tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya ditinjau...

101
TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA DITINJAU DARI HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: Puti Ramadhani NIM: 104045101563 KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA 1429 H/2008 M

Upload: truongnhan

Post on 18-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA

DITINJAU DARI HUKUM PIDANA ISLAM

DAN HUKUM PIDANA POSITIF

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Puti Ramadhani NIM: 104045101563

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 2: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA

DITINJAU DARI HUKUM PIDANA ISLAM

DAN HUKUM PIDANA POSITIF

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Puti Ramadhani

NIM: 104045101563

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Asmawi, M. Ag Dedy Nursamsi, SH, M.Hum

KONSENTRASI PIDANA ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H / 2008 M

Page 3: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

بسم اهللا الرحمن الر حيم

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur yang tiada hentinya kepada kehadirat Allah SWT,

yang telah memberi penulis kemudahan dari setiap kesulitan yang datang dan

kekuatan yang tidak terduga dari setiap kelemahan yang menerpa. Atas rahmat dan

karunia dari-Mu, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan diwarnai dengan

ujian, emosi, kesabaran dan kekuatan dan juga shalawat dan salam kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai nabi yang membawa rahmat bagi seluruh umat.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dan semangat dari berbagai pihak dan untuk itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM, Dekan Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Asmawi M.Ag, Ketua Program Studi Jinayah Siayasah dan Sri Hidayati, M.Ag,

Sekretaris Program Studi Jinayah Siayasah atas kesabaran dan waktunya dalam

menghadapi semua pertanyaan penulis. Kepada para dosen yang telah

memberikan ilmu, tenaga dan waktu yang luar biasa kepada penulis selama ini,

terutama untuk Bapak Sudirman Abbas dan Bapak Ayang Utriza yang selalu

memberikan motivasi, Bapak Prof.Dr.H.M. Abduh Malik dan Bapak M. Nurul

Irfan yang telah memberikan bantuan yang sangat besar bagi proses skripsi ini

Page 4: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

serta tak lupa kepada staff perpustakaan syari’ah dan hukum, Universitas Islam

Negeri Jakarta.

3. Kepada para pembimbing skripsi, Bapak Asmawi M.Ag dan Bapak Dedy

Nursamsi, SH, M.Hum yang telah memberikan saran, masukan dan pengarahan

yang luar biasa bagi proses skripsi ini.

4. Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak H. Ardi Rauf B.Ac (alm) dan Ibu Hj.

Yani Utama S.Pd yang telah menekankan mengenai pentingnya pendidikan dan

menghargai ilmu, memberikan dukungan dan do’a yang tidak pernah putus dan

juga telah memberikan kepercayaan yang amat besar bagi penulis. Untuk ayah

tercinta, ini adalah janji yang sudah penulis tepati dan maaf karena ayah tidak

sempat untuk melihatnya.

5. Kepada adik-adikku yang masih belum juga beranjak dewasa, Citra Ardhini dan

Andhika Utama. Terima kasih karena telah memberikan suasana yang berbeda

setiap harinya di rumah. Semoga skripsi ini memberikan inspirasi buat kalian

berdua untuk menyelesaikan pendidikan dengan baik dan untuk adikku tercinta

Sarah Chairunnissa, sumber inspirasi, kebahagiaan dan semangat untuk hidup.

Abangku Ardian Guci, yang selalu siap siaga membantu. Kepada seluruh

keluarga di Jakarta dan Lampung, terima kasih untuk do’anya.

6. Kepada Tezar Irawan dan keluarga, terima kasih atas kesabaran, dukungan, do’a

dan kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih karena telah

bersedia menjadi sumber inspirasi terbesar dalam hidup penulis.

7. Kepada teman-teman : Ayu, Mody, Ma’ruf dan Asep, terima kasih atas

bimbingannya dan teman-teman sekelas atas bantuannya baik kecil maupun besar

Page 5: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

tetapi semuanya sangat berarti bagi penulis (I always wish all for the best) : Cepi,

Amin, Hijrah, Finalto, Devison, Azis, Rifa’i, Jaelani, Nandez, Rico, Komson,

Rozi, Husni, Agus, Hilmi, Irna, Novi, Zulfah dan Reva.

8. Kepada seluruh guru-guru yang pernah mengajar penulis. Skripsi ini merupakan

bentuk terima kasih dan penghargaan tertinggi penulis atas jasa-jasa para guru

selama ini.

Demikian ucapan terima kasih dari penulis dan penulis beharap semoga segala

kebaikan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis juga berharap, semoga skripsi

ini bermanfaat bagi orang lain dan dapat menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Jakarta, 11 Juni 2008 M O7 Jumadil Akhir 1429 H

Penulis

Page 6: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….... …i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………………….5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………......6

D. Tinjauan Pustaka …………………………………..................................7

E. Metode Penelitian………………………………………………….........9

F. Sistematika Penulisan…………………………………………………...12

BAB II KONSEP TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Pengertian Tindak Pidana…………………………………………....... 14

B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana…………………………………………. 16

C. Tujuan dan Sanksi Pidana………………………………………………25

BAB III TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT HUKUM PIDANA

ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Pengertian Pembunuhan………………………………………………...34

B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pembunuhan……………………………38

Page 7: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

C. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan…………………………………….45

BAB IV TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA

MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA

POSITIF SERTA ANALISIS PERBANDINGAN

A. Anak dan Kedudukannya

1. Pengertian Anak dan Hubungan Orang Tua dengan Anak…………..53

2. Perlindungan Anak…………………………………………………...57

B. Pengertian Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya……………………. 61

C. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya.. 65

D. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya………… 74

E. Analisis Perbandingan…………………………………………………... 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………...83

B. Saran-saran…………………………………………………………….. 87

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..88

Page 8: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Juni 2008 M 19 Rabiul Awal 1429 H

Puti Ramadhani

Page 9: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah harta yang tidak ternilai. Anak adalah karunia dan amanat

yang Allah titipkan kepada para orang tua untuk dijaga agar dapat menjadi

manusia-manusia yang berkualitas. Keberadaan anak yang merupakan

amanat itulah yang menjadikan anak sangat istimewa dan rumit dalam

menghadapinya dan Dia memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-

Nya. Allah S.W.T berfirman :

) ٤٩ -٥٠ :الشعراء (

Artinya : “Dia memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia

kehendaki dan memberikan anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis lelaki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.". (Q.S Asy-Syuraa : 49-50)

Hubungan antara orang tua dan anak dianggap sangat penting karena

dari hubungan inilah tercipta manusia-manusia yang peduli sesama dan saling

menghormati. Hubungan yang tidak akan pernah terputus oleh kondisi

apapun. Hubungan yang paling abadi yang pernah dimiliki oleh antar sesama

Page 10: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

manusia. Hubungan dimana ada pertanggungjawaban yang besar di hadapan

Allah baik bagi orang tua maupun bagi anak karena Allah tidak hanya

menekankan pentingnya bersikap baik kepada orang tua tetapi juga

menekankan pentingnya orang tua memperlakukan anaknya dengan baik,

seperti pada firman Allah :

)٣١: األسرا (

Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami lah yang memberi rizki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” (Q.S Al-Israa : 31)

Negara juga mengaturnya hal tersebut dalam Undang-Undang Nomor

23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 13,

ayat 1 yang berbunyi :

“ Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlidungan dari perlakuan : (1). Diskriminasi (2). Eksploitasi baik ekonomi maupun seksual. (3). Penelantaran (4). Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan (5). Ketidakadilan, dan (6). Perlakuan salah lainnya.”

Akan tetapi, hubungan yang seharusnya penuh kasih sayang dan

harmonis ini semakin berkurang pada zaman sekarang ini. Banyak sekali anak

Page 11: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

yang menerima perlakuan yang kurang baik dari orang tuanya bahkan

tindakan tersebut sudah dapat dikatakan sebagai sebuah tindak pidana yang

dilakukan oleh orang tua kepada anaknya mulai dari memukul sampai kepada

penganiayaan yang berakibatnya nyawa anak tersebut melayang. Sangat sulit

dipercaya ketika seorang anak meninggal ditangan orang yang sangat

diharapkan untuk dapat melindungi dan menjaga dirinya. Padahal anak

tersebut adalah darah daging mereka sendiri, penerus generasi keluarga,

penjaga kehormatan keluarga dan kalau dipikirkan lebih jauh lagi, anak

merupakan aset negara yang sangat mahal dan penting sehingga mereka perlu

dilindungi terutama oleh kedua orang tua mereka. Oleh karena itu banyak

harapan dan cita-cita dipanjatkan untuk anak-anak agar dapat menjalani

kehidupan dengan jauh lebih baik daripada keadaan kedua orang tua mereka.

Salah satu kasus yang dapat dijadikan bukti tentang tindak pidana ini

adalah kasus yang cukup menggemparkan adalah kasus pembunuhan yang

terjadi pada tahun 2006 di Bandung yang dilakukan oleh seorang ibu

terhadap ketiga anaknya yang karena alasan kekhawatiran yang berlebihan

atas nasib ketiga anaknya1. Kasus lain terjadi pada tahun 2008 adalah seorang

ayah membunuh anak kandungnya yang masih berumur empat bulan karena

tertekan akan kebutuhan sehari-hari2. Kasus-kasus seperti ini akan terus

1 Tempointeraktif, “Ibu Pembunuh Tiga Anak Diduga Mengidap Paranoid”. Diakses pada tanggal 22 Februari 2008, http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2006/06/15/brk,20060615-78943,id.html 2 Tribun Jabar, “Pembunuh Anak kandung Serahkan Diri”. Diakses pada tanggal 17 Februari 2008, http://www.tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=2050&kategori=9

Page 12: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

bertambah pada tiap tahunnya jika permasalahan ini tidak ditanggapi secara

serius oleh seluruh komponen masyarakat.

Melihat dari contoh kasus di atas, pada dasarnya tindak pidana

pembunuhan di Indonesia sendiri sudah diatur di dalam KUHP, BAB XIX

Kejahatan Terhadap Nyawa, pasal 338 :

“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Kemudian diperkuat dengan dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan diperkuat lagi dengan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga.

Di dalam Islam sendiri, ada sebuah konsep yang dapat membantu

memahami dan juga merupakan tujuan dari agama islam yang disebut dengan

Maqasidu Syari’ah ) yang terdiri dari :

1. Memelihara Agama

2. Memelihara Jiwa

3. Memelihara Akal

4. Memelihara Keturunan

5. Memelihara Harta

Kelima tujuan di atas saling berhubungan karena pemeliharaan diri

kita dari salah satu tindak pidana berarti memelihara agama, jiwa, akal,

keturunan dan harta.

Page 13: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Dari penjelasan tentang tindak pidana pembunuhan anak oleh orang

tuanya, maka dapat dipahami bahwa alasan -alasan yang melatarbelakangi

penulis untuk membahas tentang tindak pidana pembunuhan ini adalah :

1. Banyaknya tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya sendiri di

Indonesia.

2. Belum ada pembahasan mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh

orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana positif dan hukum pidana

Islam.

Dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas maka penulis akan

membahasnya dengan judul “ Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh

Orang Tuanya Ditinjau Dari Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Positif ”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Membicarakan tindak pidana pembunuhan anak berarti membicarakan

banyak hal yang ada di masyarakat. Dari mulai peranan orang tua sampai

kepada peranan media. Pembatasan masalah sangat diperlukan agar apa yang

akan dibahas oleh penulis tidak melebar dan tetap fokus pada inti masalah,

yaitu :

1. Penulis membicarakan mengenai tindak pidana pembunuhan yang terjadi

terhadap anak-anak dan dilakukan oleh orang tuanya yang pada zaman

sekarang ini sering terjadi.

Page 14: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

2. Tinjauan hukum pidana positif dan hukum pidana Islam dengan

menggunakan pendekatan secara kualitatif mengenai tindak pidana

pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri.

Perumusan juga sangat diperlukan untuk mencari tahu apa yang

menjadi masalah dalam pembahasan ini sehingga pada akhir pembahasan

diharapkan peneliti sudah dapat menemukan jawaban dari semua pertanyaan

yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, penulis telah merumuskan masalah

yang akan dibahas dalam pembahasan ini, yaitu :

1. Apakah yang dimaksud dengan tindak pidana pembunuhan anak oleh

orang tuanya menurut hukum pidana islam dan hukum pidana positif?

2. Bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana pembunuhan anak oleh orang

tuanya menurut hukum pidana islam dan hukum pidana positif?

3. Bagaimana perbandingan antara hukum pidana islam dan hukum pidana

positif mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penulis meneliti hal ini tidak lepas dari beberapa tujuan. Tujuan

tersebut adalah :

1. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan tindak pidana

pembunuhan anak oleh orang tuanya sendiri.

2. Untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk tindak pidana pembunuhan anak

oleh orang tuanya.

Page 15: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

3. Untuk dapat mengetahui persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan

kekurangan dari dua tinjauan hukum yang dipakai, yaitu: pidana islam dan

hukum pidana positif mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh

orang tuanya.

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Secara Akademis

Dilihat dari akademis, manfaat dari penulisan ini adalah dapat

memberikan tambahan keilmuan dalam bidang hukum pidana positif dan

juga hukum pidana islam pada umumnya dan tentang pembunuhan anak

yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri pada khususnya.

2. Secara Praktis

Dilihat dari segi praktis, penulisan skripsi ini dapat memberikan

penjelasan kepada masyarakat luas tentang dampak atau akibat tindak

pidana pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelumnya penulis sudah membuat tinjauan pustaka dengan tujuan

untuk mengkaji materi-materi yang terdahulu yang memiliki tema yang

sama dengan tema yang dipilih oleh penulis dan materi/karya-karya tersebut

adalah karya Drs. Adami Chazawi, S.H dengan judul “Kejahatan Terhadap

Tubuh dan Nyawa”. Hal yang paling utama yang dikajinya adalah bentuk-

bentuk kejahatan, penjelasan mengenai unsur-unsur kejahatan serta

perbedaan unsur objektif dan subjektif. Temuan penting pada karya ini

Page 16: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

adalah bahwa semua tindak kejahatan akan mendapatkan sanksi termasuk

pembunuhan.

Karya kedua adalah karya Ahmad Hanafi yang berjudul “Asas-Asas

Hukum Pidana Islam”. Hal utama yang dikaji mengenai pembunuhan di

dalam hukum islam. Di dalam karya ini dijelaskan bahwa adanya pembagian

dari jenis-jenis pembunuhan yang terdiri dari pembunuhan sengaja,

pembunuhan sengaja yang diancam dengan hukuman qisas dan pembunuhan

tidak sengaja yang diancam dengan hukuman diyat. Pada dasarnya, tindak

pidana pembunuhan yang dibahas di dalam karya ini adalah tindak pidana

pada umumnya terlepas dari faktor pelaku ataupun korbannya apakah ada

hubungan keluarga atau tidak.

Karya ketiga adalah sebuah buku yang berjudul “Pidana Islam di

Indonesia, Peluang, Prospek dan Tantangan. Buku ini merupakan kumpulan

tulisan yang dibuat oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya. Salah satunya

adalah H.M Abduh Malik, tulisannya mengenai “Kejahatan Terhadap Jiwa

dalam Perspektif Hukum Pidana Islam”. Di dalam tulisannya ini dijelaskan

bahwa ada perbedaan pendapat ulama dalam pembunuhan anak oleh orang

tuanya. Pada intinya, karya ini tidak membahas secara detail mengenai apa

yang dimaksud dengan anak dan orang tua serta bagaimana bentuk-bentuk

tindak pidana pembunuhan anak itu sendiri.

Karya keempat merupakan skripsi yang berjudul “Pembunuhan

Massal Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif” oleh Dodi Wahyudi

Jurusan Jinayah Siyasah Unversitas Islam Negeri Jakarta pada tahun 2004. Di

Page 17: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

dalam skripsi ini, menjelaskan mengenai tinjauan hukum islam dan hukum

positif tentang pembunuhan terutama pembunuhan secara massal.

Karya kelima adalah sebuah skripsi berjudul “Tindak Pidana

Pembunuhan yang dilakukan oleh Anak di Bawah Umur dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif” oleh Ahmad Uluwan pada

tahun 2004. Karya di atas juga membahas mengenai pembunuhan, akan tetapi

lebih menitikberatkan kepada pembunuhan yang subjek hukumnya adalah

anak.

Karya terakhir adalah skripsi dengan judul “Analisa Hukum Islam

Tentang Hukuman Seumur Hidup Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan”

oleh Yuliati Roswita pada tahun 2005. Di dalam karya ini, membahas

mengenai bagaimana pandangan hukum islam terhadap hukuman yang

berbentuk seumur hidup dalam tindak pidana pembunuhan.

Dilihat dari karya-karya di atas, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa belum ada karya yang membahas mengenai tindak pidana

pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri ditinjau dari

hukum pidana positif dan hukum pidana islam

E. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan oleh penulis adalah deskripif analisis

yang berusaha memberikan pemecahan masalah dengan pengumpulan data,

menyusun, mengklasifikasikannya dan menganalisa data sehingga dapat

diambil jawaban atas pertanyaan dan ditariklah suatu kesimpulan.

Page 18: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Dalam pengambilan data dalam penelitian, penulis akan memakai

metode studi dokumentasi yang terdapat di dalam buku-buku, dokumen dalam

bentuk undang-undang, lampiran-lampiran, agenda, catatan para ahli sampai

internet.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

data-datanya diungkapkan melalui kata-kata, norma atau aturan-aturan

atau data kualitatif. Data-data yang diambil merupakan pendapat atau

doktrin para ahli hukum atau normatif dengan tujuan agar dapat

menggambarkan masalah dengan baik berdasarkan keberadaan data-data

tersebut sehingga dapat diambil kesimpulannya atau dapat juga disebut

dengan deskriptif3.

2. Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah

Sumber Data Sekunder, yang terdiri dari :

a. Bahan Primer yang digunakan, yaitu : karya, literature, norma atau

aturan yang membahas langsung masalah ini yang dibahas judul

skripsi ini. Seperti KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana),

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan norma-norma lainnya.

3 Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : P.T RajaGrafindo Persada, 2006), h. 35.

Page 19: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

b. Bahan Sekunder yang digunakan, yaitu : buku-buku umum, karya atau

literatur lain yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Seperti Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang

Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan lain-lain.

c. Bahan Tertier yang digunakan, yaitu : bahan-bahan yang merupakan

pelengkap dari bahan primer dan bahan sekunder, yaitu buku-buku

tafsir, terjemahan dan lain-lain4.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah riset

kepustakaan, yaitu dengan melihat atau membaca, meneliti dan

mempelajari dokumen dan data-data yang diperoleh dari karya – karya

atau literatur dan referensi yang berhubungan dengan judul skripsi ini5.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan seluruhnya adalah metode

kualitatif, yaitu menganalisis masalah berdasarkan data-data yang didapat

dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang didapat dari buku-buku, karya-

karya, literatur atau norma-norma dengan bersifat Penelitian deskriptif,

yaitu dengan menggambarkan permasalahan yang ada, mencari data-data

yang relevan, menyeleksinya dan mengambil kesimpulan dari data-data

tersebut.

4 Sunggono, Bambang, loc.cit 5 Sunggono, Bambang, loc.cit,

Page 20: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Teknik Analisis

Komparatif secara Kualitatif. Alasan penulis menggunakan teknik ini

adalah penulis ingin membandingkan tinjauan hukum pidana positif dan

hukum pidana islam terhadap permasalahan pada penelitian ini6.

5. Teknik Penulisan

Adapun mengenai teknik penulisan karya tulis ini, penulis

mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang disusun oleh

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun

2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah proses dalam penulisan penelitian ini, maka

penulis membuat kerangka yang sistematik untuk membentuk pola dasar

pembahasan skripsi dalam bentuk bab-bab yang terdiri dari :

BAB I : pendahuluan, diawali dengan latar belakang masalah berisi

penjelasan, data-data yang dijadikan alasan bagi penulis dalam

memilih pembahasan ini., pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

6 Sunggono, Bambang, loc.cit.

Page 21: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

BAB II : berisi tinjauan umum hukum pidana islam dan hukum pidana

positif mengenai konsep tindak pidana, jenis-jenis tindak

pidana dan lain-lain.

BAB III : berisi tinjauan hukum pidana islam dan hukum pidana positif

mengenai tindak pidana pembunuhan yang meliputi

Pengertian, Bentuk-bentuk serta Sanksi bagi Tindak Pidana

Pembunuhan.

BAB IV : bab ini merupakan pembahasan utama dalam penelitian ini berisi

Pengertian Anak dan kedudukannya di dalam tinjauan kedua

hukum tersebut. Pengertian, Bentuk-bentuk serta Sanksi bagi

Tindak Pidana Pembunuhan serta Analisis Perbandingan.

BAB V : merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan atau saran-

saran.

Page 22: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

BAB II

KONSEP TINDAK PIDANA

MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana, di dalam hukum pidana Islam sendiri ada dua

kata yang cukup mewakili kata tersebut, yaitu jinayah dan jarimah.

Jinayah " جنا ية – يجنى –جنى " merupakan bentuk mashdar dari kata جنا ية .

Menurut istilah adalah hasil perbuatan seseorang yang terbatas pada perbuatan

yang dilarang dan pada umumnya, para fuqaha menggunakan istilah tersebut

hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa seperti

pemukulan dan pembunuhan. Selain itu, para fuqaha memakai istilah tersebut

pada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan

qishash.7

Sedangkan jarimah, menurut Al-Mawardi adalah :

ية زجراللة تعالى عنها بحد اوتعزيرالجرائم محظورات شرع

Artinya: “Segala larangan syara’ (melakukan hal-hal yang dilarang dan atau meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan hukum had atau takzir”.

Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan

yang dilarang atau meninggalkan suatu perbuatan yang telah diperintahkan.

Dengan melihat kedua pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan

7 H.A Dzajuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), Jakarta, P.T RajaGrafindo Persada, 1997, h 1.

Page 23: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

bahwa pada dasarnya pemakaian istilah tindak pidana dalam hukum pidana

islam dengan menggunakan kata jinayah atau jarimah adalah sama.

Di dalam hukum pidana positif, “ Tindak Pidana” terdiri dari dua kata,

yaitu kata “tindak” dan kata “pidana”. Kata “tindak” berasal dari bahasa Jawa

yang berarti perbuatan, tingkah laku, kelakuan, sepak terjang sedangkan kata

“pidana” artinya adalah kejahatan, kriminal dan pelanggaran.8

Istilah tindak pidana sendiri merupakan hasil terjemahan dari kata

Strafbaar feit yang berasal dari bahasa Belanda yang merupakan istilah yang

dipakai dalam wetboek van strafrecht atau kitab undang-undang hukum

pidana (KUHP). Ada banyak pendapat mengenai pengertian dari tindak

pidana atau Strafbaar feit ini, diantaranya adalah :

1. Hazewinkel-Suringa telah membuat teori yang menyatakan bahwa

rumusan umum dari “Strafbaar feit” adalah “suatu perilaku manusia yang

pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam sesuatu pergaulan hidup

tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum

pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang

terdapat di dalamnya”.9

2. Profesor Simmons merumuskan “Strafbaar feit” sebagai berikut “suatu

tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun

tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan

8 W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1976), h. 1074 9 P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung, P.T Citra Aditya Bakti, 1997), Cet III, h. 181.

Page 24: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai

suatu tindakan yang dapat dihukum”.10

3. Prof. Moeljatno mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan

yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman

(sangsi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan

tersebut.11

Dilihat dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sarjana

hukum maka dapat disimpulkan bahwa Strafbaar feit atau tindak pidana

adalah perbuatan yang bertentangan atau melawan hukum dan diancam

dengan pidana yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab

atas perbuatannya.

B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana

Menurut Ahmad Hanafi, M.A, di dalam hukum pidana Islam, bentuk-

bentuk tindak pidana atau jarimahnya (jinayah) dapat dibagi menjadi beberapa

kelompok, yaitu :

1. Dilihat dari berat atau ringannya hukuman dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Jarimah Hudud adalah jarimah yang diancamkan dengan hukuman had,

yaitu hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya serta

merupakan hak Tuhan. Jarimah hudud ini ada tujuh macam, yaitu zina,

qadzaf (tuduhan palsu zina), mengkonsumsi minuman keras (syurb al-

10 Ibid, h. 181 11 Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, (Jakarta, P.T Rineka Cipta, 2002), h. 54.

Page 25: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

khamr), mencuri, pembegalan / perampokkan (hirabah), murtad dan

pemberontakkan.

b. Jarimah Qisas-Diyat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman-

hukuman yang telah ditentukan batasnya dan tidak mempunyai batas

terendah atau tertinggi tapi telah menjadi hak perseorangan. Jarimah

qisas-diyat ini ada lima macam, yaitu pembunuhan sengaja,

pembunuhan semi sengaja, pembunuhan karena kesalahan,

penganiayaan sengaja dan penganiayaan tidak sengaja.

c. Jarimah Ta’zîr adalah jarimah yang ancaman hukumannya bertujuan

untuk memberikan pengajaran dan yang berwenang menetapkan dan

menjatuhkan hukuman tersebut adalah para penguasa.

2. Dilihat dari niat si pelaku, dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Jarimah Sengaja adalah si pelaku dengan sengaja melakukan

perbuatannya sedangkan dia tahu bahwa perbuatannya itu di larang

(salah).

b. Jarimah Tidak Sengaja adalah si pelaku tidak sengaja melakukan

perbuatan yang dilarang tetapi perbuatan itu terjadi sebagai akibat dari

kekeliruan.

3. Dilihat dari cara mengerjakannya, dibagi menjadi dua :

a. Jarimah Positif adalah jarimah yang terjadi karena mengerjakan suatu

perbuatan yang dilarang seperti mencuri, zina dan sebagainya.

b. Jarimah Negatif adalah jarimah yang terjadi karena tidak melakukan

sesuatu yang diperintahkan, seperti tidak mengeluarkan zakat.

Page 26: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

4. Dilihat dari orang yang menjadi korban, dibagi menjadi :

a. Jarimah Perseorangan adalah jarimah yang penjatuhan hukumannya

bertujuan untuk melindungi kepentingan perseorangan. Seperti

pencurian.

b. Jarimah Masyarakat adalah jarimah yang penjatuhan hukumannya

bertujuan untuk menjaga ketentraman masyarakat. Seperti pembegalan

atau perampokkan.

5. Dilihat dari sifat kekhususannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu jarimah

biasa dan jarimah politik. Pembedaan dari kedua jarimah ini terletak

pada motif yang mengikuti perbuatan tersebut. Pembedaan jarimah ini pun

di latar belakangi dari peristiwa sejarah, tentang adanya jarimah-jarimah

yang dilakukan dengan motif politis.12

Di dalam hukum pidana positif, pada hakekatnya, tindak pidana

dibedakan menjadi dua yaitu kejahatan dan pelanggaran. Pembagian ini

muncul di dalam KUHP Belanda pada tahun 1886 yang kemudian tetap ada

pada KUHP Indonesia pada tahun 1918. Dasar pembedaan ini, menurut para

sarjana karena sejak semula dapat dirasakan mana perbuatan yang

bertentangan dengan hukum sebelum para pembuat undang-undang

menyatakannya di dalam undang-undang atau disebut dengan delik hukum

dan mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum setelah dinyatakan di

dalam undang-undang atau disebut juga dengan delik undang-undang.

Pembeda lainnya adalah pada berat atau ringannya pidana yang diancamkan. 12 Ahmad Hanafi, M.A, Azas-Azas Hukum Pidana Islam, (Jakarta, P.T Bulan Bintang, 2005), h. 7.

Page 27: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Dalam tindak kejahatan, diancamkan pidana yang berat seperti mati

sedangkan untuk tindak pelanggaran maka diancam dengan sanksi yang

ringan. Namun, dalam perkembangannya telah terjadi kesulitan dalam

pembedaannya antara kejahatan dan pelanggaran karena baik kejahatan

maupun pelanggaran dapat diancam dengan pidana penjara atau pun denda. 13

Kriteria pembagian tindak pidana yaitu kejahatan dan pelanggaran

pada akhirnya tidak menghasilkan kesepakatan diantara para ahli sarjana

hukum sehingga muncullah pembagian-pembagian tindak pidana berdasarkan

jenis-jenis tertentu, yaitu :

a. Cara perumusannya

Yaitu delik formal dan delik materiil. Delik formal adalah tindakan yang

dilarang tanpa mempersoalkan akibat dari tindakan itu. Contohnya dalam

tindakan pencurian, selama unsur-unsur pada pasal 362 KUHP sudah

terpenuhi maka tidak dipersoalkan lagi apakah tindakannya sudah selesai

atau belum atau apakah korban merasa rugi atau tidak.

Delik materiil adalah tindakan yang selain dilarang juga harus ada akibat

yang timbul dari tindakan tersebut sehingga dapat dikatakn telah terjadi

tindak pidana sepenuhnya. Contohnya dalam hal pembunuhan.

b. Cara melakukan tindak pidana

13 S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta, Alumni Ahaem-Petehaem,1996), h. 226.

Page 28: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Dibagi menjadi tiga, yaitu delik komisi (delicta commissionis), delik omisi

(delicta ommissionis) dan delik campuran (delicta commissionis per

ommissionem commissa).

Delik komisi adalah tindakan aktif (active handeling) yang dilarang dan

untuk pelanggarannya diancam pidana. Contoh : dilarang membunuh

(Pasal 338), dilarang mencuri (Pasal 362) dan lain-lain.

Delik omisi adalah tindakan yang pasif (passive handeling). Tindakan

yang diharuskan untuk dilakukan dan jika tidak dilakukan akan diancam

dengan pidana. Contoh : Wajib melaporkan kejahatan tertentu (Pasal 164),

memberikan pertolongan kepada orang yang berada dalam bahaya (Pasal

531).

Delik campuran adalah tindakan yang terdiri dari tindakan komisi dan

omisi sekaligus. Contoh : membiarkan orang yang masih wajib ada di

dalam pemeliharaannya sehingga mengakibatkan kematian orang tersebut

(Pasal 306).

c. Dilihat dari ada atau tidaknya pengulangan atau kelanjutannya

Delik Mandiri adalah jika tindakannya hanya dilakukan satu kali saja

sedangkan delik berlanjut atau sama yang berulang adalah jika tindakan

yang sama dilakukan berulang seperti pemegang kas yang tiap hari

menggelapkan uang sedikit demi sedikit sampai akhirnya dia tertangkap.

d. Dilihat dari berakhir atau berkesinambungan suatu delik

Delik berakhir atau selesai adalah delik dengan melakukan sesuatu

perbuatan seperti merampas kemerdekaan orang lain sedangkan delik

Page 29: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

berkesinambungan adalah delik yang terjadi karena meneruskan sesuatu

yang dilarang.

e. Dilihat dari tindakan itu merupakan kebiasaan atau tidak

Delik yang merupakan kebiasaan adalah delik yang dilakukan secara terus

menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan sedangkan yang dimaksud

dengan delik yang bukan kebiasaan adalah delik sebagai pekerjaan artinya

satu perbuatan saja sudah cukup. Contoh : seorang dokter yang membuka

praktek tanpa izin.

f. Dilihat dari hal-hal yang dapat memberatkan atau meringankan pidana

Hal-hal yang dapat memberatkan pidana seperti pencurian dengan

penganiayaan sehingga ancaman hukumannya dapat diperberat sedangkan

hal-hal yang meringankan seperti pelaku langsung menyerahkan diri dan

mengakui kesalahannya. Hal-hal seperti ini dapat dijadikan pertimbangan

bagi seorang hakim dalam memutuskan perkara.

g. Dilihat dari bentuk kesalahan dari pelaku. Dibagi sebagai delik sengaja

dan delik alpa.

h. Dilihat dari tindakan tersebut mengenai hak hidup negara, ketatanegaraan

atau pemerintahan. Yang dimaksud dalam delik ini adalah adanya

pembedaan antara delik umum dengan delik yang berkaitan dengan

politik atau pemerintahan.

i. Dilhat dari perbedaan subjek.

Dibagi menjadi delik khusus (delict propria) dan delik umum (commune

delicten). Delik khusus (delict propria) adalah delik yang hanya dapat

Page 30: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kualitas tertentu seprti delik

jabatan, delik militer dan lain-lain sedangkan delik umum (commune

delicten) adalah delik yang dapat dilakukan oleh semua orang tanpa

mensyaratkan adanya kualitas tertentu.

j. Dilihat dari cara penuntutan.

Dibagi menjadi dua, yaitu delik aduan (klacht delicten) dan delik tanpa

aduan (gewone delicten). Yang dimaksud dengan delik aduan adalah delik

yang hanya dapat dituntut jika adanya pengaduan dari orang yang merasa

dirugikan. Misalnya delik pers tentang pencemaran nama baik sedangkan

delik tanpa aduan adalah delik yang dapat dituntut tanpa perlu menunggu

adanya aduan dari pihak yang dirugikan. Misalnya delik pembunuhan.

Dengan melihat penjabaran dari bentuk-bentuk tindak pidana ditinjau

dari hukum pidana islam dan hukum pidana positif, dapat disimpulkan bahwa

pembagian bentuk tindak pidana pada tinjauan kedua hukum tersebut

mempunyai persamaan, akan tetapi pembagian bentuk tindak pidana pada

hukum pidana islam terlihat lebih ringkas dan lebih jelas dalam

memahaminya dibandingkan pada hukum pidana positif.

Di dalam suatu tindakan ataupun perbuatan pasti ada unsur-unsur yang

menyertainya. Keberadaan unsur-unsur ini sangat penting agar kita dapat

menentukan apakah suatu perbuatan itu dapat disebut sebagai tindak pidana

atau tidak. Menurut Ahmad hanafi dalam bukunya “Azas-Azas Hukum

Pidana” menjelaskan bahwa unsur-unsur umum pada tindak pidana di dalam

hukum pidana Islam ada tiga, yaitu :

Page 31: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

1. Adanya nash yang melarang perbuatan dan mengancamkan hukuman

terhadapnya atau disebut dengan unsur formal atau “Rukun Syar’i”.

2. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan-

perbuatan nyata atau pun sikap tidak berbuat dan unsur ini disebut dengan

unsur materiil atau “Rukun Maddi”.

3. Pembuat adalah orang mukallaf, yaitu orang yang dapat dimintai

pertanggungjawaban terhadap jarimah yang diperbuatnya dan unsur ini

disebut dengan unsur moril atau “Rukun Adabi”.

Ketiga unsur di atas harus ada di dalam suatu jarimah, akan tetapi akan

ada juga penambahan unsur-unsur dalam tiap jarimah secara khusus sehingga

unsur-unsur khusus ini berbeda-beda pada bilangan dan macamnya.

Menurut Simmons, unsur-unsur dari tindak pidana di dalam hukum

pidana positif itu adalah :

1. diancam dengan pidana oleh hukum

2. bertentangan dengan hukum

3. dilakukan oleh orang yang bersalah

4. orang itu dipandang bertanggungjawab atas perbuatannya.14

Sedangkan menurut Prof. Moljatno unsur-unsur yang lahir dari suatu

perbuatan adalah :

a. Kelakuan dan akibat

14 Andi Hamzah, Azas-azas Hukum Pidana, (Jakarta, P.T Rineka Cipta, 2004), h. 88.

Page 32: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

b. Hal ikhwal keadaan tertentu yang menyertai perbuatan. Contohnya dalam

kejahatan yang dilakukan oleh pejabat negara. Kalau tidak ada pejabat

negara maka tidak ada pula kejahatan pejabat negara.

c. Unsur-unsur yang memberatkan pidana. Contohnya seperti penganiayaan.

Menurut Pasal 351 ayat (2) KUHP diancam dengan pidana penjara paling

lama dua tahun delapan bulan tapi jika penganiayaan tersebut

menimbulkan luka-luka berat maka akan diancam pidana penjara lima

tahun.

d. Sifat melawan hukum dilihat dari perbuatannya atau objektif artinya

perbuataannya sendiri sudah mencerminkan perbuatan melawan hukum

tanpa harus dijelaskan lagi atau dibuat unsur-unsur lagi. Contohnya dalan

hal pemberontakan. Dalam hal ini, pemberontakkan sendiri sudah sangat

jelas melawan hukum sehingga tidak perlu dijelaskan lagi dengan kata-

kata bahwa perbuatan ini melawan hukum.

e. Sifat melawan hukum dilihat dari pelakunya atau subjektif. Dalam hal ini

yang dimaksud adalah niat atau maksud dari si pelaku. Misalnya pada

tindak pidana pencurian, di dalam rumusan Pasal 362 KUHP unsur-unsur

yang merujuk kepada niat dari si pelaku yang mencuri untuk bisa

menguasai sebagian atau seluruhnya dari harta milik orang lain.

Jadi, dengan demikian bahwa unsur-unsur yang harus terdapat dalam suatu

tindak pidana antara hukum pidana Islam dan hukum pidana positif, pada

dasarnya memiliki persamaan, yaitu ada aturan yang dilanggar, ada ancaman

Page 33: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

hukuman dan si pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya di

hadapan hukum.

C. Tujuan dan Sanksi Pidana

Pada setiap aturan hukum yang dilanggar pasti ada ancaman hukuman

yang mengiringinya. Pada hukum pidana Islam, hukuman dimaksudkan untuk

memelihara, menciptakan kemaslahatan manusia dan ditetapkan untuk

memperbaiki tiap-tiap orang agar dapat menjaga masyarakatnya.

Tujuan pokok penjatuhan hukuman di dalam hukum pidana Islam ada

tiga macam, yaitu sebagai berikut :

1. Pencegahan (الردع و الز حر) artinya menahan pembuat agar tidak

mengulangi perbuatan jarimahnya atau agar ia tidak terus menerus

melakukannya karena dia mengetahui hukuman terhadap jarimah tersebut.

2. Pengajaran serta pendidikan artinya memberikan ) يب االصال والتح ز(

pelajaran bagi pelaku dan orang lain tentang suatu jarimah sehingga dapat

menahan orang lain untuk tidak melakukannya. 15

Menurut Ahmad Hanafi dalam “Azas-Azas Hukum Pidana Islam”

hukuman itu sendiri dapat dibagi menjadi beberapa penggolongan dilihat dari

segi tinjauannya, yaitu :

1. Ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman dengan hukuman lain :

15 Ahmad Hanafi, M.A, op.cit , h. 191

Page 34: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

a. hukuman pokok (‘uqubah asliyah), yaitu hukuman asal bagi satu

jarimah. Seperti hukuman potong tangan untuk pencurian.

b. hukuman pengganti (‘uqubah badaliyah), yaitu menggantikan

hukuman pokok apabila hukuman pokoknya tidak dapat dilaksanakan

karena alasan yang sah. Seperti hukuman diyat sebagai pengganti

hukuman qisas.

c. hukuman tambahan (‘uqubah taba’iyah), yaitu hukuman yang

mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan secara

tersendiri seperti larangan menerima warisan bagi orang yang

melakukan pembunuhan terhadap keluarganya.

d. hukuman pelengkap (‘uqubah takmiliyah), yaitu hukuman yang

mengikuti hukuman pokok dengan syarat ada keputusan tersendiri dari

hakim dan syarat inilah yang membedakan antara hukuman tambahan

dan hukuman pelengkap. Seperti mengalungkan tangan pencuri yang

telah dipotong di lehernya.

2. Ditinjau dari segi kekuasaan hakim dalam penentuan berat ringannya

hukuman :

a. hukuman yang hanya mempunyai satu batas artinya tidak ada batas

tertinggi atau terendahnya, seperti hukuman jilid sebaga hukuman had.

b. hukuman yang mempunyai batas tertinggi dan terendah, dimana hakim

diberikan kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai antara

kedua batas tersebut.

3. Ditinjau dari segi besarnya hukuman yang telah ditentukan :

Page 35: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

a. hukuman yang telah ditentukan macam dan besarnya dan hakim harus

melaksanakannya tanpa dikurangi ataupun ditambah atau bahkan

diganti dengan hukuman yang lain. Hukuman ini dapat disebut dengan

“hukuman keharusan” (‘uqubah lazimah).

b. Hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk memilih sekumpulan

hukuman yang telah ditetapkan oleh syara’ agar bisa disesuaikan

dengan keadaan pembuat dan perbuatannya atau dapat disebut dengan

“hukuman pilihan” (‘uqubah mukhayyarah).

4. Ditinjau dari segi sasaran/tempat dilaksanakannya hukuman :

a. hukuman badan artinya hukuman yang dijatuhkan atas badan seperti

hukuman mati, dera, penjara dan lain-lain.

b. hukuman jiwa, yaitu hukuman yang dikenakan atas jiwa seseorang

bukan badannya seperti menegur, ancaman.

c. Hukuman harta, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada harta

seseorang seperti diyat, denda dan perampasan harta.

5. Ditinjau dari macamnya jarimah yang diancamkan hukuman :

a. hukuman hudud yaitu hukuman yang telah ditetapkan untuk jarimah

atau tindak pidana hudud.

b. hukuman qisas-diyat, yaitu hukuman yang telah ditetapkan untuk

jarimah qisas-diyat.

c. hukuman kifarat yaitu hukuman yang ditetapkan untuk sebagian

jarimah qisas-diyat dan beberapa jarimah takzir.

Page 36: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

d. hukuman ta’zîr yaitu hukuman yang ditetapkan untuk jarimah atau

tindak pidana ta’zîr. Hukuman takzir ini dapat berupa hukuman

kurungan, mati atau denda dan lain-lain serta merupakan kewenangan

dari hakim dalam menentukannya.

Di dalam hukum pidana positif, terdapat beberapa fase yang terjadi sebelum

munculnya teori mengenai tujuan hukuman. Fase-fase tersebut adalah :

1. Fase balasan perseorangan atau individu, pada fase ini penuntutan

hukuman terletak pada keluarga korban atau walinya atas dasar naluri

membalas terhadap orang yang telah menyerang mereka. Pada fase ini

tidak terdapat batasan sehingga terkadang pembalasannya melebihi dari

perbuatan yang telah dilakukan.

2. Fase balasan Tuhan, yang dimaksud adalah bahwa pelaku harus menebus

kesalahannya dengan tujuan agar pelaku merasa kapok dan orang lain

tidak meniru perbuatannya, akan tetapi fase ini menyebabkan terlalu

mudahnya menetapkan hukuman mati atas orang lain sehingga unsur

keadilannya tidak terjaga.

3. Fase kemanusiaan, pada fase ini sudah mulai diterapkan prinsip-prinsip

keadilan dan kasih sayang dalam mendidik dan memperbaiki diri pelaku.

Selain itu, juga muncul teori dari sarjana italia, Beccaria yang mengatakan

bahwa suatu hukuman harus dibatasi dengan keadilan dan kepentingan

dan merupakan suatu kedzaliman jika suatu hukuman memlebihi apa yang

diperlukan untuk melindungi masyarakat.

4. Fase keilmuan, lahirnya tiga aliran Itali, yaitu :

Page 37: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

a. Hukuman mempunyai tugas dan tujuan ilmiah, yaitu melindungi

masyarakat dari perbuatan jarimah dan mencegah seseorang untuk

tidak mengulangi perbuatannya serta mencegah orang lain untuk

meniru perbuatannya.

b. Penjatuhan hukuman harus berdasarkan pengamatan ilmiah dan praktis

serta kenyataan yang terjadi, seperti faktor-faktor yang membuat

pelaku melakukan jarimah.

c. Kegiatan masyarakat dalam menanggulangi jarimah selain kepada

pelakunya juga kepada kondisi-kondisi yang menimbulkan jarimah

tersebut.

5. Teori gabungan adalah teori yang muncul sesudah fase keilmuan dan teori

inilah yang dipakai pada masa sekarang dalam penjatuhan hukuman. Teori

gabungan ini adalah menyatukan teori tradisional yang berasaskan pikiran

tentang keadilan dan kebebasan seseoarng dengan teori baru yang

mendasarkan hukuman atas pembelaan masyarakat akibat jarimah-jarimah

tersebut. Menurut teori tersebut, hukuman itu mempunyai dua tugas :

a. Mewujudkan prinsip keadilan yang menghendaki agar dalam

penjatuhan hukuman tidak boleh melebihi besar dan bahaya dari

jarimah itu sendiri.

Page 38: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

b. Membela masyarakat dengan cara mendasarkan hukuman pada

kecondongan pelaku melakukan jarimah serta keadaannya yang

membahayakan.16

Adanya sanksi merupakan wujud dari norma hukum. Keberadaan sanksi

adalah sebagai alat pemaksa agar seseorang mentaati norma-norma yang

berlaku.17 Tujuan dari adanya sanksi adalah :

1). Alat pemaksa, pendorong atau jaminan agar norma hukum ditaati oleh

semua orang.

2). Merupakan akibat hukum bagi orang yang melanggar norma hukum.18

Keberadaan sanksi merupakan senjata pamungkas dalam menjaga

ketertiban di dalam masyarakat. Adanya suatu pelanggaran atau kejahatan

maka penentuan sanksi akan disesuaikan dengan akibat yang ditimbulkan oleh

tindakan tersebut. Penentuan ini diserahkan kepada negara dan dalam hal ini

adalah hakim. Sanksi dalam pidana menurut Pasal 10 KUHP dapat dibagi

menjadi dua, yaitu :

a. Pidana Pokok

1. pidana mati, pidana ini adalah pidana terberat diantara semua pidana.

Pidana ini diancamkan atas kejahatan yang sangat berat, seperti

pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP) dan pencurian dengan

kekerasan (pasal 365 ayat (4)).

16 Ahmad Hanafi, M.A, op.cit , h. 192 17 S.R Sianturi, Ibid , h. 28 18 S.R Sianturi, Ibid , h. 29

Page 39: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

2. pidana penjara, adalah hukuman yang membatasi kemerdekaan atau

kebebasan seseorang. Hukuman penjara ini lebih berat daripada

hukuman kurungan karena diancamkan atas berbagai kejahatan.

Hukuman penjara minimum satu hari dan maksimum penjara seumur

hidup. Hal ini diatur dalam pasal 12 KUHP yang berbunyi sebagai

berikut :

“(1). Pidana penjara adalah seumur hidup atau selama waktu tertentu (2). Pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek adalah satu hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut. (3). Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan untuk dua puluh tahun berturut-turut dalam hal kejahatan yang pidananya hakim boleh memilih antara pidana mati, pidana seumur hidup dan pidana penjara selama waktu tertentu; begitu juga dalam hal batas lima belas tahun dapat dilampaui karena perbarengan (concursus), pengulangan (residivie) atau karena yang ditentukan dalam pasal 52 dan 52 a (L.N. 1958 no. 127) (4). Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh lebih dari dua puluh tahun”.

3. pidana kurungan adalah hukuman yang lebih ringan daripada hukuman

penjara karena merupakan ancaman untuk pelanggaran atau kejahatan

karena kelalaian. Lamanya hukuman kurungan dibatasi paling sedikit

satu hari dan paling lama satu tahun.

4. denda, hukuman denda ini dapat diancamkan selain pada pelaku

pelanggaran juga diancamkan pada pelaku kejahatan yang adakalanya

sebagai alternatif atau kumulatif. Jumlah yang dapat dikenakan

minimum dua puluh lima sen dan jumlah maksimumnya tidak ada

ketentuannya. Hukuman denda ini dapat dilunasi oleh siapa pun, baik

dari pihak keluarga ataupun kenalan.

b. Pidana Tambahan

Page 40: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Pidana tambahan adalah hukuman yang hanya dapat dijatuhkan bersamaan

dengan hukuman pokok dan hakim tidak mempunyai kewajiban untuk

menjatuhkannya.

1. pencabutan hak-hak tertentu, hal ini diatur dalam pasal 35 KUHP yang

berbunyi :

“(1). Hak-hak terpidana yang dengan putusan hakim dapat dicabut dalam hal-hal yang ditentukan dalam Kitab Undang-undang ini, atau dalam aturan umum lainnya ialah : 1. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu 2. Hak memasuki angkatan bersenjata 3. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan

berdasarkan aturan-aturan umum. 4. Hak menjadi penasehat (raadsman) atau pengurus menurut hukum

(gerechetelijk bewindvoerder), hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas atas orang yang bukan anak sendiri;

5. Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan atas anak sendiri;

6. Hak menjalankan pencaharian (beroep) yang tertentu. (2). Hakim tidak wenang memecat seorang pejabat dari jabatannya, jika dalam aturan-aturan khusus ditentukan penguasa lain untuk pemecatan itu”. Lamanya pencabutan hak tersebut diserahkan kepada keputusan hakim.

2. perampasan barang-barang tertentu adalah perampasan barang hasil

kejahatan atau barang milik terpidana yang digunakan untuk

melaksanakan kejahatannya. Hal ini diatur dalam pasal 39 KUHP :

“(1). Barang-barang kepunyaan terpidana yang diperoleh dari kejahatan atau sengaja dipergunakan untuk melakukan kejahatan, dapat dirampas. (2). Dalam hal pemidanaan karena kejahatan yang tidak dilakukan dengan sengaja atau karena pelanggaran dapat juga dirampas seperti di atas, tetapi hanya dalam hal-hal yang ditentukan dalam undang-undang (3). Perampasan dapat juga dilakukan terhadap orang yang bersalah yang oleh hakim diserahkan kepada Pemerintah tetapi hanya atas barang-barang yang telah disita”.

Page 41: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

3. pengumuman putusan hakim, bertujuan untuk memberitahukan kepada

seluruh masyarakat agar masyarakat dapat lebih berhati-hati terhadap si

terhukum dan prosedurnya diatur di dalam KUHP pasal 43, yaitu :

“Apabila hakim memerintahkan supaya putusan diumumkan berdasarkan Kitab Undang-undang ini atau aturan-aturan umum lainnya, maka harus ditetapkan pula bagaimana cara melaksanakan perintah itu atas biaya terpidana”.

Page 42: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

BAB III

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan

Pembunuhan termasuk ke dalam dosa besar karena pembunuhan

berarti tindakan yang membuat orang lain kehilangan nyawanya. Di dalam

sejarah kehidupan umat manusia, pembunuhan pertama dilakukan oleh Qabil

terhadap Habil. Keduanya adalah anak dari Nabi Adam a.s. Peristiwa tersebut

dijelaskan oleh Allah di dalam Q.S Al-Maidah ayat 27-31 :

☺ ⌧

⌧ ⌧

Page 43: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

)٢٧ -٣١: الما ئده (

Artinya : “(27). Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.(28). Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.(29). Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.(30). Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.(31). kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal”. (Q.S Al-Maidah : 27-31)

Allah S.W.T melarang tindakan pembunuhan dan ini terlihat dalam

beberapa firman Allah. Seperti :

)١٥١: اال نعا م (

Page 44: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Artinya : “Jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak…”. (Q.S. Al-An’am : 151)

Dan juga firman Allah lainnya :

⌧ ☺ )٩٢ :النسا ء (…

Artinya : “Tidak boleh seorang mukmin membunuh orang mukmin kecuali karena tersalah…”. (Q.S An-Nisa’ : 92)

Sebagai tindakan pidana yang dilakukan pertama kali antar umat

manusia, Allah menetapkan hukuman yang sangat tegas, seperti yang

dijelaskan pada ayat berikut:

⌧و

)٤٥: الما ئده ( ☺

Artinya : “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi dan luka-luka pun ada qishash….”. (Q.S Al-Maidah : 45)

Dilihat dari ayat di atas, selain menjelaskan tentang bagaimana

tegasnya Allah menetapkan hukuman dalam tindakan pidana ini juga secara

tidak langsung juga menjelaskan bahwa hukuman yang setimpal dalam tindak

pidana pembunuhan tidak hanya terdapat di dalam Al-Qur’an tetapi juga

terdapat pada kitab suci lainnya bahkan mungkin didalam seluruh agama di

Page 45: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

dunia ini dan hal ini juga menyiratkan bahwa hukuman yang ditetapkan dalam

tindak pidana ini yaitu qishash dianggap paling adil untuk menghargai jiwa

manusia yang sudah diambil atau dihilangkan nyawanya oleh orang lain.

Dalam bahasa arab, pembunuhan disebut القتل dari kata "قتل" yang

bersinonim امات yang artinya mematikan.

Sedangkan mengenai pengertian dari pembunuhan itu sendiri, Abdul

Qadir Al-Audah mengartikannya sebagai berikut :

أ خرد تزول به الحياة أى أنه إزها ق روح أ دمى بفعل أ د مى االقتل هوفعل من العب

Artinya : ”Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang menghilangkan kehidupan yakni pembunuhan itu dalah menghilangkan nyawa manusia dengan sebab perbuatan manusia yang lain”.19

Pengertian pembunuhan menurut Zainuddin Ali adalah suatu aktivitas

yang dilakukan oleh seseorang dan/atau beberapa orang yang mengakibatkan

seseorang dan/atau beberapa orang meninggal dunia.20

Tindak pidana pembunuhan, di dalam Kitab Undang-undang Hukum

Pidana termnasuk ke dalam kejahatan terhadap nyawa. Kejahatan terhadap

nyawa (misdrijven tegen het leven) adalah berupa penyerangan terhadap

nyawa orang lain.21 Pembunuhan sendiri berasal dari kata bunuh yang berarti

mematikan, menghilangkan nyawa. Membunuh artinya membuat supaya mati.

Pembunuh artinya orang atau alat yang membunuh dan pembunuhan berarti

19 Audah, Abd Al-Qadir, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, (Beirut : Dar Al-Kitab Al-Arabi, tanpa tahun), h. 6 20 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2007), h. 24 21 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa,( Jakarta, P.T RajaGrafindo Persada, 2002), h. 55.

Page 46: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh. Suatu perbuatan dapat

dikatakan sebagai pembunuhan adalah perbuatan oleh siapa saja yang dengan

sengaja merampas nyawa orang lain. 22

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian pembunuhan pada dasarnya adalah suatu perbuatan seseorang yang

dapat mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain, terlepas dari unsur

kesengajaan atau tidak.

B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pembunuhan

Suatu perbuatan tindak pidana tidak hanya mengenai satu tindakan

tetapi dapat menjdi berbagai macam jenis tergantung dari unsur-unsur yang

terdapat di dalam perbuatan tersebut.

Tindak pidana pembunuhan di dalam hukum pidana islam dapat dibagi

ke dalam tiga jenis, yaitu :

1. Pembunuhan sengaja yaitu suatu perbuatan penganiayaan terhadap

seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawanya. Pembunuhan

sengaja ini merupakan perbuatan yang haram dan Allah berfirman :

⌧ )٣٣: اال ئسرأ ( ⌧

22 Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, (Bandung, Alumni, 1992), h. 129.

Page 47: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dzalim maka sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (Q.S Al-Isra’ : 33)

Dan bahkan Allah pun menyatakan bahwa seseorang yang membunuh

orang lain sama dengan dia membunuh seluruh manusia dalam salah satu

firman-Nya :

☺ ⌧ ☺

⌧ ☺

☺ )٣٢: الما ئده (

Artinya :”Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa barangsiapa membunuh seorang manusia bukan karena bukan karena orang itu (membunuh) yang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa memelihara kehidupan seseorang, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya”. (Q.S Al-Maidah : 32)

Nabi Muhammad S.A.W dalam haditsnya menyatakan sebagai berikut :

اهللا رحمة لقى اهللا مكتوبا بين عينيه ايس منن اعا ن على قتل امرء مسلم بشرط آليمةم )رواه البيهقى عن ابن عمر(

Page 48: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Artinya : “Barangsiapa menolong atas pembunuhan terhadap seorang muslim dengan sepatah kata, maka (di akhirat) bertemu Allah dengan dahi bertuliskan ‘Orang yang putus asa dari rahmat Allah’”. (H.R Baihaqi dari Ibn Umar).

Unsur-unsur yang terdapat pada pembunuhan sengaja adalah :

a. Korban adalah orang yang hidup, artinya adalah bahwa korban itu

adalah manusia yang hidup ketika terjadi pembunuhan walaupun dia

sedang sakit parah. Menurut Drs. H. Ahmad Wardi Muslich di dalam

buku “Hukum Pidana Islam”, selain syarat bahwa korban itu hidup

juga ditambahkan bahwa korban adalah orang yang mendapatkan

jaminan keselamatan oleh negara artinya korban merupakan seorang

warga negara yang dilindungi.

b. Perbuatan si pelaku yang mengakibatkan kematian korban artinya

perbuatan yang dilakukan oleh si pelakulah yang menyebabkan

kematian. Hubungan antara kematian dan perbuatan seseorang ini

juga harus jelas menerangkan bahwa akibat dari perbuatan seseorang

tersebut adalah kematian bagi orang lain begitu juga sebaliknya dan

jika kaitan diantaranya terputus maka pelaku dapat dianggap tidak

dengan sengaja menbunuh dan menyebabkan penjatuhan hukuman

yang berbeda.

Selain itu juga berhubungan dengan alat yang digunakan. Yang

dimaksud dengan alat disini adalah alat yang pada umumnya dapat

mematikan sedangkan menurut Imam Malik, setiap cara atau alat yang

Page 49: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

mengakibatkan kematian dianggap sebagai pembunuhan jika

dilakukan dengan sengaja.

c. Ada niat dari si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban. Menurut

para ulama niat memegang peranan yang sangat penting dalam

pembunuhan sengaja dan karena niat itu tidak terlihat maka dapat

diperkirakan niat dari si pelaku melalui alat yang digunakan.

2. Pembunuhan semi sengaja yaitu perbuatan penganiayaan terhadap

seseorang tidak dengan maksud membunuhnya tetapi malah

mengakibatkan kematian. Ada tiga unsur dalam tindak pidana

pembunuhan jenis ini adalah :

a. Pelaku melakukan sesuatu dalam bentuk apa pun yang mengakibatkan

kematian korban.

b. Ada maksud penganiayaan atau permusuhan, artinya pada dasarnya

pelaku tidak berniat atau bermaksud walaupun dia menyakiti korban.

c. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan pelaku dengan kematian

si korban, yaitu penganiayaan yang dilakukan si pelaku telah

menyebabkan kematian korban secara langsung atau merupakan sebab

yang membawa kematiannya.

3. Pembunuhan karena kesalahan. Pada dasarnya, unsur-unsur yang terdapat

di dalamnya adalah :

a. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian

Page 50: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

b. Terjadinya perbuatan karena kesalahan. Ukuran kesalahan di dalam

hukum pidana Islam adalah kelalaian atau kurang hati-hati atau merasa

tidak akan terjadi apa-apa.

c. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan

kematian korban. Harus dapat dicari hubungan yang dapat

menerangkan bahwa kematian korban akibat dari kesalahan pelaku.

Dalam tindak pidana jenis ini ada tiga kemungkinan, yaitu :

i. Bila si pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu perbuatan

dengan tanpa maksud melakukan suatu kejahatan tetapi

mengakibatkan kematian seseorang. Kesalahan seperti ini disebut

salah dalam perbuatan (error in concrito).

ii. Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat

membunuh seseorang yang dalam persangkaannya boleh dibunuh

namun ternyata orang tersebut tidak boleh dibunuh, misalnya

sengaja menembak seseorang yang disangka musuh dalam

peperangan tetapi ternyata adalah kawan sendiri. Kesalahan ini

disebut salah dalam maksud (error in objecto).

iii. Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan tetapi akibat

kelalaiannya dapat menimbulkan kematian, seperti seseorang

terjatuh dan menimpa bayi yang berada di bawahnya hingga mati. 23

Di dalam hukum pidana positif, tindak pidana pembunuhan atau kejahatan

terhadap nyawa ini dikelompokkan atas 2 dasar, yaitu : atas dasar 23 A Djazuli, Op.cit, h. 123.

Page 51: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

kesalahannya dan atas dasar objeknya (nyawa). Atas dasar kesalahannya,

dapat dibagi menjadi :

1. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus

misdrijven) .

pembunuhan dalam bentuk sengaja ini dapat dibagi lagi menjadi 7 jenis,

yaitu :

a. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (Pasal 338) dengan ancaman

hukuman 15 tahun penjara. Unsur-unsurnya terdiri dari :

1). Unsur objektif : perbuatannya adalah menghilangkan nyawa dan

objeknya adalah nyawa orang lain

2). Unsur subjektif : dengan sengaja

b. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana

lain (pasal 339) dengan ancaman penjara seumur hidup atau penjara 20

tahun. Unsur-unsur yang terdapat pada pembunuhan jenis ini adalah :

1). Semua unsur yang ada pada pembunuhan biasa dalam bentuk

pokok.

2). Yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain

3). Pembunuhan dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan,

mempermudah pelaksanaan tindak pidana lain dan jika tertangkap

tangan bertujuan untuk menghindarkan diri sendiri ataupun orang

lain yang ikut terlibat atau untuk memastikan penguasaan benda

yang didapatkannya dengan cara melawan hukum.

Page 52: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

c. Pembunuhan Berencana (pasal 340) diancam dengan pidana penjara

seumur hidup atau selama 20 tahun. Unsur-unsurnya adalah :

1). Unsur objektif : perbuatannya adalah menghilangkan nyawa dan

objeknya adalah nyawa orang lain

2). Unsur subjektif : dengan sengaja dan dengan rencana terlebih

dahulu

d. Pembunuhan bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan oleh

ibunya.

Dalam pembunuhan jenis ini dapat dibagi lagi menjadi 2 macam, yaitu

pembunuhan bayi biasa atau yang tidak direncanakan dan pembunuhan

bayi yang direncanakan. Pada dasarnya, unsur-unsur yang terdapat

pada kedua macam pembunuhan bayi tersebut adalah sama dengan

pelaku adalah ibunya, objeknya adalah nyawa bayi, motifnya adalah

karena takut ketahuan dan dilakukan dengan sengaja. Hal yang

membedakannya adalah pada pembunuhan bayi dengan berencana

maka adanya suatu keputusan yang telah diambil sebelumnya yaitu

membunuh bayi itu.

e. Pembunuhan atas permintaan korban (pasal 344) diancam dengan

pidana penjara 12 tahun. Unsur-unsurnya adalah :

1). Perbuatannya adalah menghilangkan nyawa

2). Objeknya adalah nyawa orang lain

3). Atas permintaan dari korban itu sendiri

4). Yang jelas dinyatakan dengan sungguh-sungguh

Page 53: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

f. Pembunuhan berupa penganjuran atau pertolongan pada bunuh diri

(pasal 345), diancam dengan pidana penjara 4 tahun kalau orang

tersebut jadi bunuh diri. Unsur-unsurnya adalah :

1). Unsur objektif : perbuatannya adalah mendorong, menolong atau

memberikan sarana kepada orang untuk bunuh

diri dan kemudian orang tersebut jadi bunuh diri.

2). Unsur subjektif : dengan sengaja

g. Pembunuhan kandungan atau pengguguran (pasal 346-349). Dilihat

dari subjek hukumnya maka pembunuhan jenis ini dapat dibedakan

menjadi :

1). Yang dilakukan sendiri (pasal 346) diancam penjara 4 tahun

2). Yang dilakukan oleh orang lain atas persetujuannya (pasal 347)

atau tidak atas persetujuannya (pasal 348)

3). Yang dilakukan oleh orang lain yang mempunyai kualitas tertentu

seperti dokter, bidan dan juru obat baik atas persetujuannya

ataupun tidak.

2. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan tidak sengaja (culpose

misdrijven) terdapat pada pasal 359 dengan unsur-unsur sebagai berikut :

a. adanya unsur kelalaian atau culpa dalam bentuk kekurang hati-hatian.

b. adanya wujud perbuatan tertentu

c. adanya kematian orang lain

Page 54: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

d. adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dan akibat kematian

orang lain.24

Sedangkan atas dasar objeknya, dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, dimuat pada pasal 338-

340 dan pasal 344-345.

2. kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah

dilahirkan, dimuat pada pasal 341-343.

3. kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada di dalam kandungan Ibu

atau janin, dimuat pada pasal 346-349.

C. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan

Sanksi dari tindak pidana pembunuhan di dalam hukum pidana islam

ada beberapa jenis. Garis besarnya adalah hukuman itu terdiri dari hukuman

pokok, hukuman pengganti dan hukuman tambahan. Hukuman pokok pada

tindak pidana pembunuhan adalah qisas. Apabila dimaafkan oleh keluarga

korban, maka hukuman penggantinya adalah diyat dan jika sanksi qishash

atau diyat itu dimaafkan maka akan ada hukuman takzir dan hukuman

tambahan yang dimaksud adalah seperti pencabutan hak waris.

Hukuman yang dijatuhkan untuk masing-masing jenis pembunuhan

juga berbeda, yaitu sebagai berikut :

1. Hukuman Pembunuhan Sengaja

24 Adami Chazawi, Ibid , h. 56-126

Page 55: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Hukuman pokoknya adalah qisas atau balasan setimpal. Yang

dimaksud dengan balasan setimpal adalah perbuatan yang mengakibatkan

kematian maka balasannya juga kematian. Hal ini berdasarkan firman

Allah S.W.T pada Q.S Al-Baqarah ayat 178-179 :

☺ ⌦ ⌧

☺ ☺

)١٧٨ −١٧٩: اال بقره (

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman ditetapkan atasmu qishash dalam pembunuhan, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan perempuan dengan perempuan. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, baginya siksa yang sangat pedih.(178). Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hari orang-orang yang berakal supaya kamu bertakwa.(179)”. (Q.S Al-Baqarah : 178-179)

Apabila qisas tidak dilaksanakan baik karena tidak memenuhi syarat-

syarat pelaksanaannya maupun mendapatkan maaf dari keluarga korban

maka hukuman penggantinya adalah dengan membayar diyat berupa 100

Page 56: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

(seratus) ekor unta kepada keluarga korban. hal ini sesuai dengan hadits

Nabi Muhammad S.A.W kepada penduduk Yaman :

النفس أن من اعتبط مؤمنا قتال عن بينة فا نه قود اال ان ترضى اولياء المقتول وان فى

)ابن حبا ن و احمد, ابن خزيمه, النسا ئ, وراه ابودود.(…ما ئة من االبل الدية

Artinya : “Sesungguhnya barangsiapa yang membunuh seorang mukmin

tanpa alasan yang sah dan ada saksi, ia harus diqishash kecuali apabila keluarga korban merelakan (memaafkannya) dan sesungguhnya dalam menghilangkan nyawa harus membayar diyat berupa seratus ekor unta”. (H.R Abu Daud, Al-Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Ahmad )

Walaupun sudah ada hukuman pengganti yang berbentuk diyat namun

dalam pelaksanaannya diserahkan kembali kepada keluarga korban,

apakah akan menuntut hukuman diyat itu atau tidak namun pelaku akan

tetap dikenai hukuman tambahan atau kifarat yang merupakan hak dari

Allah.

Bentuk pertama dari hukuman kifarat ini adalah memerdekakan hamba

sahaya dan bila tidak melakukannya maka wajib menggantinya dengan

puasa dua bulan berturut-turut dan hukuman kedua dari kifarat ini adalah

kehilangan hak mewarisi dari yang dibunuhnya. Sesuai dengan hadits

Nabi :

)وراه النسا ئ و الدارقطنى( ليس للقا تل من الميراث شيء

Artinya : “Si pembunuh tidak boleh mewarisi harta orang yang dibunuhnya”. (H.R An-Nasa’I dan Daruquthni)

2. Hukuman Pembunuhan Semi Sengaja

Page 57: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Hukuman pokoknya adalah diyat mughalladzah artinya diyat yang

diperberat. Dasar dari hukuman diyat mughalladzah ini adalah :

أ ال إن دية الخطإ و شبه العمد ما ئة من اإلبل منها أر بعون فى بطو نها أوالدها

)أخرجه أبوداودوالنسا ئىوابن ماجه وصححه ابن حبا ن(

Artinya :”Ingatlah, sesungguhnya diyat kekeliruan dan menyerupai sengaja yaitu pembunuhan dengan cambuk dan tongkat adalah seratus ekor unta, diantaranya empat puluh ekor yang di dalam perutnya ada anaknya (sedang bunting)”. (H.R Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban).

Perbedaan antara diyat pembunuhan sengaja dengan pembunuhan semi

sengaja terletak pada pembebanan dan waktu pembayaran. Pada

pembunuhan sengaja, diyat dipikul oleh pelaku sendiri dan

pembayarannya tunai sedangkan pada pembunuhan semi sengaja, diyat

dibebankan kepada keluarga pelaku atau aqilah dan pembayarannya dapat

diangsur selama tiga tahun.

Hukuman kifarat terhadap pembunuhan semi sengaja adalah

memerdekakan hamba sahaya dan dapat diganti dengan berpuasa selama

dua bulan berturut-turut. Jika hukuman diyat gugur karena adanya

pengampunan maka pelaku akan dikenakan hukuman takzir yang

diserahkan kepada hakim yang berwenang sesuai dengan perbuatan si

pelaku. Hukuman tambahan pada pembunuhan semi sengaja sama dengan

hukuman tambahan pada pembunuhan sengaja, yaitu tidak dapat mewarisi

dari orang yang telah dibunuhnya.

3. Hukuman Pembunuhan karena Kesalahan

Page 58: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Hukuman pokok yang dijatuhkan adalah diyat mukhaffafah, yaitu

diyat yang diperingan. Keringanan tersebut dapat dilihat dari tiga aspek,

yaitu :

a. Kewajiban pembayaran dibebankan kepada aqilah (keluarga).

b. Pembayaran dapat diangsur selama tiga tahun

c. Komposisi diyat dibagi menjadi lima kelompok :

- 20 ekor anak sapi betina, berusia 1-2 tahun

- 20 ekor sapi betina yang sudah besar

- 20 ekor sapi jantan yang sudah besar

- 20 ekor unta yang masih kecil, berusia 3-4 tahun

- 20 ekor unta yang sudah besar, berusia 4-5 tahun

Hukuman pokok lainnya adalah dengan memerdekakan hamba sahaya

atau diganti dengan berpuasa dua bulan berturut-turut dan hukuman

tambahan adalah tidak dapat mewarisi harta dari orang yang telah

dibunuhnya walaupun pembunuhannya karena kesalahan.

Sanksi dalam pembunuhan pada hukum pidana positif adalah sebagai berikut :

1. Pembunuhan Sengaja, dalam bentuk umum atau pokok diatur dalam

pasal 338 KUHP :

“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.

2. Pembunuhan Berencana, diatur dalam pasal 340 KUHP :

“Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”.

Page 59: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

3. Pembunuhan Tidak dengan Sengaja. Diatur dalam pasal 359 KUHP:

“Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”.

Di dalam hukum pidana positif, tindak pidana pembunuhan juga merupakan

suatu bentuk kejahatan yang serius. Hal ini dapat dilihat dari ancaman

hukuman dari ketiga bentuk tindak pidana tersebut.

Pembunuhan sengaja merupakan bentuk umum, pokok atau biasa dari

suatu tindak pidana pembunuhan sedangkan pembunuhan berencana, sangat

terkait dengan batin dari si pelaku. Pada dasarnya, istilah direncanakan

terlebih dahulu adalah suatu pengertian yang harus mempunyai syarat-syarat

sebagai berikut :

a. Pengambilan keputusan untuk berbuat atas sesuatu dilakukan pada suasana

hati yang tenang.

b. Dari sejak adanya keputusan atau kehendak akan berbuat sesuatu sampai

pada pelaksanaan ada tenggang waktu yang cukup yang dapat dipergunakan

untuk berpikir kembali.

c. Dalam melaksanakan perbuatannya, dilakukan dalam suasana hati yang

tenang. Artinya ketika melakukan perbuatan dalam kondisi yang tidak

dipengaruhi oleh emosi dan tidak tergesa-gesa.25

Pada pembunuhan berencana ini, ancaman hukumannya lebih berat

karena kembali pada niat dan kesiapan pelaku dalam melakuakan semuanya.

25 Adami Chazawi, Ibid , h. 27

Page 60: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Tenggang waktu yang ada merupakan suatu kesempatan bagi pelaku

untuk meneruskan atau tidak dan ketika pelaku memilih untuk tetap

melanjutkan maka ancaman hukumannya pun lebih berat, sedangkan pada

pembunuhan tidak disengaja, terdapat unsur-unsur sebagai berikut : adanya

kelalaian, adanya wujud perbuatan tertentu, mengakibatkan kematian orang

lain dan adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dengan kematian

orang lain tersebut. Hal yang paling membedakan antara pembunuhan tidak

sengaja dengan dua bentuk pembunuhan lainnya adalah tidak adanya niat dari

si pelaku untuk mengakibatkan matinya seseorang dan juga adanya unsur

kelalaian sehingga menyebabkan ancaman hukumannya pun jauh lebih ringan

daripada dua bentuk pembunuhan lainnya.

Melihat penjabaran di atas maka dapat dikatakan bahwa penerapan

sanksi pada hukum pidana islam bertujuan untuk memberikan keadilan bagi

keluarga korban dan juga ketenangan baik untuk keluarga korban maupun

masyarakat lainnya. Oleh karena itu, penjatuhan hukuman kepada pelaku

pembunuhan berada di tangan keluarga atau wali korban, sebagai pihak yang

paling dirugikan yang ketentuannya sudah diatur di dalam Al-Qur’an dan

Hadits sedangkan walaupun tujuan umum dari sanksi di dalam hukum pidana

positif adalah sebagai alat untuk membalas akan tetapi dengan ancaman

pidana penjara paling lama lima belas tahun membuat tujuan tersebut tidak

tercapai karena penjatuhan hukuman tersebut berada di tangan hakim yang

justru, kadang keputusannya membuat keluarga korban tidak mendapatkan

Page 61: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

keadilan sebagaimana mestinya dan kehidupan masyarakat pun menjadi

terganggu.

Page 62: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

BAB IV

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA

MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Anak dan Kedudukannya

1. Pengertian Anak dan Hubungan antara Orang Tua dengan Anak

Anak di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia mempunyai

bermacam-macam batasan. Hal ini dikarenakan, hukum positif di

Indonesia melihat batasan pengelompokkan anak dari segi umur. Di dalam

KUHP, seseorang tidak dapat dituntut pertanggungjawaban pidananya

ketika belum berumur 16 tahun, seperti yang terdapat pada pasal 45

KUHP:

“Dalam menuntut orang yang belum cukup umur (minderjarig) karena melakukan perbuatan sebelum berumur enam belas tahun, hakim dapat menentukan : Memerintahkan supaya yang bersalah dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharanya, tanpa pidana apa pun atau memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada Pemerintah, tanpa pidana apa pun, yaitu jika perbuatan merupakan kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut pasal 489, 490, 492, 496, 497,503, 505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536 dan 540 serta belum lewat dua tahun sejak dinyatakan salah karena melakukan kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut di atas, dan putusannya menjadi tetap, atau menjatuhkan pidana.”

Melihat dari isi pasal di atas, KUHP menganggap bahwa seseorang

yang belum berumur 16 tahun ke atas dapat disebut anak karena tidak

dapat dimintai pertanggungjawabannya atas tindak pidana yang dia

lakukan.

Page 63: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Di dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak, pengertian anak terdapat pada pasal 1 nomor 2 :

“Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin”.

Adanya Konvensi Hak Anak telah menghasilkan kesepakatan

mengenai batas umur seorang anak ditetapkan dalam Undang-Undang No.

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Di dalam undang-undang

tersebut, pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Pengertian ini terdapat pada pasal 1, nomor 1 sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa pengertian anak pada hukum positif adalah seseorang

yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih berada di dalam

kandungan. Artinya secara tidak langsung, hukum positif menaruh

perhatian pada anak bahkan menghargai calon anak yang masih di dalam

kandungan karena sudah sangat dianggap keberadaan hidupnya.

Anak berasal dari sebuah keluarga. Keluarga adalah lembaga terkecil

di dalam masyarakat dan dari sanalah seorang anak mendapatkan

pendidikan untuk pertama kalinya. Pada intinya, keluarga berasal dari

adanya suami dan isteri yang akhirnya memegang peranan sebagai orang

tua. Kalau dikatakan di awal bahwa keluarga sebagai lembaga dimana

seorang anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya maka orang

tua adalah pihak yang paling utama dan bertanggung jawab dalam

mengemban tugas tersebut. Hubungan antara orang tua dan anak pada

Page 64: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

dasarnya adalah hubungan yang tidak akan pernah putus. Ini merupakan

hubungan seumur hidup. Oleh karena itu, kedua pihak di dalam hubungan

ini, yaitu orang tua dan anak dapat menjaga dan saling menghormati

keberadaan masing-masing.

Di dalam hukum pidana islam, pengelompokkan anak selain dilihat

dari faktor usia juga dari cara berpikirnya. Pengelompokkan tersebut

dimulai dengan melihat dari dua unsur dari pertanggungjawaban pidana,

yaitu kemampuan berpikir (idrak) dan pilihan (ikhtiyar). Adanya kedua

unsur inilah yang membentuk pertanggungjawaban pidana. Ketika

kekuatan berpikir tidak ada pada seseorang maka tanggung jawab

pidananya pun tidak ada26.

Kedua unsur ini juga yang menjadi dasar dari penetapan fase-fase

yang dilalui oleh manusia dari sejak lahir sampai dengan usia dewasa,

yaitu :

a. Fase pertama : fase tidak adanya kemampuan berpikir (idrak).

Menurut para fukaha, fase ini dimulai dari sejak lahir dan berakhir

pada saat usia 7 (tujuh) tahun. Pada fase, seseorang dianggap tidak

mempunyai kemampuan untuk berpikir dan disebut dengan anak yang

belum mumayyiz walaupun pada kenyataannya, tamyiz tidak terbatas

pada usia tetapi juga dipengaruhi dengan lingkungan, pengaruh

keluarga dan lain-lain. Pembatasan dengan menggunakan usia 7 tahun

agar bisa berlaku pada semua orang. 26 Tim Tsalisah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam II, (P.T Kharisma Ilmu, tanpa tahun), h. 255

Page 65: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

b. Fase kedua : fase kemampuan berpikir lemah

Fase ini dimulai dari usia tujuh tahun sampai pada usia baligh.

Mayoritas fukaha membatasinya pada usia lima belas tahun karena

seseorang pada usia itu telah dinggap dewasa walaupun belum

mengetahui makna dewasa sesungguhnya. Pada fase ini, jika seorang

anak yang telah mumayyiz melakukan tindak pidana maka dia tidak

dapat dikenai hukuman pidana, akan tetapi dikenakan tanggung jawab

ta’dibi yaitu hukuman yang bersifat mendidik. Artinya si anak tidak

dapat dianggap sebagai residivis atau pengulang kejahatan jika tindak

pidana tersebut dilakukannya lagi.

c. Fase ketiga : fase kekuatan berpikir penuh (sempurna)

Fase ini dimulai sejak si anak menginjak usia kecerdasan atau dewasa,

yaitu sejak usia lima belas tahun. Pada fase ini, seseorang dapat

dikenai hukuman pidana atas tindakan pidana apa pun yang telah dia

lakukan dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain27.

Dilihat dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam hukum

pidana islam, pengertian anak, menurut para fukaha adalah jika seseorang

belum mencapai usia lima belas tahun, akan tetapi kesepakatan ini akan

berbeda ketika dihadapkan pada tindak pidana pembunuhan anak oleh

orang tuanya yang akan dijelaskan pada subbab B tentang Pengertian

Pembunuhan Anak.

27 Tim Tsalisah, op.cit, h. 256

Page 66: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Membicarakan anak, tidak lepas dari keberadaan orang tua. Hubungan

diantara keduanya adalah hubungan timbal balik dan seharusnya saling

menguntungkan. Hubungan antara orang tua dengan anaknya adalah

hubungan yang alamiah dan berjalan dengan apa adanya. Tidak ada

peraturan yang dapat mengatur bagaimana jalannya hubungan tersebut.

Islam sebagai agama yang paling mulia hanya mengatur bagaimana orang

tua memperlakukan anaknya begitu juga sebaliknya. Di dalam hukum

positif, yaitu UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

pembahasan mengenai orang tua dan anak lebih dititik beratkan kepada

hak dan kewajiban.

Di dalam islam, anak merupakan amanat dari hasil kerja yang terbaik

sehingga setiap anak mempunyai keistimewaan tersendiri jadi orang tua

tidak boleh membedakan perlakuan antara anak yang satu dengan anak

lainnya dan mengasuhnya sehingga dapat menjadi manusia-manusia yang

dapat dibanggakan.

2. Perlindungan Anak

Banyak sekali peraturan yang mengatur tentang kepentingan anak

selain dari keberadaan KUHP dari segi pidana dan KUH Perdata dari segi

keperdataan. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

adalah awalnya dimana anak dibahas pada Bab IX pasal 42-47 kemudian

lahirnya Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak dan juga dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1988 tentang

Page 67: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Usaha Kesejahteraan Anak dan terakhir adalah Undang-Undang Nomor

23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Orang tua adalah pihak yang paling diwajibkan dalam menjaga dan

memelihara tumbuh kembangnya anak di dalam menjalani kehidupan.

Kewajiban ini juga diatur di dalam pasal 26 Undang-Undang Nomor 23

tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang pada dasarnya, kewajiban

orang tua adalah sebagai berikut :

1. Mengasihi, memelihara, mendidik dan melindungi anak

2. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuannya, bakat

dan minatnya dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-

anak.

Kesejahteraan dan perlindungan anak bukan masalah milik orang tua saja

tapi juga milik semua elemen di dalam masyarakat. Di dalam Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga dijelaskan

bahwa ada kewajiban yang dibebankan kepada seluruh warga Negara dan

pemerintah, yaitu sebagai berikut :

1. Bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak

2. Berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana

dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak

3. Menjamin perlindungan pemeliharaan dan kesejahteraan anak

4. Menjamin penyelenggaraan perlindungan anak

Page 68: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

5. Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan

pendapat28.

Di dalam islam, anak adalah milik dan tanggung jawab dari orang tua. Hal

ini dijelaskan dalam suatu hadits :

أبى ير يد و و لدا و إنأل ا ر جل قا ل يا ر سو ل اهللا إ ن لى معن جا بر بن عبد اهللا أن

)رواه ابن ما جه( أن يجتا ح ما لىفقا ل أنت و ما لك أل بيك

Artinya :“Datang seorang laki-laki kepada Nabi S.A.W lalu berkata :

“Sesungguhnya Aku mempunyai harta dan juga banyak anak tapi sesungguhnya Ayahku menghabiskan hartaku”, Nabi S.A.W menjawab : “Engkau dan hartamu adalah kepunyaan ayahmu”. (H.R Ibnu Majah)

Di dalam hadits di atas, Allah menegaskan bahwa sampai kapan pun, anak

adalah anak dan tetap menjadi milik orang tua. Anak merupakan hasil

kerja terbaik dari orang tua sehingga Allah memperbolehkan orang tua

menikmati harta dari anaknya tersebut.

Walaupun anak sepenuhnya adalah milik orang tua yang diamanatkan

dari Allah, orang tua tetap tidak boleh seenaknya saja menghilangkan

miliknya tersebut. Allah bahkan menegaskan bahwa keberadaan anak

adalah anugerah tersendiri bagi orang tua sehingga para orang tua tidak

boleh berusaha menghilangkan anaknya hanya karena takut miskin hanya

karena adanya anak. Allah sudah sangat menjamin keberadaan setiap

anak-anak yang lahir di dunia ini sehingga tidak alasan bagi orang tua

28 Prinst, Darwan. Hukum Anak Indonesia. (P.T Citra Aditya Bakti. Bandung. 2003), h. 156

Page 69: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

untuk tidak dapat melindungi anaknya dengan baik. Hal ini dijelaskan

oleh Allah dalam firman-Nya :

⌧ ☺

⌧ ) ١٥١− ١٥٢ : اال نما م (

Artinya : “(151. )Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang dihadapkan

atas kamu oleh Tuhan-Mu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan Dia dengan sesuatu, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhan-Mu kepadmu supaya kamu memahami. (152). dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar

Page 70: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”. (Q.S Al-An’aam : 151-152)

B. Pengertian Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya

Menurut Prof. Wirjono Prodjodikoro dalam buku “Tindak-tindak

Pidana Tertentu di Indonesia”, pembunuhan anak adalah pembunuhan oleh

ibunya sendiri dari seorang anak pada waktu atau tidak lama setelah

dilahirkan dan yang didorong oleh ketakutan si ibu akan diketahui bahwa ia

telah melahirkan anak.

Menurut Ny. Nayla Widharma S.H dalam “Kuliah Delik-delik khusus

dalam KUHP” di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tanggal 01

Februari 1983 mengatakan bahwa pembunuhan anak adalah pembunuhan

yang dilakukan si ibu atas pertimbangan bahwa si ibu takut diketahui bahwa

ia melahirkan anak yang dilakukan pada saat atau tidak berapa lama setelah

melahirkan anaknya. Pada dasarnya pembunuhan ini dilakukan sebagai

berikut :

a. Pada saat dilahirkan

b. Tidak lama setelah dilahirkan

Dilihat dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari

pembunuhan anak adalah pembunuhan yang dilakukan oleh ibunya sendiri

Page 71: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

dengan motif takut keberadaan anaknya diketahui orang lain yang dilakukan

pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan.

Pembunuhan anak untuk selanjutnya dibahas pada pasal 80 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang

menyatakan pada bahwa pembunuhan terhadap anak itu adalah hilangnya

nyawa anak yang sebelumnya disertai dengan kekejaman, kekerasan atau

ancaman kekerasan atau penganiayaan. Hal yang sama juga dicantumkan pada

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan di Dalam Rumah

Tangga (KDRT).

Ketika kematian seorang anak itu disebabkan oleh orang tuanya

sendiri maka ancaman hukumannya pun diperberat pada pasal 80 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yaitu :

“Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya”.

Di dalam hukum pidana islam, pembunuhan terhadap anak tercantum

pada sebuah hadits sebagai berikut :

سمعت أني لوآل فر فع إلى عمر فقا ل بسيف فقتله ف ر جل ا بنا له قا ل حذعن مجا هد

لد من و لد ه لقتلتك قبل أن تبر حا يقا د الوا هللا صلى ا هللا عليه و سلم يقو ل ال ر سو ل

) وراه أحمد(

Artinya : “Dari Mujahid berkata : “ada seseorang yang membunuh anaknya

dengan pedang, maka hal itu dilaporkan kepada Umar bin Khattab, lalu beliau berkata : “seandainya aku tidak pernah mendengar Rasulullah S.A.W bersabda bahwa seorang ayah tidak boleh dihukum qisas dengan sebab membunuh anaknya, sungguh

Page 72: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

aku akan membunuh kamu sebelum kamu pergi (dari sini)”. (H.R Ahmad)

Kata الو لد diartikan sebagai seseorang yang ada karena keberadaan

orang tuanya atau terlahir dari orang tuanya atau anak kandung. Maksudnya

adalah dari awal keberadaannya walaupun masih dalam bentuk gumpalan

daging di dalam rahim ibunya akan tetap disebut anak karena keberadaan dia

yang disebabkan oleh orang tuanya. Dari mulai dia ada di dalam rahim ibunya

sampai sepanjang hidupnya maka dia akan disebut الو لد dan kata ini berlaku

bagi perempuan dan laki-laki. Kata الوا لد, walaupun merujuk kepada bapak

tapi dapat juga diartikan sebagai ibu. Pemakaian kata bapak di dalam hadits

dikarenakan pada zaman Rasulullah, para bapaklah yang paling banyak

membunuh anaknya.29

Melihat penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan pembunuhan anak di dalam islam adalah hilangnya nyawa seorang

anak (baik laki-laki ataupun perempuan dan tanpa batasan umur) yang

dilakukan oleh orang tuanya (baik bapak ataupun ibu). Hadits di atas ini tidak

hanya diriwayatkan oleh Ahmad tetapi juga oleh Ibnu Majah dan juga At-

Tirmidzi. Hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi memiliki penjelasan

dari Al-Munawi dan juga Imam Syafi’i mengenai kenapa orang tua tidak

dikenai qisas. Menurut Al-Munawi, orang tua adalah sebab dari adanya anak

maka tidak mungkin anak menjadi sebab tidak adanya orang tua sedangkan

menurut Imam Syafi’i adalah bahwa dia mengetahui hadits tersebut dari 29 Manzur, Ibnu, Lisan al-Arab, (Al-Qahirah : Dar al-Hadits, 2003), Jilid 9, h. 397.

Page 73: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

banyak ulama bahwa seorang ayah tidak boleh diqisas karena membunuh

anaknya. Maka, dia juga sependapat dengan hal itu30. Keberadaan hadits ini

juga diperkuat dengan adanya hadits yang menyatakan bahwa,”kamu dan

hartamu adalah milik ayahmu”. Hal ini makin memperkuat posisi orang tua

dalam kehidupan anaknya.

Menurut beberapa ulama, alasan tentang hadits ini adalah bahwa orang

tua sangat mencintai anaknya, apa pun yang dia lakukan pasti dilakukan untuk

kebaikan anaknya sedangkan anaknya mencintai orang tuanya karena untuk

dirinya sendiri. Namun Imam Malik tidak sependapat. Menurutnya orang tua

dapat dikenai qisas karena hadits di atas ditafsirkan hanya untuk tindak pidana

pembunuhan anak yang tidak disengaja. Tindakan tersebut pada awalnya yang

dilakukan untuk mendidik anaknya tapi malah menyebabkan kematian.

Perbedaan diantara para ulama ini terjadi dilatarbelakangi oleh salah

satunya adalah kondisi sosial yang ada pada saat itu terutama perbedaan

kondisi sosial antara Imam Malik dan Imam Syafi’i. Kondisi sosial pada masa

Imam Syafi’i dapat dikatakan tidak separah dengan kondisi sosial pada masa

Imam Malik sehingga Imam Syafi’i berpendapat bahwa sangatlah tidak

mungkin orang tua dapat membunuh anaknya sendiri karena anak tersebut

merupakan darah dagingnya yang amt dia dambakan dan sayangi. Tindakan

pembunuhan anak oleh orang tuanya tersebut dianggap sebagai tindakan yang

tidak dapat terbayangkan dan tidak mungkin terjadi.

30 CD Maktabah Syamilla

Page 74: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Amat berbeda dengan kondisi sosial sebelum masa Imam Syafi’i, yaitu

pada masa Imam Malik. Pada masa itu, kondisinya amat parah sehingga

pembunuhan anak bukn menjadi suatu hal yang langka tapi sering terjadi.

Atas dasar itulah, Imam Malik berpendapat bahwa pembunuhan anak oleh

orang tuanya dikenakan qisas untuk memberikan pelajaran dan efek jera

kepada para orang tua agar jangan memperlakukan nyawa anaknya dengan

semena-mena.

C. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya

Hukum pidana islam mengartikan pembunuhan anak adalah

pembunuhan terhadap anak oleh orang tuanya walaupun anak itu masih

berbentuk gumpalan daging, janin, balita ataupun sudah dewasa bahkan

walaupun terpisahnya janin ini kadang-kadang dalam keadaan hidup dan

kadang pula dalam keadaan meninggal tapi tindakan ini sudah dianggap

sempurna ketika janin sudah terpisah dari ibunya.

Secara umum, pembunuhan anak di dalam hukum pidana islam dapat

dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Pembunuhan Anak Sengaja

2. Pembunuhan Anak Tidak Sengaja

Unsur pembeda bagi kedua macam pembunuhan di atas adalah pada

pembunuhan sengaja, terdapat unsur niat untuk membunuh korban sedangkan

Page 75: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

pada pembunuhan anak tidak sengaja, tidak ada niat untuk menghilangkan

nyawa tapi malah berakibat hilangnya nyawa korban.

Pada dasarnya, kedua macam pembunuhan anak di atas, unsur-

unsurnya meliputi :

1. Hilangnya nyawa

2. Anak, artinya sejak dia terpisah dari janin ibunya sampai dewasa.

3. Pelakunya adalah orang tua kandungnya.

Di dalam pembunuhan anak termasuk di dalamnya adalah

pengguguran kandungan atau aborsi yang menurut Abdul Qadir Al-Audah,

perbuatan itu terjadi dengan tiga kemungkinan, yaitu :

1. Dengan perkataan, seperti gertakan, intimidasi yang mengakibatkan

gugurnya kandungan. Sebagian para fukaha berpendapat bahwa orang

yang mencaci perempuan hamil dengan cacian yang menyakitkan maka ia

harus bertanggung jawab secara pidana jika caci tersebut mengakibatkan

keguguran.31

2. Dengan perbuatan, seperti memukul atau memberi minum obat sehingga

kandungannya menjadi gugur.

3. Dengan sikap tidak berbuat, seperti tidak memberi makan atau minum.

Lebih lanjut, menurut Abdul Qadir Al-Audah tindak pidana

pembunuhan atas janin ini bisa disebabkan oleh siapa pun, baik ayah, ibu

ataupun orang lain walaupun begitu, pelakunya harus bertanggung jawab

31 Tim Tsalisah, Op.Cit, hal 100.

Page 76: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

terhadap perbuatannya dan tidak ada pengaruh karena sudah ada pengaturan

hukumannya. Janin-janin akan meminta pertanggungjawaban dri para

pelakunya melalui Allah dan Allah akan bertanya kepada mereka, seperti

dalam firman-Nya :

)٨−٩: التكو ير (

Artinya : “Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh”. (Q.S At-Takwir : 8-9)

Di dalam hukum pidana positif, tindak pidana pembunuhan anak

sudah diatur di dalam KUHP dan peraturan perundang-undangan lainnya yang

dapat dibagi menjadi :

1. Pembunuhan Anak Biasa (kinderdooslag) pada pasal 341 :

“Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”.

Dilihat dari isi pasal di atas, maka unsur-unsur yang terdapat pada tindak

pidana di atas adalah :

a) Dilakukan dengan sengaja, dengan penuh kesadaran dan tahu akan

akibat dari perbuatannya.

b) Oleh Ibu kepada anaknya

c) Pada waktu sedang atau tidak lama seteah dilahirkan

d) Anaknya merupakan anak kandung

Page 77: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

e) Motifnya adalah takut akan diketahui oleh orang lain mengenai

keberadaan anak tersebut.

2. Pembunuhan Anak Berencana (kindermoord) pada pasal 342 :

“Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”.

Sedangkan pembunuhan anak terencana mempunyai unsur-unsur sebagai

berikut :

a) Dilakukan dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu.

Indikasinya adalah adanya tenggang waktu yang cukup untuk dapat

berpikir kembali.

b) Oleh Ibu kepada anaknya

c) Anak itu merupakan anak kandungnya sendiri

d) Pada saat sedang atau tidak lama setelah dilahirkan

e) Bermotif takut diketahui akan keberadaan anaknya yang baru

dilahirkannya32.

Pada unsur “pada saat sedang melahirkan” diartikan oleh Van

Bemmelen sejak sang ibu mulai merasakan akan segera melahirkan anak

sedangkan unsur “tidak lama setelah dilahirkan” diartikan oleh Noyon-

32 Nurmono Asmoro, Hendro .R, Skripsi “Suatu Tinjauan tentang Pembunuhan Anak”, (Jakarta : Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 1988), h.14.

Page 78: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Langemeyer adalah tenggang waktu itu berhenti ketika sang ibu mulai

memutuskan untuk memelihara anaknya.33

Kedua pembunuhan di atas, diatur di dalam KUHP dan secara jelas

dan tegas menyebutkan salah satu unsurnya ialah pelaku adalah ibu

kandung dari anak itu sendiri. Keberadaan unsur ini juga berkaitan dengan

unsur yang lain, yaitu motif dari tindakan tersebut, adalah takut ketahuan

orang lain akan keberadaan anaknya yang baru dilahirkan atau tidak lama

dia lahirkan. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa ketika seorang ayah yang

melakukan pembunuhan tersebut maka si ayah tidak dapat dikenakan

pasal 341 atau 342 tetapi diancam dengan pasal 338 (pembunuhan biasa)

dan pasal 340 (pembunuhan berencana)

3. Pengguguran Kandungan atau Aborsi pada pasal 346 :

“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

Persamaan antara pembunuhan anak dan aborsi adalah harus adanya

kandungan (vrucht) atau bayi (kidn) yang hidup dan yang kemudian

dimatikan sehingga aborsi dimasukkan ke dalam KUHP dalam bab

kejahatan terhadap nyawa.

Perbedaannya antara kedua jenis pembunuhan di atas adalah bahwa di

dalam pembunuhan anak, harus ada bayi yang lahir dan hidup lalu

kemudian dibunuh sedangkan di dalam aborsi adalah apapun yang keluar

33 Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, (Bandung : P.T Refika Aditama, 2003), h.71.

Page 79: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

dari dalam seorang ibu adalah suatu kandungan, baik yang hidup tetapi

belum menjadi bayi ataupun yang sudah dalam keadaan mati. Hal lain

yang juga menjadi unsur penting di dalam aborsi adalah hal yang

mendorong seorang ibu melakukannya atau motifnya tidak dipedulikan

sedangkan di dalam pembunuhan anak biasa, tindakan tersebut dilatar

belakangi oleh rasa ketakutan akan diketahuinya anaknya lahir34.

4. Pembunuhan Anak yang disertai atau didahului dengan kekerasan,

ancaman kekerasan atau penganiayaan pada pasal 351 (3) :

“Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”

Pada bentuk pembunuhan ini, dapat dilihat bahwa penganiayaan yang

dilakukan pada dasarnya untuk menyakiti korban bukan untuk

mengkibatkan kematian pada korban. Hal inilah yang membedakan

dengan pembunuhan. Walaupun pada akhirnya keduanya mengakibatkan

matinya orang lain tetapi pada pembunuhan, segala tindakan pelaku

bertujuan untuk menghilangkan nyawa dari orang tersebut sedangkan pada

penganiayaan, tindakan yang dilakukan oleh pelaku adalah umtuk

menyakiti orang lain, tidak ditujukan pada matinya orang lain.

Selain pada pasal 351 (3), pembunuhan anak yang disertai atau

didahului dengan kekerasan, ancaman kekerasan atau penganiayaan juga

diatur pada pasal 353 (3), yaitu dengan tambahan unsur berencana dengan

ancaman hukuman sembilan tahun penjara.

34 Wirjono Prodjodikoro, Ibid, hal 72.

Page 80: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Selain diatur pada KUHP, tindak pidana pembunuhan anak yang

disertai dengan penganiayaan ini juga diatur pada UU No. 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak, Pasal 80 :

“(1). Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 72.000.000,- (tujuh puluh dua juta rupiah). (2). Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). (3). Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). (4). Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya”.

Melihat dari isi pasal di atas terutama ayat (3) dan ayat (4), maka unsur-

unsurnya adalah :

a) Hilangnya nyawa

b) Didahului atau disertai dengan kekejaman, kekerasan, ancaman

kekerasan atau penganiayaan

c) Terhadap anak, dalam hal ini adalah anak yang belum berusia 18

tahun, termasuk yang berada di dalam kandungan.

d) Pelaku adalah orang tua dari anak tersebut

e) Tanpa harus diketahui motif dari tindakan tersebut

Dan juga pada UU No. 23 Tahun 2004 tentang KDRT, pasal 44 ayat (1),

(2) dan (3) :

“(1). Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud pada pasal 5 huruf a

Page 81: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah). (2). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah). (3). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah)”.

Isi dari pasal 5 huruf a yang disebutkan pada pasal di atas mengenai

larangan untuk melakukan kekerasan fisik terhadap orang lain di dalam

lingkup rumah tangganya dan lingkup rumah tangga yang dimaksud di

dalam Undang-undang ini adalah :

a. Suami, isteri dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri)

b. Orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang-orang yang

disebutkan pada huruf a, seperti sepupu, ipar, mertua dan lain-lain

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga yang bersangkutan baik

menetap ataupun tidak.

Unsur-unsur yang terdapat pada UU No. 23 Tahun 2004 mengenai

pembunuhan anak adalah :

a. Hilangnya nyawa

b. Didahului atau disertai dengan kekerasan atau penganiayaan

c. Korban adalah orang yang termasuk dalam lingkup rumah tangga

(termasuk di dalamnya adalah anak)

d. Pelaku adalah orang yang juga termasuk ke dalam lingkup rumah

tangga

Page 82: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

e. Tanpa harus diketahui motif dari tindakan tersebut.

Persamaan antara UU No. 23 Tahun 2002 Perlindungan Anak dengan UU

No. 23 Tahun 2004 adalah :

a. Tindakan kekejaman yang dilakukan merupakan suatu kesengajaan.

b. Sebelum mengakibatkan matinya korban didahului dengan adanya

kekerasan atau penganiayaan.

c. Motif tidak berpengaruh dalam penetapan hukuman.

Sedangkan perbedaan diantara kedua undang-undang di atas adalah :

a. Pada UU No. 23 Tahun 2002 Perlindungan Anak, korbannya dengan

sangat jelas disebutkan yaitu anak sedangkan UU KDRT korban

adalah orang-orang yang masuk dalam lingkup rumah tangga, dimana

anak adalah salah satu bagiannya.

b. Pada UU Perlindungan Anak disebutkan jika pelakunya adalah orang

tua dari anak maka hukuman yang diancamkan akan ditambah

sepertiga sedangkan di dalam UU KDRT, tidak ada ancaman

pemberatan hukuman bagi orang tua yang telah mengakibatkan

matinya sang anak.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa walaupun KUHP sudah mengatur secara

khusus mengenai pembunuhan yang disertai atau didahului dengan

penganiayaan, akan tetapi dengan adanya azas lex posteriori derogat lex

priori (peraturan hukum yang baru mengalahkan peraturan hukum yang lama)

dan juga azas lex specialis derogat lex generalis (peraturan hukum yang

khusus mengalahkan peraturan hukum yang umum) maka UU Perlindungan

Page 83: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Anak lah yang berlaku terhadap pembunuhan yang disertai atau didahului

oleh penganiayaan ini tetapi hal ini tidak berlaku jika kita kaitkan dengan

keberadaan UU KDRT yang lahir pada tahun 2004.

Azas yang berlaku diantara kedua peraturan tersebut adalah azas lex

specialis derogat lex generalis karena walaupun UU Perlindungan Anak lebih

dulu ada daripada UU KDRT, akan tetapi UU Perlindungan Anak memiliki

pasal-pasal yang bersifat khusus sehingga tidak bisa semua pasal pada UU

tersebut diterapkan dengan UU KDRT. Kekhususan tersebut terletak pada

pasal-pasal yang secara rinci dan tegas mengatur tentang pembunuhan anak

oleh orang tuanya. Pada UU Perlindungan Anak, ancaman hukumannya

adalah diperberat sepertiga dari hukuman semula yaitu : sepuluh tahun

dan/atau denda seratus juta rupiah dan juga ancaman hukuman yang

mengandung tiga pilihan, yaitu pidana penjara, pidana denda atau bahkan

kedua-duanya, menegaskan betapa kejam dan jahatnya orang tua yang tega

menyakiti anaknya sampai si anak kehilangan nyawanya sedangkan di dalam

UU KDRT membahas tindak pidana yang terjadi antar lingkup keluarga tanpa

ada pemberatan jika pelakunya adalah orang tua dari si anak.

D. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya

Tidak seperti tindak pidana pembunuhan biasa yang hukumannya

adalah qisas, menurut Imam Abu Hanifah, Asy-Syafi’i dan Ahmad bin

Hambal, di dalam tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya,

Page 84: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

hukuman qisas tidak berlaku, akan tetapi diganti dengan diyat atau

pembayaran wajib yang disebut dengan gurrah yang artinya mengganti

dengan budak laki-laki atau perempuan. Gurrah secara bahasa artinya adalah

pilihan. Dengan kata lain, diyat dapat dibayar dengan budak laki-laki atau

perempuan. Penetapan diyat ini berdasarkan pada suatu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra, pada saat dia bertanya tentang perempuan-

perempuan yang keguguran.

رضى اهللا عنه أنه استشا ر النا س فى أمال صوأل صل فى الغره ما روى عن عمر

المرأة فقا ل المغيرة بن شعبة شهد ت النبى صل اهللا عليه و سلم قضى فيه بغرة عبد أو

رضى اهللا و عن أ بى هريرة, محمد بن مسلمة بمن يشهد معك فشهد له فقال لتأ تين أمة

و ما فى األ خرى بحجر فقتلتها أمرأتا ن من هذ يل فر مت إ حدا هما ا قتتلت : قال عنه

إلى ر سو ل اهللا صل اهللا عليه و سلم فقضى الر سو ل أن دية جنينها عبد فاختصموا, بطها

المرأ ة على عا قلتها و و رثها و لد ها و من معهم و قضى بد ية, أ و أمة

Artinya : Gurrah berasal dari riwayat Umar ra bahwa dia meminta pendapat

orang –orang tentang perempuan yang keguguran. Mughirah bin Syu’bah berkata, ”Aku melihat Rasulullah menghukumi dengan budak laki-laki atau perempuan”. Umar ra lalu berkata, “Datangkanlah orang yang menyaksikan bersamamu”. Lalu Muhammad bin Maslamah memberikan kesaksian. Abu Hurairah ra berkata, “Dua orang perempuan dari Bani Hudzail saling berusaha membunuh. Salah satunya melempar yang lain dengan batu. Akhirnya wanita tersebut mati bersama bayi yang ad adi dalam perutnya”. Sahabat mengadukan masalah ini kepada Rasulullah SAW dan memutuskan bahwa diat untuk janin adalah budak laki-laki atau perempuan sedangkan diat ibunya wajib atas keluarga pelaku yang akan diwarisi anaknya dan orang yang bersama mereka”.35

35 Audah, Abd Al-Qadir, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, (Beirut : Dar Al-Kitab Al-Arabi, tanpa tahun), h. 299.

Page 85: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Sesuai dengan perkembangan zaman yang telah meniadakan perbudakkan

maka para fukaha bersepakat menentukan bentuk lain dari diyat ini adalah

lima unta untuk satu budak.

Pada diat janin laki-laki, para fukaha menentukan seperdua puluh diyat

penuh dan diyat janin perempuan sepersepuluh diyat ibu. Jika diyat

perempuan setengah dari diyat laki-laki, hasilnya diyat janin perempuan sama

dengan seperduapuluh diyat penuh.

Pembayaran diyat ini, menurut jumhur ulama merupakan pembayaran

wajib atas tindak pidana disengaja ataupun tidak disengaja. Dalam tindak

pidana disengaja maka hukumannya diperberat dengan pembayaran diyat

menggunakan harta dari pelaku, tanpa dibantu oleh orang lain sedangkan pada

tindak pidana tidak disengaja, maka pembayaran dapat ditanggung atau

dibantu oleh keluarga pelaku sedangkan menurut Imam Malik, hukuman qisas

tetap berlaku bagi pembunuhan anak oleh orang tuanya secara sengaja dan

pada pembunuhan anak tidak sengaja, maka orang tua akan dikenai diat

mughallazah atau diat yang diperberat karena pada dasarnya bertujuan untuk

mendidik atau memberikan pelajaran tetapi malah mengakibatkan kematian

bagi si anak36.

Pembayaran gurrah ini pada dasarnya diatur pada tindak pidana

pembunuhan atas janin atau aborsi tetapi jika melihat dari hadits yang

diriwayatkan oleh Ahmad beserta penjelasan arti kata Ibnu Manzur maka

dapat disimpulkan bahwa diyat gurrah ini tidak hanya berlaku pada tindak 36 H.A Djazuli, Op.cit, hal 137.

Page 86: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

pidana pembunuhan janin atau aborsi tetapi juga atas tindak pidana

pembunuhan anak secara umum akan tetapi, terlepas dari pembunuhan

sengaja atau tidak, tapi tetap dia tidak akan mendapatkan warisan dari yang

telah dibunuhnya37. Hal ini sesuai dengan hadits :

)وراه النسا ئ و الدارقطنى( ليس للقا تل من الميراث شيء

Artinya : “Si pembunuh tidak boleh mewarisi harta orang yang dibunuhnya”. (H.R An-Nasa’I dan Daruquthni)

Pada hukum pidana positif, dengan adanya bentuk-bentuk dari

tindakan pembunuhan anak ini menyebabkan adanya ancaman hukuman yang

berbeda-beda pada tiap bentuknya, yaitu :

1. Pembunuhan Anak Biasa (pasal 341 KUHP) dan Berencana (pasal 342

KUHP), masing-masing diancam dengan pidana penjara tujuh tahun dan

sembilan tahun. Pasal ini hanya dikenakan pada ibu sebagai pelakunya

dengan motif takut akan diketahui oleh orang lain tentang keberadaan

anaknya dan jika pelakunya adalah ayahnya maka pasal yang akan

dikenakan adalah pasal pembunuhan biasa (pasal 338 KUHP) atau

berencana (pasal 340) dengan ancaman hukuman masing-masing pidana

penjara lima belas tahun dan pidana penjara seumur hidup atau dua puluh

tahun penjara.

2. Pengguguran kandungan atau aborsi, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat tahun. Ancaman hukumnnya ringan dibandingkan

37 Al-Zuhayly, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islamiy wal Adillatuhu, (Dar Al-Fikr), h. 261

Page 87: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

dengan bentuk pembunuhan biasa karena pada pembunuhan biasa unsur

yang paling utama adalah membunuh anak yang keluar dalam keadaan

hidup.

3. Pembunuhan anak yang disertai atau didahuui dengan penganiayaan atau

kekerasan, pada KUHP diancam dengan tujuh tahun penjara dan sembilan

tahun pada berencana. Selain itu, KUHP juga mengkhususkan tindakan

tersebut dengan unsur pelaku dengan diperberat sepertiga ketika pelakunya

adalah orang tuanya sendiri seperti yang telah diatur pada pasal 356 :

“Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga : Ke-1 bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya menurut undang-undang, istrinya atau anaknya……” Pendasaran atas pasal 356 adalah :

a. Bahwa sebagai pencegahan khusus terhadap dilakukannya

penganiayaan terhadap anggota keluarga.

b. Bertujuan untuk melindungi kerukunan keluarga dari gangguan sesame

anggota keluarga

c. Terhadap sesama anggota keluarga sepatutnya saling menghormati dan

menjaga satu sama lainnya.

Sehingga hal di atas menunjukkan bahwa ketika orang tua yang

seharusnya melindungi anaknya ternyata malah menyakiti anaknya maka

itu merupakan tindakan yang sangat kejam sehingga orang tua harus

diperberat hukumannya daripada orang lain yang melakukannya. Selain

dengan KUHP, juga diatur secara khusus pada Undang-Undang Nomor 23

Page 88: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman pidana penjara

sepuluh tahun dan/atau Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan

diperberat sepertiga dari hukuman semula jika pelakunya adalah orang tua

dari si anak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dari mulai bentuk sampai pada ancaman

hukuman pada pembunuhan anak di dalam hukum pidana islam, ada

perbedaan pendapat diantara para ulama. Para jumhur ulama yang

berpendapat bahwa orang tua tidak dapat dikenakan qisas baik disengaja

ataupun tidak akan tetapi diganti dengan diyat sedangkan menurut Imam

Malik, qisas tetap diberlakukan pada pembunuhan anak sengaja oleh orang

tuanya dan diyat diberlakukan pada pembunuhan anak tidak sengaja.

Jika melihat relevansinya dengan kondisi pada zaman sekarang ini,

dimana pembunuhan terhadap anak kandungnya sendiri bukanlah sesuatu

yang tidak mungkin bahkan hamper menjadi sesuatu hal yang biasa maka

Penulis sendiri lebih cenderung pada pendapat Imam Malik dengan alasan

walaupun anak adalah milik orang tua akan tetapi mengambil nyawa

seseorang tidak dapat dibenarkan karena bagaimanapun anak pada dasarnya

adalah individu yang mempunyai hak untuk hidup dengan penuh

perlindungan bersama dengan orang-orang yang dia percayai, yaitu kedua

orang tuanya. selain itu, jika orang lain tanpa ada hubungan darah sekalipun

mendapat ancaman qisas jika membunuh orang lain apalagi orang tua yang

seharusnya menjaga anaknya tapi malah membunuh anaknya sedangkan pada

hukum pidana positif, hukum yang berlaku terhadap pembunuhan anak ini

Page 89: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

makin lama makin khusus. Hal ini menandakan bahwa hukum pidana positif

juga menaruh perhatian dan perlindungan terhadap pembunuhan anak oleh

orang tuanya.

E. Analisis Perbandingan

1. Persamaan Antara Hukun Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif

Pada dasarnya, tujuan dari keberadaan hukum pidana islam dan

hukum pidana positif adalah memberikan kedamaian dan keamanan serta

melindungi kepentingan masyarakat.

Penerapan hukuman pada hukum pidana islam dan hukum pidana

positif adalah dengan tujuan agar dapat mengendalikan situasi dan

masyarakat serta untuk menimbulkan rasa kesadaran bagi para pelakunya

agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Persamaan ketiga adalah hukum pidana islam dan hukum pidana

positif sama-sama menaruh perhatian yang cukup besar mengenai

kejahatan terhadap nyawa atau yang dapat kita sebut dengan tindak pidana

pembunuhan. Hukum pidana islam mengatur dan membahasnya dengan

sangat rinci sekali dari mulai macam, unsur sampai kepada hukumannya.

Begitu juga dengan hukum pidana positif. Di dalam KUHP pada Bab XIX

Tentang Kejahatan Terhadap Nyawa, ada 13 pasal yang membahas

Page 90: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

mengenai kejahatan ini dan lebih khusus lagi, keduanya juga mengatur

tentang pembunuhan anak dengan cukup rinci.

2. Perbedaan Antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif

Perbedaan antara hukum pidana islam dan hukum pidana positif

antara lain dalam tinjauan umum dari tindak pidana pembunuhan. Di

dalam hukum pidana islam, tindak pidana tersebut dibahas secara rinci dan

secara tersirat sangat mencerminkan keadilan dan ketegasan dalam upaya

penerapannya dengan hukuman utamanya adalah qisas atau balasan yang

setimpal dengan apa yang telah dia perbuat kepada orang lain. Jika

dibandingkan dengan hukum pidana positif, dapat dikatakan bahwa

hukum pidana positif kurang dalam menerapkan patokan hukuman atas

tindak pidana pembunuhan. Hukuman utamanya saja hanya diancam

dengan pidana penjara 15 (lima belas) tahun penjara.

Perbedaan berikutnya adalah pada pokok pembahasan skripsi ini

yaitu pembunuhan anak oleh orang tuanya. Di dalam hukum pidana islam

sendir pun masih ada perbedaan pendapat antar para ulama, para jumhur

ulama berpendapat bahwa tidak ada qisas bagi pembunuhan anak oleh

orang tuanya sedangkan pendapat yang sangat berbeda adalah pendapat

Imam Malik yang mengatakan bahwa peniadaan hukuman qisas bagi

orang tua itu hanya pada pembunuhan tidak sengaja dengan tujuan awal

adalah untuk mendidik atau memberikan pelajaran, yaitu dengan diyat

Page 91: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

mughallazah sedangkan untuk pembunuhan sengaja, orang tua tetap

dikenakan qisas sehingga unsur keadilan tetap terjaga.

Di dalam hukum pidana positif, pembunuhan anak sudah diatur di

dalam KUHP sampai pada Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak. Semua peraturan tersebut lebih banyak membahas

tentang penganiayaan orang tua terhadap anaknya daripada pembunuhan

anak, hal ini dapat diartikan bahwa tidak ada satu pun orang tua di dunia

ini yang benar-benar ingin membunuh anaknya. Penganiayaan yang terjadi

terhadap anak dapat dikarenakan berbagai hal, seperti upaya orang tua

untuk mendidik, pelampiasan amarah tuntutan ekonomi dan lain-lain.

Mengenai sanksi hukuman yang diterapkan pada pembunuhan

anak dengan adanya pemberatan terhadap pembunuhan anak yang

dilakukan oleh orang tuanya menegaskan bahwa adalah kewajiban orang

tua untuk menjaga dan melindungi anaknya dan akan sangat jahat dan

kejam ketika kewajiban itu malah menyebabkan seorang anak kehilangan

nyawanya walaupun pemberatan itu pun dirasa masih kurang adil bagi

anak-anak yang kehilangan nyawa di tangan orang tua kandungnya

sendiri.

Page 92: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan terhadap permasalahan yang diangkat

di dalam skripsi ini, maka penulis telah mengambil beberapa kesimpulan,

yaitu :

1. Hal yang paling membedakan diantara kedua tinjauan hukum, yaitu

hukum pidana islam dan hukum pidana positif adalah pengertian anak

jika dihubungkan dengan pembunuhan anak. Di dalam hukum pidana

islam, walaupun mengenal pembatasan usia pada anak-anak akan tetapi

jika ditarik pada hadits tentang pembunuhan anak maka pembatasan anak

tersebut menjadi hilang. Hal ini dikarenakan pada pengertian anak pada

hadits tersebut adalah dari mulai terpisah dari janin ibunya sampai

sepanjang hidupnya. Sedangkan di dalam di dalam hukum pidana positif

anak adalah yang belum berusia 18 tahun bahkan termasuk yang masih

Page 93: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

dalam kandungan jadi dapat dikatakan bahwa pembahasan pembunuhan

anak pada hukum pidana islam lebih menyeluruh daripada hukum pidana

positif yang terbatas sampai pada usia delapan belas tahun.

2. Bentuk-bentuk pembunuhan anak pada hukum pidana islam, menurut

jumhur ulama ada dua, yaitu pembunuhan anak sengaja dan tidak sengaja,

yang unsur pembedanya terletak pada niatan pelaku sedangkan pada

hukum pidana positif, bentuk-bentuk pembunuhan anak oleh orang tuanya

ada 4, yaitu : pembunuhan anak biasa, pembunuhan anak berencana,

aborsi dan pembunuhan yang didahului atau disertai penganiayaan atau

kekerasan dan pembedanya terletak pada unsur pelaku, niatan pelaku atau

bahkan motif dari pelaku.

3. Perbandingan diantara hukum pidana islam dan hukum pidana positif

terletak pada sanksi atas pembunuhan anak oleh orang tuanya. Seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jumhur ulama berpendapat orang

tua yang membunuh anaknya tidak dikenakan qisas akan tetapi akan

diganti dengan diyat gurrah, yaitu pembayaran dengan lima ekor unta

untuk satu anak dan pemberatannya terletak pada pihak yang menanggung

diyat tersebut. Pada pembunuhan sengaja maka akan dikenakan diyat

mughallazah (diyat yang diperberat), diyat tersebut hanya boleh

ditanggung oleh pelaku sendiri sedangkan pada pembunuhan tidak

sengaja, diyatnya adalah mukhafaffah (diyat yang diperingan), diyat

tersebut boleh ditanggung bersama antar pelaku dan keluarganya.

Page 94: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Menurut Imam Malik, pembunuhan sengaja tetap dikenakan qisas

sedangkan pembunuhan tidak sengaja dikenakan diyat mughallazah.

Penulis lebih memilih pendapat Imam Malik dengan alasan walaupun

anak adalah milik orang tua tapi tidak ada satu pembenaran pun bagi

orang tua sekalipun untuk dapat mencabut nyawa anaknya jadi orang tua

tetap dikenakan qisas terhadap anaknya kecuali dalam hal pembunuhan

tidak sengaja yang pada awalnya bertujuan untuk mendidik anak.

Pada hukum pidana positif dengan adanya bentuk-bentuk pada tindak

pidana tersebut sehingga menghasilkan sanksi yang berbeda-beda, yaitu :

a) Pembunuhan anak biasa diancam dengan 7 tahun penjara

b) Pembunuhan anak berencana dengan ancaman 9 tahun penjara

c) Aborsi dengan 4 tahun penjara

d) Pembunuhan yang didahului penganiayaan dengan 10 tahun penjara

dan/atau denda Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) ditambah

sepertiganya dari hukuman tersebut jika pelakunya adalah orang

tuanya sendiri.

Kesimpulannya adalah dengan mengambil pendapat Imam Malik dan

membandingkannya dengan hukum pidana positif maka dapat dikatakan

peraturan yang mengatur mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh

orang tuanya pada hukum pidana islam lebih adil dibandingkan dengan

peraturan yang mengatur tentang tindak pidana pembunuhan anak oleh

orang tuanya pada hukum pidana positif yang ancaman hukuman yang

Page 95: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

paling beratnya adalah kurang lebih tiga belas tahun penjara dan/atau

seratus tiga puluh juta rupiah.

Berikut adalah skema dari kesimpulan dari pembahasan skripsi ini :

No. Hukum Pidana Islam Hukum Pidana Positif

1. Pengertian Pembunuhan anak oleh

orang tuanya (arti anak :

kedudukan seseorang dan

tidak dibatasi oleh usia)

Pembunuhan anak oleh orang

tuanya (arti anak : anak yang

belum berusia 18 tahun

termasuk yang berada di

dalam kandungan)

2. Bentuk-Bentuk a. Pembunuhan Sengaja

b. Pembunuhan Tidak

Sengaja

a. Pembunuhan Anak Biasa

b. Pembunuhan Anak

Berencana

c. Aborsi

d. Pembunuhan Anak yang

Disertai/didahului dengan

penganiayaan

3. Sanksi Menurut Jumhur Ulama

a. Pembunuhan Sengaja

: Gurrah (Diyat

Mughallazah)

b. Pembunuhan Tidak

Sengaja : Gurrah

(Diyat Mukhafaffah)

Menurut Imam Malik :

a. Pembunuhan Sengaja

: Qisas berlaku

b. Pembunuhan Tidak

Sengaja : Gurrah

a. Pembunuhan Anak Biasa

: 7 tahun penjara (Ps. 341)

b. Pembunuhan Anak

Berencana : 9 tahun

penjara (Ps. 342)

c. Aborsi : 4 tahun penjara

(Ps. 346)

d. Pembunuhan Anak yang

Disertai/didahului dengan

penganiayaan : 7 tahun

ditambah pemberatan

sepertiga dari ancaman

Page 96: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

(Diyat Mughallazah) awal.(Ps. 351)

UU No. 23 tahun 2002

Perlindungan Anak, Ps. 80

(3) : 10 tahun penjara

dan/atau denda Rp.

200.000.000,-

Diperberat sepertiga, jika

pelaku orang tuanya (Ps. 80

ayat 4)

B. Saran-saran

1. Kepada pemerintah, diharapkan perhatiannya untuk tindak pidana

pembunuhan ini karena ini merupakan gambaran sudah betapa rusaknya

dan susahnya kehidupan rakyatnya sehingga banyak orang tua yang

membunuh anaknya hanya karena masalah sepele ataupun karena

terhimpit masalah ekonomi.

2. Untuk para aparat hukum di Indonesia, dengan banyaknya peraturan yang

mengatur tentang pembunuhan anak oleh orang tuanya seharusnya dapat

memudahkan para aparat hukum untuk menjerat pelakunya dan tidak perlu

dijerat dengan pasal-pasal pidana umum karena dalam tindak pidana ini

sudah ada undang-undang khususnya.

3. Kepada para hakim, jaksa dan pengacara hendaknya lebih teliti lagi dalam

memeriksa kasus-kasus yang berhubungan dengan pembunuhan anak.

Page 97: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Hanya karena pelaku adalah orang tuanya sendiri, jangan selalu dikaitkan

dengan kondisi kejiwaan karena pada dasarnya manusia dalam hidup

selalu mempunyai kesadaran untuk memilih jalan hidupnya. Para hakim

juga harus berani untuk menyatakan bahwa ada kalanya masalah kejiwaan

tidak ada hubungannya dengan tindak pidana ini.

4. Kepada seluruh elemen masyarakat, hendaknya lebih peka lagi dan saling

menolong terhadap sesama guna menghindari tindak pidana pembunuhan

anak oleh orang tuanya ini. Perkuat rasa solidaritas dan pembinaan agama

di dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim.

Al-Husaini, Al-Imam Taqiyyudin Abu Bakar, Kifayatul Akhyar Jilid III, Surabaya : P.T Bina Ilmu, 1997.

Al-Minawi, Kawter, The Child Rights in Islam, Riyadh : Safir Press, 1992.

Al-Zuhayly, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islamiy wal Adillatuhu, Dar Al-Fikr, tanpa tahun.

Ahmad Al-Barry, Zakariya, Hukum Anak-Anak dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1977.

Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2007.

Alwi Al-Maliky, Muhammad, Rumah Tangga Muslim, Semarang : Mujahidin, 1981.

Audah, Abd Al-Qadir, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, Beirut : Dar Al-Kitab Al-Arabi, tanpa tahun.

Chazawi, Adami, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Jakarta : P.T Raja

Grafindo Persada, 2002, Cet II.

Page 98: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

CD Maktabah Syamilla. Djazuli, H.A, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), Jakarta

: P.T Raja Grafindo Persada, 1997. Do’I, A. Rahman. I, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), Jakarta :

P.T Raja Grafindo Persada, 2002. Gosita, Arief, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta : Akademika Press Indo, 1985.

Hadikusuma, Hilman, Bahasa Hukum Indonesia, Bandung : Alumni, 1992.

Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 2004, Cet ke 4.

Hanafi, Ahmad, M.A, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : PT. Bulan Bintang, 2005, Cet ke 5.

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata hukum Indonesia, Jakarta : Balai

Pustaka, 1986, Cet ke 3. Kartanegara, Satochid, Hukum Pidana, kumpulan kuliah, Jakarta : Balai Lektur

Mahasiswa, tanpa tahun. Lamintang, P.A.F, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung : P.T Citra

Aditya Bakti, 1997. Jaya Bakri, Asafri, Konsep Maqasidu Syari’ah Menurut Al-Syatibi, Jakarta : P.T Raja

Grafindo Persada, 1996. Joni,Muhammad, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak

Anak, Bandung : P.T Citra Aditya Bakti, 1999. Manzur, Ibnu, Lisan al-Arab, al-Qahirah : Dar al-Hadits, 2003, Jilid 9.

Moeljatno, Prof, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Pustaka Cipta, 2002.

Muhyidin, Muhammad, Bijak Mendidik Anak dan Cerdas Memahami Orang Tua, Jakarta : P.T Lentera Basritama, 2003.

Mulyadi, Lilik, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Viktimologi, Jakarta :

Djambatan, 2007, Cet 2. Prinst, Darwan, Hukum Anak Indonesia, Bandung : P.T Citra Aditya Bakti, 2003.

Page 99: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung : P.T Refika Aditama, 2003.

Setiardja, Gunawan, Dialektika Hukum dan Moral Dalam Pembangunan Masyarakat

Indonesia, Yogyakarta : Kanisius, 1990. Setyowati Soemitro, Irma, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta : Bumi

Aksara,1990. Sianturi, S.R, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta:

Alumni Ahaem Petehaem, 1996. Siregar, Bismar, Hukum dan Hak-Hak Anak, Jakarta : C.V Rajawali, 1985.

Soeroso, R, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2006, Cet 8.

Soetodjo, Wagiati, Hukum Pidana Anak, Bandung : P.T Refika Aditama, 2006.

Sudarsono, Prof, Hukum Kekeluargaan Nasional, Jakarta : P.T Rineka Cipta, 1991.

Sulistiani, Lies. dkk, Laporan Penelitian “Implementasi Konvensi Hak Anak dalam Hukum Positif Indonesia”, Bandung : Pusat Penelitian Perkembangan Hukum dan Dinamika Sosial Lembaga Penelitian Unversitas Padjajaran, 2002.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : P.T RajaGrafindo

Persada, 2006. Suma, Muhammad Amin. dkk. Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek dan

Tantangan, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2001, Cet. I. Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta : Prenada Media, 2003.

TM, Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, Jakarta : Lembaga Kajian Agama dan Jender dan Perserikatan Solidaritas Perempuan dan The Asia Foundation,1999.

Tsalisah, Tim, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam II dan IV, P.T Kharisma Ilmu, tanpa

tahun. Ulfah Anshor, Maria, Fikih Aborsi : Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan,

Jakarta : Buku Kompas, 2006. Wardi Muslich, Ahmad, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2005.

Zuhri, Minan, Kitab Syari’at Islam (Bahasa Indonesia), Kudus : Menara Kudus, 1985.

Page 100: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Ihsan, Muhammad, Skripsi “Tindakan Kriminalitas Anak dalam Melakukan

Kejahatan Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam”, Jakarta : Fakultas Syari’ah dan Hukum. Universitas Islam Negeri, 2005.

Uluwan, Ahmad, Skripsi “Tindak Pidana Pembunuhan yang dilakukan oleh Anak di Bawah Umur dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif”, Jakarta : Fakultas Syari’ah dan Hukum. Universitas Islam Negeri, 2004.

Wahyudi, Dodi, Skripsi “Pembunuhan Massal Menurut Hukum Islam dan Hukum

Positif, Jakarta : Fakultas Syari’ah dan Hukum. Unversitas Islam Negeri, 2004.

Yuliati, Roswita, Skripsi “Analisa Hukum Islam Tentang Hukuman Seumur Hidup

Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan”, Jakarta : Fakultas Syari’ah dan Hukum. Unversitas Islam Negeri, 2005.

http://www.faqihzamanih.net/buletin_16.htm, Tanwirul Afkar, “Orang Tua

Biadab…! Jangan Bunuh Anakmu”. Diakses pada tanggal 11 Januari 2008, Jam 01.00 WIB.

http://kompas.com/kompas-cetak/0310/09/metro/613973.htm. Kompas, “Media

Menjadi Model Kekerasan Terhadap Anak”. Diakses pada tanggal 9 November 2007.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0505/10/slo24.htm. Suara Merdeka,

“Pembunuhan Anak Tiri Direkonstruksi”. Diakses pada tanggal 5 Januari 2008, Jam 01.29 WIB.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0407/15/pan02.htm. Suara Merdeka, “Urun

Rembug, Kejahatan yang Menimpa Anak” oleh Hamidah Abdurrahman. Diakses pada tanggal 9 November 2007. Jam 01.19 WIB.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Page 101: Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10740/1/PUTRI... · orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana

Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Anak.