hubungan antara daya tarik fisik terhadap kepuasan
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA DAYA TARIK FISIK TERHADAP
KEPUASAN HUBUNGAN PADA INDIVIDU USIA DEWASA AWAL
YANG SEDANG BERPACARAN
OLEH
NATHANIA ADINATA
802010043
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
HUBUNGAN ANTARA DAYA TARIK FISIK TERHADAP KEPUASAN
HUBUNGAN PADA PASANGAN USIA DEWASA AWAL
YANG SEDANG BERPACARAN
Nathania Adinata
Jusuf Tjahjo Purnomo
Krismi Diah Ambarwati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara daya tarik fisik terhadap
kepuasan hubungan pada pasangan usia dewasa awal yang berpacaran. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan pengambilan data menggunakan
metode angket/kuesioner. Variabel daya tarik fisik menggunakan Body-esteem Scale
(BES) yang dibuat oleh Franzoi & Shields (1984) berisi 29 item dan ada perbedaan item
untuk responden pria dan wanita namun dengan jumlah yang sama. Sedangkan variabel
kepuasan hubungan menggunakan Relationship Assessment Scale (RAS) milik Hendrick
(1988) yang dikembangkan oleh peneliti dari 7 item awal menjadi 20 item. Partisipan
dalam penelitian ini adalah semua individu usia dewasa awal 22-28 tahun berjumlah 40
yang ada di Salatiga dengan status berpacaran dengan lawan jenisnya. Hasil penelitian ini
adalah adanya korelasi positif antara daya tarik fisik terhadap kepuasan hubungan dengan
nilai korelasi sebesar 0,481 dengan p = 0,001 maka dapat dinyatakan semakin menarik
seseorang dihadapan pasangannya maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan hubungan
dalam hubungan berpacarannya.
Kata Kunci : Daya tarik fisik, kepuasan hubungan, dewasa awal
Abstract
The purpose of this research is to know the relation between physical attractiveness
toward relationship satisfaction on a dating couple of early adulthood. This study used
quantitative correlational method with a data retrieval method using question
form/questionnaire. For physical attractiveness researcher using Franzoi & Shileds (1984)
Body Esteem Scale which contains 29 items and there si a different items for man and
women but have same amounts. For relationship satisfaction using Hendrick (1988)
Relationship Asessesment Scale which is developer by researcher from 7 items to 20
items. Participants in this study were all individuals ages 22-28 early adult years in
Salatiga with the status of dating with the opposite sex. The results of this research is the
existence of a positive correlation between physical attractiveness toward relationship
satisfaction with the value of the correlation of 0,481 then can be expressed more
attractive a person to his partner then increasingly higher levels of satisfaction in dating
relationship.
Keywords : Physical attractiveness, relationship satisfaction, early adulthood
1
PENDAHULUAN
Manusia merupakan individu sosial yang sejatinya tidak dapat hidup sendiri tanpa
bantuan dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Perilaku berinteraksi ini merupakan
bawaan semua orang dari lahirnya dan merupakan komponen biologis dari perilaku
manusia (Guerrero, Anderson, & Afifi, 2011). Dari awal kelahirannya yang dimulai dari
tahap bayi, kanak-kanak, remaja, lalu memasuki masa dewasa awal yang menandai
bahwa individu tersebut memiliki cinta dewasa yang berarti memiliki komitmen, hasrat
seksual, kerja sama, kompetensi sekaligus sahabat (Feist & Feist, 2010). Masa dewasa
awal yang dimulai dari usia 18 – 40 tahun memiliki beberapa tugas perkembangan
(Hurlock, 1999). Beberapa tugas perkembangan tersebut di antaranya adalah mencari dan
memilih pasangan hidup untuk kemudian membangun keluarga (Havighurst, dalam
Santrock, 2007). Erikson (dalam Feist & Feist, 2010) mengatakan bahwa pada tahap usia
dewasa awal jika seorang individu dapat membentuk hubungan yang intim dengan orang
lain maka isolasi tidak akan terjadi dan individu tersebut dapat berkembang.
Gembeck & Patherick (2006) mengatakan bahwa keintiman yang terjadi di antara
individu dengan pasangan lawan jenisnya akan melibatkan perasaan dekat, terikat dan
saling berhubungan yang diyakini sebagai hubungan yang lebih intim dibandingkan
pertemanan biasa. Lebih lanjut Gembeck & Patherick (2006) menjelaskan bahwa
hubungan yang intim tersebut melibatkan perasaan cinta dan pada akhirnya disebut
sebagai hubungan berpacaran yang menjadi langkah awal sebelum menuju perkawinan.
Hawkins (dalam Demirtas, 2010) mendefinisikan kepuasan hubungan sebagai
perasaan bahagia, puas, dan kegembiraan saat memikirkan segala sesuatu tentang
hubungan yang dijalaninya. Anderson, Emmers-Sommers (2006) mengatakan bahwa
kepuasan hubungan adalah sejauh mana individu puas dengan hubungan yang sedang
2
dijalaninya bersama dengan pasangan yang merupakan indikator kuat dari hubungan
jangka panjang dan keberhasilan hubungan yang intim. Tingkat kepuasan hubungan
tersebut menurut Hendrick (dalam Vaughn & Baier, 1999) memiliki 4 komponen penentu
yaitu kohesi hubungan (Dyadic Cohesion), konsensus hubungan (Dyadic Consensus),
ekspresi perasaan (Affectional Expression), dan kepuasan hubungan itu sendiri (Dyadic
Satisfaction).
Kohesi adalah tentang kedekatan bersama pasangan termasuk saling bekerja
sama, menghabiskan waktu bersama dan kepekaan di antara keduanya. Konsensus
berhubungan dengan kesepakatan, kecocokan, dan kesesuaian dalam hubungan tersebut.
Ekspresi perasaan adalah bagaimana individu mengungkapkan perasaan cintanya
terhadap pasangannya termasuk sentuhan fisik dan kegiatan seksual. Sedangkan kepuasan
hubungan adalah apa yang dirasakan oleh individu dalam hubungan tersebut, nyaman
tidaknya individu serta komitmen yang ada dalam hubungan (Graham, Diebels &
Barnow, 2011).
Egeci & Gencoz (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa pasangan dengan
tingkat komunikasi yang baik, dibantu dengan kemampuan menyelesaikan masalah yang
baik juga, dapat mencapai kepuasan hubungan. Nauhert (2011) juga menemukan bahwa
perhatian dan pelukan hangat yang diberikan oleh pasangan dapat membawa pengaruh
penting terhadap kepuasan dalam hubungan yang intim dan terjalin di antara kedua
individu. Dengan adanya kepuasan dalam suatu hubungan maka diharapkan nantinya
hubungan tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu lama.
Penelitian yang dilakukan oleh Pawlowski & Jasienska (2005) menemukan pria
dengan fisik yang menarik dapat membuat wanita menginginkan mereka untuk menjalani
suatu hubungan, karena pria yang memiliki fisik menarik dianggap lebih mampu
3
menghasilkan keturunan yang baik daripada pria dengan fisik yang tidak menarik.
Jonason (2009) juga menemukan adanya korelasi positif antara daya tarik fisik seseorang
terhadap anggapan bahwa seseorang dengan fisik yang menarik tersebut dapat membuat
hubungan jangka panjang menjadi lebih baik dibandingkan dengan individu yang tidak
memiliki daya tarik fisik menarik. Barelds & Djikstra (2009) mengatakan pula bahwa
individu yang menganggap pasangannya memiliki daya tarik fisik yang menarik akan
memiliki kualitas hubungan yang baik dibandingkan yang tidak. Hal ini disebabkan
adanya keinginan untuk mempertahankan pasangannya yang dianggap menarik, maka
terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan tersebut akan diselesaikan
secara baik dan anggapan bahwa pasangannya memiliki kemampuan yang lebih baik
untuk menjalin hubungan.
M enurut Baron & Byrne (2003) daya tarik fisik merupakan aspek-aspek
penampilan seseorang yang dianggap menarik atau tidak oleh orang lain secara visual.
Maner (2003) mengatakan bahwa pada awal pertemuan individu cenderung
memperhatikan daya tarik fisik dari seseorang yang baru ditemuinya terutama wanita.
Ditambahkan oleh Dayaksini (2006) ada stereotip yang menyatakan bahwa orang yang
menarik juga memiliki kualitas kehidupan yang baik sehingga mempengaruhi bagaimana
cara orang lain menilai dan memperlakukan individu dengan daya tarik fisik yang
menarik.
Adams (dalam Dayaksini, 2006) menjelaskan mengapa daya tarik fisik dapat
mempengaruhi kepribadian seseorang. Masyarakat akan memberikan harapan lebih
kepada individu dengan daya tarik fisik yang menarik, individu ini diharapkan dapat
memiliki sifat yang lebih baik, ramah, hangat dan lebih berkompeten dibandingkan
dengan individu yang tidak memiliki daya tarik fisik menarik. Selanjutnya dengan
4
harapan ini, maka individu dengan daya tarik fisik menarik akan menerima perlakuan
yang berbeda dari masyarakat, perlakuan yang berbeda inilah yang akan mengarahkan
pada perbedaan kepribadian dan ketrampilan sosial yang kemungkinan disebabkan oleh
keinginan untuk menubuatkan diri sendiri (self-fullfiling prophecy) menjadi seperti
harapan orang-orang di sekitarnya.
Sangrador & Yela (2001) menyatakan persepsi dari daya tarik fisik pasangan
berhubungan positif terhadap tingkat komitmen, gairah, keintiman, dan kepuasan dalam
suatu hubungan. Brewer (2009) menyatakan dalam penelitiannya yang dilakukan di
Inggris bahwa ada korelasi positif antara pria berdaya tarik fisik menarik terhadap
kepuasan mereka dalam hubungan berpacaran karena pria-pria ini dianggap lebih
dominan, dengan status yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang tidak menarik
dan diharapkan mampu menghasilkan potensi lebih untuk sukses dalam kehidupan
bereproduksi. Shults (2013) juga menemukan bahwa ada hubungan antara daya tarik fisik
terhadap kepuasan dalam suatu hubungan yang dijalani oleh 45 orang subjeknya yang
sedang berpacaran dan tinggal di Amerika Serikat.
Berbeda dengan yang ditemukan oleh McNulty, Neff & Karney (2008) yang tidak
menemukan adanya korelasi antara daya tarik fisik terhadap kepuasan dalam suatu
hubungan. Webb (2009) juga tidak menemukan adanya korelasi antara daya tarik fisik
dengan kepuasan hubungan yang ditelitinya terhadap 205 pasangan di Tennesee karena
subjek merasa justru dengan daya tarik fisik yang dimiliki pasangannya maka rasa posesif
mereka lebih tinggi dan tersiksa secara batin untuk terus mempertahankan pasangan
mereka tersebut.
Berdasarkan data-data di atas munculah hipotesis dari penelitian ini yaitu ada
hubungan positif yang signifikan antara daya tarik fisik terhadap kepuasan hubungan
5
pada pasangan usia dewasa awal yang sedang berpacaran. Diharapkan penelitian ini
mampu memberikan pengetahuan lebih lanjut kepada masyarakat dan golongan akademis
dalam memahami lebih lanjut tentang daya tarik fisik dan kaitannya dengan kepuasan
hubungan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk
melihat hubungan antara variabel daya tarik fisik terhadap kepuasan hubungan pada
individu usia dewasa awal yang sedang dalam hubungan berpacaran dengan lawan
jenisnya.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua individu usia dewasa awal yang
sedang berpacaran sehingga termasuk dalam kategori populasi non probabilitas yang
tidak diketahui jumlahnya secara pasti. Sedangkan sampel dalam penelitian ini dipilih
dengan menggunakan metode sampling insidental, yaitu teknik untuk menentukan sampel
dari individu yang ditemui oleh peneliti secara kebetulan dan memenuhi kriteria yang
diinginkan oleh peneliti. Peneliti mencari dan menggunakan 40 individu usia dewasa awal
rentang usia 22-28 tahun yang sedang berpacaran untuk diminta partisipasinya mengisi
angket yang sudah disediakan. Pemilihan usia 22-28 tahun didasarkan pada teori struktur
kehidupan milik Levinson (dalam Dariyo, 2004) yang mengatakan bahwa pada usia 22-
28 tahun seorang individu sedang membangun kehidupan rumah tangga sehingga ketika
individu tersebut menjalani hubungan yang dekat dengan seseorang maka tujuannya
adalah sebuah pernikahan untuk membangun rumah tangga yang diinginkan olehnya.
6
Dalam usia ini juga individu sedang dalam proses pengenalan dengan dunia orang
dewasa, dan berusaha untuk membentuk struktur kehidupan yang baru.
Pengukuran
Body-Esteem Scale (BES) buatan Franzoi & Shields (1984) yang digunakan untuk
mengukur daya tarik fisik, berisi 29 item yang mengandung aspek-aspek dari penampilan
fisik dan fungsi tubuh secara keseluruhan. Subjek akan diminta untuk mengisi setiap item
dengan skala angka 1-5. Angka 1 untuk menggambarkan bahwa subjek memiliki perasaan
negatif yang kuat tentang pernyataan yang ada dan angka 5 untuk menggambarkan
perasaan positif yang kuat terhadap pernyataan yang ada. Beberapa contoh item yang
ditanyakan dalam angket ini seperti bentuk wajah, bentuk hidung, berat badan, otot,
pinggul, lengan, kaki, bentuk perut, dan lain-lain. Angket ini akan diberikan secara
berbeda kepada pria dan wanita. Subjek pria akan mendapatkan angket untuk mengukur
daya tarik fisik wanita sedangkan subjek wanita akan mendapatkan angket untuk
mengukur daya tarik fisik pria. Hasil pengujian validitas terhadap angket ini memberikan
nilai koefisien korelasi positif dan lebih besar dari 0,264 yang didapat dari r tabel dengan
N = 40 dengan nilai bergerak antara 0,485-0,860 maka kesemua item dalam angket ini
dinyatakan valid. Sedangkan hasil pengujian reliabilitas angket ini dinyatakan reliabel
dengan nilai 0,959.
Relationship Assessment Scale (RAS) milik Hendrick (1988) berisi 7 item yang
mewakili keempat komponen dalam kepuasan hubungan, yang dikembangkan oleh
peneliti berdasarkan teori yang ada menjadi angket berisi 20 item dengan masing-masing
5 item untuk mewakili keempat komponen. Beberapa contoh itemnya seperti apakah
subjek memiliki banyak masalah dalam hubungannya dengan pasangannya , apakah
subjek berharap tidak terlibat dalam hubungan yang sekarang, dan lain-lain. Pengujian
7
validitas dan reliabilitas yang dilakukan terhadap angket ini memberikan hasil bahwa
angket ini kesemua itemnya valid dan reliabel. Dengan koefisien korelasi positif dan lebih
besar dari 0,264 yang didapat dari r tabel dengan jumlah subjek (N) adalah 40, nilai
bergerak antara 0,414-0,770, serta nilai reliabilitas sebesar 0,912.
Prosedur
Peneliti mencari subjek di kota Salatiga, seperti di kampus UKSW lalu ke tempat-
tempat kost yang ada, lalu apabila menemukan individu yang sekiranya memenuhi
kriteria maka pengambilan data dapat dilakukan terdapat individu tersebut. Subjek
diminta untuk mengisi biodata terlebih dahulu sebelum diminta untuk mengisi kedua
angket yang sudah disiapkan. Biodata yang diminta hanya inisial nama lengkap, kota
tempat tinggal, jenis kelamin, usia, dan lama berpacaran. Tanpa perlu mencantumkan
nama hanya inisial saja untuk melindungi identitas para partisipan. Setelah itu subjek
dipersilahkan untuk mengisi yang ada. Dalam penelitian ini peneliti mendampingi subjek
sampai selesai mengisi angket sehingga apabila dalam proses pengisian angket ada yang
perlu ditanyakan kepada peneliti, subjek dapat langsung bertanya.
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Linearitas
Untuk uji normalitas yang dilakukan menggunakan metode uji satu sampel
Kolmogorov Smirnov, didapatkan hasil nilai signifikansi untuk variabel daya tarik fisik
sebesar 0,826 dan untuk variabel kepuasan hubungan sebesar 0,935. Karena keduanya
mendapatkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 dan positif maka distribusi datanya
dinyatakan normal.
8
Tabel 1
Tabel Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Daya Tarik Fisik
(X)
Kepuasan
Hubungan (Y)
N 40 40
Normal Parametersa,b Mean 102.63 77.85
Std. Deviation 20.783 12.526
Most Extreme Differences Absolute .099 .085
Positive .075 .074
Negative -.099 -.085
Kolmogorov-Smirnov Z .628 .538
Asymp. Sig. (2-tailed) .826 .935
a. Test distributif is Normal.
b. Calculated from data.
Sedangkan untuk uji linearitas didapatkan nilai signifikansi pada Linearity sebesar
0,011 yang berarti lebih kecil jadi 0,05 dan nilai signifikansi pada Deviation from
Linearity sebesar 0,747 yang lebih besar dari 0,05 maka kedua variabel dinyatakan
memiliki hubungan linier.
9
Tabel 2
Tabel Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Kepuasan Hubungan
(Y) * Daya Tarik
Fisik (X)
Between Groups (Combined) 4450.433 28 158.944 1.048 .493
Linearity 1413.561 1 1413.561 9.318 .011
Deviation
from
Linearity
3036.873 27 112.477 .741 .747
Within Groups 1668.667 11 151.697
Total 6119.100 39
Distribusi Responden
Subjek pada penelitian ini berjumlah 40 orang yang terdiri dari 20 pria dan 20
wanita dengan berbagai kategori umur sebagai berikut :
10
Tabel 3
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Umur dan Lamanya
Berpacaran
Usia Lamanya Berpacaran
22-25 26-28 < 6 bulan
6 bulan
–1 tahun
1 – 1,5
tahun
1,5 – 2
tahun
> 2 tahun
Pria 12 8 1 4 2 6 7
Wanita 16 4 0 3 4 1 12
Jumlah (dalam
angka)
28 12 1 7 6 7 19
Prosentase 70% 30% 2,5% 17,5% 15% 17,5% 47,5%
Total (dalam %) 100% 100%
Hasil Analisis Deskriptif
Variabel Daya Tarik Fisik
Variabel daya tarik fisik memiliki 29 item valid dengan 5 pilihan jawaban setiap
item, memiliki mean sebesar 102,63 dengan standar deviasi 20,783 dan jumlah subjek
(N) sebanyak 40 yang memperoleh nilai empirik minimum sebesar 37 dan maksimum
144. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel daya tarik fisik,
peneliti menggunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan
sangat tinggi. Maka skor hipotetik maksimum 5x29 item valid = 145 dan skor minimum
1x29 item valid = 29, maka intervalnya adalah 23,2 (diperoleh dari perhitungan Interval).
11
Tabel 3
Kategori Daya Tarik Fisik
No Kategori
(dalam angka)
Kategori
(dalam kata)
N Prosentase Mean Standar
Deviasi
1 121,8 ≤ x ≤ 145 Sangat Tinggi 5 12,5%
102,63
20,783 2 98,6 ≤ x <121,8 Tinggi 17 42,5%
3 75,4 ≤ x < 98,6 Sedang 16 40%
4 52,5 ≤ x < 75,4 Rendah 1 2,5%
5 29 ≤ x < 52,5 Sangat Rendah 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Variabel Kepuasan Hubungan
Sedangkan untuk variabel kepuasan hubungan yang terdiri dari 20 item dengan 5
pilihan jawaban setiap item, memiliki mean sebesar 77,85 dengan standar deviasi 12,526
dan jumlah subjek (N) sebanyak 40 dengan nilai empirik minimumnya adalah 42 dan
maksimum 96. Untuk kategorinya sama dengan variabel daya tarik fisik, skor hipotetik
maksimumnya adalah 5x20 item valid = 100 dan skor minimumnya adalah 1x20 item
valid = 20 maka intervalnya adalah 16 (diperoleh dari nilai Interval)
12
Tabel 4
Kategori Kepuasan Hubungan
No Kategori
(dalam angka)
Kategori
(dalam kata)
N Prosentase Mean Standar
Deviasi
1 84 ≤ x ≤ 100 Sangat Tinggi 12 30%
77,85
12,526 2 68 ≤ x < 84 Tinggi 20 50%
3 52 ≤ x < 68 Sedang 6 15%
4 36 ≤ x < 52 Rendah 2 5%
5 20 ≤ x < 36 Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 40 100%
Hasil Analisis Korelasi
Hasil uji korelasi menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment
terhadap kedua variabel yaitu variabel daya tarik fisik dan variabel kepuasan hubungan
adalah 0,481 dengan p < 0,05 maka hipotesis awal peneliti diterima yaitu ada hubungan
antara daya tarik fisik dengan kepuasan hubungan pada pasangan usia dewasa awal yang
sedang berpacaran. Sumbangan daya tarik fisik terhadap kepuasan hubungan sebesar
23,1% (yang didapat dari r2) menunjukkan masih ada 76,9% faktor lain yang
mempengaruhi kepuasan hubungan seperti faktor gaya cinta (Walter, 2012), attachment
style (Walter, 2012) , kesesuaian antara harapan dan kenyataan (Miller & Tedder, 2011)
,dan rasa keadilan yang terjadi dalam hubungan itu sendiri (Taylor, Peplau, & Sears,
2006)
13
Tabel 5
Tabel Hasil Uji Korelasi
Correlations
Daya Tarik Fisik
(x)
Kepuasan
Hubungan (y)
Daya Tarik Fisik (x) Pearson Correlation 1 .481**
Sig. (1-tailed) .001
N 40 40
Kepuasan Hubungan (y) Pearson Correlation .481** 1
Sig. (1-tailed) .001
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PEMBAHASAN
Dari hasil uji korelasi yang sudah dilakukan oleh peneliti maka didapatkan nilai
koefisien korelasi sebesar 0,481 dengan p < 0,05 sehingga hipotesis awal peneliti
diterima. Yaitu ada hubungan positif antara daya tarik fisik terhadap kepuasan hubungan
pada pasangan usia dewasa awal yang berpacaran. Hal ini berarti semakin menarik
seseorang di mata pasangannya, maka tingkat kepuasan hubungannya juga semakin
tinggi. Sebaliknya, semakin tidak menarik seseorang di mata pasangannya, semakin
rendah pula tingkat kepuasan hubungan berpacarannya. Sumbangan daya tarik fisik
terhadap kepuasan hubungan adalah 23,1% yang berarti 76,9% sisanya dipengaruhi oleh
faktor lain di luar daya tarik fisik, seperti kesesuaian antara harapan dan kenyataan, gaya
cinta, rasa keadilan yang terjadi dalam hubungan itu sendiri, dan gaya kelekatan.
14
Tingkat masing-masing variabel dalam penelitian ini termasuk tinggi. Untuk
variabel daya tarik fisik dengan presentase sebesar 42,5% dan untuk variabel kepuasan
hubungan sebesar 50%. Adanya hubungan positif yang terjadi antara daya tarik fisik
dengan kepuasan hubungan diduga disebabkan oleh adanya stereotip yang menyatakan
dimana seseorang yang memiliki daya tarik fisik menarik dapat membuat suatu hubungan
menjadi lebih baik dan lancar dibandingkan dengan individu yang tidak menarik
(Dayaksini, 2006). Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Pawlowski dan & Jasienska
(2005) bahwa seseorang dengan fisik yang menarik dianggap mampu menghasilkan
keturunan yang lebih baik.
Hubungan positif antara daya tarik fisik dengan kepuasan hubungan juga diduga
disebabkan oleh adanya kepercayaan oleh pasangan yang menjalani hubungan berpacaran
bertahun-tahun lamanya, seperti ada beberapa responden yang sudah berpacaran selama
6-8 tahun. Nilai daya tarik fisik dengan kepuasan hubungannya menjadi lebih tinggi
dibandingkan responden yang baru beberapa bulan berpacaran. Karena sudah bertahun-
tahun berpacaran, individu sudah memiliki kepercayaan terhadap pasangannya sehingga
puas dalam hubungannya dan melihat bahwa pasangannya adalah seorang pribadi dengan
daya tarik fisik yang menarik. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Baron & Byrne
(2003) bahwa kepercayaan dalam suatu hubungan dapat mempengaruhi kepuasan
hubungan itu sendiri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jonason (2009)
yang menemukan adanya korelasi positif antara daya tarik fisik seseorang terhadap
anggapan bahwa seseorang dengan fisik yang menarik tersebut dapat membuat hubungan
jangka panjang menjadi lebih baik dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki
daya tarik fisik yang menarik.
15
Barelds & Djikstra (2009) mengatakan pula bahwa individu yang menganggap
pasangannya memiliki daya tarik fisik yang menarik akan memiliki kualitas hubungan
yang lebih baik dibandingkan dengan individu dengan daya tarik fisik tidak menarik. Hal
ini disebabkan adanya keinginan untuk mempertahankan pasangannya yang dianggap
menarik, maka terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan tersebut akan
diselesaikan secara baik dan anggapan bahwa pasangannya yang menarik tersebut
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjalin suatu hubungan untuk jangka
waktu panjang.
Sangrador & Yela (2001) juga mendukung penelitian ini lewat penelitiannya yang
menemukan bahwa persepsi daya tarik seseorang terhadap pasangannya akan
berhubungan positif dengan tingkat komitmen, gairah, keintiman, dan kepuasan dalam
suatu hubungan. Demikian juga dengan Brewer (2009) yang secara spesifik dalam
penelitiannya menyatakan bahwa ada korelasi positif antara pria berdaya tarik fisik
menarik terhadap kepuasan hubungan pasangannya dalam hubungan berpacaran karena
pria-pria menarik ini dianggap lebih dominan, dengan status lebih tinggi dibandingkan
pria yang tidak menarik dan diharapkan mampu menghasilkan potensi lebih sukses dalam
kehidupan bereproduksi.
Bertentangan dengan penelitian ini yaitu Webb (2009) yang mengatakan bahwa
tidak ada korelasi antara daya tarik fisik terhadap kepuasan hubungan terhadap responden
yang ditelitinya karena responden justru merasa dengan daya tarik fisik yang dimiliki
pasangannya maka rasa posesif mereka lebih tinggi dan tersiksa secara batin untuk terus
mempertahankan pasangan mereka tersebut.
16
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara daya
tarik fisik terhadap kepuasan hubungan pada pasangan usia dewasa awal, maka diperoleh
kesimpulan :
1. Terdapat hubungan positif antara daya tarik fisik terhadap kepuasan hubungan pada
pasangan usia dewasa awal yang sedangkan menjalani hubungan berpacaran. Secara
khusus hasil korelasi sebesar 0,481 dengan nila p = 0,001.
2. Responden yang diteliti sebanyak 40 orang dalam penelitian ini memiliki tingkat
daya tarik fisik dengan kategori tinggi (42,5%) dan tingkat kepuasan hubungan
dengan kategori tinggi juga (50%).
Saran
Adapun saran peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi penelitian selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mendalami faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi kepuasan hubungan selain faktor daya tarik fisik, seperti faktor
kesesuaian antara harapan dan kenyataan, gaya cinta, gaya kelekatan, dan rasa
keadilan yang dirasakan dalam hubungan itu sendiri.
2. Bagi pasangan yang berpacaran
Dari penelitian ini diketahui ada hubungan antara daya tarik fisik terhadap kepuasan
hubungan, maka ada baiknya apabila individu yang berpacaran memperhatikan fisik
dirinya seperti mempercantik dan merawat diri agar pasangan dapat lebih merasa
puas dalam hubungan yang terjalin diantara keduanya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, T.L., & Emmers-Sommers, T.M. (2006) Predictors of relationship satisfaction
in online romantic relationships. Communication Studies, 57, 153 – 172.
Barelds, D.P.H.,& Djikstra, P. (2009) Positive illusions about a partner’s physical
attractiveness and relationship quality. Personal Relationship, 16, 263-283.
Diunduh pada 9 Januari 2014 dari www.ebscohost.com.
Baron, R.A., & Byrne, D. (2003) Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Brewer, G. (2009) Height, relationship satisfaction, jealousy, and mate retention.
Evolutionary Psychology, 7 , 477 – 489.
Davis. C, et al. (2001) Do you see what i see? Facial attractiveness and weight
preoccupation in college Oman. Journal of Social and Clinical Psychology, 20,
147-160.
Demirtas, S.C. (2010) The role of gender, relationship status, romantic relationship
satisfaction, and commitment to career choices in the components of subjective
well-being among senior university students. Middle East Technical University.
Dissanayake, E. (2000) Art and Intimacy : How The Arts Began. Seattle : University of
Washington Press.
Egeci, S & Gencoz, T. (2006) Factors associated with relationship satisfaction :
importance of communication skills. Springer Science + Business Media,Inc, 383-
391.
Feist, J., & Feist, G.J. (2010) Teori Kepribadian. Ed 7. Jakarta : Penerbit Salemba
Humanika.
Franzoi, S.L & Herzog, M.E. (1986) The body esteem scale : a convergent and
discriminant validty study. Journal of Personality Assessment, 50 , 24-31.
Franzoi, S.L & Shields, S.A. (1984) The body esteem scale : multidimensional structure
and sex differences in a college population. Journal of Personality Assessment,
48(2), 173-178. Diunduh pada 21 Juli 2014 dari www.ebscohost.com
Frederick, D.A.,& Haselton, M.G. (2007) Why is muscularity sexy? Tests of the fitness
indicator hypothesis. Personality and Social Psychology Bulletin, 33, 1167-1183.
18
Gembeck, M.J., & Petherick, J. (2005) Intimacy dating goal and relationship satisfaction
during adolescene and emerging adulthood identity formation, age and sex as
moderator. International Journal of Behavioural Developmnet, 30.
Ghazali, I. (2005) Aplikasi Analis Multivariat Dengan Menggunakan Program SPSS.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.
Guerrero, L.,et al (2011) Close Encounters : Communication in Relationships. Ed 3.
Thousands Oaks CA : Sage Publications Inc.
Graham, J.M., Diebels, K.J. & Barnow, Z.B. (2011) The reliability of relationship
satisfaction: a reliability generalisation meta-analysis. Journal of Family
Psychology, 25, 39-48. Diunduh pada tanggal 29 September 2014 dari
www.ebscohost.com.
Hardjana, A.M. (2003) Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Helms,S., & Turner,G. (2007) Clinical and Experimental. 37, 1000-1008.
Hendrick, S.S. (1988) A generic measures of relationship satisfaction. Journal of
Marriage and the Family, 50, 93-98.
Hurlock, B.E. (1999) Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan
Kehidupan. Ed 5. Jakarta : Penerbit Erlangga .
Iskandar. (2008) Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta : Gaung Persada Group.
Jasienska,G., & Pawlowski, B. (2005) Womens preferences for sexual dimorphism in
height depend on menstrual cycle phase and expected duration of relationship.
Biological Psycholgy, 70, 38 – 43.
Jonason, P.K. (2009) The value of physical attractiveness in romantic partners : modelling
biological and social variables. The Journal of Social Psychology, 149 , 229-240 :
Heldref Publications. Diunduh pada 9 Januari 2014 dari www.ebscohost.com
Langlois, J.H et al. (2000) Maxims or myths of beauty? A meta-analytic and theoretical
review. Pychological Bulletin, 126, 390 – 423.
Lemley, B.(2000) Isn’t she lovely? Discover, 42-49.
Lueken, M.A. (2005) The prediction of relationship satisfaction : an analysis of partner
and self perceptions. Ohio University.
19
Maner, J.K., et al (2003) Sexually selective cognition : beauty captures the mind of the
be holder. Journal of Personality and Social Psychology, 85, 1107-1120.
McNulty, J.K., Neff,L.A.,& Karney, B.R. (2008) Beyond initial attraction physical
attractiveness in a newlywed marriage. Journal of Family Psychology, 22 , 135 –
143.
Miller,J.,& Tedder, B. (2011) The disrepancy between expectations and Realty :
satisfaction in romantic relationship. Hanover College.
Muhidin, S.A., & Abdurahman, M. (2007) Analisis Korelasi, Regresi, & Jalur Dalam
Penelitian. Bandung : Pustaka Setia.
Myers, D.G. (2012) Psikologi Sosial. Ed 10 (2). Jakarta : Salemba Humanika.
Nauhert, R. (2011, Juli 6). Tenderness Important for Relationship Satisfaction. Diunduh
pada 1 Juli 2014 dari http://psychcentral.com/news/2011/07/06/tenderness-
important-for-relationship-satisfaction/27497.html.
Peplau, L., Sears, O.D., & Taylor, S. (2009) Psikologi Sosial Ed 12. Prentice Hall :
Pearson Education Inc.
Priyatno, D. (2013) Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit
Mediakom.
Sangrador, J.L.,& Yela, C. (2000) What is beautiful is loved : physical attractiveness in
love relationships in a representative sample. Social Behavior and Personality, 28,
207 – 218.
Santrock, J.W. (2002) Life-span Development : Perkembangan Masa Hidup. Ed 5.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Santrock, J.W. (2003) Adolescence : Perkembangan Remaja. Ed 6. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Santrock, J.W. (2007) Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sekaran, U. (1992) Research Methods for Business, A Skill Building Approach 2nd edition.
New York : John Wiley n Sons.
Shults, J. (2013) Factors of attraction and relationship satisfaction : the love-is-blind bias
and perceived risk of infidelity. Dignole Commons. Diunduh pada tanggal 4 Mei
2014 dari www.ebscohost.com
20
Spanier, G.B. (1976) Measuring dyadic adjustment : new scales for assessing the quality
of marriage and similar dyads. National Council of Family Relations, 38, 15 – 28.
Sternberg, J.R. (1986) A triangular theory of love. The American Psychological
Association, 93, 119-135.
Sugiyono. (2010) Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Trampe,D. (2007) On models and vases : body dissatisfaction and proneness to social
comparison effects. Journal of Personality and Social Psychology, 103.
Vaughn, M.J., & Baier, M.E. (1999) Reliability and validity of the relationship
assessment scale. The American Journal of Therapy, 27, 137-147. Diunduh pada
29 September 2014 dari www.ebscohost.com.
Webb. F.R. (2009) The role of physical attractiveness in adolescent romantic
relationships. University of Tennesse, Knoxville. Diunduh pada tanggal 4 Mei 2014
dari www.ebscohost.com.