hubungan asupan energi dan zat gizi serta gaya … · dyslipidemia is a disorder of lipid levels in...

51
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA HIDUP DENGAN PROFIL LIPID ORANG DEWASA DISLIPIDEMIA ALNA HOTAMA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: dinhnga

Post on 24-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA

GAYA HIDUP DENGAN PROFIL LIPID ORANG DEWASA

DISLIPIDEMIA

ALNA HOTAMA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN
Page 3: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Asupan

Energi dan Zat Gizi serta Gaya Hidup dengan Profil Lipid Orang Dewasa

Dislipidemia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Alna Hotama

NIM I14080031

Page 4: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN
Page 5: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK

ALNA HOTAMA. Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi serta Gaya Hidup

dengan Profil Lipid Orang Dewasa Dislipidemia. Dibimbing oleh Evy

Damayanthi dan Cesilia Meti Dwiriani.

Dislipidemia merupakan gangguan kadar lemak dalam darah dan

merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit kardiovaskular dan

metabolik. Penelitian dilakukan untuk mempelajari karakteristik responden;

asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi, gaya hidup dan status gizi serta

hubugannya dengan profil lipid orang dewasa dislipidemia. Desain penelitian

adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Kabupaten Bogor. Responden

adalah 14 pria dan 22 wanita dewasa berusia 24-56 tahun dengan kadar kolesterol

>200 mg/dl. Data yang dikumpulkan meliputi data primer (pengetahuan gizi) dan

data sekunder (karakteristik responden, riwayat kesehatan, berat dan tinggi badan,

profil lipid, asupan energi dan zat gizi). Profil lipid dianalisis menggunakan serum

darah vena dengan spektofotometri. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan ada

hubungan positif nyata antara jumlah batang rokok yang dihisap dengan total

trigliserida darah (p<0,05) serta hubungan yang negatif nyata antara asupan

kolesterol dengan kadar HDL (p<0,05), sedangkan variabel lainnya tidak

berhubungan.

Kata kunci: asupan energi dan zat gizi, gaya hidup, profil lipid, dislipidemia.

ABSTRACT

ALNA HOTAMA. The Relationship between Energy and Nutrition Intake and

Lifestyle with Lipid Profile of Dyslipidemic Adult. Supervisied by Evy Damayanthi

and Cesilia Meti Dwiriani.

Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk

factors of cardiovascular and metabolic deseases. The study was conducted to

analyze the subject characteristics; energy and nutrients intake; lifestyle;

nutritional status and the relationship between those variables with lipid profile.

Design of this study was cross sectional. Research was done in District of Bogor.

Subject were 14 adult men and 22 women aged 24-56 years as with total

cholesterol >200 mg/dl. Data includes primary data (nutrition knowledge) and

secondary data (subject characteristics, medical history, body weight and height,

lipid profiles, intake of energy and nutrients). Lipid profile were analyzed using

venous blood serum with spectrophotometry. Pearson correlation test showed that

there was positif relationship between the number of cigarettes smoking and blood

triglycerides level (p<0.05) and a negative relationship between cholesterol intake

and level level of HDL (p<0,05). Other variabels observed were not significantly

related.

Keywords: energy and nutrient intake, lifestyle, lipid profiles, dyslipidemia.

Page 6: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN
Page 7: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA

HIDUP DENGAN PROFIL LIPID ORANG DEWASA

DISLIPIDEMIA

ALNA HOTAMA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi

pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN
Page 9: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

Judul Skripsi : Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi serta Gaya Hidup

dengan Profil Lipid Orang Dewasa Dislipidemia

Nama : Alna Hotama

NIM : I14080031

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi,MS

Pembimbing I

Dr. Ir.Cesilia Meti Dwiriani,M.Sc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Rimbawan

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Tanggal Lulus:

Page 10: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN
Page 11: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala, karena

hanya dengan nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Asupan Energi, Zat Gizi dan Gaya Hidup dengan Profil

Lipid Dewasa Dislipidemia” ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam serta

keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Tidak

lupa penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, M.S selaku dosen pembimbing skripsi dan

dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing, memberikan

saran, masukan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa membimbing, memberikan saran, masukan dan arahannya kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji

skripsi atas saran, masukan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Kedua orang tua Hasan Bisri dan Emih Rohaemih serta adik-adikku (Aisa

Fitnada, Wimantira dan Nurin) yang senantiasa memberi dukungan moral,

spiritual, material dan kasih sayangnya.

5. Keluarga Besar Asrama TPB IPB, Senior Resident serta adik adik IPB 48-5.

6. Sahabat-sahabatku di GM 45 Genk Ukhty (Gita Wahyu A, Azni Ratnarosada,

Fannisa Fitridina, A Nur Rahmah Kurnia Sari), teman-teman satu bimbingan

(Rahayu, Ilma, Rohman) dan teman-teman GM 45 lainnya atas semangat,

perhatian serta kebersamaannya.

7. Teman-teman pembahas seminar yang telah memberikan saran selama

seminar.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan hal-hal yang

tidak berkenan selama penyusunan skripsi. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat.

Bogor, Oktober 2014

Alna Hotama

Page 12: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN
Page 13: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI

PRAKATA vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE 5

Desain, Tempat, dan Waktu 5 Jumlah dan Teknik Penarikan Responden 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Karakteristik Responden 7

Pola Konsumsi Pangan 15 Konsumsi Pangan 18 Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupannya 21 Gaya Hidup 24 Status Gizi 28 Hubungan karakteristik responden dengan profil lipid 29 Hubungan gaya hidup dengan profil lipid 29

Hubungan konsumsi dengan profil lipid 30 SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31 Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 36 RIWAYAT HIDUP 36

Page 14: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan 6

2 Kategori batasan IMT 7

3 Karakteristik umum responden dengan rata-rata nilai profil lipid

responden 9 4 Sebaran responden berdasarkan profil lipid 10 5 Persentase responden berdasarkan jawaban benar pengetahuan gizi 12 6 Sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan gizi 13 7 Sebaran responden berdasarkan riwayat penyakit orangtua 13 8 Sebaran responden berdasarkan jenis dan lama menderita penyakit 14 9 Sebaran responden berdasarkan konsumsi obat 15 10 Rata-rata frekuensi konsumsi dan jumlah konsumsi snack gurih/siap

saji 15 11 Rata-rata frekuensi konsumsi dan jumlah konsumsi konsumsi buah

dan sayur 16 12 Rata-rata frekuensi konsumsi dan jumlah konsumsi makanan

berlemak dan berminyak 16 13 Rata-rata frekuensi konsumsi dan jumlah konsumsi minuman 17 14 Rata-rata konsumsi pangan dan intake zat gizi responden 19 15 Rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan jenis kelamin 21 16 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi 21 17 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan protein 22 18 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak 23 19 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan kolesterol 23 20 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan olahraga dan rata-rata nilai

profil lipid 24 21 Sebaran responden berdasarkan jenis, durasi dan frekuensi olahraga 25

22 Sebaran responden berdasarkan status merokok dan rata-rata nilai

profil lipid 16 23 Kebiasaan merokok responden dan rata-rata nilai profil lipid 27

24 Sebaran resonden berdasarkan kebiasaan konsumsi jamu dan obat

warung 16

25 Sebaran responden berdasarkan status gizi 28

DAFTAR GAMBAR

1 Skema kerangka pemikiran 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Uji Pearson dan Spearman 36

Page 15: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini masalah kesehatan telah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit

tidak menular. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis yang

tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan

umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah

penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner dan stroke), kanker, penyakit

pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis) dan diabetes.

Penyakit ini dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko

yang sama (common underlying risk factor). Prevalensi penyakit tidak menular

cenderung mengalami peningkatan diantaranya prevalensi Diabetes melitus dari

1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013), prevalensi hipertensi dari 7,6% (2007) menjadi

9,5% (2013) (Kemenkes 2013). Diperkirakan pada tahun 2020, kematian akibat

PTM sebesar 73% dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak 66% diakibatkan

penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke dimana faktor risiko

utama penyakit tersebut adalah hipertensi dan dislipidemia (Depkes 2007).

Dislipidemia adalah gangguan perubahan pada kadar lemak dalam darah.

Gangguan itu dapat berupa peningkatan kadar total kolesterol atau

hiperkolesterolemia, penurunan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL),

peningkatan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) atau peningkatan

kadartrigliserida dalam darah (hipertrigliserida) (Marmot 1993). Dislipidemia

merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-negara maju.Di

Indonesia, ancaman dislipidemia tidak boleh diabaikan. Abnormalitas kadar lipid

dalam darah merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit

kardiovaskular dan metabolik misalnya aterosklerosis, penyakit jantung koroner,

stroke, sindrom metabolik dan sebagainya. Menurut pedoman National

Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III),

pemeriksaan profil lipoprotein (kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida) perlu

dilakukan berkala setiap 5 tahun sekali pada setiap individu umur ≥20 tahun

(Kemenkes 2013).

Dewasa ini, terjadi perubahan dalam pola makan dan gaya hidup

masyarakat Indonesia. Pengadopsian kebiasaan makan negara maju oleh

masyarakat Indonesia dapat memperburuk keadaan status gizi masyarakat

Indonesia. Perubahan pola makan yang mengarah ke makanan siap saji tinggi

lemak, protein, dan garam tetapi rendah serat pangan dapat menyebabkan

berkembangnya penyakit seperti dislipidemia. Asupan lemak yang berlebih dapat

meningkatkan kadar lemak dalam darah secara langsung. Asupan lemak yang

berlebih dalam jangka waktu yang lamadidugaakan meningkatkan timbunan

lemak dalam jaringan darah. Keadaan ini menyebabkan arteriol berkontraksi dan

menyempit pada lingkar dalamnya (Beavers 2008). Kadar kolesterol darah

dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah konsumsi pangan dan

aktivitas fisik.

Almatsier (2006) mengungkapkan bahwa kadar kolesterol dipengaruhi

oleh asupan lemak, karbohidrat dan protein. Lemak, karbohidrat, dan protein di

dalam tubuh dapat diubah menjadi asetil KoA yang merupakan bahan pembentuk

Page 16: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

2

kolesterol dalam tubuh. Mahan dan Escott-Stump (2008) menyatakan bahwa

asupan serat, asupan kolesterol dan aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi kadar

kolesterol darah. Hasil dari penelitian Waloya (2013) menunjukkan bahwa

dislipidemia di kota dan kabupaten Bogor sebesar 31,25% untuk pria dan 12,5%

untuk wanita pada usia 25-64 tahun. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti

tertarik untuk mengkaji asupan energi dan zat gizi serta gaya hidup responden

orang dewasa dengan dislipidemia.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum:

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari asupan zat gizi

serta gaya hidup responden di Kabupaten Bogor dengan profil lipid.

Tujuan Khusus:

1. Mengidentifikasi karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis

kelamin, pendapatan, etnis, pendidikan, pengetahuan gizi dan riwayat

kesehatan responden.

2. Menghitung asupan energi dan zat gizi responden.

3. Menilai gaya hidup responden yang terdiri atas kebiasaan merokok dan

kebiasaan olahraga.

4. Menilai status gizi responden.

5. Menganalisis hubungan karakteristik responden, asupan energi, zat gizi,

gaya hidup dan status gizi reponden dengan profil lipid.

Hipotesis

Terdapat hubungan antara karakteristik responden, asupan energi dan zat

gizi, gaya hidup serta status gizi responden dengan profil lipid.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada responden

tentang asupan energi, zat gizi, gaya hidup dan status gizi dalam upaya

peningkatan produktivitas kerja responden. Selain itu, hasil penelitian ini juga

dapat memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang gizi dan kesehatan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perilaku sehat yang

baik dan benar bagi penderita dislipidemia sehingga dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari agar frekuensi kemunculan penyakit dislipidemia dapat

diminimalkan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai gaya hidup yang baik kepada masyarakat umum serta dapat menjadi

bahan acuan dalam pembentukan perilaku sehat.

Page 17: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Kejadian dislipidemia dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor yang

dapat dikontrol maupun yang tidak dapat dikontrol. Profil lipid pada dewasa

dislipidemia dapat dipengaruhi oleh karakteristik responden (umur, jenis kelamin,

pendapatan, asal daerah, pendidikan dan pengetahuan gizi), gaya hidup (kebiasaan

merokok dan kebiasaan olahraga), status gizi dan riwayat kesehatan.

Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendapatan, asal daerah,

pendidikan dan pengetahuan gizi) mempengaruhi gaya hidup (kebiasaan merokok

dan kebiasaan olahraga). Semakin meningkatnya pendapatan seseorang, biasanya

akan mengubah gaya hidupnya. Pada umumya, gaya hidup masyarakat Indonesia

cenderung berubah dari rural menjadi urban. Karakteristik responden (umur, jenis

kelamin, pendapatan, asal daerah, pendidikan dan pengetahuan gizi) juga

mempengaruhi pola konsumsi (frekuensi konsumsi pangan dan konsumsi energi,

protein, lemak, serat dan kolesterol). Pengetahuan dapat diperoleh seseorang

melalui pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Tingkat pengetahuan

gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya dalam memilih

makanan, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap keadaan gizi orang tersebut

(Khomsan 2007). Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan

semakin baik pula keadaan gizinya (Sukandar 2007).

Asupan energi karbohidrat, protein serat, kolesterol dan lemak

mempengaruhi tingkat kecukupan energi, karbohidrat, protein dan lemak. Tingkat

kecukupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak mempengaruhi status gizi.

Konsumsi zat gizi yang cukup sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang

dianjurkan untuk setiap individu menghasilkan status gizi yang baik pada

seseorang. Sebaliknya, jika konsumsi zat gizi berlebihan atau kurang akan

menimbulkan status gizi lebih atau kurang pada seseorang. Secara keseluruhan,

hubungan antar variabel dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 18: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

4

Status Gizi Profil lipid orang

dewasa dislipidemia Aktivitas Fisik

Karakteristik Responden

Umur

Jenis kelamin

Pendapatan

Asal daerah

Pendidikan

Pengetahuan gizi

Konsumsi

Frekuensi konsumsi pangan

Konsumsi energi, protein,

karbohidrat, lemak, serat,

lemak tak jenuh dan

kolesterol

Gaya Hidup

Kebiasaan merokok

Kebiasaan olahraga

Tingkat Kecukupan Energi,

Protein, Karbohidrat,

Protein ,Lemak dan kolesterol

Riwayat Kesehatan

Riwayat keluarga (genetic)

Riwayat pegawai

Obat-obatan

Keterangan

: Variabel diteliti

: Hubungan antar variabel dianalisis

: Variabel tidak diteliti

: Hubungan antar variabel tidak dianalisis

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran hubungan karakteristik responden, gaya

hidup, aktivitas fisik, riwayat kesehatan, konsumsi, status gizi dengan profil lipid

orang dewasa dislipidemia

Page 19: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

5

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yaitu data diambil secara

observasi dalam satu waktu yang sama. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten

Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja dengan pertimbangan dapat tercapainya

tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober-Desember 2012.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian hibah KKP3T dari Kementrian

Pertanian RI Tahun 2012 dengan ketua peneliti Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS.

Kontrak nomor 1145/LB.620/I.1/3/2012, tanggal 29 Maret 2012 yang berjudul

“Perbaikan Flavor Keju Rendah Lemak serta Pengaruhnya terhadap Profil Lipid,

Aktivitas Superoksida Dismutase dan Kadar Malondialdehid pada Manusia

Dewasa Hiperlipidemia”. Penelitian ini sudah mendapatkan ethical clearence dari

Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan dengan nomor

KE.01.12/EC/675/2012 tanggal 23 November 2012.

Jumlah dan Teknik Penarikan Responden

Populasi adalah responden yang bekerja di Kabupaten Bogor, kecamatan

Dramaga. Penarikan responden dilakukan secara purposive sampling dengan

kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Berstatus hiperlipidemia (kadar kolesterol total dalam darah >200 mg/dl)

2. Usia 21–60 tahun.

3. Bersedia untuk menjadi subjek penelitian.

Pemilihan responden didasarkan pada data screening darah yang

dilaksanakan pada bulan Oktober, di Ruang Sidang Direktorat Akademik dan

Pendidikan IPB. Sebanyak 364 orang yang diundang untuk menjadi subyek

penelitian, 46 responden menderita hiperlipidemia dan 36 responden yang

bersedia menjadi subyek penelitian.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data

primer yang dikumpulkan adalah data pengetahuan gizi, sedangkan data sekunder

yang dikumpulkan meliputi data karakteristik responden (umur, jenis kelamin,

pendapatan, asal daerah, pendidikan, dan pengetahuan gizi), riwayat kesehatan

responden (riwayat keluarga/genetik, riwayat responden, dan obat-obatan), gaya

hidup responden (kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga), konsumsi pangan,

rekuensi konsumsi pangan, berat badan dan tinggi badan, profil lipid responden

menggunakan serum darah vena, serta status gizi responden. Data primer

dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Tabel 1 menunjukkan

jenis dan cara pengumpulan data.

Page 20: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

6

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan

No Data Variabel Cara Pengumpulan Data

1 Karakteristik

responden

Umur, jenis kelamin,

pendapatan, asal daerah,

pendidikan, dan

pengetahuan gizi

Wawancara menggunakan

kuesioner

2 Riwayat kesehatan

Riwayat keluarga/genetik,

riwayat responden, dan

obat-obatan

Wawancara menggunakan

kuesioner

3 Gaya Hidup Kebiasaan merokok dan

kebiasaan olahraga

Wawancara menggunakan

kuesioner

4 Konsumsi pangan

konsumsi energi, protein,

lemak, lemak tak jenuh,

serat dan kolesterol

Recall 2x24 Jam hari libur

dan kerja

5 Frekuensi konsumsi Frekuensi konsumsi FFQ

6 Status Gizi Berat badan dan tinggi

badan.

Pengukuran langsung

menggunakan timbangan dan

microtoise.

7 Profil Lipid Kolesterol total, HDL,

LDL, Trigliserida

Serum darah dengan

spektofotometri

8 Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi Wawancara menggunakan

kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry,

dan analisis. Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara

statistik deskriptif menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan

Nutrisurvey 2007. Pengetahuan gizi responden diperoleh dengan memberikan

kuesioner berisi 20 pertanyaan berbentuk pilihan ganda seputar gizi secara umum

dan kolesterol. Jawaban yang benar diberi nilai 10 dan jawaban yang salah diberi

nilai 0 sehingga total nilai sebesar 100. Klasifikasi tingkat pengetahuan gizi

mengacu pada Khomsan (2000) yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu baik

(>80), sedang (60-80) dan buruk (<60). Konsumsi pangan (karbohidrat, protein,

lemak, karbohidrat, serat, lemak tak jenuh dan kolesterol) diolah berdasarkan data

recall makan 2 x 24 jam dengan menggunakan software nutrisurvey. Frekuensi

konsumsi pangan snack gurih/siap saji, makanan berlemak dan berminyak, buah

dan sayur, minuman diolah berdasarkan data FFQ selama 1 minggu terakhir.

Menghitung Tingkat kecukupan meliputi Tingkat Kecukupan Energi (TKE)

dan Tingkat kecukupan Protein responden normal menggunakan perhitungan

yang dikoreksi dengan berat badan aktual (dari setiap kelompok usia) dengan

rumus sebagai berikut.

AKGI = (Ba/Bs) x AKG

Keterangan :

AKGI = Angka kecukupan gizi

Ba = Berat badan aktual sehat (kg)

Bs = Berat badan acuan (kg)

AKG = Angka kecukupan gizi yang dianjutkan WNPG (2013)

Page 21: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

7

Perhitungan tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein menggunakan

rumus dibawah ini :

TKG=(K/AKGI) x 100%

Keterangan :

TKG = Tingkat kecukupan konsumsi

K = Konsumsi gizi (recall 2x24 jam)

AKGI = Angka kecukupan gizi menurut kelompok usia

Responden underweight, overweight dan obese perhitungan tidak dikoreksi

dengan berat badan aktual sehat melainkan hanya berdasarkan berat badan acuan

sehingga tingkat kecukupan gizinya sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Hal ini dimaksudkan agar contoh underweight, overweight dan obese dapat

mencapai berat badan idealnya. Kebutuhan energi dihitung dengan

mempertimbangkan kebutuhan energi metabolisme basal (AMB) dan aktivitas

fisik. AMB dihitung dengan persamaan Harris Benedict (Almatsier 2006).

Indikator antropometri pada penelitian menggunakan indikator IMT. IMT

dihitung berdasarkan rumus : berat badan (kg) / tinggi badan (m2). IMT

dikelompokkan berdasarkan Riskesdas (2013) menjadi empat kategori.

Tabel 2 Kategori batasan IMT

Kategori IMT(kg/m2)

Underweight <18,5

Normal 18,5-24,9

Overweight 25-27

Obesitas >27

Sumber : Kemenkes (2013)

Uji korelasi Pearson dan Spearman digunakan pula untuk menganalisis

hubungan antar beberapa variabel pada penelitian ini. Selain berfokus membahas

hubungan antara konsumsi pangan dengan kadar kolesterol darah, penelitian ini

juga menyajikan dan sesekali membahas data berdasarkan gaya hidup responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 36 orang. Responden yaitu

orang yang menderita dislipidemia serta bersedia menjawab pertanyaan yang

terdapat pada kuesioner. Karakteristik responden yang dianalisis antara lain usia

responden, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan responden. Distribusi

responden berdasarkan karakteristik responden disajikan pada Tabel 3.

Karakteristik responden menurut jenis kelamin yaitu sebanyak 38,9% berjenis

kelamin pria dan sebanyak 61,1% berjenis kelamin wanita. Terlihat bahwa kadar

kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL responden yang berjenis kelamin pria

lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin wanita.

Page 22: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

8

Berikut disajikan Tabel 3 mengenai karakteristik umum responden dengan profil

lipid responden.

Tabel 3 Karakteristik umum responden dengan profil lipid responden

Karakteristik

Responden

Responden Rata-rata (mg/dL)

n % Kolesterol Trigliserida LDL HDL Jenis Kelamin

Laki Laki 14 38,9 285,47 177,96 200,25 44,31

Perempuan 22 61,1 251,4 156,9 159,9 31

Total 36 100,0

Usia (Tahun)

19-29 1 2,8 247,8 90,3 170,4 62,5

30-49 19 52,8 259,95 135,07 197,18 44,27

50-64 16 44,4 272,46 186,53 189,05 54,26

Total 36 100,0

Tingkat Pendidikan

SD 2 5,6 251,3 139,85 249,1 59,05

SMP 3 8,3 209,97 103,8 157,4 55,93

SMA 19 52,8 275,54 168,98 192,41 49,77

D3/S1/S2/S3 12 33,3 264,86 153,28 192,95 45

Total 36 100,0

Suku Bangsa

Jawa 11 30,6 278,74 173,45 207,27 45,37

Sunda 20 55,5 261,35 155,39 184 52,4

Lainnya 5 13,9 250,62 125,08 196,34 44,9

Total 36 100,0

Pendapatan

<1 Juta 2 5,6 226,35 78,5 183,05 59,3

1–2 Juta 7 19,4 242,13 125 195,24 49,81

2–3 Juta 13 36,1 301,66 173,67 201,96 48,47

>3 juta 14 38,9 248,35 167,96 184,53 48,16

Total 36 100,0

Karakteristik usia responden dikategorikan berdasarkan AKG 2013 yaitu 19

sampai 29 tahun, 30 sampai 49 tahun dan 50 sampai 64 tahun. Setengah dari

responden (52,8%) berusia 30-49 tahun, sisanya berusia 50-64 tahun (44,4%) dan

19-29 tahun (2,8%). Rata-rata usia responden adalah 45,2±9,1 tahun dengan usia

termuda yaitu berusia 24 tahun dan usia tertua yaitu berusia 56 tahun. Maulana

(2007) menyatakan bahwa usia 45 tahun merupakan usia yang kritis dan harus

diwaspadai oleh kaum pria sedangkan pada kaum wanita yaitu pada usia 55 tahun

atau ketika sudah memasuki masa menopause.

Tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi 4 kategori yang

terdiri dari SD, SMP, SMA dan D3/S1/S2/S3. Pendidikan akan mempengaruhi

proses keputusan, asupan energi dan zat gizi seseorang. Konsumen yang memiliki

pendidikan yang lebih baik akan lebih responsif terhadap informasi, pendidikan

juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk atau merek (Sumarwan

Page 23: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

9

2002). Mayoritas responden (52,8%) memiliki pendidikan terakhir ditingkat SMA,

dan sisanya menempuh pendidikan terakhir di Perguruan Tinggi baik D3, S1, S2

maupun S3 (33,3%), SMP (8,3%) dan SD (5,6%). Tingkat pendidikan bukan satu-

satunya faktor yang menentukan kemampuan seseorang dalam menyusun dan

menyiapkan hidangan yang bergizi tetapi faktor pendidikan dapat mempengaruhi

kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh. Tabel 3 menunjukkan

bahwa responden didominasi dari suku Sunda (55,5%) kemudian sebanyak 30,6%

responden berasal dari suku Jawa, dan sisanya 13,9% responden berasal dari suku

Minang, Betawi dan Makasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata

dislipidemia tidak hanya dialami oleh responden yang berasal dari daerah dengan

kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak saja seperti daerah Sumatera,

tetapi dialami oleh responden yang berasal dari daerah lain seperti daerah Jawa.

Hal ini diduga karena responden yang berasal dari suku Jawa juga memiliki

kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak sehingga mereka menderita

dislipidemia. Modernisasi yang terus berlangsung dan kemajuan teknologi telah

membawa perubahan yang cepat pada gaya hidup, misalnya budaya hidangan

cepat saji, gaya hidup sedentary, sehingga berakibat pada aktivitas fisik yang

tidak adekwat yang pada akhirnya mempunyai efek besar terhadap perkembangan

penyakit kronis seperti PJK, dislipidemia dan hipertensi (Chandra 2004) .

Kondisi sosial ekonomi seseorang dapat didekati dari berbagai variabel

diantaranya : tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan/pengeluaran. Ada

kecenderungan orang dengan kondisi sosial ekonomi yang tinggi telah

mengundang risiko terkena penyakit degeneratif seperti dislipidemia, hipertensi

dan diabetes melitus karena terjadinya pergeseran gaya hidup ke arah yang lebih

buruk. Status sosial ekonomi yang tinggi yang ditandai dengan terjadinya

peningkatan pendapatan/kesejahteraan membuka peluang terjadinya peningkatan

konsumsi pangan secara berlebihan dan tidak terkendali/terkontrol, baik dari

aspek jumlah maupun jenisnya.

Tingginya status sosial ekonomi seseorang juga dapat mempengaruhi ola

aktivitas fisiknya. Peningkatan kesejahteraan akan membuat seseorang

mengurangi aktivitas fisiknya. Kebiasaan berjalan kaki akan tergantikan dengan

mengendarai sepeda motor atau mobil. Status sosial ekonomi yang tinggi akan

cenderung ,memdorong seseoarng terus mncari kesibukan, sehingga mengurangi

porsi seseorang untuk berolahraga. Pendapatan merupakan indikator kesejahteraan

ekonomi rumah tangga. Pendapatan juga merupakan faktor yang menentukan

kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan

maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Dengan

meningkatnya pendapatan perorangan, maka terjadi perubahan-perubahan dalan

susunan makanan (Suhardjo 2003). Pada penelitian ini variabel penghasilan

responden disajikan sebagai data kategori, karena sebagian besar responden tidak

bersedia untuk mencantumkan nilai yang sebenarnya. Rata-rata pendapatan

terbesar dalam rumah tangga diatas Rp 3.000.000 dengan persentase sebesar

38,9% sedangkan sebanyak 36,1% responden memiliki pendapatan berkisar antara

Rp 2.000.000-Rp3.000.000, sisanya sebanyak 19,4% responden mempunyai

pendapatan berkisar antara Rp 1.000.000-2.000.000 dan sebanyak 5,6% responden

memiliki penghasilan kurang dari Rp 1.000.000. Pendapatan responden yang

berkisar 2-3 juta memiliki kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL yang lebih

tinggi.

Page 24: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

10

Profil lipid terdiri dari kolesterol total, LDL dan trigliserida. Kolesterol

darah atau biasa disebut total kolesterol merupakan ukuran total kolesterol yang

pada seluruh lipoprotein yaitu HDL, LDL, dan VLDL. Total kolesterol mencakup

kolsterol yang berada dalam seluruh fraksi lipoprotein yaitu 60-70% dibawa LDL,

20-30% dibawa oleh HDL dan 10-15% dibawa oleh VLDL. Konsumsi lemak

jenuh dan lemak trans meningkatkan kolesterol darah lebih signifikan dari

konsumsi kolesterol sendiri (Manhan & Escott-Stump 2008). Penelitian dari Lipid

Research Clinics Coronary Primary Prevention Trial (LRCCPPT) di Amerika

memperlihatkan hubungan antara penurunan kolesterol dan pengurangan risiko

penyakit jantung koroner yaitu setiap penurunan 1% kolesterol darah akan

mengurangi 2% risiko penyakit jantung koroner (Faizah 2004). Sebaran untuk

profil lipid resonden dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan profil lipid

Profil Lipid Rata-rata (mg/dL) Rujukan*

(mg/dL) n %

Koleterol 265,2±64,1 <200

Normal 4 11,1 179,9±18,2

Abnormal 32 88,9 275,83±59,6

LDL 192,8±43,9 <100

Abnormal 36 100 192,8±43,9

HDL 49,2±18,7 >40

Normal 23 63,9 59,54±14,8

Abnormal 13 36,1 30,9±7,6

Trigliserida 156,7±100,4 <150

Normal 20 55,6 105,63±24,8

Abnormal 16 44,4 220,53±122,2

*Sumber: American Heart Association (2005)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden

(55,6%) memiliki kadar trigliserida dalam keadaan normal. Trigliserida

merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring dengan konsumsi alkohol,

peningkatan berat badan, diet tinggi gula atau lemak, serta gaya hidup tidak sehat

lainnya (Maulana 2007). Tingginya kadar trigliserida contoh diduga disebabkan

oleh status gizi contoh yang umumnya overweight, obesitas dan belum mulai

mengurangi makanan yang tinggi gula dan lemak.

Kadar kolesterol total merupakan susunan dari banyak zat termasuk

diantaranya trigliserida, LDL kolesterol dan HDL kolesterol. Berdasarkan Tabel 4,

88,9% responden memiliki kadar kolesterol total tinggi. Kolesterol dalam darah

berasal dari dua sumber yaitu dari diet (kolesterol eksogen) dan dari hasil sintesis

dalam tubuh (kolesterol endogen). Kadar kolesterol yang tinggi pada responden

diduga disebabkan oleh konsumsi bahan pangan yang tinggi kandungan kolesterol.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada setiap satu persen peningkatan kadar

kolesterol darah terjadi dua persen peningkatan risikoterkena penyakit jantung

koroner (Heslet 2007).

Rata-rata Kadar HDL darah responden 49,2 mg/dl. Lebih dari separuh

responden memiliki kadar HDL yang normal (69,4%). HDL lebih dikenal sebagai

kolesterol baik. Hal tersebut disebabkan oleh HDL akan mengambil kolesterol dan

Page 25: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

11

fosfolipid yang ada di dalam aliran darah dan menyerahkannya ke lipoprotein lain

untuk diangkut kembali ke hati guna diedarkan kembali atau dikeluarkan dari

tubuh (Almatsier 2006). Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan berhenti

merokok, mengurangi berat badan dan menambah aktifitas (exercise) (Djohan

2004). Rata–rata kadar Low Density Lipoprotein (LDL) 192,8 mg/dl dan seluruh

responden memiliki kadar LDL lebih besar dari rujukan. LDL lebih dikenal

sebagai kolesterol jahat. Hal tersebut dikarenakan jika LDL teroksidasi di

pembuluh darah akan mengakibatkan penumpukan dalam pembuluh darah.

Apabila terjadi selama bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk pada dinding

pembuluh darah dan membentuk plak. Plak tersebut akan bercampur dengan

protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsiums ehingga dapat menyebabkan

aterosklerosis (Almatsier 2006).

Pengetahuan Gizi Responden

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang peran makanan dan zat

gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dimakan

sehingga tidak menimbulkan penyakit, serta cara mengolah makanan agar zat gizi

dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat. Pengetahuan gizi yang

diperoleh sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang, kurangnya

pengetahuan tentang gizi untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat

menyebabkan ganguan gizi (Suhardjo 2003). Pengetahuan dapat diperoleh

seseorang melalui pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Tingkat

pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya dalam

memilih makanan, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap keadaan gizi orang

tersebut (Khomsan 2007). Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang

diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Sukandar 2007).

Pengetahuan gizi didefinisikan secara sederhana sebagi informasi yang

disimpan ingat dalam ingatan. Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui

pendidikan gizi formal dan pendidikan gizi informal. Tabel 5 menunjukkan

persentase responden yang dapat menjawab benar untuk setiap pertanyaan

pengetahuan gizi. Pertanyaan tersebut terdiri dari makanan gizi seimbang,

makanan yang beragam, makanan yang seharusnya dikonsumsi, pangan sumber

karbohidrat, sumber protein hewani, fungsi zat besi, akibat kekurangan zat besi,

makanan yang mengandung kalsium, fungsi serat, penyakit akibat terlalu banyak

mengkonsumsi jeroan, akibat kadar lemak tidak terkontrol, pengertian

dislipidemia, akibat kolesterol yang tidak terkontrol, penyebab dislipidemia,

faktor penyebab dislipidemia yang dapat dikontrol, faktor resiko lain dislipidemia,

makanan yang dapat memicu dislipidemia, makanan yang tidak boleh dikonsumsi

penderita dislipidemia, minuman yang memicu dislipidemia, makanan yang

boleh dikonsumsi penderita dislipidemia, dan zat gizi yang melawan dislipidemia.

Terdapat 16 pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar oleh lebih dari

75% responden yaitu pertanyaan mengenai makanan gizi seimbang, makanan

yang seharusnya dikonsumsi, pangan sumber karbohidrat, sumber protein hewani,

fungsi zat besi, makanan yang mengandung kalsium, pengertian hiperlipidemia,

akibat kolesterol yang tidak terkontrol, penyebab dislipidemia, faktor penyebab

dislipidemia yang dapat dikontrol, faktor resiko lain dislipidemia, makanan yang

tidak boleh dikonsumsi penderita dislipidemia, minuman yang memicu

Page 26: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

12

dislipidemia, makanan yang boleh dikonsumsi penderita dislipidemia. Presentase

responden berdasarkan jawaban benar pengetahuan gizi dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Persentase responden berdasarkan jawaban benar pengetahuan gizi

Topik No Pertanyaan Responden

n % Gizi Umum 1 Makanan gizi seimbang 36 100

2 Makanan yang beragam 16 44,4

3 Makanan yang seharusnya dikonsumsi 36 100

4 Pangan sumber karbohidrat 35 97,2

5 Sumber protein hewani 32 88,9

6 Fungsi Zat besi 27 75

7 Akibat kekurangan zat besi 31 86,1

8 Makanan yang mengandung kalsium 35 97,2

9 Fungsi serat 34 94,4

10 Penyakit akibat terlalu banyak

mengkonsumsi jeroan 28 77,8

Dislipidemia 11 Akibat kadar lemak yang tidak terkontrol 10 27,8

12 Pengertian dislipidemia 33 91,7

13 Akibat dislipidemia yang tidak terkontrol 30 83,3

14 Faktor penyebab dislipidemia yang dapat

dikontrol 33 91,7

15 Faktor resiko lain dislipidemia 31 86,1

16 Makanan yang memicu dislipidemia 19 52,8

17 Makanan yang tidak diboleh dikonsumsi

penderita dislipidemia 34 94,4

18 Minuman yang dapat memicu dislipidemia 31 86,1

19 Makanan yang boleh dikonsumsi penderita

dislipidemia 36 100

20 Zat gizi yang melawan dislipidemia 14 38,9

Terdapat 16 pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar oleh lebih dari

75% responden yaitu pertanyaan mengenai makanan gizi seimbang, makanan

yang seharusnya dikonsumsi, pangan sumber karbohidrat, sumber protein hewani,

fungsi zat besi, makanan yang mengandung kalsium, pengertian hiperlipidemia,

akibat kolesterol yang tidak terkontrol, penyebab dislipidemia, faktor penyebab

dislipidemia yang dapat dikontrol, faktor resiko lain dislipidemia, makanan yang

tidak boleh dikonsumsi penderita dislipidemia, minuman yang memicu

dislipidemia, makanan yang boleh dikonsumsi penderita dislipidemia.

Pertanyaan tentang gizi secara umum paling banyak dijawab benar yaitu

pertanyaan mengenai makanan gizi seimbang, makanan yang seharusnya

dikonsumsi, pangan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, fungsi zat besi,

akibat kekurangan zat besi, makanan yang mengandung kalsium sedangkan

pertanyaan tentang dislipidemia yang paling banyak dijawab benar pengertian

dislipidemia, akibat kolesterol yang tidak terkontrol, penyebab dislipidemia,

faktor penyebab dislipidemia yang dapat dikontrol, faktor resiko lain dislipidemia,

makanan yang dapat memicu dislipidemia, makanan yang tidak boleh dikonsumsi

penderita dislipidemia, minuman yang memicu dislipidemia, makanan yang boleh

dikonsumsi penderita dislipidemia dan zat gizi yang melawan dislipidemia.

Page 27: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

13

Terdapat 5 pertanyaan yang persentasi jawaban benarnya kurang dari 75%

yaitu pertanyaan mengenai makanan yang beragam, akibat kadar lemak yang tidak

terkontrol, makanan yang memicu dislipidemia dan zat gizi yang melawan

dislipidemia. Hal ini diduga kurangnya responden dalam mendapatkan informasi

mengenai dislipidemia. Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden

(52,8%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 44,4% memiliki pengetahuan

sedang sedangkan dengan pengetahuan gizi kurang hanya 2,8%. Hal ini,

berbanding terbalik dengan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL yang

masih tinggi dari rujukan. Berikut disajikan Tabel 6 mengenai sebaran responden

berdasarkan kategori pengetahuan gizi dengan rata-rata profil lipid.

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan gizi dengan rata-

rata profil lipid

Pengetahuan Gizi Responden

n % Kolesterol Trigliserida LDL HDL

Kurang (<60) 1 2,8 222,9 115 159,6 43,4

Sedang (60-80) 16 44,4 284,93 163,39 206,99 53,61

Baik (>80) 19 52,8 250,76 153,26 182,64 45,82

Total 36 100,0

Riwayat Kesehatan

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

itu mempunyai resiko menderita suatu penyakit. Berdasarkan Tabel 7, dapat

dilihat bahwa riwayat penyakit dari ayah paling banyak dari penyakit hipertensi

dan diabetes sebesar 12,2% sedangkan menurut riwayat penyakit keluarga dari ibu

paling banyak penyakit hipertensi sebanyak 7,9%. Sebaliknya, responden yang

tidak memiliki riwayat penyakit baik dari keluarga dari ayah sebanyak 46,3% dan

dari ibu sebanyak 73,7%. Berikut disajikan Tabel 7 mengenai tabulasi silang lama

menderita dengan penyakit yang pernah di derita.

Tabel 7 Sebaran respondenberdasarkan riwayat penyakit orangtua*

Riwayat Keluarga Responden

n % Ayah

Hipertensi 5 12,2

Kolesterol 4 9,8

Diabetes 5 12,2

Lainnya 8 19,5

Tidak ada 19 46,3

Total 41 100,0

Ibu

Hipertensi 3 7,9

Kolesterol 1 2,6

Diabetes 0 0,0

Lainnya 6 15,8

Tidak ada 28 73,7

Total 38 100,0

Page 28: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

14

Lamanya responden yang menderita sakit dengan penyakit yang pernah

diderita penyakit dibagi ke dalam tiga kategori yaitu <1 tahun, 1-3 tahun dan >3

tahun. Tabel 8 menunjukkan terdapat 12 penyakit yang diderita oleh responden,

penyakit yang banyak diderita yaitu penyakit asam urat, maag dan paru-paru.

Berikut disajikan Tabel 8 mengenai sebaran responden berdasarkan jenis dan lama

menderita penyakit.

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan jenis dan lama menderita penyakit*

Penyakit Lama menderita penyakit Total

(orang) < 1 tahun 1-3 tahun >3 tahun

Batu ginjal 1 0 0 1

Diabetes 0 0 1 1

Asam urat 0 0 1 1

Kolesterol 0 0 1 1

Asam urat 0 1 1 2

Maag 0 2 1 3

Darah

rendah 0 1 0 1

Paru-paru 2 1 0 3

Hipertensi 0 1 0 1

Hepatitis 1 0 0 1

Alergi 0 0 1 1

Anemia 0 1 0 1

Total 4 7 6 17

*Jumlah responden 36 orang

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk

digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau

rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian

tubuh manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih

banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai

racun. Obat akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan

suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah

digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan

menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh

penyembuhan. Bahan obat jarang diberikan sendiri–sendiri, lebih sering

merupakan suatu formula yang dikombinasi dengan satu atau lebih zat yang bukan

obat yang bermanfaat untuk kegunaan farmasi. Bentuk–bentuk sediaan yang dapat

digunakan beragam. Bentuk yang populer adalah tablet, kapsul, kaplet, suspense

dan berbagai larutan sediaan farmasi. Tabel 9 menunjukkan bahwa sebanyak

55,6% responden mengkonsumsi obat-obatan ketika mengalami sakit sedangkan

sebanyak 44,4% responden tidak mengkonsumsi obat–obatan selama 3 tahun

terakhir. Adapun jenis obat yang dikonsumsi diantaranya alopurinol, simvastatin,

simbaspatin dan obat-obat dengan resep dokter, obat dari sensi ataupun obat-obat

terapi. Berikut disajikan Tabel 9 mengenai sebaran responden berdasarkan

konsumsi obat.

Page 29: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

15

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan konsumsi obat

Konsumsi Obat Responden

n %

Ya 20 55.6

Tidak 16 44.4

Total 36 100.0

Pola Konsumsi Pangan

Frekuensi Konsumsi Snack gurih dan siap saji Frekuensi konsumsi merupakan frekuensi konsumsi snack gurih dan siap

saji sejumlah bahan makanan snack gurih dan siap saji selama periode tertentu

seperti dalam satu minggu. Frekuensi konsumsi snack gurih dan siap saji dalam

penelitian ini terdiri dari Mc.D/KFC/PH, sosis, nugget, kornet, biskuit asin, kripik

asin, chiki, pilus, dan crackers. Berikut disajikan Tabel 10 mengenai sebaran

kebiasaan konsumsi snack gurih/siap saji.

Tabel 10 Sebaran kebiasaan konsumsi snack gurih/siap saji No Jenis Makanan Frekuensi konsumsi

(kali/minggu)

Jumlah konsumsi

(g/minggu)

1 Mc.D/KFC/PH 0,4 328

2 Sosis 0,2 3,9

3 Nugget 0,5 31,8

4 Kornet 0,2 9,2

5 Biskuit Asin 1,1 31,7

6 Keripik Asin 1,6 57,9

7 Chiki/sejenis 0,2 6,7

8 Pilus/sejenis 0,5 13,5

9 Crackers asin 0,8 28,9

10 Lainnya 0,3 10,8

Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas,

mudah disajikan, praktis atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut

umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi

dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa

bagi produk tersebut. Frekuensi konsumsi makanan snack dan siap saji yang

sering dikonsumsi dalam seminggu yaitu keripik asin (1,6±1,9 kali/minggu)

dengan jumlah konsumsi 57,9±86,5 gram, biskuit asin (1,1±1,7 kali/minggu)

dengan jumlah konsumsi 31,7±55,9 gram, kemudian crackers asin (0,8±2,2

kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 28,9±84,3 gram (Tabel 10). Menurut

Riskesdas 2013, perilaku mengonsumsi makanan asin dan cepat saji merupakan

perilaku konsumsi makanan berisiko penyakit degeneratif. Hasil Riskesdas 2013

menunjukkan terjadi peningkatan konsumsi makanan asin (Kemenkes 2013).

Mengonsumsi makanan cepat saji dan jajanan saat ini sudah menjadi kebiasaan

terutama oleh masyarakat perkotaan. Sebagian besar makanan cepat saji adalah

makanan yang tinggi gula, garam dan lemak yang tidak baik bagi kesehatan. Oleh

karena itu mengonsumsi makanan cepat saji dan makanan jajanan harus sangat

dibatasi. Pangan manis, asin dan berlemak banyak berhubungan dengan penyakit

Page 30: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

16

kronis tidak menular seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi dan penyakit

jantung,

Frekuensi konsumsi buah dan sayur Frekuensi konsumsi buah dan sayur merupakan frekuensi konsumsi

sejumlah buah dan sayur selama periode tertentu seperti dalam satu minggu.

Frekuensi konsumsi buah dan sayur meliputi dalam penelitian ini meliputi buah

segar, manisan, jus buah, es campur, buah kalengan, sayur bening, sayur bersantan,

sayur mentah, gado-gado dan sayuran mentah. Berikut disajikan Tabel 11

mengenai sebaran kebiasaan konsumsi buah dan sayur.

Tabel 11 Sebaran kebiasaan konsumsi buah dan sayur

No Jenis Makanan Frekuensi konsumsi

(kali/minggu)

Jumlah konsumsi

(g/minggu)

1 Buah segar 5,2 436,1

2 Manisan 0,3 83,3

3 Jus buah 2,5 533,33

4 Es campur 0,3 100

5 Buah kalengan 0,1 5,6

6 Sayur bening 3,5 355,6

7 Sayur bersantan 2,4 222,8

8 Sayur mentah 2,7 121,9

9 Gado-gado 2,0 213,9

10 Sayur tumis 3,3 171,4

Tabel 11 menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi buah dan sayur yang

sering dikonsumsi dalam seminggu yaitu buah segar (5,2±2,4 kali/minggu)

dengan jumlah konsumsi 436,1±330,3 gram, sayur bening (3,5±2,7 kali/minggu)

dengan jumlah konsumsi 355,6±283,3 gram, kemudian sayur tumis (3,3±2,5

kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 171,4±150,1 gram. Konsumsi sayuran dan

buah-buahan dalam jumlah tinggi, telah terbukti dapat mencegah timbulnya

osteoporosis dengan cara menjaga densitas tulang tetap baik, menurunkan resiko

timbulnya penyakit kardio-vaskuler, serta mencegah kanker prostat dan kanker

paru-paru (De Pooter, 1985). Berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS 2014),

dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 400-600 g perorang

perhari bagi remaja dan orang dewasa (Depkes 2014). Dalam penelitian (Nurhayati

2009), konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari merupakan faktor protektif

(pelindung) terhadap hipertensi (H1) pada pria obes, OR=0.7(0.6-0.8). Ini berarti,

kebiasaan konsumsi buah dan sayur dengan porsi tersebut telah menurunkan risiko

hipertensi (H1) sebesar 30% pada pria obes dibanding dengan yang

mengkonsumsinya < 3 porsi/hari.

Frekuensi konsumsi makanan berlemak dan berminyak Frekuensi konsumsi makanan berlemak dan berminyak merupakan

frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan sumber lemak dan minyak selama

periode tertentu seperti dalam satu minggu. Frekuensi makanan berlemak dan

berminyak dalam penelitian ini meliputi gorengan, mie/nasi goreng, jeroan, soto

santan/gulai, cake/bolu manis, martabak manis, cokelat, bakso, mie ayam, susu

full cream, keju, es krim, ayam goreng dan ikan goreng.

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa frekuensi makanan yang

berlemak dan berminyak yang sering dikonsumsi dalam seminggu yaitu gorengan

Page 31: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

17

(3,9±2,8 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 287,5±288,1 gram, ikan goreng

(3,9±2,8 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 297,6±288,4 gram, kemudian

ayam goreng (3,6±2,4 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 190,3±129,7 gram.

Perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun paling

banyak konsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis

(53,1%), dan makanan berlemak (40,7%). Proporsi nasional penduduk dengan

perilaku konsumsi makanan berlemak, berkolesterol dan makanan gorengan ≥1

kali per hari 40,7 persen. Berikut disajikan Tabel 12 mengenai sebaran kebiasaan

makanan berlemak dan berminyak.

Tabel 12 Sebaran kebiasaan makanan berlemak dan berminyak

No Jenis Makanan Frekuensi konsumsi

(kali/minggu)

Jumlah konsumsi

(g/minggu)

1 Gorengan 3,9 287,5

2 Mie/nasi goring 2,1 419,4

3 Jeroan 0,5 31,9

4 Soto santan/gulai 0,9 177,8

5 Cake/bolu manis 1,2 88,9

6 Martabak manis 0,7 108,3

7 Cokelat 0,8 71,1

8 Bakso 1,5 412,5

9 Mie ayam 0,9 236,1

10 Susu full cream 1,3 261,1

11 Keju 0,6 11,5

12 Es krim 0,6 34,4

13 Ayam goreng 3,6 190,3

14 Ikan goreng 3,9 297,6

Frekuensi konsumsi minuman Frekuensi konsumsi minuman merupakan frekuensi konsumsi sejumlah

minuman selama periode tertentu seperti dalam satu minggu. Frekuensi minuman

dalam penelitian ini terdiri atas kopi, jus kemasan, soda, teh manis, teh tawar,

green tea, alkohol, isotonik, pop ice, minuman tingggi vitamin C, serta air putih.

Berikut disajikan Tabel 13 mengenai sebaran responden berdasarkan kebiasaan

konsumsi minuman.

Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan konsumsi minuman

No Jenis Makanan Frekuensi konsumsi

(kali/minggu)

Jumlah konsumsi

(g/minggu)

1 Kopi 2,7 436,3

2 Jus kemasan 0,9 177,8

3 Soda 2,6 526,4

4 Teh manis 3,8 569,1

5 Teh tawar 1,6 327,8

6 Green tea 0,1 11,1

7 Alkohol 0,1 8,3

8 Isotonic 0,1 19,4

9 Pop ice 0,3 17,1

10 Minuman Vit tinggi 0,3 45,8

11 Air putih 7,5 18616,7

Page 32: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

18

Frekuensi konsumsi minuman yang sering dikonsumsi dalam seminggu

yaitu air putih (7,5±1,4 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 18616±30193,4 ml,

teh manis (3,8±3,4 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 569,1±699,3 ml,

kemudian kopi (2,7±3,7 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 436,3 ±638,8 ml

(Table 13). Perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun

paling banyak konsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman

manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%). Peraturan Menteri Kesehatan

nomor 30 tahun 2013 tentang pencantuman informasi kandungan gula, garam dan

lemak serta pesan kesehatan untuk pangan olahan dan pangan siap saji

menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50g (4 sendok makan), natrium

lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) dan lemak/minyak total lebih dari 67 g (5

sendok makan) per orang per hari akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke,

diabetes, dan serangan jantung (Kemenkes 2013).

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan

yang dikonsumsi (dimakan) oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu

tertentu. Batasan ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari

aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Hardinsyah 2002).

Makanan pokok Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting di dalam suatu susunan

hidangan di Indonesia dan biasanya dapat segera terlihat di atas piring, karena

merupakan kwuntum terbesar diantara bahan makanan yang sedang dikonsumsi

(Sediaoetama 2012). Karbohidrat memegang peranan penting, karena merupakan

sumber energi utama bagi penduduk di dunia dan banyak didapat dari alam serta

harganya relatif murah. Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia,

umbi-umbian dan kacang-kacangan kering. Hasil olahannya adalah bihun, mie,

roti dan tepung-tepungan (Almatsier 2006).

Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi makanan pokok masih

didominasi oleh nasi sebanyak 379,7 g/hari disusul oleh mie sebanyak 16,4 g/hari

dan roti sebanyak 5,2 g/hari. Sebanyak 54,8 g/hari responden memakan makanan

pokok seperti jagung, kentang, tepung terigu, dan umbi-umbian. Hal ini diduga

disebabkan oleh beras yang menjadi sumber karbohidrat utama di Indonesia dan

mudah didapatkan oleh responden.

Pangan hewani sebagai sumber utama protein hewani Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang penting dalam makanan

sebagai sumber asam amino (Gibson 2005). Protein menurut sumbernya dapat

dibagi menjadi dua kelompok yaitu protein hewani (berasal dari hewan) dan

protein nabati (berasal dari tumbuhan). Bahan makanan hewani seperti telur,

daging, unggas, ikan, dan kerang merupakan sumber protein yang baik dalam

jumlah maupun mutu (Almatsier 2006). Rata-rata konsumsi lauk hewani berturut

turutyakni ikan sebanyak 49,7 g/hari, telur 24,4 g/hari, daging ayam 26,5 g/hari,

daging sapi 6,9 g/hari dan lainnya sepeti daging kambing, udang segar, daging

bebek sebanyak 54,8 g/hr. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak

sehingga dapat menyebabkan obesitas (Almatsier 2006).

Page 33: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

19

Pangan nabati sebagai sumber utama protein nabati Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya seperti tahu dan

tempe serta kacang-kacangan lainnya. Kacang kedelai merupakan sumber protein

nabati yang memiliki mutu atau nilai biologi tertinggi. Rata–rata konsumsi lauk

nabati berturut turut yakni tempe sebanyak 19,7 g/hari, tahu sebanyak 11,8g/hari,

dan lainnya sebanyak 14,4 g/hari meliputi kacang–kacangan.Tempe dapat

menurunkan kadar kolesterol,dalam kedelai terkandung zat yang disebut sitosterol

beta yang mempunyai efek hipokolesterolemik (menurunkan kadar kolesterol).

Disamping itu, penggunaan ragi dalam proses fermentasi kacang kedelai menjadi

tempe juga dapat menekan kadar kolesterol. Hal ini disebabkan proses peragian

tersebut meningkatkan niasin dari 9 mg dalam kacang kedelai menjadi 60 mg

dalam tempe per 100 gram bahan makanan. Niasin ini dapat menurunkan

kolesterol total dan kolesterol HDL serta menaikkan kolesterol HDL (Khomsan

2002). Berikut disajikan Tabel 14 mengenai rata-rata konsumsi pangan dan

asupan zat gizi responden.

Tabel 14 Rata-rata konsumsi pangan dan asupan zat gizi responden

Bahan pangan Jumlah

(g/hari)

Energi

(Kal)

Protein

(g)

Lemak

(g)

Kolesterol

(mg)

Makanan Pokok

Nasi 379,7 506,6 9,6 3,6 5,9

Mie 16,4 33,2 1,1 0,5 0,5

Roti 5,2 15,5 0,4 0,3 0,0

Lainnya 46,3 76,3 2,8 2,1 4,7

Lauk Hewani

Ayam 26,5 75,9 6,1 5,2 17,6

Daging sapi 6,9 28,2 2,7 1,9 7,9

Ikan 49,7 74,5 9,5 3,8 28,1

Telur 24,4 43,6 3 3,3 101,7

Lainnya 54,8 121,7 9,5 8,8 46

Lauk Nabati

Tempe 19,7 65,4 3,4 5,0 0,0

Tahu 11,8 24,4 0,9 2,2 0,0

Lainnya 14,4 25,1 0,9 1,8 0,1

Sayuran 51 26 1,0 1,8 0,2

Buah

Mangga 57,6 37,4 0,3 0,2 0,0

Melon 3,5 1,3 0,0 0,0 0.0

Pisang 5,8 5,4 0,1 0,0 0,0

Lainnya 31,1 13,6 0,1 0,1 0,0

Susu 27,3 46,8 1,7 1,9 5

Minyak 1,8 14,4 0,0 1,6 0,1

Minuman

Teh 4,8 0,6 0,0 0,0 0,0

Kopi 4,5 9,3 0,4 0,0 0,0

Lainnya 0,3 0,6 0,0 0,0 0,0

Makanan Jajanan 58,3 138,1 3,4 6 16,7

Gula 0,7 2,7 0,0 0,0 0,0

Rata-rata Konsumsi 1401 57,8 50,6 237

Page 34: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

20

Sayuran

Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat

untuk pertumbuhan dan perkembangan. Seseorang yang mengonsumsi cukup

sayuran dengan jenis yang bervariasi akan mendapatkan kecukupan sebagian

besar mineral mikro dan serat yang dapat mencegah terjadinya kegemukan

(Khomsan 2007). Sayuran dan buah–buahan adalah sumber serat makanan yang

paling mudah dijumpai dalam menu masyarakat. Sayuran bisa dikonsumsi dalam

bentuk mentah atau telah diproses melalui perebusan. Rata–rata konsumsi sayuran

responden selama recall 24 jam yakni sebanyak 51 g/hari. Khomsan (2004)

menyatakan bahwa konsumsi sayur yang dianjutkan adalah 200 gram setiap hari.

Serat pada sayuran dapat mengikat asam empedu sehingga dapat menurunkan

penyerapan lemak dan kolesterol darah, sehingga menurunkan resiko, mencegah

atau meringankan penyakit jantung koroner, hipertensi dan hiperlipidemia

(Almatsier 2006).

Buah-buahan

Konsumsi buah–buahan yang cukup dapat mengurangi resiko terjadinya

kegemukan pada seseorang. Dibandingkan dengan sumber serat pangan (dietary

fiber) lainnya, buah–buahan merupakan sumber yang sangat baik. Serat pangan

bermanfaat mencegah berbagai penyakit degeneratif. Rata–rata konsumsi buah

yakni mangga 57,6 g/hari, melon 3,5 g/hari serta pisang 5,8 g/hari, lainnya 27,9

g/hari apel, jeruk papaya, semangka. Rata–rata konsumsi buah dan hasil

olahannya sebanyak 31,1 g/hari. Buah mengandung vitamin C yang dibutuhkan

tubuh, vitamin C dikenal sebagai senyawa ampuh untuk menangkal radikal bebas.

Selain itu, vitamin C juga bermanfaat untuk meningkatkan laju pembuangan

kolesterol dalam bentuk asam empedu melalui usus. Vitamin C juga bermanfaat

untuk meningkatkan kadar HDL sehingga memperkecil peluang terjadinya

aterosklerosis yang kemudian dapat menurunkan tekanan darah (Khomsan 2002).

Susu dan olahannya

Khomsan (2002) menyatakan bahwa minum susu di pagi hari sangat baik

karena susu selain sebagai sumber vitamin dan mineral juga kaya akan lemak

sehingga akan relatif lebih tahan lapar. Rata–rata konsumsi susu sebanyak 27,3

ml/hari. Salah satu jenis susu yang kandungan lemaknya tergolong tinggi adalah

susu bubuk. Khomsan (2003) menjelaskan susu bubuk mempunyai kandungan

lemak yang tinggi.

Minyak dan lemak

Lemak menyediakan energi bagi tubuh yang relatif lebih besar daripada

karbohidrat dan protein. Selain itu, lemak berfungsi untuk pengangkut vitamin

A,D,E, dan K. Minyak goreng yang beredar dipasaran umumnya terbuat dari

bahan nabati seperti minyak sawit, minyak jagung, minyak biji matahari, dan

sebagainya. Kolesterol darah akan meningkat bila mengonsumsi bahan makanan

yang mengandung kolesterol atau mengandung asam lemak jenuh.Pada umumnya

minyak goreng mengandung asam lemak jenuh yang bervariasi. Asam lemak

jenuh berpotensi meningkatkan kolesterol darah, sedangkan asam lemak tak jenuh

dapat menurunkan kolesterol darah. Rata-rata konsumsi minyak santan dan

mentega sebanyak 1,8 g/hari. Rata-rata konsumsi minuman yakni teh sebanyak

4,8 g/hari, kopi sebanyak 4,5 g/hari serta lainnya 0,2 g/hari seperti sirup. Rata–rata

Page 35: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

21

konsumsi jajanan 58,3 g/hari sedangkan rata–rata konsumsi gula sebanyak 0,7

g/hari (Tabel 14).

Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupannya

Kecukupan gizi merupakan suatu taraf asupan (intake) yang dianggap

dapat memenuhi kecukupan gizi semua orang yang sehat menurut berbagai

kelompoknya sehingga kebutuhan pangan hanya diperlukan secukupnya.

Kecukupan pangan dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Ukuran

kualitataif meliputi nilai sosial beragam jenis pangan dan nilai cita rasa sedangkan

nilai kuantitatif yang umum digunakan adalah kandungan zat gizi. Berikut di

sajikan Tabel 15 rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 15 Rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan jenis kelamin

Energi/ Zat Gizi Rata-rata Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Energi (kal) 1401 ± 423,2 1426± 547 1384 ± 335

Protein (g) 57,8± 21,6 57,4± 27,3 58,1± 17,8

Lemak (g) 50,6 ± 23,5 50,2 ± 27,7 50,8 ± 21,1

Karbohidrat (g) 179,7 ± 47,6 184,7 ± 59,6 176,5 ± 39,4

Serat (g) 7,5 ± 4,1 6,5 ± 2,9 8,1± 4,7

Lemak tak jenuh (g) 12,3 ± 7 12 ± 8,7 12,5 ± 5,9

Kolesterol (mg) 237 ± 202 206 ± 238,4 256,2± 178,4

Energi

Rata-rata asupan energi responden sebanyak 1401 Kal (Tabel 15).

Berdasarkan AKG 2013, angka kecukupan energi umur 30-49 untuk laki-laki

sebesar 2625 Kal sedangkan untuk perempuan sebesar 2150 Kal. Rata-rata

konsumsi responden lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata asupan energi

orang indonesia sebesar 1736 Kal (Depkes 2007). Hal ini diduga adanya flat-slope

syndrome, dimana responden memiliki sindrom ketika menceritakan recall akan

cenderung lebih sedikit dalam hal konsumsi, sedangkan yang kurus cenderung

akan berlebihan ketika di recall (Flegal 1999). Berdasarkan Tabel 15, tingkat

kecukupan energi responden berada pada kategori defisit berat (44,4%), defisit

ringan (22,2%) dan normal (19,4%). Tidak ditemukan responden yang mengalami

kelebihan energi, hasil yang serupa juga didapat dari penelitian-penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Puspitasari (2006), Sari (2011) dan Rahmariza

(2012). Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa tingkat kecukupan energi

orang dewasa sebagian besar tergolong defisit. Berikut disajikan Tabel 16 sebaran

tingkat kecukupan energi.

Tabel 16 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi

Tingkat kecukupan energi (%) n %

Defisit tingkat berat (<70) 16 44.,4

Defisit tingkat sedang (70–79) 5 13,9

Defisit tingkat ringan (80–90) 8 22,2

Normal (90–119) 7 19,5

Total 36 100,0

Page 36: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

22

Protein

Protein merupakan bahan pembentuk energi disamping karbohidrat dan

lemak. Protein sebagai pembentuk energi, angka yang ditunjukkan akan

tergantung dari macam serta jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang

dikonsumsi setiap hari. Rata-rata asupan protein sebanyak 57,6 g. Bila

dibandingkan dengan angka kecukupan protein menurut AKG 2013 dengan rataan

umur responden 30-49 tahun, Laki-laki 65 gram dan perempuan 57 gram. Protein

berfungsi sebagai zat pembangun, berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan

jaringan dan mengantikan sel–sel yang mati. Selain itu, protein juga berfungsi

dalam mengatur proses–proses dalam mengatur proses–proses metabolisme dalam

bentuk enzim dan hormon. Kekurangan protein, menyebabkan gangguan pada

absorsi dan transportasi zat-zat gizi (Almatsier 2006). Tabel 17 menunjukkan

bahwa sebanyak 36,1% responden memiliki tingkat kecukupan protein termasuk

kategori berlebih, responden yang memiliki tingkat kecukupan protein dengan

kategori normal hanya 22,2% dan sebanyak 13,9% responden memiliki tingkat

kecukupan protein termasuk kategori defisit berat, sedang dan ringan.Lemak

merupakan satu komponen multifungsi yang sangat penting untuk kehidupan.

Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif terhadap

kehidupan. Penambahan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan

tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh, lemak menghasilkan

energi dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat yaitu 9

kkal/gram lemak yang dikonsumsi. Kadar lemak yang tinggi dalam menu sehari-

hari akan berakibat gangguan metabolisme lemak. Dianjurkan untuk

mengkonsumsi lemak kurang dari 30% total kalori (Khomsan 2002). Berikut

disajikan Tabel 17 sebaran tingkat kecukupan protein.

Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan protein

Tingkat kecukupan protein (%) n %

Defisit tingkat berat (<70) 5 13,9

Defisit tingkat sedang (70–79) 5 13,9

Defisit tingkat ringan (80–90) 5 13,9

Normal (90–119) 8 22,2

Kelebihan (>120) 13 36,1

Total 36 100,0

Lemak Rata-rata asupan lemak berdasarkan tabel 15 sebesar 50,6 gram. Secara

nasional, rata-rata konsumsi lemak di Indonesia telah sesuai dengan yang

dianjurkan yaitu 47 gram/kapita/hari atau 25 persen dari total konsumsi energi

Menurut PUGS, asupan lemak dalam makanan sehari-hari tidak lebih dari 30%

dari kebutuhan energy (Kemenkes 2014). Asupan lemak yang berlebihan dapat

mengakibatkan peningkatan trigliserida, kolesterol total dan LDL total. Resiko

kesehatan seperti ateroklerosis dan penyakit kardiovaskuler dapat timbul akibat

asupan lemak yang tinggi. Jumlah lemak pada pria dewasa muda umumnya

berkisar antara 15-20% dari berat badan total dan 20-25% pada wanita. Biasanya

jumlah lemak dalam tubuh cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.

Dikalangan pria jumlah lemak kira-kira 12% dari berat badan total pada waktu

Page 37: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

23

usia sekolah, lalu kian meningkat dengan bertambahnya usia. Pada usia 40 tahun,

jumlah lemak sudah berkisar 22% dan di usia 50 tahun rata-rata 24%. Pada wanita

di usia sekolah jumlah lemak rata-rata 27%, lalu meningkat menjadi 32% pada

usia 40 tahun dan 34% pada usia 50 tahun (Baraas 1993). Berikut disajikan Tabel

18 sebaran tingkat kecukupan lemak.

Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak

Tingkat kecukupan lemak n %

Cukup (≤30% kecukupan energi) 27 75

Lebih (>30% kecukupan energi) 9 25

Total 41 100

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

(75%) memiliki tingkat kecukupan lemak yang cukup, hanya sebesar 24%

responden yang memiliki tingkat kecukupan lemak lebih.

Kolesterol

Rata-rata asupan kolesterol berdasarkan Tabel 15 sebesar 237 mg. Almatsier

(2006) menyatakan bahwa asupan kolesterol yang dianjurkan adalah ≤300 mg

sehari. Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi

oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol berlebih akan menimbulkan

masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Setiap penurunan 1%

dari jumlah kolesterol, risiko untuk terkena serangan jantung turun sebanyak 2%,

risiko serangan jantung turun sampai 4% ketika HDL meningkat 2%, tubuh

manusia membuat dua pertiga kolesterolnya, sepertiga sisanya diperoleh dari

makanan. Darah mengandung 80% kolesterol yang diproduksi oleh tubuh sendiri

dan 20% berasal dari makanan. Urutan perubahan makanan untuk menurunkan

kadar kolesterol berdasarkan prioritas adalah jumlah lemak, lemak jenuh, dan

kolesterol (Almatsier 2006). Berikut disajikan Tabel 19 sebaran tingkat

kecukupan kolesterol.

Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan kolesterol

Tingkat kecukupan kolesterol n %

Cukup (≤300 mg) 29 80,6

Lebih (>300 mg) 7 19,4

Total 36 100,0

Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (80,6%) memiliki

tingkat kecukupan kolesterol yang cukup, hanya sebanyak 21,9% responden yang

memiliki tingkat kecukupan lemak lebih.

Karbohidrat Di dalam tubuh, karbohidrat yang didapatkan dari konsumsi oleh manusia dapat

tersimpan di dalam hati dan otot sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen.

Rata–rata konsumsi karbohidrat responden 179,7 gram (Tabel 15). Menurut

PUGS, konsumsi karbohidrat harus dibatasi konsumsinya sekitar 50-60% dari

kebutuhan energi. Semakin banyak seseorang mengkonsumsi makanan tinggi

karbohidrat terutama sukrosa dan fruktosa akan meningkatkan laju lipogenesis

dan esterifikasi asam lemak sehingga meningkatkan sintesis triasilgliserol dan

Page 38: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

24

sekresi VLDL. Asupan karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan kadar

trigliserida (Murray et al 2003)

Serat Pangan

Rata–rata asupan serat berdasarkan Tabel 15 sebesar 7,5 gram. Jumlah

tersebut berbeda sangat jauh dengan asupan serat yang dianjurkan oleh WHO

yaitu sebesar 25-30 gr per hari. Hal tersebut diduga disebabkan masih kurangnya

konsumsi sayuran dan buah–buahan oleh responden. Jumlah konsumsi serat perlu

ditingkatkan agar perannya dalam mengurangi kadarkolesterol dalam darah dapat

berjalan dengan optimal. Makanan yang mengandung serat sangat penting untuk

keseimbangan kadar kolesterol. Selain itu dapat menurunkan kadar kolesterol

karena manfaat untuk mengangkut asam empedu, serat juga dapat mengatur kadar

gula darah dan menurunkan tekanan darah. Hasil penelitian terdahulu

menunjukkan bahwa faktor–faktor penyebab rendahnya kadar kolesterol HDL di

antaranya adalah kebiasaan merokok, jenis kelamin, obesitas, aktivitas fisik, dan

konsumsi serat. Rata-rata asupan lemak tak jenuh responden sebesar 12,3 gram

(Tabel 15).

Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor sosial, budaya

dan lingkungan. Perubahan kebiasaan makan menyebabkan perubahan pada gaya

hidup. Hal ini juga berarti bahwa gaya hidup dapat menetukan bentuk pola

konsumsi pangan. Dislipidemia sebagian besar (hingga 80%) disebabkan oleh

faktor gaya hidup, sedangkan 20% sisanya disebabkan oleh faktor genetik (Smith

2007). Gaya hidup mempengaruhi kebiasaan makan seseorang atau sekelompok

orang dan akan berdampak tertentu (positif atau negatif) khususnya yang

berkaitan dengan gizi (Suhardjo 2003). Gaya hidup yang diteliti meliputi

kebiasaan merokok, kebiasaan mengonsumsi minuman alkohol, dan kebiasaan

berolahraga.

Kebiasaan olahraga

Olahraga bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2,

ke miokard, menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang

bersamaan dengan menurunnya LDL, menurunkan kolesterol darah total,

trigliserida dan kadar gula darah penderita DM, serta menurunkan tekanan darah

dan meningkatkan kesegaran jasmani. Berikut disajikan Tabel 20 mengenai

sebaran kebiasaan olahraga dengan rata-rata profil lipid.

Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan olahraga dan rata-rata profil

lipid

Kebiasaan

Olahraga

Responden Rata-rata (mg/dL)

n % Kolesterol Trigliserida LDL HDL

Ya 27 75 266,75 166,15 197,1 47,75

Tidak 9 25 260,41 128,34 180,04 53,61

Total 36 100,0

Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa mayoritas responden (77,8%)

memiliki kebiasaan berolahraga. Hanya 22,2% responden yang tidak memiliki

Page 39: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

25

kebiasaan olahraga. Berolahraga dapat meningkatkan HDL kolesterol dalam darah

dari 20-30%, sehingga terdapat kemungkinan bahwa kemampuan HDL

menyingkirkan kolesterol biasa meningkat selama latihan fisik (Heslet 2007).

Berikut disajikan Tabel 21 mengenai jenis, durasi dan frekuensi olahraga.

Tabel 21 Sebaran responden berdasarkan jenis, durasi dan frekuensi olahraga

Kebiasaaan Olahraga Responden

n %

Jenis Olahraga

Jogging 6 17,1

Jalan kaki 13 37,2

Badminton 4 11,4

Bersepeda 4 11,4

Lari 2 5,7

Lainnya 6 17,2

Total 35 100,0

Durasi Olahraga

<30 menit 10 28,6

30-60 menit 21 60

>60 menit 4 11,4

Total 35 100

Frekuensi Olahraga

1-2 kali/minggu 26 74,3

3-4 kali/minggu 4 11,4

5-6 kali/minggu 1 2,9

≥7 kali/minggu 4 11,4

Total 35 100,0

Tabel 21 menunjukkan bahwa jenis olahraga yang paling banyak dilakukan

oleh responden adalah jalan kaki (37,2%), sebanyak 17,1% responden melakukan

olahraga seperti jogging, sisanya badminton, bersepeda (11,4%), lari (5,7%) dan

olahraga lainnya (17,2%) seperti tenis meja, sit up, senam dan yoga. Mayoritas

responden (60%) melakukan olahraga dalam durasi 30-60 menit, sedangkan

sisanya 28,6% responden berolahraga dalam durasi <30 menit dan 11,4%

responden berolahraga dalam durasi >60 menit. Olahraga yang dilakukan selama

30 menit dengan intensitas sedang setiap hari bermanfaat untuk mencegah

peningkatan berat badan yang tidak sehat untuk beberapa orang yang

membutuhkan tambahan olahraga atau pembatasan kalori untuk meminimalkan

kemungkinan peningkatan berat badan selanjutnya dan olahraga secara teratur

dapat menurunkan secara signifikan kolesterol total, trigliserida, dan kolesterol

LDL (2,1±1,8 mg/dL, p=0,001; 17±3,5 mg/dL, p<0,0001; dan 0,7±1,7 mg/dL,

p<0,0001) (Fan et al, 2009).

Sebagian besar responden (74,3%) memiliki frekuensi olahraga sebanyak 1-

2 kali/minggu (Tabel 21). Hal ini diduga karena dalam satu minggu responden

memiliki waktu libur sebanyak dua hari yang dimanfaatkan untuk berolahraga.

Oswari (1997) menjelaskan bahwa frekuensi latihan dalam seminggu paling

sedikit 3 kali tetapi akan lebih baik bila dilakukan sebanyak 4 sampai 5 kali dalam

seminggu, hasilnya lebih baik daripada tidak latihan sama sekali.

Page 40: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

26

Kebiasaan merokok responden

Rokok adalah racun yang bekerja lambat tapi pasti. Rokok adalah silinder

dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung

negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi dauntembakau yang telah

dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar

asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Sebatang rokok,

mengandung kurang lebih delapan belas racun. Apabila sebatang rokok disulut,

maka dihamburkanlah aneka macam racun bersama asap yang keluar diantaranya

gas karbonmonoksida, nitrogen peroksida, ammonia, benzene, methanol, perylene,

hydrogen cyanide, acrolein, acetilen, benzaldehyde, arsenikum, benzopyrene,

urethane, coumarin, ortocresol, nikotin, tar dan lain lain (Bangun 2008). Berikut

disajikan Tabel 22 mengenai sebaran status rokok dan profil lipid responden.

Tabel 22 Sebaran responden berdasarkan status merokok dan profil lipid

responden

Status Merokok Responden Rata-rata (mg/dL)

n % Kolesterol Trigliserida LDL HDL

Pernah Merokok 17 47,2 276,87 173,24 208,6 42,69

Tidak Pernah Merokok 19 52,8 254,7 141,9 178,71 55,05

Total 36 100,0

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 22 diketahui bahwa sebagian

besar responden (52,8%) memiliki kebiasaan tidak merokok, sedangkan sebanyak

47,2% responden memiliki kebiasaan merokok. Dijelaskan secara deskriptif,

responden yang pernah merokok memiliki kadar trigliserida, kolesterol total dan

kadar LDL yang tinggi serta kadar HDL yang rendah. Pengkajian lebih dalam

tentang kebiasaan merokok responden meliputi status merokok saat ini dan

frekuensi rokok yang dikonsumsi dalam sehari. Berdasarkan tabel diatas,

menunjukan bahwa sebanyak 47,1% responden masih merokok dan sebanyak

52,9% responden berhenti merokok. Responden yang masih merokok memiliki

kadar trigliserida, kolesteroltotal dan kadar LDL yang tinggi serta kadar HDL

yang rendah dibandingkan dengan responden yang berhenti merokok. Tabel 23

menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dikonsumsi oleh mayoritas responden

yang memiliki kebiasaan merokok, termasuk dalam kategori sedang (50%) yaitu

10 sampai 19 batang perhari, disusul kategori rendah (1 sampai 9 batang perhari)

sebesar 37,5%, kemudian kategori berat (≥ 20 batang perhari) sebesar 12,5%.

Semakin banyak jumlah batang rokok yang digunakan akan meningkatkan kadar

trigliserida, kolesterol total dan kadar LDL yang tinggi serta menurunkan kadar

HDL. Menurut Bangun (2008), merokok biasanya dilakukan untuk

menghilangkan ketegangan atau stress, mencari inspirasi, penghilang rasa jenuh

dan kesepian, pencuci mulut, serta anti mulut asam.

Penelitian ini sejalan dengan Sukadiono (2010), semakin banyak jumlah

batang rokok yang dihisap akan meningkatkan kadar LDL dalam darah. Secara

nasional, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari oleh lebih dari

separuh (52,3%) perokok adalah 1-10 batang dan sekitar 20 persen sebanyak 11-

20 batang per hari (Depkes 2010). Sedangkan menurut Riskesdas 2013, penduduk

umur ≥15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau sebesar (36,3%), batang

rokok yang dihisap perhari penduduk umur ≥10 tahun di Indonesia adalah 12,3

Page 41: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

27

batang (setara satu bungkus). Berikut disajikan Tabel 23 mengenai kebiasaan

merokok dan rata-rata profil lipid responden.

Tabel 23 Kebiasaan merokok responden dan rata-rata profil lipid responden

Kebiasaan Merokok Responden Rata-rata (mg/dL)

n % Kolesterol Trigliserida LDL HDL

Masih Merokok 8 47,1 296,1 193,58 193,43 43,63

Berhenti Merokok 9 52,9 259,78 155,16 222,1 41,86

Total 17 100,0

Rendah (1-9 batang) 3 37,5 241,8 91,83 175,03 49,97

Sedang (10-19 batang) 4 50 338 274,33 207,83 40,8

Berat (≥20 batang) 1 12,5 291,4 175,8 191 35,9

Total 8 100,0

Faktor penentu kadar kolesterol adalah jumlah batang rokok yang dihisap

per hari, bukan lamanya waktu seseorang memulai kebiasaan merokok (Mamat

2010).

Kebiasaan Konsumsi Jamu dan Obat Jamu merupakan salah satu warisan dari nenek moyang Indonesia dimana

jamu merupakan obat alternatif yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang

berkhasiat terhadap kesehatan maupun kecantikan. Bahan-bahan jamu sendiri

diambil dari tanaman herbal Indonesia baik itu dari akar,daun, buah, bunga,

maupun kulit kayu. Berikut disajikan Tabel 24 sebaran responden berdasarkan

kebiasaan konsumsi jamu dan obat warung.

Tabel 24 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan konsumsi jamu dan obat

warung

Kebiasaan Konsumsi Responden

n %

Suplemen/Jamu

Ya 22 61,1

Tidak 14 38,9

Total 36 100,0

Konsumsi Obat Warung

Ya 11 30,6

Tidak 25 69,4

Total 36 100,0

Berdasarkan Tabel 24 diatas diketahui bahwa hampir dari keseluruhan

responden (61,1%) mengkonsumsi jamu/supplemen, sedangkan sebanyak 38,9%

responden tidak mengkonsumsi jamu/suplemen. Jamu adalah jenis herbal yang

belum melalui proses uji kelayakan, hanya berdasarkan pengalaman masyarakat

sedangkan suplemen merupakan zat tambahan bukan zat penganti. Suplemen

mengandung satu jenis atau lebih zat gizi yang mempunyai fungsi sebagai obat.

Jamu/suplemen yang banyak dikonsumsi adalah temulawak, jamu sodok,

habbatussauda, vitamin C, stimuno, nuerobion, kunyit asam. Masyarakat

Indonesia lazim mendengar dan mengenal istilah obat warung. Obat warung

adalah istilah yang biasa diberikan bagi obat–obatan yang bisa dibeli bebas dan

tidak membutuhkan resep dokter. Sebagian besar responden 69,4% tidak

Page 42: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

28

mengkonsumsi obat warung, sedangkan sebanyak 30,5% responden

mengkonsumsi obat warung. Obat yang umumnya dikonsumsi terdiri atas promag,

mixagrip, oskadon, dan lain-lain. Obat–obatan semacam ini bisa diperoleh di

warung, supermarket, minimarket, apotik, dan hampir semua toko barang

kebutuhan sehari-hari.

Persentase penduduk Indonesia yang pernah mengkonsumsi jamu

sebanyak 59,12% yang terdapat pada semua kelompok umur, laki-laki dan

perempuan, baik di perdesaan maupun perkotaan. Persentase penggunaan tanaman

obat berturut-turut adalah jahe (50,36%) diikuti kencur (48,77%), temulawak

(39,65%), meniran (13,93%) dan pace (11,17%). Selain tanaman obat di atas,

sebanyak 72,51% menggunakan tanaman obat jenis lain. Bentuk sediaan jamu

yang paling banyak disukai penduduk adalah cairan, diikuti seduhan/serbuk,

rebusan/ rajangan, dan bentuk kapsul/pil/tablet. Penduduk Indonesia yang

mengkonsumsi jamu, sebesar 95,60% (Depkes 2010).

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

pengunaan zat-zat gizi kurang, baik, dan lebih (Almatsier 2006). Penilaian status

gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu antropometri, klinis,

biokimia dan biofisik sedangkan secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu

survey konsumsi pangan, statistik vital dan faktor ekologi. Riskesdas 2013

menyatakan bahwa pengukuran status gizi untuk orang dewasa dapat

menggunakan kriteria IMT (Indeks Massa Tubuh). Hasil IMT diklasifikasi

berdasarkan cut off point Riskesdas 2013 yaitu <18,5 (kurus), 18,5-24,9 (normal),

25-27 (gizi lebih), >27 (obes) (Kemenkes 2013). Berikut disajikan Tabel 25

sebaran status gizi dan rata-rata profil lipid.

Tabel 25 Sebaran responden berdasarkan status gizi dan rata-rata profil lipid

Status Gizi

(IMT)

Kolesterol

total (mg/dL)

LDL

(mg/dL)

HDL

(mg/dL)

Trigliserida

(mg/dL) n %

Normal 14 38,9 278,4±41,9 205,7±42,1 49,2±13,1 134,7±65,1

Lebih 8 22,2 272,7 ±109,1 175,1±33 42,8±21,6 233,4±172

Obes 14 38,9 247,6±48,3 190,1±49,4 52,9±21,9 134,9±48,3

Total 36 100

Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa sebanyak 38,9% responden

dengan status gizi obesitas dan normal, sebanyak 22,2 % dengan status

overweight. Banyaknya responden yang berstatus gizi lebih dan obese ini diduga

karena sebagian besar responden termasuk kategori yang rendah (sedentary)

sehingga peluang terjadinya penyimpanan energi berlebih menjadi semakin besar.

Berdasarkan Tabel 25, responden dengan status gizinya berlebih cenderung

mempunyai kadar kolesterol yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa semakin

meningkat status gizi seseorang maka terjadi peningkatan pada kadar LDLnya.

Hal ini diduga disebabkan oleh seseorang yang status gizinya berlebih umumnya

memiliki kandungan lemak yang tinggi dalam tubuhnya sehingga dapat

meningkatkan kadar LDL dalam lipid darah (Patel 1994). Seseorang dengan

aktivitas fisik ringan cenderung menyimpan energi hasil dari makanan yang

dikonsumsi. Energi berlebih akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak.

Page 43: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

29

Menurut Depkes (2007), status gizi merupakan salah satu faktor resiko terjadi

penyakit degeneratif yang disebabkan oleh gangguan tekanan darah maupun

kolesterol.

Hubungan Antar Variabel

Hubungan karakteristik responden dengan profil lipid

Berdasarkan uji korelasi Pearson, tidak ada hubungan yang nyata (p>0,05)

antara umur dengan profil lipid. Hal ini bertentangan dengan penelitian Lina

(2010), Baraas (1999). Peningkatan kolesterol total ditentukann oleh

meningkatnya kolesterol LDL. Pada usia yang semakin tua kadar kolesterol

totalnya relatif lebih tinggi dari pada kadar kolesterol total pada usia muda.Hal ini

dikarenakan makin tua seseorang aktifitas reseptor LDL mungkin makin

berkurang. Sel reseptor ini berfungsi sebagai hemostasis pengatur peredaran

kolesterol dalam darah dan banyak terdapat dalam hati,kelenjar gonad dan

kelenjar adrenal. Apabila sel reseptor ini terganggu maka kolesterol akan

meningkat dalam sirkulasi darah (Heslet 1997).

Hubungan pengetahuan gizi dengan profil lipid

Menurut Nurmansyah (2006), tingkat pendidikan dapat berpengaruh

terhadap perilaku konsumsi seseorang yang disebabkan oleh pola pikir dan

pengalamannya. Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan tingkat pendidikan

yang lebih tinggi cenderung akan memilih pangan yang lebih baik kualitasnya

daripada yang berpendidikan rendah. Selain melihat dari sisi kualitas pangan yang

dikonsumsinya, konsumen dengan pendidikan yang lebih tinggi juga akan melihat

lebih jauh terhadap keburukan dan resiko dalam mengkonsumsi pangan, serta

cenderung berperilaku lebih kritis dalam pembelian dan pemilihan suatu produk. Menurut Sanjur (1982), pengaruh pengetahuan gizi terhadap konsumsi

makanan tidak selalu linier artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, belum

tentu konsumsi makanan menjadi lebih baik. Konsumsi makanan jarang

dipengaruhi oleh pengetahuan gizi secara tersendiri, tetapi merupakan interaksi

dengan sikap dan praktek gizi. Berdasarkan uji korelasi Pearson, tidak ada

hubungan yang nyata (p>0,05) antara pengetahuan gizi dengan profil lipid. Hal ini

diduga, kadar profil lipid tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan gizi saja.

Hubungan gaya hidup dengan profil lipid

Berdasarkan uji korelasi Spearman, tidak ada hubungan yang nyata

(p>0,05) antara kebiasaan merokok dengan kadar profil lipid responden. Menurut

Jacobson (1995) bahwa secara kuantitas merokok berhubungan erat dengan kadar

kolesterol HDL dari mulai perokok ringan sampai berat, sedangkan menurut

Schultemaker (2002) dalam penelitiannya terhadap 492 hiperkolesterolnemia

diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang relatif nilai rata-rata total

kolesterol antara perokok dan tidak perokok yaitu 2,2 persen, LDL 5,5 persen

HDL 8,1 persen,trigliserida 13,7 persen. Merokok dapat mengubah metabolisme

kolesterol ke arah aterogenik. Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol

darah dan dapat menurunkan kadar HDL (Bruce 1986). Rokok dapat

meningkatkan kadar LDL dalam darah dan menurunkan kadar HDL. Framingham

Heart Study yang meneliti pria dan wanita sekitar 20-49 tahun dilaporkan bahwa

kadar kalesterol HDL lebih rendah 4,5–6,5 % pada perokok, dan pada studi lain

Page 44: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

30

dilaporkan bahwa pria yang merokok lebih dari 20 batang sehari akan mengalami

penurunan HDL hingga 11% dibandingkan bukan perokok. Asap rokok (CO)

memiliki kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan

oksigen, sehingga menurunnya kapasitas sel dar merah pembawa oksigen ke

jantung dan jaringan lainnya (Karyadi 2002).

Berdasarkan uji korelasi pearson, ada hubungan yang nyata (p<0,05) antara

jumlah batang rokok yang dikonsumsi dengan total kolesterol dan trigliserida

dalam darah. Rokok dapat merendahkan kadar kolesterol HDL sekitar 4,5-6%

akibatnya kadar kolesterol LDL semakin tinggi dan hal ini memberikan pengaruh

pada kadar kolesterol total yang relatif semakin tinggi pula (Povey 2002).

Berdasarkan uji korelasi spearman, tidak ada hubungan yang nyata

(p>0,05) antara kebiasaan olahraga dengan kadar profil lipid responden. Tidak

terdapatnya hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan kadar lipid darah

dapat disebabkan oleh perbedaan antara pengambilan darah dengan kegiatan

olahraga yang terakhir dilakukan.Kebiasaan berolahraga dapat mempengaruhi

kadar lipid darah dalam waktu setidaknya 24-48 jam sesudah berolahraga. Hal

tersebut tentunya dapat mempengaruhi hasil laboratorium pada saat pengambilan

darah untuk mengecek kadar lipid darah (Durstine 2001),sehingga kadar lipid

darah antara contoh yang berolahraga dan tidak cenderung terlihat sama.

Berdasarkan uji pearson, tidak dan hubungan yang nyata (p>0,05) antara lamanya

berolahraga dengan kadar profil lipid responden.

Hubungan konsumsi dengan profil lipid

Hasil analisis korelasi pearson menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan (p<0,05) antara total kolesterol dengan frekuensi konsumsi chiki, LDL

dengan frekuensi konsumsi crackers asin, HDL dengan frekuensi sayur mentah

dan sayur tumis. Penelitian Ramon Estruck et al. (2009) yang dilakukan terhadap

772 responden juga menyimpulkan bahwa responden dengan konsumsi tinggi

serat menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol HDL. Akan tetapi,

menurut penelitain Ria (2009) asupan serat larut air dari buah dan sayur tidak

berhubungan dengan kadar kolesterol total darah sebelum ataupun setelah

dikontrol. LDL dengan frekuensi konsumsi alkohol.

Hasil analisis korelasi pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan yang

signifikan (p>0,05) antara kadar profillipid responden dengan aasupanenergi,

protein, lemak, karbiohidrat, serat, lemak tak jenuh, dan kolesterol, akan tetapi ada

hubungan nyata (p<0,05) antara konsumsi kolesterol dengan k-HDL responden.

Hasil uji ini bertentangan dengan penelitian Fatimah (2011) yang menunjukkan

terdapat perbedaan bermakna pada asupan protein (p<0.05). Hal ini dapat terjadi

karena protein berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. Beberapa penelitian

menunjukkan protein yang berasal dari bahan pangan hewani berpotensi

menyebabkan hiperkolesterolemia, sedangkan protein yang berasal dari bahan

nabati dapat mencegah terjadinya hiperkolesterolemia.

Hasil penelitian di RSCM Jakarta tahun 2003 pada manusia menunjukkan

bahwa penggantian sumber protein campuran hewani dan nabati dengan protein

kedelai sebagai sumber utama protein terdapat penurunan kolesterol darah

sebanyak 20%. Hal ini disebabkan protein nabati (kedelai) berpengaruh terhadap

penurunan absorbsi kolesterol dalam usus halus, serta dapat mengurangi absorbsi

kembali asam empedu. Hasil penelitian pada ayam juga menunjukkan bahwa

Page 45: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

31

kadar kolesterol serum kelompok kasein lebih tinggi daripada kelompok protein

kedelai. Hasil penelitian pada kelinci juga menunjukkan bahwa protein hewani

(biasanya kasein) lebih cholesteremic dan aterogenik daripada protein nabati

(biasanya protein kedelai). Dalam penelitian Fatimah (2011) juga ditemukan

adanya hubungan antara konsumsi serat dengan kadar kolesterol HDL. Kadar

kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida menurun dan kolesterol HDL

meningkat sesudah suplementasi vitamin E (Diah et al 2011).

Hubungan status gizi dengan profil lipid Berdasarkan uji korelasi Pearson, tidakada hubungan yang nyata (p>0,05)

antara status gizi dengan profil lipid responden.Namun, jika dijelaskan secara

deskriptif, responden yangmemiliki status gizi overweight cenderung memiliki

kadar trigliserida, kolesteroltotal dan kadar LDL yang tinggi serta kadar HDL

yang rendah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar usia responden (52,8%) berusia 30-49 tahun, 61,1%

responden yang berjenis kelamin perempuan, setengah responden memiliki

pendidikan terakhir ditingkat SMA (52,8%). Responden berasal dari suku sunda

(55,5%). Rata-rata pendapatan terbesar dalam rumah tangga diatas Rp 3.000.000

(38,9%). 52,8% responden memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tergolong baik

(>80%). Riwayat penyakit dari ayah paling banyak dari penyakit hipertensi 13%

dan diabetes 12,2%, sedangkan menurut riwayat penyakit keluarga dari ibu paling

banyak penyakit hipertensi sebanyak 7,9 %.

Umumya responden mengkonsumsi buah segar (5,2 kali/minggu), gorengan

(3,9 kali/minggu) dan ikan goreng (3,9 kali/minggu). Rata–rata konsumsi

makanan perhari menurut golongan makanan selama recall 24 jam diantaranya

nasi 379,7g, ikan 49,7g, tempe 19,7g, sayuran 51g, mangga 57,6g, susu dan

olahannya 27,3g, minyak santan dan mentega 1,8g. Rata–rata Asupan energy

1401 Kal, protein 57,8 g, lemak 50,6 g, karbohidrat 1749,7g, serat7,5g, lemak tak

jenuh 12,3g, kolesterol 237 mg. Lebih dari separuh responden (44,4%) memiliki

tingkat kecukupan energi defisit berat, 36,1% responden memiliki tingkat

kecukupan protein berlebih. 3/4 responden memiliki tingkat kecukupan lemak

yang cukup dan 80,6% responden memiliki tingkat kecukupan kolesterol yang

cukup. Sebanyak 38,9% responden dengan status gizi normal dan obesitas.

Sebagian besar responden (80,6%) memiliki kebiasaan tidak merokok dan

77,8% responden memiliki kebiasaan berolahraga dengan frekuensi berolahraga

1-2 kali/minggu selama 30-60 menit. Uji korelasi pearson menunjukkan ada

hubungan yang nyata antara jumlah batang rokok yang dikonsumsi dengan total

trigliserida dalam darah (p<0,05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan

(p>0.05) antara kadar profil lipid responden dengan konsumsi energi, protein,

lemak, karbiohidrat, serat, lemak tak jenuh dan kolesterol, akan tetapi ada

hubungan nyata antara konsumsi kolesterol dengan kadar HDL responden.

Page 46: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

32

Saran

Responden sebaiknya memperhatikan konsumsi pangan baik porsi dan

jenisnya, agar didapatkan konsumsi pangan yang beragam dan berimbang dan

menyempatkan waktu berolahraga minimal seminggu sekali dengan durasi waktu

30-60 menit agar terhindar dari gangguan koleterol. Melihat rendahnya skor

pengetahuan gizi untuk soal mengenai dislipidemia sehingga perlu pendidikan gizi

mengenai dislipidemia kepada masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan

Dasar 2007. Jakarta (ID): Depkes RI.

__________. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta (ID): Depkes RI.

[Kemenkes RI] Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset

Kesehatan Dasar 2013. Jakarta (ID): Kemenkes RI.

__________. 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Jakarta (ID): Kemenkes RI.

__________. 2014. Pedoman Gizi Seimbang 2014. Jakarta (ID): Kemenkes RI

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

Bangun A P. 2008. Sikap Bijak bagi Perokok. Jakarta: Indocamp.

Baraas F. 1993. Upaya Menuju Jantung Sehat Tentang Kolesterol.Jakarta (ID):

Data Jantung Indonesia.

Braverman E dan Dasha. 2008. Penyakit Jantung dan Penyembuhannya Secara

Alami. Jakarta (ID): PT Bhuana Ilmu Populer.

Beavers DG. 2008. Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat.

Bruce TA, Rubenstein C. 1986. Ischemic Heart Disease, Curent Diagnosis.

Philadelpia: Connand Conn.

Chandra. Tony. 2004. Homosistein Sebagai Faktor Risiko Independen Pada

Penyakit Jantung Koroner. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK

UNDIP.

Dahlan S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta (ID) : Salemba

Medika.

Djohan TBA. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Hypertensi.

http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri10.pdf.

Diah Krisnansari, Martha Irene Kartasurya, M. Zen Rahfiludin. 2011.

Suplementasi Vitamin E dan Profil Lipid Penderita Dislipidemia: Studi

pada Pegawai Rumah Sakit Profesor Dokter Margono Soekarjo

Purwokerto. Media Medika Indonesiana Volume 45, 16 Nomor 1, Tahun

2011.

Page 47: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

33

Durstine JL. 2001. Exercise and Lipid Disorders dalam Exercise and Sports

Cardiology. Thompson PD (editor). New York: McGraw Hill.

Faizah Z. 2004. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Pada Masa Anak dan

Remaja. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP.

Fan AZ et al. 2009. Validation of reported physical activity for cholesterol control

using two different physical activity instruments. Vascular Health and

Risk Management 2009; 5: 649-61.

Fatimah. 2011. Senam aerobik dan konsumsi zat gizi serta pengaruhnya terhadap

kadar kolesterol total darah wanita. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2011 8

(1): 23–27

Flegal K. 1999. Evaluating Epidemiologic Evidence of The Effects of Food and

Nutrient Exposures. Am J Clin Nutr. 69 (6): 1339s-1344s.

Gibson RS. 2005. Principal of Nutrition Assesment. Oxford (US): Oxford

University Press.

Hardinsyah et al. 2002. Modul Ketahanan Pangan 03: Analisis Kebutuhan

Konsumsi Pangan. Institut Pertanian Bogor, Pusat Studi Kebijakan Pangan

dan Gizi (PSKPG) dan Departemen Pertanian, Pusat Pengembangan

Konsumsi Pangan (PPKP) Badan Bimas Ketahanan Pangan.

Heslet L. 2007. Kolesterol Yang Perlu Anda Ketahui. Anton Adiwiyoto,

penerjemah. Jakarta (ID) : Kesaint Blanc. Terjemahan dari: Cholesterol.

Jacobson et al. 1995. The Relationship between Smoking, Cholesterol, and HDL-

C Levels in Adult Women. Women and Health. 23: 27-29.

Karyadi E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung

Koroner. Jakarta: PT. Intisari Mediatama.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi [diktat]. Bogor : Jurusan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor

________. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan GMSK

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

________. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT.

Grasindo.

________. 2007. Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan,

Keefektifan, dan Dampak terhadap Status Gizi. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Krisnatuti D, Yenrina R. 1999. Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung

Koroner. Bogor (ID): PT Trubus Agriwidaya.

Lina. 2010. Kadar kolesterol tota pada usia 25-60 tahun. Jurnal Universitas

Muhammadiyah Surabaya. Vol 5 No. 1 Pebruari 2010.

Mahan LK and Escott-Stump S. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th

edition. Philadelphia (US): Saunders Elsevier.

Page 48: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

34

Mamat. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolsesterol HDL.

Gizi Indo 2010 33(2):143-149

Marmot M G. 1993. Epidemiology of tryglicerides and coronary heart disease.

Lancet. 342: 781.

Maulana M. 2007. Penyakit Jantung: Pengertian, Penanganan, dan Pengobatan.

Jogjakarta (ID): Kata Hati.

Murray RK, et al.2003. Biokimia harper. Jakarta. EGC. Edisi 25:120-148,613-622

Nurhayati Siti. 2009. Gaya hidup dan status gizi seta hubungannya dengan

hipertensi dan diabetes melitus pada pria dan wanita dewasa di DKI

Jakarta [Tesis]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian

Bogor.

Nurmansyah M. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

rumah tangga dalam mengkonsumsi daging pasca isu flu burung [skripsi].

Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Oswari E. 1997. Menyongsong Usia Lanjut dengan Bugar dan Bahagia. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Povey, R. 2002. Memantau Kadar Kolesterol Anda. Jakarta : Arean

Puspitasari M. 2006. Pola konsumsi pangan pria dewasa di pedesaan dan

perkotaan Bogor, kaitannya dengan faktor risiko penyakit jantung koroner

[skripsi]. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian

Bogor.

Rahmariza E. 2012.Tingkat kecukupan gizi karyawan dan penyelenggaraan

makanan di Pangansari Utama catering tambang Senakin Kalimantan

Selatan [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian

Bogor.

Ramon, et al., 2009. Effects of dietary fiber intake on risk factors for

cardiovascular disease in subjects at high risk. J Epidemiol Community

Health 2009,63:582-588.

Saidin M. 2000. Kandungan kolesterol dalam berbagai makanan hewani.

BulPenelit Kesehat.27 (2): 224 – 230.

Sari DM. 2011. Gaya hidup, intake zat gizi dan morbiditas orang dewasa yang

berstatus gizi obes dan normal [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi

Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Sanjur. 1982. Social and Cultrural Perspectives in Nutrition. New Jersey:

Prentice Hall Inc.

Schuitemaker GE, Dinant GJ, van der Pol GA, van Wersch WJ. 2002.

Relationship between smoking habits and low-density lipoprotein-

cholesterol, high-density lipoprotein-cholesterol, and triglycerides in a

percholesterolemic adult cohort, in relation to gender and age. Clinical and

Experimental Medicine. 2 (2): 83-88.

Sediaoetama AD. 2006. Ilmu Gizi Untuk Profesi dan Mahasiswa. Jakarta (ID):

Dian Rakyat.

Page 49: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

35

Smith DG. 2007. Epidemiology of Dyslipidemia and Economic Burden on the

Healthcare System. Am J manag Care; 13;S68-71.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukadiono MM. 2010. Analisa Kadar LDL Kolesterol pada Perokok di Desa

Tambak Cemandi RT 04 RW 02 Kabupaten Sidoarjo. Media Informasi

Ilmiah No. 50/Th XVII/April/2010.

Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi, dan Sanitasi Petani

Sawah Beririgasi di Banjar Jawa Barat. Bogor: Departemen Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Cetakan I. Ghalia Indonesia dengan MMA-IPB. Bogor.

Waloya T, Rimbawan, Nuri Andarwulan. 2013. Hubungan antara konsumsi

pangan dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah pria dan wanita

dewasa di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013. 8(1): 9-16.

Page 50: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

36

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Pearson dan Spearman

Page 51: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA … · Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk ... Skema kerangka pemikiran1. 4 DAFTAR LAMPIRAN

37

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Malingping, Kabupaten Lebak, Banten pada

tanggal 12 Desember 1990. Merupakan anak pertama dari empat orang bersaudara

pasangan Hasan Bisri dan Emih Rohaemih

Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Pelita tahun 1995

hingga 1996, kemudian melanjutkan ke SDN 1 Malingping Utara 2 hingga tahun

2002, tahun 2002 hingga 2005 melanjutkan studi ke SMP Negeri 1 Malingping,

dan tahun 2005 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Malingping hingga

tahun 2008. Penulis diterima sebagai Mahasisiwa Gizi Masyarakat angkatan 45,

Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam seperti Koperasi

Mahasiswa sebagai staf anggota EO 2008/2009, Koran Kampus sebagai staf

anggota Perusahaan 2008/2009, Himpunan Mahasiswa Gizi IPB sebagai staf

anggota Humas 2009/2010, Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia sebagai

staf anggota PSDM 2009/2011, Forum Syiar Fakultas Ekologi Manusia sebagai

Kadiv Depkeu dan Kominfo 2009/2011, Senior Resident Asrama Tingkat

Persiapan Bersama IPB 2011-2014, MC di acara asrama maupun acara IPB serta

penulis juga terlibat di proyek penelitian hibah KKP3T dari Kementrian Pertanian

RI Tahun 2012 dengan ketua peneliti Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS. Kontrak

nomor 1145/LB.620/I.1/3/2012, tanggal 29 Maret 2012 yang berjudul “Perbaikan

Flavor Keju Rendah Lemak serta Pengaruhnya terhadap Profil Lipid, Aktivitas

Superoksida Dismutase dan Kadar Malondialdehid pada Manusia Dewasa

Hiperlipidemia.

Selama masa kuliah, penulis memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi

Akademik dan menjadi asisten Pendidikan Agama Islam pada periode 2010-2012.

Pada bulan Juli-Agustus 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa

Dukuh Tengah, Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal dan pada April 2012

penulis mengikuti Internship Dietetik (ID) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Ciawi.