hubungan antara perjlaku workaholic dengan …

185
HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN TIMJBULNYA GEJALA INSOMNIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Disusun oleh : AGUNG MULYONO NIM 103070029028 FAI<ULTAS PSll{OLOGI UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH J)\I<ARTA 1428 HI 2007 M

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN TIMJBULNYA

GEJALA INSOMNIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun oleh :

AGUNG MULYONO NIM 103070029028

FAI<ULTAS PSll{OLOGI UNIVERSITAS ISLAM Nl~GERI

SYARIF HIDAYATULLAH J)\I<ARTA 1428 HI 2007 M

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU WC)RKAHOLIC

DENGAN TIMBULNYA GEJ)~LA INSOMNIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Urituk Mernenuhi Syarat

Mernperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Pem

Oleh:

AGUNG MUL YONO

NIM : 103070029028

DI BAWAH BIMBINGAN

Pembimbing II

~ /r ~-Abdul Rahman Sh I M.Si S. Evangeline. I. S, M.Si, Psi

NIP: 150 29

FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M

Page 3: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Perilaku llVorkaholic dengan Timbulnya Gejala Insomnia" telah diujikan dalam siclang munaqosyah di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi.

Jaka11a, 30 Agustus 2007

SIDANG MUNAQOSYAH

Ketua

.//

Drs. Ne Hartati M.Si NIP:150 15938

Penguji I

~ Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi.T

Drs. Abdul Rahm NIP: 150 293 22

Sekertaris Merangkap Anggota

Penguji II

Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi NIP : 150 300 679

Pembimbing II

~-S. EvangeHne.l.S, M.Si, Psi

Page 4: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

dan l(arni jadikan tidur1nu untuk istirahat, dan l(ami jadikan malammu sebagai pakaian,

dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan (QS. 78: 9 -11)

Bekerjalah Untuk Duniamu Seakan-akan Engkau Hidup Selama-lamanya Dan Bekerjalah Engkau Untuk Akhiratmu Seakan-akan Engkau

Mati Esok Hari (HR. 'firmidzi)

Nasihat Luqman Al-Hakim l(epada An.aknya "Wahai Anakku,

Bermusyawarahlah dengan orang yang berpengalaman, karena ia memberimu dari pendapatnya

sesuatu yang diperoleh dengan mahal, sedangkan engkau mengambil secara Cuma-Cuma"

Orang yang paling panta:s untuk bergembira adalah oran~1 yang

berusaha mencari petunj'l1k lalu berhasil mendapatkan11ya.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

ABSTRAK

(C) Agung Mulyono

(A) Fakultas Psikologi (B) Agustus 2007

(D) Hubungan Antara Perilaku Workaholic Dengan Timbulnya Gejala Insomnia

(E) Halaman xii+ 131 (F) Perilaku workaholic ialah perilaku seseorang yang sec:ara emosional beralih menjadi lumpuh dan kecanduan dalam bekerja untuk mendapatkan pengakuan dan kesuksesan. Mereka berusaha keras untuk mencapai kesuksesan jika hasil yang ingin dicapai tidak sesuai den!Jan harapan mereka cepat mengalami stres dan berdampak pada kondisi kesehatan. Sementara stres kerja berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikis, stres juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit seperti sakit kepala, flu dan sulit tidur atau insomnia. Insomnia merupakan keadaan di mana seseorang yang ingin tidur mengalami kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan sehingga insomnia menyebabkan penderita secara klinis mengalami gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan adanya hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia. Penelitian ini dilakukan mulai dari akhir Juni dan berakhir awal Agustus. 2007.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia. Subjek penelitian ini adalah karyawan PT Astra lnternasional, PT Telkomsel, PT Wahana Transporindo, Stasiun 1V AN1V dan RS. lnternasional Bintaro yang bekerja di Jakarta dan berprofesi sebagai marketing karena pada profesi tersebut seringkali karyawan bekerja melebihi batas waktu standar yang ditetapkan oleh undang-undang perburuhan. Penelitian ini mengikutsertakan 34 subjek yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu penelitian dilakukan pada setiap individu yang memenuhi karakteristik sampel dan bersedia menjadi subyek penelitian. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah skala perilaku workaholic, skala gejala insomnia dan skala stres kerja.

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi parsial dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 12.00. Berdasarkan hasil yang didapat dengan menggunakan rumus

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

korelasi parsial diketahui r hilung 0.366 dan r label a = 0.05 yaitu 0.339 dengan taraf kepercayaan 0.05 (a= 0.366 > 0.339) maka dapat diperoleh hasil bahwa uji r hilung lebih besar dari r tabel yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang sangat kecil dan tidak erat antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia yang dimediasi oleh variabel kontrol yaitu stres kerja. Jika korelasi perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia tidak di mediasi oleh variabel l<ontrol yaitu stres . kerja maka hasil yang didapat r hitung 0.285 sedangkan r label 0.339 dengan taraf kepercayaan 0.05 (a= 0.285 > 0.399) maka dapat diperoleh hasil bahwa uji r hilung lebih kecil dari r label yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perilaku workaholic dan stres kerja akan mempengaruhi timbulnya gejala insomnia. (G) Bahan bacaan 36 + 4 situs internet.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

(C) Agung Mulyono

ABSTRACTIOl\I

(A) Faculty of Psychology (B) August 2007

(D) Relation Between Behavior Of Workaholic With Insomnia Symptom (E) Page xii+ 131 (F) Behavior of workaholic is is behavior of someone which emotionally passing into paralysis and addicted in working for getin(J successfulness and confession. They make every effort to reach successfulness if results which wish to reached unmatched to their hopes quickly experience stres and affect at condition of healths. While stres activity have an effect on to condition of physical and psychical, stres also influence system impenetrability of body, so that body become more susceptiblely to various disease like headaches, flu and difficult to sleep or insomnia. Insomnia is situation where someone wishing sleep find difficulties to start or maintain sleep, or sleep which don't refresh so that insomnia cause patient in klinis experience trouble in social function, work, and important function is other.

intention of This research is to find existence of relation between behavior of workaholic with incidence of insomnia symptom. This research done to start from end of June and end early August 2007.

This research apply descriptive quantitative approach of correlation with aim to know relation between behavior of workaholic with incidence [of] insomnia symptom. This research subject is employees of PT Astra, lnternasional, PT Telkomsel PT Wahana, Transporindo, Station TV ANT\/ and RS. International Bintaro is laboring in Jakarta. This research involve 34 subject which taken by using technique in accidental sampling that is research is done in each individual fulfilling sample characteristic and ready becoming research subject. While data collecting instrument which applied is scale of behavior of workaholic, scale and insomnia symptom scale stres worked.

As for data analytical method which applied in this research is technique in partial correlation by using ~.rogram SPSS for Windows version of 12.00. Based on result which got by using partial correlation formula known by calculate r of 0.366 and table r a= 0.05 that is 0.339 with trust level of 0.05 (a = 0.366 > 0.339) hence is obtainable of result that testing calculate r bigger than r of tables of meaning that Ho is refused and Ha is received. Mean is relationship which less signifikan between behavior of workaholic with incidence of insomnia symptoms which mediation by v21riables controlling that is stres working. If correlation of behavior of workaholic with incidence of

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

insomnia symptom was not in mediation by control variable that is stres worked hence result which got calculate r of 0.285 while r of tables of 0.339 with trust level of 0.05 (a = 0.285 > 0.339) hence is obtainable of result that testing calculate r smaller than r of tables of meaning that Ho is received and Ha is refused. The result indicate that behavior of workaholic and stres working will influence incidence of insomnia symptom. (G) Reading material 36 + 3 web-site

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

KAT A PENG ANT AR

Bismillahirahmaniirahim Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Yang berkuasa alas segala sesuatu, syukur yang tak henti-hentinya atas segala nikmat yang telah diberikan dan atas kehendk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqomah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi 1ni tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan dan keikhlasan, baik secara moril maupun materil dari semua pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi, lbu Hj. Ora. Netty Hartati, M. Si, lbu Hj. Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si selaku pembantu del<an I bidang akademik, dan seluruh dosen serta seluruh staf fakultas psikologi yang telah memberikan kemudahan dalam setiap urusan.

2. Bapak Ors Jaisy Prasodjo selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih alas bimbingan, nasihat serta motivasi yang diberikan kepada penulis. Dan kepada ibu Yufi Adriani M.Psi, Psi alas bimbingan proposal yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ors. Abdul Rahman Shaleh, M.Si selaku pembimbing I dan Jbu S. Evangeline. l.S, M.Si, Psi selaku pembimbing II, yan[l penulis hormati yang sudah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar untuk membimbing dan memberi arahan serta motivasi seh1ngga penulis dapat menyelesaikan skrpsi.

4. Orangtuaku Bapak Mulyadi Ambo dan lbu lndrawati Noor yang sudah Mengorbankan segalanya waktu dan tenaganya untuk memberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas serta yang terbaik bagi penulis dalam mengenyam pendidikan dan mengarungi kehidupan, lbu Bapak saya mencintaimu. Saya akan membahagiakanmu dan memberikan yang terbaik untukmu. Terima kasih, ya Allah lindungilah dan sayangilah kedua orangtuaku, Amin.

5. Kakak-kakak ku yang tercinta Yanti, Novi, Rina, Buyung, Melda dan Muchlis yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada penulis. Dan tidak lupa kepada ke lima kakak iparku bang Yunan, Mas Dani, Bang Ismail, Uni Yuli dan Hasan yang juga selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan tentunya tidak lupa kepada seluruh ponakan-ponakan ku yang telah memberikan hiburan dan kecerian sehingga penulis terhibur Mardiah, Aisyah, Fatimah,

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Asytar, Farhan, Fauzan, Hanin, llyas, dan si kecil Nabila I dan Nabila II semoga kalian menjadi cucu-cucu yang bisa membahagiakan keluarga.

6. Kepada HRD PT Wahana Transporindo, Ka1yawan PT Astra lnternasional da Buyung, karyawan Bank Indonesia Siska, karyawan PT Telkomsel Novri, Karyawan Stasiun TV ANTV lsro dan karyawan RS lnternasional Bintaro Elina, terima kasih alas bantuan untuk menyebarkan angket penelitian ini semoga kebaikan dan keikhlasan kalian di balas oleh Allah.

7. Sohib di Kosan Lentera Hali terutama Lalu Turjiman Ahmad, S.S, yang sebentar lagi calon M.A yang telah banyak memberikan bantuan baik morii maupun materil, Lestar, S.Fil yang telah memberikan humor-humor yang menyegarkan, Aryadi, S.Hi, yang telah menjaga computer tetap aman dari serangan firus-firus, Thomas alas fasilitas komputernya dan segala kebaikannya dan kapan wisudanya, Rido Buie! kapan selesainya biar bisa ceper jadi pejabat Riau, lkin kapan kawin serta Aqib yang baru mulai berjuang di Ciputat kalian semua orang-orang yang telah memberikan warna dalam hidup serta dukungan dan sebagai penghibur.

8. Sahabat di Fakultas Adab angkatan 2000 semoga kita tetap solid dan tetap berjuang untuk masa depan. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2003 terutama kelas B Kance "llung" Betsi, Wawan, Yusuf, Surya, Kamal, Tsunayah, Ida, Ayu Honsah, Ami, Herlin, Rosyidah, Fadli, Dian K, dan seluruhnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu.

9. Teman-teman kelompok KKL PT Pelita Air Service Rini, Adil, lntan, Ayu Karlina, Yeti, Hana. Terima kasih alas kerjasama dan berbagi pengalamannya, semoga Allah SWT memudahkan jalan kita dalam membangun kehidupan yang labih baik. Amin.

10. Teman-teman ku yang baik Rina, Lilla, Putri Myra S.Psi, Haula Noor S.Psi, Kiki, Sibul, Ajeng, serta tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Rahma Zikra, S.Psi yang telah membuat penulis semangat dan telah mengajarkan SPSS.

11. Kepala Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bpi< Haidir yang telah memberikan pelayanan yang terbaik, perpustakaan UI, CSIS, Perpustakaan Nasional RI dan Perpustakaan Gandaria.

12. Saudara-saudaraku yang telah berjasa membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikkan seudaraku semua dan ilmu yang ada bertambah serta bermanfaat. Amin. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tetapi kita wajib berusaha untuk mendekatinya. terima kasih

Jaka1ta, 30 Agustus 2007 Agung Mulyono

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

DAFT AR T ABEL

Tabel 2.1 Diagnosis diferensial penyebab insomnia Tabel 3.1 Distribusi perilaku workaholic Tabel 3.2 Distribusi Gejala insomnia Tabel 3.3 Distribusi stress kerja Tabel 3.4 lndeks validitas item perilaku workaholic Tabel 3.5 lndeks validitas item gejala insomnia Tabel 3.6 lndeks validit'ls item stress kerja Tabel 3.7 Kaidah klasifikasi uji reliabilitas tes Tabel 4.1 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan usia Tabel 4.3 Gambaran umum responden berdasarkan pendidikan Tabel 4.4 Gambaran umurn responden berdasarkan perusahaan Tabel 4.5 Gambaran umum responden berdasarkan status pernikahan Tabel 4.6 Statistic deskriptif Tabel 4.7 Kalsifikasi skor perilaku workaholic Tabel 4.8 Kalsifikasi skor perilaku workaholic berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.9 Kalsifikasi skor perilaku workaholic berdasarkan usia Tabel 4.10 Kalsifikasi skor perilaku workaholic berdasarkan pendidikan Tabel 4.11 Kalsifikasi skor perilaku workaholic berdasarkan perusahaan Tabel 4.12 Kalsifikasi skor perilaku workaholic berdasarkan status pernikahan Tabel 4.13 Kalsifikasi skor gejala insomnia Tabel 4.14 Kalsifikasi skor gejala insomnia berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.15 Kalsifikasi skor gejala insomnia berdasarkan usia Tabel 4.16 Kalsifikasi skor gejala insomnia berdasarkan pendidikan Tabel 4.17 Kalsifikasi skor gejala insomnia berdasarkan perusahaan Tabel 4.18 Kalsifikasi skor gejala insomnia berdasarkan status pernikahan Tabel 4.19 Kalsifikasi skor stress kerja Tabel 4.20 Kalsifikasi skor stress kerja berdasarkan jenis. kelamin Tabel 4.21 Kalsifikasi skor stress kerja berdasarkan usia Tabel 4.22 Kalsifikasi skor stress kerja berdasarkan pendidikan Tabel 4.23 Kalsifikasi skor stress kerja berdasarkan perusahaan Tabel 4.24 Kalsifikasi skor stress kerja berdasarkan status penikahan Tabel 4.25 Penghitungan 3 variabel Tabel 4.26 Penghitungan 2 variabel

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

DAFT AR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan kerangka berfikir Hubungan antara perilaku workaholic

dengan timbulnya gejala insomnia

Gambar 2.2 Scatterplot workaholic

Gambar 2.3 Scatterplot insomnia

Gambar 2.4 Scatterplot stress kerja

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

MOTTO

ABSTRAK

DAFTAR ISi

ii

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

DAFTAR TABEL. ................................................................................... viii

DAFT AR GAMBAR ............................................................................... ix

DAFTARISI .......................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. La tar Belakang Masalah . ........ ....................... ...... ........ ... .......... 1

1.2. ldentifikasi Masalah . ... .. ... ..... ........ ........ ..................................... 11

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah. ....... ... .... ....................... 12

1.3.1. Pembatasan Masalah ........ ........... ............................ ...... 12

1.3.2. Perumusan masalah ........................................................ 13

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....... ....... .... ....... ....... ... .............. 13

1.4.1. Tujuan Penelitian ..... ....................... .... .............. ............... 13

1.4.2. Manfaat Penelitian ........................................................... 14

1.5. Sistematikan Penulisan .............................................................. 14

BAB 2 KAJIAN TEORI .......................................................................... 16

2.1. Perilaku Workaholic .. ... ..... ................. .................. ..................... 16

2.1.1. Pengertian Perilaku Workaho/ir: ...... .... ......... ................... 16

2.1.2. r'aktor-faktor Yang Mempengaruhi Workaholic ............... 26

2.1.3. Kepribadian Workaholic ................................................... 29

2.1.4. Perubahan Secara Emosional ... ... ................................ .. 33

2.1.5. Tiga jenis Perilaku Workaholic......................................... 35

2.1 '.6. Tanda-tanda Utama Gangguan Workaholic ..................... 39

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

2.1.7. Perubahan Kepribadian .................................................. 45

2.2. Insomnia ................................................................................... 45

2.2.1. Pengertian Insomnia....................................................... 45

2 .2 .2. Jenis-jenis Insomnia........................................................ 52

2.2.3. Penyebab Insomnia ........................................................ 54

2.2.4. Dampak Dari Insomnia .................................................... 60

2.2.5. Rekomendasi Mencegah Insomnia ................................. 63

2.3. Stres Kerja .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. .... .. . .. .... .. .. .. .. .. .. . .. .. .. . . . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . 64

2.3.2. Pengertian Sires Kerja ................................................... 64

2.3.3. Dimensi Sires .................................................................. 64

2.3.4. Sumber Stres .................................................................. 65

2.4 Kerangka Berfikir ....................................................................... 71

2.5. Hipotesis Penelitian ................................................................... 73

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 75

3.1. Jen is Penelitian .......................................................................... 75

3.1.1. Pendekatan Penelitian ..................................................... 75

3.1.2. Metode Penelitian ............................................................ 75

3.2. Variabel Penelitian ..................................................................... 76

3.2.1. Definisi Variabel ............................................................... 76

3.2.2. Definisi Operasional ......................................................... 77

3.3. Metode Pengambilan Sampel .................................................... 78

3.3.1. Populasi dan Sampel ....................................................... 78

3.4. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................... 79

3.5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 80

3.6. Teknik Uji lnstrumen Penelitian.................................................. 86

3.6.1. Uji Validitas Skala ............................................................ 86

3.6.2. Uji Reliabilitas Skala ........................................................ 89

3.6.3.Uji Korelasi Skala ............................................................. 91

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................. 94

4.1. Gamba ran Um um Responden .............. ......... ...... ..................... 94

4.2. Presentasi Data .. .. ...... ............................... ..... ....... ........ ... ......... 97

4.2.1. Uji Normalitas........................... ............ .. .................... ...... 97

4.2.2. Uji Homogenitas ............................................................... 101 .

4.2.3. Distribusi Penyebaran Skor Responden .......................... 103

4.3. Uji Hipotesis ............................................................................... 119

4.4. Pembahasan ............................................................................. 120

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................................... 122

5.1. Kesimpulan ................................................................................ 122

5.2. Diskusi ....................................................................................... 122

5.3. Saran ......................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 129

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era yang semakin sulit untuk mendapatkan peluang kerja di negara ini,

ocang terdorong untLlk berkornpetisi demi mendapatkan p1,kerjaan. Apakah

pekerjaan tersebut sesuai dengan bidang dan kemampuannya atau tidak,

sepertinya hal yang demikian tidak menjadi pertimbangan lagi, karena yang

paling fundamental ialah mereka mendapatkan pekerjaan yang bisa

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bekerja merupakan tindakan seseorang untuk tujuan pemenuhan kebutuhan

hidup sehari-hari berupa sandang, pangan dan papan. Pendapat tersebut

sama seperti yang diungkapkan oleh Smith bahwa tujuan inti dari pekerjaan

adalah untuk hidup. Dengan demikian yang dapat di sebut dengan bekerja

atau pekerja adalah aktivitas-aktivitas yang dapat di pertukarkan untuk

memelihara atau menyediakan sarana untuk hidup. Oleh karenanya, selagi

manusia masih hidup ia akan terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya (Abdul Rahman Shaleh dan Yunita Faela Nisc., 2006).

Selain sebagai sekadar pemenuhan kebutuhan, dalam tingl<at yang lebih

tinggi, bekerja juga m,erupakan gambaran eksistensi manus.ia. Melalui kerja

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

martabat manusia itu dapat ditentukan. Pada tingkatan ini biasanya banyak

terjadi di kalangan masyarakat menengah ke atas karena mereka tidak lagi

memikirkan segi materi saja (Save M Dagun, 1997).

Bagi sementara orang, bekerja merupakan sarana untuk menuju ke arah

terpenuhinya kepuasan pribadi dengan jalan memperoleh kekuasaan dan

menggunakan kekuasaan itu pada orang lain (Panji Anoraga, 2001). Pada

level ini seseorang bekerja bukan lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, keluarganya atau tuntutan lingkungannya, tetapi lebih mengarah

kepada pemenuhan kepuasan dalam bekerja sehingga dari sinilah banyak

melahirkan perilaku-perilaku yang tidak lazim dilakukan oleh kebanyakan

orang. Demi pemenuhan kepuasan dalam bekerja, banyak orang yang lupa

akan tugas dan kewajibannya, sehingga tugas-tugas sebagai manusia dan

sebagai m;ikfll11k sosial ia abaikan.

2

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa kerja adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk di

pertukarkan dengan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi kelangsungan

hidupnya. Tatapi pendapat tersebut lebih tepat konteksnya diberlakukan

pada masyarakat kelas menengah ke bawah sedangkan untuk masyarakat

kelas menengah ke alas bahwa bekerja adalah pemenuhan akan kebutuhan

mengaktualisasikan potensi, mengisi kekosongan waktu, berbagi

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

3

pengalaman yang mereka miliki dan tentu mendapatkan posisi yang nyaman

di tempat ia bekerja.

Sedangkan secara lebih hakiki menurut pendapat Toto Tasmara (2002),

bekerja bagi seorang muslim merupakan ibadah dan bukt1 pengabdian dan

rasa syukurnya untuk mengolah dan memenuhi panggilan llahi agar mampu

menjadi yang terbaik karena mereka sadar bahwa bumi diciptakan sebagai

ujian bagi mereka yang memiliki etos yang terbaik. Sedan!~kan disisi lain

makna "bekerja" bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-

sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, fikir dan dzi~:irnya untuk meng-

aktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang

harus menundukkan dunia dan menempat-kan dirinya sebgai bagian dari

masyarakat yang terbaik (khoiru ummah) atau dengan kata lain dapatjuga

kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan

dirinya. Sebagaimana firman-Nya :

"Sesungguhnya Kami te/ah menciptakan apa-apa yang ada di bumi

sebagai perhiasan baginya supaya Kami menguji mereka siapakah

yang terbaik amalnya" (al-Kahfi : 7)

Ayat ini mengetuk hati setiap pribadi muslim untuk mengaktualisasikan etos

kerja dalam bentuk mengerjakan segala sesuatu dengan kualitas yang tinggi.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

4

memiliki amal atau perbuatan yang terbaik, bahkan mereka pun sadar bahwa

persyaratan untuk dapat berjumpa dengan Allah hanyalah dengan berbuat

alam-amal yang prestatif, sebagaimana Firman-Nya surat al-Kahfi ayat 11 O

/ -;:; 0 o..- _, / / .... /

1:G-f -:) ;;;G. lJ ;:~'d) w(.:, ~ ~ -:) ,LlJ 1;..:; 0l5" ~ ,,,,... / / / /

"Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka

hendaklah dia mengerjakan amal sha/eh dan jangan/ah dia memper­

sekatukan-Tuhannya da/am beribadah dengan sesuatu apa pun".

Tampaklah dengan sangat transparan bahwa bekerja memberikan makna

"keberadaan dirinya di hadapan llahi". Dia bekerja secara optimal dan bebas

dari segala belenggu atau tirani dengan cara tidak mau terikat atau bertuhan-

kan sesuatu apa pun. Dalam pengertian ini, seorang muslim menjadi seorang

yang kreatif, mereka mau menjadikan dirinya sebagai rnanusia yang terbaik.

Hal ini karena dia sadar bahwa bumi dihamparkan bukan sekedar tempat dia

menumpang hidup, melainkan justeru untuk diolahnya sedemikian rupa untuk

menggapai kehidupan yang lebih baik (Toto Tasmara, 2002).

Setiap manusia pada hakikatnya mempunyai sejumlah kebutuhan, pada saat­

saat tertentu menuntut pemuasan, di mana hal-hal yang dapat memberikan

pemuasan pada suatu kebutuhan adalah menjadi tujuan dari kebutuhan

tersebut. Prinsip yang umum berlaku bagi kebutuhan ma1nusia adalah, sete-,

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

lah kebutuhan itu terpuaskan, maka setelah beberapa waktu kemudian,

muncul kembali dan menuntut pemuasan lagi (Panji Anoraga, 2001).

5

Untuk memuaskan kembali kebutuhan tersebut, manusia harus mempunyai

tujuan yang jelas dalam bekerja. Tetapi tujuan saja ternyata tidak cukup

dalam bekerja, harus di dorong dengan prestasi karena, seseorang yang

mempunyai prestasi yang tinggi maka dalam bekerja akan memberikan hasil

yang maksimal bagi dirinya dan tentu bagi perusahaan tempat ia bekerja.

Namun pada era yang semakin kompetitif ini, banyak yang menempatkan

pekerjaan sebagai hal yang terpenting dalam kehidupan. Seperti yang dialami

oleh Sinta (28 tahun), seorang keryawati disebuah perusahaan multinasional

terkemuka. la memulai karirnya dari entry level bawah tiga tahun yang lalu.

Baru seminggu ia diangkat sebagai supervisor yang meimiliki beberapa anak

buah. Prestasi yang dicapainya ini tentu saja ia peroleh dengan kerja keras,

karena persaingan yang cukup tinggi dengan karyawan lainnya. la semakin

terpacu untuk memberikan performance yang lebih memuaskan. Malam

minggu ia habiskan untuk menyelesaikan tugas-tugas kantor, dan tidak

jarang ia membawa sebagian pekerjaannya ke rumah, l<adang-kadang saat

makan siang pun ia masih tetap memikirkan pekerjaannya.

Kondisi yang dialami oleh sinta, merupakan fenomena workaholic, dimana

pekerja mendedikasikan dirinya secara total pad a 'kehidupan karirnya.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

6

Mereka biasa bekerja dengan beban kerja yang tinggi dan menghabiskan

waktu yang panjang pula. Demi pekerjaan mereka sering mengabaikan

aktivitas ataupun tanggung jawab lainnya. Bagi yang belum berkeluarga,

mereka tidal< lagi terlibat dalam kegiatan atau aktivitas sosial dengan temaf!­

teman sehingga relasi dan kontak sosial semakin terbatas. (www.experd.org

dalam google.com, 2006).

Di kota besar yang ada di Jepang, setiap tahunnya 10.000 pekerja didapati

tergeletak di meja kerja mereka karena bekerja minimal 130 sampai 70 jam

dalam seminggu. Waktu istirahat mereka singkat sekali Hal ini tidal< hanya

berdampak pada kesehatan fisik saja, tetapi juga kesehatan mental karena

mereka mudah mengalami stres yang bersifat kronis. Dengan pikiran yang

terbebani dengan pekerjaan, mereka juga mengalami gejala sulit tidur. Jika

dibandingkan dengan rekan kerja yang bukan workaholic, mereka lebih

mudah merasa depresi bila mengalami hal-hal yang mengecewakan

(www.experd.org dalam google.com, 2006).

Selain itu, dari segi ke~ehatan akan menimbulkan stres yang akan

berpengaruh terhadap kondisi fisik seperti kemungkinan terkena serangan

jantung tergolong tinggi. Mereka berusaha keras untuk mencapai

kesuksesan, dan kalau promosi tidak sesuai harapan, mereka cepat

mengalami stres dan berdampak pada kondisi kesehatan mereka. Stres yang

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

tinggi juga dapat menyebabkan tekanan darah rneningkat, sebagai faktor

yang paling beresiko terhadap sakit jantung atau serangan jantung. Stres

juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga menjadi lebih rentan

terhadap berbagai penyakit (Sinar Harapan 2003 dalam google.com).

7

Gejala stres juga dapat berupa gangguan psikis maupun fisik, atau kedua­

duanya. Menurut Munson, di antara gejala fisik adalah sakit kepala, flue, dan

sulit tidur. Sedangkan menurut Green dan Shellen Beger, gejala stres adalah

kurang konsentrasi, takut gagal dalam ujian, sulit membuat keputusan,

menurunnya daya ingat, dan perubahan dalam pola tidur dan makan (Jurnal

Tazkiyah, Netty Hartati, Bambang Suryadi, Neneng Tati Sumiati, 2005).

Dari beberapa gejala yang telah disebutkan di atas, yang ditimbulkan dari

stres diantaranya adalah sulit tidur. Sulit tic:.:r bis<:: di:;cbabkan dari beberapa

faktor salah satunya adalah dari perilaku workaholic, karena perilaku tersebut

banyak berdampak pada kesehatan. Seseorang yang mempunyai perilaku

workaholic juga mudah terserang berbagai penyakit dan gangguan psikis,

seperti gangguan tidur atau lebih khususnya lagi insomnia.

Insomnia (sulit tidur) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang fenomenal pada saat ini. Rosekind memperkirakan bahwa meskipun

95% masyarakat Amerika kadang-kadang mengalami insomnia. Mereka

Page 23: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

8

menggolongkan 73% dari 115 pasiennya mengalami gangguan tidur.

Insomnia meningkat hingga 86% pada pengguna narkoba dan menjadi 100%

pada orang dengan kerusakan kognitif. Dengan tidak dilaporkannya kesulitan

tidur yang dialami pasien dokter hanya menemukan insomnia pada 33% dari

catatan medis pasien tersebut (Sinar Harapan 2003 dalam google.com).

Terhadap faktor penyebab gangguan tidur, maka banyak ahli mengatakan

pada umumnya disebabkan oleh banyak hal. Dalam pandangan Dr. Nino

Murcia mengatakan, "belum pernah menemukan gangguan tidur yang hanya

disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor". Dalam temuan

para ahli setidaknya ada empat faktor penyebab insomnia yakni predisposisi

psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan

yang mengganggu, serta kebiasaan buruk (Sinar Harapan 2003 dalam

google.com).

Secara khusus, faktor psikologis memegang peran utama terhadap

kecenderungan insomnia. Hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran

seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf

pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga. Mis.alnya, ketika

seseorang sedang memiliki problematika pelik di lingkungan kantor, maka jika

ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah diajak

kompromi untuk tidur. Di sini faktor kecemasan, ketegangan, dan

Page 24: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

9

ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan insomnia (Sinar Harapan 2003

dalam google.com).

Bukan hanya faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, tentu saja gangguan

insomnia akan memiliki dampak negativ lain dalam kehidupan individu yang

bersangkutan. Pertama, akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga

berpeluang terhadap munculnya sejumlah penyakit. Kedua, susah tidur akan

berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga mempengaruhi aktivitas

kehidupan sehari-hari, misalnya dalam menyelesaikan tugas di kantor, dan

interaksi dengan lingkungan sosial ijurnal Psychology Today, Juni 1986,

dalam Sinar Harapan 2003 dalam google.com).

Sampai di sini dapat digambarkan bahwa baik workaholic maupun insomnia

memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan sosial, dimana perilaku

11vorkaholic tersebut berimplikasi pada keluarga dengan kurangnya perhatian

yang dicurahkan kepada mereka, sementara insomnia berimplikasi pada

interaksi lingkungan sosial dengan gangguan stabilitas emosional sipenderita.

Ketika seseorang yang mempunyai perilaku workaholic diharapkan untuk

mengabdikan diri sepenuhnya terhadap pekerjaan, maka besar kemungkinan

ia akan menghabiskan banyak waktu istirahat demi tuntutan profesionalitas.

Begitu juga adanya ambisi untuk bertindak secara serba sempurna, maka

Page 25: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

problem kantornya bisa hadir dalam pikirannya yang dapat menjadi

penganggu tidurnya. Bila hal ini terus berlanjut, maka besar kemungkinan

bahwa seseorang yang mempunyai perilaku workaholic akan mengalami

gejala insomnia.

IO

Pada PT. Astra lnternasional misalnya, sebuah perusahaan yang bergerak di

bidang industri otomotif, karyawan pada divisi Marketing dituntut untuk

mengembangkan potensi dirinya setiap saat. Hal ini disebabkan karena divisi

tersebut diharapkan menjadi sumber pengembangan dan sebagai tulang

punggung perusahaan. Oleh karena itu, peran divisi Marketing di PT. Astra

lnternasional menjadi sangat penting karena divisi terselbut harus

menyiapkan sumber daya manusia (SOM) yang siap menghadapi tantangan

pekerjaan yang sangat dinamis baik di lapangan maupun di dalam ruangan

(kantor).

Dari hasil wawancara dengan seorang karyawan divisi Marketing PT. Astra

lnternasional, diperoleh informasi bahwa pada divisi tersebut seringkali

karyawan bekerja melewati dari batas waktu normal dalam semiriggu. Mereka

harus mulai bekerja pada pukul 03:00 dan pulang ke rumah dengan jam yang

tidak bisa ditentukan. Sedangkan di dalam buku SM Lurnbantobiing (2004)

kebutuhan tidur untuk orang dewasa antara 6 sampai 9 jam jika mereka

bekerja terlalu diporsir waktunya, mereka tidak bisa merasakan kondisi tubuh

Page 26: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

11

yang fres keesokan harinya ketika bekerja. Kadang kala mereka merasa

mengalami gejala insomnia dikarenakan bekerja terlalu lelah dan dalam

kondisi tekanan, mereka merasa dikejar target, sebab, jik.a mereka tidak

mencapai target yang diharapkan oleh perusahaan maka mereka bisa

kehilangan pekerjaan tersebut. Dari hasil wawancara tersebut terlihat adanya

tuntutan kerja yang tinggi dan sekaligus tuntutan kerja itu berpengaruh

terhadap pola tidur mereka dengan minimnya waktu tidur pada malam hari.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik ingin mengetahui lebih jauh

mengenai perilaku workaholic pada beberapa karyawan di Jakarta dengan

timbulnya gejala insomnia. Oleh karena itu penulis ingin rnengungkapkan

lebih clalam lagi permasalahan tersebut, dengan penelitian yang berjudul :

"HUBUNGAN ANTARA PERILAKU WORKAHOLIC DE.NGAN TIMBULNYA

GEJALA INSOMNIA"

1.2 ldentifikasi Masalah

Untuk membatasi luasnya masalah yang dikemukakan, rnaka penulis

menjabarkan rumusan sebagai berikut :

1. Apakah para pekerja rli Jakarta memiliki perilaku workaholic ?

2. Adakah hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala

insomnia?

3. Hal-ha! apa saja yang mempengaruhi timbulnya perilaku workaholic?

Page 27: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

4. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi timbulnya gejala insomnia ?

5. Seberapa besar dampak yang ditimbulkan seseorang yang

mempunyai perilaku workaholic ?

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

12

Mengingat luasnya masalah yang dapat di identifikasi. rnaka masalah yang

menjadi objek penelitian dibatasi pada :

1. Apakah seseorang yang mempunyai perilaku workaholic mengalami

gejala insomnia?

Sedangkan batasan variabelnya adalah sebagai berikut :

Yang dimaksud dengan perilaku workaholic adalah Seorang workaholic yang

secara emosional beralih menjadi lumpuh dan kecanducin terhadap kontrol

dan kekuatan dalam kendali dorongan hati yang kuat untuk mendapatkcin

pengakuan dan kesuksPsan (Barbara Killinger, 1991).

a. Perilaku workaholic adalah seseorang yang secara emosional beralih

menjadi lumpuh dan kecanduan terhadap control dan kekuatan dalam

kendali dorongan hati yang kuat untuk mendapatkan pengakuan dan

kesuksesan (Barbara Killinger, 1991 ).

Workaholic atau ketagihan kerja ialah orang yang terdorong untuk

terus menerus bekerja, sehingga sering kali tidak memperhatikan

kesehatan dirinya (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004).

Page 28: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

13

b. Sedangkan diagnosis dalam Pedoman Penggolongan Gangguan Jiwa

(PPDGJ-111: 2001) insomnia adalah a). keluhan adanya kesulitan

masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk

; b) gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu setama minimal

satu bulan; c) adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur

(sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada

malam hari dan sepanjang siang hari; d) ketidak puasan terhadap

kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang

cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.

1.3.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, peneliti merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apa!<ah ad:i !i'Jc'Jn;;ar. 1ang signifikan antara perliaku workaholic

dengan timbulnya gejala insomnia?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

1.4.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat rnernberikan rnanfaat, baik secara teoritis

rnaupun secara praktis, yaitu sebagai berikut :

14

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat rnernberikan rnanfaat bagi

pengernbangan teori-teori psikologi, khususnya yang berhubungan

dengan teori perilaku workaholic, teori insomnia serta bidang

psikologi industri dan psikologi klinis.

b. Manfaat Praktis

Sedangkan secara praktis untuk rnernberikan inforrnasi dan

pengetahuan, pertirnbangan, bahan rujukan dan pernbanding untuk

penelitian-penelitian selanjutnya. Disarnping itu rnasukan bagi para

pelaku workaholic, para pernerhati kesehatan, clan bagi para pekerja.

Khususnya bagi para pekerja rnuda yang rnasih bersernangat dan

arnbisius dalarn rnengejar karir.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk rnengetahui bagairnana penelitian ini dibuat, rnaka penulis

rnenjelaskan sebagai berikut :

BAB 1 Berisi tentang latar belakang rnasalah, identifikasi rnasalah,

pernbatasan dan perurnusan, tujuan dan manfaat penelitian,

serta sisternatika penulisan.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

BAB2

BAB3

BAB4

BABS

15

Kajian pustaka yang meliputi : Pengertian perilaku workaholic,

Faktor-faktor yang mempengaruhi workaholic, Kepribadian

workaholic, Perubahan secara emosional, jenis-jenis perilaku

workaholic, tanda-tanda utama gangguan workaholic,

perubahan kepribadian, Pengertian insomnia, Jenis-jenis

Insomnia, Penyebab insomnia, Dampak dari insomnia,

rekomendasi mencegah insomnia, pengertian stres kerja,

dimensi sires, sumber sires, kerangkan berfikir, hipotesis

penelitian.

Metodologi penelitian yang meliputi : Jenis penelitian, variable

penelitian, metode pengambilan sampel, tEikhik pengambilan

sempel, teknik pengumpulan data, teknik uji instrument

penelitian, prosedur penelitian.

Presentasi dan analisis hasil penelitian : Gambaran umum

responden penelitian, presentasi data, uji normalitas, uji

homogenitas, serta uji hipotesis.

Merupakan penutup yang meliputi: Kesimpulan, Diskusi, dan

Saran.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

2. 1 Perilaku Workaholic

BAB2

KAJIAN TEORI

2.1.1 Pengertian Perilaku Workaholic

The term was coined in. ·/971 by Wayne Gates, an American minister and

professor of the psychology of religion. In his personal story, Confessions of a

Workaholic, he begins with a light-hearted attempt to josh his readers into

chuckling with him over the notion of a compulsion to work. This approach

soon gives way to a serious look at his own addiction and its roots.

lstilah workaholic diperkenalkan pada tahun 1971 oleh \Nayne Oates,

seorang menteri Amerika dan guru besar Psikologi Agarna. Dalam catatan

pribadinya, (Confessions of a Workaholic), ia memulai tulisannya dengan

cara mencandai para pembacanya yang diduganya bekerja karena terpaksa.

Pendekatan ini segera memberikan cara untuk dapat melihat dengan serius

bahwa kecanduan bekerja atau workaholic berasal dari permasalah di alas

(Barbara Killinger, 1991 ).

Workaho/ism is certainly not mental dosorder and is not listed as such in the

American Psychiatric Association's handbook of such disorders. Nonetheless,

it is a disturbing behavioral trait with substantial costs, as shall be seen, to the

individual. As such, it can be regardf!d as a psychological symptom.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

17

Workaholism bukanlah sebuah gangguan mental dan ia tidak terdaftar dalam

handbook Assosiasi Psikiatri Amerika sebagai suatu gangguan. Kendati

demikian, ia merupakan perilaku yang mengganggu yan~J sangat substansial

terhadap individu yang mengidapnya, sebagaimana yan~J akan dilihat.

Workaho/ism dapat dianggap sebagai gejala psikologis (Frank Bruno, 1993).

The concept of workaholism does not apply to individuals who must work long

hours as a necessity. A small farmer woth livestock that must be tended to

every day may work 60 or 70 hours a week, but he or she is not suffering

from workaholism. A single parent who works long hours and takes college

classes in the hope of becoming a better provider is not a victim of work­

aholism. On the whole, it can be said that persons who display worfraholism

tend to perform either challenging or creative work, not routine drudgery.

They tend to be people who own businesses or have management posi-tion

in a business, have profession in such fields as medicine, law, and teaching,

or have careers in the fine arts, such as writing, composing or performing.

Konsep workaholism tidak dapat diterapkan pada individu-individu yang harus

bekerja berjam-jam sebagai suatu keperluan. Petani kecil yang memiliki

cadangan hidup yang habis setiap harinya mungkin bekerja 60-70 jam dalam

seminggu, namun demikian ia tidak menderita workaholism. Seorang guru

yang bekerja berjam-jam untuk mengisi jam kelas tambahan dengan harapan

dapat menjadi penopang keluarga yang lebih baik bukanlah korban dari

Page 33: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

18

workaholism. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa seseorang yang

menunjukkan perilaku workaholism cenderung mengarah pada tantangan

ataupun kerja kreatif. Mereka cenderung menjadi orang yang 1) memiliki bis­

nis atau memiliki posisi manajerial dalam sebuah bisnis, 2) memiliki profesi

profesi di bidang-bidang seperti obat, hukum, dan pengaj<iran, atau 3) memi­

liki karir di bidang seni seperti menulis, mengarang, atau pelaku seni (Frank

Bruno, 1993)

Workaholic bisa terjadi pada siapa saja, laki-laki atau perempuan, tua atau

muda. Workaholic bisa terjadi pada mereka yang berusia dua puluhan tahun

atau bahkan yang belasan tahun. Namun biasanya ia terjadi pada usia lanjut,

pada orang-orang yang telah berusia empat puluhan dan llima puluhan tahun.

Not many peo,fJI"' are c0mf0rtable with that label. We all think we know some­

one who is workaholic, but few of us are willing to acknowledge our own

addiction to work. And yet, workaholism has become pan of everyday life.

Tidak banyak orang yang merasa nyaman dengan panggilan workaholic.

Namun kita bisa mengetahui seseorang tergolong workaholic, meskipun

sed,kit dari kita yang mau menyadari diri sendiri sebagai pecandu kerja. Dan

terlebih lagi, workaholism telah menggejala dalam kehidupan riil. Jadi, siapa

sebenarnya seorang yang workaholic itu?

Page 34: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

19

A person who works long hours is not necessarily a workaholic. Work is

essential for our well-being. Through wort< we define ourselves, develop our

strengths, and take our places in society. Work gives us satisfaction, a sense

of accomplishment, and mastery over problems. It provides us with a direc­

tion, and gives us goals to reach and hurdles to overcome. When we lose a

job, or cannot work for whatever reason, our personalities suffer profound

emotional disorganization and disturbance. Work addiction is different.

Ironically, it usually happens to middle-class people who are not driven to

overwork by economic necessity. Someone who has to work extra hard to

clothe and feed the family is simply facing a stark reality. He or she is not

motivated by an obsession or driven by a neurotic addiction. Hard workers

who are not workaholics enjoy their work and at times do become passio­

nately devoted to it. They pour great energy and enthusiasm into work and,

on such occasion~, may perbr.'il rc:r.arkable fea&! These'bursts of produc­

tivity are not the nonn, however. Most of the time, these workers can maintain

balance in their lives and are fully in charge of their work schedules.

Orang yang bekerja berjam-jam bukanlah langsung dianggap sebagai

seorang workaholic. Workaholic adalah is!ilah yang digunakan bagi mereka

yang gila keria atau kecanduan kerja. Tapi 'workaholic' berbeda dengan

pekerja keras (hard worker). Pekerja keras merupakan istilah yang paling

umum untuk menggambarkan orang-orang yang rajin bekerja untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun seorang pekerja keras sangat

Page 35: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

20

menyadari bahwa ada hal lain yang juga penting selain bekerja. Pekerja yang

digolongkan sebagai hard worker memandang pekerjaan sebagai hal yang

penting sehingga berusaha untuk memberikan hasil dan kontribusi yang

optimal. Namun mereka dapat membatasi keterlibatan diri dengan pekerjaan,

sehingga masih memiliki waktu untuk keluarga, teman atau aktivitas rekreasi.

Dengan demikian mereka dapat melepaskan diri dari pekerjaan dan memiliki

kehidupan lain (Barbara Killinger, 1991).

Someone who has to work extra hard to clothe and feed the family is simply

facing a stark reality. He or she is not motivated by an obsession or driven by

a neurotic addiction. Hard workers who are not workaholics enjoy their work

and at times do become passionately devoted to it. They pour great energy

and enthusiasm into work and, on such occasions, may perform remarkable

tea&! These'bursts of productivity are not the norm, however. Most of the

time, these workers can maintain balance in their lives and are fully in charge

of their work schedules.

Seseorang yang bekerja ekstra keras (hard worker') untuk memberi makan

dan pakaian keluarganya disebabkan karena tuntutan realitas. la tidak

bekerja karena suatu obsesi, atau tidak dituntut oleh kecanduan neurotic

Seorang pekerja keras (hard worker) yang tidak tergolong workaholic

menikmati pekerjaannya dan pada saat yang sama ia benar-benar bernafsu

untuk bekerja. la mencurahkan energi yang banyak dan sangat antusias

Page 36: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

21

untuk bekerja dan pada saat itu, ia mungkin melakukan perbuatan yang hebat

sekali. Tetapi pekerja keras macam ini dapat mempertahankan

keseimbangan hidupnya dan tetap bekerja berdasarkan jadwal (Barbara

Killinger, 1991 ).

Meskipun pekerjaannya sangat membantu dalam menentukan siapa dia

dalam kehidupan masyarakat dan meskipun karirnya berperan dalam

membentuk gaya hidupnya, namun baginya bekerja hanyalah bagian dari

kehidupannya dan arti penting pekerjaannya dapat tergantikan oleh perasaan

cintanya kepada keluarga dan temannya, yang tampak dari ketertarikan dan

keterlibatannya dalam bergaul di berbagai aktifitas, dalarn kepercayaan sosial

dan spiritual serta perhatiannya. Orang seperti ini bersentuhan dengan

perasaannya dan mampu mengekspresikan rasa cintanya kepada orang lain

melalui perkataan dan perbuatannya, meskipun hal itu mengganggu waktu

kerjanya (Barbara Killinger, 1991).

Workaholism is not about healthy work, but about addiction and the abuse of

power and control. A workaholic is not someone who simply works hard and

enjoys what he or she does. For a workaholic, the job is simply the setting for

the addiction, a place where approval is sought.

Berbeda dengan workaholic yang mungkin tidak termasuk ke dalam kerja

yang sehat. la merupakan candu dan penyalah-gunaan kHkuatan dan kontrol.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

22

Seorang workaholic bukanlah orang yang bekerja keras dan dapat dengan

mudah menikmati pekerjaannya. Bagi seorang workaholic, pekerjaan adalah

suatu setting bagi candu, suatu tempat di mana pengakuan bisa didapatkan

(Barbara Killinger, 1991 ).

Seorang workaholic, tidak rela membiarkan diri mereka tanpa bekerja karena

akan menimbulkan perasaan tidak berharga dan terasin~1- Bahkan ada yang

merasa aneh pada dirinya dan lingkungan. Pada sebagian workaholic,

mereka berusaha untuk menghindari kondisi di mana mereka tidak bekerja.

lni terjadi karena persepsi yang berlebihan terhadap pekerjaan, sebagai satu­

satunya hat yang paling dapat memberikan kebanggaan

(www.experd.org.com).

Untuk lebih memahami pengertian perilaku workaholic, berikut akan

dikemukakan beberapa definisi perilaku workaholic dari berbagai sumber:

Konsep "workaholic" ini muncul sebagai sesuatu yang sifatnya tidak formal di

tengah masyarakat umum, dan ia jelas merupakan turunan dari kata

alkoholism. Meskipun workaholic tidak memiliki arti klinis yang ielas, namun

secara luas ia dapat didefinisikc.n sebagai "a stable behavioral pattern in

which an individuals is psychologically addicted to work." Like an alcoholic,

the individual cannot readily resist the "drug" of work. Work draws the person

like a magnet. Sebuah pola lingkah laku yang stabil di mana seseorang

Page 38: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

23

secara psikologis kecanduan bekerja." Sebagaimana halnya seorang

pecandu alkohol, individu itu tidak sanggup menahan "drug" pekerjaan.

Pekerjaan akan menggambarkan orang itu layaknya seperti magnet (Frank J.

Bruno, 1993)

(A workaholic is a person who gradually becomes emotionally crippled and

addicted to control and power in a compulsive drive to gain approval and

success) Seorang workaholic adalah seseorang yang secara emosional

beralih menjadi lumpuh dan kecanduan terhadap control dan kekuatan dalam

kendali dorongan hati yang kuat untuk mendapatkan pengakuan dan

kesuksesan (Barbara Killinger, 1991 ).

Workaholic sesuai dengan imbuhan di belakangnya ' aholic', berarti

kecanduan atau ketagihan. Jadi perilaku workaholic adalah istilah yang

digunakan untuk mereka yang ketagihan atau kecanduan kerja. Mereka

serasa mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dengan bekerja secara

berlebihan. Mereka juga bisa menghabiskan waku untuk bekerja dalam

seminggu antara 60 jam - 70 jam (www.astaga.com).

Workaholic atau ketagihan kerja ialah orang yang terdorong untuk terus­

menerus bekerja keras, sehingga sering kali tidak memperhatikan kesehatan

dirinya (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004).

Page 39: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

24

(A workaholic is a person addicted to work. This addiction may be pleasurable

to the victim or it may be burdensome and troubling) Workaholic adalah

seseorang menjadi kecanduan untuk bekerja. Kecanduan ini bisa

menyenangkan bagi korban atau mungkin saja beban dan mengganggu

(www. Wikipedia. com, 2006).

Dari gambaran di atas, penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan

perilaku workaholic adalah perilaku seseorang yang kecanduan dalam

bekerja, mereka merasa mendapat kenikmatan dalam bekerja dengan

menghabiskan waktunya untuk bekerja tanpa menghiraukan lingkungan yang

ada di sekitarnya demi mendapatkan pengakuan dan kesuksesan. Mereka

juga bekerja dengan tujuan untuk mendapatkan status d:an posisi di tempat

kerja. Mereka juga bisa menghabiskan waktu bekerja dalam seminggu 40

jam lebih padahal undang-undang perburuhan mengatur tenaga kerja

maksimal 40 jam perminggu karena, kekuatan seseorang ada batasnya dan

apa yang dikerjakan diluar daya kemampuannya, apalagi sudah melampaui

ambang kelelahan, sudah tidak produktif lagi. Bahkan mungkin keputusan

yang sebenarnya penting sekali diambil dengan sembarangan saja karena

lelah b«ik fisik maupun psikis.

Workaholism saat ini telah menggandrungi kehidupan terutama di kota-kota

besar, merusak tatanan hubungan keluarga dan hubungan lingkungan sosial,

Page 40: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

25

dan menyebabkan perasaan tidak nyaman dan tidak bahagia dalam hidup

pengidapnya karena jauh dari orang-orang yang ia cintai. Workaholic atau

kecanduan bekerja biasanya terjadi pada orang-orang golongan menengah

ke atas yang bekerja tidak karena keterpaksaan dengan alasan ekonomi

(Barbara Killinger,1991).

Orang-orang workaholic umumnya tidak butuh melakukan hal lain yang

sesungguhnya juga penting dalam hidupnya. Memang, seorang workaholic

cenderung memiliki kekhasan tersendiri dalam bekerja. Perilakunya selalu

terarah dan terfokus hanya pada pekerjaan. Seorang 'workaholic' mampu

bekerja sejak pagi hingga pagi lagi. Sehingga hal-hal di luar pekerjaan

dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat. (vvww.Astaga.com).

Pada masyarakat pe;kotaar. ~cadaar, i11i disebabkan olE!h pengaruh

lingkungan. Orang diharapkan untuk setia terhadap perusahaan teli'pat ia

bekerja dan mengorbankan segala sesuatu untuk perusahaannya.

Sebaliknya secara moral perusahaan dituntut untuk mempekerjakan si

karyawan seumur hidupnya. Keadaan ini juga dapat diS!~babkan oleh ambisi

yang terlalu besar. Rasa tidak percaya diri, kurangnya harga diri, dapat pula

menjadi penyebabnya. Kerja keras merupakan salah satu mekanisme

kompensasinya. Belakangan ini diketahui bahwa ketagihan kerja ini

Page 41: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

26

merugikan kesehatan dan menjadi salah saru penyebab kematian di Jepang

(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Workaholic

Menu rut (Barbara Killinger, 1991) Workaholisme muncul dari lingkungan

sosial, yaitu peran keluarga yang kurang berfungsi, atau berasal dari

lingkungan masyarakat workaholic itu sendiri:

1. (Children are taught that it is not okay to talk about problems). Anak­

anak berpikir bahwa tidak baik membicarakan problem. Tidak

membicarakan permasalahan akan mendorong terciptanya suatu

kerahasiaan dan menjadikan system keluarga mi:mjadi tetap tertutup

meskipun untuk hal-hal lainnya. Membantah tidal< pernah diijinkan di

dalam lingkungan keluarga.

2. (the family does not believe that feelings should Ile expressed openly)

Keluarga tidak percaya bahwa perasaan hendaknya diungkapkan

secara terbuka. Komunikasi yang sehat menjadi sulit ketika contoh­

contoh peran yang sehat tidak ada. Bila orang tua secara emosional

menjadi pincang oleh workaholism atau kecanduan-kecanduan lain '

mereka benar-benar tidak lagi mengetahui bagairnana perasaan

mereka.

3. (Communication between family members is usually indirect, with one

person acting as the messenger between two others) Komunikasi

Page 42: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

27

antara anggota keluarga biasanya tidak secara langsung, di mana

salah satu di antaranya menjadi penyambung pesan untuk dua orang

yang lain. Ketidakberfungsian keluarga selalu membentuk" segi tiga,"

di mana satu anggota keluarga bertemu dengan orang lain untuk

mengatakan permasalahannya dengan orang yang akan menjadi

penghubung. Pola-pola komunikasi tak langsung ini adalah tidal<

berfungsinya anggota keluarga sebab mereka jarang didorong untuk

memecahkan permasalahan yang sedang dipecahkan bersama, tetapi

mereka menciptakan orang-orang baru.

4. (Children get the message that they should be strong, good, right, and

perfect) Anak-anak mendapat pesan bahwa mereka hendaknya kuat,

baik, benar, dan sempurna. Cinta bersyarat mengatakan: ''.Aku akan

mencintaimu jika kamu baik, sempurna, kuat, dan bertanggung jawab."

Di sisi yang lain, cinta tak bersyarat mengatakan, "Jadilah dirimu

sendiri, aku akan mendukungmu sebagai dirimu yang unik. Aku akan

memberitahu ketika aku tidak setuju dan tidal< mendukung tingkah

lakumu, dan aku akan mencoba untuk menawarkanmu petunjuk dan

kebijaksanaan sebagai pertimbanganmu. Kamu dapat menerima atau

menolak hal ini, dan aku akan tetap mencintaimu."

5. (Parents expect children to make them proud) Orang tua berharap

anak-anaknya membuatnya bangga. Di dalam keluarga-keluarga yang

sehat, anak diajar untuk bangga jika ia membuat prestasi. Orang tua

Page 43: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

mengomentari mutu pekerjaan yang dikerjakan, tetapi tidak

memberikan kritikan " baik" atau" tidak baik" untuk setiap hasilnya.

28

6. ("Don't be selfish" is a common admonition from parents) "Jangan

egois!" adalah satu peringatan umum dari orang tua. " Egoisme sehat"

berarti memelihara diri sendiri. Di dalam dysfunctional keluarga,

pasangan hidup dan anak-anak belajar untuk merawat orang lain,

tetapi sering melupakan kesehatan dan kebahagiaan mereka sendiri,

dan bahkan mereka menjadi sangat sibuk melayani orang lain bahwa

mereka medahulukan orang lain daripada diri mereka sendiri.

7. (Children are told" Do as I say and not as I do'} .A.nak-anak

diperintahkan, "Kerjakan seperti yang kukatakan, bukan seperti yang

aku lakukan". Di dalam disfunctional keluarga, perilaku dan

perbuatan-perbuatan orang tua tidak selalu mern3tapkan satu contoh

ya119 t,.:;ik untuk anak-anak.

8. (Children team that it is not okay to play or be playful) Anak-anak

belajar bahwa tidak baik bermain atau banyak bHrmain. Permainan

adalah inti sari dari kreativitas dan kegembiraan, dari kesenangan dan

persahabatan. Di dalam disfunctional keluarga, permainan adalah

pekerjaan yang dicurigai.

9. ("Don't rock the boat" is a family motto) "Tidak mengacaukan keadaan"

itu adalah semboyan keluarga. Jika anda tidak mengacaukan

keadaan, bagaimana nantinya anda menemukan ada satu

Page 44: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

29

pengalaman di dalamnya. Hanya dalam suatu keinginan anda belajar

dari kegagalan, bukan dari hasilnya. Satu pengalaman keluarga atas

permasalahan perlu untuk diuji terhadap kenyataan bagaimana orang

lain melihat mereka.

Poin-poin di atas dari pengaruh dalam keluarga. Namun bagaimanapun,

keluarga bukan satu-satunya pengaruh yang mendorong perilaku

workaholism atau yang dapat mengubah nilai sosial dalarn lingkungannya.

Separuh dari abad ini sudah membuat perkembangan satu iklim

konsumerisme dan paham materialisme (l<ebendaan). Seorang workaholic,

kontribusinya terhadap masyarakat adalah patut dicontoh , namun kehidupan

pribadinya adalah bencana (Barbara Killinger, 1991).

2.1.3 Kepribadian Workaholic

As workaholism begins to control the workaholic's life, three traits -

perfectionism, obsession, and narcissism - become exaggerated and

dominate the workaholic's thoughts and actions. We will see how

perfectionism leads to obsession and, eventually, to narcissism. Consider

how far along a continuum line you are for each of these traits. We all slide

along the continuum and exhibit neurotic behaviour some of the time but we '

need to be alert for the signs that indicate abnormal levels.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

30

Ketika workaholism mulai mengontrol/mengendalikan kehidupan seorang

workaholic, ada tiga ciri yang mendominasi pemikiran dan tindakan seorang

pengidap menu rut (Barbara Killinger, 1991 ).

a. Petfecsionisme : suatu kebiasaan di mana orang ingin segala

pekerjaan dilakukan dengan sempurna (John M Echols, Hasan

Shadily, 1997).

Perfeksionis (petfectionis) adalah orang yang ingin segalanya serba

sempurna, orang yang percaya bahwa kesempurnaan moral bisa

dicapai lewat perilaku tanpa dosa (Save M Dagun, 1997).

b. Obsesi (Obsession) adalah gangguan jiwa neurotic yang membuat

seseorang hanya memikirkan dan mengingat-ingat sesuatu (ide,

aspirasi, keinginan) secara terus menerus.

Untuk kriteria gangguan kepribadian obsesif-kompulsif dalam

Diagnostic Statistic Manual-IV (DSM-IV) adalah : a). terfokus secara

berlebihan pada aturan dan detail hingga poin utama suatu aktivitas

terabaikan; b). perfeksionisme ekstrem hingga ke tingkat yang

membuat berbagai proyek jarang terselesaikan; c). pengabdian

berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan

persahabatan; d). tidak fleksibel tentang moral; f). sulit membuang

benda-benda yang tidak berarti; g). enggan mendelegasikan kecuali

jika orang lain dapat memenuhi standarnya; h). kikir; i). rigid dan keras

Page 46: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

31

kepala (Mellinger, Balter, & Uhlenhunt, dalam Gerald C. Davison, John

M. Neale, Ann M. Kring, dalam Noermalasari Faja1~ (2006).

Kepribadian obsesif-kompulsif adalah seorang yang perfeksionis,

terfokus berlebihan pada detail, aturan, jadwal, dan sejenisnya. Orang­

orang tersebut sering kali terlalu memperhatikan detail sehingga

mereka tidak pernah menyelesaikan proyek. Mereka berorientasi pada

pekerjaan dan bukan pada kesenangan dan teramat sulit mengambil

keputusan (karena takut salah) dan mengalokasi waktu (karena takut

terfokus pada hal yang salah). Hubungan interpersonal mereka sering

kali buruk karena mereka keras kepala dan menuntut agar segala

sesuatu dilakukan dengan cara mereka. "Gila kendali" adalah istilah

popular bagi orang-orang tersebut.

c. Narsisme (Narcissism) adalah menganggap diri sendiri paling tampan,

paling cantik, kecintaan yang berlebihan terhadap diri sendi1 i, l\eGeri­

derungan untuk bercinta dengan diri sendiri (Save M Dagun, 1997).

Sedangkan kriteria gangguan kepribadian narsisistik dalam Diagnostic

Statistic Manual-IV (DSM-IV) adalah : a). Pandangan yang dibesar­

besarkan mengenai pentingnya diri sendiri, arogansi; b). terfokus

pada keberhasilan, kecerdasan, kecantikan diri; c). kebutuhan ekstrem

untuk dipuji; d). perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan

segala sesuatu; e). kecenderungan memanfaatkan orang lain; f). iri

pada orang lairt.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

32

Orang-orang dengan gangguan kepribadian narsisistik memiliki

pandangan berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan mereka;

mereka terfokus dengan berbagai fantasi keberhasilan besar. Mereka

juga menghendaki perhatian dan pemujaan berlE!bihan yang hampir

tanoa henti dan vakin behwa mereka hanya dapat dimengerti oleh

orang-orang yang istimewa atau memiliki status tinggi. Hubungan

interpersonal mereka terhambat karena kurangnya empati, perasaan

iri dan arogansi, dan memanfaatkan orang lain serta perasaan bahwa

mereka berhak mendapatkan segala sesuatu - rnereka menghendaki

orang lain melakukan sesuatu yang istimewa untuk mereka tanpa

perlu dibalas. Kerpibadian narsisistik sangat sensitif terhadap kritik dan

sangat takut kegagalan (Gerald C. Davison, John M. Neale, Ann M.

Kring, dalam Noermalasari Fajar (2006).

Orang-orang yang mengalami gangguan ini dari luar tampak memiliki

perasaan luar biasa akan pentingnya dirinya. Kegagalan untuk

mengembangkan harga diri yang sehat terjadi bila orang tua tidak

merespons dengan baik kompetensi yang ditunjukkan anak-anak

mereka. bila orang tua merespons anaknya den9an penghargaan,

kehangatan, dan empati, mereka menumbuhkan rasa makna diri yang

normal dan harga diri yang sehat pada si anak (Gerald C. Davison,

John M. Neale, Ann M. Kring, dalam Noermalasari Fajar (2006).

Page 48: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

33

2.1.4 Perubahan Secara Emosional (The Emotional Turmoil)

Someone who is a hard worker, but obsessive in his actions or driven to

excel, is not necessarily a work addict. A workaholic cannot not work for any

extended period of time without growing anxious. The long hours spent at

work are only a sign that the person is not being effective. It may now take

twelve hours to do what used to be done in eight. Working Jess is not a

solution because it is what is happening in the inner psyche that produces the

profound personality changes that cripple the workaholic.

Seorang pekerja keras (hard worker), tidak dikendalikan dan terasul<i di

dalam tindakannya, mereka tidal< harus menjadi pencandu kerja. Sedangkan

seorang workaholic tidal< bisa tidal< bel<erja untul< periode yang lama tanpa

didorong dengan semangat dan rasa cemas (Barbara Killinger, 1991)

To illustrate ti'1i& pr0c&s.>, I will describe one personality type that is parli­

cularly prone to workaholism: the introverled thinker. These people process

information by taking it in and fanning their own subjective way of viewing the

world. Because these people are introverled, and tend not to check with

others, it is easy for them to get lost in a fantasy world where their ideas are

tied to inner images rather than to reality. Such people are often indifferent to

the opinions of other people and are prone to view their own ideas as "right,"

meaning for them, logical, rational, and fair.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

34

Untuk menggambarkan proses ini, akan diuraikan satu tipe kepribadian itu,

yaitu "Senang memikirkan diri sendiri." Orang-orang ini rnemproses informasi

dan membentuk jalan pemikirannya dengan cara subjektif mereka sendiri

dengan mengamati dunia. Sebab orang-orang ini senan9 rnemikirkan diri

sendiri, dan cenderung bukan untuk memperhatikan orang lain. Orang-orang

seperti itu sering tidak acuh akan pendapat-pendapat dari orang lain dan

merel<a ingin orang lain cenderung memandang gagasan-gagasan mereka

sendiri sebagai yang "benar," maksudnya untuk mereka, masuk akal, logis,

dan adil. Sikap rendah hati adalah bul<an salah satu ciri dari mereka.

Then the addiction to work gradually pushes him or her to work harder and

longer to achieve power and control in the form of success. The workaholic,

as the breakdown progresses, sees only limited possibilities and rigidly

adheres to what is knc;;·n an~ sc.fa. Addicts are prone to use dualistic thinking

because it reduces the very complex into two simplistic choice;;. One must be

right; the other wrong. There are very few greys in the world of the work­

aholic. At this stage, unlimited options are too confusing and upsetting.

However, the answer often lies beyond the two options.

Kemudian kecanduan untuk pekerjaan secara berangsu1·-angsur, atau

dengan desakan-desal<an untul< bekerja lebih panjang dan lebih keras, men­

capai kekuasaan dan dapat mengendalikan dalam wujucl sukses. Ketika

sebagai gangguan, workaholic terlihat hanya dibatasi oleh berbagai kemung-

Page 50: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

35

kinan dan dengan bertahan untuk rnendapatkan rasa aman. Pencandu­

pencandu kerja atau workaholic cenderung akan rnenggunakan pernikiran

dualistic, sebab itu rnengurangi kornpleksitas ke dalarn dua pilihan seder­

hana. Satu harus benar; yang satu lagi harus salah. Sangat sedikit untuk

bersikap netral dalarn dunia workaholic. Pada tangkah ini, pilihan-pilihan yang

tak terbatas adalah rnernbingungkan dan rnerepotkan.

2.1.4.1 Tiga Jenis Workaholic

Walaupun para workaholic biasanya mernpunyai karakteristik-karakteristik

tertentu narnun ada tiga tipe yang berbeda di antara rnereka: Workoholic

Pengendali (Controller'), Workoholik Pengendali yang Narsisistik (Narcissistic

Controller'), dan Workaholic Menyenangkan (Pleaser).

Tipe Pertama Workoholic Pengendali

Controller workaholics are very independent, ambitious, driven, and intense.

These people are energetic, need little sleep, enjoy keeping busy, and rarely

relax. They can be charming and witty, and appear to be sociable, but they

have few close friends. Secrecy and privacy are important to them, and

sharing is not natural. They are impatient and impulsive. Many controllers are

thinking types. Because they value independence so hfghly, they are often

found in top-management positions or working for themselves.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

36

Sangat bebas, ambisius, dan kuat. Orang-orang ini giat, minim tidur, menik­

mati terus bersibuk, dan jarang rileks. Mereka bisa saja pintar, jenaka, mem­

pesona, dan tampak pandai membawa diri, tetapi mereka mempunyai sedikit

sahabat karib. Privasi dan kerahasiaan adalah penting bagi mereka, dan me­

reka tidak lazim berbagi. Mereka tidak sabaran (impatient) dan meluap-luap

(impulsive). Di antara para workaholic tipe pengendali ini banyak yang tipe

pemikir. Karena, mereka sangat menghargai kebebasan. Mereka sering kali

ditemukan pada posisi management atas, atau bekerja untuk diri sendiri.

Mereka bekerja mati-matian sampai kelelahan. Kemudian mereka menjadi

dihentikan dan berhenti untuk berfungsi dengan baik sampai badan bisa

memugar kembali energinya. Para workaholic pengontrol menciptakan

atmospir yang meningkat dari marah bera!ih ke merah padam, hingga akhir­

nya menghancurkan anggota keluarga dan teman kerja. Benteng pertahanan

utama dari workaholic tipe ini adalah menyangkal, rasionalisasi, menghindar.

Tipe kedua workaholic Pengendali Narsissistic

A second type, the more disturbed Narcissistic Controller, has similar reac­

tions, but tends to resort to dissociation when stress climbs too high. Dis­

sociation occurs when a person splits off and represses negative feelings

about things, other people, and him or herself. Unwanted things cease to

exist; people are ignored. The person does not remember that things have

happened. These workaholics are narcissistic and have not developed the

Page 52: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

37

Capacity to truly love others unconditionally. They are th1~ takers who mani­

pulate others to serve their own ends. Stubborn and proud, they view image

as everything.

Memiliki reaksi yang serupa, tetapi cenderung mencari jalan untuk

memisahkan diri ketika stres yang ia alami terlalu berat. Pemisahan diri

terjadi bila ada orang yang memberikan perasaan negativ terhadap sesuatu,

orang lain, atau terhadap diri workaholic ini sencliri. Ketika hal-hal yang tak

cliinginkan tidak nampak lagi, orang-orang diabaikannya. Pengidap

workaholic tipe ini tidak ingat lagi bahwa hal yang tak diinginkan itu sudah

pernah terjadi. Orang-orang workaholic ini narcissistik clan belum dapat

mengembangkan suatu kapasitas untuk mencintai orang lain dengan

sesungguhnya dalam keadaan yang tanpa syarat. Mereka adalah penerima

yang memanipulasi orang lain untuk kepentingannya sendiri. Keras kepala

dan berbangga, adalah citra yang lekat pada dirinya.

Tipe ketiga, Pleaser

Pleaser workaholics tend to be less ambitious, more sociable people who are

keenly aware of other people and other people's needs. They enjoy beinf'f

with others, but can be too dependent on them. They take middle manage­

ment jobs because feedback from others and the boss's sea/ of approval are

important to them. They tend to avoid making waves ano' will act out passively

rather than risk rejection and disapproval with overt anger. When things start

Page 53: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

38

to go wrong, emotions build up inside. Sometimes anger gets misdirected to

someone or something else. Fear and resentment make them overly sensitive

to criticism, and some become paranoid. Instead of verbalizing their hurt and

confusion, pleasers absorb their anger and feel guilty. Since guilt is self­

anger, it only adds to their distress. They become depressed, moody, and

more distant and uninvolved. They may walk away to avoid their own anger or

to get away from others' anger.

Cenderung kurang ambisius, lebih sosialis, selalu sadar akan orang lain dan

kebutuhan orang lain. Mereka menikmati kebersamaan dengan orang lain,

tetapi dapat menjadi sangat bergantung pada orang lain. Pekerjaan yang ia

ambil adalah management kelas menengah, karena umpan balik berupa

pengakuan dari orang-orang dan bosnya masih penting bagi mereka. Mereka

cenderung untuk menghindari membuat gelombang dan akan bertindak

secara pasif dari pada mendapatkan risiko penolakan ataupun celaan yang

dibarengi dengan kemarahan yang tertuju padanya. Ketika ada masalah,

berbagai perasaan berkecamuk di dalam hatinya. Terkadang, jika ia sedang

marah, orang lain bisa kena sasaran. Mereka menjadi suka murung , terte­

kan, dan lebih tidak dilibatkan jauh. Mereka boleh pergi untuk menghindari

kemarahan mereka sendiri atau untuk lolos da:i kemarahan lainnya. Mereka

mem-verbalisasikan derita dan kekacauan perasaannya, workaholic tipe ini

menahan kemarahan dan malah merasa dirinya-lah yan9 bersalah. Karena

rasa bersalah itu adalah kemarahan terhadap' diri send in, maka perasaan

Page 54: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

39

bersalah itu hanya akan menambah derita dirinya sendiri. Mereka ini menjadi

depresi, suka murung, dan semakin jauh dan mengasin~1. tanpa terlibat dalam

masyarakat. Mungkin mereka berjalan untuk menghindari kemarahannya

sendiri atau untuk menjauh dari kemarahan orang (Barbara Killinger, 1991).

2.1.4.2. Tanda-tanda Utama dari Gangguan Workaholic

Prevention is an important concept to keep in mind as W•'l look at the process

the breakdown follows. If you recognize the major warning signs early

enough, negative effects can be reversed before the addiction causes further

emotional damage. As Lyle Longelaws, a First Nations elder, says, "Before

the healing can take place, the poison must be exposed." Awareness is

essential to recovery. Let's look at some of the signs of breakdown. If you

recognize any of these warning signs m yourself, your spouse, or a friend,

understanding them now can lead to recovery tater.

Pencegahan adalah satu konsep penting untuk diingat ketika kita memper­

hatikan proses hancurnya seorang workaholic berikut ini: Jika anda

mengenali tanda-tanda peringatan sejak dini, dampak-dampak negativ dapat

dihindari sebelum kecanduan menyebabkan kerusakan emosional lebih

lanjut. Sebagaimana yang dikatakan Lyle Longelaws, " S19belum penyem­

buhan dapat berlangsung, racun harus dikeluarkan." Kesadaran penting bagi

kesembuhan. Berikut ini adalah beberapa dari tanda kehancuran itu. Jika

Page 55: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

40

mengenali yang manapun dari tanda ini ada dalam diri sendiri, pasangan,

atau seorang teman, maka memahami tanda-tanda itu SE~karang juga dapat

mendorong kearah kesembuhan di kemudian.

1. (Obsessive and Compulsive Symptoms) Gejala-Gejala Penuh

Obsesi Dan Sifatnya Memaksa.

Banyak di antara workaholic tak terkendali dengan sangat terpaksa

merapikan pekerjaan yang tidak biasanya mereka hiraukan. Pulpen

dan pensil ditata rapi. Para workaholic lainnya mengembangkan

kebiasaan yang ganjil untuk membendung kegelisahannya. Mereka

tidak dapat pulang tanpa membawa tas kantor yang penuh dengan

pekerjaan rumah setelah seharian bekerja di kantor. Tubuh seorang

workaholic sering kali merefleksikan dinarnika ketertarikan jiwa dari

dalam. Namun demikian, mereka sering kali mengembangkan banyak

masalah di belakang, gernkan;iy-.; t.;mpak ;;,aku seperti mesin.

Seorang workaholic suka dengan daftar Qadwal). Semua orang yang

teratur pun suka itu. Namun bedanya workaholic, rnenggunakan lis

jadwal itu dengan terpaksa. Pensiun kerja sering kali menjadi

serangan-serangan yang menakutkan baginya. Apa yang akan ia

kerjakan dengan dirinya? la tidak memiliki hobi dan hanya memiliki

sedikit teman. Yang menjadi pertanyaan besar ba9inya adalah, "Apa

selanjutnya?"

Page 56: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

41

2. (Cross-Addiction Symptoms) Gejala-Gejala Lintas Candu.

Seiring ketidakmandirian meningkat dan menjadi lebih nyata, orang­

orang workaholic akan menjadi pasif-agresif. Di sini mereka

menumpahkan kesalahan pada orang lain. Pada perkembangan

selanjutnya, mereka merasa tidak bahagia dan menderita, bahkan

mereka tidak mengetahui apa yang ingin mereka kerjakan, ke mana

mereka hendak pergi. Perasaan diri hilang karena image pekerjaan

telah kabur dan membingungkan. Pada saat itu, kecanduan untuk

bekerja dan meneguk alkohol meningkat. Di sinilah mereka berkenalan

dengan candu yang lain. Mereka mulai kecanduan kafein, merokok,

sampai minum alkohol. Membebaskan seorang workaholic dari candu

prosesnya semakin rumit. Jika alkohol dan drug adalah masalah

tambahan, maka perawatan untuk menyernbuhkannya dari alkohol dan

drug adalah suatu keniscayaan. Karenanya, seketika menyadari

bahwa workaholism adalah masalah, rnaka seketika itu juga benteng

pertahanan untuk menolak harus dikonfrontasikan dan dengan jujur

gaya hidup dan kebiasaan harus diperiksa dengan terus terang.

3. (Chronic Fears) Ketakutan Yang Kronis

a. (Fear of Failure) Takut Gagal

b. (Fear of Boredom) Takut Bosan

c. (Fear of Laziness) Takut akan Kemalasan

d. (Fear of Discovery) Takut akan Penernuan Baru

Page 57: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

42

e. (Fear of Self-Discovery) Takut dari Self-Discovery

f. (Fear of Persecution) Takut akan Penyiksaan

4. (Chronic Fatigue) Kelelahan Kronis. Dalam semua gangguan,

pengidap workaholic menderita serangan keletihan yang berkala, yang

secepatnya dapat menjadi kronis dan secara total melumpuhkan.

Kelelahan dapat berbentuk kelesuan fisik dan psikologis atau dapat

juga di-cover dengan aktivitas yang berlebihan.

5. (Guilt) Rasa bersalah. Ada dua macam dari rasa bersalah. Pertama,

dapat bersifat adaptif (menyesuaikan diri) dan memberi tanda

kewaspadaan terhadap tingkah laku yang bertentangan dengan

perasaan kita mengenai apa yang benar secara moral dan etika.

Kedua, dapat bersifat destruktif (merusak). la berupa self-anger

(kemarahan diri), yang mengarah untuk menyalahkan diri sendiri, atau

diproyeksikan keluar menyalahkan orang lain dengan prilaku yang

kejam dan penuh dendam. Kedua macam dari rasa bersalah ini

mengendalikan seorang workaholic (Barbara Killinger, 1991).

2.1.5 Perubahan Kepribadian (Personality Changes)

As the workaholic breakdown progresses, profound personality changes

occur. Many of these changes remain unconscious, and workaholics are

unaware of them. The repressed feelings and negative qualities are instead

Page 58: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

43

projected onto and seen in others. Poor judgment and s11rious flaws in

character result as the Shadow side becomes more powerful. Eventually, the

workaholic's denial system can no longer repress the growing fears,

anxieties, and obsessions being forced into awareness. ft is a struggle even

to maintain the status quo. Totally self-absorbed, increasingly anxious, and

closed off by denial, many workaholics remain unaware of the effect their be­

haviour has on other people. They become irresponsible, cold, and uncaring.

The workaholic's family sees the changes and the obsessive need to work.

What the family does not recognize or understand is that the workaholic is

fighting for survival.

Seiring gangguan workaholic meningkat, terjadi perubahan besar dalam

kepribadian. Banyak dari perubahan-perubahan ini tidak disadari, seorang

workaholic tak sadar akan hal itu. Perasaan-perasaan telrtekan dan kualitas­

kuc:;::tas negatif justru diproyeksikan, dan terlihat pada, orang lain. Sistem

penolakan seorang workaholic tidak lagi dapat menekan tumbuhnya keta­

kutan, ketertarikan, dan obsesi yang dipaksa masuk dalam kesadaran. lnilah

bahkan perjuangan untuk memelihara status sementara. Banyak workaholic

tetap tidak acuh pada efek perilaku mereka terhadap orang lain. Mereka men­

jadi dingin, tidak bertanggungjawab, dan acuh tak acuh. Keluarga workaholic

melihat perubahan-perubahan dan kebutuhan kerja yan9 obsesif. Apa yang

tidak dikenali keluarga atau tidak dipahami adalah bahwa seorang workaholic

itu sedang memperjuangkan untuk survive (Barbara Killinger, 1991).

Page 59: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

44

Until workaholics themselves become fully conscious of the fears underlying

their work obsession and confront chronic fatigue and guilt feelings, denial will

prevent any chance of recovery.

Sampai para workaholic sendiri menjadi sadar sepenuhnya akan ketakutan­

ketakutan yang mendasari obsesi pekerjaan mereka dan menghadapi

perasaan-perasaan rasa bersalah dan kelelahan kronis, pengingkaran akan

menghalau adanya kesempatan untuk kesembuhan (Barbara Killinger, 1991).

As feelings are repressed to avoid pain and unwanted personal responsibility,

eight major losses occur. These must be addressed if health is to be restored.

The breakdown leads to these losses, and the personality changes

accordingly. Awareness of each of these losses is the first important step in

the recovery process. The second is to understand what is healthy so that

or.& car. set informed goals.

Ketika perasaan ditekan untuk menghindari derita dan tanggung jawab

pribadi yang tak dikehendaki, maka delapan kerugian utama terjadi. lni harus

ditunjukkan jika mengharapkan pulihnya kesehatan. Gangguan menyebabkan

kerugian, dan kepribadian pun tentu berubah karenanya. Kesadaran akan

setiap kerugian ini adalah langkah penting pertama dalam proses recovery.

Langkah kedua adalah memahami apa itu sehat, sehinf1ga seseorang dapat

mengatur tujuan yang diinformasikan (Barbara Killinger, 1991 ).

Page 60: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

45

1. (Loss of Communication Skills) Hilangnya Ketrampilan-ketrampilan

komunikasi

2. (Loss of Empathy) Hilangnya Empati

3. (Loss of Intimacy) Hilangnya Keakraban

4. (Loss of Integrity and Respect) Hilangnya lntegritas dan Rasa Hormat

5. (Loss of Independence) Hilangnya Kemerdekaan

6. (Loss of Spirituality) Hilangnya Spiritualitas

7. (Loss of Sense of Humour and the Ability to Play) Hilangnya Rasa

Humor dan Kemampuan untuk Main

8. (Loss of Physical and Psychological Health) Hilangnya Kesehatan

Fisik dan Psikologis (Barbara Killinger, 1991).

2.2 Insomnia

2.2.1 Pengertian Insomnia

Tidur merupakan perilaku dinamis. Tidur adalah suatu aktivitas aktif khusus

dari otak, dikelola oleh mekanisme yang rumit dan tepat. 8ampai setengah

abad yang lalu, penelitian masalah tidur kebanyakan adalah ahli ilmu dasar,

yang lebih banyak tertarik pada teori dan mekanisme dasar tidur, fisiologi dan

psikologinya. Pada tahun sekitar 1970-an pengetahuan mengenai tidur makin ·

bertambah dan melahirkan ilmu-tidur-klinis (S.M Lumbantobing, 2004).

Page 61: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

46

Oswald (1980) mengemukakan bahwa tidur mungkin mempunyai nilai

protektif, sebagaimana yang disugestikan oleh teori korn;ervasi, namun tidur

juga mempunyai peranan penting dalam restorasi jaringan.

Tiap makhluk hidup membutuhkan tidur. Dengan demikian tidur merupakan.

kebutuhan hidup. Bila dilakukan deprivasi tidur secara eksperimental pada

hewan, hal ini dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa hari atau

minggu. Oleh sebab itu beberapa teori mengenai fungsi tidur, yaitu :

melindungi, konservasi energi, restorasi otak, homeostatis, meningkatkan

fungsi imunitas, regulasi suhu (S.M Lumbantobing, 2004).

Fisik dan mental seseorang akan sehat jika terdapat keteiraturan antara

terjaga dan tidur. Tidur juga berfungsi terhadap penataan kembali

keseimbangan fisik setelah sekian lamanya terjaga dan tl~rjadi keletihan

kerja. Sebab dengan adanya tidur maka tubuh akan mernproses untuk

mengurangi asam laktat yang berfungsi terakumulasinya keletihan. ltulah

kiranya jika seseorang tid urnya normal maka ketika bangun tidur akan terasa

segar kembali yang disebabkan asam laktat tersebut telah terminimalisasi.

Sebalil<nya jika seseorang mengalami kurang tidur maka asam laktat belum

juga hilang secara sempurna sehingga ketika terjaga - batdan masih terasa

sakit. Tidur akan berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga

mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini jika seseorang

dalam lingkungan kerja, maka akan menurunkan tingkat rnotivasi,

Page 62: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

47

konsentrasi, ketelitian, kreativitas dan produktivitas kerjanya. Demikian juga

terhadap aktivitas lainnya akan mengalami gangguan rnisalnya dalam belajar­

mengajar, menyelesaikan tugas, dan interaksi sosial. Bahkan dampak

insomnia ini akan memudahkan seseorang untuk menderita stres. Hal ini

cukup beralasan, sebab sebagaimana dikatakan di atas, insomnia hanya

merupakan gejala penampakan dari luar bahwa seseorang memiliki penyakit

yang harus diobati Uurnal Psychology Today, Juni 1986, dalam

www.google.com).

Empat gejala utama yang menandai sebagian besar gangguan tidur adalah :

insomnia, hipersomnia, parasomnia, dan gangguan jadwal tidur-bangun.

Gejala-gejala seringkali bertumpang tindih (Kaplan, Saclock, Grebb, dalam

Widjaja Kusuma, 2005).

Sedangkan dalorn penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada gangguan

tidur insomnia karena seperti disebutkan di alas gejala insomnia lebih mudah

dikenali dan paling sering dialami oleh seseorang. Untuk mendapatkan

pengertian yang lebih luas mengenai insomnia, maka berikut ini akan

dikemukakan beberapa devinisi mengenai insomnia menurut beberapa pakar,

antara lain :

Insomnia merupakan keadaan di mana seseorang yang ingin tidur, misalnya

karena sudah lelah, mengalami kesulitan untuk memulai tidur Uatuh tidur),

Page 63: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

sulit mempertahankan keadaan tidur, dan bangunnya terlalu pagi (S.M

Lumbantobing, 2004).

Insomnia is difficulty initiating or maintaining sleep or sleep that is not

restorative (person not feeling rested even after normal ;;,1mounts of sleep)

(David H Barlow, V Mark Durand, 2002).

48

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur.

Keadaan ini adalah keluhan tidur yang paling sering. Insomnia mungkin

sementara atau parsisten (Kaplan, Sadock, dalam Widjaja Kusuma, 2005).

Dalam Pedoman Penggolongan Gangguna Jiwa (PPDG,J-111) insomnia adalah

kondisi psikogenik primer di mana gangguan utamanya adalah jumlah,

kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosionc.i. DiCj<Jr1u::;isi

dalam Pedoman Penggolongan Gangguna Jiwa (PPDGJ-111 2001) insomnia

adalah a). keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur,

atau kualitas tidur yang buruk; b) gangguan terjadi minimal 3 kali dalam

seminggu selama minimal satu bulan; c) adanya preokupasi dengan tidak

bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya

pada malam hari dan sepanjang siang hari; d) ketidak puasan terhadap

kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat

dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

49

Sementara kriteria Diagnostik untuk Insomnia dalam Diagnostic Statistic

Manual-IV (DSM-IV) adalah : a) keluhan yang menonjol adalah kesulitan

untuk memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak

menyegarkan, selama sekurangnya satu bulan; b) ganm1uan tidur (atau

kelelahan siang hari yang menyertai) menyebabkan penderita yang

bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi social, pekerjaan, atau

fungsi penting lain; c) gangguan tidur tidak terjadi semata-mata selama

perjalanan narkolepsi, gangguan tidur berhubungan pernafasan, gangguan

tidur irama sirkadian, atau parasomnia; d) gangguan tidak terjadi semata­

mata selama perjalanan gangguan mental lain (misalnya, gangguan depresif

berat, gangguan kecemasan umum, delirium); e) gangguan bukan karena

efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunaka,

medikasi) atau suatu kondisi medis umum (Kaplan, Sadock, Grebb, dalam

Widjaja Kusuma, 2005).

Di dalam buku catatan ilmu kedokteran jiwa, mendefinisikan bahwa insomnia

adalah ketidakmampuan tertidur atau sukar untuk tidur terus, termasuk

bangun pagi-pagi buta (W. F Maramis, 2004).

Sedangkan dalam (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004) Insomnia adalah

ketidak mampuan atau kesulitan untuk tidur, dapat menyangkut kurun waktu

(kuantitas) atau Kelelapan' (kualitas) tidur. Penderita insomnia sering

Page 65: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

50

mengeluh kurang lama tidurnya, tidak bias tidur nyenyak, atau tidur dengan

mimpi yang menakutkan, sehingga ia merasa kesehatannya terganggu.

Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa insomnia adalah

gangguan tidur yang dialami seseorang baik ketika akan memulai tidur atau­

pun ketika dalam mempertahankan keadaan tidur, dan orang tersebut juga

bangun pada waktu pagi-pagi sekali yang akhirnya berclampak pada aktivitas

kehidupan orang tersebut tidak dijalaninya dengan kondisi yang sehat.

Insomnia biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang

mendasarinya, seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain

yang terjadi dalam hidup manusia. Untuk insomnia yan9 ringan tidak perlu

diberi obat, tetapi cukup dengan penjaminan kembali. Insomnia yang berat

b!asar.yc :n:::ru;;a:;a;-i gejala gangguan lain atau dapat merupakan faktor

penyebab (umpamanya kelemahan badan, berk11rangnya konsentrasi) atau

faktor pencetus karena stres yang ditimbulkan. Ditaksir sekitara 20-30% dari

populasi umum pernah mengalami insomnia dalam satu tahun (S.M

Lumbantobing, 2004).

Sedangkan orang yang bekerja sebagai penjaga malam atau perawat yang

mendapat giliran bertugas malam di rumah sakit, tidurnya sering terganggu

pada hari berikutnya, namun kemudian dapat kembali tidur pulas seperti

Page 66: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

51

biasa. lni bukanlah insomnia, penderita insomnia tidak dapat tidur pulas

walaupun diberi kesempatan tidur sebanyak-banyaknya. Penderita khawatir

akan jumlah jam tidurnya yang sangat kurang, dan kekhawatiran ini makin

menambah sulitnya tidur (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004).

Hampir setiap orang mengalami insomnia pada suatu waktu sepanjang

hidupnya. Biasanya, insomnia terbentuk oleh masa stres tingi atau setelah

perubahan besar dalam hidup. Berbagai masalah yang rnemicu insomnia

dipandang bersifatsituasional dan biasanya terbatas oleh waktu, berlangsung

hanya beberapa hari atau beberapa minggu. Insomnia yang situasional atau

sesekali biasanya berlangsung tidak lama. Ketika situasi membaik dan hidup

kelihatan normal kembali, insomnia pun menghilang. Namun, insomnia juga

bisa muncul begitu saja tanpa adanya masalah yang tarnpak sebagai

pemicunya (She'll!:": C:.:r~:.:3 ~ Keith Wilson, 2002).

Survei yang dilakukan selama lebih dari 20 tahun terakhir menunjukkan

tingkat insomnia kronis dalam populasi orang dewasa cukup stabil sekitar

10% atau sekitar 25 juta orang. Sekitar sepertiga oran Amerika, misalnya,

melaporkan bahwa mereka mengalami ganguan tidur secara berkala. Tingkat

gangguan tidur ini di negara industri lain kurang lebih sarna. Sebuah survei di

tahun 1991 menemukan bahwa orang dengan insomnia sesekali rata-rata

Page 67: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

melewati lima malam dengan tidur yang buruk setiap bularinya (Shawn

Currue & Keith Wilson, 2002).

2.2.2 Jenis-jenis Insomnia

52

Ada pakar yang membagi insomnia jangka pendek (akut) dan jangka panjang

(kronis) dengan batas 3 minggu.

a. Insomnia jangka pendek sangat sering dijumpai dan sebagian

terbesar individu pernah mengalaminya dan umumnya jarang

meminta bantuan kepada dokter. Keadaan ini dapat dijumpai,

misalnya bila mengalami stress, seperti ada an\19ota keluarga yang

meninggal, sakit berat, usahanya mendadak rugi, kehilangan mobil,

gagal ujian. lnsomnianya dianggap normal dan disebut sebagai

"insomnia sepintas" (transient insomnia). Orang demikian dapat

biderikan obat tidur (hipnotik). Insomnia jangka pendek urnurnnya

tidak disertai komplikasi.

b. Insomnia jangka panjang (kronis), yang dapat menganggu kualitas

hidup, juga gangguan mental dan fisik. Penderita insomnia kronis

rawan terhadap hal yang berkaitan dengan lelah, dan kecelakaan

mengendara, mereka cenderung mengeluarkan stamina yang buruk

untuk menyelesaikan tugas rutinnya dan sulit berkonsentrasi.

Penderitanya mudah tersinggung, iritabel dan nerves. Mereka

mungkin juga mudah sedih dan depresi. Sebagai akibat perubahan

Page 68: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

fisik dan mental ini, prestasi pasien insomnia di pekerjaan dan

dirumah dapat mundur dan sebagai akibatnya dipecat dari

pekerjaannya.

53

c. Insomnia idiopatis adalah insomnia yang tampaknya tidak

disebabkan oleh gangguan seperti ansietas, depresi, nyeri, alergi

atau RLS. Pada jenis insomnia ini yang "berdiri sendiri" digunakan

kata primary insomnia oleh Diagnostic Statistic Manual-IV (DSM -IV).

lni bukan berarti bahwa pasien tersebut sama sekali tanpa kelainan

medik atau psikiatrik. lni hanya berarti bahwa penyebab lain mungkin

tidak ikut terlibat dalam menyebabkan insomnia. Umumnya diagnosi

idiopatis ditegakkan berdasarkan eksklusif (Lavie dkk dalam S.M

Lumbantobing 2004).

d. Insomnia Parsisten adalah jenis yang cukup sering. Gangguan ini

terdiri dari sekelompok kondisi dimana masalah yang paling sering

adalah kesulitan dalam jatuh tidur, bukannya dalam tetap tidur, dan

melibatkan dua masalah yang kadang-kadang terpisah tetapi sering

digabungkan: (1) ketegangan dan kecemasan yang disomatisasi dan

(2) suatu respon asosiatif yang terbiasa-kan. Pasien seringkali tidak

memiliki keluhan yang jelas selain insomnia. Me!reka mungkin tidak

mengalami kecemasan itu sendiri tetapi melepaskan kecemasan

melalui saluran fisiologis. Mereka mungkin men1~e-luh terutama

adanya perasaan kegelisahan atau pikiran yang terus menerus yang

Page 69: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

54

tampak-nya menghalangi mereka untuk tertidur. Kadang-kadang

tetapi tidak selalu, seorang pasien menggambarkan bagaimana

kondisi ini dieksaserbasi pada saat stress di ternpat kerja atau di

rumah dan rnenghilang saat liburan (Kaplan, Sadock, Grebb, dalam

Widjaja Kusuma, 2005).

Sedangkan dalam (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004), insomnia

dikelompokkan dalam tiga tipe ;

Tipe Pertama adalah penderita yang tidak dapat atau sulit tidur selama 1-3

jam pertama dan kemudian karena kelelahan akhirnya tertidur juga. Tipe ini

biasanya dialami pada usia muda yang dilanda kecemasan.

Tipe Kedua adalah penderitanya dapat tertidur dengan mudah dan nyenyak,

namun setelah 2-3 jam tidur akan terbangun, keadaan ini terjadi berulangkali.

Tipe Ketiga adalah penderita dapat tertidur dengan mudah dan nyenyak,

namun pada pagi-pagi buta ia terbangun, dan tidak dapat tidur lagi. Hal ini

biasanya dialami oleh orang menderita depresi.

2.2.3 Penyebab Insomnia

Insomnia tidak seperti banyak gan;Jguan lain, tidak disebabkan oleh satu

faktor atau peristiwa. Sebaliknya, keadaan tidak bisa tidur yang kronis

dianggap disebabkan oleh serangkaian faktor yang berbeda untuk setiap

orang. Yang paling mendasar, insomnia sering kali adalah gejala dari

Page 70: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

55

masalah lain. Orang dengan kondisi medis yang disertai rasa sakit atau

ketidaknyamanan biasanya memiliki masalah tidur. Masalah psikiatris seperti

depresi hebat dan banyak gangguan kegelisahan, juga rnasalah emosional,

dapat menyebabkan gangguan tidur. Di lain pihak, hal ini tidak selalu terjad_i,

insomnia secara khas dimulai selama periode stres bera:t misalnya, selama

perceraian, setelah dipecat dari pekerjaan dan sebagainya, tetapi bisa

berlanjut meskipun stresor yang semula menghilang atau terpecahkan

(Shawn Currue & Keith Wilson, 2002).

Insomnia terjadi baik pada usia muda maupun usia lanjut; seringkali timbul

bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan,

depresi atau ketakutan. Sebenarnya gejala gangguan tidur bukanlah suatu

penyakit, akan tetapi hanya sebuah rambu-rambu bahwa penderita memiliki

problematika psikis atau fisik. Demikian dikatakan dalam sebuah Jurnal

Psychology Today, Juni 1986 (dalamwww.google.com). Jadi, gangguan

tidur tidak lebih hanya sebuah indikator yang mencuat di permukaan bahwa

yang bersangkutan memiliki sejumlah penyakit yang harus diobati.

Dalam majalah Healt Today edisi April (2007) Or Kenny Peter Pang MBBS,

MRCS, FRCS MMed, FAASM, sleep specialist dan direktur Pacific Sleep

Center, Singapura serta anggota American Academy of Sleep Medicine

mengatakan bahwa penyebab terumum dari insomnia adalah stress kece-,

Page 71: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

56

masan dan depresi. Namun ada pula faktor la inn ya seperti : 1) keren-tanan

terhadap insomnia karena beberapa orang cenderung lebih rentan dari yang

lain; 2) Sires yang terus menerus yang disebabkan oleh masalah karir atau

problem rumah tangga dapat menganggu pola tidur; 3) rnasalah psikiatri

seperti orang yang mengalami depresi, kecemasan, dan kelainan psikiatri

lainnya biasanya mengalami tidur yang tidak tenang dan sering terputus.

Sedangkan menurut Shawn Currue & Keith Wilson (2QO;;'.) pertama adalah

periode stres, penderita insomnia mungkin mulai menghubungkan tempat

tidur dan kamar tidur dengan situasi tidak bisa tidurnya. Kedua, banyak

strategi yang dicoba orang untuk mengatasi insomnianya1 berakhir dengan

memburuknya masalah tidur mereka karena penyebab gangguan tidur

diidentifikasi sebagai masalah medis atau psikologis, banyak ahli tidur

sepakat bahwa lebih baik me~pr:or:tas:,an penanganan kondisi yang

melatarbelakangi daripada perawatan insomnia. Ada beberapa kesal:;ihan

besar yang umumnya dibuat orang insomnia :

• Pergi ke tempat tidur lebih awal atau kernudian tidur di pagi hari

dengan harapan bisa mengganti tidur yang hilang.

• Tidur siang, kegiatan ini memberi kelegaan sementara dari rasa penat,

tetaapi dapat membuat tidur malam hari semakin buruk.

Page 72: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

57

• Jatuh tertidur di tempat selain tempat tidur sambil menonton TV

misalnya yang tidak membantu membangun hubungan asosiasi positif

antara tempat tidur dan tidur.

• Minum banyak kopi agar tidak mengantuk sepanjang hari, minum

alkohol pada malam hari agar jatuh tertidur.

• Mengurangi kegiatan fisik karena merasa lelah dan menjadi semakin

tidak banyak bergerak atau duduk saja.

• Mulai mengandalkan alat bantu tidur dari luar diri seperti obat tidur

yang diresepkan atau alat bantu tidur yang dijual bebas.

Gangguan tidur juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor hormonal, obat­

obatan, kejiwaan maupun lingkungan luar, misalnya tekanan batin, suasana

kamar tidur yang tidak nyaman, suara ribut atau perubahan waktu tidur akibat

tugas jaga malam, kopi dan teh yang menganaung at perangsang susunan

saraf pusat (SSP), tembakau yang mengandung nikotin, obat pengurus

badan yang mengandung amfetamin, adalah contoh bahan-bahan yang

dapat menimbulkan kesulitan tidur. Obat tidur yang serin9 dipakai untuk

mengatasi insomnia sering justru menimbulkan ketergantungan, penderita

bahkan tidak bisa tidur lagi tanpa obat tidur. Gangguan tidur tersebut akibat

kebiasaan tidur atau factor lingkungan lain yang sifatnya sementara dapat

diatasi dengan menghilangkan factor-faktor penganggunya atau dengan obat

Page 73: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

tidur, akan tetapi insomnia yang berat dan berkepanjangan memerlukan

transcendental di bawah bimbingan seorang ahli dapat membantu

penyembuhan insomnia (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004).

58

Di samping itu, sejumlah penyakit fisik juga menjadi aspek pencetus

gangguan insomnia, misalnya asma, rematik, maag, ginjal, dan thyroid.

Secara khusus, faktor psikologis juga memegang peran utama terhadap

kecenderungan insomnia ini. Hal ini disebabkan oleh keteigangan pikiran

seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf

pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga. Misalnya, ketika

seseorang sedang memiliki problematika pelik di lingkun£1an kantor, maka jika

ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah diajak

kompromi untuk tidur. Di sini faktor kecemasan, ketegangan, dan

ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan insomnia. IKiranya fakta

semacam ini sesuai dengan hasil penelitian di sebuah klinik insomnia "Baylor

College of Medicine, USA" bahwa penderita insomnia cenderung

dilatarbelakangi oleh kecemasan (Insomnia dalam google.com).

Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.

Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Bebe­

rapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian

dan sulit untuk tertidur kembali. Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah

Page 74: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

I

dan merasa belum puas tidur.Terbangun pada dini hari, pada usia berapa­

pun, merupakan pertanda dari depresi (Insomnia dalam google.com).

Selain itu, perilaku ini juga dapat menyebabkan insomnia pada beberapa

59

orang: higienitas tidur yang kurang secara umum, kekhawatiran tidak dapat

tidur, mengkonsumsi caffein secara berlebihan, minum alkohol sebelum tidur,

merokok sebelum tidur, tidur siang/sore yang berlebihan, jadwal tidur/bangun

yang tidak teratur (Insomnia dalam google.com)

Tabel 2.1 Diagnosis diferensial penyebab insomnia

Gangguan Psikiatrik Alkoholisme, gangguan tidur oleh ketergantungan alkohol Gangguan tidur oleh ketergantungan obat. Gangguan suasana hati (mood). Gangguan ansietas Psikosis

Gcnggua:i ~.1e::!k:; Gangguan pernapasan (penyakit paru obstruktif kronis, asma) Refluks gastroesofageal Fibromialoia, oenvakit reumatolooi lainnva.

Gangguan Neurologis Parkinsonisme dan gangguan gerak lainnya. Dimensia, penyakit degeneratif. Penyakit serebrovaskuler. Epilepsy. Nyeri kepala dan sindrom nyeri lainnya. Fatal familia insomnia.

Ganaouan Linakunoan -Gangguan Ritme Sindrom perubahan zona waktu (time zone change Sirkadian syndrome)

Gangguan tidur oleh kerja shif (sheft work sleep disorders) Delayed or advanced sleep ohase svndrome.

I

Page 75: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

60

Pola tidur yang tidak regular. Gangguan Perilaku Insomnia psiko-fisiologis.

Hygiene tidur yang tidak adekuat. Ganqquan pada penvesuaian tidur.

Gangguan Tidur Primer Salah persepsi keadaan tidur (rnisperception sleep state). Insomnia idiopatis (insomnia primer) Apnea waktu tidur (sleep apnea) _ . _ . Syndrome tungkai gelisah dan 1Jerak ekstnm1tas penod1k (resttees legs syndrome (RLS) and periodic limb movements) Parasomnia.

2.2.4. Dampak Dari Insomnia

Hewan percobaan yang dicegah tidur akan mati setelah beberapa minggu,

walaupun diberi gizi, cairan dan tempat yang baik dan optimal. Apakah hal

serupa akan terjadi pada manusia tidak diketahui. Bila dicegah tidur

(deprivasi tidur') selama 60-200 jam, manusia akan bertambah mengantuk,

lelah, iritabel, sulit berkonsentrasi. Kemampuan aktivitas rnotorik yang

terampil juga ambruk, terutama yang membutuilke1n K.eGepatan. Memelihara

diri sendiri tidak diperdulikan, insentif bekerja menurun, pmhatian menurun,

pertimbangan terganggu dan keinginan berkomunikasi mEmurun. Bila

deprivasi tidur berlangsung lebih lama, kecenderungan membuat semua jenis

kesalahan menjadi nyata, demikian juga dengan terjadinya kecelakaan. llusi

dan halusinasi, terutama yang visual dan taktil, menyela dan menjadi

parsisten bila tidak tidur (S.M Lumbantobing, 2004).

Page 76: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

61

Suatu penelitian epidemiologik yang berskala kecil menunjukkan bahwa

tingkat mortalitas meningkat pada mereka yang melaporkan tidurnya kurang

dari 6 atau 7 jam per malam. Menderita atau mengalami insomnia, secara

statistik sering meningkatkan resiko mati. Ada satu penelitian yang menunju_k­

kan bahwa bila waktu tidur kurang, hal ini meningkatkan mortalitas, yang

lebih tinggi daripada merokok, hipertensi dan penyakitjantung. Tidur kurang

dari 6 jam semalam, umumnya mengakibatkan gejala deprivasi (kurang) tidur.

Perlu pula diketahui bahwa tidur berlebihan dapat mengakibatkan tidur yang

tidak menyegarkan dan rasa letih (fatigue) di siang hari. Sebaliknya jika

mengurangi tidur secara moderat, bila dialami selama beberapa hari akan

menganggu kesiagaan dan performans di siang hari. Pacla sisi lain,

menambah jumlah jam tidur, clari 7 sampai 8 jam, dapat meningkatkan

kualitas hidup dan fungsi kognisi di siang hari (S.M Lumbantobing, 2004).

Masalah tidur yang ter1Js-menerus menimbulkan banyak masalah, baik bagi

pribadi itu sendiri maupun masyarakat. Dibandingkan dengan orang yang me-

miliki tidur yang berkualitas, orang insomnia memiliki risiko dua kali lipat lebih

banyak untuk mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Salah satu

penyebab kecelakaan industri skala besar adalah kelelahan pekerja selama

kerja. Di samping risiko kecelakaan, penderita insomnia kronis jauh lebih

rentan terhadap berbagai masalah kesehatan mental seperti depresi dan

kegelisahan. Mereka merasa tidak produktif di tempat kerja karena tidak bisa

Page 77: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

62

berkonsentrasi dan merasa lelah sepanjang hari. Dalam riset baru-baru ini,

para penderita insomnia yang diteliti diperkirakan bekerja sekitartiga per­

empat dari kapasitas normal mereka (Shawn Currue & Keith Wilson, 2002).

Insomnia dapat menurunkan ketahanan seseorang berkaitan dengan stres

dan sakit fisik. Gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan perut, dan nyeri

tulang punggung lebih umum diderita oleh penderita insomnia kronis. Banyak

penderita insomnia melaporkan mereka mengalami masalah tidur sepanjang

hidupnya. Sering kali mereka kesulitan mengidentifikasi apa yang terjadi

ketika masalah tidur mereka mulai muncul. Bahkan ketika insomnia mereka

akhirnya memburuk dan ditumpuk dengan masalah kesehatan lain, ingatan

mereka akan penyebab yang sebenarnya menjadi samar-samar. Umumnya

diyakini bahwa insomnia berlangsung terus atau memburuk oleh faktor

p"-ikologis bahkan ketika mungkin ada masalah kesehatan fisik yang menjadi

bagian dari penyebab awal. Kombinasi masalah kesehatan, stres emosional,

dan perasaan lelah selama seharian bisa berakibat besar pada individu

dengan masalah tidur yang serius. Kualitas hidup bisa sangat terganggu dan

kemampuan mengatasi berbagai stresor hidup yang baru sering kali menurun

(Shawn Currue & Keith Wilson, 2002)

Page 78: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

63

2.2.4 Rekomendasi Mencegah Insomnia

• Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.

• Berolahraga rutin karena banyak bukti yang menunjukkan olahraga

teratur dapat memperbaiki kualitas tidur.

• Paparkan diri dengan cahaya terang/cahaya luar ruangan secara

teratur, khususnya di siang hari menjelang sore.

• Pastikan suhu, cahaya dan suasana dalam kamar menunjang

untuk tidur. Gunakan cahaya remang-remang.

• Gunakan ranjang hanya untuk tidur.

• Disiplinlah dalam mengkonsumsi obat.

• Lakukan latihan relaksasi sebelum tidur, seperti pemijatan atau

berendam air hangat.

• Jaga agar tangan dan kaki tetap hangat. Majalah Helath Today

edisi April (2007).

Kebanyakan orang dapat memulihkan tidur yang hilang dalam waktu singkat

hanyaa beberapa jam. Kini banyak ahli yakin bahwa masalah di siang hari,

yang dilaporkan orang dengan insomnia sesekali atau jangka pendek,

sebagian besar disebabkan oleh masalah sebenarnya yang membuat mereka

sulit tidur. Sibuk memikirkan kurangnya tidur sendiri dapat menimbulkan

masalah seharian (Shawn Currue & Keith Wilson, 2002).

Page 79: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

64

2.3 Stres Kerja

2.3.1 Pengertian Stres Kerja

Praptini Yulianti (2000) menyatakan stres merupakan suatu keadaan di mana

seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang

mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat ditimbulkan dari dalam

diri individu maupun dari lingkungan di luar diri individu

Secara implisit hampir setiap pekerjaan selalu memiliki "agen stres" yang

potensial, dan masing-masing jenis pekerjaan memiliki variasi tingkatan

stressornya. Pada umumnya, stres pada pekerja terjadi karena interaksi

pekerjaan dengan pekerjaan atau lingkungan kerja, yang ditandai dengan

penolakan diri sehingga terjadi penyimpangan secara fungsional. Dengan

kata tian, Miner dalam Efendi (2005) menyatakan bahwa stres merujuk pada

kondisi internal individu untuk menyesuaikan diri secara baik terhadap

perasaan yang mengancam terhadap kondisi fisik atau psikis, atau label

untuk gejala psikologis yang mendahului penyakit, reak:si ansietas,

ketidaknyamanan atau hal lain yang sejenis, Miner dalam Efendi (2005).

2.3.2. Dimensi Stres

Smet (1994) menyatakan bahwa stres dengan berbagai dimensinya dapat

dikonseptualisasikan dalam berbagai sudut pandang, diantaranya :

Page 80: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

1. Stres dipandang sebagai satu stimulus atau variabel bebas yang

mempengaruhi keberadaan individu.

2. Stres dipandang sebagai respon atau variabel tergantung.

3. Stres merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungan.

65

Sudut pandang stres sebagai stimulus dapat digambarkan bahwa stres itu

berasal dari lingkungan. Kejadian atau suatu peristiwa yang muncul di

lingkungan (stressor) dapat menimbulkan perasaan tidak enak atau tegang,

cemas, dan lain-lainnya yang dapat menjadi bencana besar dalam l<ehidupan

seseorang (Sutherland & Cooper, 1990). Menurut mod•31 ini, bila individu

secara terus menerus bertemu dengan sumber stressor yang potensial,

kemungkinan akan terjadi perubahan keseimbangan dalam diri individu

tersebut. Contoh sumber stressor yang paling potensial tersebut adalah

fasilitas penunjang pekerjaan yang minimum, l\Qndisi fleker)Ran yang tidak

baik, jam kerja yang berlebihan dan situasi lingkungan yang tidal<

memuaskan (tekanan di lingkungan kerja). Perbedaan individual. Tingkat

toleransi, dan harapan-harapan tetap menjadi pertimbangan sendiri.

2.3.3. SL'mber Stres

Dilihat dari sumbernya, faktor-faktor yang potensial menjadi sumber stres

secara umum dapat diklasifikasikan menjadi internal (individu yang

Page 81: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

66

bersangkutan) dan faktor eksternal (lingkungan rumah, sosial maupun tingkat

kerja) Munandar (2001 ).

Berat ringannya stres akibat kerja yang dialami seseorang tergantung pada

tiga hal, yaitu:

1. Sumber stres itu sendiri, dalam hal ini rangsangan yang dirasakan

sebagai ancaman atau yang dapat menimbulkan perasaan negatif.

2. Frekuensi atau lama terpapar terhadap stressor

3. lntensitas reaksi fisik dan emosi yang disebabkan oleh stressor.

Stressor ini dikategorikan oleh Abelson dalam Munandar (2001)

menjadi 3 macam stressor, yaitu organisasi, individu dan lingkungan

Stres yang dialami seseorang dalam pekerjaan dipengaruhi baik dari luar

(ektrinsik) maupun dari dalam lingkungan kerja sendiri.

Faktor ektrinsik diantaranya adalah :

a. Faktor stres organisasi

Munandar (2001) menyatakan faktor stres organisasi cenderung

disebabkan oleh upah finansial dan kesempatan individu untuk

mengembangkan diri. Variabel organisasi ini mempunyai pengaruh

pad a kepua3an kerja karyawan. Stressor yang termasuk di dalamnya

adalah:

1. Rendahnya bonus finansial

2. Kyrangnya bimbingan pengembangan karir.

Page 82: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

3. Over specialization

4. Beban kerja yang berlebihan

5. Waktu yang mendesak

6. Kompleksitas pekerjaan

7. Pengambilan keputusan

b. Faktor stres lndividu

Menurut Munandar (2001) faktor stres individu sangat besar

67

kontribusinya terhadap munculnya stres, karena kategori ini mengenai

h1,Jbungan manusia. Stressor yang termasuk di dalamnya meliputi :

1. Frustasi pada pekerjaan

2. Ambiguitas pekerjaan dan konflik peran

3. Komunikasi yang terhambat

4. Diskriminasi

5. Birokrasi

6. Kelidakaklifan dan kebosanan kerja

c. Faklor sires lingkungan

Kebanyakan sires dalam kalegori ini berhubungan dengan

penyesuaian lingkungan dan perubahan siluasi kerja. Stressor yang

lermasuk di dalamnya mencakup :

1. Perubahan pekerjaan dan adaplasi

2. Perubahan teknologi

3. Perpindahan lokasi kerja/relokasi

4. Promosi

5. Reorganisasi

6. Perubahan waklu

7. Pensiun

Page 83: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

8. Lingkungan fisik kerja

Faktor-faktor instrinsik dalam pekerjaan

a. Tuntutan Tugas

68

Kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal.

Disamping dampaknya terhadap presstasi kerja, kondisi fisik memiliki

dampak juga terhadap kesehatan mental dan keselamatan kerja

seorang tenaga kerja. Kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh

terhadap kondisi faal soerang psikologis diri seseorang tenaga kerja.

Kondisi fisik dapat merupakan penbanglcit stres (stressor).

b. Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku pada karyawan merupakan salah satu sumber

Stres seperti hasil penelitian (Monk & Tepas, 1985) dalam Munandar

(2001) menyatakan bahwa para pekerja shift rnalam labih sering

r11"'naeh11) tP.ritang kelelahan dan gangguan perut daripada pekerja

pagi/siang dan dampak dari tiga shift malam berdampak pada

kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan gangguan-gangguan

perut. Pengaruhnya adalah emosional dan biologikal. Munandar

(2001) selain jam kerja yang diberlakukan dengan shift atau kerja

bergiliran, beban kerja berlebihan dan beban kerja yang terlalu sedikit

juga menjadi kondisi pembangkit stres. Beban kerja dapat dibedakan

lebih lanjut ke dalam beban kerja berlebihan/terlalu sedikit 'kuantitiaf,

yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyaklsedikit

Page 84: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

69

yang diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu

tertentu, dan beban kerja berlebihan/terlalu sedikit 'kuantitatif, yaitu

jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas atau

tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari tenaga kerja.

Konsekuensi seseorang yang bekerja terlalu banyak, keras, lembur

atau muatan kerjanya yang berlebihan dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan atau masalah-masalah kesehatan, Sarafino (dalam

Munandar, 2001).

c. Konflik Peran

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam

organisasi, artunya setiap tenaga kerja mempunyai ke!ompok

tugasnya yang harus ia lakukan sesuai dengan aturan-aturan yang

ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya.

d. Ketaksaan Peran

Munandar (2001) menyatakan ketaksaan peran dirasakan jika seorang

tenaga kerja tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan

tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasikan harapan-harapan

yang berkaitan dengan peran tertentu.

e. Pengembangan Karir

Everly dan Girdano (dalam Munandar, 2001), menyatakan bahwa

untuk menghasilkan kepuasan pekerjaan dan mencegah timbulnya

frustasi pada para tenaga kerja (yang merupakan bentuk reaksi

Page 85: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

terhadap stres), perlu diperhatikan tiga unsur yang penting dalam

pengembangan karir, yaitu:

70

1. Peluang untuk menggunakan keterampilan jabatan sepenuhnya

2. Peluang mengembangkan keterampilan yang baru

3. Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan

yang menyangkut karir.

f. Job Insecurity

Munandar (2001) menyatakan bahwa ketakutan kehilangan pekerjaan,

ancaman bahwa pekerjaannya dianggap tidak diperlukan lagi

merupakan hal-hal biasa yang dapat terjadi dalarn dunia kerja.

Perubahan-perubahan lingkungan menirnbulkan masalah baru yang

dapat mempunyai dampak pada perusahaan. Ancaman akan kehi­

langan pekerjaan berkaitan dengan masalah kesehatan yang parah,

yang meliputi u/cerus, colitis, dan a/opecia, dan peningkatan dari

keluhan-keluhan emosional dan otot (Smith, dkk, ·1981).

g. Hubungan dalam Pekerjaan

Hubungan yang baik antar anggota dari suatu kelompok kerja

dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan

organisasi (Argys, 1964; Cooper, 1973) dalam Munandar (2001).

Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam 9ejala-gejala adanya

kepercayaan yang rendah, taraf pemberian support yang rendah, dan

minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi.

Page 86: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

2.3. Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir Hubungan Antara Perilaku

Workaholic dengan Timbulnya Gejala Insomnia

Perilaku Workaholic - Perilaku terhadap diri

sendiri - Perilaku terhadap orang

lain - Kondisi fisik dan psikis - Reaksl terhadap pekerjaan

. Stres Kerja

- Fisiologis - Psikologis

--------------------·· -------1

---

G1i jala Insomnia 1siologis sikologis

F p

G ejala insomnia

71

Perilaku workaholic merupakan perilaku bekerja pada masyarakat perkotaan

yang sangat fenomenal saat ini, jelas perilaku tersebut sangat merugikan

dirinya, mereka terus-menerus bekerja tanpa memikirkan keadaan

lingkungan yang ada disekitarnya, mereka juga sering kali tidak memperha-

tikan dampak kesehatan baik fisik maupun psikis terhadap dirinya karena

reaksi mereka terhadap pekerjaan sangat berlebihan.

Mereka berusaha keras untuk mencapai kesuksesan, dan kalau tidak sesuai

harapan, mereka cepat mengalami stres dan berdampak pada kondisi

Page 87: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

72

kesehatan mereka. Stres yang tinggi juga dapat mempengaruhi sistem

kekebalan tubuh, sehingga menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit.

Gejala stres juga dapat berupa gangguan psikis maupun fisik, atau kedua­

duanya. Menurut Munson, di antara gejala fisik adalah 1;akit kepala dan sulit

tidur. Sedangkan menurut Green dan Shellen Beger, gejala stres adalah

kurang konsentrasi, takut gaga! dalam ujian, sulit membuat keputusan,

menurunnya daya ingat, dan perubahan dalam pola tidur dan makan (Jurnal

Tazkiyah, Netty Hartati, Bambang Suryadi, Neneng Tali Sumiati, 2005).

Secara khusus, faktor psikologis memegang peran utama terhadap

kecenderungan insomnia. Hal ini disebabkan oleh kete[!angan pikiran

seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf

pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga. Mi·salnya, ketika

seseorang sedang memiliki problematika pelik di lingkungan kantor, maka jika

ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah diajak

kompromi untuk tidur. Di sini faktor kecemasan, ketegangan, dan

ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan insomnia.

Bukan hanya faktor-faktor yang telRh disebutkan di atas, tentu saja gangguan

insomnia akan memiliki dampak negativ lain dalam kehidupan individu yang

bersangkutan. Akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga berpeluang

terhadap munculnya sejumlah periyakit. Insomnia juga akan berpengaruh

Page 88: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

73

terhadap stabilitas emosi sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari­

hari, misalnya dalam menyelesaikan tugas di kantor, dan interaksi dengan

lingkungan sosial.

Sampai di sini dapat digambarkan bahwa baik workaholic maupun insomnia

memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan sosial, dimana perilaku

workaholic berimplikasi pada keluarga dengan kurangnya perhatian yang

dicurahkan kepada mereka, sementara insomnia berimplikasi pada interaksi

lingkungan sosial dengan gangguan stabilitas emosional si penderita.

Ketika seseorang yang mempunyai perilaku workaholic dituntut untuk

mengabdikan diri sepenuhnya terhadap pekerjaan, maka besar kemungkinan

ia akan menghabiskan banyak waktu istirahat demi tuntutan profesionalitas.

Begitu jug;:; ada;iyc; c.mtiai ui1tuk bertindak secara serba sempurna, maka

problem kantornya bisa hadir dalam pikirannya yang dapet menjadi

penganggu tidurnya. Bila hal ini terus berlanjut, maka besar kemungkinan

bahwa seseorang yang mempunyai perilaku workaholic akan mengalami

gejala insomnia.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas dapat di ambil hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis Pertama

Page 89: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan antara perilaku workaholic dengan tirnbulnya gejala

insomnia.

2. Hipotesis Nihil (Ho)

74

Tidak ada hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala

insomnia.

Hipotesis Kedua

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan antara stres kerja dengan timbulnya gejala insomnia.

2. Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak ada hubungan antara stres kerja dengan timbulnya gejala insomnia.

Hipotesis Ketiga

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan sscara !3!1GSU~g ::?!ltara perilaku workaholic dengan

timbulnya gejala insomnia atau tidak langsung melalui (stres kerja)

2. Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak ada hubungan secara langsung dan tidak langsung melalui (stres

kerja) antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia.

Page 90: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

3.1 Jenis Penelitian

BAB3

METODE PENELITIAN

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pada umumnya Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai,

peringkat atau frekuensi) yang dianalisis menggunakan metode statistik,

untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian ya1ng sifatnya spesifik,

dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variable tertentu mempengaruhi

variable yang lain (Creswell dalam Alsa, 2003).

Sedangkan menurut Arikunto (2002) pada umumnya penelitian kuntitatif

banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data,

serta penampilan dari hasil penelitiannya. Sedangkan penelitian ini menggu­

nakan metode kuantitatif sebab ingin mencari hubungan antara dua variabel.

3.1.2. Metode Per.elitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanasi yaitu untuk

memberi penjelasan atas terjadinya suatu kejadian atau perilaku individu

tertentu. Hubungan antara variabel workaholic dan insomnia di mediasi oleh

Page 91: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

76

sebuah variabel kontrol yaitu variabel stres kerja. Hubungan antara perilaku

workaholic dengan timbulnya gejala insomnia di mediasi oleh variabel

perantara (intervening variabef) yaitu stres kerja yang dipengaruhi oleh satu

diantara kedua variabel itu. Variabel ketiga ini selanjutnya mempengaruhi

variabel yang lain dari ketiga variabel tersebut (lno Yuwono dkk, 2005).

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Definisi Variabel

Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-mai::am nilai menurut

Karlinger (2000), variabel adalah symbol atau lambang yang padanya kita

letakkan bilangan atau nilai.

Variabel dibagi atas dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable)

dan variabel terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini yang menjadi

kedua variabel tersebut adalah :

1. Variabel bebas adalah : Perilaku workaholic, yakni sebuah pola

tingkah laku yang stabil di mana seseorang secara psikologis

kecanduan bekerja. Mereka bisa menghabiskan waktu bekerja dalam

seminggu antara 40 sampai 50 jam. Mereka merasa mendapat

kepuasan dan kenikmatan dalam bekerja dengan rnenghabiskan

waktunya tanpa menghiraukan lingkungan yang ada di sekitarnya.

2. Variabel kontrol adalah : Stres kerja merupakan suatu keadaan di

mana seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-

Page 92: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

77

kondisi yang mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat

ditimbulkan dari dalam diri maupun dari lingkungan di luar diri individu.

3. Variable terikat adalah : Gejala insomnia, yakni keluhan adanya

kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur

yang buruk. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama

minimal satu bulan, adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan

peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan

sepanjang siang hari dan ketidak puasan terhadap kuantitas dan

kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan

mempengaruhi fungsi sosial dan pekerjaan.

3.2.2 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk ketiga variabel

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Perilaku workaholism merupakan skor yang akan diperoleh dari

pengukuran melalui skala perilaku workaholic yang faktor-faktornya

diindikatorkan dari kondisi fisik dan psikis, perilaku terhadap orang

lain, perilaku terhadap diri sendiri, reaksi pada tugas dan

pekerjaan.

2. Insomnia merupakan skor yang akan diukur melalui skala insomnia

yang faktor-faktornya yakni akpek-aspek fisiologis, psikologis dan

perilaku orang yang mengalami gej'ala insomnia.

Page 93: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

78

3. Stres kerja merupakan suatu keadaan di mana seseorang

mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang

mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat ditimbulkan

dari dalam diri individu maupun dari lingkungan di luar diri individ_u.

3.3 Metode Pengambilan Sampel

3.3.1 Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto {2002), populasi adalah semua individu untuk siapa

kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian akan digeneralisasikan dan

minimal memiliki sifat yang sama. Subjel< dalam penelitian ini adalah para

pekerja yang memiliki karakteristik sampel sebagai berikut :

1. Berjenis kelamin Pria ataupun Wanita yang dalam tahap

perkembangan dewasa madya dengan spesifikasi usia antara 22

sampai 35 tahun, karena pada usia tersebut merE!ka masih tergolong

muda dan masih semangat untuk bekerja dan berprestasi.

2. Para pekerja yang bekerja di lingkungan kola Jakarta karena

fenomena workaholic terjadi di kota-kota besar dan Jakarta merupakan

salah satu kota besar yang ada di Indonesia.

3. Bukan berstatus sebagai pegawai negeri sipil -:fan memiliki pendapatan

setiap bulan di atas satu setengah juta rupiah. Karena pegawai negeri

sipil sudah memiliki waktu yang baku dalam bekerja.

Page 94: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

4. Karyawan dan karyawati yang berstatus sebagai keryawan kontrak

dan karyawan tetap. Di Indonesia dan khususnya di Jakarta

perusahaan menerapkan sistem kontrak terhadap semua karyawan.

79

5. Pendidikan minimum SMU, karena secara umum perusahaan

menuntut karyawannya memiliki pendidikan minimum SMU, karena

SMU dianggap telah mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang

diperlukan untuk melakukan tugas dalam pekerjaan.

6. Berprofesi sebagai marketing, sebab pada posis1i tersebut karyawan

diharapkan bekerja memenuhi target yang ditetapkan oleh perusahaan

sehingga kadangkala mereka bekerja melebihi batas waktu yang

ditetapkan oleh pemerintah.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, subjek ycing dlg!..!:ie!<:e:i ti'.!2!<lah semua dari jumlah

populasi yang ada melainkan hanya sebagian kecil dari populasi. Hal ini

senada dengan definisi yang diungkapkan oleh Arikunto (2002) tentang

sampel, yakni sebagian dari anggota populasi tersebut. Dalam penelitian ini

populasi yang digunakan berjumlah 120 orang. Kemudian angket yang

kembali ke peneliti sebanyak 90 angket. Setelah di selef:si ternyata sampel

yang mengisi angket dengan sempurna sebanyak 66 orang sedangkan, yang

masuk dalam karakteristik penelitian berjumlah 34 orang.

Page 95: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

80

Teknik pengambilan sampelnya adalah tehnik accidental sampling yang

termasuk dalam rnetode non probabilitas, yaitu pen•:!litian dilakukan

pada setiap individu yang memenuhi karakteristik sampel dan bersedia

menjadi subyek penelitian. lni sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Guilford dan Fruchter (1981 ): "The term incidental sample is applied to

those samples which are taken because they are the most available. "

Dalam penelitian ini pengambilan sampel bersifat incidental dengan

pertimbangan keterbatasan waktu dan tenaga yang ada maka dapat

digunakan sampel yang tersedia, yaitu sampel yan£1 dapat diperoleh

dengan mudah yang memenuhi kriteria sampel yan9 telah ditentukan.

Peneliti mengambil beberapa sampel dari beberapa perusahaan yang ada di

Jakarta yang memiliki karakteristik yang sama untuk penelititan ini yaitu di

PT. Telkomsel, ANTV, Astra lnternasional, RS. lnternasional, PT Wahana

Transporindo dan profesi yang diambil dalam penelitian ini adalah marketing.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala model

dikotomi yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup dengan tujuan untuk

mengarahkan jawaban responden kepada pembahasan masalah dan

mempermudah analisis hasil penelitian. Metode skala dikotomi ini digunakan

, karena sampel penelitian merupakan orang yang paling mengerti tentang

Page 96: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

dirinya, sehingga dalam mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam skala ini

berdasarkan pada pengetahuan dan keyakinan pribadinya masing-masing

melalui pengalamannya.

81

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipakai adalah kuesioner

berupa skala model dikotomi. Skala menurut Saifuddin 1\zwar (1999) memiliki

karakteristik sebagai berikut :

i . Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung

mengungkap atribut yang hendal< diukur melainkan mengungkap

indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

2. Jawaban subjek merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai

atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai diagnosis

baru dapat dicapai bila semua item telah direspon.

3. Respon subjek tidak diklasifikasikan benar-salah. Semua jawaban

dapat diterima sejauh dijawab dengan jujur dan sungguh-sungguh.

Kemudian peneliti menggunakan tiga macam skala sebagai alat penelitian

yaitu skala perilaku workaholic, skala insomnia dan skala stres kerja. Metode

skala dikotomi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala jenis

langsung, yaitu skala yang langsung diberikan kepada sampel penelitian dan

diminta untuk memilih salah satu dari dua alternatif jawaban yang telah

disediakan. Skala tipe ini pada umumnya lebih menarik bagi sampel

Page 97: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

82

penelitian karena lebih mudah dan membutuhkan waktu yang singkat dalam

memberikan jawaban (Az>Nar: 2004).

Keuntungan menggunakan metode skala ini adalah sebagai berikut :

1. Hemat waktu sehingga dalam waktu singkat dapat diperoleh banyak

data dan informasi.

2. Tidak banyak membutuhkan tenaga.

3. Tidak banyak mengeluarkan banyak biaya.

4. Dapat dilakukan terhadap sampel penelitian yang besar jumlahnya.

5. Sampel penelitian hanya dapat menentukan salah satu jawaban.

Adapun kelemahan-kelemahan dalam metode skala ini adalah :

1. Pengambila sampel sering terlambat dan ada pe11anyaan yang tak di

isi sampel.

2. Sampel penelitian tidak mau menjawab karena hal-hal yang

menurutnya tidak perlu ditanyakan.

3. Sampel penelitian tidak mengerti akan pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan kepadanya.

Untuk menghindari kelemahan-kelemahan tersebut, maka pertanyaan­

pertanyaan yang disusun dalam skala ini menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti oleh banyak orang sehingga tidak menimbulkan pengertian ganda.

Dan alternatif jawaban yang disediakan secara singkat dan jelas.

Page 98: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

83

1. Skala Perilaku Workaholic

Seperti dijelaskan diatas, bahwa perilaku workaholic merupakan sebuah pola

tingkah laku yang stabil di mana seseorang secara psikologis kecanduan

bekerja. Mereka bisa menghabiskan waktu bekerja dalam seminggu antara

40 sampai 50 jam bahkan untuk orang-orang tertentu ada juga yang

menghabiskan waktu antara 60 sampai 70 jam dalam s1~minggu. Mereka

merasa mendapat kepuasan dan kenikmatan dalam bekerja dengan

menghabiskan waktunya tanpa menghiraukan lingkungan yang ada di

sekitarnya. Aspek yang akan diukur dalam skala ini adalah (1) perilaku

terhadap diri sendiri, (2) perilaku terhadap orang lain, (3) kondisi fisik dan

psikis, (4) Reaksi terhadap pekerjaan. Keempat dimensi tersebut merupakan

bagian dari komponen perilaku workaholic, skala ini diharapkan dapat

mengukur seberapa jauh tingkat perilaku workaholic pacla beberapa

karyawan dari berbagai perusahaan yang ada di Jakarta.

Pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam skala workaholic ini disusun

dengan menggunakan skala model dikotomi yang telah di modifikasi dari

buku Barbara Karlingger dan Frank J Bruno, yaitu berisi pertanyaan yang

menggambarkan keadaan perilaku seseorang dalam bekerja. A'ternatif

jawaban yang tersedia terbagi atas jawaban ya atau tidak. Sampel penelitian

diminta untuk memilih salah satu jawaban yang paling menggambarkan

keadaan perilaku dirinya.

Page 99: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

84

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Distribusi Perilaku Workah•olic

No Asoek No Item Jumlah 1. Perilal<u terhadap diri sendiri 2, 4, 5, 6, 7, 13, 15, 15

17, 19, 20, 22, 26, 28,35,42

2. Perilaku terhadap orang lain 3,24,25,27, 34,40, 7 41

3. Kondisi fisik dan psikis 8, 9, 10,32, 33 5 4. Reaksi pada pekerjaan 1, 11, 12, 14, 16, 18, 16

21, 28, 29, 30,:31, 36, 37, 38, 39, 43, ----

Total 43

2. Skala Gejala Insomnia

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh gejala insomnia

para karyawan dari beberapa perusahaan adalah skaia rnodifikasi, modifikasi

dalam hal ini adalah peneliti mengambil alat ukur insomnia yang ada dalam

buku Kaplan kemudian peneliti menambahkan dari indikator gejala insomnia

dengan bentuk jawaban pilihan Ya dan Tidak karena jawaban tersebut untuk

mengetahui jika sampel memilih jawaban pertanyaan ya berarti sampel

mempunyai gejala insomnia, jika sampel memilih pertanyaan tidak berarti

sampel tidak mempunyai gejala insomnia.

Dalam skala ini subjek diharuskan memilih jawaban yan£1 menggambarkan

tentang dirinya sendiri dan bukan pendapat orang tentang keadaan dirinya.

Page 100: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

85

Item-item yang dibuat pada skala insomnia mencakup aspek-aspek sebagai

berikut: (1) Fisiologis, (2) Psikologis, dan (3) Gejala insomnia.

Adapun bila dimensi-dimensi tersebut dimasukkan ke dalam tabel, maka

akan terlihat seperti tabel blu print di bawah ini :

Tabel 3.2 Distribusi Skala Insomnia

No Aspek No Item Jumlah 1. Fisiologis 10,29 2 2. Psikologis 1, 3, 4, 5, 13, 14, 15, 17, 20

18,22,23,24,26,27,28, 30,31,32,33, 34, 35 --

3. Gejala Insomnia 2, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 16, 13 19, 20,21,25

Total 35

2. Skala Stres Kerja

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh stres kerja para

karyawan dari beberapa perusahaan yang ikut mempengaruhi timbulnya

gejala insomnia, peneliti membuat alat ukur i;tres kerja yang ada dari

indikator stres kerja dengan bentuk jawaban pilihan Ya dan Tidak karena

jawaban tersebut untuk mengetahui jika sampel memilih jawaban pertanyaan

ya berarti sampel mengalami stres kerja, jika sampel memilih pertanyaan

tidak berarti sampel tidak mengalami stres kerja yang dampaknya akan

menimbulkan gejala insiomnia. Dalam skala ini subyek diharuskan memilih

jawaban yang menggambarkan tentang dirinya sendiri dan bukan pendapat

orang tentang keadaan dirinya.

Page 101: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

86

Item-item yang dibuat pada skala stres kerja adalah sebagai berikut: (1)

Fisiologis, (2) Psikologis. Adapun bila dimensi-dimensi tersebut dimasukkan

ke dalam tabel, maka akan terlihat seperti tabel blu print di bawah ini :

Tabel 3.3 Distribusi Skala Stres Kerja

No Aspek No Item Ju ml ah 1. Fisioloais 4, 14, 18 3 2. Psikologis 1,2, 3,5,6, 7,8, 9, 10, 17

11, 12, 13, 15, 16, 17, 19,20

Total 20

3.6. Teknik Uji lnstrumen Penelitian

3.6.1. Uji Validitas Skala

Validitas artinya sejuahmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsl ukurnya. Pengukuran sendiri dilakukan untuk

mengetahui seberapa banyak (dalam arti kuantitatif) suatu aspek psikologis

terdapat dalam diri seseoran(;, yailg dlnyatakan oleh skornya pada instrumen

pengukuran yang bersangkutan (Azwar, 2003). Sedangkan untuk rnenguji

validitas item digunakan tipe validitas isi (content validity) karena validitas isi

merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan

analisis rasional atau lewat professional judgment. Pertanyaan yang dicari

jawabannya dalam validitas ini adalah "Sejauhmana aitern-aitem dalam tes

mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur" atau

"sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur".

Page 102: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

87

Pengertian "Mencakup keseturuhan kawasan" isi tidak saja menunjukkan

bahwa tes tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat

hanya isi yang relevan dan tidal< keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun

isinya komprehensif tetapi bila suatu tes mengikutsertakan pula item-item

yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka

validitas tes tersebut tidaklah dapat dikatakan memenuhi1 ciri validitas yang

sesungguhnya. Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah

dicapai oleh tes, banyak tergantung pada penilaian subjektif individual.

Dikarenakan estimasi validitas ini tidal< melibatkan perhitungan statistik apa­

pun melainkan hanya analisis rasional maka tidaklah diharapkan setiap orang

akan sama sependapat mengenai sejauhmana validitas isi tes telah tercapai.

Dalam hal ini penulis mengambil norma yang ada pada buku workaholic

karya Barbara Kirlinger di dalamnya terdapat item-item sebanyak 30 aitem

dan menambahkan dari buku Frank J Bruno sebanyak 1:3 item total seluruh­

nya 43 item. Menjelaskan bahwa jika seseorang menjawab pertanyaan "ya"

lebih dari setengah jumlah item maka subjek bisa dikate9orikan sebagai

orang yang mempunyai perilaku workaholic.

Dari data try out skala workaholic yang di ujicobakan pada 30 subjek, dari 43

item yang di ujicobakan terdapat 3 item yang perlu direvisi redaksinya, yaitu

item nomor 19, 25, dan 43 karena tidaK memenuhi standar validitas isi.

Page 103: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

lndeks validitas skala workaholic dapat dilihat pada tabel 3.4

Tabel 3.4 lndeks Veliditas Item Perilaku Workaholic

No Aspek No lt•em 1. Perilaku terhadap diri sendiri 2,4,5,6,7, 13, 15, 17,

19,20,22,26,28,35,42 2. Perilaku terhadap orang lain 3, 24, 25, 27, ~~4. 40, 41 3. Kondisi fisik dan psikis 8,9, 10, 32, 33 4. Reaksi pada pekerjaan 1, 11, 12, 14, 16, 18, 21,

28, 29, 30,31, 36, 37, 38, 39, 43,

Total

88

Jumlah 15

7 5 16

43

Sedangkan untuk indeks validitas skala insomnia dari hasil try out skala

insomnia yang diujicobakan pada 30 subjek, dari 35 item yang diujicobakan

terdapat 7 item yang di revisi redaksinya, yaitu item nomor 12, 19, 26, 30, 32,

34, 35 karena tidak memenuhi standar validitas isi.

lndeks validitas item gejala insomnia dapat dilihat pada tabel 3.5

Tabel 3.5 lndeks Veliditas Item Gejala lm;omnia

No Aspek No Item Jumlah 1. Fisioloqis 10,29 2 2. Psikologis 1,3,4,5, 13, 14, 15, 17, 20

18,22,23,24,26,27,28, 30, 31,32,33,34,35

3. Gejala Insomnia 2, 6, 7,8,9, 11, 12, 16, 13 19, 20,21,25

Total 35

Sedangkan untuk indeks validitas skala stres kerja dari hasil try out skala

stres kerja yang diujicobakan pada 30 subjek, dari 20 item yang diujicobakan

Page 104: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

89

terdapat 8 item yang di revisi redaksinya, yaitu item nomor 6, 8, 9, 10, 12, 15,

14, 20, karena tidak memenuhi standar validitas isi.

Tabel 3.61ndeks Veliditas Item Stres Kerja

No Aspek No Item Jumlah 1. Fisioloois 4, 14, 18 3 2. Psikologis 1,2,3,5,6, 7,8,9, 10, 17

11, 12, 13, 15, 16, 17, 19,20

20

3.6.2. Uji Reliabilitas Skala

Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu penfiukuran dapat diper-

caya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran subyek

yang lain diperoleh hasil yang relative sama (Azwar, 2003).

Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa sejauh mana instrumen

menghasilkan pengukuran yang relatif sama meskipun dilakukan dalam

v;ak~J yar.~ berbeda.

Sebelum dilakukan penelitian sebenarnya, penulis melakukan pengujian

reliabilitas ala! (try out) terhadap 30 karyawan dari tiga perusahaan yang

berbeda yaitu di Nasional News, Bank Indonesia dan PT. Ciptakom yang

mempunyai karakteristik sama dengan sampel penelitian.

Page 105: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

90

Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan uji statistik Alpha Cronbach.

Relaibilitas merupakan terjemahan dari kata "reliability'' yang berasal dari kata

rely dan ability. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi disebut seba­

gai pengukuran yang reliabel. Reliabilitas tes diukur melalui pendekatan kon-

sistensi internal yang dalam prosedurnya hanya memerlukan satu kali penge-

nalan tes tunggal kepada sekelompok individu sebagai s.ampel penelitian.

Pendekatan ini digunakan karena memiliki nilai praktis dan efisien yang tinggi

(Azwar, 2003). Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas

dalam penelitian ini adalah Formula Alpha Cronbach sebagai berikut :

Rumus Alpha Cronbach :

a I( [1 -L ~j 2 l K-1 sx 2

Keterangan :

a : Koefisien reliabilitas alpha K : Mean kuadrat antar subjek I sj2

: Mean kuadrat kesalahan sx2

: Varians total

Berdasarkan data try out diperoleh hasil uji reliabilitas dengan menggunakan

program SPSS versi 12.00 for Windows didapatkan hasil koefisien reliabilitas

skala workaholic sebesar 0.696, reliabilitas skala insomnia sebesar 0.820 dan

reliabilitas ska la stres kerja sebesar O .877 dengan subjek try out 30

karyawan.

Page 106: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

91

Adapun kaidah uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7. Kaidah Klasifikasi Uji Reliabilitas Tes

Alpha Status > 0.90 SanQat Reliabel

0.70- 0.90 Reliabel 0.40-0.69 Cukup Reliabel 0.20 -0.39 Kuranq Reliabel

< 0.20 Tidak Reliabel

3.6.3. Uji Korelasi Skala

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik korelasi

Parsial. Teknik korelasi Parsial merupakan korelasi yang mempertimbangkan

pengaruh efek dari variabel lain dalam menghitung korelasi antara dua

variabel. Oleh karena itu korelasi Parsial mengukur korelasi antara dua

variabel dengan mengeluarkan pengaruh dari satu atau beberapa variabel

lain (disebut variabel kontrol) Singgih Santoso (2005).

Sedangkan dalam buku Sugiyono (2003) dijelaskan bahw jika dalam korelasi-

korelasi tersebut terdapat variabel yang dikontrol, korelasi tersebut

dinyatakan sebagai korelasi yang menempati jenjang yang lebih tinggi, yaitu

yang dikenal sebagai korelasi jenjang pertama, jenjang kedua, jenjang ketiga,

dan seterusnya tergantung banyaknya variabel yang dikontrol. Korelasi

jenjang pertama menunjukkan bahwa dalam sebuah korelasi antara dua

variabel dikontrol oleh satu variabel yang lain. Korelasi jenjang kedua

Page 107: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

menunjukkan bahwa dalam sebuah korelasi antara dua variabel dikontrol

oleh variabel yang lain.

92

Tujuan dilakukannya korelasi parsial atau pengontrol terhadap variabel­

variabel tersebut adalah untuk memperoleh korelasi yang "sebenarnya", yang

murni, yang tidak "dikotori" atau dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang

mungkin saja berpengaruh terhadap kedua variabel yang sedang

dikorelasikan itu. lstilah dikontrol menunjuk pada pengertian ditiadakan

pengaruhnya terhadap variabel-variabel yang dikorelasikan.

Hasil penghitungan korelasi parsial akan menunjukkan koefisien korelasi

yang lebih murni, lebih bersih, dari kedua variabel yang dikorelasikan itu. Hal

itu juga menunjukkan bahwa semakin tinggi penghitungan jenjang-jenjang

korelasi yang dilakukan, akan semakin murni dan bersih basil koefisien kore­

lasi yang diperoleh. Namun, sebagai konsekuensinya, mungkin saja menjadi

tidak signifikan setelah dihitung pada jenjang-jenjang yan9 lebih tinggi.

Perhitungan analisis data ini menggunakan bantuan program computer paket

SPSS versi 12.00 for windows yang akan diinterpretasikan dengan mengacu

pada tabel r hitung. Jika hasil perhitungan lebih besar dari r tabel, maka

korelasinya dianggap signifikan dengan kata lain Ha diterima dan Ho ditolak.

Page 108: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

93

Tetapi jika hasil perhitungannya lebih kecil dari r tabel mak.a korelasinya

dianggap tidak signifikan atau Ha ditolak dan Ho diterima.

Rumus Korelasi Parsial adalah :

ryI _ 2 = ryI - (ry2)(rI2)

~(1- ry2 2 )(1- rl2 2 )

Keterangan : ry1-2 = Korelasi antara variabel Y (kriterium) dengan variabel X1 (prediktor),

dengan dikontrol oleh variabel X2

rv2 = Korelasi antara variabel y dengan variabel X2

r12 = Korelasi antar variabel X1 dan X2

Page 109: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

BAB4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Responden

Gambaran umum subjek penelitian ini diuraikan secara rinci di bawah ini,

yaitu berupa gambaran umum frekuensi dari jenis kelamin, usia, pendidikan,

perusahaan, dan status pernikahan. Dalam penelitian ini populasi yang

digunakan berjumlah 120 orang. Kemudian angket yang kembali ke peneliti

sebanyak 90 angket. Setelah di seleksi ternyata sampel yang mengisi angket

dengan sempurna sebanyak 66 orang sedangkan, yang rnasuk dalam

karakteristik penelitian berjumlah 34 orang terdiri dari PT Astra lnternasional,

PT Telkomsel, Stasiun TV ANTV, PT Wahana Transporindo, RS lnternasional

Bintaro pada profesi marketing. Berikut ini adalah gambarannya.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Perseintase 1. Laki-laki 24 70% 2. Peremouan 10 30 %

Total 34 100 %

Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini berasal dari jenis kelamin yang berbeda. Terdiri dari 24

orang (70%) berjenis kelamin laki-laki dan 10 orang (30%) berjenis kelamin

perempuan, responden yang banyak dalam penelitian ini berasal dari jenis

kelamin laki-laki dikarenakan laki-laki lebih banyak yang menjadi sampel

Page 110: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

95

penelitian, selain itu laki-laki juga lebih besar berperilaku workaholic

dikarenakan tuntutan hidup mereka.

Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Persentase

1. 21 -25 tahun 11 32 %

2. 26- 30 tahun 17 50 %

3. 31 - 35 tahun 6 18 %

Total 34 100 %

Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini berasal dari usia yang berbeda. Terdiri dari usia 21 - 25

tahun sebanyak 11 orang (32%), usia 26 - 30 tahun sebanyak 17 orang

(50%) dan usia 31 - 35 tahun sebanyak 6 orang (18%) , usia responden

yang banyak digunakan dalam penelitian ini adalah usia antara 26 tahun

sampai 30 tahun hal ini di karenakan pada usia antara 26-30 tahun mereka

masih semangat dan giat dalam berkarir dan juga tuntutan perusahaan

tempat mereka bekerja.

Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi Persentase 1. SMA 7 20 % 2. D-3 6 18 % 3. S-1 21 62 %

Total 34 100 %

Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini berasal dari latar belakang tingkat pendidikan. Terdiri dari

Page 111: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

7 orang tingkat SMU (20 %), 6 orang tingkat diploma ti~1a (18 %) dan 21

orang dari tingkat pendidikan sarjana strata satu (62 %), responden yang

banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari jenjang pendidikan

sarjana strata satu (S1). Karena memang tuntutan perusahaan bahwa

karyawan harus memiliki jenjang pendidikan minimal S 1.

Tabet 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Perusahaan

No. Perusahaan Frekuensi Persentase 1. PT Astra lnternasional 10 29% 2. PT Wahana Transoorindo 3 9% 3. PT T elkomsel 11 32 % 4. Stasiun TV ANTV 5 15 % 5. RS. lnternasional Bintaro 5 15 %

Total 34 100 % I

96

Dari hasil persentase data di alas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini berasal dari perusahaan di Jakarta yang berbeda. Terdiri

dari 10 orang (29%) dari PT Astra lnternasional, 3 orang (9%) dari PT

Wahana Transporindo, 11 orang (32%) dari PT TelkomsHI, 5 orang (15%)

dari stasiun TV ANTV dan 5 orang (15%) dari RS internasional Bintaro.

responden yang banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT

Telkomsel dikarenakan angket yang kembali dari beberapa perusahaan di

atas telkomsel lah yang paling banyak selain itu, PT Telkomsel juga

menekankan target kepada para karyawannya.

Page 112: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

97

Tabel 4.5. Gambaran Umum Responden Berdasarka11 Status Pernikahan

No. Status Pernikahan Frekuensi Persentase 1. Menikah 14 41 % 2. Belum Menikah 20 59 %

Total 34 100 %

Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini yang mempunyai status menikah ataupun belum

menikah. Terdiri dari 14 orang (41%) menikah dan 20 orang (59%) belum

menikah, responden yang banyak digunakan dalam penelitian ini adalah

yang belum menikah karena usia responden dalam penelitian ini lebih banyak

antara 21 sampai 30.

4.2 Presentasi Data

4.2.1 Uji Normalitas

Singgih (2002), mengemukakan bahwa tujuan uji normalitas adalah ingin

mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati

distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped).

Dalam uji normalitas data, digunakan rumus Kolmogorof-Smirnov. Apabila

taraf signifikansi atau nilai probabilitas variabel lebih besar dari taraf

signifikansi yang ditetapkan sebesar 0.05, maka distribus1 data dinyatakan

normal, dan apabila kurang dari 0.05 maka distribusi data tidak normal.

Page 113: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

98

Berdasarkan hasil perhitungan yang peneliti lakukan dengan menggunakan

SPSS versi 12.00 maka didapat hasil seperti berikut:

NPar Tests uji Kolmogorov - Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

workaholic insomnia sires N 34 34 34 Normal Parameters a.b Mean 26.9118 14.3529 7.0882

Std. Deviation 3.25081 5.48211 4.56845 Most Extreme Absolute .113 .156 .128 Differences Positive .113 .156 .103

Negative -.070 -.125 -.128 Kolmogorov-Smlmov Z .660 .911 .744 Asymp. Sig. (2-tailed) .776 .377 .637

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan uji normalitas di atas, taraf signifikansi variabel workaholic

sebesar 0.776, variabel stres sebesar 0.637 dan variabel insomnia sebesar

0.377. taraf signifikansi ketiga variabel tersebut lebih be8ar dari 0.05, maka

penyebaran datan~'a bercis!~ib~si r.c~r.-.al.

Hasil uji normalitas data pada skala workaholic angka probabilitas sebesar

0,776 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui

bahwa nilai probabilitas 0,776 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal, dengan mean sebesar 26.9118 dan standar deviasi

sebesar 3.25081. berikut ini adalah gambar diagram scatterplot keluaran

SPSS versi 12.00.

Page 114: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Gambar 4.1 Scatterplot Workaholic

Nonna! Q-Q Plot of workaholic

e.,--------------;:---,

0

0

"

0

0

27 30

Obsorvod Valuo

0

0

99

Dari gambar di atas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel workaholic

berada di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas. Dengan demikian,

data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.

Sementara itu, hasil uji normalitas data pada skala insomnia angka

probabilitas sebesar 0,377 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%,

maka diketahui bahwa nilai probabilitas 0,377 > 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar 14.3529

dan standar deviasi sebesar 5.48211. berikut ini adalah !Jambar diagram

scatterplot keluaran SPSS versi 12.00.

Page 115: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

100

Gambar 4.2 Scatterplot Insomnia

Normal Q-0 Plot of insomnia

0

0

0

0

10 15

Obsorvod Vnluo

Dari gambar di atas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel insomnia

berada di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas .. Dengan demikian,

data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.

Sedangkan hasil uji normalitas data pada skala stres kerja angka probabilitas

sebesar 0,637 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka

diketahui bahwa nilai probabilitas 0,637 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar 7.0882 dan standar

deviasi sebesar 4.56845. berikut ini adalah gambar diagram scatterplot

keluaran SPSS versi 12.00.

Page 116: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

101

Gambar 4.3 Scatterplot Stres Kerja

Normal Q~Q Plot of stros

0 0

0

0 0

0

0

0

0

s 10 15

Observed V:;ilue

Dari gambar di alas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel stres kerja

berada di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas. Dengan demikian,

data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.

4.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variabel mean dari data dalam

suatu kelompok. Dalc:m penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan

menggunakan rumus One-Way Anova.

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan cara

probabilitas dan membandingkan uji F hitung dengan F tabel. Jika pengambilan

keputusan menggunakan probabilitas maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah probabilitas > 0.05 maka Ho diterima sedangkan, probabilitas < 0.05

Page 117: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

102

maka Ho ditolak. Jika pengambilan keputusan menggunakan perbandingan F

hitung dan F tabel, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah F hitung > F tabel,

maka Ho diterima, tetapi jika F hitung < F tabel, maka Ho ditolak.

Hasil uji homogenitas data pada skala workaholic angka probabilitas sebesar

0,327 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui

bahwa nilai probabilitas 0,327 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

berdistrtribusi homogen, dengan mean sebesar 11.827. Data terlampir

Hasil uji homogenitas data pada skala insomnia angka probabilitas sebesar

0,667 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui

bahwa nilai probabilitas 0,667 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

berdistrtribusi homogen, dengan mean sebesar 24.551. Data terlampir

Hasil uji homogenitas data pada skala stres kerja angka probabilitas sebesar

0,285 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui

bahwa nilai probabilitas 0,285 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

berdistrtribusi homogen, dengan mean sebesar 24.049. Data terlampir.

Page 118: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

103

4.2.3 Distribusi Penyebarn Skor Responden

Berdasarkan perhitungan analisa regresi linier berganda yang dilakukan

dengan menggunakan program SPSS versi 12.00 diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.6. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Ranqe Minimu Maximu Mean Std. Varianc

Statistic Statistic Statistic Statistic Statisti Std. Statistic Statistic workaholic 34 14.00 22.00 36.00 26.9118 .55751 3.25081 10.568 insomnia 34 18.00 6.00 24.00 14.3529 .94017 5.48211 30.053 stres 34 16.00 .00 16.00 7.0882 .78348 4.56845 20.871 Valid N

34 (listwise)

1. Skala Perilaku Workaholic

Rentangan penyebaran skor skala perilaku workaholic aclalah 0 - 43, karena

dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pilihan jawaban, yaitu skor

terendah O dan skor tertinggi 43, mean dari skala workaholic sebesar

26.91118 dengan standar deviasi 0.557551 dan varians sebesar 10.568 nilai

maksimum 36.00 nilai minimum 22.00 dan range sebesar 14.00.

Untuk mengetahui tingkat workaholic subjek, peneliti membagi ke dalam tiga

kategori tingkat perilaku workaholic yaitu tingkat tinggi, sedang dan rendah.

Skala perilaku workaholic ini terdiri dari 43 item, dengan setiap itemnya diberi

skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk wajaban tidak. Peneliti '

I

Page 119: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

104

menggunakan rumus kwartil untuk mengetahui jenjang tinggi, rendah dan

sedang perilaku workaholic karyawan PT Astra lnternasional, PT Telkomsel,

PT Wahana Transporindo, Stasiun TV ANTV dan RS lnl:ernasional Bintaro

yaitu mengurutkan skor subjek dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Tabel 4.7 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic

Kateaori Nilai Angka Rendah X < (M-180) x <25 Sedang (M-SD)<X<(M+SD) 25 < '= x < = 27 Tinggi X>(M+SD) x: > 29

Sesuai dengan keterangan di alas, maka data yang diperoleh berdasarkan

sampel yang diambil adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui tingkat perilaku workaholic berdasarkan jenis kelamin

dapat dilihat pada label berikut :

Tabel 4.8 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic Berdasarkan J. Kelamin

Jenis Kelamin Tingkat Perilaku Workaholic Tinaai SedanQ Rendah

Laki-laki 7 9 8 Perempuan 5 5 -

Total 12 14 8

Berdasarkan data di alas diketahui responden laki-laki 7 orang dengan

mayoritas tingkat perilaku workaholic tinggi dan 9 orang dengan mayoritas

tingkat perilaku workaholic sedang, sedangkan untuk perilaku workaholic

rendah berjumlah 8 orang. responden perempuan 5 oran~1 dengan mayoritas

,tingkat perilaku workaholic tinggi dan 5 orang dengan ma11oritas tingkat

Page 120: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

105

perilaku workaholic sedang. Data tersebut juga menggambarkan tidak ada

perbedaan tingkat perilaku workaholic antara laki-laki dan perempuan.

Perbedaan yang ada hanya pada jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini.Tidak ada perbedaan perilaku workaholic antara laki-laki dengan

perempuan dapat disebabkan oleh keyakinan yang kuat akan kemampuan

masing-masing individu, pemahaman yang baik terhadap aktivitas yang

dilakukan dan kesesuaian antara aktivitas kerja yang dijalankan dengan

kemampuan yang dimiliki baik akademis maupun non akademis.

Untuk mengetahui tingkat perilaku workaholic berdasarkan usia dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic Berdasarkan Usia

Usia Tinakat Perilaku Workaholic Tinaai Sedana Rendah

21 -25 - - 6 26-30 - 11 -31 - 35 17 - I -Total 17 11 6

Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada

rentang usia 21-25 tahun sebanyak 6 orang pada rentangan rendah, usia

26-30 tahun sebanyak 11 orang pada rentangan sedang dan usia 31-35

tahun sabanyak 17 orang pada rentangan tinggi. Hal ini dapat disebabkan

pada pengalaman yang cukup baik dalam pekerjaan yang dijalani individu,

kesesuaian antara pekerjaan yang dijalani dengan gaji yang diperoleh seiring

Page 121: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

106

dengan perkembangan karir individu dan pola pikir atau reaksi emosi yang

baik terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawab individu. Sedangkan

perilaku workaholic yang kurang terdapat pada rentang usia 21-25 tahun, hal

ini disebabkan karena pada rentang usia tersebut mereka belum banyak .

pengalaman dalam bekerja dan mereka baru mulai mernasuki dunia kerja.

Perbedaan yang ada dalarn perilaku workaholic juga disebabkan jurnlah

sampel yang berbeda pada rnasing-masing rentang usia yang digunakan

dalarn penelitian.

Untuk mengetahui tingkat perilaku workaholic berdasarkan pendidikan dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Tinakat Perilaku Workaholic Rend ah Sedana Tinnnj

SMU 5 2 -03 2 - 4 51 1 8 12

Total 8 10 16

Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada

tingkat pendidikan S- 1 (21 orang}, 12 responden terbanyak rnemiliki tingkat

perilaku workaholic tinggi dan responden terbanyak keclua dari tingkat

pendidikan S - 1 memiliki tingkat perilaku workaholic se1dang sebanyak 8

orang dan terakhir hanya 1 9~ng responden dari tingkat pendidikan S - 1

yang memiliki til)jJj{at perilaku workaholic rendah. Data tersebut juga

Page 122: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

107

menunjukkan latar belakang pendidikan S - 1 memiliki tingkat perilaku

workaholic yang lebih tinggi dibandingkan dengan latar belakang pendidikan

yang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh kesesuaian antara kemampuan

akademis yang diperoleh dengan pekerjaan yang dijalani sehingga individu

lebih yakin dengan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan aktivitas kerja.

Sedangkan tingkat perilaku workaholic yang kurang terdapat pada individu

yang memiliki latar belakang pendidikan D 3 dan SMU. Hal ini dapat

disebabkan oleh kurang sesuainya kemampuan akadernis dengan pekerjaan

yang menjadi tanggung jawab individu. Perbedaan perilaku workaholic juga

disebabkan oleh jumlah sampel dalam penelitian.

Untuk mengetahui tingkat perilaku workaholic berdasarkan perusahaan

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic Berdasarkan

Perusahaan

Perusahaan Tinakat Perilaku Workaholic Rendah Sedano Tinnni

PT Astra lnternasional 2 4 4 PT Wahana Transoorindo - 1 2

PT Telkomsel 1 5 5 Stasiun TV ANTV 2 2 1

RS. lnternasional Bintaro 3 1 1 Total 8 13 13

Berdasarkan data di alas diketahui banyaknya sebaran responden pada

perusahaan PT Telkomsel sebanyak 11 orang dan 5 orang responden

Page 123: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

108

berada pada tingkat perilaku workaholic pada rentangan tinggi , 5 orang

responden berada pada tingkat perilaku workaholic pada1 rentangan sedang

dan hanya 1 orang yang berada pada rentangan rendah. Kemudian

rentangan tertinggi kedua berada pada karyawan PT Astra lnternasional yaitu

untuk rentang jawaban tertinggi sebanyak 4 orang, untuk rentangan sedang

sebanyak 4 orang dan untuk rentangan terendah sebanyak 2 orang. Hal ini

disebabkan karena pada kedua perusahaan tersebut peneliti banyak

mendapatkan data sedangkan pada tempat lain setengah kuesioner yang

disebarkan oleh peneliti tidak kembali.

Untuk mengetahui tingkat perilaku workaholic berdasarkan jenis kelamin

dapat diliha pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic Berdasarkan Status

Pernikahan

Status Tinakat Perilaku Wvrkal1vfk Pernikahan Tinaai Sedanci Rendah

Menikah 6 3 5 Belum Menikah 7 10 3

Total 13 13 8

Berdasarkan data di atas diketahui responden menikah sebanyak 14 orang

dengan mayoritas tingkat perilaku workaholi'; tinggi sebanyak 6 orang, tingkat

perilaku workaholic sedang sebanyak 3 orang dan tingkat mayoritas tingkat

perilaku workaholic rendah sebanyak 5 orang. Sedangkan untuk responden

belum me~ikah sebanyak 20 orang dengan mayoritas tingkat perilaku

Page 124: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

109

workaholic tinggi sebanyak 7 orang, tingkat perilaku workaholic sedang

sebanyak 10 orang dan tingkat perilaku workaholic rendah sebanyak 3 orang.

Dari Data di atas peneliti mendapatkan gambaran bahwa tingkat perilaku

workaholic lebih di kuasai oleh responden yang mempunyai status

pernikahan belum menikah karena responden yang menjadi sampel

penelitian ini harus bekerja lebih giat untuk mempersiapkan masadepannya

sedangkan responden yang sudah menikah lebih mendahulukan keluarga.

2. Skala Insomnia

Rentangan penyebaran skor skala gejala insomnia adalah O - 35, !<arena

dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pilihan jawaban, yaitu skor

terendah O dan skor tertinggi 35, mean dari skala insomnia sebesar 14.3529

dengan standar deviasi 0.94017 dan varians sebesar 30.053 nilai maksimum

24.00 nilai minimum 6.00 dan range sebesar 18.00.

Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia subjek, peneliti membagi ke dalam

tiga kategori tingkat gejala insomnia yaitu tingkat tinggi, :sedang dan rendah.

Skala gejala insomnia ini terdiri dari 35 item, dengan setiap itemnya diberi

skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk wajaban tidak. Peneliti

menggunakan rumus kwartil untuk mengetahui jenjang tinggi, rendah dan

sedang gejala insomnia karyawan PT Astra lnternasional, PT Telkomsel, PT

Page 125: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

110

Wahana Transporindo, Stasiun TV ANTV dan RS lnternasional Bintaro yaitu

mengurutkan skor subjek dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Tabel 4.13 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia

Kategori Nilai Angka Rendah X < (M-1SD) )( < 9 Sedang IM-SD)<X<(M+SD) 9<=X< 13 Tinggi X>(M+SD) x > 19

Sesuai dengan keterangan di atas, maka data yang diperoleh berdasarkan

sampel yang diambil adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Tingkat Gejala lns<>mnia Tint11:1i Sedang Rend ah

Laki-laki 11 8 5 Perempuan 4 4 2

I Total 15 12 7

Pada data di atas diketahui responden laki-laki 24 orang dengan mayoritas

tingkat gejala insomnia tinggi berjumlah 11 orang dan im>omnia sedang

berjumlah 8 orang sedangkan yang mempunyai gejala insomnia yang rendah

hanya 5 orang. Sedangkan untuk responden perempuan tingkat gejala

insomnia tinggi berjumlah 4 orang dan sedang 4 orang sedangkan sisanya 2

orang pada tahap rendah karena subjek penelitian lebih banyak subjek yang

berjenis kelamin laki-laki selain itu laki-laki lebih banyak tuntutan dan

Page 126: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

111

tanggungjawab baik di lingkungan rumah ataupun di lingkungan tempat

mereka bekerja.

Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia berdasarkan usia dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.15 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia Berdasarkan Usia

Usia Tingkat Ge.iala Insomnia Tinaai Sedang Rendah

21-25 5 5 1 26-30 8 3 6 31-35 5 - 1 Total 18 8 8

Berdasarkan data di atas diketahui sebaran responden pada usia 21-25

tahun mengalami gejala insomnia pada tingkatan rendah yaitu 1 orang,

sedangkan pada tingkatan sedang sebanyak 5 orang dan untuk tingkatan

gejala insomnia tertinggi sebanyak 5 orang. Untuk rentang usia 26-30 subjek

ya11g menyalami gejaia insmnia pada tingkat rendah sebanyak 6 orang, pada

tingkat sedang sebanyak 3 orang dan pada tingka':an gejala insomnia

tertinggi 8 orang. Sedangkan tingkat gejala insomnia yang kurang berada

pada rentang usia 31-35 hatun, ini karena disebabkan oleih semakin

menurunnya daya fisik. Hal ini dapat disebabkan banyaknya subjek yang

berada pada rentang usia antara 26-30 yang menjadi subjek penelitian ini.

Page 127: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

112

Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia berdasarkan pendidikan dapat di

lihat pada tabel berikut :

Tabel 4.16 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Tingkat Gejala Insomnia Tinaai Sedana R:endah

SMU 2 3 2 03 - 2

~E S1 11 3 Total 13 8

Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada

pendidikan S-1 16 orang. 11 responden terbanyak memilil<i tingkat gejala

insomnia tinggi dan mayoritas tingkat gejala insomnia tinggi pada jenjang

pendidikan S-1. Data tersebutjuga menunjukkan bahwa individu dengan latar

belakang pendidikan S-1 lebih banyak yang berada di lingkungan

perusahaan tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh tuntutan perusahaan

bahwa jenjang pendidikan S-1 sudah sesuai dengan taraf penyesuaian di

lingkungan perusahaan. Sedangkan untuk tingkat pendidikan SMU dan D-3

tidak jauh berbeda skor yang didapat hal tersebut disebabkan sudah jarang di

perusahaan menerima karyawan pada jenjang pendidikan tersebut. Selain itu

juga bahwa jumlah subjek yang menjadi penelitian ini lebih di dominasi oleh

subjek dari jenjang pendidikan S-1.

Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia berdasarkan dapat dilihat pada

tabel berikut :

Page 128: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

113

Tabel 4.17 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia Berdas.arkan Perusahaan

Perusahaan Tinakat Geiala Insomnia Rendah Sedana Tinaai

PT Astra lnternasional 2 2 6 PT Wahana Transporindo - 2 1

PT Telkomsel - 2 9 Stasiun TV ANTV 1 2 2

RS. lnternasional Bintaro 3 2 -Total 6 I 10 18

Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada

perusahaan PT Telkomsel sebanyak 11 orang. Untuk tingkat gejala insomnia

tertinggi terdapat 9 orang dan untuk tingkat sedang 2 orang. Sedangkan

untuk perusahaan kedua tertinggi yang mengalami gejala insomnia PT Astra

lnternasional dengan tingkat gejala tertinggi sebanyak 6 orang, tingkat gejala

sedang sebanyak 2 orang dan tingkat gejala rendah sebanyak 2 orang.

Sedangkan sisanya dari beberapa perusahaan yang ada masih dalam

rentang gelaja insomnia yang standar.

Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.18 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia Berdasarkan Pernikahan

Status Tinakat Geiala Insomnia Pernikahan Tinaai Sedang Rendah

Menikah 7 5 2 Belum Menikah 4 5 11

Total 11 ·to 13

Page 129: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

114

Berdasarkan data di atas untuk status pernikahan bahwa responden yang

menikah mempunyai rentang tingkat gelaja insomnia tin~1gi sebesar 7 orang

dan untuk tingkat sedang sebanyak 5 orang sedang untuk tingkat rendah

gejala insomnia sebanyak 2 orang. Sedangkan untuk subjek yang belum

menikah rentangan tingkat gejala insomnia untuk tingkat tinggi sebanyak 4

orang, untuk tingkat sedang sebanyak 5 orang dan untuk tingkat rendah 11

orang. Hal ini disebabkan bahwa subjek yang belum menikah memiliki

tingkat gejala insomnia rendah karena mereka masih fokus pada pekerjaan

saja sedangkan untuk subjek yang sudah menikah rentang gejala insomania

tinggi disebabkan oleh permasalahan rumah tangga dan juga permasalahan

di tempat kerja.

3. Skala Stres Kerja

Rentangan penyebaran skor skala stres kerja adalah O - 20, karena dalam

penelitian ini penulis menggunakan dua pilihan jawaban, yaitu skor terendah

0 dan skor tertinggi 20, mean dari skala stres kerja sebesar 7.0882 dengan

standar deviasi 0.78348 dan varians sebesar 20.871 nilai maksimum 16.00

nilai minimum 0.00 dan range sebesar 16.00.

Untuk mengetahui tingkat stres kerja subjek, peneliti membagi ke dalam tiga

kategori tingkat stres kerja yaitu tingkat tinggi, sedang dan rendah. Skala

' stres kerja terdiri dari 20 item, dengan setiap itemnya diberi skor 1 untuk

Page 130: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

115

jawaban ya dan skor O untuk wajaban tidak. Peneliti menggunakan rumus

kwartil untuk mengetahui jenjang tinggi, rendah dan sedang stres kerja

karyawan PT Astra lnternasional, PT Telkomsel, PT Wahana Transporindo,

Stasiun TV ANTV dan RS lnternasional Bintaro yaitu mengurutkan skor

subjek dari yang terkecil h ingga yang terbesar.

Tabel 4.19 Klasifikasi Skor Stres Kerja

Kateaori Nilai Anaka Rendah X < (M-180) X<3 Sedant:t (M-SD)<X<(M+SD) 3<=X<=7 Tinggi X>(M+SD) x > 11

Sesuai dengan keterangan di atas, maka data yang diperoleh berdasarkan

sampel yang diambil adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui tingkat stres kerja berdasarkan jenis kEilamin dapat diliha

pada tabel berikut :

Tabel 4.20 Klasifikasi Skor Stres Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Tine kat Stres Keria Tinaai Sedano Rendah

Laki-laki 13 7 4 Peremouan 5 2 3

Total 18 9 7

Pada data di atas diketahui responden laki-laki 24 orang dengan mayoritas

tingkat stres kerja tinggi berjumlah 13 orang dan stres kerja sedang

berjumlah 7 orang sedangkan yang mempunyai stres kerja yang rendah

hanya 4 orang. Sedangkan untuk respo~den perempuan tingkat stres kerja

Page 131: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

tinggi berjumlah 5 orang dan sedang 2 orang sedangkan sisanya 3 orang

pada tahap rendah karena subjek penelitian lebih banyak subjek yang

berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki lebih banyak beban tanggungjawabnya

dibandingkan perempuan.

Untuk mengetahui tingkat stres kerja berdasarkan usia dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.21 Klasifikasi Skor Stres Berdasarkan Usia

Usia Tim kat Skor Stres \ Tinaai SedanQ Rendah ·

21-25 5 2 4 26-30 9 7 1 31 -35 4 - 2 Total 18 9 7

Berdasarkan data di atas diketahui sebaran responden pada usia 21-25

116

tahun mengalami tingkat stres kerja pada tingkatan rendah yaitu 4 orang,

sedangkan pacia tingkaian sedang sebanyak 2 orang dan untuk tingkatan

stres kerja tertinggi sebanyak 5 orang. Sedangkan untuk rentc.ng usia 26-30

subjek yang mengalami tingkat stres kerja pada tingkat rendah sebanyak 1

orang, pada tingkat sedang sebanyak 7 orang dan pada tingkatan stres kerja

tertinggi 9 orang. Sedangkan tingkat stres kerja yang sedikitjumlahnya ber­

ada pada rentang usia 31-35 tahun, hal ini karena disebabkan oleh semakin

lama mereka bekerja dalam perusahaan tersebut maka semakin menguasai

dan dapat mengatasi segala bentuk konflik yang ada di tempat kerja.

Page 132: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

117

Untuk mengetahui tingkat stres kerja berdasarkan pendidikan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabet 4.22 Klasifikasi Skor Stres Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Tin~ kat Skor Strns Tinaai Sedang Rendah

SMU 4 1 2 D3 5 2 -S1 19 1 -

Total 28 4 2

Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada

pendidikan S-1 20 orang. 19 responden terbanyak memiliki tingkat stres kerja

yang tinggi dan hanya 1 orang yang memiliki tingkat stres kerja sedang

sedangkan untuk tingkat stres kerja rendah untuk jenjang pendidikan S-1

tidak ada hal ini disebabkan subjek penelitian lebih di dominasi oleh tingkat

pendidika S-1. Data tersebut juga menunjukkan bahwa individu dengan latar

belakang pendidikan S-1 lebih banyak yang berada di lingkungan

perusahaan tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh tuntutan perusahaan

bahwa jenjang pendidikan S-1 sudah sesuai dengan taraf penyesuaian di

lingkungan perusahaan. Sedangkan untuk tingkat pendidikan SMU dan D-3

tidak jauh berbeds skor yang didapat hal tersebut disebabkan sud ah jarang di

perusahaan menerima ka ryawan pad a jenjang pendidikan tersebut.

Untuk mengetahui tingkat stres kerja berdasarkan perusahaan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Page 133: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

118

Tabel 4.23 Klasifikasi Skor Stres Berdasarkan Perusahaan

Perusahaan Tin( kat Skor Stres Rendah Sedam~ Tinaai

PT Astra lnternasional 3 2 5 PT Wahana Transoorindo - 2 1

PT T elkomsel 2 3 6 Stasiun TV ANTV 1 - 4

RS. lnternasional Bintaro 1 2 2 Total 7 9 18

Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada

perusahaan PT Telkomsel sebanyak 11 orang. Untuk tingkat stres kerja

tertinggi terdapat 6 orang, untuk tingkat sedang 3 orang dan untuk tingkat

stres kerja terendah sebanyak 2 orang. Sedangkan untuk perusahaan kedua

tertinggi yang mengalami stres kerja PT Astra lnternasional dengan tingkat

stres kerja tertinggi sebanyak 5 orang, tingkat gejala sedang sebanyak 3

orang dan tingkat gejala rendah sebanyak 2 orang. Sedangkan sisanya dari

beberapa perusahaan yang ada masih dalam rentang stres kerja yang

standar. Hal ini juga disebabkan baik PT Astra lnternasional dan PT

Telkomsel keduanya selalu menekankan target kepada karyawannya.

Untuk mengetahui tingkat stres kerja berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel berikut :

Page 134: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

119

Tabel 4.24 Klasifikasi Skor Stres Berdasarkan Sta1tus Pernikahan

Status Tin! kat Skor Stries Pernikahan Timmi Sedang Rendah

Menikah 10 3 1 Belum Menikah 8 6 6 I

Total 18 9 7 I

Berdasarkan data di atas untuk status pernikahan bahwa responden yang

menikah mempunyai rentang tingkat stres kerja tinggi sebesar 1 O orang dan

untuk tingkat sedang sebanyak 3 orang sedang untuk tin9kat rendah sires

kerja sebanyak 1 orang. Hal ini disebabkan karena selain mereka harus

menghadapi permasalahan di tempat kerja mereka juga harus menghadapi

permasalahan rumah tangganya. Sedangkan untuk subjel< yang belum

menikah rentangan tingkat stres keraj untuk tingkat tinggi sebanyal< 8 orang,

untuk tingkat sedang sebanyak 6 orang dan untul< tingkat 1cendah 6 orang.

Hal ini disebabkan bahwa subjek yang belum menikah memiliki tingkat stres

kerja rendah karena mereka masih fokus pada pekerjaan 8aja.

4.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dianalisis secara statistik dengan menggunakan rumus Partial

correlation karena pengaruh atau efek dari variabel kontrol dalam menghitung

korelasi antara dua variabel. Oleh karena itu, korelasi parsial mengukur

korelasi antara dua variabel dengan mengeluarkan pengaruh dari satu atau

beberapa variabel lain (variabel kontrol). Berdasarkan hasil perhitutngan

Page 135: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

120

dengan menggunakan program SPSS versi 12.00 diperoleh hasil seperti

tabel berikut :

Partial Correlation

Correlations

Control Variables workaholic insomnia stress -:ione-3 workaholic Correlation 1.000 .366 .249

Significance (2-tailed) .033 .155 df 0 32 32

insomnia Correlation .366 1.000 .526 Significance (2-tailed) .033 .001 df 32 0 32

stress Correlation .249 .526 1.000 Significance (2-tailed) .155 .001 df 32 32 0

stress workaholic Correlation 1.000 .285 Significance (2-taHed) .108 df 0 31

insomnia Correlation .285 1.000 Significance (2-tailed) .108 df 31 0

a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan penelitian tentang hubungan antara perilaku workaholic dengan

timbulnya gejala insomnia di dapat hasil seperti yang digambarkan pada tabel

berikut:

Tabel 4.25

Korelasi Parsial r hitung r t<1bel 3 Variabel a=5%

Perilaku Workaholic 0.366 0.2:39 Stres Keria 0.249 0.3.39 Gejala Insomnia 0.366 , 0.339

Page 136: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

121

Berdasarkan hasil tabel 4.25 di atas diketahui bahwa hubungan perilaku

workaholic dengan timbulnya gejala insomnia signifikan karena antara r hitung

dengan r tabel pada taraf 5 % diterima, hal tersebut dipengaruhi oleh variabel

kontrol yaitu stres kerja.

Tabel 4.26

Korelasi Parsial r hitung r tabel 2 Variabel a=5 %

Perilaku Workaholic 0.285 0.339 Geiala Insomnia 0.285 I 0.339

Sedangkan pada hasil tebel 4.26 bahwa hubungan antara perilaku workaholic

dengan timbulnya gejala insomnia tidak ada korelasinya karena r hitung lebih

kecil dari pada rtJbel pada taraf 5 %.

Page 137: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

BABS

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

Terdapat korelasi yang kecil dan tidak erat antara perilaku workaholic

dengan timbulnya gejala insomnia karena subjek dalam penelitian ini pada

level karyawan biasa. Hal ini menunjukkan bahwa jika seseorang berprilaku

workaholic baik itu karyawan biasa ataupun jabatan managerial maka akan

mengalami gejala insomnia walaupun ada faktor !ain yang ikut

mempengaruhi. Dan jika ia tidak berperilaku workaholic maka ia tidak akan

mengalami gejala insomnia.

5.2 Diskusi

Penelitian tentang perilaku workaholic dengan timbulnya 9ejala insomnia

dapat dikatakan sebagai penelitian yang baru. Meskipun Bebelumnya telah

ada penelitian-penelitian tentang hal-hal yang berhubungan dengan peri­

laku workaholic tetapi variabelnya berbeda yaitu tentang hubungan ke­

eratan dengan pasangan dan anggota keluarga dan dengan dampak

kesehatan.

Page 138: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Dari hasil temuan peneliti yaitu terdapat hubungan atau korelasi yang

kurang signifikan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala

insomnia walaupun ada variabel kontrol yang sangat berperan dalam

menimbulkan gejala insomnia yaitu variabel stres kerja. lni menunjukkan,

bahwa seorang pekerja yang workaholic tidak akan mengalami gejala

insomnia tanpa dipengaruhi oleh stres kerja.

123

Tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara tingkat perilaku work­

aholic berdasarkan perusahaan dengan timbulnya gejala insomnia. Karena

rata-rata subjek yang menjadi penelitian ini adalah berstatus sebagai karya­

wan biasa den subjek penelitian ini merupakan workaholic tipe pleaser.

Perilaku workaholic menurut Barbara Kirlingger (1991) adalah seseorang

yang secara emosional beralih menjadi lumpuh dan kecanduan terhadap

kontrol dan kekuatan dalam kendali dorongan hati yang kuat untuk

mendapatkan pengakuan dan kesuksesan.

Selain itu perilaku workaholic juga akan tumbuh manakala perusahaan

tempat mereka bekerja menuntut untuk mencapai hasil yang maksimal,

akan tetapi dari hasil penelitian ternyata para pekerja yang menjadi sampel

pada penelitian ini lebih memilih hari libur untuk menikmati kebersamaan

Page 139: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

dengan anggota keluarga walaupun mereka mendapatkan reword yang

besar dari perusahaan.

124

Budaya di Indonesia masih sangat mementingkan dan menekankan hari­

hari di mana pekerja dipaksa menikmati waktu bersama keluarga seperti

hari libur nasional, cuti bersama dan libur hari keagamaan sehingga mereka

masih dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya,

masih dapat berempati, masih merasakan suasana keakraban, masih

memegang nilai-nilai integritas dan rasa hormat, dan masih dapat

menjalankan nilai-nilai spiritualitas.

Perilaku workaholic masyarakat Indonesia masih dalam batas yang wajar

karena kalau dilihat dari beberapa jenis perilaku workaholic yang ada hasil

penelitian ini hanya menunjukkan bahwa perilaku yang dimiliki oleh para

pekerja masih pada tahap yang rendah yaitu tipe Pleaser yang cenderung

kurang ambisius, lebih sosialis, selalu sadar akan keberaclaan orang lain

dan kebutuhan orang lain. Mereka juga masih menikmati kebersamaan

dengan orang lain, akan tetapi mereka juga bisa menjadi sangat bergan­

tung denggan orang lain. Posisi yang mereka ambil dalam sebuah

perusahaan juga masih pada posisi kelan menengah atau karyawan yang

mana mereka masih menuntut pengakuan dari atasan dan tentunya dari

lingkungan baik tempat mereka kerja ataupun tempat mereka tinggal.

Page 140: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

125

Dari analisis penelitian, bahwa peneliti menemukan adanya perbedaan

tingkat perilaku workaholic antara karyawan PT. Astra lnternasional, PT.

Wahan Transporindo, PT. Telkomsel, Stasiun TV ANTV clan RS lnter­

nasional korelasi yang kecil dan tidak erat walaupun masing-masing jumlah_

karyawan pada perusahaan tersebut tidaklah sama dan profesi yang diam­

bil adalah bidang marketing. lni berarti di dalam melihat perilaku work-aholic

kita harus memperhatikan jenis pekerjaan dan perusahaan itu sendiri.

Kemudian hasil penelitian yang ditemukan bahwa perbedaan tingkat

perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia antara tingkat usia,

pendidikan, jenis kelamin, dan status pernikahan dilihat dari perbandingan

yang mencolok (tidak seimbang) antara sample laki-laki dengan perempuan,

yaitu 24 laki-laki dan 1 O perempuan. Perilaku workaholic bisa ditampilkan

oleh l?ki-1sk; d2!1 perempuan dan tidak dipengaruhi oleh status pernikahan,

pendidikan, usia dan lain-lain.

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi perilaku workaholic dengan

timbulnya gejala insomnia sebesar 0.366 dan bila dibandingkan dengan r

tabel sebesar 0.339 pada taraf signifikan 5 %. Dengan demikian Hipotesa nol

(Ho) ditolak dan Hipotesa alternative (Ha) diterima artinya terdapat

hubungan atau korelasi antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala

Page 141: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

126

pii;~"JPU .. irrm KH

l 'I" '<'ili.'1'" V'i'HHI };~'~ I." ,,,~1 •• 1 _l t.,, <

insomnia dengan dimediasi oleh variabel kontrol yaitu stres kerja yang

sangat kecil dan tidak erat.

Hasil korelasi yang sangat kecil dan tidak erat disebabkan bahwa penelitian

ini kurang tepat diberikan kepada para pekerja yang berstatus hanya

sebagai karyawan saja di perusahaan tersebut dan berprofesi sebagai

marketing juga tidak memiliki jabatan manajerial. Sedangkan perilaku

workaholic terjadi pada orang-orang yang mempunyai jabatan manajerial

atau para pemilik perusahaan karena tanggungjawab dan beban mereka

sehingga menuntut mereka untuk selalu dan senantiasa memikirkan

pekerjaan mereka.

Untuk mengetahui bagaimana kekuatan hubungan antara perilaku

workaholic dengan timbulnya gejala insomnia dapat diliaht pada Guifford's

Rule dalam Faisal Rahman (2007) yang memberikan batas-batas nilai r

sebagai berikut :

0,00 - 0,21 = Artinya ada korelasi yang sangat kecil dan bisa diabaikan

atau dianggap tidak ada korelasi.

0,20 - 0,40 = Artinya terdapat korelasi yang sangat kecil dan tidak erat.

0,40- 0,70 = Artinya terjadi korelasi yang erat.

0, 70 - 1 ,00 = Artinya terjadi korelasi yang sangat erat.

Page 142: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Dari batas nilai r dalam Guillford's Rule di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa nilai korelasi sebesar 0,366 termasik dalam kategori terdapat

korelasi yang sangat kecil dan tidak erat.

5.3 Saran

127

Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan sehingga peneliti

merasa perlu adanya perbaikan-perbaikan agar mendapatkan gambaran

yang lebih jelas dan lebih akurat dalam menjelaskan hubungan antara

perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia. Selanjutnya peneliti

berusaha memberikan saran atau masukan bagi perusahaan dan khusunya

bagi responden yang menjadi sampel penelitian ini dan tentunya bagi

penulis yang ingin melakukan penelitian yang serupa.

Bagi Peneliti Selanjutnya :

1. Pada penelitian lanjut sebaiknya peneliti dapat meneliti lebih men­

dalam mengenai dimensi-dimensi lain dari perilaku workaholic agar

mendapatkan hasil yang maksimal. Begitu juga dengan dimensi­

dimensi lain dari insomnia sehingga akan menghasilkan penelitian

yang absolute dan diterir,1a oleh masyarakat luas.

2. Responden yang menjadi sampel penelitian hendaknya para pekerja

yang memang mempunyai jenis pekerjaan dan juga jabatan atau

posisi managerial agar memperoleh perilaku workaholic yang tinggi

Page 143: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

sehingga menghasilkan korelasi yang tinggi dan juga jumlah

responden dalam penelitian supaya diperbanyak.

3. Untuk mengkaji perilaku workaholic di perusahaani yang berbeda

agar memperkaya penelitian-penelitan selanjutnya.

Bagi Perusahaan :

128

Hasil penelitian perilaku workaholic pada beberapa perusahaan yang ada di

Jakarta menunjukkan bahwa dampak dari perilaku tersebut bisa merugikan

kesehatan dan menganggu hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Hal

ini dapat dilihat bahwa para karyawan yang memiliki perilaku workaholic

yang rendah saja sudah mengindikasikan gejala insomnia yang berdampak

pad a kesehatan seseorang karena jika setiap hari seseorang mengalami

gejala insomnia maka lama-kelamaan hal itu bisa menjadi satu gangguan.

Karena dampak insomnia bisa menghambat se:seora11g untuk melakukan

segala aktivitas baik itu dalam bekerja maupun dalam hal yang Jainnya.

Perusahaan juga hendaknya lebih memperhatikan dengan intensiv

kesehatan para karyawannya sebab jika karyawan bekerja dengan kondisi

yang sehat baik itu secara fisik maupun psikis akan memberikan dampak

yang posit!f bagi perusahaan dan tentunya akan memberikan keuntungan

yang luar biasa. Dan juga akan menciptakan hubungan diantara para

karyawan harmonis baik itu atasan dengan bawahan ataupun bawahan

dengar: bawahan.

Page 144: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

DAFT AR PUST AKA

Abdul Rahman Shaleh & Yunita Faela Nisa (2006), Psikologi lndustri dan Organisasi, Jakarta : UIN Jakarta Press

Anwar Prabu Mangkunegara (2005), Perilaku Konsumen, Bandung: PT Refika Aditama

Ashar Sunyoto Munandar (2001), Psikologi lndustri dan Organisasi, Jakarta : UI Press

Asmadi Alsa (2003), Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatil' Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bruno, J Frank (1993), Psychological Symptom, New York: John Wiley & Sons Corp

129

Chaplin J.P (2002), Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

David H Barlow (2002) Abnormal Psychology, Third Edition, Canada : Wadsworth Thompson Learning

ujamaluddin Ancok (2004), Psikologi Terapan, Yogyakarta: Darussalam Offset

Ervina Damayanti, (2004), Psikologi Management, Jakarta : Progres

Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 7 (2004), Jakarta : PT Delta Pamungkas

Faisal Rahman (2007) Hubungan Self-Efficacy dengan produktifitas kerja PT.Pfizer, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gerald C. Davidson, John M Neale, Ann M Krin (2006), Psikologi Abnormal, Edisi Ke-9, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Guilford. J.P (1954), Psychometric Method, Bombay: Tata Mc Graw-Hill Publishing Co.Ltd

Page 145: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Harold I Kaplan, Benjamin J Saddock, Jack D Grebb (2005), Sinopsis Psikiatri, Edisi Ke-7 jilid 2, Jakarta : Binarupa Aksara

Hasan Shadily, Echols John M (1997), Kamus lnggris Indonesia, Jakarta: PTGramedia

lno Yowono dkk (2005), Psikologi lndustri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Bogor : Grafika Mandiri

Jumal Tazkiya (2006) Vol. 7, Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kerlinger. F.N, (1992), Asas-asas Penelitian Behavior (twiemahan) Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press

Killinger, Barbara (1991 ), Workaholic the Respectable Addicts, USA : Fire Fly Book

Lumbantobing S.M (2004), Gangguan Tidur, Jakarta: UI Press

130

M Save Dagun (1997), Kamus Besar //mu Pengetahun, Jakarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN).

Maramis W.F (2004), Catatan I/mu Kedokteran Jiwa, Cetakan Ke-8, Surabaya : Airlangga Universitas Press

Maslim, Rusdi (2001), Diagnosis Gangguan Jiwa (Rujukan Ringkas Dari PPOGJ-/11)

Nasution (2001) Metode Research (Penelitian llmiah), Jakarta: Bumi Aksara

Netty Hartaty dkk (2004) Metodologi Penyusunan dan Penulisan Skripsi, Jakarta : Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Panjl Anoraga (1998), Psikologi Kerja, Jakarta: Rieneka Cipta

Ruhaeni Rizky (2006) Hubungan Kepribadian, Jenis Kelamin, Status Kepegawaian dan Status Pemikahan dengan Tingkat Stres Kerja Karyawan, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suharsimi Arikunto (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pencfekatan Praktek Jakarta : Rieneka Cipta '

Page 146: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Syaifuddin Az:.Nar (2001 ), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

------------------------(2005), Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelaja

131

Singgih Santoso (2005), Menguasai Statistik di Era lnfonnasi dengan SPSS 12, Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Smet Bart (1994), Psikologf Kesehatan, Jakarta: Garasinclo Widiasarana Indonesia

Sumadi Suryabrata, (2005), Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Toto Tasmara, (2002), Membudayakan Etos Kerja lslami, .Jakarta: Gema lnsani Press

-------------------, (1995), Etos kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf

Yulianti Praptini (2000) Pengaruh Sumber-sumber Stres Kmja Terhadap Kepuasan Kelja Tenaga Kelja Edukatif Tetap di Universitas Airlangga (Laporan Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya : Pustaka Pelajar

SITUS INTERNET DAN MAJALAH

http/www. Experd.org.com dalam google.com

http/www. Sinar Harapan.com dalam google.com

http/www.Astaga.com dalam google.com

http/www. Wikipedia.com dalam google.com

Majalah Health Today, (2007) , edisi April,

Page 147: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Karyawan dan karyawati yang saya hormati,

Saya, Agung Mulyono adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang

mengadakan penelitian dalam rangka menyelesaikan skripsi di Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul "Hubungan Antara Perilaku

Workaholic Dengan Timbulnya Gejala Insomnia". Dengan ini saya mohon

kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Daftar pertanyaan yang diajukan semata-mata untuk kepentingan ilmiah dan

tidak ada hubungannya sama sekali dengan kedudukan clan status saudara/i di

perusahaan tempat saudara/i bekerja, karena kerahasiaan jawaban akan saya jaga.

Jawaban-jawaban yang saudara/i berikan sangat berguna bagi saya dalam

penyusunan skripsi ini, oleh karena itu saya mengharapkan jawaban yang dilandasi

kejujuran dan tidak dipengaruhi oleh siapapun.

Jawaban yang saudara/i berikan tidak ada yang dianggap salah, jawaban yang

paling benar adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan, perasaan dan

pikiran sendiri.

Atas kerjasama dan bantuan yang telah diberikan dalam penelitian ini saya

ucapkan terima kasih.

Jakarta 2 Juli 2007

Hormat Saya,

Agung Mulyono NIM 103070029028

Page 148: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

ldentitas Diri

a. Jenis Kelamin : Pr I L

b. Usia .................................... .

~- Pendidikan Terakhir ................................... .

ci. Profesi ................................... .

~- Status :Menikah/ Belum Menikah

Petunjuk Pengisian

)ibawah ini ada sejumlah pertanyaan yang pilihan jawabannya "Ya" atau "Tidak", )erikan tanda lingkaran (0) pada setiap pilihan jawaban saudara/i. Setelah selesai, nohon jawaban saudara/i diteliti kembali, agar tidak ada pertanyaan yang erlewatkan.

<.uesioner Workaholic

1 Apakah pekerjaan anda sangat berarti bagi anda Ya

2 Apakah anda senang sesuatu itu harus dikerjakan dengan sempurna Ya

3 Apakah anda cenderung melihat permasalahan dari sisi baik atau buruk Ya

" Apakah anda menyukai persaingan Ya

5 Apakah panting bagi anda untuk menjadi sempurna Ya

5 Apakah anda senantiasa mengkritik diri ketika melakukan suatu kesalahan Ya

r Apakah anda takut kegagalan Ya

l Apakah anda kurang istirahat Ya

I Apakah anda menjaga diri agar memiliki energi dan stamina yang tinggi Ya

0 Apakah anda sering merasakan bosanan dan jenuh yang parah Ya

1 Apakah anda membawa pekerjaan kantor ke rumah Ya

2 Apakah anda merasa bersalah jika tidak ada sesuatu yang dikerjakan Ya

3 Apakah anda merasa diri anda berbeda dengan orang lain Ya

i Apakah anda membaca sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan Ya

ketika makan sendirian

> Apakah anda membuat daftar hal-hal yang akan dilakukan Ya

i Apakah anda merasa semakin hari semakin sulit untuk melakukan liburan Ya

panjang

Apakah anda selalu merasa terburu-buru dalam setiap urusan Ya

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Tdk

Page 149: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

18 Apakah anda selalu berhubungan dengan masalah kantor ketika sedang Ya Tdk

berlibur

19 Apakah anda bekerja "bagaikan menjalani sebuah permainan" sehingga Ya Tdk

anda merasa kecewa jika tidak bermain dengan baik

w Apakah anda menghindari untuk memikirkan rencana hari tua Ya Tdk

Z1 Apakah anda selalu bertanggung jawab pada pekerjaan yang bukan Ya Tdk

menjadi tanggung jawab anda I ~2 Apakah anda selalu berusaha menghindari konflik Ya Tdk

13 Apakah anda berbuat berdasarkan dorongan dalam diri tanpa Ya Tdk

mempertimbangkan dampak terhadap orang lain

14 Apakah anda merasa tersinggung bila orang lain mengkritik pekerjaan anda Ya Tdk

15 Apakah anda sulit mengingat apa yang pernah dikatakan oleh orang lain Ya Tdk

!6 Apakah anda kecewa apabila sesuatu tidak berjalan seperti yang anda Ya Tdk

harapkan

!7 Apakah anda terganggu jika ada yang memotong pekerjaan di kantor atau Ya Tdk

di rumah

ts Apakah anda menciptakan situasi tertekan dengan membuat deadline Ya Tdk

pekerjaan

~9 Apakah anda lebih berkonsentrasi pado kegiat2n mendatang daripada Ya Tdk

menikmati hari ini

:o Ai:-ah.a:1 anda melupakan atau mengurangi liburan atau perayaan bersama Ya Tdk

keluarga

,1 Apakah anda bekerja 40 - 50 jam dalam seminggu Ya Tdk

2 Apakah anda tetap bekerja walaupun dalam keadaan sakit Ya Tdk

3 Apakah anda mendapat kepuasan dari pekerjaan anda Ya Tdk

4 Apakah anda merasa bersalah ketika tidak bekerja Ya Tdk

5 Apakah anda takut menghadapi kematian Ya Tdk 6 Apakah anda merasa tertekan oleh pekerjaan anda Ya Tdk 7 Apakah anda tetap bekerja di malam hari atau di akhir pekan/ hari libur Ya Tdk ~ Apakah anda memiliki kesibukan untuk urusan pekerjaan lain Ya Tdk

~ Apakah anda berusaha mengerjakan sesuatu melebihi apa yang dikerjakan Ya Tdk

orang lain

Page 150: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

40 Apakah anda tidak senang bila orang lain melakukan sesuatu dengan Ya Tdk

lam bat

~1 Apakah anda menuntut orang lain menyelesaikan pekerjaan tepat pada Ya Tdk

waktunya

~2 Apakah anda orang yang sangat ambisius Ya Tdk

t3 Apakah anda selalu mendahulukan pekerjaan dari pada b1~rsenang-senang Ya Tdk

dengan keluarga

Kuesioner Insomnia

1 Apakah anda sulit untuk tidur sepanjang malam Ya Tdk

2 Apakah anda tidur sejenak di siang hari Ya Tdk

3 Apakah anda mengalami gangguan berkonsentrasi di siang hari Ya Tdk

4 Apakah anda mengalami kesulitan tertidur jika pertamakali tidur Ya Tdk

6 Apakah anda terjaga di malam hari Ya Tdk

6 Apakah anda terjaga lebih dari sekali Ya Tdk

7 Apakah anda bangun lebih pagi dari pada yang anda inginkan Ya Tdk

8 Apakah jadwal tidur dan bangun pada hari libur berbeda dari hari kerja Ya Tdk

9 Apakah orang lain yang tinggal serumah menganggu tidur anda Ya Tdk

10 Apakah anda secara teratur terbangun di malam hari karena perlu ke Ya Tdk

kamar kecil

11 Apakah pekerjaan anda mengharuskan pergantian jadwal kerja Ya Tdk

12 Apakah anda memiliki kebiasaan minum yang mengandung kafein (kopi, Ya Tdk

teh atau minuman ringan)

13 Apakah anda merasa lelah sepanjang hari Ya Tdk 14 Apakah anda merasa mudah tersinggung sepanjang hari Ya Tdk !5 Apakah anda merasa tidur anda tidak menyegarkan dan berkualitas Ya Tdk

rend ah

6 Apakah anda tertidur di tempat yang tidak tepat (misalkan di tempat kerja) Ya Tdk 7 Adakah malam-malam di mana anda membutuhkan waktu lebih dari 30 Ya Tdk

menit untuk bisa tertidur

B Adakah malam di mana anda terbangun sepanjang malarn dan sulit untuk Ya Tdk bisa tertidur kembali

Page 151: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Apakah anda memiliki kebiasaan minum yang beralkohol Ya Tdk

19 Apakah anda merokok sebe!um pergi tidur

Ya Tdk 20

21 Apakah anda mengkonsumsi obat tidur yang dijual bebas sebelum tidur Ya Tdk

22 Apakah anda terganggu dengan suara bising ketika tidur Ya Tdk

23 Apakah anda terganggu dengan cahaya lampu di ruang tidur Ya Tdk

24 Apakah anda terganggu dengan suara dengkuran teman tidur anda Ya Tdk

25 Apakah anda selalu tertidur saat menonton TV Ya Tdk

Z6 Apakal1 pekerjaan anda terus membayangi pikiran anda Ya Tdk

H Apakah ketika libur kerja anda tetap mengalami kesulitan untuk tidur Ya Tdk

rn Apakah ruangan tidur anda tidak membarikan suasana yang nyaman Ya Tdk

!9 Apakah anda selalu tidur dengan kondisi perut !apar Ya Tdk

10 Apakah setiap anda bangun di pagi hari merasa tidur anda malam itu Ya Tdk

tidak nyenyak

11 Apakah masalah tidur anda merupakan penyebab langsung dari tekanan Ya Tdk

di tempat kerja

2 Apakah masalah tidur anda memberikan dampak pada keseharian anda Ya Tdk

3 Apakah anda merasa mengantuk di siang hari Ya Tdk

4 Apakah anda merasa masalah tidur anda merupakan penyebab langsung Ya Tdk

dari pel<erjaan di tempat kerja

5 Apakah masalah tidur anda telah berlangsung selama lebih dari sebulan Ya Tdk

1esioner Stres Kerja

Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa tertekan Ya Tdk

Apakah anda kehilangan kendali atau kontro! diri di ternpat kerja Ya Tdk

Apakah anda akhir-akhir ini cenderung rnenjadi mudah lupc1 Ya Tdk

Apakah anda merasa seringkali jantung anda berdebar tanpa sebab Ya Tdk

Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa sukar berkonsentrasi Ya Tdk

Apakah anda cenderung menjadi cepat tersinggung Ya Tdk

Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa cemas Ya Tdk

Apakah anda cenderung menjadi emosiona! Ya Tdk '

Apakah anda rnenjadi !ebih mudah rnarah pada situasi yang tidak biasanya Ya Tdk

Page 152: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

10 Apakah anda cenderung menghindar bergaul dengan teman atau keluarga Ya Tdk

11 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa takut Ya Tdk

12 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa putus asa terhadap hasil Ya Tdk

yang dicapai

13 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa bingung Ya Tdk

14 Apakah anda mengalami gangguan di perut seperti maag, sakit perut, Ya Tdk

sembelit, diare, dsb

15 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung sulit membuat keputusan Ya Tdk

16 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung diliputi perasaan sedih tanpa sebab Ya Tdk

17 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa gelisah Ya Tdk

18 Apakah anda merasa berkeringat lebih banyak daripada biasanya Ya Tdk

19 Apakah anda merasa khawatir setiap bekerja Ya Tdk

w Apakah anda merasa tidak yakin untuk menyelesaikan kegiatan atau Ya Tdk

pekerjaan anda

Page 153: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

lampiran 4. Nilai-nilai Kritis Koefisiensi Korelasi (r} Product Moment

I " , ·re"!'"if.'1 L T~~af Signifikansi ]---- ~raraf Signiiikan~i N - - N ------r

I 5% ' 1°/o ' 5°/o jo/o I - -- ~._ -

I

26 0,388 0,496 55 0,266 0,345 31 0,997 i 0,999 27 0,381 0,487 60 0,254 0,330 4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 65 0,244 0,317 5 , o.s-rs I o.959 29' 0,367 0,470 70 <J,235 0,306

I . 30 j 0,361 0,463 75 0,227 0,296 I .

61 0,811 I o.917 I 31 0,355 0,456 80 0,220 0,286 7, 0,754 0,874 : 32 0,349 0,449 85 0,'?13 0,278 8 0,707 I o.834 33 0.344 0,442 90 0,207 0,270 9 0,666 I 0,798 34 0,339 0,436 95 0,202 0,263

10 0,632 0,765 35 0.334 0,430 100 0, 195 0,256 l

36; 125 I I 11 0,602 0,735 0,329 0,424 Cl, 176 0,230 12 0,576 0,708 37. 0,325 0,418 150 0,159 0,210 13 0.553 0,684 38 i 0,320 0,413 175 Cl, 148 0,194 14 0,532 i 0,661 . 391 0,316 0,408 200 Cl, 138 0, 181 15 0,514 1 o.641 40 0,312 0,403 300 0,113 0,148

I I . 16 : 0,497 0,623 41 0,308 0,398 400 0,098 0, 128 17 0,482 0,606 i 42 0,304 0,393 500 0,088 0, 115 18 0,468 0,590 143 0,301 0,389 19 0,456 0,575 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105 20 0,444 0,561 • 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097

• 21 I 0,433 0,549 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091 122 i 0,423 0,537 47 0,288 0,372 900

ooo:J_::_1 23' 0,413 0,526 48 0,284 0,368 1241 0,404 0,515

491 0,281 0,364 1000 0,062 : 0,081

396 0,505 50 0,279 0,361

Sumber: Burhan Nurgiantoro (2002). Statistik Terapan untuk renel1tian llmu-ilmu Sosial. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press.

Page 154: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Hasil Tl V Out 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3 1 3 2 3 3 3 43 53 6 3 73 8 3 94 04 1 4 24 3 !<

Subiek 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 Subiek2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 Subiek 3 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 Subiek4 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 Subiek 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 < n " 1 1 ·j i 1 0 ' v ' Subiek 6 1 1 1 0 1 1 i i i 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 ; Subiek 7 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 ' Subjek 8 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 ' Subiek 9 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 Subiek 10 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 Subiek 11 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 2 Subiek 12 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 3 Subiek 13 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 2 Subiek 14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3· Subiek 15 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 2· Subiek 16 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 2· Subiek 17 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 21 Subiek 18 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1C Subjek 19 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 2< Subjek 20 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 27 Subiek 21 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 24 Subiek22 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 28 Subiek 23 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 21 Subiek 24 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 28 Subiek 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 32 Subiek 26 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 18 Subjek 27 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 26 Subiek 28 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 30 Subiek 29 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 29 Subiek 30 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 20 Total 30 29 29 14 19 28 13 22 20 14 9 21 20 6 8 25 13 7 25 2 15 23 5 8 14 ;5 26 11 10 9 29 15 22 28 13 8 13 16 20 22 23 12 17 738

Page 155: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 2 6 27 28 2 93 03 1 3 2 3 3 3 43 5 total Subiek 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 9 Subiek 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Subiek 3 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 (l 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 15 Subiek 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4 Subiek 5 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Subjek 6 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 11 11 • • 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 16 v v ' ' Subiek 7 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 22 Subjek 8 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 8 Subiek 9 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 8 Subiek 10 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 Subjek 11 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6 Subiek 12 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 11 Subjek 13 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 13 Subiek 14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 26 Subiek 15 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 22 Subiek 16 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 15 Subiek 17 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 17 Subiek 18 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 21 Subiek 19 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 12 Subiek 20 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 20 Subjek 21 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 16 Subiek 22 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 18 Subjek 23 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 10 Subiek 24 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 16 Subjek 25 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 16 Subiek 26 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 11 Subjek 27 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 9 Subiek 28 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 9 Subjek 29 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 I) 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 20 Subiek 30 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 14 Total 10 6 7 18 19 13 10 25 3 8 6 22 14 9 19 9 18 14 3 10 0 15 10 15 1T 13 7 7 2 1~. 3 7 24 11 11 400

Page 156: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total subiek 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 subiek 2 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 6 subiek 3 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 12 subiek 4 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 subiek 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 4 subiek 6 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 13 subiek 7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 subiek 8 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 6 SUbjek 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 subiek 10 0 0 0 0 0 0 0 n 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 subiek 11 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 subiek 12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 3 subjek 13 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 11 subiek 14 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 oubiek 15 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 10 subiek 16 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 subiek 17 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 5 subiek 18 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 subiek 19 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 7 subiek 20 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9 subiek 21 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 subiek 22 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 5 subjek 23 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 6 subiek 24 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 11 subiek 25 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 I) 0 1 1 13 subiek 26 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 ·O 0 0 0 1 0 () 0 0 0 4 subiek 27 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 () 0 0 0 8 subiek 28 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 ·1 0 1 0 12 subiek 29 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 ·1 1 1 1 17 subiek 30 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 Cl 0 0 1 9 Total 11 7 17 9 8 14 5 15 15 4 10 10 16 10 19 11 1 '' L. 8 15 14 230

Page 157: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Validity and Reliability Workaholic Try Out

Case Processing Summary

N Cases Valid 30

ExcludecP 0 Total 30

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Aloha N of Items

.696 43

% 100.0

.0 100.0

Page 158: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Item Statistics

Mean Std. Deviation N VAR00001 1.0000 .00000 30

VAR00002 .9667 .18257 30

VAR00003 .9667 .18257 30 VAR00004 .4667 .50742 30 VAR00005 .6333 .49013 30 VAR00006 .9333 .25371 30 VAR00007 .4333 .50401 30 VAR00008 .7333 .44978 30 VAR00009 .6667 .47946 30 VAR00010 .4667 .50742 30 VAR00011 .3000 .46609 30 VAR00012 7000 .46609 30 VAR00013 .6667 .47946 30 VAR00014 .2000 .40684 30 VAR00015 .2667 .44978 30 VAR00016 .8333 .37905 30 VAR00017 .4333 .50401 30 VAR00018 .2333 .43018 30 VAR00019 .8333 .37905 30 VAR00020 .0667 .25371 30 VAR00021 .5000 .50855 30 VAR00022 .7667 .43018 30 VAR00023 .1667 .37905 30 VAR00024 .2667 .44978 30 VAR00025 .4667 .50742 30 VAR00026 .8333 .37905 30 VAR00027 .8667 .34575 30 VAR00028 .3667 .49013 30 VAR00029 .3333 .47946 30 VAR00030 .3000 .46609 30 VAR00031 .9667 .18257 30 VAR00032 .6000 .50856 30 VAR00033 .7333 .44978 30 VAR00034 .9333 .25371 30 VAR00035 .4333 .50401 30 VAR00036 .2667 .44978 30 VAR00037 .4333 .50401 30 VAR00038 .5333 .50742 30 VAR00039 .6667 .47946 30 VAR00040 .7333 .44978 30 VAR00041 .7667 .43018 30 VAR00042 .4000 .49827 30 VAR00043 .5667 .50401 30

'

Page 159: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cron,:iach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted

VAR00001 23.6000 25.076 .000 .696 VAR00002 23.6333 25.068 -.014 .697 VAR00003 23.6333 24.792 .138 .694 VAR00004 24.1333 22.533 .474 .671 VAR00005 23.9667 22.999 .391 .677 VAR00006 23.6667 24.575 .174 .692 VAR00007 24.1667 22.557 .473 .671 VAR00008 23.8667 24.464 .092 .696 VAR00009 23.9333 26.961 -.425 .728 VAR00010 24.1333 22.120 .565 .664 VAR00011 24.3000 24.355 .109 .695 VAR00012 23.9000 22.438 .548 .667 VAR00013 23.9333 24.064 .166 .692 VAR00014 24.4000 24.455 .113 .695 VAR00015 24.3333 24.782 .021 700 VAR00016 23.7667 23.771 .314 .684 VAR00017 24.1667 21.937 .611 .661 VAR00018 24.3667 22.930 .476 .674 VAR00019 23.7667 23.357 .430 .678 VAR00020 24.5333 24.395 .246 .690 VAR00021 24.1000 24.990 -.034 .705 VAR00022 23.8333 25.109 -.051 .704 VAR00023 24.4333 24.599 .089 .696 VAR00024 24.3333 26.713 -.396 .724 VAR00025 24.1333 22.809 .415 .675 VAR00026 23.7667 24.944 -.003 .700 VAR00027 23.7333 24.961 -.001 .699 VAR00028 24.2333 23.840 .208 .689 VAR00029 24.2667 22.961 .410 .676 VAR00030 24.3000 23.459 .310 .683 VAR00031 23.6333 24.930 .062 .695 VAR00032 24.1000 23.266 .316 .682 VAR00033 23.8667 24.809 .014 .701 VAR00034 23.6667 24.368 .257 .689 VAR00035 24.1667 23.661 .237 .687 VAR00036 24.3333 23.195 .387 .678 VAR00037 24.1667 22.626 .458 672 VAR00038 24.0667 24.685 .026 .701 VAR00039 23.9333 24.892 -.010 .703 VAR00040 23.8667 24.878 -.001 .702 VAR00041 23.8333 24.282 .144 .593 VAR00042 24.2000 ' 23.821 .207 .<389 VAR00043 24.0333 24.723 .020 J02

Page 160: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 24.6000 25.076 5.00758 43

Validiyt and Reliability Insomnia Try Out

Case Processing Summary

N Cases Valid 30

Excluded' 0 Total 30

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Aloha N of Items

.820 35

% 100.0

.0 100.0

Page 161: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Item Statistics

Mean Std. Deviation N VAR00001 .3333 .47946 30 VAR00002 .2000 .40684 30 VAR00003 .2333 .43018 30 VAR00004 .6000 .49827 30 VAR00005 .6333 .49013 30 VAR00006 .4333 .50401 30 VAR00007 .3333 .47946 30 VAR00008 .8333 .37905 30 VAR00009 .1000 .30513 30 VAR00010 .2667 .44978 30 VAR00011 .2000 .40684 30 VAR00012 .7333 .44978 30 VAR00013 .4667 .50742 30 VAR00014 .3000 .46609 30 VAR00015 .6333 .49013 30 VAR00016 .3000 .46609 30 VAR00017 .6000 .49827 30 VAR00018 .4667 .50742 30 VAR00019 .1000 .30513 30 VAR00020 .3333 .47946 30 VAR00021 .0000 .00000 30 VAR00022 .5000 .50855 30 VAR00023 .3333 .47946 30 VAR00024 .5000 .50855 30 VAR00025 .5667 .50401 30 VAR00026 .4333 .50401 30 VAR00027 .2333 .43018 30 VAR00028 .2333 .43018 30 VAR00029 .0667 .25371 30 VAR00030 .3333 .47946 30 VAR00031 .2667 .44978 30 VAR00032 .2333 .43018 30 VAR00033 .8000 .40684 30 VAR00034 .3667 .49013 30 VAR00035 .3667 .49013 30

Page 162: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted

VAR00001 13.0000 31.862 .484 .809 VAR00002 13.1333 33.568 .208 .818 VAR00003 13.1000 32.507 .412 .812 VAR00004 12.7333 30.616 .698 .801 VAR00005 12.7000 32.976 .266 .817 VAR00006 12.9000 32.369 .364 .813 VAR00007 13.0000 33.724 .136 .821 VAR00008 12.5000 35.293 -.161 .828 VAR00009 13.2333 33.978 .180 .819 VAR00010 13.0667 33.582 .178 .819 VAR00011 13.1333 32.809 .373 .813 VAR00012 12.6000 32.938 .305 .815 VAR00013 12.8667 33.361 .187 .820 VAR00014 13.0333 32.309 .413 .812 VAR00015 12.7000 32.079 .431 .811 VAR00016 13.0333 32.585 .359 .814 VAR00017 12.7333 31.168 .593 .805 VAR00018 12.8667 31.706 .481 .809 VAR00019 13.2333 34.116 .141 .819 VAR00020 13.0000 32.621 .340 .814 VAR00021 13.3333 34.713 .000 .820 VAR00022 12.8333 31.247 .564 .806 VAR00023 13.0000 32.069 .445 .810 VAR00024 12.8333 34.075 .064 .824 VAR00025 12.7667 34.392 .011 .826 VAR00026 12.9000 32.576 .327 .815 VAR00027 13.1000 34.507 .004 .825 VAR00028 13.1000 32.576 .397 .812 VAR00029 13.2667 34.961 -.104 .824 VAR00030 13.0000 32.414 .379 .813 VAR00031 13.0667 31.926 .508 .809 VAR00032 13.1000 33.128 .283 .816 VAR00033 12.5333 33.913 .134 .820 VAR00034 12.9667 32.861 .287 .816 VAR00035 12.9667 31.068 .623 .804

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 13.3333 34.713 5.89174 35

Page 163: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Validity and Reliability Stres Kerja Try Out

Case Processing Summary

N % Cases Valid 30 100.0

Excluded' 0 .0 Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N olltems

.877 20

Item Statistics

Mean Std. Deviation VAR00001 .3667 .49013 VAR00002 .2333 .43018 VAR00003 .5667 .50401 VAR00004 .3000 .46609 VAR00005 .2667 .44978 VAR00006 .4667 .50742 VAR00007 .1667 .37905 VAR00008 .5000 .50855 VAR00009 .5000 .50855 VAR00010 .1331 .34575 VAR00011 .3333 .47946 VAR00012 .3333 .47946 VAR00013 .5333 .50742 VAR00014 .3333 .47946 VAR00015 .6333 .49013 VAR00016 .3667 .49013 VAR00017 .4000 .49827 VAR00018 .2667 .44978 VAR00019 .5000 .50855 VAR00020 .4667 .50742

N 30

30

30

30

30

30

30

30 30

30

30

30

30

30

30

30

30

30

30

30

Page 164: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation D•'lleted

VAR00001 7.3000 24.424 .522 .870 VAR00002 7.4333 26.116 .203 .880 VAR00003 7. 1000 25.541 .275 .879 VAR00004 7.3667 24.654 .502 .871 VAR00005 7.4000 25.559 .315 .877 VAR00006 7.2000 24.786 .426 .874 VAR00007 7.5000 25.983 .277 .877 VAR00008 7. 1667 24.282 .530 .870 VAR00009 7. 1667 23.937 .603 .867 VAR00010 7.5333 25.430 .472 .872 VAR00011 7.3333 23.747 .689 .864 VAR00012 7.3333 24.368 .549 .869 VAR00013 7. 1333 23.913 .610 .867 VAR00014 7.3333 24. 161 .595 .868 VAR00015 7.0333 24.378 .532 .870 VAR00016 7.3000 24.010 .613 .867 VAR00017 7.2667 24.685 .457 .872 VAR00018 7.4000 24.869 .474 .872 VAR00019 7, 1667 24.833 .415 .874 VAR00020 7.2000 24.372 .512 .870

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 7.6667 27. 195 5.21492 20

Page 165: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Hasil Penelitian J.Kelamin Pendidikan Usia Perusahaan status 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

subjek 1 2 1 29 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0

subjek 2 2 3 27 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1

;ubjek 3 2 1 23 1 2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0

;ubjel< 4 1 1 30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0

;ubjek 5 1 3 31 1 1 1 1 1 I 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1

;ubjek 6 1 3 32 1 1 1 1 1 ., 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1

;ubjek 7 2 1 33 1 2 1 1 1 ·1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 -;ubjek 8 2 3 26 1 2 1 1 1 ·1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1

iUb)ek 9 2 3 28 1 2 1 1 1 () 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

iUbjek 10 1 3 25 1 2 1 1 1 " 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1

;ubjek 11 2 3 32 2 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1

•Ubjek 12 2 2 22 2 2 1 1 1 (I 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0

ubjek 13 2 2 26 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0

Ub)ek 14 2 3 213 3 2 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0

ubjek 15 2 3 25 3 2 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0

ubiek 16 2 3 23 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0

ubjek 17 1 3 25 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0

ubjek 18 1 3 28 3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 Ub)ek 19 2 3 28 3 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 Jbjek 20 2 3 29 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 Jbiek 21 2 3 25 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 Jbjek 22 2 3 23 3 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 ibjek 23 1 3 23 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1bjek 24 2 3 26 3 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1bjek 25 1 3 30 4 1 1 1 1 1' 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1bjek 26 1 3 25 4 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1bjek 27 2 2 30 5 2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 bjek 28 2 1 33 5 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 bjek 29 2 1 23 5 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 bjek 30 2 1 33 6 2 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 bjek 31 2 2 26 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 Jjek 32 2 2 30 6 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 ljek 33 1 3 29 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 >jek 34 2 2 30 6 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 tal 58 82 934 102 54 32 31 33 23 26 32 26 26 28 15 6 25 22 13

Page 166: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

15 16 17 18 '19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 :17 38 39 40 41 42 43 total 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 22 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 32 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 23 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 27 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 36 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 28 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 27 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 27 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 27 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 28 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 28 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 32 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 27 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 25 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 26 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 25 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 26 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 32 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 31 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 29 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 24 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 ·t 1 0 I) 0 1 1 1 1 1 28 0 1 0 0 ., 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 i ·1 1 1 I) 0 1 1 0 1 0 29 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 ., 0 0 1 0 1 0 27 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 ·1 0 1 1 1 1 1 2ti 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 I 0 1 1 0 1 0 0 0 ·1 1 1 0 1 1 0 25 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 Cl 1 1 1 1 0 1 29 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 Cl 0 0 1 1 0 1 22 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 23 J , 0 0 0 0 , 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23 ) 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 I 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 22 I 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 24 I 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 26 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 ., 0 1 29 I 29 17 12 24 5 18 31 10 11 15 31 27 13 13 10 32 23 27 28 15 10 18 18 25 29 29 15 23 915

Page 167: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

subjek 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

subiek 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0

subiek 3 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0

subiek 4 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

subiek 5 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0

subiek 6 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1

subiek 7 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1

subjek 8 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

subiek 9 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

subiek 10 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

subiek i 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1

subjek 12 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0

subiek 13 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0

subiek 14 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 subjek 15 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 subiek 16 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 subiek 17 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 subjek 18 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 subiek 19 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 subjek 20 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 subiek 21 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 subjek 22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 subiek 23 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 subjek 24 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 subiek 25 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 subjek 26 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 subiek 27 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 subiek 28 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 subiek 29 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 n 0 0 0 0 0 0 subiek 30 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 subiek 31 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 subjek 32 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 subiek 33 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 subiel< 34 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 Total 12 13 12 15 19 14 20 28 3 11 18 21 20 2 17 8 22 20 1 6

Page 168: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 total

0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 7

0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 13 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 9

0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 24 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 21

0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 113

0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1:3

0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 14 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 18 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 12 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 9 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1i' 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 22 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 13 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 12'. 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 19 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 19 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 19 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 11 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 22 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 21 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 24 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 12 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 20 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 20 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 12 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 1 0 1 0 1 1 n 0 0 0 0 0 1 1 12 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 9 0 21 18 23 19 13 11 4 4 14 9 20 23 14 13 488

Page 169: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total

1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3

2 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 10

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

4 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 9

5 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 13

6 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 7

7 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2

8 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7 9 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 12 12 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 13 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 14 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 11 15 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 13 16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 5

17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 s 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 6 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 '.O 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 12 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 7 2 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16 4 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 6 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 11 7 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 11 8 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 14 9 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 I) 0 0 1 1 9 ) c c 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 I) 0 0 0 0 1 I 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 () 0 1 0 1 4 ~ 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 () 1 0 1 0 12 l 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 (I 0 0 0 0 3 I 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 (I 0 0 0 0 7

15 5 19 10 20 13 14 11 14 4 11 10 14 14 15 13 11 6 13 9 241

Page 170: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Reliability Workaholic

Case Processing Summary

N Cases Valid 34

Excludecfl 0 Total 34

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Aloha N of Items

.252 43

% 100.0

.0

100.0

Page 171: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Item Statistics

Mean Std. Deviation N VAR00001 .9412 .23883 34 VAR00002 .9118 .28790 34 VAR00003 .9706 .17150 34 VAR00004 .6765 .47486 34 VAR00005 .7647 .43056 34 VAR00006 .9412 .23883 34 VAR00007 .7647 .43056 34 VAR00008 .7647 .43056 34 VAR00009 .8235 .38695 34 VAR00010 .4412 .50399 34 VAR00011 .1765 38695 34 VAR00012 .7353 .44781 34 VAR00013 .6471 .48507 34 VAR00014 .3824 .49327 34 VAR00015 .5588 .50399 34 VAR00016 .8529 .35949 34 VAR00017 .5000 .50752 34 VAR00018 .3529 .48507 34 VAR00019 .7059 .46250 34 VAR00020 .1471 .35949 34 VAR00021 .5294 .50664 34 VAR00022 .9118 .28790 34 VAR00023 .2941 .46250 34 VAR00024 .3235 .47486 34 VAR00025 .4412 .50399 34 VAR00026 .9118 .28790 34 VAR00027 .7941 .41043 34 VAR00028 .3824 .49327 34 VAR00029 .3824 .49327 34 VAR00030 .2941 .46250 34 VAR00031 .9412 .23883 34 VAR00032 .6766 .47486 34 VAR00033 .7941 .41043 34 VAR00034 .8235 .38695 34 VAR00035 .4412 .50399 34 VAR00036 .2941 .46250 34 VAR00037 .5294 .50664 34 VAR00038 .5294 .50664 34 VAR00039 .7353 .44781 34 VAR00040 .8529 .35949 34 VAR00041 .8529 .35949 34 VAR00042 .4412 .50399 34 VAR00043 .6765 .47486 34

Page 172: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if ltern-T otal Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted

VAR00001 25.9706 10.454 .037 .249

VAR00002 26.0000 9.939 .300 .212 VAR00003 25.9412 10.663 -.111 .262 VAR00004 26.2353 10.428 -.028 .264 VAR00005 26.1471 10.190 .070 .242 VAR00006 25.9706 10.696 -.119 .267 VAR00007 26.1471 10.311 .026 .251 VAR00008 26.1471 10.675 -.104 .278 VAR00009 26.0882 11.477 -.404 .327 VAR00010 26.4706 10.317 -.001 .259 VAR00011 26.7353 10.201 .088 .240 VAR00012 26.1765 9.362 .367 .175 VAR00013 26.2647 10.322 .003 .257 VAR00014 26.5294 9.469 .282 .189 VAR00015 26.3529 9.084 .405 .155 VAR00016 26.0588 9.875 .249 .212 VAR00017 26.4118 9.704 .192 .211 VAR00018 26.5588 9.648 .227 .204 VAR00019 26.2059 9.805 .190 .215 VAR00020 26.7647 10.610 -.073 .268 VAR00021 26.3824 11.880 -.449 .360 VAR00022 26.0000 10.545 -.032 .259 VAR00023 26.6176 11.274 -.296 .320 VAR00024 26.5882 9.947 '132 .227 VAR00025 26.4706 8.984 .440 .145 VAR00026 26.0JOC 1u . .<42 '132 .236 VAR00027 26.1176 10.046 '136 .229

• 'v'AR00028 26.5294 9.590 .240 .200 I '!AR00029 26.5294 9.772 '179 .215 I '/AR00030 26.6176 10.546 -.064 .271 I I VAR00031 25.9706 10.393 .076

I .-,,;;:

I . .::."TV

I VAR00032 26.2353 10.610 I -.vco .277

' VAR00033 26. 1176 11.077 "'0 "Jr,':. I \iAR00034 -.L..""TU vvv I 26.0882 10.265 .062 244 I · ,AR00035 26.4706 9. 166 .376 .163 I 'v'AR00036 26.6176 10.910 -. 182 .297

VAR00037 26.3824 10.304 .002 .258 VAR00038 26.3824 9.940 '116 .230 VAR00039 26. 1765 10. 150 .076 .241 VAR00040 26.0588 10.845 -. 172 .284 VAR00041 26.0588 10.602 -.070 .:~67 VAR00042 26.4706 10.135 I . V:J'-' ---· VAR00043 26.2353 - 1 A.'! ! ~):)(': ! 10.791 i

' ~

Page 173: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Scale Statistics

Mean I Variance I Std. Deviation N of Items 26.9118 \ 10.568 1 3.25081

Reliability Insomnia

Case Processing Summary

N Cases Valid 34

Excludecl3 0 Total 3 .. ~ !

a. Listwise deletion based 00 ? 11

variables in the procedL:~":'

~&liability Statistics

Cronbach's Al ha

784 N of Items

35

43

% I 100.0 i

.0 -1nn r.

'

Page 174: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Item Statistics

Mean Std. Deviation N VAR00001 .3529 .48507 34 VAR00002 .3824 .49327 34 VAR00003 .3529 .48507 34 VAR00004 .4412 .50399 34 VAR00005 .5588 .50399 34 VAR00006 .4118 .49955 34 VAR00007 .5882 .49955 34 VAR00008 .8235 .38695 34 VAR00009 .0882 .28790 34 VAR00010 .3235 .47486 34 VAR00011 .5294 .50664 34 VAR00012 .6176 .49327 34 VAR00013 .5882 .49955 34 VAR00014 .0588 .23883 34 VAR00015 .5000 .50752 34 VAR00016 .2353 .43056 34 VAR00017 .6471 .48507 34 VAR00018 .5882 .49955 34 VAR00019 .0294 .17150 34 VAR00020 .1765 .38695 34 VAR00021 .0000 .00000 34 VAROC022 .6176 .49327 34 VAR00023 .5294 .50664 34 VAR00024 .6765 .47486 34 VAR00025 .5588 .50399 34 VAR00026 .3824 .49327 34 VAR00027 .3235 .47486 34 VAR00028 .1176 .32703 34 VAR00029 .1176 .32703 34 VAR00030 .4118 .49955 34 VAR00031 .2647 .44781 34 VAR00032 .5882 .49955 34 VAR00033 .6765 .47486 34 VAR00034 .4118 .49955 34 VAR00035 .3824 .49327 34

Page 175: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Del<;ted

VAR00001 14.0000 26.242 .719 .758

VAR00002 13.9706 29.969 -.029 .792 VAR00003 14.0000 28.303 .294 .778 VAR00004 13.9118 27.174 .500 .768 VAR00005 13.7941 28.532 .235 .780 VAR00006 13.9412 28.118 .318 .777 VAR00007 13.7647 30.185 -.069 .794 VAR00008 13.5294 29.287 .147 .783 VAR00009 14.2647 29.231 .238 .780 VAR00010 14.0294 27.848 .395 .773 VARDD011 13.8235 28.029 .330 .776 VAR00012 13.7353 30.261 -.083 .794 VAR00013 13.7647 27.640 .412 .772 VAR00014 14.2941 29.244 .291 .780 VAR00015 13.8529 28.069 .321 .776 VAR00016 14.1176 28.168 .372 .775 VAR00017 13. 7059 28.335 .287 .778 VAR00018 13.7647 26.610 .620 .762 VAR00019 14.3235 29.983 .022 .785 VAR00020 14.1765 29.725 .042 .737 VAR00021 14.3529 30.053 .000 .784 VAR00022 13.7353 29.049 .143 .785 VAR00023 13.8235 28.998 .146 .785 VAR00024 13.6765 28.104 .342 .776 VAR00025 13.7941 27.623 .411 .772 VAR00026 13.9706 29.423 .072 .788 VAR00027 14.0294 26.575 .664 .761 VAR00028 14.2353 30.064 -.033 .788 VAR00029 14.2353 28.670 .364 .776 VAR00030 13.9412 27.087 .522 .767 VAR00031 14.0882 29.295 .115 .785 VAR00032 13.7647 27.882 .364 .774 VAR00033 13.6765 28.225 .318 .777 VAR00034 13.9412 30.299 -.090 .795 VAR00035 13.9706 26.635 .624 .762

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 14.3529 30.053 5.48211 35

Page 176: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Reliability Stres Kerja

Case Processing Summary

N % Cases Valid 34 100.0

Excluded' 0 .0

Total 34 100.0

a. Ustwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.829 20

Item Statistics

Mean Std. Deviation VAR00001 .4412 .50399 VAR00002 .1471 .35949 VAR00003 .5588 .50399 VAR00004 .2941 .46250 VAROOOOS .5882 .49955 VAR00006 .3824 .49327 VAR00007 .4118 .49955 VAR00008 .3235 .47486 VAR00009 .4118 .49955 VAR00010 .1176 .32703 VAR00011 .3235 .47486 VAR00012 .2941 .46250 VAR00013 .4118 .49955 VAR00014 .4118 .49955 VAR00015 .4412 .50399 VAR00016 .3824 .49327 VAR00017 .3235 .47486 VAR00018 .1765 .38695 VAR00019 .3824 .49327 VAR00020 .2647 .44781

N 34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

Page 177: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted

VAR00001 6.6471 18.296 .538 .815 VAR00002 6.9412 19.512 .387 .823 VAR00003 6.5294 20.135 .106 .837 VAR00004 6.7941 21.078 -.099 .844 VAR00005 6.5000 18.197 .569 .813 VAR00006 6.7059 18.032 .620 .810 VAR00007 6.6765 18.468 .502 .817 VAR00008 6.7647 18.791 .450 .819 VAROOG09 6.6765 19.801 .184 .833 VAR00010 6.9706 20.090 .230 .828 VAR00011 6.7647 18.307 .576 .813 VAR00012 6.7941 18.108 648 .810 VAR00013 6.6765 18.407 .516 .816 VAR00014 6.6765 19.922 157 .834 VAR00015 6.6471 17. 750 .675 .807 VAR00016 6.7059 18.638 .467 .818 VAR00017 6.7647 17.882 .688 .807 VAR00018 6.9118 21.174 -.127

_filJ VAR00019 6.7059 18.396 .527 5 VAR00020 6.8235 19.119 396 2

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 7.0882 20.871 4.56845 20

Page 178: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Uji Homogenitas Insomnia

Test of Homogeneity vf Variances

Levene I Statistic df1 jf2 Siq.

J.l<el 6.914", \ 9 18 .000

pendidik 4.764b I 9 18 .002

usia 4.633c 9 18 .003

oerusah 3.639d. I 9 18 .009

status 10.857" 9 18 .000

a. Groups vvith only one case are ignored in computing th<'l toot of homogeneity of vP.irionce for .J.Ke!.

b. Grot.:ps wltn only one case are ignored in con1puting the test of homogeneity of variance for pendidik.

c. Groups witt1 cnly one case are ignored in computing the test of hon1ogeneity of variar.ce for usia

d. Groups with only one case are ignored in cornputing the test of l1omogeneity of vonance for perusah.

e. Groups with only one cnse are ignored in computing the test of ;1omogeneity of variance for status.

ANOVA

Sum of Sauares df Mean Sauare

J.Kel Between Groups 2.725 15 .182

Within Grours 4.3J3 18 .241

Total 7.059 33 pendidik Between Grau ps 12.902 15 .860

Within Groups 9.333 18 _0 r9 Total 22.235 33

usia Between Groups 165.304 15 11.020 Within Groups 191. 167 18 10.620 Total 356.471 33

perusah Between Groups 46.167 15 3.078 Within Groups 55.833 18 3. 102 Total 102.000 33

status Between Groups 3.235 15 .216 Within Groups 5.000 18 .278 Total 8.235 33 -

F Siq. .755 .706

1.653 '153 - -

1.038 .465

.992 .500

.776 .687

Page 179: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Uji Homogenitas Workaholic

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Siq.

J.Kel 3.381 3 8 23 .010

pendidik 11.e31b 8 23 000

usia 1.85GC I 8 23 .117

perusah 2.936d, I 8 23 .020

status 4.790° 8 23 .001

a. Groups with only one case are ignored in con1put1ng the teet of homogeneity of vurinncc for J.l<cl.

b. Groups v1ith only one case are ignored in cornputing the test of homoge:neity of variance for pendidik.

c. Groups vJith only one case are ignored in cornputing the test of homogeneity of variance for usia

d. Groups with only one case are ignored in cornputing the test of homogeneity of variance for perusah.

e. Groups v:\\h only cne c2se are ignored in computing tile test of hon1ogeneity of variance for status.

/'.NOV/:...

Sum of Sauares df Mean Souare

J.Kel Between Groups 2.392 10 .233 Within Groups 4.667 23 .203

Tota: 7.059 33

pendidik Between Groups 14.569 10 1.457

Within Groups 7.667 23 .333 Tote.I ?.2.235 33

usia Between Groups 65.721 10 6.572 Within Groups 290.750 23 12.641 To car 356.471 33

perusah Between Groups 47.833 10 4.783 Within Groups 54.167 23 2.355 Total 102.000 33

status Between Groups 2.402 10 .240 Within Groups 5.833 23 .254 Total 8.235 33

: F s·1a. 1.179 .353

I

4.371 .002 --

.520 .859

2.031 .077

.947 .511

Page 180: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

Uji Homogenitas Stres

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statist:c df1 df2 Siq

J.Kel 6.640a 10 19 .000

pendidik 10.336" 10 19 .000

usia 5.G81c 10 19 000

perusah 1197d I 10 19 352

status 6.1n° I 10 19 000

a. Groups witt1 only cne case are 1gnorea 1n computing the te:et of homog~neity of variance fo;- J.KeL

b. Groups \'Vith only one case are ignored in con1puting the test of homogeneity of variance for pendidik.

c. Groups 'Nith only one case are ignored in con1puting the test of hornogeneity of variance f.Jr usia.

d. Groups with only one case are igno:-ed in computing the test of homogeneity of variance for pcrusah.

e. Groups with only one case are igno:-ed in computing tl1e test of hon1ogeneity of variance for status.

A NOVA

Sum of Squc..ires df Mean Square

J.Kel Between Groups 2.809 14 .201

Within Groups 4.250 19 .224

Total 7.059 33

pendidik Between Groups 13.402 14 .957 Within Groups 8.833 19 .465 Total 22.235 33

usia Between Groups 142.471 14 10.176

Within Groups 214.000 19 11.263 Total 356.471 33

perusah Between Groups 21.750 14 1.554 Within Groups 80.250 19 4.224 Total 102.000 33

status Between Groups 3.485 14 .249 Within Groups 4.750 19 .250 Total 8.235 33

F Sia. 897 .575

2.059 .072 --

.904 .569

.368 .969

.996 .49:

Page 181: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

DEPARTEMEN AGAMA VNTVERSTTAS TSLAM NEGERI (UIN) SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI

JI. J(crta i\!ukti I\'o.5 Circ11dcu Cipu!:H .f;t!.::1rta Sc!atan 15419 l'elp. (021) 7433060 F:1x. 7-t714714

No!nVr Lan1p. Hal

Ft. 71/0T.Ol.7/ ')•S'Y). !Vf/2fl07 Jakan;-i. 29 Juni 2007

Iz.in Pcncli1i:in

KcpJda Yth. Pin1pin<:i:1 Rcdal.:si J;;dopus di Jakarta

1\ssrdan1u'alaiku111 \Vr. \\"b.

"'\an1a TempaUTgl Lahir ,\la n1 at

Sen1c3tcr f.Ton1L1r Pokok Tahun J\kadcmik Progran1

Agung 1\lulyono

Jabrta, 25 Jonuari 1981 Jl.Wijaya Rtl 1/01 Pd.J\rcn

\'!II (Dclapan) 103070029028 200612007 Strata I (S-1)

Sehubungan d~ngan tugas pcn)elesaian skripsi yang ber:.udul : "Ilub11ngan ;.ntnrrt pci-H:1ii:u n'OrH:aholic dcngan ti111bulnya gcjnla inso1nnia" 111aT1asiS\\'a tersebut mcmerlukan izin Pcnelitian di lcmbaga yang Bapak/!bu/Saudara pin1pio. Oleh karena it1.1 kan1i n1ohon kesediaan Bapal('Ibu/Saudara untuk 1nenerin1a 1nahasis\va terse but dnn 111cn1bcrikan bantuannya.

Den1ikian atas pcrhatia!l dan bantu<1n I3npak/Ibu/Saudara k;uni ucapkan tcrinHI kasih.

\Vassa!a1nu'al[liktu11 \Vr. \Vb.

1~c1nbusan : Dckan f.'nknlt;i<: P~,a-,.,1,.,,;

I.·:

J\.n. Dekan PCi11bantu Dekan

,NIP.

Page 182: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

PT. Wahana Transporindo Solusi Jt H s·d p No 88 Rempoa Ciputat 15412 Tangerang, Indonesia

• • 1

" • Telp. (021) 73886971, Fax. (021) 73886974

Surat Ketcrangan No. 0453/HRD-SK/ll/07

Yang bertanda tang<in di bawah ini,

Nama Jabatan

: Katrina lrnwati Hamid : :Manager Pcrsonalia PT. \Vahana Transporindo Solusi

Menerangkan bahwa,

Nama NIM Universitas Prog Studi

: Agung Mulyono : I 03070029028 : UIN SyarifHidayatullah Jaka11a : Psikologi

Yang bcrsangkutan telah sclesai mclaksanakan penclitian dalam rangkan pcnulisar. skripsi di PT. \Vahana Transporindo Soiusi, tcrhitung mulai tanggal 25 foni sampai dcngan 7 Juli 2007.

Dcmikianlah sun;t kctcrangan ini di buat untuk dapat dipcrgunakan scbagaimana mc.<tinya.

Jakarta, 10 Juli 2007-08-25

Katrina Irawati Hamid Manager Personalin

Page 183: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

DEPAl~TE1\lL\ ... UNIVERSITAS ISLAM NEGEll.l \ l i:\) SY ARIF !IIDA YATULLAU JAKARTA

FAKULTJ,S PSIKOLOGI

JI. l(crta rf1ukti No.5 Ci1·cndcu Ciputat Jakarta Sc!at:111 l5419 'fc!p. (021) 7433060 F:ix. 7~714714

Nomor : Ft. 71/0T.Ol.71.1-l"\l /\11112007 Lamp.

fokmtn, 5 Juli 2007

1-Ial : Izin Pencliii::in

Kcpada Yth. I3upak ''{ay<:n s~)l)'J!1 :.l:in:-:.:c:::r Sl)\f R.cpubliKa :Ii Jakart~!

Na 111 a 'fc!npat/T~i L:~:~~r

1\ I a 111 n t

.-\gun;; \1u!yuno J2kc1n::., 2S Januari ! 90 l Ji.\Vij;~ya J(usu111a Pd.:\rcn Rt l 1/1

adnlah benar 1110.ha:;iS\'-'.: F2k1.·lt;is Psikologi lJIN Syt:Jrifl·lidayatullah Jakann

Sc1ncstcr 1'/01nor Pok0!{ 1~;:.hun Akadcn1ik Progran1

111:1 (Delnpnn) 103070029028 '.:OOG/2007 Strata I (S-1)

Schubungan dcngan tug<1.s pcnye!csnian skripsi yan~ bcrjuUu! : l<Iluhun~~u1 nniara pcr1n1::.. \Vork:dirilic den~nn li1nbulnya Gcjala inso1nnia" n1ahasis\va tcrscbut n1c111erlukan izin Pcnelitian di le1nbaga - ~1ang Bavak/Ibu/Saudara pin1pin. Olch karcna itu kan1i n1ohon kcscdiaan Bapak/Ibu/Saudarn untuk 1nc11crin1a n1ah;:isiS\Va tcrscbut d;:in n1cn1bcrikan bnntuannya.

De1nikh1n atas pcrhatinP dan bantuan B<lpak/!bu/Saudara ka1ni uc1pkan tcrinia kasih.

\Vassalr!1nu'alaikun1 \Vr. \Vb.

Tcml>usnn :

A.ti. D 'knn Pernbantu Dckan

Biclnng Alkndr.mi·k·

' ' /; /';',·.,,/ .

I V/I 'iv, I)ra. ;

1

ZahroJ\Hl Nihayah, iv1.Siµ NIP. 150 2'38 773 ,_

Page 184: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI

JI. Kcrta Mukti No.5 Circndcu Ci1rntat Jakarta Sclatan 15419 Tclp. (021) 7433060 Fax. 74714714

Nomor : Ft. 71/0T.OJ.7/,jl(/OO/Vl/2007 Lamp.

Jakarta, 22 Juni 2007

I-lal : fzin !)cnc!itian

Kcpada Yth. Dirck~tir D<iih;itsu di Pondok Pin;ing

1\ssa!<u11u'al<1ikurn \\·r. \Vb.

J)engan horn1at, ka111i sa1np:1ikan balnva:

Na n1 a 'rc1np<1t/rgl La!1ir Ala1nat

.'\gung J\·1ulyono Jakarta. 25 Janu:1ri 1931 J!.\Vijaya I(usun1a Ujung No.1.::.3 H.tl l/IPd.1\rcn

adalah bcnar 1nah~1;,is\\·a f'akultas Psiko!ogi U!N Syarif I·Iidziyatul!ah Jakarta

Sr::ini:!stcr Non1or Pokok Tahun Akndemik Progn11n

Vlll (Dchpan) 10307002902S 200G/2007 Strata I (S-1)

Schubungnn dcngan Antara Pcrilaku

tugas pcnyclcsaian skripsi yang bc1judul : "liulJungan \Vorkaholic dcngan tin1bulnya gcjnla ins .. 011:11iia"

1nnhasis\va ti::rscbut 111e111crlukan izin Penelitic:in di lc111baga yang Bapalv'Ibu/Saud,1ra pin1pin. Olch karcna itu kan1i n1ohon kcscdiaan Bapak/Ibu/Saudar.:i untuk n1cncri1na 111ahasiswa tcrscbut dan n1cn1berikan br:ntuannya.

Dcrnikian atas pcrhatian clan bantuan Bapak/lbu/Saudara ka1ni ucapkan tcri111a kasih.

\Vassala111u'alaiku1n \Vr. \Vb.

A.IL J)ckan Pembantu Dc:kan

Oi<I""" A~1':11ik -

'{'-, Dra. Zah1otu{/.Nibayab, M.Si_,, NIP. I 5023:l173

Page 185: HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN …

DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SY ARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI

JI. l(crta 1\1ukti No.5 Ci rend cu Ciputat Jaka1·ta Sela tan 15419 Tclp. (02J) 7433060 Fax. 74714714

Nomor : Ft. 71/0T.Ol.7/;} 1/00 /VJ/2007 Lamp. I-Ial : Izin Pcnclitian

Kcpacla Yth. Ma11agcr f)crsonalia p·r \Vahana ·rransporindo

di Jakarta

1\ssala1nu'a!aikun1 \\1r. \Vb.

Dcngan honnat, ka1ni sa1npaikan iKlh\va:

1\gung ivlulyono J;1karta, 25 Januari 1981

hkarta, 22 Juni 2007

Nania l'cn1pat/l'gl Lahir /~lan1at J!.\Vijaya J(usurna Ujung. N(, . ')) !~t11/1Pd.1\rcn

2.cL:dr:h benar n1Jhasis\v·a Fakult.'.1S Psikologi UJN Syarif' ! L'::iyatullah JJkarta

Sc111estcr Nomor Pokok TahEn Akadc111ik Progran1

\' Jfl (Dclnpan) 103070029028 2006/2007 Strata 1 (S-1)

Schubungan dcngan tugas penyelcsaian skripsi yang L··1judui : "IIubun~an Antara Pcrilaku \\'Orkaholic dcngnn tilnbulny:1 gcjala insotnnia" inahasis\va tcrscbut 1nc1ncrlukan 1z1n Pcnclitian di lembaga yang Bapak/Ibu/Saudara pimpin. Olch karcna itu kan.1 mohon kcscdiaan Bapn.k/Ibu/Saudara untuk meneri1na 111ahasis\va tcrsr:I llll dan 11Jen1berikan bantuannya.

De111ikian atas pcrhatian dan bantuan BapakJlbu/Saud<u ;1 l:an1i ucapkan terin1a kasih.

Wassalaa1u'alaikun1 \Vr. \Vb.

M.Sit-

Ten1busan : Dekan Fakultas Psikologi