hubungan dokter-pasien

2
Hubungan Dokter-Pasien Hubungan dokter-pasien sangat dipengaruhi oleh etika profesi kedokteran, sebagai konsekuensi dari kewajiban-kewajiban profesi yang memberikan batasan atau rambu-rambu hubungan tersebut. Kewajiban-kewajiban tersebut tertuang di dalam prinsip-prinsip moral profesi, yaitu autonomy (menghormati hak-hak pasien), beneficence (berorientasi kepada kebaikan pasien), non maleficence (tidak mencelakakan atau memperburuk keadaan pasien) dan justice (meniadakan diskriminasi) yang disebut sebagai prinsip utama; dan veracity (kebenaran = truthfull information), fidelity (kesetiaan), privacy, dan confidentiality (menjaga kerahasiaan) sebagai prinsip turunannya. Pada awalnya hubungan dokter-pasien adalah hubungan yang bersifat paternalistik, dengan prinsip moral utama adalah beneficence. Sifat hubungan paternalistik ini kemudian dinilai telah mengabaikan nilai otonomi pasien, dan dianggap tidak sesuai denga perkembangan moral (orang barat) saat ini, sehingga berkembanglah teori hubungan kontraktual (sekitar tahun 1972-1975). Hubungan kontrak tidak lagi mengindahkan empathy, compassion, perhatian, keramahan, kemanusiaan, dan sikap saling mempercayai, itikad baik, dll yang merupakan bagian dari virtue-based ethics (etika berdasar nilai kebajikan / keutamaan). Baik dokter maupun pasien harus tetap berdialog untuk menjaga berjalannya komunikasi dalam rangka mencapai tujuan bersama, yaitu kesejahteraan pasien. Tentu saja komunikasi yang baik tersebut membutuhkan prinsip-

Upload: ria-afriani

Post on 02-Jan-2016

118 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan dokter-pasien

Hubungan Dokter-Pasien

Hubungan dokter-pasien sangat dipengaruhi oleh etika profesi kedokteran, sebagai konsekuensi

dari kewajiban-kewajiban profesi yang memberikan batasan atau rambu-rambu hubungan

tersebut. Kewajiban-kewajiban tersebut tertuang di dalam prinsip-prinsip moral profesi, yaitu

autonomy (menghormati hak-hak pasien), beneficence (berorientasi kepada kebaikan pasien),

non maleficence (tidak mencelakakan atau memperburuk keadaan pasien) dan justice

(meniadakan diskriminasi) yang disebut sebagai prinsip utama; dan veracity (kebenaran =

truthfull information), fidelity (kesetiaan), privacy, dan confidentiality (menjaga kerahasiaan)

sebagai prinsip turunannya.

Pada awalnya hubungan dokter-pasien adalah hubungan yang bersifat paternalistik, dengan

prinsip moral utama adalah beneficence. Sifat hubungan paternalistik ini kemudian dinilai telah

mengabaikan nilai otonomi pasien, dan dianggap tidak sesuai denga perkembangan moral (orang

barat) saat ini, sehingga berkembanglah teori hubungan kontraktual (sekitar tahun 1972-1975).

Hubungan kontrak tidak lagi mengindahkan empathy, compassion, perhatian, keramahan,

kemanusiaan, dan sikap saling mempercayai, itikad baik, dll yang merupakan bagian dari virtue-

based ethics (etika berdasar nilai kebajikan / keutamaan). Baik dokter maupun pasien harus tetap

berdialog untuk menjaga berjalannya komunikasi dalam rangka mencapai tujuan bersama, yaitu

kesejahteraan pasien. Tentu saja komunikasi yang baik tersebut membutuhkan prinsip-prinsip

moral di atas, termasuk informed consent yang berasal dari prinsip autonomy.1

Pola Hubungan Dokter-Pasien

Priestly Model (paternalistik) = Dalam hubungan ini kedudukan dokter dengan pasien

tidak sederajat yaitu kedudukan dokter lebih tinggi dari pada pasien, karena dokter

dianggap mengetahui tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit dan

penyembuhannya. Sedangkan pasien tidak tahu apa-apa tentang hal itu sehingga pasien

menyerahkan nasibnya sepenuhnya ditangan dokter.

Collegial Model (Informed consent)= Dokter dan pasien adalah mitra. Hubungan antara

dokter dan pasien merupakan hubungan interpersonal, maka adanya komunikasi atau

yang lebih dikenal dengan istilah wawancara pengobatan itu sangat penting.

Page 2: Hubungan dokter-pasien

Engineering Model (Informed choice)= Pasien yang dominan, sebaliknya dari

paternalistik.

Dafpus:

1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Profesi Kedokteran. Bioetik dan Hukum

Kedokteran. Jakarta: Pustaka Dwipar, 2007. p.8-10