hubungan konsumsi zinc dan vitamin a dengan kejadian stunted pada anak...

64
HUBUNGAN KONSUMSI ZINC DAN VITAMIN A DENGAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BATITA DI DESA RAMBAI KECAMATAN PARIAMAN SELATAN TAHUN 2014 Karya Tulis Ilmiah Diajukan ke Program DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan DIII Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Oleh : LIDYA NOVIZA Nim : 112110153 JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2014

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN KONSUMSI ZINC DAN VITAMIN A DENGAN

    KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BATITA DI DESA RAMBAI

    KECAMATAN PARIAMAN SELATAN

    TAHUN 2014

    Karya Tulis Ilmiah

    Diajukan ke Program DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

    Sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan DIII

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

    Oleh :

    LIDYA NOVIZA

    Nim : 112110153

    JURUSAN GIZI

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

    TAHUN 2014

  • POLITEKNIK KESEHATAN PADANG

    JURUSAN GIZI

    Karya Tulis Ilmiah, 10 Juli 2014

    Lidya Noviza

    Relationship of Vitamin A and Zinc Consumption by Genesis Stunting In Toddlers Children

    in Rural District of South Pariaman Rambai 2014

    vi-50 pages, 14 tables, 6 attachments

    ABSTRACT

    Nutritional problem is one of the most serious health problem and is a major

    contributor to child mortality. Zinc and vitamin A in the directly affects the nutritional status

    of toddler. Based on available from Kuraitaji Health Center South Pariaman in 2013 Rambai

    village has stunting prevalence of 18.94%. This study aims to determine the relationship

    between zinc and vitamin A intake with the proportion of stunting in toddlers in Rambai

    village District of South Pariaman 2014.

    This study use cross sectional design conducted in the village of Rambai, District of

    South Pariaman in September 2013 to June 2014 with a population of 70 people. The

    sampling technique randomly determined by simple random sampling method, where the

    number of samples username 54 people. Data of nutritional status obtained by height, zinc

    and vitamin A intake is obtained by using the SQ-FFQ interviews and secondary data

    collected from existing data in Rambai village. Data analysis was performed using univariate

    and bivariate data with to-square test.

    Based on the results obtained by the prevalence of stunting is 24.1%. Zinc intake as

    61.1% of RDI and vitamin A intake which as 57.4% of RDI. There is a significant correlation

    between zinc intake with the prevalence of stunting and there was no significant association

    between vitamin A intake with the prevalence of stunting.

    It is recommended to the toddler's mother in order to observe the consumption of zinc

    and vitamin A in children toddlers and caregivers to provide information or counseling to

    mothers of toddlers consumption of zinc and vitamin A.

    References : 33 (1985-2013)

    Keywords: stunting, zinc consumption, consumption of vitamin A.

  • POLITEKNIK KESEHATAN PADANG

    JURUSAN GIZI

    Karya Tulis Ilmiah, 10 Juli 2014

    Lidya Noviza

    Hubungan Konsumsi Zinc dan Vitamin A dengan Kejadian Stunting Pada Anak Batita

    di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014

    vi- 50 halaman, 14 tabel, 6 lampiran

    ABSTRAK

    Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius dan

    merupakan kontributor utama terhadap kematian anak. Konsumsi zinc dan vitamin A

    merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi anak batita. Penimbangan massal

    Puskesmas Kuraitaji Kecamatan Pariaman Selatan tahun 2013, desa Rambai memiliki

    prevalensi kejadian stunting sebesar 18.94 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    hubungan antara konsumsi zinc dan vitamin A dengan kejadian stunting pada anak batita di

    Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014.

    Penelitian ini mengunakan desain Cross Sectional Study yang dilakukan pada anak

    batita di Desa Rambai, Kecamatan Pariaman Selatan pada bulan September 2013 sampai Juni

    2014 dengan populasi 70 orang. Teknik Pengambilan sampel ditentukan secara acak dengan

    metode simple random sampling, dimana jumlah sampel sebanyak 54 orang. Data stunting

    diperoleh dengan cara pegukuran tinggi badan, konsumsi zinc dan vitamin A diperoleh

    dengan cara wawancara menggunakan SQ-FFQ dan data sekunder dikumpulkan dari data

    yang ada di Desa Rambai. Analisis data dilakukan secara univariat dan untuk data bivariat

    dengan uji-square.

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kejadian stunting sebanyak 24.1 %. Konsumsi

    zinc yang kurang sebanyak 61.1 % dan konsumsi vitamin A yang kurang sebanyak 57.4 %.

    Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi zinc dengan kejadian stunting dan tidak

    terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi vitamin A dengan kejadian stunting.

    Disarankan kepada ibu batita agar dapat memperhatikan konsumsi zinc dan vitamin A

    pada anak batita dan petugas kesehatan agar memberikan informasi kepada ibu batita tentang

    pentingnya konsumsi zinc dan vitamin A.

    Daftar Pustaka: 33 (1985-2013)

    Kata kunci: stunting, konsumsi zinc, konsumsi vitamin A.

  • KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang

    Maha Esa, dengan berkat serta Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

    dapat diselesaikan oleh penulis walaupun menemui kesulitan maupun rintangan.

    Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu rangkaian dari

    proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi D.III jurusan Gizi di Politeknik

    Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat dalam menyelesaikan Pendidikan D.III

    Gizi pada masa akhir pendidikan.

    Judul Karya Tulis Ilmiah ini “Hubungan Konsumsi Zinc dan Vitamin A dengan

    Kejadian Stunted pada Anak Batita di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan

    Kabupaten Padang Pariaman”.

    Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari akan keterbatasan

    kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih ada belum sempurna baik dalam isi

    maupun penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang

    membangun guna menyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

    besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari Ibu Marni Handayani, S.KM,M.Kes selaku

    pembimbing I dan Bapak Gusnedi, STP.M.PH selaku pembimbing II sehingga penulis dapat

    menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

    1. Bapak Sunardi, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kementrian Kesehatan Padang.

    2. Ibu Hasneli, DCN, M.Biomed, selaku Ketua Jurusan Gizi.

  • 3. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Gizi di Politeknik Kesehatan Padang yang telah

    memberikan ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    4. Terutama kepada kedua orangtua tercinta yang telah memberikan kasih sayang,

    bimbingan, dan motivasi.

    5. Teman-teman senasib dan seperjuangan yang telah membantu dan menemani

    penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan Karya

    Tulis Ilmiah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan

    Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga Karya

    Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan terutama bagi

    penulis sendiri. Amin.

    Padang, Juli 2014

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK

    KATA PENGANTAR ................................................................................ i

    DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... v

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................... 6

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................

    1. Tujuan Umum ....................................................................... 6

    2. Tujuan Khusus ...................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

    E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 8

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Stunting..................................................................................... 9

    1. Pengertian Stunting ................................................................... 9

    2. Penilaian Stunting ................................................................. 10

    B. Konsumsi Makanan ................................................................... 11

    1. Pengertian Konsumsi Makanan ............................................. 11

    2. Penilaian Konsumsi Makanan ............................................... 13

    3. Konsumsi Zinc ...................................................................... 14

    4. Konsumsi Vitamin A............................................................. 17

    C. Hubungan Konsumsi Zinc dengan Kejadian Stunting ................. 20

    D. Hubungan Konsumsi Vitamin A dengan Kejadian Stunting ........ 22

    E. Kerangka Teori ……………………………………………….... 24

    F. Kerangka Konsep ...................................................................... 25

    G. Hipotesis ................................................................................... 25

    H. Definisi Operasional .................................................................. 26

    BAB III. METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian ....................................................................... 27

    B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 27

    C. Populasi dan Sampel …………………………………………… 27

    D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data .............................................. 28

    E. Pengolahan dan Analisis Data.................................................... 31

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil …………………………………………………………… 34 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………. 34 2. Karakteristik Responden dan Sampel……………………… 34 3. Analisis Univariat …………………………………………. 37 4. Analisis Bivariat …………………………………………… 39

    B. Pembahasan 1. Gambaran Kejadian Stunting ……………………………….. 41

  • 2. Konsumsi Vitamin A Anak Batita …………………………. 42 3. Hubungan Konsumsi Zinc dengan

    Kejadian Stunting …………………………………………... 45

    4. Hubungan Konsumsi Vitamin A dengan Kejadian Stunting ………………………………………….. 46

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ……………………………………………………. 49 B. Saran …………………………………………………………… 50

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel Halaman

    Tabel 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi

    berdasarkan indeks TB/U .............................................……................................ 10

    Tabel 2. Kategori Tingkat Konsumsi kelompok atau

    perorang ………..………………………….……..….......................................... 14

    Tabel 3. Angka Kecukupan Zinc yang dianjurkan ......................……...………………… 15

    Tabel 4. Angka Kecukupan Vitamin A yang dianjurkan......................……...………...… 18

    Tabel 5. Distribusi Ibu Anak Batita (12-36 Bulan)

    Menurut Umur Ibu di Desa Rambai, Kecamatan

    Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014 …………………………… 35

    Tabel 6 Distribusi Ibu Anak Batita (12-36 Bulan)

    Menurut Pekerjaan Ibu di Desa Rambai,

    Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014 ………………… 35

    Tabel 7 Distribusi Ibu Anak Batita (12-36 bulan)

    Menurut Tingkat Pedidikan

    di Desa Rambai, Kecamatan Pariaman Selatan,

    Kota Pariaman Tahun 2014 ………………………………………………….. 36

    Tabel 8 Distribusi Anak Batita Menurut Umur di Desa Rambai, Kecamatan

    Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014 ……………………………… 36

    Tabel 9 Distribusi anak batita (12 – 36 bulan) menurut jenis kelamin di Desa Rambai,

    Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014 …………………… 37

    Tabel 10 Distribusi Anak Batita Berdasarkan Kejadian Stunting di Desa Rambai,

    Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014 …………………… 37

    Tabel 11 Distribusi Anak Batita Berdasarkan Konsumsi Zinc di Desa Rambai,

    Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014 …………………… 38

    Tabel 12 Distribusi Anak Batita berdasarkan Konsumsi Vitamin A di Desa Rambai,

    Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014 …………………… 38

    Tabel 13 Distribusi Hubungan Konsumsi Zinc dengan Kejadian Stunting

    Pada anak Batita di Desa Rambai, Kecamatan Pariaman Selatan,

    Kota Pariaman Tahun 2014 …………………………………………………… 39

    Tabel 14 Distribusi Hubungan Konsumsi Vitamin A dengan Kejadian Stunting

    Pada Anak Batita di Desa Rambai, Kecamatan Pariaman Selatan,

    Kota Pariaman Tahun 2014 ………………………………………………… 40

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran A : Surat Izin Melakukan Penelitian

    Lampiran B : Surat Telah Melakukan Penelitian

    Lampiran C : Kuesioner Penelitian

    Lampiran D : Master Tabel Hasil Penelitian

    Lampiran E : Output Penelitian

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Bank dunia dalam dokumennya yang diterbitkan tahun 2006 dengan judul

    “Repositoning Nutrition as Central to Development : A Strategy for Large-Scale

    action,”menyatakan keprihatinannya bahwa masalah gizi (malnutrition), terutama

    masalah kekurangan gizi, masih merupakan masalah kesehatan dunia yang paling serius

    dan merupakan kontributor utama terhadap kematian anak. Masyarakat Internasional

    juga semakin khawatir bahwa tujuan Millenium Development Goals (MDG’s) tidak akan

    tercapai apabila masalah gizi tidak teratasi. Ini semua disebabkan oleh kenyataan bahwa

    masalah gizi merupakan faktor risiko dasar (underlying factor) dari berbagai masalah

    kesehatan, terutama pada bayi dan anak-anak.1

    Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun

    penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan

    kesehatan saja, tetapi juga harus didukung oleh pengetahuan yang cukup, tingkat

    ekonomi yang baik, dan pola asuh yang memadai. Penyebab timbulnya masalah gizi

    adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan

    berbagai sektor yang terkait.2

    Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi (Stunted) terdiri dari sebab

    langsung yaitu konsumsi makanan (konsumsi energi, protein, vitamin dan mineral) serta

    infeksi, selanjutnya penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola asuh

    (pola asuh makan dan pola asuh perawatan), pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan

    serta tingkat ekonomi.3

    Stunted adalah keadaan tubuh dimana keadaan tinggi badan tidak mencapai tinggi

    normal menurut umur sesuai dengan standar deviasi. WHO menginterpertasikan,

    tingginya prevalensi pendek (stunting) menunjukkan kekurangan asupan makanan

  • bergizi, tingginya angka kesakitan akibat penyakit infeksi, atau kombinasi dari kedua

    keadaan tersebut.3

    Kekurangan zat gizi pada balita selalu berkaitan dengan konsumsi baik itu

    makronutrien ataupun mikronutrien.4 Kekurangan makronutrient seperti protein murni

    pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun.

    Kekurangan protein juga sering ditemukan secara bersamaan dengan kekurangan energi

    yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus.5 Protein sendiri mempunyai

    banyak fungsi, diantaranya membentuk dan memelihara jaringan tubuh dalam masa

    pertumbuhan dan perkembangan tubuh, serta mengganti jaringan yang rusak atau mati,

    menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan

    metabolisme, mempertahankan kenetralan (asam basa) tubuh.5

    Pertumbuhan pada balita tidak hanya dipengaruhi oleh kekurangan energi dan

    protein saja, namun juga dipengaruhi oleh konsumsi vitamin dan mineral. Beberapa zat

    gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak balita, seperti konsumsi zinc yang

    digunakan tubuh untuk pertumbuhan, kekebalan tubuh, metabolisme tulang, transpor

    oksigen, dan pemusnahan radikal bebas, pembentukan struktur dan fungsi membran serta

    proses penggumpalan darah. Selain zinc, vitamin A juga berpengaruh terhadap proses

    pertumbuhan pada anak balita, karena vitamin A adalah salah satu zat gizi yang

    berfungsi untuk penglihatan, fungsi kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan serta

    reproduksi.5

    Defisiensi zinc merupakan satu dari 10 faktor penyebab kematian pada anak-anak

    di negara sedang berkembang.8 Defisiensi zinc dapat menyebabkan 40% anak menjadi

    stunting yaitu tinggi badan berdasarkan umur kurang.9

    Dikatakan bahwa manifestasi dari

    defisiensi zinc adalah gangguan pertumbuhan linier pada balita yang ditunjukkan dengan

    status stunted.10

  • Survey nasional di Nusa Tenggara Timur (NTT), Pulau Lombok dan Pulau Jawa,

    dilaporkan bahwa prevalensi defisiensi zinc sekitar 6-39%.11

    Penelitian beberapa ahli

    menyebutkan angka defisiensi zinc pada anak-anak di Indonesia, 17% bayi defisiensi

    zinc.12

    Studi tahun 2005 di Kedungjati-Grobogan pada anak SD, ditemukan anak yang

    mengalami defisiensi zinc sebesar 33,3%.13

    Prevalensi yang hampir sama ditemukan

    pada survey nasional tahun 2006, dimana prevalensi defisiensi zinc pada balita sebesar

    31,6%.10

    Penelitian dilakukan di Semarang Kelurahan Tembalang, Bulusan dan

    Rowosari tahun 2012 didapatkan ada hubungan yang positif antara konsumsi zinc

    dengan kejadian stunting, yaitu sebesar 63.6 % kekurangan zinc.7

    Kegagalan pertumbuhan pada anak, selain disebabkan oleh defisiensi zinc, juga

    disebabkan oleh defisiensi vitamin A. Defisiensi vitamin A berpengaruh terhadap

    sintesis protein, sehingga juga mempengaruhi pertumbuhan sel. Karena itulah, anak yang

    menderita defisiensi vitamin A akan mengalami kegagalan pertumbuhan.5 Masalah

    defisiensi vitamin A berdasarkan Survey nasional oleh Hellen Keller International (HKI)

    tahun 1992, dilaporkan bahwa masih ditemukan 50% anak balita defisiensi Vitamin A.11

    Survey tahun 1995 di Pulau Jawa menunjukkan bahwa prevalensi anak prasekolah yang

    defisiensi Vitamin A sebesar 58,41%,14

    sedangkan pada tahun 2006 ditemukan 14,6%.10

    Kurang gizi mikro seperti Zinc dan Vitamin A merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi kejadian kurang gizi kronis (stunted).15

    Studi di Surabaya tahun 2008,

    menemukan bahwa diantara balita yang defisiensi Vitamin A, ditemukan status gizi

    (TB/U) pendek sebesar 33,3% dan sangat pendek 26,7%.16

    Hasil penelitian di wilayah

    kerja puskesmas Karangasem I Denpasar tahun 2011 menunjukkan ada hubungan yang

    bermakna antara konsumsi vitamin A dengan kejadian stunted, yaitu sebesar 60 % yang

    mengalami kekurangan vitamin A.6

  • Prevalensi stunted pada anak balita di Indonesia sebesar 36 % yang terdiri dari

    18,5 % sangat pendek dan 17,1 % pendek.17

    Selanjutnya, prevalensi Stunted di Sumatera

    Barat sebesar 32.7 % yang terdiri dari sangat pendek 14,3% dan pendek 18,4%.18

    Bila

    dibandingkan dengan batas “non public health problem” menurut WHO untuk masalah

    stunted sebesar 20%, maka semua provinsi masih dalam kondisi bermasalah kesehatan

    masyarakat.17

    Prevalensi stunted di Kota Pariaman menurun dibandingkan tahun 2012

    prevalensinya 19.0 %. Berdasarkan hasil penimbangan massal Kota Pariaman tahun 2013

    didapatkan prevalensi stunted sebesar 17.4 %, untuk Kecamatan Pariaman Selatan

    sebesar 16.75 %.19

    Selanjutnya, dari hasil penimbangan massal Puskesmas Kuraitaji

    Kecamatan Pariaman Selatan pada tahun 2013, prevalensi stunted yaitu sebesar 15.0 %.

    Diantara semua desa yang ada di Kuraitaji Kecamatan Pariaman Selatan, Desa Rambai

    memiliki prevalensi stunted tertinggi yaitu 18.94 %.20

    Bedasarkan uraian diatas penulis telah melakukan penelitian tentang “Hubungan

    Konsumsi Zinc dan Vitamin A dengan Kejadian Stunted pada Anak Batita di Desa

    Rambai, Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014”.

    B. Rumusan Masalah Penelitian

    Apakah konsumsi zinc dan vitamin A berhubungan dengan kejadian stuntedpada anak

    batita di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan konsumsi Zinc dan vitamin A dengan kejadian

    stunted pada anak batita di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014.

  • 2. Tujuan Khusus

    a. Diketahuinya distribusi anak batita berdasarkan kejadian stunted di Desa

    Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014.

    b. Diketahuinya distribusi anak batita berdasarkan konsumsi zinc di Desa Rambai

    Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014.

    c. Diketahuinya distribusi anak batita berdasarkan konsumsi vitamin A di Desa

    Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014.

    d. Diketahuinya hubungan antara konsumsi zinc dengan kejadian stunted pada

    anak batita di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014.

    e. Diketahuinya hubungan antara konsumsi vitamin A dengan kejadian stunted

    pada anak batita di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Peneliti

    Dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan penulis tentang kejadian

    Stunted dan hubungannya dengan konsumsi zinc dan vitamin A pada anak batita di

    Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Kabupaten Padang Pariaman.

    2. Bagi Akademik

    Sebagai bahan referensi tentang kejadian stunted pada anak batita.

    3. Bagi Petugas Kesehatan

    Dapat dijadikan sebagai masukan tentang kejadian stunted pada anak batita.

    4. Bagi Masyarakat

    Menambah wawasan serta pengetahuan masyarakat tentang stunted, sehinga

    masyarakat mengerti tentang kejadian stunted dan dapat melaksanakan pola hidup

    yang sehat agar anak-anak mereka terhindar dari kejadian stunted.

  • E. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian hanya dilakukan pada anak batita di Desa Rambai Kecamatan

    Pariaman Selatan Tahun 2014, untuk mengetahui hubungan konsumsi zinc dan vitamin

    A dengan kejadian stunting pada anak batita. Dimana variabel yang akan diukur yaitu

    konsumsi zinc dan vitamin A.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Stunted

    1. Pengertian Stunted

    Pendek (stunted) merupakan keadaan tubuh dimana keadaan tinggi badan tidak

    mencapai tinggi normal menurut umur sesuai dengan standar deviasi.. WHO

    menginterpertasikan, tingginya prevalensi pendek (stunted) menunjukkan kekurangan

    asupan makanan bergizi, tingginya angka kesakitan akibat penyakit infeksi, atau

    kombinasi dari kedua keadaan tersebut.3

    Stunted menggambarkan keadaan gizi kurang yang sudah berjalan lama dan

    memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang serta pulih kembali. Anak-anak yang

    bertubuh pendek (stunted) pada usia kanak-kanak dini terus menunjukkan kemampuan

    yang lebih buruk dalam fungsi kognitif yang beragam dan prestasi sekolah yang lebih

    buruk jika dibandingkan dengan anak-anak yang bertubuh normal hingga usia 12 tahun.

    Mereka juga memiliki permasalahan perilaku lebih terlambat, dan kurang perhatian serta

    lebih menunjukkan gangguan tingkah laku (conduct disoder).3

    Gangguan pertumbuhan linier (stunted) mengakibatkan anak tidak mampu

    mencapai potensi genetik, mengindikasikan kejadian jangka panjang dan dampak

    kumulatif dari ketidak cukupan konsumsi zat gizi (energi, protein, zinc, besi, vitamin A,

    Vitamin D. kalsium dan zat gizi lainnya) serta kondisi kesehatan seperti tinginya angka

    kesakitan akibat infeksi dan pengasuhan yang tidak memadai.2

    Pendek (stunted) didiagnosa melalui pemeriksaan antropometri. Tinggi badan

    anak dinyatakan dalam skor standar nilai tengah (median of reference)yang diterima

    secara internasional sebagai acuan menurut usia dan jenis kelamin mereka. Pendek

    (stunted) yang sedang menunjukkan tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 SD.3

  • Tabel 1

    Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks TB/U

    Indeks Status gizi

    TB/U

    < -3 SD Sangat pendek

    -3 SD s.d 2 SD Tinggi

    Sumber : (30)

    2. Penilaian Stunted

    Bentuk dari ukuran linier adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang.

    Contoh ukuran linier adalah panjang badan, lingkar dada, dan lingkar kepala. Ukuran

    linier yang rendah biasanya menunjukan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan

    energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linier yang paling sering

    digunakan adalah tinggi atau panjang badan.2

    Pengukuran tinggi badan dapat menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.

    Dalam keadaan normal, pertumbuhan tinggi badan akan beriringan bersama pertambahan

    umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap defisiensi zat gizi.

    Istilah tinggi badan digunakan ketika mengukur tinggi badan anak di atas 2 tahun,

    sedangkan istilah panjang badan di gunakan ketika mengukur tinggi badan anak di

    bawah 2 tahun. Untuk lebih spesifiknya, pada status gizi pendek (stunted)

    pengukurannya adalah dengan menggunakan indeks tinggi badan menurut umur

    (TB/U).21

    Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah banyak dilakukan,

    penilaian status gizi berdasarkan indeks antropometri yang umum digunakan dalam

    menilai status gizi adalah tinggi badan menurut umur (TB/U). Indeks tinggi badan

    menurut umur adalah pertumbuhan linier, parameter tinggi badan berubah secara lambat

    dan perlahan-lahan. Perbedaan tinggi badan dapat diukur setelah beberapa waktu yang

  • lama. Pada kondisi kurang gizi kronis, BB/U dan TB/U rendah tapi BB/TB normal.

    Kondisi ini sering disebut stunted.2

    B. Konsumsi Makanan

    1. Pengertian Konsumsi Makanan

    Konsumsi makanan adalah segala sesuatu tentang jenis dan jumlah makanan yang

    dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang dalam jangka waktu tertentu berdasarkan

    kriteria tertentu.22

    Konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang.

    Status gizi baik atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang

    digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan

    otak, kemampuan kerja dan kesehatan. Status gizi terjadi apabila tubuh mengalami

    kekurangan satu atau lebih zat gizi.23

    Konsumsi makanan merupakan semua jenis makanan dan minuman

    yang dikonsumsi tubuh setiap hari. Konsumsi makanan di hubungkan dengan

    keadaan gizi masyarakat suatu wilayah atau individu. Informasi ini dapat digunakan

    untuk perencanaan pendidikan gizi khususnya untuk menyusun menu atau intervensi

    untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), mulai dari keadaan

    kesehatan dan gizi serta produktivitasnya. Mengetahui konsumsi makanan

    suatu kelompok masyarakat atau individu merupakan salah satu cara untuk menduga

    keadaan gizi kelompok masyarakat atau individu bersangkutan.24

    Untuk menjaga kesehatan, orang perlu makan makanan yang bergizi, seperti

    halnya orang dewasa anak balita juga sangat membutuhkan makanan untuk pertumbuhan

    dan perkembanganya, kebutuhan anak balita akan zat gizi relatif lebih besar dari pada

    orang dewasa.21

    Para ilmuwan banyak mengkategorikan balita, yaitu anak usia 1-3 tahun disebut

    dengan batita, sedangkan anak usia di atas 3 tahun sampai 5 tahun disebut anak usia

  • prasekolah. Anak usia 1-3 tahun sering disebut dengan konsumen pasif, maka sebaiknya

    anak batita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan anak

    batita lebih besar dibandingkan dengan usia prasekolah, sehingga jumlah makanan yang

    relatif lebih besar.21

    Konsumsi makanan berkaitan dengan kandungan zat gizi yang terkandung di

    dalam makanan yang dimakan. Dikenal dua jenis zat gizi yaitu makronutrient dan

    mikronutrient. Makronutrient merupakan zat gizi yang menyediakan kalori atau energi,

    diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme, dan fungsi tubuh lainnya. Makronutrient

    ini diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar, terdiri dari karbohidrat, protein, dan

    lemak.25

    Mikronutirent meskipun tidak dibutuhkan dalam jumlah yang besar tetapi, sangat

    bermanfaat bagi tubuh untuk kesehatan dan pertumbuhan. Zat gizi yang baik

    berhubungan dengan peningkatan kesehatan bayi, anak-anak, dan ibu, sistem kekebalan

    yang kuat, seperti vitamin dan mineral.25

    2. Penilaian Konsumsi Makanan

    Penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam

    penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Survey Konsumsi Makanan yaitu

    mempelajari/menelaah jumlah makanan yang dikonsumsi masuk ke dalam tubuh dan

    membandingkan dengan baku kecukupan, sehingga diketahui kecukupan gizi yang

    dipenuhi.2

    Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi makanan

    seseorang atau kelompok orang, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif . Metode

    yang bersifat kualitatif untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut

  • jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara

    memperoleh bahan makanan tersebut.2

    Klasifikasi tingkat konsumsi kelompok atau perorangan berdasarkan Depkes RI

    (1990) dibagi menjadi 4 dengan cut of points, dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 2

    Kategori Tingkat Konsumsi Kelompok Atau Perorang

    Tingkat Konsumsi Standar

    Baik ≥100% AKG

    Sedang > 80-99% AKG

    Kurang 70-80% AKG

    Defisit

  • 3. Konsumsi Zinc

    a. Fungsi Zinc

    Zinc merupakan zat esensial untuk kehidupan, telah diketahui sejak lebih dari

    seratus tahun yang lalu. Tubuh mengandung 2-2.5 gr zinc yang tersebar di hampir semua

    sel. Sebagian besar seng berada dalam hati, pankreas, ginjal, otot, dan tulang.5

    Fungsi utama zinc adalah sebagai zat gizi yang membantu pertumbuhan balita.

    Hal ini terkait dengan kemampuan zinc untuk sintesis DNA dan RNA. Selain itu, zinc

    juga berperan dalam kekebalan dan bagian dari 200 jenis enzim, sehingga zat gizi ini

    sangat diperlukan bagi manusia.1

    Zinc sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari dua

    ratus enzim berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti aksi-aksi yang berkaitan

    dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat. Sebagai

    bagian dari enzim dehidrogenase, selain berperan dalam metabolisme tahap pertengahan,

    zinc juga berperan dalam detoksifikasi alcohol dan metabolisme Vitamin A. Terkaitnya

    Zinc dengan metabolism Vitamin A, berarti Zinc terkait dengan berbagai fungsi Vitamin

    A.5

    Tabel 3

    Angka Kecukupan Zinc Yang Di Anjurkan

    Golongan Umur Angka Kecukupan Zinc (mg)

    0-6 bl 1.3

    7-11 bl 7.9

    1-3 th 8.3

    4-6 th 10.3

    Sumber : (31)

    b. Absorpsi Zinc

    Banyaknya zinc yang diabsorpsi berkisar antara 15-40%. Absorpsi zinc

    dipengaruhi oleh status zinc tubuh. Bila lebih banyak zinc yang dibutuhkan, lebih banyak

    juga zinc yang di absorpsi. Begitu juga konsumsi makanan yang mengandung zinc

    mempengaruhi absorpsi.5

  • Serat dan fitat menghambat ketersediaan biologic zinc. Sebaliknya, protein

    histidin membantu absorpsi zinc. Tembaga dalam jumlah kebutuhan tubuh menghambat

    absorpsi zinc. Nilai albumin dalam plasma merupakan penentu utama absorpsi zinc.

    Albumin merupakan alat transport utama zinc. Absorpsi zinc menurun bila nilai albumin

    data menurun, misalnya dalam keadaan gizi kurang.5

    c. Sumber Zinc

    Sumber Zinc yang paling baik adalah sumber protein hewani seperti daging,

    makanan hasil laut (kerang, tiram), hati, telur, susu, padi-padian, dedak gandum, dan

    kacang-kacangan.5

    d. Kekurangan dan kelebihan Zinc

    Kekurangan zinc disebabkan karena kurangnya mengkonsumsi makanan yang

    mengandung sumber utama zinc seperti daging dan ikan. Defisiensi zinc dapat terjadi

    pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui serta orang tua.

    Tanda-tanda kekurangan zinc adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual.

    Kekurangan Zinc kronis mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak. Akibat dari

    kekurangan konsumsi makanan yang mengandung zinc berdampak pada tubuh pendek

    (stunting) pada anak-anak.3

    Akibat kelebihan zinc yaitu menurunkan absorpsi tembaga jika kelebihan zinc

    dua sampai tiga kali AKG, dan mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai

    lipoprotein, serta dapat mempercepat aterosklerosis jika kelebihan zinc sampai 10 kali

    AKG. Dosis sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam,

    sangat kelelahan, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen zinc bisa menyebabkan

    keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan dalam kaleng yang dilapisi

    dengan seng.5

    4. Konsumsi Vitamin A

  • a. Fungsi Vitamin A

    Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan

    disimpan dalam hati, yang berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan, dan meningkatkan

    daya tahan tubuh terhadap penyakit. Hasil kajian dari beberapa studi menyatakan bahwa

    Vitamin A merupakan zat gizi yang sangat essensial bagi manusia, karena zat gizi ini

    sangat penting.25

    Fungsi vitamin yaitu :

    1) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi serta campak dan

    diare.

    2) Membantu proses penglihatan dalam adaptasi dari tempat yang terang ke tempat

    yang gelap.

    3) Mencegah terjadinya kerusakan mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot

    bahkan kebutaan.

    4) Vitamin A esensial untuk membantu proses pertumbuhan.25

    Tabel 4

    Angka Kecukupan Vitamin A Yang

    Di Anjurkan

    Golongan Umur Angka Kecukupan Vitamin A

    (RE)

    0-6 bl 375

    7-11 bl 400

    1-3 th 500

    4-6 th 450

    Sumber : (31)

    b. Absorpsi Vitamin A

    Dalam saluran pencernaan ester vitamin A dihidrolisis oleh retinal bebas yang

    terserap oleh proses penyerapan aktif melalui epitel dinding saluran-saluran usus.

    Lemak yang mengandung ester vitamin A diperlukan enzim hidrolisis dan untuk

    mengubah karoten menjadi vitamin A diperlukan enzim 5,5 dioksi hidrolisis, enzim ini

    terdapat terutama dalam sel epitel mukosa usus dan sel hati.25

  • Setelah diabsorpsi, vitamin A dijadikan ester kembali dan ditranspor ke

    kilomikron melalui ductus thoracicus dan masuk aliran darah. Di aqulus venosus

    kemudian ditangkap oleh sel parenkim hati. Vitamin A sebagian disimpan dalam hati

    dan sebagian lagi dihidrolisis menjadi retinal, dan dikonjugasi dengan plasma retinal

    binding protein (PRBP) disalurkan lagi ke aliran darah, keudian vitamin A ini

    ditranspor dari tempat ke jaringan seluruh tubuh dalam sintesis PRBP ini memerlukan

    sintesis zinc. Jadi, kekurangan zinc juga akan mempengaruhi ketersediaan vitamin A

    dalam tubuh.25

    c. Sumber Vitamin A

    Bahan makanan sumber vitamin A antara lain :

    1) Air susu ibu (ASI)

    2) Bahan makanan hewani seperti hati, ikan, daging, ayam, dan bebek.

    3) Buah-buahan yang berwarna kuning dan jingga seperti papaya, mangga masak,

    alpokat, jambu biji merah, pisang.

    4) Sayuran berwarna hijau tua dan berwarna jingga seperti daun bayam, daun

    singkong, daun kangkung, daun katuk daun mangkokan, daun kelor, daun

    beluntas, kecipir, labu kuning, daun ubi jalar, tomat dan wortel.

    5) Bahan makanan yang difortifikasi dengan vitamin A seperti margarine, susu, dan

    beberapa mie instan.25

    d. Kekurangan dan kelebihan Vitamin A

    Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan buta senja, perubahan pada kulit,

    perubahan pada mata, gangguan pertumbuhan, infeksi, dan kreatinisasi sel rasa ada

    lidah.1

    Defisiensi vitamin A terutama terdapat pada anak balita. Tanda-tanda kekurangan

    terlihat bila simpanan tubuh habis terpakai. Kekurangan Vitamin A dapat merupakan

  • kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan

    penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun

    karena gangguan pada konversi karoten menjadi Vitamin A.25

    Kelebihan vitamin A hanya bisa terjadi bila memakan vitamin A suplemen dalam

    takaran tinggi yang berlebihan, misalnya takaran 16.000 RE untuk jangka waktu lama

    atau 40.000-55.000 RE/hari.5

    Gejala pada orang dewasa antara lain : sakit kepala, pusing, rambut rontok, kulit

    mengering tidak ada nafsu, makan atau anoreksia, dan sakit pada tulang. Pada wanita

    akan berhenti menstruasi. Pada bayi terjadi pembesaran kepala, hidrosifalus, dan mudah

    tersinggung, yang dapat terjadi pada konsumsi 8.000 RE/hari selama 30 hari.5

    C. Hubungan Konsumsi Zinc dengan Kejadian Stunted

    Proses tumbuh-kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari

    konsepsi sampai usia 18 tahun, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap

    anak.26

    Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal

    tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara

    pemerbiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.25

    Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan dan memegang peran

    penting dalam proses tumbuh kembang anak, karena kebutuhan anak berbeda dengan

    orang dewasa.27

    Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak memerlukan 6 gizi utama,

    yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Setiap makanan yang

    dikonsumsi oleh anak harus seimbang zat gizinya agar tidak terjadi defisiensi zat gizi. 21

    Salah satu zat gizi yang harus di konsumsi oleh anak untuk pertumbuhan yaitu

    zinc. Hal ini karena, Zinc berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan secara

    normal, melawan infeksi, dan penyembuhan luka. Anak yang dalam proses tumbuh

  • kembang dan anak yang mengalami kekurangan gizi mempunyai risiko yang lebih tinggi

    untuk mengalami defisiensi.28

    Dalam proses pertumbuhan, Zn berperan dalam sintesis protein yang dibutuhkan

    untuk pembentukan jaringan baru, pertumbuhan, dan perkembangan tulang yang

    normal. Zinc juga berinteraksi dengan hormon-hormon penting yang terlibat dalam

    pertumbuhan tulang.28

    Zinc erat kaitannya dengan metabolisme tulang, sehingga zinc berperan pada

    pertumbuhan dan perkembangan. Zinc juga memperlancar efek Vitamin D terhadap

    metabolisme tulang melalui stimulasi sintesis DNA dan sel-sel tulang. Zinc sangat

    penting selama tahap-tahap pertumbuhan cepat dan perkembangan.29

    Jika, terjadinya

    defisiensi Zinc maka akibatnya penurunan imunitas terhadap infeksi, peningkatan

    intensitas serta durasi diare, ganguan pada pertumbuhan yang disebut juga dengan

    stunting.3

    D. Hubungan Konsumsi Vitamin A dengan Kejadian Stunted

    Defisiensi vitamin A meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi. Oleh

    karena itu, anak yang menderita defisiensi vitamin A akan mengalami kegagalan

    pertumbuhan.Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang

    membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan Vitamin A pertumbuhan

    tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Vitamin A dalam hal ini berperan

    sebagai asam retinoat.5

    Vitamin A yang di dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk ester

    retinil, bersama karotenoid bercampur dengan lipida lain di dalam lambung. Hati

    berperan sebagai tempat menyimpan vitamin A utama hingga 6 bulan. Bila tubuh

    mengalami kekurangan konsumsi vitamin A, asam retinoat diabsoprsi tanpa perubahan.

  • Asam retinoat merupakan bagian dari Vitamin A yang berperan dalam deferensiasi sel

    dan pertumbuhan.25

    Bila tubuh memerlukan,vitamin A dimobilisasi dari hati dalam bentuk retinol

    yang diangkut oleh Retinol-Binding-Protein (RBP) yang disintesis dalam hati.

    Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung pada reseptor permukaan

    membran yang spesifik untuk RBP. Retinol kemudian diangkut melalui membran sel

    untuk kemudian diikatkan pada Cellular Retinol-Binding-Protein (CRBP) dan RBP

    kemudian dilepaskan. Di dalam sel retinol berfungsi sebagai retinal dan di dalam sel

    epitel sebagai asam retinoat yang berfungsi sebagai pertumbuhan. Sehingga, apabila

    kekurangan vitamin A tersebut akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan.5

    Uji coba di lapangan memperlihatkan bermacam-macam efek yang ditimbulkan

    oleh Vitamin A pada pertumbuhan anak. Sebagian uji coba tidak berhasil menemukan

    efek keseluruhan yang ditimbulkan oleh suplementasi Vitamin A pada kenaikan tinggi

    atau berat badan. Sebagian lainnya menemukan kenaikan yang berangsur-angsur secara

    linier tetapi bukan pertumbuhan yang bermakna atau kenaikan subkelompok yang

    berangsur-angsur pada kedua aspek pertumbuhan tersebut. Namun demikian, sejumlah

    penelitian tambahan menunjukkan bahwa Vitamin A berpengaruh pada pertumbuhan.3

  • E. Kerangka teori

    Sumber : Uniceff, 1998

    stunting

    Konsumsi makanan Penyakit Infeksi

    Tidak cukup

    persediaan

    pangan

    Pola asuh anak

    tidak memadai

    Sanitasi dan

    air

    bersih/pelaya

    nan

    kesehatan

    dasar tidak

    memadai

    Kurang pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan

    Kurang pemberdayaan wanita dan

    keluarga, kurang pemanfaatan sumber

    daya masyarakat

    Pengangguran, inflasi, kurang pangan, dan kemiskinan

    Tingkat ekonomi, Krisis

    politik dan sosial

  • F. Kerangka Konsep

    G. Hipotesis

    1. Ada hubungan konsumsi Zinc dengan kejadian Stunting pada anak batita di Desa

    Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Kabupaten Padang Pariaman.

    2. Ada hubungan konsumsi Vitamin A dengan kejadian Stunting pada anak batita di

    Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Kabupaten Padang Pariaman.

    Konsumsi Zinc

    Kejadian

    stunting Konsumsi

    Vitamin A

  • H. Defenisi Operasional

    No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara

    Ukur

    Hasil Ukur Skala

    1. Stunting Stunting adalah keadaan

    tubuh dimana keadaan

    tinggi badan tidak

    mencapai tinggi normal

    menurut umur (TB/U)

    sesuai dengan standar

    deviasi.3

    - Microtoise

    - AUPB

    Mengukur

    Tinggi /

    Panjang

    badan

    (TB/PB)

    menurut

    Umur

    - Normal jika Z

    skor TB/U ≥-

    2SD

    - Stunting jika Z

    skor TB/U

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Desain Penelitian

    Penelitian ini bersifat analitik dengan desain Cross Sectional.Variabel dependen

    (kejadian stunting) dan variabel independen (konsumsi zinc dan vitamin A) diteliti pada

    waktu yang bersamaan.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Tempat dan waktu penelitian adalah di Desa Rambai kecamatan Pariaman

    Selatan pada bulan September 2013 s/d Juni 2014.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian berjumlah 70 orang dari seluruh anak batita (12-36

    bulan) di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan tahun 2014.

    2. Sampel

    Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus :

    𝑛 = (𝑧1 −

    𝛼2

    )2 .𝑝 1 − 𝑝 𝑁

    𝑑2 𝑁 − 1 + 𝑧1 − 𝛼2

    2

    . 𝑝(1 − 𝑝)

    Keterangan : d = presisi (5 %)

    p = proporsi (0.18)

    N = jumlah populasi (70)

    n = jumlah sampel

    (𝑧1 − 𝛼

    2)2 = Nilai z pada tingkat kepercayaan tertentu (1,96)

  • Dari perhitungan di dapat jumlah sampel yaitu 54 orang. Pengambilan sampel

    penelitian secara simple random sampling. Tahapan pengambilan sampel secara simple

    random sampling ini, yaitu mengambil sampel dengan membuat lot untuk masing-masing

    nama sampel, kemudian di ambil secara acak lot tersebut. Kriteria sampel dalam peelitian

    ini yaitu:

    1. Berdomisili di Desa Rambai

    2. Anak dalam keadaan sehat

    Responden dalam penelitian ini adalah ibu batita yang terpilih menjadi sampel

    penelitian.

    D. Teknik Pengumpulan data

    Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

    1. Data Primer

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah status gizi, umur, konsumsi

    Zinc, dan konsumsi Vitamin A. Status gizi anak balita ini diolah dari data tinggi badan

    dan umur balita.

    a. Tinggi badan

    Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan anak balita yaitu microtoise

    yang mempunyai ketelitian 0.1 cm untuk anak usia di atas 2 tahun. Jika, anak yang

    berumur di atas 2 tahun di ukur telentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan

    mengurangkan 0,7 cm.(2)

    Cara mengukur menggunakan microtoise :

    1) Tempelkan dengan paku microtoise tersebut pada dinding yang lurus datar

    setinggi tepat 2 meter. Angka nol pada lantai yang datar rata.

  • 2) Lepaskan sepatu atau sandal.

    3) Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris, kaki

    lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepal bagian belakang harus menempel pada

    dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan.

    4) Turunkan microtoise sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus

    menempel pada dinding.

    5) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang pada gulungan microtoise.

    Angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur.

    Anak yang berumur di bawah 2 tahun digunakan alat untuk mengukur panjang

    badan yaitu AUPB. Jika, anak yang berumur di bawah 2 tahun di ukur berdiri maka

    hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0.7 cm.(2)

    Cara mengukur :

    1) Alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar.

    2) Bayi ditidurkan lurus di dalam alat pengukur, kepala diletakkan dengan hati-hati

    sampai menyinggung bagian atas alat pengukur.

    3) Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki digeser sehingga tepat menyinggung

    telapak kaki bayi, dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.

    Pengukuran tinggi badan/panjang badan pada anak balita dilakukan di

    posyandu dengan bantuan kader posyandu untuk mengumpulkan ibu balita.

    Selanjutnya, untuk pemasangan alat dibantu oleh teman yang akan melakukan

    penelitian di tempat yang sama, yang telah mengetahui cara- cara dalam memasang

    alat yaitu microtoise.

    b. Umur Batita

    Data umur batita dikumpulkan dengan melakukan wawancara kepada ibu

    batita.

  • c. Konsumsi Zinc dan Vitamin A

    Data konsumsi zinc dan vitamin A dikumpulkan dengan melakukan

    wawancara menggunakan format SQ-FFQ kepada ibu batita. Wawancara dilakukan

    ke rumah warga, dengan tujuan responden atau ibu balita dapat menjawab pertanyaan

    dengan tenang tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pariaman

    dan Puskesmas Kuraitaji yaitu prevalensi kejadian pendek (stunting) di tingkat

    Kecamatan dengan indikator tinggi badan menurut umur (TB/U). Kemudian, jumlah

    populasi di peroleh dari data posyandu di Desa Rambai tahun 2013.

    E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

    1. Pengolahan Data

    Pengolahan data yang telah diperoleh dilakukan secara komputerisasi dengan

    menggunakan program yang sesuai. Adapun tahap-tahap dalam pengolahan data yaitu

    sebagai berikut:

    a. Editing

    Memeriksa kembali kuesioner jawaban responden, tentang konsumsi Zinc dan

    Vitamin A. Tujuan dari editing ini adalah untuk melengkapi data yang masih kurang

    maupun memeriksa kesalahan untuk diperbaiki yang berguna dalam pengolahan data.

    b. Coding

    Pemberian kode dari kuesioner yang terkumpul pada setiap pertanyaan dalam

    kuesioner. Tujuannya untuk mempermudah saat analisis dan mempercepat pemasukan

    data.

    Cara memberikan kode pada tingkat pendidikan dan pekerjaan responden :

  • 1) Tingkat pendidikan responden

    a) Tamat PT kodenya 1

    b) Tamat SMA kodenya 2

    c) Tamat SMP kodenya 3

    d) Tamat SD kodenya 4

    2) Tingkat pekerjaan responden

    a) PNS kodenya 1

    b) Wiraswata kodenya 2

    c) Tidak bekerja kodenya 3

    c. Entry

    Memasukkan data ke dalam master tabel dengan memasukkan kode jawaban

    pada program data. Program data yang digunakan disesuaikan dengan apa yang akan

    diolah.

    d. Cleaning

    Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry. Kesalahan tersebut

    terjadi pada saat kita memasukkan data ke komputer denga mempertimbangkan

    kesesuaian jawaban dengan maksud kuesioner, kelogisan dan dengan melihat distribusi

    frekuensi dari variabel.

  • 2. Analisis Data

    Data yang sudah diolah dianalisis secara univariat dan bivariat dengan

    menggunakan komputerisasi. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi

    frekuensi masing-masing variabel penelitian yang meliputi kejadian Stunting, konsumsi

    Zinc dan Vitamin A pada anak balita di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan

    Kabupaten Padang Pariaman tahun 2014.

    Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent

    dengan variabel dependent, yakni meliputi hubungan konsumsi Zinc dan Vitamin A

    dengan kejadian Stunting. Uji yang dilakukan dalam analisa bivariat ini adalah uji chi-

    square pada confidence limit atau batas kepercayaan 95%.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Desa Rambai terletak di Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman dengan luas

    wilayah yaitu 123 Ha. Jumlah penduduk di Desa Rambai adalah 1073 jiwa. Jumlah KK

    yaitu 213 KK yang terdiri dari :

    - Laki-laki = 483 jiwa

    - Perempuan = 590 jiwa

    Pada umumnya pekerjaan penduduk Desa Rambai adalah tani, wiraswasta, buruh

    dan PNS. Sarana kesehatan yang ada di Desa Rambai yaitu 1 buah polindes dan 2 buah

    Posyandu. Sarana pendidikan yang ada di Desa Rambai yaitu Paud, dan SD.

    Selanjutnya, Sarana Ibadah yang ada di Desa Rambai yaitu 1 buah mesjid dan 1 buah

    mushalla.

    2. Karakteristik Responden dan Sampel

    1) Karakteristik Responden

    Responden dalam penelitian ini adalah ibu anak batita yang menjadi sampel.

    Karakteristik responden dapat dilihat dari segi umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan

    a. Umur Ibu

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, distribusi frekuensi ibu anak

    batita menurut umur dapat dilihat pada Tabel 5.

  • Tabel 5

    Distribusi Ibu Anak Batita (12-36 Bulan) Menurut Umur Ibu di Desa Rambai,

    Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014

    Kategori Umur Ibu n %

    20 - 35 46 85.2

    > 35 8 14.8

    Jumlah 54 100.0

    Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu anak batita berumur 20-35 tahun.

    Dari kuesioner yang dijalankan didapatkan rata-rata umur ibu yang menjadi responden

    adalah 30 tahun, standar deviasi 6.01, umur minimum 21 tahun dan umur maximum 46

    tahun.

    b. Pekerjaan Ibu

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, distribusi frekuensi ibu anak

    batita menurut pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 6.

    Tabel 6

    Distribusi Ibu Anak Batita (12-36 Bulan) Menurut Pekerjaan Ibu di Desa Rambai,

    Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014

    Kategori Pekerjaan Ibu n %

    PNS 2 3.7

    Wiraswasta 5 9.3

    Tidak Bekerja 47 87.0

    Jumlah 54 100.0

    Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu anak batita tidak bekerja/ibu

    rumah tangga.

    c. Tingkat Pendidikan Ibu

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, distribusi frekuensi ibu anak

    batita menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.

  • Tabel 7

    Distribusi Ibu Anak Batita (12-36 bulan) Menurut Tingkat Pedidikan di Desa Rambai,

    Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014

    Kategori Pendidikan Ibu n %

    PT 4 7.4

    SMA 32 59.3

    SMP 12 22.2

    SD 6 11.1

    Jumlah 54 100.0

    Tabel 7 menunjukkan lebih dari separuh ibu anak batita mempunyai pendidikan

    SMA.

    2) Karakteristik Sampel

    Karakteristik sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada

    Tabel berikut ini.

    a. Umur Anak Batita

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, distribusi frekuensi anak batita

    menurut umur dapat dilihat pada Tabel 8.

    Tabel 8

    Distribusi Anak Batita Menurut Umur di Desa Rambai, Kecamatan Pariaman Selatan,

    Kota Pariaman Tahun 2014

    Kategori Umur Anak Batita n %

    12 – 24 bulan 22 40.7

    25 – 36 bulan 32 59.3

    Jumlah 54 100.0

    Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar anak batita berumur 25-36 bulan.

    b. Jenis Kelamin Anak Batita

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, distribusi frekuensi anak

    batita menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 9.

  • Tabel 9

    Distribusi anak batita (12 – 36 bulan) menurut jenis kelamin di Desa Rambai,

    Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014

    Kategori jenis kelamin anak batita n %

    laki-laki 28 51.9

    perempuan 26 48.1

    Jumlah 54 100.0

    Tabel 9 menunjukkan anak batita yang mempunyai jenis kelamin laki-laki lebih

    banyak daripada yang mempunyai jenis kelamin perempuan.

    3. Analisis Univariat

    1) Gambaran Kejadian Stunted

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, distribusi kejadian stunted

    pada anak batita dapat dilihat pada Tabel 10.

    Tabel 10

    Distribusi Anak Batita Berdasarkan Kejadian Stunted di Desa Rambai, Kecamatan

    Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014

    Kejadian Stunting n %

    Stunted 13 24.1

    Normal 41 75.9

    Jumlah 54 100.0

    Tabel 10 menunjukkan bahwa hampir separuh anak batita yang mengalami

    stunted. Hasil pengolahan data antropometri dengan indeks TB/U diperoleh rata-rata Z-

    Score adalah -0.868 serta nilai minimum -3.92 dan maksimum 3.26.

    2) Konsumsi Zinc

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, distribusi anak batita menurut

    konsumsi zinc dapat dilihat pada Tabel 11.

    Tabel 11

    Distribusi Anak Batita Berdasarkan Konsumsi Zinc di Desa Rambai, Kecamatan

    Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014

  • Konsumsi Zinc n %

    kurang 33 61.1

    cukup 21 38.9

    Jumlah 54 100.0

    Tabel 11 menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak batita mempunyai

    konsumsi zinc yang kurang.

    3) Konsumsi Vitamin A

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, distribusi anak batita menurut

    konsumsi vitamin A dapat dilihat pada Tabel 12.

    Tabel 12

    Distribusi Anak Batita berdasarkan Konsumsi Vitamin A di Desa Rambai, Kecamatan

    Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014

    Konsumsi Vitamin A n %

    kurang 31 57.4

    cukup 23 42.6

    Jumlah 54 100.0

    Tabel 12 menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak batita mempunyai

    konsumsi vitamin A yang kurang.

    4. Analisis Bivariat

    1) Hubungan Konsumsi Zinc dengan Kejadian Stunting Pada Anak Batita (12 – 36

    bulan)

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hubungan konsumsi zinc

    dengan kejadian stunted dapat dilihat pada Tabel 13.

    Tabel 13

    Hubungan Konsumsi Zinc dengan Kejadian Stunted Pada Anak Batita di Desa Rambai,

    Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014

    Kategori

    Konsumsi

    Zinc

    Kategori Stunted Total

    P = 0.020 Stunted Normal

    n % n % n %

  • Kurang 12 36.4 21 63.6 33 100

    Cukup 1 4.8 20 95.2 21 100

    Total 13 24.1 41 75.9 54 100

    Tabel 13 menunjukkan bahwa proporsi anak batita yang mengalami stunted lebih

    besar pada kategori konsumsi zinc yang kurang jika dibandingkan dengan konsumsi zinc

    yang cukup. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

    konsumsi zinc dengan kejadian stunted pada anak batita di Desa Rambai Kecamatan

    Pariaman Selatan Kota Pariaman Tahun 2014 (p < 0.05).

    2) Hubungan Konsumsi Vitamin A dengan Kejadian Stunting Pada Anak Batita ( 12-

    36 bulan)

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hubungan konsumsi vitamin A

    dengan kejadian stunted dapat dilihat pada tabel 14.

    Tabel 14

    Hubungan Konsumsi Vitamin A dengan Kejadian Stunted Pada Anak Batita di Desa

    Rambai, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Tahun 2014

    Kategori

    Konsumsi

    Vitamin A

    Kategori Stunting Total

    P = 0.051

    Stunted Normal

    n % n % n %

    Kurang 11 35.5 20 64.5 31 100

    Cukup 2 8.7 21 91.3 23 100

    Total 13 24.1 41 75.9 54 100

    Tabel 14 menunjukkan bahwa proporsi anak batita yang mengalami stunted lebih

    besar pada kategori konsumsi vitamin A yang kurang jika dibandingkan dengan

    konsumsi vitamin A yang cukup. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan

  • yang bermakna antara konsumsi vitamin A dengan kejadian stunting pada anak batita di

    Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman tahun 2014 (p >0.05).

    B. Pembahasan

    1. Gambaran Kejadian Stunted

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 24.1 % (13 orang) anak batita

    yang mengalami stunted. Jika dibandingkan dengan data hasil penimbangan massal Kota

    Pariaman tahun 2013, hasil penelitian ini sedikit lebih besar, dimana prevalensi stunted

    sebesar 17.4 %, untuk Kecamatan Pariaman Selatan sebesar 16.75 %.19

    Hasil penelitian

    ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penimbangan massal Puskesmas

    Kurai Taji Kecamatan Pariaman Selatan pada tahun 2013, dimana prevalensi stunting

    yaitu sebesar 15.0 %, dan untuk Desa Rambai sendiri prevalensi stunting yaitu 18.94

    %.20

    Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi (Stunted) terdiri dari sebab

    langsung yaitu konsumsi makanan (konsumsi energi, protein, vitamin dan mineral) serta

    infeksi, selanjutnya penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola asuh

    (pola asuh makan dan pola asuh perawatan), pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan

    serta tingkat ekonomi.3

    Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar anak batita yang mengalami

    stunted pada ibu yang berpendidikan SMA (53.8 %). Hal ini disebabkan pengetahuan ibu

    tentang makanan yang sehat dan baik untuk anak nya masih kurang meskipun

    kebanyakan ibu tamat SMA. Selain itu, anak batita yang mengalami stunted sebagian

    besar pada ibu yang tidak bekerja (76.92 %). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

    kurangnya informasi yang didapatkan dari luar oleh ibu tentang pentingnya konsumsi

    zinc dan vitamin A untuk anak batitanya.

  • Kejadian stunted di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan pada anak batita

    pada tahun 2013 sebesar 18.9 %. Sedangkan, pada tahun 2013 untuk kejadian stunted

    pada anak batita adalah sebesar 24.1 %. Artinya bahwa kejadian stunted di Desa Rambai

    mengalami peningkatan sebesar 5.2 %. Tingginya kejadian stunted pada anak batita ini

    merupakan suatu masalah kesehatan yang harus diperhatikan di Desa Rambai Kecamatan

    Pariaman Selatan, karena hal tersebut akan berdampak terhadap kualitas sumber daya

    untuk masa yang akan datang.

    2. Konsumsi Zinc Anak Batita

    Pada penelitian ini konsumsi zinc pada anak batita 61.1 % kurang. Sama halnya

    dengan penelitian beberapa ahli yang menyebutkan angka defisiensi zinc pada anak-anak

    di Indonesia, 17% bayi defisiensi zinc.12

    Studi tahun 2005 di Kedungjati-Grobogan pada

    anak SD, ditemukan anak yang mengalami defisiensi zinc sebesar 33,3%.13

    Prevalensi

    yang hampir sama juga ditemukan pada survey nasional tahun 2006, dimana prevalensi

    defisiensi zinc pada balita sebesar 31,6%.10

    Penelitian juga dilakukan di Semarang

    Kelurahan Tembalang, Bulusan dan Rowosari tahun 2012 didapatkan yaitu sebesar 63.6

    % kekurangan zinc.7

    Konsumsi makanan berkaitan dengan kandungan zat gizi yang terkandung di

    dalam makanan yang dimakan. Dikenal dua jenis zat gizi yaitu makronutrient dan

    mikronutrient. Makronutrient merupakan zat gizi yang menyediakan kalori atau energi,

    diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme, dan fungsi tubuh lainnya. Makronutrient

    ini diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar, terdiri dari karbohidrat, protein, dan

    lemak.25

    Mikronutirent meskipun tidak dibutuhkan dalam jumlah yang besar tetapi, sangat

    bermanfaat bagi tubuh untuk kesehatan dan pertumbuhan. Zat gizi yang baik

  • berhubungan dengan peningkatan kesehatan bayi, anak-anak, dan ibu, sistem kekebalan

    yang kuat, seperti vitamin dan mineral.25

    Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap responden, didapatkan bahwa

    bahan makanan yang kandungan zinc tinggi jarang atau bahkan tidak ada dikonsumsi

    oleh anak balita. Contoh kandungan zinc yang tinggi dalam bahan makanan yaitu sumber

    protein hewani seperti daging, makanan hasil laut (kerang, tiram), hati, telur, susu, padi-

    padian, dedak gandum, dan kacang-kacangan.5

    Hasil konsumsi bahan makanan oleh anak batita yaitu nasi yang frekuensinya 2-3

    kali dalam sehari sebanyak 50-75 gr sekali makan, selanjutnya untuk lauk hewani yaitu

    yang lebih sering dikonsumsi ikan dan telur sebanyak 25 gr sejali makan, sedangkan

    untuk daging ayam sekitar 1 kali dalam seminggu atau sebulan sebanyak 25 gr sekali

    makan, dan daging sapi 1 kali dalam 1 bulan bahkan 1 kali dalam 1 tahun sebanyak 25 gr

    sekali makan. Pada lauk nabati yaitu tahu dan tempe rata-rata anak mengkonsumsinya

    dalam sehari sebanyak 25 gr sekali makan, akan tetapi juga ada beberapa anak batita

    yang tidak mengkonsumsi keduanya, misalnya hanya mengkonsumsi tahu saja anak

    tersebut tidak menyukai tempe dan begitu sebaliknya. Selanjutnya, untuk sayuran yang

    paling sering dikonsumsi oleh anak batita tersebut adalah : bayam, wortel, labu siam,

    wortel, toge, dan kangkung. Pada buah-buahan anak batita mengkonsumsi jeruk,

    mangga, pisang, pepaya dan apel. Akan tetapi, sayur-sayuran dan buah-buahan rata-rata

    hanya dikonsumsi dalam 2 atau 3 kali dalam seminggu sebanyak 50-100 gr sekali makan.

    Berdasarkan hasil wawancara tentang konsumsi zinc pada anak batita tersebut

    didapatkan hasil konsumsi zinc kurang pada anak batita. Hal ini kemungkinan karena

    kebiasaan makan anak yang tidak teratur, tingkat ekonomi, pendidikan, serta

    pengetahuan ibu tentang makanan yang tepat untuk anak batitanya. Oleh karena itu,

  • sebaiknya diberikan informasi oleh petugas kesehatan kepada ibu batita tentang

    pentingnya konsumsi zinc pada anaknya.

    3. Konsumsi Vitamin A Anak Batita

    Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 57.4 % anak batita yang memiliki

    konsumsi vitamin A yang kurang. Pada penelitian yang dilakukan di wilayah kerja

    puskesmas Karangasem I juga ditemukan sebesar 60 % yang mengalami kekurangan

    vitamin A.6

    Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan

    disimpan dalam hati, yang berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan, dan

    meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Hasil kajian dari beberapa studi

    menyatakan bahwa Vitamin A merupakan zat gizi yang sangat essensial bagi manusia,

    karena zat gizi ini sangat penting.25

    Berdasarkan hasil wawancara didapatkan sebagian besar jenis bahan makanan

    mengandung vitamin A yang dikonsumsi oleh anak batita yaitu ikan, ayam, bayam,

    kangkung, wortel, pisang, mangga, dan susu. Masing – masing bahan makanan tersebut

    dikonsumsi dalam frekuensi yang berbeda-beda seperti ayam dikonsumsi 1- 2 seminggu

    sebanyak 25 gr sekali makan, ikan dikonsumsi 3 - 4 kali seminggu sebanyak 25 gr

    sekali makan, sedangkan untuk buah-buahan dan sayuran 2- 4 kali seminggu sebanyak

    25-100 gr sekali makan.

    Pada penelitian ini didapatkan konsumsi vitamin A masih kurang pada anak

    batita, hal ini kemungkinan pengetahuan ibu yang masih kurang tentang pentingnya

    konsumsi vitamin A. Keberadaan ibu yang tidak bekerja atau yang lebih sering si rumah

    mungkin hanya bergelut dengan kebiasaan sehari-hari di dalam rumah dan jarang

    mendapatkan informasi tentang konsumsi makanan pada anaknya seperti konsumsi

  • vitamin A baik itu dari buku maupun informasi lain yang menyebabkan rendahnya

    konsumsi vitamin A pada anak. Oleh karena itu, diberikan juga informasi bagi petugas

    kesehatan kepada ibu batita tentang pentingnya konsumsi vitamin A bagi anaknya.

    4. Hubungan Konsumsi Zinc dengan Kejadian Stunted

    Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi

    zinc dengan kejadian stunting pada anak batita di Desa Rambai Kecamatan Pariaman

    Selatan Kota Pariaman Tahun 2014 (p< 0.05).

    Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan di Semarang Kelurahan

    Tembalang, Bulusan dan Rowosari tahun 2012 didapatkan ada hubungan yang positif

    antara konsumsi zinc dengan kejadian stunting.7

    Penelitian ini sejalan dengan teori dimana salah satu zat gizi yang harus di

    konsumsi oleh anak untuk pertumbuhan yaitu zinc. Hal ini karena, zinc berperan untuk

    pertumbuhan dan perkembangan secara normal, melawan infeksi, dan penyembuhan

    luka. Anak yang dalam proses tumbuh kembang dan anak yang mengalami kekurangan

    gizi mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami defisiensi.28

    Pada penelitian ini ditemukan konsumsi zinc anak batita yang kurang

    menyebabkan stunting pada anak batita tersebut. Konsumsi zinc merupakan faktor

    langsung yang mempengaruhi kejadian stunting. Oleh karena itu, status gizi anak batita

    berkaitan langsung dengan kosumsinya.

  • 5. Hubungan Konsumsi Vitamin A dengan Kejadian Stunted

    Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara

    konsumsi vitamin A dengan kejadian stunting pada anak batita di Desa Rambai

    Kecamatan Pariaman Selatan tahun 2014 (p < 0.05). Sama halnya dengan penelitian yang

    dilakukan Novika Sari di Jorong Sawah Taluak Kecamatan Gubung Talang Kabupaten

    Solok pada tahun 2012 dimana tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi

    vitamin A dengan kejadian stunting.33

    Akan tetapi, jika dilihat dari kecendrungan yang terjadi adalah bahwa proporsi

    anak batita yang mengalami stunting lebih banyak pada anak yang konsumsi vitamin

    Anya kurang. Defisiensi vitamin A meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi.

    Oleh karena itu, anak yang menderita defisiensi vitamin A akan mengalami kegagalan

    pertumbuhan. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang

    membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan Vitamin A pertumbuhan

    tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Vitamin A dalam hal ini berperan

    sebagai asam retinoat.5

    Pada penelitian ini didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara

    konsumsi vitamin A dengan kejadian stunting. Hal ini kemungkinan terjadi karena

    konsumsi bahan makanan yang mengandung vitamin A kurang, dilihat dari konsumsi

    buah-buahan dan sayuran yang jarang, dimana sayuran dan buah-buahan tersebut

    mengandung vitamin A yang cukup tinggi. Oleh karena itu, kecukupan dalam

    mengkonsumsi vitamin A tidak tercapai. Selanjutnya, juga disebabkan oleh faktor yang

    mempengaruihi stunted, tidak hanya konsumsi vitamin A saja, akan tetapi juga ada

    faktor-faktor yang lain yang menyebabkan stunted, seperti pola asuh, pemberian MP

    ASI, serta penyakit infeksi yang dapat diteliti lebih lanjut penyebab terjadinya stunted

    oleh peneliti selanjutnya.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan konsumsi zinc dan konsumsi

    vitamin A dengan kejadian stunting pada anak batita di desa Rambai Kecamatan

    Pariaman Selatan, Kota Pariaman, maka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

    1. Hampir separuh anak batita mengalami stunting di Desa Rambai Kecamatan

    Pariaman Selatan Tahun 2014.

    2. Lebih dari separuh anak batita mempunyai frekuensi konsumsi zinc yang kurang di

    Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014 .

    3. Lebih dari separuh anak batita mempunyai frekuensi konsumsi vitamin A yang

    kurang di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014.

    4. Ada hubungan yang bermakna antara konsumsi zinc dengan kejadian stunting pada

    anak batita di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan tahun 2014.

    5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi vitamin A dengan kejadian

    stunting pada anak batita di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan tahun 2014.

  • B. Saran

    1. Kepada ibu yang memiliki batita agar lebih memperhatikan lagi konsumsi makanan

    anaknya seperti konsumsi zinc dan vitamin A.

    2. Kepada petugas kesehatan agar memberikan informasi kepada ibu batita tentang

    pentingnya konsumsi zinc dan vitamin A.

    3. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan penelitian yang behubungan

    faktor-faktor yang mempengaruhi stunted seperti pola asuh, pemberian MP ASI, serta

    penyakit infeksi.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Syafiq, Ahmad, dkk. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.2007.

    2. Supariasa, D.Y. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 2002.

    3. Gibney, M.J,dkk. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.

    4. Feri. Anak Pendek IQ bisa Rendah. Dalam : Yeni, Susri Nurma. Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Balita Di Kenagarian Bonai Kecamatan IX Koto Kabupaten

    Dhamasraya Tahun 2011 [Karya tulis ilmiah]. Padang: Politeknik Kemenkes Padang.

    2011.

    5. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.2001.

    6. Larasati, Nuki. Perbedaan Konsumsi Energi, protein, vitamin A dan Frekuensi Sakit Karena Infeksi Pada anak Balita Satatus Gizi Pendek (stunted) dan Normal Diwilayah

    Kerja Puskesmas Karangasem I. Denpasar : Poltekkes Denpasar. 2011.

    7. Anindita, Putri. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibum Pendapatn Keluarga, Kecukupan Protein dan Zinc dengan Stunting (pendek) pada Balita usia 6-35 bulan di Kecamatan

    Tembalang Kota Semarang [Skripsi]. Semarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Diponegoro [sumber online] 2012 [diakses 23 Februari 2014]. Tersedia dari

    :URL:http:// ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm.

    8. WHO 2004. Dalam : Hidayati, Listyani, dkk. Kekurangan Energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Risiko Kejadian Stunted Pada anak Usia 1-3 tahun Yang Tinggal Di

    wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta [Skripsi]. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan

    UMS [sumber online] 2010 [diakses 30 Oktober 2013]. Tersedia dari : URL :

    http://ejournal-s1.undip.ac.id.

    9. International Zinc Nutrition Consultative Group 2004. Assessment of the risk of zinc deficiency in populations and options for its control. Dalam : Hidayati, Listyani, dkk.

    Kekurangan Energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Risiko Kejadian Stunted Pada anak

    Usia 1-3 tahun Yang Tinggal Di wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta [Skripsi].

    Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. [sumber online] 2010 [diakses 30 Oktober

    2013]. Tersedia dari : URL : http://ejournal-s1.undip.ac.id.

    10. Herman,S. Studi Masalah Gizi Mikro di Indonesia (Perhatian Khusus pada Kurang Vitamin A, Anemia dan Seng). Dalam : Hamam, Hadi, dkk. Defisiensi Vitamin A dan

    Zinx sebagai faktor resiko terjadinya stunting pada balita di Nusa tenggara barat.

  • [sumber online] 2009 [diakses 2 Desember 2013]. Tersedia dari : URL :

    http://ejournal.litbang.depkes.go.id.

    11. Atmarita. Nutrition Problemini Indonesia. Dalam: Hamam, Hadi, dkk. Defisiensi Vitamin A dan Zinx sebagai faktor resiko terjadinya stunting pada balita di Nusa

    tenggara barat. [sumber online] 2009 [diakses 2 Desember 2013]. Tersedia dari : URL :

    http://ejournal.litbang.depkes.go.id.

    12. Dijkhuizen,M.A. Zincplus(3-carotene supplementation of pregnant women is superiortop-carotene supplementational one in improving vitamin A status in both

    mothers andinfant). Dalam: Hamam, Hadi, dkk. Defisiensi Vitamin A dan Zinx sebagai

    faktor resiko terjadinya stunting pada balita di Nusa tenggara barat. [sumber online] 2009

    [diakses 2 Desember 2013]. Tersedia dari : URL : http://ejournal.litbang.depkes.go.id.

    13. Hagnyonowati. Risiko Defisiensi Seng dan Vitamin A terhadap Kemampuan Adaptasi Gelap. Dalam: Hamam, Hadi, dkk. Defisiensi Vitamin A dan Zinx sebagai faktor resiko

    terjadinya stunting pada balita di Nusa tenggara barat. [sumber online] 2009 [diakses 2

    Desember 2013]. Tersedia dari : URL : http://ejournal.litbang.depkes.go.id.

    14. Kjolhede,C.L., dkk. Serum Retinol Level samong Preschool Childrenin Central Java: Demographic and Socio economic Determinants. Dalam: Hamam, Hadi, dkk. Defisiensi

    Vitamin A dan Zinx sebagai faktor resiko terjadinya stunting pada balita di Nusa

    tenggara barat. [sumber online] 2009 [diakses 2 Desember 2013]. Tersedia dari : URL :

    http://ejournal.litbang.depkes.go.id.

    15. Bhutta,Z.A., Child Undernutrition 3,Whatworks Interventions for Maternaland Child Undernutrition and Survival. Dalam: Hamam, Hadi, dkk. Defisiensi Vitamin A dan Zinx

    sebagai faktor resiko terjadinya stunting pada balita di Nusa tenggara barat. [sumber

    online] 2009 [diakses 2 Desember 2013]. Tersedia dari : URL :

    http://ejournal.litbang.depkes.go.id.

    16. Adhi,K.T. Perbedaan Pertumbuhan Linier (TB/U), Kadar Seng dan Kadar C-reactive Protein (CRP) pada Balita dengan Kadar Serum Retinol Normal dan Tidak Normal.

    Dalam: Hamam, Hadi, dkk. Defisiensi Vitamin A dan Zinc sebagai faktor resiko

    terjadinya stunting pada balita di Nusa tenggara barat. [sumber online] 2009 [diakses 2

    Desember 2013]. Tersedia dari : URL : http://ejournal.litbang.depkes.go.id.

    17. Riskesdas.Prevalensi Anak Balita Pendek.2010.

    18. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.2010.

    19. Profil Kota Pariaman.Laporan Tahunan Penimbangan Balita Kota Pariaman: Dinas Kesehatan Kota Pariaman.2013.

    20. Profil Pariaman Selatan. Hasil Penimbangan Massal Balita Di Kecamatan Pariaman Selatan. 2013.

    http://ejournal.litbang.depkes.go.id/

  • 21. Proverowati, Atikah. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Jakarta: Nuha Media. 2010.

    22. Baliwati,Y.F. Pangan dan gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. 2004.

    23. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2006.

    24. Harper, L.J.,B.J.deaton,A.Driskel. Pangan, Gizi dan pertanian (penerjemah suhardjo). Jakarta : UI press. 1985.

    25. Adriani, Merryana. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prena Media Group. 2012.

    26. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.

    27. Pudjiadi S. Ilmu gizi klinis pada anak. Dalam : Pediatri, Sari. Peran Zinkum dalam Pertumbuhan Anak. [sumber online] 2009 [diakses 25 November 2013]. Tersedia dari :

    URL : http://sari pediatric.idai.or.id/pdffile/11-4-14.

    28. King FS, Burgess A. Nutrition for developing countries. Dalam : Pediatri, Sari. Peran Zinkum dalam Pertumbuhan Anak. [sumber online] 2009 [diakses 25 November 2013].

    Tersedia dari : URL : http://sari pediatric.idai.or.id/pdffile/11-4-14.

    29. Salgueiro MJ, dkk. the role of zinc in the Growth and development ofchildren Nutrition. Dalam : Riyadi, Hadi. Zinc Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Bogor:

    IPB.2002.

    30. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Tentang Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta.2010.

    31. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 2004. Dalam : Syafiq, Ahmad, dkk. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.2007.

    32. Uniceff.1998. Dalam: Supariasa, D.Y. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 2002.

    33. Sari, Novika. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Asupan Energi Dan Zat Gizi (Protein, Vitamin A, Fe, Zinc, I) Dan Hubungan Asupan Energi Dan Zat Gizi (Protein,

    Vitamin A, Fe, Zinc, I) Degan Anak Pendek Usia 24 – 59 Bulan Di Daerah Surplus

    Pangan Jorong Sawah Taluak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok Tahun 2010.

    Padang: Politeknik Kemenkes Padang. 2010.

    http://sari/http://sari/

  • Lampiran C

    DAFTAR PERTANYAAN

    PENELITIAN HUBUNGAN KONSUMSI ZINC DAN VITAMIN A DENGAN

    KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BATITA DI DESA RAMBAI KECAMATAN

    PARIAMAN SELATAN TAHUN 2014

    A. Identitas Lokasi

    Tanggal Wawancara :

    Desa :

    Kode Sampel :

    B. Identitas Keluarga

    No Nama Sex Umur Pendd.*

    Kerja**

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15 *Pend: 1=PT, 2=SMA, 3=SMP, 4=SD, 5-Tidak sekolah

    **Kerja: 1=PNS, 2=P.Swasta, 3=Wiraswasta, 4=Tani, 5=Buruh, 6=Tidak bekerja,

    Pewawancara :

  • C. Identitas Balita Nama Balita :

    Jenis Kelamin :

    Tanggal Lahir :

    Umur :

    Berat Badan :

    Tinggi Badan :

    Anak ke : …… dari ….. bersaudara

    D. Konsumsi makanan

    SEMI QUANTITATIVE FOOD FREQUENCY (SQ-FFQ) – batita

    UR

    UT

    NAMA BAHAN

    MAKANAN

    HARI MGGU BLN JML PORSI Berat

    (gr) (1-3) (1-7) (1-4) (./bln) (/xmkn)

    PADI_PADIAN

    1 Beras

    2 Jagung putih

    pipil

    3 Tepung beras

    4 Tepung maizena

    5 Tepung terigu

    6 Mie kering

    7 Supermie

    8 Bubur tim

    9 Bubur nasi

    10 Bubur tepung

    11 Roti tawar

    manis

    12 Biscuit

    13 Donat

    14 Kue nagasari

    15 Mie bakso

    16 Wafer

    UMBI-UMBIAN

    1 Kentang

    2 Singkong putih

    3 Ubi jalar putih

    4 Talas

    5 Bengkuang

    P. HEWANI

    1 Daging ayam

    2 Daging sapi

    3 Hati Sapi

    4 Hati Ayam

  • 5 Telur ayam

    6 Ikan tongkol

    7 Udang segar

    8 Ikan segar

    9 Telur ayam

    10 Ikan teri nasi

    kering

    11 Kerupuk udang

    12 Susu sapi

    13 Tepung susu

    14 Susu kental

    manis

    LEMAK &

    MINYAK

    1 Margarin

    2 Minyak ikan

    3 Minyak kelapa

    4 Minyak kelapa

    sawit

    6 Minyak sayur,

    dll

    KACANG2AN

    1 Kacang hijau

    2 Kacang kedele

    3 Kacang merah

    4 Kacang panjang

    biji

    5 Kacang tanah

    6 Tahu

    7 Tempe kedele

    murni

    8 Kecap

    9 Bubur kac.ijo

    10 Kacang atom

    UR

    UT

    NAMA BAHAN

    MAKANAN

    HARI MGGU BLN JML PORSI Berat

    (gr) (1=3) (1-7) (1-4) (./bln) (/xmkn)

    BUAH/BIJI BERMINYAK

    1 Kelapa tua

    daging

    2 Santan

    3 Emping

    G U L A

    1 Gula pasir

    2 Gula aren

  • 3 Madu

    4 Meises

    5 Permen

    6 Teh

    7 Coklat

    SAYUR & Buah

    1 Kool

    merah/putih

    2 Bayam segar

    3 Kembang kool

    mentah

    4 Daun singkong

    mentah

    5 Kangkung

    6 Buncis mentah

    7 Mentimun

    8 Labu kuning

    9 Labu siam

    mentah

    10 Lobak mentah

    11 Terong

    belanda/ungu

    12 Toge

    13 Tomat masak

    14 Wortel mentah

    Sayur & BUAH

    1 Alpokat

    2 Apel

    3 Jambu air

    4 Jeruk manis

    5 Langsat

    6 Mangga

    7 Nanas

    8 Nangka masak

    9 Pepaya

    10 Pisang ambon

    11 Rambutan

    12 Salak

    13 Sawo

    14 Semangka

    15 Sambal

    16 Saos tomat

    17 Air sayur+isi

    22 Sayur sop

    Pewawancara : __________________________

  • Lampiran E

    OUTPUT PENELITIAN

    1. IDENTITAS RESPONDEN

    a. Umur Responden

    kategori umur respoden

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid 20 - 35 46 85.2 85.2 85.2

    > 35 8 14.8 14.8 100.0

    Total 54 100.0 100.0

    b. Pekerjaan ibu

    kategori pekerjaan ibu

    Frequen

    cy Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid PNS 2 3.7 3.7 3.7

    WIRASWASTA 5 9.3 9.3 13.0

    TIDAK BEKERJA 47 87.0 87.0 100.0

    Total 54 100.0 100.0

    c. Pendidikan Responden

    pendidikan responden

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid PT 4 7.4 7.4 7.4

    SMA 32 59.3 59.3 66.7

    SMP 12 22.2 22.2 88.9

    SD 6 11.1 11.1 100.0

    Total 54 100.0 100.0

  • 2. IDENTITAS SAMPEL

    a. Umur Sampel

    kategori umur batita

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid 12 - 24 22 40.7 40.7 40.7

    25 - 36 32 59.3 59.3 100.0

    Total 54 100.0 100.0

    b. Jenis Kelamin

    jenis kelamin batita

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid laki-laki 28 51.9 51.9 51.9

    perempuan 26 48.1 48.1 100.0

    Total 54 100.0 100.0

    3. OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT

    a. Distribusi Anak Batita berdasarkan kejadian stunting

    TB/U

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid stunting 13 24.1 24.1 24.1

    normal 41 75.9 75.9 100.0

    Total 54 100.0 100.0

  • b. Distribusi anak batita berdasarkan konsumsi Zinc

    kategori konsumsi zinc

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid kurang 33 61.1 61.1 61.1

    cukup 21 38.9 38.9 100.0

    Total 54 100.0 100.0

    c. Distribusi anak batita berdasarkan konsumsi vitamin A

    kategori konsumsi vitamin A

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid kurang 31 57.4 57.4 57.4

    cukup 23 42.6 42.6 100.0

    Total 54 100.0 100.0

  • 4. OUTPUT UJI CHI-SQUARE

    a. Konsumsi Zinc

    kategori konsumsi zinc * Kategori TB/U Crosstabulation

    Kategori TB/U

    Total stunting normal

    kategori konsumsi

    zinc

    kurang Count 12 21 33

    % within kategori

    konsumsi zinc

    36.4% 63.6% 100.0%

    cukup Count 1 20 21

    % within kategori

    konsumsi zinc

    4.8% 95.2% 100.0%

    Total Count 13 41 54

    % within kategori

    konsumsi zinc

    24.1% 75.9% 100.0%

  • Chi-Square Tests

    Value df

    Asymp. Sig.

    (2-sided)

    Exact Sig. (2-

    sided)

    Exact Sig. (1-

    sided)

    Pearson Chi-Square 7.012a 1 .008

    Continuity Correctionb 5.389 1 .020

    Likelihood Ratio 8.306 1 .004

    Fisher's Exact Test .009 .007

    Linear-by-Linear

    Association

    6.882 1 .009

    N of Valid Cases 54

    a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.06.

    b. Computed only for a 2x2 table

  • b. Konsumsi Vitamin A

    kategori konsumsi vitamin A * Kategori TB/U Crosstabulation

    Kategori TB/U

    Total stunting normal

    kategori konsumsi

    vitamin A

    kurang Count 11 20 31

    % within kategori

    konsumsi vitamin