politeknik kesehatan kemenkes padang karya...

153
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG PERINATOLOGI IRNA KEBIDANAN DAN ANAK RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG ZIKRI IHSAN NIM : 143110238 PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2017

Upload: others

Post on 26-Apr-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN

HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG PERINATOLOGI

IRNA KEBIDANAN DAN ANAK RSUP Dr. M. DJAMIL

PADANG

ZIKRI IHSAN

NIM : 143110238

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2017

Page 2: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN

HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG PERINATOLOGI

IRNA KEBIDANAN DAN ANAK RSUP Dr. M. DJAMIL

PADANG

ZIKRI IHSAN

NIM : 143110238

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2017

Page 3: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 4: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 5: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber yang saya

kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.

Nama : Zikri Ihsan

NIM : 143110238

Tanda Tangan:

Tanggal : 16 Juni 2017

iii

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 6: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ya Allah.....

Begitu besar limpahan rahmat yang engkau berikan kepadaku

Begitu damai jiwaku saatnya bersujud dihadapanmu

Ketenangan dalam dzikirmu membuatku tak henti untuk

menyebut nama Mu

Dan ridhoilah langkah dalam kehidupan yang engkau gariskan

Ya Robbi.....

Berikan petunjuk Mu disetiap pilihanku

Jauhkan aku dari segala resah dan putus asa

Aku ingin menjadi butiran air dalam kehausan insani

Aku ingin menjadi cahaya yang menerangi dunia

Dengan segenap kerendahan hati dan kesabaran jiwa

Ku persembahkan karya ku ini sebagai baktiku

Pada orang-orang yang kucintai dan kusayangi

Terima kasih.....

Zikri ucapkan kepada Ayahanda Bakhtar dan Ibunda Mardaniatil Kamar

Kasihmu begitu tulus tanpa kenal letih dan lelah

Ini adalah mutiara dan butiran keringatmu

Jawaban dari do’a yang selalu didengungkan untuk ku

Pengganti air mata yang mengalir dipipimu

Demi cita-cita anakmu

Ku tahu ini belum seberapa dan ini belum semuanya

Aku menyayangi mu Ayah dan Ibu

Terima kasih...

Zikri ucapkan kepada keluarga saya tacinto Uni Rebi Virlana, Abang Akrimi

Fadhli, Adik bungsu Ainul Fazhilla, dan Nambo Muhiddinur Kamal yang selalu

Memberikan Do’a, semangat, dorongan, dan dukungan baik moral

Maupun materi sehingga saya dapat berjuangan sampai akhir

Aku juga sayang kalian

Page 7: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Terima Kasih....

Zikri Ucapkan kepada Ibu pembimbing kesayangan

Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.Kep, M.Kep dan

Ibu Hj. Tisnawati, S.St, M.Kes yang telah

memberikan arahan selama proposal

dan karya tulis ilmiah berlangsung

Terima kasih...

Zikri ucapkan buat sahabat-sahabat tersayang Ilham A.Md.Kep,

Igo A.Md.Kep yang selalu berlomba dan berjuang bersama, juga sahabat tacinto

Fakhri dan Dicky yang tak pernah bosan memberi semangat dan doa, serta adek

tingkat Bunga, Mayor, Ika kemala yang selalu memberikan

doa dan dukungan serta selalu berbagi dalam suka maupun duka, semoga kalian

juga bisa secepatnya menyelesaikan perjuangan kalian

Terima kasih saya ucapkan kepada seorang sahabat, teman, kakak, senior,

sekaligus yang tersayang Ridha Fani Yulian, A.Md.Kep yang selalu

memberikan doa dan dukungan serta menemani

dalam suka maupun duka

Dan buat RNB’14 tercinta yang selalu heboh dan takkan terlupakan atas apa yang

telah kita lalui bersama, canda tawa, suka dan duka, dan sama berjuang menuju

gelar A.Md.Kep. Serta buat sahabat Keppang’14 yang selalu kompak dan

bersemangat dimanapun dan kapanpun, Zikri sayang kalian semua

‘Zikri Ihsan’

Page 8: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Zikri Ihsan

NIM : 143110238

Tempat/Tanggal Lahir : Panampung/25 November 1995

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak Ke : Tiga

Agama : Islam

Alamat : Jln. Handayani III No. 130 Siteba Padang

Nama Orang Tua

Ayah : Bakhtar

Ibu : Mardaniatil Kamar

RIWAYAT PENDIDIKAN

TAHUN ASAL SEKOLAH

2001-2002 RA/TKA Masjid Akbar Batu Badinding

2002-2008 SD N 17 Batu Badinding

2008-2011 SMP N 2 Bonjol

2011-2014 SMA N 1 Bonjol

2014-2017 Poltekkes Kemenkes Padang

vi

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 9: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia di Ruang

Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

Tahun 2017”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, peneliti mengucapkan terima kasih kepada, Yth:

1. Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.kep, M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu

Hj.Tisnawati, S.St, M.Kep selaku pembimbing II yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini.

2. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI Padang.

3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politektik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.

4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Padang.

5. Bapak Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang beserta staf yang telah

mengizinkan untuk melakukan penelitian.

6. Bapak Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan

pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.

7. Ibu pembimbing akademik Ns. Sila Dewi Anggreni,S.Kp,M.Kep, Sp.KMB

yang selalu memberikan support dan arahan untuk peneliti dan rekan-

rekan satu bimbingan.

8. Teristimewa kepada orangtua dan saudara yang telah memberikan

semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.

9. Sahabat yang telah memberikan support dan membantu dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Page 10: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya

dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Padang, 12 Juni 2017

Peneliti

Page 11: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ ABSTRAK...................................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. LEMBAR ORISINALITAS............................................................................ KATA PENGANTAR..................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................. DAFTAR BAGAN.......................................................................................... DAFTAR TABEL........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

A. Latar Belakang .............................................................................. B. Rumusan Masalah ........................................................................ C. Tujuan Penelitian .......................................................................... D. Manfaat Penelitian ........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. A. Konsep Kasus Hiperbilirubinemia ...............................................

1. Pengertian ............................................................................... 2. Etiologi ................................................................................... 3. Patofisiologi ............................................................................ 4. WOC ....................................................................................... 5. Respon Tubuh.......................................................................... 6. Penatalaksanaan ......................................................................

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Hiperbilirubinemia .............. 1. Pengkajian .............................................................................. 2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan .................................. 3. Rencana Keperawatan ............................................................

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. A. Desain Penelitian .......................................................................... B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... C. Subjek Penelitian........................................................................... D. Alat dan Instrumen Penelitian ....................................................... E. Cara Pengumpulan Data ............................................................... F. Jenis – jenis Data .......................................................................... G. Rencana Analisis ...........................................................................

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS............................... A. Deskripsi Kasus...................................................................................

1. Pengkajian Keperawatan............................................................... 2. Diagnosis Keperawatan................................................................. 3. Intervensi Keperawatan.................................................................

i ii iii iv v

vii ix x xi 1 1 4 4 5 6 6 6 7 9 11 13 14 16 16 19 19 26 26 26 26 26 29 30 31 32 32 32 36 39

Page 12: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

4. Implementasi Keperawatan........................................................... 5. Evaluasi Keperawatan...................................................................

B. Pembahasan Kasus.............................................................................. 1. Pengkajian Keperawatan............................................................... 2. Diagnosis Keperawatan................................................................. 3. Intervensi Keperawatan................................................................. 4. Implementasi Keperawatan........................................................... 5. Evaluasi Keperawatan...................................................................

BAB V PENUTUP......................................................................................... A. Kesimpulan.......................................................................................... B. Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

44 48 52 52 55 57 60 65 72 72 73

Page 13: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 WOC Hiperbilirubinemia............................................................. 11

Page 14: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Derajat Ikterus....................................................................................... Tabel 2.2. Rencana Keperawatan........................................................................... Tabel 4.1. Pengkajian Keperawatan....................................................................... Tabel 4.2. Diagnosis Keperawatan........................................................................ Tabel 4.3. Intervensi Keperawatan........................................................................ Tabel 4.4. Implementasi Keperawatan................................................................... Tabel 4.5. Evaluasi Keperawatan...........................................................................

7 19 32 37 39 44 49

Page 15: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Neonatus

Lampiran 2. Asuhan Keperawatan Pada By.L

Lampiran 3. Asuhan Keperawatan Pada By.T

Lampiran 4. Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Lampiran 6. Lembar Konsul Proposal

Lampiran 7. Lembar Konsul KTI

Lampiran 8. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 9. Ganchart

Page 16: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi baru

lahir. Hiperbilirubinemia ditandai dengan ikterik atau jaundice akibat

tingginya kadar bilirun dalam darah. Bilirubin merupakan hasil pemecahan

hemoglobin akibat sel darah merah yang rusak (Wong , 2009).

Bilirubin merupakan senyawa pigmen kuning yang merupakan produk

katabolisme enzimatik biliverdin oleh biliverdin reduktase. Bilirubin di

produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak.

Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan

cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk (terkonjugasi) kemudian

diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Bayi memiliki usus yang

belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah, sehingga

pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang

kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus

bersirkulasi (Atikah & Jaya, 2016 ).

Bilirubin yang tak terkonjugasi larut dalam lemak, kemudian di kirim ke

hepar, yang mana pada saat itu hepar belum berfungsi sempurna sehingga

akan meningkatkan produksi bilirubin. Kerusakan pada sel darah merah

akan memperburuk keadaan, karna proses pemecahan bilirubin akan

terganggu, hal ini mengakibatkan bayi akan mengalami hiperbilirubinemia

( Lynn & Sowden , 2009 ).

Hiperbilirubinemia dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Secara

fisiologis bayi mengalami kuning pada bagian wajah dan leher, atau pada

derajat satu dan dua (<12mg/dl), dapat diatasi dengan pemberian intake

ASI yang adekuat dan sinar matahari pagi kisaran jam 7.00-9.00 selama

Page 17: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

15menit. Secara patologis bayi akan mengalami kining diseluruh tubuh

atau derajat tiga sampai lima (>12mg/dl), di indikasikan untuk pemberian

fototerapi, jika kadar bilirubin >20mg/dl maka bayi akan di indikasikan

untuk transfusi tukar (Aviv, 2015; Atikah & Jaya, 2015).

Pemberian fototerapi akan berdampak pada bayi, karena fototerapi

memancarkan sinar intensitas tinggi yang dapat berisiko cedera bagi bayi

yaitu pada mata dan genitalia, juga bayi dapat berisiko mengalami

kerusakan intensitas kulit, diare, dan hipertermi. Perawat berperan penting

dalam pemberian fototerapi untuk mencegah terjadinya dampak fototerapi

pada bayi, yaitu monitor intake ASI yang adekuat, memasangkan penutup

mata dan genitalia bayi, merubah posisi bayi setiap 2jam, dan mengatur

intensitas sinar yang diberikan (Aviv, 2015; Atikah & Jaya, 2015).

Atikah dan Jaya, (2015), komplikasi dari hiperbilirrubinemia yaitu kern

ikterus, dimana kern ikterus adalah suatu sindrom neurologi yang timbul

sebagai akibat penimbunan efek terkonjugasi dalam sel-sel otak sehingga

otak mengalami kerusakan, hal ini dapat menyebabkan kejang-kejang dan

penurunan kesadaran serta bisa berakhir dengan kematian, akan tetapi

apabila bayi dapat bertahan hidup, maka akan ada dampak sisa dari

kernikterus tersebut yaitu bayi dapat menjadi tuli, spasme otot, gangguan

mental, gangguan bicara, dan gangguan pada sistem neurologi lainnya.

WHO (2015), menjelaskan bahwa sebanyak 4,5 juta (75%) dari semua

kematian bayi dan balita terjadi pada tahun pertama kehidupan. Data

kematian bayi terbanyak dalam tahun pertama kehidupan ditemukan di

wilayah Afrika, yaitu sebanyak 55/1000 kelahiran. Sedangkan di wilayah

eropa ditemukan ada 10/1000 dari kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa

di wilayah afrika merupakan kejadian tertinggi pada tahun 2015.

Data Profil Kesehatan Indonesia (2014), dalam upaya penekanan angka

kematian bayi di 2015, yang menjadi perhatian bagi pemerintah ialah

Page 18: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

terjadinya 59% kematian bayi pada 2014. Gusni (2016), telah melakukan

penelitian tentang perbedaan ikterus neonatorum pada bayi prematur dan

bayi cukup bulan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta, dari 115

responden bayi terdapat 59 bayi (51%) dengan gestasi prematur, dan 56

bayi (49%) gestasi cukup bulan. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan

data bayi prematur yang ikterus sebanyak 37 bayi (32,2%), bayi prematur

yang tidak ikterus sebanyak 22 bayi (19,1%), bayi cukup bulan yang

ikterus sebanayak 11 bayi (9,6%) dan bayi cukup bulan yang tidak ikterus

sebanyak 48 bayi (39,1%).

Data Dinkes Kota Padang (2015), menunjukkan bahwa angka kematian

bayi pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya , yaitu

64 neonatus pada tahun 2013 sedangkan 60 neonatus pada tahun 2014.

Angka kematian bayi jika dilihat dari jender maka kematian bayi laki-laki

(33 bayi) lebih banyak dari bayi perempuan (27 bayi).

Survei awal yang dilakukan di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan

dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 10 Januari 2017

ditemukan bahwa dari 13 neonatus yang dirawat, terdapat satu kasus

dengan BBLR yang mengalami hiperbilirubinemia dan sedang menjalani

fototerapi di ruang NICU. Bayi tersebut dengan berat badan lahir 2000 g,

dengan bilirubin sebanyak 18mg/dl, perawat sudah melakukan fototerapi

selama 150 jam, perawatan dasar sudah dilakukan, dan intake ASI yang

adekuat. Pengkajian lengkap sudah dilakukan perawat yang meliputi

identitas neonatus dan orang tua, alamat, riwayat kesehatan, data

pemeriksaan fisik serta diagnostik. Pendokumentasian setiap tindakan

pada neonatus sudah dilakukan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti telah melakukan asuhan

keperawatan pada neonatus dengan kasus hiperbilirubinemia di Ruangan

Perinatologi IRNA Kebidanan & Anak RSUP dr. M. Djamil Padang pada

tahun 2017.

Page 19: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

B. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada neonatus dengan kasus

hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak

RSUP Dr.M.Djamil Padang ?

C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan umum

Menerapkan asuhan keperawatan pada neonatus dengan kasus

hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak

RSUP Dr.M.Djamil Padang.

2.Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi data hasil pengkajian pada neonatus dengan

kasus hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA

Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada neonatus dengan kasus

hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan

dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.

c. Menyusun rencana keperawatan pada neonatus dengan kasus

hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan

dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada neonatus dengan kasus

hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan

dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada neonatus dengan kasus

hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan

dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.

f. Melakukan dokumentasi keperawatan pada neonatus dengan

kasus hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA

Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.

Page 20: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

D. Manfaat Penulisan

1. Institusi Pelayanan

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran

dalam menerapkan asuhan keperawatan pada neonatus dengan

hiperbilirubinemia

2. Pengembangan Keilmuan

a. Peneliti

Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan

ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan

asuhan keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia yang

telah dipelajari.

b. Institusi Pendidikan

Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi bahan

rujukan atau perbandingan, khususnya mengenai penerapan asuhan

keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia.

Page 21: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kasus Hiperbilirubinemia

1. Pengertian

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana menguningnya

sklera, kulit atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin dalam tubuh

atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5mg/ml dalam 24 jam,

yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari liper, sistem

biliary, atau sistem hematologi ( Atikah & Jaya, 2016 ).

Hiperbilirubinemia adalah kondisi dimana tingginya kadar bilirubin

yang terakumulasi dalam darah dan akan menyebabkan timbulnya

ikterus, yang mana ditandai dengan timbulnya warna kuning pada

kulit, sklera dan kuku. Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang

sering terjadi pada bayi baru lahir. Pasien dengan hiperbilirubinemia

neonatal diberi perawatan dengan fototerapi dan transfusi tukar

(Kristianti ,dkk, 2015).

Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam

darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara

klinis ditandai dengan ikterus ( Mathindas, dkk , 2013 ).

Atikah dan Jaya, (2016), membagi ikterus menjadi 2 :

a. Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir

rendah, dan biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilang

setelah minggu kedua. Ikterus fisiologis muncul pada hari kedua

dan ketiga. Bayi aterm yang mengalami hiperbilirubin memiliki

kadar bilirubin yang tidak lebih dari 12 mg/dl, pada BBLR 10

mg/dl, dan dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya ialah karna

bayi kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase.

Page 22: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

b. Ikterus Patologis

Ikterus patologis merupakan ikterus yang timnbul segera dalam 24

jam pertama, dan terus bertamha 5mg/dl setiap harinya, kadal

bilirubin untuk bayi matur diatas 10 mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi

prematur, kemudian menetap selama seminggu kelahiran. Ikterus

patologis sangat butuh penanganan dan perawatan khusus, hal ini

disebabkan karna ikterus patologis sangat berhubungan dengan

penyakit sepsis. Tanda-tandanya ialah :

1) Ikterus muncul dalam 24jam pertama dan kadal melebihi

12mg/dl.

2) Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5 mg/dl dalam

24jam.

3) Ikterus yang disertai dengan hemolisis.

4) Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi

aterm , dan 14 hari pada bayi BBLR.

Luasnya ikterus pada neonatus menurut daerah yang terkena dan kadar

bilirubinnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Derajat ikterus pada neonatus menurut rumus Kramer

Zona Luas Ikterik Rata-rata Bilirubin

Serum (umol/L)

Kadar bilirubin

(mg)

1 Kepala dan leher 100 5

2 Pusar-leher 150 9

3 Pusar-paha 200 11

4 Lengan dan tungkai 250 12

5 Tangan dan kaki >250 16

Sumber : Atikah & Jaya (2016)

Page 23: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

2. Etiolgi

Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan.

Penyebab yang sering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul

akibat inkopatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim

G6PD. Hemolisis ini dapat pula timbul karna adanya perdarahan

tertutup (hematoma cepal, perdarahan subaponeurotik) atau

inkompatibilitas golongan darah Rh. Infeksi juga memegang peranan

penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaaan ini terutama

terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Faktor lain yaitu

hipoksia atau asfiksia, dehidrasi dan asiosis, hipoglikemia, dan

polisitemia (Atikah & Jaya, 2016).

Nelson, (2011), secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat

dibagi :

a. Produksi yang berlebihan

Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,

misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas

darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD,

piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

b. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar

Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi

hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya

enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab

lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan

penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.

c. Gangguan transportasi

Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke

hepar.Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh

obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin

menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang

bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.

Page 24: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

d. Gangguan dalam ekskresi

Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar

hepar.Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan

bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau

kerusakan hepar oleh penyebab lain.

Etiologi ikterus yang sering ditemu-kan ialah: hiperbilirubinemia

fisiologik, inkompabilitas golongan darah ABO dan Rhesus, breast

milk jaundice, infeksi, bayi dari ibu penyandang diabetes melitus,

dan polisitemia/hiperviskositas.

Etiologi yang jarang ditemukan yaitu: defisiensi G6PD, defisiensi

piruvat kinase, sferositosis kongenital, sindrom Lucey-Driscoll,

penyakit Crigler-Najjar, hipo-tiroid, dan hemoglobinopati.

(Mathindas, dkk , 2013)

3. Patofisiologi

Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk

akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi

reduksi. Karena sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi

diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai

hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat dengan ligandin.

Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, bilirubin

direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh mikroba di usus besar.

Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi,

sehingga meningkatkan bilirubin plasma total (Mathindas ,dkk, 2013).

Bilirubin mengalami peningkatan pada beberapa keadaan. Kondisi

yang sering ditemukan ialah meningkatnya beban berlebih pada sel

hepar, yang mana sering ditemukan bahwa sel hepar tersebut belum

berfungsi sempurna. Hal ini dapat ditemukan apabila terdapat

peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, pendeknya umur

Page 25: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

eritrosit pada janin atau bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain,

dan atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik (Atikah &

Jaya, 2016).

Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang

telah rusak. Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke

hepar dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk

(terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal.

Bayi memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat

bakteri pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan

menjadi bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam aliran

darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Atikah & Jaya, 2016)

Page 26: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

4. WOC

Hemoglobin

Heme Globin

Fungsi hepar terganggu

Kerusakan sel darah merah

Defisiensi protein “Y”

Bilirubin gagal dipecah

Immaturitas hepar

Prematuritas

hepar

Produksi bilirubin

Hemolisis

Etiologi

Gagal melakukan konjugasi

Sel darah merah rusak

Bilirubin bersirkulasi kembali

Biliverdin

Gangguan konjugasi bilirubin

Pemecahan bilirubin berlebihan

Suplai bilirubin melebihi kemampuan

Hepar gagal berkonjugasi

Uptake bilirubin ke sel hepar gagal

Peningkatan inkompatibilitas darah Rh, ABO , dan sepsis

Sebagian masuk ke siklus enterohepatik

bilirubin akan terus bersirkulasi

Hiperbilirubinemia Ikterus Neonatus

Peningkatan bilirubin unconjugated dalam darah

Ikterus pada sklera dan leher, peningkatan bilirubin >12mg/dl

Kelainan sel darah merah, infeksi

Page 27: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Bagan 2.1 WOC Hiperbilirubinemia

Sumber: Atikah & Jaya(2015); Surasmi,dkk(2003); Widagdo(2012); Wong(2009).

Gangguan sistem tubuh

Reflek hisap menurun

Sistem pencernaan

Nutrisi yang dicerna sedikit

Resiko Infeksi

Ketidakefektifan Pola Makan Bayi

Bilirubin indirek terus bersirkulasi ke jaringan perifer

Ikterus Neonatus

Sistem Persyarafan

Sistem integumen

Kelebihan bilirubin indirek

Kern Ikterus

Menumpuk dan melekat di sel otak

Kejang dan penurunan kesadaran

Defisieensi protein “Y”

Kematian

Kadar bilirubin >12mg/dl

Indikasi fototerapi

Gangguan suhu tubuh

Sinar intensitas tinggi

Hipertermi

Risiko Kekurangan Volume Cairan

Bayi malas menyusu

Diare

Akumulasi bilirubin dalam darah tidak di ekskresiekskresikan

Kadar bilirubin >20mg/dl

Indikasi Transfusi tukar

Risiko Kerusakan Integritas Kulit

Risiko Infeksi

Risiko Kekurangan Volume Cairan

Risiko Cidera

Page 28: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

5. Respon Tubuh

a. Sistem Eliminasi

Pada bayi normal, feses akan berwarna kuning kehijauan,

sementara pada bayi dengan hiperbilirubin biasanya akan berwarna

pucat. Hai ini disebabkan oleh bilirubin tak larut dalam lemak

akibat dari kerja hepar yang mengalami gangguan.

b. Sistem Pencernaan

Bayi dengan hiperbilirubinemia mengalami gangguan pada nutrisi,

karena biasanya bayi akan lebih malas dan tampak letargi, dan juga

reflek sucking yang kurang, sehingga nutrisi yang akan dicerna

hanya sedikit. Dengan nutrisi yang kurang, bayi bisa berisiko

infeksi karna daya tahan tubuh yang lemah.

c. Sistem Integumen

Pada bayi normal, kulit bayi akan tambah merah muda, akan tetapi

pada bayi yang mengaami hiperbilirubin, kulit bayi akan tampak

berwarna kekuningan. Ini disebabkan karna fungsi hepar yang

belum sempurna, defisiensi protein “Y”, dan juga tidak terdapat

bakteri pemecah bilirubin dalam usus akibat dari imaturitas usus,

sehingga bilirubin indirek terus bersirkulasi keseluruh tubuh.

d. Sistem Kerja Hepar (ekskresi hepar)

Pada bayi yang mengalami hiperbilirubin biasanya disebabkan oleh

sistem kerja hepar yang imatur, akibat nya hepar mengalami

gangguan dalam pemecahan bilirubin, sehingga bilirubin tetap

bersirkulasi dengan pembuluh darah untuk menyebar keseluruh

tubuh.

e. Sistem Persyarafan

Bilirubin indirek yang berlebihan serta kurang nya penanganan

akan terus menyebar hingga ke jaringan otak dan syaraf, hal ini

sangat membahayakan bagi bayi, dan akan menyebabkan kern

ikterus, dengan tanda dan gejala yaitu kejang-kejang, penurunan

kesadaran, hingga bisa menyebabkan kematian.

(Widagdo, 2012).

Page 29: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

6. Penatalaksanaan

Menurut Atikah dan Jaya, 2016, cara mengatasi hiperbilirubinemia

yaitu:

a. Mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian

fenobarbital. Fenobarbital dapat bekerja sebagai perangsang

enzim sehingga konjugasi dapat dipercepat.

b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau

konjugasi. Contohnya ialah pemberian albumin untuk

meningkatkan bilirubion bebas.

c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata

setelah dicoba dengan alat-alat bantuan sendiri dapat

menurunkan bilirubin dengan cepat. Walaupun demikian

fototerapi tidak dapat menggantikan transfusi tukar pada proses

hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan

pasca transfusi tukar.

Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara terapeutik :

1) Fototerapi

Dilakukan apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%

dan berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui

tinja dan urin dengan oksidasi foto pada bilirubin dari

biliverdin.

Langkah-langkah pelaksanaan fototerapi yaitu :

a) Membuka pakaian neonatus agar seluruh bagian tubuh

neonatus kena sinar.

b) Menutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang

memantulkan cahaya.

c) Jarak neonatus dengan lampu kurang lebih 40 cm

d) Mengubah posisi neonatus setiap 6 jam sekali.

e) Mengukur suhu setiap 6 jam sekali.

Page 30: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

f) Kemudian memeriksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau

sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam.

g) Melakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada

penderita yang mengalami hemolisis.

2) Fenoforbital

Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar

konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatis glukoronil transferase

yang mana dapat meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance

hepatik pada pigmen dalam empedu, sintesis protein dimana dapat

meningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin. Fenobarbital

tidak begitu sering dianjurkan.

3) Transfusi Tukar

Apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi atau kadar

bilirubin indirek lebih dari 20 mg%.

Langkah penatalaksanaan saat transfusi tukar adalah

sebagai berikut :

a. Sebaiknya neonatus dipuasakan 3-4 jam sebelum

transfusi tukar.

b. Siapkan neonatus dikamar khusus.

c. Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada neonatus.

d. Tidurkan neonatus dalam keadaan terlentang dan buka

pakaian ada daerah perut.

e. Lakukan transfusi tukar sesuai dengan protap.

f. Lakukan observasi keadaan umum neonatus, catat

jumlah darah yang keluar dan masuk.

g. Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali

pusat.

h. Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12 jam.

Page 31: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

(Suriadi dan Yulianni 2006)

Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara alami :

1) Bilirubin Indirek

Penatalaksanaanya dengan metode penjemuran dengan sinar

ultraviolet ringan yaitu dari jam 7.oo – 9.oo pagi. Karena

bilirubin fisioplogis jenis ini tidak larut dalam air.

2) Bilirubin Direk

Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang

adekuat. Hal ini disarankan karna bilirubin direk dapat larut

dalam air, dan akan dikeluarkan melalui sistem pencernaan.

(Atikah & Jaya, 2016 ; Widagdo, 2012)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hiperbilirubinemia

1. Pengkajian

Pengkajian pada kasus hiperbilirubinemia meliputi :

a. Identitas, seperti : Bayi dengan kelahiran prematur, BBLR, dan

lebih sering diderita oleh bayi laki-laki.

b. Keluhan utama

Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas menyusu,

tampak lemah, dan bab berwarna pucat.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak kuning, letargi,

refleks hisap kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang

sudah .20mg/dl dan sudah sampai ke jaringan serebral

maka bayi akan mengalami kejang dan peningkatan

tekanan intrakranial yang ditandai dengan tangisan

melengking.

Page 32: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

2) Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis. Terdapat

gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh

atau golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan

metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan, ibu

menderita DM. Mungkin praterm, bayi kecil usia untuk

gestasi (SGA), bayi dengan letardasio pertumbuhan intra

uterus (IUGR), bayi besar untuk usia gestasi (LGA) seperti

bayi dengan ibu diabetes. Terjadi lebih sering pada bayi

pria daripada bayi wanita.

3) Riwayat kehamilan dan kelahiran

Antenatal care yang kurang baik, kelahiran prematur yang

dapat menyebabkan maturitas pada organ dan salah satunya

hepar, neonatus dengan berat badan lahir rendah, hipoksia

dan asidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin,

neonatus dengan APGAR score rendah juga

memungkinkan terjadinya hipoksia serta asidosis yang akan

menghambat konjugasi bilirubin.

d. Pemeriksaan fisik

1) Kepala-leher.

Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.

2) Dada

Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan

terlihat pergerakan dada yang abnormal.

3) Perut

Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkan

oleh gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik.

4) Ekstremitas

Kelemahan pada otot.

5) Kulit

Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerah

kepala dan leher termasuk ke grade satu, jika kuning pada

Page 33: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

daerah kepala serta badan bagian atas digolongkan ke grade

dua. Kuning terdapat pada kepala, badan bagian atas,

bawah dan tungkai termasuk ke grade tiga, grade empat jika

kuning pada daerah kepala, badan bagian atas dan bawah

serta kaki dibawah tungkai, sedangkan grade 5 apabila

kuning terjadi pada daerah kepala, badan bagian atas dan

bawah, tungkai, tangan dan kaki.

6) Pemeriksaan neurologis

Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah

mencapai jaringan serebral, maka akan menyebabkan

kejang-kejang dan penurunan kesadaran.

7) Urogenital

Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat. Bayi yang

sudah fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan.

e. Pemeriksaan diagnostik

1) Pemeriksaan bilirubin serum

Bilirubin pada bayi cukup bulan mencapai puncak kira-kira

6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Jika nilainya diatas

10 mg/dl yang berarti tidak fisiologis, sedangkan bilirubin

pada bayi prematur mencapai puncaknya 10-12 mg/dl,

antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin yang lebih

dari 14 mg/dl yaitu tidak fisiologis. Ikterus fisiologis pada

bayi cukup bulan bilirubin indirek munculnya ikterus 2

sampai 3 hari dan hilang pada hari ke 4 dan ke 5 dengan

kadar bilirubin yang mencapai puncak 10-12 mg/dl,

sedangkan pada bayi dengan prematur bilirubin indirek

munculnya sampai 3 sampai 4 hari dan hilang 7 sampai 9

hari dengan kadar bilirubin yang mencapai puncak 15

mg/dl/hari. Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin

lebih dari 5 mg/dl perhari.

Page 34: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

2) Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong

empedu

3) Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu

membedakan hepatitis dan atresia biliary.

(Surasmi, dkk, 2003; Lynn & Sowden, 2009; Widagdo,

2012)

f. Data penunjang

1) Pemeriksaan kadar bilirubin serum (total) (normal =

<2mg/dl).

2) Pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran apusan

darah tepi.

3) Penentuan golongan darah dari ibu dan bayi.

4) Pemeriksaan kadar enzim G6PD.

5) Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi

tiroid, uji urin terhadap galaktosemia.

6) Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan

kultur darah, urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif

protein (CPR).

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan

a. Ikterus Neonatus

b. Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek fototerapi.

c. Risiko infeksi b.d proses invasif.

d. Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake

cairan, efek fototerapi dan diare.

e. Risiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan diare.

f. Risiko cedera b.d peningkatan kadar bilirubin dan proses

fototerapi.

g. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d penurunan daya hisap bayi.

( NANDA, 2015 )

Page 35: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.2 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan

NOC NIC

1 Ikterus Neonatus b.d neonatus mengalami kesulitan transisi kehidupan ekstra uterin, keterlambatan pengeluaran mekonium, penurunan berat badan tidak terdeteksi, pola makan tidak tepat dan usia ≤ 7 hari.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:

1. Adaptasi bayi baru lahir a. Warna kulit (5) b. Mata bersih (5) c. Kadar bilirubin

(5)

2. Organisasi (Pengelolaan) bayi prematur a. Warna kulit (5)

3. Fungsi hati , resiko

gangguan. a. Pertumbuhan

dan perkembangan bayi dalam batas normal.(5)

b. Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal(5).

1. Fototerapi: neonatus a. Kaji ulang riwayat

maternal dan bayi mengenai adanya faktor risiko terjadinya hyperbilirubinemia.

b. Observasi tanda-tanda (warna) kuning.

c. Periksa kadar serum bilirubin, sesuai kebutuhan, sesuai protokol dan permintaan dokter.

d. Edukasikan keluarga mengenai prosedur dalam perawatan isolasi.

e. Tutup mata bayi, hindari penekanan yang berlebihan.

f. Ubah posisi bayi setiap 4jam per protokol.

2. Monitor tanda vital a. Monitor nadi, suhu,

dan frekuensi pernapasan dengan tepat.

b. Monitor warna kulit, suhu, dan kelembaban.

2 Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan

1. Temperature regulation (pengaturan suhu)

a. Monitor sushu

Page 36: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

fototerapi.

kriteria:

1. Termoregulasi.

a. berkeringat saat panas (5)

b. gemetaran saat dingin.(5)

c. Tingkat pernafasan. (5)

2. Kontrol resiko : hipertermi.

a. Teridentifikasinya tanda dan gejala hipertermi (5)

b. Modifikasi lingkungan untuk mengontrol suhu tubuh (5)

minimal tiap 2 jam. b. Rencanakan

monitoring suhu secara kontinyu.

c. Monitor nadi dan RR.

d. Monitor warna dan suhu kulit.

e. sesuaikan suhu yang sesua dengan kebutuhan pasien.

f. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi.

g. Tingkatkan cairan dan nutrisi.

h. Berikan antipiretik jika perlu.

i. Gunakan kasur yang dingin dan mandi air hangat untuk perubahan suhu tubuh yang sesuai.

2. Manajemen demam a. Monitor suhu secara

kontinue b. Monitor keluaran

cairan c. Monitor warna kulit

dan suhu d. Monitor masukan

dan keluaran.

3 Risiko infeksi b.d proses invasif.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:

Kontrol resiko : proses infeksi.

Infection Control (Kontrol Infeksi).

a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.

b. Pertahankan teknik isolasi.

c. Batasi pengunjung bila

Page 37: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Faktor risiko infeksi teridentifikasi. (5)

perlu. d. Gunakan sabun

antimikroba untuk cuci tangan.

e. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.

f. Gunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung.

g. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat.

h. Tingkatkan intake nutrisi.

i. Berikan terapi antibiotik bila perlu yang mengandung infection protection (proteksi terhadap infeksi).

4 Risiko kekurangan

volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, efek fototerapi dan diare.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:

Keseimbangan cairan.

a. Intake dan output seimbang dalam 24 jam.(5)

b. Turgor kulit membaik (5)

Manajemen cairan a. Monitor berat badan. b. Timbang popok. c. Pertahankan catatan

intake dan output yang akurat.

d. Monitor vital sign. e. Dorong masukan oral. f. Monitor pernafasan,

tekanan darah, dan nadi. g. Monitor status hidrasi

(kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik).

h. Monitor warna, kuantitas dan banyaknya keluaran urin.

i. Berikan cairan yang sesuai.

Page 38: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

j. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.

k. Monitor berat badan.

5 Risiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan diare.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:

1. Integritas jaringan :

kulit dan membran mukosa.

a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, hidrasi). (5)

b. Perfusi jaringan baik. (5)

2. Kontrol resiko. integritas kulit neonatus kembali membaik. Dengan kriteria hasil :

a. Faktor resiko teridentifikasi (5)

b. Faktor resiko personal termonitor (5)

c. Faktor resiko lingkungan termonitor. (5)

1. Manajemen cairan

a. Monitor berat badan. b. Pertahankan catatan

intake dan output yang akurat.

c. Dorong masukan oral. d. Monitor status hidrasi

(kelembapan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik).

e. Berikan cairan yang sesuai.

2. Pressure management

(Manajemen tekanan) a. Anjurkan untuk

menggunakan pakaian yang longgar.

b. Hindari kerutan pada tempat tidur.

c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.

d. Mobilisasi (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.

e. Monitor akan adanya kemerahan.

f. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.

g. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

6 Risiko cedera b.d peningkatan kadar

Setelah dilakukan asuhan keperawatan,

Environment Management (manajemen lingkungan).

Page 39: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

bilirubin dan proses fototerapi.

maka didapatkan kriteria:

1. Kontrol Resiko cidera 1. Terbebas dari

cidera. (5)

a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.

b. Menghindari lingkungan yang berbahaya.

c. Monitor kadar bilirubin, Hb, HCT sebelum dan sesudah tansfusi tukar.

d. Monitor tanda vital. e. Mempertahankan

sistem kardiopulmonary.

f. Mengkaji kulit pada abdomen.

g. Kolaborasi pemberian obat untuk meningkatkan transportasi dan konjugasi seperti pemberian albumin atau pemberian plasma.

h. Mengontrol lingkungan dari kebisingan.

7 Ketidakefektifan pola makan bayi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:

1. Organisasi (pengelolaan) bayi prematur a. Toleransi makan

(5)

2. Status menelan: fase oral a. Efisiensi

kemampuan

1. Manajemen cairan a. Timbang BB setiap hari

dan dan monitor status pasien.

b. Hitung atau timbang popok dengan baik

c. Monitor tanda vital pasien

2. Monitor nutrisi a. Timbang dan ukur berat

badan ideal b. Berikan intake ASI

yang adekuat.

Page 40: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

menghisap (5)

Page 41: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kualitatif, dan jenis penelitian ini adalah Deskriptif

yaitu suatu metode penelitian yang dilakukakan dengan tujuan untuk

membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif

dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah

melihat penerapan asuhan keperawatan pada neonatus dengan

hiperbilirubinemia di ruang perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak

RSUP.Dr.M.Djamil Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Waktu penelitian dilakukan mulai

dari bulan Januari – Mei 2017.

C. Subjek Penelitian

Kriteria :

1. Kriteria Inklusi

a. Semua bayi yang mengalami hiperbilirubinemia.

b. Bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dirawat diruang perinatologi

RSUP Dr.M.Djamil Padang.

2. Kriteria Eksklusi

a. Bayi dengan hiperbilirubinemia yang mengalami perburukan kondisi.

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format

tahapan proses keperawatan neonatus mulai dari pengkajian sampai pada

evaluasi. Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses

keperawatan neonatus mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Cara

Page 42: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan

studi dokumentasi.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat pemeriksaan fisik yang

terdiri dari :

1. APD (Alat Pelindung Diri)

2. Stetoskop

3. Termometer

4. Penlight

5. Pita ukur

6. Timbangan bayi

Proses keperawatan meliputi :

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kalinya di

fasilitas kesehatan ( rumah sakit). Bentuk yang umumnya dipakai dalam

format pengkajian sebagai berikut:

a. Format tanya jawab

Format tanya jawab biasanya pertanyaan-pertanyaan bersifat umum

(identitas pasien seperti nama, nama orang tua, jumlah anggota

keluarga, ataupun riwayat keperawatan seperti penyakit yang pernah

diderita orangtua), ataupun yang lebih pribadi (seperti status

keuangan, spiritual, seksual orangtua).

b. Pengkajian lanjutan

Pengkajian lanjutan dilakukan secara terus menerus selama proses

keperawatan diberikan, sehingga data ini adalah data yang up to date.

Data ini biasa dicatat dalam format tertentu yang disebur dengan flow

sheet. Contoh dalam pengkajian lanjutan adalah pengkajian tanda-

tanda vital yang diambil dalam periode tertentu. Format flow sheet

memungkinkan perawat untuk melihat apakah terdapat perubahan

kondisi pasien di periode yang berbeda.

c. Pengkajian ulang

Page 43: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Pengkajian ulang dilakukan setelah intervensi dilakukan. Pengkajian

ini dapat ditulis pada format catatan keperawatan. (Format terlampir).

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada

dianalisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai

berikut:

a. Analisa data

Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan

penyebabnya.(Format terlampir) Data pasien terdiri atas data subjektif

yaitu data yang didapat dari perkataan orangtua bayi, biasanya apa yang

dikeluhkan dan objektif yaitu data yang diperoleh perawat berdasarkan

dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik.

b. Menegakkan diagnosa

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES

(problem+etiologi+sympton) dan menggunakan istilah diagnosa

keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA (format terlampr).

3. Intervensi

Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen sebagai berikut:

a. Diagnosa yang diprioritaskan

b. Tujuan dan kriteria hasil

c. Intervensi

Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA Nic-Noc.

(Format terlampir)

4. Implementasi

Implementasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:

a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan.

c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.

d. Tanda tangan perawat pelaksana.

(Format terlampir)

5. Evaluasi

Page 44: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:

a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan.

c. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.

E. Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi)

artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik

berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda.

Untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan

observasi, pengukuran, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk

sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014).

1. Observasi

Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari

pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga

mengobservasi respon tubuh terhadap tindakan apa yang telah dilakukan

pada pasien.

2. Pengukuran

Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda

mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan

pengukuran suhu, menimbang berat badan, dan mengukur panjang bayi.

3. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data

pengkajian seperti identitas, riwayat kesehatan (riwayat kesehatan

sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga), dan

activity daily living.

Page 45: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara bebas terpimpin (format pengkajian yang disediakan).

Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak

terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan,

tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah, sehingga

wawancara ini bersifat fleksibelitas dan tegas.

4. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dalam penelitian ini mengunakan dokumen dari rumah sakit untuk

menunjang penelitian yang akan dilakukan, yaitu data laboratorium kadar

bilirubin lengkap, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan golongan

darah, pemeriksaan kadar enzim, uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin

dan pemeriksaan klinis lainnya.

F. Jenis-Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti

pengkajian kepada pasien dan orangtua, meliputi: Identitas pasien dan

orangtua, riwayat kesehatan pasien dan orangtua, dan pemeriksaan fisik

terhadap pasien.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung

dari rekam medis dan ruang perinatologi IRNA kebidanan dan Anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, data

penunjang, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip

yang tidak dipublikasikan.

G. Rencana Analisis

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan

pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori

Page 46: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia. Data yang telah didapat

dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan

diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi

hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan

keperawatan neonatus dengan hiperbilirubinemia. Analisa yang dilakukan

adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan

kondisi pasien.

Page 47: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan dan merupakan

suatu sistem yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi suatu kesehatan

klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan kenyataan. Kebenaran data sangat

penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan memberikan

pelayanan keperawatan sesuai respon individu.

Peneliti melakukan pengkajian pada dua orang partisipan, partisipan 1

adalah By.L dan partisipan 2 adalah By.T. Pengkajian dilakukan dengan

metode wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dilihat

dari hasil studi dokumentasi.

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2 Anamnesis

By.L perempuan berusia 8 hari no.MR

979409 masuk melalui IGD RSUP

Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 14 Mei

2017 pukul 09.00 WIB, tampak kuning

pada seluruh tubuh sejak usia satu hari. Ibu

mengatakan pernah mengalami keputihan,

hipertensi saat hamil, dan ibu punya riwayat

penyakit DM.

Saat dilakukan pengkajian tanggal 23 Mei

2017 pukul 17.00 WIB, ibu mengatakan

Anamnesis

By.T perempuan 1 hari no.MR 978552

masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil

Padang pada tanggal 23 Mei 2017 pukul

10.15 WIB, tampak kuning seluruh tubuh

sesaat setelah lahir. Ibu pernah mengalami

demam, nyeri saat berkemih, dan pernah

mengalami keputihan saat hamil.

Saat dilakukan pengkajian pada 24 Mei

2017 pukul 20.00 WIB, ayah mengatakan

Page 48: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

By.L tampak kuning pada seluruh tubuh

bayi sejak usia satu hari dan mendapat

fototerapi selama 8 hari di ruang

perinatologi RSUP Dr. M. Djamil Padang,

perawat ruangan juga mengatakan bahwa

By.L suspek sepsis. Ibu mengatakan By.S

suka tidur dan malas untuk menyusu, Ibu

datang pada jam tertentu untuk memberikan

ASI secara langsung untuk By.L dan juga

ibu selalu menyiapkan ASI yang sudah di

pompa untuk diberikan melalui selang

OGT, By.L terpasang Threeway untuk

pemberian obat injeksi berupa antibiotik.

RR : 56x/I, S : 37,8°C, HR : 130x/I, By.L

terpasang Oral Gastric Tube untuk selang

makan.

Riwayat Kehamilan dan kelahiran

Pada riwayat kehamilan dan kelahiran

didapatkan data By.L lahir kurang bulan

(34-35 minggu), berat badan lahir 3000 gr,

panjang badan lahir 50 cm, lahir dengan

operasi Sectio Caesarea (SC), langsung

menangis, By.L lahir diruang OK IGD

RSUP Dr. M. Djamil Padang dibantu oleh

dokter obgyn. Setelah di observasi, bayi

tampak kuning, dan dirujuk ke ruang rawat

neonatus untuk mendapat fototerapi, dan

dilakukan pemeriksaan darah lengkap

dengan hasil labor pada tanggal 17 Mei

2017, Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal 0,3-

1), bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal <0,20),

By.T dinyatakan kuning oleh dokter sesaat

setelah persalinan di IGD RSUP Dr. M.

Djamil Padang dan langsung di bawa ke

ruang rawat bayi dan neonatus untuk

mendapatkan fototerapi. By.T belum

mendapatkan ASI eksklusif dari ibu karna

kondisi ibu belum membaik dan ASI tidak

mau diperas. By.T sementara mendapat susu

formula untuk diit melalui oral, By.T

terpasang Threeway untuk pemberian obat

injksi berupa antibiotik. Tanda vital saat

pengkajian RR : 40x/I, HR : 150x/I, S :

37,7°C. By.T tidak terpasang Oral Gastric

Tube.

Riwayat Kehamilan dan kelahiran

Pada riwayat kehamilan dan kelahiran

didapatkan data By.T lahir cukup bulan (38-

39 minggu), berat badan lahir 2700 gr,

panjang badan 48 cm, lahir dengan spontan

dan langsung menangis. By.T lahir di ruang

kebidanan IGD RSUP Dr. M. Djamil

Padang dibantu oleh bidan dan dokter

obgyn. Setelah di observasi, bayi tampak

kuning diseluruh tubuh dan dirujuk ke ruang

rawat neonatus untuk mendapatkan

fototerapi, dan dilakukan pemeriksaan darah

lengkap dengan hasil labor pada tanggal 23

Mei 2017 , bilirubin total 18,5 mg/dl

(normal 0,3-1), bilirubin direk 0,8 mg/dl

Page 49: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80).

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik yang ditemui yaitu

kulit By.L tampak kuning pada wajah, dada,

dan paha, turgor kulit kurang elastis dan

kering, berat badan 3100 gr, panjang badan

50 cm, Lingkar lengan 9 cm, bentuk kepala

normal dengan lingkar kepala 35 cm,

rambut hitam, mata simetris kiri kanan,

tidak ada secret, konjungtiva tidak anemis

dan sklera ikterik. Reflek cahaya dan reflek

pupil positif. Tidak ada pernapasan cuping

hidung. Struktur mulut utuh, palatum dan

gusi utuh, pada lidah tampak berwarna

merah muda, bibir merah, reflek rooting dan

reflek sucking masih lemah.

Pemeriksaan pada toraks ditemukan lingkar

dada 32 cm, dada simetris, irama pernafasan

teratur, By.L bernafas spontan, suara nafas

vesikuler. Pada pemeriksaan jantung, ictus

kordis tidak terlihat, saat dilakukan palpasi

iktus kordis teraba, bunyi jantung regular.

Pemeriksaan pada abdomen ditemukan

(normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl

(normal <0,80), Hb 13,5 gr/dl (normal P 12-

14 g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 13.787/mm3

(normal 5000-10000), trombosit

342.000/mm3 (normal 150000-400000), HT

39% (normal P 38-58%, W 37-43%).

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan

yaitu kulit By.T tampak kuning pada wajah,

leher dada, pusar, paha dan lengan, tungkai,

tangan dan kaki, turgor kulit kurang elastis

dan kering, berat badan 2700 gr, panjang

badan 48 cm, lingkar lengan 7 cm, bentuk

kepala normal dengan lingkar kepala 33 cm,

rambut kecoklatan, mata simetris kiri kanan,

tidak ada sekret, konjuingtiva tidak anemis

dan sklera ikterik. Reflek cahaya dan reflek

pupil positif. Pernapasan cuping hidung

tidak ditemukan. Struktur mulut utuh,

palatum dan gusi utuh, lidah berwarna

merah, bibir merah, reflek rooting dan

sucking kuat.

Pemeriksaan pada toraks ditemukan lingkar

dada 29 cm, dada simetris, irama pernapasan

teratur, By.T bernafas spontan, suara nafas

vesikuler. Pada pemeriksaan jantung, ictus

cordis tidak terlihat, saat dilakukan palpasi

ictus cordis teraba, bunyi jantung regular.

Pemeriksaan pada abdomen ditemukan

Page 50: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

lingkar abdomen 32 cm, tali pusat sudah

kering, tidak ada kelainan struktur abdomen

normal, spider nevy tidak terlihat, terdengar

bising usus 16x/menit, tidak teraba adanya

pembesaran hepar, berbunyi tympani saat di

perkusi.

Pemeriksaan pada ekstremitas ditemukan

ekstremitas atas lengkap, reflek genggam

ada dan kuat. Ekstremitas bawah lengkap,

reflex balbinsky ada. Genitalia normal,

mekonium sudah keluar. Pada kulit tampak

lanugo, turgor kulit buruk. Program terapi

yang didapat yaitu antibiotik berupa

Ampicilline 2x165mg (IV), dan Gentamicin

1x16mg (IV).

Hasil pemeriksaan kadar bilirubin pada By.L

menurut rumus Kramer didapatkan luas

ikterik dari kepala, leher, hingga pusar, dan

derajat ikterus yaitu pada derajat II-III.

Data Penunjang

Hasil pemeriksaan labor pada tanggal 17

Mei 2017, Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal

0,3-1), bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal

<0,20), bilirubin indirek 14 mg/dl (normal <

0,80).

lingkar abdomen 30 cm, tali pusar masih

lembab, tidak ada kelainan struktur

abdomen, spider navy tidak terlihat, bising

usus terdengan 16x/menit, tidak teraba

adanya pembesaran hepar, bunyi tympani

saat di perkusi.

Pemeriksaan pada ekstremitas ditemukan

ekstremitas atas lengkap, reflek genggang

ada dan kuat. Ekstremitas bawah lengkap,

terpasang threeway. Genitalia normal,

mekonium sudah keluar. Pada kulit tampak

lanugo, turgor kulit buruk. Program terapi

yang didapat yaitu IVFD PG2 13,5 cc/jam ,

antibiotik berupa Ampicilline 2x135mg

(IV), Gentamicin 1x12mg (IV).

Hasil pemeriksaan kadar bilirubin pada By.T

menurut rumus Kramer didapatkan luas

ikterik dari kepala, leher, hingga pusar,

paha, tungkai, tangan, dan kaki, derajat

ikterus yaitu pada derajat IV-V.

Data Penunjang

Hasil Pemeriksaan labor pada tanggal 23

Mei 2017 , bilirubin total 18,5 mg/dl

(normal 0,3-1), bilirubin direk 0,8 mg/dl

(normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl

(normal <0,80), Hb 13,5 gr/dl (normal P 12-

14 g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 13.787/mm3

(normal 5000-10000), trombosit

342.000/mm3 (normal 150000-400000), HT

Page 51: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

39% (normal P 38-58%, W 37-43%).

Hasil pemeriksaan labor pada 24 Mei 2017

didapatkan hasil bilirubin total 17,3 mg/dl

(normal 0,3-1), bilirubin direk 0,6 mg/dl

(normal <0,20), bilirubin indirek 16,7 mg/dl

(normal <0,80), Hb 13,1 gr/dl (normal P 12-

14 g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 12.350/mm3

(normal 5000-10000), trombosit

304.000/mm3 (normal 150000-400000), HT

39% (normal P 38-58%, W 37-43%).

Sedangkan hasil labor pada tanggal 25 Mei

2017 didapatkan hasil bilirubin total 22,1

mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk 0,8

mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 21,3

mg/dl (normal <0,80), terjadi peningkatan

kadar bilirubin yang signifikan.

2. Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan yang muncul pada By.L dengan kasus

hiperbilirubinemia yaitu ikterus neonatus berhubungan dengan

prematuritas, selanjutnya hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi,

diagnosis selanjutnya yaitu risiko kekurangan volume cairan berhubungan

dengan tidak adekuatnya intake cairan, diagnosis selanjutnya yaitu

ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan penurunan daya

hisap bayi. Kemudian pada By.T diagnosis yang muncul yaitu ikterus

neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas AB0, selanjutnya

hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi, diagnosis selanjutnya

yaitu risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak

adekuatnya intake cairan, diagnosis lainnya diagnosis, dan diagnosis

Page 52: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

lainnya yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

hiperbilirubinemia (NANDA, 2015).

Tabel 4.2

Diagnosis Keperawatan Partisipan 1 Partisipan 2

Berdasarkan pengkajian yang sudah

dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017, maka

dilakukan analisis data, sehingga dapat

ditegakkan diagnosis sebagai berikut,

diagnosis utama yang muncul yaitu 1)Ikterus

neonatus berhubungan dengan prematuritas,

berdasarkan data subjektif: dokter

mengatakan kuning tampak pada seluruh

tubuh bayi saat hari pertama kelahiran, By.L

lahir kurang bulan yaitu 34-35minggu,

berdasarkan data objektif: tanggal 23 Mei

2017, bayi kuning pada wajah, leher, sampai

dada, pada mukosa dan sklera, saat diraba

turgor kulit kurang elastis dan kuning,

pengkajian ini juga di dukung oleh hasil

laboratorium tanggal 17 Mei 2017

menunjukkan kadar bilirubin total 14,5 mg/dl

(normal 0,3-1 mg/dl), kadar bilirubin direk

0,5 mg/dl (normal <0,20) dan kadar bilirubin

indirek 14 mg/dl (normal <0,80).

2)Hipertermi berhubungan dengan efek

fototerapi, berdasarkan data subjektif: bayi

rewel dan menangis, perawat ruangan

mengatakan bayi mengalami peningkatan

Berdasarkan pengkajian yang sudah

dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017, maka

dilakukan analisis data, sehingga dapat

ditegakkan diagnosis sebagai berikut,

diagnosis utama yang muncul yaitu

1)Ikterus neonatus berhubungan dengan

inkompatibilitas AB0, berdasarkan data

subjektif: dokter mengatakan kuning

tampak pada seluruh tubuh bayi sejak

24jam pertama kelahiran, dan dari

pemeriksaan rhesus dokter mengatakan ada

perbedaan golongan darah rhesus ibu dan

bayi, kemudian berdasarkan data objektif:

tanggal 24 Mei 2017, bayi kuning pada

seluruh tubuh, pada mukosa dan sklera,

saat diraba turgor kulit kurang elastis dan

kuning, pengkajian ini juga di dukung oleh

hasil laboratorium tanggal 23 Mei 2017

yang menunjukkan kadar bilirubin total

18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk

0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek

17,7 mg/dl (normal <0,80).

2)Hipertermi berhubungan dengan efek

fototerapi, berdasarkan data subjektif: bayi

rewel dan sering menangis, kemudian

berdasarkan data objektif: hasil observasi

Page 53: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

suhu tubuh, kemudian berdasarkan data

objektif: bayi dalam perawatan fototerapi dan

vital sign pada tanggal 23 Mei 2017

didapatkan suhu bayi 37,8°C, pada hasil

observasi bayi jarang di ganti posisi saat

fototerapi, sehingga untuk pengaturan suhu

tubuh bayi tidak seimbang.

3)Risiko kekurangan volume cairan

berhubungan dengan tidak adekuatnya intake

cairan dan efek fototerapi, berdasarkan data

subjektif: ibu By.L mengatakan bahwa

bayinya malas untuk menghisap ASI,

kemudian berdasarkan data objektif: By.L

dalam perawatan fototerapi, dan hasil

pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit bayi

yang tidak elastis dan kering.

4)Ketidakefektifan pola makan bayi

berhubungan dengan penurunan daya hisap

bayi, berdasarkan data subjektif: ibu By.L

mengatakan saat di susui bayi malas

menghisap ASI, dan saat dicoba memberi ASI

melalui botol susu bayi juga malas untuk

menghisap, kemudian berdasarkan data

objektif: hasil pemeriksaan fisik didapatkan

bahwa reflek rooting dan reflek sucking bayi

lemah.

bayi mendapatkan fototerapi tiga lampu,

dan posisi bayi jarang di ganti, sehingga

untuk pengaturan suhu tubuh bayi tidak

seimbang, dan hasil vital sign didapatkan

suhu bayi 37,7°C.

3)Risiko kekurangan volume cairan

berhubungan dengan tidak adekuat nya

intake cairan dan efek fototerapi,

berdasarkan data subjektif: perawat

ruangan mengatakan By.T sangat berisiko

kekurangan volume cairan, kemudian

berdasarka data objektif: hasil pemeriksaan

fisik didapatkan turgor kulit kurang elastis

dan kering, By.T tidak mendapatkan ASI

dari ibu karna ibu dalam perawatan nifas

diruang kebidanan, karna kondisi belum

stabil.

4)Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan hiperbilirubinemia,

berdasarkan data subjektif: dokter

mengatakan kulit bayi terkelupas pada

bagian wajah hingga paha, kemudian

berdasarkan data objektif: hasil

pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit

yang kurang elastis dan kering ditambah

ada kulit yang terkelupas di wajah, lengan,

leher dan kaki, dan adanya kulit

kemerahan di sekitar anus dan bokong

Page 54: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

akibat dari bayi mengalami diare.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen

tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensoi

keperawatan dan merupakan metode komunikasi tentang asuhan

keperawatan pada pasien (Nursalam, 2011).

Tabel 4.3

Intervensi Keperawatan Partisipan 1 Partisipan 2

Rencana keperawatan untuk diagnosis

Ikterus neonatus berhubungan dengan

immaturitas dengan kriteria hasil a)warna

kulit tidak menyimpang dari rentang normal

b)mata bersih tidak menyimpang dari rentang

normal c)kadar bilirubin tidak menyimpang

dari rentang normal d)tanda vital dalam batas

normal, dengan rencana keperawatan yang

akan dilaksanakan yaitu pemberian fototerapi

neonatus, aktifitas keperawatan sebagai

berikut: 1)Kaji kembali riwayat maternal dan

bayi mengenai faktor risiko terjadinya

hiperbiliorubinemia seperti ketidakcocokan

Rhesus atau ABO, polisitemia, sepsis,

prematuritas, sepsis dan malpresentasi.

Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui

faktor resiko hiperbilirubin pada bayi.

2)Amati tanda-tanda ikterus atau kuning pada

tubuh bayi, pemeriksaan ini bertujuan untuk

mengetahui atau menilai derajat ikterus sesuai

dengan rumus Kramer.

3)Periksa kadar bilirubin serum sesuai

Rencana keperawatan untuk diagnosis

Ikterus neonatus berhubungan dengan

inkompatibilitas AB0 dengan kriteria hasil

a)warna kulit tidak menyimpang dari

rentang normal b)mata bersih tidak

menyimpang dari rentang normal c)kadar

bilirubin tidak menyimpang dari rentang

normal d)tanda vital dalam batas normal

d)pertumbuhan dan perkembangan bayi

dalam batas normal, dengan rencana

keperawatan yang akan dilaksanakan yaitu

pemberian fototerapi neonatus, aktifitas

keperawatan sebagai berikut: 1)Kaji

kembali riwayat maternal dan bayi

mengenai faktor risiko terjadinya

hiperbiliorubinemia seperti ketidakcocokan

Rhesus atau ABO, polisitemia, sepsis,

prematuritas, sepsis dan malpresentasi.

Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui

faktor resiko hiperbilirubin pada bayi.

2)Amati tanda-tanda ikterus atau kuning

pada tubuh bayi, pemeriksaan ini bertujuan

Page 55: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

kebutuhan, protokol, dan permintaan dokter,

pemeriksaan ini bertujuan agar bisa

mengetahui kadar bilirubin dalam darah dan

untuk memastikan tindakan selanjutnya.

4)Tutup mata bayi dengan penutup mata

berwarna hitam dan tidak tembus cahaya,

hindari penekanan yang berlebihan, tindakan

ini bertujuan untuk menghindari mata bayi

dari cedera akibat dari pemberian sinar

fototerapi, karna akan berdampak kebutaan

pada bayi.

5)Ubah posisi bayi setiap 4jam per protokol,

ini bertujuan agar seluruh bagian tubuh bayi

yang kuning dapat menerima sinar fototerapi.

Selanjutnya monitor tanda vital, aktivitas

keperawatan yang dilakukan yaitu 6)Monitor

warna kulit, suhu, dan kelembaban, ini

bertujuan agar tidak terjadinya cedera pada

kulit bayi, dan juga untuk mencegah agar bayi

tidak mengalami hipertermi.

Rencana keperawatan untuk diagnosis

Hipertermi dengan kriteria hasil

a)Termoregulasi tidak terganggu

b)Teridentifikasinya tanda dan gejala

hipertermi, dengan rencana keperawatan yang

untuk mengetahui atau menilai derajat

ikterus sesuai dengan rumus Kramer.

3)Periksa kadar bilirubin serum sesuai

kebutuhan, protokol, dan permintaan

dokter, pemeriksaan ini bertujuan agar bisa

mengetahui kadar bilirubin dalam darah

dan untuk memastikan tindakan

selanjutnya.

4)Tutup mata bayi dengan penutup mata

berwarna hitam dan tidak tembus cahaya,

hindari penekanan yang berlebihan,

tindakan ini bertujuan untuk menghindari

mata bayi dari cedera akibat dari

pemberian sinar fototerapi, karna akan

berdampak kebutaan pada bayi.

5)Ubah posisi bayi setiap 4jam per

protokol, ini bertujuan agar seluruh bagian

tubuh bayi yang kuning dapat menerima

sinar fototerapi.

Selanjutnya monitor tanda vital, aktivitas

keperawatan yang dilakukan yaitu

6)Monitor warna kulit, suhu, dan

kelembaban, ini bertujuan agar tidak

terjadinya cedera pada kulit bayi, dan juga

untuk mencegah agar bayi tidak

mengalami hipertermi.

Rencana keperawatan untuk diagnosis

Hipertermi dengan kriteria hasil

a)Termoregulasi tidak terganggu

b)Teridentifikasinya tanda dan gejala

hipertermi, dengan rencana keperawatan

Page 56: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

akan dilakukan yaitu pengaturan suhu,

aktivitas keperawatan sebagai berikut:

1)Monitor suhu bayi minimal tiap 2jam dan

secara kontinyu, ini bertujuan agar suhu dapat

di seimbangkan, sehingga dapat mencegah

terjadinya hipertermi. 2)Monitor tanda-tanda

hipertermi dan hipotermi, hal ini bertujuan

mengidentifikasi tanda-tanda hipertermi dan

hipotermi.

3)Tingkatkan cairan dan nutrisi, bertujuan

agar tubuh memiliki daya energi dan cairan

dalam tubuh yang cukup dapat mengontrol

keseimbangan suhu tubuh.

Adapun perencanaan lainnya yaitu

manajemen demam, aktivitas keperawatan

yang dilakukan adalah 4)Monitor suhu secara

kontinyu 5)Monitor intake dan output cairan,

serta 6)monitor suhu dan warna kulit

7)pemberian antibiotik melalui IV line.

Rencana keperawatan untuk diagnosis Risiko

kekurangan volume cairan dengan kriteria

hasil a)Intake dan outpun seimbang dalam

24jam, b)Turgor kulit membaik, dengan

rencana keperawatan yang akan dilakukan

yaitu manajemen cairan, dan aktivitas

keperawatan sebagai berikut: 1)Monitor berat

badan, bertujuan untuk menilai apakah intake

cairan dan keseimbangan cairan dalam tubuh

bayi terpenuhi. 2)Timbang popok,

yang akan dilakukan yaitu pengaturan

suhu, aktivitas keperawatan sebagai

berikut: 1)Monitor suhu bayi minimal tiap

2jam dan secara kontinyu, ini bertujuan

agar suhu dapat di seimbangkan, sehingga

dapat mencegah terjadinya hipertermi.

2)Monitor tanda-tanda hipertermi dan

hipotermi, hal ini bertujuan

mengidentifikasi tanda-tanda hipertermi

dan hipotermi.

3)Tingkatkan cairan dan nutrisi, bertujuan

agar tubuh memiliki daya energi dan

cairan dalam tubuh yang cukup dapat

mengontrol keseimbangan suhu tubuh.

Adapun perencanaan lainnya yaitu

manajemen demam, aktivitas keperawatan

yang dilakukan adalah 4)Monitor suhu

secara kontinyu 5)Monitor intake dan

output cairan, serta 6)monitor suhu dan

warna kulit 7)pemberian antibiotik melalui

IV line.

Rencana keperawatan untuk diagnosis

Risiko kekurangan volume cairan

dengan kriteria hasil a)Intake dan outpun

seimbang dalam 24jam, b)Turgor kulit

membaik, dengan rencana keperawatan

yang akan dilakukan yaitu manajemen

cairan, dan aktivitas keperawatan sebagai

berikut: 1)Monitor berat badan, bertujuan

untuk menilai apakah intake cairan dan

keseimbangan cairan dalam tubuh bayi

Page 57: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

pertahankan catatan intake dan output yang

akurat, ini bertujuan unutk dapat memonitor

kecukupan cairan dalam tubuh bayi.

3)Monitor tanda vital, tujuan nya untuk

menilai suhu, biasanya suhu dapat

mempengaruhi keseimbangan cairan dalam

tubuh.

4)Monitor status hidrasi, yaitu seperti

kelembaban membrane mukosa, turgor kulit,

dan nadi adsekuat.

5)Monitor warna, kuantitas, dan banyaknya

keluaran urine, bertujuan agar dapat

mengetahui penyerapan cairan dalam tubuh

bayi tidak ada gangguan.

6)Monitor respon pasien terhadap

penambahan cairan, yang bertujuan untuk

menilai apakah bayi mengalami muntah

setelah diberi cairan, apakah bayi mengalami

perubahan suhu yang mendekati normal, dan

turgor kulit membaik.

Rencana keperawatan untuk diagnosis

ketidakefektifan pola makan bayi dengan

kriteria hasil a)Bayi dapat menyusui dengan

efektif, b)Memverbalisasikan teknik untuk

mengatasi masalah menyusui, c)Bayi

menandakan kepuasan menyusu, d)Ibu

menunjukkan harga diri yang positif dengan

menyusui. Rencana keperawatan yang akan

dilakukan dan aktivitas keperawatan sebagai

terpenuhi. 2)Timbang popok, pertahankan

catatan intake dan output yang akurat, ini

bertujuan unutk dapat memonitor

kecukupan cairan dalam tubuh bayi.

3)Monitor tanda vital, tujuan nya untuk

menilai suhu, biasanya suhu dapat

mempengaruhi keseimbangan cairan dalam

tubuh.

4)Monitor status hidrasi, yaitu seperti

kelembaban membrane mukosa, turgor

kulit, dan nadi adekuat.

5)Monitor warna, kuantitas, dan

banyaknya keluaran urine, bertujuan agar

dapat mengetahui penyerapan cairan dalam

tubuh bayi tidak ada gangguan.

6)Monitor respon pasien terhadap

penambahan cairan, yang bertujuan untuk

menilai apakah bayi mengalami muntah

setelah diberi cairan, apakah bayi

mengalami perubahan suhu yang

mendekati normal, dan turgor kulit

membaik.

Rencana keperawatan untuk diagnosis

kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan hiperbilirubinemia, dengan

kriteria hasil yaitu a)Integritas kulit yang

baik dipertahankan (sensasi, elastisitas,

hidrasi), b)Perfusi jaringan membaik,

c)Faktor resiko, lingkungan

teridentifikasi, dengan rencana

keperawatan yang akan dilaksanakan yaitu

Page 58: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

berikut: 1)Kaji kemampuan menghisap bayi,

tindakan ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan hisap bayi. 2)Sediakan ruangan

khusus untuk menjaga privasi ibu selama

menyusui. Tujuan dari tindakan ini adalah

supaya terjaganya privasi ibu selama

menyusui dan agar ibu merasa nyaman

selama menyusui.

3)Monitor kemampuan bayi untuk menggapai

putting. Tindakan ini bertujuan untuk melihat

kemampuan bayi saat menyusu.

4)Informasikan pada ibu untuk tidak

membatasi bayi menyusu, tindakan ini

dilaksanakan agar pemahaman ibu bertambah

tentang pentingnya frekuensi pemberian ASI

5)Pantau integritas kulit sekitar putting,

tujuan dari perencanaan ini adalah untuk

melihat area sekitar putting ibu setelah

penggunaan alat pemompa ASI.

6)Ajarkan tentang perawatan putting untuk

mencegah lecet. Tindakan keperawatan ini

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

ibu mengenai perawatan putting selama

menyusui dan mencegah agar payudara ibu

tidak lecet.

7)Diskusikan dengan ibu tentang penggunaan

pompa ASI supaya ibu tidak kesusahan lagi

saat memompa ASI.

8)Anjurkan ibu untuk makan makanan

bergizi selama menyusui, tujuan dari

intervensi ini adalah karna makanan bergizi

manajemen cairan, dan aktivitas

keperawatan yang akan dilakukan

1)Pantau berat badan bayi. Tindakan ini

dilakukan untuk melihat perubahan berat

badan bayi. 2)Pertahankan intake dan

output yang akurat. Tujuan dari tindakan

ini agar menyeimbangkan masukan dan

keluaran secara akurat.

3)Dorong masukan oral yang bertujuan

agar bayi tidak kekurangan cairan.

4)Pantau status hidrasi seperti kelembapan

mukosa dan nadi. Bertujuan untuk

mengetahui derajat perfusi jaringan.

5)Anjurkan untuk menggunakan pakaian

yang longgar karna pakaian yang ketat

dapat mengakibatkan penekanan pada area

yang tertekan.

Selanjutnya manajemen tekanan, dengan

aktivitas keperawatan sebagai berikut:

6)Hindari kerutan pada tempat tidur, untuk

mencegah terjadinya iritasi karna gesekan

dengan alat tenun.

7)Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih

dan kering.

8)Ubah posisi bayi setiap dua jam sekali.

Tindakan ini bertujuan untuk mencegah

penekanan kulit pada daerah tertentu

dalam waktu lama.

9)Monitor aktivitas dan mobilisasi bayi

untuk melihat kemampuan gerakan bayi.

Page 59: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

sangat diperlukan oleh ibu menyusui sebagai

nutrisi yang optimal untuk bayi.

9)Anjurkan ibu untuk minum jika merasa

sudah merasa haus agar ibu tidak kehausan

dan kekurangan cairan selama menyusui.

10)Beritahukan kepada ibu untuk

menghindari penggunaan rokok dan pil KB

selama menyusui yang bertujuan agar efek

samping dari rokok tidak mengenai bayi dan

produksi ASI tidak akibat hormon yang

terkandung didalam KB.

11)Informasikan ibu untuk tetap melanjutkan

menyusui setelah pulang bekerja/sekolah

supaya proses menyusui tidak terhambat.

10)Mandikan bayi dengan sabun dan air

hangat untuk mempertahankan kebersihan

tanpa mengiritasi kulit.

4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2 Berdasarkan rencana keperawatan yang telah

dibuat, maka tindakan keperawatan pada

diagnosis Ikterus neonatus pada By.L yaitu

1)Pada pukul 14.30 WIB Mengkaji ulang

riwayat maternal dan bayi mengenai adanya

faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia

pada By.L, didapatkan ibu dengan riwayat

penyakin Diabetes Melitus dan mengalami

Berdasarkan rencana keperawatan yang

telah dibuat, maka tindakan keperawatan

pada diagnosis Ikterus neonatus pada

By.T yaitu 1)Pada pukul 14.00 WIB

Mengkaji ulang riwayat maternal dan bayi

mengenai adanya faktor risiko terjadinya

hiperbilirubinemia pada By.T, didapatkan

ibu dengan eksklamsia, dan mengalami

Page 60: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PEB saat kehamilan, kemudian hasil

pengkajian lainnya pada ibu didapatkan

bahwa By.L lahir prematur atau kurang bulan

yaitu 34-35minggu dengan operasi sectio

caesarea. Hasil labor pada tanggal 17 Mei

2017, Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal 0,3-

1), bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal <0,20),

bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80).

Dan By.L sempat mengalami suspek sepsis.

Tindakan keperawatan selanjutnya yaitu

2)Pada pukul 15.15 WIB mengobservasi

tanda-tanda ikterus pada By.L, yaitu menilai

derajat ikterus yang berpedoman pada rumus

Kramer, dengan cara menekan bagian kulit

bayi seperti wajah, dada, lengan, paha, dan

tungkai lalu di lepaskan, dan didapatkan yaitu

kuning masih terdapat di wajah hingga pusar.

Kemudian pada pukul 16.00 WIB 3)Menutup

mata By.L dengan penutup hitam yang sudah

dimodivikasi agar mencegah terjadinya

cedera pada bayi, karna akan dilakukan

tindakan pemberian sinar fototerapi sesuai

protokol dan indikasi dokter, kemudian pukul

20.00 WIB 4)Merubah posisi bayin per

protokol agar fototerapi yang dilakukan dapat

menyeluruh diberikan kepada By.L.

5)pada 20.10 WIB memonitor warna kulit,

suhu, dan kelembaban, ini bertujuan agar

tidak terjadinya cedera pada kulit bayi, dan

juga untuk mencegah agar bayi tidak

mengalami hipertermi.

pecah ketuban ±17jam, dengan warna

ketuban hijau kental, kemudian hasil

pengkajian lainnya pada ibu didapatkan

bahwa By.T lahir cukup bulan yaitu 38-

39minggu dengan spontan. Hasil labor

pada tanggal 23 Mei 2017, bilirubin total

18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk

0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek

17,7 mg/dl (normal <0,80),

Tindakan keperawatan selanjutnya yaitu

2)Pada pukul 15.00 WIB mengobservasi

tanda-tanda ikterus pada By.T, yaitu

menilai derajat ikterus yang berpedoman

pada rumus Kramer, dengan cara menekan

bagian kulit bayi seperti wajah, dada,

lengan, paha, dan tungkai lalu di lepaskan,

dan didapatkan yaitu kuning masih

terdapat pada bagian wajah hingga tungkai.

Kemudian dilanjutkan dengan 3)Menutup

mata By.T dengan penutup hitam yang

sudah dimodivikasi agar mencegah

terjadinya cedera pada bayi, karna akan

dilakukan tindakan pemberian sinar

fototerapi sesuai protokol dan indikasi

dokter, kemudian pukul 20.00 WIB

4)Merubah posisi bayin per protokol agar

fototerapi yang dilakukan dapat

menyeluruh diberikan kepada By.T.

kemudian 5)memonitor warna kulit, suhu,

dan kelembaban, ini bertujuan agar tidak

terjadinya cedera pada kulit bayi, dan juga

Page 61: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk

mengatasi masalah keperawatan hipertermi

pada By.L yaitu 1)Pada pukul 15.00 WIB

memonitor suhu By.L setiap 3jam dan secara

kontinyu, lalu dilanjutkan dengan

2)memonitor tanta-tanda hipertermi dan

hipotermi dari hasil pengukuran suhu,

kemudian dilakukan pengaturan suhu ruangan

untuk keseimbangan suhu pada bayi.

3)Memonitor warna kulit dan suhu, apakah

ada kulit yg kemerahan. 4)Pada jam 14.00

WIB meningkatkan cairan dan nutrisi setiap

3jam, dengan memberikan ASI pada bayi

melalui ibu secara langsung.

Tindakan keperawatan selanjutnya yang

dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan Risiko kekurangan volume

cairan pada By.L yaitu 1)pada pukul 14.15

WIB melakukan penimbangan berat badan,

bertujuan untuk menilai apakah intake cairan

dan keseimbangan cairan dalam tubuh bayi

terpenuhi. 2)Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat dan mempertahankan

masukan per oral agar cairan dan nutrisi

terpenuhi melalui pemberian ASI.

untuk mencegah agar bayi tidak

mengalami hipertermi.

Tindakan keperawatan yang dilakukan

untuk mengatasi masalah keperawatan

hipertermi pada By.T yaitu 1)Pada pukul

14.00 WIB memonitor suhu By.T setiap

3jam dan secara kontinyu, lalu dilanjutkan

dengan 2)memonitor tanta-tanda

hipertermi dan hipotermi dari hasil

pengukuran suhu, kemudian dilakukan

pengaturan suhu ruangan untuk

keseimbangan suhu pada bayi.

3)Memonitor warna kulit dan suhu, apakah

ada kulit yg kemerahan. 4)Pada jam 14.00

WIB meningkatkan cairan dan nutrisi

setiap 3jam, dengan memberikan susu

formula, karena produksi ASI ibu belum

lancar.

Tindakan keperawatan selanjutnya yang

dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan Risiko kekurangan volume

cairan pada By.T yaitu 1)pada pukul 14.30

WIB melakukan penimbangan berat badan,

bertujuan untuk menilai apakah intake

cairan dan keseimbangan cairan dalam

tubuh bayi terpenuhi. 2)Meningkatkan

intake cairan dan nutrisi yang adekuat dan

mempertahankan masukan per oral agar

cairan dan nutrisi terpenuhi melalui

Page 62: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

3)menimbang popok bayi untuk menilai

pengeluaran atau output, serta menilai warna

dan konsistensi urine bayi, didapatkan urine

berwarna kekunuingan dan feses berwarna

kuning kehijauan dengan konsistensi lembek.

Tindakan keperawatan selanjutnya yang

dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan Ketidakefektifan pola makan

bayi pada By.L yaitu pada pukul 14.00 WIB

1)mengkajiaji kemampuan menghisap bayi,

yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan hisap bayi sebelum diberikan

pada ibu untuk disusui. Ibu mengatakan daya

hisap By.L masih lemah. 2)menyediakan

ruangan khusus untuk menjaga privasi ibu

selama menyusui. Yang bertujuan supaya

terjaganya privasi ibu selama menyusui dan

agar ibu merasa nyaman selama menyusui

dan produksi ASI bisa lancar.

3)Menginformasikan pada ibu untuk tidak

membatasi bayi menyusu, tindakan ini

dilaksanakan agar pemahaman ibu bertambah

tentang pentingnya frekuensi pemberian ASI.

Ibu mengatakan dapat memberikan ASI

sepenuhnya untuk bayi.

4)Mendiskusikan dengan ibu tentang

penggunaan pompa ASI supaya ibu tidak

kesusahan lagi saat memompa ASI.

pemberian susu formula. 3)menimbang

popok bayi untuk menilai pengeluaran atau

output, serta menilai warna dan konsistensi

urine bayi, didapatkan urine berwarna

pekat dan feses berwarna pucar, dengan

konsistensi lembek dan cepat mengeras

pada kulit bayi.

Tindakan keperawatan selanjutnya yang

dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan Kerusakan integritas kulit

pada By.T yaitu 1)pada pukul 14.30 WIB

menimbang berat badan bayi. Tindakan ini

dilakukan untuk melihat perubahan berat

badan bayi, didapatkan berat badan bayi

belum mengalami peningkatan,

2)mempertahankan intake dan output yang

akurat, yang bertujuan agar

menyeimbangkan masukan dan keluaran

secara akurat.

3)mendorong masukan oral yang bertujuan

agar bayi tidak kekurangan cairan.

4)memantau status hidrasi seperti

kelembapan mukosa dan nadi. Bertujuan

untuk mengetahui derajat perfusi jaringan.

5)menghindari kerutan pada tempat tidur,

untuk mencegah terjadinya iritasi karna

gesekan dengan alat tenun.

6)mengubah posisi bayi setiap dua jam

sekali. Tindakan ini bertujuan untuk

Page 63: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

5)Menganjurkan ibu untuk makan makanan

bergizi selama menyusui, tujuan dari

intervensi ini adalah karna makanan bergizi

sangat diperlukan oleh ibu menyusui sebagai

nutrisi yang optimal untuk bayi. Ibu

mengatakan nafsu makan sudah meningkat

setelah melahirkan dan ibu memahami bahwa

peningnya nutrisi bagi ibu yang menyusui.

6)Menganjurkan ibu untuk minum jika

merasa sudah haus agar ibu tidak kehausan

dan kekurangan cairan selama menyusui.

7)memberitahukan kepada ibu untuk

menghindari penggunaan rokok dan pil KB

selama menyusui yang bertujuan agar efek

samping dari rokok tidak mengenai bayi dan

produksi ASI tidak maksimal akibat hormon

yang terkandung didalam KB.

11)menginformasikan ibu untuk tetap

melanjutkan menyusui setelah pulang bekerja

supaya proses menyusui tidak terhambat, dan

menyediakan stok ASI yang telah di pompa

di rumah.

mencegah penekanan kulit pada daerah

tertentu dalam waktu lama, didapatkan

tidak ada kulit yang memerah akibat dari

penekanan pada kerutan alat tenun.

7)Menilai aktivitas dan mobilisasi bayi

untuk melihat kemampuan gerakan bayi,

bayi bergerak aktif dan sering rewel.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai hasil dari keperawatan neonatus yang sudah dilakukan sudah teratasi atau belum teratasi. Melalui kegiatan evaluasi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan dari tindakan keperawatan neonatus.

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2 Perkembangan yang dialami oleh By.L Perkembangan yang dialami oleh By.T

Page 64: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

selama dilakukan tindakan keperawatan

selama 7 hari yaitu data objektif: pada hari

pertama kuning masih tampak diwajah sampai

pusar By.L, data subjektif: dokter mengatakan

bahwa By.L masih kuning pada wajah sampai

pusar. kulit juga tampak kering, turgor kulit

kurang elastis dan kering.

Evaluasi keperawatan untuk masalah

keperawatan ikterus neonatus pada tanggal

24 Mei 2017, data objektif: kuning hanya

tampak pada bagian wajah sampai dada By.L.

Kuning perlahan mulai berkurang ini terlihat

pada tanggal 26 Mei 2017 hasil pemeriksaan

fisik kuning mulai berkurang sampai leher.

Data subjektif: dokter mengatakan bahwa

fototerapi sudah boleh di hentikan,

dilanjutkaan dengan intake ASI yang adekuat.

Data objektif: Kuning pada leher sudah

hilang, hanya saja saat diperiksa pada bagian

pipi masih terdapat kuning. Pada hari kelima

tanggal 27 Mei 2017 kuning sudah hilang di

seluruh tubuh bayi, By.L masih indikasi

rawat untuk observasi dan melanjutkan

antibiotik selama dua hari lagi Sampai hari

ketujuh tanggal 29 Mei 2017 kuning sudah

tidak ada dan antibiotik sudah habis, data

subjektif: By.L sudah mendapat acc pulang

dari dokter, masalah keperawatan ikterus

neonatus sudah teratasi dan intervensi

dihentikan.

selama dilakukan tindakan keperawatan

selama 5 hari yaitu data objektif: pada hari

pertama kuning masih tampak diseluruh

tubuh By.T, data subjektif: dokter juga

mengatakan bahwa By.T masih kuning

pada seluruh tubuh. kulit juga tampak

kering, turgor kulit kurang elastis, kering,

dan terkelupas. Kadar bilirubin total By.T

juga masih tinggi yang juga tampak dari

hasil pemeriksaan laboratorium pada

tanggal 23 Mei 2017 yang menunjukkan

kadar bilirubin total 18,5 mg/dl (normal

0,3-1). Masalah keperawatan belum

teratasi dan intervensi dilanjutkan.

Evaluasi keperawatan untuk masalah

keperawatan ikterus neonatus pada

tanggal 25 Mei 2017, data objektif:

tampak kuning masih ada di seluruh tubuh

By.T, hal ini didukung dengan hasil labor

pada 24 Mei 2017 yang menunjukkan

kadar bilirubin total By.T yaitu 17,3 mg/dl

(normal 0,3-1) dan di lakukan

penambahan lampu fototerapi menjadi tiga

lampu, kuning diseluruh tubuh By.T masih

menetap hingga tanggal 26 Mei 2017 dan

dibuktikan dengan hasil labor kadar

bilirubin total 22,1 mg/dl (normal 0,3-1),

data subjektif: dokter mengatakan By.T di

indikasikan untuk transfusi tukar, akan

tetapi keluarga menolak untuk dilakukan

transfusi tukar. Sampai hari kelima

Page 65: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk

masalah keperawatan hipertermi pada

tanggal 24 Mei 2017 data objektif: saat

dilakukan pemeriksaan tanda vital By.L

mengalami hipotermi yaitu suhu 35,7°C,

fototerapi dihentikan dan dipindahkan ke

pemanas bayi untuk mengembalikan suhu

normal bayi, suhu kembali normal pada pukul

20.00 WIB yaitu 37,2°C dan fototerapi

dilanjutkan. Tanggal 26 Mei 2017 saat

dilakukan pemeriksaan tanda vital, suhu bayi

kembali naik tapi tidak signifikan yaitu

37,6°C dan masih dapat di atasi, data

subjektif: bayi tidak rewel lagi dan perawat

ruangan mengatakan masalah hipertermi

sudah teratasi. Sampai hari terakhir peneliti

melakukan penelitian, masalah keperawatan

hipertermi sudah teratasi, dan intervensi

dihentikan.

Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk

masalah keperawatan risiko kekurangan

volume cairan setelah dilakukan perawatan

selama 7 hari, volume cairan By.L sudah

membaik, data objektif: dilihat dari hasil

peneliti melakukan penelitian pada By.T

kuning masih menetap diseluruh tubuh dan

keluarga meminta pulang paksa, kondisi

bayi belum membaik, masalah

keperawatan belum teratasi, dan intervensi

dihentikan.

Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk

masalah keperawatan hipertermi pada

tanggal 25 Mei 2017, data objektif: saat

dilakukan pemeriksaan tanda vital By.T

yaitu suhu 37,8°C, fototerapi dihentikan

sementara dan By.T diberikan intake

cairan adekuat agar suhu tubuh bayi dapat

seimbang. Kemudian dilakukan observasi

dan pada pukul 12.00 WIB By.T sudah

tidak mengalami hipertermi lagi yaitu

36,5°C, data ssubjektif: bayi tidak rewel

lagi dan kembali dilakukan pemberian

fototerapi pada By.T.

Sampai hari rawatan terakhir yaitu hari

kelima didapatkan hasil pemeriksaan tanda

vital bahwa suhu By.T daalam rentan

normal , yaitu 36,5°C. By.T pulang paksa

atas permintaan keluarga, masalah teratasi,

intervensi dihentikan.

Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk

masalah keperawatan risiko kekurangan

volume cairan setelah dilakukan

perawatan selama 5 hari didapatkan bahwa

keseimbangan cairan By.L belum

Page 66: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

pemeriksaan fisik didapatkan bahwa turgor

kulit sudah membaik, kulit tidak kering, dan

sudah mulai elastis, muikosa lembab, dan

tidak ada kulit yang terkelupas. OGT pada

By.L sudah dilepas pada tanggal 29 Mei 2017

karena sudah di izinkan untuk pulang, data

ssubjektif: ibu mengatakan kulit bayi sudah

tidak kering dan lebih elastis, kemudian

edukasi pada ibu tentang pentingnya

pemberian intake ASI yang adekuat sudah

diberikan dan ibu mengerti. Masalah

keperawatan teratasi dan intervensi

dihentikan.

Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk

masalah keperawatan ketidakefektifan pola

makan bayi yang dilakukan selama 7 hari

yaitu data subjektif: ibu mengatakan reflek

hisap pada By.L belum maksimal tapi sudah

mulai aktif bergerak dan tidak malas, By.L

sudah perbaikan kondisi dan tetap dilatih

untuk menyusui per oral, dengan 8 kali

frekuensi pemberian setiap hari. Data

objektif: kulit By.L sudah membaik dan

turgor kulit sudah mulai elastis. By.L

mengalami penambahan berat badan

sebanyak 200gr, dan reflek hisap sudah ada.

Sampai hari terakhir peneliti melakukan

penelitian, masalah ketidakefektifan pola

makan bayi sudah teratasi sebagian,

intervensi dilanjutakn yaitu memotivasi ibu

untuk tetap merangsang dan memberikan

maksimal karena intake ASI yang adekuat

dan hanya dengan susu formula saja, dari

hasil pemeriksaan fisik ditemukan bahwa

turgor kulit masih buruk, kering, kurang

elastis, dan terkelupas. By.T pulang paksa

atas permintaan keluarga pada tanggal 28

Mei 2017 dengan kondisi yang sangat

belum stabil, masalah belum teratasi dan

intervensi dihentikan.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosis

kerusakan integritas kulit yang dipantau

selama 5 hari mulai dari tanggal 24 Mei

2017 sampai 28 Mei 2017, data objektif:

pada hari ke 5 kulit By.T masih

mengelupas pada daerah wajah, dada dan

kaki dan kulit By.T masih kering, dan

kurang elastis. Data subjektif: perawat

ruangan mengatakan kulit bayi masih

terkelupas dan belum mengalami

perbaikan pada kulit. By.T pulang paksa

atas permintaan keluarga, sehingga

intervensi untuk mencapai kriteria hasil

tidak tercapai. Perencanaan pulang yaitu

memberikan edukasi pada ibu dan keluarga

By.T untuk perawatan di rumah.

Page 67: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

By.L ASI per oral di rumah.

B. Pembahasan Kasus

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara

teori dan laporan kasus asuhan keperawatan pada By.L dengan By.T pada

kasus hiperbilirubinemia yang telah dilakukan sejak tanggal 23 Mei – 29 Mei

2017. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, menegakkan diagnosis

keperawatan, memberikan intervensi keperawatan, melakukan implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa By.L tampak kuning pada sklera,

wajah, leher, hingga pusar, refleks menghisap masih lemah, bayi terpasang

OGT. Kemudian hasil penelitian pada By.T didapatkan kuning pada

seluruh tubuh dan sklera By.T, warna feses pucat, dan warna urine gelap,

tampak mengantuk dan malas, reflek hisap kuat, tidak terpasang OGT.

Penelitian Kristanti, dkk (2015), tentang hiperbilirubinemia di RSUD Dr.

Sutomo Surabaya ditemukan kuning pada mukosa, sklera, kuku, dan kulit,

juga ditandai dengan menurunnya reflek hisap, yang mana

hiperbirubinemia ini merupakan masalah yang sering muncul pada bayi

baru lahir.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan bayi yang mengalami

hiperbilirubinemia akan mengalami penurunan daya hisap, penyebabnya

kadar bilirubin darah yang tinggi menyebabkan bayi akan lebih malas

dalam beraktifitas, pada bayi prematur sistem pencernaan belum matang,

sehingga berdampak juga pada reflek hisap bayi yang tidak adekuat.

Berdasarkan analisis peneliti, By.L mengalami penurunan pada reflek hisap

dan menelan, ini dikarenakan pada bayi prematur pada sistem pencernaan

belum berkembang sempurna. Sedangkan pada By.T tidak mengalami

Page 68: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

penurunan pada reflek hisap. Maka temuan yang di temukan selama

peneliti melakukan penelitian sesuai dengan teori yang ada.

Hasil penelitian pada riwayat kelahiran pada By.L menunjukkan bahwa

By.L lahir dalam kondisi kurang bulan yaitu 34-35minggu, sedangkan By.T

lahir dalam kondisi cukup bulan yaitu 38-39minggu.

Penelitian Gusni (2016), tentang perbedaan kejadian ikterus neonatus pada

bayi prematur dan bayi cukup bulan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta

didapatkan dari hasil uji Chi-Square untuk mengetahui perbedaan kejadian

ikterus neonatorum antara bayi prematur dan bayi cukup bulan pada bayi

dengan berat lahir rendah didapatkan p value =0,000 (p<0,005). Kejadian

ikterus pada bayi prematur sebanyak 32,2% lebih banyak dibandingkan

dengan bayi cukup bulan sebanyak 9,6%.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan bahwa bayi prematur lebih rentan

mengalami hiperbilirubinemia, hal ini di karenakan sistem organ hepar

yang belum berkembang sempurna, sehingga karena menurunnya kerja

hepar, pemecahan bilirubin dalam darah gagal dilakukan sehingga bilirubin

akan terus bersirkulasi dalam darah dan menyebabkan kuning pada tubuh

bayi, akan tetapi juga tidak tertutup kemungkinan bahwa

hiperbilirubinemia juga terjadi pada bayi aterm.

Berdasarkan analisis peneliti, ikterik pada By.L disebabkan oleh

prematuritas atau kurang bulan yaitu 34-35minggu dengan berat badan

lahir 300gr. Pada bayi prematur, kematangan organ hepar belum sempurna,

yang mana hal ini dapat menyebabkan konjugasi bilirubin dalam darah

melebihi kemampuan hepar, sehingga bilirubin dalam darah disebar

keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Akibat nya tampak kuning di

sklera, kulit, mukosa, dan kuku.

Page 69: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Berdasarkan analisis peneliti, ikterik pada By.T terjadi karena kurangnya

antenatal care selama kehamilan, hal ini didukung dengan data bahwa air

ketuban berwarna hijau kental, dan nutrisi selama kehamilan tidak

terpenuhi, By.T lahir cukup bulan yaitu 38-39minggu dengan berat badan

lahir yaitu 2700gr. Kurangnya antenatal care dan nutrisi selama hamil

merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia

pada bayi. Pada pemeriksaan rhesus didapatkan ibu dan By.T memiliki

perbedaan pada golongan darah rhesus. Maka dari analisis peneliti bahwa

yang pemeriksaan yang ditemukan pada By.T sama dengan teori yang ada.

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar bilirubin total By.L

mencapai 14,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal

<0,20), bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80). Hasil Pemeriksaan labor

pada tanggal 23 Mei 2017 , bilirubin total 18,5 mg/dl (normal 0,3-1),

bilirubin direk 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl

(normal <0,80).

Atikah dan jaya (2015), mengatakan bahwa ikterus yang dikatakan

patologis pada bayi apabila terjadi peningkatan bilirubin sebanyak 5mg/dl

dalam 24jam pertama dan kadar bilirubin serum melebihi 12,9mg/dl.

Berdasarkan analisis peneliti, ikterik pada By.L merupakan ikterik

patologis, karena kadar bilirubin serum pada By.L melebihi kadar

maksimal pada bayi prematur dan hasil pemeriksaan dengan menggunakan

rumus Kramer didapatkan bilirubin pada By.L adalah derajat II-III, dan

ikterik yang terjadi pada By.T juga merupakan ikterik patologis dan ikterus

hemolitik, alasannya karena faktor penyebab ikterus pada By.T disebabkan

oleh perbedaan golongan darah Rh ibu dan bayi, juga karena kadar

bilirubin serum pada By.T melebihi kadar maksimal bilirubin darah pada

bayi aterm, dan hasil pemeriksaan dengan menggunakan rumus Kramer

menunjukkan derajat ikterik pada By.T adalah derajat IV-V.

Page 70: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Menurut analisis peneliti penyebab ikterik yang terjadi pada By.L dan By.T

memiliki perbedaan, yaitu pada By.L ikterik disebabkan oleh prematuritas

yang mana bayi mengalami penurunan kematangan hepar sehingga

bilirubin dalam darah tidak dapat di pecah juga pada riwayat maternal By.L

tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dari ibu sehingga bisa juga di

sebabkan oleh kurangnya protein dalam tubuh bayi yang berfungsi untuk

transportasi bilirubin untuk membantu pemecahan bilirubin dalam darah,

sementara pada By.T disebabkan oleh inkompatibilitas Rh AB0, karena

pada pemeriksaan rhesus yang dilakukan menunjukkan bahwa By.T

memiliki perbedaan darah Rh dengan ibu, pada riwayat maternal juga

didapatkan bahwa nutrisi ibu selama kehamilan tidak terpenuhi, sehingga

ini juga merupakan faktor penyebab terjadinya ikterik pada By.T.

2. Diagnosis Keperawatan

Hasil penelitian, pada By.L muncul 6 diagnosis keperawatan, yaitu ikterus

neonatus berhubungan dengan prematuritas, hipertermi berhubungan

dengan efek fototerapi, risiko infeksi berhubungan dengan proses invasif,

risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang

tidak adekuat, risiko cedera berhubungan dengan proses fototerapi dan

ketidak efektifan pola makan bayi. Sedangkan pada By.T ada 7 diagnosis

yang muncul yaitu ikterus neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas

AB0, hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi, risiko infeksi

berhubungan dengan proses invasif, risiko kekurangan volume cairan

berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat, risiko cedera

berhubungan dengan proses fototerapi, defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan proses penyakit dan kerusakan integritaas kulit

berhubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare.

Diagnosis keperawatan yang muncul pada bayi dengan hiperbilirubinemia

menurut teori ada 7 diagnosis yaitu ikterus neonatus berhubungan dengan

prematuritas, inkompatibilitas AB0, dan keterlambatan pengeluaran

mekonium, hipertermi berhubungan dengan suhu lingkungan tinggi dan

Page 71: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

efek fototerapi, risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, risiko

kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake

cairan dan efek fototerapi, risiko kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan hiperbilirubinemia dan diare, risiko cedera berhubungan dengan

peningkatan kadar bilirubin dan proses fototerapi, dan diagnosis lainnya

ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan penurunan daya

hisap bayi {Atikah & Jaya(2015); Surasmi, dkk(2003); Widagdo(2012);

Wong(2009)}.

Berdasarkan penelitian diatas, ada diagnosis keperawatan dari teori yang

tidak muncul pada By.L, yaitu risiko kerusakan integritas kulit karena pada

By.L intake cairan dan nutrisi terus diberikan adekuat sehingga risiko untuk

kerusakan integritas kulit dapat dicegah. Bayi hiperbilirubinemia berisiko

infeksi karena bayi ikterik memiliki daya tahan tubuh yang rentan, bayi

dalam perawatan juga berisiko infeksi baik dari lingkungan maupun dari

petugas, sehingga diagnosis risiko infeksi juga harus ditegakkan, untuk

mencegah infeksi sudah dilakukan aktivitas seperti perawat ruangan sudah

menggunakan baju khusus saat tindakan, menerapka 5 moment cuci tangan,

meningkatkan teknik aseptik, bayi juga mendapatkan terapi antibiotik.

Selanjutnyabayi dalam perawatan fototerapi berisiko terjadinya cedera pada

mata, genitalia, dan kulit, sehingga diagnosis risiko cedera juga harus

ditegakkan, untuk mencegah cedera sudah dilakukan aktivitas seperti

menutup mata dengan penutup hitam, menutup genitalia, dan merubah

posisi bayi per 2 jam. Hasil pengkajian hanya 4 diagnosis yang muncul

berdasarkan analisis data.

Sedangkan pada By.T, diagnosis yang tidak muncul berdasarkan teori yaitu

diagnosis risiko kerusakan integritas kulit peneliti tidak mengangkat

diagnosis ini karena By.T sudah mengalami integritas kulit, dan

ketidakefektifan pola makan bayi karena saat dilakukan pemeriksaan reflek

rooting dan sucking By.T memiliki reflek yang kuat, sehingga peneliti tidak

mengangkat diagnosis ini. Bayi hiperbilirubinemia berisiko infeksi karena

Page 72: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

bayi ikterik memiliki daya tahan tubuh yang rentan, bayi dalam perawatan

juga berisiko infeksi baik dari lingkungan maupun dari petugas, sehingga

diagnosis risiko infeksi juga harus ditegakkan, untuk mencegah infeksi

sudah dilakukan aktivitas seperti perawat ruangan sudah menggunakan baju

khusus saat tindakan, menerapka 5 moment cuci tangan, meningkatkan

teknik aseptik, bayi juga mendapatkan terapi antibiotik. Selanjutnyabayi

dalam perawatan fototerapi berisiko terjadinya cedera pada mata, genitalia,

dan kulit, sehingga diagnosis risiko cedera juga harus ditegakkan, untuk

mencegah cedera sudah dilakukan aktivitas seperti menutup mata dengan

penutup hitam, menutup genitalia, dan merubah posisi bayi per 2 jam. Pada

bayi ikterus dengan kadar bilirubin >20mg/dl di indikasikan untuk

fototerapi, maka perlu dilakukan edukasi pada keluarga mengenai tindakan

yang akan diberikan dan proses penyakit serta dampak jika tidak dilakukan

fototerapi, maka perlu di angkat diagnosis defisiensi pengetahuan untuk

membantu dalam kelancaran proses rawatan.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi pada By.L dan By.T untuk diagnosis ikterus neonatus

berhubungan dengan prematuritas yaitu fototerapi neonatus, beberapa

tindakan seperti meninjau faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia pada

bayi, seperti prematuritas, inkompatibilitas ABO, dan sepsis perlu dikaji

pada kasus hiperbilirubinemia untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya

hiperbilirubinemia apakah disebabkan oleh kelainan golongan darah,

infeksi atau prematur pada bayi.

Intervensi selanjutnya yaitu tutup mata bayi saat dilakukan fototerapi untuk

mencegah terjadinya cedera pada mata, ubah posisi bayi setiap 4jam yang

tujuan nya agar efek sinar fototerapi dapat menyebar merata di tubuh.

Intervensi monitor tanda vital diantaranya monitor nadi, suhu, dan

frekuensi nafas, kemudian monitor warna kulit dan kelembaban.

Page 73: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan pada bayi yang sudah mengalami

ikterus dengan kadar >20mg/dl di indikasikan untuk dilakukan tindakan

transfusi tukar, ini lebih efektif dilakukan daripada fototerapi karena kadar

bilirubin darah yang sudah sangat tinggi, transfusi tukar bisa dilakukan

berkala jika kadar bilirubin serum tidak turun ke batas normal.

Intervensi yang tidak dapat dilakukan pada By.L menurut teori yaitu

tindakan transfusi tukar karena By.L tidak mencapai kriteria untuk transfusi

tukar, sementara menurut teori intervensi yang harus dilakukan pada By.T

yaitu pemberian tindakan transfusi tukar, karena kadar bilirubin By.T sudah

mencapai kriteria untuk dilakukan transfusi tukar, karena ada penolakan

tindakan dari keluarga, maka tindakan transfusi tukar tidak dilakukan.

Intervensi pada By.L dan By.T untuk diagnosis Hipertermi berhubungan

dengan efek fototerapi yaitu pengaturan suhu, beberapa aktivitas

keperawatan untuk mengatasi masalah hipertermi yaitu monitor suhu tiap

2jam ekali secara kontinyu, monitor tanda hipertermi dan hipotermi,

kemudian tingkatkan cairan dan nutrisi.

Atikah & Jaya (2015), mengatakan bahwa fototerapi sangat dibutuhkan

bagi bayi yang mengalami hiperbilirubinemia, namun fototerapi juga

memiliki dampak yaitu salah satunya hipertermi, kehilangan volume cairan

akibat dehidrasi dan penguapan, diare, dan kerusakan integritas kulit.

Menurut analisis peneliti, tindakan pengaturan suhu perlu dilakukan, karena

pada bayi dalam proses fototerapi akan mudah mengalami peningkatan

suhu tubuh akibat dari sinar yang diberikan, ditambah lagi bayi mengalami

dehidrasi sehingga laju metabolisme akan meningkat, maka akan muncul

masalah hipertermi pada bayi.

Kemudian manajemen demam, monitor keluaran cairan, monitor suhu dan

warna kulit, monitor masukan dan keluaran, serta pemberian antibiotik.

Page 74: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Intervensi pada By.L dan By.T untuk diagnosis Risiko kekurangan

volime cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat dan efek

fototerapi, rencana keeperawatan yang dilakukan yaitu manajemen cairan,

yang mana ada beberapa tindakan keperawatan yaitu monitor berat badan

bayi setiap hari, timbang diapers untuk menilai pengeluaran, pertahankan

intake dan output yang adekuat, berikan cairan dan nutrisi yang adekuat,

monitor status hidrasi bayi, serta mendorong masukan per oral.

Atikah & Jaya (2015), mengatakan bahwa fototerapi sangat dibutuhkan

bagi bayi yang mengalami hiperbilirubinemia, namun fototerapi juga

memiliki dampak yaitu salah satunya hipertermi, kehilangan volume cairan

akibat dehidrasi dan penguapan, diare, dan kerusakan integritas kulit.

Menurut analisis peneliti, pemberian intake cairan dan nutrisi pada bayi

yang dalam proses fototerapi sangat penting dilakukan, karena pada saat

dilakukan fototerapi, kulit akan mengalami penguapan dan dehidrasi akibat

dari sinar yang diberikan, jikadi abaikan maka bisa berdampak pada bayi,

misalnya bayi bisa mengalami demam, dehidrasi berat, dan mengalami

masalah pada kulit.

Intervensi pada By.L untuk diagnosis ketidakefektifan pola makan bayi

berhubungan dengan penurunan daya hisap bayi, intervensi yang diberikan

yaitu mengkaji daya hisap bayi bisa dilakukan dengan pemeriksaan reflek

sucking atau melalui wawancara pada ibu, kemudian sediakan ruangan

yang nyaman untuk menjaga privasi ibu saat menyusui, kaji kemampuan

bayi untuk menggapai puting.

Atikah & Jaya (2015), mengatakan bayi yang mengalami

hiperbilirubinemia dengan kondisi prematur akan mengalami penurunan

daya hisap, hal ini dikarenakan bayi prematur mengalami penurunan

Page 75: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

kematangan pada fungsi pencernaan, dan juga bayi dengan diagnosis

ikterik ini lebih terlihat malas dan tidur sepanjang hari.

Menurut analisis peneliti, bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dengan

penyebab prematuritas biasanya akan mengalami penurunan daya hisap,

maka perlu dilakukan pengkajian pada ibu mengenai reflek hisap pada

bayi.

Intervensi selanjutnya informasikan kepada ibu untuk meningkatkan intake

nutrisi dan cairan, diskusikan ddengan ibu tentang penggunaan alat pompa

ASI, informasikan pada ibu agar tidak membatasi bayi dalam menyusui,

beritahukan kepada ibu untuk tidak mengkonsumsi pil KB dan tidak

merokok selama menyusui.

Intervensi pada By.T untuk diagnosis Kerusakan Integritas kulit

berhubungan dengan hiperbilirubinemia adalah manajemen cairan,

tindakan yang dilakukan perawat pantau berat badan bayi, pertahankan

intake cairan, pantai status hidrasi.

Atikah & Jaya (2015), bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dapat

mengalami kerusakan pada kulit seperti terkelupas, hal ini disebabkan oleh

nutrisi selama hamil yang tak terpenuhi, di sisi lain bayi hiperbilirubinemia

berisiko mengalami kerusakan pada kulit akibat dari fototerapi.

Menurut analisis peneliti, mempertahankan integritas kulit pada bayi

hiperbilirubinemia sangan penting dilakukan, manajemen cairan penting

dilakukan karena kulit akan lebih cepat kembali seperti semula dengan

cairan yang seimbang, efek fototerapi menyebabkan evaporasi cairan dalam

tubuh bayi melalui kulit, maka manajemen cairan sangat penting dilakukan.

Tindakan selanjutnya manajemen tekanan, yaitu hindari kerutan pada

tempat tidur, jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan terawat, berikan

Page 76: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

baby oil setelah dimandikan, ubah posisi bayi tiap 2jam sekali untuk

menghindari tekanan, dan mandikan bayi dengan sabun dan air hangat

untuk mempertahankan kebersihan tanpa iritasi.

4. Implementasi Keperawatan

Diagnosis pertama pada By.L yaitu Ikterus neonatus, tindakan yang telah

dilakukan peneliti adalah 1)melakukan pengkajian ulang riwayat maternal

dan bayi mengenai adanya faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia pada

By.L, didapatkan ibu dengan riwayat penyakit Diabetes Melitus dan

mengalami PEB saat kehamilan, kemudian hasil pengkajian lainnya pada

ibu didapatkan bahwa By.L lahir prematur atau kurang bulan yaitu 34-

35minggu dengan operasi sectio caesarea. Hasil labor pada tanggal 17 Mei

2017, Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk 0,5 mg/dl

(normal <0,20), bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80). Dan By.L

sempat mengalami suspek sepsis.

Sementara pada By.T untuk diagnosis Ikterus neonatus, tindakan

keperawatan yang telah dilakukan peneliti adalah 1)Mengkaji ulang riwayat

maternal dan bayi mengenai adanya faktor risiko terjadinya

hiperbilirubinemia pada By.T, didapatkan ibu dengan eksklamsia, dan

mengalami pecah ketuban ±17jam, dengan warna ketuban hijau kental,

kemudian hasil pengkajian lainnya pada ibu didapatkan bahwa By.T lahir

cukup bulan yaitu 38-39minggu dengan spontan. Data yang didapat dari

dokter bahwa dokter mengatakan By.T mengalami hiperbilirubinemia

disebabkan oleh inkompatibilitas AB0, yang mana ibu dengan golongan O

rhesus positif dan By.T dengan golongan A rhesus. Hasil labor pada

tanggal 23 Mei 2017, bilirubin total 18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin

direk 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl (normal

<0,80).

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan pengkajian dasar tentang riwayat

kehamilan dan kelahiran pada ibu dengan bayi yang mengalami

Page 77: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

hiperbilirubinemia perlu dilakukan, karena pada bayi yang mengalami

ikterik faktor yang memicu terjadinya ikterik adalah dari mternal ibu,

karena pada riwayat maternal yang buruk, kemungkinan ikterik bisa terjadi.

Menurut analisis peneliti, mengkaji riwayat maternal antara ibu dan bayi

seperti meninjau faktor ketidakcocokan rhesus atau ABO antara Ibu dan

bayi, sepsis, prematuritas, malpresentasi sangat penting dilakukan karna

keadaan inkompatibilitas rhesus ABO antara ibu dan bayi, sepsis,

prematuritas dan malnutrisi yang mana ini merupakan beberapa keadaan

yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus pada bayi.

Tindakan keperawatan selanjutnya pada By.L dan By.T yaitu

2)mengobservasi tanda-tanda ikterus pada By.L dan By.T, yaitu menilai

derajat ikterus yang berpedoman pada rumus Kramer, dengan cara

menekan bagian kulit bayi seperti wajah, dada, lengan, paha, dan tungkai

lalu di lepaskan, dan didapatkan yaitu kuning masih terdapat pada bagian

wajah hingga tungkai, didapatkan pada By.L tampak kuning pada wajah,

leher, hingga pusar, yaitu menurut rumus kramer adalah grade II dan III,

sementara yang ditemukan pada By.T yaitu dari wajah, leher, dada hingga

pusar, lengan, paha, menurut rumus kramer adalah grade III dan IV.

Kemudian dilanjutkan dengan 3)Menutup mata By.L dan By.T dengan

penutup hitam yang sudah dimodivikasi agar mencegah terjadinya cedera

pada bayi, karna akan dilakukan tindakan pemberian sinar fototerapi sesuai

protokol dan indikasi dokter, 4)Merubah posisi bayin per protokol agar

fototerapi yang dilakukan dapat menyeluruh diberikan kepada By.L dan

By.T. kemudian 5)memonitor warna kulit, suhu, dan kelembaban, ini

bertujuan agar tidak terjadinya cedera pada kulit bayi, dan juga untuk

mencegah agar bayi tidak mengalami hipertermi. Hasil yang didapat pada

By.L bahwa masih tampak kuning pada kulit wajah hingga pusar, tidak ada

peningkatan suhu tubuh, dan turgor kulit masih kering.

Page 78: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Berdasarkan analisis peneliti, selain meninjau faktor penyebab terjadinya

hiperbilirubinemia, juga dilakukan pemeriksaan fisik seperti menilai tanda-

tanda ikterus pada bayi, mengukur suhu, pernafasan, dan menilai tanda

dehidrasi pada kulit bayi juga merupakan tindakan yang penting dilakukan

untuk melihat keadaan umum bayi. Kemudian menyarankan kepada ibu

dan keluarga agar bisa memberikan intake ASI yang adekuat, dan lakukan

pompa ASI agar bayi dapat terus memenuhi kebutuhan nutrisi supaya tidak

memperburuk kondisi bayi.

Implementasi pada By.L dan By.T untuk diagnosis hipertermi, yaitu

memonitor suhu By.L dan By.T tiap 3jam, didapatkan suhu dalam rentang

normal, kemudian memantau tanda-tanda hipertermi atau hipotermi, suhu

bayi dalam rentang normal, kemudian mengatur suhu ruangan untuk

keseimbangan suhu pada bayi. Selanjutnya melakukan monitor warna kulit

, apakah ada kulit kemerahan, didapatkan tidak ada kulit yang memerah

akibat hipertermi atau kulit yang sianosis tidak ditemukan, kemudian

memberikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat agar keseimbangan

suhu bayi tercapai.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan fototerapi merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan bayi bisa mengalami hipertermi akibat pemberian sinar

intensitas tinggi yang menyebabkan terjadinya evaporasi cairan.

Menurut analisis peneliti, manajemen suhu dan cairan sangat perlu

dilakukan untuk mengatasi masalah hipertermi, karena jika suhu pada bayi

meningkat atau jika suhu terlalu turun maka akan menyebabkan

meningkatnya metabolisme, jika metabolisme meningkat dapat

menyebabkan perdarahan di otak.

Implementasi pada By.L dan By.T untuk masalah risiko kekurangan

volume cairan yaitu melakukan penimbangan berat badan setiap hari,

didapatkan By.L mengalami penambahan berat badan dan pada By.T tidak

Page 79: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

mengalami peningkatan berat badan,mempertahankan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat, mempertahankan masukan per oral agar cairan dan

nutrisi terpenuhi.

Menimbang popok bayi untuk menilai keluaran pada bayi, di dapatkan

berat popok pada By.L 50gr, sedangkan pada By.T 30gr. Kemudian menilai

warna dan konsistensi urin dan feses, didapatkan pada By.L urine berwarna

kekuningan dan feses berwarna kekuningan, sedangkan pada By.T urine

berwarna pekat dan feses berwarna pucat.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan untuk menilai cairan pada bayi sudah

terpenuhi dapat dilakukan dengan pengukuran pada berat badan, kemudian

menilai keefektifan penyerapan cairan dan sirkulasi dapat dinilai dari

output bayi.

Menurut analisis peneliti, monitor intake dan output pada bayi dengan

hiperbilirubinemia dan menjalani proses fototerapi penting dilakukan,

karena bayi dengan proses fototerapi sangat rentan terjadinya dehidrasi,

disisi lain keseimbangan cairan sangat penting untuk membantu dalam

metabolisme seperti keseimbangan suhu dan eliminasi.

Implementasi pada By.L dengan masalah ketidakefektifan pola makan

bayi mengkaji kemampuan menghisap bayi, pada By.L ibu mengatakan

reflek hisap pada bayi masih lemah, sedangkan pada By.T saat dilakukan

pemeriksaan sucking didapatkan reflek hisap kuat, kemudian menyediakan

ruangan khusus untuk menjaga privasi ibu selama menyusui, untuk ibu

By.L menginformasikan agar tidak membatasi bayi untuk menyusui,

mendiskusikan pada ibu untuk menggunakan pompa ASI, menganjurkan

ibu untuk makan makanan bergizi, dam menginformasikan pada ibu untuk

tidak mengkonsumsi pil KB dan merokok saat menyusui.

Page 80: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Menurut analisis peneliti, memotivasi ibu untuk memberikan ASI yang

adekuat sangat penting dilakukan, karena bayi sangat membutuhkan ASI

yang adekuat, terutama pada bayi dengan hiperbilirubinemia sangat

membutuhkan intake ASI yang adekuat untuk membantu dalam melarutkan

bilirubin larut lemak dan untuk keseimbangan cairan dan nutrisi pada bayi.

Implementasi untuk mengatasi masalah kerusakan integritas kulit pada

By.T yaitu manajemen cairan dengan cara menimbang berat badan,

mempertahankan intake dan output kemudianmemantau status hidrasi.

Atikah & Jaya (2015), bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dapat

mengalami kerusakan pada kulit seperti terkelupas, hal ini disebabkan oleh

nutrisi selama hamil yang tak terpenuhi, di sisi lain bayi hiperbilirubinemia

berisiko mengalami kerusakan pada kulit akibat dari fototerapi.

Tindakan selanjutnya manajemen tekanan, yaitu menghindari kerutan pada

tempat tidur, menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan terawat,

berikan baby oil setelah dimandikan, mengubah posisi bayi tiap 2jam sekali

untuk menghindari tekanan, dan memandikan bayi dengan sabun dan air

hangat untuk mempertahankan kebersihan tanpa iritasi.

Berdasarkan analisis peneliti, memberikan tindakan manajemen cairan dan

manajemen tekanan serta memberikan kulit bayi baby oil sangat perlu

dikakukan, yang mana integritas kulit bergantung pada keseimbangan

cairan pada bayi, juga untuk mengatasi kekeringan kulit dari luar dengan

menggunakan baby oil sangat membantu untuk melembabkan kulit agar

kulit yang terkelupas dapat berkurang.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan pada By.L dari asuhan keperawatan yang dilakukan

selama 7 hari pada diagnosis keperawatan ikterus neonatus berhubungan

dengan prematuritas, yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari

Page 81: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

tindakan keperawatan yang dilakukan, dan didapatkan hasil tanda-tanda

vital sudah dalam batas normal.

Kuning pada By.L tampak hilang pada hari rawatan kelima, ibu juga

mengatakan bahwa kuning pada By.L sudah hilang, By.L sudah mau

bangun dan lebih aktif bergerak. Hasil pemeriksaan fisik kuning pada tubuh

sudah tidak ada lagi dan pada skera juga sudah hilang. Tanda-tanda vital

yang normal yaitu nadi 130x/menit, pernafasan 35x/menit dan suhu 36,5°C.

Masalah keperawatan teratasi dan intervensi dihentikan.

Evaluasi keperawatan pada By.T dari asuhan keperawatan yang dilakukan

selama 5 hari pada diagnosis keperawatan ikterus neonatus berhubungan

dengan inkompatibilitas AB0, yang bertujuan untuk mengetahui

keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan, dan didapatkan

hasil tanda-tanda vital sudah dalam batas normal.

Kuning pada By.T masih terdapat pada seluruh tubuh bayi dari wajah

hingga kaki, dokter mengatakan By.T harus segera mendapat tindakan

transfusi tukar, tetapi keluarga menolak untuk diberi tindakan tersebut.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kuning masih terdapat di wajah, pusar,

sampai tungkai, kuning pada sklera dan kuku juga belum hilang. Tanda

vital dalam batas normal yaitu nadi 140x/menit, pernafasan 35x/menit, dan

suhu 36,8°C. Masalah keperawatan belum teratasi dan intervensi

dihentikan karena klien pulang paksa.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan pada bayi hiperbilirubinemia dengan

kadar bilirubin <20mg/dl dapat di atasi segera dengan pemberian fototerapi

dan intake ASI yang adekuat, sedangkan pada bayi dengan kadar bilirubin

>20mg/dl, cara yang paling efektif yaitu dengan transfusi tukar.

Berdasarkan analisis peneliti, kriteria hasil pada kedua bayi tidak sama

tercapai, pada By.L kriteria yang diharapkan tercapai karena perawatan

Page 82: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

yang diberikan maksimal, sedangkan pada By.T kriteria yang diharapkan

tidak tercapai karena penolakan keluarga untuk diberikan tindakan

transfusi tukar, sementara By.T sangat membutuhkan tindakan lanjut

dengan transfusi tukar untuk mengatasi kadar bilirubin yang sudah sangat

tinggi pada bayi. Bahaya hiperbilirubinemia adalah terjadinya kern ikterus

yang mana kern ikterus ini dapat menyebabkan terjadinya ensefalopati

biliaris yang dapat menimbulkan kelainan menetap pada bayi. Kelainan ini

terjadi apabila bilirubin indirek telah melalui sawar darah otak. Keadaan ini

perlu dihindari dan transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat

menurunkan molisis dan membuang pula antibodi yang menimbulkan

hemolis.

Evaluasi keperawatan pada By.L dan By.T dari asuhan keperawatan yang

dilakukan selama 7 hari pada diagnosis keperawatan hipertermi

berhubungan dengan efek fototerapi, yang bertujuan agar termoregulasi

tidak terganggu dan teridentifikasi nya tanda dan gejala hipertermi.

Setelah diberikan tindakan untuk mengatasi masalah hipertermi, suhu pada

By.L sudah normal pada hari kedua yaitu 37,2°C, termoregulasi tidak

terganggu, bayi berkeringat saat panas, tingkat pernafasan tidak terganggu.

Sedangkan pada bayi T didapatkan suhu 36,5°C, termoregulasi tidak

terganggu, bayi berkeringat saat panas, dan pernafasan tidak terganggu.

By.L dan By.T tidak rewel lagi setelah masalah teratasi pada hari kedua.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan bahwa manajemen suhu tubuh bayi

yang tepat dan keseimbangan dengan suhu ruangan akan membantu dalam

menjaga suhu bayi tidak meningkat atau menurun, sehingga risiko untuk

terjadinya dampak dari peningkatan atau penurunan suhu dapat teratasi.

Menurut analisis peneliti, kriteria hasil yang diharapkan pada By.L dan

By.T untuk diagnosis keperawatan hipertermi sudah teratasi pada hari

kedua, kolaborasi antara ibu, keluarga, dan perawat dapat membuat

Page 83: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

masalah hipertermi pada bayi dapat cepat teratasi. Untuk mencegah

terjadinya hipertermi kembali, dilakukan pemantauan suhu secara kontinyu

dan pemberian intake cairan yang adekuat.

Evaluasi keperawatan pada By.L dan By.T dari asuhan keperawatan yang

dilakukan selama 7 hari pada diagnosis keperawatan risiko kekurangan

volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat dan

efek fototerapi, yang bertujuan agar keseimbangan cairan tubuh bayi dapat

terjaga.

Evaluasi untuk diagnosis risiko kekurangan volume cairan pada By.L dan

By.T tidak sama, pada By.L setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

7 hari, pada hari kelima, masalah risiko kekurangan volume cairan dapat

diatasi dengan kriteria hasil intake dan output seimbang dalam 24 jam,

turgor kulit membaik ditandai dengan kulit lembab, turgor elastis dan

adanya peningkatan berat badan sebanyak 200gr, masalah sudah teratasi,

intervensi risiko kekurangan volume cairan dihentikan.

Sedangkan pada By.T setelah dilakukan asuhan selama 5 hari, masalah

risiko kekurangan volume cairan belum teratasi dan tidak mencapai kriteria

yang diharapkan, yaitu intake dan outpun tidak seimbang dalam 24jam, ini

ditandai dari penimbangan diapers bahwa berat hanya 30gr, dan berwarna

pekat, juga pada feses yang pucat dan cepat mengeras, juga dilihat dari

turgor kulit, kulit By.T masih kering, tidak elastis, dan terkelupas, mukosa

kering, dan tidak ada penambahan beraat badan, masalah belum teratasi,

intervensi risiko kekurangan volume cairan dihentikan.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan untuk menilai cairan pada bayi sudah

terpenuhi dapat dilakukan dengan pengukuran pada berat badan, kemudian

menilai keefektifan penyerapan cairan dan sirkulasi dapat dinilai dari

output bayi. Kurang nya intake cairan dan nutrisi pada bayi yang menjalani

proses fototerapi dapat menyebabkan bayi mengalami dehidrasi, dan juga

Page 84: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

dapat ditandai dari kulit terkelupas, kulit dan mukosa kering, kulit kurang

elastis serta tidak adanya penambahan berat badan.

Menurut analisis peneliti, pemberian intake cairan dan nutrisi penting

dilakukan, yang mana bayi dalam proses fototerapi akan mudah kehidangan

cairan akibat evaporasi karena terkena paparan sinar intensitas tinggi, maka

dari itu penting edukasi kepada ibu agar dapat memberikan ASI yang

adekuat baik secara langsung maupun dengan di pompa.

Evaluasi pada By.L setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 hari

untuk diagnosis keperawatan ketidakefektifan pola makan bayi

berhubungan dengan penurunan daya hisap bayi yang bertujuan agar intake

cairan dan nutrisi pada bayi terpenuhi, dan koping ibu yang positif terhadap

menyusui.

Evaluasi pada By.L setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 hari

didapatkan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan yaitu toleransi

makan tidak terganggu, bayi dapat menyusui dengan efektif, bayi

menandakan kepuasan menyusui, dan ibu menunjukkan harga diri yang

positif dengan menyusui, masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Menurut analisis peneliti, bayi dengan kondisi prematur biasanya

mengalami masalah dengan reflek hisap, ini dikarenakan sistem pencernaan

bayi yang belum matang, maka dari itu penting bagi perawat menjelaskan

pada ibu dan keluarga bahwa pentingnya melatih dan merangsang reflek

hisap pada bayi agar nutrisi pada bayi dapat terpenuhi.

Evaluasi pada By.T setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari

untuk diagnosis keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan hiperbilirubinemia yang bertujuan agar integritas kulit dam

membran mukosa tidak mengalami gangguan, integritas kulit neonatus

kembali membaik.

Page 85: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Evaluasi keperawatan pada By.T setelah dilakukan asuhan selama 5 hari

tidak mencapai kriteria yang diharapkan, yang mana intergritas kulit yang

baik tidak bisa dipertahankan, sensasi elastisitas dan hidrasi terganggu,

faktor risiko terjadi kerusakan integritas teridentifikasi, dan faktor risiko

lingkungan termonitor. Dokter mengatakan jika intake cairan dan nutrisi

masih belum adekuat, maka penyembuhan pada kulit yang terkelupas akan

lama. Masalah belum teratasi dan intervensi dihentikan, pasien pulang

paksa.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan kerusakan integritas kulit pada bayi

hiperbilirubinemia dapat diatasi segera dengan manajemen cairan yang

adekuat. Jika cairan dan nutrisi tidak terpenuhi, tubuh akan sulit

meregenerasi, sehimgga untuk perbaikan kondisi kulit akan lama.

Menurut analisis peneliti, pada dasarnya kerusakan pada kulit By.T dapat

ditangani segera, hanya saja karena kurang pengetahuan keluarga tentang

tindakan untuk mengatasi bilirubin pada By.T dan menolak tindakan,

menyebabkan bilirubin pada By.T semakin banyak, sehingga kerusakan

pada kulit jadi sulit diatasi, ditambah lagi keluarga tidak mau berkolaborasi

dalam membantu ibu untuk bisa memompa ASI agar bisa diberikan kepada

By.T, sehingga cairan dan nutrisi dari ASI tidak didapatkan By.T yang

menyebabkan proses penyembuhan menjadi lama.

Menurut analisis peneliti, tindakan keperawatan untuk By.L yang telah

dilakukan selama 7 hari, ada empat masalah keperawatan yang ditemukan

pada By.L yaitu ikterus neonatus yang berhubungan dengan prematuritas,

hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi, risiko kekurangan volume

cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat, dan

ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan penurunan daya

hisap bayi. Kriteria hasil dari keempat masalah keperawatan sudah tercapai

pada hari ketujuh yaitu kuning pada By.L sudah hilang pada hari kelima,

Page 86: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

suhu tubuh dalam rentang normal, tanda dehidrasi tidak ditemukan, turgor

kulit membaik, dan ibu mengatakan reflek hisap bayi sudah kuat sehingga

bayi efektif dalam menyusui.

Sementara pada By.T ditemukan empat masalah keperawatan juga yaitu

ikterus neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas AB0, hipertermi

berhubungan dengan efek fototerapi, risiko kekurangan volume cairan

berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat dan efek fototerapi,

dan keerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia.

Kriteria hasil dari keempat masalah hanya satu yang tercapai yaitu

hipertermi, pada pemeriksaan fisik suhu tidak mengalami hipertermi lagi,

pengaturan suhu dan manajemen demam berhasil dilakukan, kriteria hasil

yang diharapkan untuk ketiga diagnosis lainnya belum tercapai, menurut

peneliti ini disebabkan karena By.T tidak melakukan tindakan transfusi

tukar, kemudian By.T tidak mendapatkan intake ASI yang adekuat,

sehingga untuk mengatasi masalah cairan dan nutrisi pada bayi tidak

terpenuhi.

Page 87: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada By.L dan By.T

dengan hiperbilirubinemia diruang Perinatologi IRNA Kebidanan dan

Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian yang dilakukan pada By.L dan By.T menunjukkan

adanya persamaan pada tanda dan gejala, namun memiliki perbedaan

yaitu pada By.L dengan bilirubin derajat II – III, sedangkan pada By.T

dengan bilirubin derajat IV – V.

2. Diagnosis keperawatan yang muncul sebagai prioritas masalah pada

By.L dan By.T sama yaitu ikterus neonatus.

3. Intervensi keperawatan pada By.L dan By.T memiliki perbedaan dan

persamaan. Perbedaan yang ditemukan yaitu pada By.L tidak

direncanakan untuk diberikan tindakan transfusi tukar, dan cukup

dengan fototerapi saja, sedangkan pada By.T direncanakan untuk

mendapatkan tindakan transfusi tukar, karena sudah mencapai kriteria

untuk transfusi tukar. Sementara persamaan yang ditemukan yaitu

pada perencanaan fototerapi neonatus dan monitor tanda vital.

4. Implementasi yang diberikan pada By.L dan By.T memiliki perbedaan

pada respon tubuh, yang mana pada By.L lebih cepat menerima respon

seperti penurunan kadar bilirubin serum, sedangkan pada By.T lebih

lambat dalam menerima respon sepeti tidak terjadi penurunan kadar

bilirubin serum.

5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama tujuh hari pada By.L untuk

diagnosis ikterus neonatus masalah teratasi, pada By.T untuk diagnosis

ikterus neonatus masalah belum teratasi.

Page 88: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

B. Saran

1. Bagi perawat ruang rawat inap perinatologi

Disarankan kepada tenaga kesehatan di ruang Perinatologi IRNA

Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang agar dapat

memfasilitasi pertemuan antara dokter dan tim medis, kemudian

memberikan edukasi terkait proses penyakit dan rencana tindakan yang

akan dilakukan.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya lulusan

perawat yang profesional, terampil, dan bermutu yang mampu

memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode

etik keperawatan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan peneliti dapat melakukan pengkajian secara tepat dan

lebih optimal lagi dalam memberikan asuhan keperawatan,serta

mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan

benar.

b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan

waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan

keperawatan yang optimal pada bayi dengan hiperbilirubinemia.

c. Diharapkan peneliti dapat menambahkan diagnosis defisiensi

pengetahuan untuk asuhan keperawatan, karena untuk kelancaran

proses perawatan dan tidak bertentangan dengan keluarga.

Page 89: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DAFTAR PUSTAKA

Atikah,M,V & Jaya,P. 2015. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan

Balita. Jakarta. CV.Trans Info Media

Aviv,J. 2015. Researchers Submit Patent Application."Bilirubin

Hematofluorometer and Reagent Kit” . Perpustakaan Nasional RI. Diakses

Pada 10 Januari 2017

Dinkes Kota Padang. 2015. Profil Kesehatan Kota padang 2014. Sumatera

Barat. Kementrian kesehatan RI

Gusni, S,R. 2016. Perbedaan Kejadian Ikterus Neonatorum Antara Bayi

Prematur Dan Bayi Cukup Bulan Pada Bayi Dengan BBLR Di RS

PKU Muhammadiyah Surakarta. Naskah Publikasi. Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Herdman. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi Edisi 10.

Jakarta. ECG

Hidayat, A,A . 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta. Salemba

Medika

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2013. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kristanti ,H,M. Etika,R. Lestari,P . 2015. Hyperbilirubinemia Treatment Of

Neonatus. Folia Medica Indonesian Vol. 51

Lynn, B, C & Sowden, L,A . 2009. Keperawatan Pediatri. Jakarta. EGC

Mathindas, S. Wiliar,R. Wahani,A . 2013. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus.

Jurnal Biomedik, Volume 5, Nomor 1, Suplemen

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M, L. Swanson, E. 2016. Nursing interventions

clasification (NIC). United Kingdom. Mocomedia

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M, L. Swanson, E. 2016. Nursing outcomes

clasification (NOC). United Kingdom. Mocomedia

Nelson. Waldo E. dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1.

Jakarta. EGC

Page 90: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Surasmi, A. Handayani, S. Kusuma, H, N. 2003. Perawatan bayi risiko tinggi.

Jakarta . EGC.

Widagdo. 2012. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Ikterus. Jakarta.

Sagung Seto

WHO, (2015),Global Health Observatory (GHO) data. Diperoleh dari

http://www.who.int/gho/child_health/mortality/neonatal_infant_text/en/.

Diakses Senin, 10 Januari 2017.

Wong, D, L. Eaton, M, H. Wilson, D. Winkelstein, M, L. Schwartz. 2009. Buku

ajar keperawatan pediatrik. Jakarta. EGC

Page 91: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Poltekkes Kemenkes Padang

FORMAT PENGKAJIAN

KEPERAWATAN NEONATUS

Tgl masuk : 14 Mei 2017

Tgl pengkajian : 23 Mei 2017

No.MR : 97 85 52

Ruang : Perinatologi 1. DATA UMUM

IDENTITAS BAYI IDENTITAS

ORANGTUA

IBU AYAH

Nama / Panggilan By.L Nama Ny.L Tn.W Umur / tgl lahir 9 hari Umur 33 tahun 33 tahun Jenis kelamin Perempuan Agama Islam Islam Anak ke 1 Pendidikan S1 SMA Jumlah saudara 0 Pekerjaan Dinas Pertanian Wiraswasta Diagnosa Medis Hiperbilirubinemia Alamat Solok Selatan

Solok Selatan

Jaminan

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. KELUHAN UTAMA By.L dirawat diruang perinatologi RSUP Dr. M. Djamil Padang karena bayi kuning setelah kelahiran

b. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Saat dilakukan pengkajian pada selasa 23 Mei 2017 diruang perinatologoi, bayi masih kuning dan sedang

dalam perawatan fototerapi, ibu mengatakan kuning masih ada sejak kelahiran, bayi terpasang penutup mata

dan diapers, ASI sudah diberikan, kuning berada pada bagian wajah, leher, sampai pusar.

c. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Saat dilakukan anamnesis pada ibu didapatkan bahwa ibu mempunyai penyakit diabetes melitus, dan saat

kehamilan ibu mengalami PEB, mual dan muntah sampai hari persalinan.

Riwayat Kehamilan

Status kehamilan G3 P2 A1 H1

Pemeriksaan kehamilan/ANC Tidak ada √ Ada, Frekuensi : < 3 x √ > 3 x

Masalah kehamilan Tidak ada √ Ada,

sebutkan …….ibu mengalami PEB.............

Konsumsi obat selama hamil √ Tidak ada Ada, sebutkan … ..

Pemeriksaan kehamilan ke Perawat Bidan √ Dokter

Riwayat Kelahiran

Usia Gestasi 34-35 mg

BB lahir 3000 gr PB lahir 50.cm

Nilai APGAR Me it ke 1….... Me it ke 5….........

Kala Persalinan Kala I: ……jam.........menit Kala II: ……jam.........menit Kala III: ..……jam.........menit

Penolong Perawat Bidan √ Dokter Dukun

Jenis persalinan Spontan √ Sectio

Caesarea

Vakum Forcep

Kesulitan √ Tidak Ada Ada, sebutkan ….. Air ketuban √ Jernih Keruh

Kelainan bayi Tidak Ada Ada, sebutkan ….. Inisiasi Menyusu Dini

(IMD)

√ Ada Tidak Ada

Pemberian Vit K √ Ada Tidak Ada

Page 92: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Poltekkes Kemenkes Padang

Riwayat Keluarga : GENOGRAM (3 Generasi)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga

pernah sakit

√ Tidak ada Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya :

Riwayat penyakit

keturunan

Tidak ada √ Ada, sebutkan penyakitnya: Diabetes Melitus

Budaya Kepercayaan Yang Dianut Oleh Keluarga Tentang Kesehatan

Nilai/keyakinan keluarga dalam

kesehatan

: √ Ada, sebutka ……

Tidak ada

1.1 KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN

Kebutuhan Cairan ………….. l/kgBB/hr

Cara Pemberian Parenteral, a. Jenis .........................................

b. Jumlah ………….. l/ja tetesan/menit:..................

Enteral a. Jenis √ ASI PASI Puasa

b. Rute √ Oral √ OGT

c. Frekuensi 8 x/hr ……….. l/kali pe beria

Toleransi pemberian Kembung Ya √ Tidak Muntah √ Tidak Ya, ju lah ……

1.2 KEBUTUHAN ELIMINASI

Kesulitan

Buang Air Besar Buang Air Kecil

Ada, sebutka ……. √ Tidak Ada, sebutka ……. √ Tidak

Konsistensi Padat/keras √ Lembek Cair

Alat bantu Huknah √ Tidak ada Kateter √ Diapers Tidak ada

Warna Kuning kehijauan Kuning

Bau ………. ………..

Frekuensi ……… /hari ……….. /hari

Jumlah ................. ml/hari

1.3 KEBUTUHAN TIDUR DAN BERMAIN

Lama tidur …… ja /hr Siang :…… ja Mala : …… ja

Kualitas tidur √ Nyenyak Sering terbangun / gelisah Pe ebab ……..

Jenis bermain Bermain sendiri Bermain ditemani

IMUNISASI

Imunisasi yang sudah didapatkan : Hb0, BCG

LINGKUNGAN

2. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital Suhu : 36,7 oC RR : 56 x/m HR : 130 x/m TD : - mmHg

Tingkat kesadaran

(GCS)

: E.......M.......V....

Jumlah:.........

Antropometri BB saat ini : 3100.gr PB : 50.cm LLA : 15 cm

Kepala Lingkar Kepala : 35 cm

Ubun-ubun besar : 4x2cm Ubun-ubun kecil: 0,5x0,5cm

Bentuk √ Normal Kelainan, sebutkan :............ Jejas

Sutura Sagitalis : ................................. Caput Succedaneum :......................

Page 93: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Poltekkes Kemenkes Padang

Rambut √ Hitam Tipis Jarang Merah

Mata √ Simetris Tidak simetris Menonjol Sklera √ Ikterik Tidak ikterik

Strabismus Ada

Kelainan sebutkan …. Reflek cahaya : +/+

Reflek pupil : +/+

Tidak ada Konjungtiva Anemis

Sekret Ada

√ Tdk anemis

√Tdk ada

Hidung Jalan nafas

Pernafasan cuping

hidung

√ Bersih

Ada

Tidak bersih

√Tidak ada

Sekret Obstruksi Kelainan

Mulut Struktur mulut

Palatum

Gusi

Lidah

Warna bibir

Reflek Rooting

Reflek sucking

√ Utuh

√ Utuh

√ Utuh

: merah muda : merah : (+)

: (+)

Labioskiziz

Palatoskiziz

Tidak Utuh

Telinga √ Normal Keluar cairan Berbau

Kelainan, sebutkan …. Sejajar dengan kantus mata: (+)

Leher Ukuran:

Rekfek Tonik Neck: ..............................

√ Ya Tidak

Dada

Lingkar Dada 32 cm

Pernafasan

Inspeksi Irama nafas √ Reguler Irreguler

Jenis nafas Cheyne Stoke Kussmaul Hiperventilasi

Alat bantu Ada,sebutkan..................... √ Tidak Ada

Kesulitan

nafas

Retraksi dada Otot bantu nafas

Palpasi Fremitus : Sama kiri dan kanan

Auskultasi Suara nafas √ Vesikuler Wheezing Rhonchi Stridor

Jantung

Sirkulasi Denyut jantung 130.x/menit

Irama √ Teratur Tidak teratur

Akral √ Hangat Dingin

CRT √ <2 detik >2 detik

Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba

Auskultasi : denyut jantung normal

Abdomen

Lingkar Perut 32 cm

Inspeksi Tali pusat

Basah √ Kering Bau Sudah puput

Kelainan struktur abdomen: .......................................

Spinder nevy : ........................

Auskultasi Bising usus : 10 x/menit

√ Teratur tidak teratur

Palpasi Pembesaran hepar tidak teraba, tidak ada massa

Perkusi

Saat perkusi, suara abdomen tympani

Page 94: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Poltekkes Kemenkes Padang

Ekstremitas Atas √ Lengkap Kelainan, sebutkan …. Reflek genggam pada tangan (palmar graps): (+)

Bawah

√ Lengkap Kelainan, sebutkan …. Reflek genggam pada kaki (plantar graps): (+)

Reflek Babinsky: ................................

Genitalia

√ Normal

Mekonium sudah

keluar

Kelainan, sebutkan …. Atresia ani

Hipospadia/Epispadia

Kulit Turgor, kembali Segera √ Lambat Sangat lambat

Kelembaban Baik √ Buruk

Warna kulit Sianosis √ Tidak sianosis

Lanugo √ Ada Tidak

Pemeriksaan Ikterus (Kreamer) : ikterus grade II dan III

PROGRAM TERAPI

- Terapi sinar / fototerapi : >96jam - Terapi obat : a. Ampicilline 2x165 mg (iv) b. Gentamicin 1x16 mg (iv) - ASI adekuat PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil labor pada 17 Mei 2017 - Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal 0,3-1)

- Bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal <0,20)

- Bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80)

PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)

Hari/Tanggal Pengkajian Perawat Tanda tangan

23 Mei 2017

Zikri Ihsan

Page 95: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

2. Analisis Data

Nama : By.L

No.MR : 979409

Data Penyebab Masalah

DS:

DO:

Dokter mengatakan By.L tampak

ikterik sejak 24jam pertama

kelahiran, bilirubin grade II – III,

dan di indikasikan untuk segera

mendapat fototerapi.

- By.L tampak kuning pada

sklera, wajah, leher, hingga

pusar

- Bilirubin grade II-III

- Hasil labor menunjukkan

kadar bilirubin total 14,5

mg/dl (normal 0,3-1),

bilirubin direk 0,5 mg/dl

(normal <0,20), bilirubin

indirek 14 mg/dl (normal <

0,80).

- Bayi tampak malas dan lebih

suka tidur sepanjang hari.

- By.L lahir prematur dengan

usia kehamilan 34-35minggu

- Ibu dengan riwayat DM dan

mengalami PEB.

Prematuritas Ikterus Neonatus

DS:

DO:

- Bayi rewel dan menangis

- Perawat ruangan mengatakan

By.L mengalami

peningkatan suhu tubuh.

- Suhu 37,8°C.

Efek fototerapi Hipertermi

Page 96: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

- Bayi berkeringat.

- Fototerapi sementara

dihentikan dan diberikan

intake cairan.

- Kulit teraba hangat.

-

DS:

DO:

- Perawat ruangan mengatakan

By.L berisiko untuk

kekurangan volume cairan.

- Kulit kering.

- Turgor kulit kurang elastis.

- Mukosa kering.

- Reflek sucking lemah.

- Bayi malas menyusui.

- Produksi ASI ibu sedikit.

Intake cairan tidak

adekuat dan efek

fototerapi

Risiko kekurangan

volume cairan

DS:

DO:

- Ibu mengatakan bayi malas

menyusui

- Reflek hisap saat menyusui

lemah

- Bayi tampak malas

- Reflek rooting dan sucking

lemah

- By.L terpasang OGT untuk

memaksimalkan intake

cairan dan nutrisi

-

Penurunan daya hisap

bayi

Ketidakefektifan pola

makan bayi

Page 97: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

B. Daftar Diagnosis Keperawatan

1. Ikterus neonatus berhubungan dengan prematuritas.

2. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.

3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang

tidak adekuat dan efek fototerapi.

4. Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan penurunan daya

hisap bayi.

C. Intervensi Keperawatan

Nama : By.L

No.MR : 979409

No Diagnosa Keperawatan

NOC NIC

1 Ikterus Neonatus berhubungan dengan prematuritas

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:

1. Adaptasi bayi baru lahir a. Warna kulit (5) b. Mata bersih (5) c. Kadar bilirubin

(5)

2. Organisasi (Pengelolaan) bayi prematur a. Warna kulit (5)

3. Fungsi hati , resiko

gangguan. a. Pertumbuhan

dan perkembangan bayi dalam batas normal.(5)

b. Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal(5).

1. Fototerapi: neonatus a. Kaji ulang riwayat

maternal dan bayi mengenai adanya faktor risiko terjadinya hyperbilirubinemia.

b. Observasi tanda-tanda (warna) kuning.

c. Periksa kadar serum bilirubin, sesuai kebutuhan, sesuai protokol dan permintaan dokter.

d. Edukasikan keluarga mengenai prosedur dalam perawatan isolasi.

e. Tutup mata bayi, hindari penekanan yang berlebihan.

f. Ubah posisi bayi setiap 4jam per protokol.

2. Monitor tanda vital a. Monitor nadi, suhu,

dan frekuensi

Page 98: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

pernapasan dengan tepat.

b. Monitor warna kulit, suhu, dan kelembaban.

2 Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:

1. Termoregulasi.

a. berkeringat saat panas (5)

b. gemetaran saat dingin.(5)

c. Tingkat pernafasan. (5)

2. Kontrol resiko : hipertermi.

a. Teridentifikasinya tanda dan gejala hipertermi (5)

b. Modifikasi lingkungan untuk mengontrol suhu tubuh (5)

1. Temperature regulation (pengaturan suhu)

a. Monitor sushu minimal tiap 2 jam.

b. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu.

c. Monitor nadi dan RR.

d. Monitor warna dan suhu kulit.

e. sesuaikan suhu yang sesua dengan kebutuhan pasien.

f. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi.

g. Tingkatkan cairan dan nutrisi.

h. Berikan antipiretik jika perlu.

i. Gunakan kasur yang dingin dan mandi air hangat untuk perubahan suhu tubuh yang sesuai.

2. Manajemen demam a. Monitor suhu secara

kontinue b. Monitor keluaran

cairan c. Monitor warna kulit

dan suhu d. Monitor masukan

dan keluaran.

Page 99: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

3 Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, efek fototerapi dan diare.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:

Keseimbangan cairan.

a. Intake dan output seimbang dalam 24 jam.(5)

b. Turgor kulit membaik (5)

Manajemen cairan a. Monitor berat badan. b. Timbang popok. c. Pertahankan catatan

intake dan output yang akurat.

d. Monitor vital sign. e. Dorong masukan oral. f. Monitor pernafasan,

tekanan darah, dan nadi. g. Monitor status hidrasi

(kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik).

h. Monitor warna, kuantitas dan banyaknya keluaran urin.

i. Berikan cairan yang sesuai.

j. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.

k. Monitor berat badan.

4 Ketidakefektifan pola makan bayi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:

1. Organisasi (pengelolaan) bayi prematur a. Toleransi makan

(5)

2. Status menelan: fase oral a. Efisiensi

kemampuan menghisap (5)

1. Manajemen cairan a. Timbang BB setiap hari

dan dan monitor status pasien.

b. Hitung atau timbang popok dengan baik

c. Monitor tanda vital pasien

2. Monitor nutrisi a. Timbang dan ukur berat

badan ideal b. Berikan intake ASI

yang adekuat.

Page 100: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

D. Implementasi dan Evaluasi

Nama : By.L

No.MR : 979409

Hari/tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi Paraf

Selasa/23

Mei 2017

Ikterus neonatus 1) Melakukan pengkajian ulang

mengenai riwayat maternal dan bayi

mengenai adanya faktor risiko

terjadinya hiperbilirubinemia.

2) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.

3) Menutup mata bayi dengan penutup

berwarna hitam, dan hindari

penekanan.

4) Mengubah posisi bayi per 4jam.

5) Memonitor warna kulit, suhu, dan

kelembaban.

S:

- Dokter mengatakan kuning pada

tubuh bayi masih ada.

- Perawat ruangan mengatakan bayi

masih membeutuhkan fototerapi.

O:

- Tampak kuning pada sklera, wajah,

leher, hingga pusar.

- Bayi masih malas, dan suka tidur.

- Fototerapi masih dilanjutkan.

- Kulit masih kering.

A:

- Masalah ikterus neonatus belum

teratasi.

P:

Page 101: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

- Intervensi dilanjutkan.

Hipertermi 1) Memonitor suhu bayi setiap 3jam

secara kontinyu.

2) Memonitor tanda-tanda hipertermi

dan hipotermi dari hasil pengukuran

suhu.

3) Memonitor warna kulit dan suhu.

4) Meningkatkan nutrisi dan cairan

setiap 3jam

S:

- Bayi rewel

- Perawat ruangan mengatakan

peningkatan suhu pada By.L sudah

berkurang.

O:

- Suhu 37,2°C.

- Fototerapi dilanjutkan.

- Monitor suhu tetap dilakukan.

A:

- Masalah hipertermi sudah teratasi.

P:

- Intervensi dihentikan.

Risiko kekurangan

volume cairan

1) Melakukan penimbangan berat badan.

2) Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat

3) Mempertahankan masukan per oral

agar cairan dan nutrisi terpenuhi

S:

-

O:

- Kulit masih terasa kering

- Turgor kulit kurang elastis

Page 102: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

melalui ASI.

4) Menimbang popok bayi untuk menilai

pengeluaran atau output, serte menilai

warna dan konsistensi urine bayi.

- Mukosa kering

- Urine berwarna kekuningan

- Tidak ada kulit yang terkelupas

A:

- Masalah risiko kekurangan volume

cairan belum teratasi

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Ketidakefektifan pola

makan bayi

1) Mengkaji kemampuan menghisap

bayi.

2) Menyediakan ruangan khusus untuk

menjaga privasi ibu selama menyusui.

3) Menginformasikan pada ibu untuk

tidak membatasi bayi menyusui.

4) Mendiskusikan pada ibu mengenai

penggunaan pompa ASI.

5) Menganjurkan ibu makan makanan

bergizi selama menyusui.

6) Menganjurkan ibu untuk minum jika

S:

- Ibu mengatakan kemampuan

menghisap bayi masih lemah.

O:

- Turgor kurang elastis.

- Bayi tampak malas menyusui

- Ibu menyusui bayi dengan tenang

di kamar menyusui.

- Ibu mengerti penggunaan alat

pompa ASI, mengkonsumsi

makanan bernutrisi selama

Page 103: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

haus saat menyusui. menyusui.

A:

- Masalah ketidakefektifan pola

makan bayi belum teratasi.

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Rabu/24

Mei 2017

Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.

2) Menutup mata bayi dengan penutup

berwarna hitam, dan hindari

penekanan.

3) Mengubah posisi bayi per 4jam.

4) Memonitor warna kulit, suhu, dan

kelembaban.

S:

- Dokter mengatakan kuning pada

By.L masih ada, dan masih di

indikasikan untuk fototerapi.

O:

- Kuning masih ditemukan, yaitu

pada sklera, wajah, leher, dan dada.

- Bayi masih tampak malas

- Tidur sepanjang hari.

- Fototerapi masih dilakukan

- Kulit kering dan kurang elastis,

suhu dalam rentang normal.

A:

Page 104: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

- Masalah ikterus neonatus belum

teratasi

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Hipertermi 1) Memonitor suhu bayi setiap 3jam

secara kontinyu.

2) Memonitor tanda-tanda hipertermi

dan hipotermi dari hasil pengukuran

suhu.

3) Memonitor warna kulit dan suhu.

4) Meningkatkan nutrisi dan cairan

setiap 3jam

S:

- Perawat ruangan mengatakan By.L

mengalami hipotermi.

O:

- Tidak ada peingkatan suhu tubuh

- Bayi mengalami penurunan suhu

tubuh dan hampir sianosis.

- Setelah diberikan tindakan

memindahkan bayi ke infant

warmer, suhu kembali normal.

- Intake cairan per 3jam.

A:

- Masalah hipertermi sudah teratasi.

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Page 105: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Risiko kekurangan

volume cairan

1) Melakukan penimbangan berat badan.

2) Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat

3) Mempertahankan masukan per oral

agar cairan dan nutrisi terpenuhi

melalui ASI.

4) Menimbang popok bayi untuk menilai

pengeluaran atau output, serte menilai

warna dan konsistensi urine bayi.

S:

- Bayi rewel saat haus

- Ibu mengatakan bayi masih malas

menyusui.

O:

- Kulit masih kering.

- Turgor kulit kurang elastis.

- Mukosa kering.

- Urine berwarna kekuningan.

- Tidak ditemukan kulit yang

terkelupas.

A:

- Masalah risiko kekurangan volume

cairan belum teratasi

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Ketidakefektifan pola

makan bayi

1) Mengkaji kembali kemampuan

menghisap bayi.

2) Menyediakan ruangan khusus untuk

S:

- Ibu mengatakan bayi masih malas

untuk menyusui.

Page 106: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

menjaga privasi ibu selama menyusui.

3) Menginformasikan pada ibu untuk

tidak membatasi bayi menyusui.

4) Menganjurkan ibu untuk minum jika

haus saat menyusui.

- Kemampuan menghisap masih

lemah.

O:

- Turgor kurang elastis.

- Bayi tampak malas menyusui

- Ibu menyusui bayi dengan tenang

di kamar menyusui.

- mengkonsumsi makanan bernutrisi

selama menyusui dan minum jika

haus saat menyusui.

A:

- Masalah ketidakefektifan pola

makan bayi belum teratasi.

P:

- Intervensi dilanjutkan

Kamis/25

Mei 2017

Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.

2) Menutup mata bayi dengan penutup

berwarna hitam, dan hindari

penekanan.

S:

- Dokter mengatakan kuning pada

By.L masih ada, dan menyarankan

untuk tetap di fototerapi.

Page 107: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

3) Mengubah posisi bayi per 4jam.

4) Memonitor warna kulit, suhu, dan

kelembaban.

- Ibu mengatakan kulit bayi masih

kuning.

O:

- Kuning masih ditemukan, yaitu

pada sklera, wajah, leher, dan dada.

- Bayi masih tampak malas

- Fototerapi masih dilakukan

- Kulit kering dan kurang elastis,

suhu dalam rentang normal.

A:

- Masalah ikterus neonatus belum

teratasi

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Hipertermi - Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Risiko kekurangan

volume cairan

1) Melakukan penimbangan berat badan.

2) Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat

3) Mempertahankan masukan per oral

S:

- Dokter mengatakan bayi butuh

asupan cairan dan nutrisi yang

adekuat

Page 108: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

agar cairan dan nutrisi terpenuhi

melalui ASI.

4) Menimbang popok bayi untuk menilai

pengeluaran atau output, serte menilai

warna dan konsistensi urine bayi.

- Ibu mengatakan bayi masih malas

menyusui.

O:

- Kulit masih kering.

- Turgor kulit kurang elastis.

- Mukosa kering.

- Urine berwarna kekuningan.

- Tidak ditemukan kulit yang

terkelupas.

A:

- Masalah risiko kekurangan volume

cairan belum teratasi

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Ketidakefektifan pola

makan bayi

1) Mengkaji kembali kemampuan

menghisap bayi.

2) Menyediakan ruangan khusus untuk

menjaga privasi ibu selama menyusui.

3) Menginformasikan pada ibu untuk

S:

- Ibu mengatakan bayi sudah mulai

aktif untuk menyusui.

- Kemampuan menghisap masih

lemah.

Page 109: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

tidak membatasi bayi menyusui.

4) Menganjurkan ibu untuk minum jika

haus saat menyusui.

O:

- Turgor kurang elastis.

- Bayi tampak malas menyusui

- Ibu menyusui bayi dengan tenang

di kamar menyusui.

- mengkonsumsi makanan bernutrisi

selama menyusui dan minum jika

haus saat menyusui.

A:

- Masalah ketidakefektifan pola

makan bayi belum teratasi.

P:

- Intervensi dilanjutkan

Jumat/26

Mei 2017

Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.

2) Menutup mata bayi dengan penutup

berwarna hitam, dan hindari

penekanan.

3) Mengubah posisi bayi per 4jam.

4) Memonitor warna kulit, suhu, dan

S:

- Dokter mengatakan kuning pada

By.L masih ada.

- Perawat ruangan mengatakan bayi

membutuhkan ASI yang adekuat.

O:

Page 110: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

kelembaban. - Kuning masih ditemukan, yaitu

pada sklera, wajah, leher

- Bayi masih tampak malas

- Fototerapi masih dilakukan

- Kelembaban kulit mulai membaik

dan sudah mulai elastis, suhu dalam

rentang normal.

- Bilirubin grade I - II.

A:

- Masalah ikterus neonatus belum

teratasi

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Hipertermi - Masalah sudah teratasi, intervensi

dihentikan.

Risiko kekurangan

volume cairan

1) Melakukan penimbangan berat badan.

2) Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat

3) Mempertahankan masukan per oral

S:

- Dokter mengatakan bayi butuh

asupan cairan dan nutrisi yang

adekuat

Page 111: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

agar cairan dan nutrisi terpenuhi

melalui ASI.

4) Menimbang popok bayi untuk menilai

pengeluaran atau output, serte menilai

warna dan konsistensi urine bayi.

- Ibu mengatakan bayi sudah mulai

aktif menyusui, dan terus

dirangsang.

O:

- Kelembaban kulit mengalami

kemajuan.

- Turgor kulit mulai elastis.

- Mukosa kering.

- Urine berwarna kekuningan.

A:

- Masalah risiko kekurangan volume

cairan teratasi sebagian.

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Ketidakefektifan pola

makan bayi

1) Mengkaji kembali kemampuan

menghisap bayi.

2) Menyediakan ruangan khusus untuk

menjaga privasi ibu selama menyusui.

3) Menginformasikan pada ibu untuk

S:

- Ibu mengatakan bayi sudah mulai

aktif untuk menyusui.

- Kemampuan menghisap sudah

mengalami kemajuan.

Page 112: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

tidak membatasi bayi menyusui.

4) Menganjurkan ibu untuk minum jika

haus saat menyusui.

5) Menganjurkan ibu untuk selalu

memompa ASI.

O:

- Turgor sudah mulai elastis.

- Bayi tampak puas menyusui

- Ibu menyusui bayi dengan tenang

di kamar menyusui.

- mengkonsumsi makanan bernutrisi

selama menyusui dan minum jika

haus saat menyusui.

- Ibu menyiapkan ASI yang sudah di

pompa.

A:

- Masalah ketidakefektifan pola

makan bayi teratasi sebagian.

P:

- Intervensi dilanjutkan

Sabtu/ 27

Mei 2017

Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.

2) Menutup mata bayi dengan penutup

berwarna hitam, dan hindari

penekanan.

S:

- Dokter mengatakan kuning pada

By.L sudah hilang.

- Perawat ruangan mengatakan bayi

Page 113: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

3) Mengubah posisi bayi per 4jam.

4) Memonitor warna kulit, suhu, dan

kelembaban.

membutuhkan ASI yang adekuat.

O:

- Kuning sudah tidak tampak pada

kulit bayi, dan pada sklera juga

sudah tidak kuning.

- Bayi masih tampak sudah mulai

aktif bergerak.

- Fototerapi dihentikan.

- Kelembaban kulit mulai membaik

dan sudah mulai elastis, suhu dalam

rentang normal.

A:

- Masalah ikterus neonatus teratasi

P:

- Intervensi dihentikan.

Hipertermi - Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Risiko kekurangan

volume cairan

1) Melakukan penimbangan berat badan.

2) Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat

S:

- Dokter mengatakan bayi tetap

membutuhkan asupan cairan dan

Page 114: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

3) Mempertahankan masukan per oral

agar cairan dan nutrisi terpenuhi

melalui ASI.

4) Menimbang popok bayi untuk menilai

pengeluaran atau output, serte menilai

warna dan konsistensi urine bayi.

nutrisi yang adekuat

- Ibu mengatakan bayi sudah aktif

dan puas menyusui.

O:

- Kelembaban tidak terganggu dan

dalam rentang normal.

- Turgor kulit sudah elastis.

- Mukosa lembab.

- Urine berwarna kekuningan.

A:

- Masalah risiko kekurangan volume

cairan sudah teratasi.

P:

- Intervensi dihentikan.

Ketidakefektifan pola

makan bayi

1) Mengkaji kembali kemampuan

menghisap bayi.

2) Menyediakan ruangan khusus untuk

menjaga privasi ibu selama menyusui.

3) Menginformasikan pada ibu untuk

S:

- Ibu mengatakan bayi sudah mulai

aktif untuk menyusui.

- Kemampuan menghisap sudah

mengalami kemajuan.

Page 115: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

tidak membatasi bayi menyusui.

4) Menganjurkan ibu untuk minum jika

haus saat menyusui.

5) Menganjurkan ibu untuk selalu

memompa ASI.

O:

- Turgor sudah elastis.

- Bayi tampak puas menyusui

- Ibu menyusui bayi dengan tenang

di kamar menyusui.

- mengkonsumsi makanan bernutrisi

selama menyusui dan minum jika

haus saat menyusui.

- Ibu menyiapkan ASI yang sudah di

pompa.

A:

- Masalah ketidakefektifan pola

makan bayi sudah teratasi.

P:

- Intervensi dihentikan.

Page 116: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Poltekkes Kemenkes Padang

FORMAT PENGKAJIAN

KEPERAWATAN NEONATUS

Tgl masuk : 23 Mei 2017

Tgl pengkajian : 23 Mei 2017

No.MR : 97 94 09

Ruang : Perinatologi 1. DATA UMUM

IDENTITAS BAYI IDENTITAS

ORANGTUA

IBU AYAH

Nama / Panggilan By.T Nama Ny.T Tn.I Umur / tgl lahir 23 Mei 2017 Umur 22 tahun 27 tahun Jenis kelamin Perempuan Agama Islam Islam Anak ke 1 Pendidikan SMP SMP Jumlah saudara 0 Pekerjaan Ibu rumah tangga Petani Diagnosa Medis Hiperbilirubinemia Alamat Solok Selatan

Solok Selatan Jaminan

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. KELUHAN UTAMA Bayi kuning sejak 24jam pertama kelahiran, kuning diseluruh tubuh dan kulit terkelupas.

b. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 14.00 WIB, By.T tampak kuning pada seluruh tubuh, sklera, dan kuku. Kulit tampak terkelupas, kering dan kurang elastis, By.T dirawat di dalam inkubator, penambahan berat badan belum ada, suhu tidak stabil, By.T tidak mendapatkan ASI langsung dari ibu karena tidak lancar dalam produksi ASI ditambah lagi kondisi ibu yang belum stabil dan masih dirawat di ruang rawat inap HCU kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.

c. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Saat dikaji, keluarga mengatakan ibu tidak rutin memeriksakan kehamilan, pernah mengalami keputihan selama hamil, dan terakhir ibu dengan eksklamsia. Ibu pernah demam saat hamil, nutrisi selama kehamilan tidak terpenuhi karena faktor ekonomi dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya intake nutrisi selama kehamilan.

Riwayat Kehamilan

Status kehamilan G 1 P1 A0 H1

Pemeriksaan kehamilan/ANC √ Tidak ada Ada, Frekuensi : < 3 x > 3 x

Masalah kehamilan Tidak ada √Ada, sebutkan ……..eksklamsia dan keputihan............

Konsumsi obat selama hamil √ Tidak ada Ada, sebutkan … ..

Pemeriksaan kehamilan ke Perawat Bidan Dokter

Riwayat Kelahiran

Usia Gestasi 38 - 39 mg

BB lahir 2700 gr PB lahir 48 .cm

Nilai APGAR Me it ke 1….... Me it ke 5….........

Kala Persalinan Kala I: ……jam.........menit Kala II: ……jam.........menit Kala III: ..……jam.........menit

Penolong Perawat Bidan √ Dokter Dukun

Jenis persalinan √ Spontan Sectio Caesarea Vakum Forcep

Kesulitan √ Tidak Ada Ada, sebutkan ….. Air ketuban Jernih √ Keruh

Kelainan bayi Tidak Ada √ Ada, sebutkan ....kulit pecah-pecah... Inisiasi Menyusu Dini

(IMD)

√ Ada Tidak Ada

Pemberian Vit K √ Ada Tidak Ada

Page 117: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Poltekkes Kemenkes Padang

Riwayat Keluarga : GENOGRAM (3 Generasi)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga

pernah sakit

√ Tidak ada Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya :

Riwayat penyakit

keturunan

√ Tidak ada Ada, sebutkan penyakitnya:

Budaya Kepercayaan Yang Dianut Oleh Keluarga Tentang Kesehatan

Nilai/keyakinan keluarga dalam

kesehatan

: Ada, sebutka ……

√ Tidak ada

1.1 KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN

Kebutuhan Cairan 240 ml/kgBB/hr

Cara Pemberian Parenteral, a. Jenis .........................................

b. Jumlah ………….. ml/jam tetesan/menit:..................

√ Enteral a. Jenis ASI √ PASI Puasa

b. Rute √ Oral OGT

c. Frekuensi 8 x/hr ……….. l/kali pe beria

Toleransi pemberian Kembung Ya √ Tidak Muntah √ Tidak Ya, ju lah ……

1.2 KEBUTUHAN ELIMINASI

Kesulitan

Buang Air Besar Buang Air Kecil

Ada, sebutka ……. √ Tidak Ada, sebutka ……. √ Tidak

Konsistensi Padat/keras √ Lembek Cair

Alat bantu Huknah √ Tidak ada Kateter √ Diapers Tidak ada

Warna pucat Gelap dan pekat

Bau - -

Frekuensi 6-7 x/hari ……….. /hari

Jumlah ................. ml/hari

1.3 KEBUTUHAN TIDUR DAN BERMAIN

Lama tidur …… ja /hr Sia g :…… ja Mala : …… ja

Kualitas tidur Nyenyak √ Sering terbangun / gelisah Pe ebab ……..

Jenis bermain Bermain sendiri Bermain ditemani

IMUNISASI

Imunisasi yang sudah didapatkan : Hb0 dan BCG

LINGKUNGAN

2. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital Suhu : 37,5 oC RR : 40 x/m HR : 150 x/m TD : - mmHg

Tingkat kesadaran

(GCS)

: E.......M.......V....

Jumlah:.........

Antropometri BB saat ini 2700.gr PB : 48.cm LLA : 12 cm

Kepala Lingkar Kepala : 32 cm

Ubun-ubun besar : 4 x 3 Ubun-ubun kecil:

Bentuk √ Normal Kelainan, sebutkan :............ Jejas

Sutura Sagitalis : ................................. Caput Succedaneum :......................

Page 118: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Poltekkes Kemenkes Padang

Rambut Hitam √ Tipis Jarang Merah

Mata √ Simetris Tidak simetris Menonjol Sklera √ Ikterik Tidak ikterik

Strabismus Ada

Kelainan sebutkan …. Reflek cahaya : (+)

Reflek pupil : (+)

Tidak ada Konjungtiva Anemis

Sekret √ Ada

√ Tdk anemis

Tdk ada

Hidung Jalan nafas

Pernafasan cuping

hidung

√ Bersih

Ada

Tidak bersih

√ Tidak ada

Sekret Obstruksi Kelainan

Mulut Struktur mulut

Palatum

Gusi

Lidah

Warna bibir

Reflek Rooting

Reflek sucking

√ Utuh

√ Utuh

√ Utuh

:. Merah muda.. :. Merah.... :.. (+)

:...(+)

Labioskiziz

Palatoskiziz

Tidak Utuh

Telinga √ Normal Keluar cairan Berbau

Kelainan, sebutkan …. Sejajar dengan kantus mata: (+)

Leher Ukuran:.

Rekfek Tonik Neck: ..............................

√ Ya Tidak

Dada

Lingkar Dada 30. cm

Pernafasan

Inspeksi Irama nafas √ Reguler Irreguler

Jenis nafas Cheyne Stoke Kussmaul Hiperventilasi

Alat bantu Ada,sebutkan..................... √ Tidak Ada

Kesulitan

nafas

Retraksi dada Otot bantu nafas

Palpasi Fremitus :.. kiri kanan sama

Auskultasi Suara nafas √ Vesikuler Wheezing Rhonchi Stridor

Jantung

Sirkulasi Denyut jantung 150.x/menit

Irama √ Teratur Tidak teratur

Akral √ Hangat Dingin

CRT √ <2 detik >2 detik

Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba

Auskultasi : Bunyi jantung normal

Abdomen

Lingkar Perut 30 cm

Inspeksi Tali pusat

√ Basah Kering Bau Sudah puput

Kelainan struktur abdomen: .......................................

Spinder nevy : ........................

Auskultasi Bisi g usus : …… / e it

√ Teratur tidak teratur

Palpasi Tidak ada massa di abdomen, abdomen tidak tegang

Perkusi

Tympani

Ekstremitas Atas √ Lengkap Kelainan, sebutkan ….

Page 119: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Poltekkes Kemenkes Padang

Reflek genggam pada tangan (palmar graps): ...(+)

Bawah

√ Lengkap Kelainan, sebutkan …. Reflek genggam pada kaki (plantar graps): ...(+)

Reflek Babinsky: ................................

Genitalia

√ Normal

√ Mekonium sudah

keluar

Kelainan, sebutkan …. Atresia ani

Hipospadia/Epispadia

Kulit Turgor, kembali Segera √ Lambat Sangat lambat

Kelembaban Baik √ Buruk

Warna kulit Sianosis √ Tidak sianosis

Lanugo Ada Tidak

Pemeriksaan Ikterus (Kreamer) : ikterus grade III - IV

PROGRAM TERAPI

- Fototerapi : >96jam - Injeksi : a)Ampicilline 2x135mg (IV)

b)Gentamicin 1x12mg (IV)

- Parenteral : IVFD P62 13,5 cc/jam

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Data Penunjang

Hasil Pemeriksaan labor pada tanggal 23 Mei 2017 , bilirubin total 18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin

direk 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl (normal <0,80), Hb 13,5 gr/dl (normal P 12-14

g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 13.787/mm3 (normal 5000-10000), trombosit 342.000/mm3 (normal 150000-

400000), HT 39% (normal P 38-58%, W 37-43%).

Hasil pemeriksaan labor pada 24 Mei 2017 didapatkan hasil bilirubin total 17,3 mg/dl (normal 0,3-1),

bilirubin direk 0,6 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 16,7 mg/dl (normal <0,80), Hb 13,1 gr/dl (normal

P 12-14 g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 12.350/mm3 (normal 5000-10000), trombosit 304.000/mm3 (normal

150000-400000), HT 39% (normal P 38-58%, W 37-43%).

Sedangkan hasil labor pada tanggal 25 Mei 2017 didapatkan hasil bilirubin total 22,1 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 21,3 mg/dl (normal <0,80)

Page 120: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Poltekkes Kemenkes Padang

PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)

Hari/Tanggal Pengkajian Perawat Tanda tangan

24 Mei 2017

Zikri Ihsan

Page 121: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

2. Analisis Data

Nama : By.T

No.MR : 978552

Data Penyebab Masalah

DS:

DO

:

- Dokter mengatakan By.L

tampak ikterik sejak 24jam

pertama kelahiran, bilirubin

grade III - IV, dan di

indikasikan untuk segera

mendapat fototerapi.

- Dokter mengatakan bayi

dengan rhesus golongan

darah berbeda dengan ibu.

- By.L tampak kuning pada

sklera, kuku, wajah, leher,

pusar, lengan, dan paha.

- Bilirubin grade III-IV

- Hasil labor menunjukkan

bilirubin total 18,5 mg/dl

(normal 0,3-1), bilirubin

direk 0,8 mg/dl (normal

<0,20), bilirubin indirek 17,7

mg/dl (normal <0,80)

- Bayi tampak rewel dan

gelisah.

- By.T lahir cukup bulan

dengan usia kehamilan 38-

39minggu

- Ibu dengan riwayat

keputihan dan eksklamsia.

Inkompatibilitas AB0 Ikterus Neonatus

DS: - Bayi rewel dan menangis

- Perawat ruangan mengatakan

By.T mengalami peningkatan

suhu tubuh.

Efek fototerapi Hipertermi

Page 122: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DO

:

- Suhu 37,7°C.

- Bayi berkeringat saat panas.

- Fototerapi dua lampu

sementara dihentikan dan

diberikan intake cairan.

- Kulit teraba hangat.

DS:

DO

:

- Perawat ruangan mengatakan

By.L berisiko untuk

kekurangan volume cairan

karna fototerapi yang

diberikan dengan sinar

intensitas tinggi.

- Kulit kering.

- Turgor kulit kurang elastis.

- Mukosa kering.

- Reflek sucking lemah.

- Bayi tampak gelisah.

- Produksi ASI ibu tidak

lancar,dan tidak dapat

dipompa..

Intake cairan tidak

adekuat dan efek

fototerapi

Risiko kekurangan

volume cairan

DS:

DO

:

- Perawat ruangan mengatakan

kulit bayi terkelupas di

hampir seluruh tubuh.

- Bayi tampak gelisah

- Kulit tampak terkelupas

- Kulit kering

- Turgor kulit kurang elastis.

- Intake cairan dan nutrisi per

3jam dengan susu formula

- By.T tidak terpasang OGT.

Hiperbilirubinemia Kerusakan integritas

kulit

B. Daftar Diagnosis Keperawatan

1. Ikterus neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas AB0.

2. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.

3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang

tidak adekuat dan efek fototerapi.

Page 123: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia.

C. Intervensi KeperawatanNama : By.TNo.MR : 978552

No Diagnosa

Keperawatan

NOC NIC

1 Ikterus Neonatus

berhubungan

dengan

prematuritas

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan,

maka didapatkan

kriteria:

1. Adaptasi bayi baru

lahir

a. Warna kulit (5)

b. Mata bersih (5)

c. Kadar bilirubin

(5)

2. Organisasi

(Pengelolaan) bayi

prematur

a. Warna kulit (5)

3. Fungsi hati , resiko

gangguan.

a. Pertumbuhan

dan

perkembangan

bayi dalam

batas normal.(5)

b. Tanda-tanda

vital bayi dalam

batas normal(5).

1. Fototerapi: neonatus

a. Kaji ulang riwayat

maternal dan bayi

mengenai adanya

faktor risiko

terjadinya

hyperbilirubinemia.

b. Observasi tanda-tanda

(warna) kuning.

c. Periksa kadar serum

bilirubin, sesuai

kebutuhan, sesuai

protokol dan

permintaan dokter.

d. Edukasikan keluarga

mengenai prosedur

dalam perawatan

isolasi.

e. Tutup mata bayi,

hindari penekanan

yang berlebihan.

f. Ubah posisi bayi

setiap 4jam per

protokol.

2. Monitor tanda vital

a. Monitor nadi, suhu,

dan frekuensi

pernapasan dengan

tepat.

b. Monitor warna kulit,

suhu, dan

kelembaban.

2 Hipertermi

berhubungan

dengan efek

fototerapi.

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan,

maka didapatkan

kriteria:

1. Termoregulasi.

1. Temperature regulation

(pengaturan suhu)

a. Monitor sushu

minimal tiap 2 jam.

b. Rencanakan

monitoring suhu

Page 124: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

a. berkeringat saat

panas (5)

b. gemetaran saat

dingin.(5)

c. Tingkat

pernafasan. (5)

2. Kontrol resiko :

hipertermi.

a. Teridentifikasi

nya tanda dan

gejala

hipertermi (5)

b. Modifikasi

lingkungan

untuk

mengontrol

suhu tubuh (5)

secara kontinyu.

c. Monitor nadi dan

RR.

d. Monitor warna dan

suhu kulit.

e. sesuaikan suhu yang

sesua dengan

kebutuhan pasien.

f. Monitor tanda-tanda

hipertermi dan

hipotermi.

g. Tingkatkan cairan

dan nutrisi.

h. Berikan antipiretik

jika perlu.

i. Gunakan kasur yang

dingin dan mandi air

hangat untuk

perubahan suhu

tubuh yang sesuai.

2. Manajemen demam

a. Monitor suhu secara

kontinue

b. Monitor keluaran

cairan

c. Monitor warna kulit

dan suhu

d. Monitor masukan

dan keluaran.

3 Risiko kekurangan

volume cairan b.d

tidak adekuatnya

intake cairan, efek

fototerapi dan

diare.

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan,

maka didapatkan

kriteria:

Keseimbangan cairan.

a. Intake dan

output

seimbang

dalam 24 jam.

(5)

b. Turgor kulit

Manajemen cairan

a. Monitor berat badan.

b. Timbang popok.

c. Pertahankan catatan

intake dan output yang

akurat.

d. Monitor vital sign.

e. Dorong masukan oral.

f. Monitor pernafasan,

tekanan darah, dan nadi.

g. Monitor status hidrasi

(kelembapan membrane

mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah

Page 125: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

membaik (5) ortostatik).

h. Monitor warna, kuantitas

dan banyaknya keluaran

urin.

i. Berikan cairan yang

sesuai.

j. Monitor respon pasien

terhadap penambahan

cairan.

k. Monitor berat badan.

4 Risiko kerusakan

integritas kulit b.d

hiperbilirubinemia

dan diare.

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan,

maka didapatkan

kriteria:

1. Integritas jaringan :

kulit dan membran

mukosa.

a. Integritas kulit

yang baik bisa

dipertahankan

(sensasi,

elastisitas,

hidrasi). (5)

b.Perfusi jaringan

baik. (5)

2. Kontrol resiko.

integritas kulit

neonatus kembali

membaik.

Dengan kriteria hasil :

a. Faktor resiko

teridentifikasi

(5)

b. Faktor resiko

personal

termonitor (5)

c. Faktor resiko

lingkungan

termonitor. (5)

1. Manajemen cairan

a. Monitor berat badan.

b. Pertahankan catatan

intake dan output yang

akurat.

c. Dorong masukan oral.

d. Monitor status hidrasi

(kelembapan membran

mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah

ortostatik).

e. Berikan cairan yang

sesuai.

2. Pressure management

(Manajemen tekanan)

a. Anjurkan untuk

menggunakan pakaian

yang longgar.

b. Hindari kerutan pada

tempat tidur.

c. Jaga kebersihan kulit

agar tetap bersih dan

kering.

d. Mobilisasi (ubah posisi

pasien) setiap dua jam

sekali.

e. Monitor akan adanya

kemerahan.

f. Monitor aktivitas dan

mobilisasi pasien.

g. Memandikan pasien

Page 126: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

dengan sabun dan air

hangat.

Page 127: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

D. Implementasi dan EvaluasiNama : By.TNo.MR : 978552

Hari/tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi Paraf

Rabu/24

Mei 2017

Ikterus neonatus 1) Melakukan pengkajian ulang

mengenai riwayat maternal dan bayi

mengenai adanya faktor risiko

terjadinya hiperbilirubinemia.

2) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.

3) Menutup mata bayi dengan penutup

berwarna hitam, dan hindari

penekanan.

4) Mengubah posisi bayi per 4jam.

5) Memonitor warna kulit, suhu, dan

kelembaban.

S:

- Dokter mengatakan kuning pada

tubuh bayi masih ada.

- Perawat ruangan mengatakan bayi

masih membeutuhkan fototerapi.

- Dokter mengatakan

Inkompatibilitas AB0

menyebabkan bayi mengalami

ikterik.

O:

- Tampak kuning pada sklera, kuku,

wajah, leher, pusar, paha, dan

lengan.

- Bayi masih tampak gelisah.

- Fototerapi masih dilanjutkan

dengan dua lampu.

- Kulit masih kering.

Page 128: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

A:

- Masalah ikterus neonatus belum

teratasi.

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Hipertermi 1) Memonitor suhu bayi setiap 3jam

secara kontinyu.

2) Memonitor tanda-tanda hipertermi

dan hipotermi dari hasil pengukuran

suhu.

3) Memonitor warna kulit dan suhu.

4) Meningkatkan nutrisi dan cairan

setiap 3jam

S:

- Bayi rewel dan sering menangis.

- Perawat ruangan mengatakan

peningkatan suhu pada By.L sudah

berkurang.

O:

- Suhu 37,2°C.

- Fototerapi dilanjutkan.

- Monitor suhu tetap dilakukan.

- Bayi sudah tidak berkeringat lagi.

A:

- Masalah hipertermi sudah teratasi.

P:

- Intervensi lanjutkan.

Risiko kekurangan

volume cairan

1) Melakukan penimbangan berat badan.

2) Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat

S:

- Bayi sering rewel dan menangis

O:

Page 129: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

3) Mempertahankan masukan per oral

agar cairan dan nutrisi terpenuhi

melalui ASI.

4) Menimbang popok bayi untuk menilai

pengeluaran atau output, serte menilai

warna dan konsistensi urine bayi.

- Kulit masih terasa kering

- Turgor kulit kurang elastis

- Mukosa kering

- Urine berwarna pekat.

- Kulit terkelupas dan bibir pecah-

pecah.

- Reflek rooting kuat.

A:

- Masalah risiko kekurangan volume

cairan belum teratasi

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Kerusakan integritas

kulit

1) menimbang berat badan bayi.

2) mempertahankan intake dan output

yang akurat.

3) mendorong masukan oral

4) memantau status hidrasi seperti

kelembapan mukosa dan nadi.

5) menghindari kerutan pada tempat

tidur, untuk mencegah terjadinya

iritasi karna gesekan dengan alat

tenun.

6) mengubah posisi bayi setiap dua jam

S:

- perawat ruangan mengatakan kulit

masih terkelupas dan belum ada

perkembangan

O:

- Turgor kurang elastis.

- Kulit kering.

- Kulit terkelupas pada bagian wajah,

leher, perut, hingga paha.

- Kulit iritasi dan kemerahan pada

Page 130: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

sekali.

7) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi

untuk melihat kemampuan gerakan

bayi, bayi bergerak aktif dan sering

rewel.

bagian sekitar anus

A:

- Masalah kerusakan integritas kulit

belum teratasi.

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Kamis/25

Mei 2017

Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.

2) Menutup mata bayi dengan penutup

berwarna hitam, dan hindari

penekanan.

3) Mengubah posisi bayi per 4jam.

4) Memonitor warna kulit, suhu, dan

kelembaban.

S:

- Dokter mengatakan kuning pada

tubuh bayi masih ada.

- Perawat ruangan mengatakan bayi

masih membeutuhkan fototerapi

dua lampu.

O:

- Tampak kuning pada sklera, kuku,

wajah, leher, pusar, paha, dan

lengan.

- Bayi masih tampak gelisah.

- Fototerapi masih dilanjutkan

dengan dua lampu.

- Kulit masih kering.

- Hasil pemeriksaan labor pada 24

Page 131: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Mei 2017 didapatkan hasil bilirubin

total 17,3 mg/dl (normal 0,3-1),

bilirubin direk 0,6 mg/dl (normal

<0,20), bilirubin indirek 16,7 mg/dl

(normal <0,80)

A:

- Masalah ikterus neonatus belum

teratasi.

P:

Intervensi dilanjutkan.

Hipertermi 1) Memonitor suhu bayi setiap 3jam

secara kontinyu.

2) Memonitor tanda-tanda hipertermi

dan hipotermi dari hasil pengukuran

suhu.

3) Memonitor warna kulit dan suhu.

4) Meningkatkan nutrisi dan cairan

setiap 3jam

S:

- Perawat ruangan mengatakan

peningkatan suhu pada By.L sudah

tidak ada.

O:

- Suhu 37,0°C.

- Fototerapi dilanjutkan.

- Monitor suhu tetap dilakukan.

- Bayi sudah tidak berkeringat lagi.

A:

- Masalah hipertermi sudah teratasi.

Page 132: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

P:

Intervensi dihentikan.

Risiko kekurangan

volume cairan

1) Melakukan penimbangan berat badan.

2) Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat

3) Mempertahankan masukan per oral

agar cairan dan nutrisi terpenuhi

melalui ASI.

4) Menimbang popok bayi untuk menilai

pengeluaran atau output, serte menilai

warna dan konsistensi urine bayi.

S:

- Bayi rewel dan menangis saat haus

- Dokter mengatakan bayi berisiko

kekurangan volume cairan akibat

fototerapi dua lampu.

O:

- Kulit masih kering.

- Turgor kulit kurang elastis.

- Mukosa kering.

- Urine berwarna pekat.

- Kulit terkelupas, dan bibir pecah-

pecah.

A:

- Masalah risiko kekurangan volume

cairan belum teratasi

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Kerusakan integritas

kulit

1) menimbang berat badan bayi.

2) mempertahankan intake dan output

yang akurat.

S:

- perawat ruangan mengatakan kulit

masih terkelupas dan belum ada

Page 133: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

3) mendorong masukan oral

4) memantau status hidrasi seperti

kelembapan mukosa dan nadi.

5) menghindari kerutan pada tempat

tidur, untuk mencegah terjadinya

iritasi karna gesekan dengan alat

tenun.

6) mengubah posisi bayi setiap dua jam

sekali.

7) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi

untuk melihat kemampuan gerakan

bayi, bayi bergerak aktif dan sering

rewel.

perkembangan

O:

- Turgor kurang elastis.

- Kulit kering.

- Kulit terkelupas pada bagian wajah,

leher, perut, hingga paha.

- Kulit iritasi dan kemerahan pada

bagian sekitar anus.

- Kerutan pada alat tenun tidak ada.

A:

- Masalah kerusakan integritas kulit

belum teratasi.

P:

Intervensi dilanjutkan.

Jumat/26

Mei 2017

Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.

2) Menutup mata bayi dengan penutup

berwarna hitam, dan hindari

penekanan.

3) Mengubah posisi bayi per 4jam.

4) Memonitor warna kulit, suhu, dan

kelembaban.

S:

- Dokter mengatakan kuning pada

tubuh bayi masih ada.

- Perawat ruangan mengatakan bayi

masih membeutuhkan fototerapi

dua lampu.

- Dokter mengindikasikan untuk

transfusi tukar.

Page 134: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

O:

- Tampak kuning pada sklera, kuku,

wajah, leher, pusar, paha, dan

lengan.

- Bayi masih tampak gelisah.

- Fototerapi masih dilanjutkan

dengan dua lampu.

- Kulit masih kering.

- Hasil labor pada tanggal 25 Mei

2017 didapatkan hasil bilirubin

total 22,1 mg/dl (normal 0,3-1),

bilirubin direk 0,8 mg/dl (normal

<0,20), bilirubin indirek 21,3 mg/dl

(normal <0,80).

A:

- Masalah ikterus neonatus belum

teratasi.

P:

Intervensi dilanjutkan.

Hipertermi - Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:

Page 135: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

volume cairan 2) Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat

3) Mempertahankan masukan per oral

agar cairan dan nutrisi terpenuhi

melalui ASI.

4) Menimbang popok bayi untuk menilai

pengeluaran atau output, serte menilai

warna dan konsistensi urine bayi.

- Bayi rewel dan menangis saat haus

- Dokter mengatakan bayi berisiko

kekurangan volume cairan akibat

fototerapi tiga lampu.

O:

- Kulit masih kering.

- Turgor kulit kurang elastis.

- Mukosa kering.

- Urine berwarna pekat.

- Kulit terkelupas, dan bibir pecah-

pecah.

A:

- Masalah risiko kekurangan volume

cairan belum teratasi

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Kerusakan integritas

kulit

1) mempertahankan intake dan output

yang akurat.

2) mendorong masukan oral

3) memantau status hidrasi seperti

kelembapan mukosa dan nadi.

S:

- perawat ruangan mengatakan kulit

masih terkelupas dan belum ada

perkembangan

O:

Page 136: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

4) menghindari kerutan pada tempat

tidur, untuk mencegah terjadinya

iritasi karna gesekan dengan alat

tenun.

5) mengubah posisi bayi setiap dua jam

sekali.

6) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi

untuk melihat kemampuan gerakan

bayi, bayi bergerak aktif dan sering

rewel.

- Turgor kurang elastis.

- Kulit kering.

- Kulit terkelupas pada bagian wajah,

leher, perut, hingga paha.

- Kulit iritasi dan kemerahan pada

bagian sekitar anus.

- Kerutan pada alat tenun tidak ada.

A:

- Masalah kerusakan integritas kulit

belum teratasi.

P:

Intervensi dilanjutkan.

Sabtu/27

Mei 2017

Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.

2) Menutup mata bayi dengan penutup

berwarna hitam, dan hindari

penekanan.

3) Mengubah posisi bayi per 4jam.

4) Memonitor warna kulit, suhu, dan

kelembaban.

S:

- Dokter mengatakan kuning pada

tubuh bayi masih ada.

- Perawat ruangan mengatakan bayi

masih membeutuhkan fototerapi

dua lampu.

- Dokter mengindikasikan untuk

transfusi tukar.

O:

- Tampak kuning pada sklera, kuku,

Page 137: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

wajah, leher, pusar, paha, dan

lengan belum hilang.

- Bayi masih tampak gelisah.

- Fototerapi masih dilanjutkan

dengan dua lampu.

- Kulit masih kering.

- Bilirubin grade III – IV.

A:

- Masalah ikterus neonatus belum

teratasi.

P:

Intervensi dilanjutkan.

Hipertermi - Masalah sudah teratasi, intervensi

dihentikan.

Risiko kekurangan

volume cairan

1) Melakukan penimbangan berat badan.

2) Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat

3) Mempertahankan masukan per oral

agar cairan dan nutrisi terpenuhi

melalui ASI.

4) Menimbang popok bayi untuk menilai

S:

- Bayi rewel dan menangis saat haus.

- Dokter mengatakan bayi berisiko

kekurangan volume cairan akibat

fototerapi tiga lampu.

O:

- Kulit masih kering.

Page 138: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

pengeluaran atau output, serte menilai

warna dan konsistensi urine bayi.

- Turgor kulit kurang elastis.

- Mukosa kering.

- Urine berwarna pekat.

- Kulit terkelupas, dan bibir pecah-

pecah.

- Cairan yg masuk susu formula 30cc

per 3jam.

A:

- Masalah risiko kekurangan volume

cairan belum teratasi

P:

- Intervensi dilanjutkan.

Kerusakan integritas

kulit

1) mempertahankan intake dan output

yang akurat.

2) mendorong masukan oral

3) memantau status hidrasi seperti

kelembapan mukosa dan nadi.

4) menghindari kerutan pada tempat

tidur, untuk mencegah terjadinya

iritasi karna gesekan dengan alat

tenun.

S:

- perawat ruangan mengatakan kulit

masih terkelupas dan belum ada

perkembangan

O:

- Turgor kurang elastis.

- Kulit kering.

- Kulit terkelupas pada bagian wajah,

leher, perut, hingga paha.

Page 139: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

5) mengubah posisi bayi setiap dua jam

sekali.

6) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi

untuk melihat kemampuan gerakan

bayi, bayi bergerak aktif dan sering

rewel.

7) Memberikan baby oil setelah

dimandikan.

- Kulit iritasi dan kemerahan pada

bagian sekitar anus karena bayi

menmgalami diare.

- Kerutan pada alat tenun tidak ada.

A:

- Masalah kerusakan integritas kulit

belum teratasi.

P:

Intervensi dilanjutkan.

Minggu/28

Mei 2017

Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.

2) Menutup mata bayi dengan penutup

berwarna hitam, dan hindari

penekanan.

3) Mengubah posisi bayi per 4jam.

4) Memonitor warna kulit, suhu, dan

kelembaban.

S:

- Dokter mengatakan kuning pada

tubuh bayi masih ada.

- Perawat ruangan mengatakan bayi

masih membeutuhkan fototerapi

dua lampu.

- Dokter mengindikasikan untuk

transfusi tukar.

O:

- Tampak kuning pada sklera, kuku,

wajah, leher, pusar, paha, dan

Page 140: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

lengan belum hilang.

- Bayi masih tampak gelisah.

- Fototerapi masih dilanjutkan

dengan dua lampu.

- Kulit masih kering.

- Bilirubin grade III – IV.

- Keluarga menolak diberikan

tindakan, dan pulang paksa.

A:

- Masalah ikterus neonatus belum

teratasi.

P:

Intervensi dihentikan.

Hipertermi - Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Risiko kekurangan

volume cairan

1) Melakukan penimbangan berat badan.

2) Meningkatkan intake cairan dan

nutrisi yang adekuat

3) Mempertahankan masukan per oral

agar cairan dan nutrisi terpenuhi

melalui ASI.

4) Menimbang popok bayi untuk menilai

pengeluaran atau output, serte menilai

S:

- Bayi masih rewel dan menangis

saat haus.

- Dokter mengatakan bayi berisiko

kekurangan volume cairan akibat

fototerapi tiga lampu.

- Perawat ruangan mengatakan

kebutuhan cairan pada By.T belum

Page 141: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

warna dan konsistensi urine bayi. terpenuhi.

O:

- Kulit masih kering.

- Turgor kulit kurang elastis.

- Mukosa kering.

- Urine berwarna pekat.

- Kulit terkelupas, dan bibir pecah-

pecah.

- Cairan yg masuk susu formula 30cc

per 3jam.

- Bayi mengalami diare.

A:

- Masalah risiko kekurangan volume

cairan belum teratasi

P:

Intervensi dihentikan.

Kerusakan integritas

kulit

1) mempertahankan intake dan output

yang akurat.

2) mendorong masukan oral

3) memantau status hidrasi seperti

kelembapan mukosa dan nadi.

4) menghindari kerutan pada tempat

S:

- perawat ruangan mengatakan kulit

masih terkelupas dan belum ada

perkembangan

O:

- Turgor kurang elastis.

Page 142: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

tidur, untuk mencegah terjadinya

iritasi karna gesekan dengan alat

tenun.

5) mengubah posisi bayi setiap dua jam

sekali.

6) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi

untuk melihat kemampuan gerakan

bayi, bayi bergerak aktif dan sering

rewel.

7) Memberikan baby oil setelah

dimandikan.

- Kulit kering.

- Kulit terkelupas pada bagian wajah,

leher, perut, hingga paha.

- Kulit iritasi dan kemerahan pada

bagian sekitar anus karena bayi

menmgalami diare.

- Kerutan pada alat tenun tidak ada.

- By.T pulang paksa atas permintaan

keluarga.

A:

- Masalah kerusakan integritas kulit

belum teratasi.

P:

Intervensi dihentikan.

Page 143: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 144: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 145: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 146: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 147: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 148: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 149: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 150: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 151: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 152: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Page 153: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ZIKRI_IHSAN_D3...POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA