hubungan faktor tradisi dan pendidikan dengan … nesa ismawati.… · kebiasaan pantang makan ikan...
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN FAKTOR TRADISI DAN PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (Fe)
PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA
KABUPATEN BUTON UTARA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Terapan Kebidanan
Disusun
Oleh
NESA ISMAWATI P00312017074
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN KEBIDANAN
KENDARI 2018
-
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
HUBUNGAN FAKTOR TRADISI DAN PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (Fe)
PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA
KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018
Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi sarjana
kebidanan pada program studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikat
dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Politeknik Kesehatan
Kendari maupun diperguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian
yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya
Kendari, 2018
Nesa Ismawati NIM. P0031217074
-
KATA PENGANTAR
Pertama - tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan
Karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penyusunan skripsi penelitian ini dapat terlaksana dan
terselesaikan berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak, oleh karena itu dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan
yang setinggi - tingginya kepada ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T, MPH sebagai
pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan dorongan,
petunjuk dan nasehat dalam penelitian serta kemudahan dalam
berkonsultasi semoga curahan nikmat, keselamatan dan kesehatan dari
Allah selalu mengiringi beliau dan ibu Hj.Sitti Zaenab, SKM,SST,M.Keb
sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan,
tuntunan penelitian di lapangan, cara berpikir konseptual, logis dan ilmiah,
waktu dan tenaga dengan penuh kesabaran, perhatian serta pengertian
semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang kekal kepada
beliau.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sama, juga penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu, antara
lain:
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekes Kemenkes
Kendari.
-
2. Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekes Kemenkes Kendari
3. Ibu Askrening, SKM,M.Kes, ibu Hendra Yulita, SKM.,MPH, dan Andi
Malahayati N, S.Si.T,M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan
waktu, pikiran dan tenaga dalam ujian skripsi ini.
4. Semua Staf Dosen dan pengelola pada Jurusan Kebidanan Poltekes
Kemenkes Kendari yang telah memberikan sumbangsih selama
penyusunan skripsi ini.
5. Suami saya tersayang Ardan yang telah memberikan dukungan dan
motivasi dalam mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari.
6. Kedua orang tua saya serta seluruh keluarga besar yang telah
memberikan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan pada
Poltekkes Kemenkes Kendari.
Rasanya dengan segala kerendahan hati dan senantiasa
mengharapkan ridhan-Nya karena kepada-Nya jugalah tempat segala
sesuatu. Penulis terbuka atas segala saran dan kritikan yang konstruktif
demi perbaikan ke arah yang lebih baik.
Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya bagi teman -
teman mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Kendari. Amin.
Kendari, Agustus
Penulis
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………….……………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN …..………………………………………… iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................. iv
KATA PENGANTAR........................................................................... v
DAFTAR ISI…………………………………………………..…………… vi
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. viii
DAFTAR LAMPIRAN .…………………………...………………………. ix
ABSTRAK…………………………………………………………………. x
ABSTRACT………………………………………………………………... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka…..………………………... .................................... 11
B. Landasan Teori……………………………………………………….. 39
-
C. Kerangka Teori……………………………...................................... 42
D. Kerangka Konsep ………………………………..…………….......... 43
E. Hipotesis Penelitian …………………………….............................. 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………........................................................... 44
B. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 44
C. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................... 44
D. Variabel Penelitian………………………........................................ 45
E. Defenisi Operasional Penelitian ………………….......................... 46
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian…………………………………. 47
G. Instrumen Penelitian..................................................................... 48
H. Alur Penelitian………..................................................................... 49
I. Pengolahan dan Analisis Data ……………………………………. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………....……….
A. Hasil Penelitian……………………………………………………….. 54
B. Pembahasan………………………………………………………….. 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………….....…………………..
A. Kesimpulan……………………………………………………………. 72
B. Saran…………………………………………………………………... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Nesa Ismawati
NIM : P00312017074
Tempat / Tanggal Lahir : Lakudo, 20 Oktober 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds. Lelamo, Kec. Kulisusu Utara,
Kab.Buton Utara
Email : [email protected]
B. Pendidikan Formal
1. SDN 1 Kemaraya, tahun 1994-2000
2. SMPN 1 Kendari, tahun 2000-2003
3. SMKN 3 Kendari, tahun 2003-2006
4. D III Kebidanan Pelita Ibu Kendari, tahun 2006-2009
5. D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari, 2017-2018
mailto:[email protected]
-
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Distribusi Responden Menurut Umur Di Wilayah Kerja
Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara
Tabel 2 : Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu
Utara Kabupaten Buton Utara
Tabel 3 : Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara
Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan
Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu
Utara Kabupaten Buton Utara
Tabel 5 : Distribusi Respoden Berdasarkan Tradisi Atau Kebiasaan
Makan Di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri
Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara
Tabel 6 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara
Tabel 7 : Hubungan Tradisi/Kebiasaan Makan Dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara
Tabel 8 : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu
Utara Kabupaten Buton Utara
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pernyataan kesediaan menjadi responden
Lampiran 2. Koesioner penelitian
Lampiran 3. Master tabel
Lampiran 4. Output SPSS
Lampiran 5. Dokumentasi penelitian
Lampiran 6. Surat izin pengambilan data awal
Lampiran 7. Surat izin penelitian
Lampiran 8. Surat izin penelitian dari litbang
Lampiran 9. Surat balasan telah melakukan penelitian
-
ABSTRAK
Nesa Ismawati¹ Nurmiaty² Sitti Zaenab²
Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi adalah meminum tablet Fe
sesuai dengan dianjurkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara faktor tradisi dan pendidikan dengan kepatuhan
mengknsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun
2018. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional
Study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
terdaftar dan ada di wilayah kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan
Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara yang berjumlah 42 orang dengan
teknik pengambilan sampel adalah total sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lember kuesioner
sedangkan analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square pada taraf
kepercayaan 90% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan varibel terikat yaitu :
tradisi (ρ = 0,013) dan pendidikan (ρ = 0,006).
Kata Kunci : Tradisi, Pendidikan, Konsumsi Tablet Besi (Fe), Ibu
Hamil
Pustaka : 36 Literatur (2003-2018)
¹Mahasiswa DIV Kebidanan Poltekkes Kendari
²Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
-
ABSTRACT
Nesa Ismawati¹ Nurmiaty² Sitti Zaenab²
Compliance with consuming iron tablets is taking Fe tablets
according to the recommended. This study aims to determine the
relationship between tardition factors and education with adherence to
consumption of iron (Fe) tablets in pregnant women in the work area of
Waode Buri Community Health Center, North Kulisusu Subdistrict, North
Buton District in 2018. The type of research used in this study is
quantitative research using an approach cross sectional study. The
population in this study were all pregnant women who were registered and
in the work area of Waode Buri Community Health Center, North Kulisusu
Subdistrict, North Buton Regency, which consisted of 42 people with total
sampling technique.
The research instrument used was lember questionnaire while the
data analysis used was Chi Square test at 95% confidence level (α =
0.05). The results show that all independent variables that have a
relationship with the dependent variable are: tradition (ρ = 0.013) and
education (ρ = 0.006).
Keywords: Tradition, Education, Compliance Consuming Iron (Fe)
Tablets, Pregnant Women Pustaka : 36 literatur (2003-2018)
¹Midwifery Students of Poltekkes Kemenkes Kendari
²Midwifery Lecturer of Poltekkes Kemenkes Kendari
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zat besi merupakan mikro elemen esensial bagi tubuh yang
diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Zat besi (Fe) juga merupakan
mineral mikro yang paling banyak ditemukan dalam tubuh yaitu sekitar
3 -5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Konsumsi tablet Fe sangat
berkaitan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil (Waryana, 2010).
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa sampai
saat ini angka kematian ibu masih sangat tinggi. Sekitar 830 wanita
meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan atau persalinan di
seluruh dunia setiap hari. Salah satu komplikasi kehamilan yang
sering memberi kontribusi pada angka morbiditas dan mortalitas ibu
dengan kehamilan dan persalinan adalah anemi zat besi. Pada tahun
2015, sekitar 303.000 wanita meninggal selama dan setelah
kehamilan dan persalinan. Angka kematian ibu dan anak yang terjadi
diseluruh dunia adalah masih sangat tinggi. Angka kematian ibu di
negara berkembang pada tahun 2015 menurut data yang dirilis WHO
pada tahun 2017 adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup
dibandingkan 12 per 100.000 kelahiran hidup di negara maju (WHO,
2017).
Menurut WHO kejadian anemia sebanyak 2,3 miliar dan 50%
dari kejadia anemia disebabkan oleh Anemia Defisiensi Besi (ADB),
-
2
dan sekitar 75% kejadian anemia di dunia terjadi pada ibu dan anak –
anak. Sementara untuk kasus anemia diregio asia sendiri mencapai
202 juta penderita dan sekitar 41,8% adalah ibu hamil dan hampir
60% anak – anak.
Data dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016 menunjukan
angka kematian ibu dan anak di Indonesia berdasarkan Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tergolong masih tinggi yaitu 305 per
100.000 kelahiran hidup.
Kematian ibu di Indonesian paling sering terjadi pada masa
persalinan yang disebabkan oleh berbagai komplikasi oleh karena
adanya berbagai masalah pada fase kehamilan, seperi masalah
infeksi suatu penyakit dan masalah gizi termasuk kekurangan gizi besi
yang berdampak pada terjadinya anemia yang dikenal dengan Anemia
Gizi Besi (AGB). Kementerian Kesehatan dalam melakukan
pencegahan Anemia Gizi Besi (AGB) adalah dengan pemberian tablet
besi (Fe). Namun upaya ini masih banyak menemui kendala di
lapangan oleh karena berbagai faktor.
Faktor tradisi atau kebiasaan dalam hal ini kebiasaan makan
pada saat hamil baik dalam bentuk porsi makan, pantang terhadap
makanan tertentu seperti ikan dapat mempengaruhi asupan gizi
khususnya gizi besi. Ikan sebagai salah satu sumber makanan yang
mengandung zat bezi, berdasarkan hasil studi pendahuluan di
lapangan (di wilayah kerja Puskesmas Waode Buri) dari 10 orang ibu
-
3
hamil yang menjadi responden, sebanyak 9 orang (90%) memiliki
kebiasaan pantang makan ikan pada saat hamil dengan alasan yang
kurang rasional seperti akan amis pada saat melahirkan dan bayi yang
dilahirkan akan mengalami gangguan kulit misalnya gatal – gatal.
Selain itu dari 10 orang yang responden pada studi pendahuluan ini
ditemukan bahwa sebanyak 7 orang (70%) mengurangi porsi
makananya saat hamil. Faktor pendidikan ikut sangat berpengaruh
terhadap kemampuan seseorang dalam memahami sebuah informasi
dalam menentukan sikap dan perilakunya termasuk dalam
memutuskan hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan. Menurut
penelitian yang pernah dilakukan oleh Khotimah (2016) di Wilayah
Kerja Puskesmas Mokoau Kec. Kambu Kota Kendari menemukan
bahwa 79,4% responden dengan tingkat pendidikan tinggi akan
memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan baik termasuk
mengkonsumsi tablet Fe dan hanya 20,6% responden yang tidak
melaksanaan pelayanan kesehatan dengan baik. Hal ini menunjukan
bahwa faktor tingkat pendidikan merupakan salah satu karakter
individu yang cukup penting dalam menentukan sikap dari seseorang.
Menurut data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara terdapat 683 kasus anemia zat besi untuk tahun
2017 dan dari jumlah tersebut sebesar 67,3% adalah ibu hamil dan
sisanya adalah anak – anak dan usia remaja terutama remaja wanita
yang memasuki fase minarche. Sedangkan kasus anemia untuk Buton
-
4
Utara pada tahun 2017 sebesar 108 kasus dan dari jumlah tersebut
sebanyak 66 oranga (61,1%) merupakan ibu hamil dan sisanya
adalah anak – anak, remaja dan lansia (Dinas Kesehatan Buton
Utara, 2018).
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil banyak mengalami
kegagalan oleh karena berbagai faktor salah satunya adalah ketidak
patuhan pasien dalam meminum tablet Fe. Banyak hal yang dapat
mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi atau
meminum tablet besi (Fe) antara lain pengetahuan dan sikap,
kepercayaan, tradisi, orang penting sebagai referensi, sumber daya
seperti ketersedian tablet Fe, tenaga kesehatan dan fasilitas
kesehatan dan lain sebagainya (Galloway, MrGuire,1994 dalam
Soraya, 2013).
Provinsi Sulawesi Tenggara Angka Kematian Ibu (AKI) pada
tahun 2016 masih mengalami peningkatan yaitu 149 per 100.000
kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun 2015 hanya 131 per
100.000 kelahiran hidup. Kondisi ini tentu masih lebih tinggi diatas
target MDG’s tahun 2016 yaitu 105 per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan Kabupaten Buton Utara sendiri AKI pada tahun 2016 juga
masih tinggi yaitu 233 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara untuk
Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tenggara per 1000 kelahiran
hidup adalah 3, sedangkan Kabuten Buton Utara sendiri dengan AKB
4 per 1000 kelahiran hidup. Masih tingginya AKI dan AKB ini
-
5
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah komplikasi pada
masa kehamilan dan waktu persalinan seperti kurang gizi dan anemia
(Dinkes Provinsi Sultra, 2017).
Data Puskesmas Waode Buri pada tahun 2017 terdapat 122 ibu
hamil yang memeriksakan kehamilannya dan didapatkan 9 kasus
(7,73%) yang mengalami anemia dan jumlah ibu hamil pada tahun
2018 dari periode Januari sampai dengan Mei 2018 sebesar 42 ibu
hamil dengan kasus anemis sebanyak 4 orang (9,52%). Kejadian
anemia pada ibu hamil yang terjadi di Puskesmas Waode Buri
dapat dipengaruhi oleh rendahnya cakupan pemberian tablet zat
besi (Fe) yaitu 58,2% yang jauh dibawah target nasional yaitu 85%.
Rendahnya cakupan pemberian tablet besi (Fe) ini sebagai akibat dari
kurangnya motivasi dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
tablet besi (Fe) oleh karena itu peneliti tertarik mengadakan penelitian
dengan judul “ Hubungan Faktor Tradisi dan Pendidikan dengan
Kepatuhan Mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanpada latar belakang maka dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara faktor tradisi
(kebiasaan makan saat hamil) dan Pendidikan dengan kepatuhan
-
6
konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan faktor tradisi (kebiasaan makan saat
hamil) dan Pendidikan dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet
besi (Fe) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Waode Buri
Kecamatan Kulisusu Utara.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi
(Fe) di wilayah kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu
Utara.
b. Untuk mengetahui tradisi (kebiasaan makan) ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara.
c. Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara.
d. Untuk menganalisis hubungan faktor tradisi dengan kepatuhan
mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
e. Untuk menganalisis hubungan pendidikan dengan kepatuhan
mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara.
-
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan sumber
informasi atau referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut
sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan terutama tentang kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi (Fe).
2. Manfaat praktis
Sebagai informasi dan masukan bagi pemerintah khususnya
instansi terkait dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan
yang berhubungan dengan kesehatan ibu hamil dan sebagai
informasi bagi masyarakat khususnya ibu hamil terkait pentingnya
mengkonsumsi tablet Fe.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi atau
yang berhubungan dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe)
pada ibu hamil memang telah dilakukan di beberapa daerah di
Indonesia. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dan relevan
dengan penelitian ini antara lain :
1. Penelitian Wibowo (1992), di Cianjur dengan judul “Faktor Sosial
Budaya yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam
Menggunakan Pil Besi di Cianjur” Hasil penelitian: Ditemukan
secara konseptual dengan pendekatan FGD, ada hubungan antara
-
8
variabel independen dengan variabel dependen, walaupun dari uji
statistik tidak terbukti. Responden belum tahu persis manfaat tablet
besi. Temuan dari Focus Groups Discussion, responden ibu hamil
tidak patuh minum tablet besi karena lupa.
Penelitian Wibowo (1992) memiliki perbedaan yakni
penelitian Wibowo dengan teknik random sampling sedangkan
dalam penelitian ini dengan non random sampling, dalam penelitian
Wibowo (1992) tidak melihat tradisi atau kebiasaan pada
responden sedangkan dalam penelitian ini unit variabel bebas
yang diamati salah satunya adalah sosial budaya dalam arti
kebiasaan atau tradisi responden.
2. Penelitian Ipa dkk., (2016), “Praktek Budaya Perawatan dalam
Kehamilan, Persalinan dan Nifas Pada Etnik Baduy Dalam”. Hasil
penelitian: Masyarakat Suku Baduy Dalam lebih mengacu pada
sistem budaya pelayanan kesehatan tradisional, mereka lebih
memilih berobat ke dukun, paraji (dukun bayi) setempat, sedang
pengobatan modern sebagai pilihan sekunder. Praktik terkait
budaya selama kehamilan, persalinan dan nifas yang
membahayakan kesehatan antara lain pemijatan perut saat
kehamilan; prosesi melahirkan secara mandiri, tempat persalinan
situasional (saung/rumah), lama waktu menunggu paraji,
pemotongan tali pusat, usia pertama kali melahirkan, melakukan
-
9
aktivitas berat, larangan menggunakan pakaian dalam dan
pembalut wanita.
Penelitian Ipa dkk., (2016) memiliki perbedaan dengan
penelitian ini yaitu analisis data yang dilakukan secara kualitatif dan
bidang penelitian Ipa dkk., (2016) lebih spesifik kebudaya
perawatan ibu dalam masa kehamilan sedangkan penelitian ini
lebih melihat kebiasaan secara spesifik terkait kepatuhan konsumsi
tablet besi pada ibu hamil.
3. Penelitian oleh Ramawati dan Sejati (2008) di Banyumas dengan
judul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil
dalam Mengkonsumsi Tablet Besi di Desa Sokaraja Tengah
Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas”. Hasil penelitian:
didapatkan 41,3% kepatuhan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan,
faktor sikap, faktor nilai dan kepercayaan, faktor tingkat
penghasilan, faktor tingkat pendidikan, faktor fasilitas sarana
kesehatan, faktor prilaku petugas kesehatan dan faktor peran serta
keluarga. Sedangkan sisanya 58,7% adalah faktor lain yang tidak
terungkap.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian
Ramawati dan Sejati (2008) yaitu tidak melihat secara spesifik
hubungan faktor sosial budaya seperti unsur kebiasaan atau tradisi
dari ibu hamil
-
10
Berdasarkan penelusuran beberapa hasil penelitian
terdahulu belum pernah dilakukan penelitian yang betul – betul
sama persis dengan penelitian ini, terutama dari segi lokasi atau
wilayah penelitian dan juga dari aspek nilai sosial budaya seperti
kebiasaan atau tradisi. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan
bahwa penelitian ini baru akan dilaksanakan khususnya di wilayah
kerja Puskesmas Waode Buri Kabupaten Buton Utara.
-
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe)
a. Pengertian Kepatuhan
Notoatmodjo (2007) memberi batasan pengertian tentang
kepatuhan berasal dari kata patuh yang artinya suka, menurut, taat
melaksanakan perbuatan sesuai aturan yang dianjurkan.
Kepatuhan adalah tingkat perilaku seseorang dalam mengambil
suatu tindakan dan kepentingannya. Berdasarkan konsep ini dapat
diartikan bahwa kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) adalah
meminum tablet Fe sesuai dengan dianjurkan.
b. Pengukuran Kepatuhan
Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran
secara langsung dapat dilakukan dengan melihat kadar
hemoglobin, hemotokrit atau feritin serum. Kekurangan dari cara
pengukuran ini antara lain keakuratan pengukuran langsung
dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup serta serta dapat
diperoleh hasil yang biasa karena ketidaknyamanan pasien
(Galloway & McGire, 1994 dalam Soraya, 2013).
Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melalui
observasi atau pengawasan tablet yang dikonsumsi oleh petugas
-
12
kesehatan, laporan pasien, perhitungan jumlat tablet yang
dikonsumsi, wawancara dengan pasien, penggunaan kalender
untuk mengingatkan dan merekam tablet yang dikonsumsi.
Diantara beberapa cara tersebu pelaporan pasien adalah
merupakan cara yang paling diandalkan (Galloway & McGire,
1994 dalam Soraya, 2013).
Dalam suatu studi yang telah dilakukan oleh Vongvichit dkk
(2003), kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi dapat
dibagi dam dua kategori yaitu kepatuhan tinggi dan kepatuhan
rendah. Dikatakan kepatuhan tinggi jika tablet besi (Fe) yang
dikonsumsi setiap hari atau > 3 hari dalam minggu. Jika ibu hamil
hanya mengkonsumsi zat besi selama ≤ 3 hair dalam minggu
(Vongvichit dkk, 2010).
c. Tablet Besi (Fe)
Penanggulangan anemia gizi besi termasuk pada ibu
hamil di Indonesia masih terfokus pada pemberian tablet tambah
darah tablet besi (Fe). Pemberian tablet zat besi merupakan slah
satu pelayanan asuhan standar minimal yang diberikan pada
kunjungan antenatal. Tablet besi biasanya diberikan 90 tablet
selama kehamilan, yang diberikan pada trisemester III. Tiap tablet
mengandung fero sulfat (SO4) 300 mg zat besi 60 mg) (Saifuddin,
2006).
-
13
Zat besi (Fe) lebih mudah diserap dari usus halus dalam
bentuk ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi
yang diatur oleh kadar Ferritin yang terdapat di dalam sel-sel
mukosa usus. Pada kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10% dari
zat besi (Fe) yang terdapat di dalam makanan diserap ke dalam
mukosa usus, tetapi dalam kondisi defisiensi lebih banyak zat besi
(Fe) dapat diserap untuk menutupi kekurangan tersebut.
Dalam tubuh zat besi (Fe) tidak terdapat bebas, tetapi
berasosiasi dengan molekul protein. Dalam timbunan, zat besi
(Fe) berbentuk ferri dan berasosiasi denganprotein membentuk
Ferritin. Komponen proteinnya disebut apoferin. Dalam kondisi
transport, zat besi(Fe) terdapat dalam bentuk ferro dan
berasosiasi dengan protein membentuk transferin. Komponen
protein diberi nama apotransferin. Transferin di dalam plasma
darah disebut serotransferin, dan di dalam telur disebut
ovotransferin. Perbedaan dalam karakteristik komponen
proteinnya. Selama kehamilan zat besi (Fe) dibutuhkan oleh tubuh
lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. Zat besi (Fe) bagi
wanita hamil dibutuhkan untuk memenuhi kehilangan basal, juga
untuk pembentukan sel-sel darah merah yang semakin banyak
serta janin dan plasentanya. Seiring dengan bertambahnya umur
kehamilan, zat besi (Fe) yang dibutuhkan semakin banyak,
-
14
dengan demikian resiko anemia zat besi (Fe) semakin besar
(Waryana, 2010).
d. Kebutuhan Zat Besi pada Ibu Hamil
Jumlah besi yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh
bebepara faktor. Faktor umur, jenis kelamin (sehubungan dengan
kehamilan dan laktasi pada wanita) dan jumlah darah dalam
badan dalam hal ini Hb dapat mempengaruhi kebutuhan. Dalam
keadaan normal wanita memerlukan zat besi 12 mg sehari guna
memenuhi ambilan 1,2 mg sehari. Sedangkan pada wanita atau
ibu hamil dan menyusui diperlukan tambahan asupan untuk
mengantisipasi peningkatan absorpsi besi yang bisa mencapai 5
mg perhari (Waryana, 2010).
Kebutuhan zat besi (Fe) pada ibu hamil akan meningkat
untuk pembentukan plasentadan sel darah merah sebesar 200-
300%. Perkiraan besar zat besi (Fe) yang tertimbun selama hamil
ialah 1.040 mg. dari jumlah ini 200 mg Fe tertahan oleh tubuh
ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg
zat besi (Fe) ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 untuk
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah sel darah
merah, dan 200 mg lenyap melalui diet. Karena itu, suplementasi
zat besi (Fe) perlu sekali diberlakukan, bahkan kepada wanita
yang berstatus gizi baik.Untuk menjaga agar tidak berkurang dan
mencegah kekurangan, setiap ibu hamil sebanyak 30 mg tiap hari.
-
15
Takaran ini tidak akan terpenuhi hanya melalui makanan. Oleh
karena itu, suplemen terbesar 30-60 mg dimulai pada minggu ke
12 kehamilan yang diteruskan sampai 3 bulan pasca partum perlu
diberikan setiap hari (Arisman, 2009).
Kebutuhan zat besi (Fe) meningkat untuk pembentukan
plasenta dan sel darah merah serta persiapan darah yang akan
hilang saat melahirkan. Penigkatan kebutuhan zat besi (Fe) 100 :
300 % ibu hamil dianjurkan mendapat suplementasi zat besi (Fe)
30 – 60 mg/hari selama trimester 2 dan 3 sampai 3 bulan pasca
partum (Waryana, 2010).
Rata-rata kebutuhan gizi zat besi (Fe) pada waktu hamil
berdasrkan usia kehailan adalah sebagai berikut :
1) Pada triwulan I
Zat besi (Fe) yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu untuk
kebutuhan basal 0,8 mg/hari di tambah dengan kebutuhan janin
ret sel mass 30-40 mg.
2) Pada triwulan II
Zat besi (Fe) yang diperlukan adalah kurang lebih 5 mg/hari
yaitu untuk kebutuha basal 0,8/hari dengan kebutuhan ret sel
mass 300 mg dan conceptus 115 mg.
3) Pada triwulan III
Zat besi (Fe) dibutuhkan adalah 5 mg/ hari yaitu untuk
kebutuhan basal 0,8/hari dengan kebutuhan ret sel mass 150
-
16
mg dan conceptus 223 mg. maka kebutuhan pada triwulan II
dan III jauh lebih besar dari jumlah zat besi (Fe) yang didapat
dari makanan (Waryana, 2010).
e. Fungsi Zat Besi
Dalam tubuh zat besi berperan sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut elektron
pada metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim
pembentukan kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan
(Ani, 2015).
Selama kehamilan zat besi (Fe) yang dibuhkan oleh tubuh
lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. Zat besi (Fe) bagi
wanita hamil dibutuhkan untuk memenuhi kehilangan basal, juga
untuk pembentukan sel-sel darah yang semakin banyak serta
janin dan plasentanya, seiring dengan bertambahnya umur
kehamilan, zat besi (Fe) yang dibutuhkan semakin banyak,
dengan demikian resiko anemia zat besi (Fe) semakin besar
(Waryana, 2010).
f. Sumber zat Besi (Fe)
Besi dalam daging berada dalam bentuk hem, yang
mudah diserap sedangkan besi non hem dalam tumbuhan tidak
mudah diserap. Makanan yang mengandung besi dalam kadar
tinggi (> 5 mg/100 gr) adalah jantung, hati, kuning telur, ragi,
gerang, kacang – kacarangan dan buah – buahan kering tertentu.
-
17
Makanan yang mengandung besi dalam jumlah sedang ( 1 – 5
mg/100 gr) antara lain daging, ikan, unggas, sayuran yang
berwarna hijau dan buji – bjian. Sedangkan susu atau produknya
dan sayuran yang kurang hijau mengandung besi dalam jumlah
yang rendah (1 mg/100 gr) (Dewoto & Wardini, 2012).
g. Dampak Kekurangan Zat Besi
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, yaitu
suatu kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal (dibawah
dari 11 gr/dl). Di Indonesia anemia umumnya disebabkan karena
oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan anemia
zat bezi. Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah
kekurangan zat besi yang berasal dari makanan. Anemia
defisiensi gizi besi paling sering terjadi pada wanita yang
mengalami masa kehamilan, menyusui dan wanita masa subur
(Waryana, 2010).
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan hambatan atau
gangguan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak. Beberapa gangguan atau risiko yang terjadi pada ibu hamil
dengan anemia antara lain :
1) Kematian janin dalam kandungan
2) Terjadinya abortus
3) Cacat bawaan pada bayi
4) Risiko adanya BBLR
-
18
5) Terjadinya anemia pada bayi yang dilahirkan (Waryana,
2010).
Penyebab langsung terjadinya anemia pada ibu hamil
adalah karena banyak berpantang makanan tertentu, sehingga
dapat memperburuk keadaan anemia. Biasa ibu hamil enggan
makan daging, ikan, hati atau pangan hewani lainnya dengan
alasan yang tidak rasional. Selain karena adanya pantangan
terhadap makanan hewani juga faktor ekonomi merupakan
penyebab pola konsumsi masyarakat yang kurang baik, tidak
semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk hewani dalam
setiap kali makan. Dimana tampa disadarai pangan hewani
merupakan sumber zat besi yang tinggi absorpsinya. Pada ibu
hamil yang menderita anemia gizi besi yang tergolong berat dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi
(Waryana, 2010).
h. Efek Samping Zat Besi (Fe)
Suplemen oral zat besi (Fe) dapat menyebabkan mual,
muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, dan konstipasi ( kadang-
kadang diare). Namun derajat mual yang ditimbulkan oleh setiap
preparat tergantung pada jumlah elemen zat besi (Fe) yang
diserap. Takaran zat besi (Fe) diatas 60 mg dapat menimbulkan
efek samping yang tidak dapat diterima pada ibu hamil sehingga
terjadi ketidak patuhan pemakaian obat ini merupakan penyebab
-
19
utama ketidak berhasilan dalam merespon terapi dan diperlukan
konseling individual dan dilaksanakan dengan tepat serta simultan
(Dewoto & Wardini, 2012).
Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa.
Intoksikasi akut dapat terjadi setelah menelan sediaan Fe
sebanyak 1 gr. Kelainan utama dapat terjadi pada saluran cerna
mualai dari iritasi, korosi sampai terjadi nekrosis. Gejala yang
timbul biasanya berupa mual, muntah, diare, hematemesis serta
feces berwarna hitam karena perdarahan pada saluran cerna,
syok dan akhirnya kolaps kardiovaskuler dengan bahaya
kematian. Gejala intoksikasi tersebut dapat timbul dalam waktu 30
menit atau beberapa jam setelah minum obat (Dewoto & Wardini,
2012).
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam
Meminum Tablet Zat Besi (Fe)
a. Faktor Tradisi/Kebiasaan
1) Pengertian Tradisi
Tradisi atau disebut juga dengan kebiasaan merupakan
sesuatu yang sudah dilaksanakan sejak lama dan terus
menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
seringkali dilakukan oleh suatu negara, kebudayaan, waktu,
atau agama yang sama. Pengertian lain dari tradisi adalah
-
20
segala sesuatu yang diwariskan atau disalurkan dari masa lalu
ke masa saat ini atau sekarang (Saefullah, 2007).
Tradisi dalam arti yang sempit yaitu suatu warisan-
warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yakni yang
tetap bertahan hidup di masa kini, yang masih tetap kuat
ikatannya dengan kehidupan masa kini. Tradisi dari sudut
aspek benda materialnya adalah benda material yang
menunjukkan dan mengingatkan hubungan khususnya
dengan kehidupan masa lalu. Misalnya adalah candi, puing
kuno, kereta kencana, beberapa benda-benda peninggalan
lainnya, jelas termasuk ke dalam pengertian tradisi (Saefullah,
2007).
2) Tujuan Tradisi
Tradisi yang ada pada masyarakat memiliki tujuan
supaya hidup manusia kaya akan budaya dan nilai-nilai
bersejarah. Selain itu, dalam lingkungan yang lebih luas tradisi
juga akan membuat kehidupan menjadi harmonis. Tetapi hal
ini akan terwujud jika manusia menghargai, menghormati dan
menjalankan suatu tradisi dengan baik dan benar dan juga
sesuai dengan aturan (Saefullah, 2007).
3) Fungsi Tradisi
Beberapa fungsi dari sebuah tradisi adalah :
a) Penyedia fragmen warisan historis
-
21
Fungsi dari tradisi adalah sebagai penyedia fragmen
warisan historis yang kita pandang bermanfaat. Tradisi
yang seperti suatu gagasan dan material yang bisa
dipergunakan orang dalam tindakan saat ini dan untuk
membangun masa depan dengan dasar pengalaman
masa lalu. Misalnya adlah peran yang harus diteladani
seperti tradisi kepahlawanan, kepemimpinan karismatis
dan lain sebagainya (Saefullah, 2007).
b) Memberikan legitimasi pandangan hidup
Fungsi tradisi adalah untuk sebagai pemberi
legitimasi pada pandangan hidup, keyakinan, pranata dan
aturan yang telah ada. Semuanya ini membutuhkan
pembenaran agar bisa mengikat anggotanya. Seperti
wewenang seorang raja yang disahkan oleh tradisi deri
seluruh dinasti terdahulu (Saefullah, 2007).
c) Menyediakan simbol identitas kolektif
Fungsi tradisi adalah menyediakan simbol identitas
kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primodial
kepada bangsa, komunitas dan kelompok. Seperti tradisi
nasional dengan lagu, bendera, emblem, mitologi dan
ritual umum (Saefullah, 2007).
-
22
d) Sebagai Tempat Pelarian
Fungsi tradisi adalah untuk membantu sebagai
tempat pelarian dari keluhan, ketidakpuasan dan
kekecewaan kehidupan modern. Tradisi yang
mengesankan masa lalu yang lebih bahagian
menyediakan sumber pengganti kebangaan jika
masyarakat berada dalam kritis (Saefullah, 2007).
Tradisi kedaulatan dan kemerdekaan di masa lalu
bisa membantuk suatu bangsa untuk bertaan hidup ketika
berada dalam penjajahan. Tradisi kehilangan
kemerdekaan, cepat atau lambat akan merusak sistem
tirani atau kediktatoran yang tidak berkurang di masa kini.
Kebiasaan makan merupakan hal yang sedikit
berbeda dengan pola makan, dimana pola makan lebih
formal sedangkan kebiasaan makan lebih kearah
personal. Kebiasaan makan ini dapat digambarkan
misalnya seseorang memiliki kebiasaan makan makanan
pokok dalam bentuk nasi tapi tetangga anda memiliki
kebiasaan makan makanan pokok dalam bentuk jagung.
Bahkan dalam satu rumah tangga, setiap anggota
keluarga memiliki kebiasaan makan yang berbeda –
beda, apakah dari segi jenis, frekuensi dan jumlah serta
pantang terhadap makanan tertentu pada waktu – waktu
-
23
tertentu. Kebiasaan makan yang lain misalnya seorang
suami selalu sarapan pagi sebelum kekantor atau
seorang ibu hamil yang memiliki kebiasaan mengurangi
porsi makannya pada saat hamil.
Bicara tentang jumlah, seseorang memiliki
kebiasaan makan 2 potong ikan setiap kali makan akan
tetapi orang lain mungkin cukup satu potong saja. Jadi
kesimpulannya kebiasaan makan sifatnya lebih personal
dan terbentuk berdasarkan selera makan dan
ketersediaan makanan di tingkat rumah tangga dan
lingkungan sekitarnya (Waryana, 2010).
b. Faktor Sosial Budaya
1) Pengertian
Secara umum konteks sosial budaya dapat diartikan
tingkahlaku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap, kebiasaan dan
kepercayaan yang dipengaruhi oleh budaya setempat. Sistem
sosial budaya pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap
dalam menerima informasi (Zahro, 2012).
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
-
24
manusia. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut
membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak
Aspek sosial budaya ini mencakup pada setiap
trimester kehamilan dan persalinan yang mana pada
zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam
menanggapi hal ini.Perilaku kesehatan merupakan salah
satu faktor perantara pada derajat kesehatan. Perilaku yang
dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau
masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Perilaku
sakit (ilness behavior) adalah cara seseorang bereaksi
terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi oleh
pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan,
norma, nilai, dan segala aturan (sosial law) dalam
masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya
(Zahro, 2012).
2) Aspek sosial budaya pada ibu hamil
Beberapa komponen aspek sosial budaya dan perilaku
yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas
diantaranya :
a) Health Believe: Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara
turun-temurun.
-
25
Beberapa tardisi yang masih dilaksanakan secara
turun temurun seperti adanya beberapa makanan
pantang bagi ibu hamil. Tradisi adanya makananan
pantang ini bagi ibu hamil jugamerupakan budaya suku
jawa secara turun temurun salah satunya adalah adat-
istiadat, pantang makanan dan kebiasaan yang sering
kali mencegah orang memanfaatkan makanan yang
tersedia bagi mereka. Kebiasaan makanan beragam
dalam konteks budaya, mengubah kebiasaan, bukan
hal yang mudah, mengingat dari semua kebiasaan
yang paling sulit diubah adalah kebiasaan makanan.
Kepercayaan- kepercayaan kita terhadap apa yang dapat
dimakan atau tidak boleh dimakan, keyakinan yang
berhubungan dengan kesehatan dan ritual, ini telah
ditanamkan sejak usia muda. Kebiasaan makan
sebagaimana halnya dengan kebiasaan-kebiasaan lain
hanya dapat dimengerti dalam konteks budaya secara
menyeluruh (Suryawati, 2007).
b) Life Style : Gaya hidup yang berpengaruh terhadap
kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok
atau gaya hidup perokok yang juga termasuk bagian dari
aspek sosial budaya (Suryawati, 2007).
-
26
c) Health Seeking Behavior : Salah satu bentuk perilaku
sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang
sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup
dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun
(Suryawati, 2007).
Salah satu budaya masyarakat yang juga sudah
berlangsung secara turun temurun adalah kebiasaan pijat
pada ibu hamil yang bertujuan untuk memperbaiki posisi
janin. Budaya atau kebiasaan masyarakat yang sering
menjadi hambatan dalam peenuhan kebutuhan gizi besi
pada seorang ibu hamil adalah kebiasaan makan. Kebiasaan
makan yang dapat menghambat asupan gizi besi pada ibu
hamil antara lain adalah kebiasaan porsi makan yang
dikurangangi. Biasanya pada fase kehamilan seorang ibu tak
jarang mengurangi posrsi makan dengan tujuan utnuk
menghindari bobot bayi yang terlalu besar sehingga
menyulitkan saat persalinan. Selain itu karena adanya
berbagai jenis makanan pantang yang mereka yakini pada
saat hamil. Makanan pantang terkadang merupakan akanan
yang mengandung sumber zat besi hewani (Waryana, 2010).
Budaya adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum dan adat
istiadat menurut EB Taylor sedangkan menurut
-
27
Soemardjan adalah semua hasil karya, rasa cipta,
masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung,
kebutuhan makanan dan minum, pakaian dan perhiasan serta
mepunyai kepribadian. Budaya berkenaan dengan cara
manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa,
mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut
budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan,
praktek komunikasi, tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan
politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola
budaya (Erdila & Mita. 2013).
Budaya berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan
efisien dalam menghadapi lingkungan kebudayaan bukan
sesuatu yang dibawa bersama kelahiran, melainkan
diperoleh dari proses belajar dari lingkungan, baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Hubungan
antara manusia dengan lingkungannya dijembatani oleh
kebudayaan yang dimilikinya. Dilihat dari segi kebudayaan
dapat dikatakan bersifat adaptif karena melengkapi
manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada
kebutuhan fisiologis dari diri mereka sendiri, penyesuaian
pada lingkungan yang bersifat fisik geografis maupun
lingkungan sosialnya (Erdila & Mita, 2013).
-
28
Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan malah
berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang
dikembangkan oleh suatu masyarakat disesuaikan dengan
kebutuhan tertentu dari lingkungannya, dengan kata lain;
kebiasaan masyarakat manusia yang berlainan mungkin akan
memilih cara-cara penyesuaian yang berbeda terhadap
keadaan yang sama. Kondisi seperti itulah yang
menyebabkan timbulnya keaneka ragaman budaya (Zahro,
2012).
Budaya merupakan hasil karya manusia. Budaya lahir
akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia
akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya
manusia juga akan ikut berkembang dan berubah dari masa
ke masa. Hal ini terjadi pula pada budaya kesehatan yang
ada pada masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami
perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat
dan teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di
masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa
sekarang dan mendatang (Ola & Meninda, 2013).
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor
perubahan budaya kesehatan dalam masyarakat.
Sebagai contoh, masyarakat dahulu saat akan
-
29
melakukan persalinan minta bantuan oleh dukun bayi dengan
peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih
banyak yang mendatangi bidan atau dokter kandungan
dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka
bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam
kandungan melalui USG. Saat ini masyarakat lebih
memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan
yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan
membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan.
Melalui kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam
kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun
orang lain.komunikasi, tindakan sosial, kegiatan ekonomi
dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola
budaya (Zahro, 2012).
Budaya berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan
efisien dalam menghadapi lingkungan kebudayaan bukan
sesuatu yang dibawa bersama kelahiran, melainkan
diperoleh dari proses belajar dari lingkungan, baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Hubungan
antara manusia dengan lingkungannya dijembatani oleh
kebudayaan yang dimilikinya. Dilihat dari segi kebudayaan
dapat dikatakan bersifat adaptif karena melengkapi
manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada
-
30
kebutuhan fisiologis dari diri mereka sendiri, penyesuaian
pada lingkungan yang bersifat fisik geografis maupun
lingkungan sosialnya (Wahyuni, 2010).
Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan malah
berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang
dikembangkan oleh suatu masyarakat disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan tertentu dari lingkungannya, dengan
kata lain; kebiasaan masyarakat manusia yang berlainan
mungkin akan memilih cara-cara penyesuaian yang berbeda
terhadap keadaan yang sama. Kondisi seperti itulah yang
menyebabkan timbulnya keaneka ragaman budaya (Erdila &
Mita, 2013).
Budaya merupakan hasil karya manusia. Budaya lahir
akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia
akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya
manusia juga akan ikut berkembang dan berubah dari masa
ke masa. Hal ini terjadi pula pada budaya kesehatan yang
ada pada masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami
perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat
dan teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di
masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa
sekarang dan mendatang (Erdila & Mita, 2013).
-
31
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor
perubahan budaya kesehatan dalam masyarakat.
Sebagai contoh, masyarakat dahulu saat akan
melakukan persalinan minta bantuan oleh dukun bayi dengan
peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih
banyak yang mendatangi bidan atau dokter kandungan
dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka
bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam
kandungan melalui USG. Saat ini masyarakat lebih
memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan
yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan
membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan.
Melalui kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam
kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun
orang lain (Zahro, 2012).
c. Faktor Pendidikan
1) Pengertian pendidikan
Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara
sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan
perkembangan potensi dan kemampuan seseorang agar
bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang
individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan
-
32
memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian
yang sesuai (Mudyaharjo, 2001).
Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek
dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap
generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar
melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks
sosio budaya. Oleh karena itu, setiap masyarakat pluralistic di
zaman modern senantiasa menyiapkan warganya yang terpilih
sebagai pendidik bagi kepentingan yang berkelanjutan
(regenerasi) dari masing - masing masyarakat atau individu
yang bersangkutan. Beragam permasalahan dalam
pendidikan dalam pendidikan apabila tidak dapat dihilangkan
sama sekali, paling tidak hal itu perlu diperkecil, sehingga
persoalan-persoalan yang muncul tidak menggangu
tercapainya tujuan pendidikan umumnya, atau tujuan
pembelajaran khususnya (Sukardjo & Komarudin, 2009).
Salah satu cara untuk dapat menghilangkan atau
memperkecil permasalahan yang timbul adalah dengan
berpijak pada teori-teori pendidikan. Dengan demikian,
penguasaan atas dasar-dasar pendidikan diharapkan menjadi
cakrawala yang memberikan bekal bagi pelaku pendidikan
dalam rangka memperkecil persoalan pendidikan dan
memecahkan beragam permasalahan pendidikan pada
-
33
umumnya, dan pembelajaran pada khususnya (Sukardjo &
Komarudin, 2009).
2) Pendidikan kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam
mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku
sehat.
Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan kesehatan
adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat
agar masyarakat mau melakukan tindakan- tindakan untuk
memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu
bentuk kegiatan dengan menyampaikan materi tentang
kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran.
Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan kesehatan
memiliki beberapa tujuan antara lain :
a) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
-
34
b) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada
mereka ditambah dengan dukungan dari luar.
c) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan
masyarakat.
1) Sasaran Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmojo (2007) sasaran pendidikan
kesehatan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :
a) Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran
langsung segala upaya pendidikan atau promosi
kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan,
maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan
menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),
anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan lain
sebagainya.
b) Sasaran sekunder (secondary target)
Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok
-
35
ini diharapkan untuk nantinya kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat di sekitarnya.
c) Sasaran tersier (tertiary target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan
baik di tingkat pusat, maupun daerah. Dengan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan
oleh kelompok ini akan mempunyai dampak langsung
terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada
masyarakat umum.
d. Faktor Usia
Usia adalah waktu hidup individu mulai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan
lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi
maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa (Mochtar, 1998).
Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara
rasional dan matang termasuk berpikir dan bersikap tentang
pentingnya mengkonsumsi tablet besi (Fe) ketika menjalani fase
kehamilan (Notoadmodjo, 2010).
e. Faktor Pekerjaan
Jenis pekerjaan seseorang akan memepengaruhi
penghasilan yang yang akan diperoleh. Semakin baik jenis
-
36
pekerjaan seseorang makan semakin tinggi atau semakin baik
pula penghasilannya. Penghasilan atau pendapatan seseorang
dapat mempengaruhi sikap dan perilaknya terutama saat akan
mengambil keputusan tentang sesuatu hal (Notoadmodjo, 2010).
f. Faktor Pendapatan/Penghasilan Keluarga
Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur
kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan
masyarakat ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu
masyarakat. Sukirno (2006). Pendapatan adalah jumlah
penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya
selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan
maupun tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya akan
memperoleh pendapatan berupa nilai uang yang diterima dari
penjualan produk yang dikurangi biaya yang telah dikeluarkan
(Kumendong dkk, 2015).
g. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dari seseorang karena semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam mesintesis
atau menerima informasi tertentu. Seorang ibu hamil dengan
pengalamannya dapat membentuk pengetahuannya tentang
-
37
sesuatu hal sehingga dapat merubah pola pikir dan juga
perilakunya (Notoadmodjo, 2010).
h. Faktor Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua ataupun tokoh
masyarakat. Seseorang menerima keyakinan tersebut
berdasarkan keyakinan tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu. Keyakinan disuatu daerah atau wilayah tertentu terbentuk
menjadi suatu tradisi atau kebiasaan - kebiasaan (Notoatmodjo,
2010).
i. Faktor Dukungan Keluarga
Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi dalam
lingkungan keluarga dan budaya yang kompleks atau
bermacam-macam. Pada kenyataanya peranan suami dan
keluarga sangat besar bagi ibu hamil dalam mendukung
perilaku atau tindakan ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Teori Snehendu B. Kar (Notoatmodjo, 2007)
menyimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang
ditentukan antara lain oleh ada atau tidaknya dukungan
masyarakat sekitarnya (social support). Orang yang tinggal
dilingkungan yang menjunjung tinggi aspek kesehatan akan
lebih antusias dalam menjaga kesehatannya. Sebaliknya
mereka yang tinggal dilingkungan dengan pola hidup tidak
sehat/tidak memperhatikan kesehatan akan cenderung tidak
-
38
perduli dengan pencegahan penyakit atau pemeriksan
kesehatan secara teratur (Notoatmodjo, 2010).
j. Faktor Orang Penting/Sumber Referensi
Perilaku seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh orang –
orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting
maka apa yang dia katakan cenderung untuk dilaksanakan.
Orang – orang penting itu sering disebut sebagai sumber
referensi (reference group), antara lain kepala adat, kepala desa,
tokoh agama, alim ulama, tenaga medis, guru dan lain
sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
k. Faktor Sumber Daya
Faktor sumber daya merupakan salah satu faktor yang ikut
mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam mengikuti aturan
atau petunjuk tertentu. Sumber daya yang dapat mempengaruhi
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe)
dintaranya fasilitas, uang, waktu, tenaga dan lain sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).
l. Faktor Hubungan pasien dengan Tenaga Kesehatan
Kualitas hubungan petugas kesehatan dengan pasien
sangat penting dalam mempengaruhi kepatuhan, meskipun
kualitas bukan berarti bahwa pasien diberikan informasi yang
lebih. Keterlibatan pasien, kejelasan pesan yang disampaikan
dan bgaimana disampaikan penting dalam meningkatkan
-
39
dinamika antara pasien dan petugas kesehatan (Galloway &
McGuire, 1994 dalam Soraya, 2013).
m. Faktor Ketersediaan
Ketersediaan apapun yang akan dibutuhkan oleh pasien
saat mengunjungi pelayanan keseehatan sangat berperan dalam
mempengaruhi kepatuhan pasien. Jika pasien berkunjung pada
fasilitas layanan dan tidak menemukan apa yang dibutuhkan ini
akan mengurangi keyakinan pasien gterhadap tempat layanan
kesehatan tersebut. Hubungan yang baik antara pasien dengan
petugas kesehatan tidak akan mempengaruhi kepatuhan pasien
apa bila ketersediaan tablet besi terbatas atau tidak ada
(Galloway & Mc Guire, 1994 dalam Soraya, 2013).
B. Landasan Teori
Menurut Lawrence Green seperti yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2010) sebuah perilaku kesehatan termasuk perilaku
kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi
(predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors) dan faktor
yang memperkuat atau faktor pendorong (reinforcing factors).
Faktor predisposisi (predisposing fators), faktor ini digunakan
untuk menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai
kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang
berbeda – beda. Hal ini disebabkan oleh adanya ciri – ciri individu
yang digolongkan ke dalam ciri – ciri seperti : ciri demografi (umur,
-
40
jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah anggota keluarga),
struktur sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, kesukuan dan
tempat tinggal) dan sikap, keyakinan, presepsi, pandangan individu
terhadap pelayanan kesehatan.
Faktor pemungkin (enabling factors) adalah merupakan faktor
yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Ciri – ciri
yang termasuk dalam faktor pemungkin antara lain adalah
keterampinan dan sumber daya pribadi atau komuniti, seperti
tersedianya pelayanan kesehatan, keterjangkauan, pendapatan
keluarga, kebijakan, peraturan perundangan, norma atau adat. Faktor
yang memperkuat atau faktor pendorong (reinforcing factors) adalah
kosekuensi dari pelaku yang ditentukan apakah perilaku menerima
umpan balik yang positif atau negatif dan mendapatkan dukungan
sosial setelah perilaku dilaksanakan. Faktor penguat antara lain
seperti dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumen
dan dukungan emosiaonal .
Antara faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor
pendukung akan saling menguatkan dalam membentuk perilaku, sikap
dan presepsi seseorang seprti ibu hamil sebelum mengambil tindakan
misalnya dalam masalah patuh atau tidak dalam mengkosumsi tablet
besi (Fe). Perilaku seseorang terhadap bentuk pelayanan kesehatan
memiliki keterkaitan dengan karakter demografi, struktur sosial dan
sikapnya.
-
41
Faktor sosial budaya baik itu keyakinan, tradisi, nilai/norma
dan kebiasaan seperti kebiasaan makan atau pantang makanan
tertentu dapat membentuk perilaku tersendiri bagi individu. Demikian
pula dengan fator tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan tingkat pengetahuan ini dapat membentuk perilaku
seseorang yang pada akhir dengan berbagai faktor ini seseorang
dapat mengambil sikap terhadap sesuatu hal termasuk layanan
kesehatan seperti patuh atau tidaknya seorang ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi (Fe) secara teratur.
Pengaruh atau hubungan antara antara faktor predisposisi
(sosial budaya misalanya kebiasaan makan dan lainnya, faktor tingkat
pendidikan), faktor pemungkin (faktor perilaku) dan faktor penguat
atau pendorong.
-
42
C. Kerangka Teori
seperti yang diuraikan pada teori tersebut diatas menurut Lawrence
Green seperti yang dikutip Notoatmodjo (2010) dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Teori Dimodifikasi dari Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2010.
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Sumber informasi
Pendapatan
Kepercayaan
Tradisi atau
Kebiasaan
Hubungan Pasien
dengan Tenaga
Kesehatan
Ketersedian Obat
Sosial Budaya
Pengetahuan
Reinforcing factor :
Sumber Daya
Kepatuhan
Mengkonsumsi
Tablet Besi (Fe)
Enabling faktor Perilaku
Predisposising
faktor
-
43
D. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Gamar 2.2. Bagan kerangka konsep penelitian
E. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan tradisi dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe)
pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Waode Buri
Kecamatan Kulisusu Utara.
2. Ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan konsumsi tablet besi
(Fe) pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Waode Buri
Kecamatan Kulisusu Utara.
Pendidikan
Tradisi
Kepatuhan
Mengkonsumsi
Tablet Besi (Fe)
Variabel independent : Tradisi Dan Pendidikan
Variabel dependent : Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe
-
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Dalam hal
ini variabel yang termasuk faktor berpengaruh dan variabel yang
termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama
(Notoatmodjo, 2005).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada mulai bulan Juli sampai
dengan Agustus 2018
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanan di wilayah kerja Puskesmas Waode
Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau obyek
yang diteliti (Riyanto, 2011). Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh ibu hamil yang berada dan tinggal menetap di wilayah
kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara yang berjumlah 42 orang.
-
45
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan
dengan salah satu teknik non random sampling yaitu dengan
teknik total sampling dimana seluruh populasi yang memenuhi
kriteria sampling penelitian akan diambil sebagai sampel dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 42 orang ibu hamil (Nasir dkk,
2011).
Kriteria sampel
1) Kriteria inklusif :
a) Ibu hamil yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian
b) Ibu hamil yang bisa membaca dan menulis
c) Ibu hamil yang sudah mendapatkan layanan tablet besi
(Fe)
d) Ibu hamil yang tidak dalam keadaan sakit
2) Kriteria ekslusif :
a) Ibu hamil yang tidak tinggal menetap di wilayah kerja
Puskesmas Waode Buri.
b) Ibu hamil dengan komplikasi kehamilan yang serius.
D. Variabel penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini adalah
faktor tradisi dan pendidikan.
-
46
2. Variabel terikat
Variabel terikat (Dependent variable), dalam penelitian ini adalah
Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe.
E. Defnisi Operasional Penelitian
1 Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe)
Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe) yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
tablet besi (Fe) yang dilakukan sesuai dengan anjuran medis atau
atau tenaga kesehatan lainnya yaitu meminum tablet besi (Fe)
setiap hari 1 tablet.
Kriteria Obyektif :
Tidak
Patuh
: Jika konsumsi tablet besi (Fe) tidak dilakukan
setiap hari.
Patuh : Jika konsumsi tablet besi (Fe) dilakukan setiap
hari.
(Sumber : Vongvichit dkk, 2010)
2 Tradisi
Tradisi atau kebiasaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kebiasaan ibu hamil yang meliputi kebiasaan makan yang
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan zat besi seperti
porsi makan dan kebiasaan pantang terhadap makanan tartentu
selama fase kehamilan.
-
47
Kriteria Objektif :
Kurang : Apabila skor jawaban responden memenuhi
kriteria < 50 %.
Baik : Apabila skor jawaban responden memenuhi
kriteria ≥ 50 %.
(Sumber : Rianto, 2011)
3 Pendidikan
Pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal
yang diselesaikan responden responden atau ibu hamil yang
dibuat dalam dua kategiri.
Kriteria Objektif :
Rendah : Jika responden tamat SD/SLTP
Tinggi : Jika responden tamat SMA dan Akademi/PT
(Sumber : UU RI No 20 Tahun No 2003 tentang System Pendidikan Nasional dan UU RI No 14 Tahun 2005 tentang Dosen dan Guru dalam Mulyani, 2016).
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang secara langsung diambil dari
subjek atau objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun
organisasi (Suharsimi, 2006). Untuk data primer diperoleh dengan
menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah tersedia
mengenai aspek sosial budaya dan pendidikan.
-
48
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data dan dokumen yang diperoleh
selama penelitian yang berguna sebagai penunjang dan
pelengkap data primer yang masih berhubungan dengan
penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini di dapat dari
berbagai literatur yang relevan dan data tentang kunjungan
pasien yang diperoleh dari Puskesmas Waode Buri Kecamatan
Kulisusu Utara.
G. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan adalah alat-alat yang akan
digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Kuesioner yang berisi semua item pertanyaan.
2. Alat tulis dan komputer, yaitu alat yang digunakan untuk mengolah
data yang diperoleh serta yang digunakan dalam penyusunan
laporan penelitian.
-
49
H. Alur Penelitian
Bagan 3.1. Alur penelitian
Populasi (Ibu Hamil
di Wilayah Kerja
PKM Waode Buri)
Bersedia
Informent Consent
Sampel (Ibu Hamil
Yang Berkunjung di
PKM Waode Buri)
Tidak Bersedia
Wawancara dengan Kuesioner
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan
-
50
I. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Menurut Heriana (Notoatmodjo, 2005), pengolahan data
merupakan salah satu bagian rangkaian penelitian setelah kegiatan
pengumpulan data. Agar analisis penelitian menghasilkan informas
yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam pengelolaan
data yang harus dilalui, yaitu:
a. Editing
Merupakan Kegiatan untuk melakukan pengecekan isian
formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada dikuesioner
sudah :
1) Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.
2) Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup
jelas terbaca.
3) Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan
pertanyaan.
4) Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang
berkaitan isi jawabannya konsisten.
b. Coding
Merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari Coding
adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entri atau memasukkan data.
-
51
c. Processing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan
juga sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya
adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan
data dilakukan dengan cara memasukkan data dari kuesioner
ke paket program komputer.
d. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekkan kembali data yang sudah
di masukkan apakah ada kesalahan data atau tidak
(pembersihan data). Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi
pada saat kita memasukkan data ke komputer.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan
terhadap tiap variabel dalah hasil penelitian. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel (Notoadmojo, 2005). Hasil analisis
univariat akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
b. Analisis Bivariat
Dilakuakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen ( faktor tradisi dan pendidikan ) dengan variabel
dependen (kepatuhan mengkonsumsi tabet besi (Fe) pada ibu
hamil dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Adapun
-
52
pertimbangan atau alasan menggunakan uji statistik Chi-
Square antara lain :
1) Jenis variabel yang diuji baik variabel bebas (social budaya
dan pendidikan) maupun variabel terikat (kepatuhan
mengkonsumsi tablet Fe) merupakan variabel kategorik.
2) Jenis hipotesis penelitian ini adalah hipotesis mencari
korelasi atau mencari keterkaitan antara variabel bebas dan
variabel terikat dalam bentuk pengaruh.
3) Skala variabel data dalam penelitian ini merupakan skala
data yang bersifat kategorik.
4) Data yang dianalisis dalam penelitian ini tidak berpasangan.
5) Data dalam penelitian ini juga merupakan data nominal.
6) Jenis tabel B x K dalam pengolahan data ini adalah tabel
kontingensi 2 x 2 (Dahlan, 2010).
Metode ini digunakan baik variabel independen maupun
dependen berupa data kategorik. Rumus Chi-Square dalam
Hastono (2010) adalah:
∑
Keterangan :
= Uji kai kuadrat/distribusi probabilitas
O = Observed (Frekuensi yang diamati)
E = Expected (Frekuensi yang diharapkan)
∑ = Sigma (Jumlah keseluruhan)
-
53
Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik
digunakan derajat kepercayaan 95%, α = 0,05. Sehingga apabila
hasil perhitungan nilai p < 0,05 maka di katakan ditolak, artinya
secara statistik kedua variabel tersebut memiliki distribusi yang
bermakna. Sedangkan pada kondisi sebaliknya jika nilai p > 0,05
maka gagal ditolak, maka secara statistik kedua variabel
tersebut tidak memiliki distribusi yang bermakna.
3. Penyajian Data
Data yang diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi kemudian disertai penjelasan.
-
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Keadaan Wilayah Kerja dan Letak Geografis serta Luas Wilayah
Puskesmas Waode Buri adalah sebagai berikut :
a. Letak Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri
1) Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pebaoa
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Tomoahi
(Kecamatan Kulisusu)
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kulisusu Barat.
b. Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri
Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri: Meliputi 7 Desa yaitu :
1) Desa E’erinere
2) Desa Ulunambo
3) Desa Wamboule
4) Desa Waode Buri
5) Desa Labelete
6) Desa Lelamo
7) Desa Peteea’a
-
55
c. Luas wilayah Kerja
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri: 4900 Km².
d. Keadaan Penduduk
Berdasarkan hasil pendataan terakhir, jumlah penduduk di
Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri adalah 5010 jiwa yang
tersebar di 7 (tujuh) wilayah desa.
e. Sosial Ekonomi
Mata pencaharian terbesar penduduk adalah petani
pedagang/industri (74%). Selebihnya adalah PNS (13%),
pedagang (8,2%) dan sisanya buruh, pelaut serta pekerja lainnya
(4,8%).
Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas
Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara
yang dimulai pada bulan Juli sampai selesai 2018 dengan jumlah
sampel sebanyak 42 responden. Berdasarkan pengolahan data
yang telah dilakukan, maka disajikan hasil penelitian ini sebagai
berikut:
1. Karateristik Responden
a. Jenis Kelamin
Secara keseluruhan responden dalam penelitian ini
merupakan perempuan dengan usia produktif dan yang
sedang hamil.
-
56
b. Umur Responden
Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu mahluk, baik hidup maupun mati, yang
diukur sejak dia lahir hingga waktu umur dihitung (Rush,
2001 dalam Mulyani, 2016). Distribusi responden menurut
kelompok umur disajikan pada tabel 1:
Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Umur (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)
15 – 20 4 9.5 21– 25 15 35.7 26 – 30 14 33.3 31 – 35 6 14.3 36 – 40 3 7.1
Total 42 100
Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018
Tabel 1 menunjukkan sebanyak 15 (35,7%) responden
berumur antara 21-25 tahun, hanya 3 (7,1%) responden
berumur 36 – 40 tahun.
c. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
(Rush, 2001 dalam Mulyani, 2016).
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini yaitu tingkat
pendidikan terakhir atau yang sementara ditempuh oleh
-
57
responden. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di ikuti oleh
responden yang dibuktikan oleh ijazah yang sah. Distribusi
responden menurut pendidikan terakhir disajikan pada
tabel2:
Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
SD 5 11,9 SMP 10 23,8 SMA 17 40,5
DIII/Akademik 2 4,8 S1/Sarjana 8 19,0
Total 42 100 Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 17 (40,5%)
responden dengan tingkat pendidikan SMA/Sederajat, dan
hanya 2 (4,8%) responden dengan tingkat pendidikan
DIII/Akademik.
d. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan
responden yang menghasilkan uang untuk menghidupi
keluarganya. Dimana dalam penelitian ini pekerjaan
responden bervariasi. Distribusi responden menurut tingkat
pekerjaannya disajikan pada tabel 3:
-
58
Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)
PNS 4 9.5
Pedangang 2 4.8
Honorer 5 11.9
Tani 10 23.8
IRT 21 50
Total 42 100
Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak 21 (50%)
responden adalah Ibu Rumah Tangga atau IRT dan hanya 2
(4,8%) responden adalah pedagang.
2. Analisis Univariat
a. Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe)
Notoatmodjo (2007) memberi batasan pengertian
tentang kepatuhan berasal dari kata patuh yang artinya suka,
menurut, taat melaksanakan perbuatan sesuai aturan yang
dianjurkan. Kepatuhan adalah tingkat perilaku seseorang
dalam mengambil suatu tindakan dan kepentingannya.
Berdasarkan konsep ini dapat diartikan bahwa kepatuhan
konsumsi tablet besi (Fe) adalah meminum tablet Fe sesuai
dengan dianjurkan. Distribusi responden menurut kepatuhan
mengkonsumsi tabelet besi (Fe) pada ibu hamil dapat
disajikan disajikan pada table 4 berikut ini:
-
59
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Kepatuhan Mengkonsumsi
Fe
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Tidak Patuh 28 66.7
Patuh 14 33.3
Total 42 100
Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar atau
sebanyak 28 (66,7%) responden tidak patuh dalam
mengkonsumsi tablet besi (Fe) sedangkan 14 (33,3%)
responden termasuk patuh dalam mengkonsumsi tablet besi
(Fe) selama hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara yang diperoleh sebagian besar
berada pada kategori tidak patuh.
b. Tradisi/Kebiasaan
Tradisi atau disebut juga dengan kebiasaan
merupakan sesuatu yang sudah dilaksanakan sejak lama
dan terus menjadi bagian dari kehiduap suatu kelompok
masyarakat, seringkali dilakukan oleh suatu negara,
kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Pengertian lain
dari tradisi adalah segala sesuatu yang diwariskan atau
disalurkan dari masa lalu ke masa saat ini atau sekarang
-
60
(Saefullah, 2007). Distribusi responden menurut faktor
tradisi/kebiasaan disajikan pada tabel 5:
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tradisi atau Kebiasaan di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Tradisi Jumlah(n) Persentase (%)
Kurang 28 66.7
Baik 14 33.3
Jumlah 42 100
Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 28 (66,7%)
responden memiliki tradsis/kebiasaan yang kurang baik saat
hamil dan 14 (33,3%) responden memiliki tradisi/kebiasaan
yang baik saat hamil.
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu hal yang menjadi dasar
dari seseorang untuk memperoleh pemahaman atau
pengertian tentang sebuah konsep dalam kehidupannya
sehari–hari. Dengan pendidikan dapat memudahkan
seseorang dalam mensintesis ransangan baik berupa
informasi atau apa saja pada dirinya. Pendidikan juga
merupakan salah satu sumber untuk memperoleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2011).
Distribusi responden berdasarkan pendidikan disajikan pada
tabel 6:
-
61
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Pendidikan Jumlah(n) Persentase (%)
Rendah 15 35.7
Tinggi 27 64.3
Total 42 100
Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu
sebanyak 27 (64,3%) responden memiliki pendidikan dengan
kategori tinggi, hanya 15 (35,7%) responden memiliki
pendidikan dengan kategori rendah.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk melihat
adanya hubungan antara faktor tradisi/kebiasaan dan tingkat
pendidikan, dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe)
pada ibu hamil. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square
yang disesuaikan dengan sifat data dan tujuan penelitian. Hasil
analisis bivariat masing – masing variabel penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Hubungan Tradisi/Kebiasaan makan dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan
Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Hasil analisis hubungan faktor taradisi atau kebiasaan
dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan
-
62
Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara disajikan pada
tabel7:
Tabel 7 Hubungan Tradisi /Kebiasaan makan dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Tradisi
Kepatuhan Mengkonsumsi
Tablet Besi (Fe) Jumlah (n) x²
(ΡValue) Tidak Patuh Patuh
n % n % N %
Kurang 21 75,0 5 35.7 26 100
6,108 (0.013) Baik 7 43.8 9 56.2 16 100