hpi

23
HPI (HUKUM PERDATA INTERNASIONAL) PENGERTIAN HP I VAN BTAKELHukum perdata internasional adalah hukum nasional yang ditulis atau diadakan untuk hubungan2 hukum internasional.2. SIDARTA GAUTAMA ( GOUW GIOK SIONG ) Hukum perdata internasional adalah keseluruhan peraturan & keputusan hukum yang menunjukan stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum jika hubungan2 & peristiwa2 antara warga ( warga ( negara pada satu waktu tertentu memperlihatkan titik pertalian dengan stelsel2 kaidah2 hukum dari 2 atau lebih negara yang berbeda dalam lingkungan2 ( kuasa, tempat yang pribadi ) soal2 3. MASMUIM HPS adalah keseluruhan ketentuan2 hukumj yang menentukan hukum perdata dari negara mana harus diterapkan suatu perkara yang berakar didalam lebih dari satu negara CONTOH2 UNSUR ASING DALAM HPI1. ORANGNYA YANG ASINGex : Badu wni melakukan jual beli mobil kepada wna dibukittinggi kemudian timbul sengketa badu mengugat wna itu di PN bkt wna menjawab bahwa jual beli yang telah dilakukanya itu tidak sah dengan alasan sewaktu jual beli itu tidak sah menurut hukumnya dia baru dianggap dewasa setelah berumur 20 tahun sedangkan membuat jual beli umur 21 tahun jadi ia tidak berwenang melakukan jual beli2. TEMPAT DILAKUKANYA TINDAKANex Badu pergi berobat ke jerman barat disana ia membuat surat apakah ia harus memperhatikan hukum2 jerman dalam membuat surat warisan itu ia hanya memerlukan ketentuan2 BW saja dalam hal ini hukum mana yang akan dipakai3. TEMPAT LETAKNYA BARANG ex efek2 yang terdapat diparis ditawarkan dibursa efek menurut hukum perancis hak milik serta resiko segera beralih kepada pembeli sesaat setelah adanya kata sepakat masuk resiko setelah barang diserahkan atau diterima oleh pembeli4. TEMPAT DILANGSUNGKANYA PERBUATANEX Mungkin saja terjadi suatu hubungan hukum antara seseorang wni di Luar negeri ( jepang ) ingin melangsungkan perkawinan disana dalam hal ini hukum mana yang akan diperlukan & dipakai.Unsur asing yang menyebabkan diterapkanya titik pertalian ( Point Of Contact ) HPI disebut titik pertalian karena mempertalikan fakta2 & keadaan2 atau peristiwa dengan sesuatu sistim tertentu.Kalau terjadi peristiwa seperti contoh diatas telah ada ketentuan2 yang mengatur cara pemecahan soal2 tsbJadi didalam setiap negara terdapat 2 kelompok hukum1. Kelompok hukum yang berisi ketentuan2 untuk menyelesaikan persoalan2 interen dalam arti semua unusur2 nya terdiri dari unsur2 interen 2. Kelompok hukum yang berisikan ketentuan2 yang mengatur & menyelesaikan masalah2 yang mengandung unsure asing yang menetapkan hukum mana yang berlaku terhadap hubungan2 hukum yang tidak termasuk kelompok pertama ( inilah yang disebut HPI )Terjadi Suatu Peristiwa Hukum Didaerah Yang Tidak Bertuan ( Tidak Satu Negarapun Yang Mengusainya, ex Negara antar

Upload: achmadirfan62

Post on 28-Nov-2015

135 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: HPI

HPI (HUKUM PERDATA INTERNASIONAL)PENGERTIAN HP I

VAN BTAKELHukum perdata internasional adalah hukum nasional yang ditulis atau diadakan untuk

hubungan2 hukum internasional.2.   SIDARTA GAUTAMA ( GOUW GIOK SIONG ) Hukum perdata

internasional adalah keseluruhan peraturan & keputusan hukum yang menunjukan stelsel hukum

manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum jika hubungan2 & peristiwa2 antara

warga ( warga ( negara pada satu waktu tertentu memperlihatkan titik pertalian dengan

stelsel2 kaidah2 hukum dari 2 atau lebih negara yang berbeda dalam lingkungan2 ( kuasa, tempat

yang pribadi )  soal2 3.   MASMUIM HPS adalah keseluruhan ketentuan2 hukumj yang menentukan

hukum perdata dari negara mana harus diterapkan suatu perkara yang berakar didalam lebih dari

satu negara

CONTOH2 UNSUR ASING DALAM HPI1.   ORANGNYA YANG ASINGex   : Badu wni melakukan

jual beli mobil kepada wna dibukittinggi kemudian timbul sengketa badu mengugat wna itu di PN bkt

wna menjawab bahwa jual beli yang telah dilakukanya itu tidak sah dengan alasan sewaktu jual beli

itu tidak sah menurut hukumnya dia baru dianggap dewasa setelah berumur 20 tahun sedangkan

membuat jual beli umur 21 tahun jadi ia tidak berwenang melakukan jual beli2.   TEMPAT

DILAKUKANYA TINDAKANex   Badu pergi berobat ke jerman barat disana ia membuat surat

apakah ia harus memperhatikan hukum2 jerman dalam membuat surat warisan itu ia hanya

memerlukan ketentuan2 BW saja dalam hal ini hukum mana yang akan dipakai3.   TEMPAT

LETAKNYA BARANG ex   efek2 yang terdapat diparis ditawarkan dibursa efek menurut hukum

perancis hak milik serta resiko segera beralih kepada pembeli sesaat setelah adanya kata sepakat

masuk resiko setelah barang diserahkan atau diterima oleh pembeli4.   TEMPAT

DILANGSUNGKANYA PERBUATANEX  Mungkin saja terjadi suatu hubungan hukum antara

seseorang wni di Luar negeri ( jepang ) ingin melangsungkan perkawinan disana dalam hal ini hukum

mana yang akan diperlukan & dipakai.Unsur asing yang menyebabkan diterapkanya titik pertalian

( Point Of Contact ) HPI disebut titik pertalian karena mempertalikan fakta2 & keadaan2 atau

peristiwa dengan sesuatu sistim tertentu.Kalau terjadi peristiwa seperti contoh diatas telah ada

ketentuan2 yang mengatur cara pemecahan soal2 tsbJadi didalam setiap negara terdapat 2

kelompok hukum1.   Kelompok hukum yang berisi ketentuan2 untuk menyelesaikan

persoalan2interen dalam arti semua unusur2nya terdiri dari unsur2 interen 2.   Kelompok hukum yang

berisikan ketentuan2 yang mengatur & menyelesaikan masalah2 yang mengandung unsure asing

yang menetapkan hukum mana yang berlaku terhadap hubungan2 hukum yang tidak termasuk

kelompok pertama ( inilah yang disebut HPI )Terjadi Suatu Peristiwa Hukum Didaerah Yang Tidak

Bertuan ( Tidak Satu Negarapun Yang Mengusainya, ex Negara antar tika )Ex  Orang Indonesia

dengan orang jepang mengadakan ekspedisi dipulau antartika kemudian terjadi percekcokan, orang

Indonesia merusak barang2 orang jepang setelah tiba dijepang orang jepang tadi menuntut orang

Indonesia tersebut dipengadilan, orang jepang minta ganti kerugianDalam kasus ini merupakan suatu

ketentuan yang berlaku bahwa jika telah terjadi perbuatan yang dilakukan dari dalam wilayah tidak

bertuan maka hukum yang harus diterapkan adalah hukum negara dari orang yang menyebabkan

kerugian ituDalam hubungan ini hukum Indonesia dinamakan hukum tanah air “ Heimat Srohr “

HPI paling banyak berada dalam yuris prudensi karena kasus banyak diputuskan di PN & HPI

tersebar dimana2 seperti di BW, Yurisprudensi dllHPI merupakan bagian dari hukum nasional dengan

Page 2: HPI

demikian HPI belum di kodifikasi tapi dia tersebar diberbagai peraturan per uu an & ditempat lainEx 

:     BW, Bpk, uu kepailitan, kebiasaan, yurisprudensi, traktat

DI INDONESIA WADAH UTAMA HPI DICANTUMKAN DALAM AB ( ALGEMENE BEL PALINGEN

VAN WET GEVING PASAL 16, 17 & 18 )Ketiga pasal itu merupakan ketentuan2 dasar tentang HPI

sebab itulah ia dimasukan kedalam AB Bukan BW sebab AB merupakan UU yang sifatnya

sementara, karena didalamnya terdapat pedoman2 kepada para hakim didalam menjalankan

tugasnya yang tidak saja meliputi bidang hukum perdata tapi meliputi bidang2 hukum lainya

Isi Dari Ke 3 Pasal AB Tersebut Diatas :1.   Pasal 16 AB Status Personil Seseorang &

Wewenang Status & wewenang seseorang harus dinilai menurut hukum nasionalnya ( Lex

patriae )      Jadi seseorang dimanapun ia berada tetap terikat kepada hukumnya yang menyangkut

status & wewenang demikian pula orang asing maksudnya status & wewenang orang asing itu harus

dinilai hukum nasional orang asing tersebut2.   Pasal 17 AB Status Kenyataan / Riil

Status Mengenai benda2 tetap harus dinilai menurut hukum dari negara atau tempat dimana benda

itu terletak ( lex resital )3.   Pasal 18 AB Status Campuran Status campuran bentuk tindakan hukum

dinilai menurut hukum dimana tindakan itu dilakukan ( Locus Regit Actum )

Ketiga pasal tersebut diatas merupakan contoh dari ketentuan penunjuk disebut sebagai ketentuan

penunjuk karena menunjuk kepada suatu sistim tertentu mungkin hukum nasional maupun hukum

asing, dalam prakteknya hakim yang mengadili kasus HPI ini merupakan atau memakai hukum asing

hal ini dilakukan oleh sang hakim dengan dasar karena UU yang berlaku dinegara orang asing

tersebut yang memerintahkan bahwa dalam kasus yang dihadapi tersebut menerapkan hukum

asingDengan hal tersebut diatas yaitu dimana hukum sang hakim menunjuk hukum orang asing

dengan demikian perkara diadili berdasarkan hukum asing itu begitu caranya HPI dengan

menunjuk ( Reference Rule ) ada kalanya dirasa kurng sesuai dengan cita2 hukum kita kalau

sesuatu materi tertentu dikusai oleh hukum asing atau hukum asing itu dirasakan kurang menjamin

kepastian hukum dalam hal ini pembuat uu membuat peraturan sendiri yang langsung menyelesaikan

persoalan tersebut tanpa menunjuk kepada suatu sistim hukum tertentu, ketentuan yang seperti ini

dinamakan ketentuan mandiri ( Own Rule )Jadi dalam HPI terdapat 2 ketentuan 1.   Ketentuan

penunjuk2.   Ketentuan mandiriEx     Ketentuan mandiriSeorang WNI yang berada di LN ingin

membuat surat wasiat dalam hal ini hukum mana yang akan dipakai  menurut  ketentuan HPI

kita ( pasal 16 AB ) perbuatan surat wasian itu terkait antara status kita ( pasal 16 AB ) perbuatan

surat wasiat itu terkait antara status & wewenang maka yang harus diterapkan adalah hukum

nasional orang tersebut dalam hal ini hukum Indonesia. Dianggap saja orang tersebut telah

memenuhi syarat status & wewenang persoalan yang muncul adalah bahwa pembuatan surat wasiat

merupakan suatu tindakan hukum & tindakan ini harus dituangkan kedalam bentuk tertentu terhadap

bentuk tindakan hukum dikuasai oleh pasal 18 AB yang menentukan bahwa hukum yang berlaku

adalah hukum ditempat dilakukanya tindakan dalam hal ini hukum asing hukum asing yang akan

diterapkan itu missal menetapkan menentukan syarat2 yang lebih ringan. Cara2pembuatan surat

wasiat umpamanya hukum asing itu menetapkan sudah memenuhi syarat jika surat wasiat itu ditulis

di selembar kertas begitu sajaSedangkan menurut hukum kita hal tersebut kurang menjamin

kepastian hukum, pada hal menurut BW kita untuk pembuatan surat wasiat didalam negeri ada 3

kemungkinan ( pasal 931 BW ) Olografis Akte Umum atau Akte RahasiaJadi kalau syarat di LN

lebih ringan maka hal ini akan membahayakan kepentingan ahli waris & kepastian hukum menurut

hukum kitakarena itu lalu diadakan pencegahan dengan jalan membuat ketentuan yang

dicantumkan dalam pasal 945 sub 1 BW yang isinya“bahwa seorang wni yang berada di LN tidak

diperbolehkan membuat surat wasiat melainkan dengan akta otentik ( Ketentuan penunjuknya ) &

dengan mengindahkan tertib cara yang lazim dinegara mana surat itu dibuat”.

Page 3: HPI

HPI – BURAHIM ESDEJadi apapun isinya ketentuan asing itu surat wasiat itu mutlak harus dibuat

dalam bentuk otentik hanya saja formalitas2 yang harus dipenuhi ialah ketentuan2 yng berlaku

dinegara yang bersangkutan umpamanya dinegara kita harus dimuka NOTARIS & DI LN umpamanya

dimuka hakim. Ketentuan pasal 945 SUB 1 BW ini merupakan Penerobosan dari pasal 18

AB dimana menurut pasal 18 AB surat wasiat itu harus dibuat menurut hukum yang berlaku ditempat

pembuatan surat wasiat ternyata tidak diindahkan atau tidak dikerjakan atau tidak dilakukan karena

tentang bentuk ini sudah ditentukan sendiri olehpasal 945 SUB 1 BW tersebut diatas sebaliknya tidak

pula bersamaan dengan ketentuan interen seperti yang ditentukan didalam pasal 931 BW ketentuan

demikian inilah yang dinamakan ketentuan mandiri

Berdasarkan uraian diatas dapatlah disumpulkan bahwa ketentuan mandiri itu mempunyai

sifat2 sbb1.   Menentukan sendiri hukum yang harus diperlukan 2.   Tidak mengindahkan ketentuan

asing yang mungkin ada mengenai materi yang diatur3.   Tidak serupa atau mirip atau identik dengan

ketentuan interen

HPI Terdiri Dari            :1.   Ketentuan menunjuk2.   Ketentuan mandiri

Pasal 945 SUB 1 BW tersebut mengandung kedua ketentuan dimaksud yaitu harus dengan akta

otentik       ( ketentuan mandiri ) & formalitas menurut hukum ditempat pembuatanya ( ketentuan

penunjuk ).Contoh : Keduanya pasal 945 SUB 1 BW

Sumber HPI Secara UmumSumber HPI sama dengan sumber hukum nasional karena dia

merupakan bagian & sumber hukum nasional yaitu   :-     Tertulis = mutlak = UU = sifatnya samar &

tidak global-     Tidak tertuils = kebiasaan, yurisprudensiSumber yang terutama HPI dari yurisprudensi

Sumber HPI  sama dengan sumber hukum nasional karena HPI merupakan bagian dri hukum

nasionalSumber utama HPI adalah pada kebiasaan & yurisprudensi sedangkan UU ( Hukum

tertulis ) sedikit sekali oleh karena sumber tertulis HPI sedikit sekali maka hakim sering

menghadapi kekosongan hukum sesuai dengan pasal 22 AB yang menyatakan bahwa hakim yang

menolak mengadili suatu perkara dengan alasan tidak ada UU / aturan2   maka dapat dituntut untuk itu

hakim akan mencarinya pada kebiasaan atau yurisprudensi kalau dalam kedua kas tersebut diatas

( kebiasaan, yurisprudensi ) masih belum ditemukan maka ia akan menciptakan hukum

sendiri dengan kata lain hakimnya disebut menemukan hukum artinya hakim itu aktif & kreatifitas

v  Hukum Dalam Memberi Keputusan Kalau Salah Tidak Akan Dituntut Tapi Kariernya

HancurKebiasaan yurisprudensi juga tercantum dalam pasal 1 BW Swiss yang menyatakan bila

terdapat kekosongan dalam per uu an hakim mencari dalam kebiasaan yurisprudensi kalu tidak ada

ia mencari dari p[endapat2 ahli / doktrin kalu disinipun ( doktrin ) tidak ada ditemukan maka ia

menghayalkan diri sebagai pembuat uu

Pada Statuta Mahkamah Internasional ( Internasional Court Of Justice ) Pasal 38 Menyatakan

The Court Shau Applya.   International Convension ( Convensi2 Internasional )     

Ketentuan2 dalam konvensi internasionalb.   International customc.   General principles of law     

Prinsip2 umum tentang hukumd.   Yudicial and the leaching of the most highly qualitied publicisty

yuris prudensi & doktrin

Sumber HPI IndonesiaDapat digolongkan atas 2 masa yaitu1.   Masa sebelum tahun 1945 .Sumber

HPI Indonasia (HINDIA Belanda)      yaitu:      –     Pasal 16 AB, 17 AB, 18 AB       –     Pasal 131 IS

dan 163 IS 2.  Masa setelah tahun 1945 ( Setelah Indonesia merdeka )      a.   Pasal 16 AB, 17 AB,

18 AB      b.   UU kewarganegaraan RI yaitu UU no 62 / 1958      c.   UU no 5 tahun 1960, UU pokok

agraria            dalam uu ini ada 2 pasal yang menyangkut dengan HPI1.   Pasal 9 ayat 1      Yang

menyatakan bahwa hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hubungan sepenuhnya

dengan bumi, air,ruang angkasa dalam batas2 ketentuan pasal 1 & 2 dengan ketentuan tersebut

orang asing atau badan hukum asing tidak boleh memiliki tanah di Indonesia kepada mereka hanya

Page 4: HPI

diberi hak guna bangunan & hak guna usaha & hak pakai & hak lainya kecuali hak milik Kalau orang

asing bisa mempunyai hak milik berarti ada negara dalam negara2.   Pasal 1 ayat 1 menyatakan

seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu

sebagai bangsa indonesiad.   UU penanman modal asing uu no 1 / 67 = berkaitan dengan HPI e.  

UU penanaman modal dalam negara uu no 6 / 68

Teori2 Tentang KualifikasiDalam setiap proses pengambilan keputusan hukum tindakan kualifikasi

merupakan tindakan yang praktis & selalu dilakukan alasanya dengan kualifikasi orang mencoba

menata sekumpulan fakta yang dihadapi mendeteksi serta menempatkanya kedalam suatu kategori

atau kelompok atau ukuran tertentuDalam HPI masalah kualifikasi ini lebih penting artinya sebab

dalam perkara HPI orang selalu menghadapi kemungkinan pemberlakuan lebih dari satu sistim

hukum untuk mengatur sekumpulan fakta tertentu kenyatan ini menimbulkan masalh utama yaitu

dalam suatu perkara HPI tindakan kualifikasi harus dilakukan berdasarkan sistim hukum mana atau

berdasarkan sistim hukum pap diantara berbagai sistim hukum yang relevanDalam HPI dikenal

dengan 2 jenis kualifikasi yaitu                   :1.   Kualifikasi Hukum ( Classification Of

Law )Penggolongan seluruh kaidah hukum kedalam kelompok hukum tertentu yang telah ditetapkan

hukum sebelumnya2.   Kualifikasi Fakta ( Classification Of Facts )Kualifikasi yang dilakukan

terhadap sekumpulan fakta dalam suatu peristiwa hukum untuk ditetapkan menjadi satu atau lebih

peristiwa hukum berdasarkan kategori hukum & kaidah2 hukum dari sistim hukum yang dianggap

seharusnya berlaku 

Kualifikasi fakta ini dilakukan dengan mengikuti langkah sbb  :Sekumpulan fakta yang sudah

dikodifikasikan yang ada dalam suatu perkara dimasukan kedalam kelompok hukum yang ada

kualifikasi sekumpulan fakta tersebut kedalam ketentuan hukum yang seharusnya diberlakukan

kualifikasi dalam HPI lebih rumit dibandingkann dengan kualifikasi dalam persoalan 2 hukum intern

v  Hal2 Yang Menyebabkan Rumitnya Kualifikasi Dalam HPI adalah1.   Berbagai sistim hukum

yang ada didunia ini mengunakan istilah ( terminology ) yang sama tetapi untuk menyatakan hal yang

berbeda            Contoh : Istilah domisilii berdasarkan hukum Indonesia artinya tempat kediaman

tetap, tetapi domisili dalam pengertian hukum inggris berarti tempat kelahiran atau tanah air2.  

Berbagai sistim hukum mengenal lembaga hukum tertentu tetapi tidak dikenal pada system hukum

lain   secara ringkas contoh adopsi    Dalam perdata hukum berat tidak dikenal yang mengenal adopsi

adalah orang tiongha, alasan karena bagi orang tiongha adalah kalau menyembah dewanya yang

akan diterima adalah doa anak laki2 sehingga kalau orang tidak mempunyai anak laki2 maka

mengadopsi anakContoh : lembaga pengangkatan anak yang dikenal atau yang terdapat dalam

hukum tiongha tetapi dalam BW tidak ada3.   Berbagai sistim hukum menyelesaikanperkara2hukum

yang secara factual pada dasarnya sama tetapi dengan mengunakan kelompok hukum yang berbeda

beda            Contoh :      Seorang janda yang menuntut hasil sebidang tanah warisan suaminya, dari

sistim hukum perancis hal ini dikategorikan kedalam masalah warisan tetapi menurut sistim hukum

inggris hal ini termasuk kedalam persoalan hak janda menuntut bagianya dari harta perkawinan

1. Berbagai sistim hukum mensyaratkan sekumpulan fakta yang berbeda untuk menetapkan

adanya suatu peristiwa hukum yang pada dasarnya sama

Contoh  :Masalah peralihan hak milik menurut hukum perancis misalnya hak milik telah dianggap

beralih setelah adanya kata sepakat sedangkan menurut hukum belanda hak milik baru beralih

setelah benda diterima oleh pembeli5.   Berbagai sistim hukum menempuh prosedur yang berbeda

untuk menentukan hasil atau status hukum yang pada dasarnya sama      Contoh :      Suatu

perjanjian baru mengikat bila perjanjian itu dibuat secara bilateral sedangkan menurut hukum belanda

/ Indonesia perjanjian itu adalah juga sah kalau [erjanjian tersebut adalah perjanjian sepihak atau

tidak bilateralSc jadi Indonesia mengenal perjanjian sepihak & perjanjian bilateral -     Perjanjian

Page 5: HPI

sepihak adalah penghibahan-     Perjanjian bilateral didalamnya terdapat hak & kewajiban

Dari kelima hal tersebut diatas kalau disimpulkan dapat dijadikan 2 masalah uatam yaitu         :

1.   Kualifikasi dalam HPI masalahnya adalah kesulitan untuk menentukan kedalam kategori apa

sekumpulan fakta dalam perkara harus digolongkan

2.   Apa yang harus dilakukan bila dalam suatu perkara tersangkut lebih dari satu sistim hukum &

masing2menetapkan cara kualifikasi yang berbeda ( konflik kualifikasi )

Masal utama yang dihadapi oleh HPI adalah berdasarkan sistim hukum apa kualifikasi dalam suatau

perkara HPI harus dilakukanhttp://contohsoalsurat.com/hpi-hukum-perdata-internasion BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMakalah ini akan membahas mengenai Hukum Perdata Internasional dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembahasannya. Diantaranya adalah defenisi, sejarah, seumber-sumber Hukum Perdata Internasional dan beberapa hal lagi yang akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan. Pada hakekatnya setiap negara yang berdaulat, memiliki hukum atau aturan yang kokoh dan mengikat pada seluruh perangkat yang ada didalamnya. Seperti pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki mainstream Hukum Positif untuk mengatur warga negaranya. Salah satu hukum positif yang ada di Indonesia adalah Hukum Perdata Internasional yang nantinya akan dibahas lebih detail.Permasalahan mengenai keperdataan yang mengkaitkan antara unsur-unsur internasional pada era globalisasi saat sekarang ini cukup berkembang pesat. Aktor non-negara dan aktor individu mempunyai peran yang sangat dominan. Pada saat sekarang ini berbagai perusahaan-perusahaan multi nasional (Multi National Corporation) baik yang berorientasi pada keuntungan atau yang tidak berorientasi pada keuntungan hilir mudik melintasi batas territorial suatu negara untuk melakukan transaksi perdagangan, kerjasama, memecahkan permasalahan, riset dan berbagai kegiatan lainnya. Begitu juga dengan aktor individu, mereka-mereka yang mempunyai uang lebih atau ingin mencari uang lebih keluar masuk dari satu negara ke negara lain dengan proses yang begitu cepat. Terjadinya perkawinan dua warga negara yang berbeda, mempunyai keturunan disuatu negara, mempunyai harta warisan dan lain sebagainya. Inilah sebuah konsekwensi dari sebuah globalisasi, tak bisa dihindari, akan tetapi inilah sebuah kebutuhan dan merupakan sifat dasar umat manusia.   Masalah-masalah keperdataan diatas diperlukan sebuah wadah untuk dapat menjadi acuan dan rujukan bertindak dari aktor-aktor tersebut. Wadah tersebut diperlukan agar dunia yang ditempati ini tidak didasari dengan hukum rimba, yang kuat menang dan yang lemah akan tersingkir, secara arti luas yang kaya akan menjadi semakin kaya dan yang miskin akan bertambah miskin. Keperluan-keperuan akan suatu hal untuk mengatur permaslahan-permasalahan diataslah menjadikan hukum tentang keperdataan perlu diatur dalam sutau kerangka-kerangka hukum positif.   B. Rumusan MasalahPenulisan makalah ini diarahkan untuk mendapatkan pemahaman mengenai beberapa hal yang menjadi fokus penulisan makalah, yaitu:   1. Apakah yang dimaksud dengan Hukum Perdata Internasional?

Page 6: HPI

2. Apa saja pembahasan penting yang berkaitan dengan Hukum Perdata Internasional?

C. Tujuan PenulisanPenelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas bagi mahasiswa dan masyarakat mengenai Hukum Perdata Internasional. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi yang berguna dalam memperluas ilmu pengetahuan dan menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian dengan objek yang sama, terutama mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. Tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:1. Menjelaskan mengenai defenisi dan sejarah Hukum Perdata Internasional.2. Menjelaskan mengenai pembahasan apa saja yang berkaitan dengan Hukum Perdata Internasional.

D. Teknik Pengumpulan DataPenulisan ini menggunakan data-data sekunder. Sumber data yang digunakan adalah buku-buku mengenai Hukum Perdata Internasional, serta materi-materi yang mendukung tulisan ini. Sumber-sumber tersebut didapatkan melalui studi literatur termasuk akses data melalui internet. Akses internet dilakukan dengan selektif melalui alamat situs yang kredibilitasnya dapat dipercaya. Data yang telah didapatkan, kemudian akan dipilih sesuai dengan tema makalah.  

E. Sistematika PenulisanUntuk mewujudkan sebuah makalah yang sistematis dan menarik untuk dicermati, maka system penulisan pada bab-bab berikutnya akan tercermin pada poin-poin sebagai berikut:1. Di dalam bab I, akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, pembatasan masalah, teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan.   2. Di dalam bab II, akan dibahas mengenai sejarah perkembangan Hukum Perdata Internasional, defenisi Hukum Perdata Internasional, sumber-sumber Hukum Perdata Internasional, hubungan Hukum Perdata Internasional dengan bidang hukum lain, titik pertalian/ titik taut, prinsip domisili/kewarganegaraan, renvoi, ketertibam umum dan penyelundupan hukum, pilihan hukum, dan pemakaian hukum asing3. Di dalam bab III, akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan pembahasan masalah dalam bab II.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Hukup Perdata Internasional

Pada tahap I dikenal istilah Pretor Peregrinis, yaitu peradilan bagi warga romawi dengan orang luar dan orang luar romawi dengan orang romawi. Hukum yang digunakan adalah

Page 7: HPI

Ius Civile, yaitu hukum yang berlaku bagi warga Romawi, yang sudah disesuaikan untuk kepentingan orang luar atau dikenal dengan Ius Gentium. Yang dimaksud dengan Ius Gentium adalah hukum yang berlaku antara orang Romawi dan bukan Romawi. Ius Gentium kemudian berkembang lagi menjadi Ius Publicum dan Ius Privatum. Ius Publicum inilah yang berkembang sekarang ini menjadi Hukum Internasional, sedangkan Ius Privatum berkembang menjadi Hukum Perdata Internasional (HPI).Tahap II pertumbuhan asas personal HPI (abad 6-10 sesudah masehi), pada masa ini merupakan masa dimana kekaisaran romawi ditaklukkan oleh orang “barbar”, sehingga ius civile tidak berguna, yang dipergunakan adalah asas personal dan hukum agama (tribal laws). Kemudian pada masa ini juga tumbuh beberapa kaedah HPI yang didasarkan pada asas personal yang diuraikan sebagai berikut:1) Dalam sengketa hukum: hukum pihak tergugat2) Dalam perjanjian: huku personal masing-masing pihak3) Pewarisan: hukum dari transferor (yang mewariskan)4) Peralihan hak milik: hukum dari transferor5) Perbuatan melawan hukum: hukum dari pihak yang melanggar hukum6) Perkawinan: hukum suamiTahap III sejarah perkembangan HPI adalah tahap pertumbuhan asas teritorial (abad 11-12 sesudah masehi). Setelah mealui masa 300 tahun pertumbuhan asas personal semakin sulit dipertahankan mengingat terjadinya transformasi dalam masyarakat sehingga keterikatan lebih didasarkan pada kesamaan wilayah tempat tinggal (teritorial). Proses transformasi terjadi di dua kawasan Eropa dengan perbedaan yang mencolok. Di Eropa Utara (Jerman, Perancis, Inggri), masyarakata berada di bawah kekuasaan tuan tanah (feodalistik) dan tidak terdapat tempat bagi pengakuan terhadap kaidah hukum asing (HPI). Sedangkan di Eropa Selatan (Italia, Milan, Bologna), merupakan kota perdagangan dan perselisihan yang ada di antara pedagang yang berasal dari luar diselesaikan dengan kaedah HPI.   Kemudian masih pada tahap III ini, diletakkan dasar bagi HPI modern dengan prinsip teritorial. Lex Rei Sitae (Lex Situs), yaitu perkara tentang benda tidak bergerak dimana hukum yang digunakan adalah hukum dimaan benda tersebut berada. Lex Dominicili, mengatur tentang hak dan kewajiban dimana hukum yang digunakan adalah hukum dari tempat seorang berkediaman. Lex Contractus, mengatur tentang perjanjian-perjanjian hukum yang berlaku yaitu hukum dari tempat perbuatan perjanjianTahap IV, pada tahap ini terjadi pertumbuahn Teori Statuta (abad 13-15 sesudah masehi). Tingginya intensitas perdagangan di italia menimbulkan persoalan tentang pengakuan hak asing dalam wilayah suatu kota. Asas teritorial tidak dapat menjawab semua masalah yang timbul, sehingga dibutuhkan adanya ketentuan hukum (statuta). Pencetus Teori Statuta adalah Bartlus (Bapak HPI), yang menyatakan bahwa upaya yang dilakukan menetapakan asas-asas untuk menentukan wilayah berlaku setiap aturan hukum (statuta). Dalam teori statuta terdapat istilah Statuta personalia, yaitu mengenai kedudukan hukum/ status personal orang. Berlaku terhadap warga kota yang berkediaman tetap, melekat dan berlaku atas mereka dimanapun mereka berada. Kemudian juga dikenal istilah Statuta Realia yang berlaku di dalam wilayah kekuasaan penguasa koa yang memberlakukannya dan terhadap siapapun yang datang ke kota tersebut. Selain itu juga ada Statuta Mixta yang berlaku di dalam wilayah kekuasaan penguasa kota yang memberlakukannya dan terhadap siapapun yang datang ke kota

Page 8: HPI

tersebut.

B. Defenisi Hukum Perdata InternasionalMenurut Van Brakel dalam buku “Grond en beginselen van nederland internationaal privatrecht” menyatakan bahwa internationaal privatrecht is a national recht voor internationale recht verhouding geschreven. Maksudnya bahwa HPI adalah hukum nasional yang ditulis (diadakan) untuk hubungan-hubungan hukum internasional. Sedangkan menurut Prof. DR. S. Gautama. S.H. HPI adalah keseluruhan peraturan atau keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku, atau apakah yang merupakan hukum jika hubungan-hubungan atau peristiwa antar warga negara pada suatu waktu tertentu memperlihatkan titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah dari dua atau lebih negara yang berbeda dalam lingkungan kuasa, tempat, pribadi dan soal-soal.Berdasarkan pendapat kedua ahlil tersebut, dapat disimpulkan bahwa HPI adalah hukum nasional, bukanlah hukum internasional. Sumber hukum HPI adalah hukum nasional dan yang internasional adalah hubungan-hubungan atau peristiwa-peristiwanya. Contohnya adalah kasus pernikahan antar warga negara satu dengan warga negara lain. Masalah-masalah pokok yang dibahas dalam HPI adalah sebagai berikut:1) Hakim/ badan hukum peradilan manakah yang berwenang menyelesaikan perkara-perkara hukum yang mengandung unsur asing. (chioce of yuridiction) merupakan hukum acara dalam HPI2) Hukum manakah yang akan dipergunakan untuk menyelesaikan maasalah HPI (the appropriate legal system)3) Sejauh mana suatu peradilan harus memperahatikan dan mengakui putusan hukum asing (recognition of foreign judgements)Luas lingkup HPI menurut negara yang pertama, HPI merupakan Rechtstoepassingrecht/ choice of law (paling sempit). Artinya, istilah HPI terbatas pada masalah-masalah hukum mana yang diberlakukan. Contoh: negara Jerman, negara Nederland. Kedua, HPI adalah choice of law + choice of juridiction (lebih luas). Maksudnya, mengenai hukum mana yang berlaku ditambah dengan kompetensi wewenang hakim untuk mengadili perkara yang bersangkutan. Contoh: negara Anglo Saxon, Inggris, dan Amerika Serikat. Ketiga, HPI merupakan choice of law + chioce of juridiction + condition des estranges (lebih luas). Maknanya, mengenai hukum mana yang berlaku + kompetensi wewenang hakim + status orang asing. Contoh: Italia dan Spanyol. Keempat, HPI adalah choice of law + chioce of juridiction + condition des estranges + natonalite (terluas). Artinya, mengenai hukum mana yang berlaku + kompetensi wewenang hakim + status orang asing + kewarganegaraan. Contoh: Perancis.

C. Sumber-sumber Hukum Perdata InternasionalSumber hukum terbagi atas sumber hukum materil dan formil. Sumber hukum materil, dalam pengertian dasar berlakunya hukum apa atau sebabnya hukum mengikat dan biasanya terletak di luar bidang hukum. Sedangkan sumber hukum formil, dalam pengertian dimana terdapatnya ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang persoalan yang konkrit dalam bentuk tertulis. Di Indonesia HPI belum terkodifikasi,

Page 9: HPI

karena itu masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan sebagai berikut: Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia, Undang-undang pokok Agraria, Undang-undang penanaman modal asing, dan Undang-undang penanaman modal dalam negeri. Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia no.62 tahun 1958, diatur dalam pasal 1 undang-undang kewarganegaraan bahwa kewarganegaraan diperoleh dengan kelahiran, yaitu:1) Karena kelahiran dari seseorang warga negara Indonesia, jadi berdasarkan keturunan (pasal 1 ayat a, c, e)2) Berdasarkan kelahiran di wilayah Republik Indonesia jika masih dipenuhi syarat-syarat (pasal 1 ayat f, g, h)Dalam undang-undang juga diatur siapa saja yang menjadi warganegara:1) Mereka yang menjadi Warga Negara Indonesia berdasarkan undang-unadng/ peraturan/ perjanjian yang terlebih dahulu berlaku2) Menentukan syarat-syarat tertentu yang ditetapkan dalam undang-undanga. Pada waktu lahir, mempunyai hubungan kekeluargaan dengans eorang warga negara Indonesiab. Lahir dalam waktu 200 hari setelah ayahnya meninggal dunia dan ayahnya adalah warga negara Indonesiac. Lahir dalam wilayah Republik Indonesia selama orang tua tidak diketahuid. Memperoleh kewarganegaraan menurut undang-undang no. 62 tahun 1958Undang-undang pokok agraria (undang-undang no. 5 tahun 1960), diatur dalam pasal 1 undang-undang pokok agraria, yaitu seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bengsa Indonesia. Pasal 9, hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi, air, dan ruang angkasa. Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa: Hak milik atas tanah, hanya warganegara Indonesia yang boleh memiliki milik atas tanah sedangkan orang asing tidak diperbolehkan mempunyai hak milik atas tanah. Hak pasal 55:2, badan hukum asing hanya dapat memperoleh hak guna usaha dan hak guna bangunan jika diperbolehkan oleh undang-undang yang mengatur pembangunan nasional.Undang-undang penanaman modal asing (undang-undang no.1 tahun 1967), diatur dalam pasal 2 undang-undang modal asing dapat berupa:1) Milik orang asing, modal asing sebagai milik orang asing, merupakan milik warga negara asing yang dimasikkan dari luar negeri kedalam wilayah Indonesia2) Dapat merupakan milik badan hukum asing yang menjadikan modal badan hukum Indonesia, maksud badan hukum Indonesia:a. Badan hukum menurut hukum Indonesiab. Berkedudukan di IndonesiaDalam undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) unsur asing juga diperhatikan sehingga undang-undang ini juga merupakan sumber HPI. Undang-undang penanaman modal dalam negeri (undang-undang no. 6 tahun 1968), diatur dalam pasal 1 undang-undang PMDN yaitu:“Modal dalam negeri adalah bagian dari pada kekayaan masyaraka tIndonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki negara atau swasta nasional atau swasta asing berdomisili di Indonesia yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha...”1) Pasal (2): pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri terdirid dari perorangand

Page 10: HPI

an badan hukum yang berlaku di Indonesia2) Dalam undang-undang PMDN unsur asing juga diperhatikan sehingga undang-undang ini juga merupakan sumbar HPI

D. Hubungan Hukum Perdata Internasional dengan Bidang Hukum LainHubungan HPI dengan hukum antar golongan (HAG), adalah bahwa hukum mana yang digunakan terhadap peristiwa antar warga negara pada waktu tertentu yang berbeda golongan. HAG tidak banyak terdapat di negara-negara yang sudah merdeka, hanya pada negara jajahan dan bekas jajahan. Istilah golongan menunjukkan adanya perbedaan hukum karena golongan rakyat yang berbeda, pribadi yang berbeda, orang dan golongan yang berbeda. Ruang lingkup HAG pada masa penjajahan bersifat nasional mengatur hukum antar ras, antar suku bangsa, dan antar golongan etnis. Kemudian, pada alam kemerdekaan sifat nasional berganti menjadi internasional. Persoalan HAG bergeser menjadi persoalan HPI dengan ruang lingkup hubungan warganegara antar negara. Selain itu, hubungan HPI dengan Hukum Internsional adalah sebagai berikut:1) HPI akan berkembang sesuai dan sejalan dengan ramainya pergaulan internasional terutama dibidang pergaulan internasioanl. Karena itu kaedah-kaedah HPI tidak boleh bertentangan dengan kaedah hukum internasional yang berlaku2) Oleh karena itu HPI menyangkut pergaulan internasional maka bentuk dan isi kaedah-kaedahnya akan terpengaruh oleh corak dan kebutuhan masyarakat internasional dari masa-kemasa3) Akibat lain dari keharusan HPI untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan suasana masyarakat internasional adalah adanya keharusan kerjasama internasional melalui organisasi internasional4) Adanya kebutuhan kerjasama yang lebih erat antara bangsa sedunia, mengaibatkan banyaknya perjanian internasional sehingga kaedah HPI juga semakin banyak5) Peran pemerintahdalam kehidupan pribadi, sehingga yang merupakan privat berlaku dalam hukum publik. Misal: berlakunya asas hukum perdata rebus sic stantibus dalam hukum publik internasional6) Hukum internsional membutuhkan HPI agar kaedah-kaedahnya benar-benar berlaku dan ditegaskan dalam lingkungan kekuasaan negara-negara nasionalHubungan HPI dengan perbandingan hukum dapat dilihat dari bagan berikut:

E. Titik Pertalian/ Titik TautPengertian mengenai titik taut ini berbeda di beberapa negara, misalnya Belanda: Connecting Factor, point of contact, test of factor. Perancis: Points de Rettachment. Dan Jerman: Anknupfunspunkte. Hal atau keadaan yang menyebabkan berlakunya stelsel hukum atau fakta di dalam suatu peristiwa HPI yang menunjukkan pertautan antara perkara itu dengan suatu negara tertentu. Titik taut terbagi menjadi dua yaitu: Primer, merupakan alat perantara untuk mengetahui apakah sesuatu perselisihan hukum merupakan soal HPI atau tidak. Sekunder, merupakan faktor yang menentukan hukum yang dipilih dari stelsel hukum yang dipertautkan.   Banyak sekali yang merupakan titik pertalian sekunder, berikut akan dilihat secara keseluruhan titik pertalian sekunder (TPP) dan titik pertalian sekunder (TPS dan Titik

Page 11: HPI

pertalian lain, sekaligus daapt dilihat bahwa ada faktor-faktor dan hal-hal yang sekaligus dapat merupakan TPP dan TPS. Titik pertalian yang lain adalah sebagai berikut:1) Tempat letaknya benda2) Tempat dilangsungkan perbuatan hukum (lex Loci Actus)3) Tempat dilaksanakan perjanjian (lex loci solutionis)4) Tempat terjadinya perbuatan melawan hukum5) Maksud para pihak6) Tempat diajukan proses perkaraTitik pertalian primer merupakan alat pertama bagi hakim untuk mengetahui suatu persoalan hukum merupakan suatu HATAH hal ini kita lihat dalam HAG TPP disebut juga titik taut pembeda.   1) Kewarganegaraan, kewarganegaraan para pihak dapat, merupakan faktor yang melahirkan HPI. Contoh: seorang warga negra indonesia menikah dengan warga negara amerika serikat, adlam hal ini kewarganegaraan pihak yang bersangkutan merupakan faktor bahwa stelsel Hukum negara tertentu dipertautkan.   2) Bendera kapal, dianggap sebagai kewarganegaraan pada seseorang. Dapat menimbulkan persoalan HPI, contoh: sebuah kapal berbendera indonesia, sedangkan nahkodanya berkewarganegaraan amerika seriakt, maka segala tindakan hukum diatas kapal tersebut menggunakan hukum indonesia3) Domisili/ tempat kejadian, dapat merupakan faktor yang menimbulkan persoalan HPI. Contoh: warga negara inggris (a) berdomisili di negara x, menikah dengan warga negara Inggris (b) berdomisili di negara y, karena domisilinya berbeda maka menimbulkan masalah HPI4) Tempat kedudukan, tempat kedudukan juga sangat penting untuk suatu badan hukum karena tempat kedudukan badan hukum ini juga melahirkankaidah hukum5) Pilihan Hukum, pilihan hukum dapat menciptakan hubungan HPI. Contoh: seorang pedagang warga negara indonesia dan pedagang jepang menetapkan dalam perjanjian mereka bahwa dalam perjanjian dagang, mereka bahwa Hukum Indonesia yang akan berlaku.Perincian titik pertalian lebih lanjut adalah sebagai berikut:1) Titik pertalian kumulatifa. Kumulatif hukum sendiri dan hukum asingb. Kumulatif dari dua stelsel hukum yang kebetulan2) Titik pertalian alternatif3) Titik pertalian pengganti4) Titik pertalian tambahan5) Titik pertalian accesoir (lebih lanjut)Pertama, titik pertalian Kumulasi, terdapat kumulasi (penumpukan) daripada titik pertalian yaitu kumulasi adri pada hukum sendiri dan hukum asing, dan kumulasi dari dua stelsel hukum yang kebetulan. Kedua, titik pertalian Alternatif, terdapat lebih dari satu titik pertalian yang dapat menentukan hukum yang berlaku. Salah satu daripada dua atau lebih faktor ini daapt merupakan faktor yang berlaku. Karena itu disebut titik pertalian alternatif. Ketiga, titik pertalain pengganti, titik taut yang digunakan bila titik taut yang sebenarnya tidak terdapat terkait dengan titik pertalian alternatif. Keempat, titik pertalian accesoir, perincian lebih jauh adalah yang dinamakan titik pertalian accesoir. Penempatan suatu hubungan hukum dibawah satu stelsel hukum yang sudah berlaku

Page 12: HPI

yang lebih utama. Contoh: perjanjian reasuransi ditentukan oleh hukum yang mengatur asuransi pokok.

F. Prinsip Domisili/KewarganegaraanUntuk menentukan status personil seseorang, negara-negara di dunia menganut dua prinsip. Pertama, Prinsip kewarganegaraan. Yaitu status personil orang (baik warganegara maupun asing) ditentukan oleh hukum nasional mereka. Kedua, Prinsip domisili. Yaitu status personil seseorang ditentukan oleh hukum yang berlaku di domisilinya. Dalam hal ini terdapat istilah Pro kewarganegaraan, yang akan diterangkan sebagai berikut:1) Prinsip ini cocok untuk perasaan hukum nasional dari warganegara tertentu , lebih cocok lagi bagi warga negara yang bersangkutan2) Lebih permanen dari hukum domisili, karena prinsip kewarganegaraan lebih tetap dari pada prinsip domisili dimana kewarganegaraan tidak demikian mudah diubah-ubah seperti domiili, sedangkan status personil memerlukan stabilitas sebanyak mungkin3) Prinsip kewarganegaraan membawa kepastian lebih banyak:a. pengertian kewarganegaraan lebih mudah diketahuidaripada domisili seseorang, arena adanya peraturan tentang kewarganegaraan yang lebih pasti adri negara yang bersangkutanb. Ditetapkan cara-cara memperoleh kewarganegaraan suatu negaraSelain itu, juga terdapat istilah Pro domisili. Hukum domisili adalah hukum yang bersangkutan sesungguhnya hidup, dimana seseorang sehari-hari sesungguhnya hidup, sudah sewajarnya jika hukum dari tempat itulah yang dipakai untuk menentukan status personilnya. Prinsip kewarganegaraan seringkali emerlukan bantuan domisili. Seringkali ternyata prinsip kewarganegaraan tidak dapat dilaksanakan dengan baik tanpa dibantu prinsip-prinsip domisili. Contoh: apabila terdapat perbedaan kewarganegaraan dalam satu keluarga dimana suami istri berbeda, kewaganegaraan anak-anak bisa punya kewarganegaraan berbeda tergantung domisili (terutama setelah perceraian). Hukum domisili seringkali sama dengan hukum sang hakim. Dalam banyak hal, hukum domisili ini juga bersamaan adanya dengan hukum sang hakim. Cocok dengan negara dengan pluralisme hukum. Hukum domisili adalah satu-satunya yang dapat dipergunakan dengan baik dalam negara yang struktr hkumnya tidak mengeal persatuan hukum. Domisili menolong dimana prinsip kewarganegaraan tidak dapat dilaksanakanNegara-negara dengan prinsip kewarganegaraan/domisili dapat dilihat dalam tabel:KEWARGANEGARAAN DOMISILIPerancis, belgia, luxemburg, monaco, belanda, rumania, finlandia, jerman, yunani, hungaria, montenegro, polandia, portugal, spanyol, swedia, turki, iran, tiongkok, jepang, kostarika, republik dominika, equador, haiti, honduras, mexico, panama, venezuela Semua negara-negara inggris yang menganut “common law”, scotlandia, afrika selatan, quebec, denmark, norwegia, iceland, negara-negara amerika latin, argentina, brazilia, guatemala, nicaragua, paraguay, peru

Prinsip umum tentang kewarganegaraan adalah pertama, Asas kelahiran (ius soli), yaitu kewarganegaraan seseorang ditentkan oleh tempat kelahiran. Contoh: Ad1. orang tua Y melahirkan di wilayah X, anak berkewarganegaraan X. Kedua, Asas keturunan (ius sanguins), kewarganegaraan berdasarkan kketurunan daripada orang yang

Page 13: HPI

bersangkutan. Contoh: Ad2. orang tua Y melahirkan di wilayah X, anak berkewarganegaran Y. Mengenai kewarganegaraan di Indonesia, berdasarkan undang-unadang, kewarganegaraan menggunakan prinsip nasionalitas. Diatur dalam pasal 1 udang-undang kewarganegaraan, kewarganegaraan diperoleh dengan kelahiran yaitu: Karena kelahiran dari seseorang warga negara indonesia, jadi berdasarkan keturunan (pasal 1 ayat a, c, e), dan berdasarkan kelahiran di wilayah republik indonesia jika masih dipenuhi lain syarat-syarat (pasal 1 ayat f, g, h). Dapat juga dengan domisili di wilayah Indonesia dengan memenuhi syarat-syarat yang ada.Dwi kewarganegaraan (bipartide) adalah orang dapat meiliki dua kewarganegaraan (bipatride) atau lebih dari dua kewarganegaraan. Bipartide timbul karena dianutnya berbagai asas yang berbeda dalam peraturan kewarganegaraan. Apabila suatu negara menganut asas kelahiran dan negara lain menganut asas keturunan. Contoh: orang tau A cina (ius sanguins) (tinggal di indonesia lebih dari 20 tahun) maka menurut undang-undang kewarganegaraan dianggap sebagai warganegara melahirkan di indonesia, maka anaknya punya dua kewarganegaraan. Cara mencegah bipartide dapat dilakukan dengan melakukan perjanjian bilateral, misalnya antara indonesia dengan cina. Undang-undang no.2 tahun 1958 dimana dalam waktu 20 hari sejak (20-1-1960 s/d 10-1-1962) orang yang berstatus dwi kewarganegaraan harus memilih salah satu dan melepaskan yang lain.Apartide adalah orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan. Contoh: terjadinya pencabutan kewarganegaraan, kelahiran anak dengan orang tua ius solli di negara ius sangins. Apartide dapat terjadi karena orang tua menganut ius solli, melahirkan anak do negara yang menagnut ius sanguins, maka anak yang dilahirkan apartide. Cara mencegah dapat dilakukan dengan mengguakan titik taut pengganti untuk menentukan kewarganegaraan yang digunakan sebagai faktor yang menentukan hukum yang harus diperlukan. Pemakaian hukum domisili atau kediaman, dan pemakaian kewarganegaraan terakhir.

G. RenvoiMasalah renvoi timbul karena adanya aneka warna sistem HPI sehingga tak ada keseragaman cara-cara menyelesaikan masalah-masalah HPI. Salah satu persoalan penting berkenaan dengan status personil yang ditentkan berdasarka prinsip domisili dan nasionalitas. Berhubungan dengan adanya dua sistem ini maka timbullah masalah renvoi. Renvoi adalah penunjukan oleh kaidah-kaidah HPI dari suatu sistem hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah HPI lex fori. Renvoi terjadi pada gesamtverweisung yaitu apabila kaidah lex fori menunjuk ke arah suatu sistem asing, dalam arti keseluruhan termasuk kepada kaidah HPI nya. Renvoi terbagi dua. Pertama, penunjukan kearah kaidah-kaidah hukum intern (sachnormen) dari suatu sistem hukum tertentu, penunjkan ini dinamakan sachnormverwiesung. Kedua, penunjukan ke arah keseluruhan sistem hukum ertentu termasuk kaidah-kaidah HPI (kallisionsormen) dari sistem hukum tersebut. Penunjukan ini dinamakan gesamtverweisung.Dalam HPI dikenal 2 jenis single renvoi, Remmisin (penunjukan kembali) yaitu proses renvoi oleh kaedah-kaedah HPI asing kembali ke arah lex fori. Dan Transmission (penunjukan lebih lanjut), yaitu proses renvoi oleh kaidah HPI asing ke arah suatu sistem hukum asing lain. Contoh kasus renvoi FORGO CASE (1879) misalnya adalah Forgo seorang warganegara Bavaria (jerman), dia menetap di Perancis sejak 5 tahun

Page 14: HPI

tanpa memperoleh domisili di Perancis. Kemudian dia meninggal di Perancis tanpa testamen. Forgo anak di luar nikah, ia meninggalkan benda-benda bergerak di perancis. Kemudian tuntutan atas pembagian hartanya diajukan oleh saudara kandungnya di pengadilan Perancis.

H. Ketertibam Umum dan Penyelundupan HukumDefinisi ketertiban umum sangat sukar untuk dirumuskan namun yang dimaksud ketertiban umum ini adalah pembatasan berlakunya suatu kaedah asing dalam suatu negara karena bertentangan dengan kepentingan umum atau ketertiban hukum. Faktor-faktor yang membatasi: Waktu, tempat, falsafah kenegaraan, sistem perekonomian, pola kebudayaan yang dianut, masyarakat yang bersangkutan. Sehingga hukum asing yang bertentangan dengan ketertiban umum tersebut tidak dipergunakan meskipun sebenarnya menurut peraturan HPI lex fori, kaedah hukum asing seharusnya berlaku. Ukuran-ukuran yang dipergunakan dalam memberlakukan ketertiban umum dapat diberlakukan bila ditinjau dari yuridiksiforum, apabila hukum asing diakui akan mengakubatkan :1) Pelanggaran terhadap prinsio-prinsip keadilan yang mendasar sifatnya2) Bertentangan dengan konsepsi yang berlaku mengenai kesusilaan yang baik3) Bertentangan dengan suatu tradisi yang sudah mengakarDalam situasi seperti di atas maka lembaga ketertiban umum dapat menajdi dasar bagi pembenaran bagi hakim untuk menyimpang dari kaidah-kaidah HPI yang seharusnya berlaku, dan menunjuk kearah berlakunya suatu sistem hukum asing. Contoh, terdapat perkara masalah perbudakan, diana hukumndonesia termasuk masalah hukum personil menurut PS. 16 AB mengenai status personil akan diatur berdasarkan kewarganegaraan pihak yang bersangkutan. Fungsi ketertiban umum ada dua, yaitu:1) Fungsi positif, menjamin agar aturan-atuan tertentu dari lex fori tetap diberlakukan (tidak dikesampingkan) sebagai akibat dari pemberlakuakn hukum asing.2) Fungsi negatif, untuk menghindarkan pemberlakuan kaidah-kaidah hkum asing bila pemberlakuan itu akan menyebabkan pelanggaran terhadap konsep-konsep dasar lex fori.Penyelundupan hukum (evasion of law) adalah suatu perbuatan yang dilakukan di suatu negara asing dan diakui sah di negara asing itu akan dapat dibatalakn oleh forum atau tidak diakui oleh forum bila perbuatan itu dilaksanakan di negara asing yang bersangkutan denga tujuan untuk menghundarkan diri dari aturan-aturan lex fori ang akan melarang perbutan itu dilaksanakan di wilayah forum. Fungsinya adalah untuk melindungi sistem hukum yang seharusnya berlaku. Contoh, warga negara indonesia (perempuan islam) + warga negara indonesia (laki-laki kristen), menukah. Untuk menghindari pemberlakuan undang-undang No. 1 tahun 1974 mereka menikah di Singapura. Perkawian untuk mendapatkan kewarganegaraan karena takut dideportasi. Kemudian dalam waktu tertenu mengajukan perceraian, dengan demikian maka status sebagai warga negara indonesia tetap didapat meskipun telah bercerai.

I. Pilihan Hukum dan Pemakaian Hukum AsingPilihan hukum digunakan dalam bidang hukum kontrak, dimana para pihak bebas untuk menentukan pilihan mereka, dan bebas juga untuk memilih sendiri hukum yang harus dipakai untuk kontrak mereka. Mereka hanya bebas untk memilih hukum tertentu tapi

Page 15: HPI

mereka tidak bebas untk menentukan sendiri (membuat) perundang-undangan. Batasan pilihan hukum adalah:1) Para pihak bebas untuk melakukan pilihan hukum yang mereka kehendaki tapi kebebasan ini tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum2) Pilihan hukum tidak boleh menjelma menjadi penyelundupan hukum3) Hanya dilakukan dalam bidang hukum kontrak   Macam-macam pilihan hukum, secara tegas dinyatakan dalam Clausula perjanjian hukum yang dpilih dalam kontrak yang mereka buat. Misal: kontrak yang dibuat pertamina mengenai LNG tanggal 03-12-1973 dalam pasal 12 dinyatakan : bahwa pilihan hukum adalah negara bagian New York. Pilihan hukum ini memberikan kepastia hukum. Pilihan hukum yang dianggap, merupakan pilihan hukum yang dianggap presumptio iuris sang hakim menerima telah terjadi suatu pilihna hukum yang berdasarkan dugaan-dugaan hukum belaka. Pilihan hukum secara hipotetisch, pilihan hukum ini dikenal di Jerman, sebeharnya disini tidak ada satu kemauan dari para pihak untuk memilih sedikitpun, sang hakimlah yang melakukan pilihan ini, hakim melakukan dengan fictie.   Masalah utama dari pemakaian hukum asing adalah sebagai berikut:1) Apakah hak-hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang berdasarkan kaedah-kaedah hukum suatu hukum asing tertentu perlu atau tidak perlu diakui oleh lex fori?2) Misal: bila seseorang warga negara Cina berdasarkan hukum Cina ia diakui sebagai pemegang hak milik suatu benda bergerak, kemudian ia mengaubah kewarganegaraannya menjadi Indonesia, apakah menurut hukum Indonesia benda bergerak miliknya akan tetap diakui?Apabila hakim Indonesia menganggap bawa pemilikan terhadap suatu benda bergerak yang dianggap sah menurut hukum Cina akan sah juga menurut hukum Indonesia maka dapat dikatakan bahwa pengadilan Indonesia menerima prinsip hak-hak yang telah diperoleh/ pemakaian hukum asing/vesten right. Hak-hak yang dimiliki seseorang (suatu subjek hukum) berdasarkan kaidah hukum asing dapat diakui dalam yuridiksi lex fori, selama pengakuan undang-undang tidak bertentangan dengan kepentingan umum masyarakat lex fori.

SIMPULANSejarah Perkembangan Hukup Perdata Internasional terbagi menjadi empat tahap. Pada tahap I dikenal istilah Pretor Peregrinis, yaitu peradilan bagi warga romawi dengan orang luar dan orang luar romawi dengan orang romawi. Tahap II pertumbuhan asas personal HPI (abad 6-10 sesudah masehi). Tahap III sejarah perkembangan HPI adalah tahap pertumbuhan asas teritorial (abad 11-12 sesudah masehi). Dan Tahap IV, pada tahap ini terjadi pertumbuahn Teori Statuta (abad 13-15 sesudah masehi). HPI adalah hukum nasional, bukanlah hukum internasional. Sumber hukum HPI adalah hukum nasional dan yang internasional adalah hubungan-hubungan atau peristiwa-peristiwanya. Sumber hukum terbagi atas sumber hukum materil dan formil. Di Indonesia HPI belum terkodifikasi, karena itu masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undanganHubungan HPI dengan hukum antar golongan (HAG), adalah bahwa hukum mana yang digunakan terhadap peristiwa antar warga negara pada waktu tertentu yang berbeda golongan. Titik Taut adalah hal atau keadaan yang menyebabkan berlakunya stelsel

Page 16: HPI

hukum atau fakta di dalam suatu peristiwa HPI yang menunjukkan pertautan antara perkara itu dengan suatu negara tertentu. Titik taut terbagi menjadi dua yaitu: Primer, merupakan alat perantara untuk mengetahui apakah sesuatu perselisihan hukum merupakan soal HPI atau tidak. Sekunder, merupakan faktor yang menentukan hukum yang dipilih dari stelsel hukum yang dipertautkan. Untuk menentukan status personil seseorang, negara-negara di dunia menganut dua prinsip. Pertama, Prinsip kewarganegaraan. Yaitu status personil orang (baik warganegara maupun asing) ditentukan oleh hukum nasional mereka. Kedua, Prinsip domisili. Yaitu status personil seseorang ditentukan oleh hukum yang berlaku di domisilinya.   Dwi kewarganegaraan (bipartide) adalah orang dapat meiliki dua kewarganegaraan (bipatride) atau lebih dari dua kewarganegaraan. Bipartide timbul karena dianutnya berbagai asas yang berbeda dalam peraturan kewarganegaraan. Apartide adalah orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan. Renvoi adalah penunjukan oleh kaidah-kaidah HPI dari suatu sistem hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah HPI lex fori. Ketertiban umum ini adalah pembatasan berlakunya suatu kaedah asing dalam suatu negara karena bertentangan dengan kepantingan umum atau ketertiban hukum. Penyelundupan hukum (evasion of law) adalah suatu perbuatan yang dilakukan di suatu negara asing dan diakui sah di negara asing itu akan dapat dibatalakn oleh forum atau tidak diakui oleh forum Pilihan hukum digunakan dalam bidang hukum kontrak, dimana para pihak bebas untuk menentukan pilihan mereka, dan bebas juga untuk memilih sendiri hukum yang harus dipakai untuk kontrak mereka.

REFERENSI

Fahrudin, Sigit. Arti dari Sumber-sumber Hukum Perdata Internasional. Diakses dari http://sigitfahrudin.co.cc. Pada tanggal 08 Juni 2010.Kusumaatmadja, Mochtar.1990. Pengantar Hukum Internasional. Binacipta.Pazli. 2004. Materi Substansi Hukum Perdata Internasional. Diktat III Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau.Starke, J.G. 2001. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Sinar Grafika.Hukum Perdata Internasional. Diakses dari http://vhrmedia.com. Pada tanggal 11 Maret 2010 al /