hubungan kemungkinan kejadian depresi dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KEMUNGKINAN KEJADIAN DEPRESI
DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANJUT USIA
DENGAN PENDEKATAN: BIOPSIKOSOSIOSPIRITUAL
DI PUSKESMAS CIPUTAT, CIPUTAT TIMUR DAN
PONDOK RANJI
TAHUN 2018
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh:
Ratu Nadia Cahyaningtias
NIM : 11161030000063
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penulis diberi kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan
penelitian ini sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk meraih gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat
serta salam juga penulis curahkan kepada Baginda Tercinta Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya, cucunya, dan umatnya hingga akhir zaman yang
dapat menjadi tauladan bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberi
bantuan, dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr.Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr.Achmad Zaki,M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr.Marita Fadhilah, Dr.Med.Sc dan dr.Femmy Nurul Akbar Sp.PD.,
KGEH selaku Pembimbing yang telah memberi segala pengarahan dan
membantu dalam bentuk apapun sehingga skripsi ini dapat selesai dengan
baik.
4. drg.Laifa Annisa Hendarmin,DDS, Ph.D selaku penanggung jawab riset
untuk FK 2016.
5. dr.Risahmawati, Dr. Med. Sc selaku dosen penguji 1 dan Dr. dr. H.
Syarief Hasan Lutfie, SP. KFR., MARS selaku dosen penguji 2 yang
telah meluangkan waktu untuk penelitian ini.
6. dr.Muniroh, Sp.PK selaku Pembimbing Akademik yang memberi doa
dan dukungan kepada penulis.
7. Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda H. Tubagus Abu Naser, SH. dan
Mama Hj. Siti Masitoh S.Pd., M.Pd. yang selalu memberi doa, dukungan,
motivasi, dan semangat dengan penuh kasih sayang dan ketulusan serta
memberi banyak tenaga, nasehat, dan materi kepada peneliti.
vi
8. Adik-adik tersayang, Tubagus Qidsi Ghifari Nugraha dan Ratu Kamalia
Rahmatika yang selalu memberi hiburan, dukungan, doa, dan semangat
dalam bentuk apapun kepada saya.
9. Kepada teman satu bimbingan, Arini Hikmah, Ananda Chairia, dan Siti
Mutia yang selalu menemani saat bimbingan dan saling menyemangati.
10. Kepada geng Squad (Futihandayani, Ayu Saputri, Ayu Namirah,
Sheila,dan Nursalsabila) yang menemani masa preklinik dengan suka dan
duka.
11. Kepada Maghfiratuliza dan Nursalsabila yang menghibur penulis disela-
sela proses penulisan laporan ini.
12. Kepada Jagad Abimanyu Santosa yang selalu menemani dan
menyemangati dalam proses penulisan laporan ini.
13. Kepada Putri Nurbaeti dan Nursalsabila yang bersedia membantu
mengedit dalam proses penulisan laporan ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses pengerjaan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penulisan, pembahasan, dan penyusunannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan laporan penelitian ini di masa yang akan datang. Semoga laporan
penelitian ini bermanfaat untuk penulis dan para pembaca serta dapat menjadi
tambahan ilmu pengetahuan dan inspirasi untuk penelitian selanjutnya.
Ciputat, 10 Desember 2019
Ratu Nadia Cahyaningtias
vii
ABSTRAK
Ratu Nadia Cahyaningtias. Program Studi Kedokteran. Hubungan
Kemungkinan Kejadian Depresi dengan Kualitas Hidup Pada Lanjut Usia
Dengan Pendekatan: Biopsikososisospiritual di Puskesmas: Ciputat, Ciputat
Timur, Dan Pondok Ranji Tahun 2018. 2019.
Latar Belakang: Depresi merupakan penyakit mental yang sering dijumpai pada
usia lanjut dengan tampilan gejala yang tidak khas. Hal ini dapat mempengaruhi
kualitas hidup pada pasien usia lanjut. Tujuan: Mengetahui hubungan
kemungkinan kejadian depresi dengan kualitas hidup pada pasien lanjut usia
dengan pendekatan biopsikososiospiritual di Puskesmas Ciputat, Ciputat Timur,
dan Pondok Ranji. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional
pada 202 responden yang diambil secara konsekutif. Responden diminta untuk
mengisi modifikasi kuesioner OPQOL-35 serta beberapa pertanyaan mengenai
aspek spiritualitas dari SNQ. Penilaian depresi menggunakan GDS-15. Data
dianalisis dengan SPSS versi 22.0. Hasil: Didapatkan bahwa kualitas hidup lansia
(54%) adalah baik, (46%) adalah buruk. Kemungkinan kejadian depresi pada lansia
menunjukkan mayoritas normal (86,1%), depresi ringan (12,9%), depresi sedang
(0,5%), dan depresi berat (0,5%). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat
hubungan antara kemungkinan kejadian depresi dengan kualitas hidup pada pasien
lansia di puskesmas Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok Ranji. Simpulan: Terdapat
hubungan antara kemungkinan kejadian depresi dengan kualitas hidup pada pasien
lansia dengan pendekatan: biopsikososiospiritual di Puskesmas Ciputat, Ciputat
Timur, dan Pondok Ranji tahun 2018.
Kata kunci: Kemungkinan kejadian depresi, kualitas hidup, lanjut usia.
viii
ABSTRACT
Ratu Nadia Cahyaningtias. Medical Faculty. The Relationship Between
Possibility of Depression with Quality of Life in Elderly with
Biopsychosociospiritual Aspect in Public Health Centre of Ciputat, East Ciputat,
and Pondok Ranji at 2018. 2019.
Background: Depression is the most psychiatric disorder in elderly without
specific symptom. This condition can affect quality of life in elderly patient.
Objective: This study aims to determine the relationship between possibility of
depression with quality of life in elderly with biopsychosociospiritual aspect in
public health centre of Ciputat, Ciputat Timur, and Pondok Ranji at 2018. Method:
This study used a cross sectional design on 202 respondents consecutively at 3
Puskesmas. Respondens were asked to fill out modification of OPQOL-35
questionnare and some question of spirituality aspect with SNQ. Assesment of
depression uses GDS-15. Results: The result showed that quality of life was good
and bad (54%) and (46%). Prevalence of normal/not depression, mild depression,
medium depression, and heavy depression were (86,1%), (12,9%), (0,5%), and
(0,5%). The result of bivariate analysis found relationship between possibility of
depression with quality of life (p=0,04). Conclusion: There is relationship between
possibility of depression with quality of life in elderly with biopsychosociospiritual
aspect in public centre of Ciputat, East Ciputat, and Pondok Ranji at 2018.
Keywords: possibility of depression, quality of life, elderly.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN ....................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Hipotesis ................................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................................... 4
1.5.2 Bagi Masyarakat................................................................................ 4
1.5.3 Bagi Institusi Akademis .................................................................... 4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
2.1 Lansia ....................................................................................................... 5
x
2.1.1 Definisi .............................................................................................. 5
2.1.2 Proses Penuaan .................................................................................. 5
2.1.3 Perubahan Struktur pada Lansia........................................................ 7
2.2 Depresi ...................................................................................................... 9
2.2.1 Definisi .............................................................................................. 9
2.2.2 Epidemiologi ................................................................................... 10
2.2.3 Etiologi ............................................................................................ 11
2.2.4 Gejala dan Tanda Episode Depresi ................................................. 12
2.2.5 Tatalaksana ...................................................................................... 14
2.3 Kualitas Hidup ........................................................................................ 15
2.3.1 Definisi ............................................................................................ 15
2.3.2 Macam-macam Alat Ukur ............................................................... 15
2.4 Depresi pada Lansia ............................................................................... 20
2.4.1 Epidemiologi ................................................................................... 20
2.4.2 Etiologi dan Patogenesis ................................................................. 20
2.5 Kerangka Teori ....................................................................................... 23
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................... 24
2.7 Definisi Operasional ............................................................................... 25
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 28
3.1 Desain penelitian .................................................................................... 28
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 28
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 28
3.3.1 Populasi Subjek Penelitian .............................................................. 28
3.3.2 Besar Sampel ................................................................................... 28
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel .............................................................. 30
3.4 Kriteria Sampel ....................................................................................... 30
3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................................ 30
3.4.2 Kriteria Eksklusi ............................................................................. 30
3.5 Variabel Penelitian ................................................................................. 31
3.5.1 Variabel Independen ....................................................................... 31
3.5.2 Variabel Dependen .......................................................................... 31
3.6 Alur Penelitian ........................................................................................ 32
xi
3.7 Cara Kerja Penelitian .............................................................................. 33
3.8 Manajemen Data ..................................................................................... 34
3.8.1 Pengumpulan Data .......................................................................... 34
3.8.2 Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 34
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 35
4.1 Uji Validitas ........................................................................................... 35
4.2 Uji Reliabilitas ........................................................................................ 40
4.3 Hasil Analisis Univariat ......................................................................... 41
4.4 Hasil Analisis Bivariat dengan Uji Kruskal-Wallis ............................... 50
4.5 Pembahasan ............................................................................................ 51
4.6 Kelebihan Penelitian ............................................................................... 56
4.7 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 56
BAB 5
PENUTUP ............................................................................................................. 57
5.1 Simpulan ................................................................................................. 57
5.2 Saran ....................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Episode Depresi Ringan…………………………......................…......13
Tabel 2.2 Episode Depresi Sedang………………………………………………13
Tabel 2.3 Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik………………….…….13
Tabel 2.4 Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik………………..…...... 14
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas pada Item Kuesioner Kualitas Hidup dan
Spiritualitas …………………………………………………......….…41
Tabel 4.2 Karakteristik Responden…………………………………………….. 41
Tabel 4.3 Kualitas Hidup Secara Umum…………………………………….…. 42
Tabel 4.4 Distribusi Lansia pada Domain Kehidupan Secara Umum, Kesehatan
dan Hubungan Sosial…...................................................................… 42
Tabel 4.5 Distribusi Lansia pada Dimensi Kemerdekaan, Kontrol atas Hidup dan
Kebebasan………………………………………………………….… 44
Tabel 4.6 Distribusi Lansia pada Dimensi Rumah dan Lingkungan Tetangga, dan
Kesejaahteraan Psikologis dan Emosional……………………..….….44
Tabel 4.7 Distribusi Lansia pada Dimensi Kegiatan Waktu Senggang………......45
Tabel 4.8 Distribusi Lansia pada Dimensi Spiritualitas dalam Kesehatan……... 46
Tabel 4.9 Distribusi Lansia pada Dimensi Spiritualitas dalam Kesehatan…........47
Tabel 4.10 Rata-rata Kualitas Hidup pada Lansia…………………………........ 48
Tabel 4.11 Hasil Analisis Kemungkinan Kejadian Depresi pada Lansia………. 50
Tabel 4.12 Hubungan Kemungkinan Kejadian Depresi dengan Kualitas
Hidup...................................................................................................50
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Protein otot rangka yang berada dalam keadaan pergantian
konstan………………..……………………………….....8
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AGEs : Advanced Glycation End Product
APA : American Psychiatric Assosciation
CBT : Cognitive Behavioural Therapy
CSF : Cerebro Spinal Fluid
DSM – 5 : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder – 5
EQ5D : Europian Quality Of Life 5 Dimensional
GDS-15 : Geriatric Depression Scale-15
HRQOL : Health Related Quality of Life
OPQOL-35 : Older People’s Quality of Life-35
PPDGJ – III : Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa – III
ROS : Reactive Oxygen Species
RNS : Reactive Nitrogen Species
SF-36 : Short Form-36
SNQ : Spiritual Need Questionnaire
SSRI : Selective Serotonine Reuptake Inhibitor
UV : Ultra Violet
WHO : World Health Organization
WHOQOL - BREEF : World Health Organization Quality Of Life-BREEF
WHOQOL : World Health Organization Quality Of Life
WMH : World Mental Health
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Perizinan Penelitian………………………………………….. 63
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Etik…………………………………………... 65
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden…………………………………… 66
Lampiran 4 Lembar Kuesioner…………………………………………………. 67
Lampiran 5 Riwayat Penelitian…………………………………………………. 71
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut World Health Organization (WHO), populasi lansia di dunia yang
berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan akan bertambah, lebih dari 900 juta pada
tahun 2015.1 Pada tahun 2025, populasi lansia di dunia yang berusia 60 tahun atau
lebih akan menjadi 1,2 milyar dan akan meningkat sampai 1,9 milyar pada tahun
2050.2 Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66
juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi bahwa jumlah penduduk
lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta), dan
tahun 2035 (48,19 juta).3
Indonesia termasuk negara berstruktur tua karena populasi lansia di atas 7%.4
Secara biologis, penduduk lansia berkurang fungsi tubuh nya baik dari segi kesehatan
fisik maupun kesehatan mental. Salah satu gangguan kesehatan fisik yang dialami oleh
lansia yang berusia (55-64 tahun) yaitu penyakit degeneratif berupa hipertensi 45,9%.3
Pada lansia terjadi proses penuaan yang didukung oleh tiga teori, yaitu teori radikal
bebas yang meningkat, teori glikosilasi non-enzimatik yang menghasilkan pertautan
glukosa-protein yang disebut sebagai advanced glycation end product (AGEs) yang
menumpuk sehingga menyebabkan disfungsi sel pada manusia yang menua, dan juga
teori DNA repair yang dikemukakan oleh Hart dan Setiow dan menunjukkan bahwa
adanya pola laju ‘repair’ DNA yang diinduksi sinar ultraviolet (UV) pada jaringan
fibroblast.5 Hal ini yang menjadikan proses fisiologi penuaan pada lansia sehingga
terjadi perubahan pada berbagai sistem organ tubuh lansia.
Masalah kesehatan pada lansia begitu rumit. Mulai dari masalah sosial,
ekonomi, psikologi, dan interaksi sosial dengan orang lain.5 Permasalahan ini
berdampak pada kesehatan mental lansia. Salah satunya adalah depresi. Depresi
2
merupakan penyakit mental yang paling sering pada pasien berusia di atas 60 tahun
dengan tampilan gejala yang tidak khas pada populasi lansia.5
Prevalensi depresi pada lanjut usia di pelayanan kesehatan primer adalah 5-
17%.5 Data prevalensi depresi pada usia lanjut di Indonesia diperoleh dari ruang rawat
inap akut geriatri RS Cipto Mangunkusumo dengan kejadian depresi sebanyak
76,3%.5 Sedangkan prevalensi kejadian depresi ringan pada responden PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan adalah 27,9%.6 Terdapat beberapa faktor biologis,
fisik, psikologis, dan sosial yang membuat pasien menjadi rentan depresi. Pada pasien
lansia, faktor psikososial berperan sebagai faktor predisposisi depresi karena pada
orangtua seringkali mengalami periode kehilangan orang-orang yang dikasihinya.
Selain itu, kejadian berupa kehilangan pekerjaan, penurunan penghasilan, dan
berkurangnya dukungan sosial juga menjadi faktor predisposisi pada geriatri.5
Pada tahun 1947, WHO memberikan batasan sehat pada tiga aspek yaitu sehat
fi sik (organobiologi), sehat mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat sosial. Batasan
tersebut berubah pada tahun 1984 menjadi empat aspek yaitu dengan penambahan
aspek agama (spiritual).7 Oleh karena itu, American Psychiatric Assosciation (APA)
menyimpulkan empat aspek tersebut dengan istilah “biopsikososiospiritual”.7
Kesehatan pada lansia sangat mempengaruhi kualitas hidupnya. Definsi quality of life
(kualitas hidup) menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu persepsi
individu tentang harkat dan martabatnya di dalam konteks budaya dan sistem nilai
yang berhubungan dengan tujuan hidup dan target individu.8
Pada penelitian sebelumnya, Azzahro FD mengatakan bahwa terdapat hubungan
antara tingkat depresi dengan kualitas hidup lanjut usia di Panti Wredha Darma Bhakti
Pajang Surakarta.9 Studi penelitian tentang kemungkinan kejadian depresi dengan
kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti hubungan
kejadian depresi dengan kualitas hidup pada lanjut usia dengan pendekatan
biopsikososiospiritual di Jakarta Selatan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara kemungkinan kejadian depresi dengan
kualitas hidup domain fisik, psikologis, sosial, lingkungan, dan spiritualitas pada
lanjut usia di puskesmas Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok Ranji Tahun 2018?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara kemungkinan kejadian depresi dengan kualitas
hidup domain fisik, psikologis, sosial, lingkungan, dan spiritualitas pada lanjut usia di
puskesmas Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok Ranji Tahun 2018.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kemungkinan kejadian depresi dengan kualitas hidup
pada lanjut usia dengan pendekatan biopsikososiospiritual di puskesmas Ciputat,
Ciputat Timur, dan Pondok Ranji Tahun 2018.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui gambaran karakteristik responden pada penelitian ini.
2) Mengetahui gambaran kualitas hidup domain biologi, psikologis, sosial,
lingkungan, dan spiritualitas pada lanjut usia di puskesmas Ciputat, Ciputat
Timur, dan Pondok Ranji Tahun 2018.
3) Mengetahui gambaran kemungkinan kejadian depresi pada lanjut usia di
puskesmas Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok Ranji tahun 2018.
4) Mengetahui rerata kualitas hidup pada setiap domain.
4
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
a) Mengetahui gambaran kualitas hidup domain biologi, psikologis, sosial, dan
spiritualitas pada lanjut usia di puskesmas Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok
Ranji 2018.
b) Mengetahui hubungan kemungkinan kejadian depresi dengan kualitas hidup
dengan pendekatan biopsikososiospiritual lanjut usia di Puskesmas Ciputat,
Ciputat Timur, dan Pondok Ranji tahun 2018.
c) Mendapatkan tambahan pengalaman penelitian.
d) Mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.2 Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat tentang hubungan kemungkinan
kejadian depresi terhadap kualitas hidup pada pasien lansia.
1.5.3 Bagi Institusi Akademis
Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
2.1.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 ke atas. World Health Organization (WHO)
mengklasifikasikan lanjut usia menjadi 4, yaitu usia pertengahan (middle age) ialah
45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah 90 tahun ke atas.10
Geriatri adalah seorang
usia lanjut yang memiliki karakteristik tertentu. Pertama, pasien geriatri adalah
multipatologi yaitu pada satu pasien terdapat lebih dari satu pasien yang bersifat
kronik degeneratif. Kedua adalah menurunnya daya cadangan fungsional. Ketiga
yaitu berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik. Keempat adalah
terganggunya status fungsional pasien.10
Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2013 lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 ke atas atau
lebih.3
2.1.2 Proses Penuaan
Terdapat perubahan selular pada lansia berupa atrofi, penurunan fungsi
tubuh, penurunan jumlah sel, dan peningkatan apoptosis. Dengan berkurangnya
fungsi sel, menyisa kan sel-sel yang bisa berubah menjadi metaplasia, displasia,
dan neoplasia. Semua perubahan ini bisa menggantikan letak reseptor dan
fungsinya, nutrient pathway, sekresi protein seluler, dan mekanisme pengendalian
neuroendokrin. DNA, RNA, protein seluler pada lansia lebih rentan untuk
mengalami kerusakan. Meskipun begitu, kerusakan pada DNA dapat memulih
sendiri seiring berjalannya waktu tetapi pada lansia proses pemulihan ini menurun
sehingga memungkinkan untuk terjadinya mutasi DNA yang akan
mengembangkan neoplasia.11
6
1) Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Denham zharman pada tahun 1956 yang
menyatakan bahwa proses menua normal merupakan akibat kerusakan jaringan
akibat radikal bebas. Radikal bebas merupakan senyawa kimia yang berisi elektron
tidak berpasangan yang terbentuk sebagai hasil metabolisme normal yang
melibatkan oksigen.5 Salah satu contoh nya adalah reactive oxygen species (ROS)
dan reactive nitrogen species (RNS) yang nanti nya akan bereaksi dengan substansi
lain terutama protein dan lemak jenuh. Melalui proses oksidasi, radikal bebas yang
dihasilkan selama fosforilasi oksidatif dapat membuat perubahan pada struktur
membran sel menjadi lebih permeabel terhadap beberapa substansi dan
memungkinkan substansi tersebut melewati membran secara bebas. Selain itu,
radikal bebas juga bisa bereaksi dengan DNA, menyebabkan mutasi kromosom dan
karenanya merusak mesin genetik normal dari sel.5
2) Teori glikosilasi
Teori ini menyatakan bahwa proses glikosilasi nonenzimatik yang
menghasilkan pertautan glukosa-protein yang disebut sebagai advanced glycation
end product (AGEs) dapat menyebabkan penumpukkan protein dan makromolekul
lain yang termodifikasi sehingga menyebabkan disfungsi pada manusia yang
menua.5 AGEs dapat berakumulasi di berbagai jaringan, termasuk kolagen,
haemoglobin, dan lensa mata. Oleh karenanya, muatan kolagennya tinggi dan
mempengaruhi elastisitas dinding pembuluh darah yang menjadi tidak elastis dan
kaku.
3) Teori DNA repair
Teori ini berkaitan dengan teori radikal bebas, terutama ROS yang
dihasilkan melalui fosforilasi oksidatif yang terjadi di mitokondria. Mutasi DNA
mitokondria (mtDNA) dan pembentukkan ROS di mitokondria saling
mempengaruhi satu sama lain, membentuk “vicious cycle” yang memperbanyak
kerusakan oksidatif dan disfungsi selular yang pada akhirnya akan menyebabkan
7
kematian sel. Dengan adanya gangguan repair pada kerusakan oksidatif
menyebabkan percepatan proses penuaan. Mutasi mtDNA akibat gangguan repair
ini juga terkait dengan munculnya keganasan, diabetes mellitus, dan penyakit-
penyakit neurodegeneratif.5
2.1.3 Perubahan Struktur pada Lansia
1. Metabolisme Anabolik
Anabolik berarti membentuk jaringan. Anabolisme merupakan
pembentukan makromolekul organik yang lebih besar dari molekul subunit organik
kecil. Reaksi anabolik membutuhkan Adenosin Trifosfat (ATP) sebagai asupan
energi untuk menghasilkan bahan yang dibutuhkan oleh sel tubuh (protein
struktural sel) dan menyimpan nutrien berlebih yang belum dibutuhkan untuk
menghasilkan energi. Penyimpanan ini disimpan dalam bentuk glikogen (bentuk
penyimpanan gula) ataupun disimpan dalam bentuk trigliserida (bentuk simpanan
lemak.12
2. Metabolisme Katabolik
Katabolik berarti mengurai jaringan. Katabolisme merupakan penguraian
molekul organik yang besar dan kaya akan energi di dalam sel. Katabolisme ini
melakukan dua tingkat penguraian yaitu menghidrolisis makromolekul sel menjadi
subunit yang lebih kecil dan mengoksidasi subunit yang lebih kecil. Hidrolisis
intrasel yang memiliki banyak potensial dan berukuran kecil akan dikeluarkan ke
dalam darah untuk memproduksi energi.12
Pada orang dewasa, tingkat anabolisme dan katabolisme umumnya terjadi
ketidakseimbangan sehingga tubuh orang dewasa cenderung stabil dan dinamis
karena molekul organik yang menentukan struktur dan fungsi tubuh diperbaharui
secara terus-menerus. Namun seiring perkembangnya usia tingkat anabolisme akan
mengalami penurunan dan tingkat katabolisme akan mengalami peningkatan
sehingga terjadi ketidaksimbangan metabolisme.12
8
3. Resistensi Anabolik
Resistensi anabolik merupakan fase tidak berfungsinya reaksi anabolik
yang dapat membentuk atau mensintesis makromolekul yang lebih besar dari
subunit kecil sehingga pembentukan dan penyimpanan nutrien akan semakin
menurun.13
Seiring bertambahnya usia fungsi tubuh juga akan semakin menurun
sehingga terjadi penurunan progresif dalam massa otot rangka. Hal ini disebabkan
oleh hilangnya protein otot yang menyebabkan ketidakseimbangan antara sintesis
protein otot dengan kerusakan yang terjadi (gambar 1).13
Gambar 2.1 Protein otot rangka yang berada dalam keadaan pergantian konstan.
Kolam dan plasma asam amino bebas merupakan prekursor yang biasa digunakan
dalam menghitung laju sintesis protein otot.13
Selain perubahan pada sistem tubuh, lansia juga mengalami perubahan pada
psikososiologis yang memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku.6
1. Teori Kepribadian
Jung mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian. Kepribadian
pada saat dewasa yaitu ekstrovert atau introvert. Dengan menurunnya tanggung
jawab dan tuntutan dari ikatan sosial dan keluarga yang sering terjadi pada lansia
yaitu kepribadian lansia.
9
2. Teori Disengagement
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat
dan tanggung jawabnya.
3. Teori Kontinuitas
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan
kepribadian sebagai dasar untuk proses adaptasi akan adanya perubahan dalam
kehidupan.
4. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis normal yang mengikuti proses penuaan. Biasanya
lansia tidak melakukan aktivitas sebanyak orang muda. Hal ini mungkin
disebabkan karena berkurangnya kesehatan, pendapatan, passion yang kurang atau
berkurangnya dorongan dan ambisi.14
2.2 Depresi
2.2.1 Definisi
Gangguan depresi dalam buku Synopsis of Psychiatry termasuk dalam
gangguan mood. Sebelumnya, perlu dipahami terlebih dahulu tentang emosi dan
mood. Dalam pembahasan emosi tercakup antara lain afek, mood, emosi yang lain,
dan gangguan psikologi yang berhubungan dengan mood.15
Emosi merupakan kompleksitas perasaan yang meliputi psikis, somatik, dan
perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.15
Sedangkan mood merupakan
subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat diutarakan oleh pasien dan
terpantau oleh orang lain. Kepustakaan lain, mengemukakan mood, merupakan
perasaan, atau nada “perasaan hati” seseorang khususnya yang dihayati secara
batiniah.
Pasien dalam keadaan mood depresi memperlihatkan kehilangan energi dan
minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, mengalami hilangnya nafsu makan,
berpikir mati atau bunuh diri. Tanda gejala lain termasuk perubahan aktivitas,
10
kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual
dan ritme biologik yang lain).
Menurut DSM-5, seseorang harus memiliki 5 gejala atau lebih selama 2
minggu. Kriteria depresi menurut DSM-5 adalah sebagai berikut : 16
1. Mood depresi hampir dirasakan setiap hari.
2. Kehilangan ketertarikan atau kesenangan pada hampir semua kegiatan,
semua aktivitas hampir setiap hari.
3. Adanya penambahan berat badan yang signifikan (tidak sedang diet) atau
penambahan berat badan, dan peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.
4. Penurunan konsentrasi dan penurunan aktifitas fisik (harus dapat
diobservasi, bukan perasaan subjektif belaka).
5. Kelelahan atau kehilangan tenaga setiap hari.
6. Merasa bersalah dan tidak berharga secara berlebihan hampir setiap hari.
7. Penurunan daya pikir atau konsentrasi dan sulit untuk mengambil
keputusan.
8. Pikiran tentang kematian berulang, keinginan untuk bunuh diri berulang
baik dengan atau tanpa rencana.
2.2.2 Epidemiologi
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 terdapat
sekitar 35 juta orang mengalami depresi. Sedangkan menurut survey World Mental
Health (WMH) memberi gambaran tentang depresi mayor.16
Prevalensi depresi
mayor seumur hidup dan 12 bulan diperkirakan di 18 negara, dibagi menurut
pendapatan tinggi dan menengah ke bawah. Prevalensi seumur hidup di negara
yang berpenghasilan rendah diperkirakan rata-rata 11,1 dan sekitar 14,6 prevalensi
seumur hidup di negara berpenghasilan tinggi.16
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi gangguan mental yang
menunjukkan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk 15 usia 15 tahun ke atas
sekitar 14 juta orang atau sekitar 6% dari penduduk Indonesia.3
Penderita gangguan depresi menurut jenis kelamin dapat mencapai 25%.
Prevalensi pada anak sekolah didapatkan sekitar 2%, dan usia remaja 5%. Dilihat
11
dari perbedaan jenis kelamin, perempuan dua kali lipat lebih besar dibanding laki-
laki. Hal ini diduga karena adanya pengaruh perbedaan hormon, pengaruh
melahirkan, dan perbedaan stressor psikosisal antara laki-laki dan perempuan.
2.2.3 Etiologi
1. Faktor organobiologik
Adanya kelainan pada metabolit amin biogenik yaitu asam 5-
hydroxyindoleacetic asam homovanilic, dan 3-methoxy-4-hydroxyphenyl-glycol di
dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal (CSF) pasien dengan gangguan mood.
Norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmitter yang berperan dalam
patofisiologi gangguan mood. Selain itu, adanya penurunan aktivitas dopamin
karena adanya disfungsi pada depresi dan reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif
pada depresi.15
Pada orang depresi, aktivitas serotonin berkurang di celah sinap. Di
mana serotonin mempunyai peran penting yaitu sebagai kontrol regulasi afek,
agresi, tidur, dan nafsu makan.
2. Faktor Genetik
Jalur penurunan mood depresi sangat kompleks. Kemungkinan masih
faktor non genetik seperti psikosisial yang berperan sebagai penyebab
perkembangan gangguan mood yang terjadi pada beberapa orang.15
3. Faktor Psikosisial
Adanya peristiwa kehidupan dan stres lingkungan yang membuat
seseorang depresi. Data yang paling mendukung sehubungan dengan peristiwa
kehidupan atau stressor lingkungan yang berkaitan dengan depresi adalah
kehilangan orangtua sebelum usia 11 tahun dan kehilangan pasangan. Faktor lain
adalah kehilangan pekerjaan. Selain itu kehilangan sesuatu yang dicintai pada masa
perkembangan walaupun tidak secara langsung dapat mencetuskan gangguan
depresi, berakibat dengan munculnya gangguan kepribadian dan keinginan untuk
bunuh diri.15
12
2.2.4 Gejala dan Tanda Episode Depresi
Menurut kriteria PPDGJ – III dan DSM-5 gejala utama depresi sebagai
berikut:16
1. Afek depresif, pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih, tidak
mempunyai harapan, dicampakkan, atau tidak berharga.
2. Kehilangan minat dan kehilangan kegembiraan.
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya rasa mudah lelah dan
menurunnya aktivitas.
4. Konsentrasi dan perhatian berkurang.
5. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
6. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.
7. Pandangan masa depan yang suram dan psimistik.
8. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri.
9. Tidur terganggu.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan
masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar beratnya dan berlangsung
cepat. Kategori diagnosis depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (32.2)
hanya digunakan untuk depresif tunggal.
13
Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ III :15
F32.0 : Episode Depresi Ringan
Tabel 2.1 Episode Depresi Ringan
Episode Depresi Ringan
1) Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3 gejala utama depresi.
2) Disertai dengan sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.
3) Tidak boleh ada gejala berat diantaranya.
4) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
2 minggu.
5) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial
yang biasa dilakukan.
F32.1 Episode Depresi Sedang
Tabel 2.2 Episode Depresi Sedang
Episode Depresi Sedang
1) Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3 gejala utama depresi.
2) Ditambah 3 (sebaiknya 4) dari gejala lainnya.
3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimal selama 2
minggu.
4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan, dan rumah tangga.
F32.3 Episode Depresi Berat
Tabel 2.3 Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik
Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik
1) Semua 3 gejala utama harus ada.
14
2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan
beberapa gejala diantaranya harus berintensitas berat.
3) Bila ada gejala penting (seperti agitasi atau retardasi
psikomotor) yang mencolok, pasien tidak mampu atau mau
untuk menjelaskan gejalanya secara detail.
4) Episode depresi sekurang-kurangnya 2 minggu, namun jika
gejalanya muncul dengan intensitas yang berat maka masih
bisa dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu.
5) Sangat tidak mungkin pasien untuk melanjutkan kegiatan
sosial, pekerjaan atau rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas.
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Psikotik
Tabel 2.4 Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
1) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria tabel 2.3 di
atas.
2) Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham
malapetaka yan mengancam dan pasien merasa bertanggung
jawab akan hal itu. Halusinasi audiotorik dan olfaktori
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau
kotoran, atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang
berat dapat menuju stupor. Jika diperlukan, waham atau
halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi
dengan afek (mood congruent).
2.2.5 Tatalaksana
Golongan obat antidepresan yang efektif digunakan adalah Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), seperti fluoxetine, paroxetine (paxil), dan
15
Sertraline (Zoloft). Selain itu, golongan antidepresan lainnya misalnya bupropion,
venlafaxine, nefazodone (serzone) dan mirtazapine (Remeron), menunjukkan
secara klinis hasil yang sama efektif dengan obat terdahulu.15
Selain tatalaksana farmako, ada juga terapi nonfarmako dalam bentuk
psikoterapi yaitu Cognitive Behavioural Therapy (CBT). CBT adalah psikoterapi
terstruktur yang mengenali cara manusia berfikir (cognition) dalam bertindak
(behavioural) akan dapat memengaruhi cara manusia merasakan.
2.3 Kualitas Hidup
2.3.1 Definisi
Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL), kualitas
hidup adalah persepsi individu mengenai posisi dalam hidup sesuai konteks budaya
dan sistem nilai yang dianutnya, di mana individu hidup dan hubungannya dengan
harapan, tujuan, standar yang ditetapkan dan perhatian dari seseorang.8
2.3.2 Macam-macam Alat Ukur
1. World Health Organization-Quality of Life-BREEF (WHOQOL-BREF)
Suatu instrumen yang dikembangkan oleh WHO untuk nilai kualitas hidup
pasien dewasa (≥ 18 tahun) dalam 2 minggu terakhir pada semua kondisi dan
penyakit. Terdapat 26 pertanyaan yang meliputi faktor biologis, psikologis, sosial
dan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi quality of life berdasarkan
WHOQOL-BREF antara lain : 17
a. Domain fisik
Bisa dinilai dari aktivitas fisik sehari-hari : menggambarkan kesulitan
dan kemudahan yang dirasakan individu saat melakukan kegiatan
sehari-hari.
Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis : menggambarkan
seberapa besar kecenderungan individu terhadap obat dan bantuan
medis lain dalam beraktivitas sehari-hari.
16
Energi dan kelelahan : menggambarkan tingkat kemampuan pada
individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Mobilitas : menggambarkan tingkat gerak/perpindahan yang mampu
dilakukan individu dengan mudah dan cepat.
Sakit dan ketidaknyamanan : menggambarkan sejauh mana perasaan
keresahan yang dirasakan individu terhadap hal-hal yang menyebabkan
individu merasa sakit.
Tidur dan istirahat : menggambarkan kualitas tidur dan istirahat yang
dimiliki oleh individu.
Kapasitas kerja : menggambarkan kemampuan individu untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya.
b. Domain kesejahteraan psikologis
Body image dan appearance : menggambarkan kemampuan individu
untuk memandang keadaan tubuh serta penampilannya.
Perasaan negatif : menggambarkan adanya perasaan yang tidak
menyenangkan yang dimiliki individu.
Perasaan positif : menggambarkan adanya perasaan yang
menyenangkan yang dimiliki individu.
Self-esteem : melihat bagaimana individu menilai atau menggambarkan
dirinya sendiri.
Berpikir, belajar, memori dan konsentrasi : menggambarkan keadaan
kognitif individu yang memungkinkan untuk berkonsentrasi.
c. Domain hubungan sosial
Relasi personal : menggambarkan hubungan individu dengan orang
lain.
Dukungan sosial : menggambarkan adanya bantuan yang didapatkan
individu dari lingkungan sekitarnya.
Aktivitas seksual : menggambarkan kegiatan seksual yang dilakukan
individu.
d. Domain hubungan dengan lingkungan
Sumber finansial : menggambarkan keadaan keuangan individu.
17
Freedom, physical safety, and security : menggambarkan tingkat
keamanan individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya.
Perawatan kesehatan dan pelayanan sosial : ketersediaan layanan
kesehatan dan perlindungan sosial.
Lingkungan rumah : menggambarkan keadaan tempat tinggal individu.
5) Kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan
keterampilan (skills) : menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan
bagi individu untuk memperoleh hal-hal baru yang berguna bagi
individu.
6) Partisipasi dan kesempatan untuk reaksi atau kegiatan menyenangkan :
menggambarkan sejauh mana individu memiliki kesempatan untuk
berkreasi dan menikmati waktu luang.
7) Lingkungan fisik : menggambarkan keadaan lingkungan sekitar tempat
tinggal individu (air, udara, iklim, polusi, dll).
e. Domain spiritual yaitu upaya untuk mengatasi kesulitan hidup dan percaya
bahwa dirinya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Spiritualitas berbeda
dengan agama, spiritualitas merupakan konsep yang lebih luas yang bersifat
universal dan pribadi sedangkan agama merupakan bagian dari spiritualitas
yang terkait dengan budaya dan masyarakat.
2. OPQOL-35 (Older People’s Quality of Life-35)
Kuesioner OPQOL-35 merupakan kuesioner yang menilai quality of life
(QOL) atau kualitas hidup dari pandangan personal pasien terhadap kondisi mereka
sehari-hari. Kuesioner ini menilai kualitas hidup pasien dari beberapa aspek dengan
pendekatan: life overall (hidup secara keseluruhan), health (kesehatan), social
relationship (hubungan sosial), independence, control over life, freedom
(kebebasan dalam mengatur hidup), home and neighbourhood (rumah dan
lingkungan sekitar), psychological and emotional well-being (psikologi dan
emosi), financial circumstances (keuangan), leisure and activities (aktivitas di
waktu luang).18
18
3. SF-36 (Short Form-36)
Suatu instrumen untuk populasi umum untuk menggambarkan status
kesehatan individu yang menderita kesehatan umum, pasca bedah dan keluhan
muskuloskeletal. Adapun dimensi yang diteliti meliputi : fungsi anggota tubuh,
aktivitas nyeri, kesehatan secara umum, vitalitas/stamina, fungsi sosial, peran
emosional, dan kesehatan mental, 8 dimensi tersebut diringkas dalam dua
komponen, yaitu komponen fisik dan mental.19
4. HRQOL (Health Related Quality of Life)
a. 15-D
Suatu instrumen untuk mengukur HRQOL pada pasien dewasa usia ≥ 16
tahun. Kuesioner ini terdiri dari 15 dimensi, yaitu mobility (mobilitas), vision
(penglihatan), breathing (pernafasan), sleeping (pola tidur), eating (pola makan),
speech (berbicara), excretion (sistem perkemhian), usual activities (kegiatan
sehari-hari seperti: employment, belajar, pekerjaan rumah, dan aktivitas di waktu
senggang), mental function (fungsi mental; berfikir logis dan daya ingat),
discomfort and symptoms (gejala yang tidak nyaman: rasa sakit, gatal, dan mual),
depression (depresi), distress (perasaan stress, cemas, dan gerogi), vitality (merasa
sehat dan berenergi), dan sexual activity (aktivitas sexual). 20
b. 16-D
Suatu instrumen untuk mengukur HRQOL pada pasien remaja usia 12-15
tahun. Dapat juga digunakan hingga usia 18 tahun. Kuesioner ini terdiri dari 16
dimensi, yaitu : mobility (mobilitas), vision (penglihatan), breathing (pernafasan),
sleeping (pola tidur), eating (pola makan), speech (berbicara), excretion (sistem
perkemhian), usual activities (kegiatan sehari-hari seperti: employment, belajar,
pekerjaan rumah, dan aktivitas di waktu senggang), mental function (fungsi mental;
berfikir logis dan daya ingat), discomfort and symptoms (gejala yang tidak nyaman:
rasa sakit, gatal, dan mual), depression (depresi) , distress (perasaan stress, cemas,
19
dan gerogi), vitality (merasa sehat dan berenergi), dan sexual activity (aktivitas
sexual), appearance (tampilan), friends (pertemanan).21
c. 17-D
Suatu instrumen untuk mengukur HRQOL pada pasien anak-anak usia 8-11
tahun. Kuesioner ini terdiri dari 16 dimensi, yaitu : mobility (mobilitas), vision
(penglihatan), breathing (pernafasan), sleeping (pola tidur), eating (pola makan),
speech (berbicara), excretion (sistem perkemihan), usual activities (kegiatan
sehari-hari seperti: employment, belajar, pekerjaan rumah, dan aktivitas di waktu
senggang), mental function (fungsi mental; berfikir logis dan daya ingat),
discomfort and symptoms (gejala yang tidak nyaman: rasa sakit, gatal, dan mual),
depression (depresi) , distress (perasaan stress, cemas, dan gerogi), vitality (merasa
sehat dan berenergi), dan sexual activity (aktivitas sexual), appearance (tampilan),
friends (pertemanan), dan concentration (durasi konsentrasi). 21
5. EQ5D (European Quality of Life 5 Dimension)
Salah satu metode HRQOL (Health Related Quality of Life) yang paling
umum dan sederhana yang mencakup 5 dimensi kesehatan yaitu mobilitas,
perawatan diri, aktivitas biasa, nyeri atau ketidaknyamanan, dan kecemasan atau
depresi. 21
6. SNQ (Spiritual need Questionnaire)
Suatu instrumen yang digunakan untuk menilai spiritualitas pada pasien
dewasa dengan penyakit kronik. Terdapat 4 dimensi tentang kebutuhan spiritualitas
yaitu hubungan dengan tuhan, kedamaian, arti/tujuan hidup serta transendensi
(psikosisial, emosional, eksistensi) dan religius/ketaatan dalam beribadah.22
20
7. GDS-15 (Geriatric Depression Scale)
Suatu instrumen yang digunakan untuk menilai gejala depresi serta
screening depresi pada populasi lansia. GDS ini digunakan untuk populasi yang
sehat maupun sakit medis. Instrumen GDS memiliki sensitivitas 92% dan 89%
spesifisitas. Kuesioner ini mempunyai 15 pertanyaan. 23
2.4 Depresi pada Lansia
Depresi pada lansia merupakan sesuatu yang bersifat persisten atau rekuren
dari stress psikososial atau efek psikologi dari penyakit. Masalah psikologi yang
dialami dapat berupa disabilitas, gangguan kognitif, eksaserbasi dari masalah
medis, peningkatan penggunaan pelayanan health-care, peningkatan keinginan
bunuh diri, dan peningkatan resiko terjatuh.
2.4.1 Epidemiologi
Depresi pada lansia di komunitas yang datang ke dokter dan terdiagnosis
hanya 5-10%. Depresi berat ditemukan sekitar 16-50% di rumah perawatan. Lansia
yang berumur 65 tahun atau lebih tercatat sebanyak 25% melakukan upaya bunuh
diri (suicides) dan 75% yang melakukan upaya bunuh diri bertahan dari depresi.
Prevalensi depresi pada lanjut usia di pelayanan kesehatan primer adalah 5-17%.
Prevalensi depresi pada geriatri lebih tinggi di ruang perawatan daripada di
masyarakat.15
2.4.2 Etiologi dan Patogenesis
Biologis : adanya perubahan pada sistem saraf pusat, seperti
ketidakseimbangan neurotransmitter chatecolaminergic.16
Psikologis : Menurut teori Erik Erikson, kepribadian yang mature
mempengaruhi kondisi psikis pada lansia terhadap kejadian depresi.
Menurut erikson, adanya krisis integrity versus despair yaitu individu yang
sukses melampaui tahapan konflik-konflik yang terjadi di lingkungan
terdekatnya dan tekanan di hidupnya akan beradaptasi dengan baik sehingga
rentan terjadi depresi. Faktor resiko yang berhubungan dengan psikis pada
21
lansia yaitu dependent personality, low self-esteem, dan perasaan tidak
dicintai.15
Biologis : adanya perubahan pada sistem saraf pusat, seperti
ketidakseimbangan neurotransmitter chatecolaminergic.16
Psikologis : Menurut teori Erik Erikson, kepribadian yang mature
mempengaruhi kondisi psikis pada lansia terhadap kejadian depresi.
Menurut erikson, adanya krisis integrity versus despair yaitu individu yang
sukses melampaui tahapan konflik-konflik yang terjadi di lingkungan
terdekatnya dan tekanan di hidupnya akan beradaptasi dengan baik sehingga
rentan terjadi depresi. Faktor resiko yang berhubungan dengan psikis pada
lansia yaitu dependent personality, low self-esteem, dan perasaan tidak
dicintai.15
Sosial : Menurut teori Freud dan Karl Abraham pada proses
berkabung akibat kehilangan objek cinta (orang maupun objek abstrak
seperti status sosial) dapat terintrojeksikan ke dalam individu sehingga
menyatu atau merupakan bagian dari individu tersebut. Selignman
berpendapat bahwa terdapat hubungan antara kehilangan yang tak
terhindarkan akibat proses penuaan dan kondisi multipatologi dengan
passive helplessness.15
Spiritual :25
Pada satu penelitian yang dilakukan terhadap wanita lanjut usia yang
menderita patah tulang pinggul dan memiliki tingkat religiusitasnya dan
pengalaman agamanya, ternyata lebih kuat mentalnya dan kurang mengeluh
cemas dan depresi serta lebih cepat berjalan bila dibandingkan dengan
mereka yang tidak mempunyai komitmen agama. Proses penyembuhan rasa
nyeri pada wanita religious yang mengalami patah tulang pinggul lebih
tahan dan mampu mengatasinya.
Menurut penilitian yang dilakukan oleh Hummer, et. Al terhadap 21.000
orang Amerika dewasa selama 9 tahun kondisi sosial ekonomi, kesehatan umum,
dan gaya hidup serta ketaatan menjalankan ibadah agama berpengaruh pada
22
terhadap lamanya usia penduduk. Dari semua variabel di atas ternyata variabel
agama besar pengaruhnya terhadap lamanya usia penduduk.25
Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap para lansia menyimpulkan
bahwa : 25
a. Lansia yang non religius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada
lansia yang religius.
b. Lansia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat daripada lansia
yang non religius.
c. Lansia yang religius lebih kebal dan lebih tenang menghadapi operasi
daripada lansia yang non religius.
d. Lansia yang religius lebih tabah, lebih kuat dan lebih mampu mengatasi
(ability to cope), stress daripada lansia yang non religius sehingga gangguan
mental dan emosional lebih kecil.
Lansia yang religius lebih tenang dan tabah menghadapi saat-saat terakhir
(kematian) daripada lansia yang tidak religius.
23
2.5 Kerangka Teori
Teori penuaan
- Teori radikal bebas
- Teori glikosilasi
- Teori DNA repair
Lansia
Ketidakseimbangan
neurotransmitter
cathecoaminergic
Spiritual Sosial Psikologis Perubahan biologis
Ketidakseimbangan
antara sintesis
protein dan
pembentukan protein
di otot Gangguan
kesehatan mental Resistensi anabolik
Depresi ↓ Massa otot rangka
↓ Aktivitas fisik
Kepribadian Perasaan tidak
dicintai
↓ Hubungan
interpersonal
Dependent
personality
Kehilangan
status
sosial
Terisolasi
Tingkat
religiusitas
Ketaatan
menjalankan
ibadah
Kualitas hidup
24
2.6 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Pasien Lansia
Domain Kualitas
Hidup :
- Biologis
- Psikologis
- Sosial
- Lingkungan
- Spiritual
Kemungkinan Kejadian
Depresi
25
2.7 Definisi Operasional
Tabel 2.5 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara
Pengukuran
Skala Pengukuran
1. Jenis Kelamin Jenis
kelamin
yang ditulis
pasien pada
hari
pengambilan
sampel
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Nominal Kategori
:
1. Perempuan
2. Laki-laki
2. Usia Usia yang
ditulis pasien
pada hari
pengambilan
sampel
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Ordinal Kategori
:10
1. Lanjut usia
(elderly) :
60-74
tahun
2. Lanjut usia
tua (old) :
75-90
tahun
3. Pekerjaan Pekerjaan
yang ditulis
pasien pada
hari
pengambilan
sampel
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Ordinal Kategori :
1. Aktif
2. Non-aktif
4. Agama Agama yang
ditulis pasien
pada hari
pengambilan
sampel
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Nominal Kategori
:
1. Islam
2. Non-islam
26
5. Faktor biologis Pertanyaan
yang
diadaptasi
dari
OPQOL-
3519
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Numerik
Kategorik :
Mean < 3 : Buruk
Mean ≥ 3 : Baik
6. Faktor psikologis Pertanyaan
yang
diadaptasi
dari
OPQOL-
3519
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Numerik
Kategorik :
Mean < 3 : Baik
Mean ≥ 3 : Baik
7. Faktor sosial Pertanyaan
yang
diadaptasi
dari
OPQOL-
3519
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Numerik
Kategorik :
Mean < 3 : Baik
Mean ≥ 3 : Baik
8. Faktor lingkungan Pertanyaan
yang
diadaptasi
dari
OPQOL-
3519
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Numerik
Kategorik :
Mean < 3 : Baik
Mean ≥ 3 : Baik
9. Faktor spiritualitas Pertanyaan
yang
diadaptasi
dari
OPQOL-
3519
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Numerik
Kategorik :
Mean < 3 : Baik
Mean ≥ 3 : Baik
10. Faktor spiritualitas Pertanyaan
yang
diadaptasi
dari SNQ24
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Numerik
Kategorik :
Mean < 3 : Baik
Mean ≥ 3 : Baik
27
11. Kemungkinan
kejadian depresi
Pertanyaan
yang
diadaptasi
dari GDS-
1525
Kuesioner Data yang
ditulis oleh
pasien
Ordinal Kategorik
:27
Normal : 1-4
Depresi ringan : 5-
8
Depresi sedang :
9-11
Depresi berat : 12-
15
28
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian metode potong
lintang (cross sectional).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Ciputat, Ciputat Timur, dan
Pondok Ranji. Penelitian ini dimulai pada saat bulan Juli 2019. Pengambilan dan
pengolahan data dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2018.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Subjek Penelitian
Populasi target pada penelitian ini adalah pasien dari 3 Puskesmas di
Tangerang Selatan. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien lanjut
usia (>60 tahun) dari 3 Puskesmas di Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok Ranji.
3.3.2 Besar Sampel
Berdasarkan jenis penelitian yang merupakan penelitian analitik kategorik
tidak berpasangan namun perlu diketahui sampel minimal pada penelitian ini :28
Besar Sampel Penelitian Analitik Kategorik Tidak Berpasangan
n =(Zα√2PQ + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + √𝑃2𝑄2)2
(P1 − P2)2
Keterangan :
n = besar sampel
Zα = derivat baku normal untuk α
Zβ = derivat baku normal untuk β
α = kesalahan tipe satu yang nilainya ditetapkan oleh peneliti
β = kesalahan tipe dua yang nilainya ditetapkan oleh peneliti
P = proporsi total = (P1+ P2)/2
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement penelitian
29
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya dari kepustakaan
Q = 1- P
Q1 = 1 – P1
Q2 = 1 – P2
Diketahui :
n = jumlah sampel minimal
Z = derivat baku alfa (1,96; dengan menggunakan =0,05
Z = derivat baku beta (0,84; dengan menggunakan =0,20
P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap berharga = 0,2
P2 = proporsi pada kelompok standar, atau kontrol =0,5
P1 = proporsi pada kelompok uji, atau kasus
= P2 + 0,2 = 0,7
P = proporsi total = (𝑃1+𝑃2)
2 =
(0,7+0,5)
2 = 0,6
Q = 1-P = 1-0,6 = 0,4
Q1 = 1-P1 = 1-0,7= 0,3
Q2 = 1-P2 = 1-0,5 = 0,5
Sehingga :
𝑛 = (1,96√(2 × 0,6 × 0,4) + 0,84√(0,7 × 0,3) + (0,5 × 0,5)
0,7 − 0,5)
2
n= (1,35+0,57
0,2)2
n= 92,16 ≈ 92.
Perhitungan untuk perkiraan drop out pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
n′ =𝑛
(1 − 𝑓)
30
Keterangan:
nʹ = besar sampel setelah antisipasi drop out
n = besar sampel yang dibutuhkan
ƒ = prediksi drop out = 10%
n′ =96
(1 − 0,10)
nʹ = 10,6 = 11
Total sampling : 92+11 = 103
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel
Sampel ini diambil di 3 Puskesmas yaitu Puskesmas Ciputat, Puskesmas
Ciputat Timur, dan Puskesmas Pondok Ranji. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini consecutive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan
subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
kurun waktu tertentu sehingga jumlah responden dapat terpenuhi.
3.4 Kriteria Sampel
3.4.1 Kriteria Inklusi
a. Pasien baru dan lama.
b. Pasien lanjut usia yang mempunyai kriteria berusia lebih dari sama dengan
60 tahun.
c. Pasien bersedia mengikuti prosedur penelitian selama penelitian
berlangsung.
d. Pasien mengisi biodata dan kuesioner dengan lengkap.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Pasien tidak kooperatif.
b. Pasien mempunyai hambatan komunikasi dan mental.
31
3.5 Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan
dependen.
3.5.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi sesuatu yang
menjadi sebabnya sesuatu atau timbulnya variabel dependen (terikat). Adapun
variabel independen pada penelitian ini adalah kualitas hidup dengan domain
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel independen. Adapun variabel dependen pada penelitian ini
adalah kemungkinan kejadian depresi pada lanjut usia.
32
3.6 Alur Penelitian
1. Pembuatan proposal penelitian
2. Pengajuan surat kode etik
3. Permohonan izin kepada kepala puskesmas
9. Validasi kuesioner
7. Pengisian data kuesioner dengan lengkap
Memenuhi syarat
6. Informed consent terhadap responden
4. Developing kuesioner
5. Pemilihan sampel
Bersedia Tidak bersedia
Tidak memenuhi syarat
10. Pengolahan data dengan SPSS
Dikeluarkan
33
3.7 Cara Kerja Penelitian
1. Pembuatan proposal penelitian
Proposal penelitian meliputi 3 bab yaitu latar belakang, tinjauan pustaka
dan metodologi penelitian.
2. Permohonan izin penelitian kepada Kepala Puskesmas
Permohonan izin penelitian ke Dinas Kesehatan Tangerang Selatan untuk
melaksanakan penelitian di Puskesmas Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok
Ranji. Lalu surat izin diberikan kepada kepala Puskesmas masing-masing.
3. Developing kuesioner
Pada penelitian ini menggunakan adaptasi modifikasi kuesioner Older
People’s Quality of Life (OPQOL) dengan format pertanyaannya berjumlah
35 yang dikembangkan oleh Bowling A, et. al dan beberapa pertanyaan
spiritualitas dari kuesioner SNQ (Spiritual Needs Questionnaire) oleh
Arndt Büssing. Kuesioner OPQOL mempunyai validitas dan reliabilitas
tinggi, terdiri dari 35 pertanyaan dengan Likert Scale (sangat tidak setuju
hingga sangat setuju). Kuesioner ini menilai quality of life (QOL) atau
kualitas hidup pasien dari pandangan personal pasien terhadap kondisi
mereka sehari-hari. Kuesioner ini menilai kualitas hidup pasien dari
beberapa aspek yang sinergi dengan pendekatan holistik (biopsychosocial
approach). Lalu Geriatric Depression Scale (GDS-15) untuk menilai ada
atau tidaknya kejadian depresi pada lansia. Kuesioner ini terdiri dari 15
pertanyaan yang akan dijawab YA/TIDAK oleh pasien.
4. Pemilihan sampel.
Sampel penelitian ini diambil dengan konsekutif.
5. Informed consent terhadap responden.
Memberikan penjelasan terkait penelitian lalu memberikan lembaran
informed consent. Jika responden bersedia untuk mengikuti penelitian ini,
maka arahkan untuk pengisian kuesioner. Jika responden ada yang tidak
bersedia maka tidak diikutsertakan dalam penelitian.
6. Pengisian data kuesioner dengan lengkap.
34
Pengisian kuesioner berupa identitas pasien (nama, umur, alamat posbindu,
jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan, pendidikan terakhir) dan pertanyaan
mengenai fisik, psikologis, sosial, lingkungan dan spiritual responden.
7. Sortir data
Pemilihan data dengan memperhatikan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,
jika memenuhi syarat maka data akan dianalisis dan diolah dengan SPSS.
8. Validasi Kuesioner
Validasi kuesioner dilakukan setelah sampel penelitian terkumpul.
9. Pengolahan data
Pengolahan data dengan menggunakan Software SPSS 22.0
3.8 Manajemen Data
3.8.1 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer karena
kuesioner diisi langsung oleh responden. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah konsekutif.
3.8.2 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS
(Statistic Package for Social Sciences) versi 22.0. Berikut beberapa tahap yang
melakukan dalam pengolahan data, yaitu:
1. Editing
Pemeriksaan ulang kebenaran dan kelengkapan data kuesioner.
2. Coding
Pemberian kode numerik kepada data yang terdiri atas beberapa kategori.
3. Data Entry
Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam program SPSS.
4. Analisis data
Melakukan analisis univariat untuk melihat frekuensi atau distribusi data
dan analisis bivariat menggunakan uji Kruskall-Wallis.
35
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui keshahihan dan kecermatan
instrumen yang digunakan sebagai alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu
item dinyatakan memiliki validitas baik jika memiliki nilai pearson correlation (r
hitung) > r tabel. Uji validitas penelitian ini dilakukan pada 202 sampel.
Pada penelitian ini dilakukan uji validitas kuesioner Older Person’s Quality of
Life (OPQOL-35) dan beberapa pertanyaan spiritualitas dari kuesioner SNQ (Spiritual
Needs Questionnaire).
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas pada Item Kuesioner Kualitas Hidup dan Spiritualitas
No Item Kuesioner Pearson
correlation
P value Tabel r Keterangan
validasi
1. Kualitas hidup secara
umum
0,054 0,444 0,1381 Kurang baik
2. Secara umum, saya
menikmati hidup saya
0,637* 0,000 0,1381 Baik
3. Saya senang menunggu
sesuatu
0,585* 0,000 0,1381 Baik
4. Saya kecewa dengan
kehidupan saya
0,233* 0,001 0,1381 Baik
5. Saya memiliki kekuatan
fisik yang baik
0,305* 0,000 0,1381 Baik
6. Rasa sakit mempengaruhi
kesejahteraan saya
0,276* 0.000 0,1381 Baik
7. Masalah kesehatan saya
membatasi saya dalam
merawat diri dan rumah
0,092 0,195 0,1381 Kurang baik
8. Saya merasa cukup sehat
untuk keluar rumah dan
melakukan sesuatu
0,052 0,462 0,1381 Kurang baik
36
9. Keluarga, teman atau
tetangga saya, mau
membantu saya saat saya
membutuhkannya
0,427* 0,000 0,1381 Baik
10. Saya lebih suka ditemani
atau berinteraksi dengan
orang lain
0,456* 0,000 0,1381 Baik
11. Saya memiliki seseorang
yang memberikan saya
cinta dan kasih sayang
0,538* 0,000 0,1381 Baik
12. Saya ingin bersama lebih
banyak orang untuk
menikmati hidup
0,527* 0,000 0,1381 Baik
13. Keberadaan anak di
sekeliling saya, memiliki
arti penting bagi saya
0,574* 0,000 0,1381 Baik
14. Saya cukup sehat untuk
memiliki kebebasan diri
0,615* 0,000 0,1381 Baik
15. Saya dapat
membahagiakan diri
sendiri dengan apa yang
saya lakukan
0,363* 0,000 0,1381 Baik
16. Saya merasa hidup saya
terbatas saat membeli
barang dengan pendapatan
atau uang pensiun saya
0,500* 0,000 0,1381 Baik
17. Saya dapat mengontrol
penuh hal-hal penting
0,114 0,108 0,1381 Kurang baik
18. Saya merasa aman di
lingkungan tempat saya
0,545* 0,000 0,1381 Baik
19. Toko-toko lokal,
pelayanan jasa dan fasilitas
di sekitar rumah secara
umum baik
0,675* 0.000 0,1381 Baik
37
20. Saya merasa senang
berada di rumah saya
0,547* 0,000 0,1381 Baik
21. Saya memiliki lingkungan
tetangga yang ramah
0,629* 0,000 0,1381 Baik
22. Saya menjalani hidup
seperti apa adanya dan
berusaha melakukan yang
terbaik
0,596* 0,000 0,1381 Baik
23. Saya merasa beruntung
dibandingkan dengan
orang lain
0,655* 0,000 0,1381 Baik
24. Saya selalu melihat sisi
baik dari sesuatu
0,439* 0,000 0,1381 Baik
25. Jika masalah kesehatan
membatasi aktivitas sosial
dan waktu senggang saya,
maka saya berusaha
mengerjakan hal lain yang
mampu saya lakukan
0,622* 0,000 0,1381 Baik
26. Saya memiliki uang yang
cukup untuk membayar
tagihan-tagihan rumah
tangga
0,313* 0,000 0,1381 Baik
27. Saya memiliki cukup uang
untuk membayar biaya
kerusakan kecil rumah
atau menolong orang yang
membutuhkan
0,506* 0,000 0,1381 Baik
28. Saya mampu membeli
sesuatu yang saya inginkan
0,542* 0,000 0,1318 Baik
29. Saya tidak mampu
melakukan sesuatu yang
saya sukai
0,312* 0,000 0,1318 Baik
30. Saya memiliki aktivitas
sosial dan hobi untuk
mengisi waktu senggang
0,045 0,527 0,1318 Kurang baik
38
31. Saya berusaha untuk
terlibat dalam suatu
kegiatan untuk mengisi
waktu luang
0,321* 0,000 0,1318 Baik
32. Saya tetap melakukan
pekerjaan sesuai peran
saya baik dibayar ataupun
tidak
0,279* 0,000 0,1318 Baik
33. Tanggungjawab saya
kepada orang lain
membatasi aktivitas sosial
dan waktu senggang saya
0,462* 0,000 0,1318 Baik
34. Bagi saya, agama,
keyakinan atau filosofi
adalah hal penting bagi
kualitas hidup saya
0,045 0,521 0,1318 Kurang baik
35. Bagi saya, budaya/acara-
acara keagamaan/festival
adalah hal penting dalam
kualitas hidup saya
0,636* 0,000 0,1318 Baik
36. Saya senang melakukan
ibadah sebagai cara
mendekatkan diri kepada
Tuhan
0,655* 0,000 0,1318 Baik
37. Saya sering berdoa untuk
kesehatan dan kedamaian
hidup saya
0,626* 0,000 0,1318 Baik
38. Saya jarang berdo'a untuk
kesembuhan penyakit saya
0,571* 0,000 0,1318 Baik
39. Saya senang membaca
buku-buku keagamaan
0,212* 0,002 0,1318 Baik
40. Saya sering
merenung/bermuhasabah
atas sakit yang saya derita
0,333* 0,000 0,1318 Baik
41. Saya meyakini bahwa sakit
yang saya derita sebagai
0,116 0,099 0,1318 Kurang baik
39
hukuman Tuhan kepada
saya
42. Saya percaya sakit yang
diberikan Tuhan kepada
saya dapat menggugurkan
dosa-dosa saya
0,121 0,086 0,1318 Kurang Baik
43. Saya merasa dengan sakit
ini, sebenarnya Tuhan
menyayangi saya
0,596* 0,000 0,1318 Baik
44. Saya tetap merasa optimis
bisa sembuh dari sakit
yang saya derita
0,692* 0,000 0,1318 Baik
45. Saya menyadari bahwa
kematian hakikatnya
adalah kembali kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa
0,705* 0,000 0,1318
Baik
46. Saya ingin meninggal
dunia dalam keadaan baik
dan damai
0,580* 0,000 0,1318 Baik
Berdasarkan hasil validasi pada item kuesioner didapatkan validitas yang baik
pada beberapa pertanyaan kecuali pertanyaan nomor 1, 7, 8, 17, 30, 34, 40, 41, 42.
Kuesioner lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Geriatric Depression Scale.
Geriatric Depression Scale ini telah diadaptasi oleh Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia sebagai alat ukur untuk mendeteksi depresi pada lansia. Hasil uji validitas
pada kuesioner ini telah dilakukan oleh Hidayati LN, et al 27
nilai r hitung berkisar
0,406 – 0,826.
40
4.2 Uji Realiabilitas
Uji realibilitas merupakan suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui
ketetapan konsistensi alat/instrumen dalam menilai apa yang dinilainya. Untuk menilai
nilai realibilitas juga dapat dinilai dengan melihat nilai Cronbach’s alpha, dengan
interpretasi sebagai berikut :25
Kurang reliabel : Cronbach’s alpha 0,00 – 0,20
Agak reliabel : Cronbach’s alpha 0,21 – 0,40
Cukup reliabel : Cronbach’s alpha 0,42 – 0,60
Reliabel : Cronbach’s alpha 0,61 – 0,80
Sangat reliabel : Cronbach’s alpha 0,81 – 1,00
Hasil uji realibilitas pada item kuesioner Older People’s Quality of Life
(OPQOL-35) memiliki nilai cronbach alpha sebesar 0,867 yang telah diuji sebelumnya
oleh Chiquita, DD28
sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen ini memiliki nilai
realibilitas yang sangat baik. Untuk hasil uji realibilitas pada item kuesioner Geriatric
Depression Scale (GDS) memiliki nilai 0,895 yang telah diuji sebelumnya oleh
Hidayati LN et al27
sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen ini memiliki nilai
realibilitas yang sangat baik.
41
4.3 Hasil Analisis Univariat
Tabel 4.2 Karakteristik Responden
Variabel Kategori Hasil
N %
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
59
143
29,2 %
70,8%
Usia Lanjut Usia
Lanjut Usia Tua
173
29
85,6%
14,4%
Pekerjaan Bekerja
Tidak
Bekerja/Pensiunan
157
45
77,7%
22,3%
Agama Islam
Non-Islam
196
6
97%
3%
Berdasarkan tabel 4.2 sebaran jenis kelamin responden tidak merata.
Responden perempuan (70,8%) lebih banyak daripada laki-laki (29,2%). Hal ini
dikarenakan mayoritas pasien adalah perempuan dan seringkali pengambilan sampel
dilakukan pada jam kerja sehingga responden laki-laki tidak berada di rumah atau
sedang bekerja.
Sebaran usia pada penelitian ini tidak merata. Responden yang tergolong pada
usia lanjut usia adalah (85,6%) dan yang tergolong pada lanjut usia tua adalah (14,4%).
Sebaran pekerjaan responden pada penelitian ini mayoritas adalah lansia aktif
(77,7%) yang didominasi oleh perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
(IRT). Sedangkan sisa responden yang lainnya adalah lansia tidak aktif/ pengangguran.
Mayoritas responden pada penelitian ini beragama islam (97%). Sedangkan
sisa nya non-islam (3%). Berikut adalah hasil gambaran kualitas secara umum pada
responden.
42
Tabel 4.3 Kualitas Hidup Secara Umum
Kategori Hasil
Kualitas hidup secara umum N %
Sangat Baik 2 1%
Baik 36 17,80%
Cukup 71 35,10%
Buruk 80 39,60%
Sangat Buruk 13 6,40%
Kualitas secara umum pada responden tidak merata. Persentase kualitas hidup
responden buruk cukup besar yaitu (46%). Hal ini disebabkan karena faktor biologis,
psikis, sosial, dan spiritual responden buruk yang akan digambarkan tabel di bawah ini
:
Tabel 4.4 Distribusi Lansia pada Domain Kehidupan Secara Umum, Kesehatan
dan Hubungan Sosial
Dimensi
Hasil
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak
setuju
Kehidupan secara umum
Menikmati hidup
Merasa bahagia
Senang menunggu sesuatu
Kecewa dengan kehidupan
N % n % n % n % n %
0
0
3
26
0
0
1,50
12,90
0
4
38
133
0
2
18,80
65,80
15
25
64
29
7,40
12,40
31,70
14,40
157
143
88
12
77,70
70,80
43,60
5,90
30
30
9
2
14,90
14,90
4,50
1
43
Kesehatan
Kekuatan fisik yang baik
Sakit mempengaruhi
kesejahteraan
Masalah kesehatan
membatasi dalam merawat
diri dan rumah
Merasa sehat untuk keluar
rumah dan melakukan
sesuatu
0
7
6
1
0
3,50
3
0,50
15
77
76
7
7,40
38,60
37,60
3,50
37
35
31
18
18,30
17,30
15,30
8,90
133
78
76
145
65,80
38,60
37,60
71,80
17
5
6
31
8,40
2,50
3
15,30
Hubungan sosial
Keluarga, teman, atau
tetangga membantu pada
saat dibutuhkan
Lebih suka ditemani atau
berinteraksi dengan orang
lain
Memiliki seseorang yang
memberikan cinta dan kasih
sayang
Ingin bersama lebih banyak
orang untuk menikmati
hidup
Keberadaan anak di
sekeliling memiliki arti
penting di hidup saya
0
0
1
0
0
0
0
0,50
0
0
3
19
0
9
0
1,50
9,40
0
4,50
0
10
15
5
11
7
5
7,40
2,50
5,40
3,50
141
125
139
132
123
69,80
61,90
68,80
65,30
60,90
48
43
52
50
72
23,80
21,30
25,70
24,80
35,60
44
Tabel 4.5 Distribusi Lansia pada Dimensi Kemerdekaan, Kontrol atas Hidup dan
Kebebasan
Dimensi
Hasil
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak
setuju
Kemerdekaan, kontrol atas
hidup dan kebebasan
Cukup sehat untuk memiliki
kebebasan diri
Dapat membahagiakan diri
sendiri dengan apa yang
dilakukan
Merasa hidup terbatas saat
membeli barang dengan
pendapatan atau uang
pensiun
Dapat mengontrol penuh
hal-hal yang penting dalam
hidup
n
0
1
1
0
%
0
0,50
0,50
0
n
5
2
67
4
%
2,50
1
33,20
2
n
25
20
47
32
%
12,40
9,90
23,30
15,80
n
148
155
77
147
%
73,30
76,70
38,10
72,80
n
24
24
10
19
%
11,90
11,90
5
9,40
Tabel 4.6 Distribusi Lansia pada Dimensi Rumah dan Lingkungan Tetangga, dan
Kesejaahteraan Psikologis dan Emosional
Dimensi
Hasil
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak
setuju
Rumah dan lingkungan
tetangga
Merasa aman di lingkungan
tempat tinggal
n % n % n % n % n %
0
0
0
0
3
2
1,50
1
9
9
4,50
4,50
136
149
67,30
73,80
54
42
26,70
20,80
45
Toko-toko lokal, pelayanan
jasa dan fasilitas di sekitar
rumah secara umum baik
Merasa senang berada di
rumah
Memiliki lingkungan
tetangga yang ramah
0
0
0
0
0
0
0
0
11
21
5,40
10,40
146
125
72,30
61,90
45
56
22,30
27,70
Kesejahteraan psikologis dan
emosional
Menjalani hidup seperti apa
adanya dan berusaha
melakukan yang terbaik
Saya merasa beruntung
dibandingkan orang lain
Saya selalu melihat sisi baik
dari sesuatu
Jika masalah kesehatan
membatasi aktivitas sosial
dan waktu senggang maka
berusaha mengerjakan yang
mampu dilakukan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
10
0
2,50
0
5
8
45
18
17
4
22,30
8,90
8,40
156
127
152
159
77,20
62,90
75,20
78,70
38
25
32
16
18,80
12,40
15,80
7,90
Tabel 4.7 Distribusi Lansia pada Dimensi Kegiatan Waktu Senggang
Dimensi
Hasil
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak
setuju
Kegiatan waktu senggang
Memiliki aktivitas dan hobi
untuk mengisi waktu
senggang
n % n % n % n % n %
0
1
0
0,50
21
26
10,40
12,90
23
20
11,40
9,90
135
134
66,80
66,30
23
21
11,40
10,40
46
Berusaha untuk terlibat
dalam suatu kegiatan untuk
mengisi waktu luang
Saya tetap melakukan
pekerjaan sesuasi peran saya
baik dibayar atau tidak
Tanggung jawab kepada
orang lain membatasi
aktivitas sosial dan waktu
senggang
Agama, keyakinan, atau
filosofi adalah hal penting
bagi kualitas hidup
Bagi saya, budaya/acara-
acara keagamaan/festival
adalah hal penting dalam
kualitas hidup
0
2
0
0
0
1
0
0
5
83
3
3
2,50
41,10
1,50
1,50
26
39
5
7
12,90
19,30
2,50
3,50
144
74
123
137
71,30
36,60
60,90
67,80
27
4
71
55
13,40
2
35,10
27,20
Tabel 4.8 Distribusi Lansia pada Dimensi Spiritualitas dalam Kesehatan
Dimensi
Hasil
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak
setuju
Spiritualitas dalam masalah
kesehatan
Senang melakukan ibadah
sebagai cara mendekatkan
diri kepada tuhan
Sering berdoa untuk
kesehatan dan kedamaian
hidup
Jarang berdoa untuk
kesembuhan penyakit
n % n % n % n % n %
0
1
42
0
0,50
20,80
3
3
126
1,50
1,50
62,40
5
1
8
2,50
0,50
4
118
116
20
58,40
57,40
9,90
76
81
6
37,60
40,10
3
47
Senang membaca buku-buku
keagamaan
Sering merenung
/bermuhasabah atas sakit
yang diderita
Meyakini bahwa sakit yang
diderita sebagai hukuman
Tuhan
Percaya sakit yang diberikan
Tuhan dapat menggugurkan
dosa-dosa
4
4
12
0
2
2
5,90
0
22
36
69
4
10,90
17,80
34,20
2
44
33
15
6
21,80
16,30
7,40
3
109
107
88
147
54
53
43,60
72,80
23
22
18
45
11,40
10,90
8,90
22,30
Tabel 4.9 Distribusi Lansia pada Dimensi Spiritualitas dalam Kesehatan
Dimensi
Hasil
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak
setuju
Spiritualitas dalam
Kesehatan
Merasa dengan sakit ini,
sebenarnya Tuhan
menyayangi saya
Tetap merasa optimis bisa
sembuh dari sakit yang
diderita
Menyadari bahwa kematian
hakikatnya adalah kembali
kepada Tuhan Yang Maha
Esa
Ingin meninggal dunia
dalam keadaan baik dan
damai
n % n % n % n % n %
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0,50
1
0
0
5
5
3
2
2,50
2,50
1,50
1
141
136
139
118
69,80
67,80
68,80
58,40
55
59
60
82
27,20
29,20
29,70
40,60
48
Tabel 4.10 Rata-rata Kualitas Hidup pada Lansia
Dimensi Nilai
Mean
Kehidupan secara umum
Menikmati hidup
Merasa bahagia
Senang menunggu sesuatu
Kecewa dengan kehidupan
Total mean
Kesehatan
Kekuatan fisik yang baik
Sakit mempengaruhi kesejahteraan
Masalah kesehatan membatasi dalam merawat diri dan rumah
Merasa sehat untuk keluar rumah dan melakukan sesuatu
Total mean
Hubungan sosial
Keluarga, teman, atau tetangga membantu pada saat dibutuhkan
Lebih suka ditemani atau berinteraksi dengan orang lain
Memiliki seseorang yang memberikan cinta dan kasih sayang
Ingin bersama lebih banyak orang untuk menikmati hidup
Keberadaan anak di sekeliling memiliki arti penting
Total mean
Kemerdekaan, kontrol atas hidup dan kebebasan
Cukup sehat untuk memiliki kebebasan diri
Dapat membahagiakan diri sendiri dengan apa yang dilakukan
Merasa hidup terbatas saat membeli barang dengan pendapatan atau uang pensiun
Dapat mengontrol penuh hal-hal yang penting dalam hidup saya
Total mean
Rumah dan lingkungan tetangga
Merasa aman di lingkungan tempat tinggal
Toko-toko lokal, pelayanan jasa dan fasilitas di sekitar rumah secara umum baik
Merasa senang berada di rumah
Memiliki lingkungan tetangga yang ramah
Total mean
1,93
2,01
2,69
3,84
2,617
2,25
3,01
3,05
2,02
2,58
1,84
2,05
1,83
1,90
1,68
1,86
2,05
2,01
2,86
2,10
2,25
1,81
1,86
1,83
1,83
1,83
49
Kesejahteraan psikologis dan emosional
Menjalani hidup seperti apa adanya dan berusaha melakukan yang terbaik
Saya merasa beruntung dibandingkan orang lain
Saya selalu melihat sisi baik dari sesuatu
Jika masalah kesehatan membatasi aktivitas sosial dan waktu senggang, maka berusaha
mengerjakan hal lain yang mampu dilakukan
Total mean
Kondisi keuangan
Uang yang cukup untuk membayar tagih-tagihan rumah tangga
Memiliki cukup uang untuk membayar biaya kerusakan kecil rumah atau menolong orang
yang membutuhkan
Saya mampu membeli yang saya inginkan
Saya tidak mampu melakukan sesuatu yang saya tidak saya sukai
Total mean
Kegiatan waktu senggang
Memiliki aktivitas dan hobi untuk mengisi waktu senggang
Berusaha untuk terlibat dalam suatu kegiatan untuk mengisi waktu luang
Saya tetap melakukan pekerjaan sesuai peran saya baik dibayar atau tidak
Tanggung jawab kepada orang lain membatasi aktivitas sosial dan waktu senggang
Agama, kepercayaan atau filosofi adalah hal penting bagi kualitas hidup
Bagi saya, budaya/acara-acara keagamaan/festival adalah hal penting dalam kualitas hidup
Total mean
Spiritualitas dalam masalah kesehatan
Senang melakukan ibadah sebagai cara mendekatkan diri kepada Tuhan
Sering berdoa untuk kesehatan dan kedamaian hidup
Jarang berdoa untuk kesembuhan penyakit
Senang membaca buku-buku keagamaan
Sering merenung/bermuhasabah atas sakit yang diderita
Meyakini bahwa sakit yang diderita sebagai hukuman Tuhan
Percaya sakit yang diberikan Tuhan kepada saya dapat menggugurkan dosa-dosa
Merasa dengan sakit ini, sebenarnya Tuhan menyayangi saya
Tetap merasa optimis bisa sembuh dari sakit yang diderita
Menyadari bahwa kematian hakikatnya adalah kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa
Ingin meninggal dunia dalam keadaan baik dan damai
Total mean
1,85
2,15
1,93
2,10
2,00
2,29
2,35
2,43
3,35
2,60
2,21
2,35
2,04
3,02
1,70
1,79
2,18
1,68
1,65
3,88
2,38
2,47
2,85
1,85
1,76
1,75
1,72
1,60
2,1
50
Rata-rata kualitas hidup pada responden untuk domain kehidupan secara umum
adalah buruk karena memiliki rata-rata < 3 (2,67). Pada domain kesehatan, rata-rata
kualitas hidup responden adalah buruk (2,58). Pada domain hubungan sosial, rata-rata
kualitas responden adalah buruk (1,86). Lalu, kualitas hidup responden pada domain
kemerdekaan, kontrol hidup, dan kebebasan adalah buruk (2,25). Untuk domain rumah
dan lingkungan tetangga pada responden adalah buruk (1,83). Pada domain
kesejahteraan psikologis dan sosial didapatkan kualitas hidup responden buruk (2,00).
Untuk domain kondisi keuangan, kualitas hidup responden buruk (2,60). Sedangkan
untuk domain kegiatan waktu senggang, kualitas hidup responden buruk (2,18). Dan
spiritualitas dalam masalah kesehatan responden juga buruk (2,1).
Tabel 4.11 Hasil Analisis Kemungkinan Kejadian Depresi pada Lansia.
Kategori N %
Normal 176 86,1%
Depresi ringan 24 12,9%
Depresi sedang 1 0,5%
Depresi berat 1 0,5%
Gambaran kemungkinan kejadian depresi pada lansia adalah normal (86,1%),
depresi ringan (12,9%), depresi sedang (0,5%), dan depresi berat (0,5%).
4.4 Hasil Analisis Bivariat dengan Uji Kruskal-Wallis
Tabel 4.12 Hubungan Kemungkinan Kejadian Depresi dengan Kualitas Hidup
Kualitas Hidup p value
Normal
0.044 Depresi ringan
Depresi sedang
Depresi berat
51
Dari tabel 4.6 didapatkan p value adalah < 0,05 (0,044), hal ini berarti terdapat
hubungan antara kemungkinan kejadian depresi dengan kualitas hidup pada lansia.
4.5 Pembahasan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas kualitas hidup secara
umum pada lansia adalah baik (54%), sisanya memiliki kualitas hidup yang buruk
(46%). Lain hal dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, SA, dkk30
didapatkan kualitas hidup pada lansia di kota Medan yaitu cukup. Pada penelitian ini,
kualitas hidup diukur berdasarkan 8 dimensi yaitu : kehidupan secara umum,
kesehatan, hubungan sosial, kemerdekaan, kontrol atas hidup dan kebebasan, rumah
dan lingkungan tetangga, kesejahteraan psikologis dan emosional, kondisi keuangan,
kegiatan waktu senggang dan spiritualitas.
Pada dimensi kehidupan secara umum, gambaran kualitas hidup responden
buruk (2,67). Rata-rata responden menjawab pertanyaan “menikmati hidup” dengan
tidak setuju. Lalu pada pertanyaan “kecewa dengan hidup” adalah setuju. Hal ini
berarti, rata-rata lansia pada penelitian ini tidak menikmati hidup dan kecewa dengan
hidupnya. Sebagaimana dengan teori perkembangan Erikson dalam Miller 200431
bahwa tugas perkembangan pada tahap lansia adalah mampu mencapai ego yang
terintegritas versus keputusasaan. Ego yang terintergrasi disini maksudnya adalah,
menerima semua yang telah dilalui dalam hidupnya sebagai sesuatu yang harus terjadi.
Responden pada penelitian ini tidak menikmati hdup dan kecewa dengan hidupnya, itu
berarti responden tidak/tidak sepenuhnya menerima semua yang telah dilalui dalam
hidupnya. Hal ini mempengaruhi kualitas hidup lansia.
Pada dimensi kesehatan, gambaran kualitasnya buruk (2,58). Pada item
pertanyaan “kesehatan fisik yang baik” rata-rata responden menjawab “tidak setuju”.
Itu berarti, pada lansia memiliki kesehatan fisik yang tidak baik. Hal ini mempengaruhi
aktivitas sehari-hari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chiquita, aktivitas
sehari-hari berdampak pada tingkat kemandirian lansia.29 Aktivitas yang digolongkan
ke dalam aktivitas ssehari-hari yaitu : mandi, berpakaian, toileting, berpindah,
52
menahan buang besar/kecil, dan makan. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa
tingkat kemandirian lansia yang tidak normal disebabkan karena kondisi fisik lansia
yang sudah menurun sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari.29 Salah satu kondisi fisik pada lansia yaitu
penurunan elastisitas pembuluh darah dan disfungsi endotel yang akan menyebabkan
peningkatan resistensi perifer sehingga meningkatkan elevasi tekanan darah sistolik.32
Di mana kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan aliran darah dan beresiko
terhadap kejadian stroke pada lansia. Pada penderita stroke mengalami kelemahan dan
penurunan daya tahan otot, penurunan range of motion, gangguan sensasi, dan masalah
pada pola berjalan yang menyebabkan penurunan kemampuan penderita stroke dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.33 Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari
juga memiliki hubungan bermakna dengan status penyakit. 34
Pada penelitian Lestari35 didapatkan bahwa 11 responden lansia mengalami
ketergantungan sedang karena kondisi fisik yang menurun, kaki gemetaran saat
berjalan, juga karena penyakit yang diderita lansia seperti katarak, asma, dan
hipertensi. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan aktivitas sehari-hari yaitu status
mental.36 Menurut penelitian sebelumnya terdapat hubungan antara tingkat kecemasan
dan tingkat kemandirian ADL pada lansia.35 Semakin lansia cemas, maka lansia
semakin tidak mandiri atau ketergantungan.35 Aktivitas sehari-hari mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Hal ini sejalan dengan penelitian Chiquita.29 Hasil dari penelitian
ini juga mengatakan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara aktivitas
sehari-hari dengan kualitas hidup, yang berarti bahwa semakin mandiri lansia maka
kualitas hidupnya akan semakin baik.29
Pada dimensi hubungan sosial, rata-rata responden menjawab buruk. Pada item
pertanyaan “memiliki seseorang yang memberikan cinta dan kasih sayang” rata-rata
responden menjawab “tidak setuju”. Ini menunjukkan bahwa lansia tidak memiliki
seseorang yang memberikan cinta dan kasih sayang. Pada item pertanyaan
“keberadaan anak disekeliling memiliki arti penting” rata-rata responden menjawab
tidak setuju. Hal ini menujukkan bahwa tidak berartinya keberadaan seorang anak di
sekeliling mereka. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Nafa,6 bahwa dari hasil
53
wawancara pada lansia di panti Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna, mengatakan
rindu anak serta cucu dan ingin kembali ke keluarga. Hubungan sosial dan dukungan
keluarga berpengaruh terhadap psikis lansia yang akan mempengaruhi kualitas hidup
pada lansia.
Pada domain rumah dan lingkungan tetangga, kualitas hidup responden buruk
(1,83). Rata-rata responden menjawab pertanyaan “merasa senang di rumah” dan
“memiliki lingkungan tetangga yang ramah” dengan tidak setuju. Hal ini berarti,
responden tidak merasa senang berada di rumah. Juga responden tidak memiliki
tetangga yang ramah, ini mempengaruhi interaksi sosial pada lansia. Menurut
penelitian Andesty, et al.31
yang dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Griya Wredha
Kota Surabaya, lansia yang memiliki status interaksi sosial yang buruk sebagian besar
memiliki kualitas hidup yang rendah. Hasil penelitian lebih lanjut didapatkan hasil
bahwa tempat tinggal mempengaruhi kualitas hidup lansia dari domain hubungan
sosial. Lansia yang tinggal di rumah dipengaruhi oleh dukungan keluarga dan
masyarakat sehingga lansia akan mengalami perubahan yang positif terhadap
kehidupan begitu pula sebaliknya.37
Pada domain spiritualitas dalam kesehatan, didapatkan gambaran spiritualitas
pada responden adalah buruk (2,1). Buchardt dan Nagai-Jacobson mendefinisikan
spiritualitas sebagai esensi dari keberadaan manusia, menanamkan kesadaran tentang
siapa kita, apa tujuan hidup dan sumber batin seorang manusia.38
Menurut Bussing et
al39
kebutuhan spiritual meliputi: kebutuhan religi atau keagamaan, kebutuhan
mendapatkan kedamaian, eksistensi diri, serta kebutuhan untuk memberi. Rata- rata
responden menjawab pada item pertanyaan “ingin mati dengan damai” dengan tidak
setuju (1,60). Hal ini berarti, rata-rata lansia pada penelitian ini tidak ingin mati dalam
keadaan damai. Menurut Thouless, dalam Widiana yang dikutip pada penelitian Nafa6
menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi religiusitas adalah
pendidikan atau pengajaran termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial,
dan tekanan-tekanan lingkungan sosial. Spiritualitas pada responden penelitian ini
buruk, karena salah satu nya adalah faktor pendidikan. Pada penelitian yang dilakukan
54
oleh Nuraeni,A. et al40
menyatakan bahwa kebutuhan spiritual dirasakan sebagai
kebutuhan oleh sebagian besar responden (pasien kanker) untuk memberikan dampak
positif bagi kesehatan dan dapat dijadikan sebagai sumber penyembuhan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mulia dan kawan kawan didapatkan
bahwa koping religius sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas pasien
kanker. Koping positif ditunjukkan dengan upaya pasien untuk memperbaiki
hubungan, mencari kasih sayang, kekuatan, ampunan, dan pertolongan serta pasrah
pada takdir Tuhan sehingga tidak merasa cemas karena memfokuskan diri pada
agama.41 Penelitian yang dilakukan oleh Munawarah dan kawan-kawan bahwa
terdapat hubungan antara spiritualitas dengan kualitas hidup lansia, dan memiliki arah
positif yang artinya semakin tinggi spiritualitas maka semakin baik kualitas hidup.42
Bagi umat muslim, salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yaitu
dengan melakukan ibadah shalat. Pada lansia cara pandang dan berfikirnya sudah
matang untuk menghadapi kematian. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Anafiati
yaitu semakin tinggi intensitas melakukan shalat fardhu semakin tinggi tingkat
kesiapan menghadapi kematian pada lansia.43 Selain itu, shalat yang dikerjakan secara
rutin akan mendatangkan ketenangan dalam jiwa, menghilangkan stress, dan
kecemasan yang terjadi dalam diri seseorang.43
Menurut Eka, bahwa kesiapan menghadapi kematian terdiri dari psikis dan
spiritual. Secara psikis, lansia yang siap menghadapi kematian maka dia yakin akan
datangnya kematian sehingga dapat mengatasi rasa takut mati dan sering mengingat
kematian. Secara spiritual, kematian akan lebih memfokuskan pada kehidupan
batinnya, dan berusaha untuk terus mendekatkan diri kepada Allah swt.43 Sebagaimana
telah dijelaskan dalam surat Al-Ra’du ayat 28 menjelaskan bahwa orang yang selalu
mengingat Allah maka hati nya akan menjadi tenang dan tentram.4
Kualitas hidup yang buruk berdampak pada psikologis lansia. Salah satunya
adalah depresi. Pada responden penelitian ini, persentase lansia yang mengalami
depresi ringan (12,9%), depresi sedang (0,5%), depresi berat (0,5%). Pada uji bivariat,
terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup dengan depresi (p value =
0,044). Hal ini berarti, terdapat hubungan antara kemungkinan kejadian depresi
55
dengan kualitas hidup pada lansia. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Azzahro,19
bahwa terdapat hubungan tingkat depresi dengan kualitas hidup lanjut usia
di panti Werdha Darma Bhakti Pajang Surakarta.
Kejadian depresi pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kesehatan fisik
menjadi salah satunya. Menurut Kathryn, yang dikutip pada skripsi Sari, K45
, penyakit
fisik bisa mengakibatkan menurunnya kemampuan fungsional sehingga menghambat
seseorang untuk bisa melakukan kegiatan yang menyenangkan dan keterbatasan ini
mendorong terjadinya depresi. Selain itu, hubungan sosial juga mempengaruhi
kejadian depresi pada lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Saputri dan kawan-kawan
di panti Wreda Wening Wardoyo46
bahwa kejadian depresi 23,7% ditentukan oleh
dukungan sosial. Sisanya sebesar 76,3% dipengaruhi oleh faktor lain seperti
pengalaman hidup, tingkat religiusitas, faktor kepribadian, dan self-esteem. Dukungan
yang diberikan oleh keluarga, teman, maupun lingkungan sekitar memiliki arti yang
penting bagi beberapa lansia di masa tuanya, hal ini dikarenakan dengan tersedianya
dukungan sosial maka akan membuat lansia merasa dicintai, dihargai, dan diperhatikan
(Desiningrum 2014)29
sehingga dapat menurunkan kejadian depresi pada lansia.
Selain itu, tingkat religiusitas pada lansia juga mempengaruhi tingkat depresi
pada lansia. Sejalan dengan penelitian Nafa6 dalam penelitiannya, peneliti juga
mengamati lansia yang rajin dalam melaksanakan sholat, sholat berjamaah, mengikuti
ceramah agama, mengikuti pengajian lebih tenang dalam menjalani kegiatan sehari-
hari. Hubungan yang kuat antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi sejalan
juga dengan teori (Jalaaludin 2014)14
yaitu salah satu fungsi religiusitas adalah
perdamaian karena melalui agama seseorang dapat mencapai kedamaian bathin
dengan bertaubat melalui tuntunan agama.
56
4.6 Kelebihan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti meneliti kualitas hidup lansia dengan
menggunakan modifikasi kuesioner Older’s Person Quality of Life (OPQOL-35) dan
Spiritual Need Quessionare (SNQ). Di mana, di Indonesia sendiri baru 1 peneliti yang
meneliti dengan menggunakan kuesioner OPQOL-35. Penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi pendekatan berbasis spiritualitas untuk meningkatkan kualitas hidup
lansia dengan pendekatan biopsikososisospiritual.
4.7 Keterbatasan Penelitian
Pada saat melengkapi data diri responden, beberapa data diisi dengan tidak
lengkap sehingga tidak dapat dilakukan penelitian sesuai dengan jumlah
pendapatannya. Penelitian ini belum dilakukan secara multisenter, juga pengambilan
data tidak menggunakan metode random sampling.
57
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Pada karakteristik responden penelitian didapatkan mayoritas responden
perempuan (70,8%), lanjut usia (85,6%), bekerja (77,7%), dan beragama Islam.
2. Persentase kualitas hidup pada lansia secara umum adalah baik (54%) dan
buruk (46%).
3. Pada penelitian ini, rata-rata kualitas hidup lansia pada setiap domain adalah
buruk (<3,00).
4. Pada penelitian ini, mayoritas responden tidak mengalami depresi adalah
(86,1%) dan depresi ringan (12,9%).
5. Terdapat hubungan antara kemungkinan kejadian depresi dengan kualitas
hidup pada lansia.
5.2 Saran
1. Mengembangkan kembali kuesioner Older’s Person Quality of Life (OPQOL-
35), terutama pada item pertanyaan yang nilai validitasnya kurang baik.
2. Menggunakan kuesioner Older’s Person Quality of Life (OPQOL-35) untuk
mengevaluasi pasien lanjut usia setelah melakukan intervensi/perawatan di
rumah sakit.
3. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan menggunakan metode random
sampling agar dapat mewakili populasi.
4. Kepada pihak Puskesmas, membuat program perkumpulan/paguyuban para
lansia yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas ringan seperti senam lansia
setiap 2 minggu sekali, menjahit/membuat suatu karya bersama, atau aktivitas
lainnya.
5. Mengadakan kajian setiap satu minggu sekali yang memaparkan tentang ilmu
ketuhanan, ibadah, dan tentang kematian.
58
6. Kepada keluarga yang merawat lansia, memberi perhatian yang lebih berupa
kasih sayang dan mengadakan perkumpulan keluarga minimal satu minggu
sekali.
59
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Ageing and health. [Artikel]. Tersedia di
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ageing-and-health.
2018.
2. McMurdo ME. A healthy old age: realistic or futile goal? BMJ 2000;
321(7269): 1149–1151.
3. Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset Kesehatan
Dasar 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan, 2013.
4. Kementrian Kesehatan RI. Infodatin Lansia. Jakarta: Badan Litbangkes, 2017.
5. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. VI Jakarta : Interna Publishing; 2014: 3673-3678.
6. Nafa, AR. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Tingkat Depresi Lansia
Beragama Islam di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan. [skripsi]. Jakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
7. Hawari Dadang. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta
: FKUI, 2002.
8. Power MJ, et al. Quality of Life. Positive Psychological Assessmennt : A
Handbook of Models and Measures. Washington DC American Psychological
Assosiation-WHOQOL Group, 2004.
9. Azzahro,DF. Hubungan Antara Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup Lanjut
Usia di Panti Wredha Darma Bhakti Pajang Surakarta. [publikasi ilmiah].
Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2016.
10. Darmojo, Boedhi., Martono,Hadi., Buku Ajar Geriatri Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, 2006.
11. McCance, Kathryn L., Huether, Sue E. 2014. Pathofisiology The Biologic Basis
for Disease in Adults and Children 7th edition. St. Louis Missouri: Elsevier. P.
95-95.
12. Sherwood L. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. EGC : Jakarta. Ed : 8,
2014.
60
13. Burd, et al. Anabolic Resistance of Muscle Protein Synthesis With Aging.
American College of Sports Medicine : American. Exercise And Sport
Sciences Review, Vol. 41 (3): 169-173. Juli 2013.
14. Hibbert, Allison dkk. Rujukan Cepat Psikiatri. Jakarta: EGC, 1995.
15. Elvira, Sylvia, D, Hadisukanto Gitayanti. 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi
Kedua. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. hal 228-234.
16. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical
Manual of Mental Disorder Edition “DSM-5”. Washinton DC: American
Psychiatric Publishing. Washinton DC.
17. World Health Organization.WHOQOL-BREF Introduction, Administration,
Scoring and Generic Version of The Assessment, Field Trial Version. Geneva
; 1996. Terseda dari : http://www.who.int/mental_health/media/en/76.pdf
21.
18. World Health Organization Quality of Life Instrument. Tersedia dari :
http://depts.washington.edu/seaqol/WHOQOL-BREF Indonesian. The
World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)BREF. Diterjemahkan
oleh Ratna Mardiati, et al.Tersedia dari :
http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/en/indonesian_whoq
o l.
19. Bowling A, et al. A short measure of quality of life in older age: the
performance of the brief Older People’s Quality of Life Questionnaire
(OPQOL-brief). Arch Gerontologi Geriatri. 2013; 56(1): 181-187.
20. Mark Stewart. The Medical Outcome Study 36-Item-Short-Form Health Survey
(SF-36). The University of Sydney. Tersedia dari :
https://doi.org/10.1016/S0004-9514(07)70033-18.
21. The Health-Related Quality of Life (HRQoL) Instrument. Tersedia dari :
http://15d-instrument.net/15d/.
22. The Health-Related Quality of Life (HRQoL) Instrument. Tersedia dari :
http://15d-instrument.net/16d-and-17d/.
23. EQ-5D Instruments. Tersedia dari : https://euroqol.org/eq-5d-instruments/.
24. Arndt Bussinng, Xiao-fengZhai, Wen-bo-Peng, Chang-quan Ling.
Psychosocial and Spiritual Needs of Patient with Chronic Dissease : Validation
of the Chinese Version of The Spiritual Needs Questionnaire. 2013. Tersedia
dari DOI : 10.3736//jintegrmed2013020.
61
25. Geriatric Depression Scale Instrument. Tersedia dari :
http://www.stanford.edu/~yesavage/GDS.htm.
26. Hawari, Dadang. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa Perspektif Al-
Qur’an dan As-sunnah Edisi Kedua. 2015. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. hal
32-35.
27. Shofie, MW. Quality of Life Pasien Hipertensi di Posbindu Puskesmas Ciputat
dan Ciputat Timur pada Tahun 2018 : Pendekatan Biopsikososiospiritual.
[skripsi]. Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
28. Hidayati NL, Mustikasari, Putri Eka YS. Terapi individu Reminiscence
menurunkan tingkat depresi pada lansia di panti sosial. Jurnal Ners Vol.10 FIK
UI. 2015;p:223.
29. Sopiyudin, D. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 6. Jakarta:
Salemba Medika, 2014.
30. Chiquita, DD. Aktivitas Fisik, Status Kesehatan, Dukungan Sosial, dan
Kualitas Hidup Lansia Laki-laki dan Perempuan[skripsi]. Bogor: Fakultas
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor; 2017.
31. Wahyuni, SA., Harahap, J., Amelia, R., Hubungan Status Depresi dengan
Kualitas Hidup Lansia di Kota Medan. [journal]. Medan: Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, 2018.
32. Andesty, Dina, Syahrul, Fariani. Hubungan Interaksi Sosial dengan Kualitas
Hidup Lansia di Unit Terpadu (UPTD) Griya Werdha Kota Surabaya Tahun
2017. [Journal]. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga; 2018.
33. Nillson, P.M. Reducing The Risk of Stroke in Elderly Patients with
Hypertension : Clinical Review of The Efficacy of Antihypertensive drugs
[Journal]. Drugs Aging; 2005.
34. Fadhlulloh, SA., Upoyo SA., Hartanto DY. Hubungan Tingkat Ketergantungan
dalam Pemenuhan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari dengan Harga Diri
Penderita Stroke di Poliklinik Syaraf RSUD Pro. DR. Margono Soekarjo
Purwokerto. [Jurnal]. Purwokerto : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Jendral Soedirman; 2014.
35. Yusuf, HM., Kongoli, EY. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kemandirian Lansia dalam Melakukan Aktivitas Sehari-hari di Panti Sosial
Tresna Wredha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. [Jurnal]. Makasar : Fakultas
Ilmu Kesehatan; 2013.
62
36. Lestari, R., Wihastuti, AT., Rahayu, FB., Hubungan Tingkat Kecemasan
dengan Tingkat Kemandirian Activities of Daily Living (ADL) Pada anjut Usia
di Panti Werdha. [Jurnal]. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya; 2013.
37. Ratnasari, P., Kristiyawati, S. P., Solechan, A. Hubungan Ratnasari, P.,
Kristiyawati, S. P., Solechan, A. Hubungan Antara Tingkat Activity Daily
Living dengan Depresi pada Pasien Stroke di RSUD Tugerejo Semarang.
Semarang : STIKES; 2011.
38. Potter, P. A dan Perry, A. G. Fundamental of Nursing: Consepts, Process, and
Practice (4th
Edition). St Louis, MI: Elsevier Mosby; 2005.
39. Buchardt, M. A., Nagai-Jacobson, M. G. Spirituality and Health. In Holistic
Nursing A Handbook For Practice (4th
Ed). Massachussetts : Jones and Bartlett
Publisher; 2005.
40. Bussing, A., Balzat, H., Heusser, P. Spiritual Needs of Patient with Chronic
Pain Diseases and Cancer-Validation of the Spiritual Need Questionnare. Eur
J Med Res; 2010; 15;266-273.
41. Nuraeni, A., Nurhidayah, I., Hidayati, N., dkk. Kebutuhan Spiritual pada
Pasien Kanker. [journal]. Bandung : Fakultas Keperawatan Universitas
Padjajaran; 2015.
42. Mulia, DV., Gunawan Indra., Suryawati. Perawatan Pasien Kemoterapi :
Strategi Koping Religius Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup. [journal].
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2018.
43. Munawarah, Siti., Rahmawati, Devi., Setiawan, Herry. Spiritualitas dengan
Kualitas Hidup Lansia. [journal]. Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat; 2018.
44. Anafianti, S. Pengaruh Intensitas Melaksanakan Shalat Fardhu Terhadap
Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial
Lanjut Usia “Bisma Upakara” Pemalang. [skripsi]. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang; 2016.
45. Departemen Agama RI. AL-Quran dan Terjemahannya. Bandung : CV
Diponegoro; 2012.
46. Sari, K. Gambaran Tingkat Depresi pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. [skripsi]. Depok : Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia; 2012.
63
47. Saputri, Widya, AM., Indrawati SE,. Hubungan Antara Dukungan Sosial
dengan Depresi pada Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Wreda Wening
Wardoyo Jawa Tengah. [skripsi]. Semarang : Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro; 2011
64
Lampiran 1
Surat Perizinan Penelitian
65
66
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Etik
67
Lampiran 3
Lembar Persetujuan Responden
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Dengan menandatangani lembar ini, saya :
Nama :
…………………………………………………………………………………………
Usia :
………………………………………………………………………………………....
Alamat :
…………………………………………………………………………………….......
Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
“QUALITY OF LIFE AMONG GERIATRI PATIENTS IN DEGENERATIVE
DISEASES: A HOLISTIC APPROACH IN SOUTH TANGERANG PUBLIC
HEALTH CENTRE” yang akan dilakukan oleh tim peneliti dari Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang diketuai oleh dr. Femmy Nurul
Akbar, SpPD-KGEH. Saya telah mendapat penjelasan bahwa jawaban kuesioner ini
hanya digunakan untuk keperluan ilmiah dan saya secara suka rela bersedia menjadi
responden penelitian ini.
Tangerang,
……………………………………2018
Tim Peneliti,
Yang Menyatakan
(……………………………………....)
(...................................)
68
Lampiran 4
Lembar Kuesioner
GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS) SHORT FORM
Indonesian Translation Translated and Back Translated by: Karel Karsten Himawan, M.Psi.
Pilihlah jawaban yang paling tepat sesuai dengan apa yang telah Anda rasakan selama 1 (satu) minggu terakhir:
1. Pada dasarnya apakah Anda merasa puas dengan hidup Anda? YA TIDAK
2. Apakah Anda mengurangi banyak kegiatan dan minat Anda? YA TIDAK
3. Apakah Anda merasa hidup Anda hampa? YA TIDAK
4. Apakah Anda sering merasa bosan? YA TIDAK
5. Apakah biasanya Anda memiliki semangat yang bagus? YA TIDAK
6. Apakah Anda merasa takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada YA TIDAK
Anda?
7. Apakah biasanya Anda merasa bahagia YA TIDAK
8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK
9. Apakah Anda lebih memilih tinggal di rumah (kamar), daripada pergi keluar YA TIDAK
dan melakukan hal-hal yang baru?
10. Apakah Anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan YA TIDAK
Anda dibandingkan kebanyakan orang?
11. Apakah menurut Anda sangat menyenangkan bisa hidup hingga sekarang YA TIDAK
ini?
12. Apakah Anda merasa sangat tidak berharga dengan kondisi Anda YA TIDAK
sekarang?
13. Apakah Anda merasa penuh semangat? YA TIDAK
14. Apakah Anda merasa keadaan Anda tidak ada harapan? YA TIDAK
15. Menurut Anda, apakah kebanyakan orang lebih baik daripada Anda? YA TIDAK
TOTAL SKOR: ___ /15
69
KUESIONER PENILAIAN KUALITAS HIDUP ORANG LANJUT USIA (OPQOL-35)
1
Kualitas hidup secara umum: Sangat Baik Baik Cukup Buruk
Sangat
Buruk
2
KEHIDUPAN SECARA UMUM SS S R TS STS
1
2 Saya merasa bahagia setiap saat
3 Saya senang menunggu sesuatu
4 Saya kecewa dengan kehidupan saya
SS S R TS STS
5 Saya memiliki kekuatan fisik yang baik
6 Rasa sakit mempengaruhi kesejahteraan saya
7
8
SS S R TS STS
9
10
11
12
13
SS S R TS STS
14
15
16
Keberadaan anak di sekeliling saya, memiliki arti
penting bagi saya
KEMERDEKAAN, KONTROL ATAS HIDUP DAN KEBEBASAN
Saya cukup sehat untuk memiliki kebebasan diri
Saya dapat membahagiakan diri sendiri dengan apa
yang saya lakukan
Saya merasa hidup saya terbatas saat membeli barang
dengan pendapatan atau uang pensiun saya
Saya ingin bersama lebih banyak orang untuk
menikmati hidup
Beri tanda centang (?) pada kotak yang tersedia di setiap baris.Keterangan: SS=sangat setuju; S=setuju; R=ragu-ragu; TS=tidak setuju; STS=sangat tidak setuju.
Secara umum, saya menikmati hidup saya
KESEHATAN
Masalah kesehatan saya membatasi saya dalam
merawat diri dan rumah
Saya merasa cukup sehat untuk keluar rumah dan
melakukan sesuatu
HUBUNGAN SOSIAL
Keluarga, teman atau tetangga saya, mau membantu
saya saat saya membutuhkannya
Saya lebih suka ditemani atau berinteraksi dengan
orang lain
Saya memiliki seseorang yang memberikan saya cinta
dan kasih sayang
Berikan indikasi sejauh mana Anda setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut:
RAHASIA No. Kuesioner:
Kami akan bertanya tentang kualitas hidup Anda:
Beri tanda centang (?) pada kotak yang tersedia. Tidak ada jawaban benar atau salah. Silahkan
memilih respon yang paling menggambarkan diri dan pandangan Anda.
Pikirkan tentang hal-hal baik ataupun buruk yang mempengaruhi kualitas hidup Anda, lalu nilailah kualitas
hidup Anda secara umum
70
17
SS S R TS STS
18
19
20
21
SS S R TS STS
22
23
24
25
SS S R TS STS
26
27
28 Saya mampu membeli sesuatu yang saya inginkan
29 Saya tidak mampu melakukan sesuatu yang saya sukai
SS S R TS STS
30
31
32
33
34
35
SS S R TS STS
36
37
38
39
Saya jarang berdo'a untuk kesembuhan penyakit saya
Saya senang membaca buku-buku keagamaan
Saya sering berdoa untuk kesehatan dan kedamaian
hidup saya
KEGIATAN WAKTU SENGGANG
Saya memiliki aktivitas sosial dan hobi untuk mengisi
waktu senggang
Saya berusaha untuk terlibat dalam suatu kegiatan
untuk mengisi waktu luang
Saya tetap melakukan pekerjaan sesuai peran saya baik
dibayar ataupun tidak
Tanggungjawab saya kepada orang lain membatasi
aktivitas sosial dan waktu senggang saya
Bagi saya, agama, keyakinan atau filosofi adalah hal
penting bagi kualitas hidup saya
Bagi saya, budaya/acara-acara keagamaan/festival
adalah hal penting dalam kualitas hidup saya
TERIMA KASIH
SPIRITUALITAS DALAM MASALAH KESEHATAN
Saya senang melakukan ibadah sebagai cara
mendekatkan diri kepada Tuhan
Saya memiliki cukup uang untuk membayar biaya
kerusakan kecil rumah atau menolong orang yang
membutuhkan
Saya merasa aman di lingkungan tempat saya tinggal
Toko-toko lokal, pelayanan jasa dan fasilitas di sekitar
rumah secara umum baik
Saya merasa senang berada di rumah saya
Saya memiliki lingkungan tetangga yang ramah
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DAN EMOSIONAL
Saya menjalani hidup seperti apa adanya dan berusaha
melakukan yang terbaik
Saya merasa beruntung dibandingkan dengan orang lain
Saya selalu melihat sisi baik dari sesuatu
Jika masalah kesehatan membatasi aktivitas sosial dan
waktu senggang saya, maka saya berusaha mengerjakan
hal lain yang mampu saya lakukan
KONDISI KEUANGAN
Saya memiliki uang yang cukup untuk membayar
tagihan-tagihan rumah tangga
RUMAH DAN LINGKUNGAN TETANGGA
Saya dapat mengontrol penuh hal-hal penting dalam
hidup saya
71
40
41
42
43
44
45
46
Saya tetap merasa optimis bisa sembuh dari sakit yang
saya derita
Saya menyadari bahwa kematian hakikatnya adalah
kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
Saya ingin meninggal dunia dalam keadaan baik dan
damai
Saya sering merenung/bermuhasabah atas sakit yang
saya derita
Saya meyakini bahwa sakit yang saya derita sebagai
hukuman Tuhan kepada saya
Saya percaya sakit yang diberikan Tuhan kepada saya
dapat menggugurkan dosa-dosa saya
Saya merasa dengan sakit ini, sebenarnya Tuhan
menyayangi saya
72
Lampiran 5
Riwayat Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ratu Nadia Cahyaningtias
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Serang, 18 Januari 1998
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bhayangkara Perumahan Grand Serang Asri Blok O
No. 12
Nomor Telepon/HP : 087771030727
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. RA Al-Amanah : (2004-2005)
2. SDN Cibojong 1 : (2005-2010)
3. SMPN 1 Kota Serang : (2011-2013)
4. SMAN CMBBS : (2013-2016)
5. FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : (2016-sekarang)
Riwayat Organisasi : Anggota Majelis Permusyawarahan Kelas Periode 2013-2014
Anggota Majelis Permusyawarahan Kelas Periode 2014-2015
Wakil Koordinator Acara Semalam Di CMBBS 2013
Wakil Ketua Big Family IPA 3
Anggota Departemen Kasprof DEMA FK UIN 2016
Anggota SCORP CIMSA UIN 2016