hubungan konsep diri dengan kecenderungan perilaku...

31
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA KARYAWATI OLEH: LITANI DANTI P. 802012116 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: lamliem

Post on 04-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK

FASHION PADA KARYAWATI

OLEH:

LITANI DANTI P.

802012116

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda

tangan di bawah ini:

Nama : Litani Danti Pratiwi

Nim : 802012116

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal

bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU

PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA KARYAWATI

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media atau

mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 11 Desember 2015

Yang menyatakan,

Litani Danti Pratiwi

Mengetahui,

Pembimbing

Dr. Christiana Hari S, MS.

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Litani Danti Pratiwi

Nim : 802012116

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU

PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA KARYAWATI

Yang dibimbing oleh:

Dr. Christiana Hari S, MS.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya

sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 11 Desember 2015

Yang memberi peryataan,

Litani Danti Pratiwi

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK

FASHION PADA KARYAWATI

Oleh

Litani Danti Pratiwi

802012116

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 12 Januari 2016eptemb2015

Oleh:

Pembimbing,

Dr. Christiana Hari S, MS.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Christiana Hari S, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK

FASHION PADA KARYAWATI

Litani Danti Pratiwi

Christiana Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan

kecenderungan perilaku pembelian impulsif produk fashion pada karyawati. Penelitian di

lakukan di wilayah Semarang dengan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik snowball sampling dengan subjek berjumlah 36 orang karyawati.

Pengumpulan data konsep diri diukur dengan skala Tennesse Self Concept Scale (TSCS)

yang di kembangkan oleh William H. Fitts (Amaliah, 2012), sementara pengumpulan

data pembelian impulsif menggunakan skala kecenderungan Pembelian Impulsif yang

diadopsi peneliti dari penelitian sebelumnya berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan

oleh Rook (1987) yaitu aspek spontan, kekuatan impuls dan intensitas, stimuli dan

kegembiraan, tidak peduli dengan konsekuensi. Teknik analisa data menggunakan

Pearson. Hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut adalah nilai koefisien korelasi r

= - 0,410 dengan sig = 0,006 (p<0,05), yang berarti ada korelasi negatif yang signifikan

antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif produk fashion

pada karyawati.

Kata kunci : Konsep diri, Pembelian impulsif, Dewasa Awal.

ii

Abstract

This study aims to determine the relationship between self-concept and impulsive buying

behavior tendency of fashion products on the employee. Research in Semarang with

sampling techniques in this study using snowball sampling technique with a total of 36

people subject employee. The collection of data is measured with a scale of self concept

Tennessee Self Concept Scale (TSCS) that was developed by William H. Fitts (Amaliah,

2012), while collecting data using the impulsive buying tendency scale adopted

Impulsive Purchases researchers from a previous study based on the aspects raised by

Rook (1987), namely spontaneous aspects, strength and intensity of the impulses, stimuli

and excitement, no matter the consequences. Data analysis techniques using Pearson.

The results of these calculations is the value of the correlation coefficient r = - 0.410

with sig = 0.006 (p <0.05), which means there is a significant negative correlation

between self-concept and impulsive buying behavior tendency of fashion products on the

employee.

Keywords: Self-concept, impulsive purchases, Adult Beginning.

1

PENDAHULUAN

Sebagai masyarakat modern tampak aktivitas membeli sebagai salah satu sarana

pemuas kebutuhan fisiologis, Asmadi (2008) memaparkan bahwa kebutuhan fisiologis

bersifat mendesak dan harus menjadi prioritas utama untuk menjaga homeostasis biologis

(mekanisme pengaturan keseimbangan dalam tubuh makhluk hidup). Apabila kebutuhan

tersebut tidak terpenuhi, individu yang bersangkutan akan kehilangan kendali atas

perilakunya sendiri. Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis menjadi penting untuk dipenuhi.

Kehidupan yang semakin modern ini membawa manusia semakin unik dan kebutuhan

fisiologisnya semakin beragam. Salah satu kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi adalah

pakaian dimana kebutuhan ini sekarang tidak hanya sebagai kebutuhan biasa namun seiring

berkembangnya jaman pakaian ini sebagai sarana untuk menunjukkan identitas bahkan dapat

menambah kepercayaan diri pemakai jika pakaian tersebut sesuai dengan keinginannya.

(Hurlock, 1974) menyatakan bahwa pakaian menentukan di kelompok mana seseorang

diterima sebagai anggota. Seperti halnya seorang karyawati yang memiliki kebutuhan akan

pakaian dimana mereka dituntut untuk berpenampilan menarik dan rapi saat bekerja.

Keputusan pembelian melalui beberapa tahapan seperti pengenalan masalah dimana

konsumen dihadapkan pada masalah atau kebutuhan yang terdapat perbedaan antara apa yang

menjadi kebutuhan dan apa yang menjadi keinginannya, lalu tahap selanjutnya yaitu tahap

pencarian informasi dimana secara aktif konsumen akan mencari tahu beberapa informasi

dari beberapa sumber yang berkaitan dengan apa yang akan dibeli, tahap penilaian alternatif

dimana tahap ini konsumen sudah mengetahui beberapa merk produk dan kemudian

melakukan penilaian terhadap produk tersebut, tahap yang terakhir yaitu pengambilan

keputusan pada tahap ini konsumen akan memilih produk yang sesuai dengan kriteria yang

disukainya namun terkadang keputusan membeli juga dapat berubah karena beberapa faktor

seperti kehadiran orang lain dan situasi yang mendesak.

2

Dalam memenuhi kebutuhan fisiologis tersebut sering kali, konsumen memutuskan

untuk membeli suatu barang pada saat berada di dalam toko, dan tidak merencanakan apa

saja yang akan dibeli sebelum pergi ke toko. Seperti yang dikemukakan oleh Whidya (2010)

bahwa 70-80% pembelian dilakukan di tempat belanja pada saat memeriksa barang. Dampak

dari perilaku tersebut dapat mengembangkan pola perilaku yang tidak produktif serta pola

perilaku konsumtif dimana pembelian tidak berdasarkan pada kebutuhan. Serta dapat

memunculkan perilaku tidak terduga saat aktivitas konsumsi berlangsung misalnya membeli

barang berlebihan, tidak mementingkan kebutuhan yang mendesak saat itu dan membeli

berdasarkan keinginan atau bahkan hanya coba-coba. Dalam kehidupan sehari-hari memang

tidak bisa dipisahkan dari aktivitas konsumsi karena seseorang membutuhkan produk dan

jasa guna memenuhi kebutuhan mereka, akan tetapi apabila dilakukan secara berlebihan

dapat mengindikasikan sebagai suatu perilaku yang merugikan menurut Schiffman dan

Kanuk pada tahun 2004.

Tidak semua konsumen melakukan pembelian secara rasional, terkadang muncul

pembelian yang lebih didasari oleh faktor emosi. Hal itu bertentangan dengan paradigma

manusia sebagai makhluk yang rasional. Seperti yang dilakukan oleh seorang karyawati bank

swasta. Ini merupakan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap salah satu

pengunjung mall di Salatiga, yang mengatakan bahwa ketika dia masuk kedalam outlet baju

dan melihat banyak barang yang menarik perhatiannya dia akan cenderung tertarik bahkan

tidak jarang membeli lebih dari 1 jenis barang padahal sebelumnya dia hanya berencana

membeli 1 barang saja. Hal ini juga sama dirasakan oleh karyawati dealer motor, yang

menyatakan bahwa saat berada di toko pakaian dia tidak segan mencoba beberapa dan

bahkan membeli sesuai dengan keinginan dia. Berbeda dengan yang dialami oleh seorang

karyawati asuransi di Salatiga, yang mengatakan ketika berada di pusat perbelanjaan seperti

mall awalnya hanya ingin makan dan menonton film namun saat sampai di pusat

3

perbelanjaan minat untuk membeli barang muncul dan memutuskan untuk membeli barang

tersebut. Jadi hasil dari wawancara yang dilakukan pada beberapa karyawati dapat dikatakan

ada kecenderungan pembelian impulsif pada beberapa karyawati.

Menurut Utami dan Sumaryono (2008), pada proses pembelian yang bersifat rasional,

konsumen melakukan pertimbangan yang cermat dan mengevaluasi sifat produk secara

fungsional. Namun melihat fenomena diatas menimbulkan kondisi yang berbeda yang dapat

memicu terjadinya kecenderungan perilaku pembelian impulsif, dan kecenderungan perilaku

pembelian impulsif ini banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia (Verplanken and

Herabadi, 2001). Assael (1993) mengatakan bahwa belanja impulsif dilakukan oleh

masyarakat dari status sosial ekonomi manapun dan tanpa kontrol diri. Rook & Gardner

(1993) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai tindakan tanpa pertimbangan, dan disertai

dengan respon emosi yang kuat. Dalam penelitian ini pembelian impulsif masih bersifat

kecenderungan, sehingga variabelnya disebut kecenderungan pembelian impulsif.

Aspek-aspek dari kecenderungan perilaku pembelian impulsive dari Rook’s (1987)

yaitu aspek spontan dimana spontanitas merupakan pembelian yang tidak diharapkan dan

memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, hal ini ditunjukkan dalam perilaku pembeli

yang secara tiba-tiba melakukan pembelian karena tertarik pada penampilan barang yang

dijual. Kekuatan impuls dan intensitas, kekuatan/kompulsi dan intensitas dalam membeli

barang terjadi karena keinginan yang kuat untuk memiliki barang, mungkin ada motivasi

pembeli untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak seketika. Stimuli dan

kegembiraan, stimulasi yaitu tingkat dorongan atau rangsangan untuk segera memasuki

tempat penjualan produk fashion. Serta tidak peduli dengan konsekuensi dimana

ketidakpedulian akan akibat sering dicirikan dengan desakan untuk membeli dapat menjadi

begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.

4

Pembelian impulsif dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terbagi menjadi faktor

personal dan faktor lingkungan. Faktor personal terdiri dari perilaku pembelajaran, motivasi,

kepribadian, kepercayaan, usia, sumber daya konsumen, dan gaya hidup. Faktor lingkungan

terdiri dari situasi, kelompok dan budaya (Engel dkk, 1995). Menurut Loudon & Bitta

(Widawati, 2011), faktor-faktor mempengaruhi perilaku impulse buying adalah karakteristik

konsumen. Karakteristik konsumen meliputi pengalaman belajar, kepribadian dan konsep diri

atau citra diri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yoan Wahyu Pricilia pada tahun 2011

menemukan adanya hubungan positif terhadap motivasi, persepsi, memori dan pembelajaran

sebagai faktor dari perilaku pembelian impulsif. Penelitian yang dilakukan oleh Dittmar pada

tahun 1995, konsep diri dapat memengaruhi pembelian impulsif pada jenis kelamin yang

berbeda. Kacen & Lee pada tahun 2002 (dalam Muruganantham & Shankar Bhakat, 2013)

menjelaskan bahwa budaya dapat memengaruhi pembelian impulsif. Pembelian impulsif

merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan citra diri dan konsep diri seseorang (Phau

& Lo 2004). Penelitian lain menunjukkan hubungan negatif antara konsep diri dan pembelian

impulsif pada mahasiswa (Khoirotun, 2015). Dari beberapa penelitian tersebut, tidak

dilakukan pada karyawati berusia 20-40 tahun dan dengan status belum menikah. Maka

penelitian ini dilakukan pada karyawati dengan karakteristik berusia 20-40 tahun dengan

status belum menikah.

Wood (1998) menemukan bahwa pembelian impulsif meningkat pada usia 18 hingga

39 tahun dan menurun setelahnya. Dan usia sebagai salah satu faktor perilaku pembelian

impulsif. Pada usia 18 hingga 39 merupakan rentang usia pada tahapan perkembangan

dewasa awal. Sebagai seorang karyawati yang memiliki kemandirian ekonomi serta memiliki

usia yang tergolong matang dan peneliti mengambil sampel karyawati yang tergolong dewasa

awal yaitu usia 18-40 tahun menurut Hurlock (1980). Dimana konsep diri dan citra tubuh

relative stabil pada masa ini. Menurut Anderson (dalam Fatimah, 2012) konsep diri pada

5

dewasa awal berorientasi pada tugas bukan pada diri atau ego, berorientasi pada tugas-tugas

yang dikerjakannya dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk

kepentingan pribadi. Fitts (dalam Agustiani, 2006), mengemukakan bahwa konsep diri

merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Baik

yang bersifat fisik, sosial dan psikologis diperoleh melalui pengalaman dan interaksi individu

dengan orang lain. Menurut Dodgson & Wood (2007), mengatakan bahwa individu yang

mempunyai konsep diri negatif akan merasa dirinya selalu gagal, merasa tidak mampu dan

mempunyai pandangan yang buruk tentang dirinya. Sebaliknya individu yang mempunyai

konsep diri positif mempunyai pandangan yang menyenangkan tentang keadaan dirinya.

Adapun aspek konsep diri yang dikemukakan oleh Fitts (dalam Agustiani, 2006,

h.139-142) yaitu diri identitas (identity self), Identitas diri merupakan aspek yang paling

mendasar dari konsep diri. Didalam identitas diri terdapat seluruh label dan simbol yang

digunakan untuk menggambarkan dirinya. Diri perilaku (behavioral self), diri perilaku

merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya. Diri pelaku berisikan segala kesadaran

“apa yang dilakukan oleh diri”. Diri yang adekuat akan menunjukkan keserasian antara diri

identitas dengan diri pelakunya, sehingga dia dapat mengenali dan menerima baik diri sebagai

identitas maupun diri sebagai pelaku. Diri penerimaan/penilai (judging self) dimana

merupakan interaksi antara identity self dan behavioral self serta integrasinya pada

keseluruhan konsep diri. Aspek ini berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, pembanding

dan yang penting adalah sebagi penilai/evaluasi diri. Judging self juga mencakup kepuasan

murni dari pemenuhan dorongan (rasa lapar, agresi, seks) atau rasa bangga dalam menahan

diri terhadap dorongan yang berbahaya, diri fisik (physical self), merupakan persepsi individu

terhadap keadaan fisik, kesehatan, penampilan, gerak motorik, dan kualitasnya. Diri moral

etik (moral-ethical self), merupakan persepsi individu tentang dirinya yang ditinjau dari

standar pertimbangan moral, etika, dan aspek religius dari diri. Diri pribadi (personal self),

6

merupakan perasaan individu terhadap nilai-nilai pribadinya terlepas dari keadaan fisik dan

hubungannya dengan orang lain dan sejauh mana merasa adekuat sebagai pribadi. Diri

keluarga (family self), merupakan persepsi diri dan perasaan individu sebagai bagian dari

keluarganya dan sejauh mana ia merasa berharga dan merupakan bagian dari keluarga

tersebut. Diri sosial (social self), merupakan persepsi individu terhadap dirinya dengan

lingkungan sosialnya.

Brooks & Emmert (dalam Rakhmat, 2000, h.105) menjelaskan lima ciri-ciri individu

yang memiliki konsep diri yang positif dan negatif. Individu dengan konsep diri yang positif

ialah, pertama, merasa yakin akan kemampuannya. Kedua, merasa setara dengan orang lain.

Ketiga, menerima pujian tanpa rasa malu. Keempat, menyadari bahwa setiap orang

mempunyai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh

masyarakat. Kelima, mampu memperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek

kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Sedangkan ciri-ciri individu

dengan konsep diri negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, tidak

pandai dan tidak sanggup dalam mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada orang

lain atau hiperkritis, merasa tidak disenangi oleh orang lain dan bersikap pesimistis terhadap

kompetisi seperti terungkap dalam keengganan untuk bersaing dengan orang lain dalam

membuat prestasi.

Masa dewasa awal merupakan pembentukan kemandirian seseorang secara pribadi

maupun ekonomi, seperti perkembangan karir, pemilihan pasangan, dan memulai keluarga

(Santrock, 2002). Dilihat dari perkembangan kognitifnya, sebagai individu dalam tahap

dewasa awal seharusnya sudah dapat berpikir reflektif dan menekankan pada logika

kompleks serta melibatkan intuisi dan juga emosi (Papalia; Olds & Feldman, 2009). Dengan

kata lain tidak hanya menekankan pada emosi saja. Pada masa ini, individu juga mulai

7

mandiri secara ekonomi, kemandirian secara ekonomi tersebut dapat mendorong individu

menjadi konsumtif dan melakukan pembelian impulsif.

Perkembangan dewasa awal memiliki identitas diri berupa konsep diri dan citra diri

yang relatif stabil. Serta mengambil keputusan berdasakan logika. Dari fenomena yang terjadi

dimana karyawati memunculkan perilaku pembelian impulsif, yang dapat dilihat dari

beberapa orang yang diwawancarai mereka cenderung untuk tidak berpikir secara rasional,

dan hanya menggunakan emosi saat mengambil keputusan untuk membeli barang. Maka

peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh konsep diri terhadap pembelian impulsif terhadap

produk fashion pada wanita dewasa awal. Dari latar belakang di atas, maka dirumuskan

masalah sebagai berikut apakah ada hubungan konsep diri dengan kecenderungan perilaku

pembelian impulsif terhadap produk fashion pada karyawati? Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif

terhadap produk fashion pada karyawati. Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini seperti

hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan psikologi konsumen dan

psikologi perkembangan mengenai hubungan konsep diri terhadap kecenderungan perilaku

pembelian impulsif pada wanita dewasa awal. Bagi Wanita dewasa awal hasil penelitian ini

diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi konsumen wanita terhadap

pembelian.

Menurut Dodgson & Wood (2007), mengatakan bahwa individu yang mempunyai

konsep diri negatif akan merasa dirinya selalu gagal, merasa tidak mampu dan mempunyai

pandangan yang buruk tentang dirinya. Sebaliknya individu yang mempunyai konsep diri

positif mempunyai pandangan yang menyenangkan tentang keadaan dirinya. Ketika

seseorang karyawati memiliki konsep diri yang rendah maka kecenderungan perilaku

pembelian impulsif akan tinggi karena perilaku pembelian impulsif ini dapat sebagai salah

satu usaha untuk meningkatkan konsep dirinya, begitu juga sebaliknya ketika karyawati

8

memiliki konsep diri yang tinggi maka kecenderungan perilaku pembelian impulsif akan

rendah. Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis yang dihasilkan dalam penelitian ini

adalah terdapat hubungan negatif signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan

perilaku pembelian impulsif produk fashion pada karyawati? Dengan pertanyaan penelitian

apakah ada hubungan negatif signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku

pembelian impulsif produk fashion pada karyawati?

9

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel Terikat : Kecenderungan perilaku pembelian impulsif

Variabel Bebas : Konsep Diri

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah karyawati dengan karakteristik yaitu berusia 20

– 40 tahun, belum menikah dan tidak menjadi tulang punggung keluarga, jumlah penghasilan

lebih dari upah minimum regional serta bekerja sebagai karyawati swasta. Penelitian ini

dilakukan di wilayah Semarang, teknik sampel yang digunakan menggunakan teknik

snowball sampling dilakukan. Partisipan berjumlah 36 orang dengan sesuai karakteristik.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan skala

pengukuran psikologi. Terdapat 2 skala yaitu :

Skala Konsep Diri

Alat ukur konsep diri yang digunakan pada penelitian ini adalah Tennesse Self

Concept Scale (TSCS) yang di kembangkan oleh William H. Fitts (Amaliah, 2012). TSCS

merupakan alat ukur untuk mengukur konspe diri individu secara umum yang berada dalam

usia 12 tahun keatas. Skala ini terdiri dari dua aspek. Aspek-aspeknya meliputi diri identitas

(identity self), diri perilaku (behavioral self), diri penerimaan/penilai (judging self), diri fisik

(physical self), diri moral etik (moral-ethical self), diri pribadi (personal self), diri keluarga

(family self), dan diri sosial (social self).

Setiap item memiliki alternatif jawaban yang menunjukan derajat

kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan diri subjek. Pemberian skor terhadap jawaban subjek

dilakukan dengan mempertimbangkan jenis item, apakah item favorabel atau item

10

unfavorabel. Adapun penilaian pada masing – masing jawaban responden dilakukan dengan

cara skoring. Terdapat 5 alternatif jawaban yaitu SS (sangat sesuai) dengan skor 4, S ( sesuai)

dengan skor 3, TP (tidak pasti) dengan skor 2, TS (tidak sesuai) dengan skor 1 dan STS

(sangat tidak sesuai dengan skor 0.

Skala ini terdiri dari 60 item dengan 5 alternatif jawaban yaitu dari sangat tidak

setuju, tidak setuju, tidak pasti, setuju dan sangat setuju. Selanjutnya, pada penelitian ini,

peneliti menggunakan try out terpakai untuk menguji kembali alat ukur ini dimana subjek

yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian Hasil uji seleksi item dan

reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar yang

menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,30. Apabila

jumlah item yang valid ternyata masih tidak mencakup jumlah yang diinginkan, maka dapat

menurunkan kriteria dari ≥ 0,30 menjadi ≥ 0,25 (Azwar, 2004). Maka peneliti menggunakan

standart pengukuran validitas item yaitu ≥ 0,25. Setelah peneliti menguji ulang kemudian

diperoleh realibilitas sebesar 0,862 dengan corrected item total corelation bergerak dari

0,383-0,756. Dan dari 60 item terdapat 21 item yang gugur yaitu item 5, 10, 21, 26, 27, 31,

33, 34, 37, 38, 41, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 55, 56, 59, 60. Pengujian kedua didapati reliabilitas

sebesar 0,913 dan dari 39 item terdapat 5 item yang gugur yaitu 6, 17, 44, 45, 58. Setelah

dilakukan uji yang ke 3 dengan reliabilitas 0,916 dengan corrected item total corelation

bergerak dari 0,271-0,822 dan terdapat 1 item gugur yaitu no item 50.

Skala Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif

Skala yang digunakan untuk mengungkapkan kecenderungan pembelian impulsif

adalah Skala kecenderungan Pembelian Impulsif yang diadopsi peneliti dari penelitian

sebelumnya berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rook (1987) yaitu aspek

spontan, kekuatan impuls dan intensitas, stimuli dan kegembiraan, tidak peduli dengan

11

konsekuensi. Jumlah item sebangak 32 butir yang terdiri dari 16 item favorabel dan 16 item

unfavorabel. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi

kecenderungan pembelian impulsif yang dimiliki oleh subjek, demikian juga sebaliknya

semakin rendah skor yang dimiliki subjek maka semakin rendah kecenderungan pembelian

impulsif yang diperoleh subjek.

Skala ini terdiri dari 32 item dan menggunakan format likert yang terdiri dari 5

alternatif jawaban yakni Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Tidak Pasti (TP),

Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Selanjutnya, pada penelitian ini peneliti menggunakan try

out terpakai untuk menguji kembali alat ukur ini dimana subjek yang digunakan untuk try out

digunakan sekaligus untuk penelitian.

Hasil uji seleksi item dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan

ketentuan dari Azwar yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan

valid apabila ≥ 0,30. Apabila jumlah item yang valid ternyata masih tidak mencakup jumlah

yang diinginkan, maka dapat menurunkan kriteria dari ≥ 0,30 menjadi ≥ 0,25 (Azwar, 2004).

Maka peneliti menggunakan standart pengukuran validitas item yaitu ≥ 0,25. Setelah peneliti

menguji diperoleh realibilitas sebesar 0,939 dengan corrected item total corelation bergerak

dari 0,353-0,814. Dan dari 32 item terdapat lima item yang gugur yaitu item 7, 8, 17, 25, dan

27.

Teknik Analisis Data

Metode analisis data adalah metode untuk mengolah data, menganalisis data, dan

menguji kebenarannya, kemudian dapat disimpulkan dari penelitian tersebut (Hadi, 2004).

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan metode

statistik, karena data yang diperoleh berwujud angka-angka sehingga metode statistik dapat

memberikan hasil yang objektif. Selain itu, dengan metode statistik dapat ditarik kesimpulan

12

yang dapat dipertanggungjawabkan, karena berdasarkan perhitungan yang teratur, tepat, dan

teliti (Nurgiyantoro, dkk., 2009). Teknik yang digunakan untuk menguji hubungan antara

kedua variabel penelitian adalah korelasi product moment dari Pearson. Dalam penelitian

ini, analisis data akan dilakukan dengan bantuan program khusus komputer statistik yaitu

SPSS seri 16.0 for windows.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data Penelitian

Konsep Diri dan Kecendurungan Perilaku Pembelian Impulsif

Data Deskriptif

Tabel 1. Statistik Deskriptif Skala Konsep Diri dan Kecenderungan Perilaku Pembelian

Impulsif Pada Karyawati

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Konsepdiri 36 95.6111 16.94239 35.00 118.00

Impulsif 36 65.8056 17.38278 35.00 93.00

Tabel 1 merupakan statistik deskriptif dari skor hipotesis partisipan untuk setiap variabel.

Peneliti kemudian membagi skor dari setiap skala menjadi 4 kategori mulai dari “sangat

rendah” “rendah” ke “tinggi” hingga “sangat tinggi”. Interval skor untuk setiap kategori

ditentukan dengan menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000). Tabel 2 dan 3

menunjukkan jumlah partisipan untuk setiap kategori pada masing-masing variabel.

13

Tabel 2. Kriteria Skor Konsep Diri

No. Interval Kategori Frekuensi Presentase

1. 0 ≤ x < 33 Sangat Rendah 0 0

2. 33 ≤ x < 66 Rendah 3 8,33 %

3. 66 ≤ x < 99 Tinggi 15 41,67 %

4. 99 ≤ x < 103 Sangat Tinggi 18 50 %

Jumlah 36 100 %

x = skor konsep diri

Tabel 3. Kriteria Skor Pembelian Impulsif

No. Interval Kategori Frekuensi Presentase

1. 0 ≤ x < 27 Sangat Rendah 0 0 %

2. 27 ≤ x < 54 Rendah 10 27,78 %

3. 54 ≤ x < 81 Tinggi 16 44,44 %

4. 81 ≤ x < 108 Sangat Tinggi 10 27,78 %

Jumlah 100 100 %

x = skor pembelian impulsif

Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan (50 %) memiliki tingkat konsep

diri pada kategori sangat tinggi, dan sebagian partisipan (44,44 %) memiliki tingkat

kecenderungan pembelian impulsif berada pada kategori tinggi.

14

UJI ASUMSI

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui ada

atau tidaknya korelasi antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif

pada karyawati. Namun, sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi

terlebih dahulu untuk menentukan jenis statistik parametrik atau non parametrik yang akan

digunakan untuk uji korelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan skala

konsep diri (K-S-Z = 1,299 p = 0,068 > 0,05) menunjukkan data-data normal dan

skala pembelian impulsif (K-S-Z = 0,781 p = 0,575 > 0,05) menunjukkan data-data

yang didapat berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Dari hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan linear antara konsep diri

dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif dengan deviation from linearity

sebesar 0,483 (p > 0,05).

Uji Hipotesis

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang diperoleh

berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian linear, sehingga uji korelasi dilakukan

dengan menggunakan statistik parametrik. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Pearson. Lihat tabel 4

15

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Perilaku

Pembelian Impulsif

Correlations

Konsepdiri Impulsif

Konsepdiri Pearson Correlation 1 -.410**

Sig. (1-tailed) .006

N 36 36

Impulsif Pearson Correlation -.410** 1

Sig. (1-tailed) .006

N 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Hasil dari uji korelasi menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara konsep

diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif pada karyawati di wilayah

Semarang, r = - 0,410 dengan p < 0,05. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan

adanya korelasi negatif antara antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian

impulsif di wilayah Semarang. antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian

impulsif di wilayah Semarang berada pada kisaran 0,3-0,69.

16

PEMBAHASAN

Penelitian ini ingin melihat apakah ada hubungan antara konsep diri dengan

kecenderungan pembelian impulsif pada karyawati. Dimana menurut Dodgson dan Wood

(2007), bahwa individu dengan konsep diri negatif akan merasa dirinya selalu gagal, merasa

tidak mampu dan mempunyai pandangan yang buruk tentang dirinya. Sebaliknya individu

yang mempunyai konsep diri positif mempunyai pandangan yang menyenangkan tentang

keadaan dirinya. Hal ini yang memengaruhi apakah inidividu akan melakukan perilaku

pembelian impulsif atau tidak. Pembelian impulsif merupakan salah satu upaya dalam

meningkatkan konsep diri seseorang (Phau & Lo, 2004).

Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi memiliki r = - 0,410 dengan signifikansi

sebesar 0,006 (p<0,05) yang berarti kedua variabel yaitu konsep diri dengan kecenderungan

perilaku pembelian impulsif memiliki hubungan negatif yang signifikan. Artinya semakin

tinggi konsep diri yang dimiliki karyawati maka, semakin rendah kecenderungan perilaku

pembelian impulsif begitu pula sebaliknya, semakin rendah konsep diri yang dimiliki oleh

karyawati maka semakin tinggi kecenderungan perilaku pembelian impulsifnya.

Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan Khoirotun (2015) yang menunjukkan

hubungan negatif antara konsep diri dan pembelian impulsif, dengan korelasi sebesar -0,609

dengan nilai signifikan 0,000. Artinya semakin positif konsep diri pada karyawati maka

kecenderungan perilaku pembelin impulsif (impulsive buying) rendah, sebaliknya semakin

negatif konsep diri pada mahasiswi maka kecenderungan perilaku pembelian impulsif

(impulsive buying) akan semakin tinggi. Serta penelitian yang dilakukan oleh Dittmar (1995)

yang menunjukkan konsep diri dapat memengaruhi perilaku pembelian impulsif.

Sejalan dengan hasil yang telah ditemukan peneliti tentang hubungan antara konsep

diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif yaitu menunjukkan adanya korelasi

17

negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif

pada karyawati swasta di wilayah Semarang. Dimana konsep diri menunjukkan kategori

tinggi dengan persentase 50 % dari 36 karyawati, serta kecenderungan perilaku pembelian

impulsif menunjukkan kategori sedang dengan persentase 44,44 %.

Banyak faktor yang memengaruhi kecenderungan perilaku pembelian impulsif dan

konsep diri merupakan salah satu faktornya. Hasil pengujian melihat bahwa konsep diri

karyawati berada pada kategori sangat tinggi dan kecenderungan pembelian impulsif yang

tinggi. Beberapa pembelian dilakukan secara selektif oleh karyawati ketika mereka memiliki

konsep diri yang tinggi namun terdapat pula karyawati yang memiliki konsep diri yang tinggi

namun tetap memiliki kecenderungan pembelian impulsif karena adanya keinginan untuk

menunjukkan diri serta tuntutan untuk mereka menjadi sama seperti kelompoknya terlebih

karyawati dalam penelitian ini merupakan karyawati di kota besar dan mereka belum

menikah serta tidak memiliki tanggungan terhadap keluarga.

Konsep diri memberikan sumbangan efektif yang diberikan konsep diri terhadap

kecenderungan perilaku pembelian impulsif memberikan kontribusi sebesar 16,8 % dan ada

sekitar 83,2 % faktor lain yang memengaruhi. Ada pun faktor personal terdiri dari perilaku

pembelajaran, motivasi, kepribadian, kepercayaan, usia, sumber daya konsumen, dan gaya

hidup. Faktor lingkungan terdiri dari situasi, kelompok dan budaya (Engel dkk, 1995).

18

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara konsep diri

dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif pada karyawati di wilayah Semarang,

maka dapat disimpulkan :

1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan

perilaku pembelian impulsif pada karyawati.

2. Sebagian besar partisipan memiliki konsep diri yang dikategorikan tinggi dan sebagian

besar partisipan memiliki kecenderungan perilaku pembelian impulsif yang berada pada

kategori sedang.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih banyaknya

keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai

berikut:

a. Bagi Karyawati

Bagi karyawati yang memiliki konsep diri yang tinggi harus dipertahankan karena

dengan konsep diri yang tinggi akan berpengaruh terhadap kecenderungan perilaku

pembelian impulsif yang ketika dilakukan secara terus menerus dapat menimbulkan

efek yang negatif. Dan bagi karyawati yang memiliki konsep diri yang rendah,

hendaknya meningkatkan konsep dirinya dengan mengubah pandangan serta penilain

tentang dirinya agar lebih menjadi positif supaya kecenderungan perilaku pembelian

impulsif tidak meningkat. Karena pembelian impulsif sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan konsep diri.

19

b. Bagi peneliti selanjutnya

Kontribusi variabel konsep diri sebesar 16,8 % terhadap kecenderungan pembelian

impulsif pada karyawati bisa menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. Bagi

peneliti selanjutnya, hendaknya lebih memperhatikan akses untuk bertemu dengan

subjek yaitu karyawati karena tidak banyak karyawati yang bersedia untuk diberi

quesioner serta ada beberapa yang kurang memiliki waktu untuk pengisian quesioner

dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan sampel dalam jumlah yang

lebih besar agar lebih menggambarkan kepuasan hidup yang menyeluruh dalam suatu

populasi. Pemilihan metode penelitian kualitatif, juga dirasa mampu memberikan

gambaran yang lebih mendalam dalam penelitian dengan topik ini serta menghilangkan

bias yang bisa terjadi saat pengisian angket.

20

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan: pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep

diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: Refika Aditama.

Amaliah. (2012). Gambaran konsep diri pada dewasa muda yang bermain erepublik. Jakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta.

Astrid, Fatihana. (2014). pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying universitas

pendidikan indonesia. Retrieved from http://repository.upi.edu.

Assael, H. (1987). Consumer behavior and marketing action third edition, pws-kent. Boston :

Publishing Company.

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar

klien. Jakarta: Salemba Medika.

Azwar, S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Christina, Widya U. (2010). Manajemen Ritel (edisi 2). Jakarta: Salemba Empat.

Cozby, P. C. (2009). Methods in behavioral research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dittmar, H., Beattie, J., & Friese, S. (1995). Gender identity and material symbols: Objects

and decision considerations in impulse purchases. Journal of Economic Psychology,

16(3), 491-511. Retrieved rom http://dx.doi.org/10.1016/0167-4870(95)00023-H.

Dwi, R.A. (2014). Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri siswa sekolah

dasar negeri mendungan 1 yogyakarta. Skripsi. Uninersitas Negeri Yogyakarta.

Engel, J.F., Blackwell, RD & Miniard, P.W. 1995. Consumer behavior. International ed.

Florida.

Dryden. J, Gumulya & Widiastuti M. (2013). Pengaruh konsep diri terhadap perilaku

konsumtif mahasiswa universitas esa unggul. Jurnal Psikologi, 11, 50-65.

Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. edisi kelima. terjemahan istiwidayanti dan soedjarwo. Jakarta:

Erlangga.

Ilmalana. (2012). Analisis motivasi konsumen online dalam melakukan impulsive buying

pada transaksi c2c commerce. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Indonesia.

21

Janda, L. H. (1998). Psychological testing: theory and applications icludes software.

Massachusetts: A Viacom Company.

Khoirotun, L. N. (2015). Hubungan konsep diri dengan pembelian impulsif (impulsive

buying) produk pakaian pada mahasiswa uin malang. Skripsi. Malang: Universitas

Islam Negeri Maulana Ibrahim Malik (UIN).

Maria. (2011). Hubungan antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan

kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Skripsi. Solo: Universitas

Negeri Surakarta.

Marcelline, E. (1997). Perbedaan konsep diri antara siswa berinteligensi tinggi dengan siswa

berinteligensi rendah. Jakarta: Fakultas Psikologi. UNIKA Atmajaya.

Masmuadi, A. & Mira. (2007). Hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan

gaya hidup hedonis pada remaja. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta.

Mischel, W., Shoda, Y., & Smith, R. E. (2004). Introduction to personality: toward an

integration (7th ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Muruganantham, G & Shankar R. B. (2013). A review of impulse buying behavior.

International Journal of Marketing Studies, 5, 149-160.

Papalia, Olds & Feldman. (2007). Human Development, Tenth Edition. New York: McGraw

Hill.

Phau, I. & Lo, C. (2004). Profiling fashion innovators: a study of self-concept, impulse

buying and internet purchase intent. Journal of Fashion Marketing and Management,

8(4), 399-411. Retrieved from http://www.emeraldinsight.com

Rahmat, J. (1996). Psikologi komunikasi (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rook, D. W. (1987). The buying impulse. The Journal of Consumer Research, 14, 189-199.

Santrock, J. W. (2002). Psikologi perkembangan jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Schiffman, L.G & Lieslie L. K. (2004). Consumer Behavior. USA: Prentice Hall.

Sarah, Dira D. (2014). Peranan kontrol diri terhadap pembelian impulsif pada remaja

berdasarkan perbedaan jenis kelamin di samarinda. eJournal Psikologi, 1(3): 313-

323.

Sintiche Ariesny P. (2007). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif remaja

putri dalam pembelian kosmetik melalui katalog di sma negeri 1 semarang. Skripsi.

Fakultas Psikologi UNDIP Semarang.

Suelin C. (2010). Understandig consumer purchase behavior in the japanese personal

grooming sector. Journal of yasar University, 17(5), 2821-2831.

22

Sugiyono. (2012). Metodologi penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Supratiknya, A. (1993). Teori-teori holistik: organismik-fenomenologis. Yogyakarta:

Kanisius.

Soegito. (1996). Konsumerisme Penyebab Inflasi. Retrieved from Stern, H. (1962). The

significance of impulse buying today. Journal of Marketing, 59.

Utami, Fika A. & Sumaryono. (2008). Pembelian impulsif ditinjau dari kontrol diri dan jenis

kelamin pada remaja. Jurnal Psikologi Proyeksi, 3(1), 46-57.

Verplanken, B. & Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulse buying tendency:

feeling and no thinking. European Journal of Personality, 15, S71 -S83.

Wahyu, Yoan P. (2011). Faktor psikologis konsumen yang memengaruhi perilaku pembelian

impulsif (impulse buying tendency) produk fashion di malang town square (matos).

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Widawati, L. (2011). Analisis perilaku “impulse buying” dan “locus of control” pada

konsumen di carrefour bandung. Jurnal MIMBAR Psikologi XXVII, 2, 125-132.

Wood, M. (1998). Socioeconomic status, delay of gratification, and impulse buying. Journal

of Economic Psychology, 19(3), 295-320.

Henrietta P. D. A. D. S. (2009). Impulsive buying pada dewasa awal di yogyakarta. Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(August, 2015). Retrieved from http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/

25285/4/Chapter%20II.pdf.

(August, 2015). Retrieved from http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2015/05/Jurnal-Rangga-Alam-Purnama-190110090085.pdf.

(August, 2015) Retrieved from http://repository.maranatha.edu/

6280/3/0230161_Chapter1.pdf.

(August, 2015). Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip.

(August, 2015). Retrieved from http://kbbi.web.id/beli

(January, 2016). Retrieved from

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_manajemen_pemasaran/bab5

_perilaku_pembeli.pdf