. Kriteria Sampel Jumlah
1. Jumlah BPRS di Indonesia pada tahun 2011-2012 160
2. BPRS yang tidak mempublikasikan laporan keuangan pada tahun 2011-2012 63
Total sampel 97
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahun
2011 adalah 51 BPRS dan BPRS yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahun 2011 dan
2012 adalah 12 BPRS. Sehingga BPRS yang tidak dapat dijadikan sampel penelitian berjumlah
63 BPRS. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah sampel yang digunakan pada
periode penelitian berjumlah 97 sampel yaitu sebesar 60,62% dari total BPRS yang ada di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua periode penelitian, maka jumlah sampel yang
digunakan berjumlah 194 sampel.
Statistik Deskriptif
Berikut ini adalah statistik deskriptif yang digunakan untuk melihat sebaran data laporan
keuangan tahunan BPRS periode 2011-2012.
18
Tabel 7. Statistik Deskriptif Laporan Keuangan BPRS Periode 2011-2012
2011 N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dewan Komisaris Independen 97 .00 100.00 48.7972 41.12490
Dewan Direksi 97 3.00 8.00 5.6907 1.04444
Kepemilikan Manajerial 97 .00 30.00 1.2568 4.29329
Kepemilikan Institusional 97 .00 100.00 18.3966 34.60623
NPF 97 .00 53.20 8.1591 10.12917
KPMM 97 .00 422.15 28.9897 50.39877
FDR 97 .00 175.57 71.5752 40.55448
ROA 97 -49.97 120.00 2.2979 15.68286
ROE 97 -348.09 2052.00 33.0633 215.79393
Valid N (listwise) 97
2012 N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dewan Komisaris Independen 97 .00 100.00 50.6872 41.17203
Dewan Direksi 97 3.00 8.00 5.6082 1.16866
Kepemilikan Manajerial 97 .00 30.00 1.4922 4.77198
Kepemilikan Institusional 97 .00 100.00 19.2742 35.15175
NPF 97 .07 57.31 8.6280 10.02832
KPMM 97 .00 514.13 30.7065 53.90332
FDR 97 .00 456.39 87.2920 52.45960
ROA 97 -110.96 558.00 5.9028 58.26235
ROE 97 -202.26 3867.00 55.9475 396.54510
Valid N (listwise) 97
Sumber: Data sekunder, diolah 2014
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif, ditemukan rata-rata dewan komisaris
independen tahun 2011 sebesar 48,79% dan tahun 2012 sebesar 50,68%. Hal ini sudah sesuai
dengan Surat Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep-399/BEJ/07-2001 butir C yang
menyatakan bahwa jumlah komisaris independen yang harus terdapat dalam perusahaan
sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan. Proporsi dewan komisaris independen
yang besar dalam BPRS diharapkan dapat mengontrol dan memonitoring kebijakan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa secara rata-rata, BPRS
yang menjadi sampel penelitian telah memenuhi peraturan tentang dewan komisaris independen
19
yang berlaku. Rata-rata jumlah anggota dewan direksi tahun 2011 sebanyak 5,69 dan tahun 2012
sebanyak 5,60. Keduanya dapat dibulatkan menjadi 6 orang. Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah menyatakan, bahwa jumlah anggota
dewan direksi dalam suatu perusahaan paling sedikit 2 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa
semua BPRS yang menjadi sampel penelitian telah memenuhi peraturan tentang dewan direksi
yang berlaku. Rata-rata kepemilikan manajerial tahun 2011 sebesar 1,25% dan tahun 2012
sebesar 1,49% yang berarti tidak banyak pengurus BPRS yang memiliki saham di BPRS. Pada
tahun 2011 ada 85 BPRS yang tidak memiliki kepemilikan manajerial dan pada tahun 2012 ada
81 BPRS yang tidak memiliki kepemilikan manajerial. Pada tahun 2011 dan 2012, ada 1 BPRS
yang memiliki kepemilikan manajerial tertinggi sebesar 30%, yaitu BPRS Danagung Syariah di
Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta. Rata-rata kepemilikan institusional tahun 2011 sebesar
18,39% dan tahun 2012 sebesar 19,27%. Pada tahun 2011 ada 69 BPRS yang tidak memiliki
kepemilikan institusional, dan ada 3 BPRS yang memiliki kepemilikan institusional sebesar
100%. Pada tahun 2012 ada 67 BPRS yang tidak memiliki kepemilikan institusional, dan ada 3
BPRS yang memiliki kepemilikan institusional sebesar 100%. Kepemilikan institusional pada
BPRS didominasi oleh institusi pemerintahan.
Hasil pengujian statistik deskriptif menunjukkan bahwa secara umum BPRS yang
menjadi sampel penelitian memiliki kinerja keuangan rata-rata yang baik, kecuali FDR. Rata-
rata NPF tahun 2011 sebesar 8,15% dan tahun 2012 sebesar 8,62%. Berdasarkan kriteria
penilaian peringkat merupakan peringkat 2, yang artinya tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa
secara garis besar BPRS memiliki kemampuan yang baik dalam mengatasi kredit macet. Pada
tahun 2011 ada 8 BPRS yang tidak memiliki tingkat kredit macet. Pada tahun 2012 ada 1 BPRS
yang memiliki prosentase tertinggi NPF sebesar 57,31%, yaitu BPRS Ben Salamah Abadi di
Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Rata-rata KPMM tahun 2011 sebesar 28,98% dan
tahun 2012 sebesar 30,70%. Rata-rata ROA tahun 2011 sebesar 2,29% dan tahun 2012 sebesar
5,90%. Rata-rata ROE tahun 2011 sebesar 33,06% dan tahun 2012 sebesar 55,94%.
Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, KPMM, ROA dan ROE merupakan peringkat 1, yang
artinya sangat tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa BPRS memiliki kemampuan yang sangat
kuat dalam permodalan, yang menutup kemungkinan adanya kerugian di dalam kegiatan
pembiayaan dan perdagangan surat berharga. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah juga memiliki
kemampuan yang sangat tinggi dalam memperoleh keuntungan dari total aset dan total ekuitas
20
yang dimiliki BPRS. Rata-rata FDR tahun 2011 sebesar 71,57%, berdasarkan kriteria peringkat
merupakan peringkat 5, yang artinya sangat rendah. Rata-rata FDR tahun 2012 sebesar 87,29%,
berdasarkan kritertia penilaian peringkat merupakan peringkat 3, yang artinya cukup memadai.
Hal ini mengindikasikan bahwa BPRS memiliki kemampuan yang rendah dalam melunasi
kewajiban-kewajibannya tepat waktu. Pada tahun 2011 ada 14 BPRS dan pada tahun 2012 ada
7 BPRS yang tidak memiliki FDR. Pada tahun 2012 ada 1 BPRS yang memiliki prosentase FDR
tertinggi sebesar 456,39% yaitu BPRS Cilegon Mandiri di Kota Cilegon, Provinsi Banten.
Uji Chi-Square
Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji chi-square. Dengan
pengujian chi-square akan diketahui apakah antara mekanisme corporate governance dengan
kinerja keuangan terdapat hubungan yang positif atau, dapat dilihat pada tabel-tabel hasil
pengujian chi-square di bawah ini:
Tabel 8. Hasil Pengujian Chi-Square Dewan Komisaris Independen dengan Kinerja
Keuangan
Variabel Penelitian
df
x2
Tabel
x2
Hitung
Kesimpulan
Dewan Komisaris Independen-NPF 16 26,296 22,079 H1 a ditolak
Dewan Komisaris Independen-KPMM 16 26,296 11,578 H1 b ditolak
Dewan Komisaris Independen-FDR 16 26,296 9,784 H1 c ditolak
Dewan Komisaris Independen-ROA 16 26,296 13,244 H1 d ditolak
Dewan Komisaris Independen-ROE 16 26,296 14,737 H1 e ditolak
Sumber: Data Sekunder, diolah 2014
Hasil pengujian chi-square antara dewan komisaris independen dan kinerja keuangan
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara dewan komisaris independen dengan
seluruh kinerja keuangan dalam penelitian ini. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi prosentase
dewan komisaris independen tidak akan menyebabkan semakin tinggi pula kemampuan BPRS
dalam mengatasi tingkat kredit macet, kemampuan permodalan BPRS, likuiditas BPRS serta
kemampuan BPRS dalam pencapaian profitabilitas dari pemanfaatan aset dan ekuitas BPRS.
Berikut ini adalah tabulasi silang untuk melihat proporsi sebaran data dewan komisaris
independen dan kinerja keuangan BPRS.
21
Tabel 9. Tabulasi Silang Dewan Komisaris Independen dengan Kinerja Keuangan
No. Kinerja Keuangan Dewan Komisaris Independen
Total 0% 33.33% 50% 66.67% 100%
1 NPF Peringkat 1 NPF ≤ 7% 30 4 28 8 44 114
Peringkat 2 7% < NPF ≤ 10% 11 4 11 0 9 35
Peringkat 3 10% < NPF ≤ 13% 7 1 4 0 4 16
Peringkat 4 13% < NPF ≤ 16% 3 1 2 0 2 8
Peringkat 5 NPF > 16% 13 1 2 0 5 21
Total 64 11 47 8 64 194
2 KPMM
Peringkat 1 KPMM ≥ 11% 53 8 43 6 53 163
Peringkat 2 9,5% ≤ KPMM < 11% 1 0 0 0 2 3
Peringkat 3 8% ≤ KPMM < 9,5% 3 0 0 0 1 4
Peringkat 4 6,5% ≤ KPMM < 8% 1 0 0 0 1 2
Peringkat 5 KPMM < 6,5% 6 3 4 2 7 22
Total 64 11 47 8 64 194
3 FDR Peringkat 1 FDR ≥ 93% 16 2 12 2 20 52
Peringkat 2 90% ≤ FDR < 93% 2 1 2 0 5 10
Peringkat 3 87% ≤ FDR < 90% 1 0 3 0 3 7
Peringkat 4 84% ≤ FDR < 87% 5 1 4 1 1 12
Peringkat 5 FDR < 84% 40 7 26 5 35 113
Total 64 11 47 8 64 194
4 ROA Peringkat 1 ROA > 1,450% 32 4 33 4 35 108
Peringkat 2 1,215% < ROA ≤ 1,450% 2 0 1 0 2 5
Peringkat 3 0,999% < ROA ≤ 1,215% 0 1 1 0 2 4
Peringkat 4 0,765% < ROA ≤ 0,999% 2 0 1 0 1 4
Peringkat 5 ROA ≤ 0,765% 28 6 11 4 24 73
Total 64 11 47 8 64 194
5 ROE Peringkat 1 ROE > 23% 19 3 24 4 18 68
Peringkat 2 18% < ROE ≤ 23% 4 1 4 0 4 13
Peringkat 3 13% < ROE ≤ 18% 5 0 3 0 4 12
Peringkat 4 8% < ROE ≤ 13% 5 0 3 0 7 15
Peringkat 5 ROE ≤ 8% 31 7 13 4 31 86
Total 64 11 47 8 64 194
Sumber: Data sekunder, diolah 2014
Dari tabulasi silang di atas, dapat diketahui bahwa ketika BPRS memiliki dewan
komisaris yang semuanya independen maupun BPRS tidak memiliki dewan komisaris
22
independen, proporsi BPRS yang memiliki kinerja keuangan dengan peringkat 1 maupun
peringkat 5 (terbaik dan terburuk) tidak jauh berbeda. Ketika BPRS memiliki dewan komisaris
yang semuanya independen, kinerja keuangan BPRS bisa mencapai peringkat terbaik, akan tetapi
bisa juga mencapai peringkat terburuk. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 NPF
sebanyak 44 BPRS dan peringkat 5 NPF sebanyak 5 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai
peringkat 1 KPMM sebanyak 53 BPRS dan peringkat 5 KPMM sebanyak 7 BPRS. Proporsi
BPRS yang mencapai peringkat 1 FDR sebanyak 20 BPRS dan peringkat 5 FDR sebanyak 35
BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROA sebanyak 35 BPRS dan peringkat 5
ROA sebanyak 24 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROE sebanyak 18 BPRS
dan peringkat 5 ROE sebanyak 31 BPRS. Selanjutnya, ketika BPRS tidak memiliki dewan
komisaris yang independen, kinerja keuangan juga bisa mencapai peringkat terbaik, akan tetapi
bisa saja mencapai peringkat terburuk. Proporsi BPRS yang mencapai peringakt 1 NPF
sebanyak 30 BPRS dan peringkat 5 NPF sebanyak 13 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai
peringkat 1 KPMM sebanyak 53 BPRS dan peringkat 5 KPMM sebanyak 6 BPRS. Proporsi
BPRS yang mencapai peringkat 1 FDR sebanyak 16 BPRS dan peringkat 5 FDR sebanyak 40
BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROA sebanyak 32 BPRS dan peringkat 5
ROA sebanyak 28 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROE sebanyak 19 BPRS
dan peringkat 5 ROE sebanyak 31 BPRS.
Hasil penelitian ini sejalan tidak dengan penelitian Dhanis (2012), Diandono (2012) dan
Widiawati (2011) yang membuktikan adanya pengaruh positif yang terdapat antara dewan
komisaris independen dengan kinerja keuangan. Dari hasil pengujian chi-square ditemukan
bahwa semakin tingginya prosentase dewan komisaris independen dalam BPRS tidak
menyebabkan peningkatan kinerja keuangan BPRS. Hal ini berarti, semakin tingginya kinerja
keuangan BPRS tidak disebabkan karena semakin tingginya prosentase dewan komisaris
independen yang terdapat pada BPRS. Diduga, sekalipun BPRS tidak memiliki dewan komisaris
independen tetapi BPRS memiliki dewan pengawas syariah yang turut berperan dalam
mengakibatkan semakin tingginya kinerja keuangan BPRS.
23
Tabel 10. Hasil Pengujian Chi-Square Dewan Direksi dengan Kinerja Keuangan
Variabel Penelitian
df x2
Tabel
x2
Hitung
Kesimpulan
Dewan Direksi-NPF 20 31,410 59,638 H2 a diterima
Dewan Direksi-KPMM 20 31,410 10,843 H2 b ditolak
Dewan Direksi-FDR 20 31,410 21,453 H2 c ditolak
Dewan Direksi-ROA 20 31,410 9,720 H2 d ditolak
Dewan Direksi-ROE 20 31,410 22,141 H2 e ditolak
Sumber: Data Sekunder, diolah 2014
Hasil pengujian chi-square antara dewan direksi dengan kinerja keuangan menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif antara dewan direksi dengan NPF. Hal ini berarti, semakin
banyak dewan direksi pada BPRS akan menyebabkan peningkatan kemampuan BPRS dalam
mengatasi tingkat kredit macet. Namun, tidak terdapat hubungan positif antara dewan direksi
dengan KPMM, FDR, ROA dan ROE. Hal ini berarti semakin banyak dewan direksi pada
BPRS tidak menyebabkan peningkatan kemampuan permodalan, aspek likuiditas dan
pencapaian profitabilitas dari pemanfaatan aset dan ekuitas BPRS. Berikut ini adalah tabulasi
silang untuk melihat proporsi sebaran data dewan direksi dan kinerja keuangan BPRS.
24
Tabel 11. Tabulasi Silang Dewan Direksi dengan Kinerja Keuangan
No. Kinerja Keuangan Dewan Direksi
Total 3 4 5 6 7 8
1 NPF Peringkat 1 NPF ≤ 7% 1 9 17 68 13 6 114
Peringkat 2 7% < NPF ≤ 10% 0 3 9 15 6 2 35
Peringkat 3 10% < NPF ≤ 13% 2 6 1 4 3 0 16
Peringkat 4 13% < NPF ≤ 16% 1 1 3 1 2 0 8
Peringkat 5 NPF > 16% 4 4 9 3 1 0 21
Total 8 23 39 91 25 8 194
2 KPMM
Peringkat 1 KPMM ≥ 11% 7 21 33 75 21 6 163
Peringkat 2 9,5% ≤ KPMM < 11% 0 0 1 2 0 0 3
Peringkat 3 8% ≤ KPMM < 9,5% 0 0 1 2 1 0 4
Peringkat 4 6,5% ≤ KPMM < 8% 0 1 1 0 0 0 2
Peringkat 5 KPMM < 6,5% 1 1 3 12 3 2 22
Total 8 23 39 91 25 8 194
3 FDR Peringkat 1 FDR ≥ 93% 1 10 13 20 6 2 52
Peringkat 2 90% ≤ FDR < 93% 0 1 1 7 1 0 10
Peringkat 3 87% ≤ FDR < 90% 0 0 2 2 2 1 7
Peringkat 4 84% ≤ FDR < 87% 2 0 4 4 2 0 12
Peringkat 5 FDR < 84% 5 12 19 58 14 5 113
Total 8 23 39 91 25 8 194
4 ROA Peringkat 1 ROA > 1,450% 3 11 22 51 16 5 108
Peringkat 2 1,215% < ROA ≤ 1,450% 0 1 2 1 1 0 5
Peringkat 3 0,999% < ROA ≤ 1,215% 0 1 1 2 0 0 4
Peringkat 4 0,765% < ROA ≤ 0,999% 0 1 0 3 0 0 4
Peringkat 5 ROA ≤ 0,765% 5 9 14 34 8 3 73
Total 8 23 39 91 25 8 194
5 ROE Peringkat 1 ROE > 23% 1 6 15 27 14 5 68
Peringkat 2 18% < ROE ≤ 23% 0 0 4 9 0 0 13
Peringkat 3 13% < ROE ≤ 18% 1 1 2 6 2 0 12
Peringkat 4 8% < ROE ≤ 13% 0 3 4 7 1 0 15
Peringkat 5 ROE ≤ 8% 6 13 14 42 8 3 86
Total 8 23 39 91 25 8 194
Sumber: Data sekunder, diolah 2014
Dari tabulasi silang di atas didapati bahwa ketika BPRS memiliki dewan direksi sejumlah
8 orang, proporsi BPRS yang berhasil mencapai NPF peringkat 1 adalah sejumlah 6 BPRS.
25
Ketika BPRS memiliki dewan direksi sejumlah 3 orang, proporsi BPRS yang mencapai NPF
peringkat 5 berjumlah 4 BPRS. Hal ini berarti, semakin banyaknya dewan komisaris dan dewan
direksi pada BPRS, maka akan semakin tinggi pula pengawasan terhadap kredit macet, sehingga
tingkat kredit macet semakin rendah. Namun didapati hasil bahwa mayoritas data terdapat pada
BPRS dengan dewan direksi sejumlah 5 dan 6 orang dan berhasil mencapai NPF peringkat 1,
yaitu sejumlah 17 dan 68 BPRS. Hal ini mengindikasikan NPF terbaik dicapai BPRS ketika
BPRS memiliki dewan direksi berjumlah 5-6 orang. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Hutapea (2013) serta Rusmaryati (2012) yang menyatakan bahwa ukuran dewan
direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Ketika BPRS memiliki dewan direksi sejumlah 8 orang maupun hanya 3 orang, proporsi
BPRS yang memiliki kinerja keuangan yang diukur menggunakan rasio KPMM, FDR, ROA dan
ROE dengan peringkat 1 maupun peringkat 5 (terbaik dan terburuk) tidak jauh berbeda. Ketika
BPRS memiliki dewan direksi sejumlah 8 orang, kinerja keuangan BPRS yang diwakili dalam
rasio KPMM, FDR, ROA dan ROE bisa mencapai peringkat terbaik, akan tetapi bisa juga
mencapai peringkat terburuk. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 KPMM sebanyak 6
BPRS dan peringkat 5 KPMM sebanyak 2 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1
FDR sebanyak 2 BPRS dan peringkat 5 FDR sebanyak 5 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai
peringkat 1 ROA sebanyak 5 BPRS dan peringkat 5 ROA sebanyak 3 BPRS. Proporsi BPRS
yang mencapai peringkat 1 ROE sebanyak 5 BPRS dan peringkat 5 ROE sebanyak 3 BPRS.
Namun, ketika BPRS hanya memiliki dewan direksi sejumlah 3 orang, kinerja keuangan BPRS
yang diwakili dalam rasio KPMM, ROA dan ROE juga bisa mencapai peringkat terbaik, akan
tetapi bisa juga mencapai peringkat terburuk. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 KPMM
sebanyak 7 BPRS dan peringkat 5 KPMM sejumlah 1 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai
peringkat 1 ROA sebanyak 3 BPRS dan peringkat 5 ROA sebanyak 5 BPRS. Proporsi BPRS
yang mencapai peringkat 1 ROE sebanyak 1 BPRS dan peringkat 5 ROE sebanyak 6 BPRS.
Hasil pengujian chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan positif antara dewan
dengan KPMM, FDR, ROA dan ROE. Ini berarti bahwa semakin banyaknya dewan komisaris
dan dewan direksi pada BPRS tidak dapat menyebabkan peningkatan pada kemampuan BPRS
dalam mengelola besaran modal sendiri, aspek likuiditas dan tingkat profitabilitas. Dewan
direksi dalam jumlah yang besar dapat mengakibatkan kesulitan dalam hal komunikasi dan
26
koordinasi antar sesama dewan. Serta dapat menimbulkan kesulitan dalam hal pengambilan
keputusan yang berguna bagi BPRS.
Tabel 12. Hasil Pengujian Chi-Square Kepemilikan Manajerial dengan Kinerja Keuangan
Variabel Penelitian df x2
Tabel
x2
Hitung
Kesimpulan
Kepemilikan Manajerial-NPF 8 15,507 5,100 H3 a tidak dapat ditolak
Kepemilikan Manajerial-KPMM 8 15,507 0,980 H3 b tidak dapat ditolak
Kepemilikan Manajerial-FDR 8 15,507 9,936 H3 c tidak dapat ditolak
Kepemilikan Manajerial-ROA 8 15,507 18,539 H3 d tidak dapat ditolak
Kepemilikan Manajerial-ROE 8 15,507 15,611 H3 e tidak dapat ditolak
Sumber: Data Sekunder, diolah 2014
Hasil pengujian chi-square antara kepemilikan manajerial dengan kinerja keuangan
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan ROA dan
ROE. Hal ini berarti, semakin tinggi kepemilikan manajerial, maka akan semakin tinggi pula
pencapaian profitabilitas dari segi pemanfaatan aset dan ekuitas BPRS. Namun, tidak terdapat
hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan NPF, KPMM dan FDR. Hal ini berarti
semakin tinggi kepemilikan manajerial pada BPRS tidak menyebabkan peningkatan pada
kemampuan BPRS dalam mengatasi tingkat kredit macet, kemampuan permodalan dan aspek
likuiditas BPRS. Berikut ini adalah tabulasi silang untuk melihat proporsi sebaran data
kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan BPRS.
27
Tabel 13. Tabulasi Silang Kepemilikan Manajerial dengan Kinerja Keuangan
No. Kinerja Keuangan
Kepemilikan Manajerial
Total KM ≤ 10%
10% < KM
≤20%
20% < KM
≤ 30%
1 NPF Peringkat 1 NPF ≤ 7% 107 5 2 114
Peringkat 2 7% < NPF ≤ 10% 34 0 1 35
Peringkat 3 10% < NPF ≤ 13% 16 0 0 16
Peringkat 4 13% < NPF ≤ 16% 7 1 0 8
Peringkat 5 NPF > 16% 20 1 0 21
Total 184 7 3 194
2 KPMM
Peringkat 1 KPMM ≥ 11% 154 6 3 163
Peringkat 2 9,5% ≤ KPMM < 11% 3 0 0 3
Peringkat 3 8% ≤ KPMM < 9,5% 4 0 0 4
Peringkat 4 6,5% ≤ KPMM < 8% 2 0 0 2
Peringkat 5 KPMM < 6,5% 21 1 0 22
Total 184 7 3 194
3 FDR Peringkat 1 FDR ≥ 93% 50 2 0 52
Peringkat 2 90% ≤ FDR < 93% 10 0 0 10
Peringkat 3 87% ≤ FDR < 90% 6 0 1 7
Peringkat 4 84% ≤ FDR < 87% 12 0 0 12
Peringkat 5 FDR < 84% 106 5 2 113
Total 184 7 3 194
4 ROA Peringkat 1 ROA > 1,450% 100 6 2 108
Peringkat 2 1,215% < ROA ≤ 1,450% 5 0 0 5
Peringkat 3 0,999% < ROA ≤ 1,215% 3 0 1 4
Peringkat 4 0,765% < ROA ≤ 0,999% 4 0 0 4
Peringkat 5 ROA ≤ 0,765% 72 1 0 73
Total 184 7 3 194
5 ROE Peringkat 1 ROE > 23% 61 6 1 68
Peringkat 2 18% < ROE ≤ 23% 12 0 1 13
Peringkat 3 13% < ROE ≤ 18% 12 0 0 12
Peringkat 4 8% < ROE ≤ 13% 14 0 1 15
Peringkat 5 ROE ≤ 8% 85 1 0 86
Total 184 7 3 194
Sumber: Data sekunder, diolah 2014
Dari tabulasi silang di atas, didapati bahwa proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROA
sebanyak 108 BPRS dan peringkat 1 ROE sebanyak 68 BPRS. Ketika BPRS memiliki kepemilikan
28
manajerial tertinggi yaitu antara 20-30%, proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROA hanya
sebanyak 2 BPRS dan peringkat 1 ROE hanya sebanyak 1 BPRS. Sedangkan ketika BPRS memiliki
kepemilikan manajerial terendah yaitu antara 0-10%, proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROA
sebanyak 100 BPRS dan peringkat 1 ROE sebanyak 61 BPRS. Hal ini disebabkan karena kepemilikan
manajemen atas saham BPRS sangat kecil.
Ketika BPRS memiliki kepemilikan manajerial tertinggi yaitu 20%-30%, kinerja
keuangan BPRS yang diukur menggunakan rasio NPF, KPMM dan FDR bisa mencapai
peringkat terbaik, akan tetapi bisa juga mencapai peringkat terburuk. Proporsi BPRS yang
mencapai peringkat 1 NPF sebanyak 2 BPRS dan tidak ada BPRS yang mencapai peringkat 5
NPF. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 KPMM sebanyak 3 BPRS dan tidak ada BPRS
yang mencapai peringkat 5 BPRS. Tidak ada BPRS yang mencapai peringkat 1 FDR dan
proporsi BPRS yang mencapai peringkat 5 FDR sebanyak 2 BPRS. Selanjutnya, ketika BPRS
memiliki kepemilikan manajerial terendah yaitu ≤10%, kinerja keuangan BPRS juga bisa
mencapai peringkat terbaik, akan tetapi kinerja keuangan BPRS bisa saja mencapai peringkat
terburuk. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 NPF sebanyak 107 BPRS dan peringkat 5
NPF sebanyak 20 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 KPMM sebanyak 154
BPRS dan peringkat 5 KPMM sebanyak 21 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1
FDR sebanyak 50 BPRS dan peringkat 5 FDR sebanyak 106 BPRS.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Melinda dan Sutejo (2008) yang
membuktikan adanya pengaruh positif antara kepemilikan manajerial dengan kinerja keuangan.
Hasil pengujian chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan positif antara kepemilikan
manajerial dengan kemampuan BPRS dalam mengatasi tingkat kredit macet, kemampuan
permodalan dan aspek likuiditas BPRS. Dimungkinkan, manajemen hanya berfokus pada
profitabilitas yang akan dicapai BPRS karena manajemen juga turut memegang saham di BPRS,
sehingga manajemen mengutamakan kepentingan pemegang saham yang merupakan dirinya
sendiri.
29
Tabel 14. Hasil Pengujian Chi-Square Kepemilikan Institusional dengan Kinerja Keuangan
Variabel Penelitian df x2
Tabel
x2
Hitung
Kesimpulan
Kepemilikan Institusional-NPF 16 26,296 26,190 H4 a ditolak
Kepemilikan Institusional-KPMM 16 26,296 18,610 H4 b ditolak
Kepemilikan Institusional-FDR 16 26,296 17,215 H4 c ditolak
Kepemilikan Institusional-ROA 16 26,296 14,259 H4 d ditolak
Kepemilikan Institusional-ROE 16 26,296 29,267 H4 e diterima
Sumber: Data Sekunder, diolah 2014
Hasil pengujian chi-square antara kepemilikan institusional dengan kinerja keuangan
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan ROE.
Hal ini berarti, semakin tinggi kepemilikan institusional, maka akan semakin tinggi pula
pencapaian profitabilitas dari segi pemanfaatan ekuitas BPRS. Namun, tidak terdapat
hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan NPF, KPMM, FDR dan ROA. Hal
ini berarti semakin tinggi kepemilikan manajerial pada BPRS tidak akan menyebabkan
semakin tingginya kemampuan BPRS dalam mengatasi tingkat kredit macet, kemampuan
permodalan, aspek likuiditas dan pencapaian profitabilitas dari segi pemanfaatan ekuitas
BPRS. Berikut ini adalah tabulasi silang untuk melihat proporsi sebaran data kepemilikan
institusional dan kinerja keuangan BPRS.
30
Tabel 15. Tabulasi Silang Kepemilikan Institusional dengan Kinerja Keuangan
No. Kinerja Keuangan
Kepemilikan Institusional (KI)
Total KI ≤
20%
20% < KI
≤ 40%
40% < KI
≤ 60%
60% < KI
≤ 80%
KI >
80%
1 NPF Peringkat 1 NPF≤ 7% 86 2 6 3 17 114
Peringkat 2 7% < NPF ≤ 10% 32 2 0 1 0 35
Peringkat 3 10% < NPF ≤ 13% 9 1 0 1 5 16
Peringkat 4 13% < NPF ≤ 16% 4 1 2 0 1 8
Peringkat 5 NPF > 16% 16 1 1 1 2 21
Total 147 7 9 6 25 194
2 KPMM
Peringkat 1 KPMM ≥ 11% 123 6 6 6 22 163
Peringkat 2 9,5% ≤ KPMM < 11% 2 1 0 0 0 3
Peringkat 3 8% ≤ KPMM < 9,5% 3 0 0 0 1 4
Peringkat 4 6,5% ≤ KPMM < 8% 1 0 0 0 1 2
Peringkat 5 KPMM < 6,5% 18 0 3 0 1 22
Total 147 7 9 6 25 194
3 FDR Peringkat 1 FDR ≥ 93% 44 1 0 2 5 52
Peringkat 2 90% ≤ FDR < 93% 7 1 0 0 2 10
Peringkat 3 87% ≤ FDR < 90% 4 1 0 1 1 7
Peringkat 4 84% ≤ FDR < 87% 11 0 1 0 0 12
Peringkat 5 FDR < 84% 81 4 8 3 17 113
Total 147 7 9 6 25 194
4 ROA Peringkat 1 ROA > 1,450% 81 7 3 5 12 108
Peringkat 2 1,215% < ROA ≤ 1,450% 5 0 0 0 0 5
Peringkat 3 0,999% < ROA ≤ 1,215% 3 0 0 0 1 4
Peringkat 4 0,765% < ROA ≤ 0,999% 4 0 0 0 0 4
Peringkat 5 ROA ≤ 0,765% 54 0 6 1 12 73
Total 147 7 9 6 25 194
5 ROE Peringkat 1 ROE > 23% 51 5 2 5 5 68
Peringkat 2 18% < ROE ≤ 23% 13 0 0 0 0 13
Peringkat 3 13% < ROE ≤ 18% 9 2 0 0 1 12
Peringkat 4 8% < ROE ≤ 13% 12 0 1 0 2 15
Peringkat 5 ROE ≤ 8% 62 0 6 1 17 86
Total 147 7 9 6 25 194
Sumber: Data sekunder, diolah 2014
31
Dari tabulasi silang di atas didapati bahwa ketika BPRS memiliki kepemiilikan
institusional tertinggi, yaitu sebesar ≥80%, proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROE
sebanyak 5 BPRS dan peringkat 5 ROE sebanyak 17 BPRS. Sedangkan ketika BPRS memiliki
kepemilikan institusional terendah, yaitu ≤20%, proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROE
sebanyak 51 BPRS dan peringkat 5 ROE sebanyak 62 BPRS. Kondisi ini disebabkan banyaknya
BPRS yang tidak memiliki kepemilikan institusional. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Sam’ani (2008), Sekaredi (2011) serta Widyati (2012) bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
Ketika BPRS memiliki kepemilikan institusional tertinggi, yaitu ≥80%, kinerja keuangan
yang diwakili dalam rasio NPF, KPMM, FDR dan ROA bisa menjadi mencapai peringkat terbaik
akan tetapi bisa saja mencapai peringkat terburuk. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1
NPF sebanyak 17 BPRS dan peringkat 5 NPF sebanyak 2 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai
peringkat 1 FDR sebanyak 5 BPRS dan peringkat 5 FDR sebanyak 17 BPRS. Proporsi BPRS
yang mencapai peringkat 1 ROA sebanyak 12 BPRS dan peringkat 5 ROA sebanyak 12 BPRS.
Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROE sebanyak 5 BPRS dan peringkat 5 ROE
sebanyak 17 BPRS. Selanjutnya ketika BPRS memiliki kepemilikan institusional terendah, yaitu
antara ≤20%, kinerja keuangan yang diwakili dalam rasio NPF, KPMM, FDR dan ROA juga
bisa mencapai peringkat terbaik, akan tetapi bisa saja mencapai peringkat terburuk. Proporsi
BPRS yang mencapai peringkat 1 NPF sebanyak 86 BPRS dan peringkat 5 NPF sebanyak 16
BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 KPMM sebanyak 123 BPRS dan peringkat 5
KPMM sebanyak 18 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 FDR sebanyak 44 BPRS
dan peringkat 5 NPF sebanyak 81 BPRS. Proporsi BPRS yang mencapai peringkat 1 ROA
sebanyak 81 BPRS dan peringkat 5 ROA sebanyak 54 BPRS.
Dari hasil pengujian chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif
antara kepemilikan institusional dengan kinerja keuangan yang diwakili dalam rasio NPF,
KPMM, FDR dan ROA. Ini berarti semakin tingginya kepemilikan institusional tidak dapat
menyebabkan semakin tingginya kemampuan BPRS dalam menangani kredit macet, kemampuan
permodalan dan aspek likuiditas BPRS. Dimungkinkan, pemisahan fungsi antara institusi
pemegang saham dan manajemen pada BPRS telah dilakukan dengan baik, sehingga kapasitas
institusi pemegang saham hanyalah sebatas memberikan modal bagi dan memberikan
pengawasan terhadap pencapaian profitabilitas dari pemanfaatan ekuitas BPRS. Institusi
32
pemegang saham tidak turut campur dalam pengawasan terhadap kredit macet, kemampuan
permodalan, aspek likuiditas dan pencapaian profitabilitas dari segi pemanfaatan aset BPRS.
PENUTUP
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan telah ditemukan bahwa mekanisme corporate
governance berhubungan positif terhadap kinerja keuangan BPRS. Secara detail, mekanisme
corporate governance yang diwakili dewan direksi berhubungan positif terhadap kemampuan
BPRS dalam mengatasi tingkat kredit macet (NPF). Mekanisme corporate governance yang
diwakili kepemilikan manajerial berhubungan positif terhadap pencapaian profitabilitas dari
pemanfaatan aset dan ekuitas (ROA dan ROE). Mekanisme corporate governance yang diwakili
oleh kepemilikan institusional berhubungan positif terhadap pencapaian profitabilitas dari
pemanfaatan ekuitas (ROE).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sekaredi (2011),
Rusmaryati (2012) serta Andriyan dan Supatmi (2010) yang menyatakan bahwa mekanisme
corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Namun, hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sariningtyas (2011) yang menyatakan bahwa
mekanisme corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Keseluruhan hasil penelitian Sariningtyas (2011) membuktikan telah terjadi asimetri informasi
yang mengakibatkan mekanisme good corporate governance tidak berperan meningkatkan
kinerja keuangan yang diwakili oleh rasio ROA. Ketidak konsistenan antara hasil penelitian
terdahulu dimungkinkan karena terdapat perbedaan proksi pada variabel corporate governance
dan kinerja keuangan, serta perbedaan objek dan tahun penelitian.
Saran peneliti bagi BPRS, sebaiknya BPRS membatasi jumlah dewan direksi antara 5-6
orang karena dalam penelitian ini ditemukan bahwa kinerja keuangan BPRS mencapai titik
maksimal pada saat dewan direksi berjumlah 5-6 orang Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional pada BPRS di Indonesia masih sangat
kecil. Bahkan sebagian besar BPRS yang menjadi sampel penelitian tidak memiliki kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional. Sebaiknya dewan komisaris dan direksi, serta institusi
meningkatkan kepemilikan sahamnya di BPRS, karena terbukti bahwa semakin tinggi
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional institusional, maka semakin tinggi pula
pencapaian profitabilitas dari pemanfaatan aset dan ekuitas (ROA dan ROE).
33
Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu periode pengamatan yang pendek dimana
dalam penelitian ini hanya menggunakan 2 periode penelitian saja. Hal ini dikarenakan data
yang tersedia di website Bank Indonesia yang diperlukan dalam penelitian ini terbatas, hanya
data 2 tahun saja. Oleh karena itu diharapkan pada penelitian mendatang perlu untuk
memperluas periode penelitian untuk dapat menggambarkan hubungan mekanisme corporate
governance terhadap kinerja keuangan BPRS.
34
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, Rizky. 2012. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal.
Malang: Universitas Brawijaya.
http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/.../431/376 (Diunduh pada tanggal 27 Mei
2014).
Andriyan, Okky dan Supatmi. 2010. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Volume 7 Nomor 2.
Ardianingsih, Arum dan Komala Ardiani. 2010. “Analisis Penaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Kinerja Perusahaan”. Jurnal Pena, Volume 19 Nomor. 2.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Edisi Keempat). Jakarta:
Rineka Cipta. 2010.
Bank Indonesia. 1999. Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 32/36/KEP/DIR/1999
Tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.
_____________. 2001. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001 tentang Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan.
_____________. 2001. Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/15/PBI/2001 tentang Penetapan
Status Bank Perkreditan Rakyat dalam Pengawasan Khusus dan Pembekuan Kegiatan
Usaha.
_____________. 2006. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. 2006.
_____________. 2006. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
35
_____________. 2007. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29/DPbS tanggal 7 Desember
2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan
Prinsip Syariah.
_____________. 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 Tanggal 1 Juli 2009
tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Best, John. W. Metodologi Penelitian Pendidikan (Terjemahan oleh Sanapiah Faisal). Surabaya:
Usaha Nasional. 1982
Daniri, Mas Ahmad. Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya Dalam Konteks
Indonesia. 2005.
http://books.google.co.id/books/about/Good_corporate_governance.html?id=UQXtAAA
AMAAJ&redir_esc=y
Dhanis, R. P. S. U. 2012. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010”.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Diandono, Hudan. 2012. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap
Kinerja Keuangan pada Perusahaan yang Masuk Kelompok Jakarta Islamic Index (JII)
Periode 2006-2011”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam NegeriSunan Kalijaga.
http://digilib.uin-suka.ac.id/7455/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
(Diunduh pada tanggal 5 Juni 2014).
Direksi Bursa Efek Jakarta. 2001. Surat Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep-
399/BEJ/07-2001 Tanggal 20 Juli 2001 tentang Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A
Huruf C.
Hutapea, Amanda Julita. 2013. “Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Sektor Perbankan (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
tahun 2007-2011”. Skripsi. Semarang:Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/39909/1/HUTAPEA.pdf. (Diunduh pada tanggal 28 Oktober
2013).
36
Indratno, Iman dan Rahmat Irwinsyah. 2008. “Aplikasi Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)
dalam Perencanaan Wilayah dan Kota”. Jurnal PWK-48, Volume 9 Nomor 2.
Iyano. Chi-Square.
http://iyano.wordpress.com/2010/05/26/chi-square/ (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corpotate Governance
Indonesia. Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.
Melinda, Fong Ida dan Bertha Silvia Sutejo. 2008. “Interdependensi Kepemilikan Manajerial dan
Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan”. Manajemen & Bisnis, Volume
7, Nomor 2.
Muhaimin, Muhammad. BPR Syariah Fokus Melayani UKM, Usaha Mikro dan Kecil dengan
Prinsip Ekonomi Islam.
http://barrel22.blogspot.com/2013_02_01_archive.html (Diakses pada tanggal 11
Oktober 2013).
Ni’mah, Ulin. 2012. “Analisis Kinerja Keuangan pada Koperasi BMT Bina Usaha Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang”. Tugas Akhir. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
http://lib.unnes.ac.id/10662/4/12206.pdf (Diunduh pada tanggal 30 April 2014).
Noorizkie, Giska. 2013. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia)”. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/40121/1/NOORIZKIE.pdf (Diunduh pada tanggal 21 Oktober
2013).
Nuh, Iqbal Sarayulus. 2013. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dalam Perbankan
Syariah.
http://iqbalsarayulusnuh.wordpress.com/2012/02/13/b-penerapan-good-corporate-
governance-dalam-perbankan-syariah/ (Diakses pada tanggal 11 Oktober 2013).
37
Nuryaman. 2009. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Mekansime
Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, Volume 6, Nomor 1.
Purwaningtyas, Frysa Pradita. 2011. “Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance terhadap Nilai (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI Tahun 2007-2009)”. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/29375/1/Skripsi012.pdf (Diunduh pada tanggal 19 Mei 2014).
Rahmayanti, Elvi. 2012. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Earnings Management dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2011)”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Volume 3 Nomor 1.
Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998.
Lembaran Negara RI, No.10. Sekretariat Negara. Jakarta.
________________. 2008. Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah Nomor. 21 Tahun 2008
Pasal 1 Angka 9. Sekretariat Negara. Jakarta.
Rusmaryati, Dewi Ferina. 2012. “Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009-2011”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
http://eprints.uny.ac.id/8683/1/cover%20-08412141017.pdf (Diunduh pada tanggal 28
Oktober 2013).
Santoso, Ruddy Tri. 2012. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Bank Merger Di
Indonesia (Tahun 1998-2010)”. Research Project. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
http://ruddytrisantoso.blogspot.com/ (Diakses pada tanggal 28 Oktober 2013).
Sam’ani. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2007”.
Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/18615/1/Sam%E2%80%99ani.pdf (Diunduh pada tanggal 28
Oktober 2013).
38
Sariningtyas, Retno. 2011. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan yang Termasuk Dalam Corporate Governance Perception Index (CGPI)
Tahun 2005-2009”. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/akutansi/article/view/15463 (Diakses pada tanggal
11 Mei 2014).
Sekaredi, Sawitri. 2011. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di LQ45 Tahun 2005-2009)”. Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/28955/ (Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013).
Syakhroza, Ahmad. 2002. “Mekanisme Pengendalian Internal dalam Melakukan Assessment
Pelaksanaan Good Corporate Governance”. Manajemen Usahawan. Nomor 08 Tahun
XXXI.
Wachyuni, Anggi Siska dan Dr. H. Nuryaman, S.E., M.Si. 2010. “Pengaruh Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial Dan Proporsi Dewan Komisaris Independen
Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”. Skripsi. Bandung: Universitas Widyatama.
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/1155 (Diunduh pada tanggal
12 Oktober 2013)
Widiawati, Hestin Sri. 2011. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
(Studi Empiris pada Perbankan di Bursa Efek Indonesia)”. Thesis. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
http://library.uns.ac.id/dglib/pengguna.php?mn=showview&id=25040 (Diunduh pada
tanggal 1 Juni 2014).
Widyati, Maria Fransisca. 2013. “Pengaruh dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit
dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan”. Jurnal Ilmu Manajemen
Volume 1 Nomor. 1.
39
Wijayanti, Sri. 2012. “Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Pada Perudahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-
2011”. Skripsi Semarang: Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/36154/ (Diunduh pada tanggal 13 Oktober 2013).
Yuzrizal. 2011. Tugas, Kewajiban, Kewenangan Serta Tanggungjawab Direksi, Komisaris dan
Wali Amanat.
http://myrizal-76.blogspot.com/2011/08/tugas-kewajiban-kewenangan-serta.html
(Diakses pada tanggal 11 Oktober 2013)
40
LAMPIRAN
41
LAMPIRAN 1
Daftar BPRS yang Menjadi Sampel Penelitian
Provinsi Jawa Barat
No Nama BPRS Alamat
1 Artha Madani Jl. Industri No. 57 , Kp. Kongsi, Cikarang
2 Harta Insan Karimah Cibitung Jl. S. Hasanudin No. 60, Tambun
3 Amanah Ummah Jl. Raya Leuwiliang No. 1, Kec. Leuwiliang
4 Bina Rahmah Jl. Raya Babakan No.26, Dermaga, Bogor
5 Insan Cita Artha Jaya JL.Raya Parung Bogor No.107 Parung
6 Al Ihsan Jl. Jaksa Naranata No.3, Baleendah
7 Al Ma'soem Syari'ah Jl. Raya Rancaekek No.1, Bojong Loa, Rancaekek
8 Amanah Rabbaniah Jl. Raya Timur No.2, Pengkolan, Basyaran,
Bandung
9 PT BPRS Mitra Harmoni Kota Bandung Jl. Soekarno Hatta No.541 Bandung
10 Cipaganti Jl. Kolonel Masturi No. 33
11 Ishlalul Ummah Jl. Raya Cibabat No. 359, Cimahi
12 Al Barokah Jl. Proklamasi Blok A/9 Abadijaya, Sukmajaya
13 Al Hijrah Amanah Jl. Proklamasi No.25, Depok II Timur
14 Bina Amwalul Hasanah Jl. Cinere Raya Blok D No. 102 B, Cinere,
Kec.Limo
15 Artha Karimah Irsyadi Jl. Raya Jatiwaringin No. 7A, Pondok Gede
16 Harta Insan Karimah Bekasi Ruko Grand Mall Bekasi Blok A-11, Jl. J.
Sudirman
17 Kota Bekasi Ruko Mitra Pratama Blok G 2, Jl.Ir.H.Juanda,
Bekasi
Provinsi Banten
18 Muamalah Cilegon Jl. Temu putih No. 11A, Jombang Mesjid,
19 Mulia Berkah Abadi Jl. Raya Ceger No.97, Pondok karya, Pondok
Aren,
20 Cilegon Mandiri Cilegon Mandiri
21 Harta Insan Karimah Jl. Ciledug Raya No.88D, Cipadu, Kec. Ciledug
22 Musyarakah Ummat Indonesia Jl. Hasyim Azhari No.8, Pedurenan, Pondok
Pucung
Provinsi DKI Jaya
23 Hidayah Jl. Kresek raya No. 18, Duri, Kosambi,
Cengkareng
24 Cempaka Al Amin JL. Ulujami Raya No. 10 C
42
Provinsi D.I Yogyakarta
25 Bangun Drajat Warga Jl. Gedongkuning Selatan No. 131, Bantul
30 Dana Hidayatullah Jl.Ngasem No.52 Kecamatan Kraton, Kota
Yogyakarta
29 Barokah Dana Sejahtera Jl. Sisingamangaraja No. 71, Mergangsan
28 Mitra Amal Mulia Jl. Godean KM 4 No. 19, Dudun Kajur, Nogotirto
26 Madina Mandiri Sejahtera Ruko Perwita Regency, Jl. Parangtritis KM 4,5
27 Danagung Syariah Jl. Magelang KM8, Sendangaji, Mlati
31 Mitra Harmoni Yogyakarta Jl Prof Yohanes No.36 Gondokusuman,
Yogyakarta
Provinsi Jawa Tengah
32 Asad Alif Jl. Sudagaran NO. 20, Sukorejo
33 Ben Salamah Abadi Jl. Ahmad Yani No.35, Purwodadi, Grobogan
34 Artha Mas Abadi Jl. Raya Pati - Tayu KM 19, Ds. Haturoyo,
Margoyos
35 Arta Leksana Ruko No. 7, Pasar Wangon
36 Bina Amanah Satria Jl. Pramuka No.219, Purwokerto, Banyumas
37 Khasanah Ummat Jl. Sunan Bonang No.27, Tambak Sari, Kembaran
38 Bumi Artha Sampang Jl. Tugu No. 39, Sampang
39 Gunung Slamet Jl Gatot Subroto No.91
40 Suriyah Jl. DI Panjaitan No. 47A Donan Cilacap 53222
41 Meru Sankara JL. Pemuda No.95 B Muntilan Magelang
42 Ikhsanul Amal JL. Yos Sudarso Barat No.8A, Gombong-
Kebumen
43 Al Mabrur JL. Raya Klaten-Solo KM.4, Klaten 57436
44 Dharma Kuwera Jl Sersan Sadikin, Girimulyo, Gergunung, Klaten
45 Sukowati Sragen Jl. Raya Sukowati No. 348, Sragen Wetan, Sragen
46 Mitra Harmoni Kota Semarang Jl. Majapahit No.170 B Gayamsari
47 Central Syariah Utama Jl. Gatot Subroto No. 192, Kratonan, Kec.
Serengan
48 Dana Amanah Jl. KH. Agus Salim No.18 Laweyan
49 Dana Mulia Jl. KH. Agus Salim No.10 Kelurahan Sondakan
Provinsi Jawa Timur
50 Amanah Sejahtera Jl. Raya Cerme Kidul 148, Cerme, Gresik
51 Annisa Mukti Kecamatan Waru, Sidoaerjo
52 Unawi Barokah Ruko Wadung Asri Permai B-7.Jl Raya Wadung
Asri 46
53 Sarana Prima Mandiri Jl. Agus Salim No. 20
54 Bhakti Haji Jl. Suropati No. 137 A, Bululawang, Malang
55 Bumi Rinjani Kepanjen Jl.Ahmad Yani No.130 Kepanjen
56 Daya Artha Mentari Jl. Jaksa Suprapto Dermo, Bangil, Pasuruan
43
57 Untung Surapati Jl. Mangga 857 Kidul Dalem, Bangil, Pasuruan
58 Bumi Rinjani Probolinggo Jl. Jl.Raya Dringu No.110 Probolinggo
59 PT BPRS Rahma Syariah Jl Dr Wahidin No. 85 Kecamatan Gurah
60 Al Mabrur Babadan Jl. Soekarno hatta 317, Bnayudono, Ponorogo
61 Madinah Jl. Lamongrejo No.26 Lamongan
62 Situbondo Jl. PB. Sudrman No.39, Patokan, Situbondo
63 Bumi Rinjani Jl.Dadaprejo No.35 Junrejo, Batu
64 Bumi Rinjani Batu Jl. Dewi Sartika No10
65 Jabal Nur Jl. Wisma Pagesangan, Jambangan
66 Bumi Rinjani Malang Jl. Arif Margono No.32, Malang
67 Mitra Harmoni Kota Malang Jl. Ahmad Yani No.20 G, Blimbing, Kota Malang
68 Tanmiya Artha Jl. Sersan Suharmaji No. 38, Kediri
Provinsi NAD
69 Hareukat Jl. Masjid No. 18, Lambaro, Kec. Ingin Jaya
70 Tengku Chiek Dipante Jl. Sigli, Kembang Tanjung 2G, Kec. Simpang
Tiga
71 PT BPRS Rahmania Dana Sejahtera Jl T. Panglima Polem No.34 Kota Juang, Bieruen
72 Hikmah Wakilah Jl. T. Nyakarief 156E, Jeulengke, Kec.
Baiturrahma
Provinsi Sumatera Utara
73 Amanah Insan Cita Jl Willem Iskandar Komp MMTC blok AA-5
74 Puduarta Insani Jl. Pekan Raya NO.22, Tembung
75 Al-Yaqin Jl Sisimangaraja No 584, Perdagangan, Bandar
76 Amanah Bangsa Jl Medan KM 10.5 No 153, Pematang Siantar
77 Al Washliyah JL.Raya Bandung No.75 Sadewata Karang Tengah
Cianjur
78 Gebu Prima Jl. Utama No.2A. Kota Matsun III, Medan Kota
79 Oloan Ummah Sidempuan Komplek Ruko Anugerah Tetap Cemerlang Blok
B No 5,
Provinsi Sumatera Barat
80 Carana Kiat Andalas Jl. Raya Kapas Panji KM 3
81 Ampek Angkek Candung Tanjung Alam A.5 Balai, Ampek Angkek,
Bukittinggi
82 Haji Miskin Kanagarian pandai Sikek, Kec.X Koto, Tanah
Datar
83 Barakah Nawaitul Ikhlas Jl. KH Ahmad dahlan No. 7
Provinsi Riau
84 Berkah Dana Fadhilah Jl. Raya Pekanbau, Bangkinang KM 50, Airtiris
85 Hasanah Jl. Setiabudi No.23
44
Provinsi Kep. Bangka Belitung
86 Bangka Gd. Piranti Gembira, Jl. J. Sudirman, Sungai Liat
Provinsi Lampung
87 Tanggamus Jl. Ir. Juanda No. 66, Kota Agung, Tanggamus
88 Lampung Timur Jl Raya Way Jepara, Labuhan Ratu I, Way Jepara
89 Way Kanan Jl Negara Tiuh Balak, Baradatu, Way Kanan,
Lampung
90 Metro Madani Jl. AH Nasution NO.123A, Yosorejo, Metro
Timur
Provinsi Kalimantan Selatan
91 Barkah Gemadana Jl. Ahmad yani KM 6700 No. 59, Kertak Hanyar
Provinsi Sulawesi Selatan
93 Dana Moneter Jl. Gunung BawakaraengNo.91A, Gowa
92 Surya Sejati Jl. H. Syamsoedin Dg. Ngerang No.18, Palleko
94 Niaga Madani Jl. Lanto daeng Pasewang No. 25 B
Provinsi Nusa Tenggara Barat
95 Tulen Amanah Jl. Raya Paok, Motong, Kec. Masbagik
96 Dinar Ashri Jl.Sriwijaya No.1 Mataram
97 Patuh Beramal Kompl. Pertokoan Mandalika Blok U No.31,
Sandubaya
45
LAMPIRAN 2
Data Penelitian Tahun 2011
Provinsi Jawa Barat
No Nama BPRS Kab/Kota
Tahun 2011
Mekanisme CG Kinerja Keuangan
DKI
(%)
DD
(%)
KM
(%)
KI
(%)
NPF
(%)
KPMM
(%)
FDR
(%)
ROA
(%)
ROE
(%)
1 Artha Madani Kab. Bekasi 50 4 0 0 4.38 23.1 91.35 5.1 36.2
2 Harta Insan Karimah Cibitung Kab. Bekasi 0 5 0 6.3 10 117.86 115.84 -1.87 -8.7
3 Amanah Ummah Kab. Bogor 100 6 15.84 0 0.65 14.23 76.55 3.79 65.67
4 Bina Rahmah Kab. Bogor 50 6 0 0 6.51 0 0 0 0
5 Insan Cita Artha Jaya Kab. Bogor 0 6 0 0 27.87 32.18 91.5 -3.91 -105.12
6 Al Ihsan Kab. Bandung 0 3 0 37.4 14.33 17.78 78.57 13.3 88.91
7 Al Ma'soem Syari'ah Kab. Bandung 50 5 0 34.85 4.68 28.8 89.7 6.05 52.44
8 Amanah Rabaniah Kab. Bandung 50 7 0 9.88 5.79 16.18 83.5 2.37 15.52
9 PT BPRS Mitra Harmoni Kota
Bandung Kota Bandung 100 6 0 99.75 0 100 41.05 -16.34 -39.06
10 Cipaganti Kota Cimahi 33.33 6 0 0 0.49 11.46 58.54 1.05 7.01
11 Ishlalul Ummah Kota Cimahi 50 4 0 0 3.52 20 69.38 1.55 2.71
12 Al Barokah Kota Depok 0 6 0 0 3.98 0 0 0 0
13 Al Hijrah Amanah Kota Depok 0 4 0.89 0 47.22 31.36 131.51 0.55 0.69
14 Bina Amwalul Hasanah Kota Depok 50 5 0 0 16.21 17.93 82.38 0.64 4.79
15 Artha Karimah Irsyadi Kota Bekasi 50 6 3 0 1.39 18.44 85.94 4.94 74.09
46
16 Harta Insan Karimah Bekasi Kota Bekasi 33.33 7 0 0 2.2 0.16 0.9 0.02 0.18
17 Kota Bekasi Kota Bekasi 100 4 0 100 52.14 39.42 124.24 31.59 123.76
Provinsi Banten
18 Muamalah Cilegon Kab. Serang 50 6 0 0 10.48 13.49 143.3 0.85 9.6
19 Mulia Berkah Abadi Kab. Tangerang 0 3 0 0 34.52 29 80.81 -6.25 -19.98
20 Cilegon Mandiri Kota Cilegon 100 4 0 100 14.87 7.25 145.54 1.03 2.3
21 Harta Insan Karimah Kota Tangerang 66.67 7 0 2.66 3.24 113.34 114.13 4.6 39.7
22 Musyarakah Ummat Indonesia Kota Tangerang 0 4 6.61 0 53.2 86 72.52 1.71 3.35
Provinsi DKI Jaya
23 Hidayah Wil. Jakarta
Barat 0 5 0 0 9.33 14.41 77.25 1.33 16.43
24 Cempaka Al Amin Wil. Jakarta
Selatan 50 5 0 0 9.72 25.76 89.99 32.36 8.41
Provinsi D.I. Yogyakarta
25 Bangun Drajat Warga Kab. Bantul 100 7 0 68 11.52 18 96.69 4.68 64.52
26 Madina Mandiri Sejahtera Kab. Bantul 0 7 0 0 3.73 8 80.95 2.9 54.28
27 Danagung Syariah Kab. Sleman 100 5 30 0 3.63 13.61 67.97 1.12 10.03
28 Mitra Amal Mulia Kab. Sleman 100 6 0 0 3.41 21.1 101.76 1.76 11
29 Barokah Dana Sejahtera Kota Yogyakarta 0 6 0 0 6.62 11.81 105.67 2.68 27.7
30 Dana Hidayatullah Kota Yogyakarta 50 6 15 0 5.28 15.35 82.35 13.8 199.91
31 Mitra Harmoni Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta 100 6 0 99.75 0 8 77.67 -11.44 -35.47
Provinsi Jawa Tengah
32 Asad Alif Kab. Kendal 33.33 7 0 0 7.51 210 90 120 85
33 Ben Salamah Abadi Kab. Grobogan 0 5 0 0 31.29 0 0 0 0
34 Artha Mas Abadi Kab. Pati 50 7 5 0 8.55 18.63 106 5.29 61.03
35 Artha Leksana Kab. Banyumas 0 6 0 0 4.71 22 75.41 2.2 21.04
36 Bina Amanah Satria Kab. Banyumas 0 7 0 0 7.93 18.89 75.33 3.39 32.12
47
37 Khasanah Ummat Kab. Banyumas 0 8 0 0 6.66 18.78 70.5 11.35 117.07
38 Bumi Artha Sampang Kab. Cilacap 100 6 0 0 0 0 0 0 0
39 Gunung Slamet Kab. Cilacap 50 6 0 0 0 1 0 1 4
40 Suriyah Kab. Cilacap 100 6 0 0 2.57 14.37 110.2 5.79 45.32
41 Meru Sankara Kab. Magelang 0 5 10 0 0.61 12.46 75.13 -46.1 -213.69
42 Ikhsanul Amal Kab. Kebumen 0 5 0 0 8.63 15.4 86.5 2.94 51.03
43 Al Mabrur Kab. Klaten 66.67 7 0 0 5.14 13 73.8 0.7 7.6
44 Dharma Kuwera Kab. Klaten 0 6 0 0 0 0 0 0 0
45 Sukowati Sragen Kab. Sragen 100 6 2.78 83.34 4.13 19.04 91.76 3.59 30.05
46 Mitra Harmoni Kota Semarang Kota Semarang 100 6 0 99.75 0 20.72 62.66 -18.57 -133.01
47 Central Syariah Utama Kota Surakarta 33.33 5 0 0 7.97 19.79 136.78 -1.14 5.09
48 Dana Amanah Kota Surakarta 0 5 0 0 8.28 30 95.15 -4.4 -9.37
49 Dana Mulia Kota Surakarta 0 5 0 0 15.62 14.88 86.67 -1.37 -7.68
Provinsi Jawa Timur
50 Amanah Sejahtera Kab. Gresik 50 6 10.02 0 3.14 0 0 0 0
51 Annisa Mukti Kab. Sidoarjo 100 6 0 0 0.29 13.13 80.39 3.84 12.09
52 Unawi Barokah Kab. Sidoarjo 0 6 0 0 0.61 55.25 152.3 -11.55 -29.53
53 Sarana Prima Mandiri Kab. Pamekasan 0 6 0 0 4.62 12.62 77.26 0.19 2.14
54 Bhakti Haji Kab. Malang 0 6 0 0 8.2 32 71 2.2 10.2
55 Bumi Rinjani Kepanjen Kab. Malang 0 5 0 0 4.41 13.71 96.74 8.33 108.83
56 Daya Artha Mentari Kab. Pasuruan 50 6 0 16.08 7.06 13.57 90.53 3.26 34.35
57 Untung Surapati Kab. Pasuruan 50 4 0 98.5 11.67 16 77.26 0 0
58 Bumi Rinjani Probolinggo Kab. Probolinggo 0 4 0 0 10.46 15.57 53.11 0.99 10.84
59 PT BPRS Rahma Syariah Kab. Kediri 50 5 0 0 22.52 42.03 81.98 -0.71 -2.15
60 Al Mabrur Babadan Kab. Ponorogo 50 6 10.69 0 3.06 35.33 75.86 5.23 2052
61 Madinah Kab. Lamongan 100 6 0 0 3.81 20.45 93.8 -4.07 -18.57
62 Situbondo Kab. Situbondo 100 6 0 97.48 5.63 422.15 66.34 4.56 5.83
63 Bumi Rinjani Kota Batu 0 4 0 0 5.73 19.49 115.52 4.6 34.05
64 Bumi Rinjani Batu Kota Batu 100 5 0 0 2.71 14.49 19.75 3.07 21.29
48
65 Jabal Nur Kota Surabaya 50 5 0 0 4.02 0.34 77.3 3.5 74.03
66 Bumi Rinjani Malang Kota Malang 100 4 0 0 8.4 21.62 137.32 -3.22 -22.4
67 Mitra Harmoni Kota Malang Kota Malang 100 6 0 99.75 0 41 83.79 -20.49 -71.27
68 Tanmiya Artha Kota Kediri 50 6 0 0 8.25 41 65.24 -0.64 -1.96
Provinsi NAD
69 Hareukat Kab. Aceh Besar 100 7 0 0 9.3 17 73.66 1.56 13.62
70 Tengku Chiek Dipante Kab. Pidie 0 7 0 0 12.3 15.94 98 -49.97 -348.09
71 PT BPRS Rahmania Dana Sejahtera Kab. Aceh
Jeumpa 50 5 0 41.5 13.66 31 75.49 17.52 33.6
72 Hikmah Wakilah Kota Banda Aceh 0 6 0 0 9.44 9.44 64.94 2.04 20.95
Provinsi Sumatera Utara
73 Amanah Insan Cita Kab. Deli
Serdang 0 6 0 0 2.06 33.28 86 5.12 11.7
74 Puduarta Insani Kab. Deli
Serdang 66.67 7 0 55.5 1.4 0 0 0 0
75 Al Yaqin Kab. Simalungun 100 5 0 0 3 34.75 107.08 5.99 40.55
76 Amanah Bangsa Kab. Simalungun 50 7 0 0 0.23 15.29 109 1.37 47.4
77 Al Wasliyah Kota Medan 100 6 0 0 7.24 74.33 82.05 5.5 16.74
78 Gebu Prima Kota Medan 0 7 0 0 20.24 27 70.54 -2.2 -0.11
79 Oloan Ummah Sidempuan Kota Medan 100 6 0 0 0 0 0 0 0
Provinsi Sumatera Barat
80 Ampek Angkek Candung Kab. Agam 100 6 0 24.5 1.8 10.65 90.05 3.43 29.46
81 Carana Kiat Andalas Kab. Agam 100 6 0 0 3.22 0.2 66.72 -0.92 -8.72
82 Haji Miskin Kab. Tanah Datar 66.67 8 0 48.46 1.56 0 0 0 0
83 Barakah Nawaitul Ikhlas Kota Solok 100 6 0 0 3.55 20.16 0 0.98 4.17
Provinsi Riau
84 Berkah Dana Fadhilah Kab. Kampar 100 6 0 35.32 9.63 20 80 2.5 14.55
49
85 Hasanah Kota Pekanbaru 100 4 0 46 5.34 0 0 0 0
Provinsi Bangka Belitung
86 Bangka Kab. Bangka 100 7 0 100 10.45 17.68 89.12 3.6 24.86
Provinsi Lampung
87 Tanggamus Kab. Tanggamus 100 6 0 99.81 2.26 106 77.93 2.76 4.75
88 Lampung Timur Kab. Lampung
Timur 100 4 0 97.56 5.06 54.53 4.36 3.1 11.1
89 Way Kanan Kab. Way Kanan 100 6 0 95 2.74 0 0 0 0
90 Metro Madani Kota Metro 0 6 0 0 2.4 16.62 63.79 5.67 73.83
Provinsi Kalimantan Selatan
91 Berkah Gemadana Kab. Banjar 0 6 0 0 9.62 30.31 59.52 3.09 16.19
Provinsi Sulawesi Selatan
92 Surya Sejati Kab. Takalar 0 5 12.08 24 24.91 17.25 175.57 3.61 30.07
93 Dana Moneter Kota Makassar 50 6 0 0 5.05 42.56 63.79 9.01 42.89
94 Niaga Madani Kota Makassar 0 5 0 0 5.82 7.75 20.89 3.31 47.78
Provinsi NTB
95 Tulen Amanah Kab. Lombok
Timur 33.33 8 0 0 8.99 0 0 0 0
96 Dinar Ashri Kota Mataram 50 5 0 0 1.36 30 1.36 6.1 28.26
97 Patuh Beramal Kota Mataram 50 6 0 63.33 3.7 27.53 74 6.01 25.35
50
LAMPIRAN 3
Data Penelitian Tahun 2012
Provinsi Jawa Barat
No Nama BPRS Kab/Kota
Tahun 2012
Mekanisme CG Kinerja Keuangan
DKI
(%)
DD
(%)
KM
(%)
KI
(%)
NPF
(%)
KPMM
(%)
FDR
(%)
ROA
(%)
ROE
(%)
1 Artha Madani Kab. Bekasi 50 5 0 0 1.72 18 108.73 558 3867
2 Harta Insan Karimah
Cibitung Kab. Bekasi 50 6 0 6 2.6 32.87 106 7.21 24.84
3 Amanah Ummah Kab. Bogor 100 6 13.87 0 1.09 14.17 72.63 2.69 30.19
4 Bina Rahmah Kab. Bogor 50 6 0 0 4.8 24.79 112.13 2.53 13.75
5 Insan Cita Artha Jaya Kab. Bogor 100 3 0 0 21.77 44.93 60.15 -5.3 -130.46
6 Al Ihsan Kab. Bandung 0 3 0 37.4 10.13 14 68 2.31 14.2
7 Al Ma'soem Syari'ah Kab. Bandung 33.33 6 0 34.85 9.53 22.36 78.11 2.76 25.53
8 Amanah Rabaniah Kab. Bandung 50 7 0 9.88 9.94 13.17 82.58 3.24 10.57
9 PT BPRS Mitra Harmoni Kota
Bandung Kota Bandung 100 6 0 99.75 1.74 24 60.05 -15.01 -96.18
10 Cipaganti Kota Cimahi 33.33 6 0 0 4.55 11 72.65 0.02 0.24
11 Ishlalul Ummah Kota Cimahi 0 3 0 0 3.49 115 84.51 -5.42 -8.78
12 Al Barokah Kota Depok 0 6 0 0 6.12 0 0 0 0
13 Al Hijrah Amanah Kota Depok 0 4 0.85 0 31.38 34 122.23 0.51 1
14 Bina Amwalul Hasanah Kota Depok 0 3 0 0 11.47 17.65 101.32 0.76 5.54
15 Artha Karimah Irsyadi Kota Bekasi 50 5 3 0 2.43 19.18 85.53 4.51 82.2
51
16 Harta Insan Karimah Bekasi Kota Bekasi 33.33 7 0 8.53 3.01 27 86 2.6 23.78
17 Kota Bekasi Kota Bekasi 100 5 0 100 53.88 52.31 0 -19.79 -74.21
Provinsi Banten
18 Muamalah Cilegon Kab. Serang 100 5 0 0 28.99 5 119 0.51 6.48
19 Mulia Berkah Abadi Kab. Tangerang 0 4 0 0 12.57 39 82 16.39 57.54
20 Cilegon Mandiri Kota Cilegon 100 4 0 100 10.81 112 456.39 6.74 14.56
21 Harta Insan Karimah Kota Tangerang 66.67 8 0 2.67 3.58 14.1 111.2 4.4 37.5
22 Musyarakah Ummat Indonesia Kota Tangerang 0 3 5 0 37.62 70.14 85 2.51 7.95
Provinsi DKI Jaya
23 Hidayah Wil. Jakarta Barat 0 5 0 0 30.54 9.3 71.42 -4.52 -63.54
24 Cempaka Al Amin Wil. Jakarta
Selatan 50 5 0 0 7.26 20.83 114 5.43 21.95
PProvinsi D.I. Yogyakarta
25 Bangun Drajat Warga Kab. Bantul 100 8 0 69 8.8 20.47 87.53 4.21 69.52
26 Madina Mandiri Sejahtera Kab. Bantul 0 7 0 0 3.88 14 89.36 2.44 37.01
27 Danagung Syariah Kab. Sleman 100 6 30 0 4.58 13 65.58 1.71 19.7
28 Mitra Amal Mulia Kab. Sleman 100 6 0 0 2.36 22.68 87.32 1.86 10.06
29 Barokah Dana Sejahtera Kota Yogyakarta 0 6 0 0 6.3 10.72 96.24 1.67 21.4
30 Dana Hidayatullah Kota Yogyakarta 50 6 28.25 0 7.9 13.85 87.57 7.7 117.43
31 Mitra Harmoni Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta 100 6 0 99.8 0.85 11.06 91.11 -1.53 -5.57
Provinsi Jawa Tengah
32 Asad Alif Kab. Kendal 33.33 5 0 0 10.26 14 98 2.3 18.5
33 Ben Salamah Abadi Kab. Grobogan 0 3 0 0 57.31 0 0 0 0
34 Artha Mas Abadi Kab. Pati 50 7 5 0 8.01 17.08 159.28 5.28 56.14
35 Artha Leksana Kab. Banyumas 50 6 6.78 0 3.95 19.6 63.66 2.39 20.39
36 Bina Amanah Satria Kab. Banyumas 0 7 0 0 4.15 14.17 80.1 3.12 33.86
52
37 Khasanah Ummat Kab. Banyumas 0 8 0 0 4.08 18.9 53.85 14.58 230.92
38 Bumi Artha Sampang Kab. Cilacap 100 6 0 0 7.8 23.24 90.59 2.49 18.87
39 Gunung Slamet Kab. Cilacap 50 6 0 0 0.14 16.43 0 2.29 21.99
40 Suriyah Kab. Cilacap 100 6 2 0 2.86 13.28 112.8 2.81 53.1
41 Meru Sankara Kab. Magelang 50 6 10 0 4.14 16 79.26 -12.49 -97.07
42 Ikhsanul Amal Kab. Kebumen 0 5 0 0 13.25 19.16 68.06 1.93 31.02
43 Al Mabrur Kab. Klaten 66.67 7 0 0 6.09 12 76.52 3.48 34.93
44 Dharma Kuwera Kab. Klaten 0 6 0 0 1.7 0 0 0 0
45 Sukowati Sragen Kab. Sragen 100 6 7.41 75.31 4.32 14.53 96.33 4.78 47.02
46 Mitra Harmoni Kota Semarang Kota Semarang 100 6 0 99.75 1.53 11.83 78.45 -3.55 -40.56
47 Central Syariah Utama Kota Surakarta 33.33 5 0 0 16.11 23.14 76.7 -36.51 -202.26
48 Dana Amanah Kota Surakarta 0 5 0 0 7.79 19 117.43 -0.73 -2.36
49 Dana Mulia Kota Surakarta 0 5 0 0 6.34 13.03 91.68 1.45 11.02
Provinsi Jawa Timur
50 Amanah Sejahtera Kab. Gresik 50 6 10.02 0 13.33 12.19 123.1 2.88 63.83
51 Annisa Mukti Kab. Sidoarjo 100 6 0 0 0.07 0 0 0 0
52 Unawi Barokah Kab. Sidoarjo 0 6 0 0 0.87 45.93 126.71 -1.38 -4.44
53 Sarana Prima Mandiri Kab. Pamekasan 0 7 0 0 4.93 12.55 70.77 0 0
54 Bhakti Haji Kab. Malang 0 6 0 0 5.22 28 62.9 2.8 15.9
55 Bumi Rinjani Kepanjen Kab. Malang 50 5 0 0 2.93 14.89 84.25 7.2 101.16
56 Daya Artha Mentari Kab. Pasuruan 50 6 0 16.08 8.91 13.82 84.02 3.92 31.71
57 Untung Surapati Kab. Pasuruan 50 4 0 98.5 12.59 16.22 77.37 -13.9 -50.39
58 Bumi Rinjani Probolinggo Kab. Probolinggo 0 4 0 0 12.11 14.71 2.63 0.41 4.8
59 PT BPRS Rahma Syariah Kab. Kediri 50 6 0 0 9.96 39.62 78.45 -6.68 -19.21
60 Al Mabrur Babadan Kab. Ponorogo 0 5 9.12 0 2.7 47.43 81.68 4.89 13.51
61 Madinah Kab. Lamongan 100 6 0 0 3.9 23.09 108.92 6.6 22.76
62 Situbondo Kab. Situbondo 100 6 0 97.48 5.62 514.13 72.42 5.99 7.49
63 Bumi Rinjani Kota Batu 0 4 0 0 8.43 18.95 71.26 4.09 31.83
53
64 Bumi Rinjani Batu Kota Batu 100 5 0 0 3.11 10.61 187.69 34.88 453.17
65 Jabal Nur Kota Surabaya 100 6 4.23 8.46 2.2 19.68 198.9 4.64 34.45
66 Bumi Rinjani Malang Kota Malang 100 4 0 0 6.59 23.31 149.9 1.39 6.23
67 Mitra Harmoni Kota Malang Kota Malang 100 6 0 99.75 0.07 19 96.93 -9.01 -76.4
68 Tanmiya Artha Kota Kediri 50 6 0 0 4.74 41 94 4.96 17.92
Provinsi NAD
69 Hareukat Kab. Aceh Besar 100 6 0 0 9.95 20 63.62 1.44 12.24
70 Tengku Chiek Dipante Kab. Pidie 0 6 0 0 16.79 13 106.14 -111 0
71 PT BPRS Rahmania Dana Sejahtera Kab. Aceh
Jeumpa 0 4 0 50.14 4.89 29 68.14 -2.15 -5.55
72 Hikmah Wakilah Kota Banda Aceh 0 6 0 0 7.34 24 80.78 2.6 21.76
Provinsi Sumatera Utara
73 Amanah Insan Cita Kab. Deli
Serdang 0 6 0 0 0.81 39.04 79.75 0.93 2.1
74 Puduarta Insani Kab. Deli
Serdang 66.67 7 0 55.5 0.55 18.19 84 1.92 28.96
75 Al Yaqin Kab. Simalungun 100 4 0 0 1.18 27.12 166.4 4.33 40.25
76 Amanah Bangsa Kab. Simalungun 50 6 0 0 5.87 88.9 116 1.58 53.83
77 Al Wasliyah Kota Medan 100 5 0 0 8.14 59 56.5 -4.76 -32.04
78 Gebu Prima Kota Medan 0 6 0 0 12.94 22.45 61.78 -2.27 -13.2
79 Oloan Ummah Sidempuan Kota Medan 100 4 0 0 9.25 52.17 101.23 -13.17 -20.21
Provinsi Sumatera Barat
80 Ampek Angkek Candung Kab. Agam 100 6 0 17.82 2.37 11.18 90.45 2.5 26.03
81 Carana Kiat Andalas Kab. Agam 50 6 5.86 0 10.6 12.16 79.66 0.18 2.17
82 Haji Miskin Kab. Tanah Datar 66.67 8 0 48.46 2.76 17.35 83.41 0.22 2.29
83 Barakah Nawaitul Ikhlas Kota Solok 100 6 0 0 3.21 16.34 84.26 0.7 3.63
Provinsi Riau
54
84 Berkah Dana Fadhilah Kab. Kampar 100 6 0 71.97 31.35 20 61.15 -5.2 -24.04
85 Hasanah Kota Pekanbaru 100 7 0 46 13.16 26 67.49 -1.88 -7.87
Provinsi Bangka Belitung
86 Bangka Kab. Bangka 100 6 0 100 12.15 19.13 73.9 4.35 37.35
Provinsi Lampung
87 Tanggamus Kab. Tanggamus 100 6 0 99.82 1.81 80 82.55 2.15 4.24
88 Lampung Timur Kab. Lampung
Timur 100 4 0 97.56 4.34 79 83.15 3.69 8.29
89 Way Kanan Kab. Way Kanan 100 5 0 98.43 1 38.78 125.31 11.85 55.49
90 Metro Madani Kota Metro 50 6 0 0 1.47 14.33 65.55 4.82 65.59
Provinsi Kalimantan Selatan
91 Berkah Gemadana Kab. Banjar 0 6 0 0 5.37 22.95 60.65 5.07 32.14
Provinsi Sulawesi Selatan
92 Surya Sejati Kab. Takalar 0 5 3.35 55.69 21.35 54.88 77.36 3.78 11.04
93 Dana Moneter Kota Makassar 50 6 0 0 7.49 37.5 131.62 0.21 1.68
94 Niaga Madani Kota Makassar 33.33 7 0 0 15.09 0 0 0 0
Provinsi NTB
95 Tulen Amanah Kab. Lombok
Timur 0 8 0 0 6.2 35 119.91 8.92 31.28
96 Dinar Ashri Kota Mataram 50 5 0 0 2.79 29 63.3 6 22.65
97 Patuh Beramal Kota Mataram 50 6 0 65 2.9 30.96 74.31 7.28 35.78
55
Lampiran 4
Tabel Kontingensi Dewan Komisaris Independen dan Kinerja Keuangan
No. Kinerja Keuangan Dewan Komisaris Independen Total
0% 33% 50% 67% 100%
F0 Fe F0 FE F0 FE F0 FE F0 FE
1 NPF Peringkat 1 NPF ≤ 7% 30 37.608 4 6.464 28 27.619 8 4.701 44 37.608 114
Peringkat 2 7% < NPF ≤ 10% 11 11.546 4 1.985 11 8.479 0 1.443 9 11.546 35
Peringkat 3 10% < NPF ≤ 13% 7 5.278 1 0.907 4 3.876 0 0.660 4 5.278 16
Peringkat 4 13% < NPF ≤ 16% 3 2.639 1 0.454 2 1.938 0 0.330 2 2.639 8
Peringkat 5 NPF > 16% 13 6.928 1 1.191 2 5.088 0 0.866 5 6.928 21
Total 64 64 11 11 47 47 8 8 64 64 194
2 KPMM
(CAR)
Peringkat 1 CAR ≥ 11% 53 53.773 8 9.242 43 39.490 6 6.722 53 53.773 163
Peringkat 2 9,5% ≤ CAR < 11% 1 0.990 0 0.170 0 0.727 0 0.124 2 0.990 3
Peringkat 3 8% ≤ CAR < 9,5% 3 1.320 0 0.227 0 0.969 0 0.165 1 1.320 4
Peringkat 4 6,5% ≤ CAR < 8% 1 0.660 0 0.113 0 0.485 0 0.082 1 0.660 2
Peringkat 5 CAR < 6,5% 6 7.258 3 1.247 4 5.330 2 0.907 7 7.258 22
Total 64 64 11 11 47 47 8 8 64 64 194
3 FDR Peringkat 1 FDR ≥ 93% 16 17.155 2 2.948 12 12.598 2 2.144 20 17.155 52
Peringkat 2 90% ≤ FDR < 93% 2 3.299 1 0.567 2 2.423 0 0.412 5 3.299 10
Peringkat 3 87% ≤ FDR < 90% 1 2.309 0 0.397 3 1.696 0 0.289 3 2.309 7
Peringkat 4 84% ≤ FDR < 87% 5 3.959 1 0.680 4 2.907 1 0.495 1 3.959 12
Peringkat 5 FDR < 87% 40 37.278 7 6.407 26 27.376 5 4.660 35 37.278 113
Total 64 64 11 11 47 47 8 8 64 64 194
4 ROA Peringkat 1 ROA > 1,450% 32 35.629 4 6.124 33 26.165 4 4.454 35 35.629 108
Peringkat 2 1,215% < ROA ≤ 1,450% 2 1.649 0 0.284 1 1.211 0 0.206 2 1.649 5
Peringkat 3 0,999% < ROA ≤ 1,215% 0 1.320 1 0.227 1 0.969 0 0.165 2 1.320 4
56
Peringkat 4 0,765% < ROA ≤ 0,999% 2 1.320 0 0.227 1 0.969 0 0.165 1 1.320 4
Peringkat 5 ROA ≤ 0,765% 28 24.082 6 4.139 11 17.686 4 3.010 24 24.082 73
Total 64 64 11 11 47 47 8 8 64 64 194
5 ROE Peringkat 1 ROE > 23% 19 22.433 3 3.856 24 16.474 4 2.804 18 22.433 68
Peringkat 2 18% < ROE ≤ 23% 4 4.289 1 0.737 4 3.149 0 0.536 4 4.289 13
Peringkat 3 13% < ROE ≤ 18% 5 3.959 0 0.680 3 2.907 0 0.495 4 3.959 12
Peringkat 4 8% < ROE ≤ 13% 5 4.948 0 0.851 3 3.634 0 0.619 7 4.948 15
Peringkat 5 ROE ≤ 8% 31 28.371 7 4.876 13 20.835 4 3.546 31 28.371 86
Total 64 64 11 11 47 47 8 8 64 64 194
57
Lampiran 5
Tabel Kontingensi Dewan Direksi dan Kinerja Keuangan
No. Kinerja Keuangan Dewan Direksi Total
3 4 5 6 7 8
F0 FE F0 FE F0 FE F0 FE F0 FE F0 FE
1 NPF Peringkat 1 NPF ≤ 7% 1 4.701 9 13.515 17 22.918 68 53.474 13 14.691 6 4.701 114
Peringkat 2 7% < NPF ≤ 10% 0 1.443 3 4.149 9 7.036 15 16.418 6 4.510 2 1.443 35
Peringkat 3 10% < NPF ≤ 13% 2 0.660 6 1.897 1 3.216 4 7.505 3 2.062 0 0.660 16
Peringkat 4 13% < NPF ≤ 16% 1 0.330 1 0.948 3 1.608 1 3.753 2 1.031 0 0.330 8
Peringkat 5 NPF > 16% 4 0.866 4 2.490 9 4.222 3 9.851 1 2.706 0 0.866 21
Total 8 8 23 23 39 39 91 91 25 25 8 8 194
2 KPMM
(CAR)
Peringkat 1 CAR ≥ 11% 7 6.722 21 19.325 33 32.768 75 76.459 21 21.005 6 6.722 163
Peringkat 2 9,5% ≤ CAR < 11% 0 0.124 0 0.356 1 0.603 2 1.407 0 0.387 0 0.124 3
Peringkat 3 8% ≤ CAR < 9,5% 0 0.165 0 0.474 1 0.804 2 1.876 1 0.515 0 0.165 4
Peringkat 4 6,5% ≤ CAR < 8% 0 0.082 1 0.237 1 0.402 0 0.938 0 0.258 0 0.082 2
Peringkat 5 CAR < 6,5% 1 0.907 1 2.608 3 4.423 12 10.320 3 2.835 2 0.907 22
Total 8 8 23 23 39 39 91 91 25 25 8 8 194
3 FDR Peringkat 1 FDR ≥ 93% 1 2.144 10 6.165 13 10.454 20 24.392 6 6.701 2 2.144 52
Peringkat 2 90% ≤ FDR < 93% 0 0.412 1 1.186 1 2.010 7 4.691 1 1.289 0 0.412 10
Peringkat 3 87% ≤ FDR < 90% 0 0.289 0 0.830 2 1.407 2 3.284 2 0.902 1 0.289 7
Peringkat 4 84% ≤ FDR < 87% 2 0.495 0 1.423 4 2.412 4 5.629 2 1.546 0 0.495 12
Peringkat 5 FDR < 87% 5 4.660 12 13.397 19 22.716 58 53.005 14 14.562 5 4.660 113
Total 8 8 23 23 39 39 91 91 25 25 8 8 194
4 ROA Peringkat 1 ROA > 1,450% 3 4.454 11 12.804 22 21.711 51 50.660 16 13.918 5 4.454 108
Peringkat 2 1,215% < ROA ≤ 1,450% 0 0.206 1 0.593 2 1.005 1 2.345 1 0.644 0 0.206 5
Peringkat 3 0,999% < ROA ≤ 1,215% 0 0.165 1 0.474 1 0.804 2 1.876 0 0.515 0 0.165 4
58
Peringkat 4 0,765% < ROA ≤ 0,999% 0 0.165 1 0.474 0 0.804 3 1.876 0 0.515 0 0.165 4
Peringkat 5 ROA ≤ 0,765% 5 3.010 9 8.655 14 14.675 34 34.242 8 9.407 3 3.010 73
Total 8 8 23 23 39 39 91 91 25 25 8 8 194
5 ROE Peringkat 1 ROE > 23% 1 2.804 6 8.062 15 13.670 27 31.897 14 8.763 5 2.804 68
Peringkat 2 18% < ROE ≤ 23% 0 0.536 0 1.541 4 2.613 9 6.098 0 1.675 0 0.536 13
Peringkat 3 13% < ROE ≤ 18% 1 0.495 1 1.423 2 2.412 6 5.629 2 1.546 0 0.495 12
Peringkat 4 8% < ROE ≤ 13% 0 0.619 3 1.778 4 3.015 7 7.036 1 1.933 0 0.619 15
Peringkat 5 ROE ≤ 8% 6 3.546 13 10.196 14 17.289 42 40.340 8 11.082 3 3.546 86
Total 8 8 23 23 39 39 91 91 25 25 8 8 194
59
Lampiran 6
Tabel Kontingensi Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Keuangan
No. Kinerja Keuangan Kepemilikan Manajerial Total
KM ≤ 10% 10% < KM
≤ 20%
KM > 20%
F0 FE F0 FE F0 FE
1 NPF Peringkat 1 NPF ≤ 7% 107 108.124 5 4.113 2 1.763 114
Peringkat 2 7% < NPF ≤ 10% 34 33.196 0 1.263 1 0.541 35
Peringkat 3 10% < NPF ≤ 13% 16 15.175 0 0.577 0 0.247 16
Peringkat 4 13% < NPF ≤ 16% 7 7.588 1 0.289 0 0.124 8
Peringkat 5 NPF > 16% 20 19.918 1 0.758 0 0.325 21
Total 184 184 7 7 3 3 194
2 KPMM
(CAR)
Peringkat 1 CAR ≥ 11% 154 154.598 6 5.881 3 2.521 163
Peringkat 2 9,5% ≤ CAR < 11% 3 2.845 0 0.108 0 0.046 3
Peringkat 3 8% ≤ CAR < 9,5% 4 3.794 0 0.144 0 0.062 4
Peringkat 4 6,5% ≤ CAR < 8% 2 1.897 0 0.072 0 0.031 2
Peringkat 5 CAR < 6,5% 21 20.866 1 0.794 0 0.340 22
Total 184 184 7 7 3 3 194
3 FDR Peringkat 1 FDR ≥ 93% 50 49.320 2 1.876 0 0.804 52
Peringkat 2 90% ≤ FDR < 93% 10 9.485 0 0.361 0 0.155 10
Peringkat 3 87% ≤ FDR < 90% 6 6.639 0 0.253 1 0.108 7
Peringkat 4 84% ≤ FDR < 87% 12 11.381 0 0.433 0 0.186 12
Peringkat 5 FDR < 87% 106 107.175 5 4.077 2 1.747 113
Total 184 184 7 7 3 3 194
4 ROA Peringkat 1 ROA > 1,450% 100 102.433 6 3.897 2 1.670 108
Peringkat 2 1,215% < ROA ≤ 1,450% 5 4.742 0 0.180 0 0.077 5
60
Peringkat 3 0,999% < ROA ≤ 1,215% 3 3.794 0 0.144 1 0.062 4
Peringkat 4 0,765% < ROA ≤ 0,999% 4 3.794 0 0.144 0 0.062 4
Peringkat 5 ROA ≤ 0,765% 72 69.237 1 2.634 0 1.129 73
Total 184 184 7 7 3 3 194
5 ROE Peringkat 1 ROE > 23% 61 64.495 6 2.454 1 1.052 68
Peringkat 2 18% < ROE ≤ 23% 12 12.330 0 0.469 1 0.201 13
Peringkat 3 13% < ROE ≤ 18% 12 11.381 0 0.433 0 0.186 12
Peringkat 4 8% < ROE ≤ 13% 14 14.227 0 0.541 1 0.232 15
Peringkat 5 ROE ≤ 8% 85 81.567 1 3.103 0 1.330 86
Total 184 184 7 7 3 3 194
61
Lampiran 7
Tabel Kontingensi Kepemilikan Institusional dan Kinerja Keuangan
No. Kinerja Keuangan Kepemilikan Manajerial Total
KI ≤ 20% 20% < KI
≤ 40%
40% < KI
≤ 60%
60% < KI
≤80%
KI > 80%
F0 FE F0 FE F0 FE F0 FE F0 FE
1 NPF Peringkat 1 NPF≤ 7% 86 86.381 2 4.113 6 5.289 3 3.526 17 14.691 114
Peringkat 2 7% < NPF ≤ 10% 32 26.521 2 1.263 0 1.624 1 1.082 0 4.510 35
Peringkat 3 10% < NPF ≤ 13% 9 12.124 1 0.577 0 0.742 1 0.495 5 2.062 16
Peringkat 4 13% < NPF ≤ 16% 4 6.062 1 0.289 2 0.371 0 0.247 1 1.031 8
Peringkat 5 NPF > 16% 16 15.912 1 0.758 1 0.974 1 0.649 2 2.706 21
Total 147 147 7 7 9 9 6 6 25 25 194
2 KPMM
(CAR)
Peringkat 1 CAR ≥ 11% 123 123.510 6 5.881 6 7.562 6 5.041 22 21.005 163
Peringkat 2 9,5% ≤ CAR < 11% 2 2.273 1 0.108 0 0.139 0 0.093 0 0.387 3
Peringkat 3 8% ≤ CAR < 9,5% 3 3.031 0 0.144 0 0.186 0 0.124 1 0.515 4
Peringkat 4 6,5% ≤ CAR < 8% 1 1.515 0 0.072 0 0.093 0 0.062 1 0.258 2
Peringkat 5 CAR < 6,5% 18 16.670 0 0.794 3 1.021 0 0.680 1 2.835 22
Total 147 147 7 7 9 9 6 6 25 25 194
3 FDR Peringkat 1 FDR ≥ 93% 44 39.402 1 1.876 0 2.412 2 1.608 5 6.701 52
Peringkat 2 90% ≤ FDR < 93% 7 7.577 1 0.361 0 0.464 0 0.309 2 1.289 10
Peringkat 3 87% ≤ FDR < 90% 4 5.304 1 0.253 0 0.325 1 0.216 1 0.902 7
Peringkat 4 84% ≤ FDR < 87% 11 9.093 0 0.433 1 0.557 0 0.371 0 1.546 12
Peringkat 5 FDR < 87% 81 85.624 4 4.077 8 5.242 3 3.495 17 14.562 113
Total 147 147 7 7 9 9 6 6 25 25 194
4 ROA Peringkat 1 ROA > 1,450% 81 81.835 7 3.897 3 5.010 5 3.340 12 13.918 108
Peringkat 2 1,215% < ROA ≤ 1,450% 5 3.789 0 0.180 0 0.232 0 0.155 0 0.644 5
62
Peringkat 3 0,999% < ROA ≤ 1,215% 3 3.031 0 0.144 0 0.186 0 0.124 1 0.515 4
Peringkat 4 0,765% < ROA ≤ 0,999% 4 3.031 0 0.144 0 0.186 0 0.124 0 0.515 4
Peringkat 5 ROA ≤ 0,765% 54 55.314 0 2.634 6 3.387 1 2.258 12 9.407 73
Total 147 147 7 7 9 9 6 6 25 25 194
5 ROE Peringkat 1 ROE > 23% 51 51.526 5 2.454 2 3.155 5 2.103 5 8.763 68
Peringkat 2 18% < ROE ≤ 23% 13 9.851 0 0.469 0 0.603 0 0.402 0 1.675 13
Peringkat 3 13% < ROE ≤ 18% 9 9.093 2 0.433 0 0.557 0 0.371 1 1.546 12
Peringkat 4 8% < ROE ≤ 13% 12 11.366 0 0.541 1 0.696 0 0.464 2 1.933 15
Peringkat 5 ROE ≤ 8% 62 65.165 0 3.103 6 3.990 1 2.660 17 11.082 86
Total 147 147 7 7 9 9 6 6 25 25 194
64
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Eriza Mayang Kusuma
Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, 28 Agustus 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Tinggi, Berat Badan : 165 Cm, 53 Kg
Agama : Kristen
Alamat : Perumahan Apacinti Sejahtera Blok AJ-189-190 Lemahireng,
Kec. Bawen, Kab. Semarang
Email : [email protected]
Pendidikan : PG Budi Luhur, Yogyakarta (1995-1996)
TK Indriyasana, Yogyakarta (1996-1997)
TK Negeri 2, Yogyakarta (1997-1998)
SDN Gedongkuning 3, Yogyakarta (1998-2003)
SDN Harjosari 1, Kab. Semarang (2003-2004)
SMP Negeri 1 Bawen, Kab. Semarang (2004-2007)
SMA Negeri 1 Bergas, Kab. Semarang (2007-2010)
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga (2010-2014)
Pengalaman : Panitia Dies Natalis Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana, Kegiatan FEB Meet Parents (2011)
Panitia Kegiatan Accounting in Togetherness and Motivation
(ACTION) 2012
Panitia Kegiatan Social Evening Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Leading Economic
Generation LEGEND (2012)
Asisten Dosen Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah
1 (Semester Genap 2012 dan Semester Antara 2012)
Asisten Dosen Mata Kuliah Laboratorium Pengantar Akuntansi
(Semester Antara 2012)
Asisten Dosen Mata Kuliah Pengantar Akuntansi (Semester
65
Gasal 2013-2014)
Asisten Dosen Mata Kuliah Laboratorium Pengauditan
(Semester Gasal 2013-2014)