henik ismawati
TRANSCRIPT
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SAINS-FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING UNTUK SUB POKOK BAHASAN
PEMANTULAN CAHAYA PADA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 13 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007
S K R I P S I Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : HENIK ISMAWATI
NIM : 4201403028
Jurusan : Pendidikan Fisika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia skripsi.
Semarang, 13 Juli 2007
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.Hadi susanto, M.Si Drs. Mosik, M.S
NIP. 130819142 NIP. 131281226
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 14 Agustus 2007
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Kasmadi Imam S, M.S Drs. M. Sukisno, M.Si NIP. 130781011 NIP. 130529522
Pembimbing I Penguji I
Drs.Hadi susanto, M.Si Dr. Wiyanto, M.Si NIP. 130819142 NIP. 131764032 Pembimbing II Penguji II
Drs. Mosik, M.S Drs.Hadi susanto, M.Si NIP. 131281226 NIP. 130819142
Penguji III
Drs. Mosik, M.S NIP. 131281226
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2007
Henik Ismawati NIM. 4201403028
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesunguhnya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya” (QS : 2 :286)
“Jadilah orang dengan cukup semangat untuk melakukan sesuatu, cukup keberanian untuk mewujudkan impian dan
cukup tekad untuk menggapai impian itu serta iringi dengan doa”
“Friendship is my life”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahankan untuk :
1. My father&mother yang selalu menyayangiku dan mengiringi
langkahku dengan doa.
2. Kak Han, Hermi dan Adikku Afik tercinta.
3. My love “An&” to give your spirit. Thanks for all with you
my life be more wonderfull
4. Saudaraku “Inung” dan Sobat-sobatku ( Paijo, chusni, ci’ul,
Set, Yuli, Hanik,Eni, Anix Dhut) yang selalu membantuku.
5. Teman-teman fisika 2003
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun skripsi yang berjudul
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS-FISIKA
MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK SUB POKOK
BAHASAN PEMANTULAN CAHAYA PADA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 13 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007 yang disusun
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan di Universitas
Negeri Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun tidak lupa menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :
1. Dr. H. Soedijono Sastroatmodja, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Kasmadi Imam S, M.S selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. M. Sukisno, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri
Semarang..
4. Drs.Hadi susanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan kemudahan dalam
penyelesaian penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Mosik, M.S selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan kemudahan dalam
penyelesaian penyusunan skripsi ini
6. Agus Setyono D,S.Pd.M selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 13 Semarang
yang telah memberikan izin untuk penelitian.
7. Faizah Pahalawati,S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran Sains kelas
VIII SMP Negeri 13 Semarang yang telah membantu dan memberikan
informasi dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
8. Bapak Ibu Guru serta semua karyawan dan siswa-siswi Kelas VIII A SMP
Negeri 13 Semarang yang telah memberikan bantuan dan kerjasama yang
baik.
9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari
sempurna, untuk itu penyusun mohon pada semua pihak untuk memberikan saran
dan kritik yang sekiranya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penyusun mengharapkan semoga
skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Semarang, Agustus 2007
Penulis
ABSTRAK
Ismawati, Henik. 2007. MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS-FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK SUB POKOK BAHASAN PEMANTULAN CAHAYA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs.Hadi susanto, M.Si , Pembimbing II : Drs. Mosik, M.S.
Berdasarkan observasi awal, proses pembelajaran Sains-Fisika di SMP N 13 Semarang Tahun Pelajaran 206/2007 belum optimal. Hal ini dibuktikan siswa yang aktif 45% dan nilai rata-rata hasil ulangan harian tentang gelombang dan bunyi sebesar 6,25. Guru masih mengunakan metode ceramah, sehingga interaksi siswa dengan guru serta dengan siswa lainnya sangat kurang. Akibatnya siswa menjadi kurang aktif dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran yang mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi atau mempelajari suatu gejala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dengan subyek penelitian siswa kelas VIII A SMP N 13 Semarang sebanyak 45 orang yang terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Karakteristik kelas ini memiliki keaktifan dan hasil belajar yang rendah dibanding kelas VIII yang lainnya. Data tentang keaktifan diperoleh dari lembar observasi psikomotorik, afektif (minat), dan lembar angket (sikap). Sedangkan hasil belajar diperoleh dari pretest dan postest. Data tentang kegiatan guru dalam proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi. Dari data tersebut, kemudian dianalisis dengan deskriptif persentase. Indikator keberhasilan untuk keaktifan siswa setidak-tidaknya 75% dari jumlah siswa yang aktif dan indikator hasil belajar sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti tes.
Selama penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dari siklus I-II. Pada siklus I aktivitas psikomotorik sebesar 66 menjadi 71 diakhir siklus II, afektif yang menyatakan sangat minat 0% menjadi 16% dan angket sebesar 51% menyatakan positif dan 49% sangat positif. Sedangkan Rata-rata hasil belajar Siklus I sebesar 73 menjadi 82 diakhir siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada sub pokok bahasan pemantulan cahaya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP N 13 Semarang. Diharapkan jika diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing perlu adanya sistem kontrol yang baik oleh guru pada saat siswa melakukan pengamatan dan diskusi sehingga siswa benar-benar memanfaatkan waktu dan memahami materi dengan baik.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
Kata kunci : Aktivitas siswa, hasil belajar, inkuiri terbimbing, pemantulan cahaya
PENGESAHAN.............................................................................................. iii
PERNYATAAN.............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan .......................................................................................... 4
1.4 Manfaat ......................................................................................... 4
1.5 Penegasan Istilah........................................................................... 5
1.6 Sistematika Skripsi........................................................................ 7
BAB 11 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Tentang Belajar Dalam konteks Pembelajaran ............... 9
2.2 Tinajauan Tentang Aktivitas Belajar ............................................. 13
2.3 Tinajauan Tentang Hasil Belajar.................................................... 17
2.4 Tinjauan Tentang Hakikat Sains .................................................... 18
2.5 Tinjauan Tentang Inkuiri Terbimbing............................................ 21
2.6 Tinjauan Tentang Materi Pemantulan Cahaya............................... 27
BAB 111 METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Subyek Penelitian ....................................................... 34
3.2 Faktor yang Diteliti ....................................................................... 34
3.3 Rencana Tindakan Penelitian......................................................... 35
3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................ 36
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 48
3.6 Metode Analisis Data..................................................................... 49
3.7 Indikator Keberhasilan ................................................................... 50
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 51
4.2 Pembahasan................................................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................................ 65
5.2 Saran............................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kategori minat siswa.......................................................................... 38
Tabel 2. Kategori sikap siswa .......................................................................... 39
Tabel 3. Kriteria daya pembeda ....................................................................... 42
Tabel 4. Kriteria indeks kesukaran soal ........................................................... 42
Tabel 5. Hasil analisis penilaian psikomotorik siswa ...................................... 51
Tabel 6. Hasil analisis penilaian afektif siswa ................................................. 53
Tabel 7. Hasil kegiatan guru dalam pembelajaran inkuiri ............................... 54
Tabel 8. Hasil belajar tes kognitif siswa pada siklus I ..................................... 55
Tabel 9. Hasil belajar tes kognitif siswa pada siklus II.................................... 55
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skenario pembelajaran inkuiri menurut Gulo ................................ 25
Gambar 2. Hukum pemantulan ........................................................................ 28
Gambar 3. Pembentukan bayangan cermin datar............................................. 29
Gambar 4. Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung...................................... 30
Gambar 5. Sifat-sifat bayangan pada cermin cekung....................................... 31
Gambar 6. Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung................................... 32
Gambar 7. Sifat-sifat bayangan pada cermin Cembung................................... 33
Gambar 8. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ........................................... 47
Gambar 9. Kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing..................................... 170
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus dan penilaian berbasis inkuiri ....................................... 69
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan pembelajaran I........................................ 71
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan pembelajaran II ...................................... 74
Lampiran 4. Lembar kerja siswa 1................................................................. 78
Lampiran 5. Lembar kerja siswa 2................................................................. 81
Lampiran 6. Kunci jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) .............................. 85
Lampiran 7. Soal uji coba instrumen penelitian............................................. 88
Lampiran 8. Kisi-kisi soal uji coba instrumen ............................................... 98
Lampiran 9. Kunci jawaban soal tes uji coba instrumen ............................... 99
Lampiran 10. Lembar jawaban soal uji coba instrumen .................................. 100
Lampiran 11. Analisis validitas,reliabilitas,daya beda, dan tingkat kesukaran 101
Lampiran 12. Perhitungan validitas butir soal ................................................. 106
Lampiran 13. Perhitungan daya pembeda soal ................................................ 108
Lampiran 14. Perhitungan tingkat kesukaran soal ........................................... 109
Lampiran 15. Perhitungan reliabilitas instrumen ............................................. 110
Lampiran 16. Soal pretest siklus I.................................................................... 111
Lampiran 17. Soal postest siklus I ................................................................... 115
Lampiran 18. Soal pretest siklus II .................................................................. 119
Lampiran 19. Soal postest siklus II .................................................................. 122
Lampiran 20. Kunci jawaban soal pretest dan postest ..................................... 125
Lampiran 21. Lembar jawaban pretest dan postest.......................................... 126
Lampiran 22. Lembar observasi psikomotorik I .............................................. 127
Lampiran 23. Lembar observasi psikomotorik II............................................. 129
Lampiran 24. Rekapitulasi hasil belajar psikomotorik I .................................. 131
Lampiran 25. Rekapitulasi hasil belajar psikomotorik II................................. 133
Lampiran 26. Lembar observasi afektif 1 ........................................................ 135
Lampiran 27. Lembar observasi afektif 2 ........................................................ 137
Lampiran 28. Lembar observasi afektif 3 ........................................................ 139
Lampiran 29. Rekapitulasi hasil belajar afektif 1 ............................................ 141
Lampiran 30. Rekapitulasi hasil belajar afektif 2 ............................................ 143
Lampiran 31. Rekapitulasi hasil belajar afektif 3 ............................................ 145
Lampiran 32. Lembar angket/kuasioner siswa................................................. 147
Lampiran 33. Kisi-kisi instrumen angket/kuasioner siswa .............................. 148
Lampiran 34. Rekapitulasi hasil angket/kuasioner siswa ................................ 149
Lampiran 35. Lembar observasi kegiatan guru 1............................................. 151
Lampiran 36. Lembar observasi kegiatan guru 2............................................. 153
Lampiran 37. Lembar observasi kegiatan guru 3............................................. 155
Lampiran 38. Rekapitulasi hasil kegiatan guru 1............................................. 157
Lampiran 39. Rekapitulasi hasil kegiatan guru 2............................................. 158
Lampiran 40. Rekapitulasi hasil kegiatan guru 3............................................. 159
Lampiran 41. Hasil belajar kognitif (pretest) siswa siklus I ............................ 160
Lampiran 42. Hasil belajar kognitif (postest) siswa siklus I............................ 162
Lampiran 43. Hasil belajar kognitif (pretest) siswa siklus II ........................... 164
Lampiran 44. Hasil belajar kognitif (postest) siswa siklus II........................... 166
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lampiran 45. Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa....................................168
Pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan),
menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata
pelajaran setelah proses pembelajaran. Kompetensi merupakan kemampuan
berpikir, bertindak, dan bersikap secara konsisten sebagai perwujudan dari
pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Kompetensi ini sebagai bekal bagi
peserta didik agar dapat menanggapi: i) isu lokal, nasional, kawasan, dunia,
sosial, ekonomi, lingkungan dan etika; ii) menilai secara kritis
perkembangan dalam bidang Sains dan teknologi serta dampaknya; iii)
memberi sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan Sains dan
teknologi; dan iv) memilih karir yang tepat (Depdiknas, 2004:6).
Selama proses pembelajaran siswa seharusnya ikut terlibat secara
langsung agar siswa memperoleh pengalaman dari proses pembelajaran.
Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari
tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Carl Sagan dalam
Koes (2003:5) mendefinisikan Sains lebih sebagai sebuah cara berpikir
daripada satu kumpulan pengetahuan.
Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam
rumpun Sains, yang mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif
dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa
alam sekitar. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-
gejala alam dan interaksi didalamnya. Mata pelajaran Sains di SMP
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar guru mampu mengembangkan suatu strategi dalam
mengajar yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga keaktifan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar meningkat. Dalam pelaksanaannya,
metode ceramah yang merupakan metode konvensional masih mendominasi
dalam proses pembelajaran fisika. Metode ceramah hanya mengutamakan
produk atau hasilnya saja. Padahal dalam pembelajaran fisika, proses dan
produk sama pentingnya serta tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu,
penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat dan bervariasi
diharapkan akan meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan dengan
meningkatnya aktivitas selama pembelajaran, diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Guru dapat meningkatkan aktivitas anak didiknya melalui
pembelajaran yang berbasis laboratorium dan penyelidikan. Untuk
kepentingan ini salah satu metode pembelajaran yang sesuai adalah inkuiri.
Inkuiri merupakan metode pembelajaran Sains yang mengacu pada suatu
cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan, informasi, atau
mempelajari suatu gejala (Koes, 2003:12). Apabila siswa belum pernah
mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan-kegiatan inkuiri, maka
diperlukan bimbingan yang cukup luas dari guru. Hal inilah yang disebut
dengan inkuiri terbimbing.
Kenyataan yang ditemui di lapangan, banyak guru menggunakan
pembelajaran konvensional (ceramah). Siswa hanya mendengar dan
mencatat. Alasan menggunakan pembelajaran konvensional yang
dikemukakan oleh beberapa sumber informasi (guru) antara lain :
terbenturnya oleh waktu tatap muka di kelas, kesulitan untuk menyusun
bahan pelajaran yang menggunakan pendekatan yang menarik, sarana dan
prasarana yang kurang mendukung. Alasan tersebut menjadikan guru lebih
memilih metode ceramah daripada metode lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika kelas VIII, Ibu
Faizah Pahalawati, S. Pd menyatakan bahwa banyak siswa memiliki tingkat
keaktifan yang rendah. Hasil ini dapat dilihat dari setiap kali guru
menerangkan selama pembelajaran berlangsung siswa yang aktif hanya
45%. Sedangkan siswa yang lainnya hanya diam sebagai pendengar dan
mencatat. Melalui hasil belajar ulangan harian siswa tentang gelombang dan
bunyi diperoleh nilai hasil belajar untuk pelajaran fisika kelas VIII A SMP
Negeri 13 Semarang yang memiliki nilai rata-rata 6,25. Berdasarkan hal
tersebut, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul
“MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS-
FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK
SUB POKOK BAHASAN PEMANTULAN CAHAYA PADA SISWA
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang
akan diteliti adalah “Apakah melalui pembelajaran inkuiri terbimbing yang
KELAS VIII SMP NEGERI 13 SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2006/2007”.
diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Sains-fisika siswa
kelas VIII SMP N 13 Semarang?”
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian merupakan usaha untuk menemukan kebenaran
suatu pengetahuan, dimana usaha tersebut dilakukan dengan metode ilmiah
(Arikunto, 1991:6). Sesuai dengan judul yang dikemukakan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
Menerapkan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran Sains
sehingga diketahui metode tersebut dapat meningkatkan aktivitas. Dengan
demikian keterlibatan langsung siswa yang pada akhirnya dapat mencapai
hasil belajar Sains fisika yang maksimal.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi sekolah sebagai informasi dalam rangka meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran.
1.4.2 Bagi guru-guru selaku pendidik sebagai strategi pembelajaran
bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem
pembelajaran di kelas, serta membantu guru menciptakan kegiatan
belajar yang menarik.
1.4.3 Bagi siswa dapat meningkatkan minat belajar Sains melalui aktivitas
laboratorium sehingga siswa lebih mendalami konsep yang sedang
dipelajari. Serta meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga siswa lebih aktif mengajukan pendapat,
bertanya, menyanggah pendapat, dan menjawab pertanyaan selama
pembelajaran berlangsung.
1.4.4 Bagi peneliti digunakan untuk menambah pengetahuan dalam
membekali diri sebagai calon guru fisika yang memperoleh
pengalaman penelitian secara ilmiah agar kelak dapat dijadikan
modal sebagai guru dalam mengajar.
1.5 Penegasan Istilah
Untuk membatasi masalah dan menghindari kesalahpahaman
terhadap istilah dalam skripsi ini, maka perlu dikemukakan penegasan
istilah. Batasan pengertian dari judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Meningkatkan Aktivitas
Meningkat berarti naik (Anonim, 1980). Sedangkan aktivitas
berasal dari kata “Aktif”, secara istilah adalah kegiatan untuk
melakukan sesuatu. Jadi meningkatkan aktivitas adalah usaha untuk
menaikkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar. Sehingga terjadi interaksi yang efektif antara guru dan
siswa. Aktivitas tersebut meliputi perhatian siswa saat guru
memberikan penjelasan, respon dalam mengajukan permasalahan,
melakukan penyelidikan, menjawab soal dari guru dan siswa lain,
mengemukakan pendapat saat diskusi, dan memberikan tanggapan
terhadap pendapat siswa lain.
1.5.2 Hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan
ketrampilan (Hamalik, 2005:31). Hal ini dimaksudkan hasil yang
berupa nilai kognitif siswa diatas standar yaitu >65.
1.5.3 Sains-Fisika
Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta
untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-
prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Salah satu
mata pelajaran Sains di SMP adalah fisika.
1.5.4 Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang
baik (Darsono, 2000:24). Pembelajaran sangat berkaitan dengan
metode mengajar.
1.5.5 Inkuiri terbimbing
Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam
pembelajaran (fisika/Sains) dan mengacu pada salah satu cara untuk
mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi atau
mempelajari suatu gejala. (Koes, 2003:12)
Inkuiri yang diterapkan adalah inkuiri terbimbing, dimana
guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah
percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk
menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.
1.5.6 Pemantulan Cahaya
Cahaya merupakan salah satu sub mata pelajaran Sains atau
bagian dari mata pelajaran fisika. Cahaya dalam sebuah medium
akan merambat mengikuti garis lurus. Pemantulan cahaya adalah
salah satu sifat cahaya apabila sinar cahaya jatuh pada permukaan
benda lalu dibalikkan kembali. Dalam pemantulan cahaya akan
dibahas tentang hukum pemantulan, sifat bayangan yang dibentuk
oleh cermin datar, sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung
dan cembung.
1.6 Sistematika Skripsi
Untuk memudahkan dan memperjelas skripsi ini, maka akan
diuraikan secara singkat sistematika penulisan skripsi. Ada 3 bagian
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan
pembimbing, halaman pengesahan, pernyataaan, abstrak, motto dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan
daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi terdiri dari :
BAB I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, penegasan istilah, sistematika skripsi.
BAB II Tinjauan teori berisi sejumlah teori yang mendasari
penyusunan skripsi ini dan mendukung atau menjadi acuan
dalam menguji rumusan masalah. Didalamnya meliputi
tinjauan tentang belajar dalam konteks pembelajaran, tinjauan
tentang aktivitas belajar, tinjauan tentang hakikat Sains,
tinjauan tentang hasil belajar, tinjauan tentang inkuiri
terbimbing, tinjauan tentang materi pemantulan cahaya.
BAB III. Metodologi penelitian, bab ini berisi tentang setting dan
subyek penelitian, faktor yang diteliti, rencana tindakan
penelitian, prosedur penelitian, metode pengumpulan data,
metode analisis data, indikator keberhasilan.
BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan berisi peningkatan aktivitas
dan hasil belajar tiap siklus serta pembahasannya.
BAB V Kesimpulan dan saran berisi kata penutup yang memuat
kesimpulan dan saran.
3. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, tabel, dan
surat penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Belajar Dalam Konteks Pembelajaran
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang pengertian belajar
atau “learning”, baik secara umum maupun khusus. Seringkali perumusan
dan penafsiran itu berbeda satu sama lain. Adapun beberapa perumusan
tentang belajar dalam Hamalik ( 2005:27-28 ) sebagai berikut.
a. Dalam pengertian lama, mendefinisikan belajar adalah memperoleh
pengetahuan, latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis.
b. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening
of behavior through experiencing). Jadi belajar merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar disini
bukan hanya mengingat, akan tetapi juga mengalami atau
berpartisipasi langsung.
c. Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar
yaitu belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan. Belajar disinilah menitikberatkan pada
interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi
tersebut akan terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.
Namun pada dasarnya belajar merupakan proses yang
menghendaki adanya perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan
lingkungan.
Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses
dimana organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
Teori Piaget menyatakan bahwa anak menjadi tahu dan memahami
lingkungannya melalui jalan interaksi dan beradaptasi dengan lingkungan
tersebut. Menurut teori ini siswa harus membangun pengetahuannya sendiri
melalui observasi, eksperimen, diskusi, dan lain-lain. Implikasi dari teori
tersebut terhadap pembelajaran Sains adalah bahwa guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan menggunakan akalnya.
Jadi unsur-unsur pokok yang terkadung dalam pengertian belajar
adalah :
1. Belajar sebagai proses pengalaman.
2. Perolehan pengetahuan dan keterampilan.
3. Perubahan tingkah laku bersifat relatif permanen.
4. Aktivitas diri.
Adapun ciri-ciri belajar menurut William Burton dalam Hamalik (2005:31)
sebagai berikut.
1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui
(Under going).
2. Proses situasi melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.
4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri
yang mendorong motivasi yang kontinu.
5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid.
7. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-
pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan
kematangan murid.
8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan
kemajuan.
9. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara tepisah.
11. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.
13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
14. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan serangkaian pengalaman-
pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang
baik.
15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian
dengan kecepatan yang berbeda-beda.
16. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat komplek dan dapat
berubah-ubah (adaptabel). Jadi tidak sederhana dan statis.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antar peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik (Mulyasa, 2003:100).
Prakteknya, pembelajaran sangat terkait dengan metode mengajar.
Dalam proses perkembangan pendidikan di Indonesia bahwa salah satu
hambatan yang paling menonjol dalam pelaksanaannya adalah metode
mengajar. Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah
teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individu ataupun
kelompok, agar pelajaran dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh
siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar makin efektif pula
pencapaian tujuan (Ahmadi, 1997:52). Dalam pembelajaran, tugas guru
yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan
pembelajaran mencakup tiga hal yaitu pretest, proses belajar mengajar, dan
postest.
Pretest adalah permulaan dalam proses pembelajaran yang
bertujuan untuk menjajagi kemampuan awal peserta didik, mengetahui
tingkat kemajuan peserta didik berhubungan dengan proses pembelajaran
dan mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai. Proses
sebagai kegiatan dari pelaksanan proses pembelajaran yakni bagaimana
tujuan-tujuan direalisasikan. Postest adalah kegiatan akhir pelaksanaan
pembelajaran guna melihat keberhasilan pembelajaran dengan
membandingkan hasil pretest.
2.2 Tinjauan Tentang Aktivitas Belajar
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya
aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi
belajar mengajar. Sebagai rasionalitasnya, hal ini juga mendapatkan
pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.
Frobel dalam Sardiman (2001:38) mengatakan bahwa “manusia
sebagai pencipta“. Dalam ajaran agama pun diakui bahwa manusia adalah
sebagai pencipta yang kedua (setelah Tuhan). Secara alami peserta didik
memang ada dorongan untuk menciptakan. Peserta didik adalah suatu
organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utama yang dikemukakan
Frobel bahwa peserta didik harus bekerja sendiri. Untuk memberikan
motivasi, maka dipopulerkan suatu semboyan “berpikir dan berbuat”. Begitu
juga dalam belajar sudah tentu tidak mungkin meninggalkan dua kegiatan
berpikir dan berbuat.
Montessori juga menegaskan bahwa “anak-anak itu memiliki
tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri”. Pendidikan
akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana
perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan Montessori ini memberikan
petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas didalam
pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidikan
memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan
diperbuat oleh anak didik.
Dalam hal kegiatan belajar ini, Rousseou memberikan penjelasan
bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,
pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan belajar sendiri, dengan
fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Oleh
sebab itu, orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas, maka
proses belajar tidak mungkin terjadi. Guru bertugas menyedikan bahan
pelajaran, tetapi yang mengolah dan menentukan adalah siswa sesuai dengan
bakat, kemampuan, dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah
berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik aktif dan
mendominasi aktivitas adalah siswa. Agar anak didik berpikir sendiri, maka
harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Sehubungan dengan ini, maka Piaget menerangkan bahwa seorang
anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak
berpikir. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar,
sehingga terjadi interaksi yang efektif antara guru dan siswa. Dalam
pengajaran dapat dikatakan efektif apabila pengajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.
Sekolah merupakan area untuk mengembangkan aktivitas. Banyak
jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa
tidak cukup hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazim terdapat
disekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2001:76 )
membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara
lain dapat digolongkan sebagai berikut :
1. visual activities meliputi membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, meliputi menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengemukakan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
3. Listening activities, meliputi uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, meliputi menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5. Drawing activities, meliputi menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6. Motor activities, meliputi melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
7. Mental activities, meliputi menangggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, meliputi menaruh minat, merasa bosan, gembira,
semangat, bergairah, tenang, dan gugup.
Aktivitas yang akan dinilai dalam penelitian yaitu penilaian
psikomotorik dan afektif. Penilaian psikomotorik meliputi aspek merangkai
alat percobaan, mengukur, menghitung, analisis data dan melukis jalannya
sinar. Penilaian afektif (minat) meliputi kehadiran di kelas, bertanya dan
memberikan tangggapan, partisipasi dalam kegiatan laboratorium, dan
ketepatan waktu mengumpulkan laporan. Sedangkan penilaian afektif
(sikap) meliputi bekerjasama dalam kelompok, kejujuran, ketekunan belajar,
dan tangungjawab.
Menurut Hamalik (2005:175-176), adapun nilai-nilai aktivitas
dalam pengajaran bagi siswa sebagai berikut :
1. Para siswa mancari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral.
3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara
orang tua dengan guru.
7. Pengajaran diselenggarakan secara realitis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan
verbalitis.
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.
2.3 Tinjauan Tentang Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan ketrampilan (Hamalik,
2005:31). Hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja,
melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah belajar
adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Tingkah laku dalam belajar memiliki unsur subyektif dan unsur
motoris. Unsur subyektif adalah unsur rohaniah, sedangkan unsur motoris
adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek.
Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut.
Adapun aspek-aspek tersebut adalah :
1) Pengetahuan
2) Pengertian
3) Kebiasaan
4) Keterampilan
5) Apresiasi
6) Emosional
7) Hubungan sosial
8) Jasmani
9) Etis atau budi pekerti
10) Sikap
Jika seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka akan
terlihat terjadinya salah satu atau beberapa aspek tingkah laku diatas.
Horword Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu
a. Keterampilan dan kebiasaan.
b. Pengetahuan dan pengertian.
c. Sikap dan cita-cita.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, antara lain ;
a. Informasi verbal
b. Keterampilan intelektual
c. Strategi kognitif
d. Sikap
e. Keterampilan motoris.
Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom membagi menjadi
tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
2.4 Tinjauan Tentang Hakikat Sains-Fisika
Sains berasal dari bahasa Inggris science yang berarti pengetahuan.
Sains adalah ilmu pengetahuan yang sangat dinamis dan selalu mengalami
perubahan dan perkembangan secara kontinu. Sains banyak mendiskusikan
tentang alam yang terdiri dari ilmu fisika, kimia, dan biologi.
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Sains di sekolah menengah
pertama diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar.
Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan
untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh
karena itu, pendidikan Sains diterapkan dalam menyajikan pembelajaran.
Sains adalah memadukan antara pengalaman proses Sains dan
pemahaman produk Sains dalam bentuk pengalaman langsung. Hal ini juga
sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang masih berada
pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan sangat memudahkan siswa
jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk belajar merumuskan konsep
secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.
Hakikat fisika sama halnya dengan hakikat Sains karena fisika
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Sains. Sagan dalam Koes
(2003:5) mengatakan tentang Sains :
Tujuan Sains adalah untuk menemukan bagaimana alam bekerja, mencari bagaimana aturannya, memecahkan keteraturan yang ada…dari partikel-pertikel subnuklir yang mungkin membawa komponen utama semua materi, ke makhluk hidup, komunitas sosial manusia, dan kemudian kosmos secara keseluruhan. Persepsi kita mungkin mengalami distorsi oleh latihan dan praduga atau bahkan karena keterbatasan indera kita yang tentu saja menerima secara langsung tetapi hanya sebagian kecil dari gejala alam….Sains didasarkan atas eksperimen, pada kemauan untuk menantang dogma lama, pada keterbukaan untuk melihat alam
semesta seperti apa yang sesungguhnya. Serta merta Sains kadang-kadang membutuhkan keberanian…paling tidak keberanian untuk mempertanyakan kebijaksanaan konvensional. Secara umum, hakikat Sains menurut model kontemporer adalah
sebagai berikut.
1. Sains adalah organisasi pengetahuan kita untuk membantu kita
mempelajari alam.
2. Sains adalah bagian dari kemajuan dan kreativitas manusia (Sains itu
berkembang).
3. Sains adalah sebuah pencarian untuk temuan-temuan (Sains adalah
sebuah proses).
4. Sains terdiri dari berbagai disiplin dan proses
5. a. Sains adalah upaya-upaya kompetitif.
b. Popularitas pengetahuan ilmiah berkait secara langsung dengan
prestise orang yang menemukan pengetahuan itu.
c. Kemudahan seorang ilmuwan menerima pengetahuan berkaitan
secara langsung dengan seberapa dekat paradigma ilmuwan
(program penelitian dll) dengan paradigma pengetahuan yung satu
dengan yang lainnya.
2.5 Tinjauan Tentang Inkuiri Terbimbing
2.5.1 Definisi inkuiri terbimbing
Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan,
meminta keterangan, atau penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan
(Ahmadi, 1997:76). Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental
maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan
dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa
sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka
“menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru
(Ahmadi, 1997: 79).
Menurut Carin dan Sund (1975), yang dimaksud dengan inkuiri
ialah
The process of investigasing a problem. Inquiry differs from problem solving in that an individual may origainate the problem and develop his own strategies for obtaining information. Unlike problem solving there is not set pattern to inquiry. An individual may be be involved in may methods of obtaining information and be may take intuitive aporoaches to the problem. The and product of inquiry may result in a to the problem. The end product of inquiry may result in a discovery.
Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran
fisika dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari
pengetahuan, informasi atau mempelajari suatu gejala. Wayne Welch
berpendapat bahwa metode penyelidikan ilmiah sebagai proses inkuiri.
Ia juga mengidentifikasi lima sifat dari proses inkuiri, yaitu pengamatan,
pengukuran, eksperimentasi, komunikasi, dan proses-proses mental
(Koes, 2003:12-13).
Dalam pembelajaran Sains dengan pembelajaran inkuiri, guru
harus membimbing siswa terutama siswa yang belum pernah mempunyai
pengalaman belajar dengan kegiatan-kegiatan inkuiri. Atas dasar
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, W.R Romey (1968,h.22)
membedakan inkuiri menjadi dua tingkat, yaitu :
a. Inkuiri dengan aktivitas terstruktur
Dalam inkuiri dengan “Aktivitas terstruktur” siswa
memperoleh petunjuk-petunjuk lengkap yang mengarahkan pada
prosedur yang didesain untuk memperoleh sesuatu konsep atau
prinsip tertentu.
b. Inkuiri dengan aktivitas tidak terstruktur
Dalam inkuiri dengan “Aktivitas Tidak Terstruktur”,
hanya terdapat penyajian masalah, dan siswa secara bebas memilih
dan menggunakan prosedur-prosedur masing-masing, menyusun data
yang diperolehnya, menganalisisnya dan kemudian menarik
kesimpulan.
Sedangkan Carin dan Sund (h.111) berpendapat bahwa
pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri induktif terbimbing
dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah.
Diantara model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa siswa
SMP adalah inkuiri induktif terbimbing, dimana siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui
pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik
kesimpulan. Pada inkuiri induktif terbimbing, guru tidak lagi
berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima
informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-
langkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan
untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.
Menurut Gulo (2002:86-87), peranan utama guru dalam menciptakan
kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.
a. Motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan
gairah berpikir.
b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan
dalam proses berpikir siswa.
c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka
perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri.
d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan
di dalam kelas.
e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada
tujuan yang diharapkan.
f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi
kelas.
g. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai
dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
2.5.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri
Menurut Memes (2000:42), ada enam langkah yang
diperhatikan dalam inkuiri terbimbing, yaitu :
1. Merumuskan masalah.
2. Membuat hipotesa.
3. Merencanakan kegiatan.
4. Melaksanakan kegiatan.
5. Mengumpulkan data.
6. Mengambil kesimpulan.
Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para
siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan
berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario
pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar.
Skenario pembelajaran inkuiri Menurut Gulo (2002:99) dapat dilihat
pada bagan di bawah ini :
KEGIATAN SISWA SINTAKS ALIRAN KEGIATAN
KEGIATAN GURU KETERANGAN
1.1 Mengerjakan pre-test
1.2 Menunjukkan kebutuhan masalah dan minta informasi
1.1 Menentukan entry behaviour
1.2 Menjelaskan tujuan pengajaran
1. Guru mempersiapkan hand-outs tentang materi dan yang berhubungan dengan konten
2.1 Mendengarkan, mempertanyakan, mengusulkan
2.1 Memberikan penjelasan singkat dan menyeluruh tentang konten dan prosedur kerja
2. Menentukan batas waktu
3.1 Masuk ke dalam kelompok
3.1 Mengorganisasi fasilitas dan kelompok
3. Menjajaki cara pembentukan kelompok
4.1 Merumuskan, mengklasifikasikan tujuan
4.2 Urutan tugas
4.1 Mengamati, membantu, mengarahkan
5.1 Membaca, bertanya, mengamati, membuat catatan, meneliti, mengorganisasi data
5.1 Menganjurkan, memberi fasilitas, dan bimbingan
5. Saling membantu antarsiswa
6.1 Analisis data, kesimpulan individual
6.1 Menganjurkan, memberi fasilitas dan bimbingan
6. Saling membantu antarsiswa
7.1 Sharing penemuan, kritik mengambil catatan, kesimpulan pandahuluan
7.1 Menganjurkan, memberi fasilitas dan bimbingan.
7. Saling membantu antarsiswa
8.1 Menulis laporan kelompok antarsiswa
8.1 Memberi bantuan 8. Saling membantu
9.1 Menanggapi dan bertanya
9.1 Memantau, membantu mengelola kelas
9. Memimpin diskusi
10.1 Tanya jawab, catat 10.1 Sintesis, menyimpulkan
10. Memimpin diskusi
11.1 Mamberi saran 11.1 Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi
11. Memimpin diskusi
Gambar 1. Skenario pembelajaran inkuiri Menurut Gulo
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan inkuiri terbimbing
Menentukan tujuan
pengajaran
Pengantar singkat tentang
konten dan prosedur
Membentuk kelompok
Klasifikasi tujuan
Kerja individual
Laporan pada kelompok
Diskusi kelompok
Laporan kelompok
Diskusi kelas
Rangkuman
Tindakan lanjut
2.4.3.1 Kelebihan inkuiri terbimbing
Menurut Suryobroto (2002:201), ada beberapa kelebihan
pembelajaran inkuiri antara lain :
1. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak
persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif
siswa.
2. Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan
jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan
kadang-kadang kegagalan.
3. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai
dengan kemampuan.
4. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya
kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses
penemuan.
5. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi
untuk belajar.
6. Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi
kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai
sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar,
terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum
diketahui.
2.4.3.1 Kekurangan inkuiri terbimbing
Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (2002:201)
adalah sebagai berikut.
1. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara
belajar ini.
2. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya
sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan
teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk
kata-kata tertentu.
3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin
mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan
dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak
menguasai pembelajaran inkuiri.
2.6 Tinjauan Tentang Materi Pemantulan Cahaya
2.6.1 Pengertian pemantulan cahaya
Cahaya merupakan gelombang elektromagnet yang merambat
dengan arah perambatannya lurus dan mempunyai kecepatan
tertentu, tergantung jenisnya. Berkas cahaya adalah cahaya yang
tampak sebagai kelompok sinar-sinar cahaya. Berkas cahaya
dibedakan menjadi 3 yaitu
1. Berkas cahaya sejajar
2. Berkas cahaya mengumpul (konvergen)
3. Berkas cahaya menyebar (divergen)
Jika sinar cahaya jatuh pada permukaan benda lalu dibalikkan
kembali, kita sebut dengan pemantulan. seberkas cahaya sejajar
datang pada permukaan yang rata seperti permukaan cermin datar
atau permukaan air yang tenang, maka pemantulan ini disebut
pemantulan teratur.
2.6.2 Hukum pemantulan
Hukum pemantulan cahaya pada suatu permukaan
menyatakan bahwa :
a. Sinar datang, sinar pantul, garis normal berpotongan pada satu
titik dan terletak pada bidang datar.
b. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r)
Secara matematis dituliskan bahwa : ri =
Gambar 2. hukum Pemantulan
Beberapa pengertian dalam hukum pemantulan (Hukum
Snellius) antara lain :
Sinar datang ialah sinar yang datang pada permukaan benda.
Sianr pantul ialah sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda.
Garis normal ialah garis yang dibuat tegak lurus pada permukaan
benda.
Sudut datang ialah sudut antara sinar datang dengan garis normal.
Cermin datar
i r
Garis normal
Sudut pantul ialah sudut antara sinar pantul dengan garis normal.
2.6.3 Pemantulan pada cermin datar
Sebuah cermin yang permukaannya datar sempurna disebut
cermin datar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melukiskan bayangan pada
cermin datar, sebagai berikut.
• Sinar selalu berasal (datang dari sisi depan cermin/sisi mengkilat)
dan dipantulkan kembali ke sisi depan.
• Bayangan nyata dibentuk oleh perpotongan langsung sinar-sinar
pantul dilukiskan dengan garis utuh, bayangan maya (tidak
nyata) dibentuk oleh perpotongan perpanjangan sinar-sinar pantul
(dilukiskan dengan garis putus-putus).
Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar yaitu :
• Bayangan maya, dan terletak di belakang cermin (tidak dapat
ditangkap dengan layar).
• Ukuran bayangan sama dengan ukuran benda (1X Perbesaran).
• Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda dari cermin.
• Bayangan tegak artinya posisi tegaknya sama dengan posisi
tegaknya benda.
Benda Bayangan
•
Gambar 3.Pembentukan bayangan cermin datar
2.6.4 Pemantulan pada cermin cekung (cermin konkaf )
Cermin cekung adalah cermin yang terbuat dari irisan bola
yang permukaan dalamnya mengkilap. Cermin cekung bersifat
mengmpulkan sinar (konvergen).
Bagian-bagian cermin cekung adalah :
• Titik pusat cermin (O)
• Titik fokus (F)
• Titik pusat kelengkungan (M) F2=
• Sumbu utama yaitu garis normal yang melalui M dan O
Sinar-sinar istemewa pada cermin cekung antara lain :
-
• Sinar sejajar sumbu utama yang
meninggalkan benda akan
dipantulkan menuju ke titik fokus
F (sinar 1)
F M
• Sinar yang meninggalkan benda
menuju ke titik fokus F akan
dipantulkan sejajar sumbu utama
(Sinar 2).
• Sinar yang meninggalkan benda
menuju ke titik pusat
kelengkungan M akan
dipantulkan kembali ke titik M
(Sinar 3).
F M
F M
Gambar 4. Sinar-sinat istimewa cermin cekung
Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cekung yaitu :
• Jika benda terletak antara O dan
F, bayangan terbentuk bersifat
maya, tegak, dan diperbesar.
• Jika benda terletak antara F dan
M, bayangan terbentuk bersifat
nyata, terbalik, dan diperbesar.
• Jika benda terletak di M sampai
tak hingga, bayangan terbentuk
bersifat nyata, terbalik, dan
diperkecil.
• Jika benda terletak di M,
bayangan terbentuk bersifat nyata,
terbalik, dan sama besar dengan
bendanya.
• Jika benda terletak di titik fokus
F, bayangan yang terbentuk
terletak di tak terhingga.
Benda
M F O
Bayangan
Benda
M F O
Bayangan
Benda
M F O Bayangan
Benda
M F O
Bayangan
Benda Bayangan M F O F’
Gambar 5. Sifat-sifat bayangan cermin cekung
2.6.5 Pada cermin cembung (cermin konveks)
Cermin cembung adalah cermin yang terbuat dari irisan bola
yang permukaan luarnya mengkilap . Titik fokus cermin cembung
berada dibelakang cermin, karena itu jarak fokusnya bertanda
negatif. Sifat cermin cembung adalah untuk sinar-sinar yang
paraksial akan dipantulkan menyebar (divergen).
Sinar-sinar istemewa pada cermin cembung sebagai berikut.
-
• Sinar sejajar sumbu utama yang
meninggalkan benda akan
dipantulkan seolah-oleh datang
dari titik fokus F (Sinar 1)
F M
• Sinar datang yang seolah-olah
menuju titik fokus F akan
dipantulkan sejajar sumbu utama
(Sinar 2).
• Sinar yang meninggalkan benda
menuju ke titik pusat
kelengkungan M akan
dipantulkan kembali seolah-olah
datang dari titik M (Sinar 3 ).
F M
F M
Gambar 6. sinar-sinar istimewa cermin cembung
Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cembung yaitu
• Maya (terletak dibelakang cermin)
• Tegak
• Diperkecil
Benda Bayangan
F M
Gambar 7. Pembentukan bayangan cermin cembung
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Subyek Penelitian
Penelitian dengan pendekatan tindakan kelas ini dilaksanakan di
kelas VIII A semester 2 SMP Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran
2006/2007, yang beralamatkan di jalan Lamongan Raya Telp (024) 316241
Semarang 50236. Dengan jumlah siswa adalah 45 orang yang terdiri dari 24
siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas VIII A karena
dari enam kelas yang ada, melalui observasi awal didapatkan nilai hasil belajar
rendah dan aktivitas belajar rendah.
3.2 Faktor yang diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah :
a. Faktor siswa : Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran fisika melalui pembelajaran Sains untuk
sub pokok bahasan pemantulan cahaya melalui pembelajaran inkuiri
terbimbing.
b. Faktor guru : cara guru dalam merencanakan pembelajaran fisika sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan aktivitas guru selama proses
pembelajaran .
3.3 Rencana Tindakan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Ada dua siklus yang direncanakan dalam penelitian ini.
Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan ( Planning )
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi
identifikasi masalah, membuat silabus, membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), membuat lembar
observasi siswa dan guru, Soal-soal evaluasi (Pretest dan postest), alat atau
bahan yang digunakan dalam percobaan, dan membuat angket informasi
balikan siswa untuk mengetahui sikap terhadap penerapan model inkuiri.
2. Pelaksanaan ( Action )
Pelaksanaan tindakan berupa kegiatan belajar mengajar sesuai
skenario pembelajaran yang sudah direncanakan. Dalam inkuiri
terbimbing, rincian kegiatan sebagai berikut.
a. Kegiatan awal: memberikan tes awal (pretest), penyampaian tujuan
pembelajaran, mengkaitkan pembelajaran dan pengetahuan awal siswa.
b. Kegiatan inti: mendiskusikan langkah-langkah penyelidikan bersama
siswa dan guru membimbing siswa menemukan konsep.
c. Kegiatan Akhir: membimbing siswa membuat kesimpulan dan
evaluasi, memberikan tes akhir (postest), serta memberikan angket
informasi balikan siswa untuk mengetahui sikap siswa terhadap
penerapan inkuiri terbimbing.
3. Pengamatan ( Observation )
Pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya
pelaksanaan tindakan untuk memantau sejauh mana efek pembelajaran
dengan mengggunakan inkuiri terbimbing pada sub pokok bahasan
Pemantulan cahaya. Pengamatan dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan
berdasarkan lembar observasi, LKS, dan angket yang telah diisi oleh
siswa.
4. Refleksi ( reflection )
Dari hasil yang didapat pada tahap evaluasi dalam setiap
siklusnya dikumpulkan serta dianalisis setiap siklus. Digunakan untuk
merefleksi diri. Apakah dengan tindakan yang telah dilakukan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini akan
dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan sikap berikutnya.
3.4 Prosedur Penelitian
Secara lengkap prosedur penelitian meliputi :
3.4.1 Persiapan
a. Melakukan observasi awal melalui wawancara dengan guru kelas VIII.
b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran (Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran /RPP, LKS, alat dan bahan yang digunakan
dalam pembelajaran).
c. Menyusun lembar observasi untuk siswa dan guru
Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran inkuiri berlangsung.
Aktivitas siswa yang diamati dengan menggunakan lembar observasi
minat dan psikomotorik, sedangkan aktivitas guru berupa lembar
observasi kelas untuk kegiatan guru.
1). Lembar observasi psikomotorik
Penilaian terhadap psikomotorik siswa meliputi aspek
merangkai alat percobaan, mengukur, menghitung, analisis data
dan melukiskan pembentukan bayangan. Instrumen untuk
mengukur psikomotorik terdiri dari lima aspek. Rentang yang
digunakan adalah 4 sampai 1, maka skor tertinggi 4 x 5 = 20 dan
skor terendah 1 x 5 = 5. Untuk mendapatkan nilai psikomotorik
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
%100×= ∑maksimalskor
siswadicapaiyangskornilai
(Depdiknas, 2003 : 18)
2). Lembar obeservasi afektif ( minat )
Instrumen yang dilakukan untuk mengukur minat terdiri
dari empat aspek yaitu kehadiran dikelas, bertanya, partisipasi
dalam kegiatan laboratorium dan ketepatan waktu mengumpulkan
tugas. Rentang yang dipakai adalah 4 sampai 1, maka skor tertinggi
4 x 4 = 16 dan skor terendah 1 x 4 = 4. Selanjutnya hasil ini
diinterpretasikan dengan tabel minat siswa atau kelas sebagai
berikut.
Tabel 1. kategori minat siswa
Jumlah Skor Kategori Minat
> 12,8 Sangat minat
9,7 – 12,8 Minat
6,4 – 9,6 Kurang minat
< 6,4 Tidak minat
Keterangan : Skor batas bawah kategori sangat minat adalah 0,8x16=12,8 dan batas atasnya 16. Skor batas bawah kategori minat adalah 0,6x16=9,6 dan skor batas atasnya 12,8 Skor batas bawah kategori kurang berminat adalah 0,4x16=6,4 dan batas atasnya 9,7 Skor batas bawah kategori tidak minat adalah kurang dari 6,4
(Tim Peneliti Program Pascasarjana UNY, 2004:22).
d. Membuat lembar kuesioner atau angket.
Angket penelitian ini digunakan untuk mengetahui nilai
afektif (sikap) siswa terhadap pembelajaran inkuiri. Terdapat empat
indikator yang dinilai yaitu bekerjasama dalam kelompok, kejujuran,
ketekunan belajar, dan tanggungjawab siswa. Dari 4 indikator sikap
ini, kemudian dikembangkan menjadi 12 pertanyaan. Rentang yang
dipakai adalah 4 sampai 1, sehingga skor tertinggi 12 x 4 = 48 dan skor
terendah 12 x 1 = 12. Setelah diketahui jumlah skor yang diperoleh
siswa dan skor rata-rata sikap, kemudian diinterpretasikan dengan tabel
sebagai berikut.
Tabel 2. kategori sikap siswa
Jumlah Skor Kategori sikap
> 38,4 Sangat Positif
28,8 – 38,4 Positif
19,2 – 28,7 Negatif
< 19,2 Sangat Negatif
Keterangan : Skor batas bawah kategori sangat positif adalah 0,8x48=38,4 dan batas atasnya 48. Skor batas bawah kategori positif adalah 0,6x48=28,7 dan skor batas atasnya 38,4 Skor batas bawah kategori negatif adalah 0,4x48=19,2 dan batas atasnya 28,7 Skor batas bawah kategori sangat negatif adalah kurang dari 19,2
(Tim Peneliti Program Pascasarjana UNY, 2004:22).
e. Menyusun kisi-kisi instrumen uji coba.
f. Menyusun soal tes
Soal tes yang disusun dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda.
g. Menguji coba alat evaluasi
Setelah perangkat tes disusun kemudian diuji cobakan untuk
mendapat perangkat tes yang valid, reliabilitas, serta mempunyai taraf
kesukaran dan daya pembeda yang baik. Tes yang diujicobakan berupa
tes pilihan ganda yang berjumlah 50 butir.Tes ini diuji cobakan pada
siswa kelas VIII C SMP Negeri 13 semarang pada tanggal 5 April
2007.
h. Menganalisis hasil uji coba instrumen
Rumus yang dugunakan untuk menganalisis hasil uji coba
instrumen sebagai berikut :
1). Validitas Butir Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Dalam penelitian
digunakan rumus point biserial korelasi :
qp
SMM
rt
tppbus
−= (Suherman, 1990:163 )
Keterangan :
=pbisr koefisien korelasi point biserial (validitas butir soal)
=pM mean skor dari subjek yang menjawab benar untuk butir
yang dicari validitasnya
=tM rerata skor total dari seluruh pengikut tes
=tS simpangan baku (standar deviasi) skor total
=p Proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal yang
dimaksud.
=q proporsi siswa yang menjawab salah pada butir soal yang
dimaksud (q=1-p)
Kriteria : apabila tabelpbis rr > maka butir soal tersebut valid.
2). Reliabilitas soal
Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.( Suharsimi
Arikunto, 2001:21 )
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−=
tKVMK
KKr 1
111 (Suherman, 1990:189 )
Keterangan :
=11r reliabilitas yang dicari jumlah varian tiap-tiap skor items
=K Banyaknya butir soal
=M Rata-rata skor total
=tV Varian total
Kriteria : apabila tabelrr >11 maka butir soal tersebut reliabel.
3). Daya pembeda soal
Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir
soal itu membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Untuk menentukan daya pembeda butir soal :
A
BA
JSJBJB
DP−
= (Suherman, 1990:201 )
Keterangan :
DP = Daya pembeda soal
JBA = Jumlah benar untuk kelompok atas.
JBB = Jumlah benar untuk kelompok bawah.
JSA = jumlah siswa kelompok atas.
Tabel 3. kriteria daya pembeda soal sebagai berikut :
Interval DP Kriteria 0≤DP Sangat jelek
20,000,0 ≤< DP Jelek 40,020,0 ≤< DP Cukup 70,040,0 ≤< DP Baik 00,170,0 ≤< DP Sangat baik
(Suherman, 1990: 202 )
4). Taraf Kesukaran Butir Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal
menggunakan rumus sebagai berikut.
A
BA
JSJBJBIK
2+
= (Suherman, 1990:112)
Tabel 4. kriteria indeks kesukaran soal, sebagai berikut.
Interval IK Kriteria 00,0=IK Terlalu sukar
30,000,0 ≤< IK Sukar 70,030,0 ≤< IK Sedang 00,170,0 ≤< IK Mudah
00,1=IK Terlalu mudah
3.4.2 Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) dengan dua siklus. Tiap siklus yang direncanakan
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut.
(Suherman,1990:113)
1. Siklus I
Perencanaan Tindakan :
a. Permasalahan diidentifikasi mengenai pelaksanaan pembelajaran
Fisika meliputi aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa secara
umum melalui wawancara dengan guru fisika kelas VIII SMP N 13
Semarang.
b. Menggunakan model inkuiri sebagai solusi pemecahan masalah.
c. Membuat skenario pembelajaran yang meliputi pembuatan silabus,
rencana pembelajaran, membuat soal pretest dan postest, membuat
LKS, lembar observasi siswa, penyediaan alat dan bahan yang
akan digunakan untuk percobaan, dan angket balikan.
Pelaksanaan tindakan :
a. Guru memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal
siswa.
b. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok, setiap kelompok 5
orang siswa.
c. Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan.
d. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang ada
dalam LKS dan guru membimbing siswa melakukan percobaan.
e. Setelah selesai, Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
percobaannya untuk didiskusikan dan ditarik kesimpulan.
f. Guru memberikan latihan aplikasi konsep dan memberikan tugas
berikutnya.
g. Memberikan tes diakhir tahap (postest).
Pengamatan :
a. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai
kemampuan siswa dalam bekerja dan menyelesaikan tugas
kelompok.
b. Mengkoreksi dan menilai jawaban LKS dan soal pretest dan
postest.
Refleksi :
Setelah siklus I selesai, data yang telah terkumpul dianalisis
untuk mengetahui apakah pembelajaran inkuiri yang diterapkan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I belum
bisa meningkatkan aktivitas siswa dengan baik, maka desain
pembelajaran pada siklus I perlu diperbaiki agar pembelajaran pada
siklus selanjutnya lebih baik dan berhasil.
2. Siklus II
Perencanaan Tindakan :
a. Guru merancang kembali kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri
yang merupakan perbaikan dari siklus I.
b. Membuat skenario pembelajaran yang meliputi pembuatan silabus,
rencana pembelajaran, membuat soal pretest dan postest, membuat
LKS, lembar observasi siswa, penyediaan alat dan bahan yang
akan digunakan untuk percobaan, dan angket balikan.
Pelaksanaan tindakan :
a. Guru memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal
siswa.
b. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok, setiap kelompok 5
orang siswa.
c. Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan.
d. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang ada
dalam LKS dan guru membimbing siswa melakukan percobaan.
e. Setelah selesai, Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
percobaannya untuk didiskusikan dan ditarik kesimpulan.
f. Guru memberikan latihan aplikasi konsep.
g. Memberikan tes diakhir tahap (postest), setelah itu memberikan
angket balikan untuk diisi siswa.
Pengamatan :
a. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai
kemampuan siswa dalam bekerja dan menyelesaikan tugas
kelompok.
b. Mengkoreksi dan menilai jawaban LKS, soal pretest dan postest
dan angket balikan.
Refleksi :
Setelah siklus II selesai, data yang telah terkumpul dianalisis
untuk mengetahui apakah pembelajaran inkuiri yang diterapkan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus II terjadi
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan baik melalui
pembelajaran inkuiri terbimbing, sehingga pembelajaran tidak
dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Langkah-langkah penelitian diatas dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 8. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
PRE PENELITIAN : • Menentukan permasalahan • Mengumpulkan data awal tentang hasil
belajar kognitif dan psikomotorik siswa sebagai studi awal
PERENCANAAN TINDAKAN PELAKSANAAN
PENGAMATANREFLEKSI
Selesai
Indikator belum tercapai
Indikator tercapai
SIKLUS I (Materi : Cermin datar
dan hukum pemantulan)
SIKLUS II (Materi : Cermin cekung
dan cembung)
PERENCANAAN TINDAKAN PELAKSANAAN
PENGAMATANREFLEKSI
Dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan memperbaiki skenario pembelajaran
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Sumber data
Sumber data penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP N 13
Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 dan guru serta lingkungan yang
mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
2. Jenis data
a. Data tentang kondisi awal, untuk metode pengajaran guru berdasarkan
hasil wawancara dengan guru kelas, nilai laporan ulangan harian siswa
pokok bahasan bunyi.
2 Data tentang peningkatan aktivitas siswa diperoleh dari hasil
pengamatan langsung melalui lembar observasi dan nilai laporan LKS.
3 Peningkatan hasil belajar kognitif berdasarkan dari jawaban tiap soal
mengerjakan soal evaluasi (pretest dan postest).
4 Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan dalam
penelitian diperoleh dari Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
LKS, dan lembar observasi guru.
5 Data hasil belajar afektif (sikap) diperoleh melalui lembar angket
sebagai pendapat atau tanggapan siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran inkuiri terbimbing.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data penelitian ini adalah deskriptif persentase. Data
hasil penelitian yang dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar
individu, dan ketuntasan belajar secara klasikal.
Selanjutnya hasil analisis data diperolah baik kualitataf maupun
kuantitatif. Hasil ini diinterpetasi dan disimpulkan yang digunakan untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
1). Rata-rata kelas.
Untuk menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus
digunakan rumus :
NX
X ∑= (Sudjana, 1989:109)
Keterangan ;
=X rata-rata kelas
=∑ X jumlah seluruh skor
=N banyaknya subjek.
2). Ketuntasan belajar secara individu
Untuk menghitung ketuntasan belajar secara individu digunakan
rumus :
%100×=seluruhnyasoaljumlah
benaryangsoaljawabanjumlahindividuketuntasan
(Usman, 1993:138)
3). Ketuntasan belajar secara klasikal
Nilai postest diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas, kemudian
dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar.
Ketuntasan secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus :
%10065×
≥=
mengikutiyangsiswajumlahnilaimendapatyangsiswajumlahklasikalketuntasan
(Mulyasa, 2003:102)
3.7 Indikator Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Siswa dipandang mencapai tuntas belajar psikomotorik, afektif apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% peserta didik terlibat aktif, baik
fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran (Mulyasa,
2003:101).
2. Siswa mencapai tuntas belajar kognitif apabila siswa mampu
menyelesaikan, menguasai kompetensi atau tujuan pembelajaran minimal
65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas
diperoleh dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai
minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti
tes (Mulyasa, 2003:99).
Ketuntasan individu digunakan untuk menentukan ketuntasan secara
klasikal, sedangkan ketuntasan klasikal digunakan untuk menentukan
keberlangsungan penelitian tindakan kelas (siklus selanjutnya).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran Sains-
Fisika sub pokok bahasan pemantulan cahaya dengan pembelajaran inkuiri
terbimbing, pada tiap siklus diperoleh hasil sebagai berikut.
a. Hasil analisis peningkatan aktivitas belajar
Hasil peningkatan aktivitas belajar diperoleh berdasarkan lembar
observasi, yaitu :
1. Hasil analisis penilaian psikomotorik
Gambaran mengenai hasil belajar psikomotorik siswa yang
meliputi aspek merangkai alat percobaan, mengukur, menghitung,
analisis data dan melukiskan pembentukan bayangan, dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil analisis penilaian psikomotorik siswa
Nilai Psikomotorik No Keterangan
Siklus I Siklus II
1.
2.
3.
4.
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai Rata-rata
Ketuntasan (%)
81
56
66
56 %
81
63
71
78%
Nilai psikomotorik siswa diperoleh dari pengamatan langsung
ketika siswa melakukan percobaan. Dari hasil analisis diperoleh bahwa
pada siklus I, nilai rata-rata psikomotorik sebesar 66 dengan
ketuntasan 56%, karena kurang dari 75% maka belum dikatakan tuntas
secara klasikal. Secara lebih rinci, untuk kemampuan merangkai alat
percobaan nilai rata-ratanya 71, kemampuan mengukur nilai rata-
ratanya 62, kemampuan menghitung nilai rata-ratanya 0 (tidak
dilakukan), kemampuan menganalisis data percobaan nilai rata-ratanya
64, dan kemampuan melukis pembentukan bayangan dari hasil
percobaan nilai rata-ratanya 68. Pada siklus II, nilai rata-rata
psikomotoriknya sebesar 71 dengan ketuntasan sebesar 78 %. Secara
lebih rinci, untuk kemampuan merangkai alat percobaan nilai rata-
ratanya 73, kemampuan mengukur nilai rata-ratanya 73, kemampuan
menghitung nilai rata-ratanya 72, kemampuan menganalisis data
percobaan nilai rata-ratanya 68 dan kemampuan melukis pembentukan
bayangan dari hasil percobaan nilai rata-ratanya 0 (tidak dilakukan).
Sehingga hasil belajar psikomotorik pada siklus II dapat dikatakan
tuntas secara klasikal. Hasil belajar psikomotorik selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 24 dan 25.
2. Hasil analisis penilaian afektif (minat)
Penilaian afektif (minat) dilakukan melalui pengamatan
langsung ketika siswa mengikuti dan melakukan percobaan. Berikut ini
merupakan ringkasan mengenai hasil belajar afektif (minat) :
Tabel 4.2 Hasil analisis penilaian afektif (minat) siswa
Jumlah siswa (%)
Siklus I Siklus II
No
Keterangan
1 2 3
1.
2.
3.
4.
Sangat Minat
Minat
Kurang Minat
Tidak Minat
0%
82%
16%
2%
7%
93%
0%
0%
16%
73%
11%
0%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada siklus I persentase
jumlah siswa yang minat sebesar 82% , persentase jumlah siswa yang
kurang minat sebesar 16%, dan persentase jumlah siswa yang tidak
minat sebesar 2%. Sedangkan siklus II pertemuan ke-2 persentase
jumlah siswa yang sangat minat sebesar 7% dan persentase jumlah
siswa yang minat sebesar 93% dan pertemuan ke-3, persentase jumlah
siswa yang sangat minat sebesar 16%, persentase jumlah siswa yang
minat sebesar 73%, dan persentase jumlah siswa yang kurang minat
sebesar 11%, maka hasil belajar afektif (minat) siswa pada siklus II
cenderung tingi. Sehingga hasil belajar afektif (minat) pada siklus I
dan siklus II dapat dikatakan tuntas. Hasil belajar afektif (minat)
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 29, 30 dan 31.
3. Hasil analisis angket (sikap) siswa
Angket yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing. Dari hasil
angket siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran, berdasarkan
analisis angket siswa dapat diketahui bahwa dari 45 siswa, sebanyak
22 orang siswa menunjukkan tanggapan yang sangat positif dengan
persentase sebesar 49% siswa dan sebanyak 23 orang siswa yang
menunjukkan tanggapan positif dengan persentase 51%. Hasil belajar
angket (sikap) selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 33.
4. Hasil kegiatan guru dalam pembelajaran inkuiri
Dari hasil kegiatan guru dalam proses pembelajaran inkuiri dilakukan
melalui pengamatan langsung oleh observer, diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 4.3 Hasil kegiatan guru dalam pembelajaran inkuiri
Nilai kegiatan guru
Siklus I Siklus II
No
Keterangan
1 2 3
1.
2.
Jumlah skor
Nilai
66
72%
75
82%
80
87%
Dari tabel 4.3, diketahui bahwa pada siklus I, jumlah skor
kemampuan guru dalam menguasai proses pembelajaran inkuiri
terbimbing sebesar 66 dengan nilai 72%. Pada siklus II, pertemuan ke-
2, jumlah skor kemampuan guru jumlah skor kemampuan guru dalam
menguasai proses pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar 75 dengan
nilai 82% dan pertemuan ke-3 jumlah skor kemampuan guru dalam
menguasai proses pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar 80 dengan
nilai 87%. Sehingga kegiatan guru dalam proses pembelajaran inkuiri
pada siklus I dan siklus II dapat dikatakan semakin meningkat. Hasil
kegiatan guru dalam pembelajaran inkuiri, selanjutnya dapat dilihat
pada lampiran 38, 39, dan 40.
b. Hasil Belajar kognitif siswa
Berdasarkan analisis pretest dan postest pada siklus I dan siklus II
diperoleh nilai rata-rata pretest dan postest serta jumlah siswa yang tuntas
belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil belajar tes kognitif siswa pada siklus I
No Keterangan Pretest Postest
1.
2.
3.
4.
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai rata-rata
Persentase siswa yang tuntas
belajar (%)
60
0
42
9%
93
0
73
89%
Tabel 4.5 Hasil belajar tes kognitif siswa pada siklus II
No Keterangan Pretest Postest
1.
2.
3.
4.
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai rata-rata
Persentase siswa yang tuntas
belajar (%)
73
33
56
56%
93
47
82
91%
Dari hasil analisis belajar kognitif siswa yang disajikan pada
tabel 4.4 dan 4.5, dapat dilihat bahwa pada siklus I nilai rata-rata
sebelum diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu berupa nilai
rata-rata pretest adalah 42 dengan ketuntasan 9%, setelah diberikan
pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami peningkatan yaitu berupa
nilai rata-rata postest menjadi 73 dengan ketuntasan 89%. Pada siklus
II nilai rata-rata pretest sebesar 56 dengan ketuntasan 56%. Setelah
dilakukan tindakan mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 82
dengan ketuntasan 91%. Hasil belajar kognitif selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 45.
4.2 Pembahasan
1. Siklus I
Berdasarkan hasil ulangan pada konsep getaran dan gelombang
sebelum melakukan penelitian ternyata hasil belajar siswa belum
memenuhi harapan. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata ulangan
harian siswa 6,25 dengan ketuntasan 56%. Bertolak dari kondisi awal
tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas untuk mengoptimalkan hasil
belajar siswa melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
sub pokok bahasan pemantulan cahaya.
Pada awal pembelajaran guru memberikan pretest untuk mengetahui
pengetahuan siswa sebelum diberikan pelajaran. Setelah pretest selesai,
guru memberikan apersepsi dan motivasi, serta tujuan dari pembelajaran
yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas agar siswa siap
menghadapi bahan pelajaran dan mempunyai rasa keingintahuan yang kuat
terhadap materi yang akan dibahas. Kegiatan pendahuluan tersebut diikuti
dengan kegiatan inti. Kegiatan inti dalam proses pembelajaran yang
dilakukan adalah guru membagi siswa dalam 9 kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 5 orang siswa kemudian guru membagikan peralatan
beserta lembar kerja siswa/LKS. Setelah itu secara berkelompok siswa
merangkai alat percobaan, mengukur, menghitung, analisis data dan
melukiskan pembentukan bayangan sesuai dengan LKS dengan bimbingan
guru. Kemudian masing-masing kelompok mendiskusikan hasil
pengamatannya dan mengisi LKS dengan bimbingan guru. Setiap
kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil
pengamatannya kemudian dilakukan diskusi atau sharing bersama-sama
kelompok lainnya.
Kegiatan penutup dalam pembelajaran ini berupa menarik
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
Dalam kegiatan ini siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan materi
yang kurang jelas untuk dipahami, sedangkan guru menyatukan kerangka
berpikir siswa dengan menjelaskan bagian-bagian penting. Kemudian
dilakukan postest untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi
yang telah dipelajari.
Dalam kegiatan pengamatan terhadap pembentukan dan sifat-sifat
bayangan pada cermin datar, serta hukum pemantulan diharapkan siswa
mengunakan pengetahuan awalnya untuk membangun pengetahuan baru
dan untuk membuktikan pada siswa yang mulanya mengalami
miskonsepsi. Pada kegiatan pengamatan ini akan mengalami proses
induktif (berdasarkan fakta nyata) sehingga siswa dapat membangun
makna, kesan dalam memori atau ingatannya. Hal ini berdasarkan
pendapat Dimyati (1994) mengatakan bahwa dalam belajar melalui
pengamatan langsung siswa tidak sekedar mengamati tetapi harus
menghayati, terlibat langsung dalam pembuatan dan bertanggungjawab
terhadap hasilnya.
Selain dengan pengamatan langsung, siswa yang belajar akan
menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam karena
dalam pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan keseharian siswa atau
kehidupan nyata.
Dalam diskusi akan menciptakan aktivitas bertanya yang berguna
untuk menggali informasi yang dimiliki siswa, mengecek pemahaman
siswa dan membangkitkan respon siswa. Selain aktivitas bertanya dapat
menghubungkan informasi baru kedalam struktur kognitif siswa sehingga
belajar akan lebih bermakna.
Dalam kegiatan sharing, siswa saling melengkapi hasil temuannya
antara satu kelompok dengan kelompok lain. Selain itu untuk
menyamakan konsep antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dan
antara guru dengan siswa. Guru pada saat membimbing siswa untuk
mengemukakan pendapat atau jawaban siswa sebaiknya memperhatikan
keterlibatan dan keaktifan siswa.
Proses pembelajaran pada siklus I dengan pembelajaran Inkuiri
Terbimbing diperoleh nilai rata-rata aktivitas psikomotorik sebesar 66
dengan ketuntasan klasikal 56%. Hal ini berarti 25 siswa yang
memperoleh nilai 65 atau lebih. Sebagai tolak ukur keberhasilan, siswa
belum dikatakan tuntas karena kurang dari 75% dari jumlah yang
mengikuti tes. Diperoleh hasil belajar psikomotorik yang belum tuntas
karena, (1) masih ada siswa yang kurang terbiasa untuk melakukan kerja
ilmiah atau kegiatan laboratorium sehingga belum memahami apa yang
diharapkan melalui kegiatan percobaan; (2) ada sebagian siswa yang
kurang bisa mengkomunikasikan data hasil percobaan. Sedangkan
aktivitas afektif siswa, untuk siswa yang sangat minat belum ada, siswa
yang minat 82%, kurang minat 16%, dan tidak minat 2%. Karena rata-rata
kelas yang minat terhadap pembelajaran ini yang besar, maka hasil belajar
afektif siswa cenderung tinggi.
Untuk hasil tes kognitif siswa sebelum diberikan tindakan
mendapatkan nilai rata-rata 42 dengan ketuntasan 9%. Hal ini berarti
bahwa 4 siswa yang hanya memperoleh nilai 65 atau lebih. Dari nilai rata-
rata 42 dengan ketuntasan 9%, kita mengetahui ternyata siswa masih
minimnya pengetahuan siswa tentang materi cermin datar dan hukum
pemantulan. Kemudian diakhir pembelajaran, siswa diberikan postest
untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan atau daya serap pelajaran
siswa setelah diberikan tindakan. Ternyata dari hasil penilaian postest
diperoleh nilai rata-rata 73 dengan ketuntasan klasikal 89%. Ini berarti 40
siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih . Sehingga pada siklus I untuk
hasil belajar kognitif siswa dapat dikatakan tuntas karena lebih dari 85%
siswa mendapatkan nilai diatas 65 atau lebih.
Perolehan ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang belum
memenuhi indikator yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan dari
keaktifan siswa yang kurang optimal, selain itu guru kurang menguasai
pembelajaran inkuiri terbimbing yang dapat dilihat dari hasil pengamatan
kegiatan guru. Sehingga siswa masih enggan untuk bertanya pada guru
jika mengalami kesulitan. Siswa kurang tertib dalam pengamatan karena
belum mempelajari isi lembar kerja siswa/LKS yang akan dilakukan, saat
diskusi jika ada siswa yang berpendapat kurang sesuai siswa yang lain
akan berkomentar yang tidak baik. Sesuai dengan pendapat John Dewey
dalam Dimyati (1994) yang menyatakan bahwa belajar adalah menyangkut
apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, guru sekedar
pembimbing dan pengarah. Dalam setiap kegiatan belajar siswa selalu
menampakkan keaktifan baik dari kegiatan fisik yang mudah diamati
sampai kegiatan psikis yang sulit untuk diamati.
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka perlu adanya perbaikan
dalam proses pembelajaran selanjutnya yaitu guru harus berusaha
mengelola kelas dengan baik, guru harus memperbaikai cara-cara
memotivasi siswa untuk dapat menjawab pertanyaan dan mengungkapkan
pendapat. Selain itu guru harus membimbing siswa dalam pengamatan dan
diskusi sehingga siswa bisa terarah dengan baik. Guru juga harus berusaha
menguasai pembelajaran inkuri supaya proses pembelajaran dapat
berlangsung sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru dapat membuat
suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan membuat siswa lebih
banyak terlibat pada saat pembelajaran.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil aktivitas psikomotorik pada pelaksanaan siklus II
ini bahwa hasil belajar psikomotorik, afektif, dan hasil belajar kognitif
siswa telah mencapai ketuntasan. Nilai rata-rata psikomotorik sebesar 71
dengan ketuntasan 78%. Berdasarkan ketuntasan belajar tersebut berarti
ada 35 siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih dapat dikatakan tuntas
dan 10 siswa yang tidak tuntas. Sebagai tolak ukur keberhasilan yang telah
ditetapkan, siklus II telah mengalami peningkatan dan dapat dikatakan
telah tuntas 75% dari jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes. Hal ini bila
dibanding dengan siklus I, hasil aktivitas psikomotorik mengalami
peningkatan sebesar 22% yaitu 78% - 56%.
Dari hasil aktivitas afektif pada pertemuan ke-2 diperoleh siswa yang
sangat minat sebesar 7%, minat sebesar 93%. Pada pertemuan ke-3 terjadi
peningkatan pada siswa yang sangat minat menjadi 16%, sedangkan yang
minat terjadi penurunan dari 93% menjadi 73%, dan kurang minat dari 0%
menjadi 11%. Meskipun terjadi sedikit peningkatan dan sedikit penurunan
minat tetapi masih diatas rata-rata ideal, maka dapat dikatakan tuntas.
Untuk hasil tes kognitif siswa sebelum diberikan tindakan
mendapatkan nilai rata-rata 56 dengan ketuntasan 56%. Hal ini berarti
bahwa 25 siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih. Dari nilai rata-rata
56 dengan ketuntasan 56%, kita mengetahui ternyata siswa masih
minimnya pengetahuan siswa tentang materi cermin cekung dan cermin
cembung. Kemudian diakhir pembelajaran, siswa diberikan postest untuk
mengetahui sejauhmana pengetahuan atau daya serap pelajaran siswa
setelah diberikan tindakan. Ternyata dari hasil penilaian postest diperoleh
nilai rata-rata 82 dengan ketuntasan klasikal 91%. Ini berarti 41 siswa
yang memperoleh nilai 65 atau lebih . Sehingga pada siklus I untuk hasil
belajar kognitif siswa dapat dikatakan tuntas karena lebih dari 85% siswa
mendapatkan nilai diatas 65 atau lebih.
Upaya penangan masalah belajar siswa tersebut ditekankan pada
perbaikan cara-cara belajar, penguasaan cara mengajar, penyesuaian
materi pelajaran dan mengurangi hambatan yang dihadapi siswa dengan
memberikan lembar kerja siswa sebelum dilakukan kegiatan belajar
mengajar agar dapat dipelajari sebelumnya. Cara ini bertujuan agar siswa
mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan tujuan yang sudah
ditetapkan. Ada berbagai cara yang dapat digunakan guru dalam
pelaksanaan pengajaran yaitu tidak selalu melakukan percobaan didalam
laboratorium, tetapi diberikan suasana baru dengan mengajak siswa
melakukan percobaan diluar laboratorium. Pencapaian hasil belajar siswa
tersebut telah memenuhi target yang telah ditetapkan untuk indikator jika
dibanding dengan hasil belajar pada siklus I dan sebelum tindakan.
Berdasarkan hasil observasi untuk kegiatan pembelajaran guru
diketahui telah meningkat kinerjanya dalam mengelola proses
pembelajaran. Guru memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan
pada siklus I. Tindakan perbaikan tersebut adalah guru memotivasi siswa
supaya aktif bertanya, mengajukan pendapat dan menjawab pertanyaan
dari guru, menegur siswa yang bercanda dan mengganggu temannya.
Selain itu guru juga berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk
melakukan bimbingan dan arahan kepada siswa yang kelihatan agak
bingung. Dari segi kepribadian pun guru lebih percaya diri dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing dan lebih menguasai.
Dalam proses pembelajaran terjadi peningkatan jumlah siswa yang
aktif mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan mereka juga
sudah melakukan pengamatan dengan tertib dan baik dengan tepat waktu.
Dalam observasi terlihat kerjasama kelompok juga menunjukkan
peningkatan. Peningkatan banyaknya siswa yang terlibat aktif selama
proses pembelajaran tersebut merupakan salah satu indikator yang
menunjukkan bahwa motivasi siswa untuk belajar juga semakin
meningkat. Meningkatnya motivasi siswa maka tujuan pembelajaran
seperti yang tercantum dalam tujuan pembelajaran khusus akan tercapai.
Pencapaian hasil belajar siswa sudah sesuai dengan yang diharapkan
tidak lepas dari peran guru dalam proses pembelajaran. Karena guru
merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Pada siklus II terjadi perubahan-perubahan seperti hasil belajar siswa yang
optimal, motivasi siswa meningkat, siswa aktif dalam pembelajaran, dan
suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif. Sehingga dengan
pembelajaran inkuiri siswa akan terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. Gulo (2002) menyatakan bahwa inkuiri menempatkan
peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif. Selain meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, faktor lain yang mendorong
tercapainya ketuntasan belajar kognitif siswa karena siswa memiliki minat
dan motivasi yang tinggi untuk belajar sehingga dengan mudah dapat
memahami materi yang diajarkan.
Dari hasil angket/kuesioner yang diberikan diakhir siklus II, secara
keseluruhan siswa menunjukkan tanggapan /respon yang tinggi terhadap
pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini dapat kita lihat pada lampiran 34
yang menunjukkan 22 siswa merespon sangat positif dengan persentase
sebesar 49% dan 23 siswa yang merespon positif dengan persentase
sebesar 51%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan obesrvasi, serta analisis data yang
telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa :
1. Melalui pembelajaran inkuiri terbimbing untuk sub pokok pembahasan
pemantulan cahaya siswa kelas VIII A SMP Negeri 13 Semarang dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sains-fisika.
2. Analisis peningkatan aktivitas siswa diperoleh melalui analisis
psikomotorik, afektif (minat), dan lembar angket (sikap), serta kegiatan
guru yang mendukung dalam proses pembelajaran. Peningkatan aktivitas
dapat terlihat dari :
• Nilai rata-rata psikomotorik siswa diakhir siklus I sebesar 66 menjadi
71 diakhir siklus II.
• Nilai afektif (minat) siswa diakhir siklus I tidak ada siswa yang
menyatakan sangat minat sedangkan diakhir siklus II sebesar 16%
menyatakan sangat minat.
• Hasil angket hasil angket/kuesioner yang diberikan diakhir siklus II,
secara keseluruhan siswa menunjukkan tanggapan /respon yang tinggi
terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini dapat kita lihat pada
lampiran yang menunjukkan 22 siswa merespon sangat positif dengan
persentase sebesar 49% dan 23 siswa yang merespon positif dengan
persentase sebesar 51%.
3. Analisis belajar kognitif siswa diperoleh melalui hasil pretest dan postest
yang dilakukan setiap siklus. Peningkatan hasil belajar kognitif terlihat
dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa diakhir siklus I sebesar 73 menjadi
82 diakhir siklus II.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Supaya mengarahkan (memotivasi) siswa mengajukan dugaan awal
dengan cara mengajukan pertanyaan yang bersifat membimbing.
2. Dalam pembelajaran, menggunakan sejumlah contoh sesuai dalam
kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan materi ajar.
3. Jika akan diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing perlu adanya sistem
kontrol yang baik oleh guru pada saat siswa melakukan pengamatan dan
diskusi sehingga siswa benar-benar memanfaatkan waktu dan memahami
materi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia
Anonim.1980. Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Depdikbud.
Amien, Moh. 1987. Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiri”. Jakarta : Dekdikbud.
Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta : Depdiknas.
Dimyati, dan Mudjiono. 1994. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Depdikbud.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Kanginan, Marthen. 2004. Sains Fisika SMP untuk kelas VIII semester 2. Jakarta:Erlangga.
Koes H, Supriyono. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Bandung : JICA
Memes, Wayan. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Sardiman, A. M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rajagrasindo Persada.
Sudjana, Nana. 1989. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Suherman, Erman. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah
Suryosubroto, B. 2002. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Tim Penelitian Program Pascasarjana UNY. 2004. Pedoman Penilaian afektif. Yogyakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan menengah Direktorat pendidikan lanjutan Tingkat Pertama.
Usman, Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Rosda Karya