proporsi penderita batu empedu dengan...

76
PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN DISLIPIDEMIA DAN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PADA TAHUN 2015 2016 Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sarjana Kedokteran OLEH : JEWAQA BRAKO MUZAKKI NIM: 11141030000063 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2017 M

Upload: tranhuong

Post on 03-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

i

PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN

DISLIPIDEMIA DAN DIABETES MELITUS DI RUMAH

SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PADA TAHUN

2015 – 2016

Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sarjana

Kedokteran

OLEH :

JEWAQA BRAKO MUZAKKI

NIM: 11141030000063

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1439 H / 2017 M

Page 2: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

ii

Page 3: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

iii

Page 4: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

iv

Page 5: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

v

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT, tuhan semesta

alam, yang dimana berkat rahmat, berkah dan kasih sayang yang selalu

dicurahkanNya, penulis dapat menyelesaikan sebuah laporan penelitian sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh sarjana kedokteran di Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dengan judul “PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN

DISLIPIDEMIA DAN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT FATMAWATI PADA TAHUN 2015 DAN 2016” dengan Alhamdulillah

tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dengan selesainya pengerjaan laporan penelitian ini,

ini semua tidak lepas dari dukungan, doa, bantuan dan juga semangat yang diberikan

selama proses pembuatan laporan penelitian ini. Oleh karena itu, dengan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS, selaku Ketua Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

3. dr. Femmy Nurul Akbar, SpPD, K-GEH, FINASIM, selaku dosen

pembimbing 1 kami yang selalu meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya

dalam membimbing dari awal penelitian hingga terselesaikannya laporan

penelitian ini

4. Dr. dr. Mukhtar Ichsan, SpP(K), MARS, FIRS, selaku dosen pembimbing 2

kami yang selalu meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam

membimbing dari awal penelitian hingga terselesaikannya laporan penelitian

ini

5. dr. Hari Hendarto, SpPD-KEMD, PhD, FINASIM, selaku dosen penguji 1

kami yang telah meluangkan waktu, dan pikirannya dalam menguji dan

memberikan masukan kepada penelitian ini

Page 6: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

vi

6. Dr. dr. Fransisca A. Tjakadidjaja, MS, SpGK, selaku dosen penguji 2 kami

yang telah meluangkan waktu, dan pikirannya dalam menguji dan

memberikan masukan kepada penelitian ini

7. Pak Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD, selaku penanggung jawab riset

mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014

8. Kedua Orang tua penulis, Jonedi Simbi dan Khuzaemah Asyufria, yang selaku

mendoakan, memberikan dukungan juga motivasi, dan yang selalu

mengingatkan penulis dalam mengerjakan laporan penelitian hingga selesai

sekarang

9. Para pengajar dan staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

10. Sahabat Seperjuangan Riset, Regi Azistha Amri, yang telah menjalani

penelitian ini dari awal hingga selesainya laporan penelitian dengan melewati

berbagai hal suka ataupun duka

11. Teman teman Penulis, Rahmy Nursafitri, Indira Khairunnisa, Fadhlurrahman

Ananditya, Fheby Syabrina, Silma Rahima Zahra, Sherly Trisna, Desy

Islamiati, Muhammad Abdurrahman Faris, Annisa Luthfi, Azifa Anisatul dan

teman teman Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Angkatan 2014

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu juga

memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian

ini

12. Teman teman dari National Committee on Human Rights and Peace 2016-

2017 serta Official National CIMSA 2017-2018, terutama Adriana Damayanti,

Bonita Nabilla, Yolanda Wulandari, Athaya Ardellia, dan Audi Yudhasmara,

yang selalu memberikan semangat dan juga membantu segala hal disaat

penulis sedang mengerjakan laporan penelitian

13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu pada kata

pengantar ini

Demikian yang bisa sampaikan, besar harapan penulis semoga penelitian ini

dapat bermanfaat bagi kita semua

Jakarta, Oktober 2016

Jewaqa Brako Muzakki

Page 7: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

vii

ABSTRAK

Jewaqa Brako Muzakki. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Proporsi Penderita Batu Empedu dengan

Dislipidemia dan Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

tahun 2015 dan 2016. 2017

Latar Belakang: Penyakit batu empedu adalah partikel keras yang berkembang

didalam kandung atau saluran empedu, dan disebabkan oleh beberapa faktor risiko,

seperti obesitas, dislipidemia dan diabetes melitus. Prevalensi batu empedu di India

dengan dislipidemia sebesar 76%, dan diabetes melitus sebesar 29%. Tujuan:

Mengetahui proporsi dan gambaran pasien batu empedu dengan dislipidemia ataupun

diabetes melitus. Metode: Penelitian menggunakan metode observasional dengan

pendekatan cross sectional deskriptif, data diperoleh dari rekam medis yang

terdiagnosis batu empedu di RSUP Fatmawati tahun 2015-2016 serta memiliki risiko

dislipidemia dan diabetes melitus secara consecutive sampling dengan total sampel

sejumlah 69 sampel. Hasil: Karakteristik pasien batu empedu berdasarkan jenis

kelamin terbanyak pada perempuan sebesar 62,3%, dan kelompok usia terbanyak 56 –

65 tahun sebesar 40,6%. Proporsi pasien batu empedu dengan dislipidemia adalah

20,3%, dengan kelainan fungsi lipid berupa peningkatan kolesterol total sebesar

17,4%, peningkatan kolesterol LDL sebesar 26,1%, peningkatan trigliserida sebesar

7,2%, dan penurunan kolesterol HDL sebesar 5,8%. Dan juga proporsi pasien batu

empedu dengan diabetes melitus adalah 15,9%. Kesimpulan: Proporsi batu empedu

dengan dislipidemia sebesar 20,3% dan dengan diabetes melitus sebesar 15,9%.

Kata Kunci : Batu Empedu, Dislipidemia, Diabetes Melitus

ABSTRACT

Jewaqa Brako Muzakki. Medical Study Program and Doctor Profession UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Proportion of Cholelithiasis Patients with Dyslipidemia and

Diabetes Mellitus in Fatmawati Central General Hospital 2015 to 2016. 2017

Background: Gallstones disease is hard particles that develop in the gallbladder or

bile duct, and caused by many risk factors, such as obesity, dyslipidemia and diabetes

mellitus. Prevalence of gallstones in India with dyslipidemia of 76%, and diabetes

melitus by 29%. Aim: To know the proportion and description of cholelithiasis

patiens with dyslipidemia or diabetes mellitus. Methods: This study used

observational methods with descriptive cross sectional approach, data was obtained

from medical records of patients diagnosed with cholelithiasis in Fatmawati Central

General Hospital 2015 to 2016 that also has the risk factor of dylipidemia and

diabetes mellitus by consecutive sampling with 69 samples. Results: Characteristics

of cholelithiasis patients by gender was most frequent in women 62.3%, and age

group 56 to 65 years 40.6%. The proportion of cholelithiasis with dyslipidemia was

20.3%. Proportion of high total cholesterol by 17,4%, high LDL cholesterol by

26.1%, high triglycerides by 7,2%, dan low HDL cholesterol by 5,8%. The proportion

of cholelithiasis patients with diabetes mellitus was 15.9%. Conclusions: Proportion

of gallstones with dyslipidemia was 20.3% and with diabetes mellitus was 15.9%.

Keywords : Gallstone, Dyslipidemia, Diabetes Mellitus

Page 8: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................................... i

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................ vii

DAFTAR ISI............................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .......................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. xii

BAB 1 : PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

1.3.Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3

1.4.Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3

1.5.1 Bagi Peneliti ............................................................................................. 3

1.5.2 Bagi Institusi ............................................................................................ 3

1.5.2 Bagi Masyarakat ...................................................................................... 3

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4

2.1 Batu Empedu ..................................................................................................... 4

2.1.1 Definisi Batu Empedu ........................................................................... 4

2.1.2 Anatomi Kandung Empedu................................................................... 4

2.1.3 Fisiologi Pembentukan Empedu ........................................................... 5

2.1.4 Epidemiologi Batu Empedu .................................................................. 7

2.1.5 Klasifikasi Batu Empedu ...................................................................... 8

2.1.6 Faktor Risiko Batu Empedu .................................................................. 9

2.1.7 Patogenesis Batu Empedu Kolesterol ................................................. 11

2.1.8 Gejala Klinis Batu Empedu ................................................................ 13

2.1.9 Diagnosis Radiologi pada Batu Empedu ............................................ 15

2.1.10 Tatalaksana Penyakit Batu Empedu.................................................... 16

2.1.11 Komplikasi Batu Empedu ................................................................... 18

2.1.12 Prognosis Batu Empedu ...................................................................... 18

2.2 Dislipidemia .................................................................................................... 18

2.2.1 Sintesis Kolesterol di Hepar ................................................................ 18

2.2.2 Definisi Dislipidemia .......................................................................... 20

2.2.3 Epidemiologi Dislipidemia ................................................................. 21

2.2.4 Klasifikasi Dislipidemia...................................................................... 22

2.2.5 Pemeriksaan Laboratorium pada Dislipidemia ................................... 23

2.2.6 Terapi untuk Dislipidemia .................................................................. 25

2.2.7 Hubungan Dislipidemia dengan Batu Empedu ................................... 28

2.3 Diabetes Melitus ............................................................................................. 30

2.3.1 Definisi dan Epidemiologi Diabetes Melitus ...................................... 30

2.3.2 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2 .................................................. 30

2.3.3 Gejala Klinis Diabetes Melitus ........................................................... 32

2.3.4 Diagnosis Laboratorium pada Diabetes Melitus ................................. 33

Page 9: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

ix

2.3.5 Komplikasi pada Diabetes Melitus ..................................................... 34

2.3.6 Hubungan Diabetes Melitus pada Batu Empedu ................................ 34

2.4 Pandangan dokter muslim terhadap batu empedu .......................................... 35

2.5 Kerangka Teori ............................................................................................... 36

2.6 Kerangka Konsep ............................................................................................ 36

2.7 Definisi Operasional ....................................................................................... 37

BAB 3 : METODE PENELITIAN .......................................................................... 39

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................ 39

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 39

3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 39

3.3.1 Populasi Target ................................................................................... 39

3.3.2 Populasi Terjangkau............................................................................ 39

3.3.3 Besar Sampel ...................................................................................... 39

3.3.4 Cara Pengambilan Sampel .................................................................. 40

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .......................................................................... 40

3.5 Cara Kerja Penelitian ...................................................................................... 41

3.6 Analisis Data ................................................................................................... 41

3.7 Alur Penelitian ................................................................................................ 42

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 43

4.1 Deskripsi Sampel ............................................................................................ 43

4.1.1 Berdasar Jenis Kelamin ....................................................................... 43

4.1.2 Berdasar Usia ...................................................................................... 44

4.2 Proporsi Pasien Batu Empedu dengan Dislipidemia ...................................... 45

4.3 Proporsi Pasien Batu Empedu dengan Diabetes Melitus ................................ 48

4.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 51

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 52

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 52

5.2 Saran ............................................................................................................... 52

5.2.1 Untuk Penelitian Selanjutnya .............................................................. 52

5.2.2 Untuk RSUP Fatmawati ...................................................................... 53

5.2.3 Untuk Masyarakat ............................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 54

LAMPIRAN............................................................................................................... 57

Page 10: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Batu Empedu .................................................................... 9

Tabel 2.2 Jenis Lipoprotein, Apoprotein dan Kandungan Lipid ................................ 21

Tabel 2.3 Interpretasi kadar lipid plasma berdasarkan NECP .................................... 24

Tabel 2.4 Pengaruh perubahan gaya hidup terhadap kadar lipid ................................ 26

Tabel 2.5 Klasifikasi statin menurut ACC/AHA 2013 ............................................... 27

Tabel 2.6 Obat obat hipolipidemik ............................................................................. 28

Tabel 2.7 Proporsi profil lipid pada preoperasi kolesistektomi .................................. 29

Tabel 2.8 Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan prediabetes ... 34

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin ................................................. 43

Tabel 4.2 Distribusi Sampel berdasarkan kelompok usia ........................................... 44

Tabel 4.3 Proporsi Batu Empedu dengan Dislipidemia .............................................. 45

Tabel 4.4 Sebaran Data Profil Lipid pada Pasien Batu Empedu dengan

Dislipidemia ................................................................................................ 46

Tabel 4.5 Mean ± Standar Deviation dari Laboratorium Fungsi Lipid pasien Batu

Empedu di RSUP Fatmawati ...................................................................... 48

Tabel 4.6 Proporsi Batu Empedu dengan Diabetes Melitus ....................................... 48

Tabel 4.7 Sebaran Data Glukosa Darah pada Pasien Batu Empedu dengan

Diabetes Melitus ......................................................................................... 50

Tabel 4.8 Mean ± Standar Deviation dari laboratorium glukosa darah pasien batu

Empedu ....................................................................................................... 51

Daftar Gambar Gambar 2.1 Anatomi Vesica Biliaris beserta duktusnya ............................................ 5

Gambar 2.2 Patogenesis Kolelitiasis di Kandung Empedu ...................................... 13

Gambar 2.3 Klinis Batu Empedu berdasarkan letak dari batu empedu .................... 15

Gambar 2.4 Sintesis Kolesterol di Jaringan .............................................................. 19

Gambar 2.5 Biosintesis dan Penguraian Asam Empedu Gambar ............................. 20

Gambar 2.6 Organ yang Berperan dalam hiperglikemia pada DM Tipe 2 ............... 32

Page 11: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal dan Anggaran Penelitian

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari RSUP Fatmawati

Lampiran 3. Hasil Analisis dan Grafik pada SPSS

Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup

Page 12: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

xii

DAFTAR ISTILAH

Apo : Apolipoprotein

BB : Berat badan

CCK : Kolesistokinin

CT : Computerized tomographic

DM : Diabetes Melitus

DPP-4 : dipeptidyl peptidase-4

FFA : free fatty acids

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

GDP : Glukosa darah puasa

GDS : Glukosa darah sewaktu

GD2PP : Glukosa Darah 2 jam post-prandial

GLP-1 : Glucagon-like Peptide 1

HbA1c : Hemoglobin A1c

HDL : High-density Lipoprotein

HGP : Hepatic Glucose Production

IDL : Intermediate-density Lipoprotein

IM : Intramuscular

IMT : Indeks Massa Tubuh

IV : Intravena

KoA : Koenzim-A

Kol : Kolesterol

LDL : Low-density Lipoprotein

MG : Monogliserida

MRI : Magnetic resonance imaging

NCEP ATP : National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel

NSAID : Non-Steroid Anti-Inflammatory Drug

NHANES : National Health and Nutritional Examination Survey

PF : Pemeriksaan Fisik

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SD : Standar deviasi

TB : Tinggi Badan

UDCA : ursodeoxycholic acid

UIN : Universitas Islam Negeri

USG : Ultrasonography

VLDL : Very low-density lipoprotein

WHO : World Health Organization

Page 13: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batu empedu adalah sebuah masalah kesehatan di dunia yang sering dikaitkan

dengan gaya hidup sehari hari, seperti pola makan, ataupun aktivitas. Batu

empedu merupakan partikel keras yang berkembang di dalam kandung ataupun

saluran empedu. Secara garis besar, batu empedu terdiri dari 3 jenis yakni batu

kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Penyakit batu empedu ini umumnya

bersifat asimtomatik, dan dapat bersifat timbul gejala atau simtomatik apabila

batu sudah berukuran lebih dari lima mm yang penatalaksanaannya sebagian besar

harus dilakukan kolesistektomi.(1) Risiko penyakit batu empedu dapat meningkat

apabila terdapat faktor risiko pada seorang pasien. Faktor risiko batu empedu

tersebut mencakup fat (obesitas), forty (umur), female (jenis kelamin), fertile

(estrogen), dan fair (etnik), yang disingkat menjadi 5F. Faktor risiko lainnya

adalah sindrom metabolik yang terdiri dari diabetes melitus, ataupun dislipidemia,

dan ada juga karena intensitas aktivitas yang rendah.

Terdapat sekitar dua juta orang atau 10 hingga 15% penduduk Amerika

mempunyai atau menderita batu empedu. Jenis kelamin perempuan dua kali lebih

banyak dibandingkan jenis kelamin laki laki. Batu empedu merupakan penyakit

serius saluran cerna kedua setelah penyakit refluks esophagus di wilayah

Amerika. Sebuah penelitian menyebutkan, di beberapa negara berkembang, lebih

dari 85% batu empedu merupakan jenis batu kolesterol.(2) Begitu juga di sebuah

penelitian menyebutkan prevalensi batu empedu asimptomatik di China sebesar

12,12%.(3) Hal ini semakin membuktikan bahwa konsumsi makanan yang tinggi

lemak, seperti junkfood, memiliki pengaruhnya kepada penyakit batu empedu ini.

Meski banyak penelitian yang menyebutkan prevalensi batu empedu yang cukup

tinggi dibeberapa negara, seperti Amerika, negara di Eropa, dan lainya, tetapi

untuk negara negara di Asia , khususnya di Indonesia, masih kurang dalam

penelitian yang berkaitan dengan batu empedu ataupun prevalensi penderitanya.

Padahal sebagaimana yang diketahui, pola atau konsumsi makan di Indonesia

sudah mulai mengikuti pola makan yang “west-life” tersebut, yang dapat

Page 14: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

2

meningkatkan prevalensi penderita batu empedu di Indonesia karena terjadi

peningkatan kolesterol darah yang akan berefek ke pembentukan batu.

Sebagaimana disebutkan diatas, diabetes melitus (DM) dan dislipidemia dapat

menjadi faktor risiko dari pembentukan batu empedu. Dislipidemia adalah

kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan

fraksi lipid dalam darah. Dislipidemia mempunyai suatu hubungan mekanisme

yang dapat menyebabkan supersaturasi kolesterol di saluran bilier, sehingga

meningkatkan risiko terbentuknya batu empedu. Pada sebuah penelitian Bikha

Ram et al di Pakistan tahun 2010, ditemukan 58 dari 72 pasien , yaitu sekitar 81%

pasien batu empedu mengalami dislipidemia.(4) Hal serupa juga dapat dilihat pada

penelitian Ajaz Malik et al di India tahun 2011, pada 73 pasien batu empedu

dengan kolesistektomi, yang memiliki lebih dari satu abnormalitas pada profil

lipid mereka atau mengalami dislipidemia sebesar 76,7%.(5)

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang disebabkan oleh total

(atau relatif) tidak adanya insulin, yang secara klinis bermanifestasi ke

peningkatan gula darah. Dari definisi tersebut, maka bisa diartikan bahwa ciri

khas penderita DM adalah terjadi peningkatan glukosa darah. Diabetes melitus

mempunyai efek patogenesis berupa peningkatan kadar kolesterol, hipomotilitas,

dan peningkatan nukleasi sehingga kemungkinan dapat meningkatkan risiko

terbentuknya batu empedu. Menurut studi kohort di suatu negara, prevalensi

pembentukan batu empedu pada populasi penderita DM 24,8% dibandingkan

dengan pembentukan batu empedu di populasi umumnya yakni hanya 13,8 %,

yang berarti pembentukan batu empedu dua hingga tiga kali lebih tinggi pada

pasien DM jika dibandingkan dengan pasien non diabetes melitus.(6) Dari

beberapa penelitian di India menunjukkan didapatkan pada tahun 1999 prevalensi

diabetes melitus pada batu empedu sebesar 12,77%. Tahun 2005, prevalensi batu

empedu asimptomatik dengan DM tipe 2 sebesar 31%. Terakhir pada tahun 2008,

pasien DM dengan gambaran batu empedu pada USG sebesar 29%. (7)

Dari penjelasan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penilitan mengenai gambaran dislipidemia dan DM pada pasien batu empedu.

Page 15: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

3

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran penderita batu empedu dengan dislipidemia dan

diabetes melitus di RSUP Fatmawati tahun 2015 – 2016 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah,

a. Mengetahui karakteristik subjek penelitian yang meliputi usia dan

jenis kelamin pasien batu empedu di RSUP Fatmawati tahun 2015

– 2016

b. Mengetahui proporsi dan gambaran dislipidemia pada pasien batu

empedu di RSUP Fatmawati tahun 2015 – 2016

c. Mengetahui proporsi dan gambaran diabetes melitus pada pasien

batu empedu di RSUP Fatmawati tahun 2015 – 2016

d. Mengetahui sebaran jenis kelamin pada laboratorium profil lipid

dan glukosa pasien batu empedu di RSUP Fatmawati 2015 – 2016

e. Mengetahui rerata dan standar deviasi dari profil lipid dan glukosa

pasien batu empedu di RSUP Fatmawati 2015 – 2016

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1. mendapatkan pengalaman juga ilmu tambahan mengenai penelitian

dibidang saluran cerna dan hati

2. sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana kedokteran di fakultas

kedokteran dan ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4.2 Bagi Institusi

Sebagai tambahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di FKIK UIN

Jakarta dan juga sebagai bahan penelitian selanjutnya

1.4.3 Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan informasi kepada masyarakat tentang batu empedu

beserta faktor risikonya

Page 16: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batu Empedu

2.1.1 Definisi Batu Empedu

Batu empedu adalah partikel keras yang berkembang di dalam

kandung atau saluran empedu. Terdapat beberapa istilah dalam penyakit

batu empedu, yaitu : (1) Kolelitiasis, berarti Batu Empedu (secara umum),

(2) Kolesistolitiasis, berarti batu yang berada di kandung empedu, (3)

Koledokolitiasis, berarti batu yang berada di duktus koledokus, (4)

kolangiolitiasis berarti batu yang berada pada cabang duktus hepatikus,

dan cabang lain di hati. (8)

2.1.2 Anatomi Kandung Empedu

a. Definisi Kandung Empedu / vesica biliaris (felea)

Suatu kantung berbentuk buah pir yang terletak pada facies

visceralis lobus dekstra hepatis di dalam suatu fossa di antara lobus

dexter hepatis dan lobus quadratus

b. Struktur Kandung Empedu / vesica biliaris (felea)

Struktur ini dibagi menjadi 3 bagian : (1) fundus, terletak pada

margo inferior hepar, (2) corpus, bagian paling besar, terletak di

depan kolon transversum dan pars superior duodeni , (3) collum,

mempunyai tunika mukosa yang melipat spiral

c. Sistem duktus untuk empedu

Empedu dihasilkan di hati, dimana dari hati mengalir melewati

duktus hepatikus dekstra dan sinistra. Keduanya bergabung

menjadi duktus hepatikus komunis. Duktus ini bergabung dengan

duktus sistikus yang berasal dari vesika felea menjadi duktus

koledokus. Duktus koledokus terus melewati posterior duodeni dan

bergabung dengan duktus pankreatikus menuju muaranya yaitu

papilla duodeni mayor.(9)

Page 17: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

5

Gambar 2.1 Anatomi Vesica Biliaris beserta duktusnya

(Gray, 2013)9

d. Perdarahan Kantung Empedu / vesica biliaris (felea)

Suplai arteri untuk vesica felea adalah arteria sistica cabang

dari arteria hepatica dextra (ramus dexter arteria hepatica propria)

2.1.3 Fisiologi Pembentukan Empedu

a. Fungsi sistem empedu

Sistem empedu dalam manusia terdiri dari Hati, Kandung

empedu, dan saluran saluran terkait. Adapun Fungsi hati adalah:

1) sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan

penyerapan lemak

2) tempat metabolisme protein, lemak dan karbohidrat

3) membentuk protein plasma, yang mengangkut hormon

tiroid dan kolesterol di dalam darah

4) penyimpanan glikogen, lemak,besi, tembaga dan beberapa

vitamin

5) mengeksresikan kolesterol dan bilirubin

Unit fungsional hati sendiri adalah lobulus, dimana diantara

lobulus lobulus hati ini terdapat sinusoid hati. Di sela sela hepatosit

di lobulus ini terdapat juga kanalikulus biliaris, dimana hepatosit

terus menerus mengeluarkan empedu ke dalam saluran tipis ini,

yang akan diteruskan menuju duktus biliaris di tepi dari lobulus

hati. Dari duktus biliaris ini, menyatu menjadi duktus biliaris

komunis yang mengangkut empedu menuju duodenum melewati

sfingter Oddi. Saat makan, sfingter Oddi ini akan menutup dan

Page 18: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

6

empedu dialirkan balik menuju kandung empedu, dimana empedu

akan disimpan dan dipekatkan dalam kandung empedu selama

waktu makan. Setelah makan, akan terjadi proses pengosongan

lambung, dan juga peningkatan sekresi empedu, 2 hal ini akan

memicu dibukanya sfingter Oddi, dan empedu mengalir menuju

duodenum. Jumlah empedu yang diekskresikan per hari berkisar

antara 250 mL sampai 1 liter, bergantung pada derajat

perangsangan. Dimana semakin sering makan. Maka sfingter oddi

dan peneksresian empedu semaking sering.(10)

b. Pembentukan garam empedu

Empedu mengandung beberapa konstituen organik, yaitu

garam empedu, kolesterol, lesitin dan bilirubin, dalam suatu cairan

encer alkalis. Garam empedu merupakan turunan kolesterol.

Garam empedu ini di daur ulang melalui mekanisme yang disebut

sirkulasi enterohepatik, dimana garam empedu diekskresikan dalam

empedu masuk ke duodenum, yang nantinya akan diserap oleh

ileum melalui mekanisme transport aktif khusus di ileum terminal,

setelah diserap garam empedu dikembalikan ke sistem porta hati,

untuk diekskresikan kembali dalam empedu.(10)

Garam empedu ini membantu pencernaan lemak di usus

melalui mekanisme emulsifikasi. Proses emulsifikasi ini merujuk

pada kemampuan mengubah gumpalan lemak besar menjadi

emulsi/butiran butiran lemak. Garam empedu ini terdiri dari 2

bagian yaitu larut lemak dan larut air, oleh karena itu garam

empedu dapat terserap di permukaan butiran lemak. Gerakan

mencampur oleh usus memecah butiran lemak besar menjadi

butiran yang lebih kecil, dimana jika tidak ada garam empedu

makanya butiran kecil ini akan bergabung kembali menjadi butiran

besar. Proses emulsi ini juga meningkatkan luas permukaan butiran

lemak yang memudahkan kerja lipase mencerna lemak.(10)

Selain membantu pencernaan lemak, garam empedu juga

berfungsi dalam penyerapan lemak. Dengan bergabung dengan

Page 19: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

7

kolesterol dan lesitin, makan akan terjadi pembentukan misel,

dimana misel sendiri terdiri dari inti yang hidrofobik dan

permukaan yang hidrofilik, sehingga misel dapat melarutkan bahan

tak larut air. Bahan yang diangkut berupa MG, free fatty acid, serta

vitamin larut lemak. Mekanisme pembentukan misel ini sangat

berpengaruh kepada homeostasis kolesterol. Jumlah kolesterol

yang dapat diangkut dalam bentuk misel bergantung pada jumlah

relatif garam empedu dan lesitin dibandingkan dengan kolesterol.

Oleh karena itu ketika terjadi ketidakseimbangan antara kolesterol

dengan lesitin dan garam empedu, maka akan terjadi kelebihan

kolesterol di empedu menjadi mikrokristal yang menggumpal,

sehingga dapat memicu terjadinya batu empedu(10)

Zat lainnya dalam empedu adalah bilirubin. Bilirubin

merupakan pigmen empedu utama, berasar dari produk akhir

penguraian heme pada hemoglobin dalam sel darah merah yang

sudah tua. Bilirubin berwarna kuning dan menjadi warna coklat

seperti tinja karena pengaruh enzim enzim bakteri usus.

Sekresi empedu dapat ditingkatkan oleh beberapa

mekanisme:(10)

1) mekanisme kimiawi (garam empedu), ketika makan saat

garam empedu dibutuhkan dan sedang digunakan, sekresi

empedu oleh empedu akan meningkat.

2) mekanisme hormon , hormon sekretin akan merangsang

peningkatan sekresi empedu alkalis cair oleh duktus

biliaris.

3) mekanisme saraf (nervus vagus), mendorong peningkatan

aliran empedu hati selama fase sefalik pencernaan.

2.1.4 Epidemiologi Batu Empedu

Menutut NHANES, prevalensi penyakit batu empedu di Negara

barat 10 – 15%. Dimana dari 10% hingga 15% tersebut, rinciannya adalah

7,9% ditemukan pada pria, dan 16,6% pada wanita, dan ras paling banyak

Page 20: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

8

ditemukan pada ras Mexican-America.(1) Dari penderita batu empedu

tersebut, 80% nya ditemukan berupaka batu kolesterol.(11) Prevalensi batu

empedu di Negara timur, seperti korea sebesar 2 – 17%, dimana prevalensi

ini lebih rendah jika dibandingkan dengan prevalensi batu empedu di

Negara barat yang sebesar 13,3 – 50,5%.(12) Selain itu, prevalensi batu

empedu asimptomatik di China sebesar 12,12%.(3) Di Srilanka juga

menyebutkan prevalensi batu kolesterol pada kandung empedu sebesar

80%.(13) Prevalensi kolelitiasis pada orang dewasa di Chili sebesar 26,7%

pada tahun 2015.(14)

Dari penderita batu empedu tersebut, ditemukan 24,8 % nya

mengalami diabetes melitus, sedangkan 13,8 % merupakan pasien non-

diabetik, Hal ini berarti pasien batu empedu lebih banyak ditemukan pada

pasien diabetik dibandingkan yang non- diabetik.(6) Selain itu, sebuah

penelitian di Nigeria menemukan terdapat 17,5% pasien batu empedu

dengan faktor risiko diabetes melitus.(15) Tetapi di Indonesia sendiri, belum

ada data prevalensinya, dikarenakan masih sedikitnya penelitian batu

empedu di Indonesia.

2.1.5 Klasifikasi Batu Empedu

Ada 3 tipe dari batu empedu yaitu:(16)

a. Batu Kolesterol

Mengandung beberapa zat seperti kalsium karbonat, fosfat,

bilirubinat, palmitat, fosfolipid, glikoprotein, dan

mukopolisakarida. Dengan >50% nya mengandung kolesterol

monohidrat plus.

b. Batu Pigmen Hitam

Mengandung bilirubin indirek, kalsium fosfat dan karbonat,

dan tidak mengandung kolesterol. Sering terjadi pada hemolisis

kronik, sirosis, ataupun Chrons’ disease.

c. Batu Pigmen Coklat

Mengandung calcium bilirubinat, palmitat, dan stearate. Jarang

terjadi. Sering terjadi pada infeksi bilier

Page 21: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

9

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Batu Empedu (Dooley, 2011)17

Kolesterol Pigmen Hitam Pigmen Coklat

Lokasi Kandung dan

Saluran empedu

Kandung dan

saluran empedu

Saluran empedu

Kandungan Mayor Kolesterol Polimer pigmen

bilirubin

Kalsium

bilirubinate

Konsistensi Kristalin dengan

nukleus

Keras Halus, rapuh

% Radio-opak 15% 60% 0%

Lainnya - Sering disertai

dengan sirosis

Sering disertai

dengan infeksi

2.1.6 Faktor Risiko Batu Empedu

Pembentukan batu kolesterol dipicu oleh beberapa faktor risiko,

yaitu:(17)

a. Genetik

Terjadi mutasi di beberapa titik gen seperti di ABCG5

(transporter kolesterol kanalikular) pada 11% kasus batu

kolesterol, ABCB4 (transporter fosfotydil kolin) pada 50%

kasus batu empedu, dan lainnya (seperti ABCB11, ABCB4).

b. Gaya hidup

Bermula dari aktivitas yang rendah, sehingga menyebabkan

dislipidemia, sindrom metabolik, ataupun DM. Dimana kondisi

ini bisa menyebabkan hipersekresi kolesterol bilier, ataupun

sintesis asam empedu yang tidak adekuat.

c. Obesitas

Ini berhubungan dengan peningkatan sintesis kolesterol.

Dimana 50% pasien obesitas memiliki riwayat operasi batu

empedu. Dimana penelitian di Ghana juga menyebutkan bahwa

obesitas diidentikasikan sebagai faktor risiko utama pada

perkembangan kolelitiasis.(18)

Page 22: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

10

d. Faktor makanan

Di Negara barat, batu empedu berhubungan dengan makanan

rendah serat dan masa transit usus yang lama, dimana ini akan

menyebabkan dehidrooksilasi asam kolik di kolon oleh bakteri

feses sehingga akan menyebabkan asam deoksikolik di asam

empedu. Makanan rendah karbohidrat dan tidak makan

sepanjang malam akan melindungi dari batu empedu.

e. Umur

Prevalensi semakin meningkat pada usia 50 hingga 70 karena

masalah penuaan. Selain itu juga, terjadi sebuah peningkatan

prevalensi kolelitiasis yang signifikan pada usia diatas 40

tahun. (18)

f. Jenis kelamin dan estrogen

Batu empedu dua kali lebih banyak ditemukan pada perempuan

daripada laki-laki, terutama lebih meningkat pada wanita hamil

periode akhir, dan pemakaian pil estrogen pada wanita.

g. Faktor serum

Risiko tertinggi batu empedu ditemukan berhubungan dengan

HDL yang rendah dan trigliserida yang tinggi.

h. Sirosis

Pada penyakit hepatoseluler ini akan mengurasi sekresi asam

empedu, sering berhubungan dengan pembentukan batu

pigmen

i. Infeksi

Bakteri dapat mengalami dekonjugasi garam empedu, dimana

ini akan menyebabkan pengurangan kelarutan kolesterol

j. Diabetes melitus

Bata empedu dengan diabetes lebih berisiko dalam yang non

diabetes, dan mempunyai prevalensi yang cukup tinggi.

Dimana diabetes menyebabkan pengisian dan kontraksi

kantung empedu yang buruk, dimana kita menyebut dengan

kondisi “diabetic neurogenic gallbladder syndrome”. Selain

Page 23: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

11

itu, DM juga berhubungan dengan peningkatan saturasi

kolesterol pada kandung empedu.(18)

k. Faktor lainnya

Faktor lain yang ditemukan juga berisiko untuk batu empedu

adalah hepatitis C, gastrektomi, terapi kolestiramin jangka

panjang, dan lainnya

2.1.7 Patogenesis Batu Empedu Kolesterol

Dalam pembentukan batu kolesterol, ada 3 prinsip dalam

mekanisme pembentukannya yaitu : supersaturasi kolesterol, peningkatan

nukleasi dari kristal kolesterol, dan hipomotilitas kandung empedu.

Supersaturasi kolesterol terjadi ketika terdapat peningkatan rasio

antara kolesterol dengan asam empedu dan fosfotidilkolin/lesitin.

Peningkatan ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:(19)

a. peningkatan sekresi kolesterol

Hal ini terjadi karena terdapat peningkatan aktivitas enzim 3-

hidroxy-3-methylglutaryl [HMG]- CoA- Colesterol reductase,

dimana peningkatan akan mengakibatkan peningkatan uptake

kolesterol dari darah ke hepar, sehingga sekresi kolesterol

mengalami peningkatan. Peningkatan enzim HMG-Koa-

reduktase ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti genetik,

makanan kaya kolesterol dan atau tinggi kalori, dan lainnya.

Selain itu, peningkatan sekresi kolesterol bisa disebabkan oleh

adanya inhibisi proses esterifikasi kolesterol oleh progesteron

pada masa kehamilan.

b. pengurangan sekresi asam empedu

Terjadi ketika terdapat peningkatan konversi asam kolat

menjadi asam deoksikolat. Hal ini terjadi karena peningkatan

proses hidroksilasi asam kolat dan peningkatan absorpsi asam

deoksikolat ke hati yang baru terbentuk. Peningkatan

deoksikolat inilah yang dapat mengakibatkan hipersekresi

kolesterol ke empedu.

Page 24: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

12

c. pengurangan sekresi lesitin / fosfotidilkolin

Prinsip kedua dalam pembentukan batu empedu adalah terjadinya

peningkatan nukleasi dari kristal kolesterol. Peningkatan kristal kolesterol

monohidrat ini bisa dihasilkan karena peningkatan faktor pronukleasi atau

dapat juga karena defisiensi faktor antinukleasi. Yang merupakan contoh

dari faktor pronuklease adalah musin kandung empedu, alpha-1

glycoproteinic acid, aminopeptidase N, immunoglobulin M and G,

haptoglobin, fibronectin and alpha-1 antichymotrypsin , sedangkan yang

termasuk faktor antinukleasi adalah Apo A-1 dan A-II , protein empedu, dan

immunoglobulin A. Nukleasi dan pertumbuhan kristal kolesterol

monohidrat terjadi di dalam lapisan gel musin, dimana vesikel fusi yang

merupakan kristal cair mengalami nukleasi menjadi kristal yang padat.

Pertumbuhan kristal ini terjadi oleh nukleasi langsung oleh molekul

kolesterol dari vesikel empedu jenuh unilamelar ataupun multilamelar.(19)

Prinsip terakhir dari pembentukan batu empedu adalah

hipomotilitas kandung empedu. Pasien yang memiliki presentasi tinggi

terkena batu empedu menunjukan abnormalitas pengosongan kandung

empedu. Suatu studi menunjukkan pada batu empedu terjadi peningkatan

volume kandung empedu selama puasa dan juga setelah makan (volume

residu), dan karena stimulasi kandung empedu tersebut maka terjadi

penurunan pengosongan empedu tersebut. Selain itu, kelainan pengosongan

kandung empedu dapat juga terjadi karena berkurangnya sekresi

kolesistokinin (CCK) yang dibebaskan sehingga mengakibatkan

berkurangnya asam lemak bebas yang dihasilkan, menyebabkan stimulus

kontraksi kandung empedu melemah.(20)

Dua kondisi lainnya yang menyebabkan pembentukan batu

kolesterol adalah kehamilan dan penurunan berat badan yang cepat melalui

diet sangat rendah kalori. Pada kehamilan terutama trimester 3 terjadi

peningkatan saturasi kolesterol.

Page 25: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

13

Gambar 2.2 Patogenesis Kolelitiasis di Kandung Empedu (Silbernagl, 2009)20

2.1.8 Gejala Klinis Batu Empedu

Berdasarkan gejala klinisnya, batu empedu dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu batu empedu asimtomatik, batu empedu simtomatik, dan

batu empedu dengan komplikasi (seperti kolesistitis akut, ikterus,

kolangitis, dan pankreatitis). Batu asimptomatik terjadi pada 60 – 80 %

pada penderita batu empedu secara keseluruhan, inilah yang membuat

diagnosis terlambat pada penderita. (1)

Gejala yang timbul dari batu empedu adalah nyeri kolik atau kolik

bilier. Nyeri terjadi karena terdapat obstruksi intermitten di abdomen

kuadran kanan atas atau epigastrium, dan dapat menyebar ke punggung

yaitu di region interskapular dan skapula kanan. Nyeri ini ditandai dengan

nyeri yang mengakibatkan perut mules, bersifat konstan atau stabil

(persisten) , derajat berat, durasi nyerinya bersifat lama yaitu sekitar 15 –

30 menit hingga beberapa jam, dan nyeri dimulai tiba tiba serta berhenti

atau mereda secara bertahap/cepat. Kolik bilier ini dapat dipicu oleh

makan makanan berlemak, bisa saat konsumsi besar setelah periode puasa

yang lama atau bisa saat konsumsi normal.(1)

Nyeri kolik bilier ini disebabkan karena batu yang menyumbat

duktus sistikus atau duktus biliaris komunis. Dimana sumbatan ini akan

mengakibatkan peningkatan tekanan intraluminal, dan juga peningkatan

kontraksi peristaltik dari saluran empedu. Dua hal inilah yang akan

menstimulasi persarafan sehingga menyebabkan nyeri visceral di daerah

Page 26: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

14

yang dihambat oleh batu empedu ini. Selain itu, kontraksi peristaltik dari

saluran empedu ini akan bersifat berulang, dimana empedu akan terus

merespon saluran empedu untuk terus melakukan kontraksi peristaltik

dengan guna mengeluarkan batu itu dari saluran empedu. Kontraksi yang

berulang ini bisa mengakibatkan distensi viskus saluran empedu yang

bahkan bisa mengakibatkan overdistensi, hal inilah yang akan

menstimulasi nervus vagal sehingga pada pasien batu empedu ditemukan

gejala mual dan muntah.(2)

Batu empedu yang berbentuk beraneka ragam (kecil maupun besar,

halus maupun kasar), terutama yang berbentuk kasar dan tajam, hal ini

dapat menimbulkan iritasi atau trauma pada epitel kandung atau saluran

empedu. Iritasi ini mengakibatkan pelepasan prostaglandin dan fosfolipase

A2 oleh epitel kandung atau saluran empedu. Fosfolipase ini akan

mengakibatkan pemecahan fosfotidilkolin menjadi lisolesitin.

Prostaglandin yang dilepaskan ini akan menstimulasi set point hipotalamus

yang akan mengakibatkan timbulnya gejala demam pada pasien batu

empedu.(20) Iritasi yang berkepanjangan pada kandung empedu ini dapat

mengakibatkan perforasi kandung empedu, dan juga dapat mengakibatkan

inflamasi yang dapat disebut oleh kolesistitis akut. Penyebab kolesistitis

akut ini biasanya karena terdapat infeksi bakteri, seperti Escherichia coli,

Klebsiella, Streptococcus spp., dan Clostridium spp. Gejala dari kolesistits

akut adalah nyeri memberat dan memanjang lebih dari 5 jam di perut

kanan atas, dapat disertai demam, mual, dan muntah. Pada PF, dapat

ditemukan nyeri tekan di perut kanan atas, dan juga Murphy’s Sign, yaitu

pasien merasakan nyeri pada inspirasi saat dilakukan palpasi di bawah

batas akhir kostae kanan. Pada pemeriksaan penunjang, sering

menyebabkan kelainan berupa leukositosis, dan dapat juga terjadi

kenaikan ringan faal hati dikarenakan dampak dari kompresi lokal pada

saluran empedu. Adapun patogenesis dapat terjadinya komplikasi

kolesistitis adalah akibat tertutupnya duktus sistikus oleh batu, sehingga

terjadi hidrops kandung empedu yang menyebabkan penambahan volume

atau edema kandung empedu. Dimana edema ini menyebabkan iskemi dari

Page 27: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

15

dinding kandung empedu yang dapat berkembang menuju nekrosis dan

perforasi. Awalnya kolesistitis hanya berupa peradangan steril, tetapi jika

dibiarkan dapat menjadi infeksi bakteri.(17) Selain itu, dapat juga timbul

kolangitis yaitu infeksi pada duktus hepatikus, dengan gejala ikterus

obstruktif, atau dapat juga terjadi pankreatitis apabila batu sudah

menyumbat di duktus pankreatikus.

Gambar 2.3 Klinis Batu Empedu berdasarkan letak dari batu empedu

(Wang, 2012)2

2.1.9 Diagnosis Radiologi pada batu empedu

Diagnosis radiologis untuk batu empedu kadang sangat dibutuhkan

untuk mengetahui seorang pasien terkena batu empedu atau tidak.

Pencitraan radiologis ini tidak hanya sebagai keperluan diagnosis, tetapi

juga dapat menjadi upaya terapi awal. Pencitraan radiologis digunakan

pada 2 daerah yaitu gallbladder (kandung empedu) dan saluran

empedu.(17)

A. Gallbladder

Untuk pencitraan di gallbladder sendiri dapat menggunakan 3

metode radiologi, yaitu: (1) Ultrasonography (USG), dimana

metode ini sangat efektif dalam menunjukkan kondisi dinding

dari kandung empedu, dimana hasil akan lebih akurat jika

pasien berpuasa sebelum melakukan pemeriksaan USG, (2) CT

Page 28: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

16

dan MRI, satu satunya pencitraan yang dapat menunjukkan

batu di dalam kandung empedu, (3) Scintigraphy , sangat

disarankan pada dugaan diagnosis kolesistitis akut. (17)

B. Saluran Empedu (bile duct)

Pencitraan dalam saluran empedu dapat menggunakan

beberapa metode, yaitu: (1) USG, metode yang sering dipilih,

dimana apabila pada gambaran USG terlihat dilatasi duktus

biliaris (>5-7 mm) maka kemungkinan besar terdapat obstruksi

pada saluran empedu, (2) CT Scan, contohnya bisa

menggunakan CT-cholangiography, (3) Magnetic resonance

cholangiopancreatography (MRCP), akurat untuk melihat batu

di duktus biliaris terutama yang berukuran >6mm, (4)

Endoscopic Ultrasound (EUS), untuk membedakan

penyempitan benign/maligna pada duktus biliaris, (5) Oral

Cholecystography (OCG) and Intravenous cholangiography,

jarang digunakan, (6) Scintigraphy, (7) Endoscopic retrograde

cholangiopancreatography (ERCP) juga merupakan salah satu

standar yang juga digunakan sebagai diagnosis pada batu

saluran empedu, dan juga sering dijadikan sebagai salah satu

prosedur terapi utama pada batu empedu. (8) Percutaneous

transhepatic cholangiography (PTC). 2 metode yang terakhir

merupakan metode yang sangat berisko untuk timbul

komplikasi seperti peradangan, bleeding, perforasi, ataupun

lainnya.(17)

2.1.10 Tatalaksana Penyakit batu empedu

Batu Empedu dapat dicegah dengan perbaikan gaya hidup, yaitu

dengan mengurangi pemasukan kalori total. Selain itu, dapat diberikan

juga terapi pencegahan pembentukan batu empedu pada pasien yang

berisiko tinggi, maka dapat diberikan ursodeoxycholic acid (UDCA)

dengan dosis 10 – 15 mg/KgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/ hari secara

oral. UDCA ini bekerja dengan mengurangi saturasi kolesterol di empedu,

Page 29: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

17

menstimulasi produksi kristal lamelar cair pada empedu sehingga akan

terjadi dispersi kolesterol, dan juga mengurangi nukleasi kristal kolesterol.

Obat ini juga dapat di indikasi pada batu empedu dengan ukuran <10 mm,

obat diberikan sampai batu berukuran sekitar kurang dari <5 mm, dan

kurang efektif jika diberikan pada batu dengan ukuran >15 mm. (19)

Pada batu empedu simtomatik, untuk mengatasi keluhan kolik

bilier, dapat diberikan terapi emergensi dengan 2 pilihan obat, yaitu

spasmolitik, atau golongan NSAID (seperti diklofenak 75 mg IM, atau

metamizol 1 gram IV).

Rekomendasi kolesistektomi pada pasien batu empedu

berhubungan dengan 3 faktor yaitu: (16)

(1) munculnya gejala yang bisa melihat keluhan pasien ringan atau

berat yang berhubungan dengan aktivitas rutinnya,

(2) munculnya komplikasi batu empedu (seperti riwayat kolesistitis

akut atau kronik, pankreatitis, atau fistula kandung empedu),

(3) terdapat penyakit yang mendasari yang dapat meningkatkan

risiko komplikasi batu empedu.

Indikasi lainnya dari kolesistektomi adalah apabila diameter batu

empedu berukuran >3 cm dan apabila menderita batu empedu kongenital.

Kolesistektomi dengan laparaskopi adalah pendekatan terapi untuk

pengangkatan kandung empedu bersamaan dengan batunya, dimana terapi

ini sekarang merupakan terapi pilihan untuk batu empedu simtomatik.

Dikatakan pilihan, karena kolesistektomi dengan laparoskopi mempunyai

tingkat penyembuhan lebih cepat dan waktu di rumah sakit lebih cepat jika

dibandingkan dengan kolesistektomi terbuka. Batu empedu asimtomatik

dengan belum munculnya komplikasi batu empedu maka tidak di

indikasikan melakukan kolesistektomi, kecuali jika diameter batu sudah

lebih dari > 3 cm, maka boleh dilakukan kolesistektomi karena ditakutkan

akan menjadi kanker kandung empedu.(8)

Page 30: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

18

2.1.11 Komplikasi Batu Empedu

Komplikasi dari batu empedu yang cukup sering adalah kolesistitis.

Kurang lebih 15% pasien dengan batu simtomatik mengalami kolesistitis

akut. Komplikasi lain dapat timbul akibat batu yang berpindah-pindah.

Komplikasi yang dapat timbul ialah kolangitis, dan pankreatitis akut. Pada

Kolangitis akut dapat dikenal gejala Trias Charcot, terdiri dari nyeri

persisten, demam dan ikterus. Diagnosis dini dari komplikasi ini adalah

dengan USG atau MRCP. Terapinya mencakup terapi suportif dan

kolesistektomi (apabila sudah gawat darurat). (17)

2.1.12 Prognosis Batu empedu

Prognosis kolelitiasis dengan pengobatan adalah baik. Tingkat

mortalitas setelah terapi bedah adalah kurang dari 0,1%. Seringkali,

setelah kolesistektomi pasien mengeluh nyeri persisten atau rekurens, yang

biasa disebut “sindrom post-kolesistektomi”. Bila sudah timbul komplikasi

berupa kolesistitis akut, maka prognosis bisa menjadi dubia atau malam,

bahkan tingkat mortalitas dapat lebih dari >50%. Kolesistitis tanpa

kolesistektomi tingkat kekambuhannya sekitar 60% selama 6 tahun. (21)

2.2 Dislipidemia

2.2.1 Sintesis Kolesterol di Hepar

Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan merupakan komponen

struktural esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma.

Senyawa ini disintesis di jaringan dari asetil koA, dan merupakan

prekursor dari beberapa hal, seperti kortikosteroid, hormon seks, dan asam

empedu. LDL Plasma berguna untuk membawa kolesterol dan ester

kolesterol ke banyak jaringan, sedangkan HDL plasma membawa

kolesterol bebas dari jaringan untuk diangkur ke hati.

Biosintesis kolesterol dibagi menjadi 5 tahap: (1) Biosintesis

mavelonat, berawal dari asetil KoA yang diubah menjadi asetoasetilKoA

dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase menjadi mevalonat, sintesis

HMG-KoA reduktase ini sendiri dihambat oleh mavelonat dan kolesterol.

Page 31: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

19

(2) Pembentukan unit isoprenoid, terjadi fosforilasi mevalonat menjadi

isopentenil difosfat. (3) Enam unit isoprenoid membentuk skualen. (4)

Pembentukan lanosterol, setelah melalui proses oksidase dan proses

dengan enzim oksidoskualen maka terbentuk lanosterol. (5) Pembentukan

kolesterol, lanosterol berubah menjadi zimosterol, lalu menjadi

desmosterol dan mengalami proses reduksi menjadi kolesterol.

Peningkatan kolesterol sel dapat terjadi karena penyerapan lipoprotein

yang mengandung kolesterol oleh reseptor (contoh Reseptor LDL),

penyerapan kolesterol bebas dari lipoprotein ke membrane sel, atau

hidrolisis ester kolesteril oleh enzim. Sedangkan penurunan kolesterol sel

dapat terjadi karena efluks kolesterol dari membran ke HDL, atau dapat

juga karena pemakaian kolesterol untuk steroid/asam empedu/lainnya. (22)

Gambar 2.4 Sintesis Kolesterol di Jaringan (Marks, 2010)22

Dalam makanan terkandung ester kolesterol, yang nantinya akan

dihidrolisis menjadi kolesterol dan diserap oleh usus, dan mengalami

esterifikasi dengan asam lemak rantai panjang di mukosa usus. Sebagian

besar kolesterol disalurkan ke hati dalam bentuk chylomicron remnants,

dan sisanya disekresikan oleh hati dalam bentuk VLDL, lalu menjadi IDL,

Page 32: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

20

dna akhirnya LDL yang diserap oleh reseptor LDL di hati dan jaringan

ekstrahepatik.

Asam empedu primer disintesis di hati dari kolesterol, dalam

bentuk asam kolat dan asam kenodeoksikolat. 7α-hidroksilase pada

kolesterol adalah tahap regulatorik pertama dan terpenting dalam

biosintesis asam empedu dan dikatalisis oleh kolesterol 7α-hidroksilase.

Asam empedu primer maupun sekunder diserap semata-mata di ileum, hal

ini disebut sirkulasi enterohepatik. Untuk lebih jelasnya, biosintesis asam

empedu dapat dilihat pada gambar 2.5 (23)

Gambar 2.5 Biosintesis dan Penguraian Asam Empedu (Murray, 2013)23

2.2.2 Definisi Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai

dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam darah.

Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar

Page 33: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

21

kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta penurunan

kolesterol HDL.(24)

Agar lipid dapat larut dalam darah, molekul lipid harus terikat

dengan molekul protein. Senyawa lipid dengan molekul protein dikenal

sebagai lipoprotein. Terdapat lima jenis lipoprotein yaitu kilomikron, very

low density lipo protein (VLDL), intermediate density lipo protein (IDL),

low-density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Dari

total serum kolesterol, kolesterol LDL berkontribusi 60-70 %, mempunyai

apolipoprotein yang dinamakan Apo B-100 (apo B). Kolesterol LDL

merupakan lipoprotein aterogenik utama, dan dijadikan target utama untuk

penatalaksanaan dislipidemia. Kolesterol HDL berkontribusi pada 20-30%

dari total kolesterol serum. Apolipoprotein utamanya adalah Apo A-1 dan

Apo A-II.(25)

Tabel 2.2 Jenis lipoprotein, apoprotein, dan kandungan lipid (Arsana, 2015)25

Jenis

Lipoprotein

Jenis

Apoprotein

Kandungan Lipid (%)

Trigliserida Kolesterol Fosfolipid

Kilomikron Apo B-48 80-95 2-7 3-9

VLDL Apo B-100 55-80 5-15 10-20

IDL Apo B-100 20-50 20-40 15-25

LDL Apo B-100 5-15 40-50 20-25

HDL Apo A-1 dan

Apo A-2

5-10 15-25 20-30

2.2.3 Epidemiologi Dislipidemia

Data dari American Heart Association tahun 2014 memperlihatkan

prevalensi dari berat badan berlebih dan obesitas pada populasi di Amerika

adalah 154.7 juta orang yang berarti 68.2 % dari populasi di Amerika

Serikat yang berusia lebih dari 20 tahun. Populasi dengan kadar kolesterol

≥ 240 mg/dl diperkirakan 31.9 juta orang (13.8 %) dari populasi.

Data di Indonesia yang diambil dari riset kesehatan dasar nasional

(RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan ada 35.9 % dari penduduk

Page 34: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

22

Indonesia yang berusia ≥ 15 tahun dengan kadar kolesterol abnormal

(berdasarkan NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl) dimana

perempuan lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan lebih banyak dari di

pedesaan. Data RISKESDAS juga menunjukkan 15.9 % populasi yang

berusia ≥ 15 tahun mempunyai proporsi LDL yang sangat tinggi (≥ 190

mg/dl), 22.9 % mempunyai kadar HDL yang kurang dari 40 mg/dl, dan

11.9% dengan kadar trigliserida yang sangat tinggi (≥ 500 mg/dl).(24)

2.2.4 Klasifikasi Dislipidemia

Berdasar patologiknya, dislipidemia digolongkan menjadi 2,

1) Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer adalah dislipidemia akibat kelainan

genetik. Terdapat 2 jenis yaitu kategori sedang dan berat.

Dislipidemia sedang dapat disebabkan karena hiperkolesterolemia

poligenik dan dislipidemia kombinasi familial. Dislipidemia berat

umumnya disebabkan karena hiperkolesterolemia familial,

dislipidemia remnant, dan hipertrigliseridemia primer.

2) Dislipidemia Sekunder

Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat

suatu penyakit lain misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik,

diabetes melitus, dan sindrom metabolik. Penyebab dari

dislipidemia sekunder sendiri adalah:(25)

a. Diet. Mengkonsumsi makanan berkalori tinggi, lemak

saturasi tinggi bahkan seorang yang anoreksia dapat

menimbulkan peningkatan kolesterol LDL. Selain itu,

makanan rendah lemak dapat juga menimbulkan

penurunan kolesterol HDL.

b. Obesitas

c. Diabetes Mellitus

d. Hipotiroidism. Biasa terjadi genetik, dimana akan berefek

kepada penurunan sintesis reseptor LDL di hepar.

Page 35: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

23

e. Penyakit ginjal kronik. Terdapat peningkatan kreatinin

klirens disertai dengan hipertrigliseridemia dan penurunan

kolesterol HDL.

f. Penyakit Sirosis hepar, meningkatkan trigliserida dan LDL

g. Cushing Syndrome. Efek glukokortikoid berlebih dapat

mengakibatkan peningkatan VLDL dan

hipertrigliseridemia.

h. Lipodistrofi

i. Obat- obatan, seperti -blocker (terutama yang non-

kardioselektif), diuretic thiazide, estrogen eksogen,

glukokortikoid, isotretinoin, dan golongan inhibitor

protease.

j. Kehamilan. Pada trimester dua terjadi peningkatan

kolesterol, dan juga pada pertengahan trimester tiga terjadi

peningkatan kolesterol LDL diikuti dengan trigliserida.

2.2.5 Pemeriksaan laboratorium pada dislipidemia

Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam

menegakkan diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan:

kadar kolesterol total , kolesterol LDL , kolesterol HDL , dan trigliserida

plasma. Untuk pemeriksaan trigliserida membutuhkan puasa 12 jam

sebelum pengambilan darah, begitu juga dengan kolesterol LDL.

Sedangkan untuk kolesterol total dan kolesterol HDL dapat dilakukan

dalam keadaan tidak puasa.(26)

Page 36: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

24

Tabel 2.3 Interpretasi kadar lipid plasma berdasarkan NECP (National Cholesterol

Education Program) (Sosialine, 2011)26

Profil Lipid Nilai Laboratorium Kesimpulan Interpretasi klinis

Kolesterol

Total

<200 mg/dl Normal

-

200-239 mg/dl Borderline

>240 mg/dl Tinggi

Kolesterol

LDL

<100 mg.dl Optimal

100-129 mg/dl Mendekati optimal

130-159 mg/dl Borderline

160-189 mg/dl Tinggi Dapat terjadi pada

hiperlipidimia

bawaan atau pada

penyakit jantung

koroner. Dan DM

>190 mg/dl Sangat tinggi

Trigliserida <150 mg/dl optimal

150-199 mg/dl Borderline

200-499 mg/dl Tinggi Dapat terjadi pada

anoreksia nervosa,

obstruksi bilier,

DM,

hiperproteinemia,

obat steroid

>500 mg/dl Sangat tinggi

Kolesterol

HDL

<40 mg/dl Rendah Sirosis hepar, DM,

dll

>60 mg/dl tinggi Pengguna steroid

Page 37: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

25

2.2.6 Terapi untuk Dislipidemia

Pengelolaan pasien dislipidemia terdiri dari terapi non

farmakologis dan farmakologis. Dianjurkan untuk memulai terapi non

farmakologis terlebih dahulu selama kurang lebih 3 bulan, baru jika belum

ada atau minimal perbaikan, maka tambahkan terapi farmakologi yaitu

obat penurun lipid. Terapi non farmakologis meliputi perubahan gaya

hidup, yang terdiri dari:

a. Aktivitas Fisik. Meliputi program latihan yang mencakup

setidaknya 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang

(menurunkan 4 – 7 kkal/menit), 4 – 6 kali/minggu, dengan

pengeluaran minimal 200 kkal/hari. Latihan yang disarankan

adalah jalan cepat, sepeda statis ataupun berenang.

b. Terapi Nutrisi. Diet rendah kalori yang terdiri dari buah-

buahan dan sayuran (≥ 5 porsi/hari), biji-bijian (≥ 6 porsi/hari),

ikan dan daging tanpa lemak. Batasi asupan lemak jenuh, lemak

trans dan kolesterol. Makronutrien yang menurunkan kadar LDL-

Kolesterol harus mencakup tanaman sterol (2 gram/hari) dan serat

larut air (10 – 25 gram/hari). (27)

c. Merokok. Karena merokok memiliki efek negatif pada

HDL-Kolesterol dan trigliserida. Berhenti rokok minimal 30 hari

dapat meningkatan HDL-Kolesterol secara signifikan. (28)

Page 38: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

26

Tabel 2.4 Pengaruh perubahan gaya hidup terhadap kadar lipid

(Reiner, 2011)27

Pengaruh perubahan gaya hidup terhadap penurunan

kolesterol total dan LDL

Mengurangi diet lemak jenuh +++

Mengurangi diet lemak trans +++

Meningkatkan asupan serat ++

Mengurangi diet kolesterol ++

Konsumsi makanan mengandung fitosterol +++

Pengaruh perubahan gaya hidup terhadap penurunan

trigliserida

Menurunkan berat badan +++

Mengurangi asupan alcohol +++

Mengurangi asupan mono dan disakarida +++

Diet rendah karbohidrat ++

Pengaruh perubahan gaya hidup terhadap peningkatan

HDL

Mengurangi asupan lemak trans +++

Meningkatkan aktivitas fisik +++

Terapi farmakologi dari dyslipidemia berupa obat penurun lipid.

Macam macam obat penurun lipid dapat dilihat pada gambar 6. Terdapat

beberapa golongan dari obat penurun lipid ini, yaitu:

a. Bile Acid Sequestrans (Golongan Resin)

Bekerja mengikat asam empedu di usus halus, sehingga asam

empedu yang dikembalikan ke hati akan menurun, lalu akan

menstimulasi pemecahan kolesterol darah menjadi asam empedu,

hal inilah yang akan menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Terdapat 2 sediaan yaitu kolestiramin 8 – 16 gr/hari dan kolestipol

10 – 20 gr/hari ,

b. HMG-KoA Reduktase Inhibitor (Golongan Statin)

Page 39: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

27

Menghambat enzim HMG-CoA Reduktase sehingga akan

menurunkan sintesis kolesterol di hati, dimana akan menurunkan

sintesis Apo B100. Selain itu, akan berefek juga ke peningkatan

reseptor LDL di permukaan hati, menyebabkan LDL-Kolesterol

dalam darah akan ditarik ke hati. Dua hal ini akan menurunkan

kadar LDL-Kolesterol dalam darah.(29) Adapun klasifikasi dan

sediaan statin dapat dilihat di gambar 2.7

Tabel 2.5 Klasifikasi statin menurut ACC/AHA 2013 (Tone, 2013)29

Statin high intensity Statin moderate intensity Statin low intensity

Menurunkan kolesterol

LDL >50%

Menurunkan kolesterol

LDL 30 – 50%

Menurunkan kolesterol

LDL <30%

Atorvastatin 40-80 mg

Rosuvastatin 20-40 mg

Atorvastatin 10-20 mg

Rosuvastatin 5-10 mg

Simvastatin 20-40 mg

Lovastatin 40 mg

Simvastatin 10 mg

Lovastatin 20 mg

Fluvastatin 20-40 mg

c. Derivat Asam Fibrat

Bekerja dengan mengaktifkan lipoprotein lipase sehingga akan

memecahkan trigliserida dalam darah, yang akan membuat

penurunan kadar trigliserida dalam plasma. Selain itu, obat ini juga

meningkatkan kadar HDL-Kolesterol dengan meningkatkan

Apoprotein A-1 dan A-II. Sediaan obat golongan ini yang tersedia

di Indonesia adalah Gemfibrozil 600 – 1200 mg dan fenofibrat 160

mg.(30)

d. Asam Nikotinik

Bekerja dengan menghambat enzim hormon sensitif lipase di

jaringan adipose sehingga mengurangi asam lemak bebas. Dari

penurunan asam lemak bebas ini, akan berefek ke penurunan

sintesis VLDL di hati dan mempengaruhi ke kadar LDL-Kolesterol

dan trigliserida di serum yang juga akan menurun. Obat ini bisa

juga meningkatkan kadar HDL-Kolesterol. Salah satu sediaannya

Page 40: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

28

adalah niasin, dimana dosisnya mulai dari dosis rendah lalu

ditingkatkan (dari 50-100 mg, ditingkatkan 1 – 2,5 gram 3 kali

pemberian)(31)

e. Ezatimibe

Bekerja di usus halus dengan menurunkan absorpsi kolesterol

di usus halus, sering dikombinasikan dengan golongan penurun

lipid lainnya seperti golongan statin. Sediaan obatnya adalah 10

mg/hari.

f. Asam Lemak Omega 3 (Minyak Ikan)

Menurunkan sintesis VLDL dan kadang juga kolesterol.

Tabel 2.6 Obat obat hipolipidemik (Merz, 2009)31

Golongan

obat

Efek terhadap

lipid Efek samping Kontraindikasi

Statin LDL < 18-55%

HDL > 5-15%

TG < 7-30%

Miopati,

peningkatan

enzim hati

Penyakit hati akut atau

kronik

Bile acid

sequestrant

LDL < 15-30%

HDL > 3-5%

Gangguan

pencernaan,

konstipasi

TG>400 mg/dl

Disbetalipoproteinemia

Asam

nikotinat

LDL < 5-25%

HDL > 15-35%

TG < 20-50%

Flushing,

hiperglikemia,

hiperurisemia

Penyakit liver kronik,

penyakit gout yang

berat

Fibrat LDL < 5-20%

HDL >10-20%

TG < 20-50%

Dispepsia,

batu empedu,

miopati

Penyakit ginjal dan

hati yang berat

2.2.7 Hubungan Dislipidemia dengan Batu Empedu

Sekitar setengah dari pasien batu empedu akan mempunyai sebuah

profil lipid abnormal. Ketika konsentrasi kolesterol melebihi kelarutan

kapasitas empedu, kolesterol tidak akan tersebar dan bernukleasi menjadi

kristal monohidrat kolesterol padat. 3 kondisi yang membuat pembentukan

Page 41: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

29

batu empedu kolesterol adalah supersaturasi empedu oleh kolesterol,

nukleatif aktif yang cepat, dan kristal kolesterol berada di kandung

empedu dalam cukup lama sehingga beragregasi menjadi sebuah batu.

Selain itu, stasis kandung empedu memegang peran penting dalam

pembentukan dan pertumbuhan batu.

Pada sebuah penelitian Bikha Ram et al di Pakistan tahun 2010,

dari 72 pasien, ditemukan 81% pasien batu empedu mengalami

dislipidemia.(4) Selain itu juga, pada penelitian Ajaz Malik et al di India

tahun 2011, dari 73 pasien batu empedu, terdapat 76,7% yang memiliki

abnormalitas fungsi lipid atau mengalami dislipidemia.(5)

Studi eropa terbaru menunjukkan bahwa hipertrigliseridemia,

hiperkolesterolemia, dan level HDL yang rendah adalah hal yang biasa

ditemukan pada pasien kolelitiasis. Di sebuah jurnal penelitian disebutkan

bahwa pada preoperative (masa sebelum operasi), 80% wanita dan 70%

pria penderita batu empedu mempunyai data profil lipid yang abnormal.

Yang paling khas adalah hiperkolesterolemia (80% pada wanita dan

71,42% pada pria penderita batu empedu mengalami peningkatan

kolesterol), diikuti oleh hipertrigliseridemia (44,4 % pada wanita dan

39,28% pada pria penderita batu empedu mengalami peningkatan level

trigliserida). Studi tersebut juga menyebutkan peningkatan profil lipid ini

akan menurun mulai dari hari ke-3 post-operative kolesistektomi, dan akan

terus turun hinggal 6 bulas pasca kolesistektomi. Hal ini dapat dikarenakan

perubahan sirkulasi enterohepatik.(5)

Tabel 2.7 Proporsi profil lipid pada preoperasi kolesistektomi (Malik, 2011)5

Lipid Profile Female Male

Cholesterol > 5 mmol/L 36/45 (80%) 20/28 (71,42%)

Triglycerides >1,92 mmol/L 20/45 (44,4%) 11/28 (39,28%)

HDL Cholesterol > 1 mmol/L 5/45 (11,11%) 5/28 (17,85%)

LDL Cholesterol > 3 mmol/L 10/45 (22,22%) 3/28 (10,71%)

Page 42: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

30

2.3 Diabetes mellitus

2.3.1 Definisi dan Epidemiologi Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus (DM) tipe 2, menurut American Diabetes

Association (ADA) adalah kumpulan gejala yang ditandai oleh

hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan

sekresi insulin atau kedua-duanya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013, terjadi peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi

2,1% (2013). Proporsi penduduk ≥15 tahun dengan diabetes melitus (DM)

adalah 6,9%. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM tipe 2

di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada

tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation

(IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM

dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030.

Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya

menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3

kali lipat pada tahun 2030.(32)

2.3.2 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2

Patogenesis DM Tipe 2 disebabkan oleh delapan hal (omnious

octet) , yaitu sebagai berikut:(33)

a) kegagalan sel beta pancreas

Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel beta

sudah sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui

jalur ini adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4

inhibitor .

b) Liver

Pada DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang akan memicu

glukoneogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal

oleh liver (hepatic glucose production) meningkat.

c) Otot

Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin

yang multipel di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin

Page 43: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

31

sehingga timbul gangguan transport glukosa dalam sel otot,

penurunan sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. d) Sel lemak

Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,

menyebabkan peningkatan proses lipolisis dan kadar asam lemak

bebas dalam plasma. Peningkatan FFA akan merangsang proses

glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan

otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang

disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoksisitas. e) Usus

Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar

dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal

sebagai efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1

(glucagon-like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent

insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory

polypeptide). Pada penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi GLP-

1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera

dipecah oleh keberadaan enzim DPP-4, sehingga hanya bekerja

dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat kinerja

DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencern juga mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui

kinerja ensim alfa-glukosidase yang memecah polisakarida menjadi

monosakarida yang kemudian diserap oleh usus dan berakibat

meningkatkan glukosa darah setelah makan.

f) Sel alfa pankreas

Sel alfa berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan

puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini

menyebabkan HGP dalam keadaan basal meningkat secara

signifikan dibanding individu yang normal. g) Ginjal

Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan

puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali

Page 44: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

32

melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-Transporter) pada

bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan di

absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan

asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada

penderita DM terjadi peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang

menghambat kinerja SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan

kembali glukosa di tubulus ginjal sehingga glukosa akan

dikeluarkan lewat urine. (34)

h) Otak

Pada individu yang obes baik yang DM maupun non-DM,

didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme

kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan

makanan justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang

juga terjadi di otak.

Gambar 2.6 Organ yang Berperan dalam hiperglikemia pada DM Tipe 2 (DeFronzo, 2009)34

2.3.3 Gejala Klinis Diabetes Mellitus

Pada pasien diabetes mellitus, terdapat 2 keluhan yaitu keluhan

klasik DM dan keluhan lainnya. Adapun keluhan klasik DM merupakan

gejala khas dari DM, yang bila ada keluhan tersebut maka kemungkinan

DM dapat ditegakkan. Keluhan klasik DM tersebut adalah:(35)

a) Polifagi (banyak makan ). Disebabkan karena menurunnya

intake glukosa ke dalam jaringan, sehingga menstimulasi pusat

lapar yang membuat pasien akan banyak makan.

Page 45: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

33

b) Poliuria. Disebabkan karena glokosa dalam urin yang banyak,

sehingga menarik air ke lumen tubulus ginjal

c) Polidipsi. Disebabkan karena respon dehidrasi karena

kehilangan banyak cairan terutama melalui urin

d) Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya. Disebabkan

karena lipolisis dan proteolisis yang meningkat

Sedangkan keluhan lainnya dari DM timbul ketika sudah timbul

beberapa komplikasi DM seperti neuropati yang menimbulkan rasa

kesemutan, retinopati yang menimbulkan keluhan penglihatan kabur,

disfungsi ereksi atau pruritus vulvae, dan luka yang sulit sembuh.

2.3.4 Diagnosis Laboratorium pada Diabetes mellitus

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa

darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan

glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan

hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan

glukosa darah kapiler dengan glukometer.(32)

Adapun kriteria diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium glukosa adalah: (33)

1) pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa

adalah kondisi tidak adanya asupan kalori minimal 8 jam,

atau

2) Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75

gram, atau

3) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan

keluhan klasik, atau

4) Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode

yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin

Standarization Program (NGSP)

Page 46: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

34

Tabel 2.8 Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis daibetes dan prediabetes

(Soelistijo, 2015)33

Klinik HbA1c (%) Glukosa Darah

Puasa (mg/dl)

Glukosa plasma 2

jam setelah TTGO

(mg/dl)

Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 ≥ 200

Pre Diabetes 5,7 – 6,4 100- 125 140 – 199

Normal <5,7 <100 <140

2.3.5 Komplikasi pada Diabetes mellitus

Komplikasi dari diabetes mellitus sendiri terdiri dari beberapa

golongan yaitu:(24)

a. Komplikasi akut. Terdiri dari ketoasidosis diabetik,

hyperosmolar non ketotik dan hipoglikemia

b. Komplikasi kronik. Terdiri dari makroangiopati, pembuluh

darah jantung (pembuluh besar dan coroner), pembuluh

darah perifer, dan pembuluh darah otak

c. Mikroangiopati . terdiri dari nefropati dan retinopati

diabetik.

d. Penyakit Neuropati

e. Lainnya, seperti kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetic

dan disfungsi ereksi

2.3.6 Hubungan Diabetes melitus dengan batu empedu

Suatu studi menyebutkan bahwa morbiditas pasien batu empedu

pada grup diabetes lebih tinggi yaitu 21 persen dibandingkan dengan grup

non diabetes yang hanya 9 persen. Beberapa penelitian di India

menunjukkan prevalensi batu empedu dengan diabetes melitus sebesar

12,77%. Tahun 2005, terdapat 31% pasien batu empedu asimtomatik

dengan diabetes melitus tipe 2. Dan terakhir pada 2008. Pasien diabetes

melitus dengan gambaran batu empedu pada USG sebesar 29%.(7)

Page 47: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

35

Pasien diabetes meningkatkan risiko pembentukan batu empedu,

melalui 2 mekanisme. (1) Peningkatan sintesis kolesterol total di tubuh

yang memudahkan pembentukan batu kolesterol, (2) Pasien diabetes

memiliki kandung empedu lebih besar dengan kemungkinan penurunan

motilitas yang meningkatkan pembentukan Kristal kolesterol. Batu

empedu pada diabetes mellitus tipe II lebih bersaturasi di banding pada

diabetes mellitus tipe I. Faktor utama kontraksi kandung empedu adalah

stimulasi nervus vagus dan hormone kolesistokinin (CCK). Kemampuan

motilitas atau pengosongan kandung empedu yang berkurang

(hipomotilitas kandung empedu) pada pasien DM berhubungan dengan

komplikasi neuropati diabetik yang menyerang saraf autonom, yang lebih

dikenal dengan gastroparesis diabetik.(36) Dimana pasien DM dengan

neuropatik autonom memiliki CCK yang sedikit atau pengeluaran CCK

yang berkurang, sehingga menyebabkan kontraktilitas kandung empedu

berkurang.(37)

2.4 Pandangan dokter muslim terhadap batu empedu

Sebagaimana yang kita tahu bahwa salah satu yang menyebabkan batu

empedu adalah pola makan berlebih yang tinggi kolesterol, oleh karena itu salah

satu pencegahannya dengan melakukan modifikasi gaya hidup. Hal ini juga

dijelaskan pada QS. Al A’raaf ayat 31 yang artinya sebagai berikut :

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap

(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh,

Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan “ (Al A’raaf : 31)

Dari ayat diatas, dapat kita ketahui bahwa Allah tidak menyukai hambanya

yang berlebih-lebihan terutama saat makan. Oleh karena itu, kita sebagai

hambanya janganlah berlebihan ketika makan agar terhindar dari segala penyakit.

Sebagai contoh, ketika kita berlebihan dalam memakan makanan berlemak, maka

dapat timbul obesitas, dislipidemia ataupun DM, yang sebagaimana kita tahu

ketiga hal ini merupakan faktor risiko dari batu empedu.

Page 48: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

36

2.5 Kerangka Teori

2.6 Kerangka Konsep

Dislipidemia Diabetes Mellitus

Batu Empedu

Page 49: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

37

2.7 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara pengukuran Skala

1 Batu Empedu partikel keras

yang berkembang

di dalam kandung

atau saluran

empedu

Rekam Medis

dan data

radiologis

(USG

abdominal)

Data dari rekam medis

mulai dari anamnesis,

pemeriksaan fisik,

pemeriksaan lab jika

ada, hasil USG

abdominal, atau sudah

menjalani operasi

kolesistektomi

Nominal

(Ya atau

tidak)

2 Dislipidemia Kelainan

metabolisme lipid

yang ditandai

dengan

peningkatan

maupun

penurunan fraksi

lipid dalam

dalam, dimana

mencakup

kenaikan kadar

kolesterol total,

kolesterol LDL

dan trigliserida,

serta penurunan

kolesterol HDL

Rekam Medis

dan Data

Laboratorium

Berdasarkan

anamnesis yang

memiliki riwayat

dislipidemia dan juga

berdasarkan data nilai

kolesterol darah,

trigliserida, LDL, dan

HDL yang diambil

dari laboratorium

pemeriksaan profil

lipid darah

-Kolesterol Total

Meningkat: ≥ 200

mg/dl

-Trigliserida

Meningkat: ≥ 150

mg/dl

-Kolesterol LDL

Meningkat: ≥ 100

mg/dl

-Kolesterol HDL

Menurun: <40 mg/dl

Nominal

(dislipidemia

atau tidak

dislipidemia)

Normokolest

erol atau high

kolesterol

LDL Normal

atau High

LDL

HDL Normal

atau Low

HDL

TG<150 atau

TG>150

Page 50: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

38

3 Diabetes

Melitus

kumpulan gejala

yang ditandai

oleh

hiperglikemia

akibat defek pada

kerja insulin

(resistensi insulin)

dan sekresi

insulin atau

kedua-duanya

Rekam Medis

dan data

Laboratorium

Berdasarkan

anamnesis berupa

riwayat DM

sebelumnya atau juga

gekala klinis trias DM

(polyuria, polidipsi,

polifagi) dan dari hasil

laboratorium yang

menunjukkan nilai

glukosa darah puasa

Peningkatan : ≥ 126

mg/dl

Normal : <126 mg/dl

atau

Glukosa darah

sewaktu

Peningkatan : ≥ 200

mg/dL

Normal: <200 mg/dL

atau

Glukosa darah 2 jam

post-prandial

Peningkatan: ≥ 200

mg/dL

Normal: < 200 mg/dL

Nominal

(DM atau

tidak DM)

Page 51: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

39

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik dengan

pendekatan cross-sectional untuk mengetahui proporsi riwayat dislipidemia dan

diabetes melitus pada penderita batu empedu.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan di RSUP Fatmawati.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Target

Pasien dengan diagnosis menderita batu empedu di RSUP Fatmawati dari

2015 – 2016 .

3.3.2 Populasi Terjangkau

Pasien yang terdiagnosis menderita batu empedu di RSUP Fatmawati dari

2015 – 2016, dengan dislipidemia dan diabetes melitus yang dilihat dari riwayat

pada anamnesis dan pada pemeriksaan laboratorium yang mendukung

3.3.3 Besar Sampel

Dari rumus menentukan besar sampel berikut :

𝑛𝑛 = 𝑍𝑍𝑍𝑍2.𝑃𝑃.𝑄𝑄

𝑑𝑑2

keterangan :

n = jumlah sampel

Z = nilai Z pada derajat kemaknaan

α = level signifikan

P = prevalensi batu empedu pada penelitian sebelumnya

= 76,7% prevalensi batu empedu dengan dislipidemia di Pakistan

= 29% prevalensi batu empedu dengan diabetes melitus di India

Q = 1 – P

Page 52: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

40

d = kesalahan prediksi yang masih bisa diterima (presisi)

Maka dapat ditentukan besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian

adalah :

𝑛𝑛 = (1,96)2. (0,767). (0,233)

(0,1)2

= (3,8416). (0,1787)

0,01

= 0,6865

0,01

= 69 sampel

atau,

𝑛𝑛 = (1,96)2.(0,29).(0,71)(0,1)2

= (3,8416). (0,2059)

0,01

= 0,7909

0,01

= 79 sampel

Dari kedua rumus besar sampel diatas, maka peneliti mengambil sampel

berjumlah 79 sampel yang digunakan dalam penelitian.

3.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Pasien dewasa dengan usia 18 – 65 tahun yang menderita batu empedu

dengan atau tanpa komplikasi

Page 53: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

41

2. Pasien batu empedu yang menjalani rawat jalan ataupun rawat inap

3. Pasien batu empedu yang memiliki dislipidemia dengan abnormalitas

lipid darah lebih dari satu

4. Pasien batu empedu yang memiliki diabetes melitus

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Pasien dengan status gizi obesitas

3.5 Cara Kerja Penelitian

1. melaksanakan persiapan penelitian (menentukan pembimbing,

menentukan judul, dan membuat proposal)

2. Melakukan survei ke tempat penelitian di RSUP Fatmawati

3. Mengurus perizinan penelitian di RSUP Fatmawati

4. Mengambil data berupa rekam medis dan data laboratorium terkait

5. Melakukan pengolahan data

6. Menampilkan hasil dari pengolahan data

3.6 Analisis Data

Data dalam penelitian ini di gambarkan dengan metode deskriptif kategorik

menggunakan aplikasi SPSS 2.4 dengan melihat gambaran pada pasien batu

empedu berupa Nama, Kategori umur, jenis kelamin, BB, TB, IMT, Hasil

Rontgen atau USG, dan juga data laboratorium yang mencakupi GDP, GDS,

GD2PP, HDL, LDL, kolesterol total, dan trigliserida.

Page 54: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

42

Analisis Data

3.7 Alur Penelitian

Populasi Target : Pasien

yang didiagnosis

menderita batu empedu di

RSUP Fatmawati pada

tahun 2015 – 2016

Kriteria inklusi : Pasien 18-65 tahun,

dengan/tanpa komplikasi, rawat

jalan/inap N = 142 sampel

Inklusi : DM dan atau dislipidemia

Eksklusi : status gizi obesitas

n = 79 sampel

Page 55: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

43

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Sampel

Penelitian ini mengambil sampel dari RSUP Fatmawati, Sampel diperoleh

dengan cara data sekunder yaitu melalui rekam medis penderita batu empedu

tahun 2015 – 2016. Dalam rentang dua tahun tersebut, didapatkan beberapa pasien

batu empedu. Dari beberapa pasien batu empedu tersebut, berdasarkan kriteria

inklusi yang telah ditetapkan, didapatkan sebanyak 215 pasien. Dari 215 pasien

tersebut, terdapat beberapa sampel yang tidak memiliki variabel yang lengkap,

seperti umur, jenis kelamin, BB, TB, diagnosis, dan lain, sehingga didapatkan

sebanyak 142 pasien yang memiliki variabel yang lengkap. Dan dari 142 pasien

tersebut, berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, maka

jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian kali ini berjumlah 79 sampel

pasien.

4.1.1 Berdasar Jenis kelamin

Karakteristik subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan jenis

kelamin, sebagaimana tertera pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Proporsi (%)

Laki Laki 27 34,2

Perempuan 52 65,8

Total Sampel 79 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa jenis kelamin perempuan

memiliki proporsi 1 – 2 kali lebih besar daripada jenis kelamin laki

laki. Hal ini menyimpulkan bahwa penderita batu empedu di RSUP

Fatmawati tahun 2015 – 2016 lebih dari setengahnya berjenis

kelamin perempuan. Hal ini sama dengan sebuah penelitian Bikha

Ram di Pakistan tahun 2010 yang menyebutkan proporsi perempuan

Page 56: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

44

pada pasien batu empedu adalah sekitar 67%.(4) Selain itu, sebuah

penelitian di India juga menyebutkan 65,38% pasien empedu berjenis

kelamin perempuan.

4.1.2 Berdasar Usia

Karakteristik subjek penelitian dikelompokkan berdasar usia pasien,

sebagaimana tertera pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Sampel berdasarkan kelompok usia

Kelompok usia Frekuensi Proporsi (%)

18-25 Tahun 3 3,8

26-35 Tahun 3 3,8

36-45 tahun 17 21,5

46-55 tahun 25 31,6

56-65 tahun 31 39,2

Total Sampel 79 100

Dari tabel diatas, hal ini menyimpulkan bahwa kurang lebih

sebanyak 70% pasien batu empedu di RSUP Fatmawati tahun 2015 –

2016 memiliku usia diatas 40 tahun. Yang dimana hal ini sesuai

dengan teori yang mengatakan bahwa salah satu faktor risiko batu

empedu adalah forty atau berusia diatas 40 tahun.

Dimana proporsi umur ini sebanding dengan sebuah penelitian

di Pakistan yang menyebutkan bahwa dari 72 pasien batu empedu,

usia rata rata adalah 45 – 55 tahun.(4) Selain itu juga, pada penelitian

di Ghana menyebutkan terdapat sekitar 61% penderita batu empedu

berusia 40 tahun keatas.(18)

Page 57: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

45

4.2 Proporsi Pasien Batu Empedu dengan Dislipidemia

Tabel 4.3 Proporsi Batu Empedu dengan Dislipidemia

Keterangan Frekuensi Proporsi (%)

Dislipidemia 15 19

Tidak Dislipidemia 62 81

Total 79 100

Dari 79 sampel yang diambil, terdapat 15 pasien (19%) memiliki

dislipidemia. Sedangkan 62 pasien lainnya (81%) tidak memiliki kelainan

laboratorium lipid darah. Penderita batu empedu dengan dislipidemia ini

memiliki lebih dari satu kelainan pada pemeriksaan fungsi lipid, yang dapat

terdiri dari peningkatan kolesterol LDL, kolesterol total, trigliserida serum,

ataupun penurunan kolesterol HDL. Hal ini berbeda jika dibandingkan

dengan penelitian Ajaz et al di India yang mengatakan pasien kolelitiasis

simptomatik dengan dislipidemia ada sebanyak 76%.(5) Perbedaan ini terjadi

dikarenakan kemungkinan pada penelitian di India, peneliti langsung mencari

pasien batu empedu yang memiliki abnormalitas fungsi lipid di

laboratoriumnya, tanpa memisahkan faktor risiko batu empedu lainnya,

seperti obesitas. Selain itu, di penelitian lain, oleh Bikha Ram et al di

Pakistan tahun 2010 memiliki proporsi batu empedu dengan dislipidemia

adalah 81%, hal ini karena pada penelitian mereka, mereka hanya

mengeksklusi umur <12 tahun dan menginklusi semua pasien yang memiliki

diagnosis batu empedu dengan umur 12 – 81 tahun, jadi hal ini tidak juga

menyingkirkan kemungkinan ada faktor risiko status obesitas.(4) Dan

dikarenakan peneliti pada penelitian ini mengekslusikan obesitas, jadi data

yang didapatkan sebanyak 19% ini adalah murni batu empedu karena faktor

risiko dislipidemia. Adapun jika peneliti tetap mengikut-sertakan obesitas

pada sampel penelitian ini, maka proporsi batu empedu dengan dislipidemia

menjadi sekitar 50%. Jadi disini dapat diketahui bahwa terdapat sebuah

hubungan faktor risiko dislipidemia terhadap pembentukan batu empedu.

Lalu dapat dijelaskan bahwa seseorang yang mempunyai faktor risiko

dislipidemia dapat menyebabkan penyakit batu empedu kolesterol, yaitu

Page 58: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

46

peningkatan kolesterol total, peningkatan kolesterol LDL, peningkatan

trigliserida, dan penurunan kolesterol HDL dapat mengakibatkan peningkatan

ekskresi kolesterol dengan empedu, yang menyebabkan terbentuknya batu

empedu kolesterol. Adapun untuk rincian data profil lipidnya dapat dilihat

pada tabel 4.4 dibawah.

Tabel 4.4 Sebaran Data Profil Lipid pada Pasien Batu Empedu dengan

Dislipidemia

Profil Lipid

Male Female Total

Frekuensi Proporsi

(%)

Frekuensi Proporsi

(%)

Frekuensi Proporsi

(%)

Kolesterol

Tinggi

5 62,5 7 50 12 54,5

Peningkatan

Trigliserida

2 25 4 28,6 6 27,3

LDL Tinggi 7 87,5 13 92,9 18 90,9

HDL Rendah 1 12,5 3 21,4 4 18,2

Dari 79 sampel pasien di RSUP Fatmawati, 18 pasien mengalami

peningkatan kolesterol LDL pada pemeriksaan lipid darah, dengan rincian

yaitu 13 pasien dari 14 pasien berjenis kelamin perempuan dan tujuh pasien

dari delapan pasien berjenis kelamin laki laki mengalami peningkatan

kolesterol LDL. Hal ini sesuai dengan sebuah penelitian dari Fu et al yang

menyebutkan bahwa LDL yang tinggi menggambarkan sebagai sebuah

marker dalam peningkatan risiko penyakit batu empedu kolesterol.(38) Hal ini

karena LDL merupakan sebuah lipoprotein yang mengandung kadar

kolesterol yang lebih tinggi jika dibandingkan dari lipoprotein yang lainnya,

dan juga LDL mengangkut kolesterol dari jaringan ke hati. Oleh karena itu,

jika terjadi peningkatan kadar LDL dalam serum darah, maka hal ini

menyebabkan terjadi peningkatan kolesterol kedalam hati, sehingga

menyebabkan risiko terbentuknya batu kolesterol pada kandung atau saluran

empedu. Selain itu, sebuah penelitian Anamanalp et al juga menyebutkan

Page 59: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

47

terdapat hubungan positif antara LDL tinggi dengan tingkat batu kolesterol

yang tinggi dan juga konsentrasi batu kolesterol.(39) Lalu , hal ini juga

disebutkan pada penelitian Alireza et al di Iran yang menyebutkan dalam

sebuah tabel di penelitiannya yaitu peningkatan LDL lebih sering terjadi pada

pasien batu empedu jika dibandingan dengan fungsi lipid yang lainnya. (40)

Lalu dari 79 pasien, 12 pasien (17,4%) mengalami peningkatan

kolesterol total pada pemeriksaan lipid darah dengan rincian yaitu tujuh

pasien berjenis kelamin perempuan dan lima pasien berjenis kelamin laki laki

mengalami peningkatan kolesterol total. Hal ini dapat dikatakan sesuai

dengan penelitian Haldestam et al yang mengatakan terdapat hubungan

positif antara kadar kolesterol tinggi dengan penyakit batu empedu. (41)

Dan terdapat enam pasien (7,2%) mengalami peningkatan kadar

trigliserida serum, dengan rincian yaitu empat pasien berjenis kelamin

perempuan dan dua pasien berjenis kelamin laki laki mengalami peningkatan

trigliserida serum.

Dan juga dari 15 pasien batu empedu dengan dislipidemia, terdapat

empat pasien mengalami penurunan Kolesterol HDL, dengan rincian yaitu

tiga pasien berjenis kelamin perempuan dan satu pasien berjenis kelamin laki

laki mengalami peningkatan kolesterol HDL. Dari proporsi yang cukup

sedikit pada penurunan HDL di pasien batu empedu ini, hal ini dapat

dikatakan cukup sesuai dengan Halldestam et al yang menyebutkan tidak

ditemukan hubungan positif antara kadar HDL rendah dengan pembentukan

batu empedu, dan juga Atamanalp et al juga menyebutkan tidak ada

hubungan signifikan antara kadar HDL yang rendah dengan tingkat

pembentukan batu empedu kolesterol.(39)

Dari data fungsi lipid diatas, dapat dilihat bahwa dari semua kelainan

fraksi lipid diatas mulai dari peningkatan kolesterol LDL, kolesterol total,

trigliserida serum ataupun penurunan HDL, lebih banyak terjadi pada yang

berjenis kelamin perempuan, hal ini sesuai dengan sebuah penelitian Khare et

al dan Malik et al di India yang menyatakan dalam sebuah tabel bahwa

kelainan fungsi lipid lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki

laki.(7)

Page 60: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

48

Dari data data diatas, didapatkan hasil mean dan standar deviasi dari

hasil keseluruhan laboratorium fungsi lipid, yang disajikan dalam tabel 4.5

Tabel 4.5 Mean ± Standar Deviation dari Laboratorium Fungsi Lipid pasien

Batu Empedu di RSUP Fatmawati

Profil Lipid Mean (𝑆𝑆𝑆𝑆)

Kolesterol LDL 148,86 (30,15)

Kolesterol Total 200,32 (27,03)

Trigliserida 125,27 (54,13)

Kolesterol HDL 46,54 (11,3)

Dari tabel diatas, dapat dilihat dari mean nya, bahwa pada terdapat

peningkatan LDL dan kolesterol total yang cukup signifikan, karena memiliki

nilai mean yang melebihi dari nilai normal yang seharusnya. Dan juga untuk

nilai mean (SD) dari trigliderida yang menunjukkan angka 125,27 (54,13), hal

ini sesuai dengan sebuah penelitian Batajoo et al di Nepal yang menunjukkan

nilai mean (SD) yaitu 130,39 (48,54), penelitian ini juga menyebutkan bahwa

terdapat peningkatan trigliserida serum pada batu empedu tapi tidak terlalu

signifikan. Hal serupa juga ditunjukkan pada mean (SD) HDL yang juga

menunjukan kesesuaian dengan penelitian Batajoo et al tersebut yakni sebesar

42,2 (3,39). (42)

4.3 Proporsi Pasien Batu Empedu dengan Diabetes Melitus

Tabel 4.6 Proporsi Batu Empedu dengan Diabetes Melitus

Keterangan Frekuensi Proporsi ( % )

Diabetes Melitus 11 13,9

Tidak Diabetes Melitus 68 86,1

Total 79 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 69 pasien batu empedu

tahun 2015 – 2016 di RSUP Fatmawati, terdapat sebelas pasien (13,9%)

memiliki diabetes melitus. Dari sebelas pasien tersebut, beberapa pasien

Page 61: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

49

mempunyai DM saja, namun terdapat sedikit orang yang juga memiliki

dislipidemia juga. Sedangkan 58 pasien lainnya (86,1%) tidak memiliki

riwayat diabetes melitus ataupun tidak menunjukkan kelainan laboratorium

glukosa darah. Hal ini sama dengan sebuah penelitian oleh Malik et al di

India yang menyebutkan prevalensi batu empedu dengan DM Tipe 2 adalah

12,77%.(43) Dari penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa seseorang yang

mempunyai riwayat diabetes melitus atau baru didiagnosis diabetes melitus

dari keluhan dan hasi laboratorium glukosa darah, dapat berisiko

menyebabkan terjadinya batu empedu tipe kolesterol. Hal ini dikarenakan

pasien DM mempunyai kadar glukosa darah yang tinggi, kadar glukosa

yang tinggi dapat menghambat glukoneogenesis, yang salah satunya adalah

lipogenesis. Ketika glukoneogenesis ini terhambat, maka lemak yang

seharusnya diubah menjadi glukosa untuk menjadi energi, akan tertumpuk

di jaringan yang menyebabkan sintesis kolesterol meningkat, sehingga akan

mengakibatkan endapan kolesterol di kandung empedu.(10) Selain itu, DM

juga dapat berefek kepada neuropati pada kandung empedu baik autonom

ataupun perifer, dengan terdapat 2 kemungkinan mekanisme yaitu

ketidakseimbangan pelepasan CCK dan otot kandung empedu yang kurang

merespon terhadap stimulus CCK, sehingga kedua kemungkinan ini

menyebabkan gangguan kontraksi batu empedu yang menyebabkan

peningkatan batu empedu untuk terbentuk.(37)

Adapun untuk rincian pemeriksaan glukosa darah pada pasien batu

empedu dengan diabetes melitus di RSUP Fatmawati dapat dilihat pada

tabel 4.7

Page 62: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

50

Tabel 4.7 Sebaran Data Glukosa Darah pada Pasien Batu Empedu dengan

Diabetes Melitus

Blood

Glucose

Male Female Total

Frequensi Proporsi

(%)

Frekuensi Proporsi

(%)

Frekuensi Proporsi

(%)

GDS 3/19 15,8 5/38 13,2 8/57 14

GDP 2/8 25 1/12 8,3 3/20 15

GD2PP 2/8 25 1/12 8,3 3/20 15

Dari 11 pasien batu empedu dengan diabetes melitus, didapatkan

delapan pasien (14 %) mengalami peningkatan kadar glukosa darah sewaktu

karena memiliki kadar >200 mg/dL, dengan rincian yaitu lima pasien

berjenis kelamin perempuan dan tiga pasien berjenis kelamin laki laki

mengalami peningkatan GDS. Selain itu, terdapat juga tiga pasien (15%)

mengalami peningkatan kadar glukosa darah puasa karena memiliki kadar

>126 mg/dL, dengan rincian yaitu satu pasien berjenis kelamin perempuan

dan dua pasien berjenis kelamin laki laki mengalami peningkatan GDP.

Dari sini dapat dilihat bahwa laki-laki memiliki kemungkinan lebih besar

mengalami peningkatan GDP dibandingkan perempuan, hal ini sama

dengan sebuah penelitian di korea yang menyebutkan perbandingan laki-

laki dan perempuan pada peningkatan GDP di pasien batu empedu kurang

lebih sebesar 2:1.(12) Dan juga terdapat tiga pasien (15%) mengalami

peningkatan kadar glukosa darah 2 jam post-prandial karena memiliki kadar

>200 mg/dL, dengan dengan rincian yaitu satu pasien berjenis kelamin

perempuan dan dua pasien berjenis kelamin laki laki mengalami

peningkatan GD2PP. Pada GD2PP ini, sama seperti GDP, bahwa proporsi

laki laki lebih besar kemungkinan mengalami peningkatan GD2PP

dibandingkan perempuan. Dari data diatas, dapat dilihat bahwa proporsi

pemeriksaan glukosa darah pada pasien batu empedu dengan DM lebih

banyak pada glukosa darah sesaat dibandingkan dengan dua pemeriksaan

lainnya, hal ini kemungkinan karena pemeriksaan GDS sering dijadikan

pilihan dalam diagnosis laboratorium pada pasien DM.

Page 63: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

51

Dari data diatas, didapatkan nilai mean dan standar deviasi dari

pemeriksaan laboratorium glukosa darah pasien batu empedu ini, yang dapat

dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Mean ± Standar Deviation dari laboratorium glukosa darah

pasien batu empedu

Glukosa Darah Mean ± Standar Deviation

GDS 140,67 ± 89,69

GDP 102,5 ± 37,8

GD2PP 152,3 ± 91,4

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari semua laboratorium glukosa

darah, memiliki mean dengan rentang dalam batas normal, hal ini dapat

berarti kemungkinan tidak ada peningkatan yang signifikan di nilai

laboratorium glukosa darah pada pasien batu empedu dengan diabetes

melitus.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Dikarenakan penelitian ini menggunakan data sekunder berupa rekam medik

pasien, maka hal ini menyebabkan data rekam medik yang diambil peneliti

terdapat beberapa variabel yang tidak lengkap, ataupun data pasien yang tidak

lengkap, seperti data usia, jenis kelamin, berat badan ataupun data USG, sehingga

membuat keterbatasan pada pengambilan sampel penelitian.

Page 64: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

52

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan berupa:

5.1.1 Karakteristik pasien batu empedu di RSUP Fatmawati didominasi

oleh jenis kelamin perempuan sebesar 65,8%, dan oleh usia 56 – 65

tahun sebesar 39,2%.

5.1.2 Proporsi pasien batu empedu dengan dislipidemia di RSUP Fatmawati

pada tahun 2015 – 2016 sebesar 19%

5.1.3 Karakteristik pasien batu empedu dengan kelainan fungsi lipid pada

laboratorium meliputi sebagai berikut:

a. Pasien yang mengalami peningkatan kadar Kolesterol Total

berjumlah 54,5%

b. Pasien yang mengalami peningkatan kadar Kolesterol LDL

berjumlah 90,9%

c. Pasien yang mengalami peningkatan kadar trigliserida serum

berjumlah 27,3%

d. Pasien yang mengalami penurunan kadar kolesterol HDL

berjumlah 18,2%

5.1.4 Proporsi pasien batu empedu dengan diabetes melitus di RSUP

Fatmawati pada tahun 2015 – 2016 sebesar 13,9%.

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Penelitian Selanjutnya

• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam unutk

melihat hubungan antara batu empedu dengan DM atau

dislipidemia, serta faktor resiko lainnya.

• Perlu dilakukan penelitian di institusi atau daerah lain, sehingga

lebih banyak lagi penelitian batu empedu di Indonesia, dan bisa

menggambarkan prevalensi populasi.

Page 65: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

53

5.2.2 Untuk RSUP Fatmawati

• Selalu lakukan pemeriksaan laboratorium lengkap pada penderita

batu empedu terutama glukosa darah dan fungsi lipid darah,

karena perlu dicurigai adanya kemungkinan batu empedu dengan

faktor risiko DM ataupun dislipidemia

5.2.3 Untuk Masyarakat

• Selalu menjaga kesehatan dan menghindari faktor risiko untuk

menurunkan risiko terjadinya batu empedu

Page 66: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

54

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5 ed. Vol. 1. Jakarta:

Kemenkes; 2009.

2. Wang DQ, Afdhal NH. Gallstone Disease. In Singapore: Elsevier; 2012.

3. Qiao Q-H, Zhu W-H, Yu Y-X, Huang F. Nonalcoholic fatty liver was associated with asymptomatic gallstones in a Chinese population. Qiao Al Med. 2017;96(38).

4. Devrajani BR, Muhammad AT, Shaikh AA. FREQUENCY OF GALLSTONES IN PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS (A HOSPITAL BASED MULTIDISCIPLINARY STUDY). Med Channel. Juni 2010;

5. Malik AA, Wani, ML. Association of dyslipidaemia with cholilithiasis and effect of cholecystectomy on the same. 14 September 2011;

6. Purnomo HD. Gallstone and Diabetes mellitus: The Indonesian Journal of Gastroenterology, hepatology and digestive endoscopi. Diponegoro Univ. 2008;

7. Khare S dr, Gupta H dr. Prevalence and Risk Factors of Asymptomatic Gall Stone in Patient with Type 2 Diabetes Mellitus. Gajra Raja Med Coll Gwalior. September 2015;4(9).

8. Syamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah De Jong. Jakarta: EGC; 2016.

9. Drake RL. Gray: Dasar-dasar Anatomi. Singapore: Elsevier; 2013.

10. Lauralee S. Fisiologi Manusia : Dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2013.

11. Chin Hua Chen dkk. Prevalence and risk factors of GSD in adult population in Taiwan: An epidemiological survey. J Gastroenterol Hepatol. :2006.

12. Kim KH, Kim SB. Sex differences in prevalence and risk factors of asymptomatic cholelitihiasis in Korean health screening examinee : a retrospective analysis of a multicenter study. Medicine (Baltimore). 2017;96(13).

13. Weerakoon H, Navaratne A, Ranasinghe S. Chemical Characterization of Gallstones: An Approach to Explore the Aetiopathogenesis of Gallstone Disease in Sri Lanka. Plos One. 8 April 2015;10(4).

14. Bravo E, Cotardo J, Cea J. Frequency of Cholelithiasis and Biliary Pathology in the Easter Island Rapanui and Non-Rapanui Populations. Asian Pac J Cancer Prev. 2016;17(3):1485–8.

Page 67: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

55

15. Agunloye A, Adebakin A. Ultrasound prevalence of gallstone disease in diabetic patients at ibadan, Nigeria. Niger J Clin Pr. Maret 2013;16(1):71–5.

16. Hawkey CJ. Textbook of Clinical Gastroenterology and Hepatology. British: Wiley-Blackwell Publishing; 2012.

17. Dooley JS. Sherlock’s Diseases of the Liver and Biliary System. 12th ed. British: Wiley-Blackwell Publishing; 2011.

18. Gyedu A. Prevalence of cholelithiasis among persons undergoing abdominal ultrasound at the Komfo Anokye Teaching Hospital, Kumasi, Ghana. Afr Health Sci. Maret 2015;15(1).

19. Longo DL, Fauci AS. Harrison’s Gatroenterology and Hepatology. United States: Mc-Graw Hill; 2013.

20. Silbernagl S. Atlas Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009.

21. Marschall HU, Einarsson C. Journal of Internal Medicine: Gallstone Disease. Blackwell Publ. 2007;

22. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar: sebuah pendekatan klinis. Jakarta: EGC; 2010.

23. Murray RK. Biokimia Harper. 6th ed. Jakarta: EGC; 2009.

24. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5 ed. Vol. 3. Jakarta: EGC; 2009.

25. Arsana PM. Panduan Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta: PERKENI; 2015.

26. Sosialine E. Pedoman Interpretasi Data Klinis. Jakarta: Kemenkes; 2011.

27. Reiner Z, Catapano AL, Backer GD. ESC/EAS Guidelines for the management of dyslipidaemias. The Task Force for the management of dyslipidaemias of the European Society of Cardiology (ESC) and the European Atherosclerosis Society. Eur Heart J. 2011;

28. Erwinanto dkk. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Jakarta: PERKI; 2013.

29. Tone NJ RJ, Lichtenstein AH. ACC/AHA guideline on the treatment of blood cholesterol to reduce atherosclerotic cardiovascular risk in adults : A report of the american college of cardiology/american heart association task force on practice guideline. 2013.

30. Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC; 2013.

Page 68: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

56

31. Merz CNB C. Treatment Guidelines Overview. In: Ballantyne CM, editor. Clinical Lipidology : A Companion to Braunwald’s Heart Disease Philadelphia. Singapore: Elsevier; 2009.

32. International Diabetes Federation. Definition and Diagnosis of Diabetes mellitus and intermediate hyperglycemia. Geneva: WHO; 2006.

33. Soelistijo SA. Konsensus Pengelolaaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesi. Jakarta: PERKENI; 2015.

34. DeFronzo RA. From the Triumvirate to the Ominous Octet: A New Paradigm for the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. 2009;

35. Taher A. Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas pelayanan Primer. Jakarta: Kemenkes; 2014.

36. Prevalence of Cholelithiasis in Patients with Type 2 Diabetes and Obesity in a Basic Family Health Centre in Irecê, Northeastern Brazil. Sci Res Publ. January 16;38–42.

37. Kayacetin E, Kisakol G. Real-time sonography for screening of gallbladder motility in diabetic patients: Relation to autonomic and peripheral neuropathy. Neuroendocrinol Lett. April 2003;24.

38. Fu X, Gong K, Shao X. The relationship between serum lipids, apolipoproteins level and bile lipids level, chemical type of stone. 2005;75(11):656–9.

39. Atamanalp SS. The effects of serum cholesterol, LDL, and HDL levels on gallstone cholesterol concentration. Pak J Med Sci. 2012;29(1):187–90.

40. Moghaddam AA, Khorram A, Miri-Bonjar M, Mohammadi M, Ansari H. The Prevalence and Risk Factors of Gallstone Among Adults in South-East of Iran: A Population-Based Study. Can Cent Sci Educ [Internet]. 2016;8(4). Tersedia pada: http://dx.doi.org/10.5539/gjhs.v8n4p60

41. Halldestam I, Kullman E, Borch K. Incidence of and potential risk factors for gallstone disease in a general population sample. Br J Surg. 2009;96(11):1315–22.

42. H B, NK H. Analysis of Serum Lipid Profile in Cholelithiasis Patients. J Nepal Health Res Counc. Januari 2013;11(23):53.

43. Malik G, Jeelani G. Ultrasonographic survey of gall stones amongst diabetic patients of Kashmir. India J Gantroenterolohy. 18 November 1999;

Page 69: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

57

LAMPIRAN 1

2. Jadwal Penelitian

No Kegiatan BULAN KE- 1 2 3 4 5 6 7

1 Pengajuan Izin √ √ √ 2 Pembuatan Proposal

Penelitian √ √ √

3 Presentasi Persiapan Penelitian di RSUP

Fatmawati

4 Pengambilan Data √ 5 Pengolahan dan

Analisis Data √

6 Pembuatan Laporan √ 7 Publikasi Laporan

penelitian √

3. Anggaran Penelitian

No Keterangan Total Biaya

1 Biaya Adminstratif RS 1.000.000

2 Biaya Pengambilan Rekam

Medis

120.000

3 Biaya tak terduga (transport,

fotokopi/print, dan lainnya)

1.000.000

Total Biaya 2.120.000

Page 70: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

58

LAMPIRAN 2

4. Surat Izin Penelitian dari RSUP Fatmawati

Page 71: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

59

(lanjutan)

Page 72: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

60

LAMPIRAN 3

5. Hasil Analisis Data

a. Grafik gambaran pasien batu empedu di RSUP Fatmawati tahun 2015 dan

2016

Page 73: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

61

(lanjutan)

Page 74: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

62

(lanjutan)

b. Grafik gambaran dan tabel mean laboratorium fungsi lipid pada pasien

batu empedu

Page 75: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

63

(lanjutan)

`

c. Tabel mean laboratorium glukosa darah pada pasien batu empedu

Page 76: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37134/2/JEWAQA... · the proportion and description of cholelithiasis patiens with dyslipidemia

64

LAMPIRAN 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Jewaqa Brako Muzakki

Jenis Kelamin : Laki Laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Juli 1996

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Taman Kota Blok A3 No 45, Jalan

Kimangun Sarkoro, Bekasi 12117

Nomor Telepon : 081380149011

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1) Tahun 2002 – 2008 : SD Bani Saleh 1 Bekasi

2) Tahun 2008 – 2011 : SMP Islam Al Azhar 8 Bekasi

3) Tahun 2011 – 2014 : SMA Islam Al Azhar 1 Jakarta

4) Tahun 2014 – Sekarang : Program studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN

Syarif Hidayatulla Jakarta