hubungan kenaikan suhu tubuh dengan defisit …eprints.ums.ac.id/50360/24/naskah publikasi.pdfsuhu...

13
HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT NEUROLOGIS PADA PASIEN STROKE ISKEMIK Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: INDAH RIYANSA PUTRI J 500 130 046 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: others

Post on 09-Mar-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

1

HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT

NEUROLOGIS PADA PASIEN STROKE ISKEMIK

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

INDAH RIYANSA PUTRI

J 500 130 046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

i

Page 3: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

ii

Page 4: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

iii

Page 5: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

4

HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT

NEUROLOGIS PADA PASIEN STROKE ISKEMIK

Abstrak

Stroke merupakan suatu penyakit pada otak dengan manifestasi klinis gangguan

fungsi saraf lokal maupun global yang dapat menyebabkan defisit neurologis

mendadak dan merupakan akibat dari iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.

Faktor penyebab defisit neurologis diantaranya adalah kenaikan suhu tubuh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kenaikan suhu tubuh

dengan defisit neurologis pada pasien stroke iskemik Penelitian ini termasuk

observasional analitik non eksperimen dengan pendekatan cross sectional,

pengambilan sampel dengan purposive sampling sejumlah 42 pasien stroke

iskemik. Data diperoleh dari data sekunder dan data primer dengan kuesioner.

Analisis statistitk mengggunakan Uji Chi-Square. Hasil penelitian secara statistik

dengan uji Chi-Square didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara kenaikan suhu tubuh dengan defisit neurologis pada pasien stroke iskemik

dengan nilai ρ=0,291 (ρ > 0.05) dan nilai x2=2.472. Kesimpulan dari penelitian

ini bahwa tidak ada hubungan kenaikan suhu tubuh dengan defisit neurologis pada

pasien stroke iskemik.

Kata Kunci : stroke iskemik, kenaikan suhu tubuh, defisit neurologis

Abstract

Stroke is a brain disease with clinical manifestations of neurological disorders in

local and global function that can lead to sudden neurologic deficits and is the

result of ischemia or hemorrhage circulation of the brain's neurons. Factors

causing neurological deficits including the rise in body temperature. This study

aims to investigate the relationship rise in body temperature with neurological

deficits in patients with ischemic stroke this study included non-experimental

observational analytic with cross sectional approach, sampling with purposive

sampling a number of 42 patients with ischemic stroke. Data obtained from

secondary data and primary data by questionnaire. Mengggunakan statistitk

Analysis Chi-Square Test. Results of the study were statistically with Chi-Square

test showed that there was no significant relationship between the increase in

body temperature with neurological deficits in patients with ischemic stroke with

the value ρ = 0.291 (ρ> 0.05) and the value x2 = 2,472. The conclusion from this

study that there was no relationship with the body temperature rises neurological

deficits in patients with ischemic stroke

Keyword : Ischemic Stroke Patients, Body Temperature Increase, Neurological

Deficits

1. PENDAHULUAN

Stroke merupakan suatu penyakit pada otak dengan manifestasi klinis

gangguan fungsi saraf lokal maupun global yang dapat menyebabkan defisit

Page 6: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

5

neurologis mendadak dan merupakan akibat dari iskemia atau hemoragi

sirkulasi saraf otak (Sudoyo, dkk., 2007). Gangguan fungsi saraf tersebut

dapat menimbulkan gejala kelumpuhan wajah atau anggota gerak, penurunan

kesadaran, gangguan dalam berbicara, dll. Dampak dari stroke tersebut

menyebabkan penderita stroke tidak dapat melakukan aktivitasnya kembali,

sehingga menjadi masalah kesehatan utama bagi suatu negara dalam

pembangunan negara dan dapat menghambat produktivitas. Stroke tingkat

kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dan usia lanjut lebih tinggi

dibandingkan dengan angka kematian (Adamson, dkk.,2004; Townsed, dkk.,

2012).

Stroke termasuk dalam penyebab kematian terbanyak di dunia

sebanyak 17,5 juta kematian atau 46,2 dari kematian noncommunicable

disease (WHO, 2014). Menurut data WHO jumlah kejadian stroke di negara-

negara berkembang cenderung meningkat dari 1,1 juta kasus per tahun pada

2000 menjadi lebih dari 1,5 juta kasus per tahun pada tahun 2025 (Truelsen,

dkk., 2006). Jumlah kematian di Indonesia menurut data dari WHO tahun

2002 mencapai 123.684 orang dan menyebabkan disabilitas pada 8 orang per

1000 orang di populasi. Prevalensi stroke berdasarkan Riskesdas yang

terdiagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI

Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7

per mil (Riskesdas, 2013).

Defisit neurologis berdampak pada fisik, psikologi dan keuangan

pasien stroke serta keluarganya. Kecacatan pasca stroke pada sudut pandang

pasien stroke menentukan keparahan nyata suatu penyakit (Barker-Collo &

Feigin, 2006). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi luaran defisit

neurologis dan tingkat perbaikan setelah mengalami stroke iskemik yaitu

perbedaan demografi, status sosial ekonomi, jenis stroke, klinis neurologis,

faktor-faktor risiko stroke dan penyakit penyerta antara lain seperti infeksi dan

proses inflamasi. Peningkatan suhu tubuh merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi luaran stroke (Samanci, dkk., 2004; Townsend, dkk, 2012).

Page 7: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

6

Penelitian yang dilakukan oleh Azzimondi, dkk (1995) menyatakan

bahwa penelitiannya adalah yang pertama kali yang secara khusus mencari

nilai prognostic demam pada pasien stroke akut. Greer dkk. (2008) meneliti

mengenai dampak hipertermi pada pasien stroke di unit perawatan

neurointensif setelah dilakukan pengendalian terhadap tingkat keparahan

penyakit, diagnosis, umur, komplikasi dan hipertermi ditemukan hubungan

antara lamanya masa perawatan di rumah sakit dengan tingkat kematian dan

prediktor perburukan klinis dari penderita stroke. Dan penelitian yang

dilakukan oleh Saini dkk. (2009) di Canada, berdasarkan uji klinik diperoleh

hasil adanya hubungan antara hipertermi dan perburukan klinis pada penderita

stroke dimana hipertermi yang terjadi pada minggu pertama awitan stroke

memiliki prognosis yang buruk (Azzimondi, dkk., 1995; Greer, dkk., 2008;

Saini, dkk., 2009).

Pengukuran suhu tubuh manusia dapat dilakukan dengan beberapa cara

yaitu melalui arteri pulmonalis, distal oesofagus, rektum, kandung kemih,

nasofaring, mulut, aksila, dahi dan membran timpani. Pengukuruan untuk

defisit neurologis dilakukan dengan National Institutes of Health Stroke Scale

(NIHSS). Maka dari itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang

hubungan suhu tubuh dengan defisit neurologis pada pasien stroke iskemik,

sehingga dapat menunjang pengobatan stroke yang mampu memberikan

pengobatan secara tepat dan mendapatkan kesembuhan serta pemulihan stroke

yang baik.

2. METODE PENELITIAN

Desain Penelitian ini adalah observasional analatik dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RS PKU Aisyah Boyolali dan RS

PKU Muhammadiyah Delanggu. Populasi yang diambil dalam penelitian ini

adalah penderita stroke iskemik di RS PKU Aisiyah Boyolali, RS Sukoharjo

dan RSUD Karanganyar yang telah memenuhi kriteria retriksi untuk diambil

sebagai subyek penelitian. Kriteria restriksi yaitu pasien pria dan wanita yang

menderita stroke iskemik dengan catatan rekam medis yang lengkap berusia

umur dari 25 tahun sampai 60 tahun dan bersedia dilakukan wawancara dan

Page 8: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

7

pemeriksaan. Pengambilan sampel dalam penelitian berdasarkan

menggunakan metode non random sampling dengan teknik purposive

sampling yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yang telah memenuhi

kriteria inklusi yang ditetapkan peneliti. Berdasarkan pertimbangan tersebut

maka dalam penelitian diperoleh sampel sebanyak 42 responden. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah kenaikan suhu tubuh yang diperoleh dari

pengukuran suhu tubuh pasien sedangkan sebagai variable terikat adalah

defisit neurologis yang diperoleh dari kuesioner. Teknik analisis data

menggunakan uji statistik chi square.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 3.1 Karakteristik subjek penelitian

(Sumber: Data Primer, 2017)

Tabel 3.1 menunjukan karakteristik subjek berdasarkan umur, jenis

kelamin, frekuensi serangan stroke dan peningkatan suhu tubuh dengan

kejadian defisit neurologis pada penderita stroke iskemia. Subjek

penelitian dengan defisit neurologis pada penderita stroke mayoritas

Variabel

NIHSS

Total Derajat

Ringan

Derajat

Sedang

Derajat

Berat

N % N % N % N %

Umur

≤50 Tahun 0 0 4 8.9 2 4.4 6 14.3

>50 Tahun 8 17.8 12 28.6 1

6 38.1

36 85.7

Jenis

Kelamin

Laki-Laki 5 11.9 7 16.7 5 11.9 17 40.5

Perempuan 3 7.1 9 21.4 1

3 31.0

25 59.5

Serangan

Pertama 4 9.5 11 26.2 1

3 31.0

28 66.7

Kedua 4 9.5 5 11.9 4 9.5 13 31.0

Ketiga 0 0 0 0 1 2.4 1 2.4

Kenaikan

Suhu

Tubuh

Hipertermi 2 4.8 9 21.4 1

0 23.8 21 50.0

Tidak

Hipertermi 6 14.3 7 16.7 8 19.0 21 50.0

Suhu (rata-

rata±SD) 37.5±7.31 37.125±1.18 37.67±9.58

Page 9: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

8

berumur lebih dari 50 tahun dengan defisit neurologis derajat berat yaitu

sebesar 38,1% lebih besar jika dibandingkan dengan defisit neurologis

derajat ringan dan sedang. Hasil penelitian subjek dengan defisit

neurologis berdasarkan jenis kelamin mayoritas terjadi pada perempuan

sebesar 59.5% lebih besar jika dibandingkan dengan subjek penelitian

yang berjenis kelamin laki-laki. Subjek penelitian berdasarkan frekuensi

serangan terbesar terjadi pada serangan yang pertama yaitu sebesar 66,7%

lebih besar dari pada serangan yang kedua dan ketiga. Peningkatan suhu

tubuh juga sering terjadi pada penderita stroke iskemik, hasil penelitian

menunjukan responden yang mengalami hipertemi sebesar 23,8% dengan

derajat berat defisit neurologis lebih besar jika dibandingkan dengan

subjek yang tidak mengalami hipertemi dengan defisit neurologis derajat

ringan dan sedang. Rerata untuk suhu hipertermia

3.2 Analisis Data

Analisis bivariat pada penelitian ini yaitu menguraikan hubungan

variabel independent dan variabel dependent. variabel independent adalah

kenaikan suhu tubuh dan variabel dependent yaitu defisit neurologis pada

pasien stroke iskemik. Uji statistik untuk menguraikan hubungan kenaikan

suhu tubuh dengan defisit neurologis pada pasien stroke iskemik

menggunakan uji statistik Chi-Square.

Tabel 3.2 Hubungan Kenaikan Suhu Tubuh Dengan Defisit Neurologis Pada

Pasien Stroke Iskemik

Peningkatan Suhu Tubuh

Total Ρ X2

Hipertermi Tidak

Hipertermi

N % N % N %

NIHSS

Ringan 2 4.8 6 14.3 8 19.1

0,291 2.472 Sedang 9 21.4 7 16.7 16 38.1

Berat 10 23.8 8 19.0 18 41.8

Jumlah 21 50.0 21 50.0 42 100.0

(Sumber: Data Primer, 2017)

Proporsi subjek dengan defisit neurologis pada pasien stroke

iskemik dengan derajat berat yang mengalami hipertermi yaitu sebesar

23,8% lebih besar jika dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami

Page 10: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

9

hipertemi dengan defisit neurologis derajat ringan dan sedang. Hasil uji

statistik Chi-Square menunjukan tidak hubungan kenaikan suhu tubuh

dengan defisit neurologis pada pasien stroke iskemik di RS PKU Aisiyah

Boyolali dan RS PKU Muhammadiyah Delanggu dengan nilai ρ=0,291

dan nilai x2=2.472.

3.3 Pembahasan

Penelitian ini memiliki 42 kasus yang memenuhi kriteria restriksi

yang terbagi atas 21 kasus stroke iskemik dengan hipertermi dan 21 kasus

stroke iskemik tidak disertai hipertemi. Analisis data didapatkan umur

dengan defisit neurologis pada penderita stroke mayoritas berumur lebih

dari 50 tahun dengan defisit neurologis derajat berat yaitu sebesar 38,1%

lebih besar jika dibandingkan dengan defisit neurologis derajat ringan dan

sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartanto

menyatakan bahwa insidensi stroke meningkat setiap dekade diatas usia 50

tahun sebanyak dua sampai tiga kali lipat (Hartanto, 2009).

Jenis kelamin terbanyak yang mengalami stroke adalah berjenis

kelamin perempuan sebesar 59.5%. The 2000 victoria declaration

menyebutkan bahwa angka kejadian stroke pada wanita meningkat

dibandingkan laki-laki, kematian akibat stroke pada wanita juga lebih

besar dari laki-laki serta perempuan mempunyai kemungkinan stroke

berulang lebih besar (Bales, dkk., 2000).

Frekuensi serangan stroke tertinggi adalah pasien dengan serangan

stroke yang pertama yaitu sebesar 66.7%. Data tersebut sesuai penelitian

yang dilakukan oleh Monorey, dkk menyatakan bahwa sebanyak 1.2%

sampai 9% cenderung terjadi pada fase awal setelah serangan stroke

pertama dan menyebabkan kecacatan dan angka kematian yang tinggi

(Moroney, dkk., 1998).

Tabel 3.2 menunjukkan hubungan kenaikan suhu tubuh dengan

defisit neurologis pada pasien stroke iskemik. Proporsi terbanyak terdapat

pada pasien stroke iskemik yang mengalami defisit neurologis berat

dengan hipertermi sebanyak 10 subjek (23.8%) jika dibandingkan dengan

Page 11: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

10

subjek tidak hipertermi dengan defisit neurologis ringan dan sedang.

Berdasarkan uji statistik Uji Chi-Square didapatkan hasil nilai ρ=0,291 (ρ

> 0.05) dan nilai x2=2.472 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan

kenaikan suhu tubuh dengan defisit neurologis pada pasien stroke iskemik.

Hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan Wang dkk, yang

menyatakan bahwa pasien stroke yang mengalami kejadian perburukan

klinis lebih banyak terjadi pada pasien dengan hipertermia >37 derajat

Celcius, tetapi suhu tubuh yang diukur saat masuk RS bukan merupakan

predictor kejadian perburukan klinis di RS secara signifikan secara

statistik (ρ = 0,108) (Wang, dkk., 2000).

Perbedaan ini disebabkan keterbatasan penelitian saat pengukuran

suhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah

terjadi sekitar 2 jam sebelum orang biasanya bangun pagi pukul 06.00 dan

suhu tertinggi pada pukul 16.00-18.00 hal tersebut berpengaruh pada hasil

pengukuran suhu tubuh yang diambil. Selain itu, suhu tubuh dapat berubah

sesuai dengan kegiatan dan faktor eksternal antara lain ketebalan pakaian

yang dipakai dan suhu ruangan saat pasien diukur suhu tubuhnya.

Perbedaan jumlah sampel, desain penelitian dengan cross sectional,

pengambilan data suhu dengan data sekunder, lokasi pengambilan subyek

data dan perbedaan jumlah populasi dimasing-masing tempat juga dapat

mempengaruhi hasil statistik penelitian. Berdasarkan kerangka teori

perbedaan hasil ini juga dapat disebabkan karena terjadinya influks

kalsium natrium yang langsung menyebabkan perburukan defisit

neurulogis, adanya kerusakan sawar darah otak yang tidak mempengaruhi

daerah anterior hipotalamus dan tidak menyebabkan kenaikan suhu pada

pasien stroke. Keterbatasan lain dari penelitian ini yaitu keterbatasan

penelitian dengan waktu yang cepat serta variabel perancu dalam

penelitian masih belum dapat dikendalikan.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan kenaikan suhu tubuh dengan defisit neurologis pada pasien stroke

Page 12: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

11

iskemik. Diharapkan penelitian lebih lanjut untuk dapat memperkecil

terjadinya bias pada penelitian. Penelitian lanjutan tentang hubungan kenaikan

suhu tubuh dengan defisit neurologis dapat menggunakan metode penelitian

seperti case control atau metode penelitian cohort. Penanganan yang

komprehensif terhadap penderita stroke iskemik yang mengalami hipertermi

dengan melakukan pengendalian suhu tubuh dan suhu ruangan dalam

mencegah perburukan defisit neurologis pada penderita stroke iskemik.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih kepada Dr. Iin Novita N. H., Sp.PD, M.Sc. sebagai

ketua dewan penguji, Dr. Ratih Pramuningtyas, Sp. K.K. sebagai anggota I

dewan penguji dan Dr. Iwan Setiawan, Sp.S, M.Kes. sebagai anggota II dewan

penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan

dan saran bagi skripsi ini mulai dari awal pengajuan hingga skripsi ini selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Adamson, J., Beswick, A. & Ebrahim, S., 2004. Is Stroke the Most Common

Cause of Disability?. Journal of Stroke & Cerebrovascular Disease, 13(4),

p. 171–177.

Azzimondi, G., Bassein, L., Norino, F. & Fioorani, L., 1995. Fever in Acute

Stroke Worsens Prognosis. A Prospective Study Stroke, Volume 26, pp.

2040-3.

Bales, V. S. et al., 2000. Boartd of The First International conference on Women,

Heart Disease and stroke. Canada, The 2000 Victotia Declaration on

Women, Heart Disease and Stroke.

Barker-Collo, S. & Feigin, V., 2006. The Impact of Neuropsychological Deficits

on Functional Stroke Outcomes. Neuropsychol Rev, Volume 16, p. 53–64.

Greer , D. M. et al., 2008. Comprehensive Meta-Analysis Impact of Fever on

Outcome in Patients With Stroke. Journal of American Heart Association,

Volume 39, pp. 3029-3035.

Hartanto, O. S., 2009. Pencegahan Primer Stroke Iskemik dengan Mengendalikan

Faktor Resiko.[Online] Available at: https: //library.uns.ac.id/pencegahan-

primer-stroke-iskemik-dengan-mengendalikan-faktor-risiko/

[Accessed 2 Januari 2017].

Moroney , J. T. et al., 1998. Risk Factors for Early Recurrence After Ischemic

Stroke : The Role of Stroke Syndrome and Subtype. Stroke, Volume 29, pp.

2118-2124.

Riskesdas, 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Riset Kesehatan

Dasar Tahun 2013. [Online] Available at http://www.deskes.go.id//

Page 13: HUBUNGAN KENAIKAN SUHU TUBUH DENGAN DEFISIT …eprints.ums.ac.id/50360/24/Naskah publikasi.pdfsuhu tubuh yang tidak diukur pada waktu yang sama, suhu tubuh terendah terjadi sekitar

12

resources/download/general/Hasil%20%Riskesdas%292013.pdf

[Accessed 15 Juni 2016].

Saini, M., Saqqur, M., Kamruzzaman, A. & Lees, K. R., 2009. Effect of

Hyperthermia on Prognosis After Acute. Journal of The American, Volume

40, pp. 3051-3059.

Samanci, N. et al., 2004. Factors affecting one year mortality and functional

outcome after first ever ischemic stroke in the region of Antalya, Turkey (a

hospital-based study).. Journal of Stroke, Volume 104(4), pp. 154-160.

Townsend, N. et al., 2012. Coronary Heart Disease Statistics 2012 edition. In:

London: British Heart Foundation, pp. 58-61.

Truelsen, T. et al., 2006. Stroke Incidence and Prevalence in Europe: a review of

available data. Eur J Neurol, Volume 13(6), pp. 581-598.

Wang Y, Lim LLY, Levi C, Heller RF, Fisher J., 2000. Influence of admission

body temperature on stroke mortality. Journal of Stroke, Volume 31,

pp.404-409.

WHO, 2014. Global status report on noncommunicable disease 2014.

Switzerland: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.