hubungan antara pengetahuan ibu sikap ibu imd

15
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, SIKAP IBU, IMD DAN PERAN BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERAN BIDAN PADA IMD DAN ASI EKSKLUSIF RELATION BETWEEN MOTHER’S KNOWLEDGE, MOTHER’S BEHAVIOR, EARLY BREASTFEEDING WITH IMPLEMENTATION OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING, AND FACTORS THAT INFLUENCE MIDWIFE IN EARLY AND EXCLUSIVE BREASTFEEDING. Erli Zainal Endang Sutedja Tita Husnitawati Madjid Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Alamat: Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Padjadjaran Fakultas Kedokteran, Program Pascasarjana Jl. Eijkman No. 38 Bandung 40132 Email: [email protected]

Upload: alfi-bashori

Post on 14-Jul-2016

23 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kesehatan Masyarakat

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, SIKAP IBU, IMD DANPERAN BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF

SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHIPERAN BIDAN PADA IMD DAN ASI EKSKLUSIF

RELATION BETWEEN MOTHER’S KNOWLEDGE, MOTHER’SBEHAVIOR, EARLY BREASTFEEDING WITH IMPLEMENTATION OFEXCLUSIVE BREASTFEEDING, AND FACTORS THAT INFLUENCE

MIDWIFE IN EARLY AND EXCLUSIVE BREASTFEEDING.

Erli ZainalEndang Sutedja

Tita Husnitawati Madjid

Program Studi Magister KebidananFakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Alamat: Departemen Pendidikan Nasional, Universitas PadjadjaranFakultas Kedokteran, Program Pascasarjana

Jl. Eijkman No. 38 Bandung 40132Email: [email protected]

LEMBAR PERSETUJUAN

Bersama ini saya menyatakan bahwa artikel ilmiah yang dengan judul:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, SIKAP IBU, IMD DANPERAN BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF

SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHIPERAN BIDAN PADA IMD DAN ASI EKSKLUSIF

RELATION BETWEEN MOTHER’S KNOWLEDGE, MOTHER’SBEHAVIOR, EARLY BREASTFEEDING WITH IMPLEMENTATION OFEXCLUSIVE BREASTFEEDING, AND FACTORS THAT INFLUENCE

MIDWIFE IN EARLY AND EXCLUSIVE BREASTFEEDING

Penulis Tanda Tangan

Erli Zainal, SST., M.Keb ............................

Prof. Dr. Endang Sutedja, dr., SpKK (K) ............................

Dr. Tita Husnitawati Madjid, dr., SpOG (K) ............................

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, SIKAP IBU, IMD DANPERAN BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF

SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHIPERAN BIDAN PADA IMD DAN ASI EKSKLUSIF

Penulis 1Erli Zainal, SST., M.KebPascasarjana Kebidanan Fakutas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjadjaran,Jl. Eijkman No. 38 BandungMobile: +62853-8299-5386Email: [email protected]

Penulis 2Prof. Dr. Endang Sutedja, dr., SpKK (K)Departemen Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjadjaran,Jl. Eijkman No. 38 BandungMobile: +62811-222-425Email: [email protected]

Penulis 3Dr. Tita Husnitawati Madjid, dr., SpOG (K)Departemen Obgin Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjadjaran,Jl. Pasteur No. 38 BandungMobile: +62811-210-299Email: [email protected]

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, SIKAP IBU, IMD DANPERAN BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF

SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHIPERAN BIDAN PADA IMD DAN ASI EKSKLUSIF

Erli Zainal , Endang Sutedja , Tita Husnitawati Madjid1 2 3

Pascasarjana Kebidanan Fakutas Kedokteran Universitas PadjadjaranDepartemen Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/

Gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjadjaran,Departemen Obgin Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/

Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif sejak lahir hingga usia enambulan merupakan dua praktik pemberian ASI yang penting untuk kelangsunganhidup dan pertumbuhan optimal bayi. Bidan merupakan tenaga kesehatan di liniterdepan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. Peran bidan sangat diperlukandalam pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif dengan memberikan informasi danedukasi kepada ibu dan anggota keluarganya. Tujuan penelitian ini untukmeganalisis hubungan pengetahuan, sikap ibu menyusui, IMD dan peran bidandengan pelaksanaan ASI eksklusif dan untuk mengetahui faktor apa yangmemengaruhi peran bidan dalam pelaksanaan IMD dan ASI ekskusif di wilayahkerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.

Penelitian ini adalah penelitian mixed method dengan pendekatan sequensialexplanatory design. Subjek penelitian adalah 52 orang ibu yang mempunyai bayiusia 7-10 bulan di wilayah kerja puskesmas Sawah Lebar yang diambil denganteknik proporsional pada bulan April-Juni 2014. Pengumpulan data menggunakankuesioner dan dianalisis menggunakan uji korelasi Lambda. Data kualitatifdiambil dengan wawancara mendalam terhadap 5 responden bidan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antarapengetahuan (p<0,05), sikap (p<0,05), IMD (p<0,05) dan peran bidan (p<0,05)dengan pelaksanaan ASI eksklusif. Faktor yang memengaruhi peran bidan dalampelaksanaan IMD dan ASI eksklusif adalah motivasi yang kurang karena bebankerja yang berat, waktu terbatas, pemahaman tugas dan kesadaran yang kurang.Selain itu sarana prasarana dan promosi susu formula juga memengaruhi.

Simpulan penelitian ini adalah pengetahuan, sikap ibu menyusui, IMD danperan bidan berkorelasi positif dengan pelaksanaan ASI eksklusif. IMD dan ASIeksklusif akan terlaksana apabila bidan memiliki komitmen melakukan perannyadimulai sejak ibu dalam masa antenatal sampai periode pemberian ASI eksklusifselesai.

Kata Kunci: ASI, bidan, dini, eksklusif, pengetahuan, sikap.

ABSTRACT

Early and exclusive breastfeeding, since the babies born to the age of sixmonth, are two important activities to take care of the babies and to make themgrowth optimaly. Midwife is a professional to take care of mom's and baby'shealth. Midwife gives information and education about early and exclusivebreastfeeding to every mothers and their families. The purpose of this research isto analyze the correlation between knowledge, attitudes, early breastfeeding andmidwife support with exclusive breastfeeding, and to find out the factor thataffects midwife to do early and exclusive breastfeeding in Puskesmas SawahLebar Kota Bengkulu.

This study is a mixed method design with sequensial explanatory designapproach. The sample in this study are 52 mothers who have babies around 7-10month old in puskesmas Sawah Lebar area, taken with proportional technique inApril-June 2014. Data collected by using a questionnaire and analysis use thecorrelation of Lambda. The qualitative data taken by interview with 5 responderfrom midwife.

The result of this study shows that there is a significant correlation betweenknowledge (p<0,05), attitudes (p<0,05), early breastfeeding (p<0,05) andmidwife support (p<0,05) with exclusive breastfeeding. The factor that affectsmidwife to do early and exclusive breastfeeding are motivation is lacking becauseof the heavy workload, time is limited, lack of task of understanding and lack ofawareness. Infrastructure and the promotion of infant formula

The conclusion of this study is knowledge, attitudes, early breastfeeding andmidwife support has positif correlation with exclusive breastfeeding. Early andexclusive breastfeeding will be fulfilled if the midwife has a commitment conductbegan his role of mothers in the antenatal period to the period exclusivebreastfeeding is complete.

Keyword: Attitudes, breastfeeding, early, exclusive, knowledge, midwife.

Angka Kematian Bayi (AKB)merupakan salah satu indikator pentingdalam pencapaian target MilleniumDevelopment Goals (MDGs) 2015. Dinegara berkembang, saat melahirkan danminggu pertama setelah melahirkanmerupakan periode kritis bagi ibu danbayinya. Sekitar dua pertiga kematianterjadi pada masa neonatal, dua per tigakematian neonatal tersebut terjadi padaminggu pertama, dan dua pertiga kematianbayi pada minggu pertama tersebut terjadipada hari pertama. AKB di Indonesiamencapai 32 per 1000 kelahiran hidup pada

tahun 2012. Angka ini masih jauh daritarget MDGs 2015, yakni menurunkanAKB menjadi 23 per 100.000 kelahiranhidup.1

Upaya pencegahan untuk mengurangiangka kesakitan dan angka kematian bayisalah satunya dengan pemberian ASIeksklusif.2 World Health Organization(WHO) dan United Nations Children’sFund (UNICEF) telah merekomendasikanbeberapa hal untuk peningkatan cakupanASI eksklusif, yaitu memberikankesempatan untuk inisiasi menyusu dinipada satu jam setelah kelahiran, menyusui

secara eksklusif sejak lahir sampai usia 6bulan, memberikan makanan pendampingASI yang bergizi sejak bayi berusia 6bulan, dan melanjutkan menyusui sampaianak berusia 2 tahun atau lebih.3

Cakupan pemberian ASI eksklusifdipengaruhi beberapa hal diantaranyabelum optimalnya penerapan 10 LangkahMenuju Keberhasilan Menyusui (LMKM),belum semua bayi memperoleh IMD,rendahnya pengetahuan ibu dan keluargamengenai manfaat dan cara menyusui yangbenar, kurangnya pelayanan konselinglaktasi dan dukungan dari petugaskesehatan, faktor sosial budaya, kondisiyang kurang memadai bagi para ibu yangbekerja dan gencarnya pemasaran susuformula.16-18 Menurut Green pelaksanaanIMD dan pemberian informasi dan edukasiASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapafaktor antara lain pengetahuan ibu, sikapibu dan perilaku petugas kesehatan.2

Tenaga kesehatan wajib melakukaninisiasi menyusu dini terhadap bayi yangbaru lahir kepada ibunya paling singkatselama 1 (satu) jam dan wajib memberikaninformasi dan edukasi ASI eksklusif kepadaibu dan/atau anggota keluarga dari bayiyang bersangkutan sejak pemeriksaankehamilan sampai dengan periodepemberian ASI eksklusif selesai.4

Pemberian informasi dianjurkan untukmengacu pada 10 Langkah MenujuKeberhasilan Menyusui (LMKM). Hal ini5

tertuang dalam Kepmenkes450/Menkes/SK/IV/2004 dan PP 33 tahun2012.

Bidan sebagai salah satu tenagakesehatan wajib melaksanakan IMD dankonseling ASI eksklusif. BerdasarkanPermenkes 1464/Menkes/Per/X/2010tentang izin dan penyelenggaraan praktikbidan, bidan dalam menjalankan praktiknyaberwenang untuk memberikan pelayananibu menyusui denganmemfasilitasi/memberi bimbingan inisiasimenyusu dini dan promosi air susu ibueksklusif.6

Hubungan IMD dan ASI eksklusif telahdibuktikan melalui beberapa penelitian,antara lain menyatakan bahwa bayi yangmulai menyusu dini dalam 1 jam pertama

akan meningkatkan ASI eksklusif dan lamamenyusui, hal ini sesuai dengan penelitianyang melaporkan bahwa IMD dapatmemberikan peluang delapan kali lebihbesar untuk keberhasilan pemberian ASIeksklusif.7 Selain itu IMD dapatmenurunkan kematian bayi sebesar 22%pada 28 hari pertama kehidupan,8

berpengaruh terhadap durasi menyusui,perilaku ibu dan fungsi fisiologis bayi, 9,10

memberikan mental positif bagi ibu yaituterjalin ikatan kuat dengan bayi danperasaan nyaman untuk menyusui,11

Hasil penelitian menunjukkan bahwapersepsi ibu tentang produksi ASI yangberkurang disebabkan oleh kurangnyapengetahuan tentang proses normalmenyusui, akan tetapi sebagian besar ibudapat mengatasi masalah tersebut jikamereka menerima bimbingan yang tepatdari tenaga kesehatan.12 Penelitian lainmenyatakan bahwa peranan tenagakesehatan menduduki posisi penting dalammemberikan pengaruh, edukasi, dandukungan terhadap praktik menyusui.13-15

Data Survei Demografi KesehatanIndonesia (SDKI) 2012, hanya 27% bayiumur 4-5 bulan mendapat ASI eksklusif(tanpa tambahan makanan atau minumanlain). Selain ASI, 8% bayi pada umur yangsama diberi susu lain dan 8% diberi airputih. Pemberian ASI eksklusif kepada bayiberusia 4-5 bulan dalam SDKI 2012 lebihtinggi dibandingkan dengan hasil SDKI2007 (masing-masing 27% dan 17%).19

Pelaksanaan IMD dan konseling ASIeksklusif di Kota Bengkulu selama inidilakukan salah satunya di Bidan PraktikMandiri (BPM). Jumlah BPM di KotaBengkulu dari data Dinas Kesehatan Kotasampai dengan bulan Desember 2013berjumlah 204 BPM. Sedangkan cakupanpemberian ASI eksklusif di Kota Bengkuluperiode Januari-September 2012 yaitu 51%dari 8.013 bayi, masih di bawah sasaranyang ditetapkan pemerintah pusat yaknisebesar 70% di tahun 2012. Data tersebut diatas tersebar di 20 Puskesmas yang ada diKota Bengkulu, Puskesmas Sawah Lebarmerupakan Puskesmas yang paling rendahcakupan ASI eksklusifnya yaitu 24,2% dari413 bayi dan BPM yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Sawah Lebar KotaBengkulu sebanyak 14 BPM.20

Berdasarkan uraian dalam latar belakangpenelitian di atas maka dapat dirumuskanpertanyaan penelitian sebagai berikut:1) Apakah ada hubungan pengetahuan ibu

dengan pelaksanaan ASI eksklusif?2) Apakah ada hubungan sikap ibu dengan

pelaksanaan ASI eksklusif?3) Apakah ada hubungan inisiasi menyusu

dini dengan pelaksanaan ASI eksklusif?4) Apakah ada hubungan peran bidan

dengan pelaksanaan ASI eksklusif?5) Faktor apa yang memengaruhi peran

bidan dalam pelaksanaan inisiasimenyusu dini dan ASI eksklusif?

Tujuan Penelitian ini adalah:1) Menganalisis hubungan pengetahuan ibu

dengan pelaksanaan ASI eksklusif2) Menganalisis hubungan sikap ibu

dengan pelaksanaan ASI eksklusif.3) Menganalisis hubungan inisiasi menyusu

dini dengan pelaksanaan ASI eksklusif.4) Menganalisis hubungan peran bidan

dengan pelaksanaan ASI eksklusif.5) Menganalisis faktor apa yang

memengaruhi peran bidan dalampelaksanaan inisiasi menyusu dini danASI eksklusif?

METODE

Rancangan yang digunakan dalampenelitian ini adalah mixed method denganstrategi eksplanatori sekuensial. Strategi iniditerapkan dengan pengumpulan dananalisis data kuantitatif pada tahap pertamayang diikuti oleh pengumpulan dan analisisdata kualitatif pada tahap kedua yangdibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

Penelitian mengenai korelasipengetahuan ibu, sikap ibu, IMD dan peranbidan dengan pelaksanaan ASI eksklusifpada ibu yang mempunyai bayi berusia 7sampai 10 bulan dilakukan di wilayah kerjaPuskesmas Sawah Lebar Kota Bengkuluyang telah memenuhi kriteria inklusi daneksklusi yang berjumlah 52 orang.Pengumpulan data diperoleh langsungdari subjek penelitian melalui wawancaradengan menggunakan kuesioner selama

April-Juni 2014. Hasil penelitian disajikandalam bentuk data kuantitatif.

Pengkajian mengenai faktor yangmemengaruhi peran bidan pada inisiasimenyusu dini dan ASI eksklusifmengikutsertakan 5 responden bidan BPMdi wilayah kerja Puskesmas Sawah LebarKota Bengkulu yang telah mengikutipelatihan APN dengan IMD danmanajemen laktasi, sedangkan darikeseluruhan responden bidan mempunyaimasa kerja yang cukup untuk dapatmelaksanakan program atau kebijakandengan baik. Latar pendidikan respondenyaitu 3 bidan berpendidikan DIV dan 2lainnya berpendidikan DIII.

KuantitatifAnalisis Univariabel

Digunakan untuk menghitung distribusidan proporsi agar dapat diketahuikarakteristik subjek penelitian.Analisis Bivariabel

Analisis bivariabel bertujuan untukmengetahui hubungan antara variabel bebas(pengetahuan ibu, sikap ibu, IMD dan peranbidan) dengan variabel terikat (pelaksanaanASI eksklusif) dengan menggunakanmetode korelasi Lambda pada tingkatkemaknaan p < 0,05 dengan ConfidenceInterval (CI) 95%.

KualitatifPengumpulan data kualitataf dilakukansetelah pengumpulan data kuantitatif. Datayang dikumpulkan melalui wawancarauntuk menggali sedalam-dalamnyainformasi yang diinginkan. Wawancaramendalam dilaksanakan sedikitnya 2 kaliuntuk setiap subjek penelitian, lamanyawawancara lebih kurang 30 menit untuksetiap kali wawancara.

HASILKarakteristik Subjek Penelitian

Gambar karakteristik subjek penelitiandapat dilihat dalam distribusi frekuensiberdasarkan variabel penelitian yangdisajikan dalam tabel 4.1

Tabel4.1

Distribusi Karakteristik SubjekPenelitian berdasarkan umur,pendidikan dan status pekerjaan

Karakteristik ASI eksklusif Nilaip*)Tidak

(n=34)Ya

(n=18)Umur20˜ tahun> 30 tahunPendidikan≤ 9 tahun> 9 tahunStatusPekerjaanBekerjaTidak bekerja

2212

1321

2113

135

810

315

0,583

0,664

0,002

Keterangan : * berdasarkan uji chi kuadrat)

Subjek penelitian sebagian besar adalahberumur 20-30 tahun, pendidikan terbanyakadalah berpendidikan > 9 tahun, dansebagian besar tidak bekerja. Hasilperhitungan statistik diketahui bahwapekerjaan memiliki hubungan bermaknadengan pelaksanaan ASI eksklusif dengannilai p < 0,05, sedangkan umur danpendidikan tidak memiliki hubunganbermakna dengan pelaksanaan ASIeksklusif dengan nilai p > 0,05.

Hubungan pengetahuan, sikap, IMD danperan bidan dengan pelaksanaan ASIeksklusif

VariabelASI eksklusif

Total r*) p*)Tidak(34)

Ya(18)

PengetahuanRendahTinggi

286

018

2824

0,667 0,009

SikapKurangBaikBaik

313

018

3121

0,833 0,000

IMDTidakYa

331

414

3715

0,722 0,000

PeranBidanTidakMendukungMendukung

304

315

3319

0,611 0,007

Keterangan: * berdasarkan uji korelasi lambda)

Tabel 4.3 menunjukkan terdapat korelasipositif dan bermakna antara pengetahuan,sikap, IMD dan peran bidan denganpelaksanaan ASI eksklusif. Hasil analisiskorelasi pengetahuan ibu denganpelaksanaan ASI eksklusif r = 0,667 dan p= 0,009, sikap ibu dengan pelaksanaan ASIeksklusif r = 0,833 dan p = 0,000, IMDdengan ASI eksklusif r = 0,722 dan p =0,000, serta peran bidan dengan pelaksanaanASI eksklusif r = 0,611 dan p = 0,007.

Faktor-faktor yang memengaruhi peranbidan dalam pelaksanaan IMD dan ASIeksklusif1. Motivasi bidan

Semua responden bidan mengatakanIMD banyak manfaatnya, namun ada jugayang mengatakan bahwa IMD juga adakerugiannya. Dua respondenmengemukakan kerugiannya adalah waktudan satu responden mengemukakankerugiannya adalah tambahan pekerjaan.Seperti dikemukakan informan di bawah ini“ehm ... ada mba kerugiannya waktu!Kalau bayinya IMD kitakan harusnungguin sampai 1 jam padahal kadang-kadang nolong persalinan nggak sampe 1jam” (r 01)

Selain itu empat responden mengatakanbahwa pengetahuan ibu dan keluarga masihkurang. Meskipun tidak pernah ada yangmenolak, namun ada juga yang merasaragu-ragu bila bayi yang dilahirkandilakukan IMD. Ibu merasa kelelahansetelah melahirkan dan keluarga tidak tegamelihat ibu untuk melakukan IMD selama 1jam. Sehingga pelaksanaan IMD tidakdapat terlaksana minimal 1 jam. Hal iniakibat dari kurangnya pengetahuan ibu dankeluarga tentang IMD. Sepertidikemukakan responden di bawah ini“Ibu merasa kelelahan habis melahirkansehingga belum satu jam bayi udahdiangkat, ada juga keluarga yang tidaktega melihat ibu yang sudah kelelahanhabis melahirkan”(r 02)

“Ibu merasa lelah, tidak nyaman dan mintabayinya segera diangkat, kadangkala adasuami pasien yang tidak tegaan kasihan

katanya ibu sudah lelah karena ngedan”(r03)

Pengetahuan keluarga yang kurangtentang ASI eksklusif juga menjadihambatan dalam pelaksanaannya. Banyakibu-ibu yang sudah memberikan makanantambahan kepada bayinya karena pengaruhdari nenek si bayi yang merasa ASI ibutidak cukup untuk kebutuhan bayinya.Seperti dikemukakan responden di bawahini“...ada juga tu mbak ibu yang sudahmemberikan pisang sama bayinya padahalbelum 6 bulan, kata ibunya neneknya yangkasih bayinya rewel terus masih laparkatanya” (r 05)

Selain itu dari wawancara tergali jugahambatan yang datangnya dari responden,yaitu sikap responden yang kurangmaksimal melakukan IMD pada bayi.Semua responden mengemukakanpelaksanaan IMD berlangsung kurang lebih45-50 menit karena bayi akan diberikansuntikan vitamin K dan salep mata danalasan ibu sudah kelelahan.“kira-kira 45 menit, karena ibunya kanmau dibersihkan dan bayi juga maudiberikan suntikan vitamin K dan salepmata, kadangkala ada ibu yang harusdilakukan penjahit perineum sehingga bayiharus diangkat dari dada ibu, takut jatuhmba” (r 01)

“... kalau masalah kelelahan kadang sulitmengatasinya kitakan tidak mungkinmemaksa pasien tapi saya terus mencobamenyakinkan ibu dan keluarga” (r 01)

Tenaga kesehatan wajib memberikaninformasi dan edukasi ASI eksklusif sampaidengan periode pemberian ASI eksklusifselesai. Tidak ada satupun responden yangmelakukan pemantauan pelaksanaan ASIeksklusif selama enam bulan. Seperti yangdikemukakan responden di bawah ini“Paling-paling waktu kunjungan neonatalsampai tali pusat lepas saya selalumemotivasi ibu untuk menyusui bayinyadan waktu ibu mau pasang KB saya jugatanya bagaimana ASInya” (r 01)

“Waktu kunjangan ke rumah ibu, buatmandikan bayi saya selalu tanyakanbagaimana ASInya masih menyusui apatidak, saya terus motivasi ibu untukmenyusui” (r 05)

2. Sarana prasaranaSemua responden mengemukakan

fasilitas, sarana dan prasarana yang tersediadapat mendukung terjadinya IMD, karenapelaksanaan IMD tidak memerlukanfasilitas yang khusus. Seperti yangdikemukakan oleh responden di bawah ini“sarana prasarananya palingan hanyatempat tidur, tambahan pernel dan topibiasanya sudah disiapkan oleh ibunya. Klomenurut saya nggak ada masalah mba,fasilitasnya sangat mendukung” (r 02)

Fasilitas, sarana dan prasarana untukmenunjang pelaksanaan ASI eksklusif jugatelah tersedia tapi hanya sebatas poster,leaflet dan brosur. Semua responden tidakmenyiapkan ruang khusus (pojok ASI)untuk mengajarkan ibu cara menyusui yangbenar. Seperti yang dikemukakan olehresponden di bawah ini“Ya paling poster-poster itu, kadangkalaada brosur tentang ASI eksklusif yang sayaberikan pada ibu. Kalau ngajarin caramenyusui kan bisa duduk di sini mba,tirainya ditutup biar nggak keliatan” (r 01)

“Saya ada leaflet tentang ASI, saya liatinsama ibu leafletnnya biar ibu dankeluarganya baca, kalau pojok ASI belumada mba sedang kita usahakan” (r 02)

3. Promosi susu formulaPemberian susu formula sebagai paket

pulang masih dilakukan oleh BPM, bidanberalasan susu formula tersebut untukpersediaan apabila ibu menemui kendaladalam pelaksanaan menyusui bayinya.Seperti yang dikemukakan oleh respondendi bawah ini“...ya itu sebagai persediaan saja mba, ibu-ibu suka ngeluh ASInya belum keluar,ASInya kurang jadi bayinya rewel terus.Buat jaga-jaga saja biar ibu tidak terlalupanik. (r 02)

“sebagai hadiah pulang mba, buat jaga-jaga kalau-kalau ibu menemukan kendaladalam proses menyusui, tapi saya selaluingatkan ibu untuk beri ASI saja susuformulanya buat jaga-jaga saja, ya kalautidak butuh tidak usah dipakai (r 04)

PEMBAHASANHubungan pengetahuan denganpelaksanaan ASI eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwapengetahuan (p<0,05) ibu mempunyaikorelasi yang kuat dan bermakna denganpelaksanaan ASI eksklusif (Tabel 4.3).Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian deskriptif terhadap ibu-ibu yangmelahirkan di RS Maldives didapatkanhasil bahwa kelompok yang memberikanASI eksklusif memiliki pengetahuan yangadekuat dibanding yang tidak dan bermaknasecara statistik.48

Kurangnya pengetahuan ibu tentangASI, belum dipahaminya ASI secara tepatdan benar oleh ibu dankeluarga/lingkungan, kekeliruan persepsitentang susu formula kurangnyapembekalan pengetahuan dari petugaskesehatan dapat menyebabkan ibumemutuskan tidak menyusui ataumemberikan makanan pendamping terlalucepat.15 Rintangan lain pada ibu menyusuiadalah ibu menyusui tidak dibekalipengetahuan yang cukup tentang tehnikmenyusui yang benar dan manajemenlaktasi.18

Hubungan sikap dengan pelaksanaanASI eksklusif

Hasil penelitian ini selanjutnya menunjukkan bahwa sikap (p<0,05) ibumempunyai korelasi yang sangat kuat danbermakna dengan pelaksanaan ASIeksklusif (Tabel 4.3). Hasil penelitian inisejalan dengan penelitian Foo menunjukkanbahwa sikap ibu berhubungan denganpraktek pemberian ASI. Ibu yangmenganggap bahwa ASI merupakanmakanan terbaik untuk bayi berencanauntuk memberikan ASI selama 6 bulan.Sikap ibu terhadap pemberian makan bayimenjadi prediktor kuat dalam pemberianASI eksklusif.51

Sikap dan kepercayaan yang tidakmendasar terhadap makna pemberian ASIyang membuat para ibu tidak melakukanASI eksklusif selama 6 bulan. Umumnyaalasan ibu tidak memberikan ASI eksklusifmeliputi rasa takut yang tidak berdasarbahwa ASI yang dihasilkan tidak cukupatau memiliki mutu yang tidak baik,keterlambatan memulai pemberian ASI danpembuangan kolostrum, teknik pemberianASI yang salah, serta kepercayaan yangkeliru bahwa bayi haus dan memerlukancairan tambahan. Selain itu, kurangnyadukungan dari pelayanan kesehatan dankeberadaan pemasaran susu formulasebagai pengganti ASI menjadi kendala ibuuntuk memberikan ASI eksklusif kepadabayinya.16-18

Hubungan IMD dengan pelaksanaanASI eksklusif

Hasil penelitian ini selanjutnyamenunjukkan bahwa IMD (p<0,05)mempunyai korelasi yang kuat danbermakna dengan pelaksanaan ASIeksklusif (Tabel 4.3). Bayi yang mulaimenyusu dini dalam 1 jam pertama akanmeningkatkan ASI eksklusif dan lamamenyusui. Hal ini sejalan dengan penelitianterhadap 318 ibu di kota Nagasaki Jepangmenunjukkan bahwa perilaku awalmenyusui dini sangat berhubungan denganproporsi ibu yang menyusui secaraeksklusif selama empat bulan, karenanyaIMD dalam dua jam sangatdirekomendasikan untuk kesehatan ibu dananak.11 Penelitian lainnya membuktikanbahwa bayi yang diberi kesempatan untukmenyusu dini hasilnya delapan kali lebihberhasil ASI eksklusif.17

Inisiasi menyusu dini dalam menitpertama sampai satu jam pertamakehidupannya yang dimulai dengan kontakkulit, akan membantu ibu dan bayi dalamproses menyusui secara optimal. Denganinisiasi menyusu dini ibu semakin percayadiri untuk tetap memberikan ASInyasehingga tidak merasa perlu untukmemberikan makanan/minuman apapunkepada bayi karena bayi bisa nyamanmenempel pada payudara ibu atau tenang

dalam pelukan ibu segera setelah lahir.Sedangkan menunda permulaan menyusulebih dari satu jam menyebabkan kesukaranmenyusu.24 Laporan WHO membuktikanbahwa penundaan IMD berakibat padadurasi pemberian ASI yang lebih pendek.53

Pemberian awal ASI disarankan dalamwaktu satu jam setelah persalinan, karenapada saat ini refleks hisap bayi sangat kuat,sehingga sangat berpengaruh terhadaprangsangan produksi ASI. 24 Kontak segeraantara ibu dan bayi berhubungan dengankemampuan bayi untuk menghisap secarabenar, dimana proporsi bayi yang mendapatASI secara efektif lebih tinggi padakelompok yang melakukan kontak padasatu jam setelah kelahiran dibandingkanbayi yang dipisahkan dari ibunya.54

4.4.1 Hubungan peran bidan denganpelaksanaan ASI eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwaperan bidan (p<0,05) mempunyai korelasiyang kuat dan bermakna denganpelaksanaan ASI eksklusif (Tabel 4.3).Hasil penelitian ini sejalan penelitian kohordi Australia tentang faktor yangberhubungan dengan durasi menyusui,mendapatkan bahwa sedikitnya wanita yangmencapai ASI eksklusif harus menerimabimbingan dari tenaga kesehatan dipelayanan kesehatan untuk mengajarkanbagaimana upaya-upaya yang dilakukandalam mengantisipasi kesulitan menyusui. 53

Penelitian lain dengan hasil ibu yangmendapatkan informasi tentang menyusuidari tenaga kesehatan sebelum melahirkanakan menyusui secara eksklusif lebihlama.49 Dukungan yang terus menerus danpemberian informasi dengan bimbinganface-to-face adalah faktor utama yang dapatmeningkatkan angka keberlangsunganpemberian ASI eksklusif. Intervensi denganpemberian handout pada saat pemeriksaanprenatal mampu meningkatkan lamapemberian ASI ekslusif.

Dukungan bidan dalammensosialisasikan ASI dapat dimulai sejakkehamilan terjadi. Setidaknya ibu hamilmengikuti 2 kali kelas antenatal yangmenjelaskan keuntungan ASI danbagaimana cara sukses menyusui saat

kelahiran terjadi. Mempersiapkan ibu hamilyang kelak akan menyusui memengaruhikeberhasilanmenyusui, edukasi mengenai pentingnya airsusu ibu harus didapatkan oleh setiap ibuhamil sebelum kelahiran terjadi.15

Faktor-faktor yang memengaruhi peranbidan dalam pelaksanaan IMD dan ASIeksklusif1. Motivasi bidan

IMD dan ASI eksklusif merupakanprogram yang sudah lama namun belumtersosialisasi dan terlaksana dengan baik,sehingga diperlukan sosialisasi dandukungan dari semua pihak yang terkaitdalam pelaksanaannya. Motivasi bidandalam pelaksanaan IMD dan konseling ASIeksklusif sangat diperlukan, motivasi yangmendukung bidan untuk bersikap positifterhadap IMD adalah harapan terhadappelaksanaan keberhasilan program ASIeksklusif, karena IMD adalah awalkeberhasilan dari ASI eksklusif. Sesuaidengan teori yang menyatakan bahwaseseorang akan berperilaku berdasarkanharapan dari hasil yang diperoleh dariperilakunya.32 Hasil penelitianmenunjukkan semua bidan bersikap kurangmaksimal dalam pelaksanaan IMD karenamenurut bidan waktu pelaksanaan IMDterlalu lama dan manambah pekerjaan bidansedangkan kompensasi yang diterima tidakbertambah.

Teori WHO dalam Notoatmodjomenganalisis bahwa yang menyebabkanseseorang berperilaku karena adanya 4alasan pokok, pemikiran dan perasaan(thoughs and feeling) yakni dalam bentukpengetahuan, persepsi, sikap, keyakinan,kepercayaan dan penilaian seseorangterhadap objek kesehatan. 27 Sikap sangatdiperlukan dalam mendukung perilakuindividu, meskipun sikap belum merupakansuatu tindakan atau aktivitas, tetapi sikapakan terbentuk apabila ada rangsangan ataustimulus yang nantinya akan membentuksikap seseorang yang masih tertutup,apabila sikap sudah terbentuk maka akanterjadi suatu reaksi yang merupakan responterbuka dari diri seseorang.

Supaya keluarga mendukungpelaksanaan IMD dan ASI eksklusif, perludibekali dengan pengetahuan yang cukuptentang kedua hal tersebut. Greenmengemukakan faktor-faktor yangmempermudah keluarga dan suami agarperilakunya mendukung pelaksanaan IMDdan ASI eksklusif yaitu pengetahuan.26

Dalam perubahan perilaku keluarga,pengetahuan diperlukan karena denganpengetahuan akan memberikan pemahamandan sikap yang positif yang pada akhirnyakeluarga akan mengadopsi perilaku danmendukung pelaksanaan IMD dan ASIeksklusif.

Hasil penelitian didapatkan bahwainformasi dari bidan hanya sedikit sekali,informasi hanya diperoleh dari mediaberupa gambar-gambar yang dipajang didinding BPM, sedangkan pengetahuan yangdiperoleh melalui penyuluhan kesehatansangatlah minim. Bidan dapatmemberdayakan mahasiswa yangmelakukan praktik di BPM tersebut untukmemberikan penyuluhan kesehatan.

Hal tersebut terjadi akibat bidan kurangmemberikan informasi dan menganggapkeluarga sudah mengetahui tentang IMDdan ASI eksklusif. Dalam hal ini bidanharus lebih melaksanakan perannya dalampemberian KIE, langkah awal yang dapatdilakukan bidan adalah menggali seberapajauh pengetahuan keluarga tentang IMDdan ASI eksklusif, sehingga bidan dapatmelakukan KIE sesuai dengan kebutuhandan diharapkan dapat memberikanpemahaman dan dapat mendukungperubahan perilaku keluarga.

Pemantauan pemberian ASI eksklusif 6bulan pertama tidak dilakukan oleh bidansebagaimana yang telah diatur dalam PPNo. 33 tahun 2012 pasal 13 bahwainformasi dan edukasi tentang ASI esklusifdilakukan sejak pemeriksaan kehamilansampai periode pemberian ASI eksklusifselesai. pemantauan perlu dilakukan untuk4

menjamin keberhasilan menyusui, selamaproses menyusui bukan tidak mungkin ibumenemui kendala yang semestinya bisadiatasi jika bidan tetap memberikaninformasi dan edukasi kepada ibu selamaproses menyusui berlangsung.

Bidan dapat memberdayakan mahasiswayang berpraktik di BPM untukmengunjungi ibu menyusui di rumahnyaatau bidan dapat mengigatkan ibu untukdatang ke BPM apabila menemui kendaladalam menyusui sehingga keberhasilanmenyusui dapat terwujud.2. Sarana prasarana

Fasilitas, sarana dan pra sarana yangdigunakan kurang memadai BPM hanyamempunyai 2 tempat tidur dan tidakmempunyai pojok ASI. Hal ini dapatmenghambat pelaksanaan IMD karena IMDminimal dilakukan selama 1 jam. Edukasitentang perawatan payudara dan teknikmenyusui yang benar tidak dapat dilakukansecara maksimal karena kurangnya saranadan prasarana yang ada di BPM.

Dalam upaya perubahan perilakudiperlukan fasilitas, sarana dan pra saranayang memfasilitasi individu. Pada dasarnyapelaksanaan IMD tidak membutuhkansarana dan prasarana yang khusus yangperlu disiapkan. Pada pelaksanaannyaperalatan IMD didukung oleh keluargaberupa tambahan perlengkapan bayi. Dalammempersiapkan sarana dan pra saranasebaiknya bidan menjelaskan alat yangharus disiapkan dan untuk apa kegunaanya,sehingga ibu melahirkan dan keluarganyamemahaminya, tindakan ini termasuk kedalam peran bidan sebagai edukator. Saranaprasarana yang perlu disiapkan adalahsarana untuk mensosialisasikan IMDberupa media brosur, leaflet untukmemberikan informasi pada ibu melahirkandan keluarga.

Brosur dan leaflet yang tersedia sangatterbatas, hal ini perlu disediakan untukmembantu dalam mempromosikan IMDdan ASI eksklusif di BPM kepada ibu dankeluarga. Media tersebut sangat diperlukansebagai alat bantu dalam menyampaikaninformasi kepada ibu dan keluarga. Medialain yang dipajang di ruang bersalinmembantu sosialisasi IMD dan ASIeksklusif serta memberikan informasikepada ibu dan keluarga dalam pelaksanaanIMD dan ASI eksklusif.3. Promosi susu formula

Fenomena yang ditemukan di BPM yaitumasih adanya kasus-kasus pemberian susu

formula, bidan memberikan susu formulakepada ibu sebagai paket pulang. Haltersebut merupakan salah satu penghambatdari keberhasilan menyusui dan bertolokbelakang dengan komitmen tenagakesehatan dan aturan yang berlaku.Gencarnya pemasaran susu formula melaluikampanye terselubung yaitu hadiahkepulangan ibu dan bayi dari fasilitaspersalinan masih marak terjadi.Keberhasilan ASI eksklusif dan IMD tidakpernah terjadi apabila iklan susu formulamasih memengaruhi tenaga kesehatan danibu untuk memberikan susu formula kepadabayi. Tanpa adanya sangsi dan upaya yangoptimal dari pemerintah bagi pemasaransusu formula sangat sulit target ASI danIMD bisa dicapai.16

SIMPULAN DAN SARANSimpulanSimpulan Umum1) Pengetahuan ibu berkorelasi positif

dengan pelaksanaan ASI eksklusif2) Sikap ibu berkorelasi positif dengan

pelaksanaan ASI eksklusif3) IMD berkorelasi positif dengan

pelaksanaan ASI eksklusif.4) Peran bidan berkorelasi positif dengan

pelaksanaan ASI eksklusif5) Faktor-faktor yang memengaruhi peran

bidan dalam pelaksanaan IMD dan ASIeksklusif adalah motivasi bidan, saranaprasarana dan promosi susu formula.

Simpulan Khusus1) Status pekerjaan memiliki hubungan

bermakna dengan pelaksanaan ASIeksklusif.

SaranSaran Teoritis

Untuk penelitian lebih lanjut diharapkanmelakukan pengukuran variabel lain yangberhubungan terhadap pelaksanaan ASIeksklusif pada ibu menyusui dan dilakukandengan randomisasi yang lebih baik. Padapenelitian kualitatif dilakukan komposisibidan yang diwawancara antara yangmelaksanakan dan tidak melaksanakan IMDdan konseling ASI eksklusif.

Saran Praktis1) Dinas kesehatan perlu mengadakan

evaluasi serta menindaklanjuti kinerjabidan dalam pelaksanaan IMD dan ASIeksklusif secara rutin.

2) Penyuluhan sebaiknya dilakukan kepadaibu dan keluarga, sejak ibu dalam masaantenatal sampai periode pemberian ASIeksklusif selesai secara konsisten.

3) Institusi pendidikan hendaknyamemberikan pengalaman belajar yangcukup terhadap mahasiswanya (teori,bimbingan praktik dan ujian) untukmateri IMD dan ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia Direktorat Jenderal Bina Gizidan KIA. Pertemuan percepatanpencapaian target MDGs. Jakarta:Kemenkes RI; 2013.

2. Labbok MH, Taylor EC, Nickel NC.Implementing the ten step to successfullbreastfeeding in multiple hospitalsserving low-wealth patiens in the US:innovative research design and baselinefinding. International BreastfeedingJournal. 2013;8(5).

3. WHO. Infant and young childfeeding. Geneva: WHO Press; 2009.

4. Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 33 Tahun 2012tentang Pemberian Air Susu IbuEksklusif.

5. Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor450/Menkes/SK/IV/2004 tentangPemberian Air Susu Ibu (ASI) secaraeksklusif pada bayi di Indonesia.

6. Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izindan penyelenggaraan praktik bidan.

7. Fikawati S, Syafiq A. Hubungan antaramenyusui segera (immediatebreastfeeding) dan pemberian ASIeksklusif sampai dengan empat bulan.Jurnal Kedokteran Trisakti, Vol. 22, No.2, Mei-Agustus 2003: 47-55.

8. Edmond KM, Zandoh, Quigley MA,Amenga-Etago S, Owusu-Agyei S,

Kirkwood BR. Delayed breastfeedinginitiation increases risk of neonatalmortality. J Pediatrics. 2006; 117(3):e380-6.

9. Moore ER, Anderson GC, BergmanN. Early skin to skin contact formothers and their healthy new borninfants. The Cochrane Collaboration.John Wiley&Sons. 2007.

10. Scott JA, Binns CW, Oddy WH,Graham KI. Predictors of breastfeedingduration: Evidence from a CohortStudy. Pediatrics. 2006.

11. Nakao Y, Moji K, Honda S, Oishi K.Initiation of breastfeeding within 120minutes after birth is associated withbreastfeeding at four months amongJapanese women, InternationalBreastfeeding Journal. 2008.

12. Li R, Fein B, Grummer-Strawn M. Whymother stop breastfeeding: mothers’self-reported reasons for stoppingduring the first year. J Pediatrics. 2008.

13. Taveras EM, et al. Opinions andpractices of clinicians associated withcontinuation of exclusive breastfeeding.J Pediatrics. 2004.

14. Creedy DK, Cooke M. Assessingmidwives’ breastfeeding knowledge:Properties of the newborn feedingability questionnaire and breastfeedinginitiation practices scale. InternationalBreastfeeding Journal. 2008;3(7):1-12.

15. Suradi R, Tobing HKP. Bahan bacaanmanajemen laktasi cetakan ke-3.Program manajemen laktasiperkumpulan perinatologi Indonesia.Jakarta: 2007.

16. Fikawati S, Syafiq A. Kajianimplementasi dan kebijakan air susu ibueksklusif dan inisiasi menyusu dini diindonesia. Makara, Kesehatan,Vol. 14,No. 1, Juni 2010: 17-24.

17. Wiji, RN. ASI dan panduan ibumenyusui. Yogyakarta: Nuha Medika;2013.

18. Josefa GK, Margawati A. Faktor-faktoryang mempengaruhi perilaku pemberianASI eksklusif pada ibu. [Tesis].Program Pendidikan SarjanaKedokteran Fakultas KedokteranUniversitas Diponegoro. 2011.

19. Badan Pusat Statistik, BKKBN,Kementerian Kesehatan. SurveiDemografi dan Kesehatan Indonesia2012. Jakarta: BPS; 2012.

20. Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. ProfilKesehatan. Bengkulu; 2013.

21. Roesli, U. Mengenal ASI eksklusif.Jakarta: Pustaka Bunda; 2000.

22. Widuri, H. Cara mengelola ASIeksklusif bagi ibu bekerja. Yogyakarta:Gosyen Publishing; 2013.

23. Maryunani A. Inisiasi menyusu dini,ASI eksklusif dan manajemen laktasi.Jakarta: Trans Info Media; 2012.

24. Roesli, U. Inisiasi meyusu dini plus ASIeksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda;2008.

25. Departemen Kesehatan RI. Pelatihanklinik asuhan persalinan normal.Jakarta: Jaringan Nasional PelatihanKlinik-Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR); 2008.

26. Notoatmodjo. Promosi kesehatan danilmu prilaku. Jakarta: Rineka Cipta;2010.

27. Notoatmodjo. Promosi kesehatan danprilaku kesehatan. Jakarta: RinekaCipta; 2012.

28. Adioetomo SM dan Samosir OB.Dasar-dasar demografi. Jakarta:Salemba Medika; 2010.

29. Wawan A, Marhaeni D. Teori &pengukuran pengetahuan, sikap, danperilaku manusia. Yogyakarta: NuhaMedika; 2010.

30. Azwar S. Sikap manusia, teori danpengukurannya. Yogyakarta: PustakaPelajar; 2010.

31. Maulana H. Promosi kesehatan. Jakarta:EGC; 2007.

32. Siagian SP. Teori motivasi danaplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta;2004.

33. Yusuf SN. Teori kepribadian. Bandung:Remaja Rosdakarya; 2008.

34. Walgito B. Pengantar psikologis umum.Yogyakarta: Andi; 2009.

35. PP IBI. Standar pelayanan kebidanan.Jakarta: PP IBI; 2003.

36. Departemen Pendidikan danKebudayaan. Kamus bahasa indonesia

edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka;2005.

37. Maryam Siti. Peran bidan yangkompeten terhadap suksesnya MDGs.Jakarta: Salemba Medika; 2012.

38. Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor369/Menkes/SK/III/2007 tentangstandar profesi bidan.

39. Dahlan MS. Besar sampel dan carapengambilan sampel dalam penelitiankedokteran dan kesehatan. Jakarta:Salemba Medika; 2010.

40. Cresswell J. Research design.Pendekatan kualitatif, kuantitatif danmixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar;2010

41. Sugiyono. Metode penelitian kombinasi(Mixed method). Bandung: Alfabeta;2012.

42. Ong G, Yap M, Li FL, choo TB.Impact of working status onbreastfeeding in singapore. Evidencefrom the national breastfeeding survey.2001. EurJPH. Vol 15:No;4. 424-30.

43. Hatta M. Pengaruh teknik menyusukanterhadap trauma puting susu dankesinambungan menyusukan pada bulanpertama. Tesis Program PendidikanSpesialis O, Spesialis Obstetri danGinekologi. FK. UNPAD Bandung;2007.

44. Suherni, dkk. Perawatan masa nifas.Jakarta: Fitramaya; 2009.

45. Arianto K. Psikologi sosial. Jakarta:Salemba Medika; 2008.

46. Suharto E. Membangun masyarakatmemberdayakan rakyat. Medan:Perdana; 2012.

47. Wuryanti. Pengaruh Konseling ASIeksklusif terhadap peningkatanpengetahuan, motivasi, sikap, danperilaku pemberian ASI ekslusif padaibu menyusui di PuskesmasWuryantoro. Tesis Program StudiMagister Kedokteran Keluarga,Program Pasca Sarjana UniversitasSebelasc Maret Surakarta; 2013.

48. Shafeeg M. The comparison ofknowledge, attitude, practice and socialsupport between exclusive and non

exclusive breasfeeding of Meldivianmother. 2000.

49. Ludvigsson JF. Breastfeeding inBolivia-information and attitudes. BMCPediatrics. 2003,3(4).

50. Sumarmi. Analisis deskriptif pelayananbidan dalam pemberian ASI eksklusif diwilayah Puskesmas Juwana KabupatenPati, Tesis: Universitas DiponegoroSemarang; 2008.

51. Nurhuda. Pengaruh Karakteristik(Pendidikan, Pekerjaan), Pengetahuandan Sikap Ibu Menyusui terhadapPemberian ASI Eksklusif di Kab.Tuban. Jurnal Media Kesehatan; 201208 (29), hal. 315-320.

52. Mujahidin Nur. The Miracle of ASI: IbuSejati Memberikan ASI. Jakarta:Medina Publishing; 2008.

53. C Binns, D Gilchrist, M Gracey, MZhang, J Scott, A lee. Factors associatedwith the initiation of breastfeeding byAboriginal mother in Perth. PublicHealth Nutrition. 2004;7(7): 857-861.

54. Righard, Alade MO. Effect of deliveryroom rutines on succes of firtsbreastfeed; 1990, The Lancet 336(8723):1105-7.

55. Tim pelatihan keterampilan komunikasiinterpersonal konseling (KIP/P).Komunikasi efektif. Jakarta; 2002.

56. Niken Meilani, dkk. Kebidanankomunitas. Yogyakarta: Fitramaya;2009.

57. Barbara, K. Rimmer and Marcus Lewis.Health behaviour and health education,theory, research and practise, 3 rdedition, San Francisco, Publised byJossey- Bass A willey Imprint. 2002.

58. Heni P. Etika profesi kebidanan.Yogyakarta: Fitramaya; 2009.

59. Imran, O. Bello, Babatunde. Adedokunand Oladosu. Sosial support duringchildren as acatalyst for earlybreasfeeding initiation for firts timenigerian mother. Internationalbreasfeeding journal. 2009.