hubungan kecakapan dalam kecerdasan ... putri amelia...dengan cara berinteraksi anak-anak tersebut...
TRANSCRIPT
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 1
Hubungan Kecakapan dalam Kecerdasan Interpersonal dengan Kepercayaan Diri
Anak Usia Dini di Seluruh TK Kec. Sungai Gelam
HUBUNGAN KECAKAPAN DALAM KECERDASAN INTERPERSONAL
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA DINI
DI TK KECAMATAN SUNGAI GELAM
Putri Amelia
Program Studi PG-PAUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Jambi
ABSTRAK
Putri Amelia. 2017. “Hubungan kecakapan dalam Kecerdasan Interpersonal
dengan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini di Tk Kecamatan Sungai
Gelam”. Skripsi. Pendidikan Guru Pendidiikan Anak Usia Dini.
Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Jambi. Pembimbing I
Dr. Drs. H. Hendra Sofyan, M.Si, Pembimbing 2 Dr. K.A Rahman,
M.Pd.I
Permasalahan yang dialami oleh beberapa murid di TK, terdapat anak
yang masih kurang berani berinteraksi dengan temannya yang lain. Sehingga
anak-anak tersebut berani berinteraksi hanya dengan teman dekatnya dalam
mengungkapkan sesuatu. Karena, guru kurang memberikan motivasi untuk bisa
berinteraksi. Dengan cara berinteraksi anak-anak tersebut bisa mengungkapkan
ide-idenya lewat teman, guru, dan orang tuanya dan juga anak akan merasa
mempunyai harga diri sehingga mereka menjadi percaya diri di lungkungan
sekolah maupun di lingkungan sekitarnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kecakapan dalam
kecerdasan interpersonal dengan kepercayaan diri anak usia dini di TK Kec.
Sungai Gelam Tahun Ajaran 2016/2017.
Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif korelasional, untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel yang
satu dengan variabel yang lain, berdasarkan koefisien korelasi. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 6 TK yaitu 100 anak dari 401 anak
yang di ambil 25%.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai L hitung uji normalitas Lo <
Ltabel, untuk data angket kecerdasan interpersonal Lo (0.0,0796) < Ltabel
(0,0886), sedangkan data kepercayaan diri didapat Lo (0,0732) < Ltabel (0,0886).
Dengan menggunakan rumus (n-2) 100-2 = 98 pada α = 0,05, maka dengan dk
98, untuk uji dua pihak t 0,95 = 1,7081 mudah dilihat bahwa 4,6129 >
1,6606 maka terdapat hubungan kecakapan dalam kecerdasan interpersonal
dengan kepercayaan diri anak usia dini di TK Kecamatan Sungai Gelam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kecakapan dalam
kecerdasan interpersonal dengan kepercayaan diri anak usia dini di TK
Kecamatan Sungai Gelam.
Kata Kunci: Kecerdasan Interpersonal, Kepercayaan Diri
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada
masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang
mengalami masa cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Sehingga
pada masa tersebut sangatlah tepat untuk diberikan stimulasi atau pendidikan bagi
anak usia dini.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pada bab I pasal I ayat 14
bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Menurut Andin Sefrina kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan yang
berkaitan erat dengan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan
berhubungan dengan orang lain. Meskipun kecerdasan interpersonal sangat
menyenangkan, stimulasi ke arah tersebut sering tidak optimal. Di sekolah
pendidik sering lebih menekankan kemandirian dari pada kerja sama.kegiatan-
kegiatan proyek (yang mengkondisikan anak bekerjasama) jarang dilakukan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di TK Kecamatan
Sungai Gelam pada tanggal 18 Febuari 2017, ditemukan bahwa terdapat
permasalahan yang dialami oleh beberapa anak di TK tersebut, dari hasil
observasi tersebut terdapat anak yang masih kurang berani berinteraksi dengan
temannya yang lain. Sehingga anak-anak tersebut berani berinteraksi hanya
dengan teman dekatnya dalam mengungkapkan kalimat yang berinteraksi sesama
teman. Karena, anak belum termotivasi untuk bisa berinteraksi. Dengan cara
berinteraksi anak-anak tersebut bisa mengungkapkan ide-idenya lewat teman,
guru, dan orang tuanya dan juga anak akan merasa mempunyai harga diri
sehingga mereka menjadi percaya diri di lungkungan sekolah maupun di
lingkungan sekitarnya. Namun juga terdapat beberapa anak yang memiliki cara
berinteraksi yang baik dan memiliki jiwa sosial yang baik pula.
Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “HUBUNGAN
KECAKAPAN DALAM KECERDASAN INTERPERSONAL DENGAN
KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA DINI DI TK KECAMATAN SUNGAI
GELAM ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka identifikasi masalah
penelitian ini dapat diidentifikasikan yaitu:
1. Anak masih kurang bisa menunjukkan rasa percaya dirinya.
2. Guru yang kurang mendukung setiap perkembangan kecerdasan anaknya.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu
diadakan pembatasan masalah agar penelitian lebih fokus dalam menggali dan
menjawab permasalahan yang ada yaitu:
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 3
1. Peneliti memfokuskan penelitian ini pada kecakapan dalam kecerdasan
interpersonal anak
2. Perkembangan rasa percaya diri.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan kecakapan dalam
kecerdasan interpersonal dengan kepercayaan diri anak usia dini di TK
Kecamatan Sungai Gelam Tahun Ajaran 2016/2017?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
Menganalisis hubungan kecakapan dalam kecerdasan interpersonal dengan
kepercayaan diri anak usia dini di TK Kecamatan Sungai Gelam Tahun Ajaran
2016/2017.
F. Manfaat Penelitian
1. Anak
Anak bisa memahami dirinya sendiri dan orang lain. Dan anak bisa
menempatkan posisinya dimana pun ia berada di dekat teman yang lagi sedih
maupun senang.
2. Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan formal, hasil penelitian ini dapat menjadi
masukan dalam rangka perbaikan proses belajar anak akan maju dan lebih
meningkat.
3. Orang tua
Orang tua lebih memahami gaya pengasuhan yang seperti apa yang bagus
untuk diterapkan kepada anaknya supaya anak menjadi anak yang mandiri,
percaya diri dan memiliki rasa empati.
4. Guru
Guru lebih mengetahui setiap perkembangan anak dan guru bisa menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.
G. Anggapan Dasar
1. Hubungan kecakapan dalam kecerdasan interpersonal sangat erat dengan
kepercayaan diri anak usia dini
2. Guru yang memahami perkembangan kecakapan dalam kecerdasan
interpersonal anak.
H. Hipotesis Penelitian Terdapat hubungan kecakapan dalam kecerdasan interpersonal dengan
kepercayaan diri anak usia dini di TK Kec. Sungai Gelam.
I. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan dan kesalahan pemah aman tentang judul
dari penelitian ini maka penjelasan istilah yang di gunakan adalah sebagai
berikut:
1. Menurut peneliti dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 4
kecerdasan adalah ungkapan dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan
modalitas belajar, hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas
belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemmrosesan dan
komunikasi.
2. Menurut peneliti dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan
interpersonal adalah kemampuan anak untuk bisa berinteraksi atau
bersosialisasi dengan baik, baik itu disekolah maupun dilingkungansekitar.
3. Menurut peneliti dalam penelitian ini yang dimaksud dengan percaya diri
(Self-confidence) adalah sikap seseorang yang mempunyai keberanian untuk
melakukan sesuatu tanpa ada rasa takut di dalam dirinya dan juga dapat
menentukan pilihan yang sesuai dengan kehendak sendiri.
J. Kerangka Berpikir
Variabel X Variabel Y
xy
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kecakapan dalam Kecerdasan Interpersonal
1. Pengertian Kecakapan
Asen (2009:6) “menyatakan pengenalan kecakapan hidup terhadap peserta
didik bukanlah untuk mengganti kurikulum, akan tetapi untuk melakukan
reorientasi terhadap kurikulum yang ada sekarang agar benar-benar dapat
merefleksikan nilai-nilai kehidupan nyata. Jadi, pendidikan kecakapan hidup
merupakan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara kurikulum dengan
tuntutan kehidupan nyata, dan bukan untuk merombaknya”. Penyesuaian-
penyesuaian kurikulum terhadap tuntutan kehidupan perlu dilakukan mengingat
kurikulum memang dirancang permata pelajaran yang belum tentu sesuai dengan
tuntutan kehidupan nyata yang umumnya bersifat utuh. Selain itu, kehidupan
memilki karakteristik untuk berubah, sehingga sudah sewajarnya jika kurikulum
perlu didekatkan dengan kehidupan nyata.
2. Pengertian Kecerdasan
Menurut Sujiono (2010-48) “Kecerdasan merupakan kemampuan yang
tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Tingkat kecerdasan dapat membantu
seseorang dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul dalam
kehidupannya. Kecerdasan sudah dimiliki sejak manusia lahir dan terus
menerus dapat dikembangkan hingga dewasa pengembangan kecerdasan
akan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan
melalui pemberian stimulasi pada kelima panca indranya”.
Menurut Sternberg dalam Papalia (2008) Mendefinikan kecerdasan
“sebagai sekelompok kemampuan mental yang di perlukan oleh anak atau orang
dewasa untuk menyesuaikan diri dengan konteks lingkungan dan juga untuk
memilih dan membentuk konteks di tempat mereka tinggal dan beraksi”.
Dapat disimpulkan dari pendapat dia atas kecerdasan adalah kemampuan
yang dimiliki seseorang sejak manusia lahir dan terus menerus dapat
dikembangkan hingga dewasa pengembangan kecerdasan akan lebih baik jika
Kecakapan dalam
Kecerdasan Interpersonal
Percaya diri (self-confidence)
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 5
dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan melalui pemberian stimulasi pada
kelima panca indranya.
3. Kecerdasan Interpersonal
Menurut Amstrong dalam Musfiroh (2005) Kecerdasan interpersonal di
definisikan sebagai “kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana
hati, maksud, motivasi,serta perasaan orang lain, serta kemampuan
memberikan respons secara tepat terhadap suasana hati, temperamen,
motivasi dan keinginan orang lain. Dengan kemampuannya, anak yang
cerdas interpersonal dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,
menangkap maksud dan motivasi orang lain bertindak sesuatu (bahkan
yang tidak dikatakan), serta mampu memberikan tanggapan yang tepat
sehingga orang lain merasa nyaman”.
4. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol sangat senang
bergaul dangan orang lain dan banyak memiliki teman sebaya. Anak tampak lebih
menikmati saat-saat bermain dengan teman sebaya dibanding bila bermain sendiri.
Selain itu kecerdasan interpersonal digambarkan melalui ciri-ciri, seperti
mudah: (1). Berhubungan dengan orang lain; (2). Berteman dan memiliki banyak
teman; (3). Menikmati suasana ketika berada di tengah orang banyak; (4).
Membaca maksud hati orang lain; (5). Berkomunikasi; (6). Menengahi
pertengkaran; (7). Menjadi pemimpin di sekolah ataupun di rumah.
Dapat di simpulkan dari pendapat diatas bahwa karakteristik anak adalah
kemampuan yang dimiliki anak untuk memiliki sifat empati dan simpati pada
orang lain, memiliki banyak teman, memberikan perhatian kepada orang lain,
berkomunikasi dan menjadi pemimpin di sekolah ataupun di rumah.
5. Jenis – Jenis Kecerdasan Interpersonal Menurut Gardner dan Checkley dalam Nadhiroh (2015:14) Kecerdasan
interpersonal adalah “kemampuan memahami pikiran, sikap, dan perilaku orang
lain.kecerdasan ini merupakan kecerdasan dengan indikator-indikator yang
menyenangkan bagi orang lain”.
Kecerdasan ini melibatkan penggunaan berbagai keterampilan verbal dan
nonverbal,kemampuan kerjasama,manajemen konflik,strategi membangun
konsesus,kemampuan untuk percaya,menghormati,memimpin dan memotivasi
orang lain untuk mencapai tujuan umum. Orang yang memiliki kecerdasan
interpersonal/sosial menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok
(bekerja kelompok),belajar sambil berinteraksi dan bekerjasama,juga kerap
merasa senang bertindak sebagai penengah atau mediator dalam perselisihan.
Dengan demikian, kecerdasan interpersonal melibatkan banyak kecakapan, yaitu
sebagai berikut:
a. Empati
Yaitu kemapuan memosisikan diri berada pada perspektif orang lain
ketika berdiskusi tentang sesuatu khususnya jika ingin berkolaboratif
dengan orang tersebut membuat keputusan atau menyelesaikan
konflik,mengajukan pertanyaan untk mengetahui apa sebenarnya yang
diinginkan oleh orang tersebut dalam suatu situasi membandingkan
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 6
keinginan kita dengan keinginan orang lain kemudian mencari
kesamaan yang dapat dikompromikan.
b. Kepemimpinan
Yaitu kemampuan mengorganisasi kelompok orang menuju sesuatu
tujuan bersama. Kemampuan untuk dapat merasakan perasaan orang
lain, mengakibatkan anak yang berkembang dalam kecerdasan
interpersonal mudah mendamaikan konflik.
c. Kepekaan
Yaitu kemapuan mengenali dan membaca pikiran orang lain. Anak-
anak yang berkembang pada kecerdasan interpersonal akan peka
terhadap kebutuhan orang lain.
d. Sosialisasi
Yaitu kemampuan berteman atau menjalin kontak. Orang yang
memiliki kecerdasan interpersonal yang kuat sangat senang
berinteraksi dengan orang lain, mampu beradaptasi, dan bersama-sama
dengan orang lain sehingga memiliki banyak teman.
6. Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal dibutuhkan oleh anak terkait dengan
hubungannya dengan orang lain. Tanpa kecerdasan ini, anak akan kesulitan
beradaptasi. Maka itu ada baiknya orang tua melakukan stimulasi pada kecerdasan
ini untuk anak. Berikut ini cara yang bias dilakukan untuk menstimulasi
kecerdasan interpersonal:
1. Ajarkan pada anak untuk berkenalan dengan orang baru yang ditemui.
Anak akan belajar untuk memulai berinteraksi dengan orang lain, baik
orang yang lebih tua, lebih muda, atau sebaya dengannya. Tunjukkan
pada anak cara berinteraksi dengan orang lain dengan tingkatan umur
yang berbeda.
2. Libatkan anak dalam suatu perkumpulan yang sesuai dengan upaya.
3. Motivasi anak untuk membentuk kelompok belajar
Kelompok belajar dapat menjadi salah satu fasilitas bagi anak untuk
berbagi berbagai macam hal khusunya yang berhubungan dengan
pelajaran sekolah. Anak dapat mengajarkan beberapa hal kepada teman
sebayanya, begitu sebaliknya. Mereka juga dapat melakukan diskusi
serta bertukar pikiran mengenai banyak hal. Kelompok belajar juga
berfungsi sebagai support group atau kelompok pendukung bagi anak,
karena apabila anak mengalami kesulitan anak dapat meminta bantuan
langsung pada kelompok belajarnya.
4. Berikan permainan yang bersifat interaktif (dua arah)
Saat ini banyak permainan computer yang sifatnya interaktif dan
memberikan respons ketika dimainkan sehingga anak akan belajar
bagaimana harus bereaksi terhadap respons dari permainan tersebut.
Namun meskipun bersifat interaktif, permainan ini kadang belum
mewakili intraksi dengan orang sebenarnya, lakukan permainan
interaktif lainnya.
5. Ajak anak ke acara yang melibatkan banyak orang
Ajak anak ke acara bakti sosial untuk menunjukkan makna kepedulian
terhadap orang lain. Ajak anak berinteraksi dengan orang-orang
disekitarnya. Selain itu, bila diundang ke acara itu dan fasilitasi
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 7
persiapannya. Biarkan anak mengikuti acaranya dan berinteraksi
dengan orang lain.
7. Indikator Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini
Anak-anak yang berkembang dalam kecerdasan interpersonal peka
terhadap kebutuhan orang lain. Apa yang dimaksud, dirasakan, direncanakan, dan
diimpikan orang lain dapat ditangkap melalui pengamatan terhadap kata-kata,
gerak-gerik, gaya bicara dan sikap orang lain. Mereka akan bertanya, memberi
perhatian, atau memberikan bantuan yang dibutuhkan.
B. Percaya Diri
1. Pengertian Percaya Diri
Percaya diri merupakan suatu gambaran pemikiran dan perasaan
keyakinan, kesanggupan maupun keberanian seseorang terhadap kemampuan diri
yang dimilikinya, meliputi kemampuan intelektual, sikap, perasaan, kekuatan
fisik, dan penampilan diri. “Pembentukan percaya diri ini sangat bergantung pada
suara hati yang dipengaruhi oleh gabungan keyakinan karakteristik fisik,
psikologis, sosial, aspirasi, prestasi, dan bobot emosional yang menyertainya”
(Surya, 2010: 47).
Suyadi (2013:68) menjelaskan pengertian kecerpayaan diri adalah “sebuah
perasaan dimana anak mempunyai keyakinan tentang dirinya sendiri. Perasaan ini
juga dikembangkan dari interaksi dengan orang lain, yakni dari respon orang lain
terhadap dirinya”.
Dapat disimpulkan dari pendapat di atas adalah sebuah perasaan dimana
anak mempunyai keyakinan tentang dirinya sendiri kayakinan tersebut bagian dari
perkembangan perilaku sosial yang perlu ditumbuh-kembangkan pada anak sejak
usia dini agar anak mampu dalam berinteraksi pada orang lain dan lingkungan di
sekitar anak.
2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Menurut Lautser (dalam Ghufron dan Risnawati 2012: 35) “Orang yang
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi pada umumnya mudah bergaul secara
fleksibel, mempunyai toleransi yang cukup baik, bersikap positif, dan tidak
mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak serta mampu menentukan
langkahlangkah dalam menyelesaikan suatu masalah”.
Tipe-tipe orang yang mempunyai rasa percaya diri tinggi akan terlihat
lebih tenang, tidak merasa takut, dan mampu memperlihatkan kepercayaan dirinya
setiap saat. Selain itu, orang yang mempunyai rasa percaya diri yang besar, dia
yakin dengan kemampuan yang dia miliki, sehingga dia percaya bahwa dia bisa
melakukan suatu hal dengan segala kemampuan yang dia milki. Lautser juga
menyebutkan orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah:
1. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya. Ia
mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.
2. Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan
kemampuannya.
3. Objektif
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 8
Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran
yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya
sendiri.
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung segala sesuatu
yang telah menjadi konsekuensinya.
5. Rasional dan realistis
Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal dan
suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal
dan sesuai dengan kenyataan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek
percaya diri adalah sifat yang dimiliki seseorang yang memiliki aspek-aspek
keyakinan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.
3. Karakteristik Percaya Diri Pada Anak Usia Dini
Menurut Lauster (2013:68) “ciri-ciri dari kepercayaan diri yaitu tidak
mementingkan diri sendiri, cukup toleran, tidak membutuhkan dukungan orang
lain secara berlebihan, bersikap optimis, dan gembira”
Menurut Lie (2003:4) menyatakan sejumlah karakteristik yang
mencerminkan percaya diri. Adapun karakteristik tersebut, antara lain:
1. Yakin kepada diri sendiri
Memiliki keyakinan kepada diri sendiri yakni memiliki keberanian untuk
melakukan sesuatu dan menentukan pilihan sesuai dengan kehendak sendiri
serta bertanggung jawab atas konsekuensi yang muncul.
2. Tidak tergantung pada orang lain
Anak yang tidak tergantung kepada orang lain terbiasa mengambil keputusan
sendiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Anak yang tidak tergantung
pada orang lain berarti memiliki inisiatif karena anak terdorong untuk
melakukan segala sesuatu atas kehendak sendiri.
3. Merasa berharga
Harga diri anak terbangun ketika anak dianggap penting dan istimewa.
Penghargaan tidak harus berwujud materi, tetapi dapat berupa pujian,
sanjungan, atau mimik wajah yang menunjukkan kegembiraan.
4. Memiliki keberanian untuk bertindak
Keberanian berarti melakukan tindakan walaupun merasa takut, satu-satunya
cara untuk menghilangkan rasa takut adalah bertindak dan menghadapi
ketakutan tersebut.
Berdasarkan dari beberpa karakteristik percaya diri menurut para ahli,
dapat disimpulkan karakteristik anak yang percaya diri yaitu anak dapat
disimpulkan karakteristik anak yang percaya diri yaitu anak dapat bersosialisasi,
anak mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi, merasa berharga, mampu
bertindak, yakin pada diri sendiri.
4. Cara Meningkatkan Percaya Diri Anak
Pengalaman-pengalaman permulaan anak merupakan landasan bagi
pembentukan perasaan puas dan percaya diri karena anak mendapatkan
keinginannya dan anak terpuaskan oleh karenanya. Bahkan ketika anak
memperoleh respon yang layak dari orang tua (orang dewasa), serta ketika anak
memperoleh pengalaman sensori yang terpuaskan maka kebutuhan anak semakin
terpenuhi.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 9
Dengan demikian, anak telah memperoleh penanaman fondasi untuk
percaya diri dan rasa aman. Sekedar contoh, anak mendapat makanan ketika dia
lapar; anak diberi perhatian ketika memerlukannya. Respon orang tua dan orang
dewasa seperti ini menyebabkan anak merasa lingkungannya/dunianya adalah
tempat yang aman bagi mereka dan anak merasa serba bisa (mampu) dalam
menghadapi lingkungannya dengan jaminan sikap dan perasaan yang ditunjukkan
oleh orang tua/orang dewasa. Dengan demikian, anak akan berani dan tidak gentar
menghadapi permasalahan hidup sehari-hari.
Menurut Timothy Wibowo (2012:12) ada tujuh cara meningkatkan
kepercayaan diri pada anak, yaitu:
a. Mengevaluasi pola asuh
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan
anak. Hasil dari pola asuh yang demokratis akan menghasilkan karakteristik
anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan
teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan
kooperatif terhadap orang lain.
b. Memberikan pujian yang tepat
Memberikan pujian baik untuk anak, namun jangan berlebihan. Anak-anak
merasa lebih senang dan mampu menghadapi tantangan ketika mereka
mendapat pujian atas usahanya.
c. Membuat agenda sosialisasi
Belajar atau melatihnya untuk peduli dan berbagi terhadap sesama merupakan
cara yang baik untuk melatih kepercayaan diri anak. Dengan demikian mereka
akan mempunyai kepekaan dan empati yang baik terhadap lingkungan sosial.
d. Kenalkan anak pada beragam karakter melalui cerita
Melalui kegiatan bercerita, kepercayaan diri anak dapat ditingkatkan. Setelah
diberi contoh dan dibiasakan, anak akan lebih percaya diri ketika bercerita
didepan kelas dan mampu mengungkapkan pendapatnya dengan baik.
e. Bermain peran
Bermain peran melatih anak berkomunikasi interpersonal. Memperagakan
perbincangan via telepon dengan pendengar suportif diujung lain dapat
menghindarkan anak dari rasa tertekan seperti jika melakukan pembicaraan
tatap muka.
f. Biarkan kesalahan terjadi dan berikan resiko teringan
Memberikan dukungan pada anak untuk mencoba hal baru, selama hal
tersebut tidak membahayakan dirinya dan mengurangi campur tangan untuk
menjadi problem solving dalam tantangan baru yang sedang dihadapi anak.
g. Memahami kepribadian anak
Dengan memahami kepribadian anak berarti orang tua telah berusaha mengerti
dan memahami anak, orang tua bisa jauh lebih mudah untuk memahami
seorang anak dengan memperhatikan tipologi kepribadiannya.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Percaya Diri Anak
Menurut Setiti dalam Ningsih (2014, 20-22) menjelaskan bahwa percaya
diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Berikut penjabaran dari kedua faktor tersebut:
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 10
1. Faktor internal, meliputi:
a. Konsep Diri
Terbentuknya kepercayaan diri seseorang diawali dengan perkembangan
konsep diri yang diperoleh dari pergaulan dalam suatu kelompok. Pergaulan
yang baik dan positif akan menunjukkan konsep diri yang positif, sedangkan
pergaulanyang kurang baik dan negatif akan menghasilkan konsep diri yang
negatif pula. Apabila interaksi yang dihasilkan menjadi konsep diri yang
positif, maka kepercayaan diri seseorang akan muncul dengan baik pula.
b. Harga Diri
Seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung melihat dirinya sebagai
seseorang yang percaya bahwa usahanya akan berhasil dan mudah menerima
orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri.
c. Kondisi Fisik
Cacat atau kelainan fisik tertentu, seperti cacat anggota tubuh atau rusaknya
salah satu indera merupakan kekurangan yang terlihat jelas oleh orang lain.
d. Pengalaman Hidup
Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman. Pengalaman hidup yang
mengecewakan adalah penyebab utama timbulnya rasa rendah diri.
2. Faktor eksternal, meliputi:
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkatan
kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan
orang tersebut merasa dibawah kekuasaan orang yang lebih pandai darinya.
b. Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan kemandirian serta rasa percaya
diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan
melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota
keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memeberi rasa nyaman
dan percaya diri yang tinggi
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor
yang mempengaruhi rasa percaya diri pada individu, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi konsep diri, harga diri, keadaan fisik, dan
pengalaman hidup. Sementara itu, faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan,
dan lingkungan.
C. Kaitan Kecerdasan Interpersonal Dengan Percaya Diri (Self-Confidence)
Anak Usia Dini
Kecerdasan interpersonal, adalah kemampuan untuk berhubungan dengan
orang-orang di sekitarnya, bisa merasakan secara emosional, memperkirakan
secara temperamen suasana hati, dan maksud serta kehendak orang lain.
Suyadi (2013) “menjelaskan pengertian kecerpayaan diri adalah sebuah
perasaan dimana anak mempunyai keyakinan tentang dirinya sendiri. Perasaan ini
juga dikembangkan dari interaksi dengan orang lain, yakni dari respon orang lain
terhadap dirinya”.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 11
Surya (2009) yang berpendapat hubungan positif yang signifikan antara
kecerdasan interpersonal dengan kepercayaan diri siswa.kepercayaan diri
juga dipengaruhi oleh kemampuan bersosialisasi atau bergaul. Kebiasaan
menutup diri atau kurangnya kebebasan untuk menjalin hubungan dengan
lingkungan sosial, maka tentu akan berdampak pada perkembangan
psikososial seseorang.
Kesimpulan dari pendapat di atas Hubungan kecerdasan interpersonal
dengan rasa percaya diri pada anak adalah berinteraksi atau bersosialisasi dengan
orang lain, lingkungan sekitar harus memiliki keyakinan tentang diri sendiri,
keberanian, mampu berinteraksi sosial dengan baik. Maka dari pendapat di atas
terdapat pada anak self-confidence karena pada anak self-confidence mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi.
D. Penelitian Yang Relevan
Bahasan Hasil Penelitian Relevan Yang peneliti Temui adalah:
1. Penelitian Candra Wikan Rahmawati, (2015), skripsi dengan judul “
identifikasi kecerdasan interpersonal anak usia 4-5 tahun di TK Sido Mukti
kecamatan mantrijeron kota Yogyakarta” Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kecerdasan interpersonal anak usia4-5 tahun di TK Gugus Sido Mukti
Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta termasuk dalam kriteria baik. Hasil
tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar (54,89% dari total keseluruhan
anak) kecerdasan interpersonal anak termasuk dalam kriteria baik. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya stimulasi yang
diberikan pada anak dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan
perbedaan karakteristik individu serta lingkungannya yang mempengaruhi
perbedaan perilaku individu.
2. Penelitian Puji Maharani (2014), Skripsi dengan judul “ pengembangan
kecerdasan interpersonal melalui permainan air pada anak kelompok bermain
Aisyiyah Pabelan Kartasura tahun ajaran 2013/2014” Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya peningkatan kecerdasaninterpersonal anak yang
dilihat dari peningkatan rata-rata kelas mulai dari prasiklus sampai siklus II,
yang mencakup: Prasiklus 31, 96%, siklus I 62, 13%, dan siklus II 82,67%.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan permainan air (selang
bambu dan bola borot) dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal anak
Kelompok Bermain Aisyiyah Pabelan Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014.
3. Penelitian Sri Lolista Idris (2015), Skripsi dengan judul “ Faktor-faktor yang
mempengaruhi rasa percaya diri pada anak di kelompok B TK Anggrek Mekar
Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo” Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada anak di
kelompok B TK Anggrek Mekar Kecamatan Limboto Barat Kabupaten
Gorontalo yaitufaktor internal berupa konsep diri, harga diri, kondisi fisik dan
pengalaman hidup, faktor eksternal berupa lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan
sebagai berikut: 1) rasa percaya diri pada diri pada anak perlu dijaga dan
ditumbuhkembangkan agar anak terbiasa untuk melakukan berbagai kegiatan
dengan rasa percaya diri yang tinggi, 2) anak perlu dibiasakan untuk
melakukan kegiatan secara mandiri sehingga mereka memiliki rasa
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 12
kepercayaan diri yang tinggi dan mampu melakukan berbagai aktivitas dengan
mandiri, dan 3) orang tua perlu membiasakan anak untuk melakukan kegiatan
dengan rasa percaya diri yang tinggi sehingga berimplikasi pada peningkatan
kemampuan dan hasil belajarnya.
Kesimpulan yang di peroleh dari penelitian yang relevan yaitu pada
penelitian yang pertama kecerdasan interpersonal anak di TK Sido Mukti baik,
pada penelitian kedua kecerdasan interpersonal dapat di kembangkan dalam
permainan air, serta pada penelitian ketiga kecerdasan interpersonal di pengaruhi
2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun kesamaan penelitian
relevan 1 dan 2 dengan penelitian yang ingin di teliti oleh penulis terdapat pada
variable X yaitu Kecerdasan Interpersonal, sedangkan kesamaan pada penelitian
relevan yang ke 3 terdapat pada variable Y yaitu Percaya Diri. Perbedaannya
adalah tempat melakukan penelitian dan jenis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif korelasional, untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel yang
satu dengan variabel yang lain, berdasarkan koefisien korelasi. Metode ini disebut
Metode kuantitatif karena penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik (sugiyono, 2012:7)
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini mengambil populasi semua siswa-siswi
Kelompok A di Kec. Sungai Gelam, dengan jumlah 401 anak.
No Sekolah Jumlah
1 TK. Miftahul Ulum 89
2 TK. Al-Iklas 45
3 TK. Darul Hijrah 45
4 TK.Perintis Gambut 88
5 TK. Karunia Mekar Jaya 89
6 TK. Handayani III 45
Jumlah 401
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016;118 ), Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sesuai apa yang
dikatakan Sugiyono (2013: 120) menyatakan bahwa stratified random
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proposional.
Untuk menentukan jumlah sampel Arikunto. S (2013:102)
membatasi sebagai berikut apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih
baik diambil seluruhnya atau total sampling, selanjutnya jika subjeknya
lebih dari 100, maka diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Berdasarkan populasi yang ada yaitu sebanyak 401 anak maka
sampel di ambil sebesar 25% dari populasi yaitu 100 anak.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 13
C. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang dapat di
manipulasi sesuai dengan tujuan dilakukannya eksperimen tersebut.
Variabel bebas dalam penelitian ini menurut pengertian tersebut yaitu
Kecerdasan Interpersonal (X).
2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi efek karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu Kepercayaan Diri Anak Usia
Dini (Y).
Untuk mengukur variabel X dan Y, peneliti menggunakan instrumen
kuesioner dengan skala likert. Dalam skala Likert, digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
social. Dengan skala likert, maka variabel yang akan di ukur dijabarkan menjadi
inidikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. Responden disini dianjurkan untuk memilih kategori jawaban yang
telah diatur, yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), Sangat Tidak Pernah
(TP) dengan memberikan tanda silang (√) pada jawaban yang sesuai dengan
pertimbangan responden. Untuk memberikan skoring, jawaban yang diberikan
nilai skor dimana untuk setiap item instrument (SL) diberi skor 4, (SR) skor 3,
(JR) skor 2, (TP) 1 begitu sebaliknya untuk aitem unfavorable (SL) diberi skor 1,
(SR) skor 2, (JR) skor 3, (TP) skor 4.
D. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang relevan yaitu Angket, Angket
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapat data tentang Kecerdasan
Interpersonal dengan memberikan daftar pernyataan yang diberikan kepada
subyek penelitian atau responden secara individu guna memperoleh informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti, kemudian menyebarkan angket dan
menghimpunnya kembali setelah diisi oleh responden.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (sugiyono dalam Wartini 2014:56).
Menurut Arikunto (2013:56) bahwa instrument penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik. Dari pernyataan tersebut dan kisi-kisi yang
dijelaskan, maka instrumen yang digunakan adalah lembar angket, lembar kisi-
kisi angket kecakapan dalam kecerdasan intraksional dengan kepercayaan diri
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket kecakapan dalam kecerdasan intraksional
VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR JUMLAH
ITEM
NO
ITEM
Empati 1. Menyelesaikan
masalah
2. Mengendalikan diri
3. Menghargai teman
2
2
2
1-2
3-4
5-6
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 14
Kecerdasan
Interpersonal
Kepemimpinan 1. mampu
mengorganisasikan
orang lain
2. mampu berkomunikasi
dengan orang lain
3. mampu merasakan
perasaan orang lain
4. menjadi pemimpin
2
2
2
2
7-8
9-10
11-12
13-14
Kepekaan 1. memahami pikiran
orang lain
2. peka terhadap
kebutuhan orang lain
3. mengenali orang lain
2
2
2
15-16
17-18
19-20
Sosialisasi 1. berinteraksi dengan
orang lain
2. mampu beradaptasi
dengan lingkungan
3. menjalin persahabatan
4. membina hubungan
sosial
2
2
2
2
21-22
23-24
25-26
27-28
Sumber: Gander dan Cackly (2015: 14)
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket Kepercayaan diri
VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR JUMLAH
ITEM
NO ITEM
Kepercayaan
Diri
Yakin kepada
diri sendiri
1. Keberanian untuk
melakukan
sesuatu
2. Menentukan
pilihan seseuai
dengan kehendak
3. Bertanggung
jawab
3
2
2
1-3
4-5
6-7
Tidak
tergantung
pada orang
lain
1. Kemampuan
mengambil
keputusan sendiri
2. Melakukan segala
sesuatu sendiri
3
3
8,9,10
11,12,13,
Merasa
berharga
1. Merasa istimewa
2. Kemampuan
untuk ingin diberi
pujian
3
3
14,15,16
17,18,19
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 15
Memilih
keberanian
untuk
bertindak
1. Kemampuan
untuk melakukan
tindakan tanpa
merasa takut
2. Bersikap tenang
dalam
mengajarkan
sesuatu
2
2
20,21,22
23,24,25
Sumber: Lie (2003:4)
Dari keterangan kisi-kisi angket di atas, untuk keterangan angket
terlampir.
F. Teknik Analisis Data
Untuk analisa data, menggunakan analisa data yang bersifat kuantitatif, oleh
karena itu data tersebut dianalisis dengan pendekatan statistik. Sedangkan mencari
hubungan kecerdasan interpersonal dengan kepercayaan diri anak usia dini
peneliti menggunakan Teknik analisis Correlation product moment, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas sebagai uji prasyarat untuk melihat apakah data
berdistribusi normal atau tidak.
1. Uji Prasaratan Statistik
Sebelum data diolah dan dianalisa menggunakan korelasi sederhana, maka
perlu dilakukan uji persyaratan statistik terlebih dahulu. Menurut Sudjana
(2009:15) uji prasarat analisis yang dilakukan untuk koefisien korelasi adalah.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan ”untuk melihat apakah data berdistribusi normal
atau tidak, digunakan uji Liliefors” yang dikemukakan oleh Sudjana (2005: 466-
467) sebagai berikut:
1). Mencari skor baku dengan rumus, S
XXZ i
i
Keterangan :
Zi = Skor baku
X1 = Skor hasil
X = Rata-rata hasil
S = Simpangan baku
2). Untuk tiap bilangan baku ini, dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang dengan rumus : = P(Z<Zi)
3). Menghitung proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi.
Jika proporsi ini dinyatakan S (Zi), maka,
n
ZZZbanyaknyaZZS in
i
......,)( 21
Keterangan :
n = Jumlah Siswa
4). Menghitung selisih F(Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
5). Ambil harga yang paling besar, sebutlah namanya L0
6). Membandingkan L0 dengan harga kritis L dalam tabel dengan α = 0,05
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 16
Jika L0 < L berarti skor hasil berdistribusi normal dan sebaliknya
Jika L0 > L berarti skor hasi tidak berdistribusi normal.
2. Uji Hipotesis
Teknik analisa data dengan teknik Korelasi Product Moment. Adapun
rumus Korelasi Product Moment sebagaimana yang dikemukakan Arikunto
(2013: 256) :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi suatu butir
N = Cacah objek
X = Skor Butir
Y = Skor total
Keterangan:
Korelasi PPM dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak
lebih dari harga . Apabila r = -1 artinya korelasi atu
hubungannya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada hubungan; dan r = 1 berarti
korelasi atau hubungannya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan
dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi
Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah.
Arikunto, (2013: 257)
Selanjutnya koefisien korelasi yang didapat dihitung signifikansi nya
dengan Uji-t dengan rumus:
√
√
Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2)
Kaidah keputusan:
jika > berarti signifikan, sebaliknya
jika < berarti tidak signifikan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Berdasarkan serta uraian yang telah dikumpulkan sebelumnya maka di
dalam bab ini akan dilakukan analisa pembahasan yang diperoleh dalam
penelitian ini. Hasil penelitian akan digambarkan sesuai dengan tujuan dan
hipotesis yang diajukan sebelumnya. Gambaran dari data dalam kelompok dapat
dilihat pada diskripsi berikut ini:
1. Deskripsi Data
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 17
Berikut merupakan tabel hasil penelitian secara eksplisit terlihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Deskripsi Data
Keterangan Angket Kecakapan
dalam Kecerdasan
Interpersonal
Angket
Kepercayaan Diri
N 100 100
Rata-rata 74,63 66,48
Simpangan Baku 8,33 4,74
Hasil tertinggi 94 77
Hasil Terendah 64 57
Rentang 30 20
Dari tabel diatas maka dapat dijelaskan untuk data angket
kecerdasan interpersonal dengan jumlah sampel 100 orang kemudian
didapatkan rata-rata nilai 74,63 dan simpangan baku 8,33, nilai tertinggi
yang didapatkan 94 dan terendah 64. Untuk data data angket
kepercayaan diri dengan jumlah sampel 100 orang kemudian didapatkan
rata-rata nilai 66,48 dan simpangan baku 4,74, nilai tertinggi yang
didapatkan 77 dan terendah 57.
2. Analisis data
Sebelum dilakukan uji hipotesis untuk melihat kontribusi dari
variabel maka harus dilakukan terlebih dahulu uji normalitas kedua data
tersebut maka uji normalitas data dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Uji normalitas Data N Lo Ltabel Keterangan
Angket Kecerdasan
Interpersonal
100 0,0796 0,0886 Normal
Angket Kepercayaan Diri 100 0,0732 0,0886 Normal
Untuk uji normalitas Lo < Ltabel, maka data dari kedua variabel
memiliki distribusi data yang normal karena, untuk data angket
kecerdasan interpersonal Lo (0.0,0796) < Ltabel (0,0886), sedangkan
data kepercayaan diri didapat Lo (0,0732) < Ltabel (0,0886).
Untuk uji hipotesis, melihat hubungan dari variable X dengan
variabel Y maka dapat didiskripsikan sebagai berikut :
N X Y X
2 Y² XY
100 7463 6648 563825 444188 497792
∑ ∑ ∑
√{( ∑ ∑ ) ∑ ∑ }
√{ }
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 18
=
rx1y= 0,4223
Berdasarkan hasil pengolahan korelasi, maka nilai r = 0,4223
memiliki arti bahwa hubungan antara kecerdasan interpersonal dengan
kepercayaan diri anak usia dini di TK Kecamatan Sungai Gelam termasuk
dalam kategori sedang.
Dengan adanya tanda 0,4223 bermakna bahwa semakin baik
kecerdasan interpersonal maka semakin baik pula kepercayaan diri anak.
Sebaliknya semakin buruk kecerdasan interpersonal maka semakin buruk
pula kepercayaan diri anak.
3. Menguji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan
signifikan antara kecerdasan interpersonal terhadap kepercayaan diri anak.
Maka dapat dibuat hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : µ = 0 (tidak ada hubungan)
Ha : µ ≠ 0 (ada hubungan)
Berdasarkan pendapat Sugiyono, (2009:184) jika nilai t hitung > t
tabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan jika nilai t hitung < t tabel, maka
terima Ho artinya tidak signifikan, maka t hitung di hitung melalui rumus
berikut:
t Hitung = √
√
Keterangan :
t hitung = Nilai t
r = Nilai Kooefesien Korelasi
N = Jumlah Sampel
t hitung = √
√
t hitung =
t hitung = 4,6129 Dengan menggunakan rumus (n-2) 100-2 = 98 pada α = 0,05, maka
dengan dk 98, untuk uji dua pihak t 0,95 = 1,7081 mudah dilihat bahwa
4,6129 > 1,6606 maka terdapat hubungan kecakapan dalam
kecerdasan interpersonal dengan kepercayaan diri anak usia dini di TK
Kecamatan Sungai Gelam.
B. Pembahasan Kerangka pengembangan pendidikan berbasis kecakapan hidup
idealnya ditempuh secara berurutan sebagai berikut. Pertama, diidentifikasi
masukan dari hasil penelitian, pilihan-pilihan nilai dan dugaan para ahli
tentang nilai-nilai kehidupan nyata yang berlaku. Kedua, masukan tersebut
kemudian digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan kompetensi
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 19
kecakapan hidup. Kompetensi kecakapan hidup yang dimaksud harus
menunjukkan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan untuk menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangannya dalam dunia yang syarat dengan
perubahan. Ketiga, kurikulum dikembangkan berdasarkan kompetensi
kecakapan hidup yang telah dirumuskan. Artinya, apa yang harus,
seharusnya, dan yang mungkin diajarkan kepada peserta didik disusun
berdasarkan kompetensi yang telah dikembangkan. Keempat,
penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup perlu dilaksanakan dengan
jitu agar kurikulum berbasis kecakapan hidup dapat dilaksanakan secara
cermat. Hal-hal yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan life
skills atau kecakapan hidup seperti tenaga kependidikan (guru), pendekatan-
strategi-metode pembelajaran, media pendidikan, fasilitas, tempat belajar
dan durasi belajar, harus siap. Kelima, evaluasi pendidikan kecakapan perlu
dibuat berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan
pada langkah yang kedua. “Karena evaluasi belajar disusun berdasarkan
kompetensi, maka penilaian terhadap prestasi belajar peserta didik tidak
hanya dengan pencil and paper test, melainkan juga dengan performance
test dan bahkan dengan evaluasi otientik” (Asen, 2009:7).
Dari penjabaran diatas setelah di lakukan penelitian untuk data angket
kecerdasan interpersonal dengan jumlah sampel 100 orang kemudian
didapatkan rata-rata nilai 74,63 dan simpangan baku 8,33, nilai tertinggi
yang didapatkan 94 dan terendah 64. Untuk data data angket kepercayaan
diri dengan jumlah sampel 100 orang kemudian didapatkan rata-rata nilai
66,48 dan simpangan baku 4,74, nilai tertinggi yang didapatkan 77 dan
terendah 57
Untuk uji normalitas Lo < Ltabel, maka data dari kedua variabel
memiliki distribusi data yang normal karena, untuk data angket kecerdasan
interpersonal Lo (0.0,0796) < Ltabel (0,0886), sedangkan data kepercayaan
diri didapat Lo (0,0732) < Ltabel (0,0886).
Sedangkan untuk mengetahui hubungan yang signifikan atau tidaknya
dilakukan dengan pengujian reliabilitas sederhana dengan dengan dk 2,
untuk uji dua pihak t 0,95 = 4,6129 mudah dilihat bahwa 4,6129 >
1,6606.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian korelasi dari populasi 401 anak dengan
penentuan sampel 25% dari populasi yaitu 100 anak yang di jadikan sampel, maka
nilai r = 0,4223 memiliki arti bahwa hubungan antara kecerdasan interpersonal
dengan kepercayaan diri anak usia dini di TK Kecamatan Sungai Gelam termasuk
dalam kategori sedang, dilanjutkan dengan perhitungan uji hipotesis diperoleh
4,6129 > 1,6606 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan kecakapan dalam kecerdasan interpersonal dengan kepercayaan diri
anak usia dini di TK Kecamatan Sungai Gelam dalam kategori rendah.
B. Saran
Dari kesimpulan yang dikemukakan maka dapat disarankan sebagai
berikut :
1. Bagi pendidik/Guru
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 20
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui pentingnya hubungan kecakapan
dalam kecerdasan interpersonal dengan kepercayaan diri anak usia dini.
2. Bagi siswa
Selalu memperhatikan penjelasan guru agar kecerdasan interpersonal serta
memiliki kepercayaan diri yang baik.
3. Bagi Orangtua
Selalu memperhatikan kecakapan dalam kecerdasan interpersonal dengan
kepercayaan diri saat siswa berada di rumah dan lingkungan keluarga.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hubungan kecakapan dalam kecerdasan interpersonal dengan
kepercayaan diri dapat dipakai sebagai referensi bagi penelitian yang terkait
dengan masalah dan karakter yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Renika Cipta
Asen.2009. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta. Pustaka pelajar Offset.
Hakim. 2005. Modul Perkuliahan Konsep Dasar PAUD.Yogyakarta: Jaya Abadi.
Diakses dari http://www.google.com/url?sa=t&rct=
rja&uact=8&ved=0CCMQFjAB&url=http%3A pada tanggal 20 Juni
2017, pukul 05.23 WIB.
Idris, Sri Lolista. 2015. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri
Pada Anak Di Kelompok B TK Anggrek Mekar Kecamatan Limboto
Barat Kabupaten Gorontalo. Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.
SKRIPSI
Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial. Jakarta: Referensi.
Lautser. 2013. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. (Alih Bahasa:
Alex Tri Kantjono). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lie. 2003. Panduan Orangtua dalam Menstimulasi Kecerdasan Majemuk Anak
Usia Dini. Yogyakarta: FIP UNY dan Dinas Pendidikan Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Ningsih. 2014. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
(Alih bahasa: Siti Rahayu Haditono).Yogyakarta: UGM Press.
Nadiroh. 2015. Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia
Pendidikan. Bandung: Kaifa.
M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S. 2010. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 21
Maulidia. U. 2013. Fun Teaching. Jakarta: Duha Khazanah.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta:
Universitas Terbuka
Papalia, Diane E, dkk. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan).
Jakarta: Kencana
Rahmawati, Candra Wikan. 2015. Identifikasi Kecerdasan Interpersonal Anak
Usia 4-5 Tahun di TK Gugus Sido Mukti Kecamatan Mantrijeron Kota
Yogyakarta. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. SKRIPSI
Risnawati. 2012. Mengembangkan Kreativitas & Kecerdasan Anak. Yogyakarta:
Citra Media.
Maharani. Puji. 2014. pengembangan kecerdasan interpersonal melalui permainan
air pada anak kelompok bermain Aisyiyah Pabelan Kartasura tahun
ajaran 2013/2014” Yogyakarta. Skripsi.
Rusdarmawan. 2009. Children’s Drawing Dalam PAUD. Sidorejo: Kreasi
Wacana
Surya. M. 2010.Teori-teori Konseling. Bandung. CV. Pustaka Bani Quraisy
Sefrina, Andin. 2013. Deteksi Minat Bakat Anak. Yogyakarta: Media Pressindo
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
IKAPI
------------. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
IKAPI
Sujiono, Yuliani Nurani & Sujiono, Bambang. 2010. Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT. Indeks
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT. Indeks
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam
Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana
Suyadi & Ulfah, Maulidya. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Timothy Wibowo. 2012. 7 Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak. Diakses
dari http://www.pendidikankarakter.com/wp-content/uploads/7-Cara-
Meningkatkan-Rasa-Percaya-Diri-Anak.pdf pada tanggal 12 Februari
2017, jam 22:00
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 22
Yoyon. S.2008. Program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bandung Rizqi
Press
Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial. Jakarta: Referensi